Top Banner
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung PEMELIHARAAN HUTAN KOTA Oleh : daud S Saribun I. PENDAHULUAN Pembangunan perkotaan haruslah dilaksanakan secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan antara lain tata ruang dan lingkungan agar terwujud pengelolaan perkotaan yang efisien dan terciptanya l;ingkungan yang sehat, indah, dan nyaman. Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialihfungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta prasarana dan saran perkotaan lainnya. Lingkungan perkotaan akhirnya hanya berkembang secara ekonomi, tetapi secara ekologi menurun. Kondisi di atas menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (meningkatnya kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor), banjir, 1
37

Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Jun 10, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

PEMELIHARAAN HUTAN KOTA

Oleh : daud S Saribun

I. PENDAHULUAN

Pembangunan perkotaan haruslah dilaksanakan secara terencana dan terpadu

dengan memperhatikan antara lain tata ruang dan lingkungan agar terwujud pengelolaan

perkotaan yang efisien dan terciptanya l;ingkungan yang sehat, indah, dan nyaman.

Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminalkan ruang terbuka hijau.

Lahan terbuka hijau dialihfungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan,

kawasan industri, jaringan transportasi, serta prasarana dan saran perkotaan lainnya.

Lingkungan perkotaan akhirnya hanya berkembang secara ekonomi, tetapi secara

ekologi menurun.

Kondisi di atas menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan

yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (meningkatnya kadar

CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang,

monoton, bising dan kotor), banjir, intrusi alir laut, kandungan logam berat tanah

meningkat, dan menurunnya permukaan air tanah.

Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan

pembangunan penghijauan perkotaan dengan pembuatan taman-taman dan hutan kota.

Penghijauan perkotaan (hutan kota) dapat mewujudkan memperbaiki dan menjaga iklim

mikro, nilai estitika, fungsi resapan air, dan menciptakan keserasian serta keseimbangan

dengan fisik kota. Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk namun

aspek kelestarian, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya alam, yang

pada giliran akan memberikan kenyamanan, kesegaran, terbebasnya kota dari polusi dan

kebisingan serta sehat dan cerdasnya warga kota.

1

Page 2: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

Secara umum tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian,

keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan,

sosial dan budaya.

II. HUTAN KOTA

2.1. Pengertian Hutan Kota

Pengertian dan lingkup hutan kota dalam tulisan ini didasarkan pada Peraturan

Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-V/2004 bagian ke enam.

1) Hutan kota itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa

hamaparan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam

wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan

sebagi hutan kota oleh pejaabat yang berwenang.

2) Hutan kota

a. Merupakan bagaian dari RTH (Ruang Terbuka Hijau) sesuai peruntukan

dalam RTRW Kabupaten/kota.

b. Luas minimal adalah 0,25 hektar dalam satu hamparan yang kompak dan

menyatu (hamparan yang menyatu) agar tercipta iklim mikro.

c. Berada pada tanah negara atau tanah hak, sesuai persyaratan dalam PP No.

63 tahun 2002.

2.2. Fungsi dan Pemanfaatan Hutan Kota

Fungsi dan manfaat hutan (hutan kota) antara lain untuk memberikan hasil,

pencagaran flora dan fauna, pengendalian air tanah dan erosi, ameliorasi iklim. Jika

hutan tersebut berada di dalam kota maka fungsi dan manfaat hutan antara lain

menciptakan iklim mikro, engineering, arsitektural, estetika, modifikasi suhu, peresapan

air hujan, perlindungan angin dan udara, pengendalian polusi udara, pengelolaan limbah

dan memperkecil pantulan sinar matahari, pengendalian erosi tanah, mengurangi aliran

2

Page 3: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

permukaan, mengikat tanah. Konstruksi vegetasi dapat mengatur keseimbangan air

dengan cara intersepsi, infiltrasi, evaporasi dan transpirasi.

Menurut PP RI No 63/2002 , fungsi hutan kota adalah :

a. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;

b. meresapkan air;

c. menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan

d. mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Menurut PP RI No 63/2002 , manfaat hutan kota diarahkan untuk (selama tidak

menggangu funginya):

a. pariwisata alam, rekreasi kota, dan atau olah raga;

b. penelitian dan pengembangan;

c. pendidikan;

d. pelestarian plasma nutfah; dan atau

e. budidaya hasil hutan bukan kayu.

2.3. Tipe dan Bentuk Hutan Kota

Menurut PP RI No 63/2002 , tipe hutan kota terdiri dari :

a. kawasan permukiman (hutan kota pemukiman);

b. kawasan industri (hutan kota industri)

c. rekreasi (hutan kota wisata);

d.pelestarian plasma nutfah (hutan kota khusus yaitu untuk sangtuari satwa Burung,

Sarana pendidikan dan penelitian, koleksi plasma nutfah, hankam, tanaman obat dll

e. perlindungan (hutan kota khusus); dan

f. pengamanan (hutan kota konsevasi).

Menurut PP RI No 63/2002 , bentuk hutan kota terdiri dari :

(2) Bentuk hutan kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas :

a. jalur;

3

Page 4: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

b. mengelompok; dan

c. menyebar.

2.4. Pengelolaan Hutan Kota

Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup

di perkotaan, jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan pengembangan

hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar

tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat menanggulangi masalah

lingkungan yang muncul di tempat itu dengan baik.Untuk mendapat hasil pertumbuhan

tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu

diperhatikan dan dikumpulkan antara lain:

1. Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain.

2. Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi

matahari.

3. Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan

kemudahan dalam tingkat pemeliharaan.

4. Persyaratan umum tanaman:

a. Tahan terhadap hama dan penyakit

b. Cepat tumbuh

c. Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis,

d. Mempunyai umur yang panjang,

e. Mempunyai bentuk yang indah,

f. Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada

g. Kompatibel dengan tanaman lain

h. Serbuk sarinya tidak bersifat alergis,

Pengelolaan hutan kota pada dasarnya disesuaikan/diselaraskan dengan fungsi

dan manfaatnya. Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Hutan Kota beserta kegiatan

pendukungnya diharapkan untuk dapat :

4

Page 5: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

1. Kawasan Pemukiman, yang berfungsi sebagai penghasil  oksigen, penyerap

karbondioksida, peresap air, penahan angin, dan peredam kebisingan. Komposisi

tanaman berupa jenis pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan tanaman

perdu dan rerumputan.

Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk

pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan

kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada

keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat

bermain dan bersantai.

2.   Kawasan industri, yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan

kebisingan, yang ditimbulkan dari kegiatan industri. Kawasan industri yang

memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun

hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai

penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan

keindahan. Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam

menyerap dan menjerap polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari

beberapa jenis tanaman terhadap polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik.

Dengan demikian informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan di kawasan

industri.

3.   Kawasan rekreasi, yaitu penghijauan kota berfungsi sebagai pemenuhan

kebutuhan rekreasi dan keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan

unik.

Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan

jasmaniah seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi

kebutuhan rohaniahnya, antara lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat

didefinisikan sebagai setiap kegiatan manusia untuk memanfaatkan waktu

luangnya (Douglass, 1982). Pigram dalam Mercer (1980) mengemukakan bahwa

5

Page 6: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan yakni : (1) Rekreasi di dalam

bangunan (indoor recreation) dan (2) Rekreasi di alam terbuka (outdoor

recreation). Brockman (1979) mengemukakan, rekreasi dalam bangunan yaitu

mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun

rohani, serta meningkatkan ketrampilan.

Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk

perkotaan untuk rekreasi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan

pendapatan, peningkatan sarana transportasi, peningkatan sistem informasi baik

cetak maupun elektronika, semakin sibuk dan semakin besar kemungkinan

untuk mendapat stress.

Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali

kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap

menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu

masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati

sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.

4.  Kawasan pelestariaan plasma nutfah, yang berfungsi sebagai pelestari plasma

nutfah, meliputi :

a)  Penghijauan kota sebagai konservasi plasma nutfah khususnya vegetasi in-

situ dan ex-situ;

b)  Penghijauan kota sebagai habitat satwa yang dilindungi  atau yang

dikembangkan.

Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa

depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.

Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di

masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan

dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Hutan

kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang

tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang

6

Page 7: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat

dilestarikan flora dan fauna secara exsitu.

Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan

kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali

mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu

diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis

tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup satwa

yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan

bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur.

Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan

yang jatuh ke air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada permukaan

detritus dapat menjumpai mikroorganisme air. Sebagian hewan merupakan

pemakan detritus (detritus feeder). Nampaknya organisme yang memakan

detritus ini, sesungguhnya memangsa mikroorganismenya, karena

mikroorganisme mengandung protein, karbohidrat dan lain-lain. Apabila hutan

ini hilang, maka detritus tidak tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan

detritus pun akan musnah.

5.  Kawasan perlindungan, yaitu penghijauan kota yang berfungsi untuk :

a)  Mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada lahan dengan

kemiringan cukup tinggi dan sesuai karakter tanah;

b)  Melindungi  daerah pantai dari gempuran ombak (abrasi);

c)   Resapan air untuk mengatasi masalah menipisnya volume air tanah atau

masalah intrusi air laut.

Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima

yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-

tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan

membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.

7

Page 8: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan

daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai.

Untuk beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat

penting.

Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah

dangkal dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai

penyerap, penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya.

Dengan demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat dikurangi.

6. Kawasan pengamanan, berfungsi untuk meningkatan keamanan pengguna  jalan

pada jalur. Kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan

dan tanaman perdu. Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan

adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam

perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang

merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang

keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir

ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi. Pada kawasan ini

tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak mengundang

masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak rasanya seperti

pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini

III. Pembangunan Hutan Kota

Pembangunan hutan hotan sebaiknya direncanakan secara matang, antara lain dengan memperhatikan :

1. Hutan kota dapat dibangun pada tanah yang kosong di kawasan : pemukiman,

perkantoran dan industri, tepi jalan, tikungan perempatan jalan, tepi jalan tol,

tepian sungai, di bawah kawat tegangan tinggi, tepi jalan kereta api dan berbagai

tempat lainnya yang memungkinkan untuk ditanami.

8

Page 9: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

2. Pengukuhan hukum terhadap lahan hutan kota. Dengan demikian tidak terlalu

mudah untuk merubah kawasan ini menjadi peruntukan lain.

3. Pembuatan dan penegakan sanksi bagi siapa yang menggunakan lahan hutan kota

untuk tujuan-tujuan tertentu di luar peruntukannya.

4. Sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melakukan vandalisme.

5. Melindungi tanaman dengan balutan karung atau membuat pagar misalnya dari

bambu, agar binatang tidak mudah masuk dan merusak tanaman

Keberhasilan suatu pembangunan hutan kota ditentukan oleh banyak faktor, antara lain

persiapan bibit tanaman, siafat tanaman yang dikehendaki, dan pemeliharaannya.

3.1. Persiapan bibit tanaman

Pesiapan bibit tanaman yang penting dalam pembangunan hutan kota :

1. mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak udah tumbang, dan tidak mudah

gugur

2. Mampu tumbuh pada ruang terbuka dan pada berbagai jenis tanah

3. Tumbuh cepat dan tahan terhadap gangguan fisik

4. Tidak memerlukan perawatan intensif (rendah sampai tidak perlu perawatan)

5. Berumur panjang

6. Tahan terhadap kekurang air

7. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat

8. pohon-pohon penghasil bunga/biji/buah yang bernilai ekonomis

9. pohon-pohon yang yang teduh dan indah penghasil bunga/biji.buah yang duskai

oleh burung, kupu-kupu, dan sebaginya

10. pohon-pohon dengan evaporasi yang rendah

11. pophon penaha erosi laut (abrasi pantai)

12. Dapat ditaman dengan kepadatan sampai 440 pohon/ha (standar 400 pohon/ha)

Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan lainnya yaitu dalam teknik penanaman

pohon :

9

Page 10: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

(1) Pemilihan bibit tanaman. Bibit generatif adalah berasal dari biji, merupakan bibit

yang lebih tepat karena mempunyai akar tunggang dan dapat hidup lebih lama.

Bibit vegetatif, adalah bibit yang berasal dari bagian-bagian vegetatif tanaman,

seperti batang, daun dan akar. Bibit vegetatif umumnya kurang kokoh dan

perakarannya dangkal sehingga cepat merusak trotoar, jalan atau saluran drainase.

Bibit yang baik sekurang-kurangnya telah tumbuh di wadahnya selama 6 bulan

dengan batang tinggi minimal + 1.50 m dan diameter 0.05 m, untuk mengujinya

cukup dengan mencabut bibit tersebut. Apabila bibit mudah lepas dari wadahnya

berarti baru dipindahkan dan belum cukup baik ditanam di lapangan, sebaliknya

jika sulit dilepaskan berarti perakarannya sudah terbentuk dengan baik dan dapat

ditanam di lapangan;

(2) Penanaman. Lubang tanam perlu dipersiapkan sedikitnya satu minggu sebelum

penanaman dilakukan. Ukuran lubang tanam sangat bergantung pada besarnya

tanaman. Ukuran standar lubang tanam adalah 0.75 m (tinggi) x 0.90 m (lebar) x

0.90 m (panjang);

(3) Perawatan pascatanam. Mempertahankan posisi tumbuh agar tetap tegak dan stabil.

Menyiram tanaman 2-3 hari sekali terutama di musim kemarau sambil membuang

ranting-ranting yang kering. Memupuk tanaman 3 bulan sekali dengan pupuk NPK

25 gram per lubang (Rully Wijayakusuma, 2004). 

3.2. Sifat-sifat Tanaman Hutan Kota

Tanaman yang ditanam hutan pada umumnya dicari yang mempunyai fungsi

untuk melindungi kota dari pencemaran udara akibat prasarana dan sarana fisik kota,

atau untuk kepentingan lain seperti keindahan, rekresi, wisata dan sebagainya

1. Penyerapan partikel limbah

Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di

daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70% dari

10

Page 11: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya dan

Bedi, 1986). Dahlan (1989); Fakuara, Dahlan, Husin, Ekarelawan, Danur,

Pringgodigdo dan Sigit (1990) menyatakan damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia

macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus) dan pala (Mirystica fragrans), asam

landi (Pithecelobiumdulce), johar (Cassia siamea), mempunyai kemampuan yang

sedang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa

tanaman berikut ini : glodogan (Polyalthea longifolia) keben (Barringtonia asiatica)

dan tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal

rendah, namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemar udara.

2. Penyerap CO2 dan penghasil O2

Pepohonan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-

plankton, ganggang dan rumput laut di samudra. Cahaya matahari akan

dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian

dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan

air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat

bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan

beracun bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain

pihak proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan

hewan.

Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-plankton,

ganggang dan rumput laut di samudra. Dengan berkurangnya kemampuan hutan

dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat perladangan,

pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu

mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut.

Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan

alami, tanaman pertanian dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk

mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian

proses ini sangat bermanfaat bagi manusia, karena dapat menyerap gas yang bila

konsentrasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan

11

Page 12: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses ini menghasilkan gas oksigen

yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan.

Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2

dan penghasil oksigen adalah : damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia

purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis)

dan beringin (ficus benyamina).

3. Penyerap dan Penjerap Debu Semen

Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat

mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di

udara bebas harus diturunkan kadarnya.

Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis akan yaitu : mahoni (Swietenia

macrophylla), bisbul (Diospyrosdiscolor), tanjung (Mimusops elengi), kenari

(Canarium commune), meranti merah (Shorealeprosula), kere payung (Filicium

decipiens), kayu hitam (Diospyros clebica), duwet (Eugenia cuminii), medang lilin

(Litsea roxburghii) dan sempur (Dillenia ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun

1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan

dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena

memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan

yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah

mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam.

Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman

untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain

agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam

menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990).

4. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara

Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh

kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel

padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk

pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah

12

Page 13: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-

layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan

daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar

dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel

yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.

Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan Kersen

mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun yang

mempunyai permukaan yang halus (Wedding dkk. dalam Smith, 1981). Manfaat

dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan

sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan

kota.

5. Peredam kebisingan

Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun,

cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah

yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke,

1978). Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang

cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari

kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978),

dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.

6. Mengurangi Bahaya Hujan Asam

Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif

hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses

gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan

bahan organik seperti glumatin dan gula (Smith, 1981).

Menurut Henderson et al., (1977) bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan

dari tajuk melalui proses troughfall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk

dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum.

13

Page 14: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan

mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti

H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4

yang bersifat netral. Dengan demikian pH air dari pada pH air hujan asam itu sendiri.

Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan

sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu

berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et al. (1980)

menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika

dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.

7. Penyerap Karbon Monoksida

Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah (Phaseolus

vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari. Mikro organisme serta

tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini

(Bennet dan Hill, 1975).

Inman dan kawan-kawan dalam Smith (1981). mengemukakan, tanah dengan

mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya

sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam

waktu 3 jam saja.

8. Tanaman penyerap/penepis bau

Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen

mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau.

Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan

angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi

hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat

menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat

menghasilkan bau harum antara lain : Cempaka (Michelia champaka) dan tanjung

(Mimusops elengi), Pandanus op (pandan), Murraya paniculata (kemuning),

Mimisops elengi (tanjung).

14

Page 15: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

9. Tanaman untuk mengatasi penggenangan

Daerah bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang

mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman yang

memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang banyak,

sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak pula.

Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya adalah :

nangka (Artocarpus integra), albizia (Paraserianthes falcataria), Acacia vilosa,

Indigofera galegoides, Dalbergia spp., mahoni (Swietenia spp), jati (Tectona

grandis), kihujan (Samanea saman) dan lamtoro (Leucanea glauca).

10. Tanaman untuk pelestarian air tanah

Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan

memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis dengan

kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar air tanah hutan

akan meningkat.

Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami

dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping

itu sistem perakaran dan serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga air

hujan banyak yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit

yang menjadi air limpasan.

Jika hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan tanah

yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan demikian hutan kota

yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang bersangkutan akan dapat

membantu mengatasi masalah air dengan kualitas yang baik.

Menurut Manan (1976) tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang rendah

antara lain : cemara laut Casuarina equisetifolia), Ficus elastica, karet (Hevea

brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa),

Fragraea fragrans dan kelapa (Cocos nucifera).

15

Page 16: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

11. Ameliorasi Iklim

Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah

berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di

perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar

pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal,

gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar

radio, televisi dan lain-lain. sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena

tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan

Deneke, 1978 dan Robinette, 1983).

Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan

sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi

jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah

berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda

(1991) telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang

bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor

yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan

jalan aspal, diperoleh hasil bahwa:

a. Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5-31,0° C dengan kelembaban

66-92%.

b. Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal

suhu yang terjadi 27,7-33,1° C dengan kelembaban 62-78%.

c. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3-32,1° C dengan kelembaban 62-

78%.

Koto (1991) juga telah melakukan penelitian di beberapa tipe vegetasi di sekitar

Gedung Manggala Wanabakti. Dari penelitian ini dapat dinyatakan, hutan memiliki

suhu udara yang paling rendah, jika dibandingkan dengan suhu udara di taman

parkir, padang rumput dan beton.

16

Page 17: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

12. Tanaman pengaman pantai dari abrasi

Kota-kota yang terletak di tepi pantai pada beberapa tahun terakhir ini dihantui oleh

intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan hutan kota pada kota

yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul diperhatikan karena:

a. Penanaman dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang

sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan

baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian.

b. Penanaman dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi

akan menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam adalah tanah

akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi memecahkan masalah

intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk keadaannya.

Upaya untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan

kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air

tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman

yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Contoh tanamannya antara lain

: Mangrove, Avicinnea,Brugiera, dan Nipah.

13. Produksi Terbatas

Hutan kota berfungsi in-tangible juga tangible. Sebagai contoh, pohon mahoni di

Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta (Pikiran

Rakyat, 18-3-1991). Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah

yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat

meningkatkan taraf gizi/kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari untuk

kerajinan tangan. Bunga tanjung diambil bunganya. Buah sawo, kawista, pala,

lengkeng, duku, asem, menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

guna meningkatkan gizi dan kesehatan warga kota.

14. Penapis Cahaya Silau

Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya seperti

kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-

17

Page 18: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan,

akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut

perlu untuk dikurangi.

Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung

pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun

kerimbunan tajuknya.

15. Meningkatkan Keindahan

Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan, minuman,

namun juga membutuhkan keindahan. Keindahan merupakan pelengkap kebutuhan

rohani. Benda-benda di sekeliling manusia dapat ditata dengan indah menurut garis,

bentuk, warna, ukuran dan teksturnya (Grey dan Deneke, 1978), sehingga dapat

diperoleh suatu bentuk komposisi yang menarik.

Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna dan tekstur yang

sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan yaitu tidak

alami, sehingga boleh jadi tidak segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi dengan

menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah ada akan

lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh setiap manusia.

Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan benda-

benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi

yang baik. Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa,

sehingga pada saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang

ada. Warna daun, bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau

untuk memenuhi rancangan yang nuansa (bergradasi lembut).

Komposisi tanaman dapat diatur dan diletakkan sedemikian rupa, sehingga

pemandangan yang kurang enak dilihat seperti : tempat pembuangan sampah,

pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang beraneka bentuk dan warna,

pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan citranya menjadi lebih

18

Page 19: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota sebagai tabir

penyekat di sana.

16. Sebagai Habitat Burung

Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin,

kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau

kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan.

Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung

perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi

masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :

a. Membantu mengendalikan serangga hama,

b. Membantu proses penyerbukan bunga,

c. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,

d. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang

menyenangkan,

e. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,

f. Sebagai sumber plasma nutfah,

g. Objek untuk pendidikan dan penelitian.

Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan

maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di antaranya

disenangi burung pengisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena

berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.

Menurut Ballen (1989), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung

antara  lain :

a. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan F.

glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.).

b. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis

burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yangtengah berbunga antara

19

Page 20: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak (Sturnidae)

dan beberapa jenis burung madu.

c. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah menarik

burung ungkut-ungkut dan srigunting.

d. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung

sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.

e. Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar (Ploceus

sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti : burung

cacing (Cyornis banyumas), celepuk (Otus bakkamoena), sikatan (Rhipidura

javanica), kepala tebal bakau ( Pachycephala cinerea) dan perenjak kuning

(Abroscopus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan

dan di dalam batangnya.

17.  Mengurangi Stress

Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan persaingan

yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai kemungkinan

yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun industri.

Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan

lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran

timbal dan karbon-monoksida (Soemarwoto, 1985). Oleh sebab itu gejala stress

(tekanan psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada

anggota masyarakat yang tinggal dan berusaha di kota atau mereka yang hanya

bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di kota.

Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu

mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang

diberikannya akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO,

SOx, NOx dan lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan

dan tarian burung akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat

mengurangi kekakuan dan monotonitas.

20

Page 21: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

18.   Mengamankan Pantai Terhadap Abrasi

Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran

ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan

demikian hutan kota selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat

berperan dalam proses pembentukan daratan.

19.   Meningkatkan Industri Pariwisata

Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun raya Bogor yang berbunga

setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflesia Arnoldi di

Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun manca-

negara. Tamu asing pun akan mempunyai kesan tersendiri, jika berkunjung atau

singgah pada suatu kota yang dilengkapi dengan hutan kota yang unik, indah dan

menawan.

20.  Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang

Monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi oleh

kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas,

rutinitas dan kejenuhan kerja.

3.3. Pemeliharaan, Perlindungan/pengamanan Hutan Kota

Pemeliharaan hutan kota dilaksanakan dalam rangka menjaga dan

mengoptimalkan fungsi dan manfaat hutan kota melalui optimalisasi ruang tumbuh,

diversifikasi tanaman dan peningkatan kualitas tempat tumbuh. Pada dasarnya

pemeliharaan termasuk didalamnya perlindungan dan pengamanannya.

a) Pemeliharaan

Pada dasarnya pemeliharaan hutan dapat dilakukan secara minimal jika hutan

kota tersebut telah terbangun atau terbentuk. Masalah utama pada hutan kota yang telah

21

Page 22: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

terbangun adalah kekeringan pada musim kemarau. Jadi, pemeliharaan utama hutan

kota adalah penyiraman.

Pemeliharaan penting pada pembangunan hutan kota adalah yaitu pada saat

tanaman berumur kurang dari dua tahun.

1. Pemeliharaan tahun berjalan

Meliputi kegiatan pemupukan (pupuk organik dan an organik), penyiangan,

penyulaman, pendaringan/penjarangan, pengendalaian hama penyakit.

Penyulaman tahun berjalan untuk mengganti tanaman yang mati/tidak tumbuh

normal sebanayak maksimum 10 persen (40 batang bibit)

2. Pemeliharaan tahun pertama dan kedua

Pemeliharaan tahun pertama dapat dilakukan apabila prosentase tumbuh pohon

diatas 55 persen dan tahun kedua apabila prosentase tumbuh diatas 75 persen.

Pemeliharaan meliputi pemupukan (pupuk organik dan an organik), penyiangan,

penyulaman, pendaringan/penjarangan, pengendalaian hama penyakit

b) Perlindungan/pengamanan Hutan Kota

1. Perlindungan dan pengamanan hutan kota sebagaimana bertujuan untuk

menjaga keberadaan dan kondisi hutan kota agar tetap berfungsi secara optimal.

2. Perlindungan dan pengamanan hutan kota dilakukan melalui upaya :

a. pencegahan dan penanggulangan kerusakan lahan;

b. pencegahan dan penanggulangan pencurian fauna dan flora;

c. pencegahan dan penanggulangan kebakaran; dan

d. pengendalian dan penanggulangan hama dan penyakit.

3. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan dan

atau penurunan fungsi hutan kota.

a. membakar hutan kota;

b. merambah hutan kota;

c. menebang, memotong, mengambil, dan memusnahkan tanaman dalam hutan

kota, tanpa izin dari pejabat yang berwenang;

22

Page 23: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

d. membuang benda-benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau

membahayakan kelangsungan fungsi hutan kota; dan

e. mengerjakan, menggunakan, atau menduduki hutan kota secara tidak sah.

IV.   PENUTUPMasalah hutan kota yang paling mendasar hingga saat ini adalah : (1) dukungan

dari penentu kebijakan, (2) dukungan finansial, (3) dukungan masyarakat, dan (4) tenaga

ahli. Oleh karena itu untuk memperoleh keberhasilan pembangunan dan pengembangan

hutan kota di Indonesia dukungan-dukungan seperti yang telah disebutkan di atas perlu

disempurnakan secara sungguh-sungguh.

Ilmu hutan kota merupakan suatu disiplin ilmu yang relatif baru, namun sangat perlu dan

segera harus dikembangkan, karena mempunyai keuntungan antara lain:

1. Melalui penyuluhan hutan kota kepada masyarakat dapat disampaikan tentang

pentingnya menciptakan lingkungan hidup di perkotaan yang sehat, indah,

bersih, nyaman dan alami, sehingga dapat dijadikan sebagai komponen

pelengkap dalam mewujudkan kemajuan, ketahanan dan masa depan bangsa

Indonesia. Usaha penataan kota seperti yang telah dilakukan oleh beberapa kota

seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa kota besar lainnya diharapkan

akan berjalan lebih pesat lagi dan dapat diikuti dengan beberapa kota lainnya.

2. Turut mengembangkan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan pengelolaan

lingkungan hidup di perkotaan.

3. Sebagai salah satu bukti nyata tentang keterlibatan disiplin ilmu kehutanan dalam

memecahkan masalah lingkungan global.

4. Menciptakan lapangan kerja baru bagi sarjana kehutanan dan lulusan sekolah

dibawahnya.

5. Turut serta dalam menangkal kampanye Anti Penggunaan Kayu Tropis.

23

Page 24: Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)

Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung

6. Turut mensukseskan program kunjungan wisata ke Indonesia.

7. Mengubah persepsi masyarakat barat yang tidak tepat.

8. Membantu pemerintah dalam program udara bersih (PRODASIH

24