Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung PEMELIHARAAN HUTAN KOTA Oleh : daud S Saribun I. PENDAHULUAN Pembangunan perkotaan haruslah dilaksanakan secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan antara lain tata ruang dan lingkungan agar terwujud pengelolaan perkotaan yang efisien dan terciptanya l;ingkungan yang sehat, indah, dan nyaman. Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialihfungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta prasarana dan saran perkotaan lainnya. Lingkungan perkotaan akhirnya hanya berkembang secara ekonomi, tetapi secara ekologi menurun. Kondisi di atas menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (meningkatnya kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor), banjir, 1
37
Embed
Pemeliharaan Hutan Kota (Emha Training Center & Advisory Services)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
PEMELIHARAAN HUTAN KOTA
Oleh : daud S Saribun
I. PENDAHULUAN
Pembangunan perkotaan haruslah dilaksanakan secara terencana dan terpadu
dengan memperhatikan antara lain tata ruang dan lingkungan agar terwujud pengelolaan
perkotaan yang efisien dan terciptanya l;ingkungan yang sehat, indah, dan nyaman.
Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminalkan ruang terbuka hijau.
Lahan terbuka hijau dialihfungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan,
kawasan industri, jaringan transportasi, serta prasarana dan saran perkotaan lainnya.
Lingkungan perkotaan akhirnya hanya berkembang secara ekonomi, tetapi secara
ekologi menurun.
Kondisi di atas menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan
yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (meningkatnya kadar
CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang,
monoton, bising dan kotor), banjir, intrusi alir laut, kandungan logam berat tanah
meningkat, dan menurunnya permukaan air tanah.
Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
pembangunan penghijauan perkotaan dengan pembuatan taman-taman dan hutan kota.
Penghijauan perkotaan (hutan kota) dapat mewujudkan memperbaiki dan menjaga iklim
mikro, nilai estitika, fungsi resapan air, dan menciptakan keserasian serta keseimbangan
dengan fisik kota. Hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk namun
aspek kelestarian, keserasian, keselarasan dan keseimbangan sumberdaya alam, yang
pada giliran akan memberikan kenyamanan, kesegaran, terbebasnya kota dari polusi dan
kebisingan serta sehat dan cerdasnya warga kota.
1
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
Secara umum tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian,
keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan,
sosial dan budaya.
II. HUTAN KOTA
2.1. Pengertian Hutan Kota
Pengertian dan lingkup hutan kota dalam tulisan ini didasarkan pada Peraturan
Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-V/2004 bagian ke enam.
1) Hutan kota itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa
hamaparan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam
wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan
sebagi hutan kota oleh pejaabat yang berwenang.
2) Hutan kota
a. Merupakan bagaian dari RTH (Ruang Terbuka Hijau) sesuai peruntukan
dalam RTRW Kabupaten/kota.
b. Luas minimal adalah 0,25 hektar dalam satu hamparan yang kompak dan
menyatu (hamparan yang menyatu) agar tercipta iklim mikro.
c. Berada pada tanah negara atau tanah hak, sesuai persyaratan dalam PP No.
63 tahun 2002.
2.2. Fungsi dan Pemanfaatan Hutan Kota
Fungsi dan manfaat hutan (hutan kota) antara lain untuk memberikan hasil,
pencagaran flora dan fauna, pengendalian air tanah dan erosi, ameliorasi iklim. Jika
hutan tersebut berada di dalam kota maka fungsi dan manfaat hutan antara lain
menciptakan iklim mikro, engineering, arsitektural, estetika, modifikasi suhu, peresapan
air hujan, perlindungan angin dan udara, pengendalian polusi udara, pengelolaan limbah
dan memperkecil pantulan sinar matahari, pengendalian erosi tanah, mengurangi aliran
2
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
permukaan, mengikat tanah. Konstruksi vegetasi dapat mengatur keseimbangan air
dengan cara intersepsi, infiltrasi, evaporasi dan transpirasi.
Menurut PP RI No 63/2002 , fungsi hutan kota adalah :
a. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;
b. meresapkan air;
c. menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan
d. mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
Menurut PP RI No 63/2002 , manfaat hutan kota diarahkan untuk (selama tidak
menggangu funginya):
a. pariwisata alam, rekreasi kota, dan atau olah raga;
b. penelitian dan pengembangan;
c. pendidikan;
d. pelestarian plasma nutfah; dan atau
e. budidaya hasil hutan bukan kayu.
2.3. Tipe dan Bentuk Hutan Kota
Menurut PP RI No 63/2002 , tipe hutan kota terdiri dari :
a. kawasan permukiman (hutan kota pemukiman);
b. kawasan industri (hutan kota industri)
c. rekreasi (hutan kota wisata);
d.pelestarian plasma nutfah (hutan kota khusus yaitu untuk sangtuari satwa Burung,
Sarana pendidikan dan penelitian, koleksi plasma nutfah, hankam, tanaman obat dll
e. perlindungan (hutan kota khusus); dan
f. pengamanan (hutan kota konsevasi).
Menurut PP RI No 63/2002 , bentuk hutan kota terdiri dari :
(2) Bentuk hutan kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas :
a. jalur;
3
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
b. mengelompok; dan
c. menyebar.
2.4. Pengelolaan Hutan Kota
Guna mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup
di perkotaan, jenis yang ditanam dalam program pembangunan dan pengembangan
hutan kota hendaknya dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar
tanaman dapat tumbuh baik dan tanaman tersebut dapat menanggulangi masalah
lingkungan yang muncul di tempat itu dengan baik.Untuk mendapat hasil pertumbuhan
tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu
diperhatikan dan dikumpulkan antara lain:
1. Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude,salinitas dan lain-lain.
2. Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi
matahari.
3. Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan
kemudahan dalam tingkat pemeliharaan.
4. Persyaratan umum tanaman:
a. Tahan terhadap hama dan penyakit
b. Cepat tumbuh
c. Kelengkapan jenis dan penyebaran jenis,
d. Mempunyai umur yang panjang,
e. Mempunyai bentuk yang indah,
f. Ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada
g. Kompatibel dengan tanaman lain
h. Serbuk sarinya tidak bersifat alergis,
Pengelolaan hutan kota pada dasarnya disesuaikan/diselaraskan dengan fungsi
dan manfaatnya. Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Hutan Kota beserta kegiatan
pendukungnya diharapkan untuk dapat :
4
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
1. Kawasan Pemukiman, yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap
karbondioksida, peresap air, penahan angin, dan peredam kebisingan. Komposisi
tanaman berupa jenis pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan tanaman
perdu dan rerumputan.
Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk
pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan
kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada
keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat
bermain dan bersantai.
2. Kawasan industri, yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan
kebisingan, yang ditimbulkan dari kegiatan industri. Kawasan industri yang
memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya tercemar, maka harus dibangun
hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai
penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja, tempat parkir kendaraan dan
keindahan. Beberapa jenis tanaman telah diketahui kemampuannya dalam
menyerap dan menjerap polutan. Dewasa ini juga tengah diteliti ketahanan dari
beberapa jenis tanaman terhadap polutan yang dihasilkan oleh suatu pabrik.
Dengan demikian informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam memilih jenis-jenis tanaman yang akan dikembangkan di kawasan
industri.
3. Kawasan rekreasi, yaitu penghijauan kota berfungsi sebagai pemenuhan
kebutuhan rekreasi dan keindahan, dengan jenis pepohonan yang indah dan
unik.
Manusia dalam kehidupannya tidak hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan
jasmaniah seperti makanan dan minuman, tetapi juga berusaha memenuhi
kebutuhan rohaniahnya, antara lain rekreasi dan keindahan. Rekreasi dapat
didefinisikan sebagai setiap kegiatan manusia untuk memanfaatkan waktu
luangnya (Douglass, 1982). Pigram dalam Mercer (1980) mengemukakan bahwa
5
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
rekreasi dapat dibagi menjadi dua golongan yakni : (1) Rekreasi di dalam
bangunan (indoor recreation) dan (2) Rekreasi di alam terbuka (outdoor
recreation). Brockman (1979) mengemukakan, rekreasi dalam bangunan yaitu
mendatangkan pengalaman baru, lebih menyehatkan baik jasmani maupun
rohani, serta meningkatkan ketrampilan.
Dewasa ini terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan minat penduduk
perkotaan untuk rekreasi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan
pendapatan, peningkatan sarana transportasi, peningkatan sistem informasi baik
cetak maupun elektronika, semakin sibuk dan semakin besar kemungkinan
untuk mendapat stress.
Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali
kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap
menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu
masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati
sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.
4. Kawasan pelestariaan plasma nutfah, yang berfungsi sebagai pelestari plasma
nutfah, meliputi :
a) Penghijauan kota sebagai konservasi plasma nutfah khususnya vegetasi in-
situ dan ex-situ;
b) Penghijauan kota sebagai habitat satwa yang dilindungi atau yang
dikembangkan.
Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa
depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Hutan
kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang
tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang
6
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat
dilestarikan flora dan fauna secara exsitu.
Manusia modern menginginkan back to nature. Hutan kota dapat diarahkan
kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali
mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu, khususnys burung yang perlu
diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis
tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai dengan keperluan hidup satwa
yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan
bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk bertelur.
Hutan yang terdapat di pesisir pantai menghasilkan bahan organik. Dedaunan
yang jatuh ke air laut kemudia dapat berubah menjadi detritus. Pada permukaan
detritus dapat menjumpai mikroorganisme air. Sebagian hewan merupakan
pemakan detritus (detritus feeder). Nampaknya organisme yang memakan
detritus ini, sesungguhnya memangsa mikroorganismenya, karena
mikroorganisme mengandung protein, karbohidrat dan lain-lain. Apabila hutan
ini hilang, maka detritus tidak tersedia lagi dan akibatnya hewan pemakan
detritus pun akan musnah.
5. Kawasan perlindungan, yaitu penghijauan kota yang berfungsi untuk :
a) Mencegah/mengurangi bahaya erosi dan longsor pada lahan dengan
kemiringan cukup tinggi dan sesuai karakter tanah;
b) Melindungi daerah pantai dari gempuran ombak (abrasi);
c) Resapan air untuk mengatasi masalah menipisnya volume air tanah atau
masalah intrusi air laut.
Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima
yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan tebing-
tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan
membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.
7
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
Hutan kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan
daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai.
Untuk beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat
penting.
Kota yang memiliki kerawanan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah
dangkal dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka hutan lindung sebagai
penyerap, penyimpan dan pemasok air harus dibangun di daerah resapan airnya.
Dengan demikian ancaman bahaya intrusi air laut dapat dikurangi.
6. Kawasan pengamanan, berfungsi untuk meningkatan keamanan pengguna jalan
pada jalur. Kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan
dan tanaman perdu. Yang dimaksudkan hutan kota dengan tipe pengamanan
adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam
perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang
merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang
keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir
ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi. Pada kawasan ini
tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang tidak mengundang
masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak rasanya seperti
pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini
III. Pembangunan Hutan Kota
Pembangunan hutan hotan sebaiknya direncanakan secara matang, antara lain dengan memperhatikan :
1. Hutan kota dapat dibangun pada tanah yang kosong di kawasan : pemukiman,
perkantoran dan industri, tepi jalan, tikungan perempatan jalan, tepi jalan tol,
tepian sungai, di bawah kawat tegangan tinggi, tepi jalan kereta api dan berbagai
tempat lainnya yang memungkinkan untuk ditanami.
8
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
2. Pengukuhan hukum terhadap lahan hutan kota. Dengan demikian tidak terlalu
mudah untuk merubah kawasan ini menjadi peruntukan lain.
3. Pembuatan dan penegakan sanksi bagi siapa yang menggunakan lahan hutan kota
untuk tujuan-tujuan tertentu di luar peruntukannya.
4. Sanksi yang cukup berat bagi siapa saja yang melakukan vandalisme.
5. Melindungi tanaman dengan balutan karung atau membuat pagar misalnya dari
bambu, agar binatang tidak mudah masuk dan merusak tanaman
Keberhasilan suatu pembangunan hutan kota ditentukan oleh banyak faktor, antara lain
persiapan bibit tanaman, siafat tanaman yang dikehendaki, dan pemeliharaannya.
3.1. Persiapan bibit tanaman
Pesiapan bibit tanaman yang penting dalam pembangunan hutan kota :
1. mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak udah tumbang, dan tidak mudah
gugur
2. Mampu tumbuh pada ruang terbuka dan pada berbagai jenis tanah
3. Tumbuh cepat dan tahan terhadap gangguan fisik
4. Tidak memerlukan perawatan intensif (rendah sampai tidak perlu perawatan)
5. Berumur panjang
6. Tahan terhadap kekurang air
7. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat
8. pohon-pohon penghasil bunga/biji/buah yang bernilai ekonomis
9. pohon-pohon yang yang teduh dan indah penghasil bunga/biji.buah yang duskai
oleh burung, kupu-kupu, dan sebaginya
10. pohon-pohon dengan evaporasi yang rendah
11. pophon penaha erosi laut (abrasi pantai)
12. Dapat ditaman dengan kepadatan sampai 440 pohon/ha (standar 400 pohon/ha)
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan lainnya yaitu dalam teknik penanaman
pohon :
9
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
(1) Pemilihan bibit tanaman. Bibit generatif adalah berasal dari biji, merupakan bibit
yang lebih tepat karena mempunyai akar tunggang dan dapat hidup lebih lama.
Bibit vegetatif, adalah bibit yang berasal dari bagian-bagian vegetatif tanaman,
seperti batang, daun dan akar. Bibit vegetatif umumnya kurang kokoh dan
perakarannya dangkal sehingga cepat merusak trotoar, jalan atau saluran drainase.
Bibit yang baik sekurang-kurangnya telah tumbuh di wadahnya selama 6 bulan
dengan batang tinggi minimal + 1.50 m dan diameter 0.05 m, untuk mengujinya
cukup dengan mencabut bibit tersebut. Apabila bibit mudah lepas dari wadahnya
berarti baru dipindahkan dan belum cukup baik ditanam di lapangan, sebaliknya
jika sulit dilepaskan berarti perakarannya sudah terbentuk dengan baik dan dapat
ditanam di lapangan;
(2) Penanaman. Lubang tanam perlu dipersiapkan sedikitnya satu minggu sebelum
penanaman dilakukan. Ukuran lubang tanam sangat bergantung pada besarnya
tanaman. Ukuran standar lubang tanam adalah 0.75 m (tinggi) x 0.90 m (lebar) x
0.90 m (panjang);
(3) Perawatan pascatanam. Mempertahankan posisi tumbuh agar tetap tegak dan stabil.
Menyiram tanaman 2-3 hari sekali terutama di musim kemarau sambil membuang
ranting-ranting yang kering. Memupuk tanaman 3 bulan sekali dengan pupuk NPK
25 gram per lubang (Rully Wijayakusuma, 2004).
3.2. Sifat-sifat Tanaman Hutan Kota
Tanaman yang ditanam hutan pada umumnya dicari yang mempunyai fungsi
untuk melindungi kota dari pencemaran udara akibat prasarana dan sarana fisik kota,
atau untuk kepentingan lain seperti keindahan, rekresi, wisata dan sebagainya
1. Penyerapan partikel limbah
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di
daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). diperkirakan sekitar 60-70% dari
10
Pelatihan Pertamanan,27-30 Agustus 2007, Bandung
partikel timbal di udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor (Krishnayya dan