AbstrakSabun merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat
penting.Karena hampir semua manusia di seluruh bagian bumi memakai
sabun untuk berbagai keperluan hidupnya.Selain itu sabun juga
dipakai dalam dunia industri. Kebutuhan konsumen akan sabun semakin
meningkat tiap tahunnya. Pada pembuatan sabun padat ini, sabun
diperoleh dari reaksi saponifikasi miyak/lemak dengan basa alkali
Natrium Hidroksida dengan kondisi operasi 90oC dan tekanan 1 atm.
Bahan baku yang digunakan pada pembuatan sabun padat ini yaitu
Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS).
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSebagai negara yang sedang berkembang,
pembangunan industri di Indonesia merupakan salah satu usaha jangka
panjang untuk merombak struktur perekonomian nasional.Sebagaimana
pembangunan yang sedang berjalan saat ini, Indonesia sudah
seharusnya menuju era industrialisasi untuk menjadi produsen dunia
dalam memproduksi berbagai barang kebutuhan hidup yang bahan
bakunya tersedia melimpah di Indonesia, seperti minyak goreng,
sabun dan lain sebagainya.Salah satu kebutuhan manusia saat ini
adalah sabun.Karena hampir semua manusia di seluruh bagian bumi
memakai sabun untuk berbagai keperluan hidupnya.Selain itu sabun
juga dipakai dalam dunia industri, seperti dalam industri
pengolahan bijih tambang dan pembuatan minyak gemuk untuk mesin
mesin. Oleh karena itu kebutuhan pasar bagi dunia industri sabun
sangat luas sekali, hal ini tentu akan sangat menguntungkan bagi
negara negara yang memiliki sumber daya alam bahan baku sabun.Sabun
dapat dibuat dari minyak (trigliserida), asam lemak bebas (FFA) dan
metil ester asam lemak dengan mereaksikan basa alkali terhadap
masing masing zat. Salah satu minyak yang akan dipakai pada
pembuatan sabun yaitu minyak kelapa sawit. Jika dibandingkan dengan
minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan
tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah
lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk
kebutuhan pangan tetapi juga memenuhi kebutuhan non pangan
(oleokimia) seperti sabun.Indonesia merupakan salah satu penghasil
minyak sawit (bahan baku dasar sabun) terbesar di dunia. Sehingga
pendirian industri sabun mempunyai prospek yang sangat
menguntungkan jika dikembangkan di negara Indonesia. Minyak sawit
dapat dipergunakan dalam industri melalui proses penyulingan,
penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined Bleached and
Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk
produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak
sawit cair (RBD Olein).RBD Olein terutama digunakan untuk pembuatan
minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin terutama digunakan untuk
pembuatan margarin dan shortening, disamping itu juga untuk bahan
baku industri sabun dan deterjen. RBDPS akan digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan sabun padat ini, karena sudah murni,
sehingga tidak perlu melakukan proses panjang untuk
memurnikannya.
1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana reaksi kimia pada proses
pembuatan sabun padat ?2. Bagaimana proses pembuatan sabun padat
?
1.3 Tujuan1. Mengetahui reaksi kimia pada proses pembuatan sabun
padat2. Mengetahui cara pembuatan sabun padat
BAB IIISI
II.1. Tinjauan PustakaII.1.1 Pengenalan SabunSabun merupakan
bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang
panjang.Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun
bergantung pada jenis sabun tersebut.Larutan alkali yang biasa yang
digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan
alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium
Hidroksida (KOH).Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran
berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui
proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali membebaskan
gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani,
minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.Pada saat ini
teknologi sabun telah berkembang pesat.Sabun dengan jenis dan
bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran
seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk
perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam
industri.Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi
sesuai dengan sifat dan jenis sabun.Zat-zat tersebut dapat
menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.Oleh
karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan
teliti sebelum membeli dan menggunakannya.II.1.2.Macam-macam
Sabuna. Shaving Cream Shaving Cream disebut juga dengan sabun
Kalium.Bahan dasarnya adalah campuran minyak kelapa dengan asam
stearat dengan perbandingan 2:1.b. Sabun CairSabun cair dibuat
melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta
menggunakan alkali (KOH).Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat
ditambahkan gliserin atau alkohol.c. Sabun kesehatan Sabun
kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum
yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas
dari bakteri adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini
adalah tri-salisil anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300
dan sulfur.d. Sabun Chip Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan
konsumen didalam menggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau
sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip
dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui pengeringan, atau
menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk batangan. e.
Sabun Bubuk untuk mencuci Sabun bubuk dapat diproduksi melalui
dry-mixing.Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen seperti
sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat,
dan lain-lain.II.1.3.Bahan Baku Pembuatan Sabuna. Bahan Baku:
Minyak/LemakMinyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki
struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun,
jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau
lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud
keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada
temperatur ruang ( 28C), sedangkan lemak akan berwujud padat.Minyak
tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai
18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan
menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari
18 akan membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air.
Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan
linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah
teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik.
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik
lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki
ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih
lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
b. Bahan Baku: AlkaliJenis alkali yang umum digunakan dalam
proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan
ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan sabun keras.KOH banyak digunakan dalam pembuatan
sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air.Na2CO3 (abu
soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat
menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida
(minyak atau lemak).Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin
alkohol.Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari
asam lemak.Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air,
mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.Sabun yang
terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat
mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai
sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah
tangga.Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh
industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan
keunggulan tertentu.c. Bahan PendukungBahan baku pendukung
digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pengendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai
sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut
adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif. NaCl merupakan komponen
kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk
akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di
dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan
umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl
digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.Bahan aditif
merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik
konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders,
Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
II.1.4 Metode-metode Pembuatan SabunPada proses pembuatan sabun,
digunakan metode-metode untuk menghasilkan sabun yang berkualitas
dan bagus. Beberapa metode pembuatan sabun, yaitu:a. Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH
atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah
selesai, garam-garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan
air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali
dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan.
Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan
gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam
berkali-kali.Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk
mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan
yang homogen dan mengapung.Sabun ini dapat dijual langsung tanpa
pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang
murah.Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu
apung dalam pembuatan sabun gosok.Beberapa perlakuan diperlukan
untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun
obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan
melarutkan udara di dalamnya).
b. Metode Kontinu Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman
sekarang.Lemak atau minyak dihidrolisis dengan air pada suhu dan
tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng.Lemak
atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor
besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari
ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini
kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
II.1.5 Proses proses pembuatan sabun Berdasarkan bahan baku yang
digunakan untuk membuat sabun maka sampai saat ini telah dikenal
tiga macam proses pembuatan sabun, yaitu proses saponifikasi
trigliserida, netralisasi asam lemak dan proses saponifikasi metil
ester asam lemak. Perbedaan antara ketiga proses ini terutama
disebabkan oleh senyawa impuritis yang ikut dihasilkan pada reaksi
pembentukan sabun. Senyawa impuritis ini harus dihilangkan untuk
memperoleh sabun yang sesuai dengan standar mutu yang diinginkan.
Karena perbedaan sifat dari masing masing proses, maka unit operasi
yang terlibat dalam pemurnian ini pun berbeda pula.
a. Proses Saponifikasi TrigliseridaProses ini merupakan proses
yang paling tua diantara proses proses yang ada, karena bahan baku
untuk proses ini sangat mudah diperoleh. Dahulu digunakan lemak
hewan dan sekarang telah digunakan pula minyak nabati.Pada saat
ini, telah digunakan proses saponifikasi trigliserida sistem
kontinu sebagai ganti proses saponifikasi trigliserida sistem
batch. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah :
Tahap pertama dari proses saponifikasi trigliserida ini adalah
mereaksikan trigliserida dengan basa alkali (NaOH, KOH atau NH4OH)
untuk membentuk sabun dan gliserol, serta Impurities. Lebih dari
99,5% lemak / minyak berhasil disaponifikasi pada proses ini.
Kemudian hasil reaksi dipompakan ke unit pemisah statis (separator)
yang bekerja dengan prinsip perbedaan densitas. Pada unit ini akan
terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan sabun pada bagian atas dan
lapisan Recycle pada bagian bawah. Recycle terdiri dari gliserin,
sisa alkali, sodium klorida, impuritis, air yang secara keseluruhan
membentuk lapisan yang lebih berat dari sabun sehingga berada pada
lapisan bagian bawah di dalam pemisah statis. Proses selanjutnya
adalah penambahan aditif dan pengeringan sabun dalam unit
pengeringan (dryer). Zat aditif yang ditambahkan adalah gliserol,
yang berfungsi sebagai pelembut dan pelembab pada kulit, EDTA yang
berfungsi sebagai surfaktan pada sabun (pembersih dan pemutih) yang
dapat mengangkat kotoran pada kulit.Dan Gliserin (Additive) yang
berfungsi sebagai pelembab (Moisturizer) pada sabun.Zat tambahan
ini dicampurkan dalam Tangki Pencampur yang dilengkapi oleh jaket
pemanas untuk menjaga sabun tetap cair (suhu tetap).Jumlah aditif
yang ditambahkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang diinginkan.
Tahap berikutnya adalah proses pengeringan sabun. Kandungan air
dalam sabun biasanya diturunkan dari 30 35% ke 8 18% (Riegel,
1985). Unit pengeringan sabun ini biasanya berupa unit vakum spray
chamber.
b. Proses Netralisasi Asam lemakProses ini menggunakan Asam
Lemak sebagai bahan baku disamping basa alkali. Pada proses ini
tidak dihasilkan gliserol tetapi dihasilkan air sebagai produk
samping. Reaksi yang terjadi adalah reaksi antara asam lemah dengan
basa kuat. Suhu reaksi pada proses ini berkisar antara 80 95OC
(Othmer, 1976) dan tekanan operasi 1 atm. Sodium klorida juga
ditambahkan dalam reaksi dan berguna untuk mengurangi viskositas
hasil reaksi sehingga memudahkan transportasi hasil reaksi melalui
pompa. Reaksi netralisasi berlangsung dalam reaktor sirkulasi yang
terdiri dari turbodisper dan mixer.Turbodisper berfungsi untuk
menghomogenkan campuran reaktan sedangkan mixer berfungsi untuk
memberikan waktu tinggal yang cukup bagi reaksi reaktan untuk
bereaksi tuntas.Kecepatan putaran pengadukan dalam turbodisperser
berkisar antara 40 50 rps dan dalam mixer berkisar 15 20 rps
(Spitz, 1995). Konversi reaksi asam lemak yang diperoleh dengan
cara ini dapat mencapai lebih dari 99,9% (Othmer, 1976). Setelah
reaksi netralisasi tuntas (diketahui dari conduktivity controller)
maka sabun yang terbentuk dapat langsung dikeringkan dalam unit
yang sama seperti pada proses saponifikasi trigliserida tetapi
biasanya zat tambahan, seperti pelembab, antioksidan, pengatur pH
ditambahkan sebelum proses pengeringan. Proses netralisasi ini
pertama kali dikembangkan oleh Mazzoni. Proses ini telah
dikembangkan dengan menggunakan Na2CO3 bersama sama dengan NaOH dan
prosesnya disebut dengan nama Mazzoni CC. Sedangkan proses yang
hanya menggunakan NaOH dikenal dengan nama Mazzoni LB. Pada proses
yang menggunakan Na2CO3, gas CO2 dihasilkan sebagai produk samping
reaksi sehingga harus disingkirkan sebelum masuk ke mixer untuk
mencegah naiknya tekanan dalam mixer. Untuk itu, pada proses ini
digunakan dua unit turbodisperser, unit pertama digunakan untuk
menghomogenkan dan mereaksikan Na2CO3 dengan Asam Lemak dan
terhubung ke unit pemisah gas, unit kedua digunakan untuk
menghomogenkan dan mereaksikan campuran sabun yang keluar dari
pemisah gas, NaOH segar dan Asam Lemak segar dan terhubung dengan
mixer.
c. Proses Saponifikasi Metil Ester Asam LemakMetil ester asam
lemak dihasilkan dari reaksi inter-esterifikasi trigliserida dengan
metanol dengan bantuan katalis tertentu. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
Reaksi saponifikasi metil ester asam lemak dengan basa NaOH
menghasilkan sabun dan metanol.Reaksi ini dilangsungkan dalam
reaktor air tubular pada suhu 120OC tekanan 1 atm dengan konversi
reaksi yang cukup tinggi.Metanol yang terdapat dalam campuran
reaksi dipisahkan dengan menggunakan flash drum, dan kemudian
campuran sabun ini dimasukkan kembali ke reaktor alir tubular kedua
untuk menyempurnakan reaksi penyabunan.Sabun yang dihasilkan
kemudian dikeringkan dalam pengeringan vakum seperti telah
disebutkan di atas. Proses ini hampir sama dengan proses
saponifikasi asam lemak, perbedaannya terletak pada produk samping
yang dihasilkan, yaitu air pada proses netralisasi asam lemak dan
metanol pada proses metil ester asam lemak.
Reaksi penyabunan metil ester adalah sebagai berikut :RCOOCH3+
NaOH RCOONa + CH3OH Metil ester Sabun Metanol
II.2.Kondisi Operasi
Dalam semua proses pembuatan sabun, umumnya variabel veriabel
proses utama yang cukup menentukan tingkat keberhasilan proses
saponifikasi dalam reaktor adalah sebagai berikut :1. Suhu
OperasiProses Safonifikasi Trigliserida dapat berlangsung pada suhu
kamar dan prosesnya sangat cepat sehingga sesuai untuk produksi
skala besar. Pada proses industri, suhu reaksi saponifikasi dipilih
berada diatas titik cair bahan baku dan biasanya berada dibawah
titik didih air (tekanan operasi 1atm). Hal ini bertujuan:
a. Memudahkan pencampuran antar reaktan.b. Daya pengadukan dapat
direduksi menjadi lebih kecil. c. Transportasi cairan melalui pompa
pompa dan pipa pipa lebih mudah karena viskositas berkurang.d. jika
suhu berada diatas titik didih air maka tekanan dalam reaktor lebih
besar dari 1 atm untuk menghindari penguapan air.
Suhu operasi reaksi penyabunan yang umum diterapkan adalah
berkisar antara 80 950C (Riegel, 1985), walaupun ada sampai 1200C
pada tekanan ketel 2 atm.2. Pengadukan Trigliserida, asam lemak dan
metil ester asam lemak sukar larut dalam air, sedangkan basa
seperti NaOH sangat larut dalam air. Sehingga jika didiamkan akan
terbentuk dua lapisan terpisah dan reaksi hanya akan berlangsung
pada daerah batas dua permukaan tersebut, akibatnya reaksi menjadi
lambat. Untuk menghindari hal ini maka pengadukan yang cukup kuat
diperlukan agar seluruh partikel reaktan dapat terdispersi satu
sama lain dan dengan demikian laju reaksi dapat ditingkatkan. Pada
proses saponifikasi modern, reaktor sudah dilengkapi dengan
turbodisper yang mampu berputar pada kecepatan 3000 rpm (50 rps)
untuk menjamin dispersi molekul molekul reaktan sesempurna mungkin
(Spitz, 1995). 3. Konsentrasi reaktan Dalam reaksi kimiaReaksi yang
berlangsung paling cepat adalah pada saat awal reaksi, dimana masih
terdapat banyak reaktan dan sedikit produk. Karena air merupakan
produk reaksi, maka menurut prinsip kesetimbangan akan menghambat
pembentukan sabun dan membuat laju reaksi semakin kecil. Untuk
menghindari hal ini maka seharusnya tidak digunakan air yang
berlebihan dalam umpan (larutan NaOH dan NaCl) dengan cara membuat
konsentrasi larutan ini sepekat mungkin. Dalam praktek umumnya
digunakan NaOH 50% dan larutan NaCl jenuh (Spitz, 1995) untuk
mempercepat laju reaksi penyabunan.
Proses yang dipilih dari Pra Rancangan pabrik pembuatan sabun
padat dari RBDPS oleh Ade Friadi Lubis ini adalah proses
Saponifikasi Trigliserida dengan mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Suhu operasi dan tekanan relatif lebih rendah dari dua proses
yang lain sehingga lebih hemat dalam pemakaian energi dan desain
peralatan lebih sederhana. 2. Proses lebih sederhana dibandingkan
dua proses yang lain. 3. Bahan baku tersedia dari proses pengolahan
sawit menjadi minyak sawit. 4. Diharapkan konversi reaksi dapat
mencapai 99,5% sehingga secara ekonomis proses ini sangat layak
didirikan dalam skala pabrik. 5. Sabun yang dihasilkan mudah
dimurnikan dan memiliki kemurnian tinggi.
II.3. Uraian ProsesProses Saponifikasi ini dapat dibagi menjadi
tiga tahap proses, yaitu: 1. Tahap persiapan umpan 2. Tahap reaksi
Saponifikasi Trigliserida 3. Tahap pengeringan dan Finishing
sabun
II.3.1. Tahap persiapan umpan
Umpan terdiri dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm
Stearin) dan NaOH.RBDPS di masukkan kedalam tangki yang dilengkapi
dengan pemanas, dipanaskan terlebih dahulu menggunakan Steam sampai
suhu 900C sebelum dipompa ke dalam reaktor. Sedangkan NaOH
dilarutkan dalam air proses yang bersuhu 300C sampai konsentrasi
masing-masing 50% massa. RBDPS dan campuran larutan NaOH kemudian
dipompakan ke dalam reaktor.
II.3.2. Tahap reaksi Saponifikasi Trigliserida
RBDPS, dan campuran larutan NaOH dipompakan masuk kedalam
reaktor (tangki pencampur) yang diberi jaket pemanas untuk di
panaskan sampai suhu 900C untuk dihomogenkan dan sekaligus bereaksi
membentuk sabun dan air. Lebih dari 99,5% lemak / minyak berhasil
disaponifikasi pada proses ini dengan waktu tinggal 1,8 jam dan
kondisi operasi 900C tekanan 1 atm (Spitz,1995). Hasil reaksi
kemudian dipompakan ke unit pemisah separator yang bekerja dengan
prinsip perbedaan densitas. Pada unit ini akan terbentuk dua
lapisan, yaitu lapisan sabun pada bagian atas dan lapisan
Impurities pada bagian bawah. Impurities terdiri dari gliserol,
sisa alkali dan air yang secara keseluruhan membentuk lapisan yang
lebih berat dari sabun sehingga berada pada lapisan bagian bawah di
dalam pemisah statis. Proses selanjutnya adalah penambahan aditif
dan pengeringan sabun dalam unit pengeringan (dryer).Zat aditif
yang ditambahkan adalah gliserin, yang berfungsi sebagai pelembut
dan pelembab pada kulit, EDTA yang berfungsi sebagai surfaktan pada
sabun (pembersih dan pemutih) yang dapat mengangkat kotoran pada
kulit.Dan Pewangi (Essential) yang berfungsi untuk memberikan
kesegaran dan keharuman pada sabun.Zat tambahan ini dicampurkan
dalam Tangki Pencampur yang dilengkapi oleh jaket pemanas untuk
menjaga sabun tetap cair (suhu tetap) dan campuran homogen. Jumlah
aditif yang ditambahkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang
diinginkan seperti pada table 2.2. Tahap berikutnya adalah proses
pengeringan sabun. Kandungan air dalam sabun biasanya diturunkan
dari 30 35% ke 8 18% (Riegel, 1985). Unit pengeringan sabun ini
biasanya berupa unit vakum spray chamber.
II.3.3. Tahap Pengeringan dan Finishing Sabun Pengeringan sabun
dilakukan dalam unit vakum Spray Chamber. Campuran sabun cair dari
Tangki Pencampur dipompa ke unit Flash Drum, dimana sabun mengalami
proses Flash pada 1 atm sehingga dihasilkan uap air jenuh bersuhu
100OC yang terpisah dari sabun dan keluar melalui bagian atas Flash
Drum. Kandungan air dalam sabun yang keluar dari bagian bawah Flash
Drum direncanakan tinggal 18% sebelum dikeringkan lebih lanjut
dalam vakum dryer.Sabun kemudian ditransfer keunit vakum Spray
Chamber.Kondisi vakum dihasilkan dengan menggunakan pompa vakum.
Dari unit pengeringan ini sabun yang dihasilkan berupa serpihan
(flake) dan dengan bantuan Conveyor dikirim ke unit Finishingyang
terdiri dari satuan mesin pembentukan sabun batang dan disebut Bar
Soap Finishing Machine (BSFM). Dari unit ini sabun ditransfer ke
unit penyimpanan dengan bantuan Conveyor untuk penimbunan sementara
sebelum dijual.
II.4. Reaksi Lengkap Pembuatan Sabun padatRBDPS =
CH2OOCRCHOOCRCH2OOCR Dengan R = (CH2)16CH3Maka
:CH2OOC(CH2)16CH3CHOOC(CH2)16CH3CH2OOC(CH2)16CH3Reaksi di reaktor
:
BAB IIIPENUTUPIII.1 Kesimpulan
1. Reaksi yang digunakan dalam pembuatan sabun padat adalah
:
2. proses pembuatan sabun padat dengan bahan RBDPS dan NaOH
terdiri dari tiga tahap proses, yaitu tahap persiapan umpan; tahap
reaksi Saponifikasi Trigliserida; serta tahap pengeringan dan
finishing sabun. Pada tahap persiapan umpan RBDPS dimasukkan ke
dalam reaktor dan dicampur dengan larutan NaOH. Pada tahap kedua,
Hasil reaksi yaitu sabun, air, gliserol dan impurities kemudian
dipompakan ke unit pemisah separator yang bekerja dengan prinsip
perbedaan densitas. Setelah itu dilakukan penambahan aditif dan
pengeringan sabun dalam unit pengeringan (dryer). Zat aditif yang
ditambahkan adalah gliserin, EDTA dan pewangi. Proses terakhir
dalam tahap ke dua ini adalah proses pengeringan sabun.pada tahap
ketiga, yaitu tahap pengeringan dilakukan dalam unit vakum Spray
Chamber. Dari unit pengeringan ini sabun yang dihasilkan berupa
serpihan (flake) dan dengan bantuan Conveyor dikirim ke unit
Finishingyang terdiri dari satuan mesin pembentukan sabun batang
dan disebut Bar Soap Finishing Machine (BSFM). Dari unit ini sabun
ditransfer ke unit penyimpanan dengan bantuan Conveyor untuk
penimbunan sementara sebelum dijual.
Daftar Pustaka
Friadi, Ade Lubis ,. 2009. Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Sabun
Padat dari RBDPS(Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) Dengan
Kapasitas 600.000 Ton/Tahun.Universitas Sumatera
Utara.Medan.Riegel, Emil Raymond,.1985. Riegels Handbook of
Industrial Chemistry, 9th Edition, Van Nostrand Reinhold, New
York.Spitz, L. 1990.Soap Technology for The 1990s, AOCS, Champaign,
Illinois. Book Company. New York.
3