Top Banner
Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI DIV KOMPUTER MULTIMEDIA Oleh: Jody Rahwoyo 11.51016.0024 INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2015
32

Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Jan 22, 2016

Download

Documents

Faris Bahauddin

Omnibus, horor, music,
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan

Menggunakan Teknik Omnibus

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI

DIV KOMPUTER MULTIMEDIA

Oleh:

Jody Rahwoyo

11.51016.0024

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM

SURABAYA

2015

Page 2: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan yang ingin di capai dalam Tugas Akhir ini yaitu membuat sebuah

karya film misteri lagu Lingsir Wengi yang mengangkat tentang mitos dengan

menggunakan teknik omnibus. Hal ini dapat memberikan pandangan atau persepsi

baru kepada masyarakat terhadap mitos. Tujuan ini dilatarbelakangi oleh

kurangnya pemahaman masyarakat khususnya masyarakat Indonesia terhadap

mitos lagu Lingsir Wengi.

Kehidupan memiliki keberlangsungan perjalanan peristiwa atau disebut juga

cerita. Sidi Gazalba (1981: 221) beranggapan bahwa sejarah mengenai sesuatu hal

yang sudah dilalui, sedang berlangsung, juga masa mendatang. Pada tiap daerah

mereka memiliki perjalanan cerita masing-masing. Indonesia adalah salah satu

negara yang memiliki cukup banyak cerita, salah satu diantaranya adalah mitos

dari banyak daerah di tanah air seperti mitos lagu Lingsir Wengi.

Mitos pada suatu daerah sering kali dianggap masih misteri atau masih

simpang siur (Bertens, 1985: 389). Banyak masyarakat menggambarkan cerita

tersebut dengan penyajian yang berbeda mengenai suatu peristiwa atau mitos

tersebut. Sehingga timbul sebagai catatan peristiwa yang terlalu dilebih-lebihkan

di masyarakat luas.

Banyaknya mitos yang telah berkembang pada masyarakat luas yang

ternyata belum dapat dipastikan kebenarannya Kees bertens (1989: 18). Namun

Page 3: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

agar tidak menyesatkan masyarakat tentang cerita tersebut maka perlu di

informasikan atau disampaikan secara benar. Agar mitos tersebut masih tetap

pada kemurniannya maka dibutuhkan upaya untuk menjaga cerita tersebut agar

tidak lagi tercemar dengan hal-hal baru lainnya (tidak sesuai dengan faktanya).

Salah satu cara yang efektif untuk menjaga dan menyampaikan sebuah

cerita adalah melalui film. Wibowo (2006: 196) mengatakan bahwa film adalah

alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media

cerita. Film juga merupakan media ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para

seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan

ide cerita. Secara esensial dan substansial film memiliki power yang akan

berimplikasi terhadap komunikan masyarakat.

Secara harifah, Sumarno (1996: 27), mengatakan bahwa film adalah sebuah

seni mutakhir dari abad ke-20 yang dapat menghibur, mendidik, melibatkan

perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan terhadap

penontonnya. Film dapat membantu mempublikasikan mitos yang terdapat pada

suatu daerah tersebut kepada masyarakat luas, Sebagai kelanjutan dari kegunaan

film ini adalah untuk menjelaskan pandangan baru tentang mitos.

Banyak masyarakat berpandangan bahwa mitos adalah sesuatu yang

cenderung bersifat mistik ataupun menyeramkan. Namun Heddy Shri Ahimsa-

Putramitos (2001: 75) beranggapan bahwa mitos adalah cerita prosa rakyat yang

menceritakan kisah berlatar masa lampau, serta dianggap benar-benar terjadi oleh

masyarakat sekitar (daerah) munculnya cerita tersebut. sedangkan mitos selalu

Page 4: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

erat kaitannya dengan misteri dimana cerita tersebut belum benar-benar

terpecahkan, sehingga genre film yang dipilih adalah misteri.

Seperti yang kita lihat, sudah menjadi budaya Indonesia khususnya

budaya Jawa yang selalu mengkaitkan sesuatu dengan hal-hal mistis dengan

mitos. Salah satunya adalah misteri lagu Lingsir Wengi dengan Kuntilanak.

Seringkali orang menganggap bahwa lagu Lingsir Wengi adalah lagu yang dapat

memanggil arwah penasaran atau kuntilanak. Semenjak kepopuleran film layar

lebar “kuntilanak”, mitos yang mengkaitkan lagu Lingsir Wengi dengan

kuntilanak ramai di perbincangkan oleh masyarakat luas yang menjadikan lagu

tersebut bisa mendatangkan arwah penasaran.

Lingsir Wengi awal mulanya adalah lagu yang di ciptakan oleh Sunan

Kalijaga di masa beliau menyebarkan agama Islam di Nusantara (Indonesia). Lagu

ini sebenarnya di ciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai sebuah media seni untuk

melakukan dakwah pengajaran agama Islam. Judul sebenarnya dari lagu ini adalah

Kidung Lingsir Wengi, yang dahulu juga Sunan Kalijaga sering sekali

menyanyikan lagu ini ketika beliau selesai menjalankan sholat malam agar

berguna untuk mencega segala gangguan-gangguan yang akan di timbulkan oleh

makhluk tak kasat mata. Dalam perkembangannya, lagu ini dinyanyikan oleh

banyak ibu pada jaman dahulu untuk menidurkan anak-anaknya ketika menjelang

tidur karena sebenarnya lagu tersebut berisi doa-doa untuk meminta perlindungan

kepada Tuhan. Sunan Kalijaga menciptakan kidung Lingsir Wengi dengan

memakai pakem gending Jawa yaitu Macapat. Pakem Macapat ini terdiri dari 11

macam pakem yang salah satunya yaitu pakem Durma yang dipakai dalam Lingsir

Page 5: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Wengi. Lagu-lagu yang memakai Pakem Durma harus mencerminkan suasana

yang keras, sangar, suram, kesedihan, bahkan bisa mengungkapkan sesuatu yang

mengerikan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, lagu Lingsir Wengi dilantunkan

dengan perasaan yang lembut, tempo pelan, dan sangat menyayat hati.

Untuk itu beragam mitos dengan suguhan yang berbeda di tengah

masyarakat memungkinkan untuk dibuat banyak cerita dan dikemas dalam bentuk

film. . Mengacu pada buku David Scott Diffrient yang berjudul Omnibus Films

(2014: 50), maka film ini memiliki beberapa segmen didalamnya dengan jalinan

cerita yang berbeda, pemain yang berbeda, namun memiliki kesamaan benang

merah didalamnya. Omnibus dapat memperlihatkan wacana kepada penontonnya

bahwa ekspetasi seseorang ketika menonton film adalah duduk selama sekitar 1,5

jam untuk menonton satu cerita. Namun dengan menggarap film omnibus para

penikmat film disajikan dengan beberapa segmen didalam 1 film dengan jalinan

cerita yang berbeda yang memiliki sesuatu yang menghubungkan beberapa hal

(faktor) sehingga menjadi satu kesatuan.

Tujuan yang ingin di capai dalam Tugas Akhir ini yaitu membuat sebuah

karya film misteri yang mengangkat tentang mitos lagu Lisngsir Wengi

menggunakan teknik omnibus yang dapat memberikan pandangan atau persepsi

baru kepada masyarakat terhadap lagu tersebut. Hal ini dilatarbelakangi oleh

kurangnya pemahaman masyarakat khususnya masyarakat Indonesia.

Dari keseluruhan hal-hal yang menjadi dasar pemikiran tersebut maka

dipilihlah judul Tugas Akhir ini yaitu Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir

Wengi Yang Mengangkat Tentang Mitos Menggunakan Teknik Omnibus

Page 6: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

yang diharapkan dapat menjadi sarana untuk masyarakat mampu memahami

Mitos dalam sebuah pandangan yang berbeda. Harapan dari Tugas Akhir ini

adalah masyarakat semakin mengerti dan mencoba meluruskan mitos yang

beredar di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah yang

akan dikaji adalah:

1. Bagaimana membuat film misteri dengan teknik omnibus yang mengangkat

tentang mitos lagu Lingsir Wengi di Indonesia?

2. Bagaimana membuat cerita yang menarik untuk film pertama dan kedua

dalam teknik omnibus?

1.3 Batasan Masalah

Tugas Akhir ini hanya membuat Film misteri lagu Lingsir Wengi yang

mengangkat tentang mitos menggunakan teknik omnibus yang berisikan

mengenai:

1. Pengembangan cerita dan suasana misteri dibatasi dalam unsur

kesalahpahaman tentang lagu Lingsir Wengi.

2. Pengembangan durasi film seluruhnya mengikuti kategori film pendek.

3. Pengerjaan film Omnibus yang dibatasi dalam wilayah Jawa Timur.

4. Pembuatan film Omnibus yang di batasi hanya 2 cerita dalam 1 film yang

menghubungkan satu kesatuan.

Page 7: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir pembuatan film ini

sebagai berikut:

1. Menghasilkan sebuah karya dengan teknik omnibus berbentuk film misteri

yang dapat memberikan pandangan baru terhadap lagu Lingsir Wengi kepada

masyarakat.

2. Membuat sebuah film dengan memaksimalisasi pengerjaan durasi namun

audiens tetap memahaminya.

1.5 Manfaat

Selain dari beberapa tujuan tersebut, film ini diharapkan dapat bermanfaat

dalam hal:

1. Teoritis

a. Membuka pikiran masyrakat mengenai lagu Lingsir Wengi dan

memberikan pandangan atau persepsi baru kepada masyarakat terhadap

kesalahpahaman tentang lagu Lingsir Wengi.

2. Praktis

a. Menjadi sebuah wadah untuk mengeksplorasi karya yang mampu

memberikan wawasan kepada masyarakat umum mengenai misteri lagu

Lingsir Wengi.

Page 8: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam Bab II ini akan dijelaskan berbagai teori-teori dari sumber

kepustakaan yang melandasi setiap pemecahan permasalahan dalam Tugas Akhir

ini.

2.1 Film

Secara harfiah, film diartikan sebagai selaput tipis yang berisi gambar

negatif yang akan memunculkan ilusi gambar bergerak saat dijalankan dengan

proyektor. Namun, sebagai sebuah seni, Sumarno (1996: 27), mengatakan bahwa

film adalah sebuah seni mutakhir dari abad 20 yang dapat menghibur, mendidik,

melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan terhadap

penontonnya. Sehubungan dengan itu, Andre Bazin (2009: 32), seorang teoris dan

kritikus film berpengaruh dari Perancis, mengatakan bahwa esensi artistik sebuah

film terletak pada kemampuannya untuk mereproduksi realitas yang menjadikan

film sebagai media yang memiliki jangkauan paling dekat dengan masyarakat.

Hubungan yang dekat antara film dan masyarakat ini dijelaskan oleh James

Monaco (1981: 106) sebagai sebuah nilai positif yang dapat dimanfaatkan dengan

baik. Salah satunya adalah sebagai umpan atau pancingan. James Monaco

mencontohkan, film dengan pesan anti kekerasan justru seharusnya menampilkan

kekerasan yang dimaksud dan menampilkan bahayanya. Hal semacam ini disebut

James Monaco sebagai panggilan, atau cara sebuah film memanggil target

Page 9: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

penontonnya. Sedangkan pesan yang ingin dikomunikasikan dapat ditempatkan

dalam pengadeganan atau konten dari film tersebut.

Film, berdasarkan durasinya, dibagi menjadi film panjang dan film pendek.

Menurut Derek Hill dalam Gotot Prakosa, (1997: 43), Film pendek pada

hakikatnya bukanlah sebuah reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar

wahana pelatihan belaka. Film pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang

berbeda dengan film cerita panjang, bukan lebih sempit dalam pemaknaan, atau

bukan lebih mudah. Sebagai analogi, dalam dunia sastra, seorang penulis cerpen

yang baik belum tentu dapat menulis cerpen dengan baik; begitu juga sebaliknya,

seorang penulis novel, belum tentu dapat memahami cara penuturan simpleks dari

sebuah cerpen. Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu terimajinalisasi

dari sudut pandang penonton karena tidak mendapatkan media distriusi dan

eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.

2.2 Genre Misteri

Mistery-Horor dalam buku M. Bayu Widagdo Winastwan Gora S (2007: 27)

menjelaskan sebuah genre khusus dunia perfilman. Dikatakan genre khusus

karena meskipun cakupannya sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja, tetapi

genre itu cukup mendapatkan perhatian dari para penonton. Hal tersebut

disebabkan keingintahuan manusia pada sebuah dunia yang membuat di dunia lain

tersebut. Kunci suksesnya terletak pada cara mengemas dan menyajikan

visualisasi hantu dan kontruksi dramatik skenario. Selain itu, alur cerita juga harus

Page 10: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

masuk akal sehingga tidak ada ganjalan dan sanggahan penonton sesudah

permutaran film.

Perkembangan dunia film saat ini memunculkan genre film sebagai hasil

dari kolaborasi beberapa di antaranya, misalnya komedi laga, horor komedi,

drama komedi, drama laga, horo laga, roman laga, dan semacamnya. Sekali lagi,

hal itu tidak berpengaruh terhadap produksi film saja, tetapi juga memperkata dan

mempermudah penyebutan karakter penyajian secara keseluruhan dalam sebuah

karya film.

2.3 Film Omnibus

Mengacu pada buku David scott Diffrient yang berjudul Omnibus Films

(2014: 50) Berasal dari kata latin ‘omnibus’ yang artinya ‘untuk semua’. Dengan

demikian definisi Film omnibus adalah di dalam satu film terdapat beberapa

segemen dengan visualisasi yang berbeda yang memiliki sesuatu yang

menghubungkan beberapa faktor sehingga menjadi satu kesatuan, misalnya faktor

yang menghubungkan tentang genre film tersebut.

2.4 Mitos

Analisis struktural Levi-Strauss atas mitos diilhami oleh teori informasi

(leach,1974). Dalam perspektif teori ini, mitos bukan hanya dongeng pengantar

tidur, tetapi juga kisah yang memuat pesan. Pesan ini tidak tersimpan dalam

sebuah mitos tunggal, tetapi dalam keseluruhan mitos. Dengan dasar pandangan

diatas, Levi-Strauss menetapkan landasan analisisstrukturalnya terhadap mitos.

Page 11: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Pertama, jika mitos dipandang sebagai sesuatu yang bermakna, maka makna tidak

terdapat pada unsur yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan yang lain, tapi bila

unsur-unsur tersebut dikombinasikan satu dengan yang lain. Kedua, walaupun

mitos tersmasuk dalam kategori bahasa, namun hanya ciri-ciri tertentu dari mitos

yang bertemu dengan ciri-ciri bahasa. Oleh karena itu bahasa mitos

memperlihatkan ciri yang lain. Mitos dimata Levi-Strauss adalah gejala

kebahasaan yang berbeda dengan gejala kebahasaan yang dipelajari oleh ahli

linguistik.

Mitos sebagai suatu bahasa memiliki tatabahasa sendiri dan Levi-Strauss

berupaya mengungkapkan tatabahasa ini dengan menganalisi unsure terkecil dari

mitos, yaitu mytheme. Mytheme menurut Levi-Strauss adalah unsure-unsur dalam

kontruksi wacana kritis (mythical discourse), yang merupakan satuan yang

bersifat kosokbali (oppositional), relatif dan negatif. Mengikuti pandangan

Jakobson tentang fenom mytheme dikatakan oleh Levi-Strauss sebegai purely

differential and contentless sign (1985; 145).oleh kerena itu dalam menganalisis

mitos atau cerita, makna dari kata yang ada dalam cerita harus dipisahkan dengan

miteme yang juga berupa kalimat atau rangkaian kata-kata dalam cerita tersebut.

Suatu cerita tidak memberikan makna yang pasti dan mapan pada pendengarnya,

tetapi hanya memberikan kisi-kisi. Kisi ini dapat ditentukan dengan melihat

aturan yang mendasari kontruksinya.

Page 12: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

2.5 Mitos dan Nalar Manusia

Para ahli antropologi sebaiknya memperhatikan mekanisme kerja nalar

manusia dan memahami strukturnya. Hal ini menunjukan bahwa dari sifat

nirsadar dari fenimena sosial. Levi-Strauss ingin mengetahui prinsip atau dasar

universal nalar manusia. Prinsip ini akan tercermin dan bekerja dalam cara

manusia menalar, dalam orang modern maupun orang primif menalar.

Selanjutnya, logika dasar atau nalar manusia mestinya terwujud dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui bahwa nalar mengikuti struktur tertentu

dalam bekerjanya, perlu analisis aktifitas yang merupakan perwujudan dari nalar

tersebut.

Berbagai ragam budaya pada dasarnya merupakan perwujudan dari nalar.

Tetapi tidak semua fenomena mudah dianalisis untuk menemukan strukturnya.

Misalnya sistem kekerabatan dan perkawinan, merupakan wujud dari adanya

struktur dalam nalar manusia, tapi fenomena tersebut tidak sepenuhnya berada di

bawah kendali nalar manusia, karena unsur-unsur materi seperti demogradi dan

ekologi turut menentukan pola atau wujud sistem tersebut pada tataran empiris.

Ole karena itu gejala itu gejala sosial tidak cukup untuk dijadikan dasar bagi

upaya memperlihatkan adanya upaya memperlihatkan adanya kekangan struktural

dibalik fenomena budaya. Fenomena budaya lain yang lebih sesuai adalah mitos.

Pengertian mitos dalam strukturalisme Levi-Strauss berbeda dengan pengertian

dalam kajian mitologi. Mitos dalam pandangan Levi-Strauss, tidak

dipertentangkan dengan sejarah atau kenyataan, karena perbedaan makna dari dua

konsep ini yang dianggap oleh suatu masyarakat atau kelompok sebagai sejarah

Page 13: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

atau kisah yang benar-benar terjadi, bisa dianggap sebagai dongeng yang tidak

diyakini kebenarannya oleh masyarakat lainnya. Mitos juga bukan kisah yang suci

karena definisi suci problematis. Mitos dalam konteks strukturalisme Levi-Strauss

adalah dongeng. Dongeng merupakan kisah atau cerita yang lahir dari imajinasi

khayalan manusia, walaupun unsur-unsur khayalan tersebut berasal dari

kehidupan sehari-hari. Dalam dongeng ini khayalan manusia memperoleh

kebebasan, karena tidak ada larangan bagi manusia untuk menciptakan dongeng.

Hal yang menarik adalah dongeng yang mirip atau agak mirip satu sama

lain, baik pada unsurnya, bagiannya atau beberapa episodenya. Levi-Strauss tidak

yakin kalau persamaan atau kemiripan ini karena suatu kebetulan, karena

kesamaan ini muncul beberapa kali dan memperlihatkan kecenderungan atau pola

tertentu. Kemiripan ini tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori evolusi

dan teori difusi kebudayaan.

Pada tataran yang lebih kongkrit, teori tersebut tidak selalu mampu

menjelaskan berbagai macam kesamaan antar gejala kebudayaan misalnya kesaam

berbagai benda budaya. Pada tataran yang lebih abstrak atau mengenai hal yang

abstrak teori tersebut akan mengalami kesulitan yang lebih besar untuk

menjelaskan persamaan berbagai macam gejala kebudayaan. Selain itu, kesamaan

dan kemiripan antar berbagai mitos pada banyak suku bangsa di dunia, hampir

tidak mungkin dijelaskan sebagai hasil dari kontak kebudayaan, karena suku

bangsa tersebut berjauhan jaraknya satu sama lain.

Page 14: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

2.6 Lingsir wengi

”lingsir wengi seliramu tumeking sirno

Ojo tangi nggonmu guling

Awas jo ngetoro

Aku lagi bang wingo-wingo

Jin setan kang tak utusi

Dadyo sebarang

Wojo lelayu sebet

Yang artinya:

Menjelang malam, dirimu akan lenyap

Jangan bangun dari tempat tidurmu

Awas jangan menampakkan diri

Aku sedang dalam kemarahan besar

Jin dan setan yang kuperintah, menjadi perantara

Untuk mencabut nyawamu”.

Sudah menjadi budaya orang Indonesia yang selalu mengkaitkan sesuatu

dengan hal-hal yang mistis dan mitos. Salah satunya adalah Lingsir wengi dengan

Kuntilanak. Seringkali orang menganggap bahwa lingsir wengi adalah lagu mistis

yang dapat memanggil salah satu sosok makhluk halus yaitu kuntilanak.

Kepolueran lingsir wengi sebenarnya bermula ketika sebuah film layar lebar

Indonesia tentang kuntilanak dimana ketika lagu itu dinyanyikan maka akan

mengundang kehadiran kuntilanak, semenjak film tersebut memliki rating yang

Page 15: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

tinggi, mitos lingsir wengi pun kian melejit dan menjadikan lingsir wengi identik

dengan kuntilanak.

lingsir wengi awal mulanya adalah lagu yang di ciptakan oleh Sunan

Kalijaga di masa beliau menyebarkan agama Islam di Nusantara (Indonesia). Lagu

ini sebenarnya di ciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai sebuah media seni untuk

melakukan dakwah pengajaran agama Islam. Judul sebenarnya dari lagu ini adalah

Kidung lingsir wengi, yang dahulu juga Sunan Kalijaga sering sekali

menyanyikan lagu ini ketika beliau selesai menjalankan sholat malam agar

berguna untuk mencega segala gangguan-gangguan yang akan di timbulkan oleh

makhluk tak kasat mata. Dalam perkembangannya, lagu ini dinyanyikan oleh

banyak ibu pada jaman dahulu untuk menidurkan anak-anaknya ketika menjelang

tidur karena sebenarnya lagu tersebut berisi doa-doa untuk meminta perlindungan

kepada Tuhan. Sunan Kalijaga menciptakan kidung Lingsir Wengi dengan

memakai pakem gending Jawa yaitu Macapat. Pakem Macapat ini terdiri dari 11

macam pakem yang salah satunya yaitu pakem Durma yang dipakai dalam Lingsir

Wengi. Lagu-lagu yang memakai Pakem Durma harus mencerminkan suasana

yang keras, sangar, suram, kesedihan, bahkan bisa mengungkapkan sesuatu yang

mengerikan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, lagu Lingsir Wengi dilantunkan

dengan perasaan yang lembut, tempo pelan, dan sangat menyayat hati.

Page 16: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

Pada bab ini akan dijelaskan metode yang digunakan untuk pengambilan

data-data yang menunjang pembuatan Tugas Akhir serta pengolahannya yang

akan berujung pada perancangan karya Tugas Akhir.

3.1 Metodologi

Dalam penelitian yang mendukung pembuatan karya ini digunakan

metodologi penelitian kualitatif, yang dijelaskan oleh Strauss & Corbin (2003: 73)

sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistik atau bentuk hitungan lainnya. Metodologi kualitatif dipilih karena

penelitian ini akan digunakan untuk mengkaji suatu permasalahan secara

mendalam (in-depth analysis).

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan kebutuhan peneliti dalam Pembuatan Film misteri tentang

mitos menggunakan teknik omnibus cerita maka dikumpulkanlah data-data yang

diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Studi Literatur merupakan pengambilan data-data teoritis dari buku-buku.

Dalam studi literatur ini kajian yang diteliti meliputi 3 topik yaitu mitos,

omnibus, film dan misteri

Page 17: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Berikut ini merupakan beberapa buku yang digunakan untuk penelitian kajian

tersebut.

a. Heddy Shri Ahmisa-Putra memaparkan mitos atau dongeng merupakan

perwujudan dari pemikiran-pemikiran masyarakat sederhana tersebut

dimana hal-hal yang tidak masuk akal ditemukan. Kemiripan dongeng

satu dengan yang lain, walaupun dongeng-dongeng tersebut berasal dari

daerah yang berbeda-beda, dipandang bukanlah suatu kebetulan oleh

Levi-Strauss (75; 1). Kemiripan ini menjadi Levi-Strauss untuk mengkaji

nalar manusia. Alasan lain dikajinya mitos adalah persamaannya dengan

bahasa dimana mitos dan bahasa kedua-duanya adalah media komunikasi

untuk menyampaikan pesan dan juga adanya aspek langue dan parole

dalam mitos yang ditunjukan dengan berbedanya mitos dalam reversible

dan non-reversible.

b. Kata film omnibus berasal dari bahasa laitin yang artinya “untuk

semuanya”. Mungkin ini sebabnya dalam suatu film omnibus, ada genre

berbeda beda yang ditawarkan. Drama, komedi, horor, thriller, dan

ronkom. Dalam suatu omnibus boleh ada satu tema, atau satu sutradara,

atau satu penulis, atau satu actor yang selalu muncul. Definisi Film

omnibus (www.esquiere.co.id) adalah film yang didalamnya terdapat

beberapa beberapa segmen cerita. Dengan jalinan cerita yang berbeda,

namun memiliki sesuatu yang menghubungkan beberapa hal sehingga

menjadi satu kesatuan, misalnya mempunyai kesamaan genre pada film

tersebut.

Page 18: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

c. “What Is Cinema?” (2009) oleh Andre Bazin, seorang kritikus film dari

Perancis yang menuliskan kriteria-kriteria sebuah film yang baik. Dari

buku ini peneliti mengambil beberapa poin tentang peranan sebuah film

dan kedekatannya dengan masyarakat karena fungsinya adalah sebagai

cerminan kehidupan dan reproduksi realitas.

d. Misteri dengan segala teori (id.wiktionary.org) adalah kenyataan yang

begitu luhur sehingga secara mendasar melampaui daya tangkap manusia.

Apapun yang semakin dapat dimengerti atau dihayati, tetapi tidak pernah

ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia menyangkut

kehadiran.

2. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih dalam

tentang perilaku masyarakat Indonesia terhadap pemahaman yang kurang di

masyarakat mengeni mitos lagu lingsir wengi. Observasi ini dilakukan

secara pasif, dengan mengamati komentar-komentar pengguna internet

dalam artikel-artikel pemberitaan mitos di Indonesia khususnya Pulau Jawa.

Internet dirasa tepat sebagai wadah observasi ini karena internet merupakan

media massa di mana masyarakat berperan aktif mencari informasi. Artikel-

artikel yang dituju adalah artikel-artikel yang terpajang paling atas di

halaman pencarian Google, sebagai Most Used Search Engine, dengan kata

kunci pencarian “mitos Indonesia” dalam berita. Berikut beberapa komentar

yang didapat dalam observasi ini.

Page 19: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Gambar 3.1 pemberitaan mitos di Indonesia “daun kelor melegenda” (Sumber: www.merdeka.com)

Gambar 3.2 pemberitaan mitos di Indonesia “metode detoks Cuma mitos” (sumber: cnnindonesia.com)

Page 20: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Gambar 3.3 Pemberitaan Mitos Lagu lingsir wengi (Sumber: citizen6.liputan6.com)

Dari observasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya yang dijadikan

mitos karena nilai dan norma-norma kebudayaan itu sendiri.

3. Study Eksiting

Demi mendukung pembuatan karya Tugas Akhir ini, dilakukan beberapa

studi eksisting kepada film-film misteri untuk melihat bagaimana

pengerjaan film omnibus misteri dalam sebuah film omnibus. Beberapa film

yang diambil sebagai sample, antara lain:

Page 21: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

a. Takut (2008)

Film takut ini merupakan sebuah film omnibus yang bergenre horor

misteri. Film yang disutradarai oleh 7 sutradara dengan 6 cerita ini

menceritakan seorang yang ketakutan setelah melakukan perbuatan yang

tidak di inginkan. Di film 1-6 ini kejadian terror selalu menjumpainya.

Gambar 3.4 poster takut (sumber: google.com)

b. Perempuan Punya Cerita (2008)

perempuan punya cerita merupakan kumpulan 4 film pendek yang

dikemas dalam sebuah film drama Indonesia yang dirilis pada tahun

2008. Film ini dibuat dengan subjek mereka memakai perspektif

perempuan. Film ini terdiri dari 4 segmen yang terdiri dari 4 sutradara

Page 22: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

dan 2 penulis skenario yang berbeda. Keistimewaan omnibus pada film

ini terlihat pada jalan cerita yang menggambil tentang kehidupan

perempuan sebenarnya. Vivian Idris dan Melissa karim adalah penulis

skenario yang berhasil membuat film ini menjadi salah satu film

omnibus dengan predikat film terbaik.

Gambar 3.5 poster Rectoverso (sumber: google.com)

4. Wawancara

Wawancara untuk Tugas Akhir ini dilakukan secara langsung kepada

narasumber untuk mendapatkan informasi lebih dalam perihal mitos.

Narasumber dan hasil wawancara dijabarkan dalam poin-poin berikut.

Page 23: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

a. Eko Nugroho

Eko Nugroho merupakan ketua pendiri komunitas wisata mistis di

Bandung yang di dirikan pada tanggal 10 April 2011. Komunitas wisata

mistis adalah sebuah wadah perkumpulan atau komunitas yang memiliki

kesamaan hobi dan minat, yaitu berpetualang, menginvestigasi, dan

meluruskan mitos-mitos yang beredar di Indonesia. Wawancara dilakukan

dengan menggunakan jejaring sosial (gmail) pada tanggal 20 Agustus

2015. Eko Nugroho mengatakan beberapa dari pandangannya tentang

lagu lingsir wengi sebagai berikut:

”lingsir wengi seliramu tumeking sirno

Ojo tangi nggonmu guling

Awas jo ngetoro

Aku lagi bang wingo-wingo

Jin setan kang tak utusi

Dadyo sebarang

Wojo lelayu sebet

Yang artinya:

Menjelang malam, dirimu akan lenyap

Jangan bangun dari tempat tidurmu

Awas jangan menampakkan diri

Aku sedang dalam kemarahan besar

Jin dan setan yang kuperintah, menjadi perantara

Untuk mencabut nyawamu.

Page 24: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Film kuntilanak merupakan awal mula terjadinya kesalahpahaman

mengenaik makna lagu lingsir wengi. Di dalam film ini, durmo lingsir

wengi dijadikan tembang yang dinyanyikan Julie Estelle untuk memanggil

para kuntilanak. Sehingga masyarakat banyak yang menghubungkan lagu

ini dengan hal-hal yang berbau mistik. Durma adalah salah satu pakem

lagu dalam macapat. Macapat adalah kumpulan lagu jawa yang

mencakup 11 pakem (maskumambang, mijil, sinom, kinanthi,

Asmarandana, gambuh, dhandhanggula, durma, pangkur, megatruh,

pucung). Tradisi macapat ini diperkirakan sudah mulai ada sejak jaman

akhir kerajaan majapahit. Budaya di jadikan mitos karena nilai dan

norma-norma kebudayaan itu sendiri.

Dapat disimpulkan dari wawancara ini bahwa lagu lingsir wengi

merupakan tembang-tembang macapat yang mempunyai filosofi setiap

liriknya dan bukan lagu yang pemanggil arwah gentayangan seperti pada

film kuntilanak. Sehubungan dengan keaslian wawancara ini, terlampir

surat pernyataan dari Eko Nugroho terlampir dalam lampiran 1.

b. Muhammad Yogi

Muhammad Yogi adalah merupakan seorang budayawan yang telah

berkiprah sebagai seorang Seniman budayawan kurang lebih selama 10

tahun. Dalam kesehariannya, Muhammad Yogi terjun langsung di

masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan

memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik guna

menumbuhkan nilai-nilai norma tersebut. Wawancara dilakukan pada hari

Page 25: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Kamis, 20 Agustus 2015 pukul 15.00 WIB, bertempat di jalan Rana

Wijaya No. 1 Kepanjen, Jombang. Dengan menyandang masih sebagai

keturunan diningrat di keluarganya, Muhammad Yogi menyatakan

beberapa pendapat tentang lagu lingsir wengi dalam pandangannya

sebagai berikut:

Pada dasarnya dalam gending Jawa lagu ini sebenarnya termasuk pakem

durma yang mencerminkan sifatnya keras, sangar dan suram bahkan

terkadang mengerikan bagi kehidupan. Makna dari lagu lingsir wengi

sendiri ini berarti pergeseran waktu dari magrib menuju malam hari dan

di waktu malam hari menurut sosiolog kebudayaan jawa adalah malam

yang diyakini sebagian orang penuh dengan aura mistis dan penuh

dengan kekuatan sepiritual yang tinggi dalam sepirituaitas jawa atau

sepiritualitas Nusantara.

Kesimpulan yang didapat dari wawancara dengan Muhammad Yogi

adalah bahwa dalam lagu lingsir wengi mempunyai makna untuk menolak

bala atau mencegah perbuatan makluk gaib yang ingin menggangu. Selain

itu makna lagu tersebut tersirat menyatakan sebuah doa. Surat pernyataan

dari Muhammad Yogi bersangkutan dengan wawancara ini telah

tercantum dalam lampiran 2.

Page 26: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

3.3 Teknik Analisis Data

Dari data-data yang telah dikumpulkan di atas, maka dapat ditarik melalui

masing-masing kesimpulannya yang disusun secara sistematis dalam tabel

berikut.

Tabel 3.1 Analisis Data

MATERI SUMBER KESIMPULAN

Definisi Film Studi Pustaka

- Sumarno (1996: 27) Film merupakan

reproduksi realitas sehingga mudah

mempengaruhi dan diterima oleh

masyarakat.

Berpengaruh di

Masyarakat

Definisi Genre

Misteri

Studi Pustaka

- Ditujukan untuk membuat rasa

penasaran akan cerita tersebut

- Berkaitan dengan hal-hal mistis.

Sukar dimengerti

Fungsi teknik

omnibus

Studi Literatur

- Memaksimalisasikan penyampaian

cerita dalam film.

Membangun suasana dan nuansa dalam

film.

Dominan

Karakter

teknik

omnibus

Studi Eksisting

- takut : Karakter scene yang mencekam.

- perempuan punya cerita: teknik

omnibus

Penuh teka-teki

Mitos Wawancara

- Budaya yang dijadikan mitos karena

nilai dan norma-norma kebudayaan itu

sendiri

Kebudayaan

Page 27: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Mitos di

Indonesia

Observasi

- perwujudan dari pemikiran-pemikiran

masyarakat sederhana terhadap

kebudayaan tersebut dimana hal-hal

yang tidak bernalar selalu berkaitan.

Hal-hal yang

irasional

3.4 Segmenting, Targeting, Positioning (STP)

Segmenting, Targeting, dan Positioning merupakan pemetaan segmentasi

pemasaran produk secara modern (Kotler, 1995: 315). Pemetaan ini dilakukan

untuk memfokuskan penentuan komponen strategi suatu produk agar dapat

bersaing dengan produk yang sebelumnya ada di pasar. Pemetaan dalam Tugas

Akhir ini dilakukan untuk menentukan pasar dengan hasil pembuatan produk

berupa film tentang mitos lagu Lingsir wengi.

Pada bagian segmenting, Kotler (2008: 37) menjelaskan pengertian

segmenting sebagai pembagian atau pengelompokkan pasar yang heterogen

menjadi homogeni atau memiliki kesamaan variabel. Dengan dasar segmentasi

psikografi, segmenting dari film ini mengambil dasar variabel interest (minat)

masyarakat. Dengan materi tentang mitos, maka minat yang dipilih adalah budaya

dan kepercayaan.

Mengerucutkan dari segmenting, perlu dilakukan targeting, sebagai titik

fokus yang membatasi pertimbangan-pertimbangan keputusan pada produk

(Kotler, 2008: 61). Targeting untuk film ini dilakukan dengan dasar geografi,

yaitu Indonesia. Hal ini dikarenakan permasalahan utama yang melatarbelakangi

Page 28: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

pembuatan film ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat di Indonesia

tentang mitos.

Setelah menentukan segmen dan target, maka yang perlu dilakukan untuk

pemasaran sebuah produk adalah positioning. Positioning adalah image atau

pencitraan yang ingin dibangun oleh produsen untuk ditanamkan dalam benak

konsumen dari sebuah produk. Dalam pembuatan film ini, pencitraan yang ingin

dicapai adalah sebagai film misteri yang dapat menjelaskan sejarah mitos lagu

Lingsir Wengi yang sebenarnya. Pencitraan ini dapat membuat film ini menjadi

unggul karena selama ini belum ada film yang mengungkit tentang sejarah mitos

sebagai kebijaksanaan kuno dengan teknik omnibus.

3.5 Keyword

Dari analisa data dan STP yang telah dijelaskan dalam poin 3.3 dan 3.4,

diambil beberapa poin yang dapat diolah dan ditarik kesimpulan secara

keseluruhan dalam sebuah keyword.

Kata-kata yang akan dimasukkan dalam pencarian keyword dari analisa data

adalah berpengaruh di masyarakat (studi pustaka), sukar dimengerti (studi

pustaka), dominan (studi literatur), kebudayaan (wawancara), penuh teka-teki

(studi eksisting), kebijaksanaan kuno (studi pustaka), hal-hal yang irasional

(Observasi). Sedangkan dari STP, kata-kata yang akan dimasukkan ke dalam

pencarian keyword adalah budaya dan kepercayaan (segmenting), Indonesia

(targeting), dan sejarah mitos (positioning). Pencarian keyword yang akan

dijadikan sebagai acuan perancangan karya diilustrasikan dalam bagain berikut

Page 29: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

Gambar 3.5 Keyword

(Sumber: Olahan peneliti)

Kata kunci yang dapat ditarik dari kombinasi kesimpulan-kesimpulan pada

analisa data adalah Legend atau dapat diterjemahkan sebagai Legenda. Sebagai

pertimbangan pengembangan karya menurut keyword, Oxford Dictionaries

(www.oxforddictionaries.com) mencatat lebih dari 100 kata yang berhubungan

erat dengan Legend atau Legenda, di antaranya adalah tradisi, mitos, misterius,

fiksi, fakta, fabel, fenomena, kisah, riwayat, dongeng, tokoh yang terkenal, cerita

kuno.

Dalam pembuatan film Misteri Lagu Lingsir Wengi bertema mitos. Dapat di

tarik kesimpulan, definisi legend (legenda) yang di maksud dalam pencapaian

Page 30: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

keyword ini merupakan cerita/ peristiwa kuno yang berhubungan dengan sejarah

tetapi tidak di anggap suci dan merupakan bauaran antara fakta dengan fiksi.

3.6 Sinopsis

Film 1

Awal mula film ini menceritakan tentang permasalahan yang terjadi pada 3

mahasiswa bernama Firman, Dio, dan Kiki yang tinggal di sebuah kontrakan baru.

Di mulai dari Firman, adalah mahasiswa yang sangat mempelajari dan

menerapkan tentang kebudayaan spiritual jawa (aliran Islam Kejawen). Dia sering

melakukan ritual-ritual olahan rohani. Sunan kali jaga (Raden Said), beliau inilah

yang menjadi panutan Firman bahkan panutan orang-orang Jawa saat ini. Sunan

Kali Jaga (Raden Said) menjadikan kesenian dan budaya sebagai kendaraan

dakwahnya. Salah satu kendaraan Sunan Kali Jaga dalam penyebaran ajarannya

dalam melalui tembang/ kidung yang setiap malam di lantunkan oleh firman pada

malam hari bertujuan untuk berdoa agar mendapatkan perlindungan. Dio dan Kiki

adalah mahasiswa semester akhir yang berteman lama dengan Firman dan

mengajak Firman untuk mengontrak 1 rumah.

Dimulai dari permasalahan pada rumah yang mereka tinggal sudah lama

kosong disebabkan beberapa tahun lalu satu keluarga yang tinggal dirumah

tersebut telah meninggal dunia karena kecelakaan mobil waktu pergi berlibur.

akhirnya rumah tersebut menjadi anker dan banyak kejadian-kejadian aneh sejak

DIo dan Kiki tinggal disana. hal ini dalam pandangan Dio dan Kiki di sangkut

Page 31: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

pautkan dengan perilaku Firman yang notabene melakukan ritual-ritual, tirakat,

dan olahan rohani.

Akhirnya Kiki melakukan tindakan memanggil paranormal untuk

mengetahui apa yang terjadi, dan Kiki pun menceritakan kesibukan Firman

kepada paranormal itu. Paranormal itu membantah kalau sebenarnya kejadian-

kejadian aneh itu disebabkan oleh Firman. Kemudian Paranormal itu pun bercerita

sesungguhnya apa yang terjadi.

Page 32: Pembuatan Film Misteri Lagu Lingsir Wengi Bertema Mitos dengan Menggunakan Teknik Omnibus

DAFTAR PUSTAKA

Gazalba, Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bratara

Kees Bertens. 1989. Sejarah Filsafat Yunani: Dari Thales Ke Aristoteles. Yogyakarta: Kanisius

Shri Ahmisa P, Heddy. 2001. Strukturalisme Levi Strauss: Mitos Dan Karya Sastra. Yogyakarta.

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-Dasar Apresiasi Film Dan D.A Peransi & Film. Solo

Scott Diffrient, David. 2014. Omnibus Film: Theorizing Transauthorial Cinema, Edinburgh University Press

Wibowo, Fred. 2007. Teknik produksi progam telefisi. Yogyakarta