Top Banner
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI UNTUK MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV SDN 01 BARINGIN VI BASO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Disusun oleh : NADIA NAFIOLA NIM 2411.069 JURUSAN TARBIYAH
36

Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

Oct 23, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI

UNTUK MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV

SDN 01 BARINGIN VI BASO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Disusun oleh :

NADIA NAFIOLANIM 2411.069

JURUSAN TARBIYAHPROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SJECH M. DJAMIL DJAMBEK

BUKITTINGGI2013/2014

Page 2: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam

kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan formal maupun

informal harus disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan

pembangunan yang memerlukan jenis keterampilan dan keahlian serta

peningkatan mutunya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan

pendidikan yang hendak dicapai, karena tercapai tidaknya tujuan

pendidikan merupakan tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan

pendidikan. (Emilda 2008:1)

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan

yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat menjadi pelopor dalam

pembaharuan dan perubahan. Dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan

dengan berbagai cara, misalnya pengembangan dan perbaikan kurikulum, penataan guru,

pengadaan buku penunjang, dan pembenahan metode pembelajaran. (Sigit, 2009:1)

Pengetahuan matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan

yang pesat perkembangannya. Herman Hudoyo, 1992:3 (dalam Emilda

2008:1) mengemukakan bahwa matematika merupakan salah satu

mata pelajaran yang sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pendidikan matematika yang baik, siswa dimungkinkan

memperoleh berbagai macam bekal dalam menghadapi tantangan di

era globalisasi saat ini. Kemampuan berpikir kritis, logis, cermat,

sistematis, kreatif dan inovatif merupakan beberapa kemampuan yang

dapat ditumbuhkembangkan melalui pendidikan matematika yang

baik.

Sebagai salah satu mata pelajaran, matematika selalu mendapat

sorotan dari berbagai pihak, baik dari guru, kepala sekolah, orang tua

murid dan berbagai kalangan yang terkait. Hal ini disebabkan kurang

menggembirakannya prestasi belajar matematika di sekolah. Berkaitan

dengan masalah tersebut, pada pembelajaran matematika juga

Page 3: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

ditemukan keragaman masalah diantaranya keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran belum nampak, para siswa jarang mengajukan

pertanyaan, serta kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal

di depan kelas. Selama ini proses belajar mengajar masih

menggunakan model konvensional umumnya guru lebih mendominasi

proses belajar mengajar sehingga pembelajaran cenderung monoton

yang menyebabkan siswa merasa jenuh. Hal ini mengakibatkan siswa

menjadi malas belajar dan siswa menjadi pasif. Oleh karena itu dalam

proses pembelajaran matematika, guru hendaknya lebih memilih

variasi pendekatan, strategi, metode yang tepat sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. (Emilda, 2008:1).

Pembelajaran matematika hendaknya di desain untuk dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuhkembangkan

kemampuan mereka secara maksimal. Dengan semakin banyaknya

media dan sumber belajar (learning resources) yang dapat digunakan

dalam pembelajaran matematika, siswa tidak berharap banyak dari

guru. Siswa bisa diberi kemandirian untuk belajar dengan

memanfaatkan aneka sumber belajar tersebut. Dengan demikian

pembelajaran matematika menuntut keaktifan siswa sedangkan guru

hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam pembelajaran.

(Retna, 2007:36).

Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembelajaran di sekolah telah muncul

dan berkembang seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai pendidik

yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia,

dituntut untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru dalam dunia

pembelajaran tersebut (Suryosubroto, 1997 dalam Sigit, 2009:2).

Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi

hasil belajar siswa menjadi menurun. Latar belakang karakter siswa kelas IV SDN 01

Baringin VI Baso yang ada 6 kelas paralel mempunyai komposisi siswa yang heterogen,

berdasarkan dialog dengan guru matematika maka diperoleh kesimpulan bahwa kelas IV

merupakan kelas yang direkomendasikan untuk objek penelitian PTK. Kelas IV

merupakan kelas dengan anggota siswa yang mempunyai latar belakang nilai yang

mayoritas rendah dibanding siswa kelas yang lainnya. Dari hasil observasi kelas,

Page 4: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

diketahui proses pembelajaran matematika kelas IV SDN 01 Baringin VI Baso tahun

pelajaran 2013/2014 ditemukan kelemahan sebagai berikut : 1) Siswa pasif dan kurang

memperhatikan penjelasan dari guru pada setiap pembelajaran; 2) Siswa ramai pada saat

pembelajaran; 3) Jenuh dan bosan pada pembelajaran yang monoton; 4) Konsentrasi dan

pemahaman siswa kurang pada setiap pembelajaran matematika; dan 5) Hasil belajar

siswa rendah. Kelemahan kelemahan tersebut merupakan masalah dalam strategi

pembelajaran kelas yang penting untuk dipecahkan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah jenis penelitian tindakan yang sumber

permasalahannya berasal dari proses pembelajaran di kelas, dan dirasakan langsung oleh

guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa

permasalahan dalam penelitian tindakan kelas muncul dari rekayasa peneliti. Dalam PTK

peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran atau bersama guru lain dapat

melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses

pembelajaran. Guru secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis terhadap apa yang

telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan PTK, pendidik dapat

memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif. (Supardi, 2006

dalam Sigit, 2009:3).

Untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa seorang guru harus

pandai dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Team Assisted

Individualization (TAI). Model pembelajaran TAI termasuk dalam

pembelajaran kooperatif. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif

adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil

yang heterogen (Suyitno, 2004:9 dalam Retna 2007:3). Masing-masing

anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada

pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan,

maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya

yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai

dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan

siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang

diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk

Page 5: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru,

selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi

siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis

kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi,

sedang, rendah), dan sebagainya. Kemudian guru memberikan tes

formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. (Retna, 2007:4).

B. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas, maka dalam

penelitian ini dibatasi pada hal berikut.

1. Penelitian ini hanya menyampaikan atau mendeskripsikan tentang peningkatan

prestasi belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI.

2. Materi penelitian adalah mata pelajaran matematika pada materi pokok bilangan

pecahan.

3. Objek penelitiannya adalah siswa kelas IV SDN 01 Baringin VI Baso tahun pelajaran

20013/2014

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SDN 01 Baringin VI Baso tahun pelajaran

20013/2014 ?

2. melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk materi pokok bilangan pecahan ?

3. Bagaimana aktifitas guru dan siswa selama penerapan pembelajaran kooperatif tipe

TAI untuk materi pokok bilangan pecahan di IV SDN 01 Baringin VI Baso tahun

pelajaran 20013/2014 ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas IV SDN 01 Baringin VI Baso tahun

pelajaran 20013/2014.

2. melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk materi pokok bilangan pecahan.

Page 6: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

3. Mendeskripsikan aktifitas guru dan siswa selama penerapan pembelajaran kooperatif

tipe TAI untuk materi pokok bilangan pecahan di IV SDN 01 Baringin VI Baso tahun

pelajaran 20013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran terhadap dunia pendidikan tentang pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan komparasi bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1) Bagi Siswa

Siswa menjadi senang terhadap matematika karena dilibatkan secara aktif dalam

pembelajaran.

2) Bagi Guru

Sebagai motivasi guru untuk memilih model pembelajaran yang bervariasi dan

dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga dapat memberikan layanan

yang baik bagi siswa.

3) Bagi Penulis

Memberikan wawasan yang luas tentang pembelajaran kooperatif tipe TAI serta

memberikan pengalaman yang berharga dalam mengadakan penelitian.

Page 7: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika

1. Hakikat Belajar

Menurut Slameto, 1995:2 (dalam http://ridwan202.wordpress.com) belajar

adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel, 1996:53 (dalam

http://ridwan202.-wordpress.com) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik, 1983:28 (dalam

http://ridwan202.-wordpress.com) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan

atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku

yang baru berkat pengalaman dan latihan.”

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

Page 8: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

terjadinya atau tidak terhadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa

memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh

siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau

hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut

tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. (Dimyati dan Mudjiono,

2009:7).

Belajar di sekolah menjadi pola umum kehidupan warga masyarakat di

Indonesia. Dewasa ini keinginan hidup lebih baik telah dimiliki oleh warga

masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup. Wajib belajar selama sembilan tahun

merupakan kebutuhan hidup. Oleh karena itu warga masyarakat mendambakan agar

anak-anaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang baik.

Sejak usia enam tahun siswa telah memperoleh kesempatan belajar di sekolah.

Dengan belajar membaca, menulis dan matematika di kelas rendah SD, siswa

memiliki keterampilan dasar. Dengan keterampilan dasar tersebut, siswa dapat

memuaskan rasa ingin tahunya lewat membaca, mengamati dan bernalar.

Pemerolehan pengetahuan awal ini menimbulkan rasa percaya diri. Keterampilan

dasar "3 M" (membaca, menulis, matematika) tersebut mempermudah dan

memperluas pergaulan. Pebelajar, dengan kepercayaan diri, bertambah kuat

kemauannya untuk belajar. Ketakutan pada kebodohan menjadi penguat kemauan,

dan siswa mencoba mengembangkan keinginan atau khayalannya menjadi sejenis

cita-cita hidup. Cita-cita awalnya adalah ingin menjadi orang baik, yang berguna dan

bebas 3 B (buta aksara, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan umum).

Keterampilan dasar "3 M" telah dihayati sebagai kebutuhan vital sejak anak kecil.

Pemenuhan kebutuhan tersebut terjadi bila anak bersekolah. Keinginan bebas 3B

dihayati dalam karang taruna, PKK, dan dasa wisma, dengan kata lain, cita-cita untuk

hidup lebih baik telah dimasyarakatkan lewat sekolah (pendidikan dasar), karang

taruna, PKK, dan dasa wisma. (Dimyati dan Mudjiono, 2009:106).

2. Hakikat Pembelajaran

Apapun komponen instingtual yang memungkinkan bagi kehidupan manusia,

namun sangat jelas bahwa pembelajaran merupakan komponen yang paling utama.

Dan bukankah hanya kita yang bisa melakukan pembelajaran lebih baik daripada

binatang? Kita bahkan melakukannya dengan caya yang beda!

Page 9: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

Semua pembelajaran pada akhirnya terjebak pada asosiasi dan diferensiasi.

Keduanya merupakan mekanisme dasar pembelajaran (dan memori) yang telah

dilakukan selama berabad-abad. Asosiasi adalah pembelajara bahwa dua hal itu harus

dijalankan bersama. Misalnya, kita belajar bahwa sendok akan selalu digunakan

bersama dengan pisau, cangkir dengan piring, guntur akan diikuti kilatan cahaya, rasa

sakit disebabkan karena luka, dan seterusnya.

Sedangkan diferensiasi adalah pembelajaran untuk membedakan satu hal

dengan yang lain. Kita belajar bahwa hijau, bukan merah, berarti kita harus jalan;

bahwa kucing, bukan anjing, mempunyai kuku yang tajam; bahwa pembicaraan yang

lembut, bukan urakan, harus kita lakukan kepada orang yang lebih tua; bahwa bangsa

burung mempunyai bulu sedangkan bangsa reptil tidak punya. Dengan demikian, jelas

bahwa asosiasi dan diferensiasi merupakan dua sisi dari satu koin, dimana yang satu

kadang tampak lebih jelas sedangkan yang lain tidak. (George, 2008:39).

3. Pembelajaran Matematika

Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan pendidikan matematika di

sekolah, pertama kali yang harus dilaksanakan adalah bagaimana menumbuhkan

kembali minat siswa terhadap matematika. Sebab tanpa adanya minat, siswa akan

sulit untuk mau belajar, dan kemudian menguasai matematika secara sempurna.

Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap matematika akan sangat terkait dengan

berbagai aspek yang melingkupi proses pembelajaran matematika di sekolah. Aspek-

aspek itu menyangkut pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika,

metode pengajaran, maupun aspek-aspek lain yang mungkin tidak secara langsung

berhubungan dengan proses pembelajaran matematika, misalnya sikap orang tua (atau

masyarakat pada umumnya) terhadap matematika.

Untuk menumbuhkan minat siswa terhadap matematika, pembelajaran

matematika di sekolah dalam penyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih

menarik bagi siswa. Matematika sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik.

Namun, seringkali hal tersebut tidak dihadirkan dalam proses pembelajaran

matematika. Akibatnya siswa mengenal matematika tidak secara utuh. Matematika

hanya dikenal oleh siswa sebagai kumpulan rumus, angka, dan simbol belaka.

Page 10: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

Pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan

yang digunakan oleh guru. Dan pendekatan tersebut biasanya dipengaruhi oleh

pemahaman guru tentang sifat matematika, bukan oleh apa yang diyakini paling baik

untuk proses pembelajaran matematika di kelas. Guru yang memandang matematika

sebagai produk yang sudah jadi akan mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk

menerima pengetahuan yang sudah jadi. Guru akan cenderung mengisi pikiran siswa

dengan sesuatu yang sudah jadi. Sementara, guru yang memandang bahwa

matematika merupakan suatu proses akan lebih menekankan aspek proses daripada

aspek produk dalam pembelajaran matematika. (Marpaung, 1998 dalam

http://penulislepas.com).

B. Indikator Prestasi Belajar Matematika

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang

diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan

prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi

internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,

keterampilan, kemampuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di

luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar

yang memadai.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan.

Gagne, 1985:40 (dalam http://sunartombs.-wordpress.com) menyata-kan bahwa prestasi

belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, sikap dan keterampilan.

Winkel, 1996:226 (dalam http://tricepti071644042.blogspot.com) mengemukakan

bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah

melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso, 1993:77 (dalam

http://tricepti071644042.blogspot.com) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah

usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap

peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti

proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen

yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil

Page 11: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan

hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan

psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes yang relevan.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi

belajar. Menurut Saifudin Anwar, 2005:8-9 (dalam

http://tricepti071644042.blogspot.com) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila

dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing

pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk

mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi

yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat

berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk

perguruan tinggi.

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam

memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka

perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa

setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar siswa dapat diketahui

setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau

rendahnya prestasi belajar siswa. (dalam http://tricepti071644042.-blogspot.com).

Pada dasarnya prestasi belajar seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

potensi dasar saja, tetapi juga oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut adalah 1)

faktor pribadi, yaitu faktor yang muncul dari dalam diri orang itu sendiri, antara lain

motivasi, kebiasaan belajar, cara-cara belajar, masalah kesehatan, faktor-faktor kejiwaan

lainnya yang dapat menyebabkan tidak bisa berkembangnya secara wajar potensi

seseorang, 2) faktor lingkungan, yaitu faktor yang muncul dari luar diri seseorang, antara

lain yang terjadi di a) lingkungan keluarga yaitu keharmonisan hubungan antara orang tua

& anak, harapan yang berlebihan dari orangtua pada anak yang akan mempengaruhi

konsentrasi belajar & prestasinya; b) lingkungan sosial atau masyarakat, yaitu pola hidup

yang semakin modern dan perubahan-perubahan kehidupan yang semakin cepat, yang

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan kejiwaan seseorang, dan hal

tersebut dapat merupakan batu sandungan dalam proses belajar mengajar; c) lingkungan

sekolah, meliputi sarana pendidikan dan fasilitas-fasilitasnya, cara mengajar, hubungan

yang terjadi antar siswa, antara siswa dan pengajar, hubungan antar pengajar & lainnya

Page 12: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

yang akan mempengaruhi motivasi belajar dan secara tidak langsung mempengaruhi pula

proses belajar di sekolah. Dengan memahami hal-hal di atas yang mungkin berpengaruh

dalam proses pencapaian prestasi belajar, maka akan lebih mudah memahami apabila ada

siswa yang mengalami kegagalan atau kesulitan dalam berprestasi. Dengan demikian

akan lebih mudah untuk mencari solusinya. (Winanti S Respati dalam http://www.-

indonusa.ac.id).

Pada perinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dalam proses belajar siswa. Namun

demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah rasa

murid, sangat sulit karena perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak

dapat diraba) oleh karena itu, yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah

mengambil indikator yaitu cuplikan atau gambaran perubahan tingkah laku yang

dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahn yang terjadi sebagai

hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta, rasa, ataupun karsa. Diantara indikator-

indikator hasil belajar siswa berdasarkan ketiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Indikator Ranah Cipta (kognitif)

a) Pengamatan : dapat menunjukan, membandingkan, dan menghu-bungkan.

b) Ingatan : dapat menyebutkan dan menunjukan kembali

c) Pemahaman : sapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan lisan sendiri

d) Penerapan : dapat memberikan contoh dan mengungkapakan secara tepat

e) Sintesis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) : dapat menguraikan dan

mengklasifikasikan

f) Analisisi (membuat paduan baru dan utuh) : dapat menghubungkan,

menyimpulkam, dan menggeneralisasikan (membuat perinsip baru)

2. Indikator Ranah Rasa (afektif)

a) Penerimaan : menunjukan sikap menerima dan menolak

b) Sambutan : Kesediaan berpartisipasi/terlibat dan memanfaatkan

c) Apresiasi (sikap menghargai) : menganggap penting dan bermanfaat, indah dan

harmonis, serta mengagumi

d) Internalilsasi (pendalaman) : mengakui dan meyakini atau mengingkari

e) Karakterisasi (penghayatan) : melambangkan atau meniadakan dan menjelmakan

atau berperilaku dalam sehari-hari.

Page 13: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

3. Indikator Ranah Karsa (psikomotor)

a) Keterampilan bergerak dan bertindak : mengkoordinasikan gerakan seluruh

anggota tubuh

b) Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal : mengucapkan dan membuat mimik

serta gerakan jasmani.

(dalam http://sutisna.com).

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) termasuk

dalam pembelajaran kooperatif. Tahap pelaksanaan pembelajaran

kooperatif menurut Sukarmin (2002:4 dalam

http://luarsekolah.blogspot.com) adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Kooperatif

FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin di

capai dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajian informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan

jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-masing kelompok

Page 14: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya

maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk

menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru,

selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi

siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis

kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi,

sedang, rendah), dan sebagainya. Slavin (Widdiharto, 2006:19 dalam

Retna 2007:18) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama,

model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program

pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada

efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk

memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal

kesulitan belajar siswa secara individual.

Dalam pembelajaran TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes

penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka sendiri.

Secara umum, anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang berbeda. Teman satu

tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan

saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Unit tes terakhir akan

dilakukan tanpa bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa. Tiap

minggu, guru menjumlah angka dari tiap unit yang telah diselesaikan semua anggota tim

dan memberikan sertifikat atau penghargaan tim lainnya untuk tim yang berhasil

melampaui kriteria skor yang didasarkan pada tes terakhir yang telah dilakukan, dengan

poin ekstra untuk lembar jawaban yang sempurna dan pekerjaan rumah yang telah

diselesaikan. (Robert E. Slavin, dalam Erni, 2008:59).

Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 komponen, kedelapan

komponen tersebut adalah sebagai berikut.

1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4

sampai 5 siswa.

Page 15: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

2) Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat

rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa

pada bidang tertentu.

3) Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok

dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh

keberhasilan kelompoknya.

4) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan

oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual

kepada siswa yang membutuhkan.

5) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil

kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap

kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang

dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru

menjelang pemberian tugas kelompok.

7) Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang

diperoleh siswa.

8) Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri

waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah

(Suyitno, 2004:8 dalam Retna 2007:19).

D. Tinjauan tentang Materi Mokok Bilangan Pecahan

Materi pokok pecahan terdapat dalam mata pelajaran matematika di kelas 4

Sekolah Dasar (SD) pada semester II. Adapun Standar Kompetensi (SK), Kompetensi

Dasar (KD), dan Indikator dari mateti pokok bilangan pecahan adalah sebagaimana

diuraikan berikut ini.

Standar Kompetensi : 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar dan Indikator :

Kompetensi Dasar Indikator

6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya.

Mampu menjelaskan pecahan dan menuliskan lambang pecahan

Mempu membandingkan nilai dua pecahan dan menuliskan urutannya

Page 16: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan.

Menentukan pecahan yang senilai Mampu melakukan penyederhanaan berbagai

pecahan Menerapkan penyederhanaan pecahan dalam

kehidupan6.3 Menjumlahkan pecagan. Mampu menjumlahkan bilangan pecahan

Mampu melakukan penjumlahan bilangan pecahan Menerapkan penjumlahan pecahan dalam

memecahkan masalah6.4 Menurangkan pecahan. Mampu mengurangkan bilangan pecahan

Menerapkan pengurangan bilangan pecahan dalam memecahkan masalah

6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

Mampu mengerjakan hitung campuran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan

Menerapkan pengerjaan hitung campuran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dalam mengatasi masalah

E. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Materi Pokok Bilangan

Pecahan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI untuk materi pokok bilangan

pecahan adalah sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

untuk materi pokok bilangan pecahan

No Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Keterangan

1 PENDAHLUAN

Membuka pelajaran,

menyampaikan tujuan

pembelajaran dan

memotivasi siswa.

Menyimak penjelasan guru

dan mencatat hal-hal

penting yang disampaikan

Apresiasi

Memberikan pretes untuk

mengetahui kelemahan

siswa pada materi

sebelumnya.

Mendengarkan pertanyaan

guru dan menjawabnya

jika disuruh

Placement test

2 KEGIATAN INTI

Page 17: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

Guru memberikan

materi secara singkat

Siswa menyimak

penjelasan guru dan

mencatat hal-hal penting

yang disampaikan oleh

guru

Teaching Group

Guru membentuk

kelompok kecil yang

heterogen tetapi

harmonis

berdasarkan nilai

ulangan harian siswa,

setiap kelompok 4-5

siswa

Siswa membentuk

kelompok kecil dengan

jumlah 4 -5 orang

Teams

No Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Keterangan

Setiap kelompok

mengerjakan

tugas dari guru

berupa LKS yang

telah dirancang

sendiri

sebelumnya, dan

guru

memberikan

bantuan secara

individual bagi

yang

memerlukannya

Siswa mengerjakan

LKS yang diberikan

guru

Team Study

Guru meminta tiap

kelompok untuk

memperesentasikan hasi

Ketua kelompok

melaporkan

keberhasilan

Student Creative

Page 18: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

kerjanya kelompoknya dengan

mempresentasikan

hasil kerjanya dan

siap untuk diberi

ulangan oleh guru

Guru memberikan

post-test untuk

dikerjakan secara

individu

Siswa mengerjakan tugas

yang diberikan guru

Fact Test

Guru menetapkan

kelompok terbaik

sampai kelompok

yang kurang berhasil

(jika ada)

berdasarkan hasil

koreksi

Siswa memperhatikan dan

menyimak penjelasan guru

tentang penetapan

kelompok terbaik

Team Score and

Team Recognition

Guru memberikan tes

formatif sesuai

dengan kompetensi

yang ditentukan

Siswa mengerjakan soal

yang diberikan guru

Pemberian tes

formatif

3 PENUTUP

Guru membimbing

siswa menyimpulkan

materi pelajaran

Siswa menyimpulkan

pelajaran

Menyimpulkan

materi

Page 19: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Orientasi Jenis Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian

tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas. Menurut John Elliot, 1982 (dalam Basuki,

2004:5) bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan

maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya

mencakup: telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaa, pemantauan, dan pengaruh

menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan

profesional. Lebih lanjut, dijelaskan oleh Hardjodipuro, 1997 (dalam Basuki, 2004:5)

bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan,

dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis

terhadap praktik tersebut, dan agar mau untuk mengubahnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah

dalam rangka guru bersedia untuk mengintrospeksi, bercermin, merefleksi atau

mengevaluasi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru diharapkan

Page 20: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

cukup profesional. Untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri

tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam

aspek-aspek penalaran, keterampilan, pengetahuan, hubungan sosial maupun aspek-aspek

lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa. (Basuki, 2004:6)

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji secara mendalam pelaksanaan model

pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran di kelas V MI

Raudlatul Ulum Banjar Barat Gapura Sumenep pada materi pokok pengerjaan hitung

bilangan bulat. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

artinya penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian

tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pokok

pengerjaan hitung bilangan bulat. Pada penelitian ini guru terlibat secara penuh mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan/tindakan, pengamatan dan refleksi.

B. Tahap-Tahap Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu Penelitian Tindakan Kelas

(PTK), maka penelitian ini menggunakan model PTK yang dikemukakan oleh Kurt

Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu :

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan ini, ada beberapa kegiatan yang dipersiapkan oleh

peneliti, yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat Lembar

Kegiatan Siswa (LKS), membuat tes evaluasi pembelajaran, dan menyiapkan lembar

observasi.

2. Aksi atau Tindakan (acting)

Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan

pada tahap perencanaan.

3. Observasi (observing)

Observasi dilakukan pada waktu pembelajaran berlangsung. Yang diobservasi

adalah aktivitas siswa dan pengolahan pembelajaran yang berlangsung selama proses

pembelajaran.

4. Refleksi (reflecting)

Page 21: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

Refleksi dilakukan dengan cara menganalisis, memahami, dan menyimpulkan

hasil tes dan observasi yang telah dilakukan selama penelitian. Peneliti bersama

kolaborator/observer (yang membantu melakukan observasi dalam penelitian)

menganalisis hasil tindakan dalam pelaksanaan pada siklus I sebagai bahan

pertimbangan apakah perlu diadakan siklus II. Namun jika pada siklus I telah

mencapai ketuntasan belajar klasikal maka tidak perlu diadakan siklus II. Jika belum

mencapai ketuntasan belajar klasikal maka perlu diadakan siklus II.

Keempat langkah di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

Gambar1 : Model PTK Kurt Lewin (dalam Zainal Aqib, 2008:21)

Berdasarkan langkah-langkah seperti yang digambarkan PTK di atas, selanjutnya

dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya kumpulan dari beberapa

siklus. Adapun gambarannya adalah sebagai berikut.

Page 22: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

Refleksi

Perencanaan

Observasi

Aksi Refleksi

Perencanaan

Observasi

Aksi Refleksi

Perencanaan

Observasi

AksiRefleksi

Perencanaan

Observasi

Aksi Refleksi

Perencanaan

Observasi

Aksi Refleksi

Perencanaan

Observasi

AksiRefleksi

Perencanaan

Observasi

Aksi Refleksi

Perencanaan

Observasi

Aksi Refleksi

Perencanaan

Observasi

Aksi

Gambar 2 : Bentuk Spiral, terdiri dari Beberapa Siklus

(dalam Zainal Aqib, 2008:22)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di IV SDN 01 Baringin VI Baso Kecamatan Baso

Kabupaten Agam.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2013/2014. Penelitian ini bertepatan pada bulan Juni 2014.

D. Subjek / Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, pembelajaran pada materi pokok pengerjaan hitung

bilangan bulat dengan model pembelajaran TAI diberikan kepada siswa kelas IV SDN

01 Baringin VI Baso tahun pelajaran 20013/2014.

E. Instrumen Penelitian

3. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu melaksanakan penelitian

dalam upaya mencari dan mengumpulkan data penelitian dalam masalah ini hasil

belajar siswa pada materi pokok pengerjaan hitung bilangan bulat siswa kelas IV SDN

01 Baringin VI Baso tahun pelajaran 20013/2014.

Untuk mencapai maksud di atas, maka instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Lembar Pengamatan (Observasi)

Page 23: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan

pengamatan, meliputi kegiatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan

seluruh indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba, dan pengecap. (Arikunto, 2006:156). Dalam penelitian ini

lembar pengamatan terdiri dari dua bagian yaitu a) lembar pengamatan aktivitas siswa

dan b) lembar pengamatan pengolahan pembelajaran.

2. Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2006:150). Tes

penelitian ini menggunakan tes uraian (essay), dengan tes ini dapat memunculkan

kemampuan dan kreatifitas siswa dalam berpikir. Selain itu, dengan tes uraian juga

dapat memungkinkan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa

dalam mempelajari materi pokok pengerjaan hitung bilangan bulat.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap kali

melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak akan berarti kalau tidak

diadakan penganalisaan. Hasil analisis akan memberikan gambaran, arah serta tujuan dan

maksud penelitian.

Penelitian ini menggunakan analisis statistik sederhana, yaitu dengan analisis

deskriptif. Dalam analisis ini peneliti membandingkan rata-rata prosentasenya, kemudian

kenaikan rata-rata pada setiap siklus.

Adapun hal-hal yang dianalisis dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1. Hasil Pengamatan

a) Aktivitas guru

Data tentang kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran

dianalisis dengan menghitung rata-rata setiap aspek dari tiap-tiap pertemuan yang

dilaksanakan. Selama beberapa pertemua guru dalam mengelola pembelajaran

menggunakan RPP sebagai acuan mengajar.

b) Aktivitas siswa

Aktivitas siswa selama KBM dari tiap pertemua dianalisis dengan

menggunakan prosentase (%) yaitu banyaknya frekuensi aktivitas yang muncul

dibagi dengan seluruh frekuensi kali 100%. Selanjutnya ditentukan rata-rata

Page 24: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

prosesntasenya pada setiap aktivitas. Analisis aktivitas siswa ini dilakukan untuk

mengetahui aktivitas siswa yang paling dominan.

2. Hasil Tes

Dari hasil tes tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar siswa.

Dalam penelitian untuk ketuntasan belajar siswa individu maupun klasikal digunakan

pedoman ketuntasan, sebagai berikut.

a) Ketuntasan Perorangan

Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan) belajar apabila

telah mecencapai taraf penguasaan minimal 60% atau dengan nilai 60. Hal ini

sesuai dengan SKBM yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran matematika di

sekolah MI Raudlatul Ulum Banjar Barat Gapura Sumenep. (Priyoananto, 2007

dalam http://www.sman3-blitar.net).

b) Ketuntasan Klasikal

Suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan belajar) jika

paling sedikit 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan

perorangan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. (Priyoananto, 2007 dalam

http://www.sman3blitar.net).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Asdi Mahasatya.

Ari Prabowo, Sigit. 2009. Penerapan Strategi Pembelajaran TAI (Team Accelerated Instruction) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Organisasi Kehidupan Siswa Kelas VIIF SMP Negeri 4 Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2008/2009. Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Untuk : Guru. Bandung : Yrama Widya.

Boeree, George. 2008. Metode Pembelajaran & Pengajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media Group.

Cepti W, Tri. 2009. Prestasi Belajar Siswa. http://tricepti071644042.blogspot-.com/2009/12/prestasi-belajar-siswa.html .

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Kusumaningrum, Retna. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (team Assisted Individualization) melalui Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) terhadap

Page 25: Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Nadia

Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajargenjang Dan Belahketupat pada Siswa Kelas VII SMPN 11 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Semarang : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar. http://ridwan202.wordpress.com-/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/.

Senjaya, Sustina. 2009. Indikator Prestasi Belajar. http://sutisna.com/psikologi/-psikologi-pendidikan/indikator-prestasi-belajar/.

Sukmawati, Emilda. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assited Individualization) dan Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sunartombs. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. http://sunartombs.wordpress.-com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/.

Wibawa, Basuki. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan.