Top Banner
DOI: 10.20961/paedagogia.v22i1. 23806 Hal.13-26 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 22 No. 1,Februari Tahun 2019 http://jurnal.uns.ac.id/paedagogia p-ISSN 0126-4109; e-ISSN 2549-6670 Alamat korespondensi: Jl Ir. Sutami 36 A Jebres , Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126 e-mail: [email protected] 13 Received: 07 september , 2018 Accepted: 20 Mei, 2019 Online Published: 17 juni , 2019 PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN HIERARKI KONSEP DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA Guided Discovery Learning With Concept Hierarki, Can Improve Critical Thinking Ability and Student Learning Achievements Putri Alvy Assa’Adah*, Ashadi, dan Sri Mulyani Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas X MIPA 1 pada materi reaksi redoks di salah satu SMA Negeri di Surakarta melalui penerapan model pembelajaran Guided Discovery berbantuan hierarki konsep. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kajian dokumen, angket, dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Guided Discovery berbantuan hierarki konsep dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (65,63% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II) dan prestasi belajar siswa (aspek pengetahuan 43,75% pada siklus I menjadi 90,63% pada siklus II) pada materi reaksi redoks. Sedangkan aspek sikap menunjukkan terjadi peningkatan persentase dari 90,63% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Ketercapaian aspek keterampilan sebesar 100% pada siklus I. Kata Kunci: guided discovery, hierarki konsep, kemampuan berpikir kritis Abstract: The purpose of this study is to improve the critical thinking skill and students’ learning achievement of X grade MIPA 1 in the material of redox reaction in one of senior high school of Surakarta through the application of Guided Discovery learning models that assisted by concept of hierarchy. The type of this research was Classroom Action Research (CAR). Subjects of this research were X grade MIPA 1. The technique of collecting data were taken by observation, interviews, document, questionnaires, and tests. The data validity of this research was tested by using triangulation technique. The result of this research showed that guided discovery learning model was assisted by concept of hierarchy could improved critical thinking skill (65.63% in the first cycle to 100% in the second cycle) and students’ learning achievement (on knowledge aspect was 43.75% in the first cycle to 90.63% in the second cycle) in the material of redox reaction. While the aspect of attitude showed that there was improvement of percentage from 90.63% in the first cycle to 100% in the second cycle. Percentage of skill aspect was 100% in the first cycle. Key word: Guided discovery, concept hierarchy, critical thinking ability,
14

PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

Nov 28, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

DOI: 10.20961/paedagogia.v22i1. 23806 Hal.13-26

Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 22 No. 1,Februari Tahun 2019

http://jurnal.uns.ac.id/paedagogia p-ISSN 0126-4109; e-ISSN 2549-6670

Alamat korespondensi: Jl Ir. Sutami 36 A Jebres , Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126

e-mail: [email protected]

13

Received: 07 september , 2018 Accepted: 20 Mei, 2019 Online Published: 17 juni , 2019

PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN

HIERARKI KONSEP DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Guided Discovery Learning With Concept Hierarki, Can

Improve Critical Thinking Ability and Student Learning

Achievements

Putri Alvy Assa’Adah*, Ashadi, dan Sri Mulyani

Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas X MIPA 1 pada materi reaksi redoks di salah satu SMA Negeri di Surakarta melalui penerapan model pembelajaran Guided Discovery berbantuan hierarki konsep. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kajian dokumen, angket, dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Guided Discovery berbantuan hierarki konsep dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (65,63% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II) dan prestasi belajar siswa (aspek pengetahuan 43,75% pada siklus I menjadi 90,63% pada siklus II) pada materi reaksi redoks. Sedangkan aspek sikap menunjukkan terjadi peningkatan persentase dari 90,63% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Ketercapaian aspek keterampilan sebesar 100% pada siklus I.

Kata Kunci: guided discovery, hierarki konsep, kemampuan berpikir kritis

Abstract: The purpose of this study is to improve the critical thinking skill and students’ learning achievement of X grade MIPA 1 in the material of redox reaction in one of senior high school of Surakarta through the application of Guided Discovery learning models that assisted by concept of hierarchy. The type of this research was Classroom Action Research (CAR). Subjects of this research were X grade MIPA 1. The technique of collecting data were taken by observation, interviews, document, questionnaires, and tests. The data validity of this research was tested by using triangulation technique. The result of this research showed that guided discovery learning model was assisted by concept of hierarchy could improved critical thinking skill (65.63% in the first cycle to 100% in the second cycle) and students’ learning achievement (on knowledge aspect was 43.75% in the first cycle to 90.63% in the second cycle) in the material of redox reaction. While the aspect of attitude showed that there was improvement of percentage from 90.63% in the first cycle to 100% in the second cycle. Percentage of skill aspect was 100% in the first cycle.

Key word: Guided discovery, concept hierarchy, critical thinking ability,

Page 2: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

14 Jilid 22, Nomor 1,Februari 2019 , halaman 13-26

PENDAHULUAN

Semua Sekolah Menengah Atas

Negeri di Surakarta sudah menerapakan

kurikulum 2013. Pada proses pembelajaran

yang menerapkan kurikulum 2013 ini

mengarahkan pembelajaran yang berpusat

pada siswa (Student Centered Learning).

Siswa aktif menemukan materi pembelaja-

rannya secara sendiri sedangkan guru ber-

peran sebagai fasilitator dalam pembelaja-

ran, sehingga diperlukan kreativitas dan

inovasi pembelajaran agar sesuai dengan

penerapan kurikulum 2013. Hal ini dapat

dilakukan melalui penerapan model –

model pembelajaran, seperti discovery

learning, project-based learning, problem-

based learning, dan inquiry learning

(Mulyasa, 2015). Namun, ada salah satu

SMA Negeri di Surakarta yang

melaksanakan pembelajaran tidak dipusat-

kan pada siswa. Pembelajaran yang

demikian mengakibatkan siswa kurang ak-

tif dalam kegiatan belajar mengajar serta

siswa tidak memiliki kesempatan untuk

menggunakan pemikirannya dalam

menemukan konsep secara sendiri. Di sisi

lain, apabila siswa terbiasa menggunakan

pemikirannya maka siswa akan terbiasa

membedakan antara fakta dan opini, penge-

tahuan dan keyakinan sehingga akan

mengasah kemampuannya dalam berpikir

kritis (Johnson, 2007). Mengingat kemam-

puan tersebut penting dimiliki oleh siswa

agar mampu memahami konsep, membuat

keputusan, lebih teliti, dan cermat

(Oktaviana, Saputro, & Utami, 2016). Pada

saat pembelajaran, siswa harus diberikan

kesempatan untuk berpikir, mendiskusikan

pemikirannya dengan teman ataupun

dengan guru. Melalui kegiatan diskusi

tersebut, pemikiran kritis siswa akan

berkembang (Santrock, 2011).

Tabel 1. Data Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Kelas X MIPA 1

di Salah Satu SMA Negeri di

Surakarta Tahun Pelajaran

2017/2018

Kategori Persentase

Tinggi 12,5 %

Sedang 25%

Rendah 62,50%

Berdasarkan hasil observasi di sa-

lah satu SMA Negeri di Surakarta, guru

tidak terbiasa menggunakan metode

diskusi dan tanya jawab, sehingga

mengakibatkan sebagian besar kemam-

puan berpikir kritis siswa kelas X MIPA 1

di SMA Negeri tersebut masih rendah. Hal

ini didukung oleh data tes prasiklus yang

menunjukkan kategori kemampuan ber-

pikir kritis siswa. Data tersebut dapat dilihat

pada Tabel 1.

Page 3: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

Putri Alvy Assa’Adah,dkk. Pembelajaran Guided Discovery......... 15

Berdasarkan Tabel 1, persentase

ketercapaian kemampuan berpikir kritis

siswa minimal kategori sedang sebesar

37,5%, sehingga sebagian besar siswa

masih memiliki kemampuan berpikir kritis

rendah. Oleh karena itu, diperlukan pe-

nanganan kemampuan berpikir kritis dalam

setiap mata pelajaran, salah satunya mata

pelajaran kimia, mengingat kimia merupa-

kan mata pelajaran yang berhubungan

dengan konsep, dari konsep yang paling

sederhana sampai konsep yang lebih kom-

pleks. Berkaitan dengan hal tersebut, maka

kemampuan berpikir kritis sangat penting

bagi siswa agar dapat memahami kimia.

(Gluck, Gilmore, & Dillihunt, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara, siswa

beranggapan bahwa kimia merupakan

pelajaran yang sulit, membutuhkan pema-

haman konsep yang baik, dan abstrak.

Anggapan tersebut terjadi karena siswa

tidak terbiasa menggunakan pemikiran

kritisnya dalam memahami konsep sehing-

ga berdampak pada rata – rata prestasi bela-

jar yang rendah. Hal ini dapat diketahui dari

nilai rata- rata Ulangan Tengah Semester

Ganjil kelas X MIPA 1 di SMA Negeri

tersebut mendapat nilai rata – rata paling

rendah diantara lima kelas yaitu sebesar 49.

Salah satu materi kimia yang diang-

gap sulit oleh siswa untuk dipelajari adalah

reaksi redoks. Materi ini merupakan materi

yang abstrak, memuat simbol – simbol, ter-

dapat reaksi kimia, dan konsep – konsep

redoks yang memerlukan pemahaman kon-

sep baik, dan aktif untuk berlatih

mengerjakan soal. Selain itu dibutuhkan

pemahaman yang baik pada materi sebe-

lumnya yaitu sistem periodik unsur dan

ikatan kimia. Kesulitan yang dialami siswa

terjadi karena siswa cenderung menghafal-

kan konsep sehingga tidak terbiasa

mengasah kemampuan berpikir kritisnya.

Akibatnya prestasi belajar siswa rendah.

Hal ini dibuktikan dari data nilai ulangan

harian guru kelas X MIPA 1 yang menun-

jukkan bahwa nilai ulangan harian kimia

pada materi ikatan kimia masih rendah

dengan ketuntasan siswa hanya 34,38%.

Berdasarkan permasalahan di atas,

maka dilakukanlah tidakan yang bertujuan

untuk memperbaiki kualitas dan hasil pem-

belajaran, yaitu melalui penerapan model

pembelajaran guided discovery. Penerapan

model pembelajaran ini mendorong siswa

untuk aktif dalam melakukan penemuan

konsep, memungkinkan siswa untuk ber-

pikir dan memberikan kesimpulan dari

konsep yang ditemukannya, sehingga

Page 4: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

16 Jilid 22, Nomor 1,Februari 2019 , halaman 13-26

pemahaman dan prestasi belajar siswa akan

meningkat (Swaak, De Jong, & Van

Joolingen, 2004). Hal ini ditunjukkan dari

penelitian sebelumnya yang menyatakan

bahwa model guided discovery learning

dapat memberikan pengaruh positif ter-

hadap kemampuan berpikir kritis siswa

(Haris, Rinanto, & Fatmawati, 2015).

Peningkatan keberhasilan dalam

proses pembelajaran tidak hanya dengan

menggunakan model pembelajaran yang

sesuai, tetapi juga dapat dilengkapi dengan

media pembelajaran. Salah satu media yang

dapat digunakan sebagai pendukung model

pembelajaran guided discovery adalah

hierarki konsep. Model dan media ini bisa

digunakan untuk materi reaksi redoks. Kare-

na pada materi reaksi redoks, terdapat kon-

sep-konsep yang berhubungan dengan kon-

sep sebelumnya. Dengan demikian, konsep

tersebut harus disusun secara hierarki agar

mudah dikuasai dan dipahami melalui

penemuan sendiri sehingga pengetahuan

yang diperoleh lebih bermakna bukan

berupa hafalan dan dapat mengerjakan soal

reaksi redoks dengan baik (Rahayu,

Widodo, & Supartono, 2010). Dengan

demikian, pembelajaran guided discovery

berbantuan hierarki konsep diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan prestasi belajar siswa kelas X

MIPA 1 di SMA Negeri tersebut

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 2 si-

klus dengan setiap siklus terdiri dari 4

tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi (Sanjaya, 2009).

Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan pada bulan Januari 2018.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas

X MIPA 1 tahun pelajaran 2017/2018 di

salah satu SMA Negeri di Surakarta

yang digunakan dalam penelitian ini.

Objek penelitian ini adalah kemampuan

berpikir kritis dan prestasi belajar yang

terdiri dari aspek pengetahuan, sikap,

dan keterampilan. Penelitian ini

dilakukan sebanyak 2 siklus dengan

memperoleh data dari wawancara, ob-

servasi, tes, dan angket. Data yang di-

peroleh dianalisis dengan cara deskriptif.

Teknik uji validitas data yang digunakan

pada penelitian ini adalah observasi, wa-

wancara, kajian dokumen atau angket.

Teknik analisis data mengacu pada Miles

dan Huberman yang meliputi reduksi

data, penyajian data, penarikan

Page 5: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

Putri Alvy Assa’Adah,dkk. Pembelajaran Guided Discovery......... 17

kesimpulan, dan verifikasi (Sugiyono,

2012).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru kimia kelas X MIPA, observasi dan tes

kemampuan berpikir kritis diperoleh

kesimpulan bahwa kemampuan berpikir

kritis dan prestasi belajar kelas X MIPA 1 di

salah satu SMA Negeri di Surakarta masih

rendah. Dengan demikian, diperlukan suatu

tindakan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan prestasi belajar siswa me-

lalui penerapan model pembelajaran yang

sesuai dengan permasalahan di atas yaitu

model pembelajaran Guided Discovery.

Siklus I

Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan terdiri

dari penyusunan instrumen pembelajaran

yang berupa persiapan silabus, penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dan penyusunan instrumen penilaian aspek

pengetahuan, angket sikap, lembar observa-

si sikap siswa, lembar observasi aspek

keterampilan presentasi, lembar penilaian

laporan, dan tes kemampuan berpikri kritis.

Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang disusun, pelaksanaan

pembelajaran pada materi reaksi redoks

dirancang dalam 3 kali pertemuan (6JP) un-

tuk penyampaian materi dan satu pertemuan

(3JP) untuk tes siklus I. Rencana pelaksa-

naan pembelajaran tersebut berdasarkan

hasil diskusi dengan guru mata pelajaran

kimia kelas X MIPA dan disesuaikan

dengan silabus. Materi yang dipelajari pada

siklus I meliputi perkembangan konsep

reaksi redoks, penentuan bilangan oksidasi,

penentuan oksidator dan reduktor, penen-

tuan reaksi redoks, bukan reaksi redoks, dan

reaksi autoredoks. Setiap pertemuan siswa

belajar dalam kelompok untuk memecahkan

permasalahan yang diberikan berkaitan

dengan materi pokok yang disampaikan.

Observasi Tindakan

Pengamatan terhadap siswa dilakukan

selama proses pembelajaran melalui lembar

observasi sikap. Sedangkan penilaian

kemampuan berpikir kritis dan aspek penge-

tahuan dilakukan saat evaluasi pada akhir

pertemuan.

Hasil penilaian prestasi belajar siswa

pada siklus I aspek pengetahuan disajikan

pada Tabel 2.

Page 6: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

18 Jilid 22, Nomor 1,Februari 2019 , halaman 13-26

Tabel 2. Ketuntasan Prestasi Belajar

Aspek Pengetahuan

Kategori Jumlah

Siswa

Ketuntasan

(%)

Tuntas 14 44

Tidak

Tuntas

19 56

Berdasarkan hasil tes pengetahuan

dapat diketahui bahwa prestasi belajar pada

aspek pengetahuan belum mencapai target

yang ditentukan yaitu 75% siswa tuntas. Se-

dangkan hasil penilaian sikap siswa dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Ketercapaian Prestasi

Belajar Aspek Sikap Siklus I

Pada siklus I ketuntasan siswa aspek

sikap sebesar 90,63% serta semua indikator

dan aspek sudah mencapai target yang diten-

tukan. Dengan demikian, penelitian aspek

sikap dilanjutkan pada siklus II untuk

mengetahui peningkatan yang terjadi.

Sedangkan hasil penilaian prestasi

belajar aspek keterampilan dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Ketercapaian Aspek Keterampilan Aspek

Keeterampilan

Capaian

(%)

Tar-

get

(%)

Krite-

ria

Membuat

Laporan

83,13 75 Terca

-pai

Menyajikan hasil

diskusi

82,81 75 Terca

-pai

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat

diketahui bahwa ketarampilan membuat

laporan dan menyajikan hasil diskusi

(presentasi) sudah mencapai target yang

ditentukan. Dengan demikian, penilaian

keterampilan tidak dilanjutkan pada siklus

II.

Tes kemampuan berpikir kritis dil-

akukan sebelum siklus I dan pada akhir si-

klus. Penilaian kemampuan berpikir kritis

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase Ketercapaian

Kemampuan Berpikir Kritis

Siklus I

28%

63%

9%SANGATBAIK (SB)

BAIK (B)

CUKUP ( C)

66%

34% Tinggi dan

sedang

Rendah

Page 7: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

Putri Alvy Assa’Adah,dkk. Pembelajaran Guided Discovery......... 19

Berdasarkan persentase tersebut

jumlah siswa yang masuk kategori sedang

dan tinggi sejumlah 65,63 %. Dengan

demikian, kemampuan berpikir kritis siswa

pada siklus I belum tercapai.

Refleksi

Berdasarkan observasi tindakan

dapat diketahui bahwa aspek pengetahuan

dan kemampuan berpikir kritis belum men-

capai target. Oleh karena itu, perlu diada-

kan tindakan pada siklus II agar seluruh

indikator dapat tuntas. Perbaikan tersebut

berupa menyusun RPP yang lebih difokus-

kan pada indikator kompetensi yang belum

dikuasai oleh siswa.

Siklus II

Perencanaan Tindakan

Pada pelaksanaan siklus II ini materi

yang dibahas difokuskan pada indikator

kompetensi yang belum tuntas pada siklus

I, yaitu menentukan bilangan oksidasi suatu

unsur dalam molekul atau ion dan menen-

tukan reaksi redoks, bukan reaksi redoks,

dan reaksi autoredoks. Pada siklus II ini

juga untuk memperbaiki dan menyempur-

nakan kendala yang terdapat pada siklus I.

Alokasi waktu pada siklus II

sebanyak 5 JP, dengan 3 JP penyampaian

materi dan 2 JP evaluasi siklus II.

Observasi Tindakan

Analisis hasil prestasi belajar siswa

aspek pengetahuan siklus II dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Ketuntasan Aspek Pengetahuan

Siklus II.

Kategori Jumlah

Siswa

Ketuntasan

(%)

Tuntas 29 91

Tidak

Tuntas

3 9

Berdasarkan tabel 4 di atas, hasil

yang diperoleh sudah mencapai target yang

ditentukan dan semua indikator soal serta

indikator kompetensi telah mencapai target

penelitian. Selain itu, pada tabel tersebut

dapat diketahui juga bahwa terdapat 3

siswa yang tidak tuntas dari 32 siswa. Hal

itu terjadi karena pada siklus II, pembelaja-

ran lebih difokuskan kepada indikator

kompetensi yang belum dipahami oleh

siswa sehingga siswa yang belum me-

mahami materi menanyakan kepada siswa

yang memiliki pemahaman lebih atau

kepada guru. Hal itu dilakukan dengan

menerapkan model pembelajaran guided

discovery melalui kegiatan diskusi.

Disamping itu, guru juga berkeliling untuk

memantau siswa dalam berdiskusi sehing-

ga guru bisa mengetahui siswa yang belum

paham dan memberikan bantuan berupa

arahan dalam memecahkan soal.

Page 8: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

20 Jilid 22, Nomor 1,Februari 2019 , halaman 13-26

Analisis aspek sikap siklus II

disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Ketercapaian Prestasi

Belajar Siswa Aspek Sikap

Siklus II.

Berdasarkan hasil analisis, persentase

ketercapaian siswa meningkat menjadi

100%, sehingga penelitian aspek sikap

pada siklus II berhasil meningkatkan

ketercapaian aspek sikap.

Sedangkan untuk hasil penilaian

kemampuan berpikir kritis siklus II dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penilaian Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Siklus II

Kemampuan

Berpikir

Kritis

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Tinggi 25 78,13

Sedang 7 21,88

Rendah 0 0

Hasil kemampuan berpikir kritis si-

klus II sudah mencapai target yang diten-

tukan, yaitu ketercapaian pada siklus II

100%. Berdasarkan analisis indikator

kemampuan berpikir kritis sudah mencapai

target yang ditentukan.

Refleksi

Berdasarkan data yang telah di-

peroleh dapat disimpulkan bahwa seluruh

aspek, yaitu aspek sikap, pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan berpikir

kritis telah mencapai persentase target yang

telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa

penelitian diakhiri sampai pada siklus II.

Perbandingan Tindakan Antar Siklus

Hasil yang diperoleh dari siklus I dan

siklus II kemudian dibandingan dengan

tujuan untuk mengetahui adanya pening-

katan selama tindakan siklus I dan siklus II

yang disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Perbandingan Hasil Siklus I

dan Siklus II.

41%

59%

Sangat

Baik

Baik

0

20

40

60

80

100

Siklus I

Siklus II

Page 9: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

Putri Alvy Assa’Adah,dkk. Pembelajaran Guided Discovery......... 21

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan

terjadinya peningkatan capaian untuk

semua aspek dari siklus I ke siklus II

kecuali pada aspek keterampilan karena te-

lah mencapai target pada siklus I sehingga

tidak dilanjutkan ke siklus II.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pembelajaran guided discovery

dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan prestasi belajar siswa pada materi

reaksi redoks kelas X MIPA 1 di salah satu

SMA Negeri di Surakarta tahun pelajaran

2017/2018.

Pembahasan

Pada model pembelajaran guided dis-

covery, siswa tidak menerima hasil akhir

maupun menghafal konsep melainkan

siswa dituntut aktif untuk menemukan

sendiri konsep dari materi yang dipelajari

sedangkan guru bertindak sebagai fasilita-

tor dan memberikan bimbingan berupa

petunjuk-petunjuk untuk membangun dan

menemukan pemahamannya sendiri

(Suprihatiningrum, 2013). Pembelajaran

dilengkapi dengan media hierarki konsep.

Media ini berfungsi untuk mengubah cara

belajar siswa yang semula hafalan menjadi

belajar bermakna. Hal itu seperti pada

penjelasan teori belajar Ausubel dimana

dengan belajar bermakna maka penge-

tahuan yang didapatkan oleh siswa akan

bertahan lebih lama dan dapat meningkat-

kan pemahaman siswa (Dahar, 2011).

Berdasarkan hasil observasi siklus I,

keaktifan siswa cukup baik dan keaktifan

siswa semakin meningkat pada siklus II.

Hal ini menandakan bahwa penerapan

model pembelajaran guided discovery

dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Peningkatan ini sesuai dengan teori belajar

Bruner yang menyarankan agar siswa-

siswa hendaknya belajar melalui partisipasi

secara aktif dengan konsep dan prinsip –

prinsip agar memperoleh pengalaman un-

tuk menemukan prinsip – prinsip itu sendiri

(Dahar, 2011). Sementara itu, sumbangsih

dari teori belajar Vigotsky yaitu terjadinya

interaksi sosial antara guru dan siswa serta

antarsiswa dalam kegiatan diskusi. Hal ini

dapat meningkatkan keaktifan dan kemam-

puan siswa dalam berpikir. Menurut Vigot-

sky perkembangan pengetahuan siswa

dihasilkan dari suatu proses di mana siswa

belajar melalui pemecahan masalah yang

dilakukan secara diskusi dengan teman

sebaya maupun dengan guru.

Berdasarkan data yang diperoleh dari

prasiklus sampai dengan siklu II, aspek

kemampuan berpikir kritis dan prestasi

Page 10: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

22 Jilid 22, Nomor 1,Februari 2019 , halaman 13-26

belajar aspek pengetahuan mengalami

peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena

implementasi model pembelajaran guided

discovery berbantuan hierarki konsep serta

guru mendorong siswa untuk terlibat aktif

dalam pembelajaran baik dalam kegiatan

diskusi untuk menemukan konsep maupun

dalam tanya jawab. Menurut teori belajar

Bruner, perkembangan intelektual meliputi

peningkatan kemampuan untuk

mengutarakan pendapat dan gagasan serta

diperlukan interaksi secara seimbang antara

pengajar dengan peserta dididk serta

antarpeserta didik, selain itu pembelajaran

dengan penemuan dapat meningkatkan

penalaran, kemampuan berpikir kritis,

sehingga dapat memecahkan masalah

dengan baik (Suyono & Hariyanto, 2015).

Hal ini juga didukung oleh penelitian

terdahulu yang menjelaskan bahwa kelebi-

han model penemuan terbimbing adalah

melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran sehingga dapat mengem-

bangkan kemampuan berpikir kritis setiap

saat dalam kegiatan belajar mengajar

(Windarti, Tjandrakirana, & Widodo,

2013). Selain itu, penggunakan media

hierarki konsep mengubah cara belajar

siswa dari hafalan menjadi bermakna.

Dengan demikian, hal tersebut berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa dan kemam-

puan berpikir kritis.

Peningkatan prestasi belajar aspek

pengetahuan dari siklus I ke siklus II terjadi

karena penerapan model pembelajaran

guided discovery dimana siswa saling ber-

diskusi dalam menemukan konsep dan me-

mecahkan soal. Pada model pembelajaran

ini, konsep yang diperoleh melalui diskusi

dengan teman akan lebih bertahan lama da-

lam ingatan siswa sehingga pembelajaran

menjadi bermakna. Hal ini terjadi karena

dalam berdiskusi siswa saling bertukar pen-

dapat dan berdebat mengenai suatu masa-

lah, sehingga akan memotivasi siswa untuk

menemukan sebuah konsep dan berusaha

untuk memecahkan suatu masalah. Proses

ini akan membuat siswa untuk

menganalisis argumen, mengidentifikasi

asumsi, membuat dan menentukan hasil

pertimbangan terhadap konsep dan

penyelesaian soal dengan benar. Hal ini

akan membuat siswa menggunakan

kemampuan berpikirnya sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan siswa

(Santrock, 2011).

Peningkatan prestasi belajar juga ter-

jadi karena siswa berani bertanya mengenai

materi yang belum dikuasai baik dengan te-

man maupun dengan guru. serta guru lebih

Page 11: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

Putri Alvy Assa’Adah,dkk. Pembelajaran Guided Discovery......... 23

intensif dalam memberikan bimbingan

kepada siswa.

Menurut teori belajar Vigotsky yang

menyatakan bahwa perkembangan penge-

tahuan siswa dihasilkan dari suatu proses di

mana siswa belajar melalui pemecahan

masalah yang dilakukan secara diskusi

dengan teman sebaya maupun dengan guru

(Suyono & Hariyanto, 2015). Dengan

demikian, pada teori belajar vigotsky ini

dikenal dengan pemberian bantuan yang

diberikan oleh teman sebaya atau orang de-

wasa yang lebih kompeten kepada siswa

yang kurang kompeten (Suprihatiningrum,

2013), sehingga pada siklus II ini guru

mendorong siswa untuk meningkatkan

keaktifan dan keberanian dalam bertanya

mengenai konsep yang belum dipahami.

Seperti halnya penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa dalam kegiatan

menemukan konsep, terjadi interaksi antar-

siswa yaitu siswa yang memiliki kemam-

puan tinggi menjelaskan ke siswa yang

memiliki kemampuan rendah ketika siswa

mengalami kesulitan. Melalui interaksi

inilah dapat meningkatkan keaktifan dalam

proses belajar siswa (Karim, 2011).

Dengan demikian, peserta yang terli-

bat aktif dalam pembelajaran, bertanya dan

menjawab pertanyaan, serta memiliki

tanggung jawab yang diberikan akan mem-

berikan pengaruh terhadap pencapaian

ketuntasan belajarnya (Slameto, 2013).

Hasil penilaian aspek sikap pada si-

klus II mengalami peningkatan menjadi

100% siswa yang terbagi dalam kategori

sangat baik dan baik. Peningkatan ini bisa

diatasi dengan cara memberikan

peringatan, memberikan nasihat, dan selalu

membimbing siswa dengan baik. Berdasar-

kan penelitian yang telah dilakukan

menjelaskan bahwa pemberian nasehat dan

bimbingan dapat meningkatkan perilaku

berkarakter dan keterampilan sosial. Siswa

yang tadinya kurang memiliki rasa

tanggung jawab terhadap kelompoknya, te-

lah menunjukkan rasa tanggung jawab,

siswa yang tadinya malu sudah berani ber-

tanya kepada teman dan guru mengenai

materi yang dianggapnya sulit, dan siswa

merasa termotivasi untuk belajar dalam ke-

lompok (Novita & Anggo, 2016).

Penilaian selanjutnya adalah

penilaian aspek keterampilan. Pada

penilaian aspek keterampilan terdapat hal –

hal yang dapat mempersulit penilaian,

seperti waktu yang terbatas untuk menga-

dakan penilaian seluruh siswa, siswa yang

terlalu banyak sehingga sulit melakukan

pengawasan, dan siswa yang kurang pintar

Page 12: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

24 Jilid 22, Nomor 1,Februari 2019 , halaman 13-26

akan merasa minder. Akan tetapi, hal terse-

but bisa diatasi dengan membagi waktu

sebaik mungkin. Setiap siswa diberikan

waktu yang sama dalam mempresentasikan

hasil kerjanya, memberikan motivasi dan

membagi tugas sama rata agar tidak ada

siswa yang minder serta dengan dibantu

oleh observer sehingga penilaian tidak

bersifat subjektif dan tetap dalam

pengawasan.

Penilaian aspek keterampilan pada

penelitian ini berupa keterampilan dalam

membuat laporan dan presentasi. Penilaian

aspek keterampilan ini dilakukan dengan

menggunakan nilai optimum, yaitu dari dua

bentuk penilaian diambil nilai yang paling

tinggi untuk digunakan sebagai nilai

keterampilan. Oleh karena itu, hasil yang

diperoleh telah mencapai target yaitu

persentase ketercapaian pada siklus I sebe-

sar 100%. Hal ini berarti bahwa penilaian

aspek keterampilan tidak dilakukan kem-

bali pada siklus II. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran guided discovery

berbantuan hierarki konsep dapat mening-

katkan kemampuan berpikir kritis dan pres-

tasi belajar siswa pada materi reaksi redoks

kelas X MIPA 1 di salah satu SMA Negeri

di Surakarta tahun pelajaran 2017/2018.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang te-

lah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran guided discovery berbantuan

hierarki konsep dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan prestasi

belajar siswa pada materi reaksi redoks ke-

las X MIPA 1 di salah satu SMA Negeri di

Surakarta tahun pelajaran 2017/2018.

Kemampuan berpikir kritis siswa mengala-

mi peningkatan dari siklus I ke siklus II,

yaitu dari 65,63% menjadi 100%. Prestasi

belajar aspek pengetahuan pada siklus I

sebesar 43,75% selanjutnya menjadi

90,63% pada siklus II atau siswa mencapai

batas ketuntasan semuanya. Prestasi belajar

aspek sikap pada siklus I yaitu siswa yang

mendapat nilai Sangat Baik (SB) sebanyak

28%, Baik (B) sebanyak 63%, Cukup (C)

sebanyak 9%, sehingga persentase

ketercapaian aspek sikap siswa dengan

kategori minimal Baik (B) sebanyak

90,63%. Pada siklus II mengalami pening-

katan yaitu persentase ketercapaian aspek

sikap siswa dengan kategori minimal Baik

(B) sebanyak 100%. Sedangkan pada aspek

keterampilan, persentase ketercapaian

siswa memenuhi target yang ditentukan

yaitu sebanyak 100% siswa pada siklus I.

Page 13: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

Romadhoni Setyo Nugroho,. Pengaruh Kompetensi Guru......... 25

DAFTAR PUSTAKA

Akinbobola, A. O. and Afolabi, F. 2009. Constructivist Practicies Through Guided

Discovery Approach: The Effect on Students' Cognitive Achievements in Nigerian

Senior Secondary School Physics Bulg. J. Sci. Educ. Policy, 3(2), pp. 233–252.

Dahar, R.W. 2011. Teori - Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PT Gelora Aksara

Pratama.

Gluck, L. Gilmore, M. W. and Dillihunt, M. 2015. Advantages of Using Innovative

Technological Pedagogy to Teach Chemistry in Secondary Schools.Mod. Chem.

Appl.,3(3).6-16

Haris, F., Rinanto,Y., dan Fatmawati, U. 2015. Pengaruh Model Guided Discovery

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Jurnal Pendidik Biologi. 7(2),

pp. 114–122.

Ishartono, B., Ashadi, and Susilowati,E. 2015. Implementasi Model Pembelajaran

Problem Solving Berbantuan Peer Tutoring Dilengkapi Hierarki Konsep Untuk

Meningkatkan Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Materi Stoikiometri.Jurnal

Pendidikan Kimia (JPK). 4 (1), pp. 10–19.

Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar -

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Media Utama.

Karim, A. 2011. Studi Peran IMSTEP dalam Penguatan Program Pendidikan Guru MIPA

di Indonesia. Jurnal Penelitian. Pendidik,1(1), pp. 154–163.

Mulyasa, E. 2015. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Novak, J. D. and Gowin, D. B. 1984. Learning How to Learn. Cambridge: Cambridge

University Press.

Novita, S. and Anggo, M. 2016. Efektivitas Penggunan Model Pembelajaran Guided

Discovery (Penemuan Terbimbing) Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kritis Matematik Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Kendari Jurnal Penelitian

Pendidikan. Matematika, vol. 4, no. 1, pp. 127–140.

Oktaviana, I. A, Saputro, A. N. C.and Utami, B. 2016. Upaya Peningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Dilengkapi Modul Pada Materi Kelarutan dan Hasil

Kali Kelarutan. Jurnal Pendidikan Kimia, vol. 5, no. 1, pp. 143–152.

Rahayu, S., Widodo, A. T. dan Supartono. 2010 Pengembangan Model Pembelajaran

Advance Organizer untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal

Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1), 127-140

Page 14: PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN …

26 Jilid 22, Nomor 1,Februari 2019 , halaman 13-26

Sanjaya, W. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Santrock, J. W. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, 5th ed. Bandung: Alfabeta.

Suprihatiningrum. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Suyono and Hariyanto. 2015 Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Swaak, J., De Jong, T., and Van Joolingen, W. R. 2004. The Effects of Discovery

Learning and Expository Instruction on The Acquisition of Definitional And

Intuitive Knowledge J. Comput. Assist. Learn., vol. 20, no. 4, pp. 225–234.

Windarti, Tjandrakirana, and Widodo. 2013. Melatih Keterampilan Berpikir Kritis

Menggunakan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)

Pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri

Surabaya. 3 (1), pp. 274–281.