Top Banner
MelaluiPendekatanSaintifik DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 Pembelajaran ANTROPOLOGI
46

Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Oct 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

MelaluiPendekatanSaintifik

DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2014

Pembelajaran

A N T R O P O L O G I

Page 2: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

ii

KATA PENGANTAR

Page 3: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Tujuan ..................................................................................................... 3

C. Ruang Lingkup ......................................................................................... 3

D. Landasan Hukum ...................................................................................... 3

BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK...................................... 5

A. Prinsip Pembelajaran dan Penilaian ............................................................ 5

B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Antropologi ............. 6

C. Model Pembelajaran dalam Antropologi .................................................... 16

1. Problem Based Learning (PBL) ............................................................ 16

2. Project Based Learning (PjBL) ............................................................. 17

3. Discovery Learning ............................................................................ 18

D. Kaitan Materi-Materi dan Model Pembelajaran ........................................... 20

E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Antropologi ................................... 21

1. Penilaian Sikap .................................................................................. 21

2. Penilaian Pengetahuan ....................................................................... 23

3. Penilaian Keterampilan ....................................................................... 24

BAB III ANALISIS KOMPETENSI ................................................................................. 27

A. Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti ...................................... 27

B. Keterkaitan Kompetensi Dalam Pembelajaran dan Penilaian. ....................... 28

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 43

Page 4: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka

mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar

kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan

standar penilaian pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar

Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis

agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran

dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian

kompetensi lulusan.

Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh

kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang

seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara

bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan

pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik

secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus dan buku.

Page 5: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 2

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik,

bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan

autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan program remedial

bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi

peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.

Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan

bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.637 wajib

melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan

guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan

penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta

menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.

Mata Pelajaran Antropologi adalah ilmu yang berusaha mencapai pemahaman tentang

makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kehidupan

bermasyarakat, serta kebudayaannya.

Mata pelajaran Antropologi membantu peserta didik untuk memahami berbagai

persoalan dan kekuatan budaya dalam mebangun kehidupan bermasyarakat, hidup

berdampingan secara damai dalam perbedaan. Bagaimana berempati antar sesama,

toleran dan menghargai keberadaan setiap orang dalam sebuah komunitas, kelompok

dan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa ilmu Antropologi adalah ilmu yang dinamis

dan terbuka karena dalam berbagai kajianya, Antropologi seringkali menggunakan

data-data sejarah, sosiologis, politik, seni, bahasa, psikologi dan sebaginya.

Dewasa ini teori Antropologi telah berkembang sedemikan pesat dengan berbagai

perspektif, seperti yang dikenal dengan teori-teori post modernis, feminis, teori kritis

yang mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, dan sebaganya akan tetapi

perkembangan itu tidak serta merta menggugurkan teori-teori sebelumnya. Oleh

karena itu untuk pemahaman antropologi lebih komprehensif seorang guru perlu juga

mempelajari teori-teori tersebut dalam rujukan materi pembelajarannya di kelas, dan

bukan mengajarkan teori tersebut kepada siswa.

Guru mata pelajaran Antropologi masih memerlukan panduan dan rambu-rambu

dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik serta melakukan penilaian

autentik berdasarkan silabus dan buku (buku guru dan buku siswa).

Page 6: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 3

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Dalam hal ini Direktorat PSMA berupaya memenuhi kebutuhan tersebut melalui

penyusunan Naskah Pembelajaran Antropologi yang diharapkan dapat memfasilitasi

guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan

pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau

mata pelajaran yang diampunya.

B. Tujuan

Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran

Antropologi dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah ini

bertujuan untuk:

1. Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan

kompetensi dasar.

2. Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus.

4. Mengembangkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

saintifik.

5. Merancang penilaian autentik.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup buku ini terdiri atas:

1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik

2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Antropologi

3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran Antropologi

4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi

5. Contoh Hasil analisis kompetensi

D. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Page 7: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 4

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang

Standar Kompetensi Lulusan

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang

Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang

Standar Penilaian Pendidikan

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi

Kurikulum

9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013

Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum

10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ

tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum

Page 8: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

5

BAB II

PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK

A. Prinsip Pembelajaran dan Penilaian

Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan

Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang

sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka

konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari

tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi

Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-

masing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui

aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya,

mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut

berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru

harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan

pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta

didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya

kontekstual, baik individual maupun kelompok. Pendidik disarankan untuk

menggunakan menggunakan model pembelajaran antara lain model inkuiri,

discovery, problem, dan projek.

Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)

peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-

satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)

pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan

pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran

berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6)

pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan

jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi

keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal

(hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang

Page 9: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 6

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar

sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun

karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

(tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah,

dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja

adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13)

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar

belakang budaya peserta didik.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti penilaian berbasis

pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. (2) Terpadu, berarti

penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan

pembelajaran, dan berkesinambungan. (3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien

dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4) Transparan,

berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat

diakses oleh semua pihak. (5) Akuntabel, berarti penilaian dapat

dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek

teknik, prosedur, dan hasilnya. (6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta

didik dan guru.

B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Antropologi

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah

saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran

yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir

sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa

(Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu

menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja

diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih

penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta

didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).

Page 10: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 7

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari

ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana

mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan

proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri

(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,

prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi

berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan

demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan

aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan

sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun

kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap

ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains

pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu

kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam

mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).

Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah

pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail

untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya

penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode

pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat

diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.

Dalam Kurikulum 2013, langkah-langkah pembelajaran saintifik adalah;

1. Mengamati

2. Menanya

3. Mengumpulkan informasi

4. Mengasosiasi

5. Mengomunikasikan

Kelima langkah pembelajaran saintifik dalam berbagai kegiatan belajar Antropologi

dapat dirinci sebagai berikut:

Page 11: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 8

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

1. Mengamati

Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks

situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta

atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan

atau menyimak. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi

peserta didik untuk secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan melalui

kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi

peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan

(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan

mudah pelaksanaannya.

Dalam pembelajaran ilmu Antropologi, pengamatan dapat dilakukan terhadap hal-

hal sebagai berikut, contoh:

a. Keragaman budaya

b. Hasil kebudayaan masyarakat

c. Pengaruh budaya asing

Sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan melalui

berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya : video, gambar, grafik, bagan,

dsb.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-

langkah seperti berikut ini.

a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi

b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan

diobservasi

c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer

maupun sekunder

d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi

Page 12: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 9

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti

menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-

alat tulis lainnya.

Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi,

dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdot

(anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device).

Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek,

atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk

mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdot dapat

berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-

kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.

Alat mekanik dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk

memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek

atau objek yang diobservasi.

2. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan

mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru

bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya

belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu

pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Artinya guru dapat menumbuhkan sikap ingin tahu siswa, yang diekspresikan

dalam bentuk pertanyaan. Misalnya: mengapa setiap suku bangsa memiliki

keragaman budaya?, faktor apa saja yang menyebabkan setiap suku bangsa

memiliki budaya yang beragam?, mengapa terjadi perbedaan dialek dalam ragam

bahasa?.

Diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang

bertanya adalah peserta didik. Berikut manfaat / fungsi bertanya:

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang

suatu tema atau topik pembelajaran.

Page 13: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 10

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan

ancangan untuk mencari solusinya.

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas

substansi pembelajaran yang diberikan.

e. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan

pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan

bahasa yang baik dan benar.

f. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,

mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.

g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat

atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial

dalam hidup berkelompok.

h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam

merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan

berempati satu sama lain.

3. Mengumpulkan Informasi/Mengeksplorasi

Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan

pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas

dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif.

Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah

melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang

dapat peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi

ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini adalah

“explorative learning”.

Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana

mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus

diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Dalam hal ini peserta didik

Page 14: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 11

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar. Peta

Konsep yang dikembangkan menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam

proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang : (1)

interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat

penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan

dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh

pengalaman yang bermakna.

Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan

pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif,

belajar intens, belajar autentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan

bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar dari

pada pada materi pelajaran.

Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik

dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik menghubungkan pikiran yang terdahulu

dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang

mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana

membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka

melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi

melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu

peserta didik menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil

telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran

informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan

yang dimiliki.

Pelaksanaan kegiatan mengumpulkan data (eksplorasi) pada mata pelajaran ilmu-

ilmu sosial dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama

teman sekelompoknya peserta didik dalam menelusuri informasi yang mereka

butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk

menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna. Melalui

kegiatan mengumpulkan data (eksplorasi) peserta didik dapat mengembangkan

pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu-ilmu sosial, serta

menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Peserta didik juga dapat

mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk

belajar.

Page 15: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 12

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

4. Mengasosiasi/Menalar/Mengolah Informasi

Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang

bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi

yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada yang bertentangan. Informasi tersebut menjadi dasar bagi

kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan

satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan

informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

Kegiatan ini dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja

keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta

deduktif dalam menyimpulkan.

Mengasosiasi adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta

empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan

Mengasosiasi sering juga disebut menalar. Penalaran dimaksud merupakan

penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.

Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris

yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak

selalu tidak bermanfaat.

a. Cara menalar

Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran

induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar

dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-

hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak

berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.

Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari

pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal

yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme.

Cara kerja menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum

Page 16: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 13

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang

khusus.

Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,

silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi

menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu

langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu

premis, sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.

Contoh:

Sistem religi, meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai, pandangan hidup,

komunikasi keagamaan, atau upacara keagamaan

Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, mencakup kekerabatan,

asosiasi (perkumpulan), sistem kenegaraan, dan sistem kesatuan hidup.

Sistem pengetahuan, meliputi pengetahuan tentang flora dan fauna,

waktu, ruang, bilangan, tubuh manusia, dan perilaku antar sesama

manusia.

Sistem bahasa, terdiri dari bahasa lisan dan tulisan.

Kesenian meliputi seni patung/pahat, relief lukis dan gambar, seni rias,

vokal, musik, bangunan, kesusastraan, atau drama.

Sistem mata pencaharian hidup/ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan

makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan.

Sistem teknologi, meliputi produksi, distribusi, transportasi, peralatan

komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian, perhiasan,

tempat berlindung (perumahan) atau senjata.

Simpulan sistem religi, sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial,

sistem pengetahuani, sistem bahasa, sistem kesenian, sistem teknologi,

merupakan urutan unsur-unsur kebudayaan secara universal yang dimiliki

oleh setiap masyarakat.

b. Analogi dalam Pembelajaran

Selama proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering kali menemukan

fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian,

guru dan peserta didik adakalanya menalar secara analogis. Analogi adalah

suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan

sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.

Page 17: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 14

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran ilmu antropologi, karena

hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran,

analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif.

Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.

Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena

atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik

simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi

juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan suatu

“metode menalar” yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan

yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada

dua fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan

Contoh:

Kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga,

memelihara, dan melestarikan kebudayaan merupakan kewajiban dari setiap

individu. Setiap suku bangsa harus menjaga, memelihara, dan melestarikan

kebudayaan.

Analogi deklaratif merupakan suatu “metode menalar” untuk menjelaskan atau

menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih

samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini sangat

bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau

dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah diketahui

secara nyata dan dipercayai.

Contoh:

Ketekunan dan ketaatan yang dijalankan secara benar oleh umat beragama

dapat menciptakan perilaku baik. Dengan berperilaku baik, tercipta

keharmonisan di dalam masyarakat. Begitu pula terciptanya suatu

keharmonisan di sekolah tidak terlepas dari adanya sikap ketekunan dan

ketaatan beragama dari dewan guru, peserta didik, dan seluruh stake holder

sekolah.

Page 18: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 15

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

c. Hubungan Antarfenomena

Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan

antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena

hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik. Disinilah esensi bahwa

guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenomena

atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.

Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa

fakta yang satu dengan satu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan

yang menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi

akibat dari satu atau beberapa fakta tersebut.

Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang

disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induktif sebab

akibat terdiri dari tiga jenis.

Hubungan sebab–akibat.Pada penalaranhubungan sebab-akibat, hal-hal yang

menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang

berupa akibat.

Contoh:

Fanatisme yang berlebihan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu di

masyarakat dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat dan dapat

merusak tatanan yang telah terbina dengan baik.

Dampak positif seni adalah dapat melestarikan nilai-nilai budaya bangsa

yang luhur, menimbulkan solidaritas di dalam masyarakat, mengajarkan

etika pada masyarakat, dan dapat dipakai untuk meningkatkan

perekonomian rakyat dan negara. Dampak-dampak positif tersebut dapat

membawa masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik.

Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang

menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang

merupakan penyebabnya.

Contoh :

Memudarnya nilai-nilai dari pengetahuan lokal membuat bangsa Indonesia

kehilangan identitas sebagai sebuah bangsa, disebabkan karena

Page 19: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 16

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

pendidikan yang terlalu berpedoman pada pendidikan Barat yang diterima

secara mentah-mentah.

Kemajuan teknologi di bidang industri ternyata menghasilkan pencemaran

lingkungan, disebabkan banyak industri yang tidak memperhatikan

lingkungan sekitar.

Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sebab-akibat 1

–akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang

pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua

menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.

5. Mengomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan

dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil

tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta

didik atau kelompok. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk

menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa,

diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan

pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui

presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk karya.

C. Model Pembelajaran dalam Antropologi

Sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013, ada beberapa model pembelajaran yang

dapat diterapkan, antara lain, pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), dan discovery

learning.

1. Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran

yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk

belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta

didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). 1)

Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik

yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan

pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta

Page 20: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 17

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;

(2) Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik mengintegrasikan

pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam

konteks yang relevan; (3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,

menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi

internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam

bekerja kelompok.

2. Project Based Learning (PjBL)

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda

pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik

melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk

menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek

merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal

dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan

pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan

komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan

memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan

pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam

sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam

kurikulum.

Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat

berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang

sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik

dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik, yaitu:

Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong

kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu

untuk dihargai.

Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-

masalah yang kompleks.

Meningkatkan kolaborasi.

Page 21: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 18

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan

keterampilan komunikasi.

Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.

Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik

dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-

sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara

kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan

menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan

dunia nyata.

Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik

maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

3. Discovery Learning

Metode Discovery Learningadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam

bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai strategi

belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry)

dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini,

pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau

prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah

bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam

masalah yang direkayasa oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode Discovery

Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat

membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented

menjadi student oriented.

Dalam Discovery Learning,hendaknya guru harus memberikan kesempatan

muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau

Page 22: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 19

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa

dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,

membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,

mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan:

Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-

keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci

dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan

berhasil.

Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatannya sendiri.

Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan

gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan

sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah

pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;

Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses

belajar yang baru;

Ketiga model pembelajaran sangat relevan dengan tujuan dan kekhasan

pembelajaran mata pelajaran Antropologi. Sesuai dengan karakteristik pendidikan

antropologi, untuk membekali siswa agar mampu memahami dan menyikapi

secara bijak tentang keberagaman budaya dalam rangka membangun karakter

yang menerima dan memahami perbedaan, maka siswa dibekali dengan

pengalaman yang berpikir kritis dan analitis melalui, studi kasus (problem based

Page 23: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 20

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

learning). Studi etnografi (project based learning), dan observasi partisipasi

(discovery learning).

a. Studi Kasus

Studi kasus dapat dilaksanakan dalam rangka bentuk operasional dari problem

based learning. Tujuan utama menggunakan model ini adalah untuk

menganalisis kasus-kasus tertentu yang ada di lingkungan setempat bersifat

khas yang menggunakan tinjauan antropologi, misalnya kehidupan komunitas

pemecah batu, petani ladang, pedagang kaki lima, pemulung, nelayan, buruh

atau kehidupan di komplek-komplek perumahan atau perkampungan.

b. Studi Etnografi

Studi etnografi merupakan penabaran model pembelajaran berbasis proyek.

Model ini bertujuan untuk melatih cara berfikir holistik sehingga mereka

terlatih untuk melihat suatu persoalan dari berbagai sudut pandang sehingga

mereka berpandangan luas dan tidak mudah menjastifikasi secara negatif,

misalnya, melihat kehidupan suku terasing, komunitas tertentu yang ada di

sekitarnya.

c. Observasi Partisipasi

Observasi partisipasi merupakan ciri utama kajian antropologi. Apabila

disejajarkan dengan model pembelajaran, observasi partsipasi ini dapat

dikatakan sebagai penyesuaian dari model pembelajaran discovery learning.

Observasi partisipasi ini akan mendorong peserta didik untuk menemukan hal-

hal baru yang disimpulkan dari berbagai data yang diperoleh. Penerapan

model ini bertujuan agar muncul rasa empati siswa perlu dilatih melalui

kegiatan observasi partisipasi, artinya, siswa sebagai pengamat juga terlibat

secara langsung sehingga merasakan apa yang sebenarnya dirasakan oleh si

pelaku. Hal ini untuk melatih siswa bagaimana memahami orang lain secara

emik.

D. Kaitan Materi-Materi dan Model Pembelajaran

Keterkaitan antara materi pelajaran dengan model pembelajaran sangat erat. Untuk

materi-materi yang bersifat faktual, kita dapat menerapkan model pembelajaran

Page 24: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 21

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

berbasis masalah. Peserta didik dilatih untuk mengungkap berbagai permasalahan

yang ada untuk dicari jawabanya melalui berbagai metode dan sudut pandang.

Dengan demikian peserta didik akan terbiasa berpandangan obyektif, kritis, dan peka

terhadap kejadian-kejadian yang ada di masyarakat setempat.

Untuk materi-materi yang bersifat konseptual, model pembelajaran berbasis proyek

sangat relevan mengingat keunikan model ini yang memberikan peluang besar bagi

peserta didik untuk mengkaji lebih dalam dan menerapkan konsep-konsep dasar

Antropologi. Sementara untuk materi-materi yang bersifat prosedural dan

metakognitif, model pembelaaran yang sangat relevan adalah discovery learning.

Lewat model pembelajaran ini peserta didik memiliki kesempatan untuk menggali hal-

hal baru dan menemukan hal-hal yang selama ini belum terungkap.

Meskipun ada keterkaitan antara materi pelajaran dengan model pembelajaran,

namun pengelompokkan materi berdasarkan model-model pembelajaran di atas

bukanlah pembagian yang saklek. Model-model itu dapat dilakukan secara bergantian,

atau bersamaan (berkolaborasi). .

E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Antropologi

Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk

menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang

meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai

kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan

penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan

kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak

instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari

pembelajaran.

Antropologi merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur kurikulum

2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Antropologi harus dikembangkan sesuai

dengan konsep penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian autentik yang mencakup

domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai peserta didik secara

terpadu.

1. Penilaian Sikap

Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian

Page 25: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 22

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

“teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang

digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada

jurnal berupa catatan pendidik.

Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar sikap spiritual dan sosial sebagai

berikut:

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Perilaku

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mensyukuri keberagaman agama dan religi/kepercayaan, budaya, tradisi dan bahasa dalam kehidupan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa..

o Menghayati, dan

o Mengamalkan

o Ilmiah,

o Bersyukur,

o Peduli,

o Waspada, dan

o Berdo’a.

ii. Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

2.1. Merespon secara positif berbagai permasalahan bangsa terkait dengan keberagaman agama, religi/kepercayaan, budaya, tradisi dan bahasa di masyarakat.

o Menunjukkan,

o Menghayati, dan

o Mengamalkan

o proaktif,

o tanggung jawab,

o responsif, dan

o peduli

o Toleran

2.2. Menunjukkan sikap toleransi dan empati dalam keberagaman agama, religi/kepercayaan, budaya, tradisi, dan bahasa.

Page 26: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 23

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Perilaku

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2. Penilaian Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan

penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,

benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman

penskoran. Tes uraian mampu memberikan multi jawaban yang memiliki nilai

kebenaran yang sama. Tes uraian menuntut peserta didik mampu mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi, atas

materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis semacam ini memberi kesempatan pada

guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih

tinggi atau kompleks. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen

penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara

individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.

Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara

langsung antara pendidik dan peserta didik.

Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan

karakteristik tugas.

Penilaian pengetahuan pada pembelajaran Antropologi mencakup kompetensi inti

3 (pengetahuan), kompetensi dasar pengetahuan.

Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar pengetahuan sebagai berikut:

Kompetensi Inti Kompetensi

Dasar Kompetensi Materi Pokok

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

3.1 Konsep dasar, peran fungsi, dan keterampilan Antropologi dalam

Memahami,

Menerapka

dan

Menganalisis

Konsep dasar Antropologi

Peran dan Fungsi Antropologi

Keterampilan

Page 27: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 24

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kompetensi Inti Kompetensi

Dasar Kompetensi Materi Pokok

berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

mengkaji kesamaan dan keberagaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa..

. Antropologi dalam

Mengkaji kesamaan dan keberagaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa..

3. Penilaian Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian

yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu

dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen

yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang

dilengkapi rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa

keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan

kompetensi. Untuk melaksanakan tes praktik diperlukan penyusunan rubrik

penilaian.

Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam

waktu tertentu. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau

tema pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan

oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,

pengolahan, analisis, dan penyajian data.

Page 28: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 25

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek.

Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi

penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data,

dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar

cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam

bentuk poster atau tertulis.

Penilaian keterampilan juga dapat dilakukan melalui penilaian portofolio. Penilaian

portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh

karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk

mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik

dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang

mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Penilaian

portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan

kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio

bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi

secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi

berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik

dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik

dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau

informasi lain yang relevan dengan keterampilan yang dituntut oleh topik atau

mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya

peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran

tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta

didik sendiri.

Penilaian keterampilan pada pembelajaran Antropologi mencakup kompetensi inti

keterampilan, dan kompetensi dasar keterampilan.

Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar keterampilan sebagai berikut:

Kompetensi Inti Kompetensi

Dasar Kompetensi Konten

4. Mengolah, menalar, dan

4.1 Melakukan kajian

o Mengolah, o Contoh penerapan

Page 29: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 26

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kompetensi Inti Kompetensi

Dasar Kompetensi Konten

menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

literatur, diskusi, dan pengamatan terkait dengan manfaat Antropologi dalam mengkaji tentang kesamaan dan keragaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa beserta unsur-unsurnya.

o Menalar, dan

o Menyajikan

pengetahuan dasar Antropologi dalam memahami kesamaan dan keragaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa beserta unsur-unsurnya.

Page 30: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

27

BAB III

ANALISIS KOMPETENSI

A. Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti

Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang

dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar.

Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran

adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan

diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang

diperlukan.

Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata

pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama

pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu.

Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan

kompetensi dasar.

Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai

berikut.

Tabel 3: Kompetensi Inti kelas X

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

Page 31: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 28

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke

lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk

kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas X sesua Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai

berikut;

Tabel 4: Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII

Kompetensi Deskripsi Kompetensi

Sikap Spiritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

B. Keterkaitan Kompetensi Dalam Pembelajaran dan Penilaian.

Keterkaitan antar kompetensi dalam pembelajaran dan penilaian dapat digambarkan

seperti berikut;

Page 32: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 29

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Gambar 3.1

KI dan KD dalam silabus maupun buku

Penjelasan gambar;

1. Keterkaitan antar kompetensi dalam pembelajaran dan penilaian.

a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang

harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though

curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung

(direct teaching) kepada peserta didik.

b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial yang

harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang

merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)

c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara

utuh atau terpadu.

2. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

a. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan

kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar

dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi

inti sebagai berikut:

1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-1;

Page 33: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 30

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

menjabarkan KI-2;

3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

menjabarkan KI-3; dan

4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4.

b. Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau

diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang

menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam penyusunan indikator pencapaian kompetensi perlu diperhatikan hal-hal

berikut ini:

1) Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur,

didalamnya terdapat dua unsur, yaitu tingkat kompetensi dan konten

(pengetahuan dan keterampilan);

2) Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar,

materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus;

3) Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal

yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat

dikembangkan hingga ke tingkat yang paling tinggi untuk mencapai target

pencapaian kompetensi sesuai dengan karakteristik dan daya dukung

sekolah dan lingkungannya;

4) Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan;

5) Tingkat kompetensi pada aspek pengetahuan adalah mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, mengevalasi, dan mengkreasi;

6) Tingkat kompetensi pada aspek keterampilan adalah mengamati,

menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta, dan

7) Keseluruhan indikator yang disusun memadai untuk mencapai kompetensi

dasar, kompetensi inti, dan standar kompetensi lulusan.

Page 34: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 31

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Contoh pengembangan indikator pencapaian kompetensi mata pelajaran

Antropologi.

1) Kompetensi Spiritual

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator

Pencapaian Kompetensi

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Mensyukuri keberagaman agama dan religi/kepercayaan, budaya, tradisi dan bahasa dalam kehidupan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.

o Menampilkan perilaku ilmiah

o Bersyukur atas keberagaman agama dan religi/kepercayaan, budaya, tradisi dan bahasa dalam kehidupan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.

2) Kompetensi Sosial

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian

Kompetensi

1. Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas

2.1. Merespon secara positif berbagai permasalahan bangsa terkait dengan keberagaman agama, religi/kepercayaan, budaya, tradisi dan bahasa di masyarakat.

o Menunjukkan perilaku positif,

o Menunjukkan perilaku toleran,

o Menunjukkan perilaku responsive

Page 35: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 32

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian

Kompetensi

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

3) Kompetensi Pengetahuan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian

Kompetensi

3. Memahami,

menerapkan,

menganalisis

pengetahuan faktual,

konseptual,

prosedural

berdasarkan rasa

keingintahunya

tentang ilmu

pengetahuan,

teknologi, seni,

budaya, dan

humaniora dengan

wawasan

kemanusiaan,

kebangsaan,

kenegaraan, dan

3.1 Mengidentifikasi

manfaat

Antropologi

dalam mengkaji

tentang

kesamaan dan

keragaman

budaya, agama,

religi/kepercaya

an, tradisi, dan

bahasa

o Menjelaskan konsep

Antropologi

o Mengidentifikasi dan

Mendeskripsikan

manfaat Antropologi

o dalam mengkaji

tentang kesamaan

dan keragaman

budaya, agama,

religi/kepercayaan,

tradisi, dan bahasa

Page 36: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 33

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian

Kompetensi

peradaban terkait

penyebab fenomena

dan kejadian, serta

menerapkan

pengetahuan

prosedural pada

bidang kajian yang

spesifik sesuai

dengan bakat dan

minatnya untuk

memecahkan

masalah.

4) Kompetensi Keterampilan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian

Kompetensi

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.1 Melakukan kajian literatur, diskusi, dan pengamatan terkait dengan manfaat Antropologi dalam mengkaji tentang kesamaan dan keragaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa beserta unsur-unsurnya.

Menyajikan informasi tertulis mengenai manfaat Antropologi dalam mengkaji tentang kesamaan dan keragaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa beserta unsur-unsurnya.

Page 37: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 34

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

3. Materi Pokok dan Materi Pembelajaran

Pengembangan materi pokok memperhatikan; potensi peserta didik, relevansi

dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,

sosial, dan spritual peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, struktur

keilmuan, aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, relevansi

dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu.

Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar

pengetahuan, materi pokok dalam silabus, dan materi pembelajaran dalam buku

guru dan buku siswa. Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang

sudah tercantum di silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus

dan kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga (pengetahuan).

Hasil pengembangan materi pembelajaran harus mencakup pengetahuan faktual,

konseptual, dan prosedural (untuk kelas X), serta pengetahuan metakognitif

(untuk kelas XI dan XII)

a. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan tentang Fakta, fenomena, kejadian,

atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca, disentuh, atau diamati

atau materi yang berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang,

lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain

sebagainya.

Contoh:

Keberagaman suku bangsa (Jawa, Sunda, Batak dll.)

b. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang ide yang

mempersatukan fakta-fakta yang berupa pengertian, definisi, hakikat, dan inti

isi, misalnya tentang Paleoantropologi, somatologi, prehistori, etnolinguistik dll.

c. Pengetahuan prosedural yang merupakan pengetahuan tentang sederetan

langkah yang bertahap dan sistematis. Langkah prosedural merupakan bagian

dari kompetensi pada aspek keterampilan.

Contohnya antara lain keterampilan dalam memahami langkah-langkah

pembentukkan kepribadian, proses terjadinya perilaku menyimpang.

Page 38: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 35

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Untuk selanjutnya, materi pembelajaran juga harus mempertimbangkan materi

yang dapat melatih peserta didik dalam penguasaan Lower Oerder Thinking

Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS), integrasi Muatan

Lokal dan materi bahan aktualisasi pembelajaran dalam kegiatan Kepramukaan.

Contoh LOTS : Menyebutkan pengertian Paleoantropologi;

Contoh HOTS : Hubungan antarbudaya di Indonesia;

Contoh materi integrasi muatan lokal : Menganalisis hubungan antaragama

dan antarbudaya di lingkungan sekitar tempat tinggal

Contoh aktualisasi Antropologi dalam kegiatan kepramukaan: Peserta didik

membuat laporan tentang berbagai bentuk perilaku menyimpang yang terjadi di

lingkungan sekolah dan upaya penanggulangannya. Melalui kegiatan ini

diharapkan dapat memupuk nilai-nilai kepramukaan diantaranya: kecintaan

kepada sesama, kecintaan kepada lingkungan, disiplin, toleran, tanggung jawab

dll.

4. Kegiatan Pembelajaran dan Langkah-langkah Pembelajaran

Guru dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sudah tercantum di

silabus dan buku menjadi langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan hasil

kajian terhadap materi pembelajaran dikaitkan dengan hasil kajian terhadap KI-1

dan KI-2. Kegiatan pembelajaran dikembangkan dengan pendekatan saintifik yaitu

mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan

mengomunikasikan.

a. Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan memaksimalkan panca

indra dengan cara melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau

menyimak. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena

atau peristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta

langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya. Pengamatan terhadap

materi fakta, yaitu fenomena atau peristiwa dalam bentuk gambar, video,

rekaman suara, atau fakta langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan

sebagainya. Semua objek Antropologi dapat diamati oleh seluruh peserta didik

asalkan guru mampu mengarahkan ke hal tersebut.

Page 39: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 36

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Contoh:

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)

membaca buku teks dan sumber bacaan lainnya tentang Konsep dasar, peran fungsi, dan keterampilan Antropologi

dalam mengkaji kesamaan dan keberagaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa.

Peserta didik melihat, mengamati, menyimak, mendengar berbagai tayangan gambar, peta dan cuplikan film peristiwa yang masih hangat seperti peringatann hari besar agama, upacara adat dll.

Peserta didik mengamati, melihat, menyimak, mendengar tayangan slide presentasi, tentang keberagaman agama, suku bangsa dan budaya

Peserta didik melakukan kegiatan membaca berbagai sumber tentang kesamaan dan keberagaman agama, suku bangsa dan budaya

b. Menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai

ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Contoh:

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)

Peserta didik ditugasi untuk mengajukan pertanyaan tentang Konsep dasar, peran fungsi, dan keterampilan Antropologi dalam mengkaji kesamaan dan keberagaman budaya, agama, religi/kepercayaan, tradisi, dan bahasa.

Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai apa yang belum mereka pahami atau ingin mengetahui lebih jauh tentang latar belakang terjadinya kesamaan dan keberagaman agama, suku bangsa dan budaya.

Guru membimbing/mendorong peserta didik mengajukan pertanyaan berdasarkan peristiwa yang masih hangat terjadi baik hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik

Guru membantu peserta didik dalam

Page 40: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 37

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)

menyusun pertanyaan dan mengajukan pertanyaan secara mandiri (hipotesis) berkaitan dengan aspek fisik dan sosial di lingkungan sekitar sekolah

c. Mengumpulkan data adalah melakukan eksperimen, membaca sumber lain

selain buku teks, mengamati objek/kejadian, dan aktivitas wawancara dengan

nara sumber. Mencoba merupakan proses kegiatan memperkuat pemahaman

faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif Antropologi melalui kegiatan

langsung mengumpulkan data-data Antropologi. Kegiatan mencoba dapat

dilakukan dalam dua jenis, yaitu mencoba prinsip/prosedur seperti yang

diperoleh melalui diskusi, dan mencoba mengaplikasikan prinsip/prosedur pada

situasi baru. Kegiatan mencoba dapat dilakukan dalam bentuk ekperimen

(mengamati arah angin dengan kain bendera), tugas projek dalam pembuatan

proyeksi peta secara kelompok, atau tugas produk. Pada kegiatan mencoba

jenis pertama, data yang diperoleh digunakan untuk memverifikasi

prinsip/prosedur yang dipelajari. Kegiatan ini akan meningkatkan

kebermaknaan belajar (meaningfull learning) bagi siswa. Mereka menjadi lebih

yakin dengan pengetahuan yang dimiliki yang dibuktikan melalui data-data

yang diperoleh. Pada kegiatan mencoba jenis ke dua merupakan kelanjutan

dari jenis yang pertama. Setelah proses mencoba yang pertama merupakan

bagian dari kegiatan membangun pengetahuan konseptual dan prosedural

dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencoba jenis kedua untuk

mengaplikasikannya dalam situasi baru. Data baru yang diperoleh mendorong

pemikiran lebih tinggi karena bukan sekedar membuktikan prinsip/prosedur

yang diketahui melainkan mencoba menerapkan dalam situasi baru. Kegiatan

jenis kedua diperlukan kreativitas dan inovasi guru Antropologi dalam

merancang dan mendesainya, serta mencobanya agar prosedur dan data yang

diharapkan dapat diterima (acceptable) secara keilmuan.

Page 41: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 38

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Contoh:

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)

Peserta didik memberi contoh keberagaman agama,suku bangsa dan budaya yang terjadi di lingkungan sekitar dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat

Secara berkelompok peserta didik diminta melakukan observasi di lingkungan masing-masing.

Peserta didik mengumpulkan informasi dan mencatat sedikitnya lima bentuk keberagaman yang terjadi dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan masyarakat sekitar

Setelah mengumpulkan informasi peserta didik kembali ke kelas dan duduk berdasarkan kelompoknya.

d. Mengasosiasi adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari

kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan

informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan

kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi

dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada

yang bertentangan. Termasuk dalam kategori mengasosiasi adalah menyajikan

data secara sistematis, memilah, mengelompokkan, menghubungkan,

merumuskan, menyimpulkan dan menafsirkan.

Contoh:

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)

Peserta didik diminta untuk menganalisis latar belakang dan pengaruh terjadinya keragaman agama, suku bangsa dan agama terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

Secara berkelompok peserta didik diminta mendiskusikan lima bentuk keberagaman yang telah diinventarisir

Peserta didik diminta menentukan kecenderungan pengaruh yang terjadi positif atau negatif

Peserta didik diminta menyimpulkan secara kelompok kecenderungan yang terjadi beserta alasannya

Page 42: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 39

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

e. Mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Peserta

didik mampu mengekpresikan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

Kegiatan ini menjadi sarana agar peserta didik terbiasa berbicara, menulis,

atau membuat karya tertentu untuk menyampaikan gagasan/ide, pengalaman,

dan kesan dan lain sebagainya termasuk dengan melibatkan emosi dan

idealismenya. Misalnya peserta didik melaporkan hasil observasi di lingkungan

tempat tinggal.

Untuk mengurangi kendala waktu terutama jika bentuk kegiatan presentasi

yang digunakan, guru harus menjadwalkan secara efektif dengan membagi

peran dan alokasi waktu kegiatan dalam satu semester/satu tahun, sehingga

setiap peserta didik mendapat kesempatan yang proporsional. Kegiatan

mengomunikasikan juga membuka ruang bagi peserta didik

mengungkapkannya dalam struktur tidak formal sehingga mereka bebas

berekpresi menuangkan inovasi dan kreativitasnya. Membuat blog, membuat

laporan deskriptif, dan membuat video kegiatan dengan memanfaatkan

website dan internet adalah bentuk komunikasi dengan struktur yang tidak

terlalu formal.

Contoh:

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)

Peserta didik mengomunikasikan hasil analisisnya dalam bentuk tulisan yang dilengkapi dengan gambar/peta yang relevan,

Menyimpulkan lima bentuk keberagaman yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal

Menuliskan rumusan kesimpulan dalam uraian kasus per kasus (disertai dokumentasi jika diperlukan) dan memajangnya pada dinding kelas

Secara bergiliran setiap kelompok mempresentikasikan/mengemukakan hasil kesimpulan.

Kelompok lain dapat memberi penilaian, pertanyaan dan tanggapan

Page 43: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 40

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

5. Alternatif Penilaian Autentik

Mengembangkan penilaian autentik yang mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan dan keterampilan berdasarkan kompetensi dasar, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian.

a. Kompetensi Sikap Spiritual dan Sosial

Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Soal Teknik Penilaian

Menampilkan perilaku ilmiah

Bersyukur atas penciptaan bumi dengan cara turut memeliharanya

Menampilkan perilaku menata lingkungan yang baik

Menampilkan perilaku waspada

Menampilkan perilaku berdo’a pada awal dan akhir pembelajaran

Menunjukkan perilaku proaktif,

Menunjukkan perilaku bertanggungjawab,

Menunjukkan perilaku responsive, dan

Menunjukkan perilaku peduli.

Siswa dapat menampilkan perilaku ilmiah dengan teliti

Siswa dapat bersyukur atas penciptaan bumi dengan cara turut memeliharanya dengan khusyu

Siswa dapat menampilkan perilaku menata lingkungan yang baik

Siswa dapat menampilkan perilaku waspada

Siswa dapat menampilkan perilaku berdo’a pada awal dan akhir pembelajaran dengan khusyu

Siswa dapat menunjukkan perilaku proaktif,

Siswa dapat menunjukkan perilaku bertanggungjawab,

Siswa dapat menunjukkan perilaku responsive, dan

Siswa dapat menunjukkan perilaku peduli.

Observasi

Penilaian diri

Page 44: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA 41

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

b. Kompetensi Pengetahuan

Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Soal Teknik Penilaian

Menjelaskan pengertian Antropologi

Membedakan cabang-cabang Antropologi

Siswa dapat menjelaskan pengertian Antropologi dengan benar

Siswa dapat membedakan cabang-cabang Antropologi dengan tepat

Tes tertulis

Penugasan

c. Kompetensi Keterampilan

Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Soal Teknik Penilaian

Menyajikan informasi tertulis tentang latar belakang terjadinya keberagaman agama, suku bangsa dan budaya

Siswa dapat menyajikan informasi tertulis tentang latar belakang terjadinya keberagaman agama, suku bangsa dan budaya beserta dokumentasinya

Portofolio

Page 45: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

42

BAB IV

PENUTUP

Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin kegiatan

pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan sebaliknya, semakin tidak efektif

kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal.

Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2, KI-3, dan

KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran langsung dan

proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses

pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan

keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang

dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran dan langkah-lamgkah pembelajaran.

Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan

saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau

menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan

analisis. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan

pembelajaran adalah melakukan analisis kompetensi.

Berdasarkan hasil analisis dikembangkan materi pembelajaran, alternatif kegiatan

pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Pembelajaran tidak langsung adalah proses

pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam

kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan

sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara

terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran

yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi

pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan

dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-

1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial.

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang

mengacu pada Silabus.

Page 46: Pembelajaran A N T R O P O L O G I

Naskah Pembelajaran Antropologi Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

43

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And

Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman.

Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press. Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty.

Educational Policy, 12, 525-541. http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education Harding, S. (1998). Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and

Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press. Kemendikbud (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP

No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi

Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan

Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2014). Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan

Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.

Jakarta UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003

No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief

Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.