Top Banner
130

Pembangunan Agropolitan dan Minapolitan

Nov 24, 2015

Download

Documents

sultanyogya

Gambaran Pembangunan Agropolitan dan Minapolitan oleh Kementerian PU
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Konsep Kawasan Menuju Keharmonian&AGROPOLITAN MINAPOLITAN

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    4

    Sambutan

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    5

    Direktur Jenderal Cipta KaryaKementerian Pekerjaan Umum

    Salam sejahtera,

    Guna mewujudkan komitmen Pemerintah untuk melaksanakan pemerataan pembangunan dan penyeimbangan pembangunan desa-kota, maka pada tahun 2002 Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum bersama Kementerian Pertanian mengembangkan Kawasan Perdesaan. Program ini dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan percepatan pengembangan wilayah yang berbasis pada potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat, yang pada gilirannya, upaya tersebut akan berujung pada peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.

    Dalam pengembangan kawasan perdesaan melalui pengadaan infrastruktur penunjang ekonomi yang memadai, Ditjen Cipta Karya telah melibatkan masyarakat setempat dalam mengembangkan dan mengelola potensi daerahnya. Dengan demikian, kawasan ini mampu menjadikan kegiatan utama masyarakatnya sebagai sektor penggerak perekonomian lokal dan regional.

    Seiring dengan berkembangnya ragam konsepsi penyelenggaraan pembangunan perdesaan maka, pada tahun 2011 program pengembangan kawasan perdesaan ini menjadi kawasan pusat pertumbuhan yang didalamnya mencakup Kawasan Agropolitan dan Minapolitan.

    Integrasi yang kuat antar kelembagaan dan masyarakat pada pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan telah membuahkan hasil dan membawa perubahan bagi kawasan zona inti (pusat pertumbuhan) maupun desa-desa hinterland. Program ini diharapkan dapat menjadi campur tangan positif pemerintah dalam memanfaatkan, mengelola, sekaligus melestarikan potensi dan kekayaan alam perdesaan Indonesia demi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

    Jakarta, September 2012

    Budi Yuwono P.

    Program ini diharapkan dapat menjadi campur tangan positif pemerintah dalam memanfaatkan, mengelola, sekaligus melestarikan potensi dan kekayaan alam perdesaan Indonesia demi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    6

    Kata Pengantar

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    7

    Direktur Pengembangan PermukimanDirektorat Jenderal Cipta Karya

    Salam sejahtera,

    Sejak efektif dilaksanakan pada tahun 2002, pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan telah berhasil memfasilitasi tak kurang dari 382 kawasan, baik kawasan baru maupun lanjutan. Pengembangan dilaksanakan melalui penyediaan infrastruktur desa yang memadai dan mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Pengadaan infrastruktur juga ditujukan bagi peningkatan produktivitas, pengolahan, serta pemasaran hasil pertanian/perikanan.

    Pengembangan kawasan Agropolitan/Minapolitan dirasakan begitu penting, mengingat pengembangannya yang memanfaatkan dan mengusung konsep sesuai dengan keunikan, keunggulan, dan keandalan lokal. Dengan demikian, pemerataan pembangunan dapat ditingkatkan serta menjamin kelangsungan perkembangan kawasan sehingga memiliki keunggulan yang berdaya saing.

    Dengan sinergi harmonis antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait, diharapkan mampu mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan yang utuh dan terintegrasi. Dengan demikian, hasil pembangunan dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan membawa masyarakat kepada kesejahteraan serta kehidupan yang lebih baik.

    Jakarta, September 2012

    Amwazi Idrus

    Pengadaan infrastruktur ditujukan bagi peningkatan produktivitas. pengolahan. serta pemasaran hasil pertanian/perikanan.

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    8

    SambutanDirekturJenderalCiptaKarya

    KataPengantarDirekturPengembanganPermukiman

    DaftarIsi

    1 Pendahuluan

    2 Menata Infrastruktur Agropolitan bagi Masa Depan - Konsep Kawasan Agropolitan - Mekanisme Pengembangan Kawasan Agropolitan - Dukungan Infrastruktur Kawasan Agropolitan PeningkatanProduktivitasHasilPertanian/Perikanan PengolahanHasilPertanian/Perikanan - Kinerja Dukungan Infrastruktur Kawasan Agropolitan - Sudut Pandang - Kata Mereka

    3 Di Balik Cakrawala Biru Indonesia - Konsep Kawasan Minapolitan - Mekanisme Pengembangan Kawasan Minapolitan - Dukungan Infrastruktur Kawasan Minapolitan PeningkatanProduktivitasHasilPerikanan PengolahanHasilPerikanan - Kinerja Dukungan Infrastruktur Kawasan Minapolitan - Sudut Pandang - Kata Mereka

    4 Penutup

    DAFTAR ISI

    5

    7

    8

    9

    17

    47

    75

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    9

    PENDAHULUAN

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    10

    Terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, menjadikan Indonesia sebuah negara dengan potensi dan kekayaan alam yang berlimpah.

    Konsep Kawasan :Agropolitan dan Minapolitan

    Tahun Anggaran 2002-2011Wilayah Cakupan:

    32 Provinsi324 Kawasan Agropolitan48 Kawasan Minapolitan

    Nangroe Aceh7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Kawasan Agropolitan dan MinapolitanTA 2002-2011

    Sumatera Utara14 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan

    Riau10 Kawasan Agropolitan 2 Kawasan Minapolitan Kalimantan Barat

    13 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan

    Kalimantan Tengah10 Kawasan Agropolitan

    Kalimantan Timur7 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Kep. Riau4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Jambi7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Bangka Belitung7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Jawa Barat19 Kawasan Agropolitan 3 Kawasan Minapolitan

    Bali8 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Jawa Tengah14 Kawasan Agropolitan 2 Kawasan Minapolitan

    Sumatera Selatan12 Kawasan Agropolitan 2 Kawasan Minapolitan

    Jawa Timur22 Kawasan Agropolitan 3 Kawasan Minapolitan

    Bengkulu8 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Lampung10 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan

    DI Yogyakarta10 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan

    Banten10 Kawasan Agropolitan 2 Kawasan Minapolitan

    Kalimantan Selatan6 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Nusa Tenggara Barat10 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan

    Sumatera Barat13 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan

    BANDA ACEH

    MEDAN

    PEKANBARU

    BENGKULU

    PALEMBANG

    PONTIANAK

    PALANGKARAYA

    BANJARMASIN

    SAMARINDA

    BANDARLAMPUNG

    SERANGBANDUNG

    JAKARTA

    PADANG

    JAMBI

    PANGKALPINANG

    TANJUNGPINANG

    SEMARANG

    YOGYAKARTASURABAYA

    DENPASAR

    MATARAM

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    11

    KeKAyAAn ini pun menjadi hak setiap anak bangsa untuk dikelola dan dimanfaatkan sebaik mungkin demi mewujudkan kesejahteraan bang sa. Tentunya, dengan tidak melupakan kewajiban untuk menjaga, memelihara, dan me lestarikan kekayaan alam negeri ini.

    Pembangunan di seluruh sektor kehidupan merupakan salah satu upaya pemanfaatan potensi dan kekayaan alam Indonesia yang hasilnya, diharapkan, dapat dinikmati oleh setiap masyarakat Indonesia secara merata. Untuk itu, pembangunan semestinya dapat dilaksanakan secara merata di seluruh penjuru negeri ini sehingga pembangunan dapat

    menyentuh sampai ke daerah perdesaan, ter-pencil, pelosok, hingga kawasan perbatasan.

    Namun, dalam pelaksanaannya, pembangun-an lebih difokuskan pada wilayah perkotaan. Pembangunan berjalan demikian pesat di se-jumlah kota dan menjadikan kota tersebut se-bagai pusat pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya. Kota-kota tersebut seakan tak pernah henti untuk bersolek sehingga memancarkan pesonanya. Di sisi lain, wilayah perdesaan tetap tampil dalam kesederhanaannya, bahkan dalam keterbatasannya.

    Ketidakberhasilan dalam pemerataan pem-

    Sulawesi Utara15 Kawasan Agropolitan 4 Kawasan Minapolitan

    Maluku Utara7 Kawasan Agropolitan

    Papua Barat4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Gorontalo7 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Maluku8 Kawasan Agropolitan

    Papua5 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Sulawesi Tenggara7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Sulawesi Selatan14 Kawasan Agropolitan3 Kawasan Minapolitan

    Nusa Tenggara Timur7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Sulawesi Tengah9 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Sulawesi Barat4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    MAKASSAR

    KUPANG

    MAMUJU

    PALU

    KENDARI

    GORONTALO

    MANADO

    TERNATE

    AMBON

    MANOKWARI

    JAYAPURA

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    12

    ba ngun an ini, tentu saja, menimbulkan ke-sen jangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Hal inilah yang memicu terjadinyapercepatan urbanisasi di Indonesia hingga sampai pada tingkat urbanisasi yang tidak terkendali. Berdasarkan Data Survei Penduduk Antarsensus laju urbanisasi di Indonesia me-ningkat dari 37,5% di tahun 1995 menjadi 40,5% di tahun 1998. Akibat percepatan urbanisasi, sektor pertanian menjadi terdesak sehingga menurunkan produktivitas pertanian.

    Penurunan produktivitas ini tampak dari nilai produk-produk pertanian yang diimpor Indonesia demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2000, Indonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 1.277.685 ton senilai 275 juta dolar AS, sayur-mayur senilai 62 juta dolar AS, dan buah-buahan senilai

    65 juta dolar AS1). Sementara, lemahnya sistem pemasaran, terbatasnya pemahaman dan kemampuan petani, rendahnya kualitas lingkungan dan permukiman di perdesaan, kian menyulitkan produktivitas pertanian.

    Tidak jauh berbeda dengan kawasan pertanian, kawasan pesisir dengan mayoritas penduduk bergantung pada sektor perikanan belum dapat mengolah dan memanfaatkan potensi dan ke-kayaan laut Indonesia secaramaksimal.Hal inidiakibatkan pembangunan yang masih terfokus di wilayah daratan sehingga potensi perairan Indonesia masih dikesampingkan.

    Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2035, diperkirakan populasi penduduk tumbuh hingga 2 kali dari jumlah saat ini. Seiring ber-

    Jalan poros desa Gumukrejo,Desa Tanjungsari, Banyudono, Kabupaten Boyolali

    1.2) yudhohusodo. Siswono.LaporanHimpunanKerukunanTaniIndonesia.2002.

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    13

    tambahnya jumlah penduduk, tingkat pen-di dikan dan kesejahteraan masyarakat juga meningkat sehingga terjadi peningkatan kon sumsi per kapita untuk beragam jenis ba-han pangan. Maka, dalam waktu 35 tahun mendatang, kebutuhan akan kesediaan ba-han pangan Indonesia meningkat lebih dari 2 kali jumlah kebutuhan saat ini2). Hal inimemunculkan kerisauan akan terjadinya kondisi rawan pangan di masa yang akan datang.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan/MinapolitanBerangkat dari kondisi-kondisi tersebut, Peme-rintah melalui Kementerian Pekerjaan Umumdalam hal ini Direktorat Jenderal (Ditjen)Cipta Karya ingin mewujudkan pemerataan pembangunan dengan mengembangkan kawa san perdesaan, termasuk perdesaan yang berada di daerah pesisir. Ditjen Cipta Karya melalui Direktorat Pengembangan

    Permukiman melaksanakan pro gram-program pengembangan perdesaan po tensial. Salah satunya adalah program yang bertujuan untuk mengembangkan potensi lo kal sebagai roda pertumbuhan ekonomi di ka wasan perdesaan, yaitu pengembangan Ka wasan Agropolitan dan Minapolitan.

    Kawasan Agropolitan/Minapolitan yang dikem-bang kan merupakan bagian dari potensi wila-yah kabupaten. Pengembangan kawasan mela-lui penguatan sentra-sentra produksi perta ni an/perikanan yang berbasis potensi lokal. De ngan demikian, Kawasan Agropolitan/Mina politan mam pu memainkan peran sebagai ka wasan pertumbuhan ekonomi yang berdaya kom pe-tensi interregional maupun intraregional.

    Selain itu, pengembangan juga berorientasi pada kekuatan pasar yang dilaksanakan melalui pemberdayaan usaha budidaya dan kegiatan

    Skema Tata RuangKawasan Agro/Minapolitan

    Sumber : Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan. Kimpraswil 2000

  • agribisnis/minabisnis hulu sampai dengan hilir. Pengembangan kawasan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan sistem agribisnis/minabisnis yang utuh dan terintegrasi dengan penyediaan infrastruktur (sarana dan pra sa ra-na) seperti peningkatan jalan lingkungan poros desa, peningkatan jalan usaha tani, Stasiun Terminal Agribisnis (STA), peningkatan pasar ikan dan pembangunan lainnya yang memadai dan mendukung pengem bangan agribisnis/minabisnis.

    Program ini juga mengembangkan sistem kele mbagaan dan sistem keterkaitan desa-kota (urban-rural linkage) untuk mendukung pe ngembangan Kawasan Agropolitan/Mina-po lit an. Sistem keterkaitan tersebut ber tu-ju an untuk mengembangkan interaksi yang saling menguntungkan antara pusat agro-

    politan/minapolitan dengan sentra-sentra pro duksi pertanian/perikanan. Pola inter aksi ini, nantinya, akan memberikan nilai tam bah pro duksi agropolitan/minapolitan sehingga da pat memacu pembangunan per desaan; me-ningkatkan produktivitas dan kua litas per ta-nian/perikanan; meningkatkan pen dapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah hinterland; mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi daerah; yang pada akhirnya akan menekan laju urbanisasi.

    Peran penting dari pengembangan Kawasan Agropolitan/Minapolitan ini adalah kawasan dan sektor yang dikembangkan sesuai dengan keunikan lokal. Sektor berbasis aktivitas masyarakat pun mampu meningkatkan pe-me r a taan. Sedangkan, kelangsungan pe-ngem bangan kawasan dan sektor lebih me-

    2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    8 27 18 37 58 47 81 56 11 38

    8 35 52 49 84 77 48 45 32

    1 41 64 118 228 286 312

    8 35 53 90 148 195 276 332 342 382

    Tahun

    Baru

    Lanjutan

    Selesai

    Total

    Pencapaian Kawasan Agropolitan dan Minapolitan 2002-2011

    400

    350

    300

    250

    200

    150

    100

    50

    0

    2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    8 835

    52

    141

    49

    84

    64

    77

    118

    56 45 32

    286 312

    2718

    37

    58

    47

    8148

    228

    11 38

    Baru Lanjutan Selesai

    835

    53

    90

    148

    195

    276

    332 342382

    AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    14

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    15

    mi liki kepastian karena sektor yang dipilih mempunyai keunggulan kompetitif dan kom-paratif dibandingkan sektor lainnya.

    Untuk dapat melangsungkan program pe-ngembangan Kawasan Agropolitan/Mina po-litan, dilakukan penyusunan atas strategi pe-ngembangan yang mencakup beberapa hal berikut: Penyusunan masterplan pengembangan

    Kawasan Agropolitan/minapolitan oleh Pe merintah Daerah dan masyarakat yang akan menjadi acuan bagi setiap wilayah/provinsi. Masterplan disusun berdasarkan jangka waktu tertentu dan mencakup rencana-rencana sarana dan prasarana.

    Penetapan lokasi Agropolitan/Minapolitan yang diusulkan oleh Kabupaten kepada Pemerintah Provinsi. Usulan harus dida-hului dengan identifikasi potensi dan masalah untuk mengetahui kondisi dan potensi lokasi, antara lain sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, dan iklim usaha.

    Sosialisasi program pengembangan Kawas-an Agropolitan/Minapolitan yang di lak sa-nakan seluruh stakeholder terkait di tingkat pusat maupun daerah sehingga lebih ter-padu dan terintegrasi.

    Pendampingan pelaksanaan program oleh

    pemerintah, yang juga berperan seba gai fasilitator. Sedangkan, masyarakat ditem-patkan sebagai pelaksana utama da lam pelaksanaan pengembangan Kawasan Ag-ro politan/Minapolitan.

    Pembiayaan program yang, pada dasarnya, dilakukan oleh masyarakatdalam hal ini petani/nelayan, penyedia agro/mina, pe-ngelola hasil, pemasar, dan penye dia jasa. Dana stimultans yang difasilitasi pe me-rintah bertujuan untuk membiayai pra-sarana dan sarana yang bersifat publik dan strategis.

    Usulan indikasi program/kegiatan di kawa-san agro/minapolitan harus dimasukkan da lam Rencana Program In ves tasi Jang ka Menengah (RPIJM) Kabupaten.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan/Mina-po litan oleh Direktorat Pengembangan Permu-kiman ini telah berlangsung sejak tahun 2002. Sampai dengan tahun 2011, telah terbangun 382 Kawasan Agropolitan/Minapolitan di se-jumlah desa hinterland di Indonesia. Selama 10 tahun pelaksanaan pengembangan Kawasan Agropolitan/Minapolitan, seringkali men dapati berbagai kendala. Kendala yang di ha dapi tersebut menjadi hal-hal yang patut dicermati dan menjadi tantangan tersendiri pada pe-ngembangan kawasan-kawasan ber ikutnya.

    Kawasan agropolitan Desa Wasiat, ngombol, Purworejo

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    16

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    17

    MENATA INFRASTRUKTUR AGROPOLITAN

    BAGI MASA DEPAN

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    18

    Pembangunan di kawasan perkotaan yang demikian pesat telah menjadikan kawasan ini memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Begitu pula, dengan setiap aspek kehidupan sosial di dalamnya yang juga berkembang dengan sangat baik.

    Menata Infrastruktur Agropolitan

    Bagi Masa DepanKonsep Kawasan :

    Agropolitan

    Kawasan Agropolitan TA 2002-2011 :32 Provinsi,

    324 kawasan

    Potensi Unggulan :Beras organik, kelapa, sayur, mayur,

    buah-buahan, hewan ternak.

    Dukungan Infrastruktur :Peningkatan jalan poros desa, jalan usaha tani,

    irigasi, kios, STA, packing house

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    19

    HAl InI memunculkan kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan yang pada akhirnya, mengakibatkan peningkatan laju ur-ban isasi.

    Percepatan laju urbanisasi berakibat pula pada terdesaknya sektor pertanian yang berujung pada penurunan produktivitas pertanian. Haltersebut ditandai dengan semakin tingginya konversi lahan pertanian menjadi kawasan perkotaan. Akibatnya, Indonesia harus menda-tangkan produk-produk pertanian dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

    Sementara itu, populasi penduduk yang se ma-kin meningkat diperkirakan mencapai angka se kitar 400 juta jiwa di tahun 2035, berbanding

    lurus dengan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Dalam kurun waktu 35 tahun men -datang, kebutuhan pangan masyarakat di-per kirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat kebutuhan pangan saat ini (Siswono yudohusodo. 2002). Dengan demikian, penurunan produktivitas pertanian dikhawatirkan dapat menimbulkan kondisi rawan pangan di masa mendatang.

    Namun, penurunan produktivitas pertanian tidak hanya semata-mata disebabkan terde sak-nya sektor pertanian akibat konversi lahan dan percepatan urbanisasi. Melainkan, juga dipicu oleh produktivitas dan pemasaran per tanian yang masih rendah, budaya petani lokal yang cenderung subsisten, serta kelembagaan dan lingkungan permukiman yang tidak kondusif.

    Jalan poros desa di kawasan agropolitan Payakumbuh,Sumatera Barat

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    20

    Berkaca pada kondisi tersebut, diperlukan upa-ya-upaya pengembangan kawasan perdesaan yang mencakup segala aspek kehidupan de-ngan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki perdesaan. Sebagai sebuah negara yang memiliki berbagai produk ung-gulan di setiap daerahnya, pengembangan ekonomi Indonesia hendaknya berorientasi pada pembangunan agribisnis yang berbasis pertanian. Maka, pengembangan Kawasan Agropolitan pun menjadi alternatif solusi pembangunan kawasan perdesaan. Kawasan Agropolitan memungkinkan pembangunan dengan tetap berbasis pada sektor pertanian sebagai sumber pertumbuhan ekonomi desa yang dipadukan dengan pembangunan sektor industri melalui pengembangan prasarana dan sarana layaknya perkotaan yang disesuaikan dengan lingkungan perdesaan. Dengan kata lain, pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan penguatan sentra-sentra produk pertanian yang berbasiskan pada kekuatan internal sehingga perdesaan menjadi kawasan yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan daya kompetensi, baik secara interregional maupun intraregional. Oleh ka-re na itu, keberhasilan pembangunan Kawasan Agropolitan membutuhkan komitmen dan tanggung jawab dari segenap aparatur peme-rintah, swasta, maupun masyarakat. Dengan demikian, pembangunan kawasan ini dapat berlangsung secara terintegrasi, terarah, efektif, dan efisien sehingga tercipta keterpaduan dengan pembangunan sektor lainnya dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan pun men jadi salah satu program pengembangan per mukiman perdesaan yang dilaksanakan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Di rektorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pe ngembangan Permukiman. Dengan program yang terfokus pada penyediaan dan kemajuan

    infrastruktur perdesaan, yaitu berupa prasarana dan sarana yang memadai dan mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis, di harapkan dapat memberikan manfaat bagi pembangunan Kawasan Agropolitan, khusus-nya masyarakat perdesaan.

    Konsep Kawasan AgropolitanSecara harafiah. istilah Agropolitan berasal dari kata Agro yang berarti pertanian dan Polis/Po-lit an yang berarti kota. Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agroplitan & Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian, Agropolitan didefi nisi-kan sebagai kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis sehingga mampu melayani, mendorong, menarik, serta menghela kegiatan

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    21

    pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Buku tersebut juga mendefinisikan Kawasan Agropolitan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yang ditandai dengan ke be-radaan pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya sehingga terbentuklah Kawasan Agropolitan.

    Definisi Kawasan Agropolitan pun telah ter mak-tub dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyebutkan Kawasan Agropolitan sebagai kawasan yang ter diri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi per tanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya ke ter-kaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan agrobisnis.

    Adapun konsep Agropolitan merupakan kon-sep yang dikenalkan Friedman dan Douglas (1975). Konsep ini ditawarkan atas pengalaman kegagalan pengembangan sektor industri yang terjadi dialami negara-negara berkembang di Asia. Kegagalan tersebut mengakibatkan ter-ja dinya hyper ubanization, pembangunan ha-nya terjadi di beberapa kota saja, tingkat pe - ng angguran dan setengah penggangguran yang tinggi, kemiskinan akibat pendapatan yang tidak merata, terjadinya kekurangan bahan pangan, penurunan kesejahteraan masyarakat desa, serta ketergantungan kepada dunia luar.

    Friedman mengungkapkan konsep agropolitan sebagai distrik-distrik agropolitan yang meru-pakan kawasan pertanian perdesaan dengan ke padatan penduduk rata-rata 200 jiwa/km2.

    Kawasan Agropolitan ngombol, Purworejo

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    22

    Distrik agropolitan terdiri atas kota-kota tani berpenduduk 10.00025.000 jiwa. Luas wila-yahnya dibatasi dengan radius sejauh 510 km sehingga menghasilkan jumlah penduduk total antara 50.000150.000 jiwa yang mayori tas be kerja di sektor pertanian. Konsep Friedman ti dak membedakan secara spesifik antara per-ta nian modern ataupun konvensional dan me-nyebutkan setiap distrik sebagai satuan tunggal yang terintegrasi.

    Definisi Friedman di atas menggunakan be-sar an penduduk dan luasan wilayah sebagai ukuran. Maka. dapat disimpulkan bahwa suatu distrik Agropolitan setara dengan 1 Wilayah Pengembangan Parsial (WPP) permukiman trans migrasi jika dilihat dari besaran pendu-duknya. Sedangkan. jika dilihat dari luasan wilayahnya yang berkisar pada 100250 km2 atau 10.00025.000 ha. ukurannya dapat lebih kecil dari luasan 1 WPP. Apabila dilihat secara administratif, besaran penduduk dan luasan wilayah tersebut setara dengan luasan wilayah kecamatan yang berpenduduk sampai dengan 25.000 jiwa dan sudah dapat berfungsi sebagai suatu simpul jasa distribusi.

    Sementara, berdasarkan strukturnya, Kawasan Agropolitan dibedakan atas Orde Pertama (Kota Tani Utama), Orde Kedua (Pusat Distrik

    Agropolitan atau Pusat Pertumbuhan), dan Orde Ketiga (Pusat Satuan Kawasan Pertanian). Setiap orde berfungsi sebagai simpul jasa ko-leksi dan distribusi dengan skala yang be-ragam dan berjenjang (hirarki) serta pusat pe-layanan permukiman. Antarsimpul tersebut disambungkan oleh jaringan transportasi yang sesuai. Orde Pertama dan Kedua dipisahkan oleh jarak sekitar 3560 km. sesuai dengan kondisi gegografis wilayah. Sedangkan, Orde Kedua dan Ketiga terletak dalam satu distrik agropolitan yang berjarak sekitar 1535 km satu sama lainnya.

    Menurut definisi yang ada, Agropolitan atau Ko-ta Pertanian dapat merupakan Kota Menengah, Kota Kecil, Kota Kecamatan, Kota Perdesaan, atau Kota Nagari yang berfungsi sebagai pu-sat pertumbuhan ekonomi. Sebagai pusat pertumbuhan, Kota Pertanian ini pun mampu mendorong pertumbuhan pembangunan per-de saan dan desa-desa di wilayah sekitarnya (hinterland) melalui pengembangan berbagai sektor, mulai dari pertanian, industri kecil, jasa pelayanan, hingga pariwisata.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan bertuju-an untuk meningkatkan pendapatan dan ke-se jahteraan masyarakat melalui percepatan pe ngem bangan wilayah dan peningkatan

    Kawasan AgropolitanSerang, Banten

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    23

    keterikatan desa dan kota. Hal ini dapat terwujud melalui pengembangan sistem dan usa ha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi di Kawasan Agropolitan. Sementara itu, pe-ngem bangan kawasan ini juga ditujukan un-tuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi Kawasan Agropolitan me-lalui strategi pengembangan sebagai berikut : Meningkatkan diversifikasi ekonomi perde-

    saan melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, baik berupa hasil produksi maupun olahan.

    Meningkatkan akses petani terhadap sum-ber daya produktif dan permodalan de-ngan memfasilitasi ketersediaan layanan yang dibutuhkan petani dan masyarakat. Layanan dapat berupa penyediaan sa-ra na produksi, sarana pascapanen, dan permodalan yang tersedia di kawasan dalam jumlah, jenis, waktu, kualitas, dan lokasi yang tepat.

    Meningkatkan prasarana dan sarana yang

    dibutuhkan dalam upaya memajukan industri pertanian sesuai kebutuhan ma-syarakat. Prasarana dan sarana publik yang disediakan pemerintah dilaksanakan dengan pendekatan kawasan, yaitu me-merhatikan hasil identifikasi sum ber daya alam, sumberdaya manusia, sumber daya buatan, serta tingkat perkembangan Kawasan Agropolitan.

    Mewujudkan permukiman perdesaan yang nyaman dan tertata, serta menjaga ke-les tarian lingkungan melalui pengaturan dan pelaksanaan masterplan Kawasan Agropolitan secara konsisten dan terko or-dinasi.

    Visi dan misi yang telah ditetapkan, kemudian diterjemahkan ke dalam Kebijakan dan Strategi Pembangunan Infrastruktur Agropolitan beru-pa dukungan terhadap pengembangan sis-tem dan usaha Agribisnis. Dengan demikian, kebijakan dan strategi yang ditetapkan mampu mendorong ketiga hal, yaitu :

    Sarana irigasi di Kawasan Minapolitan Mina Asri, Desa Tanjungsari,Kabupaten Boyolali yang sudah terbangun memudahkan petani untuk mendapat air

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    24

    a. Peningkatan produktivitas hasil pertanian sehingga dihasilkan produk-produk perta-nian yang berdaya saing tinggi dan diminati pasar.

    b. Pengolahan hasil pertanian untuk mem-peroleh nilai tambah atas produk hasil per-tanian sebagai produk primer dengan men-jadikannya berbagai produk olahan, baik intermediate product maupun final product.

    c. Pemasaran hasil pertanian untuk menun-jang sistem pemasaran hasil pertanian dengan memperpendek mata rantai tata niaga perdagangan hasil pertanian. Mulai dari sentra produksi sampai ke sentra pe-ma saran akhir (outlet).

    Pengembangan Kawasan Agropolitan yang sepenuhnya memanfaatkan potensi lokal me-ru pakan konsep Agropolitan yang sangat men-dukung perlindungan dan pengembangan budaya sosial lokal. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), pengembangan Kawasan Agropolitan haruslah mendukung pe ngembangan kawasan andalan.

    Oleh karena itu, pengembangannya tidak bisa terlepas dari pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten.

    Sementara itu, kondisi negeri ini sangat me-mungkinkan untuk dikembangkannya Kawasan Agropolitan. Kondisi yang dimaksud adalah adanya ketersediaan lahan pertanian dan te-naga kerja yang murah di Indonesia. Sebagian besar petani juga telah memiliki kemampuan (skills) dan pengetahuan (knowledge) yang didu-kung oleh keberadaan jaringan sektor hulu dan hilir serta kesiapan institusi.

    Namun demikian, pengembangan Kawasan Agropolitan bukan tanpa kendala. Beragam per masalahan yang dihadapi, antara lain pe-ngembangan produk pertanian yang be lum mendapat dukungan makro ekonomi se pe-nuhnya, keterbatasan jaringan infrastruktur fisik dan ekonomi, serta potensi dan peluang investasi di seluruh sektor yang masih belum tergali sehingga investor lebih berminat me-

    Petani di kawasan agropolitan ngombol Purworejo mengangkut hasil taninya melalui jalan poros desa yang telah beraspal

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    25

    nanamkan modalnya di kawasan yang telah maju. Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter juga belum berpihak pada sektor pertanian yang ditandai dengan masuknya produk-pro duk pertanian impor secara bebas serta tingginya suku bunga kredit pertanian.

    Mekanisme Pengembangan Kawasan AgropolitanSecara internal, Kawasan Agropolitan terdiri dari kota-kota pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian. Kawasan ini tidak dibatasi oleh batasan administratif pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota). Me lainkan, disesuaikan dengan memerhatikan skala ekonomi kawasannya sehingga dirasakan lebih fleksibel. Dengan demikian, bentuk dan luasan Kawasan Agropolitan dapat meliputi satu desa/kelurahan, kecamatan, atau beberapa kecamatan dalam satu wilayah Kabupaten/Kota. Kawasan ini dapat pula meliputi wilayah yang menembus wilayah Kabupaten/Kota lain yang berbatasan.

    Dari sisi eksternal, Kawasan Agropolitan ha-rus memiliki aksesibilitas dengan kota-kota ber jenjang lebih tinggi di sekitarnya untuk men ciptakan sebuah sistem pemasaran yang

    ter padu. Pada dasarnya, perdesaan yang men-jadi sasaran lokasi pengembangan Kawasan Agropolitan adalah yang memiliki komoditi unggulan pertanian, seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan per-ikanan.

    Dalam pengembangan Kawasan Agropolitan, terurai mekanisme pengajuan usulan pengem-bangan Kawasan Agropolitan. Cakupan meka-nisme berupa prosedur pengajuan lokasi dan proses pemilihan/penilaian Kawasan Agro po-litan. Berkenaan dengan prosedur pengajuan lokasi, mekanismenya meliputi ke giatan-kegi-atan berikut ini.

    a. Usulan dari Kabupaten oleh Pemerintah Provinsi. Pemerintah Kabupaten meng aju-kan usulan mengenai Kawasan Agropolitan. Sebelumnya, Pemerintah Kabu paten telah melakukan identifikasi potensi dan masalah terlebih dahulu. Identifikasi dimaksudkan un tuk mengetahui kondisi dan potensi lokal, yaitu komoditas ung gulan. Lokasi Kawasan Agropolitan yang berada di dalam kawasan kabupaten/kota di tetapkan oleh Bupati/Walikota.

    b. Pemerintah Pusat menilai kesiapan lokasi

    Mekanisme Penyelenggaraan Agropolitan

    ProgramAgropolitan

    Sosialisasi PengembanganKawasanPerencanaan

    (Master Plan/RPIJM/DED)

    Monitoring dan Evaluasi

    AgropolitanMandiri

    Pusat/Provinsi/Kab/Kota

    Pusat/Provinsi/Kab/Kota

    Kelembagaan Pe

    gem

    b.SD

    M

    InfrastrukturPerm

    odal

    an

    Pemda Kab/Kota

    (Pokja Agropolitan)

    Masyarakat Tani

    yang difasilitasi

    Pemda Setempat

    Identifikasi Usulan Lokasi dari Bupati /

    Gubernur SK lokasi

    oleh Menteri Pertanian

    Keterangan :SK Menteri Pertanian155/TU.210/A/VI/2003

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    26

    untuk dapat dikembangkan sebagai Ka-was an Agropolitan. Penilaian dilakukan ber da sarkan kelengkapan persyaratan ad-mi nistrasi dan potensi lokasi kawasan yang diusulkan. Persyaratan administrasi berupa dokumen perencanaan yang terdiri dari SK lokasi, SK pokja, Masterplan, RPIJM, dan DED.

    c. Pengembangan Kawasan Agropolitan yang diusulkan dapat dipenuhi jika telah me-menuhi kondisi berikut. Apabila kelengkapan administrasi dan

    potensi kawasan yang diusulkan telah memenuhi persyaratan dalam butir huruf b.

    Apabila kelengkapan administrasi belum terpenuhi semua, tetapi kawasan yang diusulkan memiliki potensi yang baik, dilihat dari profil kawasan tersebut, maka kawasan ini akan diberi kesempatan untuk melengkapinya. Apabila dalam kurun waktu 1 tahun belum terlengkapi, dana bantuan pembangunan pada tahun berikutnya akan dihentikan untuk sementara.

    Kawasan Agropolitan yang dikembangkan me -ru pakan bagian dari sistem kewilayahan ka-bupaten. Oleh karena itu, potensi kabupaten harus dikaji terlebih dahulu berdasarkan per -timbangan aspek strategis dari unsur/kom-ponen makro pembentuk Kawasan Agropolitan, yakni memiliki komoditas/potensi unggulan yang dapat diandalkan untuk mengembang kan kawasan secara keseluruhan. Potensi/komodi tas unggulan dapat berupa ketersediaan sumber alam potensial, prasarana dan sarana, atau ku-an titas dan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Proses penilaian/pemilihan Kawasan Agropolitan yang diusulkan diuraikan secara le-bih detil berikut ini: Program-program pengembangan kawas-

    an dari departemen/badan yang memiliki keterkaitan lingkup kegiatan (tupoksi) de-ngan pengembangan kawasan berbasis agribisnis.

    Komoditas unggulan sebagai pemicu un-tuk tumbuh kembangnya kehidupan dan peng hi dupan dari sektor-sektor komoditi ikutan lainnya. Komoditas tersebut meli pu-

    Kawasan agropolitan Bali

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    27

    ti komoditas subsektor tanaman pa ngan, subsektor perkebunan, subsektor per ikan-an, dan subsektor peternakan.

    Potensi kabupaten yang akan dikem bang-kan menjadi Kawasan Agropolitan. Potensi kabupaten merupakan faktor pen dukung berkembangnya Kawasan Agropolitan.

    Kawasan Agropolitan tidak ditentukan oleh batasan administrasi pemerintahan. Na mun, prosedur penetapannya dimulai dari penetapan kabupaten terpilih dan ba sis analisa data berdasarkan batas ad-mi nistrasi. Oleh karena itu, proses pe ni-laian Kawasan Agropolitan diawali de-ngan proses penilaian Kabupaten yang ber potensi untuk mendapatkan kawasan terpilih.

    Ketersediaan infrastruktur sebagai unsur pen ting dalam pembangunan Kawasan Agropolitan.

    Persyaratan pengembangan Kawasan Ag-ro politan sebagai kriteria untuk meng-identifikasi Kawasan Agropolitan.

    Disamping itu, pemilihan Kawasan Agropolitan pun harus dapat meliputi sejumlah kriteria, se-bagai berikut: Kawasan Agropolitan merupakan satu ke-

    satuan kawasan perdesaan yang terdiri dari

    desa pusat dan desa-desa hinterlandnya yang diindikasikan oleh adanya hubungan fungsional antara kegiatan di desa pusat (zona inti) dan di desa hinterlandnya;

    Mempunyai potensi khusus atau komo-ditas unggulan yang dapat diandalkan untuk mengembangkan kawasan secara keseluruhan.

    Kawasan Agropolitan yang diusulkan sudah menetapkan struktur hirarki kawasan.

    Memiliki sistem kelembagaan dan sistem pengelolaan yang mendukung berkem-bangnya Kawasan Agropolitan seperti ada-nya organisasi petani, organisasi produsen agribisnis, dan lain-lain.

    Komitmen yang kuat dari pemerintah da-erah dengan diterbitkannya SK penetap an kawasan dari Bupati atau dana bantuan dari pemerintah daerah setempat.

    Pada kawasan yang telah berhasil dikembang-kan sebagai Kawasan Agropolitan, kawasan ter-sebut memiliki ciri-ciri yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Adapun ciri khas dari Kawasan Agropolitan yang telah berkembang, dijabarkan sebagai berikut:

    a. Kegiatan agribisnis (pertanian) merupakan kegiatan perekonomian utamanya, kegiat-an ini mencakup industri pengolahan ha-

    Jalan poros desa di kawasan agropolitanKobalima. Belu - nTT

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    28

    sil pertanian, perdagangan dan kegiatan eks por hasil pertanian, perdagangan ag-ri bisnis hulu berupa sarana pertanian dan permodalan, agrowisata, serta jasa pela-yanan.

    b. Dengan agribisnis sebagai kegiatan uta-manya, maka pendapatan sebagian besar masyarakatnya pun diperoleh dari kegiatan agribisnis.

    c. Tercipta hubungan timbal balik (inter-depen densi) yang harmonis dan saling mem butuhkan antara kota dan desa-desa di Kawasan Agropolitan. Dalam Kawasan Agropolitan dikembangkan usaha budi-daya (on farm) dan industri olahan skala rumah tangga (off farm). Sementara, kota

    menyediakan beragam fasilitas yang men-dukung perkembangan usaha budi daya dan agribisnis.

    d. Ketersediaan infrastruktur berupa pra sa ra-na dan sarana yang memadai di Kawasan Agropolitan telah menciptakan kehidupan masyarakat layaknya di kawasan perkotaan.

    Dalam hal pembiayaan, pada prinsipnya, pem-biayaan Kawasan Agropolitan dilakukan se-cara swadaya masyarakat, baik masyarakat tani, pelaku penyedia agroinput, pengolah hasil, pelaku pemasaran, penyedia jasa yang mendapat dukungan dan fasilitasi APBN dan APBD dari Pemerintah. Pembiayaan Pem e rintah lebih diarahkan untuk membiayai prasarana dan

    Prasarana jalan di kawasan Agropolitan Pacet. Cianjur

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    29

    sarana publik dan berbagai kegiatan strategis, seperti penelitian, pelatihan, pendidikan pe-nguatan kelembagaan petani, serta promosi.

    Dukungan Infrastruktur Kawasan AgropolitanKeberhasilan pengembangan Kawasan Agro-politan tak terlepas dari dukungan sistem infra-struktur dasar yang membentuk struktur ruang. Untuk itu, melalui Satuan Kerja Pe nyediaan Pra sarana dan Sarana Agropolitan, Ditjen Cipta Karya membangun infrastruktur dasar bagi per-desaan yang menjadi sasaran lokasi Kawasan Agropolitan. Infrastruktur yang disediakan meli-puti prasarana dan sarana yang mendukung berbagai kegiatan agribisnis berikut.

    a. Sub-sistem agribisnis hulu Prasarana dan sarana yang disediakan da-

    pat berupa kios-kios Sarana Produksi Per ta-nian (Saprotan), gudang, pelataran parkir, dan tempat bongkar muat barang.

    b. Sub-sistem usaha tani (on-farm agribisnis) Prasarana dan sarana yang disediakan be-

    rupa: Penyediaan air baku untuk meningkat-

    kan produksi dengan saluran irigasi ter-buka, irigasi tetes, embung-embung, sumur bor, dan sprinkler.

    Penyediaan air bersih untuk pencucian hasil dengan sistem perpipaan atau su-mur dalam.

    c. Sub-sistem pengolahan hasil Prasarana dan sarana dapat berupa tempat

    penjemuran hasil pertanian; gudang pe-nyim panan yang dilengkapi sarana peng-awetan/pendinginan (cold storage) dan packing house untuk tempat sortasi dan pengepakan; sarana industri kecil, termasuk food services; serta Rumah Potong Hewan(RPH).

    d. Sub-sistem pemasaran hasil Prasarana dan sarana dapat berupa pasar

    tradisional yang terdiri dari kios-kios, los-

    Pembangunan jalan setapak di salah satu Kawasan Agropolitan Bali.

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    30

    los, pelataran parkir, dan tempat bongkar muat barang, prasarana dan sarana Sub-Terminal Agribisnis (STA), pasar hewan, jalan antar desa-kota, serta jembatan.

    e. Sub-sistem jasa penunjang Prasarana dan sarana yang disediakan

    dapat berupa: Sarana Utilitas Umum, seperti jaringan air

    bersih, sanitasi, persampahan, drainase, listrik, telepon, dan internet.

    Sarana Pelayanan Umum, seperti pusat perbelanjaan, kesehatan, pendidikan, per kantoran, peribadatan, rekreasi dan olahraga, serta ruang terbuka hijau.

    Sarana Kelembagaan, seperti Badan Pe-nge lola Agropolitan, Kantor Perbank an, Koperasi, Unit-unit Usaha Agropolitan.

    Pembangunan Kasiba dan Lisiba ber-ikut fasilitas umum dan sosial yang dibutuhkan.

    Penyusunan kebijakan pengembangan Kawasan Agropolitan.

    Penyusunan rencana tata ruang Kawasan Agropolitan.

    Keberhasilan pengembangan Kawasan Agro-politan juga dapat tercapai dengan me ne-rapkan konsep agropolitan secara tepat di la pangan. Pelaksanaannya harus berjalan se -cara terpadu dan di bawah pemantauan (mo-nitoring) kelompok kerja (Pokja) yang dite-tapkan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Apabila wilayah Kawasan Agropo lit an merupakan lintas kabupaten, maka pemantauan oleh Pokja Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur.

    Disamping itu, pengembangan kota pertanian ini harus melibatkan petani-petani perdesaan untuk bersama-sama membangun sebuah sistem pertanian yang terintegrasi. Kemudian, melibatkan setiap instansi sektoral di perdesaan untuk mengembangkan pola agribisnis dan

    Aktivitas di STA Sewukan.Magelang sudah dimulai sejak jam 02.00 dini hari

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    31

    agroindustri yang dilaksanakan secara simultan. Peran serta dan dukungan dari stakeholder terkait seperti Pemerintah Pusat, Pemprov, Pem kab, RPJM Nasional dan Daerah, swasta, dan masyarakatjuga sangat dibutuhkan de-mi kelancaran perkembangan Kawasan Agro-politan. Kunci keberhasilan lainnya adalah dengan menetapkan setiap distrik agropolitan sebagai suatu unit tunggal otonom mandiri sehingga dapat terjaga dari besarnya intervensi sektor-sektor pusat yang tidak terkait. Dilihat dari segi ekonomi, unit tunggal yang mandiri akan mampu mengatur perencanaan dan pe-laksanaan pertaniannya sendiri, tetapi tetap terintegrasi secara sinergis dengan keseluruhan sistem pengembangan wilayah.

    Dengan kata lain. keberhasilan pengem-bang an Kawasan Agropolitan membutuhkan se buah kesiapan, komitmen, konsistensi, ser ta perubahan mendasar dalam sistem pe-lak sa naan pembangunan daerah. Disam ping itu, Pemerintah Daerah pun harus me mi liki kesanggupan untuk meneruskan pe ngem-bangan Kawasan Agropolitan secara ber ke-lan jutan demi tercapai kawasan yang mandiri melalui kemampuan sumber daya yang dimiliki.

    Dari uraian tersebut, maka pelaksanaan prog-ram pengembangan Kawasan Agropolitan ha-rus memerhatikan beberapa hal berikut ini: Pembangunan, pemeliharaan, serta pe-

    ngem bangan prasarana dan sarana ber da-sarkan program yang disepakati bersama dalam rangka menyediakan fasilitas yang memadai dan mendukung sistem dan usa-ha agribisnis, serta me wujudkan tujuan dan sasaran pengembangan Kawasan Agro-politan.

    Mendorong kemitraan dengan seluruh stake holder, terutama kemitraan antara swasta/BUMN dengan petani/kelembagaan petani.

    Pelaksanaan monitoring, evaluasi, pengen-dalian, dan pengawasan secara berkala dan teratur agar seluruh kegiatan dapat berlangsung secara efisien dan efektif.

    Salah satu upaya evaluasi dalam pelaksanaan program pengembangan Kawasan Agropolitan adalah dengan menyusun Indikator Keber ha-silan. Indikator Keberhasilan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kemampuan da-erah masing-masing ini mencakup dampak dan output, dije laskan dalam jenis dan angka-angka persentase.

    Dampak pengembangan Kawasan Agropolitan diharapkan mampu meningkatkan pendapat-an masyarakat, khususnya petani, dan pro-duk tivitas lahan di Kawasan Agropolitan mi-nimal 5%. Selain itu, investasi masyarakat (petani, swasta, BUMN) di Kawasan Agropolitan meningkat minimal 10%. Sementara, dari sisi output, Indikator Keberhasilan dapat terlihat dari beberapa hal berikut

    a. Sebanyak 80% kelembagaan petani mam-pu menyusun usaha yang berorientasi pasar dan lingkungan.

    b. Jaringan bisnis da ri pe ta ni/ke lompok pe ta -ni terbentuk dan ber langsung aktif.

    c. Tiap desa dan keca matan di Kawasan Agropolitan menyu sun program tahunan secara partisipatif dan disetujui bersama untuk dilaksanakan.

    d. Rencana Kegiatan Jangka Panjang dan Detail Engineering Design untuk pelak sa-naan fisik prasarana dan sarana di Kawasan Agropolitan disetujui bersama untuk dilak-sanakan dan 70% dapat dilaksanakan di Kawasan Agropolitan.

    e. Sebanyak 80% kontak tani/petani maju ter-pilih yang dilatih mampu menjadi tempat belajar bagi petani di lingkungannya.

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    32

    Kinerja Dukungan Infrastruktur Kawasan Agropolitan Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2002. program pengembangan Kawasan

    Agropolitan yang dilaksanakan oleh Direktorat Pe ngembangan Permukiman ini mengalami pe ning katan setiap tahunnya, baik dari segi ku an titas maupun kualitas. Di awal pelak sana-annya, Direktorat Pengembangan Permukiman telah berhasil mengembangkan 8 Kawasan Agropolitan baru. Sampai dengan tahun 2011, sebanyak 292 kawasan telah selesai difasilitasi sebagai Kawasan Agropolitan. Kawasan yang difasilitasi secara berlanjut di tahun 2011 ter-

    catat sebanyak 12 kawasan. Sedangkan, jum-lah Kawasan Agropolitan baru yang difasi-li ta si di tahun 2011 mencapai 20 kawasan.

    Pe ngembangan Kawasan Agropolitan oleh Di rek torat Pengembangan Permukiman dapat dilihat pada tabel berikut:

    Beras organik hasil olahan petani ngombol, Purworejo

    350

    300

    250

    200

    150

    100

    50

    02002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    88

    835

    52

    141

    48

    82

    64

    75

    118

    35

    306

    24 12

    282 292

    27

    3518

    53 36

    89 57

    146 47

    19378

    271

    46

    225

    6312

    20

    324

    Baru Lanjutan Selesai

    2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    8 27 18 36 57 47 78 35 6 20

    8 35 52 48 82 75 46 24 12

    1 41 64 118 225 282 292

    8 35 53 89 146 193 271 306 312 324

    Tahun

    Baru

    Lanjutan

    Selesai

    Total

    Pencapaian Kawasan Agropolitan 2002-20011

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    33

    Dari tabel ini terlihat peningkatan jumlah Kawasan Agropolitan yang dikembangkan. Pa-da awal pelaksanaan di tahun 2002, sebanyak 8 kabupaten telah difasilitasi senilai Rp 5,26 miliar. Jumlah kawasan meningkat menjadi 39 kabupaten di tahun 2003 dengan anggaran se-besar Rp 80 miliar. Kemudian, sebanyak 57 ka-bupaten di tahun 2004 dengan anggaran Rp 80 miliar, 75 kabupaten di tahun 2005 dengan anggaran Rp 120 miliar, dan 91 kabupaten di ta hun 2006 dengan anggaran sebesar Rp 129 miliar.

    Program pengembangan Kawasan Agropolitan yang telah berlangsung selama satu dekade ini menghadirkan berbagai pengalaman yang dapat dicermati dan menjadi tantangan da-lam pengembangan Kawasan Agropolitan ber-ikutnya. Misalnya saja, berkembangnya sistem calo/ijon yang menguasai produk pertanian se hingga produk tersebut dijual ke pasar tan pa melalui pusat Kawasan Agropolitan. Jika prak-tik ijon dibiarkan, Kawasan Agropolitan yang terintegrasi dan dapat memberikan nilai tam-bah akan sulit terwujud.

    Tingkat produktivitas petani yang cenderung subsisten dan sulit sangat memengaruhi pe-ngembangan agroindustri. Oleh karena itu, pa ra petani perlu mendapatkan pelatihan dan pe mahaman lebih lanjut sehingga budaya sub sisten, lambat laun, dapat ditinggalkan. Tantangan lainnya adalah infrastruktur/fasilitas yang tersedia tidak memadai, seperti jalan po-ros desa yang rusak atau pasar yang terbatas.

    Kendati demikian, keberhasilan pengembang an Kawasan Agropolitan juga telah dapat dinikmati masyarakat di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Cipanas merupakan salah satu kawasan rintisan Agropolitan di Indonesia yang mulai di kembangkan sejak tahun 2002. Kawasan ini dikembangkan dengan keterpaduan berbagai program dan kegiatan dari kementerian dan

    instansi terkait sehingga Cipanas tumbuh men-jadi Kawasan Agropolitan yang memiliki ke leng-kapan infrastruktur.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan Cipanas juga dilaksa na kan sesuai dengan kondisi sumberdaya alam nya. Oleh karena itu, Cipanas berkembang sebagai Kawasan Agropolitan sekaligus Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang mengandalkan ke ane ka ragaman hayati bidang pertanian dan ke indahan alamnya, seperti air terjun, pe gu nungan alami, perkebunan, peter-nakan sapi/kambing, tanaman pangan, dan ta-na man hi as, Dengan demikian, sebagai DTW, Cipanas menawarkan beragam wanawisata. seperti out bound, hortiwalk, camping ground, kolam re nang dengan air pegunungan alami, belanja sayur organik, dan kebun petik stroberi.

    Hal serupa dirasakan oleh masyarakat petanidi Kecamatan Sewukan, Kabupaten Magelang. Jawa Tengah. Pengembangan Kawasan Agropo-litan di wilayah ini sepanjang Tahun Anggaran 20042008 mencakup pembangunan 1 unit Sta siun Terminal Agribisnis (STA), pembuatan 1 unit sarana Komposting, peningkatan jalan usaha tani sepanjang 520 m, pembangunan 1 unit STA Ngablak, penyempurnaan STA Se-wuk an, peningkatan jalan usaha tani dengan perkerasan sepanjang 1.000 m, peningkatan SDM dan pemberian modal pertanian, serta pembangunan jalan poros desa sepanjang 1.200 m.

    Manfaat pengembangan kawasan yang men-da patkan pembiayaan melalui APBN, APBD I, dan APBD II tersebut telah dapat dinikmati masyarakat. Adapun manfaat yang dinikmati masyarakat adalah terciptanya sistem pema-saran dan perdagangan produksi hasil perta-nian, berkembangnya kemitraan antara pe me rin tah, swasta, dan masyarakat, serta me-ning kat nya pendapatan masyarakat.

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    34

    Jalan poros Desa Wasiat. Kecamatan ngombol. Purworejo

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    35

  • 36

    Embun pagi Kawasan Agropolitan Bagelen, Kabupaten Purworejo belum lagi menetes. Namun beberapa sepeda onthel dan sepeda motor sudah melaju cepat memasuki areal Sub Terminal Agribisnis (STA) Bagelen.

    STA BAGELEN :

    Metamorfosa Pasar Tradisional menjadi Agribisnis berwawasan Global Kosmopolitan

    Status :Kawasan Agropolitan Bagelen.

    Kabupaten PurworejoKeputusan Bupati Purworejo

    No. 188.4/13/2007

    luas : 1.500m2

    Terdiri dari 2 shelter. 6 kios dan 1 gedung kantor pengelola

    Fungsi:Sarana Penunjang bagi pemasaran hasil

    pertanian di Kawasan Agropolitan Bagelen yang mencakup Kecamatan Bagelen. Kaligesing. Purwodadi dan Ngombol

    AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

  • 37

    SeJUrUS kemudian, puluhan sepeda motor pun ikut meramaikan STA ini dengan ratusan ayam kampung dan hasil pertanian seperti kelapa, petai, pisang hingga beras organik. Panas terik matahari tak lagi menjadi penghalang transaksi jual beli ini. Petani dan pedagang melebur menjadi satu bersama riuhnya suara ayam jantan yang terus berkokok pagi itu.

    Penetapan Kawasan Agropolitan BagelenKabupaten Purworejo merupakan salah satu wilayah agraris yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Perekonomian di Kabupaten Purworejo didominasi oleh sektor pertanian dengan kon-tribusi lebih dari 33% terhadap produk domes-tik regional bruto.

    Upaya pembangunan sektor pertanian da-lam arti luas tidak hanya ditekankan pada pembangunan sektoral saja tetapi juga men-cakup pembangunan kewilayahan. Konsep dengan pendekatan Kawasan Agropolitan ini sudah direncanakan oleh Pemerintah Kabu-paten Purworejo dengan menetapkan rencana induk dan rencana pengembangan jangka menengah Kawasan Agropolitan.

    Kendati mayoritas penduduknya bermata pen caharian sebagai petani, dan tanahnya co cok untuk pertanian, predikat Kawasan Agropolitan pun tak langsung disandangnya. Seperti Kawasan Agropolitan pada umumnya, penetapan Kawasan Agropolitan Bagelen di-dahului dengan proses identifikasi potensi dan masalah untuk mengetahui kondisi dan potensi lokasi (komoditas unggulan), antara lain: potensi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Kelembagaan, Iklim Usaha, kondisi Prasarana dan Sarana Dasar, dan sebagainya yang terkait dengan sistem permukiman nasional. Kemudian, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Purworejo memproses pe-nyu sunan master plan pengembangan Kawa-san Agropolitan serta proses sosialisasi ke pa da stakeholder yang terkait dengan pe-ngem bangan program agropolitan baik di kabupaten maupun di kecamatan. Penetapan Kawasan Agropolitan Bagelen berdasarkan Keputusan Bupati Purworejo No. 188.4/13/2007 yang kemudian akan diperundangkan lebih lanjut dalam peraturan daerah dalam RDTR Kawasan Agropolitan.

    Suasana pagi di STA Bagelen, Purworejo

    AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

  • 38

    Maksimalkan Peran STA dan Internet untuk Meraih PasarKondisi prasarana dan sarana di Kawasan Agropolitan Bagelen saat ini masih perlu di-kembangkan untuk memperlancar segala kegiatan pada setiap sub sistem dalam sistem agribisnis, terutama proses pemasaran hasil produksi pertanian.

    Pemasaran hasil pertanian merupakan sub sistem agribisnis yang sangat vital untuk di-kembangkan. STA merupakan sarana penunjang bagi pe ngem bangan sektor perekonomian di Kawasan Agropolitan Bagelen.

    Saat ini Kawasan Agropolitan Bagelen te lah memiliki sarana pe ma saran berupa bangun-an STA Bagelen di Desa Krendetan yang telah diresmikan peng gu na annya oleh Bupati Purwo-rejo,Drs.H.MahsunZain,M.Ag,padaOktober2011. Bangunannya berupa 2 shelter, 6 kios dan 1 gedung kantor di atas areal seluas 1.500 m2.

    Tak ada ketentuan khusus bagi petani atau pedagang yang ingin berjualan di STA Bagelen. Mereka cukup membayar biaya kebersihan, Rp 1.000.-/hari. Saat ini setiap hari pasar ada sekitar 75 orang petani dan pedagang yang

    bertransaksi di STA, jelas Suradi. Ketua Pengelola STA Bagelen yang juga Kepala Desa Krendetan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa

    sebelum dibangun STA, areal ini adalah pasar kambing dan pasar tra disional penduduk sekitar,Jadimemangsudahadaembrionya.Haltersebut menghindari tidak berfungsinya STA yang dibangun, alias mang krak.

    Keberadaan STA Bagelen membantu peta ni untuk dapat mempromosikan hasil tani mereka yang berpotensi di Kawasan Agropolitan. Se cara umum penjualan sudah ber jalan walau pun terbentur dengan hari pasar yang hanya dilakukan pada Rabu dan Sabtu. Ini masalah kebiasaan. Walau demikian kami sedang mengupayakan agar petani dapat me maksimalkan keberadaan STA dan meng-arahkan mereka agar dapat menggunakan tek nologi informasi berupa internet untuk pe-masarannya, tambah Setiyadi, S.Sos., Camat Bagelen.

    Menjawab kebutuhan masyarakat tersebut, Pe-merintah Kabupaten Purworejo kemudian men-jalin kerjasama dengan Kementerian Komuni-kasi dan Informatika dengan mendatangkan mobil komuter, yaitu mobil yang dilengkapi 2 unit komputer dengan jaringan internet dan

    Aktivitas pedagang-pembeli di STA Bagelen sepanjang hari pasar

    AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

  • 39

    petugas yang siap membantu. Sesuai dengan hari pasarnya, mobil ini dapat digunakan petani untuk mengakses internet setiap Rabu dan Sabtu. Saat ini penggunaan mobil komuter masih dalam tahap sosialisasi. Pengelola STA yang akan membantu petani memanfaatkan jaringan internet ini, jelasUnangNurHidayat,Ke pala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Purworejo.

    Hal tersebut sejalan dengan visi KawasanAgropolitan Bagelen, yakni menjadi kan Kawasan Agropolitan Bagelen sebagai daerah pro dusen pertanian dalam arti luas, berorien tasi agribisnis, berwawasan global-kosmopolitan de ngan peningkatan kemandirian serta daya saing menuju kesejahteraan.

    Daya Beli Meningkat Kuantitas Komoditi TerbatasUntuk memaksimalkan keberadaan STA Ba-ge len, Pemerintah Kabupaten Purworejo mem bentuk 4 wilayah agropolitan, yakni Ke-ca matan Bagelen, Kecamatan Kaligesing, Ke-ca matan Purwodadi dan Kecamatan Ngom-bol, Kecamatan Ngombol merupakan lahan persawahan dengan ekosistem pantai; Keca-

    matan Purwodadi dan Kecamatan Bagelen merupakan daerah dengan kombinasi usaha tani persawahan, perladangan serta tambak; dan Kecamatan Kaligesing merupakan daerah dengan eksisting produksi ruminansia kecil kambing ettawa (PE) ras Kaligesing, yang te-lah banyak membantu daerah lain dalam pe menuhan kebutuhan bakalan (bibit) PE. Keempat kecamatan tersebut dapat mem-bentuk suatu sistem produksi farming dan akan memiliki kinerja yang bersinergis karena adanya aspek ekologis yang berbeda dan saling melengkapi.

    Untuk beras organik, Dinas Pertanian men-dampingi dan memberikan penyuluhan pada petani dengan menanam padi pola SRI (System Rice Intensification) di areal seluas 200 ha di Ke-camatan Ngombol. Dengan pola tanam ter-sebut, produksi padi kini bisa mencapai 8,7 ton dari yang sebelumnya hanya 5 ton, jelas Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pur worejo, Ir. Dri Sumarno. Namun sayang, lan jut Dri, untuk komoditas unggulan seperti ke lapa, durian ataupun beras organik hasil pa-nennya belum dapat memenuhi permintaan pasar. Karena komoditasnya yang kurang, para

    Mobil komuter. membantu petani untuk melek internet

    AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    40

    pembeli pun rela menjemput bola langsung ke rumah petani.

    Pembangunan Infrastruktur pendukung di kawasan hinterland (daerah penyangga)Pembangunan Kawasan Agropolitan Bagelen memang bukan tan pa perencanaan. Kami sudah mulai me nyu sun master plan dan RPJMD Kawasan Agropolitan Bagelen pada tahun 2006. Kemudian tahun 2007, mulai dengan penetapan kawasan, pembentukan pokja tingkat kabupaten, pem bangunan Jembatan Sembir tahap I yang meng hubungkan wilayah agropolitan Keca matan Purwodadi dengan Kecamatan Ngombol dan Kecamatan Bagelen dengan Kaligesing, terutama untuk mempermudah aksesibilitas menuju STA, jelas Bambang Jati, Kasubid Pro duksi Bappeda Kabupaten Purworejo.

    Tahun 2008, lanjut Jati, dengan menggunakan dana APBD Kabupaten, Jembatan Sembir Tahap II dilanjutkan. Lalu tahun 2009 pembahasan Raperda Kawasan Agropolitan Bagelen ditunda karena menunggu Perda RTRW. Tahun 2010, pembentukan pokja kecamatan di 4 wilayah Kawasan Agropolitan Bagelen. Pada tahun

    ini pula, Kawasan Agropolitan Bagelen mem-peroleh dana bantuan berupa Specific Grant program agropolitan dari Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang yang dimanfaatkan untuk pembinaan kelembagaan dan peningkatan jalan poros Desa Krendetan-Tlogokotes dan Semawung-Nadri.

    Di tahun 2011, Pemerintah Pusat melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Te ngah memberikan paket pembangunan in-fra struktur perdesaan an ta ra lain pembangunan STA Bagelen, peningkatan jalan poros Desa Guyangan-Bongkot, jalan poros Desa Wasi at, jalan poros Desa Wonosari-Kedondong, jalan poros Desa Tlogohulu-Somowono, dan jalan poros Desa Kalirejo-Sokoagung, jelas Faiq Anung Nindito, ST., MM., Satker Pengembangan Permukiman Perdesaan Provinsi Jawa Tengah.

    Aksesibilitas jalan poros desa yang semakin baik serta keberadaan Sub Terminal Agribisnis yang ramai memiliki andil besar dalam menggairahkan ekonomi Kawasan Agropolitan. Dimana potensi daerah tersebut dapat dengan mudah dipasarkan. Sehingga para petani mempunyai harapan baru dalam menata masa depannya.

    Kesibukan pedagang masuk keluar STA Bagelen sepanjang pagi

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    41Saluran irigasi di Desa Wasiat, Kecamatan ngombol, Purworejo

  • 42

    Rambutnya hampir putih menyeluruh. Giginya pun tak lagi lengkap. Hanya sedikit warna merah bata sisa kunyahan sirih yang tampak mencolok dilapisan bibirnya. Namun tangan keriput Mbah Minah (70 tahun) masih cekatan mengaduk adonan gula kelapa yang setiap hari dibuatnya, aktivitas rutin yang telah ia geluti sejak usianya 10 tahun.

    Melirik Potensi Gula Kelapa di Bagelen

    AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    43

    MenJADI pengrajin gula kelapa bukanlah pro-fesi pilihan. Tempat tinggalnya berada di le-reng bukit dengan pohon kelapa dan pohon jati sebagai tanaman utamanya. Keterbatasan in fra struktur membuat Mbah Minah dan pen-duduk desa lainnya berusaha mencari cara un-tuk mempertahankan hidup. Menjadi peng rajin gula kelapa adalah salah satunya.

    Mbah Minah, hanyalah salah satu warga De sa Sokoagung, Kecamatan Bagelen, yang mem-buat gula kelapa sebagai olahan hasil per tanian kelapa yang menjadi salah satu ko moditas unggulan Kawasan Agropolitan Ba gelen, Kabu-paten Purworejo. Alat yang digu nakannya ter-bilang sangat sederhana, ruas bambu sebagai cetakan, wajan hitam dengan 2 tungku kayu yang terus menyala dan kulit manggis sebagai pewarna alaminya. Hampir tak ada peralatanmoderen yang ditemukan. Sesekali cahaya matahari me nerobos masuk ke dalam dapur melalui ce lah atap rumahnya yang bolong di sana-sini.

    Hmmm ... aromagurihnyaadonangulakelapaMbah Minah menyergap masuk ke setiap hi-dung orang-orang di sekelilingnya. Tak lama

    ber selang, ia mengangkat singkong rebus dari salah satu panci hitam dan menyuguhkannya

    didalam piring, lengkap dengan gula kelapa yang telah dibuatnya. Dengan bahasa Jawanya yang kental, ia mempersilakan

    kami mencicipi penganan tradisional yang istimewa ini. Gula kelapa yang kami buat murni tanpa bahan cam puran apapun. Untuk pewarnanya, kami meng-gunakan kulit manggis, makanya warna yang dihasilkan tidak segelap gula kelapa yang pakai pewarna buatan, tutur Juminah

    (34 ta hun), put ri pertama Mbok Minah yang ikut mem bantu produksi gula kelapa.

    Rumah yang terbuat dari kayu dan beralaskan tanah itu memiliki jarak yang cukup jauh dari pusat kegiatan jual beli. Dimasa mudanya, ia habiskan waktu berjalan kaki dengan kondisi jalan tanah yang licin untuk menjual gula kela-pa produksinya ke pasar tradisional. Tapi seka-rang sudah enak, jalan ke pasar sudah bagus, tuturnya dalam bahasa jawa sambil tersenyum. Kendati kini yang berangkat ke pasar adalah anak-anaknya, Mbah Minah turut senang de-ngan adanya pembangunan jalan ini. Setelah akses jalan ruas Desa Kalirejo terbuka, para pembeli pun banyak yang datang langsung ke rumahnya. Maklum, harga jual gula kelapa ini memang akan lebih rendah bila kita langsung membelinya di rumah penjual. Saat ini Mbah Minah menjual gula kelapa dengan harga Rp 11.000.-/kg. Penghasilan yang didapat ya ndak tentu. kalau sedang banyak nira yang di dapat ya kita bisa buat gula kelapanya lebih ba nyak, jelas Mbah Minah tersipu.

    Jalan aspal yang mendongkrak harga tanahSejak tahun 2011, jalan ruas desa yang meng-hubungkan antara Desa Kalirejo dan Desa So ko agung memang sudah berlapis aspal.

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    44

    Jalan sepanjang 2.100 m dengan lebar 3 m ini membawa dampak positif bagi perekonomian penduduk setempat yang ma yoritas adalah petani dan pembuat gula ke lapa. Menurut Elizabeth Reni Suzana, Kepala Desa Sokoagung. proses pembangunan jalan ini memang sangat diharapkan oleh pen du duk desa. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunannya, tidak ada kendala terhadap pembebasan lahan. Bahkan mereka dengan senang hati membantu. Penduduk hanya ingin akses jalan ke daerah

    mereka lebih baik dan dapat dilalui dengan kendaraan bermotor, jelas Reni.

    Hal senada juga diungkapkan Hartoso, Anggota DPRD Kabupaten Purworejo yang juga penduduk Desa Sokoagung. Sejak jalan ruas desa terbangun, angkutan umum bisa masuk ke desa kami. Karena akses jalan yang baik, oto -matis harga jual tanah terus melambung. Un tuk luas tanah 80m2 saja. sekarang tak lagi dapat dibeli dengan harga Rp 10 juta. Hingga kini

    Jalan poros Desa Sokoagung, Bagelen,Purworejo

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    45

    masih banyak jalan poros desa di Kecamatan Bagelen yang perlu dibangun dan ditingkatkan kua litasnya. Karena kondisi jalan yang tidak me madai, dari Desa Sokoagung menuju Desa Semono harus melalui jalan memutar, padahal letak kedua desa ini berdampingan.

    Menurut Hartoso, sebagai daerah penyanggaKawasan Agropolitan Bagelen, akses jalan ruas desa harus segera dibenahi agar para petani dapat dengan mudah menjual hasil produksi taninya.

    Kehadiran jalan aspal nan mulus memang ma-sih menjadi barang mewah bagi sebagian pen-duduk Kecamatan Bagelen dan sekitarnya. Termasuk Heru (55 tahun), pengrajin gula semut (brown sugar) yang hingga kini masih melewati jalan tanah yang licin sepanjang 4 km sebelum bisa menggulirkan roda motornya di jalan beraspal. Warga Desa Semono ini sangat menginginkan jalan pintas dari desanya menuju Desa Sokoagung dan Desa Kalirejo segera di-ba ngun. Saya mengalami kesulitan untuk mem bawa hasil gula semut ini ke STA. Padahal permintaan pasar semakin banyak, kata Herupenuh harap. Padahal gula semut yang dijual dengan harga Rp 14.000.- per kilogram sudah mulai diekspor melalui sebuah perusahaan per-dagangan hingga ke Jepang. Tiap minggu, ia dan keluarganya bisa menghasilkan 4 kuintal gula semut.

    Jalan poros Desa SemonoSokoagung yang belum tersentuh aspal

    Heru dan Istri. pengrajin gula semut

  • Ir. Dri SumarnoKepala Dinas Pertanian dan KehutananKab. Purworejo

    Judi IndradjajaPPK P2S AgropolitanDitjen Cipta KaryaKem. Pekerjaan Umum

    AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    isan

    46

    Saya mulai berdagang dari kelas 6 SD. Sekarang saya punya 100 pohon kelapa

    lebih. Harga jual kelapanya Rp 1.000/butir. Saya jual di STA dan di rumah. Dulu susah sekali mau jualnya, jalannya jelek. Sekarang jalan disekitar tempat tinggal saya sudah lebih baik apalagi sekarang ada STA, selain jual kelapa, saya juga bisa jual beras.

    Kawasan Agropolitan Bagelen sangat potensial untuk dikem bang

    kan sebagai kawasan agribisnis. Kami dari Dinas Pertanian dan Kehutanan melakukan penyuluhan kepada petani agar kualitas tanam mereka semikin baik, dan sesuai dengan mutu yang kita harapkan.

    Dengan adanya STA Bagelen ini, sangat membantu petani kami untuk

    mempromosikan hasil tani mereka yang berpotensi di kawasan Agropolitan. Saat ini kami juga sedang mengarahkan petani agar dapat menggunakan teknologi informasi (internet) untuk pemasarannya.

    Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum berupaya

    mengembangkan potensi lokal dengan cara memfasilitasi Kawasan Agropolitan dan Minapolitan berupa penyediaan infrastruktur perdesaan dasar bidang permukiman. Dukungan ini diharapkan, dapat mendorong perkembangan dan kelangsungan sektor pertanian.

    MarsiniPetani/Pedagang/Pengepul Kelapa

    Setiyadi. S.SosCamat BagelenPurworejo

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonisan

    47

    DI BALIK CAKRAWALA BIRU INDONESIA

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    48

    Hamparan laut nan biru mewarnai lukisan alam Indonesia yang terlihat begitu serasi dengan birunya langit dan hijaunya daratan negeri ini. Dengan luas perairan tiga kali dari luas keseluruhan, pantaslah jika Indonesia dinobatkan sebagai Negara Kepulauan/Maritim Terbesar di dunia dengan gugusan pulau besar dan kecil yang jumlahnya mencapai 17.508 pulau.

    Di Balik Cakrawala Biru

    IndonesiaKonsep kawasan :

    Minapolitan

    Kawasan Minapolitan TA 2005-2011 :

    29 provinsi48 kawasan

    Jenis Pengembangan :Budidaya ikan air tawar

    Ikan hasil tangkap

    Dukungan Infrastruktur :Peningkatan jalan poros desa, jalan usaha tani,

    pembangunan talud, packing house, cold storage, peningkatan tambatan perahu

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    49

    SeBUTAn negara kepulauan, sebenarnya, me-ru pakan arti dari nama Indonesia itu sendiri, yang sudah digunakan jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat, Indonesia berasal dari kata indus (bahasa Latin) yang berarti Hindiadannesos(bahasaYunani)yangberartipulau. Dengan demikian, Indonesia berarti kepulauanyangberadadiHindia.

    Wilayah Indonesia yang terbentang di antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik memiliki luas keseluruhan sebesar 7,9 juta km2. Dengan luas daratan hanya sebesar 22% saja atau 1,8 juta km2. Sedangkan. luas perairannya mencapai 77% dari luas keseluruhan atau 6,1 juta km2. Luas perairan tersebut terbagi atas laut teritorial seluas 3,2 juta km2 (terluas di dunia) dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)sebesar 2,9 juta km2 (terluas ke-12 di dunia). (Sumber: United nations environment ProgramUneP.

    2003).

    Dengan kondisi geografis seperti disebutkan di atas, Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan yang sangat besar. Berdasarkan prakiraan para pakar dan lembaga terkait di tahun 2009 terhadap nilai ekonomi potensi dan kekayaan laut Indonesia, hasilnya mencapai 149,94 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14,994 triliun. Nilai tersebut meliputi perikanan senilai 31,94 miliar dolar AS, wilayah pesisir lestari 65 miliar dolar AS, bioteknologi laut 40 miliar dolar AS, wisata bahari 2 miliar dolar AS, minyak bumi 6,64 miliar dolar AS, dan transportasi laut sebesar 20 miliar dolar AS.

    Sementara, badan pangan dan pertanian sedunia (Food and Agriculture OrganizationFAO) menyebutkan Indonesia sebagai produsen ikan terbesar di dunia. Hal ini berdasarkandata di tahun 2006 yang menunjukkan bobot produksi ikan Indonesia mencapai 87,1 juta ton. Hasil tangkapan laut Indonesiamencapai 52%

    Kawasan Minapolitan Mina Asri, Desa Tanjungsari,Kabupaten Boyolali

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    50

    dari hasil keseluruhan tangkapan laut dunia. Selain potensi kekayaan laut, perairan Indonesia juga memiliki andil besar dalam perdagangan dunia. Lebih dari 80% perdagangan dunia de-ngan nilai lebih dari 500 miliar dolar AS (tahun 2006) berlangsung melalui laut. Oleh karena itu, keberadaan negara-negara maritim, seperti Indonesia, memiliki pengaruh besar dalam per-dagangan dunia.

    Potensi besar dari perairan Indonesia dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan per eko-nomian dari sektor kelautan. Namun, pe-ngembangan sektor kelautan ini masih belum menjadi prioritas dan mendapatkan perhatian

    sepenuhnya dari para pemegang kebijakan. Akibatnya, potensi kelautan Indonesia belum diolah secara maksimal sehingga sektor kelaut-an belum mampu meningkatkan perekonomian secara signifikan.Hal iniberujungpadabelumtercapainya kesejahteraan masyarakat di wila-yah pesisir, khususnya para nelayan.

    Hal tersebut tampak dari sejumlah data yangdikeluarkan Kementerian Kelautan dan Per-ikanan dalam Pedoman Umum Minapolitan 2011. Dimana, luas lautan Indonesia yang jum-lahnya mencapai 2/3 dari luas keseluruhan hanya memberikan Product Domestic Bruto (PDB) perikanan sebesar 3,2%. Potensi budidaya

    Kawasan Minapolitan Kojadoi. Kabupaten Sikka. nTT

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    51

    laut yang dimiliki negeri ini seluas 8.363.501 ha, tetapi yang terealisasi baru seluas 74.543 ha. Begitu pula dengan potensi tambak seluas 1.224.076 ha, baru dapat terwujud seluas 612.530 ha.

    Disamping itu, potensi sumberdaya perikanan tangkap negeri ini sebesar 6,4 juta ton per tahun, tetapi masih banyak nelayan yang hidup dalam kemiskinan. Lebih dari separuh (50%) dari jumlah nelayan di negeri ini, yaitu 2.755.794 orang (nelayan laut dan perairan umum), masih berstatus sambilan utama dan sambilan tambahan. Sementara itu, jumlah nelayan terus mengalami peningkatan, seperti

    di tahun 2006-2007 terjadi peningkatan jumlah nelayan sebesar 2,06%. Namun, peningkatan berbanding terbalik dengan jumlah ikan di per-airan negeri ini yang kian langka.

    Kondisi ini melatarbelakangi upaya-upaya un-tuk mengembangkan wilayah perairan/pe-si sir dengan sektor kelautan dan perikanan sebagai kegiatan utama demi meningkatnya kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, ter utama para nelayan. Untuk itu, diperlukan perubahan cara berpikir dan orientasi pem-bangunan dari daratan ke maritim dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan ge-rakan yang mendasar dan cepat. Perubahan ini disebut dengan Revolusi Biru. Revolusi Biru pun diimplementasikan melalui sistem pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah yang menggunakan konsep Minapolitan.

    Pengembangan Kawasan Minapolitan merupa-kan alternatif solusi pembangunan wilayah per-desaan, dalam hal ini adalah kawasan perairan/pesisir (tangkap) dan kawasan budidaya (kolam). Kegiatannya difokuskan pada sistem dan usaha perikanan (minabisnis) sehingga mam pu mendorong kegiatan perikanan di wi-layah sekitarnya. Pengembangan Kawasan Minapolitan turut diwujudkan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum di sejumlah wilayah di Indonesia. Dengan pengembangan Kawasan Minapolitan diharapkan dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan produksi perikanan tangkap maupun budidaya sehingga mampu mening katkan pendapatan dan kesejahteraan masya rakatnya.

    Konsep Kawasan MinapolitanMenurut UU Penataan Ruang No. 26/2007, Kawasan Minapolitan merupakan turunan dari Kawasan Agropolitan, yaitu kawasan yang terdi ri

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    52

    atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wila yah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fung sional dan hirarki keruangan satuan sis-tem permukiman dan sistem minabisnis. Sama halnya dengan Agropolitan, konsep Mina po-litan juga dicetuskan Friedman dan Douglas (1985) sebagai aktivitas pembangunan yang ter konsentrasi di wilayah perdesaan ber pen-duduk antara 50.000150.000 jiwa.

    Berdasarkan asal katanya, Minapolitan adalah gabungan dua kata, yaitu mina yang berarti ikan dan polis/politan yang berarti kota. Dengan demikian, Minapolitan diartikan seba-gai kota perikanan. Konsep minapolitan pun diuraikan sebagai kota perikanan berbasis pada pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan wilayah melalui pendekatan dan sistem manajemen kawasan yang terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi.

    Sedangkan, Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.

    Secara konseptual, Minapolitan memiliki 2 unsur utama, yakni Minapolitan sebagai kon-sep pembangunan sektor kelautan dan per-ikanan berbasis wilayah serta Minapolitan

    sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan produk kelautan dan perikanan sebagai ko-mo ditas utamanya. Konsep Minapolitan da-lam pembangunan sektor kelautan dan per-ikanan ini berlandaskan pada 3 asas, yakni demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan prorakyat; keberpihakan pemerintah pada rak-yat kecil melalui pemberdayaan rakyat kecil; serta penguatan peranan ekonomi daerah de-ngan prinsip: daerah kuat, maka bangsa dan negara pun kuat.

    Kawasan Minapolitan begitu khas dengan ma-yoritas masyarakatnya yang mendapatkan peng ha silan dari kegiatan minabisnis. Kegiatan minabisnis merupakan kegiatan penangangan komoditas secara komprehensif, mulai dari hu-lu sampai hilir, seperti pengadaan, produksi, pengolahan, hingga pemasaran.

    Kegiatan minabisnis dicirikan dengan keber-adaan sentra-sentra produksi dan pemasaran berbasis perikanan yang sangat memengaruhi perekonomian di sekitar kawasan. Disamping itu, karakteristik minapolitan tampak dari ke-anekaragaman kegiatanekonomi, produksi, per dagangan, jasa, pelayanan, kesehatan, dan sosialyang saling terkait. Sebagai pendukung kegiatan, Kawasan Minapolitan juga telah me-miliki sarana dan prasarana yang memadai. layaknya sebuah kota.

    Kawasan Minapolitan sangat penting untuk dikembangkandiIndonesia.Halinidisebabkanoleh tersedianya lahan perikanan dan tenaga kerja yang murah, masyarakat pembudidaya perikanan telah memiliki kemampuan dan pengetahuan, telah terbentuk jaringan antara sektor hulu dan hilir, serta kesiapan institusi. Adapun tujuan dari pengembangan Kawasan Minapolitan sebagai konsep dari Revolusi Biru adalah: Meningkatkan produksi, produktivitas, serta

    kualitas dari komoditas kelautan, perikanan

    Petani sedang memberi makan di kolam budidaya ikan lele

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    53

    budidaya dan produk olahannya. Mengembangkansistemminabisnis. Mengembangkan pusat pertumbuhan eko

    nomi di Kawasan Minapolitan. Meningkatkan pendapatan dan kesejahtera

    an masyarakat secara adil dan merata, khu-susnya para nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah ikan.

    Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, di-susunlah strategi utama pembangunan sektor kelautan dan perikanan melalui Minapolitan. Strategi tersebut mencakup penguatan lem-baga dan sumber daya manusia secara terin-tegrasi, pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, peningkatan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan, serta perluasan akses pasar domestik dan internasional. Sebagai upaya percepatan, strategi utama direalisasikan melalui langkah-langkah strategis berikut:a. Kampanye Nasional melalui media massa, ko-

    munikasi antarlembaga, ataupun pameran.b. Menggerakkan produksi, pengolahan, dan/

    atau pemasaran di sentra produksi unggulan pro-usaha kecil, di bidang perikanan tangkap, perikanan budidaya, serta pengolahan dan

    pemasaran.c. Mengintegrasikan sentra produksi peng olah-

    an, dan/atau pemasaran menjadi kawasan ekonomi unggulan daerah menjadi Kawasan Minapolitan.

    d. Pendampingan usaha dan bantuan teknis di sentra produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran unggulan berupa penyuluhan, pelatihan, dan bantuan teknis.

    e. Pengembangan sistem ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah.

    Pengembangan Kawasan Minapolitan yang se penuhnya memanfaatkan potensi lokal ini sa ngat mendukung perlindungan dan pengem bangan terhadap budaya-sosial lokal. Dengan demikian, pengembangannya telah sesuai de ngan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang mendukung pengembangan kawasan an dalan. Oleh karena itu, pengembangan Kawasan Minapolitan tidak bisa terlepas dari pengembangan sistem pusat kegiatan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten. Kawasan ini pun memiliki batasan yang hanya ditentukan oleh skala ekonomi (economic of scale).

    Pembatasan aktivitas tertentu di kawasan minapolitan Mina Asri, Desa Tanjungsari,Kabupaten Boyolali

  • AGRO

    POLI

    TAN

    DAN

    MIN

    APO

    LITA

    NKo

    nsep

    Kaw

    asan

    Men

    uju

    Keha

    rmon

    ian

    54

    Mekanisme Pengembangan Kawasan MinapolitanUntuk dapat dikembangkan menjadi Kawasan Minapolitan, suatu wilayahdalam hal ini sistem kewilayahan kabupaten, harus memenuhi be-be rapa persyaratan yang akan menjadi per-timbangan berdasarkan aspek strategis dari unsur makro pembentuk Kawasan Minapolitan. Salah satunya memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan dengan nilai ekonomi tinggi yang akan dikembangkan.

    Komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk dikembangkan karena memiliki prospek pe-ngem bangan tinggi di masa depan, keber-adaannya melimpah, dan dapat meningkatkan penghasilan/kesejahteraan masyarakatnya. Po-la pengembangan yang terpadu akan mening-katkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya sehingga mampu meningkatkan produksi sekaligus pendapatan masyarakat.

    Selain memiliki komoditas unggulan di bidang kelautan dan perikanan, Kawasan Minapolitan hendaknya telah memiliki sistem mata rantai produksi (huluhilir), kelayakan daerah, du-kung an infrastruktur yang memadaiseperti transportasi, jaringan listrik, dan air bersih, serta dukungan berbagai fasilitas minabisnisseperti pasar, balai benih ikan, lembaga keuangan, dan kelompok budidaya. Sumber daya manusia yang cukup dan mampu menggerakkan kegiatan di dalam kawasan juga sangat dibutuhkan bagi perkembangan Kawasan Minapolitan. Dengan didukung komitmen kuat dari pemerintah da erah, Kawasan Minapolitan yang serasi, se-im bang, dan terintegrasi pun akan segera terwujud.

    Sebagai sebuah kawasan ekonomi potensial ung gulan, Kawasan Minapolitan memiliki karak-teristik tersendiri, yaitu:a. Memiliki sentra produksi, pengolahan, dan/

    atau pemasaran dan kegiatan usaha lainnya, seperti jasa pelayanan dan perdagangan.

    b. Memiliki sarana dan prasarana sebagai pen-dukung aktivitas ekonomi.

    c. Menampung dan mempekerjakan sumber daya manusia di dalam Kawasan Minapolitan dan daerah sekitarnya.

    d. Mempunyai dampak positif terhadap pereko-nomian di daerah sekitarnya.

    Seperti halnya kawasan Agropolitan, pengem-bangan Kawasan Minapolitan harus melalui mekanisme pengajuan usulan terlebih dahulu. Dalam mekanisme tersebut, diuraikan prosedur tentang pengajuan lokasi Kawasan Minapolitan yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:1. Usulan dari Kabupaten oleh Pemerintah

    Provinsi. Pemerintah Kabupaten mengajukan usulan mengenai Kawasan Minapolitan. Se-belumnya, Pemerintah Kabupaten telah me-lakukan identifikasi potensi dan masalah terlebih dahulu. Identifikasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan potensi lokal, yaitu komoditas unggulan. Lokasi Kawasan Minapolitan yang berada di dalam kawasan kabupaten ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

    2. Pemerintah Pusat menilai kesiapan lokasi un-tuk dapat dikembangkan sebagai Kawasan Minapolitan. Penilaian dilakukan berdasarkan kelengkapan persyaratan administrasi, be-rupa dokumen perencanaan yang terdiri dari SK lokasi, SK pokja, Masterplan, RPIJM, dab DED, serta potensi lokasi kawasan yang diusulkan.

    3. Pengembangan Kawasan Minapolitan yang di usul kan dapat dipenuhi jika telah meme-nuhi kondisi berikut: Apabila kelengkapan administrasi dan

    po tensi kawasan yang diusulkan telah memenuhi persyaratan dalam butir nomor 2.

    Apabila kelengkapan administrasi belumterpenuhi semua, tetapi kawasan yang diusulkan memiliki potensi yang baik.

  • AGRO

    POLITAN

    DAN

    MIN

    APOLITAN

    Konsep Kawasan M

    enuju Keharmonian

    55

    dilihat dari profil kawasan tersebut. Kawasan ini akan diberi kesempatan untuk melengkapi kekurangan persyaratan administrasi dalam waktu 1 tahun. Apabila dalam kurun waktu 1 tahun belum terlengkapi, dana bantuan pembangunan pada tahun berikutnya akan dihentikan untuk sementara.

    Setelah adanya pengajuan tentang usulan lokasi Kawasan Minapolitan yang akan dikembangkan, dilaksanakan penilaian/pemilihan kawasan dengan mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini: Programprogrampengembangankawas

    an dari departemen/badan yang memili ki keterkaitan lingkup kegiatan (tupoksi) de-ngan pengembangan kawasan berbasis minabisnis.

    Komoditasunggulan sebagaipemicuuntuk tumbuh kembangnya kehidupan dan penghidupan dari sektor-sektor komoditi ikutan lainnya.

    Potensikabupatenyangakandikembangkan menjadi Kawasan Minapolitan. Potensi kabupaten merupakan faktor pendukung berkembangnya Kawasan Minapolitan.

    Kawasan Minapolitan tidak ditentukanoleh batasan administrasi pemerintahan. Namun, prosedur penetapannya dimulai dari penetapan kabupaten terpilih dan basis analisa data berdasarkan batas ad-ministrasi. Oleh karena itu, proses pe ni-laian Kawasan Minapolitan diawali de-ngan proses penilaian Kabupaten yang berpotensi untuk mendapatkan kawasan terpilih.

    Kawasan Minapolitan merupakan satukesatuan kawasan perdesaan yang ter-diri dari desa pusat dan desa-desa hinter-land-nya yang diindikasikan oleh adanya hubungan fungsional antara kegiatan di desa pusat dan di desa hinterlandnya.

    KawasanMinapolitan yang diusulkan sudah menetapkan struktur hirarki kawasan.

    Memiliki sistim kelembagaan dan sistem

    Mekanisme Penyelenggaraan Minapolitan

    ProgramMinapolitan

    Sosialisasi PengembanganKawasanPerencanaan

    (Master Plan/RPIJM/DED)

    Monitoring d