107 PEMBAHASAN UMUM Pada saat penelitian dilaksanakan, Pemerintah Republik Indonesia memiliki 33 provinsi dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua Barat. Namun demikian, sejak diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 yang mewajibkan setiap pemerintah daerah (Provinsi, Kota atau Kabupaten) membangun situs web, ternyata dari 33 provinsi tersebut hanya 31 provinsi yang memiliki situs web dan berstatus aktif yang diakses bulan Februari – Juni 2012. Provinsi tidak memiliki situs web adalah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara. Penentuan situs web provinsi aktif dan tidak aktif didasarkan atas penelusuran situs web resmi menggunakan mesin pencari (search engine) Google dengan mengetikkan query berupa nama masing-masing provinsi. Pengembangan Framework Evaluasi Usability Framework yang dihasilkan pada penelitian ini berupa enam parameter untuk analisis rekaman responden dan lima parameter untuk menghasilkan skor evaluasi usability. Enam parameter yang dapat digunakan untuk menganalisis hasil evaluasi usability situs-situs web provinsi di Indonesia dengan metode observasi langsung menggunakan rekaman responden. Namun demikian, parameter-parameter tersebut memiliki tujuan penggunaan yang berlainan. Keenam parameter tersebut antara lain: 1. Jumlah Waktu 2. Jumlah Langkah 3. Kesuksesan Tugas 4. Waktu Respon Balik 5. Pihak Pemberi Respon 6. Kepuasan Responden Parameter jumlah waktu, jumlah langkah dan kesuksesan tugas berkaitan erat dengan analisis rekaman responden dikarenakan hasil ketiganya diperoleh dengan mengolah data rekaman responden yang direkam oleh perangkat lunak screen capture (Camtasia 7.1). Parameter jumlah waktu dan jumlah langkah
14
Embed
PEMBAHASAN UMUM - repository.ipb.ac.id filesitus web resmi menggunakan mesin pencari (search engine) Google dengan ... observasi langsung menggunakan rekaman responden. Namun demikian,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
107
PEMBAHASAN UMUM
Pada saat penelitian dilaksanakan, Pemerintah Republik Indonesia
memiliki 33 provinsi dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua Barat.
Namun demikian, sejak diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003
yang mewajibkan setiap pemerintah daerah (Provinsi, Kota atau Kabupaten)
membangun situs web, ternyata dari 33 provinsi tersebut hanya 31 provinsi yang
memiliki situs web dan berstatus aktif yang diakses bulan Februari – Juni 2012.
Provinsi tidak memiliki situs web adalah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara.
Penentuan situs web provinsi aktif dan tidak aktif didasarkan atas penelusuran
situs web resmi menggunakan mesin pencari (search engine) Google dengan
mengetikkan query berupa nama masing-masing provinsi.
Pengembangan Framework Evaluasi Usability
Framework yang dihasilkan pada penelitian ini berupa enam parameter
untuk analisis rekaman responden dan lima parameter untuk menghasilkan skor
evaluasi usability. Enam parameter yang dapat digunakan untuk menganalisis
hasil evaluasi usability situs-situs web provinsi di Indonesia dengan metode
observasi langsung menggunakan rekaman responden. Namun demikian,
parameter-parameter tersebut memiliki tujuan penggunaan yang berlainan.
Keenam parameter tersebut antara lain:
1. Jumlah Waktu
2. Jumlah Langkah
3. Kesuksesan Tugas
4. Waktu Respon Balik
5. Pihak Pemberi Respon
6. Kepuasan Responden
Parameter jumlah waktu, jumlah langkah dan kesuksesan tugas berkaitan
erat dengan analisis rekaman responden dikarenakan hasil ketiganya diperoleh
dengan mengolah data rekaman responden yang direkam oleh perangkat lunak
screen capture (Camtasia 7.1). Parameter jumlah waktu dan jumlah langkah
108
bertujuan untuk mengukur efisiensi atau banyaknya sumberdaya waktu dan tenaga
yang digunakan oleh responden untuk menyelesaikan skenario yang diberikan.
Parameter waktu respon balik dan pihak pemberi respon diukur setelah
jangka waktu 21 hari berdasarkan atas keterangan dari setiap responden, untuk
melihat apakah terdapat tanggapan dari situs web yang dievaluasi. Kedua
parameter tersebut bertujuan untuk menilai responsivitas pemerintah provinsi
dalam menghargai masukan dari responden sebagai perwakilan dari anggota
masyarakat sesuai dengan tingkat pengembangan e-Government kedua yaitu
Tingkat Pematangan (Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat
interaktif; dan Pembuatan antarmuka keterhubungan dengan lembaga lain). Hal
ini dikarenakan suatu situs web tidak dapat dikatakan bersifat interaktif jika tidak
ada tanggapan terhadap masukan dalam bentuk apapun yang disampaikan kepada
situs web tersebut melalui seluruh fasilitas yang telah disediakan.
Parameter terakhir adalah kepuasan responden yang memiliki tujuan untuk
mengukur seberapa besar responden memberikan penilaian terhadap beberapa
komponen yang tercantum dalam QUIS (Questionnaire for User Interface
Satisfaction) sebagi media pengukuran. Komponen tersebut antara lain reaksi
keseluruhan terhadap situs web, halaman web, istilah dan informasi situs web, dan
kemampuan situs web.
Selain parameter penilaian rekaman responden, penelitian ini juga
mengembangkan parameter pemberian skor evaluasi usability untuk setiap situs
web provinsi. Parameter tersebut berjumlah lima, di antaranya:
1. Jumlah Waktu
2. Jumlah Langkah
3. Kesuksesan Tugas
4. Kelengkapan Konten
5. Kepuasan Responden
Kelima parameter tersebut sesuai dengan ISO 9241:11 yang menyatakan
bahwa usability memiliki tiga komponen yaitu efisiensi, efektifitas dan kepuasan
penggunaan. Parameter jumlah waktu dan jumlah langkah mewakili komponen
efisiensi, parameter kesuksesan tugas dan kelengkapan konten mewakili
komponen efektivitas, sedangkan parameter kepuasan responden mewakili
109
komponen kepuasan penggunaan. Parameter waktu respon balik dan pihak
pemberi respon yang telah disebutkan sebelumnya tidak digunakan dalam
pemberian skor evaluasi usability dikarenakan hanya 5 – 6 situs web saja yang
memberikan respon balik kepada responden, sehingga diduga skor yang
dihasilkan tidak mencerminkan usability seluruh situs web yang dievaluasi.
Hasil Evaluasi Usability Situs-situs Web E-Government Provinsi di Indonesia
Parameter Jumlah Waktu dan Jumlah Langkah
Parameter jumlah waktu diukur berdasarkan jumlah detik yang diperlukan
oleh responden untuk melaksanakan tugas pada setiap skenario dimulai dari
halaman mesin pencari untuk Skenario 1 dan halaman utama untuk Skenario 2
sampai 9. Untuk kecepatan waktu memuat informasi (loading time), telah
dilakukan pemotongan loading time agar penghitungan waktu tidak menjadi bias.
Oleh karena itu, jumlah waktu yang dihitung adalah waktu responden membuka
halaman-halaman situs web, waktu responden membaca informasi dan waktu
responden berpikir serta memutuskan apakah informasi yang dicari telah
ditemukan atau tidak. Berikut ini adalah hasil perbandingan antara parameter
jumlah waktu dan langkah untuk setiap skenario pada seluruh situs web provinsi.
a. Skenario 1A (Sejarah Provinsi)
Pada skenario 1A, responden diminta untuk mencari informasi sejarah
berdirinya provinsi, baik yang terletak pada submenu khusus atau tercantum
dalam submenu lainnya. Informasi sejarah berdirinya provinsi pada situs web
tidak selalu diberi judul Sejarah, namun ada yang diberi judul Tentang Provinsi,
Sekilas Provinsi, Profil Provinsi, Gambaran Umum, bahkan diletakkan pada
ucapan Selamat Datang seperti yang tercantum pada situs web Maluku Utara.
b. Skenario 1B (Motto Provinsi)
Pada skenario 1B, responden diminta untuk mencari informasi motto,
slogan atau semboyan provinsi. Informasi ini umumnya termasuk ke dalam bagian
dari profil provinsi. Motto yang dicantumkan pada situs web dapat menggunakan
Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, maupun Bahasa Inggris. Motto Provinsi
sebagian besar terletak pada banner utama, sehingga tidak terlalu disadari oleh
sebagian responden. Adapun letak motto pada provinsi yang lainnya dicantumkan
110
pada lambang daerah dan dibahas maknanya pada submenu lambang daerah dan
artinya. Sedangkan ada pula provinsi yang secara khusus menampilkan motto
yang diletakkan pada submenu lambang daerah dan artinya, submenu visi dan
misi, serta submenu motto seperti yang dimiliki situs web Provinsi Jawa Timur.
c. Skenario 1C (Visi dan Misi)
Informasi mengenai Visi dan Misi dimiliki oleh hampir seluruh situs web,
dengan penempatan yang strategis seperti di menu Profil atau Tentang Provinsi
dengan submenu tersendiri. Namun pada situs web Provinsi Jawa Timur, visi dan
misi tidak memiliki submenu tersendiri melainkan berada pada submenu Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur, sehingga
responden kesulitan untuk menemukan informasi tersebut.
d. Skenario 1D (Lambang Daerah dan Artinya)
Setiap provinsi memiliki lambang atau logo daerahnya masing-masing
yang memuat ciri khas dari daerah tersebut. Pemilihan bentuk dasar, warna,
tulisan, dan lain-lain memiliki filosofi tersendiri, sehingga perlu disebutkan arti
lambang tersebut agar dapat mensosialisasikan ciri khas masing-masing provinsi.
e. Skenario 1E (Peta Provinsi)
Peta provinsi dapat diletakan pada menu atau submenu tersendiri,
diberikan tautan, atau dicantumkan pada menu atau submenu Letak/Kondisi
Geografis, Wilayah, Letak Administratif, dan lain-lain. Peta provinsi yang
ditemukan pada situs web bervariasi dari mulai Peta Kontur, Peta Administratif,
Peta Pariwisata, Peta Potensi Daerah, dan lain-lain.
f. Skenario 2 (Struktur Organisasi Provinsi)
Tugas yang diberikan kepada responden pada Skenario 2 ialah mencari
struktur organisasi pemerintah provinsi yang terdiri dari Gubernur beserta
jajarannya. Struktur organisasi yang ideal adalah berbentuk gambar dengan
struktur hirarki dan aliran tanggung jawab yang jelas. Namun, struktur organisasi
provinsi yang diakui pada penelitian ini dapat berupa gambar hirarkis, tabel, atau
berbentuk poin-poin dimulai dari tingkat tertinggi, yaitu Gubernur, hingga dinas,
biro atau badan di bawahnya.
111
g. Skenario 3 (Informasi Demografi atau Kependudukan)
Informasi demografi merupakan salah satu bagian dari informasi geografi
yang khusus membahas tentang kependudukan. Keberadaan informasi ini
mencerminkan bahwa pemerintah provinsi memiliki kepedulian terhadap para
penduduknya, di mana informasi tersebut dapat digunakan guna menanggulangi
masalah seperti kemiskinan atau kurangnya pendidikan. Informasi demografi
meliputi informasi keberagaman penduduk yang mendiami provinsi setempat,
seperi data penduduk berdasarkan kategori jenis kelamin, usia, agama,
pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Pada penelitian ini, data minimal yang dapat
disebut sebagai informasi demografi adalah jumlah penduduk dalam suatu waktu.
h. Skenario 4 (Potensi Sumberdaya Alam)
Kekayaan alam di setiap daerah sangat beragam dan belum tentu diketahui
oleh masyarakat domestik ataupun mancanegara. Salah satu cara untuk dapat
menarik investor untuk mengelola kekayaan alam tersebut adalah dengan
mempromosikannya di situs web provinsi dalam bentuk menu Potensi
Sumberdaya Alam. Selain menu Potensi Sumberdaya Alam, menu lain yang juga
digunakan adalah menu Investasi atau Perekonomian.
i. Skenario 5 (Peraturan Daerah)
Keberadaan peraturan daerah di situs web provinsi penting bagi
masyarakat untuk mengetahui performa pemerintahnya dalam mengambil
kebijakan. Peraturan daerah juga dapat menjadi sarana bagi pemerintah provinsi
untuk mensosialisasikan proses-proses perizinan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah provinsi. Letak penempatan peraturan daerah, ada yang diserahkan
kepada situs web biro atau badan hukum yang ada di bawah provinsi, bukan pada
situs web provinsi. Sebagian besar peraturan daerah yang dicantumkan dapat
diunduh dalam format PDF, Doc atau Winrar.
j. Skenario 6 (APBD)
Skenario ini berisi tugas responden untuk mencari informasi tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terakhir dipublikasikan
oleh pemerintah provinsi di dalam situs webnya. Melalui pengamatan ini
112
diperoleh informasi mengenai keaktifan dan transparansi provinsi dalam
menginformasikan APBD kepada masyarakat.
Pencantuman APBD juga berfungsi sebagai indikator transparansi
pemerintah provinsi dalam mempublikasikan performanya pada saat mengelola
pendapatan dan belanja daerah yang sebagian juga bersumber dari pajak yang
dibayarkan oleh masyarakat. APBD yang dicantumkan sebagian besar dapat
diunduh dalam format PDF dan Doc, yakni dapat berupa peraturan daerah yang
menetapkan mengenai APBD atau memang khusus file yang memuat APBD
dalam bentuk Winrar.
k. Skenario 7 (Pengiriman pesan ke Alamat E-mail)
Alamat e-mail merupakan salah satu item minimal yang harus ada pada
halaman utama (homepage) menurut Panduan Penyelenggaraan Situs Web
Pemerintah Daerah yang diterbitkan oleh Kemkominfo (2003). Untuk kontak e-
mail, hanya alamat e-mail yang mempunyai domain “.go.id” yang bisa digunakan
sebagai alamat e-mail resmi. Pemakaian alamat generik (seperti ‘manajer situs’,
‘sekda’) lebih diutamakan daripada alamat atau nama pribadi, hal tersebut
dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya perubahan personil pada manajemen
situs web pemerintah daerah. Penanggung jawab situs web harus memastikan
bahwa semua e-mail ke alamat-alamat yang dituju dijawab dengan segera, seperti
halnya komunikasi fisik atau komunikasi elektronik lainnya dengan instansi
Pemerintah Daerah setempat (Kemkominfo 2003).
l. Skenario 8 (Pengiriman pesan ke Buku Tamu)
Skenario ini memuat tugas responden untuk mencari fasilitas Buku Tamu
atau fasilitas sejenis seperti Kontak, Hubungi Kami, Pesan Anda, Suara
Masyarakat dan lain-lain, dan mengirimkan pesan berupa pertanyaan yang
disediakan peneliti. Buku tamu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa
form yang dapat diisikan oleh responden tanpa melalui proses mendaftar, login
atau sign up untuk dapat mengirimkan pesan kepada pemerintah provinsi. Isi
pesan tersebut dapat ditampilkan pada situs web dan diharapkan dapat
memperoleh tanggapan berupa jawaban terhadap pertanyaan yang sekaligus
ditampilkan pada situs web atau jawaban tersebut dikirimkan ke alamat e-mail
113
pengirim dikarenakan setiap mengirimkan pesan ke buku tamu, pengirim harus
mengisi kolom alamat e-mail yang dimiliki.
m. Skenario 9 (Berita atau artikel yang terakhir dipublikasikan)
Berita seputar provinsi yang pada umumnya disajikan pada halaman utama
merupakan salah satu indikator yang menyatakan bahwa situs web yang
bersangkutan tergolong uptodate atau tidak. Penyajian berita terkini pada halaman
utama, biasanya disajikan dengan dokumentasi gambar. Sebagian situs web
mengkategorikan berita terkininya, sehingga menyulitkan responden untuk
mengetahui letak berita yang paling uptodate.
Berdasarkan hasil analisis setiap situs web dengan menggunakan 9
skenario tugas yang dilaksanakan oleh responden, secara umum diperoleh hasil
rata-rata jumlah waktu dan jumlah langkah yang disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Hasil rata-rata jumlah waktu dan jumlah langkah untuk seluruh skenario
No. Skenario/
Konten
Rata-rata Jumlah
Waktu (detik)
Rata-rata
Jumlah Langkah
1. Sejarah 58 5
2. Motto 61 6
3. Visi & Misi 40 4
4. Lambang Daerah & Artinya 32 4
5. Peta Provinsi 54 6
6. Struktur Organisasi 67 6
7. Demografi 50 6
8. Potensi SDA 60 6
9. Peraturan Daerah 90 9
10. APBD 74 8
11. Pesan ke alamat e-mail 157 11
12. Pesan ke Buku Tamu 116 9
13. Berita 29 2
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah langkah dan waktu
terbanyak dimiliki oleh skenario pengiriman pesan ke e-mail dikarenakan terdapat
cukup banyak langkah yang perlu dilakukan untuk dapat mengirimkan pesan
menggunakan akun e-mail pribadi. Rata-rata jumlah langkah dan waktu terendah
dimiliki oleh skenario pencarian berita karena konten berita selalu diletakkan pada
halaman muka situs web provinsi.
114
Parameter Kesuksesan Tugas
Evaluasi usability pada penelitian ini menggunakan skenario dengan
melibatkan 13 konten yang sebagian besar ditetapkan sebagai konten minimal
oleh Kemkominfo (2003). Untuk mengetahui berapa jumlah konten yang dimiliki
oleh setiap provinsi yang diteliti, telah dilakukan proses observasi dengan mencari
setiap konten tersebut dalam situs web provinsi. Jumlah konten yang terdapat
pada masing-masing situs web beragam dari yang memiliki ketiga belas konten
seperti Provinsi Jawa Barat, hingga provinsi yang hanya memiliki enam konten
seperti Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
Selatan.
Dalam melaksanakan tugas yang diberikan, tidak semua responden
berhasil menemukan konten yang dimiliki oleh situs web. Pada setiap situs web
provinsi yang dievaluasi, terdapat tiga, dua, atau satu rekaman responden yang
sukses. Oleh karena itu, untuk menghitung skor parameter kesuksesan tugas,
dilakukan perbandingan antara jumlah rekaman responden yang sukses
melaksanakan skenario dengan jumlah rekaman responden yang tidak sukses
kemudian dihasilkan persentase kesuksesan tugas. Provinsi-provinsi yang
memiliki persentase kesuksesan tugas tertinggi, yaitu 100%, adalah Riau,
Kepulauan Riau dan Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil analisis menggunakan 9
skenario tugas yang dilaksanakan oleh responden, diperoleh hasil berupa jumlah
situs dan persentase kesuksesan tugas yang ditampilkan pada Tabel 17.
Tabel 17 Daftar jumlah situs dan kesuksesan tugas untuk seluruh skenario
No. Skenario/
Konten Jumlah Situs
Kesuksesan
Tugas (%)
1. Sejarah 28 98
2. Motto 17 57
3. Visi & Misi 27 94
4. Lambang Daerah & Artinya 25 100
5. Peta Provinsi 22 95
6. Struktur Organisasi 17 92
7. Demografi 22 89
8. Potensi SDA 25 88
9. Peraturan Daerah 16 87
10. APBD 14 71
11. Pesan ke alamat e-mail 27 82
12. Pesan ke Buku Tamu 21 84
13. Berita 31 100
115
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa konten yang paling banyak dimiliki
oleh situs-situs web provinsi di Indonesia adalah konten berita, yaitu sebanyak 31
atau seluruh situs web provinsi, sedangkan konten yang paling sedikit adalah
informasi APBD. Persentase kesuksesan tugas tertinggi (100%) dimiliki oleh
pencarian lambang daerah dan artinya serta berita, sedangkan yang terendah
adalah pencarian motto. Parameter jumlah situs atau kelengkapan konten,
kesuksesan tugas, jumlah langkah dan jumlah waktu, bersama dengan parameter
kepuasan responden menghasilkan peringkat setiap situs web provinsi dalam hal
usability, secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 24 yang diurutkan
berdasarkan peringkat skor usability.
Parameter Waktu Respon
Pesan yang disampaikan kepada situs web provinsi merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang cukup beragam dari mulai kegiatan sehari-hari
hingga tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) dari pemerintah provinsi. Apapun
bentuk pertanyaan yang diajukan, diharapkan mendapat respon balik dari
pemerintah provinsi karena setiap pertanyaan merupakan bentuk kepedulian
masyarakat terhadap provinsi yang bersangkutan. Lamanya waktu respon
mengindikasikan seberapa besar perhatian dan keaktifan pemerintah provinsi
dalam melayani masyarakat yang memerlukan informasi.
Parameter ini diukur dalam satuan hari sebagai tindak lanjut dari
pelaksanaan Skenario 7 dan 8 oleh responden. Hasil yang diperoleh adalah waktu
pengiriman respon balik untuk skenario pengiriman pesan ke alamat e-mail
berkisar antara kurang dari 1 (satu) hari hingga 19 hari, sedangkan untuk skenario
pengiriman pesan ke buku tamu berkisar antara kurang dari 1 (satu) hari hingga 5
hari.
Parameter Pihak Pemberi Respon
Pemberi respon balik pada suatu situs web bertugas untuk menjawab
pertanyaan yang ditujukan kepada pemerintah provinsi, baik pertanyaan yang
dapat dijawab secara langsung sesaat setelah pertanyaan tersebut diterima,
ataupun pertanyaan yang perlu dikonsultasikan ke bagian lain sehingga
membutuhkan sedikit waktu untuk menjawabnya. Pengelola situs web provinsi
116
dapat terdiri dari bagian Humas, Komunikasi, dan lain sebagainya. Selain pejabat,
pertanyaan yang diajukan dapat dijawab oleh administrator situs web, web master,
atau sistem penjawab otomatis (autoresponder). Adapun administrator situs web
dapat berasal dari staf dinas/biro pemerintah provinsi bidang Humas atau
Komunikasi.
Sistem penjawab otomatis atau autoresponder adalah suatu program
komputer yang dapat merekam nama dan alamat e-mail yang berada pada situs
web yang dipasangi dengan autoresponder. Autoresponder tersebut selanjutnya
dapat digunakan untuk melakukan kontak dengan pengunjung menggunakan
pesan e-mail balasan yang biasanya berupa ucapan terima kasih karena telah
mengirimkan e-mail kepada provinsi setempat.
Analisis Kepuasan Responden
Questionnaire for User Interface Satisfaction (QUIS) digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan responden pada penelitian ini. QUIS diterbitkan oleh
University of Maryland pada tahun 1988 untuk mengukur kepuasan pengguna
terhadap suatu sistem atau situs web. Kuesioner ini berisi 27 pertanyaan, namun
yang digunakan pada penelitian ini hanya sebanyak 16 pertanyaan yang dianggap
relevan dan dirasa tidak membingungkan bagi responden. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu pertanyaan mengenai reaksi
keseluruhan terhadap situs web, halaman web, istilah dan informasi dalam situs
web, serta kemampuan situs web.
Pembagian kelompok situs web provinsi menjadi lima level berdasarkan
Nielsen (1993), yaitu Tidak Memiliki Masalah Usability sama sekali (Level 0),
Hanya Masalah Penampilan Luar (Level 1), Masalah Usability Minor (Level 2),
Masalah Usability Mayor (Level 3), dan Bencana Usability (Level 4) berdasarkan
penilaian responden menggunakan kuesioner. Kelima level tersebut disesuaikan
untuk mempermudah pemahaman responden dengan penyesuaian sebagai berikut:
1. Level 1: Tidak memiliki masalah usability sama sekali.
2. Level 2: Masalah usability Ringan atau hanya masalah penampilan luar,
sehingga masalah dapat diperbaiki hanya jika pengembang situs web memiliki
waktu luang.
117
3. Level 3: Masalah usability Sedang/Minor/Kurang Penting, sehingga perbaikan
masalah hanya memerlukan prioritas yang rendah saja.
4. Level 4: Masalah usability Berat/Mayor/Penting, sehingga penting untuk
diperbaiki, sehingga memerlukan prioritas tinggi.
5. Level 5: Masalah usability Sangat Berat, sehingga penting untuk diperbaiki
sebelum situs web diluncurkan.
Metode Think Out Loud
Metode Think Out Loud atau juga ada yang menyebutnya sebagai metode
Think Aloud merupakan metode yang didasarkan pada sikap tubuh dan ucapan
yang ditunjukkan oleh seorang responden pada saat melaksanakan evaluasi
usability. Sebelum melaksanakan evaluasi, responden diberi pengarahan untuk
mengemukakan apa yang ada dalam pikirannya pada saat mengevaluasi situs web
dalam bentuk ucapan. Ucapan responden tersebut direkam menggunakan
mikrofon pada headset yang digunakan, sedangkan perilaku atau ekspresi tubuh
yang ditunjukkan oleh responden direkam menggunakan web camera yang ada
pada komputer jinjing. Seluruhnya tersimpan dan terintegrasi dalam Camtasia
versi 7.1 sebagai screen capture software, sehingga menghasilkan video yang
berisi gambar, suara dan aktivitas responden pada layar monitor.
Video rekaman setiap responden selanjutnya diobservasi untuk membagi
ucapan dan perilakunya menjadi ucapan atau ekspresi positif dan ucapan atau
ekspresi negatif. Kata atau frase yang berada di luar kurung merupakan perkataan
atau ucapan responden, sedangkan kata atau frase yang berada dalam tanda
kurung merupakan ekspresi atau sikap tubuh responden.
Pengembangan Framework untuk Evaluasi Accessibility
Framework yang diterapkan pada evaluasi accessibility situs web provinsi
lebih ditekankan terhadap analisis laporan hasil evaluasi menggunakan alat
pengukur accessibility berdasarkan standar internasional. Sasaran dari
peningkatan kinerja accessibility situs web adalah masyarakat dengan
keterbatasan fisik atau different abilities (diffable). Namun, penelitian ini
mengambil objek situs web pemerintah provinsi yang setelah dilakukan proses
118
observasi sejak bulan Agustus 2011 hingga Februari 2012 belum seluruhnya
memiliki fasilitas untuk masyarakat dengan keterbatasan fisik.
Alat pengukur accessibility lebih dipilih daripada mengobservasi para
pengguna dengan keterbatasan fisik (misalkan tuna netra, mata rabun, orang lanjut
usia, dan lain-lain) dikarenakan standar internasional yang digunakan, yaitu
WCAG 2.0, memiliki banyak kriteria kesuksesan yang perlu diujikan.
Dikarenakan standar yang digunakan adalah standar internasional, maka
diprediksi terdapat beberapa kriteria penilaian yang tidak diaplikasikan oleh situs
web provinsi. Oleh karena itu, perlu ditampilkan kriteria mana yang diaplikasikan
pada sebagian besar situs web, baik secara sukses ataupun tidak. Kriteria yang
sukses diberi skor 0 sedangkan yang tidak sukses diberikan skor angka. Hal ini
dikarenakan standar WCAG 2.0 memiliki tingkat permasalahan yang berbeda-
beda, sehingga pemberian skor angka dimaksudkan untuk membedakan tingkatan
tersebut. Selain menampilkan kriteria penilaian accessibility, pada penelitian ini
juga ditampilkan jumlah permasalahan yang dialami oleh setiap situs web provinsi
untuk kemudian dibandingkan.
Hasil Evaluasi Accessibility Situs-situs Web E-Government Provinsi di
Indonesia
Salah satu tool yang digunakan pada penelitian ini adalah AChecker yang
dapat diakses secara online dan open source, serta menghasilkan laporan dalam
bentuk PDF. Laporan tersebut berisi baris dan kolom source code situs web yang
memiliki masalah pada kriteria kesuksesan (success criteria) Level A, AA dan
AAA pada Web Content Accessibility Guideline (WCAG) 2.0. Laporan tersebut
selanjutnya dianalisis untuk memperoleh skor yang dapat dijadikan sebagai
pembanding dalam melakukan pengelompokan situs web provinsi.
Pemberian skor untuk masing-masing provinsi didasarkan pada level
success criteria yang dipenuhi oleh situs web. Situs web yang memenuhi success
criteria level A diberi skor 1, level AA diberi skor 3, level AAA diberi skor 5.
Skor yang diperoleh dari penjumlahan skor level A – AAA, kemudian diurutkan
dengan skor terkecil berada di peringkat teratas dan skor terbesar berada di
peringkat terbawah.
119
Uji Korelasi Hasil Evaluasi Usability dan Evaluasi Accessibility
Pada penelitian evaluasi usability terdapat beberapa jenis skor yang
menjadi penyusun skor evaluasi usability. Skor tersebut adalah hasil dari proses
normalisasi menggunakan rumus Min-Max Normalization dikarenakan perbedaan
rentang dan kriteria penilaian. Untuk parameter kesuksesan tugas, kepuasan
responden dan kelengkapan konten, skor tertinggi didapatkan oleh situs web
dengan kesuksesan tugas, kepuasan responden dan kelengkapan konten yang
tinggi pula.
Berdasarkan atas uji korelasi, dapat diketahui bahwa skor normalisasi
jumlah langkah dan jumlah waktu memiliki sifat korelasi yang kuat, searah dan
sangat nyata dengan skor usability. Dengan kata lain, jika skor normalisasi jumlah
langkah dan jumlah waktu semakin tinggi, maka skor usability juga akan semakin
tinggi dan begitu pula sebaliknya. Untuk Hipotesis, 3, 4 dan 5, sifat korelasinya
adalah menengah, searah dan sangat nyata menurut Swinscow dan Campbell
(2002). Dengan kata lain, apabila skor normalisasi kesuksesan tugas, kepuasan
responden dan kelengkapan konten semakin tinggi, maka skor usability juga akan
semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi
Berdasarkan pada hasil penelitian ini, dapat diberikan beberapa
rekomendasi kepada pemerintah provinsi untuk dapat diterapkan demi
meningkatkan performa situs webnya.
Peningkatan Performa Usability
Untuk meningkatkan efisiensi pencarian informasi yang dapat pula
meningkatkan performa usability, direkomendasikan untuk:
Mengurangi jumlah submenu yang harus di-klik untuk mencapai informasi
tertentu: Pengurangan jumlah submenu pada suatu situs web dapat dikurangi
dengan menghilangkan tautan-tautan seperti “baca selanjutnya”,
“selengkapnya”, “read more” dan lain-lain pada saat pengunjung telah meng-
klik judul submenu yang akan dibacanya.
Menggunakan bentuk dropdown untuk membuka menu utama situs web lebih
direkomendasikan daripada menu yang harus di-klik terlebih dahulu:
120
Bentuk dropdown merupakan salah satu bentuk menu situs web yang dapat
menampilkan submenu-submenu di dalamnya hanya dengan menyorot atau
mengarahkan pointer di atas menu dropdown tersebut. Bentuk tersebut lebih
efisien daripada bentuk menu yang harus di-klik terlebih dahulu dikarenakan
tidak perlu menekan tombol kembali apabila submenu yang terdapat di
dalamnya bukan termasuk informasi yang dicari oleh pengunjung situs web.
Fasilitas mesin pencari yang efektif dan tepat sasaran sangat diperlukan di
setiap halaman situs web: Fasilitas mesin pencari yang disediakan di setiap
halaman situs web sangat berguna agar tidak perlu kembali ke halaman muka,
untuk dapat mempercepat pencarian informasi yang dibutuhkan oleh
pengunjung.
Menyediakan peta situs (sitemap) dan fitur petunjuk lokasi pengunjung:
Peta situs berguna untuk memperlihatkan submenu-submenu apa saja yang
dimiliki oleh suatu situs web dalam satu halaman web, sehingga pengunjung
dapat langsung menuju ke submenu yang diinginkan dalam sekali klik.
Petunjuk lokasi, seperti “Anda Berada di …” atau “You are here” bermanfaat
bagi pengunjung untuk memberitahukan di mana lokasi mereka berada,
sehingga pengunjung dapat menentukan dengan mudah ke mana selanjutnya
mereka akan bergerak mencari informasi.
Memberikan penamaan menu, submenu, tautan dan lain-lain yang benar-benar
mencerminkan isi di dalamnya: Penamaan menu, submenu, dan tautan yang
sesuai dengan isinya akan dapat mempermudah pengunjung untuk
memperoleh informasi yang diperlukan secara efektif dan efisien.
Peningkatan Performa Accessibility
Untuk meningkatkan performa accessibility situs web pemerintah provinsi,
direkomendasikan untuk menambah atau memperbaiki fasilitas pada poin-poin
success criteria berdasarkan standar WCAG 2.0 yang belum terpenuhi
berdasarkan hasil evaluasi accessibility. Dari 57 poin success criteria, hanya 17%
(10 poin) yang secara umum dipenuhi oleh situs-situs web provinsi di Indonesia.
Rekomendasi berdasarkan poin yang belum terpenuhi secara lengkap dapat dilihat