Akademis Kesuma 2011 1 “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912) PEMBAHASAN UB MATA 2011 1. A. Sudah jelas ya, dari scenario dikatakan bahwa ODS setelah dikoreksi dengan S+1.5 D menjadi normal (6/6), sehingga pada resep kacamatanya yang bagian atas ditulis ODS S+1.5 D. mengingat pasien sudah usia lanjut, kita perlu berpikir presbiopi juga, dan perlu sekali dibantu untuk kacamata bacanya, pada usia 50 tahun, koreksinya adalah S+2.00 D. sehingga ditulis yang bagian bawah S+2.00. 2. C. ditanyakan Punctum remotum atau titik terjauh. Rumus untuk mecari kekuatan lensa apabila diketahui titik terjauhnya yaitu kekuatan lensa = 1/~(setara dengan 0) + 1/titikjauh (PR). Di scenario sudah diketahui kekuatan lensanya yaitu +1.5 D, sehingga masuk rumus +1.5 D = 1/PR; sehingga PR: 1/1.5 = 2/3 = 0,66667 m = 66,7 cm. Benda yang diliat ibunya kana da didepan mata, jadinya jaraknya ya ikutan 66,7 m di depan mata. 3. C. pemeriksaan Duke elder dilakukan untuk mengetahui apakah ada koreksi berlebihan pada mata, dengan penambahan lensa S+0,25 D (lensa duke elder) dari koreksi awal. Pada tes duke elder ini pasien merasa menjadi lebih kabur, sehingga koreksi awal (S+1.5 D) sudah ukuran terbesar yang dirasakan nyaman (tidak kabur) oleh pasien, sehingga tidak perlu ditambah lagi. 4. C Pasien ada riwayat katarak, dioperasi (karena lensanya diambil mata kehilangan P 10 D), maka dari itu untuk membuatnya emetrop perlu dilakukan pemasangan lensa intraokuler dengan P 10 D. karena udah diganti, maka mata pasien kita anggap emetrop ya. Tapi pada momen tertentu pasien ke dokter mata, dan visusnya menurun trus dikasih kacamata, tapi akhir-akhir ini tidak nyaman lagi, dan ternyata visusnya 6/18 di kedua mata, akhirnya dilakukan koreksi S+1.5 D, itu kacamata jauhnya, kalo buat kacamata bacanya, disesuaiin umur (soalnya presbiopi), kalo pada pasien umur 50 tahun kan koreksinya S+2.00 D, jadi koreksi ini ditambahkan dengan koreksi awalnya (S+1.5 D), sehingga kacamata yang diperlukan S+3,5 D. 5. C pada prinsipnya untuk hipermetropi pilihlah koreksi yang paling besar tapi masih nyaman dipakai (tidak kabur) oleh pasien atau dengan kata lain yang menyebabkan visusnya menjadi normal. Diantara variasi koreksi yang dilakukan oleh dokter, ada 2 pilihan koreksi yang menyebabkan visus pasien menjadi normal yaitu S+2.5 D dan S+3.00 D, karena prinsipnya “pilih yang besar”, jadi koreksi yang tepat adalah S+3.00 D, dengan koreksi segini , pasien tidak perlu akomodasi dalam melihat objek.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Akademis Kesuma 2011 1
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi
saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan
malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(HR. Muslim no. 4912)
PEMBAHASAN UB MATA 2011
1. A.
Sudah jelas ya, dari scenario dikatakan bahwa ODS setelah dikoreksi dengan S+1.5 D menjadi
normal (6/6), sehingga pada resep kacamatanya yang bagian atas ditulis ODS S+1.5 D.
mengingat pasien sudah usia lanjut, kita perlu berpikir presbiopi juga, dan perlu sekali dibantu
untuk kacamata bacanya, pada usia 50 tahun, koreksinya adalah S+2.00 D. sehingga ditulis
yang bagian bawah S+2.00.
2. C.
ditanyakan Punctum remotum atau titik terjauh. Rumus untuk mecari kekuatan lensa apabila
diketahui titik terjauhnya yaitu kekuatan lensa = 1/~(setara dengan 0) + 1/titikjauh (PR). Di
scenario sudah diketahui kekuatan lensanya yaitu +1.5 D, sehingga masuk rumus
+1.5 D = 1/PR; sehingga PR: 1/1.5 = 2/3 = 0,66667 m = 66,7 cm. Benda yang diliat ibunya kana
da didepan mata, jadinya jaraknya ya ikutan 66,7 m di depan mata.
3. C.
pemeriksaan Duke elder dilakukan untuk mengetahui apakah ada koreksi berlebihan pada mata,
dengan penambahan lensa S+0,25 D (lensa duke elder) dari koreksi awal. Pada tes duke elder
ini pasien merasa menjadi lebih kabur, sehingga koreksi awal (S+1.5 D) sudah ukuran terbesar
yang dirasakan nyaman (tidak kabur) oleh pasien, sehingga tidak perlu ditambah lagi.
4. C
Pasien ada riwayat katarak, dioperasi (karena lensanya diambil mata kehilangan P 10 D), maka
dari itu untuk membuatnya emetrop perlu dilakukan pemasangan lensa intraokuler dengan P 10
D. karena udah diganti, maka mata pasien kita anggap emetrop ya. Tapi pada momen tertentu
pasien ke dokter mata, dan visusnya menurun trus dikasih kacamata, tapi akhir-akhir ini tidak
nyaman lagi, dan ternyata visusnya 6/18 di kedua mata, akhirnya dilakukan koreksi S+1.5 D, itu
kacamata jauhnya, kalo buat kacamata bacanya, disesuaiin umur (soalnya presbiopi), kalo pada
pasien umur 50 tahun kan koreksinya S+2.00 D, jadi koreksi ini ditambahkan dengan koreksi
awalnya (S+1.5 D), sehingga kacamata yang diperlukan S+3,5 D.
5. C
pada prinsipnya untuk hipermetropi pilihlah koreksi yang paling besar tapi masih nyaman
dipakai (tidak kabur) oleh pasien atau dengan kata lain yang menyebabkan visusnya menjadi
normal. Diantara variasi koreksi yang dilakukan oleh dokter, ada 2 pilihan koreksi yang
menyebabkan visus pasien menjadi normal yaitu S+2.5 D dan S+3.00 D, karena prinsipnya
“pilih yang besar”, jadi koreksi yang tepat adalah S+3.00 D, dengan koreksi segini, pasien tidak
perlu akomodasi dalam melihat objek.
Akademis Kesuma 2011 2
6. A
untuk koreksi S+2.50 D, visus pasien normal, tapi masih membutuhkan daya akomodasi,
sedangkan pada pasien hipermetropi fakultatif, matanya sendiri tidak dapat mengatasinya
dengan akomodasi (bisa dibilang akomodasi nihil), jadi pasti pasien masih mengeluh
pandangannya kabur. So, koreksinya masih perlu ditingkatkan, jadi S+3.00 D, dan visusnya
masih tetep normal, tapi pas ditingkatin lagi malah jadi kabur, jadi koreksi optimumnya S+3.00.
perubahan dari S+2.50 D (butuh akomodasi) menjadi S+3.00 (tanpa akomodasi) membutuhkan
koreksi sebesar S+0.50 D. sehingga koreksi untuk fakultatifnya ya S+0.50 D.
7. C.
karena S+2.5 D masih membutuhkan akomodasi, sehingga jenis hipermetropi dimana mata
masih bisa mengatasinya dengan akomodasi ya hipermetropi absolut. Jelas kan.
8. C. S-2.50 D
Pembahasan:
P = -2.00
P = -100/PR
-2.00 = -100/PR
PR = 50 cm
Nah, PR berkurang 20%, berarti 20% x 50cm = 10 cm. PR’ = 40 cm.
P’ = -100/40 = -2.50 D
9. Maaf bingung
Pembahasan:
Ini kasusnya AAION/NOIA penjelasan tentang penyakitnya ada di no. 10 ya..
Pemeriksaan buta warna>> Ini bisa juga soalnya pada literature dikatakan bahwa tajam
penglihatan warna menurun, biasanya bersamaan dengan penurunan tajam penglihatan.
(SERGOT R.C. et al : Optic nenredecompression may improrre theprogressir,e form of non