Top Banner
Akademis Kesuma 2011 1 “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912) PEMBAHASAN UB MATA 2011 1. A. Sudah jelas ya, dari scenario dikatakan bahwa ODS setelah dikoreksi dengan S+1.5 D menjadi normal (6/6), sehingga pada resep kacamatanya yang bagian atas ditulis ODS S+1.5 D. mengingat pasien sudah usia lanjut, kita perlu berpikir presbiopi juga, dan perlu sekali dibantu untuk kacamata bacanya, pada usia 50 tahun, koreksinya adalah S+2.00 D. sehingga ditulis yang bagian bawah S+2.00. 2. C. ditanyakan Punctum remotum atau titik terjauh. Rumus untuk mecari kekuatan lensa apabila diketahui titik terjauhnya yaitu kekuatan lensa = 1/~(setara dengan 0) + 1/titikjauh (PR). Di scenario sudah diketahui kekuatan lensanya yaitu +1.5 D, sehingga masuk rumus +1.5 D = 1/PR; sehingga PR: 1/1.5 = 2/3 = 0,66667 m = 66,7 cm. Benda yang diliat ibunya kana da didepan mata, jadinya jaraknya ya ikutan 66,7 m di depan mata. 3. C. pemeriksaan Duke elder dilakukan untuk mengetahui apakah ada koreksi berlebihan pada mata, dengan penambahan lensa S+0,25 D (lensa duke elder) dari koreksi awal. Pada tes duke elder ini pasien merasa menjadi lebih kabur, sehingga koreksi awal (S+1.5 D) sudah ukuran terbesar yang dirasakan nyaman (tidak kabur) oleh pasien, sehingga tidak perlu ditambah lagi. 4. C Pasien ada riwayat katarak, dioperasi (karena lensanya diambil mata kehilangan P 10 D), maka dari itu untuk membuatnya emetrop perlu dilakukan pemasangan lensa intraokuler dengan P 10 D. karena udah diganti, maka mata pasien kita anggap emetrop ya. Tapi pada momen tertentu pasien ke dokter mata, dan visusnya menurun trus dikasih kacamata, tapi akhir-akhir ini tidak nyaman lagi, dan ternyata visusnya 6/18 di kedua mata, akhirnya dilakukan koreksi S+1.5 D, itu kacamata jauhnya, kalo buat kacamata bacanya, disesuaiin umur (soalnya presbiopi), kalo pada pasien umur 50 tahun kan koreksinya S+2.00 D, jadi koreksi ini ditambahkan dengan koreksi awalnya (S+1.5 D), sehingga kacamata yang diperlukan S+3,5 D. 5. C pada prinsipnya untuk hipermetropi pilihlah koreksi yang paling besar tapi masih nyaman dipakai (tidak kabur) oleh pasien atau dengan kata lain yang menyebabkan visusnya menjadi normal. Diantara variasi koreksi yang dilakukan oleh dokter, ada 2 pilihan koreksi yang menyebabkan visus pasien menjadi normal yaitu S+2.5 D dan S+3.00 D, karena prinsipnya “pilih yang besar”, jadi koreksi yang tepat adalah S+3.00 D, dengan koreksi segini , pasien tidak perlu akomodasi dalam melihat objek.
13

Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Dec 02, 2015

Download

Documents

awendika

good
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 1

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi

saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan

malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”

(HR. Muslim no. 4912)

PEMBAHASAN UB MATA 2011

1. A.

Sudah jelas ya, dari scenario dikatakan bahwa ODS setelah dikoreksi dengan S+1.5 D menjadi

normal (6/6), sehingga pada resep kacamatanya yang bagian atas ditulis ODS S+1.5 D.

mengingat pasien sudah usia lanjut, kita perlu berpikir presbiopi juga, dan perlu sekali dibantu

untuk kacamata bacanya, pada usia 50 tahun, koreksinya adalah S+2.00 D. sehingga ditulis

yang bagian bawah S+2.00.

2. C.

ditanyakan Punctum remotum atau titik terjauh. Rumus untuk mecari kekuatan lensa apabila

diketahui titik terjauhnya yaitu kekuatan lensa = 1/~(setara dengan 0) + 1/titikjauh (PR). Di

scenario sudah diketahui kekuatan lensanya yaitu +1.5 D, sehingga masuk rumus

+1.5 D = 1/PR; sehingga PR: 1/1.5 = 2/3 = 0,66667 m = 66,7 cm. Benda yang diliat ibunya kana

da didepan mata, jadinya jaraknya ya ikutan 66,7 m di depan mata.

3. C.

pemeriksaan Duke elder dilakukan untuk mengetahui apakah ada koreksi berlebihan pada mata,

dengan penambahan lensa S+0,25 D (lensa duke elder) dari koreksi awal. Pada tes duke elder

ini pasien merasa menjadi lebih kabur, sehingga koreksi awal (S+1.5 D) sudah ukuran terbesar

yang dirasakan nyaman (tidak kabur) oleh pasien, sehingga tidak perlu ditambah lagi.

4. C

Pasien ada riwayat katarak, dioperasi (karena lensanya diambil mata kehilangan P 10 D), maka

dari itu untuk membuatnya emetrop perlu dilakukan pemasangan lensa intraokuler dengan P 10

D. karena udah diganti, maka mata pasien kita anggap emetrop ya. Tapi pada momen tertentu

pasien ke dokter mata, dan visusnya menurun trus dikasih kacamata, tapi akhir-akhir ini tidak

nyaman lagi, dan ternyata visusnya 6/18 di kedua mata, akhirnya dilakukan koreksi S+1.5 D, itu

kacamata jauhnya, kalo buat kacamata bacanya, disesuaiin umur (soalnya presbiopi), kalo pada

pasien umur 50 tahun kan koreksinya S+2.00 D, jadi koreksi ini ditambahkan dengan koreksi

awalnya (S+1.5 D), sehingga kacamata yang diperlukan S+3,5 D.

5. C

pada prinsipnya untuk hipermetropi pilihlah koreksi yang paling besar tapi masih nyaman

dipakai (tidak kabur) oleh pasien atau dengan kata lain yang menyebabkan visusnya menjadi

normal. Diantara variasi koreksi yang dilakukan oleh dokter, ada 2 pilihan koreksi yang

menyebabkan visus pasien menjadi normal yaitu S+2.5 D dan S+3.00 D, karena prinsipnya

“pilih yang besar”, jadi koreksi yang tepat adalah S+3.00 D, dengan koreksi segini, pasien tidak

perlu akomodasi dalam melihat objek.

Page 2: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 2

6. A

untuk koreksi S+2.50 D, visus pasien normal, tapi masih membutuhkan daya akomodasi,

sedangkan pada pasien hipermetropi fakultatif, matanya sendiri tidak dapat mengatasinya

dengan akomodasi (bisa dibilang akomodasi nihil), jadi pasti pasien masih mengeluh

pandangannya kabur. So, koreksinya masih perlu ditingkatkan, jadi S+3.00 D, dan visusnya

masih tetep normal, tapi pas ditingkatin lagi malah jadi kabur, jadi koreksi optimumnya S+3.00.

perubahan dari S+2.50 D (butuh akomodasi) menjadi S+3.00 (tanpa akomodasi) membutuhkan

koreksi sebesar S+0.50 D. sehingga koreksi untuk fakultatifnya ya S+0.50 D.

7. C.

karena S+2.5 D masih membutuhkan akomodasi, sehingga jenis hipermetropi dimana mata

masih bisa mengatasinya dengan akomodasi ya hipermetropi absolut. Jelas kan.

8. C. S-2.50 D

Pembahasan:

P = -2.00

P = -100/PR

-2.00 = -100/PR

PR = 50 cm

Nah, PR berkurang 20%, berarti 20% x 50cm = 10 cm. PR’ = 40 cm.

P’ = -100/40 = -2.50 D

9. Maaf bingung

Pembahasan:

Ini kasusnya AAION/NOIA penjelasan tentang penyakitnya ada di no. 10 ya..

Pemeriksaan buta warna>> Ini bisa juga soalnya pada literature dikatakan bahwa tajam

penglihatan warna menurun, biasanya bersamaan dengan penurunan tajam penglihatan.

(SERGOT R.C. et al : Optic nenredecompression may improrre theprogressir,e form of non

arteritic ischemic optic neuropathy. FuchOphthelmol. 107 : L743 'L754,1989.)

Pemeriksaan kacamata>>di soal udah disebutkan bahwa visus tidak dapat dikoreksi

Pemeriksaan gonioskop>>untuk melihat keadan sudut bilik mata yang dapatmenimbulkan

glaucoma

Pemeriksaan hertel>> eksoftalmo meter hertel digunakan untuk mengukur penonjolan bola

mata.

Pemeriksaan slitlamp / lampu celah >> Slit Lamp/Lampu celah adalah peralatan yang terdiri

dari sumber cahaya intensitas tinggi yang dapat difokuskan untuk bersinar lembaran tipis

cahaya ke bola mata. Hal ini digunakan dalam hubungannya dengan biomicroscope. Lampu

memfasilitasi pemeriksaan segmen anterior ,atau struktur frontal dan segmen posterior dari

mata manusia , yang meliputi kelopak mata, sclera, konjubgtiva, iris, lensa Kristal, dan kornea.

Pemeriksaan celah lampu teropong memberikan pandangan diperbesar stereoskopik dari

struktur mata secara rinci, memungkinkan diagnosis anatomi harus dibuat untuk berbagai

kondisi mata.

Seharusnya pemeriksaan funduskopi untuk melihat edema papil.

10. A. Hemianopsia altitudinal inferior

Pembahasan:

Page 3: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 3

AAION (Acute Anterior Ischemic Optic Neuropathy)/ NOIA (Neuritis Optic Ischemic

Anterior) > keadaan iskemia yang akut pada saraf optik bagian depan (darah prelaminar dan

laminar)

11. B. NOIA/AAION

Pembahasan:

Lihat no sebelumnyaya

12. B. Chiasma optikum

Pembahasan:

Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut

hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateral kiasma akan

menimbulkan hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan

hemianopsia homonym kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan

menyebabkan quadroanopsia inferior homonym kontralateral, sedangkan lesi pada serabut

lateralnya akan menyebabkan quadroanopsia superior homonym kontralateral.

13. B. Hemianopsiabinasal

Pembahasan:

Page 4: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 4

Kedua mata tidak dapat melihat objek di daerah nasal >>Hemianopsiabinasal

14. C. Konjungtivitis viral

Pembahasan:

Konjungtivitis bakteri >> secret kotormukopurulen

Konjungtivitis viral >>gatal, discharge watery,biasanya bilateral, folikel,

Konjungtivitis vernal >> gejala: gatalterutamawaktupanasterik, lapanganterbuka. Tanda:

trantas dot, cobblestone, secret mukoidbisajadimukopurulen

Vernal keratokonjungtivitis >> Frequently associated with atopy: asthma, hay fever and

dermatitis. Recurrent, bilateral, affect children and young adults, more common in males and in

warm climates, itching, mucoid discharge and lacrimation.

Episkleritis >> reaksiradangjaringanikatvaskuler yang terletakantarakonjungtivadanpermukaan

sclera.Tanda: kemeraan local/menyeluruh, bisajugaterdapatnodul. Keluhan:

matamerahhilangtimbul. Agaksakit, silau

Keratitis >> visus turun, kabur

15. B. Vasokonstriksi tetes mata

16. C. Mengurangi kontak dengan debu

17. C. episcleritis

Ini ka nada kambuh2an, khas bgt di episcleritis n scleritis. Gejalanya sama kaya scleritis, tp

scleritis lebih berat n biasanya berhubungan sama penyakit sistemik/autoimun.

18. B.1/

Pembahasan :

Pada soal tertera bahwa mata kanan hanya bisa melihat gelap dan terang, berarti menggunakan

penyinaran. Sehingga visus mata kanan pasien tersebut 1/

19. E. Katarak hipermatur

Pembahasan :

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau

lembek dan mencair.

20. E. Miopi

Pembahasan :

Keadaan dimana seseorang dapat melihat objek yang dekat namun penglihatan jarak jauh

kurang baik.

21. D. Konjungtivitis

Pembahasan :

Kata kuncinya : mata merah, fotofobia, dan penggunaan lensa kontak

22. –

23. B

Pada Uveitis anterior akut terdapat penurunan visus (mata kabur), fotopobia (silau), nyeri.

Penyulit pada uveitis anterior adalah sinekia posterior (sumber mata UI). Pada sumber lain juga

disebutkan bahwa terdapat kreatic presipitat.

24. A

Diperlukan pengobatan segera untuk mencegah kebutaan. Pengobatan pada uveitis anterior

adalah dengan steroid yang diberikan topikal dan sistemik. (mata UI)

Page 5: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 5

25. C

Pada Oklusi vena sentralis retina didapatkan neovaskularisasi yang ditemukan di sekitar papil,

iris, dan di retina (rubeosis iridis). Penurunan visus pada oklusi vena sentralis retina terjadi

secara mendadak, padahal di skenario disebutkan bahwa pandangan kabur sejak 1 tahun yang

lalu. Satu2nya penurunan visus yang perlahan pada opsi jawaban hanya glaukoma, tetapi pada

glaukoma harusnya TIOnya tinggi tetapi di kasus TIOnya normal. Oleh karena itu jawaban

insyaAllah condong ke Oklusi vena sentralis retina. (afwan kalau penjelasannya kurang

meyakinkan)

26. E

Pada Oklusi vena sentralis retina pemeriksaan yang dilakukan adalah funduskopi untuk melihat

edema makula dan retina dan penyumbatan vena.

27. A

Pada Oklusi vena sentralis retina terdapat perdarahan flame shaped dot.

28. E

29. Bingung

30. C

Pada keluhan menunjukkan bahwa kelainan tsb bukan merupakan kelainan refraksi. Gejalanya

pun mengarah pada diagnosis glaucoma akut.

Anamnesa glaukoma :

TAK ADA KELUHAN

KEMENG

KABUR

SAKIT

MERAH

MELIHAT HALO

RIWAYAT TRAUMA

RIWAYAT OPERASI

RIWAYAR DM

RIWAYAT HIPERTENSI, DLL. (slide glaukoma dr.raharjo)

Selengkapnya lihat slidenya ya teman-teman

31. B

Faktor risiko glukoma :

Genetika

Diabetes Melitus

Myopia

Hipertensi

Penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid

Usia > 40 tahun , Resiko menderita glaukoma 1,5 %

Usia > 70 tahun , Resiko menjadi 15-20 % (slide glukoma dr.Raharjo)

32. E

Baru ada gejala dan hasil lab saja. Kalau mau mendeteksi ada tidaknya glukoma, pemeriksaan

yang penting juga adalah pemeriksaan tonometri

Page 6: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 6

33. C

Sudah jelas kan

34. C

sudah sangat jelas yaa

35. D

36. JAWABAN: D

Kuncinya adalah accu meledak yang menjelaskan bahwa soal ini adalah mengenai trauma mata

et causa bahan kimia. Manajemen trauma kimia → mengencerkan zat kimia tersebut dengan

diguyur air secepatnya dan sebanyak mungkin, lalu irigasi dengan larutan fisiologis (NaCl/RL)

lalu salep antibiotic (kuliah trauma mata, cakul avisuma hal 224)

37. JAWABAN:D

Accu merupakan bahan kimia asam. Resiko trauma kimia asam: jaringan yang rusak akan

menimbulkan perlengketan → konjungtiva bulbi tarsal melekat (simblefaron). (kuliah trauma

mata, cakul avisuma hal 223)

38. JAWABAN: C

Cukup jelas ya, karena tumornya ada di dalam bola mata, yg artinya di dalam rongga orbita

juga. Jadi tujuan dari px foto orbita untuk mengetahui adakah massa dan sejauh mana massa itu

Page 7: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 7

mendesak bola mata sehingga akan menyebabkan eksoftalmus (kuliah tumor mata, cakul

avisuma hal 226)

39. JAWABAN:D

Eksenterasi orbita: tindakan pengangkatan seluruh jaringan orbita, termasuk bola mata, jaringan

lunak orbita, serta kelopak mata.

Indikasi: tumor sudah meluas ke jaringan ekstraokuler/berinvasi ke jaringan sekitar

mata/stadium ekstraokuler retinoblastoma

Eviserasi : pengangkatan isi bola mata (spt kornea, lensa, badan kaca, retina & koroid) tetapi

tetap mempertahankan sclera dan perlekatan-perlekatan otot.

Indikasi: panophtalmitis & endoftalmitis berat

Enukleasi bulbi: tindakan pembedahan mengeluarkan bola mata dengan melepas dan memotong

jaringan yg mengikatnya di dalam rongga orbita. Jaringan yg dipotong: seluruh otot penggerak

mata, saraf optic, dan melepaskan konjungtiva dari bola mata.

Indikasi: keganasan intraocular, mata yg dapat menimbulkan oftalmika simpatika, mata yg tidak

berfungsi & memberikan keluhan sakit, endoftalmitis supuratif & pthisis

Orbitotomi: insisi untuk bola mata, berguna untuk pengangkatan tumor di dalam conus

muscularis (orbitotomi lateral) / retrobulber yang terletak di atas conus muscularis tanpa

mengiris otot (orbitotomi anterior)

Trabekulektomi:tindakan untuk membuat saluran kecil dari bilik mata depan ke konjungtiva

untuk menurunkan TIO

Karena dalam kasus tidak disebutkan bahwa tumor telah berinvasi ke daerah lain, maka pilihan

yang tepat adalah orbitotomi

40. JAWABAN: D

Kortikosteroid tidak digunakan dengan alasan bahwa tumor yang ada bukan pseudotumor

41. JAWABAN: D

Dakriosistitis : peradangan sakus lakrimalis

Gejala:

Akut → epifora, sakit yang hebat di daerah kantung air mata & demam, terlihat

pembengkakan kantung air mata & merah di daerah sakus lakrimalis, nyeri tekan di daerah

sakus disertai secret mukopurulen yg akan memancar bila kantung air mata ditekan

Kronis → tidak ada rasa nyeri, tanda-tanda radang ringan, mata sering berair terutama bila

terkena angina, bila kantung air mata ditekan dapat keluar secret yg mukoid dengan nanah di

daerah pungtum lakrimal, dan kelopak melekat satu dengan lainnya

Hiperlakrimasi: peningkatan sekresi berlebih dr glandula lakrimalis

Tumor glandula lakrimalis

Hordeolum : peradangan supuratif kelenjar kelopak mata berupa abses sehingga

menimbulkan penonjolan di kulit kelopak (hordeolum eksternum)/penonjolan di konjungtiva

tarsal (hordeolum internum)

(sumber: buku Mata FKUI)

42. JAWABAN: B

Dakriosistorinostomi: pembedahan membuat saluran antara kantung lakrimal dengan

rongga hidung tengah

Page 8: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 8

Epilasi: pencabutan bulu/rambut sampai ke akarnya

Jawaban dipilih karena dalam kasus tidak disebutkan keterangan bahwa tumor sudah meluas.

Bila tumor sudah meluas, jawabannya D

Anak 9th mata kabur dan tidak dapat melihat jelas tulisan di papan tulis, minus sejak usia 5 th

tapi tidak mau memakai kacamata koreksi. Visus kedua mata 1/60 > koreksi > visus mencapai

6/9 dengan koreksi 5-4 D dan tidak maju dengan penambahan lensa koresi. Pmx funduskopi

normal.

43. D (Ambliopia)

Amblyopia adalah berkurangnya visus atau tajam penglihatan unilateral (satu mata) bisa juga

bilateral (dua mata) walaupun sudah dengan koreksi terbaik tanpa ditemukannya kelainan

struktur pada mata atau lintasan visual bagian belakang. Hal ini merupakan akibat pengalaman

visual yang abnormal pada masa lalu (masa perkembangan visual) penyebabnya adalah

strabismus atau mata juling, anisometropia atau bilateral ametrop yang tinggi, serta ambliopia

exanopsia. Penurunan tajam penglihatan mungkin sangat ringan sehingga sulit dideteksi atau

sedemikian parah sehingga tidak mampu membedakan bentuk walaupun masih bisa melihat

cahaya (Folk, 1980; Duane, 1987; Rabinowicz, 1987; Wright et al, 1995)

44. Afwan, blum bsa jawab

45. C

46. B (retinoblastoma)

Bayi 5 bln, mata merah, mencorong seperti mata kucing

Leukocoria (white pupillary reflex or cat's eye reflex) is the most common presenting sign,

accounting for about 56.1% of cases. Leukocoria is shown in the image below.

Page 9: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 9

Strabismus, which occurs as a result of visual loss, is the second most common mode of

presentation. Thus, funduscopic examination through a well-dilated pupil must be performed in

all cases of childhood strabismus.

Retinoblastoma can cause secondary changes in the eye, including glaucoma, retinal

detachment, and inflammation secondary to tumor necrosis.

Pseudouveitis, with a red eye and pain and associated hypopyon and hyphema, is a rare

presentation. It is characteristic of an infiltrating type of retinoblastoma in which the tumor cells

invade the retina diffusely without forming a discrete tumor mass.

Orbital inflammation mimicking orbital cellulitis may occur in eyes with necrotic tumors and

does not necessarily imply extraocular extension.

The glaucomatous stage is shown in the image below.

The extraocular stage is shown in the image below

Proptosis is a more common presenting symptom in most underdeveloped countries.

47. A

Pemeriksaan penunjang:

Computed tomography

Cranial and orbital computerized tomography provides a sensitive method for diagnosis and

detecting intraocular calcification and shows intraocular extent of the tumor even in the absence

of calcification (examples shown below). This neuroimaging technique is also invaluable in

assessing the CNS anatomy, including the optic nerve, for possible extension of retinoblastoma.

Ultrasonography

Ultrasonography is useful in distinguishing retinoblastomas from non-neoplastic conditions. It

is also useful in detecting calcifications.

MRI

MRI may be beneficial in estimating the degree of differentiation of retinoblastomas but is not

as specific as computerized tomography because of its lack of sensitivity in detecting calcium.

Studies show that on T1-weighted images, the tumors usually have a low intensity and are

usually difficult to distinguish from surrounding vitreous, but, on T2-weighted images,

Page 10: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 10

retinoblastoma tumors demonstrate very low intensity compared to vitreous. Calcification is

more pronounced on T2 sequences.

MRI also is useful in identifying any associated hemorrhagic or exudative retinal detachment.

This is seen as a localized subretinal area of higher signal intensity compared to vitreous on

both T1- and T2-weighted sequences.

Certain ADC values calculated at T3-weighted imaging are correlated with some of the

accepted parameters of poor prognosis for retinoblastoma, particularly degree of differentiation

of the tumor and tumor size.[12]

X-ray studies

In areas of the world where ultrasonography and computerized tomography are not available, x-

ray studies may be the only means of identifying intraocular calcium in patients with opaque

media.

48. A

Anak 12th, mata juling ke arah dalam yang terjadi secara bergantian, sejak umur 5 th. Terjadi

bila pasien melamun dan kelelahan. Visus OD 6/9 dan visus OS 6/7

49. B

Laki-laki 25th mata juling ke dalam (esotropia). Visus mata kanan 6/40 dan mata kiri

6/6.segment anterior: sikatrik di kornea. Pemeriksaan cover test. Hasil pemeriksaan cover test

tersebut adalah mata yang tidak ditutup terjadi pergerakan ke nasal waktu occlude kita

buka. Pada pemeriksaan cover test yang diamati adalah mata yang terbuka.

50. A

Eksotropi = juling ke luar

Eksotropi komitan ( nonparalitik ) = sudut penyimpangan sama besar ke semua arah pandangan

Eksotropi nonkomitan ( paralitik) = sudut penyimpangan berbeda-beda ke segala arah

51. D

m.rectus medius dipesyarafi oleh n.oculomotor

52. D

53. E

54. B

Otot Innervasi

M.Rec Lateralis N VI ( Abducens )

M.Rec Medialis N III ( Oculomotorius )

Page 11: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 11

M.Rec Superior

M.Rec Inferior

M.Obliq Inf

M.Obliq Sup N IV ( Trochlearis )

55. B

56. C

Lapisan-lapisan :

1. Epitel kornea : skuameus kompleks non kornifikasi

2. Membrana Bowman : tipis, fibril kolagen beranyaman, tdk mempunyai daya regenerasi

3. Substansia Propria : tertebal (90%), lamela kolagen saling //

sel fibroblas korpuskulum kornea

4. Membrana Descmeti :

- membrana basalis endotel kornea

- serabut elastis & filamen kolagen halus

- mempunyai daya regenerasi

5. Endotel Kornea :

- Epitel mesenkimal kornea

- Selapis sel-sel pipih

- berperan dalam sintesis dan pemeliharaan membran.

57. Jawaban: B. Sejajar satu sama lain

Substansia Propria : tertebal (90%), lamela kolagen saling // (sejajar), sel fibroblas

korpuskulum kornea (Cakul Avisuma hal.3-4).

58. Jawaban: C. Kompleks kolumner

PALPEBRA

- Lempeng Tarsal :

jaringan pengikat padat

- Fasies anterior :

kulit tipis

- Fasies posterior :

kolumner kompleks

- Kelenjar :

Page 12: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 12

Zeis, Moll, Meibom

- Muskulus :

orbikularis okuli

levator palpebrae

tarsalis Muller

- Folikel rambut :

Silia (Cakul Avisuma hal.15-16)

59. Jawaban: E.Sel konus

Bagian tengah membentuk lekukan fovea sentralis :

- Retina tipis

- Bagian tepi sel bipoler dan sel ganglion

- Bagian sentral hanya sel-sel konus

- Merupakan titik ketajaman penglihatan (Cakul Avisuma hal.12-13).

60. Jawaban: B. Sel-sel ganglion

Stratum nervosum: keluar dari ganglion ada akson sel ganglion serabut saraf, yaitu

nervus opticus keluar dari bola mata pada bintik buta (macula coeca) keluarnya

membentuk tonjolan disebut papilla optici (Cakul Avisuma hal.12).

61. Jawaban: A. Cornea

Karena komposisi dan kelengkungannya, sebagian besar pembiasan cahaya terjadi di kornea

(Cakul Avisuma hal.49).

62. Jawaban: B. Lapisan pigmen

The choroid is dark-brown coloured due to a high concentration of the pigment melanin in its

cells. These pigmented layers prevent internal reflection of light rays because they absorbs

light rays so that they are not reflected and scattered within the eyeball (Cakul Avisuma hal.40).

63. Jawaban: B. Melihat terang dan dekat

Miosis: pupil kontraksi ><midriasis: pupil dilatasi

When performing a pupillary exam, it sometimes helps to illuminate pupils indirectly from the

side, so you can actually see what is happening.

- Observe the pupil size and shape at rest, looking for anisocoria (one pupil larger than the

other)

- Observe the direct response (constriction of the illuminated pupil)

- Observe the consensual response (constriction of the opposite pupil)

- Repeat with the opposite pupil

- Check for accommodation (constriction of pupil when viewing a close object)

(http://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/pupillary.html)

64. –

65. B (Cakul Mata halaman 48)

66. D (Cakul Mata halaman 191)

67. A (slide asistensian farmako)

68. A (Cakul Mata halaman 191)

69. D

70. - (atropin bikin midriasis kan ya :o)

Page 13: Pembahasan Ujian Blok Mata 2011

Akademis Kesuma 2011 13

71. A. Staphylococcus aureus (kuliah dr. Halida)

No 72 - 75 sumber kul dr. Marwoto

72. D. Dapat tumbuh extracelluler

73. B. B-a

74. Karenajawabannyagglengkapjadiggbisadijawab, tapi A B C itu gejala klinis yg ada pada

trachoma yaa..

75. B. Prostatitis

No 76 – 77 sumberkulFisika

76. D. pp = 25 cm ; pr > ∞

77. E. Nyata, terbalik, diperbesar

Ruang

benda

Ruang

bayangan Sifat bayangan

I IV Maya, tegak, diperbesar

II III Nyata, terbalik, diperbesar

III II Nyata, terbalik, diperkecil

Di R di R Nyata, terbalik sama

besar

78. D. Maya, tegak, diperkecil

Sifat bayangan yang dibentuk cermin cembung selalu maya, tegak, dan diperkecil.

79. A. 12 cm

M = s’/s 3 = s’/s s’= 3 s

R= 18 cm f = 1/2R = 9 cm

f = 1/s + 1/s’ 1/9 = 1/s + 1/3s

1/9 = 4/3s

s = 12 cm

80. D. 33,3 cm

PR = 100/P = 100/3 = 33,3 cm

nb : jangan percaya 100% sama jawaban2 ini. Karena kami juga manusia yang penuh dengan

kekhilafan. teman2 tetep harus kritis mencari kebenarannya :) SEMANGAT!