1. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa (UU PPSP) disebutkan :a. Surat Paksa adalah surat
perintah untuk membayar utang pajak.b. Surat Paksa adalah surat
perintah untuk membayar biaya penagihan pajak.c. Surat Paksa adalah
surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.d.
Surat Paksa adalah surat pemberitahuan kepada Penanggung Pajak agar
melunasi utang pajaknya.
Pembahasan :Berdasarkan Pasal 1 angka 12 UU PPSP yang berbunyi
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak.
2. Di bawah ini pernyataan yang paling tepat mengenai Penanggung
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 UU PPSP adalah :a.
Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.b. Penanggung Pajak adalah orang
pribadi atau badan yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak,
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.c.
Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut
peraturan perundang-undangan perpajakan.d. Penanggung Pajak adalah
orang pribadi atau badan yang bertanggungjawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pembahasan :Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU PPSP yang berbunyi
Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Wewenang pejabat. Pernyataan di bawah ini yang bukan
merupakan wewenang pejabat adalah :a. Menerbitkan Surat keputusan
Penyanderaanb. Menerbitkan Surat Paksac. Menerbitkan Surat
Pencabutan Sitad. Menerbitkan Surat Penentuan harga LimitPembahasan
:Berdasarkan Pasal 2 Ayat 3 UU PPSP yang berbunyi :Pejabat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) berwenang :a.
mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak;b. menerbitkan :1)
Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;2)
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus3) Surat Paksa;4)
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;5) Surat Perintah
Penyanderaan;6) Surat Pencabutan Sita7) Pengumuman Lelang;8) Surat
Penentuan Harga Limit;9) Pembatalan Lelang; dan10) Surat lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.
4. Syarat-syarat, tatacara pengangkatan Jurusita Pajak
ditetapkan Menteri Keuangan, salah satu syarat tersebut adalah :a.
Berijazah serendah-rendahnya Diploma I (satu) atau yang
setingkat.b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda (Gol.
IIa)c. Berpangkat serendah-rendahnya Penata Muda (Gol IIa)d. Pernah
mengikuti diklat Jurusita PajakPembahasan :Dalam Pasal 2 Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000
tentang Syarat-syarat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian
Jurusita Pajak diatur mengenai persyaratan untuk diangkat menjadi
Jurusita Pajak adalah sebagai berikut :a. Berijazah
serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan
itu;b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a;c.
Berbadan sehat;d. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak;
dane. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian
5. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
dilaksanakan setelah :a. 2 x 24 Jam diterbitkannya Surat Teguranb.
2 x 24 Jam diterbitkannya Surat perintah Penagihan Seketika dan
Sekaligusc. 2 x 24 Jam diterbitkannya Surat Paksad. 2 x 24 jam
Surat Keputusan PencegahanPembahasan :Penyitaan dilakukan oleh
Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan
(SPMP) yang diterbitkan oleh Pejabat penerbit Surat Paksa.
Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan dilakukan apabila
utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua
puluh empat) jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan
kepada wajib pajak.
6. Terhadap Wajib Pajak diterbitkan SKPKB PPh Orang Pribadi
Tahun Pajak 2009 pada tanggal 30 Juli 2012. Apabila Wajib Pajak
menyetujui seluruh jumlah yang tercantum dalam SKPKB, maka jatuh
tempo pelunasan SKPKB tersebut adalah a. 30 Oktober 2012b. 29
Oktober 2012c. 30 Agustus 2012d. 29 Agustus 2012Pembahasan : Pasal
9 ayat (3) UU KUP disebutkan: Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebakan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan.
7. Yang bukan merupakan dasar penagihan pajak sebagaimana diatur
dalam Pasal 18 UU KUP adalah :a. Surat Teguran Pajakb. Surat
Tagihan Pajakc. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayard. Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar TambahanPembahasan :Berdasarkan Pasal
18 ayat 1 UU KUP yang berbunyi Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
merupakan dasar penagihan pajak.
8. Tahapan Tindakan Penagihan yang harus dilaksanakan oleh
Jurusita Pajak adalah :a. SKPKB Surat Paksa Surat Teguran SPMP
Pengumuman Lelang Pelaksanaan Lelangb. SKPKB Surat Teguran Surat
Paksa SPMP Pengumuman Lelang Pelaksanaan Lelangc. Surat Teguran
SKPKB Surat Paksa SPMP Pengumuman Lelang Pelaksanaan Lelangd. Surat
Teguran Surat Paksa SKPKB SPMP Pengumuman LelangPembahasan :Fase
penagihan dapat dimulai dengan penerbitan surat teguran, surat
teguran dapat diterbitkan dalam jangka waktu 7 hari setelah jatuh
tempo ketetapan pajak. Berdasarkan Pasal 1 no.10 UU no. 19 tahun
2000 Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau
memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Apabila dalam jangka waktu 21 hari sejak diterbitkannya surat
teguran penanggung pajak tidak melaksanakan pembayaran maka dapat
diterbitkan surat paksa. Menurut Pasal 1 no.12 UU no. 19 tahun 1997
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Pasal 8 UU No.19 Tahun 2000 mengatur bahwa :(1)
Surat Paksa diterbitkan apabila:a. Penanggung Pajak tidak melunasi
utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau
Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;b. terhadap
Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus; atauc. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.(2) Surat Teguran, Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis diterbitkan apabila Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran."
Surat Paksa merupakan surat yang memiliki kekuatan eksekutorial
oleh karena itu apabila dalam 2x 24 jam setelah penyampaian surat
paksa penanggung pajak masih tidak melakukan kewajiban pembayaran
utang pajaknya maka dapat dilakukan tindakan penyitaan. Dalam pasal
1 no.14 UU No.19 Tahun 2000 disebutkan bahwa Penyitaan adalah
tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak,
guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan
perundang-undangan. Barang barang dan asset hasil penyitaan
nantinya akan dijual dan/atau dilelang dimana hasil pelelangan dan
penjualan barang hasil penyitaan akan digunakan untuk melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak.
9. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
diterbitkan apabilaa. Penanggung Pajak tidak melunasi utang
pajaknyab. Penanggung Pajak terlambat melunasi utang pajaknya.c.
Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan
tanggal jatuh tempo pembayarand. Penanggung Pajak tidak melunasi
utang pajkanya walaupun sudah diingatkan.
Pembahasan: Sesuai dengan Pasal 1 angka 10 UU PPSP yaitu Surat
Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat
yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur dan memperingatkan
kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
10. Pernyataan yang tepat mengenai Surat Paksa Pengganti
adalah
a. Surat Paksa Pengganti tidak dapat diterbitkan lagib. Surat
Paksa Pengganti dapat diterbitkan apabuila diminta oleh Wajib
Pajakc. Surat Paksa Pengganti mempunyai kedudukan yang hamper sama
dengan Surat Paksa. d. Surat Paksa Pengganti mempunyai kedudukan
yang sama dengan Surat Paksa
Pembahasan : Pasal 9 UU PPSP mengatur dalam hal terjadi keadaan
kekuasaan di luar kekuasaan Pejabat atau sebab lain, Surat Paksa
pengganti dapat diterbitkan oleh Pejabat karena jabatan dan Surat
Paksa pengganti tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial dan
kedudukan hukum yang sama dengan Surat Paksa. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk mengatur apabila terjadi keadaan di luar
kekuasaan pejabat, misalnya kecurian, kebanjiran, kebakaran, atau
gempa bumi yang menyebabkan Surat Paksa asli rusak, tidak terbaca,
atau oleh sebab lain misalnya Surat Paksa hilang atau tidak dapat
ditemukan lagi. Pejabat karena jabatan dapat menerbitkan Surat
Paksa pengganti yang mempunyai kekuatan dan kedudukan hukum yang
sama dengan Surat Paksa.
11. Tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung
Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut
peraturan perundang-undangan disebut..
a. Penyitaanb. Lelangc.Pemblokirand. Penjualan
Pembahasan : Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Peraturan Pemerintah
Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan bahwa penyitaan
adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung
Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
12. Penjualan secara lelang tidak berlaku terhadap barang-barang
sitaan berupa
a. Mobilb. Uangc. Rumahd. Semua jawaban benar
Pembahasan :Pasal 2 PP Nomor 136 Tahun 2000 mengatur barang
sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa :1.
Uang tunai2. Surat-surat berhargaa. Obligasib. Sahamc. Piutangd.
Penyertaan modale. Surat berharga lainnya3. Barang yang mudah rusak
atau cepat busuk
13. Pengumuman lelang untuk barang tidak bergerak dilakukan
sebanyak kali.
a. Tidak perlu diumumkanb. 1 (satu) kalic.2 (dua) kalid. 3
(tiga) kali
Pembahasan : Berdasarkan Pasal 26 ayat 1b UU PPSP yang berisi
Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali dan untuk
barang tidak bergerak dilakukan 2 kali.
14. Bagaimana apabila pelaksanaan lelang tidak dihadiri oleh
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak?
a. Lelang ditunda sampai Penanggung Pajak hadirb. Lelang tidak
dapat dilakukanc. Lelang ditunda untuk waktu yang tidak terlalu
lamad. Lelang tetap dilanjutkan
Pembahasan : Berdasarkan Pasal 27 ayat 2 UU PPSP yaitu Lelang
tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Penanggung Pajak.
15. Hak Penanggung Pajak atas barang yang dilelang berpindah
kepada pembeli dan kepada pembeli diberikan
a. Risalah Lelangb. uangc. Suratd. Risalah penjualan
Pembahasan : Berdasarkan Pasal 28 ayat 5 UU PPSP yaitu Hak
Penanggung Pajak atas barang yang telah dilelang berpindah kepada
pembeli dan kepadanya diberikan Risalah Lelang yang merupakan bukti
otentik sebagai dasar pendaftaran dan pengalihan hak.
16. Pengumuman lelang dilakukan oleh Kepala KPP setelah
memperoleh surat jawaban konfirmasi dari :a. Bupatib. Kepala Kantor
Perbendaharaan dan Lelang Negarac. Kepala Kanwild. Wajib Pajak
Pembahasan : Berdasarkan Pasal 26 ayat 2 UU PPSP yaitu Pejabat
bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan
permintaan lelang kepada Kantor Lelang sebelum lelang
dilaksanakan.
17. Pengumuman lelang dilaksanakan paling cepat .. hari setelah
penyitaan.a. 2 (dua) harib. 7 (tujuh) haric. 14 (empat belas)
harid. 21 (dua puluh satu) hari Pembahasan : Pasal 14 ayat 3
Peraturan Pemerintah 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan
dalam rangka penagihan pajak dengan surat paksa mengatur bahwa
Pengumuman Lelang sebagaimana dimaksud dilaksanakan paling cepat
setelah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak
penyitaan.
18. Apabila Wajib Pajak Orang Pribadi meninggal dunia dan
meninggalkan warisan yang belum terbagi maka yang menjadi
Penanggung Pajak adalah..
a. RT/RW setempat yang mengetahui keberadaan warisan tersebut.b.
Kuasa yang ditunjuk oleh Wajib Pajakc. Orang yang mengelola warisan
tersebut.d. salah satu ahli waris.Pembahasan : Pasal 32 Undang
Undang No.28 Tahun 2007 mengatur bahwa Dalam menjalankan hak dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal :Suatu warisan yang
belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya
atau yang mengurus harta peninggalannya.
19. Ketentuan mengenai wakil Wajib Pajak, Wajib Pajak diwakili
dalam hal Badan yang dinyatakan pailit oleh :a. Kuratorb.
Promotorc. Likuidatord. Kuasa Wajib PajakPembahasan : Dalam
menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal: b.
badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
20. Mengingat Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan
kedudukan hukum yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap maka
pemberitahuannya kepada Penanggung Pajak oleh Jurusita Pajak
dilaksanakan ;a. Dengan cara memberitahukan Surat Paksab. Dengan
cara membacakan Surat Paksac. Dengan cara menandatangani Surat
Paksad. Dengan cara melaksanakan isi Surat PaksaPembahasan : Surat
Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak
dengan pernyataan penyerahan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.
Dengan pernyataan artinya Surat Paksa harus dinyatakan dengan cara
dibacakan di depan Penanggung Pajak, dan Salinan Surat Paksa
tersebut diserahkan kepada Penanggung Pajak. Tatacara ini sama
dengan tatacara penyampaian putusan hakim pengadilan yang memiliki
kekuatan eksekutorial.
21. Surat permintaan Pemblokiran rekening Wajib Pajak
/Penanggung Pajak dikirimkan KPP kepada :
a. Penaggung Pajakb. Pimpinan Perusahaanc. Pimpinan Bank ybs.d.
Kepala Kanwil dimana KPP terdaftar.Pembahasan : Pasal 3 ayat 1 KMK
563/KMK.04/2000 mengatur bahwa :(1)Pemblokiran sebagaimana
dimaksud, diajukan oleh Pejabat kepada pimpinan bank tempat harta
kekayaan Penanggung Pajak tersimpan disertai dengan salinan Surat
Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
22. Siapakah yang berwenang melaksanakan tindakan penyitaan?a.
Kepala Kantor Pelayanan Pajakb. Setiap pelaksana di KPP terkaitc.
Kepala Seksi Penagihand. Jurusita PajakPembahasan : Pasal 5 UU PPSP
mengatur tugas Jurusita Pajak dimana salah satu tugasnya yaitu
melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
23. Apabila hasil lelang telah mencapai jumlah yang cukup untuk
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, maka pejabat :
a. Harus menghentikan pelaksanaan lelang.b. Tetap melanjutkan
lelang.c. Menunda pelaksanaan lelang.d. Semua jawaban
benar.Pembahasan : Dalam pasal 28 ayat 2 UU PPSP disebutkan bahwa
Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang
dihentikan oleh pejabat walaupun barang yang akan dilelang masih
ada.
24. Kepala kantor mengembalikan kelebihan pembayaran pajak
akibat lelang dalam bentuk :a. Barangb. Uangc. Surat lebih bayard.
SPMKPPembahasan ; Pasal 28 ayat 3 Undang Undang PPSP mengatur bahwa
Sisa barang beserta kelebihan uang hasil lelang dikembalikan oleh
Pejabat kepada Penanggung Pajak segera setelah pelaksanaan lelang.
Selanjutnya dalam penjelasan Pasal tersebut disebutkan Sisa barang
sitaan beserta kelebihan uang hasil lelang dikembalikan oleh
Pejabat kepada Penanggung Pajak segera setelah dibuatnya Risalah
Lelang sebagai tanda bahwa lelang telah selesai dilaksanakan.
25. Ketentuan mengenai tatacara penjualan barang yang
dikecualikan dari penjualan secara lelang diatur dengan :a.
Keputusan Menteri Keuanganb. Keputusan Kepala Daerahc. Peraturan
Pemerintahd. Undang-undang
Pembahasan : diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1998 TentangTata Cara Penjualan Barang
Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
26. Sekalipun Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak tetapi
belum melunasi biaya penagihan pajak, penjualan secara lelang
terhadap barang yang telah disitaa. Tidak dapat dilaksanakanb.
Tetap dapat dilaksanakanc. Ditunda pelaksanaan lelangnyad. Semua
jawaban salah
Pembahasan :Menurut UU PPSP No. 19 Tahun 2000 Pasal 28 Angka 1 :
Hasil Lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya
penagihan pajak yang bekum dibayar dan sisanya untuk membayar utang
pajak. Jadi penjualan secara lelang tetap dapat dilaksanakan karena
biaya penagihan belum lunas walaupun utang pajak telah lunas.
27. Pernyataan yang benar mengenai Pengumuman lelang adalaha.
Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling banyak Rp
22.000.000,-tidak harus diumumkan melalui media massab. Pengumuman
lelang harus dilakukan sebanyak dua kali untuk barang bergerak
maupun barang yang tidak bergerakc. Pengumuman lelang cukup
dilakukan satu kali untuk barang bergerak maupun tidak bergerak.d.
Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling banyak Rp
20.000.000.- tidak harus diumumkan melalui media massa
Pembahasan : diatur dalam UU PPSP No.19 Tahun 2000 Pasal 26
Angka 1C bahwa Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling
banyak Rp 20.000.000.- tidak harus diumumkan melalui media
massa.
28. Gugatan Penanggung Pajak/Wajib Pajak terhadap pelaksanaan
Surat Paksa hanya dapat diajukan kepadaa. Pengadilan Pajakb.
Pengadilan Negeric. Pengadilan Tata Usaha Negarad. Pengadilan
TIPIKOR
Pembahasan : diatur dalam UU PPSP No.19 Tahun 2000 Pasal 37
Angka 1 : Gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Surat
Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
Lelang hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak
29. Dikecualikan dari tindakan penyitaan atas barang-barang
milik Penanggung Pajak/Wajib Pajak adalah sebagai berikuta. Uangb.
Sahamc. Perlengkapan bersifat dinas yang diperoleh dari Negarad.
Mobil milik penanggung pajak yang belum lunas angsurannya
Pembahasan : diatur dalam UU PPSP No.19 Tahun 2000 Pasal 15 ayat
1 : Barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari
penyitaan adalah : a. pakaian dan tempat tidur beserta
perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga
yang menjadi tanggungannya;b. persediaan makanan dan minuman untuk
keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di
rumah;c. perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas;d.
buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung
Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan
dan keilmuan;e. peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan
untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah
seluruhnya tidak lebih dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
danf. peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung
Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
30. Pihak yang berwenang melaksanakan Keputusan Pencegahan dalam
rangka penagihan Pajak adalaha. Menteri Keuanganb. Kepala Kantor
Pelayanan Pajakc.Jurusita Pajakd. Menteri Hukum dan HAMPembahasan
:Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, yang
antara lain menentukan bahwa yang berwenang dan bertanggung jawab
atas pencegahan adalah Menteri Keuangan sepanjang menyangkut urusan
piutang negara.
31. Wajib Pajak/ Penanggung Pajak yang disandera dapat
mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan kepada...a.
Pengadilan Negerib. Pengadilan Tata Usaha Negarac. Pengadilan
Pajakd. Pengadilan TIPIKOR
Pembahasan :Penanggung Pajak yang disandera hanya dapat
mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan hanya kepada
Pengadilan Negeri diatur dalam Pasal 34 ayat 3 UU PPSP
32. Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnyaa. Identitas
Penangggung Pajak , Alasan pencegahan, dan jumlah utang pajak.b.
Identitas Penaggung Pajak, Alasan pencegahan, dan jangka waktu
pencegahan.c. Identitas Penanggung Pajak, jumlah utang pajak, dan
jangka waktu pencegahan.d. Identitas Penanggung Pajak, alasan
pencegahan, jumlah utang pajak dan jangka waktu pencegahan.
Pembahasan :Dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang Keputusan
Pencegahan memuat sekurang-kurangnya :a. Identitas Penggung Pajakb.
Alasan pencegahanc. dan jangka waktu pencegahan
33. Penanggung Pajak yang disandera dilepas.... a. Apabila utang
pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas b. Apabila
jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan
telah terpenuhi c. Berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap d. Jawaban a, b, c benarJawaban :
dPembahasan : Karena berdasar pasal 34 Undang-Undang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa (I) Penanggung Pajak yang disandera
dilepas:a. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak telah
dibayar lunasb. Apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat
Perintah Penyanderaan telahterpenuhic. Berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetapd. Berdasarkan
pertimbangan tertentu dari Menteri atau Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I
34. Dalam hal penyitaan dilaksanakan terhadap barang tidak
bergerak yang kepemilikannya belum terdaftar, Jurusita Pajak
menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada....a.
Pemerintah Daerah setempatb. Pengadilan Negeri setempatc. Badan
Pertanahan Nasional.d. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri
setempatJawaban : d. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri
setempatPembahasan : Berdasar Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang berbunyi Dalam hal
penyitaan dilaksanakan terhadap barang tidak bergerak yang
kepemilikannya belum terdaftar, Jurusita Pajak menyampaikan salinan
Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Pemerintah Daerah dan
Pengadilan Negeri setempat untuk diumumkan menurut cara yang lazim
di tempat itu.
35. Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila....a. Hasil
lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak dan utang pajak.b. Nilai barang yang disita cukup
untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajakc. Barang yang
disita belum dilakukan penjualand. Tidak ada jawaban yang
benar.
Jawaban : a. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup
untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak.Pembahasan:Karena berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang berbunyi Penyitaan tambahan
dapat dilaksanakan apabila hasil lelang barang yang telah disita
tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak.
36. Cara melakukan penyitaan piutang adalah dengan cara....a.
Membuat berita acara persetujuan pengalihan hak menagih piutang
kepada pejabat.b. Melakukan pemblokiran rekening.c. Membuat Berita
Acara.d. Membuat kesepakatan antara pihak ketiga dengan penanggung
pajak
Jawaban : a. Membuat Berita Acara persetujuan penagihan hak
menagih piutang kepada Pejabat.Pembahasan: Karena berdasar Pasal 25
ayat (3) e UU PPSP , yang berbunyi piutang dibuatkan berita acara
persetujuan tentang pengalihan hak menagih dari Penanggung Pajak
kepada Pejabat
37. Apabila jumlah hasil lelang terbatas, maka penggunaan hasil
lelang terlebih dahulu untuk membayar:a. Utang Pajak yang tercantum
dalam Surat Paksab. Utang pajak yang lainc. Biaya penagihan pajakd.
Intensif Jurusiita sebesar 1%Jawaban : c. Biaya penagihan
pajakKarena berdasar Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa yang berbunyi Hasil lelang dipergunakan
terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak yang belum
dibayar dan sisanya untuk membayar utang pajak.
38. Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib Pajak memperoleh
putusan banding yang mengakibatkan utang pajak menjadi berkurang
sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran pajak, maka....a. Wajib
Pajak tidak dapat meminta pengembalian barang yang dilelangb. Wajib
Pajak dapat meminta pengembalian barang yang dilelangc. Wajib Pajak
berhak menuntut pengembalian barang yang telah dilelangd. Wajib
Pajak dapat meminta berhak menuntut pengembalian barang yang
dilelangJawaban : a. Wajib Pajak tidak dapat meminta pengembalian
barang yang telah dilelang.Pembahasan :Karena berdasar Pasal 40
ayat (1) yang berbunyi Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib
Pajak memperoleh keputusan keberatan atau putusan banding yang
mengakibatkan utang pajak menjadi berkurang sehingga menimbulkan
kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak tidak dapat meminta atau
tidak berhak menuntut pengembalian barang yang telah dilelang.
39. Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal Penanggung
Pajak sedang.... a. beribadah b. sedang mengikuti sidang resmi c.
sedang mengikuti Pemilihan Umum d. jawaban a, b, dan c benarJawaban
: d. Jawaban a, b, dan c benarPembahasan : Karena berdasar Pasal 33
ayat (5) yang berbunyi Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam
hal Penanggung Pajak sedang beribadah, atau sedang mengikuti sidang
resmi, atau sedang mengikuti Pemilihan Umum.
40. Ganti rugi dan rehabilitasi. Besarnya ganti rugi atas masa
penyanderaan yang telah dijalani Penanggung Pajak adalah....a. Rp
50.000,- (lima puluh ribu rupiah) setiap harib. Rp 100.000,-
(seratus ribu rupiah) setiap haric. Rp 1.000.000,- (satu juta
rupiah) setiap harid. Tergantung masing masing kepala
kantor.Jawaban : b. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) setiap
hariPembahsan : Karena berdasar Pasal 34 ayat (5) yang berbunyi
Besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah Rp
100.000,00 (seratus ribu rupiah) setiap hari
ESSAI1. Jelaskan mengenai siklus atau jadwal pelaksanaan
penagihan aktif yang saudara ketahui.Pembahasan :
Fase penagihan dapat dimulai dengan penerbitan surat teguran,
surat teguran dapat diterbitkan dalam jangka waktu 7 hari setelah
jatuh tempo ketetapan pajak. Berdasarkan Pasal 1 no.10 UU no. 19
tahun 2000 Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur
atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang
pajaknya. Apabila dalam jangka waktu 21 hari sejak diterbitkannya
surat teguran penanggung pajak tidak melaksanakan pembayaran maka
dapat diterbitkan surat paksa. Menurut Pasal 1 no.12 UU no. 19
tahun 1997 Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak
dan biaya penagihan pajak. Pasal 8 UU No.19 Tahun 2000 mengatur
bahwa :(1) Surat Paksa diterbitkan apabila:a. Penanggung Pajak
tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;b.
terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus; atauc. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.(2) Surat Teguran, Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis diterbitkan apabila Penanggung Pajak tidak
melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran."
Surat Paksa merupakan surat yang memiliki kekuatan eksekutorial
oleh karena itu apabila dalam 2x 24 jam setelah penyampaian surat
paksa penanggung pajak masih tidak melakukan kewajiban pembayaran
utang pajaknya maka dapat dilakukan tindakan penyitaan. Dalam pasal
1 no.14 UU No.19 Tahun 2000 disebutkan bahwa Penyitaan adalah
tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak,
guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan
perundang-undangan. Barang barang dan asset hasil penyitaan
nantinya akan dijual dan/atau dilelang dimana hasil pelelangan dan
penjualan barang hasil penyitaan akan digunakan untuk melunasi
utang pajak dan biaya penagihan pajak.
2. Tugas dan wewenang Jurusita Pajak yang diatur dalam UU PPSP
:Tugas pokok Jurusita Pajak adalah sebagai pelaksana penagihan
pajak. Fungsi Jurusita Pajak adalah sebagai pelaksana dalam
penagihan seketika dan sekaligus, penyampaian Surat Paksa,
pelaksana penyitaan barang milik penanggung pajak, mengusulkan
pencegahan dan penyanderaan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi tersebut, Jurusita Pajak harus mendasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Dalam Pasal 5 Undang Undang No.19
tahun 2000 disebutkan tugas dan kewenangan dari Jurusita Pajak
yaitu :Pasal 5(1) Jurusita Pajak bertugas:a. melaksanakan Surat
Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;b. memberitahukan Surat
Paksa;c. melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak
berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dand.
melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah
Penyanderaan.Kedudukan Jurusita Pajak dalam organisasi Direktorat
Jenderal Pajak adalah pada seksi penagihan. Setiap pelaksanaan
penugasan dalam rangka penagihan pajak, tiap Jurusita Pajak membuat
laporan pelaksanaan tugas dan mempertanggungjawabkan kepada Pejabat
melalui atasan langsungnya. Wilayah kerja Jurusita Pajak adalah
sama dengan wilayah kerja unit tempat Jurusita Pajak tersebut
berada. Wilayah kerja merujuk pada wilayah geografis tempat unit
Jurusita Pajak yang bersangkutan. Apabila dalam satu kota terdapat
wilayah kerja beberapa unit Kantor Pelayanan Pajak, Jurusita Pajak
dapat melaksanakan tindakan penagihan di luar wilayah kerjanya
sepanjang masih dalam satu kota.
3. Apa saja larangan terhadap Penanggung Pajak sehubungan dengan
pelaksanaan penyitaan (Pasal 23 UU PPSP)
Pasal 23 UU No. 19 Tahun 2000
Penanggung Pajak dilarang:
a. memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan,
menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah
disita; (dalam pengertian menyembunyikan termasuk memindahkan
barang yang disita ke tempat lain sehingga objek sita tidak
terletak atau tidak berada lagi di tempat sebagaimana tercantum
dalam BAPS)b. membebani barang tidak bergerak yang telah disita
dengan hak tanggungan untuk pelunasan utang tertentu; (atau
menyewakan dan berlaku baik untuk seluruh maupun untuk sebagian
barang yang disita)c. membebani barang bergerak yang telah disita
dengan fidusia atau diagunkan untuk pelunasan utang tertentu; dan
atau d. merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau
salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada
barang sitaan.
4. Apa yang saudara ketahui mengenai jatuh tempo pembayaran atas
utang pajak tahun 2009 ?
Jatuh tempo pembayaran pajak adalah sebagaimana diatur dalam
Pasal 9 ayat (3) UU Nomor 16 Tahun 2009 Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan. Dan bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di
daerah tertentu jangka waktu pelunasan tersebut dapat diperpanjang
paling lama menjadi 2 (dua) bulan. Penentuan tanggal jatuh tempo
diatur sebagai berikut :a.Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1(satu) bulan sejak
tanggal diterbitkanb.Bagi wajib pajak usaha kecil dan wajib pajak
di daerah tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, jangka waktu pelunasan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 2 (dua) bulanc.Surat Tagihan Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB) harus dilunasi dalam jangka waktu
1 (satu) bulan sejak tanggal diterima oleh Wajib Pajakd.Surat
Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar
(SKBKB), Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT), Surat Tagihan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (STB) dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan maupun Putusan Banding yang menyebabkan jumlah
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang harus dibayar
bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak
tanggal diterima oleh Wajib Pajake.Dalam hal wajib pajak mengajukan
keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak
untuk jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan
sebesar pajak yang tidak disetujui dalam pembahsan akhir hasil
pemeriksaan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Keberatanf.Dalam hal wajib pajak
mengajukan banding atas Surat Keputusan Keberatan sehubungan dengan
SKPKB atau SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh sampai
dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.5.
Bagaimana cara memberitahukan Surat Paksa kepada Penaggung Pajak
yang berada di luar wilayah kerja Pejabat, jelaskan!
Dalam hal terjadi pelaksanaan Penyampaian Surat Paksa kepada
Penanggung Pajak yang berada di luar wilayah wewenang Pejabat yang
menerbitkan Surat Paksa, maka pada dasarnya yang berhak
melaksanakan penyampaian Surat Paksa adalah Jurusita Pajak pada
wilayah setempat. Namun demikian dapat terjadi dalam satu wilayah
merupakan wilayah kerja dua pejabat atau lebih. Misalnya KPP WP
Besar, KPP Khusus, atau KPP Madya, akan memiliki wilayah kerja yang
sama dengan KPP-KPP Pratama di mana lokasi Penanggung Pajak yang
akan disampaikan Surat Paksa tersebut berada. Demikian juga untuk
KPP-KPP yang berada dalam satu kota, akan sangat besar kemungkinan
persinggungan wilayah kerja pejabat penerbit Surat Paksa dan
Pejabat di mana lokasi Penanggung Pajak berada. Dalam hal terjadi
demikian diatur dalam Pasal 10 UU No.19 Tahun 2000 sebagai berikut
:a)Dalam hal pelaksanaan Surat Paksa harus dilakukan di luar
wilayah kerja Pejabat, Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa meminta
bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat
pelaksanaan Surat Paksa.b)Dalam hal di dalam 1 (satu) kota terdapat
lebih dari 1 (satu) wilayah kerja Pejabat, Pejabat yang menerbitkan
Surat Paksa dapat memerintahkan Jurusita Pajaknya untuk
melaksanakan Surat Paksa di luar wilayah kerjanya sepanjang masih
berada di kota tersebut. Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa wajib
memberitahukan pelaksanaan Surat Paksa yang telah dilakukan kepada
Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat
Paksa.c)Dalam hal pelaksanaan Surat Paksa harus dilakukan di luar
kota tempat kedudukan kantor Pejabat namun masih dalam wilayah
kerjanya, pejabat yang menerbitkan Surat Paksa dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut :-meminta bantuan untuk melaksanakan Surat
Paksa kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat
pelaksanaan Surat Paksa; atau-memerintahkan Jurusita Pajaknya untuk
melaksanakan Surat Paksa secara langsung tanpa meminta bantuan
kepada Pejabat setempat disertai dengan pemberitahuan kepada
Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat
Paksa.Pejabat yang diminta bantuan wajib membantu dan
memberitahukan tindakan yang telah dilaksanakannya kepada Pejabat
yang meminta bantuan.6. Apa saja syarat dilakukannya Penyanderaan,
bagaimana proses/ tahapan pelaksanaannya.Menurut Pasal 33 UU PPSP
dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 3 PP No.137 Tahun 2000 diatur
mengenai persyaratab penyanderaan yaitu :1. Penyanderaan hanya
dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai utang
pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000 dan diragukan
itikad baiknya dalam melunasi utang pajak2. Penyanderaan hanya
dapat dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang
diterbitkan oleh Pejabat setelah mendapat izin tertulis dari
Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Proses/ Tahapan Pelaksanaannya :Jurusita menyampaikan usulan
penyanderaan kepada Kasie penagihan. Kepala seksi penagihan Kepala
kpp KaKanwil Direktur Pemeriksaan dan Penagihan DJP Menkeu
memberikan izin DJP Direktur Pemeriksaan dan Penagihan KaKanwil
Kepala KPP menerbitkan Surat Perintah Penyanderaan Jurusita
Jurusita melakukan penyanderaan kepada Penanggung Pajak.7.
Bagaimana pelaksanaan penagihan/penyitaan atas aset yang telah
dilakukan penyitaan oleh Pengadilan Negeri?Jawab : Pasal 19
Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa(1) Penyitaan tidak
dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah disita oleh
Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang.(2) Terhadap
barang yang telah disita sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Jurusita Pajak menyampaikan Surat Paksa kepada Pengadilan Negeri
atau instansi lain yang berwenang.(3) Pengadilan Negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dalam sidang berikutnya menetapkan barang
yang telah disita dimaksud sebagai jaminan pelunasan utang
pajak.(4) Instansi lain yang berwenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dalam sidang berikutnya menetapkan barang yang telah
disita dimaksud sebagai jaminan pelunasan utang pajak.(5)
Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang menentukan
pembagian hasil penjualan barang dimaksud berdasarkan ketentuan hak
mendahulu negara untuk tagihan pajak.(6) Hak mendahulu untuk
tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali
terhadap:a. biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu
penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak maupun barang
tidak bergerak;b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan
barang dimaksud; danc. biaya perkara yang semata-mata disebabkan
oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.(7) Putusan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap segera disampaikan oleh
Pengadilan Negeri kepada Kantor Lelang untuk dipergunakan sebagai
dasar pembagian hasil lelang.