Rexy Fawzi Syarif 240210120025 IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Praktikum kali ini dilakukan pengujian terhadap sejumlah bahan baku pengolahan pangan seperti uji daya serap tepung terigu, uji gluten, uji aktivitas ragi/khamir, dan uji sirup gula. Pengujian ini penting dilakukan unutk mengetahui sifat berbagai jenis bahan baku dalam pengolahan pangan sehingga diperoleh produk pangan yang berkualitas tinggi. 4.1. Uji Daya Serap Tepung Terigu dan Uji Gluten Daya serap terigu adalah kemampuan terigu untuk menyerap air yang ditambahakan selama proses pengolahan. Pengujian daya serap terigu dilakukan dengan melakukan penentuan daya serap air oleh tepung terigu dan dilakukan pengamatan secara organoleptik. Tepung terigu yang digunakan sebagai sampel adalah cakra kembar, segitiga biru, kunci biru, tepung gandum, tepung beras, dan tepung ketan. Tepung terigu merupakan bahan utama untuk membuat roti yang diperoleh dari olahan biji gandum (Herudianto & Hudaya, 2009). Persamaan yang digunakan untuk menghitung presentase daya serap terigu adalah sebagai berikut: Daya serap air (%) = Jumlah air yang diperlukan (mL) X 100% Berat tepung terigu (g) Tepung terigu akan membentuk jaringan dan kerangka dari roti sebagai akibat dari pembentukan gluten oleh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Rexy Fawzi Syarif240210120025
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan pengujian terhadap sejumlah bahan baku
pengolahan pangan seperti uji daya serap tepung terigu, uji gluten, uji aktivitas
ragi/khamir, dan uji sirup gula. Pengujian ini penting dilakukan unutk mengetahui
sifat berbagai jenis bahan baku dalam pengolahan pangan sehingga diperoleh
produk pangan yang berkualitas tinggi.
4.1. Uji Daya Serap Tepung Terigu dan Uji Gluten
Daya serap terigu adalah kemampuan terigu untuk menyerap air yang
ditambahakan selama proses pengolahan. Pengujian daya serap terigu dilakukan
dengan melakukan penentuan daya serap air oleh tepung terigu dan dilakukan
pengamatan secara organoleptik. Tepung terigu yang digunakan sebagai sampel
adalah cakra kembar, segitiga biru, kunci biru, tepung gandum, tepung beras, dan
tepung ketan. Tepung terigu merupakan bahan utama untuk membuat roti yang
diperoleh dari olahan biji gandum (Herudianto & Hudaya, 2009).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung presentase daya serap terigu
adalah sebagai berikut:
Daya serap air (%) = Jumlah air yang diperlukan (mL) X 100%
Berat tepung terigu (g)
Tepung terigu akan membentuk jaringan dan kerangka dari roti sebagai
akibat dari pembentukan gluten oleh adanya penambahan air. Air akan mengikat
protein yang terkandung pada tepung terigu. Perbedaan kandungan protein dalam
tepung terigu mengakibatkan perbedaan terhadap daya serapnya dan juga akan
menentukan jenis produk pemanggangan yang ingin dibuat.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan , hasil pengamatan dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Daya Serap Tepung Terigu dan Uji Gluten
Kriteria
Cakra Kembar
Tepung Gandum
Segitiga Biru
Tepung
Beras
Kunci Biru
Tepung
Ketan
WarnaPutih
gadingCoklat
Putih kekuninga
nPutih
Putih gading
Putih
Aroma Khas terigu
Khas gandum
Khas terigu
Khas beras
Khas tepung
Khas ketan
Rexy Fawzi Syarif240210120025
terigu
TeksturKenyal ++
++++Kenyal +
++Kenyal ++
+++Kesat, kenyal
Kenyal ++++
Kenyal ++
Berat Tepung
(g)25,0440 25,0283 25,1650
27,0078
25,0153 25,095
Jumlah Air (ml)
12 14 14 19 13 20
Daya Serap
Air (%)47,91% 55,94% 55,63% 70,35% 51,97% 79,69%
WarnaKuning pucat
CoklatPutih
kekuningan +
-Kuning pucat
-
Gambar -
Tekstur Elastis ElastisLengket,
elastis-
Kenyal, elastis
-
Berat sebelum dicuci
(g)
36,0551 37,5844 38,700140,807
637,0430
42,8486
Berat setelah dicuci(g
)
11,1283 4,2381 0,2849 0 6,6935 0
Gambar -
(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, setiap sampel memiliki
warna yang berbeda – beda . Setelah dilakukan penambahan air, tepung cakra
kembar memiliki warna putih kekuningan yang paling pekat dibandingkan sampel
lainnya. Warna kekuningan disebabkan karena tepung memiliki pigmen
karotenoid, semakin putih warna tepung , semakin sedikit kandungan
karotenoidnya. Karena adanya pigmen, tepung yang belum di-bleaching
(diputihkan) akan berwarna kekuningan dibandingkan dengan pure white flour
sehingga bleaching sangat berpengaruh juga terhadap warna tepung.Tepung
gandum memiliki warna coklat karena tepung gandum utuh adalah tepung yang
diperoleh dengan cara menggiling seluruh bagian biji gandum secara utuh, yaitu
Rexy Fawzi Syarif240210120025
endosperm, bran dan germ dimana kulit gandum berwarna coklat. Aroma yang
dihasilkan juga berbeda – beda untuk setiap sampel. Aroma tepung yang
dihasilkan tergantung dari bahan dasar pembuatan tepung tersebut. Pengujian
dilakukan dengan menambahkan air sedikit-sedikit lalu dilihat banyak air yang
dibutuhkan hingga adonan elastis. Tekstur untuk masing-masing sampel juga
berbeda-beda dimana yang paling kenyal adalah cakra kembar dan yang paling
tidak kenyal adalah tepung beras. Bila tepung pertama kali dibasahi dengan air,
protein yang ada berada dalam keadaan tersebar acak, selanjutnya ketika terjadi
pencampuran maka rantai protein berorientasi pada posisi sejajar yang
menyebabkan adonan berubah dan memperlihatkan kehalusan sifat adonan.
Perbedaan kekenyalan ini dipengaruhi oleh kadar gluten pada tepung yang
yang digunakan .Gluten merupakan senyawa yang terdapat pada tepung terigu
yang bersifat kenyal dan elastis, yang diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat
mengembang dengan baik, yang dapat menentukan kekenyalan mie serta berperan
dalam pembuatan kulit martabak telur supaya tidak mudah robek. takaran bahan-
bahan yang digunakan dan teknik menguleni adonan tersebut juga mempengaruhi
kekenyalan tepung. Protein yang tinggi akan membentuk gluten yang tinggi pula
sehingga untuk mengaduk adonannya diperlukan energi yang besar. Semakin
rendah protein terigu semakin kecil energi yang perlu diberikan.
Jika jumlah energi yang diberikan saat pengadukan tidak berimbang
dengan jumlah protein maka hasil roti dapat dipastikan tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Sebagai contoh : jika protein tinggi diberikan energi kecil maka
hasil adonan kecil, keras, kasar, warna daging rotinya tidak putih, tidak tahan
lama, dan aroma roti asam. Sebaliknya, Jika protein rendah diberikan energi besar
maka hasil adonan akan melebar dan tipis, mudah keras, serat roti kasar, warna
daging roti tidak putih, roti akan mengecil dan permukaan roti keriput.
Cakra Kembar merupakan tepung dengan jenis protein tinggi sehingga
teksturnya yang paling kenyal karena gluten yang terkandung lebih banyak
dibanding sampel lain. Tepung ini diperoleh dari gandum keras (hard wheat).
Kandungan proteinnya 11-13%. Tingginya protein terkandung menjadikan
sifatnya mudah dicampur, difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis dan
mudah digiling. Karakteristik ini menjadikan tepung terigu hard wheat sangat
Rexy Fawzi Syarif240210120025
cocok untuk bahan baku roti, mie dan pasta karena sifatnya elastis dan mudah
difermentasikan (Sutomo, 2010).
Penambahan air pada pembuatan adonan disesuaikan dengan daya serap
air dari setiap tepung. Takaran air yang diberikan menyesuaikan dengan kekalisan
adonan. Tepung berprotein tinggi cenderung akan mengabsorbsi air jauh lebih
banyak dibandingkan dengan tepung berprotein rendah karena sesuai dengan
sifatnya yaitu protein tepung mampu mengikat air. (Desroiser, 2008)
Dalam hal ini, air berfungsi untuk menghidrasi tepung sehingga dapat
membentuk adonan yang baik. Air akan berikatan dengan protein membentuk
struktur gluten dan dengan pati membentuk struktur tergelatinasi pada waktu
pemanasan. Air ini juga berfungsi sebagai pelarut dari bahan – bahan lain seperti
garam, gula, susu bubuk dan lain sebagainya. Banyaknya air yang ditambahkan
dalam pembuatan adonan roti akan menentukan mutu dari roti yang dihasilkan
(Marliyati & Sulaeman, 1999).
Kandungan protein tepung terigu yaitu gluten yang tersusun dari glutenin
dan gliadin. Gluten tidak dapat larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam
asam/basa encer, sehingga semakin tinggi kandungan asam/basa pada pelarutnya,
maka kemampuan gluten dari tepung terigu untuk berikatan dengan air (pelarut)
akan semakin tinggi. Oleh karena itu waktu pengulenan tepung terigu sampai
mencapai kalis juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Gluten dibentuk
melalui pengulenan dan pencampuran. Tujuan utama pencampuran bahan adalah
untuk mengembangkan gluten yang akan memberikan kontribusi terhadap
kekuatan produk baking yang dihasilkan. Dua tahap penting pembentukan formasi
gluten adalah hidrasi pencampuran tepung dan pengulenan adonan (Herudianto &
Hudaya, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan , dengan jumlah tepung yang sama, tepung
Cakra Kembar menyerap air lebih sedikit dibanding sampel yang lain dan yang
paling banyak menyerap air adalah sampel tepung ketan sehingga daya serap air
Cakra Kembar merupakan yang paling kecil dibandingkan sampel lain dan sampel
yang berbahan gandum lainnya juga masih lebih kecil dari sampel tepung
berasdan tepung ketan . Hal ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya Cakra
Kembar memiliki daya serap air yang paling tinggi karena tepung Cakra Kembar
Rexy Fawzi Syarif240210120025
berdasarkan teori merupakan jenis tepung berprotein tinggi dan seharusnya
sampel tepung beras dan tepung ketan berdasarkan teori memiliki daya serap air
yang rendah karena sangat sedikit atau bahkan tidak mengandung gluten.
Penyimpangan ini dibuktikan juga berdasarkan percobaan pencucian
masing- masing adonan yang menunjukan walaupun sampel tepung beras dan
tepung ketan memiliki massa yang paling tinggi dan tepung Cakra Kembar
memiliki massa yang paling rendah , setelah dilakukan pencucian dengan air
mengalir massa gluten yang paling besar secara berturut turut adalah Cakra
kembar, tepung gandum, segitiga biru , Kunci Kembar dan tepung beras serta
tepung ketan didapati tidak memiliki gluten . Hasil pengamatan ini sesuai dengan
literatur dimana Cakra Kembar merupakan jenis tepung berprotein tinggi, tepung
gandum dibuat dengan keseluruhan gandum yang digiling sehingga kadar
proteinnya lebih kecil sedikit dibandingkan Cakra Kembar, Segitiga biru
merupakan jenis terigu protein sedang, jenis terigu medium wheat mengandung
10%-11% protein. Sebagian orang mengenalnya dengan sebutan all-purpose flour
atau tepung serba guna, di pasaran lebih dikenal dengan sebutan tepung Segitiga
Biru. Dibuat dari campuran tepung terigu hard wheat dan soft wheat sehingga
karakteristiknya diantara kedua jenis tepung tersebut. Tepung ini cocok untuk
membuat adonan fermentasi dengan tingkat pengembangan sedang, seperti donat,
bakpau, bapel, panada atau aneka cake dan muffin (Sutomo, 2010).
Kunci Biru merupakan terigu dengan jenis protein rendah Tepung ini
dibuat dari gandum lunak dengan kandungan protein gluten 8%-9%. Sifatnya,
memiliki daya serap air yang rendah sehingga akan menghasilkan adonan yang
sukar diuleni, tidak elastis, lengket dan daya pengembangannya rendah. Cocok
untuk membuat kue kering, biskuit, pastel dan kue-kue yang tidak memerlukan
proses fermentasi. Di pasaran tepung ini lebih dikenal dengan nama terigu Cap
Kunci biru (Sutomo, 2010) dan berdasarkan teori tepung beras dan tepung ketan
hanya sedikit sekali mengandung gluten.
Penyimpangan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh perbedaan penguji
dalam membuat adonan kalis, sebaiknya pengujian dilakukan oleh satu penguji
dalam membuat adonan awal sehingga tingkat kekalisan yang dibuat akan sama
Rexy Fawzi Syarif240210120025
antara jenis tepung satu dengan tepung yang lainnya. Hal ini berpengaruh
langsung terhadap persentase daya serap air.
Warna adonan dan gluten masing – masing tepung tidak banyak berubah
dari sebelumnya , hanya menjadi sedikit pucat karena proses pelarutan – pelarutan
zat zat tertentu pada tepung oleh air yang ditambahkan. Tekstur masing-masing
gluten memiliki kekenyalan yang sama satu sama lain. Keelastisan gluten tersebut
dibentuk oleh ikatan antar molekul protein. Gluten adalah massa kenyal yang
melengket yang menyatukan komponen-komponen adonan lain seperti pati dan
gelembung gas, jadi membentuk dasar struktur lunak adonan dan roti (deMan,
1997).
Berdasarkan hasil pengamatan uji gluten, massa adonan tidak berbanding
lurus terhadap massa gluten. Selain akibat penyimpangan yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Kualitas gluten tidak selalu berbanding lurus dengan kadar protein.
Karena terdapat protein yang terdapat dalam tepung terigu tidak terlarut didalam
air. Protein-protein yang tidak larut dalam air ini disebut gliadin dan glutein.
Gliadin berfungsi sebagai perekat dan menjadikan resep adonan roti elastis.
Sedangkan glutein adalah bentuk dari protein yang tidak larut didalam air jika
tepung dipanaskan dan dicampurkan dengan air. Glutein berfungsi menjaga
adonan resep tetap kokoh dan menahan gas CO2 selama proses fermentasi
sehingga resep adonan dapat mengembang serta terbentuk proti-pori. Glutein bisa
diekstrak dengan cara mencucinya dengan air hingga patinya hilang. Glutein yang
telah diekstrak memiliki sifat elastis dan kohesi. Jika gliadin dan glutein
dipisahkan dari gluten maka gliadin akan bersifat seperti substansi sirup yang
menggumpal dan saling terikat serta glutenin akan menghasilkan kekerasan yang
berkemungkinan memperbesar kekuatan tekstur bahan (Parker, 2003).
Kandungan gluten yang tinggi pada terigu cakra kembar
mengakibatkan terigu tersebut baik digunakan untuk pengolah roti dan mie
sehingga diperoleh hasil yang mengembang.
4.2. Uji Aktivitas Ragi/Khamir
Pengujian ini menggunakan ketiga tepung terigu yang digunakan pada
pengujian daya serap tepung. Mula-mula ragi ditimbang sebanyak 2 gram,
Rexy Fawzi Syarif240210120025
kemudian dimasukkan ke dalam baskom dan ditambahkan air hangat sebanyak 50
ml serta diaduk hingga ragi larut. Setelah itu, tepung terigu ditambahkan ke dalam
baskom sedikit demi sedikit hingga 50 gram sambil diuleni. Adonan tersebut
kemudian dipindahkan ke dalam gelas ukur 250 ml yang telah diolesi dengan
minyak goreng. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu kamar serta pencatatan
volume tiap 10 menit selama 1 jam.
Bedasarkan hasil percobaan, hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 3
dan 4.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Ragi (Karakteristik Tepung)Kriteri
aCakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
WarnaPutih
kekuningan
Putih kekuning
an
Putih kekuning
an
Putih kekuning
an
Putih kekuning
an
Putih kekuning
an
AromaKhas Ragi
Khas Ragi
Khas Ragi
Khas Ragi
Khas Ragi
Khas Ragi
Tekstur KenyalKenyal,
beronggaKenyal
Kenyal, berongga
KenyalKenyal,
berongga(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Ragi (Tinggi Tepung dalam Gelas Ukur)Wakt
Sebelum dilakukan pengujian aktivitas ragi, terigu-terigu tersebut diamati
terlebih dahulu warna, aroma dan teksturnya masing-masing. Warna tepung
Segitiga Biru dan Cakra Kembar yakni putih gading, sedangkan pada tepung
Kunci Biru memiliki warna putih susu. Aroma awal yang di hasilkan pada adonan
yang diberi ragi adalah menyengat dengan menghasilkan tektur yang lengket dan
kenyal. Pada akhir waktu pengamatan warna ketiga adonan tepung menjadi putih
kekuningan. Hal ini terjadi karena teroksidasinya kandungan beta karoten yang
Rexy Fawzi Syarif240210120025
terdapat pada tepung. Aroma yang sangat menyengat di hasilkan oleh Cakra
Kembar diikuti oleh Segitiga Biru dan dan Kunci Biru. Adapun tektur ketiga
sampel sama yakni lengket dan elastis. Faktor yang mempengaruhi warna awal
dan tekstur awal yang elastis serta kenyal sama halnya dengan apa yang telah
dijelaskan sebelumnya pada pembahasan daya serap air.
Berdasarkan hasil pengamatan, protein di dalam tepung berpengaruh
sangat besar tehadap aroma dan tekstur akibat pengaruh aktivitas ragi. Tepung
cakra kembar yang memiliki kandungan protein paling tinggi menghasilkan
aroma fermentasi yang sangat menyengat dengan tekstur yang sangat lengket dan
kenyal jika dibandingkan yang lainnya sedangkan kunci biru yang memiliki
kandungan protein paling rendah menghasilkan aroma fermentasi yang lebih
rendah dan kelengketan juga tingkat keenceran yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis tepung yang lainnya. Hal ini dikarenakan ragi akan memproses
gluten atau protein yang ada pada tepung sehingga dapat membentuk jaringan
yang kuat untuk menahan gas karbondioksida keluar sehingga pada tepung cakra
kembar jaringan yang terbentuk lebih banyak dibandingkan tepung kunci biru
yang mengakibatkan adonan menjadi lebih kenyal dan lengket. Selain itu ragi juga
akan merubah glukosa glukosa di dalam tepung menghasilkan aroma khas akibat
adanya proses fermentasi tersebut .
Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan aktifitas ragi/khamir yang
baik pada semua sampel ditunjukan dengan adanya pengembangan adonan dilihat
dari pertambahan volume adonan setiap waktunya. Ragi merupakan bahan
pengembang adonan dengan produksi gas karbondioksida. Ragi berfungsi untuk
mengembangkan adonan dengan menghasilkan gas CO2 dan memperlunak gluten
dengan asam yang dihasilkan, serta memberi rasa dan aroma pada roti. Hal
tersebutlah yang menjadikan teksur adonan setelah ditambahkan ragi dan ditunggu
beberapa menit menjadi lebih lunak.
Semua jenis ragi untuk pembuatan roti merupakan spesies dari
Saccharomyces cerevisiae, yang hidup dan berkembang biak dengan memakan
gula (Herudianto & Hudaya, 2009). Khamir ini merupakan fermentatif kuat dan
tumbuh dengan cepat pada suhu 20°C. Pengujian kali ini dilakukan pada ruangan
yang bersuhu ±25 0C sehingga menghasilkan pengembangan adonan yang cukup
Rexy Fawzi Syarif240210120025
besar. Suhu pada saat terjadinya fermentasi merupakan salah satu faktor yang
sangat penting. Suhu yang rendah akan mengakibatkan pembentukan gas
terhambat, dan pada suhu yang tinggi terlalu banyak gas yang dihasilkan dan
membuat volume menjadi telalu besar sebelum gluten menjadi dewasa.
Karbohidrat yang berasal dari tepung terigu diubah menjadi maltosa oleh
enzim amilase yang ada pada tepung. Sel-sel khamir menghasilkan enzim maltase
mengubah maltosa menjadi glukosa dan difermentasi menjadi etanol dan
karbondioksida. Hal ini yang menyebabkan tekstur berongga setelah adonan
ditunggu beberapa menit. Selama fermentasi, protein tepung menjadi dewasa dan
elastis serat dapat menahan karbondioksida yang terbentuk perlahan-lahan oleh
khamir. Perubahan gluten adalah karena kerja proteolitik dari tepung dan enzim
khamir yang bersama-sama dengan pengadonan fisik yang diterima oleh adnonan.
Jenis terigu yang digunakan juga mempengaruhi bentuk adonan yang terbentuk
selama proses akitvitas ragi (Winarno, 1997).
Hasil pengamatan tidak sesuai dengan literatur karena volume yang
dihasilkan terigu Kunci Biru dan Segitiga Biru lebih tinggi dibandingkan dengan
terigu Cakra Kembar. Menurut literatur, semakin tinggi kadar protein
menandakan kadar gluten di dalamnya juga tinggi sehingga gluten dapat menahan
semakin banyak gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi. Sebaliknya,
bila kadar proteinnnya rendah menandakan gluten yang terbentuk saat terigu
dicampurkan dengan air juga lebih sedikit sehingga banyak gas CO2 yang tidak
dapat terperangkap di dalamnya. Akibatnya pengembangan adonan tidak
maksimal.
Penyimpangan dari literatur ini disebabkan karena adonan yang dibuat saat
dimasukan kedalam gelas ukur sudah melebihi batas skala, sehingga sudah tidak
bisa diukur menggunakan satuan volume tetapi diganti dengan pertambahan tinggi
. Sedangkan volume gelas ukur yang digunakan berbeda – beda dan diameter
gelas ukur berbeda – beda sehingga untuk penambahan 1cm ketinggian pada
masing – masing adonan memiliki volume yang berbeda. Seharusnya praktikan
menkonversi terlebih dahulu untuk 1 cm kenaikan tinggi maka berapa kenaikan
volume yang terjadi sehingga pengukuran akurat.
Rexy Fawzi Syarif240210120025
4.3. Uji Sirup Gula
Gula pasir merupakan produk rafinasi dari air tebu atau air bit gula. Gula
merupakan komponen utama dari kembang gula dan berperan sebagai pemanis,
pembentuk kristal yang memengaruhi tekstur kembang gula dan sebagai bulking
agent (bahan pengisi). Gula pasir dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran
kristalnya menjadi gula pasir dengan granulasi kasar, medium, medium halus,
halus, ekstra halus, khusus untuk bakeri, dan gula granulasa. Penggunaan suhu
saat pemasakan sangat memengaruhi bentuk kristal gula ini. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini digunakan berbagai macam suhu untuk membandingkan bentuk
kristal gula yang satu dengan yang lain. Adapun suhu yang digunakan adalah
105oC, 115 oC, 127 oC, 138 oC, 154 oC dan 176 oC. Tekstur yang seharusnya
didapat adalah pada suhu 105oC long thread stage, soft ball stage pada suhu
115oC, hard ball stage pada suhu 122oC, small crack stage pada suhu 138oC, dan
hard crack stage pada suhu 154oC.
Pengujian tersebut dimulai dengan gula pasir sebanyak 100 gram di
panaskan dengan api kecil. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegosongan.
Kemudian diaduk hingga homogen dan diukur suhu leburnya (105oC, 115oC,
127oC, 138oC, 154oC) dan kemudian dijatuhkan ke air es dan diamati sifat
organoleptiknya. Air es fungsinya adalah untuk merubah tekstur gula dimana
panas karamel gula akan terserap menimbulkan pemadatan pada gula tersebut
menghasilkan bentuk gumpalan-gumpalan.
Berdasarkan hasil percobaan , hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Uji Sirup Gula
KriteriaSuhu (oC)
105 o 115 o 122 o 138 o 154 o 176o
WarnaPutih ++
+Putih ++ Putih +
Putih kekunin
gan
Coklat jernih
Coklat gelap
AromaKhas gula +
Khas gula ++
Khas gula +++
Khas gula +++
+
Khas gula +++
++
Khas gula
gosong
TeksturBerpasir
tidak menyatu
Berpasir belum
menyatu
Licin mengkri
stal
Licin mengkri
stal
Licin mengkri
stal
Licin mengkri
stalRasa Manis Manis Manis Manis Manis Manis
Bentuk Belum Belum Menggu Menggu Menggu Menggu
Rexy Fawzi Syarif240210120025
gumpalanmenggu
mpalmenggu
mpalmpal
sebagian
mpal hampir
seluruhnya
mpal mpal
Gambar
(dari kiri) 176o, 154o, 138o, 122o
(dokumentasi pribadi, 2015)
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu mempengaruhi
tekstur , aroma,warna dan gumpalan yang dihasilkan. Suhu yang tinggi dapat
menyebabkan gula mencapai titik lebur dari kristal gulanya. Keadaan ini sudah
mulai terlihat ketika gula memasuki suhu 1050C. Leburnya gula ini menunjukkan
bahwa pelarutan gula dalam media pelarut pada suhu tinggi akan semakin cepat.
Terbentuk tekstur yang keras bahkan rapuh pada akhir pengamatan ketika
suhu 1380C dan 1540C menunjukkan bahwa kandungan air yang terkandung pada
kristal gula sudah semakin berkurang karena proses penguapan selama
pemasakan. Bahkan warna dan aroma dari gula akan semakin gelap karena pada
suhu tinggi gula akan mengalami karamelisasi sehingga berwarna coklat dan
aroma gula semakin pekat akibat proses karamelisasi tersebut. Karamelisasi
merupakan proses oksidasi atau pencoklatan non enzimatis yang disebabkan oleh
pemanasan gula yang melampaui titik leburnya menghasilkan bentuk karamel
yaitu cairan lengket berwarna beige sampai coklat gelap, warna dan tekstur yang
dihasilkan dipengaruhi oleh besarnya suhu pemanasan yang diberikan. Karamel
dihasilkan jika gula dipanaskan pada suhu 160-200 oC pada pH 4,0. mula-mula
akan terbentuk gula invert dan selanjutnya terbentuk karamel. Karamel
merupakan pigmen berwarna cokelat sampai hitam, pembentukannya dipengaruhi
oleh pH (Tjahjadi, 2008).
Untuk tekstur pun, semakin lama menjadi semakin keras. Hal tersebut
dikarenakan sirup gula memiliki fase-fase tertentu berdasarkan suhu
pemasakannya, yang akan semakin mengeras seiring dengan meningkatnya suhu
pemasakan. Menurut Tjahjadi (2008) gumpalan sirup gula dalam air es semakin
keras mulai dari suhu 122o C.
Rexy Fawzi Syarif240210120025
Berdasarkan bentuk gumpalannya, pada suhu 105o C permukaan gumpalan
masih berserat. Semakin tinggi suhu pemanasannya maka semakin baik bulatan
yang terbentuk dari gula tersebut dan semakin padat. Pada suhu 176o C, dihasilkan
karamel yang gosong. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Seharusnya, pada suhu
154o C belum mengalami gosong. Hal ini dapat disebabkan oleh suhu api yang
terlalu besar sehingga gula cepat mengalami gosong.
4.4. Uji Kelarutan Gula
Percobaan yang dilakukan setelah uji sirup gula adalah uji kelarutan gula.
Digunakan sampel gula batu, gula pasir, gula halus , gula kubus. Berdasarkan
percobaan, hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan GulaJenis Gula T (mnt) Deskripsi
Halus 1,50 Warna air gula keruh meninggalkan endapan
Pasir 5,07Warna air gula kekuningan, tidak meninggalkan endapan, ada kotoran
Kubus 11,00 Air gula jernih tanpa warnaBatu 13,31 Air gula jernih tanpa warna
Gambar
(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015)
Berdasarkan hasil pengamatan, gula kubus dan gula batu merupakan yang
paling sulit dilarutkan karena kedua gula ini memiliki ukuran kristal paling besar
diantara yang lainnya. Selain itu biasanya kedua gula ini harus melalui proses
perebusan atau dengan menggunakan air mendidih untuk melarutkannya.
Sementara gula pasir masih sedikit mudah larut jika dibandingkan dengan gula
batu dan gula kubus. Dari keempat jenis yang diamati, gula halus merupakan gula
yang paling cepat larut hal ini dikarenakan ukuran partikel dari gula halus ini yang
sangat kecil sehingga mudah terlarut dalam air. Keempat jenis gula tersebut
memiliki komponen penyusun yang sama yaitu sukrosa. Namun yang
Rexy Fawzi Syarif240210120025
membedakannnya adalah bentuk kristal dan berat jenis dari gula tersebut. Pada
gula tepung memiliki bentuk kristal yang paling kecil, bahkan sangat halus,
sehingga mudah larut dalam air. Selain itu, berat jenis dari gula tepung sangat
kecil. Sedangkan pada gula pasir memiliki ukuran kristal yang medium sehingga
kelarutannya pun lebih mudah dibanding gula batu dan gula kubus. Gula kubus
dan gula batu yang memiliki komposisi yang sama, gula kubus memiliki kristal
yang lebih kecil namun padat dibanding gula batu yang memiliki kristal yang
besar, sehingga kelarutannya pun kecil. Berdasarkan literatur (Tjahjadi, 2008),
daya larut gula dipengaruhi oleh :
1. Suhu semakin tinggi, maka daya larut gula semakin tinggi
2. Padatan terlarut dalam system akan menyebabkan kenaikan kelarutan.
4.5. Uji Pelelehan Coklat
Cokelat adalah hasil olahan dari biji tanaman kakao (Theebroma cacao)
yang tumbuh pertama kali di hutan hujan Amerika Selatan dan Amerika Tengah
(Morganelli, 2006). Produk cokelat adalah produk yang diperoleh dari biji cokelat
yang telah mengalami proses fermentasi terlebih dahulu untuk memisahkan pulp
buah cokelat dengan bijinya. Coklat yang diamati pada praktikum kali ini yaitu
Dark Chocolate Compound (DCC), White Chocolate Compound (WCC), dan Milk
Chocolate Compound (MCC).
Tabel 7. Hasil Pengamatan Uji Kelelehan Coklat
Kriteria Cokelat 69%Dark
chocolateMilk
chocolateWhite
chocolateAwal
Warna Coklat hitam + Coklat hitam Coklat muda PutihAroma Khas coklat + Khas coklat + Khas susu + Khas susuTekstur Keras Keras Keras Keras
Rasa Pahit + Pahit Manis Manis +Setelah meleleh
Warna Coklat hitam + Coklat hitam Coklat muda PutihAroma Khas coklat + Khas coklat + Khas susu + Khas susuTekstur Cair lembut Cair berpasir Cair lembut Cair lembut
Rasa Pahit Pahit manis Manis Manis +Waktu meleleh
4’ 4’10’’ 4’15’’ 3’45’’
Suhu 73oC 83 oC 81 oC 72 oC
Rexy Fawzi Syarif240210120025
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2014)
Dari hasil pengamatan, sampel Dark Chocolate sebelum dilelehkan
memiliki warna coklat kehitaman, namun setelah dipanaskan warna yang diamati
menjadi coklat tua. Untuk perlakuan rasa dan aroma, rasa yang dihasilkan tetap
manis agak pahit dan aroma cokelat yang khas. Waktu yang dibutuhkan untuk
dapat melumerkan coklat ini adalah 4 menit 10 detik.
Pada sampel White Chocolate sebelum dan sesudah memiliki warna, rasa
dan aroma yang sama. Untuk dapat melumerkan jenis coklat ini, dibutuhkan
waktu 3 menit 45 detik. Pada sampel Milk Chocolate, sama seperti sampel
sebelumnya, penampakan organoleptiknya sama sebelum dan sesudah pelumeran,
terkecuali rasa dan aromanya menjadi lebih manis dan flavornya meningkat
karena adanya senyawa volatil yang keluar. Milk Chocolate memiliki waktu
pelumeran paling lama yakni 4 menit 15 detik. Cokelat yang dilelehkan memiliki
aroma yang lebih tajam namun warnanya lebih pudar dibandingkan dengan
cokelat batangan sebelum dilelehkan.
Sampel coklat 69% sebelum dilelehkan memiliki warna coklat kehitaman,
namun setelah dipanaskan warna yang diamati menjadi coklat tua. Untuk
perlakuan rasa dan aroma, rasa yang dihasilkan tetap manis agak pahit dan aroma
cokelat yang khas. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat melumerkan coklat ini
adalah 4 menit .
Dalam proses melting atau pelelehan cokelat, baik di mulut maupun di
panci dengan menggunakan kompor, Nampak bahwa cokelat dapat meleleh
dengan cepat dalam mulut. Hal ini disebabkan titik leleh lemak terletak pada di
bawah suhu normal tubuh manusia, sehingga cokelat tersebut sangat mudah
melting. Lumernya lemak kokoa yang terkandung dalam cokelat menimbulkan
sensasi yang lembut dan khas dalam mulut. Bahkan dalam mulut pun dapat terasa
bahwa titik leleh setiap cokelat berbeda, tergantung dari jenis masing – masing
cokelat tersebut.
Proses melting dengan menggunakan kompor ternyata memberikan hasil
yang berbeda. Padahal ketika melakukan melting cokelat benar – benar dijaga
agar tidak hangus dan terkena uap air, karena cokelat sangat sensitif terhadap air
dan uap air. Jika terkena setetes air pun, cokelat bisa mengalami chocolate seize,
Rexy Fawzi Syarif240210120025
yaitu penggumpalan cokelat dan pengerasan cokelat. Cokelat dipotong sekecil
mungkin agar lebih cepat leleh dan panasnya merata. Bahkan suhu dari air yang
digunakan pun dijaga agar tidak mencapai 540C, karena jika lebih dari suhu
tersebut maka cokelat akan gosong dan menggumpal. Sehingga dapat dilihat dari
literatur (Tjahjadi, 2008) bahwa melting cokelat sangat dipengaruhi oleh jenis
cokelat tersebut yaitu:
Titik leleh dark chocolate: 45-50 C; titik beku: 28-29 C
Titik leleh milk chocolate: 40-45 C; titik beku: 27-28 C
Titik leleh white chocolate: 40 C; titik beku: 24-25 C
Titik leleh white dan milk cokelat lebih rendah karena kandungan milk
solids cukup tinggi (milk solids lebih cepat leleh dan hangus dibanding cocoa
solids). Dalam peleburan cokelat, panci tidak boleh langsung terkena api karena
panas yang dihasilkan jika panci langsung terkena api akan sangat tinggi suhunya,
sehingga besar kemungkinan dapat merusak komponen cokelat, seperti protein
pada cokelat. Tingginya suhu juga akan menghasilkan peleburan cokelat menjadi
cairan yang terlalu encer.
Rexy Fawzi Syarif240210120025
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan , maka dapat diambil
kesimpulan :
1. Daya serap air dari yang tertinggi adalah tepung Cakra Kembar, tepung
Segitiga Biru, dan tepung Kunci Biru. Hal ini sesuai dengan literatur
dimana semakin tinggi proteinnya maka daya serap air akan semakin
besar.
1. Tepung Cakra Kembar, tepung Segitiga Biru, dan tepung Kunci
mengandung gluten. Kandungan gluten dari yang tertinggi adalah Cakra
Kembar, kemudian Kunci Biru, dan yang paling rendah adalah Segitiga
Biru.
2. Kadar gluten pada terigu biasanya berbanding lurus dengan kadar protein.
Semakin banyak kadar gluten dalam suatu adonan, maka akan semakin
berat pula adonan tersebut.
3. Aktivitas ragi/khamir yang paling baik terdapat pada tepung Cakra
Kembar.
4. Kandungan protein yang tinggi memudahkan pengembangan volume
adonan.
5. Proses pencelupan sirup gula ke dalam air dingin setelah terbentuk sirup
gula dan terbentuk sirup gula yang mengeras menandakan bahwa kondisi
air yang berkurang pada gula
6. Semakin tinggi suhu pemanasan gula, semakin meningkat pula
karakteristik organoleptiknya akibat proses karamelisasi
7. Kelarutan gula dipengaharuhi ukuran partikel. Semakin besar ukuran
partikel gula, semakin sukar larut.
8. Cokelat yang memiliki kandungan cokelat yang paling tinggi akan lebih
cepat meleleh.
9. Cokelat yang paling cepat meleleh adalah coklat 69% kemudian dark
chocolate kemudian white chocolate dan yang paling lama meleleh adalah
milk chocolate.
Rexy Fawzi Syarif240210120025
DAFTAR PUSTAKA
deMan, J.M. (1997). Kimia Makanan. Edisi Kedua. ITB Bandung. Bandung.
Desrosier, N.W., 2008. Teknologi Pengawetan Pangan : Edisi Ketiga. Penerjemah, M. Miljohardjo. UI-Press, Jakarta.
Herudiyanto, M. 2009. Teknologi Pengolahan Roti dan Kue. Widya Padjadjaran, Bandung.
Marliyati, S.A; Sulaiman, A. & Faizal, A. 1999. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. IPB, Bogor.
Moehyl, S., 1992. Penyelenggara Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bathara, Jakarta.
Mudjajanto, Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti. 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya, Jakarta.
Priyatni, S. 2003, Teknologi Pengolahan Pangan : Roti Dan Pastry. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Sutomo, B. 2010. Mengenal Jenis & Kegunaan Tepung Terigu. Available at: http://myhobbyblogs.com/food/20 10 /08/03/mengenal-jenis-kegunaan- tepung-terigu/. (Diakses pada 15 Maret 2015).
Tjahjadi, C. 2008. Teknologi Pengolahan Coklat dan Kembang Gula. Universitad Padjadjaran, Sumedang.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rexy Fawzi Syarif240210120025
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa nama protein yang terdapat dalam tepung terigu?
Jawab:
Terdapat 3 jenis protein pada tepung terigu yaitu gliadin, glutenin dan non-
gluten. Ketika gliadin dan glutenin bersatu terbentuklah protein baru yaitu
gluten. Gluten adalah suatu senyawa pada tepung terigu yang bersifat kenyal
dan elastis, yang diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang
dengan baik.
2. Mengapa pada proses pengujian aktivitas ragi digunakan tiga jenis terigu?
Apakah yang memengaruhi perbedaan tekstur adonan yang dihasilkan pada
setiap jenis terigu pada uji aktivitas ragi?
Jawab:
Karena ketiga jenis tepung terigu ini memiliki kadar protein yang berbeda-
beda sehingga akan berpengaruh terhadap tekstur pada masing-masing jenis
tepung terigu. Perbedaan tekstur adonan yang dihasilkan pada setiap jenis
terigu dipengaruhi oleh butiran ragi yang aktif. Ragi berfungsi untuk
mengembangkan adonan dengan menghasilkan CO2 dan akan melunakan
gluten dengan asam yang terbentuk pada saat perombakan gula-gula. Tepung
dengan protein tinggi akan mengalami pengembangan yang baik dan akan
mendapatkan tekstur yang lembut karena glutennya tinggi.
Selain itu, penggunaan 3 jenis tepung terigu ini dikarenakan untuk
mengetahui perbedaan aktivitas ragi pada jenis terigu yang memiliki daya
serap yang berbeda. Semakin tinggi daya serap terigu terhadap air maka
aktivitas ragi atau mengembangnya volume adonan semakin tinggi pula dan
menunjukkan kualitas terigu tersebut memiliki mutu yang baik.
3. Pada teori cara pengujian gula yang sudah saudara peroleh, setiap tahapan
suhu pemanasan gula dapat dibedakan dari tekstur gula yang terbentuk. Beri
komentar mengenai hal tersebut berdasarkan hasil pengamatan!
Jawab:
Rexy Fawzi Syarif240210120025
Gula mulai melebur ketika gula memasuki suhu 1050C. Leburnya gula ini
menunjukkan bahwa pelarutan gula dalam media pelarut pada suhu tinggi
akan semakin cepat. Pada proses tersebut terbentuk tekstur yang keras bahkan
rapuh pada akhir pengamatan ketika suhu 1380C dan 1540C menunjukkan
bahwa kandungan air yang terkandung pada kristal gula sudah semakin
berkurang karena proses penguapan selama pemasakan. Bahkan warna dan
aroma dari gula akan semakin mencapai warna yang kurang baik (coklat tua)
dan aroma yang terkesan gosong (pahit) menandakan bahwa kandungan
karbon pada kembang gula sudah semakin tinggi karena struktur kimia gula