Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diare akut merupakan keluhan yang sering dijumpai pada orang dewasa. Bila terjadi
tanpa komplikasi, secara umum dapat diobati sendiri oleh penderita. Namun, bila
terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas dan mortalitas,
meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan baik serta prosedur
diagnostiknya juga semakin baik.
Meskipun diketahui bahwa diare merupakan suatu respon tubuh terhadap keadaan
tidak normal, namun anggapan bahwa diare sebagai mekanisme pertahanan tubuh
untuk mengekskresikan mikroorganisme keluar tubuh, tidak sepenuhnya benar. Terapi
kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan rehidrasi oral maupun
parenteral secara simultan dengan kausal memberikan hasil yang baik terutama pada
diare akut yang menimbulkan dehidrasi sedang sampai berat. Acapkali juga diperlukan
terapi simtomatik untuk menghentikan diare atau mengurangi volume feses, karena
berulang kali buang air besar merupakan suatu keadaan/kondisi yang menggganggu
akitifitas sehari-hari.
1.2 TUJUAN
Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini antara lain untuk memenuhi salah satu penilaian
kognitif pada masa Kepaniteraan Klinik pada stase bagian Ilmu Penyakit Dalam. Selain
itu, tujuan penulisan Tinjauan Pustaka ini antara lain untuk menambah pengetahuan bagi
penulis dan bagi orang lain yang membacanya terutama mengenai diare akut.
BAB II
1
Page 2
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI FISIOLOGI USUS HALUS DAN USUS BESAR
A. USUS HALUS
Panjang usus halus pada orang hidup + kaki, terbagi menjadi:
1. Duodenum, panjang + 25 cm
2. Jejenum
3. Ileum
Dinding usus halus paling luar/lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum yang
mempunyai lapisan viseral dan parietal. Paritoneum melipat dan meliputi visera abdomen
dengan hampir sempurna.
Mesinterium -> lipatan peritoneum yang lebar menyerupai kipas
menggantung jejunum dan ileum dari dinding postenor
abdomen.
Omentum mayus -> lapisan ganda peritoneum, menggantung dari kurvatura
mayor lambung ke bawah di depan visera abdomen.
Omentum minus -> terbentang dari kurvatura minor dan bagian atas duodenum,
menuju hati membentuk liga mentum hepatogastrikum dan
ligamentum hepatuduodenale.
Otot yang meliputi usus halus ada 2 lapis:
1. Lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis.
2. Lapisan dalam terdiri atas serabut-serabut sirkular.
Lapisan mukosa dan sbumukosa usus halus membentuk lipatan-lipatan sirlular
dinamakan valvula koniventas. Vulva koniventas merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-
jari dari mukosa dengan jumlah 4-5 juta dengan ukuran panjang 0.5 dampai1.5 mm.
Mikromili tonjolan seperti jari dengan panjang 1 m terletak pada permukaan luar setiap
vilkus. Valvula koniventes vili dan mikromili menambah luas permukaan absorpsi.
Epitel vilus terdiri dari 2 jenis sel:
2
Page 3
1. Sel gobet -> penghasil mucus
2. Sel-sel absorptive -> absorpsi bahan makanan yang telah dicernakan.
Disekililing vilus terdapat sumur kecil dinamakan kripta lieberkuin.
Duodenum diperdarahi oleh arteria gastro duodenalis dan arteria dankreatikoduodenalis
superior.
Peredaran darah kembali lewat vena mesentrika superior yang membentuk vena porsa
bersama dengan vena lienalis.
Fungsi usus halus yang utama ada 2, yaitu:
1. Pencernaan.
2. Absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air.
B. USUS BESAR
Tabung muskular berongga dengan panjang + 5 kali, diameter + 2.5 inci. Terbagi jadi :
sekum, kolon, rektum.
Kolon terbagi menjadi: kolok asendes, transversum desendes, sigmoid.
Kelokan tajam di kanan : fleksura hepatika
Kelokan tajam di kiri : fleksura lienalis
Lapisan otot longitudinalnya terkumpul dalam tiga pita dinamakan faeniakoli arteri
mesenterika.
Kelenjar usus panjang-panjang dan banyak sel gobet, sel-sel absorptif dan sedikit sel
enteroendolon. Epitel pelapisnya silindris yang sel-selnya memiliki mikromili pendek dan
tidak teratur.
Lapisan kemina propia kaya akan limfosit dan limfonocluli. Muskularis dari usus besar
terdiri dari otot longitudinal dan sirkular.
2.2 DEFINISI
3
Page 4
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali per hari. Buang besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir
dan darah.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut
World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan
sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar
di dunia telah mengajukan beberapa criteria mengenai batasan kronik pada kasus diare
tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih
waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi
penyebab diare dengan lebih tepat.
Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare
yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan
antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang
berlangsung lebih dari 30 hari).
Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare noninfektif bila tidak
ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut.
Diare organic adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal
atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak ditemukan penyebab organik.
Klasifikasi:
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu diare : akut atau kronik, 2.
Mekanisme patofisiologis: osmotic atau sekretorik, 3. Berat ringan diare: kecil atau
besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infektif atau non-infektif, 5. Penyebab organic
atau tidak: organic atau fungsional.
2.3 EPIDEMIOLOGI
4
Page 5
Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang
merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran
klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal-hal
berikut : adanya traveling (domestik atau internasional), kontak personal, adanya
sangkaan food-borne transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada
demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada
demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi.
Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme (seperti E.coli 0157:H7)
membutuhkan beberapa hari masa inkubasi.
2.4 ETIOLOGI
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit,
virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
Infeksi
1. Enteral
Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia
entero colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG.,
Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas,
Proteus dll.
Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting
yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit
pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang
menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery
diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi
mukosa.
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas.
Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan
dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan
aktifitas disakaridase.
5
Page 6
Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus
halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana
mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin
memegang peranan.
Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan
Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam
sel epitel kolon.
Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1
dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan
perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-
uremic syndrome.
Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,
menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang
masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth
lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin
serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin)
yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery
diarrhea
Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak
langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau
dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging
ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak
langsung person to person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui
invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan,
yaitu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang
terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.
6
Page 7
Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui
person to person jarang terjadi.
V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat
mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya
enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti
accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT). Kedua
toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.
Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus.
Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan
mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus,
Cytomegalovirus (CMV), echovirus. Virus-virus tersebut merupakan penyebab
diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada
manusia, Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia,
serta serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.
Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau
water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.
Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa.
Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum, Balantidium coli.
Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis
masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme
asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite
dipengaruhi oleh umur, status nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah
dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik,
7
Page 8
diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan
endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari setelah terpapar
dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan
anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri
perut dan gembung.
Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya
umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik
yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang
simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri
yang fulminant.
Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari
kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan
asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa
diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited.
Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada
penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan
diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.
Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis,
cestodiasis dll.
Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa
dan larva, menimbulkan diare.
Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ
termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan
perdarahan usus..
Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu,
menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea
dan nyeri abdomen.
8
Page 9
Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix.
Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.
Fungus: Kandida/moniliasis
2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea: E.coli,
Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.
Makanan:
Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat,
makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus,
S.aureus, Streptococcus anhaemoliticus lyticus dll.
Alergi: susu sapi, makanan tertentu.
Malabsorbsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa,
galaktosa), disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida
protein: asma amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein
intolerance, cows milk, vitamin dan mineral.
Imunodefisiensi: hipogmaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton),
penyakit grnaulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA
heavycombinationa.
Terapi obat, antibiotic, kemoterapi, antacid dll.
Tindakan tertentu seperti gastektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi
radiasi.
Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic)
Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning),
alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis
2.5 PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai
berikut: 1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotic; 2). Sekresi
9
Page 10
cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3). Malabsorbsi asam empedu,
malabsorbsi lemak; 4). Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6). Gangguan permeabilitas
usus; 7). Inflamasi dinding usus, disebut diare imflamatorik; 8). Infeksi dinding usus,
disebut diare infeksi.
Diare osmotic: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen
dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l.
MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorbsi mukosa usus missal
pada defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa.
Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya basorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli,
penyakit yang menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbs
garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat dll).
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada
gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier
dan hati.
Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini
disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATP ase di enterosit dan
absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas
dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus
halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi,
hipertiroid.
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang
abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus
halus.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang
berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi air-
10
Page 11
elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau
non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit crohn).
Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari
sudut kelaianan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa)
dan invasive (merusak mukosa). Bakteri noninvasive menyebabkan diare karena toksin
yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare
toksigenik a.l. kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor
merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, lalu membentuk adenosisn
monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion
klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme
absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu
keluarnya ino klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat
dikompensasi eleh mneingginya absorsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion
bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa
yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.
2.6 PATOGENESIS
Yang berperan pada pathogenesis diare akut terutama karena infeksi yaitu factor
kausal (agent) dan factor pejamu (host). Factor pejamu adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diri
terhadap organism yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari factor-fkator daya
tangkis atau lingkungan internal saluran cerna a.l keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktro kausal yaitu daya penetrasi yang
dapat masuk sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang memperngaruhi
sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. Pathogenesis diare karena infeksi
bakteri/parasit terdiri atas:
a. Diare karena bakteri Non-Invasif (Enterotoksigenik).
Bakteri yang tidak merusak mukosa missal V.cholerae Eltor, Enterotoksigenic E.coli
(ETEC) dan C.perfringens. V.Cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada
mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini
menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding
sel usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
11
Page 12
b. Diare karen Bakteri/parasit invasif (Enterovasif).
Bakteri yang merusak (invasive) antara lain: Enteroinvasif E.coli (EIEC), Salmonella,
Shigelle, Yersinia, C.Perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding
usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare
dapat tercampur lendir dan darah. Walau demikian, infeksi kuman-kuman ini dapat
juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang sering
menyebabkan diare yaitu: S.paratyphi B, Styphimurium, S.entereiditis,
S.choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E.histolitica dan G.lamblia.
2.7 DIGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasrkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab
penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena
penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan
dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon
sering berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan
ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan
khas yaitu: nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air,
malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum,
pathogen usus halus tidak invasive, dan patpgen ileokolon lebih mengarah ke invasive.
Pasien yang memakai toksin atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas
mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air
tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya
makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang diahsilkan.
Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan
Cryptosporidium, biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di abdomen yang ringan.
Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan, perut bergas dan kembung.
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan Shigella, dan organism yang
menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemorragic E.coli
(serotype O157:H7) menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organism Yersinia
12
Page 13
seringkali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut
kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Compylobacter jejuni sering
bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkali kelumpuhan anggota badan dan
(GBS). Kelumpuhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai
malpraktek dokter karena ketidaktahuan masyarakat.
Diare air merupakan gejala tipikal dari organism yang menginvasi epitel usus dengan
inflamasi minimal, seperti virus enteric, atau organism yang menempel tetapi tidak
menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E.coli, protozoa, dan helminthes.
Beberapa organism sperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio spesies
(missal, V parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi mukosa
usus; pasien karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam
beberapa jam atau hari.
Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat
timbul pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorrhagik dan Shigella, terutama
anak kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enteric lain dapat disertai sindrom
Reiter (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau
glomerulonefritis. Demam enteric, disebabkan Salmonella parathypi, merupakan
penyakit sistemik yang berat yang bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama,
prostrasi, bingung, dan gejala respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan
kemerahan (rash).
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan auspan oral terbatas karena nausea dan
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa
haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap,
tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat
mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan
pusing kepala.
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan:
1) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara
serak, pasien belum jatuh dalam presyok.
2) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh
dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
13
Page 14
3) Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis)
2. Pemeriksaan Fisik
Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan
ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas.
Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas
bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
“clue” bagi penentuan etiologi.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit, kadar elektrolit serum,
2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral
tubuh.
3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan adanya
infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.
4) Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi giardiasis
dan tes serologic amebiasis
5) Foto x-ray abdomen
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada
infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah
putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada
keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya miroorganisme atau ova,
maka diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan
mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin.
Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,
adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin,
dan diare persisten yang belum mendapat antibiotic.
14
Page 15
Penentuan derajat dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan:
1. Keadaan kilnis: ringan, sedang, dan berat (telah dibicarakan dia atas)
2. Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat
a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 – 1,040
b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 – 1,032
c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 – 1,028
3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP)
Bila CVP +4 s/d +11 cm H2 : normal
Bila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi
Skor penilaian klinis dehidrasi
Klinis Skor
Rasa haus/munta 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60 mmHg 2
Frekuensi nadi >120 x/mnt 1
Kesadaran apati 1
Kesadaran somnolen, spoor atau koma 2
Frekuensi napas >30 x/mnt 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer womens hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50 – 60 tahun 1
Umur >60 tahun 2
2.8 PENATALAKSANAAN
Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan
kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita
15
Page 16
mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang
dijual bebas. Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah
lebih dari 24 jam belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah
feses yang dikeluarkan.
Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:
1. Rehidrasi :
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat
dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien
kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalkasanaan yang agresif seperti
cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit
dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi orla murah, efektif dan lebih
praktis dairpada cairan intravena. Cairan oral antara lain: ringer laktat dll. Cairan
diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status dehidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derjat dehidrasi.
Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien
mengalami kekurangan cairan 2-5% dair BB. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-
8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10% dari berat badan.
Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam – macam pemberian cairan:
a. BJ plasma dengan rumus:
BJ plasma – 1,025Kebutuhan cairan = ----------------------------- x Berat Badan x 4 ml
0,001
b. Metode pierce berdasarkan klinis:
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)
c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l.
16
Page 17
skorKebutuhan cairan = ------------ x 10 % x kgBB x 1 liter
15
Bila skor < 3 dan tidak ada syok, maka hanya berikan cairan peroral (sebanyak
mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor ≥ 3 disertai syok diberikan cairan per
intraven.
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang, nasogastrik atau
intravena.
Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse
pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat
diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau
oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit
yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3.5 g NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat
dan 1.5 g KCl setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.
2. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien
dianjurkan minum minuman sari buah, the, minuman tidak bergas, makanan mudah
dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena
adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.
Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat meningkatkan
motilitas dan sekresi usus.
3. Obat anti-diare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. a) yang paling efektif yaitu derifat
opiad missal loperamid, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamid paling
disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Bismuth
subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada
pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas
penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi
shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan
penyakit. b) obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1
17
Page 18
saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti. c) obat anti sekretorik
atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari.
4. Obat antimikroba
Dalam praktek sehari-hari acapkali dokter langsung memberikan
antibiotik/antimikroba secara empiris. Pedoman sederhana pemberian antibiotik
pada diare akut dewasa seperti terlihat pada table berikut
Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut
Indikasi Pemberian Antibiotik Pilihan Antibiotik
Demam (suhu oral >38,50C), bloody
stools, leukosit, laktoferin, hemoccult,
sindroma disentri
Kuinolon 3 – 5 hari
Kotrimoksazole 3 – 5 hari
Traveler’s diarrhea Kuinolon 1 – 5 hari
Diare persisten (kemungkinan
Giardiasis)
Metronidazole 3x500 mg selama 7 hari
Shigellosis Kotrimoksazole selama 3 hari
Kuinolon selama 3 hari
Intestinal Salmonellosis Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon
selama 7 hari
Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai Febrile Dysentry
ETEC Terapi sebagai Traveler’s diarrhea
EIEC Terapi sebagai Shigellosis
EHEC Peranan antibiotik belum jelas
Vibrio non kolera Terapi sebagai febrile dysentery
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile dysentery
Yersiniosis Umumnya dapat di terapi sebagai febrile
dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV 1
g/6 jam selama 5 hari
Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari.
Atau Tinidazole 2 g single dose atau
Quinacine 3 x 100 mg selama 7 hari
Ingtestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5 – 10 hari +
18
Page 19
pengobatan kista untuk mencegah relaps:
Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau
Paramomycin 3 x 500 mg 10 hari atau
Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari
Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau
immunocompromised :
Paromomycin 3 x 500 selama 7 hari
Isosporiosis Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari
Obat-obat Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak digunakan
untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan flora usus. Namun
berbagai hasil uji klinis belum dapat merekomendasikan obat ini untuk diare akut
secara umum. Probiotik meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium, Streptokokus spp,
yeast (Saccaromyces boulardi),dan lainnya.
2.9 PENCEGAHAN
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting: 1) sebelum
makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki
anak dan 5) sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa,
kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban
dengan tangki septik.
19
Page 20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diare akut pada orang dewasa banyak ditemukan di klinik dalam praktek sehari-hari.
Salah satu etiologinya adalah infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme
seperti virus, bakteri, protozoa, dan helminth.
20
Page 21
Pemahaman tentang patofisiologi diare akut dapat mengarahkan kita untuk mencari dan
mengetahui etiologi dan memberikan terapi yang sesuai.
Terapi simtomatik sebagai tambahan terhadap terapi kausal kadang diperlukan untuk
mengurangi keluhan penderita yang mengganggu aktifitas sehari-hari akibat diare akut.
21