Top Banner

of 36

PEMASANGAN INFUS &injeksi

Oct 29, 2015

Download

Documents

IndahLaraswati
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 1

    PEMASANGAN INFUS DAN

    INJEKSI PARENTERAL

    JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

    2013

    PANDUAN SKILLS LAB

    BLOK MEDICAL EMERGENCY

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 2

    PEMASANGAN INFUS Oleh

    Ridlwan Kamaluddin, S.Kep.Ns, M.Kep Tujuan Mahasiswa mampu melakukan keterampilan pemasangan infus. Tujuan pemberian terapi intra vena melalui infus yaitu : 1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral. 2. Memperbaiki keseimbangan asam-basa. 3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah. 4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh. 5. Memonitor tekanan vena sentral (CVP). 6. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan ketika diistirahatkan. Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien. Berbagai cairan mempunyai manfaat dan tujuan yang berbeda-beda. Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien kombustio 18--24 jam sesudah cedera luka bakar. Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid, koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah. Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel. Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 3

    Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian. Total cairan tubuh bervariasi menurut umur, berat badan dan jenis kelamin. Lemak tubuh juga berpengaruh terhadap cairan, semakin banyak lemak, semakin kurang cairannya. Ada dua bahan yang terlarut di dalam cairan tubuh yaitu elektrolit dan non-elektrolit. Tempat insersi jarum infus Secara umum ada beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada pemasangan infus yaitu : a. Venapunctur perifer 1. vena mediana kubiti 2. vena sefalika 3. vena basilika 4. vena dorsalis pedis b. Venapunctur central

    vena femoralis vena jugularis internal vena subklavia.

    Cara mengatur kecepatan tetesan Pemberian cairan perinfus harus dihitung jumlah tetesan permenitnya untuk mendapatkan kebutuhan yang dijadwalkan. Jumlah ml cairan yang masuk tiap jam dapat digunakan rumus : ml per jam = tetesan x faktor tetesan Faktor tetesan dihitung dengan 60 dibagi jumlah tetesan yang bisa dikeluarkan oleh infus set untuk mengeluarkan 1 ml. Misalnya, suatu infus set dapat mengeluarkan 1 ml cairan

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 4

    dalam 15 tetesan, berarti faktor tetesan (60:15) = 4. Jadi bila infus set tersebut memberikan cairan dengan kecepatan 25 tetes per menit berarti akan diberikan cairan sebanyak 25x4 = 100 ml perjam. Tipe-tipe cairan: 1. Isotonik Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan yang ada didalam plasma. a. NaCI normal 0,9 % b. Ringer laktat c. Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma) d. Dextrose 5 % dalam air (D 5 W) 2. Hipotonik Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih kecil daripada yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.

    a. Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 % b. NaCI 0,45% c. NaCI 0,2 %

    3. Hipertonik Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada yang ada di dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotik, sel kemudian akan menyusut. a. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,9 % b. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,45 % ( hanya sedikit hipertonis karena dextrose dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan osmotik). c. Dextrose 10 % dalam air d. Dextrose 20 % dalam air e. NaCI 3% dan 5% f. Larutan hiperalimentasi g. Dextrose 5 % dalam ringer laktat h. Albumin 25

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 5

    Kegagalan pemberian infus Beberapa keadaan yang mengakibatkan kegagalan dalam pemberian cairan perinfus antara lain : 1. jarum infus tidak tepat masuk vena (ekstravasasi) 2. pipa infus tersumbat (karena jendalan darah atau terlipat) 3. pipa penyalur udara tak berfungsi 4. jarum infus atau vena terjepit karena posisi lengan fleksi 5. jarum infus bergeser atau menusuk ke luar vena Komposisi Cairan a. Larutan NaCl, berisi air dan elektrolit (Na+, Cl -), b. Larutan Dextrose, berisi air atau garam dan kalori c. Ringer laktat, berisi air dan elektrolit (Na+, K-, Cl -, Ca++, laktat) d. Balans isotonik, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, . K Mg CI-.HCO3-.glukonat). e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah. f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5 % plasmanat), hespan yang dapat meningkatkan tekanan osmotik, menarik cairan dari interstisiall kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah sementara. g. Hiperalimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori). Hal-hal yang harus diperhatikan dengan tipe-tipe infus tersebut: 1. D5W (Dektrose 5% in Water) a. Digunakan untuk menggantikan air ( cairan hipotonik) yang hilang, memberikan suplai kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau berfungsi untuk mempertahankan vena dalam keadaan terbuka dengan infus tersebut.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 6

    b. Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia, sindroma pelepasan hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian transfusi ( darah atau komponen darah). 2. NaCIO,9% a. Digunakan untuk menggantikan garam ( cairan isotonik) yang hilang, diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik. b. Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik ( misal: gagaljantung.gagalginjal). 3. Ringer laktat Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang. Tipe - tipe pemberian terapi intravena: A. IV push IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum sunfik secara langsung ke dalam saluran /jalan infus. Indikasi 1. Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena. 2. Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat ( furosemid, digoksin). 3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infus (lidocain, xylocain). 4. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan akan injeksi intramuskuler. 5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat dicampur dalam satu botol. 6. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral ( misal: pada pasien koma) atau intramuskuler ( misal: pasien dengan gangguan koagulasi).

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 7

    Hal-hal yang harus diperhatikan dan direkomendasikan 1. Sebelum pemberian obat: a. Pastikan bahwa obat sesuai dengan standar medik. b. Larutkan obat sesuai indikasi. Banyak obat yang dapat mengiritasi vena dan memerlukan pengeceran yang sesuai. c. Pastikan kecepatan pemberiannya dengan benar, d. Jika akan memberikan obat melalui selang infus yang sama, akan lebih baik jika dilakukan pembilasan teriebih dahulu dengan cairan fisiologis (Na Cl 0,9 %). e. Kaji kondisi pasien dan toleransinya terhadap obat yang diberikan. f. Kaji kepatenan jalan infus dengan mengetahut keberadaan dari aliran darah. 1. Perlahankan kecepatan infus. 2. Lakukan aspirasi dengan jarum suntik sebelum memasukkan obat. 3. Tekan selang infus secara perlahan. g. Perhatikan waktu pemasangan infus. Ganti tempat pemasangan infus apabila terdapat tanda-tanda komplikasi (misalnya: plebitis, ektravasasi, dll) 2. Perhatikan respon pasien terhadap obat. a. Adakah efek samping mayor yang timbul (anaphilaksis, respiratory distress,

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 8

    takhikardi, bradikardi, atau kejang) b. Adakah efek samping minor yang timbul (mual, pucat, kulit kemerahan, atau bingung) c. Hentikan pengobatan dan konsultasikan ke dokter apabila terjadi hal-hal tersebut. b. Continous Infusion (infus berlanjut) menggunakan alat kontrol.

    Continous Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam maupun yang ekstemal. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan : A. Keuntungan 1. Mampu untuk menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat. 2. Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau adanya penyubatan. 3. Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus. B. Kerugian 1. Memerlukan selang khusus. 2. Biaya lebih mahal. 3. Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrasi. c. Infus sementara (intermittent infusions) Infus sementara dapat diberikan melalui" heparin lock", "piggybag" untuk infus yang kontinu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus. Alat Dan Bahan 1. Infus set 2. Abocath 3. Cairan infus 4. Tornikuet/tensimeter 5. Kapas alkohol 6. Kasa steril 7. Betadin salep 8. plester, gunting, 9. spalk dan pembalut kalau perlu 10. tiang infus 11. perlak kecil dan alasnya

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 9

    Pemasangan slang intravena : 1. Pertama lakukan verifikasi order yang ada untuk terapi IV. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien. 3. Pilih vena yang layak untuk dilakukan venipuncture. a. Bagian belakang tangan - vena metakarpal. Jika memungkinkan jangan lakukan pada vena digitalis. 1. Keuntungan dilakukannya venipuncture diisi ini adalah memungkinkan lengan bergerak bebas. 2. Jika kemudian timbul masalah pada sisi ini, gunakan vena lain diatasnya. b. Lengan bawah - vena basilica atau cephalica. c. Siku bagian dalam - fossa antecubital - median basilic dan median cephalic untuk infus jangka pendek. d. Ekstermitas bawah. 1. Kaki - vena pleksus dorsum, arkus vena dorsalis, vena medikal marginalis. 2. Mata kaki - vena saphena magma. e. Vena sentralis digunakan: 1. Jika obat dan infus hipertonik atau sangat mengiritasi, membutuhkan kecepatan, dilusi volume yang tinggi untuk mencegah reaksi sistemik dan kerusakan vena lokal ( misal: kemoterapi, hiperalimentasi). 2. Jika aliran darah perifer dikurangi atau jika pembuluh darah perifer tidak dapat dimasuki ( misal pada pasien obersitas). 3. Jika diinginkan monitor CVP. 4. Jika diinginkan terapi cairan jangka sedang atau jangka panjang. Cara memunculkan vena: 1. Palpasi daerah yang akan dipasang infus. 2. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya (jika yang akan digunakan lengan). 3. Pijat tempat yang akan diinfus. 4. Gunakan torniket sedikitnya 5 -15 cm diatas tempatyang akan diinsersi, kencangkan torniket. 5. Alternatif lain adalah dengan menggunakan tensimeter, pasang tensimeter sedikit dibawah tekanan sistolik. 6. Raba vena tersebut, untuk meyakinkan keadaan vena 7. Biarkan ekstremitas tersebut selama beberapa menit. 8. Gunakan handuk hangat untuk melembabkan tempat yang akan diinsersi. Komplikasi yang dapat timbul dari terapi IV: 1. Infiltrasi (ektravasasi) 2. Trombophlebitis 3. Bakteremia 4. Emboli udara

    5. Perdarahan 6. Trombosis 7. Imbalance elektroli, 8. Hematom, dll.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 10

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 11

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 12

    KALKULASI MATEMATIKAL CAIRAN PERENTERAL A. Flow rate per jam V (mL) R (mL/jam) = ----------- T (jam) B. Flow rate per menit V (mL) R (mL/menit) = ------------------------ T (jam x 60 menit) C. Flow rate dalam drop atau tetes per menit V (mL) R (gtts/menit) = ------------------------ x C T (jam x 60 menit) R = rate (kecepatan atau jumlah cairan) V = volume T = time (waktu) C = drop faktor calibration Mikrodrip = 60 drop/mL Makrodrip = 10, 15, 20 drop/mL. Contoh 1. Cairan infus D5W 1 L diberikan dalam waktu 24 jam. Drop faktor 10. Hitung flow rate per jam, per menit, dan drop per menitnya. Jawab; 1000 mL R = ---------- = 41,7 ml/jam = 42 ml/jam 24 jam 1000 mL 1000 mL R = ----------------------- = --------- = 0,69 ml/menit 24 jam x 60 menit 1440

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 13

    1000 mL R = ---------------------- X 10 = 6,94 tts/menit = 7 tts/menit. 24 jam x 60 menit Contoh 2. Pada jam 06.00 pagi , 1 L normal saline diberikan melalui infusion pump dengan flow rate 70 mL/jam. Delapan jam kemudian flow rate dinaikkan menjadi 80 mL/jam. Pada jam berapa cairan infus habis/harus diganti dengan yang baru? Jawab; (i) V = R x T = 70 mL/jam x 8 jam = 560 mL. (ii) Volume (yang tersisa) = 1000 560 = 440 mL. V 440 mL (iii) T = --- = -------------- = 5 jam R 80 mL/jam (iv) Total waktu yang telah terpakai = 8 jam + 5 jam = 13 jam (v) Waktu dimana infus harus diganti/habis = jam 19.30 (malam).

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 14

    BORANG PENILAIAN PEMASANGAN INFUS NAMA : NIM : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 1 Cek program terapi cairan/review keputusan pemberian terapi cairan 2 Menanyakan keluhan utama/memeriksa adanya tanda kegawatan 3 Cuci tangan 4 Siapkan alat - alat 5 Berikan salam, panggil klien dengan sopan 6 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakannya 7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan 8 Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine jika tidak memungkinkan. 9 Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/kemeja 10 Letakkan manset 5-15 cm diatas tempat tusukkan 11 Letakkan alas plastik dibawah lengan klien 12 Periksa label pasien sesuai dengan kebutuhan cairan yang akan diberikan. 13 Hubungkan cairan infus dengan infus set dan gantungkan. 14 Alirkan cairan infus melalui selang infus sehingga tidak ada udara di dalamnya. 15 Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan pertahankan kesterilan. 16 Kencangkan tournikuet/manset tensi meter (tekanan dibawah tekanan sistolik). 17 Anjurkan pasien untuk mengepal dan membukanya beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk 18 Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari dalam keluar lokasi tusukkan.*

    19 Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tusukkan. 20 Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 15

    ditusuk. setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan pasli. 21 Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik iv catheter kedalam vena 22 Tekan dengan jari ujung plastik iv catheter 23 Tarik jarum infus keluar* 24 Sambungkan plastik iv catheter dengan ujung infus. 25 Lepaskan manset 26 Buka klem infus sampai cairan mengalir lancar. 27 Oleskan dengan salep betadin diatas penusukkan, kemudian ditutup dengan kassa steril 28 Fiksasi posisi plastik iv catheter dengan plester. 29 Atur tetesan infus sesuai ketentuan, pasang stiker yang sudah diberi tanggal. 30 Evaluasi hasil kegiatan 31 Bereskan alat-alat 32 Cuci tangan 33 Dokumentasi TOTAL SKORE keterangan: 0 = tidak dilakukan/disebut sama sekali 1 =dilakukan tapi kurang sempurna 2 =disebut/ dilakukan dengan sempurna * =Critical point ( item yang harus dilakukan) Batas lulus 75% , dengan tidak ada critical point yang bernilai = 0

    DAFTAR PUSTAKA Brunner, L. S. & Suddarth, D. S. (No year). The Lippincott manual of nursing practice. 2nd edition. Pennsylvania. Lippincott. Cummins, R.O. 1997. Advanced Cardiac Life Support. American Hearth Association. USA. Delp, MH. And Manning, RT. 1996. Major Diagnosis Fisik. EGC. Jakarta. DeGowin, RL. And Brown, DD. 2000. Diagnostic Examination, 7th ed. Mc Graw-Hill Co. New York. Muhiman, M. 1989. Penatalaksanaan pasien di Intensive Care Unit. Bagian Anestesiologi, FKUI. Jakarta. Daftar Pustaka. Lanros, N. E. & Barber, J. M. (1997). Emergency nursing: With certification preparation and review. Connecticut. Appleton & Lange. Walton, R. L., Matory, W. E. & Trunkey, D. D. (1990). Perawatan luka dan penderita perlukaan ganda. Edisi 2. Jakarta. EGC

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 16

    PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL Iwan Purnawan, S.Kep.Ns, M.Kep Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara: Subcutaneous (SC) yaitu menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang berada dibawah lapisan dermis. Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah epidermis Intramuscular (IM) yaitu muenyontikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh Intravenous (IV) yaitu menyuntikkan obat ke dalam vena Selain keempat cara diatas, dokter juga sering menggunakan cara intrathecal.atau intraspinal, intracardial, intrapleural, intraarterial dan intraarticular untuk pemberian obat perenteral ini.

    Pemberian obat harus sesuai dengan prinsip 5 benar: Benar Klien : Periksa nama klien, nomer RM, ruang, nama dokter yang meresepkan pada catatan pemberian obat, catatan pemberian obat, kartu obat dan gelang identitas pasien Benar Obat: Memastikan bahwa obat generik sesuai dengan nama dagang obat, klien tidak alergi pada kandungan obat yang didapat. memeriksa label obat dengan catatan pemberian obat Benar Dosis : Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan rentang pemberian dosis untuk cara pemberian tersebut, berat badan dan umur klien; periksa dosis pada label obat untuk membandingkan dengan dosis yang tercatat pada catatan pemberian obat; lakukan penghitungan dosis secara akurat. Benar Waktu : periksa waktu pemberian obat sesuai dengan waktu yang tertera pada catatan pemberian obat (misalnya obat yang diberikan 2 kali sehari, maka pada catatan pemberian obat akan tertera waktu pemberian jam 6 pagi, dan 6 sore) Benar Cara : memeriksa label obat untuk memastikan bahwa obat tersebut dapat diberikan sesuai cara yang diinstruksikan, dan periksa cara pemberian pada catatan pemberian obat.

    Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat:

    Saat menyiapkan beberapa obat seperti heparin, insulin, digoxin lakukan pemeriksaan ulang. Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat belum pasti. Buka sebelum diberikan pada klien. Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat dan kardus obat, ambil obat dari kotaknya dan periksa label untuk memastikan isinya sesuai. Saat mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut pada tutupnya kemudian letakkan pada tempat obat.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 17

    Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat yang dituang pada dasar meniscus. Pisahkan obat-obat yang memerlukan data pengkajian awal, seperti tanda vital. Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, obat disiapkan dan diberikan dengan menggunakan prinsip steril. Larutan obat, jarum dan spuit yang telah terkontaminasi, akan menyebabkan terjadinya infeksi. Obat-obat yang diberikan melalui parenteral ini diabsorbsi lebih cepat dibandingkan obat yang diberikan melalui sistem gastrointestinal, karena obat tidak perlu melewati barier jaringan epitel pada organ gastrointestinal sebelum akhirnya masuk ke dalam sirkulasi darah. Obat intra muscular diabsorbsi lebih cepat daripada oabt subcutaneous atau ontradermal, karena otot memiliki jaringan pembuluh darah yang lebih banyak daripada kulit atau jaringan subkutan. Obat intradermal merupakan obat yang diabsorbsi paling lambat karena obat harus melalui beberapa jaringan epitel sebelum akhirnya masuk kedalam pembuluh darah. Karena itu cara intradermal digunakan untuk menyuntikkan zat asing untuk mengetahui reaksi organ dan jaringan terhadap adanya alergi, yang biasa disebut skin test. Absorbsi melalui subcutaneos relatif lambat tetapi efektif untuk absobsi sejumlah obat yang tidak diabsorbsi melalui sistem gastointestinal. Keuntungan pemberian obat melalui parenteral adalah obat dapat diabsorbsi dengan cepat melalui pembuluh darah. Cara parenteral ini dapat dilakukan jika obat tidak dapat diabsorbsi melalui sistem gastrointestinal atau malah akan dihancurkan olehnya. Obat juga diberikan pada klien yang tidak sadar atau tidak kooperatif yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat oral. Disamping keuntungan diatas, terdapat beberapa kerugian pada pemberian obat melalui parenteral ini. Klien, terutama anak-anak akan merasa cemas jika akan disuntuk. Penyuntikan akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan tidak nyaman pada klien. Iritasi atau reaksi lokal dapat terjadi akibat efek obat pada jaringan. Pemberian obat melalui parenteral juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi, kerena itu diperlukan penggunaaan tehnik steril untuk menyiapkan dan memberikan obat ini. Pemberian obat perenteral ini kontraindikasi untuk klien yang mengalami masalah perdarahan atau sedang mendapatkan terapi antikoagulan. Obat yang disuntikkan ke dalam tubuh dapat berupa larutan cair atau suspensi. Larutan cair disiapkan dalam tiga bentuk : ampul, vial dan unit disposible. Untuk memberikan obat melalui parenteral ini diperlukan spuit yang ukurannya bervariasi dari 0,5 ml nirigga 50 ml. Spuit yang lebih dari 5 ml jarang digunakan untuk menyuntik SC atau IM. Spuit yang lebih besar biasanya digunakan untuk menyuntikkan obat melalui IV. Spuit insulin berukuran 0,5 - 1 ml dan dikalibrasi dalam unit. Spuit tuberkulin berukuran 1 ml dan dikalibrasi dalam mililiter. Spuit tuberkulin ini digunakan untuk memberikan obat dibawah ml. Obat dalam ampul dan vial dipersiapkan dengan menggunakan teknik aseptik dan diberikan melalui parenteral. Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi larutan (kejernihan cairan, adanya/tidaknya endapan, warna cairan sesuai dengan label) serta

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 18

    tanggal kadaluarsa obat pada label vial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dan vial: Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk pada vial Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya. Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini. Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas tissue Menyiapkan Obat Suntikan dari Ampul atau Vial 1. Ampul adalah wadah gelas bening dengan bagian leher menyempit. Wadah ini berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cair. Perawat harus mematahkan leher ampul untuk dapat mencapai medikasi. Saat menghisap medikasi, perawat menggunakan teknik aseptik (mencegah jarum agar tidak menyentuh permukaan luar ampul). Cairan dapat diaspirasi dengan mudah ke dalam spuit cukup dengan menarik ke belakang plunger spuit. 2. Vial adalah wadah dosis tunggal atau multi dosis dengan penutup karet di atasnya. Cap logam melindungi penutup steril sampai vial siap digunakan. Vial berisi medikasi dalam bentuk cairan dan/atau kering. Vial merupakan sistem tertutup, dan harus disuntikkan udara ke dalam vial untuk memudahkan mengambil cairan di dalamnya. Jika gagal untuk menyuntikkan udara sebelum mengambil obat bagian dalam vial tetap vakum sehingga untuk mengambil obat di dalam vial tersebut menjadi sulit. Peralatan

    - Spuit dan jarum dengan ukuran yang diperlukan - Ampul atau vial dari medikasi yang diresepkan - Kapas alkohol atau kasa 2 x 2 inci - Metal (opsional) - Jarum spuit ekstra

    Langkah-Langkah 1. Cuci tangan untuk mengurangi infeksi nosokomial 2. Siapkan medikasi; Ampul a. Sentil bagian atas ampul dengan perlahan dan cepat menggunakan jari. Menurunkan semua cairan yang terkumpul di atas leher ampul. Semua larutan bergerak ke dalam bilik yang lebih rendah.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 19

    b. Letakkan bantalan kasa kecil atau kapas alkohol mengelilingi leher ampul. Melindungi jari dari trauma ketika gelas ampul pecah. c. Patahkan leher ampul ke arah menjauhi tangan anda. Jika leher ampul tidak patah, gunakan metal untuk mengikir salah satu sisi leher. Mencegah percikan gelas ke arah jari atau wajah anda d. Pegang ampul baik dengan posisi menjorok atau tegak. Masukkan jarum spuit ke dalam lubang ampul. Jangan biarkan ujung jarum atau batang spuit menyentuh pinggiran ampul. Bagian pinggir ampul yang pecah dianggap terkontaminasi. CATATAN: Ampul dapat saja dipegang menjorok atau miring sepanjang bagian ujung jarum tidak menyentuh , pinggiran ampul. e. Aspirasi medikasi ke dalam spuit dengan menarik ke belakang plunger Menarik plunger ke belakang menciptakan tekanan negatif di dalam barrel yang mendorong cairan ke dalam spuit. f. Pertahankan ujung jarum di bawah permukaan cairan. Jika memegang ampul tegak lurus, angkat ke atas untuk memungkinkan semua cairan masuk ke dalam spuit. Mencegah aspirasi gelembung udara. g. Jika gelembung udara teraspirasi, jangan mengeluarkan udara ke dalam ampul. Tekanan udara akan mendorong cairan ke luar ampul, dan medikasi di dalamnya akan terbuang h. Untuk mengeluarkan gelembung udara, angkat jarum dari dalam ampul. Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas. Tarik bagian plunger sedikit dan dorong kembali ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 20

    Menarik plunger terlalu jauh akan menariknya dari barrel spuit. Menahan spuit ke arah vertikal memungkinkan cairan tetap berada di dasar barrel. Menarik kembali plunger memungkinkan cairan di dalam jarum memasuki barrel. i. Jika spuit terlalu banyak terisi udara, gunakan bak untuk membuang. Pegang spuit ke arah vertikal terhadap ujung jarum, hentakan sedikit ke bak. Dengan perlahan keluarkan kelebihan cairan ke dalam bak. Periksa ulang ketinggian cairan dengan memegang spuit ke arah vertikal. Medikasi lebih aman dibuang ke bak. Memeriksa ulang ketinggian cairan memastikan dosis yang tepat Vial a. Lepaskan cap logam untuk memajan penutup karetnya. Vial dilengkapi dengan cap untuk mencegah kontaminasi penutup. b. Dengan kapas alkohol, usap permukaan penutup karet. Membuang debu atau kotoran tetapi tidak mensterilkan permukaan c. Lepaskan cap jarum. Tarik pulunger ke belakang untuk mengumpulkan sejumlah udara yang sama dengan volume medikasi yang akan diaspirasi Mencegah pembentukan tekanan negatif ketika mengaspirasi medikasi. Anda pertama-tama harus menyuntikkan udara ke dalam vial.

    d. Masukkan bagian ujung jarum, dengan bevel jarum mengarah ke atas, menembus bagian tengah penutup karet (Gbr. 52). Bagian tengah dari penutup karet merupakan bagian yang tertipis dan lebih mudah untuk menusukkannya. Menjaga bagian bevel ke arah atas dan memberikan tekanan ringan mencegah pemotongan karet sebagai penutup

    e. Keluarkan udara ke dalam vial, jangan biarkan plunger kembali ke atas.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 21

    Udara harus terlebih dahulu disuntikkan ke dalam vial sebelum mengaspirasi cairan. Plunger mungkin akan terdorong kembali ke belakang oleh tekanan udara di dalam vial f. Balikkan vial sambil tetap memegang vial dengan kuat pada spuit dan plunger. Pegang vial antara ibujari dan jari tengah pada tangan yang dominan. Raih bagian ujung barrel dan plunger dengan ibujari dan jari telunjuk dari tangan yang dominan. Membalikkan vial memungkinkan cairan untuk tetap berada di pertengahan bawah vial. Posisi tangan mencegah plunger dan memudahkan memanipulasi spuit dengan mudah. g. Tahan bagian ujung jarum di bawah ketinggian cairan. Mencegah aspirasi udara h. Memungkinkan tekanan udara untuk secara bertahap mengisi spuit dengan medikasi. Tarik kembali plunger jika perlu. Tekanan positif di dalam vial mendorong cairan ke dalam spuit

    i. Sentil bagian barrel dengan hati-hati untuk melepaskan semua gelembung udara. Keluarkan semua udara yang terdapat di atas spuit ke dalam vial. Menyentil dengan kuat barel ketika jarum berada di dalam vial dapat membengkokkan jarum. Akumulasi udara akan menggantikan medikasi dan menyebabkan kesalahan dosis. j. Manakala dosis yang sesuai sudah terpenuhi, angkat jarum dari dalam vial dengan menarik ke belakang barrel spuit. Menarik plunger dan bukan barrel menyebabkan terlepas dari barrel dan medikasi dapat terbuang. k. Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara, lepaskan jarum dari vial dengan menarik barrel ke belakang. Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas dan sentil-sentil untulC melepaskan gelembung. Tarik sedikit plunger dan dorong plunger ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan. Menarik plunger terlalu jauh akan menariknya dari berrel. menahan spuit secara vertikal memungkinkan cairan untuk tetap berada di dasar barrel. Menarik kembali plunger memungkinkan cairan di datam jarum masuk ke dalam barrel.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 22

    l. Berikan label pada vial jika masih tersisa obat di dalamnya. Catat jumlah larutan dan konsentrasi obat. Menjamin pemberian obat yang akurat ketika diberikan obat berikutnya 3. Bungkus jarum dengan capnya. Ganti jarum yang terdapat pada spuit. Mencegah kontaminasi jarum dan melindungi perawat dari tusukan jarum. Penggantian jarum diharuskan jika perawat menduga terdapat obat pada batang jarum. Jarum baru mencegah ceceran obat pada kulit dan jaringan subkutan. 4. Buang alat-alat yang basah di tempat yang telah disediakan. Mencegah penularan infeksi. 5. Cuci tangan. Mengurangi transmisi mikroorganisme

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 23

    PEMBERIAN SUNTIKAN SUBKUTAN DAN INTRAMUSKULAR Menyuntikkan obat adalah prosedur invasif yang mencakup memasukkan obat melalui jarum steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Teknik aseptik harus dipertahankan karena klien berisiko terhadap infeksi mana kala jarum suntik menusuk kulit. Karakteristik jaringan mempengaruhi kecepatan penyerapan obat dan awitan kerja obat. Oleh karenanya sebelum menyuntikan obat, perawat harus mengetahui volume obat yang akan diberikan, karakteristik obat, dan letak struktur anatomi di bawah tempat yang akan disuntik.Untuk suntikan subkutan, medikasi dimasukkan ke dalam jaringan ikat jarang di bawah dermis. Karena jaringan subkutan tidak mempunyai banyak pembuluh darah, absorpsi obat agak sedikit lambat dibanding suntikan intramuskular. Jaringan subkutan mengandung reseptor nyeri, jadi hanya obat dalam dosis kecil yang larut dalam air, yang tidak mengiritasi yang dapat diberikan melalui rute ini. Rute intramuskular memberikan absorpsi obat lebih cepat. Bahaya kerusakan jaringan menjadi lebih sedikit jika obat diberikan jauh ke dalam otot. Otot juga kurang sensitif terhadap obat-obat yang kental dan mengiritasi. Namun, ada risiko yang merugikan dari penyuntikan ke dalam pembuluh darah jika perawat tidak cermat. PERALATAN

    - Spuit (ukuran beragam sesuai dengan volume obat yang akan diberikan) - Jarum (ukuran beragam sesuai dengan tipe jaringan dan ukuran klien; intramuskular-diameter 20 sampai 30 dan panjangnya 2,5 sampai 3,75 cm (dewasa); diameter 25 sampai 27 dan panjang 1,25 sampai 2,5 cm [anak] [Whaley and Wong, 1991]; subkutan-diameter 25 sampai 27 dan panjang 1,25 sampai 2,1 cm) - Kasa antiseptik (mis., alkohol) - Ampul atau vial obat - Formulir atau kartu obat

    LANGKAH-LANGKAH 1. Cuci tangan.dan kenakan sarung tangan steril Mengurangi transmisi mikroorganisme. 2. Kumpulkan peralatan dan periksa urutan medikasi terhadap rute, dosis, dan waktu pemberian. Memastikan keakuratan urutan pemberian. 3. Siapkan medikasi dari ampul atau vial Memastikan bahwa medikasi yang akan diberikan steril. 4. Periksa pita identifikasi klien dan tanyakan nama klien. Kaji terhadap alergi. Pastikan bahwa pasien yang tepat mendapatkan obat yang tepat. 5. Jelaskan prosedur pada klien dan lanjutkan dengan cara yang tenang. Membantu klien mengantisipasi tindakan perawat.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 24

    6. Pilih tempat penyuntikan yang tepat. palpasi tempat tersebut terhadap edema, massa, atau nyeri tekan. Hindari area yang terdapat jaringan parut, memar, lecet, atau infeksi. Tempat suntikan harus bebas dari lesi yang mungkin mengganggu absorpsi obat. Diperlukan massa otot yang cukup untuk memastikan suntikan intramuskular akurat ke dalam jaringan yang tepat. Saat memberikan heparin subkutan, gunakan tempat suntikan abdomen. Untuk penyuntikan intramuskular, palpasi otot untuk menentukan ukuran dan kekerasannya. CATATAN: Antikoagulan dapat menyebabkan perdarahan lokal dan memar jika disuntikan ke dalam area seperti lengan dan tungkai, yang melibatkan aktivitas muskular. 7. Dalam kasus penyuntikan insulin yang berulang setiap hari jangan gunakan tempat penyuntikan. Rotasikan didalam satu region anatomi kemudian pindah ke lokasi anatomi lainnya. Jangan gunakan kembali tempat suntikan yang sama didalam periode 3 minggu. Rotasi tempat suntikan mencegah pembentukan jaringan parut subkutan yang dapat mempengaruhi absorpsi obat. 8. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman bergantung pada tempat suntikan yang dipilih.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 25

    TEMPAT SUNTIKAN SUBKUTAN - Lengan klien duduk atau berdiri - Abdomen-klien duduk atau berbaring - Tungkai-klien duduk di tempat tidur atau kursi

    TEMPAT SUNTIKAN INTRAMUSKULAR

    - Paha (vastus lateralis}-klien berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi - Ventrogluteal - klien berbaring miring, tengkurap, atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan disuntikkan dalam keadaan fleksi Membantu klien mendapatkan posisi yang dapat mengurangi regangan pada otot dengan meminimalkan rasa taknyaman akibat suntikan. - Dorsogluteal-klien tengkurap dengan lutut diputar ke arah dalam, atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah. - Lengan atas (deltoid klien duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi tetapi rileks menyilang abdomen atau di atas abdomen.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 26

    9. Minta klien untuk melemaskan lengan atau tungkainya, tempat di mana suntikan akan diberikan. Bicaralah pada klien tentang subjek yang menarik. Minimalkan rasa taknyaman selama suntikan. Pengalihan perhatian membantu mengu-rangi ansietas 10. Cari tempat yang akan dipilih sebagai tempat suntikan menggunakan tanda anatomi. Penyuntikan yang akurat membutuhkan penusukan di tempat anatomi yang tepat untuk menghindari pencederaan jaringan di bawah saraf, tulang, atau pembuluh darah. 11. Bersihkan tempat suntikan yang dipilih dengan swab kasa antiseptik. Pasang swab di te-ngah tempat suntikan dan putar ke arah luar dengan arah melingkar sekitar 5 cm (2 inci).

    Gerakan mekanik swab membuang sekresi yang mengandung mikroorganisme 12. Pegang swab diantara jari ketiga dan keempat dari tangan anda yang tidak dominan. Swab akan tetap mudah terakses saat waktunya mencabut jarum 13. Lepaskan cap jarum dari spuit dengan menarik cap lurus. Mencegah jarum menyentuh cap dan terkontaminasi 14. Pegang spuit diantara ibujari dan jari telunjuk dari tangan anda yang dominan bayangkan seperti memegang anak panah. (Kebanyakan perawat memegang spuit dengan telapak tangan ke atas untuk penyuntikan subkutan dan telapak tangan ke bawah untuk penyuntikan intramuskular karena perbedaan sudut penusukan). Penyuntikan cepat waspada membutuhkan manipulasi bagian spuit yang tepat

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 27

    15. Suntikan spuit Subkutis

    - Untuk klien ukuran sedang, dengan tangan nondominan anda regangkan kedua belah sisi kulit tempat suntikan dengan kuat atau cubit kulit yang akan menjadi tempat suntikan. Penusukan jarum pada kulit yang tegang lebih mudah dibanding kulit yang kendur. P.encubitan kulit menaikan jaringan subkutan - Untuk klien obesitas, cubit kulit pada tepmat suntikan dan suntikan jarum di bawah lipatan kulit. Klien obes mempunyai lapisan lemak di atas jaringan subkutan - Suntikan jarum dengan cepat dan kuat pada sudut 45 derajat (kemudian lepaskan cubitan kulit bila dilakukan). Penusukan yang cepat dan kuat meminimalkan ansietas dan ketidaknyamanan klien

    Intramuskular - Posisikan tangan nondominan pada tanda anatomik yang tepat dan regangkan kulit. Suntikan jarum dengan cepat pada sudut 90 derajat. Mempercepat penyuntikan dan mengurangi ketidaknyamanan. - Jika masa otot tipis, cubit otot tubuh dan suntikan obat. Memastikan bahwa obat mencapai jaringan otot - Jika memberikan preparat yang dapat mengiritasi, lakukan metoda Z-track. Saat menggunakan metoda ini perawat menghisapkan 0,5 ml udara ke dalam spuit untuk membentuk sumbatan udara. Tarik kulit di bawahnya dan jaringan subkutan 2,5 sampai 3,5 cm ke arah lateral ke samping. Tahan bagian belakang kulit dan suntikan jarum dengan cepat Sumbatan udara membersihkan jarum dari obat untuk mencegah tracking obat melalui kulit dan jaringan. Metoda Ztrack membentuk jalur zig-zag melalui kulit yang membungkus jalur jarum untuk menghindari kebocoran obat melalui jaringan subkutan yang sensitif. 16. Manakala jarum memasuki tempat suntikan, dengan tangan nondominan anda raih ujung bawah barrel spuit. Pindahkan tangan dominan anda ke ujung plunger. Hindari gerakan spuit. Penyuntikan dengan tepat memerlukan manipulasi halus bagian spuit. Gerakan spuit dapat mengubah letak jarum dan menyebabkan rasa taknyaman Jika menggunakan metoda Z-track, pertahankan agar tetap menahan kulit dengan tangan nondominan anda. Gunakan tangan dominan anda untuk meraih ke arah plunger. Kulit harus tetap ditarik sampai obat disuntikan. 17. Dengan perlahan tarik kebelakang plunger untuk mengaspirasi obat. Jika terlihat darah di dalam spuit, tarik kembali jarum, buang spuit, dan ulangi persiapan obat. Jika tidak terlihat darah, suntikan obat dengan perlahan. CATATAN: Beberapa institusi menganjurkan untuk tidak melakukan aspirasi penyuntikan heparin subkutan.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 28

    Darah yang teraspirasi ke dalam spuit menunjukkan bahwa jarum i menusuk intravena. Obat-Obat intramuskular dan subkutan tidak digunakan untuk pemberian intravena. Penyuntikan perlahan mengurangi nyeri dan trauma jaringan. CATATAN: Heparin adalah antikoagulan yang secara khas diberikan dalam dosis kecil melalui subkutan. Obat akan menjadi berbusa jika diaspirasi. Obat tidak akan berbahaya jika diberikan intravena. 18. Cabut jarum dengan cepat sambil meletakkan swab antiseptik tepat di bawah suntikan

    Jika mengunakan metoda Z-track, tahan agar jarum tetap ditempat setelah menyuntikan obat selama 10 detik. Kemudian lepaskan kulit setelah menarik jarum. Menyokong jaringan di sekitar tempat suntikan sehingga meminimalkan rasa taknyaman ketika jai-um dicabut. Memungkinkan obat untuk menyebar dengan rata. Bidang jaringan saling menindih untuk membentuk jalur zig-zag yang menutupi obat ke dalam jaringan otot. 19. Masase tempat suntikan dengan perlahan kecuali merupakan kontraindikasi seperti pada penyuntikan heparin. Masase menstimulasi sirkulasi kemudian meningkatkan penyebaran serta penyerapan obat 20. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman. memberikan klien rasa kesejahteraan 21. Buang jarum tidan berpenutup dan letakkan spuit ke dalam tempat yang sudah diberi label. Mencegah cedera pada klien dan tenaga personel. Menutup kembali jarum dapat menyebabkan penusukan dari jarum dan sudah tidak dianggap praktik yang aman 22. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. mengontrol penyebaran infeksi 23. Catat pemberian obat pada lembar obat atau catatan perawat. Mencatat pemberian obat dan mencegah kesalahan pemberian obat berikutnya 24. Kembali untuk mengevaluasi respons klien terhadap obat dalam 15 sampai 30 menit. Obat parenteral diserap dan bekerja lebih cepat dibanding obat oral. Pengamatan anda menentukan kemanjuran kerja obat.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 29

    Kewaspadaan Perawat Jarum dari spuit harus tetap steril sebelum penyuntikan. Jika tampak darah di dalam jarum spuit selama aspirasi, cepat cabut jarum dan mulai dari awal lagi. Catat dan laporkan semua nyeri setempat mendadak atau rasa terbakar di tempat suntikan, yang dapat menunjukkan cedera saraf. Pertimbangan Pediatri Jika memang diharuskan untuk memberikan obat dalam bentuk cairan pada anak, tarik 0,2 ml udara ke dalam spuit setelah menyiapkan dosis obat. Udara bertindak sebagai ruang vakum untuk membersihkan lubang jarum dari obat. Berikan orangtua kesempatan untuk membantu menahan anak mereka selama penyuntikan. Beberapa orangtua tidak ingin disertakan karena akan membuat anaknya tidak nyaman. Ada baiknya untuk tetap tidak memperlihatkan ruam pada anak untuk meminimalkan ansietas. Jangan sekali-kali mengagetkan anak. Pastikan bahwa anak mengetahui bahwa ia akan mendapatkan suntikan. Vastus lateralis adalah tempat suntikan yang paling dipilih untuk anakanak. Otot dorsogluteal seharusnya tidak digunakan untuk penyuntikan pada anak-anak kecuali otot tersebut berkembang dengan sempurna. Setelah penyuntikan tenangkan anak.

    PENYUNTIKAN INTRAVENA Injeksi intravena kita harus memilih vena yang besar, misalnya pada lengan, punggung telapak tangan. Metode ini menyebabkan reaksi cepat. Sebelum, selama dan setelah dilakukan injeksi IV, harus dimonitor tanda-tanda vitalnya. Teknik ini dibutuhkan perawat dengan ketrampilan khusus. Pada saat penusukan posisi harus tepat dan tidak goyah. Langkah-langkah : 1. Cek catatan perawatan dan medik : program pemberian obat melalui intra vena 2. Cuci tangan 3. Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar 4. Gunakan sarung tangan 5. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine jika tidak memungkinkan 6. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan di lakukan tindakan terapi intravena 7. Bebaskan lengan pasien dari baju/kemeja 8. Letakkan tourniquet 5 cm diatas tempat tusukan 9. Kencangkan tourniquet 10. Anjurkan pasien untuk mengepalkan telapak tangan dan membukanya beberapa kali, palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk. 11. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari dalam keluar lokasi tusukan. 12. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tempat tusukan. 13. Pegang Jarum dalam posisi 30 derajat sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti. 14. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 30

    15. Lakukan aspirasi 16. Lepaskan tourniquet 17. Masukkan obat ke dalam pembuluh vena perlahan-lahan 18. Keluarkan jarum dari pembuluh vena 19. Tutup tempat tusukan dengan kasa steril yang diberi betadin

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 31

    CHECKLIST KETERAMPILAN INJEKSI INTRA MUSCULAR Nama Mhs : Variabel yang dinilai Nilai 0 1 2 A. Tahap Preinteraksi 1. Cek catatan perawat dan medis : program pemberian obat melalui intra muskuler 2. Cuci tangan 3. Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar*

    B. Tahap Orientasi 1. Berikan salam, dan panggil klien dengan namanya 2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat C. Tahap Kerja 1. Beri kesempatan klien untuk bertanya 2. Tanyakan keluhan klien dan kaji adanya alergi 3. Jaga privasi klien 4. Mulai dengan cara yang baik 5. Gunakan sarung tangan 6. Pilih tempat penusukan 7. Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan mudah untuk perawat melihat tempat penusukan 8. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan dilakukan terapi 9. Bersihkan tempat vang akan digunakan dengan kapas alkohol 10. Buka tutup jarum 11. Tarik kulit di tempat penusukan dengan cara : - Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan di atas tempat penusukan (hati-hati jangan sampai mengenai daerah yang lelah dibersihkan) hingga membentuk V - Tarik ibu jari & jari telunjuk dengan arah berlawanan,

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 32

    12. Masukkan jarum dengan sudut 90 dengan tangan dominan 13. Pindahkan ibu jari dan jari telunjuk jari non dominan dan kulit untuk mendukung barrel spuit, jari sebaiknya ditempatkan pada barrel sehingga saat mengaspirasi, anda dapat melihat barel dengan jelas. 14. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit 15. Jika terdapat darah, tarik jarum keluarkan berikan tekanan pada tempat tusukan dan ulangi langkah ke C6 hingga C14. Jika tidak ada darah, dorong plunger dengan perlahan, ajak klien berbicara. 16. Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan 17. Usap dan bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain (jika kontra indikasi untuk obat, berikan penekanan yang lambat saja) 18. Tempatkan jarum pada baki 19. Buka sarung tangan 20. Kembalikan posisi klien 21. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan

    D. Tahap Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif & obyek) 2 Berikan reinforcement 3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 4. Akhiri kegiatan 5. Cuci tangan

    F. Dokumentasi Catat waktu pemberian, obat yang diberikan , dosis dan cara Total Nilai 0 = Tidak dilakukan sama sekali 1= Dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = Dilakukan dengan sempurna Nilai Batas Lulus = 75% Nilai

    .

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 33

    INJEKSI SUBCUTANEUS Nama MHs : ASPEK YANG DINILAI NILAI 0 1 2

    A. Tahap Preinteraksi 1. Cek program pemberian obat melalui SC 2. Cuci tangan 3. Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar* B. Tahap Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya 2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat pada klien/keluarga C. Tahap Kerja 1. Beri kesempatan klien untuk bertanya 2. Tanyakan keluhan klien dan kaji adanya alergi 3. Jaga privasi klien 4. Muiai dengan cara yang baik 5. Gunakan sarung tangan 6. Pilih tempat penusukan pada lengan atas atau abdomen. Jika kedua tempat tersebut tidak memungkinkan pilih tempat alternatif lainnya. 7. Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai tempat yang dipilih 8. Pasang alas 9. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol 10. Buka tutup jarum 11. Tarik Kulit dan jaringan lemak dengan ibujari dan jari tangan non domioan 12. Dengan tangan yang dominan, masukkan jarum dengan sudut 45 dan untuk orang gemuk dengan sudut 90

    15. Jika ada darah : - Tarik kembali jarum dari kulit - Tekan tempat penusukan selama 2 menit - Observasi adanya hematoma atau memar - Jika perlu berikan plester - Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah 1, pilih tempat yang baru 16. Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan 17. Bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain, tekan dengan lembut 18. Jika perlu, berikan plester 19. Tempatkan jarum pada baki 20. Buka sarung tangan

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 34

    D. Tahap Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan 2. Berikan reinforcement 3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 4. Akhiri kegiatan 5. Cuci tangan

    E. Dokumentasi Catat waktu pemberian, obat yang diberikan dosis dan cara pemberian Totai Nilai 0 = Tidak dilakukan sama sekali 1= Dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = Dilakukan dengan sempurna Nilai Batas Lulus = 75% Nilai

    .

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 35

    INJEKSI INTRAVENA Nama Mhs : ASPEK YANG DINILAI NILAI 0 1 2 A. Tahap Preinteraksi 1. Cek catatan perawatan dan medik : program pemberian obat melalui intra vena 2. Cuci tangan 3. Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar* B. Tahap Orientasi 1. Berikan salam, identifikasi klien dan panggil klien dengan namanya 2. Jelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat pada klien/ keluarga C. Tahap Kerja 1. Beri kesempatan klien untuk bertanya 2. Tanyakan keluhan klien dan kaji adanya alergi 3. Jaga privasi klien 4. Mulai dengan cara yang baik 5. Gunakan sarung tangan 6. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supine jika tidak memungkinkan 7. Letakkan alas di bawah bagian tubuh yang akan di lakukan tindakan terapi intravena 8. Bebaskan lengan pasien dari baju/kemeja 9. Letakkan tourniquet 5 cm diatas tempat tusukan 10. Kencangkan tourniquet

    12. Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari dalam keluar lokasi tusukan. 13. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah tempat tusukan 14. Pegang Jarum dalam posisi 30 derajat sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti 15. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena. 16. Lakukan aspirasi

    18. Masukkan obat ke dalam pembuluh vena perlahan 19. Keluarkan jarum dari pembuluh vena 20. Tutup tempat tusukan dengan kasa steril yang diberi betadin

  • JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2012/2013

    B L O K M E D I C A L E M E R G E N C Y Page 36

    C. Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien 2. Simpulkan hasil kegiatan 3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 4. Akhiri kegiatan 5. Cuci tangan

    D. Dokumentasi Catat waktu pemberian obat yang diberikan, dosis, caranya Total Nilai

    0 = Tidak dilakukan sama sekali 1= Dilakukan tetapi tidak sempuma 2 = Dilakukan dengan sempurna Nilai Batas Lulus = 75%

    Nilai