-
Nama : Dewi Yudianingrum
NRP : 3312100088
Mata Kuliah : Pemantauan Kualitas Udara
Kelas : A
UTS PEMANTAUAN KUALITAS UDARA 2013/2014
Soal No. 1
Rencana pemantauan kualitas udara ambien di Kota Blitar
a. Gambaran umum mengenai Kota Blitar:
Kota Blitar merupakan sebuah kota yang terletak di bagian
selatan Provinsi Jawa Timur,
Indonesia. Kota ini terletak sekitar 167 km sebelah selatan
Blitar dan berbatasan dengan Kabupaten
Blitar. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 22/1999,
Kota Blitar ditetapkan sebagai
daerah kota kecil dengan luas wilayah 32,58 km.
Kota Blitar terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur,
berada di kaki Gunung Kelud
dengan ketinggian 156 meter dari permukaan laut, dan bersuhu
udara rata-rata cukup sejuk antara
2434 Celsius.
(id.wikipedia.org, 2014)
Kota Blitar terdiri atas tiga kecamatan, yaitu Kepanjenkidul,
Sananwetan, dan Sukorejo.
Jumlah penduduk Kota Blitar tahun 2008 adalah 133.306 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebesar
4.093 jiwa/km.
(BPS dan BAPPEDA Kota Blitar, 2009)
Lahan terbangun di Kota Blitar seluas 1.416.834 Ha atau sekitar
47.28 % dari keseluruhan
wilayah. Proporsi terbesar penggunaan tanahnya adalah lahan
permukiman, perumahan, kampung
dan lahan persawahan. Sawah irigasi teknis masih cukup dominan
keberadaannya.
(Pemerintah Kota Blitar, 2012)
b. Kualitas udara di Kota Blitar:
Saat ini, pemantauan kualitas udara di Kota Blitar dilakukan
oleh Badan Lingkungan Hidup
(BLH). Pemantauan dilakukan melalui pemasangan jaringan pemantau
kualitas udara ambien.
Jaringan ini akan melakukan pengukuran secara langsung terhadap
berbagai polutan pencemar.
Kualitas udara di Kota Blitar masih dalam kondisi aman memenuhi
baku mutu sesuai dengan
Peraturan Gubernur nomor 10 tahun 2009. Data-data tersebut dapat
dirinci sebagai berikut :
-
Kota/Propinsi : Blitar /Jawa Timur
Tahun Data : 2009
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
1 2 3 4 5
Lokasi :
Jl. Tanjung Tlumpu Jl.
Cemara
Pintu masuk
terminal
Cargo
Jl.
Veteran
1 jam 0,0111 0,0105 0,0098 0,0128 0,0135
1. SO2 g/Nm3 24 jam
1 tahun
1 jam < LD < LD < LD < LD < LD
2. CO g/Nm3 24 jam
1 tahun
1 jam 0,0015 0,0021 0,0011 0,0051 0,0032
3. N02 g/Nm3 24 jam
1 tahun
4. O3 g/Nm3
1 jam < LD 0,0012 < LD 0,0035 0,0015
1 tahun
5. HC g/Nm3 3 jam - -
6. PM10 g/Nm3 24 jam
7. PM2.5 g/Nm3
24 jam
1 tahun
8. TSP g/Nm3
24 jam
1 tahun
-
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
1 2 3 4 5
9. Pb g/Nm3
24 jam 0,0004 0,0003 < LD < LD 0,0002
1 tahun
10. Dustfall g/Nm3 30 hari 0,039 0,105 0,048 0,089 0,059
11. Total Fluorides
sebagai F g/Nm3
24 jam
90 hari
12. Fluor Index g/Nm3 30 hari
13.
Khlorine &
Khlorine
Dioksida
g/Nm3 24 jam
14. Sulphat Index g/Nm3 30 hari
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
6 7 8 9 10
Lokasi :
Jl.
Halmahera
Jl. Bali Jl. Imam
Bonjol
(Pertigaan
SMA)
Jl.
Sudanco
Supriyadi
(depan
Gudang
Bulog)
Pertigaan
Hotel
Herlingga
Jl.
Sudanco
Supriadi
1 jam 0,0174 0,0194 0,0156 0,0149 0,0136
1. SO2 g/Nm3 24 jam
1 tahun
1 jam < LD < LD < LD < LD < LD
2. CO g/Nm3 24 jam
-
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
6 7 8 9 10
1 tahun
1 jam 0,0017 0,0017 0,0019 0,0028 0,0022
3. N02 g/Nm3 24 jam
1 tahun
4. O3 g/Nm3
1 jam 0,0022 0,0018 0,0016 < LD < LD
1 tahun
5. HC g/Nm3 3 jam
6. PM10 g/Nm3 24 jam
7. PM2.5 g/Nm3
24 jam
1 tahun
8. TSP g/Nm3
24 jam
1 tahun
9. Pb g/Nm3
24 jam < LD < LD < LD < LD < LD
1 tahun
10. Dustfall g/Nm3 30 hari 0,079 0,089 0,076 0,086 0,073
11.Total Fluorides
sebagai F g/Nm3
24 jam
90 hari
12. Fluor Index g/Nm3 30 hari
13. Khlorine & Khlorine
Dioksida g/Nm3 24 jam
14. Sulphat Index g/Nm3 30 hari
-
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
11 12 13 14 15
Lokasi :
Tengah
Taman
Kota
Kebon
Rojo
Perempatan
Apotek Lovi
Jl. A Yani
Depan
KLH Kota
Blitar
Perbatasan
Kota Jl.
Ciliwung
Perbatasan
Kota , Jl.
Sukarno -
Hatta
1 jam 0,0036 0,0073 0,0092 0,0073 0,0083
1. SO2 g/Nm3 24 jam
1 tahun
1 jam < LD < LD < LD < LD < LD
2. CO g/Nm3 24 jam
1 tahun
1 jam 0,0003 0,0005 0,0041 0,0028 0,0082
3. N02 g/Nm3 24 jam
g/Nm3 1 tahun
4. O3 g/Nm3
1 jam < LD 0,0012 < LD < LD 0,0032
1 tahun
5. HC g/Nm3 3 jam
6. PM10 g/Nm3 24 jam
7. PM2.5 g/Nm3
24 jam
1 tahun
8. TSP g/Nm3
24 jam
1 tahun
9. Pb g/Nm3 24 jam < LD < LD 0,0002 < LD 0,0002
-
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
11 12 13 14 15
1 tahun
10. Dustfall g/Nm3 30 hari 0,042 0,076 0,127 0,095 0,126
11.Total Fluorides
sebagai F g/Nm3
24 jam
90 hari
12. Fluor Index g/Nm3 30 hari
13.
Khlorine &
Khlorine
Dioksida
g/Nm3 24 jam
14. Sulphat Index g/Nm3 30 hari
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
16 17 18 19 20
Lokasi :
Pintu
masuk
Makam
Bung
Karno
Alun-alun
Kota Blitar
Jl. Merdeka
Pasar
Templek
Jl.
Anggrek
Pertigaan
Depan
SMA YP,
Jl.
Tanjung
Depan
Pasar
Legi
1 jam 0,0066 0,0053 0,0076 0,0074 0,0073
1. SO2 g/Nm3 24 jam
1 tahun
1 jam < LD < LD < LD 0,18 0,11
2. CO g/Nm3 24 jam
1 tahun
1 jam 0,0009 0,0037 0,0039 0,0075 0,0058
3. N02 g/Nm3 24 jam
1 tahun
-
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
16 17 18 19 20
4. O3 g/Nm3
1 jam 0,0014 < LD < LD < LD < LD
1 tahun
5. HC g/Nm3 3 jam
6. PM10 g/Nm3 24 jam
7. PM2.5 g/Nm3
24 jam
1 tahun
8. TSP g/Nm3
24 jam
1 tahun
9. Pb g/Nm3
24 jam < LD 0,0002 < LD 0,0001 0,0002
1 tahun
10. Dustfall g/Nm3 30 hari 0,077 0,078 0,101 0,145 0,123
11. Total Fluorides
sebagai F g/Nm3
24 jam
90 hari
12. Fluor Index g/Nm3 30 hari
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
21 22 23 24 25
Lokasi :
Depan
Pasar
Hewan
Dimoro,
Jl. Kali
Brantas
Jl.
Bengawan
Solo
Perbatasan
Kota Jl.
Kalimas
Jl.
Aryo
Depan
Patung
Koi Jl. Kali
Brantas
1 jam 0,0092 0,0098 0,0098 0,0117 0,0111
1. SO2 g/Nm3 24 jam
-
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
21 22 23 24 25
1 tahun
1 jam < LD < LD < LD < LD < LD
2. CO g/Nm3 24 jam
1 tahun
1 jam 0,0007 0,0011 0,0190 0,0043 0,0015
3. N02 g/Nm3 24 jam
1 tahun
4. O3 g/Nm3
1 jam 0,0012 0,0012 < LD < LD 0,0024
1 tahun
5. HC g/Nm3 3 jam
6. PM10 g/Nm3 24 jam
7. PM2.5 g/Nm3
24 jam
1 tahun
8. TSP g/Nm3
24 jam
1 tahun
9. Pb g/Nm3
24 jam < LD < LD 0,0001 0,0003 0,0004
1 tahun
10. Dustfall g/Nm3 30 hari 0,082 0,088 0,086 0,092 0,109
11.Total Fluorides
sebagai F g/Nm3
24 jam
90 hari
12. Fluor Index g/Nm3 30 hari
-
No. Parameter Satuan Lama
Pengukuran
Lokasi
21 22 23 24 25
13. Khlorine & Khlorine
Dioksida g/Nm3 24 jam
14. Sulphat Index g/Nm3 30 hari
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Daerah Kota
Blitar (2009)
Apabila data-data kualitas udara di atas (SO2) di atas di plot
kan ke dalam peta Kota Blitar sesuai
nama jalannya. Maka di dapat peta isopleth penyebaran gas SO2
sebagai berikut :
-
Gambar Peta Isopleth Sederhana SO2 Kota Blitar (2009)
Keterangan :
: Konsentrasi 0,01 0,02 ug/m3
: Konsentrasi 0,005 0,01 ug/m3
: Konsentrasi dibawah 0,005 ug/m3
c. Tujuan pemantauan:
Tujuan pemantauan kualitas udara ambien di kota Blitar yang
ingin dicapai, antara lain:
a. Mendapatkan data pemantauan kualitas udara yang mewakili
ruang dan waktu sebagai dasar
pengambilan keputusan.
b. Menetapkan status mutu udara ambien daerah.
-
c. Bahan pertimbangan dalam menetapkan baku mutu udara ambien
(selanjutnya disebut BMUA)
daerah.
d. Mengevaluasi efektivitas kebijakan pengendalian pencemaran
udara.
e. Mengamati kecederungan pencemaran udara pada daerah yang
diamati.
f. Memvalidasi model dispersi pencemaran udara untuk memprediksi
kontribusi sumber pencemar
dan jenis pencemarnya.
g. Memprediksi mutu udara di masa depan.
h. Memberikan informasi mutu udara kepada masyarakat (ISPU).
i. Pengawasan penaatan serta penanganan kasus pencemaran
udara.
j. Pelaksanaan audit lingkungan hidup, ISO 14000.
k. Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL-UPL.
d. Parameter kualitas udara di Kota Blitar:
Selama ini parameter yang diukur dalam stasiun pemantau kualitas
udara ambien di Kota
Blitar terdiri dari : Parameter kunci : CO, NO2, SO2 ; Parameter
pendukung : NOx, H2S, NH3, Debu,
Pb, HC, Noise
Disarankan untuk menambah parameter udara ambien sesuai PP No.41
tahun 1999 yaitu:
Parameter yang dipantau untuk udara ambien paling sedikit
meliputi: sulfur dioksida (SO2), karbon
monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), oksidan (O3), dan PM10.
Sedangkan untuk roadside paling
sedikit meliputi parameter: hidrocarbon (dalam bentuk NMHC, non
methane hidro carbon), karbon
monoksida (CO), partikulat (TSP, PM10, PM2.5), NO2, dan SO2. Dan
juga ditambahkan parameter
meteorologi, meliputi : arah dan kecepatan angin, kelembaban dan
suhu udara, serta intensitas
radiasi matahari.
Di Kota Blitar terdapat beberapa industri serta pengguna
kendaraan bermotor yang cukup
menyumbang emisi meski emisi yang dikeluarkan masih memenuhi
baku mutu sehingga SO2 dapat
dijadikan parameter utama di Kota Blitar. Selain itu kondisi
geografis Blitar yang dekat dengan
gunung api aktif yaitu Gunung Kelud mengharuskan adanya
pemantauan kualitas udara terhadap
debu/partikulat yang merupakan salah satu pencemar udara yang
disebabkan oleh aktivitas gunung
berapi.
e. Penentuan jumlah stasiun pemantauan kualitas udara ambien di
kota Blitar:
Berdasarkan jumlah penduduk
Penentuan jumlah stasiun pemantauan di suatu kota dapat
dilakukan berdasarkan jumlah
penduduk dengan menggunakan kurva aproksimasi seperti pada
gambar 1. Pada gambar tersebut
-
diperlihatkan jumlah minimum dan maksimum stasiun pemantauan
untuk pencemaran TSP-SO2 dan
parameter lainnya untuk sistem pengukuran otomatik maupun
mekanik, untuk masing-masing kelas
populasi yang tergantung pada penyebaran dan tingkat
populasi.
Kota Blitar memiliki 133.306 jiwa penduduk (berdasarkan data BPS
dan BAPPEDA 2012).
Sistem pengukuran kualitas udaranya menggunakan pengukuran
mekanik. Kualitas udara Kota Blitar
tergolong kategori baik dengan jumlah polutan minimal. Maka,
berdasarkan kurva aproksimasi pada
gambar 1 dapat diperkirakan jumlah stasiun pemantauan yang
dibutuhkan Kota Blitar ada 3.
Berdasarkan Perhitungan
Penentuan jumlah stasiun pemantauan berdasarkan perhitungan
hanya digunakan untuk
stasiun pemantauan pencemaran SO2 karena parameter pencemaran
tersebut sangat dipengaruhi
oleh kompleksitas sektor industri dan pola penggunaan bahan
bakar di daerah yang dipantau.
Perhitungan di bawah ini menggunakan parameter SO2 dengan rumus
perhitungan tersebut sebagai
berikut :
N = Nx + Ny + Nz
Nx = 0,0965 X (Cm Cs)
Cs
Nx = 0,0096 Y (Cs Cb)
-
Cs
Nx = 0,0004 Z
Data, Asumsi, dan Perhitungan :
Diketahui :
Cs = 220 g/m3 (Nilai Cs berdasarkan PP 41 tahun 1999)
Cm = 365 g/m3 (asumsi berdasarkan ISPU)
Cb = 80 g/m3 (asumsi berdasarkan ISPU)
Luas wilayah Kota Blitar = 32,58 km2 (menurut
id.wikipedia.com)
Luas RTH
Nilai X (Luas daerah Pencemar) = 47,28% Luas Wilayah Kota Blitar
(diasumsikan luas
daerah pencemar = luas lahan terbangun
berdasarkan data Pemerintah Kota Blitar tahun
2012)
= 47,28% x 32,58 km2
= 15,4 km2
Nilai Y (Luas daerah Tercemar) = Luas Total Wilayah - Luas
Pencemar - Luas RTH
= 32,58 km2 - 15,4 km2 - 9,774 km2
= 7,406 km2
Nilai Z (Luas RTH) =30% Luas Wilayah Kota Blitar (Berdasarkan
RKAH Kota Blitar 2012)
= 30% x 32,58 km2
= 9,774 km2
Ditanya : N = ...
Jawab :
- Nx = 0,0965X (Cm Cs) Cs
= 0,0965 x 15,4 x 365 - 220
220
= 0,979
- Ny = 0,0096Y Cs Cb Cs
= 0,0096 x 7,406 x 220 - 80
220
= 0,045
- Nz = 0,0004Z = 0,0004 x 9,774
= 0,0039
N = Nx + Ny + Nz
= 1,2, sehingga jumlah stasiun 2
-
f. Lokasi Pemantauan Jumlah stasiun ditetapkan sebanyak 4 sesuai
dengan kurva aproksimasi dengan
jumlah penduduk. Dengan meninjau data windrose yang diukur di
stasiun geofisika
Bendungan Karangkates (Ir.Soetami) yang berada di perbatasan
Kabupaten Blitar
Kabupaten Malang (karena data windrose Kota Blitar tidak
tersedia), penyebaran
pencemar dapat diprediksi sesuai dengan arah angin rata-rata
tahunan tersebut.
( Ahmad Zaki, 2011)
Lokasi 1
Merupakan pusat kota dimana kepadatan penduduk palig banyak.
Pada peta isopleth terlihat
bahwa wilayah tersebut mendapat dampak pencemar paling rendah
daripada wilayah lainnya,
sehingga jika pada stasiun tersebut terdeteksi pencemaran udara
maka dapat diindikasikan
bahwa di daerah sekitarnya juga tercemar. Selain itu, lokasi
yang dipilih adalah aloon-aloon
Kota Blitar dimana terletak tepat di tengah kota yang dekat
dengan jalan-jalan utama di Kota
Blitar.
Lokasi 2
Merupakan wilayah merah dimana terdapat konsentrasi pencemar
lebih tinggi dibandingkan
dengan wilayah sekitarnya, sehingga hasil pemantauan dapat
mewakili tingkat konsentrasi
pencemar di Kota Blitar yang didukung oleh arah angin tahunan
(arah selatan). Selain itu lokasi
berada diantara Terminal Bus dan Terminal Barang Kota
Blitar.
Lokasi 3
Merupakan wilayah home industri di Kota Blitar yang merupakan
sumber emisi. Hasil
pemantauan di wilayah tersebut diharapkan dapat mewakili tingkat
konsentrasi pencemar dari
pusat home industri Kota Blitar sehingga emisi yangdikeluarkan
dapat terkontrol. Hal ini juga
didukung oleh arah angin tahunan yang cenderung ke timur dan
barat sehingga dapat
merepresentasikan kualitas udara di wilayah industri
tersebut.
Lokasi 4
Merupakan wilayah industri rokok di Kota Blitar yang merupakan
sumber emisi. Hasil
pemantauan di wilayah tersebut diharapkan dapat mewakili tingkat
konsentrasi dari pabrik-
pabrik rokok di Kota Blitar. Hal ini juga didukung oleh arah
angin tahunan yang cenderung ke
timur dan barat. Sehingga dapat merepresentasikan kualitas udara
di wilayah industri tersebut.
Windrose tahun 2009 Windrose tahun 2008
-
1
2
Rencana Lokasi Pemantauan
3
4
Stasiun KA
Terminal Bus
Terminal Barang
Industri
Rokok
Home
Industri
-
Soal No.2
Rencana pemantauan kualitas udara emisi industri di kota
blitar
a. Gambaran Umum Industri
Kota Blitar memiliki sentra home industri tahu dan tempe di
Kelurahan Pakunden,
Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar yang menyerap hampir 400 orang
tenaga kerja, dengan rincian,
industri tempe sebanyak 160 unit usaha dan industri tahu
sebanyak 37 unit usaha (Disperindag Kota
Blitar, 2010). Namun, dari unit-unit usaha tersebut, hanya 3
unit usaha berupa pabrik tahu dan 1
pabrik wajan yang memiliki cerobong asap mengingat mayoritas
industri di Kota Blitar tergolong
industri kecil (KLHD Kota Blitar, 2011).
Ketiga industri tahu yang memiliki cerobong asap tersebut
terletak pada satu wilayah
kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi,
sekitar 4.157 jiwa/km2
(BPS,
2013). Industri tahu di wilayah tersebut memiliki peran penting
dalam pertumbuhan ekonomi
masyarakat sekitar. Juga, industri-industri tahu tersebut
merupakan pemasok utama kebutuhan
tahu masyarakat Kota Blitar.
b. Kualitas Udara Emisi Industri
Pada industri tahu, proses penggilingan kedelai menggunakan
bahan bakar solar, proses
perebusan kedelai menggunakan bahan bakar kayu bakar dan oli
sehingga menghasilkan gas SO2.
Hasil rata-rata emisi SO2 industri tahu dengan cerobong adalah
sebesar 24,949 mg/m3 atau sebesar
8,845 ppm dengan selang waktu pemantauan 30 menit. Padahal, baku
mutu udara ambient menurut
Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 10 tahun 2009 untuk SO2
adalah sebesar 0,1 ppm dengan
selang waktu pemantauan 60 menit.
c. Dimensi Cerobong
Karena kurangnya data tentang dimensi stack dari pabrik gula
Djombang Baru, maka
dilakukan asumsi tinggi dan diameter stack dengan menggunakan
perhitungan :
Tinggi = 19940526 x 10-2
mm
Tinggi = 199,40526 m
Diameter = 19940526 x 10-4
mm
Diameter = 1,9940526 m
Dengan demikian didapatkan data dimensi stack dari emisi pabrik
tahu dan tempe yaitu
Diameter Cerobong : 1,9940526 m dan Tinggi Cerobong : 199,40526
m.
d. Tujuan Pemantauan
-
1. Mengetahui tingkat pencemaran udara yang diemisikan oleh
pabrik tahu.
2. Mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara yang
disebabkan pabrik tahu
e. Parameter Kualitas Udara
Sulfur dioksida (SO2) merupakan salah satu gas hasil pembakaran.
Sedangkan pengolahan
kedelai menjadi tahu dan tempe sendiri memanfaatkan pembakaran
bahan bakar. Bahan bakar
minyak mengandung unsur sulfur, sehingga pembakarannya
menghasilkan SO2. Sulfur dioksida
merupakan gas yang tidak bewarna namun berbau tajam. Sulfur
dioksida dianggap polutan yang
berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap manusia usia lanjut
dan penderita yang mengalami
penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler.
Individu dengan gejala tersebut sangat
sensitif jika kontak dengan SO2 walaupun dengan konsentrasi yang
relatif rendah.
f. Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan atau sampling di antara 8xDiameter Cerobong
dari bawah dan
4xDiameter cerobong dari atas. Dengan begitu didapatkan
perhitungan :
Lokasi dari atas = 4x Diameter
Lokasi dari atas = 4x 1,9940526 m
Lokasi dari atas = 7.9762104 m
Lokasi dari bawah = 8x Diameter
Lokasi dari bawah = 8x 1,9940526
Lokasi dari bawah = 15,9524208 m
Lokasi pemantauan berada diantara kedua titik tersebut. Maka
untuk menentukan lokasi
diambil nilai tengah kedua titik tersebut yaitu diantara
7.9762104 m dari atas dan 15.9524208 m dari
bawah cerobong. Setelah itu diambil titik sampling di dalam
stack dengan mengacu pada penjelasan
berikut :
-
Diameter stack = 1,9940526 m
R1 = 0,5R
= 0,5 x 1,9940526 m / 2
= 0,49851315 m
R2 = 0,866R
= 0,866 x 1,9940526 m / 2
= 0,86342478 m
Berdasarkan perhitungan didapatkan ketinggian sampling :
Ketinggian Sampling = 103,690735 m dari dasar stack
Diameter stack berkisar antara 1-2 m sehingga ditetapkan jumlah
titik sampling sebanyak 8 titik di
dalam stack dan ditambahkan pula satu titik yang berada pada
pusat lingkaran.