PEMANFAATAN ETHANOL DARI KETELA UNTUK BAHAN BAKAR MOTOR OS MAX 15 LA-S PADA PESAWAT MODEL WING DRAGON Oleh : Mohammad Ardi Cahyono, ST, MT (Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto) Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V Nomor: 0169.0/023-04.2/XIV/2009 Tahun Anggaran 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WLAYAH V DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V no. 0169.0/023-04.2/XIV/2009 Tahun Anggaran 2009
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMANFAATAN ETHANOL DARI KETELA UNTUK BAHAN BAKAR MOTOR OS MAX 15 LA-S PADA PESAWAT MODEL WING DRAGON
Oleh :
Mohammad Ardi Cahyono, ST, MT (Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto)
Dibiayai melalui DIPA Kopertis Wilayah V Nomor: 0169.0/023-04.2/XIV/2009 Tahun Anggaran 2009
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WLAYAH V
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Penelitian : PEMANFAATAN ETHANOL DARI
KETELA UNTUK BAHAN BAKAR MOTOR OS MAX 15 LA-S PADA PESAWAT MODEL WING DRAGON
2. Jenis Penelitian : Teknologi 3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : Mohammad Ardi Cahyono, ST, MT b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIDN : 0418037201 d. Pangkat / golongan : - e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli f. Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto g. Program Studi : Teknik Penerbangan h. Status Dosen : Dosen Tetap Yayasan
4. Pembimbing a. Nama Lengkap dan Gelar : b. Jabatan Fungsional : c. Unit Kerja / PT : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto 5. Jumlah Tim Peneliti : 1 orang 6. Lokasi Penelitian : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto 7. Jumlah biaya a. dari Kopertis Wilayah V : Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) b. dari PT, lainnya : -
Yogyakarta, 1 Agustus 2009 Dosen Pembimbing Peneliti Gunawan, ST, MT Mohammad Ardi Cahyono, ST, MT NIPY 090265 NIDN 0418037201
Mengetahui / Menyetujui:
a.n. Koordinator Ketua STTA Sekretaris Pelaksana Bambang Haryadi, SH Ir. Suyitmadi, MT NIP 131597936 NIPY 050543
SURAT KETERANGAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama & Gelar : Gunawan, ST, MT NIDN : 0520117002 Pangkat/Golongan : - Jabatan Fungsional : Lektor (200 AK) Bidang Ilmu : Teknik Penerbangan Unit Kerja / PT : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto 2. Nama & Gelar : Yasrin Zabidi, ST, MT NIDN : 0526017601 Pangkat/Golongan : - Jabatan Fungsional : Lektor (200 AK) Bidang Ilmu : Teknik Industri Unit Kerja / PT : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Memberikan rekomendasi untuk Karya Ilmiah dengan judul:
PEMANFAATAN ETHANOL DARI KETELA UNTUK BAHAN BAKAR MOTOR OS MAX 15 LA-S PADA PESAWAT MODEL WING DRAGON
a.n. saudara tersebut di bawah ini: Nama & Gelar : Mohammad Ardi Cahyono, ST, MT NIDN : 0418037201 Pangkat/Golongan : - Jabatan Fungsional : Asisten Ahli (150 AK) Bidang Ilmu : Teknik Penerbangan Unit Kerja / PT : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Isi rekomendasi Karya Ilmiah itu sebagai berikut: a. Mutu : Amat Baik / Baik / Cukup b. Softifikasi : Amat Baik / Baik / Cukup c. Kemutakhiran : Amat Baik / Baik / Cukup Demikian untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Yogyakarta, 1 Agustus 2009
SURAT KETERANGAN DARI PERPUSTAKAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama & Gelar : Dra. Susi Herawati NIPY : 021018 Pangkat/Golongan : - Jabatan Fungsional : Kepala UPT Perpustakaan Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Menyatakan bahwa naskah Karya Ilmiah dengan judul:
PEMANFAATAN ETHANOL DARI KETELA UNTUK BAHAN BAKAR MOTOR OS MAX 15 LA-S PADA PESAWAT MODEL WING DRAGON
a.n. saudara tersebut di bawah ini: Nama & Gelar : Mohammad Ardi Cahyono, ST, MT NIDN : 0418037201 Pangkat/Golongan : - Jabatan Fungsional : Asisten Ahli (150 AK) Bidang Ilmu : Teknik Penerbangan Unit Kerja / PT : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Telah didokumentasikan di Perpustakaan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto. Demikian untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Yogyakarta, 1 Agustus 2009
Yang membuat pernyataan
Dra. Susi Herawati NIPY 021018
PEMANFAATAN ETHANOL DARI KETELA UNTUK BAHAN BAKAR MOTOR OS MAX 15 LA-S PADA PESAWAT MODEL “WING DRAGON”
Mohammad Ardi Cahyono
Teknik Penerbangan STTA, Jl. Janti Blok R lanud Adisutjipto Yogyakarta Telp. (0274) 451262, 451263 fax. (0274) 451265
Saat ini bahan bakar minyak atau energi yang berasal dari fosil (fossil energy) semakin langka. Kenyataan ini mengharuskan manusia untuk selalu berusaha mendapatkan sumber-sumber bahan bakar alternatif. Energi terbarukan dari tumbuh-tumbuhan sangat mungkin dikembangkan di Indonesia antara lain biodiesel dari tanaman jarak pagar, kelapa sawit, kedelai atau methanol dan ethanol dari biomassa, tebu, jagung, ketela, dan lain-lain. Keuntungan lain dari pemanfaatan ethanol dari tumbuh-tumbuhan adalah bersifat ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat ethanol dari ketela. Kemudian menguji komposisi terbaik campuran bahan bakar dengan ethanol pada motor O.S. 15CV-A pada pesawat model “Wing Dragon” sehingga kinerja propulsi pesawat tersebut tetap tinggi atau mungkin bisa lebih baik daripada menggunakan bahan bakar aslinya. Pesawat Wing Dragon adalah jenis pesawat model terkendali dengan radio (R/C Model Airplane) dengan panjang badan pesawat: 900 mm, bentang sayap: 1080 mm, chord: 215 mm, servo: 9g x 5, dan transmitter: 4CH. Sedangkan spesifikasi motor adalah O.S. Engine 15CV-A, kapasitas 2,49 cc dan power: 0,5 HP pada 18000 rpm. Baling-baling yang dipergunakan adalah APC 7 x 4. Pengujian dilakukan di darat dengan variasi bahan bakar murni (nitromethan 35 % coolpower), E5, E10, E15, dan E20, dimana E5 artinya adalah campuran bahan bakar tersebut mengandung ethanol sebanyak 5 %. Output yang dianalisis adalah gaya dorong (thrust) dan kecepatan putar baling-baling (propeller) yang divariasikan terhadap bukaan throttle antara lain: idle, 25 %, 50 %, 75 %, dan 100 %. Setelah dilakukan pengujian dan analisis diperoleh komposisi E15 adalah yang terbaik karena untuk variasi bukaan throttle berapapun menghasilkan output yang lebih baik daripada komposisi murni maupun komposisi yang lain. Adapun persamannya adalah sebagai berikut:
4,841561,1970869,1
9172,11747,0001,02
2
21
++−=
++−=
xxy
xxy
Dimana, yB1 B adalah thrust, yB2 B adalah RPM, x adalah bukaan throttle. Kata kunci: bahan bakar alternatif, ethanol, wing dragon, thrust, RPM, propulsi.
A. Pendahuluan Saat ini bahan bakar minyak atau energi yang berasal dari fosil (fossil
energy) semakin langka. Hal ini memberikan implikasi sangat luas di berbagai
sektor kehidupan. Kenyataan ini seharusnya menyadarkan kita bahwa jumlah
cadangan minyak yang ada di bumi semakin menipis. Diperkirakan pada tahun
2010 cadangan minyak dunia mulai menyusut dan pada tahun 2050 cadangan
minyak dunia semakin habis (Dagget, 2006) seperti ditunjukkan pada gambar
di bawah ini:
Gambar 1: Perkiraan Cadangan BBM Dunia
Minyak bumi adalah bahan bakar yang tidak bisa diperbarui maka kita
harus mulai mencari bahan bakar alternatif. Sebenarnya di Indonesia terdapat
berbagai sumber energi terbarukan yang melimpah, seperti biodiesel dari
tanaman jarak pagar, kelapa sawit maupun kedelai. Atau methanol dan
ethanol dari biomassa, tebu, jagung, dan lain-lain yang bisa dipergunakan
sebagai pengganti bensin.
Pembakaran menggunakan bahan bakar fosil dapat menyebabkan
polusi udara dan pemanasan global sebab sisa-sisa pembakaran
menghasilkan CO2. Gas CO2 lama kelamaan menumpuk di atmosfer dan
membentuk semacam lapisan yang dapat menghalangi pantulan panas
matahari dari bumi sehingga suhu bumi semakin panas. Sedangkan bahan
bakar alternatif lebih ramah lingkungan sehingga sangat menjanjikan.
Gambaran siklus di bawah ini menunjukkan bahwa pemanfaatan ethanol untuk
bahan bakar alternatif bersifat ramah lingkungan.
Gambar 2: Siklus Perputaran Bahan Bakar Bio-Ethanol
yang Ramah Lingkungan
Bio-ethanol dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan,
karena bersih dari emisi bahan pencemar. Bio-ethanol dapat dibuat dari bahan
baku tanaman yang mengandung pati seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sagu,
dan tetes. Bioethanol selain untuk bahan baku kimia juga dapat dipergunakan
sebagai bahan bakar kendaraan pengganti bensin atau premium. Dengan
produksi ethanol di daerah, maka diharapkan daerah dapat mengganti atau
mengurangi konsumsi premium yang untuk sebagian besar wilayah di
Indonesia didatangkan dari daerah lain.
Secara umum, semua wilayah di Indonesia dapat ditanami ubi kayu,
walaupun Pulau Sumatra dan Jawa mempunyai perkembangan produksi ubi
kayu yang sangat baik. Mengingat semua wilayah Indonesia dapat ditanami
ubi kayu, sehingga bio-ethanol plant yang berbahan baku ubi kayu berpotensi
untuk dikembangkan di Indonesia. Besarnya perkiraan potensi ketersediaan
bio-ethanol per wilayah di Indonesia dari tahun 1998 s.d 2002 ditunjukkan
pada Gambar 3 di bawah ini.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa produksi ubi kayu yang dapat
dipergunakan sebagai bahan baku ethanol yang terbesar adalah di pulau
Jawa (BPPT, 2005).
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Krisis energi harus segera diatasi dengan mencoba menemukan sumber-
sumber bahan bakar alternatif salah satunya adalah ethanol dari ketela.
2. Ketela mudah didapat di Indonesia sehingga sangat mungkin
dikembangkan.
3. Bahan bakar ethanol termasuk energi terbarukan yang ramah lingkungan
sehingga perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak efek rumah
kaca.
4. Pemanfaatan bio-ethanol dari ketela pada motor OS MAX 15 LA-S
pesawat model Wing Dragon untuk mengetahui kinerja engine dengan
menggunakan bahan bakar ini.
C. Tinjauan Pustaka C.1. Proses Pembuatan Ethanol dari Ketela
Sebagai bahan baku Bahan Bakar Nabati (BBN), singkong diolah
menjadi bioethanol pengganti premium. Singkong merupakan salah satu
sumber pati. Pati merupakan senyawa karbohidrat yang komplek. Sebelum
difermentasi pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana.
Dalam penguraian pati memerlukan bantuan cendawan Aspergillus sp.
Cendawan ini akan menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase yang
akan berperan dalam mengurai pati menjadi glukosa atau gula sederhana.
Setelah menjadi gula baru difermentasi menjadi ethanol. TProses T konversi pati
menjadi bioethanol adalah sebagai berikut:
1. Konversi Karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air
Dilakukan dengan penambahan air dan enzyme sehingga diperoleh
glukosa dan air. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
( )( ) ( )glukosa
OHnCpati
OHC 6126seglukoamiladanamilaseenzym
n5106 ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ →⎯−α
2. Konversi Glukosa menjadi Bioethanol
TProses T konversi glukosa menjadi ethanol dilakukan dengan penambahan
ragi (yeast) biasanya digunakan Saccaromyces Cereviceae. Reaksi kimia
yang terjadi adalah sebagai berikut:
( )( ) ( )sidakarbondiokoltane
CO2OHHC2glukosa
OHC 252yeast
n6126+
+⎯⎯ →⎯
Langkah – langkah dalam pembuatan bioethanol berbahan dasar
singkong adalah sebagai berikut:
1. Mengupas singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan, kemudian
membersihkan dan mencacah berukuran kecil.
Gambar 4: Singkong Segar Dikupas
2. Mengeringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal
16% sama dengan singkong yang dibuat gaplek. Tujuan pengeringan ini
untuk pengawetan sehingga produsen dapat menyimpan sebagai
cadangan bahan baku.
Gambar 5: Singkong Dijemur
3. Memasukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki berkapasitas 120 liter,
kemudian menambahkan air hingga mencapai volume 100 liter dan
memanaskan gaplek hingga suhu 100° C sambil diaduk selama 30 menit
sampai mengental menjadi bubur.
Gambar 6: Bubur Ketela
4. Memasukkan bubur gaplek ke dalam tangki skarifikasi. Skarifikasi
merupakan proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin
memasukkan cendawan Aspergilus sp yang akan menguraikan pati
menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong
memerlukan 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total
bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100 juta sel/ml. Sebelum
digunakan cendawan dibenamkan ke dalam bubur gaplek yang telah
dimasak agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan
berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
Gambar 7: Skarifikasi
5. Setelah dua jam bubur gaplek akan berubah menjadi 2 lapisan yaitu air
dan endapan gula. Mengaduk kembali pati yang sudah berubah menjadi
gula kemudian memasukkannya ke dalam tangki fermentasi. Sebelum
difermentasi kadar gula maksimum larutan pati adalah 17 – 18% karena
itu merupakan kadar gula yang cocok untuk hidup bakteri Saccaromyces
dan bekerja untuk mengurai gula menjadi alkohol. Penambahan air
dilakukan bila kadar gula terlalu tinggi dan sebaliknya jika kadar gula
terlalu rendah perlu penambahan gula.
Gambar 8: Fermentasi
6. Menutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan
menjaga Saccharomyces agar bekerja lebih optimal. Fermentasi
berlangsung anaerob atau tidak membutuhkan oksigen pada suhu 28°-
32°C.
Gambar 9: Fermentasi secara anaerob
7. Setelah 2 – 3 hari larutan pati berubah menjadi 3 lapisan yaitu lapisan
terbawah berupa endapan protein, lapisan tengah air dan lapisan teratas
ethanol. Hasil fermentasi disebut bir yang mengandung 6 – 12 % ethanol.
Gambar 10: Bir
8. Menyedot larutan ethanol dengan selang plastik melalui kertas saring
berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
Gambar 11: Pemisahan Bir
9. Melakukan destilasi atau penyulingan untuk memisahkan ethanol dari air
dengan cara memanaskan pada suhu 78° C atau setara titik didih ethanol
sehingga ethanol akan menguap dan mengalirkannya melalui pipa yang
terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi ethanol cair.
Gambar 12: Destilasi
10. Hasil penyulingan berupa 95% ethanol dan tidak dapat larut dalam bensin.
Agar larut diperlukan ethanol dengan kadar 99% atau disebut ethanol
kering sehingga memerlukan destilasi absorbent. Destilasi absorbent
dilakukan dengan cara ethanol 95% dipanaskan dengan suhu 100° C
sehingga ethanol dan air akan menguap. Uap tersebut dilewatkan pipa
yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air
tersisa hingga diperoleh ethanol dengan kadar 99 %. Sepuluh liter ethanol
99% membutuhkan 120 – 130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek.
Gambar 13: Peningkatan kadar ethanol
C.2. Motor Piston
Ada beberapa hal yang mempengaruhi unjuk kerja motor piston, antara
lain besarnya perbandingan kompresi, tingkat homogenitas campuran bahan
bakar dengan udara, angka oktan bensin sebagai bahan bakar, tekanan udara
masuk ruang bakar. Semakin besar perbandingan udara mesin akan semakin
efisien, akan tetapi semakin besar perbandingan kompresi akan menimbulkan
knocking pada mesin tinggi. Angka oktan pada bahan bakar mesin Otto
menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara
bahan bakar sebelum waktunya (self ignition) yang menimbulkan knocking
tadi. Untuk memperbaiki kualitas campuran bahan bakar dengan udara maka
aliran udara dibuat turbulen, sehingga diharapkan tingkat homogenitas
campuran akan lebih baik.
Perlu diketahui bahwa torak adalah bagian mesin yang sangat kritis.
Selain dikenai gas bertekanan dan bertemperatur tinggi, torak bergerak
translasi dengan kecepatan tinggi pula. Torak meneruskan gaya gas
pembakaran kepada poros engkol dan bersama-sama cincin torak ia
menyekat ruang bakar supaya gas pembuangan tidak masuk ke dalam ruang
engkol. Maka torak harus mampu menahan temperatur yang mencapai
25000C, selain itu torak harus ringan.
Bagian-bagian utama dari piston engine ditunukkan pada gambar di
bawah ini:
Gambar 14. Bagan Piston Engine
Keterangan :
(E) Exhaust camshaft (I) Intake camshaft
(S) Spark plug (V) Valves
(P) Piston (R) Connecting rod
(C) Crankshaft (W) Water jacket for coolant flow
Motor bakar 4 langkah menggunakan siklus Otto. Siklus 4 langkah
sudah dipergunakan sejak tahun 1876, yaitu pada waktu Dr. N.A. Otto
berhasil membuat motor bakar torak dengan siklus kerja 4 langkah yang
pertama. Motor diesel juga dapat mempergunakan siklus 4 langkah, akan
tetapi oleh karena sistem penyalaannya berbeda, motor diesel tidak termasuk
golongan motor Otto.
Motor piston empat langkah menjalani satu siklus tersusun atas empat
tahapan/langkah. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar berikut