Top Banner
Tugas Mata Kuliah Valuasi dan Komersialisasi Teknologi PENGEMBANGAN INDUSTRI PAKAN MELALUI DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU Pemanfaatan Ekstrak Kembang Sepatu (Hibiscusrosa sinensis) untuk Pakan Sapi dalam Bentuk Biskuit Oleh: Kelompok 9 Anggota: Nova Afriyanti F34070011 Pralingga Saputra F34070076 Septiyanni F34070078 Shiva Amwaliya F34070084 Rizky Bachtiar F34070086 Irfina Febianti F34070097 Lutfi Setiyono F34070112 Triyoda Arrahman F34070118 Khairunnisa F34070121 Novina Eka S. F34070122
78

Pemanfaatan Ekstrak Kembang Sepatu (Hibiscusrosa sinensis) untuk Pakan Sapi dalam Bentuk Biskuit

Jul 28, 2015

Download

Documents

Lutfi Setiyono
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Tugas Mata Kuliah Valuasi dan Komersialisasi Teknologi

PENGEMBANGAN INDUSTRI PAKAN MELALUI DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU Pemanfaatan Ekstrak Kembang Sepatu (Hibiscusrosa sinensis) untuk Pakan Sapi dalam Bentuk Biskuit

Oleh: Kelompok 9 Anggota: Nova Afriyanti Pralingga Saputra Septiyanni Shiva Amwaliya Rizky Bachtiar Irfina Febianti Lutfi Setiyono Triyoda Arrahman Khairunnisa Novina Eka S.

F34070011 F34070076 F34070078 F34070084 F34070086 F34070097 F34070112 F34070118 F34070121 F34070122

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu permasalahan dunia yang dapat mengancam kehidupan. Berbagai dampak buruk akibat pemanasan global menjadi permasalahan yang memerlukan penanganan secara serius.Pemanasan global terjadi akibat dari peningkatan efek rumah kaca yang disebabkan oleh naiknya konsentrasi gas rumah kaca yaitu CO2, CH4, N2O dan halokarbon (kelompok gas yang mengandung florine, klorin dan bromin) yang ada di atmosfer. Sekitar 50% emisi gas metana dihasilkan berasal dari kegiatan pertanian dan dari jumlah tersebut sekitar 20-60% berasal dari peternakan, terutama sektor peternakan ruminansia. Seekor sapi dewasa dapat mengemisi 80-110 kg metana pertahun. Estimasi emisi gas metana secara global oleh ternak ruminansia berkisar antara 65-85 juta ton per tahun, sementara emisi total gas metana global 400-600 juta ton per tahun (Thalib et. al, 1994). Seiring dengan gencarnya usaha mengurangi pemanasan global (Global Warming), para peternak juga dituntut memperbaiki manajemen pemeliharaan ternak sehingga dapat mengurangi produksi gas-gas asal ternak terutama emisi metan dari fermentasi rumen. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menurunkan emisi metan asal ternak diantaranya penggunaan bahan alternatif pakan aditif yang mengandung saponin untuk menekan protozoa (defaunasi) sehingga produksi gas metan dapat berkurang. Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) merupakan salah satu jenis tanaman yang seluruh bagian tanamannya mulai dari akar, daun, dan bunga mengandung flavonoida. Di samping itu bungan dan daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C (Harborne,1996). Dalam rangka mengatasi emisi gas metan pada sektor peternakan ruminansia dan permasalahan rendahnya produktivitas ternak ruminansia di tingkat peternak rakyat maka perlu dilakukan perubahan dalam pola pemberian pakan hijauan yaitu dengan mengkombinasikan antara pakan yang rendah protein dan tinggi serat kasar dengan suplementasi saponin dari kembang sepatu dan dikemas atau disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dikonsumsi, yaitu dalam bentuk biskuit. Hal ini akan dapat membantu peternak dalam meningkatkan produktivitas hasil ternak ruminansia dan terjadinya peningkatan efisiensi penggunaan hijauan pakan. Inovasi produk ini pun tidak lupa dibarengi dengan pendekatan yang tepat mengenai komersialisasi yang akan dilakukan setelah diketahui nilai dari inovasi produk yang ada. B. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai penggunaan metode strandar industri dan DCF sebagai metode valuasi pengembangan industri pakan melalui diversifikasi bahan baku serta bagaimana pendekatan komersialisasi yang akan dilakukan setelah nilai dari inovasi produk yang ada. C. 1. 2. Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk: Melakukan valuasi terhadap inovasi produk pakan ternak dalam bentuk biskuit dengan pemanfaatan ekstrak kembang sepatu. Menentukan teknik komersialisasi yang tepat untuk inovasi produk pakan ternak dalam bentuk biskuit dengan pemanfaatan ekstrak kembang sepatu.

D.

Ruang Lingkup Penentuan valuasi inovasi produk pakan ternak biskuit sapi ini mencakup tiga hal yaitu penentuan metode valuasi terbaik yang digunakan, terbaik dalam artian mampu menjembatani antara keberadaan inovasi dan informasi yang ada. Kemudian proses pengevaluasian menggunakan metode yang dipilih dan yang terakhir penyusunan strategi komersialisasi yang akan digunakan untuk menjual produk. E. Manfaat Proses valuasi dan penyusunan strategi komersialisasi inovasi produk biskuit sapi ini bermanfaat untuk melatih mahasiswa Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor dalam bertindak sebagai insan agroindustri dan bermanfaat sebagai informasi bagi investor untuk mengembangkan inovasi produk biskuit sapi menjadi industri baru atau lini produksi baru.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Kembang Sepatu

Gambar 1. Kembang Sepatu (Hibiscusrosa-sinensis) Kembang sepatu merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Tanaman ini dikenal dengan nama bunga raya dan kembang worawari. Kembang Sepatu diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, bangsa atau ordo Malvales, suku atau famili Malvaceae, marga atau genus Hibiscus, jenis atau spesies H. rosa-sinensis. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) biasanya banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Kembangnya berukuran besar dan umumnya berwarna merah dan kuning. Pada umumnya, tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Batang tingginya 3m, bulat, berkayu, keras, diameter 9cm, masih muda berwarna ungu setelah tua putih kotor. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing (Anonim, 2009). Kembang sepatu dapat digunakan sebagi obat. Selain untuk pengobatan, kembang sepatu juga dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak. Kandungan nutrisi dari kembang sepatu yaitu abu 88%, lemak 2.7 %, serat kasar 12%, BETN 50%, dan protein kasar 11.9% (Hyene, 1987). Daun, bunga, dan akar kembang sepatu mengandung flavonoida. Di samping itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, bunga mengandung saponin dan polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C (Harborne,1996). Baik daun dan bunga dari kembang sepatu memiliki senyawa bioaktif saponin. Oleh sebab itu, menurut Sutardi (1977) kembang sepatu dapat dijadikan agensia defaunasi dari populasi protozoa. B. Saponin Saponin adalah suatu senyawa glikosida yang terdapat di dalam berbagi tanaman hijauan. Saponin termasuk zat antinutrisi dalam kelas streroid dan terpenes. Saponin dapat ditemui di dalam beberapa daun leguminosa pohon seperti turi, jayanti, kembang sepatu, jarak pagar atau kacangkacangan maupun limbah ekstraksi minyak (bungkil biji jarak pagar) dan tanaman yang lain (Wiseman and Cole,1990).

Gambar 2. Struktur Umum Sapogenin sebagai Bagian Aglikon Saponin. Berdasarkan jenis sapogeninnya, saponin dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu saponin triterpenoid, saponin steroid dan saponin steroid alkaloid. Penyebaran saponin bergantung pada jenis saponin. Beberapa saponin steroid paling banyak ditemukan dalam famili Liliaceae, Amaryllidaceae, dan Dioscoreaceae (Robinson, 1995). Triterpena glikosida paling banyak ditemukan pada Magnoliatae dengan famili Araliaceae, Caryophilaceae, Leguminosae, Polygalaceae, Primlaceae, Sapindaceae dan Sapotaceae (Dey dan Harbone, 1991). Mayoritas saponin yang terdapat di alam terutama pada tumbuhan merupakan jenis saponin triterpena. Sifat yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air, mempunyai sifat detergen yang baik, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah), tidak beracun bagi binatang berdarah panas, mempunyai sifat anti eksudatif dan mempunyai sifat anti inflamatori. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat pemadam kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan dalam industri farmasi serta dalam bidang fotografi (Prihatman, 2001). Pada tenak ruminansia, saponin berpotensi sebagai agen defaunasi dalam manipulasi proses fermentasi di dalam rumen. Penggunaan saponin yang ditambahkan ke dalam ransum dapat menurunkan populasi protozoa rumen secara parsial atau keseluruhan (Wiseman and Cole,1990). Efek defaunasi sangat dipengaruhi oleh situasi pakan, ternak dan mikroba rumen. Suplementasi saponin dalam ransum sapi perah akan mengurangi jumlah protozoa dan meningkatkan jumlah bakteri dan kecernaan ADF (Acid Detergen Fiber). Selanjutnya dkatakan pula bahwa kecernaan N makanan cenderung sangat rendah pada konsentrasi saponin sangat tinggi. Penggunaan kembang sepatu ini diharapkan tidak membunuh protozoa secara total, akan tetapi mengeliminasi secara parsial. Menurut Sutardi (1977), adanya mikroba yaitu bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat mencerna bahan makanan yang berkadar serat kasar tinggi. Yokoyama dan Johnson (1988) menyatakan bahwa protozoa dan bakteri dalam rumen akan bersaing dalam menggunakan beberapa bahan makanan, protozoa akan menggunakan bakteri sebagai sumber protein untuk kehidupannya sehingga jumlah bakteri dalam rumen akan berkurang sampai setengah atau lebih. Protozoa meliputi hampir 50% dari biomassa mikroba dalam rumen. Keberadaan protozoa dalam rumen cukup penting, tetapi tidak mutlak. Populasi protozoa yang tidak terkontrol akan menekan bakteri. Penelanan bakteri oleh protozoa akan mengurangi biomassa bakteri yang bebas dalam cairan rumen sekitar 5090%, dapat menurunkan kecepatan kolonisasi bakteri pencerna partikel makanan (Hungate, 1966). C. Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.

Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Rahayu ,2009). Ketaren (1986) menambahkan bahwa ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan zat dari bahan yang diduga mengandung zat tersebut. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massakomponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi: 1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai. 2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu 3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional. 4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel (Anonim,2008). D. Pakan Ternak Sapi Secara garis besar pakan ternak sapi terbagi atas pakan utama yaitu : Hijauan dan pakan penguat (konsentrat) dan pakan tambahan (Feed Suplement). 1. Hijauan Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak sapi penggemukkan dapat berupa rumput baik itu rumput unggul, rumput lapangan dan sebagian jenis leguminosa. Untuk pemberian hijauan makanan ternak dapat diberikan dengan memberikan rumput unggul seperti rumput raja, rumput gajah dll atau mencampurkan rumput lapangan dengan tanaman leguminosa seperti gamal, kaliandra, turi dan lain-lain yang memiliki gizi tinggi. Hal ini perlu dilakukan karena ketersediaan sangat dipengaruhi oleh musim dan semakin terbatasnya padang pengembalaan disamping itu nilai gizi yang dikandung sangat rendah.

2. Konsentrat (Makanan Penguat) Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan makanan ternak. Terdiri dari bahan pakan dengan kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna berasal dari biji-bijian, hasil ikutan/limbah pertanian dari pabrik pengolahan hasil pertanian dan bahan berasal dari hewan seperti tepung ikan, tepung darah dan lain-lain. 3. Pakan Tambahan (Feed Suplement) Merupakan pakan tambahan yang berguna untuk merangsang pertumbuhan, mencegah penyakit dan melengkapi ransum pakan ternak. Terdiri antara lain campuran vitamin dan mineral contoh : Premix A, Premix B, Mineral B12 dan lain - lain. Ternak ruminansia termasuk sapi sesuai dengan kemampuan pencernaannya dapat mengkonsumsi lebih banyak jenis bahan pakan dibandingkan ternak unggas. Bahan pakan ternak dapat digolongkan ke dalam bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, limbah pertanian dan limbah industry. a . Bahan Pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan 1. Rumput-rumputan : Dapat berupa rumput liar (lapangan) atau rumput unggul yang sengaja ditanam seperti : Ilalang, teki rumput gajah, rumput benggala dan lain-lain 2. Daun-daunan : Diantaranya Daun Pisang, Daun Ubi kayu dan Daun Ubi Jalar. Daun pisang dapat diberikan dalam bentuk segar ataupun sisa pembungkusan. Daun pisang sisa pembungkusan dapat diberikan sebagai pakan ternak ruminansia menggantikan daun lamtoro (Urip Santoso dkk, 1984), sebelum diberikan daun pisang ini dibersihkan dan dicuci dahulu. Sebaiknya daun-daun tersebut diberikan langsung agar zat gizi tidak terlalu banyak hilang. Daun Ubi kayu dan Ubi Jalar dapat diberikan dalam bentuk segar sebagai sumber protein dan vitamin B1, B2, C dan Provitamin A. 3. Daun-daun dari jenis kacang-kacangan Daun dari jenis ini mengandung protein dan zat kapur yang tinggi dapat digunakan untuk pakan ternak ruminansia. Diantara jenis daun yang sudah cukup dikenal antara lain : daun turi, daun lamtoro, daun kacang tanah, daun kedelai, daun kacang panjang, daun gamal dan daun kaliandra 4. Umbi-umbian Umbi-umbian dapat diberikan kepada ternak karena selain mengandung protein, vitamin, juga mengendung pati sehingga mudah dicerna. Umbi yang akan diberikan sebaiknya sisa yang tidak dapat dikonsumsi oleh manusia seperti ubi jalar, ubi kayu yang sudah tua dan berserat atau terlalu lama dalam penyimpanan, kentang yang telah keluar tunas-tunasnya dan berbecak hitam dan umbi talas. Untuk tanaman ubi jalar, ubi kayu dan talas sebelum diberikan diberikan kepada ternak sebaiknya dijemur dibawah sinar matahari atau direbus terlebih dahulu. b. Limbah Pertanian Limbah pertanian sebagai pakan ternak terdiri atas jerami untuk yang dan tanaman lainnya yang umum digunakan diantaranya : 1. Jerami padi

Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak tidak begitu banyak disebabkan serat kasarnya yang tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi kandungan serat kasar adalah dengan melalui proses amoniasi. 2. Jerami jenis kacang-kacangan Yang sudah banyak dikenal dan digunakan oleh peternak adalah jerami kedelai, jerami kacang hijau dan jerami kacang tanah. Jerami ini mengandung serat kasar lebih rendah dan protein yang lebih tinggi (sekitar 15%) dibandingkan jerami padi. Disamping itu jerami kacang-kacangan sifatnya lebih enak sehingga lebih disukai ternak dibandingkan jerami padi 3. Jerami Jagung Ditinjau dari nilai gizinya jerami jagung lebih rendah dari jerami kacang-kacangan, tetapi masih lebih baik dibandingkan nilai gizi jerami padi dan lebih disukai ternak. 4. Jerami Ketela (Ubi) : Ada jenis ubi yang dikenal yaitu ubi kayu dan ubi rambat kandungan gizinya lebih baik dari jerami padi dan umumnya digunakan oleh peternak pada saat musim kemarau mencapai 29-50% dari jumlah pakan. 5. Limbah tanaman lainnya : Limbah pertanian lainnya yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan untuk ternak antara lain (Ety Widayati, dkk 1996) antara lain kulit buah nanas (diberikan 15% dari jumlah pakan), biji pepaya (diberikan 15% dari jumlah pakan) dan bungkil kelapa sawit karet (diberikan 20% dari jumlah pakan). Limbah ini dapat diberikan langusng kepada ternak. c. Limbah industri Yang dimaksud dengan limbah industri ialah limbah dari industri pengolahan tanaman pertanian diantaranya :

1.

Dedak Padi

Dedak pada biasanya digunakanan sebagai pakan sumber energi bagi ternak ruminansia yang pemberiannya disertai dengan hijauan makanan ternak. Biasanya terbagi atas :

-

Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral Selaput perah (katul) dedak halus yang kaya akan protein, vitamin B1, lemak dan mineral Dedak kasar adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan pecahan lembaga beras dimana daya cernanya rendah Bungkil Kelapa

2.

Banyak digunakan karena mudah ditemui dan harganya relatif lebih murah, walaupun kadar proteinnya lebih rendah dibandingkan dengan bungkil lainnya tetapi daya cerna zat -zat lainnya cukup tinggi.

3.

Bungkil Kedele

Merupakan bahan pakan yang paling baik untuk ternak , mudah dicerna kadar proteinnya tinggi dan kaya akan asam amino essensial dan bila dikombinasikan dengan jagung akan

menghasilkan pakan yang baik untuk ternak. Karena kadar lemaknya sangat tinggi sebaiknya pemberian tidak lebih dari 25% dari jumlah pakan konsentrat.

4.

Onggok Hasil pembuatan tepung tapioka dan biasanya digunakan sebagai sumber karbohidrat. Ampas Kecap Limbah dari pembuatan kecap mengandung protein yang tinggi disamping kalsium dan fosfor. Ampas kecap dapat diberikan langsung sebagai pakan ternak sampai jumlah 20% dari ransum. Penambahan 5% ( Etty, dkk 1996) sudah dapat memberikan kenaikkan berat badan ternak. Ampas Tahu Dengan kandungan protein, lemak, kalsium dan fosfor yang tinggi sebagaimana ampas kecap ampas tahu dapat diberikan dalam jumlah yang cukup tinggi sampai 25% serta dapat diberikan langsung ke dalam pakan ternak.

5.

6.

Ternyata begitu bayak bahan-bahan disekitar kita yang dapat dijadikan pakan (makanan) untuk ternak sapi khususnya sapi yang digemukkan. Untuk setiap pengenalan bahan baru sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit sampai ternak terbiasa . Apabila terjadi perubahan pada ternak (mencret, pertambahan berat badan yang cenderung turun dll) hentikan pemberian karena ada kemungkinan pemberian sudah melampaui batas kemampaun untuk mengkonsumsi suatu bahan. (Harmaini, 2008). E. Biskuit Biskuit adalah produk makanan kecil yang renyah yang dibuat dengan cara dipanggang. Istilah biskuit berbeda-beda di berbagai daerah di dunia. Asal kata biskuit atau biskuit (dalam Bahasa Inggris) berasal dari Bahasa Latin, yaitu bis coctus yang berarti dimasak dua kali (cooked twice). Di Amerika, biskuit populer dengan sebutan cookie, yang berarti kue kecil yang dipanggang. Sejak abad ke-16 hingga abad ke-18, juga sering disebut dengan besquite dan bisket. Bentuk kata sejenis juga tercipta di beberapa bahasa Eropa. Ciri-ciri dari biskuit diantaranya, renyah dan kering, bentuk umumnya kecil, tipis dan rata. Biskuit adalah kue kering yang tipis, renyah, dan keras yang dibuat tanpa peragian dengan kandungan air yang rendah kurang dari 5 %. Biasanya formula biskuit diperkaya dengan bahan-bahan seperti lemak, gula, garam, serta bahan pengembang (Anonim, 1996). F. Ekstruksi Ekstrusi merupakan proses pembentukan produk melalui penekanan sebelum dipaksa keluar melalui die (lubang pencetakan), bahan tersebut umumnya dipanaskan sedemikian rupa sehingga rasa mentahnya hilang. Dua faktor penting yang mempengaruhi produk ekstrusi (ekstrudat) adalah kondisi operasi dari ekstruder dan pemilihan reologi pangan. Parameter penting dalam pengoperasian ekstruder adalah temperatur, tekanan, diameter lubang pencetakan dan shear rate. Pemilihan bahan pangan berpengaruh penting pada tekstur dan warna ekstrudat. Alat pengekstrusi adalah reaktor dengan aliran tka terputus (kontinu) serta mempunyai kelembaman yang rendah. Molekul - molekul bahan pangan yang besar seperti karbohidrat dan protein mengalami gelatinisasi dan denaturasi menyusun aliran laminar yang dalam ulir pengekstrusi dan cetakan. Pada suhu yang makin tinggi, molekul - molekul ini membentuk ikatan silang menjadi struktur telah berubah dan dapat

mengembang. Struktur makromolekul dari pati dan protein mengembang dan menghasilkan massa viskoplastik (Gulo, 2010) G. Metode Valuasi Nilai (value) merupakan persepsi seseorang, yaitu harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasaan, dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran nilai atau harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya (Johansson, 1987). Valuasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Johansson, 1987). Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan prediksi atas hasil yang akan didapat (Turner, 2000). Valuasi berguna dalam analisis pendahuluan (portfolio), pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta kegiatan akuisisi. Menurut Turner (2000) terdapat enam metode valuasi teknologi, yaitu:

1. Discounted Cash Flow (DCF), merupakan suatu teknik pembuatan model keuangan yangdidasarkan pada asumsi prospek arus kas suatu properti atau usaha. Sebagai metode yang dapat diterima dalam pendekatan pendapatan, analisis DCF melibatkan proyeksi arus kas untuk suatu periode baik untuk menilai properti operasional, properti dalam pengembangan atau bisnis. Proyeksi arus kas tersebut memerlukan diskonto pasar yang berlaku saat ini untuk mendapatkan indikasi nilai kini dari arus kas dalam kaitannya dengan properti atau bisnis. Dalam hal penilaian properti operasional, arus kas secara berkala pada umumnya diestimasikan sebagai pendapatan kotor dikurangi kekosongan dan piutang tak tertagih, serta biaya operasional. Pendapatan operasional bersih dalam suatu periode bersama dengan estimasi nilai akhir (terminal value/exit value) pada akhir periode proyeksi, kemudian didiskonto. Dalam hal penilaian properti dalam pengembangan, estimasi modal, biaya pengembangan dan pendapatan penjualan diestimasikan untuk mencapai sejumlah pendapatan bersih yang kemudian didiskonto selama periode pengembangan dan periode pemasaran. Dalam hal penilaian bisnis, estimasi arus kas dalam suatu periode dan nilai dari bisnis pada akhir periode proyeksi, didiskontokan. Aplikasi analisis DCF yang paling sering digunakan adalah Nilai Kini (Present Value), Nilai Kini Bersih (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) dari arus kas. Nilai DCF sangat bergantung pada besarnya nilai Risk-Adjusted Hurdle Rate (RAHR) atau nilai k. Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu: pemilihan waktu, besarnya nilai dan resiko untuk pembayaran masa depan. Secara umum, metode discounted cash flow dirumuskan sebagai berikut:

2. Monte Carlo dan Real Option, yaitu metode valuasi teknologi berdasarkan pada aliran kasdengan berbagai macam asumsi dari penerimaan dan biaya. Pada metode Monte Carlo, satu perhitungan tidak dibatasi untuk menghasilkan satu nilai perkiraan dari variabel-variabel utama seperti penerimaan, biaya atau resiko. Perkiraan dibuat berdasarkan pada rentang pengeluaran

dengan berbagai macam kemungkinannya, sedangkan pada metode real option digunakan ketika berhadapan dengan perhitungan proyek berjangka waktu panjang. Pada proyek ini, pengeluaran dihitung pada awal proyek dengan umur proyek yang lama dantingkat pengembalian proyek berada di akhir proyek, maka penggunaan satu nilai Risk-Adjusted Hurdle Rates (RAHR) atau nilai k akan membuat semua proyek bernilai ekonomi menguntungkan karena adanya faktor B/ (1+k) n, yaitu nilai n yang besar. Metode ini akan mengevaluasi semua investasi dan penerimaan dalam berbagai macam kemungkinan. Selama ini metode Real Options (RO) sering dianggap merupakan alternatif bagi metode DCF dengan memasukkan unsur fleksibilitas manajemen dalam menghadapi uncertainty kedepan. Secara teori sebenarnya ada perbedaan yang mendasar antara DCF dan RO. Perbedaan mendasar dari dua metode ini adalah bagaimana pendekatannya dalam mempertimbangkan faktor risiko terhadap cash flow suatu project. Dalam DCF, pendekatannya adalah dengan menggunakan satu discount factor yang merupakan gabungan antara faktor risiko atas uncertainty dan waktu, dimana discount factor ini yang akan digunakan untuk menghitung Net Present Value dari cash flow suatu project. Sedangkan dalam RO, pendekatan ini berusaha memisahkan faktor-faktor diatas yaitu risiko atas uncertainty dan waktu. Risiko atas uncertainty tersebut akan diaplikasikan ke setiap sumber (variable) sehingga akan didapat cash flow yang sudah diberi faktor risiko, sebelum akhirnya cash flow ini diberi faktor risiko atas waktu untuk mendapatkan NPV versi RO ini.

3. Standarisasi industri (Industry Standards), yaitu mendesain sebuah database darikesepakatan-kesepakatan kerjasama komersialisasi teknologi baru yang sudah pernah dilakukan oleh investor dan inventor. Metode standarisasi industri merupakan sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya.

4. Perankingan (Rating/Ranking), yaitu membandingkan kesepakatan perjanjian komersialisasiteknologi yang sudah pernah dilakukan. Metode ini memerlukan identifikasi kesepakatan teknologi yang sudah terdokumentasikan. Ketika kesepakatan teknologi-teknologi sudah terdokumentasikan, maka kesepakatan teknologi yang mempunyai ke miripan dapat dibandingkan dengan kesepakatan yang sudah pernah dilakukan, sehingga dalam penggunaannya metode ini sangat berhubungan dengan metode standarisasi industri.

5. Pelelangan (Auctions), yaitu menilai teknologi berdasarkan kesepakatan yang sedangdilakukan sekarang untuk menawarkan perjanjian kerjasama komersialisasi teknologi. Hal ini yang membedakan dengan metode industry standards yang menggunakan informasi pasar dari kesepakatan-kesepakatan yang sudah pernah dilakukan dan mempunyai kemiripan dengan teknologi yang sedang dinilai.

6. Ibu jari (Rules of Thumb), yaitu mengidentifikasikan dan menggunakan data pemasaran yangsesuai sebagai acuan dalam penilaian. Rules of thumb merupakan panduan yang sangat berguna bagi pengambil keputusan berdasarkan pada berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan cepat diaplikasikan ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah negosiasi

antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan. Valuasi dapat menjadi tidak akurat apabila nilai hasil valuasi tidak mewakili dari waktu yang diperlukan dan jumlah uang yang telah diinvestasikan untuk menghasilkan suatu teknologi. Nilai itu juga bergantung pada tingkat aksesibilitas teknologi tersebut. Semakin sulit untuk ditiru maka akan semakin baik posisinya dalam mendapatkan keuntungan. Masa hidup dan nilai dari teknologi dapat dipengaruhi pada munculnya suatu teknologi baru yang dapat menggantikan teknologi tersebut sehingga penetapan harga menjadi sangat sulit dilakukan bila melihat daur hidup dari teknologi baru tersebut. Metode valuasi rules of thumb adalah penggunaan dari formula sederhana yang mengestimasi nilai dari bisnis tertentu dengan membuat sebuah petunjuk harga dari bisnis yang pasti. Metode valuasi rules of thumb mengacu kepada beragam karakteristik unik dari setiap target bisnis yang akan divaluasi. H. Metode Komersialisasi Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau proses dan penerapan proses dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan sebagainya. Tahapan-tahapan komersialisasi sebuah produk umumnya seperti yang terlihat pada Gambar 3. (Goenadi, 2000). Invensi (ide)

Aplikasi paten

Pengembangan produk

Produksi produk

Pemasaran produk

Gambar 3. Tahapan umum komersialisasi produk (Goenadi, 2000) Invensi adalah suatu upaya untuk menciptakan atau membuat sesuatu yang baru dan bermanfaat sehingga dapat memecahkan secara teknis persoalan yang dihadapi oleh manusia, masyarakat, atau lingkungan. Kegiatan ini meliputi aktivitas imajinasi ide, pengamatan, formulasi invensi, dan uji coba. Sebuah invensi pada dasarnya merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah teknis, oleh karena itu sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum sebelum mengkomersialkannya. Pada beberapa kasus, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat

diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi komersial, bahkan setelah produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan sumberdaya manusia, investasi, waktu, dan kerja kreatif. Komersialisasi invensi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah hasil invensi. Kegiatan ini cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan sebagainya (Goenadi, 2000). Komersialisasi invensi tidak selalu mudah karena melibatkan berbagai pelaku dan mekanisme yang cukup rumit. Tahapan utama yang sering sulit untuk dilakukan adalah melakukan valuasi (penetapan nilai) terhadap invensi yang akan dikomersialkan. Presentasi ini selanjutnya menyajikan secara singkat beberapa langkah strategis dalam proses komersialisasi invensi bernilai ekonomis (Turner, 2000). Komersilisasi dari sebuah invensi adalah sebuah bentuk inovasi teknis yang merupakan sebuah kegiatan kreatif yang dapat diterapkan dengan mengubah suatu ide invensi menjadi produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi komersilisasi invensi, yaitu: infrastruktur untuk fasilitas alih teknologi, kebijakan keuangan, dan pajak. (Goenadi, 2000). Inovasi adalah kegiatan untuk membawa invensi ke pasar atau komersialisasi, yang memerlukan perencanaan dan tidak dapat terjadi begitu saja. Kekayaan Intelektual (KI) telah menjadi unsur sangat penting dalam strategi modern untuk promosi dari inovasi dan invensi. oleh karena itu kekayaan intelektual merupakan alat penting bagi pembangunan. Menurut Ducker (1985), inovasi adalah tindakan yang memberi sumberdaya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan. Empat hal yang berkaitan dengan inovasi yaitu sebagai berikut: 1. Inovasi mempunyai tujuan dan sistematis,dimulai dari menganalisis peluang 2. Inovasi bersifat konseptual dan perseptual 3. Agar efektif sebuah inovasi harus sederhana dan harus focus 4. Inovasi yang efektif dimulai dari yang kecil 5. Inovasi harus mengarah pada kepemimpinan Terdapat juga persyarata-persyaratan dalam sebuah inovasi. Tiga persyaratan sebuah inovasi adalah sebagai berikut: 1. Inovasi adalah karya sehingga membutuhkan pengetahuan 2. Agar berhasil, inovator harus membina kekuatannya. Inovator yang berhasil harus melihat peluang dalam jajaran yang luas 3. Inovasi adalah dampak dalam perekonomian dan masyarakat, suatu perubahan dalam perilaku pelanggan, guru, para petani, dan sebagainya. Terdapat upaya dalam pemberdayaan kekayaan intelektual (KI) dengan cara komersialisasi investasi melalui teknologi, yaitu dengan cara pengalihan secara gratis, penjualan KI, dan lisensi KI. Berikut penjelasan tiap-tiap upaya dama pemberdayaan KI tersebut: Pengalihan secara gratis Penemu dapat memberikan temuannya secara gratis dalam rangka pertukaran dengan temuan lain. Cara tersebut sering dilakukan oleh industry perangkat lunak computer. Beberapa perusahaan perangkat lunak computer memberikan produknya secara gratis dalam versi yang kecil

dan terbatas untuk mengikat konsumen agar menggunakannya secara lengkap. Penyerahan KI secara gratis dimaksudkan sebagai bagian dari pemasaran produk untuk memberikan jaminan pasar bagi lisensi komersial. Penjualan KI Cara tersebut sulit dilakukan karena tidak mudah menentukan tingkat harga jual produk KI. Bila harga terlalu tinggi, tidak akan ada pembeli. Sementara itu, bila harga rendah maka penemu akan rugi. Kesulitan lainnya adalah penemu tidak mempunyai hak lagi untuk menggunakan hasil temuannya tanpa izin pemilik baru. Lisensi KI Lisensi adalah hak pakai dari suatu temuan dalam periode tertentu di wilayah tertentu sebagai pengganti uang atau kompensasi lainnya. Lisensi bersifat kontrak sehingga dilindungi oleh UU. Kekayaan Intelektual yang dapat dilisensikan adalah paten, merek dagang, hak cipta, rahasia dagang, dan lainnya. Keuntungan lisensi adalah si penemu tetap memiliki temuannya dan penemu tetap dapat menggunakan temuannya untuk tujuan non-komersial. Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Menurut Kotler (2003), dari segi sosial pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya. Menurut Kotler (2003), alat bauran pemasaran dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yang disebut empat P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual produk atau jasa tersebut. Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli dan selanjutnya perusahaan menyediakan semua produk atau jasa yang diinginkan (Kotler, 2003) Analisis terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut analisis SWOT. Analisis ini mencakup pemantauan lingkungan pemasaran secara internal maupun eksternal. Lingkungan eksternal mencakup analisis peluang dan ancaman sedangkan lingkungan internal mencakup analisis kekuatan dan kelemahan (Kotler, 2003). Analisis pasar terdiri dari segmentasi, targeting dan positioning. Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup (Kotler,2003). Segmentasi tersebut memiliki peran penting karena beberapa alasan; pertama, segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya. Kedua, segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi. Ketiga, segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing (Kotler, 2003). Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang akan dijadikan target, yaitu: perusahaan harus memastikan bahwa segmen pasar

yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi perusahaan, strategi targeting didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan, segmen pasar yang dibidik harus didasarkan pada situasi persaingannya (Kotler, 2003). Posisioning adalah suatu metode untuk membuat sebuah produk yang berbeda dengan produk pesaing dalam bentuk brand image, menyatakan positioning sebagai the strategy for leading your cutomers credibly yaitu suatu strategi untuk membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetensi bagi konsumen. Posisioning adalah mengenai cara perusahaan mendapatkan kepercayaan pelanggan untuk dengan sukarela mengikuti perusahaan (Kotler, 2003).

III.PROSES PRODUKSIKombinasi pakan ternak dengan saponin dari kembang sepatu akan dibuat dalam bentuk pakan yang berbentuk biskuit. Biskuit sapi dibuat berdasarkan perbandingan nutrisi pakan yang tepat dengan kandungan saponin yang sesuai, sehingga ketika akan diberikan kepada ternak akan lebih mudah dan tidak perlu pencampuran perbandingan secara manual, sehingga peternak lebih mudah menggunakannya. Dari sisi produsen, produk ini lebih memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan menjual ekstrak kembang sepatu saja. Bahan yang digunakan dalam membuat adalah daun kembang sepatu, metanol, hijauan berupa rumput gajah, garam, molasses, dan air. Alat yang digunakan dalam membuat ekstrak kembang sepatu yaitu oven, penggiling atau perajang daun, alat maserasi, kain saring, dan freeze drier, bak pencucian, mesin filtrasi, mesin pencetak biskuit, mesin pressing, alat pencampur pakan ternak, dan terpal sebagai wadah pengeringan dengan bantuan sinar matahari. Daun kembang sepatu dicuci dengan air agar kotoran pada daun hilang. Kemudian daun kembang sepatu yang telah dicuci dikeringanginkan pada suhu 45C selama 30-36 jam, setelah itu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 95C. Setelah pengeringan selesai, kemudian dilakukan proses penggilingan yang berfungsi untuk menghacurkan daun kembang sepatu agar mudah diproses pada proses selanjutnya, yaitu maserasi. Pada proses maserasi ditambahkan dengan metanol agar senyawa organik yang diinginkan pada daun kembang sepatu dapat diisolasi. Pemggunaan metanol dikarenakan metanol merupakan pelarut yang dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Perbandingan antara daun kembang sepatu dengan metanol yang ditambahkan yaitu 1:4. Setelah proses maserasi selesai, hasil proses tersebut disaring menggunakan kertas saring dan dilanjutkan dengan proses pembubukan menggunakan freeze drier.

Daun Kembang Sepatu 25 kg Kadar air : 40% Air = 10000 gram

Air 6.75 L Air 12.5 L Pencucian Kotoran Sisa pencucian 500 gram

Daun Kembang Sepatu Kadar air 63% Air = 15,750 gram Pengeringan Terbuka (Dikeringanginkan ) 30 36 jam, T = 45oC Daun Kembang Sepatu Kadar air 14% Air = 3500 gram

Air 122,500 gram

Peneringan Oven T = 60oC

Air 2000 gram

Daun Kembang Sepatu Kadar air 6% Air = 1500 gram

Penggilingan

Metanol 60% 100 L

Maserasi Kembang Sepatu : Metanol = 1 : 4

Etanol yang menguap 37500 ml

Penyaringan (filter )

Ampas kembang sepatu 22,500 gram

Ekstrak kembang sepatu 48% dari input 65,000 ml

Pembubukan (Freeze Dryer )

Losses 12,500 gram

Bubuk Ektrak Kembang Sepatu 52,500 gram

Gambar 4. Neraca Massa Proses Ekstraksi Kembang Sepatu

Ekstraksi kembang sepatu yang sudah dihasilkan kemudian ditambahkan dengan hijauan. Hijauan yang digunakan adalah rumput gajah karena memiliki serat yang tinggi dan nutrisinya baik untuk sapi. Sebelumnya hijauan dikeringkan dengan bantuan sinar matahari selama dua hari. Setelah kering, hijauan tersebut dihancurkan dengan menggunakan bantuan alat slicer. Proses ini dilakukan untuk memudahkan proses selanjutnya. Setelah hijauan hancur, maka dilakukan pencampuran menggunakan mixer pakan ternak. Bahan yang dicampurkan adalah ekstrak kembang sepatu, molasses, dan garam. Ekstrak kembang sepatu yang ditambahkan ke dalam hijauan adalah dengan perbandingan 0.01 : 100. Molasses yang ditambahkan ke dalam hijauan bertujuan untuk merekatkan adonan. Penambahan dilakukan dengan perbandingan hijauan dengan molasses adalah 2 : 1. Garam ditambahkan ke dalam adonan hanya sedikit saja dan berfungsi untuk memberi rasa gurih yang disukai oleh hewan ternak. Setelah pencampuran selesai, maka dilakukan pencetakan agar berbentuk biskuit. Pancetakan dilakukan dengan bantuan pressing selama 20 menit.

Bahan Baku (Hijauan) 1500 kg, Kadar air = 18% Air = 270 kg

Pengeringan (Matahari), dikeringanginkan 2 hari Hijauan Kadar air = 9% Air = 135 kg

Air yang menguap 135 kg

Penggilingan (Grinding)

Losses 250 kg

Hijauan cacah 1115 kg

Molasses 557.5 kg

Garam 25kg

Mixing Ribbon Mixer

Ekstrak kembang sepatu 52500 gram

Campuran bahan 1725 kg

Pencetakan

Pressing 20 menit

Losses 250kg

Biskuit Sapi 1700 kg (I biskuit = 20 gram) Gambar 5. Neraca Massa Pembuatan Biskuit Sapi 8500 buah biskuit = 340 kemasan

Proses Ekstrkasi Kembang Sepatu 1. Pencucian Daun kembang sepatu yang akan diekstrak, dilakukan pencucian terlebih dahulu agar daun kembang sepatu bersih dari berbagai kotoran, seperti debu. Pencucian dilakukan dengan metode yang sederhana, yaitu dengan pencucian bertahap dengan air yang mengalir secara kontinyu. Bak pencucian memiliki kapasitas masing-masing sebesar 1 kg daun kembang sepatu.

Gambar 6. Sketsa Bak Pencucian Daun Kembang Sepatu Daun kembang sepatu dimasukkan ke dalam masing-masing bak pencucian. Air akan dipompakan ke bak pencucian awal dan mengalir ke bak-bak pencucian berikutnya. Air sisa pencucian akan disaring kembali dan digunakan kembali pada proses berikutnya. Penggunaan air yang berulang ini hanya dilakukan sampai 3 kali ulangan. Setelah 3 kali ulangan, makan air akan diganti dengan air yang baru. Pembuatan bak pencucian ini cukup murah dan tidak perlu terbuat dari bahan stainless steel, cukup dengan susunan ember biasa, atau dibuat dari semen dan keramik. 2. Pengeringan Pengeringan dilakukan untuk menghilangkan air yang terkandung dari daun kembang sepatu. Pengeringan ini dilakukan dengan cara pengeringan tanpa oven pada suhu 45C, yaitu dengan menggunakan bantuan sinar matahari. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air berkurang menajdi 14%. Lama pengeringan ini tergantung dengan cuaca. Apabila cuaca baik, pengeringan dapat dilakukan selama 30-36 jam. Alat yang digunakan pada proses ini hanya wadah untuk menyimpan daun kembang sepatu pada proses pengeringan, seperti nampan atau baki, terpal, atau lantai jemur. Pemilihan wadah jemur pada proses ini adalah terpal. Pengeringan (oven) Pengeringan oven dilakukan pada suhu 105C selama 3 jam. Pengeringan oven dilakunan untuk mengurangi kadar air yang ada di daun kembang sepatu setelah dikeringanginkan agar mencapai kadar air yang lebih rendah lagi yaitu mencapai kadar air 5 - 6 %.

3.

Tipe produk Kapasitas Temperature Dimensi Diameter Harga Gambar 7. Oven 4.

: GE-171 : 108 L : 20C - 220C : 400 x 400 x 400 mm : 550 mm : Rp. 8,750,000.00

Penggilingan Pengilingan dilakukan pada daun kembang sepatu yang telah dioven untuk memperkecil ukurannya. Sehingga dengan ukuran yang lebih kecil, dapat mempermudah proses selanjutnya yaitu maserasi. Pada proses ini alat yang digunakan adalah mesin perajang daun CFA-223.

Tipe produk Kapasitas Dimensi Harga

: CFA-223 : 450 kg : 500 x 400 x 650 mm : Rp. 5,000,000.00

Lebar konveyor : 20 cm

Gambar 8. Mesin penggiling

5.

Maserasi

Proses ini merupakan proses ekstraksi dengan merendam bahan (daun kembang sepatu) ke dalam suatu pelarut selama waktu tertentu. Dalam hal ini proses maserasi dilakukan selama 90 menit. Pada proses ini ditambahkan pelarut organik berupa alkohol 60%.

Tipe produk Kapasitas Dimensi Diameter Konsumsi gas Bobot Harga Gambar 9. Alat maserasi

: RC-3E : 10 L : 1240 x 805 x 900 mm : 550 mm : 1,2 kg/jam : 120 kg : Rp. 7,560,000.00

6.

Penyaringan Ekstrak daun kembang sepatu yang telah dimaserasi, kemudian disaring dengan menggunakan kain saring. Pada proses ini dilakukan untuk memisahkan ekstrak dari daun yang masih telah diisolasi oleh methanol dengan daun kembang sepatu kering yang terbawa. Kain saring yang digunakan memiliki panjang dan lebar sebesar 2 x 2 meter. Pembubukan Pembubukan dilakukan untuk mengubah cairan ekstrak daun kembang sepatu menjadi berbetuk padat atau bubuk. Pada proses ini digunakan alat freeze drier.

7.

Tipe produk Kapasitas Dimensi Harga

: RMB-90 : 1.5 L : 705 x 1250 x 350 mm : Rp. 3,500,000.00

Gambar 10. Freeze drier Proses Pembuatan Biskuit Sapi 1. Pengeringan Pada proses pembuatan biskuit sapi, bahan baku (hijauan) yang digunakan masih mengandung kadar air yang cukup tinggi sekitar 18%, sehingga bahan baku ini harus dilakukan pengeringan agar kadar air yang masih dikandung dapat berkurang. Metode pengeringan yang dilakukan pada bahan baku yang akan digunakan untuk pembuatan biskuit sapi yaitu dengan metode pengeringan secara konvensional artinya masih menggunakan pengeringan dengan bantuan matahari selama lebih kurang 2 hari agar kandungan air pada bahan baku (hijauan) dapat berkurang. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air berkurang menajdi 9%. Alat yang digunakan pada proses ini hanya wadah untuk menyimpan bahan baku (hijauan) pada proses pengeringan, seperti nampan atau baki, terpal, atau lantai jemur. Pemilihan wadah jemur pada proses ini adalah terpal. 2. Penggilingan Setelah bahan baku (hijauan) telah berkurang kadar airnya, maka tahapan selanjutnya untuk membuat biskuit sapi yaitu penggilingan bahan baku. Penggilingan bahan baku ini bertujuan untuk memperkecil ukuran dari bahan baku (hijauan) dan juga untuk mempermudah bahan baku diproses ke tahapan selanjutnya. Pada proses ini alat yang digunakan adalah mesin perajang daun CFA-223.

Tipe produk Kapasitas Dimensi Harga

: CFA-223 : 450 kg : 500 x 400 x 650 mm : Rp. 5,000,000.00

Lebar konveyor : 20 cm

Gambar 11. Mesin penggiling 3. Mixing Selanjutnya setelah bahan baku (hijauan) yang telah dikecilkan ukurannya, dimasukkan kedalam mesin mixer pakan ternak beserta bahan-bahan lain seperti molasses sebanyak 11.15 kg, garam 0.5 kg dan ekstrak kembang sepatu sebanyak 1,050 gram. Fungsi mixing atau pengadukan di dalam pengolahaan pembuatan biskuit sapi adalah menciptakan adonan yang homogen, sehingga bahan-bahan tersebut dapat teraduk merata dan dapat memudahkan ke tahapan pencetakan.

Tipe produk Kapasitas Dimensi Harga

: NVA-212 : 100 kg : 1250 x 650 x 1200 mm : Rp. 2,654,000.00

Gambar 12. Mixer Pakan Ternak 4. Pencetakan Bahan-bahan yang telah homogen, selanjutnya dicetak kedalam mesin cetakan biskuit sapi. Cetakan tersebut berbentuk persegi dengan bobot biskuit sapi 20 gr. Pencetakan ini berfungsi untuk membentuk pakan ternak tersebut menjadi biskuit sapi agar mudah dikonsumsi oleh ternak.

Gambar 13. Sketsa Wadah Pencetak 5. Pressing Setelah adonan dimasukkan ke dalam wadah-wadah cetakan, maka cetakan biskuit sapi di press dari dua arah dengan menggunakan alat pressing selama 20 menit. Tujuan dari pressing ini agar cetakan biskuit sapi lebih padat dan mudah dalam pengemasan produk pakan ternak ini.

Gambar 14. Sketsa Mesin Pencetak Biskuit sapi Perencanaan Kapasitas Produksi Biskuit sapi ini dibuat dengan mengkombinasikan hijauan dengan ekstrak daun kembang sepatu. Kembang sepatu dijadikan sediaan sehingga ketika produksi, ekstrak kembang sepatu sudah dapat dicampurkan dan tidak perlu dilakukan pemisahan senyawa organik (saponin) pada daun kembang sepatu. Industri merencanakan memproduksi biskuit sapi sebanyak 340 kg/hari. Setiap kemasan berisi 5 kg biskuit sapi dengan waktu kerja/hari selama 8 jam dan dapat dilakukan 10 kali produksi biskuit sapi. Berikut daftar kebutuhan bahan baku per hari: Tabel 1. Kebutuhan Bahan Baku Produksi Biskuit Sapi Nama Bahan Jumlah Bahan Baku Utama Daun Kembang Sepatu 25 kg Rumput Gajah 1500 kg Air 12.5 kg Metanol 100 L Molases 557.5 kg Garam 25 kg Bahan Baku Penunjang Kemasan Primer 340 pcs Kemasan Sekunder 340 pcs

No. 1 2 3 4 5 6 1 2

IV. METODE VALUASISetiap aset memiliki sebuah nilai. Kunci sukses dari investasi dan mengatur aset adalah mengetahui dan mengerti bagaimana menilai suatu aset dan juga mengetahui asal/sumber dari nilai aset tersebut. Metode valuasi dapat digunakan untuk mengetahui nilai dari suatu aset.

Penilaian bisnis (valuasi) merupakan suatu proses kegiatan yang harus dilakukan untuk sampai pada suatu pendapat atau perkiraan tentang nilai dari suatu perusahaan atau dari suatu penyertaan dalam perusahaan. Tujuan dilakukannya adalah untuk bermacam kepentingan dan tujuan, antara lain adalah dalam melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Kesalahan dalam melakukan penilaian dan penentuan nilai pasar wajar dari suatu perusahaan akan menimbulkan dampak negatif bagi kedua belah pihak, baik bagi pembeli ataupun penjual. Pada industri biskuit sapi, metode valuasi yang digunakan yaitu metode standarisasi industri dan metode Discounted Cash Flow (DCF). Metode standarisasi industri merupakan sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya. Pada metode Discounted Cash Flow (DCF), yaitu penentuan nilai sekarang dari semua aliran kas masa depan berdasarkan pada pendapatan atau Net Present Value (NPV). Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu : pemilihan waktu, besarnya nilai, dan resiko untuk pembayaran masa depan.

V. METODE KOMERSIALISASI

Dalam mengkomersialisasi pakanan ternak Biskuit Sapi ke konsumen salah satu metode yang digunakan perusahaan kami yaitu market oriented. Market oriented merupakan pendekatan yang

digunakan dalam mengembangkan usaha usaha bisnis yang dikomersialisasikan berdasarkan kebutuhan pasar, terutama pengenalan biskuit sapi ke para peternak. Produk biskuit sapi ini menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, sehingga perusahaan kami mampu menawarkan produk ini sebagai produk yang dapat meningkatkan efisiensi pada tingkat harga yang layak untuk konsumen terutama para peternak. Di samping aspek teknologi yang digunakan, dalam hal komersialisasikan produk ini, perusahaan kami lebih mengutamakan pengenalan produk terhadap segmen pasar. Pengenalan terhadap segmen pasar ini sangat penting maksudnya agar produk pakan ternak biskuit sapi yang diciptakan mampu secara potensial memiliki pasar utama (captive market) di dunia peternakan. Untuk itu untuk mengkomersialisasikan produk ini diperlukan strategi penguasaan pasar melalui teknologi yang dimiliki yang memiliki keeratan antara produsen dan konsumen. Selain metode komersialisasi diatas, ada 6 metode komersialisasi lain yang digunakan perusahaan kami dalam memasarkan produk pakan ternak biskuit sapi antara lain: 1. Penentuan Target pasar Penetepan target pasar merupakan langkah pertama dalam strategi pemasaran produk pakan ternak biskuit sapi. Target pasar dipilih berdasarkan segmen-segmen pasar yang ditentukan. Segmen pasar tersebut diantaranya seluruh para peternak antara lain para peternak mandiri, peternak pemerintah , dan peternak swasta. 2. Identifikasi Alternatif Alternatif Basis Untuk Segmentasi Pada tahap ini peranan manajemen pemasaran perusahaan mengidentifikasi segmen-segmen pasar yang berpotensi untuk dimasuki oleh produk pakan ternak biskuit sapi. Manajemen perusahaan memutuskan untuk menetapkan beberapa segmen pasar atau peluang pasar dan mendesain tawaran yang terpisah bagi masing-masing segmen yang akan dimasuki oleh Penentuan Pasar produk ini. 3. Memilih Basis Terbaik Untuk Segmentasi Peranan manajemen perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang penting dalam penentuan segmen pasar yang akan dipilih. 4. Mengidentifikasi Dan Memilih Segmen Pasar Identifikasi dipersempit untuk mendapatkan segmen yang tepat Segmen-segmen yang diidentifikasialternatif alternatif basis untuk segmentasi kemudian perusahaan menetetapkan segmen mana yang dipilih. 5. Mengembangkan Positioning Bagi Pasar Sasaran Segmen yang dipilih merupakan pasar sasaran tempat produk akan dijual. Sebelum itu manajemen pemasaran harus mengembangkan positioning agar produk memiliki keistimewaan di benak konsumen. Memilih basis terbaik untuk 6. Menyusun Bauran Pemasaran segmentasi Bauran pemasaran meliputi price, product, place, dan promotion. Bauran pemasaran ini harus ditentukan agar pasar sasaran menjadi lebih jelas dan terstruktur. Berikut ini metode komersialisasi yang digunakan pada pengembangan industri pakan ternak biskuit sapi, yaitu: Mengidentifikasi dan memilih segmen pasar

Mengembangkan positioning bagi pasar sasaran

Menyusun bauran pemasaran

Gambar 15. Diagram alir metode komersialisasi biskuit sapi

VI. PEMBAHASANA. Valuasi

Metode valuasi diperlukan pada suatu industri, karena dapat mengetahui dari nilai suatu aset. Pada industri biskuit sapi, metode valuasi yang digunakan yaitu metode standarisasi industri dan

metode Discounted Cash Flow (DCF). Metode standarisasi industri dan metode Discounted Cash Flow (DCF) merupakan sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya. Pada metode ini, industri kami membandingkan nilai teknologi dengan PT. Charoen Pokphand. PT. Charoen Pokphand merupakan industri yang juga memproduksi pakan ternak sapi. Pada metode ini, akan dibandingkan tentang harga, teknologi produksi, palabilitas pakan (tingkat kesukaan), nutrisi, waktu produksi, keramahan lingkungan, ketersediaan bahan baku, dan efisiensi produksi Produk yang dihasilkan pada industri biskuit sapi ini merupakan produk yang ramah lingkungan jika dibandingkan dengan produk dari PT. Charoen Pokphand. Industri pembuatan biskuit sapi ini disebut sebagai produk ramah lingkungan karena, dibuat dari ekstrak bunga sepatu. Bunga sepatu mempunyai senyawa saponin yang terkandung didalamnya, saponin yang digunakan dapat mengikat kandungan CH4 yang terdapat pada rumen sapi, sehingga gas buang dan kotoran yang dikeluarkan oleh sapi akan mempunyai kandungan CH4 yang relatif sedikit. Produk biskuit sapi yang yang dihasilkan ini merupakan produk yang lebih unggul dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh PT. Charoen Poekphand, karena yang dihasilkan dari Charoen Pokphand merupakan produk yang tidak ramah lingkungan. Perbandingan kedua yaitu tentang harga, harga jual dari produk biskuit sapi lebih mahal dibandingkan dengan pakan ternak yang dijual oleh PT. Charoen Pokphand. Walaupun harga dari biskuit sapi ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan PT. Charoen Pokphand namun biskuit sapi yang dihasilkan mempunyai keunggulan yaitu ramah lingkungan. Perbandingan selanjutnya yaitu tentang teknologi yang digunakan. Teknologi yang digunakan pada industry pembuatan biskuit sapi ini menggunakan teknologi yang ramah lingkungan apabila dibandingkan dengan teknologi yang digunakan oleh PT. Charoen Pokphand. Dengan menggunakan metode standarisasi industri, Industri pembautan biskuit sapi dengan ekstrak bunga sepatu merupakan produk yang lebih unggul dari PT. Charoen Pokphand dalam hal teknologi yang digunakan, produk yang dihasilkan, keramahn lingkungan, palabilitas (kesukaan sapi), dan efisiensi produksi. Biskuit sapi dengan ekstrak bunga sepatu merupakan produk dengan harga yang cukup terjangkau, serta ramah lingkungan. Parameter-parameter yang dibandingkan antara industri biskuit sapi dengan PT.Charoen PokPhand antara lain : harga, teknologi produksi, palabilitas pakan (tingkat kesukaan), nutrisi, waktu produksi, keramahan lingkungan, ketersediaan bahan baku, dan efisiensi produksi. Bobot untuk masing-masing parameter kisaran 1 sampai 5, dengan 1 (sangat tidak penting), 2 (tidak penting), dan 3 (tidak berpengaruh), 4 (penting), dan 5 (sangat penting). Masing-masing parameter yang sudah memiliki bobot kemudian diberikan skor sesuai dengan nilai yang didapat dari produk biskuit sapi ini. Untuk skor masing-masing parameter kisaran angka 1 sampai 5, dengan 1 (sangat kurang), 2 (kurang), 3 (standar), 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Untuk memutuskan nilai dari produk biskuit sapidenagn yang ada di PT. Charoen PokPhand yang sudah ada bobot dan skor dari masing-masing parameter dilakukan perkalian, dan diakumulasi. Perbandingan antara akumulasi dari kedua industry tersebut yang sudah ada yang akan dijadikan nilai valuasi dari produk kami. Berikut merupakan hasil yang didapat : Tabel 2. Penentuan Bobot Valuasi Bobot untuk Industri Biskuit Charoen Sapi Pokphand Perhitungan Biskuit Charoen Sapi Pokphand

Parameter

Bobot Kepentingan Parameter

Harga Teknologi produksi Palatabilitas pakan Nutrisi Waktu produksi Keramahan Lingkungan Ketersediaan bahan baku Efisiensi Produksi

4 4 5 5 3 4 4 4

3 5 4 4 3 5 4 5 TOTAL Value

4 4 4 4 3 3 4 3

12 20 20 20 9 20 16 20 137 13.22 Bobot Industri Sangat kurang Kurang Standar Baik Sangat baik

16 16 20 20 9 12 16 12 121

Keterangan 1 2 3 4 5

Bobot Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Tidak berpengaruh Penting Sangat penting

Dari faktor-faktor diatas, setelah diakumulasi dan dibandingkan, didapat bahwa antara industri biskuit sapi dengan PT. Charoen Pokphand lebih unggul 13.22%. Sehingga, dari metode valuasi ini harga teknologi biscuit sapi dengan ekstrak bunga sepatu dapat dipasarkan 13,22 % lebih tinggi dari produk yang dibuat oleh PT. Charoen Pokphand. Pada metode Discounted Cash Flow (DCF), yaitu penentuan nilai sekarang dari semua aliran kas masa depan berdasarkan pada pendapatan atau Net Present Value (NPV). Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu : pemilihan waktu, besarnya nilai, dan resiko untuk pembayaran masa depan. Produk biskuit sapi sebagai pakan ternak ramah lingkungan sangat layak dikembangkan, implementasinya mudah dan sedang sangat dibutuhkan oleh sector peternakan. Jumlah pakan yang belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan ternak, membuka peluang besar berdirinya industri pakan ternak. Kelayakan secara finansial dapat dilihat di lampiran 1 hasil perhitangan perhitungan. Pada lampiran 1 perincian biaya investasi dijelankan mengenai perolehan biaya investasi yang diperlukan. Biaya investasi dihitung dengan menjumlahkan biaya mesin dan peralatan, biaya pra investasi, biaya tanah dan bangunan, biaya fasilitas penunjang, biaya peralatan kantor, dan biaya sarana distribusi. Biaya mesin dan peralatan diperoleh dengan memperhitungkan biaya pembelian bak pencucian satu buah, gas titling kettle satu buah, freeze drying satu buah, oven GE-171 satu buah, mesin perajang daun CFA 223 satu buah, mesin filtrasi (manual screener) satu buah, mesin pencetak biskuit satu buah, mesin pressing satu buah, mixer pakan ternak (mixing) satu buah dan terpal 5 buah. Total biaya pembelian mesin dan peralatan adalah sebesar Rp. 27.537.500,00. Untuk biaya pra investasi diperoleh dengan memperhitungkan biaya untuk studi kelayakan, perizinan, transportasi dan komunikasi, biaya start-up, dan penjulan paten. Total biaya pra investasi adalah sebesar Rp 5.250.000,00. Untuk biaya tanah dan bangunan didapat dengan memperhitungkan biaya tanah dan bangunan yang totalnya sebesar Rp 350.000.000,00. Biaya fasilitas dan penunjang diperoleh dengan memperhitungkan biaya instalasi lisatrik dan instalasi air, total biaya fasilitas dan penunjang sebesar Rp 20.000.000,00. Biaya peralatan kantor diperoleh dengan menjumlahkan biaya

pembelian dua unit computer, dua unit lemari arsip, satu paket meja kursi kantor, dua unit pesawat telepon, dan satu paket alat tulis kantor, total biaya pembelian peralatan kantor sebesar Rp 9.000.000,00. Sumber terakhir dari perincian investasi adalah biaya sarana transportasi yang diperoleh dari biaya pembelian dua unit truk pengangkut yang total biayanya adalah Rp. 150.000.000,00. Sehingga total biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp 561.787.500,00. Pada lampiran 2. komposisi modal kerja terdapat dua biaya yang diperhitungkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dihitung meliputi biaya upah, pengeluaran administrasi, promosi, maintenance, listrik ( non mesin), PBB, air, dan biaya penyusutan. Total biaya tetap yang dibutuhkan per tahun sebesar Rp. 188.250.000,00. Untuk biaya variabel yang dihitung meliputi biaya bahan baku dan penunjang, kemasan, listrik (mesin), serta biaya distribusi dan penggudangan. Besar total biaya variabel yang dibutuhkan yaitu Rp. 1.244.160.000,00. Komposisi modal kerja yaitu dihitung dari penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel, dengan total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 1.432.410.000,00 pertahun. Pada lampiran 3. biaya penyusutkan dijelaskan mengenai biaya yang ditimbulkan oleh penyusutan investasi yang dimiliki seperti penyusutan mesin dan peralatan, tanah dan bangunan, alat kantor, dan sarana distribusi. Nilai penyusutan dari investasi yang dimiliki diperoleh dengan mengurangkan nilai awal dengan nilai sisa yang dimiliki investasi kemudian dibagi dengan umur ekonomis yang dimilikinya. Sehingga diperoleh nilai depresiasi atau nilai penyusutan dari setiap investasi yang dimiliki. Dengan menjumlahkan nilai depresiasi dari investasii yang dimiliki diperoleh total biaya penyusutan atau total depresiasi investasi yang harus ditanggung perusahaan adalah sebesar Rp 17.045.100,00. Pada lampiran 4. harga dan prakiraan penerimaan, dihitung dari tahun ke-0 sampai tahun ke10. Jumlah produksi per tahun sebesar 81.600 kemasan. Jumlah produksi tersebut didaptkan dari jumlah kemasan setiap harinya yang diproduksi sebanyak 340 kemasan dikalikan dengan jumlah hari pada satu tahun produksi yaitu sebesar 240 hari. Sehingga kemasan yang dihasilkan setiap yahunnya yaitu sebesar 81.600 kemasan. Harga produksi untuk setiap kemasan sebesar Rp. 15.247,06 dan harga jual setiap kemasannya sebesar Rp. 26.000,00. Revenue atau pendapatan yang dihasilkan dari penjualan biskuit sapi adalah sebesar Rp. 2.121.600.000,00. Nilai revenue tersebut didapatkan dari perkalian antara jumlah produksi dan harga jual per kemasan. Total biaya produksi yang dihasilkan yaitu sebesar Rp. 1.244.160.000,00. Total biaya produksi tersebut didapatkan dari jumlah produksi dikalikan dengan harga produksi setiap kemasan. Profit setiap tahun yang dihasilkan yaitu sebesar Rp. 877.440.000,00. Nilai profit atau keuntungan tersebut didapatkan dari pengurangan pendapatan dengantotal biaya produksi setiap tahunnya, dengan % profit atau keuntungannya yaitu 70.52%. Pada lampiran 5. proyeksi laba rugi, total penerimaan yang telah didapatkan sebesar Rp. 2.121.600,00untuk setiap tahunnya. Harga Pokok Penjualan sebesar Rp. 1.244.160,00. Nilai tersebut didapatkan dari jumlah produksi dikalikan dengan harga produksi setiap kemasan. Laba kotor sebesar Rp. 877.440.000,00. Nilai tersebut didapatkan dari penerimaan dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya operasional yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 188.250.000,00. Nilai selanjutnya yaitu Laba Operasi (EBIT) dengan jumlah Rp.689.190.000,00. Nilai tersebut dihasilkan dari laba kotor dikurangi dengan biaya operasional. Biaya bunga yang digunakan sebesar 0%, dengan biaya laba sebelum pajak (EBT) nilainya sama dengan laba operasi dikarenakan bunga yang digunakan yaitu 0% dengan nilai sebesar Rp. 689.190.000,00. Pajak penghasilan yang didapatkan sebesar Rp.68.919.000,00. Nilai tersebut didapatkan dari PPN sbesar 10% dikalikan dengan Laba Sebelum Pajak (EBT). Laba bersih yang dihasilkan dari industri ini adalah Rp.

620.271.000,00. Nilai tersebut didapatkan dari Laba Sebelum Pajak dikurangi dengan Pajak penghasilan. Tabel 3. Perhitungan Laba bersih per Produk Penjualan HPP Laba Kotor Biaya Operasional Laba Operasi (EBIT) Bunga Laba sebelum Pajak (EBT) Pajak Penghasilan Laba Bersih 26,000.00 15,247.06 10,752.94 2,306.99 8,445.96 0 8,445.96 844.60 7,601.36

Nilai penjualan dari biskuit sapi setiap kemasannya yaitu Rp. 26.000,00, dengan Harga Pokok Produk sebesar Rp. 15.247,06. Laba kotor yang dihasilkan sebesar Rp. 10.705,94. Nilai tersebut didapatkan dari Penjualan dikurangi dengan Harga Pokok Produk. Biaya operasional yang didapatkan dari perhitungan laba bersih per produk yaitu berasal dari biaya operasional untuk seluruh produk per tahun dibagi dengan jumlah produksi per tahun yaitu sebesar 81.600 kemasan. Laba operasi yang dihasilkan sebesar Rp. 8.445,96. Nilai tersebut dihasilkan dari Biaya kotor dikurangi dengan biaya operasional per produk. Bunga yang digunakan dalam industri ini sebesar 0%, dengan laba sebelum pajak (EBT) adalah Rp. 8.445,96. Laba sebelum pajak tersebut sama dengan nilai dari Laba Operasi (EBIT) dikarenakan bunganya sebesar 0% maka nilai EBT sama dengan nilai EBIT. Pajak penghasilan dihasilkan dari PPN sebesar 10% atau 0.1 dikalikan dengan nilai Laba Sebelum Pajak ( EBT). Dan nilai laba bersih dihasilkan dari Laba sebelum Pajak (EBT) dikurangi dengan nilai pajak penghasilan yaitu sebesar Rp.7.601,36.

Pada lampiran 6. kriteria kelayakan investasi yang diperoleh dengan memperhitungkan penerimaan,pengeluaran, discount factor, dan present value dari penerimaan dan pengeluaran. Nilai penerimaan diperoleh dari hasil penjualan produk yang diproduksi yaitu Rp 2.121.600.000,00 per tahun nmulai dari tahun per tama hingga tahun ke- 10. Nilai penerimaan dari tahun pertama hingga tahun kesepuluh diasumsikan sama. Untuk pengeluaran, pada tahun ke 0 perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi karena perusahaan melakukan investasi. Pengeluaran pada tahun ke - 0 diperoleh karena perusahaan mengeluarkan biaya atau pembayaran untuk harga pokok produksi, biaya operasional, biaya bunga, pajak penghasilan, serta biaya investasi total. Sedangkan untuk pengeluarann tahun berikutnya yaitu tahun pertama sampai dengan tahun kesepuluh pengeluaran perusahaan diasumsikan sama yaitu diperoleh dari harga pokok penjualan, biaya operasional, biaya bunga serta pajak penghasilan. Dengan kata lain pengeluaran pada tahun pertama sampai dengan tahun kesepuluh tidak ditambahkan biaya investasi. Total pengeluaran tiap tahun dari tahun pertama sampai dengan tahun ke sepuluh adalah Rp 1.501.329.000,00. Nilai B - C adalah nilai keuntungan atau laba kotor yang diperoleh perusahaan. Nilai ini merupakan pengurangan penerimaan dengan pengeluaran perusahaan. Profit yang diperoleh perusahaan pada tahun ke-0 adalah minus Rp 2.121.600.000,00. Artinya perusahaan belum mendapatkan keuntungan bahkan masih merugi. Hal ini disebabkan karena pada tahun ke- 0 pengeluaran perusahaan adalah 0 (belum memperoleh penerimaan) sedangkan perusahaan harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 2.121.600.000,00. Sedangkan pada tahun ke- 1 sampai dengan tahun ke-10 profit yang diperoleh perusahaan tiap tahunnya adalah sebesar Rp. 620.271.000,00. Present Value (PV) adalah nilai yang dimiliki dari sejumlah uang tertentu pada suatu periode akan datang. Nilai PV diperoleh dengan mengalikan nilai sesungguhnya dengan discount factor. Discount factor akan menurun setiap tahunnya. Hal inilah yang menyebabkan nilai uang yang dimiliki akan semakin menurun. Artinya nilai uang yang dimiliki saat ini akan berkurang dengan jumlah uang yang sama dimasa datang. Suatu perusahaan dinyatakan layak apabila nilai uang yang dimilikinya adalah positif dimasa datang. Artinya perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankannya. Kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari nilai NPV (Net Present Value), Net B/C, IRR dan PBP (Pay Back Period) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dinyatakan layak apabila NPV > 0, Net B/C > 0 dan IRR < I (suku bunga di bank) dan PBP yang diperoleh serendah mungkin. Dari tabel kriteria kelayakan investasi dapat dilihat bahwa usaha yang dijalankan dinyatakan layak karena NPV yang dimiliki sebesar Rp. 1.441.552.988,06, Net B/C sebesar 1,7 artinya dengan mengeluarkan biaya 1 rupiah maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar 1,7 rupiah, dan IRR adalah sebesar 0,27 artinya dengan menanamkan modal atau menggunakan uang yang ada untuk menjalankan usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan menyimpan uang yang dimiliki di bank. Pay Back Period adalah jangka waktu dimana perusahaan akan dapat menutupi modal atau investasi yang dimilikinya dengan sejumlah untung yang diperolehnya dan perusahaan mulai dapat menikmati keuntungan yang diperolehnya. PBP dari usaha ini akan tercapai dalam waktu 4,51 tahun setelah usaha dijalankan. Dengan data yang diperoleh maka usaha ini dapat dinyatakan layak.

B.

Komersialisasi

Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sangat tinggi, maka kebutuhan akan protein hewani juga ikut meningkat. Hal ini menuntut sektor peternakan untuk terus meningkatkan produksinya. Akan tetapi ada hambatan besar untuk meningkatkan produksi ternak. Sektor peternakan merupakan penghasil gas metan terbesar di dunia, dimana gas metan sendiri berperan dalam peningkatan global warming. Diperlukan penanganan yang baik agar produksi ternak meningkat, namun tetap ramah lingkungan. Biskuit sapi merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk pakan sapi yang memanfaatkan ektrak kembang sepatu yang mengandung saponin untuk menurunkan kadar metan dalam gas buang sapi. Diharapkan biskuit sapi dapat menjadi alternatif utama pakan ternak unuk menciptakan sektor peternakan yang ramah lingkungan Komersialisasi merupakan langkah selanjutnya setelah sebuah teknologi ditemukan. Komersialisasi bertujuan agar teknologi yang sudah diciptakan dapat digunakan oleh banyak orang. Hal ini akan membawa keuntungan bagi banyak orang dan juga pencipta teknologi tersebut. Komersialisasi dapat diartikan sebagai pengembangan atau pemasaran produk dan juga penerapan teknologi terhadap proses produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumber daya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar dan sebagainya. Tahapan komersialisasi adalah sebagai berikut:

Gambar 16. Tahapan Umum Komersialisasi Produk (Goenadi, 2004) Biskuit sapi merupakan produk baru dengan komposit bahan baku yang baru, dibuat dengan teknologi ekstruksi yang masih jarang dilakukan dalam pembuatan pakan ternak. Maka sebelum produk ini diluncurkan ke pasar, sebaiknya didaftarkan hak patennya. Jadi setiap tindakan pemasaran dan perjanjian usaha dapat berjalan dengan baik dan inventor dalam posisi kuat. Komersialisasi dari sebuah invensi adalah sebuah bentuk inovasi yang merupakan sebuah kegiatan kreatif yang dapat diterapkan dengan mengubah suatu ide invensi menjadi produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi komersialisasi invensi, yaitu: infrastruktur untuk fasilitas alih teknologi, kebijakan keuangan dan pajak (Goenadi, 2003). Oleh karena itu wajib dilihat terlebih dahulu dimana produk harus dipasarkan, berapa jumlah pasar real yang membutuhkan produk, serta hambatan atau saingan apa saja yang mengahalangi produk berkembang. 1. Penentuan Pasar Biskuit sapi ditujukan untuk seluruh sapi yang ada di Indonesia, baik itu sapi perah atau sapi potong. Jadi produk akan dijual ke semua peternakan sapi di Indonesia, termasuk di dalamnya peternakan swasta (PT / CV / Firma), BUMN, Koperasi, Perorangan, atau kebutuhan lainnya. Berikut jumlah populasi ternak di Indonesia:

Tabel 2. Jumlah Populasi Ternak di IndonesiaTernak Livestock Sapi Potong/ Cattle Sapi Perah/ Dairy Cattle Kerbau/ Buffalo Kuda/ Horse Kambing/ Goat Domba/ Sheep Babi/ Pig Ayam Buras/ Native Chicken Ayam Ras Petelur/ Layer Ayam Ras Pedaging/ Broiler Itik/ Duck 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

11,008 354 2,405 412 12,566 7,427 5,357 259,25 7 69,366 530,87 4 29,035

11,137 347 2,333 422 12,464 7,401 5,369 268,03 9 70,254 621,87 0 32,068

11,298 358 2,403 419 12,549 7,641 5,927 275,29 2 78,039 865,07 5 46,001

10,504 374 2,459 413 12,722 7,811 6,151 277,35 7 79,206 847,74 4 33,863

10,533 364 2,403 397 12,781 8,075 5,980 276,98 9 93,416 778,97 0 32,573

10,569 361 2,128 387 13,409 8,327 6,801 278,95 4 84,790 811,18 9 32,405

10,875 369 2,167 398 13,790 8,980 6,218 291,08 5 100,20 2 797,52 7 32,481

11,515 374 2,086 401 14,470 9,514 6,711 272,25 1 111,48 9 891,65 9 35,867

11,869 408 2,192 411 15,806 10,392 7,376 290,803 116,474 1,075,885 36,931

Sumber/ Source: Direktorat Jenderal Peternakan/ Directorate General of Livestock Services

Dapat dilihat bahwa jumlah ternak yang dapat dipenuhi kebutuhannya adalah sebanyak 11.869 untuk sapi potong dan 408 untuk sapi perah. Jumlah ini sendiri dikelola oleh beberapa peternakan dengan penjabaran sebagai berikut: Tabel 3. Daftar Jumlah Peternakan Sapi Dari Segi Badan HukumBadan Hukum Legal Status PT/CV/Firma Ltd/Ltd Partnership/Firm BUMN State Enterprise Koperasi Cooperative Perorangan Individuals Lainnya Others Jumlah Total 77 69 2000 12 2001 12 2002 13 2003 12 2004 11 2005 12 2006 9 2007 10

1

1

0

2

2

65

78

49

29

17

28

289

309

308

261

268

290

381

387

27

32

30

33

25

29

81

90

405

422

417

385

353

360

490

517

Sumber: : Direktorat Jenderal Peternakan/ Directorate General of Livestock Services

a. Market growth and size

Dapat dilihat pada data diatas bahwa sangat besar jumlah pasar pakan sapi yang bisa dipenuhi. Bahkan setiap tahun jumlahnya juga meningkat. Peningkatan ini dipengaruhi juga oleh jumlah ternak yang belum dapat memenuhi kebutuhan protein hewani seluruh penduduk Indonesia. Keunggulan biskuti sapi dari ekstrak kembang sepatu ini adalah dapat mengurngi kadar gas metan pada gas buangan sapi. Belum ada industri pakan yang memanfaatkan teknologi tersebut. Jadi pasar untuk biskuit sapi sangat luas, ditujukan untuk mengganti seluruh pakan ternak yang ada dengan teknologi ini. Jika pemerintah mulai memberlakukan regulasi pembuangan limbah peternakan, dengan membatasi buangan gas metannya. Maka permintaan biskuit sapi juga dapat meningkat tajam. Pasar yang dijangkau juga akan tetap terikat, karena jika tidak menggunakan biskuit sapi, peternakan tersebut akan terkena denda pelanggaran regulasi. Penyajian biskuit sapi yang praktis, juga merupakan keunggulan tersendiri produk ini. Peternak tidak perlu lagi mencampurkan beberapa jenis bahan untuk membuat konsentrat ternak. Peternak hanya cukup mengambil biskuit sapi sesuai jumlah yang ditentukan dan langsung memberikannya ada ternak. Menurut data dari GPMT di Indonesia terdapat 42 pabrik pakan ternak yang masih aktif hingga tahun 2008. Dalam periode lima tahun terakhir 2002-2006 kapasitas produksi industri pakan ternak nasional meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,5% per tahun, namun belum dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak lokal. Jadi peluang untuk membuka industri pakan ternak sangat terbuka lebar. b. Entry barrier Tidak ada halangan yang dapat menghambat masuknya biskuit sapi ke pasar. Bahkan peluang pembiayaan industri ini juga sangat besar. Keunggulannya yang ramah lingkungan dengan mengurangi kadar metan dalam gas buang akan memberikan kesan positif baik itu dari pemerintah atau masyarakat. Dukunga regulasi pemerintah dan maraknya gerakan peduli lingkungan akan membuat produk ini bertahan lama di pasar. c. Produk substitusi Selama ini belum ada pakan ternak yang dapat mengurangi kadar metan pada gas buang sapi yang diproduksi massal. Tetapi peternak dapat menggunakan pakan ternak biasa yang tidak mengurangi kadar gas metan. Pakan biasa memiliki harga yang lebih murah dari biskuit sapi, hal ini juga yang akan membuat peternak tetap menggunakan pakan biasa. Tetapi hal ini dapat diatasi jika regulasi pemerintah mewajibkan peternak untuk mengurangi produksi metan di setiap peternakan. d. Kompetitor Utama Kompetitor utama biskuit sapi adalah industri pakan yang telah berdiri sebelumnya. Meskipun mereka belum memproduksi pakan ramah lingkungan, namun masih banyak peternak yang menggunakan produk pakan ternak biasa. Kompetitor yang dimaksud adalah Charoen Popkhand Indonesia, Tbk., Japfa Comfeed, Cheil Jedang Feed Indonesia, Sierad Produce, Tbk., dan Malindo Feedmill. Perusahaan-perusahaan di atas merupakan pemain utama dalam penyediaan pakan ternak di Indonesia. 2. Selling Points Nilai jual utama dari biskuit sapi adalah kemampuannya untuk mengurangi kandungan gas metan pada gas buang sapi. Penyajiannya dalam bentuk biskuit juga dapat mempermudah pemberian

pakan pada sapi. Peternak tidak lagi perlu mencampur berbagai jenis bahan, tetapi langsung saja mengambil biskuit sesuai dengan takaran yang dianjurkan dan langsung memberikannya pada ternak. 3. Evaluasi dan Adaptasi Setiap produsen harus terus melakukan pengembangan produk agar tetap diminati pelanggan. Hal ini dilakukan dengan melihat bagaimana keadaan pasar dan respon konsumen. Data-data tersebut akan diolah untuk dijadikan rujukan pengembangan produk baru, tahapan yang dilakukan diantaranya adalah: Melihat bagaimana tanggapan peternak dalam penggunaan produk Memantau langsung di setiap peternakan pengguna produk terhadap penurunan gas metan Mengadakan penelitian lanjutan untuk melakukan pengembangan produk, tidak lagi dalam bentuk biskuit dan juga dapat digunakan untuk pakan ternak selain sapi Memberikan pelayanan pra dan pasca pembelian seputar pengelolaan peternakan Menerapkan konsep produksi bersih di industri Mempertahankan loyalitas konsumen dengan konsep customer relationship management. Memperbaiki terus komposisi produk agar mencapai penurunan metan maksimal Memperbanyak variasi komposisi produk agar variasi produk tinggi, jadi ternak tidak bosan

4.

Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Dalam pembahasan strategi pemasaran biskuit pakan sapi ini akan dibahas dalam market segmenting, market targeting, dan market positioning. a. Market Segmenting Market Segmenting atau segmentasi pasar dapat didefinisikan sebagai kegiatan membagi bagi pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuansatuan pasar yang bersifat homogen. Biskuit pakan sapi ini ditujukan untuk konsumen yang berbentuk industri atau peternakan sapi bukan untuk konsumen langsung seperti produk-produk consumer goods. Karena itu, dasar dasar segmentasi pada pasar industri atau pasar seperti peternakan dapat dilakukan dengan menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar pemakai akhir, lokasi geografis, dan banyaknya langganan. Segmentasi pakan biskuit sapi ini kami bagi berdasarkan jenis besar kecilnya peternakan sapi yang menjadi pelanggan biskuit pakan sapi ini, lokasi geografis, dan daerah atau provinsi yang menjadi pusat-pusat peternakan sapi di Indonesia. Jenis Peternakan Peternakan Pemerintah Kelebihan : Jenis Peternakan ini terikat dengan regulasi pemerintah tentang peternakan yang ramah lingkungan sehingga merupakan konsumen yang sangat potensial untuk menjadi konsumen perdana dan loyal dari produk biskuit pakan sapi. : Perlu dibutuhkan lobying dengan melewati birokrasi yang ada ke pihakpihak dinas peternakan pemerintah agar

Kelemahan

Kesempatan

Ancaman

peternakan-peternakan pemerintah ini mau mengkonsumsi biskuit pakan sapi secara loyal. : Dengan potensi yang cukup besar, peternakan ini akan menjadi peternakan perdana yang menggunakan biskuit sapi dan menjadi contoh untuk jenis peternakan lainnya dalam menaati regulasi pemerintah mengenai peternakan sapi yang ramah lingkungan sehingga produk biskuit sapi dapat dihimbau oleh pemerintah untuk digunakan oleh jenis peternakan lainnya. : konsumen ini cenderung tidak akan membeli produk jika harga produk relatif mahal

Peternakan Swasta

Kelebihan Kelemahan Kesempatan Ancaman

: jenis peternakan ini mempunyai populasi yang besar : Tidak loyal terhadap suatu produk dan keadaan financial yang relatif labil (tidak konsisten) : market yang akan didapat adalah market yang besar : Mudah tertarik dengan produk yang ditawarkan oleh kompetitor nantinya.

Peternakan Sebagai Sarana Edukasi dan Rekreasi Kelebihan : Jenis peternakan ini akan cenderung mengkonsumsi produk biskuit pakan sapi karena memposisikan peternakannya sebagai sarana edukasi dan rekreasi sehingga akan memberi edukasi, contoh atau teladan untuk bersifat ramah lingkungan : jumlah konsumen ini relatif sangat sedikit : Dengan permintaan yang tinggi dari jenis peternakan ini dan populasi yang akan terus meningkat, peternakan ini akan menjadi pasar yang potensial : Mudah tertarik dengan produk yang ditawarkan oleh kompetitor nantinya.

Kelemahan Kesempatan

Ancaman

Lokasi Geografis 1. Peternakan di kota besar Kelebihan : daya beli tinggi karena kebutuhan untuk benar-benar menjaga ramah lingkungan pada kota besar Kelemahan : mudah berpindah ke produk lain Kesempatan : pasar yang potensial dan mudah dijangkau Ancaman : selalu menuntut produk yang lebih inovatif dari produk yang telah ada 2. Peternakan di kota kecil Kelebihan : pasar yang relatif lebih besar dibandingkan pasar peternakan pada kota besar

Kelemahan Kesempatan Ancaman

: lebih sulit mendistribusikan produk : pasar yang potensial dengan market yang cukup besar : kualitas produk yang perlu lebih dijaga pada saat proses pendistribusian agar tidak rusak hingga tangan konsumen

3.

Pedesaan Kelebihan Kelemahan Kesempatan : market terbesar dibandingkan market pada peternakan perkotaan (kota besar dan kecil) : Daya beli produk yang tidak biasa membeli produk dengan harga yang terlalu mahal : Jumlah konsumen yang besar dengan memberikan promosi edukasi pada konsumen secara langsung dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk biskuit pakan sapi secara loyal dan bersamaan oleh seluruh peternakan yang ada. : Banyaknya produk kompetitor yang beredar pada peternakan pedesaan dengan harga yang lebih bersaing

Ancaman

Daerah Peternakan sapi di Indonesia

Berdasarkan data yang didapat dari dinas peternakan Indonesia, peternakan-peternakan sapi terbesar di Indonesia tersebar pada pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Karena itu kami juga melakukan segmentasi pasar menjadi: 1. Peternakan pada wilayah pulau Jawa dan Sumatera Kelebihan Kelemahan Kesempatan Ancaman : pasar mudah dijangkau : mudah dimasuki oleh produk kompetitor : pasar yang besar dan potensial : Banyaknya produk kompetitor yang beredar pada peternakan dengan harga yang lebih bersaing.

2.

Peternakan pada wilayah pulau Sulawesi Kelebihan Kelemahan Kesempatan Ancaman : pasar potensial : wilayah sulit dijangkau dan distribusi produk lebih sulit : pasar peternakan sapi jenis-jenis khusus yang potensial untuk eksport : keterjaminan kualitas produk sampai tangan konsumen dengan baik

3.

Peternakan pada wilayah pulau NTT dan NTB Kelebihan Kelemahan Kesempatan Ancaman : pasar potensial : wilayah sangat sulit dijangkau dan distribusi produk sangat sulit : pasar peternakan tingkat nasional untuk eksport : keterjaminan kualitas produk sampai tangan konsumen dengan baik

b. Market Targetting

Berdasarkan hasil segmentasi dan evaluasi terhadap masing-masing segmen maka pasar yang dipilih untuk menjadi target pasar adalah peternakan swasta dengan wilayah pedesaan yang berada di wilayah jawa dan sumatera. Hal ini karena ketiga segmen tersebut adalah segmen yang memiliki pasar terbesar dan terpotensial. c. Market Positioning Produk biskuit pakan sapi yang berkualitas terjamin efektif dalam menurunkan kadar gas metan dan berfungsi mensukseskan konsep ramah lingkungan pada industri peternakan sapi dan menawarkan pelayanan yang berdasarkan good customer relationship management yang selalu melakukan data maintenance untuk memahami kebutuhan dan melayani kebutuhan pelanggan tersebut. Dan bekerja sama dengan pihak-pihak pemerintahan dan badan-badan peternakan terkait dalam mendistribusikan dan mensosialisasikan produk biskuit pakan sapi sehingga produk dapat didapat secara mudah dan terjangkau. 5. Strategi Promosi Promosi merupakan senjata utama dalam pemasaran produk. Hal ini disebabkan perlunya pengenalan awal pada produk yang tergolong baru ini kepada masyarakat. Walaupun di pasaran telah terdapat produk yang serupa, tetapi pada hakekatnya masyarakat belum mengenal produk yang ditawarkan. Hal-hal yang akan dilakukan untuk dalam rangka mempromosikan produk ini adalah :

1.

Pemberian informasi secara Above the line yaitu kegiatan promosi dengan menggunakan media-media yang ada diantaranya yaitu, beriklan di radio, POS Materials, pemasangan spanduk, penyebaran poster, dan penyebaran pamflet ,serta leaflet. Pemberian informasi secara Below the line. Pemberian informasi dengan cara menawarkan kepada para peternakan dengan melakukan edukasi atau gathering-gathering untuk mempromosikan manfaat dan keuntungan mengkonsumsi produk biskuit sapi ini.

2.

3.

Pemberian informasi melalui mailing list (milis), web, dan blog. Penyebaran informasi melalui cara ini dapat meningkatkan area pemasaran mengingat luasnya jangkauan mailing list dan blog. 4. Mengisi bazar dan pameran yang diadakan dalam rangka melakukan promosi untuk meningkatkan penjualan. 5. Potongan harga yang kompetitif untuk pembelian dalam skala besar pada waktu-waktu tertentu. Promosi secara above the line memang dianggap cukup efektif karena adanya interaksi langsung antara konsumen dan produsen dan dapat merangsang para konsumen kompetitor dapat membeli produk biskuit pakan sapi secara terus menerus. Namun hal ini juga harus didukung dengan promosi below the line seperti usaha untuk membuat terjadinya promosi mulut ke mulut yang akan dilakukan oleh konsumen yang merasa puas akan dengan membeli produk ini. Hal ini dilakukan karena promosi below the line dinilai lebih tidak memakan biaya dan cukup efektif dibandingkan terus-menerus melakukan promosi above the line yang cukup memakan biaya yang besar.

AGEN

PENGECER

Pengiriman surat (notifikasi) Pakan biskuit sapi Below the line

Pengiriman surat (notifikasi)

Above the line

KONSUMEN Gambar 17. Proses informasi Promosi pakan biskuit sapi Strategi Komersialisasi Komersialisasi adalah proses mengenalkan produk atau jasa baru kepada para penyalur dan pembeli akhir dari produk tersebut. Tujuannya adalah untuk membujuk konsumen agar bersedia membeli produk yang ditawarkan. Komersialisasi produk biskuit sapi ini dilakukan dengan cara penjualan putus atau penjualan dilakukan secara independen dan sesuai dengan kuantitas produksi. Dengan gambaran proses distribusi penjualan seperti gambar di bawah ini. 6.

Produsen

Distributor

Outlet (koperasi)

Konsumen (peternak)

Gambar 18. Sistem Distribusi Pemasaran biskuit pakan sapi Untuk melakukan proses komersialisasi perlu dilakukan analisis dan memutuskan kapan, di mana, pada siapa, dan bagaimana produk dikomersialisasikan. Karena itu kami menganalisis pengambilan keputusan-keputusan tersebut dengan mengumpulkan data sehingga dapat menganalisis proses komersialisasi, proses tersebut dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini.

7.

Analisis Swot Analisis Swot digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam spekulasi bisnis produk. Berikut tabel analisis SWOT yang menjadi pertimbangan dalam komersialisasi produk biskuit pakan sapi:

Kekuatan Kualitas produk yang telah teruji Dapat langsung digunakan (praktis) Lebih mudah didistribusikan (dalam bentuk biskuit) Peluang Belum ada rival untuk produk sejenis secara langsung Regulasi industri peternakan ramah lingkungan yang semakin digalakkan oleh pemerintah dan dunia globalVII. PENUTUP

Kelemahan Harga yang relatif lebih mahal Butuh dukungan dari adanya regulasi pemerintah dalam hal pendirian peternakan ramah lingkungan

Ancaman Inovasi yang harus dilakukan secara berkesinambungan Kesalahan dalam menentukan pasar dan strategi pemasaran

A. Kesimpulan Dengan semakin majunya teknologi serta pemanasan global yang semakin meningkat maka industri pengembangan diversifikasi pakan ternak menciptakan pakan ternak biskuit sapi sebagai solusi permasalahan tersebut. Produk dari industri yang kami ciptakan bertujuan untuk mengurangi emisi gas pembuangan pada hasil samping peternakan, terutama sapi. Metode valuasi terhadap inovasi produk pakan ternak dalam bentuk biscuit sapi dengan pemanfaatan kembang sepatu dilakukan dengan dua cara, dian