Tugas Mata Kuliah Valuasi dan Komersialisasi Teknologi
PENGEMBANGAN INDUSTRI PAKAN MELALUI DIVERSIFIKASI BAHAN BAKU
Pemanfaatan Ekstrak Kembang Sepatu (Hibiscusrosa sinensis) untuk
Pakan Sapi dalam Bentuk Biskuit
Oleh: Kelompok 9 Anggota: Nova Afriyanti Pralingga Saputra
Septiyanni Shiva Amwaliya Rizky Bachtiar Irfina Febianti Lutfi
Setiyono Triyoda Arrahman Khairunnisa Novina Eka S.
F34070011 F34070076 F34070078 F34070084 F34070086 F34070097
F34070112 F34070118 F34070121 F34070122
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu
permasalahan dunia yang dapat mengancam kehidupan. Berbagai dampak
buruk akibat pemanasan global menjadi permasalahan yang memerlukan
penanganan secara serius.Pemanasan global terjadi akibat dari
peningkatan efek rumah kaca yang disebabkan oleh naiknya
konsentrasi gas rumah kaca yaitu CO2, CH4, N2O dan halokarbon
(kelompok gas yang mengandung florine, klorin dan bromin) yang ada
di atmosfer. Sekitar 50% emisi gas metana dihasilkan berasal dari
kegiatan pertanian dan dari jumlah tersebut sekitar 20-60% berasal
dari peternakan, terutama sektor peternakan ruminansia. Seekor sapi
dewasa dapat mengemisi 80-110 kg metana pertahun. Estimasi emisi
gas metana secara global oleh ternak ruminansia berkisar antara
65-85 juta ton per tahun, sementara emisi total gas metana global
400-600 juta ton per tahun (Thalib et. al, 1994). Seiring dengan
gencarnya usaha mengurangi pemanasan global (Global Warming), para
peternak juga dituntut memperbaiki manajemen pemeliharaan ternak
sehingga dapat mengurangi produksi gas-gas asal ternak terutama
emisi metan dari fermentasi rumen. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menurunkan emisi metan asal ternak diantaranya
penggunaan bahan alternatif pakan aditif yang mengandung saponin
untuk menekan protozoa (defaunasi) sehingga produksi gas metan
dapat berkurang. Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) merupakan
salah satu jenis tanaman yang seluruh bagian tanamannya mulai dari
akar, daun, dan bunga mengandung flavonoida. Di samping itu bungan
dan daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, akarnya juga
mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan
cleomiscosin C (Harborne,1996). Dalam rangka mengatasi emisi gas
metan pada sektor peternakan ruminansia dan permasalahan rendahnya
produktivitas ternak ruminansia di tingkat peternak rakyat maka
perlu dilakukan perubahan dalam pola pemberian pakan hijauan yaitu
dengan mengkombinasikan antara pakan yang rendah protein dan tinggi
serat kasar dengan suplementasi saponin dari kembang sepatu dan
dikemas atau disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dikonsumsi,
yaitu dalam bentuk biskuit. Hal ini akan dapat membantu peternak
dalam meningkatkan produktivitas hasil ternak ruminansia dan
terjadinya peningkatan efisiensi penggunaan hijauan pakan. Inovasi
produk ini pun tidak lupa dibarengi dengan pendekatan yang tepat
mengenai komersialisasi yang akan dilakukan setelah diketahui nilai
dari inovasi produk yang ada. B. Perumusan Masalah Permasalahan
yang akan dibahas adalah mengenai penggunaan metode strandar
industri dan DCF sebagai metode valuasi pengembangan industri pakan
melalui diversifikasi bahan baku serta bagaimana pendekatan
komersialisasi yang akan dilakukan setelah nilai dari inovasi
produk yang ada. C. 1. 2. Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk: Melakukan valuasi terhadap inovasi produk pakan ternak dalam
bentuk biskuit dengan pemanfaatan ekstrak kembang sepatu.
Menentukan teknik komersialisasi yang tepat untuk inovasi produk
pakan ternak dalam bentuk biskuit dengan pemanfaatan ekstrak
kembang sepatu.
D.
Ruang Lingkup Penentuan valuasi inovasi produk pakan ternak
biskuit sapi ini mencakup tiga hal yaitu penentuan metode valuasi
terbaik yang digunakan, terbaik dalam artian mampu menjembatani
antara keberadaan inovasi dan informasi yang ada. Kemudian proses
pengevaluasian menggunakan metode yang dipilih dan yang terakhir
penyusunan strategi komersialisasi yang akan digunakan untuk
menjual produk. E. Manfaat Proses valuasi dan penyusunan strategi
komersialisasi inovasi produk biskuit sapi ini bermanfaat untuk
melatih mahasiswa Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian
Bogor dalam bertindak sebagai insan agroindustri dan bermanfaat
sebagai informasi bagi investor untuk mengembangkan inovasi produk
biskuit sapi menjadi industri baru atau lini produksi baru.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kembang Sepatu
Gambar 1. Kembang Sepatu (Hibiscusrosa-sinensis) Kembang sepatu
merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat.
Tanaman ini dikenal dengan nama bunga raya dan kembang worawari.
Kembang Sepatu diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, divisi
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, bangsa atau ordo Malvales, suku
atau famili Malvaceae, marga atau genus Hibiscus, jenis atau
spesies H. rosa-sinensis. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis
L.) biasanya banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis.
Kembangnya berukuran besar dan umumnya berwarna merah dan kuning.
Pada umumnya, tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter. Batang
tingginya 3m, bulat, berkayu, keras, diameter 9cm, masih muda
berwarna ungu setelah tua putih kotor. Daun berbentuk bulat telur
yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang
meruncing (Anonim, 2009). Kembang sepatu dapat digunakan sebagi
obat. Selain untuk pengobatan, kembang sepatu juga dapat digunakan
sebagai bahan makanan ternak. Kandungan nutrisi dari kembang sepatu
yaitu abu 88%, lemak 2.7 %, serat kasar 12%, BETN 50%, dan protein
kasar 11.9% (Hyene, 1987). Daun, bunga, dan akar kembang sepatu
mengandung flavonoida. Di samping itu daunnnya juga mengandung
saponin dan polifenol, bunga mengandung saponin dan polifenol,
akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A,
dan cleomiscosin C (Harborne,1996). Baik daun dan bunga dari
kembang sepatu memiliki senyawa bioaktif saponin. Oleh sebab itu,
menurut Sutardi (1977) kembang sepatu dapat dijadikan agensia
defaunasi dari populasi protozoa. B. Saponin Saponin adalah suatu
senyawa glikosida yang terdapat di dalam berbagi tanaman hijauan.
Saponin termasuk zat antinutrisi dalam kelas streroid dan terpenes.
Saponin dapat ditemui di dalam beberapa daun leguminosa pohon
seperti turi, jayanti, kembang sepatu, jarak pagar atau
kacangkacangan maupun limbah ekstraksi minyak (bungkil biji jarak
pagar) dan tanaman yang lain (Wiseman and Cole,1990).
Gambar 2. Struktur Umum Sapogenin sebagai Bagian Aglikon
Saponin. Berdasarkan jenis sapogeninnya, saponin dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu saponin
triterpenoid, saponin steroid dan saponin steroid alkaloid.
Penyebaran saponin bergantung pada jenis saponin. Beberapa saponin
steroid paling banyak ditemukan dalam famili Liliaceae,
Amaryllidaceae, dan Dioscoreaceae (Robinson, 1995). Triterpena
glikosida paling banyak ditemukan pada Magnoliatae dengan famili
Araliaceae, Caryophilaceae, Leguminosae, Polygalaceae, Primlaceae,
Sapindaceae dan Sapotaceae (Dey dan Harbone, 1991). Mayoritas
saponin yang terdapat di alam terutama pada tumbuhan merupakan
jenis saponin triterpena. Sifat yang khas dari saponin antara lain
berasa pahit, berbusa dalam air, mempunyai sifat detergen yang
baik, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah merah),
tidak beracun bagi binatang berdarah panas, mempunyai sifat anti
eksudatif dan mempunyai sifat anti inflamatori. Berdasarkan
sifat-sifat tersebut, senyawa saponin mempunyai kegunaan yang
sangat luas, antara lain sebagai detergen, pembentuk busa pada alat
pemadam kebakaran, pembentuk busa pada industri sampo dan digunakan
dalam industri farmasi serta dalam bidang fotografi (Prihatman,
2001). Pada tenak ruminansia, saponin berpotensi sebagai agen
defaunasi dalam manipulasi proses fermentasi di dalam rumen.
Penggunaan saponin yang ditambahkan ke dalam ransum dapat
menurunkan populasi protozoa rumen secara parsial atau keseluruhan
(Wiseman and Cole,1990). Efek defaunasi sangat dipengaruhi oleh
situasi pakan, ternak dan mikroba rumen. Suplementasi saponin dalam
ransum sapi perah akan mengurangi jumlah protozoa dan meningkatkan
jumlah bakteri dan kecernaan ADF (Acid Detergen Fiber). Selanjutnya
dkatakan pula bahwa kecernaan N makanan cenderung sangat rendah
pada konsentrasi saponin sangat tinggi. Penggunaan kembang sepatu
ini diharapkan tidak membunuh protozoa secara total, akan tetapi
mengeliminasi secara parsial. Menurut Sutardi (1977), adanya
mikroba yaitu bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen
menyebabkan ruminansia dapat mencerna bahan makanan yang berkadar
serat kasar tinggi. Yokoyama dan Johnson (1988) menyatakan bahwa
protozoa dan bakteri dalam rumen akan bersaing dalam menggunakan
beberapa bahan makanan, protozoa akan menggunakan bakteri sebagai
sumber protein untuk kehidupannya sehingga jumlah bakteri dalam
rumen akan berkurang sampai setengah atau lebih. Protozoa meliputi
hampir 50% dari biomassa mikroba dalam rumen. Keberadaan protozoa
dalam rumen cukup penting, tetapi tidak mutlak. Populasi protozoa
yang tidak terkontrol akan menekan bakteri. Penelanan bakteri oleh
protozoa akan mengurangi biomassa bakteri yang bebas dalam cairan
rumen sekitar 5090%, dapat menurunkan kecepatan kolonisasi bakteri
pencerna partikel makanan (Hungate, 1966). C. Ekstraksi Ekstraksi
adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah
zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang
lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan
alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode
pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.
Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat
erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil,
atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah (Rahayu ,2009).
Ketaren (1986) menambahkan bahwa ekstraksi adalah suatu cara untuk
mendapatkan zat dari bahan yang diduga mengandung zat tersebut.
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.
Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Tujuan ekstraksi adalah untuk
menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massakomponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Secara umum,
terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi: 1.
Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari
organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan
dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan
proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai. 2. Bahan
diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya
alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia
sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk
senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini
diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk
kelompok senyawa kimia tertentu 3. Organisme (tanaman atau hewan)
digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan
cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali
membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air
untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat
mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia
lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan
obat tradisional. 4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum
ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya
dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk
menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan
pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan
aktivitas biologi khusus. Proses pengekstraksian komponen kimia
dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat
akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel (Anonim,2008). D. Pakan Ternak Sapi Secara garis
besar pakan ternak sapi terbagi atas pakan utama yaitu : Hijauan
dan pakan penguat (konsentrat) dan pakan tambahan (Feed Suplement).
1. Hijauan Hijauan merupakan bahan pakan utama ternak sapi
penggemukkan dapat berupa rumput baik itu rumput unggul, rumput
lapangan dan sebagian jenis leguminosa. Untuk pemberian hijauan
makanan ternak dapat diberikan dengan memberikan rumput unggul
seperti rumput raja, rumput gajah dll atau mencampurkan rumput
lapangan dengan tanaman leguminosa seperti gamal, kaliandra, turi
dan lain-lain yang memiliki gizi tinggi. Hal ini perlu dilakukan
karena ketersediaan sangat dipengaruhi oleh musim dan semakin
terbatasnya padang pengembalaan disamping itu nilai gizi yang
dikandung sangat rendah.
2. Konsentrat (Makanan Penguat) Konsentrat adalah campuran dari
beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan
makanan ternak. Terdiri dari bahan pakan dengan kandungan serat
kasar rendah dan mudah dicerna berasal dari biji-bijian, hasil
ikutan/limbah pertanian dari pabrik pengolahan hasil pertanian dan
bahan berasal dari hewan seperti tepung ikan, tepung darah dan
lain-lain. 3. Pakan Tambahan (Feed Suplement) Merupakan pakan
tambahan yang berguna untuk merangsang pertumbuhan, mencegah
penyakit dan melengkapi ransum pakan ternak. Terdiri antara lain
campuran vitamin dan mineral contoh : Premix A, Premix B, Mineral
B12 dan lain - lain. Ternak ruminansia termasuk sapi sesuai dengan
kemampuan pencernaannya dapat mengkonsumsi lebih banyak jenis bahan
pakan dibandingkan ternak unggas. Bahan pakan ternak dapat
digolongkan ke dalam bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
limbah pertanian dan limbah industry. a . Bahan Pakan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan 1. Rumput-rumputan : Dapat berupa rumput liar
(lapangan) atau rumput unggul yang sengaja ditanam seperti :
Ilalang, teki rumput gajah, rumput benggala dan lain-lain 2.
Daun-daunan : Diantaranya Daun Pisang, Daun Ubi kayu dan Daun Ubi
Jalar. Daun pisang dapat diberikan dalam bentuk segar ataupun sisa
pembungkusan. Daun pisang sisa pembungkusan dapat diberikan sebagai
pakan ternak ruminansia menggantikan daun lamtoro (Urip Santoso
dkk, 1984), sebelum diberikan daun pisang ini dibersihkan dan
dicuci dahulu. Sebaiknya daun-daun tersebut diberikan langsung agar
zat gizi tidak terlalu banyak hilang. Daun Ubi kayu dan Ubi Jalar
dapat diberikan dalam bentuk segar sebagai sumber protein dan
vitamin B1, B2, C dan Provitamin A. 3. Daun-daun dari jenis
kacang-kacangan Daun dari jenis ini mengandung protein dan zat
kapur yang tinggi dapat digunakan untuk pakan ternak ruminansia.
Diantara jenis daun yang sudah cukup dikenal antara lain : daun
turi, daun lamtoro, daun kacang tanah, daun kedelai, daun kacang
panjang, daun gamal dan daun kaliandra 4. Umbi-umbian Umbi-umbian
dapat diberikan kepada ternak karena selain mengandung protein,
vitamin, juga mengendung pati sehingga mudah dicerna. Umbi yang
akan diberikan sebaiknya sisa yang tidak dapat dikonsumsi oleh
manusia seperti ubi jalar, ubi kayu yang sudah tua dan berserat
atau terlalu lama dalam penyimpanan, kentang yang telah keluar
tunas-tunasnya dan berbecak hitam dan umbi talas. Untuk tanaman ubi
jalar, ubi kayu dan talas sebelum diberikan diberikan kepada ternak
sebaiknya dijemur dibawah sinar matahari atau direbus terlebih
dahulu. b. Limbah Pertanian Limbah pertanian sebagai pakan ternak
terdiri atas jerami untuk yang dan tanaman lainnya yang umum
digunakan diantaranya : 1. Jerami padi
Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak tidak begitu banyak
disebabkan serat kasarnya yang tinggi. Salah satu cara untuk
mengurangi kandungan serat kasar adalah dengan melalui proses
amoniasi. 2. Jerami jenis kacang-kacangan Yang sudah banyak dikenal
dan digunakan oleh peternak adalah jerami kedelai, jerami kacang
hijau dan jerami kacang tanah. Jerami ini mengandung serat kasar
lebih rendah dan protein yang lebih tinggi (sekitar 15%)
dibandingkan jerami padi. Disamping itu jerami kacang-kacangan
sifatnya lebih enak sehingga lebih disukai ternak dibandingkan
jerami padi 3. Jerami Jagung Ditinjau dari nilai gizinya jerami
jagung lebih rendah dari jerami kacang-kacangan, tetapi masih lebih
baik dibandingkan nilai gizi jerami padi dan lebih disukai ternak.
4. Jerami Ketela (Ubi) : Ada jenis ubi yang dikenal yaitu ubi kayu
dan ubi rambat kandungan gizinya lebih baik dari jerami padi dan
umumnya digunakan oleh peternak pada saat musim kemarau mencapai
29-50% dari jumlah pakan. 5. Limbah tanaman lainnya : Limbah
pertanian lainnya yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan untuk ternak
antara lain (Ety Widayati, dkk 1996) antara lain kulit buah nanas
(diberikan 15% dari jumlah pakan), biji pepaya (diberikan 15% dari
jumlah pakan) dan bungkil kelapa sawit karet (diberikan 20% dari
jumlah pakan). Limbah ini dapat diberikan langusng kepada ternak.
c. Limbah industri Yang dimaksud dengan limbah industri ialah
limbah dari industri pengolahan tanaman pertanian diantaranya :
1.
Dedak Padi
Dedak pada biasanya digunakanan sebagai pakan sumber energi bagi
ternak ruminansia yang pemberiannya disertai dengan hijauan makanan
ternak. Biasanya terbagi atas :
-
Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral
Selaput perah (katul) dedak halus yang kaya akan protein, vitamin
B1, lemak dan mineral Dedak kasar adalah kulit gabah halus yang
bercampur dengan pecahan lembaga beras dimana daya cernanya rendah
Bungkil Kelapa
2.
Banyak digunakan karena mudah ditemui dan harganya relatif lebih
murah, walaupun kadar proteinnya lebih rendah dibandingkan dengan
bungkil lainnya tetapi daya cerna zat -zat lainnya cukup
tinggi.
3.
Bungkil Kedele
Merupakan bahan pakan yang paling baik untuk ternak , mudah
dicerna kadar proteinnya tinggi dan kaya akan asam amino essensial
dan bila dikombinasikan dengan jagung akan
menghasilkan pakan yang baik untuk ternak. Karena kadar lemaknya
sangat tinggi sebaiknya pemberian tidak lebih dari 25% dari jumlah
pakan konsentrat.
4.
Onggok Hasil pembuatan tepung tapioka dan biasanya digunakan
sebagai sumber karbohidrat. Ampas Kecap Limbah dari pembuatan kecap
mengandung protein yang tinggi disamping kalsium dan fosfor. Ampas
kecap dapat diberikan langsung sebagai pakan ternak sampai jumlah
20% dari ransum. Penambahan 5% ( Etty, dkk 1996) sudah dapat
memberikan kenaikkan berat badan ternak. Ampas Tahu Dengan
kandungan protein, lemak, kalsium dan fosfor yang tinggi
sebagaimana ampas kecap ampas tahu dapat diberikan dalam jumlah
yang cukup tinggi sampai 25% serta dapat diberikan langsung ke
dalam pakan ternak.
5.
6.
Ternyata begitu bayak bahan-bahan disekitar kita yang dapat
dijadikan pakan (makanan) untuk ternak sapi khususnya sapi yang
digemukkan. Untuk setiap pengenalan bahan baru sebaiknya diberikan
sedikit demi sedikit sampai ternak terbiasa . Apabila terjadi
perubahan pada ternak (mencret, pertambahan berat badan yang
cenderung turun dll) hentikan pemberian karena ada kemungkinan
pemberian sudah melampaui batas kemampaun untuk mengkonsumsi suatu
bahan. (Harmaini, 2008). E. Biskuit Biskuit adalah produk makanan
kecil yang renyah yang dibuat dengan cara dipanggang. Istilah
biskuit berbeda-beda di berbagai daerah di dunia. Asal kata biskuit
atau biskuit (dalam Bahasa Inggris) berasal dari Bahasa Latin,
yaitu bis coctus yang berarti dimasak dua kali (cooked twice). Di
Amerika, biskuit populer dengan sebutan cookie, yang berarti kue
kecil yang dipanggang. Sejak abad ke-16 hingga abad ke-18, juga
sering disebut dengan besquite dan bisket. Bentuk kata sejenis juga
tercipta di beberapa bahasa Eropa. Ciri-ciri dari biskuit
diantaranya, renyah dan kering, bentuk umumnya kecil, tipis dan
rata. Biskuit adalah kue kering yang tipis, renyah, dan keras yang
dibuat tanpa peragian dengan kandungan air yang rendah kurang dari
5 %. Biasanya formula biskuit diperkaya dengan bahan-bahan seperti
lemak, gula, garam, serta bahan pengembang (Anonim, 1996). F.
Ekstruksi Ekstrusi merupakan proses pembentukan produk melalui
penekanan sebelum dipaksa keluar melalui die (lubang pencetakan),
bahan tersebut umumnya dipanaskan sedemikian rupa sehingga rasa
mentahnya hilang. Dua faktor penting yang mempengaruhi produk
ekstrusi (ekstrudat) adalah kondisi operasi dari ekstruder dan
pemilihan reologi pangan. Parameter penting dalam pengoperasian
ekstruder adalah temperatur, tekanan, diameter lubang pencetakan
dan shear rate. Pemilihan bahan pangan berpengaruh penting pada
tekstur dan warna ekstrudat. Alat pengekstrusi adalah reaktor
dengan aliran tka terputus (kontinu) serta mempunyai kelembaman
yang rendah. Molekul - molekul bahan pangan yang besar seperti
karbohidrat dan protein mengalami gelatinisasi dan denaturasi
menyusun aliran laminar yang dalam ulir pengekstrusi dan cetakan.
Pada suhu yang makin tinggi, molekul - molekul ini membentuk ikatan
silang menjadi struktur telah berubah dan dapat
mengembang. Struktur makromolekul dari pati dan protein
mengembang dan menghasilkan massa viskoplastik (Gulo, 2010) G.
Metode Valuasi Nilai (value) merupakan persepsi seseorang, yaitu
harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu
tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasaan, dan kesenangan
merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai
atau harga. Ukuran nilai atau harga ditentukan oleh waktu, barang,
atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau
menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya (Johansson, 1987).
Valuasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep
dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Johansson,
1987). Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk
mencapai tujuan dengan cara melakukan prediksi atas hasil yang akan
didapat (Turner, 2000). Valuasi berguna dalam analisis pendahuluan
(portfolio), pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta
kegiatan akuisisi. Menurut Turner (2000) terdapat enam metode
valuasi teknologi, yaitu:
1. Discounted Cash Flow (DCF), merupakan suatu teknik pembuatan
model keuangan yangdidasarkan pada asumsi prospek arus kas suatu
properti atau usaha. Sebagai metode yang dapat diterima dalam
pendekatan pendapatan, analisis DCF melibatkan proyeksi arus kas
untuk suatu periode baik untuk menilai properti operasional,
properti dalam pengembangan atau bisnis. Proyeksi arus kas tersebut
memerlukan diskonto pasar yang berlaku saat ini untuk mendapatkan
indikasi nilai kini dari arus kas dalam kaitannya dengan properti
atau bisnis. Dalam hal penilaian properti operasional, arus kas
secara berkala pada umumnya diestimasikan sebagai pendapatan kotor
dikurangi kekosongan dan piutang tak tertagih, serta biaya
operasional. Pendapatan operasional bersih dalam suatu periode
bersama dengan estimasi nilai akhir (terminal value/exit value)
pada akhir periode proyeksi, kemudian didiskonto. Dalam hal
penilaian properti dalam pengembangan, estimasi modal, biaya
pengembangan dan pendapatan penjualan diestimasikan untuk mencapai
sejumlah pendapatan bersih yang kemudian didiskonto selama periode
pengembangan dan periode pemasaran. Dalam hal penilaian bisnis,
estimasi arus kas dalam suatu periode dan nilai dari bisnis pada
akhir periode proyeksi, didiskontokan. Aplikasi analisis DCF yang
paling sering digunakan adalah Nilai Kini (Present Value), Nilai
Kini Bersih (Net Present Value) dan Tingkat Pengembalian Internal
(Internal Rate of Return) dari arus kas. Nilai DCF sangat
bergantung pada besarnya nilai Risk-Adjusted Hurdle Rate (RAHR)
atau nilai k. Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu:
pemilihan waktu, besarnya nilai dan resiko untuk pembayaran masa
depan. Secara umum, metode discounted cash flow dirumuskan sebagai
berikut:
2. Monte Carlo dan Real Option, yaitu metode valuasi teknologi
berdasarkan pada aliran kasdengan berbagai macam asumsi dari
penerimaan dan biaya. Pada metode Monte Carlo, satu perhitungan
tidak dibatasi untuk menghasilkan satu nilai perkiraan dari
variabel-variabel utama seperti penerimaan, biaya atau resiko.
Perkiraan dibuat berdasarkan pada rentang pengeluaran
dengan berbagai macam kemungkinannya, sedangkan pada metode real
option digunakan ketika berhadapan dengan perhitungan proyek
berjangka waktu panjang. Pada proyek ini, pengeluaran dihitung pada
awal proyek dengan umur proyek yang lama dantingkat pengembalian
proyek berada di akhir proyek, maka penggunaan satu nilai
Risk-Adjusted Hurdle Rates (RAHR) atau nilai k akan membuat semua
proyek bernilai ekonomi menguntungkan karena adanya faktor B/ (1+k)
n, yaitu nilai n yang besar. Metode ini akan mengevaluasi semua
investasi dan penerimaan dalam berbagai macam kemungkinan. Selama
ini metode Real Options (RO) sering dianggap merupakan alternatif
bagi metode DCF dengan memasukkan unsur fleksibilitas manajemen
dalam menghadapi uncertainty kedepan. Secara teori sebenarnya ada
perbedaan yang mendasar antara DCF dan RO. Perbedaan mendasar dari
dua metode ini adalah bagaimana pendekatannya dalam
mempertimbangkan faktor risiko terhadap cash flow suatu project.
Dalam DCF, pendekatannya adalah dengan menggunakan satu discount
factor yang merupakan gabungan antara faktor risiko atas
uncertainty dan waktu, dimana discount factor ini yang akan
digunakan untuk menghitung Net Present Value dari cash flow suatu
project. Sedangkan dalam RO, pendekatan ini berusaha memisahkan
faktor-faktor diatas yaitu risiko atas uncertainty dan waktu.
Risiko atas uncertainty tersebut akan diaplikasikan ke setiap
sumber (variable) sehingga akan didapat cash flow yang sudah diberi
faktor risiko, sebelum akhirnya cash flow ini diberi faktor risiko
atas waktu untuk mendapatkan NPV versi RO ini.
3. Standarisasi industri (Industry Standards), yaitu mendesain
sebuah database darikesepakatan-kesepakatan kerjasama
komersialisasi teknologi baru yang sudah pernah dilakukan oleh
investor dan inventor. Metode standarisasi industri merupakan
sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan
lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi
yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke
dalam dua faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya.
4. Perankingan (Rating/Ranking), yaitu membandingkan kesepakatan
perjanjian komersialisasiteknologi yang sudah pernah dilakukan.
Metode ini memerlukan identifikasi kesepakatan teknologi yang sudah
terdokumentasikan. Ketika kesepakatan teknologi-teknologi sudah
terdokumentasikan, maka kesepakatan teknologi yang mempunyai ke
miripan dapat dibandingkan dengan kesepakatan yang sudah pernah
dilakukan, sehingga dalam penggunaannya metode ini sangat
berhubungan dengan metode standarisasi industri.
5. Pelelangan (Auctions), yaitu menilai teknologi berdasarkan
kesepakatan yang sedangdilakukan sekarang untuk menawarkan
perjanjian kerjasama komersialisasi teknologi. Hal ini yang
membedakan dengan metode industry standards yang menggunakan
informasi pasar dari kesepakatan-kesepakatan yang sudah pernah
dilakukan dan mempunyai kemiripan dengan teknologi yang sedang
dinilai.
6. Ibu jari (Rules of Thumb), yaitu mengidentifikasikan dan
menggunakan data pemasaran yangsesuai sebagai acuan dalam
penilaian. Rules of thumb merupakan panduan yang sangat berguna
bagi pengambil keputusan berdasarkan pada berbagai macam pengalaman
seseorang dalam menilai teknologi. Metode ini mengembangkan prinsip
valuasi yang dapat secara tepat dan cepat diaplikasikan ke berbagai
macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah
negosiasi
antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama
sehingga dapat ditimbulkan dan diaplikasikan. Valuasi dapat menjadi
tidak akurat apabila nilai hasil valuasi tidak mewakili dari waktu
yang diperlukan dan jumlah uang yang telah diinvestasikan untuk
menghasilkan suatu teknologi. Nilai itu juga bergantung pada
tingkat aksesibilitas teknologi tersebut. Semakin sulit untuk
ditiru maka akan semakin baik posisinya dalam mendapatkan
keuntungan. Masa hidup dan nilai dari teknologi dapat dipengaruhi
pada munculnya suatu teknologi baru yang dapat menggantikan
teknologi tersebut sehingga penetapan harga menjadi sangat sulit
dilakukan bila melihat daur hidup dari teknologi baru tersebut.
Metode valuasi rules of thumb adalah penggunaan dari formula
sederhana yang mengestimasi nilai dari bisnis tertentu dengan
membuat sebuah petunjuk harga dari bisnis yang pasti. Metode
valuasi rules of thumb mengacu kepada beragam karakteristik unik
dari setiap target bisnis yang akan divaluasi. H. Metode
Komersialisasi Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari
pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau proses dan penerapan
proses dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian
yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup
kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan
pasar, dan sebagainya. Tahapan-tahapan komersialisasi sebuah produk
umumnya seperti yang terlihat pada Gambar 3. (Goenadi, 2000).
Invensi (ide)
Aplikasi paten
Pengembangan produk
Produksi produk
Pemasaran produk
Gambar 3. Tahapan umum komersialisasi produk (Goenadi, 2000)
Invensi adalah suatu upaya untuk menciptakan atau membuat sesuatu
yang baru dan bermanfaat sehingga dapat memecahkan secara teknis
persoalan yang dihadapi oleh manusia, masyarakat, atau lingkungan.
Kegiatan ini meliputi aktivitas imajinasi ide, pengamatan,
formulasi invensi, dan uji coba. Sebuah invensi pada dasarnya
merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah teknis, oleh karena
itu sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum sebelum
mengkomersialkannya. Pada beberapa kasus, penelitian lebih lanjut
masih dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat
diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan atau proses
yang dapat diterapkan dalam produksi komersial, bahkan setelah
produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut masih
dibutuhkan untuk memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan
sumberdaya manusia, investasi, waktu, dan kerja kreatif.
Komersialisasi invensi merupakan serangkaian upaya dari
pengembangan dan pemasaran sebuah hasil invensi. Kegiatan ini cukup
kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan
ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar,
dan sebagainya (Goenadi, 2000). Komersialisasi invensi tidak selalu
mudah karena melibatkan berbagai pelaku dan mekanisme yang cukup
rumit. Tahapan utama yang sering sulit untuk dilakukan adalah
melakukan valuasi (penetapan nilai) terhadap invensi yang akan
dikomersialkan. Presentasi ini selanjutnya menyajikan secara
singkat beberapa langkah strategis dalam proses komersialisasi
invensi bernilai ekonomis (Turner, 2000). Komersilisasi dari sebuah
invensi adalah sebuah bentuk inovasi teknis yang merupakan sebuah
kegiatan kreatif yang dapat diterapkan dengan mengubah suatu ide
invensi menjadi produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat
diterapkan dalam produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
komersilisasi invensi, yaitu: infrastruktur untuk fasilitas alih
teknologi, kebijakan keuangan, dan pajak. (Goenadi, 2000). Inovasi
adalah kegiatan untuk membawa invensi ke pasar atau komersialisasi,
yang memerlukan perencanaan dan tidak dapat terjadi begitu saja.
Kekayaan Intelektual (KI) telah menjadi unsur sangat penting dalam
strategi modern untuk promosi dari inovasi dan invensi. oleh karena
itu kekayaan intelektual merupakan alat penting bagi pembangunan.
Menurut Ducker (1985), inovasi adalah tindakan yang memberi
sumberdaya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan
kesejahteraan. Empat hal yang berkaitan dengan inovasi yaitu
sebagai berikut: 1. Inovasi mempunyai tujuan dan sistematis,dimulai
dari menganalisis peluang 2. Inovasi bersifat konseptual dan
perseptual 3. Agar efektif sebuah inovasi harus sederhana dan harus
focus 4. Inovasi yang efektif dimulai dari yang kecil 5. Inovasi
harus mengarah pada kepemimpinan Terdapat juga
persyarata-persyaratan dalam sebuah inovasi. Tiga persyaratan
sebuah inovasi adalah sebagai berikut: 1. Inovasi adalah karya
sehingga membutuhkan pengetahuan 2. Agar berhasil, inovator harus
membina kekuatannya. Inovator yang berhasil harus melihat peluang
dalam jajaran yang luas 3. Inovasi adalah dampak dalam perekonomian
dan masyarakat, suatu perubahan dalam perilaku pelanggan, guru,
para petani, dan sebagainya. Terdapat upaya dalam pemberdayaan
kekayaan intelektual (KI) dengan cara komersialisasi investasi
melalui teknologi, yaitu dengan cara pengalihan secara gratis,
penjualan KI, dan lisensi KI. Berikut penjelasan tiap-tiap upaya
dama pemberdayaan KI tersebut: Pengalihan secara gratis Penemu
dapat memberikan temuannya secara gratis dalam rangka pertukaran
dengan temuan lain. Cara tersebut sering dilakukan oleh industry
perangkat lunak computer. Beberapa perusahaan perangkat lunak
computer memberikan produknya secara gratis dalam versi yang
kecil
dan terbatas untuk mengikat konsumen agar menggunakannya secara
lengkap. Penyerahan KI secara gratis dimaksudkan sebagai bagian
dari pemasaran produk untuk memberikan jaminan pasar bagi lisensi
komersial. Penjualan KI Cara tersebut sulit dilakukan karena tidak
mudah menentukan tingkat harga jual produk KI. Bila harga terlalu
tinggi, tidak akan ada pembeli. Sementara itu, bila harga rendah
maka penemu akan rugi. Kesulitan lainnya adalah penemu tidak
mempunyai hak lagi untuk menggunakan hasil temuannya tanpa izin
pemilik baru. Lisensi KI Lisensi adalah hak pakai dari suatu temuan
dalam periode tertentu di wilayah tertentu sebagai pengganti uang
atau kompensasi lainnya. Lisensi bersifat kontrak sehingga
dilindungi oleh UU. Kekayaan Intelektual yang dapat dilisensikan
adalah paten, merek dagang, hak cipta, rahasia dagang, dan lainnya.
Keuntungan lisensi adalah si penemu tetap memiliki temuannya dan
penemu tetap dapat menggunakan temuannya untuk tujuan
non-komersial. Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan
seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan
dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik
sahamnya. Menurut Kotler (2003), dari segi sosial pemasaran adalah
suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain. Bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar
tujuan pemasarannya. Menurut Kotler (2003), alat bauran pemasaran
dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yang disebut empat P
yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi
(promotion). Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami
pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok
dengan pelanggan dan selanjutnya menjual produk atau jasa tersebut.
Idealnya, pemasaran hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang
siap untuk membeli dan selanjutnya perusahaan menyediakan semua
produk atau jasa yang diinginkan (Kotler, 2003) Analisis terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disebut
analisis SWOT. Analisis ini mencakup pemantauan lingkungan
pemasaran secara internal maupun eksternal. Lingkungan eksternal
mencakup analisis peluang dan ancaman sedangkan lingkungan internal
mencakup analisis kekuatan dan kelemahan (Kotler, 2003). Analisis
pasar terdiri dari segmentasi, targeting dan positioning.
Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau
mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau
memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku
pembelian maupun gaya hidup (Kotler,2003). Segmentasi tersebut
memiliki peran penting karena beberapa alasan; pertama, segmentasi
memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber
daya. Kedua, segmentasi merupakan dasar untuk menentukan
komponen-komponen strategi. Ketiga, segmentasi merupakan faktor
kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut
yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing
(Kotler, 2003). Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan
pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang akan
dijadikan target, yaitu: perusahaan harus memastikan bahwa segmen
pasar
yang dibidik itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi
perusahaan, strategi targeting didasarkan pada keunggulan
kompetitif perusahaan yang bersangkutan, segmen pasar yang dibidik
harus didasarkan pada situasi persaingannya (Kotler, 2003).
Posisioning adalah suatu metode untuk membuat sebuah produk yang
berbeda dengan produk pesaing dalam bentuk brand image, menyatakan
positioning sebagai the strategy for leading your cutomers credibly
yaitu suatu strategi untuk membangun kepercayaan, keyakinan dan
kompetensi bagi konsumen. Posisioning adalah mengenai cara
perusahaan mendapatkan kepercayaan pelanggan untuk dengan sukarela
mengikuti perusahaan (Kotler, 2003).
III.PROSES PRODUKSIKombinasi pakan ternak dengan saponin dari
kembang sepatu akan dibuat dalam bentuk pakan yang berbentuk
biskuit. Biskuit sapi dibuat berdasarkan perbandingan nutrisi pakan
yang tepat dengan kandungan saponin yang sesuai, sehingga ketika
akan diberikan kepada ternak akan lebih mudah dan tidak perlu
pencampuran perbandingan secara manual, sehingga peternak lebih
mudah menggunakannya. Dari sisi produsen, produk ini lebih memiliki
nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan menjual ekstrak kembang
sepatu saja. Bahan yang digunakan dalam membuat adalah daun kembang
sepatu, metanol, hijauan berupa rumput gajah, garam, molasses, dan
air. Alat yang digunakan dalam membuat ekstrak kembang sepatu yaitu
oven, penggiling atau perajang daun, alat maserasi, kain saring,
dan freeze drier, bak pencucian, mesin filtrasi, mesin pencetak
biskuit, mesin pressing, alat pencampur pakan ternak, dan terpal
sebagai wadah pengeringan dengan bantuan sinar matahari. Daun
kembang sepatu dicuci dengan air agar kotoran pada daun hilang.
Kemudian daun kembang sepatu yang telah dicuci dikeringanginkan
pada suhu 45C selama 30-36 jam, setelah itu dikeringkan menggunakan
oven pada suhu 95C. Setelah pengeringan selesai, kemudian dilakukan
proses penggilingan yang berfungsi untuk menghacurkan daun kembang
sepatu agar mudah diproses pada proses selanjutnya, yaitu maserasi.
Pada proses maserasi ditambahkan dengan metanol agar senyawa
organik yang diinginkan pada daun kembang sepatu dapat diisolasi.
Pemggunaan metanol dikarenakan metanol merupakan pelarut yang dapat
melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Perbandingan antara
daun kembang sepatu dengan metanol yang ditambahkan yaitu 1:4.
Setelah proses maserasi selesai, hasil proses tersebut disaring
menggunakan kertas saring dan dilanjutkan dengan proses pembubukan
menggunakan freeze drier.
Daun Kembang Sepatu 25 kg Kadar air : 40% Air = 10000 gram
Air 6.75 L Air 12.5 L Pencucian Kotoran Sisa pencucian 500
gram
Daun Kembang Sepatu Kadar air 63% Air = 15,750 gram Pengeringan
Terbuka (Dikeringanginkan ) 30 36 jam, T = 45oC Daun Kembang Sepatu
Kadar air 14% Air = 3500 gram
Air 122,500 gram
Peneringan Oven T = 60oC
Air 2000 gram
Daun Kembang Sepatu Kadar air 6% Air = 1500 gram
Penggilingan
Metanol 60% 100 L
Maserasi Kembang Sepatu : Metanol = 1 : 4
Etanol yang menguap 37500 ml
Penyaringan (filter )
Ampas kembang sepatu 22,500 gram
Ekstrak kembang sepatu 48% dari input 65,000 ml
Pembubukan (Freeze Dryer )
Losses 12,500 gram
Bubuk Ektrak Kembang Sepatu 52,500 gram
Gambar 4. Neraca Massa Proses Ekstraksi Kembang Sepatu
Ekstraksi kembang sepatu yang sudah dihasilkan kemudian
ditambahkan dengan hijauan. Hijauan yang digunakan adalah rumput
gajah karena memiliki serat yang tinggi dan nutrisinya baik untuk
sapi. Sebelumnya hijauan dikeringkan dengan bantuan sinar matahari
selama dua hari. Setelah kering, hijauan tersebut dihancurkan
dengan menggunakan bantuan alat slicer. Proses ini dilakukan untuk
memudahkan proses selanjutnya. Setelah hijauan hancur, maka
dilakukan pencampuran menggunakan mixer pakan ternak. Bahan yang
dicampurkan adalah ekstrak kembang sepatu, molasses, dan garam.
Ekstrak kembang sepatu yang ditambahkan ke dalam hijauan adalah
dengan perbandingan 0.01 : 100. Molasses yang ditambahkan ke dalam
hijauan bertujuan untuk merekatkan adonan. Penambahan dilakukan
dengan perbandingan hijauan dengan molasses adalah 2 : 1. Garam
ditambahkan ke dalam adonan hanya sedikit saja dan berfungsi untuk
memberi rasa gurih yang disukai oleh hewan ternak. Setelah
pencampuran selesai, maka dilakukan pencetakan agar berbentuk
biskuit. Pancetakan dilakukan dengan bantuan pressing selama 20
menit.
Bahan Baku (Hijauan) 1500 kg, Kadar air = 18% Air = 270 kg
Pengeringan (Matahari), dikeringanginkan 2 hari Hijauan Kadar
air = 9% Air = 135 kg
Air yang menguap 135 kg
Penggilingan (Grinding)
Losses 250 kg
Hijauan cacah 1115 kg
Molasses 557.5 kg
Garam 25kg
Mixing Ribbon Mixer
Ekstrak kembang sepatu 52500 gram
Campuran bahan 1725 kg
Pencetakan
Pressing 20 menit
Losses 250kg
Biskuit Sapi 1700 kg (I biskuit = 20 gram) Gambar 5. Neraca
Massa Pembuatan Biskuit Sapi 8500 buah biskuit = 340 kemasan
Proses Ekstrkasi Kembang Sepatu 1. Pencucian Daun kembang sepatu
yang akan diekstrak, dilakukan pencucian terlebih dahulu agar daun
kembang sepatu bersih dari berbagai kotoran, seperti debu.
Pencucian dilakukan dengan metode yang sederhana, yaitu dengan
pencucian bertahap dengan air yang mengalir secara kontinyu. Bak
pencucian memiliki kapasitas masing-masing sebesar 1 kg daun
kembang sepatu.
Gambar 6. Sketsa Bak Pencucian Daun Kembang Sepatu Daun kembang
sepatu dimasukkan ke dalam masing-masing bak pencucian. Air akan
dipompakan ke bak pencucian awal dan mengalir ke bak-bak pencucian
berikutnya. Air sisa pencucian akan disaring kembali dan digunakan
kembali pada proses berikutnya. Penggunaan air yang berulang ini
hanya dilakukan sampai 3 kali ulangan. Setelah 3 kali ulangan,
makan air akan diganti dengan air yang baru. Pembuatan bak
pencucian ini cukup murah dan tidak perlu terbuat dari bahan
stainless steel, cukup dengan susunan ember biasa, atau dibuat dari
semen dan keramik. 2. Pengeringan Pengeringan dilakukan untuk
menghilangkan air yang terkandung dari daun kembang sepatu.
Pengeringan ini dilakukan dengan cara pengeringan tanpa oven pada
suhu 45C, yaitu dengan menggunakan bantuan sinar matahari.
Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air berkurang menajdi
14%. Lama pengeringan ini tergantung dengan cuaca. Apabila cuaca
baik, pengeringan dapat dilakukan selama 30-36 jam. Alat yang
digunakan pada proses ini hanya wadah untuk menyimpan daun kembang
sepatu pada proses pengeringan, seperti nampan atau baki, terpal,
atau lantai jemur. Pemilihan wadah jemur pada proses ini adalah
terpal. Pengeringan (oven) Pengeringan oven dilakukan pada suhu
105C selama 3 jam. Pengeringan oven dilakunan untuk mengurangi
kadar air yang ada di daun kembang sepatu setelah dikeringanginkan
agar mencapai kadar air yang lebih rendah lagi yaitu mencapai kadar
air 5 - 6 %.
3.
Tipe produk Kapasitas Temperature Dimensi Diameter Harga Gambar
7. Oven 4.
: GE-171 : 108 L : 20C - 220C : 400 x 400 x 400 mm : 550 mm :
Rp. 8,750,000.00
Penggilingan Pengilingan dilakukan pada daun kembang sepatu yang
telah dioven untuk memperkecil ukurannya. Sehingga dengan ukuran
yang lebih kecil, dapat mempermudah proses selanjutnya yaitu
maserasi. Pada proses ini alat yang digunakan adalah mesin perajang
daun CFA-223.
Tipe produk Kapasitas Dimensi Harga
: CFA-223 : 450 kg : 500 x 400 x 650 mm : Rp. 5,000,000.00
Lebar konveyor : 20 cm
Gambar 8. Mesin penggiling
5.
Maserasi
Proses ini merupakan proses ekstraksi dengan merendam bahan
(daun kembang sepatu) ke dalam suatu pelarut selama waktu tertentu.
Dalam hal ini proses maserasi dilakukan selama 90 menit. Pada
proses ini ditambahkan pelarut organik berupa alkohol 60%.
Tipe produk Kapasitas Dimensi Diameter Konsumsi gas Bobot Harga
Gambar 9. Alat maserasi
: RC-3E : 10 L : 1240 x 805 x 900 mm : 550 mm : 1,2 kg/jam : 120
kg : Rp. 7,560,000.00
6.
Penyaringan Ekstrak daun kembang sepatu yang telah dimaserasi,
kemudian disaring dengan menggunakan kain saring. Pada proses ini
dilakukan untuk memisahkan ekstrak dari daun yang masih telah
diisolasi oleh methanol dengan daun kembang sepatu kering yang
terbawa. Kain saring yang digunakan memiliki panjang dan lebar
sebesar 2 x 2 meter. Pembubukan Pembubukan dilakukan untuk mengubah
cairan ekstrak daun kembang sepatu menjadi berbetuk padat atau
bubuk. Pada proses ini digunakan alat freeze drier.
7.
Tipe produk Kapasitas Dimensi Harga
: RMB-90 : 1.5 L : 705 x 1250 x 350 mm : Rp. 3,500,000.00
Gambar 10. Freeze drier Proses Pembuatan Biskuit Sapi 1.
Pengeringan Pada proses pembuatan biskuit sapi, bahan baku
(hijauan) yang digunakan masih mengandung kadar air yang cukup
tinggi sekitar 18%, sehingga bahan baku ini harus dilakukan
pengeringan agar kadar air yang masih dikandung dapat berkurang.
Metode pengeringan yang dilakukan pada bahan baku yang akan
digunakan untuk pembuatan biskuit sapi yaitu dengan metode
pengeringan secara konvensional artinya masih menggunakan
pengeringan dengan bantuan matahari selama lebih kurang 2 hari agar
kandungan air pada bahan baku (hijauan) dapat berkurang.
Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air berkurang menajdi
9%. Alat yang digunakan pada proses ini hanya wadah untuk menyimpan
bahan baku (hijauan) pada proses pengeringan, seperti nampan atau
baki, terpal, atau lantai jemur. Pemilihan wadah jemur pada proses
ini adalah terpal. 2. Penggilingan Setelah bahan baku (hijauan)
telah berkurang kadar airnya, maka tahapan selanjutnya untuk
membuat biskuit sapi yaitu penggilingan bahan baku. Penggilingan
bahan baku ini bertujuan untuk memperkecil ukuran dari bahan baku
(hijauan) dan juga untuk mempermudah bahan baku diproses ke tahapan
selanjutnya. Pada proses ini alat yang digunakan adalah mesin
perajang daun CFA-223.
Tipe produk Kapasitas Dimensi Harga
: CFA-223 : 450 kg : 500 x 400 x 650 mm : Rp. 5,000,000.00
Lebar konveyor : 20 cm
Gambar 11. Mesin penggiling 3. Mixing Selanjutnya setelah bahan
baku (hijauan) yang telah dikecilkan ukurannya, dimasukkan kedalam
mesin mixer pakan ternak beserta bahan-bahan lain seperti molasses
sebanyak 11.15 kg, garam 0.5 kg dan ekstrak kembang sepatu sebanyak
1,050 gram. Fungsi mixing atau pengadukan di dalam pengolahaan
pembuatan biskuit sapi adalah menciptakan adonan yang homogen,
sehingga bahan-bahan tersebut dapat teraduk merata dan dapat
memudahkan ke tahapan pencetakan.
Tipe produk Kapasitas Dimensi Harga
: NVA-212 : 100 kg : 1250 x 650 x 1200 mm : Rp. 2,654,000.00
Gambar 12. Mixer Pakan Ternak 4. Pencetakan Bahan-bahan yang
telah homogen, selanjutnya dicetak kedalam mesin cetakan biskuit
sapi. Cetakan tersebut berbentuk persegi dengan bobot biskuit sapi
20 gr. Pencetakan ini berfungsi untuk membentuk pakan ternak
tersebut menjadi biskuit sapi agar mudah dikonsumsi oleh
ternak.
Gambar 13. Sketsa Wadah Pencetak 5. Pressing Setelah adonan
dimasukkan ke dalam wadah-wadah cetakan, maka cetakan biskuit sapi
di press dari dua arah dengan menggunakan alat pressing selama 20
menit. Tujuan dari pressing ini agar cetakan biskuit sapi lebih
padat dan mudah dalam pengemasan produk pakan ternak ini.
Gambar 14. Sketsa Mesin Pencetak Biskuit sapi Perencanaan
Kapasitas Produksi Biskuit sapi ini dibuat dengan mengkombinasikan
hijauan dengan ekstrak daun kembang sepatu. Kembang sepatu
dijadikan sediaan sehingga ketika produksi, ekstrak kembang sepatu
sudah dapat dicampurkan dan tidak perlu dilakukan pemisahan senyawa
organik (saponin) pada daun kembang sepatu. Industri merencanakan
memproduksi biskuit sapi sebanyak 340 kg/hari. Setiap kemasan
berisi 5 kg biskuit sapi dengan waktu kerja/hari selama 8 jam dan
dapat dilakukan 10 kali produksi biskuit sapi. Berikut daftar
kebutuhan bahan baku per hari: Tabel 1. Kebutuhan Bahan Baku
Produksi Biskuit Sapi Nama Bahan Jumlah Bahan Baku Utama Daun
Kembang Sepatu 25 kg Rumput Gajah 1500 kg Air 12.5 kg Metanol 100 L
Molases 557.5 kg Garam 25 kg Bahan Baku Penunjang Kemasan Primer
340 pcs Kemasan Sekunder 340 pcs
No. 1 2 3 4 5 6 1 2
IV. METODE VALUASISetiap aset memiliki sebuah nilai. Kunci
sukses dari investasi dan mengatur aset adalah mengetahui dan
mengerti bagaimana menilai suatu aset dan juga mengetahui
asal/sumber dari nilai aset tersebut. Metode valuasi dapat
digunakan untuk mengetahui nilai dari suatu aset.
Penilaian bisnis (valuasi) merupakan suatu proses kegiatan yang
harus dilakukan untuk sampai pada suatu pendapat atau perkiraan
tentang nilai dari suatu perusahaan atau dari suatu penyertaan
dalam perusahaan. Tujuan dilakukannya adalah untuk bermacam
kepentingan dan tujuan, antara lain adalah dalam melakukan
aktivitas merger dan akuisisi. Kesalahan dalam melakukan penilaian
dan penentuan nilai pasar wajar dari suatu perusahaan akan
menimbulkan dampak negatif bagi kedua belah pihak, baik bagi
pembeli ataupun penjual. Pada industri biskuit sapi, metode valuasi
yang digunakan yaitu metode standarisasi industri dan metode
Discounted Cash Flow (DCF). Metode standarisasi industri merupakan
sebuah panduan untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan
lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik ketika teknologi
yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke
dalam dua faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya. Pada
metode Discounted Cash Flow (DCF), yaitu penentuan nilai sekarang
dari semua aliran kas masa depan berdasarkan pada pendapatan atau
Net Present Value (NPV). Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF,
yaitu : pemilihan waktu, besarnya nilai, dan resiko untuk
pembayaran masa depan.
V. METODE KOMERSIALISASI
Dalam mengkomersialisasi pakanan ternak Biskuit Sapi ke konsumen
salah satu metode yang digunakan perusahaan kami yaitu market
oriented. Market oriented merupakan pendekatan yang
digunakan dalam mengembangkan usaha usaha bisnis yang
dikomersialisasikan berdasarkan kebutuhan pasar, terutama
pengenalan biskuit sapi ke para peternak. Produk biskuit sapi ini
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan, sehingga perusahaan
kami mampu menawarkan produk ini sebagai produk yang dapat
meningkatkan efisiensi pada tingkat harga yang layak untuk konsumen
terutama para peternak. Di samping aspek teknologi yang digunakan,
dalam hal komersialisasikan produk ini, perusahaan kami lebih
mengutamakan pengenalan produk terhadap segmen pasar. Pengenalan
terhadap segmen pasar ini sangat penting maksudnya agar produk
pakan ternak biskuit sapi yang diciptakan mampu secara potensial
memiliki pasar utama (captive market) di dunia peternakan. Untuk
itu untuk mengkomersialisasikan produk ini diperlukan strategi
penguasaan pasar melalui teknologi yang dimiliki yang memiliki
keeratan antara produsen dan konsumen. Selain metode komersialisasi
diatas, ada 6 metode komersialisasi lain yang digunakan perusahaan
kami dalam memasarkan produk pakan ternak biskuit sapi antara lain:
1. Penentuan Target pasar Penetepan target pasar merupakan langkah
pertama dalam strategi pemasaran produk pakan ternak biskuit sapi.
Target pasar dipilih berdasarkan segmen-segmen pasar yang
ditentukan. Segmen pasar tersebut diantaranya seluruh para peternak
antara lain para peternak mandiri, peternak pemerintah , dan
peternak swasta. 2. Identifikasi Alternatif Alternatif Basis Untuk
Segmentasi Pada tahap ini peranan manajemen pemasaran perusahaan
mengidentifikasi segmen-segmen pasar yang berpotensi untuk dimasuki
oleh produk pakan ternak biskuit sapi. Manajemen perusahaan
memutuskan untuk menetapkan beberapa segmen pasar atau peluang
pasar dan mendesain tawaran yang terpisah bagi masing-masing segmen
yang akan dimasuki oleh Penentuan Pasar produk ini. 3. Memilih
Basis Terbaik Untuk Segmentasi Peranan manajemen perusahaan harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang penting dalam penentuan segmen
pasar yang akan dipilih. 4. Mengidentifikasi Dan Memilih Segmen
Pasar Identifikasi dipersempit untuk mendapatkan segmen yang tepat
Segmen-segmen yang diidentifikasialternatif alternatif basis untuk
segmentasi kemudian perusahaan menetetapkan segmen mana yang
dipilih. 5. Mengembangkan Positioning Bagi Pasar Sasaran Segmen
yang dipilih merupakan pasar sasaran tempat produk akan dijual.
Sebelum itu manajemen pemasaran harus mengembangkan positioning
agar produk memiliki keistimewaan di benak konsumen. Memilih basis
terbaik untuk 6. Menyusun Bauran Pemasaran segmentasi Bauran
pemasaran meliputi price, product, place, dan promotion. Bauran
pemasaran ini harus ditentukan agar pasar sasaran menjadi lebih
jelas dan terstruktur. Berikut ini metode komersialisasi yang
digunakan pada pengembangan industri pakan ternak biskuit sapi,
yaitu: Mengidentifikasi dan memilih segmen pasar
Mengembangkan positioning bagi pasar sasaran
Menyusun bauran pemasaran
Gambar 15. Diagram alir metode komersialisasi biskuit sapi
VI. PEMBAHASANA. Valuasi
Metode valuasi diperlukan pada suatu industri, karena dapat
mengetahui dari nilai suatu aset. Pada industri biskuit sapi,
metode valuasi yang digunakan yaitu metode standarisasi industri
dan
metode Discounted Cash Flow (DCF). Metode standarisasi industri
dan metode Discounted Cash Flow (DCF) merupakan sebuah panduan
untuk membandingkan nilai teknologi satu dengan lainnya. Metode ini
dapat digunakan dengan baik ketika teknologi yang sudah dijual atau
dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua faktor,
yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya. Pada metode ini, industri
kami membandingkan nilai teknologi dengan PT. Charoen Pokphand. PT.
Charoen Pokphand merupakan industri yang juga memproduksi pakan
ternak sapi. Pada metode ini, akan dibandingkan tentang harga,
teknologi produksi, palabilitas pakan (tingkat kesukaan), nutrisi,
waktu produksi, keramahan lingkungan, ketersediaan bahan baku, dan
efisiensi produksi Produk yang dihasilkan pada industri biskuit
sapi ini merupakan produk yang ramah lingkungan jika dibandingkan
dengan produk dari PT. Charoen Pokphand. Industri pembuatan biskuit
sapi ini disebut sebagai produk ramah lingkungan karena, dibuat
dari ekstrak bunga sepatu. Bunga sepatu mempunyai senyawa saponin
yang terkandung didalamnya, saponin yang digunakan dapat mengikat
kandungan CH4 yang terdapat pada rumen sapi, sehingga gas buang dan
kotoran yang dikeluarkan oleh sapi akan mempunyai kandungan CH4
yang relatif sedikit. Produk biskuit sapi yang yang dihasilkan ini
merupakan produk yang lebih unggul dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh PT. Charoen Poekphand, karena yang dihasilkan dari
Charoen Pokphand merupakan produk yang tidak ramah lingkungan.
Perbandingan kedua yaitu tentang harga, harga jual dari produk
biskuit sapi lebih mahal dibandingkan dengan pakan ternak yang
dijual oleh PT. Charoen Pokphand. Walaupun harga dari biskuit sapi
ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan PT. Charoen Pokphand
namun biskuit sapi yang dihasilkan mempunyai keunggulan yaitu ramah
lingkungan. Perbandingan selanjutnya yaitu tentang teknologi yang
digunakan. Teknologi yang digunakan pada industry pembuatan biskuit
sapi ini menggunakan teknologi yang ramah lingkungan apabila
dibandingkan dengan teknologi yang digunakan oleh PT. Charoen
Pokphand. Dengan menggunakan metode standarisasi industri, Industri
pembautan biskuit sapi dengan ekstrak bunga sepatu merupakan produk
yang lebih unggul dari PT. Charoen Pokphand dalam hal teknologi
yang digunakan, produk yang dihasilkan, keramahn lingkungan,
palabilitas (kesukaan sapi), dan efisiensi produksi. Biskuit sapi
dengan ekstrak bunga sepatu merupakan produk dengan harga yang
cukup terjangkau, serta ramah lingkungan. Parameter-parameter yang
dibandingkan antara industri biskuit sapi dengan PT.Charoen
PokPhand antara lain : harga, teknologi produksi, palabilitas pakan
(tingkat kesukaan), nutrisi, waktu produksi, keramahan lingkungan,
ketersediaan bahan baku, dan efisiensi produksi. Bobot untuk
masing-masing parameter kisaran 1 sampai 5, dengan 1 (sangat tidak
penting), 2 (tidak penting), dan 3 (tidak berpengaruh), 4
(penting), dan 5 (sangat penting). Masing-masing parameter yang
sudah memiliki bobot kemudian diberikan skor sesuai dengan nilai
yang didapat dari produk biskuit sapi ini. Untuk skor masing-masing
parameter kisaran angka 1 sampai 5, dengan 1 (sangat kurang), 2
(kurang), 3 (standar), 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Untuk
memutuskan nilai dari produk biskuit sapidenagn yang ada di PT.
Charoen PokPhand yang sudah ada bobot dan skor dari masing-masing
parameter dilakukan perkalian, dan diakumulasi. Perbandingan antara
akumulasi dari kedua industry tersebut yang sudah ada yang akan
dijadikan nilai valuasi dari produk kami. Berikut merupakan hasil
yang didapat : Tabel 2. Penentuan Bobot Valuasi Bobot untuk
Industri Biskuit Charoen Sapi Pokphand Perhitungan Biskuit Charoen
Sapi Pokphand
Parameter
Bobot Kepentingan Parameter
Harga Teknologi produksi Palatabilitas pakan Nutrisi Waktu
produksi Keramahan Lingkungan Ketersediaan bahan baku Efisiensi
Produksi
4 4 5 5 3 4 4 4
3 5 4 4 3 5 4 5 TOTAL Value
4 4 4 4 3 3 4 3
12 20 20 20 9 20 16 20 137 13.22 Bobot Industri Sangat kurang
Kurang Standar Baik Sangat baik
16 16 20 20 9 12 16 12 121
Keterangan 1 2 3 4 5
Bobot Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Tidak
berpengaruh Penting Sangat penting
Dari faktor-faktor diatas, setelah diakumulasi dan dibandingkan,
didapat bahwa antara industri biskuit sapi dengan PT. Charoen
Pokphand lebih unggul 13.22%. Sehingga, dari metode valuasi ini
harga teknologi biscuit sapi dengan ekstrak bunga sepatu dapat
dipasarkan 13,22 % lebih tinggi dari produk yang dibuat oleh PT.
Charoen Pokphand. Pada metode Discounted Cash Flow (DCF), yaitu
penentuan nilai sekarang dari semua aliran kas masa depan
berdasarkan pada pendapatan atau Net Present Value (NPV). Terdapat
tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu : pemilihan waktu, besarnya
nilai, dan resiko untuk pembayaran masa depan. Produk biskuit sapi
sebagai pakan ternak ramah lingkungan sangat layak dikembangkan,
implementasinya mudah dan sedang sangat dibutuhkan oleh sector
peternakan. Jumlah pakan yang belum dapat memenuhi seluruh
kebutuhan ternak, membuka peluang besar berdirinya industri pakan
ternak. Kelayakan secara finansial dapat dilihat di lampiran 1
hasil perhitangan perhitungan. Pada lampiran 1 perincian biaya
investasi dijelankan mengenai perolehan biaya investasi yang
diperlukan. Biaya investasi dihitung dengan menjumlahkan biaya
mesin dan peralatan, biaya pra investasi, biaya tanah dan bangunan,
biaya fasilitas penunjang, biaya peralatan kantor, dan biaya sarana
distribusi. Biaya mesin dan peralatan diperoleh dengan
memperhitungkan biaya pembelian bak pencucian satu buah, gas
titling kettle satu buah, freeze drying satu buah, oven GE-171 satu
buah, mesin perajang daun CFA 223 satu buah, mesin filtrasi (manual
screener) satu buah, mesin pencetak biskuit satu buah, mesin
pressing satu buah, mixer pakan ternak (mixing) satu buah dan
terpal 5 buah. Total biaya pembelian mesin dan peralatan adalah
sebesar Rp. 27.537.500,00. Untuk biaya pra investasi diperoleh
dengan memperhitungkan biaya untuk studi kelayakan, perizinan,
transportasi dan komunikasi, biaya start-up, dan penjulan paten.
Total biaya pra investasi adalah sebesar Rp 5.250.000,00. Untuk
biaya tanah dan bangunan didapat dengan memperhitungkan biaya tanah
dan bangunan yang totalnya sebesar Rp 350.000.000,00. Biaya
fasilitas dan penunjang diperoleh dengan memperhitungkan biaya
instalasi lisatrik dan instalasi air, total biaya fasilitas dan
penunjang sebesar Rp 20.000.000,00. Biaya peralatan kantor
diperoleh dengan menjumlahkan biaya
pembelian dua unit computer, dua unit lemari arsip, satu paket
meja kursi kantor, dua unit pesawat telepon, dan satu paket alat
tulis kantor, total biaya pembelian peralatan kantor sebesar Rp
9.000.000,00. Sumber terakhir dari perincian investasi adalah biaya
sarana transportasi yang diperoleh dari biaya pembelian dua unit
truk pengangkut yang total biayanya adalah Rp. 150.000.000,00.
Sehingga total biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp
561.787.500,00. Pada lampiran 2. komposisi modal kerja terdapat dua
biaya yang diperhitungkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya tetap yang dihitung meliputi biaya upah, pengeluaran
administrasi, promosi, maintenance, listrik ( non mesin), PBB, air,
dan biaya penyusutan. Total biaya tetap yang dibutuhkan per tahun
sebesar Rp. 188.250.000,00. Untuk biaya variabel yang dihitung
meliputi biaya bahan baku dan penunjang, kemasan, listrik (mesin),
serta biaya distribusi dan penggudangan. Besar total biaya variabel
yang dibutuhkan yaitu Rp. 1.244.160.000,00. Komposisi modal kerja
yaitu dihitung dari penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel, dengan total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp.
1.432.410.000,00 pertahun. Pada lampiran 3. biaya penyusutkan
dijelaskan mengenai biaya yang ditimbulkan oleh penyusutan
investasi yang dimiliki seperti penyusutan mesin dan peralatan,
tanah dan bangunan, alat kantor, dan sarana distribusi. Nilai
penyusutan dari investasi yang dimiliki diperoleh dengan
mengurangkan nilai awal dengan nilai sisa yang dimiliki investasi
kemudian dibagi dengan umur ekonomis yang dimilikinya. Sehingga
diperoleh nilai depresiasi atau nilai penyusutan dari setiap
investasi yang dimiliki. Dengan menjumlahkan nilai depresiasi dari
investasii yang dimiliki diperoleh total biaya penyusutan atau
total depresiasi investasi yang harus ditanggung perusahaan adalah
sebesar Rp 17.045.100,00. Pada lampiran 4. harga dan prakiraan
penerimaan, dihitung dari tahun ke-0 sampai tahun ke10. Jumlah
produksi per tahun sebesar 81.600 kemasan. Jumlah produksi tersebut
didaptkan dari jumlah kemasan setiap harinya yang diproduksi
sebanyak 340 kemasan dikalikan dengan jumlah hari pada satu tahun
produksi yaitu sebesar 240 hari. Sehingga kemasan yang dihasilkan
setiap yahunnya yaitu sebesar 81.600 kemasan. Harga produksi untuk
setiap kemasan sebesar Rp. 15.247,06 dan harga jual setiap
kemasannya sebesar Rp. 26.000,00. Revenue atau pendapatan yang
dihasilkan dari penjualan biskuit sapi adalah sebesar Rp.
2.121.600.000,00. Nilai revenue tersebut didapatkan dari perkalian
antara jumlah produksi dan harga jual per kemasan. Total biaya
produksi yang dihasilkan yaitu sebesar Rp. 1.244.160.000,00. Total
biaya produksi tersebut didapatkan dari jumlah produksi dikalikan
dengan harga produksi setiap kemasan. Profit setiap tahun yang
dihasilkan yaitu sebesar Rp. 877.440.000,00. Nilai profit atau
keuntungan tersebut didapatkan dari pengurangan pendapatan
dengantotal biaya produksi setiap tahunnya, dengan % profit atau
keuntungannya yaitu 70.52%. Pada lampiran 5. proyeksi laba rugi,
total penerimaan yang telah didapatkan sebesar Rp.
2.121.600,00untuk setiap tahunnya. Harga Pokok Penjualan sebesar
Rp. 1.244.160,00. Nilai tersebut didapatkan dari jumlah produksi
dikalikan dengan harga produksi setiap kemasan. Laba kotor sebesar
Rp. 877.440.000,00. Nilai tersebut didapatkan dari penerimaan
dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya operasional
yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 188.250.000,00. Nilai
selanjutnya yaitu Laba Operasi (EBIT) dengan jumlah
Rp.689.190.000,00. Nilai tersebut dihasilkan dari laba kotor
dikurangi dengan biaya operasional. Biaya bunga yang digunakan
sebesar 0%, dengan biaya laba sebelum pajak (EBT) nilainya sama
dengan laba operasi dikarenakan bunga yang digunakan yaitu 0%
dengan nilai sebesar Rp. 689.190.000,00. Pajak penghasilan yang
didapatkan sebesar Rp.68.919.000,00. Nilai tersebut didapatkan dari
PPN sbesar 10% dikalikan dengan Laba Sebelum Pajak (EBT). Laba
bersih yang dihasilkan dari industri ini adalah Rp.
620.271.000,00. Nilai tersebut didapatkan dari Laba Sebelum
Pajak dikurangi dengan Pajak penghasilan. Tabel 3. Perhitungan Laba
bersih per Produk Penjualan HPP Laba Kotor Biaya Operasional Laba
Operasi (EBIT) Bunga Laba sebelum Pajak (EBT) Pajak Penghasilan
Laba Bersih 26,000.00 15,247.06 10,752.94 2,306.99 8,445.96 0
8,445.96 844.60 7,601.36
Nilai penjualan dari biskuit sapi setiap kemasannya yaitu Rp.
26.000,00, dengan Harga Pokok Produk sebesar Rp. 15.247,06. Laba
kotor yang dihasilkan sebesar Rp. 10.705,94. Nilai tersebut
didapatkan dari Penjualan dikurangi dengan Harga Pokok Produk.
Biaya operasional yang didapatkan dari perhitungan laba bersih per
produk yaitu berasal dari biaya operasional untuk seluruh produk
per tahun dibagi dengan jumlah produksi per tahun yaitu sebesar
81.600 kemasan. Laba operasi yang dihasilkan sebesar Rp. 8.445,96.
Nilai tersebut dihasilkan dari Biaya kotor dikurangi dengan biaya
operasional per produk. Bunga yang digunakan dalam industri ini
sebesar 0%, dengan laba sebelum pajak (EBT) adalah Rp. 8.445,96.
Laba sebelum pajak tersebut sama dengan nilai dari Laba Operasi
(EBIT) dikarenakan bunganya sebesar 0% maka nilai EBT sama dengan
nilai EBIT. Pajak penghasilan dihasilkan dari PPN sebesar 10% atau
0.1 dikalikan dengan nilai Laba Sebelum Pajak ( EBT). Dan nilai
laba bersih dihasilkan dari Laba sebelum Pajak (EBT) dikurangi
dengan nilai pajak penghasilan yaitu sebesar Rp.7.601,36.
Pada lampiran 6. kriteria kelayakan investasi yang diperoleh
dengan memperhitungkan penerimaan,pengeluaran, discount factor, dan
present value dari penerimaan dan pengeluaran. Nilai penerimaan
diperoleh dari hasil penjualan produk yang diproduksi yaitu Rp
2.121.600.000,00 per tahun nmulai dari tahun per tama hingga tahun
ke- 10. Nilai penerimaan dari tahun pertama hingga tahun kesepuluh
diasumsikan sama. Untuk pengeluaran, pada tahun ke 0 perusahaan
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi karena perusahaan melakukan
investasi. Pengeluaran pada tahun ke - 0 diperoleh karena
perusahaan mengeluarkan biaya atau pembayaran untuk harga pokok
produksi, biaya operasional, biaya bunga, pajak penghasilan, serta
biaya investasi total. Sedangkan untuk pengeluarann tahun
berikutnya yaitu tahun pertama sampai dengan tahun kesepuluh
pengeluaran perusahaan diasumsikan sama yaitu diperoleh dari harga
pokok penjualan, biaya operasional, biaya bunga serta pajak
penghasilan. Dengan kata lain pengeluaran pada tahun pertama sampai
dengan tahun kesepuluh tidak ditambahkan biaya investasi. Total
pengeluaran tiap tahun dari tahun pertama sampai dengan tahun ke
sepuluh adalah Rp 1.501.329.000,00. Nilai B - C adalah nilai
keuntungan atau laba kotor yang diperoleh perusahaan. Nilai ini
merupakan pengurangan penerimaan dengan pengeluaran perusahaan.
Profit yang diperoleh perusahaan pada tahun ke-0 adalah minus Rp
2.121.600.000,00. Artinya perusahaan belum mendapatkan keuntungan
bahkan masih merugi. Hal ini disebabkan karena pada tahun ke- 0
pengeluaran perusahaan adalah 0 (belum memperoleh penerimaan)
sedangkan perusahaan harus mengeluarkan biaya sebesar Rp
2.121.600.000,00. Sedangkan pada tahun ke- 1 sampai dengan tahun
ke-10 profit yang diperoleh perusahaan tiap tahunnya adalah sebesar
Rp. 620.271.000,00. Present Value (PV) adalah nilai yang dimiliki
dari sejumlah uang tertentu pada suatu periode akan datang. Nilai
PV diperoleh dengan mengalikan nilai sesungguhnya dengan discount
factor. Discount factor akan menurun setiap tahunnya. Hal inilah
yang menyebabkan nilai uang yang dimiliki akan semakin menurun.
Artinya nilai uang yang dimiliki saat ini akan berkurang dengan
jumlah uang yang sama dimasa datang. Suatu perusahaan dinyatakan
layak apabila nilai uang yang dimilikinya adalah positif dimasa
datang. Artinya perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan dari
usaha yang dijalankannya. Kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari
nilai NPV (Net Present Value), Net B/C, IRR dan PBP (Pay Back
Period) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Suatu perusahaan
dinyatakan layak apabila NPV > 0, Net B/C > 0 dan IRR < I
(suku bunga di bank) dan PBP yang diperoleh serendah mungkin. Dari
tabel kriteria kelayakan investasi dapat dilihat bahwa usaha yang
dijalankan dinyatakan layak karena NPV yang dimiliki sebesar Rp.
1.441.552.988,06, Net B/C sebesar 1,7 artinya dengan mengeluarkan
biaya 1 rupiah maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar
1,7 rupiah, dan IRR adalah sebesar 0,27 artinya dengan menanamkan
modal atau menggunakan uang yang ada untuk menjalankan usaha ini
lebih menguntungkan dibandingkan dengan menyimpan uang yang
dimiliki di bank. Pay Back Period adalah jangka waktu dimana
perusahaan akan dapat menutupi modal atau investasi yang
dimilikinya dengan sejumlah untung yang diperolehnya dan perusahaan
mulai dapat menikmati keuntungan yang diperolehnya. PBP dari usaha
ini akan tercapai dalam waktu 4,51 tahun setelah usaha dijalankan.
Dengan data yang diperoleh maka usaha ini dapat dinyatakan
layak.
B.
Komersialisasi
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sangat tinggi, maka
kebutuhan akan protein hewani juga ikut meningkat. Hal ini menuntut
sektor peternakan untuk terus meningkatkan produksinya. Akan tetapi
ada hambatan besar untuk meningkatkan produksi ternak. Sektor
peternakan merupakan penghasil gas metan terbesar di dunia, dimana
gas metan sendiri berperan dalam peningkatan global warming.
Diperlukan penanganan yang baik agar produksi ternak meningkat,
namun tetap ramah lingkungan. Biskuit sapi merupakan salah satu
bentuk diversifikasi produk pakan sapi yang memanfaatkan ektrak
kembang sepatu yang mengandung saponin untuk menurunkan kadar metan
dalam gas buang sapi. Diharapkan biskuit sapi dapat menjadi
alternatif utama pakan ternak unuk menciptakan sektor peternakan
yang ramah lingkungan Komersialisasi merupakan langkah selanjutnya
setelah sebuah teknologi ditemukan. Komersialisasi bertujuan agar
teknologi yang sudah diciptakan dapat digunakan oleh banyak orang.
Hal ini akan membawa keuntungan bagi banyak orang dan juga pencipta
teknologi tersebut. Komersialisasi dapat diartikan sebagai
pengembangan atau pemasaran produk dan juga penerapan teknologi
terhadap proses produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang
cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup
kebijakan ekonomi, sumber daya manusia, investasi, waktu,
lingkungan pasar dan sebagainya. Tahapan komersialisasi adalah
sebagai berikut:
Gambar 16. Tahapan Umum Komersialisasi Produk (Goenadi, 2004)
Biskuit sapi merupakan produk baru dengan komposit bahan baku yang
baru, dibuat dengan teknologi ekstruksi yang masih jarang dilakukan
dalam pembuatan pakan ternak. Maka sebelum produk ini diluncurkan
ke pasar, sebaiknya didaftarkan hak patennya. Jadi setiap tindakan
pemasaran dan perjanjian usaha dapat berjalan dengan baik dan
inventor dalam posisi kuat. Komersialisasi dari sebuah invensi
adalah sebuah bentuk inovasi yang merupakan sebuah kegiatan kreatif
yang dapat diterapkan dengan mengubah suatu ide invensi menjadi
produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan
dalam produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi komersialisasi
invensi, yaitu: infrastruktur untuk fasilitas alih teknologi,
kebijakan keuangan dan pajak (Goenadi, 2003). Oleh karena itu wajib
dilihat terlebih dahulu dimana produk harus dipasarkan, berapa
jumlah pasar real yang membutuhkan produk, serta hambatan atau
saingan apa saja yang mengahalangi produk berkembang. 1. Penentuan
Pasar Biskuit sapi ditujukan untuk seluruh sapi yang ada di
Indonesia, baik itu sapi perah atau sapi potong. Jadi produk akan
dijual ke semua peternakan sapi di Indonesia, termasuk di dalamnya
peternakan swasta (PT / CV / Firma), BUMN, Koperasi, Perorangan,
atau kebutuhan lainnya. Berikut jumlah populasi ternak di
Indonesia:
Tabel 2. Jumlah Populasi Ternak di IndonesiaTernak Livestock
Sapi Potong/ Cattle Sapi Perah/ Dairy Cattle Kerbau/ Buffalo Kuda/
Horse Kambing/ Goat Domba/ Sheep Babi/ Pig Ayam Buras/ Native
Chicken Ayam Ras Petelur/ Layer Ayam Ras Pedaging/ Broiler Itik/
Duck 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*)
11,008 354 2,405 412 12,566 7,427 5,357 259,25 7 69,366 530,87 4
29,035
11,137 347 2,333 422 12,464 7,401 5,369 268,03 9 70,254 621,87 0
32,068
11,298 358 2,403 419 12,549 7,641 5,927 275,29 2 78,039 865,07 5
46,001
10,504 374 2,459 413 12,722 7,811 6,151 277,35 7 79,206 847,74 4
33,863
10,533 364 2,403 397 12,781 8,075 5,980 276,98 9 93,416 778,97 0
32,573
10,569 361 2,128 387 13,409 8,327 6,801 278,95 4 84,790 811,18 9
32,405
10,875 369 2,167 398 13,790 8,980 6,218 291,08 5 100,20 2 797,52
7 32,481
11,515 374 2,086 401 14,470 9,514 6,711 272,25 1 111,48 9 891,65
9 35,867
11,869 408 2,192 411 15,806 10,392 7,376 290,803 116,474
1,075,885 36,931
Sumber/ Source: Direktorat Jenderal Peternakan/ Directorate
General of Livestock Services
Dapat dilihat bahwa jumlah ternak yang dapat dipenuhi
kebutuhannya adalah sebanyak 11.869 untuk sapi potong dan 408 untuk
sapi perah. Jumlah ini sendiri dikelola oleh beberapa peternakan
dengan penjabaran sebagai berikut: Tabel 3. Daftar Jumlah
Peternakan Sapi Dari Segi Badan HukumBadan Hukum Legal Status
PT/CV/Firma Ltd/Ltd Partnership/Firm BUMN State Enterprise Koperasi
Cooperative Perorangan Individuals Lainnya Others Jumlah Total 77
69 2000 12 2001 12 2002 13 2003 12 2004 11 2005 12 2006 9 2007
10
1
1
0
2
2
65
78
49
29
17
28
289
309
308
261
268
290
381
387
27
32
30
33
25
29
81
90
405
422
417
385
353
360
490
517
Sumber: : Direktorat Jenderal Peternakan/ Directorate General of
Livestock Services
a. Market growth and size
Dapat dilihat pada data diatas bahwa sangat besar jumlah pasar
pakan sapi yang bisa dipenuhi. Bahkan setiap tahun jumlahnya juga
meningkat. Peningkatan ini dipengaruhi juga oleh jumlah ternak yang
belum dapat memenuhi kebutuhan protein hewani seluruh penduduk
Indonesia. Keunggulan biskuti sapi dari ekstrak kembang sepatu ini
adalah dapat mengurngi kadar gas metan pada gas buangan sapi. Belum
ada industri pakan yang memanfaatkan teknologi tersebut. Jadi pasar
untuk biskuit sapi sangat luas, ditujukan untuk mengganti seluruh
pakan ternak yang ada dengan teknologi ini. Jika pemerintah mulai
memberlakukan regulasi pembuangan limbah peternakan, dengan
membatasi buangan gas metannya. Maka permintaan biskuit sapi juga
dapat meningkat tajam. Pasar yang dijangkau juga akan tetap
terikat, karena jika tidak menggunakan biskuit sapi, peternakan
tersebut akan terkena denda pelanggaran regulasi. Penyajian biskuit
sapi yang praktis, juga merupakan keunggulan tersendiri produk ini.
Peternak tidak perlu lagi mencampurkan beberapa jenis bahan untuk
membuat konsentrat ternak. Peternak hanya cukup mengambil biskuit
sapi sesuai jumlah yang ditentukan dan langsung memberikannya ada
ternak. Menurut data dari GPMT di Indonesia terdapat 42 pabrik
pakan ternak yang masih aktif hingga tahun 2008. Dalam periode lima
tahun terakhir 2002-2006 kapasitas produksi industri pakan ternak
nasional meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,5% per tahun,
namun belum dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak lokal. Jadi
peluang untuk membuka industri pakan ternak sangat terbuka lebar.
b. Entry barrier Tidak ada halangan yang dapat menghambat masuknya
biskuit sapi ke pasar. Bahkan peluang pembiayaan industri ini juga
sangat besar. Keunggulannya yang ramah lingkungan dengan mengurangi
kadar metan dalam gas buang akan memberikan kesan positif baik itu
dari pemerintah atau masyarakat. Dukunga regulasi pemerintah dan
maraknya gerakan peduli lingkungan akan membuat produk ini bertahan
lama di pasar. c. Produk substitusi Selama ini belum ada pakan
ternak yang dapat mengurangi kadar metan pada gas buang sapi yang
diproduksi massal. Tetapi peternak dapat menggunakan pakan ternak
biasa yang tidak mengurangi kadar gas metan. Pakan biasa memiliki
harga yang lebih murah dari biskuit sapi, hal ini juga yang akan
membuat peternak tetap menggunakan pakan biasa. Tetapi hal ini
dapat diatasi jika regulasi pemerintah mewajibkan peternak untuk
mengurangi produksi metan di setiap peternakan. d. Kompetitor Utama
Kompetitor utama biskuit sapi adalah industri pakan yang telah
berdiri sebelumnya. Meskipun mereka belum memproduksi pakan ramah
lingkungan, namun masih banyak peternak yang menggunakan produk
pakan ternak biasa. Kompetitor yang dimaksud adalah Charoen
Popkhand Indonesia, Tbk., Japfa Comfeed, Cheil Jedang Feed
Indonesia, Sierad Produce, Tbk., dan Malindo Feedmill.
Perusahaan-perusahaan di atas merupakan pemain utama dalam
penyediaan pakan ternak di Indonesia. 2. Selling Points Nilai jual
utama dari biskuit sapi adalah kemampuannya untuk mengurangi
kandungan gas metan pada gas buang sapi. Penyajiannya dalam bentuk
biskuit juga dapat mempermudah pemberian
pakan pada sapi. Peternak tidak lagi perlu mencampur berbagai
jenis bahan, tetapi langsung saja mengambil biskuit sesuai dengan
takaran yang dianjurkan dan langsung memberikannya pada ternak. 3.
Evaluasi dan Adaptasi Setiap produsen harus terus melakukan
pengembangan produk agar tetap diminati pelanggan. Hal ini
dilakukan dengan melihat bagaimana keadaan pasar dan respon
konsumen. Data-data tersebut akan diolah untuk dijadikan rujukan
pengembangan produk baru, tahapan yang dilakukan diantaranya
adalah: Melihat bagaimana tanggapan peternak dalam penggunaan
produk Memantau langsung di setiap peternakan pengguna produk
terhadap penurunan gas metan Mengadakan penelitian lanjutan untuk
melakukan pengembangan produk, tidak lagi dalam bentuk biskuit dan
juga dapat digunakan untuk pakan ternak selain sapi Memberikan
pelayanan pra dan pasca pembelian seputar pengelolaan peternakan
Menerapkan konsep produksi bersih di industri Mempertahankan
loyalitas konsumen dengan konsep customer relationship management.
Memperbaiki terus komposisi produk agar mencapai penurunan metan
maksimal Memperbanyak variasi komposisi produk agar variasi produk
tinggi, jadi ternak tidak bosan
4.
Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah pengambilan
keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran,
alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang
diharapkan dan kondisi persaingan. Dalam pembahasan strategi
pemasaran biskuit pakan sapi ini akan dibahas dalam market
segmenting, market targeting, dan market positioning. a. Market
Segmenting Market Segmenting atau segmentasi pasar dapat
didefinisikan sebagai kegiatan membagi bagi pasar/market yang
bersifat heterogen kedalam satuansatuan pasar yang bersifat
homogen. Biskuit pakan sapi ini ditujukan untuk konsumen yang
berbentuk industri atau peternakan sapi bukan untuk konsumen
langsung seperti produk-produk consumer goods. Karena itu, dasar
dasar segmentasi pada pasar industri atau pasar seperti peternakan
dapat dilakukan dengan menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar
pemakai akhir, lokasi geografis, dan banyaknya langganan.
Segmentasi pakan biskuit sapi ini kami bagi berdasarkan jenis besar
kecilnya peternakan sapi yang menjadi pelanggan biskuit pakan sapi
ini, lokasi geografis, dan daerah atau provinsi yang menjadi
pusat-pusat peternakan sapi di Indonesia. Jenis Peternakan
Peternakan Pemerintah Kelebihan : Jenis Peternakan ini terikat
dengan regulasi pemerintah tentang peternakan yang ramah lingkungan
sehingga merupakan konsumen yang sangat potensial untuk menjadi
konsumen perdana dan loyal dari produk biskuit pakan sapi. : Perlu
dibutuhkan lobying dengan melewati birokrasi yang ada ke pihakpihak
dinas peternakan pemerintah agar
Kelemahan
Kesempatan
Ancaman
peternakan-peternakan pemerintah ini mau mengkonsumsi biskuit
pakan sapi secara loyal. : Dengan potensi yang cukup besar,
peternakan ini akan menjadi peternakan perdana yang menggunakan
biskuit sapi dan menjadi contoh untuk jenis peternakan lainnya
dalam menaati regulasi pemerintah mengenai peternakan sapi yang
ramah lingkungan sehingga produk biskuit sapi dapat dihimbau oleh
pemerintah untuk digunakan oleh jenis peternakan lainnya. :
konsumen ini cenderung tidak akan membeli produk jika harga produk
relatif mahal
Peternakan Swasta
Kelebihan Kelemahan Kesempatan Ancaman
: jenis peternakan ini mempunyai populasi yang besar : Tidak
loyal terhadap suatu produk dan keadaan financial yang relatif
labil (tidak konsisten) : market yang akan didapat adalah market
yang besar : Mudah tertarik dengan produk yang ditawarkan oleh
kompetitor nantinya.
Peternakan Sebagai Sarana Edukasi dan Rekreasi Kelebihan : Jenis
peternakan ini akan cenderung mengkonsumsi produk biskuit pakan
sapi karena memposisikan peternakannya sebagai sarana edukasi dan
rekreasi sehingga akan memberi edukasi, contoh atau teladan untuk
bersifat ramah lingkungan : jumlah konsumen ini relatif sangat
sedikit : Dengan permintaan yang tinggi dari jenis peternakan ini
dan populasi yang akan terus meningkat, peternakan ini akan menjadi
pasar yang potensial : Mudah tertarik dengan produk yang ditawarkan
oleh kompetitor nantinya.
Kelemahan Kesempatan
Ancaman
Lokasi Geografis 1. Peternakan di kota besar Kelebihan : daya
beli tinggi karena kebutuhan untuk benar-benar menjaga ramah
lingkungan pada kota besar Kelemahan : mudah berpindah ke produk
lain Kesempatan : pasar yang potensial dan mudah dijangkau Ancaman
: selalu menuntut produk yang lebih inovatif dari produk yang telah
ada 2. Peternakan di kota kecil Kelebihan : pasar yang relatif
lebih besar dibandingkan pasar peternakan pada kota besar
Kelemahan Kesempatan Ancaman
: lebih sulit mendistribusikan produk : pasar yang potensial
dengan market yang cukup besar : kualitas produk yang perlu lebih
dijaga pada saat proses pendistribusian agar tidak rusak hingga
tangan konsumen
3.
Pedesaan Kelebihan Kelemahan Kesempatan : market terbesar
dibandingkan market pada peternakan perkotaan (kota besar dan
kecil) : Daya beli produk yang tidak biasa membeli produk dengan
harga yang terlalu mahal : Jumlah konsumen yang besar dengan
memberikan promosi edukasi pada konsumen secara langsung dapat
mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk biskuit pakan sapi
secara loyal dan bersamaan oleh seluruh peternakan yang ada. :
Banyaknya produk kompetitor yang beredar pada peternakan pedesaan
dengan harga yang lebih bersaing
Ancaman
Daerah Peternakan sapi di Indonesia
Berdasarkan data yang didapat dari dinas peternakan Indonesia,
peternakan-peternakan sapi terbesar di Indonesia tersebar pada
pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa
Tenggara Barat. Karena itu kami juga melakukan segmentasi pasar
menjadi: 1. Peternakan pada wilayah pulau Jawa dan Sumatera
Kelebihan Kelemahan Kesempatan Ancaman : pasar mudah dijangkau :
mudah dimasuki oleh produk kompetitor : pasar yang besar dan
potensial : Banyaknya produk kompetitor yang beredar pada
peternakan dengan harga yang lebih bersaing.
2.
Peternakan pada wilayah pulau Sulawesi Kelebihan Kelemahan
Kesempatan Ancaman : pasar potensial : wilayah sulit dijangkau dan
distribusi produk lebih sulit : pasar peternakan sapi jenis-jenis
khusus yang potensial untuk eksport : keterjaminan kualitas produk
sampai tangan konsumen dengan baik
3.
Peternakan pada wilayah pulau NTT dan NTB Kelebihan Kelemahan
Kesempatan Ancaman : pasar potensial : wilayah sangat sulit
dijangkau dan distribusi produk sangat sulit : pasar peternakan
tingkat nasional untuk eksport : keterjaminan kualitas produk
sampai tangan konsumen dengan baik
b. Market Targetting
Berdasarkan hasil segmentasi dan evaluasi terhadap masing-masing
segmen maka pasar yang dipilih untuk menjadi target pasar adalah
peternakan swasta dengan wilayah pedesaan yang berada di wilayah
jawa dan sumatera. Hal ini karena ketiga segmen tersebut adalah
segmen yang memiliki pasar terbesar dan terpotensial. c. Market
Positioning Produk biskuit pakan sapi yang berkualitas terjamin
efektif dalam menurunkan kadar gas metan dan berfungsi mensukseskan
konsep ramah lingkungan pada industri peternakan sapi dan
menawarkan pelayanan yang berdasarkan good customer relationship
management yang selalu melakukan data maintenance untuk memahami
kebutuhan dan melayani kebutuhan pelanggan tersebut. Dan bekerja
sama dengan pihak-pihak pemerintahan dan badan-badan peternakan
terkait dalam mendistribusikan dan mensosialisasikan produk biskuit
pakan sapi sehingga produk dapat didapat secara mudah dan
terjangkau. 5. Strategi Promosi Promosi merupakan senjata utama
dalam pemasaran produk. Hal ini disebabkan perlunya pengenalan awal
pada produk yang tergolong baru ini kepada masyarakat. Walaupun di
pasaran telah terdapat produk yang serupa, tetapi pada hakekatnya
masyarakat belum mengenal produk yang ditawarkan. Hal-hal yang akan
dilakukan untuk dalam rangka mempromosikan produk ini adalah :
1.
Pemberian informasi secara Above the line yaitu kegiatan promosi
dengan menggunakan media-media yang ada diantaranya yaitu, beriklan
di radio, POS Materials, pemasangan spanduk, penyebaran poster, dan
penyebaran pamflet ,serta leaflet. Pemberian informasi secara Below
the line. Pemberian informasi dengan cara menawarkan kepada para
peternakan dengan melakukan edukasi atau gathering-gathering untuk
mempromosikan manfaat dan keuntungan mengkonsumsi produk biskuit
sapi ini.
2.
3.
Pemberian informasi melalui mailing list (milis), web, dan blog.
Penyebaran informasi melalui cara ini dapat meningkatkan area
pemasaran mengingat luasnya jangkauan mailing list dan blog. 4.
Mengisi bazar dan pameran yang diadakan dalam rangka melakukan
promosi untuk meningkatkan penjualan. 5. Potongan harga yang
kompetitif untuk pembelian dalam skala besar pada waktu-waktu
tertentu. Promosi secara above the line memang dianggap cukup
efektif karena adanya interaksi langsung antara konsumen dan
produsen dan dapat merangsang para konsumen kompetitor dapat
membeli produk biskuit pakan sapi secara terus menerus. Namun hal
ini juga harus didukung dengan promosi below the line seperti usaha
untuk membuat terjadinya promosi mulut ke mulut yang akan dilakukan
oleh konsumen yang merasa puas akan dengan membeli produk ini. Hal
ini dilakukan karena promosi below the line dinilai lebih tidak
memakan biaya dan cukup efektif dibandingkan terus-menerus
melakukan promosi above the line yang cukup memakan biaya yang
besar.
AGEN
PENGECER
Pengiriman surat (notifikasi) Pakan biskuit sapi Below the
line
Pengiriman surat (notifikasi)
Above the line
KONSUMEN Gambar 17. Proses informasi Promosi pakan biskuit sapi
Strategi Komersialisasi Komersialisasi adalah proses mengenalkan
produk atau jasa baru kepada para penyalur dan pembeli akhir dari
produk tersebut. Tujuannya adalah untuk membujuk konsumen agar
bersedia membeli produk yang ditawarkan. Komersialisasi produk
biskuit sapi ini dilakukan dengan cara penjualan putus atau
penjualan dilakukan secara independen dan sesuai dengan kuantitas
produksi. Dengan gambaran proses distribusi penjualan seperti
gambar di bawah ini. 6.
Produsen
Distributor
Outlet (koperasi)
Konsumen (peternak)
Gambar 18. Sistem Distribusi Pemasaran biskuit pakan sapi Untuk
melakukan proses komersialisasi perlu dilakukan analisis dan
memutuskan kapan, di mana, pada siapa, dan bagaimana produk
dikomersialisasikan. Karena itu kami menganalisis pengambilan
keputusan-keputusan tersebut dengan mengumpulkan data sehingga
dapat menganalisis proses komersialisasi, proses tersebut dapat
digambarkan seperti gambar dibawah ini.
7.
Analisis Swot Analisis Swot digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam spekulasi bisnis
produk. Berikut tabel analisis SWOT yang menjadi pertimbangan dalam
komersialisasi produk biskuit pakan sapi:
Kekuatan Kualitas produk yang telah teruji Dapat langsung
digunakan (praktis) Lebih mudah didistribusikan (dalam bentuk
biskuit) Peluang Belum ada rival untuk produk sejenis secara
langsung Regulasi industri peternakan ramah lingkungan yang semakin
digalakkan oleh pemerintah dan dunia globalVII. PENUTUP
Kelemahan Harga yang relatif lebih mahal Butuh dukungan dari
adanya regulasi pemerintah dalam hal pendirian peternakan ramah
lingkungan
Ancaman Inovasi yang harus dilakukan secara berkesinambungan
Kesalahan dalam menentukan pasar dan strategi pemasaran
A. Kesimpulan Dengan semakin majunya teknologi serta pemanasan
global yang semakin meningkat maka industri pengembangan
diversifikasi pakan ternak menciptakan pakan ternak biskuit sapi
sebagai solusi permasalahan tersebut. Produk dari industri yang
kami ciptakan bertujuan untuk mengurangi emisi gas pembuangan pada
hasil samping peternakan, terutama sapi. Metode valuasi terhadap
inovasi produk pakan ternak dalam bentuk biscuit sapi dengan
pemanfaatan kembang sepatu dilakukan dengan dua cara, dian