Top Banner
CSE – 08 = PENERAPAN K3 DALAM PENGOPERASIAN PERALATAN PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
124

PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Mar 02, 2019

Download

Documents

duongdat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

CSE – 08 = PENERAPAN K3 DALAM PENGOPERASIAN

PERALATAN

PELATIHAN

AHLI K3 KONSTRUKSI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Page 2: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

ii

KATA PENGANTAR

Pekerjaan konstruksi dewasa ini seringkali harus berhubungan dengan peralatan konstruksi

yang berkaitan langsung dengan pekerjaan dan ternyata kemajuan mekanisasi berbacam-

macam peralatan juga menuntut penanganan yang lebih hati-hati karena banyak

kemungkinan menimbulkan kecelakaan kerja.

Setiap peralatan konstruksi memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan penanganan

yang spsesifik pula sehingga daicapai produktivitas yang tinggi tanpa menimbulkan

kecelakaan kerja, baik bagi tenaga kerjanya maupun peralatan yang dioperasikannya.

Khusus dalam pengoperasian peralatan, setiap petugas terkait terutama petugas K3 perlu

menyiapkan diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai peralatan konstruksi

tersebut, dengan tujuan untuk mengurangi aatu menghilangkan kecelakaan kerja akibat

pengoperasian atau pemeliharaan peralatan tersebut.

Bermacam-macam peralatan konstruksi yang setiap harinya beroperasi menyelesaikan

pekerjaan konstruksi harus mendapat perhatian khusus, mengingat saat ini hampir seluruh

pekerjaan konstruksi sangat tergantung dengan keberadaan peralatan ini, sehingga harus

dijaga tidak terjadi kecelakaan yang menyebabkankan peralatan idle, baik disebabkan

tenaga kerjanya menderita kecelakaan ataupun peralatannya rusak karena salah

pengoperasian atau sebab lainnya di lapangan.

Pada akhirnya tim penyusun mengharapkan adanya saran dan masukkannya untuk

penyempurnaan materi ini, karena sangat disadari bahwa materi ini masih jauh dari

sempurna.

Tim Penyusun,

Page 3: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

iii

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

A. Tujuan Umum Pelatihan

Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :

Merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi penerapan

ketentuan K3 untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisien penyelenggara konstruksi

mencapai nihil kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

B. Tujuan Khusus Pelatihan

Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan K3 Konstruksi

2. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksana konstruksi

3. Merencanakan dan menyusun program K3

4. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3

5. Melakukan sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur kerja dan

instruksi kerja K3

6. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis

K3 yang mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku

7. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika

diperlukan

8. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan

darurat

Seri / Judul Modul : CSE – 08 = Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

TUJUAN INSTRUKSI UMUM

Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta diharapkan memahami tentang penerapan K3

yang berkaitan dengan pengoperasian peralatan konstruksi.

Page 4: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

iv

TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS

Setelah modul diajarkan, peserta mampu :

1. Penerapan K3 pada pengoperasian alat-alat berat.

2. Penerapan K3 pada alat angkat dan alat angkut.

3. Penerapan K3 pada pesawat tenaga dan mesin produksi.

4. Penerapan K3 pada pemakaian tangga dan perancah.

5. Penerapan K3 pada pekerjaan mekanikal dan elektrikal.

6. Penerapan K3 pada bejana bertekanan.

7. Penerapan K3 yang berhubungan dengan pekerjaan pemipaan.

Page 5: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

LEMBAR TUJUAN .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

DAFTAR MODUL ................................................................................................ v

PANDUAN INSTRUKTUR .................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Umum ....................................................................................... 1-1

1.2 Dasar Hukum .................................................................................. 1-3

BAB 2 PENERAPAN K3 PADA PENGOPERASIAN PERALATAN BERAT. ...... 2-1

2.1 U m u m .......................................................................................... 2-1

2.2 Dasar Hukum .................................................................................. 2-1

2.3 Standar Operasi pada Umumnya .................................................... 2-2

2.4 Beberapa Kesalahan Operasi yang Mengakibatkan Kecelakaan .... 2-6

2.5 Beberapa Bentuk Kecelakaan ......................................................... 2-8

BAB 3 PENERAPAN K3 PADA PESAWAT ANGKAT DAN ALAT ANGKUT........ 3-1

3.1 U m u m .......................................................................................... 3-1

3.2 Dasar Hukum .................................................................................. 3-1

3.3 Jenis dan Tipe Pesawat Angkat ..................................................... 3-2

3.4 Jenis dan Tipe Pesawat Angkut ..................................................... 3-5

BAB 4 PENERAPAN K3 PADA PESAWAT TENAGA DAN

MESIN PRODUKSI ................................................................................. 4-1

4.1 Umum ............................................................................................. 4-1

4.2 Susunan Sistem Pemindah Tenaga ................................................ 4-2

4.3 Pemindah Tenaga Gerak (Power Train) pada Pesawat Angkat

Jenis Mobil Boom ............................................................................ 4-4

4.4 Penggerak ...................................................................................... 4-9

4.5 Penerapan pada Prinsip Kerja Pesawat Angkat dan Angkut ........... 4-11

BAB 5 PENERAPAN K3 PADA

PEKERJAAN MEKANIKAN DAN ELEKTRIKAL ...................................... 5-1

5.1 Dasar Hukum .................................................................................. 5-1

Page 6: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

vi

5.2 Lingkup Pekerjaan M & E ................................................................ 5-1

5.3 K3 Pekerjaan Mekanikal ................................................................. 5-2

5.4 K3 Pekerjaan Listrik ........................................................................ 5-4

5.5 Cara membebaskan Penderita dari Aliran Listrik ............................. 5-21

BAB 6 PENERAPAN K3 PADA BEJANA BERTEKANAN.................................... 6-1

6.1 Umum ............................................................................................ 6-1

6.2 Perencanaan ................................................................................... 6-1

6.3 Temperatur .................................................................................... 6-2

6.4 Korosi (Karat) ................................................................................. 6-3

6.5 Konstruksi ...................................................................................... 6-3

6.6 Tingkat Pengaman ......................................................................... 6-3

6.7 Pedoman Tekanan ......................................................................... 6-4

6.8 Dasar Hukum ................................................................................. 6-4

6.9 Sejarah Perkembangan Ketel Uap dan Bejana Uap ....................... 6-4

6.10 Pengendalian Ketel Uap dan Bejana Uap serta Peralatan

Bantunya ......................................................................................... 6-8

6.11 Peralatan-peralatan Bantu Ketel Uap ............................................. 6-11

6.12 Definisi dan Istilah tentang Ketel Uap, Bejana Uap & Peralatan-

Peralatan Bantunya ........................................................................ 6-10

6.13 Pedoman/Peraturan dari Ketel Uap dan Bejana Uap ..................... 6-12

6.14 Pertimbangan-pertimbangan Desain .............................................. 6-12

6.15 Spesifikasi bahan ........................................................................... 6-12

6.16 Perawatan Ketel Uap ..................................................................... 6-15

6.17 Sumber Bahaya pada Pesawat Uap .............................................. 6-18

6.18 Pendidikan dan Pelatihan ............................................................... 6-18

BAB 7 PENERAPAN K3 YANG BERHUBUNGAN

DENGAN PEKERJAAN PERPIPAAN ...................................................... 7-1

7.1 Lingkup Pekerjaan Perpipaan ........................................................ 7-1

7.2 Instalasi Pekerjaan Perpipaan ........................................................ 7-1

7.3 Penggunaan Peralatan Pekerjaan Perpipaan ................................. 7-3

7.4 Sistem Pengujian Pipa Penguji Sistem ........................................... 7-4

7.5 Perlindungan Perpipaan ................................................................. 7-5

7.6 Pembuatan Daftar Simak ................................................................ 7-7

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

vii

DESKRIPSI SINGKAT

PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan

dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah

dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen

kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-

batasan penilaian serta variabel-variabelnya.

2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan

dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan

sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi

dengan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :

pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan

dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan

kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-

modul pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ dibawah ini yang

dipergunakan sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan „Ahli K3 Konstruksi“.

DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. CSE – 01 UUJK, Etos Kerja dan Etika Profesi

2. CSE – 02 Manajerial dalam Penerapan K3

3. CSE – 03 Peraturan Perundang-Undangan K3

4. CSE – 04 Pengetahuan Dasar K3

5. CSE – 05 Teknik Konstruksi

6. CSE – 06 Manajemen dan Administrasi K3

7. CSE – 07 Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. CSE – 08 Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

9. CSE – 09 Kesiagaan dan Tanggap Darurat

10. CSE – 10 Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

11. CSE – 11 Perlindungan Lingkungan dan Higiene Proyek

Page 8: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

viii

Item Bahasan : Uraian KETERANGAN

KODE MODUL : CSE – 08 : Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1. Deskripsi :

Materi ini terutama membahas tentang K3

yang berhubungan dengan pengoperasian

peralatan konstruksi yang meliputi dasar

hukum, operasi peralatan berat, K3

pesawat angkat dan angkut, K3 pesawat

tenaga dan mesin produksi, K3 pekerjaan

mekanikal dan elektrikal, K3 yang

berhubungan dengan pekerjaan pemipaan.

2. Tempat Kegiatan:

Dalam ruang kelas dengan kapasitas paling

sedikit 25 orang.

3. Waktu Kegiatan:

6 jam pelajaran teori (1 jp = 45 menit)

Page 9: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

ix

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan

Menjelaskan tujuan instruksional (TIU & TIK.).

Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengalamannya dalam mengawasi pengoperasian peralatan konstruk-si dihubungkan dengan K3.

Waktu : 10 menit

Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif.

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan apabila kurang jelas.

OHT1

2. Ceramah : Bab 1 Pendahuluan

Kecelakaan kerja, penyebab dan petunjuk penanggulangannya, dasar hukum.

Menjelaskan kecelakaan kerja, penyebab dan petunjuk penaggulangannya.

Menjelaskan dasar hukum.

Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut.

Waktu : 10 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal yang perlu.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

OHT2

3. Ceramah : Bab 2 Penerapan K3

pada Pengoperasian Alat Berat

Dasar hukum, standar operasi, kesalahan operasi, beberapa bentuk kecelakaan

Menjelaskan tugas operator

Menjelaskan dasar hukum.

Menjelaskan standar operasi pada umumnya.

Menjelaskan beberapa kesalahan operasi yang mengakibatkan kecelakaan

Menjelaskan beberapa bentuk kecelakaan

Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut.

Waktu : 20 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal yang perlu.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

OHT3

Page 10: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

x

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

4. Ceramah : Bab 3 Penerapan

pada Pesawat Angkat dan Angkut

Dasar hukum, jenis dan tipe pesawat angkat dan pesawat angkut, prinsip kerja pesawat angkat dan angkut, alat kelengkapan dan peralatan keselamatan kerja, alat pembawa barang.

Menjelaskan dasar hukum.

Menjelaskan Jenis & tipe pesawat angkat dan angkut

Menjelaskan prinsip kerja pesawat angkat dan angkut.

Menjelaskan alat kelengkapan dan peralatan/pengaman keselamatan kerja pesawat angkat dan angkut.

Menjelaskan alat pembawa/ pengantar barang (conveyor)

Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut.

Waktu : 45 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal yang perlu.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

OHT4

5. Ceramah : Bab 4 Penerapan K3 pada pesawat tenaga dan mesin produksi

Sistem pemindah tenaga, power train pada pesawat angkat mobile, penggerak, penerapan pada pesawat angkat dan angkut.

Menjelaskan susunan sistem pemindah tenaga.

Menjelaskan power train pada pesawat angkat jenis mobil.

Menjelaskan penggerak dan penerapannya pada pesawat angkat dan angkut

Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut.

Waktu : 45 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal yang perlu.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

OHT5

Page 11: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

xi

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

6. Ceramah : Bab 5 Penerapan K3

pada Pekerjaan mekanikal dan elektrikal

Dasar hukum, lingkup pekerjaan M & E, K3 pada pekerjaan mekanikal dan elektrikal, cara menolong penderita dari aliran listrik.

Menjelaskan dasar hukum.

Menjelaskan lingkup pekerjaan mekanikal dan eletrikal.

Menjelaskan K3 pada pekerjaan mekanikal.

Menjelaskan K3 pada pekerjaan elektrikal

Menjelskan cara menolong penderita dari aliran listrik

Mendiskusikan setiap pokok bahasan.

Waktu : 45 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal yang perlu.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

OHT6

7. Ceramah : Bab 6 Penerapan K3 Pemakaian Tangga dan Perancah

Hal-hal yang penting dalam pemasangan perancah, standar/ aturan dalam pemasangan perancah.

Menjelaskan hal-hal yang penting dalam pemasangan perancah

Menjelaskan standar/aturan pemasangan/pekerjaan perancah.

Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut

Waktu : 20 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal yang perlu.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

OHT7

Page 12: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

xii

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

8. Ceramah : Bab 7 Penerapan

K3pada Bejana bertekanan

Dasar hukum, sejarah perkem-bangan ketel uap, perencanaan, konstruksi, tingkat pengamanan, pengendalian ketel uap, definisi dan istilah, pertimbangan desain, spesifikasi bahan, perawatan ketel uap, sumber bahaya pada pesawat uap, pendidikan dan pelatihan

Menjelaskan tentang perenca-naan, temperatur, korosi (karat)

Menjelaskan konstruksi, tingkat pengaman dan pedoman tekanan

Menjelaskan dasar hukum

Menjelaskan sejarah perkembangan ketel uap dan bejana uap

Menjelaskan pengendalian ketel uap dan bejana uap serta peralatan bantunya

Menjelaskan peralatan bantu ketel uap

Menjelaskan definisi dan istilah dari ketel uap, bejana uap dan peralatan bantunya

Menjelaskan pedoman/peraturan dari ketel uap dan bejana uap

Menjelaskan pertimbangan- pertimbangan desain

Menjelaskan spesifkasi bahan

Menjelaskan perawatan ketel uap

Menjelaskan sumber bahaya pada pesawat uap

Menjelaskan pendidikan dan pelatihan

Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut

Waktu : 45 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal yang perlu.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

OHT8

9. Ceramah : Bab 8 Penerapan K3

yang berhubungan dengan pekerjaan perpipaan

Lingkup pekerjaan perpipaan, instalasi pekerjaan perpipaan, penggunaan peralatan pada pekerjaan perpipaan, sistem pengujian pipa penguji sistem, perlindungan perpipaan

Menjelaskan lingkup pekerjaan

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

OHT9

Page 13: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

xiii

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

perpipaan

Menjelaskan instalasi pekerjaan perpipaan

Menjelaskan penggunaan peralatan pada pekerjaan perpipaan

Menjelaskan sistem pengujian pipa penguji sistem

Menjelaskan sistem perlindungan perpipaan

Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut

Waktu : 30 menit

Mencatat hal-hal yang perlu.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

10. Rangkuman :

Merangkum dan berdiskusi

Penutup Waktu : 20 menit .

Peserta aktif membandingkan yang diajarkan dan pengalaman di lapangan serta aktif berdiskusi

OHT10

Page 14: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

xiv

MATERI SERAHAN

Page 15: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1-1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah

tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya

menuju masyarakat adil dan makmur.

Apabila ditinjau dari segi keilmuan maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat

diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dala usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi tersendiri, karena dalam

pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang-undangan, juga dilandasi

oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik. Keselamatan dan kesehatan

kerja juga merupakan masalah yang mengandung banyak faset, misalnya: hukum,

ekonomi maupun social.

Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu unsure perlindungan tenaga kerja

merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi dan produktifitas perusahaan

dan untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk itu Pemerintah Indonesia bertekad mendorong

perusahaan agar melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dan

mengusahakan supaya keselamatan dan kesehatan kerja benar-benar menjadi naluri

dan budaya masyarakat.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan

pekerja dan perlindungan perusahaan. Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan.

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pekerja dan

meningkatkan produktivitas perusahaan.

Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian, yaitu alat

produksi, bahan produksi atau perlengkapan kerja, biaya pengobatan atau kompensasi

kepada pekerja yang cidera atau meninggal dunia, kerugian waktu kerja selama produksi

terganggu serta penurunan kualitas dan kuantitas hasil produksi.

Page 16: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1-2

Semua kerugian langsung dan kerugian tidak langsung tersebut, secara ekonomis dapat

dihitung, baik yang diderita langsung oleh pekerja maupun yang menjadi beban

pengusaha dan masyarakat pada umumnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat

digolongkan pada 3 kelompok, yaitu:

1. Kondisi dan lingkungan kerja.

2. Kesadaran dan kualitas pekerja.

3. Peranan dan kualitas manajemen.

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat

kerja dapat terjadi bila:

Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;

Alat-alat produksi terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu

panas atau terlalu dingin;

Tidak tersedia alat-alat pengaman;

Kurang memperhatikan persyaratan/prosedur kerja yang telah ditetapkan.

Pengertian kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dari semula dan tidak

dikehendaki yang mengganggu aktivitas yang telah ditentukan dan dapat mengakibatkan

kerugian baik berupa korban manusia dan atau harta benda.

Terdapat petunjuk untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi ditempat kerja,

langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain melalui:

a. Peraturan perundang-undangan

b. Standarisasi

c. Inspeksi

d. Riset Teknis

e. Riset Medis

f. Riset Psychologis

g. Riset Statistik

h. Pendidikan

i. Latihan

j. Persuasif

k. Asuransi

l. Penerapan a s/d k tersebut diatas langsung ditempat kerja.

Page 17: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1-3

1.2 Dasar Hukum

Dasar hukum perundangan keselamatan dan kesehatan kerja adalah UUD 1945 pasal

27 ayat (2) dan Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok

mengenai Tenaga Kerja pasal 9 dan pasal 10.

1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) menyatakan:

“ Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”

Bila pasal ini kita kaitkan dengan sumberdaya manusia, maka “pekerjaan” tersebut

tidak lain adalah “pekerjaan yang manusiawi”. Pekerjaan demikian memungkinkan

tenaga kerja untuk tetap sehat dan selamat sehingga dapat mengembangkan diri

sebagai “manusia” agar dapat hidup dengan layak sesuai dengan harkat dan

martabat manusia.

2. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai

Tenaga Kerja menetapkan:

Pasal 9 : “Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,

kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai

dengan martabat manusia dan moral agama”.

Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi:

(1) Norma Keselamatan Kerja,

(2) Norma Kesehatan Kerja dan Hygiene Perusahaan,

(3) Norma Kerja,

(4) Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan

kerja.

Sudah banyak peraturan perundangan yang mengatur pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja, namun demikian implementasinya masih banyak mengalami

hambatan yang antara lain disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat

perusahaan daam melaksanakan peraturan tersebut.

Untuk mengatur baik penggunaan atau pembuatan suatu sumber produksi, peralatan

produksi dan lain sebagainya harus cocok dan relevan dengan peralatan yang

hendak digunakan tersebut.

Page 18: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1-4

Untuk pesawat Angkat dan Angkut, Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan peraturan

No: PER.05/MEN/1985 tentang pesawat Angkat dan Angkut dan Peraturan

No.01/MEN/1989 tentang Kwalifikasi dan syarat-syarat operator Keran Angkat.

Adapun peraturan perundangan lainnya yang selama ini masih digunakan adalah

undang-undang Transport Ril tahun 1938 No. 595 dan Peraturan Transport Ril Tahun

1939 No. 39.

Untuk pesawat Angkat dan Angkut yang meliputi peralatan produksi mencakup

peralatan angkat, pita transport, pesawat angkutan diatas landasan dan diatas

permukaan serta alat angkutan diatas rel.

Apa yang dimaksud dengan hal teersebut diatas adalah apa yang telah ditetapkan

oleh Menteri Tenaga Kerja ialah:

1. Peralatan Angkat - Lier, tekel, peralatan angkat listrik, pesawat

pneumatic, gondola, keran magnit, keran

lokomotif, kran dinding dan keran sumbu

putar.

2. Pita Transport - Eskalator, ban berjalan dan rantai berjalan.

3. Pesawat angkutan

diatas landasan dan

diatas permukaan

- Truk, truk Derek, traktor, gerobak, truk lift

dan kereta gantung.

4. Alat angkut jalan rel - Lokomotif, gerbong dan lori.

Untuk setiap pesawat sebagaimana tersebut diatas memilik ketentuan-ketentuan

sebanyak:

-Peralatan Angkat ……………………………………………………… 68 pasal

-Pita transport ……………………………………………………………22 pasal

-Pesawat Angkutan diatas landasan dan diatas permukaan …….. 17 pasal

-Alat angkutan jalan rel ……………………………………………… 17 pasal

Dari ketentuan pasal demi pasal tersebut dapat dipakai sebagai acauan dasar

pemeriksaan peralatan yang akan dibangun ataupun yang telah dan sedang dipakai

bilamana diperlukan.

Page 19: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1-5

Oleh karena Negara kita belum dapat membangun sendiri peralatan pesawat angkat

dan angkut dan baru dapat membangun sebagian kecil dari berbagai jenis tersebut,

standar yang dipakai sebagai referensi adalah mempergunakan standard luar negeri.

Page 20: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-1

BAB 2

PENERAPAN K3 PENGOPERASIAN PERALATAN BERAT

2.1 Umum

Yang perlu diperhatikan dalam operasi peralatan berat adalah, keamanan dalam bekerja,

perlindungan keselamatan bagi pekerja dan terhadap sarana / fasilitas dan prasarana

yang berkaitan dengan operasional peralatan di tempat kegiatan kerja.

Karena pada dasarnya manusia yang bekerja, umumnya selalu menggunakan alat yang

dipergunakan untuk bekerja. Untuk hal ini masing-masing kondisi harus dapat memenuhi

persyaratan bekerja secara aman, baik dan benar, maka dalam pengelolaan peralatan

berat/ pesawat angkat dan angkut diperlukan seseorang operator yang mampu dan

terampil.

Apa yang dilakukan oleh operator, terlebih dahulu harus memahami cara - cara

mempergunakan peralatan-peralatan tersebut dengan persyarata yang dimilikinya.

Sebagai contoh misalnya bagaimana mengoperasikan peralatan berat / pesawat angkat

dan angkut dengan benar dan aman?, apa yang harus dipenuhi sebelum masuk daerah

kerja dan akan memulai pekerjaan, harus mendapat izin terlebih dahulu sertifikat layak

pakai pesawat yang akan dipergunakan juga layak kerja bagi operator yang menjalankan

pesawat yang bersangkutan. Jika seandainya terdapat pesawat yang mau dipergunakan

tidak memiliki sertifikat layak pakai, harus diadakan pemeriksaan dan uji coba dulu,

sedangkan sang operatornya pun sama halnya seperti pesawat itu sendiri.

Baiklah kita perlu meninjau apa saja yang harus dilakukan oleh sesorang mulai dari

tingkat pembantu operator, operator, pengawas dan penanggung jawab jalannya

keamanan pekerjaan. Sebagai contoh umum, misalnya ada tujuh tahapan pengoperasian

peralatan berat / konstruksi yang harus dipatuhi.

Tahapan-tahapan ini penting bagi sang operator atau pengawas yang bertanggung

jawab terhadap pengoperasian peralatan berat / konstruksi tersebut.

2.2 Dasar Hukum

Dasar pengoperasian peralatan berat / pesawat angkat / angkut pada dasarnya harus

mengikuti standar ataupun peraturan dan perundang – undangan yang berlaku.

Standar operasi yang digunakan disini tentunya menggunakan standar yang dikeluarkan

oleh pabrik pembuat peralatan tersebut, misalnya menggunakan standar Permennaker

Page 21: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-2

No 5 / MEN / 1985 tentang pesawat angkat danb angkut, atau menggunakan ANSI /

ASME, DIN, British, JIS, dasar standar inilah yang nantinya digunakan dalam operasi

dan pemeliharaan peralatan termasuk pemeriksaan dan pengujian. Yang secara detail

akan dijelaskan dalam standar K3 masing – masing jenis peralatansesuai dengan bidang

pekerjaannya

2.3 Standar Operasi Pada Umumnya

Secara umum dalam mengoperasikan peralatan berat konstruksi harus memenuhi atau

mengikuti tahapan sebagai berikut ini :

Pastikan Peralatan peralatan berat / konstruksi tersebut layak untuk dioperasikan dan

siap pakai, secara administrasi harus ada pembuktian melalui surat ijin operasi / laik

pakai.

Pastikan kondisi secara administrasi (butir 1 diatas), telah benar –2 siap pakai untuk

di operasikan dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yakni, Laksanakan

pemeriksaan awal sebelum peralatan peralatan berat / konstruksi dioperasikan.

Laksanakan pengawasan secara terus menerus baik secara individu (Oleh operator)

maupun oleh pengawas pekerjaan dalam pengoperasian peralatan berat / konstruksi

dengan benar.

Laksanakan istirahat secara interval dan kontinyu dalam setiap 4 jam operasi dengan

sekali istirahat, dan jangan sekali – kali bekerja secara nonstop diatas 4 jam operasi,

hindari perasaan jenuh dalam mengoperasikan peralatan. Karena perlu diingat

interaksi antara manusia dengan mesin.

Kenali Pengoperasian peralatan dengan beban kritis yang sewaktu –waktu timbul

saat operasi.

Pastikan bahwa operator / pekerja mengetahui akan adanya bahaya kecelakaan dan

mampu mengatasinya jika kondisi benar – benar dalam keadaan darurat sewaktu

mengoperasikan peralatan berat / konstruksi tersebut.

Pastikan bahwa peralatan berat / konstruksi cukup dalam posisi aman pada saat

akan ditinggalkan setelah selesai operasi.

Kalau seandainya tahapan-tahapan tersebut di atas dipatuhi dengan baik, maka

kondisi kerusakan sebagai akibat tidak berfungsinya bagian-bagian mesin, yang

bergerak dan bagian yang menerima beban tidak mengalami kerusakan yang berarti,

sehingga umur dari peralatan dapat dipertahankan sesuai standar yang telah

ditentukan oleh pabrik pembuatnya.

Page 22: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-3

Demikian pula bagi inspektur, dalam menentukan kondisi layak pakai tidak terlalu

sukar untuk membuat analisa maupun mengevaluasinya sehingga dapat dibuat

suatu rekomendasi yang mendekati keadaan sebenarnya.

Karena seorang inspektur dituntut, harus melaksanakan tugasnya secara teliti jujur,

sehingga kecelakaan ataupun kerusakan fatal dapat dihindari atau bahkan dicegah

1. Sebelum Peralatan Beroperasi

a. Peralatan berat / konstruksi dan sejenis peralatan angkat harus memiliki sertifikat

layak pakai yang berlaku. Cocokan apakah yang tertera di dalamnya itu benar.

b. Izin kerja harus memiliki bila dalam penggunaan peralatan berat / konstruksi

tersebut penggerak utamanya adalah motor bakar atau listrik.

c. Laporan ramalan cuaca harus masuk di meja pengawas keselamatan pengelola

peralatan berat / konstruksi, sebelum peralatan berat / konstruksi tersebut

dioperasikan.

d. Kondisi tanah harus diketahui dengan baik jika mengoperasikan peralatan berat /

konstruksi.

e. Plat baja perlu dilengkapi bila peralatan berat / konstruksi akan melintasi daerah

yang terdapat banyak kabel atau saluran-saluran pipa di dalamnya.

f. Bilamana terjadi keadaan darurat harus diadakan briefing antara berbagai pihak

untuk mengatasi keadaan sebelum mengambil suatu keputusan.

g. Periksa dengan benar apakah instalasi peralatan berat / konstruksi tidak terlalu

berdekatan dengan daerah yang memiliki zat yang mudah meledak atau korosive.

2. Peralatan berat / konstruksi Beroperasi

a. Periksa benar gerak radius peralatan berat / konstruksi sebelum beroperasi.

b. Hanya orang-orang yang mendapat tugas yang boleh memberikan tanda dan

aba-aba kepada operator.

c. Operator tidak diijinkan meninggalkan tempat kerja operasi, sedang motor

penggerak masih menyala atau kalau beban masih tergantung.

d. Setiap beban yang diangkat harus memiliki pengontrol sedikitnya terdapat tali

pengontrol.

e. Beban harus memiliki besaran berat yang tercantum dengan jelas dan operator

harus mengetahui jumlah beban yang akan diangkat termasuk berat hook, rope

dan lain sebagainya.

2.1. Prosedure pengangkatan beban normal

a). Peraturan sebagaimana tertera di A dan B harus dijalankan.

Page 23: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-4

b). Operator harus mengenal dengan baik daerah di mana barang akan

diangkat dan daerah di mana barang akan dipindah tempatkan.

c). Kalau peralatan berat / konstruksi beroperasi di daerah pabrik yang

sedang operasi, operator harus yakin bahwa ruang gerak harus cukup.

d). Dan operator harus menginsyafi bahwa di daerah operasi tersebut tentu

ada yang berbahaya.

2.2. Prosedure Pengangkatan beban kritis

a). Peraturan sebagai tertera di A, B.dan B.1 harus dijalankan.

b). Pengawasan harus menyiapkan skets rencana kerja, ketinggian daerah

kerja dan sekitarnya secara lengkap. Juga termasuk ruang gerak berputar

harus tercatat lengkap.

c). Peralatan berat / konstruksi harus diperiksa ulang untuk menyakinkan

bahwa memang benar-benar dalam kondisi siap pakai sebelum pekerjaan

dimulai.

d). Periksa ulang kondisi tanah untuk tumpuan misalnya kedudukan out rigger

dari peralatan berat / konstruksi tersebut.

e). Laporan-laporan pemindahan beban kritis harus segera dilaksanakan

setelah selesai pekerjaan dan mendapatkan persetujuan dari wewenang.

f). Supervisor harus diberitahu sebelum pelaksanaan pengangkatan-

pindahan dilaksanakan.

2.3. Pekerjaan Berbahaya

Bila ternyata terdapat suatu kasus berbahaya yang di luar dugaan biarpun

telah ada izin kerja dan lain sebagainya, langkah-langkah berikutnya perlu

dipertimbangkan.

a). Beban ditaruh di tanah segera jika situasi dan kondisi telah

memungkinkan yang bebas dari segala macam gangguan.

b). Motor penggerak segera dihentikan, tetapi dijamin bahwa beban tidak

akan turun.

c). Segera pengawas ke tempat yang berbahaya tersebut untuk observasi

keadaan.

d). Jikalau memang semuanya telah aman, perlu dilakukan pemeriksaan

ulang apakah tempat, alat dan lain sebagainya tidak akan berubah.

e). Jikalau semuanya beres, segera minta izin lagi untuk segera memulai

beroperasi.

Page 24: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-5

2.4. Keselamatan Selama Beroperasi

a). Ramalan cuaca secara teratur harus diperoleh sebelum beroperasi. Jika

kecepatan angin melebihi dari pada 38 MPH segera melaporkan kepada

pengawas untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya.

b). Beban tidak diijinkan melebihi peralatan berat / konstruksi yang telah

ditetapkan. Untuk hal tersebut, harus diatur lebih lanjut cara

pengoperasiannya.

c). Kalau peralatan berat / konstruksi mobile beroperasi di daerah sekitar

distribusi tenaga listrik, harus diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini:

o Komponen peralatan berat / konstruksi hanya diijinkan pada posisi

paling dekat meter jika tegangan listrik sampai 500 volt.

o Untuk tegangan lebih dari 500 volt, sebaiknya jarak komponen

peralatan berat / konstruksi paling dekat 5 meter.

o Pengawas kelistrikan harus diberitahu kalau pekerjaan pengangkatan

akan segera dimulai.

o Untuk melindungi kabel tanah atau pipa-pipa dalam tanah harus

segera diberikan perlindungan apabila melintasinya segera diberikan

papan plat besi secukupnya.

o Untuk mengangkat barang-barang lepas, sebaiknya dimasukkan

dalam bucket untuk bisa diangkat bersama.

o Selama operasi satu atau dua tali perlu disediakan dan terikat pada

beban untuk mengontrol gerakan beban sehingga tidak berputar atau

berayun.

o Harus diusahakan agar operatornya selalu dapat melihat beban

selama diangkat-pindahkan. Juga perlu dilengkapi kaca spion untuk

memungkinkan penglihatan operator pada saat berputar.

o Juga semua peralatan berat / konstruksi harus dilengkapi dengan alat

pemadam kebakaran.

o Dilarang keras menempatkan barang-barang pada bagian-bagian

yang berputar, bergerak, pipa-pipa, saluran kabel lebih-lebih lagi

mengikatnya.

o Operator peralatan berat / konstruksi sebaiknya telah berumur lebih

dari 20 tahun dan dengan cukup berpengalaman di daerah seperti

Page 25: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-6

tersebut di atas serta telah mempunyai sertifikat institusi yang

berwenang.

o Selesai pekerjaan, operator harus melaksanakan beberapa ketentuan.

o Letak beban

o Tarik hook/taruh bucket

o Putuskan saluran listrik/matikan sumber tenaga

o Tutup kabin dan kunci

o Usahakan agar motor penggerak aman/taruh boom/hindari kerusakan

bila terjadi ada perubahan cuaca dan lain sebagainya.

2.5. Peralatan berat / konstruksi Setelah Beroperasi

a. Pastikan bahwa peralatan berat / konstruksi cukup dalam posisi aman

pada saat akan ditinggalkan setelah selesai operasi atau saat setalah di

parkir ( ditempatkan pada suatu pool).

b. manfaatkan waktu menganggur(idle time), dengan melakukan

pemeriksaan seluruh kondisi yang digunakan saat operasi, khususnya

rangka – rangka yang bergerak dan rawan kecelakaan.

c. melaporkan dan mencatat semua keadaan yang ditemukan yang

berindikasikan rwan kecelakaan pada hari –hari operasi mendapat,

d. Periksa dengan benar apakah instalasi peralatan berat / konstruksi tidak

terlalu berdekatan dengan daerah yang memiliki zat yang mudah meledak

atau korosive.

e. Buat catatan penting prediksi identifikasi bahaya mendatang pada bagian

– bagian yang bergerak, rawan kecelakaan.

2.4 BEBERAPA KESALAHAN OPERASI MENGAKIBATKAN KECELAKAAN

Secara umum baik kesalahan teknis maupun kesalahan manusia semuanya menyangkut

ketelitian / keakuratan yang akhirnya juga bertumpu pada manusia, sehingga tidak salah

jika kecelakaan terbesar hampir 80% disebabkan oleh manusianya. Berikut yang perlu

diperhatikan agar meminimalisir tingkat kesalahan yang menyebabkan kecelakaan :

1. Kesalahan Teknis,

Kesalahan teknis ini meliputi peralatan yang digunakan, baik yang dapat di prediksi

maupun yang tidak ,

a. Yang dapat diprediksi sebelumnya :

1) A.B.A. (sling) tanpa sertifikat.

Page 26: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-7

2) A.B.A. (sling) tidak dipelihara dan dirawat.

3) Kelayakan pengikat di bawah standar.

4) Tali kawat baja (sling) cacat.

5) Terdapat pada alat bantu angkatnya.

6) Safety device tidak bekerja

7) Pemasangan/pendirian keran yang tidak sempurna

8) Batang penopang atau bagian-bagian konstruksi yang tidak terpasang tidak

cukup kuat atau pendukung yang tidak kuat.

9) Tempat pemasangan/pendirian keran diantara bangunan yang tidak cukup

kemampuannya menahan keran atau mendukung pada titik tumpu kuat

keran.

10) kegagalan konstruksi karena faktor kelelahan.

11) Rusaknya perangkat keselamatan pada peralatan

12) Kondisi daya dukung tanha tempat berpijak,

13) Kurangnya kestabilan peralatan

14) Dan lain-lain

b. Yang tidak dapat diprediksi sebelumnya :

1) Peristiwa lam seperti, sambaran petir, banjir, cuaca buruk (seperti angin

topan, goncangan agin yang melebihi standar) .

2) Sabotase, dllnya

2. Kesalahan Manusia

a. Kurangnya / tidak mempunyai ketrampilan / kemampuan (kompetensi) bagi

operator seperti dalam, tidak mempunyai kemampuan / tidak tepatnya membaca

besarnya beban operasi yang diijinkan,

b. Peralatan uyang dioperasikan bukan menjadi kewenangannya.

c. Pengikatan beban tidak sentries, sehingga beban terayun.

d. Komunikasi/aba-aba rigger tidak jelas sehingga berakibat kecelakaan terhadap

juru ikat atau pembantunya.

e. Penglihatan operator terbatas (jarak pandang operator) terhadap benda / barang

yang hendak diangkat.

f. Mengangkat beban tanpa tali tambera.

g. Pengikatan yang sembrono.

h. Pengikatan kurang baik dan benar sehingga beban dapat terlepas.

i. Terdapat kesalahan dalam rancangan konstruksi

Page 27: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-8

j. Tidak mematuhi peraturan perundangan K3

k. Pemeriksaan yang tidak sempurna dan tidak teratur.

2.5 BEBERAPA BENTUK KECELAKAAN

Contoh-contoh bentuk kecelakaan :

1. Tangan terjepit diantara barang dan alat bantu angkat karena aba-aba tidak lancar.

2. Peralatan terjungkir karena tidak setimbang

3. Peralatan Ambruk

4. Peralatan Selip dan terbalik

5. Peralatan meledak dan terbakar

JENIS KECELAKAAN KERJA

SEBAB-SEBABNYA

1. JATUH DI TEMPAT DATAR YANG SAMA

- Permukaan lantai yang licin dan tidak rata

- Perlengkapan dan peralatan kerja berserakan di atas lantai kerja

- Cahaya di tempat kerja kurang

- Pengaturan tata letak yang tidak baik

4. JATUH DARI KETINGGIAN

- Terdapat lubang-lubang di lantai

- Tidak ada pagar pengaman

- Ketika bekerja di tempat yang tinggi, tidak memakai ikat pinggang pengaman

4. KEJATUHAN BENDA-BENDA

- Berada di bawah benda yang mudah jatuh atau lepas dari kedudukannya

- Tidak waspada terhadap keadaan di atas kepala

4. TERKENA PERCIKAN BENDA-BENDA KECIL/ BAHAN-BAHAN KIMIA

- Tidak memakai pelindung muka/mata ketika mengasah benda keras atau bekerja dengan bahan-bahan kimia

- Peralatan kerja tidak diberi perlindungan yang cukup

5. TERTUSUK BENDA TAJAM

- Tidak memakai alat-alat pelindung yang cukup (sepatu, sarung tangan, baju yang pantas) ketka bekerja dengan bendabenda tajam

6. TERJEPIT BENDA/ ALAT-ALAT

- Jari tangan dalam kedudukan yang berbahaya

- Alat-alat yang bergerak/berputar tanpa perlindungan

- Pelanggaran atas prosedur kerja standar

7. TERSENGAT ALIRAN LISTRIK

- Bekerja di tempat basah

- Tidak memakai sepatu boots karet

- Isolasi listrik tidak baik

- Tidak tahu listrik

8. TERTABRAK/MENA-BRAK BENDA-BENDA/-KENDARAAN

- Pandangan ke depan terganggu

- Tidak ada perhatian ke sekitar

Page 28: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2-9

- Sedang sakit

- Alat pengendali dan lem tidak baik

9. TENGGELAM - Sedang sakit

- Tidak bisa berenang

10. AKIBAT KELELAHAN - Mengangkat barang di luar kemampuan

- Kegagalan menahan atau menunjang beban

- Tergelincir di atas permukaan yang basah

11. MENGISAP ZAT-ZAT BERBAHAYA

- Tidak memakai alat pelindung pernafasan

DENGAN MEMATUHI SETIAP PERATURAN STANDARD YANG ADA, NISCAYA KITA DAPAT MENCEGAH DAN MENANGGULANGI KECELAKAAN !!!!!!!!!!

Page 29: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-1

BAB 3

PENERAPAN K3 PADA PESAWAT ANGKAT DAN ALAT ANGKUT

3.1 Umum

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja Pesawat angkat dan angkut adalah

meliputi, semua bentuk kegiatan K3 di bidang pekerjaan penggunaan pesawat angkat

dan angkut.

Secara umum pesawat angkat adalah jenis peralatan yang digunakan untuk

mengangkat, sedangkan pesawat angkut adalah jenis peralatan untuk mengangkut,

dangfan klasifikasinya akan dijelaskan pada bagian berikut ini

3.2 Dasar Hukum

1. Peraturan dan Perundang - undangan

Pesawat Angkat dan Angkut, Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan peraturan No:

PER.05/MEN/1985 tentang pesawat Angkat dan Angkut dan Peraturan

No.01/MEN/1989 tentang Kwalifikasi dan syarat-syarat operator Keran Angkat.

2. Standar Internasional

Ada beberapa buku standar ANSI yang dapat dipakai untuk memeriksa berbagai

jenis pesawat angkat, ialah:

a. V.30.1 Jacks

b. B.30.2 Overhead & Gantry Cranes

c. B.30.3 Hammer Head Tower Cranes

d. B.30.4 Portal, Tower and Pillar Crangs

e. B.30.5 Mobile and Locomotive Cranes

f. B.30.6 Derricks

g. B.30.7 Based Mounted Drum Hoist

h. B.30.8 Floating Cranes and Floating Derricks.

i. B.30.9. Slings.

j. B.30.10. Hooks

k. B.30.11. Monorails and Underhung Cranes.

l. B.30.12 Handling Loads Suspended from Rotor Craft.

m. B.30.13. Controlled Mechanical Storage Cranes.

n. B.30.14. Side Boom Tractors.

o. B.30.15. Mobile Hydraulic Cranes

p. B.30.16. Overhead Hoist (Underhung).

Page 30: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-2

q. B.30.17. Overhead and Gantry Cranes.

r. B.30.18. Overhead Stacker Cranes

s. B.30.19. Cable Ways.

t. B.30.20. Below The Hook Lifting Devices.

u. Pelengkap untuk offshore crane dapat mengunakan standar :

1) API R.P. 20 dan API R.P. 20.

2) API R.P. 2C - Specificationfor Offshore Crane.

3) API R.P.2D - Recommended Practice for Operation and Maintenance on

Offshore and Onshore Crane

Setiap standar mengungkapkan ruang lingkup pemeriksaan terhadap konstruksi,

operasi, inspeksi dan perawatan terhadap crane apa yang diperiksa serta batas-

batasnya.

Standar itupun dapat dipakai sebagai petunjuk bagi para kontraktor, pemilik proyek,

ataupun para pegawai, supervisor dan badan organisasi lainnya yang berkaitan

dengan pertanggungjawaban terhadap penggunaan pesawat angkat berkaitan.

Selain ANSI dapat pula digunakan standar lainnya yaitu DIN, British, JIS, standar-

standar pemeriksaan dan pengujian yang dikeluarkan oleh Badan standar lainnya.

3.3 Jenis Dan Tipe Pesawat Angkat

1. Keran Menara (Tower Crane)

Keran menara adalah salah satu pesawat angkat yang mempunyai tugas menaikkan

dan menurunkan suatu beban sesuai kebutuhan dengan batas-batas tertentu dan

mempunyai jangkauan yang tertentu pula.

Baik beban yang diijinkan maupun jangkauannya atau biasa disebut radius

ditetapkan oleh suatu percobaan secara runtun dan merangkak mulai dari beban

terkecil, radius terkecil sampai ke beban maksimum dengan radius terbesar pula.

Kumpulan hasil percobaan tersebut dimasukkan dalam Daftar Beban atau biasa

disebut Load Chart.

Keran Menara ini mempunyai 3 jenis, yang mempunyai kemampuan dan keunggulan

masing-masing diantaranya:

a. Traveling Tower Crane adalah: jenis Tower Crane yang dapat bergerak maju

dan mundur diatas landaran rel, dan tower crane jenis ini umumnya mempunyai

Page 31: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-3

ketinggian yang tidak terlalu tinggi, tetapi mempunyai kemampuan mengangkat

beban yang sama seperti pada Fixed Tower Crane, contohnya mempunyai

ketinggian hanya sampai 50 m’.

b. Climbing Crane adalah: Tower Crane yang pada dasarnya mempunyai tinggi

mast section cukup pendek, penempatan tower jenis ini sangat effisien karena

tidak memakan tempat yang luas, dan umumnya ditempatkan pada rongga lift

disuatu konstruksi bangunan, dimana bila gedung telah naik ketinggiannya saat

dibangun, karena tower crane jenis ini tidak mempunyai pondasi maka tower ini

mengikuti kenaikan gedung tersebut.

c. Stationary/fixed tower crane adalah, yang paling banyak dipakai dan umumnya

dipasang diluar-samping gedung yang akan dibangun, karena tower crane ini

berdiri diatas pondasi maka jenis ini biasa disebut dengan Fixed Tower Crane.

Pada dasarnya ketiga tower crane tersebut mempunyai prinsip kerja yang sama.

Tetapi pada kertas kerja ini penulis hanya akan membahas untuk prosedur dan

pemeriksaan dan pengujiannya adalah yang jenis Fixed Tower Crane. Agar dapat

diketahui secara jelas bagian – bagian dari crane tersebut, lihat Gambar 1. Keran

menara tetap dengan penjelasan komponen-komponennya. (lampiran)

2. Derek / Keran Pembawa (Mobile)

a. Commercial Truck Mounted Crane/Keran Dengan Chasis Truck Biasa

Keran yang semua perlengkapannya dipasang pada truck biasa dan sebagai

sumber tenaga untuk penggerak biasanya menggunakan motor penggerak dari

truck tersebut. Umumnya keran ini mampu membawa, menaikkan, menurunkan

dan memindahkan barang secara horizontal (swing) pada berbagai radius.

b. Crawler Crane/Keran Rantai (Kelabang)

Keran yang diletakkan pada alat pembawa yang menggunakan rantai untuk

bergerak. Sumber tenaga untuk bergerak (maju, mundur, berbelok), mengangkat

dan menurunkan beban serta memindahakan muatan secara horizontal terletak

pada bangunan atas (super structure/upper structure).

c. Wheel Mounted Crane/Keran Ban Karet

(1) Kabin pengemudi lebih dari satu.

Keran diletakkan pada pembawa dilengkapi dengan gardan (axle),

mempergunakan ban karet untuk berjalan. Mempunyai ruang pengemudi yang

terpisah yaitu masing-masing untuk ruang pengemudi keran dan ruang

pengemudi keran dan ruang pengemudi pembawa.

Page 32: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-4

(2) Kabin pengemudi tunggal

Koran diletakkan pada pembawa di lengkapi gardan (axle) menggunakan ban

karet untuk berjalan tetapi hanya mempunyai satu ruang pengemudi, yang

dipergunakan sebagai ruang pengemudi pembawa dan keran angkat.

d. Locomotive Crane/Keran Lokomotif

Keran yang bagian atasnya termasuk sistem mekanis penggerak dan

perlengkapannya diletakkan pada alat pembawa bergerak dengan menggunakan

landasan ril. Sumber tenaga dari keran ini bisa bersumber dari keran angkat itu

sendiri atau dari luar.

Bagian Utama Dari Sebuah Keran

Pada umumnya untuk jenis keran mobil, secara keseluruhannya dapat dibagi menjadi

empat bagian yang penting yaitu:

a. Bangunan Atas/Upper Structure, Super Structure

Merupakan bagian dari keran yang dapat berputar dimana pada bagian kerangka

bangunan tersebut diletakkan sistem mekanik, fungsi2 kontrol penggerak keran.

b. Bagian Pembawa/Mobile Base Mounting

Tempat dimana bangunan atas diletakkan untuk dapat berpindah dari satu tempat

ke tempat lain dalam pengoperasiannya.

c. Tenaga Penggerak/Power Plant

Adalah sumber tenaga penggerak dapat berupa motor bensin, motor diesel,

motor listrik, motor hydraulis atau gabungan dari semuanya termasuk alat

pemutus/penyambung dari motor penggerak ke sistem mekanis keran, bisa

berupa kopling basah atau kering, juga termasuk diantaranya, hydro dynamic

torque converter, hydrostatic, electric generator atau juga peti roda gigi (gear

box).

d. Perlengkapan2 Bagian Depan/Front End Operating Equipment

Merupakan beberapa jenis perlengkapan yang dapat dipasangkan disesuaikan

dengan jenis atau kebutuhan pekerjaan. Diantaranya sebagai keran angkat, clam

shell, magnet, drag line, pemancang tiang (pile driver) dan lain sebagainya..

3. Keran Pedestal

Crane pedestal umumnya dipergunakan dilepas pantai, misalnya pekerjaan bongkar

muat dianjungan lepas pantai. Serta pekerjaan yng ada di lepas pantai umumnya

bahaya atau sumber bahaya sangat tinggi di karenakan situasi dan kondisi yang

setiap saat berubah-ubah.

Page 33: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-5

Pada umumnya pekerjaan bongkar muat dianjungan lepas pantai dipergunakan

pesawat angkut (crane) darat yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan berat atau

ringan dari volume pekerjaan.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi pekerjaan anjungan di lepas pantai, maka

dibuat crane yang disesuaikan dengan kebutuhan yaitu pedestal crane. Pedestal

crane didirikan secara tetap pada suatu pedestal yang menyatu dengan konstruksi

anjungan. Cara kerja pedestal crane juga tidak berbeda dengan crane darat kecuali

sistem horesting, dirrecting dan swing yang beda hanya kecepatannya.

3.4 Jenis Dan Tipe Pesawat Angkut

1. Pita Transport:

Belt conveyor & chain conveyor

Eskalator

2. Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas landasan permukaan:

Tractor, Track, Dumpt truck,

Alat-alat berat (earth moving equipment)

Gerobak

Fork Lift

Kereta gantung

3. Alat angkutan jalan ril:

Lokomotif

Gerbong

Lori

3.5 Prinsip Kerja Pesawat Angkat & Angkut

Prinsip kerja pesawat angkat & angkut adalah system yang bekerja pada seluruh

komponen bagian-bagian pesawat angkat & angkut itu sendiri, pada masa sekarang ini

terjadi perubahan teknologi yang demikian pesat sehingga terjadi kemajuan pula pada

system kerja dilingkungan enjiniring peralatan industri. Pada umunya penggunaan

system kerja pada pesawat angkat & angkut menggunakan:

Sistem Elektrik

Sistem Mekanik (manual & otomatis)

Sistem Hidraulis

Sistem Pneumatik (system angin bertekanan/tekanan udara).

Page 34: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-6

Dari system keempat tersebut terdapat 2 (dua) sumber utama tenaga penggerak

diantaranya adalah:

Motor Listrik

Motor Bakar (Bensin & Diesel)

3.6 Alat Kelengkapan Dan Peralatan/ Pengaman Keselamatan Kerja Pesawat Angkat &

Angkut

1. Alat kelengkapan (khusus pesawat angkat)

Tali Kabel Baja (Wire Rope)

Alat Bantu Angkat (Sling)

Kait (Hook)

Konstruksi Boom, Gantry, Rangka Penguat

System Sambungan (Joining)

Alat-Alat Pengendali (Control Apparatus)

Alat Penyetop/System Rem (Brake System)

Ruang Pelindung Operator (Cabin)

Pemberat/Bobot Pengimbang (Counter Weight)

Tromol Penggerak

Alat Penggerak (Prime Mover)

Rangka (Frame)

Rangka Putar Dan Sistemnya (Slewing System)

System Pemindah Tenaga (Power Train System)

Unit Pembawa (Carrier Unit)

Peralatan Pengaman (Safety Device)

Alat Komunikasi

2. Perangkat Keselamatan Kerja/Safety Devices

Pada saat psawat angkat/keran didesign/direncanakan pabrik pembuat telah pula

merencanakan perangkat keselamatan kerja (safety devices), sebagai faktor

dominan dalam rangka usaha memperkecil angka kecelakaan.

Juga merupakan salah satu factor keamanan (safety factor) dari keseluruhan struktur

pesawat keran.

Page 35: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-7

Perangkat keselamatan kerja dipasang sedemikian rupa dari yang konstruksi

sederhana sampai yang cukup canggih yaitu menggunakan system electronic dan

bekerja secara otomatis.

a. Pengertian Safety Devices (PKK):

“Suatu perangkat peralatan/perlengkapan yang dibuat dan dipasang sedemikian

rupa pada sebuah Pesawat Angkat/Keran yang dapat berfungsi sebagai alat

pengendali dengan tujuan untuk mencegah terjadi kecelakaan”.

b. Syarat-syarat Pemakaian Safety Devices/Perlengkapan Pengaman.

1) Dapat memberikan perlindungan yang baik

2) Dapat mencegah pendekatan terhadap semua daerah yang berbahaya

selama pekerjaan.

3) Tidak menggangguketenangan dan ketenteraman operator.

4) Tidak mengganggu jalannya produksi.

5) Dapat digunakan secara otomatis dan tenaga minimum.

6) Cocok untuk bidang pekerjaannya dan peralatannya.

7) Tidak mengganggu pada saat pelumasan dan efektif pada saat perbaikan dan

efektif pada saat pemeriksaan.

8) Efisien pemakaiannya.

9) Tahan dalam pemakaian normal dan beban impak.

10) Tahan karat, tahan api dan tahan lama.

11) Tidak menimbulkan bahaya balik.

12) Melindungi kecerobohan pemakaian.

c. Jenis-Jenis Perangkat Keselamatan Kerja pada :

1) Mobile Crane (Hydraulic)

a) Drum Look Device

b) Drum Turn Indicator

c) Automatic Crane Stopping

d) Hydrolic Circuit Safety Device

e) Boom Angle Indicator

f) Over Winding Alarm Device

g) Boom Exstending Device

h) Boom Derricking Safety Device

i) Out Rigger Lock Device

Page 36: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-8

j) Anemometer

2) Mobile Crane (Crawler)

a) Weight Load Indikator

b) Load Mowen Limiter

c) Boom Angle Indicator

d) Swing Brakelock, Swinglock

e) Drum Brake Lock

f) Drum Pawel Lock

g) Boom Back Lock

h) Crane Over Hoist Alarm

i) Boom Over Hoist Limit Switch

j) Anemometer

3) Overhead Travelling Crane

a) Over Winding Alarm Alarm Device

b) Bumper Stop Device

c) Drum Brake Lock

d) Over Load Limit Switch

e) Automatic Crane Stopping

f) Working alarm

3. Perlengkapan Peralatan K3 (Safety Device)

a. Umum:

Automatic Engine Stopping Device

Automatic Voltage Regulator

Automatic/Magnetic Brake Device/System

Speed Meter/Speedometer/Odometer

Rpm Meter

Voltage, Ampere, Frekwensi Meter

Signal Lamp, Horn/Klakson

Maximum Load Alarm Device

b. Spesial Untuk Pesawat Angkat Menara:

Moment Limiter

Page 37: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-9

Maximum Load Limiter

Maximum Speed Limiter

Slewing Stroke And Limiter

Lifting Stroke And Limiter

Anemometer

Penangkal Petir

Alat Komunikasi

Stability Limit Device

Trolleying Limiter

Travelling Limiter

Hoisting Limiter

3. Kebutuhan perlengkapan

Kebutuhan utama dari setiap keran angkat mempunyai hubungan erat dengan

program keselamatan kerja. Maka dari itulah semua perlengkapan komponen-

komponen pada keran harus memenuhi ketentuan-ketentuan atau standar yang

berlaku, baik disaat melakukan perencanaan, pembuatan, pemeriksaan, pengujian

atau perawatan. Didalam PER.05/MEN/1985 Depnaker atau rekomendasi standard

lainnya akan kita temui segala ketentuan alat keselamatan pada sebuah keran, jika

terjadi kehilangan perlengkapan, kerusakan ataupun data informasi adalah menjadi

tanggung jawab pemilik untuk melengkapi dan memperbaiki sesuai dengan standard

yang berlaku.

4. Identitas

Pada setiap keran angkat harus dibubuhi identitas yang cukup jelas dan tidak mudah

hilang. Identitas tersebut mencakup nama pabrik pembuat, type/model nomer sari,

tahun pembuatan dan berat unit keran. Juga pada bagian perlengkapan keran yang

mudah dibuka/dipasang seperti ballast (counterweight), boom-boom penyambung,

jib-jib, kaki penyangga tambahan (out rigger), diberi tanda identitas yang cukup jelas

sesuai dengan nomer pemilikan keran angkat. Karena bagian tersebut hanya bisa

digunakan pada unit keran tersebut atau pada keran sejenis sesuai, dengan ciri-ciri

dan perencanaan yang dibuat oleh pabrik.

Pada setiap pembuatan komponen, perbaikan, perubahan konstruksi yang oleh

pabrik pembuat keran harus mendapat persetujuan dari pabrik pembuat keran

tersebut dan diawasi oleh seorang ahli (Proffesional Engineer).

Page 38: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-10

5. Daftar beban

Setiap mobil crane harus dilengkapi dengan daftar kemampuan pengangkatan beban

(load rating chart), yang dibuat secara jelas, tidak mudah rusak, diletakkan pada

bagian yang mudah dilihat oleh operator dari tempat duduknya.

Daftar beban tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dimengerti dan

dipahami maksudnya secara cepat dan cepat. Dalam daftar tersebut akan tertera:

a. Model keran, nomor seri dan tahun pembuatan.

b. Kemampuan pengangkatan pada setiap kombinasi panjang boom, radius dengan

dan tanpa menggunakan fly jib.

c. Cara menentukan berbagai kombinasi panjang boom dan jib yang diijinkan.

d. Daerah ruang kerja keran (crane quadrant) yang berhubungan erat dengan

kemampuan daya angkat keran pada berbagai posisis yang berbeda.

e. Adanya alternative komponen tambahan pada keran angkat, sehingga akan

merubah kemampuan daya angkat keran tersebut. Alternatif-alternatif tambahan

tersebut harus tertera dengan jelas.

f. Apabila kemampuan angkat dari keran tidak dibatasi oleh kestabilan tetapi

dibatasi oleh kekuatan konstruksinya, maka pembatasan antara keduanya harus

cukup jelas dalam daftar beban (load chart).

g. Bila keran ditempatkan pada dudukan/pembawa yang tidak simetris, maka

perubahan kemampuan daya angkat sesuai dengan arah keseimbangan harus

diberi tanda yang cukup jelas.

h. Peringatan, petunjuk, pembatasan yang harus dipatuhi selama pengoperasian

sehingga tidak menimbulkan bahaya kecelakaan, ditulis dengan jelas.

Seperti: kecepatan angin, kerataan landasan (leveling), kondisi landasan, tekanan

angin pada ban, kecepatan pengoperasian.

i. Cara-cara penggandaan tali penggerek dan jumlah penggandaan (part of rope

reeving) yang diijinkan, termasuk jenis, ukuran,dan panjang tali.

j. Data-data drum seperti diameter, kekuatan tarik, kecepatan putaran atau

alternative lainnya.

k. Pada keran hidrolis (hydraulic system), penjelasan secara terperinci mengenai

semua fungsi kelengkapan control bekerja secara otomatis, manual dan apakah

dilengkapi system jatuh bebas (free fall) atau tidak pada system pengerek muatan

beban.

Untuk keran yang menggunakan boom telescopic diberika penjelasan-penjelasan

mengenai:

Page 39: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-11

l. Panjang setiap bagian telescopic boom yang dapat dikeluarkan

m. Penjelasan cara pengoperasian setiap bagian dari boom telescopic apakah bisa

dikeluarkan dengan tenaga mesin atau secara manual.

n. Cara-cara untuk memanjangkan atau memendekkan boom dan memasang fly jib.

o. Beban muat yang diperbolehkan diangkat sambil memanjangkan atau

memendekkan telescopic boom.

6. Alat-alat pelindung

Alat penutup/pelindung haruis terpasang pada system mekanis yang terbuka seperti

roda-roda gigi, pully, rantai, as dan lain-lain yang dapat menimbulkan bahaya pada

saat keran beroperasi. Alat pelindung tersebut dibuat cukup kuat sehingga mampu

menahan beban orang yang mungkin harus berdiri diatasnya sewaktu melakukan

perawatan/perbaikan.

Alat-alat pelindung/penutup tersebut sebaiknya dibuatkan jalan khusus untuk

melakukan perawatan, pelumasan tanpa harus membuka penutup/pelindung secara

keseluruhan, sedangkan pada kampas rem, kopling dibuatkan penutup khusus agar

terbebas dari segala kotoran, kelembaban atau percikan pelumas karena adanya

kebocoran.

Pada pipa gas buang (knalpot) diberi isolasi tahan panas, agar tidak menimbulkan

cidera yang kemungkinan akan tersentuh orang sewaktu melakukan perawatan atau

perbaikan, serta tidak ada kebocoran pada pipa gas buang yang bisa menimbulkan

kebakaran atau menyebabkan keracunan.

Pipa saluran akhir gas buang diletakkan sedemikian rupa sehingga asap gas buang

tidak mempengaruhi pengemudi/operator keran.

7. Karoseri dan ruang pengemudi (operator)

a. Karoseri dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi system mekanis

penggerak beserta kelengkapannya dan operator dari cuaca.

b. Kabin operator dibuat dengan baik sehingga operator dapat melihat kesekeliling

daerah kerja dengan leluasa tanpa mendapat halangan.

c. Kaca-kaca yang terpasang terbuat dari kaca khusus (safety glass) yang

sejenisnya. Pintu, jendela bisa dibuka dan ditutup dan diberi alat pengaman agar

tidak terbuka atau tertutup dengan sendirinya sewaktu keran sedang bekerja.

Pintu-pintu diperlengkapi dengan kunci supaya tidak dapat dimasuki oleh yang

tidak berkepentingan sewaktu keran ditinggalkan.

Page 40: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-12

d. Pada jalan masuk keluar yang bertangga diberi pegangan tangan yang kuat dan

aman untuk dilalui. Pada ruang operator dibuatkan pintu yang mudah dilalui oleh

operator dan terletak disamping operator.

e. Kabin operator mampu meredam suara sehingga tidak membuat operator terlalu

bising (tidak boleh lebih dari ± 90 dB).

f. Tempat duduk operator dibuat dengan tidak baik (bisa distel) sehingga operator

bisa duduk dengan enak, mudah menjangkau tuas-tuas control tanpa merubah

posisi duduknya. Ruang operator dipasang lampu penerangan sedemikian rupa

sehingga tidak mengganggu operator.

g. Disetiap permukaan lantai tempat berjalan orang dibuat agar tidak licin.

Pembuatan tangga serta kelengkapannya harus cukup kuat dan mudah untuk

dilalui.

h. Lantai diluar karoseri atau diluar ruang operator dilengkapi dengan pagar

pengaman, sedangkan pada lantai atau jalan orang yang sempat dilengkapi

dengan pegangan tangan.

i. Dibuat tangga untuk naik ke atap karoseri yang biasa dilalui orang pada saat

akan melakukan perawatan atau perbaikan perlengkapan keran angkat di atas

atap karoseri. Sedangkan pada lantai-lantai di atas atap karoseri yang cukup

tinggi dibuatkan pagar pengaman.

8. Tuas-tuas kontrol penggerak keran

Setiap tuas pengontrol gerak keran angkat harus memenuhi persyaratan tertentu

antara lain:

a. Semua tuas control yang digunakan untuk mengemudikan gerakan keran selama

pengoperasian terletak pada tempat yang mudah dijangkau oleh pengemudi

(operator).

b. Setiap tuas control diberi tanda sesuai fungsinya.

c. Tuas kontrol pengerek beban (load hoist), gerakan putar (swing), pengerek boom

(boom hoist), keran bisa kembali pada posisi netral dengan sendirinya.

d. Semua keran dilengkapi kopling untuk memutuskan hubungan tenaga penggerak

ke bangunan atas (upper structure) sebuah keran mobil. Tuas pengontrolnya

diletakkan pada ruang operator dan mudah dijangkau oleh operator.

e. Gerakan tuas control dipasang sesuai dengan arah resultante gerakan keran,

gerakan beban atau gerakan unit keran secara keseluruhan.

f. Bila mungkin dipasangkan alat pengunci tuas.

Page 41: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-13

g. Tuas control disetel sedemikian rupa, sehingga untuk menggerakkan tuas tangan

cukup dengan tenaga kurang dari 15 kg dan mempunyai jarak langkah gerakan

maksimal 45 cm untuk gerakan tuas satu fungsi dan 30 cm untuk tuas dua fungsi

untuk masing-masing langkah gerakan. Pedal kaki digerakkan dengan tenaga

kurang dari 25 kg dengan jarak langkah gerakan tidak boleh lebih dari 20 cm.

9. Gelondong penggulung drum

Gelondong penggulung tali atau drum secara keseluruhan mempunyai beberapa

jaminan antara lain:

a. Cukup kokoh untuk menggulung, menarik dan melepas tali selama

pengoperasian keran dalam berbagai kondisi sesuai dengan rekomendasi pabrik.

b. Dilengkapi kopling yang baik sehingga tidak menimbulkan gerakan tiba-tiba atau

gerakan kejut pada saat menggerakkan dan menyetop gerakan drum.

c. Dilengkapi rem otomatis yang akan bekerja dengan sendirinya dan mampu

menahan semua beban kerja aman dengan penggandaan tali angkat sesuai

petunjuk pabrik pembuat.

d. Kopling dan rem bias disetel dengan ketentuan dari pabrik untuk tetap menjaga

kemampuannya karena adanya keausan akibat dari adanya gesekan.

e. Gelondong penggulung tali pengerek boom (boom hoist drum) dilengkapi dengan

ratchet, pawl dan rem otomatis.

f. Gelondong penggulung (drum) mampu menyimpan panjang tali dengan diameter

dan penggandaan pengulangan tali (rope reeving) sesuai rekomendasi pabrik

dalam pengoperasian keran angkat. Diberi pengaman agar tali tidak mudah

keluar dari susunan gulungannya.

g. Tali tersisa gelondong penggulung (drum), minimal tiga lilitan penuh.

h. Dilengkapi tempat pengikatan ujung tali pada drum dengan perlengkapannya

yang memadai.

i. Drum dilengkapi dengan rim dan telingan (flange) agar tali tidak mudah meloncat

keluar. Tinggi flange minimal 2 kali diameter tali terhadap susunan gulungan

terakhir.

Page 42: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-14

j. Garis tengah gelondong (drum) tali pengangkat mempunyai pitch diameter tidak

kurang dari 18 kali diameter tali. Sedangkan gelondong (drum) tali penggerak

boom mempunyai pitch diameter tidak kurang dari 15 kali diameter tali.

k. Drum beralur mempunyai ke dalaman alur dan bentuk alur sesuai dengan tali

yang digunakan.dipasang.

l. Sudut antara dua garis yang ditarik dari titik tengah puli tegak lurus terhadap

sumbu drum dengan garis dari titik tengah puli ke salah satu titik pada ujung drum

disebut fleet angle. Besar sudut tersebut antara ¼o s/d 1 ¼ o untuk drum beralur

dan antara 1o s/d 2o untuk drum tanpa alur.

10. Rem

a. Jika rem tidak dihubungkan secara mekanikal dalam pengoperasiannya (tanpa

menggunakan pedal kaki atau tuas), maka harus dilengkapi dengan rem otomatis

yang akan bekerja dengan sendirinya apabila terjadi kerusakan pada sistem

tenaga atau tekanan.

b. Rem akan dapat dibuka kembali apabila sistem tenaga atau tekanan yang ada

cukup kuat untuk menggerakkan sistem gerakan keran.

c. Yang dimaksud di sini adalah sistem tenaga atau tekanan pada sistem hidraulis

atau pneumatik.

d. Pedal rem dibuat tidak licin, dilengkapi dengan kunci, sehingga dapat tetap

berada pada posisi pengereman walaupun tidak diinjak.

e. Semua rem pengaman gelondong pengangkat muatan (hoist drum) dapat dilepas

dengan sistem elektrik, hidraulis atau pneumatik. Rem ini dipasang pada drum

tanpa menggunakan perantara mekanis seperti roda gigi, rantai, vee belt atau

lainnya.

f. Rem atau kopling harus tahan terhadap panas yang timbul akibat gesekan.

Bagian permukaan yang bergesekan harus halus tidak ada cacat atau kotor.

g. Keran mobil dilengkapi dengan rem jalan yang mampu menahan keran tetap

diposisinya pada saat bekerja, tekanan tiupan angin saat parkir, menahan berat

keran pada kemiringan jalan (tanjakan) sesuai dengan ketentuan pabrik. Rem

jalan ini dilengkapi dengan sistem otomatois yang akan bekerja dengan

sendirinya apabila terjadi kerusakan pada sistemnya.

h. Pada keran mobil rem jalan mampu memberhentikan laju jalan keran pada

kecepatan dan jarak pengereman tertentu. Umumnya harus mampu berhenti

pada jarak 32 feet (10 meter) pada kecepatan 15 mph ( 25km/jam).

Page 43: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-15

i. Rem swing (swing brake) harus mampu menahan gerakan swing keran dengan

beban maksimum, tetapi juga harus mampu menahan tolakan angin

berkecepatan 30 mph ( 45 km/jam) lebih pada saat menggunakan panjang

boom dan jib maksimum.

j. Rem ini bekerja secara otomatis apabila terjadi kesalahan pada sistemnya,

diperlukan kunci swing yang dipergunakan disaat mengangkat muatan yang berat

sambil berjalan atau saat parkir.

11. Cakra pengantar/pulleys/shcaves

Alur pada cakra pengantar (puli) menjadi bagian terpenting menyangkut umur

pemakaian tali dan puli itu sendiri. Alur pada puli biasanya dibuat sedikit lebih besar

dari diameter tali sesuai dengan ketentuan pabrik pembuat tali dan permukaan alur

halusnya.

Apabila alur puli terlalu lebar (besar) akan mengakibatkan tali gepeng, menyebabkan

alur pada puli rusak. Begitu pula apabila alur puli terlalu kecil akan membuat tali

tergencet dan alur akan rusak.

Penampang sudut sentuh antara dasar puli dengan lingkaran penampang tali

berkisar antara 120o s/d 150o . bibir puli cukup terbuka untuk memudahkan tali duduk

pada dasar alur puli. Pemasangan puli antara yang satu dengan lain sebagai

pengantar tali hendaknya dipasang secara simetris atau dengan kemiringan sudut

yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat. Sehingga tidak akan mempercepat

kerusakan tali maupun puli. Kerusakan tersebut bisa kita lihat dengan adanya

keausan pada salah satu sisi permukaan pada alur puli.

Puli-puli pengerak boom mempunyai pitch diameter tidak kurang dari 15 kali diameter

tali, sedangkan untuk puli-puli tali pengangkat beban mempunyai pitch diameter tidak

kurang dari 18 kali diameter tali. Kedalaman alur puli (cakra pengantar) minimum 1,5

kali diameter tali.

Pada puli-puli pengantar tali biasanya dipasang alat pengaman tali (cable keeper)

agar tali tidak meloncat keluar dari alur puli sewaktu bekerja. Berbagai jenis puli

dibuat, disesuaikan dengan penggunaannya. Oleh karena itu setiap alat angkat

mempunyai perencanaan penggunaan puli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan

dalam penggunaannya.

Permukaan alur puli yang kasar, rusak, aus akan mempercepat kerusakan tali, begitu

pula bantalan aus tali yang kurang sempurna. Puli tersebut harus diganti dengan

Page 44: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-16

yang baru atau diperbaiki sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat, terutama

perbaikan alur puli.

12. Kaki penumpu tambahan/out rigger

Kaki penumpu tambahan harus mampu bertahan di tempat penyimpangan, waktu

keran berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dikeluarkan pada saat

pengoperasian keran. Kaki penumpu harus mampu menahan berat mesin dan segala

perlengkapannya termasuk beban waktu bekerja tanpa menunjukkan gejala-gejala

ketidak sempurnaan sedikitpun.

Batang-batang lengan kaki penumpu tambahan hendaknya diberi tanda yang dapat

menunjukkan bahwa lengan tersebut telah dijulurkan semaksimalnya. Karena

pengoperasian keran dengan menggunakan kaki penumpu tambahan (out rigger),

semua lengan-lengan kaki penumpu harus dikeluarkan sepenuhnya, tidak boleh

sebagian-sebagian atau hanya dengan menggunakan sebagian kaki penumpu saja.

13. Penyetop boom/boom stop

Setiap mobil keran dilengkapi dengan alat penyetop gerakan boom, untuk mencegah

agar boom tidak terbalik ke belakang dalam pengoperasian keran. Kejadian tersebut

biasanya terjadi karena:

a. Kait pengangkat beban (hook block) ditarik terus walaupun telah membentur

ujung atas boom (boom head), menyebabkan boom tertarik ke atas.

b. Menjalankan keran dengan sudut boom yang besar.

c. Mengoperasikan keran dengan boom panjang pada tempat miring (tidak rata) dan

memutar bagian atas (swing) dari sisi yang rendah ke bagian sisi yang lebih

tinggi.

d. Adanya kerusakan pada sistem kapling penggerak boom, kapling tetap berkunci

(lengket) walaupun tuas penggerak telah dilepaskan.

e. Putus atau lepasnya tali pengikat beban (muatan) yang berat, menurunkan beban

secara kasar atau mendadak pada pengoperasian keran dengan sudut boom

yang besar dapat juga menyebabkan boom terbalik ke belakang, karena

terjadinya pengendoran tali penahan boom dan kembalinya lenturan boom secara

tiba-tiba.

f. Tiupan angin pada keran dengan sudut boom yang besar akan mendorong boom

untuk terbalik ke belakang.

Page 45: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-17

Alat terbalik untuk menyetop gerakan boom agar tidak melampui besarnya sudut

yang ditentukan adalah satu pengombinasian semua fungsi untuk memutuskan

hubungannya dengan sumber tenaga penggerak secara efektif, dan akan menyetop

gerakan boom agar tidak melewati sudut yang telah ditentukan.

14. Alat keselamatan

Ada berbagai jenis alat keselamatan terpasang pada keran angkat mobil. Alat-alat

keselamatan tersebut umumnya pencegah terjadinya kecelakaan pada

pengoperasian keran.

Alat tersebut antara lain:

a. Tutup tangki bahan bakar dan tangki hidrautis harus cukup baik.

b. Kotak besi yang baik dan terikat dengan aman tempat menyimpan kunci-kunci

untuk melakukan perawatan dan menyimpan bahan pelumas.

c. Lampu penerangan untuk kerja malam.

d. Ganjal ban.

e. Kaca spion, klakson, kipas kaca, lampu parkir, lampu sen, penahan silau

matahari pada ruang pengemudi, tanda peringatan waktu bergerak mundur.

f. Pemadam api.

g. Boom angle indikator, dipasang pada tempat yang mudah dilihat oleh operator.

h. Boom length indikator, dipasang pada keran yang menggunakan boom

telescopik.

i. Boom back stop, alat pencegah agar boom tidak terbalik ke belakang umumnya

dipasang pada keran yang menggunakan boom rangka (ballire).

j. Automatic limit stop pada drum:

- Boom hoist stop : menghentikan putaran gelondong penggulung tali boom

apabila sudut boom mencapai batas yang telah ditentukan.

- Anti two blocking : menghentikan gerakan tali angkat sehingga pengait

beban tidak beradu dengan ujung boom.

- Over winding : menyetop gerakan gelondong penggulung pada saat

lilitan tali di dalam gelondong/drum disaat menurunkan barang tersisa minimal

3 lilitan.

- Level indikator/water pass : untuk menentukan keadaan kerataan (levelling)

penempatan sebuah keran.

- Load indikator : perlengkapan yang dapat menunjukkan beban/muatan

yang sedang diangkat dengan ketelitian tinggi.

Page 46: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-18

- Safe load indikator : alat yang secara otomatis akan menunjukkan hal-hal

sebagai berikut:

- Beban yang diijinkan diangkat dalam keadaan dan posisi kerja saat itu.

- Radius dan atau sudut boom.

- Panjang boom (pada keran yang menggunakan boom telescopik).

- Berat beban yang sedang diangkat pada saat itu.

- Memberikan peringatan kepada operator apabila batas kemampuan angkat

dari keran akan dilampui. Bahkan pada saat ini alat tersebut dapat menyetop

fungsi gerakan keran apabila batas kemampuan angkat dari keran dilampui.

15. Istlah-istilah dalam keran

Bagi mereka yang bekerja dengan menggunakan keran angkat, maka akan ditemui

beberapa penggunaan istilah-istilah pada keran angkat antara lain:

a. Angle Indikator

Perlengkapan pada sebuah keran angkat yang akan menunjukkan besarnya

sudut antara boom dengan garis horizontal pada berbagai posisi boom secara

otomatis.

b. Anometer

Alat pengukur kecepatan angin

c. Automatic Safe Load Indikator

Alat keselamatan pada keran yang dapat memberikan aba-aba peringatan

kepada pengemudi keran (operator) apabila mengangkat muatan/beban melebihi

dari ketentuan.

d. Auxilliary Hoist (Whip Line)

Tali pengangkat beban kedua, biasanya digunakan untuk mengangkat muatan

beban yang ringan-ringan.

e. Axle Lock

Suatu perlengkapan pada keran ban karet dipasangkan antara gardan (axle)

dengan chasis untuk meniadakan gerakan axle (ocilation) dalam pengoperasian

keran dengan tumpuan ban karet (tanpa menggunakan out rigger).

f. Boom

Merupakan bangunan konstruksi yang dapat diperpanjang atau diperpendek,

terpasang pada bangunan atas (super stucture) digunakan untuk menopang tali

pengangkat beban (muatan).

Page 47: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-19

g. Boom Stop

Peralatan pada keran angkat digunakan untuk membatasi gerakan boom agar

tidak melampui sudut boom terbesar dari yang telah ditentukan.

h. Boom Back Stop

Perlengkapan pada keran digunakan untuk mencegah agar boom tidak terbalik ke

belakang.

i. Boom Angle

Sudut yang dibentuk oleh boom dengan garis horizontal.

j. Boom Hoist Mechanism

Perlengkapan mekanis untuk mengatur gerakan boom naik atau turun.

k. Boom Point

Titik terjauh/tertinggi pada ujung boom.

l. Boom Length (Panjang Boom)

Panjang boom yang diukur dari titik tengah pin kaki boom titik tengah as puli

(cakra pengantar) diujung atas boom.

m. Cab

Rumah penutup pada bangunan atas keran angkat untuk melindungi

perlengkapan mekanisme dan pengemudi keran angkat.

n. Counter Weight

Pemberat tetap untuk menjaga keseimbangan keran angkat pada saat bekerja

mengangkat muatan/beban.

o. Center of Rotation

Merupakan sumbu putar dari bangunan atas keran.

p. Blocking Up Base

Pengoperasian keran angkat dengan menggunakan kaki penyangga tambahan

(out rigger) guna menambah kestabilan.

q. Bridle atau Harness

Suatu sistem susunan block cakra-cakra pengantar (puli-puli) yang

menghubungkan tali pendek boom (boom hoist suspension rope) dengan tali

penahan boom (boom pendant).

r. Cantilever Jib

Boom yang ditopang pada dua titik lampu dibagian bawah ujung boom.

s. Jib (Ply Jib)

Boom tambahan, dipasang pada ujung boom untuk menambah ketinggian

penderekan pengangkatan) muatan.

t. Load

Page 48: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-20

Merupakan beban yang diderek (diangkat) oleh keran angkat termasuk hook

block dan alat-alat bantu angkat lainnya yang tergantung di bawah hook (kait

penderek).

u. Load Block (hook Block)

Susunan dari satu atau lebih cakra-cakra pengantar (puli-puli), pin, rangka,

swivel, kait penderek (hook) digunakan untuk mengaitkan beban-beban yang

akan diangkat (dikerek) dan dipasangkan/digantungkan pada tali pengerek.

v. Rope falls

Jumlah penggandaan susunan tali pengerek antara tali puli load block (hook

block) dengan puli-puli diujung atas boom.

w. Load Rating Chart

Daftar tabel kemampuan angkat/kerek sebuah keran angkat yang memperinci

kemampuan angkat/kerek keran pada berbagai kombinasi panjang boom, radius

atau sudut boom serta beberapa ketentuan-ketentuan yang harus diikuti selama

pengoperasian keran angkat dan ditempelkan pada tempat yang mudah dilihat

oleh pengemudi keran angkat di dalam ruang pengemudi keran angkat.

x. Free Fall

Cara menurunkan hook atau beban dengan gaya beratnya sendiri.

y. Height of Lift

Jarak vertikal diukur dari tanah sampai hook (kait pengerek beban) bagian bawah

pada saat pengait muatan berada pada posisi paling tinggi.

z. Radius Indikator

Sebuah perlengkapan untuk menunjukkan perubahan-perubahan jarak radius

pengoperasian disaat terjadinya perubahan sudut boom atau pada saat

perubahan-perubahan panjang boom pada keran boom telescopik.

aa. Level Indikator (Water Level)

Peralatan pada keran angkat yang akan menunjukkan kerataan kedudukan keran

angkat pada suatu penempatan disaat operasi.

bb. Limit Switch

Alat pembatas yang bekerja secara otomatis apabila batas-batas tertentu akan

dilampui.

cc. Out Reach

Jarak horizontal dari titik tengah kait pengerek muatan pada bagian terdekat dari

keran kecuali boom.

dd. Power Lowering

Page 49: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-21

Peralatan mekanis yang memungkin menurunkan boom atau muatan yang

dikendalikan dengan kecepatan putaran motor penggerak.

ee. Tail Radius

Jarak horizontal antara sumbu putar dengan bagian terjauh di belakang

bangunan atas dari sebuah keran angkat.

ff. Reeving

Susunan penggadaan/pengulangan tali diantara dua buah bangunan yang terdiri

dari susunan-susunan puli.

gg. Slewing

Gerakan putar dari bangunan atas (supper structure).

hh. Single Line Pull

Kekuatan tarik satu tali pada gulungan pertama pada gelombang penggulung

(drum).

ii. Safe Working Load (S.W.L)

Beban maksimum yang dapat diangkat dengan aman oleh sebuah keran angkat

dalam suatu keadaan posisi tertentu.

jj. Pawl (Dog)

Alat pengunci untuk menahan suatu sistem gerakan pada keran angkat.

kk. Telescopik Boom

Susunan boom terdiri dari boom utama dan beberapa bagian boom bekerja

seperti telescopik disaat memanjangkan atau memendekkan boom.

ll. Two Blocking

Keadaan di mana hook block bersentuhan dengan ujung boom bagian atas

(boom point).

mm. Whell Base

Jarak antara titik tengah roda depan dengan titik tengah roda belakang.

nn. Free on Whell

Kondisi dari sebuah keran angkat ban karet yang mampu bekerja hanya

bertumpu pada ban, tanpa menggunakan kaki penyangga tambahan (out rigger).

oo. Out Rigger

Suatu konstruksi bangunan tambahan dipasangkan pada bagian pembawa keran

angkat di mana lengan-lengan dan kaki-kaki penunjangnya dapat diperpanjang

atau diperpendek untuk mendapatkan keseimbangan yang lebih baik.

pp. Parts of Rope

Jumlah penggandaan pengulangan tali diantara dua buah susunan bangunan

puli-puli.

Page 50: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-22

qq. Over Bauling Weight/Pear Weight/Baby

Pemberat yang dipasangkan pada tali pengangkat beban sedikit di atas kait

pengerek muatan (book), mengakibatkan hook turun oleh karena beratnya

sendiri.

rr. Lipping

Keadaan keran angkat dalam posisi seimbang dengan beban berderek

(terangkat) dan akan terbalik apabila terjadi penambahan beban walau dalam

jumlah yang kecil.

ss. Quadrant

Pembagian daerah ruang kerja sebuah keran angkat yang ditentukan oleh posisi

boom terhadap kedudukan pembawanya.

16. Sumber & potensi sumber bahaya

Secara umum sumber bahaya yang terdapat pada pesawat angkat dan angkut

adalah:

a. Kesalahan design

b. Kesalahan pemasangan

Konstruksi tidak kuat/tidak memenuhi syarat

c. Kesalahan pemakaian/operasional

Penggunaan alat tidak sesuai dengan fungsinya

Safety device tidak digunakan sebagaimana mestinya

d. Kesalahan pemeliharaan/perawatan

e. Tidak layak pakai (tidak pernah diperiksa dan diuji)

f. Daerah lingkungan kerja tidak aman/tidak memenuhi syarat

g. Tenaga kerja yang melaksanakan tidak memahami baik cara dan sifat

penggunaannya atau tidak terampil.

Potensi sumber bahaya yang terjadi pada pesawat angkat & angkut secara khusus

dapat terjadi pada bagian-bagian:

a. Bagian-bagian yang berputar antara lain: poros, roda, puli-puli, alat yang berputar

lainnya;

b. Bagian-bagian yang bergerak antara lain: gerak vertikal, gerak horizontal, gerak

maju dan gerak mundur;

c. Bagian-bagian yang menanggung beban antara lain: pondasi, kolom-kolom,

rangka (chasis), dudukan/bantalan, alat penumpu dan landasan;

Page 51: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-23

d. Tenaga penggerak/sumber daya antara lain: peledakan, suhu tinggi, kebisingan

dan getaran.

3.7 Alat Pembawa/Pengantar Barang (Conveyor)

Tingkat kecelakaan dengan alat pembawa/pengantar barang tidak terlalu tinggi, akan

tetapi keparahan kecelakaan adalah tinggi. Tiap tahun tercatat beberapa kematian

dengan alat pembawa/pengantarbarang.

Pemandangan suatu alat pembawa/pengantar barang tidak memberikan suatu

peringatan sehingga para pekerja tidak menyadari berbahayanya. Suatu alat

pembawa/pengantar barang adalah mesin yang terus menerus bergerak biasanya tanpa

orang yang menjalakannya/operator dan mengawasi.

Kebanyakan kecelakaan terjadi selagi membersihkan atau memelihara alat

pembawa/pengantar barang yang sedang bergerak. Permulaan yang dikehendaki dari

suatu alat pembawa/pengantar barang sering menyebabkan kecelakaan.

Bagian yang paling berbahaya dari suatu alat pembawa/pengantar barang adalah:

- Titik sentuh

- Titik jepit antara dua bagian yang bergerak

- Barang-barang yang jatuh dari alat pembawa / pengantar barang.

- Jatuh di tempat jalan dan panggung.

- Kejutan listrik

- Kebakaran.

Kebanyakan kecelakaan terjadi selagi:

- Membersihkan

- Memelihara

- Meyelesaikan suatu kesukaran

- Pemasangan

- Memuat terlalu banyak.

Penyebab kecelakaan pada umumnya adalah:

- Pengaman dipindahkan

- Pengaman hilang

- Permulaan yang tidak dikehendaki

- Tidak berhenti selagi bekerja

- Penumpukan bahan jalan dan peralatan kerja.

Page 52: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-24

Waktu reaksi pekerja terlalu lama sehubungan dengan kecepatan alat

pembawa/pengantar.

3.8 Asas-Asas Keselamatan Kerja

Penumpukan dan kemacetan harus dihindari sejauh mungkin. Titik sentuh serta bagian-

bagian berbahaya lain harus diberi pengaman.

Pengaman harus didesain sedemikian rupa dan mantap.

Conveyors:

Conveyors adalah suatu alat angkut/antar/kirim guna membawa barang, bungkusan,

peti-petian atau bahan baku yang berbentuk batu-batuan, pasir, bubuk dan sebagainya

sampai pada tempat tujuannya. Alat tersebut dapat digerakkan dengan atau tanpa daya

kekuatan tenaga mekanis atau gaya berat.

Karena ada banyak jenis conveyors maka di bawah ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Gravity conveyor

Suatu alat angkut untuk membawa bungkusan atau bahan lepas ke lantai bawah

dengan kekuatan atau dorongan gaya berat tanpa tenaga mekanik.

2. Chute conveyor:

Suatu alat angkut atas dasar tenaga gaya berat barang-barang yang akan

diangkut/diantar dan terdiri alat yang lurus atau berspiral serta terbuat dari logam,

kayu atau bahan yang serasi dilengkapi dengan saluran yang licin serta terpasang

pada rangkaian besi yang miring.

3. Gravity roller conveyor:

Suatu alat mengangkut/pengantar dengan gaya berat dan diperlengkapi dengan

pelbagai roda-roda kecil serta terpasang padarangkaian besi yang agak miring

sehingga dapat berputar apabila ada bahan yang di tempatkan di atasnya dan

bergerak maju kejurusan yang menurun.

4. Belt conveyor (band conveyor)

Suatu alat angkut/pengantar yang digerakkan dengan kekuatan tenaga uantk

mengangkut/mengantar bungkusan atau bahan yang lepas biasanya dalam gerakan

horizontal melalui ban pita yang bergerak melewati terminal roda atau katrol yang

biasanya terdiri dari bagian yang membawa dan yang kembali serta ditopang oleh

roda-roda atau katrol-katrol.

5. Chain conveyor:

Page 53: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-25

Dimaksud suatu alat angkut/pengantar yang digerakkan dengan kekuatan tenaga

untuk membawa barang dan bahan dalam gerakan horizontal, vertical atau miring ke

atas dengan cara dari susatu atau dua maupun lebih yang sejajar suatu rantai tanpa

sambungan bekerja dengan roda-roda gigi pada tiap ujung.

6. Log Haul (angkut batangan kayu):

Dimaksud suatu kolam untuk membawa kayu gelondongan ke tempat penggergajian

dari kolom atau dari daratan sampai ke taraf lantai melalui rantai-rantai dilengkapi

dengan alat gait, alat mengeret atau jepitan guna mencekeram gelondongan

tersebut.

7. Overhead Chain Conveyor:

Dimaksud suatu alat angkut digerakkan oleh rantai yang membawa barang atau

bahan dibawa pada alat penggantung atau dalam wadah seperti keranjang atau

sangkut tergaet pada rantai-rantai tersebut dan menggantung dari topangan sejauh di

atas kepala.

8. Apron Conveyor:

Dimaksud suatu alat angkut dengan rantai-rantai yang mana bahannya dibawa pada

baki-baki tersendiri dan terpasang pada tiap sambungan atau di atas tampan

bersusun sedemikian disambung pada rantai sehingga membentuk suatu rangkaian

pita/ban atau semacam penutup baju.

9. Bucket Conveyor:

Dimaksud suatu alat angkut melalui rantai-rantai yang mana ada semacam ember-

ember yang menggantung, terpasang pada sambungan rantai tersebut dengan jarak

tertentu, membawa bahan-bahan dalam posisi horizontal, vertical atau agak miring

dan yang mana kadang kala telah dilengkapi dengan alat pengejut yang tetap

maupun yang dapat bergerak untuk mengosongkan atau menumpahkan ember-

ember tersebut tadi pada lokasi tersebut.

10. Live-Roll Conveyor:

Dimaksud suatu alat angkut/pengantar untuk membawa bungkusan-bungkusan atau

barang-barang dalam jalur horizontal atau agak miring dengan suatu urutan roda

horizontal, biasanya dalam jarak yang berdekatan, terpasang dalam rangka besi dan

bergerak dengan kekuatan tenaga di suatu jurusan yang sama.

11. Portable Conveyor:

Dimaksud suatu alat angkut/pengantar dengan ban/pita, bergerak tinggi, jenis

semacam baju atau yang berputar dan dibuat sebagai sesuatu yang dapat dipindah-

pindahkan dengan digerakkan oleh kekuatan tenaga unit motor terpasang di atas

roda-roda atau menggantung dari jalan atas dan bergerak dari satu ke lain tempat.

Page 54: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3-26

12. Screw Conveyor:

Dimaksud suatu alat angkut/pengantar untuk membawa bahan baku yang lepas

dengan melalui suatu saluran pelat logam yang tak berganda maupun berganda

berbentuk pilin yang terpasang sekelilingnya pada suatu as yang bergerak di dalam

suatu got/saluran horizontal atau agak miring yang berisi bahannya.

13. Pneumatic Conveyor:

Dimaksud suatu alat angkut/pengantar dengan melalui satu saluran atau got yang

horizontal, vertical atau agak miring yang melalui barang atau alat bahan telah

dihembus dengan tekanan angin/udara atau sedotan vakum.

Page 55: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-1

BAB 4

PENERAPAN K3 PADA PESAWAT TENAGA DAN MESIN PRODUKSI

4.1 Umum

Tenaga Penggerak dan sistem pemindah tenaga ini meliputi bagaimana tenaga yang

dihasilkan oleh motor ditransmisikan kebagian/bagian atau komponen yang akan

digerakkan sesuai kebutuhan pesawat itu sendiri. Tenaga penggerak meliputi mesin

penghasil tenaga seperti motor bensin/motor diesel atau motor listrik. Kebutuhan akan

besarnya kapasitas tenaga (dalam PK/HP/TK atau KW/KVA) yang diinginkan harus

disesuaikan dengan kebutuhan dasar dari beban yang akan digerakkan, sehingga factor

keamanan dan keselamatan baik pengguna maupun terhadap pesawat itu sendiri dapat

dipertanggungjawabkan. Umumnya kapasitas tenaga ini telah ditentukan oleh pabrik

pembuatnya atau oleh pembuat modifikasi jika terjadi perubahan dilapangan tentunya

dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah keamanan dan keselamatan.

Untuk lebih memperjelas penjelasan diatas, selanjutnya dibawah ini akan digambarkan

secara sistematis tenaga penggerak dan system pemindah tenaga yang diambilkan

contoh pada alat berat (buldozer).

4.2 Susunan Sistem Pemindah Tenaga

Page 56: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-2

1. Kopling Utama

a. Pengertian Umum

Fungsinya: sebagai pemutus dan penghubung tenaga (putaran) engine ke

transmisi dengan perantaraan disc dan plate.

plate mutar disc diam plate mutar disc mutar

gbr. A gbr. B

Plate dipasangkan langsung ke fly wheel engine. Ketika engine hidup, maka

flywheel berputar. Dengan demikian plate pun ikut berputar. Ketika plate dan disc

dalam posisi disc-engene (gbr. A), maka tidak ada pemindahan tenaga; agar

supaya terjadi pemindahan tenaga maka antara plate dan disc harus dalam

keadaan engage (gbr. B).

Untuk menghindarkan slip pada waktu plate dan disc sedang engage, maka

haruslah dipenuhi persyaratan sbb:

1) Gaya yang menekan plate dan disc haruslah kuat.

2) Koefisien gesek bidang kontak haruslah besar.

3) Luas bidang kontak (ukuran dan jumlah plate dan disc).

Gaya tekan untuk menekan plate dan disc pada Dozer Komatsu

mempergunakan:

Spring Type

Over Center Type

Koefisien gesek ini dipengaruhi oleh:

Jenis material bidang kontak plate dan disc.

Kehalusan permukaan bidang kontak.

Tingkat keausan bidang kontak.

Temperatur bidang kontak.

Page 57: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-3

Besarnya koefisien gesek dapat dilihat pada table dibawah ini:

Type Jenis Material Koefisien Gesek

K e r i n g

W o v e n M o l d Sintered Metal

0,3 0,3 0,25

B a s a h

Sintered Metal

0,08

Untuk memenuhi persyaratan luas bidang kontak, maka pada kopling utama ini

sering ditemui jumlah disc dan plate lebih dari satu.

b. Spring Type

Cara Kerja:

Plate (drive plate) no. 6 terpasang pada flywheel, sedangkan disc (driven plate)

no. 5 terpasang pada driven plate guide gear no. 4 dan guide ini dihubungkan

dengan poros 1.

Posisi Engage:

Clutch spring duduk antara release collar (18) dengan spring seat; dimana clutch

spring mempunyai gaya dorong kearah , sehingga release collar (18) akan

terdorong kearah

Ujung rod (17) dipasang pada release collar (18), akibatnya ketika release collar

bergerak pada rod (17) juga akan terbawa oleh release collar. Release lever

dipasang pada release lever yoke dengan perantaraan pin. Ujung yang satu dari

release lever dihubungkan dengan rod, sedangkan ujung lainnya berfungsi untuk

menekan pressure plate.

Apabila rod bergerak kearah maka release lever akan bergerak,

sehingga bagian bagian atas release lever akan menekan pressure plate; pada

keadaan ini disc dan plate engage.

Posisi Dis-engage:

Ketika release collar ditekan kearah , melawan kekuatan cluth spring,

maka rod (17) akan bergerak , sehingga bagian atas dari release lever akan

bergerak akan bergerak kearah . Pada posisi diatas akan menyebabkan

plate dan disc menjadi dis-engage. Pada clutch type ini, kondisi normal disc dan

plate selalu dalam keadaan engage.

Page 58: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-4

Prinsip Kerja:

Pada keadaan netral (clutch pedal bebas), engage spring (7) akan mendorong

release lever (6), sehingga pressure plate (4) selalu menekan disc (2) pada plate

(3). Clutch pada posisi ini disebut Engage, dimana tenaga dari engine diteruskan

ke out put shaft melalui plate dan disc. Apabila pedal diinjak (ditekan) akan

memutar yoke shaft (8) searah jarum jam. Yoke akan mendorong release bearing

(17), release lever (6) melawan kekuatan spring, sehingga pressure plate menjadi

bebas dari tekanan spring.

Clutch pada posisi ini disebut disengage, dimana tenaga engine terputus ke out

put shaft. Pada clutch ini tidak ada system pelumasan, sedangkan untuk

pendinginan hanya mengandalkan udara luar saja, yang masuk melalui rumah

main clutch. Untuk mengurangi tenaga dalam menggerakkan pedal ke posisi dis-

engage, maka dilengkapi dengan spring pada linkage pedalnya (ini yang disebut

dengan spring booster).

4.3 Pemindah Tenaga Gerak (Power Train) Pada Pesawat Angkat Jenis Mobil Boom

1. Sistem Penggerak Langsung Kendali Manual (Direct Drive System Manually

Control.

Skema Dasar Umum:

a. Cara kerja system

Jenis kerja penggerak pada system ini adalah sederhana atau kuno. Semua

system kendalinya dipusatkan ditempat operator dengan sambungan kabel atau

tongkat penghubung langsung ke tuas-tuas kendali yang digerakkan operator.

Maka diperlukan tuas kendali yang panjang untuk memperingan dalam

menggerakkan tuas-tuas tersebut.

SUMBER

TENAGA

PEMUTUS &

PENGHUBUNG

TENAGA

GERAK

TRANSMISI

Atau

PERSNELING

PENGUNCI PENGGERAK

SISTEM

FUNGSI

REM

KENDALI

MANUAL

Page 59: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-5

b. Penyaluran tenaga

Dari sumber tenaga didapat tenaga gerak putar untuk menggerakkan fungsi yang

diinginkan dengan melalui Pemutus-Penghubung Tenaga Gerak yang lazim

disebut kopling utama atau Main Clutch. Kemudian ke Transmisi berfungsi

mengatur cepat dan arah putaran, kemudian langsung ke system fungsinya. Yaitu

turun naik Kait, Boom, Swing dan Jalan/Move. Tiap fungsi terdiri dari As/Poros

yang langsung memutarkan Sepatu Kopling dimana terdapat Drum Kopling & rem

bertumpu pada suatu poros lain diluar Porosnya sepatu kopling. Poros ini juga

langsung berhubungan dengan Kelos Penggulung tali atau ke fungsi Swing dan

jalan/move drive atau melewati suatu sambungan gigi roda dulu. Tiap fungsi

mempunyai dua jaringan system seperti tersebut diatas untuk dipakai kedua arah

yang berlawanan didapat dari system transmisinya. Jadi susunannya adalah

sebagai berikut:

Tenaga putar dari Transmisi memutar poros bagian dalam kemudian memutar

Sepatu kopling. Sepatu ini bergerak keluar oleh tekanan dari tuas kendali.

Drum kopling & rem ikut terputar bila sepatu kopling menekannya. Tenaga

putar diteruskan melewati Poros bagian luar dan langsung berhubungan

dengan Fungsinya misalnya penggulung tali baja, penggerak swing dan jalan.

Sepatu Rem adalah bagian terluar terikat tetap pada dudukan, tidak ikut

berputar.

Susunan seperti ini terdapat dua buah pada tiap system fungsi, dengan arah yang

berlawanan untuk gerakan winch/kelos penggulung.

2. Sistem Penggerak Langsung Kendali Bertenaga/Direct Drive System Powered Control.

Macam Tenaga untuk kendali:

a. Angin/udara

Tekanan angin dari pompa yang terkumpul ditangki udara dialirkan kealat

pelumasan saluran udara/angin kemudian dibagikan ke kelep/katup kendali yang

dikendalikan oleh tuas kendali.

Angin/udara dari katup kendali dialirkan ke silinder dan piston yang fungsinya

sebagai penggerak kopling atau rem.

Kebaikan:

Page 60: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-6

Mudah dalam pemeriksaan dan perawatan. Semua keausan dan kerusakan akan

segera nampak pada setiap pemeriksaan harian yang dilakukan oleh operator

maupun mekanik yang bertugas. Pada pemakaian angin yang sistemnya tidak

terlihat jelas masih dapat didengarkan daerah kebocoran angin yang terjadi

dengan mematikan mesin terlebih dahulu.

Keburukan:

Angin sifat alirnya sangat cepat. Maka gerakan piston menjadi cepat sehingga

gerakan rem/kopling selalu mengejut, walaupun ini telah diberikan alat pencekik

aliran (NOZLE) angin/udara.

Karena hal ini maka diharuskan adanya operator yang khusus dan tidak boleh

sembarang operator lain mengoperasikan, diragukan belum dapat cepat

penyesuaian perasaan untuk mengendalikan crane.

Bila dipaksakan, tetapi silahkan sang Superior sport jantung dulu.

Keterangan.

Lihat gambar kopling dan rem.

b. Oli Hidrolik

Oll dari tangki disedot oleh pompa dan ditekan langsung kekatup kendali. Saat

semua tuas pada posisi normal, oll akan mengalir kembali ke tangki melewati

pendingin lazim disebut Hemat Exchanger dan disaring (filter).

Kebaikan:

Mudah dalam pemeriksaan dan perawatan. Semua keausan dan kerusakan akan

segera nampak pada setiap pemeriksaan harian yang dilakukan oleh operator

maupun mekanik yang bertugas. Oll sifat alirnya lambat. Maka gerakan piston

lebih lambat, sehingga gerakan rem atau kopling tidak mengejut. Bila ada

gerakan kejut berarti ada kelonggaran pada system gearnya.

3. Sistem Tenaga Hidrolik Penuh/Fully Hydraulic Power System

a. Cara kerja aliran OLI BERTEKANAN

Dari tangki oll dihisap oleh pompa. Pompa ini biasanya adalah kumpulan pompa

yang bersambung pada satu as pemutar. Tiap pompa digunakan untuk satu atau

dua buah fungsi anatara lain:

Fungsi naik turun HOOK/KAIT UTAMA.

Fungsi naik turun HOOK/KAIT BANTU.

Page 61: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-7

Fungsi naik turun BOOM.

Fungsi naik turun TELESKOPIK.

Fungsi SWING/PUTAR kiri-kanan.

Fungsi MOVE/PINDAH-JALAN.

Fungsi DONGKRAK/OUT RIGGER.

Tekanan oll dialirkan lewat selang hidrolik ke KATUP KENDALI.

Bila tidak dipakai langsung kembali ke tangki denga melewati HEAT

EXCHANGER kemudian lewat FILTER.

Bila tuas digerakkan untuk naik maka kerja kelep/katup adalah membuka

saluran bertekanan ke MOTOR HIDROLIK untuk arah naik, sedangkan

tekanan lebihnya kembali ke tangki melalui BYPAAS VALVE. Untuk oll yang

telah memutar motor akan langsung ke tangki lewat saluran pada KATUP

KENDALI/CONTROL VALVE.

Skema Umum Dasar

b. Cara kerja MOTOR HIDROLIK

Pada tiap Motor Hirolik terdapat Katup Pengatur untuk REM OTOMATISnya.

Oll yang bertekanan langsung menekan motor untuk berputar, tetapi dihambat

beberapa saat yaitu diperlukan waktu untuk membuka remnya agar

membebaskan gerakan motor.

Hal ini perlu untuk keselamatan yaitu jangan ada gerakan yang

berlawanan saat mulai bergerak.

Motor Hidrolik bekerja/berputar karena dorongan/tekanan oll ke gear motor

melewati 2 buah lubang dimana tiap lubang berfungsi saluran masuk dan

keluar secara bolak-balik. Untuk mendapatkan kekuatan gerakan digunakan

Katup Penjaga yang terpasang pada setiap lubang saluran (Check Valve). Hal

ini gunanya untuk selalu membuat tekanan oll yang cukup kuat selalu terdapat

pada motor.

SUMBER

TENAGA

(PUTAR)

POMPA OLI

BERSAMBUNG

KATUP

KENDALI

FUNGSI

DGN

REM/KUNCI

OTOMATIS

TUAS

KENDALI

Page 62: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-8

KATUP PENGATUR akan bekerja bila tekanan oll cukup kuat sesuai yang

ditentukan oll akan masuk melaluinya dan saluran buang/kembali menjadi

tertutup dan saat oll tidak bisa masuk lagi maka saluran buang/kembali akan

terbuka.

REM OTOMATIS bertype Normaly close yaitu bekerja/meRem saat normal

dan tidak bekerja saat dibuka dengan system tekanan oll yang melewati

Katup Pengatur.

KATUP PENJAGA berfungsi menjaga tekanan Oll tetap tinggi sesuai

kebutuhannya yang menjaga beban berat dari tekanan balik yang terjadi dari

gerakan tak menentunya mesin. Bekerjanya, bila ada tekanan dari sisi satu

misalnya untuk maju maka sisi lain terbuka setelah cukup tekanan kerjanya

yaitu bila katup masuknya terbuka dulu.

Pada system angkatan HOOK, bukan REM yang diterapkan pada system

tetapi KOPLING yang fungsinya naik bisa, turun tidak bisa. Alat ini disebut

SPRAG CLUTCH.

Pada system angkat boom yang memakai WINCH diberikan alat PAWL

RATCHET. Hal ini akan memberikan kekuatan tahan yang jauh lebih kuat

disbanding Sprag Clutch. Karena tempatnya selalu diluar dan mempunyai

jarak radial yang lebih lebar. Sistem kendalinya yang otomatis akan lebih baik

daripada yang manual.

Untuk yang memakai REM masih diberi pengaman lagi yaitu Pengunci/LOCK.

Contohnya yang teerdapat pada system Putar/SWING.

c. Cara kerja DONGKRAK HIDROLIK

Dongkrak terdiri adri silinder dan piston dimana piston menjadi penyekat dua

ruangan yang terjadi dalam silinder. Tiap ruang mempunyai satu lubang

saluran, pada crane salah satu ruangan menjadi ruang Penahan Beban.

Yang lainnya menjadi Pengimbang.

Agar kuat menahan beban maka hanya satu buah katup Penahan yang

dipasangkan. Bekerjanya adalah oll bisa masuk tetapi tidak bisa keluar

kecuali membuka katup dari arah lain dengan tekanan dari arah untuk ke

ruang pengimbang.

Type lain dari Katup Penahan adalah dengan cara oll bisa kembali-keluar dari

ruang bila mendapat tekanan lebih dari yang ditentukan oleh pabrik pembuat.

Cara ini adalah yang sering dipakai karena aman dimana tidak akan terjadi

kerusakan struktur/konstruks bila melebihi beban. Tetapi bila per-nya

Page 63: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-9

melemah maka daya tahannya menurun dan pernya harus diganti atau

sementara diganjal.

Bila satu system silinder hidrolik tanpa katup penahan maka hal ini harus

diberi untuk memenuhi standar umum crane terutama standard safety seperti

ANSI B 30.5, API Spec 2 C dan lain-lain.

4. Sistem Kendali Bertingkat

Disebut Sistem Hidrolik Pilot atau Hidraulic Pilot Syatem.

Istilah Pilot berarti Pemandu. Pada System Hidrolik Pemandu disini artinya untuk

mengendali kecepatan gerak yang dihasilkan dan juga memperingan tenaga

pengendalian.

Untuk pengendalian kecepatan gerak dipakai system kendali Bantu yang kecil

dengan alat pencekik aliran atau memberi katup pengatur tekanan oll pada

system kendali kecil.

Alat kendali kecil berakhir pada fungsi penggerak tuas berguna untuk

menggerakkan tuas katup kendali yan g besar, sehingga tidak lagi diperlukan

tenaga yang besar untuk menggerakkan tuas kendali. Pada hal ini dapat juga

ditambahkan suatu katup pengatur tekanan cepat atau lambat dengan tenaga

listrik, dimana pemberian oll bertekanan digandakan sehingga kekuatan

mendorong tuas menjadi lebih besar dan pembukaan saluran oll pada katup

kendali menjadi lebih besar atau mendekati seratus persen diamna bila tidak

digandakan hanya terbuka setengahnya sehingga gerakannya menjadi lambat

Untuk membuka seratus persen dilakukan pembukaan alat pencekik, atau

menyetel katup pengatur tekanan agar didapat tekanan oll maksimal.

4.4 PENGGERAK

1. Jumlah Penggerak

Dengan mempertimbangkan besar kecilnya crane atau beban yang harus dilayani,

maka pada umumnya jumlah penggerak pada masing-masing gerakan dapat diamati

sebagai berikut:

a. Penggerak long travel, untuk kapasitas kecil terdiri dari 2 unit sedang untuk

kapasitas besar 4 unit penggerak.

b. Penggerak cross travel terdiri dari 1 unit (double output) penggerak dan 2 unit

(individual) penggerak untuk crane yang kecil.

Page 64: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-10

c. Penggerak lifting unit terdiri dari 1 unit penggerak dan 2 unit penggerak untuk

kapasitas besar atau yang memerlukan gerak beban yang sangat halus.

2. Susunan Unit Penggerak.

Secara umum unit penggerak terdiri dari:

a. Tenaga penggerak (motor tanah).

b. Gear box (mereduksi putaran motor).

c. Penghubung/coupling/poros (zapex couping, pin coupling, barrel coupling, cardan

shaft).

d. Unit rem.

3. Kecepatan

Masing-masing gerakan biasanya memiliki beberapa tingkat kecepatan yang

disesuaikan dengan fungsi dan keadaan area operasi crane. Pada garis besarnya

kecepatan:

a. Long travel antara 80 s/d 120 m/menit crane besar atau 10 s/d 40 m/menit crane

kecil.

b. Cross travel antara 20 s/d 60 m/menit crane besar atau 20 s/d 30 m/menit crane

kecil.

c. Hoist antara 5 s/d 25 m/menit crane besar atau 5 s/d 15 m/menit crane kecil.

4. Tingkat Kecepatan

Masing-masing gerakan biasanya memiliki tingkat-tingkat kecepatan sesuai dengan

jarak yang harus ditempuh dan kehalusan gerakan yang diperlukan. Kebanyakan

masing-masing gerak dilengkapi:

a. Long travel s/d 4 tingkat kecepatan.

b. Cross travel dan hoist s/d 2 tingkat kecepatan.

5. Pengaturan Kecepatan

Untuk mendapatkan gerak crane yang halus serta menghindari pembebanan yang

mengejut pada bagian-bagian crane, perlu diperhatikan beberapa pengaturan

kecepatan sebagai berikut:

Gerakan diawali dengan tingkat kecepatan rendah dan juga dihentikan melalui tingkat

kecepatan rendah sebelum stop.

Peningkatan kecepatan hanya dipergunakan sekiranya jarak/panjang lintasan yang

hendak ditempuh masih cukup memadai.

Page 65: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-11

4.5 PENERAPAN PADA PRINSIP KERJA PESAWAT ANGKAT & ANGKUT

Prinsip kerja pesawat angkat & angkut adalah system yang bekerja pada seluruh

komponen bagian-bagian pesawat angkat & angkut itu sendiri, pada masa sekarang ini

terjadi perubahan teknologi yang demikian pesat sehingga terjadi kemajuan pula pada

system kerja dilingkungan enjiniring peralatan industri. Pada umunya penggunaan

system kerja pada pesawat angkat & angkut menggunakan:

Sistem Elektrik

Sistem Mekanik (manual & otomatis)

Sistem Hidraulis

Sistem Pneumatik (system angin bertekanan/tekanan udara).

Dari system keempat tersebut terdapat 2 (dua) sumber utama tenaga penggerak

diantaranya adalah:

Motor Listrik

Motor Bakar (Bensin & Diesel)

1. Motor Listrik

Motor listrik adalah motor yang energi tenaganya diperoleh dari hasil didapat dari

sumber listrik, dengan prinsip medan magnit listrik yakni tangan kanan ampere dan

melalui komutator maka rotor akan berputar terhadap statornya, dari hasil putaran

inilah tenaganya ditransfer secara mekanik ke poros-poros penggerak yang

dikehendaki, selanjutnya mengenai bekerjanya motor listrik sesuai penggunaannya

akan diterangkan pada bagian V berikutnya.

2. Siklus Motor Bakar

Agar motor dapat bekerja, maka dibutuhkan suatu rangkaian kejadian yang selalu

berulang.

Rangkaian kejadian yang selalu berulang kembali mengikuti jejak-jejak yang sama

seperti semula dan membentuk suatu rangkaian tertutup dinamakan siklus.

Siklus motor bakar torak harus mengikuti proses-proses sebagai berikut:

a. Mengisi suatu muatan yang dapat terbakar kedalam silindir,

b. Memanfaatkan muatan tersebut,

c. Menyalakan muatan tersebut pada akhir langkah kompresi, sehingga

mengakibatkan pemuaian yang menghasilkan daya.

Rangkaian proses diatas biasanya disebut proses:

Pemasukan (intake),

Kompresi (compression)

Page 66: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-12

Daya (power)

Pembuangan (exhaust)

Untuk memproduksi daya yang terus menerus, maka motor harus mengulangi

rangkaian proses diatas secara berulang-ulang.

Satu rangkaian lengkap dari proses tersebut, pada sebuah motor disebut satu siklus.

Berdasarkan banyaknya langkah torak tiap siklus, maka motor dapat dibedakan atas:

Motor siklus empat langkah.

Motor siklus dua langkah.

3. Sistem Hidraulik

Dari system penggerak prinsip kerja hidraulik dewasa ini paling banyak digunakan

pada dunia industri karena system hidraulik dinilai mempunyai banyak keuntungan

dibanding dengan system penggerak yang lain maka dalam modul ini kami

khususkan untuk membahas jenis penggerak system hidraulik yang mempunyai

keuntungan sebagai berikut:

Gerakan yang dihasilkan dapat diatur sesuai dengan kegunaan alat dan

perlengkapannya.

Desain cukup sederhana baik secara keseluruhan maupun terhadap komponen

pengontrol.

Penempatan akuator dan motor lebih memudahkan pada rangkaian system.

Getaran-getaran yang ditimbulkan sangat kecil disbanding dengan tenaga

penggerak yang lain.

Pelumasan bagian dalam dilakukan secara otomatis dari oli hidrolik yang

digunakan.

Kelebihan-kelebihan tekanan dapat dihindari secara otomatis.

Efisien dan produktif.

Maka disini akan kami coba menguraikan dari jenis-jenis komponen dan prinsip-

prinsip dasar system kerja penggerak hidrolik, yang nantinya kami harapkan akan

bisa membantu pembaca maupun orang yang berkecimpung dalam pemakaian alat-

alat berta bisa melakukan perawatan dan pemeliharaannya.

Untuk memahami dengan jelas apa sebenarnya yang dimaksud system hidrolik itu,

maka perlu diketahui terlebih dahulu hal apa saja yang mendasarinya. Untuk itu perlu

Page 67: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-13

diketahui arti dan fungsi, hukum yang mendasari macam hidrolik, pengertian symbol

dan rangkaian sederhana sehubungan dengan simbol-simbol yang ada, dengan

mengetahui ini semua maka seseorang yang terlibat didalam pekerjaan

menggunakan peralatan dengan tenaga hidrolik, akan lebih mudah menganalisa

penyebab kerusakan yang terjadi sewaktu-waktu. Khususnya pengertian symbol

standar hidrolik, karena setiap peralatan yang menggunakan tenaga hidrolik selalu

dilengkapi dengan skema hidrolik yang digambarkan berupa simbol-simbol untuk

mengetahui aliran oli didalam system hidrolik

a. Arti dan Fungsi Hidraulik

Bila ditinjau dari asal kata, hidrolik berasal dari kata Yunani yaitu hydraulic yang

terdiri dari dua buah kata digabungkan menjadi satu.

Hydros berarti air atau cairan.

Aulis berarti pipa atau saluran.

Jadi pengertian kata hirolik (Hydraulic) adalah suatu system atau cara dimana

pemindahan tenaga (energi) dan daya (power) dilakukan dengan menggunakan

gerakan atau aliran cairan yang bertekanan didalam circuit atau rangkaian

tertutup.

Dengan pengertian diatas diketahui fungsi hidrolik adalah: Tenaga atau daya

untuk menghasilkan sesuatu kerja yang ditimbulkan dari gerakan atau cairan

yang bertekanan.

Gambar 1.2 tarik

Cairan yang bertekanan

Sedangkan cairan (fluid) yang digunakan dapat berupa oli atau cairan sintetis

(Syntetic Fluid).

b. Macam Sistem Hidraulik

Sistem Hidraulik terdiri dari dua macam yaitu:

Page 68: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4-14

Hidrodinamis (Hydrodynamic)

Yang dimaksud dengan hidrodinamis adalah pemindahan tenaga dan gaya

dengan melalui gerakan atau aliran cairan, sebagai contoh kopling basah

(fluid coupling, torgue conventer), kincir angin/water wheel.

Hidrostatis (Hydrostatic)

Yang dimaksud dengan hidrostatis adalah pemindahan tekanan dan gaya

dengan menggunakan cairan yang bertekanan sebagai contoh adalah

penggunaan system hidrolik pada sebuah peralatan.

c. Hukum Dasar Hidraulik

Ada beberapa hokum dan prinsip yang mendasari dari system hidrolik ini, tetapi

yang mudah untuk dimengerti adalah Hukum Pascal yang berbunyi sebagai

berikut:

“Bila cairan dalam suatu rangkaian/sirkuit tertutup ditekan atau mendesak, maka

besar tekanan pada cairan tersebut akan sama besarnya pada semua bidang

permukaan”.

Page 69: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-1

BAB 5

PENERAPAN K3 PADA PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

5.1 Dasar Hukum

Kelengkapan lain untuk pemeriksaan penyalur tenaga listrik biasa memakai standard

PUIL 1987.

5.2 Lingkup Pekerjaan M & E

1 Pekerjaan Plumbing

2 Pekerjaan Fire Fighting/Hydrant

3 Pekerjaan Tata Udara

4 Pekerjaan Lift

5 Pekerjaan S.T.P.

6 Pekerjaan Listrik

7 Pekerjaan Sound System

8 Pekerjaan Alarm

9 Pekerjaan Cctv

10 Pekerjaan Matv

11 Pekerjaan Telephone

12 Pekerjaan Penangkal Petir

Dari ke 12 lingkup pekerjaan ME diatas tidak semuanya dibahas disini, pembahasan

lebih difokuskan pada kelompok besar untuk pekerjaan ME yakni, mekanikal dan

elektrikal, berikut ini diberikan pembahasannya.

5.3 K3 Pekerjaan Mekanikal

Dalam pekerjaan mekanikal pekerjaan yang paling dominan adalah pekerjaan yang

menyangkut :

1. Fire Fighting

Fire fighting mempunyai pengertian suatu system pengendalian air bertekanan yang

berfungsi sebagai pemadaman api dalam penanggulangan kebakaran, mempunyai

bagian–bagian penting yang merupakan satu kesatuan system dalam fire figting,

dengan uraian sebagai berikut :

Page 70: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-2

a. Sprinkler

Suatu alat yang dapat memancarkan sejumlah air bertekanan secara otomatis

dan merata kesemua arah

b. Tanda Bahaya Lokal

Suatu peralatan yang dibenarkan dipasang sedemikian rupa sehingga dengan

aliran yang sama atau lebih besar dengan aliran air untuk suatu kepala

Sprinkler dari suatu sistem, akan menghasilkan suatu isyarat tanda bahaya

dalam bentuk suara

c. Pipa Tegak (Riser)

Pipa dengan posisi tegak dihubungkan dengan pipa induk.

d. Pipa Pembagi Utama, Pipa Pembagi, Pipa Cabang

e. Pipa Peningkatan Air Kering

Pipa air tidak berisi air, dipasang di area gedung dengan pintu air masuk

(Inlet) letaknya mengha-dap ke jalan untuk memudahkan pemasukan air dari

Dinas Kebakaran untuk mengalirkan air ke pipa-pipa cabang yang digunakan

untuk mensuplay hidran ke lantai bangunan

f. Katup Kendali

Katup untuk mengatur semua sumber penyediaan air dan pada setiap sumber

penyediaan air harus dipasang sekurang-kurangnya 1 bh katup

2. Klasifikasi Sprinkler

Terdiri dari 2 macam Sprinkler

Sprinkler berdasarkan arah pancaran

Sprinkler berdasarkan kepekaan terhadap suhu

a. Berdasarkan arah pancaran

Pancaran arah ke atas

Pancaran arah ke bawah

Pancaran arah ke dinding

Page 71: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-3

b. Berdasarkan kepekaan terhadap suhu

Warna segel

- Warna putih pada temperatur 93o C

- Warna biru pada temperatur 141o C

- Warna kuning pada temperatur 182o C

- Warna merah pada temperatur 227o C

- Tak berwarna pada temperatur 68o C

Warna cairan pada tabung gelas

- Warna jingga pada temperatur 57o C

- Warna merah pada temperatur 68o C

- Warna kuning pada temperatur 79o C

- Warna hijau pada temperatur 93o C

- Warna biru pada temperatur 141o C

- Warna ungu pada temperatur 182o C

- Warna hitam pada temperatur 204o C / 260o C

3. Cara Pemasangan Sistem Sprinkler

a. Peralatan dan kemponen Sistem Sprinkle Gedung terdiri dari peralatan dan

komponen sebagai berikut :

Komponen Sprinkler terdiri dari :

- Kepala Sprinkler

- Tabung berbentuk reflektor

- Tabung berisi cairan

Persediaan air

Pompa dan perlengkapannya

Jaringan listrik

b. Penempatan Kepala Sprinkler

Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal bahaya kebakaran ringan

tidak boleh melibihi 2,3 M, untuk kebakaran sedang atau kebakaran berat tidak

boleh melebihi 2 M. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-langit maka jarak

kepala sprinkler dinding tidak boleh melebihi 1,5 M

Jarak Kepala Sprinkler ke Kepala Sprinkler lainnya

Bahaya kebakaran ringan maks. 4,6 M

Bahaya kebakaran sedang maks. 4 M

Bahaya kebakaran berat maks. 3,7 M

Page 72: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-4

c. Pengujian

Untuk pengujian kebocoran dilakukan uji tekan dengan tekanan hidrostatik 15

kg/cm2 selama 4 jam tanpa penurunan tekanan

5.4 K3 Pekerjaan Listrik

Sebagaimana kita ketahui pada masa sekarang hampir semua peralatan mesin di

industri dijalankan oleh tenaga listrik. Hal ini mengandung maksud bahwa tenaga listrik

mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain: Pemakaian yang praktis, Ruangan yang

dibutuhkan lebih kecil, tidak bising, Polusi dapat diatasi

Namun di samping keuntungan tersebut, listrik juga mempunyai resiko bahaya yang

potensial. Oleh karena itu di dalam penggunaannya harus diikuti norma dan ketentuan

keselamatan kerja. keselamatan kerja dimaksud untuk melindungi : tempat/ruangan kerja

dan lingkungannya, tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja, alat-alat

kerja/produksi, bahan dan hasil produksi

Usaha keselamatan kerja bersifat preventif yang ditunjukkan untuk :

- mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja

- menciptakan suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman

- mempertinggi produksi dan produktifitas kerja.

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh, Perbuatan yang berbahaya (usafe act) dan

Keadaan yang berbahaya (usafe condition). Oleh karena itu norma keselamatan kerja

listrik juga ditujukan kepada manusia dan keadaan atau kondisi baik instalasi listriknya

maupun tempat maupun lingkungan di mana instalasi listrik dipasang.

1. Standar kabel listrik

a SII : Standar Industri Indonesia

b SLI : Standar Listrik Indonesia

c SPLN : Standar Perusahaan Umum Listrik Negara

d ASTM : American Society of Testing Material

e IEC : International Electrotechnical Commission

f VDE : Verban Deutsche Elektrotechniker

Page 73: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-5

2. Hal – hal yang perlu menjadi perhatian dalam pekerjaan listrik

a. Ruang kerja listrik

Dalam ruang kerja listrik mempunyai persyaratan – persyaratan umum yang wajib

dipenuhi diantaranya :

Ruang kerja listrik harus diawasi oleh pengawas yang ahli kecuali ruang kerja

listrik yang terkunci dan yang tidak ada orang di dalamnya.

Ruang kerja listrik harus berukuran cukup besar sehingga instalasi listrik yang

dipasang di dalamnya dapat diatur cukup leluasa dan mudah diperiksa.

Ruang kerja listrik harus mempunyai penerangan yang baik, dapat dinyalakan

dari tempat yang berdekatan dengan jalan masuk.

Ruang kerja listrik yang berada diudara terbuka harus dikelilingi seluruhnya

dengan pagar baik, dengan ketinggian pagar minimum 2 M di.atas tanah.

b. Instalasi lampu

Didalam inslatasi lampu harus memenuhi persyaratan – persyaratan umum yang

wajib dipenuhi diantaranya :

Lampu pijar, kotak kontak, saklar harus dipasang sedemikian rupa sehingga

dapat dicapai tanpa pengamanan sebelumnya.

Lampu tidak boleh dipasang di atas bagian bertegangan yang tidak

terlindungi.

c. Indentifikasi penghantar dengan warna

Persyaratan Umum

WARNA LORENG HIJAU-KUNING

Hanya boleh digunakan untuk menandai pengantar pembumian, pengantar

pengaman.

WARNA BIRU

Digunakan untuk menandai pengantar netral pada instalasi listrik dengan

pengantar netral.

Page 74: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-6

Contoh : Pengantar Inti atau Rel

Pengantar inti atau rel

Pengenal

Dengan huruf

Dengan lambang

Dengan warna

A Instalasi arus bolak –balik

- fase satu

- fase dua

- fase tiga

- netral

L1 / R

L2 / S

L3 / T

N

Merah

Kuning

Hitam

Biru

B. Instalasi perlengkapan listrik

- fase satu

- fase dua

- fase tiga

U / X

V / Y

W / Z

Merah

Kuning

Hitam

C Instalasi arus searah

- positif

- negatif

- kawat tengah /

- netral

L+

L -

M

Biru

D. Pengantar pembumian

Pengantar pembumian

HB Loreng Hijau Kuning

d. Penggunaan kabel NYA

1) Untuk pemasangan tetap dalam jangkauan tangan, Kabel NYA harus

dilindungi dengan pipa instalasi.

2) Di ruang lembab NYA harus dipasang dalam pipa PCV.

3) NYA tidak boleh dipasang langsung menempel pada plesteran, harus

dilindungi dengan pipa instalasi.

4) Pada pemasangan di luar jangkauan tangan NYA boleh dipasang terbuka

dengan menggunakan isolator jepit atau isolator rol.

5) NYA dapat dipergunakan di dalam alat listrik, perlengkapan hubung bagi.

6) NYA tidak boleh digunakan di ruang basah, di alam terbuka atau di tempat

kerja dengan bahaya kebakaran / ledakan.

Page 75: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-7

e. Penggunaan kabel NYM

1) NYM boleh dipasang langsung menempel pada plesteran atau ditanam

langsung dalam plesteran.

2) NYM dapat dipasang di ruang lembab tetapi harus digunakan kotak sambung

yang kedap air.

3) NYM tidak boleh dipasang di dalam tanah.

f. Nomen klatur kabel

N : Penghantar berisolasi dan kabel standart atau penghantar berisolasi

dan kabel penghantar tembaga.

Contoh : NYA, NYM, NYY, dll.

A : Penghantar dari aluminium

Contoh : NYFGbY

F : Perisai dari kawat baja pipih

Contoh : NYFGbY

G : Selubung isolasi dari karet

Contoh : NGA

Gb : Spiral dari pita Baja

Contoh : NYFGbY

S : - Perisai dari tembaga

- Pelindungan listrik dari pita tembaga yang dibalutkan pada semua inti kabel

bersama.

Contoh : N2XSY

2X : Selubung isolasi dari XLPE (Cross Linked Polyethelyne)

Contoh : N2XSY

Y : Selubung isolasi dari PVC

Contoh : NYA, NYM, NYY

Kemampuan hantar arus kabel tanah berisolasi dan berselubung PVC dengan

penghantar tembaga, pada suhu 20o C.

Page 76: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-8

Contoh : NYY

NO OF CORES

SIZE CURRENT CARYING CAPASITY

mm2

IN GROUND 20OC

IN AIR 20OC

A A

3

2,5

4

6

10

16

36

46

58

77

100

20

38

49

67

90

3. Prinsip dasar terjadinya listrik

a. Prinsip terjadinya listrik adalah berdasarkan kepada teori elektron

Teori tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Setiap zat terdiri dari molikul-molikul yang mempunyai sifat sama dengan

zatnya

2) Atom adalah bagian yang lebih kecil dari molikul yang tidak mempunyai sifat

sama dengan zat aslinya

3) Misalnya air mempunyai 2 atom hydrogen dan 1 atom oksigen.

4) Setiap atom terdiri atas inti yang dikelilingi oleh satu atau lebih electron. Inti

atom bertenaga listrik positif dan electron mengandung muatan listrik negatif.

5) Inti terdiri atas proton yang bertenaga listrik positif dan neutron yang tidak

bermuatan listrik (netral)

6) Pada setiap atom, satu atau lebih elektron-elektron berputar mengelilingi

intinya dengan kecepatan luar biasa.

7) Zat-zat di mana elektronnya mudah pindah dari atom yang satu ke atom yang

lain disebut konduktor misalnya:

8) Tembaga, perak dan sebagainya.

9) Zat-zat di mana elektron sukar pindah dari atom yang satu ke atom yang lain

disebut isolator/penyekat misalnya: Ebinot, porselen?

Dengan teori tersebut dapat dijelaskan peristiwa kaca digosok dengan sutera dan

dapat bermuatan listrik karena adanya perpinhan electron-elektron karena antara

kaca dan sutera, dan kaca tersebut bermuatan listrik (tidak netral) sehingga dapat

menarik potongan kertas kecil.

Page 77: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-9

b. Tegangan

Seperti halnya air, listrik itu dapat mengalir bila ada tekanan, misalnya dari pompa

air. Listrikpun dapat mengalir karena adanya tekanan atau tegangan listrik, atau

disebut juga gaya gerak listrik (GGL). Symbol dari tegangan atau gaya gerak

listrik adalah E dengan satuan Volt.

c. Kuat Arus

Listrik mengalir melalui penghantar: aliran muatan-muatan listrik (electron-

elektron) disebut arus listrik. Arus listrik mengalir dari tempat yang bertegangan

tinggi ke tempat yang bertegangan lebih rendah.

Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir setiap detik

dengan symbol I dan satuannya Coulomb.

Bila dalam 1 detik mengalir arus 1 coulomb disebut 1 coulomb per detik atau

disebut Amper (A).

d. T a h a n a n

Seperti halnya air, listrik yang mengalir selalu ada tahanannya.. Setiap zat

mempunyai tahanan yang berbeda terhadap arus listrik misalnya: Zat yang

bersifat konduktor mempunyai tahanan yang kecil dan zat yang bersifat isolator

mempunyai tahanan yang besar.

Tahanan listrik diberi symbol R dengan satuan yang ditulis dengan huruf Yunani

Omega (), atau Ohm.

e. D a y a

Pada bola lampu pijar tertera tulisan 220 volt 100 watt, artinya bola lampu pijar

tersebut akan menyala dengan baik jika dipasang pada tegangan 220 volt dan

menggunakan daya 100 watt. Symbol daya listrik adalah W dengan satuan watt.

f. Jenis arus listrik

1) Arus listrik searah/DC (Direc Current), dengan symbol ≈, dan mengalir ke satu

jurusan saja dalam menghantar dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-).

Sumber arus listrik secara bateray, accu, dynamo arus searah.

Page 78: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-10

Gambar

_ _______________________________________

Arus listrik searah

+ _______________________________________

2) Arus listrik bolak-balik

Lazimnya disingkat AC (Alternating Current) sebagai symbol

Arus bolak-balik mengalir kedua arah dalam penghantar yaitu dari positif (+)

ke negatif (-) dan sebaliknya.

Arus listrik ini dalam satu detik mengalami pertukaran 50-60 kali yang disebut

frekuensi dengan satuan: Hz

+ ________________________________________

+ +

_______________________________________ Arus bolak-balik

_ _________________________________________

Sumber arus bolak-balik adalah: dynamo arus bolak-balik atau generator.

3) Listrik statis

Listrik statis atau elektrostatika ialah listrik dalam keadaan diam dan kejadian

ini terdapat pada listrik yang berada pada benda-benda penghantar.

Dengan percobaan dapat dibuktikan bahwa diantara penghantar saling

bekerja gaya. Jika muatan electron sejenis misalnya positif-positif atau

negatif-negatif maka akan saling menolak; dan sebaliknya bila muatannya

tidak sejenis (positif-negatif) akan saling tarik menarik.

Listrik statis dapat ditemukan pada pemompaan minyak dari tangki satu ke

tangki lainnya melalui pipa-pipa penyalur; juga terdapat pada kondensator-

kondensator.

Page 79: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-11

4) Petir

Terjadi karena loncatan muatan listrik pada awan ke bumi melalui suatu

media seperti pohon, benda-benda maupun manusia. Petir mempunyai

tegangan jutaan volt dan arus ribuan ampere, sehingga apapun yang terkena

sambaran petir akan berakibat sangat fatal.

4. Latar belakang norma keselamatan kerja listrik

Norma Keselamatan Kerja Listrik ditetapkan dalam suatu peraturan perundangan

sejak tahun 1910 yang disebut “Veiligheisds Reglement” (VR) Stbld. 1910 N0. 406

Bab II Pasal 1 ayat (1) Sub: 19 s/d 27.

Peraturan pelaksanaan dari VR pada waktu itu disebut “Speciale Bepalingen “B”

yang isinya memberlakukan AVE (Algemene Voorschieeften Voor Electrische

sterkstroom Instalation) atau U EN 2004 tahun 1937

AVE inilah yang merupakan suatu peraturan instalasi listrik di pabrik-pabrik dalam

ruang lingkup V.R. yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan

karena listrik, yang disebut juga Norma Keselamatan Kerja Listrik.

Pada tahun 1954 AVE diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjasi Peraturan

Umum Instalasi Listrik Arus Kuat, yang diberlakukan mulai tahun 964 atau biasa

disebut PUIL 1964

Pada tahun 1970 V.R. dicabut, dengan diundangkannya Undang-undang 1970 No.1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kemudian dalam Undang-undang No. 1

tahun 1970 masalh kelistrikan ditetapkan dalam Bab III, pasal 3 ayat (1) sub q yang

menyatakan “Dengan Peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan

kerja untuk mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya”.

Pada tahun 1973 dibentuk Panitia Revisi Peraturan Umum Instalasi listrik yang

dikoordinir oleh LIPI.

Panitia ini terdiri dari wakil Pemerintah, swasta, produsen, konsumen, instalatir

termasuk wakil dari Departemen Tenaga Kerja.

Pada tahun1977, selesailah tugas panitia dan terbitlah PUIL 1977 yang merupkan

standart umum. Dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi

(pada waktu itu) Nomor Per-04/MEN/1978, tanggal 10 Maret 1978, PUTL 1977

diberlakukan sebagai Peraturan Umum Instalasi Listrik di tempat Kerja dalam ruang

lingkup Undang-undang No.1 tahun 1970.

Page 80: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-12

Atas dasar Peraturan Menteri tersebut maka PUTL 1977 merupakan syarat-syarat

keselamatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Bab III pasal 3 ayat (1) sub q UU

No. 1 tahun 1970.

5. Pemakaian listrik

Listrik digunakan pada hampir semua kegiatan kehidupan masyarakat baik di rumah

tangga, industri, telekomunikasi, perhubungan dan sebagainya.

Di rumah tangga listrik digunakan mulai dari penerangan sampai kepada

penggunaan alat-alat rumah tangga seperti, setrika listrik, kompor, alat memasak dan

lain sebagainya.

Diindustri listrik digunakan disamping untuk penerangan, juga digunakan untuk

menggerakkan seluruh mesin-mesin yang ada diindustri tersebut seperti mesin pintel

pada industri tekstil, sampai kepada industri berat seperti pabrik baja logam Cilegon.

Untuk menggerakkan peralatan dan mesin, listrik tidak langsung dapat

menjalankannya. Untuk itu diperlukan alat-alat bantu yang disebut motor listrik. Jadi

motor listrik berfungsi untuk mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik.

Listrik yang digunakan di dalam rumah tangga dan industri sebagian besar

menggunakan listrik arus bolak-balik atau AC.

Ada sebagian peralatan rumah tangga atau industri yang menggunakan listrik arus

searah (DC) seperti lampu baterai, mobil, motor arus searah dan sebagainya.

Di dalam penggunaan listrik disamping mempunyai berbagai keuntungan, namun

mengandung bahaya yang sangat potensial yang dapat menyebabkan bahaya

kecelakaan sampai kepada kematian seseorang disamping bahaya kebakaran yang

tidak dapat kita perkirakan sebelumnya.

6. Faktor penyebab kecelakaan listrik

Kecelakaan dan kebakaran akibat listrik disebabkan oleh:

a. Mengalirnya arus listrik pada tubuh manusia melalui sentuh langsung maupun

tidak langsung.

1) Sentuh langsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif peralatan listrik

atau isolasi listrik yang dalam keadaan kerja normal bertegangan.

2) Sentuh tak langsung adalah sentuhan pada badan peralatan listrik atau

instalasi listrik, yang dalam keadaan kerja normal tidak bertegangan tetapi

menjadi bertegangan karena kegagalan isolasi.

Page 81: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-13

Tingkat bahaya listrik pada manusia ditentukan oleh:

a) Besar kecilnya arus listrik:

0-11 MA = Batas arus yang diebut perception current, yang hanya

menstimulir syaraf perosa, hingga terasa suatu rangsangan/getaran,

tetapi tidak menyebabkan apa-apa.

1,1-15 MA = Batas arus yang disebut let go current, menyebabkan syaraf

terasa sakit, tangan seperti kejang, tetapi bagian tubuh yang tersentuh

masih dapat melepaskan obyek yang dipegang.

15-20 MA = Syaraf terasa sakit, kejang akan menjalar ke mulut dan

sulit untuk di katupkan tekanan darah akan menarik.

20-250 MA = Batas arus yang mulai disebut Fibrillating current dan

menyebabkan ventricular fibrillation yaitu rusaknya susunan syaraf sampai

berhentinya denyut jantung sehingga akan berakibat kematian bagi

penderita.

b) Jenis Arus

Arus bolak-balik mempunyai tingkat bahaya lebih tinggi dari arus searah

yaitu kira-kira tiga kali lebih tinggi dari arus searah.

c) Waktu (lamanya) arus mengalir

Waktu pengaliran arus ke dalam tubuh manusia menentukan tingkat

bahaya bagi manusia. Hal ini dapat diambil rumusan besarnya arus dan

lamanya arus itu mengalir ke dalam tubuh manusia.

10

I =10--- MA (IEC)

t

d) Daerah atau bagian tubuh yang tersentuh oleh aliran listrik

Oleh karena hanya tahanan untuk bagian-bagian tubuh manusia berbeda

dan tidak merata, maka bagian tubuh yang tersentuh arus listrik

menentukan tingkat kecelakaan.

(1) tidak meratanya kelenjar, keringat.

(2) banyaknya darah yang melalui pembuluh darah.

Page 82: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-14

(3) pemeabiliter kulit.

e) Kondisi fisik & Kejiwaan

Semua organ tubuh yang hidup mempunyai sifat keaktifan sendiri

merubah harga tahanan tubuh sesuai situasi kondisi dan tubuh pada sat

itu.

f) Efek rangsangan medan listrik tegangan tinggi

Sebagaimana diketahui bahwa arus akan mengalir dari potensial yang

lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah.

b. Hubungan Singkat

Hubungan singkat adalah hubungan antara dua titik pada satu rangkaian melalui

tahanan yang dapat diabaikan yang disebabkan oleh adanya gangguan.

Arus listrik akan mengalir melalui dua penghantar yang berlalinan antara hantaran

satu dengan lainnya yang dibatasi oleh isolasi, kecuali untuk hantaran tanpa

isolasi/telanjang.

Pada hubungan singkat, mengakibatkan bahwa:

Arus (I) menjadi besar tak terhingga (), karena:

Menurut hokum Ohm R

EI

Dimana : I = besar arus, dalam kesatuan Ampere (A)

E = besar tegangan, dalam kesatuan Volt (V)

R = besar tahanan, dalam kesatuan Ohm ()

yang dalam hal ini adala nol (0)

c. Beban lebih

Beban lebih disebabkan oleh ketidak mampuan suatu hantaran terhadap arus listrik

yang mengalir padanya sehingga menimbulkan panas yang berlebihan.

Seperti diketahui bahwa suatu inti hantaran baik berisolasi maupun tanpa berisolasi

bila dialiri arus akan timbul panas besar:

Q=I2 RT

Page 83: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-15

Dihubungkan dengan jenis logam yang digunakan dan luas penampangnya maka

setiap inti dari hantaran mempunyai kekuatan/kemampuan yang disebut Kemampuan

Hantar Arus (KHA).

Hantaran dengan ukuran 1,5 mm2 mempunyai KHA berbeda dengan hantaran

dengan ukuran 2,5 mm2 jadi beban lebih terjadi bila arus yang mengalir dalam

hantaran lebih besar dari nilai yang maksimum yang diizinkan dalam hantaran

tersebut.

Hubungan singkat dan beban akan lebih mengakibatkan kebakaran dapat terjadi bila

terdapat tiga unsure yaitu: udara, bahan yang dapat/mudah terbakar dan panas

dengan perbandingan tertentu.

Hubungan singkat dan beban lebih akan menimbulkan panas yang berlebihan

sepanjang hantaran.

Hubung singkat ini dapat mengakibatkan Kebakaran, terjadinya korsleting listrik ini

dapat kemungkinan dikarenakan penggunaan kabel yang sudah tua atau tidak

memenuhi persyaratan dalam pemilihan kabel / pemasangan instalasi.

Apabila panas ini telah mencapai titik nyala dan hantaran tersebut berada atau dekat

dengan benda yang mudah terbakar maka akan terjadi kebakaran.

7. Usaha pencegahan terhadap bahaya listrik

Secara keseluruhan telah ditetapkan di dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik

Indonesia (PUIL)1977.

Namun secara singkat akan diuraika prinsip-prinsip usah pencegahan terhadap

bahaya listrik yaitu:

a. Pengamanan terhadap bahaya sentuh langsung

Sentuh langsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif dari peralatan

listrik atau instalasi listrik.

Bagian aktif peralatan listrik adalah bagian konduktif yang merupakan bagia dari

rangkaian listriknya, yang dalam keadaan kerja normal bertegangan.

Pengamanan tersebut digolongkan dalam 2 golongan:

1) mencegah terjadinya sentuh langsung antara lain:

isolasi konstruksi, lokalisasi, dan cara ini tidak berlaku pada ruang kerja listrik.

Page 84: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-16

2) menghindari bahaya akibat sentuh langsung antara lain: tegangan rendah

pengaman, cara ini tidak berlaku pada ruang bahaya kebakaran atau bahaya

peledakan.

b. Pengamanan terhadap bahaya sentuh tak langsung

Sentuh tak langsung adalah sentuhan pada badan peralatan listrik atau instalasi

listrik., yang dalam kerja normal tidak bertegangan tetapi menjadi bertegangan

karena kegagalan isolasi.

Kegagalan isolasi tersebut dapat dicegah dengan cara:

- desain dan konstruksi yang cermat untuk peralatan listrik.

- isolasi yang tepat pada bagian aktif.

- pemasangan instalasi yang memenuhi syarat.

Di samping cara-cara ini juga dapat dicegah dengan tindakan-tindakan

pengamanan sebagai berikut:

1) Isolasi pengamanan.

2) Tegangan rendah pengamanan.

3) Pentanahan pengaman.

4) Pentanahan netral pengaman.

5) System hantaran pengaman.

6) Sakelar pengaman tegangan.

7) Sakelar pengaman arus sisa.

8) Pemisah pengaman.

c. Usaha pencegahan terhadap kebakaran karena listrik

Usaha pencegahan terhadap kebakaran karena listrik adalah sebagai berikut:

1) Setiap pemasangan instalasi listrik, baik pemasangan baru maupun perluasan

harus direncanakan lebih dahulu.

Rencana instalasi listrik terdiri atas:

- Gambar situasi

- Gambar instalasi

- Diagram garis tunggal

- Gambar detail

- Perhitungan teknis

Page 85: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-17

- Daftar bahan

- Uraian teknis.

2) Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik dengan cara mengadakan:

- Pengukuran tahanan isolasi dan dicatat hasilnya, menurut ketentuan

dalam PUIL 1977 tahanan isolasi instalasi listrik harus mempunyai nilai

sekurang-kurangnya:

- 1000 ohm/volt untuk instalasi dalam ruang normal

- 1000 ohm/volt untuk instalasi dalam ruang lembab.

Apabila nilai tahanan isolasi di bawah batas yang ditentukan maka instalasi

listrik tersebut harus diperbaiki.

3) Dilarang menggunakan pengamanan lebur yang sudah rusak, dengan

memasang kawat tambahan pada patron lebur dan atau menyambung

langsung di luar pengaman lebur dengan kawat tambahan.

4) Pengukuran tahanan isolasi secara berkal ( 5 tahun sekali) atau sewaktu-

waktu bila dipandang perlu.

d. Di samping usaha-usaha tersebut, tidak kalah pentingnya adanya pelayanan dan

pemeliharaan secara teratur.

Pelayanan yang salah maupun pemeliharaan yang tidak teratur merupakan

kemungkinan terjadinya bahaya listrik.

8. P e l a y a n a n

a. Petugas Pelayanan

1) Pelayanan instalasi listrrik harus dilakukan oleh tenaga kerja yang khusus

terlatih untuk tugas itu, atau jika hal itu tidak mungkin, oleh seseorang di

bawah pengawasan dan petunjuk yang ahli.

2) Penanggung jawab yang ahli ialah seorang ahli yang ditunjuk oleh pengurus

setempat untuk bertanggung jawab atas tugas melayani dan memelihara

instalasi listrik.

3) Orang yang tidak berwenang dilarang mendekati dan melayani bagian

instalasi yang dapat menimbulkan bahaya. Larangan ini harus dinyatakan

dengan jelas dan terang.

4) Dilarang melayani instalasi listrik tanpa perintah dari penanggung jawab,

kecuali untuk keadaan darurat.

Page 86: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-18

5) Dilarang melayani instalasi listrik:

a) dalam keadaan gelap.

b) Dalam keadaan atau pakaian basah, termasuk tutup kepala, topi dan

sepatu.

c) Dalam keadaan jasmani dan rohani tidak sehat.

6) Perlengkapan listrik yang bertegangan menengah atau tinggi harus dilayani

menggunakan perkakas, yang baik, kecuali jika perlengkapan listrik itu

dirancang atau dilengkapi peralatan pelayanan khusus sehingga dapat

dilayani dengan aman tanpa perkakas.

b. Cara memutus Listrik

1) Agar dapat bekerja dengan aman dibagian instalasi listrik yang memerlukan

keadaan tidak bertegangan, tindakan memutus listrik harus dilakukan secara

berturut-turut sebagai berikut:

a) Semua sakelar dan kemudian pemisah yang memungkinkan tenaga listrik

mengalir ke bagian yang akan dibuat tidak bertegangan, harus dibuka dan

dikunci.

b) Pengaman lebur yang bersangkutan, yang memungkinkan adanya

tegangan harus dikeluarkan.

c) Semua penghantar yang terhubung ke alat ukur, yang memungkinkan

adanya tegangan, harus pula diputus dan dipisahkan.

2) Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa, harta benda atau

instalasi listrik, seorang tanpa memberitahukan kepada petugas dibenarkan

mengambil tindakan cepat untuk menghentikan penyaluran tenaga listrik

dengan membuka sakelar dengan cara lain yang sama.

3) Mengamankan keadaan tidak bertegangan harus dilakukan sebagai berikut:

a) Petugas yang diserahi tanggung jawab, atau yang ditunjuk harus secara

efisien memeriksa apakah bagian instalasi yang diputus atau dibuka

benar-benar tidak bertegangan.

b) Semua bagian-bagian konduktif terbuka dari instalasi yang dibebaskan

dari tegangan harus dibumikan dengan baik.

c) Penghantar instalasi yang dibebaskan dari tegangan harus dihubung

singkatkan secara efektif ditempat pemutusan.

d) Pada pemutusan dan pemisah yang memberikan tegangan kepada

bagian instalasi yang hendak dibuat tidak bertegangan harus dipasang

rambu peringatan.

Page 87: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-19

e) Jika bagian instalasi yang harus dibuat tidak bertengangan mempunyai

kemungkinan mendapatkan aliran listrik dari sumber lain, dan padanya

harus dipasang rambu peringatan yang jelas dan mudah terlihat.

c. Cara Mengembalikan Tegangan

1) Sebelum mengembalikan tegangan kepada instalasi yang dibebaskan dari

tegangan, tindakan berikut harus dilakukan secara berturut-turut:

a) Semua hubung singkat harus ditiadakan.

b) Hubungan pembumian dari bagian yang dalam keadaan kerja

bertegangan, harus diputus, mula-mula pada bagian tersebut, baru

kemudian pada bumi.

c) Ahli yang bertanggung jawab atas pekerjaan atau pengawas, harus yakin

bahwa semua pekerjaan instalasi telah dilaksanakan dengan baik dan

aman untuk diberi tegangan listrik kembali.

d) Penangggung jawab yang ahli harus tahu pasti bahwa semua tenaga

kerja bersangkutan telah meninggalkan tempat kerja mereka.

e) Pada waktunya Tenaga Ahli yang berkaitan harus memberi tahu mereka

masing-masing bahwa tegangan listrik akan dikembalikan.

f) Semua pengaman lebur yang dikeluarkan harus dipasang kembali dan

pemisah harus dimasukkan.

g) Saluran masuk dan semua alat-alat ukur dihubungkan kembali dan rambu

peringatan dicabut.

2) Untuk memudahkan pelayanan, instalasi listrik harus dipasang bagian

instalasi, bila perlu, disertai keterangan tentang cara melayani perlengkapan

listrik.

9. Pemeliharaan

a. Pemerikisaan & Pemeliharaan

1) Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan

saja, tetapi juga pengamanan, pelindung dan perlengkapan seperti papan

pengenal dan rambu peringatan serta bagian instalasinya harus terpelihara

dengan baik.

2) Pengurus tempat kerja bertanggung jawab atas penggunaan yang aman,

sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaan instalasi tersebut.

3) Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja berwenang melarang penggunaan

instalasi listrik yang dapat membahayakan keselamatan kerja atau

Page 88: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-20

keselamatan umum. Larangan tersebut harus disertai alasannya secara

tertulis.

4) Karena instalasi mengalami aus dan penuaan atau kerusakan yang

mengganggu instalasi jika dibiarkan, secara berkala instalasi harus diperiksa

berdasarkan petunjuk metode dan program yang telah ditentukan. Bagian

yang aus, rusak atau mengalami penuaan diperbaiki atau diganti.

5) Hasil pemeriksaan berkala suatu instalasi harus dicatat dalam laporan tertulis

pemeriksaan.

6) Minyak isolasi dari sakelar minyak, transformator dan sebagainya pada

waktunya harus dibebaskan dari air, dibersihkan dari debu dan arang, serta

dibebaskan dari zat asam, antara lain dengan cara penyaringan.

7) Perlengkapan tertentu seperti relai yang bagiannya lebih cepat terganggu

bekerjanya karena aus, mengalami penuaan atau kerusakan secara berkala

diperiksa dan dicoba, baik segi mekanis maupun listriknya.

8) Dalam melaksanakan pemeliharaan harus dipenuhi/diperhatikan agar jangan

membawa atau menggunakan perkakas kerja dan bahan yang magnetic

dekat pada medan magnetic perlengkapan listrik.

9) Pelindung dan pengaman, yang selama melaksanakan pemeliharaan dibuka

atau dipindahkan, harus segera dipasang kembali setelah pekerjaan selesai.

10) Setiap bagian di mana harus diadakan pemeriksaan dan pelayanan harus

diatur sedemikian rupa sehingga orang berwenang dapat dengan leluasa

melaksanakan tugasnya. Setiap gang yang melilingi mesin dan peralatan

seperti generator, generator transvormator dan papan penghubung harus

bebes dari setiap penghalang dan harus diatur sedemikian rupa sehingga

orang yang berwenang dapat dengan mudah mencapai semua bagian yang

perlu mendapat perhatian.

11) Dilarang menggunakan pengaman lebur yang sudah rusak dengan

memasang kawat tambahan dan atau menyambung langsung di luar

pengaman lebur

b. Gejala Kerusakan

Gejala kerusakan isolasi dan gejala ketidak wajaran yang lain-lain yang dapat

mengakibatkan bahaya atau kerusakan, harus segera dicari penyebabnya dan

diperbaiki.

Penjelasan:

Page 89: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-21

1) Penurunan nilai tahanan isolasi instalasi listrik yang cepat, dan

mengakibatkan bahaya kerusakan dikemudian hari meskipun nilai tahanan

isolasi tersebut pada waktu ini masih memenuhi syarat.

2) Isolator yang retak, terutama untuk tegangan mencegah atau tegangan tinggi,

yang dapat mengakibatkan gangguan pada pengusaha atau dapat

menimbulkan kecelakaan harus dengan segera diganti. Biasanya retaknya

isolasi sukar diketahui, oleh karena itu perlu diadakan pemeriksaan rutin

terhadap keadaan tersebut.

3) Perkakas dan perlengkapan kerja seperti tongkat hubung, sarung tangan

pengaman, tester, dan lain-lain harus diperiksa secara teratur dan setiap saat

akan digunakan harus diperiksa terlebih dahulu apakah masih digunakan

sesuai dengan fungsinya.

Keamanan dan keselamatan para petugas tergantung pada keandalan perkakas

dan perlengkapan kerja tersebut.

c. P e l a p o r

Para petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan pemasangan, pemeliharaan

atau pelayanan instalasi diwajibkan untuk segera memberitahukan kepada

atasannya yang bertanggung jawab segala kejadian dan keadaan yang mungkin

membahayakan atau kerusakan yang diketahui.

5.5 Cara Membebaskan Penderita Dari Aliran Listrik

1. Untuk memutuskan hubungan antara penderita dan pengantar dilakukan cara

seperti berikut :

a. Sedapat mungkin pengantar harus dibuat bebas tegangan dengan jalan

memutuskan saklar atau melepaskan gawai pengaman atau pengantar ditarik

sampai terlepas dari penderita dengan menggunakan benda kering bukan logam,

misalnya : sepotong kayu atau seutas tali yang dikaitkan pada pengantar.

b. Penderita ditarik dari tempat kecelakaan.

c. Pengantar dilepas dari tubuh penderita dengan tangan yang dibungkus dengan

pakaian kering yang dilipat-lipat.

2. Penolong harus mengamankan diri dahulu untuk menghindarkan atau mengurangi

pengaruh arus listrik, Ia harus menempatkan diri pada papan kering, kain kering,

pakaian kering atau alas serupa itu yang bukan logam (kayu, karet), jika hal itu tidak

Page 90: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5-22

mungkin, kedua tangan penolong dibalut dengan kain kering. Pada saat memberikan

pertolongan, penolong harus menjaga diri agar tubuhnya jangan bersentuhan dengan

benda logam.

Page 91: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-1

BAB 6

PENERAPAN K3 PADA BEJANA BERTEKANAN

6.1 Umum

Kecelakaan karena peledakan pada suatu bejana bertekanan pada umumnya

beriakibat fatal, Lebih parah lagi apabila membawa akibat korban manusia mengingat

peledakan bejana ini sangat dahsyat. Hal ini terbukti dengan hancurnya bejana

tekanan tersebut sehingga menjadi berkeping-keping ataupun karena terlemparnya

bejana dari tempat semula.

Seperti kita ketahui suatu bejana tekanan adalah suatu bejana yang tertutup dengan

tekanan tertentu di dalamnya. Dengan demikian bejana ini disamping bahan konstruksi

yang memenuhi syarat juga harus dibuat melalui perhitungan-perhitungan standard

yang sudah ditentukan sesuai dengan tekanan yang ada di dalamnya.

Adanya cacat konstruksi pada suatu bejana tekan dengan sendirinya tidak

dikehendaki, demikian Juga dengan peralatan-peralatan (pengaman) tambahan

seperti, appendages sangat diperlukan bagi suatu bejana tekan, yaitu sebagai alat

pengaman tekanan lebih apabila bejana tekan mempunyai tekanan melebihi dari

tekanan semula atau tekanan yang ditentukan sesuai dengan standar

6.2 Perencanaan

Langkah pertama yang sangat penting dalam pembuatan bejana tekan, adalah

perencanaan dengan perhitungan sesuai standar yang diinginkan / diminta, ini

diperlukan guna mengetahui kondisi yang dikehendaki bagi bejana tersebut. Langkah

selanjutnya yang harus ditempuh adalah dengan perhitungan uji coba atau pengujian

coba sebelum bejana tekan tersebut dinyatakan sudah siap pakai.

Dalam perencanaan, faktor yang harus diketahui dan merupakan dasar pertimbangan

dalam perencanaan adalah :

1. Tekanan

2. Temperatur

3. Bahan pengisi bejana

4. Pengaruh perubahan tekanan dan temperatur

5. Pengaruh adanya peralatan-peralatan lain seperti pipa-pipa ataupun beban-beban

lainnya.

6. Pengaruh cuaca disekitarnya.

Page 92: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-2

Guna mendapatkan kesempurnaan hasil jadi pembuatan suatu bejana maka faktor

tersebut di atas harus diperhatikan. Segala ketentuan mengatur hal ini pada umumnya

sudah tercantum dalam standard-standard bejana. Khususnya mengenai bahan-bahan

bejana yang digunakan antara lain: baja karbon, paduan, stainless steel, aluminium,

nikel, tembaga dan sebagainya ataupun bahan-bahan non metalik, seperti glass yang

telah diperkuat dengan plastic. Glass reinforced plastic (GRP). Kita telah mengenal

beberapa standard yaitu ASME; JIS; SAA; British Standar (BS), dan sebagainya.

Dengan demikian untuk mendalami pengetahuan tentang bejana bertekanan berarti

kita harus mengetahui pula standard-standard ini disamping pengetahuan-

pengetahuan dasar teknik yang sebelumnya harus sudah dinilai.

6.3 Temperatur

Penggunaan bahan pada temperatur yang tinggi berarti untuk mempengaruhi kekuatan

konstruksi bahan yaitu sifat mekanisnya seperti keuletan, kekuatan, kekerasan dan

akan menjadikan bahan tersebut menjadi rapuh, kaku ataupun berubah sifat-sifat

aslinya sehingga membahayakan bagi kekuatan konstruksi semula.

6.4 Korosi (karat)

Korosi ataupun perkaratan pada bejana tekanan juga salah satu sebab yang

menjadikan kekuatan konstruksi suatu bejana berkurang pengaruh korosi tersebut

antara lain:

1. Adanya korosi sebagian konstruksi menjadi hilang dan ini merupakan cacat.

2. Adanya korosi bahan menjadi rapuh atau retak sebagai akibat dari retak korosi

tegangan (stress, corrosion coating).

3. Adanya korosi memperlemah sifat-sifat penghantar bahan.

4. Adanya korosi menguasai sifat-sifat mekanis.

Korosi tak dapat dikurangi dengan cara pemelihan bahan yang tepat ataupun

memberikan perlindungan semata-mata akan tetapi agar diperhitungkan saat

perencanaan pertama dengan bahan-bahan yang akan terjadi dan menyagkut pula

jangka waktu kemampuan material bertekanan (life time).

Faktor kekurangan bahan akibat korosi harus dihindari dan dicegah dengan pengadaan

inspeksi secara berkala. Kerapuhanakibat korosi, retak tak dapat ditolerir, faktor

pemilihan bahan yang tepat, system pengelasan dan perencanaan yang tepat

merupakan kunci pencegahan terjadinya korosi.

Page 93: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-3

6.5 Konstruksi

Bejana tekanan cukup kuat didapat apabila pelaksanaan pembuatan berdasarkan

standard yang ada. Termasuk standard sambungan-sambungan las merupakan hal

yang sangat penting dan sangat mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembuat

suatu bejana tekanan mengigat kuat atau tidaknya suatu konstruksi tergantung dari

hasil sambungan las ini. Sifat hasil sambungan harus mencerminkan kekuatan yang

sesuai dengan bahan yang disambung dan ini hanya dapat dilaksanakan berdasarkan

standard tadi dan dilakukan (dikerjakan) oleh Welden yang kualified.

Untuk menjamin kebaikan sambungan ini, sambungan-sambungan harus diadakan

pengujian baik destructive maupun non destructivenya setelah selesai penyambungan

konstruksi bejana.

Dalam hal pelaksanaan sambungan pengelasan harus dapat memperlihatkan sertifikat

procedure pengelasan dari suatu bejana tekanan sesuai dengan standar WPS yang

ditentukan. Hal ini ini tergantung kebutuhan standard bejana tekanan yang dilakukan,

kesulitan pelaksanaan pengelasan dan faktor keselamatan yang digunakan dan

pengujian yang dilaksanakan.

6.6 Tingkat Pengaman

Ada beberapa jenis tingkap pengaman yang kita ketahui antara lain:

Tingkat pengaman dengan pegas.

Tingkat pengaman dengan beban.

Kegunaan tingkap pengaman ini bagi suatu bejana tekanan adalah untuk melepaskan

tekanan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi:

1. Pada saat bekerja dengan kapasitas maximum sat tekanan tertinggi tekanan kerja,

tidak akan meningkat lebih 10% dari tekanan kerja yang diperbolehkan.

2. Tingkap pengaman harus mudah digerakkan bibir-bibir pengantar klepnya dengan

tangan tanpa menggunakan pembuangan uap melalui tingkap.

Tingkap harus dapat dikunci/disegel dan tidak dapat dirubah orang yang tidak

bertanggung jawab.

Page 94: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-4

6.7 Pedoman Tingkatan

Syarat-syarat pedoman tekanan:

1. Harus mempunyai harga tekanan yang sesuai dengan tekanan kerja pesawatnya.

Batas terendah tidak kurang dari 1 ½ x tekanan kerja dan tidak lebih dari 2 x

tekanan kerjanya.

2. Harus mempunyai angka-angka yang jelas dan mudah dibaca dengan tanda

maximum yang diperbolehkan.

6.8 Dasar Hukum

Peraturan dan Perundang – undangan bejana tekan, yang ada selama ini masih

mengacu pada : PEDOMAN/PERATURAN DARI KETEL-KETEL UAP DAN BEJANA-

BEJANA UAP

Adapun sebagai pedoman peraturan perundangan dan ditunjang dengan standar

teknis yang berlaku dibidang penanganan masalah ketel uap dan bejana uap adalah:

1. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai

Tenaga Kerja.

2. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

3. Undang-undang dan Peraturan Uap 1930.

4. Surat-surat Keputusan Menteri.

5. Surat-surat Edaran.

6. Instruksi-instruksi.

7. Dasar-dasar Penilaian dan Perhitungan Pesawat-pesawat dan Bejana-bejana

tekanan.

Standar internasional bejana tekan mengacu pada :

1. Standar Amerika ASAIE.

2. Standar Inggris B.S.

3. Standar Jerman DIN

4. Standar Belanda HCNN

5. Standar Jepang JIS.

6.9 Sejarah Perkembangan Ketel Uap Dan Bejana Uap

Sejak dahulu manusia selalu berusaha, supaya dapat bergerak untuk melakukan

kekuatan yang lebih besar dari pada kekuatan ototnya. Untuk menggantikan kekuatan

ototnya dipakai tenaga dari binatang kuda, yang mempunyai kekuatan yang lebih besar

dan mampu bekerja dengan waktu yang lebih lama pula.

Page 95: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-5

Pada jaman dahulu tenaga kuda diperlihatkan untuk mengilang gandum. Dan kuda

berjalan berkeliling menurut satu lingkaran sambil menarik batang dihubungkan dengan

poros batu kilang dibagian atas sehingga batu kilang bagian atas berputar menggiling

butir-butir gandum yang berada diantara batu kilang atas dan bawah. Kemudian

manusia menemukan cara lain untuk mengilang gandum yaitu dengan menggunakan

kekuatan pendorong alam yaitu angin.

Dalam hal di mana tenaga angin dimanfaatkan untuk menggerakkan sayap kincir angin

dan tenaga putaran kincir dialihkan melalui roda-roda dan batang pemutar batu

pengilang gandum seperti penjelasan tenaga kuda diatas. Pemakaian kekuatan

pendorong alam lainnya yang menggunakan sebuah kincir air yang digerakkan oleh air

yang mengalir dan ditumbuhkan pada sudu-sudu dari roda, sehingga roda kincir air

akan berputar.

Gerakan berputar dari roda ini selanjutnya dipindahkan melalui roda gigi dan batang

poros pemutar menggerakkan batu kilang untuk penggilingan butir-butir gandum. Pada

tahun ± 1760, James Watt, seorang bangsa Inggris. Telah berhasil memakai uap

sebagai kekuatan pendorong. Dia adalah yang pertama membuat instalasi tenaga uap

yang terdiri dari sebuah ketel uap dan mesin uap.

Tenaga Uap yang diperoleh dari penguapan ketel uap pertama, dipewrkenalkan oleh

James Watt yang dikenal dengan nama kecil ketel gerbong.

Ketel uap jenis ini terdiri dari dua sisi yang rata, pada sisi atasnya merupakan puncak

ketel berbentuk setengah slinder dan dasar sisi pelatnya dilengkungkan ke dalam. Dari

bagian muka dan belakang ditutup dengan pelat rata yang masing-masing disebut

tutup depan dan belakang. Dibagian bawah ketel terdapat ruang pembakaran untuk

membakar bahan baker guna memanaskan ketel.

Dewasa ini sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu dibidang teknik

dan teknologi, maka dibidang konstruksi untuk penggunaan tenaga uap instalasinya

sudah jauh berubah.

Ketel uap berfungsi untuk mengubah air menjadi uap dengan pertolongan panas. Uap

yang dihasilkan oleh ketel uap selain digunakan untuk tenaga penggerak digunakan

pula untuk pemanasan.

Sehubungan dengan penggunaan uap, maka telah banyak dibuat pesawat-pesawat

uap selain uap yang disesuaikan dengan tujuan penggunaannya antara lain pemanas

air, pemanas uap, pesawat penguap, bejana uap dan lain sebagainya.

Page 96: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-6

Ketel uap adalah suatu pesawat yang dibuat untuk mengubah air ada di dalamnya,

sebagian menjadi uap dengan jalan pemanasan. Untuk pemanasan diperoleh dari

pembakaran bahan baker, jadi setiap ketel uap harus mempunyai atau dilengkapi

dengan sebuah tempat pembakaran.

Konstruksi tempat pembakaran bahan baker tergantung kepada jenis bahan baker

yang akan dipakai. Dalam keadaan bekerja ketel uap di dalamnya terdapat tekanan

dan setiap ketel uap harus mampu menahan tekanan ini. Kekuatan ketel uap

tergantung dari bentuknya dan badan asal yang dipergunakan untuk pembuatan ketel

ini.

Biasanya ketel uap terdiri dari satu silinder atau dari gabungan silinder-silinder dan

pipa-pipa.

Bahan untuk ketel uap maupun pesawat uap selain ketel uap harus mempunyai

kwalitas yang baik, karena untuk bekerja dalam temperatur dan tekanan yang tinggi,

ketel ini harus dapat menahan tekanan uap yang besar.

Ketel uap dalam keadaan bekerja, sebagai bejana yang tertutup atau tidak

berhubungan dengan udara luar, karena selama berlangsung pemanasan melalui

bidang yang dipanaskan atau luas pemanasan dari ketel uap, maka air akan mendidih

selanjutnya berubah menjadi uap panas dan bertekanan.

Setiap terjadi kenaikan temperatur uap dalam ketel, maka tekanan uap akan meningkat

pula; jadi kenaikan temperatur uap dan kenaikan tekanan berhubungan erat.

Seperti setelah kita ketahui panas adalah suatu sumber energi atau dengan

pertolongan panas, kita dapat melakukan suatu usaha, yang mana hal ini kita jumpai

pada penggunaan ketel-ketel uap dan pesawat-pesawat uap dilapangan industri.

Panas dari api dan gas panas, yang dihasilkan dari suatu dapur ketel atau dari panas

sisa (waste heat), melalui bidang pemanasan, dipindahkan ke air terlebih dahulu

mengembang, kemudian berubah menjadi uap, sehingga volumenya dengan cepat

akan bertambah.

Panas sebagi sumber dari suatu gerak, memberikan kecepatan kepada molekul-

molekul air yang bergerak simpang siur, sehingga kohesinya atau daya tarik menarik

diantara molekul-molekul air saling berdesak-desakan dan pada keadaan demikian

tetap tinggal dalam ketel uapnya, maka karena itu terjadilah peningkatan tekanan

dalam ketel uap.

Untuk memahami ketel uap, haruslah kita mengetahui sifat-sifat yang terutama dari

uap, dan peristiwa penting yang terjadi pada pembuatan uap.

Page 97: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-7

Secara sederhana bentuk ketel uap kita misalnya sebagai bejana logam, yang

sebagian ruangannya berisi dengan air.

Bejana berisi air tersebut dalam keadaan terbuka, dibiarkan tanpa dipanasi dan setelah

beberapa lama, dengan jalan menimbang, bahwa air di dalamnya telah berkurang.

Rupanya dengan tidak dipanasi, air telah berubah menjadi uap dan keluar dari lubang

yag terbuka.

Peristiwa ini disebut menguap, dan dalam hal ini pembentukan uap hanya terjadi pada

permukaan air saja.

Bila air dalam bejana, sekarang kita panaskan dengan menempatkan sebuah sumber

air dari pembaharuan gas di bawahnya, maka temperatur air naik bertambah tinggi, air

mulai bergerak sedang gelembung-gelembung uap terlepas keluar.

Selanjutnya, ternyata bahwa penguapan dapat terjadi pada tiap-tiap temperatur.

Kenaikan temperatur dapat dilihat dengan thermometer, sedang pergerakan bagian-

bagian air dapat dilihat dengan menghamburkan serbuk gergaji ke dalam air.

Pergerakan air terjadi karena kenaikan temperatur tidak sama pada segala tempat. Air

pada dasar bejana, yang lebih dekat dengan nyala api, akan lebih cepat naik

temperaturnya dari pada di tempat-tempat yang lain.

Karena dipanaskan maka berat jenis air berkurangdan air yang panas akan naik,

akibatnya air yang masih dingin akan turun dan hal ini berlangsung terus selama

pemanasan air dilahan.

Pada pemanasan air dengan arus air yang teratur disebut peredaran air. Peredaran ini

sangat penting dalam ketel uap karena dengan peredaran yang baik akan bermanfaat

untuk mendapatkan air yang cepat dan pemanasan yang merata.

Peredaran air yang baik sangat tergantung kepada penempatan sumber panas ke

dalam ketel. Air yang tidak turut beredar dalam ketel disebut air mati. Jadi temperatur

air ini tidak secepat air yang beredar naiknya. Ini dapat membahayakan bagi ketel uap,

karena dinding ketel uap akan mendapatkan pemanasan setempat, sehingga

pemuatan ketel tidak sama dan karenaya mungkin terjadi tekanan-tekanan yang besar

dalam pelat ketel atau pada sambungan-sambungannya.

Pada Gambar ketel memperlihatkan kepada kita, bagaimana pengaruh letak sumber

panas, yang tidak tepat sehingga peredaran air menjadi tidak merata, terdapat air mati

dan ini merupakan peredaran air yang buruk.

Page 98: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-8

Bila air dalam bejana dipanaskan terus, temperatur bertambah tinggi, pada akhirnya

pelepasan gelembung-gelembung uap akan terhenti dan penguapan bertambah cepat.

Setelah temperatur air mencapai 100 oC, gelembung-gelembung uap yang dibentuk

dalam seluruh zat cair, sampai pada permukaan dan lepas dari zat cair seperti pada

gambar 7.

Karena bejana ini terbuka uap yang berbentuk akan lepas keluar melalui bagian yang

terbuka dan peristiwa ini disebut air menidih.

Mendidih adalah suatu peristiwa, di mana pembentukan uap terjadi dalam seluruh

masa zat cair.

Titik mendidih dari suatu zat cair tergantung kepada tahanan, yang menekan pada

permukaan zat cair, karena gelembung uap harus sanggup mengalahkan tekanan

permukaan air disekelilingnya.

Pada bejana yang terbuka, tekanan uadara luar yang menekan pada permukaan air,

besarnya 1 atmosfir, pada tekanan ini air mendidih pada 100 oC. Dalam ikhtisar tertulis

di bawah terdaftar titik mendidih dari air pada bermacam-macam tekanan. Dengan

tekanan mutlak dimaksud, tekanan yang diukur dari keadaan hampa udara sempurna.

Seperti telah kita ketahui tekanan pukul rata di udara luar adalah 1 atmosfir, yang

bersamaan dengan tekanan 1,0332 kg/cm2.

Dari daftar ternyata, bahwa air yang berada dalam suatu ruangan ketel yang tertutup

dengan tekanan 1, 0332 kg/cm2, mendidih pada temperatur 100 oC. Pada tekanan

yang lebih besar dari 1 atmosfir umpamanya sebesar 5 kg/cm2, ternyata air akan

mendidih pada temperatur 151,1oC.

Sebaiknya bila tekanan pada permukaan air lebih rendah dari 1 atmosfir misalnya

0,1257 kg/cm2, maka air akan mendidih pada temperatur sebesar 50oC.

6.10 Pengendalian Ketel Uap Dan Bejana Uap Serta Peralatan-Peralatan Bantunya

Bentuk konstruksi ketel uap dan pesawat uap selain ketel uap dapat dibuat

bermacam,macam, tergantung dari kesesuaian dalam pemakaiannya dan sebagainya.

Sebagai bahan untuk ketel uap dan bejana uap selalu digunakan orang pelat baja yang

dikenal dengan baja Siemens Martin atau pelat baja ketel jenis lainnya.

Suatu ketel uap harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Harus hemat dalam pemakaian bahan baker. Hal ini dinyatakan dalam rendemen

atau daya guna ketel.

Page 99: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-9

2. Berat ketel dan pemakaian ruangan pada suatu hasil uap tertentu harus kecil.

3. Paling sedikit harus memenuhi syarat-syarat dari Direktorat Bina Norma

Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.

Ketel uap dapat dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

1. Menurut tempat penggunaannya:

a. Ketel uap darat tetap, ialah semua pesawat uap yang ditembok atau berada

dalam tembokan.

b. Ketel uap darat berpindah, ialah semua ketel uap atau pesawat uap yang tidak

ditembok dan dapat dipindah-pindahkan.

2. Menurut bangunan letak sumbu silinder ketel:

a. Ketel uap tegak, di mana letak sumbu silinder tegak lurus dengan tempat

kedudukan ketel uap.

b. Ketel uap mendatar, di mana letak sumbu silinder sejajar dengan permukaan

tempat kedudukan ketel uap.

3. Menurut koonstruksi dan aliran panas:

a. Ketel uap tangki atau drum yang dilengkapi dengan lorong api.

b. Ketel uap pakai Bouiller.

c. Ketel uap yang dilengkapi dengan lorong api pipa-pipa api.

d. Ketel uap yang dilengkapi dengan satu drum atau dua drum serta sejumlah pipa

air dan disebut ketel pipa air.

e. Ketel uap yang dilengkapi dengan sejumlah pipa air dan pipa api, yang dikenal

dengan nama ketel uap combi.

Selain ketel uap dalam instalasi ketel uap terdapat pesawat uap. selain ketel uap

semuanya itu disebutkan dengan pesawat uap.

Adapun yang termasuk pesawat uap selain ketel uap antara lain sbb:

1. Pemanas air.

2. Pengering uap.

3. Pesawat penguap.

4. Bejana uap.

5. Dan lain-lain.

Page 100: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-10

6.11 Peralatan-Peralatan Bantu Ketel Uap

Peralatan-peralatan bantu suatu ketel uap seperti disyaratkan dalam undang-undang

dan peraturan uap terdiri dari alat-alat sebagai berikut:

1. Dua buah tingkap pengaman.

2. Satu Pedoman tekanan.

3. Dua buah gelas pedoman air.

4. Dua buah alat (pompa) pengisi air.

5. Satu alat tanda bahaya.

6. Satu kran penutup induk uap.

7. Dua lemari katup kran penutup air pengisi.

8. Kran penguras sebanyak yang diperlukan.

9. Satu pelat nama.

6.12 Definisi Dan Istilah-Istilah Tentang Ketel Uap, Bejana Uap & Peralatan Bantunya

1. Ketal uap ialah satu pesawat yang dibuat guna memanaskan air menjadi uap dan

uapnya dipergunakan diluar pesawatnya.

2. Pesawat uap selain ketel uap ialah suatu pesawat yang dibuat dan dipergunakan

sebagai kelengkapan dari ketel uap, dalam system penggunaan uap, yang

dihasilkan oleh suatu ketel uap.

3. Peralatan pesawat uap ialah semua alat atau peralatan yang berhubungan atau

dipasang pada pesawat uapnya sesuai dengan fungsinya masing-masing.

4. Alat-alat pengaman pesawat uap ialah setiap alat yang dihubungkan atau dipasang

pada pesawat uapnya sesuai dengan fungsinya masing-masing alat yang bertujuan

agar pesawat uap dapat dipakai secara aman dalam operasinya.

5. Tingkap pengaman ialah suatu alat yang bekerja secara otomatis membuka dan

menutup tingkat atau katupnya tergantung pada tekanan dan bagian yang

dihubungkan dengan alat tersebut, sehingga ruangan yang berhubungan dengan

alat itu dijamin dari kenaikan tekanan yang berlebihan.

6. Pedoman tekanan (Manimeter) ialah suatu alat pengukur tekanan dari suatu

medium yang berada dalam suatu ruangan atau suatu aliran yang bertekanan dan

sebagai medium dapat berupa uap, gas dan cairan.

7. Gelas pedoman air ialah suatu alat untuk dapat melihat tinggi kolom air yang ada di

dalam ketel uap, yang mana gelkas pedoman ini masing-masing ujungnya

dihubungkan dengan ruangan uap dan ruangan air.

8. Alat pengontrol otomatis ialah suatu alat yang dapat memberitahukan kekurangan

air di dalam ketel uap, di mana alat ini dapat berbunyi bila air di dalam ketel turun

Page 101: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-11

melampui batas air terendah yang diijinkan. Adapun alat yang digunakan berupa

seruling atau kalkson otomatis yang bekerja secara elektronik dihubungkan dengan

listrik.

9. Tanda batas air terendah yang diijinkan ialah suatu tanda yang dipasangkan pada

ketel uapnya atau pada alat pedoman air yang mana penempatan tanda batas air

terendah ini adalah 100 mm di atas garis api untuk ketel uap darat dan 150 mm di

atas garis api untuk ketel uap kapal.

10. Keterangan atau katup pembuangan ialah suatu alat untuk mengeluarkan air atau

kotoran berupa endapan Lumpur yang ada di dasar ketel uapnya dan berguna pula

untuk mengeluarkan atau mengosongkan seluruh air, bila ketel uap akan

dibersihkan.

11. Lubang lalu orang adalah suatu lubang yang terdapat pada ketel uapnya dengan

ukuran 300 x 400 mm, yang mana melalui lubang tersebut orang dapat masuk guna

melakukan pemeriksaan bagian dalam ketel uap.

12. Pelat nama adalah suatu pelat yang dipasangkan pada ketel uapnya berisikan

identitas mengenai nama dan tempat pabrik pembuat, tekanan kerja yang diijinkan

serta nomor seri pembuatan dari pabrik pembuat.

13. Luas pemanasan (Heating Surface), ialah dimaksud luas dalam M2 (Meter persegi)

semua bagian ketel yang dipanasi oleh nayal api dan gas panas, di mana pada sisi

lainnya terdapat air.

14. Dapur ketel ialah ruangan pembakaran bahan bakar pada ketel uap.

15. Rendemen ketel ialah perbandingan antara panas yang diterima oleh air dan uap

terhadap panas yang diberikan oleh bahan bakar.

16. Kapasitas ketel ialah kemampuan ketel untuk menghasilkan sejumlah uap dalam

waktu satu jam.

17. Tekanan ialah suatu kekuatan yang bekerja tegak lurus pada sebuah bidang yang

luasnya 1 cm2 satuannya kg/cm2.

18. Tekanan udara ialah terdapat dalam ilmu alam, di mana tekanan udara (normal) =

76 cm Hg (kolom air raksa). Dalam teknik 1 kg/cm2 = 1 atmosfir.

19. Tekanan lebih, dalam teknik kerap kali digunakan ruangan tertutup di mana di

dalamnya berisi gas, uap, atau cairan yang menekan pada dinding ruangan

tersebut. Selanjutnya tekanan ini disebut tekanan lebih, satuannya dalam kg/cm2

atau atmosfir melebihi.

Pada ketel uap untuk mengukur tekanan lebih, digunakan alat yang disebut

manometer tekanan atau pedoman tekanan.

Page 102: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-12

6.13 Pedoman/Peraturan Dari Ketel-Ketel Uap Dan Bejana-Bejana Uap

Adapun sebagai pedoman peraturan perundangan dan ditunjang dengan standar

teknis yang berlaku dibidang penanganan masalah ketel uap dan bejana uap,

sebagaimana dicantumkan dalam bagian Dasar hukum dan peraturan dan

perundangan, diatas

6.14 Pertimbangan-Pertimbangan Desain

Prinsip-prinsip desain type dan bentuk ketel uap atau pesawat uap. Setiap desain

konstruksi suatu type dan bentuk ketel uap atau pesawat uap harus memenuhi prinsip-

prinsip:

1. Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang cukup dan

dapat dibaca dengan jelas.

2. Data ukuran-ukuran pesawat serta bagina-bagiannya harus dituliskan secara jelas.

3. Gambar bagian (desain) konstruksi penyambungan antara bagian satu dengan

lainnya harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat diketahui secara

jelas.

4. Pelaksanaan pembuatan pesawat uap harus memenuhi prosedur sesuai dengan

standar yang berlaku.

5. Pelaksanaan pengujian pesawat uap harus memenuhi prosedur yang berlaku.

6.15 Spesifikasi Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pembuatan uap harus memenuhi syarat sesuai

ketentuan yang berlaku berdasarkan standar penggunaan bahan.

Setiap bahan yang dipergunakan untuk pembuatan pesawat uap harus memiliki

sertifikat bahan dengan data sebagai berikut:

- Spesifikasi bahan

- Nomor, dan tanggal, bulan, tahun

- Ukuran-ukuran dari bahan

- Hasil-hasil pengujian secara mekanis dan sifat-sifatnya dari bahan

- Hasil-hasil analisa kimia mengenai prosentase komponen unsure dalam bahan

- Tanda pengesahan/legalisasi dari suatu bahan yang tidak memihak.

o Sertifikasi bahan ini diperlukan sertifikasi bahan sebagai berikut:

- Pelat bahan ketel uap atau bejana uap

- Pelat front

- Pelat pipa

Page 103: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-13

- Pelat lorong api

- Pelat penguat

- Pipa-pipa api

- Pipa-pipa air dan sebagainya

- Kawat las atau elektroda las.

1. Penggolongan ketel uap

Ketel uap dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

a. Menurut tempat penggunaannya:

1) Ketel uap darat tetap, ialah semua pesawat yang ditembok atau berada

dalam tembokan.

2) Ketel uap dapat berpindah, ialah semua pesawat yang tidak ditembok.

3) Ketel uap kapal, yang biasa yang dipakai untuk dikapal laut dan sebagai

ketel uap kapal.

b. Menurut bangunan letak sumbu silinder ketel.

1) Ketel uap tegak, di mana letak sumbu silinder, tegak lurus dengan tempat

kedudukan ketel uap.

2) Ketel uap mendatar sejajar dengan permukaan tempat kedudukan ketel

uap.

c. Menurut bangunan letak sumbu silinder ketel.

1) Ketel uap tangki atau drum yang dilengkapi dengan lorong api (ketel corn

wall).

2) Ketel uap pakai Boilleur (ketel Boilleur).

3) Ketel uap yang dilengkapi dengan lorong api dan pipa-pipa api (Ketel pipa

api).

4) Ketel uap yang dilengkapi dengan pipa-pipa air (ketel pipa air).

5) Ketel uap yang dilengkapi dengan pipa air dan pipa api (ketel combi).

2. Metode Konstruksi

Pembuatan ketel uap dapat dilakukan dengan metode atau cara konstruksi

penjelasan atau dengan pengelingan.

Konstruksi pengelasan adalah suatu cara pengelasan di mana sambungan

dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan

api gas yang terbakar.

Page 104: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-14

Bahan yang digunakan untuk penyambungan adalah kawat las yang disebut

electroda las, sedang bahan yang akan disambung atau di las adalah pelat-pelat,

pipa-pipa yang disebut bahan induk.

Pesawat yang digunakan untuk melakukan proses pengelasan adalah disebut

mesin las listrik.

Cara pengelasan konstruksi yang paling banyak digunakan pada waktu ini adalah

pengelasan cair dengan las busur listrik dan dengan las busur gas.

3. Penempatan Ketel Uap

a. Ruangan ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus, yang mana di dalamnya

tiada pasti untuk bekerja.

Bagimanapun juga peledakan ketel uap dalam tingkatan kekerasan yang

berbeda-beda sering terjadi, kadang-kadang menyebabkan timbulnya

malapetaka kematian, luka parah atau merusak harta benda yang dimilikinya.

Meskipun peledakan dalam ruangan ketel uap dapat timbul disebabkan adanya

cact-cacat pada peralatan, lebih banyak pula peledakan yang karena kurang

hati-hati, keadaan tak tahu atau sempitnya pandangan dalam pengoperasian

dan pemeliharaan.

b. Ketel uap harus di tempatkan dalam suatu atau bangunan tersendiri yang

terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya. Antara ketel uap dengan dinding

bangunan rumah ketel maupun dengan ruang tunggu untuk operator ketel,

jaraknya harus cukup sehingga tidak mengganggu setiap orang yang

melakukan tugas.

4. Penggolongan Bejana Uap

Sama halnya dengan ketel uap, karena bejana adalah merupakan kelengkapan dari

ketel uap, maka dalam penggunaannya akan selalu dekat dengan ketel uapnya.

Perbedaan antara ketel uap dan bejana uap adalah pada fungsi dari pada

operasinya, ketel uap adalah sebagai penghasil uap sedang bejana uap adalah

sebagai penerima uap dalam kelangsungan suatu proses yang menggunakan

instalasi uap.

Menurut fungsi penggunaannya, maka bejana-bejana uap sebagai bejana dengan

sebutan sebagai berikut:

a. Bejana uap.

Page 105: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-15

b. Pengering uap.

c. Penguap.

d. Pemanas air.

Menurut operasinya dari bejana-bejana uap dapat dibagi menjadi 2 golongan

sebagai berikut: :

1. Sebagai bejana-bejana uap yang dalam operasinya dalam keadaan tertutup

dengan nama-nama sebagai berikut:

1) Revolving closed vessels; bejana-bejana tertutup yang berputar,

2) Autoclaves,

3) Digesters,

4) Distilling apparatus,

5) Hordening cylinders,

6) Kiers,

7) Rag and Straw Boilers,

8) Rendening Tanks,

9) Stationary Melter and Driers,

10) Vulcanisers and Devulcanisers.

2. Sebagai bejana-bejana uap yang pada operasinya dalam keadaan terbuka

1) Open Steam Jacketed kettles,

2) Open evaporating pans.

6.16 Perawatan Ketel Uap

Kita menyadari bahwa ketel uap dapat menimbulkan peledakan, korban manusia,

kerugian harta benda yang mana semua itu adalah merupakan malapetaka yang tidak

kita inginkan.

Dengan pengoperasian dan pelayanan yang baik, maka hal tersebut di atas dapat

dihindari atau memperkecil dengan mengusahakan perawatan terhadap akibat-akibat

beruk yang timbul pada ketel uapnya.

Usaha-usaha perawatan yang perlu dilakukan pada ketel uap adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembersihan dari sisi luar ketel uap terhadap adanya jelaha atau kerak

api yang menempel pada bagian dinding-dinding pipa api, lorong api, peti api dan

bagian lainnya yang dilalui api dan gas panas.

Page 106: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-16

2. Melakukan pembersihan dari sisi dalam ketel uap terhadap adanya endapan

lumpur, batu ketel serta adanya korosi yang terdapat pada dinding-dinding pipa,

lorong api, peti api dan bagian lainnya.

3. Pengolahan air pengisi ketel uap

Tujuan pengolahan air pengisi ketel uap adalah agar didapatkan suatu kwalitas air

yang memenuhi syarat sebagai air pengisi ketel uap. Pengolahan air ketel dimaksud

adalah dengan memberikan dosis obat-obatan ke dalam air pengisi ketel yang

bertujuan untuk mencegah timbulnya batu ketel korosi yang dapat membahayakan

dalam pemakaian ketel uap.

Selanjutnya pengolahan air ketel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Pengolahan di luar ketel (External Treatments)

Pengolahan ini dilakukan secara mekanis di luar ketel dengan memberikan obat-

obatan terhadap air sebelum air dimaksudkan ke dalam ketel uap.

Tujuan pengolahan ini adalah umpamanya:

Menghilangkan zat-zat padat.

Menghilangkan zat-zat yang larut dan dapat membahayakan ketel.

Menghilangkan gas-gas yang koratif, dan lain-lain.

Pengolahan di luar ketel (External Treatments)

Pengolahan ini dilakukan secara mekanis di luar ketel dengan memberikan obat-

obatan terhadap air sebelum air dimaksudkan ke dalam ketel uap.

2. Pengolahan di dalam ketel (Internal Treatments)

Pengolahan ini berupa pemberian (dosis) obat-obatan (chemicals) langsung ke

dalam ketel uap bersma-sama dengan dengan air pengisi ketel uap.

Sehingga reaksi-reaksi yang timbul dengan obat-obatan tadi terjadi di dalam ketel

uap pada suhu dan tekanan kerja ketel uap.

Tujuan pengolahan di dalam ketel adalah pengaturan (Kontrol) terhadap :

- Zat-zat padat

- Alkalitet

- Tidak ada gas – gas yang korasif terutama O2 dan CO2

- Menghindarkan timbulnya endapan yang dapat melihat dan mengeras pada

dingin berupa batu ketel

Page 107: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-17

- Membuat lapisan dinding ketel tahan terhadap korasi

3. Reparasi Ketel Uap

Reparasi adalah dimaksudkan suatu perbaikan atau penggantian dari bagian ketel

uap yang mengalami kerusakan akibat pemakaian atau kerusakan yang terjadi

pada waktu pengangkutan ketel dari suatu tempat ke tempat lain.

Adapun yang berkaitan dengan masalah reparasi antara lain dalam hal-hal sebagai

berikut :

- Penggantian pipa-pipa secara dirol dan dikral, dirol dan ditrompet

- Penggantian pipa-pipa secara di las

- Penggantian batang-batang tunjang

- Penggantian atau penambalan lorong api secara dilas

- Penggantian peti api secara dilas

- Penambalan badan akibat terjadi peledungan

- Penambalan secara las-lasan akibat adanya retakan pada bagian ketel uap dan

lain-lain.

Setelah terjadi kerusakan atau rencana penggantian dari bagian-bagian ketel yang

mengalami kerusakan, maka harus segera dilaporkan ke Kan. Depnaker setempat

untuk diadakan pemeriksaan.

Setelah dilaksanakan pemeriksaan oleh pegawai pengawas setempat, bahwa

sampai sejauh mana hasil pemeriksaan atas kerusakan tersebut, kemudian

dicantumkan langkah-langkah rencana reparasinya.

Suatu perencanaan melaksanakan reparasi ketel uap atau pesawat uap terlebih

dahulu mendapatkan pengesahan dari Depnaker Pusat.

Langkah-langkah untuk mendapatkan pengesahan atas gambar rencana reparasi

serta untuk pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

- Mengajukan gambar rencana reparasi selengkapnya, terdiri dari bagian yang

akan direparasi, ukuran, bentuk dalam keterangan lain secara jelas.

- Bahan yang akan digunakan (sertifikat bahan)

- Juru las yang telah memiliki sertifikat juru las ketel uap atau pesawat uang

(sesuai dengan klasifikasi juru las pesawat uap yang tercantun dalam PER.

MEN. No. : 02/MEN/1982)

Page 108: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-18

6.17 Sumber Bahaya Pada Pesawat Uap

1. Bila manometer tidak berfungsi dengan baik, atau bila tidak di kalibrasi dapat

menimbulkan peledakan si Operator tidak mengetahui tekanan yang sebenarnya

dalam boiler dan alat yang lain tidak berfungsi.

2. Bila safety valve tidak berfungsi dengan baik, karena karat atau sifat kepegasannya

tidak sesuai lagi maka untuk boiler bila tekanan lebih tidak dapat membuka secara

otomatis.

3. Bila gelas duga tidak berfungsi dengan baik dimana nozel-nozelnya atau pipa-

pipanya tersumbat karena karat, sehingga jumlah air tidak dapat terkontrol lagi.

4. Bila air pengisi ketel tidak memenuhi syarat, sehingga pada pipa air, pipa-pipa

dapat timbul secall di dalam atau diluar pipa sehingga terjadi pemanasan setempat,

hal ini bisa menimbulkan bengkak atau pecah akibat tidak dapat menstranfer

panas.

5. Bila boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall atau tidak sering

dikunci.

6. Terjadi pemanasan lebih karena kebutuhan produksi uap.

7. Tidak berfungsinya pompa air pengisi ketel, sumbat timah atau prof leleh.

8. Karena perubahan tidak sempurna atau rouster, nozer fuel tidak berfungsi dengan

baik.

9. Karena boilernya sudah tua sehingga materialnya tidak memenuhi syarat lagi.

10. Karena material boiler tersebut sudah mengalami perubahan tebal, atau terdapat

karat ataupun fiting-fiting.

11. Tidak teraturnya diadakan inspection sesuai dengan Peraturan Perundang-

undangan.

6.18 Pendidikan Dan Latihan

Sesuai dengan peraturan uap 1930, bahwa setiap pemakai pesawat uap harus

mengusahakam agar pesawat-pesawat uapnya dan segala sesuatu yang dianggap

termasuk didalamnya berada dalam keadaan pemeliharaan yang baik.

Maka untuk dapat terlaksana dengan baik dan aman dalam hal pemeliharaan ketel-

ketel uap perlu diadakan pendidikan dan Latihan terhadap operator-operator ketel uap,

juru-juru las untuk pesawat –pesawat uap :

Page 109: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6-19

1. Pendidikan operator ketel uap :

Operator ketel uap adalah seorang yang harus mempunyai kemampuan dalam

menjalankan serta memelihara ketel uap selama melakukan tugas.

Jadi untuk mendapatkan operator-operator yang mempunyai kemapuan, maka

kepada setiap orang yang akan bekerja sebagai operator ketel uap atau pesawat

uap terlebih dahulu harus menempuh pendidikan dan latihan.

Untuk dilaksanakan kursus operator ketel uap, selama ± 10 hari dengan mata

pelajaran khususnya yang berkaitan dengan masalah pesawat uap.

2. Pendidikan dan latihan juru luas.

Penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi adalah bukan merupakan tujuan

dari konstruksi itu sendiri tetapi, hanya sebagai sarana untuk mencapai ekonomi

pembuatan yang lebih baik.

Karena itu dalam perencanaan setiap konstruksi denga sambungan las, harus

direncanakan tentang, cara pengelasan, cara pemeriksaan bahan dan jenis las

yang kan dipergunakan prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk

pelaksanaan pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai

dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang

diperlukan dalam pelaksaan tersebut.

Karenaya pengalaman dalam praktek akan menunjung dalam hal menentukan

prosedur pengelasan ini karena sebenarnya di dalamnya banyak masalah-masalah

yang diatasi di mana pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan.

Dengan diadakannya pendidikan dan latihan juru las, maka hal ini akan bermanfaat

bagi para juru las, dalam meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan dalam

melakukan pekerjaan konstruksi dengan sambungan las, khususnya dalam hal ini

dibidang pengelasan ketel-ketel uap atau pesawat uap.

Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No:

02/Men/1982 telah diatur tentang kwalifikasi juru las di tempat kerja.

Berdasarkan hasil-hasil ujian dan penelitian, bagi peserta ujian las kepadanya

diberikan sertifikat juru las, sesuai dengan kemampuannya masing-masing yaitu

digolongkan atas:

a. Juru las kelas I (satu)

b. Juru Las II (dua)

c. Juru las III (tiga).

Page 110: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-1

BAB 7

PENERAPAN K3 YANG BERHUBUNGAN PEKERJAAN PERPIPAAN

7.1 Lingkup Pekerjaan Perpipaan

Lingkup pekerjaan perpipaan menyangkut seluruh kegiatan pekerjaan perpipaan yang

dimulai dari pemilihan bahan, peletakan khususnya pipa – pipa besar (heavy duty),

sistem sambungan dan pengetesan / pengujian,

Bagian – bagian pipa yang perlu mendapat perhatian pad lingkup pekerjaan perpipaan,

secara keseluruhan terdiri dari : Pipa (Tube), Fitting, Flens (Flange), Batang (bars),

Sheet & Strip.

Jenis pekerjaan perpipaan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan ternasuk

letak lokasinya, dapat berada di bawah / didalam tanah dfan air, berada di atas tanah

diantaranya saluran pipa seperti saluran pipa air, pipa minyak maupun pipa gas,

sedangkan yang ada diatas tanah / diudara umumnya tergantung pada dindung dan

concrete plat / slab seperti pipa air bertekanan untuk pemdaman api,

Dari jenis pekerjaan tersebut yang sangat menentukan dalam penanganan keselamatn

dan kesehatan kerja adalah metode kerja yang akan dilaksanakan dan peralatan yang

akan digunakan dalam pelaksanaan instalasi pipa, seperti pekerjaan penempatan,

pengangkatan, instalasi. Dan sistem penyambungan melaui pengelasan ataupun dengan

melalui sistem pengikatan dengan flens dan baut.

Lingkup pekerjaan K3 yang berhubungan dengan pekerjaan perpipaan disini lebih

difokuskan pada system pelaksanaan instalasi penyambungannya.

7.2 Instalasi Pekerjaan Perpipaan

1. Sistem Sambungan Las

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sistem sambungan dengan pengelasan :

a. Pekerja harus memakai APD sesuai dengan standar / persyaratan APD

pengelasan, diantaranya; Kaca mata alas, Masker las, pelindung dada, sarung

tangan kulit untuk pengelasan, sepatu keselamatan (safety shoes), dan selama

melaksanakan pekerjaan harus memakai pakaian kerja yakni baju lengan

panjang dan celana panjang.

Page 111: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-2

b. Petugas pengelasan harus mempunyai kompetensi dalam bidang pengelasan

sesuai dengan standar / spesifikasi yang ditentukan,

c. Prosedur dan metode kerja pengelasan harus sudah ditetapkan lebih dahulu

sebelum pekerjaan pengelasan dilaksanakan :

1) sebelum melakukan pekerjaan pengelasan pastikan tempat sekitar

pengelasan bersih dan bebas dari tumpahan minyak, olie, ataupun bahan

kimia cair lainnya,

2) Jangan sekali–kali menatap sinar yang menyilaukan dari pengelasan,

walaupun hanya beberapa detik, biasakan selalu gunakan kaca mat alas

standard,

3) Gunakan gagang las yang benar-benar masih baik dan kabel las yang

tersambung pada gagang las (electrode holder) harus benar-benar kuat tidak

mudah terlepas, jangan sampai sambungan / joint kabelnya mengeluarkan

bunga / percikan bunga api karena penyambungannya tidak benar/kurang

kuat,

4) Kabel masa las harus tersambung baik sebagaimana penjelasan butir 8. 2,

1.c diatas

5) Pekerjaan pengelasan harus dilakukan pada posisi dan arah yang benar.

d. Pengangkatan dan penurunan pipa – pipa harus memenuhi persyaratan –

persyaratan keamanan dan keselamatan, sebagaimana yang ditetapkan dalam

pesawat angkat dan angkut

e. Penumpukan material tidak boleh melebihi batas maksimum yang dijinkan ,

sesuai dengan batas- batasa keamanan dan keselamatan

f. Pemindahan, pergeseran material pipa khususnya pipa – pipa berdiameter besar

(heavy duty), harus menggunakan peralatan yang telah dijamin keamanan /

kelayakannya

2. Sistem sambungan menggunakan ikatan Flens & Baut

a. Pekerja harus memakai APD sesuai dengan standar / persyaratan penggunaan

APD

b. Pekerja pekerjaan perpipaan harus mempunyai kompetensi dalam bidang

pekerjaan pipa sesuai dengan klasifikasi dan spesifikasi pekerjaannya,

Page 112: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-3

c. Permukaan flens sebelum pelaksanaan penyambungan harus benar – benar

bersih dan rata untuk mencegah terjadinya kebocoran.

d. Sistim ikatan / sambungan dengan flens pengerasan kekuatan tanam bautnya

harus menggunakan kunci moment, khususnya untuk pekerjaan pipa - pipa

berdiameter besar

e. Sistem pengerasan / penguncian kekuatan baut harus memperhatikan

pembagian / distribusi tekanan akibat kekuatan baut tanamnya , untuk

menghindari terjadinya deformasi pada permukaan flens

7.3 Penggunaan Peralatan Pekerjaan Perpipaan

1. Jacking Pipe

Peralatan pendorong dan pemasang pipa (Jacking Pipe) yang digunakan pada

pekerjaan pipa berdiameter besar umumnya ditanam didalam tanah, dalam

pengerjaannya membutuhkan perhatian yang khusus bagi keselamatan pekerja dan,

lingkungan.

Umumnya pipa – pipa yang berdiameter besar digunakan untuk penyaluran air

ataupun minyak dan gas, karenanya dibutuhkan ke akuratan / presisian sambungan

yang tinggi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kebocoran yang membahayakan

bagi lingkungan setempat.

Jacking pipe bekerja berdasarkan tekanan hidraulis melalui saluran – saluran selang

(hose) dan pipa – pipa (tube), tekanan hidraulis jacking pipe diperoleh dari hasil kerja

mekanis motor listrik yang menggerakkkan motor hidraulis. Hasil tekanan hidraulis

mencapai sampai dengan

Pekerjaan instalasi pipa yang menggunakan sistem jacking dan dipasang didalam

tanah hingga kedalaman 1 s/d 3,5 meter membutuhkan perhatian dalam hal

keselamatan kerja, hal – hal yang harus diperhatikan diantaranya :

a. Kondisi kekuatan tanah ( rawan longsor atau tidak),

b. perkuatan – perkuatan dinding galian,

c. umur selang (hose) yang rawan terhadap kebocoran dan semprotan olie hidraulis

bertekanan,

d. Posisi ruangan penempatan jacking pipe yang sempit,

Page 113: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-4

e. teknik penurunan pipa yang menggunkan pesawat angkat termasuk teknik

penyambungannya

f. Bahaya radiasi pengetesan hasil – hasil pengelasan pipa yang menggunakan

sistem test / uji X-Ray atau radiography

g. Hidrostatic test pipa ataupun pneumatic test pada saat commissioning,

h. Bahaya – bahaya pergeseran pipa untuk posisi kelurusan pipa (alignment)

2. Peralatan angkat

a. Dalam menggunakan peralatan pengangkat beban, peralatan pengangkat harus

dipilih sesuai untuk proses pengangkatan beban yang berat secara manual.

b. Peralatan pengangkatan beban harus diperiksa kelayakannya dan digunakan

sesuai dengan aturan sesuai prosedur kerjanya, dan Peralatan pengangkat

harus dapat dipastikan telah secara berkala dipersiapkan pengujian kalayakan

untuk operasinya.

c. Batasan radius kerja, dan batas maksimum beban yang diijinkan untuk diangkat

(safe working load) dan petunjuk kerja harus ditetapkan dan dipatuhi oleh

pekerjanya.

d. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk melarang orang memasuki daerah

lintas keran jalan (traveling crance), ataupun berada dibawahnya untuk

menghindarkan kecelakaan karena terhimpit atau kejatuhan benda-benda

material yang diangkat

e. Pasang penghalang dan tanda dilarang masuk jika diperlukan, dan pastikan

daerah kerja cukup aman dari pekerjaan yang lainnya sebelum pengangkatan

beban

f. Jangan biarkan orang berdiri dibawah beban yang berada posisi miring.

g. Pesawat angkat yang digunakan harus dilengkapi sakelar pembatas beban untuk

menjamin agar pengangkatan beban tidak melebihi beban yang diangkat atau

yang dijinkan.

h. Semua bagian – bagian dari kerekan (winches) dari chain - block harus

dipastikan dapat menahan tekanan beban maksimum dengan aman dan tidak

merusak kabel atau tambang.

i. Penggunaan dongkrak untuk pengangkatan harus pada posisi yang aman

sehingga tidak memutar atau pindah tempat

j. Dongkrak harus dilengkapi dengan peralatan yang effektif untuk mencegah agar

tidak melebihi posisi maksimum ( over travel ).

Page 114: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-5

7.4 Sistem Pengujian Pipa Penguji Sistem

1. Persyaratan.

Pada setiap sistem instalasi pipa harus dipasang pipa penguji. Seperti halnya pada

pemasangan pipa springkle pipa penguji dipasang berukuran sekurang-kurangnya 25

mm.

Ujung pipa harus licin, tahan karat dan dapat mengalirkan air ekivalen / fluida penguji

ataupun dalam bentuk gas lainnya dengan satu kepala springkler tergantung dengan

ketentuan yang dipersyaratkan.

Pipa ini ditempatkan pada ujung pipa cabang terjauh, kecuali ditentukan lain.

Pipa penguji sistem ini harus disediakan pada tiap alat tanda bahaya dari tiap aliran

air / fluida lainnya tersebut

2. Alat tanda bahaya lebih dari Satu

Alat tanda bahaya aliran air / fluida disediakan pada setiap pencabangan horisontal

dari instalasi pipa - pipa tegak yang terbagi secara horisontal., hal ini untuk

mengetahui tingkat kebocoran sambungan pipa yang di uji. Ketentuan ini

disesuaikan dengan tingkat ketelitian yang dipersyaratkan

Contoh alat tanda bahaya dapat terlihat disetiap lantai pada gedung bertingkat

banyak dimana disediakan lebih dari satu alat tanda bahaya aliran air pada satu

system springkler,.

7.5 Perlindungan Perpipaan

1. Perlindungan pipa terhadap korosi

a. Pada tempat-tempat seperti tempat pengelantangan bahan, ruang pengecatan,

pengolahan alat metal, kandang hewan, tempat mengolahan kimia tertentu dan

tempat lain yang menghasilkan gas atau uap yang dapat menimbulkan korosi,

maka setiap jenis pipa, tabung, alat sambung dan penggantung harus diberi

lapisan pelindung.

b. Pipa baja yang yang dipasang terbuka terhadap udara harus di galvanis atau

dilindungi terhadap korosi.

c. Pipa baja yang ditanam dibawah tanah harus dilindungi terhadap korosi sebelum

ditanam.

Page 115: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-6

2. Perlindungan perpipaan bertekanan (air) terhadap gempa bumi

Untuk memperkecil atau mencegah pecahnya pipa karena gempa bumi, harus

dilindungi sebagai berikut:

a. Pada gedung yang tidak direncanakan tahan gempa, kopling fleksibel harus

dipasang dengan ketentuan:

1) 60 mm dibawah ujung atas dan diatas ujung bawah disetiap pipa tegak

kecuali ditentukan lain seperti pada c.

2) Pada bagian pipa yang menembus langit-langit disetiap lantau dalam gedung

bertingkat banyak.

3) Cukup 1(satu) buah pada pipa tegak yang berukuran 65 mm dengan panjang

1m atau pipa tegak yang berukuran lebih dari 65 mm dengan panjang sampai

2 m.

4) Pada tiap ujung tiap perpipaan antara dua gedung.

5) pada tiap sisi sambungan dilatasi gedung.

b. Khusus untuk gedung yang direncanakan tahan gempa bumi, kopling fleksibel

harus dipasang pada bagian gedung tempat keluar atau masuknya pipa.

c. Selubungan pipa harus dipasang pada semua bagian yang menembus dinding,

lantai bangunan gedung, platform dan pondasi dengan ketentuan:

1) Celah minimum antara pipa dengan selubung pipa sekurang-kurangnya

25mm untuk pipa berukuran 25 mm sampai 90 mm dan 50 mm untuk pipa

berukuran lebih besar atau sama dengan 100 mm.

2) Celah antara pipa dengan selubung pipa harus diisi dengan bahan elastik

yang tidak mudah terbakar seperti serat kaca atau bahan lain yang setaraf.

3) Selubung pipa pada lantai harus menonjol paling sedikit 80 mm diatas

permukaan lantai

d. Penahan ayun dari pipa untuk menghadapi pengaruh gempa bumi, bangunan

gedung.

1) pipa pemasukan dan pipa pembagi utama yang berukuran lebih besar atau

sama dengan 65 mm harus digantung dengan menggunakan penahan

ayunan dua arah, untuk melawan gaya tarik dan tekan yang ekivalen denga

50 % dari berat air dalam pipa.

2) bagian teratas dari pipa tegak harus diamankan terhadap goncangan dengan

menggunakan penahan ayun empat arah.

Page 116: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-7

3) apabila ditempat-tempat tertentu pada pipa cabang digunakan gantungan

jenis U, maka harus digunakan gantungan jenis U ujung melingkar.

4) penggunaan gantungan jenis U untuk menunjang suatu suste springkler telah

memenuhi sebagian besar persyaratan penahanan ayun, kecuali pada

umumnya gantungan memanjang seperti gambar 4.10.2.b dan 1.10.2.c. harus

juga digunakan untuk perpipaan berukuran lebih besar atau sama dengan 65

mm.

Dalam merencanakan penahan ayun, perbandingan kelangsingan I/r tidak

boleh melebihi 200 dengan pengertian “I” adalah jarak (dalam cm) antara

garis sumbu penahan dan “r” adalah ajri-jari inersia (dalam cm) yang terkecil.

e. Instalasi pipa yang ditanam di tanah atau didalam air, untuk mempertahankan

fleksibiltas terhadap gerakan horisontal dan vertikal, diberikan tahanan sesuai

dengan ketentuan yang dipersyaratkan misalnya di berikan kopling pada jarak

tertentu dari sambungan atau di ujung – ujung pencabangannya, baik diujung

pencabangan vertikal maupun horisontal

7.6 Pembuatan Daftar Simak

Setelah dilakukan identifikasi atau dikaji potensi bahaya setiap kegiatan dalam item

pekerjaan yang dituangkan dalam metode kerja, langkah selanjutnya dibuat suatu

daftar simak untuk “Penerapan Ketentuan K3” (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

yang dituangkan dalam format daftar simak sebagai berikut :

DAFTAR SIMAK POTENSI BAHAYA/ KECELAKAAN

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................

1. Nama Proyek : .......................................................................................

2. Lokasi Proyek : .......................................................................................

No. Uraian Kegiatan Potensi Bahaya/

Kecelakaan Kerja

Dibuat oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................

Diperiksa oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................

Diperiksa oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................

Page 117: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-8

DAFTAR SIMAK K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................

1. Nama Proyek : .......................................................................................

2. Lokasi Proyek : .......................................................................................

No. Uraian Ketentuan K3 Dilaksanakan

Ya Tidak

Dibuat oleh : ......................................................................................

Tanggal : ......................................................................................

Diperiksa oleh : ......................................................................................

Page 118: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-9

Bentuk lain Daftar Simak K3

DAFTAR SIMAK K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

JENIS PEKERJAAN : ..........................................................................................................

NAMA PROYEK : ..........................................................................................................

LOKASI PROYEK : ..........................................................................................................

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

Dibuat oleh : …………………………………………………………………

Tanggal : …………………………………………………………………

Diketahui Oleh : …………………………………………………………………

Page 119: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7-10

Bentuk lain Daftar Simak Potensi Bahaya/ Kecelakaan

DAFTAR SIMAK POTENSI KECELAKAAN/ BAHAYA

No. Keterangan A B C D E F G H Keterangan

1. Pengisian bahan

bakar A. Kebakaran

2. Pemeriksaan air

batere (accu)

B. Terkena uap air

batere (accu)

3. Pemeriksaan

minyak hidrolik C. Terkena air panas

4. Pemeriksaan air

pendingin

D. Terkena

semprotan minyak

5. Pemeriksaan

kondisi alat kendali, E. Jatuh terpeleset

6. Manouver di tanah

lembek

F. Terbenam di tanah

lembek

7. Mendorong dan

menimbun jurang G. Jatuh ke jurang

8. Naik / turun

tanjakan H. Terguling

9. Naik / turun Unit E. Jatuh terpeleset

Page 120: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

RANGKUMAN

Bab 1 :

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan

pekerja dan perlindungan perusahaan. Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan.

Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan. Jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja akan meningkatkan produktivitas pekerja dan meningkatkan produktivitas

perusahaan.

2. Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian yaitu alat

produksi, bahan produksi atau perlengkapan kerja, biaya pengobatan atau kompensasi

kepada pekerja yang cedera atau meninggal dunia, kerugian waktu kerja selama

produksi terganggu serta penurunan kualitas dan kuantitas hasil produksi.

3. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :

- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus.

- Alat-alat prodksi terlalu sempit, ruangan terlalu panas atau terlalu dingin

- Tidak tersedia alat-alat pengaman

- Kurang memperhatikan persyaratan/ prosedur kerja yang telah ditetapkan.

Bab 2 :

1. Yang perlu diperhatikan dalam operasi peralatan berat adalah keamanan dalam bekerja,

perlindungan keselamatan bagi pekerja dan terhadap sarana/ fasilitas dan prasarana

yang berkaitan dengan operasional peralatan di tempat kegiatan kerja.

2. Mengoperasikan peralatan berat konstruksi mengikut tahapan :

- Pastikan peralatan layak untuk dioperasikan dan siap pakai

- Laksanakan pengawasan secara terus menerus

- Laksanakan istirahat secara interval dan kontinu dalam setiap 4 jam operasi

- Kenali pengoperasian peralayan dengan beban kritis

- Pastikan bahwa peralatan berat dalam posisi aman pada saat ditinggalkan setelah

selesai operasi

3. Sebelum peralatan beroperasi

a. Peralatan dan sejenis peralatan angkat harus memiliki sertifikat layak pakai yang

berlaku

b. Izin kerja harus dimiliki

c. Lapran ramalan cuaca harus diperhatikan

d. Kondisi tanah harus diketahui dengan baik

Page 121: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

e. Plat baja perlu saat akan melintasi daerah pipa di dalamnya

f. Harus diadakan briefing antara berbagai pihak untuk mengatasi keadaan darurat

g. Periksa dengan benar apakah instalasi peralatan berat/ berdekatan daerah mudah

meledak atau korosif

4. Saat pengoperasian

a. Periksa benar gerak radius peralatan sebelum beroperasi

b. Hanya orang yang mendapat tugas yang boleh memberikan aba-aba operator

c. Operator tidak diijinkan meninggalkan tempat kerja, motor masih menyala atau beban

masih tergantung

d. Setiap beban yang diangkat memiliki/ tali pengontrol

e. Beban harus memiliki besaran berat yang tercantum dengan jelas

5. Setelah beroperasi :

a. Pastikan bahwa peralatan cukup dalam posisi aman

b. Manfaatkan waktu menganggur (idle time)

c. Melaporkan dan mencatat keadaan berindikasikan rawan kecelakaan

d. Periksa dengan benar apakah instalasi peralatan tidak berdekatan mudah meledak

atau korosif

e. Buat catatan penting identifikasi bahaya, rawan kecelakaan

Bab 3 :

1. Sumber dan potensi bahaya :

a. Kesalahan desain

b. Kesalahan pemasangan

Konstruksi tidak kuat/ tidak memenuhi syarat

c. Kesalahan pemakaian/ operasional

Penggunaan alat tidak sesuai dengan fungsinya

Safety device tidak digunakan sebagaimana mestinya

d. Kesalahan pemeliharaan/ perawatan

e. Tidak layak pakai (tidak pernaj diperiks dan diuji)

f. Daerah lingkungan kerja tidak aman/ tidak memenuhi syarat

g. Tenaga kerja yang melaksanakan tidak memahami baik cara dan sifat

penggunaannya atau tidak terampil.

2. Bagian yang paling berbahaya dari suatu alat pembawa/ pengantar barang adalah :

- Titik sentuh

- Titik jepit antara dua bagian yang bergerak

- Barang-barang yang jatuh dari alat pembawa/ pengantar barang

- Jatuh di tempat jalan dan panggung

Page 122: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

- Kejutan listrik

- Kebakaran

Bab 4 :

Potensi bahaya yang harus diperhatikan dalam pesawat tenaga dan mesin produksi adalah :

1. Sistem penggerak dan pemindahan tenaga

a. Susunan sistem pemindah tenaga

b. Pemindah tenaga gerak (power train pada pesawat angkat jenis mobil boom)

c. Sistem penggerak langsung kendali bertenaga

d. Sistem tenaga hidrolik penuh

e. Sistem kendali bertingkat

2. Hal-hal berkaitan dengan listrik

Ruang kerja listrik

Instalasi lampu

Identifikasi penghantar warna

Penggunaan kabelnya

Penggnaan kabel NYM

Nomen klatur kabel

Bab 5 :

Potensi bahaya yang harus diperhatikan dalam pekerjan mekanikal dan elektrikal adalah :

1. Kecelakaan dan kebakaran akibat listrik :

a. Mengalirnya arus listrik pada tubuh manusia

b. Hubungan singkat (hubungan pendek)

c. Beban berlebihan

2. Usaha pencegahan bahaya listrik

a. Pengamanan terhadap :

1. Bahaya sentuh langsung

2. Bahaya sentuh langsung

b. Pencegahan terhadap kebakaran karena listrik

c. Pelayanan dan pemeliharaan instalasi secara teratur

3. Cara membebaskan penderita dan aliran listrik :

a. Memutuskan hubungan dengan cara yang tepat

b. Penolong harus mengamankan diri

Page 123: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Bab 6 :

1. Kecelakaan karena peledakan bejana bertekanan umumnya fatal.

Untuk pengaman, langkah utama/ pertama : perencanaan/ perhitungan matang sesuai

kebutuhan.

2. Tingkat pengamanan bejana tekanan

Tingkat pengaman dengan pegas

Tingkat pengamanan dengan beban

Tujuannya : untuk melepaskan tekanan

3. Pengendalian ketel uap dan bejana uap

a. Syarat ketel uap

- Hemat dalam pemakaian bahan bakar

- Berat ketel dan pemakaian

- Memenuhi syarat K3

4. Perawatan ketel uap

Meledaknya ketel uap menimbulkan malapetaka, maka

Pengoperasiannya dan pelayanannya baik

Perawatan dilakukan secara rutin sesuai pedoman

Bab 7 :

1. Pekerjaan perpipaan :

Instalasi pipa yang ditanam dalam tanah perlu perhatian K3 nya :

a. Kondisi kekuatan tanah dukung

b. Perkuatan dinding galian

c. Umur selang yang rawan kebocoran

d. Posisi ruangan penempatan jacking pipe

e. Teknik penurunan pipa termasuk penyambungan

f. Bahaya radiasi pengetesan hasil

g. Hidrostatic/ pneumatik test

h. Bahaya-bahaya pergeseran pipa untuk kelurusan

2. Secara umum pekerjan perpipaan yang perla perhatian K3 nya :

Instalasi pekerjaan perpipaan

Penggunaan peralatan instalasi

Sistem pengujian

Perlindungan perpipaan

Perlindungan perpipaan bertekanan terhadap gempa bumi

Page 124: PELATIHAN AHLI K3 KONSTRUKSI - sibima.pu.go.idsibima.pu.go.id/pluginfile.php/32432/mod_resource/content/1/2005-08... · cse – 08 = penerapan k3 dalam pengoperasian peralatan pelatihan

Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 1 thn 1970, tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang No. 3 tahun 1992, tentang : Jaminan Sosial Tenaga Kerja

3. Undang-undang No. 18 tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi

4. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

5. Peraturan Pemerintah (PP) no. 14 tahun 1993, tentang : Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

6. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang : Penyakit yang timbul karena

Hubungan kerja.

7. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada

Konstruksi Bangunan

8. PERMENAKER No. : Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut

9. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum

No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada Tempat

Kegiatan Konstruksi

10. PERMENAKER No. : PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

11. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555/K/26MPE/1995 tanggal 22 Mei

1995 tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.

12. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety Management Systems

13. Sugiri : Penambangan Batu dari Gunung, Proyek Diklat Bina Marga Ditjend Bina Marga

Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1976

14. Departemen Tenaga Kerja, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Pengawasan Ketenagakerjaan Training Material Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Mekanik 1996/1997.

15. R.L Peurifoy Construction Planning Equipment and Method International Student Edition,

1979.

16. The American Society of Mechanical Engineers Floating Cranes and Floating Derricks-

ANSI/ASME B30.8-1982.

17. PT. United Tractor, Bahan Training Sistem Pemindah Mekanis

18. Anas Zaini Z. Iksan, Bahan-bahan Pelatihan Ahli K3 Pesawat Angkat dan Angkut, 2004.