Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan KOMPAS/INGKI RINALDI Sebuah bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diduga merupakan salah satu candi pemujaan yang berasal dari abad ke-13 ditemukan di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi yang ditemukan Pairin (68), salah seorang warga sekitar, pada Selasa (28/10) itu rencananya akan diekskavasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim. / RABU, 19 NOVEMBER 2008 | 14:07 WIB Laporan wartawan Kompas Alb. Hendriyo Widi Ismanto BLORA, KOMPAS - Balai Arkeologi atau Balar Yogyakarta yang mengeksplorasi situs- situs di Pegunungan Kendeng Selatan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menemukan pelataran persembahan yang diperkirakan berasal dari zaman akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Lokasi penemuan itu berada di Dukuh Nglaren, Desa Sentono, Kecamatan Kradenan. Pelataran itu berada di bukit karst (kapur) di atas belokan Sungai Bengawan Solo. Di sekitar pelataran itu terdapat tumpukan batu bata dan sejumlah batu andesit yang berserak. Arkeolog Balar Yogyakarta, Gunadi, Rabu (19/11) di Blora, mengatakan Balar baru menggali sebagian pelataran itu dan menemukan tumpukan batu yang membentuk anak tangga. Batu itu terdiri dari batu andesit atau batu gunung berapi dan bata yang besarnya sekitar satu setengah kali besar batu bata biasa. "Batu-batu itu disusun di atas lantai batu karst yang sudah diratakan," kata dia. Gunadi mengemukakan perpaduan tiga batu itu menunjukkan semakin pesatnya peradaban dan pencampuran budaya Hindu-Buddha. Perpaduan batu itu menunjukkan juga pengaruh kerajaan yang mendirikan pelataran itu sangat luas. Pengaruh itu tampak dari penggunaan batu andesit yang tidak mungkin berasal dan didapat di Blora, melainkan diimpor dari daerah yang ada gunung apinya. Hal itu mengingat daerah Blora merupakan daerah karst.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan
KOMPAS/INGKI RINALDISebuah bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diduga merupakan salah satu candi pemujaan yang berasal dari abad ke-13 ditemukan di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi yang ditemukan Pairin (68), salah seorang warga sekitar, pada Selasa (28/10) itu rencananya akan diekskavasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim.
Kawasan Trowulan Rusak 6,2 Hektar Per Tahun untuk Pembuatan Bata
KOMPAS/INGKI RINALDI / Kompas ImagesSebuah bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diduga merupakan salah satu candi pemujaan yang berasal dari abad ke-13 ditemukan di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi yang ditemukan Pairin (68), salah seorang warga sekitar, pada Selasa (28/10) itu rencananya akan diekskavasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim.
/SELASA, 4 NOVEMBER 2008 | 20:30 WIB
MOJOKERTO, SELASA--Pemerintah membangun Taman Majapahit di Trowulan, Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur, dengan mengembangkan Pusat Informasi Majapahit yang saat ini sudah ada. Pembangunan
Taman Majapahit ini, antara lain, untuk menyelamatkan situs serta benda-benda cagar budaya dari
kerusakan.
Pada tahap pertama, pembangunan Taman Majapahit diharapkan selesai pada 2009, termasuk
menentukan batas-batas kawasan. Adapun rencana jangka menengah hingga 2010 adalah penyusunan
skema pendanaan kemitraan dan proposal investasi serta penataan dan pengembangan kawasan perajin di
Trowulan.
Demikian dikatakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik di sela-sela peletakan batu pertama
pembangunan Taman Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (3/11).
Menurut Menteri, karena keterbatasan dana, pemerintah tidak bisa menyelamatkan seluruh peninggalan
Kerajaan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, yang berada dalam areal seluas 11 kilometer x 9
kilometer. Yang bisa dilakukan pemerintah saat ini adalah melakukan penyelamatan secara perlahan dan
bertahap terhadap situs-situs sejarah yang sudah ditemukan.
Namun, upaya itu harus berhadapan dengan kecepatan laju perusakan lahan di situs Trowulan oleh industri
pembuatan batu bata rakyat. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Puslitbang Budpar), tak kurang dari 6,2 hektar lahan di situs
Trowulan rusak setiap tahun. Namun, pemerintah sulit menghentikan karena berkaitan dengan sumber
Menteri Jero Wacik bersama Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Hari Untoro Dradjat, Senin kemarin,
menyempatkan diri mengunjungi lokasi penemuan candi tempat pemujaan semasa Kerajaan Majapahit di
Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur I Made Kusumajawa mengatakan, candi
tersebut diduga sebuah candi pemujaan peninggalan Kerajaan Majapahit dari abad ke-13. (NAL/INK)
Sumber : Kompas Cetak
Peninggalan Majapahit Tak Bisa Seluruhnya Selamat
KOMPAS/YURNALDIGapura Bajangratu di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
/
Artikel Terkait: Jero Wacik: Presiden Restui Pembangunan Taman Majapahit Kota Majapahit Dibangun dengan Sistem Jaringan Air Trowulan, Laboratorium Arkeologi Paling Lengkap Belasan Wartawan Kunjungi Situs Majapahit
SENIN, 3 NOVEMBER 2008 | 19:06 WIB
TROWULAN, SENIN - Pemerintah Indonesia tidak bisa menyelamatkan seluruh peninggalan Kerajaan
Majapahit di Situs Trowulan, Mojokerto yang berada dalam luasan sekitar 11 x 9 kilometer persegi. Hal itu
dikemukakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, di sela-sela peletakan batu pertama
pembangunan Taman Majapahit di lahan Pusat Informasi Majapahit, Trowulan, Mojokerto, Senin (3/11).
"Karena kalau kita bebaskan semua (lahannya) tidak ada uangnya," ujar Jero.
Untuk itulah Pusat Informasi Majaphit akan dikembangkan dengan pembangunan Taman Majapahit pada
tahap pertama. Diharapkan pembangunan yang akan selesai seutuhnya pada 2009 itu mencapai tujuan
jangka pendek diantaranya penyusunan master plan pemanfaatan Taman Majapahit dan menentukan batas
sejarah tentang kota, perdagangan, dan sebagainya." katanya, Minggu (2/11) di Cagar Budaya Wringin
Lawang, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.
Hari menjelaskan, di Trowulan karena sangat banyak benda-benda dan bangunan candi peninggalan
Kerajaan Majapahit, maka Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Senin (3/11) akan meletakkan
batu pertama pembangunan Taman dan Pusat Informasi Majapahit. Menurut Dirjen Hari Untoro Dradjat,
Majapahit tidak hanya sekadar jadi bahan kajian para arkeolog, tetapi juga informasi yang amat berguna
bagi masyarakat umum, dan sebagai tujuan wisata yang menarik.
Tinggalan Kerajaan Majapahit sangat banyak, baik keramik, logam, bangunan, dan segala macam. Benda
Cagar Budaya Wringin Lawang, misalnya, ini merupakan gerbang kota Majapahit.
"Tepat di tengah gerbang, pada saat bulan purnama di bulan Mei dan Juni setiap tahun, bulan terlihat indah
sekali. Karena itu dinamakan kawasan Trowulan, yang artinya terang bulan," papar Hari. Dari aspek
pelestarian, tinggalan budaya di wilayah Trowulan ini merupakan salah satu upaya pelestarian kota kuno
masa klasik yang dimiliki Indonesia.
Yurnaldi
Trowulan, Laboratorium Arkeologi Paling Lengkap
KOMPAS/INGKI RINALDISeorang peneliti membersihkan bagian bangunan berupa kanal air peninggalan Kerajaan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (6/8). Selain kanal air, ditemukan pula sumur dan sejumlah artefak, seperti pecahan tembikar, logam, dan batu bata dalam ukuran berbeda-beda.
/MINGGU, 2 NOVEMBER 2008 | 14:33 WIB
Laporan wartawan Kompas Yurnaldi
TROWULAN, MINGGU -- Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, akhir-akhir ini menjadi
subyek penelitian menarik para arkeolog. Para arkeolog dan mahasiswa arkeologi dari Universitas
Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Udayana, dan Universitas Gadjah Mada membentuk tim
terpadu beranggotakan 100 orang untuk meneliti situs itu.
Arkeolog dan peneliti dari Universitas Indonesia Heriyanti Hari Oentoro Dradjat mengatakan, dari penelitian
selama satu bulan, diperkirakan Trowulan adalah pusat Kerajaan Majapahit. Sementara situs Kedaton
diasumsikan sebagai Keraton Kerajaan Majapahit. Ditemukan banyak artefak di sana. "Berdasar penggalian
10 hari lalu diperoleh gambaran, di seputar Kedaton ditemukan banyak artefak. Hasil penelitian akan
dipublikasikan Desember mendatang, karena saat ini masih dalam pengolahan. Analisisnya masih perlu
waktu," kata Heriyanti.
Menurut Heriyanti, Trowulan merupakan bukti otentik kerajaan Hindu-Budha yang merupakan suatu kota.
Dengan demikian, Trowulan merupakan laboratorium arkeologi yang paling lengkap.
Sedangkan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Timur I Made Kusumajaya
mengatakan, luas Kota Majapahit semula diperkirakan 4 x 5 km persegi, namun penelitian oleh Nurhadi
Rangkuti mendapati luas Kota Majapahit ternyata 9 x 11 km persegi. "Di luar batas sakral itu masik banyak
ditemukan sisa-sisa aktivitas manusia masa lalu. Setiap jengkal banyak ditemukan peninggalan seperti
tembikar, keramik, dan uang yang berlaku di era Majapahit," jelasnya.
Terakhir, lanjutnya, ditemukan sebuah kaki candi. Ini sangat istimewa, karena kaki candinya berukir dan
terbuat dari bata dengan teknik pembakaran yang luar biasa. "Bata-bata yang digunakan untuk membangun
candi-candi di Kerajaan Majapahit sampai sekarang masih kuat, padahal dulu belum ada semen," katanya.
Dengan banyaknya ditemukan artefak dari China, Jepang, dan Thailand, suatu bukti bahwa Kerajaan
Majapahit memiliki hubungan dagang dengan ketiga negara itu yang berjalan baik.
Yurnaldi
Lokasi Kedaton Majapahit Dicari di Situs Trowulan/
Seorang peneliti membersihkan bagian bangunan berupa kanal air peninggalan Kerajaan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (6/8). Selain kanal air, ditemukan pula sumur dan sejumlah artefak, seperti pecahan tembikar, logam, dan batu bata dalam ukuran berbeda-beda.
/KAMIS, 11 SEPTEMBER 2008 | 21:00 WIB
KEDIRI, KAMIS--Para peneliti sampai sekarang masih kesulitan untuk menemukan lokasi keberadaan
Istana Kerajaan Majapahit. "Penelitian yang dilakukan oleh empat perguruan tinggi kemarin, hanya
menemukan pusat kota dan pusat sakral zaman Majapahit. Kalau istana kerajaannya belum ditemukan,"
kata Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, I Made Kusumajaya di Kediri, Kamis.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pusat kota yang ditemukan para peneliti dari Universitas Hasanuddin (Unhas)
Makassar, Universitas Udayana (Unud) Denpasar, Universitas Indonesia (UI) Jakarta, dan Universitas
Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu, adanya sebuah wilayah seluas 4 x 5 kilometer di Desa Segaran,
Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Selain itu, juga ditemukan kawasan seluas 11 x 9 kilometer yang dianggap sebagai pusat sakral oleh
masyarakat di zaman Majapahit dulu.
Dalam penelitian tersebut, empat perguruan tinggi negeri terkemuka itu juga berhasil menemukan sebuah
batu kuno setebal 80 sentimeter, yang dianggap sebagai pagar bangunan pada zaman Majapahit di bawah
kekuasaan Raja Hayam Wuruk. "Memang istana Kerajaan Majapahit itu diperkirakan ada di sekitar
Segaran, tetapi kami belum bisa memastikannya, karena belum ditemukan adanya istana di situ," katanya
menambahkan.
Made menilai, adanya keunikan tersendiri mengenai lokasi Kerajaan Majapahit di bawah Hayam Wuruk
yang membangun pusat kerajaan di sekitar kawasan Trowulan itu. "Kalau kami teliti lebih jauh, ternyata itu
bagian dari strategi yang diterapkan Hayam Wuruk agar tidak mudah diserang oleh musuh, karena biasanya
pusat kerajaan di zaman dulu itu selalu berada di kawasan pantai yang memudahkan musuh menyerang
dengan armada lautnya," katanya.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh empat perguruan tinggi itu, sampai sekarang baru mencapai
sekitar 20 persen. Menurut Made, penelitian sekarang ini difokuskan pada perilaku masyarakat Majapahit.
"Para peneliti membandingkan perilaku masyarakat Majapahit itu dengan perilaku masyarakat Bali, karena
memang ada kemiripan," katanya. (ANT)
JY
Istana Majapahit Belum Ditemukan
KOMPAS/INGKI RINALDISeorang peneliti membersihkan bagian bangunan berupa kanal air peninggalan Kerajaan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (6/8). Selain kanal air, ditemukan pula sumur dan sejumlah artefak, seperti pecahan tembikar, logam, dan batu bata dalam ukuran berbeda-beda.
/KAMIS, 11 SEPTEMBER 2008 | 09:52 WIB
KEDIRI, KAMIS — Para peneliti sampai sekarang masih kesulitan menemukan lokasi keberadaan istana
Kerajaan Majapahit. "Penelitian yang dilakukan oleh empat perguruan tinggi kemarin hanya menemukan
pusat kota dan pusat sakral zaman Majapahit. Kalau istana kerajaannya belum ditemukan," kata Kepala
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan I Made Kusumajaya di Kediri, Kamis (11/9).
Lebih lanjut dia menjelaskan, pusat kota yang ditemukan tim peneliti dari Universitas Hasanuddin (Unhas),
Universitas Udayana (Unud), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Gajah Mada (UGM) itu adalah
sebuah wilayah seluas 4 x 5 kilometer di Desa Segaran, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Selain
itu, juga ditemukan kawasan seluas 11 x 9 kilometer yang dianggap sebagai pusat kegiatan sakral
masyarakat di zaman Majapahit dulu.
Dalam penelitian tersebut, empat perguruan tinggi negeri terkemuka itu juga berhasil menemukan sebuah
batu kuno setebal 80 sentimeter yang diduga merupakan pagar bangunan zaman Majapahit saat diperintah
Raja Hayam Wuruk. "Memang istana Kerajaan Majapahit itu diperkirakan ada di sekitar Segaran, tetapi
kami belum bisa memastikannya karena belum ditemukan adanya (sisa-sisa) istana di situ," katanya
menambahkan.
Made menilai, ada keunikan terkait alasan Majapahit membangun lokasi kerajaannya di sekitar kawasan