Top Banner
Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan KOMPAS/INGKI RINALDI Sebuah bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diduga merupakan salah satu candi pemujaan yang berasal dari abad ke-13 ditemukan di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi yang ditemukan Pairin (68), salah seorang warga sekitar, pada Selasa (28/10) itu rencananya akan diekskavasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim. / RABU, 19 NOVEMBER 2008 | 14:07 WIB Laporan wartawan Kompas Alb. Hendriyo Widi Ismanto BLORA, KOMPAS - Balai Arkeologi atau Balar Yogyakarta yang mengeksplorasi situs- situs di Pegunungan Kendeng Selatan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menemukan pelataran persembahan yang diperkirakan berasal dari zaman akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Lokasi penemuan itu berada di Dukuh Nglaren, Desa Sentono, Kecamatan Kradenan. Pelataran itu berada di bukit karst (kapur) di atas belokan Sungai Bengawan Solo. Di sekitar pelataran itu terdapat tumpukan batu bata dan sejumlah batu andesit yang berserak. Arkeolog Balar Yogyakarta, Gunadi, Rabu (19/11) di Blora, mengatakan Balar baru menggali sebagian pelataran itu dan menemukan tumpukan batu yang membentuk anak tangga. Batu itu terdiri dari batu andesit atau batu gunung berapi dan bata yang besarnya sekitar satu setengah kali besar batu bata biasa. "Batu-batu itu disusun di atas lantai batu karst yang sudah diratakan," kata dia. Gunadi mengemukakan perpaduan tiga batu itu menunjukkan semakin pesatnya peradaban dan pencampuran budaya Hindu-Buddha. Perpaduan batu itu menunjukkan juga pengaruh kerajaan yang mendirikan pelataran itu sangat luas. Pengaruh itu tampak dari penggunaan batu andesit yang tidak mungkin berasal dan didapat di Blora, melainkan diimpor dari daerah yang ada gunung apinya. Hal itu mengingat daerah Blora merupakan daerah karst.
17

Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Apr 24, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

KOMPAS/INGKI RINALDISebuah bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diduga merupakan salah satu candi pemujaan yang berasal dari abad ke-13 ditemukan di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi yang ditemukan Pairin (68), salah seorang warga sekitar, pada Selasa (28/10) itu rencananya akan diekskavasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim.

/RABU, 19 NOVEMBER 2008 | 14:07 WIB

Laporan wartawan Kompas Alb. Hendriyo Widi Ismanto

BLORA, KOMPAS - Balai Arkeologi atau Balar Yogyakarta yang mengeksplorasi situs-situs di Pegunungan

Kendeng Selatan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menemukan pelataran persembahan yang

diperkirakan berasal dari zaman akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Lokasi penemuan itu berada di Dukuh

Nglaren, Desa Sentono, Kecamatan Kradenan.

Pelataran itu berada di bukit karst (kapur) di atas belokan Sungai Bengawan Solo. Di sekitar pelataran itu

terdapat tumpukan batu bata dan sejumlah batu andesit yang berserak. Arkeolog Balar Yogyakarta, Gunadi,

Rabu (19/11) di Blora, mengatakan Balar baru menggali sebagian pelataran itu dan menemukan tumpukan

batu yang membentuk anak tangga. Batu itu terdiri dari batu andesit atau batu gunung berapi dan bata yang

besarnya sekitar satu setengah kali besar batu bata biasa. "Batu-batu itu disusun di atas lantai batu karst

yang sudah diratakan," kata dia.

Gunadi mengemukakan perpaduan tiga batu itu menunjukkan semakin pesatnya peradaban dan

pencampuran budaya Hindu-Buddha. Perpaduan batu itu menunjukkan juga pengaruh kerajaan yang

mendirikan pelataran itu sangat luas. Pengaruh itu tampak dari penggunaan batu andesit yang tidak

mungkin berasal dan didapat di Blora, melainkan diimpor dari daerah yang ada gunung apinya. Hal itu

mengingat daerah Blora merupakan daerah karst.

"Kami masih akan melanjutkan penelitian dan penggalian lagi. Selain itu, kami akan menggandeng sejumlah

ahli lain untuk menentukan tahun dan zaman asal bangunan itu," kata dia.

Alb. Hendriyo Widi Ismanto 

Taman Majapahit Dibangun di Trowulan

Page 2: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Kawasan Trowulan Rusak 6,2 Hektar Per Tahun untuk Pembuatan Bata

KOMPAS/INGKI RINALDI / Kompas ImagesSebuah bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diduga merupakan salah satu candi pemujaan yang berasal dari abad ke-13 ditemukan di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi yang ditemukan Pairin (68), salah seorang warga sekitar, pada Selasa (28/10) itu rencananya akan diekskavasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim.

/SELASA, 4 NOVEMBER 2008 | 20:30 WIB

MOJOKERTO, SELASA--Pemerintah membangun Taman Majapahit di Trowulan, Kabupaten Mojokerto,

Jawa Timur, dengan mengembangkan Pusat Informasi Majapahit yang saat ini sudah ada. Pembangunan

Taman Majapahit ini, antara lain, untuk menyelamatkan situs serta benda-benda cagar budaya dari

kerusakan.

Pada tahap pertama, pembangunan Taman Majapahit diharapkan selesai pada 2009, termasuk

menentukan batas-batas kawasan. Adapun rencana jangka menengah hingga 2010 adalah penyusunan

skema pendanaan kemitraan dan proposal investasi serta penataan dan pengembangan kawasan perajin di

Trowulan.

Demikian dikatakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik di sela-sela peletakan batu pertama

pembangunan Taman Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (3/11).

Menurut Menteri, karena keterbatasan dana, pemerintah tidak bisa menyelamatkan seluruh peninggalan

Kerajaan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, yang berada dalam areal seluas 11 kilometer x 9

kilometer. Yang bisa dilakukan pemerintah saat ini adalah melakukan penyelamatan secara perlahan dan

bertahap terhadap situs-situs sejarah yang sudah ditemukan.

Namun, upaya itu harus berhadapan dengan kecepatan laju perusakan lahan di situs Trowulan oleh industri

pembuatan batu bata rakyat. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Puslitbang Budpar), tak kurang dari 6,2 hektar lahan di situs

Trowulan rusak setiap tahun. Namun, pemerintah sulit menghentikan karena berkaitan dengan sumber

ekonomi masyarakat.

Candi temuan baru

Page 3: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Menteri Jero Wacik bersama Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Hari Untoro Dradjat, Senin kemarin,

menyempatkan diri mengunjungi lokasi penemuan candi tempat pemujaan semasa Kerajaan Majapahit di

Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur I Made Kusumajawa mengatakan, candi

tersebut diduga sebuah candi pemujaan peninggalan Kerajaan Majapahit dari abad ke-13. (NAL/INK)

Sumber : Kompas Cetak

Peninggalan Majapahit Tak Bisa Seluruhnya Selamat

KOMPAS/YURNALDIGapura Bajangratu di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

/

Artikel Terkait: Jero Wacik: Presiden Restui Pembangunan Taman Majapahit Kota Majapahit Dibangun dengan Sistem Jaringan Air Trowulan, Laboratorium Arkeologi Paling Lengkap Belasan Wartawan Kunjungi Situs Majapahit

SENIN, 3 NOVEMBER 2008 | 19:06 WIB

TROWULAN, SENIN - Pemerintah Indonesia tidak bisa menyelamatkan seluruh peninggalan Kerajaan

Majapahit di Situs Trowulan, Mojokerto yang berada dalam luasan sekitar 11 x 9 kilometer persegi. Hal itu

dikemukakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, di sela-sela peletakan batu pertama

pembangunan Taman Majapahit di lahan Pusat Informasi Majapahit, Trowulan, Mojokerto, Senin (3/11).  

"Karena kalau kita bebaskan semua (lahannya) tidak ada uangnya," ujar Jero.

Untuk itulah Pusat Informasi Majaphit akan dikembangkan dengan pembangunan Taman Majapahit pada

tahap pertama. Diharapkan pembangunan yang akan selesai seutuhnya pada 2009 itu mencapai tujuan

jangka pendek diantaranya penyusunan master plan pemanfaatan Taman Majapahit dan menentukan batas

batas kawasan.

Page 4: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Sementara rencana jangka menengah hingga 2010 adalah penyusunan skema pendanaan kemitraan dan

proposal investasi serta penataan dan pengembangan kawasan perajin di Trowulan. Direktur Peninggalan

Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Suroso, menyebutkan untuk tahap pertama

pembangunan itu akan dikucurkan dana Rp 3 miliar.   

Kota Majapahit Dibangun dengan Sistem Jaringan Air

KOMPAS/YURNALDICandi Brahu, salah satu situs Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, yang telah selesai dipugar.

/SENIN, 3 NOVEMBER 2008 | 15:38 WIB

TROWULAN, SENIN - Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Hari Untoro Dradjat mengatakan, bahwa keberadaan Trowulan dan dihubungkan dengan Kerajaan

Majapahit sudah lama jadi subyek penelitian.

Bahkan, awal abad 19 seorang Belanda bernama Wardenaar diutus Gubernur Jenderal Stamford Raffles

untuk mencatat potensi kepurbakalaan. Pada tahun 1985 penelitian yang lebih intensif tentang Trowulan

dilakukan dengan metoda penginderaan jarak jauh dan hasilnya menakjubkan dengan interpretasi bahwa

kota Majapahit dibangun dengan sistem jaringan air yang saling berhubungan.

"Sistem jaringan air ini dalam kajian arkeologi adalah merupakan model pertahanan yang lazim digunakan

oleh kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tenggara, seperti Sukothai dan Kamboja. Dengan penelitian ini terbukti

bahwa Trowulan adalah bekas Kota Majapahit adalah sangat kuat dan sudah memiliki hubungan erat

dengan berbagai negara," kata Hari Untoro Dradjat, Senin (3/11).

Menurut Hari, temuan di Trowulan terdiri atas candi, kanal, kolam segaran, keramik, logam, mata uang dan

lain-lainnya tersebar sangat luas dalam kota Kerajaan Majapahit yang berukuran 9 x 11 km persegi. Melihat

pentingnya situs Kota Majapahit ini maka Pemerintah telah membuat master plan sebagai dasar pelestarian

dan pemanfaatannya. Sejumlah situs sudah dilakukan pemugaran, seperti Candi Tikus, Candi Bajangratu,

Candi Brahu, Candi Gentong, dan Candi Wringin Lawang, serta Kolam Segaran.

Page 5: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Trowulan sebagai bekas Kota Majapahit, jelas Dirjen Sejarah dan Purbakala itu, dalam pengembangan dan

pemanfaatannya ke depan perlu didukung dengan adanya Taman Majapahit, yang berfungsi sebagai

sentral yang menghubungkan jaringan situs-situs yang ada di trowulan. Di samping itu juga berfungsi

sebagai laboratorium untuk kepentingan penelitian kebudayaan Majapahit.

Pembangunan Taman Majapahit yang peletakan batu pertamanya oleh Menbudpar Jero Wacik, Senin

(3/11) diharapkan dapat memberikan penjelasan secara lengkap dan memuaskan kepada masyarakat

mengenai arti penting dari peninggalan Majapahit.

"Dalam pengembangan ke depan kita perlu dukungan dari berbagai pihak, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, CSR dan masyarakat luas," jelasnya.

Yurnaldi 

Gapura Bajangratu, Pintu Masuk Bangunan Suci di Zaman Majapahit

KOMPAS/YURNALDIGapura Bajangratu di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

/MINGGU, 2 NOVEMBER 2008 | 23:16 WIB

 

TROWULAN, MINGGU -Peradaban Majapahit bukanlah sebuah legenda. Sosoknya ditopang oleh bukti-

bukti arkeologis yang tertinggal dari zamannya. Setiap peninggalan kebesaran Majapahit mengandung nilai

historis dan ilmu pengetahuan.

Untuk membuktikan itu, belasan wartawan dari media massa nasional di Jakarta, Minggu (2/11) diundang

mengunjungi Gapura Bajangratu di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi

Jawa Timur.

Page 6: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Peneliti dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Timur, Aris Soviyani mengatakan, situs

Gapura Bajangratu fungsinya diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati

wafatnya Raja Jayanegara, yang dalam Negarakertagama disebut kembali ke dunia Wisnu 1328 Saka.

"Dugaan ini didukung oleh adanya relief Sri Tanjung dan Sayap Garuda yang mempunyai arti sebagai

lambang pelepasan. Masa pendirian Gapura ini tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan relief

Ramayana, relief binatang bertelinga panjang, dan relief naga, diperkirakan gapura Bajangratu berasal dari

abad XIII sampai XIV," katanya.

Denah bangunan gapura berbentuk segi empat berukuran 11,5 meter x 10,5 meter, tinggi 16,5 meter dan

lebar lorong pintu masuk 1,40 meter. Secara vertikal, Gapura Bajangratu terdiri dari kaki, tubuh, dan atap.

Selain itu gapura punya sayap dan pagar tembok di kedua sisinya. Pada kaki gapura terdapat hiasan panil

yang menggambarkan cerita Sri Tanjung. Menurut Aris, sejak didirikan, gapura ini belum pernah dipugar,

kecuali usaha-usaha konsolidasi yang dilakukan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915. Pada tahun

1989, Gapuran Bajangratu mulai dipugar dan selesai tahun 1992.(Yurnaldi)

Lihat Langsung Peninggalan Majapahit

KOMPAS/YURNALDIBenda Cagar Budaya Wringin Lawang di Trowulan, Jawa Timur. Pintu Gerbang Kerajaan Majapahir.

/MINGGU, 2 NOVEMBER 2008 | 17:09 WIB

TROWULAN, MINGGU - Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Hari Untoro Dradjat mengatakan, benda cagar budaya tak cukup dipelajari sekolah-sekolah. Masyarakat

perlu melihat langsung ke lapangan agar bisa menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan kepada budaya

bangsa.

"Di balik benda cagar budaya itu banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik. Kita bisa melihat lebih jauh di

sekitarnya. Misalnya situs-situs Kerajaan Majapahit. Di balik benda-benda cagar budaya ini kita bisa melihat

Page 7: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

sejarah tentang kota, perdagangan, dan sebagainya." katanya, Minggu (2/11) di Cagar Budaya Wringin

Lawang, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

Hari menjelaskan, di Trowulan karena sangat banyak benda-benda dan bangunan candi peninggalan

Kerajaan Majapahit, maka Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Senin (3/11) akan meletakkan

batu pertama pembangunan Taman dan Pusat Informasi Majapahit. Menurut Dirjen Hari Untoro Dradjat,

Majapahit tidak hanya sekadar jadi bahan kajian para arkeolog, tetapi juga informasi yang amat berguna

bagi masyarakat umum, dan sebagai tujuan wisata yang menarik.

Tinggalan Kerajaan Majapahit sangat banyak, baik keramik, logam, bangunan, dan segala macam. Benda

Cagar Budaya Wringin Lawang, misalnya, ini merupakan gerbang kota Majapahit.

"Tepat di tengah gerbang, pada saat bulan purnama di bulan Mei dan Juni setiap tahun, bulan terlihat indah

sekali. Karena itu dinamakan kawasan Trowulan, yang artinya terang bulan," papar Hari. Dari aspek

pelestarian, tinggalan budaya di wilayah Trowulan ini merupakan salah satu upaya pelestarian kota kuno

masa klasik yang dimiliki Indonesia.

Yurnaldi 

Trowulan, Laboratorium Arkeologi Paling Lengkap

Page 8: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

KOMPAS/INGKI RINALDISeorang peneliti membersihkan bagian bangunan berupa kanal air peninggalan Kerajaan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (6/8). Selain kanal air, ditemukan pula sumur dan sejumlah artefak, seperti pecahan tembikar, logam, dan batu bata dalam ukuran berbeda-beda.

/MINGGU, 2 NOVEMBER 2008 | 14:33 WIB

Laporan wartawan Kompas Yurnaldi

TROWULAN, MINGGU -- Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, akhir-akhir ini menjadi

subyek penelitian menarik para arkeolog. Para arkeolog dan mahasiswa arkeologi dari Universitas

Indonesia, Universitas Hasanuddin, Universitas Udayana, dan Universitas Gadjah Mada membentuk tim

terpadu beranggotakan 100 orang untuk meneliti situs itu.

Arkeolog dan peneliti dari Universitas Indonesia Heriyanti Hari Oentoro Dradjat mengatakan, dari penelitian

selama satu bulan, diperkirakan Trowulan adalah pusat Kerajaan Majapahit. Sementara situs Kedaton

diasumsikan sebagai Keraton Kerajaan Majapahit. Ditemukan banyak artefak di sana. "Berdasar penggalian

10 hari lalu diperoleh gambaran, di seputar Kedaton ditemukan banyak artefak. Hasil penelitian akan

dipublikasikan Desember mendatang, karena saat ini masih dalam pengolahan. Analisisnya masih perlu

waktu," kata Heriyanti.

Menurut Heriyanti, Trowulan merupakan bukti otentik kerajaan Hindu-Budha yang merupakan suatu kota.

Dengan demikian, Trowulan merupakan laboratorium arkeologi yang paling lengkap.

Sedangkan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Timur I Made Kusumajaya

mengatakan, luas Kota Majapahit semula diperkirakan 4 x 5 km persegi, namun penelitian oleh Nurhadi

Rangkuti mendapati luas Kota Majapahit ternyata 9 x 11 km persegi. "Di luar batas sakral itu masik banyak

ditemukan sisa-sisa aktivitas manusia masa lalu. Setiap jengkal banyak ditemukan peninggalan seperti

tembikar, keramik, dan uang yang berlaku di era Majapahit," jelasnya.

Terakhir, lanjutnya, ditemukan sebuah kaki candi. Ini sangat istimewa, karena kaki candinya berukir dan

terbuat dari bata dengan teknik pembakaran yang luar biasa. "Bata-bata yang digunakan untuk membangun

candi-candi di Kerajaan Majapahit sampai sekarang masih kuat, padahal dulu belum ada semen," katanya.

Dengan banyaknya ditemukan artefak dari China, Jepang, dan Thailand, suatu bukti bahwa Kerajaan

Majapahit memiliki hubungan dagang dengan ketiga negara itu yang berjalan baik.

Yurnaldi 

Lokasi Kedaton Majapahit Dicari di Situs Trowulan/

SELASA, 5 AGUSTUS 2008 | 21:09 WIB

Page 9: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

MOJOKERTO, SELASA - Proses penggalian atau Ekskavasi untuk mengungkap lokasi kedaton di situs

Trowulan dengan luas total 1x1 kilometer persegi yang dilakukan sejak lima hari lalu belum menghasilkan

perkembangan signifikan. Penanggung Jawab Penelitian Arkeologi Terpadu atau PATI I DR. Irma M. Johan,

memastikan hal itu Selasa (5/8) siang.

Ekskavasi tersebut dibiayai Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo. Analisa temuan akan dilakukan

pada bulan Oktober 2008 dan pelaporan serta publikasi hasil temuan akan dilakukan pada November 2008.

Direktur PATI I, Niken Wirasanti menjelaskan, ekskavasi pertama kalinya di Indonesia yang dilakukan

bersama empat universitas itu diikuti oleh 20 dosen dan 80 mahasiswa. Ia menjelaskan, hasil penelitian

nantinya akan didokumentasikan di Pusat Informasi Majapahit, Trowulan, Mojokerto.

"Kerajaan Majapahit yang ada pada abad 13 hingga 15 dan secara sosial politik berjaya di masa itu pastilah

juga mengalami perubahan-perubahan. Bukan tidak mungkin, selama masa itu terjadi pula perubahan pusat

pemerintahan," ujar Niken. Ia menjelaskan, tumpang tindihnya informasi selama ini perihal lokasi kedaton di

situs Trowulan akan coba diurai dalam ekskavasi kali ini. 

Selain ditujukan untuk mengungkapkan lokasi persis kedaton situs Trowulan, ekskavasi bersama itu juga

dimaksudkan untuk menyamakan metode dan standar kompetensi arkeolog. "Banyak manfaatnya bagi

kami. Ini sangat bagus untuk standardisasi," kata I Nyoman Wardi, Ketua Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra

Universitas Udayana Bali.

Ketua Jurusan Arkeologi Universitas Hasanuddin Makassar, DR. Anwar Thosibo mengutarakan

pengungkapan lokasi kedaton situs Trowulan bermanfaat untuk menemukan sampai seberapa jauh kaitan

antara Majapahit dengan kerajaan lainnya di Indonesia. "Soalnya, saya melihat ada kesamaan antara

terakota yang ditemukan di lokasi ini dengan yang ada di Makassar," katanya.

Ingki Rinaldi 

Belasan Wartawan Kunjungi Situs Majapahit

Page 10: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

KOMPAS/YURNALDIKolam Segaran, seluas satu hektar di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit.

/MINGGU, 2 NOVEMBER 2008 | 14:01 WIB

Laporan wartawan Kompas Yurnaldi

TROWULAN, MINGGU -- Upaya pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

memperkenalkan benda cagar budaya, situs dan kawasan sebagai warisan budaya bangsa, akhir-akhir ini

semakin gencar.

Agar masyarakat tahu dan tidak merasa asing dengan benda cagar budaya, Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata, melalui Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, mengundang belasan wartawan media

nasional ke Trowulan, Jawa Timur.

"Situs Trowulan di Kabupaten Mojokerto, menyimpan sejarah Kerajaan Majapahit yang sudah dikenal dalam

komunitas dunia ilmiah sejak awal abad ke-20. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengungkapkan seluruh

aspek kebesaran Majapahit," kata Wakil Panitia Press Tour Trowulan, Lien Dwiari Ratnawati, Minggu (2/11)

di Trowulan.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Senin (3/11) dijadwalkan akan meletakkan batu pertama

pembangunan Pusat Informasi Majapahit, di situs Trowulan.

Lien menjelaskan, kunjungan wartawan ke Trowulan dimaksudkan untuk memperkenalkan benda cagar

budaya, situs dan kawasan sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan (dilindungi, dikembangkan dan

dimanfaatkan) sesuai dengan peraturan yang benar kepada masyarakat umum, kalangan pers dan khusus

generasi muda.

"Tujuannya agar masyarakat memiliki pengetahuan dan selanjutnya sadar dan peduli terhadap

keberlangsungan dan pelestarian serta pemanfaatan warisan budata bangsa," paparnya.

Peneliti Sulit Temukan Istana Kerajaan Majapahit

KOMPAS/INGKI RINALDI

Page 11: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Seorang peneliti membersihkan bagian bangunan berupa kanal air peninggalan Kerajaan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (6/8). Selain kanal air, ditemukan pula sumur dan sejumlah artefak, seperti pecahan tembikar, logam, dan batu bata dalam ukuran berbeda-beda.

/KAMIS, 11 SEPTEMBER 2008 | 21:00 WIB

KEDIRI, KAMIS--Para peneliti sampai sekarang masih kesulitan untuk menemukan lokasi keberadaan

Istana Kerajaan Majapahit. "Penelitian yang dilakukan oleh empat perguruan tinggi kemarin, hanya

menemukan pusat kota dan pusat sakral zaman Majapahit. Kalau istana kerajaannya belum ditemukan,"

kata Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, I Made Kusumajaya di Kediri, Kamis.

Lebih lanjut dia menjelaskan, pusat kota yang ditemukan para peneliti dari Universitas Hasanuddin (Unhas)

Makassar, Universitas Udayana (Unud) Denpasar, Universitas Indonesia (UI) Jakarta, dan Universitas

Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu, adanya sebuah wilayah seluas 4 x 5 kilometer di Desa Segaran,

Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Selain itu, juga ditemukan kawasan seluas 11 x 9 kilometer yang dianggap sebagai pusat sakral oleh

masyarakat di zaman Majapahit dulu.

Dalam penelitian tersebut, empat perguruan tinggi negeri terkemuka itu juga berhasil menemukan sebuah

batu kuno setebal 80 sentimeter, yang dianggap sebagai pagar bangunan pada zaman Majapahit di bawah

kekuasaan Raja Hayam Wuruk. "Memang istana Kerajaan Majapahit itu diperkirakan ada di sekitar

Segaran, tetapi kami belum bisa memastikannya, karena belum ditemukan adanya istana di situ," katanya

menambahkan.

Made menilai, adanya keunikan tersendiri mengenai lokasi Kerajaan Majapahit di bawah Hayam Wuruk

yang membangun pusat kerajaan di sekitar kawasan Trowulan itu. "Kalau kami teliti lebih jauh, ternyata itu

bagian dari strategi yang diterapkan Hayam Wuruk agar tidak mudah diserang oleh musuh, karena biasanya

pusat kerajaan di zaman dulu itu selalu berada di kawasan pantai yang memudahkan musuh menyerang

dengan armada lautnya," katanya.

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh empat perguruan tinggi itu, sampai sekarang baru mencapai

sekitar 20 persen. Menurut Made, penelitian sekarang ini difokuskan pada perilaku masyarakat Majapahit.

"Para peneliti membandingkan perilaku masyarakat Majapahit itu dengan perilaku masyarakat Bali, karena

memang ada kemiripan," katanya. (ANT)

JY 

Istana Majapahit Belum Ditemukan

Page 12: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

KOMPAS/INGKI RINALDISeorang peneliti membersihkan bagian bangunan berupa kanal air peninggalan Kerajaan Majapahit di situs Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (6/8). Selain kanal air, ditemukan pula sumur dan sejumlah artefak, seperti pecahan tembikar, logam, dan batu bata dalam ukuran berbeda-beda.

/KAMIS, 11 SEPTEMBER 2008 | 09:52 WIB

KEDIRI, KAMIS — Para peneliti sampai sekarang masih kesulitan menemukan lokasi keberadaan istana

Kerajaan Majapahit. "Penelitian yang dilakukan oleh empat perguruan tinggi kemarin hanya menemukan

pusat kota dan pusat sakral zaman Majapahit. Kalau istana kerajaannya belum ditemukan," kata Kepala

Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan I Made Kusumajaya di Kediri, Kamis (11/9).

     

Lebih lanjut dia menjelaskan, pusat kota yang ditemukan tim peneliti dari Universitas Hasanuddin (Unhas),

Universitas Udayana (Unud), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Gajah Mada (UGM) itu adalah

sebuah wilayah seluas 4 x 5 kilometer di Desa Segaran, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Selain

itu, juga ditemukan kawasan seluas 11 x 9 kilometer yang dianggap sebagai pusat kegiatan sakral

masyarakat di zaman Majapahit dulu.

     

Dalam penelitian tersebut, empat perguruan tinggi negeri terkemuka itu juga berhasil menemukan sebuah

batu kuno setebal 80 sentimeter yang diduga merupakan pagar bangunan zaman Majapahit saat diperintah

Raja Hayam Wuruk. "Memang istana Kerajaan Majapahit itu diperkirakan ada di sekitar Segaran, tetapi

kami belum bisa memastikannya karena belum ditemukan adanya (sisa-sisa) istana di situ," katanya

menambahkan.

     

Made menilai, ada keunikan terkait alasan Majapahit membangun lokasi kerajaannya di sekitar kawasan

Page 13: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Trowulan itu. "Kalau kami teliti lebih jauh, ternyata itu bagian dari strategi yang diterapkan Hayam Wuruk

agar tidak mudah diserang oleh musuh karena biasanya pusat kerajaan di zaman dulu itu selalu berada di

kawasan pantai yang memudahkan musuh menyerang dengan armada lautnya," katanya.

     

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh empat perguruan tinggi itu, sampai sekarang baru mencapai

20 persen. Menurut Made, penelitian sekarang ini difokuskan pada perilaku masyarakat Majapahit. "Para

peneliti membandingkan perilaku masyarakat Majapahit itu dengan perilaku masyarakat Bali karena

memang ada kemiripan," katanya

WSN Sumber : Ant

Empat Universitas Ekskavasi Situs Trowulan/

SENIN, 4 AGUSTUS 2008 | 20:17 WIB

MOJOKERTO, SENIN- Empat universitas, yakni Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada,

Universitas Hasanuddin, dan Universitas Udayana, untuk pertama kalinya di Indonesia melakukan

penggalian arkeologi secara bersama di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto,

Jatim.

Penggalian atau ekskavasi yang menurut Penanggung Jawab Penelitian Arkeologi Terpadu atau PATI I DR.

Irma M Johan dilakukan sejak 1 Agustus itu, ditujukan untuk mengungkapkan dimana sebetulnya lokasi

kedaton Majapahit.

Ekskavasi yang akan dilakukan hingga 11 Agustus mendatang itu, hingga Senin (4/8), telah berhasil

menemukan batas-batas tembok yang berada pada kedalaman antara satu meter hingga tiga meter di

bawah permukaan tanah. Sejauh ini telah dilakukan penggalian 20 lubang berukuran 1,5 X 1,5 meter

persegi dengan kedalaman antara 1-3 meter pada sebuah bidang tanah milik Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala atau BP3 Jatim.

Temuan bangunan yang diduga sebagai batas-batas tembok kedaton itu cukup menggembirakan karena

paling tidak sesuai dengan uraian dalam Nagarakrtagama yang di antaranya menyebutkan kedaton

dikelilingi dan disekat-sekat oleh tembok pembatas. Namun, umur batas-batas tembok yang terdiri atas

sejumlah lapisan susunan batu bata itu belum bisa ditentukan berasal dari tahun berapa.

Irma yang juga Ketua Departemen Arkeologi Universitas Indonesia menjelaskan, sebetulnya perimeter

ekskavasi itu luas totalnya 1 X 1 km2. Namun, belum semua titik bisa dilakukan penggalian karena status

tanah yang milik warga.

INK 

Kerajaan Majapahit segera DirekonstruksiKAMIS, 21 FEBRUARI 2008 | 15:49 WIB

Page 14: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

SURABAYA, KAMIS -  Kabupaten Mojokerto, Jatim segera menjadi "Kota Kerajaan Majapahit" dengan

membangun kembali (rekonstruksi) kerajaan yang berpusat di Kecamatan Trowulan itu.

     

"Insya-Allah, rencana itu akan dicanangkan pada 100 Tahun Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2008," kata

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab Mojokerto, Drs Afandi Abdul Hadi SH MPd kepada ANTARA

di Surabaya, Kamis.

     

Di sela-sela seminar "Meningkatkan Daya Saing Kota Melalui Brand Image dan City Marketing" yang digelar

mahasiswa planologi ITS, ia mengemukakan, rencana itu sudah didukung pemerintah pusat.

     

"Kami tinggal menunggu Keppres tentang Kota Kerajaan Majapahit itu, karena Departemen Pariwisata juga

sudah mendukung. Tanpa Keppres, jejak Kerajaan Majapahit sulit dibangun, sebab pembebasan tanah juga

sulit," katanya.

     

Menurut salah satu ketua Ikatan Keluarga "Gipo" Mojokerto (keturunan Hasan Sagipodin, Ketua Umum

PBNU pertama) itu, tanah yang perlu dibebaskan untuk "Majapahit Park" adalah 4-5 kilometer dari Museum

Majapahit.

     

"Jadi, bekas Kerajaan Majapahit itu akan dibangun dari titik pusat di Museum Majapahit, lalu ditarik ke arah

barat, timur, utara, dan selatan dengan jangkauan lima kilometer, sehingga Majapahit Park itu sangat luas

dan perlu perlindungan hukum," katanya.

     

Namun, bukti-bukti sejarah untuk rekonstruksi Kerajaan Majapahit itu masih ada. "Bukti-bukti itu perlu

dipelihara dengan rekonstruksi Kerajaan Majapahit itu," katanya menjelaskan.

     

Untuk mendukung rencana itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto sudah merintis

"Festival Majapahit" dengan menggelar Festival Seni dan Budaya Majapahit pada Oktober-Desember 2007.

     

"Kami mengawali Festival Seni dan Budaya Majapahit 2007 dengan pemilihan Raja dan Ratu Majapahit (26-

27 Oktober 2007), kemudian pemilihan Guk dan Yuk Mojokerto (6-7 November 2007)," katanya.

     

Setelah itu, Festival Pedalangan (12-13 November 2007), Festival Seni Pertunjukan (14-15 November

2007),  Festival Musik Jalanan (18 November 2007), dan Pameran Lukisan dan Foto Purbakala Trowulan

(1-7 Desember 2007).

     

"Ke depan, kami juga merencanakan festival seni, festival kuliner, festival budaya, festival arca, dan festival

lainnya yang sifatnya serba bernuansa Kerajaan Majapahit," katanya menambahkan.

     

Dalam seminar yang juga diikuti ratusan mahasiswa dan beberapa pakar tata kota itu, pakar tata kota dari

ITB, Ir Andi Oetomo MPl menyampaikan dukungan tentang ihtiar membangun kembali "Kerajaan Majapahit"

sebagai "branding" Mojokerto.

     

"Tapi, penciptaan ’branding’ itu jangan terlalu sederhana, seperti dengan festival, pameran, atau events

Page 15: Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

tertentu. Ciptakan ’branding’ yang serius dan berkesinambungan dengan melibatkan daerah lain, provinsi,

dan pusat," katanya.

     

Untuk penciptaan "branding" yang serius, katanya, perlu dilakukan dengan riset kebutuhan kelompok

sasaran dan warga sekitar "kerajaan" itu, penataan infrastruktur, tingkat keamanan dan keselamatan, dan

menjaga kualitas layanan.

     

Hal senada juga dikemukakan staf ahli Sesditjen Penataan Ruang Departemen PU, Endra Saleh Atmaja ST

MSc DEA. "Branding itu keunikan identitas kota kita, bukan identitas negara lain seperti ’hutan’ mall,"

katanya.(ANT)

Candi Pemujaan Kuno Ditemukan di Trowulan/

KAMIS, 30 OKTOBER 2008 | 18:45 WIB

TROWULAN, KAMIS - Sebuah bangunan kuno peninggalan zaman Kerajaan Majapahit ditemukan oleh

seorang warga bernama Pairin (68) di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Menurut Pairin, Kamis (30/10), bangunan kuno berupa struktur batu bata dengan sejumlah relief itu

ditemukannya tanpa sengaja saat tengah melakukan penggalian tanah untuk pembuatan batu bata pada

Selasa (28/10) lalu.

"Saya sudah berada di lokasi ini sekitar 10 bulan untuk membuat batu bata, setelah sebelumnya berada di

lokasi lain. Saat sedang menggali pada Selasa sore saya menemukan bangunan ini," kata Pairin. Ia lantas

membuat pagar bambu yang mengelilingi lokasi temuan itu bersama sejumlah warga lain agar tidak terjadi

perusakan.

Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur, I Made Kusumajaya, yang dikonfirmasi

soal temuan itu menyatakan bangunan kuno itu adalah sebuah candi pemujaan. Candi pemujaan

peninggalan zaman kerajan Majapahit itu diperkirakan berasal dari abad ke-13.

Ingki Rinaldi