Top Banner

of 33

Pedoman Poli (1)

Feb 26, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    1/33

    MANAJEMEN PADA RAWAT JALAN

    DAN UNIT GAWAT DARURAT

    KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

    Dosen:

    dr. Suprijanto Rijadi MPA., Ph.D.

    Disusun Oleh :

    Dwi Putri Piandani (1006746470 )

    Emma Aprilia ( 1006799602 )

    Irma Yudith Ayu P ( 1006746092 )

    Muslimah Hussein ( 1006799842 )

    BIDANG KEKHUSUSAN KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

    PROGRAM PASCASARJANA

    BIDANG ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

    2010

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    2/33

    DAFTAR ISI

    hal

    DAFTAR ISI 2

    BAB I. PENDAHULUAN 3

    1. Latar Belakang 32. Pelayanan medik sebagai suatu sistem 4

    BAB II. MANAJEMEN UNIT RAWAT JALAN 10

    1. Unit Rawat Jalan 102. Faktor yang berhubungan denga unit rawat Jalan 11

    2.1 Sarana 11

    2.2 Tenaga 12

    2.3 Pasien 12

    3. Menejemen Pelayanan instalasi Rawat Jalan 123.1 Perencanaan 13

    3.2 Pengorganisasian 133.3 Penggerakan 13

    3.4 Pengawasan dan Evaluasi 14

    BAB III. MANAJEMEN UNIT GAWAT DARURAT 17

    1. Unit Gawat Darurat 172. Faktor yang berhubungan dengan unit gawat darurat 17

    2.1 Sarana 18

    2.2 Tenaga 20

    2.3 Kebijakan prosedur 21

    3. Menejemen Pelayanan instalasi Rawat Jalan 223.1 Perencanaan 22

    3.2 Pengorganisasian 223.3 penggerakan 23

    3.4 pengawasan dan evaluasi 25

    BAB III. KESIMPULAN 26

    DAFTAR PUSTAKA 27

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    3/33

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    4/33

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar belakang

    Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peranyang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatanmasyarakat indonesia. Peran strategis ini diperoleh karena rumah sakit adalahfasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar. Peran tersebut padadewasa ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan epidemiologipenyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan IPTEK, perubahan struktursosio- ekonomi masyarakat. Pelayanan yang lebih bermutu, ramah dan sanggupmemenuhi kebutuhan mereka yang menuntut perubahan pola pelayanan kesehatandi Indonesia.

    Agar dapat memberi pelayanan yang baik maka dibutuhkan berbagai sumberdaya, yang harus di atur dengan proses manajemen secara baik. Istilah manajemensendiri berasal dari bahasa Latin manui , berarti tangan yang pegang kendali kudaagar sang kuda dapat di arahkan mencapai tujuan yang baik.

    Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui oranglain menurut Marry Parker Tollet (cit : Hellriegel dan Slocum, 1992; Winardi 1990)yang juga pada dasarnya menyatakan bahwa manajemen terdiri dari Planning,Organizing, Actuating dan Controling (POAC). Stoner (cit : Hellriegel dan Slocum,1992; Winardi 1990) juga memberikan definisi bahwa manajemen adalah prosesperencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha darianggota organisasi dan dari sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuanorganisasi yang telah di tetapkan.

    Pada Rumah Sakit fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,dan pengawasan, serta evaluasi berada pada tingkatan manajer. Kelompok

    pimpinan dalam organisasi dapat di bagi menjadi manajer puncak, manajermenengah, dan manajer rendah, dan kemudian diikuti oleh tenaga pelaksana. Padatingkat pelaksana, kemampuan teknis merupakan modal utama kegiatan sehari-haridan kerangka konseptualnya bersifat operasional. Manajer puncak tentu berbedakarakteristiknya, dimana kerangka konseptualnya lebih bersifat pemikiran strategikdan berperan utama dalam penentuan kebijakan umum. Manajer tingkat menengahbertugas mengarahkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya taktis dan

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    5/33

    mengimplementasikan kebijakan organisasi. Manajer tingkat rendah memberikanseluruh perhatiannya pada berbagai tindakan operasional berdasarkan strategi,taktik, kebijaksanaan teknis yang telah di tetapkan oleh manajer lapisan di atasnya.

    Semua kebijakan dan tindakan operasional rumah sakit didasari olehkebutuhan dari pasien (demand), yang di tandai dengan skala prioritas danpenyediaan pelayanan waktu yang tepat. Secara umum, pengaturan ini meliputi,pelayanan pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency) yang dimaksud di siniadalah unit gawat darurat, pelayanan segera (urgent), dan pelayanan yang dapat dijadwalkan / di rencanakan (scheduleable) pada perawatan yang dijadwalkan adalahunit rawat jalan.

    Tujuan utama dari setiap sistem manajemen kesehatan harus berdasar padakeamanan (safe) pasien harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, dandijauhkan dari setiap penyebab yang dapat melukai. Efektif (effective) pelayanankesehatan terbaik harus diberikan pada pasien berdasarkan pengetahuan terbarudan terbaik dan pemberian perawatan harus dapat memberikan keuntungan bagipasien. Pelayanan berpusat pada pasien (patient-centered) pelayanan harusdilakukan untuk setiap pasien, berdasarkan keharusan, kebutuhan dan fungsinya.Tepat waktu (timely) pelayanan kesehatan harus diberikan tepat waktu dan secara

    cepat untuk melayani kebutuhan pasien dengan menghilangkan faktor penundaanyang membuat pasien menunggu. Efisien (efficient) pelayanan harus diberikandengan cara seefisien mungkin dan tidak boleh menyia-nyiakan, peralatan, ide,energi, waktu. Kesetaraan (equitable) pelayanan kesehatan tidak boleh membeda-bedakan karakteristik manusia, seperti jenis kelamin, etnis, daerah, dan statussosialekonomi (cit : shortell,kaluzny 1944. Pg 10).

    Pada penulisan paper kali ini kami akan membahas mengenai manajemenpelayanan medik sesuai dengan POACE pada rawat jalan dan di UGD

    2. Pelayanan Medik Sebagai Suatu Sistem

    Pelayanan medik baik berupa pelayanan rawat jalan dan rawat inap, adalahsalah satu jenis pelayanan rumah sakit yang mengelola pelayanan langsung kepadapasien, bersama-sama dengan pelayanan keperawatan dan pelayanan penunjang.Pelayanan medik sebagai suatu sistem terdiri dari: pertama, masukan yang terdiridari tenaga, organisasi dan tata laksana, kebijaksanaan dan prosedur, sarana danprasarana medik, serta pasien yang dilayani; kedua, proses pelayanan itu sendiri,

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    6/33

    dan ketiga adalah keluaran yang berupa pelayanan medik di rumah sakit. Ketiganyaharus dievaluasi agar menghasilkan pelayanan medik yang bermutu. Kesemuanyaini sangat dipengaruhi oleh pimpinan rumah sakit, unit-unit lain yang ada di rumahsakit, kemajuan IPTEK dan sosial-ekonomi serta budaya masyarakat ((PENGEMBANGANPELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATANDI RUMAH SAKIT dr. Henni D. Supriadi K, MARS www.pustaka.unpad.ac.id)

    FAKTOR YANGMEMPENGARUHI

    - Direktur - Keadaan sosial-ekonomi

    - Manajer lain di RS budaya masyarakat

    - Unit lain di RS - IPTEK

    MASUKAN PROSES KELUARAN

    PROSES

    MASUKKAN

    Pelayanan

    Medik

    Optimal

    Perencanaan (Planning)

    Pengorganisasian

    (organizing)

    Menggerakan (Actuating)

    Pengawasan/pengendalian (Controlling )

    - Tenaga medik -

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    7/33

    - ORTAL -

    - Kebijakan & prosedur

    - Sarana & prasarana

    - Pasien

    - Dana

    EVALUASI

    Gambar 1. Pelayan medik di Rumah sakit sebagai suatu sistem

    Dengan pendekatan sistem pelayanan medik terdiri dari beberapa komponen yaitu :

    A. Komponen INPUT yang terdiri dari :

    a. Tenaga medik yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis.

    Perhitungan kebutuhan tenaga medik Rumah Sakit dapat melalui berbagai caraantara lain : Peraturan Menkes 262/1979, Indikator Staff Needs (ISN) dan standarminimal.

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    8/33

    b. Organisasi dan Tata Laksana

    Struktur organisasi yang berlaku saat ini mengacu kepada SK Menkes 983/ 1992,namun pada pelaksanaannya banyak mengalami hambatan karena SDM yang adabelum memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Dalam SK Menkes 983, kedudukantenaga medik ada pada :

    - Staf Medik Fungsional yang dikoordinasi oleh kepala SMF yang dipilih danbertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.

    - Komite Medik yang bertugas membantu memonitor dan mengembangkan SMFditinjau dari aspek teknis medis termasuk hukum dan etika profesi maupun etikaRumah Sakit. Untuk lebih jelasnya tentang komite medik ini menurut DepartemenKesehatan sesuai dengan surat keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. HK00.06.2.3.730 Juli 1995

    - Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan (Rumah Sakit Kelas B), Seksi pelayanan (KelasC & D) yang mengelola sistem pelayanan medik sehingga dihasilkan suatu

    pelayanan medik yang bermutu sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Sesuaidengan Pasal 29 Permenkes 983/1992.

    Tugas Wadir pelayanan sekurang-kurangnya meliputi pelayanan rawat jalan, rawatinap, rawat darurat, bedah sentral, perawatan intensif, radiologi, farmasi, gizi,rehabilitasi medis, patologi klinis, patologi anatomi, pemulasaraan jenazah,pemeliharaan sarana Rumah Sakit dan kegiatan bidang pelayanan, keperawatanserta urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Tugas bidang pelayananmengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan medis, penunjang medis,melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas serta kegiatanpelayanan medis dan penunjang medis, pengawasan dan pengendalian penerimaandan pemulangan pasien. Tugas ini juga dilaksanakan oleh seksi pelayanan pada

    Rumah Sakit Kelas C.

    c. Kebijakan Direktur

    Tentang pelayanan medik di Rumah Sakit termasuk hak dan kewajiban pasien, hakdan kewajiban petugas medik dan peraturan-peraturan lainnya.

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    9/33

    d. Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik

    Meliputi :

    - Gedung rawat jalan, rawat inap, ruang bedah, UGD, penunjang medik radiologi,laboratorium, gizi dan lain-lain yang harus memenuhi syarat sesuai denganarsitektur Rumah Sakit yang berlaku.

    - Sarana dan prasarana alat kesehatan sederhana maupun canggih untukterlaksananya pelayanan medik yang bermutu.

    e. Dana

    Ada beberapa sumber dana yang dapat digunakan untuk terselenggaranya

    pelayanan medik, antara lain :

    a. Pendapatan Asli Rumah Sakit b.APBN (Depkes)

    c. APBD Tingkat I d.APBD Tingkat II

    e. Banpres f.Asuransi

    g. Kontraktor h.Subsidi

    i. dll.

    Dana tersebut digunakan untuk :

    l. Investasi peralatan medik yang diperlukan sesuai dengan jenis pelayananyang diberikan.

    2. Operasional yang terdiri dari :

    - Jasa pelayanan medis yaitu jasa yang diberikan kepada petugas kesehatan(mediss, paramedis maupun non-medis) atas pelayanan yang diberikan.

    - Jasa Rumah Sakit yaitu jasa yang digunakan untuk operasional danpemeliharaan Rumah Sakit sehingga dapat memberikan pelayanan.

    - Bahan habis pakai yaitu bahan-bahan yang digunakan untukterselenggaranya suatu kegiatan pelayanan kepada pasien. Ketiga komponen

    operasional tersebut tercermin pada tarif Rumah Sakit.

    f. Pasien/klien

    Dilihat dari status sosio-ekonomi dan budaya masyarakat pasien dapat digolongkanpada pasien tingkat menengah ke atas dan tingkat menengah ke bawah. Padaperencanaan suatu Rumah Sakit perlu memperhitungkan status pasien yang akanmenjadi pangsa pasar Rumah Sakit sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Dari

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    10/33

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    11/33

    200 juta penduduk Indonesia, + 27 juta masih termasuk penduduk miskin yang perluperhatian dan bantuan sesuai dengan fungsi sosial Rumah Sakit. Untuk ituPeraturan Menkes No. 378/ 1993 tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah SakitSwasta telah mengatur fungsi sosial Rumah Sakit dimana tempat tidur Kelas III bagiRumah Sakit Swasta/BUMN milik Yayasan adalah 25% dari jumlah tempat tiduryang ada. Sedangkan bagi Pemodal Dalam Negeri (PMDN) dan Pemilik ModalAsing (PMA) adalah 10% karena dikenakan pajak. Namun demikian jumlah tempattidur tersebut bukan satu-satunya fungsi sosial Rumah Sakit Swasta karena dapatberupa yang lain misalnya Balkesmas, penyuluhan-penyuluhan, pelatihan. Dengandemikian diharapkan kontribusi swasta/BUMN terhadap peningkatan derajatkesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui pelayanan kesehatandi Rumah Sakit mempunyai daya ungkit yang cukup besar.

    Dalam manajemen prosesnya dapat digambarkan secara sederhana sebagai;Perencanaan (Planning) pada Rumah sakit adalah salah satu fungsi manajemenyang penting. Oleh karenanya perencanaan memegang peranan strategis untukkeberhasilan pelayanan rumah sakit. Dengan menetapkan sistem perencanaan yangbaik, manajemen RS sudah menetapkan sebagian masalah pelayanan yangdihadapi sebuah RS karena upaya pengembangan RS sudah didasarkan padakebutuhan pengguna jasa pelayanan kesehatan. Dalam perencanaan pelayanankesehatan perlu diperkirakan tentang apa-apa yang mungkin terjadi,hambatan atau

    kendala yang ada, potensi yang mendukung keberhasilan, peluang-peluang yangbisa dimanfaatkan, serta upaya pemecahan masalahnya.Pengorganisasian (Organizing) merupakan fungsi manajemen organisasikedua setelah perencanaan. Pengorganisasian merupakan sarana bagi suatuorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu dengan adanya pembagian tugas dantanggung jawab. Pemberian pelayanan kesehatan adalah kerja tim,bukanperorangan. Keberhasilan pelayanan kesehatan adalah keberhasilan tim,karenaadanya kerjasama tim yang kompak,terkoordinasi, sinkronisasi dan harmonis. Hal iniharus disadari oleh tenaga medis dan paramedis yang profesional. Siapa yangmemimpin, siapa yang membantu, siapa yang melaksanakan, kapan dilaksanakan,di bagian apa dan mengapa dilaksanakan. Sehingga tugas itu menjadi bagian yangtak terpisahkan yang rutin dan dilaksanakan terus menerus sehingga menjadi

    kebiasaan yang melekat. Kelemahan yang menyebabkan kurangnya keberhasilanadalah perasaan paling penting ataupun kurang penting diantara anggota tim.

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    12/33

    Sehingga perlu ditekankan bahwa kberhasilan tim karena semuanya adalah pentingdengan kosekuensi bahwa masing-masing anggota tim bertanggung jawab atastugas dan fungsinya.

    Fungsi penggerakan dan pelaksanaan (Actuating) di Rumah sakit sangatkompleks, dimana kompleksitas ini dipengaruhi oleh dua aspek yaitu karena sifatpelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan(costumer services),sehingga apapun kemungkinan hasil perawatan pasien sebagaiconsumer (sembuh,cacat atau mati) kualitas pelayanan harus diarahkan untukkepuasan pasien (customer satisfaction) dan keluarganya. Aspek kedua yangmembuat pelaksanaan fungsi actuating cukup kompleks karena tenaga yang bekerjadi RS terdiri dari berbagai jenis profesi. Kepemimpinan, komunikasi dan koordinasimerupakan faktor penting didalam pengembangan fungsi actuating.

    Terdapat beberapa hal yang menyebabkan pengendalian (controlling) dalamRumah sakit diperlukan, pertama karena adanya banyaknya perubahan kondisi saatini dimana banyak muncul rumah sakit baru sehingga terjadi persaingan, jugakarena adanya alat-alat canggih yang baru, adanya peraturan baru dan sebagainya.Kedua karena kompleksitas,karena semakin besar sebuah rumah sakit makamasalah yang dihadapi akan semakin rumit dan membutuhkan pengendalian(controlling) yang baik. Yang ketiga karena ada kemungkinan terjadi kesalahan pa

    dabawahan maupun pada atasan/manajer, sehingga di perlukan pengawasan, bilaterjadi kesalahan bisa segera di deteksi.

    Yang tidak kalah penting dalam suatu organisasi rumah sakit adalah evaluasi(evaluation). Evaluasi dapat dilakukan harian,mingguan dan bulanan. Evaluasi iniberguna untuk melakukan penilaian terhadap hasil dan pelaksanaan yang telahdicapai dan juga untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai.

    Tentu saja out put yang diharapkan adalah pelayanan medis yang bermutu,terjangkau oleh masyarakat luas dengan berdasarkan etika profesi dan etika Rumah

    Sakit. Dengan demikian beberapa tolok ukur keberhasilan pelayanan di Rumah Sakitseperti angka kematian di Rumah Sakit, kejadian infeksi nosokomial, kepuasanpasien, waktu tunggu dan lain-lain akan berubah yaitu angka kematian rendah,kejadian infeksi nosokomial rendah, kepuasan pasien meningkat, waktu tunggupendek. Keadaan ini akan meningkatkan CITRA Rumah Sakit yang merupakanpemasaran Rumah Sakit. (jurnal menejemen pelayanan medik di rumah sakit henny djuhaeni )

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    13/33

    BAB II

    MANAJEMEN UNIT RAWAT JALAN

    1. UNIT RAWAT JALAN

    Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah satu bentuk daripelayanan kedokteran. Karena tingginya biaya perawatan pasien yang kompleksmaka diperlukan suatu fasilitas yang bisa memberikan pengobatan yang adekuatdengan biaya yang lebih sedikit dan lebih sedikit intervensi. Bentuk pelayanan iniakan mengurangi pengeluaran biaya rumah sakit pasien dengan adanya diagnosisawal dan pengobatan dini. Secara sederhana pelayanan rawat jalan adalahpelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap(Hospitalization)(Feste,1989).

    Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan danpemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapatdipertanggung jawabkan.(standart pelayanan Rumah sakit, dirjen yanmed depkes RIthn 1999). Sedangkan Fungsi dari pelayanan rawat jalan adalah sebagai tempatkonsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di

    bidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktusingkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan.poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagosis dini,yaitu tempatpemriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut dalam tahappengobatanpenyakit.

    Pelayanan rawat jalan dibagi menjadi beberapa bagian atau poliklinik,menggambarkan banyaknya pelayanan spesialistik,subspesialistik dan pelayanangigi spesialistik dari staf medis yang ada pada rumah sakit.

    2. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pelayanan Rawat Jalan

    Jika kita mengacu pada analisa Ross, poliklinik rawat jalan yang baik adalahyang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Fasilitas fisik rumah sakit yang memadai2. Jam praktek yang tepat, terdapat pelayanan 24 jam dan sistem rujukan yangbaik3. penjadwalan kunjungan yang efisien, untuk memperndek waktu tunggu4. tarif yang terjangkau oleh sasaran

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    14/33

    5. kualitas pelayanan yang oleh pasien biasanya dinilai baik bila pelayanan olehdokter dan perawat dilakukan dengan ramah,penuh perhatian terhadapkebutuhan pasien dan perasaannya

    Ada tiga faktor penting yang menentukan pelayanan rawat jalan menurutTaurany (1986) dan Willan (1990), yaitu :

    2.1. Sarana

    Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut :

    1. Letak poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagianadministrasi,terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat denganapotek, bagian radiologi dan laboratorium.2. Ruang tunggu poliklinik,harus cukup luas. Di usahakan ada pemisahan ruangtunggu pasien untuk penyakit infeksi dan noninfeksi.3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasimasuk dankeluar pasien pada pintu yang sama).4. Poli-poli yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.

    5. Poli anak tidak diletakkan dengan poli paru, sebaiknya poli anak dekatdengan poli kebidanan.6. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan.7. Pada tiap ruang harus ada wastafel (air mengalir).8. Letak poli jauh dari ruang incenerator,IPAL dan bengkel ME.9. Bila konsep Rumah sakit dengan sterilisasi sentral, tidak perlu ada ruangsterilisasi, namun pada beberapa poliklinik seperti poli Gigi/THT/Bedah tetapharus ada ruang sterilisasi,karena alat-alat yang digunakan harus langsungdisterilkan untuk digunakan kembali.

    Di bawah ini adalah contoh , pembagian instalasi rawat jalan pada rumah sakit tipe

    C Kebutuhan sarana pelayanan rumah sakit kelas C terdiri dari :

    1. Poli Umum, terdiri dari 4 klinik spesialis dasar,antara lain :a. klinik penyakit dalamb. klinik anakc. klinik bedahd. klinik kebidanan dan penyaki kandungan

    2. Klinik tambahan/pelengkap antara lain :a. klinik mata

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    15/33

    b. klinik Telinga Hidung Tenggorokan (THT)c. klinik gigi dn mulut.d. klinik kulit dan kelamine. klinik syaraff. klinik jiwag. klinik rehabilitasi medikh. klinik jantungi. klinik paruj. klinik bedah syarafk. klinik orthopedi.l. klinik kankerm. klinik nyerin. klinik geriartri.

    2. 2 Tenaga

    Pimpinan rawat jalan harus seorang tenaga medis tetap yang ikutberpartisipasi dalam kebijakan dan pengambilan keputusan seluruh kegiatan Rumahsakit, serta bertanggung jawab langsung kepada direktur

    2.3. Pasien

    Usahakan waktu tunggu dari pengunjung dapat dikurangi seminimal mungkinmelalui pengaturan dari arus dan jumlah pengunjung dikaitkan dengan kapasitaspelayanan yang ada.

    Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelayanan yang baiktidak lain adalah faktor pengunjung, petugas dan sistem dari pelayanan itu sendiri.

    3. Manajemen Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

    Dalam proses manajemen rawat jalan rumah sakit, hal-hal yang perludiperhatikan :

    3.1. Perencanaan

    Dalam penerapan perencanaan ini harus diperhatikan aspek :

    . Meningkatkan pasien rawat inap

    . Pengembangan jenis pelayanan rawat jalan

    Dalam perencanaan yang perlu dipertimbangkan dengan baik adalah sebagai

    berikut :

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    16/33

    . Sumber daya yang digunakan misalnya fasilitas pelayanan, peralatan, bahandana untuk pengembangan, informasi tentang jenis pelayanan baru dan staf. Metode yang akan ditempuh, proses dan prosedur. Tugas,standart dan tujuan yang akan dicapai. Tahapan yang akan ditempuh. Pelaksanaan pengimplementasian rencana. Proyeksi tujuan. Lokasi penerapan rencana. Penjadwalan pelaksanaan rencana secara rinci. Rencana pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana. Penetapan alat dan cara pengukuran dan penilaian kemampuan danpencapaian sasaran.

    Bittel(1995) membagi tahapan perencanaan menjadi dua rencana yaiturencana jangka panjang dan jangka pendek. Rencana jangka pendek biasanyadengan mempertimbangkan sasaran-sasaran jangka pendek (misal : rencanatahunan). Adapun rencana jangka panjang adalah rencana strategik yangmenyususnnya diperlukan melihat keluar organisasi untuk mengantisipasi kebutuhandan peluang dimasa depan, dan menginventarisir sumber daya dan kemampuan yngada didalam organisasi. Oleh karena terjadinya percepatan perubahan di dalammasyarakat maka rencana jangka panjang biasanya di buat dalam rencana lima

    tahunan.

    3.2. Pengorganisasian

    Taurany (1994) mengemukakan ciri organisasi rawat jalan yang harusmemperhatikan proses pelayanan pasien yang dipengaruhi oleh 3 unsur pentingberikut :

    . Tenaga yang melaksanakan, terdiri dari medis, paramedis dan non medisyang saling bergantung.. Bentuk pelayanan yangitailor-made. Ciri dan cara kerja team-work

    Dengan ketiga ciri di atas maka perlu kejelasan tugas masing-masing sehingga tidaktimbul gap dan tumpang tindih dalam pelayanan.

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    17/33

    3. Penggerakan

    Dalam manajemen rawat jalan, Schultz (1976) menganalisa proses yang dijalanipasien meliputi :

    . Pasien diterima (petugas penerima-pasien)

    . Diagnosis ditegakkan (dokter-lab-penunjang)

    . Menerima obat (dokter-apoteker)

    . Merasakan hasil pengobatan (Pasien)

    . Berhenti berobat karena sembuh, pengobatan dilanjutkan atau rediagnosis(Pasien-dokter).

    Dari aprasi pasien yang dianalisa oleh schulz, maka urutan proses pelayananpasien adalah sebagai berikut :

    . Registrasi pasien

    . Menunggu pelayanan

    . Pemeriksaan pasien

    . Pengobatan

    . Penyuluhan pasien dan keluarganya

    . Sistm perjanjian dan penjadwalan kunjungan

    . Sistem pembayaran jasa

    . Pelayanan informasi.

    3.4. Pengawasan dan Evaluasi

    a. Pengawasan

    pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen untuk memantau apakah semuakegiatan telah dilaksanakan sesuai ketentuan atau kebijaksanaan yang berlaku,agar sumberdaya digunakan secara optimal. Menurut taurany (1994) ada 3 manfaatpengawasan :

    . mencegah penyelewengan/ kebocoran harta/ kekayaan rumah sakit danmenjamin penggunaan sumber daya secara optimal. setiap anggota organisasi merasa diawasi sehingga bekerja dengan sebaikmungkin. merasa yakin yang lain juga diawasi, sehingga mengurangi frustasi di bagiankering

    menurut Bittel(1995) proses pengawasan terdiri dari 4 langkah:

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    18/33

    . Tetapkan standart-standart kinerja secara konkret dan terukur

    . Ukur hasil kinerja aktual

    . Bandingkan hasil kinerja aktual dengan standar

    . Laksanakan tindakan korektif, bila terjadi penyimpangan yang berarti.

    Pengawasan harus dijalankan terus menerus untuk memastikan bahwa apa yangdilaksanakan sesuai dengan tahap rencana pencapaian tujuan organisasi

    b. Evaluasi

    Evaluasi adalah fungsi manajemen yang dilaksanakan sercara sistematusdan berlanjut untuk menilai apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai denganrencana, serta mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pelaksanantersebut.

    Agar evaluasi bisaberjalan dengan baik, maka pada saat membuat rencanadisamping ditetapkan target, juga harus ditetapkan indikator keberhasilan.

    Evaluasi di rumah sakit sangat sulit dilaksanakan, walaupun demikianbeberapa langkah evaluasi terhadap sistem pelayanan dirumuskan oleh Grant(1985) sbb :

    . Peer Review, Clinical Review, Medical Audit: Evaluasi meliputi kecocokantindakan yang dilaksanakan, dibanding standar. Pelaksanaannya biasanyaoleh dokter spesialis yang dianggap mampu.. Telaah departemental: evaluasi oleh departemen atas aktifitas klinik dalamskala kecil di rumah sakit.. Telaah oleh staf medik : evaluasi dilakukan oleh staf medik yang tidakmerawat pasien, misal, dilakukan oleh dokter yang telah pensiun yangdikontrak untuk menelaah sejumlah rekam medik yang diambil sampel. Telaah kematian : biasanya dilaksanakan oelh bagian kamar jenazah. Disiniterutama evaluasi pada outputnya.. Evalusi dan komite farmasi dan terapi, komite pengelian infeksi nasokomial,dan lain-lain.. Audit perawat : dilaksanakan oleh staf perawat senior.

    . Paramedical review: telaah terhadap pelayanan penunjang baik menyangkutlama pemeriksaan, kesalahan pemeriksaan dan lain-lain

    . Telaah atas pelayanan hotel: evaluasi pelayanan hotel adalah sangat mudahmendapat perhatian.

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    19/33

    . Telaah olah pasien: evaluasi oleh pasien boleh dilaksanakan, biasanya sekaliselama dirawat dan sekali setelah pulang. Walaupun kita tidak bisa berharapbanyak masukan dari evaluasi.(Hario Utomo, sistem antrian pelayanan rawat jalandi poliklinikpenyakit dalam RSUD TKII Bekasi hal 23-42)

    Semua proses pelayanan ini dilakukan secara kontinyu dan terkoordinir,adanya mekanisme rujukan, penjadwalan yang konsekwen, seleksi pasien tepat,dan pelayanan waktu. Sehingga memperoleh out put berupa kepuasaan pasiendalam bentuk adanya penurunan angka kematian dan kesakitan di rumah sakit.

    ALUR PELAYANAN DI RAWAT JALAN RSUD BEKASI

    Pasien tiba

    informasi

    Loket karcis

    bagian pendaftaran

    Bagianpendaftaran

    Pasien baru

    Pasien lama

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    20/33

    Memperolehkartu berobat

    Mengisi identitas

    Pasien menunggu di depanpoliklinik yang dituju

    Mendapat pelayanan dokter

    Selesai pelayanan dokter

    Rawat inap

    apotik

    Pelayanan

    penunjang

    Pasien pulang

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    21/33

    BAB III

    MANAJEMEN UNIT GAWAT DARURAT

    1. UNIT GAWAT DARURAT

    Berdasarkan defenisi yang tercantum dalam standart pelayanan rumah sakittahun 1992, unit gawat darurat adalah unit pelayanan kesehatan dalam satu rumahsakit yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan gawat darurat kepadamasyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan.

    Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 bahwa rumah sakit harus memiliki standar instalasi gawatdarurat sehingga dapat memberikan pelayanan dengan respon cepat danpenanganan yang tepat.

    Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yangcepat dan tepat. Hal ini sesuai dengan tujuan dari unit gawat darurat pada suaturumah sakit adalah:

    . Mencegah kematian dan cacat pada penderita gawat darurat. Merujuk sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebihmemadai. Penanggulangan korban bencana

    untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu standar dalam memberikan pelayanangawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapatmenjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat danpenanganan yang tepat. Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkansarana,prasarana,sumber daya manusia dan manajemen Instalasi Gawat DaruratRumah Sakit sesuai dengan standar.

    2. Faktor faktor Yang Berhubungan Dengan Unit Gawat Darurat

    Berdasarkan keputusan mentri Kesehatan Republik Indonsia nomer856/menkes/SK/IX/2009, ditetapkan prinsip umum unit pelayan gawat darurat dalamsuatu rumah sakit sebagai berikut:

    1. Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memilikikemampuan:

    a. Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat.

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    22/33

    b. Melakukan resusitasi dan stabilisasi (life saving)

    1. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit harus dapat memberikanpelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.2. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakitdiseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).3. Rumah sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasusgawat darurat.4. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama lima menit setelah sampaidi IGD.5. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasimultidisiplin,multiprofesi dan terintegrasi,dengan struktur organisasi funsionalyang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana,yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat diInstalai Gawat Darurat (IGD),dengan wewenag penuh yang dipimpin olehdokter.6. Setiap rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawatdaruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi berikut.

    Klasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari:

    1) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimaluntuk Rumah Sakit kelas A.

    2) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimaluntuk Rumah Sakit kelas B.

    3) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimaluntuk Rumah Sakit kelas C.

    4) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimaluntuk Rumah Sakit Kelas D.

    Sebagai suatu proses manajemen pelayanan kesehatan maka terdapat tigafaktor penting yang mementukan penampilan pelayanan unit gawat darurat, yaitu

    2.1. Sarana

    Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

    a .Persyaratan fisik bangunan:

    . Luas IGD disesuaikan denga beban kerja RS dengan memperhitungkankemungkinan penanganan korban massal/bencana

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    23/33

    . Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau olehmasyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar rumah sakit. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda denagn pintu utama. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien dapat sampai didepan pintuyang areanya terlindung dari panas dan hujan( untuk lantai IGD yang tidaksama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp). Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brangkar. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari duaambulans(sesuai dengan beban RS). Susunan ruang harus sedemikian rupa sehinggaarus pasien dapat lancar dantidak ada cross infection, dapat menampung korban bencana sesuai dengankemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol oleh perawatkepala jaga. Area dekontaminasi ditempatkan didepan/diluar IGD atau terpisah denganIGD. Ruang triase harus dapat memuat minimal 2(dua) brankar. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD. Memiliki ruang untuk istirahat (petugas dokter dan perawat)

    b. Standar ruangan dan peralatan

    Menurut buku pedoman pelayanan gawat darurat, Depkes RI luas minimalyang dibutuhkan unit gawat darurat rumah sakit kelas C adalah 400m2, menurutputsep 1000m2 per 100 pasien per hari, menurut rex 8600 nsf/60000kunjungan/tahun.

    Pembagian ruang menurut depkes sebagai berikut:

    . Ruang tunggu

    . Ruang administrasi

    . Ruang triase

    . Ruang resusitasi

    . Ruang tindakan. Ruang pemeriksaan

    . Ruang observasi

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    24/33

    . Ruang infeksi

    . Gudang.

    c. Standart Peralatan

    . alat dan obat untuk resusitasi

    . alat dan obat untuk life support

    . alat dan obat untuk diagnostik

    . alat keamanan (misalnya: pemadam kebakaran)

    2.2 Tenaga

    Instalasi gawat darurat harus dipimpin oleh dokter yang terlatih memilikikemampuan basic dan advanced life support, dibantu oleh tenaga mediakeperawatan dan tenaga lainnya yang telah mendapat pelatihan penanggulangangawat darurat. Standar ketenagaannya:

    . Kepala unit gawat darurat (dokter spesialis atau dokter umum)

    . Kepala harian (4 orang, dokter umum)

    . Triage officer (4 orang, perawat senior). Perawat ruang resusitasi (4 orang)

    . Perawat ruang observasi (4 orang)

    . Perawat ruang tindakan (4 orang)

    . Perawat di ruang periksa (4 orang)

    . Tenaga medical record (4 orang)

    . Tenaga keuangan/TU (4 orang)

    . Tenaga keamanan (4 orang)

    Dan mereka melakukan jenis pelayanan

    a.level IV

    Memberikan Pelayanan Sebagai berikut:

    1. Diagnosis dan penanganan: permasalah pada A,B,C dengan alat-alat yenglebih lengkap termasuk ventilator.2. Penilaian disability,penggunaan obat,EKG,defibrilasi3. Observasi HCU/ R Resusitasi-ICU4. Bedah Cito

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    25/33

    https://lh4.googleusercontent.com/E5AV0I2H5YKH6Tg6luzAbGCf2c5CNPd4BzfxEAg0RbUbep4kNqnXxLIC6NqQNLqU2olGkVzh6yfWV-NPxlNb4_bnZTuHqWfOJJitjA6xmZ332693Xwb.level III

    1. Diagnosis dan penanganan: permasalahan pada A,B,C dengan alat-alat yanglebih lengkap termasuk ventilator.2. Penilaian disability,penggunaan obat,EKG,defibrilasi3. Observasi HCU/ R.resusitasi4. Bedah Cito

    c.level II

    1. Diagnosis dan penanganan: permasalahan pada A: Jalan nafas (airwayproblem),B.Pernafasan (Breathing problem),dan C.Sirkulasi pembuluh darah(Circulation problem).2. Penilaian disability,penggunaan obat,EKG,defibrilasi (Observasi HCU)3. Bedah Cito.

    d.level I

    1. Diagnosis dan penanganan: Permasalah pada A. Jalan nafas(airway

    problem),B. Pernafasan (Breathing Problem) dan C. Sirkulasi pembuluh darah(Circulation problem)2. Melakukan stabilisasi dan evakuasi.

    2.3. Kebijakan Prosedur

    Untuk menciptakan pelayanan yang efektif dan efesien pada instalasi gawatdarurat dalam waktu 24 jam, 7 hari secara terus menerus, maka harus ada kebijakandan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu ditinjau dan disempurnakan

    (bila perlu) dan mudah dilihat oleh seluruh petugas.

    Alur Kegiatan UGD

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    26/33

    3. Manajemen pelayanan unit gawat darurat

    3.1. Perencanaan

    untuk mencapai kepuasan pasien pada pelayanan medis gawat darurat, makadiperlukan perencanaan yang matang sehingga menciptakan pelayanan yang efektifdan efisien, sehingga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

    Instalasi gawat darurat harus mempunyai:

    a. Falsafah dan Tujuan

    Instalasi emeregensi gawat darurat memberikan pelayanan kepadamasyarakat/penderita sesuai dengan standart. Kriterianya sbb :

    . RS menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus menerusselama 24 jam, 7 hari seminggu. Ada istalasi yang tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayananlainnya di rumah sakit. Ada kebijakan prosedur tertulis tentang png tidak tergolong akut gawat akantetapi datang berobat diIGD

    . Adanya evaluasi tentang fungsi instalasi disesuaikan dengan kebutuhanpenderita dan masyarakat

    . Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kegawat daruratan

    b. target dan standart

    1. Target pencapaian standar Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit secaranasional adalah maksimal 5 tahun dari tanggal penetapan SK.2. Setiap Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian lebih cepat daritarget maksimal capaian secara nasional.3. Rencana pencapaian dan penerapan standar Instalasi Gawat Darurat RumahSakit dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan

    dan potensi daerah.

    3.2. Pengorganisasian

    IGD harus dikelola secara mandiri, tetapi tetap terintegrasi dan di integrasikandengan istalasi/unit lainnya di RS. Kriteria

    a. administrasi dan pengolannya sbb:

    Instalasi Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai ketentuan tertulis tentang:

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    27/33

    . Uraian tugas struktur organisasi dan personalia

    . Pendataan fasilitas,sarana dan prasarana,dan lain-lain.

    . Pelaksanaan koordinasi dengan instalasi-instalasi pelayanan baikinter pelayanan gawat darurat maupun di dalam rumah sakit. Disaster paln yang merupakan bagian dari disaster plan rumahsakit.

    b.pimpinan dan staf

    . Pelaksanaan gawat darurat harus terdiri dari:

    . Instalasi Gawat Darurat dipimpin oleh minimal Dokter Umumdengan pengetahuan manajemen dan teknis medispenanggulangan penderita gawat darurat.. Staf pelaksana Gawat Darurat adalah tenaga fungsionaldengan kualifikasi sesuai klarifikasi pelayanan gawat darurat.

    c.lokasi dan fasilitas

    . Lokasi Pelayanan Gawat Darurat mudah diakses langsung oleh

    masyarakat. Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai fasilitastriase,resusitasi,ruang observasi,pelayanan False Emergency,ruangistirahat petugas,ruang tunggu dan lain-lainnya.. Dalam keadaan musibah massal mudah dilakukan zoning ruangan.. Mempunyai fasilitas komunikasi dan informasi untuk masyarakat.. Mempunyai fasilitas untuk live saving (alat,obat dan ruangan)

    3.3.Penggerakan

    Tenaga medis diharapkan segera memahami standart operasional untukmelakukan tindakan pelayanan gawat darurat. Seperti ketentuan triage, yaitu sistemseleksi pasien berdasarkan kegawat daruratan, sehingga tercipta suatu alurpelayanan yang terkoordinasi secara otomatis.

    Pelaksanaan Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai Standar OperasionalProsedur (SOP) sebagai berikut:

    o Kasus kegawatan dengan ancaman kematiano True emergency (5 kasus terbanyak)

    o Kasus dengan korban massal (trauma,bencana kimia,dll)

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    28/33

    o Kasus keracunan massalo Kasus -kasus khusus:i. Perkosaan,kekerasan pada anakii. Persalinan normal/tidak normaliii. Kegawatan diruang perawatan

    o Ketentuan-ketentuan khusus yang berhubungan dengan:i. Kegunaan hubungan dengan asuransiii. Batas-batas tindakan medikiii. Etika dan hukumiv. Pendataan

    standart of conduct :

    a. SUMBER DAYA MANUSIA. Petugas yang ON CALL paling lambat telah sampai IGDmaksimal 2 jam

    . Standar SDM harus terpenuhi 95 %

    b. RUANGAN. Ketersediaan ruangan 80% dari seluruh standar yang ada untuktiap kelas/bintang kecuali yang vital (untuk live saving 100%sedangkan penunjang 50%). Beberapa ruangan bisa bergabung dengan ruang lainnya,prinsiputama adalah jenis pelayanannya jadi tidak harus sendiri-sendiriatau terletak di tempat yang lain (diluar IGD) tetapi dapatdiakses dan memberikan pelayanan 24 jam,tapi tidak harusinclude dengan IGD

    c. ALAT DAN FASILITAS MEDIS. 80 % alat tersedia sesuai dengan kelas UGDnya (untuk yangsifatnya life saving harus 100%

    d. ALUR PELAYANAN PASIEN. Triage1. Dilakukan oleh minimal perawat2. Waktu: maksimal 2 menit (dalam 2 menit,pasien sudahdilakukan labelling)o Pada keadaan sehari-hari : dituliskan di status

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    29/33

    o Pada keadaan bencana : kode labelling (warna)Merah,Kuning,Hijau dan Hitam

    3. Resusitasi dan stabilisasi. Apabila pasien memerlukan resusitasi bedah maka:o Maksimal telah dilakukan resusitasi : 20 menitsejak pasien terdaftaro Waktu diruangan :maksimal 4 jamo Target pencapaian 80% dari total seluruh pasienyang masuk ruang resusitasi.

    . False Emergency

    . Pasien false emergency maksimal 1 jam di UGD.

    . Kamar Operasi1. Operasi damage control yang telah di prediksi maksimaldalam 1,5 jam2. Untuk masalah strangulasi/iskemik ; waktu tunggumaksimal 4 jam3. Untuk Infeksi : waktu tunggu maksimal 8 jam.

    3.4. pengawasan dan evaluasi

    Evaluasi pada pelayan IGD berupa,.evaluasi kendali mutu :

    Pelaksana Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai tim evaluasi dan kendalimutu sebagai berikut:

    o Tim audit Pelayanan Mediko Tim Audit Administrasi dan Keuangano Tim Evalusi Datao Organisasi Dan Tata Laksana

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    30/33

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    31/33

    BAB IV

    KESIMPULAN

    1. pelayanan medik dirumah sakit merupakan suatu sistem manajemen yang terdiridari :

    . input

    . Proses

    . Out put

    2. pelayanan medik rawat jalan adalah adalah salah satu bentuk pelayanan medikyang dilaksanakan sesuai dengan standart pelayanan dan atas persetujuan pasiendengan tujuan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimalmelalui prosedur atau tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhietika kedokteran

    3. poliklinik rawat jalan yang baik seharusnya mengupanyakan pelayananya dalamproses POACE (perencanaan, organisasi, penggerak, kontrol dan evalusi) untukmenciptakan standart poliklinik rawat jalan yang baik, dengan ciri-ciri sebagaiberikut:

    a.fasilitas fisik yang memadai

    b.Jam praktek yang tepat, terdapat pelayanan 24 jam dan sistem rujukan yang baik

    c.penjadwalan kunjungan yang efisien, untuk memperndek waktu tunggu

    d.tarif yang terjangkau oleh sasaran

    e.kualitas pelayanan yang oleh pasien biasanya dinilai baik bila pelayanan olehdokter dan perawat dilakukan dengan ramah,penuh perhatian terhadap kebutuhanpasien dan perasaannya.

    4. unit gawat darurat adalah unit pelayanan kesehatan dalam suatu rumah sakityang berfungsi menyelenggarakan pelayanan gawat darurat kepada masyarakatyang penyakit akut dan mengalami kecelakaan.

    5. IGD yang baik seharusnya mengupanyakan pelayananya dalam proses POACE(perencanaan, organisasi, penggerak, kontrol dan evalusi) untuk menciptakanstandart pelayanan gawat darurat dan sistem kerja selama 24 jam 7 hari seminggusecara efektif dn efisien.

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    32/33

    DAFTAR PUSTAKA

    Adikoesoema, Suparto Dr,1994. Manajemen Rumah Sakit

    Erythawidhayana, tesis MARS optimalisasi sistem pelayanan instalasi rawat jalanRSUP fatmawatiJakarta, 2000,

    Kepres Menkes RI no.856/menkes/SK/IX/2009

    Untoro Hario, tesissistem antrian pelayanan dipoliklinik rawat jalan penyakit dalamRSUD tingkat II bekasiJakarta 1997

    www.pustaka.unpad.ac.iddr. Henni D. PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIKDAN KEPERAWATANDI RUMAH SAKIT Supriadi K, MARS

  • 7/25/2019 Pedoman Poli (1)

    33/33