Top Banner
PEDOMAN PENYELENGGARAN KEBUN PEMBIBITAN DI LAHAN SAWAH BIBIT Yang dimaksud dengan bibit adalah bahan tanam untuk pertanaman tebu selanjutnya; bibit tebu pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu bibit bagal, bibit rayungan dan stek pucuk. Bibit bagal atau stek batang dapat terbagi ke dalam stek bagal bermata satu, dua, tiga atau stek bagal lonjoran (lebih dari tiga mata). Bibit rayungan juga demikian, rayungan bermata satu, rayungan bermata dua atau lebih. Bibit bagal dan bibit rayungan berasal dari kebun bibit. Stek pucuk adalah potongan batang bagian pucuk, sepanjang 30 – 40 cm (3 - 4 mata), berasal dari tanaman tebu giling, diambil (dipotong) pada waktu penebangan dan digunakan khusus untuk tanaman tebu giling (bukan tebu bibit). Penggunaan stek pucuk ini harus dibatasi, tidak boleh melebihi 30 % dari seluruh kebutuhan bibit dan diambil dari kebutuhan tebu giling yang dulu bahan tanamnya berasal dari kebun bibit. Hal ini perlu, untuk menjaga agar kemurnian jenis tetap dapat dipertahankan. PEMBIBITAN
27

Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

Aug 04, 2015

Download

Documents

utie_rahayu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

PEDOMAN PENYELENGGARAN KEBUN PEMBIBITAN

DI LAHAN SAWAH

BIBIT

Yang dimaksud dengan bibit adalah bahan tanam untuk pertanaman tebu

selanjutnya; bibit tebu pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu bibit

bagal, bibit rayungan dan stek pucuk. Bibit bagal atau stek batang dapat terbagi ke

dalam stek bagal bermata satu, dua, tiga atau stek bagal lonjoran (lebih dari tiga

mata).

Bibit rayungan juga demikian, rayungan bermata satu, rayungan bermata dua

atau lebih.

Bibit bagal dan bibit rayungan berasal dari kebun bibit. Stek pucuk adalah

potongan batang bagian pucuk, sepanjang 30 – 40 cm (3 - 4 mata), berasal dari

tanaman tebu giling, diambil (dipotong) pada waktu penebangan dan digunakan

khusus untuk tanaman tebu giling (bukan tebu bibit). Penggunaan stek pucuk ini

harus dibatasi, tidak boleh melebihi 30 % dari seluruh kebutuhan bibit dan

diambil dari kebutuhan tebu giling yang dulu bahan tanamnya berasal dari kebun

bibit. Hal ini perlu, untuk menjaga agar kemurnian jenis tetap dapat

dipertahankan.

PEMBIBITAN

Pembibitan adalah tempat atau areal dimana diselenggarakan tanaman untuk

keperluan penyediaan bahan tanam bagi tanaman selanjutnya.

Adapun perlunya pembibitan itu diusahakan adalah agar:

a. Diperoleh bibit dari jenis-jenis murni (tak ada campuran), dengan jalan

penyeleksian di dalam kebun-kebun bibit terhadap campuran.

b. Diperoleh bahan tanam yang bebas dari penyakit-penyakit yang menular,

dengan jalan penyeleksian/pencabutan dari rumpun-rumpun di dalam kebun-

kebun bibit yang terserang oleh penyakit-penyakit utama seperti mosaik,

blendok, pokahbung, bakterioris, penyakit pembuluh dan lain-lain.

Page 2: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

c. Penanaman tebu giling tidak tergantung dari jalannya penggilingan, dengan

jalan menyelenggarakan tanaman pembibitan (KBD) seluas ± 12 % dari

seluruh areal tanaman tebu gilig tebangan kesatu yang direncanakan.

Untuk mendapatkan hasil penangkaran yang sebaik-baiknya diperlukan

batang yang sebanyak-banyaknya. Untuk itu jarak antara juringan pusat ke pusat

dibuat lebih dekat yaitu sampai ± 90 cm.

TINGKAT KEBUN PEMBIBITAN

Tingkat kebun pembibitan yang diselenggarakan ada 4 (empat) tingkatan;

a. KBP (Kebun Bibit Pokok)

b. KBN (Kebun Bibit Nenek)

c. KBI (Kebun Bibit Induk)

d. KBD (Kebun Bibit Datar)

Maksud diadakan tahap-tahap pembibitan adalah untuk menjamin adanya

kemurnian dan kebersihan bibit.

Kebun Bibit Pokok (KBP)

Kebun Bibit Pokok, merupakan kebun pembibitan tingkat I

penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai bahan penyedian bahan tanam bagi

kebun pembibitan tingkat II (KBN), dan kebutuhan bahan tanam bagi

penyelenggaraan KBP ini disediaakan oleh BP3G melalui perwakilan-

perwakilannya, hal ini dimaksudkan agar kemurnian jenis dapat

dipertanggungjawabkan. Penanaman kebun bibit pokok dilakukan dalam bulan

Desember/Januari/Februari.

Luas kebutuhan Kebun Bibit Pokok yang harus ditanam tergantung dari luas

areal tanaman tebu giling yang akan ditanam dan faktor penangkarannya minimal

lebih kurang 0,1 % dari luas tanaman tebu giling (misal untuk 1000 hektar

tanaman tebu giling, cukup ditanam satu hektar KBP.

Kebun Bibit Nenenk (KBN)

Kebun Bibit Nenek, merupakan kebun pembibitn tingkat II

penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun

Page 3: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

pembibitan tingkat III (KBI), kebutuhan bahan tanam bagi penyelenggaraan KBN

diperoleh dari Kebun Bibit Pokok di tiap pabrik gula. Bila dalam penyelenggaraan

KBN tidak dapat dicukupi oleh pabrik gula, antara lain karena kegagalan tanaman

KBP (penangkarannnya terlalu rendah, kurang dari 1 : 5), dalam hal ini BP3G

melalui perwakilannya dapat membantu mencukupi kekurangan tersebut, untuk

sebagian atau selurunya, tergantung pada persediaan yang ada. Penanaman Kebun

Bibit Nenek dilakukan dalam bulan Juli/Agustus/September.

Luas kebutuhan KBN yang harus ditanam tergantung pada luas areal tanaman

tebu giling dan faktor penangkarannya minimal pada tiap tingkatan dari KBN

adalah 0,5 % dari luas areal tanaman tebu giling. KBN dapat dilaksanakan

penanamannya di masing-masing pabrik gula dengan pengawasan dari BP3G

melalui perwakilan-perwakilannya.

Kebun Bibit Induk (KBI)

Kebun Bibit Induk merupakan kebun pembibitan tingkat III

penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi kebun

pembibitan tingkat IV (KBD), dan kebutuhan bahan tanam bagi penyelenggaraan

KBI ini diperoleh dari KBN ditiap pabrik gula. Penanaman Kebun Bibit Induk

dilakukan dalam bulan Februari/maret/April, dan ditanam dimasing-masing pabrik

gula. Luas kebutuhan kebun bibit induk yang harus ditanam tergantung dari luas

areal tanaman tebu giling; faktor penangkarannya kurang lebih 2,5 % dari luas

areal tanaman tebu giling. Jenis yang ditanam harus diusahakan tidak lebih dari

lima jenis, hal ini untuk memudahkan program pelaksanaan tebu gilingnya.

Perlu diketahui tingkat pembibitan KBI relatif lebih banyak meminta

perhatian dalam penyelenggaraannya dibandingkan dengan kebun bibit yang lain

karena:

- Sebagai penyedia bahan tanam bagi penyelenggaraan KBD yang merupakan

tingkat terkahir dari kebun pembibitan untuk Kebun tebu Giling (KTG).

- Hampir seluruh masa tumbuhnya (Februari/Maret/April s.d

Agustus/September/Oktober) berada dalam musim kemarau dan saat tanaman

umur lebih dari 4 bulan di mana kebutuhan airnya meningkat justru berada

ditengah-tengahnya musim kemarau (Agustus).

Page 4: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

- Komposisi jenis di dalam tanaman Tebu Giling (KTG) sedapat mungkin sudah

bercermin dalam KBI.

- Kesulitan di dalam mendapatkan lahan persewaan (dalam arti lahan-lahan

yang baik, terutama pengairannya) bagi penyelenggaraan KBI tepat pada

waktunya, berhubung dengan masa okupasinya dan peraturan persewaan

tanahnya relatif kurang menguntungkan pemilik.

Kebun Bibit Dataran (KBD)

Kebun Bibit Dataran merupakan kebun pembibitan tingkat IV (terakhir);

penyelenggaraannya dimaksudkan sebagai penyedia bahan tanam bagi tanaman

tebu giling. Penanamannya dilakukan dalam bulan

September/Oktober/November/Desember. Sebagian besar atau hampir seluruh

masa pertumbuhannya relatif lebih baik daripada tanaman kebun bibit tingkat

sebelumnya.

Luas kebutuhan KBD yang harus ditanam di tiap pabrik gula cukup

seperdelapan luas areal tanaman tebu giling (lebih kurang 12 %); jadi untuk

tanaman tebu giling seluas 1000 ha, hanya diperlukan penyelenggaraan KBD

seluas lebih kurang 125 ha. Adapun penanamannya diusahakan sedekat mungkin

dengan tempat gelanggangan (tempat yang akan dibuka untuk kebun tebu giling.

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Ags. Sep. Okt. Nov Des                                                                                                                                                                                                                                                         

Gambar masa pertumbuhan kebun bibit

Page 5: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

Keterangan:

KBP : ditanam bulan Desember s.d Juni tahun berikutnya

KBN : ditanam bulan Juli s.d Januari tahun berikutnya

KBI : ditanam bulan Februari s.d Agustus

KBD : ditanam bulan September s.d Mei tahun berikutnya

SYARAT-SYARAT YANG DIPERLUKAN

Penyelenggaraan kebun-kebun pembibitan memerlukan syarat-syarat

pemilihan tempat yang sebaik-baiknya, terutama dalam hal:

- Tanah yang subur dengan solum cukup dalam (lebih dari 60 cm).

- Air pengairan dapat mencukupi kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan

vegetatif yang optimal.

- Terisolir dari tanaman/tumbuh-tumuhan yang dapat menjadi tanaman inang

(sumber/hama/penyakit penting).

PENGOLAHA TANAH

Pada dasarnya pengolahan tanah untuk kebutuhan pembibitan sama dengan

pada kebun tebu giling. Sebelum membuat juringan-juringan, pekerjaan

menentukan jaringan got-got didulukan, setelah got-got dibikin kemudian

dibuatlah juringan, dengan prinsip semua pembuatan got-got dan leng/juringan

dimulai dari bagian bidang lahan yang terendah.

Page 6: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

a. Got keliling

Dibuat sekeliling bidang lahan, calon kebun tebu (dengan dalam = lebar = 70

sampai 100 cm).

b. Got mujur

Dibuat melintang dengan arah miringnya lahan. Jarak antar got mujur 50

sampai 100 m (dengan dalam – lebar = 60 sampai 70 cm).

c. Got malang

Dibuat searah ( / / ) dengan miringnya lahan. Jarak antar got malang 5 sampai

10 meter (dengan dalam = lebar = 45 sampai 60 cm).

d. Juringan/leng

Dibuat melintang dengan arah miringnya lahan. Panjang juringan disesuaikan

dengan keadaan tanah dengan (lebar : 50 cm, lebar guludan 40 cm dan dalam

30 cm) PKP = 90 s.d 100 cm).

Membuat juringan

1. Gilingan I, dilakukan dengan

lempak/lencek/lencus. Dalamnya ±

20 cm.

2. Galian II, dilakukan dengan lempak

atau garpu gigi 4, sedalam ± 10 cm,

sehingga dalamnya leng (alur)

menjadi ± 30 cm.

PENANAMAN

Sebelum tanam yang perlu diperhatikan adalah:

- Pendayungan dari tanah yang akan ditanami

- Untuk tanah yang berat, dasar leng dijugar dan tanah diatas guludan (yang

sudah kering) diturunkan ke dasar leng ± 10 cm.

- Membuat kasuran tanam dan paliran.

- Dalamnya penanman

Page 7: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

- Bibit bagal ditanam setelah bibit itu sendiri

- Bibit rayungan ditanam secar berdiri.

Kecuali ditempat tersebut sering terjadi banjir, bagal ditanam secara

berdiri (condong), utnuk memperkecil resiko terendamnya/matinya semua

mata.

a. MEMBUAT KASURAN TANAMN

Memasukkan kembali (menurunkan) tanah garpuan yang sudah kering

tanah normal kasuran Paliran tanah becer (dalam musim penghujan)

b. MENANAM

tanah normal tanah becer (dalam musim penghujan)

Page 8: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

Bibit bagal mata dua Posisi bibit

Bibit rayungan mata dua Posisi bibit

Bibit rayungan mata satu Posisi bibit

Page 9: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

PEMELIHARAAN TANAMAN

Pemeliharaan kebun-kebun pembibitan minimal harus sama dengan

pemeliharaan tanaman tebu giling, hingga pekerjaan- pekerjaan sebelum

pengguludan. Untuk menghasilkan bibit dengan kuantitas dan kualitas yang

tinggi, bagi tanaman pembibitan diperlukan pemeliharaan lebih baik dalam

beberapa hal : pemupukan, pemberian air, seleksi jenis dan pemberantasan

hama/penyakit-penyakit penting.

Penyulaman

Bahan sulam yang baik adalah mempergunakan sumpingan-sumpingan atau

tunas-tunas berasal dari dederan. Pemindahan tanaman tersebut hendaknya

dilakukan dengan tanah yang melekat pada akar-akarnya.

- Rayungan : pada tanaman yang ditanam dengan rayungan, penyulaman

dapat diadakan satu minggu setelah tanam

- Bagal : pada tanaman yang ditanam dengan bagal, penyulaman dapat

diadakan kuarang lebih empat minggu setelah tanam.

Untuk mencegah ulangan sulaman sampai kadang-kadang lebih dari dua kali,

hendaknya diadakan penyulaman yang seksama dengan menggunakan bahan

sulam yang sebaik-baiknya.

Pemupukan

Pemberian pupuk pada kebun-kebun pembibitan relative lebih banyak

daripada tanaman tebu giling, dalam jangka waktu pertumbuhan relative

pendek diberikan pupuk sebanyak pemberian pada tanaman tebu giling.

Pemberian pupuk :

- Dosis :

Nitrogen : 120 – 140 kg N/ha (ZA)

Phospat : 45 – 90 kg P2O5/ha (TSP)

Kalium : 120 – 180 kg K2O/ha (KCl)

- Waktu

Nitrogen : diberikan dua kali (pertama bersamaan tanam dan kedua

diberikan satu bulan setelah tanam)

Page 10: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

Phospat : diberikan satu kali (bersamaan tanam)

Kalium : diberikan satu kali (bersamaan tanam), pada dosis yang

tinggi lebih dari 2 ku diberikan 2 kali (pertama bersamaan tanam dan

kedua diberikan bersama dengan Nitrogen kedua)

- Catatan

a. Pada tanah-tanah yang tingkat kesuburannya rendah, dosis tersebut

diatas harus dinaikkan, terutama dosis pupuk Nitrogen ( ± 20 s.d 30

kg N/ha)

b. Pada tanah-tanah yang tingkat kesuburannya tinggi, dosis tersebut

diatas dapat diturunkan, terutama Kalium (± 60 kg K2O/ha)

- Cara

Dengan gejik

Dengan menabur dialur / garitan

Bila menyelenggarakan kebun bibit berupa rayungan maka pupuk N

diberikan lagi sebanyak ± 20 % N/ha (± 1 ku ZA) dan diberikan segera

setelah tanaman dipotong ujungnya.

Pemupukan ke 1

a. Pupuk diberikan bersama-sama saat waktu tanam. Caranya : dibuat

alur bibit. Bibit diletakkan dialur bibit, diikuti pemberian pupuk, lalu

ditutup dengan tanah kasuran.

b. Diberikan secepat mungkin sesudah tanam, dengan terlebih dahulu

dibuat lubang pupuk dengan gejig/gejug.

Pemupukan ke 2

Diberikan ± 1 bulan kemudian, sesudah pekerjaan jugar (penggemburan

tanah dengan garpu gigi 2) dan sebelum pekerjaan bumbun ke 1.

Page 11: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

Pengendalian Gulma

Cara mekanis

Disiang dengan tangan sebanyak 3-4 kali setiap minggu (sampai tajuk

daun tebu saling mentup “close in”).

Cara kimiawi

Penyemprotan herbisida dilakukan satu kali dengan campuran herbisida

sebagai berikut :

a. Asulox + Actril DS ( 6 1/ha + 2 1/ha)

b. Sencor + 2.4 D (1.2 kg/ha + 1.5 1/ha)

campuran herbisida tersebut dilarutkan dalam 400 liter air/ha yang

disemprotkan segera (3-7 hari) setelah penanaman tebu.

Pemberian Air

Kebutuhan air selama masa pertumbuhan tanaman pembibitan harus dapat

terpenuhi agar dapat dihindari terjadinya hambatan dalam pertumbuhan yang

dapat berakibat merosotnya kuantitas maupun kualitas bibit.

Bagi tanaman pembibitan pada tingkatan KBP dan lebih lagi KBD hal ini

perlu mendapatkan perhatian yang besar atau hamper seluruh masa

pertumbuhannya berda dalam musim kemarau.

Pembumbunan

Pembumbunan dimaksudkan memberi tambahan media sebagai sumber zat

hara yang baru bagi tanaman dan meningkatkan drainase sebaik-baiknya.

Pembumbunan untuk pembibitan dilakukan 3 kali :

Bumbun I ( umur 35 – 40 hari, menjelang masa beranak)

Page 12: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

1. Tanah diatas guludan, yang sudah “masak” yaitu kering dan halus

dimasukkan dalam leng dengan sekop atau pacul setebal beberapa cm

sekedar menutup bibit.

2. Paliran tetap dipelihara sebagai jalan air menuju got malang.

Bumbun II (umur ± 60 hari, masa beranak)

1. Tanah diatas guludan yang sudah masak dimasukkan dalam leng dengan

sekop atau pacul, setinggi ¾ dalam leng.

2. Paliran tetap dipelihara sebagai jalan air menuju got malang.

Bumbun III (umur ± 90 hari, jumlah anakan maksimum dan mulai terbentuk

ruas pertama)

1. Tanah diatas guludan, dimasukkan diantara batang-batang tanaman

setinggi tanah waras (“rata”).

2. Tanah diberikan rapat-rapat diantara batang-batang tebu untuk

menghindari genangan air bila hujan.

3. Pada bumbun III ini semua tanah berasal dari juringan sudah dikembalikan

kedalam juringan.

Seleksi varietas atau membuang campuran

Tujuan dari penyelenggaran kebun-kebun pembibitan adalah untuk

menghasilkan bibit sebagai bahan tanaman yang murni varietasnya. Sebab itu

seleksi varietas atau pembuangan rumpun-rumpun campuran dalam kebun-

kebun pembibitan harus dijalankan cukup intensif. Pelaksanaannya adalah

sebagai berikut :

- Seleksi I tanaman umur ± 2 bulan, caranya rumpun-rumpun campuran

dibongkar dan dikeluarkan ke kebun

- Seleksi II tanaman umur ± 4 bulan pada saat ini tanaman sudah

membentuk beberapa ruas (2-4 ruas), caranya sama seperti seleksi I

- Seleksi III tanaman menjelang penebangan bibit atau pemangkasan pucuk

(tanaman umur ± 5 ½ bulan), caranya rumpun-rumpun campuran

dibongkar, diharapkan kebun sudah terbebas dari campuran.

Pengendalian hama/penyakit penting

Hama

a. Penggerek pucuk

Page 13: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

Pengendalian :

- Cara mekanis : dilakukan rogesan (pemangkasan pucuk tebu), mulai

umur ± 2 ½ bulan dilakukan tiap 2 minggu sampai pada suatu saat

dimana pekerjaan rogesan tidak dapat dilakukan lagi karena tanaman

sudah tinggi (umur ± 5 bulan).

- Cara kimiawi : dengan suntikan furadan 3G. Diberikan 3-4 kali

dimulai umur 4 bulan tiap 10 hari sekali pada tanaman yang terserang

(disuntikkan). Tiap tanaman memerlukan ± 50 butir granulair (tiap

gram mengandung ± 2000 butir).

b. Penggerek batang

Pengendalian :

- Cara biologis :

1. Dilakukan pelepasan Trichorgamma sp. Sebanyak ± 100.000 telur

per ha. Pelepasan mulai umur 1 ½ bulan, diberikan setiap minggu 4

pias @2500 sampai Trichorgamma sp. tersebut tidak aktif lagi.

2. Dilakukan pelepasan lalat Jatiroto (Diatraeophaga striatalis sp.)

sebanyak 30 pasang per ha (dilepas pada umur 3 ½ - 4 bulan).

- Cara kimiawi :

1. Azordin 15 W SC, 5 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi

5%.

2. Didrin 24 EC, 3 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi 3%.

3. Agrothion 50EC, 2 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi 2%.

4. Thiodan 35 EC, 2 ½ lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi

2.5%.

5. Nuvacron 20 SCW, 5 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi

5%.

6. Supracide 40 EC, 3 lt/ha/aplikasi. Diberikan 3 kali, konsentrasi

2.5%.

Catatan : untuk menentukan saat aplikasi, diperlukan pengamatan

serangan penggerek batang pada daun muda. Apabila taraf serangan

mencapai 5% atau lebih, aplikasi dapat dilakukan. Hal ini dimulai

umur 3 bulan tiap minggu.

Page 14: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

c. Kutu bulu putih (Ceratovacuna laginera)

Pengendalian :

- Cara mekanis (untuk serangan awal/penularan)

1. Daun-daun terserang dipulas dengan lumpur atau air kapur sampai

hamanya mati.

2. Daun-daun yang terserang (dengan hamanya) dipotong,

dimasukkan dalam kantong plastik, dibawa keluar kebun kemudian

dibakar.

- Cara hayati :

Pada cara ini kutu-kutu dari kebun yang terdapat kutu bulu putih

dengan % parasit (Encarsia flavosculetum) tinggi (> 30%) dipindahkan

ke kebun lain yang parasitnya rendah (< 20 %). Caranya, beberapa

potongan/helai daun dari kebun yang parasitnya tinggi dipindahkan

dengan cara menempelkan pada daun-daun yang banyak terserang kutu

di kebun yang populasi parasitnya rendah. Untuk mengetahui kutu

yang terparasit atau tidak dapat dilakukan dengan mengambil contoh

sejumlah kutu dari kebun. Kemudian kutu tersebut dimasukkan

kedalam Bensol Chloral Hydrat dan dipanaskan sampai mendidih

selama 10 menit dalam “water phath”. Dengan bantuan mikroskop

kutu-kutu dapat terlihat.

- Cara kimiawi

1. Penyemprotan dengan emulsi sabun dengan minyak tanah dalam

perbandinagn berat sabun : air : minyak tanah = 1 : 10 : 20. Bahan

baku ini diencerkan sampai 15-20 kali, merupakan bahan yang siap

untuk disemprotkan. Pencampuran sabun dengan minyak tanah

harus benar-benar merata (sering diaduk).

2. Pemakaian insektisida

Anthio 33 EC, 2 ½ lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai

pada saat ada serangan konsentrasi 2,5 %, interval 15 hari sekali.

Mulai dilakukan pada saat ada serangan.

Page 15: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

Perfecthion 40 EC, 2 ½ lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai

pada saat ada serangan konsentrasi 2,5 %, interval 15 hari sekali.

Mulai dilakukan pada saat ada serangan.

Azordrin 15 W Sc, 4 lt/ha/aplikasi. Diberikan 2 kali dan dimulai

pada saat ada serangan konsentrasi 4 %, interval 15 hari sekali.

Mulai dilakukan pada saat ada serangan.

d. Tikus (rattus-rattus breviacaudatus)

Pengendalian :

- Cara mekanis : gropyokan, dengan dibantu oleh anjing

- Cara kimiawi :

1. Asap beracun, penghembusan asap belerang yang dibakar dengan

merang kedalam lubang tikus dengan memakai alat penghembus

2. Umpan beracun. Racun menggunakan sengphosphide, phosphor.

Umpan menggunakan gabah, jagung, ubi, kelapa dan yuyu.

Penyakit

a. Penyakit mosaik

Pencegahan :

Dengan menjebol rumpun-rumpun sakit pada kebun bibit dengan jangka

waktu ± 2 minggu dimulai pada umur 3 bulan dan rumpun tersebut

dikeluarkan dari kebun dan dimusnahkan agar tidak bisa dipakai lagi

sebagai bahan tanam. Pada tanaman tebu giling tidak dilakukan penjebolan

rumpun, tetapi tebu langsunng digiling dan jangan sekali-sekali

mengambil bibit dari tanaman yang sudah terserang penyakit. Penggantian

dengan jenis tebu yang tahan mosaic merupakan cara pemberantasan yang

terbaik. Tanaman-tanaman yang biasanya terserang penyakit ini adalah :

glagah, jagung, sorgum dan jenis rumput-rumputan seperti Panicum

colonum, Pennisetum glaucum dsb.

b. Penyakit luka api

Pencegahan :

1. Memusnahkan semua rumpun dengan batang tebu yang pucuknya

memperlihatkan gejala kena serangan dan rumpun-rumpun yang

Page 16: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

mencurigakan yaitu dengan batang-batang ttebu yang kecil dan ruas

yang memanjang dan berbentuk tong.

2. Petak-petak yang terserang sebaiknya segera dibongkar, tanaman

dimusnahkan, sementara waktu jangan ditanami tebu dan diadakan

crop rotation dengan tanaman lain, mengingat spora-spora penyakit

luka api dapat hidup dalam tanah selama beberapa bulan.

3. Agar spora-spora penyakit ini tidak tersebar, pemusnahan rumpun-

rumpun tebu sakit hendaknya dilakukan secara hati-hati. Sebaiknya

pucuk yang menyerupai cambuk dipotong setempat, dimasukkan

kedalam kantong plastic, kemudian dimasukkan kedalam air mendidih

selama 30 menit dan dibakar, sisa rumpun didongkel dan dibakar.

c. Penyakit blendok

Cara pemberantasan yang baik adalah pencegahan yaitu menanam dengan

jenis-jenis yang kebal, seleksi kebun-kebun bibit dan mendesinfeksikan

parang. Seleksi didalam kebun-kebun bibit harus dilakukan dengan teliti

semenjak penanaman, setiap bulan semua rumpun-rumpun tebu sakit harus

disingkirkan.

d. Penyakit pembuluh

Cara pemberantasannya adalah perawatan bibit tebu menggunakan air

panas 50o C selama 2 jam dapat memberikan gejala penyembuhan dan

memberikan kenaikan berat tebu lebih dari 10%.

PEMUNGUTAN HASIL, SORTASI DAN PENGANGKUTAN BIBIT

Pemungutan hasil

Dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk penanaman kebun pembibitan

tingkatan lebih lanjut maupun untuk penanaman tebu giling. Usahakan

agar pemungutan hasil dapat dilakukan tepat pada waktunya dengan

kualitas bibit yang baik sebagai bahan tanam (tidak terlalu tua atau lebih

dari 7 bulan dan tidak terlalu muda atau kurang dari 5 bulan). Penggunaan

bibit rayungan memerlukan pengairan yang cukup sedangkan bagal dapat

lebih tahan terhadap kekeringan.

Page 17: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

Pengambilan bibit rayungan Pemotongan bibit rayungan

Pengangkutan bibit bagal

Page 18: Pedoman Penyelenggaran Kebun Pembibitan

DAFTAR PUSTAKA

Bulletin BP3G. No. 15 1971. Petunjuk Penyelenggaraan dan Pemeliharaan Kebun Bibit serta Pemberantasan Hama dan Penyakit.

Siswojo. 1978. Penyakit-penyakit penting pada tanaman Tebu

Brosur BP3G. 1975. Pedoman Penanaman Tebu Tegalan Awal Musim Hujan di Jawa.

Kursus Tanaman BP3G. 1980. Himpunan Diktat Kursus Tanaman.

Handojo, H. 1980. Penyakit Luka Api di Jawa.