Top Banner
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Oleh : MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO NIM. 2010 1298 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
102

PDF Kti m. Ghufron Rendi k. (2010.1298)

Nov 23, 2015

Download

Documents

sarsito.mumtaz

karya tulis ilmiah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN

    TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

    LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan

    Program Diploma III Keperawatan

    Oleh :

    MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO

    NIM. 2010 1298

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

    PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2013

  • ii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Penelitian dengan Judul Hubungan Antara Pengetahuan Pre Operasi Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomy

    Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan di hadapan Tim

    Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program DIII

    Keperawatan STIKES PKU

    Muhammadiyah

    Surakarta

    Diajukan Oleh :

    MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO

    NIM. 2010 1298

    Pada :

    Hari : Jumat

    Tanggal : 19 Juli 2013

    Mengetahui,

    Pembimbing I

    Cemy Nur Fitria,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

    NIDN.0623087703

    Pembimbing II

    Yuli Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

    NIDN. 0610078604

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN

    TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

    LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    Disusun Oleh :

    MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO

    NIM. 2010 1298

    Penelitian ini telah diseminarkan dan diajukan

    Pada tanggal :19 Juli 2013

    Susunan Tim Penguji :

    Penguji I

    Ida Untari, SKM.,M.Kes.

    NIDN. 0629037604

    Penguji II

    Cemy Nur Fitria,S.Kep.,Ns.,M.Kep

    NIDN. 0623087703

    Penguji III

    Sri Mintarsih, S.Kep.Ns,M.Kes

    NIDN. 0624067303

    Mengetahui,

    Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

    Weni Hastuti, S.Kep.M.Kes.

    NIDN. 0618047704

  • iv

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

    HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN

    TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

    LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    Dibuat untuk melengkapi Tugas Akhir Diploma III Keperawatan STIKES PKU

    Muhammadiyah Surakarta. Tugas Akhir ini merupakan Karya Tulis Ilmiah saya

    sendiri ( ASLI ), dan dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah

    diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis di

    suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

    karya atau pendapat yang pernah dipublikasikan dan atau pernah ditulis dan

    diterbitkan oleh orang lain maupun di Perguruan Tinggi atau instansi manapun,

    kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

    Surakarta, Juli 2013

    MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO

    NIM. 2010.1298

  • v

    KATA PENGANTAR

    Dengan segala pujidan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberi

    kekuatan, ketabahan, kemudahan dalam berfikir untuk penelitian ini dengan judul

    Hubungan Antara Pengetahuan Pre Operasi Dengan Tingkat Kecemasan pada

    Pasien Pre Operasi Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini

    merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir

    program pendidikan D III Keperawatan Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini mengalami

    banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta

    bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat

    teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis

    menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes., selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah

    Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

    menempuh pendidikan D III Keperawatan.

    2. Sri Mintarsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Puket I yang telah memberikan

    kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan serangkaian kegiatan Tugas

    Akhir yang salah satunya adalah Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai

    persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III

    Keperawatan di STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

    3. Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan ijin kepada

    penulis untuk melakukan penelitian.

  • vi

    4. Ida Untari, SKM.,M.Kes., selaku Ka Prodi D III Keperawatan STIKES PKU

    Muhammadiyah Surakarta, dengan sabar dan bijaksana membantu dan

    menyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi, merevisi serta melengkapi

    dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

    5. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku dosen pembimbing I, dengan

    sabar dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide-idenya dalam

    mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

    ini.

    6. Yuli Widyastuti, Skep.,Ns.,M.Kep., selaku dosen pembimbing II, dengan

    sabar dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide-idenya dalam

    mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

    ini.

    7. Perpustakaan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang sudah

    menyediakan bahan untuk penyusunaan Karya Tulis Ilmiah.

    8. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah memberikan support,

    motivasi dan masukan dalam penyusunan Karyaa Tulis Ilmiah ini.

    Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan,

    kemampuan dan waktu yang saya miliki, masih banyak kekurangan dalam

    penulisan penelitianini. Untukitu saran dan kritik yang membangun dari semua

    pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat

    bagi pihak-pihak yang terkait, kalangan akademis dan masyarakat yang berminat

    terhadap ilmu keperawatan.

    Surakarta,Mei2013

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK

    HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN

    TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

    LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    Muhammad Ghofron Rendi Kuncoro1, Yuli Widyastuti

    2, Cemy Nur Fitria

    3

    Latar Belakang : Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang banyak

    menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap

    bahwa pembedahan merupakan pengalaman yang sangat menakutkan, baik bagi

    orang kesehatan sendiri maupun orang awam terutama jika pembedahan yang

    dilakukan termasuk dalam kategori segera dilakukan operasi. Laparatomy

    merupakan pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi yang

    dilakukan untuk memeriksa organ-organ perut dan membantu diagnosis masalah

    termasuk menyembuhkan penyakit-penyakit pada perut. Berdasarkan studi

    pendahuluan didapat kasus laparatomy sebanyak 230 pasien pada bulan Agustus

    sampai September 2012.

    Tujuan : Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan

    pada pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

    Metode Penelitian : Menggunakan metode korelasi. Pendekatan penelitian cross

    sectional, teknik sampling accidental sampling dimana tiap pasien di observasi

    sekali saja dan pengukuran dilakukan pada waktu yang tidak samasejumlah 31

    orang. Instrument menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini menggunakan

    spearman.

    Hasil : Tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa mayoritas pasien mempunyai

    pengetahuan kurang (54,8%), sisanya (35,2%) memiliki tingkat pengetahuan

    cukup dan baik. Ada hubungan terbalik antara pengetahuan pre operasi dengan

    tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta, dengan nilai p = -0,360 dan p = 0,028 pada signifikasi 95%.

    Kesimpulan : Semakin baik pengetahuan pre operasi maka akan semakin

    menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi laparatomy.

    Kata Kunci : Pengetahuan, kecemasan, laparatomy.

    1. Mahasiswa Program D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

    2. Dosen Pengampu D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Dosen Pengampu D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

  • viii

    ABSTRACT

    THE CORELLATION BETWEEN KNOWLEDGE ANXIETY LEVEL

    IN PATIENTS PRE WITH PRE OPERATION LAPAROTOMY

    REGIONAL GENERAL HOSPITAL DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    Muhammad Ghofron Rendi Kuncoro1, Yuli Widyastuti

    2, Cemy Nur Fitria

    3

    Background : Surgery is the treatment measures that cause a lot of anxiety, until

    now most people think that surgery is a very frightening experience, both for the

    health of themselves and lay people, especially if the surgery is performed are

    included in the category immediately performed surgery. Laparotomy is

    abdominal surgery, peritonitis with open surgery done to examine abdominal

    organs and help diagnose problems including curing diseases of the stomach.

    Based on preliminary studies obtained as many as 230 cases of laparotomy

    patients from August to September 2012.

    Destination : Knowing the relationship between knowledge level of preoperative

    anxiety in patients in the laparotomy General Hospital Dr. Moewardi Surakarta.

    Research methods : using the correlation method. Cross-sectional research

    approach, sampling accidental sampling technique in which each patient at one

    time observation and measurements were taken at the same time not some 31

    people. Instrument using a questionnaire. In this study using the Spearman.

    Results : The level of knowledge indicates that the majority of patients had less

    knowledge (54.8%), the rest (35.2%) have a sufficient level of knowledge and

    good. There is a relationship between knowledge preoperative anxiety levels in

    patients with preoperative laparotomy in General Hospital Dr. Moewardi

    Surakarta, with p = -0.360 and p = 0.028 at the 95% significance.

    Conclusion : The better the preoperative knowledge the more it will reduce patient

    anxiety levels pre laparotomy surgery.

    Keywords : Knowledge, anxiety, laparotomy.

    1. Student Nursing Program D III STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

    2. Nursing lecturer of D III STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

    3. Nursing lecturer of D III STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

  • ix

    MOTTO

    Jangan berpikir tentang seberapa besar beban yang ada di depanmu,

    namun berpikirlah bagaimana cara memikul beban tersebut

    Senyuman merupakan hal kecil yang dapat membuat hidup ini menjadi

    lebih mudah

    Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang

    tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang

    yang ketakutan

    Sukses bermula dari pikiran kita. Sukses adalah kondisi pikiran kita.

    Bila Anda menginginkan sukses, maka Anda harus mulai berpikir bahwa

    Anda sukses, danmengisi penuh pikiran Anda dengan kesuk sesan

  • x

    PERSEMBAHAN

    Karya penelitian ini ku persembahkan

    kepada:

    1. Allah SWT yang telah memberikan

    nikmat, kesehatan, rezeki yang tidak

    terduga, kelancaran dalam menenmpuh

    studi ini hingga selesai.

    2. Ibu dan bapakku tercinta yang telah

    mengajariku arti hidup dan

    menjadikanku seorang putra yang

    tangguh dalam menjalani kerasnya

    hidup.

    3. Adik-adikku tersa yang yang menjadi

    motivator aku untuk terus melangkah

    menggapai cita-cita.

    4. Someone special Nika Ayu

    Resminanti, sebagai ungkapan rasa

    sayangku cintaku di hati yang selalu

    memberi semangat untuk meraih cita-

    citaku. Pendampingku dalan suka dan

    duka.

    5. Untuk Sahabatku Rahman, Sarsito dan

    Koni yang memberikan semangat

    untuk terus melangkah, selalu

    berkumpul bersama di kos untuk

    membuat Karya Tulis Ilmiah secara

    bersama-sama.

    6. Teman-teman STIKES PKU angkatan

    2010 semuanya, trimakasih untuk

    semua bantuan, support, dan

    dukungannya selama ini.

    7. Almamaterku STIKES PKU

    Muhammadiyah Surakarta.

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii

    PERNYATAAN .................................................................................................. iv

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

    ABSTRAK .......................................................................................................... vii

    MOTTO .............................................................................................................. viii

    PERSEMBAHAN ............................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah............................................................................ 3

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

    E. Keaslian Penelitian .......................................................................... 5

    BAB II TINJAUAN TEORI

    A. Kajian Teori ..................................................................................... 7

    1. Pengetahuan ............................................................................... 7

    2. Kecemasan ................................................................................. 13

    3. Pre Operasi ................................................................................ 23

    4. Laparatomy ................................................................................ 29

    B. Kerangka Teori ................................................................................ 33

    C. Kerangka Konsep ............................................................................ 34

    D. Hipotesis .......................................................................................... 34

  • xii

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian ...................................................................... 35

    B. Tempatdan Waktu Penelitian ........................................................... 35

    C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling .......................................... 35

    D. Variabel Penelitian .......................................................................... 37

    E. Definisi Operasional ........................................................................ 37

    F. Instrumen Penelitian ........................................................................ 38

    G. Metode Pengolahan dan Analisa Data ............................................. 39

    H. Jalannya Penelitian .......................................................................... 41

    I. Etika Penelitian ................................................................................ 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ................................................................................ 44

    B. Pembahasan ..................................................................................... 52

    C. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 59

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ...................................................................................... 60

    B. Saran ................................................................................................ 60

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Rentang respon Ansietas ............................................................... 14

    Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 33

    Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 34

    Gambar 4.1 Diagram Batang Responden Berdasarkan Umur .......................... 46

    Gambar 4.2 Diagram Batang Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 47

    Gambar 4.3 Diagram Batang Responden Berdasarkan Pendidikan ................. 48

    Gambar 4.4 Diagram Batang Responden Berdasarkan Pengetahuan Pre

    Operasi .......................................................................................... 49

    Gambar 4.5 Diagram Batang Responden Berdasarkan Kecemasan ................. 50

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1. Definisi Operasional.......................................................................... 38

    Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Pre Operasi .................................. 39

    Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Umur ...................................... 46

    Tabel 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 47

    Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan ............................. 48

    Tabel 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pre Operasi ....... 49

    Tabel 4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Kecemasan ............................. 50

    Tabel 4.6 Uji Normalitas Data .......................................................................... 51

    Tabel 4.7 Hasil Penghitungan Analisis Bivariat ............................................... 51

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Jadwal Penelitian.

    Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden.

    Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden.

    Lampiran4. Instrumen Penelitian.

    Lampiran 5. Tabel Penelitian.

    Lampiran 6. Analisa Data Penelitian.

    Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian.

    Lampiran 8. Surat Keterangan Penyelesaian Penelitian.

    Lampiran 9. Lembar Konsultasi.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan

    manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat

    Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup secara optimal. Pembangunan

    di bidang kesehatan merupakan integrasi dari pembangunan nasional yang

    diarahkan untuk mencapai derajat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat

    secara optimal, mandiri, baik jasmani, rohani, sosial maupun ekonomi

    (Depkes, 2008).

    Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang banyak

    menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap

    bahwa pembedahan merupakan pengalaman yang sangat menakutkan, baik

    bagi orang kesehatan sendiri maupun orang awam terutama jika pembedahan

    yang dilakukan termasuk dalam kategori segera dilakukano perasi.

    Laparatomy merupakan pembedahan perut , membuka selaput perut dengan

    operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ-organ perut dan membantu

    diagnosis masalah termasuk menyembuhkan penyakit-penyakit pada perut

    (Jitowiyono, 2010).

    Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari ranah tahu setelah

    orang melakukan indraan suatu objek tertentu melalui penglihatan,

    pendengaran, penciuman, rasa, dan perabaan. Pengetahuan merupakan faktor

  • 2

    yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan. Berawal dari

    pengetahuan, akan muncul respons dalam bentuk sikap terhadap obyek yang

    telah diketahui dan disadari sepenuhnya, kemudian dari respon sikap ini akan

    terbentuk perilaku (Notoatmodjo, 2010).

    Operasi adalah pengalaman baru bagi pasien yang menimbulkan

    kecemasan, respon pasien ditunjukkan melalui : ekspresi marah, bingung,

    apatis, atau mengajukan pertanyaan. Kecemasan dapat dikurangi dengan

    tindakan keperawatan fokus pada komunikasi terapeutik bagi pasien dan

    keluarganya (Smeltzer and Bare, 2004). Hasil penelitian makmuri (2007) ada

    hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecemasan pasien pre operatif.

    Menurut Potter & Perry (2005) kecemasan pre operasi merupakan suatu

    respon terhadap suatu pengalaman yang di anggap pasien sebagai suatu

    ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupan

    sendiri.

    Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena

    adanya ancaman terhadap kesehatan. Kecemasan pada pasien pre operasi

    apabila tidak segera diatasi maka dapat mengganggu proses operasi. Pasien

    yang akan menjalani operasi harus diberi informasi untuk menurunkan atau

    mengurangi gejala kecemasan serta dapat meningkatkan pengetahuan

    kesehatan pada pasien. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila klien tidak

    pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan penyakit

    dan tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Mengatakan setiap orang

    pernah mengalami periode cemas, apa lagi pasien yang akan menjalani

  • 3

    pembedahan. Kecemasan merupakan gejala klinik yang jelas terlihat pada

    pasien dengan penatalaksanaan medis (Stuart and Sundeen, 2006).

    Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

    banyak terdapat pasien yang dilakukan pembedahan. Pembedahan atau

    operasi yang sering dilakukan selama bulan Agustus sampai November 2012

    laparatomy 230 (60%) kasus. Berdasarkan data tersebut kasus laparatomy

    adalah paling mendominasi, sehingga penulis mengambil pasien pre operasi

    laparatomy untuk penelitian hubungan antara pengetahuan dengan tingkat

    kecemasan pada pasien pre operasi Laparatomy di RSUD dr. Moewardi

    Surakarta.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang terdapat perumusan masalah yaitu : Apakah

    ada hubungan antara pengetahuan pre operasi dengan tingkat kecemasan pada

    pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan tingkat

    kecemasan pada pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta.

  • 4

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui karakteristik responden pre operasi laparatomy di RSUD Dr.

    Moewardi Surakarta.

    b. Mengetahui pengetahuan padapasien preo perasi laparatomy di RSUD

    Dr. Moewardi Surakarta.

    c. Mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomy di

    RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

    d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan pre operasi dengan

    kecemasan pada pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti sebagai sumber

    pengetahuan dalam tindakan kecemasan pada pasien pre operasi

    laparatomy.

    b. Bagi Institusi Pendidikan

    Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bacaan ilmiah untuk

    penelitian berikutnya yang sejenis pada pengukuran kecemasan terhadap

    pre operasi.

  • 5

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Rumah Sakit

    Memberikan masukan bagi pihak rumah sakit untuk

    menambah pengetahuan khususnya tentang penanganan cemas pada

    pasienpre opersi.

    b. Bagi Perawat RS. Dr. Moewardi Surakarta

    Meningkatkan pengetahuan perawat dalam mengatasi tingkat

    kecemasan pasien preoperasi laparotomy.

    E. Keaslian Penelitian

    Menurut pengetahuan peneliti penelitian ini belum pernah di lakukan

    tetapi sudah ada penelitian tentang kecemasan yang sudah dilakukan seperti:

    1. Permana, (2012). Hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan

    menghadapi menarche pada siswi kelas VI SDN 3 Tekaran Selogiri

    Wonogiri

    Metode deskriptif kuantitatif, total sampling, analisa Cross

    Sectional, hasil penelitian tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

    kecemasan menghadapi menarche pada siswi kelas VI SDN 3 Tekaran

    Selogiri Wonogiri

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah

    penelitian ini bertempat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, total sample,

    Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah metode

    deskriptif kuantitatif, analisa Cross Sectional, sama-sama meneliti

    tentang kecemasan pada pasien pre operasi dan sampel aksidental.

  • 6

    2. Penelitian makmuri (2007) Judul hubungan antara tingkat pendidikan

    pasien terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif fraktur fremur di

    Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

    Metode penelitian diskriptif dengan pendekatan studi korelasi

    (corelation Study). Sampel dalam penelitian ini adalah purposive

    sampling. Analisa penelitian di olah menggunakan uji statistik korelasi

    Spearmen Rank. Hasil ada Hubungan antara tingkat pendidikan pasien

    terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif fraktur fremur.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah

    penelitian ini bertempat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sampel

    sampling aksidental, analisa bevariate. Persamaan penelitian ini dengan

    penelitian diatas adalah studi deskriptif, sama-sama meneliti tentang

    kecemasan pada pasien pre operasi.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Pengetahuan

    a. Definisi

    Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil

    tau seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

    hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

    pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

    di pengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

    obyek. Sebagian besar pengetahuhan seseorang diperoleh melalui

    indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).

    Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

    tingkat yang berbeda-beda(Notoatmodjo, 2010).

    b. Cara Memperoleh Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2010), berbagai cara memperoleh

    pengetahuan diantaranya adalah :

    1) Dengan cara tradisional

    (a) Cara kekuasaan atau otoritas

    Dari sejarah kita ketahui dan kita pelajari bahwa

    kekuasaan raja zaman dulu adalah mutlak, sehingga apa

    pun yang keluar dari mulut raja adalah kebenaran mutlak

  • 8

    dan harus diterima oleh masyarakat atau rakyatnya. Di

    bidang kesehatan, otoritas pengetahuan tersebut bukan

    hanya berasal dari ahli-ahli kesehatan atau kedokteran,

    tetapi juga berasal dari para dukun.

    (b) Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi

    pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa

    pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan. Hal ini

    dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

    yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

    pada masa yang lalu. Dengan cara tersebut orang dapat

    memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk

    memecahkan masalah lain yang sama, bila gagal

    menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara

    itu, dan berusaha mencari cara yang lain, sehingga dapat

    berhasil memecahkanya.

    (c) Melalui jalan pikiran

    Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

    manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari

    sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya

    dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam

    memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

  • 9

    menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

    maupun deduksi.

    2) Penelitian ilmiah.

    Metode penelitian ilmiah ini lebih populer disebut

    metodologi penelitian moderen.

    c. Cara Mengukur Pengetahuan

    Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket

    yang menanyakan tentang isi materi akan diukur dari responden

    (Notoatmodjo, 2010).

    d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan seseorang

    dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

    1) Pendidikan

    Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan

    tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

    mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

    pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi

    pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

    2) Media

    Media yang secara khusus didesain untuk mencapai

    masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini

    adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

  • 10

    3) Keterpaparan informasi

    Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun

    ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer

    pengetahuan. Informasi sebagai suatu teknik untuk

    mengumpulkan, menyatakan, menyampaikan, memanipulasi,

    mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi

    dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup

    data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases.

    Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada

    hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible).

    4) Umur

    Semakin tua umur seseorang maka proses-proses

    perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada

    umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini

    tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

    Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

    pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada

    umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

    penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

    5) Intelegensi

    Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

    belajar dan berfikir abstrak gunamenyesuaikan diri secara

    mental pada situasi baru.Intelegensi merupakan salah satu

  • 11

    faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

    Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk

    berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah

    sehinggaia mampu menguasai lingkungan.

    6) Lingkungan

    Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh

    pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari

    hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada

    sifat kelompoknya. Lingkungan seseorang akan memperoleh

    pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir

    seseorang.

    7) Sosial budaya

    Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan

    seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam

    hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang

    mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu

    pengetahuan.

    8) Pengalaman

    Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah

    tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

    pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan

  • 12

    cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

    memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

    e. Tingkatan Pengetahuan

    Beberapa teori tentang tingkat pengetahuan (Notoatmojo,

    2010) menunjukan ranah kognitif terdiri enam tingkat yaitu:

    1) Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

    dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

    ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

    spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan

    yang telah diterima.

    2) Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

    menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

    dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang

    yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

    menjelaskan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

    sebagainya.

    3) Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan

    menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

    kondisi riil (sebenarnya).

  • 13

    4) Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi

    masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

    kaitannya.

    5) Sintesis (syntesis)

    Menunjuk suatukemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

    keseluruhan yang baru.

    6) Evaluasi (Evaluasi)

    Menunjuk pada kemampuan untuk melakukan

    penilaian terhadap suatu atau objek yang berdasarkan kriteria

    yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria

    yang sudah ada.

    2. Kecemasan

    a. Definisi Kecemasan

    Ansietas (kecemasan) merupakan respon emosional terhadap

    penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah

    sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes,

    2008). Ansietas merupakan alat peringan internal yang tanda

    bahaya kepada individu (Stuart and Sundeen, 2006). Ansietas

    adalah istilah yang sanagt akrab dengan kehidupan sehari-hari yang

  • 14

    menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram

    disertai berbagai keluhan fisik (Dalami, 2009).

    b. Rentang Respon

    Adaptif Mal-Adaptif

    Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

    Gambar 2.1 Rentang respon ansietas

    (Sumber : Dalami, 2009 : 66 )

    c. Tingkat Ansietas

    Menurut Dalami (2009 : 66-69), tingkatan ansietas ada 4,

    yaitu :

    1) Ansietas Ringan

    Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan

    peristiwa kehidupan sehari-hari. Persepsi melebar dan individu

    akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk

    belajar yang menghilangkan pertumbuhan dan kreativitas.

    a) Respon Fisiologis

    (1) Sesekali nafas pendek.

    (2) Tekanan darah naik.

    (3) Gejala ringan pada lambung.

    (4) Muka berkerut dan bibir bergetar.

  • 15

    b) Respon Kognitif

    (1) Lapang persepsi melebar.

    (2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.

    (3) Konsentrasi pada masalah.

    (4) Menjelaskan masalah secara efektif.

    c) Respon Perilaku dan Emosi

    (1) Tidak dapat duduk tenang.

    (2) Tremor halus pada tangan.

    (3) Suara kadang-kadang meninggi.

    2) Ansietas Sedang

    Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan

    menurun. Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu

    dan mengenyampingkan hal lain.

    a) Respon Fisiologis

    (1) Sering nafas pendek.

    (2) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik.

    (3) Mulut kering.

    (4) Anoreksia.

    (5) Diare/konstipasi.

    (6) Gelisah.

    b) Respon Kognitif

    (1) Respon persepsi menyempit.

    (2) Rangsang luar tidak mampu diterima.

  • 16

    (3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian.

    c) Respon Perilaku dan Emosi

    (1) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan).

    (2) Bicara banyak dan lebih cepat.

    (3) Susah tidur.

    (4) Perasaan tidak nyaman.

    3) Ansietas Berat

    Ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit,

    individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan

    mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berpikir

    realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk

    memusatkan perhatian pada area yang lain.

    a) Respon Fisiologis

    (1) Nafas pendek.

    (2) Nadi dan tekanan darah naik.

    (3) Berkeringat dan sakit kepala.

    (4) Penglihatan kabur.

    (5) Ketegangan.

    b) Respon Kognitif

    (1) Lapang persepsi sangat empit.

    (2) Tidak mampu menyelesaikan masalah.

    c) Respon Perilaku dan Emosi.

    (1) Perasaan ancaman meningkat.

  • 17

    (2) Verbalisasi cepat.

    (3) Blocking

    4) Panik

    Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah

    sangat menyempit dan sudah terganggu sehingga tidak dapat

    mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa

    walaupun telah diberikan pengarahan.

    a) Respon Fisiologis

    (1) Nafas pendek.

    (2) Rasa tercekik dan palpitasi.

    (3) Sakit dada.

    (4) Pucat.

    (5) Hipotensi.

    (6) Koordinasi motorik rendah.

    b) Respon Kognitif

    (1) Lapang persepsi sangan menyempit.

    (2) Tidak dapat berfikir logis.

    c) Respon Peilaku dan Emosi.

    (1) Agitasi, mengamuk, dan marah.

    (2) Ketakutan, berteriak-teriak, blocking.

    (3) Kehilangan kendali atau kontrol.

    (4) Persepsi kacau.

  • 18

    d. Faktor Predisposisi yang Mempengaruhi Kecemasan

    Beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan(Stuart and

    Sundeen, 2008) yaitu :

    1) Pandangan Psikoanalisa.

    Kecemasan (ansietas)adalah konflik emosional yang

    terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan Super ego. id

    mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan

    super ego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh

    norma-norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi

    tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan

    fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

    2) Menurut Pandangan Interpersonal.

    Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

    ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

    berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

    dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.

    Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami

    kecemasan yang berat.

    3) Menurut pandangan perilaku.

    Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang

    terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang

    berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada

    kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik meyakini adanya

  • 19

    hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan. Konflik

    menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan

    perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan

    konflik yang dirasakan.

    4) Kajian Keluarga.

    Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya

    terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang

    tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi.

    5) Kajian Biologis.

    Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

    untuk benzodiazepines. Obat-obatan yang meningkatkan

    neuroregulator inhibisi asam gama- aminobutirat (GABA),

    yang berperan penting dalam mekanisme biologi berhubungan

    dengan kecemasan. Selain itu kesehatan umum individu dan

    riwayat kecemasna pada keluarga memiliki efek nyata sebagai

    predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan

    gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan

    individu unutk mengatasi stressor.

    e. Faktor Presipitasi ( Pencetus )

    Menurut Stuart and Sundeen,(2008),kecemasan dapat

    bersumber dari faktor Internal dan Eksternal sebagai berikut :

  • 20

    1) Faktor Eksternal

    (a) Ancaman terhadap integritas fisik, Meliputi disabilitas

    fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan

    untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

    (b) Ancaman terhadap sistem diri, Ancaman ini

    membahayakan harga diri, identitas diri dan fungsi sosial

    individu.

    2) Faktor Internal

    (a) Umur

    Menspesifisikan umur kedalam 3 kategori yaitu

    kurang dari 20 tahun (tergolong muda), 20-30 tahun

    (tergolong menengah), dan lebih dari 30 tahun (tergolong

    tua).

    (b) Keadaan Fisik

    Penyakit adalah salah satu yang menyebabkan

    kecemasan (ansietas). Seseorang yang sedang menderita

    penyakit akan lebih muda mengalami kecemasan,

    dibandingkan dengan orang yang tidak menderita penyakit.

    (c) Sosial Budaya

    Cara hidup orang dimasyarakat juga sangat

    memungkinkan timbulnya stress. Individu yang mempunyai

    cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas

    sehingga lebih sukar mengalami stress. Demikian juga

  • 21

    dengan seseorang yang mempunyai keyakinan agamanya

    rendah.

    (d) Tingkat Pendidikan

    Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam

    memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari

    dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai

    pendidikan tinggi akan memberikan respon yang rasional

    dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau

    mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah rspon

    yang dapat dipelajari dengan demikian yang rendah menjdi

    factor penunjang terjadinya kecemasan.

    (e) Tingkat Pengetahuan

    Status pendidikan yang rendah mudah mengalami

    stress, terutama pada orang yang tingkat pendidikan rendah.

    Hal ini disebabkan kurangya sumber informasi yang

    didapat.

    (f) Jenis Kelamin

    Pada umumnya seorang laki-laki dewasa

    mempunyai mental yang kuat terhadap hal yang dianggap

    mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan. Laki-

    laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan

    lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih

    banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan

  • 22

    sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan

    menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga

    tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang

    didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit.

    (g) Pengalaman

    Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang

    positif maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan

    keterampilan menggunakan koping. Kebehasilan seseorang

    dapat membantu individu untuk mengembangkan kekuatan

    coping, sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional

    menyebabkan seseorangmenggunakan coping yang

    maladaptif terhadap stressor tertentu.

    f. Cara Penilaian Kecemasan

    Cara penilaian kecemasan menurut Dalami(2009),sebagai

    berikut :

    Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali.

    Skor 1 : 1 dari gejala yang ada.

    Skor 2 : separuh dari gejala yang ada.

    Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada.

    Skor 4 : semua gejala ada.

    Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1

    sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut :

  • 23

    Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.

    Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan.

    Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang.

    Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat.

    Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekali/panik.

    3. Pre Operasi

    Keperawatan pre operasi merupakan tahap awal dari

    keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara

    keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan

    karena fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk

    kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan

    pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Oleh karena

    itu, pengkajian secara integral dan komprehensif dari aspek fisiologis

    pasien yang meliputi fungsi fisik-biologis dan psikologis sangat

    diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi (Smeltzer

    and Bare, 2004).

    Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan

    pembedahan dimaksudkan untuk mempersiapkan penderita agar

    penyulit pasca bedah dapat dicegah sebanyak mungkin. Sebagian

    tindakan tersebut dilakukan rutin, seperti pembersihan kulit.

    Sedangkan yang lain dipilih berdasarkan keterangan yang diperoleh

    pada anamnesis,pemeriksaan pra bedah, dan rencana pengelolaan.

  • 24

    Toleransi pasien terhadap pembedahan mencakup toleransi fisik

    maupun mental (Sjamsuhidajat & Jong, 2004).

    a. Persiapan Fisik

    Menurut Smeltzer and Bare (2004), persiapan fisik pra

    operasi yang dilakukan pada pasien sebelum operasi adalah :

    1) Status kesehatan fisik secara umum

    Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan

    pemeriksaan status kesehatan secar umum, meliputi identitas

    klien, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan masa lalu,

    riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap yang

    meliputi status haemodinamika, status kardiovaskular, status

    pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi

    imunologi, dan lain-lain.

    2) Status Nutrisi

    Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi

    badan, berat badan, lipatan kulit trisep, lingkar lengan atas,

    kadar protein darah (albumin dan globulin), dan keseimbangan

    nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi

    sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup

    untuk perbaikan jaringan. Komplikasi yang paling sering

    terjadi akibat status gizi yang burukadalah infeksi pasca

    operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bias

    menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama.

  • 25

    3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

    Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan

    fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme

    asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anestesi. Jika

    fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.

    Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti ologuri atau

    anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus

    ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-

    kasus yang mengancam jiwa.

    4) Eliminasi

    Eleminasi sebelum pembedahan dilakukan dengan

    tujuan untuk menghindari aspirasi yaitu masuknya cairan

    lambung ke dalam paru-paru dan menghindari kontaminasi

    feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya

    infeksi pasca bedah. Selain tindakan pengosongan lambung

    dan kolon juga diperlukan tindakan pengosongan kandung

    kemih dengan dilakukan pemasangan kateter. Selain untuk

    pengosongan kandung kemih dengan tindakan kateterisasi juga

    diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan.

    5) Personal Hygiene

    Pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk

    mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan

    saksama. Tujuan tindakan hygiene ini adalah menurunkan

  • 26

    resiko infeksi luka. Karena tubuh yang kotor dapat merupakan

    sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah

    yang dioperasi.

    b. Persiapan Mental

    Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah

    pentingnya dalam proses persiapan operasi, karena mental pasien

    yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi

    fisiknya (Smeltzer and Bare, 2004). Secara mental, penderita harus

    dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan, karena akan selalu

    ada rasa cemas akan penyuntikan, nyeri luka, anestesia, bahkan

    terhadap kemungkinan cacat atau mati. Hubungan baik antara

    penderita, keluarga, dokterdan petugas pelayanan kesehatan lainnya

    sangat menentukan. Kecemasan ini adalah reaksi normal yang

    dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dari dokter

    dan petugas pelayanan kesehatan lainnya (Sjamsuhidajat & Jong,

    2004).

    Kecemasan atau ketakutan dapat berakibat pada perubahan

    fisiologis pasien sebelum menjalani pembedahan (Smeltzer and

    Bare, 2004), diantaranya adalah :

    1) Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan

    sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan

    tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bias

    dibatalkan.

  • 27

    2) Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat

    mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga

    operasi terpaksa harus ditunda.

    Menurut Smeltzer and Bare (2004), berbagai alasan yang

    dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam

    menghadapi pembedahan antar lain :

    1) Takut nyeri setelah pembedahan.

    2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak

    berfungsi normal (body image).

    3) Takut keganasan (bila diagnose belum pasti).

    4) Takut atau cemas akan mengalami kondisi yang sama dengan

    orang lain yang mempunyai penyakit yang sama.

    5) Takut atau ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan

    pembedahan, dan petugas.

    6) Takut mati saat dibius atau tidak sadar lagi.

    7) Takut operasi gagal.

    Ketakutan dan kecemasan dialami pasien dapat dideteksi

    dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatnya

    frekuensi nadi dan pernafasan, meningkatnya tekanan darah,

    gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang

    lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang

    kali,sulit tidur, dan sering berkemih. Faktor-faktor yang dapat

  • 28

    mempengaruhi kecemasan pasien (Smeltzer and Bare, 2004),

    adalah :

    1) Pengalaman operasi sebelumnya.

    2) Pengertian pasien tentang tujuan atau alasan tindakan operasi.

    3) Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik

    maupun penunjang.

    4) Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan

    petugas kamar operasi.

    5) Pengetahuan pasien tentang prosedur (pra, intra, pasca

    operasi).

    6) Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan

    sebelum operasi dan harus dijalankan setelah operasi, seperti

    latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dan lain-lain.

    Kebijakan persiapan pre operasi di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta adalah sebagai berikut :

    a. Kosultasi jantung dan anestesi.

    b. Hasil laboratorium dalam batas normal.

    c. USG.

    d. Informed consent.

    e. Lavemen (huknah)

    f. Sekeren

    g. Pemberian profilaksis (antibiotik 1 jam sebelum operasi).

    h. Persiapan darah.

    i. Pemasangan NGT dan DC.

  • 29

    j. Puasa 6-8 jam sebelum operasi.

    k. Pemasangan infus.

    l. Baju operasi.

    4. Laparatomy

    a. PengertianLaparatomy

    Laparatomy adalah pembedahan perut sampai membuka

    selaput perut (Jitowiyono, 2010).Laparatomy adalah salah satu

    jenis operasi yang di lakukan pada daerah abdomen.Operasi

    laparatomy di lakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang berat

    pada area abdomen, misalnya trauma abdomen. Perawatan post

    laparatomy adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan

    kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan

    perut(Mansjoer,2007).

    b. JenisLaparatomy

    Jenis-jenis laparatomy menurut Jitowiyono (2010)yaitu :

    1) Midline incision, yaitu sayatan ke tepi dari garis tengah

    abdomen.

    2) Paramedian, yaitu sayatan sedikit ke tepi dari garis tengah

    dengan jarak sekitar 2,5 cm dengan panjang 12,5 cm.

    3) Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas,

    misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

  • 30

    4) Transverse lower abdomen, yaitu insisi melintang di bagian

    bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi

    appendectomy.

    c. Indikasi Laparatomy

    Indikasi lapatomy menurut Mansjoer (2007) yaitu :

    1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam).

    2) Peritonitis.

    3) Perdarahan saluran pencernaan.

    4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

    5) Masa pada abdomen.

    6) Kasus-kasus obstetry-ginekology.

    d. Fase Penyembuhan Luka Post-Laparatomy

    Menurut Jitowiyono (2010) fase penyembuhan luka yaitu :

    1) Fase Pertama

    Berlangsung sampai hari ke-3.Batang leukosit banyak

    yang rusak/rapuh.Sel-sel darah baru berkembang menjadi

    penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai

    kerangka.

    2) Fase Kedua

    Dari hari ke-3 sampai hari ke-14.Pengisian oleh kolagen,

    seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1

    minggu.Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.

  • 31

    3) Fase Ketiga

    Sekitar 2 sampai 10 minggu.Kolagen terus menerus

    ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat

    digunakan kembali.

    4) Fase Keempat

    Fase terakhir penyembuhan akan menyusut dan

    mengkerut.

    e. Komplikasi Post-Laparotomy

    Menurut Jitowiyono (2010) komplikasi Post-Laparatomy

    yaitu :

    1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

    Tromboplebitispost operasi biasanya timbul 7-14 hari

    setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah

    tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran

    darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak.

    Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,

    ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum

    mencoba ambulatif.

    2) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.

    Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah

    operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi

    adalah stapilokokusaurens, organism, gram positif.

    Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari

  • 32

    infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan

    memperhatikan aseptik dan antiseptik.

    3) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka

    atau eviserasi.

    Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi

    luka.Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam

    melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi dan eviserasi adalah

    infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan,

    ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat

    dari batuk atau muntah.

    f. Perawatan Post-Laparatomy

    Menurut Jitowiyono (2010), perawatan post laparatomy

    adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-

    pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan

    perawatan post laparatomyadalah :

    1) Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

    2) Mempercepat penyembuhan.

    3) Mengembalikan fungsi abdomen pasien semaksimal mungkin

    seperti sebelum operasi.

    4) Mempertahankan konsep diri pasien.

    5) Mempersiapkan pasien pulang.

  • 33

    B. Kerangka Teori

    Keterangan :

    : Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    Gambar 2.2 Kerangka Teori

    Sumber : Jitowiyono(2010). Smeltzer and Bare (2004).Dalami

    (2009).Notoatmojo (2010).

    Preop Laparatomy:

    1. Pengertian Laparatomy

    2. Jenis Laparatomy 3. Indikasi Laparatomy 4. Fase penyembuhan luka post

    Laparatomy

    5. Komplikasi post Laparatomy

    6. Perawatan post Laparatomy

    Faktor Predisposisi :

    1. Teori Psikoanalisa 2. Teori Interpersonal 3. Teori Perilaku 4. Kajian keluarga

    5. Kajian biologis

    Faktor Presipitasi :

    1. Faktor eksternal : ancaman terhadap sistem diri

    2. Faktor internal : potensi stressor, maturitas, pendidikan dan

    ekonomi, keadaan fisik, tipe

    kepribadian, lingkungan dan

    situasi, usia, jenis kelamin.

    Tingkat Kecemasan :

    1. Ringan 2. Sedang 3. Berat 4. Berat sekali (Panik)

    Persiapan pasien :

    1. Fisik a. Status kesehatan fisik secara umum b. Status nutrisi c. Keseimbangan cairan dan elektrolit d. Eliminasi e. Personal hygiene

    2. Mental a. Informasi b. Dukungan psikososial untuk

    menurunkan ansietas

    c. Pengalaman operasi sebelumnya

    d. Pelatihan ketrampilan.

    Kecemasan

    Pengetahuan :

    1. Pengertian pengetahuan 2. Sumber pengetahuan 3. Faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan

    4. Tingkat pengetahuan

    Tingkat Pengetahuan :

    1. Baik 2. Cukup

    3. Baik

  • 34

    C. Kerangka Konsep

    Variabel Bebas Variabel Terikat

    Gambar 2.3 Kerangka Konsep

    D. Hipotesis Penelitian

    Ha :Ada hubungan antara pengetahuanpre operasi dengan tingkat

    kecemasan pada pasien pre op Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta.

    Ho : Tidak ada hubungan antarapengetahuanpre operasi dengan tingkat

    kecemasan pada pasien pre op Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta.

    Pengetahuan Pre

    Operasi Laparatomy Tingkat Kecemasan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

    1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal

  • 35

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode korelasi yaitu metode untuk

    mengetahui tingkat keeratan hubungan dari dua variabel. Pendekatan

    penelitian cross sectional, dimana tiap pasien di observasi sekali saja dan

    pengukuran dilakukan pada waktu yang tidak sama (Sugiyono, 2007).

    B. Tempat Dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Tempat penelitian adalah Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juni sampai 28 Juni

    tahun 2013.

    C. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling

    1. Populasi

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek

    atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

    kesimpulannya (Sugiyono, 2007).

  • 36

    Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pre operasi

    laparatomy di RSUD dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 4 Juni

    sampai 28 Juni tahun 2013.

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

    dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007).

    3. Teknik Sampling

    Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

    dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian

    ini dilakukan dengan teknik accidental sampling . Accidental sampling

    adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa

    saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan

    sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu

    cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2007). Jumlah responden

    sebanyak 31 responden.

    Dengan kriteria inklusi subjek penelitian yang dapat mewakili

    sampel dengan syarat :

    a. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.

    b. Pasien di ruang Mawar II pre op Laparatomy di RSUD Dr.

    Moewardi Surakarta.

    c. Bersedia menjadi responden.

  • 37

    Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat

    mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

    penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian :

    a. Pasien selain pre op laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

    b. Pasien koplikasi penyakit lain.

    c. Umur pasien 17 tahun.

    Jumlah responden sebanyak 31 responden.

    D. Variabel Penelitian

    Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

    anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

    kelompok lain (Notoatmodjo, 2010).

    1. Variabel bebas

    Variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan perubahan

    variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

    pengetahuan pasien pre op laparatomy.

    2. Variabel terikat

    Variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas. Dalam

    penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tingkat kecemasan.

    E. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

    dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

  • 38

    (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional pada penelitian ini sebagai

    berikut :

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket atau kuesioner

    dengan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) sebagai acuan. HRS-

    A adalah alat ukur untuk mengetahui sejauh mana derajad kecemasan

    Variabel

    Penelitian Definisi operasional

    Parameter dan Kategori Alat Ukur Skala

    Pengukuran Pengetahuan

    pre op

    laparatomy

    Keperawatan pre

    operasi merupakan

    tahap awal dari

    keperawatan

    perioperatif, Oleh

    karena itu, pengkajian

    secara integral dan

    komprehensif dari

    aspek fisiologis pasien

    yang meliputi fungsi

    fisik-biologis dan

    psikologis sangat

    diperlukan untuk

    keberhasilan dan

    kesuksesan suatu

    operasi.

    1. Benar (1) 2. Salah (0) Keterangan : - Baik = skor 10-13 (76%-100%) - Cukup = skor 6-9 (56-75%) - Kurang = skor 0-5 (55%)

    Kuesioner Ordinal

    Kecemasan Suatu perasaan takut yang tidak

    menyenangkan dan

    tidak dapat dibenarkan

    yang sering disertai

    gejala fisiologis

    sebelum tindakan

    operasi Laparatomy.

    a. Tidak ada kecemasan (14)

    b. Kecemasan ringan (14-20)

    c. Kecemasan sedang (21-27)

    d. Kecemasan berat (28-41)

    e. Kecemasan berat sekali/panik (42-56)

    HRS-A

    (Hamilton

    Rating

    Scale for Anxiety)

    Ordinal

  • 39

    seseorang apakah ringan, sedang, atau berat, dengan penilaian derajat

    kecemasan < 14 tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan ringan, 21-27

    kecemasan sedang, 28-41 kecemasan berat, dan 42-56 kecemasan sangat

    berat/panik (Dalami, 2009).

    Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Pre Operasi :

    No Variabel Sub Variabel No. Item Favorable Unfavorable

    1 Pengetahuan Pre Op

    Laparatomy

    1. Persiapan fisik

    2. Persiapan mental

    1,2,3,4,5,6,7 8,9,10,11,12

    13

    1,2,3,4,5,6,7 8,9,10,11,12

    13

    -

    -

    Jumlah 13 13 -

    G. Metode Pengolahan Dan Analisa Data

    1. Pengolahan Data

    Menurut Notoatmodjo (2010), data diolah dan dikumpulkan

    melalui tahap-tahap sebagai berikut :

    a. Editing

    Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan

    harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara

    umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

    perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.

    b. Coding

    Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

    dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data

    berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

  • 40

    Misalnya jenis kelamin: 1= laki-laki, 2= perempuan. Pekerjaan ibu:

    1= tidak bekerja, 2= bekerja selain sebagai ibu rumah tangga.

    Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam

    memasukkan data (data entry).

    c. Memasukkan Data (data entry) atau Processing

    Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

    dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam

    program atau software komputer.

    d. Pembersihan Data

    Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

    selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

    kemungkinan-kemungkinannya adanya kesalahan-kesalahan kode,

    ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan

    pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data

    cleaning).

    2. Analisa Data

    Analisa data yang digunakan dalam pengolahan hasil data

    adalah dengan menggunakan analisa bevariate. maka teknik analisis

    yang digunakan adalah uji korelasi product moment. Jika data tidak

    berdistribusi normal maka teknik uji yang digunakan adalah korelasi

    spearman bila responden < 10, bila responden > 10 teknik uji yang

    digunakan Kendal Tau (Sugiyono, 2007).

  • 41

    Rumus uji korelasi Kendal Tau adalah sebagai berikut :

    A - B

    N (N 1)

    2

    Keterangan :

    T = Koefisien korelasi kendal tau yang besarnya (-1 < 0 < 1 )

    H = Jumlah rangking atas

    L = Jumlah rangking bawah

    N = Jumlah anggota sampel

    H. Jalannya Penelitian

    Pengumpulan data di lakukan di ruang mawar II di RSUD dr.

    Moewardi Surakarta dengan prosedur sebagai berikut :

    1. Peneliti setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing I dan II,

    akan mengajukan ujian proposal penelitian di STIKES PKU

    Muhammadiyah Surakarta.

    2. Peneliti merevisi semua masukan dan arahan semua penguji.

    3. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi

    kepada Kepala Ruang Mawar II RSUD dr. Moewardi Surakarta.

    4. Setelah peneliti mendapatkan surat persetujuan maka peneliti segera

    mengadakan penelitian.

    5. Peneliti memberi penjelasan cara mengisi kuesioner kepada responden.

    T =

  • 42

    6. Pengumpulan Data

    a. Data Primer

    1) Tanyakan ke pasien pre op laparatomy tentang tingkat

    kecemasan.

    2) Berikan kuesioner yang disusun untuk dibaca dan dijawab oleh

    pasien.

    3) Catat dan olah hasil pengamatan.

    b. Data Sekunder

    1) Cheklis untuk mendapatkan data tentang tingkat kecemasan

    pasien.

    2) Literature yaitu mengambil referensi yang berhubungan

    dengan permasalahan yang akan diteliti.

    7. Cek kembali kelengkapan data, apakah ada yang belum lengkap segera

    melengkapi sesuai dengan kode responden.

    I. Etika Penelitian

    Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat

    penelitian dan peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah

    peneliti memperoleh rekomendasi dari pembimbing dan mendapat ijin dari

    Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Selanjutnya peneliti melakukan

    penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  • 43

    1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

    Lembar persetujuan ini diberikan kepada subjek yang diteliti.

    Peneliti yang menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yangakan

    dilakukan serta dampak yang mungkin akan tejadi selama dan sesudah

    pengumpulan data.

    2. Confidentially (kerahasiaan)

    Informasi yang diberikan responden serta semua data yang

    dikumpulkan tanpa nama yang dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hal

    ini tidak dipublikasikan atau diberikan kepada orang lain tanpa seijin

    responden.

    3. Anonimity (tanpa nama)

    Pada saat responden mulai mendapatkan penjelasan dan

    mendapatkan sebuah angket atau lembar pertanyaan, wawancara, maka

    responden tidak perlu mencantumkan nama responden ke dalam

    lembar pertanyaan tersebut.

  • 44

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil penelitian

    1. Profil Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini adalah di RSUD Dr. Moewardi yang terletak

    di jalan Kolonel Sutarto 132, status kepemilikan rumah sakit ini adalah

    milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Kelas Rumah Sakit

    adalah Kelas A.

    Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Kesehatan, Menteri

    Pendidikan dan kebudayaan serta Menteri Dalam NegeriRI, Nomor: 544/

    Menkes/SKB/X/81, No : 043a/V/1981 dan Bo :324 tahun 1981,

    ditetapkan bahwa RSUD Dr. Moewardi Surakarta menjadi rumah Sakit

    Pendidikan. Namun pada kenyataannya belum memenuhi syarat sebagai

    Rumah Sakit Pendidikan. Wilayah Surakarta oleh Pemerintah Propinsi

    Dati I Jawa Tengah ditetapkan sebagai wilayah pengembangan Jawa

    Tengah sehingga RSUD Dr. Moewardi yang merupakan satu- satnya

    rumah sakit Pemerintah terbesar di wilayah tersebut harus menyesuaikan

    dan mampu sebagai pusat rujukan wilayah Surakarta dan sekitarnya. Atas

    pertimbangan tersebut pada lokasi Jebres kemudian dibangun bangunan

    fisik baru yang memenuhi standar RS B2 sekaligus RS Pendidikan.

    Baru pada tanggal 28 Pebruari 1997 RSUD Dr. Moewardi lokasi

    Jebres diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto, dan sejak

    itulah seluruh kegiatan Rumah sakit Dr. Moewardi menjadi satu lokasi.

  • 45

    a. Falsafah

    RSUD Dr. Moewardi adalah rumah sakit yang memberikan

    pelayanan kesehatan dengan mutu yang setinggi-tingginya dan

    melaksanakan fungsi pendidikan kesehatan di Rumah sakit dengan

    sebaik-baiknya yang diabdikan bagi kepentingan peningkatan derajat

    kesehatan masyarakat.

    b. Visi

    Menjadi rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Jawa Tengah

    c. Misi

    1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu prima dan

    memuaskan.

    2) Memberikan pelayanan yang terjangkaubagi semua golongan

    masyarakat.

    3) Memberikan kontribusi nyata untuk pendidikan dan penelitian

    kesehatan yang terintegrasi dengan pelayanandalam rangka

    peningkatan mutu SDM dan Iptek kesehatan.

    d. Tujuan

    1) Kemandirian Finansial Rumah Sakit

    2) Kepuasan Pelanggan

    3) Proses pelayanan yang prima

    4) SDM berkomitmen Tinggi dan Kompeten.

  • 46

    2. Hasil Analisa

    a. Analisis Univariat

    1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

    Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

    No. Umur (tahun) Frekuensi Prosentase %

    1. 31 - 40 9 29

    2. 41 - 50 8 25,8

    3. 51 - 60 8 25,8

    4. 61 6 19,4

    Total 31 100

    Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat

    melalui gambar sebagai berikut :

    Gambar 4.1.Diagram Batang Responden Berdasarkan Umur

    Dari responden sebanyak 31 orang, didapatkan bahwa

    semua pasien pre op Laparatomy paling banyak umur 31-40 tahun

    9 orang (29%), sedangkan paling sedikit umur 61 tahun 6 orang

    (19,4%).

  • 47

    2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase %

    1. Laki-laki 24 77,4

    2. Perempuan 7 22,6

    3. Total 31 100

    Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat

    dilihat melalui gambar sebagai berikut :

    Gambar 4.2.Diagram Batang Responden Berdasarkan Jenis

    Kelamin

    Dari responden sebanyak 31 orang didapatkan bahwa

    pasien pre op Laparatomy yang berjenis kelamin laki-laki

    sebanyak 24 orang (77,4%), sedangkan perempuan 7 orang

    (22,6%).

  • 48

    3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

    Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

    No. Pendidikan Frekuensi Prosentase %

    1. SD 13 41,9

    2. SMP 11 35,5

    3. SMA 7 22,6

    Total 31 100

    Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat

    dilihat melalui gambar sebagai berikut :

    Gambar 4.3.Diagram Batang Responden Berdasarkan Pendidikan

    Dari responden sebanyak 31 orang, didapatkan bahwa

    pasien pre op Laparatomy pendidikan SD paling banyak 13

    orang (41,9%), sedangkan paling sedikit SMA7 orang (22,6%).

  • 49

    4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pre Operasi

    Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pre

    Operasi No. Pengetahuan pre op Frekuensi Prosentase %

    1. Kurang 17 54,8

    2. Cukup 6 19,4

    3. Baik 8 25,8

    Total 31 100

    Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan pre

    operasidapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :

    Gambar 4.4. Diagram batang responden berdasarkan pengetahuan

    pre operasi

    Dari responden sebanyak 31 orang, didapatkan bahwa

    pasien dengan pengetahuan pre op Laparatomy kurang sejumlah

    17 responden (54,8%), sedangkan cukup sejumlah 6 responden

    (19,4%).

  • 50

    5) Karakteristik Responden Berdasarkan Kecemasan

    Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecemasan

    No. Kecemasan Frekuensi Prosentase %

    1. Tidak ada 0 0

    2. Ringan 3 9,7

    3. Sedang 18 58,0

    4. Berat 10 32,3

    5. Panik 0 0

    Total 31 100

    Karakteristik responden berdasarkan kecemasan dan setelah

    dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut:

    Gambar 4.5. Diagram batang responden berdasarkan kecemasan

    Dari responden sebanyak 31 orang, didapatkan bahwa

    tingkat kecemasan paling banyak adalah kecemasan sedang

    sejumlah 18 orang (58%), dan paling sedikit terdapat pada

    kecemasan ringan sejumlah 3orang (9,7%).

  • 51

    b. Analisa Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

    pengetahuan pre operasi dengan tingkat kecemasan. Prosedur analisis

    dimulai dengan uji normalitas data dengan menggunakan uji

    kolmogorov-smirnov. Analisis data dilanjutkan dengan analisis

    korelasi bivariat. Teknik yang digunakan adalah korelasi product

    moment apabila data dari kedua variabel berdistribusi normal dan bila

    data dari salah satu atau kedua variabel tidak berdistribusi normal

    menggunakan analisis non parametrik dengan teknik korelasi kendall

    tau. Hasil analisis uji normalitas dapat disajikan dalam tabel berikut.

    Tabel 4.6 Uji Normalitas Data

    No. Variabel Kolmogorov-Smirnov Test

    Z P Keterangan

    1. Tingkat Pengetahuan 1,908 0,001 Tidak normal

    2. Tingkat Kecemasan 1,783 0,003 Tidak normal

    Berdasarkan Tabel 4.6 analisis normalitas diperoleh kedua

    variabel tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan mempunyai

    distribusi tidak normal, sehingga analisis data dilanjutkan dengan

    menggunakan analisis non parametrik dengan analisis korelasi kendall

    tau. Hasil penghitungan analisis bivariat diperlihatkan pada tabel

    berikut.

    Tabel : 4.7 Hasil Penghitungan Analisis Bivariat

    Pengetahuan

    Pre Op

    Kecemasan Total

    Kendall Tau

    Ringan Sedang Berat p

    Kurang 0 10 7 17

    -0,360 0,028 Cukup 0 4 2 6

    Baik 3 4 1 8

    Total 3 18 10 31

  • 52

    Tabel 4.7 memperlihatkan hasil analisis korelasi Kendal Tau

    hubungan antara pengetahuan pre operasi dengan tingkat kecemasan.

    Hasil nilai korelasi sebesar -0,360 dengan p sebesar 0,028.

    Probabilitas uji signifikansi korelasi kedua variabel adalah sebesar

    0,028. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pengujian signifikan atau dengan

    kata lain dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara

    pengetahuan pre operasi dengan tingkat kecemasan pada pasien pre

    operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

    Berdasarkan angka korelasi () dapat diperoleh informasi-

    informasi tentang hubungan antara variabel pengetahuan pre operasi

    dengan tingkat kecemasan pada pasien. Korelasi bernilai -0,360

    menunjukkan bahwa derajat hubungan antara variabel pengetahuan

    pre operasi dengan tingkat kecemasan termasuk lemah atau rendah.

    Nilai korelasi bertanda negatif menunjukkan bahwa arah hubungan

    kedua variabel adalah berbanding terbalik, artinya semakin baik

    pengetahuan pre operasi maka akan semakin menurunkan tingkat

    kecemasan pasien pre operasi laparatomy.

    B. Pembahasan

    1. Karakteristik Responden

    a. Umur

    Setelah dilakukan penelitian pada responden sejumlah 31 orang

    yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi

  • 53

    mendapatkan hasil berdasarkan statistik menunjukkan bahwa pasien pre

    op laparatomy paling banyak umur 31-40 tahun 9 orang (29%),

    sedangkan paling sedikit umur 61 tahun 6 orang (19,4%).Menurut

    Rohani (2003), umur lebih dari 30 tahun mekanisme koping di

    pengaruhi oleh orang tua, usia semakin dewasa mekanisme koping

    semakin baik karna telah berpengalaman.Kedewasaan seseorang dan

    kemampuan untuk menghadapi suatu permasalahan juga dipengaruhi

    oleh usia. Mereka yang berusia lebih tua akan memiliki kemampuan

    untuk menghadapi permasalahan lebih baik. Sehingga kecemasan yang

    dihadapi oleh responden akan lebih rendah bagi mereka memiliki usia

    lebih tua dibandingkan dengan usia lebih muda. Selain itu, usia juga

    berarti memiliki pengalaman yang lebih baik. Dengan pengalaman lebih

    baik, maka tingkat kecemasan yang dihadapi lebih rendah.Seseorang

    yang mempunyai umur lebih muda akan lebih mudah mengalami

    gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang berumur lebih tua

    (Sundari, 2005).

    b. Jenis Kelamin

    Setelah dilakukan penelitian pada responden sejumlah 31 orang

    yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi

    mendapatkan hasil berdasarkan statistik menunjukkan bahwa pasien pre

    op laparatomy banyak terjadi pada klien berjenis kelamin laki-laki

    sebanyak 24 orang (77,4%), sedangkan perempuan 7 orang (22,6%),

    menunjukkan bahwa tingkat kecemasan berat banyak terjadi pada

  • 54

    responden berjenis kelamin laki-laki karena jumlah responden laki-laki

    lebih banyak dari perempuan, (3,4 berbanding 1). Pada umumnya

    seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap hal

    yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan.

    Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih luas

    dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan

    lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal

    dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga

    tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan terbatas

    tentang pencegahan penyakit.Gangguan panik merupakan suatu

    gangguan kecemasan yang spontan dan episodik, gangguan ini lebih

    sering dialami oleh perempuan dari pada laki-laki (Sundari, 2005).

    c. Pendidikan

    Setelah dilakukan penelitian pada responden sejumlah 31 orang

    yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi

    mendapatkan hasil berdasarkan statistik menunjukkan bahwa pasien pre

    op laparatomy paling banyak SD 13 orang (41,9%), sedangkan paling

    sedikit SMA 7 orang (22,6%), menujukkan bahwa pendidikan rendah

    banyak terjadi pada responden. Penghitungan analisis menunjukkan

    semakin baik pendidikan pre operasi laparatomy maka akan semakin

    menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi laparatomy.

    Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

    seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

  • 55

    melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita

    kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

    Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon

    terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang

    yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang

    rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau

    mereka yang tidak berpendidikan (Notoatmodjo, 2010).

    2. Pengetahuan Pre Operasi

    Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tau

    seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

    telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

    melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).

    Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

    yang berbeda-beda(Notoatmodjo, 2010).

    Variabel pengetahuan dalam penelitian ini diukur dengan

    menggunakan kuesioner berskala Likert yang tersusun atas 13 pertanyaan

    valid. Hasil penelitian tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa mayoritas

    pasien mempunyai pengetahuan kurang (54,8%), sisanya (35,2%)

    memiliki tingkat pengetahuan cukup dan baik.

    Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan pasien pre

    operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta memiliki

    pengetahuan yang kurang. Hasil ini ini menggambarkan fakta bahwa

    tingkat pengetahuan pasien pre operasi masih kurang. Pengetahuan yang

  • 56

    kurang di pengaruhi oleh faktor pendidikan responden dalam penelitian ini

    yang sebagian besar mempunyai pendidikan SD serta pendidikan SMP.

    Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan merupakan salah satu faktor

    yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang diartikan

    sebagai sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

    kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya

    pengajaran dan pelatihan, untuk mencerdaskan manusia.

    3. Tingkat Kecemasan

    Tingkat kecemasan (ansietas) merupakan respon emosional terhadap

    penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan

    tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes, 2008).

    Sedangkan menurut Dalami (2009) ansietas adalah istilah yang

    sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan

    khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik.

    Variabel tingkat kecemasan dalam penelitian ini diukur dengan

    menggunakan acuan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety). Menurut

    Dalami (2009) HRS-A adalah alat ukur untuk mengetahui sejauh mana

    derajad kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, atau berat, dengan

    penilaian derajat kecemasan < 14 tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan

    ringan, 21-27 kecemasan sedang, 28-41 kecemasan berat, dan 42-56

    kecemasan sangat berat/panik.

    Hasil penelitian tingkat kecemasan menunjukkan bahwa mayoritas

    pasien mempunyai tingkat kecemasan sedang (58%), pada tingkat ini

  • 57

    lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih

    memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal

    lain.Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi (ekstra systole) dan

    tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah.

    Respon kognitif : Respon persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu

    diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.Respon perilaku dan

    emosi : gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan

    lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak nyaman.Tingkat kecemasan berat

    dan ringan(42%).Hasil penelitian ini menggambarkan tingkat kecemasan

    pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang

    termasuk dalam kategori sedang.

    4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan

    Dalam penelitian ini diajukan hipotesis ada hubungan antara

    motivasi pengetahuan pre operasi dengan tingkat kecemasan pada pasien

    pre operasi Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hasil analisis

    korelasi bivariat menunjukkan bahwa hipotesis tersebut diterima, yaitu ada

    hubungan yang signifikan antara pengetahuan pre operasi dengan tingkat

    kecemasan pada pasien pre operasi Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta (p = 0,028 < 0,05). Derajat hubungan diantara kedua variabel

    termasuk lemah atau rendah dengan arah hubungannya berbanding

    terbalik, artinya semakin baik tingkat pengetahuan maka akan semakin

    rendah tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Laparatomy di RSUD

    Dr. Moewardi Surakarta.

  • 58

    Hasil penelitian ini membuktikan bahwa suatu perilaku umumnya

    terjadi karena sebab faktor predisposisi. Perilaku yang dimaksud adalah

    tingkat pengetahuan pasien tentang kesiapan menghadapi operasi

    Laparatomy yang terdiri dari kesiapan fisik dan mental pasien. Kesiapan

    fisik yang diperlukan sebelum operasi antara lain Status kesehatan fisik

    secara umum, Status nutrisi, Keseimbangan cairan dan elektrolit,

    Eliminasi, dan Personal hygiene. Sedangkan kesiapan mental meliputi

    informasi, dukungan psikososial untuk menurunkan ansietas, pengalaman

    operasi sebelumnya dan pelatihan ketrampilan. Dengan mengetahui secara

    baik kesiapan-kesiapan fisik dan mental, akan mendorong pasien untuk

    lebih tenang dalam menghadapi operasi Laparatomy, yang pada akhirnya

    dapat mengurangi tingkat ansietas atau kecemasan pasien.

    Menurut Stuart dan Sundeen (2008), kecemasan dapat bersumber

    dari faktor Internal dan Eksternal. Sumber Faktor Eksternal diantaranya

    ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas fisiologis yang akan

    terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-

    haridan ancaman terhadap sistem diri, Ancaman ini membahayakan harga

    diri, identitas diri dan fungsi sosial individu. Sedangkan faktor Internal

    meliputi umur, Keadaan Fisik, Sosial Budaya, Tingkat Pendidikan,

    Tingkat Pengetahuan, Jenis Kelamin dan pengalaman.

    Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

    Permana (2012) dengan hasil penelitian tidak ada hubungan antara

    pengetahuan dengan kecemasan menghadapi menarche pada siswi kelas

  • 59

    VI SDN 3 Tekaran Selogiri Wonogiri. Penelitian ini juga sesuai dengan

    PenelitianMakmuri (2007) dengan judul hubungan antara tingkat

    pendidikan pasien terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif fraktur

    fremur di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, dengan

    hasil penelitian ada hubungan antara tingkat pendidikan pasien terhadap

    tingkat kecemasan pasien pre operatif fraktur fremur.

    C. Keterbatasan Penelitian

    Peneliti menyadari bahwa penelitianhubungan antara pengetahuan

    dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomydi RSUD Dr.

    Moewardi Surakartaini mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan.

    Kelemahan dan keterbatasan antara lain :

    1. Peneliti belum mengungkap variabel-variabel lain yang berhubungan

    dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

    2. Peneliti hanya mengambil sampel dari pasien pre operasi laparatomy dan

    belum mengambil dari keseluruhan pasien pre operasilaparatomy.

    3. Pengisian kuesioner terhadap pengetahuan dan kecemasan tidak dalam

    waktu yang sama.

  • 60

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian hubungan antara pengetahuan dengan tingkat