-
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI
LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan
Oleh :
MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO
NIM. 2010 1298
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
-
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Penelitian dengan Judul Hubungan Antara Pengetahuan Pre Operasi
Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Laparatomy
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan di hadapan Tim
Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program DIII
Keperawatan STIKES PKU
Muhammadiyah
Surakarta
Diajukan Oleh :
MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO
NIM. 2010 1298
Pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 19 Juli 2013
Mengetahui,
Pembimbing I
Cemy Nur Fitria,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
NIDN.0623087703
Pembimbing II
Yuli Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
NIDN. 0610078604
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI
LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Disusun Oleh :
MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO
NIM. 2010 1298
Penelitian ini telah diseminarkan dan diajukan
Pada tanggal :19 Juli 2013
Susunan Tim Penguji :
Penguji I
Ida Untari, SKM.,M.Kes.
NIDN. 0629037604
Penguji II
Cemy Nur Fitria,S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIDN. 0623087703
Penguji III
Sri Mintarsih, S.Kep.Ns,M.Kes
NIDN. 0624067303
Mengetahui,
Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Weni Hastuti, S.Kep.M.Kes.
NIDN. 0618047704
-
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah
dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI
LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Dibuat untuk melengkapi Tugas Akhir Diploma III Keperawatan
STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta. Tugas Akhir ini merupakan Karya Tulis
Ilmiah saya
sendiri ( ASLI ), dan dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah
diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis di
suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah dipublikasikan dan atau pernah
ditulis dan
diterbitkan oleh orang lain maupun di Perguruan Tinggi atau
instansi manapun,
kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana
mestinya.
Surakarta, Juli 2013
MUHAMMAD GHOFRON RENDI KUNCORO
NIM. 2010.1298
-
v
KATA PENGANTAR
Dengan segala pujidan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan
kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
memberi
kekuatan, ketabahan, kemudahan dalam berfikir untuk penelitian
ini dengan judul
Hubungan Antara Pengetahuan Pre Operasi Dengan Tingkat Kecemasan
pada
Pasien Pre Operasi Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Penelitian ini
merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk menempuh
ujian akhir
program pendidikan D III Keperawatan Stikes PKU Muhammadiyah
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini
mengalami
banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan,
dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan
tersebut dapat
teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati,
penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes., selaku Ketua STIKES PKU
Muhammadiyah
Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk
menempuh pendidikan D III Keperawatan.
2. Sri Mintarsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Puket I yang telah
memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan serangkaian
kegiatan Tugas
Akhir yang salah satunya adalah Karya Tulis Ilmiah (KTI)
sebagai
persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program Pendidikan
Diploma III
Keperawatan di STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
3. Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan
ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
-
vi
4. Ida Untari, SKM.,M.Kes., selaku Ka Prodi D III Keperawatan
STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta, dengan sabar dan bijaksana membantu
dan
menyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi, merevisi serta
melengkapi
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku dosen pembimbing
I, dengan
sabar dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide-idenya
dalam
mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah
ini.
6. Yuli Widyastuti, Skep.,Ns.,M.Kep., selaku dosen pembimbing
II, dengan
sabar dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide-idenya
dalam
mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah
ini.
7. Perpustakaan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang sudah
menyediakan bahan untuk penyusunaan Karya Tulis Ilmiah.
8. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah
memberikan support,
motivasi dan masukan dalam penyusunan Karyaa Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan,
kemampuan dan waktu yang saya miliki, masih banyak kekurangan
dalam
penulisan penelitianini. Untukitu saran dan kritik yang
membangun dari semua
pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini
dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak yang terkait, kalangan akademis dan masyarakat
yang berminat
terhadap ilmu keperawatan.
Surakarta,Mei2013
Penulis
-
vii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PRE OPERASI DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI
LAPARATOMY DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Muhammad Ghofron Rendi Kuncoro1, Yuli Widyastuti
2, Cemy Nur Fitria
3
Latar Belakang : Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang
banyak
menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang
menganggap
bahwa pembedahan merupakan pengalaman yang sangat menakutkan,
baik bagi
orang kesehatan sendiri maupun orang awam terutama jika
pembedahan yang
dilakukan termasuk dalam kategori segera dilakukan operasi.
Laparatomy
merupakan pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi
yang
dilakukan untuk memeriksa organ-organ perut dan membantu
diagnosis masalah
termasuk menyembuhkan penyakit-penyakit pada perut. Berdasarkan
studi
pendahuluan didapat kasus laparatomy sebanyak 230 pasien pada
bulan Agustus
sampai September 2012.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan tingkat
kecemasan
pada pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Metode Penelitian : Menggunakan metode korelasi. Pendekatan
penelitian cross
sectional, teknik sampling accidental sampling dimana tiap
pasien di observasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan pada waktu yang tidak
samasejumlah 31
orang. Instrument menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini
menggunakan
spearman.
Hasil : Tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa mayoritas pasien
mempunyai
pengetahuan kurang (54,8%), sisanya (35,2%) memiliki tingkat
pengetahuan
cukup dan baik. Ada hubungan terbalik antara pengetahuan pre
operasi dengan
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr.
Moewardi
Surakarta, dengan nilai p = -0,360 dan p = 0,028 pada
signifikasi 95%.
Kesimpulan : Semakin baik pengetahuan pre operasi maka akan
semakin
menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi laparatomy.
Kata Kunci : Pengetahuan, kecemasan, laparatomy.
1. Mahasiswa Program D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta
2. Dosen Pengampu D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta 3. Dosen Pengampu D III Keperawatan STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta
-
viii
ABSTRACT
THE CORELLATION BETWEEN KNOWLEDGE ANXIETY LEVEL
IN PATIENTS PRE WITH PRE OPERATION LAPAROTOMY
REGIONAL GENERAL HOSPITAL DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Muhammad Ghofron Rendi Kuncoro1, Yuli Widyastuti
2, Cemy Nur Fitria
3
Background : Surgery is the treatment measures that cause a lot
of anxiety, until
now most people think that surgery is a very frightening
experience, both for the
health of themselves and lay people, especially if the surgery
is performed are
included in the category immediately performed surgery.
Laparotomy is
abdominal surgery, peritonitis with open surgery done to examine
abdominal
organs and help diagnose problems including curing diseases of
the stomach.
Based on preliminary studies obtained as many as 230 cases of
laparotomy
patients from August to September 2012.
Destination : Knowing the relationship between knowledge level
of preoperative
anxiety in patients in the laparotomy General Hospital Dr.
Moewardi Surakarta.
Research methods : using the correlation method. Cross-sectional
research
approach, sampling accidental sampling technique in which each
patient at one
time observation and measurements were taken at the same time
not some 31
people. Instrument using a questionnaire. In this study using
the Spearman.
Results : The level of knowledge indicates that the majority of
patients had less
knowledge (54.8%), the rest (35.2%) have a sufficient level of
knowledge and
good. There is a relationship between knowledge preoperative
anxiety levels in
patients with preoperative laparotomy in General Hospital Dr.
Moewardi
Surakarta, with p = -0.360 and p = 0.028 at the 95%
significance.
Conclusion : The better the preoperative knowledge the more it
will reduce patient
anxiety levels pre laparotomy surgery.
Keywords : Knowledge, anxiety, laparotomy.
1. Student Nursing Program D III STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta.
2. Nursing lecturer of D III STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta.
3. Nursing lecturer of D III STIKES PKU Muhammadiyah
Surakarta.
-
ix
MOTTO
Jangan berpikir tentang seberapa besar beban yang ada di
depanmu,
namun berpikirlah bagaimana cara memikul beban tersebut
Senyuman merupakan hal kecil yang dapat membuat hidup ini
menjadi
lebih mudah
Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang
tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada
orang
yang ketakutan
Sukses bermula dari pikiran kita. Sukses adalah kondisi pikiran
kita.
Bila Anda menginginkan sukses, maka Anda harus mulai berpikir
bahwa
Anda sukses, danmengisi penuh pikiran Anda dengan kesuk
sesan
-
x
PERSEMBAHAN
Karya penelitian ini ku persembahkan
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan
nikmat, kesehatan, rezeki yang tidak
terduga, kelancaran dalam menenmpuh
studi ini hingga selesai.
2. Ibu dan bapakku tercinta yang telah
mengajariku arti hidup dan
menjadikanku seorang putra yang
tangguh dalam menjalani kerasnya
hidup.
3. Adik-adikku tersa yang yang menjadi
motivator aku untuk terus melangkah
menggapai cita-cita.
4. Someone special Nika Ayu
Resminanti, sebagai ungkapan rasa
sayangku cintaku di hati yang selalu
memberi semangat untuk meraih cita-
citaku. Pendampingku dalan suka dan
duka.
5. Untuk Sahabatku Rahman, Sarsito dan
Koni yang memberikan semangat
untuk terus melangkah, selalu
berkumpul bersama di kos untuk
membuat Karya Tulis Ilmiah secara
bersama-sama.
6. Teman-teman STIKES PKU angkatan
2010 semuanya, trimakasih untuk
semua bantuan, support, dan
dukungannya selama ini.
7. Almamaterku STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta.
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
...........................................................................................
i
LEMBAR
PERSETUJUAN................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN
................................................................................
iii
PERNYATAAN
..................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR
........................................................................................
v
ABSTRAK
..........................................................................................................
vii
MOTTO
..............................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN
...............................................................................................
ix
DAFTAR ISI
.......................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR
..........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL
...............................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
.......................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah............................................................................
3
C. Tujuan Penelitian
.............................................................................
3
D. Manfaat Penelitian
...........................................................................
4
E. Keaslian Penelitian
..........................................................................
5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Kajian Teori
.....................................................................................
7
1. Pengetahuan
...............................................................................
7
2. Kecemasan
.................................................................................
13
3. Pre Operasi
................................................................................
23
4. Laparatomy
................................................................................
29
B. Kerangka Teori
................................................................................
33
C. Kerangka Konsep
............................................................................
34
D. Hipotesis
..........................................................................................
34
-
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
......................................................................
35
B. Tempatdan Waktu Penelitian
........................................................... 35
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
.......................................... 35
D. Variabel Penelitian
..........................................................................
37
E. Definisi Operasional
........................................................................
37
F. Instrumen Penelitian
........................................................................
38
G. Metode Pengolahan dan Analisa Data
............................................. 39
H. Jalannya Penelitian
..........................................................................
41
I. Etika Penelitian
................................................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
................................................................................
44
B. Pembahasan
.....................................................................................
52
C. Keterbatasan Penelitian
...................................................................
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
......................................................................................
60
B. Saran
................................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Rentang respon Ansietas
...............................................................
14
Gambar 2.2 Kerangka Teori
.............................................................................
33
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian
........................................................ 34
Gambar 4.1 Diagram Batang Responden Berdasarkan Umur
.......................... 46
Gambar 4.2 Diagram Batang Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
............ 47
Gambar 4.3 Diagram Batang Responden Berdasarkan Pendidikan
................. 48
Gambar 4.4 Diagram Batang Responden Berdasarkan Pengetahuan
Pre
Operasi
..........................................................................................
49
Gambar 4.5 Diagram Batang Responden Berdasarkan Kecemasan
................. 50
-
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Definisi
Operasional..........................................................................
38
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Pre Operasi
.................................. 39
Tabel 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Umur
...................................... 46
Tabel 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
........................ 47
Tabel 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan
............................. 48
Tabel 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pre
Operasi ....... 49
Tabel 4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Kecemasan
............................. 50
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data
..........................................................................
51
Tabel 4.7 Hasil Penghitungan Analisis Bivariat
............................................... 51
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian.
Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden.
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden.
Lampiran4. Instrumen Penelitian.
Lampiran 5. Tabel Penelitian.
Lampiran 6. Analisa Data Penelitian.
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian.
Lampiran 8. Surat Keterangan Penyelesaian Penelitian.
Lampiran 9. Lembar Konsultasi.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat
Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup secara optimal.
Pembangunan
di bidang kesehatan merupakan integrasi dari pembangunan
nasional yang
diarahkan untuk mencapai derajat kesejahteraan dan kesehatan
masyarakat
secara optimal, mandiri, baik jasmani, rohani, sosial maupun
ekonomi
(Depkes, 2008).
Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang banyak
menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang
menganggap
bahwa pembedahan merupakan pengalaman yang sangat menakutkan,
baik
bagi orang kesehatan sendiri maupun orang awam terutama jika
pembedahan
yang dilakukan termasuk dalam kategori segera dilakukano
perasi.
Laparatomy merupakan pembedahan perut , membuka selaput perut
dengan
operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ-organ perut dan
membantu
diagnosis masalah termasuk menyembuhkan penyakit-penyakit pada
perut
(Jitowiyono, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari ranah tahu
setelah
orang melakukan indraan suatu objek tertentu melalui
penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan perabaan. Pengetahuan
merupakan faktor
-
2
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan.
Berawal dari
pengetahuan, akan muncul respons dalam bentuk sikap terhadap
obyek yang
telah diketahui dan disadari sepenuhnya, kemudian dari respon
sikap ini akan
terbentuk perilaku (Notoatmodjo, 2010).
Operasi adalah pengalaman baru bagi pasien yang menimbulkan
kecemasan, respon pasien ditunjukkan melalui : ekspresi marah,
bingung,
apatis, atau mengajukan pertanyaan. Kecemasan dapat dikurangi
dengan
tindakan keperawatan fokus pada komunikasi terapeutik bagi
pasien dan
keluarganya (Smeltzer and Bare, 2004). Hasil penelitian makmuri
(2007) ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan kecemasan pasien pre
operatif.
Menurut Potter & Perry (2005) kecemasan pre operasi
merupakan suatu
respon terhadap suatu pengalaman yang di anggap pasien sebagai
suatu
ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan
kehidupan
sendiri.
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena
adanya ancaman terhadap kesehatan. Kecemasan pada pasien pre
operasi
apabila tidak segera diatasi maka dapat mengganggu proses
operasi. Pasien
yang akan menjalani operasi harus diberi informasi untuk
menurunkan atau
mengurangi gejala kecemasan serta dapat meningkatkan
pengetahuan
kesehatan pada pasien. Reaksi cemas ini akan berlanjut bila
klien tidak
pernah atau kurang mendapat informasi yang berhubungan dengan
penyakit
dan tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Mengatakan setiap
orang
pernah mengalami periode cemas, apa lagi pasien yang akan
menjalani
-
3
pembedahan. Kecemasan merupakan gejala klinik yang jelas
terlihat pada
pasien dengan penatalaksanaan medis (Stuart and Sundeen,
2006).
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
banyak terdapat pasien yang dilakukan pembedahan. Pembedahan
atau
operasi yang sering dilakukan selama bulan Agustus sampai
November 2012
laparatomy 230 (60%) kasus. Berdasarkan data tersebut kasus
laparatomy
adalah paling mendominasi, sehingga penulis mengambil pasien pre
operasi
laparatomy untuk penelitian hubungan antara pengetahuan dengan
tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi Laparatomy di RSUD dr.
Moewardi
Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang terdapat perumusan masalah yaitu :
Apakah
ada hubungan antara pengetahuan pre operasi dengan tingkat
kecemasan pada
pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr.
Moewardi
Surakarta.
-
4
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden pre operasi laparatomy di
RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
b. Mengetahui pengetahuan padapasien preo perasi laparatomy di
RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
c. Mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
laparatomy di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan pre operasi
dengan
kecemasan pada pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr.
Moewardi
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti sebagai sumber
pengetahuan dalam tindakan kecemasan pada pasien pre operasi
laparatomy.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bacaan ilmiah
untuk
penelitian berikutnya yang sejenis pada pengukuran kecemasan
terhadap
pre operasi.
-
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan bagi pihak rumah sakit untuk
menambah pengetahuan khususnya tentang penanganan cemas pada
pasienpre opersi.
b. Bagi Perawat RS. Dr. Moewardi Surakarta
Meningkatkan pengetahuan perawat dalam mengatasi tingkat
kecemasan pasien preoperasi laparotomy.
E. Keaslian Penelitian
Menurut pengetahuan peneliti penelitian ini belum pernah di
lakukan
tetapi sudah ada penelitian tentang kecemasan yang sudah
dilakukan seperti:
1. Permana, (2012). Hubungan antara pengetahuan dengan
kecemasan
menghadapi menarche pada siswi kelas VI SDN 3 Tekaran
Selogiri
Wonogiri
Metode deskriptif kuantitatif, total sampling, analisa Cross
Sectional, hasil penelitian tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan
kecemasan menghadapi menarche pada siswi kelas VI SDN 3
Tekaran
Selogiri Wonogiri
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah
penelitian ini bertempat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, total
sample,
Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah
metode
deskriptif kuantitatif, analisa Cross Sectional, sama-sama
meneliti
tentang kecemasan pada pasien pre operasi dan sampel
aksidental.
-
6
2. Penelitian makmuri (2007) Judul hubungan antara tingkat
pendidikan
pasien terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif fraktur
fremur di
Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Metode penelitian diskriptif dengan pendekatan studi
korelasi
(corelation Study). Sampel dalam penelitian ini adalah
purposive
sampling. Analisa penelitian di olah menggunakan uji statistik
korelasi
Spearmen Rank. Hasil ada Hubungan antara tingkat pendidikan
pasien
terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif fraktur
fremur.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah
penelitian ini bertempat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta,
sampel
sampling aksidental, analisa bevariate. Persamaan penelitian ini
dengan
penelitian diatas adalah studi deskriptif, sama-sama meneliti
tentang
kecemasan pada pasien pre operasi.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil
tau seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat
di pengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
obyek. Sebagian besar pengetahuhan seseorang diperoleh
melalui
indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas
atau
tingkat yang berbeda-beda(Notoatmodjo, 2010).
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), berbagai cara memperoleh
pengetahuan diantaranya adalah :
1) Dengan cara tradisional
(a) Cara kekuasaan atau otoritas
Dari sejarah kita ketahui dan kita pelajari bahwa
kekuasaan raja zaman dulu adalah mutlak, sehingga apa
pun yang keluar dari mulut raja adalah kebenaran mutlak
-
8
dan harus diterima oleh masyarakat atau rakyatnya. Di
bidang kesehatan, otoritas pengetahuan tersebut bukan
hanya berasal dari ahli-ahli kesehatan atau kedokteran,
tetapi juga berasal dari para dukun.
(b) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa yang lalu. Dengan cara tersebut orang dapat
memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk
memecahkan masalah lain yang sama, bila gagal
menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara
itu, dan berusaha mencari cara yang lain, sehingga dapat
berhasil memecahkanya.
(c) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari
sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
-
9
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
2) Penelitian ilmiah.
Metode penelitian ilmiah ini lebih populer disebut
metodologi penelitian moderen.
c. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi akan diukur dari
responden
(Notoatmodjo, 2010).
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi
pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
2) Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa
ini
adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
-
10
3) Keterpaparan informasi
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun
ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer
pengetahuan. Informasi sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyatakan, menyampaikan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi
dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup
data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases.
Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada
hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible).
4) Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini
tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada
umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
5) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
belajar dan berfikir abstrak gunamenyesuaikan diri secara
mental pada situasi baru.Intelegensi merupakan salah satu
-
11
faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk
berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah
sehinggaia mampu menguasai lingkungan.
6) Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh
pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari
hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung
pada
sifat kelompoknya. Lingkungan seseorang akan memperoleh
pengalaman yang akan berpengaruh pada pada cara berfikir
seseorang.
7) Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang
mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
8) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah
tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
-
12
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
e. Tingkatan Pengetahuan
Beberapa teori tentang tingkat pengetahuan (Notoatmojo,
2010) menunjukan ranah kognitif terdiri enam tingkat yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang
yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya).
-
13
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya.
5) Sintesis (syntesis)
Menunjuk suatukemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (Evaluasi)
Menunjuk pada kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu atau objek yang berdasarkan
kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria
yang sudah ada.
2. Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Ansietas (kecemasan) merupakan respon emosional terhadap
penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam
bawah
sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes,
2008). Ansietas merupakan alat peringan internal yang tanda
bahaya kepada individu (Stuart and Sundeen, 2006). Ansietas
adalah istilah yang sanagt akrab dengan kehidupan sehari-hari
yang
-
14
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak
tentram
disertai berbagai keluhan fisik (Dalami, 2009).
b. Rentang Respon
Adaptif Mal-Adaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gambar 2.1 Rentang respon ansietas
(Sumber : Dalami, 2009 : 66 )
c. Tingkat Ansietas
Menurut Dalami (2009 : 66-69), tingkatan ansietas ada 4,
yaitu :
1) Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan
peristiwa kehidupan sehari-hari. Persepsi melebar dan
individu
akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk
belajar yang menghilangkan pertumbuhan dan kreativitas.
a) Respon Fisiologis
(1) Sesekali nafas pendek.
(2) Tekanan darah naik.
(3) Gejala ringan pada lambung.
(4) Muka berkerut dan bibir bergetar.
-
15
b) Respon Kognitif
(1) Lapang persepsi melebar.
(2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.
(3) Konsentrasi pada masalah.
(4) Menjelaskan masalah secara efektif.
c) Respon Perilaku dan Emosi
(1) Tidak dapat duduk tenang.
(2) Tremor halus pada tangan.
(3) Suara kadang-kadang meninggi.
2) Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan
menurun. Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu
dan mengenyampingkan hal lain.
a) Respon Fisiologis
(1) Sering nafas pendek.
(2) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik.
(3) Mulut kering.
(4) Anoreksia.
(5) Diare/konstipasi.
(6) Gelisah.
b) Respon Kognitif
(1) Respon persepsi menyempit.
(2) Rangsang luar tidak mampu diterima.
-
16
(3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
c) Respon Perilaku dan Emosi
(1) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan).
(2) Bicara banyak dan lebih cepat.
(3) Susah tidur.
(4) Perasaan tidak nyaman.
3) Ansietas Berat
Ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit,
individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berpikir
realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area yang lain.
a) Respon Fisiologis
(1) Nafas pendek.
(2) Nadi dan tekanan darah naik.
(3) Berkeringat dan sakit kepala.
(4) Penglihatan kabur.
(5) Ketegangan.
b) Respon Kognitif
(1) Lapang persepsi sangat empit.
(2) Tidak mampu menyelesaikan masalah.
c) Respon Perilaku dan Emosi.
(1) Perasaan ancaman meningkat.
-
17
(2) Verbalisasi cepat.
(3) Blocking
4) Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah
sangat menyempit dan sudah terganggu sehingga tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
walaupun telah diberikan pengarahan.
a) Respon Fisiologis
(1) Nafas pendek.
(2) Rasa tercekik dan palpitasi.
(3) Sakit dada.
(4) Pucat.
(5) Hipotensi.
(6) Koordinasi motorik rendah.
b) Respon Kognitif
(1) Lapang persepsi sangan menyempit.
(2) Tidak dapat berfikir logis.
c) Respon Peilaku dan Emosi.
(1) Agitasi, mengamuk, dan marah.
(2) Ketakutan, berteriak-teriak, blocking.
(3) Kehilangan kendali atau kontrol.
(4) Persepsi kacau.
-
18
d. Faktor Predisposisi yang Mempengaruhi Kecemasan
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan(Stuart and
Sundeen, 2008) yaitu :
1) Pandangan Psikoanalisa.
Kecemasan (ansietas)adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan Super ego.
id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan
super ego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan
fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut Pandangan Interpersonal.
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan
dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
kecemasan yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku.
Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang
berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada
kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik meyakini adanya
-
19
hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan. Konflik
menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan
perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan
konflik yang dirasakan.
4) Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang
tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi.
5) Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepines. Obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gama- aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologi berhubungan
dengan kecemasan. Selain itu kesehatan umum individu dan
riwayat kecemasna pada keluarga memiliki efek nyata sebagai
predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan
individu unutk mengatasi stressor.
e. Faktor Presipitasi ( Pencetus )
Menurut Stuart and Sundeen,(2008),kecemasan dapat
bersumber dari faktor Internal dan Eksternal sebagai berikut
:
-
20
1) Faktor Eksternal
(a) Ancaman terhadap integritas fisik, Meliputi disabilitas
fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
(b) Ancaman terhadap sistem diri, Ancaman ini
membahayakan harga diri, identitas diri dan fungsi sosial
individu.
2) Faktor Internal
(a) Umur
Menspesifisikan umur kedalam 3 kategori yaitu
kurang dari 20 tahun (tergolong muda), 20-30 tahun
(tergolong menengah), dan lebih dari 30 tahun (tergolong
tua).
(b) Keadaan Fisik
Penyakit adalah salah satu yang menyebabkan
kecemasan (ansietas). Seseorang yang sedang menderita
penyakit akan lebih muda mengalami kecemasan,
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita penyakit.
(c) Sosial Budaya
Cara hidup orang dimasyarakat juga sangat
memungkinkan timbulnya stress. Individu yang mempunyai
cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas
sehingga lebih sukar mengalami stress. Demikian juga
-
21
dengan seseorang yang mempunyai keyakinan agamanya
rendah.
(d) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari
dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai
pendidikan tinggi akan memberikan respon yang rasional
dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau
mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah rspon
yang dapat dipelajari dengan demikian yang rendah menjdi
factor penunjang terjadinya kecemasan.
(e) Tingkat Pengetahuan
Status pendidikan yang rendah mudah mengalami
stress, terutama pada orang yang tingkat pendidikan rendah.
Hal ini disebabkan kurangya sumber informasi yang
didapat.
(f) Jenis Kelamin
Pada umumnya seorang laki-laki dewasa
mempunyai mental yang kuat terhadap hal yang dianggap
mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan. Laki-
laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan
lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih
banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan
-
22
sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan
menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga
tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang
didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit.
(g) Pengalaman
Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang
positif maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan
keterampilan menggunakan koping. Kebehasilan seseorang
dapat membantu individu untuk mengembangkan kekuatan
coping, sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional
menyebabkan seseorangmenggunakan coping yang
maladaptif terhadap stressor tertentu.
f. Cara Penilaian Kecemasan
Cara penilaian kecemasan menurut Dalami(2009),sebagai
berikut :
Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali.
Skor 1 : 1 dari gejala yang ada.
Skor 2 : separuh dari gejala yang ada.
Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada.
Skor 4 : semua gejala ada.
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1
sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut :
-
23
Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan.
Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang.
Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat.
Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekali/panik.
3. Pre Operasi
Keperawatan pre operasi merupakan tahap awal dari
keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan
secara
keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini
disebabkan
karena fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk
kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang
dilakukan
pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Oleh
karena
itu, pengkajian secara integral dan komprehensif dari aspek
fisiologis
pasien yang meliputi fungsi fisik-biologis dan psikologis
sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi
(Smeltzer
and Bare, 2004).
Tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan
pembedahan dimaksudkan untuk mempersiapkan penderita agar
penyulit pasca bedah dapat dicegah sebanyak mungkin.
Sebagian
tindakan tersebut dilakukan rutin, seperti pembersihan
kulit.
Sedangkan yang lain dipilih berdasarkan keterangan yang
diperoleh
pada anamnesis,pemeriksaan pra bedah, dan rencana
pengelolaan.
-
24
Toleransi pasien terhadap pembedahan mencakup toleransi
fisik
maupun mental (Sjamsuhidajat & Jong, 2004).
a. Persiapan Fisik
Menurut Smeltzer and Bare (2004), persiapan fisik pra
operasi yang dilakukan pada pasien sebelum operasi adalah :
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secar umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan masa
lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap yang
meliputi status haemodinamika, status kardiovaskular, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin,
fungsi
imunologi, dan lain-lain.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan, berat badan, lipatan kulit trisep, lingkar lengan
atas,
kadar protein darah (albumin dan globulin), dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Komplikasi yang paling sering
terjadi akibat status gizi yang burukadalah infeksi pasca
operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak
bias
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama.
-
25
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan
fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme
asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anestesi. Jika
fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.
Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti ologuri atau
anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi
harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada
kasus-
kasus yang mengancam jiwa.
4) Eliminasi
Eleminasi sebelum pembedahan dilakukan dengan
tujuan untuk menghindari aspirasi yaitu masuknya cairan
lambung ke dalam paru-paru dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya
infeksi pasca bedah. Selain tindakan pengosongan lambung
dan kolon juga diperlukan tindakan pengosongan kandung
kemih dengan dilakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengosongan kandung kemih dengan tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan.
5) Personal Hygiene
Pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk
mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan
saksama. Tujuan tindakan hygiene ini adalah menurunkan
-
26
resiko infeksi luka. Karena tubuh yang kotor dapat merupakan
sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah
yang dioperasi.
b. Persiapan Mental
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam proses persiapan operasi, karena mental
pasien
yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap
kondisi
fisiknya (Smeltzer and Bare, 2004). Secara mental, penderita
harus
dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan, karena akan selalu
ada rasa cemas akan penyuntikan, nyeri luka, anestesia,
bahkan
terhadap kemungkinan cacat atau mati. Hubungan baik antara
penderita, keluarga, dokterdan petugas pelayanan kesehatan
lainnya
sangat menentukan. Kecemasan ini adalah reaksi normal yang
dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dari
dokter
dan petugas pelayanan kesehatan lainnya (Sjamsuhidajat &
Jong,
2004).
Kecemasan atau ketakutan dapat berakibat pada perubahan
fisiologis pasien sebelum menjalani pembedahan (Smeltzer and
Bare, 2004), diantaranya adalah :
1) Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan
sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan
tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bias
dibatalkan.
-
27
2) Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat
mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga
operasi terpaksa harus ditunda.
Menurut Smeltzer and Bare (2004), berbagai alasan yang
dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antar lain :
1) Takut nyeri setelah pembedahan.
2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan
tidak
berfungsi normal (body image).
3) Takut keganasan (bila diagnose belum pasti).
4) Takut atau cemas akan mengalami kondisi yang sama dengan
orang lain yang mempunyai penyakit yang sama.
5) Takut atau ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan
pembedahan, dan petugas.
6) Takut mati saat dibius atau tidak sadar lagi.
7) Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatnya
frekuensi nadi dan pernafasan, meningkatnya tekanan darah,
gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan
yang
lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang
kali,sulit tidur, dan sering berkemih. Faktor-faktor yang
dapat
-
28
mempengaruhi kecemasan pasien (Smeltzer and Bare, 2004),
adalah :
1) Pengalaman operasi sebelumnya.
2) Pengertian pasien tentang tujuan atau alasan tindakan
operasi.
3) Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik
maupun penunjang.
4) Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi
dan
petugas kamar operasi.
5) Pengetahuan pasien tentang prosedur (pra, intra, pasca
operasi).
6) Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan
sebelum operasi dan harus dijalankan setelah operasi,
seperti
latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dan lain-lain.
Kebijakan persiapan pre operasi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Kosultasi jantung dan anestesi.
b. Hasil laboratorium dalam batas normal.
c. USG.
d. Informed consent.
e. Lavemen (huknah)
f. Sekeren
g. Pemberian profilaksis (antibiotik 1 jam sebelum operasi).
h. Persiapan darah.
i. Pemasangan NGT dan DC.
-
29
j. Puasa 6-8 jam sebelum operasi.
k. Pemasangan infus.
l. Baju operasi.
4. Laparatomy
a. PengertianLaparatomy
Laparatomy adalah pembedahan perut sampai membuka
selaput perut (Jitowiyono, 2010).Laparatomy adalah salah
satu
jenis operasi yang di lakukan pada daerah abdomen.Operasi
laparatomy di lakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang
berat
pada area abdomen, misalnya trauma abdomen. Perawatan post
laparatomy adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan
kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan
perut(Mansjoer,2007).
b. JenisLaparatomy
Jenis-jenis laparatomy menurut Jitowiyono (2010)yaitu :
1) Midline incision, yaitu sayatan ke tepi dari garis tengah
abdomen.
2) Paramedian, yaitu sayatan sedikit ke tepi dari garis
tengah
dengan jarak sekitar 2,5 cm dengan panjang 12,5 cm.
3) Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian
atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
-
30
4) Transverse lower abdomen, yaitu insisi melintang di
bagian
bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada
operasi
appendectomy.
c. Indikasi Laparatomy
Indikasi lapatomy menurut Mansjoer (2007) yaitu :
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2) Peritonitis.
3) Perdarahan saluran pencernaan.
4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5) Masa pada abdomen.
6) Kasus-kasus obstetry-ginekology.
d. Fase Penyembuhan Luka Post-Laparatomy
Menurut Jitowiyono (2010) fase penyembuhan luka yaitu :
1) Fase Pertama
Berlangsung sampai hari ke-3.Batang leukosit banyak
yang rusak/rapuh.Sel-sel darah baru berkembang menjadi
penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai
kerangka.
2) Fase Kedua
Dari hari ke-3 sampai hari ke-14.Pengisian oleh kolagen,
seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1
minggu.Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
-
31
3) Fase Ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu.Kolagen terus menerus
ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat
digunakan kembali.
4) Fase Keempat
Fase terakhir penyembuhan akan menyusut dan
mengkerut.
e. Komplikasi Post-Laparotomy
Menurut Jitowiyono (2010) komplikasi Post-Laparatomy
yaitu :
1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan
tromboplebitis.
Tromboplebitispost operasi biasanya timbul 7-14 hari
setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila
darah
tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut
aliran
darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum
mencoba ambulatif.
2) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah
operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi
adalah stapilokokusaurens, organism, gram positif.
Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari
-
32
infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka
dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi
luka
atau eviserasi.
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi
luka.Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam
melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi dan eviserasi
adalah
infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan,
ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat
dari batuk atau muntah.
f. Perawatan Post-Laparatomy
Menurut Jitowiyono (2010), perawatan post laparatomy
adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada
pasien-
pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan
perawatan post laparatomyadalah :
1) Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
2) Mempercepat penyembuhan.
3) Mengembalikan fungsi abdomen pasien semaksimal mungkin
seperti sebelum operasi.
4) Mempertahankan konsep diri pasien.
5) Mempersiapkan pasien pulang.
-
33
B. Kerangka Teori
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber : Jitowiyono(2010). Smeltzer and Bare (2004).Dalami
(2009).Notoatmojo (2010).
Preop Laparatomy:
1. Pengertian Laparatomy
2. Jenis Laparatomy 3. Indikasi Laparatomy 4. Fase penyembuhan
luka post
Laparatomy
5. Komplikasi post Laparatomy
6. Perawatan post Laparatomy
Faktor Predisposisi :
1. Teori Psikoanalisa 2. Teori Interpersonal 3. Teori Perilaku
4. Kajian keluarga
5. Kajian biologis
Faktor Presipitasi :
1. Faktor eksternal : ancaman terhadap sistem diri
2. Faktor internal : potensi stressor, maturitas, pendidikan
dan
ekonomi, keadaan fisik, tipe
kepribadian, lingkungan dan
situasi, usia, jenis kelamin.
Tingkat Kecemasan :
1. Ringan 2. Sedang 3. Berat 4. Berat sekali (Panik)
Persiapan pasien :
1. Fisik a. Status kesehatan fisik secara umum b. Status nutrisi
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit d. Eliminasi e. Personal
hygiene
2. Mental a. Informasi b. Dukungan psikososial untuk
menurunkan ansietas
c. Pengalaman operasi sebelumnya
d. Pelatihan ketrampilan.
Kecemasan
Pengetahuan :
1. Pengertian pengetahuan 2. Sumber pengetahuan 3. Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
4. Tingkat pengetahuan
Tingkat Pengetahuan :
1. Baik 2. Cukup
3. Baik
-
34
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
D. Hipotesis Penelitian
Ha :Ada hubungan antara pengetahuanpre operasi dengan
tingkat
kecemasan pada pasien pre op Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Ho : Tidak ada hubungan antarapengetahuanpre operasi dengan
tingkat
kecemasan pada pasien pre op Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Pengetahuan Pre
Operasi Laparatomy Tingkat Kecemasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal
-
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasi yaitu metode
untuk
mengetahui tingkat keeratan hubungan dari dua variabel.
Pendekatan
penelitian cross sectional, dimana tiap pasien di observasi
sekali saja dan
pengukuran dilakukan pada waktu yang tidak sama (Sugiyono,
2007).
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juni sampai 28
Juni
tahun 2013.
C. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek
atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
-
36
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pre operasi
laparatomy di RSUD dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 4
Juni
sampai 28 Juni tahun 2013.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007).
3. Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam
penelitian
ini dilakukan dengan teknik accidental sampling . Accidental
sampling
adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui
itu
cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2007). Jumlah responden
sebanyak 31 responden.
Dengan kriteria inklusi subjek penelitian yang dapat
mewakili
sampel dengan syarat :
a. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Pasien di ruang Mawar II pre op Laparatomy di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
c. Bersedia menjadi responden.
-
37
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak
dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian :
a. Pasien selain pre op laparatomy di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
b. Pasien koplikasi penyakit lain.
c. Umur pasien 17 tahun.
Jumlah responden sebanyak 31 responden.
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh
kelompok lain (Notoatmodjo, 2010).
1. Variabel bebas
Variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan perubahan
variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah
pengetahuan pasien pre op laparatomy.
2. Variabel terikat
Variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tingkat
kecemasan.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel
yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan
-
38
(Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional pada penelitian ini
sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket atau
kuesioner
dengan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) sebagai acuan.
HRS-
A adalah alat ukur untuk mengetahui sejauh mana derajad
kecemasan
Variabel
Penelitian Definisi operasional
Parameter dan Kategori Alat Ukur Skala
Pengukuran Pengetahuan
pre op
laparatomy
Keperawatan pre
operasi merupakan
tahap awal dari
keperawatan
perioperatif, Oleh
karena itu, pengkajian
secara integral dan
komprehensif dari
aspek fisiologis pasien
yang meliputi fungsi
fisik-biologis dan
psikologis sangat
diperlukan untuk
keberhasilan dan
kesuksesan suatu
operasi.
1. Benar (1) 2. Salah (0) Keterangan : - Baik = skor 10-13
(76%-100%) - Cukup = skor 6-9 (56-75%) - Kurang = skor 0-5
(55%)
Kuesioner Ordinal
Kecemasan Suatu perasaan takut yang tidak
menyenangkan dan
tidak dapat dibenarkan
yang sering disertai
gejala fisiologis
sebelum tindakan
operasi Laparatomy.
a. Tidak ada kecemasan (14)
b. Kecemasan ringan (14-20)
c. Kecemasan sedang (21-27)
d. Kecemasan berat (28-41)
e. Kecemasan berat sekali/panik (42-56)
HRS-A
(Hamilton
Rating
Scale for Anxiety)
Ordinal
-
39
seseorang apakah ringan, sedang, atau berat, dengan penilaian
derajat
kecemasan < 14 tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan ringan,
21-27
kecemasan sedang, 28-41 kecemasan berat, dan 42-56 kecemasan
sangat
berat/panik (Dalami, 2009).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Pre Operasi :
No Variabel Sub Variabel No. Item Favorable Unfavorable
1 Pengetahuan Pre Op
Laparatomy
1. Persiapan fisik
2. Persiapan mental
1,2,3,4,5,6,7 8,9,10,11,12
13
1,2,3,4,5,6,7 8,9,10,11,12
13
-
-
Jumlah 13 13 -
G. Metode Pengolahan Dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), data diolah dan dikumpulkan
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan
harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
Secara
umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
-
40
Misalnya jenis kelamin: 1= laki-laki, 2= perempuan. Pekerjaan
ibu:
1= tidak bekerja, 2= bekerja selain sebagai ibu rumah
tangga.
Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam
memasukkan data (data entry).
c. Memasukkan Data (data entry) atau Processing
Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam
program atau software komputer.
d. Pembersihan Data
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinannya adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data
(data
cleaning).
2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam pengolahan hasil data
adalah dengan menggunakan analisa bevariate. maka teknik
analisis
yang digunakan adalah uji korelasi product moment. Jika data
tidak
berdistribusi normal maka teknik uji yang digunakan adalah
korelasi
spearman bila responden < 10, bila responden > 10 teknik
uji yang
digunakan Kendal Tau (Sugiyono, 2007).
-
41
Rumus uji korelasi Kendal Tau adalah sebagai berikut :
A - B
N (N 1)
2
Keterangan :
T = Koefisien korelasi kendal tau yang besarnya (-1 < 0 <
1 )
H = Jumlah rangking atas
L = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
H. Jalannya Penelitian
Pengumpulan data di lakukan di ruang mawar II di RSUD dr.
Moewardi Surakarta dengan prosedur sebagai berikut :
1. Peneliti setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing I
dan II,
akan mengajukan ujian proposal penelitian di STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta.
2. Peneliti merevisi semua masukan dan arahan semua penguji.
3. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari
institusi
kepada Kepala Ruang Mawar II RSUD dr. Moewardi Surakarta.
4. Setelah peneliti mendapatkan surat persetujuan maka peneliti
segera
mengadakan penelitian.
5. Peneliti memberi penjelasan cara mengisi kuesioner kepada
responden.
T =
-
42
6. Pengumpulan Data
a. Data Primer
1) Tanyakan ke pasien pre op laparatomy tentang tingkat
kecemasan.
2) Berikan kuesioner yang disusun untuk dibaca dan dijawab
oleh
pasien.
3) Catat dan olah hasil pengamatan.
b. Data Sekunder
1) Cheklis untuk mendapatkan data tentang tingkat kecemasan
pasien.
2) Literature yaitu mengambil referensi yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan diteliti.
7. Cek kembali kelengkapan data, apakah ada yang belum lengkap
segera
melengkapi sesuai dengan kode responden.
I. Etika Penelitian
Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi
tempat
penelitian dan peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan
setelah
peneliti memperoleh rekomendasi dari pembimbing dan mendapat
ijin dari
Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Selanjutnya peneliti
melakukan
penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut :
-
43
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada subjek yang
diteliti.
Peneliti yang menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
yangakan
dilakukan serta dampak yang mungkin akan tejadi selama dan
sesudah
pengumpulan data.
2. Confidentially (kerahasiaan)
Informasi yang diberikan responden serta semua data yang
dikumpulkan tanpa nama yang dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,
hal
ini tidak dipublikasikan atau diberikan kepada orang lain tanpa
seijin
responden.
3. Anonimity (tanpa nama)
Pada saat responden mulai mendapatkan penjelasan dan
mendapatkan sebuah angket atau lembar pertanyaan, wawancara,
maka
responden tidak perlu mencantumkan nama responden ke dalam
lembar pertanyaan tersebut.
-
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Profil Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di RSUD Dr. Moewardi yang
terletak
di jalan Kolonel Sutarto 132, status kepemilikan rumah sakit ini
adalah
milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan Kelas Rumah
Sakit
adalah Kelas A.
Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Kesehatan,
Menteri
Pendidikan dan kebudayaan serta Menteri Dalam NegeriRI, Nomor:
544/
Menkes/SKB/X/81, No : 043a/V/1981 dan Bo :324 tahun 1981,
ditetapkan bahwa RSUD Dr. Moewardi Surakarta menjadi rumah
Sakit
Pendidikan. Namun pada kenyataannya belum memenuhi syarat
sebagai
Rumah Sakit Pendidikan. Wilayah Surakarta oleh Pemerintah
Propinsi
Dati I Jawa Tengah ditetapkan sebagai wilayah pengembangan
Jawa
Tengah sehingga RSUD Dr. Moewardi yang merupakan satu-
satnya
rumah sakit Pemerintah terbesar di wilayah tersebut harus
menyesuaikan
dan mampu sebagai pusat rujukan wilayah Surakarta dan
sekitarnya. Atas
pertimbangan tersebut pada lokasi Jebres kemudian dibangun
bangunan
fisik baru yang memenuhi standar RS B2 sekaligus RS
Pendidikan.
Baru pada tanggal 28 Pebruari 1997 RSUD Dr. Moewardi lokasi
Jebres diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto, dan
sejak
itulah seluruh kegiatan Rumah sakit Dr. Moewardi menjadi satu
lokasi.
-
45
a. Falsafah
RSUD Dr. Moewardi adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan dengan mutu yang setinggi-tingginya dan
melaksanakan fungsi pendidikan kesehatan di Rumah sakit
dengan
sebaik-baiknya yang diabdikan bagi kepentingan peningkatan
derajat
kesehatan masyarakat.
b. Visi
Menjadi rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Jawa Tengah
c. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu prima
dan
memuaskan.
2) Memberikan pelayanan yang terjangkaubagi semua golongan
masyarakat.
3) Memberikan kontribusi nyata untuk pendidikan dan
penelitian
kesehatan yang terintegrasi dengan pelayanandalam rangka
peningkatan mutu SDM dan Iptek kesehatan.
d. Tujuan
1) Kemandirian Finansial Rumah Sakit
2) Kepuasan Pelanggan
3) Proses pelayanan yang prima
4) SDM berkomitmen Tinggi dan Kompeten.
-
46
2. Hasil Analisa
a. Analisis Univariat
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No. Umur (tahun) Frekuensi Prosentase %
1. 31 - 40 9 29
2. 41 - 50 8 25,8
3. 51 - 60 8 25,8
4. 61 6 19,4
Total 31 100
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat
melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 4.1.Diagram Batang Responden Berdasarkan Umur
Dari responden sebanyak 31 orang, didapatkan bahwa
semua pasien pre op Laparatomy paling banyak umur 31-40
tahun
9 orang (29%), sedangkan paling sedikit umur 61 tahun 6
orang
(19,4%).
-
47
2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase %
1. Laki-laki 24 77,4
2. Perempuan 7 22,6
3. Total 31 100
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 4.2.Diagram Batang Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Dari responden sebanyak 31 orang didapatkan bahwa
pasien pre op Laparatomy yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 24 orang (77,4%), sedangkan perempuan 7 orang
(22,6%).
-
48
3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi Prosentase %
1. SD 13 41,9
2. SMP 11 35,5
3. SMA 7 22,6
Total 31 100
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat
dilihat melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 4.3.Diagram Batang Responden Berdasarkan Pendidikan
Dari responden sebanyak 31 orang, didapatkan bahwa
pasien pre op Laparatomy pendidikan SD paling banyak 13
orang (41,9%), sedangkan paling sedikit SMA7 orang (22,6%).
-
49
4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Pre
Operasi
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan
Pre
Operasi No. Pengetahuan pre op Frekuensi Prosentase %
1. Kurang 17 54,8
2. Cukup 6 19,4
3. Baik 8 25,8
Total 31 100
Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan pre
operasidapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 4.4. Diagram batang responden berdasarkan pengetahuan
pre operasi
Dari responden sebanyak 31 orang, didapatkan bahwa
pasien dengan pengetahuan pre op Laparatomy kurang sejumlah
17 responden (54,8%), sedangkan cukup sejumlah 6 responden
(19,4%).
-
50
5) Karakteristik Responden Berdasarkan Kecemasan
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kecemasan
No. Kecemasan Frekuensi Prosentase %
1. Tidak ada 0 0
2. Ringan 3 9,7
3. Sedang 18 58,0
4. Berat 10 32,3
5. Panik 0 0
Total 31 100
Karakteristik responden berdasarkan kecemasan dan setelah
dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut:
Gambar 4.5. Diagram batang responden berdasarkan kecemasan
Dari responden sebanyak 31 orang, didapatkan bahwa
tingkat kecemasan paling banyak adalah kecemasan sedang
sejumlah 18 orang (58%), dan paling sedikit terdapat pada
kecemasan ringan sejumlah 3orang (9,7%).
-
51
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan pre operasi dengan tingkat kecemasan. Prosedur
analisis
dimulai dengan uji normalitas data dengan menggunakan uji
kolmogorov-smirnov. Analisis data dilanjutkan dengan
analisis
korelasi bivariat. Teknik yang digunakan adalah korelasi
product
moment apabila data dari kedua variabel berdistribusi normal dan
bila
data dari salah satu atau kedua variabel tidak berdistribusi
normal
menggunakan analisis non parametrik dengan teknik korelasi
kendall
tau. Hasil analisis uji normalitas dapat disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data
No. Variabel Kolmogorov-Smirnov Test
Z P Keterangan
1. Tingkat Pengetahuan 1,908 0,001 Tidak normal
2. Tingkat Kecemasan 1,783 0,003 Tidak normal
Berdasarkan Tabel 4.6 analisis normalitas diperoleh kedua
variabel tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan mempunyai
distribusi tidak normal, sehingga analisis data dilanjutkan
dengan
menggunakan analisis non parametrik dengan analisis korelasi
kendall
tau. Hasil penghitungan analisis bivariat diperlihatkan pada
tabel
berikut.
Tabel : 4.7 Hasil Penghitungan Analisis Bivariat
Pengetahuan
Pre Op
Kecemasan Total
Kendall Tau
Ringan Sedang Berat p
Kurang 0 10 7 17
-0,360 0,028 Cukup 0 4 2 6
Baik 3 4 1 8
Total 3 18 10 31
-
52
Tabel 4.7 memperlihatkan hasil analisis korelasi Kendal Tau
hubungan antara pengetahuan pre operasi dengan tingkat
kecemasan.
Hasil nilai korelasi sebesar -0,360 dengan p sebesar 0,028.
Probabilitas uji signifikansi korelasi kedua variabel adalah
sebesar
0,028. Nilai p < 0,05 berarti bahwa pengujian signifikan atau
dengan
kata lain dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif
antara
pengetahuan pre operasi dengan tingkat kecemasan pada pasien
pre
operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Berdasarkan angka korelasi () dapat diperoleh informasi-
informasi tentang hubungan antara variabel pengetahuan pre
operasi
dengan tingkat kecemasan pada pasien. Korelasi bernilai
-0,360
menunjukkan bahwa derajat hubungan antara variabel
pengetahuan
pre operasi dengan tingkat kecemasan termasuk lemah atau
rendah.
Nilai korelasi bertanda negatif menunjukkan bahwa arah
hubungan
kedua variabel adalah berbanding terbalik, artinya semakin
baik
pengetahuan pre operasi maka akan semakin menurunkan tingkat
kecemasan pasien pre operasi laparatomy.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Setelah dilakukan penelitian pada responden sejumlah 31
orang
yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar II RSUD Dr.
Moewardi
-
53
mendapatkan hasil berdasarkan statistik menunjukkan bahwa pasien
pre
op laparatomy paling banyak umur 31-40 tahun 9 orang (29%),
sedangkan paling sedikit umur 61 tahun 6 orang
(19,4%).Menurut
Rohani (2003), umur lebih dari 30 tahun mekanisme koping di
pengaruhi oleh orang tua, usia semakin dewasa mekanisme
koping
semakin baik karna telah berpengalaman.Kedewasaan seseorang
dan
kemampuan untuk menghadapi suatu permasalahan juga
dipengaruhi
oleh usia. Mereka yang berusia lebih tua akan memiliki
kemampuan
untuk menghadapi permasalahan lebih baik. Sehingga kecemasan
yang
dihadapi oleh responden akan lebih rendah bagi mereka memiliki
usia
lebih tua dibandingkan dengan usia lebih muda. Selain itu, usia
juga
berarti memiliki pengalaman yang lebih baik. Dengan pengalaman
lebih
baik, maka tingkat kecemasan yang dihadapi lebih
rendah.Seseorang
yang mempunyai umur lebih muda akan lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang berumur lebih
tua
(Sundari, 2005).
b. Jenis Kelamin
Setelah dilakukan penelitian pada responden sejumlah 31
orang
yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar II RSUD Dr.
Moewardi
mendapatkan hasil berdasarkan statistik menunjukkan bahwa pasien
pre
op laparatomy banyak terjadi pada klien berjenis kelamin
laki-laki
sebanyak 24 orang (77,4%), sedangkan perempuan 7 orang
(22,6%),
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan berat banyak terjadi
pada
-
54
responden berjenis kelamin laki-laki karena jumlah responden
laki-laki
lebih banyak dari perempuan, (3,4 berbanding 1). Pada
umumnya
seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap
hal
yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan.
Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih
luas
dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi
dengan
lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya
tinggal
dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga,
sehingga
tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan
terbatas
tentang pencegahan penyakit.Gangguan panik merupakan suatu
gangguan kecemasan yang spontan dan episodik, gangguan ini
lebih
sering dialami oleh perempuan dari pada laki-laki (Sundari,
2005).
c. Pendidikan
Setelah dilakukan penelitian pada responden sejumlah 31
orang
yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar II RSUD Dr.
Moewardi
mendapatkan hasil berdasarkan statistik menunjukkan bahwa pasien
pre
op laparatomy paling banyak SD 13 orang (41,9%), sedangkan
paling
sedikit SMA 7 orang (22,6%), menujukkan bahwa pendidikan
rendah
banyak terjadi pada responden. Penghitungan analisis
menunjukkan
semakin baik pendidikan pre operasi laparatomy maka akan
semakin
menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi laparatomy.
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata
laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
-
55
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat
kita
kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan
manusia.
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan
respon
terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar.
Orang
yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang
rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah
atau
mereka yang tidak berpendidikan (Notoatmodjo, 2010).
2. Pengetahuan Pre Operasi
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tau
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung,
telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh
melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan
(mata).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat
yang berbeda-beda(Notoatmodjo, 2010).
Variabel pengetahuan dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan kuesioner berskala Likert yang tersusun atas 13
pertanyaan
valid. Hasil penelitian tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa
mayoritas
pasien mempunyai pengetahuan kurang (54,8%), sisanya (35,2%)
memiliki tingkat pengetahuan cukup dan baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan pasien
pre
operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta memiliki
pengetahuan yang kurang. Hasil ini ini menggambarkan fakta
bahwa
tingkat pengetahuan pasien pre operasi masih kurang. Pengetahuan
yang
-
56
kurang di pengaruhi oleh faktor pendidikan responden dalam
penelitian ini
yang sebagian besar mempunyai pendidikan SD serta pendidikan
SMP.
Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan merupakan salah satu
faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang
diartikan
sebagai sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, untuk mencerdaskan manusia.
3. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan (ansietas) merupakan respon emosional
terhadap
penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah
sadar dan
tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes, 2008).
Sedangkan menurut Dalami (2009) ansietas adalah istilah yang
sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan
keadaan
khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai
keluhan fisik.
Variabel tingkat kecemasan dalam penelitian ini diukur
dengan
menggunakan acuan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety).
Menurut
Dalami (2009) HRS-A adalah alat ukur untuk mengetahui sejauh
mana
derajad kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, atau berat,
dengan
penilaian derajat kecemasan < 14 tidak ada kecemasan, 14-20
kecemasan
ringan, 21-27 kecemasan sedang, 28-41 kecemasan berat, dan
42-56
kecemasan sangat berat/panik.
Hasil penelitian tingkat kecemasan menunjukkan bahwa
mayoritas
pasien mempunyai tingkat kecemasan sedang (58%), pada tingkat
ini
-
57
lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu
lebih
memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan
hal
lain.Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi (ekstra
systole) dan
tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,
gelisah.
Respon kognitif : Respon persepsi menyempit, rangsang luar tidak
mampu
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.Respon
perilaku dan
emosi : gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak
dan
lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak nyaman.Tingkat
kecemasan berat
dan ringan(42%).Hasil penelitian ini menggambarkan tingkat
kecemasan
pasien pre operasi laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
yang
termasuk dalam kategori sedang.
4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis ada hubungan antara
motivasi pengetahuan pre operasi dengan tingkat kecemasan pada
pasien
pre operasi Laparatomy di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Hasil
analisis
korelasi bivariat menunjukkan bahwa hipotesis tersebut diterima,
yaitu ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan pre operasi dengan
tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi Laparatomy di RSUD Dr.
Moewardi
Surakarta (p = 0,028 < 0,05). Derajat hubungan diantara kedua
variabel
termasuk lemah atau rendah dengan arah hubungannya
berbanding
terbalik, artinya semakin baik tingkat pengetahuan maka akan
semakin
rendah tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Laparatomy di
RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
-
58
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa suatu perilaku
umumnya
terjadi karena sebab faktor predisposisi. Perilaku yang dimaksud
adalah
tingkat pengetahuan pasien tentang kesiapan menghadapi
operasi
Laparatomy yang terdiri dari kesiapan fisik dan mental pasien.
Kesiapan
fisik yang diperlukan sebelum operasi antara lain Status
kesehatan fisik
secara umum, Status nutrisi, Keseimbangan cairan dan
elektrolit,
Eliminasi, dan Personal hygiene. Sedangkan kesiapan mental
meliputi
informasi, dukungan psikososial untuk menurunkan ansietas,
pengalaman
operasi sebelumnya dan pelatihan ketrampilan. Dengan mengetahui
secara
baik kesiapan-kesiapan fisik dan mental, akan mendorong pasien
untuk
lebih tenang dalam menghadapi operasi Laparatomy, yang pada
akhirnya
dapat mengurangi tingkat ansietas atau kecemasan pasien.
Menurut Stuart dan Sundeen (2008), kecemasan dapat bersumber
dari faktor Internal dan Eksternal. Sumber Faktor Eksternal
diantaranya
ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas
fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-
haridan ancaman terhadap sistem diri, Ancaman ini membahayakan
harga
diri, identitas diri dan fungsi sosial individu. Sedangkan
faktor Internal
meliputi umur, Keadaan Fisik, Sosial Budaya, Tingkat
Pendidikan,
Tingkat Pengetahuan, Jenis Kelamin dan pengalaman.
Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh
Permana (2012) dengan hasil penelitian tidak ada hubungan
antara
pengetahuan dengan kecemasan menghadapi menarche pada siswi
kelas
-
59
VI SDN 3 Tekaran Selogiri Wonogiri. Penelitian ini juga sesuai
dengan
PenelitianMakmuri (2007) dengan judul hubungan antara
tingkat
pendidikan pasien terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif
fraktur
fremur di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto,
dengan
hasil penelitian ada hubungan antara tingkat pendidikan pasien
terhadap
tingkat kecemasan pasien pre operatif fraktur fremur.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitianhubungan antara
pengetahuan
dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi laparatomydi
RSUD Dr.
Moewardi Surakartaini mempunyai banyak kelemahan dan
keterbatasan.
Kelemahan dan keterbatasan antara lain :
1. Peneliti belum mengungkap variabel-variabel lain yang
berhubungan
dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi.
2. Peneliti hanya mengambil sampel dari pasien pre operasi
laparatomy dan
belum mengambil dari keseluruhan pasien pre
operasilaparatomy.
3. Pengisian kuesioner terhadap pengetahuan dan kecemasan tidak
dalam
waktu yang sama.
-
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian hubungan antara pengetahuan dengan
tingkat