SKENARIO 1
LO 1. Memahami dan menjelaskan anatomi sistem limfatik
1.1 Makroskopik
a. Limfonodus/nodus limfatikus/kelenjar limfe
Bentuk oval seperti kacang tanah, mempunyai pinggiran yang
cekung disebut dengan hilus
Besarnya sebesar kepala peniti sampai sebesar buah kenari dan
dapat diraba terutama pada daerah leher, axilla, inguinale dan
lain-lain
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi memproduksi
limfosit dan antibodi untuk mencegah penyebaran infeksi
lanjutan
Daerah daerah tubuh yang memiliki nodus limfatikus
1.Daerah kepala dan leher bagian lateral dan belakang : yaitu di
sepanjang m.sternocleidomastoideus, lingual, pharynx, cavum nasi,
palatum, muka, mandibula / dasar mulut
2.Daerah extrimitas superior : manus, antebrachi,brachi dan
regio axilaris
3.Daerah mamae di bawah m.pectoralis meliputi kulit dan otot
4.Daerah torax : meliputi dinding torax, jantung, pericardium
dan paru, pleura, esophagus, aliran limfe thorax dan kelenjarr
mamae masuk ke dalam node limfatikus anterior dan posterior
5.Daerah abdomen dan pelvis : meliputi daerah peritonium dan
sekitar aorta dan vena cava inferior dan pembuluh darah intestinum.
Aliran limfe superficialis bagian depan dan lateral dan belakang
diatas pusat masuk, nn ll axilaris anterior dan posterior dan
dibawah pusat, ke nn limfatisi inguinalis superficial
6.Daerah extrimitas inferior : disepanjang arteri,vena tibialis,
regio poplitea, regio inguinale, alran limfe masuk limfonodus
inguinale
b. Timus
Organ limfoid terletak pada sternum bagian atas belakang di
daerah mediastinum superior dan bertumbuh terus sampai pubertas
Setelah pubertas, timus mengalami involusi dan setalah dewasa
semakin kecil tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T
yang baru
Timus yang besar terlihat setelah lahir pada saat bayi dan
neonatus
Mempunyai 2 lobus, mempunyai bagian korteks dan medulla
berbentuk segitiga, gepang dan kemerahan
Pendarahan timus berasal dari arteria thymica yang merupakan
cabang dari arteria thyroidea inferior dan mamaria interna
Batas-batas anatomi :
1. Batas anterior: Manubrium sterni & rawan Costae
2.Batas atas: Regio Colli Inferior (trachea)
c. Tonsil
1) Tonsila palatina
Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan
sinistra
Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa
tonsilaris, dasar dari lekukan itu adal tonsil bed
Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta
tonsilaris
Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk
capsula
Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus
(N V2)
Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris
externa (facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica
ascendens lingualis
2) Tonsila inguialis
Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya
papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).
Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang
arteria lingualis), arteria carotis eksterna
3) Tonsila pharyngealis
Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung
belakang
Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafas
karena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak di
daerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan OPTA
d. Lien (limfa)
Organ limfoid terbesar, lunak, rapuh dan vascular berwarna
kemerahan dan bentuk oval
Besar lien sebesar kepalan tangan sendiri
Dibungkus oleh jaringan perlekatan peritoneum pada permukaan
yang disebut kapsula lienalis
Fiksasi lien ke ginjal melalui ligamentum renolienalis dan ke
lambung melalui ligamentum gastrolienalis
Pembuluh darah masuk daerah hilus lienalis adalah arteri
lienalis dan darah vena masuk melalui vena lienalis (vena port
untuk dibawa ke hepar)
Terdapat pusat immunologis yaitu folikel limfoid (pulpa alba /
folikel putih ) yang tersebar di seluruh sinusoid yang sangat
vaskular (pulpa rubra / folikel merah)
Memiliki serat otot polos yang membantu pengaturan volume darah
didalam lien, juga serat kolagen dan elastis
Letak : Regio hipokondrium sinistra dalam ruang intraperitoneal.
Diproyeksikan dari luar pada costae 9,10,11, setinggi vertebre
thoracalis 11-12
Batas anatomis :
Anterior = Gaster, cauda pankreas, fleksura colli sinistra,
renalis sinistra
Posterior = Diaphragma, pleura dan pulmo sinistra, costae
9-12
Cauda pankreas menempel pada daerah hillus lienalis bersamaan
masuknya arteria lienalis dan keluar vena lienalis
1.2 Mikroskopik
a. Limfonodus/nodus limfatikus/kelenjar limfe
Organ bersimpai berbentuk bulat / mirip ginjal, terdiri dari
jaringan limfoid.
Tersebar diseluruh tubuh disepanjang jalannya pembuluh limfe
Nodus ditemukan di ketiak dan di lipat paha, sepanjang
pembuluh-pembuluh besar di leher dan dalam jumlah besar di toraks
dan abdomen terutama dalam mesenterium Limfonodus memiliki sisi
konveks (cembung) dan konkaf (cekung) yg disebut hilus ( tempat
arteri dan saraf masuk dan vena keluar dr organ
Korteks luar Dibentuk oleh jar.limfoid yang terdiri dari satu
jar. sel retikular dan serat retikular yang dipenuhi oleh limfosit
B
Di dalam jar.limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis
yang disebut nodulus limfatikus Terdapat sinus subkapsularis, yang
dibentuk oleh suatu jar.ikat longgar dari makrofag, sel retikular
dan serat retikular
Korteks dalam Merupakan kelanjutan korteks luar, mengandung
beberapa nodulus
Mengandung banyak limfosit T
Medulla
Terdiri dari korda medularis yg merupakan perluasan korteks
dalam
Banyak mengandung Limfosit B dan beberapa sel plasma
Korda medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yg
berdilatasi ( sinus limfoid medularis yang mengandung cairan
limfe
Limfe mengalir ke nodus limfatikus untuk membersihkannya dari
partikel asing sebelum kembali ke sirkulasi darah.
Sewaktu cairan limfe mengalir melalui sinus, 99% atau lebih
antigen dan kotoran lainnya dipindahkan oleh aktivitas fagositosis
makrofag.
Infeksi dan perangsangan antigenik menyebabkan limfonodus yang
terinfeksi membesar dan membentuk pusat-pusat germinativum yang
banyak dengan proliferasi sel yang aktif
b. Tonsil
1) Tonsila palatine
Terletak pada dinding lateral faring bagian oral Permukaan
tonsila palatina dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk yang juga melapisi bagian mulut lainnya
Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel (epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk) yang menyusup ke dalam parenkim
membentuk kriptus yang mengandung sel-sel epitel yg terlepas,
limfosit hidup dan mati, dan bakteri dalam lumennya
Yang memisahkan jar.limfoid dari organ-organ berdekatan adalah
satu lapis jaringan ikat padat yamgg disebut simpai tonsila yg
biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila
Di bawah tonsila palatina terdapat jar.ikat padat yang membentuk
kapsul. Dari kapsul terbentuk trabekula dengan pembuluh darah,
dibawah kapsul terdapat serat otot rangka2) Tonsila lingualis
Lebih kecil dan lebih banyak
Terletak pada pangkal lidah
Ditutupi epitel berlapis gepeng
Masing-masing mempunyai sebuah kriptus
3) Tonsila faringea
Merupakan tonsila tunggal yang terletak dibagian
supero-posterior faring.
Ditutupi epitel bertingkat silindris bersilia
Terdiri dari lipatan-lipatan mukosa dengan jar. Limfoid difus
dan nodulus limfatikus
Tidak memiliki kriptus
Simpai lebih tipis dari T. palatina
c. Timus
Timus memiliki suatu simpai jaringan ikat yg masuk ke dlm
parenkim dan membagi timus menjadi lobulus.
Setiap lobulus memiliki satu zona perifer gelap disebut korteks
dan zona pusat yg terang disebut medula korteks dan medula berisi
sel-sel limfosit.
Sel limfosit berasal dr sel mesenkim yg menyusup ke dlm suatu
epitel primordium dr kantung faringeal ke 3 dan 4.
Korteks timus
limfosit T yg sangat banyak,
Sel retikular epitel yg tersebar
Bbrp makrofag
Medulla timus
Mengandung sel retikular dan limfosit
Sel2 ini menyebabkan medula tampak lebih pucat dibanding bgn
korteks
Mengandung badan hassal (corpusculum tymicum) yang merupakan sel
retikular epitel gepeng yg tersusun konsentris , mengalami
degenerasi dan mengandung granula keratohialin.
Timus mengalami involusi stlh pubertas
Timus ditempati oleh sel-sel yg dihasilkan dr sumsum tulang.
Sel-sel ini mulai menjalani diferensiasinya mjd sel T
Timus menghasilkan beberapa faktor pertumbuhan protein yg
merangsang proliferasi dan diferensiasi limfosit T
d. Lien (limpa)
Merupakan tempat destruksi bagi banyak sel darah merah.
Merupakan tempat pembentukan limfosit yang masuk ke dalam
darah.
Limpa bereaksi segera terhadap antigen yang terbawa darah dan
merupakan organ pembentuk antibodi penting
Dibungkus oleh simpai jaingan ikat padat yang menjulurkan
trabekula yang membagi parenkim atau pulpa limpa menjadi
kompartemen tidak sempurna
Pulpa limpa tidak mempunyai pembuluh limfe
Limpa dibentuk oleh jalinan kerja jaringan retikular yang
mengandung sel limfoid, makrofag dan sel-sel antigen-presenting
Tidak memperlihatkan adanya daerah korteks dan medula yang
jelas
Kapsul pada limpa lebih tebal dibanding pada limfonodus
Pulpa limpa
Pada permukaan irisan melalui limpa, tampak bintik-bintik putih
dalam parenkim ( nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba)
Pulpa alba terdapat dalam jaringan merah tua yang penuh dengan
darah ( pulpa merah/pulpa rubra.
Pulpa rubra terdiri atas bangunan memanjang yaitu korda limpa
(korda billroth) yg terdapat diantara sinusoid
Pulpa putih
Terdiri dari jar. limfoid yang menyelubungi A. sentralis dan
nodulus limfatikus
Sel-sel limfoid yang mengelilingi A. sentralis terutama Limfosit
T dan membentuk selubung periarteri.
Nodulus limfatikus terutama limfosit B
Diantara pulpa putih dan pulpa merah terdapat zona marginalis
Pulpa merah: jar.retikular dengan ciri khas, yaitu adanya:
korda limpa yang terdiri dari sel dan serat retikular
makrofag
limfosit
sel plasma dan banyak unsur darah (eritrosit, trombosit,
granulosit)
Banyak terdapat sinusoid
Zona marginalis
Terdiri dari banyak sinus dan jar.ikat longgar.
Terdapat sedikit limfosit dan banyak makrofag yg aktif
Banyak mengandung antigen darah ( peran utama dalam aktivitas
imunologis limpa
Fungsi limpa
Pembentukan limfosit
dibentuk dalam pulpa putih ( pulpa rubra ( sinusoid ( bercampur
darah
Destruksi eritrosit
Dilakukan oleh makrofag dalam korda pulpa merah
Pertahanan organisme
Oleh karena kandungan limfosit B, limfosit T, sel antigen
presenting dan makrofag
1.3 Aliran sistem limfatik
1
52
63
7
8
9
10
11
4Fisiologi Sistem Limfatik ManusiaSistem limfatik manusia
terdiri atas :1.Saluran LimfeSaluran limfaadalah cairan bening
menyerupai plasma yang tidak mengandung protein plasma dan memiliki
kompetensi yang serupa dengan cairan interstisial. Limfe mengangkut
protein plasma yang meresap kedasar kapiler dan kembali kedalam
aliran darah. Limfe juga membawa partikel yang lebih besar, missal
bakteri dan sisa sel dari jaringan yang rusak, kemudian difiltrasi
dan dihancurkan oleh nodus limfe. Limfe mengandung limfosit, yang
bersirkulasi didalam sistem limfatik dan memungkinnya menjaga area
tubuh yang berbeda. Dilakteal usus halus, lemak diabsorbsi kedalam
limfatik yang membuat limfe disebut dengankili, tampak seperti
susu.Membran serosa yang paling lebar adalah peritoneum, memran
serosa bertalian erat dengan sistem saluran limfe. Lipatannya yang
banyak itu membawa saluran limfe dan pembuluh darah. Membran ini
dilapisi oleh endotelium, dan didalamnya terdapat banyak
lubang-lubang halus. Lubang-lubang ini disebut stomata, mereka
berhubungan dengan pembuluh limfe dan dengan demikian menghindarkan
limfe berkumpul dalam ruang serosa.2.Pembuluh LimfePembuluh limfa
merupakan bagian penting dalam sistem peredaran limfa. Peredaran
limfa adalah peradaran terbuka. Limfa dari jaringan akan masuk
kekapiler limfa. Kapiler limfa akan bergabung dengan kapiler limfa
yang lain membentuk pembuluh limfa. Pembuluh limfa akan terkumpul
di pembuluh limfa dada. Limfa akhirnya akan kembali kesistem
peradaran darah. Aliran limfa dalam pembuluh limfa dipengaruhi oleh
kerangka otot rangka. Disepanjang pembuluh limfa terdapat buku
limfa yang disebut dengannodus limfayang berbentuk bulatan
kecil.Semua cairan limfa berasal dari daerah kepala, leher, dada ,
paru-paru, jantung dan lengan kanan terkumpul dalam
pembuluh-pembuluh limfa dan bersatu menjadi pembuluh limfa kanan
disebut juga denganduktus limfatikus dekster.Pembuluh limfa
bermuara dipembuluh vena dibawah tulang selangka kanan. Cairan
limfa yang berasal dari bagian selain yang bermuara dipembuluh
limfa kanan akan bermuara pada pembuluh limfa dada yang disebut
denganduktus toraksikusyang bermuara ditulang selangka
kiri.Struktur pembuluh limfe serupa denganvena kecil, tetapi
memiliki lebih banyak katup sehingga pembuluh limfe tampaknya
seperti rangkaian merjan. Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler
limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis
endotelium. Pembuluh limfe bermula sebagai jalinana halus kapiler
yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe didalam jaringan
berbagai organ. Sejenis pembuluh limfe khusus,
disebutlaktealdijumpai dalam vili usus kecil.Kelenjar limfe
berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat
disepanjang pebuluh limfe. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai
ditempat-tempat terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama
terdapat didalam leher, axila, torax, abdomen, dan lipatan
paha.Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran yang cembung dan
yang cekung. Pinggiran yang cekung disebuthilum.Sebuah kelenjar
terdiri atas jaringanfibrus, jaringan otot, dan jaringan kelenjar.
Disebelah luar, jaringan limfe terbungkus oleh kapsul fibrus. Dari
sini keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan fibrus, yaitu
trabekulae, masuk kedalam kelenjar dan membentuk sekat-sekat.
Runagan diantaranya berisi jaringankelenjar, yang mengandung banyak
sel darah putih ataulimfosit.Pembuluh limfe aferen menembus kapsul
dipinggiran yang cembung dan menuangkan isinya kedalam kelenjar.
Bahan ini bercampur dengan benda-benda kecil daripada limfe yang
banyak sekali terdapat didalam kelenjar dan selanjutnya campuran
ini dikumpulkan pembuluh limfe aferen yang mengeluarkan melalui
hilum. Arteri dan vena juga masuk dan keluar kelenjar melalui
hilum.Saluran limfeterdapat dua batang saluran limfeyang
utama,duktus torasikus dan batang saluran kanan. Duktus torasikus
bermula sebagai reseptakulum khili atau sisternakhili didepan
vertebra lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan
torax menyimpang kesebelah kiri kolumna vertebralis, kemudian
bersatu dengan vena-vena besar disebelah bawah kiri leher dan
menuangkan isinya kedalam vena-vena itu.Duktus
torasikusmengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari
bagian yang menyalurkan limfenya ke duktus limfe kanan.Duktus limfe
kananialah saluran yangjauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari
sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah
kanan, dan menuangkan isinya kedalam vena yang berada disebelah
bawah kanan leher.Hampir semua jaringan tubuh memiliki pembuluh
limfatik, kecuali sistem saraf pusat, tulang, dan sebagian besar
lapisan superfisial kulit.Suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar
dapat meradang, yang tampak pada pembengkakan kelenjar yang sakit
diketiak atau lipat paha dalam hal sebuah jari tangan atau jari
kaki terkena infeksi.Adapun fungsi pembuluh limfa yaitu
:1.Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan kedalam sirkulasi
dara2.Mengangkut limfosit dan kalenjar limfe ke sirkulasi
darah3.Membuat lemak yang sudah diemulsi dari susu ke sirkulasi
darah4.Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme5.Menghasilkan zat
antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksiLO 2. Memahami
dan menjelaskan antigen
2.1 Pengertian antigen
Secara umum Imunogen atau antigen adalah bahan yang dikandung
atau dihasilkan oleh patogen dan dapat menginduksi semua respons
imun.
Secara spesifik pengertian keduanya jelas berbeda
Imunogen adalah bahan yang dapat merangsang sel B atau sel T
ataupun keduanya. Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan
produk respon imun yang dirangsang oleh imunogen spesifik.
Imunogenitas dan antigenitas
Imunogenitas adalah kemampuan untuk menginduksi respon imun
humoral atau selular
Semua molekul dengan sifat imunogenitas mempunyai sifat
antigenitas , tetapi molekul yang bersifat antigenitas tidak
mempunyai imunogenitas.
Ciri-ciri antigen
1. Keasingan
Molekul harus bersifat nonself
2. Ukuran molecular
Imunogen yang paling poten adalah imunogen yang berukuran besar.
Hapten dapat menjadi imunogenik jika berikatan dengan protein
pembawa
3. Kompleksitas struktural dan kimiawi
Diperlukan tingkat kompleks tertentu. Contoh homopolimer kurang
bersifat imunogenik dibandingkan heteropolimer yang menganduk 2-3
AA yang berbeda.
4. Determinan antigen ( Epitop)
Merupan unit terkecil dr suatu antigen kompleks yang mampu
berikatan dengan antibodi.
5. Konstitusi penjamu
6. Dosis, rute dan waktu pemberian antigen
2.3Klasifikasi antigen
a. Pembagian antigen menurut epitop
Unideterminan, univalent = hanya satu jenis determinan/epitop
pada satu molekul
Unideterminan, multivalent = hanya satu jenis determinan tetapi
dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul
Multideterminan, univalent = banyak epitop yang bermacam-macam
tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein)
Multideterminan, multivalent = banyak macam determinan dan
banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat
molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)
b. Pembagian antigen menurut spesifiksitas
Heteroantigen = dimiliki oleh banyak spesies
Xenoantigen = dimiliki spesies tertentu
Aloantigen (isoantigen) = spesifik untuk individu dalam satu
spesies
Antigen organ spesifik = dimiliki organ tertentu
Autoantigen = dimiliki alat tubuh sendiri
c. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
T dependent = memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu
untuk dapat menimbulkan respons antibody. Kebanyakan antigen
protein termasuk dalam golongan ini
T independent = dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk
membentuk antibody. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul
besar poliremik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan,
misalnya lipopolisakarida, ficcol, dekstran, levan dan flagelin
polimerik bakteri
d. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
Hidrat arang (polisakarida) = pada umumnya imunogenik,
glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak
mikroorganisme dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan
antibody. Contoh lain adalah respon imun yang ditimbulkan golongan
darah ABO, sifat antigen dan spesifitas imunnya berasal dari
polisakarida pada permukaan sel darah merah
Lipid = biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik
bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap hapten, contohnya
adalah sfingolipid
Asam nukleat = tidak imunogenik, tetapi bisa menjadi imunogenik
bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya
biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada
penderita LES
Protein = biasanya imunogenik dan umumnya multideterminan dan
univalent
LO 3. Memahami dan menjelaskan antibodi
3.1 Pengertian antibodyAntibodi adalah molekul immunoglobulin
yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya
dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja
seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau
presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah
diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel.
Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab. (Dorlan).
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang
disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody
umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan
spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan
produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terdiri
atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain)
yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik,
yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu
molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu
terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut
demikian karena urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi
dari satu antibodi ke antibodi yang lain. Daerah V rantai berat dan
daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur
unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara
tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi
enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara
gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul. (Campbell).
3.2 Klasifikasi antibody
Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas
mempunyai berat molekul, masa paruh, dan aktivitas biologik yang
berbeda. Pada manusia dikenal 4 sub kelas IgG yang mempunyai rantai
berat l, 2, 3, dan 4. Perbedaan antar subkelas lebih sedikit dari
pada perbedaan antar kelas.
Imunoglobulin G IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang
terdiri dari 2 rantai berat H dan 2 rantai ringan L. IgG manusia
mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan berat molekul sekitar
150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah
imunoglobulin.
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai
perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai
berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa
paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya
mempunyai masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen setiap
subkelas IgG juga tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 >
IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat mengikat komplemen dari jalur
klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif. Lokasi ikatan
C1q pada molekul IgG adalah pada domain CH2.
Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen
Fc. Ikatan antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan
makrofag memfagosit antigen yang telah dibungkus antibodi
(opsonisasi). Ikatan ini terjadi pada subkelas IgG1 dan IgG3 pada
lokasi domain CH3.
Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai
dengan kompleks imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing.
Kompleks imun yang terdiri dari ikatan sel dan antibodi dengan
reseptor Fc pada sel killer memulai respons sitolitik (antibody
dependent cell-mediated cytotoxicity = ADCC) yang ditujukan pada
antibodi yang diliputi sel. Kompleks imun yang berinteraksi dengan
sel limfosit pada reseptor Fc pada trombosit akan menyebabkan
reaksi dan agregasi trombosit. Reseptor Fc memegang peranan pada
transport IgG melalui sel plasenta dari ibu ke sirkulasi janin.
Imunoglobulin M Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh
jumlah imunoglobulin, dengan koefisien sedimen 19 S dan berat
molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya
adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah antibodi yang pertama kali
timbul pada respon imun terhadap antigen dan antibodi yang utama
pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen dengan satu
molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen.
IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai dan CH.
Molekul monomer dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan
disulfida pada domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer
dihubungkan satu dengan lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh
protein J yang berfungsi sebagai kunci.
Imunoglobulin A IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum
dan IgA mukosa. IgA dalam serum terdapat sebanyak 20% dari total
imunoglobulin, yang 80% terdiri dari molekul monomer dengan berat
molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa polimer dapat berupa dua,
tiga, empat atau lima monomer yang dihubungkan satu dengan lainnya
oleh jembatan disulfida dan rantai tunggal J. Polimer tersebut
mempunyai koefisien sedimentasi 10,13,15 S.Sekretori IgA Sekretori
imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak
terdapat pada sekret mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI,
dan urogenital. IgA yang berada dalam sekret internal seperti
cairan sinovial, amnion, pleura, atau serebrospinal adalah tipe IgA
serum.
SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2
molekul monomer, dan sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai
J. Komponen sekretori diproduksi oleh sel epitel dan dihubungkan
pada bagian Fc imunoglobulin A oleh rantai J dimer yang
memungkinkan melewati sel epitel mukosa. SIgA merupakan pertahanan
pertama pada daerah mukosa dengan cara menghambat perkembangan
antigen lokal, dan telah dibuktikan dapat menghambat virus menembus
mukosa.
Imunoglobulin D Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03
mg/ml), sangat labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap
proteolisis. Berat molekulnya adalah 180.000. Rantai mempunyai
berat molekul 60.000 70.000 dan l2% terdiri dari karbohidrat.
Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin
permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan dalam
diferensiasi sel ini. 3.3 Struktur antibody
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang
terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia.
Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai
struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18%
karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul
antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu
mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi
komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast.
Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai
perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat
ikatan antigen spesifik dan aktivitas biologik berlainan. Struktur
dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida yang
tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai H
(rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai
ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar
imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L.
Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa
sehingga membentuk struktur yang simetris. Yang menarik dari
susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah simetris
rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu
bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110
asam amino yang diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan
ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain.
Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai
H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (), rantai A (), rantai M
(), rantai E () dan rantai D (). Setiap rantai mempunyai jumlah
domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang rantai
G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing
5 domain.
Rantai dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa
fragmen. Enzim papain memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu
2 fragmen yang terdiri dari bagian H dan rantai L. Fragmen ini
mempunyai susunan asam amino yang bervariasi sesuai dengan
variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan
antigen (antigen binding site) yang menentukan spesifisitas
imunoglobulin. Fragmen lain disebut Fc yang hanya mengandung bagian
rantai H saja dan mempunyai susunan asam amino yang tetap. Fragmen
Fc tidak dapat mengikat antigen tetapi memiliki sifat antigenik dan
menentukan aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya
kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada permukaan sel
makrofag, dan yang menempel pada sel mast dan basofil mengakibatkan
degranulasi sel mast dan basofil, dan kemampuan menembus
plasenta.
Enzim pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada
gugusan karboksil terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida
(interchain) dengan akibat kehilangan sebagian besar susunan asam
amino yang menentukan sifat antigenik determinan, namun demikian
masih tetap mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab yang tersisa
menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai F(ab2) yang
mempunyai 2 tempat pengikatan antigen.
LO 5. Memahami dan menjelaskan vaksin atau imunisasi
5. 1 Pengertian vaksin atau imunisasi Imunisasi adalah pemberian
vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah
suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.
Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak
hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin
secara umum cukup aman. Keuntunganperlindungan yang diberikan
vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul.
Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang
serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
Tujuan vaksin
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi
Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor:
1) Status Imun Penjamu:
Adanya Ab spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, mis:
campak pada bayi
kolustrum ASI IgA polio
Maturasi imunologik: neonatus fungsi makrfag, kadar komplemen,
aktifasi optonin.
Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi
ditunda sampai umur 2 bulan.
Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara
simultan, bayi diimunisasi
Frekuensi penyakit , dampaknya pada neonatus berat imunisasi
dapat diberikan pada neonatus. Status imunologik (spt defisiensi
imun) respon terhadap vaksin kurang.
2) GenetikSecara genetik respon imun manusia terhadap Ag
tertentu baik, cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak 100%3)
Kualitas vaksin
a. Cara pemberian, misal polio oral imunitas lokal dan
sistemik
b. Dosis vaksin:
Tinggi = menghambat respon, menimbulkan efek samping Rendah =
tidak merangsang sel imunokompeten
c. Frekuensi Pemberian
Respon imun sekunder = Sel efektor aktif lebih cepat, lebih
tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian
mempengaruhi respon imun yang terjadi . Bila vaksin berikutnya
diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag dinetralkan
oleh Ab spesifik tidak merangsang sel imunokompeten.
d. Ajuvan : Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag
Mempertahankan Ag tidak cepat hilang
Mengaktifkan sel imunokompeten
e. Jenis Vaksin
Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.
4) Kandungan vaksin
Vaksin yang dilemahkan: polio, campak, BCG
Vaksin mati : pertusis
Eksotoksin : Toksoid, dipteri, tetanus1. Ajuvan : persenyawaan
aluminium2. Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur
jaringan, telur.
5) Hal hal yang merusak vaksin: Panas: semua vaksin Sinar
matahari: BCG Pembekuan : toxoid Desinfeksi/antiseptik : sabun
6) Jadwal Imunisasi Untuk keseragaman Mendapatkan respon imun
yang baik berdasarkan keadaan epidemiologi, prioritas penyebab
kematian, kesakitan
Jenis-jenis dan mekanisme vaksin
a. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2
bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya
diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas,
untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL
dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1
mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup
yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem
kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani
pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat
penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi
nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini
akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut. 2) Reaksi regional : pembesaran
kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan
maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan
karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang
secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah
matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan
menggunakan jarum) dan bukan disayat.
Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan
terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan
membaik dalam waktu 2-6 bulan.
b. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi
terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu
infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah
inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat
yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis
berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan
batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum.
Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi
bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak
yang berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak
berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III);
selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang
diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6
tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis,
maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya
diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap
10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10
tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak
yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin
difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10
tahun. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti
demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari.
Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di
dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan
komplikasi berikut :
demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius)
kejang
kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya
pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam
keluarganya)
syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu
ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak
pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya
abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik
atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah mendapatkan
suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan
atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan
menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan
kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun
tungkai yang bersangkutan. c. Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang
dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT
dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh
atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu
menerima imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian imunisasi
dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan
pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh
diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam
tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan
pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung
selama 1-2 hari. d. Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga
dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun
pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT
diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7
bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau
lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah
reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri.
e. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan
pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa
menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk
menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio :
IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus
polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup
yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV)
dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan
diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat
masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini
diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
Diare berat
Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,
kortikosteroid)
Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan
kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan
respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat
diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat
yang tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar,
kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara
rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio
masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah
mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi,
sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami
reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan
IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem
kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker,
limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada
orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker,
kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan
kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita
penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda
sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan
kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya
selama beberapa hari. f. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada
saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa
dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak :
infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38?Celsius
gangguan sistem kekebalan
pemakaian obat imunosupresan
alergi terhadap protein telur
hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,
diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis
(jarang). g. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan
dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak
menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair.
Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga
bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan
otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala
dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama
yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi
pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang
gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga
terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam
ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher.
Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan
perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa
terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya
(buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan
autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan
antara autisme dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin MMR adalah
vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya
digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu
memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. Suntikan
pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang
adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur
4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13
tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada
orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah
tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru
menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir
pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki
kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit
tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya,
suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap
campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk
memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh
suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing
komponen vaksin:
Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin
akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak
yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50 Celsius atau lebih tanpa
gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan
MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah
disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping
tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
Komponen gondongan Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan
dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi
dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
Komponen campak Jerman Pembengkakan kelenjar getah bening dan
atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam
waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada
14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi
yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu
setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1%
anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang
dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini
terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul). Artritis
(pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan
terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10%
orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan
sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau
kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang
berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya
kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam
tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan
efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak
Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang
sangat serius.
Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.
Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:
anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik
neomisin
anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker,
leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid,
kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.
wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.
h. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus
influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis,
pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak
tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya
pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan. i. Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan,
kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan
mengelupas. Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah
menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13
tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang
berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan
vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya
diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Cacar air
disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya
infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada
sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga
penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya
meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan
komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah
terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita
cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi
kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus
yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa
gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella
memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20
tahun, mungkin juga seumur hidup. Efek samping dari vaksin
varisella biasanya ringan, yaitu berupa :
demam
nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
Efek samping yang lebih berat adalah :
kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah
penyuntikan
pneumonia
reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan
gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat,
pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan
sangat jarang terjadi.
ensefalitis
penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :
Wanita hamil atau wanita menyusui
Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang
lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan
imunosupresif bawaan
Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik
neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua
bahan tersebut
Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius,
kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi
kortikosteroid
Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau
komponen darah lainnya
Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima
suntikan immunoglobulin.
j. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker
hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi
lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada
saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3
kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV
II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV
III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III.
Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa
kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada
bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV
pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada
lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua
diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan
pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu
yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu
12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu
diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera
diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda
sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada
ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di
tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak
enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa
hari.
k. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis
bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga
dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis
dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan balita diberikan 4
dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang
lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi
pneumokokus.
LO 6. Memahami dan menjelaskan hukum vaksinasi menggunakan bahan
haram dari tinjauan hukum Islam
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk
penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang memakan
tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari
racun dan sihir(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyariatkannya
mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum
terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang
menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat
tatkala terkena penyakit.
Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : Sesungguhnya
Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. (QS. Al- Anam
[6]:119)
Penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV)
Setelah sekelumit informasi tantang imunisasi di atas, sekarang
kita masuk kepada permasalahan inti yang menjadi polemik hangat
akhir-akhir ini, yaitu imunisasi dengan menggunakan vaksin polio
khusus (IPV) yang dalam proses pembuatannya menggunakan enzim yang
berasal dari babi. Bagaimanakah gambaran permasalahan yang
sebenarnya ? Dan bagaimanakah status hukumnya?1. Dhorurat dalam
Obat
Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang
keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila
dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau
mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya.
Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:
Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang
Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada
pengganti lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar
untuk kebutuhan saja.
Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : Seandainya
seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus
memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar
daripada kerusakan makan barang najis.20
2. Kemudahan Saat Kesempitan
Sesungguhnya syariat islam ini dibangun di atas kemudahan.
Banyak sekali dalil-dalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam
asy-Syathibi mengatakan: Dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat
ini telah mencapai derajat yang pasti.20
Semua syariat itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan
ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam
asy-Syafii tatkala berkata :Kaidah syariat itu dibangun (di atas
dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadi
luas.21DAFTAR PUSTAKA
IMUNOLOGI DASAR EDISI 9, FKUI
DORLAN
SOBOTTA
Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran
edisi 23. Jakarta: EGC
http://www.google.co.id/search?tbm=isch&hl=id&source=hp&biw=1366&bih=557&q=STRUKTUR+IMUNOLOGI&gbv=2&aq=f&aqi=g1&aql=&oq=http://medicastore.com/penyakit/81/Imunisasi.htmlhttp://astaqauliyah.com/2008/08/imunisasi-pengertian-jenis-dan-ruang-lingkup/