1. Memahami dan menjelaskan BPJS1.1. DefinisiBadan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah.Jaminan kesehatan Nasional (JKN)
mempunyai multi manfaat, secara medis dan maupun non medis. Ia
mempunyai manfaat secara komprehensive; yakni pelayanan yang
diberikan bersifat paripurna mulai dari preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif. Seluruh pelayanan tersebut tidak
dipengaruhi oleh besarnya biaya iuran bagi peserta. Promotif dan
preventif yang diberikan bagi upaya kesehatan perorangan (personal
care).JKN menjangkau semua penduduk, artinya seluruh penduduk,
termasuk warga asing harus membayar iuran dengan prosentase atau
nominal tertentu, kecuali bagi masyarakat miskin dan tidak mampu,
iurannya dibayar oleh pemerintah. Peserta yang terakhir ini disebut
sebagai penerima bantuan iuran. Harapannya semua penduduk Indonesia
sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2019.Sedangkan BPJS [Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, merupakan badan hukum publik yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan social meliputi :
BPJS Kesehatan: Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
prog jaminan kesehatan BPJS KetenagakerjaanSiapa peserta BPJS
Kesehatan? Adalah semua penduduk Indonesia WAJIB menjadi peserta
Jaminan kesehatanyang dikelola BPJS Kesehatan. Artinya mereka tidak
boleh tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan meskipun sudah memiliki
Jaminan kesehatanlain. Orang asing yang bekerja minimal 6 bulan di
Indonesia dan telah membayar iuran Peserta BPJS KesehatanPeserta
PBI Jaminan Kesehatan Fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayar pemerintah
sebagai peserta Jaminan Kesehatan yang diatur melalui peraturan
pemerintah Orang yang cacat total tetap dan tidak mampu cacat
fisik/mental sehingga seseorang tidak mampu melakukan pekerjaan,
yang penetapnnya dilakukakn oleh dokterSiapa pekerja penerima upah
?Adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan
menerima gaji, upah atau imbalan dalam bentuk lain, terdiri atas
PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah
non PNS, PTT, Honorer, Staf khusus dan pegawai lain yang dibayar
ddengan APBN atau APBD, Pegawai Swasta, Pekerja lain yg memenuhi
kriteria pekerja penerima upahSiapa pekerja bukan penerima
upah?Adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko
sendiri, terdiri atas Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja
mandiri dan Pekerja lain yg memenuhi kriteria pekerja bukan
penerima upahSiapa bukan pekerja?Adalah Setiap orang yang tidak
bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, terdiri atas
Investor, Pemberi kerja, orang perseorangan, pengusaha, badan hukum
atau badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja atau
penyelenggara negara yang memperkerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah atau imbalan dlm bentuk lain; Penerima pensiun;
Veteran; Perintis Kemerdekaan; serta Bukan pekerja lain yg memenuhi
kriteria bukan pekerja penerima upahSiapa yg dimaksud anggota
keluarga?Adalah Isteri/Suami yang sah dari peserta; Anak kandung,
anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta; Tidak atau
belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua
puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal Peserta
Bukan PBI JK, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain,
maks. 5 org Jika jumlah peserta dan anggota keluarga lebih dr 5
org, dpt mengikutsertakan dengan membayar iuran tambahanKerugian
tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan, seperti ketika sakit dan
harus berobat atau dirawat maka semua biaya yg timbul hrs dibayar
sendiri & kemungkinan bisa sangat mahal di luar kemampuan.1.2.
TujuanMewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan kesehatan yang
layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya sebagai
pemenuhan kebutuhan dasar hidup penduduk Indonesia. Tujuan serta
juga manfaat daripada jaminan kesehatan bagi masyarakat adalah
sebagai berikut :1. Memberikan kemudahan dan juga akses pelayanan
kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas Jamkesmas.2.
Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi
peserta, tidak berlebihan sehingga nantinya akan juga terkendali
mutu dan biaya pelayanan kesehatan tersebut.3. Terselenggaranya
pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.1.3.
ManfaatManfaat untuk peserta dan keluarganya: Tiap peserta berhak
memperoleh manfaat Jaminan kesehatanyang bersifat pelayanan
kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif tmsk pelayanan obat dan bhn medis habis
pakai sesuai dg kebutuhan medis yang diperlukanManfaat jaminan
kesehatan, terdiri atas :1. Manfaat medis; tidak terikat dengan
besaran iuran2. Manfaat non medis, meliputi: Manfaat akomodasi
(dibedakan berdasarkan skala besaran iuran) dan Manfaat ambulans,
hanya diberikan ungtuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan BPJS Kesh.3. Manfaat
pelayanan promotif dan preventif, meliputi: Penyuluhan kesehatan
perorangan (minimal Penyuluhan tentang pengelolaan faktor resiko.
Risiko penyakit dan PHBS); Imunisasi dasar (meliputi BCG, DPT-HB,
Polio, Campak); Keluarga Berencana (konseling, kontrasepsi dasar,
vasektomi, tubektomi bekerjasama dengan lembaga KB); Skrining
kesehatan (mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan1.4. Alur ProsedurAlur Pelayanan BPJS adalah sebagai
berikut:1. Peserta BPJS membawa kartu BPJS Kesehatan atau kartu
anggota Askes yang lama mendatangi fasilitas kesehatan tingkat
pertama tempat peserta terdaftar, (Puskesmas, dokter keluarga,
klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan setingkat itu). Pada
tahap ini peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
kompetensi dan kapasitas fasilitas kesehatan di tingkat pertama
tersebut (seperti konsultasi kesehatan, laboratorium klinik dasar
dan obat-obatan).2. Apabila setelah pemeriksaan awal pasien belum
sembuh, maka pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
(Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit TNI-Polri
yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan). Sedangkan untuk kondisi
gawat darurat, peserta BJPS bisa mendapatkan pelayanan fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan, tanpa mendapatkan rujukan dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama.3. Di fasilitas Kesehatan
Tingkat lanjutan, peserta menunjukkan kartu BPJS Kesehatan atau
kartu lama dan surat rujukan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
kepada petugas BPJS kesehatan Center. Selanjutnya petugas akan
menerbitkan surat Eligibilitas Peserta (SEP) sebagai dokumen yang
menyatakan bahwa peserta dirawat dengan biaya BPJS Kesehatan.4.
Setelah mendapatkan SEP, pasien akan mendapatkan pelayanan
kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, baik untuk
pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap. Apabila penyakit pasien
dapat ditangani tanpa harus mendapatkan perawatan inap, pasien
boleh pulang atau dirujuk kembali ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Sedangkan untuk pasien dengan penyakit kronis, dapat masuk
ke dalam program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama tersebut.
1.5. Jenis PelayananPelayanan Kesehatan Tingkat PertamaPelayanan
kesehatan Non Spesialistik:1. Administrasi pelayanan2. Pelayanan
promotif dan preventif.3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai6. Transfusi
darah sesuai dengan kebutuhan medis.7. Pemeriksaan penunjang
diagnostik laboratorium tingkat pertama.8. Rawat inap tingkat
pertama sesuai dengan indikasiPelayanan Kesehatan Tingkat
LanjutanRawat Jalan1. Administrasi pelayanan2. Pemeriksaan,
pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis;3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi
medis4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;5. Pelayanan
alat kesehatan implant6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis7. Rehabilitasi medis8. Pelayanan
darah9. Pelayanan kedokteran forensik10. Pelayanan jenazah di
fasilitas kesehatan
Rawat Inap1. Perawatan Inap non Intensif2. Perawatan Inap di
Ruang Intensif3. Pelayanan kesehatan yang telah ditanggung dlm
program pemerintah tdk tmsk yang dijamin4. Peserta berhak dpt
pelayanan alat bantu kesehatan (jenis dan plafon harga
ditetapkan)
Pelayanan Yang Tidak Dijamin1. pelayanan kesehatan yang
dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
yang berlaku;2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas
Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali
untuk kasus gawat darurat;3. pelayanan kesehatan yang telah dijamin
oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera
akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;4. pelayanan kesehatan
yang dilakukan di luar negeri;5. pelayanan kesehatan untuk tujuan
estetik;6. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;7. Pelayanan
meratakan gigi (ortodensi);8. gangguan kesehatan/penyakit akibat
ketergantungan obat dan/atau alkohol;9. gangguan kesehatan akibat
sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri;10. pengobatan komplementer, alternatif
dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang
belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan
(health technology assessment);11. pengobatan dan tindakan medis
yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);12. alat
kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;13. perbekalan
kesehatan rumah tangga;14. pelayanan kesehatan akibat bencana pada
masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah;15. biaya pelayanan
lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan
kesehatanyang diberikan.HAL LAIN1. Pasien kecelakaan lalu lintas:
BPJS kesh.membayar selisih biaya pengobatan yang telah dibayar oleh
program Jaminan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan tarif BPJS
kesehatan.2. Peserta jaminan kesehatan yang menghendaki kelas
perawatan yang lebih tinggi, selisih biaya menjadi beban peserta
dan atau asuransi swasta yang diikuti peserta3. Peserta Jaminan
Kesehatan dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan,
Dimana BPJS Kesh dan penyelenggara asuransi tambahan dpt
berkoordinasi dlm memberi manfaat untuk peserta JAMINAN
KESEHATANyang berhak atas perlindungan asuransi kesh. tambahan
Fasilitas kesehatanApa itu Fasilitas kesehatan ? Adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya yankes perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
atau MasyarakatPeserta terdaftar1. Pertama kali tiap peseta
terdaftar pada 1 fasilitas tingkat I yang ditetapkan oleh BPJS
kesehatan setelah mendapat rekomendasi Dinas Kesehatan2. Minimal 3
bulan selanjutnya peserta berhak memilih Fasilitas Kesehatan
tingkat I yang diinginkan3. Peserta harus memperoleh pelayanan
kesehatan tingkat I tempat peserta terdaftar kecuali: 1. Berada di
luar wilayah failitas kesehatan tingkat I tempat peserta terdaftar
; 2. keadaan kegawatdaruratan medisPeserta Penanganan lanjutan1.
Jika peserta memerlukan yankes tingkat Lanjutan, Fasilitas
Kesehatan tingkat I hrs merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan
tingkat lanjutan sesuai dengan sistem rujukan yang diatur2.
Fasilitas Kesehatan wajib menjamin peserta yang di RI u/ mendpt
obat dan bhn medis habis pakai yang dibutuhkan ssi dg indikasi
medis3. Fasilitas Kesehatan rujukan yang tidak memiliki sarana
penunjang, wajib membangun jejaring dengan Fasilitas Kesehatan
penunjang u/ menjamin ketersediaan obat, bhn medis habis pakai dan
pemeriksaan penunjang yang dbutuhkanPeserta pelayanan gawat
darurat1. Peserta yang perlu pelayanan gawat darurat dpt langsung
memperoleh pelayanan di tiap Fasilitas Kesehatan2. Peserta yang
menerima pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang tdk
bekerjasama dg BPJS Kesh., hrs segera dirujuk ke Fasilitas
Kesehatan yang bekerjasama dengan BJS kesehatan setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dpt dipindahkan3. Pemerintah
(termasuk Pemda) bertanggung jawab atas ketersediaan Fasilitas
Kesehatan dan penyelenggaraan yankes untuk pelaksanaan program
jaminan kesehatan4. Pemerintah dapat memberi kesempatan kepada
swasta untuk berperan memenuhi ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
1.6. Sistem Kerjasama
2. Memahami dan menjelaskan klinik dokter keluarga2.1.
Tujuan2.2. Manfaat2.3. Standar Pelayanan dan Proses Pelayanan 1)
Anamnesis Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan
pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka
memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien
mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk
dapat menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Dalam rangka
memperoleh tanda - tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan
pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan
pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi
kepentingan pasien semata.
3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding Pada setiap
pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa
diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis
holistik.
4) Prognosis Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga
menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat
keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).
5) Konseling Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan
pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga
melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan
persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
6) Konsultasi Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga
melakukan konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan
/ atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter
keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga
melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai
dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter
keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah
sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga
menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien,
baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.
9) Tindakan Pada saat - saat dinilai perlu, dokter keluarga
memberikan tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan
kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan
pasien.
10) Pengobatan rasional Pada setiap anjuran pengobatan, dokter
keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti
(evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan
pasien.
11) Pembinaan keluarga Pada saat - saat dinilai bahwa
penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya
partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan
keluarga, termasuk konseling keluarga.
2.4. Sistem Pembiayaan Kesehatan1. Sumber-sumber dana pada
klinik kedokteran keluargaSumber dana biaya kesehatan berbeda pada
beberapa negara, namun secara garis besar berasal dari :a)
Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh
pemerintah. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik,
sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat
besar.b) Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasla dari
individu ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam
penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak
adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak
swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi
tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya
oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.c) Bantuan biaya
dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya
untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu sering diperoleh
dari bantuan biaya pihak lain, misalnya dari organisasi sosial
ataupun pemerintah negara lain. misalnya untuk penanganan HIV dan
virus H5N1.d) Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem
ini banyak diambil oleh negara-negara di dunia karena dapar
mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber
pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang
dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan
layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta
masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.
2. Mekanisme PembayaranPenyelenggaraan Subsistem Pembiayaan
Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:1. Jumlah
dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara
berdaya-guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh
transparansi dan akuntabilitas2. Dana pemerintah diarahkan untuk
pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin3. Dana
masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan
yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui
jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas
sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan secara
bertahap4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan
diupayakan melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk
kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat
yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan) untuk
kepentingan kesehatan5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung
jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan
kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant)
bagi daerah yang kurang mampu
3. Jenis sistem pembiayaanJenis pelayanan kesehatan dan
pembiayaan kesehatan antara lain :1. Penataan Terpadu (managed
care)Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan
pelayanan kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak
dilakukan di masyarakat dengan program Jaminan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya pelayanan
kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien.
Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat
berhasil baik, antara lain:a. Para pekerja dan keluarganya yang
ditanggung perusahaan harus sadar bahwa kesehatannya merupakan
tanggung jawab masing-masing atau tanggung jawab individu.
Perusahaan akan membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.b. Para pekerja harus menyadari bahwa
managed care menganut sistem rujukan.c. Para pekerja harus
menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat, misalnya obat
yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan tertentu
memerlukan life saving.d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus
dilakukan
2. Sistem reimbursementPerusahaan membayar biaya pengobatan
berdasarkan fee for services. Sistem ini memungkinkan terjadinya
over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang dikeluarkan
pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh
karyawan maupun provider layanan kesehatan.
3. AsuransiPerusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan
dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya.
Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan
yang mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive),
yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut menanggung seluruh
biaya kesehatan, atau group health insurance (namun kepada pekerja
dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan).
4. Pemberian Tunjangan KesehatanPerusahaan yang enggan dengan
kesukaran biasanya memberikan tunjangan kesehatan atau memberikan
biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun
tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan
untuk mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance).
Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk
kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol,
dan hal hal lain yang malah merugikan kesehatannya.
5. Rumah Sakit PerusahaanPerusahaan yang mempunyai pegawai
berjumlah besar akan lebih diuntungkan apabila mengusahakan suatu
rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan keluarga pegawai yang
ditanggungnya. Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit
perusahaan harus menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap,
dan perlu dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa
pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan
diupayakan bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh
rumah sakit lain. Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat
akan merasa puas dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan.
Rasa senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan
semangat bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang
dinikmatinya.
Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang
berkembang di Indonesia :
Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)Asuransi ini
memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan
sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan
berdasarkan status sosial mayarakat sehingga semua lapisan berhak
untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.
Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :a)
Keikutsertaan bersifat wajibb) Menyertakan tenaga kerja dan
keluarganyac) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatand) Untuk Askes
menetapkan 2% dari gaji pokok PNSe) Premi untuk tenaga kerja
ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga kerjaf)
Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan
pada resiko kelompokg) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan
awalh) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruhi) Peran
pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi
kesehatan sosial di Indonesia
Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di
Indonesia, asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun
dikelola oleh PT. Askes Asuransi Kehatan Komersial Perorangan
(Private Voluntary Health Insurance)Model asuransi kesehatan ini
juga berkembang di Indonesia, dapat dibeli preminya baik oleh
individu maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.Asuransi
kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja sebagai
berikut :a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarelab)
Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis
tanggungan yang dipilihc) Premi didasarkan atas resiko perorangan
dan ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, dan jenis
pekerjaand) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awale) Santunan
diberikan sesuai kontrakf) Peranan pemerintah relatif kecil
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh
Lipo Life, BNI Life, Tugu mandiri dan sebagainya
Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary
Health Insurance)Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :a)
Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompokb) Iuran /
preminya dibayar berdasarkan atas angka absolutc) Perhitungan premi
bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok masyarakatd)
Santunan diberikan sesuai kontrake) Tidak diperlukan pemeriksaan
awalf) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat
undang-undang
Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT.
Askes
4. Tujuan pembiayaan kesehatanTujuan pembiayaan kesehatan adalah
tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:a)
Mengupayakan kucukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa
tingkat pusat dan daerahb) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP
dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan melalui pengembangan
jaminanc) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan
kesehatan
2.5. Manajemen KlinikProgram menjaga mutu adalah suatu upaya
yang berkesinambunagn, sistematis dan objektif dalam memantau dan
menilai pelayanan yang diselenggrakan dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan
untuk memeperbaiki mutu pelayanan. (Maltos and Keller,
1989)Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :1) Program
menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali, tetapi
harus terus menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat
berkesinambungan, program menjaga mutu sering pula disebut dengan
nama program meningkatkan mutu berkelanjutan (continous quality
improvement program).2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan
secara simpatis. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus
mengikuti alur kegiatan serta sasaran yang baku. Alur kegiatan yang
dimaksud dimulai dengan menetapkan masalah dan penyebab masalah
mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan melaksanakan upaya
penyelesaian masalah, untuk kemudian diakhiri dengan melakukan
penilaian serta menyusun saran-saran untuk tindak lanjut. Sedangkan
sasaran yang dimaksud adalah semua unsur pelayanan yakni
lingkungan, masukan proses serta keluaran pelayanan.3) Program
menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan
masalah penyebab masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh
berbagai pertimbangan lain. Kecuali atas dasar data yang ditemukan.
Untuk menjamin objektifitas, dipergunakanlah berbagai standar dan
indikator.4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu.
Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus terpadu dengan
pelayanan yang diselengarakan, bukanlah program menjaga mutu yang
baik. Karena adanya sifat terpadu ini. Program menjaga mutu disebut
pula sebagai manajamen mutu terpadu (total quality management).
Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang
dimaksud :1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah
menunjuk kepada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggrakan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada
setiap pasien sesuai dengan tinkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai dengan kode
etik dari standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.2)
Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan
empat hal : a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang
termasuk dalam hal ini adalah tenaga pelaksana, sarana dan dana.b.
Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar
yang mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan
kesehatan yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur
organisasi (organization) serta sistem manajemen (management) yang
diterapkan.c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di
sini adalah semua tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan.
Tindakan ini secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama,
tindakan medis (medical procedure) mulai dari anamesis sampai
dengan pengobatan. Kedua, tindakan non medis (non medical
procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan tindakan
medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang
seperti ini.d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran
adalah yang menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua
macam :a) Penampilan aspek media (medical performance) seperti
misalnya kesembuhan penyakit, kecacatan dan atau kematian.b)
Penampilan aspek non medis (non mediacal performance) seperti
misalnya kepuasan dan keluhan pasien.
2.6. Peran Dokter Keluarga dengan Mitra Kerja dalam Klinik1.
Peran dokter keluarga Menyelenggarakan pelayanan primer secara
paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan
spesialistik yang diperlukan Mendiagnosis secara cepat dan
memberikan terapi secara cepat dan tepat Memberikan pelayanan
kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit
Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya
Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya
peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan
rehabilitasi Menangani penyakit akut dan kronik Melakukan tindakan
tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS Tetap
bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis
atau dirawat di RS Memantau pasien yang telah dirujuk atau di
konsultasikan Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi
pasiennya Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk
kepentingan pasien Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi
standar Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran
secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus
2. Hubungan kerjasama antara dokter keluarga dengan mitra
kerjanyaKolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan
untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak
tertentu. Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi
adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray
(1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir
dimana pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari
suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan
keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
American Medical Assosiation (AMA), 1994, Kolaborasi adalah proses
dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai
kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup
praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat
individu, keluarga dan masyarakat.Partnership kolaborasi merupakan
usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik
bagi pasien dalam mencapai upaya penyembuhan dan memperbaiki
kualitas hidup. Kolaborasi merupakan proses komplek yang
membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi
tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama dalam
kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan
untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter.
Anggota Tim interdisiplin
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok
profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan
berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya
konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan
terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter,
fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manajer, dan apoteker.
Dimana fungsinya adalah : Pasien secara integral adalah anggota tim
yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan
menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Perawat sebagai
anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat
berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter
menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki
komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai
antar sesama anggota tim. Mereka sering berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian
pengobatan. Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus
bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk
mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas,
tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi.
Sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan oleh
tim kesehatan yang bekerja sama mewujudkan pelayanan yang berumutu.
Setiap komponen sistem mempunyai tugas masing-masng dan harus
dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan tatanan yang berlaku.
Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya, memberikan
obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan
perawat tidak memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya
dokter harus memberikan perintah tertulis di dalam rekam medis
untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat dibenarkan
mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas
atau belum dicantumkan Dokter keluiarga yang sebenarnya dokter
praktik umum dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya
langsung kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika
ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat Komponen system
yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan
diharuskan saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan
Komunikasi dokter Profesi lain :Kolaborasi dokter
perawatKomunikasi dokter-ApotekerKolaborasi Prinsip :
PerencanaanPengambilan keputusan bersamaBerbagi saran /
ideKebersamaanTanggung gugat Pendekatan Praktik HirarkisDokter
Registerd nurse Pemberi pelayanan lain Pasien Menekankan komunikasi
satu arah Kontak Dokter dengan pasien terbatas Dokter merupakan
tokoh yang dominan Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu,
sepert IGDPendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik
dokter di Indonesia Model kolaboratif tipe II:PASIEN
Lebih berpusat pada pasien Semua pemberi pelayanan harus
bekerjasama Ada kerja sama dengan pasien Tidak ada pemberi
pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus
Hubungan dokter-ApotekerMcDonough dan Doucette (2001)
mengusulkan satu model untuk Hubungan Kerja Kolaboratif antara
Dokter dan Apoteker (Pharmacist-Phycisian Collaborative Working
Relationship. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan ini
antara lain disebutkan:a. Karakteristik partisipan. Yang termasuk
karakteristik partisipan adalah faktor demografi seperti pendidikan
dan usia. Contohnya, dokter muda yang sejak awal dididik untuk
dapat bekerja sama dalam tim interdisipliner mungkin akan lebih
mudah menerima konsep hubungan dokter-Apoteker.b. Karakteristik
konteks. Yang dimaksud adalah kondisi pasien, tipe praktek (apakah
tunggal atau bersama), kedekatan jarak praktek, banyaknya
interaksi, akan menentukan seberapa intensif hubungan yang akan
terjalin.c. Karakteristik pertukaran. Yang termasuk di sini antara
lain adalah: ketertarikan secara profesional, komunikasi yang
terbuka dan dua arah, kerjasama yang seimbang, penilaian terhadap
performance, konflik dan resolusinya. Semakin seimbang pertukaran
antara kedua belah pihak, akan memungkinkan hubungan kolaboratif
yang lebih baik.Termasuk mitra kerja dokterMitra kerja dokter ialah
Sesama dokter, perawat, bidan, petugas rumah sakit atau pun
puskesmas serta klinik, pasien dan petugas lainnya.
3. Adab dan Tatacara Dokter Muslim dalam Melayani
PasienAdab-adab yang bersifat khusus diantaranya:a. Berusaha
menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan tanggung
jawabnya dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi
darurat atau untuk tindakan preventif bagi yang lainnya. Rosulullah
sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :"Barangsiapa yang menutup
(aib) seorang muslim maka Allah akan menutup (aibnya) pada hari
kiamat. " (HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).
b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan
mendo'akannya.Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak
mengapa, insyaallah ini adalah penghapus dosa", atau meletakkan
tangan kanan di tempat yang sakit seraya berdo'a :" Wahai Robb
manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah, Engkau
adalah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu,
kesembuhan yang tidak ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan
yang lainnya).
c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang
menyembuhkan hanya Allah Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada
Allah, bukan kepada dokter.Nabi sholallohu 'alaihi wasalam berkata
kepada Abu Rimtsah (seorang dokter ahli) :" Allah adalah dokter,
sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang sakit. " (HR. Abu
Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).
d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.Misalnya
tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan
penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung
bahan-bahan yang diharamkan.
e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk
memuliakan manusia.Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang
dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk membakar potongan tubuh
pasien, namun hendaknya diberikan kepada sang pasien atau
keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak diperbolehkan
memperjualbelikan darah pasien, mengadakan operasi-operasi plastik
untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung dan lainnya, karena hal
itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam Islam.
Allah Ta'ala berfirman : (Setan berkata) : "Dan akan aku suruh
mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).Di samping itu, tidak
diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual obat-obat
penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.
f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas
kesehatan lainnya hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni
pekerjaanya.Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam :"Barangsiapa
yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu ahli
kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud
4586, ash-shahiihah 635).
g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia
sehingga diharapkan bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah
dalam setiap aktivitasnya.Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda
: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
yang lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).
h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang
mampu.Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Barangsiapa
yang melapangkan kesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan
melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).
Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum yang harus dimiliki
seorang dokter adalah :1. Tidak boleh berduaan dengan pasien wanita
dalam satu ruangan tanpa ditemani mahram sang perempuan. Minimal
pintu ruangan harus terbuka sehingga terlihat oleh keluarganya.2.
Seorang dokter tidak boleh menyalami perempuan yang bukan mahramnya
atau memperbanyak pembicaraan dengannya kecuali untuk kepentingan
pengobatan.3. Hendaknya tetap menjaga shalatnya, kecuali dalam
kondisi genting maka tidak mengapa ia menjama' dua shalat.4.
Hendaknya menjauhi syiar-syiar dan gaya orang kafir, seperti
mencukur jenggot, memanjangkan kumis, isbal, bebas bercakap-cakap
dengan dokter atau perawat wanita.Di samping adab-adab tersebut di
atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para petugas
kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat
praktiknya, yaitu :1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk
shalat, baik bagi laki-laki maupun perempaun, mengingat pentingnya
masalah sahalat.2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk
menjadikan rumah sakit terhindar dari ikhtilath (bercampurnya
laki-laki dan perempuan yang bukan mahram).3. Tidak diperkenankan
menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau dinding.4.
Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit
karena itu adalah bentuk ta'awun dalam kejelekan.5. Hendaknya
memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular dengan
yang tidak menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak
langsung dengan si pasien tersebut sehingga penyakitnya tidak
menular- dengan izin Allah- kepada yang lainnya. Rosulullah
sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Jangan sekali-kali mencampur
yang sakit dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari 5328). Hal itu
dikuatkan juga dengan sabda beliau tentang wabah penyakit menular
:"Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu negeri, maka janganlah
kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari 5287 dan Muslim 5775).6.
Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau
membelakanginya, sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam
: "Jangan menghadap kiblat tatkala buang air besar dan kencing dan
jangan pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144, Muslim 264,
at-Tirmidzi 8, Abu Dawud 9).7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya
ke arah kiblat dan duduk menghadap kiblat, berdasarkan hadits Abu
Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya majelis
adalah arah kiblat." (HR. ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan
dihasankan Syaikh al-Haitsami 8/114, as-Sakhawi (102) dan Syaikh
al-albani dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib (3085)
).Adab pemeriksaan terhadap pasien
Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter
perempuan) dengan dalih mengobati dan atau pekerjaan-pekerjaan yang
berkaitan dengan pekerjaan di atas (memandang dan menyentuh)
seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil darah dan memijit,
dimana dokter tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa memandang
badan yang bukan mahramnya atau menyentuh badannya (dan tidak
memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau semacamnya, dengan
maksud menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh
dan memandang tidak ada masalah. Akan tetapi jika dalam masalah ini
dokter mampu mengobati hanya dengan memandang saja dan atau hanya
dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya tersebut maka dokter
harus mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh saja (itupun
sebatas darurat) dan lebih daripada itu tidak boleh. Dokter
perempuan dalam hal memandang dan menyentuh pasien laki-laki yang
bukan mahramnya juga berlaku hukum demikian. Begitu para ulama
mengatakan. Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh
kepercayaan terhadap dokter, para terapis atau ahli medis harus
memberikan pelayanan dan perlindungan yang terbaik bagi pesiennya.
Namun harus tetap menjaga syariat. Misalnya tidak boleh memberikan
obat yang haram. Juga harus menjaga hubungan lawan jenis. Jika
pasiennya bukan muhrimnya, hendaklah ada pihak ketiga yang
menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar pengobatan.Telah di
nukil dari Imam Musa ibnu Jafar yang mengatakan: Seorang lelaki
buta dengan lebih dahulu meminta izin telah memasuki rumah Fatimah
(sepertinya dia perlu dengan Rasulullah SAW) Fatimah mengambil
kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung tersebut
(mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup
dirimu sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia
tidak melihat saya, tapi saya melihat dia dan dia (jika tidak
melihat dan buta) tetapi dia mencium bau wanita. Rasulullah SAW
sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau
adalah belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat
Zaenab)Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah
SAW.Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat
119:
"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa
yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya".Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam
memang membolehkan untuk menggunakan cara yang mulanya tidak
diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti untuk
pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya.Meskipun dibolehkan
dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti
rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak.
Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar.
Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa harus bertemu dan
berobat kepada dokter yang berbeda jenis, ia harus didampingi
mahramnya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di
kamar praktek atau ruang periksa.Syarat ini disebutkan Syaikh Bin
Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang nampak,
seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut
aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita misalnya, maka
keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap
diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari
kecurigaan.Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna
agar kaum Muslim tidak tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara
lain:1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenisAllah berfirman:
Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada
wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan
memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur: 30-31)2. Tidak
berdua-duaanRasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki
berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya.
(HR. Bukhari dan Muslim)3. Tidak menyentuh lawan jenisDi dalam
sebuah hadits, Aisyah ra berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah
tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat
membaiat (janji setia kepada pemimpin). (HR. Bukhari)Hal ini karena
menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu
perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda,
Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih
lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR.
Thabrani dengan sanad hasan)