Top Banner
PBL SKENARIO 2 “REAKSI ALERGI08 MEI 2014 LI.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN REAKSI HIPERSENSITIVITAS LO.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN DEFINISI Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadat antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. LO.2 MEMAHAMI & MENJELASKAN KLASIFIKASI Menurut waktu timbulnya reaksi a. Reaksi cepat Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. Ikatan silang antara alergen dan IgE pada permukaan sel mast menginduksi pelepasan mediator vasoaktif. Manifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sitemik atau anafilaksis lokal b. Reaksi intermediet Reaksi intermediet terjadi beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi ini melibatkan pembentukan komplek imun IgG dan kerusakan jaringan melalui aktivasi komplemen dan atau sel NK/ ADCC. Manifestasi intermediet dapat berupa : Reaksi tranfusi darah, eritroblastosis fetalis dan anemia hemoliyi dan auto imun Reaksi arthus lokal dan reaksi sistemik seperti serum sickness, vaskulitis nekrosis, dan LES Reaksi intemediet diawali oleh IgG dan kerusakan jaringan pejamu yang disebabkan oleh sel neutrofil atau sel NK c. Reaksi lambat Reaksi lambat terlihat sekitar 48 jam setelah terjadinya pajanan dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi sel Th. Pada DTH sitokin yang dilepas sel T mengaktifkan sel efektor makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan. Contoh reaksi lamabat adalah dermatitis kontak, reaksi M tuberkulosis dan reaksi penolakan tandur Pembagian Hioersensitivitas menurut GELL dan COOMB 1 ANGGIT EKAWATI 1102013030 – FK A
36

Pbl Skenario 2 blok MPT

Dec 24, 2015

Download

Documents

Anggit Ekawati

mekanisme pertahanan tubuh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pbl Skenario 2 blok MPT

PBL SKENARIO 2 “REAKSI ALERGI”08 MEI 2014

LI.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN REAKSI HIPERSENSITIVITAS LO.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN DEFINISI

Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadat antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya.LO.2 MEMAHAMI & MENJELASKAN KLASIFIKASI

Menurut waktu timbulnya reaksia. Reaksi cepat

Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. Ikatan silang antara alergen dan IgE pada permukaan sel mast menginduksi pelepasan mediator vasoaktif. Manifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sitemik atau anafilaksis lokal

b. Reaksi intermedietReaksi intermediet terjadi beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi ini melibatkan pembentukan komplek imun IgG dan kerusakan jaringan melalui aktivasi komplemen dan atau sel NK/ ADCC. Manifestasi intermediet dapat berupa :

Reaksi tranfusi darah, eritroblastosis fetalis dan anemia hemoliyi dan auto imun Reaksi arthus lokal dan reaksi sistemik seperti serum sickness, vaskulitis nekrosis,

dan LESReaksi intemediet diawali oleh IgG dan kerusakan jaringan pejamu yang disebabkan oleh sel neutrofil atau sel NK

c. Reaksi lambat Reaksi lambat terlihat sekitar 48 jam setelah terjadinya pajanan dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi sel Th. Pada DTH sitokin yang dilepas sel T mengaktifkan sel efektor makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan. Contoh reaksi lamabat adalah dermatitis kontak, reaksi M tuberkulosis dan reaksi penolakan tandur

Pembagian Hioersensitivitas menurut GELL dan COOMB

1

Reaksi Hipersensitivitas

Type 4

Reaksi Jones Mote

Reaksi Granuloma

Reaksi Dermatitis kontak

Reaksi Tuberkulin

Type 1

Tyoe 2

Type 3

ANGGIT EKAWATI

1102013030 – FK A

Page 2: Pbl Skenario 2 blok MPT

1. Reaksi Hipersensitivitas type 1 : Merupakan reaksi IgE atau reaksi anafilaktik. Reaksi yang timbul segera sesudah badan terpajan oleh antigen kurang dari 1 jam.

2. Reaksi Hipersensitivitas type 2 :Merupakan reaksi sitotoksik atau reaksi yang melibatkan IgG atau IgM. IgG atau IgM bekerja pada antigen yang terdapat dalam permukaan sel atau jaringan.

3. Reaksi Hipersensitivitas type 3 :Merupakan reaksi kompleks imun yaitu komplek Ab-Ag yang mengaktifkan komplemen setelah mengedap di pembuluh darah atau jaringan.

4. Reaksi Hipersensitivitas type 4:Merupakan reaksi selular. Terdiri dari 4 reaksi: Reaksi Jonas Mote : Ditandai oleh adanya infiltrasi dibawah epidermis Hipersensitiv kontak atau dermatitis kontak : terjadi pada tempat kontak dengan allergen

sel langerhans sbg APC berperan. Reaksi Tuberkulin: Terjadi 20 jam setelah terpajan. Terjadi atas infiltrasi sel

mononuclear Reaksi Granuloma : Paling penting karena menimbulkan efek patologis yaitu karena

adanya antigen yang peresisten dalam makrofag.

(Bratawidjaja,2002;dr.Insan Sosiawan,2013)

LO.3 MEMAHAMI & MENJELASKAN ETIOLOGI Etiologi- Benda asing pada lingkungan (dapat berupa pakaian, makanan)- Perbedaan keadaan fisik tiap bahan, misalnya berat molekul tiap bahan berbeda. Apabila

berat molekulnya besar maka daya sensitivitasnya juga lebih besar- Kekerapan pajanan- Daya tahan tubuh seseorang, contohnya org tersebut penderita imunodefesiensi atau tidak- Daya reaksi silang antar bahan akan berpengaruh terhadap timbulnya alergi.

(Retno W Soebaryo,2002)

LI.2 MEMAHAMI & MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE 1LO.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN DEFINISI

Reaksi hipersensitifitas tipe 1 adalah suatu reaksi yang terjadi secara cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi mengikuti kombinasi suatu antigen dengan antibodi yang terlebih dahulu diikat pada permukaan sel basofilia (sel mast) dan basofil.

LO.2 MEMAHAMI & MENJELASKAN MEKANISME

2

Page 3: Pbl Skenario 2 blok MPT

Pada tipe 1 terdapat beberapa fase, yaitu :

a. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membentuk IgE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik pada permukaan sel mast/basofil.

b. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan IgE.

c. Fase efektor yaitu waktu yang terjadi respon yang kompleks (anafilaksisi) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivasi farmakologik

Antigen menginduksi sel B untuk membentuk antibodi IgE dengan bantuan sel Th yang mengikat erat dengan bagian Fc-nya pada sel mast dan basofil. Beberapa minggu kemudian, apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast dan basofil. Akibat ikatan antigen-IgE, sel mast dan basofil mengalami degranulasi dan melepas mediator dalam waktu beberapa menit yang preformed antara lain histamin yang menimbulkan gejala reaksi hipersensitivitas tipe I.

LO.3 MEMAHAMI & MENJELASKAN MANIFESTASI a. Reaksi lokal

Reaksi hipersensitifitas tipe 1 lokal terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang biasanya melibatkan permukaan epitel tempat alergan masuk. Kecenderungan untuk menunjukkan reaksi Tipe 1 adalah diturunkan dan disebut atopi. Sedikitnya 20% populasi menunjukkan penyakit yang terjadi melalui IgE seperti rinitis alergi, asma dan dermatitis atopi. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit, segera diikat oleh sel mast/basofil. IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif bila serum (darah) orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi orang normal. Reaksi alergi yang mengenai kulit, mata, hidung dan saluran nafas.

b. Reaksi sistemik – anafilaksisiAnafilaksisi adalah reaksi Tipe 1 yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa

menit saja. Anafilaksis adalah reeaksi hipersensitifitas Gell dan Coombs Tipe 1 atau reaksi alergi yang cepat, ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel mast dan basofil merupakan sel efektor yang melepas berbagai mediator. Reaksi dapat dipacu

3

Page 4: Pbl Skenario 2 blok MPT

berbagai alergan seperti makanan (asal laut, kacang-kacangan), obat atau sengatan serangga dan juga lateks, latihan jasmani dan bahan anafilaksis, pemicu spesifiknya tidak dapat diidentifikasi.

c. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoidReaksi pseudoalergi atau anafilaktoid adalah reaksi sistemik umum yang

melibatkan pengelepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE. Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektor nonimun. Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi Tipe I seperti syok, urtikaria, bronkospasme, anafilaksis, pruritis, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun. Manifestasi klinisnya sering serupa, sehingga kulit dibedakan satu dari lainnya. Reaksi ini tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi. Reaksi anafilaktoid dapat ditimbulkan antimikroba, protein, kontras dengan yodium, AINS, etilenoksid, taksol, penisilin, dan pelemas otot.

LO.4 MEMAHAMI & MENJELASKAN CONTOH-CONTOH Jenis Alergi Alergen Umum Gambaran

Anafilaksis Obat, serum, kacang-kacangan

Edema dengan peningkatan permeabilitas kapiler, okulasi trakea , koleps sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian

Urtikaris akut Sengatan serangga Bentol, merah

Rinitis alergi Polen, tungau debu rumah Edema dan iritasi mukosa nasal

Asma Polen, tungau debu rumahKonstriksi bronkial, peningkatan produksi mukus, inflamasi saluran nafas

MakananKerang, susu, telur, ikan, bahan asal gandum

Urtikaria yang gatal dan potensial menjadi anafilaksis

Ekzem atopiPolen, tungau debu runah, beberapa makanan

Inflamasi pada kulit yang terasa gatal, biasanya merah dan ada kalanya vesikular

4

Page 5: Pbl Skenario 2 blok MPT

LO.5 MEMAHAMI & MENJELASKAN MEDIATOR

LI.3 MEMAHAMI & MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE 2LO.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN DEFINISI

Reaksi hipersensitivitas tipe II atau sitotoksik atau sitoliktik terjadi akibat di bentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen IgM yang merupakan bagian sel pejamu. Reaksi.diawali oleh reaksi terhadap antibodi dan determinan antigen yangb merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul asesori dan metobholisme sel dilihatkan.

Reaksi sitotoksik lebih tepat mengingat reaaksi oleh lisis bukan efek toksik. Antibodi tersbut dapaat mengaktifkan sel yang memilik reseptor Fcy-R dan Juga sel NK yang dapat berperan sebagai sel efecktor dan menimbulkan kerusakan melalui ADCC. Reaksi tipe II mengambarkan dan menunjukkan manisfestasi klinik.

(KarnenGarna Baratwidjaja IrisRengganis :Imunologi Dasar,Edisi 10 ,2012)

5

Page 6: Pbl Skenario 2 blok MPT

LO.2 MEMAHAMI & MENJELASKAN MEKANISME

Diperantarai IgM atau IgG dan komplemen

Fagosit dan sel K punya peran

Interaksi antigen-antibodi pd permukaan sel, IgM atau IgG dgn antigen yang juga merupakan bagian integral membran sel atau telah terserap atau menyatu menjadi membran.

Mengaktifkan sistem komplemen dan sel yang terlibat dihancurkan.

Terapi: anti-inflamasi dan agen immunosupresif

6

Page 7: Pbl Skenario 2 blok MPT

Ag → masuk tubuh → menempel pada sel tertentu → merangsang terbentuknya Ig G atau Ig M → mengaktifkan komplemen → menimbulkan lisis

LO.3 MEMAHAMI & MENJELASKAN MANIFESTASI

Hipersensitivitas Tipe 2: Sitotoksik

Reaksi transfusiSejumlah besar protein dan glikoprotein pada membran SDM disandi oleh berbagai gen. Bila darah individu golongan darah A mendapat transfusi golongan B terjadi reaksi transfusi, oleh karena anti B isohemaglutinin berikatan dengan sel darah B yang menimbulkan kerusakan darah direk oleh hemolisis masif intravaskular. Reaksi dapat cepat atau lambat. Reaksi cepat biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh IgM. Dalam beberapa jam hemoglobin bebas dapat ditemukan dalam plasma dan disaring melalui ginjal dan menimbulkan hemoglobinuria. Beberapa hemoglobin diubah menjadi bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik. Gejala khasnya berupa demam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri pinggang bawah dan hemoglobinuria.

Reaksi transfusi darah yang lambat terjadi pada mereka yang pernah mendapat transfusi berulang dengan darah yang kompatibel ABO namun inkompatibel dengan golongan darah lainnya. Reaksi terjadi 2 sampai 6 hari setelah transfusi. Darah yang ditransfusikan memacu pembentukan IgG terhadap berbagai antigen membran golongan

darah, tersering adalah golongan Rhesus, Kidd, Kell, dan Duffy .

7

Page 8: Pbl Skenario 2 blok MPT

Tiga Mekanisme Utama Hipersensitivitas Tipe II

Hemolytic diseases of the newborn (HDN)Terjadi ketidaksesuaian faktor Rhesus (Rhesus incompatibility) dimana anti-D IgG yang berasal dari ibu menembus plasenta dan masuk ke dalam sirkulasi darah janin dan melapisi permukaan eritrosi janin kemudian mencetuskan reaksi hipersensitivitas tipe II. HDN terjadi apabila seorang ibu memiliki Rhesus negatif dan mempunyai janin dengan Rhesus positif. Sensitisasi pada ibu umumnya terjadi pada saat persalinan pertama, karena itu HDN umumnya tidak timbul pada bayi pertama. Baru pada kehamilan berikutnya, limfosit ibu akan membentuk anti-D IgG yang dapat menembus placenta dan mengadakan interaksi dengan faktor rhesus pada permukaan eritrosit janin (eritroblastosis fetalis).

Anemia hemolitik

Antibiotika tertentu seperti penisilin, sefalosporin, dan streptomisin dapat diabsorpsi nonspesifik pada protein membran SDM yang membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembawa. Pada beberapa yang membentuk antibodi yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan Bantuan komplemen dapat menimbulkan lisis. Dengan dan anemia progresif.

LO.4 MEMAHAMI & MENJELASKAN CONTOH-CONTOH

. Reaksi transfusi . Erythroblastosis fetalis

8

Page 9: Pbl Skenario 2 blok MPT

. Autoimun hemolytic anemia,agranulocytosis, thrombocytopenia. . Reaksi obat,mis:penisilin---hemolisis . Phemphigus vulgaris

LI.4 MEMAHAMI & MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE 3LO.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN DEFINISI

Reaksi hipersensitivitas tipe III atau yang disebut juga reaksi kompleks imun adalah reaksi imun tubuh yang melibatkan kompleks imun yang kemudian mengaktifkan komplemen sehingga terbentuklah respons inflamasi melalui infiltrasi masif neutrofil.

LO.2 MEMAHAMI & MENJELASKAN MEKANISME1. Komleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh Darah

Makrofag yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks imun sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas berbagai bahan yang dapat merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat menimbulkan: Agregasi trombosit Aktivasi makrofag Perubahan permeabilitas vaskuler Aktivasi sel mast Produksi dan pelepasan mediator inflamasi Pelepasan bahan kemotaksis Influks neutrofil

2. Kompleks Imun Mengendap di JaringanHal yang memungkinkan kompleks imun mengendap di jaringan adalah ukuran kompleks imun yang kecil dan permeabilitas vaskuler yang meningkat. Hal tersebut terjadi karena histamin yang dilepas oleh sel mast.

LO.3 MEMAHAMI & MENJELASKAN MANIFESTASI A. Reaksi Lokal atau Fenomena Arthus

9

Page 10: Pbl Skenario 2 blok MPT

Pada mulanya, Arthus menyuntikkan serum kuda ke kelinci secara berulang di tempat yang sama. Dalam waktu 2-4 jam, terdapat eritema ringan dan edem pada kelinci. Lalu setelah sekitar 5-6 suntikan, terdapat perdarahan dan nekrosis di tempat suntikan. Hal tersebut adalah fenomena Arthus yang merupakan bentuk reaksi kompleks imun. Antibodi yang ditemukan adalah presipitin. Reaksi Arthus dalam kilinis dapat berupa vaskulitis dengan nekrosis.

Mekanisme pada reaksi arthus adalah sebaga berikut:

1. Neutrofil menempel pada endotel vaskular kemudian bermigrasi ke jaringan tempat kompleks imun diendapkan. Reaksi yang timbul yaitu berupa pengumpulan cairan di jaringan (edema) dan sel darah merah (eritema) sampai nekrosis.

2. C3a dan C5a yag terbentuk saat aktivasi komplemen meningkatkan permeabilitas pembuluh darah sehingga memperparah edema. C3a dan C5a juga bekerja sebagai faktor kemotaktik sehingga menarik neutrofil dan trombosit ke tempat reaksi. Neutrofil dan trombosit ini kemudian menimbulkan statis dan obstruksi total aliran darah.

3. Neutrofil akan memakan kompleks imun kemudian akan melepas bahan-bahan seperti protease, kolagenase dan bahan-bahan vasoaktif bersama trombosit sehingga akan menyebabkan perdarahan yang disertai nekrosis jaringan setempat.

B. Reaksi Sistemik atau Serum Sickness

10

Page 11: Pbl Skenario 2 blok MPT

Antibodi yang berperan dalam reaksi ini adalah IgG atau IgM dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Komplemen yang telah teraktivasi melepaskan anafilatoksin (C3a dan C5a) yang memacu sel mast dan basofil melepas histamin.

2. Kompleks imun lebih mudah diendapkan di daerah dengan tekanan darah yang tinggi dengan putaran arus (contoh: kapiler glomerulus, bifurkasi pembuluh darah, plexus koroid, dan korpus silier mata)

3. Komplemen juga menimbulkan agregasi trombosit yang membentuk mkrotrombi kemudian melepas amin vasoaktif. Bahan-bahan vasoaktiv tersebut mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan inflamasi.

4. Neutrofil deikerahkan untuk menghancurkan kompleks imun. Neutrofil yang terperangkap di jaringan akan sulit untuk memakan kompleks tetapi akan tetap melepaskan granulnya (angry cell) sehingga menyebabkan lebih banyak kerusakan jaringan.

5. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut juga meleaskan mediator-mediator antara lain enzim-enzim yang dapat merusak jaringan

Dari mekanisme diatas, beberapa hari – minggu setelah pemberian serum asing akan mulai terlihat manifestasi panas, gatal, bengkak-bengkak, kemerahan dan rasa sakit di beberapa bagian tubuh sendi dan kelenjar getah bening yang dapat berupa vaskulitis sistemik (arteritis), glomerulonefritis, dan artiritis. Reaksi tersebut dinamakan reaksi Pirquet dan Schick.

LO.4 MEMAHAMI & MENJELASKAN CONTOH-CONTOH Reaksi arthus (bentuk lokal ),suntikan serum kuda/kelinci ---gjl 2-4 jam Reaksi serum sickness( sistemik ),imunusasi -pasif pd diphteria-tetanus dengan an- tiserum kuda—1-2mg tbl gjl gatal,dll. Demam reuma Arthritis reumatoid Farmer’s lung,actinomycete jerami---AgAb pa- ru paru---ggn nafas pneumonitis 6-8 jam Lupus eritematosus sistemik

LI.5 MEMAHAMI & MENJELASKAN HIPERSENSITIVITAS TIPE 4LO.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN DEFINISIBaik CD4+ maupun CD8+ berperan dalam reaksi tipe IV. Sel T melepas sitokin bersama dengan produksi mediator sitotoksik lainnya menimbulkan respons inflamasi yang terlihat pada penyakit kulit hipersensitivitas lambat. (Imunologi Dasar FK UI Edisi ke-10: hal. 389)

LO.2 MEMAHAMI & MENJELASKAN MEKANISME a. Fase sensitasi

Membutuhkan waktu 1-2 minggu setelah kontak primer dengan antigen. Th diaktifkan oleh APC melalui MHC-II. Berbagai APC (sel Langerhans/SD pada kulit dan makrofag) menangkap antigen dan membawanya ke kelenjar limfoid regional untuk dipresentasikan ke sel T sehingga terjadi proliferasi sel Th1 (umumnya).

b. Fase efektor

11

Page 12: Pbl Skenario 2 blok MPT

Pajanan ulang dapat menginduksi sel efektor sehingga mengaktifkan sel Th1 dan melepas sitokin yang menyebabkan :

- Aktifnya sistem kemotaksis dengan adanya zat kemokin (makrofag dan sel inflamasi). Gejala biasanya muncul nampak 24 jam setelah kontak kedua.

- Menginduksi monosit menempel pada endotel vaskular, bermigrasi ke jaringan sekitar.

- Mengaktifkan makrofag yang berperan sebagai APC, sel efektor, dan menginduksi sel Th1 untuk reaksi inflamasi dan menekan sel Th2.

Mekanisme kedua reaksi adalah sama, perbedaannya terletak pada sel T yang teraktivasi. Pada Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV, sel Th1 yang teraktivasi dan pada T Cell Mediated Cytolysis, sel Tc/CTL/ CD8

+ yang teraktivasi.

Contoh mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe IV :Reaksi pada infeksi parasit dan bakteri intrasela. DTH mengaktifkan influks makrofag pada infeksi yang tidak dapat ditemukan oleh

antibodi.b. Makrofag melepaskan enzim litik yang menyebabkan kerusakan jaringan.c. Bila enzim litik terus diproduksi dapat mengakibatkan reaksi granulomatosis yang akan

menyebabkan nekrosis pada jaringan yang dapat mengenai jaringan pembuluh darah.

Respon pada infeksi M. tuberkulosisa. Bakteri mengaktifkan respon DTH yang selanjutnya mengaktifkan makrofag yang

merangsang isolasi kuman dalam lesi granuloma (tuberkulin)b. Tuberkulin akan melepaskan enzim litik yang akan merusak jaringan paru-paru dan

menimbulkan nekrosis jaringan.

Granuloma terbentuk pada :a. TBb. Leprac. Skistosomiasisd. Lesmaniasise. Sarkoidasis

LO.3 MEMAHAMI & MENJELASKAN MANIFESTASI - Dematitis kontak

Merupakan penyakit CD8+ yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang

tidak berbahaya seperti formaldehid, nikel, bahan aktif pada cat rambut (contoh reaksi DTH).

- Hipersensitivitas tuberkulinBentuk alergi spesifik terhadap produk filtrat (ekstrak/PPD) biakan

Mycobacterium tuberculosis yang apabila disuntikan ke kulit (intrakutan), akan menimbulkan reaksi ini berupa kemerahan dan indurasi pada tempat suntikan dalam 12-24 jam. Pada individu yang pernah kontak dengan M. tuberkulosis, kulit akan membengkak pada hari ke 7-10 pasca induksi. Reaksi ini diperantarai oleh sel CD4

+.

- Reaksi Jones MoteReaksi terhadap antigen protein yang berhubungan dengan infiltrasi basofil

yang mencolok pada kulit di bawah dermis, reaksi ini juga disebut sebagai

12

Page 13: Pbl Skenario 2 blok MPT

hipersensitivitas basofil kutan. Reaksi ini lemah dan nampak beberapa hari setelah pajanan dengan protein dalam jumlah kecil, tidak terjadi nekrosis jaringan. Reaksi ini disebabkan oleh suntikan antigen larut (ovalbumin) dengan ajuvan Freund.

- Penyakit CD8+

Kerusakan jaringan terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yang langsung

membunuh sel sasaran. Penyakit ini terbatas pada beberapa organ saja dan biasanya tidak sistemik, contoh pada infeksi virus hepatitis.

LI.6 MEMAHAMI & MENJELASKAN ANTIHISTAMIN LO.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN DEFINISI6.1.Definisi

Ada banyak golongan obat yang termaksud dalam antihistamin, yaitu antergan, neontergan, difenhidramin, dan tripelenamin yang efektif untuk mengobati edema, eritem, dan pruritus, dan yang baru ini ditemukan adalah burinamid, metiamid, dan simetidin untuk menghambat sekresi asam lambung akibat histamin. Ada 2 jenis antihistamin, yaitu :

Antihistamin H1 Antihistamin H2

6.2. Indikasi

Antagonis reseptor H1 (AH1)AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan

mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.

Antagonis reseptor H2 (AH2)

Efektif untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum dan mempercepat penyembuhannya. Selain itu, juga efektif untuk mengatasi gejala dan mempercepat penyembuhan tukak lambung. Dapat pula untuk gangguan refluks lambung-esofagus.

6.3. Kontraindikasi

Antihistamin H1 : bayi premature, ibu menyusui, narrow-angle glaucoma, stenosing peptic uloer, hipertropi prostat simptomatik, gejala saluran nafas atas, pasien tua, pasien yang menggunakan monoamine oxidase inhibitor (MAOI).

Antihistamin H2 : kehamilan dan ibu menyusui.

6.4. Farmakodinamik

Antagonis Reseptor H1 (AH1)1. Antagonis terhadap histamin. AH1 menghambat efek histamine pada pembuluh darah,

bronkus, dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamine endogen berlebihan..

13

Page 14: Pbl Skenario 2 blok MPT

2. Otot polos. AH1 efektif menghambat kerja histamine pada otot polos usus dan bronkus3. Permeabilitas kapiler, Peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat histamine, dapat

dihambat dengan efektif oleh AH1.

4. Reaksi anafilaksis dan alergi. Reaksi anafilaksis dan beberapa reaksi alergi refrakter terhadap pemberian AH1, karena disini bukan histamine saja yang berperan tetapi autacoid lain yang dilepaskan. Efektivitas AH1 melawan beratnya reaksi hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat histamine

5. Kelenjar Eksokrin. Efek perangsang histamine terhadap sekresi cairan lambung tidak dapat dihambat oleh AH1. AH1dapat menghambat sekresi saliva dan sekresi kelenjar eksokrin lain akibat histamine.

6. Susunan syaraf pusat. AH1 dapat merangsang maupun menghambat SSP. Efek perangsangan yang kadangpkadang terlihat dengan dosis AH1 biasanya adalah insomnia, gelisah, dan eksitasi. Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan SSP dengan gejala misalnya kantuk, berkurangnya kewaspadaan, dam waktu reaksi yang lambat.

7. Anastesi local. AH1 yang baik untuk anastesi local adalah prometazin dan prilamin. Akan tetapi untuk menibulkan efek tersebut dibutuhkan kadat yang beberapa kali lebih tinggi daripada sebagai antihistamin.

8. Antikolinergik. Dapat timbul pada beberapa pasien berupa mulut kering, kesukaran miksi dan impotensi.

9. Sistem kardiovaskular. Dalam dosis terapi, AH1 tidak memperlihatkan efek yang berarti pada system kardiovaskular.

Penggolongan Antihistamin (AH1)

Golongan dan Contoh Obat

Dosis Dwasa Masa Kerja Aktivitas Antikolinergik

ANTIHISTAMIN GENERASI I

Etanolamin

-Karbinoksamin 4-8 mg 3-4 jam +++

-Difenhidramin 25-50 mg 4-6 jam +++

-Dimenhidrinat 50 mg 4-6 jam +++

Etilenediamin

-Pirilamin 25-50 mg 4-6 jam +

-Tripelenamin 25-50 mg 4-6 jam +

Piperazin

-Hidroksizin 25-100 mg 6-24 jam ?

-Siklizin 25-50 mg 4-6 jam -

-Meklizin 25-50 mg 12-24 Jam -

14

Page 15: Pbl Skenario 2 blok MPT

Alkilamin

-Klorfeniramin 4-8 mg 4-6 jam +

-Bromfeniramin 4-8 mg 4-6 jam +

Derivat Fenotiazin

-prometazin 10-25 mg 4-6 jam +++

Lain-Lain

-siprogeptadin 4 mg ± 6 jam +

-mebhidrolin napadisilat

50-100 mg ± 4 jam +

ANTIHISTAMIN GENERASI II

-astemizol 10 mg < 21 jam -

-faksofenadin 60 mg 12-24 jam -

Lain-Lain

-loratadin 10 mg 24 jam -

-setirizin 5-10 mg 12-24 jam

Antagonis Reptor H2 (AH2)

Antagonis reseptor H2 berkerja menghambat sekresi asam lambung. Burimamin dan metiamid merupakan antagonis resptor H2 yang pertama kali ditemukan, namun karena toksik tidak digunakan diklinik. Antagonis reseptor H2 yang ada dewasa ini adalah simetidin, ranitidine, famotidine, dan nizatidin.1. Simetidin dan Ranitidin

Simetidin dan renitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Perangsang reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidine sekresi asam lambung dihambat. Pengaruh fisiologik simetidin dan ranitidine terhadap resptor H2 lainnya , tidak begitu penting. Walaupun tidak sebaik penekanan sekresi asam lambung pada keadaan basal, simetidin dan ranitidine dapat menghambat sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik, stimulasi vagus, atau gastrin. Simetidin dan ranitidine juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.

2. FamotidineSama halnya dengan simitidin dan ranitidine, famotidine merupakan AH2 sehingga dapat menghambat sekresi asam labung pada keadaan basal, malam dan akibat distimulasi oleh

15

Page 16: Pbl Skenario 2 blok MPT

pentagastrin. Famotidine 3x lebih poten daripada ranitidine dan 20x lebih poten dari pada simetidin.

3. NizatidinePotensi nizatidin dalam menghambat sekresi asam lambung kurang lebih sama dengan ranitidine.

6.5 Farmakokinetik

1. AH1

Setelah pemberian oral atau parental, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 generasi I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya rendah. Tempat utama biotransfarmasi AH1 adalah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.

2. AH2

SimetidinBioavailabilitas oral simetidin sekitar 70 %. Sama dengan setelah pemberian IV atau IM. Ikatan protein plasmanya hanyalah 20 %. Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan, sehingga simetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperpanjang efek pada periode pasca makan. Absorpsi simetidin terutama terjadi pada menit ke 60-90. Simetidin masuk ke dalam SPP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20 % dari kadar serum. Sekitar 50-80 % dari dosis IV dan 40 % dari dosis oral simetidin diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa peruh eliminasinya sekitar 2 jam.

RenitidinBiovailabilitas renitidin yang diberikan secara oral sekitar 50 % dan meningkat pada pasien penyakit hati. Masa [paruhnya kira-kira 1,7 – 3 jam pada orang dewasa, dan menmanjang pada orang tua dan pada pasien gagal ginjal. Pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidine juga memanjang menskipun tidak sebesar pada gagal ginjal. Kada puncak pada plasma dicapai 1.3 ja setalah penggunana 150 mg ranitidine secara oral, dan yang terikat protein plasma hanya 15%. Ranitidine mengalami metabolisme lintas utama dihati dalam jumlah cukup besar setelah pemberian oral. Rranitidin dan metabolitnya dieksresi rerutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja. Sekitar 70% dari ranitidine yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan secara oral dieksresi dalam urin dalam bentuk asal.

FamotidinFamotidin mencapai kadar puncak diplasma kira-kira dalam 2 jam setelah penggunaanan secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam dan bioavailibitas 40-50%. Metabolit utama adalah famotidine-S-oksida. Setelah dosis oral tunggal, sekitar 25% dari dosis ditemukan dalam bentuk asal di urin pada pasien gagal ginjal berat masa paruh eliminasi dapat melebihi 20 jam.

Nizatidino Bioavailibitas oral nizatidin lebih dari 90% dan tidak dipengaruhi oleh makanan atau

antikolinergik. Klirens menurun pada pasien uremik dan usia lanjut.

16

Page 17: Pbl Skenario 2 blok MPT

o Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oraldicapai dalam 1 jam, masa paruh plasma sekitar satu setengah jam dan lama kerja sampai dengan 10 jam. Nizatidin disekresikan terutama melalui ginjal; 90 % dari dosis yang digunakan ditemukan diurin dalam 16 jam.

6.6 Komplikasi

Dosis 20-30 tab AH1 sudah bersifat letal bagi anak, efek sentral AH1 merupakan efek yang berbahaya.

Kejang disertai tremor, pergerakan atetoid yang bersifat tonik – klonik sukar dikontrol. Gejala seperti keracunan atropine misalnya kemerahan di muka, midriasis, timbul

demam, akhirnya koma, kolaps disusul kematian 2 – 18 jam. Pada orang dewasa, manifestasi keracunan biasanya berupa depresi, eksitasi dan depresi

system syaraf pusat lebih lanjut.

6.7.Efek Samping

A. AH1

Efek yang paling sering adalah sedasit, yang justru menguntungkan pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu banyak tidur. Tapi efek ini menggangu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tingkat tinggi. Sehingga kemungkinan terjadi nya kecelakaan.

Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 adalah vertigo, tinnitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphora, gelisah, insomnia, dan tremor. Efek samping yang paling sering juga nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diar; efek samping ini akan berkurang jika AH1

diberikan sewaktu makan.

Efek samping yang mungkin timbul oleh AH1 adalah mulut kering, dysuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan. AH1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi akibat penggunaan local berupa dermatitis alergik. Demam dan fotosensitivitas juga pernah dilaporkan terjadi AH1 jarang menimbulkan komplikasi berupa leukopenia dan agranulositosis.

B. AH2

Simetidin dan RanitidinEfek samping ini antara lain nyeri kepala, pusing, malaise, myalgia, mual, diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libido, dan impoten.

FamotidinEfek samping famotidin biasanya ringan dan jarang terjadi, misalnya sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare. Seperti halnya dengan renitidin, famotidine nampaknya lebih baik dari simetidin karena tidak menimbulkan efek antiandrogenik

NizatidinNizatidin umumnya jarang menimbulkan efek samping. Efek samping ringan saluran cerna dapat terjadi. Peningkatan kadar asam urat dan transaminase serum ditemukan pada beberapa pasien yang nampaknnya tidak menimbulkan gejala klinik yang bermakna.

17

Page 18: Pbl Skenario 2 blok MPT

LI.7 MEMAHAMI & MENJELASKAN KORTIKOSTEROID LO.1 MEMAHAMI & MENJELASKAN DEFINISI

Kortikosteroid adalah hormon yang disintesis di korteks adrenal, berasal dari kolesterol dengan struktur utama siklopentanoperhidrofenantren dan hasil akhir berupa aldosteron dan kortisol (21 atom C). Selain kortikosteroid juga dihasilkan androgen lemah (19 atom C). Istilah “kortikosteroid” sendiri sebenarnya mengacu baik kepada glukokortikoid dan mineralokortikoid, namun dalam penggunaan sehari-hari lebih banyak mengacu kepada glukokortikoid saja.

Kortikosteroid bekerja dengan cara mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid.

Kortikosteroid memiliki dua efek utama, yaitu dalam metabolisme dan inflamasi. Kortikosteroid berfungsi dalam proses glukoneogenesis di hati, lipolisis dan mobilisasi asam amino (sebagai substrat untuk glukoneogenesis) serta menghambat/inhibisi ambilan glukosa di otot dan jaringan adiposa. Sedangkan untuk efek antiinflamatiknya, efek tersebut terjadi melalui penekanan pembentukan berbagai mediator inflamasi (fosfolipase A, cyclooxigenase, degranulasi sel mast), menghambat fungsi makrofag, dan bekerja dalam keadaan inflamasi akut maupun kronik.

Penggunaan kortikosteroid dapat dibagi sebagai terapi substitusi hormon maupun terapi non endokrin. Untuk terapi substitusi hormon, kortikosteroid diberikan kepada penderita insuffisiensi adrenal, sedangkan untuk terapi non-endokrin antara lain untuk pengobatan arthritis, asthma bronkial, alergik, penyakit kulit (dermatitis), shock anafilaktik, penyempurnaan fungsi paru pada fetus dll.

7.2 Indikasi

Indikasi utama adalah untuk reaksi alergi akut berat yang dapat membahayakan kehidupan, seperti status asmatikus, anafilaksis, dan dermalitis exfoliativa. Selain itu, juga untuk reaksi alergi berat yang tidak membahayakan kehidupan tetapi sangat mengganggu, misalnya dermatitis kontak berat, serum sickness, dan asma akut yang berat. Indikasi lain adalah untuk penyakit alergi kronik berat sambil menunggu hasil pengobatan konvensional, atau untuk mengatasi keadaan eksaserbasi akut pada pasien yang memakai kortikosteroid dosis rendah jangka panjang, harus dinaikkan dosisnya bila terjadi eksaserbasi.

7.3 Kontraindikasi

Sebenarnya sampai sekarang tidak ada kontraindikasi absolut kortikosteroid. Pemberian dosis tunggal besar bila diperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan yang

18

Page 19: Pbl Skenario 2 blok MPT

mungkin dapat merupakan kontraindikasi relatif dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jiwa pasien.

Bila obat akan diberikan untuk beberapa hari atu beberapa minggu, kontraindikasi relatif yaitu diabetes melitustukak peptik/duodenum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya.

7.4 Farmakodinamik

- Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.

- Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.

Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil.

Efek pada mineralokortikoid ialah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar sangat kecil.

- Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan massa kerjanya.

Sediaan kerja singkat mempunyai masa paruh biologis kurang dari 12 jam. Sediaan kerja sedang mempunyai masa paruh biologis antara 12-36 jam. Sediaan kerja lama mempunyai masa paruh biologis lebih dari 36 jam.

7.5 Farmakokinetik

Kortikosteroid diabsorbsi cukup baik pada pemberian oral. Untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh diberikan secara IV. Untuk mendapatkan efek yang lama, diberikan secara IM. Glikokortikoid dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang synovial.

Biotransformasi terjadi didalam dan diluar hati. Metabolitnya merupakan senyawa inaktif atau berpotensi rendah. Proses reduksi dan menjadi lebih mudah larut yang kemudian dieksresikan terutama terjadi di hepar dan sebagian kecil di ginjal.

7.6 Komplikasi

- Komplikasi yang timbul akibat pengobatan lama ialah gangguan cairan dan elektrolit , hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksi terutama tuberkulosis, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami pendarahan atau perforasi, osteoporosis dll.

- Tukak peptik ialah komplikasi yang kadang-kadang terjadi pada pengobatan dengan kortikosteroid. Sebab itu bila bila ada kecurigaan dianjurkan untuk melaakukan pemeriksaan radiologik terhadap saluran cerna bagian atas sebelum obat diberikan.

7.7 Efek samping

Manfaat yang diperoleh dari penggunaan glukokortikoid sangat bervariasi. Harus

dipertimbangkan dengan hati-hati pada setiap penderita terhadapbanyaknya efek pada setiap

bagian organism ini. Efek utama yang tidak diinginkan dari glukokortikoid nya dan

menimbulkan gambaran klinik sindromcushing iatrogenik. Sindrom cushing iatrogenik 19

Page 20: Pbl Skenario 2 blok MPT

disebabkan oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik untuk

alasan yang bervariasi

Efek samping jangka pendek

Peningkatan tekanan cairan di mata (glaukoma)

Retensi cairan, menyebabkan pembengkakan di tungkai.

Peningkatan tekanan darah

Peningkatan deposit lemak di perut, wajah dan leher bagian belakang

Efek samping jangka panjang.

Katarak

Penurunan kalsium tulang yang menyebabkan osteoporosis dan tulang rapuh sehingga

mudah patah.

Menurunkan produksi hormon oleh kelenjar adrenal

Menstruasi tidak teratur

Mudah terinfeksi

Penyembuhan luka yang lama

LI.8 MEMAHAMI & MENJELASKAN HUKUM ISLAM UNTUK MENENTUKAN ALTERNATIF TERBAIK DARI DUA PILIHAN

(Tabayun, Istiqomah, Manfaat dan Mudarat)

Nabi bersabda,”Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat tepat pada penyakitnya maka ia akan sembuh dengan izin Allah.” (HR Muslim: I/191)Abu Hurairah meriwayatkan secara marfu’, “Tidaklah Allah menurunkan panyakit kecuali menurunkan obatnya.”(HR Bukhari: VII/158)

Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda, “Kesembuhan ada pada tiga hal, minum madu, pisau bekam, dan sengatan api. Aku melarang umatku menyengatkan api.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari firman Allah disini dapat dipahami: bahwasanya agama islam di bagun untuk kemaslahatan artinya : semua syari’at dalam perintah dan larangannya serta hukum-hukumnya adalah untuk mashoolihi (manfaat-manfaat) dan makna masholihi adalah : jamak dari maslahat artinya : manfaat  dan kebaikan.

Misal : Allah melarang minuman keras dan judi  karena mudharat (bahayanya) lebih besar dari pada manfaatnya,  sebagaimana dikatakan dalam QS : Al-Baqorah :219

ك�ب�ر� أ� ا م� ه� �ث�م� إ و� ل�لن�اس� ع� ن�اف� و�م� ك�ب�ير� �ث�م� إ ا م� يه� ف� ق�ل� ر� ي�س� ال�م� و� ر� م� ال�خ� ع�ن� أ�ل�ون�ك� ي�س�

ا م� ع�ه� ن�ف� م�ن�

2:219. “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.

20

Page 21: Pbl Skenario 2 blok MPT

1. Firman Allah ta’ala :

االعراف ( : الخبائث عليهم يحرم و الطيبات لهم يحل )157و

Dan dia menghalalkan yang baik bagi mereka serta mengharamankan bagi mereka segala sesuatu yang buruk “ ( al a’raf : 157 )

Rokok termasuk hal  yang buruk dan membahayakan diri sendiri , dan orang lain serta tak sedap baunya.

2.  التهلكة الى بأيديكم تلقوا )195البقرة ( :  وال

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan ” ( al baqoroh : 195)

Rokok mengakibatkan penyakit yang bisa membinasakan seperti kanker, penyakir paru-paru dan lain sebagainya.

3.  النساء ( : رحيما بكم كان الله ان أنفسكم تقتلوا )29وال

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah terhadap kalian Maha menyayangi  ( an nisa : 29 )

Rokok bisa membunuh penghisapnya secara perlahan-lahan

4.  نفعيهما من اكبر )19البقرة( :  واثمهما

“Dosa keduanya ( minuman keras dan judi ) lebih besar dari pada manfaatnya.” (QS Al-Baqoroh : 219 )

Rokok bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.

5.  الشياطين اخوان كانوا المبدرين ان تبذيرا تبذر )26االسراء( :  وال

“Janganlah menghambur-hamburkan ( hartamu ) dengan boros, sesungguhnya pemborosan itu adalah saudaranya syaithon.” (QS Al-Isra’ : 26 )

Membeli rokok adalah merupakan pemborosan dan pemborosan termasuk perbuatannya syaithon.

6. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :   ضرار ال و ضرار ال

‘ tidak boleh membahayakan diri sendiri ataupun orang lain ‘

Merokok membahayakan si perokok, menganggu orang lain dan membuang-buang harta.

7. Sabda Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam :

المال ( ) اضاعة لكم الله كره عليه( ) و متفق

‘ Allah membenci untukmu perbuatan menyia-yiakan harta.” ( HR bukhari-muslim ).

21

Page 22: Pbl Skenario 2 blok MPT

Merokok adalah menyia-nyiakan harta dan dibenci Allah.

8. Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :

الكير نافخ و المسك كحامل الجليسالسوء و الجليسالصالح مثل انما

عليه( ) متفق

“Perumpamaan kawan duduk yang baik dengan kawan duduk yang jelek ialah seperti pembawa minyak  wangi dengan peniup api (tukang pandai besi)” (HR Bukhari-Muslim)

Perokok adalah kawan duduk yang jelek yang meniup api yang bisa membakar orang di sekitarnya ataupun menyebabkan bau yang tidak sedap.

9.  مخلدا خالدا جهنم نار في يتحساه يده في فسمه نفسه فقتل تحسىسما منأبجا مسلم( ) فيها رواه

“Barang siapa menghirup (meminum) racun hingga mati maka racun itu akan berada di tangannya lalu dihirupkan slama-lamanya di neraka jahannam.” (HR Muslim).

Rokok mengandung racun (nikotin) yang membunuh penghisapnya perlahan-lahan dan menyiksanya.

10. Sabda Rasulullah  Shallallahu’alaihi wasallam :

بيته وليقعد مسجدنا وليعتزل فليعتزلنا بصال أو ثوما أكل عليه( ) من متفق

“Barang siapa makan bawang putih atau bawang merah hendaknya menyingkir (menjauh) dari kita dan menjauhi masjid kami dan duduklah dirumah.” (HR Bukhari-Muslim).

Rokok lebih busuk baunya dari pada bawang putih ataupun bawang merah .

11. Sebagian besar ahli fiqh mengharamkan rokok, sedang yang tidak mengaharamkan rokok belum melihat bahayanya yang nyata yaitu penyakit kanker dan paru-paru yang bisa membunun penghisapnya.

Tabayyun

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Al-Hujurat: 6)

Ayat ini –seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir- termasuk ayat yang agung karena mengandung sebuah pelajaran yang penting agar umat tidak mudah terpancing, atau mudah menerima begitu saja berita yang tidak jelas sumbernya, atau berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu dikenal sebagai media penyebar berita palsu, isu murahan atau berita yang menebar fitnah. Apalagi perintah Allah ini berada di dalam surah Al-Hujurat, surah yang sarat dengan pesan etika, moralitas dan prinsip-prinsip mu’amalah sehingga Sayyid Quthb mengkategorikannya sebagai surah yang sangat agung lagi padat (surat jalilah dhakhmah), karena memang komitmen

22

Page 23: Pbl Skenario 2 blok MPT

seorang muslim dengan adab dan etika agama dalam kehidupannya menunjukkan kualitas akalnya (adabul abdi unwanu aqlihi).

Peringatan dan pesan Allah dalam ayat ini tentu bukan tanpa sebab atau peristiwa yang melatarbelakangi. Terdapat beberapa riwayat tentang sebab turun ayat ini yang pada kesimpulannya turun karena peristiwa berita bohong yang harus diteliti kebenarannya dari seorang Al-Walid bin Uqbah bin Abi Mu’ith tatkala ia diutus oleh Rasulullah untuk mengambil dana zakat dari Suku Bani Al-Musththaliq yang dipimpin waktu itu oleh Al-Harits bin Dhirar seperti dalam riwayat Imam Ahmad. Al-Walid malah menyampaikan laporan kepada Rasulullah bahwa mereka enggan membayar zakat, bahkan berniat membunuhnya, padahal ia tidak pernah sampai ke perkampungan Bani Musththaliq. Kontan Rasulullah murka dengan berita tersebut dan mengutus Khalid untuk mengklarifikasi kebenarannya, sehingga turunlah ayat ini mengingatkan bahaya berita palsu yang coba disebarkan oleh orang fasik yang hampir berakibat terjadinya permusuhan antar sesama umat Islam saat itu. Yang menjadi catatan disini bahwa peristiwa ini justru terjadi di zaman Rasulullah yang masih sangat kental dan dominan dengan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran. Lantas bagaimana dengan zaman sekarang yang semakin sukar mencari sosok yang jujur dan senantiasa beri’tikad baik dalam setiap berita dan informasi yang disampaikan?.

Secara bahasa, kata fasiq dan naba’ yang menjadi kata kunci dalam ayat di atas disebut dalam bentuk nakirah (indifinitive) sehingga menunjukkan seseorang yang dikenal dengan kefasikannya serta menunjukkan segala bentuk berita dan informasi secara umum; berita yang besar atau kecil, yang terkait dengan masalah pribadi atau sosial, apalagi berita yang besar yang melibatkan segolongan kaum atau komunitas tertentu yang berdampak sosial yang buruk.

Sayyid Thanthawi mengemukakan analisa redaksional bahwa kata “in” yang berarti “jika” dalam ayat “jika datang kepadamu orang fasik membawa berita” menunjukkan suatu keraguan sehingga secara prinsip seorang mu’min semestinya bersikap ragu dan berhati-hati terlebih dahulu terhadap segala informasi dari seorang yang fasik untuk kemudian melakukan pengecekan akan kebenaran berita tersebut sehingga tidak menerima berita itu begitu saja atas dasar kebodohan (jahalah) yang akan berujung kepada kerugian dan penyesalan. Maka berdasarkan acuan ini, sebagian ulama hadits melarang dan tidak menerima berita dari seseorang yang majhul (tidak diketahui kepribadiannya) karena kemungkinan fasiknya sangat jelas.

Berdasarkan hukumnya, As-Sa’di membagikan sumber (media) berita kepada tiga klasifikasi:Pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara hukum harus diterima.Kedua, berita dari seorang pendusta yang harus ditolak.Ketiga, berita dari seorang yang fasik yang membutuhkan klarifikasi, cek dan ricek akan kebenarannya.

Disini, yang harus diwaspadai adalah berita dari seorang yang fasik, seorang yang masih suka melakukan kemaksiatan, tidak komit dengan nilai-nilai Islam dan cenderung mengabaikan aturannya. Lantas bagaimana jika sumber berita itu datang dari media yang cenderung memusuhi Islam dan ingin menyebar benih permusuhan dan perpecahan di tengah umat, tentu lebih prioritas untuk mendapatkan kewaspadaan dan kehati-hatian.

Selain sikap waspada dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap sebuah informasi yang datang dari seorang fasik, Allah juga mengingatkan agar tidak menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya tersebut sebelum jelas kedudukannya. Allah swt berfirman,

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Qaaf: 18).

23

Page 24: Pbl Skenario 2 blok MPT

Sehingga sikap yang terbaik dari seorang mukmin seperti yang pernah dicontohkan oleh para sahabat yang dipelihara oleh Allah saat tersebarnya isu yang mencemarkan nama baik Aisyah ra adalah mereka tetap berbaik sangka terhadap sesama mukmin dan senantiasa berwaspada terhadap orang yang fasik, apalagi terhadap musuh Allah yang jelas memang menginginkan perpecahan dan perselisihan di tubuh umat Islam.

“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” (An-Nur: 16).

Dalam sebuah riwayat dari Qatadah disebutkan, “At-Tabayyun minaLlah wal ‘ajalatu Minasy Syaithan”, sikap tabayun merupakan perintah Allah, sementara sikap terburu-buru merupakan arahan syaitan.

Sikap Muslim dalam Istiqamah

Lewat pengetahuan pemaparan makna istiqamah dalam berbagai konteksnya seperti diungkap oleh para sahabat dan ulama, kita dapat mengetahui bahwa istiqamah adalah suatu sikap konsisten, ajeg, dalam berbagai aspek kehidupan.Seorang muslim, kapanpun dan di manapun, ia dituntut untuk bersikap teguh, tidak maju mundur, tetap berpendirian teguh dalam memurnikan iman dan akidah dari segala bentuk kesyirikan dan kekufuran.

Teguh dalam iman berarti memegang erat-erat dalam hati bahwa tiada tuhan yang layak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta`ala. Segala bentuk penyembahan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta`ala merupakan sikap tidak istiqamah.

Seorang Muslim, tentunya juga bersikap teguh berdiri dalam ketakwaan, melaksakan perintah Allah Subhanahu wa Ta`ala dan menjauhi larangannya. Bertakwa tidak hanya saat berada di bulan Ramadhan saja, atau pada momen-momen tertentu, namun harus dilaksanakan dalam segala kondisi. Tujuannya, membangun jiwa dan pribadi yang muttaqin yang bercirikhaskan : beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian harta, beriman kepada Al Qur`an dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan yakin akan adanya kehidupan akhirat. (Qs. Al-Baqarah : 3-4).

Selain itu, ciri lain ketakwaan yang Allah Subhanahu wa Ta`ala paparkan adalah, mereka istiqamah dalam menafkahkan harta baik di waktu lapang maupun sempit, cerdas dalam meluapkan emosi, mudah memaafkan, dan bergegas memohon ampunan kepada Allah di tiap perbuatan dosa yang dilakukan. (QS. Ali Imran : 134-135).

Seorang Muslim, kapanpun dan di manapun, dituntut untuk beristiqamah dalam mencari ilmu sebagai landasan perkataan dan perbuatan kita. Artinya, orang yang istiqamah tidak akan melakukan dan melepas suatu ucapan seleum diketahui sumber ilmu guna menegaskan kebenaran dari perbuatan dan ucapannya.

24

Page 25: Pbl Skenario 2 blok MPT

Orang yang istiqamah selalu menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruh. Jika tubuh menjadi lunglai dan lemas akibat tidak mengonsumsi makanan dan minuman, maka hati kita akan mati, sunyi, berselimut kegelapan, ketika ia kosong dari asupan ilmu yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: Pbl Skenario 2 blok MPT

Akbar Ali.2012. Istiqomah Lebih Mulia dari Seribu Karomah. http://www.hidayatullah.com/read/21826/22/03/2012/istiqomah-lebih-mulia-dari-seribu-karomah.html diakses 19 Mei 2013.

Baratawidjaja,dkk. 2010. Imunologi Dasar. Edisi 9. FKUI : Jakarta.

Gunawan SG,dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI : Jakarta.

Kresno SB.2010.Diagnosis dan prosedur laboraturium,Imunologi.Ed- 5.Badan Penerbit FKUI : Jakarta.

Luthfi Attabiq. 2008. Sikap Tabayyun Terhadap Informasi. http://www.dakwatuna.com/2008/02/26/413/sikap-tabayyun-terhadap-informasi/#ixzz2TjyChiNG diakses 19 Mei 2013.

Perhimpunan Dokte Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.2009.Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I Edisi V.Interna Publishing : Jakarta.

Sosiawaan Insan.2013.Slide Imunopatologi.

Sudiana Ketut. 2011. Imunopatologi. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf diakses 20 Mei 2013.

Purwono Arini.2012.Hipersensitivitas tipe 2 : Sitotoksik. http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/imunologi/hipersensitivitas-tipe-2-sitotoksik/ diakses 20 Mei 2013.

http://allergyclinic.wordpress.com/2012/06/04/penggunaan-obat-kortikosteroid-pada-penderita-alergi-farmakokinerik-dan-efek-samping/ di akses 18 Mei 2013

26