Top Banner
PBL SKENARIO 2 KEJADIAN PENYAKIT dan PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT Kelompok A – 11 Ketua : Karlina Lestari (1102010142) Sekretaris : Asri Paramytha S (1102010038) Anggota : Aminah Alaydrus (1102010018) Anggia Fitri Widyani (1102010023) Brenda Karina (1102010052) Fahmi Hidayati (1102010091) Hanifa Adani (1102010118) 1
35

PBL SKENARIO 2

Nov 28, 2015

Download

Documents

Asri Paramytha

wrap up
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PBL SKENARIO 2

PBL SKENARIO 2KEJADIAN PENYAKIT dan PELAYANAN KESEHATAN

MASYARAKAT

Kelompok  A – 11

Ketua : Karlina Lestari (1102010142)Sekretaris : Asri Paramytha S (1102010038) Anggota : Aminah Alaydrus (1102010018)

Anggia Fitri Widyani (1102010023)Brenda Karina (1102010052)Fahmi Hidayati (1102010091)Hanifa Adani (1102010118)

Indah Kusumawati (1102010128)Ivan Nugraha (1102010134)

Universitas Yarsi

Jakarta2013

1

Page 2: PBL SKENARIO 2

Kata Sulit1. Kejadian Luar Biasa (KLB) : Meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang

bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu2. Incidence Rate (IR) : Frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat

di suatu tempat/wilayah/negara pada suatu waktu tertentu3. Penyelidikan Epidemiologi (PE) : suatu kegiatan survei yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan/penyakit secara lebih menyeluruh4. Case Fatality Rate : Frekuensi kematian oleh sebab penyakit tertentu untuk

menentukan kegawatan atau keganasan penyakit tersebut5. Lintas Program : Penyamaan tujuan pada program program di bidang yang

sama6. Lintas Sektoral : Penyamaan tujuan pada program program di bidang yang

sama antar daerah

Pertanyaan1. Kenapa bisa terjadi KLB ?2. Apa indikasi dilakukan PE ?3. Apa kelebihan lintas sektoral dibanding lintas program ?4. Apa saja program penanggulangan DBD ?5. Mengapa bisa muncul penyakit baru di suatu wilayah ?6. Bagaimana cara memberikan edukasi ke penduduk agar tidak terjadi KLB ?7. Bagaimana cara penanggulangan KLB ?8. Apakah hubungan KLB dengan IR dan CFR ?

Jawaban1. Karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit & penanganan petugas

medis2. Salah satunya untuk mengetahui penyebab adanya KLB, memahami penyakit secara

menyeluruh3. Karena cakupannya lebih luas4. Program 3M (Menguras Menutup Mengubur)5. Salah satunya karena ada perubahan iklim, terjadinya migrasi penduduk6. Pendekatan ke masyarakat melalui penyuluhan, poster, dll7. - menghilangkan sumber penularan

-memutus rantas penularan- merubah respon orang terhadap penyakit

8. Karena IR dan CFR merupakan salah satu faktor dalam menentukan KLB

2

Page 3: PBL SKENARIO 2

Hipotesis Penyelidikan Epidemiologi

• Edukasi «→DBD → #IR ↑

# CFR ↑ KLB dampak :pelayanan kesehatan tidak efisien

• Climate change, migrasi

Program penanggulangan lintas program dan sektoral cth : program 3M untuk DBD

Sasaran Belajar

LI 1. Memahami & menjelaskan KLB1.1 Penyebab1.2 Definisi1.3 Klasifikasi1.4 Kriteria1.5 Dampak1.6 Pencegahan1.7 Indikator keberhasilan (penanggulangan)

LI 2. Memahami & menjelaskan PE 2.1 Definisi 2.2 Tujuan dan manfaat 2.3 Langkah langkah 2.4 Indikasi

LI 3. Program Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas 3.1 Kriteria pelayanan kesehatan 3.2 Sistem Rujukan 3.3 Mutu pelayanan dan cakupan pelayanan kesehatan 3.4 Sistem pencegahan

LI 4. Memahami & menjelaskan permasalahan sosial dan budaya yang berkaitan dengan kesehatan LI 5. Memahami & menjelaskan tujuan syariat islam dan hukum menjaga kesehatan dalam islam

3

Page 4: PBL SKENARIO 2

LI 1. Memahami & menjelaskan KLB

1.1 DefinisiTimbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. 

Ketentuan KLB untuk DBD : Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun laluJumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu1 kasus kematian1 kasus DSS

Tujuan Umum KLB :• Mencegah meluasnya (penanggulangan). • Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).

Tujuan khusus :• Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit .• Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB • Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB

1.2 Penyebab1. Herd Immunity yang rendah

Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau

antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.

2. Patogenesiti

Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.

3. Lingkungan Yang Buruk

Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun

perkembangan organisme tersebut.

Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Jenis penyakit yang menimbulkan KLB : Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk

4

Page 5: PBL SKENARIO 2

Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit

1.3 KlasifikasiKarakteristik Penyakit yang berpotensi KLB :

Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Klasifikasi KLB menurut Penyebab:1. Toksin

a. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.

b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.

c. Endotoxin.2. Infeksi : Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing.3. Toksin Biologis : Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-

tumbuhan4. Toksin Kimia

Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida.Zat kimia organik: nitrit, pestisida.Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya

Klasifikasi menurut Sumber KLB1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti

Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,

penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,

Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella.7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella.8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

1.4 KriteriaStatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

5

Page 6: PBL SKENARIO 2

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu

berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan

periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.

6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.

1.5 Metodologi Penyelidikan KLB

Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda yang

dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et al.,

1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :

1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif

tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitian

deskriptif, analitik atau keduanya.

2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),

3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit, klinik,

laboratorium dan lapangan).

4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah

meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang

(pengendalian), dengan tujuan khusus :

a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit

b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB

6

Page 7: PBL SKENARIO 2

c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan

d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB

Langkah-langkah Penyelidikan KLB

1. Persiapan penelitian lapangan

2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB

3. Memastikan Diagnose Etiologis

4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan

5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat

6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)

7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran

8. Mengidentikasi keadaan penyebab KLB

9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis

10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan

11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi

12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim

pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

1.6 Pencegahan Pencegahan Primordial

Untuk Menghindari kemunculan dari adanya faktor resiko. Pencegahan primordial memerlukan peraturan yang tegas dari yang berwenang untuk tidak melakukan hal-hal yang akan menjadikan faktor risiko bagi timbulnya penyakit tertentu.

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta pejamu. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan.

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)Pencegahan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.

7

Page 8: PBL SKENARIO 2

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)Mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi.

PenanggulanganPenaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita,

mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadiTujuan penanggulangan KLB :

Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb Melalukan penyelidikan klb Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun

perencanaan yang mantap untuk penanggulangan klb

Upaya Penanggulangan KLB : Penyelidikan epidemiologis Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina Pencegahan dan pengendalian Pemusnahan penyebab penyakit Penanganan jenazah akibat wabah Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah : Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan

puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional. Deteksi dan respon dini KLB Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB : Menurunnya frek KLB Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB Memendeknya periode KLB Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB : Jangka pendek 

o Menemukan dan mengobati pasieno Melakukan rujukan dengan cepato Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar o Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungano Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral

8

Page 9: PBL SKENARIO 2

Jangka panjango Memperbaiki faktor lingkungano Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat

Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD : Pengobatan/ perawatan penderita Penyelidikan epidemiologi Pemberantasan vector Penyuluhan kepada mayarakat Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

1.7 Indikator keberhasilan penanggulangan KLB1. Menurunnya frekuensi KLB.2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.4. Memendeknya periode KLB.5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Penyelidikan Epidemiologi

2.1 Definisi

adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang berlangsung maupun

yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer dan sekunder,

pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam bentuk laporan.

9

Page 10: PBL SKENARIO 2

2.2 Tujuan dan Manfaat Epidemiologi

Manfaat Epidemiologi antara lain:

1. Membantu pekerjaan Administrasi Kesehatan

2. Dapat menerangkan penyebab masalah kesehatan

3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah penyakit

4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan

a. Epidemi (singkat dan tinggi)

b. Pandemi (peningkatan yang sangat tinggi dan telah amat luas)

c. Endemi (frekuansi tetap dalam waktu yang lama)

d. Sporadik (berubah-ubah menurut perubahan waktu)

Tujuan Penyelidikan Epidemiologi (PE)

Mendapatkan besaran masalah yang sesunguhnya, Mendapatkan gambaran klinis dari suatu

penyakit, Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology, Mendapatkan

informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi, Dari ke empat

tujuan di tersebut dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu penanggulangan atau

pencegahan dari penyakit itu.

2.3 Langkah Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE)

1. Tahap survey pendahuluan :

a. Memastikan adanya KLBb. Menegakan diagnosac. Buat hypotesa sementara ( penyebab, cara penularan, faktor yg mempengaruhi)

2. Tahap Pengumpulan Data :

a. Identifikasi kasus kedalam variabel epid (orang, tempat, waktu)b. Uji hipotesisc. Menentukan kelompok yg rentan

3. Tahap pengolahan data :

a. Lakukan pengolahan menurut variable epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statstik.

b. Lakukan analisa data menurut variable epid, ukuran epid,dan nilai statistik. Bandingkan dg nilai yang sudah ada

c. Buat intepretasi hasil analisad. Buat laporan hasil penanggulangan

4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan :

* Tindakan penanggulangan :

10

Page 11: PBL SKENARIO 2

- Pengobatan penderita- Isolasi kasus

* Tindakan pencegahan :- Surveilans yg ketat- Perbaikan mutu lingkungan- Perbaikan status kesehatan masyarakat

2.4 Indikasi• Pencegahan & Penanggulangan• Laporan masyarakat, politik, serta kepentingan legal aspek• On the Job Traning • Penelitian• Masalah Program Pemberantasan

LI 3. Memahami dan menjelaskan pelayanan puskesmas

Definisi Adalah organisasi kes fungsional yg merup pusat pengembangan kes masy yg juga membina peran serta masy & memberikan pelayanan scr menyeluruh & terpadu kpd masy di wily kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI 1991)

Fungsi puskemas :a) Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan. b) Pusat Pemberdayaan masyarakat. c) Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Untuk tercapainya Visi Pembangunan Kesehatan, Puskesmas berdasarkan ketiga fungsi tersebut, bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

a) Upaya Kesehatan Wajib:

i. Upaya Promosi Kesehatan ii. Upaya Kesehatan Lingkungan

iii. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana iv. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat v. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

vi. Upaya Pengobatan

b) Upaya Kesehatan Pengembangan, berdasar permasalahan kesehatan setempat dan kemampuan Puskesmas, dapat dipilih berdasar upaya kesehatan yang telah ada :

11

Page 12: PBL SKENARIO 2

Upaya Kesehatan Sekolah Upaya Kesehatan Olah Raga Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat Upaya Kesehatan Kerja Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya Kesehatan Jiwa Upaya Kesehatan Mata Upaya Kesehatan Usia lanjut Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisonal

c) Upaya Kesehatan Inovasi, yakni upaya lain diluar upaya tersebut diatas yang sesuai dengan kebutuhan.

3.1 Kriteria pokok pelayanan kesehatan

Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila:

1. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous)

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan,

serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

2. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)

Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan

masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan,

keyakinan dan kepercayaan mesyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan

kesehatan yang baik.

3. Mudah dicapai (accessible)

Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian, untuk dapat

mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan

menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan

saja, dan sementara itu tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan

yang baik.

4. Mudah dijangkau (affordable)

Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan

keadaan yang seperti itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai

dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin

dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja bukanlah kesehatan yang baik.

12

Page 13: PBL SKENARIO 2

5. Bermutu (quality)

Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai

dengan kode etik serta standart yang telah ditetapkan.

3.2 SISTEM RUJUKAN

Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat walafiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentang tsb. Sakit mempunyai beberapa tingkat, yakni :- Sakit ringan (mild)- Sakit sedang (moderate)- Sakit berat (severe)

Maka bentuk pelayanan nya bpun harus berbeda. Untuk sakit ringan, tidak diperlukan pelayanan yang canggih,. Namun pada sakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana, melainkan memerlukan pelayanan yang spesifik. Jenis-jenis pelayanan

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (prmary healthcare)Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka. Pelayanan ini bersifat pelayanan kesehatan dasar, dan di Indonesia pelayanan ini berbentuk PUSKESMAS.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Secondary health service)Diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Contohnya adalah rumah sakit tipe C dan memerlukan tersedianya tenaga tenaga spesialis

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health service)

13

Page 14: PBL SKENARIO 2

Pelayanan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak bias ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks, dan memerlukan tenaga super spesialis. Contoh nya adalah Rumah sakit tipe A dan tipe B.

Rujukan menurut SK Menteri Kesehatan RI yakni melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang berkemampuan cukup , atau secara horizontal dalam arti sesame unit yang setingkat kemampuannya.Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja, tapi juga masalah-masalha kesehatan kaunnya seperti teknologi, sarana, bahan laboratorium, dsb.

Klasifikasi rujukana. Rujukan medis

Rujukan ini berkaitan dengan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Di samping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.

b. Rujukan kesehatan masyarakatRujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, saran dan operasional.

Jenis-jenis rujukan :a. Rujukan medik : konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostic, pengobata,

tindakan operaif, dll.b. Pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

Mendatangkan ng lebih kompeten atau mengirim tenaga yang lebih lompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.

c. Rujukan kesehatan : rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifa preventif dan promotif, antara lain meliputi bantuan : Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau

berjangkitnya penyakit menular Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan

bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas

terjadinya bencana alam. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air

bersih bagi masyarakat umum Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dsb

Manfaat rujukan1.      Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan (Police Maker) :

14

Page 15: PBL SKENARIO 2

o Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap pelayanan kesehatan.

o Memperjelas system pelayanan kesehatan, krena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.

o Memudahkan administrasi pada setiap aspek perencanaan.2.      Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) :

o Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang- ulang.

o Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana kesehatan.

3.      Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider) :

o Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.

o Membantu peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yakni melalui kerjasama yang terjalin.

o Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

3.3 Mutu pelayanan dan CakupanSistem mutu adalah program perencanaan, kegiatan, sumberdaya dan kejadian yang didorong oleh manajemen, berlaku diseluruh organisme dan proses dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain dari dimensi mutu, cakupan dari mutu juga harus diperhatikan. Yang mana cakupan tersebut sebagai berikut:

1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.2. Menterjemahkan secara cepat dan dicirikan pada produk jasa yang kita berikan.3. Merancang sistem agar produk jasa disampaikan secara tepat dan cepat.4. Mempersiapkan personal yang akan memberikan pelayanan.5. Memepersiapkan material untuk menghasilkan informasi pelayanan tersebut.6. Mempersiapkan sistem untuk memperoleh informasi baik.

Mutu Pelayanan Kesehatan dapat dilihat dalam 5 dimensi mutu yaitu :1. Responsiveness (Cepat Tanggap)

Pelayanan kesehatan yang responsif ditentukan oleh sikap staf yang didepan karena berhubungan langsung dengan para pengguna jasa dan keluarganya.

2. Reliability Pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang ditawarkan.

3. AssurancePengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dipercaya oleh pelanggan. Dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.

4. EmpathyKriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka dan memberikan kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa ingin memperoleh bantuannya

5. Tangible

15

Page 16: PBL SKENARIO 2

Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai. Contohnya ruang penerimaan dan perawatan pasien yang bersih, nyaman, lengkap.

Cakupan pelayanan kesehatanSistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besar, elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut :

1. Masukan (Input) adalah sub-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.2. Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.3. Keluaran (out put) ialah hal yang dihasilkan oleh proses.4. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.5. Umpan balik (feed back) ialah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.6. Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.

3.4 System pencegahan1. Peningkatan status kesehatan masyarakat ilakukan melalui beberapa kegiatan berikut ini:

Pendidikan kesehatan Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti penyuluhan masalah gizi. Pengamatan tumbuh kembang anak (growth and development monitoring) Pengendalian lingkungan   Program P2M melalui kegiatan imunisasi dan pemberantasan vector Stimulasi dan pendidikan dini dalam keehatan keluarga dan asuhan keperawatan

pada anak atau balita serta penyuluhan tentang pencegahan tentang kecelakaan. Penyuluhan untuk pencegahan keracunan.

Masalah kesehatan yang di cegah bukan hanya penyakit infeksi yang menular, tetapi juga masalah kesehatan yang lainnya seperti kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja, dan lain sebagainya. Besarnya masalah kesehatan masyarakat dapat di ukur dengan menghitung tingkat morbiditas (kejadian sakit), mortalitas (kematian), fertilitas (tingkat kelahiran), disability (tingkat kecatatan) pada kelompok-kelompok masyarakat.

2. Perlindungan umum dan khusus usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau masyarakat.

Imunisasi dan Higiene perseorangan  Perlindungan diri dari kecelakaan  Kesehatan Kerja  Perlindungan diri dari lingkungan

16

Page 17: PBL SKENARIO 2

3. Diagnosa dini dan pengobatan segera karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, sehingga sering kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi di dalam masyarakat. Bentuk usaha tersebut dapat dilakukan melalui: Pemeriksaan masal, Survei terhadap kontak, sekolah, dan rumah,   Penanganan kasus dan pengobatan adekuat.

4. Pembatasan kecacatan Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Pengobatan yang tidak layak dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau ketidakmampuan. Bentuk pendidikan kesehatan antara lain sebagai berikut.

Penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan. Pencegahan komplikasi Perbaikan fasilitas kesehatan. Penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.

5. Rehabilitasi Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu.

LI 4. Permasalahan Sosial & Budaya yang berkaitan dengan Kesehatan

Perilaku Kesehatan Masyarakat dan Pola pencarian pengobatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit

dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk dari perilaku

tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal dan hanya dapat

dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain. Masyarakat

memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi

menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat yang dimaksud yaitu perilaku

seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup

perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau

masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain

makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum

tidur.

Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah

terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah

kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking

17

Page 18: PBL SKENARIO 2

behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila terkena masalah

kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti

puskesmas dan rumah sakit.

Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan

kesehatan menjadi tiga, yaitu:

1. perilaku kesehatan : hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang

dapat mencegah penyakit.

2. perilaku sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa

sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Contoh pengetahuan

individu untuk memperoleh keuntungan.

3. perilaku peran sakit : segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang

sakit untuk memperoleh kesehatan.

Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat.Paradigma

sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya orang sakit.

Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma yang salah

yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan paradigma sehat

Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan pencegahan

itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.

Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran

penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang

menunjang dalam bidang kesehatan.4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial

budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.

Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut : Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa. Alasannya

antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak

18

Page 19: PBL SKENARIO 2

apapun gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.

Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain.Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada di tengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, bidan, farmasis, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka.

Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.

Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik.

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit adalah berbeda dengan konsep kita tentang sehat-sakit itu. Demikian juga persepsi sehat-sakit antara kelompok-kelompok masyarakat pun akan berbeda-beda pula. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau

19

Page 20: PBL SKENARIO 2

menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi sehat-sakit masyarakat sudah sama dengan pengertian kita, maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan mereka pergunakan.Perilaku pencarian pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor need.

1. Faktor predisposing adalah predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan yaitu faktor demografi,faktor struktur sosial, dan faktor keyakinan terhadap kesehatan

2. Faktor Enabling merupakan kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan berupa sumberdaya keluarga atau sumber daya masyarakat.

3. Faktor need adalah kebutuhan seseorang akan pelayanan

KomunikasiKomunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatan. Karena komunikasi merupakan kegiatan untuk mengondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.Pola PikirPerilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan. Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit. Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun. Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional. Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia.KebiasaanAspek social dan budaya mempengaruhi kesehatan Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit. Masing-masing suku memiliki cara yang beda-beda dalam pengobatan penyakitnya yang tidak berhubungan dengan ilmu kedokteran.

PenanggulanganDalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang dengan adanya penelitian-peneliatian sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu

20

Page 21: PBL SKENARIO 2

melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita berikan akan diterima oleh masyarakat.Dampak

Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:

1. Environment atau lingkungan.2.  Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.3.  Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.4.  Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,promotif,kuratif,rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

LI 5. MM. Tujuan syariat islam dan Hukum menjaga kesehatan dalam islam

Menurut buku “Syariah dan Ibadah” (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:

1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk memilih agama, seperti ayat Al-Quran:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)…” (QS Al-Baqarah [2]: 256).Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lil’alamin, maka Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan murtad:“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An-Nisaa [4]: 48).Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.

2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Quran menegaskan:

21

Page 22: PBL SKENARIO 2

“Hai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan kepadamu qishash (pembalasan) pada orang-orang yang dibunuh…” (QS Al-Baqarah [2]: 178).Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini:“Barangsiapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti cara yang baik dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)” (QS Al-Baqarah [2]: 178).Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya. Dengan begitu,  jiwa orang beriman akan terpelihara.

3. Memelihara akal (Hifzh al-’aqli)Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi. Ayat-ayat Al-Quran menjelaskan sebagai berikut:“Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) mengenai khamar (minuman keras) dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa kedua-duanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS Al-Baqarah [2]: 219).Syariat Islam akan memelihara umat manusia dari dosa bermabuk-mabukan dan dosa perjudian.

4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi. Al-Quran telah mengatur hal-hal ini:“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 221).“Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu berimankepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS An-Nur [24]: 2).Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki. Seperti yang tertulis di dalam Al-Quran:

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana”(QS Al-Maidah [5]: 38).Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta dihukum

22

Page 23: PBL SKENARIO 2

potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya. Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian..

Hukum berobat dalam islam

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya perintah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam  untuk berobat dan asal hukum perintah adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafi’iyah, dan madzhab Hanabilah.2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini adalah madzhab Syafi’iyah.3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya, Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud,  Abu Darda radhiyallahu ‘anhum, dan sebagian para Tabi’in.5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab Syafi’iyah.

Daftar Pustaka

Yulianti, Iin. KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB ). http://iyinrisa.blogspot.com/2010/12/kejadian-luar-biasa-klb.html. Dibuka tanggal 20 mei 2013 Dewi, Erosa. Langkah-Langkah Pencegahan Wabah Penyakit KLB. http://erosadewi.wordpress.com/2010/12/16/langkah-langkah-pencegahan-wabah-penyakit-klb/ dibuka tanggal 20 Mei 2013.

23

Page 24: PBL SKENARIO 2

Pramana. Kejadian Luar Biasa (KLB). http://pramana-d-t-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71308-Umum-Kejadian%20Luar%20Biasa%20(KLB).html dibuka tanggal 21 mei 2013Hidamasudi. Kejadian Luar Biasa (KLB). http://hidamasudi.wordpress.com/2010/12/15/kejadian-luar-biasa-klb/ dibuka tanggal 2013Utami , Ekki Indri. Penyelidikan Epidemiologi. http://ekkiindri.blogspot.com/2010/11/penyelidikan-epidemiologi.htmlPERSAGI. 2010. Penuntun Konseling Gizi. PT. Abadi, Jakarta.Soekidjo Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. JakartaMuharram, Aziz Rizky. Sistem Pelayanan kesehatan. http://laskargaluh.blogspot.com/2009/10/sistem-pelayanan-kesehatan.html dibuka tanggal 21 Mei 2013Makalahku. Pelayanan Kesehatan. http://peterpaper.blogspot.com/2010/04/pelayanan-kesehatan-1.html dibuka tanggal 21 Mei 2013

24

Page 25: PBL SKENARIO 2

25