Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker
payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang
ganas berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health
Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification
of Diseases (ICD).Epidemiologi
Di seluruh dunia, kanker payudara adalah kanker paling umum pada
wanita setelah kanker kulit yang mewakili 16% dari semua kanker
wanita. Angka ini lebih dari dua kali lipat dari kanker kolorektal
dan kanker leher rahim dan sekitar tiga kali lipat dari kanker
paru-paru. Kematian di seluruh dunia adalah 25% lebih besar dari
kanker paru-paru pada wanita. Insiden kanker payudara sangat
bervariasi di seluruh dunia, yang lebih rendah di negara-negara
berkembang dan terbesar di negara-negara yang lebih maju.
Karsinoma payudara pada wanita menduduki tempat nomor 2 setelah
karsinoma servik uterus. Di Amerika Serikat, karsinoma payudara
merupakan 28% pada wanita kulit hitam.
Kurva insiden-usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun.
Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita dibawah 20 tahun.
Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insisdens karsinoma
mammae pada lelaki hanya 1% dari kejadian pada perempuan.
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan
insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan
(Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang
didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya
ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang
berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000
wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari
semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000
penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang
di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American
Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan
mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000
(Moningkey, 2000).Kanker payudara merupakan kanker kedua terbanyak
sesudah kanker leher rahim di Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak
1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak banyak
berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki
tempat teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%
penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey,
2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker
payudara menurut golongan penyebab penyakit menunjukkan peningkatan
dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari,
1998)Etiologi
Genetik
Pada keluarga dengan riwayat kanke rpayudara yang kuat, banyak
perempuan memiliki mutasi dalam gen kanker payudara, yang disebut
BRCA-1 (di kromosom 17q21.3).Pola keturunan adalah dominan
autosomal dan dapat diturunkan melaluigaris maternal maupun
paternal.Sindrom kankerpayudara familial lainnya berkaitan dengan
gen pada kromosom 13, yang disebut BRCA-2 (di kromosom 13q12-13).
Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA.
Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor, karena kanker muncul
jika kedua alel inaktif atau cacat pertama disebabkan oleh mutasi
sel germinativum dan kedua oleh sel somatic berikutnya.
Usia
Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan
usia. Hal ini terjadi akibat akumulasi mutasisomatik yang
disebabkan oleh berkembangnya neoplasma ganas. Menurunnya
kompetensi imunitas yang menyertai penuaan juga mungkin
berperan
Karsinogen radiasi
Sering terkena radiasi di daerahpayudara( Bis ada risering
melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan alat X-ray )
dapat meningkatkan resikoter kena CA mammae. Radiasi dapat langsung
menimbulkan kerusakan macromolecules atau berinteraksi dengan
cairan sel menimbulkan radikal bebas yang kemudian menimbulkan
kerusakan atau perubahan ikatan kimia, seperti :pengtidak aktifan
enzim, perubahan protein, kromosoom pecah, translokasi atau mutasi
(hal ini bertindak sebagai inisiator), juga menghambat imunitas
seluler (bertindak sebagai promoter).
Tidak memiliki anak atau hamil di usia tua
Wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama
diatas usia 30 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara
sedikit lebih tinggi dari pada yang bukan. Sering hamil pada usia
muda, menurunkan resiko terkena kanker payudara. Mengapa? Karena
kehamilan menurunkan jumlah total siklus menstruasi wanita dalamh
idupnya, inilah alasannya.
Tidak menyusui Anak
Beberapa studi menemukan bahwa menyusui anak dalam jangka
panjang (1.5-2 tahun), terutama dapat agak menurunkan resiko
terkena kanker payudara.Penjelasan yang mungkin adalah karena
menyusui menurunkan jumlah total siklus menstruasi wanita
Menggunakan pil KB
Studi menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil KB dalam
jangka panjang memiliki resiko agak lebih besar terkena kanker
payudara dari pada yang bukan. Resiko ini kelihatannya menurun ke
normal ketika penggunaan Pil KB tersebut dihentikan.Menggunakan
Terapi Hormon pasca MenopauseTerapi hormone pasca menopause (PHT)
atau dikenal sebagai terapi pengganti hormone (HRT) dan terapi
hormone menopause (MHT), telah banyak digunakan dalam kurun waktu
lama untuk membantu meringankan gejala menopause dan mencegah
timbulnya osteoporosis. Pada dasarnya ada 2 jenis utama terapi
hormone.Untuk wanita yang masih memiliki rahim, biasanya dokter
meresepkan hormone estrogen dan progresteron (PHT).Untuk yang sudah
diangkat rahimnya, dokte rmeresepkan hanya estrogen (ERT).
Penggunaan kombinasi hormone (PHT) diatas dapat meningkatkan
resiko terkena kanker payudara maupun resiko kematian akibat kanker
payudara tersebut. Peningkatan resiko ini dapat terjadi secepat 2
tahun sesudah penggunaan terapi hormone tersebut.Selain itu,
biasanya kanker payudara ini juga cenderung ditemukan pada stadium
lanjut.
Penggunaan terapi estrogen sendiri agaknya tidak meningkatkan
resiko terkena kanker payudara secara signifikan (bila digunakan
dalam jangka pendek), tetapi penggunaan dalam jangka panjang
(diatas 10 tahun), ditemukan dapat meningkatkan resiko terkena
kanker ovarium danpayudara. replacement therapy is the same for
"bioidentical" and "natural" hormones as it is for synthetic
hormones.
Alkohol
Penggunaan minuman beralkohol amat jelas terkait dengan
meningkatnya resiko terkena kanker payudara.Resiko semakin
meningkat dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi. Wanita yang minum
2 hingga 5 gelas minuman beralkohol setiap harinya memiliki resiko
1.5 kali lipat lebih tinggi daripada yang bukan. Penggunaan alcohol
secara berlebihan juga dapat meningkatkan resiko terkena kanker
mulut, kerongkongan , esophagus dan liver.Minuman beralkohol yang
disarankanhanya 1 gelas saja sehari.
Obesitas atau Kelebihan Berat Badan
Kelebihan berat badan atau obesitas ditemukan dapat meningkatkan
resiko terkena kanker payudara, terutama bagi perempuan paska
menopause.Sebelum menopause, ovarium Anda menghasilkan sebagian
besar estrogen.Setelah menopause, sebagian besar estrogen wanita
berasal dari jaringan lemak. Memiliki jaringan lemak berlebihan
setelah menopause dapat meningkatkan probabilitas Anda terkena
kanker payudara akibat tingkat estrogen.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Berolahraga dapat mengurangi resiko kanker payudara.
Pertanyaannya adalah berapa banyak latihan yang diperlukan? Dalam
sebuah penelitian dari Women's Health Initiative (WHI), sedikitnya
jalancepat 1.25 -2.5 jam per minggu dapat mengurangi 18% resiko
terkenakan kerpayudara. Berjalan 10 jam seminggu dapat mengurangi
lebih sedikit lagi resiko tersebut. Olahraga fisik yang disarankan
adalah selama 45-60 menit, minimum 5 hari dalam seminggu.Sampai
saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti.
Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak
faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang
diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker
payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang
bersifat eksogen (Soetrisno, 1988).Bahan-bahan yang termasuk dalam
kelompok karsinogen, yaitu :1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1,
ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr,
asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan
radionukleide. 3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA
virus (papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus.
4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi
kanker.
5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan
munculnya kanker.
Faktor Resiko Kanker Payudara6. Beberapa faktor resiko untuk
kanker payudara telah didokumentasikan. Namun demikian, untuk
mayoriti wanita yang menderita kanker payudara, faktor resiko yang
spesifik tidak dapat ditentukan (IARC, 2008; Lacey, et al.,
2009).7. Yang paling beresiko terserang kanker payudara ialah
wanita yang berumur diatas 30 tahun (sekarang, dibawah 20 tahun
juga sudah ditemukan kanker payudara). Kejadian puncak kanker
payudara terjadi pada usai 40-45 tahun (Azamris, 2006). Di samping
itu, riwayat dalam keluarga ada yang menderita kanker payudara (ini
juga tidak mutlak karena tanpa ada riwayat keluarga juga bisa
terkena) juga menjadi faktor resiko. Mereka yang punya riwayat
tumor juga mempunyai resiko tinggi menderita kanker payudara.8.
Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda atau menopause
diatas umur 50 tahun, tidak menikah atau tidak menyusui dan
melahirkan anak pertama diatas usia 35 tahun. Mereka yang sering
terkena radiasi (bisa dari sering melakukan pemeriksaan kesehatan
dengan menggunakan alat x-ray) juga mempunyai kemungkinan menderita
kanker payudara.9. Selain itu, pola makan dengan konsumsi lemak
berlebihan, kegemukan dan konsumsi alkohol berlebihan juga
merupakan faktor resiko. Mereka yang sudah mendapatkan terapi
hormonal dalam jangka panjang harus lebih berwaspada karena mereka
mempunyai resiko mendapat kanker payudara. Stres dan faktor genetik
(BRCA1/BRCA2) juga dikatakan tergolong dalam faktor resiko kanker
payudara. Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom
13 dapat meningkatkan resiko kanker payudara sampai
85%.Patofisiologi
Kanker atau tumor ganas maigna berasal dari bahasa latin yang
berartikan kepiting, maksud dari kata kepiting ini adalah tumor
melekat erat ke semua permukaan yang di pijaknya, seperti seekor
kepiting.
Secara umum proses yang menyebabkan tebentuknya suatu tumor baik
jinak dan ganas disebut karsinogenesis. Secara garis besar, pada
kanker terdapat 3 tahapannya :
1. Fase inisiasi.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik
sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang
bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama
terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan
terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.2.
Fase promosi.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa
faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).3. Fase progressi
Suatu periode dimana banyak tumor menjadi lebi agresif dan
semakin ganas. Ditingkat molekular, progressi tumor kemungkinan
besar terjadi akibat mutasi multipel yang terakumulasi secara
indenpenden pada sel yang berbeda-beda.
Namun meningkatnya literatur yang mendalami tentang dasar
molekular, mengkaji secara biomol sifat karsnogen. Prinsip secara
mendasar mengenai biomolekular kanker adalah :
1.adanya kerusakan genetik non letal
2.tiga gen reguatorik normal, protoonkogen yang mendorong
pertumbuhan, tumor supressor gene yang menghambat pertumbuhan, dan
gen yang mengatur program kematian cell (apoptosis). Alel mutan
protoonkogen disebut onkogen.
3.gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak. Gen yang
memerbaiki DNA memengaruhi proliferasi atau kelangsungan hidup sel
secara tidak langsung dengan memengaruhi kemampuan organisme
memerbaiki kerusakan non letal di gen lain, termasuk protoonkogen,
gen penekan tumir,, dan gen yang mengendalikan poptosis. Kerusakan
pada gen yang memerbaiki DNA dapat memudahka terjadinya mutasi luas
di genom dan transformasi neoplastik.
Namun secara fisiologis sel kanker memiliki 5 regulasi dalam
melakukan karsinogenesis, yakni :
1.self sufficiency (menghasilan sendiri) sinyal pertumbuhan
2.insensitivitas pada sinyal penghambat pertumbuhan
3.menghindari apoptosis
4.kemampuan replikasi tanpa batas
5.angiogenesis berkelanjutan
6.kemampuan menginvasi dan beranak akar
A.Menghasilkan sendiri sinyal pertumbuhan
Pada keadaan fisiologis, proliferasi sel dapat dengan mudah
dibagi menjadi langkah-langkah berikut :
-Terikatnya suatu faktor pertumbuhan ke reseptor spesifik di
membran sel
-Aktivasi reseptor faktor pertumbuhan secara transien dan
terbatas, yang kemudian mengaktifkan beberapa protein
transduksi-sinyal dalam membrn plasma
-Transmisi sinyal ditransduksi melintasi sitosol menuju inti sel
melalui perantara kedua
-Induksi dan aktivasi faktor regulatorik inti sel yang memicu
transkripsi DNA
-Sel masuk dalam dan mwngikuti siklus sel yang akhirnya
menyebabkan sel membelah.
Pada sel yang mengalami karsinogenesis terjadi disregulasi dari
fisiologis diatas, seperti beberapa proses berikut :
1. mampu menyintesis faktor pertumbuhan , seperti PDGF (platelet
derived growth factor), TGF-alpha (transforming growth
factor-alpha)
2. mengalami mutasi sehingga mampu mengekspressikan berlebihan
terhadap peerjemahan ikatan reseptor dan molekul faktor
pertumbuhan. Seperti pada kanker payudara yang telah dikenal ERBB2
, sehingga pengobatan biomolekular dapat dilakukan melalui blokade
ERBB2 atau anti HER-2 .
3. mutasi yang mengakibatkan aktivasi secara kontinue pada
protein penghantar sinyal seperti pada gen BCR-ABL yang mengontrol
aktivitas tirosen kinase , yang telah juga ditemukan pengobatannya
blokade BCR-ABL ( STI 571 ).
Mutasi juga dapat terjadi pada gen yang mengotrol RAS, serta
penontaktivan RAS (insensitivitasnya GTPase untuk menghidrolisis
fofat GTP menjadi GDP untuk proses nonaktiv pada RAS).
4. mutasi pada gen yang mengatur transkripsi didalam inti sel.
Banyak gen yang menyandi untuk proses transkrip DNA untuk sinyal
proliferasi sel salah satunya MYC, MYB, JUN, FOS, REL. Namun yang
berperan penting dalam karsinogenesis adalah mutasi gen MYC yang
dimana protein MYC yang dihasilkannya, berlebih sehingga terjadi
ikatan dengan DNA yang menyebabkan proliferasi sel yang berlebih
pula.
Gambar proliferasi sel dan kaitanya dengan mutasi pada sel
kanker
5. setelah pengikatan protein dan DNA, aktivasi siklin yang akan
berikatan dengan CDK menyebabkan fosforilasi pada inti sel sehingga
mampu untuk memulai proses proliferasi sel (G1 S G2 M ) yang
mengalahkan inhibitor CDK dalam penghambatan mitosis sel. Adanya
mutasi pada siklin, sehingga dia terekspressi berlebihan,
menyebabkan pengikatan CDK-siklin yang berlebih yang sudah barang
tentu meningkatkan mutasi sel.
6 . terjadinya insensitivitas terhadap sinyal yang menghambat
pertumbuhan
Faktor ini tidak begitu berperan pada kanker mammae, telah ada
study yang memelihatkan adanya keterkaitan proses ini pada kanker
kolon. Gambar peran APC sebagai antiproliferasi dan keterkaitan
mutasinya
7. menghindar dri apoptosis dilakukan dengan perubahan mutasi
pada gen-gen yang menyandi apoptosis seperti pada BID, BAX,
gangguan pelepasan sitokrom-c , ekspressi berlebihan dri gen BCL-2
yang meningkatkan proliferasi.
Gambar jalur apoptosis sel
8. secara noemal sel mampu menggandakan diri 60 sampai 70 kali.
Setelah itu sel akan mengalami kemampuan membelah dan masuk masa
pensiun nonreplikatif. Hal ini diperkirakan adanya kemampuan sel
kanker yang mampu menyintesis enzim-enzim penting dalam
memertahankan panjangnya telomer, yang seharusnyaktor pertumbuhan
kian memendek.
9. neovaskularisasi sangat dibutuhkan sel kanker untuk menunjang
aktivitas biologiknya yang sangat tinggi. Jika jauh pada vascular
segera pembentukan faktor vascularisasi terkativasi seperti VEGF
(vascular endothelial growth factor), basic fibroblast growth
factor. Adanya penemuan jalur vascularisasi ini juga berguna untuk
terapi terkait pemutusan jalur vascularisasi sehingga hipoksia dan
kematian sel kanker yang diharapkan terjadi.
10. kemampuan metastasis adalah sikap akhir dari suatu kanker.
Kemampuannya bermetastasis beragam, dekat hingga jauh dari asalnya
sel kanker itu sendiri. Proses invasi sel kanker pada vascular,
limfogen. Sekat antar sel kanker atau tight junction yang telah
berubah pada sel kanker menyebabkan kerenggangan satu dan lain,
reseptor yang banyak pada sel kanker menyebabkannya mampu
berrikatan dengan membrana basalis dan stroma-stroma menuju
vascular atau limfonodus. Salah satu reseptor kuat yang telah
diperlihatkan pada kanker mammae adalah laminin, yang berkorelasi
dengan metastasisnya pada limfogen. Sel kanker mampu menghasilkan
enzim proteolisis jaringan, seperti ketepsin D, kolagenase tipe IV.
Saat ini tengah diusahakan terpi anti katepsin D yang mencegah
metastasis pada deteksi kanker dini. Setelah masuknya kanker pada
vascular atau limfogen sel kanker yang memiliki banyak reseptornya
ini akan migrasi dan melakukan ekstravasasi pada jaringan yang
disukainya.
Gambar metastasis suatu cancer
Karsinogenesis akan memberikan dampak sebagai berikut ;
Gambar patofisiologis ca mammae
Manifestasi Klinis
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.
Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin
besar
lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau pada puting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi
tertarik ke dalam (retraksi) bila jaringan , berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan
seperti
okulit jeruk (peau d'orange) akibat sumbatan vasa limfatikus
yang menimbulkan masuknya rambut pada folikel rambut sehingga
pori-pori telihat seperti kulit jeruk , mengkerut,
oatau timbul borok (ulkus) pada payudara.
o Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam
sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk,
dan mudah berdarah.
Gambar peau dorange
Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor
sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase
ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,
bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh
tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui
kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit
payudara)
Adanya nodul satelit pada kulit payudara
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
Terdapat model parasternal
Terdapat nodul supraklavikula
Adanya edema lengan
Adanya metastase jauh
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu
ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks,
kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar
getah bening aksila melekat satu sama lain
Pemeriksaan
Diagnosis karsinoma payudara didapatkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Anamnesis harus mencakup status menstruasi, perkawinan, partus,
laktasi, riwayat kelainan mammae sebelumnya, riwayat keluarga
kanker, fungsi kelenjar tiroid, penyakit ginekologik, dan lainnya
yang termasuk sebagai faktor resiko dari penyakit ini. Dalam
riwayat penyakit sekarang terutama harus diperhatikan waktu
timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan
menstruasi, serta lainnya (Desen, 2008).
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh
(sesuai dengan pemeriksaan rutin) dan pemeriksaan kelenjar mammae.
Teknik pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut :
1.Posisi duduk
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke
samping dan pemeriksa berdiri di depan dalam posisi lebih kurang
sama tinggi. Perhatikan keadaan payudara kanan dan kiri,
simetris/tidak, adakah kelainan papila, letak dan bentuknya,
retraksi puting susu, kelainan kulit berupa peau deorange,
dimpling, ulserasi, atau tanda-tanda radang. Lakukan juga dalam
keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada
bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian
yang tertinggal, dimpling, dan lainnya.
2.Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan payudara jatuh tersebar rata
diatas lapangan dada, jika perlubahu/punggung diganjal dengan
bantal pada penderita-penderita yang payudaranya besar. Palpasi ini
dilakukan dengan menggunakan falang distal dan falang medial jari
II,III,IV dan dilakukan secara sistematis mulai dari cranial
setinggi iga ke-2 samapai ke distal setinggi iga ke-6; dan jangan
dilupakan pemeriksaan daerah sentral subareolar dan papil. Terakhir
diadakan pemeriksaan jika ada cairan keluar dengan menekan daerah
sekitar papil. Dengan pemeriksaan rabaan yang halus akan lebih
teliti dari pada dengan rabaan tekanan keras. Rabaan halus dapat
membedakan kepadatan massa payudara.
3.Menetapkan keadaan tumornya
a.Lokasi tumor menurut kuadran di payudara atau terletak di
daerah sentral (subareola dan dibawah papil). Payudara dibagi atas
empat kuadran yaitu kwadran lateral atas, lateral bawah, medial
atas dan bawah serta ditambah satu daerah sentral.
b.Ukuran tumor, konsistensi, batas-batas tumor tegas atau tidak
tegas.
c. Mobilitas tumor terhadap kulit dan m. pektoralis atau dinding
dada.
4.Memeriksa kelenjar getah bening
a. AksilaSebaiknya dalam posisi duduk, karena dalam posisi ini
fossa aksila jatuh kebawah sehingga mudah untuk diperiksa.
Pemeriksaan aksila kanan, tangan kanan penderita diletakkan lemas
ditangan kanan/bahu pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan
kiri pemeriksa.
Yang diraba kelompok kelenjar getah bening :
mammaria eksterna : dibagian anterior dan dibawah tepi m.
pektoralisaksila;
subscapularis di posterior aksila;
apical diujung atas fossa aksilaris;
Pada perabaan ditentukan besar, konsistensi, jumlah, apakah
terfiksasi satu sama lain atau tidak.
b. Supra dan infraklavikuler serta leher utama, bagian bawah
dipalpasi dengan cermat dan teliti.
5. Organ lain yang ikut diperiksa adalah hepar, lien untuk
mencari metastasis jauh, juga tulang-tulang utama, tulang
belakang.
6. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional di daerah :
- aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :
~ mamaria eksterna di anterior, di bawah tepi otot
pektoralis
~ subskapularis di posterior aksila
~ sentral di pusat aksila
~ apikal di ujung atas fasia aksilaris
- supra dan infraklavikular, serta KGB leher utama
c. Pemeriksaan Penunjang
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk wanita dengan risiko tinggikanker payudara, pemeriksaan
MRI direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan. MRI
menggunakan magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar
irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila
menggunakan zat kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitive dari
mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang lebih
tinggi, maksudnya sering muncul gambaran kelainan payudara yang
ternyata bukan kanker. Itu sebabnya MRI tidak direkomendasikan
sebagai alats krining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanke
rpayudara.
PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi
dan metabolism sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan
akan diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh
sel kanker dapat menggambarkan derajat histologist dan potensi
agresivitas tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining
rutin kanker payudara.
Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa
oleh dokter ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah
mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.
Terdapatbeberapacarabiopsi :
1.Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
2.Core Biopsy
3.BiopsiBedah
Fine Needle Aspiration Biopsy / BiopsiJarumHalus
Biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB) adalah merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan
sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat aspirator berupa
jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai
penyakit tumor. Tindakan biopsy aspirasi ditujukan pada tumor yang
letaknya superficial dan papable misalnya tumor kelenjar getah
bening, tiroid, kelenjar liur, payudara, dan lain-lain.Sedangkan
untuk tumor pada organ dalam misalnya tumor pada paru, ginjal,
hati, limpa dan lain-lain dilakukan dengan bantuan CT Guided.
Dengan metode FNAB diharapkan hasil pemeriksaan patologis seorang
pasien dapat segera ditegakkan sehingga pengobatan ataupun tindakan
operatif tidak membutuhkan waktu tunggu yang terlalu lama. Tindakan
FNAB ini dapat dilakukan oleh seorang dokter terlatih dan dapat
dilakukan di ruang praktek sehingga ini sangat bermanfaat bagi
pasien rawat jalan. Untuk mendiagnosa limfomamaligna pada kelenjar
getah bening, ketepatannya tinggi pada lesi tumor yang derajat
keganasannya high-grade. Bila dilakukan padajaringan hati ketepatan
diagnosisnya 67-100%.Rata-rata 80% lesi keganasan di jaringan hati
dapat didiagnosis secara tepat sehingga sesuai dengan dugaana danya
korelasi antara analisis sitologi dengan hasil pemeriksaan klinis
yang baik.
Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi
menggunakan jarum yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat
irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan payudara
diambil. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal.
Hasil core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah
diidentifikasi adanya kanker. Beberapa jenis benjolan lebih cocok
untuk didiagnosis dengan core biopsy karena bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus dan Core Biopsy dapat
berupa :
- Tidak ada tanda kanker payudara
- Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel
yang mencurigakan tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan
diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan dengan biopsy bedah
untuk mencapai diagnosis akhir.
- Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani
biopsy bedah yang dapat dilakukan dengan pengangkatan seluruh
kanker payudara.
Biopsi Bedah
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti
kanker, maka wanita akan dirujuk kedokter bedah Onkologi untuk
menjalani biopsy bedah. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan
sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu
dilakukan biopsy bedah.
1.Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor
beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya, dilakukan bila ukuran
atau diameter tumor < 2 cm
2.Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan
sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel
atau lebih besar dari 2 cm (Anonim, 2009).
MAMMOGRAFI
Mammografi adalah salah satu cara yang dipilih untuk mendeteksi
karsinoma mammae, baik pada penderita yang klinis dicurigai
karsinoma mammae ataupun pasien dengan tumor kecil non-palpable
(occult lession).
Indikasi mammografi adalah:
1.klinik curiga kanker payudara dan mengesampingkan karsinoma
mammae kontralateral.
2.follow up post mastektomi deteksi second primary di payudara
lain.
3.post tindakan breast conserving deteksi dari suatu
rekurensi/second primary.
Skrining mamografi adalah pemeriksaan X-Ray pada payudara
seorang wanita yang tidak ada keluhan/gejala kanker payudara,
target skrining adalah untuk mendeteksi adanya kanker payudara
dimana massa masih kecil untuk bisa diraba oleh pasien sendiri
maupun oleh klinisi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa deteksi
adanya kanker payudara yang masih dalam stadium awal, misal pada
ductal karsinoma in situ maka keberhasilan terapi mencapai 100 %.
The National Cancer Institute di Amerika merekomendasikan bahwa
wanita-wanita mulai menerima skrining mamografi pada usia 40 tahun
setiap 1-2 tahun sekali dan usia > 50 tahun setiap setahun
sekali. Pemeriksaan skrining mammografi dianjurkan pada wanita <
40 tahun kelompok resiko tinggi (riwayat keluarga positif atau
terdapat gen mutasi BRCA positif). Dilaksanakan dengan menggunakan
sinar x dua proyeksi untuk setiap payudara, yaitu :
1.CC (Cranio Caudal view)
2.MLO (Medio Lateral Oblique view)
untuk diagnostik ditambah dengan LM (Latero Medial view), ML
(Medio Lateral view) atau tangentsial view (Marijata, 2006).
Kanker payudara mungkin tidak terdiagnosis (non visualized) pada
skrining mammografi apabila kanker berukuran sangat kecil, letak di
area yang tidak mudah dijangkau image mammografi (di aksila atau di
daerah bawah lengan) atau kanker tertutup oleh bayangan lain.
Mammografi aman dan dapat mendeteksi kanker 1-2 tahun sebelum
seorang dokter dapat meraba adanya benjolan. Walaupun mammografi
masih sebagai pegangan standar dalam skrining dan diagnosis kanker
payudara tetapi masih belum dapat membedakan penyakit jinak dari
keganansan payudara dan kurang akurat bagi pasien-pasien dengan
payudara yang padat. The American Medical Assosiation (AMA), The
American College of Radiology (ACR) dan American Cancer Society
(ACS) merekomendasikan pemeriksaan skeining mammografi pada wanita
diatas 40 tahun dan menganjurkan CBE (Clinical Breast Examination)
dan BSE (Breast Self Examination) untuk usaha dini deteksi kanker
payudara.
Mammografi dari wanita < 45 Tahun sering sukar untuk
diinterpretasi sebab terjadi densitas jaringan kelenjar payudara,
tetapi pada wanita postmenopause kebanyakan lebih mudah
interpretasinya, sebab terjadi regresi jaringan kelenjar. Karena
itu mammografi dapat digunakan sebagai suatu metode deteksi dari
suatu populasi program skrining untuk wanita menopausal (Anonim,
2002).
Gambaran mammographs yang abnormal terdiri dari, tumor dengan
batas tidak tegas dan meluas (spikulae), mikrokalsifikasi
(karsinoma intraduktal), dan penebalan kulit/papila. Gambaran
mammografi yang tak tampak kelainan, bukan garansi tidak ada
karsinoma mammae. Apabila ada suatu (bahkan kecil) kecurigaan
klinik karsinoma mammae harus selalu diikuti dengan pemeriksaan
histopatologik.
Goal dari mammografi adalah mendeteksi kelainan-kelainan kecil
pada payudara dimana tidak teraba melalui pemeriksaan fisik
(Sabiston, 1995).
Interpretasi untuk mammografi terdiri dari :
0 Inadequat tindakan diulang
1 Tidak tampak kelainan
2 Lesi benigna/jinak konservatif/observasi 1 tahun, tindakan
diulang fisik diagnostik dan USG
3 Kemungkinan lesi jinak konservatif/observasi 6 bulan, tindakan
diulang fisik diagnostid dan USG
4 Kemungkinan maligna tindakan USG dan FNAB atau biopsi
5 Curiga maligna tindakan USG atau FNAB atau biopsi.
d.Diagnosis bandingnya terdiri dari :(1) Fibroadenoma mammae
(FAM), merupakan tumor jinak payudara yang biasa terdapat pada usia
muda (15-30 tahun), dengan konsistensi padat kenyal, batas tegas,
tidak nyeri dan mobile.
(2) Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas
tegas, konsistensi padat kenyal atau kistik, terdapat nyeri
terutama menjelang haid, ukuran membesar, biasanya
bilateral/multipel.
(3) Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk
bulat lonjong, berbatas tegas, mobile, dengan ukuran dapat mencapai
20-30 cm.
(4) Galaktokel, merupakan massa tumor kistik yang timbul akibat
tersumbatnya saluran/duktus laktiferus, terdapat pada ibu yang
baru/sedang menyusui.
(5) Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang
lengkap, bahkan dapat berkembang menjadi abses, biasanya terdapat
pada ibu yang menyusui.
(6) Lipoma, merupakan tumor pada jaringan lemak dengan batas
tegas, lunak, tidak nyeri tekan, dan dapat digerakkan.
(7) Nekrosis lemak, berbatas tegas, keras, kadang disertai
dengan penarikan kulit.
Tatalaksana
Pengobatan stadium dini akan memberikan harapan kesembuhan dan
harapan hidup yang baik. Secara umum, pengobatan pada penderita
kanker meliputi 2 tujuan, yaitu :
a.Terapi Kuratif
Terapi kuratif adalah tujuan utama terapi pada pasien kanker
untuk menghilangkan kanker tersebut. Dalam pelaksanaannya, terapi
pada pasien kanker tidak dapat mempertahankan asas primum non
nocere karena dalam pemberian terapi kuratif, akan diberikan
sejumlah terrtentu zat kemoterapi atau radiasi yang bersifat toksik
terhadap bagian tubuh lain yang tidak terkena kanker. Terapi
kuratif dapat berupa bedah radikal, kemoterapi, radiasi,
imunoterapi atau kombinasi dari keempat modalitas tersebut.
b.Terapi Paliatif
Terapi paliatif diberikan jika tujuan utama terapi kuratif tidak
tercapai, Tujuan terapi paliatif adalah untuk mengurangi gejala,
dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan kanker pada pasien
yang tidak mungkin sembuh. Ketika tujuan terapi adalah sebagai
paliatif, maka efek toksisitas kemoterapi atau radiasi harus
diminimalisir.
Terapi pada kanker payudara tergantung dari stadiumnya. Adapun
jenis-jenis terapinya adalah:
1.Kemoterapi
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel.
Terutama diberikan pada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat
paliatif, tapi dapat pula diberikan pada kanker payudara yang sudah
dilakukan operasi mastektomi, yang bersifat adjuvant.
Kanker payudara stadium IV, pengobatan yang primer adalah
bersifat sistemik. Terapi ini berupa kemoterapi dan terapi
hormonal. Radiasi kadang diperlukan untuk paliatif pada
daerah-daerah tulang yang mengandung metastasis.
Pilihan terapi sistemik dipengaruhi pula oleh terapi lokal yang
dapat dilakukan, keadaan umum pasien, reseptor hormon dan penilaian
klinis. Karena terapi sistemik bersifat paliatif, maka harus
dipikirkan toksisitas yang potensial terjadi.
Kanker payudara dapat berespons terhadap agen kemoterapi, antara
lain anthrasikin, agen alkilasi, taxane, dan antimetabolit.
Kombinasi dari agen tersebut dapat memperbaiki respon namun hanya
memilki efek yang sedikit untuk meningkatkan survival rate.
Pemilihan kombinasi agen kemoterapi tergantung pada kemoterapi
adjuvant yang telah diberikan dan jenisnya. Jika pasien telah
mendapat kemoterapi adjuvant dengan agen Cyclophosphamide,
Methotrexat dan 5-Fluorouracil (CMF), maka pasien ini tidak
mendapat agen yang sama dengan yang didapat sebelumnya.
Untuk pasien dengan kanker payudara dapat diberikan kemoterapi
intravena (IV). Cara pemberian kemoterapi IV bervariasi, tergantung
pada jenis obat.
Adapun jenis-jenis kombinasi kemoterapi yang diberikan adalah
:
FEC (Fluorourasil, Eprubisin, Cyclophosphamide)
oIndikasi
Terapi adjuvant, neoadjuvant maupun pada kanker payudara yang
sudah metastasis.
oHal-hal yang perlu diperhatikan :
-Pasien dengan usia di atas 60 tahun atau ada riwayat penyakit
jantung, sebelum kemoterapi harus dilakukan pemeriksaan
echocardiogram atau multiple gated acquisition test of cardiac
output (MUGA) untuk menjamin bahwa fungsi ventrikel kiri masih
baik.
-Periksa fungsi hati. Jika ada insufisiensi hati, maka dosis
5-FU di kurangi.
-Periksa fungsi ginjal. Jika ada insufisiensi ginjal, dosis
epirubisin dikurangi.
-Periksa darah rutin lengkap. Jika netrofil < 1500/mm3, atau
AT < 100.000/mm3, maka kemoterapi ditunda.
-Berikan antiemetik yang kuat sebelum kemoterapi.
-Kontrol dosis epirubisin, untuk menghindari kardiotoksisitas
bila dosis kumulatif epirubisin >900 mg/m2
-Beritahu pasien tentang kemungkinan rambut dapat rontok akibat
kemoterapi.
oDosis
-5-FU 500 mg/m2 pada hari 1.
-Epirubisin 60 mg/m2 pada hari 1
-Siklofosfamid 500 mg/m2
oCara Pemberian
-5-FU dan siklofosfamid disuntikan secara IV pelan-pelan atau
dilarutkan dalam NaCl 0,9% 100 ml dan diinfuskan dalam 10-20
menit.
-Epirubisin disuntikan lewat selang infus salin.
oSiklus dan Jumlah siklus
-Lama siklus 21 hari
-Jumlah siklus 6
oEfek Samping
-Mielosupresi
-Alopesia
-Mual dan muntah
-Mukositis
-Kardiomiopati
-Sistitis hemoragik, bila dosis siklofosfamid tinggi
2.Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV.
Prinsip terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi
target dari agen terapi kanker. Ketika berikatan dengan ligand,
reseptor ini mengurangi transkripsi gen dan menginduksi
apoptosis.
Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker payudara
primer atau metastasis juga mengandung reseptor tersebut. Tumor
dengan reseptor estrogen tanpa ada reseptor progesteron memiliki
respon sebesar 30%, sedangkan jika memiliki reseptor estrogen dan
progesteron, respon terapi dapat mencapai 70%.
Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas
dan ketersediaan. Pada banyak pasien, terapi endokrin inisial
berupa inhibitor aromatase. Untuk wanita dengan reseptor estrogen
yang positif, respon terhadap inhibitor aromatase lebih besar
dibandingkan dengan tamoxifen.
Obat Antiesterogen
Tamoksifen. Merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme
utamanya adalah berikatan dengan reseptor esterogen secara
kompetitif. Efek samping trombosis vena dalam, karsinoma
endometrium.
Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada
perempuan dengan kanker payudara yang telah di reseksi. Penggunaan
tamoxifen harus diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan
kanker payudara yang telah metastasis, lebih sering digunakan
inhibitor aromatase. Namun, bagi pasien yang yang memburuk setelah
mendapat inhibitor aromatase, tamoxifen dapat memberikan manfaat.
Selain itu, tamoxifen juga bermanfaat sebagai kemopreventif kanker
payudara.
Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali
sehari karena waktu paruh yang panjang. Efek samping yang dapat
ditimbulkan antara lain hot flushes, kelainan sekresi cairan vagina
dan toksisitas retina, walaupun tidak mengancam penglihatan. Efek
samping yang harus diperhatikan adalah bahwa tamoxifen dapat
menyebabkan penurunan densitas tulang pada wanita premenopause dan
kanker endometrium.
Inhibitor Aromatase
Menghambat kerja enzim aromatase, sehingga menghambat atau
mengurangi atau mengurang perubahan androgen menjadi esterogen.
Golongan obat : anastrozol, Letrozol, dan golongan steroid.
Obat sejenis progestrogen
Medroksiprogesterogen asetat dan megosterol. Mekanisme obat ini
adalah melalui umpan balik hormon progestin menyebabkan inhibisi
aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, andrgen menurun, sehingga
mengurangi sumber perubahan manjadi estrogen dengan hasil turunya
kadar estrogen.
Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga golongan penderita
menurut status menstruasi:
oPremenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu bilateral
oopharektomi.
oPostmenopause
Terapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat anti
estrogen.
o1-5 Tahun Menopause
Jenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek estrogen.
Efek estrogen positif dilakukan terapi ablasi, jika efek estrogen
negatif maka dilakukan pemberian obat-obatan anti estrogen.
Terapi non farmako
Pembedahan
Operasi primer
Sekitar 75-80% dari seluruh penderita kanker yang mungkin
sembuh. Harus ditangani secara bedah untuk mengeluarkan seluruh
kanker. Bedah kuratif mrupakan terapi lokoregional. Penderita dapat
sembuh jika kanker masih terbatas pada organ tempat tumbuhnya tumor
primer( local) dan pada kelenjar limf yang mengalir daerah atau
organ ( regional). Pada tingkat ini sedapat mungkin operasi
dilakukan secara en bloc, artinya daerah atau alatyang terangsang
tumor di angkat sekaligusnya bersama dengan pembuluh dan kelenjar
limf regional. Contoh, mastektomi atau gastrectomi dengan
limfadenektomi
Pada eksisi tumor tertentu. Organ tidak perlu dikeluarkan
seluruhnya; operasi dianggap cukup dengan eksisi luas saja diikuti
dengan pengeluaran kelenjar limf regional. Jarang ada penderita
yang masih dapat sembuh jika penyebaran sudah di luar daerah
lokoregional. Masalahnya bergantung pada apakah kemoterapi dapat
membasmi mikrometastasis yang mungkin sudah ada ketika pembedahan
dilakukan.
Pada dasawarsa terakhir, ada kecenderungan kuat untuk membatasi
diri pada eksisi luas ( artinya tanpa pengangkatan organ secara
radikal) selain limfadenektomi. Perubahan pendapat terjadi karena
adanya kemampuan baru di bidang radioterapi yang menjamin
pembersihan sisa-sisa tumor tertentu di daerah tumor primer
radiasi. Tanpa radioterapi dengan alat canggih, pembedahan yang
tidak radikal yang tidak menjamin pembersihan tumor, akan
mengakibatkan kekambuhan setempat.
Pembedahan paliatif
Pembedahan paliatif dilakukan untuk meringankan atau
menghilangkan keluhan sehingga diharapkan meningkatkan mutu hidup
penderita. Contoh bedah paliatif adalah pembedahan tumor yang
mengakibatkan ileus atau pendarahan dalam saluran cerna. Operasi
paliatif juga berguna untuk mengeluarkan tumor yang mengganggu atau
bertukak pada penderita yang tidak dapat ditolong dengan
radioterapi atau kemoterapi. Contoh lain adalah dekompresi untuk
meniadakan tekanan pada saraf, pleksus saraf, atau sumsum tulang
belakang untuk menghilangkan nyeri atau mencegah terjadinya
penyulit yang lebih berat seperti kelumpuhan.
Pembedahan sekunder
jika setelah dilakukan operasi primer tanpa limfadenektomi
ternyata ada metastasis di kelenjar limf. Baru dilakukan
limfadenektomi secara sekunder. Demikian juga juka terjadi
kekambuhan setempat di daerah perasi primer, dipertimbangkan untuk
melakukan eksisi tumor residif itu. Cara pembedahan sekunder
lainnya adalah dengan melakukan eksisi metastasis di paru hati.
Pembedahan jalan masuk
Kini makin dibutuhkan operasi untuk membuat jalan masuk ke
peredaran darah yang menetap pada penderita untuk pemeriksaan darah
rutin berkali-kali sehari maupun pemberian kemoterapi intravaskuler
terus menerus. Jaln masuk khusus ini di butuhkan karena pada
penderita tidak dapat dilakukan melaului bedah pintas arteriovena
atau dengan pmasangan kateter eksterna dan interna.
Jika dilakukan hubungan pintas antara arteri di lengan dan suatu
vena subkutis, akan terjadi pelebaran dan ekstesi system vena
subkutis yang lebih mudah dipungsi. Kateter intravena tetap
merupakan metode lain. Kateter intra arteri menetap di arteri
memberikan kemungkinan kemoterapi pada suatu organ atau daerah
terbatas. Kateter memetap intravena meupun intra arteri dapat
dihubungkan dengan suatu reservoir yang ditempatkan subkutis.
Reservoir ditutup dengan karet yang tebal yang tahan terhadap
fungsi berulang tanpa penyulit kebocoran.
Pembedahan kelainan prakanker
Kelainan yang diperkirakan merupakan lesi prakanker, misalnya
polip tertentu di kolon , adenoma di kelenjar tiroid, leimioma di
saluran cerna, dan tumor campur kelenjar parotis dapat di bedah
dengan tujuan mencegah agar tidak terjadi perubahan menjadi ganas.
Kelainan pramalignan lain juga terdapat di kulit, mulut, payudara,
kandung kemih, dan mulut rahim.
Pembedahan diagnostic
Biopsy atau oembedahan diagnostic bertujuan memperoleh
sediaanyang cukup untuk melakukan diagnostic histologik lengkap.
Indikasi dan tekniknya beragam, bergantung pada organ, atau
jaringan yang terlibat. Saat berlangsungnya pembedahan dapat dibuat
sedian bakau agar segera diperoleh keterangan tentang jinak atau
ganasnya tumor untuk merencanaan tidakan selanjutnya.
Bedah laser
Pebedahan menggunakan sinar laser banyak digunakan untuk tumor
kulit, terutama di wajah dan karsinoma in situ di serviks, juga
pembedahan melalui endoskopi di bronkus, hidung, faring, laring,
saluran cerna, dan bidang urologi
Mastektomi Radikal. Meliputi pengakatan payudara dengan sebagian
besar kulitnya, M.pektoralis mayor, M.pektoralis minor, dan semua
kelenjar ketiak sekaligus. Sekarang, biasanya pembedahan kuratif
dengan mempertahankan payudara.
Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenar aksila dan
radioterapi pada (sisa) payudara tersebut. Syarat mutlak untuk
operasi ini adalah tumor merupakan tumor kecil dan tersedia sarana
radioterapi yang khusus untuk penyinaran. Penyinaran diperlukan
untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang
tertinggal atau dari sarang tumor lain.
Terapi Radioterapi
Radioterapi unutk kanker payudara biasanya digunakan sebagai
terapi kuratif dengan mempertahankan mammae, dan sebagai terapi
tambahan atau terapi paliatif.
Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan
supraklavikular diradiasi. Akan tetapi, penyulitnya adalah
pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kelenjar ketiak
supraklavikular. Jadi radiasi harus dipertimbangkan pada karsinoma
mammae yang tak mampu angkat atau jika ada metastasis.
Terapi Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada
penyebaran sistemik, dan sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan
diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik
pascabedah mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa
kelenjar. Tujuannya adalah untuk menghancurkan mikrometastasis yang
biasanya terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah
mengandung metastasis.
Pembedahan
Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai
dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan
jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara,
semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
a. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya :
seluruh isi aksial.
b. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.
Non pembedahan PenyinaranPada payudara dan kelenjar limfe
regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada
metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit
yang lanjut.
Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen,
antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomiPencegahan
A. Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan
adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat
dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai
masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak
sehingga menyulitkan pemeriksaan.
Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan
pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga
tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah
terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila
terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting
susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali
kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan
periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di
belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah
payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada
benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan
atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan
terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan
terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan
dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau
lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin
besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
Cara Pencegahan
1. Kesadaran SADARI dilakukan setiap bulan.
2. Berikan ASI pada Bayi.
Memberikan ASIpada bayi secara berkala akan mengurangi tingkat
hormone tersebut.
Sedangkan kanker payudara berkaitan dengan hormone estrogen.
3. Jika menemukan gumpalan / benjolan pada payudara segera
kedokter.
4. Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga.
Menurut penelitian 10 %
dari semua kasus kanker payudara adalah factor gen.
5. Perhatikan konsumsi alcohol. Dalam penelitian menyebutkan
alcohol meningkatkan
estrogen.
6. Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker
payudara.
7. Olah raga teratur. Penelitian menunjukkan bahwa semakin
kurang berolah raga, semakin
tinggi tingkat estrogen dalam tubuh.
8. Kurangi makanan berlemak. Gaya hidup barat tertentu nampaknya
dapat meningkatkan
risiko penyakit.
9. Usia > 50 th lakukan srening payudara teratur. 80% Kanker
payudara terjadi pada usia > 50 th
10. Rileks / hindari stress berat. Menurunkan tingkat stress
akan menguntungkan untuk
semua kesehatan secara menyeluruh termasuk risiko kanker
payudara.
Preventif
Berbagai upaya harus dilakukan untuk menimbulkan kesadaran bagi
para wanita akan kesehatannya seperti melakukan deteksi dini kanker
payudara dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI
sangat penting karena 85% benjolan di payudara ditemukan oleh
pasien sendiri. SADARI merupakan pemeriksaan yang murah, aman dan
sederhana, sebaiknya dilakukan sejak usia 20 tahun.7 SADARI dapat
dilakukan setelah selesai masa haid karena pengaruh hormon estrogen
dan progesteron rendah dan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan
tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya benjolan atau
kelainan. Teknik SADARI :
1. Pada waktu mandi
Periksalah payudara pada waktu mandi karena perabaan tangan
lebih sensitif pada kulit yang basah. Telapak tangan digerakkan
dengan lembut ke setiap bagian dari masing-masing payudara. Gunakan
tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri dan sebaliknya.
2. Pada waktu bercermin
Perhatikan payudara dengan lengan di samping badan. Selanjutnya
angkat tangan di atas kepala. Cari setiap perubahan bentuk dari
masing-masing payudara dan papala mammae. Kemudian letakkan telapak
tangan pada pinggang dan tekan ke bawah dengan kuat untuk
memfleksikan otot dinding dada.
3. Pada waktu berbaring
Untuk memeriksa payudara kanan, letakkan bantal kecil atau
handuk yang dilipat di bawah bahu kanan. Letakkan tangan kanan anda
di belakang kepala, gerakan ini akan menyokong jaringan payudara
agar lebih tinggi dari dada. Dengan tangan kiri dan posisi jari
tangan yang dirapatkan. Buatlah gerakan melingkar dengan tekanan
lembut sesuai arah jarum jam. Mulai pada bagian atas paling luar
dari payudara kanan di jam 12, kemudian digerakkan ke arah jam 1,
gerakan diteruskan sampai kembali ke jam 12.
Tonjolan dari jaringan yang keras pada lengkung bawah dari
masing-masing payudara adalah normal. Lalu gerakan diteruskan ke
arah sentral payudara kanan sampai papila mamma kanan (setrifugal).
Pemeriksaan gerakan melingkar ini dilakukan sampai 3 kali. Lalu
periksa payudara kiri seperti pada payudara kanan. Terakhir periksa
papilla mammae, dengan memeras secara lembut. Setiap sekret, jernih
atau berdarah segera diberitahukan ke dokter.
Prognosis
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
1.Stadium Kanker
Semakin dini semakin baik prognosisnya.
StadiumSurvival rate (%)
099
I98
II a82
II b65
III a47
III b44
IV14
2.Tipe Histopatologi
CIS (Carsinoma In Situ) mempunyai prognosis yang lebih baik
dibandingkan invasif.
3.Reseptor Hormon
Kanker yang mempunyai reseptor (+) dengan hormon memiliki
prognosis lebih baik.