1.1. Mikroskopik Korteks : Glomerulus (banyak), tubulus
contortus proksimal dan tubulus contortus distal Medula : Duktus
Coligens, Ductus Papillaris (bellini) dan Ansa Henle
Unit fungsional ginjal:1. Nefron A. Corpus malphigi: Capsula
bowman: Pars parietalis: epitel selapis gepeng. Berlanjut menjadi
dinding tubulusproximal Pars visceralis terdiri dari podocyte,
melapisi endotel Urinary space diantara kedua lapisanKapsul Bowman,
pelebaran nefron yang dibatasi epitel, diinvaginasi oleh jumbai
kapiler glomerulus sampai mendapatkan bentuk seperti cangkir yang
berdinding ganda. Terdapat rongga berupa celah yang sempit, rongga
kapsula, diantara lapisan luar atau parietal (epitel kapsula) dan
lapisan dalam atau viseral(epitel glomerulus) yang melekat erat
pada jumbai kapiler. Korpuskel ginjalmempunyai polus vaskular,
tempat arteriol aferen dan eferen masuk dan keluar glomerulus dan
tempat lapisan kapsula membalik untuk melapisi pembuluh
darahsebagai lapisan viseral. Korpuskel ginjal juga mempunyai polus
urinarius pada sisi sebelahnya, tempat rongga kapsula berhubungan
dengan lumen tubulus kontortus proximal dan tempat epitel parietal
(gepel) melanjutkan diri pada epitel kuboid atausilindris rendah
tubulus kontortus proximal.Lapisan parietal kapsul Bowman tersusun
dari epitel selapis gepeng denganinti agak menonjol ke rongga
kapsula. Pada polus urinari, sel-sel gepeng ini bertambah tinggi
melebihi 4-5 sel untuk berhubungan dengan epitel silindris
rendahyang melapisi dinding tubulus kontortus proximal.Lapisan
viseral epitel melekaterat pada kapiler glomerulus dengan inti
sel-sel epitel ini pada sisi kapsula lamina basal, akan tetapi
tidak membentuk lembaran yang utuh dan sel-selnya telahmengalam
perubahan.Sel ini disebut podosit dan pada dasarnya berbentuk
bintang, dengan badanselnya yang hampir tidak pernah melekat pada
lamina basal kapiler glomerulus, akantetapi terpisah sejauh 1-2 m.
Glomerulus Gulungan kapiler, berasal dari percabangan arteriol
afferen dibungkus oleh capsula Bowman keluar sebagai vas
efferentGlomerulus adalah massa kapiler yang berbelit-belit
terdapat sepanjang perjalanan arteriol, dengan sebuah arteriol
aferen memasuki glomerulus dan sebuah arteriol eferen meninggalkan
glomerulus. Diameter arteriol aferen lebih besar dibanding diameter
arteriol eferen dan akibatnya glomerulus menjadi sebuah sistem yang
bertekanan relatif tinggi, membantu pembentukan cairan jaringan
dalam jalinan kapiler. Epitel parietal, yaitu podosit, mengelilingi
sekelompok kecil kapiler dan di antara ansa kapiler dekat arteriol
aferen dan eferen terdapat tangkaidengan daerah bersisian dengan
lamina basal kapiler yang tidak dilapisi endotel. Dalam daerah
seperti itu terletak sel mesengial. Sel ini berbentuk bintang mirip
perisit yang dijumpai di tempat lain dengan cabang-cabangsitoplasma
yang kadang-kadang meluas di antara endotel dan lamina basal. Sel
mesangial ini dapat berkerut jika dirangsang oleh angiotensin,
dengan akibat berkurangnya aliran darah dalam kapiler
glomerulus.
Selain itu, sel mesangial dianggap bersifat fagositik dan akan
bermitosis untuk proliferasi pada beberapa penyakit ginjal.
Berdekatan dengan glomerulus, sel-sel otot polos dalam tunika media
arteriol aferen bersifat epiteloid. Intinya bulat dan sitoplasmanya
mengandung granula, walaupun granula itu tak tampak dengan pulasan
rutin hematoksilin dan eosin. Sel-sel ini adalah sel
Juksta-glomerular (JG). Dalam arteriol aferen, lamina elastika
interna tidak ada, sehingga sel JG berdekatan denganendotel, jadi
berdekatan dengan darah dalam lumen. Sel-sel itu juga berhubungan
erat dengan makula densa, suatu bagian khusus tubuluskontortus
distal yang terdapat di antara arteriol aferen dan eferen.
Makuladensa tidak mempunyai lamina basal. Berhubungan dengan sel
yang bergranul, terdapat beberapa sel warna pucat yang disebut sel
Lacis atau Sel mesangial ekstraglomerular. Fungsinya tidak
diketahui, akan tetapi mungkin menghasilkan eritropoietin (EPO),
hormon yang merangsang eritropoiesis didalam sumsum tulang.Sel JG
menghasilkan enzim yang disebut renin. Dalam darah, renin
mempengaruhi angiotensinogen (suatu protein plasma) untuk
menghasilkan angiotensin I. Bentuk ini tidak aktif, akan tetapi
diubah menjadi angiotensin II oleh sekresi suatu enzim konversi
yang terdapat dalam paru (angiotensin converting enzyme /ACE).
Angiotensin II berperan terhadap korteks adrenal dan menyebabkan
pelepasan aldosteron yang pada gilirannya mempengaruhi tubulus
renal (terutama tubulus distal) untuk menambah reabsorpsi natrium
dan klorida; jadi air yang menambah volume plasma. Angiotensin II
juga merupakan suatu vasokonstriktor yang kuat.Sel-sel di
glomerulus yang berperan dalam Glomelurar filtration barriera.
Endothel Type fenestrata Sitoplasma melebar, tipis dan mempunyai
fenestrab)b. Membrana BasalisFusi antara membrana basalis podocyte
dan endothel Lamina rara interna Lamina densa Lamina rara
externac)b. Podocyte
Sel epiteloid besar, tonjolan sitoplasma (foot processes)
bercabang Cabang sekunder (pedicle) menempel pada membrana basalis
Bersama sel endothel menyaring darahc. Sel Mesangial intra
glomerularis Berasal dari sel jaringan mesenchyme Pada matrix
mesangial di antara kapiler glomerulus Fagositosis benda asing,
immune complex yang terjebak pada sel endothel /glomerular
filtration barrier Cabang sitoplasma sel mesangial dapat mencapai
lumen kapiler, melalui sela selendothelSel-sel yang berperan dalam
sekresi renina. Macula densaBagian dari tubulus distal di cortex
berjalan diantara vas afferen dan vas efferen dan menempel ke renal
corpuscle menjadi lebih tinggi dan tersusun lebih rapat, disebut
macula densa
b. Sel juxta glomerularis Merupakan perubahan sel otot polos
tunica media dinding arteriole afferen Sel otot polos berubah
menjadi sel sekretorik besar bergranula yangmengandung reninc. Sel
Polkisen (sel mesangial extra glomerularis) Sel polkisen
(bantal),lacis cells Mengisi ruang antara vas afferen, makula densa
dan vas efferen Berasal dari mesenchyme, mempunyai kemampuan
fagositosis Berhubungan dengan sel mesangial intraglomerular
Tertanam didalam matrix mesangial
TubulusTubulus Contortus Proximalis epitel selapis kubis batas2
sel sukar dilihat Inti bulat, letak berjauhan Sitoplasma asidofil
(merah) Mempunyai brush border Fungsi : reabsorbsi glukosa, ion Na,
Cl dan H2OTubulus kontortus proximal, mulai dari polus urinarius
korpuskel ginjal, panjangya hampir 14 mm dengan diameter luar 50-60
m. Tubulus ini berakhir sebagai saluran yang lurus dan berjalan
menuju berkas medular yang paling dekat tempat tubulus melanjutkan
diri dengan ansa Henle.Pada pangkalnya terdapat bagian sempit yang
disebut leher (neck ), tempatterjadinya peralihan yang mendadak
dari epitel gepeng (parietal) kapsul Bowman ke epitel selapis
silindris rendah tubulus proximal. Sel-sel tubulus proximal
bersifat eosinofilik dengan batas sikat (brush border) dan
garis-garis basal (basal striations )dan lumen biasanya nyata
lebar. Batas sel tak jelas karena sistem interdigitasi yangrumit
dan membran plasma lateral sel-sel yang bersisian.
Tubulus Contortus DistalDi daerah makula densa, nefron
melanjutkan diri sebagai tubulus kontortusdistal yang menempuh
perjalanan yang pendek berkelok-kelok di korteks danberakhir dekat
sebuah berkas medula dengan melanjutkan diri ke dalam duktus
koligens. Tubulus kontortus distal lebih pendek dari tubulus
kontortus proximal sehingga pada sediaan tampak dalam jumlah yang
lebih kecil, diameter lebih kecil dan sel-selnya kuboid lebih kecil
dan tidak mempunyai brush border. Biasanya 6-8inti tampak dalam
potongan melintang. Umumnya sel kurang mengambil warna bila
dibandingkan dengan sel-sel tubulus kontortus proximal. Di dalam
sitoplasma bagianbasal terdapat interdigitasi tonjolan-tonjolan sel
lateral yang rumit mirip dengan yangtampak pada tubulus proximal.
Hal ini memberikan gambaran bergaris pada bagianbasal sel dan
merupakan mekanisme pompa natrium yang aktif dari cairan tubular.
Setiap tubulus kontortus distal dihubungkan oleh saluran penghubung
pendek keduktus koligens yang kecil
Ansa Henle Segmen Tipis Mirip pembuluh kapiler darah, tetapi
epitelnya lebih tebal, shg sitoplasma lebihjelas terlihat Dalam
lumennya tidak terdapat sel-sel darahSegmen tipis. Peralihan dari
pars descendens yang tebal (tubulus proximalpars rekta) ke segmen
tipis biasanya mendadak, berselang beberapa sel denganperubahan
epitel kuboid dan torak rendah ke gepeng. Diameter luar segmen
tipishanya 12-15 m, dengan diameter lumen relatif besar, sedangkan
tinggi epitel hanya1-2 m.
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Desendens Mirip tub.kont.proximal,
tetapi diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis selalu
terpotong dlm berbagai potongan
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Asenden Mirip tub.kont.distal,
tetapi diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis selalu
terpotong dlm berbagai potongan epitel selapis kubis batas sel
lebih jelas Inti bulat, letak agak berdekatan Sitoplasma basofil
(biru) Tidak mempunyai brush border Absorbsi ion Na dalam pengaruh
aldosteron. Sekresi ion KSegmen tebal. Peralihan segmen tipis ke
segmen tebal tiba-tiba,dengan sel-sel yang bertambah tinggi dari
gepeng sampai kuboid. Pada nefronpanjang, perubahan terjadi di pars
ascendens. Pada nefron pendek, perubahan biasanya terdapat pada
pars descendens sehingga segmen tebal membentuk ansa. Melihat
strukturnya, segmen tebal mirip tubulus kontortus distal pars
kontorta, akan tetapi tinggi epitel lebih pendek dan inti cenderung
menonjol kelumen. Pars rekta tubulus distal berjalan dari medula ke
korteks, menuju korpuskel renal asal dan menempati tempat bersisian
dengan arteriol aferendan eferen sebagai makula densa, dengan
demikian membentuk bagian akhir ansa Henle.
2. Ductus koligentes Saluran pengumpul, menampung beberapa
tubulus distal, bermuara sebagai ductus papillaris Bellini di
papilla renis Mirip tub.kont.distal Batas sel epitel jelas Sel
lebih tinggi dan lebih pucat
Duktus koligen atau duktus eksretorius bukan merupakan bagian
dari nefron. Setiap tubulus kontortus distal berhubungan dengan
duktus koligens melalui sebuahcabang sampai duktus koligen yang
pendek yang terdapat dalam berkas medular;terdapat beberapa cabang
seperti itu. Duktus koligen berjalan dalam berkas medulamenuju
medula. Di bagian medula yang lebih ke tengah, beberapa duktus
koligens bersatu untuk membentuk duktus yang besar yang bermuara ke
apeks papila. Saluran ini disebut duktus papilaris (Bellini) dengan
diameter 100-200 m atau lebih. Muara ke permukaan papila sangat
besar, sangat banyak dan sangat rapat, sehingga papilatampak
seperti sebuah tapisan (area cribrosa). Sel-sel yang yang melapisi
saluran ekskretorius ini bervariasi ukurannya,mulai dari kuboid
rendah di bagian proximal sampai silindris tinggi di duktus
papilaris utama. Batas sel teratur dengan sedikit interdigitasi dan
umumnya seltampak pucat dengan beberapa organel. Duktus koligen
menyalurkan kemih darinefron ke pelvis ureter dengan sedikit
absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon anti-diuretik (ADH).
DEWI SUMBER HISTOLOGI NYA GA JELAS DARI SENIOR GA TAU GWLU
TAMBAH SENDIRI AJA SUMBERNYA DARI BUKU HISTOLOGI
1.2. Pembentukkan UrinFiltrasi
Merupakan proses pertama dalam pembentukan urin. Air, ion dan
zat makanan serta zat terlarut di keluarkan dari darah ke tubul us
proksimal. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula
Bowman harus melewati tiga lapisan yang membentuk membran
glomerulus, yaitu dinding kapiler glomerulus, membrana basal dan
lapisan dalam kapsula bowman.Sel darah dan beberapa protein besar
atau protein bermuatan negatif seperti albumin secara efektif
tertahan oleh karena ukuran dan mu atan pada membran filtrasi
glomerular. Sedangkan molekul yang berukuran lebih kecil atau yang
bermuatan postif, seperti air dan kristaloid akan tersaring. Tujuan
utama filtrasi glomerulus adalah terbentuknya filtrat primer di
tubulus proksimal (Sherwood, 2011). Tekanan yang berperan dalam
proses laju filtrasi glomerulus adalah tekanan darah kapiler
glomerulus, tekanan onkotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik
kapsula bowman. Tekanan kapiler glomerulus adalah tekanan cairan
yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler g lomerulus. Tekanan
darah glomerulus yang meningkat ini mendorong cairan keluar dari
glomerulus untuk masuk ke kapsula bowman di sepanjang kapiler
glomerulus dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi
glomerulus (Sherwood, 2011). GFR dapat dipengaruhi oleh jumlah
tekanan hidrostatik dan osmotik koloid yang melintasi membran
glomerulus. Tekanan onkotik plasma melawan filtrasi, penurunan
konsentrasi protein plasma, sehingga menyebabkan peningkatan GFR.
Sedangkan tekanan hidrostatik dapat meningkat secara tidak
terkontrol dan dapat mengurangi laju filtrasi. Untuk mempertahankan
GFR tetap konstan, maka dapat di kontrol oleh otoregulasi dan
kontrol simpatis ekstrinsik (Sherwood, 2011). Mekanisme otoregulasi
ini berhubungan dengan tekanan darah arteri, karena tekanan
tersebut adalah gaya yang mendorong darah ke dalam kapiler
glomerulus. Jika tekanan darah arteri meningkat, makaakan diikuti
oleh peningkatan GFR. Untuk menyesuaikan aliran darah glomerulus
agar tetap konstan,maka ginjal melakukannya dengan mengubah kaliber
arteriol aferen, sehingga resistensi terhadap aliran darah dapat di
sesuaikan. Apabila GFR meningkat akibat peningkatan tekanan darah
arteri, maka GFR akan kembali menjadi normal oleh konstriksi
arteriol aferen yang akan menurunkan aliran darah ke dalam
glomerulus (Sherwood, 2011). Selain mekanisme otoregulasi, untuk
menjaga GFR agar tetap konstan adalah dengan kontrol simpatis
ekstrinsik GFR. Diperantarai oleh masukan sistem saraf simpatis ke
arteriol aferen untuk mengatur tekanan darah arteri sehingga
terjadi perubahan GFR akibat refleks baroreseptor terhadap
perubahan tekanan darah(Sherwood, 2011). Dalam keadaan normal,
sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus di filtrasi dengan
tekanan filtrasi 10 mmHg dan menghasilkan 180 L filtrat glomerulus
setiap hari untuk GFR rata-rata 125 ml/menit pada pria dan 160
liter filtrat per hari dengan GFR 115 ml/menit untuk wanita
(Sherwood, 2011). Reabsorpsi tubulusReabsorpsi tubulus merupakan
proses menyerap zat-zat yang diperlukan tubuh dari lumen tubulus ke
kapiler peritubulus. Proses ini merupakan transport transepitel
aktif dan pasif karena sel-sel tubulus yang berdekatan dihubungkan
oleh tight junction. Glukosa dan asam amino direabsorpsi seluruhnya
di sepanjang tubulus proksimal melalu i transport aktif. Kalium dan
asam urat hampir seluruhnya direabsorpsi secara aktif dan disekresi
kedalam tubulus distal. Reabsorpsi natrium terjadi secara aktif
disepanjang tubulus kecuali pada ansa henle pars descendens. H2O,
Cl-, dan urea direabsorpsi dalam tubulus proksimal melalui transpor
pasif (Sherwood, 2011). Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada
tubulusmelalui dua cara yaitu:a. Transport aktifZat-zat yang
mengalami transport aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+,
PO4-,NO3-, glukosa dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion
khususnya ion Na+, melalui sel tubulus kedalam pembuluh kapiler
peritubuler disebabkan perbedaan ptensial listrik didalamep-itel
tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (-3m volt). Perbedaan
electrochemical gradient inimembentu terjadinya proses difusi.
Selain itu perbedaan konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar sel
tubulus membantu meningkatkan proses difusi tersebut. Meningkatnya
difusi natrium disebabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion
natrium relative tinggi. Keadaanini dimungkinkan karena terdapat
banyak mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses ini
memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus.b. Transpor
pasifTerjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi
air yang ada pada lumen tubulus, permiabilitas membrane tubulus
terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrate danperbedaan
muatan listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami
transfor pasif, misalnya ureum, sedangkan air keluar dari lumen
tubulus melalui proses osmosis. Perbedanpotensial listrik didalam
lumen tubulus dibandingkan diluar lumen tubulus menyebabkan
terjadinya proses dipusi ion Na+ dari lumen tubulus kedalam sel
epitel tubulus danselanjutnya menuju kedalam sel peritubulus.
Bersamaan dengan perpindahan ion Na+ diikutipula terbawanya ion
Cl-, HCO3- kedalam kapiler peritubuler. Kecepatan reabsorsi
iniditentukan pula oleh perbedaan potensial listrik yang terdapat
didalam dan diluar lumen tubulus. Sedangkan sekresi tubulus melalui
proses: sekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktifmerupakan
kebalikan dari transpor aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi
dari kapilerperitubuler kelumen tubulus. Sedangkan sekresi pasif
melalui proses difusi. Ion NH3- yangdisintesa dalam sel tubulus
selanjutnya masuk kedalam lumen tubulus melalui proses
difusi.Dengan masuknya ion NH3- kedalam lumen tubulus akan membantu
mengatur tingkat keasaman cairan tubulus. Kemampuan reabsorpsi dan
sekresi zat-zat dalam berbagai segmentubulus berbeda-beda.
Tubulus Proksimal-Mempunyai: daya reabsorpsi tinggi;
brushborder; membran basolateral yg luas; banyak
mitokondria-Reabsorpsi aktif Na+, 65% dari jumlah yg difiltrasi
(juga K+)-Reabsorpsi aktif sekunder : glukosa, asam amino, HCO3-,
fosfat, sulfat-Reabsorpsi pasif/parasel : urea(50% direabsorbsi),
klorida(berdasarkan reabs Na+)dan H2O(65% direabsorbsi)
Ansa Henle-Ansa Henle desenden yg tipis: permeabel untuk air,
sedikit untuk solut (urea,sodium [Na+]); hanya sampai medula luar,
pada nefron jukstamedula sampai medula dalam mendekati papilla.
Cairan ujungnya : hiperosmotik. Ujung ansa Henle tipis nefron
jukstamedula 1200 mosm/L. Diserap 20% air-Ansa Henle asenden yg
tipis: tidak permeabel untuk air, permeabel untuk NaCl(keluar) dan
urea (masuk)-Ansa Henle asenden yg tebal: tidak permeabel untuk
airkotranspor Na+, K+, 2CL-melalui transpor aktif sekunder.
Mempunyai Na+ - H+countertransport di membran lumen mengsekresi H+.
Reabsorpsi HCO3-.Ansa Henle tipis dan tebal diserap 25% solut :
Na+, CL-, K+, Ca++, Mg++, HCO3- diluting segment
Tubulus Distal-Reabsorpsi Na+ & sekresi K+ dikontrol
aldosteron menggiatkan dan menambahpompa Na+ -K+dan menggiatkan
saluran Na+ luminal.-Sekresi aldosteron naik pada plasma Na+rendah,
plasma K+tinggi, ACTH naik, Angiotensin II naik-Mereabsorpsi Na+
kira-kira 2%
Duktus Coligens-Reabsorbsi H2O bervariasi (menyerap 4.7% air)
,dikontrol oleh vasopresin (ADH)
Berikut ini merupakan zat-zat yang di reabsorpsi di ginjal :a.
Reabsorpsi Glukosa Glukosa direabsorpsi secara transport aktif di
tubulus proksimal. Proses reabsorpsi glukosa ini bergantung pada
pompa Na ATP-ase, karena molekul Na tersebut berfungsi untuk
mengangkut glukosa menembus membran kapiler tubulus dengan
menggunakan energi (Sherwood, 2011).b. Reabsorpsi Natrium
Natrium yang difiltasi seluruhnya di glomerulus, 98-99% akan
direabsorpsi secara aktif di tubulus. Sebagian natrium 67%
direabsorpsi di tubulus proksimal, 25% di reabsorpsi di lengkung
henle dan 8% di tubulus distal dan tubulus pengumpul (Sherwood,
2011). Natrium yang direabsorpsi sebagian ada yang kembali ke
sirkulasi kapiler dan dapat juga berperan penting untuk reabsorpsi
glukosa, asam amino, air dan urea (Corwin, 2009)c. Reabsorpsi Air
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di sepanjang tubulus.
Dari H2O yang difiltrasi, 80% akan direabsorpsi di tubulus
proksimal dan ansa henle. Kemudian sisa H2O sebanyak 20% akan
direabsorpsi di tubulus distal dan duktus pengumpul dengan kontrol
vasopressin (Sherwood, 2011). d. Reabsorpsi Klorida
Ion klorida yang bermuatan negatif akan direabsorpsi secara
pasif mengikuti penurunan gradien reabsorpsi aktif dari natrium
yang bermuatan positif. Jumlah Cl- yang direabsorpsi ditentukan
oleh kecepatan reabsorpsi Na (Sherwood, 2011). e. Reabsorpsi Kalium
Kalium difiltrasi seluruhnya di glomerulus, kemudian akan
direabsorpsi secara difusi pasif di tubulus proksimal sebanyak 50%,
40% kalium akan direabsorpsi di ansa henle pars asendens tebal, dan
sisanya direabsorpsi di duktus pengumpul (Corwin, 2009). f.
Reabsorpsi Urea Urea merupakan produk akhir dari metabolisme
protein. Ureum akan difiltrasi seluruhnya di glomerulus, kemudian
akan direabsorpsi sebagian di kapiler peritubulus, dan urea tidak
mengalami proses sekresi. Sebagian ureum akan direabsorpsi di ujung
tubulus proksimal karena tubulus kontortus proksimal tidak
permeable terhadap urea. Saat mencapai duktus pengumpul urea akan
mulai direabsorpsi kembali (Sherwood, 2011). g. Reabsorpsi Fosfat
dan Kalsium Ginjal secara langsung berperan mengatur kadar kedua
ion f osfat dan kalsium dalam plasma. Kalsium difiltrasi seluruhnya
di g lomerulus, 40% direabsorpsi di tubulus kontortis proksimal dan
50% di reabsorpsi di ansa henle pars asendens. Dalam reabsorpsi
kalsium di kendalikan oleh hormon paratiroid. Ion fosfat yang
difiltrasi, akan direabsorpsi sebnayak 80% di tubulus kontortus
proksimal kemudian sisanya akan dieksresikan ke dalam urin.
Sekresi TubulusSekresi adalah proses perpindahan zat dari
kapiler peritubuluskembali ke lumen tubulus. Proses sekresi yg
terpenting adalah sekresi H+,K+ dan ion-ion organik. Proses sekresi
ini melibatkan transportasi transepitel. Di sepanjang tubulus, ion
H+ akan disekesi ke dalam cairan tubulus sehingga dapat tercapai
keseimbangan asam basa. Asam urat dan K+ disekresi ke dalam tubulus
distal. Sekitar 5% dari kalium yang terfiltrasi akan dieksresikan
dalam urine dan kontrol sekresi ion K+ tersebut diatur oleh hormon
antidiuretik (ADH).Bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus
adalah: Ion hidrogenSekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam
pengaturan keseimbangan asam basa tubuh,tingkat sekresi H
tergantung pada keasaman carian tubuh Ion kaliumZat ini secara
aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi
ditubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi kalium di awal bersifat
konstan dan tidakdiatur sedangkan sekresi di akhir tubulus
bervariasi dan dibawah kontrol. Dalamkeadaan normal, jumlah K+ yang
dieksresikan dalam urin adalah 10% - 15% namunhampir seluruh K+
yang difiltrasi akan direabsorpsi. Ion kalium ini direabsorpsi
dalamjumlah banyak dengan sedikit atau bahkan tidak ada yang
disekresi apabila tubuhkekurangan K+ begitupun sebaliknya.Terdapat
2 hal yang dapat mengubah kecepatan sekresi K+ yaitu Hormon
aldosteronpeningkatan konsentrasi K+merangsang korteks
adrenalsekresi aldosteronK+ berlebihan itu akan di eksresi.
Begitupun sebaliknya Status asam basa tubuhdalam keadaan normal,
ginjal akan mensekresikan K+ tetapi dalam keadaan status cairan
tubuh terlalu asam, tubuh akan mensekresi H+ sebagai kompensasi
sehingga menyebabkan sekresi K+ akan berkurang,
begitupunsebaliknyaSetelah melalui ketiga proses diatas,
selanjutnya merupakan proses eksresi urin,sebelum urin dikeluarkan
melalui proses berkemih / mikturisi terlebih dulu urin disimpan
sementara dalam kandung kemih. Kontraksi pada otot polos dalam
dinding uretra mendorong urin bergerak dari ginjal menuju kandung
kemih. Dinding kandung kemih berlipat-lipat menjadirata ketika
kandung kemih terisi untuk meningkatkan kapasitas tampungan kandung
kemih,karena urin secara terus menerus dibentuk oleh ginjal,
sehingga urin tidak perlu dikeluarkan setiap saat
Pembentukan Urin Yang Dihasilkan Oleh Filtrasi Glomerulus,
Reabsorpsi Tubulus dan Sekresi Tubulus. Banyak zat yang harus
dibersihkan dari darah terutama produk akhir metabolisme seperti
urea, kreatinin, asam urat yang hanya sedikit direabsorpsi, dan
disekresikan ke dalam lumen tubulus, sehingga laju eksresinya
tinggi. Elektrolit seperti natrium, klorida, bikarbonat dan kalium
banyak yang direabsorpsi, namun hanya sedikit yang dieksresikan ke
urin. Kecepatan eksresi urin bergantung pada 3 proses dalam ginjal
yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi yang dinyatakan dengan
persamaan (Guyton, 2011) : Kecepatan ekskresi urin = Laju filtrasi
laju reabsorpsi + laju sekresi Jika suatu zat difiltrasi secara
bebas oleh glomerulus, tetapi tidak di reabsorpsi atau disekresi
menunjukkan bahwa laju eksresinya sama dengan laju filtrasi
glomerulus. Zat tersebut adal ah inulin dan kreatinin, yang akan
dieksresi di urin seluruhnya setelah difiltrasi. Berbeda dengan ion
elektrolit, karena elektrolit setelah difiltrasi bebas, akan
direabsorpsi sebagian kembali ke sirkulasi. Oleh karena itu, laju
eksresi urin pada elektrolit lebih rendah daripada laju filtrasi
glomerulus. Zat seperti asma amino dan glukosa se telah difiltrasi,
seluruhnya akan direabsorpsi oleh tubulus. Jika suatu zat setelah
difiltrasi tidak direabsorpsi, namun disekresi di tubulus maka zat
tersebut dibersihkan dari darah dan dieksresi dalam jumlah besar ke
urin. Kecepatan eksresi dihitung sebagai laju filtrasi
ditambahdengan laju sekresi tubulus.Komposisi Urin terdiri dari 95%
air dan mengandung zat terlarut sebagai berikut:1. Zat buangan
nitrogen, meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari
katabolismeasam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraian
kreatin fosfat dalam jaringan otot.2. Asam hipurat, adalah produk
sampingan pencernaan sayuran dan buah.3. Badan keton, yang
dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen normal
dalamjumlah kecil.4. Elektrolit, meliputi ion natrium, klor,
kalium, amonium, sulfat, fosfat, kalsium, danmagnesium.5. Hormon
atau metabolit hormon ada secara normal dalam urin.6. Berbagai
jenis toksin atau zat kimia asing,pigmen,vitamin, atau enzim secara
normalditemukan dalam jumlah yang kecil.7. Konstituen abnormal,
meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar
badanketon, zat kapur (terbentuk saat zat mengeras dalam tubulus
dan dikeluarkan), dan batuginjal atau kalkuli.Zat normal dalam
urine:a. Urea, hasil akhir utama dari katabolisme protein. Sehari
diekskresikan 25 gr, tergantungintake proteinnya. Ekskresi naik
pada saat demam, penyakit kencing manis, aktivitashormon
adrenokortikoid yang berlebihan. Di hepar, urea dibentuk dari
siklus urea (ornitindari CO2 dan NH3. Pembentukan urea menurun pada
penyakit hepar dan asidosis.b. Ammonia, dikeluarkan dari sel
tubulus ginjal, pada asidosis pembentukan amonia akannaik.c.
Kreatinin, hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah
jumlah mg kreatinin yangdiekskresikan dalam 24 jam/kg BB. Nilai
normal pada laki-laki adl 20-26 mg/kg BB.Sedang pada wanita adl
14-22 mg/kg BB. Ekskresi kreatinin meningkat pada penyakitotot.d.
Asam urat, hasil oksidasi purin di dalam tubuh. Kelarutannya dalam
air kecil tetapi larutdalam garam alkali. Ekskresinya meningkat
pada leukimia, penyakit hepar dan gout.Dengan arsenofosfotungstat
dan natrium sianida, memberi warna biru. Ini merupakandasar
penetapan asam urat secara kolometri oleh Folin. Dengan enzim
urikase akanmenjadi allantoin.e. Asam amino, pada dewasa kira2
diekskresikan 150-200 mg N per harif. Allantoin, hasil oksidasi
asam uratg. Cl, dikeluarkan dlm bentuk NaCl, tergantung intakenya.
Ekskresi 9-16 g/harih. Sulfat, hasil metabolisme protein yang
mengandung AA dg atom S, ex: sistein, sistin,metionin. Sulfat ada 3
bentuk: seulfat anorganik, sulfat ester (konjugasi) dan sulfat
netrali. Fosfat, di urin berikatan dg Na, K, Mg, Ca. Garam Mg dan
Ca fosfat mengendap padaurin alkalis. Ekskresinya dipengaruhi
pemasukan protein, kerusakan sel, kerusakan tulang pada
osteomalasia dan hiperparatiroidisme ekskresinya naik dan menurun
padapenyakit infeksi dan hipoparatiroidisme.j. Oksalat, pd metab
herediter ttt, ekskresinya naik.k. Mineral, Kationnya (Na, K, Ca,
Mg). Ekskresi K naik pada kerusakan sel, pemasukanyang berlebih dan
alkalosis. Ekskresi ion K dan Na dikontrol korteks adrenall.
Vitamin, hormon dan enzim: pada pankreatitis amilase dan
disakaridase meningkat. Hormon Choriogonadotropin (HCG) terdpt pd
urine wanita hamil
Sifat fisik1. Warna. Urin encer biasanya kuning pucat dan kuning
pekat jika kental. Urine segarbiasanya jernih dan menjadi keruh
jika didiamkan.2. Bau. Urin memiliki bau yang khas dan cenderung
berbau amonia jika didiamkan. Bau inidapat bervariasi sesuai dengan
diet; misalnya, setelah makan asparagus. Pada diabetesyang tidak
terkontrol, aseton menghasilkan bau manis pada urin.3. Asiditas
atau alkalinitas. pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan
biasanya sekitar6,0; tetapi juga bergantung pada diet. Ingesti
makanan yang berprotein tinggi akanmeningkatkan asiditas, sementara
diet sayuran akan meningkatkan alkalinitas.4. Berat jenis urin,
berkisar antar 1,001 sampai 1,035; bergantung pada konsentrasi
urin.
SEBAGIAN SUMBER DARI FISIOLOGI PEMBENTUKKAN URIN DARI BUKU
FISIOLOGI SHERWOOD
TATALAKSANABATASAN . 1. Remisi: proteinuria negatif atau trace
(proteinuria < 4 mg/m2 LPB/ jam) 3 hari berturut-turut dalam 1
minggu . 1. Relaps: proteinuria 2+ (proteinuria >40 mg/m2
LPB/jam) 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu 1. Relaps jarang:
relaps kurang dari 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons awal
atau kurang dari 4 x per tahun pengamatan . 1. Relaps sering
(frequent relaps): relaps 2 x dalam 6 bulan pertama setelah respons
awal atau 4 x dalam periode 1 tahun . 1. Dependen steroid: relaps 2
x berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau
dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan . 1. Resisten steroid:
tidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (full
dose) 2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu. . 1. Sensitif steroid: remisi
terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu
1. DiitetikPemberian diit tinggi protein dianggap merupakan
kontraindikasi karena akan menambah beban glomerulus untuk
mengeluarkan sisa metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan
menyebabkan sklerosis glomerulus. Bila diberi diit rendah protein
akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP) dan menyebabkan
hambatan pertumbuhan anak. Jadi cukup diberikan diit protein normal
sesuai dengan RDA (recommended daily allowances) yaitu 1,5-2
g/kgbb/hari. Diit rendah garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan selama
anak menderita edema.
1. Diuretik
1. Steroid
INDIKASI BIOPSI GINJALBiopsi ginjal terindikasi pada
keadaan-keadaan di bawah ini: 1. Pada presentasi awal 1. Awitan
sindrom nefrotik pada usia