LI 1. Memahami dan menjelaskan puskesmas.LO 1.1 Definisi
puskesmas.Menurut Depkes 1991 puskesmas adalah Suatu kesatuan
organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.LO 1.2
Program pokok puskesmas mengenai kesehatan anak,ibu dan
remaja.Program Pokok Puskesmas1) KIA2) KB3) Usaha Kesehatan Gizi4)
Kesehatan Lingkungan5) Pemberantasan dan pencegahan penyakit
menular6) Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan7)
Penyuluhan kesehatan masyarakat8) Kesehatan sekolah9) Kesehatan
olah raga10) Perawatan Kesehatan11) Masyarakat12) Kesehatan
kerja13) Kesehatan Gigi dan Mulut14) Kesehatan jiwa15) Kesehatan
mata16) Laboratorium sederhana17) Pencatatan dan pelaporan dalam
rangka SIK18) Pembinaan pemgobatan tradisional19) Kesehatan
remaja20) Dana sehat
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):a.
Upaya promosi kesehatanb. Upaya kesehatan lingkunganc. Upaya
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencanad. Upaya perbaikan
gizi masyarakate. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menularf. Upaya pengobatanLO 1.3 Tugas pokok dokter
puskesmas.Jabatan:DOKTER UMUM
Fungsi Pokok:Membantu Kepala Puskesmas dalam melaksanakan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di
wilayah kerja Puskesmas
Tugas Pokok
: Melakukan pemeriksaan dan pengobatanserta konsultasi medis
padapasiendi Puskesmas Memberikan pelayanan rujukanmedis serta
surat-surat yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan kesehatan
Bertanggung jawab dan melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan kepada Kepala Puskesmas. Bersama dengan Kepala
Puskesmas melaksanakan fungsi manajemen Puskesmas Membina
pengelolaan yang berkaitan dengan obat-obatan Melaksanakan UKM di
posyandu balita, lansia dan kelompok masyarakat Meningkatkan upaya
kesehatan dilingkungan sekolah dengan jalan penyuluhan, pembinaan
kader UKS, dokter kecil, sekolah sehat. Membantu menyusun laporan
tahunan, profil kesehatan puskesmas. Berperan serta dan bertanggung
jawab dalam program 5 bebas (bebas asap rokok, bebas sampah, bebas
air tergenang,, bebas semak, bebas debu) Berkoordinasi lintas
programdanlintas sektorserta menghadiri pertemuan-pertemuan
kedinasan yang diperintahkan atasan Mengikuti seminar profesi atau
kursus atau pelatihan dalam rangka peningkatan mutu SDM.
Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan atasan sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku.
LI 2. Memahami dan menjelaskan Sistem audit kematian maternal
perinatalLO 2.1 AuditMaternal-PerinatalPelaksanaan
AuditMaternal-Perinatal(AMP) merupakan salah satu upaya pencegahan
sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan resiko kematian ibu dan
bayinya. Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama
kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta
penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan
pengalaman dari suatu kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan
mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah.Audit maternal
perinatalmerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan
dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan
kematian dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan
tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab yang
dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata
lain, istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and
case follow up.Tujuan Tujuan UmumTujuan umum audit maternal
perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah
kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan perinatal Tujuan khususTujuan khusus audit maternal adalah
:a. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan
perinatal secara teratur dan berkesinambungan, yang dilakukan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau swasta
dan puskesmas, rumah bersalin (RB), bidan praktek swasta atau BPS
di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota
provinsib. Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing
pihak yang di perlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang
ditemukan dalam pembahasan kasusc. Mengembangkan mekanisme
koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit
pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap
intervensi yang disepakati.Metode AMP1. Penyelenggaraan pertemuan
dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan kab/kota
bersama dengan RS kab/kota, berlangsung sekitar 2 jam. Pertemuan
sebaiknya dilakukan di RS kab/kota dan kadinkes/direktur RS
memimpin acara tetapi moderator pembahasan klinik adalah
dokterahli. Presentasi kasus dilakukan oleh dokter/bidan RS
kab/kota atau puskesmas terkait, tergantung dimana kasus
ditangani2. Kasus yang dibahas dapat berasal dari kab/kota atau
puskesmas. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal di RS
kab/kota/puskesmas hendaknya di audit, demikian pula kasus
kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya3. Audit
yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus
sejak dari: Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh
keluarga/tenaga kesehatan dirumah Siapa saja yang memberikan
pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan Sampai kemudian
meninggal atau dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian tersebut
diperoleh indiksai dimana letak kesalahan/kelemahan dalam
penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program
KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah
kesakitan/kematian ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.
Kesimpulan hasil dicatat dalam from MA untuk kemudian disampaikan
dan dibahas oleh tim AMP dalam merencanakan kegiatan tindak lanjut
secara nyata4. Pertemuan ini bersifat pertemuan penyelesaian
masalah dan tidak bertujuan untuk menyalahkan atau memberi sanksi
salah satu pihak5. Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir,
notulen hasil pertemuan dan rencana tindak lanjut yang akan
disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yang akan datang6.
RS kab/kota dan puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu
perinatal ke dinas kab/kota dengan memakai format yang
disepakati
Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota
sebagai berikut :1. Pembentukan tim AMP2. Penyebarluasan informasi
dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP3. Menyusun rencana kegiatan
(POA) AMP4. Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP5.
Pelaksanaan kegiatan AMPPersiapan pelaksanaan kasus yg menarik
lokasi ditentukan AMP format pencatat & pelaporan
PencatatanDalam melaksanakan AMP ini diperlukan mekanisme
pencatatan yang akurat baik ditingkat puskesmas maupun di tingkat
RS kab/kota. Pencatatan yang diperlukan adalah sebagai
berikut:Tingkat puskesmasSelain menggunakan rekam medis yang suadah
ada di puskesmas, ditambahkan pula;1. Form R (formulir Rujukan
Maternal dan Perinatal)2. Form OM dan OP (formulir otopsi Verbal
maternal dan perinatal)form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu
hamil/bersalin/nifas dan perinatal yang meninggal, sedangkan form
OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal. Untuk mengisi
formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang
meninggal oleh tenaga puskesmasRS kabupaten/kotaFormulir yang
dipakai adalah1. Form MP (formulir maternal dan perinatal)form ini
mencatat semua data dasar ibu bersalin/nifas dan perinatal yang
masuk ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat2. Form MA
(formulir Medical Audit)form ini dipakai untuk menulis
hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun perinatal, yang mengisi
format ini adalah dokter yang bertugas di bagian kebidanan dan
kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus
perinatal)
Pelaporan Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang
yaitu:1. Laporan dari RS kab/kota ke dinkes (LAP RS)laporan bulanan
ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab
kematian) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit
kandungan serta bagian anak. Laporan jumlah persalinan normal &
patologis, rujukan & kematian, pelaporan komplikasi yang paling
sering trjd pd ibu & BBL2. Laporan dari puskesmas ke dinas
kesehatan kab/kota (LAP PUSK)3. Laporan dari dinkes kab/kota ke
tingkat dinkes propinsi (LAP KAB/KOTA)laporan triwulan ini berisi
informasi mengenai kasus ibu dan perinatal yang ditangani oleh RS
kab/kota, puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnyaserta tingkat
kematian dari tiap jenis komplikasi. Laporan ini merupakan
rekapitulasi dari form MP dan form R yang hendaknya diusahakan agar
tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke
RS.pada tahap awal, jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi
yang paling sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal.
6. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari
kegiatan audit maternal oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
bekerjasama dengan RS7. Pemantauan dan evaluasi
TigapersyaratanAudit Medik yang perlu dipenuhi :1.Audit
Medikyaitu komponen penting dalam quality assurance dan
merupakanbagian dasar dalam proses pengelolaan. Semua aktifitas
medik dapat di audit, semua aktifitas yang berhubungan dengan
dokter diembel-embeli kata medik. Di bidang perinatal misalnya
bidan-perawat istilah menjadi audit klinik.2.Sistematisharus secara
sistematis karena tidak semua kegiatan dapat di audit secara
bersamaan. Subjek yang akan di audit harus dipelajari secara
cermat, audit dilakukan secra ilmiah seperti penelitian
klinik.3.Kritisdiperlukan review oleh peergroup. Peserta audit
harus mengerti atas keadaannya dan harus berani mengungkapkan
kenyataan yang ada.Siapa saja yang ikut audit tidak boleh merasa
terancam karena kesalahan bukan semata kesalahan perseorangan
tetapi kesalahan sistem. Jika audit dilakukan secara benar maka
semua permasalahan akan terungkap. Kasus yang sifatnya sangat
pribadi dapat dilakukan audit tersendiri.Pada satu audit diperlukan
dua atau lebih dokter spesialis senior agar audit mendengarkan pula
pendapat para senior. Audit harus lebih menonjolkan fakta
(evidence) ketimbang ideologi atau opini seorang ahli sekalipun.LO
2.2 Angka Kematian IbuAngka kematian ibu merupakan angka yang
didapat dari jumlah kematian ibu untuk setiap 100.000 kelahiran
hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Penyebab
kematian tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan kehamilan, dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari.
Dalam upaya memudahkan identifikasi kematian ibu, WHO telah
menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan adanya
sistem ini, diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan
tindakan, dan pada akhirnya akan menurunkan angka kematian
ibu.Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil
survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke
waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan
pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras
yang terus menerus.Cara MenghitungKemudian kematian ibu dapat
diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000
kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka
fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu
kematian maternal per 100.000 kelahiranRumus
Dimana: Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya
kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42
hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada
tahun tertentu, di daerah tertentu. Konstanta =100.000 bayi lahir
hidup.
Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun
1994-2015(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)
Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional
dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan
penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI
survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000
Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi
di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.
I. Penyebab Kematian Ibu MelahirkanSejumlah kondisi mayor
terkait dengan angka mortalitas maternal. Penyebab mayor dari
kematian ibu ternyata berkontribusi besar terhadap kematian
bayi.Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil
menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor
yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan
kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni
pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan
infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup
penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik,
latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan
masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun
dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang
reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis,
tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender,
nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki
terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang
menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara
sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat.
Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik
oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.Penyebab
kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat
tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi
aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa
diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28
persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa
nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini
mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses
kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal
yang tepat waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian
ibu, yaitu 24 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia
adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya
dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah
yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.
4T (Terlambat)1. Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi
pada ibu hamil di tingkat keluarga2. Terlambat untuk memutuskan
mencari pertolongan pada tenaga kesehatan3. Terlabat untuk datang
di fasilitas pelayanan kesehatan4. Terlambat untuk mendapatkan
pertolongan pelayanan kesehatan yang cepat dan berkualitas di
fasilitas pelayanan kesehatan
4T (Terlalu), yang mempunyai resiko tinggi:1. Terlalu muda2.
Terlalu tua3. Terlalu sering4. Terlalu banyak
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga
KesehatanSalah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah
disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh
tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen
persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan
dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga
medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003
menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa ada
pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini
tidak menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90 % pada
tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bisa
berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi
geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa
faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar
daerah akan berbeda satu sama lain.
Upaya Menurunkan AKI1. Peningkatan pelayanan kesehatan primer
menurunkan AKI 20%2. Sistem rujukan yang efektif menurunkan sampai
80%
Upaya safe motherhoodTahuin 1988 diadakan Lokakarya
Kesejahteraan Ibu, yang merupakan kelanjutan konferensi tentang
kematian ibu di Nairobi setahuin sebelumnya. Lokakarya bertujuan
mengemukakan betapa kompleksnya masalah kematian ibu, sehingga
penanganannya perlu dilaksanakan berbagai sector dan pihak terkait.
Pada waktu itu ditandatangani kesepakatam oleh sejumlah 17 sektor.
Sebagai koordinator dalam upaya itu ditetapkan Kantor Menteri
Negara Urusan Peranan Wanita ( sekarang : Kantor Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan ).Tahun 1990-1991, Departemen Kesehatan
dibantu WHO, UNICEF, dan UNDP melaksanakan Assessment Safe
Motherhood. Suatu hasil dari kegiatan ini adalah rekomendasi
Rencana Kegiatan Lima Tahun. Departemen Kesehatan menerapkan
rekomendasi tersebut dalam bentuk strategi operasional untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu ( AKI ). Sasarannya adalah
menurunkan AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada 1986,
menjadi 225 pada tahun 2000.Awal tahun 1996, Departemen Kesehatan
mengadakan Lokakarya Kesehatan Reproduksi, yang menunjukkan
komitmen Indonesia untuk melaksanakan upaya kesehatan resproduksi
sebagaimana dinyatakan dalam ICPD di Kairo. Pada pertengahan tahun
itu juga, Menperta meluncurkan Gerakan Sayang Ibu, yaitu upaya
advokasi dan mobilisasi social untuk mendukung upaya percepatan
penurunan AKI.
Intervensi strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan
sebagai empat pilar safe motherhood, yaitu :a. Keluarga berencana,
yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke
informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat
untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian
diharapkan tidak ada kehamilan yang tak diinginkan. Kehamilan yang
masuk dala, kategori 4 terlalu, yaitu terlalu muda atau terlalu tua
untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak.b.
Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetrik
bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai.c. Persalinan yang aman,
memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan
bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayid.
Pelayanan obstetrik esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetrik
untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang
membutuhkannya.Salah satu upaya terobosan yang cukup mencolok untuk
mencapai keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah 54.120 bidan
ditempatkan di desa selama 1989/1990 sampai 1996/1997. Dalam
pelaksanaan operasional, sejak tahun 1994 diterapkan strategi
berikut :a. Penggerakan Tim Dati II ( Dinas Kesehatan dan seluruh
jajarannya sampai ke tingkat kecamatan dan desa, RS Dati II dan
pihak terkait ) dalam upaya mempercepat penurunan AKI sesuai dengan
peran dan fungsinya masing-masing.b. Pembinaan daerah yang intensif
di setiap Dati II, sehingga pada akhir Pelita VII : Cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 80% atau lebih. Cakupan
penanganan kasus obstetrik ( resiko tinggi dan komplikasi obstetrik
) minimal meliputi 10% seluruh persalinan. Bidan mampu memberikan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetrik neonatal dan
puskesmas sanggup memberikan pelayanan obstetrik-neonatal esensial
dasar ( PONED ), yang didukung oleh RS Dati II sebagai fasilitas
rujukan utama yang mampu menyediakan pelayanan obstetrik-neonatal
esensial komprehensif ( PONEK ) 24 jam; sehingga tercipta jaringan
pelayanan obstetrik yang mantap dengan bidan desa sebagai ujung
tombaknya.c. Penerapan kendali mutu layanan kesehatan ibu, antara
lain melalui penerapan standar pelayanan, prosedur tetap, penilaian
kerja, pelatihan klinis dan kegiatan audit maternal-perinatal.d.
Meingkatkan komunikasi, informasi, dan esukasi ( KIE ) untuk
mendukung upaya percepatan penurunan AKIe. Pemantapan keikutsertaan
masyrakat dalam berbagai kegiatan pendukung untuk mempercepat
penurunan AKI
Mempercepat Penurunan AKI1. Peningkatan deteksi dan penanganan
RISTI2. Peningkatan cakupan pertolongan/pendampingan3. Peningkatan
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan maternal4. Peningkatan
pembinaan teknis bidan5. Pemantapan kerja Dinkes dan RS6.
Pemantapan kemampuan pengelolaan KIA7. Peningkatan peran serta
lintas program
Indikator Keberhasilan1. Jumlah kematian maternal menurun2.
Cakupan akses dan pelayanan ANC3. Cakupan persalinan yang
ditolong/didampingi4. Adanya fasilitas POED dan POEK5. Proporsi
RISTI yang ditangani adekuat6. Case fatality rate RISTI per tahun
dibagi jumlah RISTI yang ditangani kali 100%7. Presentasi bedah
sesar terhadap seluruh persalinan
Program Dari PuskesmasStandar minimal ANC:1. Medical record2.
Anamnesis3. Pemeriksaan fisik 7K4. Pemeriksaan penunjang K1:
golongan darah, Hb, AL, urine (protein, reduksi)5. Pemeriksaan pada
minggu 12: Hb, AL, urine, konsultasi gizi6. Pemeriksaan pada minggu
ke 36: Hb, AL, CT, BT, urine7. Konsultasi dokter ahli pada minggu
12, 28, 36, 408. USG: Minggu 12: kondisi janin Minggu 28:
presentasi, kelainan plasenta Minggu 36: presentasi, rencana
persalinan
LO 2.3 Infant Mortality Rate IMR (Infant Mortality Rate) atau
Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh
faktor pendidikan, sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Dan
kebijakan pemerintah untuk menekan tingkat kematian bayi di
Indonesia sangat berperan untuk meningkatkan angka harapan hidup
bayi. Secara matematis Angka
Kematian Bayi dirumuskan :IMR =jumlah kematian bayi usia 35
tahun) Pada usia ini kemungkinan terjadi problem kesehatan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, anemis, saat persalinan terjadi
persalinan lama, perdarahan dan risiko cacat bawaan.Jarak kehamilan
terlalu dekat (< 2 tahun) Bila jarak anak terlalu dekat, maka
rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini
perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama, atau perdarahan. Jumlah anak terlalu banyak (>
4 anak) Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil
lagi, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama,
karena semakin banyak anak, rahim ibu makin melemah.Ibu dengan
tinggi badan kurang dari 145 cm Pada ibu hamil yang memiliki tinggi
badan kurang dari 145 cm, dalam keadaan seperti itu perlu
diwaspadai adanya panggul sempit karena dapat mengalami kesulitan
dalam melahirkan. Kehamilan lebih bulan (serotinus) Kehamilan yang
melewati waktu 42 minggu belum terjadi persalinan, dihitung
berdasarkan rumus Naegele. Gejala dan tanda: Kehamilan belum lahir
setelah melewati waktu 42 minggu, gerak janinnya makin berkurang
dan kadang-kadang berhenti sama sekali, air ketuban terasa
berkurang, kerentanan akan stres.Penanganan: Persalinan anjuran
atau induksi persalinan. Bila keadaan janin baik maka tunda
pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin
dan tes tanpa tekanan 3 hari. Bila hasil positif, segera lakukan
seksio sesarea Persalinan lama Partus lama adalah partus yang
berlangsung lebih dari 24 jam untuk primigravida dan 18 jam bagi
multigravida. Penyebabnya adalah kelainan letak janin, kelainan
panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan. Gejala dan tanda: KU
lemah, kelelahan, nadi cepat, respirasi cepat, dehidrasi, perut
kembung dan edema alat genital. Bahaya: Bisa terjadi infeksi, fetal
distres dan ruptur uteri. Penanganan: Memberikan rehidrasi dan
infus cairan pengganti, memberikan perlindungan
antibiotika-antipiretika.Kehamilan risiko tinggi Penyakit pada ibu
hamilAnemia Anemia Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu
kesehatan ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2003, p.24).
Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 g% pada
trimester 1 dan 3 dan 35 tahun) Paritas (primigravida atau para
lebih dari 6) Riwayat kehamilan yang lalu : - 2 kali abortus - 2
kali partus prematur - Kematian janin dalam kandungan atau kematian
perinatal - Perdarahan paska persalinan - Pre-eklampsi dan eklampsi
- Kehamilan mola - Pernah ditolong secara obstetri operatif -
Pernah operasi ginekologik - Pernah inersia uteri Disproporsi
sefalo pelvik, perdarahan antepartum, pre-eklampsi dan eklampsi,
kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak pada hamil tua,
dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan terakhir 5
tahun, inkompetensi serviks, postmaturitas, hamil dengan tumor
(mioma atau kista ovarii), uji serologis lues positif. b.
Komplikasi medis Anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes
melitus, obesitas, penyakit saluran kencing, penyakit hati,
penyakit paru dan penyakit-penyakit lain dalam kehamilan. Faktor
Risiko Faktor risiko merupakan situasi dan kondisi serta keadaan
umum ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas akan memberikan
ancaman pada kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya.
Keadaan dan kondisi tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis
dan non medis. Faktor non medis antara lain adalah kemiskinan,
ketidak tahuan, adat, tradisi, kepercayaan, dan lain-lain. Hal ini
banyak terjadi terutama pada negara berkembang, yang berdasarkan
penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.
Dimasukkan pula dalam faktor non medis adalah sosial ekonomi
rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran memeriksakan kehamilan
secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba
kekurangan. Faktor medis antara lain adalah penyakit-penyakit ibu
dan janin, kelainan obstetri, gangguan plasenta, gangguan tali
pusat, komplikasi persalinan, penyakit neonatus dan kelainan
genetik. Menurut Backett faktor risiko itu bisa bersifat biologis,
genetika, lingkungan atau psikososial. Namun dalam kesehatan
reproduksi kita dapat membaginya secara lebih spesifik, yaitu: 1.
Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan 2. Faktor medis
biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria.
3. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain.
4. Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit
endemis, dan lain-lain. 5. Faktor sosioekonomi budaya : pendidikan,
penghasilan. Seharusnya faktor risiko dikenali oleh ibu hamil serta
keluarga sehingga ibu-ibu dengan kehamilan risiko tinggi mendapat
pertolongan yang semestinya. Deteksi Dan PencegahanUntungnya semua
kelainan yang menjadi risiko kehamilan di usia rawan sudah bisa
dideteksi. Sebagian malah dapat dicegah dan yang lain bisa dirawat
sehingga mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitasnya. Tekanan
darah, misalnya bisa diukur dan diobati sehingga dapat mencegah
terjadinya preeklamsia. Kasus plasenta previa juga dapat ditangani
dengan bedah sesar Jadi sebagian kelainan bisa dikoreksi. Sebagian
lagi bisa dipantau dengan ketat dan yang lain bisa diatasi dengan
melakukan tindakan untuk pertolongan. Usaha pencegahan penyakit
pada kehamilan dan persalinan tidak hanya pada segi medis atau
kesehatan saja. Faktor sosial ekonomi rendah juga tidak terlepas
dari kemiskinan, kebodohan, ketidaktahuan, mempunyai kecenderungan
untuk menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam
keluarga berencana. Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang
rendah juga akan mengakibatkan gizi ibu dan perilaku pemanfaaatan
kesehatan yang buruk.Transportasi yang baik disertai dengan
ketersediaan pusat-pusat pelayanan yang bermutu akan dapat melayani
ibu hamil untuk mendapat asuhan prenatal yang baik, cakupan yang
luas dan jumlah pemeriksaan yang cukup. Di negara maju setiap
wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali selama
kehamilannya.Sedangkan di Indonesia biasanya wanita hamil hanya
memeriksakan diri 4-5 kali. Jadi secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan
penyulit pada kehamilan dan persalinan adalah :1. Asuhan prenatal
yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil2. Peningkatan
pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan3.
Peningaktan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan4.
Peningakatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah
kesehatan wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial
ekonominya5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tingggi melalui
program keluarga berencana6. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi
pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif.Kelainan yang
tidak dapat dicegah adalah sindrom down. Satu-satunya cara untuk
meminimalkan risiko ini adalah ibu harus hamil di usia reproduksi
sehat. Namun kelainan tersebut dapat dideteksi dengan screening
darah dan USG pada kehamilan dini. Tapi deteksi terakurat hanyalah
melalui tindakan amniosentesis atau mengambil contoh jaringan janin
untuk dilihat kromosomnya. jika janin terbukti menderita down
syndrome maka dokter bisa melakukan konseling pada suami-istri. Apa
yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan oleh dokter, apakah
kehamilan akan diteruskan atau tidak. Bila diteruskan bagaimana
risikonya dan lainnya. Strategi Penanganan Kehamilan Resiko
TinggiSetiap kasus kehamilan resiko tinggi memerlukan penanganan
yang lebih intensif selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas
oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman. Penanganan dilakukan sesuai
dengan faktor resiko yang dijumpai, dan kalau perlu penderita
dirujuk ke tempat-tempat yang lebih mampu menanganinya dimana
tersedia tenaga dan fasilitas yang memadai. Pengawasan selama
kehamilan dengan cara melakukan koreksi terhadap faktor resiko yang
dijumpai, serta melakukan monitoring kadaan janian di dalam
kandungan. Dengan demikian dapat diambil sikap yang sebaik-baiknya
untuk menetukan waktu dan cara pengakhiran kehamilannya.Untuk
tujuan tesebut, perawatan antenatal/prenatal jelas memegang peranan
yang sangat penting. Demikian juga proses pengawasan selama proses
persalinan, kadaan janin harus meliputi secara seksama dan
pertolongan persalinan harus diverikan dengan sebaik-baiknya.
Sehingga dapat ditentukan cara dan waktu yang tepat untuk
mengakhiri persalinan. Perawatan postpartum dengan fasilitas
resusitasi bayi dan perawatan khusus untuk bayi-bayi BBLR serta
asfiksia serta neonatorum juga sangat penting. Disamping itu
dianjurkan juga perawatan pada masa antar konsepsi seperti :
perbaikan gizi, pengobatan anemia, penyembuhan penyakit kronis, dan
untuk mengikuti keluarga berencana. Untuk penanganan yang
menyeluruh diperlukan kerjasama yang baik antara beberapa tenaga
ahli seperti ahli kebidanan, ahli kesehatan anak, ahli penyakit
dalam, ahli anestesi, dan sebagainya. Juga tidak kalah pentingnya
kerja sama dengan petugas-petugas kesehatan diluar rumah sakit,
terutama dalam hal konsultasi dan rujukan. Perawatan
PrenatalSasaran perawatan prenatal adalah menjamin bahwa setiap
kehamilan yang diinginkan diberi kesempatan maksimal untuk mencapai
puncaknya delam melahirkan seorang bayi yang sehat tanpa mengganggu
kesehatan ibu. 6 Pada kunjungan prenatal pertama, anamnesis yang
menyeluruh harus dilakukan termasuk penilaian resiko dengan
melakukan skrining awal seperti : umur ibu, cara melakukan
konsepsi, riwayat medis sebelumnya, riwayat keluarga, riwayat
obstetri sebelumnya, dan juga pemeriksaan fisik. Penilaian resiko
dapat dilakukan dengan cara yang telah diorganisasikan dengan
menggunakan bentuk standar seperti yang telah dibahas diatas. Dan
selama kehamilan dilakukan juga pemeriksaan rutin. Dalam
memerintahkan pemeriksaan laboratorium, keseimbangan antara
keuntungan informasi yang diperoleh dan biaya pemeriksaan sebaiknya
ditekan. Pemeriksaan laboratorium tertentu, yang telah bersifat
tradisional atau secara hukum diamanatkan, dapat dipertanyakan dari
sudut pandang kefeektifan biaya. Karena itu individualisasi yang
tepat harus digunakan pada tiap pasien prenatal.Tabel berikut
mencatumkan pemeriksaan yang biasa dilakukan. Pada perawatan
prenatal berikutnya pengawasan yang cermat pada pasien obstetrik
diarahkan untuk pengenalan masalah yang timbul yang dapat
mempengaruhi janini secara buruk seperti : kenaikan berat badan
ibu, urinalisa, tekanan darah, perkiraan umur gestasi,pemeriksaan
fundus uteri, pemeriksaan perut, penilaian kesehatan janin,
pemeriksaan non stress, penilaian ultrasonografi, dan uji tekanan
kontraksi.Menilai kehamilan untuk menetukan resiko seperti juga
melakukan pemantuan - pemantauan yang cermat untuk mengenali
munculnya resiko dalam kehamilan harus dilakukan sedini mungkin
pada masa kehamilan. Konseling prakonsepsi pada pasien yang
diketahui memiliki kelainan medis atau genetik dapat membantu
mencapai hasil yang lebih menjanjikan. Perawatan prenatal yang
dilakukan sedini dan sesering mungkin membantu dokter untuk
mengidentifikasi munculnya resiko pada kehamilan. Ditambah lagi
kehamilan yang diidentifikasi memiliki komplikasi, satu atau lebih
masalah dapat diikuti dengan bermacam-macam teknik pengawasan ibu
dan janin untuk memaksimalkan terapi terapeutikLI 4. Memahami dan
menjelaskan kesehatan reproduksi remaja.LO 4.1 faktor resiko
kehamilan di usia muda di luar nikah Dinding rahim
atauendometriumbelum kuat benar,peluruhandinding rahim setiap
periode menstruasi masih belum sempurna. Ini kurang kondusif bagi
proses nidasi atau menempelnya embrio ke dinding rahim. Risiko yang
mengintai adalah: janin mudah keguguran, kemungkinannya 3 kali
lebih tinggi dibanding mereka yang hamil di usia usia 25 tahun.
Risiko berikutnya adalah pertumbuhan janin yang kurang sehat
atauIntrauterine Growth Restriction(IUGR). Sel telur yang
dihasilkan indung telur belum sempurna.Indung telur milik perempuan
muda juga masih belajar memproduksi sel telur berkualitas. Apabila
sel telur hasil belajar itu dibuahi, dan menjadi bakal manusia,
tidak ada yang bisa menjamin kualitas embrio yang dihasilkan! Rahim
dan organ panggul belum kuat menampung janin.Organ reproduksi
seperti rahim, mulut rahim dan otot-otot ligamen di panggul, belum
matang dan belum kuat, sehingga belum siap untuk berfungsi
semestinya dalam menunjang kehamilan dan persalinan. Bahaya yang
mengintai adalah: keguguran, perdarahan, persalinan prematur,
prolaps organ panggul, bahkan ruptur atau melorotnya organ panggul.
Bunda muda juga terancam luka serius saat melahirkan, 4 kali lebih
tinggi. Risiko tekanan darah tinggi danpre eklampsia.Penyebabnya,
tubuh ibu muda belum kuat menanggung proses kehamilan sehingga
metabolisme tubuh mudah terganggu. Gejala tekanan darah tinggi
umumnya belum terdeteksi pada awal kehamilan. Namun, di tengah masa
kehamilan, bisa tiba-tiba mengalami kejang, perdarahan, bahkan
berkembang menjadi eklampsia yang mengancam jiwa ibu dan janin.
Bahayaanemia.Mengintai dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan perkembangan janin. Penyebabnya adalah metabolisme tubuh ibu
yang belum sempurna saat mendapattambahan volume darahakibat
kehamilan, juga akibat pola makan minim zat besi karena wanita muda
cenderung sering berdiet. Ini alasan mengapa ibu muda yang hamil
wajib menjalani tes darah guna mendeteksi anemia dan thalassemia.
Kehamilan tidak disadari.Pada banyak kasus kehamilan muda, calon
ibu terlambat menyadari kehamilan, lantaran sebelum hamil siklus
haidnya memang belum teratur, sehingga diterjemahkan sebagai
kondisi biasa. Karena kehamilan tidak disadari, calon ibu muda
mungkin saja tetap melakoni gaya hidup kurang sehat seperti: diet
ketat, konsumsi alkohol, paparan rokok,yang dapat mengganggu
kehamilan dan pertumbuhan janin, sehingga memicu persalinan
prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Risiko
kanker leher rahim dan penyakit kelamin.Wanita yang melakukan
hubungan seksual secara aktif pada usia di bawah 20 tahun, memiliki
risiko lebih tinggi untuk terjangkit infeksi virus yang pada organ
reproduksi, seperti Human Papilloma Virus penyebab kanker leher
rahim, juga serangan penyakit kelamin seksual, di antaranya
Chlamydia yang dapat menyebabkan infeksi mata dan pneumonia pada
bayi, atau sifilis yang bisa mengakibatkan kebutaan pada bayi, dan
kematian ibu serta janin
Sebab Terjadinya Kehamilan Remaja Faktor Agama dan ImanKurangnya
penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan
berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami isteri di
luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan
berumah tangga dan untuk bertanggung jawab. Faktor
Lingkungan1.Orang TuaKurangnya perhatian khususnya dari orang tua
remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan
benar.Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka
terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam
masalah seksual.2.Teman, Tetangga dan MediaPergaulan yang salah
serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media elektronik yang
salah. Dapat membuat para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal
yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim Pengetahuan yang
minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihanPengetahuan seksual
yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa
dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko dampak negatif
seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai
masalah seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari sumber
yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video atau
blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan
perlu dilihat atau mana yang harus dihindari. Perubahan zamanPada
zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi
sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis
oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan
agama, seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga
remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk
masalah hubungan seks di luar nikah. Perubahan Kadar Hormon pada
remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan
penyaluran melalui aktivitas seksual. Semakin cepatnya usia
pubertasSemakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh
kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat
tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan masa-masa tunda hubungan
seksual menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan
yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi.
Adanya Trend baru dalam berpacaran di kalangan remajaDimana kalau
dulu melakukan hubungan seksual diluar nikah meskipun dengan rela
sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah pula bergeser
nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika melakukan hubungan
seksual dengan banyak orang. Dampak Kehamilan Remaja di Komunitas
Banyak efek negatif dari kehamilan remaja diantaranya penyakit
fisik seperti : anemia, kesulitan persalinan karena tulang panggul
belum sempurna, persalinan prematur, kematian janin dalam
kandungan, berat badan bayi lahir rendah dan sebagainya. Di bidang
sosial remaja akan gagal menikmati masa remajanya dan akan menerima
sikap ungkapan yang negatif karena dianggap memalukan, yang dapat
menimbulkan sikap penolakan remaja terhadap bayi yang dikandungnya.
Kehamilan remaja juga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi
psikososial seperti putus sekolah, rasa rendah diri, kawin muda dan
perceraian dini.Abortus dengan konsekuensi psikososial seperti rasa
bersalah yang berlebihan, ancaman hukuman pidana dan sanksi
adat/masyarakat.Penyakit menular seksual, gangguan dan tekanan
psikososial di masa lanjut yang timbul akibat hubungan seks remaja
pra nikah.
LI 5. Memahami dan menjelaskan aborsi dan kehamilan usia muda di
luar nikah menurut islam HAMIL DILUAR NIKAHHaram hukumnya seorang
laki-laki menikahi seorang wanita yang sedang mengandung anak dari
orang lain. Karena hal itu akan mengakibatkan rancunya nasab anak
tersebut. Dalilnya adalah beberapa nash berikut ini: Nabi SAW
bersabda, "Janganlah disetubuhi (dikawini) seorang wanita hamil
(karena zina)" Nabi SAW bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim
yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan airnya
pada tanaman orang lain." (HR Abu Daud dan Tirmizy)ABORSI Dan
barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan
Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya
adzab yang besar( Qs An Nisa : 93 )Maka, untuk mempermudah
pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian sebagai
berikut :1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan RohDalam hal ini,
para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga
pendapat :Pendapat Pertama:Menggugurkan janin sebelum peniupan roh
hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan
janin tersebut dengan obat. (Hasyiat Al Qalyubi : 3/159).Pendapat
ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan
Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua
orang tuanya,(Syareh Fathul Qadir : 2/495). Mereka berdalil dengan
hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat
bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna,
serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua:Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya
makruh. Dan jika sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya
menjadi haram.Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui
secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah
mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian . Pendapat
ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah
seorang ulama dari madzhab SyafiI . (Hasyiyah Ibnu Abidin :
6/591,Nihayatul Muhtaj : 7/416)Pendapat ketiga :Menggugurkan janin
sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani sudah
tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita
sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah
tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam
Ghozali dan Ibnu Jauzi (Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin :
2/53, Inshof: 1/386)Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup
rohnya (empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu
dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan
bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan
pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang
bermanfaat.Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas
tertentu, yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam
istilah medis adalah salah satu bentukAbortus Profocatus
Therapeuticum,yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan
terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagoriAbortus Profocatus
Criminalis,yaituyangdilakukan karena alasan yang bukan medis dan
melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas.2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan RohSecara umum, para
ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur
empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu
Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara
otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga
haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut
dilakukan tanpa ada sebab yang darurat. Namun jika disana ada
sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para
ulama berbeda pendapat:Pendapat Pertama:Menyatakan bahwa
menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram,
walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan
keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh
Mayoritas Ulama.Dalilnya adalah firman Allah swt : Dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 )Kelompok ini
juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka
sesuai dengan kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak
boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu., yaitu tidak
boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan
sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya
yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. (Hasyiyah Ibnu Abidin
: 1/602 ).Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika
sebuah perahu akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu
tersebut bisa terjadi jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut,
maka hal itu juga tidak dibolehkan.Pendapat Kedua:Dibolehkan
menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal
itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari
kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada
menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada
secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan
keberadaannya terakhir.(Mausuah Fiqhiyah : 2/57)Prediksi tentang
keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran,
walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu Alam.Dari
keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama
sepakat bahwaAbortus Profocatus Criminalis, yaituaborsi kriminal
yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin
tanpa suatu alasan syarI hukumnya adalah haram dan termasuk
katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.Adapun aborsi yang
masih diperselisihkan oleh para ulama adalahAbortus Profocatus
Therapeuticum, yaituaborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,
khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
KLASIFIKASI ABORTUS.Keguguran atau abortus (al-Ijhdh) dapat
diklasifikasikan dalam tiga jenis:1. Al-Ijhdh at-Tilqi atau al-Afwi
( Abortus spontanea) yaitu proses alami yang dilakukan rahim untuk
mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsur-unsur
kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi dengan sebab kecacatan
besar yang menimpanya karena akibat sakitnya sang ibu yang terkena
penyakit beragam seperti diabetes atau lainnya.2. Al-Ijhdh al-Ilji
(Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus) adalah
abortus (keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi
menyelamatkan nyawa ibu yang dalam keadaan sangat jarang bahwa
kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat.3. Al-Ijhdh al-Ijtimi
dinamakan juga al-Ijhdh al-Jin`i atau al-Ijrmi (Abortus Provokatus
Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan
bayi atau untuk menjaga penampilan atau menutupi aib dan
sejenisnya. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara termasuk dengan alat-alat atau obat-obat
tertentu.