Page 1
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Kelompok E1 - NIM : 102012289
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna utara nomor 6, Jakarta Barat
E-mail : [email protected]
Pendahuluan
Kita membutuhkan energi untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika kita
melakukan suatu aktivitas, maka tubuh akan melakukan metabolisme energi dengan
metabolisme karbohidrat, yaitu berupa glukosa, untuk menghasilkan energi. Namun ketika
kita melakukan aktivitas yang berat, maka tubuh kita akan melakukan metabolisme energi
yang lain, misalnya metabolisme lemak dan metabolisme protein. Sumber karohidrat, lemak,
dan protein ini dapat diperolah dari makanan kita. Oleh karena itu, diperlukan pola makan
gizi seimbang agar kebutuhan energi dan gizi kita tercukupi dengan baik. Pada kesempatan
kali ini, penulis membuat makalah ini dengan tujuan untuk membahas metabolisme energi,
lemak, karbohidrat, dan pola makan gizi seimbang.
1
Andrew Logan
Page 2
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
PembahasanI. Metabolisme KarbohidratI.A Glikolisis dan Oksidasi Piruvat
Kebanyakan jaringan memerlukan glukosa. Di otak, kebutuhan ini bersifat substansial.
Glikolisis, yaitu jalur utama metabolisme glukosa, terjadi di sitosil semua sel. Jalur ini unik
karena dapat berfungsi baik dalam keadaan aerob maupun anaerob, bergantung pada
ketersediaan oksigen dan rantai transpor elektron. Eritrosit yang tidak memiliki mitokondria,
bergantung sepenuhnya pada glukosa sebagai bahan bakar metaboliknya, dan memetabolisme
glukosa melalui glikolisis anaerob. Namun, untuk mengoksidasi glukosa melewati piruvat
(produk akhir glikolisis) oksigen dan sistem mitokondria diperlukan.1
Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa dan jalur utama untuk metabolisme
fruktosa dan galaktosa, dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Kemampuan
glikolisis untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen sangat penting karena hal ini
memungkinkan otot rangka bekerja keras ketika pasokan O2 terbatas.1
Glikolisis dibagi menjadi dua fase yaitu fase preapartory dan fase payoff. Setiap molekul
glukosa yang melewati fase preparatory, dua molekul gliseraldehid-3-fosfat terbentuk. Kedua
molekul itu menuju fase payoff. Piruvat adalah produk akhir dari fase kedua glikolisis.2
Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glukosa memasuki glikolisis melalui fosforilasi
menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalis oleh heksokinase dengan menggunakan ATP sebagai
donor fosfat. Dalam kondisi fisiologis, fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dapat
dianggap bersifat ireversibel. Heksokinasi dihambat secara alosterik oleh produknya, yaitu
glukosa 6-fosfat. Untuk lebih jelas mengenai glikolisis dapat dilihat pada gambar 1.1
2
Page 3
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Gambar 1. Proses Glikolisis.2
3
Page 4
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Di jaringan selain hati (dan sel pulau-pankreas), ketersediaan glukosa untuk glikolisis
dikontrol oleh transpor ke dalam sel yang selanjutnya diatur oleh insulin. Heksokinase
memiliki afinitas tinggi untuk glukosa, dan di hati dalam kondisi normal enzim ini
mengalami saturasi sehingga bekerja dengan kecepatan tetap untuk menghasilkan glukosa 6-
fosfat untuk memenuhi kebutuhan sel. Sel hati juga mengandung isoenzim heksokinase,
glukokinase yang memiliki afinitas rendah. Fungsi glukokinasi di hati adalah untuk
mengeluarkan glukosa dari darah setelah makan dan menghasilkan glukosa 6-fosfat yang
melebihi kebutuhan untuk glikolisis, yang digunakan untuk sintesis glikogen dan
lipogenesis.1
Glukosa 6-fosfat adalah senyawa penting yang berada di pertemuan beberapa jalur metabolik:
glikolisis, glukoneogenesis, jalur pentosa fosfat, glikogenesis, dan glikogenolisis. Pada
glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh fosfoheksosa isomerasi yang
melibatkan suatu isomerasi aldosa-ketosa. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi lain yang
dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6-bisfosfat. Reaksi
fosfofruktokinase secara fungsional dapat dianggap ireversibel dalam kadaan fisiologis;
reaksi ini dapat diinduksi dan diatur secara alosterik, dan memiliki peran besar dalam
mengatur laju glikolisis. Fruktosa 1,6-bisfosfat dipecah menjadi aldolase menjadi dua triosa
fosfat, gliseraldhida 3-fosfat dan diidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida 3-fosfat dan
dihidroksiaseton fosfat dapat saling terkonveksi oleh enzim fosfotriosa isomerase.1
Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3-bisfosfogliserat.
Enzim yang mengatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase, bersifat
dependen NAD. Dalam reaksi berikutnya yang dikatalisis oleh fosfogliserat kinase, fosfat
dipindahkan dari 1,3-bisfosfogliserat ke ADP, membentuk ATP dan 3-fosfogliserat.1
Karena untuk setiap molekul glukosa yang mengalami glikolisis dihasilkan dua molekul
triosa fosfat, padan tahap ini dihasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa yang
mengalamu glikolisis. Lalu 3-fosfogliserat mengalami isomerasi menjadi 2-fosfogliserat oleh
fosfogliserat mutase. Besar kemungkinan bahwa 2,3-bisfosfogliserat merupakan zat antara
dalam reaksi ini.1
Langkah berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibatkan suatu dehidrasi yang membentuk
fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fluorida, dan jika pengambilan sampel darah untuk
mengukur glukosa dilakukan, tabung penampung darah tersebut diisi oleh fluorida untuk
4
Page 5
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
menghambat glikolisis. Enzim ini juga bergantung pada keberadaan Mg2+ atau Mn2+. Fosfat
pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh piruvat kinase untuk membentuk dua
molekul ATP per satu molekul glukosa yang teroksidasi.1
Keadaan redoks jaringan kini menentukan jalur mana dari dua jalur yang diikuti. Pada
kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik menjadi oksigen.
Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalisisi oleh laktat dehidrogenasi.
Terdapat berbagai isoenzim laktat dehidrogenasi spesifik-jaringan yang penting secara klinis.
Reoksidasi NADH melalui pembentukan laktat memungkinkan glikolisisi berlangsung tanpa
oksigen dengan menghasilkan cukup NAD+ untuk siklus berikutnya dari reaksi yang
dikatalisis oleh gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase. Pada keadaan aerob, piruvat diserap ke
dalam mitokondria, dan setelah menjalani dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil KoA,
dioksidasi menjadi CO2 oleh siklus asam sitrat. Ekuivalen pereduksi dari NADH yang
dibentuk dalam glikolisis diserap ke dalam mitokondria untuk dioksidasi.1
Kebanyakan reaksi glikolisisi bersifat reversibel, namun ada tiga reaksi jelas bersifat
eksergonik dan karena itu harus dianggap ireversibel secara fisiologis. Ketiga reaksi tersebut,
yang dikatalisis oleh heksokinase (dan glukokinase), fosfofruktokinase, dan piruvat kinase,
adalah tempat-tempat utama pengendalian glikolisis. Fosfofruktokinase dihambat oleh ATP
dalam konsentrasi intrasel, hambatan ini dapat cepat dihilangkan oleh 5’AMP yang terbentuk
sewaktu ADP mulai menumpuk, yang memberi sinyal akan perlunya peningkatan laju
glikolisis.1
Fruktosa masuk ke jalur glikolisis melalui fosforilasi menjadi fruktosa 1-fosfat, dan tidak
melalui tahap-tahap regulatorik utama sehingga dihasilkan lebih banyak piruvat (dan asetil
KoA) daripada piruvat yang dibutuhkan untuk membentuk ATP. Di hati dan jaringan
adiposa, ini menyebabkan peningkatan lipogenesis dan tingginya asupan fruktosa berperan
menyebabkan obesitas. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3.1
Gambar 2. Reaksi Oksidasi Piruvat.2
5
Page 6
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Gambar 3. Regulasi Piruvat Dehidrogenase (PDH).3
Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut ke dalam mitokondria oleh suatu simporter proton.
Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA oleh
suatu kompleks multienzim yang terdapat di membran dalam mitokondria yaitu kompleks
piruvat dehidrogenase.1
Piruvat dehidrogenase dihambat oleh produknya, yaitu asetil-koA dan NADH. Enzim ini juga
diatur melalui fosforilasi oleh suatu kinase tiga residu serin pada komponen pirivat
dehidrogenase kompleks multienzim sehingga aktivitas enzim menurun, dan menyebabkan
peningkatan aktivitas melalui defosforilasi oleh suatu fosfatase. Kinase diaktifkan oleh
peningkatan rasio [ATP]/[ADP], [asetil-KoA]/[KoA], dan [NADH]/[NAD+]. Oleh sebab itu,
piruvat dehidrogenase, dan dengan demikian glikolisis, dihambat jika tersedia ATP dalam
jumlah memadai dan jika asam lemak teroksidasi. Di jaringan adiposa, tempat glukosa
menghasilkan asetil-KoA untuk lipogenesis, enzim tersebut diaktifkan sebagai respons
terhadap insulin.1
6
Page 7
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
I.B Siklus Asam Sitrat
Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi di mitokondria yang mengoksidasi gugus asetil
pada asetil-KoA dan mereduksi koenzim yang ter-reoksidasi melalui rantai transpor elektron
yang berhubungan dengan pembentukan ATP.1
Siklus asam sitrat adalah jalur bersama terakhir untuk oksidasi karbohidrat, lipid, dan protein
karena glukosa, asam lemak, dan sebagian besar asam amino dimetabolisme menjadi asetil-
KoA atau zat-zat antara siklus ini. Siklus ini juga berperan sentral dalam glukoneogenesis,
lipogenesis, dan interkonversi asam-asam amino. Banyak proses ini berlangsung di sebagian
besar jaringan, tetapi hati adalah satu-satunya jaringan tempat semuanya berlangsung dengan
tingkat yang signifikan.1
Siklus diawali dengan reaksi antara gugus asetil pada asetil KoA dan asam dikarboksilat
empat karbon oksaloasetat yang membentuk asam trikarboksilat enam-karbon, yaitu sitrat.
Pada reaksi-reaksi berikutnya, terjadi pembebasan dua molekul CO2 dan pembentukan ulang
oksaloasetat. Hanya sejumlah kecil oksaloasetat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi asetil-
KoA dalam jumlah besar. Proses ini bersifat aerob yang memerlukan oksigen sebagai oksidan
terakhir dari koenzim-koenzim yang tereduksi. Enzim-enzim pada siklus asam sitrat terletak
di matriks mitokondria. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4. Tahapan Siklus Asam Sitrat.2
7
Page 8
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Reaksi awal antara asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisis oleh sitrat
sintase yang membentuk ikatan karbon ke karbon antara karbon metil pada asetil-KoA dan
karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan tioester pada sitril-KoA yang terbentuk mengalami
hidrolisis dan membebaskan sitrat dan KoASG (eksotermik).1
Sitrat mengalami isomerisasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase. Racun fluoroasetat
bersifat toksik karena fluoroasetil-KoA berkondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk
fluorositrat, yang menghambat akonitase sehingga terjadi penimbunan sitrat.1
Isositrat mengalami dehidrogenasi yang dikatalisis oleh isositrat dehidrogenase untuk
membentuk oksalosuksinat yang tetap terikat pada enzim dan mengalami dekarboksilasi
menjadi -ketoglutarat. Terdapat tiga isoenzim isositrat dehidrogenase. Salah satunya yang
menggunakan NAD+, hanya terdapat di mitokondria. Dua lainnya menggunakan NADP+ dan
ditemukan di mitokondria dan sitosol. Oksidasi isositrat terkait-rantai respiratorik
berlangsung hampir sempurna melalui enzim yang dependen-NAD+.1
-ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh
suatu kompleks multi-enzim yang mirip dengan kompleks multienzim yang berperan dalam
dekarboksilasi oksidatif piruvat. Kompleks -ketoglutarat dehidrogenase memerlukan
kofaktor yang sama dengan kofaktor yang diperlukan kompleks piruvat dehidrogenase serta
menyebabkan terbentuknya suksinil-KoA. Kesetimbangan reaksi ini jauh lebih
menguntungkan pembentukan suksinil-KoA sehingga fisiologisnya reaksi ini harus berjalan
satu arah. Arsenit menghambat reaksi ini yang menyebabkan akumulasi substrat yaitu -
ketoglutarat.1
Suksinil-KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase (suksinil-KoA
sintetase). Reaksi ini adalah satu-satunya fosforilasi tingkat substrat dalam siklus asam sitrat.1
Metabolisme suksinat yang menyebabkan terbentuknya oksaloasetat, memiliki rangkaian
reaksi kimia yang sama seperti yang terjadi pada oksidasi –asam lemak: dehidrogenasi
untuk membentuk ikatan rangkap karbon-ke-karbon, penambahan air untuk membentuk
gugus hidroksil, dan dehidrogenasi lebih lanjut untuk menghasilkan gugus okso pada
oksaloasetat.1
Reaksi dehidrogenasi pertama yang membentuk fumarat dikatalisis oleh suksinat
dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membran dalam mitokondria. Fumarase
8
Page 9
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
mengatalisis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat.
Malat diubah menjadi oksaloasetat oleh malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan
NAD+. Meskipun keseimbangan reaksi ini jauh menguntungkan malat, namun aliran netto
reaksi tersebut adalah ke oksaloasetat karena oksaloasetat terus dikeluarkan sehingga
reoksidasi NADH terjadi secara kontinu.1
Akibat oksidasi yang dikatalisis oleh berbagai dehidrogenase pada siklus asam sitrat,
dihasilkan tiga molekul NADH dan satu FADH2 untuk setiap molekul asetil-KoA yang
dikatabolisme per satu kali putaran siklus. Ekuivalen pereduksi ini dipindahkan ke rantai
respiratorik, tempat reoksidasi masing-masing NADH menghasilkan pembentukan 3 ATP
dan FADH2 2 ATP. Selain itu, terbentuk 1 ATP melalui fosforilasi tingkat substrat yang
dikatalisis oleh suksinat tiokinase.1
I.C Glikogenesis
Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan, setara dengan pati pada tumbuhan;
glikogen adalah polimer bercabang –D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan di hati dan otot;
meskipun kandungan glikogen hati lebih besar daripada kandungan glikogen otot, namun
karena massa otot tubuh jauh lebih besar daripada massa hati, sekitar tiga-perempat glikogen
tubuh total berada di otot. Sebelum dijelaskan lebih lanjut, keseimbangan glikogen dapat
dilihat pada gambar 5.1
Gambar 5. Keseimbangan Glikogen.4
9
Page 10
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis di
dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa
untuk mempertahankan kadar glukosa darah di antara waktu makan. Setelah berpuasa 12 – 18
jam, glikogen hati hampir seluruhnya terkuras. Meskipun glikogen otot tidak secara langsung
menghasilkan glukosa bebas, namun piruvat yang terbentuk oleh glikolisis di otot dapat
mengalami transaminasi menjadi alanin yang dikeluarkan dari otot dan digunakan untuk
glukoneogenesis di hati.1
Seperti glikolisis, glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalisis
oleh heksokinase di otot dan glukokinase di hati. Glukosa 6-fosfat mengalami isomerasi
menjadi glukosa 1-fosfat. Kemudian glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP)
untuk membentuk nukleotida aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc) dan pirofosfat yang
dikatalisis oleh UDPGlc pirofosforilase. Reaksi berlangsung dalam arah pembentukan
UDPGlc karena pirofosfatase mengatalisis hidrolisis pirofosfat menjadi dua kali fosfat
sehingga salah satu produk reaksi dihilangkan. Untuk lebih jelas dapat lihat gambar 6.1
Gambar 6. Jalur Glikogenesis dan Glikogenolisis.3
10
Page 11
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Glikogen sintase mengatalisis pembentukan sebuah ikatan glikosida antara C1 glukosa
UDPGlc dan C4 residu glukosa terminal glikogen yang membebaskan uridin difosfat (UDP).
Suatu molekul glikogen yang sudah ada (primer glikogen) harus ada agar reaksi ini dapat
berlangsung. Primer glikogen ini pada gilirannya dapat dibentuk pada suatu orimer protein
yang dikenal sebagai glikogenin. Residu glukosa lain melekat pada posisi 14 untuk
membentuk suatu rantai pendek yang merupakan substrat untuk glikogen sintase. Di otot
rangka, glikogenin tetap melekat pada bagian tengah molekul glikogen; di hati, jumlah
molekul glikogen lebih banyak daripada jumlah molekul glikogenin.1
Penambahan sebuah residu glukosa ke rantai glikogen yang sudah ada terjadi di ujung luar
molekul sehingga cabang-cabang molekul nonpereduksi glikogen memanjang seiring dengan
terbentuknya ikatan 14 . Ketika rantai memiliki panjang sedikit 11 residu glukosa, sebagian
rantai 14 dipindahkan ke rantai di dekatnya oleh branching enzyme untuk membentuk
ikatan 16 sehingga terbentuk titik percabangan. Cabang tumbuh melalui penambahan unit-
unit 14 glukoasil dan percabangan selanjutnya.1
I.D Glikogenolisis
Glikogen fosforilase mengatalisis tahap penentu kecepatan glikogenolisis dengan
mengatalisis pemecahan fosforoilitik ikatan ikatan 14 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat. Residu glukoasil terminal dari rantai terluar molekul glikogen dikeluarkan
secara sekuensial sampai tersisa sekitar empat residu glukosa di kedua sisi suatu cabang
16. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan debranching enzyme; glukan transferase dan
debranching enzyme mungkin merupakan kedua bentuk aktivitas dari suatu protein tunggal.
Kerja fosforilase selanjutnya dapat berlangsung. Kombinasi kerja fosforilase dan enzim-
enzim lain menyebabkan terurainya glikogen secara sempurna. Reaksi yang dikatalisis oleh
fosfoglukomutase bersifat reversibel sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-
fosfat. Di hati glukosa 6-fosfatase menghidrolisis glukosa 6-fosfat yang menghasilkan
glukosa yang diekspor sehingga kadar glukosa darah meningkat. Tahap-tahap dalam
glikogenolisis dapat dilihat pada gambar 7, sedangkan kontrol fosforilase pada gambar 8.1
11
Page 12
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Gambar 7. Tahap-tahap dalam Glikogenolisis.2
Gambar 8. Kontrol Fosforilase.3
12
Page 13
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Enzim-enzim utama yang mengendalikan metabolisme glikogen-glikogen fosforilase dan
glikogen sintase, diatur oleh mekanisme alosterik dan modifikasi kovalen karena terjadi
fosforilasi dan defosforilasi reversibel protein enzim sebagai respons terhadap kerja hormon.1
AMP siklik (cAMP) dibentuk dari ATP oleh adenilil siklase pada permukaan dalam membran
sel dan berfungsi sebagai second messenger intrasel sebagai respons terhadap berbagai
hormon, misalnya epinefrin, norepinefrin, dan glukagon. cAMP dihidrolisis oleh
fosfodiesterase sehingga kerja hormon-hormon tersebut terhenti; di hati insulin meningkatkan
aktivitas fosfodiesterase.1
Di hati peran glikogen adalah menyediakan glukosa bebas untuk diekspor guna
mempertahankan kadar glukosa darah, di otot berperan sebagai sumber glukosa 6-fosfat
untuk glikolisis sebagai respons terhadap kebutuhan akan ATP untuk kontraksi otot. Di kedua
jaringan, enzim diaktifkan oleh fosforilasi yang dikatalisis oleh fosforilase kinase (untuk
menghasilkan fosforilase a) dan diinaktifkan oleh defosforilasi yang dikatalisis oleh
fosfoprotein fosfatase (untuk menghasilkan fosforilase b), sebagai respons terhadap sinyal
hormon dan sinyal lain.1
Fosforilase a aktif di kedua jaringan dihambat secara alosterik oleh ATP dan glukosa 6-
fosfat; di hati, tetapi tidak di otot, glukosa bebas juga merupakan suatu inhibitor. Fosforilase
otot berbeda dari isoenzim di hati karena memiliki tempat pengikatan untuk 5’AMP yang
berfungsi sebagai aktivator alosterik bentuk b terdefosforilasi (inaktif) enzim. 5’AMP bekerja
sebagai sinyal poten statu energi sel otot; 5’AMP terbentuk sewaktu konsentrasi ADP mulai
meningkat, akibat reaksi adenilat kinase: 2x ADP ATP + 5’AMP.1
Fosforilase kinase diaktifkan sebagai respons terhadap cAMP. Peningkatan konsentrasi
cAMP anak mengaktifkan protein kinase dependen-cAMP yang mengatalisis fosforilasi oleh
ATP fosforilase kinase b inaktif menjadi fosforilase kinase a aktif yang selanjutnya
memfosforilasi fosforilase b menjadi fosforilase a. Di hati, cAMP dibentuk sebagai respons
atas menurunnya kadar glukosa darah; otot kurang peka terhadap glukagon. Di otot, sinyal
untuk meningkatkan pembentukan cAMP dalah efek norepinefrin yang disekresikan sebagai
respons terhadap takut dan cemas, ketika kebutuhan akan glikogenolisis meningkat agar
aktivitas otot dapat ditingkatkan.1
Baik fosforilase a maupun fosforilase kinase a mengalami defosforilasi dan diinaktifkan oleh
protein fosfatase-1. Protein fosfatase-1 dihambat oleh suatu protein, yakni inhibitor-1, yang
13
Page 14
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
hanya aktif setelah terfosforilasi oleh protein kinase dependen c-AMP. Oleh sebab itu, cAMP
mengontrol baik pengaktifan maupun penginaktifan fosforilase. Insulin memperkuat efek ini
dengan menghambat pengaktifan fosforilase b. Hormon ini melakukannya secara tidak
langsung dengan meningkatkan penyerapan glukosa sehingga meningkatkan pembentukan
glukosa 6-fosfat yang merupakan suatu inhibitor fosforilase kinase.1
Seperti fosforilase, glikogen sintase terdapat baik dalam keadaan terfosforilasi maupun tidak-
terfosforilasi; namun, efek fosforilasi adalah kebalikan efek pada fosforilase. Glikogen
sintase a aktif mengalami defosforilasi dan glikogen sintase b inaktif mengalami fosforilasi.1
Terdapat enam protein kinase berbeda yang bekerja pada glikogen sintase. Dia diantaranya
bersifat dependen Ca2+. Kinase lain adalah protein kinase dependen-cAMP yang
memungkinkan hormon, melalui perantaraan cAMP, menghambat sintesis glikogen secara
sinkron dengan pengaktifan glikogenolisis. Insulin juga memacu glikogenesis di otot secara
bersamaan dengan penghambatan glikogenolisis dengan meningkatkan kadar glukosa 6-fosfat
yang merangsang defosforilasi dan pengaktifan glikogen sintase. Defosforilasi glikogen
sintase b dilaksanakan oleh protein fosfatase-1 yang berada dalam kendali protein kinase
dependen-cAMP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 9.1
Gambar 9. Kontrol Glikogen Sintase.3
14
Page 15
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Pada saat yang sama dengan terjadinya pengaktifan fosforilase oleh peningkatan konsentrasi
cAMP, glikogen sintase diubah menjadi bentuk inaktif; kedua efek diperantarai oleh protein
kinase dependen-cAMP. Jadi, inhibisi glikogenolisis meningkatkan glikogenesis netto, dan
inhibisi glikogenesis meningkatkan glikogenolisis netto. Defosforilasi fosforilase a,
fosforilase kinase, dan glikogen sintase b dikatalisis oleh satu enzim dengan spesifitas yang
luas yaitu protein fosfatase-1. Selanjutnya. Protein fosfatase-1 dihambat oleh protein kinase
dependen-cAMP melalui inhibitor-1. Jadi, glikogenolisis dapat dihentikan dan glikogenesis
dirrangsang secara sinkron atau sebaliknya karena kedua proses bergantung pada aktivitas
protein kinase dependen-cAMP. Baik fosforilase kinase maupun glikogen sintase dapat
difosforilasi secara reversibel di lebih dari satu tempat oleh kinase dan fosfatase yang
berbeda. Fosforilasi sekunder ini memodifikasi sensivitas bagian/tempat utama terjadinya
fosforilasidan defosforilasi. Fosforilasi sekunder ini juga memungkinkan insulin
menimbulkan efek yang timbal-balik dengan efek cAMP melalui peningkatan glukosa 6-
fosfat.1
I.E Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa atau
glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan
propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama.1
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan atau
cadangan glikogen kurang memadai. Pasokan glukosa merupakan hal yang esensial terutama
bagi sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal. Glukosa
juga penting dalam mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam sitrat meskipun asam
lemak adalah sumber utama asetil-KoA di jaringan. Selain itu, glukoneognenesis
membersihkan laktat yang dihasilkan oleh otot dan eritrosit serta gliserol yang dihasilkan
oleh jaringan adiposa.1
Tiga reaksi tidak-seimbang dalam glikolisis yang dikatalisis oleh heksokinase,
fosfofruktokinase, dan piruvat kinase, menghambat pembalikan sederhana glikolisis untuk
membentuk glukosa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 10.1
15
Page 16
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Gambar 10. Jalur Utama dan Glukoneogenesis dan Glikolisis Hati.3
Pembalikan reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase dalam glikolisis melibatkan dua reaksi
endotermik. Piruvat karboksilase mitokondria mengatalisis karboksilasi piruvat menjadi
oksaloasetat, suatu reaksi yang membutuhkan ATP dengan vitamin biotin sebagai koenzim.
16
Page 17
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Biotin mengikat CO2 dari bikarbonat sebagai karboksibiotin sebelum penambahan CO2 ke
piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase, mengatalisis dekarboksilasi dan
fosforilasi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat dengan menggunakan GTP sebagai donor
fosfat. Di hati dan ginjal, reaksi suksinat tiokinase dalam siklus asam sitrat menghasilkan
GTP, dan GTP ini digunakan untuk reaksi fosfoenolpiruvat karboksikinase sehingga
terbentuk hubungan antara aktivitas siklus asam sitrat dan glukoneogenesis, untuk mencegah
pengeluaran berlebihan oksaloasetat untuk glukoneogenesis yang dapat mengganggu aktivitas
siklus asam sitrat.1
Perubahan fruktosa 1,6-bisfosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, untuk pembalikan glikolisis,
dikatalisis oleh fruktosa 1,6-bisfosfatase. Keberadaan enzim ini menentukan apakah suatu
jaringan mampu membentuk glukosa tidah saja dari piruvat, tetapi juga dari triosa fosfat.
Enzim ini terdapat di hati, ginjal, dan otot rangka, tetapi mungkin tidak ditemukan di otot
jantung dan otot polos.1
Perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisis oleh glukosa 6-fosfatase. Enzim ini
terdapat di hati dan ginjal, tetapi tidak di otot dan jaringan adiposa, akibatnya tidak dapat
mengekspor glukosa ke dalam aliran darah.1
Pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat dikatalisis oleh fosforilase. Sintesis glikogen
melibatkan jalur yang berbeda melalui uridin difosfat glukosa dan glikogen sintase. 1
Setelah transaminasi atau deaminasi, asam-asam amino glukogenik menghasilkan piruvat
atau zat-zat antara siklus asam sitrat. Oleh karena ini, reaksi yang dijelaskan sebelumnya
dapat menyebabkan perubahan laktat maupun asam amino glukogenik menjadi glukosa atau
glikogen.1
Pada hewan bukan pemamah biak, termasuk manusia, propionat berasal dari oksidasi- asam
lemak rantai-ganjil yang terdapat pada lipid hewan pemamah biak, serta oksidasi isoleusin
dan rantai samping kolesterol, serta merupakan substrat bagi glukoneogenesis.1
Gliserol dibebaskan dari jaringan adiposa melalui lipolisis lipoprotein triasilgliserol dalam
keadaan kenyang: gliserol dapat digunakan untuk re-esterifikasi asam lemak bebas menjadi
triasilgliserol di jaringan adiposa atau hati, atau menjadi substrat untuk glukoneogenesis di
hati. Dalam keadaan puasa, gliserol yang dibebaskan dari lipolisis triasilgliserol jaringan
adiposa digunakan semata-mata sebata substrat untuk glukoneogenesis di hati dan ginjal.1
17
Page 18
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
II. Metabolisme LemakII.A Oksidasi Asam Lemak
Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari asetil-
KoA, namun oksidasi asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari biosintesis
asam lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berlangsung di
kompartemen sel yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di mitokondria dari
biosintesis di sitosol memungkinkan tiap proses dikendalikan secara individual, dan
diintegrasikan sesuai kebutuhan jaringan. Setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan
turunan asil-KoA yang dikatalisis oleh enzim-enzim yang berbeda, menggunakan NAD dan
FAD sebagai koenzim, dan menghasilkan ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses
aerob yang memerlukan keberadaan oksigen.1
Asam lemak bebas (FFA) adalah asam lemak yang berada dalam keadaan tidak
teresterifikasi. Di plasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan di sel asam-
asam ini melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya asam-asam
lemak ini tidak pernah benar-benar “bebas”. Asam lemak rantai-pendek lebih larut air dan
terdapat dalam bentuk asam tak terionisasi atau sebagai anion asam lemak.1
Asam lemak mula-mula harus diubah menjadi suatu zat antara aktif sebelum dapat
dikatabolisme. Reaksi ini adalah satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna suatu asam
lemak yang memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan koenzim A, enzim
tiokinase mengatalisis perubahan asam lemak menjadi asam lemak aktif atau asil-KoA yang
menggunakan satu fosfat berenergi-tinggi disertai pembentukan AMP dan PPi. PPi
dihidrolisis oleh pirofosfatase anorganik disertai hilangnya fosfat berenergi-tinggi lainnya
yang memastikan bahwa seluruh reaksi berlangsung hingga selesai. Asil-KoA sintetase
ditemukan di retikulum endoplasma, peroksisom, serta di bagian dalam dan membran luar
mitokondria.1
Karnitin tersebar luas dan terutama banyak terdapat di otot. Asil-KoA rantai panjang tidak
dapat menembus membran dalam mitokondria. Namun, karnitin palmitoiltransferase-I, yang
terdapat di membran luar mitokondria, mengubah asil-KoA rantai panjang menjadi
asilkarnitin yang mampu menembus membran dalam dan memperoleh akses ke sistem
oksidasi- enzim. Karnitin-asilkarnitin translokase bekerja sebagai pengangkut penukar di
membran dalam mitokondria. Asil karnitin diangkut masuk, dan disertai dengan
18
Page 19
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
pengangkutan keluar satu molekul karnitin. Asil karnitin kemudian bereaksi dengan KoA
yang dikatalisis oleh karnitin palmitoiltransferase-II yang terletak di bagian dalam membran
dalam. Asil-KoA terbentuk kembali di matriks mitokondria dan karnitin dibebaskan.1
Pada oksidasi- , terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-KoA- yang dimulai
dari ujung karboksil. Rantai diputus antara atom karbon - (2) dan – (3) karena itu dinamai
oksidasi-. Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA; Jadi, palmitoil-KoA
menghasilkan delapan molekul asetil-KoA.1
Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil dioksidasi melalui jalur oksidasi-, yang
menghasilkan asetil-KoA sampai tersisa sebuah residu tiga karbon (propionil-KoA). Senyawa
ini diubah menjadi suksinil-KoA, suatu konstituen siklus asam sitrat. Karena itu, residu
propionil dari asam lemak rantai ganjil adalah satu-satunya bagian asam lemak yang bersifat
glukogenik.1
II.B Lipogenesis
Asam lemak disintesis oleh sistem ekstramitokondria yang bertanggung jawab untuk
menyintesis palmitat dari asetil-KoA di sitosol. Pada sebagian besar mamalia, glukosa adalah
substrat utama untuk lipogenesis, tetapi pada hewan pemamah biak substrat tersebut adalah
asetat, yaitu molekul bahan bakar terpenting yang dihasilkan dari makanan.1
Jalur utama sintesis de novo asam lemak berlangsung di sitosol. Sistem ini terdapaat di
banyak jaringan, meliputi hati, ginjal, otak, paru, kelenjar mamaria, dan jaringan adiposa.
Kebutuhan kofaktornya mencakup NADPH, ATP, Mn2+, biotin, dan HCO3-. Asetil-KoA
adalah substrat langsungnya, dan palmitat bebas adalah produk akhirnya.1
Pembentukan malonil-KoA adalah tahap awal dan pengendali dalam sistem asam lemak.
Bikarbonat sebagai sumber CO2 diperlukan dalam reaksi awal untuk karboksilasi asetil-KoA
menjadi malonil-KoA dengan keberadaan ATP dan asetil-KoA karboksilase. Asetil-KoA
karboksilase memerlukan vitamin biotin. Enzim ini adalah suatu protein multienzim yang
mengandung subunit-subunit identik dengan jumlah bervariasi, masing-masing mengandung
biotin, biotin karboksilase, protein pembawa biotin karboksil, dan transkarboksilase, serta
tempat alosterik regulatorik. Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap: karboksilasi biotin
yang melibatkan ATP dan pemindahan karboksil ke asetil-KoA untuk membentuk malonil-
KoA.1
19
Page 20
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Kompleks asam lemak sintase adalah suatu polipeptida yang mengandung tujuh aktivitas
enzim. Pada bakteri dan tumbuhan, masing-masing enzim pada sistem asam lemak sintase
terpisah, dan ditemukan radikal asil dalam betuk kombinasi dengan suatu protein yang
disebut protein pengangkut asil (ACP). Namun pada ragi, mamalia, dan unggas, sistem
sintase adalah suatu kompleks polipeptida multienzim yang memasukkan ACP dan
mengambil alih peran KoA. Kompleks ini mengandung vitamin asam pantotenat dalam
bentuk 4’-fosfopantetein. Pemakaian satu unit fungsional multienzim memiliki keunggulan
berupa tercapainya efek kompartementalisasi proses di dalam sel tanpa perlu membentuk
sawar permeabilitas, dan sintesis semua enzim di kompleks tersebut terkoordinasi karena
dikode oleh satu gen.1
Pada mamalia, kompleks asam lemak sintase adalah suatu dimer yang terdiri dari dia
monomer identik, masing-masing menganding ketujuh aktivitas enzim lemak sintase pada
sati rantai polipeptida. Pada awalnya, suatu molekul priming asetil-KoA berikatan dengan
gugus –SH sistein yang dikatalisis oleh asetil transasilase. Malonil-KoA berikatan dengan –
SH di dekatnya pada 4’-fosfopantetein ACP di monomer yang lain yang dikatalisis oleh
malonil transasilase, untuk membentuk asetil-malonil enzim. Gugus asetil menyerang gugus
metilen di residu malonil yang dikatalisis oleh 3-ketoasil sintase dan membebaskan CO2,
membentuk 3-ketoasil enzimm membebaskan gugus –SH sistein. Dekarboksilasi
memungkinkan reaksi tersebut berlangsung tuntas, dan menarik sekuens reaksi keseluruhan
ke arah selanjutnya. Gugus 3-ketoasil akan tereduksi, terdehidrasi, dan kembali tereduksi
untuk membentuk enzim asil-S jenuh. Molekul malonil-KoA baru berikatan dengan –SH
pada 4’fosfopantetein, menggeser residu asil jenuh ke gugus –SH sistein bebas. Rangkaian
reaksi diulang enam kalo lagi sampai terbentuk radikal asil 16-karbon (palmitil) yang jenuh.1
Senyawa ini dibebaskan dari kompleks enzim oleh aktivitas enzim ketujuh di kompleks, yaitu
tioesterase. Palmitat bebas harus diaktifkan menjadi asil-KoA sebelum dapat diproses lebih
lanjut melalui jalur metabolik lain. Biasanya palmitat ini mengalami estrifikasi menjadi
asilgliserol, pemanjangan rantai atau desaturasi, atau esterifikasi menjadi ester kolesteril.1
Asetil-KoA yang digunakan sebagai primer membentuk atom karbon 15 dan 16 pada
palmitat. Penambahan seluruh unit C2 selanjutnya adalah melalui malonil-KoA.1
III. Metabolisme Energi
20
Page 21
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Semua proses yang teriadi di dalam sel hidup adalah proses transformasi energi. Energi kimia
yang terkandung dalam ikatan karbon-karbon dan karbon-hidrogen diubah menjadi bentuk
lain: informasi yang terkandung dalam struktur kimia DNA yang kompleks, gradien potensial
elektrokimia yang dapat menciptakan lingkungan intrasel sehingga berbeda dari lingkungan
di sekitarnya, atau gerakan teratur kelompok sel. Transformasi energi yang terlibat dalam
pemanfaatan energi ikatan kimia bahan bakar untuk proses di dalam sel yang memerlukan
energi dapat dibagi menjadi tiga fase: pembentukan energi dari oksidasi bahan bakar,
perubahan energi ini menjadi ikatan lostat berenergi tinggi ATP (yaitu bentuk yang secara
biologis berguna), dan penggunaan energi pada ikatan losiat ATP untuk menjalankan proses
yang memerlukan energi.5
Dua fase pertama dari transformasi energi adalah bagian dari proses pernapasan (respirasi)
sel. yaitu penggunaan O2 untuk menghasilkan ATP dari oksidasi bahan bakar rneniadi CO2.
Pernapasan sel adalah suatu proses mitokondria dan jalur-jalurnya terdapat, sebagian besar, di
mitokondria.5
Pada fase 1 pernapasan, energi berasal dari oksidasi bahan bakar oleh enzim yang
memindahkan elektron dari bahan bakar ke koenzim NAD+ dan FAD sebagai penerima
elektron. Kedua koenzim ini masing-masing mengalami reduksi menjadi NADH dan
FAD(2H). Jalur untuk oksidasi glukosa, asam lemak, badan keton, dan banyak asam amino
menyatu dalam pembentukan gugus asetil 2-karbon aktif dalam asetil KoA. Oksidasi
sempuma gugus asetil menjadi CO2 berlangsung di dalam siklus asam trikarboksilat (ATK),
yang mengumpulkan energi terutama sebagai NADH dan FAD(2H).5
Fase 2 pernapasan sel berlangsung di mitokondria. Energi yang berasal dari oksidasi bahan
bakar diubah menjadi ikatan fostat berenergi tinggi ATP melalui proses fosforilasi oksidatif.
Terjadi pemindahan elektron dari NADH dan FAD(2H) ke O2 oleh rantai transpor elektron
mitokondria. Proses ini menimbulkan potensial elektrokimia dalam bentuk gradien proton
transmembran yang dapat digunakan untuk mendorong pembentukan ATP dari ADP dan Pi.5
Energi bebas yang tersedia dari hidrolisis ATP kemudian digunakan untuk menjalankan
proses yang memerlukan energi dengan mengubah konformasi enzim dan protein lain yang
memudahkan proses tersebut berlangsung. Pada umumnya, kecepatan reaksi yang terlibat
dalam oksidasi bahan bakar diselaraskan secara ketat dengan kecepatan penggunaan ATP
oleh mekanisme pengaturan umpan-balik. Pengaturan umpan-balik menghasilkan simpanan
bahan bakar yang tidak segera diperlukan untuk sintesis ATP. Walaupun pembentukan ATP
21
Page 22
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
dari fosforilasi oksidatif merupakan hal esensial bagi kehidupan. Oksigen juga memiliki
potensi toksik bagi sel. Oksigen memiliki kecenderungan membentuk radikal oksigen dan
spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species, ROS) lainnya. Spesies oksigen reaktif dapat
memulai reaksi rantai radikal bebas, merusak DNA, menyebabkan denaturasi protein, dan
menyebabkan degradasi lemak membran. Sel dilindungi dari toksisitas oksigen oleh
mekanisme pertahanan enzimatik dan vitamin antioksidan, misalnya vitamin E.5
Satu-satunya jalur metabolisme bahan bakar yang dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen
adalah glikolisis anaerobik. Dalam glikolisis, 1 mol glukosa diubah menjadi 2 mol piruvat
oleh reaksi yang berlangsung di dalam sitosol. Dihasilkan ATP oleh pemindahan fosfat dari
zat antara terfosforilasi yang berenergi tinggi ke ADP melalui proses yang disebut sebagai
fosforilasi tingkat substrat (substrat level phosphorylation). Apabila piruvat direduksi
menjadi laktat oleh NADH, pembentukan ATP ini tidak memerlukan osigen dan disebut
sebagai glikolisis anaerobik. Glikolisis anaerobik memungkinkan jaringan dengan
penggunaan oksigen yang terbatas, atau memiliki sedikit atau tanpa mitokondria, untuk
menghasilkan piruvat yang masuk ke dalam mitokondria dan diubah menjadi asetil KoA
untuk oksidasi dalam siklus asam triarboksilat.5
Asam lemak adalah bahan bakar utama dalam tubuh. Setelah makan makanan tinggi
karbohidrat, karbohidrat yang jumlahnya melebihi kebutuhan segera disimpan sebagai unit-
unit glukosil dalam glikogen atau diubah menjadi triasilgliserol (lemak) untuk simpanan
dalam jaringa adiposa. Asam lemak dari makanan lemak juga disimpan sebagai triasilgliserol
adiposa. Di anatara waktu makan, asam lemak dibebaskan dari simpanan jaringan adiposa,
beredar dalam darah sebagai asam lemak-albumin, dan dioksidasi menjadi asetil KoA di
dalam otot, hati, dan banyak jaringan lain melalui jalur oksidasi-β. Asetil KoA masuk ke
dalam siklus asam triarboksilat dan sioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O. Di hati, asetil
KoA juga dapat diubah menjadi bahan bakar utama untuk otak selama puasa jangka panjang.
Jalur oksidasi asam lemak dan badan keton menggunakan NAD+ dan FAD untuk
mengumpulkan elektron dan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.5
Semua sel dengan tiada henti-hentinya menggunakan ATP dan memerlukan pasokan bahan
bakar yang konstan untuk menghasilkan energi untuk pembentukan ATP. Tersedianya bahan
bakar secara konstan walaupun pasokan makanan dan kecepatan penggunaan bahan bakar
tersebut berubah-ubah disebut homeostasis metabolik. Homeostasis metabolik
disempurnakan oleh hormon yang mengatur jalur penyimpanan dan penggunaan bahan bakar,
22
Page 23
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
terutama oleh insulin dan hormon yang melawan kerja insulin yaitu glukagon, epinefrin, dan
kortisol. 5
Glukosa memiliki peran khusus dalam homeostasis metabolik karena otak dan banyak
jaringan lain memerlukan glukosa untuk memenuhi semua, atau sebagian, kebutuhan
energinya. Oleh karena itu, kadar glukosa darah dipertahankan sekitar mg/dL. Kadar insulin
yang tidak adekuat, atau resistensi jaringan terhadap efek insulin, menimbulkan
hiperglikemia yang khas untuk diabetes melitus. Untuk lebih jelas regulasi metabolisme
karbohidrat dapat dilihat pada gambar 11.5
Gambar 11. Regulasi Metabolisme Karbohidrat.4
IV. Pola Makan
23
Page 24
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Untuk memenuhi energi dan gizi yang baik, maka dicetuskan tiga belas pesan dasar yang
disusun atas rekomendasi dari Kongres Gizi Internasional yang diselenggarakan pada tahun
1992 di Roma yang menganjurkan setiap negara menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS). kemudian, penyusunan PUGS dibahas dalam Widyakarya Pangan dan Gizi V pada
bulan April 1993 yang hasilnya dijadikan landasan untuk menyusun program pangan dan gizi
nasional. Hasil pembahasan tersebut adalah tersusunnya materi “13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang”. Inti dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang adalah sebagai berikut.6
1. Makanlah makanan yang beraneka ragam. Makanan yang beraneka harus
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan bahkan serat makanan
dalam jumlah dan proporsi yang seimbang menurut kebutuhan masing-masing
kelompok (bayi, balita, anak, remaja, ibu hamil dan menyusui, orang dewasa dan
lansia).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi. Energi dan tenaga dapat
diperoleh dari makanan sumber kabohidrat, lemak, serta protein. Energi dibutuhkan
untuk metabolisme dasar (seperti untuk menghasilkan panas tubuh serta kerja organ-
organ tubuh) dan untuk aktivitas sehari-hari seperti belajar, bekerja serta berolahraga.
Kelebihan energi akan menghasilkan obesitas (kegemukan) sementara kekurangan
energi dapat menyebabkan kekurangan gizi seperti marasmus.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Karbohidrat
sederhana, seperti gula dan makanan manis sebaiknya dikonsumsi dengan
memperhatikan azas tepat waktu, tepat indikasi dan tepat jumlah. Makanan ini
sebaiknya dimakan pada siang hari ketika kita akan atau sedang melakukan aktivitas
dan jumlahnya tidak melebihi 3-4 sendok makan gula/hari. Karbohidrat kompleks
sebaiknya dikonsumsi bersama makanan yang merupakan sumber unsur gizi lain
seperti protein, lemak/minyak, vitamin, dan mineral. Seyogyanya 50-60% dari
kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Konsumsi lemak dan minyak yang berlebihan, khususnya lemak/minyak jenuh dari
hewan, dapat berisiko kegemukan atau dislipidemia pada orang-orang yang
mempunyai kecenderungan ke arah tersebut. Dislipidemia atau eknaikan kadar lemak
(kolesterol atau trigliserida) dalam darah merupakan faktor risiko untuk terjadinya
penyakit jantung koroner dan stroke. Konsumsi lemak/minyak dianjurkan tidak
melebihi 20% dari total kalori dan perlu diingat bahwa unsur gizi ini juga memiliki
24
Page 25
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
peran tersendiri sebagai sumber asam lemak essensial serta membantu penyerapan
beberapa vitamin yang larut lemak (A, D, E, K).
5. Gunakan garam beryodium. Penggunaan garam beryodium dapat mencegah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Namun, penggunaan garam yang
berlebihan juga tidak dianjurkan karena garam mengandung natrium yang bisa
meningkatkan tekanan darah. Sebaiknya konsumsi garam tidak melebihi 6 garam atau
1 sendok teh per hari.
6. Makanlah makanan sumber zat besi. Makanan seperti sayuran hijau, kacang-
kacangan, hati, telur dan daging banyak mengandung zat besi dan perlu dikonsumsi
dalam jumlah yang cukup untuk mencegah anemia gizi.
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan. Untuk dapat memberikan ASI
dengan baik, ibu menyusui harus meningkatkan jumlah dan mutu gizi makanannya
selama hamil dan menyusui. Makanan pendamping ASI (PASI) hanya boleh
diberikan setelah usia bayi lebih dari empat bulan dan pemberiannya harus bertahap
menurut umur, pertumbuhan badan serta perkembangan kecerdasan.
8. Biasakan makan pagi. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan
memenuhi kebutuhan gizi utnutk mempertahankan kesegaran tubuh dan
meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan
memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan.
9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya. Air minum harus bersih dan bebas
kuman. Minumlah air bersih sampai dua liter per hari sehingga metabolisme tubuh
kita bisa berjalan lancar mengingat air sangat dibutuhkan sebagai perlarut unsur gizi
bagi keperluan metabolisme tersebut. Konsumsi air yang cukup dapat menghindari
dehidrasi dan akan menurunkan risiko infeksi serta batu ginjal.
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga yang teratur. Kegiatan ini akan membantu
mempertahankan berat badan normal di samping meningkatkan kesegaran tubuh,
memperlancar aliran darah dan mencegah osteoporosis khususnya pada lansia.
11. Hindari minum minuman beralkohol. Alkohol bersama-sama rokok, dan obat-obat
terlarang lainnya harus dihindari karena dapat membawa risiko untuk terjadinya
berbagai penyakit degeneratif, vaskuler, dan kanker.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang tidak tercemar, tidak
mengandung kuman atau parasit lain, tidak tercemar, tidak mengandung bahan kimia
berbahaya dan makanan yang diolah dengan baik sehingga unsur gizi serta
citarasanya tidak rusak, merupakan makanan yang aman dan baik bagi kesehatan.
25
Page 26
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas. Label pada makanan kemasan harus
berisikan tanggal kadaluwarsa, kandungan gizi dan bahan aditif yang digunakan.
Konsumen yang berhati-hati dan memperhatikan label tersebut akan terhindar dari
makanan yang rusak, tidak bergizi dan makanan yang berbahaya. Selain itu,
konsumen dapat menilai halal tidaknya makanan tersebut.
Ketika kita mau melakukan olahraga atau melakukan aktivitas yang berat, maka kita
membutuhkan pasokan energi yang cukup. Semua olahraga yang memakan waktu lama
seperti berenang, berlari, tenis dan senam memerlukan banyak tenaga dan pasokan nutrien
yang terus-menerus. Pedoman berikut ini memuat daftar dan apa yang harus dimakan dalam
saat-saat sebelum dan selama berolahraga:6
1. Satu jam atau kurang sebelum berolahraga
a. Sari buah dan sayuran seperti jeruk, jambu, tomat, dll.
b. Buah segar seperti apel, semangka, peach, anggur atau jeruk.
c. Minuman isotonis seperti oralit, pocari sweat, garotade, dan sport drinks
lainnya dapat pula diminum pada saat berolahraga.
2. Dua hingga tiga jam sebelum berolahraga
a. Sari buah dan buah segar dan/atau
b. Roti atau kue/kue dengan jumlah mentega atau keju yang terbatas
c. Semangkuk sereal dengan susu rendah lemak
3. Empat jam atau lebih sebelum berolahraga
a. Roti sandwich atau hamburger dengan sepotong daging yang tidak berlemak
dan sayuran (ketimun, tomat)
b. Buah segar (rujak) dan sayuran segar (salad, gado-gado)
c. Makanan padat dimakan 2-3 jam sebelum berolahraga, minuman dapat
diminum satu jam atau kurang sebelum berolahraga dan minuman yang
isotonis, seperti oralit, pocari sweat, dan minuman olahraga lainnya dapat
diminum pada saat berolahraga.
Penutup
26
Page 27
Metabolisme Energi dan Pola Makan Gizi Seimbang
Metabolisme karbohidrat terdiri dari glikolisis, oksidasi asam piruvat, siklus asam sitrat,
glikogenesis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis. Metabolisme lemak terdiri dari oksidasi
asam lemak dan lipogenesis. Metabolisme energi mengatur penggunaan energi yang diatur
oleh hormon. Pola makan gizi seimbang dapat menggunakan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang
dan pedoman asupan makanan sebelum berolahraga.
Daftar Pustaka
1. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009. h. 132-86.
2. Nelson DL, Cox MM. Lehninger principles of biochemistry. 4th edition. New York: W. H.
Freeman and Company; 2005. p. 521-820.
3. Murray RK, Rodwell VW, Bender D, Botham KM, Weil PA, Kennelly PJ. Harper's
illustrated biochemistry. 28th ed. United States: McGraw Hill Professional; 2009.
4. Koolman J, Roehm KH. Color atlas of biochemistry. 2nd ed. Stuttgart: Georg Thieme Ver-
lag; 2005. p. 157,163.
5. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2000. h.
267-9.
6. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi kedua. Jakarta: EGC; 2006. p. 160-2,
266-9.
27