LO 1 Memahami dan Menjelaskan Perdarahan Obstetrik Perdarahan yang terjadi selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada: 1. Perdarahan pada kehamilan muda minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) 2. Perdarahan antepartum : perdarahan pada minggu 20 hingga akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), 3. Perdarahan pasca persalinan,atonia uteri,robekan jalan lahir, hematoma, dan koagulopati obstetri. LO 2. Menjelaskan dan Memahami Perdarahan Pasca Persalinan Definisi Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah lahirnya plasenta. Definisi lain menyebutkan Perdarahan Pasca Persalinan adalah perdarahan 500 cc atau lebih yang terjadi setelah plasenta lahir Etiologi Atonia uteri (Tone Dimished) Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya pendarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang JULIA 1102010137 1 SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LO 1 Memahami dan Menjelaskan Perdarahan Obstetrik
Perdarahan yang terjadi selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi
pada:
1. Perdarahan pada kehamilan muda minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista
vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik)
2. Perdarahan antepartum : perdarahan pada minggu 20 hingga akhir kehamilan dan mendekati
cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina
setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet),
3. Perdarahan pasca persalinan,atonia uteri,robekan jalan lahir, hematoma, dan koagulopati
obstetri.
LO 2. Menjelaskan dan Memahami Perdarahan Pasca Persalinan
Definisi
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah 500 cc atau lebih yang terjadi
setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah lahirnya plasenta. Definisi
lain menyebutkan Perdarahan Pasca Persalinan adalah perdarahan 500 cc atau lebih yang terjadi
setelah plasenta lahir
Etiologi
Atonia uteri (Tone Dimished)
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan
fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya pendarahan. Perdarahan
pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta
yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan. Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah
merupakan bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan pendarahan pasca
persalinan. Miometrum lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh pembuluh
darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut
kira-kira berbentuk angka delapan. Setelah partus, dengan adanya susunan otot seperti tersebut
diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk
berkontraksi ini akan menyebabkan terjadinya pendarahan pasca persalinan. Penyebab perdarahan
post partum pertama
Pada palpasi : uterus teraba lembek
Julia 1102010137 1
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
Perdarahan yang banyak dapat menyebabkan “Sindrom Sheehan” sebagai akibat nekrosis
pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi insufisiensi bagian tersebut dengan gejala : astenia,
hipotensi, anemia, turunnya berat badan sampai menimbulkan kakeksia, penurunan fungsi seksual
dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut pubis dan ketiak,amenorea dan kehilangan fungsi
laktasi. Beberapa hal yang dapat mencetuskan terjadinya atonia meliputi :
1. Manipulasi uterus yang berlebihan
2. General anestesi (pada persalinan dengan operasi )
3. Uterus yang teregang berlebihan :
a. Kehamilan kembar
b. Fetal macrosomia (berat janin antara 4500 – 5000 gram)
5. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP),
penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial
(APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
6. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
Tatalaksana
Dalam menangani pasien perdarahan pasca persalinan terdapat 2 macam penanganan yaitu
penanganan umum dan penanganan khusus (sesuai etiologinya).
A. Penanganan Umum
o Segera mobilisasi dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
o Hentikan pendarahan :
Perdarahan dalam kala III (kala pengeluaran plasenta)
Segera suntikan 10 unit oksitosin I.M / ergotamin 0,2 mg I.M (jangan berikan pada
ibu preeklamsia/eklamsi karnena akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit
serebrovaskular) tujuannya untuk kontraksi myometrium uterus dimana akan terjadi
vasokntriksi yang akan menghentikan perdarahan. Selanjutnya kosongkan kandung
kemih dan lakukan massage uterus dan setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta
yang normalnya terjadi sekitar 3-4menit setelah lahirnya bayi seperti :
fundus meninggi dan berkontraksi kuat
uterus menjadi lebih kecil dan berubah bentuk dari diskoid (seperti cakram) memjadi
globular (sferis)
tali pusat menjadi lebih panjang
terdapat tonjolan yang terlihat dan teraba di simfisis (jika kandung kemih kosong)
sedikit semburan darah dari vagina
Plasenta segera dilahirkan dengan tekanan pada fundus, jika perdarahan tidak
berhenti, plasenta belum juga lepas, perdarahan mencapai 400cc, segera lepas
plasenta secara manual
Julia 1102010137 8
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
Perdarahan dalam kala IV
Jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera disuntikkan 0,2 mg
ergonovin atau metil ergonovin I.M, uterus ditekan untuk mengeluarkan gumpalan darah dan
dilakukan masase.
Jika perdarahan belum berhenti, tambahkan suntikan metil ergonovin lagi secara IV dan dipasang
oksitosin drip 10 unit dalam 500cc glukosa selama tindakan ini, masase diteruskan.
Jika perdarahan belum berhenti, jangan terus terfikir pada atonia uterim tapi pertimbangkan juga
kemungkinan lain seperti robekan serviks, sisa plasenta / plasenta suksenturiata (bagian tambahan
yang melekat pada plasenta utama lewat pembuluh arteri atau vena), ruptur uteri, koagulopati. Jika
kemungkinan ini belom dikesampingkan, lakukan pemeriksaan in spekulo dan eksplorasi kavum
uteri.
Jika masih ada perdarahan, lakukan kompresi bimanual secara Hamilton yaitu 1 tangan masuk
ke dalam vagina dan tangan ini yang dijadikan tinju dengan rotasi merangsang dinding depan rahim,
sedangkan tangan luar menekan dindin perut di atas fundus hingga dapat merangsang dinding
belakang rahim, dilakukan selama 15 menit.
o Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan
darah, pernapasan dan suhu tubuh)
o Jika dicurigai adanya syok, maka, lakukan tindakan penanganan syok
Julia 1102010137 9
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
o Pasang infus cairan I.V
o Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar masuk
o Resusitasi cairan :
Kritaloid normal salin (NS/NaCl) atau cairan Ringer Laktat melalui akses
intravena perifer. NS merupakan cairan yang cocok pada saat persalinan karena biaya
yang ringan dan kompatibilitasnya dengan sebagian besar obat dan transfusi darah.
Resiko terjadinya asidosis hiperkloremik sangat rendah dalam hubungan dengan
perdarahan post partum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak
(>10 L), dapat dipertimbangkan pengunaan cairan Ringer Laktat
o Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina dan perineum
o Transfusi darah
perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut, atau keadaan klinis pasien
menunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.
Tujuan transfusi adalah memasukkan 2 – 4 unit PRC (packed Red blood Cell) untuk
menggantikan pembawa oksigen yang hilang dan untuk mengembalikan volume sirkulasi.
PRC bersifat sangat kental yang dapat menurunkan jumlah tetesan infus. Masalah
ini dapat diatasi dengan menambahkan 100 mL NS pada masing-masing unit.
Jangan menggunakan cairan Ringer Laktat untuk tujuan ini karena kalsium yang
dikandungnya dapat menyebabkan penjendalan
o Setelah perdarahan teratasi (24jam setelah perdarahan berhenti). Periksa kadar Hb :
Jika Hb kurang dari 7g/dl atau hematokrit kurang dari 20% (anemia berat)
berikan sulfas ferrous 600mg atau ferrous fumarat 60mg + asam folat 400 mcg peroral
sehari selama 6 bulan
Jika Hb 7-11 g/dl beri sulfas ferrous 600 mg atau ferrous fumarat 60 mg + asam
folat 400 mcg peroral sekali sehhari selama 6 bulan
Pada daerah endemik cacing gelang (prevalensi ≥ 20%) berikan terapi :
Albendazol 400 mg per oral sekali ; ATAU
Mebendazol 500 mg per oral sekali atauu 100 mg 2x1 selama 3 hari
Pada daerah endemik tinggi cacing gelang (prevalensi ≥ 50%) berikan terapi
dosis diatas selama 12 minggu
B. Penanganan Khusus
1) Atonia Uteri
Julia 1102010137 10
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
Teruskan pemijatan uterus
Oksitosin diberikan bersamaan atau berurutan (lihat table di bawah ini)
Jenis dan Cara Oksitosin Ergotamin Misoprostol
Dosis dan cara
pemberian awal
- I.V : infus 20 unit
dalam 1lt larutan
garam fisiologis
60tetes/menit
- I.M : 10 unit
I.M atau I.V (9secara
perlahan) 0,2 mg
Oral 600 mcg atau rektal
400 mcg
Dosis lanjutan I.V : infus 20 unit
dalam 1lt larutan
garam fisiologis
dengan 40 tetes/menit
Ulangi 0,2 mg I.M
seelah 15 menit, jika
masih diperlukan, beri
I.M / I.V tiap 2-4 jam
400 mcg 2-4 jam setelah
dosis awal
Dosis maksimal
perhari
Tidak lebih dari 3 lt
larutan dengan
oksitosin
Total 1 mg atau 5 dosis Total 1200 mcg atau 3
dosis
Kontra Indikasi Tidak boleh memberi
I.V secara cepat atau
bolus
Preeklamsia, vitium
kordis (gangguan
jantung saat hamil),
hipertensi
Nyeri kontraksi dan asma
Tabel jenis uterotonia dan cara pemberiannya (Abdul, 2010)
Kenali dan tegakkan diagnosis atoni uteri
Antisipasi akan kebutuhan darah dan lakukan tindakan transfusi sesuaii kebutuhan
Jika perdarahan terus berlangsung :
Pastikan plasenta lahir lengkap
Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian maternal atau robkenya
membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut
Lakukan uji pembekuan darah sederhana sesuai kotak (Abdul 2010)
Julia 1102010137 11
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
a) Ambil 2ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca steril dan kering
b) Jaga tabung tetap hangat (±370C)
c) Setela 4 menit, ketuk tabungperlahan untukmelihat apajah ada pembekuan yang sudah terbentuk, kemudian ketuk tiap menit sampai darah membeku dan tabung dapat dibalik
d) Kegagalan terbentuknya pembekuan setela 7 menit atau adanya bekuan lunak yang mudah pecah menunjukan koagulopati
Jika perdarahan masih berlangsung :
Kompresi bimanual internal
Uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina
untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi).
Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti,
tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi , coba kompresi aorta
abdominalis.
Kompresi aorta abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut,genggam
tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga
mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akan menghentikan atau sangat mengurangi
denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.
Jika perdarahan terus belrangsug setelah dilakukan kompresi
Julia 1102010137 12
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
a) Berikan antibiotik dosis tunggal (ampisilin 2g I.V atau sefazolin 1g I.V)b) Berikan infus RL atau NaCl 0,9%c) Buka perut :
Insisi vertikal linea alba dari umbilikus sampai pubis Insisi vertikal 2-3 cm pada fasia Lanjutkan insisi ke atas dan ke bawah dengan gunting Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri dan kanan dengan tangan atau
gunting
Kotak 3. ligasi arteria uterina dan ovarika (Abdul, 2010)
Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi
Julia 1102010137 13
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
a) Berikan antibiotik dosis tunggal (ampisilin 2g I.V atau sefazolin 1g I.V)b) Berikan infus RL atau NaCl 0,9%c) Buka perut :
Insisi vertikal linea alba dari umbilikus sampai pubis Insisi vertikal 2-3 cm pada fasia Lanjutkan insisi ke atas dan ke bawah dengan gunting Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri dan kanan dengan tangan atau
gunting
Skema Penilaian Klinik Atonia Uteri (Abdul, 2010)
2) Robekan jalan lahir (serviks, vagina dan perineum)
o Cari sumber perdarahan lalu diklem, diikat dan luka dituutp dengan jaitan cat gut lapis
demi lapis sampai perdarahan berhenti
o Teknik penjahitan memerlukan asisten, anastesi lokal, penerangan lampu yang cukup,
spekulum dan memperhatikan kedalaman luka (Sarwono, 2009)
o Untuk memudahkan penjahitan, baiknya fundus uteri ditekan ke bawah hingga serviks
dekat dengan vulva. Kemudian kedua bibir serciks dijepit dengan klem dan ditarik ke
bawah
o Dalam melakukan jahitan robekan serviks ini yang penting bukan jahitan lukannya,
tetapi pengikatan dari cabang-cabang arteri uterin
3) Retensio Plasenta
Julia 1102010137 14
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
Skema Retensio Plasenta (Ida Bagus, 2007)
Jika plasenta atau bagian-bagiannya tetap berada dalam uterus setelah bayi lahir :
a) Jika plasenta terlaihat dalam vagina minta ibu mengedan, jika dokter dapat merasakan
plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut
b) pastikan kandung kemih kosong, jika diperlukan, lakukan katerisasi kandung kemih
c) jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit I.M, jika belum dilakukan pada
penanganan aktif kala 3
d) jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin (jangan berikan
ergot karna dapat menyebabkan kontraksi uterus yang tonik – memperlambat keluarnya
plasenta) dan uterus terasa kontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali / CCT
4) Inversi Uteri
a) Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus untuk cairan RL /darah pengganti
dan pemberian obat
b) Terakadang, diberikan juga tokolitik Magnesium Sulfat untuk melemaskan uterus
yang terbalik/inversi sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong
Julia 1102010137 15
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
endometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai
tangan masuk ke dalam uterus pada posisi normalnya, hal ini dapat dilakukan
sewaktu palsenta sudah terlepas atau tidak
c) Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin (sebagai analgesik) 1mb/kgBB (dosis
maksimal 100mg) I.M atau I.V secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/KgBB
I.M
d) Di dalam uterus, plasenta dilepaskan secara manual (kotak 1) dan bila berhasil
dikeluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau I.M,
tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan dokter
baru dilepaskan
e) Pemberian antibiotik profilaksis dosis tunggal setelah mereposisi uterus
Ampisilin 2g I.V + metonidazol 500 mg I.V, ATAU
Sefazolin 1g I.V + metronidazol 500 mg IV
f) Jika terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotik sesuai kotak 3
g) Intevensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan
manuver di atas tidak dapat dilakukan, maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan
jika dicurigai adanya nekrosis, lakukan histerektomi vaginal (rujuk pusat pelayanan
kesehatan tersier (rumah sakit)
5) Perdarahan karena gangguan pembekuan darah
Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi dara dan produknya sepetti plasma beku
segar, trombosit, fibrinogen, dan heparinisasi dan pemebrian EACA (Epsilon amino
caproic acid)
6) Sisa plasenta
Jika bagian dari plasenta – satu atau lebih lobus – tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif
a) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus
menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan utnuk
mengeluarkan plasenta yang tidak keluar – teknik manual (kotak 1)
b) Keluarkan sisa plasenta dengan tangan atau kuret besar
Jaringan yang melekat kuat, mungkin plassenta akreta, karena sifat perlekatannya
maka biasanya membutuhkan tindakan histerektomi
c) Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan sederhana (kotak 2)
Julia 1102010137 16
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
Selain penanganan umum dan khusus terdapat pula penanganan perdarahan pasca
persalinan tertunda atau sekunder :
1. Infus dan transfusi darah
Jika anemia berat (hb < 8g/dl) atau hematokrit kurang dari 20%, siapkan transfusi dan
berikan tablet besi oral dan asam folat
2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik seperti kotak 3
3. Berikan oksitosin sesuai dengan tabel uterotonika di atas
4. Jika perdarahan dari perlukaan terbuka dijahit kembali dan evaluasi kemungkinan terjadinya
hematoma
5. Jika perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta
a) Lakukan anastesi lalu lakuakn kuretasi dengan aman dan steril
b) Jaringan yang di dapatkan harus dilakukan pemeriksaan
6. Jika serviks masih berdilatasi, lakukan eksplorasi dengan tangan untuk mengeluarkan
bekuan-bekuan besar dan sisa plasenta
7. Jika serviks tidak berdilatasi, evakuasi uterus untuk mengeluarkan sisa plasenta
8. Jika perdarahan terus berlanjut, pikirkan kemungkinan untuk melakukan ligasi uteri arteri
uterina dan utero ovarika atau histerektomi
9. Lakukan pemeriksaan histologi dari jaringan hasil kuret/histerektomi, jika memungkina untuk
menyingkirkan penyakit trofoblas ganas
Pencegahan Haemorrhagic Post Partum
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit
kronis, anemia dan lain-lain, sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut ada
dalam keadaan optimal.
2. Mengenali factor-faktor predisposisi PPH (multiparitas, anak besar, hamil kembar,
hidramnion, bekas seksio, riwayat PPH).
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partu lama.
4. Merujuk kehamilan beresiko ke ruma sakit rujukan.
5. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPH.
6. Tangani plasenta dengan cepat.
a. Keluarkan plasenta secara spontan
b. Hindari perasat Crede (memeras uterus) dan jangan sekali-kali menggunakan fundus
sebagai piston untuk mendorong keluar plasenta
c. Siapkan ekstraksi manual untuk kasus-kasus dengan indikasi
Julia 1102010137 17
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
d. Setelah plasenta lahir, beri oksitosin yang diencerkan (5 IU IV secara perlahan).
7. Atasi atonia uteri dan mulai berikan oksitosin yang diencerkan sebelum plasenta lahir begitu
sudah dipastikan tidak ada janin kedua.
8. Periksa jalan lahir dengan cermat adaka robekan.
9. Lakukan eksplorasi uterus pada pasien-pasien dengan kemungkinan ruptur uteri atau hasil
konsepsi yang tertinggal.
Komplikasi
1. Sindrom Sheehan perdarahan banyak diikuti dengan kegagalan laktasi, amenore, atrofi
payudara, rontok rambut pubis dan aksila, hipotiroidi dan insufisiensi kroteks adrenal
2. Diabetes Insipidus tanpa disertai defisiensi hipofisis anterior
3. Syok hipovolemik
4. Terjadi gangguan dalam sekresi hormon tropik pada kelenjar yang patogenesisnya tidak
diketahui secara pasti
5. Anemia berkepanjangan dimana memerlukan waktu yang panjang untuk dapat pulih
Prognosis
Wanita dengan perdarahan pasca persalinan seharsnya tidak meninggal akibat perdarahannya,
seklipun untuk megatasinya perlu dilakukan histerektomi, akan tetapi jika penangannya tidak segera
dan tidak adekuat akan menimbulkan syok
Julia 1102010137 18
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
LO 3 Menjelaskan dan Memahami Hipotermi pada Bayi
Defiinisi Hipotermi pada Bayi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi
adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak).
Etiologi Hipotermi pada Bayi
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme :
1. Penurunan produksi panas
Karena kegagalan sistem endokrin dan terjadi penurunan metabolisme tubuh.
2. Peningkatan panas yang hilang
Karena panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
Mekanisme kehilangan panas dapat terjadi secara :
a. Konduksi
Perpindahan panas akibat perbedaan suhu antara objek. Kehilangan panas terjadi saat kontak
lagsung antara kulit BBL dengan permukaan yang lebih dingin. Contoh : penimbangan BBL
pada permukaan / alas yang dingin.
b. Konveksi
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaan kulit dan aliran
udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Contoh : BBL Pada inkubator yang jendelanya
terbuka dan pada saat transportasi BBL ke RS.
c. Radiasi
Perpindahan suhu dari objek panas ke objek yang dingin. Contoh : BBL dengan suhu yang
hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat berupa
suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang dingin.
d. Evaporasi
Panas terbuang akibat penguapan melalui permukaan kulit dan traktur respiratorius. Contoh :
BBL yang basah setelah lahiratau pada waktu dimandikan.
3. Kegagalan termerogulasi
Disebabkan kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya karena berbagai
penyebab. Contoh : keadaan hipoksia intrauterin / saat persalinan atau postpartum, defek neurologik
dan paparan obat parenteral dapat menekan respon neurologik bayi dalam mempertahankan suhu
tubuhnya. Bayi yang sepsis juga dapat mengalami masalah dalam pengaturan suhu tubuhnya
sehingga menjadi hipotermi / hipertermi.
Julia 1102010137 19
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
Saat terjadi hipotermi secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk menghasilkan panas,
yaitu :
1. Shivering thermoregula / ST
Tubuh menggigil atau gemetar secara involunter dari kontraksi otot untuk menghasilkan
panas.
2. Non-ST
Mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk menstimulus proses
metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan
metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan panas dari dalam tubuh.
3. Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulus oleh sistem saraf simpatis, kemudian sistem saraf perifer akan
memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjadi vasokonstriksi. Keadaan
ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas
yang tidak berguna.
Etiologi Hipotermi pada bayi:
Jaringan lemak subkutan tipis.
Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami
hipotermi.
Klasifikasi berdasarkan suhu tubuh (World Health Organizatio):
a. Cold Stress (Ringan) : 36 – 36.50C
b. Mild hypothermia (Sedang) : 32 – 35.90C
c. Severe hypothermia (Berat) : <320C
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
1. Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2°C sesudah lahir. Suhu tubuh akan
menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-
baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang
lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir,
terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu
yang sedang bersalin.
Julia 1102010137 20
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
2. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12 jam.
Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak
cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan lahir, yaitu
diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah,
gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya ialah
dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut
kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
3. Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan
yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan
hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan
yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan
mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen,
dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar
harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu
sekitar 32°C, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh
menjadi normal kembali. Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam
ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin,
oliguria, suhu berkisar antara 29,5-35°C, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada
tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis.
Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan.
Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian
larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid.
Diagnosis Hipotermi pada Bayi
Pengukuran suhu tubuh pada neonatus dapat dilakukan melalui :
a. Kulit : 36 – 36.50C (Pengukuran melalui kulit sering dilakukan karena penurunan
suhu kulit dapat menjadi indikasi awal terjadinya Cold Stress)
b. Aksila : 36.5 – 370C
c. Rektal : 36.5 – 370C
Tanda dan gejala Hipotermi :
1. Vasokonstriksi perifer
a. Akrosianosis
b. Ekstrimitas yang dingin
c. Penurunan perfusi perifer
Julia 1102010137 21
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
2. Depresi sistem saraf pusat
a. Letargi
b. Bradikardi
c. Apnoe
d. Intoleransi makanan
3. Metabolisme yang meningkat
a. Asidosis metabolik
b. Hipoglikemia
c. Hipoksia
4. Peningkatan tekanan arteri pulmonalis
a. Distress
b. Takipnoe
5. Tanda-tanda kronik
a. Berat badan yang turun
b. Penambahan berat badan yang kurang
Tatalaksana Hipotermi pada Bayi
Pengelolaan Menurut Indarso, F menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi :
Bayi cukup bulan
1. Letakkan BBL pada Radiant Warner.
2. Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi.
3. Tutup kepala.
4. Bungkus tubuh segera.
5. Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.
Bayi sakit
1. Seperti prosedur di atas.
2. Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil. Bayi kurang bulan (prematur)
3. Seperti prosedur di atas.
4. Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiant warner dengan servo controle.
Bayi yang sangat kecil
1. Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 °C. Tutup kepala. Kelembaban 40-
50%. Dapat diberi plastik pada radiant warner. Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36,
5°C. Dengan dinding double.
Julia 1102010137 22
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
2. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber
infeksi dan kehilangan panas berlebihan). Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban
dinaikkan. Temperatur lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.
Cara menghangatkan bayi:
a. Kontak kulit
b. Kangaroo mother care
c. Pemancar panas
d. Lampu
e. Inkubator
f. Boks penghangat
g. Ruangan hangat
Hipotermia sedang
h. Ganti pakaian dingin
i. Skin contact / inkubator
j. Sering susukan
k. Amati penyulit
l. Pertahankan kadar gula darah
m. Pantau kenaikan 0,5°C
Hipotermia berat
n. Inkubator / pemancar
o. Ganti baju, selimut
p. Hindari panas berlebihan
q. GGN nafas :O2
r. IV line
s. Koreksi hipoglikemia
t. Perhatikan penyulit
u. Periksa suhu tiap jam
Julia 1102010137 23
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
Perawatan dengan incubator
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus segera dilakukan.
Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan apnea. Penyebab
hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu harus terus dimonitor, dan investigasi terhadap
penyebab-penyebab patologi atau iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan
pemanasan yang perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan
perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu ruangan yang normal
(tabel 2). Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30 menit selama masa pemanasan.
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika berat badan bayi yang
kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28 minggu, atau suhunya kurang dari 32oC, dan
bayi dapat dipanaskan lebih perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6oC tiap jam)16.
Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:
1. Closed incubator. Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800
gram. Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan melakukan
tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa kabur karena
alat ini. Bayi dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada suhu lingkungan
lebih dari 30oC (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira 1800 gram). Inkubator ini
biasanya memakai alat-alat berikut:
Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas akan
dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila
sensornya lepas atau rusak dapat terjadi panas yang berlebihan14,16.
Air temperatur control device.
Julia 1102010137 24
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
2. Radiant warmer, khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami
pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual mode.
Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram):
a. Tempatkan bayi di bawah pemanas segera setelah bayi lahir. Keringkan seluruh tubuh
untuk mencegah kehilangan panas dengan cara penguapan.
b. Tutup kepala dengan cap.
c. Bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur bayi.
a. Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit:
d. Prosedurnya sama dengan bayi cukup bulan yang sehat, kecuali radiant warmer-nya
dengan pengatur suhu sendiri.
a. Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr):
e. Untuk berat bayi 1800-2500 gr, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap,
dan selimut biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin to skin (kangaroo).
a. Untuk bayi 1000-1800 gr:
f. Untuk bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan pengatur
suhu sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di bawah radiant warmer
dengan pengatur suhu sendiri.
a. Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat rendah (<1000 gr)
Radiant warmer
a. Gunakan pengatur suhu sendiri dengan set temperatur kulit perut 37oC.
b. Tutup kepala dengan cap.
c. Pergunakan pelindung panas. Humidity level di bawah pelindung panas seharusnya 40--
50%.
d. Tempatkan pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi.
e. Pergunakan pembungkus kasur warna hitam untuk menyerap panas.
f. Pertahankan suhu udara yang terhirup 34--35oC.
g. Tempatkan matras pemanas (K-pad) di bawah bayi yang suhunya telah disesuaikan
sekitar 35--38oC. Untuk mempertahankan proteksi, panas diatur sekitar 35--38oC. Jika
bayi hipotermi, dapat dinaikkan menjadi 37--38oC. Jika bayi tidak dapat distabilkan,
pidahkan bayi ke inkubator tertutup.
Closed incubator
a. Gunakan servokontrol dengan set suhu pada kulit perut 36,5oC.
b. Pergunakan inkubator yang mempunyai dinding dua lapis jika mungkin.
Julia 1102010137 25
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
c. Tutup kepala dengan cap.
d. Pertahankan humidity level pada 40--50% atau lebih tinggi.
e. Pertahankan suhu ventilator pada 34--35oC atau lebih tinggi.
f. Lapisi inkubator dengan alumunium bila diperlukan.
g. Tempatkan matres pemanas (K-pad) di bawah bayi yang telah disesuaikan suhunya 35--
36oC. Untuk proteksi, panas dapat diatur antara 35--36oC. Untuk bayi hipotermi, dapat
dibuat 37--38oC.
Letakkan pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi. Jika suhu tubuh sulit dipertahankan,
coba dengan meningkatkan humidity level. Pada penanganan neonatal cold injury, di samping
pemberian kehangatan yang bertahap juga koreksi gangguan metabolisme, terutama hipoglikemia.
Pencegahan Hipotermi pada Bayi
Pencegahan
a. Keringkan bayi dengan seksama. Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera lahir untuk
mencegah kehilangan panas disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi.
Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan di atas perut ibu.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat, serta segera mengganti handuk
atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban.
c. Tempatkan bayi pada ruangan yang panas. Suhu ruangan atau kamar hendaknya dengan suhu
28 C – 30 C untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat
menjagakehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan
bayinya segera setelah lahir. Pemberian ASI lebih baik ketimbang glukosa karena ASI dapat
mempertahankan kadar gula darah.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Karena bayi baru lahir cepat dan
mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian) sebelum melakukan
penimbangan terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering
Julia 1102010137 26
SKENARIO 1 BLOK EMERGENCY
LO 4 Menjelaskan dan Memahami Hiperbilirubinemia
Defiinisi Hiperbilirubinemia
Meningkatnya kadar bilirubin total pada minggu pertama kelahiran. Kadar normal maksimal
adalah 12-13 mg%.
Etiologi Hiperbilirubinemia
a. Ikterus fisiologis disebabkan oleh kombinasi produksi bilirubin meningkat sekunder terhadap
kerusakan percepatan eritrosit, penurunan kapasitas ekskretoris sekunder rendahnya tingkat
ligandin dalam hepatosit, dan aktivitas rendah dari uridin enzim bilirubin konjugasi
diphosphoglucuronyltransferase (UDPGT).
b. Ikterus neonatus patologis terjadi bila faktor tambahan menemani mekanisme dasar yang
dijelaskan di atas. Contohnya termasuk anemia hemolitik imun atau nonimmune, polisitemia, dan
adanya ekstravasasi memar atau darah.
c. Penurunan bilirubin mungkin memainkan peran dalam penyakit kuning menyusui, penyakit
kuning ASI, dan dalam beberapa metabolik dan gangguan endokrin.
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
a. Faktor Maternal
Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.