Thalassemia pada Anak Berusia 6 TahunErik Susanto102011104 /
F4Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl. Terusan
Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax.
[email protected]
PendahuluanAnak yang pucat biasanya dibawa berobat karena
keprihatinan orangtua akan anemia. Apalagi bila disertai dengan
pembengkakan pada perut akibat pembengkakan limpa, dan pertumbuhan
yang lebih lambat dibanding rata-rata anak pada umumnya. Gejala ini
amat umum dan terjadi di banyak penyakit. Oleh karena itu, perlu
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah seorang anak
menderita kelainan darah atau tidak.Salah satu penyakit akibat
kelainan darah adalah Thalassemia. Thalassemia merupakan penyakit
anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua
kepada anak-anaknya secara resesif menurut hukum mendel. Talasemia
pertama kali dijelaskan oleh cooley ( 1925 ) yang ditemukannya pada
orang Amerika keturunan Italia.Gen Talasemia sangat luas tersebar
dan kelainan ini diyakini merupakan penyakit genetik manusia yang
paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah daerah perbatasan
laut medeterania, sebagian besar Afrika Timur Tengah, sub benua
India dan Asia Tenggara. Dari 3 % sampai 8 % orang Amerika
keturunan Italia atau Yunani dan 0,5 dari kulit hitam Amerika
membawa Gen untuk Talesemia. Dibeberapa daerah Asia Tenggara
sebanyak 40 % dari populasi mempunyai satu atau lebih gen
talasemia. Saat ini thalassemia merupakan penyakit keturunan yang
paling banyak di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia,
diperkirakan jumlah pembawa sifat thalassemia sekitar 5-6 persen
dari jumlah populasi.Penyakit ini berhubungan anemia karena
terdapat gangguan pada rantai hemoglobin yang menyebabkan kadar sel
darah merah berkurang. Terdapat berbagai hal hal yang harus
diwaspadai dan diperhatikan yang akan dibahas dalam makalah
ini.
PembahasanAnamnesisAnamnesis merupakan tahap awal dalam
pemeriksaan untuk mengetahui riwayat penyakit dan menegakkan
diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis
untuk menegakkan diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis,
yaitu identitas, riwayat penyakit, dan riwayat perjalanan penyakit.
Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis)
atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila
keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Penanganan
dari pasien ini harus dimulai dengan riwayat secara menyeluruh
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk melakukan diagnosis.
Anamnesis haruslah yang berkaitan dengan kasus, sebagai
contoh:Skenario 9:Seorang anak laki-laki usia 6 tahun di bawa ke
puskesmas dengan keluhan utama pucat sejak 3 bulan lalu. Keluhan
disertai mudah lelah dan lesu. Riwayat demam dan perdarahan tidak
ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi 130x/menit, TD
80/50 mmHg, sclera dan kulit ikterik, konjungtiva anemis,
splenomegaly.Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data
penting:1. Identitas Pasien dan Keluhan Utama2. Riwayat Penyakit
Sekarang3. Riwayat Penyakit Dahulu4. Riwayat Kesehatan Anak5.
Riwayat Pengobatan6. Riwayat Kesehatan Keluarga7. Riwayat Sosial
dan Nutrisi8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan9. Riwayat Ibu
Saat Hamil (Ante Natal Core ANC)
Identitas Pasien dan Keluhan UtamaIdentitas pasien meliputi
nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, status perkawinan,
pekerjaan, dan alamat rumah. Data ini sangat penting karena data
tersebut sering berkaitan dengan masalah klinik maupun gangguan
sistem organ tertentu.Keluhan utama adalah keluhan terpenting yang
membawa pasien minta pertolongan dokter atau petugas kesehatan
lainnya. Keluhan utama biasanya dituliskan secara singkat beserta
lamanya.Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala
tersebut telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun.
Sedangkan pada thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan,
biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 6 tahun.
Riwayat Penyakit SekarangTanyakan apakah pucat, mudah lelah,
lesu, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang dan perut
membesar karena pembesaran lien dan hati, ada perdarahan,
demam.
Riwayat Penyakit DahuluApakah pasien pernah dirawat di rumah
sakit? Apakah ada riwayat trauma perdarahan? Riwayat diabetes
melitus dan hipertensi? Apakah ada penyakit kronis seperti TBC
paru, SLE?
Riwayat Kesehatan AnakAnak cenderung mudah terkena infeksi
saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti
karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
Obat-ObatanObat apa yang sedang dikonsumsi pasien? apakah
baru-baru ini ada perubahan penggunaan obat? adakah respons
terhadap terapi terdahulu ?
Riwayat Penyakit KeluargaApakah di keluarga ada yang menderita
kelainan darah seperti talasemia? Keganasan darah? Karena merupakan
penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang
menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita
thalassemia, maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor.
Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan
karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin
disebabkan karena keturunan.Asal kewarganegaraan keluarga? , karena
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia
sendiri, thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan
merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.Tanyakan juga
apakah ada Anemia? Kelainan jantung? Hipertensi? Dll.
Riwayat Sosial dan NutrisiBagaimana perilaku dan aktivitas?
Aktif atau tidak? Sering berolahraga? Pola makan? Lingkugan tempat
tinggal?Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak
banyak tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak
normal mudah merasa lelah. Karena adanya anoreksia, anak sering
mengalami susah makan, sehingga berat badan anak sangat rendah dan
tidak sesuai dengan usianya.
Riwayat Pertumbuhan dan PerkembanganSering didapatkan data
mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh kembang
sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan
yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia
mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada
keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat
mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering
terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core ANC)Selama Masa
Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor
risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat.
Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai
risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk
memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
Pemeriksaan Fisik Keadaan umumAnak biasanya terlihat lemah dan
kurang bergairah serta tidak selincah aanak seusianya yang normal.
TTV Kepala dan bentuk mukaAnak yang belum/tidak mendapatkan
pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk
mukanya adalah mongoloid (Facies Cooley), yaitu hidung pesek tanpa
pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat
lebar. Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan Mulut dan
bibir terlihat pucat kehitaman DadaPada inspeksi terlihat bahwa
dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang
disebabkan oleh anemia kronik. PerutKelihatan membuncit dan pada
perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati ( hepatosplemagali).
Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang
dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Pertumbuhan organ
seks sekunder untuk anak pada usia pubertasAda keterlambatan
kematangan seksual, misalnya, tidak adanya pertumbuhan rambut pada
ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai
tahap adolesense karena adanya anemia kronik. KulitWarna kulit
pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi
darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya
penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
Pemeriksaan Penunjang1. CBCAnemia berat (Hb 2-6 g/dL) dengan
penurunan MCV dan MCH.Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan daya
ikat serum terhadap besi (IBC) menjadi rendah dan dapat mencapai
nol. Elektroforesis hemoglobin memperlihatkan tingginya HbF lebih
dari 30%, kadang ditemukan juga hemoglobin patologik. Di Indonesia
kira-kira 45% pasien Thalasemia juga mempunyai HbE maupun HbS.Kadar
bilirubin dalam serum meningkat, SGOT dan SGPT dapat meningkat
karena kerusakan parankim hati oleh hemosiderosis. Penyelidikan
sintesis alfa/beta terhadap refikulosit sirkulasi memperlihatkan
peningkatan nyata ratio alfa/beta yakni berkurangnya atau tidak
adanya sintetis rantai beta.2. Darah Tepi : Hb rendah dapat sampai
2-3 g% Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel
target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit,
polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly,
poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.
Retikulosit meningkat3. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis)
: Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari
jenis asidofil Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru)
meningkat.4. Pemeriksaan khusus : Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor
merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb
total).5. Pemeriksaan Radiologi : Foto Ro tulang kepala : gambaran
hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak
lurus pada korteks. Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang :
perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas.
Working Diagnosis (WD) Thalassemia adalah penyakit kelainan
darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau
umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya
penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya
pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan
hilang, dan infeksi berulang. Thalasemia terjadi akibat
ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan
untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin
merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah
merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai
energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka
pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak
dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak
mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Thalasemia
adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam
amino yang membentuk hemoglobin.
Klasifikasi ThalassemiaDarah manusia terdiri atas plasma dan sel
darah yang berupa sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Seluruh sel darah
tersebut dibentuk oleh sumsum tulang, sementara hemoglobin
merupakan salah satu pembentuk sel darah merah. Hemoglobin terdiri
dari 4 rantai asam amino (2 rantai amino alpha dan 2 rantai amino
beta) yang bekerja bersama-sama untuk mengikat dan mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh. Rantai asam amino inilah yang gagal
dibentuk sehingga menyebabkan timbulnya thalassemia. Berdasarkan
rantai asam amino yang gagal terbentuk, thalassemia dibagi menjadi
thalassemia alpha (hilang rantai alpha) dan thalassemia beta
(hilang rantai beta). Sementara itu, hilangnya rantai asam amino
bisa secara tunggal (thalassemia minor/trait/heterozigot) maupun
ganda (thalassemia mayor/homozigot).Thalassemia alpha disebabkan
karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin rantai
alpha yang ada. Thalassemia alpha dibagi menjadi :1) Silent Carrier
State (gangguan pada 1 rantai globin alpha). Pada keadaan ini
mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya
terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih
pucat (hipokrom).2) Alpha Thalassemia Trait (gangguan pada 2 rantai
globin alpha). Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang
ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan
lebih kecil dari normal (mikrositer).3) Hb H Disease (gangguan pada
3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat bervariasi
dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang
disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali).4) Alpha
Thalassemia Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha).
Thalassemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada
thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin
yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi.
Biasanya fetus yang menderita alpha thalassemia mayor mengalami
anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan
(hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita
kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama
setelah dilahirkan. Thalassemia beta terjadi jika terdapat mutasi
pada satu atau dua rantai globin yang ada. Thalassemia beta dibagi
menjadi : 1) Beta Thalassemia Trait. Pada jenis ini penderita
memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita
mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah
merah yang mengecil (mikrositer).2) Thalassemia Intermedia. Pada
kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa
memproduksi sedikit rantai beta globin. Anak-anak dengan
beta-thalassemia intermedia memiliki berbagai efek dari penyakit
ini - anemia ringan mungkin satu-satunya gejala mereka atau mereka
mungkin memerlukan transfusi darah secara teratur.Keluhan yang
paling umum adalah kelelahan atau sesak napas. Beberapa anak juga
mengalami palpitasi jantung, juga karena anemia, dan ikterus
ringan, yang disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang
abnormal yang dihasilkan dari penyakit. Hati dan limpa dapat
diperbesar, yang dapat membuat tidak nyaman bagi seorang anak.
Anemia berat juga dapat mempengaruhi pertumbuhan.Gejala lain
beta-thalassemia intermedia adalah kelainan tulang. Karena sumsum
tulang bekerja keras untuk membuat sel darah merah lebih banyak
untuk melawan anemia, anak-anak mengalami pembesaran tulang pipi
mereka, dahi, dan tulang lainnya. Batu empedu adalah komplikasi
yang sering karena kelainan dalam produksi empedu yang melibatkan
hati dan kantong empedu.Beberapa anak dengan beta thalassemia
intermedia mungkin memerlukan transfusi darah hanya sesekali.
Mereka akan selalu memiliki anemia, tetapi tidak perlu transfusi
darah kecuali selama sakit, komplikasi medis, atau di kemudian hari
selama kehamilan.Anak-anak lain dengan bentuk penyakit yang
memerlukan transfusi darah secara teratur. Pada anak-anak, tingkat
hemoglobin rendah atau jatuh sangat mengurangi kemampuan darah
untuk membawa oksigen ke tubuh, sehingga sangat lelah, pertumbuhan
yang buruk, dan kelainan wajah. Transfusi teratur dapat membantu
meringankan masalah ini. Beta-thalassemia intermedia sering
didiagnosis pada tahun pertama kehidupan. Dokter akan meminta untuk
menguji ketika seorang anak mengalami anemia kronis atau kondisi
riwayat keluarga. Selama didiagnosis dengan baik dan belum
mengalami komplikasi yang serius, maka dapat diobati dan
ditangani.3) Thalassemia Major (Cooleys Anemia). Pada kondisi ini
kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai
beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3
bulan berupa anemia yang berat. Berbeda dengan thalassemia minor
(thalassemia trait/bawaan), penderita thalassemia mayor tidak dapat
membentuk haemoglobin yang cukup di dalam darah mereka, sehingga
hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh,
yang lama-lama akan menyebabkan asfiksia jaringan (kekurangan O2),
edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu,
penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering
dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.
EtiologiThalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit
yang diturunkan secara genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan
melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada
kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan.
Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen
pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang
mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang
pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih
mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan
baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan
pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom,
dinamakan penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah gen
yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing
membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya
mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari
ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat
thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa
kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin
beta yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak
akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat
sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa
penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin
beta normal dari kedua orang tuanya.Penyakit thalassemia adalah
penyakit keturunan yang tidak dapat ditularkan.banyak diturunkan
oleh pasangan suami isteri yang mengidap thalassemia dalam sel
selnya/ Faktor genetik.Jika kedua orang tua tidak menderita
Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia, maka tidak mungkin
mereka menurunkan Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia
atau Thalassaemia mayor kepada anak-anak mereka. Semua anak-anak
mereka akan mempunyai darah yang normal.Apabila salah seorang dari
orang tua menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia
sedangkan yang lainnya tidak, maka satu dibanding dua (50%)
kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita
Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia, tidak seorang
diantara anak-anak mereka akan menderita Thalassaemia mayor. Orang
dengan Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia adalah sehat,
mereka dapat menurunkan sifat-sifat bawaan tersebut kepada
anak-anaknya tanpa ada yang mengetahui bahwa sifat-sifat tersebut
ada di kalangan keluarga mereka.Apabila kedua orang tua menderita
Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia, maka anak-anak
mereka mungkin akan menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat
Thalassaemia atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau
mereka mungkin juga menderita Thalassaemia mayor
Gambar 1. Skema Penurunan Gen Thalasemia MendelEpidemiologiGen
thalassemia sangat luas tersebar, dan kelainan ini diyakini
merupakan kelainan genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi
utama meliputi daerah-daerah perbatasan Laut Mediterania, sebagian
besar Afrika, Timur Tengah, Sub benua India dan Asia Tenggara. Dari
3% sampai 8% orang Amerika keturunan Itali atau Yunani dan 0,5%
dari kulit hitam Amerika membawa gen untuk thalassemia . Di
beberapa daerah Asia Tenggara sebanyak 40% dari populasi mempunyai
satu atau lebih gen thalassemia. Ratio resiko terkena thalassemia
laki laki sama dengan perempuan. Daerah geografi dimana thalassemia
merupakan prevalen yang sangat paralel dengan daerah dimana
Plasmodium Falciparum dulunya merupakan endemik. Resistensi
terhadap infeksi malaria yang mematikan pada pembawa gen
thalassemia agaknya menggambarkan kekuatan selektif yang kuat yang
menolong ketahanan hidupnya pada daerah endemik penyakit ini.
PatogenesisHemoglobinHemoglobin manusia terdiri dari
persenyawaan heme dan globin. Hem terdiri dari zat besi (atom Fe)
sedangkan globin suatu protein yang terdiri dari rantai
polipeptida. Hemoglobin manusia normal pada orang dewasa terdiri
dari 2 rantai alfa () dan 2 rantai beta () yaitu HbA (22 = 97%),
sebagian lagi HbA2 (22 = 2,5%) dan sisanya HbF (22) kira-kira
0,5%.Sintesa globin ini telah dimulai pada awal kehidupan masa
embrio di dalam kandungan sampai dengan 8 minggu kehamilan dan
hingga akhir kehamilan. Organ yang bertanggung jawab pada periode
ini adalah hati, limpa, dan sumsum tulangKarena rantai globin
merupakan suatu protein maka sintesisnya dikendalikan oleh gen
tertentu. Ada 2 kelompok gen yang bertanggung jawab dalam proses
pengaturannya, yaitu kluster gen globin- yang terletak pada lengan
pendek autosom 16 (16 p 13.3) dan kluster gen globin- yang terletak
pada lengan pendek autosom 11 (11 p 15.4). Kluster gen globin-
secara berurutan mulai dari 5 sampai 3 yaitu gen 5-2-1-2-1-2-1-1-3.
Sebaliknya kluster gen globin- terdiri dari gen
5--G-A----3Hemoglobin normal adalah terdiri dari dari Hb-A dengan
dua polipeptida rantai alpha dan dua rantai beta. Pada beta
thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta dalam
molekul hemoglobin, sehingga ada gangguan kemampuan eritrosit
membawa oksigen. Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai
alpha, tetapi rantai beta memproduksi secara terus - menerus
sehingga menghasilkan hemoglobin defektif. Ketidakseimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal
ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan
anemia dan atau hemosiderosis.
PatofisiologiKelebihan pada rantai alpha ditemukan pada beta
thalasemia dan kelebihan rantai beta dan gama ditemukan pada alpha
thalasemia. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presippitasi
dalam sel eritrosit. Globin intra eritrosik yang mengalami
presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta,
atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-badan Heinz, merusak sampul
eritrosit dan menyebabkan hemolisis. Reduksi dalam hemoglobin
menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam
stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC secara
terus-menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya
destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin.
Kelebihan produksi dan destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya
sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC
menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau
rapuh.Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder.
Penyebab primer adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis
yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit
intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena defisiensi asam
folat,bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan
hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial
dalam limfa dan hati. Penelitian biomolekular menunjukkan adanya
mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari
hemoglobin berkurang. Tejadinya hemosiderosis merupakan hasil
kombinasi antara transfusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam
usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis serta
proses hemolisis.Pathway :
Gambar 2. Patofisiologi dan manifestasi dari Thalassemia
Manifestasi KlinikKelainan genotip Talasemia memberikan fenotip
yang khusus, bervariasi, dan tidak jarang tidak sesuai dengan yang
diperkirakan.Semua Talasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi
beratnya bervariasi, tergantung jenis rantai asam amino yang hilang
dan jumlah kehilangannya (mayor atau minor). Sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan, khususnya anemia
hemolitik.Talasemia- dibagi tiga sindrom klinik ditambah satu
sindrom yang baru ditentukan, yakni (1) Talasemia-
minor/heterozigot: anemia hemolitik mikrositik hipokrom. (2)
Talasemia- mayor/homozigot: anemia berat yang bergantung pada
transfusi darah. (3) Talasemia- intermedia: gejala di antara
Talasemia mayor dan minor. Terakhir merupakan pembawa sifat
tersembunyi Talasemia- (silent carrier).Empat sindrom klinik
Talasemia- terjadi pada Talasemia-, bergantung pada nomor gen dan
pasangancisatautransdan jumlah rantai- yang diproduksi. Keempat
sindrom tersebut adalah pembawa sifat tersembunyi Talasemia-
(silent carrier), Talasemia- trait (Talasemia- minor),
HbHdiseasesdan Talasemia- homozigot (hydrops fetalis).Pada bentuk
yang lebih berat, khususnya pada Talasemia- mayor, penderita dapat
mengalami anemia karena kegagalan pembentukan sel darah, pembesaran
limpa dan hati akibat anemia yang lama dan berat, perut membuncit
karena pembesaran kedua organ tersebut, sakit kuning (jaundice),
luka terbuka di kulit (ulkus/borok), batu empedu, pucat, lesu,
sesak napas karena jantung bekerja terlalu berat, yang akan
mengakibatkan gagal jantung dan pembengkakan tungkai bawah. Sumsum
tulang yang terlalu aktif dalam usahanya membentuk darah yang
cukup, bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama
tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan
mudah patah. Anak-anak yang menderita talasemia akan tumbuh lebih
lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak
lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan
seringnya menjalani transfusi, maka kelebihanzat besi bisa
terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa
menyebabkan gagal jantung.Bayi baru lahir dengan talasemia beta
mayor tidak anemis. Gejala awalnya tidak jelas, biasanya menjadi
lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat
terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir. Anak tidak nafsu
makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam
berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan
pembesaran jantung. Terdapat hepatosplenomegali, ikterus ringan
mungkin ada. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu
terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system eritropoesis yang
hiperaktif. Adanya penipisan tulang panjang, tangan dan kaki dapat
menimbulkan fraktur patologis. Kadang-kadang ditemukan epistaksis,
pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. Pasien
menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat
sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat
mengakibatkan kematian. Dapat timbul pansitopenia akibat
hipersplenisme. Selain itu terdapat pula Osteoporosis.Hemosiderosis
terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan menars dan gangguan
perkembangan sifat seks sekunder), pankreas (diabetes), hati
(sirosis), otot jantung (aritmia, gangguan hantara, gagal jantung),
dan perikardium (perikarditis).
KomplikasiAkibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi
gagal jantung. Tranfusi darah yang berulang ulang dan proses
hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi,
sehingga di timbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar,
limpa, kulit, jantung dan lain lain. Hal ini menyebabkan gangguan
fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah
ruptur akibat trauma ringan. Kadang kadang thalasemia disertai
tanda hiperspleenisme seperti leukopenia dan trompositopenia.
Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung. Banyak
penderita thalassemia memiliki tulang yang bermasalah, termasuk
osteoporosis.Ini adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi sangat
lemah, rapuh dan mudah patah.Hepatitis pasca transfusi biasa
dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa terlebih
dahulu terhadap HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis,
diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila
ada hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin.
PenatalaksanaanPenatalaksaan Medis Thalasemia antara lain:1.
Medikamentosa Pemberian iron chelating agent (desferoxamine):
diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau
saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi
darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan
melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5-7
hari berturut setiap selesai transfusi darah dengan menggunakan
pompa portable. Lokasi umumnya di daerah abdomen, namun daerah
deltoid maupun paha lateral menjadi alternatif bagi pasien. Adapun
efek samping dari pemakaian deferoxamine jarang terjadi apabila
digunakan pada dosis tepat. Toksisitas yang mungkin abisa berupa
toksisitas retina, pendengaran,gangguan tulang dan pertumbuhan,
reaksi lokal dan infeksi.Selain itu bisa juga digunakan Deferipron
yang merupakan satu-satunya kelasi besi oral yang telah disetujui
pemakaiannya. Terapi standar biasanya memakai dosis 75 mg/kg
BB/hari dibagi dalam 3 dosis. Saat ini deferidon terutama banyak
dgunakan pada pasien-pasien dengan kepatuhan rendah terhadap
deferoxamine. Kelebihan deferipron dibanding deferoksamin adalah
efek proteksinya terhadap jantung. Efek samping yang mungkin
terjadi antara lain : atropati, neutropenia/agranulositosis,
gangguan pencernaan, kelainan imunologis, defisiensi seng, dan
fibrosis hati. Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi
besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi. Asam folat 2-5 mg/hari
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Vitamin E 200-400 IU
setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah
merah2. Bedah Splenektomi, dengan indikasi: limpa yang terlalu
besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan
tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur. hipersplenisme
ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan
dalam satu tahun. Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan
baru bagi penderita thalasemia dengan lebih dari seribu penderita
thalasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya
akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih
berarti pada anak usia dibawah 15 tahun. Seluruh anak anak yang
memiliki HLA-spesifik dan cocok dengan saudara kandungnya di
anjurkan untuk melakukan transplantasi ini.
3. SuportifTranfusi DarahHb penderita dipertahankan antara 8
g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan supresi
sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan
dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita.
Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB
untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.4. Diet ThalassemiaDiet Talasemia
disiapkan oleh Departemen diit, pasien dinasehati untuk menghindari
makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging berwarna merah,
hati, ginjal, sayur-mayur bewarna hijau, sebagian dari sarapan yang
mengandung gandum, semua bentuk roti dan alkohol.
Pencegahan dan EdukasiKarena penyakit ini belum ada obatnya,
maka pencegahan dini menjadi hal yang lebih penting dibanding
pengobatan. Program pencegahan Talasemia terdiri dari beberapa
strategi, yakni (1) penapisan (skrining) pembawa sifat Talasemia,
(2) konsultasi genetik (genetic counseling), dan (3) diagnosis
prenatal. Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif
dan retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif
pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi diberbagai
wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa
sifat melalui penelusuran keluarga penderita Talasemia (family
study). Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan
nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu program
pencegahan yang baik untuk Talasemia seharusnya mencakup kedua
pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat
dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang
berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang
tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan antara usaha program
pencegahan di negara berkembang dengan negara maju. Program
pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di negara
berkembang daripada program prospektif.Konsultasi genetik meliputi
skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi belum
hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan
nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.
Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif.
Pendekatan retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada
pasangan yang telah mempunyai anak thalssemia, dan sekarang
sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan
yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan
sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa
kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil sampel darah dari villi
khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis DNA.
PrognosisTidak ada pengobatan untuk Hb Barts. Pada umumnya kasus
penyakit Hb H mempunyai prognosis baik, jarang memerlukan transfuse
darah atau splenektomi dan dapat hidup biasa. Thalassemia alfa 1
dan thalassemia alfa 2 dengan fenotip yang normal pada umumnya juga
mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan pengobatan
khusus.Transplantasi sumsum tulang alogenik adalah salah satu
pengobatan alternative tetapi hingga saat ini belum mendapatkan
penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di antara berbagai
penyelidik secara global.Thalassemia homozigot umumnya meninggal
pada usia muda dan jarang mencapai usia decade ke 3, walaupun
digunakan antibiotic untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating
agents (desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga umumnya
tidak terjangkau oleh penduduk Negara berkembang). Di Negara maju
dengan fasilitas transfuse yang cukup dan perawatan dengan
chelating agents yang baik, usia dapat mencapai decade ke 5 dan
kualitas hidup juga lebih baik. Thalasemia tumor trait dan
Thalasemia beta HbE yang umumnya mempunyai prognosis baik dan dapat
hidup seperti biasa.
Differential Diagnosis (DD)Anemia Def. FeAnemia Defisiensi Besi
(ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin
(Hb) berkurang.Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh
rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi
akibat perdarahan menahun.1. Kehilangan besi sebagai akibat
perdarahan menahun, yang dapat berasal dari : Saluran Cerna :
akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang. Saluran
genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia. Saluran kemih :
hematuria Saluran napas : hemoptoe.2. Faktor nutrisi : akibat
kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah
vitamin C, dan rendah daging).3. Kebutuhan besi meningkat : seperti
pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.4.
Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis
kronik.Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di
klinik hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi
atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama.
Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan
gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi
cacing tambang. Sementara itu, pada wanita paling sering karena
menormetrorhagia.Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak
nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai
pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain,
seperti :1. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang.2. Glositis : iritasi
lidah3. Keilosis : bibir pecah-pecah4. Koilonikia : kuku jari
tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.Kelainan
laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai
adalah :1) Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan
anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai
dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < 70 fl
hanya didapatkan pada anemia difisiensi besi dan thalassemia mayor.
RDW (red cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya
anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan
sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun
sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena
anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia
hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel
pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan
mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan
thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah
dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering
dijumpai eosinofilia.12) Apus sumsum tulang : Hiperplasia
eritropoesis, dengan kelompok-kelompoknormo-blast basofil. Bentuk
pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.23) Kadar besi
serum menurun 350 mg/dl, dan saturasi transferin < 15%.4)
Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam
serum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan,
khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi, kadar
feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat
menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan
dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya
pada inflamasi. Kadar feritin serum normal atau meningkat pada
anemia penyakit kronik.5) TIBC (Total Iron Banding Capacity)
meningkat.6) Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator
americanus.7) Pemeriksaan lain : endoskopi, kolonoskopi,
gastroduodenografi, colon in loop, pemeriksaan ginekologi.
Anemia Sideroblastik
Anemia karena Infeksi Kronis
Kesimpulan
Daftar Pustaka1. 19