Top Banner
Makassar, 20 Juli 2014 LAPORAN PBL MODUL LUKA/TRAUMA BLOK KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1A Pembimbing : dr. Roni Tobo Sp.F Nur Indah Rahmadani S 1102110010 Ria Anggriani 1102110011 Rahmat Alfiansyah 1102110044 Gabriyah Hamzah 1102101145 Andi Muh Syukur 1102110075 Fadel Maulana Al-Qadri A 1102110076 Okky Indrasari 1102100107 Fierda Eka Pratiwi 1102110108 Andi Najmiah Hafsah 1102110143 Restu Zulfiani Noor 1102110144 FAKULTAS KEDOKTERAN 1
27

PBL 1 forensik

Jan 19, 2016

Download

Documents

laporan pbl forensik modul 1 luka/ trauma
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PBL 1 forensik

Makassar, 20 Juli 2014

LAPORAN PBLMODUL LUKA/TRAUMA

BLOK KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 1A

Pembimbing : dr. Roni Tobo Sp.FNur Indah Rahmadani S 1102110010Ria Anggriani 1102110011Rahmat Alfiansyah 1102110044Gabriyah Hamzah 1102101145Andi Muh Syukur 1102110075Fadel Maulana Al-Qadri A 1102110076Okky Indrasari 1102100107Fierda Eka Pratiwi 1102110108Andi Najmiah Hafsah 1102110143Restu Zulfiani Noor 1102110144

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR2014

1

Page 2: PBL 1 forensik

MODUL IDESKRIPSI LUKA / TRAUMA

SKENARIO 1.1

Seorang wanita 24 tahun dibawa dan diantar ke PUSKESMAS oleh

polisi.Ia ditemukan tidak sadar di jalan Tamalanrea Km. 9 dan sebuah sepeda

motor ditemukan sejauh 5 meter dari korban. Sayangnya, ia dilaporkan

meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS. Sepeda motor yang di

temukan hanya menunjukkan sedikit kerusakan.

KALIMAT KUNCI :

Wanita 24 tahun

Diantar ke PUSKESMAS oleh polisi

Ditemukan tidak sadar di jalan Tamalanrea Km. 9

Sebuah sepeda motor ditemukan 5 meter dari korban

Ia meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS

sepeda motor hanya rusak sedikit

2

Page 3: PBL 1 forensik

PERTANYAAN :

1. Jelaskan patomekanisme dari luka berdasarkan anatomi, histologi, dan

fisiologinya?

2. Bagaimana deskripsi luka yang ada pada skenario ?

3. Jelaskan karakteristik kemungkinan agen penyebab luka pada skenario !

4. Bagaimana tingkat keparahan / derajat luka pada skenario ?

5. Tentukan Multiple Cause Of Death ( MCOD ) berdasarkan Proximus

Morbus Approach dari skenario tersebut?

6. Bagaiman contoh Visum et Repertum pada korban?

JAWABAN :

1. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi kulit

a. ANATOMI DAN HISTOLOGI KULIT(1)

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi

dari lingkugan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan

berat kira-kira 15 % berat badan. Kulit mempunyai variasi mengenai

lembut, tipis, dan tebalnya : kulit yang longgar dan elastis terdapat pada

palpebra, bibir dan prepitium.

Kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan

dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut dan leher dan

badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama :

1) Lapisan epidermis

2) Lapisan dermis

3) Lapisan subkutis

3

Page 4: PBL 1 forensik

Gambar 8. Kulit(1)

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis,

subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan

jaringan lemak.

1) Lapisan epidermis(1,2)

Merupakan lapisan terluar kulit. Dibentuk oleh epitel berlapis

gepeng. Adapun fungsi dari epidermis adalah sebagai pelindung

terhadap pengaruh lingkungan dan terhadap kehilangan cairan.

Adapun morfologi epidermis yaitu avaskuler. Dan sekitar 85 %

mengalami keratinisasi. Terdapat 4 jenis sel yaitu sel keratinosit, sel

langhans, sel merkel, dan sel melanosit. Epidermis terdiri dari 5

lapisan antara lain :

Gambar.9 Lapisan epidermis(1,2)

4

Page 5: PBL 1 forensik

a) Stratum korneum (lapisan tanduk)

Lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel

gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah

menjadi keratin (zat tanduk)

b) Stratum lusidum

Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan

sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi

protein yang disebut eleidin.Tampak lebih jelas pada telapak tangan

dan kaki

c) Stratum granulosum ( lapisan keratohialin)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma

berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini

terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan

ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki

d) Stratum spinosum (stratum malphigi) / prickle cell layer (lapisan

akanta)

Terdiri atas beberapa sel yang berbentuk poligonal yang besarnya

berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih

karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah

tengah. Sel sel ini makin dekat permukaan makin gepeng bentuknya.

Diantara sel stratum spinosum terdapat jembatan antarsel

(intercellular bridge) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril /

keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan kecil

yang disebut Nodulus Bizzozero. Diantara sel - sel stratum spinosum

mengandung banyak glikogen.

5

Page 6: PBL 1 forensik

e) Stratum basale

Terdiri atas sel – sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun

vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar.

Merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel - sel basal ini

mengadakan mitosis dan berfungsi reduktif. Lapisan ini terdiri atas 2

jenis sel yaitu :

i. Sel – sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik

inti lonjong dan besar, di hubungkan dengan jembatan

antarsel

ii. Sel pembentuk melanin (melanosit) / clear cell berwarna

muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan

mengandung butir pigmen ( melanosomes).

2. Lapisan dermis(1,2)

Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada

epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat

dengan elemen-elemen selulaer dan folikel rambut. Di bagi menjadi

2 bagian :

Gambar 10. Dermis(1,2)

a. Pars papilaris

6

Page 7: PBL 1 forensik

Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf

dan pembuluh darah. Terdiri dari jaringan ikat longgar yaitu : sel

fibroblast, lekosit, sel mast, dan serat kolagen tipis.

b. Pars retikularis

Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini

terdiri atas serabut – serabut penunjang misalnya : serabut kolagen,

elastin, dan retikulin.

3. Lapisan subkutis(1)

Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel –

sel lemak di dalamnya, sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan

inti terdesak ke pinggir sioplasma lemak yang bertambah.

Sel – sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan

yang lainya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel – sel lemak

disebut panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di

lapisan – lapisan ini terrdapat ujung – ujung saraf tepi, pembuluh

darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama,

bergantung lokasinya.

Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang

terletak di atas dermis ( pleksus superficialis) dan terletak di subkutis

(pleksus profunda). Pleksus di dermis bagian atas mengadakan

anastomosis di papil dermis, pleksus yang terletak di subkutis dan di

pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh

darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah

terdapat saluran getah bening.

ADNEKSA KULIT(1)

7

Page 8: PBL 1 forensik

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar- kelnjar kulit, rambut , dan kuku.

1. Kelenjar kulit,

Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas :

a. Kelenjar keringat

b. Kelenjar ekrin : kecil, di dermis, di pengaruhi oleh saraf kolinergik,

faktor panas, dan stress emosional

c. Kelenjar apokrin : besar, sekret, dipengaruhi oleh saraf adrenergik

d. Glandula sebasea

Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan

kaki. Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin karena tidak

berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel – sel

kelenjar.

B. FISIOLOGI KULIT(1)

1. Fungsi Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap :

a. Gangguan fisis/ mekanis Mis.tekanan, gesekan, tarikan

b. Gangguan kimiawi, misalnya :zat-zat kimia terutama yang bersifat

iritan. Contoh : lisol, karbol, dll

c. Gangguan yang bersifat panas, mis.radiasi,sengatan sinar

ultraviolet

d. Gangguan infeksi luaràkuman/bakteri maupun jamur

Hal tersebut dimungkinkan karena adanya :

a. Bantalan lemak tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut

jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap

gangguan fisis.

b. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena stratum korneum

yang impermeabel terhadap pelbagai zat kimia dan air, dismping

8

Page 9: PBL 1 forensik

itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-

zat kimia dengan kulit. (terbentuk dari hasil eskresi keringat dan

sebum)

c. Keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5-6.5 ,

sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi

bakteri maupun jamur

d. Proses keratinisasi sebagai sawar mekanis karena sel-sel mati

melepaskan diri secara teratur

2. Fungsi Absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda

padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,

begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 ,dan

uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi

respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya

kulit, hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum.

Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus

sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih

banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara

kelenjar.

3. Fungsi Ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna

lagi/sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,urea,

as.urat,amonia.

4. Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis:

9

Page 10: PBL 1 forensik

a. Terhadap rangsangan panasàbadan-badan Ruffini di dermis dan

subkutis

b. Terhadap rangsangan dinginàbadan-badan Krause di dermis

c. Terhadap rabaan halusàbadan taktil Meissner di papilla dermis

d. Terhadap rabaan kasaràbadan Merkel Ranvier di epidermis

e. Terhadap tekananàbadan Paccini di epidermis

5. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat

dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.

6. Fungsi Pembentukan Pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lappisan basal, dan

sel ini berasal dari rigi saraf. Pada pulasan H.E. sel ini jernih

berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai

clear cell.

Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim

tirosinase,ion Cu dan O2. Pajanan sinar matahari memperngaruhi

produksi melanosom.

Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit,

sedangkan ke lapisan dibawahnya dibawa oleh sel melanofag

(melanofor).

7. Fungsi Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel

basal yang lain akan berpindah keatas dan berubah bentuknya

menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan

bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan

10

Page 11: PBL 1 forensik

keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung

seumur hidup.

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan

pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vit.D tidak

cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D

sistemik masih tetap diperlukan.

2. Deskripsi luka pada scenario(3)

Dalam skenario, didapatkan luka berupa luka lecet. Luka lecet terjadi

akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki

permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu

lintas, tubuh terbentur aspal jalan atau sebaliknya benda tersebut yang

bergerak dan bersentuhan dengan kulit.Deskripsi luka pada kasus scenario

adalah jumlah luka sebanyak dua. Luka pertama adalah luka tertutup di

daerah pipi kiri, tipe luka ini adalah luka lecet geser. Lokasi luka berada

didaerah pipi kiri dengan panjang luka 4 cm dan lebar 3 cm. Batas luka tegas

dengan tepi tidak rata, ujung tidak beraturan, tebing luka tidak dapat

dideskripsikan, dasar luka tampak kemerahan, tidak ditemukan jembatan

jaringan, benda asing serta tidak ditemukan perdarahan aktif.

Sedangkan luka kedua adalah luka tertutup di daerah pelipis kiri, tipe

luka ini adalah luka lecet tekan. Lokasi luka berada di daerah pelipis kiri

dengan panjang luka 0,3 cm dan lebar 0,4 cm. batas luka tegas dengan tepi

tidak rata, ujung tidak beraturan, tebing luka tidak dapat dideskripsikan,

dasar luka tampak kemerahan, tidak ditemukan jembatan jaringan, benda

asing serta tidak ditemukan perdarahan aktif.

3. Karakteristik kemungkinan agen penyebab luka(3)

11

Page 12: PBL 1 forensik

Karena merupakan kecelakaan lalu lintas, kami menduga bahwa

penyebab utama agen luka adalah aspal yang permukaannya tumpul dan

kasar.

Untuk luka pertama : korban yang jatuh dan bagian pipinya yang

tergesek dengan aspal sehingga menimbulkan luka gesek.

Untuk luka kedua : korban yang jatuh ke aspal, tentunya akan terjadi

tekanan akibat gaya gravitasi, sehingga menyebabkan luka tekan pada

pelipis.

4. Derajat keparahan luka(3,4)

Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR

perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka.Dari aspek hukum, VeR

dikatakan baik apabila substansi yang terdapat dalam VeR tersebut dapat

memenuhi delik rumusan dalam KUHP.Penentuan derajat luka sangat

tergantung pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman,

keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan

sebagainya.Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari

segi fisik, psikis, sosial dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam

jangka pendek, ataupun jangka panjang.Dampak perlukaan tersebut

memegang peranan penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi

pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan. Hukum pidana

Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga tingkatan

dengan hukuman yang berbeda yaitu penganiayaan ringan (pidana

maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan (pidana maksimum 2 tahun 8

bulan), dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum

5 tahun). Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1)

KUHP untuk penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk

penganiayaan, dan pasal 352 (2) KUHP untuk penganiayaan yang

menimbulkan luka berat.Setiap kecederaan harus dikaitkan dengan ketiga

pasal tersebut.Untuk hal tersebut seorang dokter yang memeriksa cedera

12

Page 13: PBL 1 forensik

harus menyimpulkan dengan menggunakan bahasa awam, termasuk pasal

mana kecederaan korban yang bersangkutan.

Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam

pasal 352 (1) KUHP menyatakan bahwa “penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakitatau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan

ataupencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan”.Jadi bila luka pada

seorang korban diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak menimbulkan

penyakit atau komplikasinya, maka luka tersebut dimasukkan ke dalam

kategori tersebut.Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan

(sedang) sebagaimana diatur dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan

apapun tentang penyakit.Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan

didapati “penyakit” akibat kekerasan tersebut, maka korban dimasukkan ke

dalam kategori tersebut. Akhirnya, rumusan hukum tentang penganiayaan

yang menimbulkan luka berat diatur dalam pasal 351 (2) KUHP yang

menyatakan bahwa Jika perbuatan mengakibatkanluka-luka berat, yang

bersalah diancam dengan pidanapenjara paling lama lima tahun”. Luka

berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif. Sehingga

bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka

sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut

dimasukkan dalam kategori tersebut.4 Luka berat menurut pasal 90 KUHP

adalah :

a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan

sembuh sama sekali, atau yang menimbulkanbahaya maut;

b. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau

pekerjaan pencarian;

c. Kehilangan salah satu panca indera;

d. Mendapat cacat berat;

e. Menderita sakit lumpuh;

f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

g. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

13

Page 14: PBL 1 forensik

5. Penentuan Multiple Cause Of Death( MCOD )berdasarkan Proximus

Morbus Approach.(5)

Berbagai faktor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, mulai dari manusia

sampai sarana jalan yang tersedia.Secara garis besar ada 4 faktor yang berkaitan

dengan kecelakaan lalu lintas, yaitu faktor manusia, kendaraan, fasilitas jalan

dan lingkungan.

a. Faktor manusia, menyangkut masalah disiplin berlalu lintas

1) Faktor pengemudi dianggap salah saltu faktor utama terjadinya

kecelakaan dengan distribusi 75-80%. Faktor berkaitan adalah perilaku

(mengebut, tidak disiplin/ melanggar rambu), kecakapan mengemudi dan

gangguan kesehatan (mengantuk, letih) saat mengemudi.

2) Faktor penunjang (jumlah penumpang dan barang yang berlebihan)

3) Faktor pemakai jalan, yakni pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan

lain-lain.

b. Faktor kendaraan

Jalan raya penuh dengan berbagai kendaraan tidak bermotor dan

kendaraan bermotor. Kondisi kendaraan yang tidak baik atau rusak akan

mengganggu lalu lintas sehingga menyebabkan kemacetan bahkan

kecelakaan.

c. Faktor jalan

Dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas, panjang dan lebar

jalan yang tersedia tidak sesuai dengan kendaraan yang melintasi, serta

keadaan jalan yang tidak baik misalnya berlobang-lobang dapat menjadi

pemicu terjadinya kecelakaan

d. Faktor lingkungan

14

Page 15: PBL 1 forensik

Adanya kabut, hujan, jalan licin, akan membawa resiko kejadian

kecalakaan yang besar.

Pada kecelakaan lalu lintas dikenal 2 istilah yaitu “a vehicle traffic

accident” dan “non-motor vehicle traffic accident”.“A motor-vehicle traffic

accident” ialah setiap kecelakaan kendaraan bermotor dijalan raya, sedangkan

“non-motor-vehicle traffic accident” ialah setiap kecelakaan yang terjadi di

jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk

mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.

Suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai kecelakaan lalu lintas, bila “

1) Terdapat kerusakan pada benda : Derajat 1

2) Terdapat luka non visihle : Derajat 2

3) Terdapat luka minor visihle : Derajat 3

4) Terdapat luka serious vesihle : Derajat 4

5) Terdapat korban yang tewas : Derajat 5

Untuk mengetahui sebab kematian dan mengetahui bagaimana terjadinya

kecelakaan tersebut, maka setiap korban sebaiknya dilakukan :

1) Otopsi

2) Pemeriksaan tambahan : radiologi dan laboratorium

Dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui sebab kematian, cara kematian

pada korban, serta faktor lain yang berpengaruh sehingga terjadi kecelakaan.

Pola kelainan pada pengemudi sepeda motor bisa berua luka akibat impak

primer dan luka akibat impak sekunder. Luka karena imoak primerpada

tungkai sedangkan impak sekunder pada bagian tubuh lain sebagai akibat

benturan tubuh dengan bagian lain dari aspal. Luka yang terjadi akibat impak

sekunder seringkali merupakan penyebab kematian pada korban karena

mengalami kerusakan adalah kepalanya.

Maka Multiple Cause Of Death (MCOD) pada skenario adalah :

15

Page 16: PBL 1 forensik

IA : Luka lecet

IB :Benturan di aspal

IC :Kecelakaan

6. Contoh VeR (6)

Makassar, 19 Juli 2014

PRO JUSTITIA

VISUM ET

REPERTUM

No. /TUM/VER/VIII/2014

Yang bertandatangan di bawah ini, dr Andi Najmiah Hafsah, dokter spesialis

forensik pada Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, atas permintaan dari kepala

kepolisian Negara Republik Indonesia Resort kota Gowa sektor Bungaya

tertanggal delapan belas Juli dua ribu empat belas maka dengan ini menerangkan

bahwa pada tanggal Sembilan belas Juli dua ribu empat belas pukul empat belas

waktu Indonesia tengah bertempat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, telah

melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi 111209 yang menurut

surat tersebut adalah :

Nama : Erie Susanti

Umur : 24 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga negara : Indonesia

Pekerjaan : Mahasiswi

Agama : Islam

Alamat : jl. Perintis kemerdekaan 7

HASIL PEMERIKSAAN :

16

Page 17: PBL 1 forensik

1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit berat.

Setelah kejadian korban didapatkan pingsan di jalan Tamalanrea dan sepeda

motor ditemukan sejauh 5 meter dari korban.

2. Pada korban ditemukan luka lecet pada wajah.

a. Pada pipi atas kiri, 2 cm dari garis tengah tubuh dan sejajar dengan garis

khayal yang menghubungkan mata. Ukuran luka dengan panjang 4 cm dan

lebar 3 cm. Terlihat luka dengan batas yang jelas dan bentuk yang tidak

teratur. Warna luka terlihat merah kecoklatan. Luka tampak kotor dengan

sudut yang tumpul.

b. Pada pelipis kiri, 7 cm dari garis tengan tubuh dan 3 cm dengan ordinat

tubuh dari garis khayal yang dihubungkan oleh kedua mata. Ukuran luka

dengan panjang 0,3 cm dan lebar 0,2 cm. telihat luka dengan bentuk tidak

teratur dan batas jelas. Warna luka merak kecoklatan. Luka tampak sudut

tumpul dan tidak telihat jembatan jaringan.

c. Korban dirujuk ke dokter saraf karena ditemukan cedera kepala.

3. Pemeriksaan foto rongen kepala posisi depan dan samping tidak menunjukkan

adanya patah tulang. Dan pada pemeriksaan tubuh lainnya tidak didapatkan

patah tulang.

4. Terhadap korban dilakukan perawatan luka pada wajahnya dan pengobatan

cedera pada kepala

5. Korban dilakukan rawat inap untuk mengikuti perawatan cedera pada

kepalannya.

KESIMPULAN

Pada pemeriksaan korban wanita umur dua puluh empat tahun ini ditemukan

cedera kepala, luka lecet pada pipi atas kiri dan pelipis kiri. Cedera tersebut telah

mengakibatkan penyakit/ halangan dalam menjalankan pekerjaan/ jabatan/

pencarian untuk sementara waktu.

PENUTUP

17

Page 18: PBL 1 forensik

Demikian visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan

keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-

undang hokum acara pidana.

Dokter Pemeriksa

18

Page 19: PBL 1 forensik

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .Edisi

keenam.2011, Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.Hal. 3-5

2. Sloane, E., Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. 2004,

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal. 266-277

3. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Indonesia. Pedoman teknik

pemeriksaan dan interpretasi luka dengan orientasi

medikolegal atas kecederaan.Jakarta, 2005.

4. Herkutanto, Pusponegoro AD, Sudarmo S. Aplikasi

trauma-related injury severity score (TRISS) untuk

penetapan derajat luka dalam konteks mediklegal. J I

Bedah Indones. 2005;33(2):37-43.

5. Tasmono H. Trauma kepala pada kecelakaan. 2007

available in

ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1089/

177 diakses 17 Juli 2014.( Nmr 8 )

6. Afandi, D. Visum et Repertum pada korban hidup. Bagian Ilmu

Kedokteran forensik dan Medikolegal. Fakultas Kedokteran Riau.

19