Top Banner
Media Komunikasi Internal Institut Pertanian Bogor Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: D Ramdhani Editor : Nunung Munawaroh Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaluddin Fotografer: Cecep AW, Bambang A Layout : D Ramdhani Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Dramaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] Volume 018/ Tahun 2018 PARIWARA IPB K etua Badan Kejuruan Industri Pertanian, Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Prof. Muhammad Romli, menyampaikan, jumlah lulusan teknik atau insinyur Perguruan Tinggi Indonesia paling kecil di antara negara lain. Data jumlah insinyur di Indonesia, terangnya, paling rendah yaitu 2.671 per satu juta penduduk, sedangkan Vietnam sudah ada di 9.037 orang per satu juta penduduk. Ia mengatakan, tambahan lulusan teknik di Indonesia per tahun berjumlah 164 orang atau paling kecil. Untuk itu, ia menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan teknik. Karena data menunjukkan ketimpangan dengan apa yang seharusnya memperoleh prioritas dalam rangka pengembangan industri atau perekonomian secara umum. Prof Muhammad Romli menyampaikan hal itu dalam acara workshop yang digelar oleh Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB). Acara workshop yang bertema “Peningkatan Mutu Lulusan Program Industri Pertanian di Era Persaingan Global” ini, digelar di ATDC Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Kampus Baranangsiang, Bogor (19/2). Lebih lanjut ia menyampaikan terkait tuntutan terhadap program pendidikan tinggi saat ini yang perlunya pendidikan agroindustri yang bermutu dan akuntabel, yaitu hasil pendidikan secara nyata dirasakan oleh pemangku kepentingan. Selain itu, pentingnya pendidikan berbasis Capaian Pembelajaran OBE (Outcome Based Education). Terkait desain kurikulum Outcome Best Education (OBE), ia menyampaikan kurikulum merupakan suatu panduan bagi proses pembelajaran yang dipersiapkan berdasarkan kemampuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, sebuah kurikulum harus komprehensif, dinamis dan cukup fleksibel sehingga mampu mengantarkan mahasiswa untuk mencapai kemampuan yang ditargetkan. “Peran dosen sangat penting terhadap keberhasilan proses pembelajaran, sementara kurikulum berfungsi sebagai sarana pendukung,” ujar Prof Muhammad Romli. Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB, Prof. Dr. Ing. Ir. Suprihatin, menyampaikan tujuan workshop ini adalah agar terbentuk keselarasan pemahaman antara program studi industri pertanian dan pemangku kepentingan yang terdiri dari organisasi profesi, industri, dan pemerintah tentang formula profil profesional lulusan, capaian pembelajaran dan disiplin industri pertanian. Semua itu, terangnya, dalam rangka peningkatan daya saing global lulusan program studi industri pertanian. Acara ini dihadiri oleh perwakilan perguruan tinggi yang memiliki Program Studi Industri Pertanian se-Indonesia. Sementara, narasumber lainnya dari Asosiasi Agroindustri Indonesia (Agrin), Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA), dan Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI). Para narasumber ini menyampaikan berbagai saran dan harapan terhadap kualitas lulusan Program Studi Industri Pertanian.(dh) Workshop Departemen Teknik Industri Pertanian IPB : Jumlah Lulusan Teknik Kita Kalah dengan Vietnam Terbit Harian
5

PARIWARA IPB - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2018/Pariwara IPB Vol 018 Tahun... · menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan ... disediakan waktu tanya-jawab

Mar 06, 2019

Download

Documents

duonghanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PARIWARA IPB - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2018/Pariwara IPB Vol 018 Tahun... · menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan ... disediakan waktu tanya-jawab

Media Komunikasi InternalInstitut Pertanian Bogor

Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: D Ramdhani

Editor : Nunung Munawaroh Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaluddin Fotografer: Cecep AW, Bambang A

Layout : D Ramdhani Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion,

Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Dramaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

Volume 018/ Tahun 2018PARIWARA IPB

Ketua Badan Kejuruan Industri Pertanian, Persatuan

Insinyur Indonesia (PII), Prof. Muhammad Romli,

menyampaikan, jumlah lulusan teknik atau insinyur

Perguruan Tinggi Indonesia paling kecil di antara negara

lain. Data jumlah insinyur di Indonesia, terangnya, paling

rendah yaitu 2.671 per satu juta penduduk, sedangkan

Vietnam sudah ada di 9.037 orang per satu juta penduduk.

Ia mengatakan, tambahan lulusan teknik di Indonesia per

tahun berjumlah 164 orang atau paling kecil. Untuk itu, ia

menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan

teknik. Karena data menunjukkan ketimpangan dengan

apa yang seharusnya memperoleh prioritas dalam rangka

pengembangan industri atau perekonomian secara umum.

Prof Muhammad Romli menyampaikan hal itu dalam acara

workshop yang digelar oleh Departemen Teknologi Industri

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut

Pertanian Bogor (IPB). Acara workshop yang bertema

“Peningkatan Mutu Lulusan Program Industri Pertanian di

Era Persaingan Global” ini, digelar di ATDC Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Lembaga Penelitian

dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Kampus

Baranangsiang, Bogor (19/2).

Lebih lanjut ia menyampaikan terkait tuntutan terhadap program

pendidikan tinggi saat ini yang perlunya pendidikan agroindustri

yang bermutu dan akuntabel, yaitu hasil pendidikan secara nyata

dirasakan oleh pemangku kepentingan. Selain itu, pentingnya

pendidikan berbasis Capaian Pembelajaran OBE (Outcome Based

Education).

Terkait desain kurikulum Outcome Best Education (OBE), ia

menyampaikan kurikulum merupakan suatu panduan bagi

proses pembelajaran yang dipersiapkan berdasarkan

kemampuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, sebuah

kurikulum harus komprehensif, dinamis dan cukup fleksibel

sehingga mampu mengantarkan mahasiswa untuk mencapai

kemampuan yang ditargetkan. “Peran dosen sangat penting

terhadap keberhasilan proses pembelajaran, sementara

kurikulum berfungsi sebagai sarana pendukung,” ujar Prof

Muhammad Romli.

Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB, Prof.

Dr. Ing. Ir. Suprihatin, menyampaikan tujuan workshop ini adalah

agar terbentuk keselarasan pemahaman antara program studi

industri pertanian dan pemangku kepentingan yang terdiri dari

organisasi profesi, industri, dan pemerintah tentang formula

profil profesional lulusan, capaian pembelajaran dan disiplin

industri pertanian. Semua itu, terangnya, dalam rangka

peningkatan daya saing global lulusan program studi industri

pertanian.

Acara ini dihadiri oleh perwakilan perguruan tinggi yang memiliki

Program Studi Industri Pertanian se-Indonesia. Sementara,

narasumber lainnya dari Asosiasi Agroindustri Indonesia (Agrin),

Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA), dan Ikatan Ahli

Gula Indonesia (IKAGI). Para narasumber ini menyampaikan

berbagai saran dan harapan terhadap kualitas lulusan Program

Studi Industri Pertanian.(dh)

Workshop Departemen Teknik Industri Pertanian IPB : Jumlah Lulusan Teknik Kita Kalah dengan Vietnam

Terbit Harian

Page 2: PARIWARA IPB - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2018/Pariwara IPB Vol 018 Tahun... · menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan ... disediakan waktu tanya-jawab

Di rek tora t Pengembangan Kar i r dan

Hubungan Alumni (DPKHA) Inst i tut

Pertanian Bogor (IPB) menggelar Studium

Generale Pra Wisuda di Auditorium Andi Hakim

Nasoetion, Kampus IPB Dramaga, Bogor (19/2). Acara

ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada

para calon wisudawan yang akan segera memasuki

dunia karir.

Direktur DPKHA IPB, Dr. Syarifah Iis Aisyah,

menyampaikan, bahwa kondisi ketenagakerjaan

Indonesia belum memberikan harapan bagi

penurunan angka pengangguran. Peluang kerja yang

ada jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah

lulusan perguruan tinggi. Akibatnya, tingkat

persaingan untuk mendapatkan pekerjaan juga

semakin tinggi. “Lulus kuliah bukan akhir segalanya,

tetapi menjadi awal dimulainya tantangan

menghadapi dunia kerja,” ujarnya.

Menurutnya, di era pemberlakuan Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA), tenaga kerja Indonesia harus

siap menghadapi persaingan. “Dalam persaingan

mendapat pekerjaan yang diinginkan, pastinya kita

dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan.

Biasanya kita selalu fokus pada berbagai kemampuan

yang bersifat teknis, akan tetapi ada kemampuan

yang sering kita lupakan yang juga terbilang sangat

penting, yaitu softskill. Tidak ada tawaran lagi, satu-

satunya untuk menghadapi hal itu adalah dengan

mempersiapkan bahasa Inggris dengan baik. Itu

modal utama dalam menghadapi tantangan dunia

kerja,” tandasnya.

Sementara, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan

Kewirausahaan IPB, Prof. Dr. Erika Budiarti Laconi,

mengatakan, para lulusan IPB harus bisa cepat

beradaptasi dengan dunia kerja dan perlu

menyiapkan softskill yang cukup. “Siapa yang tidak

memiliki kapabilitas yang cukup, harus siap tersisih dalam

dunia kerja,” kata Prof. Erika.

Prof Erika menambahkan, IPB memiliki DPKHA yang dapat

memfasilitasi dan menjembatani lulusan IPB dengun dunia

kerja. Sejumlah kegiatan DPKHA IPB yang telah dan terus

dilaksanakan untuk membantu para lulusan, di antaranya

info lowongan kerja, in campus recruitment, job fair, serta

pelatihan karier dan soft skill. Para lulusan IPB, terangnya,

mempunyai kelebihan dalam persaingan di dunia kerja,

salah satunya memiliki kemampuan analisis yang tinggi.

“Saya sangat bangga dengan lulusan IPB, karena memiliki

kekuatan dalam analisis. Oleh karena itu, tetaplah jeli

dengan analisismu, tetaplah memberikan informasi yang

terbaik untuk perkembangan dunia pertanian secara

keseluruhan,“ ujarnya.

Prof Erika menjelaskan, kewirausahaan menjadi perhatian

bagi para lulusan, membuka lapangan pekerjaan adalah

salah satu bukti kesiapan dalam menghadapi dunia kerja

yang semakin tinggi. Entrepreneurship dipandang sebagai

suatu kegiatan yang mempunyai potensi menciptakan dan

meningkatkan pertumbuhan lapangan kerja. Sektor

entrepreneur menjadi sangat penting karena keterbatasan

pemerintah menyediakan lapangan kerja kepada

masyarakatnya.

Anggaran pemerintah terbatas membuka lapangan kerja

baru, sedangkan di lain pihak angkatan kerja terus

bertambah sejalan dengan pertambahan penduduk.

Pertumbuhan angkatan kerja memberi tekanan terhadap

ketersediaan lapangan kerja di suatu daerah. Jika daerah

tidak mampu menyediakan lapangan kerja, maka akan

terjadi tingkat pengangguran yang tinggi. Jika sektor

entrepreneurial berkembang, maka tingkat pengangguran

dapat ditekan lebih kecil.

“Di berbagai negara, peranan sektor entrepreneur

menciptakan lapangan kerja sudah mendapat pengakuan.

Banyak negara menyadari bahwa jumlah perusahaan yang

tumbuh cepat menjadi kunci penciptaan lapangan kerja.

Oleh karena itu, sektor entrepreneur perlu diberi perhatian

dan dilindungi,” ujar Prof Erika.

Dalam Studium Generale Pra Wisuda kali ini menghadirkan

dua narasumber, yakni President General Manager Total E

& P Indoneisa, Arividya Noviyanto; dan Founder

Agrowisata Kebun Jeruk Eptilu, Rizal Fahreza.(Awl)

Prof. Erika : Para Lulusan IPB Memiliki Kemampuan Analisis Tinggi

2

Page 3: PARIWARA IPB - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2018/Pariwara IPB Vol 018 Tahun... · menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan ... disediakan waktu tanya-jawab

Fannisa Septariana, mahasiswa Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia

(Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi salah

satu delegasi exchange di Universitas Filipina, Diliman.

Exchange Program dari SHARE Credit Transfer dan

Scholarship ini merupakan kerja sama antara ASEAN dan

Eropa dengan tujuan meningkatkan kualitas mahasiswa

ASEAN setelah mengikuti program kuliah di Intra-

ASEAN dan ASEAN-UE.

Fannisa akan menjalankan program ini selama satu

semester, yakni sejak Desember 2017 - Mei 2018. Dalam

program ini, Fannisa bersama satu mahasiswa Indonesia

lainnya, dari Universitas Diponegoro (Undip).

Selama di Universitas Filipina, Diliman, Fannisa

mengikuti perkuliahan di Faculty of Home Economics

dengan mata kuliah dari departemen family and child

development dan home economic education. “Sejauh ini

belum ada kegiatan lain yang dilakukan karena masih dalam

tahap adaptasi. Jadi baru berkeliling kota bersama teman-

teman baru di sana,” ujar Fannisa.

Meskipun sudah menginjak tingkat akhir di IPB, Fannisa tetap

membulatkan tekadnya untuk mengejar impian terbesarnya

belajar di luar negeri. “Awalnya dilema karena harus

menunda kelulusan untuk exchange program ini. Namun,

kesempatan besar ini sudah didukung oleh orang tua dan

keluarga, jadi semakin yakin untuk meneruskan impian,”

katanya.

Seleksi yang dijalani Fannisa cukup singkat, hanya ada seleksi

berkas tanpa wawancara. Namun, perjuangannya cukup berat

karena kegiatan perkuliahan yang cukup padat.

Fannisa menceritakan pengalamannya setelah beberapa hari

merasakan sistem pendidikan di Universitas Filipina, Diliman,

seperti sistem pendidikan yang sudah berstandard

internasional; kondisi kelas yang nyaman terdiri dari 20 orang

mahasiswa; dan tenaga pengajar yang menyesuaikan

kebiasaan anak muda. Awalnya Fannisa mengaku mengalami

culture shock, hanya sedikit sekali mahasiswa yang berjilbab

dan setiap mahasiswa bebas mengekspresikan diri mereka.

“Saya berharap melalui kegiatan ini dapat menambah

pengetahuan, pengalaman, dan relasi,” pungkasnya.

(UAM/nm)

Mahasiswa IPB, menjadi Delegasi Indonesia dalam Exchange Program di Filipina

IPB Goes to School (IGTS) adalah program tahunan

Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melibatkan

Organisasi Mahasiswa Daerah (Omda) untuk turun

langsung ke SMA seluruh Indonesia. Salah satu

partisipan dalam kegiatan ini adalah Omda Banjarnegara

yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Mahasiswa

Banjarnegara (Ikamabara). Dengan mengusung tema

“Sowan Umah” (berkunjung ke rumah), sebanyak 20

o rang anggota I kamabara mengun jung i 13

SMA/SMK/MA di Banjarnegara.

“Antusiasme dari berbagai pihak sangat tampak dalam

acara ini. Hal ini terbukti dengan total peserta sekira 1.500

siswa yang berpartisipasi. Saat diminta memberikan

tanggapan terhadap kegiatan IGTS ini, respon yang diberikan

positif. Menurut beberapa siswa yang angkat bicara, mereka

merasa senang dengan kunjungan perwakilan IPB ke sekolah

mereka. Begitu pula para guru di setiap sekolah, mereka

mengaku senang dengan program IGTS ini,” ujar panitia,

Fauzan Azhari.

Fauzan mengatakan, tema “Sowan Umah” yang diusung

nampaknya memberi kesan kedekatan dan persaudaraan

bahwa sejauh apapun Ikamabara berjuang di luar sana,

Ikamabara akan tetap kembali sowan umah (berkunjung ke

rumah), Banjarnegara Gilar Gilar.

Dalam setiap akhir sesi roadshow, disediakan waktu tanya-

jawab yang disambut antusias oleh siswa. Beberapa

pertanyaan yang sering diajukan adalah seputar jalur masuk

IPB, fakultas dan jurusan, tips dan trik masuk perguruan tinggi,

juga gambaran umum menjadi mahasiswa. “Harapannya,

siswa yang telah memperoleh penjelasan tentang IPB, dapat

belajar di IPB, dan kembali ke daerah untuk Banjarnegara,”

kata Fauzan.***

IPB Goes to School di Banjarnegara

3

Page 4: PARIWARA IPB - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2018/Pariwara IPB Vol 018 Tahun... · menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan ... disediakan waktu tanya-jawab

Perempuan berhijab ini fokus pada penelitian tentang kebakaran hutan dan gangguan hutan. Ia adalah Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si, dosen

Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB). Wanita kelahiran 22 Juni 1977 ini menyelesaikan pendidikan sarjana di Fahutan IPB, dan menamatkan pendidikan master di progam Ilmu Pengetahuan Kehutanan di IPB tahun 2002.

Pemilik hobi traveling dan berenang ini diangkat menjadi dosen Tahun 2007. Sebelumnya, ia menjadi Asisten di Laboratorium Kebakaran Hutan sejak 2001.

Banyak pengalaman berharga yang didapat selama proses penantian menjadi dosen, di antaranya ia berhasil mempublikasikan sejumlah jurnal nasional dan internasional.

Terkait fokus penelitiannya tentang kebakaran hutan dan gangguan hutan, ia tergabung dalam beberapa tim penelitian, salah satunya bekerja sama dengan South Dakota State University (SDSU) yang didanai oleh National Aeronautics an Space Administration (NASA). Pada pertengahan tahun 2017 lalu, tim peneliti Kebakaran Hutan Fahutan IPB juga mendapat bantuan dana penelitian dari UNESCO tentang dampak kebakaran hutan di bidang sosial, ekonomi masyarakat lokal.

“Penelitian ini bertujuan untuk melihat gas-gas yang dikeluarkan saat kebakaran hutan. Ternyata ada sekira 90 gas yang dikeluarkan. Dari 90 gas tersebut bersifat sangat toksik untuk manusia. Dari sinilah kita harus mencegah terjadinya kebakaran hutan,” ujar Ati yang juga menjadi Komisi Kemahasiswaan di Fahutan IPB.

Ati yang juga tercatat sebagai staf pengurus Regional Fire Management Resource Center (RFMRC) South East Asia Region ini, sering pula menjadi narasumber penyuluhan. Dalam buku “Pencegahan Kebakaran Hutan”, Ati menjadi salah satu penulisnya. Baru-baru ini, ia bersama sejumlah dosen di Bagian Kebakaran Hutan melakukan training tentang bahaya kebakaran di Palangkaraya. (RJ)

Dosen Fahutan IPB Ini Fokus pada Kebakaran Hutan

Setiap negara memiliki kekayaan sumber daya alam hayati yang berbeda, sehingga pengelolaannya pun berbeda. Departemen Pengembangan

Sumber Daya Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar Workshop berjudul “Forestry Youth Mini Workshop 2018” di Ruang Sidang Sylva Fahutan IPB (29/1). Workshop yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa IPB, Korea Selatan, dan Taiwan ini dibuka secara resmi oleh Komisi Kemahasiswaan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si.

Dalam kesempatan ini, mahasiswa IPB, mahasiswa Kyungpook National University Korea Selatan, dan mahasiswa National Pingtung University of Science and

Technology, Taiwan menyampaikan pengelolaan hutan di negaranya masing-masing.

Sebelumnya, sebanyak empat mahasiswa Korea Selatan telah mengikuti program Exchange di Fahutan IPB selama satu bulan. Oleh karena itu, mereka menyampaikan tentang perbedaan pengelolaan hutan di Indonesia dan Korea. “Pengelolaan hutan di Indonesia lebih lengkap jika dibandingkan dengan Korea Selatan. Hal ini disebabkan hutan di Indonesia termasuk hutan tropis,” ujar Lee Jin Su, salah satu perwakilan mahasiswa asal Korea Selatan .

Ia menambahkan, diameter pohon di hutan Indonesia jauh lebih besar, sedangkan di Korea kecil-kecil. Selain itu warnanya seragam yaitu hijau, di Korea ada yang berwarna merah dan kuning.

Sementara itu, mahasiswa dari Taiwan yang mengikuti diskusi ini berjumlah sembilan orang. Mereka menyampaikan tentang pengelolaan pertanian dan kehutanan di Taiwan. Selanjutnya, mereka akan mengikuti kuliah di IPB selama satu bulan.

“Acara ini merupakan sarana diskusi kehutanan mengenai pengelolaan hutan antar negara. Kami berharap dengan adanya program ini dapat bertukar informasi dari mahasiswa IPB dan mahasiswa luar negeri,” kata Ketua Departemen Sumber Daya Mahasiswa BEM Fahutan IPB, Moh Rifqi Fauzan.(RJ/nm)

Mahasiswa IPB Bersama Mahasiswa Korea dan Taiwan Diskusi tentang Kehutanan

4

Page 5: PARIWARA IPB - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2018/Pariwara IPB Vol 018 Tahun... · menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan ... disediakan waktu tanya-jawab

JADWAL AGENDA INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERIODE 19-28 FEBRUARI 2018

Sabtu, 24 Februari 2018Orasi Ilmiah Guru Besar IPBWaktu: 08.00-12.00 WIBTempat: Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga BogorUnit Penanggung Jawab: Dit. AP IPBCP: 0251-8622642 ex.140

Prof. Dr. Ir. Widanarni, M.SiGuru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan“Budidaya Berbasis Mikroba Untuk Akuakultur Berkelanjutan”

Prof. Dr. Ir. Djumali, D.E.AGuru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian “Rekayasa Bioproses Untuk pengembangan Produk Agroindustri Bernilai Tinggi, Ramah Lingkungan, dan Berkelanjutan”

Prof. Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.ScGuru Besar Tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam“Pengembangan Model Statistical Downscaling Untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim”

4

Senin - Rabu, 26-28 Februari 2018Perayaan Hari Ulang Tahun Ke 50 SEAMEO BIOTROPWaktu: 08.30-selesaiTempat: Kampus SEAMEO BIOTROP, BogorUnit Penanggung Jawab: SEAMEO BIOTROPCP: 0251-8323848 5

Jumat, 23 Februari 2018Pelatihan Ibadah Haji dan Umroh “Pemeliharaan Kesehatan”Waktu: 09.00-11.00 WIBTempat: Ruang Rapat, Lt. 1 Masjid Al-Hurriyyah, Kampus IPB Dramaga BogorUnit Penanggung Jawab: DKM Al-Hurriyyah CP: 0251-8621746 3

Kamis, 22 Februari 2018Konfrensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPBWaktu: 09.00-11.00 WIBTempat: Ruang Executive Lounge, Kampus IPB Baranang Siang BogorUnit Penanggung Jawab: Biro HPH IPBCP: 0251-8425635 2

Selasa, 20 Februari 2018Pelantikan Pejabat di Lingkungan IPBWaktu: 10.00-12.00 WIBTempat: Lobby Gedung Andi Hakim Nasoetion Lt.2, Kampus IPB Dramaga BogorUnit Penanggung Jawab: WR Bidang Sumberdaya Perencanaan dan KeuanganCP: 0251-8622642 ex.209

1

Akses berita dan foto IPB terkini pada laman:

www.ipb.ac.id, www.humas.ipb.ac.id, www.ipbmag.ipb.ac.id www.media.ipb.ac.id