Top Banner
I. ANATOMI WAJAH 1 Wajah adalah bagian anterior dari kepala, dengan batas kedua telinga di lateral, dagu di inferior dan garis batas tumbuhnya rambut di superior. Wajah terbentuk dari tulang belakang dan jaringan lunak yang terletak diatasnya (jaringan otot, jaringan tulang rawan, pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe dan kelenjar-kelenjar), yang secara bersama-sama memberikan tampilan dan fungsi dari wajah. Kulit wajah mempunyai banyak kelenjar keringat dan sebasea. Kulit dihubungkan dengan tulang yang ada dibawahnya oleh jaringan ikat longgar, yang di dalamnya terdapat otot-otot ekspresi wajah. Berdasarkan embriologinya, otot-otot ekspresi wajah terbentuk dari mesoderm lengkung faring II. Otot-otot wajah dipersarafi oleh saraf lengkung faring II yaitu nervus fasialis (N.VII). Berdasarkan fungsinya, otot-otot wajah diklasifikasikan sebagai otot-otot sfingter dan otot-otot dilator, kedua jenis otot tersebut mengelilingi orifisium pada wajah (mata, hidung, mulut) dan memiliki fungsi yang berlawanan. Fungsi keduanya secara silih berganti mengatur gerakan orifisium pada wajah sehingga terbentuk mimik dan ekspresi dari wajah.
36

Parese Nervus Fasialis

Dec 09, 2015

Download

Documents

Akhmad Angga

parese
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Parese Nervus Fasialis

I. ANATOMI WAJAH 1

Wajah adalah bagian anterior dari kepala, dengan batas kedua telinga di

lateral, dagu di inferior dan garis batas tumbuhnya rambut di superior. Wajah

terbentuk dari tulang belakang dan jaringan lunak yang terletak diatasnya (jaringan

otot, jaringan tulang rawan, pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe dan kelenjar-

kelenjar), yang secara bersama-sama memberikan tampilan dan fungsi dari wajah.

Kulit wajah mempunyai banyak kelenjar keringat dan sebasea. Kulit

dihubungkan dengan tulang yang ada dibawahnya oleh jaringan ikat longgar, yang

di dalamnya terdapat otot-otot ekspresi wajah.

Berdasarkan embriologinya, otot-otot ekspresi wajah terbentuk dari

mesoderm lengkung faring II. Otot-otot wajah dipersarafi oleh saraf lengkung

faring II yaitu nervus fasialis (N.VII).

Berdasarkan fungsinya, otot-otot wajah diklasifikasikan sebagai otot-otot

sfingter dan otot-otot dilator, kedua jenis otot tersebut mengelilingi orifisium pada

wajah (mata, hidung, mulut) dan memiliki fungsi yang berlawanan. Fungsi

keduanya secara silih berganti mengatur gerakan orifisium pada wajah sehingga

terbentuk mimik dan ekspresi dari wajah.

Page 2: Parese Nervus Fasialis

Gambar 1. Otot-otot pada Wajah

Page 3: Parese Nervus Fasialis

Otot-otot kelopak mata

M. Orbikularis Okuli terdiri atas 2 bagian yaitu pars palpebralis dan pars

orbitalis. Pars palpebralis terbatas pada kelopak mata, sedangkan pars orbitalis

meluas melewati batas tulang orbita pada wajah. Pars palpebralis terdiri dari

serabut yang muncul dari ligamen palpebra medial, melengkung sepanjang

kelopak mata didepan tarsus dan berinsersi pada raphe palpebra lateralis. Beberapa

serabut pada kelopak mata bawah menempel di medial pada krista lakrimalis

posterior dan sakus lakrimalis. Pars orbitalis berjalan dari krista lakrimalis anterior

dan prosesus frontalis maksila. Otot-otot ini letaknya mendatar melalui dahi dan

pipi. Persarafan M. Orbikularis Okuli didapatkan dari cabang temporalis dan

cabang zigomatikus N.VII.

Kontraksi otot pars palpebralis menyebabkan mata tertutup secara lembut

atau menyebabkan gerakan mengedip. Pada gerakan ini bulu mata masih terlihat

dan isi sakus konjungtiva tidak berkurang. Kontraksi otot pars orbitalis

menyebabkan alis terletak lebih rendah. Gerakan ini biasanya terjadi saat akan

melindungi mata dari cahaya yang terlalu terang. Jika kedua jenis otot berkontraksi

bersamaan, mata akan tertutup rapat (strwing up the eyes) sehingga isi sakus

konjungtiva berkurang dan bulu mata tidak terlihat. Air mata dapat mengalir ke

pipi. Pada penutupan mata secara normal, bagian sisi lateral kelopak mata atas

menutup terlebih dahulu daripada sisi medial sehingga memudahkan penyebaran

sekresi kelenjar lakrimal menuju medial (hidung).

M. Levator Palpebra superior termasuk otot penggerak bola mata dan

mendapat persarafan dari nervus trochlearis. M. Oksipitofrontalis termasuk bagian

dari otot kepala dan mendapat persarafan dari nervus facialis.

Otot-otot cuping hidung

M. Kompresor Naris berjalan dari maksila dan terletak tranversal pada

hidung. Kontraksi otot ini menyebabkan cuping hidung menyempit. M. Dilator

Nasir berjalan dari maksila dan berinsersi pada alae nasi lateral. Kontraksi otot ini

Page 4: Parese Nervus Fasialis

menyebabkan cuping hidung melebar. M. Procerus dam M. Levator Labii Superior

Alae Nasi jika berkontraksi akan menyebabkan elevasi hidung namun tidak begitu

dapat dilihat secara nyata. Semua otot cuping hidung mendapat persarafan dari

cabang zigomatikus dan cabang bukalis N. VII.

Otot-otot bibir dan pipi

M Orbikularis Oris terdiri dari serabut intrinsik dan ekstrinsik. Serabut

intrinsik terdiri atas incisive slips dan mental slips, menempel pada tulang dekat

garis tengah dan masing-masing sisi berjalan mengelilingi bibir. Serabut intrinsik

ini adalah serabut yang terdapat dari seluruh serabut M. Orbikularis Oris dan

melekat erat pada mukosa bibir. Serabut ekstrinsik terutama dari M. Bucinator,

menyusun sebagian besar M. Orbicularis Oris. Serabut ini berkumpul disuatu

lokasi yang disebut modiolus. Dari modiolus, serabut teratas dan terbawah menuju

bibir atas dan bibir bawah. Serabut yang terletak ditengah akan mengalami

penyilangan, dimana serabut yang terletak diatas menuju bibir bawah dan

demikian sebaliknya. Kontraksi M. OrbikulARIS Oris menyebabkan mulut

mengecil hingga diameter terkecil (seperti saat bersiul). Otot-otot ini mendapat

persarafan dari cabang bukalis dan cabang mandibularis N VII. Kerusakan cabang

N VII misalnya akibat pembedahan kelenjar submandibula akan menyebabkan

tarikan sudut bibir tertinggi.

M Bucinator adalah otot utama pipi yang membentuk batas otot lateral

dalam rongga mulut. Otot ini berorigo pada tonjolan alveolaris mandibula dan

maksila serta kedua raphe pterigomandibula. Serabut otot ini berjalan ke arah

sudut mulut dan bergabung dengan serabut M. Orbikularis Oris melewati bibir atas

dan bibir bawah. Persarafan otot ini didapat dari cabang bukalis N. VII. Otot ini

bertanggung jawab atas gerakan mengunyah dan dibutuhkan untuk

mengembalikan bolus makanan dari kantong pipi ke gigi molar. Otot ini sama

sekali tidak menggerakkan rahang. Sebenarnya otot ini merupakan otot ekspresi

muka sesuai persarafan N VII dan tidak dikelompokkan ke dalam otot-otot

Page 5: Parese Nervus Fasialis

pengunyah (otot masseter, temporalis, pterigoid) yang dipersarafi cabang

mandibula nervus trigeminus.

Otot-otot dilator bibir

Terdiri atas kelompok otot yang menyebar dari M. Orbikularis Oris seperti

jari-jari roda. Beberapa otot berinsensi pada bibir, lainnya pada modiolus. Otot-

otot ini dipersarafi cabang bukalis dan cabang mandibula N VII. Kontraksi otot-

otot ini menyebabkan mulut membuka, dan gerakan ini biasanya terjadi secara

simultan dengan gerakan membuka rahang.

M.Levator Labii Superior Alae Nasi berjalan dari prosesus frontalis os

maksila dan berinsersi pada kartilago alae nasi dan bibir atas. M Levator Labii

Superior berjalan dari margo inferior orbita dan berinsersi pada bibir atas. Otot ini

berada di atas foramen tempat keluarnya nervus infraorbita. M Zigomatikus Minor

berjalan dari suara zigomatikomaksila, berkumpul pada modiolus. M Zigomatikus

Mayor berkumpul pada modiolus. M Levator Anguli Oris terletak profunda,

berjalan dari fossa kanina menuju modiolus, kemudian keluar kembali sebagai

M.Depressor Anguli Oris yang terletak superfisial.

M Depressor Anguli Oris. M Risorius dianggap sebagai perluasan ke atas

platisma dan berkumpul pada modiolus. Terdapat rongga diatas dan dibawah otot

ini sehingga pada tempat itu arteri dan vena fasialis terlihat. M Depressor Labii

Inferior terletak profunda dari M Depresor Anguli Oris, berinsersi pada bibir

bawah. M Mentalis berjalan dari simfisis mentalis dekat garis tengah lalu turun

menuju dagu. Kontraksi otot ini menyebabkan elevasi dagu dan sering membuat

dagu berkerut.

Page 6: Parese Nervus Fasialis

Gambar 2. Tulang-tulang tengkorak depan dan aliran limfe wajah

Aliran limfe wajah

Cairan limfe dari dahi dan bagian anterior wajah dialirkan ke nodi

lymphoidei submandibulares. Bagian lateral wajah, termasuk bagian lateral

kelopak mata, mengalirkan cairan limfenya ke nodi limphoidei parotidei. Cairan

limfe dari bagian tengah bibir bawah dan kulit dagu dialirkan ke nodi lymphoidei

submentales.

Tulang-tulang wajah

Tulang-tulang yang membentuk tengkorak bagian depan secara diagram,

margo orbitalis superior dan area diatasnya dibentuk oleh os. Frontale, yang di

dalamnya terdapat sinus frontale. Margo orbitalis lateralis dibentuk oleh os.

Page 7: Parese Nervus Fasialis

Zygomaticum dan maxilla. Margo orbitalis medialis dibentuk oleh processus

frontalis maxillae di sebelah bawah.

Pangkal hidung dibentuk oleh ossa nasale, yang berartikulasi di bawah

dengan maxilla san di atas dengan os frontale. Dianterior, hidung disempurnakan

dengan lamina superior dan inferior cartilago hyalin dan cartilago kecil ala nasi.

Tulang yang penting pada sepertiga bagian bawah wajah adalah maxilla,

dengan gigi-geligi dan sinus maxillaris. Tulang sepertiga bagian bawah wajah

adalah mandibula, dengan gigi-geliginya

II. SARAF SENSORIK WAJAH 1

Kulit wajah dipersarafi oleh ketiga cabang nervus trigeminus, kecuali

sebagian kecil daerag di atas angulus mandibula dan kelenjar parotis yang

dipersarafi nervus aurikularis mayor (C2 dan C3) Nervus oftalmikus mempersarafi

regio yang berkembang dari tonjolan frontonasal, nervus maksilaris, untuk regio

yang berkembang dari tonjolan maksila (lengkung faring I), nervus mandibularis

untuk regio yang berkembang dari tonjolan mandibula (lengkung faring I).

1. Nervus oftalmikus mempersarafi kulit dahi, kelopak mata atas, konjungtiva dan

hidung. Saraf ini memiliki 5 percabangan :

a. Nervus lakrimalis mempersarafi kulit dan konjungtiva kelopak mata bagian

lateral.

b. Nervus supraorbitalis terdapat di tepi atas orbita pada takik supraorbita.

Beberapa cabangnya mempersarafi kulit dan konjungtiva kelopak mata atas

bagian tengah serta kulit dahi.

c. Nervus supratroklearis terdapat ditepi atas orbita lebih medial dari saraf

supraorbital. Beberapa cabangnya mempersarafi kulit dan konjungtiva

kelopak mata atas bagian medial serta kulit dahi bagian bawah.

d. Nervus infratroklearis meniggalkan orbita di bawah M.Oblikus superior,

mempersarafi kulit dan konjungtiva kelopak mata atas bagian medial serta

hidung.

Page 8: Parese Nervus Fasialis

e. Nervus nasalis eksterna meninggalkan hidung dan keluar diantara os nasal

dan kartilago nasal. Saraf ini mempersarafi kulit hidung sampai je ujung

hidung.

2. Nervus maksilaris mempersarafi kulit hidung bagian posterior, bagian bawah

kelopak mata, pipi, bibir atas dan sisi lateral orbita. Saraf ini memiliki 3

percabangan :

a. Nervus infraorbitalis merupakan lanjutan nervus maksilaris yang memasuki

orbita dan muncul di wajah melalui foramen infraorbita. Cabang-cabangnya

mempersarafi kelopak mata bawah, pipi, sisi lateral hidung dan bibir atas.

b. Nervus zigomatikofasialis memasuki wajah melalui lubang kecil pada sisi

lateral os zigomatikum, mempersarafi kulit di atas tonjolan pipi.

c. Nervus zigomatikotemporalis keluar dari fosa temporalis melalui lubang kecil

pada sisi posterior os zigomatikum, mempersarafi kulit di atas temporal.

3. Nervus mandibularis mempersarafi kulit bibir bawah, bagian bawah wajah,

daerah temporal dan sebagian aurikula, kemudian saraf ini menarik ke arah sisi

kulit kepala. Saraf ini memiliki 3 percabangan :

1. Nervus mentalis keluar dari foramen mandibula dan mempersarafi kulit bibit

bawah dan dagu.

2. Nervus bukalis keluar dari bawah otot masseter sisi anterior, mempersarafi

kulit bagian pipi.

3. Nervus aurikulotemporalis naik dari tepi atas kelenjar parotis antara pembuluh

darah temporal superfisial dan aurikula, mempersarafi kulit aurikula, meatus

auditorius eksterna, permukaan luar membran timpani dan kulit kepala di atas

aurikula.

Page 9: Parese Nervus Fasialis

Gambar 3. Divisi Nervus Fasialis

Saraf fasialis mempunyai 2 subdivisi , yaitu:11,12

1. Nervus fasialis yang sebenarnya: yaitu nervus fasialis yang murni untuk

mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus

bagian posterior dan stapedius di telinga tengah.

2. Saraf intermediet (pars intermedius wisberg), yaitu subdivisi saraf yang

lebih tipis yang membawa saraf aferen otonom, eferen otonom, aferen

somatis.

Eferen otonom (parasimpatik eferen): datang dari nukleus salivatorius

superior. Terletak di kaudal nukleus. Satu kelompok akson dari nukleus ini,

berpisah dari saraf fasilalis pada tingkat ganglion genikulatum dan

diperjalanannya akan bercabang dua yaitu ke glandula lakrimalis dan

glandula mukosa nasal. Kelompok akson lain akan berjalan terus ke kaudal

dan menyertai korda timpani serta saraf lingualis ke ganglion

Page 10: Parese Nervus Fasialis

submandibularis. Dari sana, impuls berjalan ke glandula sublingualis dan

submandibularis, dimana impuls merangsang salivasi.

Aferen somatik: rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari

sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus trigeminus.

Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf atau tumpang tindih)

ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna, dan bagian luar

membran timpani

SARAF MOTORIS WAJAH 1

Semua otot wajah yang tersebut diatas dipersarafi oleh cabang-cabang

nervus fasialis. Saraf ini tidak mengandung serabut sensoris untuk wajah. Saraf

proprioseptif yang diterima otot wajah berasal dari cabang kutaneus nervus

trigeminus yang mempersarafi kulit di atas otot bersangkutan.

Nervus fasialis keluar dari basis kranii melalui foramen stilomastoideus, di dekat

origo M. Digastrikus venter posterior. Sepanjang perjalanannya, saraf ini

memberikan percabangan sebagai berikut :

1. Nervus aurikularis posterior berjalan ke atas di belakang telinga,

mempeersarafi bagian oksipital M.Oksipitofrontalis.

2. Cabang muskular yang mempersarafi M.Digastrikus venter posterior dan

M.Stilohyoid. selanjutnya saraf ini berlanjut sampai mencapai sisi

poosteromedial kelenjar parotis.

3. Sebelum memasuki kelenjar parotis, saraf ini bercabang menjadi nervus

temporozigomarikus di sebelah atas, dan nervus servikofasialis di bagian

bawah. Dalam kelenjar parotis cabang-cabang tadi membentuk jalinan dan

saat keluar dari kelenjar parotis sudah menjadi 5 cabang akhir nervus fasialis :

Page 11: Parese Nervus Fasialis

a. Cabang temporal, keluar dari tepi atas kelenjar parotis, mempersarafi

aurikular anterior-superior, sebagian frontalis. Fungsi mengerutkan dahi.

b. Cabang zigomatikus atas dan bawah yang masing-masing berjalan di atas

dan bawah mata, mempersarafi frontalis dan bagian atas M.Orbikularis

Okuli dan otot-otot bawah mata.

c. Cabang bukalis mempersarafi M.Bucinator dan serabut otot bibir atas.

d. Cabang mandibularis marginal mempersarafi serabut otot bibir bawah.

e. Cabang servikalis berjalan vertikal ke bawah dari tepi bawah kelenjar

parotis, mempersarafi platisma.

PEMBULUH ARTERI WAJAH 1

Wajah banyak menerima aliran darah dari 2 pembuluh arteri utama yaitu arteri

fasialis dan arteri temporalis superfisial.

Arteri fasialis adalah cabang submandibula, arteri ini melengkung sepanjang

tepi inferior korpus mandibula pada sisi anterior otot masseter. Di lokasi ini, denyut

arteri dapat teraba jelas. Arteri ini lalu berjalan naik dan berkelok menuju sudur

mulut, dilapisi oleh platisma dan otot risorius. Arteri ini masih naik lagi di bawah otot

zigomatikus dan M.Levator Labii Superior, berjalan sepanjang sisi hidung menuju

sudut medial mata kemudian beranastomosis dengan cabang arteri oftalmikus.

Sepanjang perjalanannya, arteri ini mempercabangkan :

1. Arteri submentalis keluar setinggi tepi bawah korpus mandibula kemudian

berjalan ke depan sepanjang tepi bawah mandibula, memperdarahi kulit dagu dan

bibir bawah.

2. Arteri Labialis inferior keluar dari dekat sudut mulut kemudian berjalan ke arah

medial pada bibir bawah dan mengadakan endo-to-end anastomosis dengan arteri

sejenis kontra lateralnya.

3. Arteri Labialis Superior keluar dari mulut kemudian berjalan ke arah medial pada

bibir atas, memiliki cabang yang menuju septum dan alae nadi.

Page 12: Parese Nervus Fasialis

4. Arteri Nasalis Lateral keluar saar arteri fasilais berjalan naik sepanjang sisi

hidung, memperdarahi kulit hidung.

5. Arteri temporalis superfisialis adalah cabang terminal arteri karotis eksterna

setinggi kelenjar parotis, arteri ini menaik hingga mencapai depan aurikula,

mempersarafi regio temporal dan kulit kepala. Arteri fasialis transversa

merupakan cabang arteri temporalis superfisialis yang berawal dari kelenjar

parotis, berjalan ke depan menyilang pipi.

6. Arteri supraorbitalis dan arteri supratroklearis merupakan cabang arteri

oftalmikus yang memperdarahi kulit dahi. Pada kulit kepala, kedua jenis arteri ini

bernastomosis dengan arteri temporalis superfisialis membentuk hubungan sistem

karotis interna dan eksterna.

PEMBULUH VENA WAJAH 1

Aliran darah balik dari regio frontal dibawa oleh supraorbital dan vena

supratroklear, melewati sisi medial kantus, kemudian bergabung membentuk vena

angularis. Selanjutnya vena angularis disebut vena fasialis, berjalan bersama arteri

fasialis sampai suatu titik di bawah tepi inferior mandibula, kemudian menembus

fasia servikalis profunda untuk bergabung dengan cabang anterior vena

retromandibula.

Aliran darah balik dari regio temporal dibawa oleh cabang-cabang vena

temporalis superfisial. Selanjutnya vena ini bergabung dengan vena maksilaris dari

pleksus pterigoideus membentuk vena retromandibula yang berjalan ke bawah

melewati kelenjar parotis. Pada saat keluar dari sisi bawah kelenjar parotis, vena

retromandibula bercabang menjadi cabang anterior dan cabang posterior. Cabang

anterior bergabung dengan vena fasialis bermuara ke vena jugularis interna. Cabang

posterior menembus fasia servikalis profunda dan bergabung dengan vena aurikularis

posterior berujung pada vena jugularis eksterna.

Anastomosis vena-vena wajah dengan vena-vena otak :

Page 13: Parese Nervus Fasialis

Disudut medial mata vena fasialis beranastomosis dengan vena oftalmika dan

bermuara pada sinus kavernosus otak.

Vena fasialis profunda cabang vena fasialis beranastomosis dengan pleksus

pterigoideus, dimana pleksus ini dihubungkan dengan sinus kavernous oleh vena

yang melewati foramen ovale.

Page 14: Parese Nervus Fasialis

Gambar.4 Inervasi dan Vaskularisasi pada Wajah

Page 15: Parese Nervus Fasialis

III. PARESE NERVUS FASIALIS DARI KOMPLIKASI VULNUS

LASERATUM PADA WAJAH

Kelumpuhan nervus fasialis ( N VII ) merupakan kelumpuhan otot-otot

wajah dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah,

sehingga wajah pasien tidak simetris. Keleumpuhan n. facialis merupakan

gejala, sehingga harus dicari penyebabnya.2

Gambar 5. Perbedaan Parestesia N.VII Sentral dan Perifer

Perbedaan parese nervus VII sentral dan nervus VII perifer, inti nervus

fasialis juga dapat dibagi menjadi kelompok atas dan bawah. Inti nervus fasialis

bawah mendapat inervasi kontralateral dari korteks somatomotorik dan inti

nervus fasialis bagian atas mendapat inervasi dari kedua belah korteks

somatomotorik. Oleh karena itu, pada paresis nervus fasialis UMN (karena lesi

di korteks atau kapsula interna) otot wajah bagian bawah saja jelas paretik,

sedangkan otot wajah atas tidak jelas lumpuh. Sebaliknya, pada kelumpuhan

Page 16: Parese Nervus Fasialis

nervus fasialis LMN (karena lesi infranuklearis), baik otot wajah atas maupun

bawah, kedua-duanya jelas lumpuh.

N. facialis merupakan saraf cranialis terpanjang yang berjalan di dalam

tulang, sehingga sebagian besar kelainan n. facialis terletak di dalam tulang

temporal. Nervus facialis mempunya dua inti yaitu inti superior dan inti

inferior. Dalam perjalanan di dalam tulang temporal, nervus facialis di bagi

dalam 3 segmen, yaitu segmen labirin, segmen timpani dan segmen mastoid.2

Parese nervus fasialis ada dua tipe yaitu tipe UMN (upper motor neuron)

dan tipe LMN (lower motor neuron). Pada tipe UMN kerusakan nervus facialis

terjadi pada jaras kortikobulbar atau bagian bawah korteks motorik, sedangkan

pada tipe LMN atau parese nervus facialis perifer yang terjadi bila nukleus atau

serabut distal nervus fasialis yang terganggu, bisa terletak di pons, di os

petrosus, cavum tympani di foramen stilomasttoideus dan pada cabang-cabang

tepi nervus facialis. Proses patologis di sekitar meatus akustikus internus akan

melibatkan nervus facilais dan akustikus sehingga parese nervus facialis LMN

akan timbul berbarengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan agesia.3

Penyebab kelumpuhan nervus fasialis bisa disebabkan oleh kelainan

congenital, infeksi, tumor, trauma, gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan

penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi telinga tengah.4

1.   Kongenital

Kelumpuhan yang didapat sejak lahir ( congenital ) bersifat irreversible dan

terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan tulang pendengaran.1

Pada kelumpuhan saraf fasialis bilateral dapat terjadi karena adanya gangguan

perkembangan saraf fasialis dan seringkali bersamaan dengan kelemahan 

okular (sindrom Moibeus).4

2. Infeksi

Proses infeksi di intracranial atau infeksi telinga tengah dapat menyebabkan

kelumpuhan saraf fasialis. Infeksi intracranial yang menyebabkan kelumpuhan

Page 17: Parese Nervus Fasialis

ini seperti pada Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes otikus. Infeksi Telinga tengah

yang dapat menimbulkan kelumpuhan saraf fasialis adalah otitis media

supuratif kronik ( OMSK ) yang telah merusak Kanal Fallopi.2

3. Tumor

Tumor yang bermetastasis ke tulang temporal   merupakan penyebab yang

paling sering ditemukan. Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru,

dan prostat. Juga dilaporkan bahwa penyebaran langsung dari tumor regional

dan sel schwann, kista dan tumor ganas maupun jinak dari kelenjar parotis

bisa menginvasi cabang akhir dari saraf fasialis yang berdampak sebagai

bermacam-macam tingkat kelumpuhan. Pada kasus yang sangat jarang, karena

pelebaran aneurisma arteri karotis dapat mengganggu fungsi motorik saraf

fasialis secara ipsilateral.8

4. Trauma

Kelumpuhan saraf fasialis bisa terjadi karena trauma kepala, terutama jika

terjadi fraktur basis cranii, khususnya bila terjadi fraktur longitudinal. Selain

itu luka tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir juga bisa menjadi

penyebab. Saraf fasialis pun dapat cedera pada operasi mastoid, operasi

neuroma akustik/neuralgia  trigeminal dan operasi kelenjar parotis.8

5. Gangguan Pembuluh Darah

Gangguan pembuluh darah yang dapat menyebabkan kelumpuhan saraf

fasialis diantaranya thrombosis arteri karotis, arteri maksilaris dan arteri

serebri media.2

6. Idiopatik ( Bell’s Palsy )

Parese Bell merupakan lesi nervus fasialis yang tidak diketahui penyebabnya

atau tidak menyertai penyakit lain. Pada parese Bell terjadi edema fasialis.

Page 18: Parese Nervus Fasialis

Karena terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan

kelumpuhan tipe LMN yang disebut sebagai Bell’s Palsy.4

7.  Penyakit-penyakit tertentu

Kelumpuhan fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu,

misalnya DM, hepertensi berat, anestesi local pada pencabutan gigi, infeksi

telinga tengah, sindrom Guillian Barre.4

Klasifikasi Kelumpuhan Fasialis

Gambaran dari disfungsi motorik fasial ini sangat luas dan karakteristik dari

kelumpuhan ini sangat sulit. Beberapa sistem telah usulkan tetapi semenjak

pertengahan 1980 sistem House-Brackmann yang selalu atau sangat dianjurkan .

pada klasifikasi ini grade 1 merupakan fungsi yang normal dan grade 6 merupakan

kelumpuhan yang komplit. Pertengahan grade ini sistem berbeda penyesuaian dari

fungsi ini pada istirahat dan dengan kegiatan.10

Grade Penjelasan Karakteristik

I Normal Fungsi fasial normal

II Disfungsi ringan Kelemahan yang sedikit yang terlihat pada inspeksi

dekat, bisa ada sedikit sinkinesis. Pada istirahat simetri

dan selaras. Pergerakan dahi sedang sampai baik

Menutup mata dengan usaha yang minimal Terdapat

sedikit asimetris pada mulut jika melakukan pergerakan

Page 19: Parese Nervus Fasialis

III Disfungsi sedang Terlihat tapi tidak tampak adanya perbedaan antara

kedua sisi Adanya sinkinesis ringan Dapat ditemukam

spasme atau kontraktur hemifasial Pada istirahat simetris

dan selaras Pergerakan dahi ringan sampai sedang

Menutup mata dengan usaha Mulut sedikit lemah

dengan pergerakan yang maksimum

IV Disfungsi sedang

berat

Tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan

asimetri. Kemampuan menggerakkan dahi tidak ada

Tidak dapat menutup mata dengan sempurna Mulut

tampak asimetris dan sulit digerakkan.

V Disfungsi berat Wajah tampak asimetris. Pergerakan wajah tidak ada

dan sulit dinilai. Dahi tidak dapat digerakkan Tidak

dapat menutup mata Mulut tidak simetris dan sulit

digerakkan

VI Total parese Tidak ada pergerakkan

Manifestasi klinis dari parese nervus fasialis tergantung pada lokasi lesi:

a. Lesi pada foramen sternomastoideus distal umunya menyebabkan

kelumpuhan motorik pada semua otot wajah ipsilateral. Mata tidak

dapat ditutup (lagophtalmus) dan dahi tidak dapat berkerut. Tidak

tampak defisit lainnya

b. Lesi pada nervus fasialis bagian petrosa tulang temporal

menyebabkan gangguan lakrimasi dan salivasi, gangguan pengecapan

rasa, dan/atau hiperakusis di samping kelemahan motorik wajah.

Semua manifestasi ini terjadi sebagai perluasan pada lokasi yang tepat

dari lesi.

Page 20: Parese Nervus Fasialis

c. Lesi pada nukleus nervus fasialis atau pada percabangan dalam

batang otak jarang ditemukan, gejala yang terutama jelas terlihat

adalah defisit motorik termasuk lagophtalmus dan ketidakmampuan

dahi berkerut. Lakrimasi, salivasi, dan pengecapan normal karena fusi

parasimpatis dan gustatory berasal dari saraf lain di batang otak.

d. Lesi di atas nukelus nervus fasialis (parese fasialis sentral).

Temuan dominan yang khas dalam kasus ini adalah kelemahan

perioral. Mata masih bisa ditutup pada sisi yang terkena dan dahi dapat

berkerut simetris.13

Parese fasialis sentral Parese fasialis perifer

Riwayat Biasanya terlihat pada orang tua,

onset akut, tiba-tiba; biasanya

disertai dengan hemiparesis

terutama pada ekstremitas

Dapat terjadi pada semua usia; sering

disertai dengan nyeri retroauricular;

Kelemahan terjadi selama satu atau

dua hari, bukan tiba-tiba

Wajah saat

istirahat

Biasanya normal Sering normal; terjadi parese fasial

komplit perifer

Pemeriksaan

otot-otot

wajah

Kelopak mata selalu benar

tertutup ketika pasien menutup

mata; cabang frontal yang terkena

selalu jauh lebih sedikit

Pada parese komplit, pasien dapat

benar-benar menutup mata yang

terkena (meskipun ini masih

mungkin pada lesi parsial CN VII);

cabang frontal dipengaruhi pada

tingkat yang sama sebagai sisa saraf

Pemeriksaan

tambahan

Mungkin ada gejala penyerta,

kelemahan ipsilateral lidah, atau

hemiparesis pada tungkai

ipsilateral

Pengecapan yang hilang di sisi

ipsilateral dari dua pertiga anterior

lidah; berkurang lakrimasi dan air

liur; electromyography menunjukkan

denervasi

Tabel 1.Perbedaan antara parese fasialis sentral dan perifer13

Page 21: Parese Nervus Fasialis

IV. TERAPI PADA PARESE NERVUS FACIALIS (FISIOTERAPI).7,8

A. Farmakologi

Obat-obatan yang dapat diberikan dalam penatalaksanaan parese nervus

fasialis antara lain 10:

Asam Nikotinik

Pada parese nervus fasialis yang dikarenakan iskemiaAsam nikotinik dan

obat-obatan yang bekerja menghambat ganglion simpatik servikal digunakan

untuk memicu vasodilatasi sehingga dapat meningkatkan suplai darah ke

nervus fasialis.

Vasokonstriktor, Antimikroba

Obat ini diberikan pada kelumpuhan nervus fasialis yang disebabkan oleh

kompresi nervus fasialis pada kanal falopi. Obat ini bekerja mengurangi

bendungan , pembengkakkan, dan inflamasi pada keadaan diatas.

Steroid

Obat ini diberikan untuk mengurangi proses inflamasi yang menyebabkan

Bell’s Palsy

Sodium Kromoglikat

Diberikan pada parese nervus fasialis jika dipikirkan adanya reaksi alergi.

Antivirus

Baru-baru ini antivirus diberikan dengan atau tanpa penggunaan prednisone

secara simultan.

B. Tindakan Fisioterapi

Page 22: Parese Nervus Fasialis

Teknologi Fisioterapi :

(a) IR (Infra Red)              

Generator infra red di bagi dua yitu IR generator non luminos, hanya

dengan sinar IR dan generator luminos, mengandung IR, sinar Ultra

violet.efeknya adalah meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi

pembulu darah, mempengaruhi jaringan otot, mengaktifkan kerja kelenjar

keringat              

(b)    SWD (Short Wave Diathermy)

(c)    MWD (Micro Wave Diathermy)

(d)    US (Ultra Sound), Massage, ES (Electricel Stimulation)

Teknologi Yang Dilaksanakan :

(a)    Massage Wajah

Massage diberikan dengan tujuan memberikan penguluran pada otot-

otot wajah yang letaknya superfisial sehingga perlengketan jaringan dapat

dicegah, selain itu memberikan efek rileksasi dan mengurangi rasa kaku

pada wajah. Stroking memiliki efek penenangan dan dapat mengurangi

nyeri, Efflurage dapat membantu pertukaran zat-zat dan melancarkan

metabolisme dengan mempercepat peredaran darah, Finger Kneading

berfungsi untuk memperbaiki peredaran darah dan memelihara tonus otot.

Sedangkan tapping dengan ujung jari dapat merangsang jaringan otot untuk

berkontraksi. Dengan massage tersebut maka efek relaksasi dapat dicapai

dan elastisitas otot tetap terjaga dan potensial timbulnya perlengketan

jaringan pada kondisi Bell’s Palsy ini dapat dicegah.

(b)    Electrical Stimulation (ES) arus Faradik

Stimulasi energi listrik dengan aliran galvanic berenergi lemah.5

Tindakan ini bertujuan untuk memicu kontraksi buatan pada otot-otot yang

lumpuh dan juga berfungsi untuk mempertahankan aliran darah serta tonus

otot.7

Page 23: Parese Nervus Fasialis

Electrical Stimulation arus Faradik yang diberikan dapat

menimbulkan kontraksi otot dan membantu memperbaiki perasaan gerak

sehingga diperoleh gerak  yang normal serta bertujuan untuk mencegah/

memperlambat terjadinya atrofi otot. Pada kasus Bell’s Palsy ini rangsangan

gerak dari otak tidak dapat disampaikan kepada otot-otot wajah yang

disyarafi. Akibatnya kontraksi otot secara volunter hilang sehingga

diperlukan bantuan dari rangsangan arus faradik untuk menimbulkan

kontraksi otot. Rangsangan arus faradik yang dilakukan berulang- ulang

dapat melatih kembali otot- otot yang lemah untuk melakukan gerakan

sehingga dapat meningkatkan kemampuan kontraksi otot sesuai fungsinya.

C. Pengobatan Psikofisikal

Akupuntur, biofeedback, dan electromyographic feedback dilaporkan dapat

membantu pentembuhan Bell’s Palsy.10

Pengobatan Sekuele ( Gejala Sisa )10

Pengobatan terhadap gejala sisa yang dapat dilakukan antara lain:10

A. Depresi

Pasien dengan parese nervus fasialis memiliki ketakutan bahwa mereka

memiliki penyakit yang mengancam jiwa ataupun penyakit yang melibatkan

pembuluh darah otak. Konseling dan terapi kelompok yang melibatkan

penderita dengan usia yang sama terbukti efektif untuk mengatasi depresi

tersebut.

B. Nyeri

Sebagian pasien dengan Bell’s Palsy dan hampir seluruh pasien dengan

Herpes Zooster Cephalic merasakan nyeri. Nyeri ini dapat diatasi dengan

analgesic non-narkotik. Dapat diberikan steroid dengan dosis awal 1 mg/ kg

BB/ hari dan tapering off setelah 10 hari penggunaan.

Page 24: Parese Nervus Fasialis

C. Perawatan Mata

Secara umum, Perawatan mata ditujukan untuk menjaga kelembaban mata

agar tidak terjadi keratitis dan kerusakan kornea. Pasien diminta untuk

meengedipkan mata 2 sampai 4 kali permenit disamping penggunaan obat

tetes mata.

Edukasi

(1) Pasien disarankan menghindarkan wajahnya dari paparan udara dingin

secara langsung seperti : jangan tidur dilantai tanpa menggunakan alas

dan bantal, jangan menggunakan kipas angin yang secara langsung

dihadapkan dimuka.

(2) Pasien disarankan melindungi matanya dari terpaan debu dan angin

secara langsung untuk menghindari terjadinya iritasi.

(3) Pasien dianjurkan untuk menutup wajah saat mengendarai sepeda motor

dengan Helm full face dengan kaca mata diberikan tertutup.

(4) Pasien diajarkan untuk melatih gerakan-gerakan didepan kaca (mirror

exercise) seperti : mengangkat alis dan mengerutkan dahi keatas,

menutup mata,tersenyum, bersiul, menutup mulut dengan rapat,

mengangkat sudut bibir ke atas dan memperlihatkan gigi-gigi,

mengembangkempiskan cuping hidung, mengucapkan kata-kata labil

a,i,u,e,o dengan dosis minimal 4x sehari selama 5-10 menit.

Heat Theraphy, Face Massage, Facial Excercise

Basahkan handuk dengan air panas, setelah itu handuk diperas dan

diletakkan dimuka hingga handuk mendingin. Kemudian pasien diminta untuk

memasase otot-otot wajah yang lumpuh terutama daerah sekitar mata, mulut dan

daerah tengah wajah.Masase dilakukan dengan menggunakan krim wajah dan

idealnya juga dengan menggunakan alat penggetar listrik. Setelah itu pasien

diminta untuk berdiri didepan cermin dan melakukan beberapa latihan wajah

Page 25: Parese Nervus Fasialis

seperti mengangkat alis mata, memejamkan kedua mata kuat-kuat, mengangkat

dan mengerutkan hidung, bersiul, menggembungkan pipi dan menyeringai.6,7

Kegiatan ini dilakukan selama 5 menit 2 kali sehari.6

TEHNIK MENJAHIT PADA WAJAH.9

Menggunakan benang yang dapat diserap tubuh plain catgut (5,0-3) untuk

mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan untuk menjahit kulit

(wajah, perut) yang tidak banyak bergerak. Bila menggunakan benang linen, untuk

menjahit kulit (terutama pada kulit wajah) dengan ukuran 4,0 -0. Waktu mengangkat

jahitan dilakukan pada hari ke-4 (untuk benang yang tidak diserap).

Jahitan matras horizontal kontinu digunakan untuk eversi kulit. Jahitan ini

bermanfaat pada daerah dengan tendensi tinggi untuk inversi, misalnya pada leher.

Jahitan ini juga bermanfaat untuk mengurangi penyebaran scar pada wajah. Jika

jahitan dilakukan terlalu kuat, resiko strangulasi jaringan bisa terjadi. Namun, jahitan

ini memerlukan lebih banyak waktu. Tehnik ini menghasilkan scar yang lebih halus

dan datar jika dibandingkan dengan jahitan kontinu sederhana. Jahitan matras vertikal

setengah tenggelam digunakan untuk tujuan kosmetik yang penting misalnya pada

daerah wajah.