BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEI 2015UNIVERSITAS HASANUDDIN
PARESE NERVUS FASIALIS
Oleh:Nurhafizah Bt Hatta
(C111 09 865)
Windy Nurul Aisyah
(C111 10 127)Pembimbing:
dr. Natalia I. Sumule
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN
LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
I. PENDAHULUAN
Kelumpuhan nervus fasialis (N.VII) merupakan kelumpuhan
otot-otot wajah. Pasien tidak dapat atau kurang dapat menggerakkan
otot wajah, sehingga wajah terlihat tidak simetris. Kelumpuhan
nervus fasialis merupakan gejala, sehingga harus dicari penyebab
dan ditentukan derajat kelumpuhannya dengan pemeriksaan tertentu
guna menentukan terapi dan prognosisnya. Penanganan pasien dengan
kelumpuhan n.fasialis secara dini baik operatif maupun secara
konservatif akan menentukan keberhasilan dalam
pengobatan.1Perjalanan nervus fasialis melalui struktur anatomi
yang kompleks, tulang temporal, telinga tengah, dan kelenjar
parotis. Pengetahuan tentang anatomi dan hubungannya dengan
fisiologi penting untuk diketahui untuk menegakkan diagnose
kelumpuhan nervus fasialis. Gejala kardinal pada wajah berupa
kelumpuhan otot wajah menjadi fokus utama dari pemeriksaan.
Dibutuhkan anamnesis yang rinci serta pemeriksaan fisis untuk
menetukan penyebab dari kelumpuhan nervus fasialis ini.2II. ANATOMI
& FISIOLOGI
Nervus fasialis memiliki dua komponen. Komponen yang lebih besar
murni motorik dan mempersarafi otot-otot ekspresi wajah. Komponen
ini sesuai dengan nervus fasialis. Komponen ini disertai oleh saraf
yang lebih tipis, nervus intermedius yang mengandung serabut aferen
viseral dan somatic, serta serabut eferen viseral. Nervus fasialis
muncul dari batang otak bersama nervus intermedius dari Wrisberg
dan seterusnya langsung ke internal auditory canal (IAC). Nervus
fasialis bersama saraf cochleovestibular memasuki IAC. Nervus
fasialis bersama dengan saraf Wrisberg intermedius dan saraf
pendengaran, melewati meatus akustikus internus. Saraf semakin jauh
ke dalam IAC, memasuki kanal tuba yang sempit, dan kemudian
terbungkus dalam periosteum dan epineurium. Secara signifikan,
bagian tersempit merupakan di bagian labirin, yang berisi ganglion
genikulat.3,4Saraf fasialis merupakan saraf campuran yang terdiri
dari 2 akar saraf, yaitu akar motorik (lebih besar dan lebih
medial) dan intermedius (lebih kecil dan lebih lateral). Akar
motorik berasal dari nukleus fasialis dan berfungsi membawa
serabut- serabut motorik ke otot ekspresi wajah. Saraf intermedius
yang berasal dari nukleus salivatorius anterior, membawa
serabut-serabut parasimpatis ke kelenjar lakrimal, submandibular,
dan sublingual. Saraf intermedius juga membawa serabut aferen untuk
pengecapan pada dua pertiga depan lidah dan aferen somatik dari
kanalis auditori eksterna dan pinna.5Kedua akar saraf ini muncul
dari pontomedullary junction dan berjalan secara lateral melalui
cerebellopontine angle bersama dengan saraf vestibulocochlearis
menuju meatus akustikus internus, yang memiliki panjang 1
centimeter (cm), dibungkus dalam periosteum dan perineurium.5
Gambar 1. Perjalanan saraf fasialis.5Selanjutnya saraf memasuki
kanalis fasialis. Kanalis fasialis (fallopi) memiliki panjang
sekitar 33 milimeter (mm), dan terdiri dari 3 segmen yang
berurutan: labirin, timpani dan mastoid. Segmen labirin terletak
antara vestibula dan cochlea dan mengandung ganglion genikulatum.
Karena kanal paling sempit berada di segmen labirin ini (rata- rata
diameter 0,68 mm), maka setiap terjadi pembengkakan saraf, paling
sering menyebabkan kompresi di daerah ini.5Pada ganglion
genikulatum, muncul cabang yang terbesar dengan jumlahnya yang
sedikit yaitu saraf petrosal. Saraf petrosal meninggalkan ganglion
genikulatum, memasuki fossa kranial media secara ekstradural, dan
masuk kedalam foramen lacerum dan berjalan menuju ganglion
pterigopalatina.Saraf ini mendukung kelenjar lakrimal dan palatine.
Serabut saraf lainnya berjalan turun secara posterior di sepanjang
dinding medial dari kavum timpani (telinga tengah), dan memberikan
percabangannya ke musculus stapedius (melekat pada stapes). Lebih
ke arah distal, terdapat percabangan lainnya yaitu saraf korda
timpani, yang terletak 6 mm diatas foramen stylomastoideus.5Saraf
korda timpani merupakan cabang yang paling besar dari saraf
fasialis, berjalan melewati membran timpani, terpisah dari kavum
timpani hanya oleh suatu membran mukosa. Saraf tersebut kemudian
berjalan ke anterior untuk bergabung dengan saraf lingualis dan
didistribusikan ke dua pertiga anterior lidah. Korda timpani
mengandung serabut-serabut sekretomotorik ke kelenjar sublingual
dan submandibularis, dan serabut aferen viseral untuk pengecapan.
Badan sel dari neuron gustatori unipolar terletak didalam ganglion
genikulatum, dan berjalan malalui saraf intermedius ke traktus
solitaries. Setelah keluar dari foramen stylomastoideus, saraf
fasialis membentuk cabang kecil ke auricular posterior
(mempersarafi m.occipitalis dan m. stylohoideus dan sensasi
kutaneus pada kulit dari meatus auditori eksterna) dan ke
anterolateral menuju ke kelenjar parotis. Di kelenjar parotis,
saraf fasialis kemudian bercabang menjadi 5 kelompok (pes
anserinus) yaitu temporal, zygomaticus, buccal, marginal mandibular
dan cervical. Kelima kelompok saraf ini terdapat pada bagian
superior dari kelenjar parotis, dan mempersaraf otot ekspresi
wajah, diantaranya m. orbicularis oculi, orbicularis oris, m.
buccinator dan m. Platysma.5
Gambar 2. Saraf Intermedius dan koneksinya 5
Gambar 3. Saraf fasialis ekstrakranial.5
Gambar 4. Distribusi dari nervus VII.6Nukleus wajah dapat dibagi
menjadi dua bagian: (1) bagian atas, yang menerima proyeksi
kortikobulbar bilateral dan seterusnya ke bagian atas wajah,
termasuk dahi, dan (2) bagian bawah, yang didominasi oleh proyeksi
menyeberang yang masuk ke persarafan otot-otot wajah yang lebih
rendah (stylohyoid; posterior digastrikus, businator, dan
platysma).5Nukleus motorik nervus fasialis berperan pada beberapa
lengkung refleks.Refleks kornea, gangguan pada komponen eferen
(nervus fasialis) menghilangkan refleks kornea, yaitu sentuhan pada
kornea menginduksi terpejamnya kedua mata. Refleks kedip, stimulus
visual yang kuat mencetuskan kolikulus superior untuk mengirimkan
impuls visual ke nukleus fasialis di pons melalui traktus
tektobulbaris, yang mengakibatkan mata segera tertutup. Refleks
stapedius, impuls auditorik dihantarkan dari nukleus dorsalis
korpus trapezoideum ke nukleus fasialis dan menimbulkan kontraksi
atau relaksasi m.stapedius, tergantung pada kekuatan stimulus
auditorik.4III. ETIOPATOGENESISPenyebab kelumpuhan saraf fasialis
bisa disebabkan oleh kelainan kongenital, infeksi, tumor, trauma,
gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan penyakit-penyakit
tertentu.1,71. KongenitalKelumpuhan yang didapat sejak lahir
(kongenital) bersifat irreversible dan terdapat bersamaan dengan
anomaly pada telinga dan tulang pendengaran.1 Pada kelumpuhan saraf
fasialis bilateral dapat terjadi karena adanya gangguan
perkembangan saraf fasialis dan seringkali bersamaan dengan
kelemahan okular (sindrom Moibeus).72. InfeksiProses infeksi di
intrakranial atau infeksi telinga tengah dapat menyebabkan
kelumpuhan saraf fasialis. Infeksi intrakranial yang
menyebabkankelumpuhan ini seperti pada Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes
otikus. Infeksi Telinga tengah yang dapat menimbulkan kelumpuhan
saraf fasialis adalah otitis media supuratif kronik ( OMSK ) yang
telah merusak Kanal Fallopi.13. TumorTumor yang bermetastasis ke
tulang temporal merupakan penyebab yang paling sering ditemukan.
Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru, dan prostat. Juga
dilaporkan bahwa penyebaran langsung dari tumor regional dan sel
schwann, kista dan tumor ganas maupun jinak dari kelenjar parotis
bisa menginvasi cabang akhir dari saraf fasialis yang berdampak
sebagai bermacam-macam tingkat kelumpuhan. Pada kasus yang sangat
jarang, karena pelebaran aneurisma arteri karotis dapat mengganggu
fungsi motorik saraf fasialis secara ipsilateral.84.
TraumaKelumpuhan saraf fasialis bisa terjadi karena trauma kepala,
terutama jika terjadi fraktur basis kranii, khususnya bila terjadi
fraktur longitudinal. Selain itu luka tusuk, luka tembak serta
penekanan forsep saat lahir juga bisa menjadi penyebab. Saraf
fasialis pun dapat cedera pada operasi mastoid,operasi neuroma
akustik/neuralgia trigeminal dan operasi kelenjar parotis.85.
Gangguan Pembuluh DarahGangguan pembuluh darah yang dapat
menyebabkan kelumpuhan saraf fasialis diantaranya thrombosis arteri
karotis, arteri maksilaris dan arteriserebri media.1 Adanya
thrombosis akan menyebabkan iskemia cerebri dan akan menyebabkan
kerusakan nevus kranialis yang melewati lesi tersebut.16. Idiopatik
( Bells Palsy )Bells palsy merupakan lesi nervus fasialis yang
tidak diketahui penyebabnya atau tidak menyertai penyakit lain.
Pada parese Bell terjadi edema fasialis. Karena terjepit di dalam
foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan tipe LMN yang
disebut sebagai Bells Palsy.77. Penyakit-penyakit
tertentuKelumpuhan fasialis perifer dapat terjadi pada
penyakit-penyakit tertentu, misalnya DM, hepertensi berat, anestesi
local pada pencabutan gigi, infeksi telinga tengah, sindrom
Guillian Barre.7IV. DIAGNOSIS
Kelumpuhan motorik adalah gejala yang paling umum ditemukan pada
kerusakan nervus fasialis. Umumnya, diagnosis kelumpuhan nervus
fasialis dapat ditentukan dengan menilai adanya riwayat trauma atau
non trauma.Pada kelumpuhan akibat non traumatik fungsi cabang
frontal dapat dinilai untuk mengetahui apakah lesi termasuk lesi
sentral (supranuklear) atau lesi perifer. Kondisi ini diikuti
dengan berbagai macam langkah untuk mendiagnosis kelumpuhan nervus
fasialis. Hal ini sangat penting untuk membedakan antara paralisis
komplit dan paralisis inkomplit.2Sebelum pemeriksaan penujang
dilakukan, penyebab dari paralisis fasialis bisa diketahui dari
riwayat penyakit yang jelas dan pemeriksaan fisis berupa
pemeriksaan telinga luar, telinga tengah, fungsi pendengaran,
fungsi vestibular, fungsi nervus cranial lainnya, dan pemeriksaan
kelenjar parotis.21. Anamnesis
Anamnesis dapat mempersempit ruang lingkup dalam menentukan
diagnosis dan mengurangi jumlah pemeriksaan penunjang untuk
mengetahui penyebab terjadinya penyakit. Hal pertama yang harus
diperhatikan adalah waktu timbulnya paralisis yang didefinisikan
sebagai tiba-tiba, tertunda, atau bertahap. Kelumpuhan yang
tiba-tiba mengacu pada kerusakan akut pada fungsi nervus fasialis
selama beberapa hari, dengan atau tanpa gejala sebelumnya.
Kelumpuhan yang tertunda mengacu pada kerusakan akut sementara
dimana nervus fasial sebelumnya normal lalu segera diikuti dengan
gejala sebelumnya. Kelumpuhan bertahap mengacu pada hilangnya
fungsi saraf secara progresif dalam periode minggu atau lebih.
Definisi ini mengasumsikan fungsi normal sebelum onset. Kelumpuhan
berulang mengacu pada kelumpuhan wajah yang muncul setelah periode
penyembuhan yang lama dari kelumpuhan wajah
sebelumnya.9Selanjutnya, tingkat kelumpuhan dibedakan menjadi
komplit dan inkomplit. Hal ini penting dalam menentukan prognosis
penyakit. Paralisis komplit biasanya mempunyai prognosis yang lebih
baik saat pemulihan, kecuali pada neoplasma.9Gejala terkait dapat
memberikan petunjuk untuk diagnostik tambahan. Mati rasa pada wajah
bagian tengah dan bawah, otalgia, hiperakusis, pendengaran menurun,
serta perubahan dalam pengecapan umum dijumpai pada Bells Palsy dan
sindrom Ramsay Hunt. Otalgia yang intensitasnya lebih sering dan
adanya erupsi vesikuler merupakan tanda khas pada herpes zoster
oticus. Gangguan pendengaran sensorineural dan vertigo merupakan
gejala penyakit yang melibatkan labirin, kanal auditori interna,
atau batang otak.9Kelumpuhan wajah berulang dapat mengindikasikan
adanya suatu tumor. Penyebab umum terjadinya kelumpuhan yang
berulang diantaranya adalah Bells palsy dan sindrom
Melkersson-Rosenthal. Sekitar 7% pasien dengan Bells palsy
mengalami kelumpuhan berulang, dimana setengah dari kejadian
tersebut terjadi pada sisi ipsilateral. Sindrom
Melkersson-Rosenthal sering kali ditemukan familial dimana episode
pertama kelumpuhan pada wajah terjadi sebelum usia 20 tahun. Temuan
terkait termasuk edema wajah, lidah pecah-pecah dan sakit kepala
ringan.9Anamnesis menyeluruh terkait kondisi lain yang menentukan
salah satu diferensial diagnosis dari kelumpuhan antara lain
kanker, penyakit autoimun, riwayat operasi di fossa posterior,
tulang temporal, atau parotis sebelumnya.92. Gejala Klinis
Pada kerusakan karena sebab apapun di jaras kortikobulbar atau
bagian bawah korteks motorik primer, otot wajah muka sisi
kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti
bahwa otot wajah bagian bawah akan tampak lebih jelas lumpuh
daripada bagian atasnya. Sudut mulut sisi yang lumpuh tampak lebih
rendah. Lipatan nasolabial sisi yang lumpuh mendatar. Jika kedua
sudut mulut disuruh diangkat maka sudut sehat saja yang dapat
terangkat. Otot wajah pada bagian dahi tidak menunjukkan kelemahan
yang berarti. Tanda dari Bells (lagoftalmus dan elevasi bola mata)
tidak dapat dijumpai. Ciri kelumpuhan fasialis UMN ini dapat
dimengerti, karena subdivisi inti fasialis yang mengurus otot wajah
di atas alis mendapat ineervasi kortikal secara bilateral. Sedangan
subdivisi inti fasialis yang mengurus oto wajah lainnya hanya
mendapat inervasi secara kontralateral saja.10Lesi LMN bisa
terletak di pons, sudut serebelo-pontin, os petrosum atau kavum
timpani, di foramen stilomastoideum, dan pada cabang-cabang tepi
nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti
nervus abdusens bisa merusak akar nervus fasialis, inti nervus
abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Oleh karena itu,
paralisis fasialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus
rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Proses
patologik di sekitar meatus akustikus internus akan melibatkan
nervus fasialis dan akustikus. Maka dalam hal tersebut, paralisis
fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif
ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mngecap 2/3 bagian depan
lidah).10Pada mastoiditis, otitis media, kolesteatoma dan fraktur
tulang temporalis, nervus fasialis bisa mengalami gangguan atau
kerusakan. Akibat hal tersebut adalah kelumpuhan LMN pada otot
wajah yang disertai tuli konduktif atau hiperakusis dan ageusia.
Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nercus fasialis
bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis
LMN.10Terjepitnya nervus fasialis di dalam foramen stilomastoideum
dapat menimbulkam kelumpuhan fasialis LMN. Kelumpuhan tersebut
dinamakan Bells palsy. Bagian atas dan bawah dari otot wajah
seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebral
tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihat bola
mata yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir
tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena
lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajar
sehingga tertimbun disitu. Gejala-gejala pengiring seperti ageusi
dan hiperakusis tidak ada karena bagian nervus fasialis yang
terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi
serabut korda timpani dan serabut yang menyarafi muskulus
stapedius.10Setelah nervus fasialis keluar dari foramen
stilomastoideum, ia dapat terlibat dalam proses infeksi atau tumor
di sekitar sudut mandibula. Masing-masing cabang yang menuju ke
bagian atas dan bawah otot wajah dapat terlibat juga dalam proses
imunologik sehingga paralisis fasialis dapat melengkapi paralisis
asendens Guillain-Barre Strohl.10Gangguan gerakan pada otot wajah
yang sering dijumpai ialah gerakan involunter yang dinamakan tik
fasialis atau spasmus klonikfasialis.Sebab dan mekanisme sebenarnya
belum diketahui.Yang sering dianggap sebagai sebabnya ialah suatu
rangsang iritatif di ganglion genikulatum.Namun demikian gerakan
otot wajah involuntary bisa bangkit juga sebagai suatu pencerminan
kegelisahan atau depresi.Pada gerakan involunter tersebut, sudut
mulut terangkat dan kelopak mata memejam secara
berlebihan.10Gerakan otot wajah sebagai gerakan kebiasaan sering
dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa yang
psikolabil.Nervositas dan kurang kepercayaan pada diri sendiri
sering terlihat pada wajah seseorang.Adakalanya gerakan involunter
kebiasaan itu sangat keras dan bilateral, sehingga raut muka saling
berubah.Meringis, mencucur, memejam mata dan menggeleng-gelengkan
kepala merupakan gerakan involunter kebiasaan pada kebanyakn
psikopat.Adakalanya kata-kata yang kotor atau ludah dikeluarkan
pada waktu memperlihatkan raut muka terlukis di atas itu. Sindrom
tik fasialis yang disertai koprolali (mengeluarkan kata-kata kotor)
itu dikenal sebagai tic Gilles de la Tourette. Gambaran tik
fasialis yang parah dapat dijumpai sebagai gejala bagian dari
sindrom koreoatetosis dan distonia.10Manifestasi klinis dari parese
nervus fasialis tergantung pada lokasi lesi:
a. Lesi pada foramen sternomastoideus distal umunya menyebabkan
kelumpuhan motorik pada semua otot wajah ipsilateral. Mata tidak
dapat ditutup (lagophtalmus) dan dahi tidak dapat berkerut. Tidak
tampak defisit lainnya
b. Lesi pada nervus fasialis bagian petrosa tulang temporal
menyebabkan gangguan lakrimasi dan salivasi, gangguan pengecapan
rasa, dan/atau hiperakusis di samping kelemahan motorik wajah.
Semua manifestasi ini terjadi sebagai perluasan pada lokasi yang
tepat dari lesi.
c. Lesi pada nukleus nervus fasialis atau pada percabangan dalam
batang otak jarang ditemukan, gejala yang terutama jelas terlihat
adalah defisit motorik termasuk lagophtalmus dan ketidakmampuan
dahi berkerut. Lakrimasi, salivasi, dan pengecapan normal karena
fusi parasimpatis dan gustatory berasal dari saraf lain di batang
otak.
d. Lesi di atas nukelus nervus fasialis (parese fasialis
sentral). Temuan dominan yang khas dalam kasus ini adalah kelemahan
perioral. Mata masih bisa ditutup pada sisi yang terkena dan dahi
dapat berkerut simetris.11Parese fasialis sentralParese fasialis
perifer
RiwayatBiasanya terlihat pada orang tua, onset akut, tiba-tiba;
biasanya disertai dengan hemiparesis terutama pada ekstremitas
Dapat terjadi pada semua usia; sering disertai dengan nyeri
retroauricular; Kelemahan terjadi selama satu atau dua hari, bukan
tiba-tiba
Wajah saat istirahatBiasanya normalSering normal; terjadi parese
fasial komplit perifer
Pemeriksaan otot-otot wajahKelopak mata selalu benar tertutup
ketika pasien menutup mata; cabang frontal yang terkena selalu jauh
lebih sedikit
Pada parese komplit, pasien dapat benar-benar menutup mata yang
terkena (meskipun ini masih mungkin pada lesi parsial CN VII);
cabang frontal dipengaruhi pada tingkat yang sama sebagai sisa
saraf
Pemeriksaan tambahanMungkin ada gejala penyerta, kelemahan
ipsilateral lidah, atau hemiparesis pada tungkai
ipsilateralPengecapan yang hilang di sisi ipsilateral dari dua
pertiga anterior lidah; berkurang lakrimasi dan air liur;
electromyography menunjukkan denervasi
Tabel 1.Perbedaan antara parese fasialis sentral dan perifer113.
Pemeriksaan Fungsi Nervus FasialisTujuan pemeriksaan fungsi
n.fasialis ialah untuk menentukan letak lesi dan menentukan derajat
kelumpuhannya. Derajat kelumpuhan ditetapkan berdasarkan hasil
pemeriksaan fungsi motorik yang dihitung dalam persen (%).1a.
Pemeriksaan fungsi saraf motorikTerdapat 10 otot-otot utama wajah
yang bertanggungjawab untuk terciptanya mimik dan ekspresi wajah
seseorang. Adapun urutan ke sepuluh otot-otoT tersebut secara
berurutan dari sisi superior adalah sebagai berikut :
1) M.frontalis : diperiksa dengan cara mengangkat alis ke
atas.
2) M. sourcilier : diperiksa dengan cara mengerutkan alis.
3) M. pirimidalis : diperiksa dengan cara mengangkat dan
mengerutkan hidung ke atas.
4) M. orbikuliralis okuli : diperiksa dengan cara memejamkan
kedua mata kuat-kuat.
5) M. zigomatikus : diperiksa dengan cara tertawa lebar sambil
memperlihatkan gigi.
6) M. relever komunis : diperiksa dengan cara memoncongkan mulut
ke depan sambil memperlihatkan gigi.
7) M.businator : diperiksa dengan cara menggembungkan kedua
pipi.
8) M.orbikularis oris : diperiksa dengan menyuruh penderita
bersiul.
9) M.triangularis : diperiksa dengan cara menarik kedua sudut
bibir ke bawah.
10) M.mentalis : diperiksa dengan cara memoncongkan mulut yang
tertutup rapat ke depan.
Pada tiap gerakan dari ke sepuluh otot tersebut, kita bandingkan
antara kanan dan kiri:
1) Untuk gerakan yang normal dan simetris dinilai dengan angka
tiga (3).
2) Sedikit ada gerakan dinilai dengan angka satu (1).
3) Diantaranya dinilai dengan angka dua (2).
4) Tidak ada gerakan sama sekali dinilai dengan angka nol
(0).
Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam keadaan normal akan
mempunyai nilai tiga puluh (30).1b. Tonus
Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot
menentukan terhadap kesempurnaan mimik/ekspresi muka. Freyss
menganggap penting akan fungsi tonus sehingga mengadakan penilaian
pada setiap tingkatan kelompok otot muka, bukan pada setiap otot.
Cawthorne mengemukakan bahwa tonus yang jelek memberikan gambaran
prognosis yang jelek. Penilaian tonus seluruhnya terdapat lima
belas (15) yaitu seluruhnya terdapat lima tingkatan dikalikan tiga
untuk setiap tingkatan. Apabila terdapat hipotonus maka nilai
tersebut dikurangi (-1) sampai minus dua(-2) pada setiap tingkatan
tergantung dari gradasinya.1c. Sinkinesis
Sinkinesis menentukan suatu komplikasi dan paresis fasialis yang
sering kita jumpai. Cara mengetahui ada tidaknya sinkinosis adalah
sebagai berikut:1) Penderita diminta untuk memejamkan mata
kuat-kuat kemudian kita melihat pergerakan otot-otot pada daerah
sudut bibir atas. Kalau pergerakan normal pada kedua sisi dinilai
dengan angka dua (2). Kalau pergerakan pada sisi paresis lebih
(hiper) dibandingkan dengan sisi normal nilainya dikurangi satu
(-1) atau dua (-2) tergantung dari gradasinya.
2) Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil memperlihatkan
gigi, kemudian kita melihat pergerakan otot-otot pada sudut mata
bawah. Penilaian seperti pada (a).
3) Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara
(gerakan emosi) dengan memperhatikan pergerakan otot-otot di
sekitar mulut. Nilai satu (1) kalau pergerakan normal. Nilai nol
(0) kalau pergerakan tidak simetris.1ScoreAlis mataMataNLFOral
1NormalNormalNormalNormal
2Kelemahan sedikit ,
>75% normalKelemahan sedikit ,
>75% normal
Kelemahan sedikit ,
>75% normalKelemahan sedikit ,
>75% normal
3Kelemahan yang jelas,
simetris saat istirehat,
>50% normalKelemahan yang jelas,
simetris saat istirehat,
>50% normal
Menutup total dengan kekuatan yang maksimalKelemahan yang
jelas,
simetris saat istirehat,
>50% normalKelemahan yang jelas,
simetris saat istirehat,
>50% normal
4Asimetris saat istirehat ,