PARESE FASIALIS Oleh Annisa Fitri
PARESE FASIALIS Oleh
Annisa Fitri
Definisi
kelumpuhan otot-otot wajah dimana pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot wajah, sehingga wajah pasien tidak simetris
Epidemiologi
120 dari 3907 kasus (3%) dari seluruh trauma kepala saat Perang Dunia I
Bell’s Palsy) sekitar 20-30 kasus per 100.000 penduduk pertahun, sekitar 60-75% dari semua kasus merupakan paralysis nervus fasialis unilateral
Insiden pada laki-laki dan perempuan sama, namun rata-rata muncul pada usia 40 tahun meskipun penyakit ini dapat timbul di semua umur
Anatomi dan Fisiologi Saraf Fasialis
Etiologi
• bersifat irreversible• anomaly pada telinga dan tulang
pendengaranKongenital
• infeksi di intracranial: Sindrom Ramsay-Hunt, Herpes otikus
• infeksi telinga tengah: otitis media supuratif kronik ( OMSK ) yang telah merusak Kanal FallopiInfeksi
• Tumor yang bermetastasis ke tulang temporal
• Biasanya berasal dari tumor payudara, paru-paru, dan prostatTumor
• trauma kepala, terutama fraktur basis cranii
• luka tusuk, luka tembak serta penekanan forsep saat lahir
• Tindakan operasi
Trauma
• thrombosis arteri karotis, arteri maksilaris dan arteri serebri media
Gangguan Pembuluh
Darah
• terjadi edema fasialisIdiopatik ( Bell’s Palsy )
Manifestasi Klinis
• Mulut tertarik kearah sisi mulut yang sehat
• Lipatan kulit dahi menghilang1. Lesi di
luar foramen stilomastoide
us
• hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian depan)
• salivasi di sisi yang terkena berkurang
2. Lesi di kanalis fasialis
• seperti (1) dan (2) di tambah dengan hiperakusis3. Lesi yang
melibatkan muskulus stapedius
• Gejala dan tanda kilinik seperti pada (1),(2),(3) disertai dengan nyeri di belakang dan didalam liang telinga
• kegagalan lakrimal
4. Lesi yang melibatkan
ganglion genikulatum
• tanda klinik seperti diatas ditambah dengan tuli5. Lesi di
meatus akustikus internus
• tanda klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda terlibatnya saraf trigeminus, saraf akustikus dan kadang – kadang juga saraf abdusen, saraf aksesorius dan saraf hipoglossus
6. Lesi ditempat
keluarnya saraf fasialis dari
pons.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan fungsi saraf fasialis. Tujuan pemeriksaan fungsi saraf fasialis adalah untuk menentukan letak lesi dan menentukan derajat kelumpuhannya.
Pemeriksaan fungsi saraf motorik
M. Frontalis : mengangkat alis ke atas.
M. Sourcilier : mengerutkan alis M. Piramidalis: mengangkat dan
mengerutkan hidung ke atas M. Orbikularis Okuli : memejamkan
kedua mata kuat-kuat M. Zigomatikus: tertawa lebar sambil
memperlihatkan gigi
M. Relever Komunis: memoncongkan mulut kedepan sambil memperlihatkan gigi
M. Businator :menggembungkan kedua pipi
M. Orbikularis Oris: menyuruh penderita bersiul
M. Triangularis: menarik kedua sudut bibir ke bawah
M. Mentalis :memoncongkan mulut yang tertutup rapat ke depan
Tonus
Tonus jelek
Prognosis jelek
Gustometri
penderita menjulurkan
lidah
bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam ditaruh
pada lidah penderita
dilakukan secara bergiliran dan
diselingi istirahat
Salivasi
menyelipkan tabung polietilen no 50 kedalam duktus
Wharton
Sepotong kapas yang telah
dicelupkan kedalam jus lemon
ditempatkan dalam mulut
pemeriksa harus melihat aliran ludah pada kedua tabung
Schimer Test atau Naso-Lacrymal Reflex
meletakkan kertas hisap atau lakmus
lebar 0,5 cm panjang 5-10 cm pada dasar
konjungtiva
Setelah tiga menit, panjang dari bagian strip yang menjadi
basah dibandingkan dengan sisi satunya
beda kanan dan kiri lebih atau sama
dengan 50% dianggap patologis
Refleks Stapedius
digunakan elektoakustik
impedans meter
memberikan ransangan pada
muskulus stapedius
untuk mengetahui
fungsi N. stapedius
cabang N.VII
Sinkinesis
Penderita memenjamkan mata
kuat-kuat kemudian kita melihat pergerakan
otot-otot pada daerah sudut bibir atas
Penderita diminta untuk tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi, kemudian kita melihat pergerakan otot-otot
pada sudut mata bawah.
dilihat pada waktu penderita berbicara
(gerakan emosi) dengan memperhatikan
pergerakan otot-otot sekitar mulut
Hemispasme
penderita diminta untuk melakukan gerakan-gerakan seperti mengedip-ngedipkan mata berulang-ulang maka bibir akan jelas tampak gerakan otot-otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata bawah.
Pada penderita yang berat kadang-kadang otot-otot platisma di daerah leher juga ikut bergerak.
Elektromiografi (EMG)
Elektroneuronografi (ENOG)
Uji Stimulasi Maksimal
Dll
Pem Penunjang
penatalaksanaan
Fisioterapi
• Heat Theraphy, Face Massage, Facial Excercise
• Electrical Stimulation
Farmakologi
• Asam Nikotinik• Vasokonstriktor,
Antimikroba• Steroid• Sodium Kromoglikat• Antivirus
Pengobatan Psikofisikal
• Akupuntur• Biofeedback• electromyographic
feedback