ISSN 2087-3050
Volume 7
Nomor 2
Edisi Mei 2017
Halaman 1591 - 1744
JURNAL
DINAMIKA BAHARI
POLITEKNIK ILMU PELAYARAN SEMARANG
Jurnal Dinamika Bahari merupakan jurnal berkala dengan bidang ilmu kemaritiman dan pelayaran
yang dimiliki Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang yang terbit dalam 2 kali setahun, yaitu
pada bulan Mei dan Oktober. Jurnal ini memuat hasil penelitian Pengajar/Dosen serta Taruna
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
DEWAN REDAKSI
Mitra Bestari/Reviewer/Penelaah: Agus Hartoko, Totok Sumaryanto, Edy Suhartono, Suwiyadi,
Antoni Arif Priadi, Tri Cahyadi, Hadi Supriyono, Wisnu Handoko, Nasri, A. Agus Tjahjono, Cepi
Kurniawan, Irma Shinta Dewi, Sri Purwantini, Winarno
Penanggung Jawab: Sidrotul Muntaha
Redaktur: Okvita Wahyuni
Editor: Arika Palapa, Nur Rohmah, Tony Santiko, Meti Rofiani
Design Grafis: Alfi Maryati, Subihardi, Ukien Sri Rejeki,
Sekretariat: Kristin Anita Indriyani, Khaira Dewi, Pritha Kurniasih, Eka Susanti, Hari Sumpeno,
Juharis, Andi Prasetiawan, Purwanto, Aninda Putri Sulistiyowati, Sabtuti Martikasari, Agus
Wahyudi
Alamat Redaksi
Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Jalan Singosari 2A Semarang, Telp (024) 8311527, Fax (024) 8311529
Email: [email protected]
ISSN 2087-3050
Volume 7
Nomor 2
Edisi Mei 2017
Halaman 1591 - 1744
JURNAL
DINAMIKA BAHARI
DAFTAR ISI
1. Andi Prasetiawan (Dosen Program Studi KALK PIP Semarang) .................................... 1591
“Dampak Koordinasi Terhadap Peningkatan Kinerja (Survey Pada PT. Transpower
Marine, TBK. 2015)”
2. Andi Prasetiawan (Dosen Program Studi KALK PIP Semarang) .................................. 1599
“Dampak Kepemimpinan Diri Tenaga Operasional Terhadap Peningkatan Kinerja
(Survey Pada PT. Transpower Marine, TBK. 2015)”
3. Dwi Setyoko (Taruna Program Studi KALK PIP Semarang) dan Sri Purwantini (Dosen
Program Studi KALK PIP Semarang) ............................................................................. 1607
“Analisis Dampak Nilai Tukar Rupiah Terhadap Pembiayaan Operasional Kapal PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak”
4. Arif Sudarmanto (Taruna Program Studi KALK PIP Semarang) dan Sri Purwantini (Dosen
Program Studi KALK PIP Semarang) ............................................................................. 1616
“Analisis Kurang Optimalnya Pelayanan Pengoperasian Keagenan Kapal Asing Guna
Terciptanya Kelancaran Pelayanan Di Pelabuhan Gresik”
5. Aditya Arin Sasongko (Taruna Program Studi Teknika PIP Semarang), Abdi Seno (Dosen
Program Studi Teknika PIP Semarang), dan Andy Wahyu Hermanto (Dosen Program Studi
Teknika PIP Semarang) ................................................................................................... 1622
“Analisa Turunnya Kualitas Sterilisasi Pada Ultraviolet Water Sterilizer di MT.
Dragonaria Dengan Metode Fault Tree Analysis”
6. A.Y. Prasetya (Taruna Program Studi Teknika PIP Semarang) dan Tri Kismantoro (Dosen
Program Studi Nautika PIP Semarang) ............................................................................ 1633
“Penyebab Pecahnya Cylinder Liner Pada Generator Engine di MT. Martha Option”
7. A. Kurniawan (Taruna Program Studi Nautika PIP Semarang) dan Tri Kismantoro (Dosen
Program Studi Nautika PIP Semarang) ............................................................................. 1642
“Penanganan Flat Rack Container Guna Mencegah Terjadinya Kerusakan Muatan di
Kapal MV. Meratus Kalabahi”
8. Agustina C. (Taruna Program Studi Nautika PIP Semarang) dan Tri Kismantoro (Dosen
Program Studi Nautika PIP Semarang) ............................................................................ 1655
“Peningkatan Keterampilan Crew Dalam Pelaksanaan Tank Cleaning Guna Menunjang
Kelancaran Bongkar Muat di MT. Balongan”
9. Gangga Putra Mahardika (Taruna Program Studi Teknika PIP Semarang), A. Agus Tjahjono
(Dosen Program Studi Teknika PIP Semarang) dan Sumardi (Dosen Program Studi Nautika
PIP Semarang) .................................................................................................................. 1662
“Identifikasi Penyebab Rusaknya Heavy Liquid Chamber Pada LO Purifier Mitsubishi
SJ25T di MV. Jingu Dengan Metode FTA”
10. Janny Adriani Djari (Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang) ............................... 1667
“Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap
Prestasi Kerja (Studi Pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang)”
11. Firdaus Sitepu (Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang) dan Janny Adriani Djari
(Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang) ................................................................ 1676
“Analisis Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Prestasi Kerja (Studi Pada Pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang”
12. Firdaus Sitepu (Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang) ........................................ 1683
“Optimalisasi Perawatan Alat-Alat Keselamatan Sebagai Penunjang Keselamatan Awak
Kapal di KN. Bima Sakti”
13. I. Rizal (Taruna Program Studi Teknika PIP Semarang), Febria Surjaman (Dosen Program
Studi Teknika PIP Semarang) dan Suwondo (Dosen Program Studi Teknika PIP Semarang)
........................................................................................................................................... 1691
“Penerapan Metode Fault Tree Analysis Untuk Menganalisa Kurangnya Supply Air
Tawar ke Akomodasi Karena Ketidaknormalan Kerja Hydrophore Tank”
14. Romanda Annas Amrullah (Dosen Program Studi KALK PIP Semarang) ...................... 1703
“Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Komitmen
Organisasi dan Kinerja Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang”
15. Samsul Huda (Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang), Slamet Riyadi (Dosen
Program Studi Nautika PIP Semarang) dan Prastiyo Jaya Kumara (Alumni PIP Semarang)
........................................................................................................................................... 1711
“Prosedur Penurunan Free Fall Lifeboat Dengan Menggunakan Davit Guna
Mengurangi Resiko Kecelakaan Pada Saat Latihan Abandon Ship Drill di MV. Geopark
Venus”
16. Moh. Zaenal Arifin (Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang) ............................... 1718
“Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi Terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB) Pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang”
17. Yulian Harjuansyah (Taruna Program Studi Teknika PIP Semarang), Abdi Seno (Dosen
Program Studi Teknika PIP Semarang) dan Okvita Wahyuni (Dosen Program Studi KALK
PIP Semarang) .................................................................................................................. 1731
“Analisis Penyebab Turunnya Temperatur Pada Ruang Pendingin Makanan di MT.
Bauhinia”
18. Janny Adriani Djari (Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang) dan Firdaus Sitepu
(Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang) ................................................................ 1739
“Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Studi Pegawai Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang”
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1591
DAMPAK KOORDINASI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA
(SURVEY PADA PT. TRANSPOWER MARINE, TBK 2015)
Andi Prasetiawan
Dosen Program Studi KALK PIP Semarang
ABSTRACT
The research aim to to know relation co-ordinate with operational energy performance. In
this research, target population (target) is all PT.Transpower Marine,Tbk employees while
population reached by is all PT.Transpower Marine operational energy, Tbk in this case counted
40 crew man. Research Sampel of is set in this research is saturated sampel counted 40 People.
Technique analyse data use regresi analysis and simple correlation.
Pursuant to examination of conducted research hypothesis, hence this research indicate
that fourthly of hypothesis which is raised in this research (H1) accepted and refuse hypothesis
zero (Ho). This Matter can be interpreted that (1) there are positive relation between
coordination (X1) with operational energy performance.
Keywords: Coordinatio, performance, operational
I. PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu bangsa dalam
melaksanakan pembangunan tidak terlepas
dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dimilikinya. Melalui SDM yang
berkualitas, kurangnya Sumber Daya Alam
(SDA) suatu negara akan dapat diatasi
sehingga tujuan pembangunan negara
tersebut dapat diwujudkan. Hal yang sama
juga berlaku pada sebuah organisasi
pemerintahan ataupun perusahaan swasta.
Perusahaan yang memiliki SDM yang
berkualitas akan mampu membawa
perusahaan tersebut menjadi yang terdepan
dalam daya saing yang unggul.
Dengan demikian, kualitas SDM pada
setiap perusahaan harus ditingkatkan secara
terus menerus agar mampu bersaing dan
beradaptasi dengan percepatan kemajuan
perusahaan lainnya. Upaya peningkatan
kualitas SDM ini terkait erat dengan modal
yang dimiliki manusianya. Melalui modal
manusia ini individu-individu dalam
organisasi akan mampu mengembangkan
strategi-strategi baru dalam menghadapi
organisasi pesaing, sehingga tetap dapat
menjadi yang terdepan dalam bidang bisnis
yang digarapnya. Kekuatan daya saing dalam
bisnis dewasa ini sangat perlu didukung oleh
keberadaan SDM yang andal yang memiliki
modal kemampuan yang tinggi.
Pada tahun 2010, seluruh perdagangan
dalam negeri dari tiga belas jenis komoditas
harus dibawa oleh perkapalan yang
berbendera nasional. Salah satu komoditas
yang terkena asas cabotage adalah batubara.
Batubara adalah sumber daya alam yang saat
ini berpengaruh cukup besar terhadap
perekonomian Indonesia. Cadangan batubara
Indonesia yang tercatat di Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral adalah 19 miliar
ton, termasuk sepuluh besar di dunia.
Demikian juga jumlah produksi tahun 2008
mencapai 230 juta ton. Indonesia juga
menjadi negara pengekspor batubara terbesar
kedua di dunia, setelah Australia sekitar 160
juta ton pada 2008.
Dengan kondisi di atas, tentu tidak
mengherankan kalau batubara memberikan
sumbangan devisa negara yang cukup besar
setelah pajak dan migas. Penerimaan negara
dari batubara pada tahun 2008 sebesar Rp
10,2 triliun dan diperkirakan meningkat
menjadi Rp 20 triliun pada tahun 2009.
Namun sayang, penerimaan negara dari
bidang transportasi laut komoditas batubara
tersebut belum optimal. Perlu diketahui, dari
160 juta ton batubara yang diekspor
Indonesia ternyata hanya 10 persen yang
Dampak Koordinasi terhadap Peningkatan Kinerja (Survey pada PT. Transpower Marine, Tbk 2015)
Andi Prasetiawan
1592
angkutan lautnya menggunakan perusahaan
angkutan nasional. Sementara itu, di dalam
perdagangan domestik hanya 60 persen dari
40 juta ton batubara yang dikonsumsi dalam
negeri (domestik), selebihnya diekspor.
Dalam peluang ini PT. Transpower
Marine, Tbk yang mulai didirikan pada tahun
2005 terus melanjutkan ekspansi dalam
bidang transportasi laut batubara dan
angkutan pemindah muatan di laut dengan
menggunakan armada kapal tunda dan
tongkang serta crane apung (Floating Crane).
Sejak awal berdirinya. Perusahaan telah
menunjukkan potensi besar di industri
pelayaran nasional. Armada Perusahaan
berupa kapal tunda, tongkang dan crane barge
dengan lisensi Surat Izin Usaha Perusahaan
Angkutan Laut dari Kementerian
Perhubungan Direktorat Jenderal Per-
hubungan Laut dengan No.BXXV-89/AL58
tanggal 28 Februari 2005 bergerak dan
membawa perusahaan pada pencapaian-
pencapaian positif termasuk kontrak jangka
panjang dengan salah satu perusahaan
tambang terbesar di Indonesia yaitu PT.
Jorong Barutama Greston dan perusahaan-
perusahaan raksasa lainnya.
Setelah beberapa tahun beroperasi dan
mengimplementasikan strategi terbaiknya
dengan armada yang disewa dari pihak
ketiga, perusahaan akhirnya mendapatkan
keper-cayaan dari bank untuk melakukan
pengadaan armada kapal sendiri. Tercatat
sejak tahun 2007, perusahaan memiliki 8
(delapan) kapal tunda dan 7 (tujuh) kapal
tongkang. Jumlah tersebut terus meningkat
mencapai 2 (dua) crane barge, 37 (tiga puluh
tujuh) kapal tunda dan 34 (tiga puluh empat)
kapal tongkang per Desember 2014. Demi
memenuhi tingginya permintaan pasar baik di
lingkup nasional dan internasional,
perusahaan terus mengerahkan armada
terbaiknya dan mempertahankan predikat
sebagai perusahaan yang agresif dan
ekspansif.
Namun dalam melakukan kegiatan
operasionalnya PT. Transpower Marine, Tbk
pun harus mengalami permasalahan dalam
hal kinerja di aspek sumber daya manusia
yang mengakibatkan menurunnya kinerja
dalam operasional. Beberapa contoh masalah
teknis mengenai SDM adalah sebagai berikut:
(1) Melambatnya kinerja pemuatan di
armada crane apung dalam kegiatan
Trans-shipment (pemindah muatan di
atas laut melalui lebih dari atau 2 moda
transportasi laut).
(2) Terjadi keterlambatan keberangkatan
kapal tunda dan tongkang (delay) di
pelabuhan bongkar ataupun muat.
(3) Kurang optimalnya muatan yang bisa
diangkut di atas kapal tunda dan
tongkang dalam hal direct shipment
maupun transshipment.
(4) Besarnya biaya (sekitar 10-70 juta
rupiah) pada setiap keagenan kapal di
pelabuhan muat ataupun bongkar untuk
kapal tunda dan tongkang.
(5) Ketidakpuasan pelanggan dalam hal
pengiriman muatan berdasarkan survei
kepuasan pelanggan.
(6) Kurangnya motivasi karyawan (SDM)
dalam setiap kegiatan operasional yang
terlihat dari menurunnya kinerja
beberapa tahun belakangan.
Beberapa permasalahan di PT.
Transpower Marine, Tbk tersebut di atas
memberi gambaran bahwa pelayanan
pengiriman muatan batubara belum berjalan
dengan baik akan berpengaruh pada distribusi
muatan batubara di Indonesia karena
berdasarkan data 2014 pengiriman batubara
ekspor dan pemakaian dalam negeri akan
mengalami kenaikan mencapai 190 Juta ton
(Sumber: http://www.indonesia-
investments.com/id/ bisnis/komoditas/batu-
bara/item236). Dan pada tahun selanjutnya di
prediksi kenaikan dalam pemakaian batubara
untuk dalam negeri dan penurunan untuk
ekspor.
Peningkatan pelayanan PT. Trans-
power Marine, Tbk merupakan hal yang
sangat penting dilakukan untuk
meningkatkan daya saing angkutan batu bara
dalam negeri yang akan berimbas pada
peningkatan daya saing distribusi batubara
Indonesia. Karena pelayanan pengiriman
muatan merupakan pelayanan jasa logistik
maka pengukuran dan penilaian oleh
konsumen perlu dilakukan untuk
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1593
mengindentifikasi penilaian
konsumen/pengguna jasa angkutan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas PT.
Transpower Marine, Tbk perlu mem-
perhatikan kinerja karyawan dengan fokus
pada dampak koordinasi terhadap
peningkatan kinerja.
II. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampling, Populasi adalah
jumlah keseluruhan dari unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga. Populasi dapat
dibedakan antara populasi sasaran (target)
dan populasi terjangkau. Dalam penelitian
ini, populasi sasaran (target) adalah seluruh
karyawan PT. Transpower Marine, Tbk
sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh
tenaga operasional PT. Transpower Marine,
Tbk dalam hal ini sebanyak 40 awak kapal.
Sampel penelitian yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah sampel jenuh
sebanyak 40 orang. Teknik ini dilakukan
dengan tetap memperhatikan dan mem-
pertimbangkan aspek representasi dari
kesamaan karakteristik populasi.
Instrumen Penelitian
1. Variabel Kinerja karyawan (Y)
a. Definisi Konseptual
Kinerja karyawan adalah tingkat
pencapaian hasil kerja karyawan yang
diukur dengan membandingkan antara
pelaksanaan nyata dengan standar kerja
dengan indikator-indikator yaitu: (1)
tanggung jawab; (2) ketuntasan tugas;
(3) pelaksanaan kerja; (4) prestasi
kerja; dan (5) umpan balik.
b. Definisi Operasional
Kinerja karyawan adalah skor
total dari hasil penilaian terhadap
tingkat pencapaian hasil kerja karyawan
yang diukur dengan membandingkan
antara pelaksanaan nyata dengan
standar kerja meliputi pengukuran
yaitu: (1) tanggung jawab; (2) ke-
tuntasan tugas; (3) pelaksanaan kerja;
(4) prestasi kerja; dan (5) umpan balik,
dengan menggunakan skala Likert
terdiri lima opsi yaitu; a = sangat
setuju, b = setuju, c = kurang setuju, d
= tidak setuju, dan e = sangat tidak
setuju dan skor setiap pernyataan
positif : a = 5, b = 4, c = 3, d = 2, dan e
= 1; sedangkan pernyataan negatif: a =
1, b = 2, c = 3, d = 4, dan e= 5.
2. Variabel Koordinasi (X)
a. Definisi Konseptual
Koordinasi adalah usaha saling
mempengaruhi diantara pihak-pihak
yang saling berkaitan satu dengan yang
lain dalam suatu organisasi untuk
menjamin berlangsungnya pelayanan
secara terpadu.
b. Definisi Operasional
Koordinasi adalah usaha saling
mempengaruhi di antara pihak-pihak
yang saling berkaitan satu dengan yang
lain dalam suatu organisasi untuk
menjamin berlangsungnya pelayanan
secara terpadu security, safety dan
services, yang mengukur aspek;
perencanaan, pengorganisasian, hubu-
ngan interpersonal, kerjasama dan
pengawasan dengan meng-gunakan
skala Likert terdiri lima opsi yaitu; a =
sangat setuju, b = setuju, c = kurang
setuju, d = tidak setuju, dan e = sangat
tidak setuju dan skor setiap pernyataan
positif: a = 5, b = 4, c = 3, d = 2, dan e
= 1; sedangkan pernyataan negatif: a =
1, b = 2, c = 3, d = 4, dan e = 5.
3. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dilakukan
analisis dengan menggunakan statistik
sebagai berikut; (1) deskripsi data yang
meliputi rata-rata, rentangan, standar
deviasi, median, modus dan dilengkapi
dengan frekuensi dan histogram, (2)
pengujian persyaratan analisis yaitu
meliputi pengujian normalitas dan uji
homogenitas varians, dan (3) pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi dan korelasi sederhana
untuk masing variabel bebas terhadap
variabel terikat, dan regresi ganda untuk
seluruh variabel bebas dengan variabel
terikat, serta korelasi ganda dan parsial.
Dampak Koordinasi terhadap Peningkatan Kinerja (Survey pada PT. Transpower Marine, Tbk 2015)
Andi Prasetiawan
1594
III. HASIL DAN DISKUSI
Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dimaksudkan
untuk menguji homogenitas varians
kelompok skor masing-masing variabel
yang menggunakan distribusi Chi Kuadrat.
Kriteria yang digunakan adalah terima H0
jika2-hitung lebih kecil atau sama dengan
2-tabel pada taraf signifikansi = 0,05.
1) Pengujian Homogenitas
Varians Y
Hasil perhitungan untuk pengujian
homogenitas varians Y atas X1
diperoleh 2 hitung = 22,05 dan .
2
tabel = 43,8 pada taraf = 0,05 (lihat
lampiran 4). Karena 2 hitung = 22,05
< 2 tabel = 43,8 maka H0 diterima dan
H1 ditolak, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa varians kelompok
Y adalah homogen.
2) Pengujian Homogenitas
Varians X
Hasil perhitungan untuk pengujian
homogenitas varians X1 diperoleh 2-
hitung = 12,25 dan 2-tabel = 43,8 pada
= 0,05 (lihat lampiran 4). Karena 2-
hitung = 12,25 < 2 tabel = 43,8, maka
H0 diterima dan H1 ditolak, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
varians kelompok X1 adalah homogen.
Keseluruhan hasil uji homogenitas
varians seperti telah disajikan di atas
dirangkum dalam tabel sebagai berikut.
Tabel Rekapitulasi Hasil Uji
Homogenitas Varians
Hasil perhitungan uji homogenitas
varians Y diperoleh 2-hitung = 22,05 <
2-tabel = 43,8 maka H0 diterima dan H1
ditolak, demikian pula dari perhitungan
uji homogenitas varians X1 diperoleh 2
hitung = 12,50 < 2 tabel = 43,8, maka
H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
varians kelompok skor Y, X adalah
homogen.
Pengujian Hipotesis
Pengujian persyaratan analisis
menunjukkan bahwa skor tiap variabel
penelitian telah memenuhi persyaratan untuk
dilakukan pengujian statistik lebih lanjut.
Berikut ini akan disajikan pengujian hipotesis
penelitian.
Hubungan antara Koordinasi dengan Kinerja
tenaga operasional
Hipotesis pertama yang diajukan dalam
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara koordinasi (X)
dengan Kinerja tenaga operasional (Y).
Perhitungan analisis regresi sederhana pada
data variabel Kinerja tenaga operasional atas
kepemimpinan diri menghasilkan arah regresi
b sebesar 0,371 dan konstanta a sebesar
72,581. Dengan demikian bentuk hubungan
antara kedua variabel tersebut dapat
digambarkan oleh persamaan regresi Ŷ =
72,581 + 0,371X. Sebelum digunakan untuk
keperluan prediksi, persamaan regresi ini
harus memenuhi syarat kelinearan dan
keberartian.Untuk mengetahui derajat
keberartian dan kelinearan persamaan regresi,
dilakukan uji F.
Berdasarkan hasil uji signifikansi dan
linearitas menunjukkan bahwa harga F -
hitung diperoleh sebesar 10,802 sedangkan
harga F tabel dengan dk pembilang 1 dan dk
penyebut 38 pada taraf signifikansi 0,01
sebesar 7.12. Ternyata harga F - hitung lebih
besar dari harga F - tabel, maka dapat
disimpulkan bahwa koefisien arah regresi Y
atas X1 "sangat signifikan" pada taraf
signifikansi 0,01.
Harga F-tuna cocok hasil
perhitungan diperoleh sebesar 2,116
sedangkan harga F - tabel dengan dk
pembilang 17 dan dk penyebut 21 pada
taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,922 Ternyata
harga Ftc(hitung) lebih kecil dari harga Ftabel,
maka dapat disimpulkan bahwa bentuk
regresi Y atas X1 adalah "linear".
Untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi variabel koordinasi (X1) secara
keseluruhan dalam memprediksi variabel
Varians
kelompok Dk
2-
hitung
2tabel
= 0,05 Keterangan
Y 16 22,05 43,8 Homogen
X 18 12,25 43,8 Homogen
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1595
kinerja tenaga operasional (Y) maka
diterapkan teknik analisis regresi sederhana.
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa secara signifikan dapat untuk
memprediksi kinerja tenaga operasional. Hal
ini terbukti bahwa harga F - hitung sebesar
10, 802 dari F tabel = 7,12 pada taraf
signifikansi 0,01.
Koefisien korelasi determinasi (r2)
sebesar 0,210 menunjukan bahwa pengaruh
atau kontribusi koordinasi terhadap Kinerja
Tenaga Operasional adalah sebesar 21%
sedangkan sisanya 79% dipengaruhi oleh
variabel lain.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian hipotesis
penelitian yang dilakukan, maka penelitian
ini menunjukkan bahwa hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini (H1) diterima
dan menolak hipotesis nol (Ho). Hal ini dapat
diartikan bahwa (1) terdapat hubungan positif
antara koordinasi (X) dengan kinerja tenaga
operasional.
Berikut ini akan diuraikan secara rinci
kesimpulan dari hasil penelitian yang
meliputi : koordinasi (X) mempunyai
hubungan positif dengan kinerja tenaga
operasional (Y) meskipun dilakukan
pengontrolan terhadap variabel bebas yang
lain. Hal ini menunjukan bahwa koordinasi
(X1) secara konsisten berhubungan langsung
dengan kinerja tenaga operasional (Y). Hal
ini juga berarti makin tinggi koordinasi maka
akan tinggi kinerja tenaga operasional.
Bertolak dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa koordinasi mempunyai
hubungan signifikan dengan kinerja tenaga
operasional. Ditinjau dari sumbangan yang
diberikan oleh dua variabel bebas tersebut
ternyata koordinasi adalah faktor yang paling
berpengaruh terhadap kinerja tenaga
operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Adlin. 2002. Kecerdasan Spiritual dan
Kecerdasan Abritasi Diantara Agama
dan Semiotika. http://www.para-
martha.com, 12 Januari 2013
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta:
Arga Wijaya Persada
Anastasi, A. dan S. Urbina. 1997. Tes
Psikologi (Psychological Testing).
Jakarta: PT. Prehanllindo
As’ad, Mohammad. 1995. Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty
____________. 2001. Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty
Ashmos, D. dan D. Duchon. 2000.
Spirituality at Work: A Concep-
tualization and Measure, Journal of
Management Inguiry, Vo.8, No.2,
pp.134-45
Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas.
Yogyakarta : Liberty
Behling, O. 1998. Employee Selection: Will
Intelligence and Conscientiousness
Do The Job?, The Academy of
Management Executive, 12(1):77-86
Berman, M. Developing SQ (Spiritual
Intelligence) Throught ELT, http://-
www.eltnesletter.com, 12 Juni 2005
Bernardin, J. 1993. The Function of The
Executive. Cambridge: Ma. Research
of Harvard University
Biberma, J. dan M. Whittey. 1997. A
Postmodern Spiritual Future For
Work, Journal of Organizational
Change Management, Vo. 10, No.2,
pp.30-188
Boyatzis, R, E, Ron, S. 2001.Unleashing the
Power of Self Directed Learning.
USA: Case Western Reserve
University, Cleveland, Ohio
Carruso, D, R. 1999. Applying The Ability
Model Of Emotional Intelligence To
The World Of Work, http://cjwolfe.
com/article.doc, 15 Oktober 2005.
Dampak Koordinasi terhadap Peningkatan Kinerja (Survey pada PT. Transpower Marine, Tbk 2015)
Andi Prasetiawan
1596
Chakraborty, S. K. dan D. Chakraborty.
2004. The Transformed Leader and
Spiritual Psychology: A Few Insight,
Journal of Organizational Change
Management, Vol.17, No.2, pp.184-
210
Chermiss, C. 1998. Working With Emotional
Intelligence, The Consortium For
Research On Emotional Intelligence
in Organizations. New Jersey: Rugrets
University
Clifford, P. McCue dan A. Glanakis
Gerasmus. 1997. The Relationship
Between Job Satisfaction and
Performance The Case of Local
Government Finance of in Ohio,
Public Productivity and Management
Review, Vo.21, No.2, p.170- 191
Cooper Dr. dan C.W. Emory. 1995.Metode
Penelitian Bisnis, Jilid.1, ed.5.
Jakarta: Erlangga
Cooper, R, K. 2002. Executive EQ :
Kecerdasan Emosi Dalam
Kepemimpinan dan Organisasi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Alih bahasa : Benyamin
Molan. Jakarta : PT. Prenhallindo
Eckersley, R. 2000. Spirituality, Progress,
Meaning, and Values, Paper
Presented 3rd Annual Conference on
Spirituality, Leadership, and
Management, Ballarat, 4 December
Eysenck, H. J. dan L. Kamin. 1981.
Intelligence : The Batle For The
Mind. London dan Sydney : Pan Book
____________. 2002. Tes IQ Anda.
Bandung: CV. Pionir Jaya
Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosi:
Mengapa Emotional Intelligence
Lebih Tinggi Daripada IQ, Alih
Bahasa : T. Hermay. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
____________. 2001. Emotional Intelligence
Untuk Mencapai Puncak Prestasi.
Alih bahasa : Alex Tri K.W. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Gordon, E. 2004. EQ dan Kesuksesan Kerja,
Focus-online, http://www.epsikologi.
om, 12 Desember 2004
Habibah, Siti. 2001. Meningkatkan Kinerja
Melalui Mekanisme 360 Derajat,
Telaah Bisnis, Vol.2, No.1. p.27-37
Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Reset II.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Hair, J, F, et al. 1998. Multivariate Data
Analysis. New Jersey : Prentice Hall
Hoffman, E. 2002. Psychological Testing At
Work. New York : Mc Graw Hill
Hunter, J, E. dan F. L. Schmidt. 1996.
Intelligence and Job Performance:
Economic nd Social Implications,
Psychology, Public, Policy, and Law,
No.2, pp447-472
Idrus, Muhammad. 2002. Kecerdasan
Spiritual Mahasiswa Yogyakarta.
Psikologi Phronesis, Jurnal Ilmiah dan
Terapan, Vo.4, No.8, Desember 2002
Imam, G. 2001. Aplikasi Analisis Multivariat
Dengan Program SPSS. Semarang :
Badan Penerbitan UNDIP
____________. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariat Dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbitan UNDIP
Ivancevich, J, M. 2001. Human Resource
Management. 8th Edition. New York :
McGraw Hill
Joseph, G. 1978. Interpreting Psychological
Test Data, Vol.1. New York VNR
Kale, S. H. dan S. Shrivastava. 2003. The
Ennegram Syestem For Enhancing
Workplace Spirituality, Journal of
Management Development, Vol.22,
No.4, pp.308-328
Martin, Anthony Dio. 2000. Aplikasi EQ
Based HR Management System,
Majalah Manajemen, No.148,
Desember.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1597
Mathis, R. L. dan Jackson. 2002. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Jilid 1 dan 2.
Alih bahasa: Bayu Brawira. Jakarta :
Salemba Empat
McCormic, D. W. 1994. Spirituality and
Management. Journal Of Managerial
Psychology, Vol. 9, pp.5-8
Meyer, J. 2000. EQ dan Kesuksesan Kerja,
http://www.e-psikologi.com, 12
Desember 2004
Mitroff, L. I. dan E. A. Denton. 1999. A
Study of Spiritualty in The Work
Place. Sloan Management Review,
Vol.40, No.4, pp.83-92
Moustafa, K, S, dan T. R. Miller. 2003. Too
Intelligent For The Job ? The Validity
of Upper-Limit Cognitive Ability Test
Scores In Selection. Sam Advanced
Management Journal, Vol.68
Mudali. 2002. Quote: How High Is Yous
Spiritual Intelligence?
http://www.eng.usf.edu/gopalakr/artcl
es/spiritual.html, 15 Januari 2013
Munir, Ningky. 2000. Spiritualitas dan
Kinerja. Majalah Manajemen,
Vol.124, Juli 2000
Munzert, A.W. 2003. Tes IQ. Jakarta:
Kentindo Publisher
Nggermanto, Agus. 2002. Quantum Quotient
(Kecerdasan Quantum): Cara Tepat
Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara
Harmonis. Bandung: Nuansa
Nurhayati, Siti Fatimah. 2000. Kontribusi
Sumber Daya Manusia Terhadap
Kinerja Perusahaan: Masihkah
Diperlukan. Telaah Bisnis, Vol.1, No,
1, Juli
Panggabean, Mutiara S. 2002. Pengaruh
Keadilan Dalam Penggajian dan
Perilaku Individu Terhadap Kinerja
Dosen Perguruan Tinggi Swasta,
Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha,
No.26, Mei-Agustus
Patton, P. 1998. Kecerdasan Emosional di
Tempat Kerja. Alih Bahasa: Zaini
Dahlan. Jakarta: Pustaka Delaprata
Purba, Ahmad. 1999. Emotional Intelligence.
Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus.
Jakarta : Dian Raya
Ravianto. 1988. Production of Management.
Jakarta: LSIUP
Ree, M, J, Earles, J, Teachout, M. S. 1994.
Predicting Job Performance: Not
Much More Than G, Journal of
Applied Psychology, Vol.79, No.4,
p.518-524
Riggio, R. E. 2000. Introduction To
Industrial/Organizational
Psychology. Third Edition. New
Jersey : Prentice Hall
Robbins, S. P. 1996. Perilaku Organisasi.
Jakarta: PT. Prehallindo
Sala, F. 2004. Do Programs Designed to
Increase Emotional Intelligence at
Work. Emotional Intelligence
Consortium Research Journal. Boston
Schuller, R. S. dan S. L. Jackson. 1996.
Manajemen Sumber Daya Manusia:
Menghadapi Abad 21, Ed.6, jilid.2.
Alih Bahasa: Abdul Rosyid SS.
Jakarta: Erlangga
Schultz, D. P. dan S. E. Schultz. 1994.
Psychology and Work Today, An
Introduction To Industrial and
Organizational Psychology. Sixth
Edition. Mac
Setyawan, Dani. 2004. Analisis Pengaruh
Kepemimpinan Q (IQ, EQ, SQ)
Terhadap Komitmen Organisasional
Karyawan. Skripsi, Universitas
Katolik Soegijapranata, Semarang
Simamora, H. 1995. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: Badan
Penerbit YKPN
Sugiono. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta
Suhariadi, Fendy. 2002. Pengaruh Inteligensi
dan Motivasi Terhadap Semangat
Penyempurnaan Dalam Membentuk
Perilaku Produktif Efisien. Anima:
Indonesia Psikologi Jurnal, Vol.17,
No.4, Juli 2002, p.346
Dampak Koordinasi terhadap Peningkatan Kinerja (Survey pada PT. Transpower Marine, Tbk 2015)
Andi Prasetiawan
1598
Sumediyani, Maria. 2002. Kecerdasan
Spiritual dan Problema Bangsa Ini,
www.google.com, 12 Juni 2005
Suryabrata, Sumadi. 1998. Pembimbing Ke
Psikodiagnostik II. Yogyakarta: Rake
Sarasin
Wiamiharja, Sutardjo A. 2003. Keeratan
Hubungan Antara Kecerdasan,
Kemauan dan Prestasi Kerja, Jurnal
Psikologi, Vol.11, No1, Maret 2003
Widiantoro. 2001. Menciptakan Eustress Di
Tempat Kerja: Usaha meningkatkan
Kinerja Karyawan, Ventura, Vol.4,
No.2 September
Wiersma, M. L. 2002. The Influence of
Spiritual “Meaning-Making” On
Career Behaviour, Journal of
Management Development, Vo.21,
No.7, pp.497-520
Winardi. 1996. Perilaku Konsumen. Bandung
Yuninigsih. 2002. Membangun Komitmen
dan Menciptakan Kinerja Sumber
Daya Manusia Untuk Memperoleh
Keberhasilan Perusahaan, Fokus
Ekonomi Vol.1 No.1 April 2002
Zohar, D. Marshal. I. 2000. SQ (Spiritual
Intelligence): The Ultimate
Intelligence. London : Blomsburry
Publishing
____________. 2001. The Ultimate
Intelligence. Bandung : Mizam Media
Utama.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1599
DAMPAK KEPEMIMPINAN DIRI TENAGA OPERASIONAL TERHADAP
PENINGKATAN KINERJA
(SURVEY PADA PT. TRANSPOWER MARINE, TBK 2015)
Andi Prasetiawan
Dosen Program Studi KALK PIP Semarang
ABSTRACT
The research aim to now relation leadership of x'self with operational energy performance
In this research, target population (target) is all PT. Transpower Marine,Tbk employees while
population reached by is all PT. Transpower Marine operational energy, Tbk in this case
counted 40 crew man. Research Sampel of is set in this research is saturated sampel counted 40
People. Technique analyse data use regresi analysis and simple correlation.
Pursuant to examination of conducted research hypothesis, hence this research indicate
that fourthly of hypothesis which is raised in this research (H1) accepted and refuse hypothesis
zero (Ho). (1) There are positive relation between leadership of x'self (X) with operational
energy performance,.
Keywords: Leadership of x'self, performance, operational
I. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan
faktor terpenting dalam setiap kegiatan
perusahaan, karena bagaimanapun cang-
gihnya teknologi yang digunakan tanpa
didukung oleh manusia sebagai pelaksana
kegiatan operasionalnya tidak akan mampu
menghasilkan output sesuai yang diharapkan.
Dengan demikian, kualitas SDM pada
setiap perusahaan harus ditingkatkan secara
terus menerus agar mampu bersaing dan
beradaptasi dengan percepatan kemajuan
perusahaan lainnya. Upaya peningkatan
kualitas SDM ini terkait erat dengan modal
yang dimiliki manusianya. Melalui modal
manusia ini individu-individu dalam
organisasi akan mampu mengembangkan
strategi-strategi baru dalam menghadapi
organisasi pesaing, sehingga tetap dapat
menjadi yang terdepan dalam bidang bisnis
yang digarapnya. Kekuatan daya saing dalam
bisnis dewasa ini sangat perlu didukung oleh
keberadaan SDM yang andal yang memiliki
modal kemampuan yang tinggi.
Pada 2010, seluruh perdagangan dalam
negeri dari tiga belas jenis komoditas harus
dibawa oleh perkapalan yang berbendera
nasional. Salah satu komoditas yang terkena
asas cabotage adalah batubara. Batubara
adalah sumber daya alam yang saat ini
berpengaruh cukup besar terhadap
perekonomian Indonesia. Cadangan batubara
Indonesia yang tercatat di Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral adalah 19 miliar
ton, termasuk sepuluh besar di dunia.
Demikian juga jumlah produksi tahun 2008
mencapai 230 juta ton. Indonesia juga
menjadi Negara pengekspor batubara terbesar
kedua di dunia, setelah Australia sekitar 160
juta ton pada 2008.
Dengan kondisi di atas, tentu tidak
mengherankan kalau batubara memberikan
sumbangan devisa negara yang cukup besar
setelah pajak dan migas. Penerimaan Negara
dari batubara pada 2008 sebesar Rp 10,2
triliun dan diperkirakan meningkat menjadi
Rp 20 triliun pada 2009. Namun sayang,
penerimaan negara dari bidang transportasi
laut komoditas batubara tersebut belum
optimal. Perlu diketahui, dari 160 juta ton
batubara yang diekspor Indonesia ternyata
hanya 10 persen yang angkutan lautnya
menggunakan perusahaan angkutan nasional.
Sementara itu, di dalam perdagangan
domestik hanya 60 persen dari 40 juta ton
batubara yang dikonsumsi dalam negeri
(domestik), selebihnya diekspor.
Dampak Kepemimpinan Diri Tenaga Operasional Terhadap Peningkatan Kinerja
(Survey Pada Pt. Transpower Marine, Tbk 2015)
Andi Prasetiawan
1600
Dalam peluang ini PT. Transpower
Marine, Tbk yang mulai didirikan pada
tahun 2005 terus melanjutkan ekspansi
dalam bidang transportasi laut batubara dan
angkutan pemindah muatan di laut dengan
mengunakan armada kapal tunda dan
tongkang serta crane apung (Floating
Crane). Sejak awal berdirinya, Perusahaan
telah menunjukkan potensi besar di industri
pelayaran nasional. Armada Perusahaan
berupa kapal tunda, tongkang dan crane
barge dengan lisensi Surat Izin Usaha
Perusahaan Angkutan Laut dari Kementrian
Perhubungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut dengan No.BXXV-
89/AL58 tanggal 28 Februari 2005 bergerak
dan membawa Perusahaan pada pencapaian-
pencapaian positif termasuk kontrak jangka
panjang dengan salah satu perusahaan
tambang terbesar di Indonesia yaitu PT.
Jorong Barutama Greston dan perusahaan-
perusahaan raksasa lainnya.
Setelah beberapa tahun beroperasi dan
mengimplementasikan strategi terbaiknya
dengan armada yang disewa dari pihak
ketiga, Perusahaan akhirnya mendapatkan
kepercayaan dari bank untuk melakukan
pengadaan armada kapal sendiri. Tercatat
sejak 2007, perusahaan memiliki 8 (delapan)
kapal tunda dan 7 (tujuh) kapal tongkang.
Jumlah tersebut terus meningkat mencapai 2
(dua) crane barge, 37 (tiga puluh tujuh)
kapal tunda dan 34 (tiga puluh empat) kapal
tongkang per Desember 2014. Demi
memenuhi tingginya permintaan pasar baik
di lingkup nasional dan internasional,
perusahaan terus mengerahkan armada
terbaiknya dan mempertahankan predikat
sebagai perusahaan yang agresif dan
ekspansif.
Namun dalam melakukan kegiatan
operasinalnya PT. Transpower Marine, Tbk
pun harus mengalami permasalahan dalam
hal kinerja di aspek sumber daya manusia
yang mengakibatkan menurunnya kinerja
dalam operasional. Beberapa contoh
masalah teknis mengenai SDM adalah
sebagai berikut:
(1) Melambatnya kinerja pemuatan di
armada crane apung dalam kegiatan
Trans-shipment (pemindah muatan di
atas laut melalui lebih dari atau 2 moda
transportasi laut)
(2) Terjadi keterlambatan keberangkatan
kapal tunda dan tongkang (delay) di
pelabuhan bongkar ataupun muat
(3) Kurang optimalnya muatan yang bisa
diangkut di atas kapal tunda dan
tongkang dalam hal direct shipment
maupun transshipment
(4) Besarnya biaya (sekitar 10-70 juta
rupiah) pada setiap keagenan kapal di
pelabuhan muat ataupun bongkar
untuk kapal tunda dan tongkang
(5) Ketidakpuasan pelanggan dalam hal
pengiriman muatan berdasarkan survei
kepuasan pelanggan
(6) Kurangnya motivasi karyawan (SDM)
dalam setiap kegiatan operasional
yang terlihat dari menurunnya kinerja
beberapa tahun belakangan
Beberapa permasalahan di PT.
Transpower Marine, Tbk tersebut di atas
memberi gambaran bahwa pelayanan
pengiriman muatan batubara belum
berjalan dengan baik akan berpengaruh
pada distribusi muatan batubara di
Indonesia karena berdasarkan data 2014
pengiriman batubara ekspor dan
pemakaian dalam negeri akan mengalami
kenaikan mencapai 190 Juta ton (Sumber:
http://www.indo-nesiainvestments.com/id/
bisnis/komoditas/batu-bara/item236). Dan
pada tahun selanjutnya diprediksi kenaikan
dalam pemakaian batubara untuk dalam
negeri dan penurunan untuk ekspor.
Peningkatan pelayanan PT.
Transpower Marine, Tbk merupakan hal
yang sangat penting dilakukan untuk
meningkatkan daya saing angkutan
batubara dalam negeri yang akan berimbas
pada peningkatan daya saing distribusi
batubara Indonesia. Karena pelayanan
pengiriman muatan merupakan pelayanan
jasa logistik maka pengukuran dan
penilaian oleh konsumen perlu dilakukan
untuk mengindentifikasi penilaian
konsumen /pengguna jasa angkutan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
PT. Transpower Marine, Tbk perlu
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1601
memper-hatikan kinerja karyawan dengan
fokus pada dampak kepemimpinan diri
tenaga operasional terhadap peningkatan
kinerja.
II. METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampling
Populasi adalah jumlah keseluruhan
dari unit analisis yang ciri-cirinya akan
diduga. Populasi dapat dibedakan antara
populasi sasaran (target) dan populasi
terjangkau. Dalam penelitian ini, populasi
sasaran (target) adalah seluruh karyawan PT.
Transpower Marine, Tbk sedangkan populasi
terjangkau adalah seluruh tenaga operasional
PT. Transpower Marine, Tbk dalam hal ini
sebanyak 40 awak kapal.
Sampel penelitian yang ditetapkan
dalam penelitian ini adalah sampel jenuh
sebanyak 40 orang. Teknik ini dilakukan
dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan aspek representasi dari
kesamaan karakteristik populasi.
Instrumen Penelitian
1. Variabel Kinerja karyawan (Y)
a. Definisi Konseptual
Kinerja karyawan adalah tingkat
pencapaian hasil kerja karyawan yang
diukur dengan membandingkan antara
pelaksanaan nyata dengan standar kerja
dengan indikator-indikator yaitu: (1)
tanggung jawab; (2) ketuntasan tugas;
(3) pelaksanaan kerja; (4) prestasi
kerja; dan (5) umpan balik.
b. Definisi Operasional
Kinerja karyawan adalah skor total
dari hasi penilai terhadap tingkat
pencapaian hasil kerja karyawan yang
diukur dengan membandingkan antara
pelaksanaan nyata dengan standar kerja
meliputi pengukuran yaitu: (1)
tanggung jawab; (2) ketuntasan tugas;
(3) pelaksanaan kerja; (4) prestasi
kerja; dan (5) umpan balik, dengan
menggunakan skala Likert terdiri lima
opsi yaitu; a = sangat setuju, b = setuju,
c = kurang setuju, d = tidak setuju, dan
e = sangat tidak setuju dan skor setiap
pernyataan positif: a = 5, b = 4, c = 3, d
= 2, dan e = 1; sedangkan pernyataan
negatif: a = 1, b = 2, c = 3, d = 4, dan e
= 5.
2. Variabel Kepemimpinan Diri (X)
a. Definisi Konseptual
Kepemimpinan diri adalah
kesanggupan karyawan untuk
mempengaruhi dan meningkatkan
perilakunya dan memiliki tanggung
jawab dan mampu mengatur waktu
secara efektif, memonitor perilaku
sendiri, dan menerima konsekuensi dari
perilaku tersebut.
b. Definisi Operasional
Kepemimpinan diri adalah
kesanggupan untuk mempengaruhi dan
meningkatkan perilakunya dan me-
miliki tanggung jawab dan mampu
mengatur waktu secara efektif,
memonitor perilaku sendiri, dan
menerima konsekuensi dari perilaku
tersebut, yang mengukur aspek;
penguatan diri, pengamatan diri,
pengharapan diri, penerapan sasaran
diri; kritik diri (self-critism), dan men-
dukung anggota kelompok, dengan
menggunakan skala Likert terdiri lima
opsi yaitu; a = sangat setuju, b = setuju,
c = kurang setuju, d = tidak setuju, dan
e = sangat tidak setuju dan skor setiap
pernyataan positif : a = 5, b = 4, c = 3, d
= 2, dan e = 1; sedangkan pernyataan
negatif: a = 1, b = 2, c = 3, d = 4, dan e
= 5
3. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dilakukan
analisis dengan menggunakan statistik
sebagai berikut; (1) deskripsi data yang
meliputi rata-rata, rentangan, standar
deviasi, median, modus dan dilengkapi
dengan frekuensi dan histogram, (2)
pengujian persyaratan analisis yaitu
meliputi pengujian normalitas dan uji
homogenitas varians, dan (3) pengujian
hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi dan
korelasi sederhana untuk masing
variabel bebas terhadap variabel terikat,
dan regresi ganda untuk seluruh variabel
Dampak Kepemimpinan Diri Tenaga Operasional Terhadap Peningkatan Kinerja
(Survey Pada Pt. Transpower Marine, Tbk 2015)
Andi Prasetiawan
1602
bebas dengan variabel terikat, serta
korelasi ganda dan parsial.
III. HASIL DAN DISKUSI
Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dimaksudkan
untuk menguji homogenitas varians kelompok
skor masing-masing variabel yang
menggunakan distribusi Chi Kuadrat. Kriteria
yang digunakan adalah terima H0 jika 2-
hitung lebih kecil atau sama dengan 2-tabel
pada taraf signifikansi = 0,05.
1) Pengujian Homogenitas Varians Y
Hasil perhitungan untuk pengujian
homogenitas varians Y atas X1
diperoleh 2 hitung = 22,05 dan
2 tabel
= 43,8 pada taraf = 0,05 (lihat
lampiran 4). Karena 2 hitung = 22,05 <
2 tabel = 43,8 maka H0 diterima dan H1
ditolak, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa varians kelompok
Y adalah homogen.
2) Pengujian Homogenitas Varians X
Hasil perhitungan untuk pengujian
homogenitas varians X diperoleh 2
hitung =20dan .2 tabel = 43,8 pada
=0,05 (lihat lampiran 4). Karena 2
hitung =20 <2 tabel = 43,8, maka H0
diterima dan H1 ditolak, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
varians kelompok X adalah homogen.
Keseluruhan hasil uji homogenitas
varians seperti telah disajikan di atas
dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas
Varians
Varians
kelompok Dk
2
hitung
2
tabel
=
0,05
Keterangan
Y 16 22,05 43,8 Homogen
X 14 20,00 43,8 Homogen
Hasil perhitungan uji homogenitas
varians Y diperoleh 2 hitung =22,05 <
2
tabel = 43,8 maka H0 diterima dan H1
ditolak, dan perhitungan uji homogenitas
varians X diperoleh 2 hitung =20 <
2 tabel
= 43,8, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
varians kelompok skor Y dan X adalah
homogen.
Pengujian Hipotesis
Pengujian persyaratan analisis
menunjukkan bahwa skor tiap variabel
penelitian telah memenuhi persyaratan
untuk dilakukan pengujian statistik lebih
lanjut. Berikut ini akan disajikan pengujian
hipotesis penelitian.
1. Hubungan antara Kepemimpinan Diri
(X2) dengan Kinerja tenaga
operasional (Y) Hipotesis menyatakan terdapat
hubungan positif antara kepemimpinan
diri (X2) dengan kinerja tenaga
operasional (Y). Hubungan antara
kepemimpinan diri(X) dengan kinerja
tenaga operasional (Y) ditunjukkan
dengan persamaan regresi = 40.197 +
0.751X. Dari harga-harga JK yang
didapat, disusun dalam daftar analisis
varians yang disingkat dengan nama
ANOVA untuk regresi dan linear
sederhana.
Berdasarkan hasil uji signifikansi
dan linearitas di atas menunjukkan
bahwa harga F-hitung diperoleh sebesar
28,427 sedangkan harga F tabel dengan
dk pembilang 1 dan dk penyebut 38
pada taraf signifikansi 0,01 sebesar 7.12.
Ternyata harga F-hitung lebih besar dari
harga F-tabel, maka dapat disimpulkan
bahwa koefisien arah regresi Y atas X2
"sangat signifikan" pada taraf
signifikansi 0,01.
Harga F-tuna cocok hasil
perhitungan diperoleh sebesar 1,031
sedangkan harga F- tabel dengan dk
pembilang 13 dan dk penyebut 25 pada
taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,38.
Ternyata harga Ftc(hitung) lebih kecil dari
harga Ftabel, maka dapat disimpulkan
bahwa bentuk regresi Y atas X2 adalah
"linear".
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1603
Untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi variabel kepemimpinan diri
tenaga operasional (X2) secara keseluruhan
dalam memprediksi variabel kinerja tenaga
operasional (Y) maka diterapkan teknik
analisis regresi sederhana. Hasil
perhitungan regresi sederhana dapat dilihat
sebagai berikut:
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa secara signifikan dapat untuk
memprediksi kinerja tenaga operasional.
Hal ini terbukti bahwa harga F hitung
sebesar 28,688 dari F tabel = 7,12 pada
taraf signifikansi 0,01.
Koefisien korelasi determinasi (r2)
sebesar 0,430 menunjukan bahwa pengaruh
atau kontribusi kepemimpinan diri terhadap
kinerja tenaga operasional adalah sebesar
43% sedangkan sisanya 57% dipengaruhi
oleh variabel lain.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian hipotesis
penelitian yang dilakukan, maka penelitian
ini menunjukkan bahwa keempat hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini terdapat
hubungan positif antara kepemimpinan diri
(X) dengan kinerja tenaga operasional.
Berikut ini akan diuraikan secara rincian
kesimpulan dari hasil penelitian yang
meliputi:
Kepemimpinan diri (X) mempunyai
hubungan positif dengan kinerja tenaga
operasional (Y) namun dilakukan
pengontrolan terhadap variabel bebas lain
baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama tidak memberikan pengaruh.
Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan
diri (X) tidak konsisten berhubungan
langsung dengan variabel kinerja tenaga
operasional (Y).
DAFTAR PUSTAKA
Adlin. 2002. Kecerdasan Spiritual dan
Kecerdasan Abritasi Diantara Agama
dan Semiotika. http://www.para-
martha.com, 12 Januari 2013
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta:
Arga Wijaya Persada
Anastasi, A. dan S. Urbina. 1997. Tes
Psikologi (Psychological Testing).
Jakarta: PT. Prehanllindo
As’ad, Mohammad. 1995. Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty
__________. 2001. Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty
Ashmos, D. dan D. Duchon. 2000.
Spirituality at Work: A
Conceptualization and Measure,
Journal of Management Inguiry, Vo.8,
No.2, pp.134-45
Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas.
Yogyakarta: Liberty
Behling, O. 1998. Employee Selection : Will
Intelligence and Conscientiousness
Do The Job?, The Academy of
Management Executive, 12(1): 77-86
Berman, M. Developing SQ (Spiritual
Intelligence) Throught ELT,
http://www.eltnesletter.com, 12 Juni
2005
Bernardin, J. 1993. The Function of The
Executive. Cambridge: Ma. Research
of Harvard University
Biberma, J. dan M. Whittey. 1997. A
Postmodern Spiritual Future For
Work, Journal of Organizational
Change Management, Vo. 10, No.2,
pp.30-188
Boyatzis, R, E, Ron, S. 2001.Unleashing the
Power of Self Directed Learning.
USA: Case Western Reserve
University, Cleveland, Ohio
Carruso, D, R. 1999. Applying The Ability
Model Of Emotional Intelligence To
The World Of Work,
http://cjwolfe.com/article.doc, 15
Oktober 2005
Dampak Kepemimpinan Diri Tenaga Operasional Terhadap Peningkatan Kinerja
(Survey Pada Pt. Transpower Marine, Tbk 2015)
Andi Prasetiawan
1604
Chakraborty, S. K. dan D. Chakraborty.
2004. The Transformed Leader and
Spiritual Psychology: A Few Insight,
Journal of Organizational Change
Management, Vol.17, No.2, pp.184-
210
Chermiss, C. 1998. Working With Emotional
Intelligence, The Consortium For
Research On Emotional Intelligence
in Organizations. New Jersey: Rugrets
University
Clifford, P. McCue dan A. Glanakis
Gerasmus. 1997. The Relationship
Between Job Satisfaction and
Performance The Case of Local
Government Finance of in Ohio,
Public Productivity and Management
Review, Vo.21, No.2, p.170- 191
Cooper Dr. dan C.W. Emory. 1995.Metode
Penelitian Bisnis, Jilid.1, ed.5.
Jakarta: Erlangga
Cooper, R, K. 2002. Executive EQ:
Kecerdasan Emosi Dalam
Kepemimpinan dan Organisasi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Alih bahasa : Benyamin
Molan. Jakarta: PT. Prenhallindo
Eckersley, R. 2000. Spirituality, Progress,
Meaning, and Values, Paper
Presented 3rd Annual Conference on
Spirituality, Leadership, and
Management, Ballarat, 4 December
Eysenck, H. J. dan L. Kamin. 1981.
Intelligence: The Batle For The Mind.
London dan Sydney : Pan Book
__________. 2002. Tes IQ Anda. Bandung:
CV. Pionir Jaya
Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosi:
Mengapa Emotional Intelligence
Lebih Tinggi Daripada IQ, Alih
Bahasa: T. Hermay. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
__________. 2001. Emotional Intelligence
Untuk Mencapai Puncak Prestasi.
Alih bahasa: Alex Tri K.W. Jakarta
PT. Gramedia Pustaka Utama
Gordon, E. 2004. EQ dan Kesuksesan Kerja,
Focus-online, http://www.epsikologi.
om, 12 Desember 2004
Habibah, Siti. 2001. Meningkatkan Kinerja
Melalui Mekanisme 360 Derajat,
Telaah Bisnis, Vol.2, No.1. p.27-37
Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Reset II.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Hair, J, F, et al. 1998. Multivariate Data
Analysis. New Jersey : Prentice Hall
Hoffman, E. 2002. Psychological Testing At
Work. New York : Mc Graw Hill
Hunter, J, E. dan F. L. Schmidt. 1996.
Intelligence and Job Performance:
Economic nd Social Implications,
Psychology, Public, Policy, and Law,
No.2, pp447-472
Idrus, Muhammad. 2002. Kecerdasan
Spiritual Mahasiswa Yogyakarta.
Psikologi Phronesis, Jurnal Ilmiah dan
Terapan, Vo.4, No.8, Desember 2002
Imam, G. 2001. Aplikasi Analisis Multivariat
Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbitan UNDIP
__________. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariat Dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbitan UNDIP
Ivancevich, J, M. 2001. Human Resource
Management, 8th Edition. New York:
McGraw Hill
Joseph, G. 1978. Interpreting Psychological
Test Data, Vol.1. New York VNR
Kale, S. H. dan S. Shrivastava. 2003. The
Ennegram Syestem For Enhancing
Workplace Spirituality, Journal of
Management Development, Vol.22,
No.4, pp.308-328
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1605
Martin, Anthony Dio. 2000. Aplikasi EQ
Based HR Management System,
Majalah Manajemen, No.148,
Desember
Mathis, R. L. dan Jackson. 2002. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Jilid 1 dan 2.
Alih bahasa : Bayu Brawira. Jakarta:
Salemba Empat
McCormic, D. W. 1994. Spirituality and
Management, Journal Of Managerial
Psychology, Vol. 9, pp.5-8
Meyer, J. 2000. EQ dan Kesuksesan Kerja,
http://www.e-psikologi.com, 12
Desember 2004
Mitroff, L. I. dan E. A. Denton. 1999. A
Study of Spiritualty in The Work
Place, Sloan Management Review,
Vol.40, No.4, pp.83-92
Moustafa, K, S, dan T. R. Miller. 2003. Too
Intelligent For The Job ? The Validity
of Upper-Limit Cognitive Ability Test
Scores In Selection, Sam Advanced
Management Journal, Vol.68
Mudali. 2002. Quote : How High Is Yous
Spiritual Intelligence?
http://www.eng.usf.edu/gopalakr/artcl
es/spiritual.html, 15 Januari 2013
Munir, Ningky. 2000. Spiritualitas dan
Kinerja, Majalah Manajemen,
Vol.124, Juli 2000
Munzert, A.W. 2003. Tes IQ. Jakarta:
Kentindo Publisher
Nggermanto, Agus. 2002. Quantum Quotient
(Kecerdasan Quantum): Cara Tepat
Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara
Harmonis. Bandung: Nuansa
Nurhayati, Siti Fatimah. 2000. Kontribusi
Sumber Daya Manusia Terhadap
Kinerja Perusahaan: Masihkah
Diperlukan, Telaah Bisnis, Vol.1, No,
1, Juli
Panggabean, Mutiara S. 2002. Pengaruh
Keadilan Dalam Penggajian dan
Perilaku Individu Terhadap Kinerja
Dosen Perguruan Tinggi Swasta,
Kajian Bisnis STIE Widya Wiwaha,
No.26, Mei-Agustus
Patton, P. 1998. Kecerdasan Emosional di
Tempat Kerja, Alih Bahasa: Zaini
Dahlan. Jakarta: Pustaka Delaprata
Purba, Ahmad. 1999. Emotional Intelligence,
Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus.
Jakarta: Dian Raya
Ravianto. 1988. Production of Management.
Jakarta: LSIUP
Ree, M, J, Earles, J, Teachout, M. S. 1994.
Predicting Job Performance : Not
Much More Than G, Journal of
Applied Psychology, Vol.79, No.4,
p.518-524
Riggio, R. E. 2000. Introduction To
Industrial/Organizational
Psychology, Third Edition. New
Jersey: Prentice Hall
Robbins, S. P. 1996. Perilaku Organisasi.
Jakarta: PT. Prehallindo
Sala, F. 2004. Do Programs Designed to
Increase Emotional Intelligence at
Work, Emotional Intelligence
Consortium Research Journal, Boston
Schultz, D. P. dan S. E. Schultz. 1994.
Psychology and Work Today, An
Introduction To Industrial and
Organizational Psychology. Sixth
Edition, Mac
Setyawan, Dani. 2004. Analisis Pengaruh
Kepemimpinan Q (IQ, EQ, SQ)
Terhadap Komitmen Organisasional
Karyawan, Skripsi, Universitas
Katolik Soegijapranata, Semarang
Simamora, H. 1995. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: Badan
Penerbit YKPN
Sugiono. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.
Alfabeta: Bandung
Suhariadi, Fendy. 2002. Pengaruh Inteligensi
dan Motivasi Terhadap Semangat
Penyempurnaan Dalam Membentuk
Perilaku Produktif Efisien. Anima:
Indonesia Psikologi Jurnal, Vol.17,
No.4, Juli 2002, p.346
Dampak Kepemimpinan Diri Tenaga Operasional Terhadap Peningkatan Kinerja
(Survey Pada Pt. Transpower Marine, Tbk 2015)
Andi Prasetiawan
1606
Sumediyani, Maria. 2002. Kecerdasan
Spiritual dan Problema Bangsa Ini,
www.google.com, 12 Juni 2005
Suryabrata, Sumadi. 1998. Pembimbing Ke
Psikodiagnostik II. Yogyakarta : Rake
Sarasin
Wiamiharja, Sutardjo A. 2003. Keeratan
Hubungan Antara Kecerdasan,
Kemauan dan Prestasi Kerja, Jurnal
Psikologi, Vol.11, No1, Maret 2003
Widiantoro. 2001. Menciptakan Eustress Di
Tempat Kerja: Usaha meningkatkan
Kinerja Karyawan, Ventura, Vol.4,
No.2 September
Wiersma, M. L. 2002. The Influence of
Spiritual “Meaning-Making” On
Career Behaviour, Journal of
Management Development, Vo.21,
No.7, pp.497-520
Winardi. 1996. Perilaku Konsumen. Bandung
Yuninigsih. 2002. Membangun Komitmen
dan Menciptakan Kinerja Sumber
Daya Manusia Untuk Memperoleh
Keberhasilan Perusahaan, Fokus
Ekonomi Vol.1 No.1 April 2002
Zohar, D. Marshal I. 2001. The Ultimate
Intelligence. Bandung: Mizam Media
Utama
__________. 2000. SQ (Spiritual
Intelligence): The Ultimate
Intelligence. London: Blomsburry
Publishing
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1607
ANALISIS DAMPAK NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
PEMBIAYAAN OPERASIONAL KAPAL
PT. SERASI SHIPPING INDONESIA CABANG MERAK
Dwi Setyokoa, Sri Purwantini
b
aTaruna Program Studi KALK PIP Semarang
bDosen Program Studi KALK PIP Semarang
ABSTRAK
Nilai tukar mata uang pada suatu negara bersifat fluktuatif dan dinyatakan dalam
perbandingan dengan mata uang negara lain. Fluktuasi nilai tukar mata uang memiliki
pengaruh terhadap setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan ekspor
maupun impor. Fluktuasi kurs memiliki dampak pada perusahaan. Fluktuasi kurs memiliki
dampak pada nilai perusahaan karena dapat uang berpengaruh pada jumlah arus masuk kas
yang diterima dari kegiatan ekspor perusahaan, juga mempengaruhi jumlah arus keluar kas
yang digunakan untuk membayar biaya impor. PT. Serasi Shipping Indonesia adalah
perusahan pelayaran yang bergerak di bidang agen pelayaran. Dalam pelaksanaan
pelayanan dibutuhkan pembiayaan-pembiayaan operasional kapal yang menggunakan dua
mata yaitu rupiah dan US dolar. Sehingga perubahan nilai tukar rupiah sangat berpengaruh
terhadap pembiayaan perusahaan, dampak perubahan nilai tukar uang mengakibatkan
keuntungan dan kerugian perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, wawancara, studi pustaka,
dan studi dokumentasi. Teknik analisis data digunakan antara lain adalah reduksi data,
penyajian data dan menarik kesimpulan.
Kata Kunci: Dampak, Nilai tukar, Pembiayaan, PT. Serasi Shipping Indonesia.
I. PENDAHULUAN
Nilai tukar mata uang pada suatu
negara bersifat fluktuatif dan dinyatakan
dalam perbandingan dengan mata uang
negara lain. Jika nilai mata uang menguat
maka nilai ekspor produk dari negara
tersebut akan menjadi lebih tinggi dan
sebaliknya jika nilai mata uang melemah,
maka nilai impor barang dari negara lain
akan lebih rendah atau murah. Fluktuasi
nilai tukar mata uang memiliki pengaruh
terhadap setiap transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan dalam kegiatan ekspor
maupun impor. Fluktuasi kurs memiliki
dampak pada nilai perusahaan karena
dapat berpengaruh pada jumlah arus
masuk kas yang diterima dari kegiatan
ekspor perusahaan atau dari anak
perusahaan, juga mempengaruhi jumlah
arus keluar kas yang digunakan untuk
membayar biaya impor.
Penguatan nilai tukar mata uang
tidak selalu memiliki dampak yang positif
terhadap perusahaan, sama seperti
pelemahan nilai tukar yang belum tentu
berdampak negatif pada perusahaan,
sebab fluktasi nilai tukar mata uang akan
menyebabkan terjadinya tingkat dimana
nilai sekarang arus kas perusahaan
dipengaruhi fluktuasi kurs dalam
perdagangan bebas.
PT. Serasi Shipping Indonesia
adalah salah satu perusahaan pelayaran
Indonesia yang masih satu grup dengan
ASTRA. Tetapi perusahaan ini
berkerjasama dengan perusahaan Jardine
yang merupakan perusahaan luar negeri.
Sehingga untuk kegiatan Shipping lebih
banyak campur tangan perusahaan Jardine
Shipping Services yang berpusat di
Hongkong. PT. Serasi Shipping Indonesia
adalah perusahaan pelayaran yang
kegiatan bisnisnya di bidang Agency
kapal. PT Serasi Shipping Indonesia tidak
Analisis Dampak Nilai Tukar Rupiah terhadap Pembiayaan Operasional Kapal
PT. Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak
Dwi Setyokoa, dan Sri Purwantini
b
1608
hanya mengageni kapal milik saja. Akan
tetapi juga mengageni kapal-kapal
charter. Suatu kapal yang berlabuh di
suatu pelabuhan akan membutuhkan
pelayanan dan memiliki keperluan yang
harus dipenuhi. Dalam semua kegiatan
pelayanan tersebut, masing-masing
kegiatan membutuhkan biaya dalam
pelaksanaannya seperti Clearance in atau
Clearance out, Mooring, pembuatan
sertifikat kapal, penangan crew on/off.
Pelayanan inspector/superintendent,
transportasi, dan lain-lain. Dalam kegiatan
pelayanan tersebut biaya-biaya yang
diterapkan menggunakan dua mata uang
rupiah dan dolar US. Mengingat sebagian
besar kapal-kapal yang dilayani PT. Serasi
Shipping Indonesia adalah kapal-kapal
Asing sehingga pembiayaannya
menggunakan dolar US dan rupiah.
Sedangkan kas yang diperoleh PT. Serasi
Shipping Indonesia adalah dolar US
mengingat bahwa PT. Serasi Shipping
Indonesia bergabung dengan Jardine
Shipping Services. Dengan gejala
fluktuasi nilai tukar rupiah memberikan
dampak terhadap pembiayaan operasional
kapal di PT. Serasi Shipping Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak nilai tukar rupiah
terhadap pembiayaan operasional kapal di
PT. Serasi Shipping Indonesia cabang
Merak beserta upaya-upaya yang
dilakukan untuk meminimalisir kerugian
akibat dampak fluktuasi nilai tukar rupiah.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Sehingga
dalam penelitian ini meneliti objek-objek
dan suatu kondisi dalam suatu
permasalahan yang dihadapi PT. Serasi
Shipping Indonesia Cabang Merak yang
sesuai dengan fokus permasalahan
penelitian. Dalam hal ini objek-objek
tersebut adalah berupa dokumen-
dokumen, tempat, pelaku dan aktivitas-
aktivitasnya. Sedangkan kondisi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
keadaan yang sedang dihadapi saat itu
oleh perusahaan tersebut.
Penelitian ini menggunakan dua
sumber data yakni data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data diperoleh
secara langsung dengan melakukan
observasi atau mengamati aktivitas-
aktivitas transaksi pembiayaan dan
dampak dari nilai tukar rupiah yang tidak
stabil terhadap aktivitas keuangan di PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak
dan melakukan wawancara dengan
beberapa pihak di PT. Serasi Shipping
Indonesia. Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini adalah laporan-
laporan keuangan serta arsip pelayanan
kegiatan kapal selama kapal sandar atau
berlabuh di sebuah terminal atau
Pelabuhan selama 2 (dua) tahun dari tahun
2014 – 2016.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
PT. Serasi Shipping Indonesia
adalah sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang logistik pelayaran yang
menangani khususnya dalam bidang agen
kapal. Peusahaan ini merupakan satu grup
dengan Astra Internasional yang
merupakan anak perusahaaan dari PT.
Serasi Autoraya yang sering disebut
dengan SERA. PT. Serasi Auto Raya
merupakan anak perusahaan ASTRA
Intenasional. Sedangkan PT. ASTRA
Internasional mayoritas kepemilikan
sahamnya dikuasai oleh Jardine.
Gambar 1. Bagan ASTRA International Grup
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1609
Dilihat dari bagan di atas bahwa posisi
PT. Serasi Shipping Indonesia adalah di
bagian logistik servis yang mana merupakan
group Serasi Logistik atau disebut sebagai
SELOG dan merupakan anak perusahaan dari
Serasi Autoraya. PT. Serasi Shipping
Indonesia hampir keseluruhan saham dimiliki
oleh Jardine sehingga kadang orang
menyebutnya PT. Jardine Shipping Services.
Sehingga menimbulkan pengoperasian dan
manajemen perusahaan tersebut dikontrol
oleh Perusahaan Jardine yang berpusat di
Hongkong. PT. Serasi Shipping Indonesia
sendiri mempunyai cabang di seluruh
Indonesia dan sedangkan untuk yang di luar
negeri di bawah Jardine Shipping Services.
Perusahan ini bergerak di bidang
logistik pelayaran yang khususnya
menangani keagenan kapal. Keagenan kapal
itu sendiri adalah pelayanan kegiatan kapal
selama kapal itu sandar atau berlabuh di
sebuah terminal atau pelabuhan meliputi
kegiatan pelayanan pengurusan dokumen-
dokumen kapal, perizinan, penanganan dan
pelayanan ABK dan pihak-pihak lain yang
berkaitan dengan kebutuhan kapal seperti
inspector, superintendet, dan teknisi kapal.
Adapun kapal-kapal yang diageni oleh PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak
adalah milik sendiri dan kapal-kapal charter
atau sewa yang merupakan penunjukan dari
pemilik perusahaan kapal tersebut atau sering
disebut owner. Mayoritas kapal yang diageni
di PT. Serasi Shipping Indonesia adalah
kapal-kapal charter atau sewa yang
berbendera asing.
Dan adapun jenis-jenis kapal yang
dilayani PT. Serasi Shipping Indonesia
Cabang Merak adalah sebagai berikut:
Gambar 2. LEG JS Greensky merupakan salah
satu kapal gas yang dilayani PT. Serasi Shipping
Indonesia Cabang Merak
Gambar 3. MT. Valentine salah satu kapal tanker
yang dilayani PT. Serasi Shipping Indonesia
Cabang Merak
Gambar 4. MV. Alexandra satu kapal general
cargo yang dilayani PT. Serasi Shipping
Indonesia Cabang Merak
B. Analisis hasil penelitian
1. Dampak Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Pembiayaan Operasional Kapal di PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak.
Peristiwa tidak stabilnya nilai tukar mata
uang terjadi 2 (dua) tahun terakhir ini. Hal
ini juga di alami oleh Indonesia yang
mengalami depresiasi mata rupiah
terhadap dolar. Hal tersebut disebabkan
karena dari faktor internal (domestik)
maupun eksternal (luar negeri), penyebab
terpuruknya rupiah tercermin dari
fundamental ekonomi negara, artinya jika
fundamental ekonomi suatu negara
melambat maka akan berdampak pada
rupiah terdepresiasi. Ketidakstabilan
ekonomi juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal, yakni adanya sentimen dari The
Fed dimana pasar internasional melihat
adanya kenaikan suku bunga, sehingga
pasar sudah ancang-ancang memegang
dolar, kemudian melemahnya rupiah juga
dipicu dengan sebagian besar kinerja
perusahaan di bawah ekspektasi. Hal ini
Analisis Dampak Nilai Tukar Rupiah terhadap Pembiayaan Operasional Kapal
PT. Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak
Dwi Setyokoa, dan Sri Purwantini
b
1610
10500
11000
11500
12000
12500
13000
13500
14000
23-0
8-2
014
29-0
8-2
014
11-0
9-2
014
02-1
0-2
014
31-1
0-2
014
19-1
1-2
014
01-1
2-2
014
31-1
2-2
014
15-0
1-2
015
02-0
2-2
015
28-0
2-2
015
15-0
3-2
015
02-0
4-2
015
28-0
4-2
015
15-0
5-2
015
02-0
6-2
015
28-0
6-2
015
NILAI TUKAR RUPIAH AGUSTUS 2014-JUNI 2015
nominal
Bulan
dan
tahun
Y
membuat investor beralih ke emerging
market lain. Fluktuasi nilai tukar rupiah
tersebut berpengaruh terhadap perusahaan-
perusahaan yang ada di Indonesia salah
satunya PT. Serasi Shipping Indonesia.
Hal tersebut dapat dilihat pada grafik di
bawah ini selama 10 (sepuluh) bulan yakni
pada bulan Agustus 2014 s.d. Agustus
2015 selama peneliti melakukan penelitian
di PT. Serasi Shipping Indonesia Cabang
Merak.
Gambar 5. Nilai tukar rupiah terhadap
dolar bulan Agustus 2014 sampai Juni
2015
Keterangan:
X = Menunjukan bulan dan tahun
penelitian
Y= Menunjukan nilai nominal rupiah
terhadap dolar
Dilihat dari grafik di atas dolar mengalami
kenaikan terhadap rupiah, akan tetapi
kenaikan kenaikan tersebut tidaklah stabil
terlihat jelas pada bulan Februari, Maret,
dan April 2015. Hal tersebut mempunyai
dampak positif maupun negatif bagi
perusahaan perusahaan di Indonesia
termasuk PT. Serasi Shipping Indonesia
Cabang Merak. Adapun dampak tersebut
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Dampak Positif
Dampak positif dalam hal ini membuat
perusahaan lebih kearah keuntungan dan
kemajuan, dampak positif yang
dimaksudkan adalah Perusahaan
mengalami peningkatan keuntungan,
peningkatan terjadi ketika nilai tukar
rupiah melemah atau mengalami
penurunan. Karena penerimaan yang
berupa US dolar dan pembiayaan
menggunakan rupiah dan US dolar.
Kemudian dampak positif yang lain
adalah market mengalami peningkatan,
hal ini disebabkan karena pembiayaan
yang mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh melemahnya rupiah,
sehingga market mengalami
peningkatan.
b. Dampak Negatif
Dampak Negatif yang dialami
Perusahaan adalah Perusahaan
mengalami penurunan kerugian,
kerugian terjadi ketika nilai tukar rupiah
mengalami penguatan dan US dolar
melemah, disebabkan karena penerimaan
yang berupa US dolar dan pembiayaan
menggunakan mata uang rupiah dan US
dolar. Dampak negatif yang lain adalah
Market lesu, kelesuan ini diakibatkan
oleh pembiayaan yang meningkat
sehingga membuat market mengalami
lesu. Kemudian Perusahaan mengalami
kesulitan untuk memprediksi
keuntungan. Tidak stabilnya nilai tukar
rupiah membuat perusahaan mengalami
kesulitan dalam menentukan sebuah
kebijakan khususnya kebijakan
keuangan.
Dampak tersebut tersebut di pengaruhi
oleh faktor-faktor di bawah ini:
a. Nilai tukar rupiah yang tidak stabil
b. Sebagian besar kapal yang dilayani
merupakan kapal asing
c. Pembiayaan yang menggunakan dua
mata uang yaitu rupiah dan US dolar.
C. Pembahasan masalah
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruh
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Pembiayaan
Operasional Kapal di PT. Serasi Shipping
Indonesia Cabang Merak, yaitu:
a. Nilai tukar rupiah yang tidak stabil
Nilai tukar rupiah yang tidak stabil
merupakan faktor utama mempengaruhi
pembiayaan operasional kapal di PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang
Merak. Karena semua pembiayaan
X
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1611
operasional kapal menggunakan uang.
Dalam penggunaan uang tersebut
perusahaan menggunakan dua mata
uang yaitu rupiah dan US dolar yang
berpengaruh terhadap perubahan nilai
tukar rupiah yang tidak stabil. Hal
tersebut karena adanya proses
pertukaran mata uang ketika dalam
proses pendapatan pelayanan dan
pembiayaan opersional kapal sehingga
penentuan nilai mata uang sangat
berpengaruh terhadap pembiayaan
tersebut.
b. Sebagian besar kapal yang dilayani
merupakan kapal asing
Kapal-kapal yang dilayani oleh PT.
Serasi Shipping Indonesia merupakan
kapal-kapal asing, sehingga ber-
hubungan dengan pendapatan yang
diperoleh berupa pembayaran
pelayanan yang menggunakan mata
uang US dolar dan pembiayayaannya
menggunakan rupiah dan US dolar.
c. Pembiayaan yang menggunakan dua
mata uang yaitu rupiah dan US dolar.
Pembiayaan menggunakan dua mata
uang membuat terjadinya pertukaran
nilai mata uang tersebut. Hal tersebut
terjadi ketika perusahaan dalam
penerimaan menggunakan mata uang
US dolar sedangkan pengeluarannya
menggunakan rupiah dan US dolar. Hal
tersebut tidak akan terjadi apabila
penerimaan dan pengeluaran meng-
gunakan mata uang yang sama,
sehingga tidak terjadinya pertukaran
mata uang.
Dampak positif dari fluktuasi nilai
tukar rupiah terhadap pembiayaan
operasional kapal PT. Serasi Shipping
Indonesia Cabang Merak.
a. Mengalami peningkatan keuntungan
Dampak positifnya adalah
perusahaan mengalami peningkatan
keuntungan, hal ini dikarenakan PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang
Merak merupakan salah satu
perusahaan Internasional maka
pendapatan yang diperoleh berupa
kurs mata uang asing yaitu US
Dolar. Sebagian besar kapal yang
dilayani PT. Serasi Shipping
Indonesia Cabang Merak merupakan
kapal berbendera asing atau kapal
yang berasal dari luar negeri.
Untuk pembiayaan operasional
pelayanan kapal yang PT. Serasi
Shipping Indonesia Cabang Merak
sebagian besar menggunakan mata
uang rupiah, sehingga menambah
keuntungan perusahaan. Ketika kurs
mata uang rupiah pada saat itu
mengalami penurunan sedangkan
US Dolar mengalami penguatan, hal
itu berdampak pada keuntungan
didapat dari selisih penerimaan yang
menggunakan US dolar dan
pengeluaran sebagian besar
menggunakan mata uang rupiah.
Maka diperoleh keuntungan yang
meningkat ketika kurs rupiah
mengalami penurunan. Hal tersebut
bisa diberikan contoh seperti
pembayaran mooring/unmooring
sebesar Rp. 950.000,- dan
dianggaran adalah $100 maka
perusahaan mendapat keuntungan
yang cukup banyak ketika nilai mata
uang rupiah melemah. Tidak hanya
itu saja tetapi perubahan nilai tukar
berpengaruh terhadap kedatangan
kapal yang dilayani PT. Serasi
Shipping Indonesia Cabang Merak.
b. Market mengalami peningkatan
Dampak positif lain adalah
market mengalami peningkatan,
peningkatan ini disebabkan oleh
menurunnya rupiah dan
meningkatnya atau menguatnya
dolar. Hal tersebut terjadi karena
kegiatan ekspor barang meningkat,
kerena banyak produsen yang lebih
banyak mengekspor barangnya
dikarenakan harga di luar negeri
lebih mahal dibandingkan di dalam
negeri. Sehingga keuntungan yang
diperoleh produsen tersebut
meningkat, dan menyebabkan arus
barang di pelabuhan meningkat.
Keuntungan tersebut disebabkan
Analisis Dampak Nilai Tukar Rupiah terhadap Pembiayaan Operasional Kapal
PT. Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak
Dwi Setyokoa, dan Sri Purwantini
b
1612
0
5
10
15
20
25
30
Jumlah Kedatangan Kapal Bulan
Agustus 2014-Juni 2015 PT. Serasi Shipping Indonesia
Cabang Merak
Jumlah kapal
Bulan
dan Kurs
rupiah
Jumlah kapal
X
Y
juga karena penerapan harga pada
pelayanan perusahaan yang relatif
murah sehingga menarik banyak
konsumen memilihnya. Market
yang dibahas disini adalah para
owner-owner kapal atau para
pemilik kapal serta para pemilik
barang yang akan atau sudah
mengapalkan barang-barangnya.
Market sendiri ditentukan oleh
banyaknya jumlah kedatangan kapal yang
dilayani, baik itu kapal milik maupun
kapal charter maupun kapal penunjukkan
oleh owner kapal atau pemilik kapal.
Peningkatan market tersebut bisa
dibuktikan dan dilihat pada grafik
kedatangan kapal perbulannya di bawah
ini.
Gambar 6. Jumlah kedatangan kapal
berdasarkan kurs dollar
Agustus 2014 sampai Juni 2015
Keterangan:
X: Bulan dan jumlah rata-rata kurs
perbulan tersebut
Y: Jumlah kapal yang dilayani
perusahaan.
Dilihat dari grafik di atas diketahui
bahwa semakin menguat dolar dan
melemahnya rupiah berdampak pada
ramainya aktivitas kedatangan kapal.
Sehingga berdampak pada market yang
meningkat. Seperti contoh pada bulan
Februari 2015 market mengalami
peningkatan yang disebabkan oleh rupiah
yang melemah dan menguatnya dolar.
Peningkatan market atau pangsa pasar
tidak hanya dipengaruhi karena faktor
kapal asing yang dilayani PT Serasi
Shipping Indonesia, tetapi kapal-kapal
dalam negeri ikut serta dalam mengisi
market atau pangsa pasar jasa yang
ditawarkan PT. Serasi Shipping Indonesia
Cabang Merak. Peningkatan market atau
pasar ini juga berpengaruh terhadap
peningkatan keutungan serta kemajuan
perusahaan.
Dampak negatif fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap pembiayaan operasio-nal kapal PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak.
a. Perusahaan Mengalami kerugian
Dampak negatifnya adalah Peru-
sahaan mengalami kerugian, Perusahaan
ketika rupiah menguat dan dolar
mengalami penurunan. Hal tersebut
terjadi dikarenakan pemasukan yang
diperoleh perusahaan berupa mata uang
dolar sedangkan pengeluaran atau
pembiayaan sebagian besar
menggunakan mata uang rupiah.
Sehingga perusahaan mengalami
penurunan keuntungan, yang disebabkan
karena pembiayaan sebagian besar
menggunakan mata uang rupiah. Hal ini
menyebabkan ketika mata uang rupiah
mengalami penguatan dan dolar
melemah mengakibatkan kerugian
penerimaan atau dalam hal ini pengura-
ngan keuntungan yang didapat. Hal
tersebut dipengaruhi juga karena faktor
sebagian besar kapal yang dilayani
merupakan kapal berbendera asing atau
kapal-kapal asing.
Salah satu dampak negatif dapat
diilustrasikan yaitu pembiayaan dalam
kegiatan mooring/unmooring ditetapkan
dianggarkan $100 dan beban yang harus
dibayarkan dalam rupiah Rp. 950.000,-.
Kalau rupiah terhadap dolar dalam
keadaan $1 (satu US dolar) = Rp. 13.100,
maka keuntungan yang didapatkan relatif
banyak yaitu Rp. 360.000,-
dibandingkan ketika $1 (satu US dolar)
= Rp. 11.714,- , maka keuntungan yang
didapatkan relatif sedikit dibandingkan
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1613
dengan pada waktu dolar dalam posisi
Rp. 13.100,-, keuntungan yang didapat
yaitu Rp. 221.400,-. Apalagi seandainya
nilai rupiah terhadap dolar mencapai
angka Rp. 9.000 hal tersebut akan
berdampak pada kerugian bagi
perusahaan, karena perusahaan akan
mendapat kerugian Rp. 50.000,-. Dari
uraian tersebut bahwa nilai tukar rupiah
berpengaruh terhadap keuntungan
ataupun kerugian pada PT. Serasi
Shipping Indonesia Cabang Merak.
b. Market lesu
Market adalah ujung tombak dari
bisnis. Maju mundurnya sebuah
perusahaan dipengaruhi oleh market
sebuah perusahaan itu sendiri, akibat dari
fluktuasi nilai tukar rupiah menyebabkan
market sepi, hal ini merupakan dampak
yang ditimbulkan oleh nilai tukar rupiah
yang tidak stabil, tetapi kejadian ini
berbeda dari sebagian besar perusahaan-
perusahaan di Indonesia. Ketika mata
uang rupiah menguat dan nilai tukar
mata uang dolar mengalami penurunan.
Hal ini membuat pasar ekspor lesu dan
aktivitas di pelabuhan pun menjadi lesu.
Membuat jumlah kedatangan kapal yang
dilayani, membuat penerimaan yang
menurun, dan juga membuat para
konsumen yakni para pemilik kapal atau
yang sering disebut owner kapal yang
mengeluhkan hal tersebut karena
peningkatan biaya yang harus dibayarkan
ketika kapal miliknya sandar di
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.
Kejadian tersebut dapat dilihat pada
grafik di bawah ini:
Gambar 7. Jumlah kedatangan kapal berdasarkan kurs dolar
Agustus 2014 sampai Juni 2015
Keterangan:
X: Bulan dan jumlah rata-rata kurs
perbulan tersebut
Y: Jumlah kapal yang dilayani
perusahaan.
Berdasarkan grafik di atas bisa
dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah
kedatangan kapal yang dilayani PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang
Merak ketika nilai tukar dolar
mengalami penurunan dan nilai mata
uang rupiah menguat. Dapat dilihat pada
bulan Februari 2015 ke bulan Maret
2015, dari jumlah kapal 25 ketika nilai
rupiah Rp.13.379,- menjadi ke 18 kapal
yang dilayani pada posisi Rp.12.970,-.
Hal tersebut membuktikan bahwa
perubahan nilai tukar rupiah
berpengaruh terhadap market atau
pangsa pasar di PT. Serasi Shipping
Indonesia Cabang Merak.
c. Kesulitan untuk memprediksi
keuntungan dalam rangka menentukan
kebijakan keuangan
Fluktuasi atau tidak stabilnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar barakibat
pada perusahaan mengalami kesulitan
dalam memprediksi keuntungan
perusahaanya, membuat sulit bagi
perusahaan perusahaan untuk
menentukan arah kebijakan khususnya
kebijakan dalam bidang keuangan.
Mengingat nilai tukar yang rupiah yang
terus berubah-ubah tiap harinya.
05
1015202530
Jumlah Kedatangan Kapal Bulan
Agustus 2014-Juni 2015 PT. Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak
Jumlah kapal
Bulan dan Kurs rupiah
Jumlah kapal
X
Y
Analisis Dampak Nilai Tukar Rupiah terhadap Pembiayaan Operasional Kapal
PT. Serasi Shipping Indonesia Cabang Merak
Dwi Setyokoa, dan Sri Purwantini
b
1614
Membuat para pengusaha harus pandai
memprediksinya agar bisnisnya tidak
mengalami kerugian. Hal ini juga yang
dialami juga oleh PT.Serasi Shipping
Indonesia Cabang Merak. Karena PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang
Merak merupakan perusahaan bertaraf
Internasional maka tidak akan lepas dari
pembiayaan perusahaan yang
menggunakan mata uang asing atau lebih
jelasnya adalah US dolar. Pengaruh
fluktuasi nilai tukar mata uang baik US
dolar maupun rupiah mengakibatkan
perusahaaan sulit dalam mengambil
kebijakan khususnya dalam kebijakan
keuangan perusahan agar tidak
mengalami penurunan keuntungan akibat
dari dampak tidak stabilnya nilai tukar
rupiah.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir kerugian akibat dampak
fluktuasi rupiah.
a. Pada segi keuangan
1) Menaikkan tarif pelayanan
Dalam hal ini menaikkan tarif
pelayanan merupakan strategi bisa
diambil untuk meminimalisir
penurunan keuntungan pada PT.
Serasi Shipping Indonesia Cabang
Merak. Tetapi dalam menentukan
kebijakan tarif pelayanan harus
mempertimbangkannya sehingga
tidak timbul dampak pada perusahaan
akan kehilangan konsumennya.
Sehingga dalam menaikan tarif
haruslah mempertimbangkan persai-
ngan dari perusahaan kompetitornya
dengan menaikkan harga tidak terlalu
tinggi dan tidaklah mengambil
keuntungan sebesar-besarnya. Karena
apabila itu terjadi maka konsumen
akan meninggalkan perusahaan dan
beralih kepada perusahaan
kompetitor.
2) Memanfaatkan keuntungan dari
market lokal
Dari segi keuangan adalah
memanfaatkan keuntungan dari
market lokal yang dalam hal ini
merupakan market dalam negeri.
Yaitu keuntungan yang diperoleh
pada market lokal digunakan untuk
menutupi kerugian yang didapat dari
market asing yang digunakan untuk
mencegah penurunan keuntungan
perusahaan. Karena market lokal
tidak terpengaruh oleh peruahan nilai
tukar rupiah yang tidak stabil, karena
market lokal hanya menggunakan
satu mata uang saja dalam
transaksinya, baik itu dalam segi
penerimaan maupun pembiayaan
yaitu menggunakan mata uang rupiah.
Hal ini digunakan untuk mendukung
kenaikan harga pelayanan yang tidak
terlalu besar, tetapi tetap meng-
hasilkan keuntungan yang kurang
lebih sama tanpa ada penurunan.
3) Menyimpan keuntungan untuk
cadangan
Menyimpan keuntungan untuk
cadangan. Yang dimaksudkan dalam
hal ini adalah menyimpan keuntungan
yang berlebih yang diperoleh ketika
nilai tukar rupiah melemah.
Kemudian digunakan sebagai
cadangan ketika nilai tukar rupiah
menguat sehingga didapatkan
pendapatan yang stabil per bulanya.
b. Pada segi market
Dari segi pasar sendiri perusahaan
menggunakan pasar lokal ketika nilai
tukar rupiah menguat, digunakan untuk
menutupi kerugian atau penurunan
keuntungan ketika market asing tidak
bisa diandalkan. Sehingga perusahaan
mencari pasar-pasar lokal untuk
mendapatkan keuntungan. Seperti
contoh dengan menguasai pasar-pasar
dalam negeri. Dengan cara mendekati
produsen-produsen penghasil barang
yang berada di Indonesia agar memakai
jasa dari PT. Serasi Shipping Indonesia.
Karena di Indonesia sendiri PT. Serasi
Shipping Indonesia tidak bisa mendekati
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1615
para pemilik kapal, karena mayoritas
pemilik kapal lokal telah memiliki
keagenan kapalnya sendiri di seluruh
Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena
pasar lokal tidak terpengaruh oleh
perubahan nilai tukar rupiah yang tidak
stabil. Karena pasar lokal hanya
menggunakan 1 (satu) mata uang saja
yaitu rupiah. Sehingga tidak terjadi
pertukaran mata uang yang berpengaruh
terhadap nilai mata uang tersebut.
D. KESIMPULAN
Dari uraian dan bahasan yang telah
diuraikan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan pembiayaan perusahaan yang
terpengaruh oleh perubahan nilai tukar uang
rupiah terdapat tiga faktor yaitu nilai tukar
rupiah yang tidak stabil, mayoritas kapal
yang dilayani merupakan kapal asing,
pembiayaan yang menggunakan dua mata
uang yaitu rupiah dan US dolar.
Terdapat 2 (dua) dampak yang
ditimbulkan akibat fluktuasi rupiah, yaitu:
a. Dampak Positif
Dampak positif dalam hal ini membuat
perusahaan mengalami peningkatan
keuntungan dan kemajuan, dampak
positif|, peningkatan ini terjadi ketika
nilai tukar rupiah melemah atau
mengalami penurunan. Karena
penerimaan yang berupa US dolar dan
pembiayaan menggunakan rupiah dan
US dolar. Kemudian market mengalami
peningkatan, peningkatan ini terjadi
karena pembiayaan yang mengalami
penurunan yang diakibatkan oleh
melemahnya rupiah, sehingga market
mengalami peningkatan.
b. Dampak Negatif
Dampak positif dalam hal ini perusahaan
mengalami kerugian, kerugian ini
terjadi ketika nilai tukar rupiah
mengalami penguatan dan US dolar
melemah, disebabkan karena penerimaan
yang berupa US dolar dan pembiayaan
menggunakan mata uang rupiah dan US
dolar. Kemudian dampak yang kedua
adalah market lesu, kelesuan ini
diakibatkan oleh pembiayaan yang
meningkat sehingga membuat market
mengalami lesu. Kemudian dampak
yang ketiga adalah Perusahaan
mengalami kesulitan untuk memprediksi
keuntungan dalam rangka untuk
memprediksi keuntungan. Tidak
stabilnya nilai tukar rupiah membuat
perusahaan mengalami kesulitan dalam
menentukan sebuah kebijakan khususnya
kebijakan keuangan.
Penyelesaian masalah yang diterapkan
oleh perusahaan dalam mengatasi dampak
perubahan nilai tukar rupiah terhadap
pembiayaan perusahaan adalah perusahaan
menaikkan layanan, memanfaatkan
keuntungan dari market lokal, menyimpan
keuntungan untuk cadangan keuangan
perusahaan dan memperluas market lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Martopo, Arso. Manajemen Armada Kapal
Dalam Bisnis Pelayaran. Semarang:
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
Moleong, Lexy J. 2015. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Natsir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan
Kebanksentralan. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif Dalam Prespektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: AR-Ruzz
Media
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Widoyoko, Eko P. 2012. Teknik Penyusunan
Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
1616
ANALISIS KURANG OPTIMALNYA PELAYANAN PENGOPERASIAN
KEAGENAN KAPAL ASING GUNA TERCIPTANYA KELANCARAN
PELAYANAN DI PELABUHAN GRESIK
Arif Sudarmantoa, Sri Purwantini
b
aTaruna Program Studi KALK PIP Semarang
bDosen Program Studi KALK PIP Semarang
ABSTRAK
Dalam melaksanakan pelayanan pengoperasian keagenan kapal asing pihak keagenan
akan berinteraksi dengan berbagai instansi dalam perizinan dan pengurusan dokumen kapal
asing. Seperti Imigrasi, Karantina, Syahbandar, Pelindo, dan Bea Cukai. Adanya faktor
penghambat pada pelayanan pengoperasian keagenan kapal asing di Gresik dapat
mempengaruhi kinerja keagenan menjadi kurang optimal, karena hal tersebut maka perlu
adanya upaya dalam meningkatkan pelayanan pengoperasian keagenan kapal asing di Gresik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian
dapat diketahui faktor penghambat pelayanan pengoperasian keagenan kapal asing di Gresik
antara lain kurangnya fasilitas kapal tunda yang ada di Pelabuhan Gresik sehingga olah gerak
kapal menjadi terkendala, dan proses pengurusan dokumen di Bea Cukai Gresik yang belum
menerapkan sistem online 24 (dua puluh empat) jam. Berdasarkan hasil penelitian di atas upaya
yang dilakukan oleh Pelindo Gresik dalam mengatasi fasilitas kapal tunda yang terbatas adalah
mendatangkan tambahan kapal tunda yang diperbantukan oleh Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya sehingga waktu tunggu kapal tunda menjadi lebih cepat, dan upaya yang dilakukan
Bea Cukai Gresik yaitu pengurusan dokumen di luar jam kerja dapat dilakukan dengan
melakukan konfirmasi waktu pengurusan terlebih dahulu sehingga aktivitas pelayanan kapal
asing dapat dilakukan, dengan demikian pengoperasian keagenan kapal asing di Gresik dapat
menjadi lebih optimal dan efisien.
Kata kunci: Pelayanan pengoperasian keagenan, kapal asing, faktor penghambat
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini, peran kapal laut sebagai
alat transportasi sangat besar. Meskipun
terdapat angkutan udara dan darat, angkutan
laut melalui kapal dinilai lebih efektif dan
efisien untuk pengiriman dengan jumlah
besar. Kapasitas muatan yang cukup besar
dengan biaya terjangkau menjadi
pertimbangan penggunaan kapal laut sebagai
alternatif pengiriman barang bagi para
importir maupun eksportir.
Indonesia memiliki banyak pelabuhan,
salah satunya di daerah Gresik. Kegiatan
ekspor dan impor menyebabkan banyak kapal
asing berlabuh di wilayah Indonesia.
Perizinan untuk kapal kapal asing berbeda
dengan perizinan kapal domestik sehingga
peran agen dalam menerima, memberikan
pelayanan dan informasi sangat penting.
Dalam melaksanakan pelayanan kapal
asing keagenan harus berinteraksi dengan
berbagai instansi dalam perizinan kapal
asing. Kurangnya informasi akan
mengakibatkan hambatan di instansi maupun
di lapangan. Dalam menunjang kegiatan
keagenan di daerah pelabuhan, pada
umumnya melibatkan instansi yaitu Kantor
Syahbandar setempat. Kantor Bea dan Cukai
setempat, Kantor Karantina setempat, Kantor
Pelindo setempat, Kantor Imigrasi setempat,
Kantor Pelabuhan Khusus (PELSUS).
Semakin maju dan berkembangnya
dunia usaha serta meningkatnya arus barang
dan kapal asing maupun domestik yang
masuk daerah pelabuhan begitu besar, maka
pelayanan pengoperasian keagenan pada
perusahaan yang menangani kapal khususnya
kapal asing harus melakukan pelayanan yang
maksimal, akan tetapi berdasarkan
pengamatan di lapangan terdapat hambatan
dalam pelayanan pengoperasian keagenan
kapal asing di Gresik yaitu terbatasnya
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1617
fasilitas pelayanan kapal tunda di Pelindo III
dan belum diterapkannya sistem online di
Bea Cukai sehingga membutuhkan birokrasi
yang panjang. Karena dalam bisnis pelayaran
diperlukan pelayanan yang cepat dan tepat
sehingga pelayanan terhadap kapal asing
dapat berjalan dengan lancar dan maksimal.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
faktor-faktor penghambat pelayanan peng-
operasian keagenan di Pelabuhan Gresik.
II. METODE PENELITIAN
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terbuka, data wawancara
diperoleh dengan bertanya langsung kepada
narasumber yang dipilih yaitu pihak-pihak
yang berkompeten yang dianggap mampu
memberikan gambaran dan informasi yang
digunakan untuk menjawab permasalahan
yang ada dalam penelitian ini. Data
wawancara diperoleh dengan melakukan
wawancara dengan narasumber guna
mendapatkan informasi, Narasumber tersebut
adalah Staf Lapangan Pelindo III Gresik,
Seksi Administrasi manifest Bea Cukai, Staf
operasional PT. Bintang Samudra Utama
Gresik, Staf operasional PT. Bahtera
Adhiguna Gresik, Staf Operasional PT. Varia
Usaha Lintas Segara Gresik. Dalam
melakukan pengamatan, penulis menjadi
partisipan dimana terlibat langsung dalam
kegiatan pelayanan kepada kapal-kapal asing.
III. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Terdapat tahapan pengurusan kapal asing
atau tahapan yang harus dilalui oleh
pengguna jasa atau keagenan, yaitu:
Gambar 1. Alur pengurusan kapal asing di
Pelabuhan
Dari diagram di atas dapat dijelaskan
bahwa alur pengurusan kapal asing yang tiba
di pelabuhan dimulai dari pihak keagenan
kapal asing, keagenan yang telah ditunjuk
akan menaiki kapal (on board) untuk
mengambil dokumen dari kapal tentunya
melalui persetujuan dari Nahkoda (master)
untuk proses clearance in, selanjutnya pihak
keagenan melakukan proses administrasi
pelabuhan dengan mengurus dokumen di
berbagai instansi terkait, yaitu dengan
Instansi Bea Cukai, Syahbandar, Pelindo,
Imigrasi, dan Karantina.
Selama melaksanakan penelitian
penulis memperoleh data-data, dan hasil
penelitian dari wawancara dengan
narasumber terkait mengenai pelayanan
pengoperasian keagenan kapal asing di
Gresik. Hasil pengamatan memberikan
gambaran tentang pelayanan pengoperasian
keagenan kapal asing di Gresik dimana masih
terdapat pelayanan yang belum optimal dan
timbul permasalahan yang mengakibatkan
belum optimal pengoperasian keagenan kapal
asing di Gresik. Permasalahan pelayanan
tersebut disebabkan karena terbatasnya
fasilitas pelayanan kapal tunda di pelabuhan
Gresik yang kurang memadai, dalam hal ini
timbul kendala yaitu tertundanya pelayanan
olah gerak kapal baik pelayanan kapal sandar
dan lepas, dengan demikian maka kapal tidak
dapat melakukan sandar atau lepas sesuai
dengan rencana jadwal yang telah ditetapkan
atau estimasi waktu yang telah ditetapkan.
Sub Agen
Dokumen-Dokumen
Master
Administrasi Pelabuhan
Kantor
Keseha-
tan Pelabu-
han
Kantor
Bea dan
Cukai
Kantor Syah-
bandar
Kantor
Imigrasi
Kantor
PELINDO
Analisis Kurang Optimalnya Pelayanan Pengoperasian Keagenan Kapal Asing Guna Terciptanya
Kelancaran Pelayanan Di Pelabuhan Gresik
Arif Sudarmantoa dan Sri Purwantini
b
1618
Kemudian faktor kedua disebabkan karena
sistem pengurusan clearance dokumen di
Instansi Bea Cukai yang belum menerapkan
sistem online 24 (dua puluh empat) jam,
sehingga banyaknya birokrasi pengurusan
kapal asing yang dilakukan membutuhkan
waktu lama.
Dari hasil observasi, wawancara, serta
dokumentasi ditemukan adanya kendala-
kendala yang dihadapi dalam pelayanan
pengoperasian keagenan kapal tentunya ini
akan sangat berpengaruh terhadap kinerja
keagenan sehingga mengakibatkan
terhambatnya pelayanan pengoperasian
keagenan kapal asing. Faktor penyebab atau
kendala yang menghambat pelayanan
pengoperasian keagenan kapal asing yang
disebabkan oleh adanya keterbatasan kapal
tunda dalam pelayanan di pelabuhan Gresik.
Di setiap pelabuhan harus mempunyai
fasilitas yang menunjang guna memenuhi
kebutuhan di lapangan, apabila terdapat
keterbatasan kapal tunda maka aktivitas kapal
pun menjadi terganggu dan akan berdampak
kurang optimal. Hal ini disampaikan oleh staf
lapangan Pelindo III Gresik, “Saat ini
memang jumlah kapal tunda yang dimiliki di
pelabuhan Gresik masih sangat terbatas,
sehingga aktivitas pergerakan kapal menjadi
terhambat. Dengan fasilitas saat ini maka
belum bisa mencukupi kebutuhan di
lapangan.” Faktor kedua yang menghambat
dalam pelayanan kapal kapal asing adalah
adanya sistem pengurusan dokumen di
Instansi Pemerintah Bea Cukai yang belum
menerapkan sistem online 24 (dua puluh
empat) jam.
Dalam hal ini keagenan mempunyai
permasalahan mengenai sistem pelayanan
yang berlangsung di Instansi Bea Cukai,
karena di dalam keagenan pelayanan
dilakukan dengan sistem 24 (dua puluh
empat) jam maka setiap saat keagenan harus
siap memberikan pelayanan kepada kapal
asing, karena setiap kapal asing yang akan
berlayar dari pelabuhan Gresik keagenan
harus mengurus dokumen manifest outward
dan dalam pengurusan manifest tersebut
keagenan kapal asing dihadapkan dengan
waktu pelayanan Bea Cukai yang terbatas.
Hal ini disampaikan oleh seksi administrasi
manifest Bea Cukai Gresik, “Bea Cukai
sudah melakukan pemanfaatan teknologi
dalam sistem pelayanan jasa, saat ini Bea
Cukai sudah menggunakan sistem EDI
(electronic data interchange) sesuai anjuran
pemerintah. Tapi untuk saat ini pengurusan
clearance kapal asing belum bisa
menggunakan sistem online karena belum
ada ketetapan dari pemerintah maka
perusahaan keagenan atau pengguna jasa
harus datang ke kantor Bea Cukai untuk
pengajuan manifest.”
Dari hasil dokumentasi diperoleh
laporan data kedatangan kapal asing di
Gresik yang telah ditangani oleh 3 (tiga)
perusahaan keagenan pelayaran di Pelabuhan
Gresik antara lain, PT. Varia Usaha Lintas
Segara, PT. Bintang Samudra Utama, dan PT.
Bahtera Adhiguna yang bergerak di bidang
keagenan, yaitu:
Tabel 1. Kedatangan kapal asing
PT. Varia Usaha Lintas Segara
No Bulan Jumlah Kapal Asing
1 Agustus 2014 3 kapal asing
2 September 2014 2 kapal asing
3 Oktober 2014 2 kapal asing
4 November 2014 3 kapal asing
5 Desember 2014 2 kapal asing
6 Januari 2015 4 kapal asing
7 Februari 2015 2 kapal asing
8 Maret 2015 2 kapal asing
9 April 2015 3 kapal asing
10 Mei 2015 3 kapal asing
11 Juni 2015 2 kapal asing
Total 28 kapal asing
No Bulan Jumlah Kapal Asing
1 Agustus 2014 7 kapal asing
2 September 2014 13 kapal asing
3 Oktober 2014 16 kapal asing
4 November 2014 6 kapal asing
5 Desember 2014 10 kapal asing
6 Januari 2015 9 kapal asing
7 Februari 2015 8 kapal asing
8 Maret 2015 7 kapal asing
Tabel 2. Kedatangan kapal asing
PT. Bintang Samudra Utama
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1619
Pengurusan proses pelayanan di
Karantina yaitu pihak keagenan kapal dari
pengurusan dokumen clearance in
membutuhkan waktu 20 (dua puluh) menit
dan pengurusan dokumen clearance out
membutuhkan waktu 10 (sepuluh) menit,
sehingga tidak terdapat kendala dalam
pengurusan di Instansi Karantina.
Pengurusan proses pelayanan di Bea
Cukai yaitu Rencana Kedatangan Sarana
Pengangkut (RKSP) membutuhkan waktu 30
(tiga puluh) menit, berikutnya proses
clearance in yang membutuhkan waktu 45
(empat puluh lima) menit, dan proses
clearance out membutuhkan waktu 45 (empat
puluh lima) menit, dari 3 (tiga) proses
pengurusan tersebut pihak keagenan
mendapatkan kendala pada proses clearance
out karena pada proses ini keagenan tidak
bisa setiap saat melakukan clearance out,
dengan terkendala pada jam kerja di Bea
Cukai, sedangkan kapal lepas bisa terjadi
siang dan malam hari disamping faktor di
atas terdapat kendala yang dialami oleh
keagenan pada pengurusan keberangkatan
kapal yang masih menggunakan sistem
manual, sehingga membutuhkan waktu lama
dan birokrasi yang panjang sehingga
pengurusan pelayanan kapal asing menjadi
terkendala.
Pengurusan proses pelayanan di
Imigrasi yaitu keagenan kapal asing
membutuhkan waktu 15 (lima belas) menit
untuk clearance in dan 10 (sepuluh) menit
untuk clearance out, dalam hal ini pihak
pengguna jasa maupun pihak keagenan tidak
mendapatkan hambatan dan kendala.
Dari pengurusan kapal asing di Instansi
Syahbandar pada saat pengurusan sebelum
kapal tiba PKKA membutuhkan waktu 15
(lima belas) menit, pada saat clearance in
membutuhkan waktu 90 (sembilan puluh)
menit, dan pada saat clearance out
membutuhkan waktu 60 (enam puluh) menit.
Dalam pengurusan ini pihak pengguna jasa
tidak menemukan kendala karena dalam
pengurusan di Syahbandar menggunakan
sistem satu pintu sehingga dapat
mempermudah pengguna jasa dan pihak
keagenan.
Pengurusan proses pelayanan di
Instansi Pelindo III Gresik, pengguna jasa
atau pihak keagenan membutuhkan waktu 15
(lima belas) menit untuk clearance in, dan 15
(lima belas) menit untuk clearance out, tetapi
dalam aktivitas di lapangan dalam proses
kapal sandar dan lepas keagenan mempunyai
hambatan yaitu kurangnya kapal tunda.
Waktu normal yang dibutuhkan untuk
menunggu kapal tunda yaitu 1 (satu) jam
dikarenakan antrian kapal tunda yang banyak
sehingga waktu tunggu kapal tunda menjadi 3
(tiga) jam, hal ini menjadi tidak efektif.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
data di atas dari pengumpulan data observasi,
wawancara, dan dokumentasi bahwa
hambatan dan kendala di atas memang terjadi
dalam proses pelayanan pengoperasian kapal
asing di Gresik. Bagaimana upaya-upaya
yang dilakukan dalam meningkatkan
pelayanan pengoperasian keagenan kapal
asing di Gresik?
Dalam usaha untuk mengatasi per-
masalahan yang dihadapi sewaktu
penanganan kapal asing, keagenan harus
mengambil tindakan yang tepat. Hal ini
dilakukan agar kegiatan pelayanan
operasional keagenan kapal asing menjadi
lebih lancar dan agar tidak menjadi masalah-
masalah yang berarti yang biasanya timbul di
lapangan.
No Bulan Jumlah Kapal Asing
9 April 2015 4 kapal asing
10 Mei 2015 4 kapal asing
11 Juni 2015 7 kapal asing
Total 91 kapal asing
No Bulan Jumlah Kapal Asing
1 Agustus 2014 4 kapal asing
2 September 2014 4 kapal asing
3 Oktober 2014 6 kapal asing
4 November 2014 4 kapal asing
5 Desember 2014 4 kapal asing
6 Januari 2015 8 kapal asing
7 Februari 2015 4 kapal asing
8 Maret 2015 5 kapal asing
9 April 2015 2 kapal asing
10 Mei 2015 5 kapal asing
11 Juni 2015 3 kapal asing
Total 49 kapal asing
Tabel 3. Kedatangan kapal asing
PT. Bahtera Adhiguna
Analisis Kurang Optimalnya Pelayanan Pengoperasian Keagenan Kapal Asing Guna Terciptanya
Kelancaran Pelayanan Di Pelabuhan Gresik
Arif Sudarmantoa dan Sri Purwantini
b
1620
Pada persaingan keagenan di Gresik
sangat ketat dan pihak-pihak yang berkaitan
dengan sarana dan prasarana harus dapat
mendukung serta sistem pelayanan yang lebih
cepat dan optimal. Upaya yang dilakukan
berdasarkan data di atas pihak PELINDO dan
Bea Cukai telah mengimplementasikan, yaitu
upaya yang dilakukan pihak PELINDO
dalam meminimalisir waktu tunggu kapal
tunda karena kapal tunda di Pelabuhan Gresik
yang terbatas yaitu meminta bantuan kapal
tunda dari Pelabuhan Surabaya sebanyak 2
(dua) sampai 3 (tiga) kapal tunda, tergantung
kepadatan aktivitas olah gerak kapal di
Pelabuhan Gresik.
Dari proses tunggu kapal tunda yang
memakan waktu 3 (tiga) jam menjadi 1 (satu)
jam. Maka waktu pengiriman barang lebih
cepat, dan kelancaran alur pelayaran menjadi
efektif dan efisien. Sehingga tercipta
pelayanan keagenan kapal asing dalam
menunjang kelancaran kegiatan operasional.
Upaya yang dilakukan Instansi Bea Cukai
yaitu dalam pengurusan clearance di luar jam
kerja, pihak keagenan atau pengguna jasa
dapat melakukan konfirmasi waktu
pengajuan kepada petugas. Sehingga
pelayanan tetap dilakukan walaupun di luar
jam kerja dan berdampak kepada kelancaran
kapal dalam melakukan aktivitas.
IV. KESIMPULAN
Bedasarkan penelitian yang telah
dilakukan di Pelabuhan Gresik, perusahaan
keagenan, dan instansi terkait maka dapat
disimpulkan bahwa pelayanan pengoperasian
keagenan kapal asing di Gresik mengalami
beberapa kendala dan hambatan antara lain
yaitu fasilitas pelayanan kapal tunda di
Pelabuhan Gresik yang kurang memadai dan
sistem pengurusan clearance dokumen di
Instansi Bea Cukai yang belum menerapkan
sistem online 24 (dua puluh empat) jam
sehingga membutuhkan birokrasi yang
panjang dan waktu yang lama. Kendala dan
ketidakoptimalnya pelayanan tersebut
disebabkan 2 (dua) hal, faktor pertama
adalah kurangnya fasilitas kapal tunda yang
ada di pelabuhan Gresik, terbatasnya fasilitas
ini mengakibatkan hambatan kapal tidak bisa
cepat sandar atau lepas dari dermaga karena
harus menunggu antrian kapal tunda dan
mengakibatkan pengurusan kapal asing
menjadi terkendala. Faktor kedua
dikarenakan proses penyelesaian dokumen
atau clearance di Bea Cukai yang belum
menggunakan sistem teknologi modern yaitu
dengan sistem online 24 (dua puluh empat)
jam. Sehingga pada saat pengurusan diluar
jam kerja pengguna jasa tidak bisa sewaktu-
waktu mengajukan proses clearance baik
clearance in atau clearance out, karena jam
kerja yang terbatas serta pengurusan birokrasi
yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saiffudin. 2007. Sikap Manusia Teori
dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Burhanuddin, S. 2013. Prosedur Hukum
Pengurusan Bea dan Cukai.
Yogyakarta: Pustaka Yustisia
Moleong, Lexy J. 2015. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia No. 57 Tahun 2015
Tentang Penundaan Kapal.
Santoso, Budi. 2015. Keagenan (agency).
Bogor: Ghalia Indonesia
Suyono, R. P. 2007. Shipping Pengangkut
Intermoda Ekspor Impor Melalui
Laut. Jakarta: PPM
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik
Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Undang-Undang Pelayaran RI No. 17 Tahun
2008. Jakarta: Sinar Grafika
Undang-Undang Republik Indonesia No. 39
Tahun 2007 Tentang Cukai
kbbi.web.id, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Online.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1621
www.bahteradhiguna.co.id
www.bintang-samudra.co.id
www.variausaha.com
1622
ANALISA TURUNNYA KUALITAS STERILISASI PADA
ULTRAVIOLET WATER STERILIZER
DI MT. DRAGONARIA DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS
Aditya Arin Sasongkoa, Abdi Seno
b, Andy Wahyu Hermanto
c
aTaruna Program Studi Teknika PIP Semarang
b dan cDosen Program Studi Teknika PIP Semarang
ABSTRACT
Ultraviolet water sterilizer is a long cylindrical device used for the sterilization of water into
drinkable water. Ultraviolet water sterilizer has two main parts: an adapter and UV tubes. The
adapter serves to drain ration electricity in accordance with the voltage and current required by
ultraviolet water sterilizer. Tubes UV is containing lamps germicides where light is equipment
major unruk make the water drinkable and the water will flow along the ultraviolet rays, so that the
water flowing in the tube is passed through the sterilization process with ultraviolet rays so that the
water unfit for consumption. The problems that the authors take in this study are the factors that
affect the declining quality of sterilization, the impact of what happens when the quality of
sterilization decreased, and what efforts made to keep the quality of sterilization is not decreased.
The method used is the method of fault tree analysis, a method to find the root of the problem
by using a fault tree and simple logic gates to help determine the basic problem. Fault tree analysis
method consists of a top event, intermediate event, and basic event where all three events are
interrelated to form the fault tree that can be seen cause and effect. Data collected through
observation, interviews, and literature directly to the subject related to the factors, the impact, as
well as the efforts of the decline in the sterilization process to the sterilizer in order to improve the
quality of drinking water.
The cause of the decline to the sterilizer sterilization process in order to improve the quality
of drinking water in MT. Dragonaria that dirty filters, dirty water tubes, and the dirty germicidal
lamp or berdampaknya resulting in less fresh water, complaint against the company, as well as the
ship operational cost is reduced. Therefore made some efforts to improve the quality of the results
of sterilization including cleaning filters, cleaning water tubes, and also clean the germicidal lamp,
as well as auxiliary engine checks periodically so that the quality of sterilization can be increased.
Keywords: Steilizer, fault tree, many produced fresh water
I. PENDAHULUAN
Air adalah salah satu sumber daya alam
yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Air
merupakan komponen lingkungan hidup yang
penting bagi kelangsungan hidup baik
kehidupan manusia maupun makhluk hidup
lainnya. Untuk melestarikan fungsi air perlu
dilakukan pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air secara bijaksana
dengan memperhatikan kepentingan generasi
sekarang dan mendatang serta keseimbangan
ekologis.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya
pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air
yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
Mutu air adalah kondisi kualitas air yang
diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-
parameter tertentu dan metoda tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. (Permen No.82, 2001)
Upaya atau tindakan untuk memelihara
air minum dengan tujuan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah tersebut
juga diaplikasikan dalam menunjang keber-
langsungan pengoperasian kapal dari satu
pelabuhan ke pelabuhan yang lain, sehingga
kebutuhan akan air minum yang layak di atas
kapal terpenuhi.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1623
Adapun di kapal MT Dragonaria untuk
mendapatkan air minum disamping di-supply
dari darat juga dengan sistem sterilisasi.
Presentasi air minum yang didapat dari darat
kurang lebih hanya 30%, dan sisanya 70%
didapat dari proses sterilisasi air minum pada
ultraviolet (UV) sterilizer di atas kapal.
Pada tanggal 5 bulan Januari tahun 2015
dalam voyage 701/15, tepatnya di laut China
ketika akan berlabuh atau sandar di Maoming
Port, ada perbedaan yang langsung berdampak
kepada crew kapal MT. Dragonaria berkaitan
dengan air minum yang dihasilkan oleh
ultraviolet water sterilizer. Ketika mengetahui
hasil yang diproduksi oleh ultraviolet water
sterilizer mulai mengalami penurunan kualitas
hasil produksi, maka pengoperasian alat ini
diberhentikan sementara, karena dinilai air
yang dihasilkan kurang layak. Beberapa dari
crew merasakan air yang tidak layak untuk
diminum, sehingga ketika sandar di Maoming
Port, banyak diantara crew kapal membeli air
mineral dalam kemasan.
Voyage yang sama, ketika membawa
muatan dari Maoming menuju Haiphong
Vietnam, ultraviolet water sterilizer kembali
dioperasikan untuk mengetahui apakah masih
menghasilkan air minum yang kurang layak
atau tidak tanpa adanya perbaikan dan ketika
air yang dihasilkan tetap terlihat keruh dan
berbau, crew kapal harus berhemat air minum.
Sehubungan dengan kondisi
permasalahan-permasalahan tersebut, maka
penulis tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian dengan judul “Analisa turunnya
kualitas sterilisasi pada ultraviolet water
sterilizer”.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan penyusun untuk
menganalisa data khususnya rumusan masalah
termasuk tentang faktor-faktornya meng-
gunakan metode kualitatif fault tree analysis
(analisa pohon kesalahan) dimana dalam
penulisan ini memaparkan semua kejadian atau
peristiwa yang terjadi di kapal dan yang
mungkin akan terjadi di atas kapal dengan
identifikasi kemungkinan-kemungkinan yang
mempengaruhi kinerja screw compressor.
Analisis pohon kegagalan merupakan analisis
induktif yaitu suatu kejadian disebabkan oleh
kejadian sebelumnya. Kejadian sebelumnya
disebabkan oleh kejadian lain lebih lanjut,
kegagalan komponen. Masing-masing
kegagalan tersebut dianalisis lebih lanjut
penyebabnya sehingga sampai pada kondisi
kejadian dasar (basic event). Kemudian pada
tahap cut set yaitu hasil yang diperoleh dari
pengujian masing-masing intermediate event
sampai basic event untuk memperoleh
penyebab dari top event. Adapun langkah-
Iangkah melakukan analisis secara terstruktur
pada sistem Fault Tree Analysis, yaitu:
1. Mengidentifikasi kejadian / peristiwa
terpenting dalam sistem (top level event).
Langkah pertama dalam analisis data
dengan metode FTA ini dibutuhkan
pemahaman tentang sistem dan pengetahuan
tentang jenis-jenis kerusakan untuk
mengidentifikasi akar permasalahan sistem.
Pemahaman tentang sistem dilakukan
dengan mempelajari semua informasi
tentang sistem dan ruang lingkupnya.
2. Membuat pohon kesalahan.
Setelah permasalahan terpenting
teridentifikasi, langkah berikutnya adalah
menyusun urutan sebab akibat pohon
kesalahan. Pembuatan pohon kesalahan
dilakukan dengan menggunakan simbol-
simbol. Standarisasi simbol-simbol tersebut
diperlukan untuk komunikasi dan
kekonsistenan pohon kesalahan.
3. Menganalisis pohon kesalahan.
Analisis terhadap pohon kesalahan
diperlukan untuk memperoleh informasi
yang jelas dari suatu sistem, yaitu untuk
mendapatkan faktor akar permasalahan dan
perbaikan-perbaikan apa yang harus
dilakukan pada sistem.
III. HASIL DAN DISKUSI
1. Faktor-faktor apakah yang menyebab-
kan turunnya kualitas sterilisasi
Ultraviolet Water Sterilizer?
a. Top Event
Dalam penelitian ini bahwa didapati
beberapa top event dari menurunnya
kualitas sterilisasi Ultraviolet Water
Sterilizer. Berikut adalah gambar
diagram pohon kesalahan menurunnya
kualitas sterilisasi Ultraviolet Water
Sterilizer, akan dijelaskan beberapa
Analisa Turunnya Kualitas Sterilisasi Pada Ultraviolet Water Sterilizer di MT. Dragonaria dengan Metode
Fault Tree Analysis
Aditya Arin Sasongkoa, Abdi Seno
b, Andy Wahyu Hermanto
c
1624
penjelasan-penjelasan pada setiap faktor-
faktor yang menyebabkan top event
terjadi.
Gambar 4.8 Pohon kesalahan dari
menurunnya Kualitas sterilisasi
Ultraviolet Water Sterilizer
Sumber : Dokumen Pribadi
Keterangan:
X : Turunnya kualitas sterilisasi
Ultraviolet Water Sterilizer
A : Kotornya Tabung Air
B : Kotornya Lampu Germisida
C : Kotornya Filter
b. Basic Event and Intermediate Event
Basic Event dan Intermediate
Event merupakan faktor-faktor
pendukung terjadinya Top Event,
sehingga dalam bagan di bawah ini
akan dijelaskan lebih rinci mengenai
faktor apa saja yang menyebabkan
Top Event terjadi, antara lain:
1) Kotornya Tabung Air
Kotornya tabung air
selanjutnya disebut dengan
Intermediate Event ini memiliki
faktor lainnya sebagai penyebab
dari kotornya tabung, dua faktor
yang mempengaruhi sehingga
disebut dengan Basic Event
digambarkan dalam pohon
kesalahan sebagai berikut:
Gambar 4.9 Pohon kesalahan dari
kotornya Tabung Air
Sumber: Dokumen Pribadi
Keterangan:
A : Kotornya Tabung Air
A1: Kurangnya tekanan air yang masuk
ke dalam UV filter
A2 : Tidak teraturnya pembersihan
sterilizing Chamber
Kotornya tabung air yang terdapat
pada sterilizer dapat menyebabkan
menurunnya hasil produksi air yang telah
tersterilisasi. Kotornya tabung air ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya:
a) Kurangnya tekanan air yang masuk
kedalam UV Sterilizer karena tekanan
air yang sesuai dapat menguraikan
kotoran-kotoran bakteria serta kuman
yang terkandung dalam air sehingga
sterilisasi bekerja optimal. Normalnya
tekanan 6 kg/cm2
atau 6 bar. Besarnya
nilai tekanan dapat dibaca pada
pressure gauge di sterilizer.
b) Tidak teraturnya pembersihan
sterilizing chamber atau tabung air
dimana didalamnya terdapat batu-batu
dolomite yang berperan sebagai
penetral air dan penyaring kotoran,
kuman dan bakteri. Pembersihan batu-
batu dolomite dari lumpur-lumpur
yang menghambat proses sterilisasi
wajib dilakukan serta penambahan
batu-batu dolomite apabila batu
tersebut mulai terkikis dan berkurang.
X
A C
OR
B
A
A1
OR
A2
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1625
Hal tersebut dapat meningkatkan dan
mengoptimalkan hasil sterilisasi.
Dari data di atas dapat ditarik persamaan
bolean.
A = A1 + A2
Hasil analisa kualitatif yang diadapat dari
analisa proses kualitas sterilisasi
Ultraviolet Water Sterilizer dengan top
event yaitu Kotornya Tabung Air,
didapat beberapa hasil dari penjabaran
yang dilakukan seperti penjelasan di atas,
yaitu:
A : Kotornya Tabung Air
A1: Kurangnya tekanan air yang masuk
ke dalam UV Sterilizer
A2: Tidak teraturnya pembersihan
sterilizing Chamber
2) Kotornya Lampu Germisida
Kotornya permukaan lampu
germisida ini dapat mempengaruhi
proses sterilisasi karena fungsi utama
dari lampu ini yaitu mencegah
berkembangnya kuman dan bakteri
dengan cara penyinaran sinar ultraviolet
Apabila lampu ini kotor maka akan
mengganggu penyinaran yang dapat
mengurangi panjang gelombang kurang
dari 253,7 mm maka kuman dan bakteri
akan berkembang karena dengan panjang
gelombang yang kurang dari 253,7 mm
kuman dan bakteri tidak akan mati.
Gambar 4.10 Pohon kesalahan dari
kotornya lampu germisida
Sumber : Dokumen Pribadi
Keterangan:
B : Kotornya lampu germisida
B1 : Adanya lumut yang menempel pada
dinding lampu
B2 : Tidak teraturnya pembersihan lampu
Germisida
Kotornya lampu germisida yang
terdapat pada sterilizer dapat menyebabkan
menurunnya hasil produksi air yang telah
tersterilisasi. Kotornya lampu germisida ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya:
a) Menempelnya kotoran seperti lumut atau
microorganism yang dapat berkembang
biak pada dinding lampu germisida
dengan bahan dasar kaca, sehingga lumut
ini menghalangi proses keluarnya sinar
UV secara maksimal
b) Tidak teraturnya pembersihan lampu
germisida. Pengecekan secara berkala
pada alat utama sterilizer ini sangat
diperlukan, karena jika tidak dibersihkan
atau dicek setiap waktu dengan tingkat
rutinitas kurang lebih 3 kali dalam satu
minggu maka lumut atau kotoran yang
lainnya akan sangat cepat bertumbuh
pada dinding lampu germisida ini.
Keteraturan pengecekan sangat
berpengaruh karena ini merupakan
bagian dari perawatan daripada
melakukan penggantian lampu yang
kurang efisien. Waktu yang tepat untuk
melaksanakan pembersihan ini adalah
ketika UV sterilisasi tidak sedang
dioperasikan.
Dari data di atas dapat ditarik persamaan
bolean.
B = B1 + B2
Hasil analisa kualitatif yang diadapat
dari analisa proses kualitas sterilisasi
Ultraviolet Water Sterilizer dengan top
event yaitu kotornya lampu germisida,
didapat beberapa hasil dari penjabaran yang
dilakukan seperti penjelasan di atas, yaitu:
B : Kotornya lampu germisida
B1: Terdapat lumut yang menempel
B2: Tidak teraturnya pembersihan lampu
germisida
B
OR
B1 B2
Analisa Turunnya Kualitas Sterilisasi Pada Ultraviolet Water Sterilizer di MT. Dragonaria dengan Metode
Fault Tree Analysis
Aditya Arin Sasongkoa, Abdi Seno
b, Andy Wahyu Hermanto
c
1626
3) Kotornya Filter
Menurut informasi yang diperoleh
dari masinis IV, kotornya filter
disebabkan karena adanya kuman dan
bakteri yang menempel pada filter.
Kuman dan bakteri tersebut bersumber
dari air yang diolah pada UV sterilizer,
biasanya kuman dan bakteri tersebut
menempel pada dinding-dinding filter
yang menyebabkan filter tersebut
menjadi kotor sehingga berdampak pada
tertutupnya lubang-lubang filter yang
mengakibatkan menurunnya hasil
produksi UV Sterilizer.
Di MT. Dragonaria filter tersebut
banyak ditemukan kuman dan bakteri
dikarenakan kotornya kualitas air yang
masuk dalam UV Sterilizer. Hal itu
disebabkan karena kapal berlayar di
perairan yang memiliki kualitas air laut
yang buruk. Pada kenyataannya tidak ada
kaitan langsung pada power sterilizer
meskipun begitu bahwa bakteri dan
kuman selalu berkumpul pada filter dan
akan dilakukan penggantian setidaknya 1
bulan sekali supaya air yang di produksi
selalu bersih.
Pada Filtermass dapat dibersihkan 3
bulan sekali supaya tidak banyak lumpur
yang mengendap pada UV Steirilizer
agar proses sterilisasi berjalan dengan
normal karena pengendapan lumpur
menyebabkan menurunnya hasil
produksi air minum.
Kurangnya perawatan filter pada UV
Sterilizer akan menyebabkan tiga faktor
yang mempengaruhi terjadinya kotornya
filter. Faktor yang mempengaruhi ini
saling berkaitan satu sama lain sehingga
ketika satu saja faktor terjadi maka akan
tetap mengalami kotornya filter ini.
Faktor tersebut digambarkan dalam fault
tree sederhana di bawah ini sebagai
berikut:
Gambar 4.11 Pohon kesalahan dari
kotornya filter
Sumber : Dokumen Pribadi
Keterangan :
C : Kotornya Filter
C1: Kondisi air yang kurang bersih
C2: Kotornya Fresh Water Tank
C3: Tidak optimalnya kinerja FWG.
Penjabaran pohon kesalahan dari
intermediate event yang pertama adalah
kotornya Filter. Kondisi pada Filter
sangat mempengaruhi proses sterilisasi
air minum. Kotornya filter sendiri
dipengaruhi oleh tiga hal yang disebut
dengan basic event yang akan dijabarkan
di bawah ini.
a) Kondisi air yang kurang bersih
Masalah air bersih merupakan hal
yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dimana setiap hari kita
membutuhkan air bersih untuk
minum. Menurut Effendi (2003),
kualitas air bersih dapat ditinjau dari
segi fisik, kimia, dan biologi. Kualitas
fisik ditinjau dari bau, rasa, dan
warna. Kualitas kimia dapat diteliti
melalui pengamatan tentang
kesadahan, pH, kandungan ion dan
sebagainya. Sedangkan ada atau
tidaknya mikroorganisme penyebab
penyakit pada air merupakan syarat
biologi air bersih. Kondisi ini
merupakan indikator-indikator
kelayakan air yang layak untuk
dikonsumsi.
Selain dari segi kualitas, jumlah
air juga harus memadai dalam rangka
C2 C1 C3
C
OR
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1627
pemenuhan kebutuhan manusia.
Kualitas air yang digunakan
masyarakat harus memenuhi syarat
kesehatan agar dapat terhindar dari
berbagai penyakit maupun gangguan
kesehatan yang dapat disebabkan oleh
air. Untuk mengetahui kualitas air
tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium yang mencakup antara
lain pemeriksaan bakteriologi air,
meliputi Most Protable Number
(MPN) dan angka kuman.
Pemeriksaan MPN dilakukan untuk
pemeriksaan kualitas air minum, air
bersih, air badan, air pemandian
umum, air kolam renang dan
pemeriksaan angka kuman pada air
PDAM. Khusus air minum
disyaratkan bahwa tidak mengandung
bakteri patogen, misalnya bakteri
golongan E. coli, salmonella typhi,
vibriocholera, kuman-kuman ini
mudah tersebar melalui air
(Transmitted by water) dan tidak
mengandung bakteri non-patogen,
seperti Actinomycetes dan Cladocera.
Persyaratan air minum secara
Bakteriologis.
b) Kotornya Fresh Water Tank
Pada tangki air tawar yang kurang
perawatan secara teratur juga dapat
mengakibatkan filter lebih cepat kotor
sebelum waktu pergantian filter yang
seharusnya diganti kurang lebih
sebulan sekali, ini terjadi karena
banyaknya endapan-endapan pada
tangki air tawar. Endapan-endapan ini
bisa terjadi karena pengaratan pada
dasar tangki karena air dari hasil fresh
water generator memiliki kadar
garam yang tinggi.
c) Tidak optimalnya kinerja FWG
Fresh water generator, merupa-
kan salah satu pesawat bantu yang
sangat penting di atas kapal, hal ini
dikarenakan dengan menggunakan
FWG dapat menghasilkan air tawar
yang dapat digunakan untuk minum,
memasak, mencuci dan bahkan men-
jalankan mesin penting lainnya yang
menggunakan air tawar sebagai media
pendingin. Pada FWG air tawar
umumnya dihasilkan menggunakan
metode evaporasi. Jadi air tawar
tersebut dihasilkan oleh penguapan air
laut dengan menggunakan panas dari
salah satu sumber panas.
Umumnya sumber panas yang
tersedia diambil dari water jacket
mesin utama, yang digunakan untuk
mendinginkan komponen mesin
utama seperti kepala silinder, liner
dan lain-lain, suhu yang dihasilkan
dari water jacket sekitar 700
C. Tetapi
pada suhu ini penguapan air tidak
maksimal, seperti yang kita ketahui
bahwa penguapan air terjadi pada
1000 C dibawah tekanan atmosfer.
Jadi dalam rangka untuk meng-
hasilkan air bersih di 700
C kita perlu
mengurangi tekanan atmosfer, yang
dilakukan dengan menciptakan vakum
di dalam ruang dimana penguapan
berlangsung. Juga, sebagai akibat
vakum pendinginan air laut menguap
pada suhu yang lebih rendah, Air akan
di dinginkan dan dikumpulkan
kemudian dipindahkan ke tangki.
Tidak optimalnya kinerja FWG
yang menyebabkan menurunnya hasil
produksi air tawar diketahui oleh
terganggunya sistem antara lain:
Terdapat kerak-kerak di bagian
luar pipa evaporator sehingga
penyerahan panas tidak sempurna
pada pipa-pipa pemanas sering kali
terjadi pembenukan kerak-kerak yang
terjadi di luar pipa yaitu pada sisi air
laut, air laut akan mendidih dan
menguap di luar sisi air pemanas dan
mengakibatkan air laut banyak yang
menempel pada pipa-pipa tersebut
lama kelamaan akan timbul kerak-
kerak di bagian luar pipa dan akan
menyebabkan berkurangnya kemam-
puan evaporator untuk menghasilkan
uap.
Terjadinya over load, terjadi pada
motor sehingga motor berhenti
bekerja atau shut down akibat beban
berlebihan srhingga kegiatan supply
air laut terhenti. Terdapat udara dalam
Analisa Turunnya Kualitas Sterilisasi Pada Ultraviolet Water Sterilizer di MT. Dragonaria dengan Metode
Fault Tree Analysis
Aditya Arin Sasongkoa, Abdi Seno
b, Andy Wahyu Hermanto
c
1628
sistem, udara masuk pada bagian
hisap pompa sehingga dapat
menghambat sirkulasi air akibat
adanya udara sebagai penghalang.
Dari hasil pengamatan di atas
menyimpulkan jika hal itu terjadi
maka akan mempengaruhi hasil air
yang dihasilkan fresh water generator
dari kandungan garam meninggi,
produksi air kurang optimal serta
kotornya air karena kerak dari fresh
water generator yang terbawa menuju
ke tangki air tawar. Air dari tangki
tersebut yang akan digunakan pada
sterilizer dan secara tidak langsung
apabila kualitas air tersebut kotor dan
mengandung kerak akan mempercepat
kotornya filter pada sterilizer.
Dari data di atas dapat ditarik
persamaan bolean
C = C1 + C2 + C3
Hasil analisa kualitatif yang
didapat dari analisa menurunnya
kualitas proses sterilisasi pada
ultraviolet water sterilizer dengan top
event kotornya filter, didapat
beberapa hasil dari penjabaran yang
dilakukan seperti penjelasan di atas,
yaitu:
C : Kotornya Filter
C1: Kondisi air yang kurang bersih
C2 : Kotornya Fresh Water Tank
C3: Tidak optimalnya kinerja FWG.
c. Cut Set
Hasil penelitian yang diperoleh dari
pengujian masing-masing intermediate
event sampai basic event untuk
memperoleh penyebab dari top event
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.12 Fault tree menurunnya
proses sterilisasi
Sumber : Dokumen pribadi
Keterangan :
X : Turunnya kualitas sterilisasi
Ultraviolet Water Sterilizer
A : Kotornya Tabung Air
A1: Kurangnya tekanan air yang masuk
kedalam UV filter
A2: Tidak teraturnya pembersihan
sterilizing chamber
B : Kotornya lampu germisida
B1: Adanya lumut yang menempel
B2: Tidak teraturnya pembersihan lampu
germisida
C : Kotornya Filter
C1: Kondisi air yang kurang bersih
C2: Kotornya Fresh Water Tank
C3: Tidak optimalnya kinerja FWG
Dari top event X: turunnya kualitas
sterilisasi Ultraviolet Water Sterilizer,
disebabkan oleh beberapa faktor menjadi
intermediate event A: kotornya tabung
air, yang disebabkan oleh basic event
A1: kurangnya tekanan air yang masuk
ke dalam UV filter, dan basic event A2:
tidak teraturnya pembersihan sterilizing
chamber. Kemudian top event X juga
dipengaruhi oleh intermediate event B:
kotornya lampu germisida yang di-
pengaruhi oleh basic event B1: adanya
B
OR
B B
X
OR
A
A
OR
A
C
OR
CC C
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1629
lumut yang menempel dan B2: Tidak
teraturnya pembersihan lampu germisida.
Terakhir top event X juga dipengaruhi
oleh intermediate event C: kotornya
filter, yang disebabkan oleh basic event
C1: kondisi air yang kurang bersih, C2:
kotornya fresh water tank, dan juga
dipengaruhi oleh C3: tidak optimalnya
kinerja FWG.
Masing-masing event tersebut telah
dilakukan penjabaran serta pembahasan
yang komprehensif dengan meng-
gunakan metode fault tree analysis atau
analisa pohon kesalahan untuk
membahasnya berikut ini adalah tabel
kebenaran dari permasalahan utama.
Jadi dari pembahasan yang
dilakukan dan dilihat dari tabel
kebenaran di atas, dapat ditarik sebuah
kesimpulan dari penyebab menurunnya
proses kualitas sterilisasi Ultraviolet
Water Sterilizer di MT. Dragonaria
dengan persamaan bolean adalah sebagai
berikut:
X = A+B+C
A = A1+A2
B = B1+B2
C = C1+C2+C3
Sehingga menghasilkan Cut Set
X = [A1 + A2] + [B1 + B2] + [C1+C2
+ C3]
X = A1+A2+B1+B2+C1+C2+C3
Dari data di atas, diperoleh penyebab
terbesar menurunnya proses kualitas
sterilisasi pada Ultraviolet Water
Sterilizer di MT. Dragonaria yaitu
kotornya lampu germisida dengan
persentase 39.13% kemudian kotornya
tabung air dengan persentase 30.43% dan
yang paling kecil adalah kotornya filter
dengan persentase 30.42%.
2. Dampak apa yang terjadi ketika kualitas
sterilisasi Ultraviolet Water Sterilizer
menurun?
Dengan melakukan observasi dan
melihat keadaan yang terjadi terhadap
proses sterilisasi air minum di atas kapal
MT. Dragonaria dan juga berdasarakan hasil
wawancara terhadap Masinis 1, Masinis 2,
Masinis 3, dan Masinis 4, termasuk review
engine log book mengenai perawatan dan
perbaikan tentang mesin bantu ini yang
dilihat dari kegiatan treatment mengenai
pengetesan pH menghasilkan rangkuman
kesimpulan yang berbeda-beda mengenai
dampak yang dirasakan, terdapat tiga
dampak yang dirasakan yaitu:
a. Air yang diminum kurang segar.
Dampak ini dirasakan langsung oleh
semua crew yang bekerja pada MT.
Dragonaria, dengan melihat secara fisik
warna yang keruh dan berbuih. Rasa dan
warna yang berubah menjadi air yang
tidak layak membuat para crew menjadi
tidak ingin meminum air hasil sterilisasi
ini walaupun air tersebut sudah dimasak
kembali. Air yang diproduksi ini bersifat
asam dengan nilai pH 10, sedangkan air
yang baik dan layak untuk diminum
tidak bersifat asam maupun basa
melainkan bersifat netral dengan nilai Ph
7. Keasaman air produksi dari mesin
bantu ini juga menimbulkan bau yang
tidak sedap, buih yang terlalu banyak.
Dampak ini merupakan dampak yang
bisa dilihat dan dirasakan secara
langsung.
b. Menjadi hal yang sangat serius apabila
kebutuhan akan air minum tidak
terpenuhi oleh karena itu kapten kapal
langsung mengambil keputusan untuk
membuat complaint terhadap perusaha-
an. Ini merupakan dampak secara tidak
langsung dari crew kepada perusahaan
dikarenakan asupan untuk air minum
yang layak tidak segera diberikan. Surat
ini dilayangkan kepada perusahaan
setelah melakukan beberapa perbaikan
dan perawatan terhadap mesin bantu
ultraviolet water sterilizer, namun tidak
membuahkan hasil. Surat ini dibuat oleh
kapten kapal melalui rekomendasi yang
diberikan oleh chief engineer sebagai
penanggung jawab terhadap permesinan
yang berada di atas kapal, surat yang
dikirim kepada perusahaan telah melalui
prosedur yang tepat yaitu permintaan
atau request untuk permesinan yang
tidak bekerja optimal harus dilakukan
perbaikan dan perawatan terlebih dahulu
sebelum mengajukan complaint.
Analisa Turunnya Kualitas Sterilisasi Pada Ultraviolet Water Sterilizer di MT. Dragonaria dengan Metode
Fault Tree Analysis
Aditya Arin Sasongkoa, Abdi Seno
b, Andy Wahyu Hermanto
c
1630
c. Ship Operational Cost berkurang karena
crew harus membeli air minum dalam
kemasan dari darat dengan uang operasi
kapal. Kebutuhan akan air minum ini
ditindaklanjuti sementara dengan
memanfaatkan uang operasi kapal yang
seharusnya diperuntukkan untuk
membayar beberapa orang yang ditunjuk
membantu kapal ketika akan sandar,
namun uang ini digunakan untuk
membeli kebutuhan air minum dalam
kemasan sebanyak 50 kardus. Sehingga
uang operasional kapal menjadi
berkurang. Bahkan chief engineer
membeli sendiri air minum dalam
kemasan tersebut untuk kebutuhan di
engine control room. Uang untuk operasi
kapal ini juga dilaporkan kepada
perusahaan untuk dokumentasi dan
catatan mengenai pengeluaran di luar
biaya pokok.
d. Dampak dari setiap basic event yang
dijabarkan di atas adalah sebagai berikut:
1) Kurangnya tekanan air yang masuk
kedalam UV filter mengakibatkan air
yang masuk yang masih membawa
kotoran akan berkumpul di-filter
2) Tidak teraturnya pembersihan
sterilizing chamber mengakibatkan
tumpukan kotoran yang bersatu
sebelum proses filterisasi
3) Adanya lumut yang menempel pada
dinding lampu germisida
mengakibatkan sterilisasi sinar UV
tidak maksimal
4) Tidak teraturnya pembersihan lampu
grmisida mengakibatkan tumbuhnya
banyak lumut di sekitar lampu
germisida
5) Kondisi air yang kurang bersih
mengakibatkan hasil air yang di
produksi kurang maksimal
6) Kondisi Fresh Water Tank yang
biasanya terdapat banyak sekali
kotoran mengakibatkan air yang akan
disterilkan menjadi tidak bersih
7) Tidak optimalnya kinerja FWG
mengakibatkan ke-higienis-an air
yang berasal dari FWG masih terdapat
kandungan-kandungan garam sisa
3. Bagaimana upaya mengatasi
menurunnya proses sterilisasi pada
sterilizer?
Berdasarkan observasi atau penelitian
yang penulis lakukan, dan wawancara
dengan Masinis 1, Masinis 2, Masinis 3, dan
Masinis 4 juga studi pustaka dari hasil
pengamatan yang dilihat dari Engine Log
Book pada tahun 2013-2014 tentang upaya
apa yang dilakukan ketika kualitas proses
sterilisasi mengalami penurunan yaitu:
a. Membersihkan lampu germisida, yang
merupakan alat untuk menyeterilkan air
dari bakteri yang menjadikan air tidak
layak untuk dikonsumsi. Pembersihan ini
diharapkan dilaksanakan secara rutin dan
terjadwal karena kegiatan pembersihan
lampu germisida paling berpengaruh
terhadap kualitas hasil produksi air ini.
Ketika lampu germisida dibersihkan juga
harus memperhatikan kain atau majun
yang bersih sehingga lampu tidak
mengalami goresan yang mengakibatkan
arah sinar UV mengalami perubahan.
b. Membersihkan tabung air, sebagai
penampung air sebelum masuk ke
Ultraviolet Water Sterilizer. Tabung air
merupakan tempat penyimpanan air
sebelum memasuki pesawat bantu
ultraviolet water sterilizer sehingga ke-
higienis-an perlu dijaga dari kotoran-
kotoran yang menempel pada dinding
tabung air yang didalamnya juga terdapat
filtermass. Kegiatan pembersihan tabung
air ini juga harus dilaksanakan secara
rutin maksimal setiap satu bulan 2 kali
sehingga dengan melakukan
pembersihan terhadap tabung air ini kita
bisa mengontrol dan melihat keadaan
dari tabung tersebut dan mengambil
apakah harus diadakan pembersihan atau
tidak.
c. Membersihkan filter yang berfungsi
menyaring kotoran yang terlihat atau
tampak. Filter ini adalah saringan
terakhir sebelum air minum dinetralkan
atau disterilisasi, sehingga peran filter
disini sangat berpengaruh. Saringan ini
perlu dilakukan pembersihan yang
terjadwal dan rutin karena sangat
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1631
mempengaruhi hasil kualitas proses
sterilisasi. Filter yang dimaksud juga
harus diadakan pergantian dengan
sparepart yang baru secara rutin karena
saringan ini jika sudah ada kotoran yang
mengendap karena keterlambatan
pembersihan tidak bisa dibersihkan lagi
sampai bersih. Sehingga penggantian
saringan diperlukan. Akan tetapi untuk
menghemat bisa dilakukan pembersihan
2 atau 3 hari sekali sehingga saringan ini
bisa dimanfaatkan selama mungkin.
d. Pengecekan berkala pada alat dan hasil
produksi. Pengecekan ini sebaiknya
maksimal 3 hari sekali agar hasil yang
diinginkan dapat terwujud. Pengecekan
ini diharapkan dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh dan memperhatikan
beberapa kondisi keadaan mesin bantu.
Pengecekan terhadap hasil produksi dan
tekanan air yang masuk harus dicatat dan
dievaluasi setiap minggu sehingga
melalui kegiatan pengecekan ini dapat
dilihat apakah mesin bantu ultraviolet
water sterilizer dalam keadaan baik atau
tidak. Atau bahkan harus dilakukan
perbaikan dengan segera.
Setelah melakukan observasi, meganalisa
masalah, dan melakukan upaya-upaya yang
dilaksanakan untuk memperbaiki dan merawat
equipment maka penulis dapat menyimpulkan
bahwasannya proses kualitas Ultraviolet Water
sterilizer dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data,
dan pembahasan permasalahan yang telah
diuraikan dan dibahas pada bab sebelumnya,
tentang “Analisa turunnya kualitas sterilisasi
pada Ultraviolet Water Sterilizer di MT.
Dragonaria dengan metode Fault Tree
Analysis”, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor yang menyebabkan menurunnya
kualitas sterilisasi pada Ultraviolet Water
Sterilizer adalah:
a. Kotornya tabung air yang tidak
dibersihkan secara teratur dan terjadwal.
b. Kotornya lampu germisida yang menjadi
alat utama sterilisasi dapat bekerja
dengan baik.
c. Kotornya filter atau saringan yang
menyaring kotoran dari air yang akan
masuk kedalam.
Dengan kesimpulan yang menggunakan
persamaan Bolean
X=A1+A2+B+C1+C2+C3
2. Dampak yang terjadi akibat menurunnya
kualitas sterilisasi pada Ultraviolet Water
Sterilizer yaitu:
a. Air yang diminum kurang segar dan
menjadi air minum yang tidak layak
dikonsumsi.
b. Complaint terhadap perusahaan karena
pemenuhan akan air minum yang layak
tidak segera dipenuhi.
c. Ship operational cost berkurang untuk
membeli air mineral dari darat.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
turunnya kualitas sterilisasi pada Ultraviolet
Water Sterilizer adalah:
a. Membersihkan lampu germisida, yang
merupakan alat untuk menyeterilkan air
dari bakteri yang menjadikan air tidak
layak untuk dikonsumsi
b. Membersihkan tabung air, sebagai
penampung air sebelum masuk ke
Ultraviolet Sterilization
c. Membersihkan filter yang berfungsi
menyaring kotoran yang terlihat atau
tampak
d. Pengecekan berkala pada alat dan hasil
produksi
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air
Bersih. Jakarta: Kanisius
Engine Log Book Maintenance of Ultraviolet
Water Sterilizer JSA – 3000
Horne, M. Mima. 2008. Keseimbangan Cairan
Elektrolit & Asam Basa. Jakarta
Instruction Manual Book of Ultraviolet Water
Sterilizer JSA – 3000
Kristiansen, Svein. 2005. Maritime
Transportation Safety Management
and Risk Analysis. New York
Analisa Turunnya Kualitas Sterilisasi Pada Ultraviolet Water Sterilizer di MT. Dragonaria dengan Metode
Fault Tree Analysis
Aditya Arin Sasongkoa, Abdi Seno
b, Andy Wahyu Hermanto
c
1632
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
173/Men.Kes/per/VII/1997
Rustiawan, Dede. 2010. Praktis Belajar Fisika.
Jakarta : Visindo
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya
Tanah dan Air. Yogyakarta
Swain, Helen. 2008. Prinsip-prinsip Sains
Untuk Keperawatan. Jakarta:
Erlangga
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1633
PENYEBAB PECAHNYA CYLINDER LINER PADA GENERATOR
ENGINE DI MT. MARTHA OPTION
A. Y Prasetyaa , Tri Kismantoro
b
aTaruna Program Studi Teknika PIP Semarang bDosen Program Studi Nautika PIP Semarang
ABSTRAK
Generator Engine merupakan mesin penghasil daya listrik utama di kapal, mesin ini
harus mendapat perhatian dan perawatan secara intensif, salah satunya adalah pada
cylinder liner karena cylinder liner adalah bagian dari ruang bakar mesin diesel yang
penting sebagai tempat terjadinya pembakaran bahan bakar dengan udara dan juga alur
gerak bolak-balik piston. Akibat gerakan tersebut akan terjadi gesekan antara cylinder liner
dan cincin piston yang menyebabkan keausan pada dinding cylinder liner. Kondisi cylinder
liner yang telah aus dan tekanan air pendingin yang kurang adalah faktor utama penyebab
pecahnya pada cylinder liner. Upaya untuk mencegah pecahnya cylinder liner adalah
perawatan dan perhatian pada sistim pelumasan dan pendinginannya. Perawatan dan
perbaikan terhadap cylinder liner dilakukan sesuai jam kerja yang telah ditentukan sesuai
manual book, dengan adanya perawatan yang rutin maka pecahnya cylinder liner dapat
diminimalisir dan generator engine dapat bekerja normal.
Kata kunci : faktor penyebab pecahnya cylinder liner, dampak pecahnya cylinder liner,
upaya pencegahan pecahnya cylinder liner
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengoperasian motor diesel
diperlukan banyak daya listrik. Daya
listrik digunakan untuk menggerakkan
motor-motor dari peralatan bantu pada
kamar mesin dan mesin-mesin geladak,
lampu penerangan, sistem komunikasi dan
navigasi, pengkondisian udara (AC) dan
ventilasi, perlengkapan dapur (galley),
sistem sanitari, alarm, sistem kebakaran
dan sebagainya. Di sini generator engine
sangat berperan penting untuk mencapai
itu semua karena digunakan untuk
menyuplai kebutuhan daya listrik di kapal.
Daya yang dihasilkan generator engine
diperoleh melalui pembakaran bahan
bakar yang terjadi di dalam silinder.
Hal ini cylinder liner memegang
peranan sangat penting, karena cylinder
liner adalah komponen mesin yang
dipasang pada cylinder block yang
berfungsi sebagai tempat piston dan ruang
bakar pada motor diesel. Pada saat langkah
kompresi dan pembakaran akan dihasilkan
tekanan dan temperatur gas yang tinggi,
sehingga untuk mencegah kebocoran
kompresi ini maka pada piston dipasang
ring piston untuk memperkecil celah
antara dinding cylinder liner dengan
piston. Piston yang bergerak bolak-balik
mengakibatkan keausan pada dinding
cylinder liner bagian dalam, hal ini akan
menimbulkan penambahan kelonggaran
antara piston dan cylinder liner, sehingga
dapat menyebabkan kebocoran gas,
tekanan kompresi berkurang dan tenaga
yang dihasilkan juga berkurang. Agar
keausan cylinder liner tidak terlalu banyak
maka diupayakan bahan yang digunakan
tahanan aus dan juga tahan terhadap panas,
karena cylinder liner yang baik dan tidak
aus akan menghasilkan pembakaran yang
sempurna.
Berdasarkan hal tersebut, maka
penulis tertarik untuk menuliskan
penelitian yang berjudul “Analisis
Penyebab Pecahnya Cylinder Liner Pada
Generator Engine di MT. Martha Option.”
Penyebab Pecahnya Cylinder Liner pada Generator Engine di MT. Martha Option
A. Y Prasetyaa dan Tri Kismantoro
b
1634
B. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas maka masalah-
masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut:
a. Faktor apa saja yang menyebabkan
pecahnya cylinder liner pada generator
engine di MT. Martha Option?
b. Dampak yang ditimbulkan akibat
pecahnya cylinder liner pada generator
engine di MT. Martha Option?
c. Upaya apa yang dilakukan untuk
mencegah pecahnya cylinder liner pada
generator engine di MT. Martha
Option?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk
mengetahui faktor prnyebab pecahnya
cylinder liner, untuk menganalisa dampak
pecahnya cylinder liner dan untuk
menangani pecahnya cylinder liner pada
generator engine dan menjelaskan
bagaimana pemecahan masalah tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian komponen dasar generator
engine
a. Cylinder Liner
Adalah tempat terjadinya pembakaran
yang menghasilkan tenaga atau usaha
di dalam mesin dan tempat
berlangsungnya proses kerja mesin
langkah isap, kompresi, usaha, buang.
Cylinder liner terbuat dari bahan baja
tuang yang baik.
b. Cylinder head
Bersama piston dan cylinder liner
membentuk ruang bakar. Menahan
tekanan pembakaran yang tinggi.
Menyalurkan panas ke cooling sistem.
c. Cylinder block
Cylinder block terbuat dari besi cor
(cast iron) dan pembuatannya
dilakukan dengan proses casting
(pengecoran). Cylinder block
merupakan rangka utama dari engine.
d. Piston dan piston ring
Piston ring berfungsi sebagai seal
perapat untuk mencegah terjadinya
kebocoran antara piston dengan
dinding cylinder liner dan mencegah
masuknya minyak pelumas ke dalam
ruang bakar serta memindahkan
sebagian besar panas piston ke dinding
silinder.
e. Batang engkol (connecting rod)
Batang engkol (connecting rod). Satu
ujung, yang disebut ujung kecil dari
batang engkol, dipasangkan kepada
pena pergelangan (wrist pin) atau pena
torak (piston pin) yang terletak di
dalam torak. Batang engkol mengubah
dan meneruskan gerak ulak-alik
(reciprocating) dari torak menjadi
putaran kontinu pena engkol selama
langkah kerja dan sebaliknya selama
langkah yang lain.(Maleev, 1995: 6)
f. Poros engkol (crankshaft)
Tenaga (torque) yang digunakan
sebagai tenaga penggerak dihasilkan
oleh gerakan batang torak dan dirubah
menjadi gerak putaran pada poros
engkol. Poros engkol menerima beban
yang besar dari torak dan batang torak
serta berputar pada kecepatan tinggi.
g. Roda gila (flywheel)
Manfaat roda gila adalah untuk
menyimpan energi ketika energi yang
dibangkitkan oleh gas dalam mesin
lebih besar daripada beban mesin
yaitu, selama langkah daya dan
mengembalikannya kepada poros
engkol ketika gas di dalam silinder
tidak membangkitkan energi yaitu,
selama langkah buang, hisap dan
kompresi dalam mesin empat langkah,
atau selama langkah kompresi dalam
mesin dua langkah. Secara umum,
kalau kecepatan poros engkol
cenderung meningkat, roda gila
menyerap energi, kalau cenderung
menurun, roda gila memberikan energi
kepada poros engkol. Jadi, roda gila
bertugas memelihara putaran poros
engkol pada kecepatan seragam.
Kenyataannya, roda gila memberikan
beberapa manfaat menjaga variasi
kecepatan yang tidak dapat
dihindarkan selama tiap daur agar
tetap dalam batas yang diinginkan,
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1635
membatasi kenaikan atau penurunan
sesaat dari kecepatan mesin selama
perubahan bahan bakar meledak,
membawa torak sampai melampaui
tekanan kompresi ketika berjalan pada
kecepatan rendah atau kecepatan tanpa
kerja (idle), membantu kenaikan
kecepatan mesin ketika start, dengan
altrenator yang berjalan paralel, akan
menjaga kemajuan atau kemunduran
kecepatan sudut, dibandingkan dengan
kecepatan sudut yang benar-benar
seragam, agar tetap dalam batas yang
diinginkan. (Maleev, 1995: 79)
h. Poros nok (camshaft)
Poros nok digerakkan oleh poros
engkol oleh penggerak rantai atau oleh
roda gigi pengatur waktu
mengoperasikan katup pemasukan dan
katup buang melalui nok, pengikut
nok, batang dorong. Dan juga berguna
untuk menggerakkan pompa bahan
bakar tekanan tinggi untuk keperluan
starting dan reversing (pembalik)
camshaft digerakkan oleh roda gigi
yang dihubungkan pada crank shaft.
2. Sistem pada generator engine
a. Sistem bahan bakar
Sistem bahan bakar dari instalasi motor
diesel dijelaskan sebagai peralatan yang
diperlukan untuk menangani minyak
bahan bakar dari titik diserahkannya ke
instalasi sampai mencapai pompa
injeksi bahan bakar. Peralatan ini terdiri
atas strainer dan saringan (filter),
pompa transfer, tangki penyimpan dan
tangki harian, indikator permukaan
tanki bahan bakar, pemipaan dan meter
bahan bakar.
Sifat bahan bakar berikut yang
mempengaruhi prestasi dan keandalan
dari suatu mesin diesel:
1) Penguapan (volatility)
Volatility adalah sifat kecenderungan
bahan bakar untuk berubah fasa
menjadi fasa uap.
2) Residu karbon
Residu karbon adalah karbon yang
tertinggal setelah penguapan dan
pembakaran habis suatu bahan yang
diuapkan dari minyak.
3) Viskositas
Viskositas adalah tahanan yang
dimiliki fluida yang dialirkan dalam
pipa kapiler terhadap gaya gravitasi,
biasanya dinyatakan dalam waktu
yang diperlukan untuk mengalir
pada jarak tertentu. Jika viskositas
semakin tinggi, maka tahanan untuk
mengalir akan semakin
tinggi. Karakteristik ini sangat
penting karena mempengaruhi
kinerja injektor pada motor diesel.
4) Kandungan belerang
Belerang dalam sistem bahan bakar
terbakar bersama minyak dan
menghasilkan gas yang sangat
korosif yang diembunkan oleh
dinding cylinder liner yang
didinginkan, terutama kalau mesin
beroprasi dengan beban rendah dan
suhu silinder menurun.
5) Abu (ash)
Abu (ash) adalah sumber dari bahan
yang dapat menggerus yang akan
mengakibatkan keausan mesin yang
bersinggungan secara berlebihan dan
dapat juga menyebabkan korosi.
6) Air dan endapan
Air dan endapan dapat
mengakibatkan permasalah pada saat
pembersihan bahan bakar, ignition
delay, penyumbatan dan juga korosi.
7) Titik nyala (flash point)
Titik nyala adalah titik temperatur
terendah dimana bahan bakar dapat
menyala.
8) Mutu penyalaan (ignition)
Mutu penyalaan (ignition) adalah
sifat dari bahan bakar motor diesel
yang penting, terutama pada motor
diesel putaran tinggi sangat
menentukan mudahnya penyalaan
dan start mesin dingin.
9) Titik tuang (pour point)
Titik tuang (pour point) adalah suhu
minyak mulai membeku atau
berhenti mengalir.
Penyebab Pecahnya Cylinder Liner pada Generator Engine di MT. Martha Option
A. Y Prasetyaa dan Tri Kismantoro
b
1636
10) Sifat korosif (corrosiveness)
Sifat korosif (corrosiveness),
minyak bahan bakar tidak boleh
korosif, tidak boleh mengandung
asam bebas. Kalau tidak, maka dapat
merusak permukaan logam yang
bersinggungan pada mesin.
b. Sistem udara
Sistem udara start yaitu untuk
menghidupkan sebuah motor diesel
dengan udara ber tekanan 20 s/d 30
kg/cm2. Terdiri dari kompresor,
separator, main air receiver, reducing
valve dan reducing station.
c. Sistem pemasukan udara
Sistem pemasukan udara yaitu
memasukkan udara sebanyak-
banyaknya ke dalam silinder dengan
tekanan lebih dari 1 atm, tujuannya
agar dalam proses pembakaran di
dalam silinder tersedia cukup oksigen
sehingga terjadi pembakaran yang
sempurna dan berakibat pemakaian
bahan bakar yang lebih hemat.
d. Sistem buang
Sistem buang adalah gabungan dari alat
yang dilalui gas buang sisa pembakaran
untuk meninggalkan motor diesel.
e. Sistem pelumasan
Adapun tujuan dari pelumasan tersebut
adalah sebagai media pelumas diantara
dua bagian yang bergerak, membentuk
lapisan film minyak pada dua logam
yang saling bergesekan, sebagai
pelindung permukaan terhadap korosi,
sebagai peredam suara dan sebagai
penyalur panas gesekan.
f. Sistem pendinginan
Sistem pendingin marine engine
sebagai penggerak utama kapal
bergantung pada sistem pendingin air
lautnya. Apabila aliran air laut ke
penukar panas tidak lancar, bisa
dipastikan panas yang dibawa coolant
tidak bisa dibuang dengan baik karena
media yang menjadi perpindahan
panasnya tidak tersedia dengan cukup.
Sistem pendinginan terbagi menjadi
dua yaitu pendinginan tertutup dan
pendinginan terbuka.
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh
penulis di dalam penyampaian masalah
adalah diskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode yang digunakan untuk menemukan
pengetahuan terhadap subjek penelitian pada
suatu saat tertentu. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengumpulkan informasi mengenai
subjek penelitian dan perilaku subjek
penelitian pada suatu periode tertentu.
Penelitian deskriptif kualitatif berusaha
menjadikan penelitian meliputi seluruh gejala
atau keadaan yang ada, yaitu keadaaan gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan. Metode ini menggambarkan dan
menguraikan secara lugas dan sesuai dengan
kenyataan yang ada tentang obyek yang
diteliti.
Penelitian deskriptif tidak memerlukan
administrasi yang rigit atau kaku, seperti
keharusan pengontrolan terhadap suatu
perlakuan. Dalam penelitian deskriptif
kebanyakan tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, tapi lebih
mengambarkan “apa adanya” tentang subjek
dalam social setting. Penelitian kualitatif
deskriptif berusaha menemukan ssesuatu
yang bearti sebagai alternatif dalam
mengatasi sebuah masalah penelitian melalui
prosedur ilmiah yang dapat dipertanggung-
jawabkan secara ilmiah. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan terhadap
social setting dan subjek mandiri, yaitu tanpa
membuat perbandingan, atau menghubung-
kan dengan social setting yang dan subjek
yang berbeda. (Mukhtar, 2013: 11)
Waktu dan tempat penelitian yaitu
selama penulis melaksanakan praktek kerja
laut pada tanggal 07 Desember 2012 sampai
dengan 14 Desember 2013 di MT. Martha
Option milik PT. Waruna Nusa Sentana.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Penulis mencari penyebab timbulnya
masalah dan menghubungkan antara hal yang
satu dengan hal yang lainnya sehingga mudah
dalam pemecahan masalahnya dengan fakta-
fakta yang telah dijelaskan di atas. Untuk
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1637
lebih mudah memahami penelitian ini maka
penulis akan berusaha membahas faktor yang
menyebabkan pecahnya sebuah cylinder
liner, dampak yang ditimbulkan dari
pecahnya cylinder liner dan upaya untuk
menangani dan mencegah pecahnya cylinder
liner.
1. Faktor penyebab pecahnya cylinder liner
berpengaruh terhadap generator engine.
a. Kondisi cylinder liner sudah aus
Peningkatan temperatur yang terjadi
pada ruang bakar menyebabkan
terjadinya pemuaian material cincin
piston dan lebih lanjut mengadakan
tekanan ke dinding silinder. Hal ini juga
menyumbang besarnya gaya gesek
terhadap dinding silinder. Kekasaran
permukaan bidang kontak antara
dinding piston dengan silinder dan
dengan adanya gaya gesek yang besar,
menyebabkan keauasan pada dinding
silinder semakin mudah. Material
silinder memiliki sifat getas, lunak dan
tidak tahan panas akan mudah keausan
dinding silinder. Pemilihan bahan
silinder sangat diawasi karena silinder
memegang peranan penting lancarnya
gerakan piston.(Tjahjono Tri, 2005:78-
79)
b. Gas buang tinggi
Suhu gas buang terlalu tinggi dan
output mesin terlalu rendah. Alasan
untuk ini dapat kebocoran pada cincin
piston mesin, bocor katup buang,
scavenging udara diblokir, misalnya
filter hisap pada pendingin udara kotor
atau blowers ruang mesin tidak
menyediakan udara yang cukup,
kegagalan Turbocharger karena
fouling, sumbatan di sistem
pembuangan dan tekanan udara yang
sangat rendah.
Hal ini dapat diperiksa pada piston-
ring dan katup buang yang ketat dengan
mengambil diagram kompresi.
Pemeriksaan pada piston-ring dan katub
buang cukup ketat jika rasio antara
tekanan kompresi mutlak dan tekanan
udara pemulungan mutlak adalah sama
seperti itu selama pengujian. Dengan
Burmeister dan langkah mesin dua tak
rasio ini adalah sekitar 30. (Christen
knak. 1979: 97)
c. Tekanan air pendingin kurang
Tekanan air pendingin kurang maka
yang dilakukan adalah mematikan
kompresor udara jika kompresor
tersebut sedang berjalan, drain atau
membuang udara pada sistem
pendinginan generator engine air
pendingin sampai tekanan air kembali
normal dan membersihkan fresh water
cooler.
2. Dampak pecahnya cylinder liner
berpengaruh terhadap generator engine.
a. Pembakaran dalam cylinder liner tidak
sempurna.
Pembakaran mesin tidak sempurna
dikarenakan masuknya sistem
pendinginan pada ruang pembakaran
yaitu campurnya udara, gas, dan air dan
dapat mengakibatkan getaran mesin
keras, tenaga kurang maksimal. Maka
hal perlu dilakukan dalam mengatasi
tersebut yaitu pengukuran dengan
menggunakan diagram indikator pada
indikator cook apa ada kelainan pada
silinder, jika terjadi kelainan maka
dilakukan over houl dan pengecekan
carter oli generator engine, jika pada
saat keadaan mati oil level normal dan
ketika distart dan berjalan tiba-tiba
penuh berarti ada kebocoran kompresi
pada salah satu silinder. Dan segera
lakukan perawatan pada silinder
tersebut yang tlah diperiksa.
Menurut Nakoela dan Shoichi dalam
buku serba guna (1995:28-29),
kemungkinan terjadinya knocking
adalah perbandingan kompresi terlalu
tinggi sehingga suhu dan tekanan dari
campuran udara bahan bakar cukup
tinggi untuk dapat menyala dengan
sendirinya, suhu dan tekanan campuran
udara bahan bakar terlalu tinggi
disebabkan pengisian yang terlalu
banyak (super charging), kualitas bahan
bakar (oktane number) yang cukup
rendah akan menimbulkan terjadinya
knocking. Untuk automobil digunakan
Penyebab Pecahnya Cylinder Liner pada Generator Engine di MT. Martha Option
A. Y Prasetyaa dan Tri Kismantoro
b
1638
bahan bakar bensin dengan oktane
number 88-93, bentuk ruang bakar.
Ruang bakar yang datar dan lebar pada
motor pembakaran dengan katup sisi.
Penyalaan spontan cenderung
meningkatkan terjadinya knocking
karena penyebaran api, pada motor
dengan pendinginan udara kebanyakan
cenderung terjadinya knocking.
Dibanding dengan motor pendinginan
air, karena pendinginannya kurang baik,
bila gas diputar di dalam ruang bakar
dan proses pembakaran dipercepat
maka kemungkinan besar akan terjadi
pembakaran yang normal dan
sempurna. Knocking tidak akan terjadi
dalam kasus seperti ini, pada kecepatan
rendah dan beban berat, knocking
cenderung akan terjadi karena suhu
menjadi tinggi dan gas tidak cukup
berputar atau bergerak dan campuran
akan terbakar dengan lambat sehingga
cenderung terjadinya knocking.
b. Merusak viscosity minyak lumas.
Tercampurnya miyak lumas dengan
air disebabkan oleh pecahnya cylinder
liner, air masuk ke bagian sistem oli
mesin, mengakibatkan warna pada
minyak lumas berubah menjadi putih
susu dan viskositas minyak lumas
menjadi encer, mesin akan mengalami
kerusakan yang berat dan
mengakibatkan korosi pada permukaan
yang bersinggungan, untuk mencegah
hal-hal tersebut antara lain pergantian
minyak lumas atau diganti dengan
minyak lumas yang baru dan pergantian
atau over houl pada cylinder liner yang
pecah.
3. Upaya untuk mencegah pecahnya cylinder
liner.
a. Perbaikan pecahnya cylinder liner pada
generator engine.
Reparasi keretakan pada cylinder
oversize (http://joe-
pencerahan.blogspot.com/2011/07/keru
sakan-pada-cylinder-liner.html) terdiri
dari:
1) Cara mekanis
Dibersihkan dengan kertas
gosok, palu ketok, sikat baja atau
dengan alat mekanik lainnya dengan
memperhatikan permukaan cylinder
head agar tidak terjadi kerusakan
pada permukaannya.
2) Cara kimiawi
Dibersihkan dengan bahan
kimia, yaitu larutan alkalin yang
dicampur dengan bahan kimia lain
seperti calcined soda, caustic soda,
waterglass, sabun dan potasium
bichromat dengan larutan kimia
dengan komposisi tertentu dan
jangka waktu tertentu, karena pada
cylinder head terdapat lubang
pendingin dan apabila terlalu lama
direndam dalam larutan kimia akan
merusak material. Larutan kimia
berfungsi untuk melunakkan kerak
karbon atau kotoran yang ada
kemudian dibersihkan dengan sekrap
kayu atau sikat yang kaku, agar tidak
tergores maka tidak diijinkan
menggunakan sikat kawat.
Dilakukan pengecekan pada
permukaan cylinder oversize, apabila
terjadi retak maka cylinder oversize
harus diganti dengan yang baru
meskipun hanya terjadi satu
keretakan. Keretakan pada cylinder
oversize dapat terjadi sebagai akibat
tegangan akibat panas,
bertambahnya tekanan cylinder
liner, kesalahan pada sistem
pendinginan, pukulan air, kerusakan
mekanis, atau mutu material yang
kurang baik. Sesuai dengan
peraturan kelas, cylinder oversize
tidak boleh dipakai kembali bila
terjadi crack terbuka, karena dapat
dilalui oleh air, uap atau gas keluar.
Pada dasarnya jika keretakan terjadi
maka kompresi dari mesin bocor
dan akan menyebabkan keretakan itu
semakin besar (retaknya membuka)
dan dapat pecah. Oleh karena itu jika
terjadi keretakan maka cylinder
oversize harus diganti.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1639
b. Perawatan yang perlu dilakukan untuk
mencegah pecahnya cylinder liner.
Menurut hasil observasi penulis
pada saat praktek di kapal MT. Martha
Option analisa perawatan perbaikan ini
dilakukan apabila cylinder oversize
masih dalam keadaan baik serta belum
mengalami keausan maka cylinder
oversize tersebut masih bisa dipakai
namun ring Piston yang jam kerjanya
sudah melewati batas waktu harus
diganti atau di overhaul, demikian juga
keadaaan minyak lumas harus
senantiasa diperhatikan dan setiap satu
bulan sekali dilakukan pemeriksaaan
kualitas minyak lumas dengan sample
untuk diperiksa di laboratorium darat.
Perawatan pada generator engine
pada umumnya yaitu disesuaikan
dengan jumlah jam kerja material dan
metode perawatan sesuai dengan
manual book, lakukan perawatan,
pemeriksaan, pengukuran, perbaikan
atau penggantian material sesuai jam
kerja dan dari pengecekan fisik, dapat
diambil keputusan material yang
dirawat, diperbaiki atau diganti walau
jam kerja belum terpenuhi/belum
waktunya dilakukan penggantian
material tersebut.
Tindakan yang perlu dilakukan
untuk mencegah dan mengatasi
pecahnya cylinder liner pada generator
engine yaitu:
1) Perawatan pencegahan
Perawatan yang dilakukan sebelum
cylinder liner mengalami keausan
serta komponen-komponen lain yang
membantu kerja dari cylinder liner
sebelum mengalami keretakan atau
kerusakan, maka dalam hal ini kita
harus melakukan perawatan secara
rutin, berkala dan terjadwal untuk
menghindari terjadinya kerusakan ke
arah yang lebih fatal.
2) Perawatan darurat
Perawatan yang dilakukan secara
tiba-tiba tidak direncanakan dahulu.
Perawatan dalam hal ini dilakukan
dengan cara mencari penyebab
kerusakan yang ditimbulkan secara
mendadak dan selanjutnya secepat
mungkin memperbaiki agar
generator engine dapat beroperasi
kembali.
3) Perawatan Berencana
Perawatan yang menentukan dan
mempercayakan kepada seluruh
prosedur perawatan yang dibuat oleh
maker melalui Manual Instruction
Book, untuk dilaksanakan dengan
benar, tepat waktu dan berapapun
biaya perawatan yang akan
dikeluarkan tidak menjadi masalah,
demi mempertahankan operasi
generator engine tetap lancar tanpa
pernah menganggur dan
memperkecil/mencegah kerusakan
yang terjadi (Life Time).
Pelaksanaan perawatan dan perbaikan
yang dapat dilakukan pada generator
engine:
1) Pelaksanaan perawatan dan
perbaikan pada minyak lumas:
Pemeriksaan kondisi pelumas
seperti kekentalan maupun warna
dari minyak pelumas tersebut.
Pemeriksaan kebocoran air
pendingin pada dinding-dinding
cylinder liner bagian dalam dan
bagian luar. Pemeriksaan secara
visual pada minyak lumas maupun
pada pendinginannya.
2) Pelaksanaan perawatan dan
perbaikan pada komponen generator
engine:
Pembersihan, pemeriksaan,
pengukuran, penganalisaan,
penggantian material atau
pengecekan fisik tahap pertama top
overhaul yang meliputi material,
kepala silinder, penekan katup
lengkap, batang pendorong, katup
isap dan buang, katup udara
berjalan. Tahap kedua major
overhaul, yang meliputi torak dan
ring torak, batang torak, poros
engkol, poros nok dan lain-lain..
3) Ketersediaan spare parts.
Ketersediaan spare parts di
atas kapal MT. Martha Option
sangat penting karena untuk
Penyebab Pecahnya Cylinder Liner pada Generator Engine di MT. Martha Option
A. Y Prasetyaa dan Tri Kismantoro
b
1640
mengatisipasi jika ada komponen-
komponen yang rusak dan harus
diganti. Jika tidak ada spare parts
kemungkinan akan menghambat
jalannya perawatan dan dapat
mengakibatkan kerusakan pada
komponen-komponen yang lain
dalam suatu mesin.
Menurut hasil observasi
ketersediaan spare parts di atas
kapal MT. Martha Option sangat
penting karena untuk mengatisipasi
jika ada komponen-komponen yang
rusak dan harus diganti. Jika tidak
ada spare parts kemungkinan akan
menghambat jalannya perawatan dan
dapat mengakibatkan kerusakan
pada komponen-komponen yang lain
dalam suatu mesin.
Menurut hasil tanya jawab
dengan KKM (Kepala Kamar
Mesin) ketersediaan spare parts
sangat penting, karena dengan tidak
tersedianya spare parts yang kita
perlukan sangat menghambat proses
perawatan dan perbaikan suatu
permesianan. Maka dari itu kita
harus senantiasa melakukan
pengecekan atas ketersediaan spare
parts, jika tidak ada maka kita perlu
melakukan permintaan ke kantor
untuk pengadaan spare parts yang
kita butuhkan.
V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan di lapangan dan dari hasil
uraian permasalahan yang telah dihadapi
mengenai pecahnya cylinder liner pada
generator engine di MT. Martha Option,
maka dapat diambil beberapa simpulan
sebagai berikut:
a. Pecahnya cylinder liner pada generator
engine disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu kurangnya tekanan air pendingin,
pelumasan yang tidak optimal dan
kondisi cylinder liner yang sudah aus.
b. Pecahnya cylinder liner pada generator
engine mengakibatkan pembakaran
dalam cylinder liner tidak sempurna
dan tenaga generator engine berkurang.
c. Perawatan dan perbaikan terhadap
komponen generator engine, misalnya
cylinder liner harus sesuai dengan jam
kerja yang ada di manual book. Dan
ketersediaan spare parts sangat penting
untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan jika nantinya ada perawatan
yang memerlukan pergantian
komponen tertentu.
2. Saran
Dari simpulan di atas maka Penulis dapat
memberikan saran mengenai permasalahan
yang dibahas dalam bab terdahulu yang
mana saran tersebut semoga dapat
dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi di atas kapal.
a. Para Masinis sebaiknya sering
melakukan perawatan dan pengontrolan
terhadap tekanan air pendingin dengan
perawatan pada kompresor karena
rusaknya kompresor berpengaruh
terhadap tekanan air pendingin,
pelumasan yaitu dengan
memperhatikan jam kerja dan kualitas
minyak lumas dan cylinder liner
sebaiknya diperiksa sesuai dengan jam
kerja pada manual book, sehingga
generator engine dapat berfungsi
dengan baik sebagaimana yang
diinginkan.
b. PMS (planning maintenance system)
dijadikan budaya kerja. Perawatan
komponen di generator engine harus
sesuai dengan jam kerja yang ada
dalam instruction manual book, serta
jika ditemukan kelainan pada
komponen generator engine harus
segera diatasi agar kapal dapat
beroperasi dengan lancar.
c. Selain itu, hendaknya para Masinis
memperhatikan spare parts untuk
komponen-komponen utama pada
generator engine, sehingga pada saat
terjadi kerusakan darurat sudah tersedia
spare parts yang diperlukan pada saat
itu.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1641
DAFTAR PUSTAKA
Christen, Knak. 1979. Diesel Motor Ships
Engine and Machinery Text.
Copenhagen: G.E.Cgad
Publishers
Endrodi. 1985. Motor Diesel Penggerak
Utama. Jakarta
Afrizal. 2014. Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo
Joe. 2011. Kerusakan pada cylinder liner.
<URLhttp://joe-
pencerahan.blogspot.
com/2011/07/kerusakan-pada-
cylinder-liner. Html>
Maleev, V.L. 1954. Diesel Engine
Operating and Maintenance : The
Construction, Operation,
Maintenance and Repair of
Modern Disel Engine. New York:
McGraw-Hill Book Company
Maneen, P.V. 1987. Motor Diesel Kapal.
Jakarta: PT. Triasko Madra
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian
Deskriptif Kualitatif. Jakarta:
Referensi (GP Press Group)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta
Sunarta, Nakula. dan Furuhama, Shoichi.
2002. Motor Serba Guna. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita
Tim Penyusun PIP Semarang. 2009.
Pedoman Penyusunan Penelitian.
Semarang: Politeknik Ilmu
Pelayaran
Tjahjono, Tri. 2005. Analisis Keausan
Pada Dinding Silinder Mesin
Diesel. 78-83
Yanmar. Manual Book: Yanmar Diesel
Engine. Model M220 (A) (L).
Operation manual. Yanmar Corp
1642
PENANGANAN FLAT RACK CONTAINER GUNA MENCEGAH TERJADINYA
KERUSAKAN MUATAN DI KAPAL MV. MERATUS KALABAHI
A. Kurniawana, Tri Kismantoro
b
aTaruna Program Studi Nautika PIP Semarang
bDosen Program Studi Nautika PIP Semarang
ABSTRAK
Semakin beragamnya permintaan dari konsumen maka muncul muatan yang tidak
beraturan yaitu lebar dan tinggi muatan melebihi batas kemampuan muat container biasa yang
membutuhkan penanganan khusus di atas flat rack container. Dari hasil penelitian penulis
menemukan adanya kendala koordinasi pihak kapal dengan pihak darat (planner), dalam hal ini
adalah perencanaan pemuatan dan pembongkaran. Selain itu petugas jaga tidak melakukan
pengecekan pada saat bongkar muat sehingga tidak mengetahui ada muatan yang belum di-
lashing. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penanganan muatan flat rack
container di kapal MV. Meratus Kalabahi masih belum optimal. Untuk itu sebelum kapal
melakukan bongkar muat diadakan komunikasi antara pihak kapal dengan pihak darat dalam hal
prosedur penanganan muatan yang benar, serta adanya kerjasama yang baik pada waktu bongkar
muat dan melakukan pengecekan secara berkala selama di pelabuhan antara Mualim dan crew
kapal yang bertugas, sehingga kualitas muatan tetap terjaga hingga pelabuhan bongkar.
Kata kunci : penanganan, muatan, flat rack container
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Container atau yang dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai peti kemas
adalah satu kemasan yang dirancang secara
khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai
berulang kali, dipergunakan untuk
menyimpan dan sekaligus mengangkut
muatan yang ada didalamnya. Filosofi dibalik
peti kemas ini adalah adanya kemasan yang
terstandar yang dapat dipindah-pindahkan ke
berbagai moda transportasi laut dan darat
dengan mudah seperti kapal laut, kereta api,
truk atau angkutan lainnya sehingga
transportasi ini lebih efisien, cepat, dan aman.
Dari fungsinya yang mempunyai banyak
kemudahan transportasi ini, container
akhirnya menjadi pilihan utama
pengangkutan barang, terutama untuk lintas
pulau atau lintas negara.
Muatan peti kemas dibedakan menurut
ukuran (dimensi) dan jenisnya. Ada 3 jenis
ukuran container yang lazim digunakan,
yaitu 20', 40' dan 45'. Ketiganya tersedia
dalam 2 jenis, yaitu standart dan high cube.
Perbedaan antara standart dan high cube
adalah pada tinggi container. Container high
cube mempunyai dimensi tinggi yang lebih
daripada container standart, yaitu 9'6" atau
sekitar 2,896 m, dibandingkan dengan tinggi
container standart, yaitu 8'6" atau sekitar
2,591 m. Container jenis high cube memiliki
tanda berupa garis–garis miring dengan
warna kuning dan hitam mencolok di atas
pintunya. Ketiga container tersebut memiliki
perbedaan pada dimensi panjangnya, yaitu
20' (6,096 m), 40' (12,192 m), dan 45'
(13,716 m). Ketiganya memiliki lebar yang
sama, yaitu 8' atau sekitar 2,438 m. Semua
ukuran tersebut adalah ukuran eksteriornya
atau bagian luar, sedangkan kerugian sistem
container adalah investasinya memerlukan
biaya yang cukup besar.
Dengan perkembangan muatan yang
semakin komplek dan permintaan dari
konsumen yang semakin beragam jenisnya
maka muncul muatan dalam bentuk yang
tidak beraturan yaitu antara lebar dan tinggi
muatan tersebut melebihi batas kemampuan
muat container biasa. Muatan ini diharuskan
dalam keadaan baik dan tidak rusak sesuai
dengan pertama kalinya isi muatan itu
dimuat. Butuh penanganan khusus dan benar
sesuai dengan prosedur penanganan muatan
untuk muatan bebas yang diangkut di atas
container yang berbentuk rak datar (flat rack
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1643
container) pada saat pengiriman sampai ke
tangan konsumen.
Rencana pemuatan yang mencakup
semua peti kemas yang akan dimuat di atas
kapal harus sudah direncanakan sebelum
kapal tiba di pelabuhan tujuan. Dalam
perencanaan yang tidak akurat atau tidak
sesuai sering mengakibatkan penundaan
keberangkatan kapal. Pengaturan dan
pengamanan peti kemas yang baik dan
memenuhi aturan pemuatan secara langsung
menjamin keselamatan muatan itu sendiri,
akan tetapi pada kenyataannya semua hal
yang berkaitan dengan pemuatan, pengaturan
dan sistem pengamanan peti kemas di atas
kapal terkadang tidak sesuai aturan dan
kemampuan kapal, sebagai contoh banyak
perusahaan pelayaran di Indonesia yang
mempunyai manajemen kurang baik
khususnya pada kapal peti kemas kurangnya
koordinasi antara pihak kapal dengan pihak
darat mengenai rencana pemuatan dan
pembongkaran yang dilakukan di atas kapal.
Rencana pemuatan pada kapal MV. Meratus
Kalabahi telah dibuat dan diatur oleh pihak
darat, jadi pihak kapal mengetahui rencana
pemuatan dan pembongkaran setelah kapal
tiba di pelabuhan. Sedangkan pihak kapal
ingin merubah bay plan yang telah dibuat
oleh pihak darat sesuai prosedur keselamatan
kapal, muatan dan keselamatan crew kapal.
Hal ini tentu saja membutuhkan beberapa
waktu untuk merencanakan pemuatan dan
pembongkaran antara pihak kapal dengan
pihak darat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul ”Penanganan Flat Rack
Container Guna Mencegah Terjadinya
Kerusakan Muatan Di Kapal MV. Meratus
Kalabahi“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka penulis mencoba untuk
merumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
a. Penyimpangan apakah yang terjadi pada
penanganan flat rack container di kapal
MV. Meratus Kalabahi?
b. Bagaimanakah tindakan yang dilakukan
untuk menangani flat rack container di
kapal MV. Meratus Kalabahi?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan penelitian yang penulis
lakukan dan ditemukan banyaknya
permasalahan maka penulis membatasi
masalah yang penulis teliti tentang
penanganan flat rack container jenis muatan
dalam bentuk truk atau beberapa muatan
berat yang tidak sesuai dengan ukuran lebar
dan tingginya muatan di kapal MV. Meratus
Kalabahi.
II. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Penanganan
Menurut Gianto dan Martopo dalam
buku Pengoperasian Pelabuhan Laut
(2004:23), Penangangan muatan adalah
proses penanganan muatan agar selamat
sampai ke tempat tujuan. Adapun faktor
yang mempengaruhi penanganan muatan,
antara lain:
a. Produktifitas bersih, yang didefisinikan
sebagai banyaknya penanganan dalam
ton untuk tiap crane atau gantry bila
bekerja selama 1 (satu) jam tanpa
terganggu.
b. Gangguan yang cenderung terjadi pada
setiap shift dan dapat menyebabkan
waktu menganggur yang mengurangi
output shift.
c. Cara buruh bekerja, misalnya berapa
banyak waktu lembur dan sebagainya.
Penanganan muatan di pelabuhan yang
efisien:
a. Hubungan kerja antara pihak pemilik
kapal dan pihak pengusaha pelabuhan
yang dalam hal ini bagian terminal di
pelabuhan yang bersangkutan.
b. Tersedianya peralatan bongkar muat
yang memadai sesuai dengan jenis
komoditi yang ditangani.
c. Pengaturan tata letak muatan dalam
kapal yang baik.
Menurut Gianto dan Martopo dalam
buku Pengoperasian Pelabuhan Laut
(2004:02), usaha bongkar muat barang
adalah kegiatan jasa yang bergerak
Penanganan Flat Rack Container Guna Mencegah Terjadinya Kerusakan Muatan di Kapal MV. Meratus
Kalabahi
Kurniawana dan Tri Kismantoro
b
1644
dalam kegiatan bongkar muat dari dan ke
kapal, yang terdiri dari kegiatan
stevedoring, cargodoring, dan receiving
atau delivery. Dari pengertian di atas
penulis mengambil kesimpulan, bahwa
proses bongkar muat adalah sebuah
kegiatan pemuatan atau pembongkaran
yang dilakukan pada saat kapal berada di
pelabuhan dengan pengerjaan yang
semaksimal mungkin, proses bongkar
muat membutuhkan pelayanan jasa
bongkar muat, atau yang disebut dengan
stevedoring.
2. Pengertian Muatan
Menurut Gianto dan Martopo dalam
buku Penanganan dan Pengaturan Muatan
(2004:7). Demi tercapainya suatu kondisi
kualitas yang baik maupun menjaga
kualitas muatan sehingga sama dengan
keadaan pada waktu muatan itu diterima di
kapal maka haruslah kita mengenal betul
sebelumnya akan sifat-sifat dari muatan.
Muatan-muatan yang diangkut di kapal
dapat dibagi dalam golongan-golongan
besar menurut sifat-sifatnya (kualitasnya)
yaitu diantaranya:
a. Muatan basah adalah muatan yang
bersifat basah atau berbentuk cairan
yang dikapalkan di dalam kemasan,
seperti dalam drum, kaleng, tong dan
sebagainya.
b. Muatan cair adalah muatan berbentuk
cairan yang dimuat secara curah
dalam tangki atau tank container.
c. Muatan kering ialah jenis muatan
yang tidak merusak muatan lainnya
tetapi dapat rusak oleh muatan
lainnya, terutama oleh muatan basah.
d. Muatan kotor adalah muatan yang
menimbulkan kotor atau debu selama
dan sesudah muat bongkar yang dapat
menimbulkan kerusakan pada muatan
lainnya terutama muatan bersih dan
halus.
e. Muatan bersih adalah muatan yang
tidak merusak muatan lainnya karena
tidak menimbulkan debu atau kotoran.
f. Muatan berbau adalah jenis muatan
yang oleh sifat baunya dapat merusak
muatan lain, dan juga dapat saling
merusak diantara muatan berbau
lainnya.
g. Muatan halus atau peka adalah
termasuk diantaranya : tepung terigu,
beras, susu bubuk dan bahan kering
lainnya. Jenis ini merupakan bahan
mudah sekali rusak oleh pengaruh
muatan basah, kotor dan berbau.
h. Muatan berbahaya adalah semua jenis
muatan yang memerlukan perhatian
khusus karena dapat menimbulkan
bahaya ledakan.
Muatan berbahaya digolongkan menjadi
9 (sembilan) golongan atau kelas:
1) Explosive
Meliputi barang berbahaya atau bahan
peledak yang mempunyai bahaya
ledakan, misalnya amunisi dan
dinamit.
2) Gasses
Gas yang dimampatkan atau ditekan,
dicairkan atau dilarutkan di bawah
tekanan.
3) Inflamable Liquids
Cairan yang mudah terbakar. Bahaya
utama dari benda ini dalam
transportasi adalah dapat
mengeluarkan uap (ada jenis dapat
beracun).
4) Inflamable Solids
Benda padat yang mudah terbakar.
Beberapa jenis dari bahan ini dapat
meledak kecuali dicampur dengan air
atau cairan lain.
5) Oxidising Agent
Benda atau zat yang mengandung zat
asam. Golongan ini dapat
menimbulkan uap panas yang dapat
terbakar dengan mudah.
6) Poisonus Substance atau Toxic
Benda padat, gas, dan cair yang
beracun. Zat ini adalah bahan kimia
yang dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia atau
menyebabkan kematiaan apabila
terserap ke dalam tubuh karena
tertelan, lewat pernafasan atau kontak
lewat kulit.
7) Radio Active
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1645
Benda ini adalah benda yang dapat
mengeluarkan radiasi yang berbahaya
bagi kesehatan manusia dan
lingkungannya.
8) Corrosive
Segala macam benda atau bahan yang
dapat menimbulkan karat yang
bersifat merusak, dapat berbentuk
padat maupun cair dalam bentuk
aslinya, umumnya bahan ini dapat
merusak kulit.
9) Miscellaneous Substance
Ini merupakan jenis benda lain yang
berbahaya yang tidak termasuk dari
salah satu golongan di atas karena
dapat menimbulkan bahaya khusus
yang tidak dapat disamakan dengan
golongan ini.
Jadi, dari uraian teori di atas penulis
mengambil kesimpulan bahwa muatan
adalah segala bentuk barang baik padat,
cair, maupun gas yang memiliki sifat-
sifat yang mempunyai karakteristik
sendiri yang diangkut dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan alat
transportasi baik darat, laut, maupun
udara.
3. Jenis-Jenis Peti Kemas
(Sumber:http://www.maritimeworld.
web.id/2013/04) Container adalah struktur
yang menyimpan berbagai macam produk
yang perlu dikirim dari satu tempat ke
tempat lain melalui kapal. Dengan
demikian, tergantung pada jenis produk
yang akan dikirim atau layanan khusus
yang diperlukan dari mereka, container
dapat bervariasi dalam dimensi, struktur,
bahan, dan konstruksinya.
Beberapa jenis yang paling umum dari
container pengiriman yang digunakan saat
ini antara lain:
a. Dry Storage Container
Peti kemas jenis ini berfungsi untuk
mengangkut berbagai jenis muatan
kering atau general cargo yang tidak
memerlukan pemeliharaan khusus.
b. Refrigerated ISO Container
Atau disebut juga peti kemas yang
mempunyai sistem pengatur udara. Peti
kemas ini berfungsi untuk mengangkut
muatan beku dengan suhu yang dapat
dikontrol, biasanya berisi muatan yang
ongkos angkutnya tinggi.
c. Dry Bulk Container
Peti kemas ini cocok untuk mengangkut
muatan kering seperti pada kapal curah
dan mudah bergeser dengan contoh
muatan antara lain: beras, gandum, biji-
bijian dan lain-lain. Untuk pengisian
muatan biasanya mengunakan lubang-
lubang di bagian atas sebagaimana
pintu palka.
d. Open Top Container
Peti kemas ini bagian atasnya terbuka
dan mempunyai pintu pada salah satu
ujung, peti kemas jenis ini cocok untuk
memuat barang-barang yang ukurannya
relative besar dan tinggi.
e. Open Side Container
Peti kemas jenis ini mempunyai
dinding pada salah satu sisi atau kedua-
duanya bisa dibuka dan ditutup.
f. Opentop openside container
Peti kemas jenis ini bagian atas serta
sisi-sisinya terbuka sedangkan bagian
ujung-ujungnya terdapat dinding.
g. Tank Container
Bangunannya berupa sebuah tangki
yang dipasang dalam kerangka peti
kemas dan sesuai dengan dimensi yang
telah ditetapkan oleh ISO (International
Standart Organitation). Berfungsi
untuk mengangkut muatan yang
berbentuk cair dan gas.
h. Flat Rack Container
Peti Kemas jenis ini hanyalah terbentuk
dari bagian lantai peti kemas dengan
corner casting atau lubang
pengangkatnya terletak pada keempat
sudutnya, tetapi tanpa mempunyai tiang
sudut (corner post). Peti kemas jenis ini
tidak bisa dihibob dengan spreader
biasa, tetapi saat menghibob
menggunakan lift lock sling ataupun
spreader biasa yang disambung dengan
sling rantai yang dipasang pada
keempat sudutnya.
4. Pencegahan
Penanganan Flat Rack Container Guna Mencegah Terjadinya Kerusakan Muatan di Kapal MV. Meratus
Kalabahi
Kurniawana dan Tri Kismantoro
b
1646
Menurut Anwar Hadi (2007:151),
pencegahan merupakan tindakan meng-
hilangkan penyebab ketidaksesuaian yang
potensial atau situasi yang tidak
dikehendaki. Dalam kaitannya dengan
upaya pencegahan kerusakan muatan yaitu
segala usaha yang dilakukan agar tidak
terjadi kerusakan muatan karena
penanganan muatan flat rack container
yang kurang baik pada saat proses
bongkar muat di pelabuhan.
5. Prinsip Pemuatan
Menurut Soegiyanto (2004:08) dalam
pemuatan dan pembongkaran muatan
harus dilaksanakan secara cepat, efisien
dan sistematis. Agar pelaksanaan
pemuatan dan pembongkaran dapat
dilakukan secara cepat dan sistematis,
maka sebelum kapal tiba di pelabuhan
pertama (first port), harus sudah tersedia
rencana pemuatan dan pembongkaran
(stowage plan). Stowage plan ini
merupakan rencana awal (tentative
stowage plan), jadi apabila terjadi
perubahan rencana masih dapat dilakukan.
Setelah rencana awal dilaksanakan secara
keseluruhan di pelabuhan tersebut, baru
disalin ke dalam pemuatan akhir (final
stowage plan). Kalau sudah final stowage
plan, maka muatan tidak boleh dirubah,
kecuali dalam keadaan yang sangat
memaksa.
Menurut Alam S. (2007:140),
pelaksanaan adalah suatu fungsi
manajemen untuk menggerakkan orang-
orang agar bekerja sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Banyak orang
mengambil kesimpulan bahwa fungsi
manajemen pelaksanaan merupakan fungsi
yang paling penting karena berhubungan
dengan sumber daya manusia.
Berdasarkan definisi tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
harus terdapat koordinasi agar mencapai
keefektifitasan dalam suatu kegiatan.
Menurut Martopo dan Soegiyanto
(2004:7), stowage atau penataan muatan
merupakan suatu istilah dalam kecakapan
pelaut, yaitu suatu pengetahuan tentang
memuat dan membongkar muatan dari dan
ke atas kapal sedemikian rupa agar
terwujud 5 prinsip pemuatan yang baik.
Adapun 5 (lima) prinsip pemuatan
yang baik adalah:
a. Melindungi awak kapal dan buruh
(safety of crew and longshoreman).
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan alat-alat keselamatan kerja
secara benar, pemeriksa peralatan
bongkar muat sebelum digunakan
sehingga dalam keadaan baik serta
mengadakan tindakan berjaga-jaga
secara benar.
b. Melindungi kapal (to protect the ship)
Melindungi kapal adalah suatu upaya
agar kapal tetap selamat selama
kegiatan muat bongkar maupun dalam
pelayaran, misalnya menjaga stabilitas
kapal, jangan memuat melebihi deck
load capacity, memperhatikan SWL
(safety working load) peralatan muat
bongkar.
c. Melindungi muatan (to protect the
cargo)
Dalam peraturan perundang-undangan
internasional dinyatakan bahwa
perusahaan atau pihak kapal
bertanggungjawab atas keselamatan
dan keutuhan muatan sejak muatan itu
dimuat sampai muatan itu dibongkar.
Oleh karena itu pada waktu memuat,
membongkar, dan selama dalam
pelayaran, muatan harus ditangani
secara baik.
d. Melakukan muat bongkar secara cepat
dan sistematis (rapit and systematic
loading and discharging).
Agar pelaksanaan pemuatan dan
pembongkaran dapat dilakukan secara
cepat dan sistematis, maka sebelum
kapal tiba di pelabuhan pertama, harus
sudah tersedia rencana pemuatan dan
pembongkaran (stowage plan).
e. Penggunaan ruang muat semaksimal
mungkin.
Dalam melakukan pemuatan harus
diusahakan agar semua ruang muat
dapat terisi penuh oleh muatan atau
kapal dapat memuat sampai sarat
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1647
maksimum, sehingga dapat diperoleh
uang tambang yang maksimal.
6. Jenis–jenis Kapal Peti Kemas
(Sumber:http://www.academia.edu/52074
32/KAPAL_LAUT_DAN_MUATAN)
Jenis-jenis kapal peti kemas diantaranya
sebagai berikut:
a. Kapal Semi Container
Kapal semi container adalah kapal yang
biasa digunakan untuk mengangkut peti
kemas bersama-sama dengan muatan
yang tidak dimuat dalam peti kemas
(break bulk), dengan kata lain muatan
yang dibungkus secara konvensional.
b. Kapal Full Container
Kapal jenis ini digunakan hanya untuk
mengangkut peti kemas. Pada ruangan-
ruangan muat sudah dipasang cell guide
sehingga peti kemas yang akan dimuat
kedalam ruang muat dapat dengan
mudah diarahkan melalui cell guide. Di
atas geladak kapal biasanya juga
dipasang cell guide. Selain berfungsi
untuk mengarahkan peti kemas pada
tempat kedudukannya di dalam palka
(in hold ) dan di atas palka (on deck),
cell guide juga berfungsi sebagai
penahan peti kemas terhadap gaya-gaya
kapal yang timbul pada saat kapal
berlayar di laut bebas.
7. Bay Plan Container
Container Bay Plan adalah rencana
muatan yang dibuat atau direncanakan
sebelum pemuatan container, atau
menurut (Tim PIP Semarang, 2001:163)
container bay plan adalah bagan pemuatan
peti kemas secara membujur, melintang
dan tegak. Membujur ditandai dengan
nomor bay mulai dari depan ke belakang,
dengan catatan nomor ganjil untuk peti
kemas ukuran 20 feet atau TEUS (twenty
feet equivalent unit) dan nomor genap
untuk peti kemas ukuran 40 feet atau
FEUS (fourty feet equivalent unit). Tier
dihitung dari bawah ke atas. Melintang
ditandai dengan nomor row dimulai dari
tengah dan dilihat dari belakang. Bay Plan
biasanya berbentuk buku dengan
lembaran-lembaran untuk masing-masing
bay. Dengan banyaknya jenis peti kemas
yang dimuat, di dalam container bay plan
diberi tanda-tanda jumlah berat muatan
dan posisinya sesuai bay, row, atau tier
untuk memperlancar proses bongkar muat.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu kegiatan
ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis
dan memiliki tujuan tertentu baik praktis
maupun teoritis. Dikatakan sebagai „kegiatan
ilmiah‟ karena penelitian dengan aspek ilmu
pengetahuan dan teori. ‟Terencana‟ karena
penelitian harus direncanakan dengan
memperhatikan waktu, dana dan aksesibilitas.
Metode Deskriptif merupakan suatu
metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskriptif, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
IV. ANALISIS DATA DAN HASIL
PENELITIAN
1. Analisis Data
Berdasarkan analisa yang dilakukan,
penulis dalam penyusunan penelitian ini
akan membahas beberapa permasalahan
yang terjadi sehubungan dengan
penanganan muatan yang dilakukan di
kapal MV. Meratus Kalabahi ini. Dimana
permasalahan tersebut yaitu:
a. Adanya penyimpangan yang terjadi
terhadap penanganan flat rack
container di kapal MV. Meratus
Kalabahi.
Dari hasil observasi terhadap
obyek secara langsung di lapangan,
penyusun menemukan bahwa pelak-
sanaan penanganan flat rack container
di MV. Meratus Kalabahi tidak sesuai
dengan prosedur. Banyak hal yang
menjadi penghambat dari pelaksanaan
kegiatan tersebut, diantaranya yang
pernah dialami penulis adalah:
1) Proses penanganan yang kurang baik
dan disebabkan oleh lemahnya
koordinasi antara pihak kapal
dengan pihak darat (planner).
Penanganan Flat Rack Container Guna Mencegah Terjadinya Kerusakan Muatan di Kapal MV. Meratus
Kalabahi
Kurniawana dan Tri Kismantoro
b
1648
Sehingga proses bongkar muat
mengalami perlambatan jam kerja
dan mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan karena harus membayar
uang tambahan waktu sandar.
Contoh kasus : Pada saat kapal MV.
Meratus Kalabahi tiba di pelabuhan
Surabaya dan akan melakukan
bongkar muat. Pihak darat (planner)
datang ke kapal dengan membawa
laporan rencana pemuatan dan
pembongkaran. Sesuai dengan bay
plan container yang sudah dibuat
oleh pihak darat (planner) terjadi
kesalahan penempatan muatan jenis
flat rack container yang tidak sesuai
dengan prosedur keselamatan di atas
kapal. Muatan tersebut diketahui
setelah kapal akan selesai
melakuakan kegiatan memuat di
pelabuhan Surabaya. Pihak darat
(planner) salah memberi tanda
bahwa muatan flat rack container
tersebut tertulis dry container
sehingga dalam bay plan
ditempatkan pada tier pertama. Hal
ini tentu saja sangat menyimpang,
muatan flat rack container tidak bisa
ditempatkan pada tier pertama
karena akan sangat mengganggu
apabila tier kedua masih ditempati
muatan. Sehingga Mualim I
memanggil planner dan menyuruh
operator crane untuk memindahkan
muatan tersebut. Kesalahan
penempatan flat rack container pada
bay plan yang telah dibuat oleh
pihak darat sangat mengganggu
operasional kapal. Muatan yang
telah dimuat di atas kapal memaksa
untuk dilakukan pembongkaran
kembali dan menyusun muatan
secara benar sesuai dengan prosedur
di kapal. Hal ini menghambat
keberangkatan kapal.
2) Tidak dilakukan pengecekan pada
saat bongkar muat. Contoh kasus:
Pada saat akan melaksanakan tugas
jaga di pelabuhan seringkali juru
mudi ataupun kadet menyepelekan
memberi informasi melalui telepon
kapal setengah jam sebelum
melaksanakan tugas jaga. Padahal
waktu setengah jam sebelum jaga
wajib di informasikan kepada
Mualim, juru mudi dan kadet dek.
Informasi sangat membantu untuk
petugas jaga selanjutnya agar
mempersiapkan diri baik fisik
maupun mental. Akibatnya petugas
jaga pengganti belum siap untuk
melaksanakan tugas jaganya. Kasus
yang pernah penulis alami adalah
pada saat memuat flat rack
container, dimana muatan flat rack
container tersebut belum di-lashing
padahal kapal akan segera
berangkat. Hal ini tentu saja sangat
membahayakan bagi keselamatan
kapal, muatan dan tanggung jawab
serta kerugian yang akan dialami
karena kelalaian dalam menjalankan
tugas pada saat kapal memuat.
Dari penelitian data yang penulis
uraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang dialami pada saat
pelaksanaan penanganan flat rack
container adalah kurangnya koordinasi
antara pihak kapal dan darat (planner)
dalan membuat bay plan container dan
tidak dilakukan pengecekan pada saat
bongkar muat. Chief officer sangat
berperan penting dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut baik secara
manajemen maupun koordinasi dengan
berbagai pihak yang terkait. Tidak
hanya itu, tanggung jawab petugas jaga
juga berpengaruh terhadap kelancaran
bongkar muat.
b. Tindakan yang dilakukan untuk
menangani flat rack container
Dari hasil observasi terhadap objek
secara langsung di lapangan, penyusun
menemukan beberapa dari tindakan
yang dilakukan untuk menangani flat
rack container yaitu antara lain:
1) Pengecekan dokumen muatan
Persiapan yang menyangkut
dokumen muatan merupakan
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1649
persiapan awal sebelum memper-
siapkan sarana yang lain. Hal ini
dilakukan mengingat bahwa dengan
dokumen muatan kita sudah
mendapatkan informasi yang cukup
jelas tentang jenis, jumlah, ukuran
serta sifat barang-barang yang akan
dibongkar dari kapal. Dokumen-
dokumen khusus yang berkaitan
dengan pembongkaran barang-
barang impor antara lain:
1). Cargo manifest
Cargo manifest atau cargo
declaration adalah dokumen yang
memperlihatkan daftar semua
barang beserta perincian nama
barang, berat dan jenis barang
yang diangkut oleh suatu kapal
untuk dimuat dan dibongkar di
beberapa pelabuhan.
2). Daftar muatan khusus (special
cargo list)
Daftar muatan ini memuat
perincian tentang jumlah dan
jenis muatan-muatan yang
dikategorikan muatan khusus,
misalnya: barang-barang
berbahaya, muatan bernilai tinggi,
muatan berat, muatan me-
merlukan udara dingin, muatan
dengan berat dan volume yang
melebihi kemampuan muat
container biasa dimana muatan-
muatan ini membutuhkan
penanganan secara khusus.
3). Daftar muatan palka (hatch list)
Setiap palka mempunyai muatan
sendiri-sendiri sehingga setiap
palka diperinci tersendiri pula
terhadap muatan-muatan yang
ada di dalamnya dan ketika
muatan akan dibongkar, kita
dapat barang-barang di palka
mana yang akan dibongkar di
atas kapal.
4). Daftar muatan khusus (special
cargo list), sering barang
berbahaya ditetapkan oleh
International Marine
Organization (IMO) dibuatkan
daftar tersendiri, sehingga
memudahkan untuk pembong-
karan dan pemuatannya di
pelabuhan tujuan.
5). Daftar bongkar muat kapal
(ships cargo discharging list).
Daftar ini memperinci barang
yang akan dibongkar dari kapal
pada setiap pelabuhan yang
akan disinggahi. Dari daftar ini
kita dapat melihat adakah
muatan yang akan dibongkar di
pelabuhan dimana kapal itu tiba.
Kadang-kadang kapal tiba di
suatu pelabuhan tidak
membongkar muatan,
melainkan hanya akan memuat
muatan.
2) Pengecekan letak posisi muatan
sesuai bay plan container.
Pengecekan letak posisi
muatan sesuai bay plan container di
atas kapal itu sangat penting. Agar
muatan tersebut tidak salah
diletakkan pada posisinya. Karena
jika salah meletakkan, maka akan
berbahaya bagi keselamatan jiwa
dan kapal. Maka dari itu dibuatlah
rencana pengaturan muatan yang
mempunyai tujuan untuk
mengetahui dimana diletakkan
dengan berat muatan tersebut, palka
siap untuk menahan beban muatan
tersebut, dan mengatur untuk
pembongkaran di tujuan pelabuhan
tertentu.
3) Kerjasama yang baik antar petugas
jaga dalam pelaksanaan tugas jaga.
Tugas jaga pelabuhan adalah
suatu pekerjaan jaga yang dilakukan
di pelabuhan untuk menciptakan
situasi dan kondisi aman dan
terkendali. Dalam hal ini
mengandung pengertian bahwa
dalam pelaksanaan dinas jaga
diperlukan suatu usaha untuk
mengawasi atau mempertahankan
jalannya suatu kegiatan yang ber-
hubungan dengan kegiatan bongkar
muat, supaya pelaksanaannya bisa
berjalan dengan cepat, lancar dan
aman. Supaya dalam pelaksanaan
Penanganan Flat Rack Container Guna Mencegah Terjadinya Kerusakan Muatan di Kapal MV. Meratus
Kalabahi
Kurniawana dan Tri Kismantoro
b
1650
dinas jaga pelabuhan bisa berjalan
sesuai dengan yang diinginkan,
maka Mualim I membuat daftar jaga
untuk menjadi suatu kewajiban dan
tanggungjawab petugas jaga
terhadap tugas yang diberikan
selama jam jaganya. Jadi para
perwira jaga maupun juru mudi
sudah mempunyai tanggung
jawabnya masing-masing. Dalam
melaksanakan dinas jaga di
pelabuhan berbeda dengan
melaksanakan dinas jaga di laut.
Berdasarkan penelitian pengaturan
tugas jaga di pelabuhan di lakukan
hanya dua orang perwira jaga yaitu
Mualim II dan Mualim III dan
dibantu oleh juru mudi dan kadet.
Mualim I hanya mengatur jam jaga
pelabuhan selama 12 jam selama 2
periode. Jam jaga untuk Mualim II
dari jam 12.00-18.00 dan 00.00-
06.00 sedangkan Mualim III dari
jam 06.00-12.00 dan 18.00-24.00.
Pengaturan tugas jaga ini harus
dilakukan karena untuk melancarkan
operasional kapal.
4) Pengawasan terhadap lashingan
muatan.
Pengawasan sangatlah penting
dilakuakan oleh petugas jaga, baik
itu Mualim II atau Mualim 3, juru
mudi serta kadet deck. Dengan
pengawasan yang baik maka
kegiatan bongkar muat dapat
berjalan baik cepat, efektif, dan
terjaga keamaan serta keselamatan
kerjanya.
2. Pembahasan Masalah
Berdasarkan hasil observasi,
wawancara dan juga tinjauan pustaka
untuk berbagai permasalahan yang
ditemukan di atas kapal dengan kasus
yang dialami peneliti selama praktek laut,
maka upaya untuk memaksimalkan
kerjasama antar semua awak kapal dalam
penanganan muatan flat rack container
adalah sebagai berikut:
a. Adanya penyimpangan yang terjadi
terhadap penanganan flat rack
container di kapal MV. Meratus
Kalabahi.
Berikut ini peneliti jelaskan tentang
apa saja penyimpangan yang terjadi
saat dilakukannya kegiatan bongkat
muat muatan flat rack container di
kapal MV. Meratus Kalabahi:
1) Kurangnya koordinasi antara pihak
kapal dan darat (planner) dalam
membuat bay plan container.
Kesalahan akan penempatan
muatan adalah salah satu pokok
utama yang menjadi inti
permasalahan. Saat dilakukan
kegiatan bongkar muat di pelabuhan
semua petugas jaga wajib mengecek
ulang akan bay plan yang sudah
dibuat dan disetujui oleh Mualim I
sehingga bila terjadi kesalahan
penempatan muatan dapat segera
diatasi, bukan saat muatan sudah
akan selesai dimuat baru diketahui
namun saat kegiatan baru dimulai
untuk muatan on deck. Maka dari itu
perlunya meningkatkan koordinasi
antara kedua belah pihak agar
tercapainya suatu kegiatan yang
teratur serta menghasilkan tindakan
yang tepat pada sasaran. Pihak darat
sebaiknya memberikan informasi
ketika kapal dalam perjalanan
menuju ke pelabuhan muat bukan
pada saat kapal sandar baru
informasi bay plan serta muatan
diberikan. Sehingga Mualim I dalam
hal ini sebagai penanggung jawab
muatan dapat mengkoreksi isi berita
pemuatan dan segera diberitakan bila
terdapat kesalahan penempatan
muatan flat rack container yang
tidak sesuai dengan prosedur
keselamatan muatan yang nantinya
berdampak pada kerusakan muatan.
2) Tidak dilakukan pengecekan pada
saat bongkar muat.
Pemeriksaan ataupun disebut
juga pemeriksaan erat kaitannya
dengan tanggung jawab ketika
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1651
melaksanakan tugas jaga di
pelabuhan. Khususnya pada saat
kapal melakukan kegiatan bongkar
muat. Lalainya kewajiban akan
pengecekan terhadap muatan ketika
kegiatan memuat sedang
berlangsung sangat berdampak
negatif pada keamanan akan muatan
tersebut. Kelalaian ini disebabkan
karena kurangnya kedisiplinan
petugas jaga dalam menjalankan
tugasnya. Petugas jaga tidak
melakukan serah terima jaga dengan
baik. Petugas jaga biasanya setengah
jam sebelum jam jaganya selesai
telah meninggalkan pos jaganya
sedangkan petugas jaga
penggantinya belum datang
melainkan masih melaksanakan
pesiar. Hal ini tentunya sangatlah
disayangkan karena kesadaran akan
tanggung jawab kerja sangatlah
lemah. Untuk itu demi menjaga
keamanan dan keselamatan pada saat
berlayar maka sebaiknya diadakan
pengecekan terhadap kondisi muatan
dengan cermat dan teliti dengan
memperhatikan kondisi lashingan
muatan yang ada di atas palka. Bila
salah segera diperbaiki dan bila
belum diberi lashing maka ditangani
agar kualitas muatan tetap terjada
dalam kondisi baik dan tidak
mengalami kerusakan.
b. Penanganan muatan flat rack container
di kapal MV. Meratus Kalabahi.
1) Pengecekan dokumen muatan serta
letak posisi muatan sesuai bay plan
Sebelum kapal tiba di pelabuhan
tujuan Mualim I wajib mengecek
ulang berita rencana muatan yang
akan dimuat di atas kapal. Pada saat
melakukan pemuatan peti kemas
berbahaya, pihak darat (planner)
datang ke kapal dan menyerahkan
bay plan kepada Mualim I. Pihak
darat harus memberitahukan tentang
jumlah muatan berat yang akan
dimuat di dalam flat rack container,
jika ada maka wajib memberikan
cargo manifets. Isi dari cargo
manifest adalah menginformasikan
tentang:
a) Pelabuhan muat dan pelabuhan
bongkar.
b) Posisi pemuatan di atas deck
(bay, row, tier ).
c) Isi muatan atau jenis muatan.
d) Jumlah berat muatan.
e) Class of cargoes
Pada saat kapal tiba di
pelabuhan muat dan bongkar, maka
Mualim I melakukan komunikasi
secara langsung (lisan) dengan pihak
darat (planner) dan apabila ada
kesalahan pihak darat dalam
pembuatan bay plan container, maka
Mualim I wajib memberikan
informasi yang benar dan sesuai
prosedur dengan
mempertimbangkan keselamatan
manusia, kapal dan muatannya.
Agar pelaksanaan bongkar muat
di pelabuhan dapat dilakukan secara
sistematis dan efisien, maka sebelum
proses bongkar muat di pelabuhan
Mualim I harus mengetahui
penempatan muatan flat rack
container menurut jenisnya isi
muatan masing-masing. Mualim I
wajib menginformasikan seluruh
muatan yang akan dimuat dan yang
akan dibongkar sesuai dengan bay
plan container kepada Mualim jaga.
Sebagai Mualim jaga mempunyai
tanggung jawab atas muatan selama
proses bongkar muat. Mualim jaga
wajib mengetahui dan memahami
bay plan yang telah dibuat dengan
memperhatikan muatan-muatan yang
akan dibongkar dan dimuat.
2) Kerjasama yang baik antar petugas
jaga dalam pelaksanaan tugas jaga
Di atas kapal MV. Meratus
Kalabahi pelaksanaan tugas jaga
pada saat kapal di pelabuhan
dilakukan secara periode atau
bergantian. Periode pergantian jam
jaga pelabuhan dilakukan setiap
enam jam selama dua kali sehari.
Biasanya yang melakukan jaga pada
saat kapal sandar di pelabuhan yaitu
Penanganan Flat Rack Container Guna Mencegah Terjadinya Kerusakan Muatan di Kapal MV. Meratus
Kalabahi
Kurniawana dan Tri Kismantoro
b
1652
Mualim II dan Mualim III ditemani
oleh satu juru mudi dan kadet dek
pada saat jaga. Pelaksanaan tugas
jaga di pelabuhan merupakan suatu
hal yang menjadi tanggung jawab
oleh Mualim jaga, juru mudi jaga,
dan juga kadet. Diantaranya tugas-
tugas yang harus di perhatikan
selama jaga di pelabuhan adalah:
a) Keadaan muatan
Sebelum muatan dimuat di
atas kapal maupun dibongkar dari
kapal hendaknya melakukan
pengecekan terhadap kondisi
muatan tersebut. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap keadaan
peti kemas beserta isinya. Jika
terjadi kerusakan muatan maka
tugas dari Mualim jaga untuk
segera melaporkan kepada
Mualim I untuk diinformasikan
kepada pihak darat (planner)
bahwa muatan tersebut rusak dan
tidak bisa diangkut di atas kapal.
Jika terpaksa mengangkut maka
Mualim I harus mengetahui
seberapa parah kerusakan peti
kemas yang akan diangkut dan
harus ada persetujuan bukti antara
Mualim I dengan planner yang
menyatakan muatan tersebut telah
rusak dan dengan terpaksa
diangkut dikarenakan muatan
harus segera sampai ke tempat
tujuan.
b) Stabilitas kapal selama sandar
Selama kapal sandar di
pelabuhan stabilitas kapal juga
perlu diperhatikan karena dapat
mengganggu proses bongkar
muat selama di pelabuhan. Jika
keadaan kapal dalam posisi yang
tidak rata atau miring kanan
maupun kiri. Muatan akan susah
ditempatkan dan bisa saja terjadi
muatan yang jatuh ke laut. Jadi
tugas Mualim jaga harus
memperhatikan letak muatan dan
juga tangki-tangki balast.
c) Keamanan di atas kapal.
Di atas kapal telah diterapkan
berbagai cara untuk menghindari
pencurian dan penyelundupan
barang maupun manusia. Maka
dari itu diwajibkan kepada
seluruh kapal agar memberikan
petugas keamanan (Ship Security
Officer) berarti seorang di atas
kapal yang bertanggung jawab
kepada nahkoda yang ditunjuk
oleh perusahaan yang
bertanggung jawab untuk
keamanan kapal mencakup
implementasi dan untuk
koordinasi dengan petugas
keamanan perusahaan dan
petugas keamanan fasilitas
pelabuhan.
d) Tali-tali tambat
Tali tambat digunakan untuk
mencegah terjadinya keadaan
kapal menjauh dari dermaga.
Keadaan tali tambat perlu dijaga
kekencangannya pada saat
mengikat di bolder kapal. Sebab
jika kekencangan tidak diperhati-
kan maka tali tross tersebut bisa
putus dan mengakibatkan kapal
akan renggang dengan tepi
dermaga. Namun jika tali tambat
terikat pada winch, otomatis
apabila tali tersebut kencang
maka akan mengendor dengan
sendirinya.
e) Pengawasan terhadap lashingan
muatan.
Pengawasan sangatlah
penting dilakukan oleh petugas
jaga, baik itu Mualim 2 atau
Mualim 3, juru mudi serta kadet
dek. Dengan pengawasan yang
baik maka kegiatan bongkar muat
dapat berjalan baik cepat, efektif,
dan terjaga keamaan serta
keselamatan kerjanya. Mengenai
pengawasan terhadap lashingan
muatan tentunya petugas jaga
terjun langsung mengamati setiap
container yang dimuat di atas
palka (on deck) dengan memper-
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1653
hatikan pada setiap corner
casting atau lubang sepatu telah
diisi di keempat sudutnya.
Setelah itu petugas jaga
memeriksa dan memastikan
bahwa keempat lubang corner
casting tersebut telah masuk
semua ke dalam base cone
container. Selanjutnya petugas
jaga mengawasi kegiatan buruh
dalam melashing muatan
menggunakan lashing bar dan
turnbuckle. Kemudian memeriksa
diatara container telah dipasang
bridge fitting agar tidak terjadi
pergeseran antar container saat
terjadi cuaca buruk di laut serta
yang terkhir memastikan
semuanya telah terpasang dengan
kencang, aman, dan sesuai
dengan prosedur.
V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Penulis dalam bab ini akan
mengemukakan beberapa kesimpulan
mengenai penanganan muatan flat rack
container yang terjadi di atas kapal
container MV. Meratus Kalabahi.
Terdapat beberapa penyimpangan yang
mempengaruhi terlaksananya penanganan
muatan tersebut. Dari pembahasan di atas,
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Penyimpangan yang terjadi pada
penanganan flat rack container di kapal
MV. Meratus Kalabahi yaitu
diantaranya adalah:
1) Kurangnya koordinasi antara pihak
kapal dan darat (planner) dalam
membuat bay plan container
2) Tidak dilakukan pengecekan pada
saat bongkar muat
b. Penanganan muatan flat rack container
di kapal MV. Meratus Kalabahi :
1) Pengecekan dokumen muatan serta
letak posisi muatan sesuai bay plan
2) Kerjasama yang baik antar petugas
jaga dalam pelaksanaan tugas jaga
3) Pengawasan terhadap lashingan
muatan
2. Saran
Sebagai langkah perbaikan dimasa
mendatang maka penulis menyarankan
beberapa hal yang diharapkan dapat
melengkapi teori yang sudah ada dan
dapat diambil manfaatnya bagi semua
pembaca. Adapun saran dari penulis antara
lain:
a. Pihak kapal sebaiknya lebih
memperhatikan bay plan container
yang diberikan oleh pihak darat,
sehingga dalam pelaksanaan
penanganan muatan flat rack container
di atas kapal dapat berlangsung secara
optimal serta petugas jaga sebaiknya
melakuakan serah terima jaga dengan
baik dan pengecekan kondisi muatan
saat kegiatan bongkar muat sedang
berlangsung.
b. Crew kapal sebaiknya lebih cermat lagi
dalam memeriksa rencana pemuatan
yang diberikan oleh planner serta
sebaiknya lebih ditingkatkan lagi
pengawasan terhadap keadaan muatan
dan keamanan kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Gianto dan Martopo. 2004. Pengoperasian
Pelabuhan Laut. Semarang:
Politeknik Ilmu Pelayaran
Hadi, Anwar. 2005. Pemahaman dan
Penerapan ISO/EIC 17025:2005.
Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi
Martopo, Arso dan Soegiyanto. 2004.
Penanganan dan Pengaturan
Muatan. Semarang: Politeknik Ilmu
Pelayaran
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Penanganan Flat Rack Container Guna Mencegah Terjadinya Kerusakan Muatan di Kapal MV. Meratus
Kalabahi
Kurniawana dan Tri Kismantoro
b
1654
PIP. 2001. Memuat untuk Perwira Kapal
Niaga. Semarang: Politeknik Ilmu
Pelayaran
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi
Penelitian. Yogyakarta: PT. Raja
Grafindo Universitas Gajah Mada
Taylor, Bogdan. 2007. Qualitatif Research
For Education. Boston: Alynan
Dacon
Tim Penyusun. 2002. Badan Diklat
Pemutakhiran ANT-II. Semarang:
Politeknik Ilmu Pelayaran
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1655
PENINGKATAN KETERAMPILAN CREW DALAM PELAKSANAAN
TANK CLEANING GUNA MENUNJANG KELANCARAN
BONGKAR MUAT DI MT. BALONGAN
Agustyna C. a
, Tri Kismantoro b
aTaruna Program Studi Nautika PIP Semarang
bDosen Program Studi Nautika PIP Semarang
ABSTRAK
Pembersihan tangki muatan (tank cleaning) merupakan salah satu kegiatan operasional
kapal tanker yang sangat penting, dimana keberhasilan proses pemuatan berasal dari proses ini,
dari sekian banyak jenis muatan kimia diantaranya adalah muatan yang sensitif sehingga dalam
pemuatannya membutuhkan ruang muat yang benar-benar bersih dan terhindar dari zat-zat
pencemar sehingga tangki dinilai layak untuk memuat muatan. Untuk menghasilkan ruang muat
yang benar-benar bersih diperlukan pelaksanaan pembersihan tangki yang sesuai prosedur,
dengan prasarana yang memadai, perencanaan dan koordinasi yang baik antara pihak-pihak
terkait. Landasan teori yang digunakan dalam penulisan ini menjelaskan tentang prosedur-
prosedur pembersihan tangki di kapal tanker yang sesuai, karena keterlambatan akan
menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Penelitian dilakukan di atas kapal product
tanker yang memuat avtur, penelitian dilakukan di atas kapal tentang proses pembersihan tangki
muatan untuk meminimalkan kandungan zat-zat pencemar. Jenis penelitian yang terdapat dalam
penulisan penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian dengan mengumpulkan data-data di
atas kapal MT. Balongan kemudian menganalisa dan mengambil kesimpulan yang berupa
penjelasan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MT. Balongan, terdapat masalah
yaitu pembersihan tangki yang dinyatakan gagal oleh surveyor. Kemudian menimbulkan
keterlambatan dalam pemuatan dan perusahaan mengalami kerugian. Untuk mengantisipasi
keterlambatan pemuatan, pembersihan tangki harus dilakukan sesuai panduan pembersihan
tangki dengan perencanaan yang baik, ditunjang dengan sarana yang memadai, awak yang
terampil dan jumlah yang cukup, serta koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait.
Kata kunci : Keterampilan crew, tank cleaning, bongkar muat.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kapal Tanker merupakan salah satu
sarana transportasi laut dari pelayaran
niaga yang merupakan alat untuk
mengangkut muatan cair atau mengangkut
minyak hasil bumi. Sebuah kapal tanker
dalam hal ini Product Oil Tanker adalah
kapal tanker yang mengangkut berbagai
jenis product oil atau minyak putih, seperti
: premium, kerosine, avtur, high speed
diesel (HSD), dan lain-lain. Kapal jenis ini
juga yang menjadi tempat penulis
menjalani proyek kerja laut selama satu
tahun, yaitu kapal MT. Balongan.
Dalam mempersiapkan kapal,
khususnya dalam persiapan tangki tentu
pernah mengalami hambatan, berbagai
masalah timbul menyangkut persiapan
yang akan dilaksanakan, terutama saat
mempersiapkan tangki untuk dimuati
muatan khusus yang tidak boleh tercemar
oleh benda atau muatan-muatan yang lain.
Berbagai muatan minyak jadi pernah
dimuat di kapal tersebut di atas, salah satu
muatan yang sering dimuat adalah avtur,
dimana penanganan muatan ini termasuk
yang paling mendapat perhatian khusus
mengenai kesiapan serta pemuatan avtur
itu sendiri.
Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kapal tanker
juga mengalami pembaharuan sehingga
dalam pelaksanaan tugas pengoperasian
kapal semakin kompleks. Untuk itu
perwira dan Anak Buah Kapal (ABK)
Peningkatan Keterampilan Crew dalam Pelaksanaan Tank Cleaning Guna Menunjang Kelancaran
Bongkar Muat di MT. Balongan
Agustyna C. a dan Tri Kismantoro
b
1656
diharuskan mampu menyesuaikan diri dan
kemampuan diri dengan teknologi yang
ada sehingga dapat melaksanakan kegiatan
pemuatan dengan baik dan benar.
Untuk kelancaran pengoperasian
kapal dibutuhkan adanya personil
operasional lapangan dalam hal ini adalah
crew deck yang mengerti dan menguasai
tugasnya, terutama seorang Mualim yang
dituntut bertanggungjawab untuk
mengawasi proses memuat dan tank
cleaning yang baik serta efisien. Dalam
kegiatan bongkar muat pada kapal tanker
yang memuat product oil seperti avtur,
maka dalam hal ini tidak dapat dipisahkan
dengan kegiatan pembersihan tangki yang
baik dan benar serta efisien, pekerjaan
yang sangat penting sebelum minyak
dimuat ke dalam tangki. Maka tangki
harus dalam keadaan bersih dan bebas dari
gas sebelum menerima muatan minyak
yang akan dimuat. Pada pelaksanaan tank
cleaning ini, pembersihan tangki harus
kering dan bebas gas. Semua kegiatan ini
tidak lepas dari keahlian dan kecakapan
para crew di atas kapal terutama crew deck
yang dipimpin oleh Mualim I.
Maka dalam penulisan penelitian ini,
penulis mengambil judul: “Peningkatan
Keterampilan Crew Dalam Pelaksanaan
Tank Cleaning Guna Menunjang
Kelancaran Bongkar Muat MT.
Balongan”.
B. Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang sering terjadi
dalam proses tank cleaning maka penulis
mengemukakan perumusan masalah
pokok di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara meningkatkan
keterampilan dan pemahaman Anak
Buah Kapal (ABK) dalam pelaksanaan
tank cleaning?
2. Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kurangnya interval
waktu dalam pelaksanaan tank
cleaning?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan ini, penulis hanya
membahas mengenai upaya peningkatan
keterampilan crew dalam pelaksanaan
tank cleaning guna menunjang kelancaran
bongkar muat di MT. Balongan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menunjang keterampilan anak
buah kapal (ABK) yang bekerja di atas
kapal tanker.
2. Untuk mencegah kerusakan muatan
atau kontaminasi dari pada muatan
yang diangkut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2000
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, 2010),
pelaut adalah setiap orang yang mempunyai
kualifikasi keahlian atau keterampilan
sebagai awak kapal serta seseorang yang
pekerjaannya berlayar di laut, atau dapat pula
berarti seseorang yang mengemudikan kapal
atau membantu dalam operasi, perawatan
atau pelayanan dari sebuah Kapal. Hal ini
mencakup seluruh orang yang bekerja di atas
Kapal. Selain itu sering pula disebut dengan
istilah Anak Buah Kapal atau ABK.
Di dalam aturan 3 (a) menyebutkan
bahwa The world vessel includes every
description of water craft, WIG craft and sea
planes, used or capable of being used as a
means of transportation on water dalam
COLREG Convention on the International
Regulations for Preventing Collisions at Sea,
1972 (2003: 6). Artinya bahwa kapal meliputi
semua jenis pesawat air termasuk pesawat
yang tidak memindahkan air dan pesawat-
pesawat terbang laut yang dipakai atau dapat
dipakai sebagai alat pengangkut di atas air.
Menurut G.S. Marton (Tanker Operation
Fifth Edition 2007: 251), alasan pembersihan
tangki adalah:
a. Pergantian muatan (change in cargo).
b. Perbaikan kerja atau pengecekan (repair
work on inspection).
c. Pencegahan dari timbunan lumpur
(prevention of sludge accumulatiuon).
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1657
d. Persiapan dock (Preparation for shipyard)
e. Persiapan untuk pembebasan gas dan
pengosongan tangki (Preparation for gas-
freeing and tank entry)
Pelaksanaan pembersihan tangki (tank
cleaning):
1. Precleaning (pencucian awal) Merupakan
kegiatan penyemprotan tangki muat
dengan butterworth setelah tangki kapal
dinyatakan kering oleh surveyor. Alasan
dilakukan precleaning adalah minyak dari
muatan sebelumnya akan mudah
dibersihkan, air yang digunakan dalam
proses ini boleh menggunakan air laut atau
air tawar, dingin atau panas, tetapi suhu
minimal air adalah 20o C.
2. Cleaning (pembersihan) Proses
pembersihan ini adalah proses
pembersihan tangki dengan tambahan
(detergent, teepol, dan lain-lain). Dalam
kasus tertentu jumlah detergen yang
digunakan 1-3% volume air laut yang
digunakan, namun dalam kasus biasa 0,1%
sudah cukup.
3. Rinsing (pencucian) Proses ini dilakukan
setelah pembersihan air laut dan detergent,
pembilasan dapat dilakukan dengan air
laut yang dingin atau panas. Proses ini
dapat dilakukan selama dua jam atau
sampai tangki dinyatakan bersih dari
bekas muatan yang sedang dibersihkan,
dari residu atau sifat muatan yang sedang
dibersihkan.
4. Flushing (pembilasan) Adalah pembilasan
tangki dengan air tawar, kegiatan ini
dilakukan sampai seluruh bagian tangki
telah dibilas dengan air tawar.
5. Steaming (pemanasan) Kegiatan ini
dilakukan untuk mengilangkan kadar
hydrocarbon dan chloride dalam tangki.
Pada saat proses ini tangki harus dalam
keadaan tertutup tetapi tidak tertutup rapat,
dan air dari hasil proses ini dipompa
dengan cargo pump (pompa muatan) atau
portable pump.
6. Draining (pengurasan) Kegiatan ini
mengeringkan sisa-sisa air yang ada dalam
tangki, cargo line (pipa muatan) dan
pompa, semua plug dilepas dan
dikeringkan dari air.
7. Drying and mooping (pengeringan dan
pengepelan) Setelah pengeringan tangki
dilakukan, sebelum memasuki tangki,
harus dipastikan bahwa tangki telah
mengalami pembebasan gas, kadar oxigen
harus diantara 20-21% dan terbebas dari
gas-gas beracun.
Masalah Pokok
Keterlambatan dalam
pelaksanaan tank cleaning
2. Kurangnya waktu
dalam pelaksanaan
tank cleaning
JUDUL PENELITIAN
PENINGKATAN KETERAMPILAN CREW DALAM
PELAKSANAAN TANK CLEANING GUNA MENUNJANG
KELANCARAN BONGKAR MUAT MT. BALONGAN
1. Kurangnya pengetahuan dan
keterampilan ABK dalam
pelaksanaan tank cleaning
Mengapa
pelaksaan gagal ?
1. Menambah waktu dalam
pelaksanaan tank cleaning.
2. Meningkatkan kedisiplinan
waktu bagi ABK.
1. Pengawasan yang baik dari perwira
saat pelaksanaan tank cleaning.
2. Diadakan instruksi khusus sebelum
pelaksanaan tank cleaning.
Gambar: Kerangka pikir pemecahan masalah
Peningkatan Keterampilan Crew dalam Pelaksanaan Tank Cleaning Guna Menunjang Kelancaran
Bongkar Muat di MT. Balongan
Agustyna C. a dan Tri Kismantoro
b
1658
III. METODE PENELITIAN
Menurut M. Toha Anggoro (2011:
1.1) Penelitian dapat diartikan sebagai
proses mengumpulkan dan menganalisis
data atau informasi secara sistematis
sehingga menghasilkan kesimpulan yang
sah. Metodologi penelitian adalah cara atau
teknis yang dilakukan dalam penelitian.
Sebuah penelitian harus berdasarkan pada
material data yang akurat agar hasil dari
penelitian tersebut dapat
dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah
maupun secara kenyataan di lapangan
sehingga hasil penelitian itu mempunyai
nilai positif.
Jenis penelitian yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif untuk menggambarkan
dan menguraikan objek yang diteliti.
Metode penelitian akan berisi kutipan-
kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian data. Data tersebut berasal dari
wawancara, catatan lapangan, foto,
dokumen pribadi, catatan atau memo dan
dokumen resmi lainnya. Penelitian ini
merupakan penelitian non hipotesis
sehingga dalam penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis. Penelitian deskriptif
yang bersifat eksploratif bertujuan untuk
menggambarkan suatu fenomena. Metode
lain yang dilakukan penulis adalah metode
penelitian kualitatif yang sering disebut
metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting).
Metode pengumpulan data dalam
penyusunan penelitian ini penulis
mengemukakan tentang metode
pengumpulan data untuk memperoleh hasil
yang baik, antara lain:
1. Metode pengamatan
Ada beberapa alasan mengapa dalam
penelitian kualitatif pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti
yang dikemukakan oleh Lexi J. Moleong
(2006:174). Pertama, teknik pengamatan
ini didasarkan atas pengalaman secara
langsung. Kedua, teknik pengamatan juga
memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan
kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan yang sebenarnya. Ketiga,
pengamatan memungkinkan peneliti
mencatat peristiwa dalam situasi yang
sebenarnya. Keempat, sering terjadi
keraguan pada peneliti, jika pada data ada
yang melenceng atau bias. Kelima,
pengamatan yang memungkinkan penulis
mampu memahami situasi-situasi rumit.
Keenam, dalam kasus-kasus tertentu
teknik komunikasi tidak dimungkinkan,
maka pengamatan dapat menjadi alat
yang sangat bermanfaat.
2. Metode kepustakaan
Studi kepustakaan adalah segala
usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang akan
atau sedang diteliti. Informasi itu dapat
diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah,
tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, daftar tahunan,
ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis
baik tercetak maupun elektronik lain.
3. Metode dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu
Dokumen bisa berbentuk tulisan atau
karya-karya monumental dari seseorang.
Studi dokumentasi merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
Metode analisis data yang peneliti
gunakan adalah metode analisis data
deskriptif, karena penelitian ini bertujuan
untuk untuk menjadikan hasil penelitian ini
sebagai bahan rujukan dalam pelaksanaan
tank cleaning yang telah diterapkan oleh
MT. Balongan.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Kurangnya pengetahuan dan
keterampilan khususnya ABK tentang
pembersihan tangki yang baik dan
benar.Proses awal sebelum kapal tanker
melaksanakan operasional atau kegiatan
memuat adalah persiapan ruang muat
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1659
(tank cleaning). Persiapan ini sangat
penting dan harus benar-benar
diperhatikan, terutama muatan yang
berlainan jenis, muatan yang sensitif atau
muatan yang peka terhadap zat lain
sehingga akan mudah rusak, contohnya
avtur. Avtur adalah salah satu bahan
bakar yang dipergunakan untuk bahan
bakar pesawat. Oleh karena itu,
kebersihan dan konsentrasinya harus
benar-benar dijaga dengan baik agar tidak
rusak. Terutama gas dari minyak lain
seperti premium dan solar. Persenyawaan
yang terjadi bisa menyebabkan ledakan
pada saat avtur ini dipergunakan
sehingga akan menimbulkan bahaya yang
bisa merenggut nyawa pengguna.
Kebersihan tangki dapat diketahui bila
surveyor telah mengecek tiap-tiap tangki
dan mengeluarkan dry certificate. Bila
surveyor tidak mengeluarkan sertifikat
tersebut maka tangki tersebut masih
belum bersih dan belum siap untuk
dimuati. Dalam pelaksanaan persiapan
tangki diperlukan seorang perwira yang
profesional dan mengetahui seluk beluk
kapal dimana tempatnya bekerja dan
didukung oleh ABK yang terampil
sehingga mampu menyiapkan ruang muat
dengan baik karena kapal dimana penulis
melaksanakan praktek laut adalah kapal
yang di-charter oleh perusahaan lain,
maka kapal yang di-charter harus benar-
benar memperhatikan waktu dan harus
mempergunakan waktu seminim
mungkin dengan baik.
Interval waktu yang kurang dalam
proses tank cleaning. Dalam proses tank
cleaning diperlukan waktu yang cukup
agar proses tank cleaning yang
dikerjakan mendapatkan hasil yang baik
dan maksimal. Akan tetapi apa yang
diharapkan itu tidaklah tercapai dengan
baik dikarenakan route pelayaran yang
cukup singkat yaitu sekitar 30 jam dari
pelabuhan bongkar ke pelabuhan dimana
kapal akan memuat. Dengan jumlah 10
buah tangki yang direncanakan akan
dimuat avtur, maka proses pembersihan
untuk 1 tangki saja membutuhkan waktu
sekitar 5 jam agar tangki benar-benar
bersih dan mendapatkan hasil yang baik.
Jadi untuk membersihkan 10 tangki yang
ada dibutuhkan waktu normal sekitar 50
jam, sedangkan waktu pelayaran hanya
30 jam. Maka waktu yang ada sangat
kurang untuk melaksanakan proses
pembersihan tangki. Ditambah lagi
Mualim I dan satu orang juru mudi, baru
bekerja selama 2 minggu di atas kapal.
Pada awalnya Mualim I bekerja di kapal
tanker jenis crude oil, yang jarang sekali
melakukan tank cleaning, dan Juru mudi
tersebut, sebelumnya bekerja di kapal
container (peti kemas) dan belum pernah
sekalipun bekerja di kapal tanker. Hal ini
jelas menjadi beban tersendiri untuk
melaksanakan tank cleaning yang baik
dan tepat waktu.
Selama penulis menjalani praktek
laut di atas kapal MT. Balongan, waktu
yang diperlukan dalam pelaksanaan tank
cleaning sangatlah kurang. Dimana untuk
melakukan proses pembersihan tangki
diperlukan waktu yang cukup agar
hasilnya dapat maksimal, tetapi pada
kenyataannya tidak. Oleh karena itu,
keterbatasan waktu sangat menghambat
pelaksanaan tank cleaning di atas kapal.
2. Pembahasan Masalah Sesuai dengan apa yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, maka
penulis akan mengevaluasi terhadap
pemecahan masalah antara lain:
a. Meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan anak buah kapal (ABK)
tentang persiapan memuat. Salah satu
kelemahan dari pelaut kita sekarang
ini adalah pada masalah keterampilan
dan pengetahuan yang masih minim,
sehingga untuk menghasilkan pelaut
yang terampil dan berkualitas sangat
diperlukan peningkatan pengetahuan
terhadap pekerjaan yang akan ditemui
di atas kapal. Jika pelaut tersebut
memiliki pengetahuan yang kurang,
maka hal ini akan mengakibatkan
terjadinya hambatan dalam proses
pemuatan atau pembongkaran di atas
kapal.
b. Meningkatkan pengawasan Mualim I
dalam pelaksanaan tank cleaning.
Peningkatan Keterampilan Crew dalam Pelaksanaan Tank Cleaning Guna Menunjang Kelancaran
Bongkar Muat di MT. Balongan
Agustyna C. a dan Tri Kismantoro
b
1660
c. Perusahaan pelayaran harus bersedia
untuk menyisihkan sebagian dana
guna menyediakan suku cadang dan
peralatan-peralatan yang dibutuhkan
oleh pihak kapal.
d. Pihak perusahaan sebaiknya
memberikan pelatihan terlebih dahulu
kepada ABK yang baru bekerja di atas
kapal, agar mereka mendapatkan
gambaran pengetahuan tentang tata
cara bekerja dan jenis-jenis dari
muatan yang akan mereka temui di
atas kapal pada saat kerja nanti.
e. Mualim I harus membuat suatu
rencana kerja yang matang dan selalu
memperhitungkan langkah-langkah
yang akan digunakan jika nantinya
terdapat kendala dalam pelaksanaan
tank cleaning. Maka Mualim I bisa
dengan cepat dan tanggap untuk
mencari jalan keluar bagi masalah
yang terjadi.
f. Sebagai seorang pemimpin di atas
kapal, nakhoda harus memberikan
contoh yang baik dalam bekerja dan
melakukan tindakan dengan penuh
rasa disiplin yang tinggi serta dapat
dipertanggungjawabkan.
g. Mengutamakan keselamatan kerja
dengan mengikuti peraturan-peraturan
dan prosedur dalam pelaksanaannya.
h. Meningkatkan koordinasi yang baik
antara pihak kapal dengan pihak pen-
charter yaitu menyangkut masalah
waktu. Hal ini sangat diperlukan sekali
oleh pihak kapal dengan penyesuaian
waktu mulai dari tempat
pembongkaran ke tempat pemuatan.
V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya
dalam pembahasan mengenai
“Peningkatan keterampilan crew dalam
pelaksanaan tank cleaning guna
menunjang kelancaran bongkar muat MT.
Balongan” maka sebagai bagian akhir
dari penelitian ini penulis memberikan
beberapa kesimpulan yang diambil dari
hasil penelitian dan analisa data sebagai
berikut:
a. Pengetahuan dan keterampilanyang
kurang oleh anak buah kapal (ABK)
terhadap cara pembersihan tangki
yang baik dan efisien.
b. Kurangnya waktu yang diberikan oleh
pihak pen-charter terhadap pihak
kapal khususnya dalam proses tank
cleaning.
2. Saran
Mengingat begitu besar peranan
proses pembersihan tangki terhadap
kelancaran operasional kapal dalam
menerima muatan baru, maka proses
pelaksanaan pembersihan tangki di atas
kapal hendaknya dilaksanakan secara
benar. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku dalam kesiapan
kapal dalam menerima muatan baru.
Dari beberapa kesimpulan di atas,
masih ada beberapa kekurangan dalam
proses pelaksanaan pembersihan tangki
secara benar, maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
a. Sebelum dilaksanakan pembersihan
tangki sebaiknya terlebih dahulu
diadakan suatu meeting yang
membahas tentang rencana kerja,
pembagian kerja dan pelaksanaan
kerja sesuai prosedur pembersihan
tangki yang benar. Sehingga nantinya
tidak terjadi kekacauan dan kerancuan
dalam pelaksanaan pembersihan
tangki yang bisa berakibat fatal.
Peningkatan kemampuan sumber daya
dan kualitas crew kapal hendaknya
didukung dengan mengikuti kegiatan
pelatihan keterampilan Tanker
Familiarization Course (TFC) dan
peningkatan ijasah pelaut yang
diselenggarakan di diklat-diklat
kepelautan. Disamping itu sebagai
nakhoda dan perwira di atas kapal
terutama Mualim I harus selalu
memberikan pengawasan dan
pengarahan serta turut dalam
mengawasi kegiatan anak buah kapal
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1661
(ABK) pada saat melaksanakan
pekerjaannya. Tujuannya agar dapat
disiplin dan mempunyai motivasi
dalam setiap pekerjaannya sehingga
dapat menunjang keterampilan dan
pengetahuan para anak buah kapal
(ABK).
b. Meningkatkan waktu yang dibutuhkan
dalam proses pembersihan tangki. Hal
ini dapat terealisasi dengan cara
menyesuaikan rute pelayaran.
Sehingga dengan bertambah jauhnya
perjalanan kapal dari pelabuhan
bongkar ke pelabuhan muat, maka
waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembersihan tangki juga akan
bertambah banyak. Disamping itu
pentingnya disiplin waktu dalam
pekerjaan tank cleaning di atas kapal
agar waktu yang diberikan oleh pihak
perusahaan dapat digunakan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Toha. 2011. Metode Penelitian
Revisi. Jakarta: Universitas Terbuka
Marton, G.S. 2007. Tanker Operation Fifth
Edition. England: Mary Land
Martopo, Arso. 2008. Penyunting ISM Code
Amanded in 2002. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan
Perhubungan Laut
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran
Verweys, D. R. 2007. Tank Cleaning Guide.
Rotterdam
1662
IDENTIFIKASI PENYEBAB RUSAKNYA HEAVY LIQUID CHAMBER
PADA LO PURIFIER MITSUBISHI SJ25T DI MV. JINGU DENGAN
METODE FTA
Gangga Putra Mahardika
a, Agus Tjahjono
b, Sumardi
c
aTaruna Program Studi Teknika PIP Semarang
bDosen Program Studi Teknika PIP Semarang
cDosen Program Studi Nautika PIP Semarang
*e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Minyak lumas merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam pengoperasian
permesinan di kapal baik untuk Mesin Induk maupun permesinan bantu. Maka dari itu sebagian
besar kapal niaga dilengkapi dengan pesawat yang dapat menjaga kualitas minyak lumas yang
disebut Lube Oil Purifier. Dimana pesawat ini fungsinya untuk membersihkan kotoran maupun
kandungan air pada minyak lumas dengan proses purifikasi. Dalam penelitian ini penulis
mempunyai beberapa masalah yang menjadi tujuan penulisan: faktor penyebab rusaknya heavy
liquid chamber pada Lube Oil Purifier pada saat beroperasi, penilaian dengan metode FTA
terhadap pencegahan terjadinya trouble pada Purifier saat beroperasi, dan langkah yang harus
dilakukan jika mendeteksi abnormalitas pada purifier untuk mencegah kerusakan Lube Oil
Purifier tersebut.
Agar faktor yang dapat menyebabkan rusaknya heavy liquid chamber pada Lube Oil
Purifier dan pencegahan terjadinya trouble serta kerusakan dapat diketahui maka dalam karya
tulis ini penulis menggunakan analisa dengan metode Fault Tree Analysis (FTA). Metode FTA
digunakan dalam menganalisa kejadian kegagalan dalam sistem. Metode FTA dapat
didefinisikan sebagai analisa untuk mencari penyebab terjadinya masalah dari masalah puncak
hingga menuju akar permasalahan menggunakan diagram pohon kegagalan dengan tujuan
mencari faktor terkecil baik dari mesin maupun manusia yang dapat menyebabkan terjadinya
suatu kegagalan tersebut. Dari hasil penelitian menggunakan metode FTA maka didapatkan
faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada heavy liquid chamber dan trouble yang terjadi
pada Lube Oil Purifier. Maka perawatan dan perbaikan pada setiap komponen perlu lebih
diperhatikan, hal tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti sistem perawatan berencana yang
terdapat di setiap kapal yang telah ditentukan oleh perusahaan berdasarkan kebijakan
perusahaan, instruction book dan makers.
Selain itu pengawasan pada Lube Oil Purifier yang sedang beroperasi juga diperlukan
untuk memantau kondisi pengoperasian. Pada kesimpulan dan saran dikemukakan tentang
pentingnya mengadakan perawatan dan pemeriksaan secara rutin terhadap semua bagian yang
beresiko menimbulkan trouble dan kerusakan pada Lube Oil Purifier. Bila didapati adanya
trouble pada pengoperasian Lube Oil Purifier maka pengoperasian harus segera dihentikan dan
dilakukan pengecekan.
Kata Kunci: Lube Oil Purifier, heavy liquid chamber, kerusakan
I. PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi dari suatu
bangsa sangat dipengaruhi oleh
berkembangnya pertumbuhan ekonomi dalam
berbagai bidang, salah satunya adalah bidang
perdagangan. Bidang perdagangan yang
mencakup pada kegiatan ekspor dan impor
berbagai macam barang maupun komoditas
membutuhkan alat transportasi sebagai sarana
pendistribusian. Maka dari itu, alat
transportasi atau juga disebut sarana
transportasi memiliki peran utama dalam
proses pemindahan dan penyebarluasan
komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1663
Pada saat ini sarana transportasi sangat
bermacam ragamnya, mulai dari transportasi
darat, laut maupun udara yang tiap bagian
memiliki kelebihan dan kekurangan yang
berbeda satu sama lain. Untuk saat ini sarana
transportasi yang paling dibutuhkan oleh
pelaku ekonomi, terutama dalam
perdagangan global adalah sarana
transportasi yang dapat mengangkut muatan
dalam jumlah yang besar serta ketepatan
waktu, murah, dan aman.
Dari penjelasan tersebut di atas, yang
mendekati kriteria tersebut adalah
transportasi kapal laut. Yang jenisnya
bermacam-macam, mulai dari kapal car
carrier, log carrier, kapal passenger, kapal
container, kapal curah, kapal tanker. Dari
tiap jenis kapal dibedakan berdasarkan
muatan yang diangkut. Seperti kapal
container untuk mengangkut muatan yang
dikemas dalam container/peti kemas, kapal
curah untuk mengangkut muatan curah, kapal
log carrier untuk mengangkut muatan kayu,
dan kapal tanker untuk mengangkut muatan
minyak. Jenis kapal tersebut dibuat bertujuan
untuk mempercepat proses bongkar muat dan
mencegah adanya kerusakan pada muatan
dengan cara penempatan dan penanganan
cargo yang dikhususkan untuk setiap jenis
muatan yang dibawa. Banyak terdapat
perusahaan besar di negara asing yang
bergerak dalam berbagai bidang dengan
bermacam-macam jenis kapal yang tersedia
yang memberikan jasa transportasi laut, dan
salah satu perusahaan pelayaran dalam
bidang pengangkutan produk mobil dengan
menggunakan kapal Pure Car Carrier adalah
NYK Ship Management yang beralamat di 1
Harbourfront Place, #15-01 Harbourfront
Tower One, Singapore yang beroperasi di
benua Asia, Amerika Serikat dan beberapa
negara di Timur Tengah, pada umumnya
jenis muatan yang dikirim oleh pemilik
muatan berupa mobil baru, traktor, bulldozer
dan bus, serta jenis kendaraan berat militer
seperti tank.
Sekarang ini hampir semua kapal niaga
yang beroperasi menggunakan low speed two
stroke diesel engine yaitu mesin diesel 2 tak
kecepatan rendah. sebagai mesin penggerak
utama atau juga disebut main engine. Pada
MV. Jingu yang memiliki main engine
bertipe 7UEC60LA buatan Kobe Diesel Co,
Ltd menggunakan 2 macam sistem lubrikasi
yang terdiri dari system oil dan cylinder oil.
System oil berperan untuk melumasi bagian
bergerak mesin seperti crosshead, main
bearing, dan camshaft, sedangkan untuk
cylinder oil berperan sebagai media
pendingin silinder saat terjadinya proses
pembakaran dan termasuk consumable oil
atau minyak lumas yang dikonsumsi.
Penggunaan system oil pada Main Engine
sangat berbeda dengan penggunaan cylinder
oil dikarenakan system oil bersirkulasi di
dalam Mesin Induk untuk melumasi
komponen gerak mesin dan kembali lagi ke -
sump tank yang terletak pada bagian dasar
Mesin Induk. Untuk merawat system oil ini
agar selalu dalam kondisi baik dan layak
untuk proses pelumasan yang optimal , maka
pada kapal niaga saat ini disediakan
perangkat Lube Oil Purifier untuk membantu
menjaga kinerja minyak lumas dengan cara
memisahkan minyak lumas dari kotoran
dikarenakan efek pengoperasian mesin induk.
Lube Oil Purifier adalah salah satu
pesawat bantu yang mendukung operasional
kapal dengan fungsi sebagai alat yang
menjaga kualitas minyak lumas dengan cara
memisahkannya dari kotoran yang terdapat
pada minyak lumas. Selama penulis
melaksanakan praktek laut (Prala) di MV.
Jingu , pada tanggal 17 Juli 2015, setelah
selesai pengambilan angka pada parameter
flowmeter di kamar mesin terjadi alarm dan
didapati pada monitor ruang kontrol adalah
alarm abnormal pada Lube Oil Purifier
nomor 2. Setelah dilakukan reset pada alarm
di panel ruang kontrol, penulis dan Masinis
III melakukan pengecekan pada sisi Lube Oil
Purifier dan mendapati kerusakan parah pada
bagian luar dan juga pada bagian dalam
mesin.
Dari hasil percakapan penulis dengan
Masinis III yang bertanggungjawab terhadap
pesawat Lube Oil Purifier dan data yang
didapatkan dari logbook serta dokumen
maintenance report tidak ditemukan adanya
keterlambatan dalam jadwal perawatan Lube
Identifikasi Penyebab Rusaknya Heavy Liquid Chamber Pada Lo Purifier Mitsubishi SJ25T di MV. Jingu
dengan Metode FTA
Gangga Putra Mahardikaa, Agus Tjahjono
b, Sumardi
c
1664
Oil Purifier, namun Masinis III
menyimpulkan bahwa kemungkinan
penyebab timbulnya masalah yang terjadi
pada pesawat Lube Oil Purifier adalah
terdapat komponen rangkaian vertical shaft
dan horizontal shaft seperti bearing dan
spiral gear yang rusak dan kemudian
mempengaruhi putaran bowl menjadi tidak
seimbang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor penyebab rusaknya heavy
liquid chamber pada Lube Oil Purifier pada
saat beroperasi. Kemudian dengan metode
analisa Fault Tree Analysis diperoleh urutan
kejadian puncak hingga faktor penyebab
terkecil dari kerusakan heavy liquid chamber
untuk menjadi penelitian penulis selama
melaksanakan praktek laut.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian tentang Lube Oil Purifier
dilakukan selama sembilan bulan ketika masa
Proyek Laut di kapal kedua berlangsung,
yaitu terhitung mulai tanggal 11 Februari
2015 sampai dengan tanggal 13 November
2015. Penelitian dilakukan saat melaksanakan
Proyek Laut selama berada di atas MV.
Jingu, merupakan salah satu kapal jenis Pure
Car Carrier milik PT. NYK Ship
Management. Pada kapal Pure Car Carrier
ini terdapat car deck dengan jumlah 12 lantai
untuk penempatan muatan yaitu jenis mobil,
bus, serta kendaraan dan alat berat lain yang
selalu digunakan maksimal menurut
penempatannya dimana terdapat lubang dan
shackle yang menempel pada lantai untuk
pengamanan muatan dengan cara lashing.
Pada tiap lantai atau deck terbagi menjadi 2
sampai 4 palka yang dipisahkan oleh
watertight door yang dapat mencegah
menyebarnya air ke seluruh car deck jika
terjadi keadaan darurat bila terdapat banjir di
ruang muatan.
Saat pelaksanaan penelitian selama
penulis melaksanakan praktek di atas kapal,
kapal telah mengangkut dan membongkar
berbagai macam kendaraan dari satu negara
ke negara lainnya dengan baik, aman dan
tepat waktu sesuai waktu yang sudah
ditentukan, adapun jenis kendaraan yang
dimuat adalah sedan, multi purpose vehicle,
sport utility vehicle, mini sport utility vehicle,
bus, bulldozer dan tractor. Karena jarak
tempuh pelayaran dan tujuan yang ditempuh
kapal ini sangat bervariasi dan sangat jauh
hingga harus menghabiskan waktu lebih dari
seminggu untuk sampai di tempat pemuatan
maupun pembongkaran muatan, maka
sangatlah penting untuk menjaga
mengoptimalkan kondisi mesin penggerak
utama maupun pemesinan bantu lainnya
untuk menunjang lancarnya pelayaran.
Peranan kualitas minyak lumas sangat
penting untuk pengoperasian mesin
penggerak utama atau main engine.
Berdasarkan hal tersebut, pada kapal ini
terdapat pesawat bantu Lube Oil Purifier
yang termasuk sistem pesawat bantu
pendukung lancarnya pelayaran dengan
membantu menjaga kualitas minyak lumas.
Pengamatan dan pandangan terhadap
data yang ada mulai dari pokok permasalahan
yang terjadi, membaca kumpulan data baik
yang didapatkan dari wawancara, kajian
pustaka, maupun hasil dari lapangan, dikaji
berdasarkan teori yang dapat memberikan
pemecahan masalah yang terbaik sehingga
permasalahan yang timbul dapat terselesaikan
dengan cepat, tepat dan aman. Adapun
metode yang digunakan untuk menganalisa
data dalam penelitian adalah metode Fault
Tree Analysis. Metode ini memaparkan
semua peristiwa yang terjadi atau yang
mungkin akan menjadi penyebab kerusakan
kapal. Hal tersebut dijelaskan melalui
pembuatan pohon kegagalan terhadap
kerusakan Lube Oil Purifier dalam proses
purifikasi.
FTA didefinisikan sebagai sistem dan
bentuk penilaian dari perancangan atau
proses yang telah ada atau operasi dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi masalah yang mewakili
kejadian yang menyebabkan pengaruh kinerja
sistem. Dengan kata lain, metode ini dapat
digunakan untuk mencari troubleshooting
mesin, sehingga semua kemungkinan
kerusakan dapat teratasi dengan cepat dan
tepat. Untuk menentukan faktor penyebab
rusaknya heavy liquid chamber pada Lube
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1665
Oil Purifier, di sini penulis akan
menggunakan metode FTA sebagai alat yang
dipakai untuk mengidentifikasi kegagalan
yang menjadi penyebab terjadinya undesired
event, dan probabilitas terjadinya undesired
event tersebut. Mencari penyebab undesired
event adalah dengan cara melakukan analisa
dari atas ke bawah (top-down approach).
Dengan melakukan analisa dari kejadian
puncak menuju akar masalah, maka dapat
diketahui bagian mana dari sistem yang gagal
dan perlu dilakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan berdasarkan kegagalan yang ada
agar kejadian yang sama tidak terulang.
Fault tree dibangun berdasarkan pada
undesired event yang terjadi pada kegagalan
sistem. Hanya bagian tertentu dari sistem
yang berhubungan beserta kegagalan yang
ada, yang dipakai untuk membangun fault
tree. Pada satu sistem bisa terdapat lebih dari
satu undesired event dan masing-masing
undesired event mempunyai representasi fault
tree berbeda yang disebabkan faktor atau
bagian sistem dan kegagalan yang mengarah
pada satu kejadian berbeda dengan lainnya.
Pada fault tree, undesired event puncak yang
akan dianalisa disebut juga top event.
III. HASIL DAN DISKUSI
Di dalam identifikasi kerusakan heavy
liquid chamber pada saat pengoperasian Lube
Oil Purifier, penulis menggunakan data yang
didapatkan pada saat pembongkaran Lube Oil
Purifier untuk dianalisa menggunakan fault
tree analysis. Sebelum mencari faktor
penyebab kerusakan heavy liquid chamber,
penulis terlebih dahulu membuat kejadian
puncak dari pokok permasalahan sebagai top
event dari pembuatan bagan fault tree, yaitu
rusaknya heavy liquid chamber. Bagan dari
fault tree ini terdiri dari kejadian puncak (top
event), intermediate event, dan basic event
adalah yang terkecil sehingga menghasilkan
minimal cut set yaitu sebutan untuk faktor
terkecil dari fault tree itu sendiri. Masing-
masing dari kejadian tersebut memiliki
simbol sendiri pada bagan fault tree (Gambar
1).
Dari top event pertama yaitu rusaknya
heavy liquid chamber (Gambar 2),
didapatkan kejadian penyebab yaitu putaran
bowl tidak seimbang, tidak seimbangnya
putaran bowl ini dapat disebabkan disebabkan
oleh kondisi spiral gear pada horizontal shaft
yang terdapat goresan (Gambar 3) sehingga
mempengaruhi pinion pada vertical shaft dan
berputar tidak seimbang. Adanya goresan
pada spiral gear ini dapat disebabkan oleh
kurangnya pengawasan pada saat perawatan
purifier.
IV. KESIMPULAN
Faktor yang menyebabkan kerusakan
heavy liquid chamber pada Lube Oil Purifier
adalah tidak seimbangnya putaran bowl yang
disebabkan adanya kerusakan pada spiral
gear sehingga menyebabkan putaran vertical
shaft tidak seimbang, hal ini dapat dicegah
dengan meningkatkan pengawasan dan
pemeriksaan kondisi bagian Lube Oil Purifier
setiap mengadakan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Anis. 2014. Panduan Praktis
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu
W. E. Vesely, U.S. Nuclear Regulatory
Commission, F. F. Goldberg, U.S.
Nuclear Regulatory Commission, N. H.
Roberts, University of Washington, D.
F. Haasl, Institute of System Sciences,
Inc., 2012, Fault Tree Handbook,
U.S.PEN Government Printing Office,
Washington DC
Vermeire, M. B. 2012. Everything You Need
to Know About Marine Fuels, Chevron
Global Marine Products. Belgium
NYK Maritime College. 2012. NYK Engine
Cadet Course Hand-out. NYK Ship
Management
Vidak, Nives. 2016. Marine Engineering
Course, Sveučilište u Dubrovniku.
Dubrovnik
Mitsubishi Selfjector Series.1992. Instruction
Manual For Purifier SJ20T~60T,
Kanasashi Co., Ltd. Design
Department. Kanagawa
1666
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN
KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP PRESTASI KERJA
(STUDI PADA PEGAWAI POLITEKNIK ILMU PELAYARAN SEMARANG)
Janny Adriani Djari
Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang
ABSTRACT
As for target of this research to analyse individual characteristic influence to labour
capacity of Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang and to analyse work characteristic influence to
labour capacity of Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
Research regarding do individual characteristic influence intervening motivation and work
characteristic to labour capacity take population officer of Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
amounting to 218 people. Intake of sample with sampling random technique representing
technique intake of sample at random with determination of is amount of sampel used by slovin
formula obtained by 142 responder. As for data obtained with kuesioner with data analysis use
linear regression.
Pursuant to research which have been done by hence can be obtained by the following
conclusion is existence of positive influence and signifikan between individual characteristic and
work characteristic to labour capacity.
Keywords : individual characteristic, work characteristic, labour capacity
I. PENDAHULUAN
Setiap organisasi maupun perusahaan
akan selalu berusaha untuk meningkatkan
prestasi kerja, dengan harapan apa yang
menjadi tujuan organisasi akan tercapai.
Dalam meningkatkan prestasi kerja
pegawainya organisasi menempuh beberapa
cara misalnya melalui karakteristik individu
dan karakteristik pekerjaan. Melalui proses-
proses tersebut, pegawai diharapkan akan
lebih memaksimalkan tanggungjawab atas
pekerjaan mereka.
Salah satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan prestasi kerja pegawai dalam
suatu organisasi adalah karakteristik individu
pegawai (person characteristic) yang terdiri
dari pengetahuan, pengalaman kerja,
kemampuan dan keterampilan, sikap dan
motivasi.
Penelitian mengenai pengaruh karak-
teristik individu terhadap prestasi kerja
pegawai pernah dilakukan oleh Cholifah
Noor (2012) serta Riska Yunita, Paranoan
dan Gunthar Riady (2014) yang
menghasilkan karakteristik individu
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai. Berbeda hasil penelitian
yang dilakukan oleh Mohammad Sapta
Heriyawan (2014) dan Destia Aktarina
(2015) yang menghasilkan karakteristik
individu tidak berpengaruh signifikan
terhadap prestasi kerja.
Faktor lain yang mempengaruhi
prestasi kerja pegawai adalah karakteristik
pekerjaan. Pada dasarnya, karyawan
menghendaki karakteristik pekerjaan yang
sesuai dengan harapannya, yaitu pekerjaan
yang menyediakan kesempatan bagi
terpenuhinya kebutuhan untuk
mengembangkan diri, pengakuan akan tugas
bagi diri sendiri maupun rekan kerja, umpan
balik yang diterima dari pengerjaan tugas.
Tidak semua bidang pekerjaan yang para
karyawan hadapi sesuai dengan orientasi
pemenuhan kebutuhan mereka. Hal ini
disebabkan karena setiap bidang pekerjaan
secara tipikal mempunyai karakteristik
pekerjaan yang akan dipersepsikan dengan
cara yang berbeda oleh masing-masing
karyawan. Pekerjaan dapat dikatakan
menyenangkan, bernilai dan memberikan arti
pada karyawan yang bersangkutan apabila
pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan
pengalaman, penghasilan serta penghargaan
kepada karyawan yang mengerjakannya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1667
karakteristik pekerjaan merupakan faktor
penting dalam pembentukan prestasi kerja
pegawai.
Penelitian mengenai pengaruh
karakteristik pekerjaan terhadap prestasi kerja
pegawai pernah dilakukan oleh Cholifah
Noor (2012) serta Moch Abdul Cholik dan
Bayu Ilham Pradana (2015) yang
menghasilkan karakteristik pekerjaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi kerja pegawai. Berbeda hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mohammad
Sapta Heriyawan (2014) dan Destia Aktarina
(2015) yang menghasilkan karakteristik
pekerjaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap prestasi kerja.
Kajian penelitian mengenai pengaruh
karakteristik individu dan karakteristik
pekerjaan terhadap prestasi kerja pegawai
akan dilakukan pada pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang. Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang adalah salah satu
Lembaga Pendidikan Maritim negeri dibawah
naungan Kementerian Perhubungan dan satu-
satunya yang berada di Jawa Tengah, yang
berlokasi di Jalan Singosari 2A Semarang
dengan tugas pokok membina dan mencetak
lulusan perwira-perwira kapal niaga, baik
kapal-kapal milik negara maupun kapal-kapal
swasta.
Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas, maka peneliti akan menguji tentang
pengaruh karakteristik individu dan
karakteristik pekerjaan terhadap prestasi kerja
pegawai (Studi pada Pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang).
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik
individu terhadap prestasi kerja pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
2. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik
pekerjaan terhadap prestasi kerja pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
Kerangka Penelitian
Hal yang penting dalam pengelolaan
sumber daya manusia adalah mengenai
prestasi kerja pegawai. Prestasi kerja pegawai
sebagai hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Hal yang mendukung prestasi
kerja pegawai tersebut adalah karakteristik
individu dan karakteristik pekerjaan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
dapat disusun kerangka teoritis sebagai
berikut:
Gambar Kerangka penelitian
II. METODE PENELITIAN
Populasi menurut Sutrisno Hadi (2006)
adalah sekumpulan dari seluruh elemen-
elemen yang dalam hal ini diartikan sebagai
obyek penelitian. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang yang berjumlah
218 orang.
Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang akan diteliti (Sutrisno Hadi,
2006). Sampel dalam penelitian ini adalah
Karakteristik
Individu (X1)
Karakteristik
Pekerjaan
(X2)
Prestasi
Kerja (Y2)
H1
H2
Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja (Studi
Pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang)
Janny Adriani Djari
1668
pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang. Pengambilan sampel dengan
teknik random sampling yang merupakan
teknik pengambilan sampel secara acak.
Untuk penentuan jumlah sampel berdasarkan
pendapat Umar (2009) yang menyatakan
jumlah sampel minimal 30 pada kebanyakan
penelitian sudah terwakili. Oleh sebab itu
penentuan jumlah sampel digunakan rumus
slovin dihasilkan sebesar 142 responden.
Definisi Konsep, Operasional Dan Pengukuran Variabel
Tabel Definisi Konsep, Operasional dan Pengukan Variabel
No Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional
Dimensi Indikator
1 Karakteristik
Individu (X1)
Karakteristik individu
yaitu minat, sikap
dan kebutuhan yang
dibawa seseorang ke
dalam situasi kerja
(Stoner, 2009)
a. Minat
b. Sikap
c. Kebutuhan
1) Kesesuain dengan
pekerjaan
2) Semangat bekerja
1) Gaji
2) Kondisi kerja
3) Pengawasan
4) Rekan kerja
5) Pekerjaan itu sendiri
6) Kesempatan promosi
1) Memenuhi kebutuhan
2) Memotivasi prilaku
2 Karakteristik
Pekerjaan (X2)
Model karakteristik
pekerjaan (job
characteristics
models) merupakan
suatu pendekatan
terhadap
pemerkayaan
pekerjaan (job
enrichment). Program
pemerkayaan
pekerjaan (job
enrichment) berusaha
merancang pekerjaan
dengan cara
membantu para
pemangku jabatan
memuaskan
kebutuhan mereka
akan pertumbuhan,
pengakuan dan
tanggung jawab
(Simamora ,2004).
a. Keanekaragaman
keterampilan
b. Identitas tugas
c. Pentingnya tugas
d. Otonomi
e. Umpan balik
1) Banyaknya pekerjaan
2) Keahlian yang
berbeda
3) Tuntutan mengikuti
perkembangan
teknologi
1) Mengerti akan tugas
yang dikerjakan
2) Tanggung jawab
pekerjaan yang
dilaksanakan
1) Dampak tugas yang
dilaksanakan bagi diri
sendiri
2) Dampak tugas yang
dilaksanakan bagi
instansi
1) Kebebasan dalam
menyelesaikan
pekerjaan
2) Tidak tergantung pada
pegawai lain
1) Dapat mengetahui
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1669
informasi dari
kinerjanya
2) Mendapatkan mafaat
dari pekrjaan yang
dilaksanakan
3) Mendapatkan bonus
3 Prestasi Kerja
(Y)
Prestasi kerja adalah
hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh
seorang pegawai
dalam melaksanakan
tugasnya sesuai
dengan tanggung
jawab yang
diberikannya
(Mangkunegara,
2009)
1. Kualitas kerja
2. Kuantitas kerja
3. Disiplin kerja
4. Inisiatif
5. Kerjasama
1) Ketepatan kerja
2) Keterampilan kerja
3) Ketelitian kerja
4) Kerapihan kerja
1) Kecepatan kerja
2) Jumlah pekerjaan
1) Mengikuti instruksi
atasan
2) Mematuhi peraturan
instansi
3) Ketaatan waktu
kehadiran
1) Selalu aktif bekerja
2) Semangat
menyelesaikan
pekerjaan tanpa
menunggu perintah
atasan
1) Kemampuan bergaul
dan menyesuaikan diri
2) Kemampuan untuk
memberi bantuan
kepada karyawan lain
dalam batas
kewenangannya
Dalam penelitian ini menggunakan data
primer. Data primer merupakan data yang
bersumber dari tangan pertama, data yang
diambil menggunakan cara kuesioner.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan
yang dipakai sebagai pedoman untuk
mengadakan tanya jawab dengan
responden mengenai pengaruh
karakteristik individu dan karakteristik
pekerjaan terhadap prestasi kerja pegawai.
Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk
mengukur valid tidaknya suatu indikator
yang berbentuk kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan mampu untuk meng-
ungkapkan suatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini,
uji validitas menggunakan analisis
faktor yaitu dengan menguji apakah
butir-butir indikator atau kuesioner yang
digunakan dapat mengkonfirmasikan
sebuah faktor atau konstruk. Jika
masing-masing pertanyaan merupakan
indikator pengukur maka memiliki
KMO diatas 0,5 dan signifikansi
dibawah 0,05 serta memiliki nilai
kriteria loading faktor pengujian
sebagai berikut (Ghozali, 2006):
Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja (Studi
Pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang)
Janny Adriani Djari
1670
- Loading faktor > rule of tumb (0,4)
berarti valid
- Loading faktor < rule of tumb (0,4)
berarti tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Suatu alat ukur instrumen disebut
reliabel, jika alat tersebut dalam
mengukur segala sesuatu pada waktu
berlainan, menunjukkan hasil yang
relatif sama. Pengukuran reliabilitas
dapat dilakukan dengan koefisien Alpha
Cronbach menggunakan SPSS For
Windows (Ghozali, 2006) dengan
kriteria:
- Bila nilai alpha > 0,7 maka
instrumen reliabel
- Bila nilai alpha < 0,7 maka
instrumen tidak reliabel
Analisis Regresi Berganda
Suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui persamaan regresi yang
menunjukkan persamaan antara variabel
dependent dan variabel independent
dengan rumus sebagai berikut:
Y1 = a + 1 X1 + 2 X2 + e
Keterangan:
a = Konstanta
Y = Prestasi Kerja
X1 = Karakteristik Individu
X2 = Karakteristik Pekerjaan
= Koefisien regresi
e = Error
Uji Goodness of Fit (Uji Model)
a. Koefisien determinasi
Koefisien Determinasi (Goodness
of fit), yang dinotasikan dengan R2
merupakan suatu ukuran yang penting
dalam regresi. Determinasi (R2)
mencerminkan kemampuan variabel
dependen. Tujuan analisis ini adalah
untuk menghitung besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai R2 menunjukkan
seberapa besar proporsi dari total variasi
variabel tidak bebas yang dapat
dijelaskan oleh variabel penjelasnya.
Semakin tinggi nilai R2 maka semakin
besar proporsi dari total variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen (Ghozali, 2006).
b. Uji Signifikan F
Uji signifikan yaitu untuk
mengidentifikasi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen
dengan menggunakan SPSS (Ghozali,
2006). Adapun kriterianya apabila taraf
signifikan () < 0,05.
Pengambilan keputusan:
1. Jika tingkat signifikan < 0,05, maka
seluruh variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen
2. Jika tingkat signifikan > 0,05, maka
seluruh variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen
Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji
parsial (uji t) dengan model regresi
linier berganda yaitu untuk
mengidentifikasi pengaruh variabel
independent terhadap variabel
dependent secara parsial dengan
menggunakan SPSS (Ghozali, 2006).
Adapun kriteria hipotesis diterima bila
taraf signifikan () < 0,05. Hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
Ho : β = 0, Artinya tidak terdapat
pengaruh signifikan antara
variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial
Ha : β ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara variabel
independen terhadap variabel
dependen secara parsial
Pengambilan keputusan:
a. Jika tingkat signifikan < 0,05, maka
seluruh variabel independen secara
parsial (individual) berpengaruh
signifikan terhadap variabel
dependen
b. Jika tingkat signifikan > 0,05, maka
seluruh variabel independen secara
parsial (individual) tidak
berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1671
III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
Pengujian tahap ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh karakteristik individu
dan karakteristik pekerjaan terhadap prestasi
kerja:
Tabel Hasil Regresi Persamaan
Pengaruh karakteristik individu dan
karakteristik pekerjaan terhadap prestasi kerja
a. Dependent Variable: Prestasi Kerja
Sumber: data primer yang diolah, 2016
Pada tabel di atas hasil analisis regresi
persamaan II pengaruh karakteristik individu
dan karakteristik pekerjaan terhadap prestasi
kerja dengan motivasi sebagai variabel
intervening dapat diketahui persamaan
regresi sebagai berikut:
Y2 = 0,646 X1 + 0,123 X2
Berdasarkan persamaan tersebut dapat
diketahui hasil hipotesis:
1. Hasil koefisien regresi karakteristik
individu 0,646 dan nilai signifikan sebesar
0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian
dapat disimpulkan bahwa pengujian
tersebut mampu menerima H1, sehingga
dugaan adanya pengaruh antara
karakteristik individu terhadap prestasi
kerja terbukti atau dapat diterima.
2. Hasil koefisien regresi karakteristik
pekerjaan 0,123 dan nilai signifikan
sebesar 0,001 < 0,05. Berdasarkan hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa
pengujian tersebut mampu menerima H2,
sehingga dugaan adanya pengaruh antara
karakteristik pekerjaan terhadap prestasi
kerja terbukti atau dapat diterima.
Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi
digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen, dimana
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square.
Berikut hasil pengujian yang dibantu dengan
program SPSS sebagai berikut:
Tabel Koefisien Determinasi Persamaan
Pengaruh karakteristik individu dan
karakteristik pekerjaan terhadap
prestasi kerja
a. Predictors: (Constant), Karakteristik
Pekerjaan, Karakteristik Individu
Sumber: data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas menunjuk-
kan bahwa besarnya prosentase variabel
prestasi keja mampu dijelaskan oleh
variabel karakteristik individu dan
karakteristik pekerjaan ditunjukkan dengan
nilai Adjusted R Square (R2) yaitu sebesar
0,845. Dipilihnya Adjusted R. Square agar
data tidak bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan ke dalam
model. Setiap tambahan satu variabel
independen, maka R square pasti
meningkat tidak perduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Dalam hal ini
dapat diartikan bahwa prestasi kerja
mampu dijelaskan oleh variabel
karakteristik individu dan karakteristik
pekerjaan dengan nilai sebesar 84,5%,
sedangkan sisanya sebesar 15,5 % dari
(100% - 84,5%) dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Uji F digunakan untuk meng-
identifikasi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara
bersama-sama dan dapat juga untuk
menunjukkan kelayakan model persamaan
regresi.
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar-
dized
Coef-
ficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -28.875 4.647 -6.213 .000
Karakteristik
Individu 1.000 .068 .646 14.761 .000
Karakteristik
Pekerjaan .180 .051 .123 3.491 .001
Model Summary
Mo-
del R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
1 .921a .849 .845 5.033
Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja (Studi
Pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang)
Janny Adriani Djari
1672
Tabel Hasil Pengujian Model (Uji F)
Persamaan Pengaruh karakteristik individu
dan karakteristik pekerjaan terhadap
prestasi kerja
a. Predictors: (Constant), Karakteristik
Pekerjaan, Karakteristik Individu
b. Dependent Variable: Prestasi Kerja
Sumber : Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas hasil
pengujian model (Uji F) pengaruh variabel
karakteristik individu dan karakteristik
pekerjaan terhadap prestasi kerja dapat
diketahui hasil F hitung 257,643 dan
tingkat signifikan 0,000 < 0,05 sehingga
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh
antara variabel karakteristik individu dan
karakteristik pekerjaan terhadap prestasi
kerja secara bersama-sama dan regresi
tersebut layak digunakan dalam penelitian.
Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui pengaruh karakteristik
individu dan karakteristik pekerjaan
terhadap prestasi kerja pada pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh karakteristik individu
terhadap prestasi kerja
Hasil koefisien regresi karakteristik
individu 1,000 dan nilai signifikan
sebesar 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa
pengujian tersebut mampu menerima
H1, sehingga dugaan adanya pengaruh
antara karakteristik individu terhadap
prestasi kerja terbukti atau dapat
diterima. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Cholifah Noor (2012)
serta Riska Yunita, Paranoan dan
Gunthar Riady (2014) yang
menghasilkan karakteristik individu
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap prestasi kerja pegawai.
Karakteristik individu
merupakan perbedaan dari masing-
masing pegawai yang dapat
mempengaruhi dalam berperilaku
dan melakukan suatu pekerjaan
(Sedarmayanti, 2009). Dengan
mengetahui perbedaan karakter
individu, para manajer akan dapat
menentukan tugas-tugas yang sesuai
dengan karakternya sehingga
peningkatan prestasi kerja akan dapat
dicapai. Karakteristik individu sangat
menunjang seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan dan akan
memberikan kontribusi positif
terhadap keberhasilan prestasi kerja
pegawai.
2. Pengaruh karakteristik pekerjaan
terhadap prestasi kerja
Hasil koefisien regresi karakteristik
pekerjaan 0,180 dan nilai signifikan
sebesar 0,001 < 0,05. Berdasarkan hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa
pengujian tersebut mampu menerima
H2, sehingga dugaan adanya pengaruh
antara karakteristik pekerjaan terhadap
prestasi kerja terbukti atau dapat
diterima. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Cholifah Noor (2012)
serta Moch Abdul Cholik dan Bayu
Ilham Pradana (2015) yang
menghasilkan karakteristik pekerjaan
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap prestasi kerja pegawai.
Karakteristik pekerjaan me-
rupakan sifat dan tugas yang meliputi
tanggung jawab, macam tugas dan
tingkat kepuasan yang diperoleh dari
pekerjaan itu sendiri (Gunastri, 2009).
Pekerjaan yang secara intrinsik
memberikan kepuasan akan lebih
memotivasi bagi kebanyakan orang
daripada pekerjaan yang tidak
memuaskan. Pada dasarnya, karyawan
menghendaki karakteristik pekerjaan
ANOVAb
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 19580.033 3 6526.678 257.643 .000a
Residual 3495.854 138 25.332
Total 23075.887 141
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1673
yang sesuai dengan harapannya, yaitu
pekerjaan yang menyediakan
kesempatan bagi terpenuhinya
kebutuhan untuk mengembangkan
diri, pengakuan akan tugas bagi diri
sendiri maupun rekan kerja, umpan
balik yang diterima dari pengerjaan
tugas. Tidak semua bidang pekerjaan
yang para karyawan hadapi sesuai
dengan orientasi pemenuhan
kebutuhan mereka. Hal ini disebabkan
karena setiap bidang pekerjaan secara
tipikal mempunyai karakteristik
pekerjaan yang akan dipersepsikan
dengan cara yang berbeda oleh
masing-masing karyawan. Pekerjaan
dapat dikatakan menyenangkan,
bernilai dan memberikan arti pada
karyawan yang bersangkutan apabila
pekerjaan yang dilakukan dapat
memberikan pengalaman, penghasilan
serta penghargaan kepada karyawan
yang mengerjakannya. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa
karakteristik pekerjaan merupakan
faktor penting dalam pembentukan
prestasi kerja pegawai.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian mengenai
pengaruh karakteristik individu dan
karakteristik pekerjaan terhadap prestasi kerja
pada pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakteristik individu berpengaruh positif
dan segnifikan terhadap prestasi kerja.
Dengan demikian semakin tepat
karakteristik individu pada pekerjaannya,
maka akan dapat meningkatkan prestasi
kerja pegawai.
2. Karakteristik pekerjaan berpengaruh positif
dan segnifikan terhadap prestasi kerja.
Dengan demikian semakin tepat
karakteristik pekerjaan pada keahlian
pegawai, maka akan dapat meningkatkan
prestasi kerja pegawai
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Noor. 2012. Analisis Kualitas
Kehidupan Kerja, Kinerja, Dan
Kepuasan Kerja Pada CV. Duta
Senenan Jepara. Jurnal
Economia, Volume 8, Nomor 1,
April 2012
Dessler, Gary. 2000. Manajemen
Personalia Teknik dan Konsep
Modern. Alih Bahasa : Agus
Dharma. Edisi Ketiga. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Hadi, Sutrisno. 2006. Metode Penelitian
Riset. Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fakultas Biologi UGM
Hasibuan, S.P. Malayu. 2009. Organisasi
dan Motivasi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009.
Perilaku dan Budaya Organisasi.
Bandung: Penerbit Refika
Aditama
Maryoto. 2000. Manajemen Sumber Daya
Manusia (Manajemen
Kepegawaian). Cetakan ke 8.
Bandung: Mandar Maju
Maslow, Abraham H. 1954. Motivation
And Personality. New York:
Harper & Row Publiser
Munandar. 2012. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jurnal Manajemen
Desember 2007
Notoatmojo, K. 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bima
Aksara
Robbins, S. P. 2002. Prinsip-Prinsip
Perilaku Organisasi (Alih Bahasa
oleh Halida dan Dewi Sartika),
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Simamora, Henry. 2004. Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: STIE
Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Prestasi Kerja (Studi
Pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang)
Janny Adriani Djari
1674
Suprihantono. 2008. Pengaruh
Kompensasi dan Karakteristik
Pekerjaan Terhadap Kepuasan
Kerja, Wacana, Vol. 4 No. 1 Juli
2000. Surabaya
Tella, Adeyinka. 2007. Work Motivation,
Job Satisfation and
Organisational Commmitment of
Library Personnel in Academic
and Research Libraries in Oyo
State. Nigeria: Library Philosopy
and Practice
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1675
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU
TERHADAP PRESTASI KERJA
(STUDI PADA PEGAWAI POLITEKNIK ILMU PELAYARAN SEMARANG)
Firdaus Sitepua, Janny Adriani Djari
b
a dan b Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang
ABSTRACT
This research aim to know individual characteristic influence to labour capacity Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang. Research regarding do individual characteristic influence
intervening motivation and work characteristic to labour capacity take population officer of
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang amounting to 218 people. Intake of sample with sampling
random technique representing technique intake of sample at random with determination of is
amount of sampel used by slovin formula obtained by 142 responder. As for data obtained with
kuesioner with data analysis use linear regression.
Pursuant to research which have been done by hence can be obtained by the following
conclusion is existence of positive influence and signifikan between individual characteristic to
labour capacity.
Keyword : Individual Characteristic and labour capacity
I. PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan prestasi kerja pegawai dalam
suatu organisasi adalah karakteristik individu
pegawai (person characteristic) yang terdiri
dari pengetahuan, pengalaman kerja,
kemampuan dan keterampilan, sikap dan
motivasi. Karakteristik individu merupakan
perbedaan dari masing-masing pegawai yang
dapat mempengaruhi dalam berperilaku dan
melakukan suatu pekerjaan (Sedarmayanti,
2009). Dengan mengetahui perbedaan
karakter individu, para manajer akan dapat
menentukan tugas-tugas yang sesuai dengan
karakternya sehingga peningkatan prestasi
kerja akan dapat dicapai. Karakteristik
individu sangat menunjang seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan dan akan
memberikan kontribusi positif terhadap
keberhasilan prestasi kerja pegawai
Penelitian mengenai pengaruh
karakteristik individu terhadap prestasi kerja
pegawai pernah dilakukan oleh Cholifah
Noor (2012) serta Riska Yunita, Paranoan
dan Gunthar Riady (2014) yang
menghasilkan karakteristik individu
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai. Berbeda hasil penelitian
yang dilakukan oleh Mohammad Sapta
Heriyawan (2014) dan Destia Aktarina
(2015) yang menghasilkan karakteristik
individu tidak berpengaruh signifikan
terhadap prestasi kerja.
Kajian penelitian mengenai pengaruh
karakteristik individu terhadap prestasi kerja
pegawai akan dilakukan pada pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang adalah
salah satu Lembaga Pendidikan Maritim
negeri dibawah naungan Kementerian
Perhubungan dan satu-satunya yang berada di
Jawa Tengah, yang berlokasi di Jalan
Singosari 2A Semarang dengan tugas pokok
membina dan mencetak lulusan perwira-
perwira kapal niaga, baik kapal-kapal milik
Negara maupun kapal-kapal swasta.
Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas, maka peneliti akan menguji tentang
pengaruh karakteristik individu terhadap
prestasi kerja pegawai (Studi pada Pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang).
Berdasarkan hal tersebut, maka timbul
pertanyaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: “Apakah karakteristik
individu berpengaruh terhadap prestasi kerja
pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang ?”
Analisis Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Prestasi Kerja (Studi pada Pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang)
Firdaus Sitepua, Janny Adriani Djari
b
1676
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik
individu terhadap prestasi kerja pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang”
2. Pihak yang berkepentingan dalam rangka
mengambil kebijakan yang berkaitan
dengan karakteristik individu dikaitkan
dengan prestasi kerja pegawai.
3. Sebagai masukan bagi penelitian
selanjutnya dalam mengembangkan
penelitian mengenai karakteristik individu
dikaitkan dengan prestasi kerja pegawai.
Kerangka Penelitian
Hal yang penting dalam pengelolaan
sumber daya manusia adalah mengenai
prestasi kerja pegawai. Prestasi kerja pegawai
sebagai hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Hal yang mendukung prestasi
kerja pegawai tersebut adalah karakteristik
individu. Berdasarkan uraian tersebut diatas
maka dapat disusun kerangka teoritis sebagai
berikut:
II. METODE PENELITIAN
Populasi Penelitian
Populasi menurut Sutrisno Hadi (2006)
adalah sekumpulan dari seluruh elemen-
elemen yang dalam hal ini diartikan sebagai
obyek penelitian. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah pegawai Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang yang berjumlah
218 orang.
Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang akan diteliti (Sutrisno Hadi,
2006). Sampel dalam penelitian ini adalah
pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang. Pengambilan sampel dengan
teknik random sampling yang merupakan
teknik pengambilan sampel secara acak.
Untuk penentuan jumlah sampel berdasarkan
pendapat Umar (2009) yang menyatakan
jumlah sampel minimal 30 pada kebanyakan
penelitian sudah terwakili. Oleh sebab itu
penentuan jumlah sampel digunakan rumus
slovin dihasilkan sebesar 142 responden
. Definisi Konsep, Operasional Dan Pengukuran Variabel
Tabel Definisi Konsep, Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional
Dimensi Indikator
1 Karakteristik
Individu (X1)
Karakteristik individu
yaitu minat, sikap
dan kebutuhan yang
dibawa seseorang ke
dalam situasi kerja
(Stoner, 2009)
a. Minat
b. Sikap
1) Kesesuain dengan
pekerjaan
2) Semangat bekerja
1) Gaji
2) Kondisi kerja
3) Pengawasan
4) Rekan kerja
5) Pekerjaan itu sendiri
6) Kesempatan promosi
Karakteristik
Individu (X1)
Prestasi
Kerja (Y2)
H1
Gambar Kerangka penelitian
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1677
c. Kebutuhan
1) Memenuhi kebutuhan
2) Memotivasi prilaku
2 Prestasi Kerja
(Y)
Prestasi kerja adalah
hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh
seorang pegawai
dalam melaksanakan
tugasnya sesuai
dengan tanggung
jawab yang
iberikannya
(Mangkunegara,
2009)
1. Kualitas
kerja
2. Kuantitas
kerja
3. Disiplin
kerja
4. Inisiatif
5. Kerjasama
1) Ketepatan kerja
2) Keterampilan kerja
3) Ketelitian kerja
4) Kerapihan kerja
1) Kecepatan kerja
2) Jumlah pekerjaan
1) Mengikuti instruksi
atasan
2) Mematuhi peraturan
instansi
3) Ketaatan waktu
kehadiran.
1) Selalu aktif bekerja
2) Semangat
menyelesaikan
pekerjaan tanpa
menunggu perintah
atasan
1) Kemampuan bergaul
dan menyesuaikan
diri
2) Kemampuan untuk
memberi bantuan
kepada karyawan lain
dalam batas
kewenangannya.
Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data
primer. Data primer merupakan dataa yang
bersumber dari tangan pertama, dataa yang
diambil menggunakan cara kuesioner.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang
dipakai sebagai pedoman untukk meng-
adakan tanya jawab dengan responden
mengenai pengaruh karakteristik individu dan
karakteristik pekerjaan terhadap prestasi kerja
pegawai.
Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk meng-
ukur valid tidaknya suatu indikator yang
berbentuk kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan mampu
untuk mengungkapkan suatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
penelitian ini, uji validitas menggunakan
analisis faktor yaitu dengan menguji
apakah butir-butir indikator atau kuesioner
yang digunakan dapat mengkonfirmasikan
sebuah faktor atau konstruk. Jika masing-
masing pertanyaan merupakan indikator
pengukur maka memiliki KMO diatas 0,5
dan signifikansi dibawah 0,05 serta
memiliki nilai kriteria loading faktor
pengujian sebagai berikut (Ghozali,
2006):
- Loading faktor > rule of tumb (0,4)
berarti valid
- Loading faktor < rule of tumb (0,4)
berarti tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Analisis Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Prestasi Kerja (Studi pada Pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang)
Firdaus Sitepua, Janny Adriani Djari
b
1678
Suatu alat ukur instrumen disebut
reliabel, jika alat tersebut dalam mengukur
segala sesuatu pada waktu berlainan,
menunjukkan hasil yang relatif sama.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan koefisien Alpha Cronbach
menggunakan SPSS For Windows
(Ghozali, 2006) dengan kriteria :
- Bila nilai alpha > 0,7 maka instrumen
reliabel
- Bila nilai alpha < 0,7 maka instrumen
tidak reliabel
Analisis Regresi Berganda
Suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui persamaan regresi yang
menunjukkan persamaan antara variabel
dependent dan variabel independent dengan
rumus sebagai berikut:
Y1 = a + 1 X1 + e
Keterangan:
a = Konstanta
Y = Prestasi Kerja
X1 = Karakteristik Individu
= Koefisien regresi
e = Error
Uji Goodness of Fit (Uji Model)
a. Koefisien determinasi
Koefisien Determinasi (Goodness of
fit), yang dinotasikan dengan R2 me-
rupakan suatu ukuran yang penting dalam
regresi. Determinasi (R2) mencerminkan
kemampuan variabel dependen. Tujuan
analisis ini adalah untuk menghitung
besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Nilai R2
menunjukkan seberapa besar proporsi dari
total variasi variabel tidak bebas yang
dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya.
Semakin tinggi nilai R2 maka semakin
besar proporsi dari total variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen (Ghozali, 2006).
b. Uji Signifikan F
Uji signifikan yaitu untuk
mengidentifikasi pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen
dengan menggunakan SPSS (Ghozali,
2006). Adapun kriterianya apabila taraf
signifikan () < 0,05.
Pengambilan keputusan:
a Jika tingkat signifikan < 0,05, maka
seluruh variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen
b Jika tingkat signifikan > 0,05, maka
seluruh variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen
Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji parsial
(uji t) dengan model regresi linier berganda
yaitu untuk mengidentifikasi pengaruh
variabel independent terhadap variabel
dependent secara parsial dengan
menggunakan SPSS (Ghozali, 2006).
Adapun kriteria hipotesis diterima bila taraf
signifikan () < 0,05. Hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
Ho : β = 0, Artinya tidak terdapat
pengaruh signifikan antara
variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial
Ha : β ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh
signifikan antara variabel
independen terhadap variabel
dependen secara parsial
Pengambilan keputusan:
a. Jika tingkat signifikan < 0,05, maka
seluruh variabel independen secara
parsial (individual) berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
b. Jika tingkat signifikan > 0,05, maka
seluruh variabel independen secara
parsial (individual) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
III. HASIL DAN DISKUSI
Pengujian tahap ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh karakteristik individu
terhadap prestasi kerja:
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1679
Tabel Hasil Regresi Persamaan Pengaruh
karakteristik individu terhadap prestasi kerja
a. Dependent Variable: Prestasi Kerja
Sumber: data primer yang diolah, 2016
Pada tabel di atas hasil analisis regresi
persamaan II pengaruh karakteristik individu
dan karakteristik pekerjaan terhadap prestasi
kerja dengan motivasi sebagai variabel
intervening dapat diketahui persamaan
regresi sebagai berikut:
Y2 = 0,646 X1
Berdasarkan persamaan tersebut dapat
diketahui hasil hipotesis:
Hasil koefisien regresi karakteristik
individu 0,646 dan nilai signifikan
sebesar 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil
pengujian dapat disimpulkan bahwa
pengujian tersebut mampu menerima
H1, sehingga dugaan adanya pengaruh
antara karakteristik individu terhadap
prestasi kerja terbukti atau dapat diterima.
Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi
digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen, dimana
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square.
Berikut hasil pengujian yang dibantu dengan
program SPSS sebagai berikut:
Tabel Koefisien Determinasi Persamaan
Pengaruh karakteristik individu terhadap prestasi kerja
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .921a .849 .845 5.033
a. Predictors: (Constant), Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik
Individu
Sumber: data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas menun-
jukkan bahwa besarnya prosentase
variabel prestasi keja mampu dijelaskan
oleh variabel karakteristik individu
ditunjukkan dengan nilai R Square (R2)
yaitu sebesar 0,849. Dipilihnya R Square
agar data tidak bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Setiap tambahan satu
variabel independen, maka R square pasti
meningkat tidak perduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Dalam hal ini
dapat diartikan bahwa prestasi kerja
mampu dijelaskan oleh variabel
karakteristik individu dengan nilai sebesar
84,9%, sedangkan sisanya sebesar 15,1 %
dari (100% - 84,9%) dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Uji F digunakan untuk meng-
identifikasi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara
bersama-sama dan dapat juga untuk
menunjukkan kelayakan model persamaan
regresi.
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar-
dized
Coeffi-
cients T Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) -28.875 4.647 -6.213 .000
Karakteristik
Individu 1.000 .068 .646 14.761 .000
Analisis Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Prestasi Kerja (Studi pada Pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang)
Firdaus Sitepua, Janny Adriani Djari
b
1680
Tabel Hasil Pengujian Model (Uji F) Persamaan
Pengaruh karakteristik individu terhadap prestasi kerja
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 19580.033 3 6526.678 257.643 .000a
Residual 3495.854 138 25.332
Total 23075.887 141
a. Predictors: (Constant), Karakteristik Individu
b. Dependent Variable: Prestasi Kerja
Sumber: Data primer yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel di atas hasil
pengujian model (Uji F) pengaruh variabel
karakteristik individu terhadap prestasi kerja
dapat diketahui hasil F hitung 257,643 dan
tingkat signifikan 0,000 < 0,05 sehingga
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara
variabel karakteristik individu terhadap
prestasi kerja dan regresi tersebut layak
digunakan dalam penelitian.
Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh karakteristik individu
terhadap prestasi kerja pada pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang adalah
sebagai berikut :
Hasil koefisien regresi karakteristik
individu 1,000 dan nilai signifikan sebesar
0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian
dapat disimpulkan bahwa pengujian tersebut
mampu menerima H1, sehingga dugaan
adanya pengaruh antara karakteristik individu
terhadap prestasi kerja terbukti atau dapat
diterima. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Cholifah Noor (2012) serta Riska Yunita,
Paranoan dan Gunthar Riady (2014) yang
menghasilkan karakteristik individu
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi kerja pegawai.
Karakteristik individu merupakan
perbedaan dari masing-masing pegawai yang
dapat mempengaruhi dalam berperilaku dan
melakukan suatu pekerjaan (Sedarmayanti,
2009). Dengan mengetahui perbedaan
karakter individu, para manajer akan dapat
menentukan tugas-tugas yang sesuai dengan
karakternya sehingga peningkatan prestasi
kerja akan dapat dicapai. Karakteristik
individu sangat menunjang seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan dan akan
memberikan kontribusi positif terhadap
keberhasilan prestasi kerja pegawai
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian mengenai
pengaruh karakteristik individu terhadap
prestasi kerja pada pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut : Karakteristik
individu berpengaruh positif dan segnifikan
terhadap prestasi kerja. Dengan demikian
semakin tepat karakteristik individu pada
pekerjaannya, maka akan dapat
meningkatkan prestasi kerja pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Noor. 2012. Analisis Kualitas
Kehidupan Kerja, Kinerja, dan
Kepuasan Kerja Pada CV. Duta
Senenan Jepara. Jurnal Economia,
Volume 8, Nomor 1, April 2012
Dessler, Gary. 2000. Manajemen Personalia
Teknik dan Konsep Modern. Alih
Bahasa: Agus Dharma. Edisi Ketiga.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1681
Hadi, Sutrisno. 2006. Metode Penelitian
Riset. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Biologi UGM
Hasibuan, S.P. Malayu. 2009. Organisasi dan
Motivasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Perilaku
dan Budaya Organisasi. Bandung :
Penerbit Refika Aditama
Maryoto. 2000. Manajemen Sumber Daya
Manusia (Manajemen Kepegawaian).
Cetakan ke 8. Bandung: Mandar Maju
Maslow, Abraham H. 1954. Motivation And
Personality. New York: Harper &
Row Publiser
Munandar. 2012. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jurnal Manajemen
Desember 2007
Notoatmojo, K. 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : Bima Aksara
Robbins, S. P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku
Organisasi (Alih Bahasa oleh Halida
dan Dewi Sartika). Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Simamora, Henry. 2004. Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: STIE
Suprihantono. 2008. Pengaruh Kompensasi
dan Karakteristik Pekerjaan
Terhadap Kepuasan Kerja, Wacana,
Vol. 4 No. 1 Juli 2000. Surabaya
Tella, Adeyinka. 2007. Work Motivation, Job
Satisfation and Organisational
Commmitment of Library Personnel
in Academic and Research Libraries
in Oyo State. Nigeria: Library
Philosopy and Practice
1684
OPTIMALISASI PERAWATAN ALAT-ALAT KESELAMATAN SEBAGAI
PENUNJANG KESELAMATAN AWAK KAPAL
DI KN. BIMA SAKTI
Firdaus Sitepu
Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang
ABSTRACT
As for target of writing of this handing out is to know optimalization treatment of safety
appliance as supporter safety of crew man in KN. Bima Sakti. Pursuant to the target, hence this
handing out take title " Optimalization Treatment of Appliance Safety As Supporter Safety of
Crew Man In Kn. Bima Sakti".
Method weared by writer in writing this handing out is descriptive method. As for research
obyek is KN. Bima Sakti. Method data collecting use field study, Bibliography study (research
library) and documentation.
Pursuant to result of research which have been conducted, hence can be taken by some
conclusion that is things causing safety appliance do not function in an optimal fashion moment
used in training in KN Bima Sakti is because lack of the understanding of hitting procedure
treatment of real correct safety appliance pursuant to regulation of treatment of safety appliance
according to Solas (Safety Of Life Sea at) and because lack of facility equipments of treatment to
safety appliance given by company so that activity of treatment become less maximal. Things
related to execution to be is optimal of treatment of safety appliance better in KN Bima Sakti is
with treatment of lifeboat, benefactor raft ( liferaft), benefactor float ( lifebuoy), benefactor
clothes ( jacket life) executed by inspection periodical to safety appliance like weekly periodic
inspection, monthly and annual according to procedure regulation of Solas (Safety Of Life Sea
at), and also inspection of equipments of safety appliance is also checked by the parts of the
safety appliance accurately and detail as according to tables of checklist inspection of safety
appliance. method Treatment of safety appliance, because method treatment of safety appliance
as base from make-up of efficiency in is optimal of activity from safety appliance on board so
that the safety appliance can be used in an optimal fashion by all crew man if happened
emergency on board.
Keywords: optimalization treatment of safety appliance, safety supporter, supporting crew safety.
I. PENDAHULUAN
Dalam abad modern sekarang ini
transportasi laut masih memegang peranan
yang sangat dominan sebagai alat angkut
yang belum dapat digantikan dengan jenis
angkutan lain, karena angkutan laut
merupakan suatu sistem pengangkutan dalam
jumlah besar yang belum dapat dilakukan
oleh jenis angkutan lainnya. Setiap
perusahaan selalu menuntut agar pegawainya
yang ada di atas kapal bekerja dengan sebaik-
baiknya, dan bukan hanya mencari nafkah
untuk diri sendiri tapi juga untuk
keluarganya. Sehingga mereka mampu
bekerja secara optimal dan memperhatikan
keselamatan kerja mereka.
Badan Pengembangan Sumber Dana
Manusia Perhubungan baru memiliki dua
kapal latih untuk taruna. Salah satunya KN.
Bima Sakti yang kini dioperasikan di PIP
Semarang, Jawa Tengah. “Ke depan, kapal
latih untuk taruna akan ditambah dengan
dana dari APBN, termasuk APBN P 2015.
Kapal tersebut juga bisa difungsikan sebagai
kapal untuk melayani rute perintis,” terang
Tommy.
Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (BPSDM) Perhubungan akan
belanja kapal dan pesawat latih untuk taruna
pada tahun 2015. Untuk kapal latih akan
membeli enam unit dan diproyeksikan juga
akan dioperasikan di rute-rute pelayaran
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1685
perintis di Indonesia “pernyataan Kepala
BPSDM Perhubungan Wahyu Satrio Utomo
kepada beritatrans.com di Jakarta.
Menurutnya, enam kapal latih tersebut akan
didistribusikan ke BP2IP Banda Aceh, PIP
Semarang, Poltekpel Surabaya, PIP Makasar,
BP2IP Sulawesi Utara dan BP2IP Sorong.
Kapal tersebut dibangun di galangan kapal
dalam negeri. Saat ini semua proyek
pengadaan barang dan jasa dengan dana
APBN lebih diprioritaskan untuk perusahaan
dalam negeri” jelas Tommy.
Walaupun kapal-kapal yang
dioperasikan sudah berusia tua namun tetap
dituntut harus dalam keadaan laik laut agar
tidak membahayakan kapalnya sendiri, anak
buah kapal, muatan yang dibawanya dan juga
lingkungannya. Menurut Suyono (2000:48)
pengertian dari laik laut (Seaworthness)
adalah:
1. Kapal layak untuk menghadapi berbagai
resiko dan kejadian secara wajar dalam
pelayaran.
2. Kapal layak untuk menerima muatan dan
mengangkutnya serta melindungi
keselamatan muatan dan Awak kapal nya.
3. Kapal tidak mencemari lingkungan
Divisi operasi dan divisi armada
merupakan bagian yang memegang peranan
penting dalam melakukan tindakan perawatan
dan perbaikan terhadap kapal-kapal suatu
perusahaan pelayaran yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan operasi
perusahaan tersebut.
Keselamatan kerja merupakan salah
satu faktor mutlak yang harus dipenuhi agar
anak buah kapal dapat bekerja dengan aman
dan maksimal. Dengan adanya alat-alat
keselamatan sebagai penunjang keselamatan
para awak kapal diharapkan dapat
memperkecil atau dapat dihilangkan sama
sekali resiko kecelakaan kerja di kapal. Sikap
yang hati-hati dan tidak ceroboh dalam
bertindak akan membuat pihak lain tidak
mengalami kekhawatiran. Banyak anak buah
kapal yang bekerja hanya sekedar memenuhi
kewajiban sesuai tanggungjawabnya tanpa
memiliki kepedulian diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Tidak jarang suatu pekerjaan
baik di darat maupun di kapal serta apapun
bentuknya, karena kurang memperhatikan
keselamatan sehingga menimbulkan korban.
Sebagai contoh kasus yang pernah
terjadi di atas kapal, salah satu juru mudi
matanya terkena serpihan karat pada saat
mengetok karat karena tidak memakai
kacamata pelindung sehingga harus mendapat
pertolongan pertama dan harus diobati.
Dengan adanya kejadian tersebut maka
kemajuan yang dicapai menjadi kurang
berarti dan malah membahayakan kehidupan
pekerjanya. Kecelakaan yang terjadi di kapal
selain menjadi hambatan-hambatan langsung
juga merupakan kerugian-kerugian tidak
langsung, yakni kerusakan mesin dan
peralatan kerja, terhentinya pekerjaan dan
proses produksi untuk beberapa saat,
kerusakan pada lingkungan kerja dan
sebagainya.
Beberapa kecelakaan yang terjadi di
kapal memperlihatkan bahwa untuk setiap
kecelakaan ada faktor penyebabnya. Sebab-
sebab tersebut bersumber pada alat-alat
mekanik dan lingkungan serta kepada
manusianya sendiri. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, penyebab-penyebab
ini harus diperkecil atau dihilangkan sama
sekali, antara lain dengan melakukan
perawatan terhadap alat-alat keselamatan.
Kapal memiliki berbagai macam peralatan
yang menunjang kelancaran operasi kapal,
dimana alat-alat tersebut memiliki fungsi
masing-masing. Sedangkan alat-alat tersebut
memerlukan suatu perawatan yang rutin, agar
dapat menunjang kelancaran operasi kapal
dan memenuhi ketentuan pemerintah tentang
kelaiklautan kapal.
Pengaruh pemerintah serta organisasi-
organisasi seperti International Maritime
Organization (IMO), International Labour
Organization (ILO) ikut memberikan tekanan
terhadap perusahaan-perusahaan pelayaran
untuk lebih memperhatikan segi keselamatan
dari pada awak kapalnya.
Peraturan-peraturan yang terkait dengan
keselamatan kerja di kapal antara lain:
1. Standart Training Certificate and
Watchkeeping (STCW) Amandemen 2010,
mengenai standar pelatihan bagi para
pelaut.
Optimalisasi Perawatan Alat-Alat Keselamatan sebagai Penunjang Keselamatan Awak Kapal
di KN. Bima Sakti
Firdaus Sitepu, Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang
1686
2. Badan Diklat Perhubungan Tahun 2000,
mengenai petunjuk-petunjuk tentang alat-
alat keselamatan beserta kegunaannya.
Peraturan-peraturan tersebut secara
global bertujuan untuk mencegah atau
mengurangi kecelakaan dan akibatnya, serta
menjamin keselamatan kerja bagi anak buah
kapal di atas kapal. Di dalam Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 2002 tentang
Perkapalan disebutkan bahwa, keselamatan
kapal adalah material, konstruksi, bangunan,
permesinan, kelistrikan, stabilitas dan tata
susunan serta termasuk perlengkapan radio
dan elektronika kapal. Beberapa kejadian
kerusakan pada perawatan di kapal terancam
oleh adanya beberapa kerusakan yang tidak
dengan segera diatasi atau diperbaiki.
Perawatan merupakan hal yang paling
penting dalam mempertahankan kehandalan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan masyarakat
modern, tetapi hanya sedikit bidang-bidang
yang mampu berperan begitu dominan seperti
dalam dunia pelayaran. Mempertahankan
atau menjaga kondisi kapal, adalah tujuan
utama setiap tindakan perawatan. Pemilik
menghadapi berbagai masalah untuk
menentukan standar perawatan kapalnya
yaitu bagaimana agar standarnya terpenuhi
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
dalam International Safety Management
Code (ISM Code), misalnya aturan yang
mengharuskan kapal untuk naik dock dalam
jangka waktu 5 tahun sekali.
Pada kenyataannya perusahaan
pelayaran tersebut hanya memikirkan supaya
kapalnya dapat memberikan keuntungan yang
sebesar-besarnya atau hanya terfokus pada
uang saja, kadang-kadang perusahaan
pelayaran tersebut tidak memperhatikan atau
bahkan mengabaikan faktor-faktor lain. Hal
yang dapat menunjang keselamatan
pengoperasian kapal tersebut agar dapat laik
laut seperti masalah pengawakan yang baik,
perawatan (maintenance) ataupun galangan
kapal (docking). Perawatan kapal juga
berhubungan erat dengan keselamatan
pelayaran sehingga Port State Control (PSC)
juga ditugasi memeriksa pelaksanaan
konvensi-konvensi internasional, antara lain
Safety Of Life At Sea (SOLAS), Standart
Training Certificate and Watchkeeping
(STCW).
Dengan alasan tersebut peneliti
mengangkat dan membahas tentang
optimalisasi perawatan alat-alat keselamatan
sebagai penunjang keselamatan awak kapal di
KN. Bima Sakti. KN. Bima Sakti merupakan
Kapal latih kebanggaan PIP Semarang,
keberadaannya menjadikan nilai tambah
tersendiri untuk Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang. KN. Bima Sakti merupakan kapal
hibah dari Navigasi Laut untuk Badan Diklat
PIP Semarang. Dengan adanya kapal latih ini
diharapkan proses pembelajaran akan lebih
sempurna dan aplikatif guna menunjang
terwujudnya visi dan misi PIP Semarang
menghasilkan tenaga kepelautan profesional
bertarap internasional.
II. FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. Fakta
KN. Bima Sakti merupakan Kapal latih
kebanggaan PIP Semarang, keberadaanya
menjadikan nilai tambah tersendiri.
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang.
KN. Bima Sakti merupakan kapal hibah dari
Navigasi laut untuk Badan Diklat PIP
Semarang. Dengan adanya kapal latih ini
diharapkan proses pembelajaran akan lebih
sempurna dan aplikatif guna menunjang
terwujudnya Visi dan Misi PIP Semarang
menghasilkan tenaga kepelautan profesional
bertarap Internasional.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1687
Gambar Kapal KN. Bima Sakti
Ships’s Particiular
Nomor/Nama Kapal : KN. Bima Sakti
Tahun Pembuatan : 1984
Galangan pembangunan Kapal : Makum Belanda
Ukuran Utama Panjang Seluruhnya (L.O.A) : 59,75 Meter
Lebar (M.Moulded) : 3,0 Meter
Tinggi (Depth) : 6,10 Meter
Sarat Air (Depth) : 3,8 Meter
BRT/GRT/DWT : 1373,15 Ton
Kecepatan Saat Awal : 12 Knot
Kecepatan Saat ini : 11 Knot
Kapasitas Tanki Air Tawar : 200.000 Liter
Kapasitas Tanki BBM : 220.000 Liter
Kapasitas Tanki Minyak Lumas : 4000 Liter
Akomodasi Awak Kapal : 65 Orang
Akomodasi Penumpang : -- orang
Material Lambung : Baja
Kemapuan Jelajah : 4488 Mil
Mesin Induk
Jumlah : 2 Unit
Merk Type : Bolnes / 10 DNL
Daya Kapasitas : 303 HP
Konsumsi Bahan Bakar / jam : 30 Liter
Kondisi Teknis : %
Mesin Bantu
Jumlah : 3 Unit
Merk/Type : Mercedes Benz/ OM 424
Daya/Kapasitas : 303 HP
Konsumsi Bahan Bakar / Jam : 30 Liter
Kondisi Teknis : %
Optimalisasi Perawatan Alat-Alat Keselamatan sebagai Penunjang Keselamatan Awak Kapal
di KN. Bima Sakti
Firdaus Sitepu, Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang
1688
B. Fakta kondisi
Pada bagian ini, penulis akan
membahas mengenai hasil-hasil penelitian
yang diperoleh berdasarkan kegiatan
penelitian yang telah dilaksanakan di KN.
Bima Sakti. Selama proses kegiatan
penelitian peneliti menemukan beberapa
fakta yang kemudian akan peneliti bahas.
Beberapa permasalahan tersebut yaitu :
1. Alat-alat keselamatan tidak bekerja secara
optimal saat digunakan dalam pelatihan di
atas kapal
2. Pelaksanaan untuk mengoptimalkan
perawatan alat-alat keselamatan dengan
baik
3. Inspeksi mingguan
4. Inspeksi bulanan
C. Permasalahan
Pada bagian ini, penulis akan
menganalisa mengenai hasil-hasil yang
diperoleh berdasarkan kegiatan analisa yang
telah dilaksanakan di KN. Bima Sakti.
Selama proses kegiatan penelitian peneliti
menemukan beberapa permasalahan yang
kemudian akan peneliti analisa. Beberapa
permasalahan tersebut yaitu:
1. Mengapa alat-alat keselamatan tidak
berfungsi secara optimal saat digunakan
dalam pelatihan di atas kapal?
2. Bagaimana cara untuk mengoptimalkan
perawatan alat-alat keselamatan dengan
baik?
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian dilakukan berdasarkan
metode deskriptif, yaitu dengan memaparkan
langsung yang dianalisa di atas kapal. Kemudian diadakan tindakan-tindakan
perawatan dan perbaikan.
IV. HASIL DAN DISKUSI
A. Analisis Penyebab Masalah
Melalui sistem yang terencana pula
dilakukan pengawasan terhadap mesin-mesin
baik mesin utama maupun mesin bantu.
Sudah tentu masalah besarnya biaya yang
dikeluarkan dalam perbaikan dan perawatan
kapal akan berpengaruh terhadap laba
operasional kapal itu sendiri, karena Anak
Buah Kapal tidak akan bisa bekerja tanpa
didukung dengan peralatan-peralatan yang
diperlukan.
Karena kapal-kapal yang beroperasi
pada sudah berumur, maka sangat banyak
perawatan-perawatan yang dilakukan dengan
melakukan perawatan-perawatan yang
berkesinambungan, baik perawatan preventif
maupun korektif. Diharapkan supaya
perawatan dan perbaikan itu dapat
meminimalisir kerusakan sehingga kapal-
kapal tersebut dapat mencapai target yang
diharapkan, yaitu pendapatan hasil usaha
operasional kapal dan keselamatan kapal.
Kapal dapat laik membutuhkan
perawatan dan perbaikan terutama mesin-
mesin, lambung kapal, bagian ruang muat,
tanki ballast, alat-alat bongkar muat, alat-alat
keselamatan dan alat-alat navigasi, agar kapal
selalu berada di lautan dan dapat mengangkut
serta memindahkan orang dan barang dari
satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain dan
mesin-mesin selalu berjalan lancar dan tahan
lama meskipun dalam kondisi cuaca yang
buruk. Dalam mendukung proses
pengoperasian kapal diperlukan suatu
penanganan yang baik dalam perawatan, agar
kapal tersebut dapat lancar dalam
pengoperasiannya sesuai dengan yang
diinginkan. Dengan kata lain perawatan
adalah salah satu hal yang penting untuk
menunjang beroperasinya kapal dan
keselamatan awak kapal.
B. Analisis Pemecahan Masalah
Keselamatan pelayaran adalah segala
hal yang ada dan dapat dikembangkan dalam
kaitannya dengan tindakan pencegahan
kecelakaan pada saat pelaksanaan kerja di
bidang pelayaran. International Safety
Management Code (ISM Code) sebagai
peraturan manajemen keselamatan
internasional untuk keamanan maupun
keselamatan pengoperasian kapal dan
pencegahan pencemaran lingkungan laut
yang ditetapkan oleh Dewan Keselamatan
Maritim IMO yang masih dimungkinkan
untuk diamandemen.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1689
Persepsi Crew dan Manajemen Dalam
Penerapan ISM Code Bagi Keselamatan
Pelayaran dan Perlindungan Lingkungan Laut
ISM Code merupakan produk dari IMO
(International Maritime Organization) yang
akhirnya diadopsi oleh SOLAS pada tahun
1994 (Safety of Life at Sea). ISM Code
merupakan standard Sistem Manajemen
Keselamatan untuk pengoperasian kapal
secara aman dan untuk pencegahan
pencemaran di laut. Intinya ISM Code ini
bertujuan untuk menjamin keselamatan di
laut, mencegah kecelakaan atau kematian,
dan juga mencegah kerusakan pada
lingkungan dan kapal.
Sistem pada IMS Code harus disetujui
oleh Flag Administration (Pemerintah suatu
negara yang benderanya digunakan oleh
kapal yang bersangkutan) atau suatu badan
yang ditunjuk oleh Flag Administration,
kemudian sertifikat dikeluarkan. Sebelum
perusahaan dan kapalnya dioperasikan
keduanya harus disertifikasikan terhadap ISM
Code. Sertifikat ISM Code dapat diartikan
sebagai suatu lisensi untuk menjadi Ship
Operator.
Berdasarkan bagan kerangka berpikir di
atas dapat diketahui penyebab dan penanganan
perawatan alat-alat keselamatan di KN. Bima
Sakti, adapun penjabaran dari kerangka
berfikir di atas ialah sebagai berikut:
1. KN. Bima Sakti merupakan kapal latih
kebanggaan PIP Semarang, keberadaannya
menjadikan nilai tambah tersendiri untuk
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang. KN.
Bima Sakti merupakan kapal hibah dari
Navigasi laut untuk Badan Diklat PIP
Semarang. Dengan adanya kapal latih ini
diharapkan proses pembelajaran akan lebih
sempurna dan aplikatif guna menunjang
terwujudnya visi dan misi PIP Semarang
Optimalisasi perawatan alat-alat keselamatan sebagai penunjang keselamatan
awak kapal di KN. Bima Sakti
Gambar Kerangka Berpikir
Optimalisasi Perawatan Alat-Alat Keselamatan sebagai Penunjang Keselamatan Awak Kapal
di KN. Bima Sakti
Firdaus Sitepu, Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang
1690
menghasilkan tenaga kepelautan
profesional bertarap internasional.
2. Adapun faktor-faktor penyebab kurangnya
perawatan alat-alat keselamatan di KN.
Bima Sakti adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas perawatan yang diberikan
perusahaan kurang memadai
b. Kurangnya perawatan pada alat-alat
keselamatan
c. Kurangnya kesadaran awak kapal akan
pentingnya alat-alat keselamatan
3. Dari permasalahan alat-alat keselamatan di
KN. Bima Sakti satu tidak bekerja secara
optimal maka diambil tindakan
penanganan, meliputi:
a. Melaksanakan perawatan alat-alat
keselamatan yang teratur dan
menambah fasilitas perawatan
b. Meningkatkan sistem perawatan yang
telah ada atau mengubah sistem
perawatan yang lebih sesuai
4. Sasaran dari seluruh tindakan yang telah
dilakukan yaitu pelaksanaan perawatan
alat-alat keselamatan dapat bekerja
optimal dan sesuai yang diinginkan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Hal-hal yang menyebabkan alat-alat
keselamatan tidak berfungsi secara
optimal saat digunakan dalam pelatihan di
KN. Bima Sakti adalah:
a. Karena kurangnya pemahaman
mengenai prosedur perawatan alat-alat
keselamatan yang benar sesuai dengan
ketentuan peraturan perawatan alat-alat
keselamatan sesuai SOLAS (Safety Of
Life at Sea).
b. Karena kurangnya fasilitas peralatan
perawatan terhadap alat-alat kesela-
matan yang diberikan oleh perusahaan
sehingga kegiatan perawatan menjadi
kurang maksimal.
2. Hal-hal yang berkaitan dengan pelak-
sanaan untuk mengoptimalkan perawatan
alat-alat keselamatan dengan baik di KN.
Bima Sakti adalah:
a. Dengan perawatan sekoci penolong
(lifeboat), rakit penolong (liferaft),
pelampung penolong (lifebuoy), baju
penolong (life jacket) dilaksanakan
pemeriksaan secara periodik terhadap
alat-alat keselamatan seperti pemeriksa-
an berkala mingguan, bulanan dan
tahunan sesuai prosedur peraturan
SOLAS (Safety Of Life at Sea), serta
pemeriksaan peralatan alat-alat
keselamatan juga diperiksa bagian-
bagian alat-alat keselamatan tersebut
secara teliti dan detail sesuai dengan
tabel checklist pemeriksaan alat-alat
keselamatan.
b. Metode perawatan alat-alat keselamat-
an, karena metode perawatan alat-alat
keselamatan sebagai dasar dari
peningkatan efisiensi dalam meng-
optimalkan kerja dari alat-alat
keselamatan di atas kapal sehingga alat-
alat keselamatan tersebut dapat
digunakan secara optimal oleh seluruh
awak kapal jika terjadi keadaan darurat
di atas kapal.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Diklat Perhubungan. 2005. Model
International Safety Management
Code (Kode Manajemen
Keselamatan Internasional). Cetakan
Pertama. Jakarta
Badan Koordinasi Keamanan Laut Indonesia.
2009.Kebijakan Keselamatan dan
Keamanan Transportasi Laut.
Jakarta: BAKORKAMLA
Herbert-Burns, R., Bateman S., Lehr P. 2009.
Lloyd MIU Handbook Of Maritime
Security. CRC Press
IMO. 2010. International Convention on
Standart of Training Certification
and Watchkeeping for Seafarers
(STCW). Amandement 2010.
London: International Maritime
Organization
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1691
Jinca, M. Yamin. 2011. Transportasi Laut
Indonesia-Analisis Sistem dan Studi
Kasus. Surabaya: Brilian
Internasional
Mandaku. H. 2010. Analisis Kebutuhan
Transportasi Penyeberangan Pada
Lintasan Hunimua-Waipirit, Jurnal
Arika Vol 4, No. 1. Ambon:
UNPATTI
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2009.
Metode Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara
Nasution. 2007. Metode Research. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Nasution, M. N. 2004. Manajemen
Transportasi. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian.
Jakarta: Predana Media Group
Okezone. 2012. http://news.okezone.com,
Diakses Tanggal 26 Juli 2012 jam
21.35 WIT
Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
Rodrigue J. P., Comtois C., and Slack B.
2006. The Geography of Transport
Systems. London & New York:
Routledge
Salim, Abbas. 2006. Manajemen
Transportasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Soewedo, Hananto. 2009. Lingkungan dan
Keselamatan Transportasi. Jurnal
Manajemen Mutu, Vol. 8, No. 2.
Jakarta: UPN
Stopford, Martin. 2000. Maritime Economics.
London: Routledge
Suara Merdeka. 2012. http://www.suara-
merdeka.com, Diakses Tanggal 26
Juli 2012 jam 21.32 WIT
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta
_________. 2009. Metode Penelitian
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sulistijo. 2010. International Safety
management Code. Semarang: PIP
Semarang
Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian
Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi
Kedua. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Wijnolst, Niko dan Wergeland Tor. 1997.
Shipping. Delft University Press
1692
PENERAPAN METODE FAULT TREE ANALYSIS UNTUK
MENGANALISA KURANGNYA SUPPLY AIR TAWAR KE AKOMODASI
KARENA KETIDAKNORMALAN KERJA HYDROPHORE TANK
I. Rizal
a , Febria Surjaman
b, Suwondo
c
aTaruna Program Studi Teknika PIP Semarang
b dan cDosen Program Studi Teknika PIP Semarang
ABSTRAK
Untuk menjaga kualitas dan kuantitas air tawar di atas kapal, salah satunya dapat
menggunakan sistem suplai air tawar untuk kebutuhan air tawar di atas kapal, dengan
menggunakan hydrophore tank suplai air tawar di atas kapal bisa terpenuhi sampai ke
akomodasi dengan baik, mensuplai air tawar dari kamar mesin ke akomodasi yang tetap
berkualitas meskipun dalam penampungan dalam tangki air tawar yang lama dan air tawar itu
tidak banyak yang menurun kualitasnya. Apabila kebutuhan akan air tawar itu tidak terpenuhi
pada saat kita akan berlayar, maka perlu dilakukan bunker air tawar agar kebutuhan air tawar
di atas kapal dapat tercukupi.
Metode yang digunakan dari penelitian ini adalah fault tree analysis yang mengahasilkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketidaknormalan kerja hydrophore. Fault Tree Analysis
adalah metode analisa, dimana terdapat suatu kejadian yang tidak diinginkan disebut undesired
event terjadi pada sistem, dan sistem tersebut kemudian dianalisa dengan kondisi lingkungan
dan operasional yang ada unik menemukan semua cara yang mungkin terjadi yang mengarah
pada terjadinya undesired event tersebut. Metode ini dilakukan dengan pendekatan yang
bersifat top down, yang diawali dengan asumsi kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak
(Top Event) kemudian merinci sebab-sebab suatu Top Event sampai pada suatu kegagalan dasar
(Root Cause).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui apa saja yang mempengaruhi
ketidaknormalan kerja hydrophore tank terhadap suplai air tawar ke akomodasi di MT. Sambu
dengan menggunakan metode fault tree analysis yang menghasilkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi ketidaknormalan kerja hydrophore tank ketika beroperasi dan berhenti terlalu
sering, masalah suplai air tawar, masalah pada feed water pump dan relief valve bermasalah.
Hasil penelitian ketidaknormalan kerja hydrophore tank terhadap supply air tawar ke
akomodasi, penyusun dapat menyimpulkan faktor-faktor yang tidak dapat lagi diselidiki dari
setiap penyebab top event yaitu feed water pump tidak bekerja dengan baik, mengalami masalah
pada suplai air tawar, dan mengalami masalah pada relief valve.
Kata kunci : hydrophore tank, fault tree analysis, supply air tawar.
I. PENDAHULUAN
Untuk menjaga kualitas dan kuantitas
air tawar di atas kapal, salah satunya dapat
menggunakan sistem suplai air tawar untuk
kebutuhan air tawar di atas kapal, dengan
suplai air tawar di atas kapal itulah kita bisa
menjaga kebutuhan air tawar di atas kapal
agar bisa dipenuhi dalam keadaan baik,
mensuplai air tawar dari kamar mesin ke
akomodasi yang tetap berkualitas meskipun
dalam penampungan dalam tangki air tawar
yang lama dan air tawar itu tidak banyak
yang menurun kualitasnya. Apabila
kebutuhan akan air tawar itu tidak terpenuhi
pada saat kita akan berlayar, maka perlu
dilakukan bunker air tawar agar kebutuhan
air tawar di atas kapal dapat tercukupi, kita
akan punya tenaga dan kemampuan untuk
tetap bekerja dengan baik.
Permesinan yang berfungsi untuk
mensuplai air tawar dari kamar mesin ke
akomodasi di atas kapal adalah hydrophore
tank. Agar hydrophore tank dapat bekerja
memenuhi kebutuhan air tawar yang
disyaratkan tersebut, perlu adanya perawatan
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1693
yang baik. Maka dari itu untuk dapat
mempertahankan kinerja hydrophore tank
yang berfungsi mensuplai air tawar dari
kamar mesin ke akomodasi kapal, sering kali
terjadi beberapa hambatan karena pengaruh
peralatan dan kerja dari komponen
hydrophore tank yang kurang baik.
Berdasarkan pengalaman selama taruna
praktek laut di kapal MT. Sambu terdapat
kendala pada hydrophore tank. Pada
pelayaran dari Tanjung Priok (Indonesia)
menuju ke Vopak Sebarok (Singapore)
terdapat masalah pada hydrophore tank
khususnya pada feed water pump, safety
valve, delivery valve dan sensor tekanan
pernah terjadi kerusakan pada saat digunakan
atau pada saat bekerja, menurunnya kinerja
komponen-komponen pendukung hydrophore
tank dikarenakan kurangnya perawatan
berkala oleh crew kamar mesin, sehingga
komponen-komponen tersebut cepat
mengalami kerusakan lebih cepat. Dengan
dilatarbelakangi dari permasalahan tersebut,
maka penulis mengambil judul “Analisa
ketidaknormalan kerja hydrophore tank
terhadap supply air tawar ke akomodasi di
MT. Sambu dengan metode fault tree
analysis”.
Dengan mencermati latar belakang dan
judul yang sudah ada, maka saya selaku
penulis merumuskan masalah yang meliputi:
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan
ketidaknormalan kerja hydrophore tank?
2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari
ketidaknormalan kerja hydrophore tank?
3. Upaya apa saja agar kerja hydrophore tank
dapat normal kembali?
Tujuan penelitian mesin pendingin pada
MT. Sambu dengan menggunakan metode
fault tree analysis:
1. Agar mengetahui hal-hal apa saja yang
dapat mempengaruhi ketidaknormalan
kinerja hydrophore tank terhadap suplai
air tawar.
2. Untuk memahami cara kerja hydrophore
tankdan dapat mengatasi masalah-masalah
yang ditimbulkan akibat penurunan kerja
hydrophore tank. Sehingga secara cepat
dapat menangani masalah-masalah yang
terjadi pada saat hydrophore tank
beroperasi khususnya pada saat kurangnya
suplai air tawar ke akomodasi, untuk
menghindari kerusakan-kerusakan yang
lebih fatal, dan dapat beroperasi kembali
dengan normal.
II. HASIL DAN DISKUSI
Hydrophore tank merupakan salah satu
pesawat bantu yang bekerja berdasarkan pada
prinsip hydrodinamika dan pemindahan
fluida. Di atas kapal, hydrophore tank
merupakan alat yang sangat vital
keberadaannya. Dengan adanya hydrophore
tank di atas kapal, maka air tawar yang
dimiliki atau disimpan dalam tangki air tawar
untuk bekal selama pelayaran dapat
didistribusikan ke akomodasi di atas kapal.
Air tawar yang ada di atas kapal harus bisa
disuplai ke akomodasi dengan baik untuk
menunjang keberlangsungan hidup crew
kapal selama bekerja di atas kapal.
Spesifikasi hydrophore tank sebagai berikut:
Fresh water hydrophore unit
Capacity : 0.5 m³
Design pressure : 0.6 Mpa
Hyd. Test pressure : 1.0 Mpa
Design temperature : 50 ºC
Manuf. No. : QT09-266
Manuf. Date : 2009. 9
Class stamp : -
Company maker : NANTONG SHOWA
MACHINERY.CO.LTD
Menganalisa dari sebuah penurunan
atau ketidaknormalan kinerja hydrophore
tank dengan menggunakan fault tree
analysis, perlu menggunakan urutan
langkah-langkah yang berurutan agar dalam
mencari suatu masalah utama atau basic
event yang tidak dapat dicari lagi
penyebabnya dapat tercapai dengan tepat.
1. Langkah-langkah membuat fault tree
analysis:
a. Menentukan tujuan yang akan dicapai
dari fault tree analysis
Tujuan fault tree analysis sekarang
adalah mengetahui faktor-faktor yang
mengakibatkan penurunan atau
ketidaknormalan kinerja hydrophore
tank.
b. Definisikan top event
Penerapan Metode Fault Tree Analysis untuk Menganalisa Kurangnya Supply Air Tawar ke Akomodasi
karena Ketidaknormalan Kerja Hydrophore Tank
I. Rizala , Febria Surjaman
b, Suwondo
c
1694
Kondisi awal dari sistem pada semua
komponen-komponen hydrophore tank
yang membentuk sebuah sistem, maka
kita memilih top event yaitu pada saat
sistem bekerja. Setelahnya akan
dimulai membuat struktur dari fault
tree analysis.
c. Definisikan batasan, cakupan dari
sistem dan perhatikan aturan dari fault
tree analysis
Pada langkah pertama membuat
fault tree analysis akan didefinisikan
kegunaan atau tujuan dari sistem
tersebut, batasan fisiknya, batasan
analisis, dan kondisi awal dari sistem.
1) Kegunaan dari sistem
Sistem ini dirancang agar dapat
mencari faktor-faktor penyebab
penurunan atau ketidaknormalan
kinerja hydrophore tank.
2) Batasan fisik
Sistem ini bekerja dengan baik
jika semua komponen-komponen
dari tiap-tiap bagian berfungsi
dengan baik dan sesuai. Jika tidak
berfungsi dengan baik maka akan
terjadi penurunan kinerja pada
hydrophore tank.
3) Batasan analitis
Batasan ini mencakup pada
semua kemungkinan atau kontribusi
yang bisa terjadi pada system.
4) Kondisi awal
Kondisi awal dari sistem ini
adalah saat dimana semua
komponen-komponen hydrophore
tank beroperasi, sehingga
hydrophore tank dapat bekerja
dengan baik dalam mensuplai air
tawar ke akomodasi, memberikan
tekanan air dalam tangki sesuai yang
diinginkan oleh sistem.
d. Memulai membuat fault tree dari atas
Disini akan diselidiki kejadian apa
saja yang bisa mengakibatkan top event
terjadi.
e. Penggunaan aljabar Boolean
Aljabar boolean merupakan aljabar
yang berhubungan dengan variabel-
variabel biner dan operasi-operasi
logik. Operator-operator logik dasar
yang berhubungan dengan variabel-
variabel biner dan operasi-operasi
logik. Operator-operator logik dasar
yang ada pada aljabar boolean adalah
AND, OR.
Operator AND atau “dan” atau
perkalian boolean mempunyai simbol
(.) dimana untuk x € B mempunyai
nilai.
1.1=1 Rumus 4.1
0.1=0 Rumus 4.3
1.0=0 Rumus 4.2
0.0=0 Rumus 4.4
Operator OR atau “atau” atau
perkalian boolean mempunyai simbol
(+) dimana x € B mempunyai nilai.
1+1=1 Rumus 4.5
0+1=1 Rumus 4.7
1+0=1 Rumus 4.6
0+0=0 Rumus 4.8
Macam-macam gerbang logika
yang penulis pakai dalam skripsi ini
hanya satu gerbang saja, yaitu gerbang
OR.
Tabel 1 Tabel Kebenaran Gerbang OR.
INPUT OUTPUT
A B OR
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Gerbang OR akan berlogika 1 apabila
salah satu atau semua input yang
dimasukkan bernilai 1 dan apabila
keluaran yang diinginkan berlogika 0
maka input yang dimasukkan harus
bernilai 0 semua.
2. Analisa fault tree ketidaknormalan kerja
hydrophore tank.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1695
Dalam penelitian yang penulis teliti
adalah untuk menganalisa dari sebuah
ketidaknormalan kinerja hydrophore tank
terhada suplai air tawar ke akomodasi di
MT. Sambu menggunakan metode fault
tree analysis.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidaknormalan kerja hydrophore tank
terhadap suplai air tawar ke akomodasi.
Gambar 1 Pohon Kesalahan
Ketidaknormalan Kerja hydrophore tank.
Keterangan:
X: ketidaknormalan kerja hydrohore
tank
A: feed water pump tidak bekerja
dengan baik
B: mengalami masalah pada suplai
air tawar
C: mengalami masalah pada relief
valve
1) Analisa penyebab top event pertama
adalah adanya masalah pada feed
water pump yang tidak bekerja
dengan baik.
a) Masalah yang pertamayang
mengakibatkan feed water pump
tidak bekerja dengan normal
adalah mechanical seal pompa
bermasalah.
b) Masalah yang kedua yang
menyebabkan feed water pump
tidak bekerja dengan normal
adalah terlalu sering start stop
pompa secara terus menerus.
c) Masalah yang ketiga yang
mengakibatkan feed water pump
tidak bekerja dengan normal
adalah pompa berjalan terus
menerus.
2) Analisa penyebab top event yang
kedua adalah mengalami masalah
pada suplai air tawar:
a) Fault tree yang pertama
penyebab top event adalah
masalah pada suplai air tawar
adalah pengaturan delivery
valve.
b) Fault tree yang kedua penyebab
top event adalah masalah pada
suplai air tawar adalah
sambungan pada pipa air tawar.
3) Analisa penyebab top event yang
ketiga adalah mengalami masalah
pada relief valve:
a) Fault tree analysis yang pertama
penyebab top event masalah pada
relief valve adalah sping tidak
bekerja dengan normal.
b) Fault tree analysis yang kedua
penyebab top event adalah
kebocoran pada relief valve.
Dalam pembahasan suatu masalah
dengan menggunakan metode fault tree
analysis memerlukan suatu diagram yang
disebut pohon kesalahan. Dalam
penyusunan diagram ini akan menghasilkan
basic event. Basic event adalah kegagalan
mendasar yang tidak perlu dicari
penyebabnya yang merupakan batas akhir
penyebab suatu kejadian. Untuk
mendapatkan suatu cut set maka kita harus
mencari basic event terlebih dahulu dari
tiap-tiap top event yang ada.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidaknormalan kinerja hydrophore tank
terhadap suplai air tawar ke akomodasi.
a. Masalah pada feed water pump bekerja
tidak normal.
Gambar 2 Pohon kesalahan masalah
X
B C A
A3
A
4
A
A
2 A
1
Penerapan Metode Fault Tree Analysis untuk Menganalisa Kurangnya Supply Air Tawar ke Akomodasi
karena Ketidaknormalan Kerja Hydrophore Tank
I. Rizala , Febria Surjaman
b, Suwondo
c
1696
pada feed water pump bekerja tidak normal
Keterangan:
A : Masalah pada feed water pump
bekerja tidak normal
A1: Mechanical seal pompa
bermasalah
A2: Terlalu sering start stop pompa
secara tidak teratur
A3: Pompa berjalan terus menerus
A4: Pompa menghisap angin
1) Tabel-tabel kebenaran
Tabel 2 Tabel kebenaran pada top event
masalah pada feed water pump bekerja
tidak normal
2) Minimal cut set dengan menggunakan
metode aljabar boolean dari basic event
adalah masalah pada feed water pump
bekerja tidak normal. Dari gambar pohon
kesalahan dari masalah pada feed water
pump bekerja tidak normal bisa didapat
persamaan boolean-nya:
A = A1+A2+A3
A3 = A4
Menggunakan pendekatan dari atas
ke bawah, didapat:
A =A1+A2+A3
(karena A3=A4) = A1+A2+A4
Maka minimal cut set dari fault
treemasalah pada feed water pump
bekerja tidak normal adalah (A1),
(A2), (A4).
Hasil analisa kualitatif dari
kegagalan sistem pada
ketidaknormalan kinerja hydrophore
tank terhadap suplai air tawar ke
akomodasi dengan basic event yaitu
masalah pada feed water pump tidak
bekerja normal adalah top event
terjadi jika kejadian di bawah ini
terjadi, yaitu:
A1: Mechanical seal pompa
bermasalah.
A2: Terlalu sering start stop
pompa secara tidak teratur.
A4: Pompa kemasukan angin.
Berdasarkan hasil penelitian di atas
telah didapat basic event dari top
event masalah pada feed water pump
bekerja tidak normal, berikut
penjelasannya.
Basic event pertama adalah
mechanical seal pompa bermasalah,
alat ini dapat melindungi aliran air
dalam pompa mengalir melalui
poros pompa. Apabila mechanical
seal mengalami kerusakan maka air
akan rembes atau bocor melalu
poros pada pompa dan akan
menyebabkan tekanan dischage pada
pompa akan menurun. Masalah
kebocoran pompa juga berbahaya
terhadap electro motor karena
apabila air yang bocor melalui poros
pompa dan mengenai electro motor
akan menyebabkan konsleting pada
electro motor.
Mechanical seal pada pompa
memiliki jam kerja yang telah
ditentukan oleh maker, jadi apabila
pengunaan pompa terlalu sering dan
penggunaan mechanical seal sampai
jam kerja yang telah ditentukan
maka mechanical seal akan aus
sehingga perlu diadakan penggantian
pada mechanical seal pada pompa
feed water.
Mechanical
seal pompa
bermasalah
Terlalu
sering
start stop
pompa
secara
tidak
teratur
Pompa
berjalan
terus
menerus
Masalah
pada feed
water
pump
bekerja
tidak
normal
0 0 0 0
1 0 1 1
0 1 0 1
1 1 1 1
0 0 0 0
1 0 1 1
0 1 0 1
1 1 1 1
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1697
Gambar 2 Mechanical seal pompa
feed water
Basic event kedua adalah
terlalu sering start stop pompa
secara tidak teratur, pompa feed
water dapat di-start secara manual
dan otomatis sesuai kebutuhan yang
diinginkan, untuk merubah system
manual atau otomatis dapat dirubah
melalui panel feed water. Jika posisi
pada panel manual maka pompa
dijalankan dengan cara menekan
tombol start pada panel dan jika
ingin di-stop tinggal menekan
tombol stop pada panel. Jika setelan
posisi pada panel keadaan otomatis
maka start dan stop pompa diatur
oleh kontrol sensor tekanan yang
menempel pada tabung hydropore
tank, sensor ini akan men-start
pompa jika tekanan dalam tangki
hydrophore 4 bar, ketika tekanan 6
bar sensor tekanan akan men-stop
pompa dan pompa akan berhenti
sesuai perintah control sensor
tekanan sesuai tekanan kerja yang
telah diatur. Maka jika sensor
tekanan setingan rentang tekanannya
telalu pendek akan mengakibatkan
pompa feed water terlalu sering start
dan stop yang akan menimbulkan
kerusakan pada pompa feed water,
sensor tekanan harus di-setting
sesuai kebutuhan yang diinginkan
oleh system.
Gambar 3 kontrol sensor tekanan
hydrophore tank
Pada basic event yang ketiga
adalah pompa menghisap angin atau
masuk angin, masalah ini sering
terjadi pada pompa jenis sentrifugal
dimana pompa jenis ini adalah
pompa yang tidak dapat menghisap
dengan sendiri. Feed water pump
adalah jenis pompa sentrifugal
sehingga apabila ruangan pada
rumah pompa kemasukan angin
maka pompa tidak dapat
memindahkan atau mentransfer air
tawar dari tangki penampungan ke
tangki hydrophore, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah paking pada
sambungan pipa hisap rusak, paking
pada cover pompa bocor dan baut
cover pompa mengendor
dikarenakan getaran dari pompa
sehingga angin dari luar pompa
masuk ke dalam rumah pompa pada
saat pompa dijalankan
mengakibatkan pompa tidak dapat
menghasilkan tekanan keluar yang
diinginkan.
Penerapan Metode Fault Tree Analysis untuk Menganalisa Kurangnya Supply Air Tawar ke Akomodasi
karena Ketidaknormalan Kerja Hydrophore Tank
I. Rizala , Febria Surjaman
b, Suwondo
c
1698
Gambar 4 feed water pump
b. Masalah pada suplai air tawar
Gambar 5 Pohon kesalahan Top Event
masalah pada suplai air tawar
Keterangan:
B : Masalah pada suplai air tawar
B1 : pengaturan delivery valve
B2 : sambungan pipa air tawar
B3 : flange pipa air tawar
B4 : Paking sambungan pipa rusak
1) Tabel-tabel kebenaran
Tabel 3
Tabel kebenaran basic event pada
sambungan pipa air tawar
Paking
sambungan
pipa rusak
flange pipa
air tawar
sambungan
pipa air tawar
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Tabel 4
Tabel kebenaran pada top event masalah
pada suplai air tawar.
Sambungan
pipa air
tawar
pengaturan
delivery
valve
Masalah
pada suplai
air tawar
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
2) Minimal cut set dengan menggunakan
metode aljabar boolean dari basic
event. Dari gambar pohon kesalahan
masalah suplai air tawar bisa didapat
persamaan boolean-nya:
B = B1+B2
B2 = B3+B4
Menggunakan pendekatan dari atas ke
bawah, didapat:
B = B1 + B2 (karena B2= B3 +
B4) = B1 + B3 + B4
Maka minimal cut set dari fault tree
masalah suplai air tawar adalah (B1),
(B3), (B4).
Hasil analisa kualitatif dari kegagalan
sistem pada ketidaknormalan kerja
hydrophore tank terhadap suplai air
tawar ke akomodasi dengan penyebab
top event yaitu masalah pada suplai air
B4
B
B2
B3
B1
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1699
tawar adalah top event terjadi jika
kejadian di bawah ini terjadi, yaitu:
B1: Pengaturan delivery valve
bermasalah
B3: Flange pipa air tawar rusak
B4: Paking sambungan pipa
rusak
Berdasarkan hasil penelitian di atas
telah didapat basic event dari top event
masalah pada suplai air tawar, berikut
penjelasannya:
Basic event pertama adalah
pengaturandelivery valve bermasalah,
delivery valve sangat berperan penting
untuk mengatur debit air yang akan
disuplai ke akomodasi di kapal oleh
karena itu jika delivery valve
bermasalah atau rusak akan
menghambat aliran air tawar ke
akomodasi. Jenis valve yang digunakan
adalah jenis glove valve karena
kemampuan dalam menutup dan
mengatur laju aliran cukup baik, namun
kelemahan utama glove valve adalah
penurunan tekanan lebih tinggi
dibandingan gate valve.
Gambar 5 glove valve
Gambar 6 Sambungan flange
Basic event yang kedua adalah
flange pipa air tawar rusak, kerusakan
pada flange ini terjadi di las-lasan
antara flange dan pipa yang mengalami
korosi akibat air tawar, akibatnya
adalah sambungan antara flange dan
pipa bocor. Kebocoran ini akan
mengganggu supalai air tawar ke
akomodasi.
Basic event yang ketiga adalah
paking sambungan pipa rusak, paking
yang rusak tidak akan bisa mencegah
atau menghambat aliran air yang
bertekanan pada sambungan antar pipa
maka perlu adanya penggantian paking.
Paking yang digunakan pada system air
tawar adalah paking jenis karet, paking
jenis ini sangat fleksibel sehingga dapat
menempel secara sempurna pada
sambungan pipa.
c. Masalah pada relief valve.
Gambar 7 Pohon Kesalahan Top Event
Masalah Pada Relief Valve
Keterangan:
C : Masalah pada relief valve
C1: Spring atau pegas tidak bekerja
dengan normal
C2: Kebocoran pada relief valve
1) Tabel-tabel kebenaran
Tabel 5 Tabel kebenaran pada
permasalahan relief valve
Spring tidak
bekerja dengan
normal
Kebocoran
pada relief
valve
Masalah
pada relief
valve
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
C2
C
C1
Penerapan Metode Fault Tree Analysis untuk Menganalisa Kurangnya Supply Air Tawar ke Akomodasi
karena Ketidaknormalan Kerja Hydrophore Tank
I. Rizala , Febria Surjaman
b, Suwondo
c
1700
2) Minimal cut set dengan menggunakan
metode aljabar boolean dari basic
event.
Dari gambar pohon kesalahan masalah
pada relief valve bisa didapat
persamaan boolean-nya.
C = C1+C2
Menggunakan pendekatan dari atas ke
bawah, didapat:
C = C1+C2
Maka minimal cut set dari masalah
pada relief valve adalah (C1), (C2).
Hasil analisa kualitatif dari
kegagalan sistem pada ketidaknormalan
kinerjahydrophore tank terhadap suplai
air tawar ke akomodasi dengan
penyebab top event yaitu masalah pada
relief valve adalah top event terjadi jika
kejadian di bawah ini terjadi, yaitu:
C1: Spring atau pegas tidak
bekerja dengan baik
C2: kebocoran pada relief valve
Berdasarkan hasil penelitian di atas
telah didapat basic event dari top event
masalah pada relief valve, berikut
penjelasannya. Basic event yang
pertama adalah spring atau pegas tidak
bekerja dengan normal, pegas pada
relief valve pada hydrophore tank dapat
diatur sesuai tekanan kerja yang
diinginkan untuk melepas tekanan yang
berlebih pada tangki hydrophore agar
tidak membahayakan peralatan yang
lainya yang berhubungan dengan
system dan tidak membahayakan
penguna system itu sendiri yaitu
manusia.
Basic event yang kedua adalah
kebocoran pada relief valve, kebocoran
diakibatkan oleh valve yang tidak
menutup sempurna karena beberapa
faktor misalnya permukaan valve yang
cacat, spring yang sudah melemah dan
paking pada valve yang sudah rusak.
Gambar 8 Relief valve.
2. Dampak yang ditimbulkan dari tiap-tiap
basic event yang didapat adalah:
a. Kurangnya suplai air tawar ke
akomodasi di atas kapal
Yang dimaksud kurangnya suplai
air tawar disini adalah debit air atau
aliran air ke akomodasi tidak
mencapai tekanan yang diinginkan
dan tidak bisa menjangkau sampai
bagian teratas dari akomodasi kapal
hal ini disebabkan oleh tekanan
dalam tangki hydrophore berkurang,
penyebab lain juga bisa dikarenakan
oleh volume air dalam tangki
hydrophore berkurang. Tekanan
yang normal yang dibutuhkan pada
system adalah 4 bar sampai 6 bar dan
volume normal air tawar dalam
tangki hydrophore adalah 70 % dari
kapasitas tangki.
b. Mengganggu kenyamanan crew
kapal
Yang dimaksud mengganggu
kenyamanan crew kapal ialah
kehidupan crew di atas kapal sangat
bergantung pada kebutuhan air
bersih atau air tawar maka dari itu
apabila kebutuhan air tawar di atas
kapal kurang akan mengganggu
kenyamanan dan keberlangsungan
hidup crew di atas kapal. Kegunaan
air tawar yang sangat mendasar
adalah untuk kebutuhan air minum
sehari hari dan kebutuhan MCK, jika
kebutuhan yang mendasar ini tidak
terpenuhi dengan maksimal maka
keberlangsungan hidup di atas kapal
akan merasa tidak nyaman dan
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1701
kegiatan yang berhubungan dengan
pekerjaan di atas kapal akan
terganggu.
3. Upaya untuk mengatasi dari penyebab
basic event yang didapat adalah:
a. Masalah pada feed water pump
1) Mechanical seal bermasalah
Jika terjadi kerusakan pada
mechanical seal maka perlu
dilakukan penggantian
mechanical seal yang baru pada
pompa feed water, sebelum
melakukan penggantian
mechanical seal kita harus
melihat dulu spesifikasi dari
spare partmechanical seal yang
baru apakah sesuai dengan yang
rusak, karena apabila
spesifikasinya tidak sesuai akan
menimbulkan kerusakan yang
sama pada pompa tersebut.
Pedoman dalam perawatan dan
perbaikan pada pompa feed water
harus sesuai dengan manual book
yang ada di atas kapal.
2) Telalu sering start stop pompa
secara tidak teratur.
Upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir rentang waktu
antara start dan stop yang terlalu
cepat adalah dengan melakukan
perawatan control sensor tekanan
kemudian mengecek setelan
tekanan. Pada tekanan berapa
pompa akan start dan tekanan
berapa pompa akan stop pada
sensor tekanan. Setelah dilakukan
perawatan dan pengecekan pada
control sensor tekanan kemudian
lakukan perawatan pada panel
pompa feed water dengan cara
membersihkan debu yang
menempel pada panel, hal ini
dilakukan agar tidak terjadi
konsleting listrik pada system
kelistrikan feed water pump.
3) Pompa kemasukan angin.
Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi hal ini adalah dengan
cara mengecek terlebih dahulu
penyebab-penyebab apa saja yang
menyebabkan pompa kemasukan
angin, setelah itu buka baut drain
pada pompa sampai pompa
mengeluarkan air melalui lubang
baut kemudian tutup kembali baut
drain pada pompa. Apabila hal
ini telah dilakukan tapi pompa
masih bermasalah, lakukan
pengecekan pada pipa hisap dan
pada paking pipa hisap. Apabila
paking rusak lakukan penggantian
dengan paking yang baru.
b. Mengalami masalah pada suplai air
tawar
1) Pengaturan delivery valve
bermasalah
Pada kondisi ini pengaturan
delivery valve kadang berubah
karena tekanan aliran air tawar
yang ke akomodasi sehingga
perlu dilakukan pengaturan ulang
setiap kali mengalami masalah
pada delivery valve. Pengaturan
yang dilakukan dengan cara
membuka delivery valve pada
kisaran 20-35 %, apabila empat
kali putaran valve sudah terbuka
penuh maka valve hanya dibuka
satu putaran. Ini di lakukan agar
tekanan pada tangi tidak cepat
turun sehingga pompa tidak
terlalu sering start dan stop ketika
system hydrophore tank bekerja.
2) Flange pipa air tawar rusak
Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah
dengan cara mengelas bagian
yang rusak atau bocor dan apabila
tidak dapat diatasi dengan cara
pengelasan maka perlu dilakukan
penggantian pada flange yang
rusak. Pada kondisi darurat ketika
crew kamar mesin dilarang
melakukan pengelasan maka hal
yang dilakukan untuk mengatasi
kerusakan atau kebocoran pada
system dengan cara mengelem
bagian yang bocor atau rusak
dengan lem plastic steel atau
devcon.
Penerapan Metode Fault Tree Analysis untuk Menganalisa Kurangnya Supply Air Tawar ke Akomodasi
karena Ketidaknormalan Kerja Hydrophore Tank
I. Rizala , Febria Surjaman
b, Suwondo
c
1702
3) Paking pada sambungan pipa
rusak
Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi kerusakan atau
kebocoran paking pada
sambungan pipa harus diganti
dengan paking yang baru dan
jenis paking harus sama dengan
jenis paking yang rusak, karena
apabila jenis paking yang diganti
tidak sama maka sambungan
akan bocor kembali. Perlu diingat
cara atau proses pengikatan baut
yang tidak benar dapat merusak
paking maka dari itu proses atau
cara pengikatan baut pada
sambungan pipa harus benar,
yaitu dengan cara mengikat baut
menyilang terlebih dahulu.
c. Mengalami masalah pada relief
valve
1) Spring atau pegas tidak bekerja
dengan normal
Untuk mengatasi hal ini perlu
dilakukan pengaturan pada spring
atau pegas pada relief valve,
tekanan yang ditentukan pada
relief valve untuk melepaskan
tekanan yang berlebih pada
tangki adalah 0.8 Mpa lebih, jadi
apabila tekanan melebihi 0.8 Mpa
maka relief valve akan membuka
dengan otomatis untuk
membuang tekanan yang
berlebih.
2) Kebocoran pada relief valve
Cara mengatasi kebocoran
pada relief valve ialah cek pipa
pembuangan relief valve apakah
mengeluarkan udara, kemudian
cek bodi valve. Setelah terdeteksi
lakukan perbaikan atau
penggantian pada relief valve.
III. KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan metode fault
tree analysis maka diperoleh basic
event atau faktor-faktor yang tidak
dapat lagi dicari penyebabnya yang
dapat mempengaruhi ketidaknormalan
kerja hydrophore tank yang
disebabkan oleh adanya kerusakan
dan juga kinerja alat otomat yang
membantu sistem.
2. Dampak yang ditimbulkan akibat
ketidaknormalan kerja hydrophore
tank tidak tercapainya tekanan air
tawar ke akomodasi yang
mengakibatkan crew di atas kapal
tidak nyaman karena kekurangan
supply air tawar untuk kegunaan air
minum dan MCK.
3. Setelah diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidaknormalan kerja
hydrophore tank, maka jika terdapaat
suatu masalah pada hydrophore tank
dapat dilakukan dengan cara
penggantian, perawatan, perbaikan
dengan pembongkaran pada bagian
yang mengalami masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Kuo, Chengi. 2007. Safety Management and
its Maritime Aplication. London:
Nautical Institute (Great Britain)
Dilihatya.com. Cara Menulis Daftar Pustaka
Dari Internet. 16 September 2016.
http://dilihatya.com/1691/pengertian
-akomodasi-menurut-para-ahli
Darminto, Dwi Prastowo dan Difka Juliaty.
2002. Analisa Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Hikmat. Cara Menulis Daftar Pustaka Dari
Internet. 10 November 2016.
http://kliksma.com/2015/02/pengerti
an-air-dan-jenis-jenis-air.html
Mr. Dave. Cara Menulis Daftar Pustaka Dari
Internet. 16 September 2016.
http://www.chinamooring.com/New
s/75.html
Suwithi, Ni Wayan, dkk. 2008. Akomodasi
Perhotelan Jilid I. Jakarta: Pusat
perbukuan
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1703
PT. Herdatama Indonesia. Cara Menulis
Daftar Pustaka Dari Internet. 01
Maret 2016. http://www.sandfilter-
carbonfilter.com/hargajualtangkihidr
oforhydrophoretankindonesia
Kristiansen, Svein. 2004. Maritime
Transportation Safety Management
Risk Analysis. Routledge. New York.
NY. USA
Syahrul dan Mohammad Afrdi Nizar. 2000.
Kamus Istilah Akuntansi. Jakarta:
Citra Harta Prima
1704
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI
TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA PEGAWAI
POLITEKNIK ILMU PELAYARAN (PIP) SEMARANG
Romanda Annas Amrullah
Dosen Program Studi KALK PIP Semarang
ABSTRACT
The Success and agency performance can be seen from the performance achieved by its
employees, therefore, the agency demanded that the employee is able to display optimal
performance. Increasing the performance of the employees needs to be done in order to be
optimized to work out where the performance is determined by the organizational culture,
leadership, motivation and organizational commitment. This study aims to determine how much
influence organizational culture, leadership, motivation and organizational commitment on
organizational commitment. To determine the influence of organizational commitment to
employee performance.
Based on the results of data analysis can be concluded. There is a positive and significant
influence of organizational culture on organizational commitment. There is a positive and
significant impact of leadership on organizational commitment. There is a positive and
significant effect of motivation on organizational commitment. There is a positive and significant
influence of organizational culture, leadership and motivation together on organizational
commitment. There is a positive and significant effect of organizational commitment to employee
performance, coefficient of determination amounted to 0,645, which means a variation change
organizational commitment influenced the culture of the organization, leadership and motivation
of 64.5%, while the rest 35.5% influenced by other factors outside the research.
Keywords: Organizational Culture, Leadership Motivation, Organizational Commitment,
Employee Performance
I. PENDAHULUAN
Kinerja pada dasarnya adalah kegiatan
dan hasil yang dapat dicapai atau dilanjutkan
seseorang atau sekelompok orang didalam
pelaksanaan tugas, pekerjaan dengan baik,
artinya mencapai sasaran atau standar kerja
yang telah ditetapkan sebelum atau bahkan
dapat melebihi standar yang ditentukan oleh
organisasi pada periode tertentu (Handoko,
2005).
Kinerja yang dimiliki oleh birokrasi
pada hakikatnya merupakan suatu akibat dari
persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh
karyawan. Kinerja sangat ditentukan oleh
karyawan yang berkualitas (Indriani dan
Waluyo, 2012). Organisasi dalam
mendapatkan karyawan yang berkualitas
harus meninggalkan kebijakan praktek
manajemen yang sifatnya hakiki dan
fungsional, bergeser pada praktek-praktek
baru di bidang manajemen yang lebih
inovatif, dan adaptif dalam merespon
lingkungan yang cepat berubah. Kinerja
merupakan suatu hasil yang dicapai oleh
karyawan dalam pekerjaannya menurut
kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu
pekerjaan (Robbins, 2006). Menurut Hessel
(2007) faktor faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan adalah motivasi, budaya
organisasi, kompensasi, kepemimpinan,
kepuasan kerja, kedisiplinan, lingkungan
kerja dan komitmen organisasi.
Berdasarkan latar belakang masalah,
maka rumusan masalah adalah “Bagaimana
meningkatkan kinerja pegawai Politeknik
Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang” kemudian
muncul pertanyaan penelitian sebagai
berikut: 1) Seberapa besar pengaruh budaya
organisasi terhadap komitmen organisasi? 2)
Seberapa besar pengaruh kepemimpinan
terhadap komitmen organisasi? 3) Seberapa
besar pengaruh motivasi terhadap komitmen
organisasi? 4) Seberapa besar pengaruh
budaya organisasi, kepemimpinan dan
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1705
motivasi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap komitmen organisasi? 5) Seberapa
besar pengaruh komitmen organisasi terhadap
kinerja pegawai?
Menurut Robbins (2006), budaya
organisasi adalah suatu persepsi bersama
yang dianut oleh anggota-anggota organisasi
itu. Stoner et al (2002) menyatakan budaya
(culture) merupakan gabungan kompleks dari
asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora
dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk
menentukan apa arti menjadi anggota
masyarakat tertentu.
Budaya organisasi menurut Gibson
(2006) adalah seperangkat asumsi,
keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma di
antara para anggota organisasi. Budaya
organisasi merupakan faktor yang kuat untuk
menentukan perilakku individu dan perilaku
kelompok di dalam suatu organisasi.
Karakteristik budaya organisasi,
menurut Robbins (2006) adalah 1) Inovasi
dan mengambil resiko. 2) Perhatian yang
detail. 3) Orientasi hasil. 4) Orientasi
manusia dan 5) Agresivitas.
Menurut Robbins (2006) menyatakan
bahwa kepemimpinan sebagai kemampuan
untuk memengaruhi suatu kelompok guna
mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan
yang ditetapkan. Menurut Wahjusumidjo
(2003) kepemimpinan adalah sebagai bentuk
hubungan sekelompok orang, hubungan
antara yang memimpin dan yang dipimpin.
Untuk mengintergasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai tujuan tertentu, setiap pemimpin
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
(Heidjrachman dan Husnan, 2008) : 1)
Keinginan untuk menerima tanggung jawab.
2) Kemampuan untuk bisa “Perceptive”. 3)
Kemampuan untuk bersikap obyektif. 4).
Kemampuan untuk menentukan prioritas dan.
5) Kemampuan untuk berkomunikasi
Motivasi juga diartikan sebagai
kehendak atau dorongan untuk melakukan
sesuatu dalam memenuhi kebutuhan atau bisa
diartikan sebagai proses yang menyebabkan
tingkah laku seseorang menjadi bergairah,
terarah dan tidak mudah putus asa (Mulyadi,
2008). Mas’ud (2004) mendefinisikan
motivasi sebagai pendorong (penggerak)
yang ada dalam diri seseorang untuk
bertindak.
Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi yang dikemukakan
oleh Maslow yang dikutip oleh As’ad,
(2004), kebutuhan-kebutuhan manusia dapat
digolongkan dalam lima tingkatan yaitu : 1)
Kebutuhan fisologis (Physiological Needs).
2) Kebutuhan rasa aman (safety Needs). 3)
Kebutuhan-kebutuhan sosial (Social Needs).
4) Kebutuhan akan harga diri (Esteem
Needs). 5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self
Aktualization)
Mowday et. al. (1982 dalam Devi,
2009) mendefinisikan komitmen
organisasional sebagai kekuatan relatif dari
identifikasi individu dan keterlibatan dalam
organisasi khusus, meliputi kepercayaan,
dukungan terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi, dan keinginan yang kuat untuk
menggunakan upaya yang sungguh sungguh
untuk kepentingan organisasi, dan kemauan
yang kuat untuk memelihara keanggotaan
dalam organisasi.
Allen dan Meyer (1993 dalam Devi,
2009) mengajukan tiga model komitmen
organisasional dan direfleksikan dalam tiga
pokok utama yaitu: Affective commitment,
Continuance commitment dan Normative
commitment.
Kinerja merupakan hasil pekerjaan
yang sesuai dengan tujuan organisasi, yakni
kualitas kerja, kuantitas kerja, efisiensi, dan
kriteria efektivitas lainnya (Gibson et al,
dalam Riani, 2011). Sedangkan menurut
Rivai dan Basri (2005) kinerja adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang
untuk melakukan sesuatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan
tanggungjawab dengan hasil seperti yang
diharapkan.
Menurut Hakim (2006) mendefinisikan
kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh
individu yang disesuaikan dengan peran atau
tugas individu tersebut dalam suatu
perusahaan pada suatu periode waktu
tertentu, yang dihubungkan dengan suatu
ukuran nilai atau standar tertentu dari
perusahaan dimana individu tersebut bekerja.
Menurut Noe et.al. (dalam As’ad, 2004)
mengatakan ada enam kriteria yang
Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja
Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Romanda Annas Amrullah
1706
digunakan untuk mengukur sejauh mana
kinerja karyawan secara individu yaitu
Kualitas, Kuantitas, Ketepatan waktu,
Efektivitas, Kemandirian dan Perasaan
mampu melakukan pekerjaan.
Hipotesis
H1 = Diduga terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara budaya organisasi
terhadap komitmen organisasi
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
Semarang
H2 = Diduga terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara kepemimpinan
terhadap komitmen organisasi
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
Semarang
H3 = Diduga terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara motivasi terhadap
komitmen organisasi Politeknik Ilmu
Pelayaran (PIP) Semarang
H4 = Diduga terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara budaya organisasi,
kepemimpinan dan motivasi secara
bersama-sama terhadap komitmen
organisasi Politeknik Ilmu Pelayaran
(PIP) Semarang
H5 = Diduga terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara komitmen organisasi
terhadap kinerja pegawai Politeknik
Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
II. HASIL DAN DISKUSI
1. Analisis Regresi Berganda
Tabel 1
Ringkasan Hasil Perhitungan Regresi Linier
Berganda
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan analisis
sebagai berikut:
Y1 = 3,748 + 0,274 X1 + 0,299 X2 +
0,223X3
Dari hasil regresi tersebut dapat disimpulkan
bahwa budaya organisasi (X1),
Coefficientsa
Model Unstandardize
d Coefficients
Standar
dized
Coef-
ficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1
(Constant) 3.748 1.470 2.549 .013
Budaya
organisasi .274 .085 .351 3.219 .002
Kepemimp
inan .299 .087 .334 3.450 .001
Motivasi .223 .097 .236 2.290 .025
a. Dependent Variable: Komitmen
organisasi
H1
H4
H2
H3
Motivasi
(X3)
Kepemimpinan
(X2)
(X3)
Budaya
Organisasi (X1)
H5 Kinerja pegawai
(Y2)
Komitmen
Organisasi (Y1)
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1707
kepemimpinan (X2) dan motivasi (X3)
berpengaruh positif terhadap komitmen
organisasi (Y1).
2. Regresi Linier Sederhana
Tabel 2
Ringkasan Hasil Perhitungan Regresi
Linier Sederhana
Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan
analisis sebagai berikut:
Y2 = 2,708 + 1,022 Y1
Dari hasil regresi tersebut dapat
disimpulkan bahwa komitmen
organisasi (Y1) berpengaruh positif
terhadap kinerja pegawai (Y2)
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
1) Pengujian Hipotesis Budaya
Organisasi Terhadap Komitmen
Organisasi
Dari hasil perhitungan t-hitung
(3,219) > t-tabel (1,666) atau sig t
0,002 < 0,05, dengan demikian H1
diterima. Maka dapat disimpulkan
ada pengaruh positif dan signifikan
budaya organisasi terhadap
komitmen organisasi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan
penelitian Indriyani (2011). Hal ini
berarti budaya organisasi
merupakan hal yang sangat penting
dan berkaitan dengan komitmen
organisasi. Hal ini dapat dijelaskan
karena objek yang diteliti adalah
pegawai negeri sipil yang dalam
melaksanakan pekerjaannya telah
memiliki aturan dan petunjuk yang
jelas tentang tugas pokok dan
tanggung jawabnya. Dengan kata
lain, dapat dinyatakan bahwa
budaya organisasi sebagai faktor
utama dalam meningkatkan
komitmen organisasi di Politeknik
Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin kuat
budaya organisasi pada Politeknik
Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang,
maka semakin tinggi komitmen
organisasional dalam diri pegawai.
2) Pengujian Hipotesis Kepemim-
pinan Terhadap Komitmen
Organisasi
Dari hasil perhitungan t-hitung
(3,450) > t-tabel (1,666) atau sig t
0,001 < 0,05, dengan demikian H2
diterima. Maka dapat disimpulkan
ada pengaruh positif dan signifikan
kepemimpinan terhadap komitmen
organisasi Politeknik Ilmu Pelayaran
(PIP) Semarang. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Indriyani
(2011). Hal ini mengindikasikan
bahwa kepemimpinan merupakan
faktor yang mempengaruhi komitmen
organisasi. Hal ini berarti peran
pemimpin dalam organisasi sangat
penting karena menjadi ujung tombak
bagi aktivitas pencapaian tujuan.
Pemimpin tidak hanya mempengaruhi
individu tetapi harus memiliki visi
yang kuat sehingga organisasi bisa
berjalan dan langgeng. Keberhasilan
tersebut sangat ditentukan oleh gaya
yang diterapkan dalam melaksanakan
pengembangan organisasi. Pemimpin
tidak bisa terpaku pada satu gaya
tetapi bisa menggunakan beragam
gaya sesuai dengan situasi yang
berkembang dalam organisasi dan
lingkungan. Semakin tepat gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh
pemimpin, semakin tinggi dampaknya
bagi peningkatan komitmen organisasi
pada pegawai.
3) Pengujian Hipotesis Motivasi
Terhadap Komitmen Organisasi
Coefficientsa
Model
Unstandar-
dized
Coefficients
Standar
dized
Coef-
ficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1
(Constant) 2.708 2.135 1.269 .209
Komitmen
organisasi 1.022 .102 .763 10.013 .000
a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja
Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Romanda Annas Amrullah
1708
Dari hasil perhitungan t-hitung
(2,290) > t-tabel (1,666) atau sig t
(0,025) < 0,05, dengan demikian H3
diterima. Maka dapat disimpulkan ada
pengaruh positif dan signifikan
motivasi terhadap komitmen
organisasi. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Devi (2009),
Indriyani (2011). Hal ini berarti
Motivasi merupakan salah satu faktor
penunjang dalam mencapai komitmen
organisasi. Hal ini berarti dengan
adanya motivasi yang tinggi akan
meningkatkan komitmen organisasi.
Dengan adanya motivasi yang tinggi
berarti pula karyawan tersebut
mempunyai minat yang tinggi dalam
menjalankan rutinitas kerja sesuai
dengan apa yang menjadi tanggung
jawabnya. Dengan adanya minat yang
tinggi, karyawan akan bekerja dengan
perasaan senang. Motivasi yang tinggi
ditunjukkan dari sikap positif pegawai
terhadap pekerjaan. Sikap positif
lainnya adalah merasa memiliki
instansi dan mempunyai frekuensi
kehadiran yang tinggi.
4) Pengujian Hipotesis Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai
Dari hasil perhitungan t-hitung
(10,013) > t-tabel (1,666) atau sig t
(0,000) < 0,05, dengan demikian H5
diterima. Maka dapat disimpulkan ada
pengaruh positif dan signifikan
komitmen organisasi terhadap kinerja
pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
(PIP) Semarang. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Suwardi dan
Utomo (2011). Komitmen organisasi
sebagai sikap yang menunjukkan
“loyalitas” pegawai dan merupakan
proses berkelanjutan bagaimana
seorang anggota organisasi
mengekspresikan perhatian mereka
kepada kesuksesan dan kebaikan
organisasinya. Komitmen maknanya
sama dengan menjalankan kewajiban,
bertanggungjawab, dan janji yang
membatasi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Pegawai dengan
komitmen yang tinggi dapat
diharapkan mampu menunjukkan
kinerja yang optimal. Seorang
pegawai akan bekerja secara
maksimal, memanfaatkan kemampuan
dan ketrampilannya dengan
bersemangat, manakala ia memiliki
komitmen organisasi yang tinggi.
Dalam menjalankan suatu instansi atau
instansi merupakan pekerjaan
kelompok (team) dan bukan
merupakan pekerjaan yang dikerjakan
secara individu, maka dibutuhkan
adanya komitmen organisasi yang
dapat menimbulkan perilaku yang
positif bagi pegawai. Pegawai dengan
komitmen tinggi biasanya lebih tahan
bekerja, produktif dan berorientasi
kearah pencapaian tujuan organisasi,
sehingga kinerja menjadi optimal.
b. Uji F
Hasil perhitungan F-hitung (45,296) >
F-tabel (2,736) atau sig F (0,000) <
0,05, dengan demikian H4 diterima.
Maka dapat disimpulkan ada pengaruh
positif dan signifikan budaya
organisasi, kepemimpinan dan
motivasi secara bersama-sama
terhadap komitmen organisasi
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
Semarang, hal ini dikarenakan
komitmen organisasi Politeknik Ilmu
Pelayaran (PIP) Semarang yang
meningkat dapat dicapai apabila sema-
kin baik budaya organisasi,
kepemimpinan dan motivasi.
4. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi adalah
sebesar 0,645 yang berarti variasi
perubahan komitmen organisasi
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
Semarang dipengaruhi budaya organisasi,
kepemimpinan dan motivasi sebesar
64,5%, sedangkan sisanya 35,5%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar
penelitian (misalnya lingkungan kerja
dan kemampuan kerja).
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1709
IV. KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
budaya organisasi terhadap komitmen
organisasi Politeknik Ilmu Pelayaran
(PIP) Semarang, hal ini dibuktikan dalam
analisis statistik dimana nilai nilai
koefisien regresi motivasi (b1) sebesar
0,274 dan t hitung (3,219) > t tabel
(1,666) atau sig t 0,002 < 0,05, dengan
demikian H1 diterima.
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
kepemimpinan terhadap komitmen
organisasi Politeknik Ilmu Pelayaran
(PIP) Semarang, hal ini dibuktikan dalam
analisis statistik dimana nilai nilai
koefisien regresi kepemimpinan (b2)
sebesar 0,299 dan t hitung (3,450) > t
tabel (1,666) atau sig t (0,001) < 0,05,
dengan demikian H2 diterima.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
motivasi terhadap komitmen organisasi
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
Semarang, hal ini dibuktikan dalam
analisis statistik dimana nilai Nilai
koefisien regresi motivasi (b3) sebesar
0,223 dan t hitung (2,290) > t tabel
(1,666) atau sig t (0,025) < 0,05, dengan
demikian H3 diterima.
4. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
budaya organisasi, kepemimpinan dan
motivasi secara bersama-sama terhadap
komitmen organisasi Politeknik Ilmu
Pelayaran (PIP) Semarang, hal ini
dibuktikan dalam analisis statistik dimana
F hitung (45,296) > F tabel (2,736) atau
sig F (0,000) < 0,05, dengan demikian H4
diterima.
5. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
komitmen organisasi terhadap kinerja
pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
Semarang, hal ini dibuktikan dalam
analisis statistik dimana nilai Nilai
koefisien regresi komitmen organisasi
(b1) sebesar 1,022 dan t hitung (2,290) > t
tabel (1,666) atau sig t (0,000) < 0,05,
dengan demikian H5 diterima.
6. Nilai koefisien determinasi adalah
sebesar 0,645 yang berarti variasi
perubahan komitmen organisasi
Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)
Semarang dipengaruhi budaya organisasi,
kepemimpinan dan motivasi sebesar
64,5%, sedangkan sisanya 35,5%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar
penelitian (misalnya lingkungan kerja
dan kemampuan kerja).
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji dan Ninik Widiyanti. 2003.
Psikologi Dalam Perusahaan.
Jakarta: Rineka Cipta
Arifin, H. Muhammad. 2015. The Influence
of Competence, Motivation, and
Organisational Culture to High
School Teacher Job Satisfaction and
Performance, International Edu-
cation Studies; Vol. 8, No. 1; 2015
As’ad, Moh. 2004. Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty
Devi, Eva Kris Diana. 2009. Analisis
Pengaruh Kepuasan Kerja dan
Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan Dengan Komitmen
organisasional Sebagai Variabel
Intervening (Studi Pada Karyawan
Outsourcing PT Semeru Karya
Buana Semarang), Tesis, Program
Magister Manajemen (S-2).
Semarang: Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis
Multivariate. Semarang: Undip
Gibson, James L., Ivancevich, John M.,
Donnelly Jr, James H. 2006.
Organisasi: Perilaku, Struktur, dan
Proses. Jakarta: Penerbit Erlangga
Guritno, Bambang dan Waridin. 2005.
Pengaruh Persepsi Karyawan
Mengenai Perilaku Kepemimpinan,
Kepuasan Kerja Dan Motivasi
Terhadap Kinerja. JRBI. Vol 1. No
1. Hal: 63-74
Hakim, Abdul. 2006. Analisis Pengaruh
Motivasi, Komitmen Organisasi Dan
Iklim Organisasi Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Dinas Perhubungan
Dan Telekomunikasi Provinsi Jawa
Tengah. JRBI. Vol 2. No 2. Hal:
165-180
Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja
Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Romanda Annas Amrullah
1710
Handoko, T. Hani. 2005. Manajemen dan
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Liberty
Heidjrachman R. dan Husnan Suad. 2008.
Manajemen Personalia. Yogyakarta:
BPFE
Indriyani, Etty dan Wisnu Haryanto Petrus
Christologus. 2011. Pengaruh
Budaya Organisasi dan Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Dengan Komitmen Organisasi
Sebagai Variabel Intervening Pada
Workshop SMK Katolik Santo
Mikael Surakarta, Jurnal STIE-AUB,
Surakarta
Indriyani, Etty dan Hari Waluyo. 2012.
Pengaruh Kepemimpinan Dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat
Daerah Kabupaten Karanganyar
Dengan Komitmen Organisasi
Sebagai Variabel Intervening, Jurnal
STIE-AUB, Surakarta.
Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin dan
Kepemimpinan. Jakarta: Penerbit PT.
Rajagrafindo Persada
Luthans, Fred. 2006. Organization
Behavior. Englewood Cliff, New
Jersey: Prentice-Hall, Inc
Nitasari, Rizka Afrisalia. 2012. Analisis
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan dengan Kepuasan
Kerja Sebagai Variabel Intervening
Pada PT. Bank Central Asia Tbk.
Cabang Kudus. Skripsi. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Jurusan
Manajemen Universitas Diponegoro,
Semarang.
Nugroho, Dwiyekti Agung. 2011. Pengaruh
Budaya Organisasi Dan Gaya
Kepemimpinan Transformasional
Terhadap Komitmen Organisasi Dan
Kinerja Pegawai (Studi Pada Pusat
Pengembangan danPemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan/
Vocational Education Development
CenterMalang), Jurnal Manajemen
Bisnis, Volume 1 No.2 Edisi
Oktober 2011
Purnami, Erni Sri dan Purwadi, Didik. 2011.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Pegawai Dalam Organisasi,
DAYA SAING Jurnal Ekonomi
Manajemen Sumber Daya Vol. 12,
No. 1, Juni 2011
Riani, Asri Laksmi. 2011. Budaya
Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta: PT Raja-
grafindo Persada
Rivai, Veithzal dan Basri. 2005.
Performance Appraisal: Sistem Yang
Tepat Untuk Menilai Kinerja
Karyawan Dan Meningkatkan Daya
Saing Perusahaan. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku
Organisasi. Jakarta: Prehallindo
Schein, Edgar H. 2002. Organizational
Culture & Leadership. MIT Sloan
Management Review, (http://-
www.tnellen.com/ted/tc/schein.html)
Soewarno H. 2006. Pengantar Studi Ilmu
Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Penerbit PT. Toko Gunung
Agung
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1711
Steer. 2008. Efektifitas Organisasi. Jakarta:
Erlangga
Stoner, James A. F. 2002. Manajemen.
Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Suwardi dan Joko Utomo. 2011. Pengaruh
Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja Dan
Komitmen Organisasional Terhadap
Kinerja Pegawai (Studi Pada
Pegawai Setda Kabupaten Pati),
Analisis Manajemen Vol. 5 No. 1
Juli 2011
Umar, Husein. 2002. Metodologi Penelitian,
Aplikasi Dalam Pemasaran. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Wahjusumidjo. 2003. Kepemimpinan dan
Motivasi. Ghalia Indonesia
Waspodo, Tri dan Sutarno. 2009. Pengaruh
Bimbingan, Kedisipilnan, Budaya
Organisasi dan Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Pegawai Pada
Kantor Departemen Agama, Jurnal
Manajemen Sumberdaya Manusia
Vol. 3 No. 1 40 Juni 2009.
Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
1712
PROSEDUR PENURUNAN FREE FALL LIFEBOAT DENGAN
MENGGUNAKAN DAVIT GUNA MENGURANGI RESIKO
KECELAKAAN PADA SAAT LATIHAN ABANDON SHIP DRILL DI MV.
GEOPARK VENUS
Samsul Hudaa, Slamet Riyadi
b, Prastiyo Jaya Kumara
c
a dan bDosen Program Studi Nautika PIP Semarang
cAlumni PIP Semarang
*email : [email protected]
ABSTRAK
Supaya pelayaran dapat berjalan dengan aman, diperlukan free fall lifeboat yang dapat
beroperasi dengan normal. Salah satu indikator free fall lifeboat dalam keadaan normal dapat
dilihat dari kondisi fisik dan fungsinya. Dan untuk mencapai pelaksaan latihan penurunan free
fall lifeboat dalam keadaan aman dibutuhkan pemahaman dasar setiap crew kapal tentang
prosedur penurunan free fall lifeboat, serta tugas masing-masing crew selain itu latihan
penurunan free fall lifeboat harus dilaksanakan secara terjadwal sesuai dengan ketetapan masing-
masing perusahaan perkapalan. Ada 4 tahapan prosedur penurunan free fall lifeboat yaitu
planning, Organizing, Actuating dan Controling.
Dari proses tersebut dapat ditarik kesimpulan kegagalan dalam pelaksanaan latihan
penurunan free fall lifeboat dikarenakan ketidakpahaman seorang crew kapal terhadap prosedur
penurunan freefall lifeboat dan seorang crew harus memahami tugas dan tanggung jawab dalam
suatu kegiatan sesuai dengan muster list.
Kata kunci: Lifeboat, Keadaan Darurat, Lowering, free fall lifeboat, Davit
I. PENDAHULUAN
Di dalam SOLAS Bab III menetapkan
bahwa kapal yang dibangun setelah bulan Juli
tahun 1986 diharuskan menggunakan lifeboat
tertutup, meskipun sebagian kapal
penumpang tidak menggunakan jenis lifeboat
seperti ini. Kapal yang dibangun sebelum
bulan Juli tahun 1986 boleh menggunakan
lifeboat terbuka.
MV. Geopark Venus merupakan kapal
yang dibangun pada bulan Agustus tahun
2013. Kapal ini murupakan kapal curah yang
memiliki panjang 139,81 meter dan lebar
25,00 meter. Sehingga kapal ini diwajibkan
menggunakan jenis lifeboat tertutup
(enclosed lifeboat). Jenis lifeboat yang berada
di kapal MV. Geopark Venus merupakan
jenis free fall lifeboat, dimana free fall
lifeboat ini berada di daerah buritan kapal.
Agar pelayaran dapat berjalan dengan
aman, diperlukan free fall lifeboat yang
beroperasi dengan normal. Salah satu
indikator free fall lifeboat dalam keadaan
normal dapat dilihat dari kondisi fisik dan
fungsinya, yang ditandai dengan kelancaran
pada saat pengoperasian penurunan free fall
lifeboat tanpa adanya hambatan-hambatan,
mulai dari melepas lashing line sampai free
fall life boat terjun di atas air laut. Sehingga
resiko kecelakaan dapat ditekan sekecil
mungkin.
Untuk mencapai pelaksaan latihan
penurunan free fall lifeboat dalam keadaan
aman dibutuhkan pemahaman dasar setiap
crew kapal tentang prosedur penurunan free
fall lifeboat dan untuk tugas masing-masing
crew selain itu latihan penurunan free fall
lifeboat harus dilaksanakan secara terjadwal
sesuai dengan ketetapan masing-masing
perusahaan perkapalan.
Besarnya resiko kecelakaan yang
terjadi dalam latihan penurunan free fall
lifeboat selama penulis melaksanakan praktek
laut di kapal MV. Geopark Venus. Segala
kegiatan pada kapal ini sehari-hari selalu
melibatkan kegiatan fisik dan konsentrasi
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1713
juga kemampuan, keahlian dari individu
untuk dapat dengan segera menyelesaikan
tugas dengan cepat tetapi aman bagi orang-
orang yang ikut terlibat.
Penelitian yang diambil yaitu
“Prosedur penurunan free fall lifeboat dengan
menggunakan davit guna mengurangi resiko
kecelakaan pada saat latihan abandon ship
drill di MV. Geopark Venus”.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh
peneliti dalam penyampaian masalah adalah
metode deskriptif kualitatif, untuk
menggambarkan dan menguraikan objek
yang diteliti.
1. Metode Deskriptif
Menurut Rully Indrawan, M.A
(2014:156), mendefinisikan deskriptif
adalah mengembangkan detail penting dari
hasil analisis data dari berbagai sumber
untuk membangun potret individu atau
peristiwa. Deskriptif harus mampu
membawa pembaca laporan penelitian
kearah peristiwa yang dialami, dan
sekaligus mengajak memahami pribadi
seseorang, peristiwa atau kebiasaan suatu
komunitas yang tengah diamati. Penelitian
ini selain mengandung hal-hal yang
bersifat teori juga memuat hal-hal yang
bersifat praktikum. Dalam pengertian
bahwa selain ditulis dari beberapa literatur
buku, juga bersumber dari obyek-obyek
penelitian yang terdapat dalam buku.
Penggunaan aspek visual observasi sangat
berperan dalam penelitian buku ini. Oleh
karena itu penelitian ini memuat tentang
sebuah penelitian yang dimunculkan
dalam jenis-jenis permasalahan yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini digunakan
metode penelitian secara deskriptif.
Adapun pengertian lain dari deskriptif
adalah tulisan yang berisi pemaparan,
uraian dan penjelasan tentang suatu objek
sebagaimana adanya pada waktu tertentu
dan mengambil kesimpulan atau
keputusan secara umum.
2. Metode Kualitatif
Menurut Tohirin (2013:02), mendefinisi-
kan metode kualitatif adalah penelitian
yang menggunakan pendekatan
naturalistik untuk mencari dan
menemukan pengertian atau pemahaman
tentang fenomena dalam suatu layar yang
khusus. Metode kualitatif ini digunakan
karena beberapa pertimbangan.
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak.
b. Metode ini menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan
responden.
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.
Pengumpulan data dengan mencari
sumber dalam berbagai buku mengenai
keterangan-keterangan yang dibahas dalam
penelitian. Begitu juga dengan penelitian,
selain melaksanakan riset lapangan juga
melaksanakan riset kepustakaan guna
mendapatkan keterangan yang akurat
mengenai masalah yang akan dibahas. Riset
penelitian itu peneliti laksanakan dengan
jalan mengumpulkan buku-buku yang
berkenaan dengan penurunan free fall lifeboat
sewaktu praktek di atas kapal dan yang ada di
dalam perpustakaan PIP / BPLP Semarang.
II. PEMBAHASAN
Prosedur penurunan dengan
mengggunakan davit adalah suatu prosedur
menurunkan dengan menggunakan bantuan
davit yang dihubungkan menggunakan sling
yang terdapat pada free fall lifeboat yang
kemudian di kaitkan dengan menggunakan
hook pada davit kapal itu sendiri.
Di dalam kegiatan penurunan
merupakan kegiatan yang sangat bahaya
karena mempunyai tingkat resiko kecelakaan
yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan
prosedur pelaksanaan yang benar. Dalam
prosedur pelaksanaan terdiri dari empat tahap
yaitu.
a. Planning
Pada tahap ini seorang master dan officer
merencanakan akan diadakannya pelak-
sanaan penurunan dengan memperhatikan
faktor-faktor yang menunjang tercapainya
pelaksanaan sesuai dengan SOLAS.
Adapun faktor-faktor tersebut meliputi:
Prosedur Penurunan Free Fall Lifeboat dengan Menggunakan Davit Guna Mengurangi Resiko
Kecelakaan pada Saat Latihan Abandon Ship Drill di MV. Geopark Venus
Samsul Hudaa, Slamet Riyadi
b, Prastiyo Jaya Kumara
c
1714
1. Faktor luar
Cuaca
a) Kesiapan crew
Kesiapan crew merupakan faktor
terpenting dalam pelaksanaan latihan
penurunan free fall lifeboat. Crew
kapal dikatakan siap ketika keadaan
crew dalam keadaan sehat tanpa ada
kelelahan dari akibat kegiatan lain.
Maka untuk mengetahui crew siap
untuk melakukan kegiatan pelatihan
penurunan free fall lifeboat, sebagai
officer kita harus menanyakan secara
langsung apakah crew dalam
keadaan sehat dan tidak mengalami
kelelahan. Apabila ada salah satu
crew kapal dalam keadaan sakit,
maka crew tersebut tidak dianjurkan
untuk mengikuti kegiatan latihan ini.
Karena dikhawatirkan akan me-
nimbulkan resiko kecelakaan yang
tinggi.
b) Kondisi lingkungan sekitar
Apabila kita akan melaksanakan
latihan penurunan free fall lifeboat,
nahkoda harus mengamati kondisi
lingkungan. Apakah kondisi
lingkungan memperbolehkan
melakukan latinan penurunan free
fall lifeboat atau kebalikannya.
Kondisi lingkungan dikatakan
memperbolehkan melakukan latihan
penurunan free fall lifeboat sebagai
berikut:
1) Alur pelayaran sepi (tidak
ramai);
2) Diijinkan oleh pelabuhan
setempat atau pihak yang
mempunyai wewenang;
3) Kedalaman air laut mencukupi
untuk dilakukannya latihan
penurunan;
4) Bebas dari binatang buas.
2. Faktor dalam
a) Kesiapan peralatan
Peralatan penurunan free fall
lifeboat merupakan merupakan
pengaruh penting dimana fartor ini
merupakan obyek dalam
pelaksanaan penurunan free fall
lifeboat. Adapun faktor-faktor
peralatan meliputi:
1) Kesiapan free fall lifeboat
2) Kesiapan davit
3) Kesiapan winch
b) Draft kapal
Draft kapal dapat dikatakan
mendukung diadakannya latihan
penurunan free fall lifeboat apabila
draft kapal dalam keadaan besar hal
ini terjadi pada saat kapal terdapat
muatan penuh. Sehingga jarak antara
posisi free fall lifeboat dengan
permukaan kecil sehingga memu-
dahkan dalam proses penurunan.
Apabila draft kapal kecil maka akan
belaku sebaliknya.
b. Organizing
Pada tahap ini seorang master dan chief
officer memegang peranan penting, karena
pada tahap organizing akan diadakan
pembagian tugas kepada seluruh crew dari
jabatan mester sampai jabatan cadet. Pada
tahap ini merupakan penetu bagaimana
prosedur penurunan free fall lifeboat akan
dilakukan. Dan pada tahap ini merupakan
penentu bagaimana jalan cerita suatu
kegiatan penurunan free fall lifeboat.
adapun tugas-tugas masing-masing crew
sesuai master list.
c. Actuating
Pelaksanaan free fall lifeboat dikatakan
berhasil jika pelaksanaan pada tahap ini
dikatakan berhasil sesuai target yang
diinginkan. Hal ini dikaranakan pada tahap
ini merupakan pelaksanaan dan tujuan
akhir dari tujuan latihan drill abandon ship
dengan menggunakan davit. Maka dari itu
pada tahap actuating harus dilakukan
sesuai dengan pentunjuk penggunaan yang
dijelaskan dalam manual book yang
berjudul “Louching Free Fall Lifeboat
With Davit”. Adapun urutan dalam
pelaksanaan penurunan free fall lifeboat
menggunakan davit adalah sebagai
berikut:
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1715
1) Membuka lashing line
Pada tahap ini salah satu crew yang
bertugas sesuai denga muster list tampil
kedepan dan melaksanakan perintah
untuk membuka lashing line yang
berada diantara pintu masuk free fall
lifeboat dengan embarkation station.
2) Cara membuka lashing line
Pada tahap pembukaan lashing line
dibutuhkan cara yang benar yaitu
lashing line dikendurkan dengan cara
diputar bagian ulir diputar ke kiri atau
berlawanan dengan arah jarum jam
setelah itu, ujung pangkal lashing line
ditekan sehingga ujung lain yang
terdapat cincin yang mengunci menipis
dan cincin tersebut dapat dengan
mudah dilepaskan, disaat itu pula
penghubung antara wire di sisi kanan
dan sisi kiri juga terlepas. Setelah
terlepas lashing line ditata secara rapi
ditepi dari embarkation station. Hal ini
dilakukan agar lashing line tidak
menjadi hambatan pada saat penurunan
free fall lifeboat.
3) Menarik lashing suport(tali nilon)
Penarikan lahing suport dilakukan
setelah lashing line terlepas. Lashing
line terletak di sisi kanan dan kiri dari
free fall lifeboat. lashing support ini
terbuat dari tali nilon. Dimana tali ini
menghubungkan dengan lasing plate.
Apabila lashing support ini ditarik
secara kencang maka secara otomatis
lashinging plate akan membuka
sehingga rintangan atau hambatan
dalam proses penurunan free fall
lifeboat sudah bebas dan free fall
lifeboat akan aman pada saat
peluncuran.
4) Bosun stand by untuk pengoperasian
panel
Setelah free fall lifeboat sudah terbebas
dari segala hambatan. Bosun sudah
harus sudah berada diposisi sebagai
pengoperasi panel. Panel ini berfungsi
sebagai alat untuk mengendalikan davit
dimana panel ini terhubung dengan
winch sebagai tenaga penggerak. Di
dalam panel terdapat dua buah joy stick
dimana stick yang pertama berfungsi
sebagai pengendali winch yang
menggerakkan davit dan satunya lagi
berfungsi sebagai pengendali winch
yang menggerakkan wire davit.
5) Melepas hook dari lashing
Dengan mengguanakan joy stick yang
terhubung dengan winch yang
menggerakkan wire. Crew yang
bertugas memasang hook dari free fall
lifeboat harus segara melepaskannya
dengan cekatan dan hati-hati
melepaskan hook dengan lashing-
annya. Lashing hook ini terdapat dua
buah yang berada di antara free fall
lifeboat dengan embarkation station.
6) Memasang hook ke sling yang ada di
samping kanan kiri lifeboat
Free fall lifeboat adalah pertama kali
hook dilepaskan dengan lashing-annya
kemudian sling sebagai penghubung
free fall lifeboat dengan hook yang
terletak di sisi kanan dan sisi kiri ini
diambil kemudian dipasangkan dengan
hook yang sudah terlepas. Dalam
pemasangan ini harus dilakukan dengan
dua orang crew karena pemasangan
tersebut membutuhkan tenaga yang
besar.
7) Ikatkan tali painter ke samping kanan
dan kiri lifeboat di daerah belakang
Setelah free fall lifeboat sudah
terhubung dengan davit maka langkah
selanjutnya adalah pemasangan tali
painter. Tali painter yang digunakan
sekurang-kurangnya memiliki panjang
200 meter. Tali ini biasanya sudah
berada dalam lifeboat karena tali
painter ini merupakan inventaris yang
harus di lengkapi di dalam free fall
lifeboat. Cara mengikat tali painter
dengan free fall lifeboat yaitu kita
ambil dua buah tali painter yang sudah
tersedia kemudian kita ikatkan di sisi
kanan dan sisi kiri di bagian belakang
free fall lifeboat.
8) Atur kondisi tali painter agar tidak
dalam kondisi terlilit
Maka crew yang bertugas memegang
tali painter menata posisi tali painter di
atas reling dengan tujuan agar tali
painter tidak menjadi hambatan pada
Prosedur Penurunan Free Fall Lifeboat dengan Menggunakan Davit Guna Mengurangi Resiko
Kecelakaan pada Saat Latihan Abandon Ship Drill di MV. Geopark Venus
Samsul Hudaa, Slamet Riyadi
b, Prastiyo Jaya Kumara
c
1716
saat proses penurunan free fall lifeboat.
Selain itu tujuan dalam penataan tali
agar tali tersusun rapi untuk mencegah
terbelitnya kaki salah satu crew yang
bertugas di posisi itu, sehingga resiko
bahaya dapat terhindari.
9) Ulurkan ujung tali painter ke poop deck
dan ada crew yang bertugas untuk
memegangnya
Setelah tali tertata rapi di bagian B deck
(embarkation station) maka tali
diulurkan ke daerah poop deck dan di
tangkap oleh crew pemegang tali
painter yang bertugas di daerah poop
deck yang kemudian ditata dengan rapi,
hal ini bertujuan agar tidak terjadinya
seorang crew yang sedang melakukan
tugas tersangkut oleh tali, yang
mengakibatkan crew terjatuh atau
terpeleset karena pada daerah ini
merupakan daerah yang sering
digunakan tempat lewatnya crew dalam
melaksanakan tugasnya.
10) Sebagian crew masuk dalam lifeboat
dan terakir operator memastikan
kondisi aman
Setelah tali painter sudah tertata rapi,
sebagian crew yang bertugas dalam
pengoperasian lifeboat masuk kedalam
dengan hati-hati. Karena pada saat
masuk free fall lifeboat posisi lifeboat
ini dalam keadaan miring dan bahan
dari free fall lifeboat merupakan
fiberglass dimana bahan ini bersifat
licin, sehingga diperlukan langkah
perlahan dan hati-hati, hal ini bertujuan
agar crew yang masuk ke dalam free
fall lifeboat tidak terpeleset. Dan untuk
operator harus masuk paling belakang
karena operatorlah yang bertugas untuk
menutup pintu free fall lifeboat.
11) Seluruh crew memasang safety belt dan
menyesuaikan posisi senyaman
mungkin
Setelah crew yang bertugas di dalam
free fall lifeboat sudah masuk. Crew
yang bertugas didalam lifeboat harus
duduk sesuai dengan kursi yang sudah
di tetapkan yang bisa dilihat di kartu
posisi duduk yang berada di dinding
bagian dalam free fall lifeboat. Tidak
hanya itu bagi crew yang bertugas
harus memakai safety belt dengan
kencang dan senyaman mungkin.
12) Operator menggoyangkan handle yang
ada di bawah kursi secukupnya (agar
main lashing terlepas)
Setelah posisi duduk crew sudah benar
maka seorang operator free fall lifeboat
memulai untuk melepaskan main
lashing dengan cara memompa handle
yang berada di samping kiri kursi
operator. Jumlah pemompaan sekitar 7-
10 pompaan dan apabila main lashing
belum terlepas maka sang operator
harus membuka main lashing secara
manual (emergency release). Posisi
emergency release berada di belakang
didekat kursi yang paling belakang,
cara menggunakan emergency release
adalah memutar dengan arah
berlawanan jarum jam.
13) Main lashing sudah terlepas
Setelah release system sudah
dioperasikan secara otomatis main
lashing terbuka. Hal ini dikarenakan
handle yang telah di pompa menekan
udara di pipa yang menghubungkan ke
system release main lashing sehingga
secara otomatis pin membuka dengan
sendirinya. Kemudian segel yang
berfungsi me-lashing antara free fall
lifeboat dengan deck B ditempatkan
pada posisi yang aman sehingga tidak
menjadi hambatan dalam proses
penurunan.
14) Operator menurunkan lifeboat dengan
mengoperasikan panel sesuai dengan
aba-aba chief officer
Setelah main lashing terlepas
pengoperasi panel harus segera
mengoperasikan panel sesuai dengan
perintah chief officer. Di tahap ini
operator harus senantiasa
memperhatikan keadaan free fall
lifeboat dan davit. Dikarenakan pada
tahap ini memiliki resiko sangat besar
tentang bersinggungannya free fall
lifeboat dengan davit. Persinggungan
ini akan menyebabkan kerusakan pada
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1717
lambung luar free fall lifeboat dan tidak
hanya itu persinggungan ini juga akan
mengakibatkan kerusakan pada tiang
davit yang berada di samping free fall
lifeboat saat diturunkan.
15) Pemegang tali menggontrol free fall
lifeboat agar free fall lifeboat tidak
bergoyang akibat pengaruh dari
gelombang air laut
Pada saat free fall lifeboat diturunkan
maka seorang crew yang bertugas
pemegang tali harus siap dalam
posisinya dan memegang tali dengan
erat. Pada saat ini kekuatan memegang
tali antara sisi kanan dan sisi kiri harus
seimbang. Hal hal ini bertujuan untuk
mengurangi goyangan yang
ditimbulkan dari akibat gelombang air
laut di sekitar kapal, yang
menyebabkan terbenturnya dinding luar
free fall lifeboat dengan lengan davit.
16) Pada saat free fall lifeboat di daerah
bawah tugas pemegang tali di serahkan
pada tim tali bagian bawah
Pada saat posisi free fall lifeboat sudah
sejajar dengan poop deck maka tugas
pemegang tali diserahkan ke crew yang
bertugas di area poop deck. Hal ini
bertujuan agar pengontrolan kondisi
free fall lifeboat lebih mudah. Karena
pada saat kondisi free fall lifeboat
sejajar dengan poop deck pandangan
crew yang berada di embarkation
station sangatlah kurang. Maka dari itu
tugas pemegang tali diserahkan ke area
poop deck. Pada proses penyerahan tali
harus hati-hati dan jangan sampai tali
terbelit akibat kesalahan pengambilan
tali yang kurang benar.
17) Free fall lifeboat sampai di permukaan
air dan wire davit masih dalam keadaan
kencang dan pada saat ini mesin free
fall lifeboat dihidupkan.
Pada saat free fall lifeboat sudah berada
di permukaan air laut maka seorang
operator harus menjaga tali tetap
kencang. Hal ini bertujuan supaya free
fall lifeboat mempunyai goyangan atau
olingan yang terbatas sehingga
memudahkan crew yang melepaskan
tali painter untuk melepaskannya. Pada
saat ini tali painter harus segera
dikendurkan hal ini bertujuan untuk
memermudah proses pelepasan tali.
Karena tali pada saat kendur lebih
mudah dilepaskan dari pada saat tali
dalam keadaan kencang. Dan tidak
hanya itu pada tahap ini mesin free fall
lifeboat harus segera dihidupkan.
Dikarenakan apabila wire davit sudah
terlepas semua dan ternyata free fall
lifeboat tidak bisa dihidupkan, pada
saat pemasangan kembali dalam rangka
pengangkatan kembali free fall lifeboat
pada posisinya akan sulit dilakukan.
18) Tali painter dilepas dari free fall
lifeboat
Pada saat tali painter sudah kendur
maka dangan segera crew yang berada
di free fall lifeboat keluar dengan hati-
hati melewati pintu. Pada saat ini
petugas pelepas tali painter harus
sangat hati-hati. Dikarenakan dari
permukaan free fall life boat yang licin
dan goncangan free fall lifeboat yang
disebabkan oleh gelombang air laut.
Apabila tidak hati-hati maka akan
menimbulkan resiko orang jatuh kelaut.
Maka dari itu untuk lebih aman crew
yang bertugas harus selalu memakai life
jacket.
19) Wire davit diturunkan agar kendur
supaya hook mudah dilepaskan dari
sling bagian kanan dan kiri free fall
lifeboat
Setelah tali painter terlepas maka bosun
harus segera menurunkan wire davit.
Hal ini dilakukan supaya hook turun
kebawah dan sling dalam keadaan
kendur sehingga memudahkan dalam
proses penurunan. Pada saat seperti ini
crew yang bertugas melepaskan hook
dengan sling harus hati-hati dan selalu
memperhatikan block. Karena sangat
beresiko ketika block tersebut oleng
dan membentur kepala crew yang
bertugas, oleh karena itu crew harus
memakai safety helm pada saat
pengoperasian kegiatan penurunan free
fall lifeboat.
Prosedur Penurunan Free Fall Lifeboat dengan Menggunakan Davit Guna Mengurangi Resiko
Kecelakaan pada Saat Latihan Abandon Ship Drill di MV. Geopark Venus
Samsul Hudaa, Slamet Riyadi
b, Prastiyo Jaya Kumara
c
1718
20) Hook sudah terlepas dan free fall
lifeboat siap untuk melakukan
manouver
Sesudah hook terlepas maka crew yang
bertugas di dalam free fall lifeboat
harus dengan segera masuk kedalam
free fall lifeboat. sebelum free fall
lifeboat akan dijalankan manouver.
Agar mencegah terjadinya terjatuhnya
crew yang bertugas ke permukaan air
laut saat pelaksanaan maneuver di
permukaan air laut.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis data yang telah dilakukan di atas
kapal MV. Geopar Venus tentang Prosedur
Penurunan Free Fall Lifeboat dengan
Menggunakan Davit Pada Saat Latihan
Abandon Ship Drill dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Dalam proses penurunan free fall lifeboat
dengan menggunakan davit diperlukan
konsentrasi yang baik dan dalam proses
pelaksanaan kegiatan latihan ini
diperlukan beberapa tahap yaitu meliputi
Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling.
2. Peranan crew dalam latihan penurunan
free fall lifeboat harus sesuai dengan
muster list dan seluruh crew kapal harus
mengerti tugas masing-masing dan
mengerti tetang hal apa saja yang boleh
dilakukan dan larangan-larangan yang
dilakukan saat pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hariwijaya, M dan Triton. 2011. Pedoman
Penulisan Penelitian dan Tesis.
Yogyakarta: Oryza
Indrawan, Rully dan Yuniawati Poppy. 2014.
Metodologi Penelitian. Bandung:
Refika Aditama
Lorne dan Maclean. 2001. self teach series
survival techniques. Cardigan
Street: Cardigan House
Purwantomo, Agus Hadi. 2004. Emergency
Procedure & SAR. Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang
______________. 2006. Crowd Safety
Management in Crisis Situation.
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
______________. 2002. Crisis Management
and Human Behavior. Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang
SOLAS. 2003. I.C Brindle & Co
Syatori, Nasehudin Toto dan Gozali Nanang.
2012. Metode Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Setia Pustaka
Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Rajagrafindo Persada
Wright, C.H. 1997. Survival at Sea the
Lifeboat and Liferaft. Liverpol: the
James Laver Printing Co. Ltd
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1719
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI
TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
PADA PEGAWAI POLITEKNIK ILMU PELAYARAN (PIP)
SEMARANG
Moh. Zaenal Arifin
Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang
ABSTRACT
As for target of which will reach in this research is to analysing cultural influence of
organization to PIP Semarang officer Organizational Citizenship Behavior (OCB). Analysing
organizational komitmen influence to PIP Semarang officer Organizational Citizenship Behavior
(OCB). Pursuant to above mentioned background, hence researcher will test about cultural
influence of organizational comitment and organization to officer Organizational Citizenship
Behavior (OCB) in is PIP Semarang.
Population in this research is PIP Semarang officer amounting to 319 one who consist of
215 PNS and 104 contract officer.To determine the amount of sample to be used as the source of
information in this research is used by Slovin formula. Pursuant to result of calculation of
determination of is amount of sampel with Slovin formula hence amount of minimum sampel
which needed in this research is 178 PIP Semarang officer responder. Data which is used in
research is primary data and secunder. Method analyse data use doubled linear regression
analysis.
Pursuant to result of research can be concluded by proven organizational culture have an
effect on positively of significant to PIP Semarang officer Organizational Citizenship Behavior
(OCB). Its Meaning, if organizational culture as according to individual values hence will push
the make-up of employees Organizational Citizenship Behavior (OCB). Proven Organizational
Comitment have an effect on positively of significant to PIP Semarang officer Organizational
Citizenship Behavior (OCB). Its Meaning, if employees have strong organizational comitment
hence this matter will push employees for have high Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Keywords: cultural of organization, organizational comitment and Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
I. PENDAHULUAN
Banyak faktor untuk mencapai service
quality yang baik bagi penyedia jasa adalah
dengan menumbuhkan ketulusan, perasaan
senang hati dan timbulnya suatu budaya
dimana karyawan akan bekerja sama saling
tolong menolong demi memberikan yang
terbaik kepada pelanggan (Olorunniwo, et al.,
2006). Sikap perilaku karyawan yang
dilakukan dengan sukarela, tulus, senang hati
tanpa harus diperintah dan dikendalikan oleh
perusahaan dalam memberikan pelayanan
dengan baik yang menurut Organ et al.
(2006) dikenal dengan istilah Organizational
Citizenship Behavior (OCB).
Organizational Citizenship Behavior
(OCB) selain disebut the extra role behavior
(Pearche & Gregersen, 1991; Wright, 1993)
merupakan salah satu kategori yang penting
bagi efektifitas organisasi. Hal ini
dikemukakan pula oleh Katz (1964) yang
mengidentifikasi adanya tiga kategori
perilaku pekerja yang penting bagi
keefektifan organisasi, yaitu individu harus
masuk ke dalam dan tinggal dalam suatu
organisasi, mereka harus menyelesaikan
peran khusus dalam pekerjaan tertentu,
mereka harus terikat pada aktifitas yang
inovatif dan spontan melebihi persepsi
perannya. Kategori terakhir itulah yang yang
disebut sebagai Organizational Citizenship
Behavior.
Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB) pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Moh. Zaenal Arifin
1720
Kesediaan karyawan untuk berperilaku
yang mengarah pada OCB atau the extra role
behavior tidak dapat dilepaskan dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Untuk dapat
meningkatkan OCB karyawan maka sangat
penting bagi organisasi untuk mengetahui apa
yang menyebabkan timbulnya atau
meningkatnya OCB. Menurut Siders et.al.
(2001) meningkatnya perilaku OCB
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri karyawan
(internal) seperti moral, rasa puas, sikap
positif, dan sebagainya, sedangkan faktor
yang berasal dari luar karyawan (eksternal)
seperti sistem manajemen, sistem
kepeminpinan, budaya perusahaan.
Pemahaman akan rancangan kerja dapat
membantu para manajer merancang
pekerjaan yang secara positif mempengaruhi
kinerja pegawai (Robbins, 2006).
Kesediaan karyawan untuk berperilaku
yang mengarah pada OCB tidak dapat
dilepaskan dari faktor budaya organisasi.
Budaya organisasi didefinisikan Furnham dan
Gunter (1993) sebagai keyakinan, sikap dan
nilai yang umumnya dimiliki yang timbul
dalam suatu organisasi. Pola nilai, norma,
keyakinan, sikap dan asumsi ini mungkin
tidak diungkapkan tetapi akan membentuk
cara orang berperilaku dan melakukan
sesuatu. Nilai mengacu kepada apa yang
diyakini merupakan hal yang penting
mengenai cara orang dan organisasi
berperilaku.
Selain memperhatikan faktor budaya
organisasi, beberapa peneliti beranggapan
bahwa perilaku yang mengarah pada OCB
tidak dapat dilepaskan dari komitmen
pegawai terhadap organisasi karena
bagaimanapun prestasi kerja yang melebihi
apa yang seharusnya, banyak ditentukan oleh
kuat tidaknya komitmen terhadap organisasi
(Smith, Organ, & Near, 1993). Tumbuhnya
komitmen tidak dapat muncul begitu saja.
Komitmen organisasional merupakan sikap
loyalitas seorang pekerja pada suatu
organisasi dan hal itu merupakan suatu proses
berkelanjutan. Hal-hal yang dapat
menumbuhkan komitmen kerja diantaranya
adalah kebanggan terhadap organisasi,
kepemimpinan, pencapaian tujuan organisasi
yang selaras dengan tujuan pegawai serta
kesadaran individu akan pentingnya manfaat
dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
Komitmen organisasional menurut
Gibson (1997) adalah identifikasi rasa,
keterlibatan loyalitas yang ditampakkan
pekerja terhadap organisasi atau unit
organisasi. Komitmen organisasional
ditunjukkan dalam sikap penerimaan
keyakinan yang kuat terhadap nilai-nilai dan
tujuan organisasi, dan adanya dorongan yang
kuat untuk mempertahankan keanggotaan
dalam organisasi demi tercapainya tujuan
organisasi. Mowday, Steers, & Porter (1982)
dalam Vandenberg dan Lance (1992)
mendefinisikan komitmen organisasional
sebagai seberapa jauh tingkat seorang pekerja
dalam mengidentifikasikan dirinya pada
organisasi serta keterlibatannya di dalam
suatu organisasi.
Organisasi yang mampu memberikan
perhatian yang penuh dan membuat pegawai
percaya terhadap organisasi akan
memperoleh komitmen pegawai. Komitmen
pegawai terhadap organisasi akan membuat
pegawai setia pada organisasi dan bekerja
dengan baik untuk kepentingan organisasi
(Yuwalliatin, 2006). Keadaan ini sangat baik
bagi pencapaian tujuan organisasi karena
organisasi mendapat dukungan penuh dari
anggotanya sehingga dapat berkonsentrasi
secara penuh pada tujan yang diprioritaskan.
Morrison (1997) menyatakan bahwa
komitmen merupakan faktor yang penting
bagi organisasi karena: (1) pengaruhnya bagi
turnover dan (2) hubungannya dengan kinerja
yang mengasumsikan bahwa individu yang
mempunyai komitmen cenderung
mengembangkan upaya yang lebih besar pada
pekerjaan.
Kajian penelitian mengenai pengaruh
budaya organisasi dan komitmen organisasi
terhadap Organizational Citizenship Beha-
vior (OCB) akan dilakukan pada pegawai di
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang adalah
salah satu Lembaga Pendidikan Maritim
negeri di bawah naungan Kementerian
Perhubungan dan satu-satunya yang berada di
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1721
Jawa Tengah, yang berlokasi di Jalan
Singosari 2A Semarang dengan tugas pokok
membina dan mencetak lulusan perwira-
perwira kapal niaga, baik kapal-kapal milik
Negara maupun kapal-kapal swasta
Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas, maka peneliti akan menguji tentang
pengaruh budaya organisasi dan komitmen
organisasi terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB) pada pegawai
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
II. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan explanatory
research dengan pendekatan kausalitas,
yaitu penelitian yang ingin mencari
penjelasan dalam bentuk hubungan sebab
akibat (cause-effect) antar beberapa
konsep atau beberapa variabel atau
beberapa strategi yang dikembangkan
dalam manajemen (Ferdinand, 2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah
pegawai PIP Semarang yang berjumlah
319 orang. Sampel adalah sebagian dari
populasi yang memiliki karakteristik yang
relatif sama dan dianggap bisa mewakili
populasi (Singarimbun, 1991). Untuk
menentukan jumlah sampel yang akan
digunakan sebagai sumber informasi
dalam penelitian ini digunakan rumus
Slovin (Supramono, 2004). Berdasarkan
hasil perhitungan penentuan jumlah
sampel dengan rumus Slovin maka jumlah
sampel minimal yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah 178 responden
pegawai PIP Semarang.
B. Teknik Pengambilan Sampel
Adapun teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Simple Random Sampling dimana
tiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih
menjadi sampel penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian,
kuesioner dipilih sebagai metode
pengumpulan data dalam penelitian ini.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis
yang telah dirumuskan sebelumnya yang
akan dijawab oleh responden. Kuesioner
dipilih karena merupakan suatu
mekanisme pengumpulan data yang
efisien untuk mengetahui dengan tepat apa
yang diperlukan dan bagaimana mengukur
variabel penelitian (Sekaran, 2006).
Tipe pertanyaan dalam kuesioner
adalah pertanyaan tertutup dimana
responden diminta untuk membuat pilihan
diantara serangkaian alternatif yang
diberikan oleh peneliti (Sekaran, 2006).
Skala data jawaban responden atas
pertanyaan penelitian dengan
menggunakan Agree-Disagree Scale yang
menghasilkan jawaban sangat tidak setuju-
jawaban sangat setuju dalam rentang nilai
1 s/d 7 (Ferdinand, 2006).
1 2 3 4 5 6 7
Data yang diperlukan dalam
penelitian ini, diperoleh melalui dua
sumber, yaitu (Sekaran, 2006):
1. Data primer
Data primer yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah data tentang
karakteristik demografik responden
(jenis kelamin, pendidikan, usia, dan
masa kerja), budaya organisasi,
komitmen organisasi dan kinerja
pegawai.
2. Data sekunder
Data sekunder yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah data tentang
gambaran umum PIP Semarang dan
daftar nama pegawai.
D. Variabel Budaya Organisasi
Variabel budaya organisasi yang
diteliti dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan indikator yang dikembang-
kan dari penelitian Hofstede (1994) yaitu
mengutamakan keputusan yang diambil
karyawan, kepedulian pada masalah
karyawan, memberikan petunjuk,
mengutamakan hasil yang dicapai
karyawan.
Sangat Tidak Setuju
Sangat Setuju
Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB) pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Moh. Zaenal Arifin
1722
E. Variabel Komitmen Organisasi
Variabel komitmen organisasi yang
diteliti dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan indikator yang
dikembangkan oleh Luthans (2006), yaitu
keinginan kuat untuk tetap sebagai
anggota organisasi tertentu, keinginan
untuk berusaha keras sesuai keinginan
organisasi, keyakinan tertentu pada nilai
organisasi, dan penerimaan tujuan
organisasi.
F. Variabel Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
Variabel OCB yang diteliti dalam
penelitian ini diukur dengan
menggunakan indikator yang
dikembangkan oleh Organ (1998) dan
Allison et al (2001), yaitu altruism, civic
virtue, conscientiousness, courtesy, dan
sportsmanship.
Budaya
Organisasi
Keputusan yang diambil (X1)
Kepedulian pada karyawan (X1)
Memberikan petunjuk (X3)
Hasil yang dicapai (X4)
Komitmen
Organisasi
keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota
organisasi (X5)
keinginan untuk berusaha keras sesuai
keinginan organisasi (X6)
keyakinan tertentu pada nilai organisasi
(X7)
penerimaan tujuan organisasi
(X8)
Gambar Indikator Variabel Budaya Organisasi
Gambar Indikator Variabel Komitmen Organisasi
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1723
G. Indikator Variabel Organizational Citizenship Behavior (OCB)
H. Teknik Analisis
Untuk menganalisis data yang
diperoleh melalui kuesioner.
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai
jawaban responden mengenai variabel-
variabel penelitian yang digunakan.
Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan teknik Analisis Indeks,
untuk menggambarkan persepsi
responden atas item-item pertanyaan
yang diajukan.
2. Uji Kualitas Data
a) Uji Validitas
Validitas menunjukkan tingkat
kemampuan suatu instrument untuk
mengungkapkan sesuatu yang
menjadi sasaran pokok pengukuran
yang dilahirkan dengan instrument
tersebut (Hadi, 2002). Untuk
menguji validitas digunakan uji
Korelasi Product Moment dengan
kriteria pengujian sebagai berikut:
- Jika nilai r hitung > r tabel dan
nilai signifikansi < 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa indikator
adalah valid
- Jika nilai r hitung < r tabel dan
nilai signifikansi > 0,05 maka
dapat dikatakan bahwa indikator
tidak valid
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh
mana suatu instrument dapat
memberikan hasil pengukuran yang
konsisten. Pengujian reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan Uji
Alpha Cronbach dengan kriteria
hasil pengujian sebagai berikut:
- Jika nilai Alpha Cronbach hasil
perhitungan > 0,6 maka dapat
dikatakan bahwa variabel
penelitian adalah reliabel
- Jika nilai Alpha Cronbach hasil
perhitungan < 0,6 maka dapat
dikatakan bahwa variabel
penelitian tidak reliabel
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah uji yang
dilakukan untuk menganalisis asumsi-
asumsi dasar yang harus dipenuhi
dalam penggunaan regresi. Uji asumsi
klasik ini bertujuan agar menghasilkan
estimator linear tidak bias yang terbaik
dari model regresi yang diperoleh dari
metode kuadrat terkecil. Dengan
terpenuhinya asumsi-asumsi tersebut
maka hasil yang diperoleh dapat lebih
akurat dan mendekati atau sama dengan
kenyataan (Hasan, Iqbal, 2002).
Adapun asumsi-asumsi klasik yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi
(Ghozali, Imam, 2001):
Organizational
Citizenship
Behavior
Altruism (X9)
Civic virtue (X10)
Conscientiousness (X11)
Courtesy (X12)
Sportmanship (X13)
Gambar Indikator Variabel Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB) pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Moh. Zaenal Arifin
1724
a) Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel terikat
dan variabel bebas, keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Uji normalitas dilakukan
terhadap residu data penelitian dengan
menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Pengujian normalitas data
dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
- Jika nilai signifikansi > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa distribusi
residual data penelitian adalah
normal
- Jika nilai signifikansi < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa distribusi
residual data penelitian tidak normal
b) Uji Multikolinieritas
Bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas
(independent). Untuk mengetahui ada
atau tidaknya multikolinieritas dalam
model regresi dilakukan dengan melihat
nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dan tolerance dengan ketentuan sebagai
berikut (Ghozali, Imam, 2001):
- Jika nilai VIF > 10 maka dapat
disimpulkan bahwa dalam
persamaan regresi terdapat masalah
multikolinieritas
- Jika nilai VIF < 10 maka dapat
disimpulkan bahwa dalam
persamaan regresi tidak terdapat
masalah multikolinieritas
c) Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Untuk menganalisis terjadinya
masalah heteroskedastisitas, dilakukan
dengan dengan Uji Glejser dengan
kriteria sebagai berikut:
- Jika nilai signifikansi masing-
masing variabel bebas terhadap nilai
Absolut Residual adalah > 0,05
maka dapat diartikan bahwa data
penelitian tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas
- Jika nilai signifikansi masing-
masing variabel bebas terhadap nilai
Absolut Residual adalah < 0,05
maka dapat diartikan bahwa data
penelitian terdapat masalah
heteroskedastisitas.
4. Uji Regresi
Metode regresi berganda ini
dikembangkan untuk mengestimasi
nilai variabel dependen (Y) dengan
menggunakan lebih dari satu variabel
independen (X). Adapun persamaan
regresinya adalah sebagai berikut:
Y = 1X1 + 2X2 +e
Keterangan:
Y = Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
X1 = Budaya organisasi
X2 = Komitmen organisasi
= Konstanta
1, 2. = Koefisien Regresi
e = Error
a) Penguin Hipotesis secara Parsial
(Uji t)
Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat maka dilakukan
pengujian terhadap hipotesis yang
akan diajukan pada penelitian ini.
Metode pengujian terhadap hipotesis
dilakukan secara parsial dengan
menggunakan uji t dengan kriteria
sebagai berikut:
- Jika nilai t hitung > t tabel atau
nilai signifikansi < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel
independen terbukti secara
statistik berpengaruh terhadap
variabel dependen.
- Jika nilai t hitung < t tabel atau
nilai signifikansi > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel
independen tidak terbukti secara
statistik berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1725
b) Uji Kelayakan Model
Uji ini dilakukan untuk melihat
apakah model yang dianalisis
memiliki tingkat kelayakan model
yang tinggi yaitu variabel-variabel
yang digunakan model mampu
untuk menjelaskan fenomena yang
dianalisis. Untuk menguji kelayakan
model penelitian ini digunakan Uji
Anova (uji F) dengan kriteria
sebagai berikut:
- Jika nilai F hitung > F tabel atau
nilai signifikansi < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel independen yang diuji
merupakan variabel yang tepat
dalam memprediksi variabel
dependen
- Jika nilai F hitung < F tabel atau
nilai signifikansi > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel independen yang diuji
merupakan variabel yang tidak
tepat dalam memprediksi variabel
dependen
c) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2)
menunjukkan seberapa besar
kemampuan model (variabel
independen) dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Dimana
nilai R2 berkisar antara 0<R
2<1,
artinya :
- Jika nilai R2 semakin mendekati
nol berarti kemampuan variabel
bebas dalam menjelaskan variasi
pada variabel terikatsemakin
kecil.
- Jika nilai R2 semakin mendekati
satu berarti kemampuan variabel
bebas dalam menjelaskan variasi
pada variabel terikat semakin
besar.
III. HASIL DAN DISKUSI
Pengujian persamaan dilakukan dengan
menggunakan Uji Regresi Berganda yang
terdiri atas tiga tahap analisis yang harus
dilakukan, yaitu uji signifikansi parsial, uji
kelayakan model, dan analisis nilai koefisien
determinasi. Berikut ini uraian hasil
pengujian terhadap persamaan regresi.
Tabel Uji Regresi Berganda Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi
Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Variabel Terikat: Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Variabel Bebas Unstandardized
Coeff
Standardized
Coeff t Sig
Konstanta 4,419 1,973 ,050
Budaya Organisasi ,575 ,645 11,570 ,000
Komitmen Organisasi ,487 ,305 5,477 ,000
F Hitung 75,585
Signifikansi F Hitung 0,000
Adjusted R Square 0,457
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2016
1. Uji Signifikansi Parsial
Pengujian terhadap kedua hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Uji t
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai t hitung > t tabel pada df ( n-
1 = 177 dan α = 5%) = 1,973 atau nilai
signifikansi < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel
independen terbukti secara statistik
berpengaruh terhadap variabel
dependen
b. Jika nilai t hitung < t tabel pada df ( n-
1 = 177 dan α = 5%) = 1,973 atau nilai
signifikansi > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel
independen tidak terbukti secara
Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB) pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Moh. Zaenal Arifin
1726
statistik berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Mengacu pada output SPSS di atas
maka dapat dilakukan pengujian atas
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1) Pengujian Pengaruh Budaya
Organisasi terhadap OCB
Pengujian ada tidaknya pengaruh
budaya organisasi terhadap OCB yang
menghasilkan koefisien regresi sebesar
0,645, t hitung sebesar 11,570, dan
nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh
karena nilai t hitung > nilai t tabel
(1,973) dan nilai signifikansi < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa
budaya organisasi terbukti
berpengaruh positif signifikanterhadap
OCB.
2) Pengujian Pengaruh Komitmen
Organisasi terhadap OCB
Pengujian ada tidaknya pengaruh
komitmen organisasi terhadap OCB
yang menghasilkan koefisien regresi
sebesar 0,305, t hitung sebesar 5,477,
dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Oleh karena nilai t hitung > nilai t
tabel (1,973) dan nilai signifikansi <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
komitmen organisasi terbukti
berpengaruh positif signifikanterhadap
OCB.
Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan terhadap variabel budaya
organisasi, komitmen organisasi, dan
OCB maka dapat dirumuskan persamaan
regresi bergandanya sebagai berikut:
Y = 0,645X1 + 0,305X2
Dimana:
Y = OCB
X1 = Budaya organisasi
X2 = Komitmen Organisasi
Dengan menggunakan persamaan
regresi pada model regresi berganda di
atas maka dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. 1 = 0,645 1 bertanda positif
menunjukkan besarnya pengaruh
budaya organisasi terhadap OCB yang
berarti bahwa bila budaya organisasi
ditingkatkan maka perilaku OCB
karyawan di Politeknik Ilmu Pelayaran
(PIP) Semarang juga akan meningkat.
b. 2 = 0,305 2 bertanda positif
menunjukkan besarnya pengaruh
komitmen organisasi terhadap OCB
yang berarti bahwa bila komitmen
organisasi ditingkatkan maka perilaku
OCB karyawan di Politeknik Ilmu
Pelayaran (PIP) Semarang juga akan
meningkat.
2. Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan model dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel-variabel
yang diteliti dalam penelitian ini
memiliki tingkat kelayakan yang tinggi
untuk dapat menjelaskan fenomena yang
dianalisis. Pengujian kelayakan model
dilakukan dengan menganalisis nilai
signifikansi dari Uji F yaitu sebesar 0,000
yang kurang dari α (0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen
yang digunakan, yaitu budaya organisasi
dan komitmen organisasi merupakan
variabel yang tepat/layak untuk
menjelaskan terjadinya variasi dalam
variabel OCB.
3. Koefisien Determinasi
Analisis terhadap nilai koefisien
determinasi dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variasi
yang terjadi dalam variabel
dependen.Koefisien determinasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai Adjusted R Square yaitu sebesar
0,457 atau sebesar 45,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen
(budaya organisasi dan komitmen
organisasi) mampu menjelaskan variasi
yang terjadi pada OCB sebesar 45,7%.
Pengaruh Budaya Organisasi terhadap
OCB
Dari penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa budaya organisasi
berpengaruh positif terhadap OCB
karyawan PIP Semarang dapat diterima.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1727
Budaya organisasional merupakan suatu
sistem dari kepercayaan-kepercayaan dan
nilai-nilai bersama dalam organisasi dan
mengarahkan perilaku anggotanya, dan
pada akhirnya menghasilkan norma
perilaku. Hal ini berarti bahwa ketika
budaya yang ada di dalam organisasi ini
semakin baik atau kondusif untuk bekerja
maka akan meningkatkan OCB
karyawan. Dengan demikian penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Shofiyannah (2008) bahwa budaya
organisasi memiliki pengaruh yang erat
terhadap OCB. Demikian pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Hardaningtyas (2005), Rini, Rusdarti dan
Suparjo (2013), Purnama (2013) dan
Mohanty dan Rath (2012) yang juga
menunjukkan adanya pengaruh positif
dan signifikan dari budaya organisasi
terhadap OCB.
Pengaruh Komitmen Organisasi
terhadap OCB
Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa hipotesis yang berbunyi komitmen
organisasi berpengaruh positif terhadap
OCB karyawan PIP Semarang dapat
diterima. Komitmen organisasional
merujuk pada sikap untuk tetap sebagai
anggota organisasi tertentu, keinginan
untuk berusaha keras sesuai keinginan
organisasi, keyakinan tertentu dan
penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
Komitmen seringkali dianggap sebagai
salah satu faktor yang paling umum
digunakan untuk mengukur perilaku
dalam perspektif psikologi organisasi.
Hasil studi empiris (Mowday, Steers,
dan Porter, 1979; Mathieu dan Zajac,
1990; Benkhoff, 1997; Somers, 1995;
Lum et al, 1998) menunjukkan hubungan
yang positif antara komitmen organisasi
dan berbagai hasil yang diinginkan dalam
organisasi. Demikian pula penelitian
yang dilakukan oleh Syihabudhin (2008),
Debora Eflina Purba dan Liche Seniati
(2004), Ferry Novliadi (2007), Rini,
Rusdarti dan Suparjo (2013), dan
Purnama (2013) juga menunjukkan
bahwa komitmen organisasional
merupakan anteseden yang berpengaruh
signifikan terhadap organizational
citizenship behavior.
IV. KESIMPULAN
1. Budaya organisasi terbukti berpengaruh
positif signifikan terhadap OCB
karyawan PIP Semarang. Artinya, jika
budaya organisasi semakin baik maka
akan meningkatkan perilaku OCB
karyawan PIP Semarang.
2. Komitmen organisasi terbukti
berpengaruh positif signifikan terhadap
OCB karyawan PIP Semarang. Artinya
jika karyawan memiliki komitmen yang
kuat pada organisasinya maka akan
meningkatkan perilaku OCB karyawan
PIP Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Aldag, RJ, SH Barr, AP Brief. 1981.
“Measurement of Perceived Task
Characteristics”, Psychological
Bulletin, Vol. 90, p. 415 – 431
Allison, J Barbara., S Richard Voss, Richard
C. 2001. An Empirical
Investigation of The Impact of SDB
on The Relationship Between OCB
and Individual Performance,
http://www.sbaer.uca.edu/research/
2001/ACME/16lacme01.htm
Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur
Penelitian suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
As’ad. 1998. Psikologi Industri.
Yogyakarta: Penerbit Liberty
Babakus, E, DW Cravens, K Grant, TN
Ingram, RW LaForge. 1996.
”Investigating The Relationship
Among Sales Management Control,
Sales Territory Design, Salesperson
Performance and Sales Organi-
zation Effectivenss”, International
Journal of Research in Marketing,
Vol. 13, p. 345 – 363
Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB) pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Moh. Zaenal Arifin
1728
Beker, T.E dan R.J Klimoski. 1999. Field
Study of the Relationship Between
the Organizational Feedback
Environment and Performance,
Journal of PersonneelPsychology,
42, 343–358
Benkhoff, B. 1997. Ignoring Commitment Is
Costly: New Approaches Establish
the Missing Link Between
Commitment and Performance,
Human Relations, 50 (6), 701-726
Boorman, Walter C. 2004. The Concept of
Organizational Citizenship, Current
Directions in Psychological
Science, 13 (6), 238-241
Borman, WC dan SJ Motowidlo. 1993.
Expanding The Criterion Domain
to Include Elements of Extra-role
Performance, Personnel Selection
in Organization. San Fransisco:
Jossey – Bass
Brahmasari, I.A & A. Suprayetno. 2008.
Pengaruh Motivasi Kerja,
Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi Terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan serta Dampaknya
pada Kinerja Perusahaan (Studi
kasus pada PT. Pei Hai
International Wiratama Indonesia),
Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 10 (2), 124-135.
Byars dan Rue. 1984. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Offset
Byars. 2001. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Andi
Cheng, Yuan & Arne L. Kalleberg. 1996.
Employee Job Performance in
Britain and The United States
Purba, Debora Eflina dan Liche Seniati.
2004. Pengaruh Kepribadian dan
Komitmen Organisasi terhadap
Organizational Citizenship
Behavior, Makara Sosial Huma-
niora, Vol. 8 No. 3, p. 105-111
Dyne, LV, JW Graham, RM Dienesch.
1994. “Organizational Citizenship
Behavior: Construct Redefinition,
Measurement, and Validation”,
Academy of Management Journal,
Vol. 37 No. 4, p. 765 – 802
Elizur, Dov dan Meni Koslowsky. 2001.
“Values and Organizational
Commitment”, International
Journal of Manpower, Vol. 22 No.
7-8., p. 593-599
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode
Penelitian Manajamen. Semarang:
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Ferry Novliad. 2007. “Organizational
Citizenship Behavior Karyawan
Ditinjau Dari Persepsi terhadap
Kualitas Interaksi Atasan –
Bawahan dan Persepsi terhadap
Dukungan Organisasional”, USU
Repository, USU, Tidak
Dipublikasikan
Flippo, Edwin B. 1994. Manajemen
Personalia. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Gibson, Donnely. 1997. Organisasi:
Perilaku, Struktur dan Proses.
Jakarta
Greenberg, Jerald &R.A Baron. 2000.
Behavior in Organizations: Under-
standing and Managing The
Human Side of Work. New Jersey:
Prentice Hall International
Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Research.
Yogyakarta: Andi Offset
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1729
Hardaningtyas, Dwi. 2005. Pengaruh
Tingkat Kecerdasan Emosi dan
Sikap pada Budaya Organisasi
terhadap Organizational Citizen-
ship Behavior (OCB) Pegawai PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia III,
Thesis Universitas Airlangga
Surabaya, (http://www.daman-
diri.or.id), [Online]
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok
Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Bogor: Ghalia
Hofstede. 1994. Measuring Organizational
Cultures: A Qualitative and
Quantitative Study Across Twenty
Cases. Administrative Science
Quarterly, 35, 286-316
Ivancevich, J.M., Gibson J.L. & Donnely
James H. 1993. Organisasi,
Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta:
Erlangga
Kast, Fremon E. & James E. Rosenweig.
1990. Organisasi dan Manajemen.
Jakarta: Bumi Aksara
Kotter, J.P. dan J.L. Hesket. 1999.
Corporate Culture and
Performance. Jakarta: Prenhallindo
Lum et. al. 1998. Explaining Nursing
Turnover Intent: Job Satisfaction,
Pay Satisfaction,or Organizational
Commitment?, Journal of
Organizational Behaviour, 19
(3),305–320
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi,
10th
ed. Yogyakarta: Andi
Mas’ud, Fuad. 2004. Survai Diagnosis
Organisasional: Konsep dan
Aplikasi. Semarang : BP Undip
Mathieu, J.E dan Zajac, D.M. 1990. A
Review and Meta Analysis of the
Antecedents, Correlates,
Consequences of Organizational
Commitment, Psychological
Bulletin, 108, 171-194
McCormick dan Tiffin. 1994. On Strategic
Net Works, Strategic Management
Journal, Vol. 9 No. 31-41
Meyer, John P, Natalie J Allen & Catherina
A Smith. 1993. Commitment to
Organizational and Occupation:
Extention and Test of a Three
Component Conceptualization,
Journal Applied Psychology, Vol.
78. No.4
Culture on Organizational Citizenship
Behavior: A Three-Sector Study,
Global Journal Of Business
Research, 6 (1)
Morrison, E.W. 1997. Role Definitions and
Organizational Citizenship
Behavior: The Importance of The
Employee’s Perspective, Academy
of Management Journal, 37, 1543-
1567
Mowday, RT, LW Porter, and RM Steers.
1982. Emploee Organization
Linkage: The Psychology of
Commitment, Abseintism, and
Turnover. London Academin Press
Murty, Windy Aprilia dan Gunasti
Hudiwinasih. 2012. Pengaruh
Kompensasi, Motivasi dan
Komitmen Organisasional terhadap
Kinerja Karyawan Bagian
Akuntansi (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Di
Surabaya), The Indonesian
Accounting Review, 2 (2)
Nyhan. 1999. Building Learning
Organisations; Putting Theory to
Test: Lessonsfrom European
Companies, In European Journal of
Vocational Training
Olorunniwo, F., Hsu, M. K., & Udo, G. J.
2006. Service Quality, Customer
Satisfaction, and Behavioral
Intention in the Service Factory,
The Journal of Service Marketing,
20 (1), 59-72.
Organ, DW. 1988. Organizational
Citizenship Behavior : The Good
Soldier Syndrome, Lexington, MA:
Lexington Books
Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB) pada Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang
Moh. Zaenal Arifin
1730
Organ, DW. 1997. Organizational
Citizenship Behavior: It’s
Construct Clean-up Time, Human
Performance, Vol. 10, p. 85 -97
Podsakoff & SB McKenzie. 2000.
Organizational Citizenship
Behavior and Sales Unit
Effectiveness, Journal of Marketing
Research, Vol. 31, p. 351 – 363
Purnama, Chamdan. 2013. Influence
Analysis of Organizational Culture
Organizational Commitment Job
and Satisfaction Organizational
Citizenship Behavior (OCB)
Toward Improved Organizational
Performance, International Journal
of Business, Humanities and
Technology, 3(5)
Rini, Dyah Puspita., Rusdarti dan Suparjo.
2013. Pengaruh Komitmen
Organisasi, Kepuasan Kerja Dan
Budaya Organisasi Terhadap
Organizational Citizenship
Behavior (OCB) (Studi pada PT.
Plasa Simpanglima Semarang),
Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomi
Dan Bisnis, 1 (1)
Robbins , Stephen P. 2006. Perilaku
Organisasi. Jakarta: PT. Indeks
Gramedia
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For
Business. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat
Seymour, Muchinsky PM. 1985. Job
Satisfaction and Job Performance:
A Meta Analysis, Psychological
Bulletin, Vol. 97., p. 251-273
Simamora, Henry. 2004. Manajemen
Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Penerbit Bag.
Penerbitan. STIE YKPN
Singarimbun, Masri & Sofyan Effendi.
1991. Metode Penelitian Survai.
Jakarta : LP3ES
Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja
Organisasi dan Kepuasan Kerja
Karyawan pada Terminal
Penumpang Umum di Surabaya,
Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 7 (1)
Steers, Richard M. 1985. Efektifitas
Organisasi : Penerbit Erlangga
Supramono dan Intiyas Utami. 2004. Desain
Proposal Penelitian Akuntansi dan
Keuangan, Yogyakarta: Penerbit
Andi
Syihabudhin. 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Komitmen
Organizational dan Organizational
Citizenship Behavior (Studi pada
Karyawan Sektor Industri Ritel
Modern di Malang – Jawa Timur),
Tesis, Unair, Tidak Dipublikasikan
Tintri, Dharma. 2002. Pengaruh Struktur dan
Kultur Organisasional terhadap
Keefektifan Anggaran Partisipatif
dalam Meningkatkan Kinerja
Manajerial, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, 2 (7)
Vandenberg, R.J., and Lance, C.E. 1992.
Examining the Central Order of Job
Satisfaction and Organizational
Commitment, Journal of
Management, 18, 53-167
Verawati, Yenny dan Joko Utomo. 2012.
Pengaruh Komitmen Organisasi,
Partisipasi dan Motivasi terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Bank
Lippo Tbk Cabang Kudus, Analisis
Manajemen, 5 (2)
William, L dan J. Hazer. 1986. Antecedents
and Consequences of Satisafaction
and Commitmen in Turnover
Model : A Reanalysis Using Latent
Variable Structural Eqaution
Modeling, Journal of Applied
Psychology, No. 71, p. 219 – 231
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1731
Wirda, Fisla dan Tuti Azra. 2007. Pengaruh
Budaya Organisasi terhadap
Kinerja Karyawan Politeknik
Negeri Padang, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, 2 (1)
Yuwalliatin, Sitty. 2006. Pengaruh Budaya
Organisasi, Motivasidan Komitmen
Terhadap Kinerja Serta
Pengaruhnya Terhadap Keunggulan
Kompetitif Dosen Unissula
Semarang, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol. 7 No. 2, Juli, 241-256
1732
ANALISIS PENYEBAB TURUNNYA TEMPERATUR
PADA RUANG PENDINGIN MAKANAN
DI MT. BAUHINIA
Yulian Harjuansyaha, Abdi Seno
b, Okvita Wahyuni
c
aTaruna Progam Studi Teknika PIP Semarang
bDosen Progam Studi Teknika PIP Semarang
cDosen Progam Studi KALK PIP Semarang
* email: [email protected]
ABSTRAK
Mesin pendingin makanan di kapal MT. Bauhinia digunakan untuk menjaga ketahanan
pada bahan makanan, agar tetap segar dan terjaga kualitasnya. Dengan suhu ruangan
pendingin yang terkontrol akan dapat menghambat perkembangan bakteri dalam bahan
makanan yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan. Dengan ketentuan untuk menyimpan
sayur dan buah agar tetap segar diperlukan suhu ruangan antara 40C sampai 10
0C dan untuk
ruangan daging dan ikan harus mampu menyediakan suhu antara -120C sampai -18
0C. Dengan
mencari faktor-faktor, dampak dan juga upaya dari turunnya temperatur pada ruang pendingin
makanan. Dengan menggunakan metode fault tree analysis yaitu metode membuat pohon
kesalahan sebagai pencari penyebab terjadinya permasalahan. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan cara observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi.
Teknik analisis data digunakan antara lain adalah reduksi data, penyajian data dan menarik
kesimpulan.
Dari hasil penelitian terdapat faktor-faktor dari turunnya temperatur dari ruang
pendingin makanan yaitu, terjadinya kebocoran freon pada pipa coil evaporator, terlalu banyak
minyak lumas di dalam compressor, kotornya oil separator, banyaknya uap air yang berada
pada ruang pendingin, seringnya terbuka pintu ruang pendingin, kotornya condenser dan juga
kurangnya kapasitas air pendingin pada condenser. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan
terdapat dampak dari turunnya temperatur pada ruang pendingin makanan akan menyebabkan
turunnya temperatur pada indikator ruang pendingin, terdapatnya bunga-bunga es pada pipa
coil evaporator yang disebabkan karena kurangnya freon pada sistem. Serta kerja compressor
yang berjalan terus menerus. Untuk menjaga agar temperatur pada ruang pendingin tetap
optimal yaitu melakukan perawatan pada komponen-komponen mesin pendingin tersebut secara
rutin sesuai dengan instruction manual book.
Kata kunci : Temperatur, Pendingin Makanan, Fault Tree Analysis.
I. PENDAHULUAN
MT. Bauhinia dalam pelayaran dari
loading di Singapura lalu perjalanan ke China
untuk melakukan kegiatan discharging,
mendapat permasalahan yaitu turunnya
temperatur pada ruang pendingin makanan
dan apabila masalah ini tidak ditindaklanjuti
dapat berakibat fatal bagi ketahanan dan
kualitas dari bahan-bahan makanan di kapal.
Langkah yang diambil yaitu mematikan
mesin pendingin makanan tersebut. Setelah
mesin pendingin makanan mati, para masinis
dan crew mesin lainnya mengecek kondisi
mesin pendingin makanan. Belum diketahui
faktor penyebab yang mengakibatkan
turunnya temperatur pada ruang pendingin
makanan. Hal ini sangat mempengaruhi
kondisi persediaan makanan selama masa
pelayaran yang harus dilakukan pengambilan
keputusan untuk mengatasinya agar dapat
dilakukan upaya penanggulangan
selanjutnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mengakibatkan turunnya temperatur pada
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1733
ruang pendingin makanan serta dampak dari
turunnya temperatur pada ruang pendingin
makanan dan juga upaya yang dilakukan
untuk mengatasi turunnya temperatur pada
ruang pendingin makanan.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode fault tree
analysis yang merupakan satu dari teknik
yang paling sering digunakan dalam resiko
analisis adalah model pohon kesalahan.
Analisa pohon kesalahan (FTA) dapat
digunakan untuk mengidentifikasi subsistem
yang paling penting untuk pengoperasian
pada sebuah sistem yang telah diberikan atau
untuk menganalisa bagaimana kejadian tak
terkira. Fault tree analysis merupakan
metode analisa, dimana terdapat suatu
kejadian yang tidak diinginkan disebut
undersired event terjadi pada sistem, dan
yang ada untuk menemukan semua cara yang
mungkin terjadi yang mengarah pada
terjadinya undersired event tersebut.
Penelitian ini menggunakan dua sumber
data yakni data primer dan data sekunder.
Data primer yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data diperoleh secara langsung
dengan melakukan observasi atau mengamati
aktivitas-aktivitas tentang penyebab turunnya
temperatur pada ruang pendingin makanan
dan wawancara langsung dengan para
masinis MT. Bauhinia. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Engine Log Book.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Spesifikasi dari mesin pendingin makanan
di MT. Bauhinia yaitu:
Refrigeranting
machine:
DAIKIN
CONDENSING UNIT
Model No. RKS - 3F
Refrigerant: R - 22
Cooling
Methode: Cooling Is Direct
Expansion System
Defrost
Methode: Hot Gas Circuit By
Manually Controlled
Operation
method: Refrigerating machine
is operated
automatically by
thermostats in each
Ref. Provision
chamber
Safety device: Dual pressure switch
Compressor: Daikin 20582SE – F
High speed multi –
cylinder type
Condenser: Horizontal shell & bare
tubetype cooling
surface area 0.857 m2
Expantion
valve: TX2
Safety valve: OSV12B – 21 A
Oil separator: Vertical shell type with
automatic oil return
Sumber: Intruction manual book
Salah satu penunjang yang sangat vital
dan berhubungan dengan ketahanan bahan-
bahan makanan di atas kapal. Bahan makanan
itu harus tetap berkualitas meskipun dalam
penyimpanan yang lama. Bahan makanan itu
tidak banyak yang rusak atau busuk. Apabila
kebutuhan akan bahan makanan itu terpenuhi
berapa lama kita akan berlayar, kita tak perlu
khawatir akan kelaparan di atas kapal. Dan
juga bila makanan tercukupi, kita akan punya
tenaga dan kemampuan untuk tetap berkarya
dengan baik.
Agar bahan makanan tersebut tetap
berkualitas dalam penyimpanan, kita
memerlukan alat yang mendukungnya. Kita
perlu memiliki mesin pendingin makanan
yang memenuhi standar kerja. Untuk sayur
dan buah yang berkualitas, tentu sayur dan
buah tersebut masih segar, tidak layu atau
tidak susut dan rasanya tidak berubah. Untuk
daging dan ikan yang masih baik adalah tidak
lembek, tidak busuk dan saat disimpan dapat
membeku seluruhnya dan bila perlu sampai
mengkristal. Agar buah dan sayur tersebut
tetap baik, kita perlu suhu penyimpanan
antara 10oC sampai 12
oC, dan bila perlu
sampai 4oC, untuk penyimpanan daging dan
ikan kita perlu suhu kerja antara -12oC
sampai -18oC. Bila untuk mengkristalkannya
kita perlu suhu sampai -30oC. Sumber dari
uraian di atas sesuai dengan instruksi manual
book.
Analisis Penyebab Turunnya Temperatur pada Ruang Pendingin Makanan di MT. Bauhinia
Yulian Harjuansyaha, Abdi Seno
b, Okvita Wahyuni
c
1734
Agar mesin pendingin makanan dapat
bekerja memenuhi suhu yang disyaratkan
tersebut, perlu adanya perawatan yang baik
oleh masinis di atas kapal, perawatan itu
terdiri dari komponen utama dan komponen
pendukung antara lain: compressor,
condenser, fan, oil separator, dryer,
expantion valve, evaporator, sistem saluran
refrigerant dan sistem kontrol listriknya.
Alat-alat tersebut harus dirawat dengan
konsisten sesuai dengan instruction manual
book. Atau dengan memperhatikan setiap jam
jaga, bila ada kelainan segera diambil
tindakan untuk mencegah terjadinya
kerusakan fatal. Karena apabila sampai
terjadi kerusakan fatal akan merugikan bagi
seluruh awak kapal dan juga perusahaan.
Dengan kerusakan fatal akan mengakibatkan
jam kerja awak kapal harus ekstra dan biaya
produksi untuk operasional kapal dan
perawatan.
Manometer isap menunjukkan tekanan
2 kg/cm2 dan manometer tekan 10 kg/cm2.
Jumlah freon ½ dari gelas duga, jumlah
minyak lumas ¾ dari gelas duga. Suhu
daging – 6o C dan suhu ruangan sayur 16
o C,
Setelah dilakukan pengamatan 4 jam sekali
setiap pergantian jam jaga, ternyata level
freon berkurang. Hal itu dapat dilihat pada
gelas duga. Selanjutnya langkah yang diambil
KKM dan masinis jaga yaitu mematikan
mesin pendingin makanan tersebut. Setelah
mesin pendingin makanan mati KKM serta
masinis jaga dan crew mesin lainnya
mengecek kondisi mesin pendingin makanan
tersebut.
B. Analisis hasil penelitian
1. Faktor yang mengakibatkan turunnya
temperatur pada ruang pendingin
makanan.
Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan turunnya temperatur
pada ruang pendingin makanan
diantaranya adalah terjadinya
kebocoran freon dari pipa evaporator.
Terdapat bunga-bunga es pada pipa
evaporator. Masuknya minyak lumas
ke dalam sistem freon juga dapat
mempengaruhi turunnya temperatur
pada ruang pendingin makanan, hal ini
biasanya disebabkan karena terlalu
banyaknya minyak lumas di dalam
compressor, Dan juga kotornya oil
separator. Turunnya temperatur pada
ruang pendingin makanan juga
disebabkan karena kurang optimalnya
proses kondensasi yang disebabakan
karena condenser yang kotor dan juga
kurangnya kapasitas air pendingin pada
condenser.
2. Dampak dari turunnya temperatur pada
ruang pendingin makanan.
Dengan melakukan analisis
komponensial tehadap fokus, maka
pada tahap ini telah menemukan
karakteristik, perbedaan dan kesamaan
antar kategori, serta menemukan
hubungan antara satu kategori dengan
kategori lainnya. Dengan melakukan
observasi dengan melihat keadaan yang
terjadi setelah turunnya temperatur
pada ruang pendingin makanan, penulis
melihat dampak langsung yang terjadi
di atas kapal MT. Bauhinia yaitu
compressor jalan terus menerus,
temperatur pada manometer turun,
terjadi bunga-bunga es pada pipa
evaporator. Dalam hal ini mesin
pendingin akan berkurang
ketahanannya bahan dari komponen
mesin pendingin tersebut jika
beroperasi secara terus menerus
melebihi standar kerjanya.
3. Upaya mengatasi turunnya temperatur
pada ruang pendingin makanan.
Upaya yang dilakukan di atas kapal
terhadap turunnya temperatur pada
ruang pendingin makanan adalah
mematikan sementara refrigerant
machine, setelah itu melakukan
pembersihan pada condenser,
membersihkan oil separator,
melakukan pengelasan pada sistem pipa
yang bocor dan mengurangi jumlah
minyak lumas yang terlalu banyak di
dalam compressor.
C. Pembahasan masalah Untuk menganalisis turunnya
temperatur pada ruang pendingin
makanan, digunakan metode fault tree
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1735
analysis dan memerlukan suatu diagram
yang disebut dengan pohon kesalahan.
Permasalahan yang akan dijelaskan,
disusun dalam bagian yaitu turunnya
temperatur pada ruang pendingin makanan
sebagai top event, atau masalah utama
yang akan dijabarkan akan menghasilkan
intermediate event, basic event dan cut set.
1. Faktor-faktor yang mengakibatkan
turunnya temperatur pada ruang
pendingin makanan.
a. Top event
Dalam penelitian skripsi ini didapati
top event dari penyebab turunnya
temperatur pada ruang pendingin
makanan. Berikut adalah gambar
diagram pohon kesalahan dari
penyebab turunnya temperatur pada
ruang pendingin makanan, akan
dijelaskan pada setiap faktor-faktor
yang menyebabkan top event terjadi
freon.
Gambar 4.1
Penyebab turunnya temperatur
pada ruang pendingin makanan
Keterangan:
T: Penyebab turunnya temperatur pada
ruang pendingin makanan
G1: Masuknya minyak lumas ke dalam
sistem
P2: Teralu banyak minyak lumas di
dalam Compressor
P3: Kotornya oil separator
G2: Terdapat bunga es pada pipa-pipa
coil evaporator
P4: Banyaknya uap air yang berada
pada ruang pendingin
P5: Seringnya terbuka pintu ruang
pendingin
G3: Kurang optimalnya proses
kondensasi
P6: Kotornya condenser
P: Kurangnya kapasitas air pendingin
pada Condenser
P1: Terjadinya kebocoran freon pada
pipa evaporator
b. Basic event
1) Terlalu banyak minyak lumas di
dalam compressor
Dalam sistem mesin pendingin
makanan fungsi dari minyak lumas
adalah untuk melumasi bagian dari
komponen-komponen compressor.
Minyak lumas tersebut ditampung di
dalam karter (kotak engkol)
compressor. Bagian-bagian yang
dilumasi antara lain: bearing, poros
engsol, silinder liner dan bagian-
bagian lain yang saling bergesekan.
Agar minyak pelumas tersebut dapat
beredar ke bagian-bagian dan
menjaga agar komponen-komponen
pada compressor mempunyai
ketahanan yang lebih lama, pada
compressor dipasang pompa untuk
mengedarkan minyak lumas. Tetapi
pada kenyataan operasional kerja
mesin pendingin, minyak lumas
tersebut dapat juga menjadi
penyebab terjadinya turunnya
temperatur. Pada mesin pendingin
makanan. Hal ini terjadi apabila
penambahan minyak lumas yang
berlebihan, minyak lumas ikut
beredar ke dalam sistem freon. Bila
hal ini terjadi aliran freon dalam
sistem terganggu, karena minyak
lumas sangat beda karakteristiknya
dengan freon. Dengan ikut
beredarnya minyak lumas ke dalam
sistem freon akan mengganggu
proses pemindahan panas pada
proses penguapan di evaporator.
2) Kotornya oil separator
Faktor utama penyebab yang
paling dominan minyak lumas ikut
OR
T
P
1
G1
PP
OR
G3
P P
OR
G2
P4 P
OR
Analisis Penyebab Turunnya Temperatur pada Ruang Pendingin Makanan di MT. Bauhinia
Yulian Harjuansyaha, Abdi Seno
b, Okvita Wahyuni
c
1736
beredar bersama freon ke dalam
sistem adalah kotornya oil
separator. Oil separator berfungsi
untuk memisahkan bahan-bahan
padat dan kotoran yang ikut terbawa
di dalam minyak pelumas. Minyak
pelumas yang banyak mengandung
kotoran/ endapan padat akan
mempengaruhi di dalam proses
penyaringan, karena akan
mempercepat menutupi celah-celah
saringan, jika hal ini terus terjadi
maka minyak lumas dalam tabung
oil separator (pemisah minyak)
levelnya akan bertambah semakin
tinggi hingga mencapai saluran
freon. Apabila minyak lumas sudah
sampai pada saluran freon maka
minyak lumas akan ikut beredar ke
dalam sistem freon. Dengan adanya
minyak lumas yang ikut beredar
akan menyebabkan saluran pipa
kapiler akan menyempit, dan akan
tejadi gumpalan-gumpalan minyak
lumas. Hal inilah yang mengganggu
sirkulasi freon.
3) Banyaknya uap air yang berada pada
ruang pendingin
Banyaknya uap air yang berada
pada ruang pendingin berasal dari
uap bahan makanan yang
didinginkan karena bahan makanan
tersebut akan melepaskan panas dan
panas tersebut akan diserap oleh
pipa coil evaporator karena adanya
sirkulasi udara dingin setelah
melewati pipa coil evaporator di
dalam ruang dingin.
4) Seringnya terbuka pintu ruang
pendingin
Seringnya membuka tutup pintu
ruang pendingin dan membiarkan
pintu terbuka terlalu lama dapat
mengakibatkan udara luar masuk
dalam ruang dingin, yang mana
udara luar tersebut membawa
kandungan air yang menyebabkan
timbulnya bunga-bunga es pada pipa
coil evaporator.
5) Kotornya condenser
Kotornya condensor biasanya
disebabkan karena tertutupnya
lumpur dan kotoran pada pipa-pipa
condenser. yang menyebabkan
proses pemindahan panas dari freon
ke air pendingin terganggu, karena
luas permukaan pipa tertutup
kotoran. Buntunya pipa condenser
diakibatkan kurang terawatnya
condenser atau karena masuk
perairan dangkal seperti masuk
sungai. Oleh sebab itu perlu
dilakukan pembersihan secara
berkala terhadap condenser tersebut.
6) Kurangnya kapasitas air pendingin
pada condenser
Untuk mencairkan freon hasil
kerja dari compressor, maka freon
dalam keadaan gas harus dikonden-
sasikan. Supaya mendapatkan freon
cair bertekanan tinggi. Agar proses
kondensasi dapat maksimal, hal
yang harus terpenuhi adalah
kapasitas dari air pendinginnya.
Apabila proses kondensasinya
terganggu juga akan sangat ber-
pengaruh sekali pada suhu ruang
pendingin makanan tersebut. Oleh
sebab itu pengecekan terhadap
kapasitas air pendingin harus
dilakukan secara rutin, dengan
memperhatikan banyak sedikitnya
air pendingin yang masuk di dalam
condenser.
7) Terjadi kebocoran freon pada pipa
evaporator
Kebocoran freon pada pipa bisa
terjadi kapanpun tanpa diduga. Hal
ini disebabkan karena karena kondisi
pipa yang sudah keropos dan tipis.
Kebocoran freon pada pipa
menyebabkan mesin pendingin tidak
dapat bekerja dengan baik. Karena
jumlah kapasitas freon yang
berkurang dan tidak sesuai dengan
kodisi normalnya. Jika terjadi
kebocoran freon pada pipa, pada
sistem akan mengakibatkan turunnya
temperatur pada ruang pendingin
makanan.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1737
2. Dampak yang terjadi apabila turunnya
temperatur pada ruang pendingin
makanan
a. Compressor jalan terus menerus
Fungsi compressor pada mesin
pendingin makanan adalah bekerja
sebagai pompa untuk
mengsirkulasikan freon dalam siklus
pendinginan dengan tujuan
mempertahankan temperatur dingin
dalam ruangan dan untuk mencapai
ini compressor bisa jadi akan
bekerja secara auto stop. Namun
apabila compressor bekerja secara
terus menerus bisa jadi disebabkan
karena bahan pendingin freon tidak
cukup untuk mendinginkan freon
dari evaporator. Jika hal ini terus
dibiarkan maka compressor mesin
pendingin akan mengalami
kerusakan, karena jam kerjanya
melebihi batas normalnya. Dan akan
mengakibatkan ketahanan dari
komponen compressor tersebut akan
berkurang, karena melebihi standar
kerjanya.
b. Banyaknya bunga es pada pipa-pipa
evaporator
Banyaknya bunga es pada pipa-
pipa evaporator biasanya disebab-
kan karena kurangnya freon, Hal ini
juga bisa disebabkan juga karena
faktor dari dalam sistem dan faktor
dari luar sistem. Faktor dari dalam
dipengaruhi oleh tingkat kelembaban
udara yang akan mempengaruhi
kandungan air di dalam udara
tersebut, dan juga berasal dari uap
bahan makanan yang didinginkan
karena bahan makanan tersebut akan
melepaskan panas dan panas
tersebut akan diserap oleh pipa coil
evaporator. Jadi banyak sedikitnya
jumlah bahan makanan yang
disimpan di ruangan pendingin juga
mempengaruhi pembentukan bunga
es tersebut. Jika lapisan bunga es
tersebut makin menebal maka akan
dapat mengakibatkan terganggunya
proses penyerapan panas oleh freon
di dalam pipa coil evaporator.
Akibatnya persedian makanan di
atas banyak yang membusuk dan
tidak tahan lama. Hal ini dapat
mengganggu kesejahteraan dan
kesehatan bagi seluruh awak kapal
di atas kapal.
c. Indikator temperatur pada ruang
pendingin makanan turun
Akibat dari kurangnya freon di
dalam sistem maka temperatur pada
ruang pendingin makanan juga akan
turun, oleh sebab itu level freon di
dalam sistem harus sesuai dengan
batas normalnya. Agar temperatur
pada ruang pendingin makanan tetap
normal. Namun jika temperaturnya
tidak normal maka akan
mempengaruhi ketahanan bahan
makanan di atas kapal, dan apabila
ini terus dibiarkan maka persediaan
makanan diatas kapal akan
terganggu. Dan akibatnya persedian
makanan di atas kapal banyak yang
membusuk dan layu.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
turunnya temperatur pada ruang
pendingin makanan
a. Upaya untuk mengatasi kurang
optimalnya proses kondensasi
Apabila temperatur pada ruang
pendingin makanan turun. Bisa jadi
disebabkan karena proses
kondensasi tidak bekerja dengan
baik. ini dikarenakan condensor
yang kotor. Tindakan yang harus
dilakukan adalah membersihkan
condenser tersebut.
Langkah-langkah membersihkannya
yaitu dengan:
1) Mematikan compressor secara
otomatis, dengan melakukan
pumping down;
2) Mematikan pompa air pendingin
untuk kondensasi;
3) Menutup katup masuk dan
keluarnya air pendingin yang
menuju dan dari condenser;
4) Membuka cover penutup
condenser;
Analisis Penyebab Turunnya Temperatur pada Ruang Pendingin Makanan di MT. Bauhinia
Yulian Harjuansyaha, Abdi Seno
b, Okvita Wahyuni
c
1738
5) Melakukan pembersihan conden-
ser dengan membersihkannya
pada setiap lubang yang dilalui
air pendingin dengan meng-
gunakan stik pembersih;
6) Mengganti dengan yang baru anti
korosif/ zink anode yang
terpasang pada cover-nya.
Apabila seluruh lubang pendingin
sudah dibersihkan semua maka
cover-nya dapat ditutup kembali.
Setelah cover-nya tertutup buka
katup-katup air pendingin yang
tertutup dan jalankan pompa air
pendinginnya. Setelah air pendingin
berjalan normal hidupkan
compressor secara otomatis, dengan
membuka katup (stop valve) yang
dipasang di bawah condenser.
b. Upaya mengatasi terdapat bunga-
bunga es pada pipa coil evaporator
Untuk mengatasi permasalahan
yang disebabkan oleh terdapatnya
bunga-bunga es pada pipa coil
evaporator adalah dengan
melakukan defrosting. Ada dua cara
defrosting yaitu dengan cara semi
otomatis dan otomatis.
1) Defrosting dengan menggunakan
cara semi otomatis
Semi automatic defrost adalah
mencairkan bunga-bunga es didalam
pipa coil evaporator dengan
menekan control defrost sehingga
hubungan listrik ke motor
compressor terputus mengakibatkan
elemen pemanas (heater defrost
evaporator) bekerja memanaskan
evaporator. Setelah bunga-bunga es
di pipa coil evaporator mencair
semuanya, suhu di coil evaporator
akan naik dan secara otomatis
kontak listrik di pengatur suhu
(thermostat) akan berhubungan lagi
dan compressor motor bekerja
mendinginkan kembali.
Jadi waktu bunga-bunga es di coil
evaporator telah menjadi tebal, kita
hanya perlu menekan tombol kontrol
pengatur defrost dan selanjutnya
akan terjadi kerja mencairkan
bunga-bunga es di coil evaporator.
Dengan menekan tombol control
defrost, elemen pemanas listrik
(heater) dialiri arus listrik.
Mengakibatkan di coil evaporator
bunga-bunga es dicairkan. Setelah
bunga-bunga es di coil evaporator
mencair semuanya, suhu coil
evaporator akan naik. Gas di dalam
pipa kapiler dari bulb pengatur
defrost akan bertambah tekanannya,
sehingga cukup kuat untuk
mendorong kontak listrik. Hubungan
listrik ke elemen pemanas listrik
terputus, compressor motor bekerja
mendinginkan ruang pendingin
kembali.
2) Defrosting secara otomatis
(automatic defrost)
Pada umumnya kapal-kapal
yang modern mesin pendingin
makanan dilengkapi dengan sistem
defrost secara otomatis. Mesin
pendingin semacam ini memang
pada bagian ruangan pendingin
makanan tidak akan terjadi bunga-
bunga es yang tebal, karena
mencairkan bunga-bunga es di
bagian coil evaporator dimulai dan
selesainya secara otomatis.
Automatic defrost adalah
mencairkan bunga-bunga es di
bagian coil evaporator secara
otomatis. Kita tidak perlu menekan
atau memutar tombol untuk
membuat defrost. Setelah
mencairkan bunga-bunga es di coil
evaporator selesai, proses
mendinginkan kembali berlangsung
akan terjadi dengan sendirinya
secara otomatis.
Biasanya defrost secara
otomatis menggunakan timer.
Defrost timer adalah untuk mengatur
jarak, waktu terjadinya pencairan
bunga-bunga es di coil evaporator
pada selang atau jarak waktu
tertentu. Defrost timer telah
direncanakan agar dalam waktu 24
jam terjadi 3 atau 4 kali membuat
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1739
defrost. Jadi dalam waktu 6 jam dari
lamanya compressor berjalan sekali
membuat defrost. Lama waktu
defrost antara 12 menit sampai
dengan 30 menit. Defrost timer ada
juga yang setelah semua bunga-
bunga es di coil evaporator mencair,
memerlukan waktu tunggu selama
1,5 menit sampai dengan 3 menit
sebelum compressor motor dan fan
motor dapat bekerja kembali. Waktu
tunggu tersebut maksudnya agar air
dari bunga-bunga es yang mencair di
bagian coil evaporator mempunyai
kesempatan untuk mengalir keluar
dari dalam cabinet ruangan
pendingin.
c. Upaya mengatasi terlalu banyak
minyak lumas dalam compressor
crankcase
Untuk mengatasi permasalahan yang
disebabkan oleh terlalu banyaknya
minyak lumas adalah dengan
mengurangi jumlah minyak yang ada
dalam karter.
IV. KESIMPULAN
Dari uraian dan bahasan yang telah
diuraikan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor yang menyebabkan
turunnya temperatur pada ruang pendingin
makanan yaitu terjadinya kebocoran freon
pada pipa coil evaporator, terlalu banyak
minyak lumas di dalam compressor, kotornya
oil separator, banyaknya uap air yang berada
pada ruang pendingin, seringnya terbuka
pintu ruang pendingin, kotornya condenser
dan juga kurangnya kapasitas air pendingin
pada condenser.
Terdapat dampak yang terjadi akibat
turunnya temperatur pada ruang pendingin
makanan yaitu turunnya temperatur pada
indikator ruang pendingin, munculnya bunga-
bunga es pada pipa coil evaporator yang
disebabkan karena kurangnya freon pada
sistem. Serta kerja compressor yang berjalan
terus menerus.
Adapun upaya yang dilakukan adalah
melakukan perawatan pada komponen-
komponen mesin pendingin tersebut secara
rutin sesuai dengan instruction manual book.
DAFTAR PUSTAKA
A.R. Trott. 2008. Refrigeration and Air
Conditioning. USA
G. F. Hundy. 2016. dkk, Refrigerator, Air
Conditioning and Heat Pumps. USA
Kristiansen. 2005. Metode Fault Tree
Analysis. Indonesia
Kuo, Chengi. 2007. Kelebihan dan
Kekurangan Fault Tree Analysis.
Indonesia
Moleong, Lexy J. 2015. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Manual book. 1997. Daikin Condensing Unit.
Japan
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Bisnis.
Jakarta: ALFABETA
Tim Penyusun Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang. 2016. Panduan
penyusunan skripsi Diploma IV.
Semarang
Widoyoko, Eko P. 2012. Teknik Penyusunan
Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
1740
PENGARUH KEDISIPLINAN TERHADAP
KEPUASAN KERJA PEGAWAI
(STUDI PEGAWAI POLITEKNIK ILMU PELAYARAN SEMARANG)
Janny Adriani Djaria, Firdaus Sitepu
b
a dan bDosen Program Studi Nautika PIP Semarang
ABSTRACT
The purpose of this study to examine the effect discipline by job satisfaction of employees
in Seamanship Polytechnic Semarang. Under these conditions, this study took the title "The
Effect of Discipline Against by Employee Job Satisfaction (Study of Employee Seamanship
Polytechnic Semarang)"
In this study took the population in this study were employees of the Polytechnic Semarang
Seamanship, amounting to 218 persons. Sampling with random sampling technique that
randomly sampling 142 respondents.
Based on the research that has been done it is known discipline effect on job satisfaction.
Keywords: influence of discipline, employee discipline, job satisfaction
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya untuk mencapai kepuasan
pegawai diantaranya dengan memperhatikan
kedisiplinan kerja pegawai. Kedisiplinan
adalah setiap perseorangan dan juga
kelompok yang menjamin adanya kepatuhan
terhadap perintah dan berinisiatif untuk
melakukan suatu tindakan yang diperlukan
seandainya tidak ada perintah (Heidjrachman
dan Husnan, 2002). Sikap mental pegawai
perlu dibina secara terus menerus, karena
dengan tumbuh kembangnya sikap mental
disiplin akan sangat membantu organisasi /
perusahaan dalam pencapaian tujuan yang
maksimal. Kedisiplinan pegawai dapat
terwujud apabila peraturan-peraturan
perusahaan yang ada tidak terlalu mengekang
gerak dan langkah pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya. Pegawai yang
mampu mendisiplinkan diri dalam bekerja
akan memberikan manfaat kepada dirinya
sendiri disamping organisasi / perusahaan.
Mereka akan aman dalam bekerja, kebutuhan
terpenuhi, tercapainya standar dan target
organisasi / perusahaan, suasana kerja yang
harmonis, nyaman, kesejahteraan tercapai
dan tujuan organisasi / perusahaan tercapai
tanpa adanya masalah.
Dengan kedisiplinan yang tinggi akan
menimbulkan kepuasan kerja pegawai.
Kepuasan kerja menguraikan suatu hal positif
yang dirasakan di sekitar pekerjaan, sebagai
hasil suatu evaluasi tentang karakteristik
pekerjaan. Seseorang dengan kepuasan kerja
yang lebih tinggi akan merasakan hal yang
positif di sekitar pekerjaannya, seorang yang
tidak puas akan merasakan hal yang negatif
(Robbins, 2006). Kepuasan kerja mempunyai
peran penting dalam mendukung komitmen
organisasional karyawan serta dapat
merangsang semangat kerja. Walaupun suatu
hubungan kuat antara kepuasan dan
komitmen organisasional telah ditemukan,
riset terakhir memberi lebih dalam
mendukung kepada gagasan dimana
kepuasan penyebab komitmen organsiasional.
Kajian penelitian mengenai pengaruh
kedisiplinan terhadap kepuasan kerja pegawai
akan dilakukan pada pegawai di Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang. Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang adalah salah satu
Lembaga Pendidikan Maritim negeri dibawah
naungan Kementerian Perhubungan dan satu-
satunya yang berada di Jawa Tengah, yang
berlokasi di Jalan Singosari 2A Semarang
dengan tugas pokok membina dan mencetak
lulusan perwira-perwira kapal niaga, baik
kapal-kapal milik negara maupun kapal-kapal
swasta.
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1741
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
menunjukkan permasalahan penelitian, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana pengaruh kedisiplinan terhadap
kepuasan kerja di Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang ?”. Agar pembahasan masalah
dalam penelitian lebih jelas, maka perlu
adanya perumusan masalah secara sistematis
sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh
kedisiplinan terhadap kepuasan kerja
Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
?”
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari luasnya ruang
lingkup materi yang dibahas, maka penulis
memberikan batasan masalah pada pengaruh
kedisiplinan terhadap kepuasan kerja pegawai
di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
“Untuk menguji dan menganalisis pengaruh
kedisiplinan terhadap kepuasan kerja
Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang”
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumbangan pengetahuan dan
bahan pertimbangan bagi pihak lain yang
membutuhkan, bila ingin mempelajari
masalah-masalah yang ada hubungannya
dengan pengaruh kedisiplinan terhadap
kepuasan kerja pegawai.
2. Manfaat Manajerial
Merupakan masukan yang dapat
dipertimbangkan oleh pimpinan dalam
menentukan kebijaksanaan khususnya di
bidang personalia tentang kedisiplinan,
dan kepuasan kerja pegawai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengembangan Hipotesis
H : Kedisiplinan berpengaruh terhadap
kepuasan kerja.
2. Kerangka Pemikiran Teoritis
Keadaan yang ideal dalam perusahaan
adalah apabila perusahaan memperoleh
manfaat yang maksimal dari para
karyawannya dalam pencapaian tujuan
perusahaan, demikian juga para karyawan
dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
peranannya. Beberapa upaya untuk
mencapai keadaan tersebut dengan
kedisiplinan yang tinggi maka akan
menciptakan kepuasan kerja pegawai yang
tinggi terhadap instansi kerja. Berdasarkan
uraian tersebut di atas maka dapat disusun
kerangka teoritis sebagai berikut:
Gambar Kerangka Model Penelitian
II. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi menurut Sutrisno Hadi (2001)
adalah sekumpulan dari seluruh elemen-
elemen yang dalam hal ini diartikan sebagai
obyek penelitian. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah dosen dan keryawan
Politeknik Ilmu Pelyaran Semarang yang
berjumlah 218 orang.
B. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang akan diteliti (Sutrisno Hadi,
2001). Sampel dalam penelitian ini adalah
pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang. Pengambilan sampel dengan
teknik random sampling yang merupakan
teknik pengambilan sampel secara acak.
Untuk penentuan jumlah sampel
berdasarkan pendapat Umar (2002) yang
menyatakan jumlah sampel minimal 30
pada kebanyakan penelitian sudah terwakili.
Oleh sebab itu penentuan jumlah sampel
digunakan rumus slovin diperoleh 142
responden.
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data
primer. Data primer merupakan data yang
bersumber dari tangan pertama, data yang
diambil menggunakan cara kuesioner.
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan
Kedisiplinan
(X)
Kepuasan Kerja
(Y)
Pengaruh Kedisiplinan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Studi Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang)
Janny Adriani Djaria, Firdaus Sitepu
b
1742
yang dipakai sebagai pedoman untuk
mengadakan tanya jawab dengan responden
mengenai pengaruh kedisiplinan terhadap
kepuasan kerja pegawai di Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang.
D. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk
mengukur valid tidaknya suatu indikator
yang berbentuk kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
mampu untuk mengungkapkan suatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Dalam penelitian ini, uji validitas
menggunakan analisis faktor yaitu dengan
menguji apakah butir-butir indikator atau
kuesioner yang digunakan dapat
mengkonfirmasikan sebuah faktor atau
konstruk. Jika masing-masing pertanyaan
merupakan indikator pengukur maka
memiliki KMO diatas 0,5 dan memiliki
nilai kriteria loading faktor pengujian
sebagai berikut (Singgih Santoso, 2000):
- Loading faktor > rule of tumb (0,4)
berarti valid
- Loading faktor < rule of tumb (0,4)
berarti tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Suatu alat ukur instrumen disebut
reliabel, jika alat tersebut dalam mengukur
segala sesuatu pada waktu berlainan,
menunjukkan hasil yang relatif sama.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan koefisien Alpha Cronbach
menggunakan SPSS For Windows
(Singgih Santoso, 2000 ) dengan kriteria:
- Bila nilai alpha > 0,6 maka instrumen
reliabel
- Bila nilai alpha < 0,6 maka instrumen
tidak reliabel
E. Analisis Regresi Berganda
Suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui persamaan regresi yang
menunjukkan persamaan antara variabel
dependent dan variabel independent dengan
rumus sebagai berikut:
Y = a + X + e (1)
Keterangan:
a = Konstanta
= Koefisien regresi
Y = Kepuasan Kerja
e = Error
X = Kedisiplinan
F. Uji Model
Uji model data dalam penelitian ini
menggunakan:
Koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui besarnya persentase goodness of
fit dari variabel independent terhadap variabel
dependent (Singgih Santoso, 2000).
G. Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji t dengan
model regresi linier berganda yaitu untuk
mengidentifikasi pengaruh kedisiplinan
terhadap kepuasan kerja pegawai pada
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang dengan
menggunakan SPSS (Singgih Santoso, 2000).
Adapun kriteria hipotesis diterima bila taraf
signifikan () < 0,05
.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Regresi Berganda
Tabel Hasil Regresi Pengaruh Kedisiplinan (X) Terhadap Kepuasan Kerja (Y)
No Hubungan Variabel Model Regresi
R2
Sig. β t Sig. Ket
1 Kedisiplinan
terhadap kepuasan
kerja
0,422 0,000 0,138 2,141 0,000 Pengaruh
Positif
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1743
Dilihat dari tabel di atas dihasilkan
persamaan regresi sebagai berikut : Y =
0,138 X. Berdasarkan persamaan di atas
terlihat bahwa kedisiplinan mempunyai
pengaruh positif terhadap kepuasan kerja
dengan nilai koefisien regresi kedisiplinan =
0,138.
Hasil koefisien determinasi diperoleh
angka koefisien Adjusted R Square sebesar
0,422. Hal ini berarti bahwa kepuasan kerja
sebesar 42,2% dapat dijelaskan oleh
karakteristik pekerjaan dan kedisiplinan
sedangkan sisanya 57,8% dijelaskan oleh
sebab-sebab yang lain di luar variabel
karakteristik pekerjaan dan kedisiplinan.
B. Pengujian Hipotesis
Pengaruh kedisiplinan terhadap
kepuasan kerja dapat disajikan dalam tabel
di atas:
Kedisiplinan (X) menghasilkan t hitung 2,141
dan tingkat signifikan 0,034 < 0,05 sehingga
secara parsial (individu) terdapat pengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
(Y). Dengan demikian hipotesis (H)
“Kedisiplinan berpengaruh terhadap
kepuasan kerja” dapat diterima.
C. Pembahasan Penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh kedisiplinan terhadap
kepuasan kerja pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang adalah sebagai berikut :
Kedisiplinan (X) menghasilkan t hitung 2,141
dan tingkat signifikan 0,034 < 0,05 sehingga
secara parsial (individu) terdapat pengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
(Y1). Dengan demikian hipotesis (H)
“Kedisiplinan berpengaruh terhadap
kepuasan kerja” dapat diterima.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Siti Surasri dan Sunarti (2008)
menghasilkan kedisiplinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja. Pegawai akan bisa menerima tindakan
pendisiplinan bila pendisiplinan tersebut
terasa adil dan beralasan serta diterapkan
secara konsisten dan berlaku sama untuk
semua orang. Hal tersebut akan dapat
menciptakan kepuasan kerja pegawai.
D. Implementasi Manajerial
Berdasarkan dari hasil penelitian
mengenai pengaruh kedisiplinan terhadap
kepuasan kerja pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang, maka dapat
ditindaklanjuti oleh pihak manajemen
melalui indikator-indikatornya antara lain
sebagai berikut :
Kedisiplinan juga mempunyai pengaruh
terhadap kepuasan kerja oleh sebab itu pihak
kepegawaian Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang juga perlu meningkatkan lagi
faktor kedisiplinan dengan melihat indikator
yang masih kurang menurut jawaban
responden yaitu pegawai kurang memelihara
barang-barang milik negara dengan baik serta
pegawai sering meninggalkan pekerjaan
pada jam bekerja.
V. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data mengenai
pengaruh kedisiplinan terhadap kepuasan
kerja pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Kedisiplinan berpengaruh terhadap
kepuasan kerja;
b. Kedisiplinan pekerjaan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja;
c. Kedisiplinan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan;
d. Kedisiplinan berpengaruh terhadap
absensi kehadiran.
2. Implikasi
Berdasarkan dari hasil penelitian
mengenai pengaruh kedisiplinan terhadap
kepuasan kerja pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang, maka dapat ditindak
lanjuti oleh pihak manajemen melalui
indikator-indikatornya antara lain sebagai
berikut:
Kedisiplinan juga mempunyai pengaruh
terhadap kepuasan kerja oleh sebab itu pihak
kepegawaian Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang juga perlu meningkatkan lagi
faktor kedisiplinan dengan melihat indikator
yang masih kurang menurut jawaban
responden yaitu:
Pengaruh Kedisiplinan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Studi Pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang)
Janny Adriani Djaria, Firdaus Sitepu
b
1744
a. Pegawai kurang memelihara barang-barang
milik negara dengan baik.
b. Pegawai sering meninggalkan pekerjaan
pada jam bekerja.
c. Pegawai sering terlambat dalam kehadiran
masuk kerja.
d. Pegawai kurang kesadaran dalam membuat
sasaran kinerja pegawai.
3. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang terdapat pada
penelitian ini antara lain :
a. Hasil koefisien determinasi diperoleh
angka koefisien Adjusted R Square
sebesar 0,422. Hal ini berarti bahwa
kepuasan kerja sebesar 42,2% dapat
dijelaskan oleh karakteristik pekerjaan
dan kedisiplinan sedangkan sisanya
57,8% dijelaskan oleh sebab-sebab
yang lain di luar variabel kedisiplinan seperti kepemimpinan, kompensasi dan
promosi jabatan. b. Sampel dapat ditambah tidak hanya
142 responden saja.
4. Rekomendasi
Berdasarkan dari hasil penelitian
mengenai pengaruh kedisiplinan terhadap
kepuasan kerja pegawai Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang, maka dapat
dikemukakan beberapa saran:
a. Variabel kedisiplinan mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan kerja
pegawai Politeknik Ilmu Pelayaran
Semarang, oleh sebab itu pihak
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
perlu meningkatkan lagi kedisiplinan
pegawai dengan memperbaiki indikator
dilihat dari jawaban responden yang
masih rendah antara lain pegawai bekerja
lebih diutamakan untuk kepentingan
negara dari pada kepentingan sendiri,
seseorang atau golongan. Pegawai untuk
menggunakan dan memelihara barang-
barang milik negara dengan baik serta
peningkatan kejujuran pada pegawai atas
tugas yang dikerjakannya.
b. Memasukkan variabel-variabel lain yang
mempengaruhi kepuasan kerja selain
variabel di atas seperti kompensasi,
kepemimpinan dan lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Anjani. 2006. Pengaruh Motivasi dan
Kedisiplinan Terhadap Kinerja
Karyawan Melalui Komitmen
Organisasi Sebagai Variabel
Mediasi (Studi Kasus Pada PT.
Tanjung Pinang Lampung), Jurnal
Telaah Manajemen Vol. 2 Edisi 4
Tahun 2006
Aranya, N dan K. Ferris. 1993. Role of
Leadership in The Employee With
Dralwal Process: A Constructive
Replication, Journal of Applied
Psychology, 70, 777 – 781
Chan, Su-Chao, Ming-Shing Lee. 2006.
Relationship Among Personality
Traits, Job Characteristics, Job
Satisfaction and Organizational
Commitement, An Empirical Studi
in Taiwan, Journal The Business
Ebura, Victor Obule, et al. 2012. Influence
of Staff Discipline and Attitude To
Work On Job Satisfaction Lecturers
in Tertiary Institutions in Cross
River State, Journal Public Policy
and Administration Research, Vol 2
No. 3, 2012
Hadi, Sutrisno. 2001. Metode Penelitian
Riset. Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fakultas Biologi UGM
Handoko, T. Hani. 1998. Manajemen
Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Edisi 2. Yogyakarta :
BPFE
Heidjrachman dan Husnan. 2002.
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bima Aksara
Luthan, Fred. 1995. Organizational
Behavior. Seventh Edition. New
Jersey: Prentice Hall
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 7 No. 2 Edisi Mei 2017
1745
Merriyanti. 2001. Hubungan Mutu Interaksi
Atasan Bawahan Terhadap Intensi
Turover. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi, Universitas Gadjah
Mada
Pestari, Puji. 2009. Pengaruh Motivasi dan
Disiplin Kerja Terhadap Kepuasan
Kerja di Kantor Dinas Pendidikan
Jawa Timur, Jurnal Manajemen
SDM Vol. XIII Edisi 1 Tahun 2009
Prabu, Anwar. 2000. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Offset
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS
Statistik Parametrik. Edisi Pertama.
Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo
Sari, Indah Pratita. 2008. Analisis Pengaruh
Pengembangan Karir, Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja Pagawai
Dengan Mediasi Komitmen
Organisasional, Jurnal Manajemen
SDM Vol. XI Edisi 2 Tahun 2008
Setyawan, Didik. 2009. Pengaruh Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Dengan Komitmen Organisasional
Sebagai Variabel Intervening dan
Pengaruh Etika Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Kasus
Pada Badan Rumah Sakit Umum
Daerah Sukoharjo), Jurnal
Manajemen Vol. 1 Edisi 2 Tahun
2009
Staw B.M. 1991. Psychology Dimensions of
Organizational Behavior. New
York: Oxford, Macmillan
Publishing Company, Inc
Stepen, Robbins. 2006. Perilaku
Organisasi, Konsep, Kontroversi
dan Aplikasi. Edisi Bahasa
Indonesia Jilid I. Jakarta:
Prenhallindo
Supranto, J. 1997. Pengukuran Tingkat
Kepuasan. Jakarta: Erlangga
William S.J & Hazer J.W. 1996. Personnel
Management ad Human Recourse.
Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha,
Ltd
PEDOMAN PENULISAN
ARTIKEL JURNAL DINAMIKA BAHARI
1. Artikel harus asli, hasil karya sendiri, belum pernah dimuat di media lain, dan tidak sedang proses
pertimbangan untuk dimuat di media lain.
2. Tema artikel berisi hasil penelitian atau gagasan pemikiran (konseptual) tentang keselamatan
maritim, kajian dan rekayasa ilmu maritim, pendidikan dan pelatihan kemaritiman.
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris pada kertas ukuran A4, dengan format 2
kolom (kecuali abstrak), spasi tunggal, menggunakan font Times New Roman ukuran 12pt
(kecuali judul, font 14pt).
4. Susunan artikel hasil penelitian:
a. Judul (huruf kapital, bold, font 14);
b. Nama penulis (maksimal 3 orang);
c. Jabatan dan institusi penulis;
d. Abstrak (dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, memuat informasi tentang tujuan,
metode dan kesimpulan, maksimal 150 kata, satu kolom, spasi tunggal, italic);
e. Kata kunci (3-5 kata kunci, diambil dari judul atau abstrak);
f. Pendahuluan (berisi latar belakang masalah, tinjauan pustaka/landasan teori, dan
masalah/tujuan penelitian, maksimal 30% dari artikel);
g. Metode penelitian (berisi jenis/pendekatan penelitian, subjek/populasi/sampel, metode
pengumpulan dan analisis data);
h. Hasil dan pembahasan;
i. Simpulan dan saran;
j. Daftar pustaka (hanya berisi pustaka yang dirujuk atau dikutip).
5. Perujukan/pustaka menggunakan sistem perujukan langsung, diletakkan dalam kurung, dengan
menyertakan nama belakang pengarang, tahun publikasi, dan halaman, contoh : Yusuf (2008:25)
atau (Yusuf, 2008:25). Dalam hal perujukan ganda atau lebih sumber ditulis secara berurutan
berdasarkan tahun terbit yang lebih awal, dengan menggunakan tanda semicolom [;] sebagai
pemisah antar pengarang, contoh : (Yusuf, 2000:25; Formen, 2001:27; Muhammad, 2002:24)
6. Daftar pustaka disusun berdasarkan nama akhir penulis. Nama depan dan tengah penulis disingkat
(menggunakan inisial, contoh : Amin Yusuf, ditulis Yusuf, A. ), dan dengan menyertakan
informasi tahun terbit, judul publikasi (dicetak miring), kota tempat penerbit dan nama penerbit.
Sumber berupa jurnal mencantumkan nama penulis, tahun terbit, judul artikel, nama jurnal,
volume (bila ada) edisi, dan halaman. Bila sumber tersebut berupa berasal dari sumber internet,
disertakan alamat url dan tanggal akses.
Contoh :
a. Buku
Abdillah. 2005. Pergaulan Multikultural. Semarang: Sinar Publishing
Foucault, M. 1972. The Archaeology Of Knowledge. London: Tavistock
b. Artikel Jurnal
Alanen, L. (1988). Rethinking Childhood. Acta Sociologica. 31(1). 53-67
c. Sumber elektronik/internet
Stone, J.E (1996). Developmentalism an Obsecure but Pervasive Restriction of Educational
Improvement. Educational Policy Analysis Archives. 4. 1-32. Diakses tanggal 18 Oktober
2007 dari http://epaa.asu.edu/epaa/v4n8.html
7. Artikel dikirim dalam bentuk hardcopy dan softcopy ke alamat redaksi : Pusat Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, PIP Semarang, Jl. Singosari 2A Semarang 50242 Telp. (024)
8311527, Fax: (024) 8311529, email: [email protected] paling lambat 2 bulan sebelum
penerbitan.
8. Penulis akan diberikan bukti berupa 1 (satu) eksemplar jurnal (hardcopy) yang memuat artikel
penulis tersebut.