BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangOrtopedi adalah cabang ilmu
bedah yang fokus pada kondisi-kondisi yang melibatkan sistem
muskuloskeletal. Traumatologi adalah cabang dari ilmu kedokteran
yang mempelajari tentang Iuka dan cedera karena kecelakaan atau
kekerasan terhadap seseorang. Ada yang menyebut traumatologi
sebagai sub-bagian dari ortopedi.1Pada saat ini bedah oropedi
modern bertanggung jawab untuk menangani/ mengeola diagnosis dan
penatalaksanaan penyakit/ kelainan ortopei serta trauma
musculoskeletal. Ruang lingkup bedah ortopedi tidak hanya terbatas
pada tullang dan sendi, tapi juga pada struktur-struktur yang
melekat pada tulang dan sendi, termasuk di dalamnya otot, tendo,
ligamentum, bursa, sinovia, saraf, dan kadang-kadang pembuluh
darah. Dalam hal ini tidak termasuk trauma pada kepala yang
merupakan wewenang Ahli Bedah Saraf, dan trauma pada mandibula/
maksila yang merupakan bagian dari Ahli Bedah Plastik dan
Rekonstruksi serta Ali Bedah Gigi dan Mulut.2Penegakkan diagnosis
dalam ranah ortopedi dan traumatologi memerlukan berbagai macam
pemeriksaan, dimulai dari anamnesis kronologis kejadian,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan
ortopedi dan traumatologi mempunyai kekhususan-kekhususan dari
bidang bedah lainnya. 1.2 Rumusan MasalahBagaimana melalukan
pemeriksaan pada ortopedi dan traumatologi?
1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan laporan kasus ini adalah:1.
Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis pemeriksaan ortopedi dan
traumatologi.2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran dalam hal
pemeriksaan ortopedi dan traumatologi.3. Untuk mengetahui gambaran
klinis dan diagnosis pada pasien ortopedi dan traumatologi.1.4
Manfaat PenulisanBeberapa manfaat yang didapat dari penulisan paper
ini adalah:1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis pemeriksaan
ortopedi dan traumatologi.2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran
dalam hal pemeriksaan ortopedi dan traumatologi.
BAB 2PEMERIKSAAN ORTHOPAEDIC2.1 AnamnesisA. Keluhan UtamaAda
tiga keluhan utama yang sering dikeluhkan penderita yang mengalami
gangguan muskuloskeletal dibidang ortopedi yaitu :
1. Deskripsi Nyeri -> PQRST- Position -> dapat menentukan
posisi dan lokasi nyeri- Quality -> adalah derajat kualitas
nyeri seperti rasa menusuk, panas, danlain-lain- Radiation ->
penjalaran nyeri- Severity -> tingkat beratnya nyeri (sering
dihubungkan dengan gangguan Activity Daily Living (ADL)- Timing
-> kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam, waktu istirahat,
dan lain-lain
2. Perubahan bentuk (Deformitas)- Bengkak -> biasanya karena
radang, tumor, pasca trauma, dan lain-lain- Bengkok -> misanya
pada- Varus : bengkok keluar- Valgus : bengkok kedalam seperti kaki
X- Pendek : dapat dibandingkan dengan kontralateral yang normal3.
Gangguan Fungsi (Disfungsi) Penurunan / hilangnya fungsi- Afungsi (
Tak bisa digerakkan sama sekali)- Kaku (stiffnesss)- Cacat
(disability)- Gerakan tak stabil (instability)
B. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat trauma sebelumnyab. Riwayat
infeksi tulang dan sendi seperti osteomielitis / arthritisc.
Riwayat pembengkakan / tumor yang dideritad. Riwayat kelainan
kongenital muskuloskeletal seperti CTEVe. Riwayat penyakit penyakit
diturunkan seperti skoliosis, dan lain-lain
2.2 Pemeriksaan Fisik Umum Dan Cara Berjalan Normal
1. Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital- Keadaan umum tampak
sehat, sakit, sakit berat- Tanda tanda vital seperti tekanan darah,
frekuensi nadi, nafas, dan temperature
2. Bentuk dan penampilan tubuh sewaktu datanga. Bentuk tubuh
Normal Athletic Cebol Bongkok Miringb. Cara penderita datang
Normal- Pincang- Digendong
3. Cara berjalan penderita yang normal dan kelainan cara
berjalan- fase jalan normal :1. Meletakkan tumit Heel strike2. Fase
menapak Stance Phase3. Ujung jari bertumpu Toe Off4. Mengayun
langkah Swing Phase
Kelainan Cara Berjalan1. Antalgic gait (anti = against, algic =
pain). = Nyeri waktu menapak sehingga langkah memendek2.
Tredelenberg gait (paralise n. ischiadicus)3. Stepage gait (langkah
pendek-pendek)
Antalgic gait & steppage gait
Tredelenberg gait4. Pemeriksaan tonus otot Tonus otot diperiksa
biasanya pada otot-otot ekstremitas dimana posisi ekstremitas
tersebut harus posisi relaksasi. Pemeriksaan dengan cara perabaan
dan dibandingkan dengan otot pada sisilateral tubuh penderita, atau
otot lainnya. Dapat juga dibandingkan dengan otot pemeriksa yang
tonusnya normal Yang paling sering adalah memeriksa tonus otot otot
femur pada lesi medulaspinalis Tonus otot bisa:- Eutonus tonus
normal- Hipertonus tonus meninggi- Hipotonus tonus melemah5.
Pemeriksaan atrofi ototOtot atrofi atau tidak dapat dinilai dengan
cara:- Membandingkan dengan ukuran otot pada sisi lateralnya-
Mengukur lingkaran anggota yang atropi dan dibandingkan dengan
anggota sebelahnya
2.2 Pemeriksaan Fisik Regional Pada Kelainan Orthopedi
PEMERIKSAANN PALPASI :- Suhu dibandingkan dengan anggota gerak
kontralateral- Nadi / pulsasi terutama pada tumor- Nadi distal
(trauma pada fraktur)- Nyeri nyeri tekan & nyeri sumbu terutama
pada fraktur- Krepitasi fraktur klavikula, OA sendi- Fungsi saraf
sensorik, motorik, dan refleks
PEMERIKSAAN SENDI- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk,
ukuran, tanda radang, dan lain-lain- Adanya nyeri tekan, nyeri
gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain- Nilai Range of Motion (ROM)
secara aktif atau pasif- Adanya bunyi klik, krepitasi- Adanya
kontraktur sendi
A. Pemeriksaan Leher1. InspeksiSuruh penderita duduk atau
berdiri dengan posisi relaks. Pemeriksa memperhatikan dari arah
depan, samping dan belakang.
Dari inspeksi akan terlihat :- Leher normal sama kiri dan kanan-
Lordosis hebat jika leher lebih ante fleksi- Miring seperti pada
tortikolis
2. Palpasi meraba kalau ada tonjolan tulang abnormal
3. Pemeriksaan gerakan leher
B. Pemeriksaan Bahu1. Inspeksi simetris atau tidak
2. Palpasi bahu
Forward Fleksi N : 0 165 Backward ekstensi N : 0 60
C. Pemeriksaan siku1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Pergerakan :
D. Pemeriksaan gerakan pergelangan tangan1. Inspeksi
2. Palpasi3. Pergerakan
E. Pemeriksaan gerakan punggung1. Inspeksi
Fixed kyphosis GibbusScoliosis
2. Palpasi
3. Pergerakan
Pada keadaan normal pasien bisa menyentuh lantai sampai 7 cm
dari lantai
F. Pemeriksaan gerakan panggul
3. Pergerakan
G. Pengukuran discrepancy (kesenjangan panjang anggota
gerak)Pengukuran anggota badan baik ektremitas atas atau bawah
bertujuan untuk melihat kelaianan sendi atau pemendekan akibat
suatu kelainan Caranya:- Membandingkan ukuran kiri dan kanan dengan
melihat perbedaan tonjolan atau sendi-sendi tertentu, seperti lutut
kiri dengan lutut kanan, siku kiri dengan siku kanan, ankle kiri
dengan ankle kanan . Misalnya contoh gambar dibawah dimana A tampak
perbedaan ukuran tibia, dan B tampak perbedaan femur
- Mengukur dengan pasti seperti Appereance length perbedaan
jarak ukuran antara pusat danmaleolus kiri dan kanan True length
perbedaan jarak antara SIAS dan maleolus kiri dan kanan
H. Pemeriksaan gerakan lututInspeksi
Palpasi
Pergerakan
I. Pemeriksaan gerakan ankle dan kakiInspeksi
Palpasi
Pergerakan
2.3 Pemeriksaan NeurologisPada penderita kelainan bedah ortopedi
perlu dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap apabila ditemukan
adanya gangguan yang berupa kelemahan otot, gangguan kordinasi
serta perubahan sensibilitas. Pemeriksaan neurologis disesuaikan
dengan kelainan yang didapatkan atau dicurigai seperti kelemahan
otot anggota gerak atas pada spondilosis servikal atau
tetraparesis/ tetraplegia setelah suatu trauma pada tulang belakang
servikal.Pemeriksaan yang sama misalnya pada paraparesis/ paraplegi
oleh karena adanya kelainan pada tulang belakang torakal atau
lumbal. juga harus diperiksa adanya gambaran kelainan pada anggota
gerak misalnya claw hand, drop foot atau adanya atrofi otot pada
daerah tertentu.
Fungsi MotorisPemeriksaan Tonus dan Kekuatan OtotPemeriksaan
tonus kelompok otot secara individual dilakukan dengan menggerakan
sendi-sendi. Pada pemeriksaaan ini dapat diketahui adanya
spastisitas atau kelemahan otot. Disamping itu perlu dilakukan dan
dicatat pemeriksaaan kekuatan otot (Grade 0-5).0: tidak ditemukan
adanya kontraksi pada otot1: kontraksi otot yang terjadi hanya
berupa perubahan dari tonus otot yang dapat diketahui dengan
palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi.2: otot hanya mampu
menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat melawan
pengaruh gravitasi.3: di samping dapat menggerakan sendi, otot juga
dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan
yang diberikan oleh pemeriksa.4: kekuatan otot seperti pada grade 3
disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan5:
kekuatan normal.
Fungsi SensorisPemeriksaan SensibilitasPemeriksaan sensibilitas
dilakukan dengan melihat apakah ada kelainan dalam sensibilitas
pada daerah tertentu misalnya hiperestesia, hipestesia atau
anestesia. Salah satu pemeriksaan sensibilitas misalnya pemeriksaan
tanda dari tinel untuk mengetahui distribusi saraf medianus pada
pergelangan tangan. Pada pemeriksaan sensibilitas perlu dibuat
gambar kelainan dan daerah yang mengalami perubahan sensibilitas.
Pemeriksaan RefleksPemeriksaan refleks baik refleks normal seperti
refleks patella (a), refleks Achiles(b) untuk mengetahui adanya
gangguan pada refleks ini, misalnya pada suatu hernia nucleus
pulposus. Juga refleks patologis yang lain seperti refleks Babinski
(c).
b. refleks achilesa. refleks patella
C. refleks babinski
2.4 Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium merupakan
salah satu data yang diperlukan untuk melakukan diagnosis yaitu
melalui pemeriksaan laboratorium dari bahan cairan seperti
pemeriksaan hematologi, biokimia, sel-sel dan imunologi.
Pemeriksaan Darah dan SerumPemeriksaan darah meliputi
pemeriksaan hemoglobin, sel darah putih, sel darah merah, hitung
diferensial, laju endap darah, uji bekuan darah, pemeriksaan asam
urat dan kultur darah serta pemeriksaan darah lain yang dianggap
ada hubungannya. Pemeriksaan serum meliputi serum kalsium, fosfor
inorganik, alkali fosfatase, asam fosfatase, protein, pemeriksaan
imunologis dan pemeriksaan serologis seperti uji Wassermen, uji
Mantoux, Uji Rose-Waaler untuk artritis rheumatoid.
Pemeriksaan UrinMeliputi pemeriksaan makroskopis, albumin,
glukosa, sel, kalsium dan fosfor urin, kultur urin dan uji khusus
urin seperti Bances Jones untuk penyakit myeloma multipel.
Pemeriksaan Cairan SerebrospinalMeliputi pemeriksaan
makroskopis, tekanan, protein, jumlah sel serta kultur.
Pemeriksaan Cairan SinovialMeliputi pemeriksaan makroskopis,
sel, kultur, dan glukosa.
Pemeriksaan Cairan Abnormal LainnyaMeliputi pemeriksaan cairan
efusi, eksudat, makroskopis, sel, apusan, biakan dan mungkin perlu
uji kepekaan kuman (uji sensitivitas).
Pemeriksaan Jaringan (Biopsi)Biopsi jaringan lunak atau tulang
penting artinya untuk melakukan diagnosis secara histopatologis.Ada
dua cara biopsi yang dapat dilakukan:1.Biopsi tertutupBiopsi
tertutup mempergunakan jarum halus yang biasa disebut Fine Needle
Aspiration (FNA), terutama dilakukan untuk tumor-tumor jaringan
lunak yang terdapat dipermukaan. Biopsi tertutup tidak dianjurkan
pada tumor tulang primer, sebab apabila hasilnya negatif belum
tentu penderita bebas dari penyakit. Biopsi tertutup dapat diterima
secara sempurna pada hal-hal seperti berikut: Untuk konfirmasi anak
sebar tumor Untuk menegakkan diagnosis suatu kista tulang yang
sederhana seperti pada kista tulang, kista aneurisma atau pada
osteogenik sarcoma yang telangiektasis Untuk membedakan infeksi
dengan eosinofilik-granuloma Untuk konfirmasi histologis dengan
gambaran radiologis yang klasik sepeti pada osteogenik sarcoma
Untuk mengetahui rekurensi local2.Biopsi terbukaBiopsi terbuka
terdiri atas dua cara, yaitu: Biopsi insisiBiopsi insisi dilakukan
dengan cara mengambil sebagian jaringan dan seluruh lapisan dan
tidak mengambil bagian nekrosis dari jaringan . Biopsi eksisiBiopsi
eksisi dilakukan dengan mengambil seluruh bagian dari tumor atau
hasil eksisi dari seluruh tumor misalnya pada amputasi. Biopsi
terbuka mempunyai kelebihan dibandingkan dengan biopsi tertutup,
yaitu jaringan yang dapat diambil untuk pemeriksaaan lebih banyak
sehingga kesalahan dapat diperkecil.
2.5 Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan radiologi sudah dikenal
sejak seratus tahun lalu dan merupakan salah satu cara diagnostik
yang sangat bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosis. Untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan radiologis yang baik, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yaitu:1. Pengambilan foto yang tajam2.
Pada foto rontgen harus terlihat sendi bagian atas dan bawah dari
anggota gerak yang mengalami kelainan, terutama bila terjadi
fraktur.3. Kadangkala perlu dibuat foto anggota gerak yang normal
sebagai pembanding dengan anggota gerak yang mengalami kelainnan.4.
Penilaian foto meliputi keadaan jarngan lunak yang tualang dan
sendi. Pada pemeriksaan radiologi harus diketahui apa yang
seharusnya dilihat, pemeriksaan radiologi meliputi :1. Pemriksaan
foto rontgen tanpa kontras.2. Pemeriksaan foto rontgen dengan media
kontras.3. Pemeriksaan radiologi khusus.
Pemeriksaan Foto Rontgen Tanpa KontrasFoto Polos TulangHal-hal
yang perlu diperhatikan pada polos tulang adalah :1. Densitas
tulang (baik lokal/menyeluruh) apakah berkurang/mengalami penipisan
(refraksi) atau malah bertambah (skelerosis) baik secara local
maupun menyeluruh2. Korteks dan medulla tulang diperhatikan secara
teliti.3. Hubungan antara kedua tulang diperhatikan apakah ada
dislokasi atau tudak.4. Kontinuitas tulang dinilai untuk melihat
adanya deformitas.5. Melihat adanya penebalan tulang rawan sendi
dan besarnya ruangan sendi.6. Perubahan jaringan lunak dinilai
apakah ada pembengkakakan atau atrofi.7. Pada penyakit-penyakit
tertentu sering dilakukan pemeriksaan foto polos seluruh tulang
yang disebut bone survey yang terutama digunakan untuk melihat
adanya penyebaran / metastasis pada tulang seperti pada kasus-kasus
tumor tulang primer misalnya mieloma
primer.XeroradiografiPemeriksaan ini merupakan pemeriksaan foto
polos tetapi mempergunakan film khusus, dimana densitas tulang
ditransfer pada suatu lapisan plastik sebagai gambaran positif.
Xeroradiografi terutama untuk melihat densitas jaringan lunak,
erosi subperiostal, kalsifikasi jaringan lunak, dan hasilnya harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis lainnya.
TomografiPemeriksaan ini berguna untuk melihat kelainan pada
lapisan-lapisan tertentu dari tulang melalui irisan-irisan tulang
pada ketebalan tertentu lapis demi lapis.Pemeriksaan Radiologis
Dengan Media KontrasTeknik ini mempergunakan cairan kontras yang
disuntikkan di antara ruang antar jaringan sebelum foto dilakukan.
Melalui gambaran kontras pada foto, dapat dinilai dengan jelas
batas-batas dari lesi.Sinografi Sinografi digunakan untuk melihat
batas dan lokasi dari sinusAtrografiAtrografi berguna untuk melihat
batas ruang sendi
Shoulder ArtrographyMielografiMielografi adalah pemberian cairan
media ke dalam teka spinalis. Demikian pula radikulografi dengan
penggunaan kontras yang larut dalam air juga bertujuan untuk
menilai keadaan saraf khususnya pangkal saraf.
MyelographyPemeriksaan kontras lainnya yang dapat dilakukan
seperti angiografi untuk menilai keadaan pembuluh darah arteri,
venografi pada pembuluh darah vena dan limfografi pada jaringan
limfe.Pemeriksaan Radiologis KhususComputed Tomography ( CT
Scan)CT-Scan dilakukan melalui scanning dari beberapa arah
menggunakan system detector untuk melihat potongan melintang objek
(misalnya anggota gerak atas) yang ditampilkan melalui osiloskop
dengan densitas obyek yang bervariasi.
Images of L2 unstable burst fracture in an 18-year-old girl.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI merupakan pemeriksaan
radiologis yang mirip dengan CT-Scan. Pencitraaan yang dihasilkan
berupa potongan-potongan melintang dari obyek yang diperiksa. MRI
menggunakan frekuensi radio dan medan magnet tanpa menggunakan
radiasi ionisasi. MRI dan ST-Scan keduanya merupakan pemeriksaan
non-invasif dan tidak ada bahaya radiasi bagi penderita.
Kekurangannya kedua pemeriksaan ini masih merupakan pemeriksaan
yang mahal bagi penderita.
MRI Vertebra Lumbalis
MRI Anterior and Posterior Cruciate LigamentRadioisotope
Scanning Pemeriksaan ini dimanfaatkan secara luas dalam bedah
ortopedi. Pada saat ini zat kontras yang digunakan adalah
technetium dengan diphosponate yang disuntikkan secara IV dan di
evaluasi dengan kamera gamma atau whole body rectilinier scanner.
Terjadi difusi bahan radioisotope dengan cepat dari darah dimana
konsentrasi bahan kontras pada daerah lesi terlihat lebih tinggi
sehingga aktivitas osteogenik dapat diamati.
Bone ScansWe can inject Technetium or FDG to look at abnormal
turnover of bone which can occur with cancers, arthritis,
infectionand as a normal response to injury. This is a bone scan
image.Pemeriksaan Ultrasound Pemeriksaan menggunakan gelombang
suara berfrekuensi tinggi dan tidak menimbulkan efek ionisasi.
Gelombang suara akan dipantulkan oleh obyek dibawahnya dan kemudian
diolah oleh tranducer sehingga menghasilkan bayangan.
Ultrasound Meniscal cyst.
BAB 3PENUTUP 3.1 Kesimpulanpemeriksaan yang dilakukann dalam
menegakkan diagnosis pada bidang bedah ortopedi dan traumatologi
meliput:1. Riwayat penderita2. Pemeriksaan fisik3. Pemeriksaan
neurologis4. Pemeriksaan radiologis5. Pemeriksaan laboratorium
1. Riwayat PenderitaDi dalam riwayat penderita dicantumkan
dengan jalas data pribadi yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan serta alamat yang jelas. Sebagian dari kelainan ortopedi
dapat terdiagnosis melalui anamnesis yang baik dan teratur, dimana
anamnesis meliputi autoanamnesis dan aloanamnesis. Autoanamnesis
merupakan pengambilan data dari penderita sedangkan aloanamnesis
merupakan pengambilan data melalui orang terdekat penderita seperti
pada penderita bayi dan anak-anak, umumnya diperlukan bantuan orang
tua dan keluarga untuk memperoleh anamnesis yang baik.Adapun
data-data yang diperlukan setelah data pribadi adalah :1. Keluhan
Utama2. Riwayat penyakit sekarang3. Riwayat penyakit lainnya4.
Rwayat sebelum sakit Riwayat penyakit dahulu Riwayat trauma Riwayat
pengobatan Riwayat operasi5. Riwayat system tubuh lainnya6. Riwayat
keluarga7. Latar belakang sosial dan pekerjaan
2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik biasanya dibagi menjadi
beberapa divisi: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan tes
manipulasi atau tes special. Struktur pemeriksaan ini sudah
dimodifikasi. Auskultasi dan perkusi dieliminasi untuk beberapa
alasan. Auskultasi jarang digunakan pada pemeriksaan ortopedi,
kecuali untuk mendeteksi bruit pada kontriksi vascular atau
aneurisma. Ditambah lagi karena anggota gerak tukan organ yang
berrongga maka perkusi tidak berguna, sebagaimana perkusi digunakan
untuk menentukan tata batas ukuran pada dada dan perut. Saat
perkusi digunakan, biasanya untuk memperoleh tanda tinel dari saraf
tepi. Dari beberapa alasan di atas maka pada pemeriksaan fisik
ortopedi didisain dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi: Surface
Anatomy, Alignment, Gait, Range Of Motion; Palpasi; Manipulasi:
Muscle Testing, Sensation Testing, Reflex Testing, Stability
Testing, dan Miscellaneous Special Test, Joint Laxity, Nerve
Compression, Joint Contracture, Tendinitis, dan kondisi-kondisi
dari setiap segmen tubuh. InspeksiBagian awal dari sebuah
pemeriksaan fisik adalah inspeksi visual dari area tubuh yang
dikeluhkan pasien. Inspeksi dimulai ketika penderitta memasuki
ruangan pemeriksa. Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut muka
penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara berjalan, cara duduk,
dan cara tidur. Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian
terutama pada:a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulitb.
Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendon,
ligament, jarringan emak, fasia, elenjar limfe.c. Tulang dan
sendid. Sinus dan jaringan parutPalpasiYang perlu diperhatikan pada
palpasi adalah:a. Suhu kulit, apakah lebih panas atau dingin dari
biasanyab. Jaringan lunak; dilakukan untuk mengetahui adanya spasme
otot, atropi otot, keadaan membrane synovial, adanya tumor, adanya
cairan di dalam/ di luar sendi ataupun adanya pembengkakan.c. Nyeri
tekan; untuk mengetahui lokasi dari nyeri, apakah nyeri setempat
atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred
pain).d. Tulang; bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari
tulang.e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama unntuk angota
gerak bawah dimana adanya perbedaan panjang merupakan suatu hal
yang penting untuk dicermati. Pengukuran juga dilakukan untuk
mengetahui adanya atrofi dengan membandingkannya dengan anggota
gerak yang sehat.f. Penilaian deformitas yang menetap.Kekuatan
ototPemeriksaan kekuatan otot pnting, artinya untuk diagnosis,
tindakan, prognosis, serta hasil terapi. Penilaian dilakuakan
menurut medical research council dimna kekuatan otot dibagi dalam
grade 0-5 yaitu:Grade 0: tidak ditemukan adanya kontraksi pada
ototGrade 1: kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan
dari tonus otot yang dapat diktahui dengan palpasi dantidak dapat
menggerakkan sendiGrade 2: otot hanya mampu menggerakkan
persendaian tetapi kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh
gravitasi.Grade 3: disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga
dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan
yangdiberikan oleh pemeriksaGrade 4: kekuatan otot sepertipada
grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadapa tahanan yang
ringan.Grade 5: kekuatan otot normal.PergerakanPada pegerakan dapat
diperoleh informasi mengenai: a. Evauasi gerakan sendi secara aktif
dan pasifb. Stabilitas sendic. Pemeriksaan ROM (range of Joint
Movement)AuskultasiPemeriksaan auskultasi pada biang ortopedi
jarang dilakukan dan biasanya dilakukan bila ada krepitasi misalnya
ada fraktur atau untuk mendengar bising fistula
arteriovenosa.Pemeriksaan fisik ortopedi regional Pemeriksaan
tulang belakang: pemeriksaan leher dan vertebra servikalis,
pemeriksaan vertebra torakal dan lumbal. Pemeriksaan sndi
bahupemeriksaan lengan aas dan snddi siku Pemeriiksaan lengan
bawah, pergelangan tangan dan jari-jari tangan Pemeriksaan sendi
panggul Pemeriksaan lutut Pemeriksaan tungkai bawah, pergelangan
kaki dan jari-jari kaki
3. Pemeriksaan neurologis meliputi: pemeriksaan sensorik,
motorik, dan reflex.4. Pemeriksaan radiologis meliputi: Pemriksaan
foto rontgen tanpa kontras, Pemeriksaan foto rontgen dengan media
kontras, Pemeriksaan radiologi khusus.5. Pemeriksaan laboratorium
meliputi: pemeriksaan darah, urin, cairan serebrospinal, cairan
synovial, biopsy.
BAB 4DAFTAR PUSTAKA1. Salter, Robert Bruce. Textbook of Disorder
and Injuries of the Musculoskeletal System. Third Edition. 20002.
Robert, B, Taylor, Taylors Musculoskeletal Problem and Injuries. A
Hand book. Springer Science+Business Media, LLC. 20063. Harry
Skinner Caiozzo, PhD, Stephen D. Cook, PhD, Robert L. Barrack, MD,
& Harry B. Skinner, Basic Science in Orthopedic Surgery.
Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics 3rd edition.
2003