BAB I PENDAHULUAN Nervus trigeminus merupakan yang terbesar dari semua nervus cranial. Nervus ini mengirimkan informasi sensorik dari wajah, mulut dan rongga hidung, serta sebagian besar kulit kepala dan menghantarkan pasokan motorik ke otot- otot pengunyahan. Penyakit yang melibatkan nervus trigeminus bisa menyebabkan trigeminal neuralgia, yaitu gangguan fungsi sensori atau fungsi motorik dalam distribusi nervus trigeminus. 1 Neuralgia trigeminal sudah dikenal dan tertulis dalam kepustakaan medis sejak abad ke-16. Pada kepustakaan lama disebut juga dengan tic douloureux karena nyeri sering disertai spasme otot wajah pada sisi yang sama sehingga pasien tampak meringis atau disebut pula tic convulsive. Neuralgia trigeminal merupakan suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan serangan nyeri yang hebat secara mendadak disertai spasme wajah dalam waktu singkat. 2 Insiden neuralgia trigeminal terjadi berkisar 70 dari 100.000 populasi dan paling sering ditemukan pada orang berusia lebih dari 50 tahun atau lanjut usia. Insidennya akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Pada usia muda lebih banyak disebabkan oleh tumor dan sklerosis multiple. Kasus familial ditemukan pada 4% kasus. Tidak terdapat perbedaan ras dan etnis serta insidensi pada wanita 2 kali lebih besar dibanding pria. Gejala dan tanda dari neuralgia trigeminal adalah rasa nyeri berat 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Nervus trigeminus merupakan yang terbesar dari semua nervus cranial. Nervus
ini mengirimkan informasi sensorik dari wajah, mulut dan rongga hidung, serta
sebagian besar kulit kepala dan menghantarkan pasokan motorik ke otot-otot
pengunyahan. Penyakit yang melibatkan nervus trigeminus bisa menyebabkan
trigeminal neuralgia, yaitu gangguan fungsi sensori atau fungsi motorik dalam
distribusi nervus trigeminus.1
Neuralgia trigeminal sudah dikenal dan tertulis dalam kepustakaan medis sejak
abad ke-16. Pada kepustakaan lama disebut juga dengan tic douloureux karena nyeri
sering disertai spasme otot wajah pada sisi yang sama sehingga pasien tampak meringis
atau disebut pula tic convulsive. Neuralgia trigeminal merupakan suatu kumpulan
gejala yang ditandai dengan serangan nyeri yang hebat secara mendadak disertai
spasme wajah dalam waktu singkat.2
Insiden neuralgia trigeminal terjadi berkisar 70 dari 100.000 populasi dan paling
sering ditemukan pada orang berusia lebih dari 50 tahun atau lanjut usia. Insidennya
akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Pada usia muda lebih banyak
disebabkan oleh tumor dan sklerosis multiple. Kasus familial ditemukan pada 4%
kasus. Tidak terdapat perbedaan ras dan etnis serta insidensi pada wanita 2 kali lebih
besar dibanding pria. Gejala dan tanda dari neuralgia trigeminal adalah rasa nyeri berat
paroksismal tajam, yang terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus dan
berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit, tiba-tiba dan berulang.
Diantara serangan biasanya ada interval bebas nyeri dan umumnya unilateral.
Penegakkan diagnosis neuralgia trigeminal dapat dilakukan dengan anamnesis lengkap,
pemeriksaan fisik umum dan neurologis, serta pemeriksaan penunjang. Neuralgia
trigeminal perlu dibedakan dengan nyeri wajah lainnya. Pemeriksaan penunjang lebih
bertujuan untuk membedakan neuralgia trigeminal yang klasik atau simptomatik.
Terapi pada pasien ini ada 2 macam, yaitu medikamentosa dan pembedahan.2
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Neuralgia trigeminal merupakan suatu bangkitan nyeri (nyeri paroksismal)
sepanjang salah satu cabang N.V (biasanya ramus II atau III) yang timbul karena
terangsangnya suatu “trigger zone” di sekitar mulut. Sewaktu bangkitan, wajah
penderita di sisi neuralgia berada dalam keadaan kejang sehingga dinamai pula Tic
Douloereux. Biasanya terjadi pada sisi ipsilateral dan sangat jarang terjadi pada sisi
bilateral. Ada dua jenis Trigeminal Neuralgia, yaitu klasik/tipikal dan
simptomatik/atipikal. Neuralgia trigeminal klasik ditandai dengan periode singkat nyeri
tertusuk yang berhubungan dengan area pencetus yang sempit dan mereda dalam kurun
waktu tertentu. Pada jenis atipikal, periode nyeri terbakar terasa lebih lama, dengan rasa
ketidaknyamanan yang konstan antara serangan dan gangguan sensorik.3,6
2.2 Epidemiologi
Tidak ada studi sistematik mengenai prevalensi dari neuralgia trigeminal, namun
suatu kutipan yang diperkirakan diterbitkan pada tahun 1968 mengatakan bahwa
prevalensi dari neuralgia trigeminal mendekati 15,5 per 100.000 orang di Amerika
Serikat.2,3 Sumber lain mengatakan bahwa insiden tahunannya adalah 4-5 per 100.000
orang, dimana menandakan tingginya prevalensi. Di beberapa tempat, penyakit ini
jarang ditemukan. Onsetnya usia diatas 40 tahun pada 90% penderita. Neuralgia
trigeminal sedikit lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.2
Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya timbul setelah
umur 50 tahun, jarang setelah umur 70 tahun. Insiden familial sedikit lebih tinggi (2%)
Injeksi gliserol ke dalam ganglion Gasserian untuk merusak serabut
saraf yang menghantar nyeri telah digunakan sejak lama. Teknik ini
mudah dilakukan dan memiliki efisiensi yang tinggi, serta memiliki
angka rekurensi yang rendah. Pada teknik PRGR, seperti pada
prosedur perkutaneus lainnya, jarum spinal dimasukkan menembus
wajah, masuk ke cisterna trigeminal, di mana suatu cistenogram
diperoleh dengan menggunakan larutan kontras. Setelah
menghilangkan larutan kontras, ahli bedah akan menginjeksi gliserol
anhidrat, kemudian meminta pasien untuk duduk sekitar 2 jam sampai
saraf tersebut terablasi.13,16
b. Gamma Knife Surgery (GKS)
Stereotatic Gamma Knife Surgery (GKS) adalah salah satu teknik terbaru
dalam menangani neuralgia trigeminus. Teknik ini merupakan tindakan
yang minimal invasif dibandingkan semua teknik operasi, dan tidak terlalu
bergantung pada keahlian ahli bedah. Teknik ini lebih efektif
dibandingkan dengan prosedur perkutaneus, tetapi teknik ini
membutuhkan waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan untuk
memperoleh kesembuhan dan biaya yang dibutuhkan juga lebih besar.
GKS terdiri dari beberapa sinar foton (> 200) yang terkonsenttasi tinggi
19
disertai dengan akurasi yang tinggi untuk memberikan dosis 70-90 Gy
pada target, yaitu radiks nervus trigeminus. Teknik ini merusak komponen
spesifik dari nervus sehingga nervus ini berhenti mengirim sinyal nyeri ke
otak. GKS dapat diindikasikan pada penderita neuralgia trigeminalyang
tidak berhasil dengan pengobatan dan prosedur yang telah disebutkan di
atas.
Gambar 4. Radiasi merusak nervus trigeminus (area yang berwarna) agar nervus tersebut berhenti mengirim sinyal nyeri 14
Dari semua penderita neuralgia trigeminalyang ditangani dengan GKS,
60% penderita segera terbebas dari nyeri, dan lebih dari 75% penderita
terbebas dari nyeri sekitar 1,5 tahun kemudian. Rekurensi terjadi pada
25% penderita dalam rentang waktu 1-3 tahun. Angka rekurensi rendah
pada penderita yang telah sembuh sempurna.14,16
c. Dekompresi mikrovaskular
Dekompresi mikrovaskular adalah prosedur bedah yang klasik pada
neuralgia trigeminus, dan merupakan tindakan yang paling efektif.
Tindakan ini berdasarkan hipotesis bahwa kompresi vaskular di sekitar
nervus trigeminus akan mengakibatkan abnormalitas dari fungsi nervus
tersebut. Dekompresi mikrovaskular diindikasikan pada penderita
neuralgia trigeminalyang usianya lebih muda, terutama pada penderita
neuralgia trigeminalyang nyerinya terisolasi pada area oftalmika atau pada
seluruh cabang nervus trigeminus dan pada penderita dengan neuralgia
20
trigeminal sekunder. Kini, dekompresi mikrovaskular merupakan tindakan
bedah yang paling sering digunakan untuk neuralgia trigeminus. Pada
dekompresi mikrovaskular, kulit di belakang telinga diinsisi dan dibuat
kraniotomi sebesar 3 cm. Buka duramater agar nervus trigeminus terlihat,
dan indentifikasi pembuluh darah yang menekan nervus saat pembuluh
darah masuk ke pons. Teflon felt digunakan untuk mengalasi nervus agar
nervus tersebut menjauhi arteri dan vena.15,16
Gambar 5. Ilustrasi tindakan dekompresi mikrovaskular 14
Gambar 6. Dekompresi mikrovaskular (Jannetta procedure) yang digunakan untuk menangani neuralgia trigeminus. Arteri cerebellar anteroinferior berkontak dengan
nervus trigeminus16
21
Pasca operasi, penderita harus dirawat di ruang intensif, dan nyeri bekas
sayatan operasi dapat ditangani dengan analgetik. Hanya ada 2 kematian
yang dilaporkan oleh Peter Jannetta pasca operasi ini. Selain nyeri kepala
pasca operasi, mati rasa pada daerah wajah, dan gangguan pendengaran
juga dapat terjadi.15,16
d. Sensory Rhizotomy
Sensory Rhizotomy adalah pemotongan irreversibel dari cabang nervus
trigeminus yang memberikan koneksi pada batang otak. Tekniknya
dengan membuat lubang kecil di belakang tengkorak. Stimulasi probe
digunakan untuk mengidentifikasi cabang saraf motorik. Cabang saraf
motorik dimana berfungsi mengontrol otot pengunyah harus
dipertahankan. Cabang saraf sensorik dimana berfungsi yang
mengirimkan sinyal nyeri dari otak di potong. Pemotongan saraf akan
menyebabkan mati rasa pada bagian wajah secara permanen sehingga
harus dipertimbangkan karena adanya nyeri kambuhan yang tidak
berespon dengan pengobatan lain.17
Gambar 7. Selama prosedur sensory rhizotomy, cabang saraf sensory dipotong dan cabang saraf motorik tetap dipertahankan. 17
22
2.10 Prognosis
Neuralgia trigeminal bukan merupakan suatu ancaman. Tetapi cenderung
menjadi lebih parah semakin hari. Banyak pasien yang berhasil sembuh dengan
tindakan pembedahan. Bahkan beberapa dokter lebih memilih melakukan tindakan
pembedahan pada stadium awal dekompresi mikrovaskular untuk mencegah kerusakan
demyelinisasi. Walaupun hal ini masih menjadi suatu kontroversi dan penyebab dari
neuralgia trigeminal masih belum jelas.12
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neuralgia trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi
yang berulang karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga
cabang saraf trigeminal. Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf
trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal
yang diakibatkan oleh berbagai penyebab. Pada kebanyakan kasus, tampaknya yang
menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang
mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal tempat
keluarnya saraf ini dari batang otak.
Kunci diagnosis adalah riwayat. Faktor riwayat paling penting adalah distribusi
nyeri dan terjadinya 'serangan' nyeri dengan interval bebas nyeri relatif lama. Nyeri
mulai pada distribusi divisi 2 atau 3 saraf kelima, akhirnya sering menyerang keduanya.
Beberapa kasus mulai pada divisi 1. Biasanya, serangan nyeri timbul mendadak, sangat
hebat, durasinya pendek (kurang dari satu menit), dan dirasakan pada satu bagian dari
saraf trigeminal, misalnya bagian rahang atau sekitar pipi. Nyeri seringkali terpancing
bila suatu daerah tertentu dirangsang (trigger area atau trigger zone). Trigger zones
sering dijumpai di sekitar cuping hidung atau sudut mulut.
Obat untuk mengatasi Neuralgia trigeminal biasanya cukup efektif. Obat ini
akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang. Bila
ada efek samping, obat lain bisa digunakan sesuai petunjuk dokter tentunya.
Beberapa obat yang biasa diresepkan antara lain Carbamazepine (Tegretol,
Carbatrol), Baclofen. Ada pula obat Phenytoin (Dilantin) atau Oxcarbazepine
(Trileptal). Dokter mungkin akan memberi Lamotrignine (Lamictal) atau Gabapentin
(Neurontin). Pasien Neuralgia trigeminal yang tidak cocok dengan obat-obatan bisa
memilih tindakan operasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Popovici F, Mergeani A, Popescu D, Anthoci F. Review on the Causes of
Neuralgia trigeminal Symptomatic to Other Diseases. Romanian Journal Of