STATUS REVIEW ON MEMBRANE SYSTEMS FOR HYDROGEN SEPARATION 1. INTRODUCTION Uni Eropa mendukung adanya proyek MIGREYD (Modular IGCC Concepts for In-Refinery Energy and Hydrogen Supply) untuk memperkuat teknologi IGCC yang fokus pada: 1. Konversi residu kilang minyak yang bernilai rendah menjadi energi yang bersih dan lebih berguna. 2. Produksi hidrogen. Peran utama proyek ECN ini adalah menganalisis dampak lingkungan dari peningkatan IGCC pada kilang minyak. Tujuan utama dari WP3 (Work Project) adalah pengurangan emisi CO 2 dan penelitian tentang sistem membran dalam pemisahan hidrogen. Tujuan pertama, yaitu pengurangan emisi CO 2 dapat dilakukan dengan co-gasificasi biomassa dan penerapan sistem SOFC dalam proses IGCC. Wacana yang disajikan dalam makalah ini adalah tahap pertama penggunaan membran untuk pemisahan hidrogen dari gas lainnya yang dihasilkan dari siklus IGCC yang merupakan tujuan kedua dari WP3. Teknologi pemisahan lainnya yang dapat digunakan adalah pressure swing adsorption (PSA) dan pemisahan kriogenik yang keduanya tidak dibahas dalam makalah ini. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STATUS REVIEW ON MEMBRANE SYSTEMS FOR
HYDROGEN SEPARATION
1. INTRODUCTION
Uni Eropa mendukung adanya proyek MIGREYD (Modular IGCC
Concepts for In-Refinery Energy and Hydrogen Supply) untuk memperkuat
teknologi IGCC yang fokus pada:
1. Konversi residu kilang minyak yang bernilai rendah menjadi energi yang
bersih dan lebih berguna.
2. Produksi hidrogen.
Peran utama proyek ECN ini adalah menganalisis dampak lingkungan
dari peningkatan IGCC pada kilang minyak. Tujuan utama dari WP3 (Work
Project) adalah pengurangan emisi CO2 dan penelitian tentang sistem membran
dalam pemisahan hidrogen. Tujuan pertama, yaitu pengurangan emisi CO2 dapat
dilakukan dengan co-gasificasi biomassa dan penerapan sistem SOFC dalam
proses IGCC. Wacana yang disajikan dalam makalah ini adalah tahap pertama
penggunaan membran untuk pemisahan hidrogen dari gas lainnya yang dihasilkan
dari siklus IGCC yang merupakan tujuan kedua dari WP3. Teknologi pemisahan
lainnya yang dapat digunakan adalah pressure swing adsorption (PSA) dan
pemisahan kriogenik yang keduanya tidak dibahas dalam makalah ini.
Makalah ini menjelaskan proses pemisahan gas hidrogen dengan teknologi
membran. Bab 2 memberikan penjelasan tentang membran yang meliputi
nomenklatur, definisi, mekanisme transportasi dan teknologi manufaktur.
Membran yang paling penting untuk proses pemisahan hidrogen dari refinery off-
gases dan pemisahan hidrogen dari syngas, campuran dari hidrogen dan karbon
monoksida dijelaskan dalam bab 3. Bab 4 memberikan pengantar rancangan
sistem membran. Bab 5 merupakan kesimpulan dari makalah ini.
1
2. MEMBRAN PEMISAHAN GAS
2.1 Pendahuluan
Membran adalah selaput yang memungkinkan terjadinya perpindahan
massa antara dua fase secara selektif dimana hanya komponen/ senyawa tertentu
yang dapat melewatinya. Hal inilah yang menjadikan membran sangat cocok
untuk memisahkan campuran suatu komponen baik berupa gas ataupun cairan.
Perkembangan membran diawali dengan proses pemisahan fasa cair yang
pertama kali dilakukan Nollet pada tahun 1748 menggunakan kandung kemih babi
sebagai membran. Membrane itu diletakkan di dalam cawan yang berisi wine dan
air. Air akan meresap melewati membrane sedangkan wine tidak (Mason, 1991).
Beberapa tahun kemudian, membran pemisahan gas mulai dikembangkan. Proses
pemisahan gas dengan membran dalam skala besar, pertama kali dilakukan pada
pertengahan 1940-an oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk memisahkan isotop
UF6 sebagai bahan bakar nuklir. Membran pemisahan gas secara komersial
pertama kali diperkenalkan pada 1979-an dan dalam jangka waktu 10 tahun
berbagai membran pemisahan gas telah dikembangkan (Noble, 1995).
Dalam waktu 50 tahun terakhir telah terjadi perkembangan teknologi
membran yang sangat signifikan dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Sekarang ini, aplikasi penggunaan membran sangat beragam, mulai
dari reverse osmosis (untuk menghasilkan air bersih) hingga penyaringan mikro
(untuk menyaring bakteri).
Membran memiliki beberapa kelebihan antara lain (Mulder, 2000) :
secara umum membutuhkan energy yang tidak terlalu besar.
memungkinkan untuk melakukan proses pemisahan secara kontinyu.
kondisi proses tidak terlalu rumit.
Up scaling mudah.
tidak adanya aditif.
mudah dikombinasikan dengan teknologi pemisahan lainnya.
2
Selain memiliki kelebihan, membran juga mempunyai kelemahan yang
tergantung pada tipenya, antara lain:
kemungkinan terjadinya fouling.
tidak bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama.
selektivitas rendah atau fluks.
Makalah ini hanya akan membahas membran pemisahan gas. Hal ini
disesuaiakn dengan aplikasi pemisahan hidrogen pada proyek Migreyd. Meskipun
kondisi di kilang dan IGCCS mungkin lebih ekstrim (dalam hal tekanan dan
suhu), hidrogen tidak akan dijumpai dalam bentuk cair maupun terlarut dalam
suatu cairan.
2.2 Klasifikasi Membran
Dari gambar di bawah ini, kita bisa mengetahui bahwa membrane
memiliki 2 sisi yaitu . Kedua sisi membran itu adalah feed side permeate side
(atau sisi hulu) permeate side (atau sisi hilir). Secara umum, feed side adalah arus
umpan sedangakn permeate side adalah arus yang keluar setelah melewati
membra dan retente merupakan arus yang tidak bisa melewati membran.
Gambar 1 Membrane unit nomenclature
Kinerja dan efisiensi membran biasanya dilihat berdasarkan dalam aliran
(atau fluks) melalui membran dan selektivitas membran terhadap campuran.
Selektivitas adalah ukuran untuk perbedaan permeabilitas (mudah tidaknya
spesies melewati membrane) dari komponen yang berbeda. Dengan kata lain,
selektivitas adalah efektivitas pemisahan membran. Faktor selektivitas αA / B dari
dua komponen A dan B dalam campuran didefinisikan sebagai:
α A /B
y A / yB
x A/ xB
……...……………………………...……………………....(2.1)
3
dimana yA dan yB adalah fraksi komponen A dan B pada permeate dan xA dan xB
adalah fraksi dari komponen A dan B pada feed. A dan B biasanya dipilih
sedemikian rupa sehingga faktor selektivitas lebih besar dari satu supaya terjadi
pemisahan. Semakin tinggi faktor selektivitas, membran menjadi lebih selektif.
Dua rasio penting lainnya untuk menggambarkan kinerja membran adalah
recovery dan volume reduksi. Recovery atau hasil (S) adalah bagian dari aliran
umpan yang melewati membran:
S=q p
q f
…...…………………………………………………...……….(2.2)
dimana qp adalah laju permeate dan qf adalah laju umpan. Volume reduksi (VR)
adalah rasio antara laju umpan mula-mula dengan laju aliran retentate:
VR=q f
qr ….………………………………………………………....... (2.3)
Membran dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya. Salah satunya
adalah material yang digunakan untuk membuat membrane yaitu membran organi
dan anorganik. Membran organik terbuat dari polimer sedangkan membran
anorganik terdiri dari membran yang terbuat dari kaca, logam (termasuk karbon),
dan keramik (termasuk zeolit).
Berdasarkan struktur membran dan perpindahan material, membran dapat
diklasifikasikan menjadi membran berpori dan membran padat. Membran berpori
memungkinkan terjadinya perpindahan melalui pori-pori mereka, sedangkan
membran padat memungkinkan terjadinya perpindahan melalui sebagian besar
material.
Berdasarkan morfologi membran, membran dapat digolongkan menjadi
membran simetris dan asimetris. Membran simetris memiliki struktur homogen
sedangkan membran asimetris terdiri dari beberapa lapisan dengan karakteristik
yang berbeda. Selain beberapa jenis membran di atas, ada juga membran yang
terdiri dari berbagai lapisan bahan yang berbeda yang disebut membran komposit.
2.3 Mekanisme Pemisahan Gas
Ada 2 macam mekanisme pemisahan dengan membran, yaitu :
4
a. Membran padat (dense membrane) : melalui bulk material
Selektivitas tinggi, namun fluks rendah
b. Membran berpori (porous membrane) : Melalui pori-pori
- Pori-pori kecil : selektivitas tinggi, namun fluks rendah
- Pori-pori besar : fluks tinggi, namun selektivitas rendah
2.3.1 Mekanisme Pemisahan Membran Padat
Molekul gas diadsorpsi pada satu sisi membran, larut dalam
material membran, berdifusi melalui membran, dan diadsorpsi kembali
pada sisi lain dari membran.
Jika berdifusi dalam bentuk ion dan elektron atau atom, maka
molekul harus terpisah setelah adsorpsi kemudian bergabung kembali
setelah berdifusi melalui membran.
2.3.2 Mekanisme Pemisahan Membran Berpori
Ada 4 tipe mekanisme transportasi pada membran berpori, yaitu :
a. Knudsen (free molecule) diffusion
Selektivitas rendah dibanding surface diffusion dan capillary
condensation. Knudsen number (Kn) adalah rasio rata-rata jarak antar
tabrakan dengan skala panjang fisik.
Bila nilai Kn kecil, maka pori-pori besar, selektivitas rendah.
Kn < 1 mekanisme transportasi yang dominan adalah aliran
viskos yang non-selektif
b. Surface diffusion
Terjadi secara paralel dengan Knudsen diffusion. Molekul gas teradsorpsi
pada dinding pori-pori membran dan bermigrasi di sepanjang permukaan.
Surface diffusion meningkatkan permeabilitas komponen sehingga
menyerap lebih kuat ke pori-pori membran. Pada saat yang sama,
diameter pori berkurang sehingga selektivitas meningkat. Peristiwa ini
hanya terjadi pada temperatur dan diameter pori tertentu.
c. Capillary condensation
5
Kn= λL
Terjadi jika fase terkondensasi (sebagian) mengisi pori-pori membran.
Jika pori-pori membran terisi penuh oleh fase terkondensasi, hanya
spesies yang dapat larut dalam fase terkondensasi yang dapat terserap
melalui membran. Fluks dan selektivitas tinggi.
d. Molecular sieving
Digunakan jika ukuran pori cukup kecil (3,0 -5,2 ).
2.4 Teknik Manufaktur
Semua material, seperti keramik, kaca, logam atau polimer dapat
digunakan untuk membuat membran.Tujuannya adalah untuk memodifikasi
material teknik melalui teknik yang tepat untuk mendapat struktur membran
yang sesuai untuk pemisahan tertentu.
Beberapa teknik manufaktur untuk membuat membran pemisahan gas,
diantaranya :
a. Sintering / Pemanasan
Teknik ini melibatkan pengompresan powder dalam bentuk partikel dan
pembentukan solid dengan cara dipanaskan pada temperatur tertentu.
Ukuran pori : 0,1 sampai 10 μ m. Metode ini dapat digunakan untuk
bahan organik maupun anorganik. Cocok untuk material yang stabil
terhadap perlakuan kimia, suhu, dan mekanik.
Kekurangan : - hanya beberapa membran dapat dibuat dengan cara ini
- Porositas rendah (10 – 20%)
b. Stretching / Peregangan
Pada metode ini film yang terbuat dari polimer semikristal ditarik searah
dengan arah ekstrusi sehingga bagian kristal dari polimer terletak sejajar
dengan arah ekstrusi. Teknik ini hanya dapat digunakan untuk
memproduksi membran dari bahan (semi) kristal polimer.
c. Track-etching
Film ditembak dengan partikel radiasi berenergi tinggi pada arah tegak
lurus terhadap film kemudian merendam film dalam bak asam atau
basa,sehingga polimer akan terbentuk sepanjang lintasan. Ukuran pori
6
0,02-10 μ m. Porositas rendah (maksimum 10%). Metode ini umumnya
digunakan untuk bahan organik bahan, meskipun dapat digunakan untuk
sejumlah bahan anorganik juga.
d. Template leaching
Teknik ini dilakukan dengan melepas salahsatu komponen film
sehingga dihasilkan membranberpori. Melibatkan pemisahan sistem
menjadi 2 fase, yaitu fase yang larut dan fase tidak larut. Fase yang larut
dapat terlepas dengan penambahan asam atau basa. Ukuran pori : > 5 nm
(1 nm = 10-9 m)
e. Phase inversion / Inversi Fasa
Inversi fasa merupakan proses dimana sebuah polimer dirubah secara
terkendali dari fasa cair ke fasa padat. Proses pemadatan sering kali
dimulai/diinisiasi melalui transisi dari satu keadaan cair menjadi dua
(pemisahan cair-cair). Pada titik tertentu selama proses pemisahan, salah
satu fasa cair tersebut (konsentrasi polimer yang lebih tinggi) akan
memadat sehingga matrik padat akan terbentuk. Digunakan untuk
membuat membran berpori maupun tidak berpori.
f. Coating
Menghasilkan nilai fluk yang rendah. Untuk meningkatkan laju fluks,
maka ketebalan membran harus diperkecil dengan membentuk
membrankomposit. Coating dapat dilakukan dengan cara dip coating,
polimerisasi plasma, polimerisasi antarmuka, dan polimerisasi in-situ.
g. Sol-gel
Metode ini memungkinkan untuk membuat pori-pori dengan ukuran
nanometer untuk membran keramik. Pada metode ini,alkoksida
mengalami perubahan fase menjadi sol (koloid yang mempunyai padatan
tersuspensi dalam larutannya) dan kemudian menjadi gel (koloid tetapi
mempunyai fraksi solid yang lebih besar daripada sol). Kemudian gel
dikeringkan dan di-sintering / dipanaskan.
h. Chemical vapor deposition (CVD) / Deposisi uap kimia
7
Ukuran pori yang lebih kecil dapat diperoleh dengan densifikasi struktur
mesopori. Metode ini melibatkan deposisi internal pori-pori oleh
monolayer atau multilayer, pori memasukkan nanopartikel, pelapisan gel
polimer anorganik, dan konstriksi di lapisan atas dengan deposisi uap
kimia (CVD).
i. Physical vapor deposition (PVD)
Dalam proses ini, bahan padat dievaporasi dalam sistem vakum
menggunakan teknik fisik. Untuk mengurangi ketebalan, film
dikondensasi dan diendapkan pada substrat pendingin.
j. Alloy casting and rolling
Proses ini melibatkan pelelehan bahan baku pada suhu sangat
tinggi,casting ingot, homogenisasi pada suhu tinggi, penempaan panas
dan dingin, dan diikuti dengan cold rolling secara berulang sampai
diperoleh ketebalan yang diinginkan.
k. Electroless plating and electroplating
Electroless platingdidasarkan pada dekomposisi autocatalyzed garam
kompleks logam pada permukaan target. Dalam electroplating, substrat
bertindak sebagai katoda. Dalam bak pelapisan, logam atau paduan
dilapisi pada substrat.
l. Pyrolysis
Metode ini digunakan untuk silika dan karbon.
3. MEMBRAN SELEKTIF HIDROGEN
3.1. Pendahuluan
Untuk pemisahan hidrogen dari aliran gas, teknologi membran dapat
menjadi alternatif untuk PSA dan pemisahan kriogenik, tergantung pada skala dan
kemurnian produk stream yang diperlukan. Saat ini terdapat dua aplikasi
membran selektif hidrogen yang digunakan. Sejak tahun 1979 membran polimer
yang digunakan dalam industri amonia untuk pemurnian hidrogen dari off-gas dan
pada pertengahan tahun 1990-an aplikasi baru muncul: produksi hidrogen murni
dalam industri elektronik menggunakan membran paladium. Proyek skala kecil
8
yang sedang berjalan, untuk menunjukkan kelayakan teknis membran selektif
hidrogen dalam aplikasi lain, terlebih lagi dalam proses utama. Kedua kilang dan
IGCCs mungkin menjadi kandidat yang baik untuk aplikasi membran selektif
hidrogen, karena mereka memiliki aliran gas yang relatif kaya hidrogen.
Membran selektif hidrogen secara luas dapat dipisahkan menjadi empat
kategori: polimer (organik), logam, karbon dan keramik. Untuk waktu yang lama,
pengembangan lebih difokuskan ke dalam pengembangan membran polimer
daripada membran anorganik. Akibatnya membran polimer telah luas
diaplikasikan dan dapat dibeli dengan biaya yang relatif rendah. Namun demikian,
permintaan terhadap membran anorganik mulai meningkat dalam dekade terakhir.
Bahan anorganik dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dari membran
polimer dan umumnya memiliki stabilitas kimia lebih baik dibandingkan dengan
membran polimer. Keramik menjadi kelas utama membran anorganik (Mulder,
2000).
3.2. Membran Polimer
Membran polimer adalah membran jenis padat. Membran polimer dapat
dibagi lagi menjadi gelas (kondisi operasi pada suhu di bawah suhu transisi gelas)
dan karet (beroperasi pada suhu di atas suhu transisi gelas) membran polimer.
Membran gelas memiliki selektivitas relatif tinggi dan fluks rendah, sedangkan
membran karet mengalami peningkatan fluks tetapi selektivitas lebih rendah.
Keduanya biasanya diproduksi menggunakan metode inversi fasa.
Suhu operasi berkisar pada 90-100°C. Kelebihan dari membran polimer
adalah kemampuannya untuk mengatasi penurunan tekanan tinggi, biaya rendah,
dan skalabilitas yang baik. Sedangkan kekurangannya adalah ketahanan terhadap
bahan kimia tertentu yang terbatas seperti HCl, SOx, tetapi juga CO2, kekuatan
mekanik terbatas, dan kepekaan yang relatif tinggi untuk pemuaian dan
pemadatan. Membran polimer berada dalam stadium lanjut pembangunan.
Membran polimer untuk pemisahan hidrogen tersedia secara komersial dari
perusahaan penghasil gas seperti Air Produk, Linde, BOC dan Air Liquide.
9
3.3. Membran Logam
Jika hidrogen sangat murni diperlukan, membran logam padat mungkin
menjadi pilihan yang baik. Terutama paladium dan paladium paduan (hanya tipe
membran logam selektif hydrogen yang digunakan). Transportasi hidrogen
melalui membran yang terbaik dapat digambarkan melalui mekanisme difusi :
hidrogen diadsorbsi pada salah satu sisi membran, terbagi menjadi dua atom,
berdifusi melalui matriks logam, mengalami recombines dan desorbs pada sisi
permeat. Fluks yang terjadi adalah flux sedang. Untuk meningkatkan fluks (lihat
bagian 4.2) dan mengurangi biaya membran (biaya bahan paladium yang sangat
tinggi), lapisan tipis biasanya diletakkan di atas keramik atau logam berpori yang
digunakan. Jika membran paladium terkena hidrogen pada suhu yang lebih
rendah, bisa menyebabkan kerusakan yang serius, karena hidrogen dapat terkunci
di dalam paladium. Hal ini akan menyebabkan tekanan pada membran,
meningkatkan kemungkinan kegagalan membran. Solusi untuk masalah ini adalah
melapisi paladium dengan unsur lain seperti perak atau tembaga. Kondisi operasi
membran paduan paladium berada pada kisaran 300-600°C. Kelemahan utama
membran paladium adalah kepekaan terhadap bahan kimia yang tinggi seperti
belerang, klorin dan bahkan CO. Bahan kimia ini dapat mengurangi fluks
hidrogen efektif sebesar 20% bahkan 100%. Meskipun banyak pengembangan
membran paladium, ketersediaan bahan secara komersial masih terbatas. (Delft et
al. 2003).
3.4. Membran Karbon
Terdapat dua jenis membran karbon, yang menerapkan mekanisme
transportasi yang berbeda: molekuler pengayakan dan membran difusi
permukaan. Membran pengayak molekul cukup menjajikan, baik dari segi sifat
pemisahan (termasuk flux dicapai) dan kestabilan, tetapi belum tersedia secara
komersial pada skala besar. Ukuran pori berada dalam ukuran H2-molekul.
Mempunyai selektivitas pada kisaran 4-20.
Membran karbon dapat digunakan dalam non-pengoksidasi lingkungan
dengan suhu pada kisaran 500-900°C. Kelemahan dari membran karbon adalah
10
rapuh dan karena itu sulit digunakan jika permukaan membran menjadi lebih
besar. Selanjutnya, harga membran karbon masih tinggi dan mencari kondisi
produksi yang optimal masih perlu dikembangkan.(Delft et al., 2003).
3.5. Membran Keramik
Membran keramik dibuat dari kombinasi logam dengan non logam dalam
bentuk oksida, nitrida atau karbida. Membran keramik dapat berupa pori atau
padat. Membran keramik berpori umumnya memiliki struktur dua lapisan:
membran pemisahan itu sendiri dan lapisan yang lebih tebal atau disebut lapisan
berpori. Membran pemisahan biasanya dibuat dari alumina, zirkonia, titania, atau
silika. Tergantung pada komponen yang akan memisahkan selektivitas, dapat
mencapai nilai sampai dengan 140. Fluks hidrogen melalui membran cukup
menjanjikan. Suhu operasi untuk membran keramik berpori berada dalam kisaran
200-600°C. Pengembangan membran berpori pada tahap awal dan pemisahan gas,
diukur hanya beberapa sentimeter persegi di atas permukaan. Sampel tubular 20-
90 cm telah dibuat tetapi pengukuran di bawah kondisi operasi menunjukkan
bahwa ada banyak masalah yang harus diselesaikan sebelum teknologi ini dapat
diterapkan. Salah satu masalah adalah stabilitas dalam atmosfer yang mengandung
uap. stabilitas ini dapat ditingkatkan dengan memodifikasi membran silika dengan
gugus metil (Delft et al., 2003).
Dalam membran keramik padat, yang disebut proton atau pertukaran
proton membran, hidrogen diangkut dalam fase padat sebagai ion (proton).
Material yang dipilih adalah SrCeO3-δ dan BaCeO3-δ. Suhu operasi berada di
kisaran 600-900°C. Beberapa sumber menyebutkan suhu operasi sebesar 1000°C
(Shah, Drnevich & Balachandran, 2000), tapi tidak ada hasil percobaan pada suhu
di atas 900°C yang telah diumumkan. Temperatur yang tinggi (sekitar 900°C)
dibutuhkan untuk mencapai fluks yang diinginkan. Kestabilan terhadap senyawa
tertentu (misalnya, CO2, H2S) menjadi perhatian utama. Membran ini masih
dalam tahap awal pengembangan.
11
Secara umum, membran keramik masih memerlukan pengembangan yang
cukup besar dan pengujian adalah. Demonstrasi kelayakan teknologi skala-up
diperlukan (Delft et al., 2003).
3.6. Kaca membran (Glass membranes)
Kaca membran sebenarnya tidak terlalu penting untuk pemisahan
hydrogen karena selektivitasnya yang rendah. Kaca membran memilki pori – pori
dan berdasarkan ukurannya dibagi menjadi kaca membran berpori mikro (mikro
membrane dengan pori-pori di bawah 2 nm) dan mesopori (pori-pori 2-5 nm).
Mikro membrane berpori memiliki selektivitas yang lebih tinggi pada fluks yang
lebih rendah. Kedua jenis membran ini biasanya dihasilkan dari silika
menggunakan proses pencucian. Mikro membrane dan mesopori dapat digunakan
pada kisaran suhu 400-500°C. Vycor kaca membran telah tersedia secara
komersial.
3.7. Perbandingan membran
Berdasarkan suhu operasinya, membran dibagi menjadi :
1. Untuk suhu mencapai 100°C hanya padat polimer membran dapat digunakan.
2. Untuk suhu antara 200° C (atau 300°C) dan 600°C logam padat atau mikro
membran keramik berpori dapat digunakan.
3. Untuk temperatur antara (500°C atau) 600°C dan 900°C karbon berpori dan
membran keramik padat cocok.
12
Tabel 2: Sifat-sifat membran selektif hidrogen yang relevan