PAPER FILSAFAT HUKUM Dosen : I Wayan Dateng, S.Ag Nama : Ida Ayu Widnyani NIM : 12.0123.0.02.100
PAPER
FILSAFAT HUKUM
Dosen :I Wayan Dateng, S.Ag
Nama : Ida Ayu WidnyaniNIM : 12.0123.0.02.100
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga bisa
menyusun paper ini.
Saya sebagai penyusun paper ini menyadari sepenuhnya bahwa paper ini
masih jauh dari sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun
dengan penyempurnaan paper ini sangat saya harapkan dari pembaca. Kritik
dan saran sekecil apapun akan saya perhatikan dan pertimbangkan guna
perbaikan di masa datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian paper ini. Semoga
paper singkat ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai
tambah kepada para pemakainya.
Amlapura, 14 Mei 2013
Penyusun
Ida Ayu Widnyani
i
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................3
C. TUJUAN.....................................................................................................................3
D. METODE...................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
A. Konsep Teori Filsafat................................................................................................4
B. Konsep Pemikiran Hukum ......................................................................................4
C. Konsep Pemikiran Filsafat Hukum.........................................................................5
D. Cita-cita dan Tujuan Hukum...................................................................................7
E. Telaah Filosofis Terhadap Hakikat Keadilan ........................................................
Sebagai Cita-cita dan Tujuan Hukum.....................................................................9
BAB III...................................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................................14
A. KESIMPULAN..........................................................................................................14
B. SARAN.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
ii
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemikiran tentang Filsafat hukum dewasa ini diperlukan untuk
menelusuri seberapa jauh penerapan arti hukum dipraktekkan dalam hidup
sehari-hari, juga untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara teori dan
praktek hukum. Manusia memanipulasi kenyataan hukum yang baik menjadi
tidak bermakna karena ditafsirkan dengan keliru, sengaja dikelirukan, dan
disalahtafsirkan untuk mencapai kepentingan tertentu. Banyaknya kasus
hukum yang tidak terselesaikan karena ditarik ke masalah politik. Kebenaran
hukum dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang sistematik sehingga
peradilan tidak menemukan keadaan yang sebenarnya. Kebijaksanaan
pemerintah tidak mampu membawa hukum menjadi “panglima” dalam
menentukan keadilan, sebab hukum dikebiri oleh sekelompok orang yang
mampu membelinya atau orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.
Dalam beberapa dekade terakhir, fenomena pelecehan terhadap
hukum semakin marak. Tindakan pengadilan seringkali tidak bijak karena
tidak memberi kepuasan pada masyarakat. Hakim tidak lagi memberikan
putusan adil pada setiap pengadilan yang berjalan karena tidak melalui
prosedur yang benar.
Keadaan dan kenyataan hukum dewasa ini sangat memprihatinkan
karena peraturan perundang-undangan hanya menjadi lalu lintas peraturan,
tidak menyentuh persoalan pokoknya, tetapi berkembang, menjabar dengan
aspirasi dan interpretasi yang tidak sampai pada kebenaran, keadilan dan
kejujuran.
1
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
Fungsi hukum tidak bermakna lagi, karena adanya kebebasan
tafsiran tanpa batas yang dimotori oleh kekuatan politik yang dikemas
dengan tujuan tertentu. Hukum hanya menjadi sandaran politik untuk
mencapai tujuan, padahal politik sulit ditemukan arahnya. Politik berdimensi
multi tujuan, bergeser sesuai dengan garis partai yang mampu menerobos
hukum dari sudut manapun asal sampai pada tujuan dan target yang
dikehendaki.
Filsafat hukum relevan untuk membangun kondisi hukum yang
sebenarnya, sebab tugas filsafat hukum adalah menjelaskan nilai dasar
hukum secara filosofis yang mampu memformulasikan cita-cita keadilan,
ketertiban di dalam kehidupan yang relevan dengan pernyataan-kenyataan
hukum yang berlaku, bahkan merubah secara radikal dengan tekanan
hasrat manusia melalui paradigma hukum baru guna memenuhi
perkembangan hukum pada suatu masa dan tempat tertentu.
Mengenai fungsi Filsafat Hukum menyatakan, bahwa ahli filsafat
berupaya untuk memecahkan persoalan tentang gagasan untuk
menciptakan suatu hukum yang sempurna yang harus berdiri teguh
selamalamanya, kemudian membuktikan kepada umat manusia bahwa
hukum yang telah selesai ditetapkan, kekuasaannya tidak dipersoalkan lagi.
Suatu usaha untuk melakukan pemecahan menggunakan sistem hukum
yang berlaku pada masa dan tempat tertentu, dengan menggunakan
abstraksi terhadap bahan-bahan hukum yang lebih tinggi. Filsafat hukum
memegang peranan penting dalam kegiatan penalaran dan
penelaahan tujuan-tujuan masyarakat hukum
Dari hal demikian kita menjadi bertanya apakah cita-cita atau tujuan
hukum yang sebenarnya. Dan pemikiran inilah yang mendasari dalam
menyusun makalah ini.
2
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka ada beberapa masalah yang timbul
sebagai berikut :
1. Bagaimana Cita-cita dan Tujuan Hukum ?
2. Bagaimana Telaah Filosofis Terhadap Keadilan Sebagai Cita-cita dan
Hakikat Tujuan Hukum ?
C. TUJUAN
Berdasarkan uraian yang telah di paparka pada rumusan masalah
tersebut di atas, maka makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi, dan
menganalisis tentang:
1. Bagaimanakah Cita-cita dan Tujuan Hukum ?
2. Bagaimanakah Telaah Filosofis Terhadap Keadilan Cita-cita dan
Hakikat Tujuan Hukum ?
D. METODE
Dalam hal ini metode yang saya gunakan dalam pembuatan
paper singkat ini adalah dengan menggunakan metode penelusuran –
penelusuran melalui situs internet / searching internet dan buku-buku
pustaka.
3
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori Filsafat
Seseorang yang berfilsafat dapat diumpamankan sebagai seorang
yang berpijak di bumi dan menengadah ke bintang-bintang. Dia ingin
mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seseorang,
yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di
bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang
ditatapnya. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah
sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya
dari segi p andang ilmu itu sendrii. Dia ingin melihat hakekat ilmu dalam
konstelasi pengetahuan yang lainnya.
Dan ”Tiap ilmu dimulai dengan filsafat dan berakhir sebagai seni” ujar
Will Durant, “(Ia) muncul dalam hipotesis dan berkembang ke keberhasilan”
Auguste Comte (1798-1857).
Filsafat ialah gerak pemikiran yang metodis sistematis dan radikal
mengenai “sangkaan-paraning dumadi” =”asal dan tujuan hidup”dan
kedudukan manusia baiksebagai pribadi ataupun soom politicom dalam
kelompok, jagad raya. (Soejono Koesoemo Sisworo,).
B. Konsep Pemikiran Hukum
Pengertian hukum yang penuh dengan faliditas universal untuk
semua fenomena hukum haruslah mampu menjadi wadah untuk dan
beroreantasi pada cita hukum.
Pengertian hukum dan cita hukum yang serasi seimbang itu harus
mampu mengadirkan diri sebagai norma-norma dan institusi-institusi yang
4
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
mudah dan sederhana di fahami dan diamalkan. (Soejono Koesoemo
Sisworo,).
Apa yang pertama muncul sebagai hukum ialah yang berlaku dalam
sebuah negara. Hukum itu adalah hukum posotif. Yang berawal dari
penetapan pimpinan. Sedangkan ra kyat mencari hukum berarti rakyat
menutuk untuk hidup bersama dalam masyarakat di atur secara adil. Untuk
mengesahkan tuntutan ini tidak perlu diketahui apa yang terkandung dalam
undang-undang negara. Rakyat meminta supaya tindakan-tindakan yang
diambil adalh sesuai dengan suatu norma yang lebih tinggi dari norma
hukum dalam undang-undang.dan norma yang lebih tinggi ini dapat di
samakan dengan prinsip-prinsi keadailan. (Theo Huijbers).
Bangunan hukum yang lengkap dan substansi logis dan etis harus
mampu berpertanggung jawap dan dipertanggung jawapkan kepada
Grundnormnya.
Sedangkan hukum kodrat, keadilan dan kebenaran mewujudkan
faktor regulatif dan sekaligus unsur konstitutif bagi hukum positif, dan ilmu
hukum empiris dan ilmu hukum metafisis. (Soejono Koesoemo Sisworo,).
C. Konsep Pemikiran Filsafat Hukum
Filsafat Hukum adalah hasil pemikiran yang metodis dan
sistematisdan radikal tentang hakekat dan hal-hal yang funda mental dan
marijinal dari hukum dari segala aspeknya, yang peninjauanya berpusat
pada empat masalh pokok (Soejono Koesoemo Sisworo,) :
1) Hakekat pengertian hukum
2) Cita dan tujuan hukum
3) Berlakunya hukum (Geltung des Rechts)
4) Penerapan/pengalaman hukum (Awendung des Rechts).
5
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
Filsafat memiliki cabang umum dan khusus serta beberapa aliran
didalamnya, terkait dengan persoalan hukum yang selalu mencari keadilan,
hukum dan keadilan tidak semata-mata ditentukan oleh manusia tetapi alam
dan Tuhan ikut menentukan. Alam akan memberikan hukum dan keadilan
lebih karena alam mempunyai sifat keselarasan, keseimbangan, keajegan
dan keharmonisan terhadap segalanya, alam lebih bijaksana dari segalanya.
Dan pada dasarnya fungsi filsafat hukum di bagi menjadi tiga (3) macam
(Soejono Koesoemo Sisworo,) :
1) Fungsi Transendental Logis
Yakni mencari dan menyusun pengertian dasar hukum yang
fundamental.
2) Fungsi Fenimenologis
Yakni meneliti sejarah universal dari hukum sebagai bentuk
penjawatahan dari citahukum lestari.
3) Fungsi Deontologis
Yakni meneliti cita hukum terutama keadilan dan hukum kodrat,
sebagai ukuran idil dan umum bagi keadilan/ kebenaran atau
kdholiman hukum positif:
4) Fungsi Ontologis
Yakni mencari dan menciptakan landasan-landasan hakiki yang
mempersatukan secara struktural dan ideal keseluruhan
bangunan dan sistem hukum yang berdiri di atasnya.
Filsafat hukum , sesuai da setia pada induknya yakni kodrat filsafat,
mengandung dalam dirinya suatu aspek pandangan hidup dan dunia.
Sebagai filsafat praktis diharapkan akan mampu memberikan jalan dan cara
yang benar di dalam kehidupan manusia.
Hakekat manusia tidak semata-mata akal budi murninya, tetapi
terutama pada kebebasan kesusilaan yang otonom dari manusia yang
menapakkan diri dalam kemampuan manusiauntuk menciptakan hukum
eksusilaan bagi dirinya secara mandiri dan memperlakukan sesama
6
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
manusia tidak sebagai alat tapi sebagai subyek tujuan. (Soejono Koesoemo
Sisworo,) .
D. Cita-cita dan Tujuan Hukum
Jika kita kembali pada persoalan pendefenisian hukum, maka istilah
tentang apa yang dimaksud sebagai hukum, tergantung pada sudut
pandang apa yang digunakan seseorang. Hukum dapat diartikan juga dalam
artian yang agak metaforis seperti misalnya jika kita mengatakan tentang
hukum-hukum fisika atau hukum-hukum kimia, demikian pula hukum benda-
benda, artinya jika yang memandangnya seorang sosiolog, atau seorang
sejarawan, seorang filosof, maka sudut pandangnya akan berbeda-beda,
tergantung ia menganut aliran hukum apa.
Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkan keadilan,
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat serta mendapatkan
kemanfaatan atas dibentuknya hukum tersebut. Selain itu, menjaga dan
mencegah agar tiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun
tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan
yang sedang berlaku. Secara singkat Tujuan Hukum antara lain:
Keadilan
Kepastian
kemanfaatan
Menurut sumberlain juga mengatakan hukum bertujuan untuk
mencapai kehidupan yang selaras dan seimbang, mencegah terjadinya
perpecahan dan mendapat keselamatan dalam keadilan
Dalam membicarakan tentang tujuan hukum, sama sulitnya dengan
membicarakan tentang pendefinisian hukum, karena kedua-duanya
mempunyai obyek kajian yang sama yaitu membahas tentang hukum itu
sendiri.
7
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
Apa yang pertama-tama muncul sebagai hukum ialah hukum yang
berlaku dalam sebuah negara. Hukum semacam ini disebut hukum positif.
Asal mula hukum ini iayalah penetapan oleh pimpinan yang sah dalam
negara. Kalau seorang ahli hukum berbicara mengenai hukum biasanya
yang dia maksud hukum adalah hukum ini.
Lain lagi jikalu rakyat berbicara mengenai hukum, rakyat mencari
hukum untuk sebuah tujuan yaitu agar dapat hidup bersama dalam
masyarakat diatur secara adil.untuk mengesahkan tuntutan itu tidak perlualh
kita mencari apa isi dari undang-undang nagara. Rakyat meminta agar
tindakan atau kebijakan yang diambil oleh pemimpin mesti sesuai dengan
norma yang lebih tinggi dari undang-undang itu sendiri. Karena norma yang
lebih tinggi itu memuat perinsip-perinsip keadilan. Dan inilah yang dianggap
tujuan hukum yang mengatur mereka (rakyat).
Dari kedua perbedaan jenis hukum diatas memang nyata dan ini
pulah sangat berpengaruh terhadap tujuan hukum itu sendiri setiap cenis
memiliki tujuan mereka. Tetapi lain soal lagi apakah kedua hukum ini dapat
dipisahkan.
Atas dasar tersebut dimana hukum merupakan suatu hal yang
penting dalam mengatur dan menciptakan ketertiban dalam masyarakat
kiranya dapat teratasi, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum merupakan
sekumpulan peraturan mengenai tingkah laku dalam masyarakat yang harus
ditaati untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam fungsinya sebagai pelindung kepentingan manusia dalam
masyarakat, dalam tujuan tersebut hukum mempunyai sasaran yang hendak
dicapai, dimana hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antara
perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara
memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum itu
sendiri.
8
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
Berabjak dari hal tersebut, berbagai pakar di bidang hukum maupun
di bidang ilmu sosial lainnya mengemukakan pandangannya masing-masing
tentang tujuan hukum itu sendiri berdasarkan sudut pandang mereka
masing-masing.
Secara etimologis kata tujuan, sebagaimana yang disebutkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “arah atau sasaran yang
hendak dicapai”
E. Telaah Filosofis Terhadap Hakikat Keadilan Sebagai Cita-cita dan
Tujuan Hukum.
Pembahasan mengenai tujuan hukum tidak lepas dari sifat hukum
dari masing-masing masyarakat yang memiliki karakteristik atau kekhususan
karena pengaruh falsafah yang menjelma menjadi ideologi masyarakat atau
bangsa yang sekaligus berfungsi sebagai cita hukum.
Dari landasan teori yang dikemukakan di atas terlihat dengan jelas
perbedaan-perbedaan pendapat dari para ahli tentang tujuan hukum,
tergantung dari sudut pandang para ahli tersebut melihatnya, namun
semuanya tidak terlepas dari latar belakang aliran pemikiran yang mereka
anut sehingga dengannya lahirlah berbagai pendapat yang tentu saja
diwarnai oleh aliran serta faham yang dianutnya.
Adapun tujuan hukum pada umumnya atau tujuan hukum secara
universal yaitu menggunakan asas prioritas sebagai tiga nilai dasar hukum
atau sebagai tujuan hukum, masing-masing: keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum sebagai landasan dalam mencapai tujuan hukum yang
diharapkan.
Secara khusus masing-masing jenis hukum mempunyai tujuan
spesifik, sebagai contoh hukum pidana tentunya mempunyai tujuan spesifik
dibandingkan dengan hukum perdata, demikian pula hukum formal
9
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
mempunyai tujuan spesifik jika dibandingkan dengan hukum materil, dan
lain sebagainya.
Kalau dikatakan bahwa tujuan hukum adalah sekaligus keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum, apakah ini tidak menimbulkan masalah
dalam kenyataan.
Sebagaimana diketahui, di dalam kenyataanya sering sekali antara
kepastian hukum terjadi benturan dengan kemanfaatan, atau antara
keadilan dengan kepastian hukum, antara keadilan terjadi benturan dengan
kemanfaatan. Sebagai contoh dalam kasus-kasus hukum tertentu, kalau
hakim menginginkan keputusannya adil (menerut persepsi keadilan yang
dianut oleh hukum tersebut tentunya) bagi si penggugat atau tergugat atau
bagi si terdakwa, maka akibatnya sering merugikan kemanfaatan bagi
masyarakat luas ,sebaliknya kalau kemanfaatan masyarakat luas dipuaskan,
perasaan keadilan bagi orang tertentu terpaksa dikorbankannya. Oleh
karena itu bagaimana keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
Menurut Prof.Muchsin, pada hakekatnya hukum merupakan alat atau
sarana untuk mengatur dan menjaga ketertiban guna mencapai suatu
masyarakat yang berkeadilan dalam menyelengarakan kesejahtraan sosial
yang berupa peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan memberikan
sangsi bagi yang menyelengarakannya, baik itu untuk mengatur masyarakat
ataupun aparat pemerintah sebagai penguasa.
Ditambahkan pula oleh Prof. Muchsin, bahwa konsep dasar serta
tujuan hukum hanyalah berbicara pada dua konteks persoalan saja :
Konteks yang pertama adalah keadilan yang menyakut tentang
kebutuhan masyarakat akan rasa keadilan di tengah sangking
banyaknya dinamika dan konflik di tengah masyarakat.
Konteks yang kedua adalah aspek legalitasmenyakut apa yang
disebut dengan hukum positif, yaitu sebuah aturan yang ditetapkan
10
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
oleh sebuah kekuasaan negara yang sah dalam pemberlakuannya
dapat dipaksakan atas nama hukum.
Dua konteks persoalan tersebut di atas seringkali terjadi benturan,
diman hukum positif tidak menjamin sepenuhnya rasa keadilan, dan
sebaliknya rasa keadilan seringkali tidak memiliki kepastian hukum. Untuk
mencari jalan tengahnya komprominya adalah bagaimanabagaiman agar
semua hukum positif ada dan hadir selalu merupakan cermin dari rasa
keadilan.
Di samping itu hakekat hukum bertumpu pula pada idea keadilan dan
kekuatan moral, idea keadilan tidak pernah lepas dengan kaitannyasebab
membicarakan hukum, jelas atu samr-samar senantiasa merupakan
pembicaraan mengenai keadilan pula.
Serupa dengan apa yang di kemukaan oleh Prof. Muchsin, Theo
Huijbers dari tiga tujuan hukum (yaitu kepastian, keadilan, dan kemanfaatan)
keadilan harus menempati posisi yang pertama dan utama dari pada
kepastian dan kemanfaatan.
Selanjutnya menjelaskan dan mengajak kita pertama-tama
memandang hukum posotif secara terpisah dari prinsip-prinsip keadilan.
Seandainya hukum lepas dari norma-norma keadilan kemungkinanya ada
hukum yang ditetapkan adalah hukum yang tidak adil. Dan pertanyaanya
adalah apakah hukum yang tidak adil memiliki kekuatan hukum ?
Lanjaut Theo Huijbers menegemukakan untuk mengetahui mengerti
apakah hukum sebenarnya apakah makna hukum itu hukum ialah
mewujudkan keadilan dalam hidup bersama manusia. Makna ini tercapai
dengan di masukanya prinsip-prinsip keadilan dalam peraturan-peraturan
hidup bersama waktu itu.
Maka sebenarnya yang di sebut dengan hukum posotif yang
merupakan suatu realisasi dari prinsip keadilan. Keinsyafan keadilan dalam
11
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
hubungan dengan hukum tidak hanya dimiliki oleh rajyat . yang berkuasa
dalam sebuah negara semestinya sadar akan perlunya keadilan karena
kesadaran ini para penguasa politik sekuat tenaga berusaha untuk
mengesahkan tindakan-tindakanya seakan-akan tindakan itu sesuai dengan
prinsip keadilan.
Selanjutnya Theo Huijbers menegemukakan bila hukum hanya
dipandang sebagi hukum kalau tidak menetang keadilan, konseksuensinya
iyalah bahwa peraturan hukum yang tidak memuak konsep keadilan maka
bukanlah hukum yang sebenarnya.
Memang Undang-undang memiliki kelebihan dalam memenuhi tujuan
kepastian, namun ia juga memiliki kelemahan karena sifatnya akan menjadi
tidak fleksibel, kaku, dan statis. Penulisan adalah pembatasan, dan
pembatasan atas suatu hal yang sifatnya abstrak (pembatasan dalam
konteks materi) dan dinamis (pembatasan dalam konteks waktu) seperti
halnya value consciousness masyarakat ke dalam suatu undang-undang
secara logis akan membawa kepada konsekuensi ketertinggalan substansi
undang-undang tersebut atas bahan pembentuknya (nilai-nilai masyarakat).
Suatu undang-undang memang memiliki mekanisme pembaharuan
(legal reform) sebagai upaya meminimalisir sifat ketidak dinamisannya,
namun setiap orang juga mengetahui bahwa memperbarui suatu undang-
undang baik melalui proses legislasi maupun proses kontekstualisasi oleh
hakim bukanlah perkara yang gampang untuk dilakukan. Proses legislasi
tidak dapat dipungkiri juga merupakan manifestasi proses pergulatan politik,
dimana untuk menghasilkan suatu undang-undang yang baru tidak akan
dapat dilangsungkan dalam waktu yang singkat karena membutuhkan upaya
pencapaian kesepakatan atas kelompok-kelompok dengan visi dan misi
yang berbeda-beda.
Olehnya itu saat ini asas prioritas yang pertama-tama kita harus
memprioritaskan keadilan barulah kemanfaatan dan terakhir adalah
12
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
kepastian hukum. Idealnya diusahakan agar setiap putusan hukum, baik
yang dilakukan oleh hakim, jaksa, pengacara maupun aparat hukum lainnya,
seyogyanya ketiga nilai dasar hukum itu dapat diwujudkan secara bersama-
sama, tetapi manakala tidak mungkin, maka haruslah diprioritaskan
keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
Dengan penerapan asas prioritas ini, sisten hukum kita dapat tetap
tegak terhindar dari konflik intern yang dapat menghancurkan. Untuk
mencapai tujuan yang dapat menciptakan kedamaian, ketentraman dan
ketertiban dalam masyarakat, terutama masyarakat yang kompleks dan
mejemuk seperti di Indonesia, maka semestinya kita menganut asas
prioritas yang kasuistis yang ketika tujuan hukum diprioritaskan sesuai
kasus yang dihadapi dalam masyarakat, sehingga pada kasus tertentu
dapat diprioritaskan salah satu dari ketiga asas tersebut sepanjangtidak
mengganggu ketenteraman dan kedamaian merupakan tujuan akhir dari
hukum itu sendiri.
13
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tujuan hukum secara umum ialah arah atau sasaran yang hendak
dicapai hukum dalam mengatur masyarakat. Dalam rumusan tentang tujuan
hukum masih terdapat perbedaan pendapat antara para ahli hukum. Hal ini
disebabkan karena sifatnya yang universal, adanya faktor penyebab lain
yaitu dari masing-masing masyarakat atau bangsa yang memiliki
karakteristik yang menjelma menjadi ideologi bangsa yang sekaligus
berfungsi sebagai cita hukum.
Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkan keadilan,
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat serta mendapatkan
kemanfaatan atas dibentuknya hukum tersebut. Selain itu, menjaga dan
mencegah agar tiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun
tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan
yang sedang berlaku. Secara singkat Tujuan Hukum antara lain:
keadilan
kepastian
kemanfaatan
Namun dengan perkembangan saman terjadi “benturan” antara
Keadilan Dan kepastian hukum, dalam penerapan hukum kan yang di
dahulukan adalah kepastin hukum.
Padahal jikalu kita melihat secara filosofis dan dari pendapat
beberapa pakar, yang mesti didahulukan adalah keadailan, contohnya yang
di kemukankan oleh Theo Huijbers, dari tiga tujuan hukum (yaitu kepastian,
keadilan, dan kemanfaatan) keadilan harus menempati posisi yang pertama
dan utama dari pada kepastian dan kemanfaatan.
14
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
Dan sesunguhnya kepastian hukum dalam arti peraturan-peraturan
lahir untuk menguatkan pondasi atau landasan dari tujuan hukum
sesungguhnya, namun sebliknya kini kepastian hukun lebih mendominasi,
bahkan Seorang Hakin kini dianggap hanya menjadi “Corong Undang-
undang” hal ini, dianggap oleh penulis adalh dampak atau pengaruh dari
kultur, civil law system yang menghendaki hakim untuk mendasarkan diri
secara ketat kepada bunyi undang-undang walaupun undang-undang
tersebut telah ketinggalan jaman.
Dan dari hasil analisis secara filosofis dapat di simpulkan bahwa
hakekat tujuan hukum itu adalah keadilan, dan kepastian hukumsebagai
perwujudan keadilan maka di setiap undang-undang harus memuat konsep
keadilan dan jikalu dalam penegakan peraturan itu tidak memenuhi rasa
keadilan maka sesungguhnya itu bukanlah hukum. “Penulis ingin
mengemukakan bahwa sesunguhnya keadilan itu tidak perlu difinisi karena
keadilan itu adalah sebuah keputusan sikap, perasaan nurani dari individu
atu kelompok, adil bagi pihak yang lain belum tentu adil bagi pihak lain
merasakan rasa (adil) yang sama, adil bagi penguasa belum tentu adil bagi
masyarkat, dan sebaliknya. Maka kosepnya, keadilan harus dibalut oleh
kepastian hukum yang jelas dengan cataan setiap kepastian hukum (aturan-
aturan) harus memenuhi rasa nurani masayrakat yang lebih banyak.”
B. SARAN
Sebagai saran mengutip apa yang dikemukakan oleh Prof.
Muchsin, Dua konteks persoalan antara kepastian hukum terjadi benturan
dengan kemanfaatan, atau antara keadilan dengan kepastian hukum, antara
keadilan terjadi benturan dengan kemanfaatan seringkali terjadi benturan,
dimana hukum positif tidak menjamin sepenuhnya rasa keadilan, dan
sebaliknya rasa keadilan seringkali tidak memiliki kepastian hukum. Untuk
mencari jalan tengahnya komprominya adalah bagaimana agar semua
15
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
hukum positif ada dan hadir selalu merupakan cermin atau memuat rasa
keadilan.
DAFTAR PUSTAKA
16
IDA AYU WIDNYANI – NIM : 12.0123.0.02.100
1. Huijbers,Theo.1982. Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah. Yogyakarta: Kanisius.
2. Sisworo,Koesoemo,Soejono,SH,CN.1989.
pidato pengukuhan; mempertimbangkan beberapa pokok pikiran
berbagai aliran filsafat hukum dala relasi dan relevansidengan
pembangunan/pembinaan hukum indonesia. Semarang ;Fakultas
Hukum Univ. Diponogoro
3. MuchsinProf.,DR,H,SH. Materi Pokok Filsafat Hukum.
4. MuchsinProf.,DR,H,SH. Nilai-Nilai Keadilan.
17