Top Banner
Identifikasi Sistem Geothermal Menggunakan Metode Audio Magnetotelurik (AMT) Daerah Gedongsongo, Ungaran, Jawa Tengah oleh: Dwiky Perdana Susanto, Dwi Noviyanto, Mochammad Husni Rizal, Adytia Laksamana Putra, Astya Brilliana, Setyarini Wijayanti Utami* *) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Lab. Geofisika UGM Sekip Utara Unit III PO.BOX BLS 21 Yogyakarta 55281 Intisari Daerah Gedongsongo, Jawa Tengah merupakan salah satu area prospek panas bumi, dimana terdapat manifestasi yang berhubungan dengan aktivitas panas bumi. Manifestasi ini berupa fumarol, steaming ground dan hot spring. Berdasarkan penelitian geologi dan geokimia yang telah banyak dilakukan, diperkirakan daerah ini merupakan upflow. Telah dilakukan survei Audio Magnetotelurik di daerah prospek panas bumi Gedongsongo, yang bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa komponen penyusun sistem panas bumi, yaitu kedalaman batuan penudung dan batuan reservoir. Pengukuran AMT telah dilakukan pada 32 titik pengukuran sepanjang 5 lintasan dengan spasi antar titik 500 meter. Berdasarkan hasil analisis data, didapat 3 zona resistivitas utama pada lokasi penelitian yang terdiri dari zona resistivitas tinggi, resistivitas sedang, dan resisitivitas rendah dengan nilai masing-masing zona 1000 – 1905,461 Ohmm , 275,42 – 724,436 Ohmm, 1.56 – 104.7129 Ohmm. Zona dengan nilai resistivitas 1000 – 1905,461 Ohmm pada Line A dan Line B diduga merupakan zona reservoir panas bumi pada lokasi penelitian. Zona dengan nilai resisitivitas di bawah 1000 diduga merupakan zona batuan pendung dan batuan ubahan pada sistem panas bumi lokasi penelitian. Kata kunci : Gedong Songo, Audio Magnetotelurik, Sistem Panas Bumi
15

Paper AMT Final

Jan 23, 2016

Download

Documents

Ndrian Riis Ky

AMT
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Paper AMT Final

Identifikasi Sistem Geothermal Menggunakan Metode Audio Magnetotelurik (AMT)

Daerah Gedongsongo, Ungaran, Jawa Tengah

oleh:

Dwiky Perdana Susanto, Dwi Noviyanto, Mochammad Husni Rizal, Adytia Laksamana

Putra, Astya Brilliana, Setyarini Wijayanti Utami*

*)Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Lab. Geofisika UGM Sekip Utara Unit III PO.BOX BLS 21 Yogyakarta 55281

Intisari

Daerah Gedongsongo, Jawa Tengah merupakan salah satu area prospek panas bumi,

dimana terdapat manifestasi yang berhubungan dengan aktivitas panas bumi. Manifestasi ini

berupa fumarol, steaming ground dan hot spring. Berdasarkan penelitian geologi dan geokimia

yang telah banyak dilakukan, diperkirakan daerah ini merupakan upflow.

Telah dilakukan survei Audio Magnetotelurik di daerah prospek panas bumi

Gedongsongo, yang bertujuan untuk mengidentifikasi beberapa komponen penyusun sistem

panas bumi, yaitu kedalaman batuan penudung dan batuan reservoir. Pengukuran AMT telah

dilakukan pada 32 titik pengukuran sepanjang 5 lintasan dengan spasi antar titik 500 meter.

Berdasarkan hasil analisis data, didapat 3 zona resistivitas utama pada lokasi penelitian

yang terdiri dari zona resistivitas tinggi, resistivitas sedang, dan resisitivitas rendah dengan nilai

masing-masing zona 1000 – 1905,461 Ohmm , 275,42 – 724,436 Ohmm, 1.56 – 104.7129

Ohmm. Zona dengan nilai resistivitas 1000 – 1905,461 Ohmm pada Line A dan Line B diduga

merupakan zona reservoir panas bumi pada lokasi penelitian. Zona dengan nilai resisitivitas di

bawah 1000 diduga merupakan zona batuan pendung dan batuan ubahan pada sistem panas bumi

lokasi penelitian.

Kata kunci : Gedong Songo, Audio Magnetotelurik, Sistem Panas Bumi

Page 2: Paper AMT Final

1. Pendahuluan

Seperti sumber daya energi pada umumnya,

sumber energi panas bumi juga bisa

diperoleh melalui pengukuran karakteristik

fisika dan kimia dari suatu daerah yang

dianggap memiliki manifestasi dan prospek

panas bumi. Identifikasi terhadap komponen

penyusun sistem panas bumi (contohnya

batuan penudung dan batuan reservoir)

penting untuk menentukan prospeknya

sehingga dapat dilaksanakan eksplorasi

lanjut dan eksploitasi. Jika prospek dari

suatu sistem panas bumi menjanjikan, maka

cadangan energi yang dimilikinya dapat

dikembangkan menjadi pembangkit tenaga

listrik. Pemanfaatan sumber daya panas

bumi juga akan turut mendukung

berkurangnya ketergantungan terhadap

bahan bakar fosil dan mengurangi tingkat

polusi.

Di daerah Gunung Ungaran terdapat

manifestasi yang tersebar di beberapa titik,

berupa fumarol, mata air panas, batuan yang

teralterasi, dan sisa manifestasi. Berdasarkan

tinjauan geologi, manifestasi tersebut

mengindikasikan daerah ini memiliki

potensi panas bumi.

Akuisisi data dengan metode AMT

(audio magnetotelluric) kali ini bertujuan

untuk memperkirakan kedalaman batuan

reservoir dan batuan penudung pada suatu

sistem panas bumi dari peta persebaran

resistivitas batuannya. Daya tembus dari

metode ini adalah sekitar 1000 meter

sehingga dianggap cukup untuk dapat

menjangkau kedalaman batuan penudung

dan batuan reservoir.

2. Tinjauan Pustaka

a. Tinjauan Geologi

Gunung Ungaran merupakan gunung api

kuarter yang terletak di sebelah utara deretan

Pegunungan Serayu Utara, yaitu gunungapi

Ungaran – Telomoyo – Merbabu – Merapi.

Geologi permukaan Gunung

Ungaran didominasi oleh batuan vulkanik

berumur Kuarter. Menurut Budiardjo et. al.

(1997), stratigrafi daerah Ungaran dari yang

tua ke yang muda adalah sebagai berikut:

1. Batugamping volkanik

2. Breksi volkanik III

3. Batupasir volkanik

4. Batulempung volkanik

5. Lava andesitik

6. Andesit porfiritik

7. Breksi volkanik II

8. Breksi volkanik I

9. Andesit porfiritik

10. Lava andesit

11. Aluvium

Page 3: Paper AMT Final

Sistem panas bumi yang berkembang

di Gunung Ungaran secara geologi berada di

zona depresi, berupa kerucut-kerucut muda.

Prospek panas bumi daerah ini bersistem

dominasi air panas, yang secara struktural

dikontrol oleh struktur kaldera atau struktur

runtuhan (collapse structure) Ungaran, yang

memanjang dari barat hingga tenggara dari

arah Ungaran. Batuan vulkanik penyusun

pre-caldera dikontrol oleh sistem sesar yang

berarah Baratlaut–Baratdaya dan Tenggara-

Barat. Pada batuan vulkanik penyusun post-

caldera hanya terdapat sedikit struktur yang

dikontrol oleh sistem sesar regional

(Budiardjo et. al. 1997). Pemunculan

manifestasi Gedongsongo dikontrol oleh

zona struktur berarah Utara-Selatan sebagai

pembatas pemunculan dan struktur berarah

Timurlaut–Baratdaya untuk manifestasi

Gedongsongo.

Manifestasi suhu umumnya terjadi di

daerah bagian barat dari sungai kecil pada

bagian selatan dari puncak Ungaran. Pada

bagian timur dari sungai tersebut ditemukan

sisa manifestasi (relic manifestations), yang

diindikasikan dengan banyaknya pohon mati

dan diselubungi oleh sulfur dan lumpur. Bau

sulfur dapat tercium pada jarak dekat, dan

terlihat adanya struktur kecil di sepanjang

tanah yang juga diselubungi oleh lumpur

dan sulfur. Kenampakan ini

diinterpretasikan sebagai mulut mata air

panas atau hangat di masa lampau.

Gambar 1. Peta geologi regional daerah Ungaran

(Budiardjo, et. al., 1997)

Page 4: Paper AMT Final

Distribusi manifestasi menunjukkan

arah utara-selatan, sejajar dengan lereng

curam dan sungai kecil yang mungkin saja

terbentuk akibat struktur runtuhan (collapse

structure) atau sesar normal seperti yang

umumnya terjadi di daerah pegunungan.

Struktur ini bersifat permeabel dan dianggap

mengatur transfer panas secara konvektif.

Patahan tersilifikasi yang ditemukan pada

daerah tanah beruap masa lampau (relic

steaming ground) di bagian utara juga

mengindikasikan adanya sesar normal.

b. Tinjauan geofisika

Pengukuran metode magnetotelurik telah

dilakukan di lapangan panas bumi

Gedongsongo oleh S.Widarto et. al. (2007).

Dari pengukuran tersebut, diperoleh model

resistivitas (Gambar 3) yang menunjukkan

fenomena geologi berupa kerucut intrusi

dengan resistivitas sangat tinggi (>10000

ohm.m) yang diperkirakan merupakan salah

satu kerucut parasitic di Ungaran. Kerucut

ini diduga merupakan intrusi andesit yang

masih menyimpan panas dan masih dalam

tahap pendinginan. Perkiraan batuan

penudung yang dicirikan dengan nilai

resistivitas >1000 ohm.m berada sekitar 400

meter dibawah Kawah Item, dengan

penyusun utama lava dan breksi lahar

andesitik yang terkompakkan. Dibawah

lapisan yang terduga penudung tersebut

ditemukan zona sangat konduktif (<10

ohm.m) yang diduga merupakan puncak

Gambar 2. Cross-section arah barat-timur sepanjang manifestasi daerah Gedongsongo

Page 5: Paper AMT Final

reservoir. Dibawah puncak reservoir

tersebut, ditemukan persebaran resistivitas

antara 30 sampai 300 ohm.m yang terletak

pada kedalaman 600 hingga 1600 meter dari

permukaan dan diduga merupakan zona

reservoir lapangan panas bumi

Gedongsongo.

Pengukuran dengan metode CS-AMT di

area Gedongsongo juga telah dilakukan oleh

Faulin, 2002 yakni di daerah manifestasi

fumarol dan sebelah selatan gedongsongo

hingga banaran. Dari penelitian ini juga

diperoleh model reservoir panas bumi

ungaran yang diperkirakan terdiri dari

batuan dasar berupa intrusi batuan beku

andesit dengan resistivitas > 1000Ωm. Dan

batuan reservoir utama berupa batuan

gunung api pre-caldera dan batuan

sendimen laut tersier dengan harga

resistivitas 100-1000 Ωm dan 10-100 Ωm.

Sementara batuan penudungnya berupa

batuan post caldera yang mengalami alterasi

hidrotermal dengan nilai resistivitas sangat

rendah <10 Ωm. Lapisan cap rock ini

diindikasikan menyebar kearah barat daya

berkaitan dengan struktur robohan yang

mengontrol sistem panas bumi

gedongsongo.

Gambar 3. Model tahanan jenis hasil inversi 2D (S.Widarto et. al, 2007)

Page 6: Paper AMT Final

3. Dasar Teori

1. Konsep dasar magnetotellurik

dan audio magnetotellurik

Dalam metode magnetotellurik,

keberadaan medan elektromagnetik alam

digunakan untuk mempelajari resistivitas

listrik medium di bawah permukaan bmi,

dengan melakukan pengukuran medan listrik

dan medan magnetik di atas permukaan

bumi. Konsep dasar metode magnetotellurik

cukup sederhana, pada suatu titik

pengamatan di lapangan yang akan

diselidiki nilai resistivitas bawah

permukaannya, dilakukan pengukuran

komponen tangensial medan listrik dan

medan magnetik dari medan

elektromagnetik yang berasal dari alam.

Fluktuasi medan elektromagnetik dari alam

terutama berasal dari aktivitas meteorologi

dan aliran arus listrik di ionsfer. Medan

elektromagnetik ini dalam interaksinya

dengan medium di bawah permukaan akan

menghasilkan medan induksi sekunder yang

dikontrol oleh sifat-sifat kelistrikan medium.

Dalam survei magnetotellurik, receiver akan

menerima medan sekunder dari medium.

Secara umum metode

magnetotellurik menggunakan sumber

gelombang elektromagnetik alam. Pada

dasarnya prinsip metode Audio

Magnetotelluric (AMT) hamper sama

dengan prinsip metode magnetotellurik.

Perbedaan antara kedua metode ini terletak

pada frekuensi yang ditangkap. Secara

sederhana penggunaan metode AMT

dilakukan dengan mengukur gelombang

elektromagnetik yang telah menginduksi

bawah permukaan bumi.

Perbandingan antara intensitas

medan listrik dan medan magnetik

menunjukan sifat impedansi listrik. Pada

kondisi tertentu impedansi listrik ini

merupakan fungsi dari sifat listrik medium

atau batuan. Dengan menentukan impedansi

pada sederetan frekuensi maka dapat

diperoleh informasi tentang penampang

konduktivitas atau resistivitas medium

sebagai fungsi kedalaman dibawah titik

pengukuran tersebut dan dapat

menggambarkan struktur geologi bawah

permukaan.

Pemakaiangelombang

elektromagnetik dengan frekuensi tinggi

hanya memberikan daya tembus yang

dangkal dikarenakan adanya penyerapan

energy sebesar 37%. Kedalaman dimana

amplitude gelombang elektromagnetik

terinduksi menjadi 1/e dari amplitude awal

gelombang tersebut dipermukaan sisebut

skin depth. Dengan emikian untuk

mendapatkan informasi mengenai resistivias

atau konduktivitas pada lapisan yang lebih

Page 7: Paper AMT Final

dalam, maka digunakan gelombang

elektromagnetik dengan frekueansi yang

rendah.

2. Medan Elektromagnetik

Medan elektromagnetik

mempunyai spectrum dengan frekuensi dari

10-4

Hz sampai dengan puluhan ribu Hz.

Medan elektromagnetik alam dapat

ditimbulkan oleh berbagai sebab. Frekuensi

medan elektromagnetik <1Hz biasanya

ditimbulkan oleh interaksi antar partikel

yang dipancarkan oleh matahari dengan

atmosfer bumi dan magnetosfer. Frekuensi

medan elektromagnetik >1Hz dapat berasal

dari kegiatan meteorology (guntur dan

kilat) serta dari sistem pemancar (untuk

tujuan komunikasi) buatan manusia.

Komponen medan elektromagnetik

alam memiliki frekuensi >1Hz yang

terpenting adalah medan elektromagnetik

yang berasal dari aktivitas meteorology

(jaraknya cukup jauh), terutama kilat yang

berasosiaso dengan guntur atau badai. Kilat

yang terjadi pada tempat yang cukup jauh

dari titik pengamatan merupakan sumber

energi yang uniform. Medan

elektromagnetik yang berasal dari kilat

menjalar ke tempat yang lebih jauh. Dalam

penjalarannya, frekuensi tingg mengalami

pelemahan sedangkan frekuensi rendah

mengalami penguatan dengan cara osilasi.

Energy elektromagnetik pada frekuensi

rendah berosilasi atara permukaan bumi

yang konduktif dan lapisan ionosfer di

udara.

Hampir selalu terjadi klat setiap saat

di salah satu tempat di muka bumi ini. Ada

tiga tempat utama disaerah ekuator sebagai

pusat terjadinya kilat dengan rata-rata 200

hari tiap tahun, yaitu Brasil, Afrika Tengah,

dan Malysia.

3. Persamaan Gelombang EM

Metode magnetotelluric

menggunakan teori elektromagnetik yang

dijabarkan dalam persamaan Maxwell

dalam bentuk dfferensial , yaitu:

(Hukum

Faraday)

(Hukum

Ampere)

→ (Hukum Fluk

Kontinyu)

→ (Hukum Coulomb)

Dengan → adalah medan listrik

volt/meter), → adalah intensitas medan

magnetic (amper/meter), → adalh induksi

magnetic (weber/meter2 atau Tesla),

adalah rapat arus (amper/meter2), → adalah

perpindahan listrik (coulomb/meter2) dan q

Page 8: Paper AMT Final

adalah rapat muatan listrik

(coulomb/meter3).

Dalam keadaan homogeny isotrop

berlaku hubungan :

dengan adalah permeabilitas

magnetic (henry/meter), adalah

permitivitas listrik (farad/meter), adalah

konduktivitas (mho/meter) dan adalah

resistivitas medium (ohmmeter).

Dengan melakukan sunbstitusi

persamaan (3.5), (3.6) pada persamaan (3.1),

(3.2) kemudian delakukan operasi curl pada

persamaan tersebut, maka akan didapatkan

persamaan gelombang untuk medan listrik

dan medan magnetic secara terpisah.

Dengan menggunakan identitas vector

→ (

→)

→ maka akan

didapatkan persamaan gelombang untuk

medan listrik dan medan magnetic:

Solusi persamaan (3.8) dan (3.9)

merupakan persamaan gelombang yang

merupakan fungsi dari waktu dan jarak. Jika

variasi terhadap waktu dinyatakan sebagai

fungsi sinusoidal, maka:

( ) ( )

( ) ( )

Dengan dan adalah

frekuensi gelombang elektromagnetik (Hz).

4. Absorpsi Gelombang Bidang

Konduktivitas batuan merupakan

parameter yang menentukan dalam

penentuan struktur bawah permukaan.

Biasanya material bumi mempunyai harga

konduktivitas siemens dan

permitivitas farad/meter. Untuk

frekuensi kurang dari 100 Hz, ,

sehingga dapat diabaikan. Pada kasus ini

dan konstanta adalah:

( )√

Selain bersifat konduktif, material

bumi ada juga yang bersifat resistif. Untuk

kasus ini maka harga , sehingga

konstanta perambatan akan menjadi :

5. Impedansi dan Tahanan Jenis

Semu

Untuk merumuskan secara

matematis perambatan gelombang

elektromagnetik di dalam medium

horizontal berlapis yang tiap lapisannya

Page 9: Paper AMT Final

homogeny isotrop berdasarkan pendekatan

Cagniard, maka dipakai beberapa asumsi

sebagai berikut:

pusat koordinat berada di bawah

permukaan bumi, dengan sumbu z

tegak lurus bidang permukaan dan

positif ke bawah (bidang x, y parallel

dengan bidang permukaan),

bumi terdiri dari n buah lapisan,

masing-masing ini dianggap

homogeny isotrop. Jika ada arus

konduksi yang mengalir kea rah

sumbu x maka tidak ada aruus

konduksi yang mengalir kea rah

sumbu y dan lapisan ke-n

mempunyai tebal tak berhingga ke

bawah,

harga konduktivitas lapisan ke-m

adalah dan ketebalan lapisannya

dengan .

Sedangkan harga permeabilitas

magnetiknya adalah dasn

permeabilitas listriknya adalah ,

dengan henry/m

dan farad/m,

sumber gelombang elektromagnetik

berasal dari sebuah lempeng arus

yang terletak diatas permukaan bumi

dan menimbulkan medan magnetic

uniform H0y. medan magnetic ini

sebanding dengan waktu sehingga

menimbulkan medan listrik primer

E0x yang tegak lurus terhadap medan

magnetic H0y.

Di dalam medium homogeny isotrop,

besarnya harga impedansi adalah modulus

dari Zxy :

| | | ( )| |(

)

| ( )

Berdasarkan persamaan (3.46) dan jika

dimasukkan harga permeabilitas

ruang hampa, maka dapat dituliskan

besarnya resistivitas dan fase, yaitu:

| |

|

|

dan

*

+

Jika tanah sebagai medium

perambatan tidak homogeny maka akan

menjadi (resistivitas semu). Definisi

resistivitas semu secara umum adalah

resistivitas yang terukur di atas permukaan

medium berlapis lapis yang mempunyai

perbedaan resistivitas dan ketebalan lapisan.

Resistivitas semu pada magnetotelluric

bergantung pada parameter sifat medium

(ketebalan dan resistivitas batuan) dan

frekuensi gelombang elektromagneti yang

diukur.

6. Skin Depth

Hal ini menunjukan bahwa amplitude

pada kedalaman besarnya medan akan

berkurang 1/e dari harganya dipermukaan

Page 10: Paper AMT Final

bumi, oleh karena itu fenomena penjalaran

gelombang elektromagnetik didalam bumi

lebih mencerminkan kejadian difusi dari

fenomena penjalaran gelombang itu sendiri.

Dalam SI, skin depth :

(

)

(

)(

)

(

)

7. Sumber Derau (Noise) dalam

Metode AMT

Noise dalam rekaman akuisisi AMT terbagi

empat kategori, yaitu:

1) Instrumentation noise ditimbulkan oleh

alat seperti rendahnya input impedansi

pada receiver, kemampuan filtering yang

tidak memadai. Hal ini dapat dihindari

dengan cara mengecek respon system

secara periodic dan melakukan analisis

terhadap data pengukuran sehingga

dapat diketahui data yang baik dan yang

jelek

2) Listrik tegangan tinggi, jaringan listrik,

kabel yang dibawah permukaan tanah

merupakan sumber utama cultural noise.

Cara meminimalisirnya adalah dengan

menjauhkan titik amat dari sumber

noise tersebut

3) Atmospheric noise disebabkan oleh

hujan angina disertai petir dan Guntur

serta efek static dari udara dan awan.

Dihindari dengan melakukan low pass

filtering serta stacking and averaging

yang meadai ketika dilakukan

pengolahan data

4) Wind noise disebabkan oleh angina yang

dapat merubah posisi koil magnetic

maka sebaiknya saat pengukuran koil

dipendam didalam tanah yang juga

berfungsi meminimalkan efek panas

pada koil akibat pengaruh sinar matahari

langsung dan gerakan koil induksi

(gerakan kabel penghubung elektroda).

8. Resonansi dan Kedalaman

Kedalaman yang besar berasosiasi

dengan energy yang besar oada spektru

dengan frekuensi rendah dari gelombang

elektromagnetik. Namun demikian

penggunaan gelombang elektromagnetik

berfrekuensi rendah mempunyai resolusi

yang rendah pula. Hal ini menyebabkan

penggunaannya tidak efektif untuk

mendeteksi lapisan tipis.

Metode Penelitian

Akuisisi Data

Page 11: Paper AMT Final

Akuisisi data dilakukan di area

Gedongsongo dan desa Candi dengan

membuat titik survey dengan jumlah 32 titik

dan spasi rata –rata 500 m (ditunjukan oleh

Gambar 4). Proses akuisisi ini dilakukan

pada 9 Juni – 18 Juni 2014.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan perangkat lunak IP2WIN(MT

)versi 2.0. untuk proses inversi 1D. Proses

gridding data di kedalaman dilakukan

dengan menggunakan perangkat lunak

Surfer versi 11. Proses gridding dilakukan

dengan menggunakan metode natural

neighbour sehingga didapatkan gambaran

sebarantahanan jenis sebenarnya (true

resistivity) sebagai fungsi kedalaman.

Berikut diagram alir pengolahan data dan

interpretasi pada penelitian kali ini.

Hasil dan Pembahasaan

Berdasarkan hasil pengolahan inversi

dari software IP2WINMT, dapat dilihat hasil

korelasi dari titik AMT 01 – AMT 08 (Line

A), AMT 09 – AMT 16 (Line B), dan AMT

17 – AMT 24 (Line C) yang menunjukkan

adanya zona batuan yang memiliki nilai

resistivitas berkisar dari 1,58 – 1905,461

Ohmm (Gambar 6). Nilai ini dibagi lagi

menjadi beberapa zona nilai log resistivitas

yang dianggap mewakili beberapa lapisan

yang berada di bawah permukaan. Secara

garis besar, kondisi bawah permukaan terdiri

dari 3 zona utama, zona pertama merupakan

zona batuan resistivas yang digolongkan

rendah dibandingkan sekitarnya dengan nilai

Gambar 4. Peta titik pengukuran

Gambar 5. Diagram alir penelitian

Page 12: Paper AMT Final

resisitivitas dari 1.56 – 104.7129 Ohmm.

Zona ini berada pada zona selatan area

penelitian pada Line A dan Line B, dan

memanjang dari utara – selatan pada Line C.

Zona kedua merupakan zona batuan yang

memiliki nilai resisitivitas 275,42 – 724,436

Ohmm. Zona ini terletak pada bagian utara

di Line A dan Line B, serta pada zona

sebelah selatan dari Line C. Zona ketiga

merupakan zona dengan nilai resistivitas

1000 – 1905,461 Ohmm terletak pada

bagian utara di Line A dan Line B, serta

pada bagian selatan di Line C.

Berdasarkan hasil korelasi dan

interpretasi, maka diduga bahwa batuan

pada Line A dan Line Bsaling berkorelasi

satu sama lain yang dapat dilihat pada

penyebaranya yang cenderung sama-sama

mengarah ke arah utara untuk batuan dengan

resistivtas sedang-tinggi dan mengarah ke

selatan untuk zona resistivitas yang

dianggap rendah. Sementara pada Line C,

zona batuan dengan nilai resistivitas rendah

terletak memanjang dari utara-selatan

dengan posisi zona resistivitas tinggi berada

di sebelah selatan (Gambar 7).

Hasil interpretasi pada ketiga zona

batuan ini menunjukkan bahwa zona batuan

dengan nilai resistivitas 1000 – 1905,461

Ohmm pada Line A dan Line B dapat

diinterpretasikan sebagai zona batuan beku

yang juga dapat diduga menjadi reservoir

pada daerah penelitian. Sedangkan zona

dengan nilai resistivitas di bawahnya diduga

merupakan zona batuan penudung dan

batuan ubahan pada area panas bumi lokasi

penelitian.

Kesimpulan dan Saran

1. Terdapat 3 zona resistivitas utama pada

lokasi penelitian yang terdiri dari zona

resistivitas tinggi, resistivitas sedang, dan

resisitivitas rendah dengan nilai masing-

masing zona 1000 – 1905,461 Ohmm ,

275,42 – 724,436 Ohmm, 1.56 – 104.7129

Ohmm.

2. Zona dengan nilai resistivitas 1000 –

1905,461 Ohmm pada Line A dan Line B

diduga merupakan zona reservoir panas

bumi pada lokasi penelitian.

3. Zona dengan nilai resisitivitas di bawah

1000 diduga merupakan zona batuan

pendung dan batuan ubahan pada sistem

panas bumi lokasi penelitian.

Page 13: Paper AMT Final

Daftar Pustaka

Budihardjo, B., Nugroho, Budiharti, M.,

1997, Resources Characteristics of the

Ungaran Field, Central Java,

Indonesia, Proceeding Seminar

Nasional Sumber Daya Geologist

Indonesia, Fakultas Teknik Geologi

dan Mineral, UPN “Veteran”,

Yogyakarta.

Faulin, Taubah, 2002, Interpretasi

Resistivitas Batuan Daerah Prospek

Panasbumi Gedongsongo, FMIPA

UGM: Yogyakarta.

Gaffar Z. Eddy, Dadan D. Wardhana, Djedi

S. Widarto. 2007. Studi Geofisika

Terpadu di Lereng Selatan Ungaran,

Jawa Tengah, dan Implikasinya

Terhadap Struktur PanasBumi. Jurnal

Meteorologi dan Geofisika : 101-119.

Nukman, M. 2014. Overview of

Gedongsongo Manifestations of the

Ungaran Geothermal Prospect,

Central Java, Indonesia : a

preliminary account. Geofisika,

Universitas Gadjah Mada :

Yogyakarta.

Page 14: Paper AMT Final

Lampiran

Gambar 6.Penampang Resistivitas

Bawah Permukaan

Gambar 7.Korelasi

Penampang

Resistivitas

Page 15: Paper AMT Final

Gambar 8.Contoh Hasil Inversi IP2WINMT Titik AMT 01 Line A

Gambar 9.Contoh Hasil Inversi IP2WINMT Titik AMT 09 Line B

Gambar 10.Contoh Hasil

Inversi IP2WINMT Titik

AMT 17 Line C