Top Banner
79

panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Apr 16, 2017

Download

Environment

Mohd Yunus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
Page 2: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
Page 3: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Diterbitkan Oleh:Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DASDitjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial - Kementerian KehutananGd. Manggala Wanabakti, Blok I Lt.I3Jl. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270Telp : 021 5730151Fax : 0215731839

Didukung Oleh :Strengthening Community-Based Forest and Watershed Management Project (SCBFWM)Proyek Penguatan Pengelolaan Hutan dan DAS Berbasis MasyarakatEmail : [email protected] : www.scbfwm.org

Penyusun Modul :Sutadi Sastrowihardjo

PANDUAN PENGELOLAAN DAS MIKROBERBASIS MASYARAKATPanduan ini disusun atas dasar pembelajaran dari Proyek Penguatan Pengelolaan Hutandan DAS Berbasis Masyarakat/ Strengthening Community-Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) Project in Indonesia. SCBFWM merupakan proyek kerjasamaDirektorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial (BPDASPS) KementerianKehutanan dengan UNDP Indonesia dengan dana hibah dari Global Environment Facilities (GEF)

Maret 2015, Cetakan PertamaVI + 71 halaman

PERPUSTAKAAN NASIONAL : KATALOG DALAM TERBITANISBN : 978-602-14678-6-2

Page 4: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa dengan izin-Nya

buku Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat ini dapat diterbitkan

untuk pihak-pihak yang berkepentingan khususnya dalam upaya Pengelolaan

DAS di Indonesia.

Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat pada prinsipnya

menggunakan pendekatan bottom up, dengan memberdayakan masyarakat

setempat untuk mengelola lahan usahanya dan atau hutan disekitarnya yang

merupakan bagian suatu DAS. Tujuannya untuk memperbaiki dan meningkatkan

produksi lahan dan hutan sekaligus perbaikan lingkungan guna memenuhi

kebutuhan hidupnya secara berkelanjutan. Untuk mencapai hasil yang optimal,

perlu dilakukan pemberdayaan dan pendampingan kepada masyarakat oleh

pemerintah dan lembaga lain yang sesuai dengan kondisi setempat.

Panduan ini menjelaskan secara detail proses-proses yang perlu

dipersiapkan dalam pengelolaan DAS Mikro dengan melibatkan masyarakat

sebagai pelaku utama seperti menyiapkan organisasi kelompok, menumbuhkan

kesadaran masyarakat, identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya,

pelatihan keterampilan dan monitoring serta evaluasi kegiatan.

Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat ini disusun antara

lain atas dasar pembelajaran dari Proyek Penguatan Pengelolaan Hutan dan DAS

Berbasis Masyarakat/ Strengthening Community-Based Forest and Watershed

Management (SCBFWM) yang dilaksanakan oleh Ditjen Bina Pengelolaan DAS

dan Perhutanan Sosial, di enam propinsi sejak tahun 2009.

Atas selesainya buku ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah berkontribusi dalam penulisannya dan semoga bermanfaat

untuk pembacanya.

Direktur PEPDAS, Kementerian Kehutanan

Sekaligus Sebagai

National Project Director (NPD) SCBFWM

Ir. Djati Witjaksono Hadi, M.Si

Page 5: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat
Page 6: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

Pendahuluan ......................................................................................... 1A. Latar Belakang ............................................................................... 1B. Maksud dan Tujuan ........................................................................ 3C. Dasar Hukum .................................................................................. 4D. Substansi ....................................................................................... 5E. Konsep Dasar ................................................................................. 5F.. Pengertian ...................................................................................... 9G. Tujuan Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat (PDASBM) ........... 11H. Manfaat Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat (PDASBM) ........ 11I. Pembangunan Model DAS Mikro Berbasis Masyarakat. ............... 12

Persiapan .............................................................................................. 13A. Pembentukan Pokmas CBO............................................................ 13B. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat CBO Desa ......................... 15C. Sosialisasi Pembangunan MDM ..................................................... 16D. Penggunaan Cara/Teknik Lokal Untuk Pembangunan MDM. ...... 18E.. Pendidikan.dan.Pelatihan. .............................................................. 19F. Menjaga Keberlanjutan. ................................................................ 19

Pemilihan Lokasi MDM .......................................................................... 21A. Dukungan Masyarakat Setempat ................................................... 21B. Dukungan Pemda Kabupaten/Kota ............................................... 22

Page 7: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Perencanaan Pembangunan MDM ........................................................ 24A. Pengumpulan data dan Informasi .................................................. 25B.. Masalah. ......................................................................................... 27C.. Alternatif.Program.dan.Kegiatan. ................................................... 31D. Rencana pembangunan MDM ..................................................... 36

Pelaksanaan Pembangunan MDM ......................................................... 41A. Rancangan Kegiatan ...................................................................... 42

1.. Identifikasi.Ciri.Tapak.Kegiatan ................................................ 422. Penyusunan Dokumen Rancangan .......................................... 433. Legalisasi Rancangan Kegiatan ................................................ 43

B. Kegiatan Fisik pada Areal MDM .................................................... 45C. Penguatan Kelembagaan Pokmas/CBO ......................................... 46D. Keberlanjutan CBO ......................................................................... 50

Monitoring dan Evaluasi MDM .............................................................. 52A. Informasi Dasar ............................................................................. 53B. Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat DAS Mikro (MDM) ............ 53

1.. Kriteria.Penggunaan.Lahan ..................................................... 542. Kriteria Tata Air ........................................................................ 543. Kriteria Sosial-Ekonomi-Kelembagaan .................................... 54

C.. Monitoring.dan.Evaluasi.pada.Tingkat.Rumah.Tangga.dan.Tingkat.Hamparan (Petak) .......................................................................... 561.. Monitoring.dan.Evaluasi.pada.Tingkat.Rumah.Tangga ........... 562. Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat Hamparan (Petak) ...... 56

D. Evaluasi Intervensi Program dan Kegiatan ..................................... 57E. Peralatan dan Personel .................................................................. 57

1. Peralatan ................................................................................. 572. Personel ................................................................................... 58

F.......Monitoring.dan.Evaluasi.Partisipatif .............................................. 59

PENUTUP .............................................................................................. 71

Page 8: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pengelolaan DAS (PDAS) pertama kali dikenal pada Proyek Pengelolaan DAS Solo Hulu Departemen Pertanian dengan bantuan FAO/UNDP di Solo, Jawa Tengah dengan nama Upper Solo Watershed Management and Upland Development Project (Proyek TA- INS/72/006) selama 5 tahun (1973-1978) tahap pertama dan kedua (INS/78/011) tahun 1979-1983 selain bertujuan merehabilitasi hutan dan lahan rusak dibagian hulu dan pengembangan lahan kering juga dibarengi dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan bagian hulu DAS Bengawan Solo guna menanggulangi banjir besar Bengawan Solo yang merendam kota Solo dan kota-2 di bagian hilir di Jawa Timur pada tahun 1966/1967. Sementara Departemen PU melakukan pembangunan waduk serba guna Gajah Mungkur, Wonogiri dari tahun 1976 sampai berfungsi tahun 1981.

Pengalaman PDAS bantuan FAO/UNDP tahun 1973 di Solo menunjukkan bahwa guna menanggulangi permasalahan banjir diperlukan penanganan multidisiplin dari berbagai bidang/keahlian (Kehutanan, Agronomist, Home gardening/Pekarangan, Konservasi Tanah, Hidrologist, Ekonomist, Ahli Penyuluhan/Pendidikan) dan melibatkan berbagai sektor/instansi terkait diantaranya: Perum Perhutani, Dinas Pertanian, Dinas Pengairan, Proyek PU, dan Pemda setempat selama periode proyek dengan bantuan hibah pertama setelah Indonesia masuk keanggotaan kembali PBB. PDAS yang menangani kegiatan berbagai sektor dan antar disiplin/keahlian dari awalnya sudah terintegrasi/terpadu, dengan demikian pengertian PDAS memang harus terpadu. Secara teknis PDAS Solo bantuan hibah dengan penerapan teknik KTA telah berhasil mengendalikan laju erosi dan limpasan air/run off (sumber bencana banjir) seperti pembuatan teras bangku/penterasan ternyata dapat menurunkan tingkat erosi dari 2.9 mm/th

Page 9: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

2 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

menjadi 0.2 mm/th di Sub DAS Dumpul dan dari 2.0 mm/th menjadi 0.1 mm/th di Sub DAS Tapan. Sementara tingkat limpasan air/larian (run off) masing2 Sub DAS turun dari 80% menjadi 40% dan 75% menjadi 30% (Solo /TA FAO, 1975).

Perkembangan selanjutnya sejak keluarnya Instruksi Presiden No 4 tahun 1976, tentang Reboisasai dan Penghijauan atau lebih dikenal dengan istilah proyek Inpres Reboisasi dan Penghijauan yang kegiatannya adalah melakukan penanaman jenis tanaman kayu2an pada tanah kosong dan rusak dikawasan hutan dan dilahan milik masyarakat pada wilayah DAS yang tersebar di Indonesia. Kegiatan ini dari tahun ketahun mengalami peningkatan dan penyempurnaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan perencanaannya dilakukan oleh Proyek Perencanaan dan Pengelolaan Reboisasai dan Penghijauan DAS (P3RPDAS) yang kemudian pada tahun 1983/1984 dilakukan oleh Balai/Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS (BRLKT DAS) menyusul terbentuknya Departeman Kehutanan, sedangkan pelaksanaan kegiatan dilapangan oleh Pemda. Terkait dengan penyelenggaran Proyek Inpres Reboisasi dan Penghijauan ditingkat Pusat dibentuk Tim Koordinasi yang beranggotakan departemen terkait (7) yaitu: Dalam Negeri/Bangda, Pertanian/Tan pangan, PU/Pengairan, Lingkungan Hidup, Bappenas, Keuangan dan Kehutanan/RRL sampai dengan berakhirnya order baru.

Pada era reformasi kegiatan reboisasi dan penghijauan lebih digalakkan dengan keluarnya SKB 3 Menko Perekonomian, Kesra dan Polkam pada tahun 2003 tentang Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) tahap pertama tahun 2003-2007, yang dilanjutkan dengan keluarnya Peraturan Presiden No 89 tahun 2007 dan gerakan massal sebagaimana dikenal dengan Hari Menanam Pohon pada tanggal 28 November 2008 didasarkan atas keputusan Presiden No.24 tahun 2008. Gerakan massal menanam yang terus meluas sebagai tindak lanjut peraturan Menteri Kehutanan No.P.25/Menhut-II/2010 melalui penanaman 1 miliar pohon yang dikenal dengan OBIT (One Billion Indonesian Trees) membahana keseluruh penjuru negeri.

Pengelolaan DAS yang diselenggarakan sampai sekarang dan terus dikembangkan keseluruh wilayah Indonesia diutamakan pada DAS Prioritas, yang diawalnya dalam rangka pengendalian banjir dan sedimentasi Bengawan (=sungai besar) Solo. Namun sampai sekarangpun kejadian banjir dan sedimentasi setiap tahun tak pernah henti bahkan meluas ke wilayah DAS baik di Jawa maupaun luar Jawa. Pada tahun 1985 sebanyak 22 DAS ditetapkan sebagai DAS Super Prioritas, dan pada pembangunan lima tahun kedepan 2009-2014 sebanyak 108 DAS ditetapkan sebagai DAS Prioritas yang memerlukan prioritas penanganan.

Kesemua program dan kegiatan dilaksanakan secara nasional sepanjang 40 ta hunan yang tak pernah henti bahkan meningkat terus seiring dengan permasalah

Page 10: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

3Pendahuluan

an degradasi hutan dan lahan DAS yang semakin meluas dengan laju deforest tasi sekitar 1,089 juta ha per tahun, yang menyebabkan masih luasnya lahan kritis men capai sekitar 30.2 juta ha tersebar pada DAS DAS di Indonesia yang harus ditanggulangi dan rehabilitasi karena sangat berpengaruh dan mengganggu ekosistim DAS dalam menjalankan fungsinya terutama dalam mengatur tata air DAS .

Penyelenggaraan PDAS yang cukup panjang dengan berbagai permasalahan yang komplek melibatkan banyak pihak bukan hanya teknis dan non teknis namun perlu juga diketahui masalah mendasar secara langsung dari aktor utama pelaksana kegiatan PDAS yaitu masyarakat paling bawah pemilik maupun pengarap lahan yang berdomisili didalam DAS tersebut. Apakah pengelolaan DAS selama ini benar benar sesuai dengan keinginan usulan, dan aspirasi mereka ?, apakah pengelolaan dari kegiatan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan pendapatan serta taraf kehidupan mereka secara berlanjut?.

Dengan adanya bantuan hibah UNDP/GEF kembali setelah proyek Solo 40 tahun yang lalu, yaitu dalam bentuk proyek Strengthening Community Based Forest and Watershed Management (SCBFWM) atau lebih dikenal dengan Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat dalam waktu 5 tahun (2010-2014) diharapkan dapat membantu percepatan upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan DAS agar DAS DAS dapat berfungsi dengan baik sebagai media produksi guna pemenuhan berbagai sektor pembangunan nasional dan yang lebih penting peningkatan pendapatan masyarakat lokal yang kesemuanya menuju kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.

B. Maksud dan Tujuan

Berdasar pembelajaran dari proyek SCBFWM yang berjalan selama 2 tahun dan pengalaman para kelompok masyarakat setempat (CBO) dari 6 lokasi proyek yang beragam kondisi karakteristik DAS nya, dihimpun untuk dijadikan rujukan penyusunan panduan “Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat” melalui kegiatan pokmas CBO dalam lingkup wilayah administratif Desa.

Maksud disusunnya panduan adalah untuk memberikan arahan bagi pihak yang berwenang dan terkait dalam pengelolaan DAS berbasis masyarakat yang dapat digunakan sebagai rujukan/acuan guna pelaksanaan dilapangan.

Tujuan penyusunan panduan adalah terlaksananya pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat dengan baik, efektif dan efisien

Page 11: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

4 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konsevasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 jct Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan.

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jct Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. 6. Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

9. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan

10. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.26/Menhut-II/2010 tentang Perubahan terhadap Peraturan Nomor P.70/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)

12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik RHL DAS (RTk RHL DAS).

13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.39/Menhut-II/2009 tentang Rencana Pengelolaan DAS Terpadu

14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.37/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lah

15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.37/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.39/Menhut-II/2010 tentang Pola Umum, Kriteria, dan Standar Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan.

17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.37/Menhut-II/2007 jucto Nomor: P. 18/Menhut-II/2009 jucto Nomor: P.13/Menhut-II/2010 tentang Hutan Kemasyarakatan.

Page 12: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

5Pendahuluan

18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.49/Menhut-II/2008 jucto Nomor: P. 14/Menhut-II/2010 jucto Nomor: P.53/Menhut-II/2011 tentang Hutan Desa.

19. Peraturan Dirjen RLPS Nomor: P.04/V-Set/2009 tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS.

20. Peraturan Dirjen RLPS Nomor: P.15/V-Set/2009 tentang Pedoman Pembangunan Mikro DAS Model (MDM).

D. Substansi

Substansi yang terkandung di dalam Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat (PDASBM) meliputi: konsep dasar, pelibatan masyarakat dalam setiap tahapan pengelolaan DAS mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasinya.

E. Konsep Dasar

1. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan satu kesatuan sungai dan anak-2 sungainya yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografis dan batas dilaut sampai dengan perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan (UU No7 th 2004), merupakan ekosistem alam dimana masukan berupa curah hujan, kedalam sistim DAS meliputi vegetasi, tanah dan air dan kandungan didalamnya bertindak sebagai prosesor sementara keluaran terdiri dari debit air dan muatan sedimen.

2. Perubahan tata guna lahan di daerah hulu, disertai kegiatan pengolahan lahan, dan peningkatan pembangunan mendorong peningkatan aktifitas manusia didalam DAS akan memberikan dampak berupa perubahan jumlah debit air dan kandungan sedimen serta material yang dikandungnya didaerah hilir. DAS bagian hulu (terminologi US: watershed) seharusnya menjadi fokus pengelolaan DAS mengingat daerah hulu dan hilir yang mempunyai keterkaitan biofsik melalui daur hidrologi. Dengan demikian, pengelolaan DAS merupakan upaya mengelola hubungan timbal balik antar sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan air dengan sumber daya manusia di DAS dan segala aktifitasnya untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS.

3. Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional

Page 13: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

6 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

serta praktek lainnya yang ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator utama yaitu aliran sungai pada outletnya. Pengelolaan DAS merupakan kegiatan menggunakan semua sumber daya alam/biofisik yang ada, sosial-ekonomi secara rasional untuk menghasilkan produksi yang optimal dalam waktu yang tidak terbatas (sustainable), menekan bahaya kerusakan seminimal mungkin dengan hasil akhir kuantitas dan kualitas air yang memenuhi persyaratan (N. Sinukaban, 2000). Pemanfaatan sumber daya alam didalam DAS secara berkelanjutan dan tidak membahayakan lingkungan disekitarnya juga merupakan tujuan dari pengelolaan DAS.

4. Kejadian banjir dan sedimentasi yang terus berlanjut sampai sekarang ini tidak lepas dari masalah DAS bagian hulu dimana pola penggunaan lahan dan cara pengolahan nya kurang tepat atau kurang menerapkan kaidah konservasi tanah dan air. Pola usaha tani di bagian hulu DAS yang dilakukan oleh masyarakat yang sebagian besar adalah petani lahan kering pada hakekatnya tidak terlepas dari kondisi sosial ekonomi penduduk setempat dengan resources/kemampuan terbatas hingga tidak mampu melakukan pengolahan lahan sesuai dengan kemampuan/daya dukung lahan dan penerapan konservasi tanah dan air.

5. Pada awalnya, pembangunan menitik beratkan pertumbuhan ekonomi nasional, maka pembangunan berbagai sektor menggunakan pendekatan Top Down, dari pusat pemerintahan secara instruksional dan lebih mengutamakan aspek teknis dibanding non teknisnya/sosial demi mengejar dan mencapai target, termasuk bidang RHL dimana penduduk/masyarakat setempat direkrut sebagai tenaga upah/buruh semata hingga kentara hasilnya bersifat jangka pendek. Pembuatan bangunan konservasi tanah meskipun dilahan milik penduduk dikerjakan dengan tenaga buruh yang diupah seperti pada pembuatan konstruksi/bangunan lainnya dengan kurang mempedulikan apakah lokasi bangunan ada didalam atau diluar lahan milik masyarakat (dam pengendali, dam penahan, gully plug/pengendali jurang, dll), dan setelah proyek selesai tak ada lagi upah untuk pemeliharaan sehingga bangunan tersebut tak berfungsi bahkan rusak/dicuri peralatannya sampai tak berbekas. Akibatnya kerusakan terus berlanjut dan bahkan makin meluas karena absenya pemeliharaan menunggu datangnya proyek baru.

6. Pendekatan baru yang dikenal dengan “bottom up” dengan memposisikan masyarakat lokal/setempat, para pemilik lahan menjadi subjek kegiatan (bukan objek) guna menanggulangi kerusakan hutan dan lahan. Mereka/masyarakat setempat yang paling tahu asal usul status lahan, pola penggunaan lahan dan cara mengolah dan merawatnya sejak lama secara adat (kearifan lokal) turun

Page 14: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

7Pendahuluan

menurun. Untuk itu, mereka perlu diberi kepercayaan untuk ikut menangani sedari awal, mulai dari persiapan, merencanakan, melaksanakan, merawat, memantau dan mengevaluasi keseluruhan proses pengelolaan sampai memanen hasil/produksinya untuk diambil dinikmati bersama keluarganya. Masyarakat setempat diberi kepercayaan penuh, dengan demikian ada rasa memiliki memelihara dengan sungguh-2 yang hasil usahanya untuk mereka sendiri dan digunakan meningkatkan kesejahteraan keluarganya secara berkelanjutan. Sejalan dengan tuntutan perubahan pendekatan tersebut, UNDP/GEF memberikan bantuan hibah melalui proyek SCBFWM (penguatan pengelolaan Hutan dan DAS berbasis masyarakat).

7. Aparat Pemerintah dari pusat, propinsi sampai kabupaten/kota dan aparat dilapangan sesuai dengan funsi tugas dan kewenangannya wajib memfasilitasi masyarakat setempat yang bertujuan untuk 1) meningkatkan kemampuan administartif dalam mengelola organisasi pokmas CBO; 2) memberikan bekal/ kemampuan teknis dalam pengelolaan DAS mulai perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan sampai monevnya; 3) meningkatkan kualitas SDM melalui pengembangan pengetahuan/teknologi tepat guna, kemampuan dan ketrampilan terkait dengan pengelolaan DAS; 4) memberikan informasi pasar dan modal dalam meningkatkan daya saing dan pengembangan usaha paska panen.

8. Fasilitasi dimaksud dilakukan melalui: 1) pengembangan kelembagaan pokmas CBO setempat; 2) pendidikan dan pelatihan; 3) akses dan jaminan terhadap pasar dan modal; 4) pengembangan usaha paska panen; 5) penyediaan tenaga pendamping, fasilitator dan supervisor lapangan. Pelaksanaan fasilitasi dapat dibantu dengan pihak lain terkit dengan kegiatan pengelolaan DAS, seperti LSM, Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitaian dan Pengabdian Masyarakat, Lembaga Keuangan, Koperasi, BUMN/BUMD, Swasta, dan para pihak lainnya dengan tujuan membimbing, mendorong, memberdayakan masyarakat setempat, membina dan meyakinkan bahwa hasil kegiatan masyarakat tersebut sepenuhnya hak masyarakat untuk dimanfaatkan oleh mereka sendiri hingga mereka tanpa ragu-2 dengan optimistis terus bekerja mengelola lahannya dengan baik, mengikuti aturan yang berlaku.

9. Pengelolaan DAS yang Berbasis Masyarakat menggunakan pendekatan bottom up, dengan memberdayakan masyarakat setempat untuk mengelola lahan usahanya di bagian kecil DAS untuk memperbaiki dan meningkatkan produksi lahannya sekaligus perbaikan lingkungan nya guna memenuhi kebutuhan hidupnya secara berkelanjutan. Perbaikan lingkungan lahan usaha masyarakat setempat yang merupakan bagian kecil dari DAS (mikro DAS)

Page 15: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

8 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

bila dikelola secara baik sesuai dengan daya dukungnya dengan menggunakan kaidah konservasi Tanah dan Air (KTA) dan diintegrasikan dengan usaha yang sama oleh masyarakat ditempat lain dalam satu DAS merupakan basis perbaikan lingkungan yang besar untuk mencapai keberhasilan pengelolaan DAS.

10. Guna memenuhi tujuan Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat (PDASBM) maka masyarakat yang terhimpun dalam desa yang merupakan kesatuan masyarakat hukum berdasarkan atas asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No32 th 2004) merupakan masyarakat paling bawah yang diakui legalitasnya. Masyarakat desa sebagai pemilik lahan dan tinggal dilokasi kegiatan selayaknya melakukan upaya mengelola lahannya yang masuk dalam wilayah DAS tersebut. Masyarakat desa secara berkelompok harus menjadi subyek untuk mengelola DAS diwilayah desanya sejak awal/ persiapan secara partisipatif kemudian mengimplementasikannya bersama kelompoknya dan memeliharanya sampai seluruh proses penyelenggaraan pengelolaan DAS terus berjalan secara berkelanjutan.

11. Pembangunan dengan basis masyarakat seperti pengelolaan DAS yang berbasiskan masyarakat diarahkan: 1) Timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi dalam proses pembangunan; 2) Penggunaan teknologi yang tepat guna, indigenous technology; 3) Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang merupakan suatu alternatif paradigma pembangunan baru; 4) Pelibatan LSM; 5) Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendekatan pengembangan masyarakat dalam praksis pembangunan (Google 30.12.11: Pembangunan Basis Masyarakat 24.12.09).

12. Keberdayaan masyarakat memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan mengembangkan. diri untuk mencapai kemajuan. Sebagian besar masyarakat berdaya adalah individunya memiliki kesehatan fisik, mental, terdidik, kuat dan berbudaya. Membudayakan masyarakat adalah meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu lepas dari kemiskinan, kebodohan, ketidaksehatan, dan ketertinggalan. Untuk mendorong masyarakat yang berdaya, antara lain dengan cara: menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pengembangan daya tersebut dilakukan dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat. Pembangunan tanpa memperhatikan kharakteristik dan kebutuhan lokal akan banyak membuang sumber daya secara sia-sia. Faktor lain yang

Page 16: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

9Pendahuluan

perlu mendapat perhatian utama adalah kearifan lokal yang memerlukan inventarisasi, reorientasi, dan reinterpretasi maknanya (Google 30.12.11: Pembangunan Basis Masyarakat 24.12.09).

13. Untuk implementasi PDASBM, masyarakat yang tergabung dalam kelompok masyarakat desa (pokmas, CBO) harus menetapkan/memilih lokasi dalam satuan hamparan yang kompak yang merupakan bagian hulu DAS prioritas dengan ordo sungai 1 sampai 3 atau yang dkenal dengan Model DAS Mikro (MDM) dimana terdapat sebaran lahan kritis dalam satuan hamparan disatu desa atau lebih sebagai ajang kegiatan kelompok yang direncanakan bersama masyarakat setempat didasarkan atas kondisi biofisik, sosial ekonomi yang sudah dipahami bersama secara turun menurun tinggal didesanya.

14. Meski demikian pengelolaan oleh CBO desa setempat tetap harus mendapat pembinaan, arahan, pendampingan dari instansi dan para pihak terkait sebagai bagian tugas pemerintahan/instansional dan pihak terkait dalam rangka pemberdayaan masyarakat terutama pengelolaan DAS diwilayah desanya yang merupakan kesatuan DAS dimana perlakuan pokmas tersebut akan berdampak pada ekosistim DAS. Pengelolaan DAS yang bersifat multi disipiln dan multi sektoral serta lintas wilayah administratif, dimana BPDAS setempat sebagai instansi yang berwenang dalam bidang perencanaan dan evaluasi PDAS, akan aktif dalam memberikan bantuan dan pembinaan guna terselenggaranya proses pengelolaan DAS. Data dan informasi serta peta DAS terkait dengan desa sasaran CBO dalam MDM tersedia di BPDAS setempat. Hal yang sama juga berlaku bagi instansi terkait lainnya sesuai dengan kewenangannya.

F. Pengertian

1. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografis dan batas dilaut sampai daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas didaratan.

2. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama.

3. Sub Sub DAS adalah bagian Sub DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak anak sungai ke anak sungai ke sungai utama.

Page 17: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

10 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

4. Mikro DAS adalah bagian dari Sub Sub DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya dari daerah tangkapan paling hulu DAS pada sungai orde 1 ke anak anak sungai yang selanjutnya menuju ke sungai utama.

5. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam (terutama vegetasi, tanah dan air) dengan manusia dan segala aktivitasnya didalam DAS, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem DAS serta meningkat kemanfaatan sumberdaya alam nya bagi manusia secara berkelanjutan.

6. Model DAS Mikro (MDM) adalah suatu contoh pengelolaan DAS dalam skala lapang dengan luas sampai 5.000 ha yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan proses partisipatif pengelolaan sumber daya alam, rehabilitasi hutan dan lahan, teknik teknik konservasi tanah dan air, sistem usaha tani yang sesuai dengan kemampuan lahan, sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan masyarakat.

7. Lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi maupan tata air.

8. Konservasi tanah dan air adalah upaya untuk melindungi, melestarikan, meningkatkan daya dukung dan produktivitas tanah dan air sebagai penjangga kehidupan secara berkelnjutan.

9. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, poduktitivitas dan peranannya dalam mendukung sistim penjangga kehidupan tetap terjaga secara berkelanjutan.

10. Forum DAS adalah wadah koordinasi PDAS, yaitu organisasi para pemangku kepentingan yang terkoordinasi dan dilegalisasi oleh Presiden, Gubernur, atau Bupati/walikota sesuai kewenangannya.

11. Para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah pihak pihak yang terkait yang terdiri dari unsur pemerintah dan bukan pemerintah yang berkepentingan dengan dan patut diperhitungkan dalam pengelolaan DAS.

12. CBO singkatan dari Community Based Organization (CBO) adalah kelompok masyarakat (pokmas) yang terorganisir berlokasi dan melakukakan kegiatan pembangunan masyarakat di desa secara legal/sah keberadaannya dengan akte pendirian oleh Notaris atau pengesahan dengan SK dari Kepala Desa setempat.

13. Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat (PDASBM) adalah pengelolaan DAS dengan pendekatan bottom up, melalui kelompok masyarakat (pokmas) atau

Page 18: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

11Pendahuluan

CBO desa sebagai subjek/pelaku utama bersama para pemangku kepentingan mengelola sumber daya alam terutama lahan miliknya dalam satuan hamparan mikro DAS dengan penerapan kaidah konservasi tanah dan air (KTA) guna memulihkan fungsi DAS dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan yang kemudian dikembangkan sampai kesatuan wilayah DAS.

G. Tujuan Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat (PDASBM)

Pengelolaan DAS merupakan kegiatan menggunakan sumber daya alam, sosial-ekonomi DAS secara rasional untuk menghasilkan produksi yang optimal dan hasil akhir kuantitas dan kualitas air yang memadahi secara berkelanjutan.

1) Mengingat masih luasnya lahan kritis pada DAS prioritas yang tersebar di Indonesia maka PDASBM pada tahapan ini bertujuan untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis DAS yang dilaksanakan bersama masyarakat setempat sebagai pelaku utama melalui pokmas/CBO pada hamparan lahan dalam satuan wilayah MDM dengan menerapkan kaidah konservasi tanah dan air diikuti upaya peningkatan produktifitas lahan (terutama pertanian dan kehutanan) guna memulihkan fungsi DAS dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat.

2) Kegiatan nyata pokmas CBO desa dalam PDAS yang hasilnya langsung diketahui masyarakat seperti pengendalian erosi dan limpasan air serta penjagaan kesuburan pada lahan milik (on site farm) dan dampak positifnya produktifitas lahan meningkat dan langsung dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dan terbuka untuk dikembangkan ke dalam wilayah DAS bersangkutan.

H. Manfaat Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat (PDASBM)

1) Beragam pola usaha tani lahan kering pokmas (kehutanan, pertanian, peternakan, perkebunan) dapat dikembangkan dalam areal MDM yang aman dari gangguan kerusakan (erosi dan limpasan air) setelah terbangunnya bangunan KTA.

2) Sarana pembelajaran masyarakat desa dan penyuluhan untuk disebar luaskan kewilayah desa sekitar dan dalam wilayah DAS bersangkutan kemudian meluas ke DAS DAS lainnya.

Page 19: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

12 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

3) Sebagai tempat praktek Field School/Sekolah Lapangan (SL) terkait dengan PDASBM untuk dikembangkan ke wilayah DAS lainnya.

4) Referensi guna percepatan PDASBM secara menyeluruh terutama pada areal DAS terkait.

I. Pembangunan Model DAS Mikro Berbasis Masyarakat.

1) Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat (PDASBM) lebih dikonsentrasikan pada masyarakat yang secara administratif bertempat tinggal di desa dalam areal DAS Mikro. Meskipun keberadaan mereka mengelompok dalam blok, dusun, kampung namun ikatan formal yang diakui secara legal adalah pada administrasi pemerintahan terbawah yaitu desa.

2) Luasan wilayah pengelolaan DAS yang mencakup masyarakat desa dan sudah ada pengaturannya adalah pengelolaan lingkup DAS mikro yaitu berupa pembangunan Model DAS Mikro (SK Dirjen RLPS No: P.15/V-Set/2009 tentang Pedoman Pembangunan Model DAS Mikro/MDM), oleh karena itu PDASBM dilaksanakan dengan mengacu dan berdasar pembangunan MDM dengan menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat setempat.

3) Pemberdayaan masyarakat perlu diupayakan pada setiap tahapan pembangunan MDM yang meliputi kegiatan: Persiapan, Pemilihan Lokasi, Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi.

Page 20: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Persiapan

P emberdayaan masyarakat yang perlu dilakukan pada tahap persiapan pembangunan MDM meliputi: 1) penyiapan organisasi berupa pokmas CBO untuk ikut menangani pembangunan MDM yang lokasinya adalah

mencakup sebagian besar lahan milik masyarakat setempat); 2) menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan MDM sebagai bagian dari pengembangan masyarakat (Community Development); 3) inventarisasi/identifikasi cara/teknik lokal dan cocok untuk digunakan dalam perencanaan pembangunan MDM atau adopsi teknik dari luar; 4) pelatihan dan peningkatan ketrampilan guna menangani pelaksanaan pembangunan MDM; 5) kesiapan untuk menerima hasil pembangunan MDM dan menjaga agar berfungsi secara berkelanjutan.

A. Pembentukan Pokmas CBO

1. Tujuan akan cepat dicapai oleh individu yang terorganisir dibanding sendiri sendiri tanpa organisasi, apalagi menyangkut sasaran yang sama, sebagaimana pembangunan MDM yang melibatkan lahan milik masyarakat maka organisasai merupakan hal yang perlu, apakah dengan membentuk baru atau menggunakan organisasi yang ada.

2. Pada masyarakat desa yang sudah lama ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan pedesaan, umumnya dibidang pertanian maka mereka telah mempunyai pokmas atau dikenal dengan poktan/gapoktan yang anggotanya didasarkan atas tempat tinggal/domisili di dusun atau kampung/desa.

3. Untuk pembangunan MDM maka pokmas/gapoktan yang sudah ada dalam desa tersebut perlu ditata kembali melalui bantuan aparat desa untuk menggabungkan anggota yang mempunyai lahan yang terletak pada satuan

Page 21: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

14 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

hamparan lahan yang sama menjadi kelompok hamparan yang baru atau sub kelompok yang ada perlu ditetapkan berdasar pertimbangan desa/kepala desa, guna efektifitas pengendalian KTA pada pengelolaan MDM.

4. Tergantung dari cakupan/keluasan kegiatan MDM maka organisasi pokmas CBO dapat membentuk bidang/seksi yang akan menangani kegiatan tertentu, sesuai dengan pengalaman organisasi menangani beragam kegiatan, misalnya pertanian, kehutanan, peternakan, KTA, pengembangan usaha produktif dan lain2, seperti pada Bagan 1 Organisasi CBO. Namun untuk organisasi yang baru dengan kegiatan terbatas dan tenaga/pengurus minim paling tidak 3 orang sebagai inti yaitu: ketua, bendahara, sekretaris. Untuk menangani kegiatanpun diperlukan bantuan pendampingan, fasilitasi dari pihak berwenang sampai mandiri.

5. Kesiapan non teknis/administratif bagi pokmas lama tentu sudah siap karena pokmas/CBO sudah terbentuk dan organisasi dengan pengurus telah mempunyai kegiatan yang berjalan (on going) seperti pertanian, peternakan, dll. Namun untuk kegiatan terkait dengan pengelolaan MDM dan DAS, rehabilitasi lahan kritis/RHL apakah perlu fasilitasi dan pendampingan? Pada tahap persiapan inilah saatnya untuk diidentifikasi.

Gambar 1. Bagan Organisasi CBO

6. Dukungan resmi dari aparat desa setempat diterima dengan adanya SK Pengesahan CBO oleh Kepala Desa, maka pengorganisasaian/ pemantapan organisasi CBO guna memulai tugas baru harus dapat berjalan dengan baik

Page 22: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

15Persiapan

dimana tahapan kegiatan pembangunan MDM memerlukan dukungan para pihak secara koordinatif, integral, sinkron, dan sinergis (KISS) guna mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat CBO Desa

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.

1) Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologi-nya.

2) Menurut Nasikun (2000:27) paradigma pembangunan yang baru dengan pendekatan bottom-up yang menempatkan masyarakat atau petani di pedesaan sebagai pusat pembangunan, berprinsip bahwa pembangunan harus pertama-tama dan terutama dilakukan atas inisiatif dan dorongan kepentingan-kepentingan masyarakat, masyarakat harus diberi kesempatan untuk terlibat di dalam keseluruhan proses pembangunannya; termasuk pemilikan serta penguasaan aset infrastrukturnya sehingga distribusi keuntungan dan manfaat akan lebih adil bagi masyarakat.

3) Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin dan kelompok yang terpinggirkan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya lokal, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat (instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, LSM, swasta dan pihak lainnya), serta dilaksanakan secara berkelajutan.

4) Dengan terbentuknya CBO yang disahkan oleh Kepala Desa maka secara legal telah diakui keberadaannya dan dapat ikut serta/aktif dalam pembangunan desa setempat khususnya dibidang pengelolaan DAS atau yang terkait. Sebagai CBO yang ‘baru’ dalam arti reorganisasi dari pokmas yang umumnya berdasar domisili (gapoktan) ke format baru berdasar satu kesatuan hamparan lahan maka untuk menghadapi tugas baru diperlukan pembenahan organisasi kedalam (internal) guna meningkatkan kemampuan guna memperbaiki

Page 23: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

16 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

masa depannya sehingga CBO nantinya dalam kondisi siap melaksanakan kegiatan.

5) Pokmas CBO kedalam harus mengorganisir dan memperkuat diri melalui pertemuan rutine bahwa pengetahuan, pengalaman dan potensi yang ada pada masing2 anggota saling ditularkan kepada yang lain hingga menjadi kekuatan kelompok untuk maju secara bersama menghadapi tantangan ataupun kegiatan baru dengan kompak dan menjadi keyakinan bersama untuk maju dan berhasil. Ikatan dalam kelompok terbentuk karena adanya pandangan dan kebutuhan yang sama yang hendak dicapai. Untuk memperkuat kesadaran dan solidaritas maka kelompok harus menumbuhkan identitas seragam dalam mengenali kepentingan dan tujuan mereka bersama.

6) Pokmas CBO keluar harus mencari pendukung, yang akan mensuport agar berdaya yaitu perlunya tim pendamping, fasilitator dari luar baik pemerintah (lokal dan pusat) maupun non pemerintah/LSM sesuai bidang kewenangannya. Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat mampu melanjutkan kegiatannnya secara mandiri. Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan masyarakat akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti.

C. Sosialisasi Pembangunan MDM

Kegiatan sosialisasi pembangunan MDM dimaksudkan agar masyarakat setempat mengetahui dan memahami akan pentingnya pembangunan MDM yang melibatkan para pihak. Melalui sosialisasi ini:

1. Masyarakat mendapatkan informasi langsung dari pihak yang berwenang mengenai akan dilakukannya pembangunan MDM di lokasi setempat untuk mendapatkan tanggapan dan dukungan masyarakat yang tergabung dalam pokmas CBO. Diharapkan CBO akan tumbuh kesadaran untuk berpartisipasi aktif kedepan dalam kegiatan pembangunan MDM.

2. Pada pertemuan sosialisasi agar efektif, sekaligus melibatkan para pihak yang terkait dengan kegiatan pada calon lokasi yang sama namun berbeda kewenangan masing masing pihak sehingga akan diketahui pula posisi masing masing, hubungan para pihak dan perannya termasuk posisi masyarakat setempat dalam pembangunan MDM mendatang. Sebagai contoh, hubungan dan peran para pihak dalam proses pembangunan MDM, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Page 24: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

17Persiapan

Tabel 1. Distribusi Peran Para Pihak Terkait

No Para pihak

Tahapan Pembangunan

Ket

Pers

iap-

an

Pem

ilih-

an

Loka

si

Pere

nca-

naan

Pela

ksa-

naan

Mon

ev

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pokmas/CBO BF BF BF F F A- pemrakarsaB- penyusunC- penanggung jawabD- penilaiE- pengesahF- peserta /pelaksana G- pembinaan teknis

2 Desa, Kec F F E G F

3 BPDAS A,B,C,F A,B,C, F A,B, C, C,G B,D,G

4 Bappeda D

5 Bupati E E

6 Dinas (D) Kehutanan F G F

7 D.Tanpan F G F

8 D.Ternak F G F

9 D.LHidup F G F

10 PU/pengairan F G F

11 BPN F G F

13 BPM/Badan Pemb erdayaanMasy. Kab

F G F

14 Badan Usaha F F F

15 Litbang/PT B,F.G B, F G F

16 LSM, F F F G F

17 Pendamping F F F F F

3. Hasil yang diharapkan dari sosialisasi adalah tumbuhnya kesadaran dan respons/tanggapan positf dari masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif serta menjalin komunikasi aktif antar para pihak dalam mendukung proses pembangunan MDM.

4. Dengan adanya kontak awal antara CBO dan para pihak maka telah terjalin hubungan dan saling kenal pokmas CBO dengan para pihak (16-17) yang kedepan akan membantu kelancaran tugas masing2 pihak sesuai kewenangannya dalam rangka mendukung tujuan yang sama yaitu pengelolaan MDM.

Page 25: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

18 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

D. Penggunaan Cara/Teknik Lokal Untuk Pembangunan MDM.

Dalam pembangunan MDM yang melibatkan masyarakat tentunya perlu dipilih cara ataupun teknik yang sudah dikenal dan cocok dengan kondisi setempat dimana pelaku kegiatan telah menggunakan cara/teknik tersebut sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan pembangunan MDM.

1) Berbagai macam teknik yang ada dimasyarakat perlu diinventarisir dan diidentifisir untuk kegunaan yang sesuai/cocok pada pembangunan MDM.

2) Cara pengukuran kelerengan bukit, pengukuran kontur, pengukuran luas lahan dsbnya dengan cara lokal menggunakan alat papan segi tiga yang dengan bebagai besaran sudut (%) dan waterpassing dengan selang plastik, dan meteran gulung. Cara lain, dapat dipilih sebagai alternatif misalnya cara optik.

3) Cara lain yang sudah dikuasai oleh masyarakat dan dapat dijadikan alternatif pilihan, yang penting masyarakat dilibatkan dalam pemilihan cara tersebut sehingga masyarakat dapat memilih mana yang paling efektif agar dalam pelaksanaannya nanti akan berjalan lancar.

4) Cara/teknik untuk kegiatan sektor lainnya, seperti pertanian, kehutanan, peternakan, pemukiman, ke PU an dan yang terkait lainnya dengan pembangunan MDM perlu diidentifisir cara/teknik lokal yang dipilih atau alternatif lain yang dikenal dan disiapkan oleh masyarakat setempat selaku anggota CBO secara partisipatif guna mendukung kelancaran pembangunan MDM.

5) Penyediaan bahan/material untuk keperluan bangunan atau kegiatan terkait dilakukan secara partisipatif. Bahan bahan yang diperlukan sedapat mungkin dipenuhi dari bahan lokal, ada ditempat sehingga dapat diperoleh dengan mudah, cepat dan murah.

6) Cara/teknik lokal yang dipahami/kuasai masyarakat setempat dan bahan material yang ada ditempat menjadi peluang adanya kesempatan kerja bagi masyarakat setempat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan, misalnya sebagai pemasok bahan, seperti bambu, kayu, batu, pasir, bibit tanaman, pupuk organik, dll.

7) Dampak positif pennggunaan cara/teknik dan bahan lokal adalah menciptakan pasar lokal yang menggerakkan ekonomi desa, yang ujung akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Page 26: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

19Persiapan

E. Pendidikan dan Pelatihan

Beragam kegiatan yang memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat setempat dan anggota pokmas CBO yang terlibat dalam proses pembangunan MDM harus mengenal, mengetahui dan paham benar mengenai MDM yang akan dibangunnya. Untuk itu, diperlukan fasilitasi berupa pendidikan dan pelatihan tentang pembangunan MDM secara lengkap, prosesnya dari awal sampai akhir dari pihak yang berwenang/BPDAS yang dalam pelaksanaaannya dapat bekerja sama dengan Lembaga/Diklat Kehutanan/Dinas setempat.

1) Peserta diklat yang berasal dari masyarakat setempat, para anggota pokmas/CBO sebagai pelaksanana pekerjaan, dan pihak lain terkait setelah mengikuti diklat dan sebagaimana hasil diharapkan mampu melaksanakan kegiatan pembangunan MDM. Tidak hanya berhenti disitu, tetapi secara partisipatif juga mau dan mampu menularkan/menyebarluaskan dalam sasaran wilayah DAS, kondisi demikian juga menjadi tujuan pihak penyelenggara/fasilitator.

2) Untuk itu materi diklat yang disiapkan oleh penyelenggara disesuaikan dengan kebutuhan/keinginan masyarakat setempat ang mencakup: 1. Muatan fisik/teknis untuk dikuasai oleh peserta pokmas CBO2. Muatan non teknis, faktor manuasia/pelaksana, seperti - bagaimana

membangun pokmas, mengembangkan usaha, motivasi anggota untuk selalu optimis dan terus maju untuk mencapai hasil.

Dengan materi yang sesuai dengan kondisi setempat dan dibutuhkan oleh peserta diharapkan diklat dapat diimplementasikan dilapangan dan berhasil baik.

F. Menjaga Keberlanjutan.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh para pihak baik dari pemerintah maupun swasta yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, pokmas/CBO beserta para anggotanya diharapkan menjadi berdaya dan menjaga keberdayaannya hingga dapat dijadikan “budaya” baru yang perlu diteruskan (berkelanjutan).

1. Keberdayaan masyarakat memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan mengembangkan. diri untuk mencapai kemajuan. Masyarakat berdaya bilamana individunya memiliki kesehatan fisik, mental, terdidik, kuat dan berbudaya.

2. Membudayakan masyarakat dengan meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu lepas dari kemiskinan,

Page 27: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

20 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

kebodohan, ketidaksehatan, dan ketertinggalan. Untuk mendorong masyarakat yang berdaya dengan cara: menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.

3. Pengembangan daya tersebut dilakukan dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat.

4. Pokmas/CBO beserta para anggotanya dan masyarakat setempat dalam tahap persiapan ini, hendaknya dengan penuh kesungguhan bahwa pembangunan MDM yang nantinya akan dilakukan dapat memenuhi tujuan dan manfaatnya bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat dan perbaikan lingkungan hidupnya.

5. Pembangunan MDM oleh pokmas CBO, yang secara sadar merupakan tugas/kewajibannya harus terus dijaga, dipelihara dan dikembangkan pada areal lain dalam DAS bersangkutan maupun DAS lainnya untuk terus dikelola guna pemulihan fungsi DAS untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan khususnya masyarakat setempat.

Page 28: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Pemilihan Lokasi MDM

P embangunan MDM sebagai bagian dari pengelolaan DAS berbasis masyarakat dilakukan penanggung jawab bersama pokmas CBO desa setempat yang nantinya akan menangani pembangunan MDM sejak

awal kegiatan mulai dari persiapan, perencanaan sampai pelaksanaan hingga selesai termasuk pemeliharaan dan monev yang diperlukan guna perbaikan dan penyempurnaan pembangunan MDM.

Pemilihan lokasi MDM secara partisipatif oleh BPDAS bersama masyarakat setempat yang tergabung dalam pokmas CBO dengan lokasi yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan serta keberlanjutan MDM untuk pengembangannya. Lokasi MDM terpilih merupakan hamparan lahan yang dimiliki dan diingini oleh para anggota pokmas/CBO merupakan hamparan lahan kritis yang harus direhabilitasi dipulihkan kesuburannya untuk kemudian diupayakan agar berfungsi kembali untuk berproduksi guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat setempat secara berkelanjutan.

Keberhasilan MDM yang merupakan bagian kecil DAS yang dikelola berbasis masyarakat dan diikuti setiap desa secara integral dan terkoordinir merupakan sumbangan bagi berhasilnya pengelolaan DAS secara keseluruhan yang menjadi tumpuan untuk terpenuhinya fungsi DAS sebagai media produksi, pengatur tata air, dan kelestarian ekosistim guna tercapainya peningkatan kesejahteran rakyat terutama bagi masyarakat setempat.

A. Dukungan Masyarakat Setempat

Guna berhasilnya pembangunan MDM maka calon lokasi harus memenuhi persayaratan/kriteria dan mengikuti tahapan pemilihan yang telah ditetapkan.

Page 29: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

22 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

1) Kriteria pemilihan lokasi dan prosedure penetapan lokasi terpilih sudah diatur dengan jelas pada SK Dirjen RLPS No: P.15 /V-SET/2009 terutama yang bersifat teknis/biofisik langsung dapat diimplementasikan dilapangan.

2) Guna mendapat dukungan masyarakat, maka pelibatan dan partisipasi masyarakat dalam pemilihan lokasi MDM diperlukan adanya peran masyarakat setempat melalui pokmas CBO beserta anggotanya.

3) Lokasi yang dipilih harus mendapat dukungan masyarakat setempat dimana sebagian besar calon lokasi adalah areal milik masyarakat setempat yang perlu ditingkatkan upayanya dengan Conservation Farming System (CFS = usaha tani konservasi) guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

4) Dengan demikian kriteria ke-4 (X 4) mengenai dukungan masyarakat perlu penjabaran lebih lanjut yaitu masyarakat secara keseluruhan terutama yang kondisi sosial ekonomi dan kelembagaannya lemah, miskin, yaitu : 1. Petani tidak punya lahan atau sebagai penggarap; 2. Status lahan milik petani yang jelas/bebas konflik; 3. Lahan potensial dikembangkan untuk usaha tani;

5) Masyarakat tergabung dalam pokmas CBO bukan secara individu guna perkuatan dukungan pemilihan lokasi. Masyarakat dengan kondisi demikian diminta partisipasinya paling tidak tenaganya untuk mendukung dalam pelaksanaan pembangunan MDM yang kesemuanya dalam pokmas CBO nantinya akan menerima manfaat dari pembangunan MDM.

6) Untuk proses penetapannya mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu kriteria X4 dengan bobot nilai tetap 15% terhadap nilai keseluruhannya, hanya penajaman pada partisipasi aktif masyarakat setempat yang beragam dari kondisi yang lemah sampai kuat (dimungkinkan dengan bantuan dana) ikut berkontribusi.

B. Dukungan Pemda Kabupaten/Kota

Calon lokasi MDM yang sebagian besar merupakan lokasi kegiatan masyarakat setempat.

1) Masyarakat setempat yang sebagian besar mengandalkan hidupnya dibidang pertanian, mata pencaharian petani, maka usaha tani perlu mendapatkan dukungan Pemda sampai ke aparat desa setempat.

2) Untuk dukungan dari Pemda seperti tertera pada kriteria-5 (X5) dengan penjabaran lebih lanjut dalam pemberian fasilitasi, pembinaan, pendampingan, supervisi kepada masyarakat setempat diutamakan yang sudah terorganisir

Page 30: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

23Pemilihan Lokasi MDM

seperti pokmas CBO yang aktif dalam mendukung pembangunan pedesaan. Existensi CBO dalam berbagai kegiatan desa perlu mendapatkan perhatian Pemda dalam pemilihan lokasi MDM.

3) Keberadaan CBO ditunjukkan dengan persyaratan antara lain: 1. Pokmas/CBO adalah legal ditunjukkan dengan Akte pendirian/Notaris

atau SK pengesahan Kepala Desa. 2. Mempunyai AD/ART.3. Ada kepengurusan dan seksi/bidang tugas terutama terkait dengan

pengelolaan/rehabilitasi DAS/ RHL.4. Telah mengikuti training/pelatihan pemberdayaan masyarakat baik

pengembangan kelompok/ non teknis maupun teknis/penguasaan bidang RHL atau sejenisnya.

5. Mempunyai pengalaman dibidang rehabilitasi/RHL, seperti penghijauan, hutan rakyat, konservasi tanah dan air (KTA).

6. Tersedia tenaga pendamping dari desa/aparat dan atau LSM setempat.7. Ada rekening bank kelompok/CBO.8. Mempunyai aset kelompok/CBO

Pada calon lokasi MDM yang sudah ada pokmas CBO dan anggotanya aktif melakukan kegiatan yang terorganisir dalam mengelola lahan usaha taninya, serta usaha produktif lainnya perlu mendapat dukungan Pemda untuk pengembangan perekonomian masyarakat desa setemapt bila disinergikan dengan pembangunan MDM.

Page 31: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Perencanaan Pembangunan MDM

P erencanaan pembangunan MDM secara partisipatif dilakukan oleh BPDAS bersama pokmas CBO bidang/seksi perencanaan. Semua anggota CBO diharapkan terlibat dalam perencanaan MDM dimana lahan milik anggota

CBO masuk kedalam calon lokasi dan tercakup semua menjadi satu kesatuan hamparan lahan MDM.

1. Perencanaan MDM berbasis masyarakat yang melibatkan seluruh anggota CBO dengan pendampingan dari aparat desa maupun petugas pendamping dari dinas terkait dan bantuan teknis terutama dari BPDAS setempat sebagai institusi yang mempunyai wewenang dalam perencanaan pengelolaan DAS, diharapkan 1) Hasilkan program;kegiatan yang lebih baik dan efisien; 2) Meningkatkan tanggung jawab antar anggota; 3) Adanya keterbukaan hingga tumbuhkan pengertian dan kepercayaan diantara para anggota CBO; 4) Meningkatkan kesadaran dan peran masing masing hingga tumbuh rasa memiliki; 5) Meredam/mengurangi kemungkinan adanya konflik.

2. Secara teknis proses perencanaan pembangunan MDM telah diatur jelas pada peraturan Dirjen RLPS Nomor: P.15/V-SET/2009 tentang Pembangunan MDM, sehingga tetap dapat dioperasionalkan dilapangan menyusul pelibatan/partisipasi masyarakat setempat selaku pemilik lahan pada lokasi yang akan dilakukan pembangunan MDM sehingga dimungkinkan mendapat dukungan masyarakat setempat sehingga pembangunan MDM diharapkan berjalan lancar sesuai rencana.

3. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan MDM guna perbaikan kondisi setempat dan peningkatan taraf hidup masyarakat, perlu diarahkan pada: 1) perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata (felt need), 2) dijadikan stimulasi terhadap masyarakat,

Page 32: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

25Perencanaan Pembangunan MDM

yang berfungsi mendorong timbulnya tanggapan (response), dan 3) dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku (behavior).

4. Dalam perencanaan partisipatif (participatory planning), masyarakat merupakan mitra dalam perencanaan yang turut berperan-serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana.

5. Pengembangan masyarakat (Community Development) dengan segala kegiatannya dalam pembangunan sebaiknya menggunakan metode kerja doing with, merangsang masyarakat menjadi aktif dan dinamis serta mampu mengidentifikasi mana kebutuhan yang sifatnya - real needs, felt needs dan expected need. Metode kerja doing with, yang berfokus akan perlunya kemandirian yang partisipatif di dalam proses pembangunan (Google: Ikhbal Batua dalam Perencanaan Partisipatif)

A. Pengumpulan data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi oleh penyusun (BPDAS) bersama masyarakat setempat dalam hal ini pokmas CBO diperlukan untuk masukan dalam perencanaan pembangunan, perancangan pelaksanan kegiatan, monitoring dan evaluasi.

1. Data dan informasi meliputi kondisi Biofisik, Sosial Ekonomi dan Kelembagaan. Data dan informasi ini secara umum sudah masuk kedalam Data dan informasi DAS terkait yang di dokumentasikan oleh BPDAS setempat.

2. Namun untuk lebih detil dan updating perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi dilokasi dan monografi desa setempat dengan melibatkan masyarakat setempat dan anggota pokmas CBO serta para pihak.

3. Masyarakat setempat sebagai anggota CBO dimana sebagian besar lahan milik mereka akan masuk kedalam lokasi pembangunan MDM, maka partisipasi sangat diperlukan, demikian juga informasi yang dimiliki oleh mereka maupun data dan informasi tambahan yang mereka perlukan dapat dikumpulkan guna penyusunan/pembuatan rencana yang lebih akurat sehingga dapat memenuhi harapan para pihak.

Page 33: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

26 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

4. Jenis data dan informasi biofisik, soial ekonomi dan kelembagaan yang diperlukan mengacu pada Pedoman Pembangunan Areal Model DAS Mikro (Peraturan Dirjen RLPS Nomor: P.15/V-Set/2009).

5. Untuk sasaran RHL maka perlu ditambahkan adanya data dan informasi tentang: kerusakan lahan, sebaran luas lahan kritis dan tingkat kekritisannya mulai sangat kritis (SK) sampai potensial dan tidak kritis (TK) baik didalam kawasan maupun diluar kawasan hutan/lahan milik masyarakat pada areal MDM. Sebaran lahan kriis dilahan milik anggota CBO pada areal MDM berikut petanya dapat diminta kepada BPDAS setempat.

6. Menyangkut kepentingan masyarakat setempat perlu ditambahkan data dan informasi:1) luas blok/hamparan areal MDM 2) luas lahan masing masing anggota pokmas/CBO.3) jumlah pemilik dan penggarap lahan sebagai anggota pada hamparan

areal MDM4) peta kepemilikan lahan areal MDM dengan skala peta rencana/detil.

Keterangan tersebut diperlukan guna perencanaan pola usaha tani yang sesuai dengan kondisi setempat.

7. Upaya konservasi tanah dan air yang telah dilakukan dan yang belum namun dibutuhkan/diinginkan masyarakat untuk mendukung usaha tani, baik secara sipil teknis maupun vegetatif, seperti penterasan dengan teras gulud, teras bangku, teras individu; pembuatan saluran drainasi seperti saluran pengelak/diversi, saluran SPA, saluran peresapan; bangunan terjunan air/drops, dan bangunan lainnya: Pengendali Jurang: Gully Plug, Gully Drop; Dam/Bendung: B. pengendali/DPI, B. penahan/DP; Sumur Resapan (SR); sedangkan secara vegetatif berupa penanaman secara kontur, penanaman lorong, penanaman rumput, dll. Informasi ini perlu untuk perencanaan konservasi/KTA apakah perlu dilakukan pembuatan baru, penyempurnaan yang sudah ada atau rehabilitasi untuk yang rusak.

8. Fragmentasi lahan atau pemecahan lahan yang pada awalnya petak lahan mempunyai bentuk dan luasan yang relatif seragam menjadi petak petak lebih kecil dan tidak teratur karena adanya pembagian warisan dari orang tua ke anak2 nya atau sebab lain seperti sebagian lahan dijual untuk pemenuhan kebutuhan hidup atau keperluan lain. Informasi ini penting untuk kelembagaan pokmas guna pengaturan pengelolaan lahan secara bersama seperti pembuatan lay out konservasi tanah/KTA dan pola usaha taninya.

Page 34: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

27Perencanaan Pembangunan MDM

INPUT   PROSES OUTPUT

ALIRAN AIRDAS

EKOSISTEM

LANDSCAPE/topopografi

PENUTUPAN LAHAN

KAWASAN HUTAN

LAHAN KRITIS TATA RUANG

KAWASAN LINDUNG

KAWASAN BUDIDAYA

IDENTIFIKASI MASALAH/ANALISIS

Hujan >>  Limpasan >>

Banjir  sedimentasi  dihilir

Kaw. hut dirambah/okups 

Sosek /tenurial

PERUMUSAN PROGRAM/KE

GIATAN

MDM

Kelembg  masyarakat

HULU

HILIR

KAWASAN LINDUNG

KAWASAN BUDIDAYA

Kaw.Hutan

Luar Kaw Hut

Kaw Hutan

Luar Kaw Hut

Penanaman berkontur

Penanaman berkontur 

Sipil teknis

Vegetatif

Sipil  teknis

Sipil teknis

Vegetatif

Vegetatif 

CURAH HUJAN

Gambar 2. Bagan Alur Rencana Kerja

B. Masalah

Permasalahan lapangan yang dihadapi dalam pembangunan MDM nantinya perlu diidentifikasi dan dianalisis bersama oleh perencana dalam hal ini BPDAS bersama masyarakat yang tergabung dalam pokmas CBO.

1. Identifikasi MasalahPada waktu pengumpulan data dan informasi yang mencakup kondisi biofisik, sosial-ekonomi dan kelembagaan masyarakat desa yang menjadi fokus pembangunan MDM dengan luasan tertentu dan pola usaha tani beragam yang terkonsentrasi dalam satuan hamparan lahan yang dimiliki para anggota masyarakat yang tergabung dalam kelompok CBO perlu diketahui secara detil. 1) Umumnya masyarakat setempat memberikan informasi melalui pemuka

masyarakat namun perlu dilakukan recek langsung pada forum CBO

Page 35: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

28 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

yang dihadiri para anggota kelompok sehingga diperoleh informasi detil guna masukan yang tepat bagi perencanaan.

2) Permasalahan yang dihadapi (biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan) dalam satu kelompok sudah saling diketahui dan umumnya sama sama dihadapi seperti kejadian erosi tanah dan limpasan air yang mengancam lahan usaha taninya setiap tahun ketika musim hujan tiba.

3) Produksi pertanian dari usaha taninya yang dipanen dari tahun ketahun cenderung menurun sementara modal usaha semakin berkurang karena hasil tani yang didapat lebih diutamakan guna pemenuhan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup keluarga.

4) Kejadian yang terus berulang setiap tahun itu umumnya sama-sama dihadapi oleh masyarakat pedesaan yang tergabung dalam pokmas CBO dalam satu hamparan lahan pada lokasi areal MDM yang kondisi biofisik dan iklimnya/curah hujannya relatif sama.

5) Masalah lain yang sifatnya spesifik seperti kejadian longsor mungkin terjadi dibagian lereng/tebing yang curam, tepi/pinggir hamparan tebing jalan atau sungai, lahan pemukiman padat tanpa ruang terbuka ynag umum terjadi dibagian DAS Hulu, atau di fasilitas umum/sekolah, kantor desa, tempat ibadah, atau lainnya pada umumnya lokasinya dilahan miring/lereng perbukitan meskipun bukan didalam lahan milik anggota (on site farm) tapi diluar lahan milik anggota (off site farm) namun kesemuanya masuk dalam areal MDM tetap harus mendapat perhatian karena perubahan yang terjadi didalamnya akan berpengaruh/berdampak pada DAS terkait.

6) Pengecekan lapangan dengan bantuan peta-2 tematik yang menggambarkan kondisi biofisik dan iklim, sosek termasuk tata ruang wilayah kabupaten (RUTR) sangat membantu beragam masalah sehari-hari yang dihadapi yang dihadapi oleh masyarakat setempat/pokmas CBO yang tinggal di DAS bagian hulu yang terkonsentrasi pada areal MDM, sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 36: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

29Perencanaan Pembangunan MDM

Tabel 2. Masalah Pokok dan Penyebabnya

No Permasalahan Pokok Kemungkinan Penyebabnya

Biofisik

1 ErosidanLimpasan/Larian air dibagian Hulu DAS

a) Hutan dirambah untuk usaha tani intensifb) Usaha tani lahan kering tidak menerapkan kaidah Konservasi

Tanah dan Air (KTA) c) Lahan miring/berbukit dengan tanaman jarang dan terlantar /

absentee land

2 Longsor a) Bukit sampai terjal diolah intensif tanpa perkuatan/ penanaman bagian atasnya.

b) Kiri kanan jalan (Kakija) dibuka tanpa perkuatan /penanaman bagian atasnya.

c) Tebing kiri kanan sungai (Kakisu) terbuka/kosong tidak ada tanaman perkuatan bagian atasnya.

d) Daerah rawan longsor tetap diusahakan intensif

3 Erosi parit sepanjang batas milik/penggunaan lahan

a) Dibiarkan kosong/tidak ada perawatan pada batas milik lahan/saling menunggu antar pemilik.

b) Teras tradisional/tidak sejajar kontur saling merusak dibatas lahan milik.

4 Sedimentasi alur sungai/jurang

a) Saling menunggu antar pemilik terdekat objek.tb) Status/Pemilik tidak jelas

5 Kualitas air/ pe mukiman hulu DAS

a) Pembukaan/perusakan sekitar sumber mata airb) Perambahan daerah sempadan sungaic) Pembuangan limbah tersebar/bebas

6 Banjir lokal a) Tidak adanya saluran pembuangan/drainasib) Berkurangnya daerah resapanc) Pertambahan penduduk/ pemukimand) Berkurangnya kantong air/situ/rawa

Sosial Ekonomi

7 Hasil tani kurang/ trend menurun

a) Lahan terdegradasi/lahan kritis meluasb) Lahan semakin miskin hara/karena erosi tanah.c) Pemupukan tanah jarang dilakukan. d) Penanaman intensif/tanpa jeda/tan sela/hijauan untuk

mengembalikan kesuburan tanah.

8 Lahan usaha tani sempit/fragmentasi lahan

a) Pembagian warisan/tanah dipecah/dibagi sesuai jumlah keluarga yang berhak.

b) Sebagian dijual untuk kebutuhan hidup keluarga c) Tidak adanya batasan minimal luas usaha tani.d) Fasilitasi pemerintah kurang

9 Modal terbatas a) Hasil usaha tani berkurang, kebutuhan hidup bertambah, modal usaha berkurang.

b) Fasilitasi CSR untuk KTA &usaha tani kurangc) Usaha koperasi pokmas terbatas.

Page 37: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

30 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

10 Kepemilikan/tenurial

a) Konflik lahanb) Fasilitasi pemerintah kurang/sertifikat tanah hak yang diakui

terbatas/banyak pemilik lahan tak pegang sertifikatc) Tanah guntai/absentee land/ tak terpelihara

Kelembagaan masyarakat

11 Gotong royong melemah

a) Bekerja sendiri/ hak individu tinggi.b) Kepentingan ekonomi utama/ sosial belakangan

12 Penguasaan KTA terkait dengan pengelolaan DAS

a) Terbatas/kurang.b) Diutamakan penanaman tanpa KTAb) Praktek KTA terbatas/kurang memadai

13 Seksi KTA pada Pokmas/CBO

a) Tidak ada/terbatas b) Sasaran utama: usaha ekon produktif/non KTA.

2. Analisis MasalahMasalah yang dihadapi oleh kelompok masyarakat/CBO sehari hari nya

tanpa disadari secara umum terjadi dan diterima sebagai kebiasaan yang berulang setiap tahunnya. Bercocok tanam dilahan kering DAS bagian hulu yang umumnya bentang alam/topografi lahannya miring hingga terjal, bukit2 miring hingga terjal tetap diolah, diusahakan oleh masyarakat lokal guna memenuhi kebutuhan hidupnya (tradisional).

1) Kegiatan tradisional tersebut, terus berjalan dan dilakukan dengan nyata/terang, manakala hasil tani mereka tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya (seiring bertambahnya anggota keluarga dan beaya hidup yang ditanggung semakin tinggi) maka sepanjang peluang ada, akses masuk lahan/hutan mudah, maka mereka akan merambah bukit terjal untuk dapat dibuka guna menunjang hidup keluarganya.

2) Pola tradisional yang dilakukan sepanjang umurnya sadar maupun tidak (kebiasaan turun menurun) menyebabkan percepatan terjadinya erosi dan limpasan/larian air dan ini tidak jelas dirasakan masyarakat setempat (hulu) sepanjang mereka dapat memetik/memanen hasil tanamannya. Kalaupun diberitahu, mereka tidak punya resources (modal, tenaga dan ketrampilan) untuk mengendalikannya.

3) Sebaliknya untuk masyarakat bagian bawah, masyarakat hilir DAS akan melihat dan merasakan akibat kegiatan mereka yaitu adanya gangguan/ancaman bakal terjadinya banjir dan sedimentasi ketika turun hujan dan musim hujan datang, kejadian tersebut berulang dan diterima apa adanya sebagai kebiasaan hidupnya.

Page 38: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

31Perencanaan Pembangunan MDM

4) Dampak lanjut pola tradisional yang mereka lakukan akan mempercepat proses pengurasan hara kesuburan lahan usaha taninya karena hanjut/hilangnya hara tanah yang menjadi tumpuan perekat suburnya tanaman ikut larut bersama erosi dan larian air kehilir. Untuk hal ini mereka rasakan dengan turunnya hasil panen dari berbagai jenis tanaman yang diusahakannya (on site farm) dari tahun ketahun.

5) Kejadian yang terus berulang inilah yang memicu perambahan lahan/hutan kearah hulu dan semakin meluasnya lahan rusak terdegradasi menjadi lahan kritis DAS dan tersebar pada DAS lainnya yang mengalami kejadian sama di wilayah Indonesia.

6) Pada hamparan lahan MDM dimana pemilik lahan menjadi anggota pokmas CBO kondisi awalnya tidaklah beda dengan masyarakat umumnya dibagian hulu DAS, seperti penurunan hasil bumi dari usaha taninya sehingga dengan cara yang sama mereka merambah lahan sekedar menutup kekurangan hasil usaha taninya.

7) Dengan adanya upaya pemerintah dari berbagai sektor/program langsung ke masyarakat seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, penyuluhan pertanian terpadu (poly valent) dan program RHL yang semakin meluas, disamping upaya tumbuhnya kesadaran dari masyarakat sendiri secara berkelompok sebagai dampak/hasil adanya fasilitasi, pendampingan pemberdayaan masyarakat dari berbagai pihak maka masyarakat/pokmas makin memahami permasalahan yang dihadapi dan harus dihadapi bersama /tidak sendiri tapi serentak untuk mendapatkan hasil efektif.

8) Partisipasi semua anggota pokmas/CBO yang memiliki hamparan lahan MDM dalam forum diskusi/FGD atau cara lain yang disepakati, dilakukan bersama aparat desa dan para pihak akan mempermudah mencari solusi sehingga proses penanganannya diharapkan berjalan lancar. Hasil diskusi digunakan sebagai masukan dalam penyusunan program/rencana kegiatan MDM.

9) Metode analisis menggunakan Logical Framework Analysis /LFA mengikuti Pedoman Pembangunan MDM, SK Dirjen RLPS No. P.15/V-SET/2009.

C. Alternatif Program dan Kegiatan

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah dalam MDM bersama masyarakat dan pokmas CBO yang didampingi dan difasilitasi para petugas serta para pihak terkait, maka pembangunan MDM dapat ditetapkan. Untuk itu diperlukan adanya strategi pencapaian.

Page 39: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

32 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

1. Strategi pencapaian hasil pembangunan MDM melalui cara kolaborasi dengan para pihak mulai dari masyarakat anggota CBO, aparat pemerintah daerah, aparat desa, pihak swasta, LSM dan pihak terkait lainnya secara koordinatif, integratif, sinkron dan sinergis dalam mencapai tujuan MDM. Selanjutnya strategi dijabarkan melalui program dan kegiatan.

2. MDM adalah wujud DAS kecil/mikro yang secara administratif masuk dalam wilayah desa atau beberapa desa dalam satu kecamatan atau lebih yang merupakan bagian DAS yang tidak bisa dilepaskan dari kesatuan DAS yang utuh.

3. Pengelolaan DAS hakekatnya harus dimulai dari bagian paling hulu lahan masyarakat setempat dan lahan anggota CBO yang masuk dalam MDM dengan karakteristiknya berupa hamparan lahan dengan kemiringan mulai dari landai hingga terjal untuk pertanian lahan kering yang diusahakan pemilik lahan untuk pertanian sebagai mata pencaharian utama guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Pada wilayah MDM yang merupakan daerah tangkapan air mikro DAS bila ditinjau dari status lahan/kepemilikannya, dimungkinkan adanya:a. kawasan hutan negara yang pengelolaannya dilakukan oleh pemangku

hutan/pemerintah, demikian pula kawasan perkebunan negara. b. lahan milik rakyat yang diusahakan untuk pertanian, kebun rakyat,

peternakan dan usaha tani lainnya untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.

c. lahan untuk fasilitas sosial kemasyarakatan seperti pemukiman, jaringan jalan desa, pendidikan/sekolah, perekonomian/pasar, kesehatan masyarakat, perkantoran desa dan fasilitas lainnya.

5. Para pemangku kepentingan/para pihak perlu menyusun program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan para pihak yang diintegrasikan untuk tujuan bersama dalam pengelolaan MDM yang merupakan bagian DAS guna berfungsinya DAS sebagai media produksi, dan pengatur tata air DAS tersebut dan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

6. Program dan kegiatan yang direncanakan dalam pembangunan MDM harus merupakan hasil pelibatan/partisipasi masyarakat setempat dengan berbagai kondisinya (keuangan, waktu, alat/bahan, dan tenaga yang tersedia) sehingga aspirasi masyarakat dapat dituangkan dalam pembangunan MDM yang secara teknis dapat dilaksanakan dan didukung masyarakat setempat.

7. Lokasi MDM yang mencakup areal kegiatan: usaha tani (on site farm) dan non usaha tani (off site farm) memerlukan pelibatan para pihak/ pemangku

Page 40: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

33Perencanaan Pembangunan MDM

kepentingan termasuk masyarakat setempat melalui pokmas CBO pada forum perencanaan/musrenbang desa sehingga masalah dan peran masing pihak dapat teridentifikasi dengan jelas diantaranya:a. Pada lokasi usaha tani (on site farm), adanya kerusakan lahan karena

kurangnya sarana konservasi tanah pada lahan usaha (tidak dilakukan penterasan/tak ada teras atau dengan teras tradisional/ tidak datar/miring keluar tanpa saluran buang/SPA, banyak dijumpai alur2 erosi tanah);

b. Kerusakan lahan off side farm: areal pemukiman padat/tanpa halaman/ruang terbuka hijau pada lokasi berbukit/miring, kakisu tanpa tegakan pohon/penutup tanaman, kakija/jalan kampung tanpa saluaran buang/SPA, tebing longsor, gerusan/alur2/parit erosi dan endapan lumpur pada alur sungai/kaki bukit/bekas banjir/hujan.

8. Dari segi pendanaan para pihak termasuk kelompok masyarakat dapat berperan serta, hingga perlu memberi kontribusinya dengan besaran sesuai kemampuannya terkait/menyangkut lahan usahanya/miliknya yang dibangun dan dikelola guna mencapai tujuan bersama. Untuk masyarakat pemilik lahan paling tidak dapat memberikan kontribusi tenaga tanpa diupah atau sesuai kesepakatan bersama diberi imbalan/insentif sebesar 25-50 % standar upah pada kegiatan on side farm. Sementara kegiatan off side farm, para pihak pemangku kepentingan baik pemerintah dan swasta terkait dapat memberikan dukungan program dan kegiatannya sesuai tugas sektoralnya dengan tetap melibatkan masyarakat setempat terutama dalam penyediaan tenaga kerja setempat/lokal. a. Pada lokasi on site farm, pelibatan masyarakat dalam pembuatan

bangunan konservasi tanah, biaya secara sharing/bersama, misalnya untuk kegiatan pertanian/peternakan/perkebunan dilahan milik masyarakat yang langsung bermanfaat bagi pemilik, maka 50 % beaya ditanggung masyarakat/CBO; untuk bangunan seperti: Saluran SPA, Bangunan Drop, 25% dari masyarakat sisanya dari proyek.

b. Bangunan off side farm lainnya, seperti Dam penahan/pengendali, Rehabilitasi Jurang 0% dari masyarakat dan 100% dari proyek, dengan pertimbangan bahwa bangunan tsb tidak langsung bermanfaat pada lahan miliknya tetapi manfaat langsung pada wilayah hilirnya.

c. Untuk kegiatan penanaman dilahan anggota, sharing CBO sebesar 75 % sebagai tenaga kerja dan penyediaan bibit dari proyek. Besaran sharing tersebut dapat bervariasi sesuai kesepakatan bersama dalam musrenbang desa.

Page 41: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

34 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

d. Demikian pula bangunan lain pada lokasi off side farm bukan pada lahan usaha tani maka pembiayaan dapat dibebankan pada pihak proyek, seperti untuk sarana prasarana, misalnya pembuatan jalan akses/desa, tebing kakija, kakisu, saluran SPA di areal fasilitas sosial kemasyarakatan, perkantoran, puskesmas, sekolah dan lainnya yang masuk diwilayah MDM.

e. Pada kawasan hutan negara yang masuk wilayah MDM, maka dapat diupayakan untuk pengembangan yang memerlukan partisipasi masyarakat, diantaranya untuk hutan kemasya rakatan/HKm, hutan desa/HD dengan pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan negara guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan kesejahteraan rakyat setempat.

9. Kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan MDM perlu direncanakan dengan mengutamakan tenaga kerja dari masyarakat setempat yang sekaligus memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan, pemeliharaan maupun monev serta penyebarluasan proyek kelingkungan yang luas oleh masyarakat setempat secara berkelanjutan. Tenaga dari luar baru digunakan sepanjang tenaga kerja lokal belum dapat memenuhi persyarat an yang diperlukan.

Sebagai contoh usulan program dan kegiatan yang dapat ditawarkan pada pembangunan MDM, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 3. Alternatif Program dan Kegiatan yang diusulkan

No Permasalahan Pokok Alternatif Program/Kegiatan

Teknis

1 Erosi &Limpasan/ Larian air tinggi pada lereng lahan dari landai (<8%) berbukit hingga terjal (>40%)

a) Penataan Kaw. Lindung: > Untuk kawasan hutan (produksi dan lindung) dapat diupayakan pengelolaan Hutan Kemasyarakatan/Hkm, Hutan Desa/HD guna kesejahteraan masyarakat setempat;

> Diluar kawasan hutan : Agroforestri, Hutan Rakyat, Penanaman secara kontur .

b) Penataan Kaw.Budidaya: > Konservasi Tanah dan Air (KTA) Vegetatif (V)/pertanian sistim konservasi, Sipil Teknis (ST), kombinasi V&ST

c) Areal Pemukiman: > Sumur resapan; Panen air hujan

2 Longsor tebing/lereng terjal

a) Penguatan/penjagaan tebing/lereng terjal: > pe nanaman secara permanen/larangan tebang

b) Perkuatan tebing kiri kanan jalan (Kakija):> penanaman kayu2an dan gebalan rumput

c) Perkuatan tebing kiri kanan sungai (Kakisu):> penanaman kayu2an dan gebalan rumput

Page 42: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

35Perencanaan Pembangunan MDM

3 Erosi parit sepanjang batas milik/penggunaan lahan

c) Pemb. Saluran pengelak: > Sal. Diversi (SD)d) Pemb. Saluran : Sal. Pembuangan Air (SPA)e) Bangunan: > Drop/pengendali/pemecah arus air

4 Sedimentasi alur/jurang/anak sungai

c) Pemb. Jebakan Sedimen: > Sedimen trapd) Pemb. Pengendali Jurang: > Gully pluge) Pemb. Dam penahan : > Cek dam

5 Kualitas air sungai/ pemukiman bag hulu DAS

d) Perlindungan sumber/mata air: > Penanamane) Pengamanan sempadan sungai: > Penanamanf) Pengolahan limbah/komposg) Daur ulang sampah

6 Banjir lokal dari on dan off side farm/ pemukiman

h) Saluran drainasii) Kantong airj) Saluran pengelakk) Bangunan/tanggul pengelak

Sosial Ekonomi

7 Hasil tani kurang/ trend menurun

e) Bantuan saprodi (bibit berkualitas, pupuk dan obat2an pertanian)f ) Penterasan/pengendalian erosi untuk jafga kesuburan tanahg) Penanaman tan.hijau/organik untuk pengembalian kesuburan.

8 Lahan usaha tani sempit/fragmentasi

a) Intensifikasi usaha tani/Usaha Tani Konservasi (Conservation Farming System)

b) Usaha tani secara bersama/komunal fragmentasi gunakan patok pembatas namun kerjakan secara bersama dgn luasan sama.

c) Fasilitasi pemerintah untuk peroleh luasan usaha tani yang penuhi kebutuhan hidup keluarga tani, redistribusi lahan negara bebas di kab/kec/desa;

d) Fasilitasi pemerintah untuk lapangan kerja non pertanian atau terkait (jasa pertanian/koperasi, perdagangan/pemasaran, industri pertanian/paska panen

9 Modal terbatas d) Bantuan modal dari pemerintah/bank e) CSR untuk pokmas/KTA dan usaha tanif ) Koperasi tani untuk kredit ringang) Jaminan harga dan produk terserap pasar yang mendorong usaha

tani maju

10 Status kepemilikan/tenurial

d) Fasilitasi pemerintah (BPN) untuk sertifikasi lahan milik sebagai jaminan kelangsungan usaha tani dan pemeliharaannya

e) Fasilitasi pemerintah adanya jaminan/pembagian yang adil antara pemilik dan penggarap agar usaha tani dan pemeliharaannya berlanjut.

f ) Fasilitasi pemerintah untuk distribusi lahan negara bebas pada petani/penggarap tak berlahan untuk pengendalian perambahan/penyerobotan lahan/ hutan negara

Page 43: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

36 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

Kelembagaan masyarakat

11 Gotong royong melemah/kerja individual

c) Pemberdayaan organisasi melalui pelatihan dalam bentuk sekolah lapang (SL) dengan penekanan membangun spirit kerja bersama/gotong royong untuk setiap kegiatan.

d) MDM dilaksanakan bersama/ tidak sendiri-2.

12 Penguasaan KTA terkait dengan pengelolaan DAS

a) Pembekalan materi KTA baik cara vegetatif, sipil teknis maupun kombinasi keduanya untuk kegiatan RHL.

b) Pelatihan/praktek KTA melalui sekolah lapangan

13 Pengembangan organisasi Pokmas/CBO

Selain bidang/seksi yang sudah ada maka perlu ditambah bidang KTA ditangani/dipegang dari anggota yang berpengalaman

Sebagaimana ketentuan pembangunan MDM (SK Dirjen RLPS No.P.15/V-

SET/2009), maka Program dan kegiatan yang direncanakan dalam pembangunan MDM perlu dilengkapi dengan indikator guna mengetahui tingkat keberhasilan dari program dan kegiatan yang dilakukan. Indikator merupakan ukuran tujuan yang ingin dicapai oleh program/kegiatan, oleh karena itu agar mudah diketahui/diukur maka mudah diterapkan dan diverifikasi. Selanjutnya asumsi asumsi yang digunakan untuk indikator dan pencapaian hasil perlu dimasukkan.

Untuk keperluan verifikasi dapat digunakan informasi dari sumber resmi seperti Dokumen, Laporan, Laporan Rapat/Notulen, Hasil Survey, dan lainnya yang dikeluarkan oleh sumber yang berwenang.

D. Rencana pembangunan MDM

Draft rencana pembangunan MDM yang disusun dengan melibatkan para pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama masyarakat setempat dalam melalui kelompok masyarakat/CBO yang anggotanya mempunyai lahan diareal MDM perlu diakomodir usulan/permintaannya dengan timbal balik masyarakat akan memberikan dukungan positif terhadap pelaksanaan sampai ke pemeliharaan MDM secara berkelanjutan.

Kontribusi masyarakat melalui pokmas/CBO yang dari awal sudah dilibatkan maka dalam perencanaan MDM, perlu langkah 2:

Page 44: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

37Perencanaan Pembangunan MDM

i. Terasering ii. Agroforestry/Hkm/Hutan Rakyat

Gambar 3. Penataan Bentang Lahan

Gambar 4. Penataan Teras

1. Penata gunaan lahan pada bentang lahan dengan karakteristik lahan bertopografi landai hingga terjal (>40%) perlu dilakukan pemilahan sesuai dengan penataan ruang dimana lahan dengan topografi landai sampai 40% diarahkan sebagai kawasan budi daya sedang untuk topografi > 40% sebagai kawasan berfungsi lindung.

Page 45: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

38 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

2. Lahan milik yang diusahakan masyarakat desa, anggota pokmas CBO sebagian besar berusaha tani (on side farm) dengan masalah erosi dan limpasan air yang diketahuinya perlu tindakan KTA. Pokmas/CBO perlu mengusulkan cara/jenis KTA yang sesuai dengan kemiringan lahan usahanya sehingga tidak ada gangguan dalam usaha taninya bahkan lebih baik hasilnya sekaligus masalah kerusakan lahan dapat ditanggulangi, dengan cara yang dikenal usaha tani konservasi (Conservation Farming System/ CFS)

1) Areal dengan topografi >40% CFS berfungsi lindung dengan penanaman MPTS secara kontur pola Agroforestri dengan rumput/slyvopasture, Hutan Rakyat (HR) sesuai pilihan masyarakat pokmas/CBO.

2) Areal dengan topografi < 40% CFS dengan penanaman MPTS dan tanaman pangan dilengkapi KTA berupa terasering sesui kemiringan dan solum yang dikehendaki pokmas CBO.

3. Lahan diluar yang diusahakan masyarakat (off side farm) dengan kondisi kemiringan lahan landai sampai terjal maka para pihak yang berkepentingan, pemilik/pengguna lahan terkait (instansi pemerintah/ swasta) bersama pokmas/CBO dan mengajak masyarakat desa berpartisipasi dalam penata gunaan lahannya, misalnya :

1) Lahan pemukiman, perumahan penduduk untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi perlu tindakan pembuatan sumur resapan, SPA, rorak, jalan lingkungan dengan konblok, dsbnya.

2) Lahan terbuka perkantoran desa, sekolahan, puskesmas, lapangan desa dilakukan penanaman/penghjauan lingkungan, tanaman obat2an, perumputan/grassing dilengkapi saluran penampungan air hujan/SPA dan saluran pengelak pada bagian tebing/atas, dsbnya.

3) Lahan kawasan hutan yang rusak perlu rehabilitasi hutan dengan penanaman tegakan pohon secara kontur. Alternatif bersama masyarakat setempat dapat dilakukan dengan pola Hutan Kemasyarakatan/HKm dan/atau Hutan Desa/HD sekaligus meningkatkan pendapartan/kesejahteraan masyarakat setempat.

4) Lahan kawasan perkebunan yang rusak perlu rehabilitasi cara penanaman jenis tanaman perkebunan yang cocok secara kontur dan tindakan KTA dengan pelibatan masyarakat setempat.

5) Lahan kawasan lainnya yang masuk dalam areal MDM yang rusak perlu direhabilitasi oleh pemegang hak bersama masyarakat setempat.

Page 46: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

39Perencanaan Pembangunan MDM

Bilamana peta RTR Kabupaten telah terbit/tersedia maka MDM tentunya sudah terkover dan tinggal men tumpang tindihkan. Rencana membangun MDM dengan ciri khas tersebut disusun oleh perencana BPDAS dengan melibatkan Tim perencana pokmas CBO berdasarkan masukan partisipatif dari anggota, pemerintah/instansi dan para pihak pemangku kepentingan.

Rencana pembangunan MDM yang telah disusun dengan melibatkan pokmas CBO oleh BPDAS perlu dibahas bersama sama dengan Instansi Pemda Kabupaten/SKPD, Kecamatan, Desa dan para pihak termasuk LSM, terutama terkait dengan pembangunan MDM.

Melalui pembahasan mendalam dengan para pihak beragam masukan dapat diakomodir maupun dipertimbangkan dari segi kelayakan teknis, sosial ekonomi, lingkungan dan kelembagaannya guna penyempurnaan rencana. Peta peta pendukung untuk rencana perlu disertakan untuk memastikan pembangunan MDM tepat lokasi.

Pada pembangunan MDM yang lingkup arealnya masuk dalam satu desa atau lebih maka program dan kegiatan yang menonjol umumnya dibidang pertanian (dalam arti luas mencakup kehutanan, pertanian pangan, perkebunan, peternakan), kemudian off side farm berupa kegiatan diantaranya, ke PU an mencakup infrastruktur jalan/desa, pengairan, pemukiman; kesehatan, pendidikan dan BPN/agraria. Maka peran dan tanggung jawab para pihak terkait perlu terumuskan dengan jelas pada proses pembangunan maupun pengelolaan MDM mendatang.

Rencana Pembangunan MDM yang disiapkan secara partisipatif melibatkan pokmas CBO beserta para anggotanya dan petugas pendamping/lapangan kemudian final penyusunannya oleh pemrakarsa yaitu BPDAS setempat. Penyusunan rencana partisipatif MDM yang melibatkan para pihak pemangku kepentingan baik Pemda berikut jajarannya/SKPD Kabupaten, Kecamatan, Desa dan pihak terkait lainnya sejak awal hingga tersusunnya draft akhir. Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan selanjutnya maka rencana tersebut perlu disahkan oleh yang berweang, dalam hal ini Bupati setempat.

Desa desa yang masuk kedalam MDM tersebut secara administratif juga merupakan bagian dari rencana pembangunan masing-2 desa, maka rencana pembangunan MDM melalui proses musyawarah rencana pembangunan desa (Musrenbangdes) diusulkan dalam satu paket dalam rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Des) untuk selanjutnya mengikuti proses yang berlaku diajukan ke Pemda kabupaten/Kota untuk mendapat persetujuan Bupati.

Dengan diterimanya RPJM Desa yang merupakan bagian dari RPJM Kabupaten/Kota maka pelaksanaan pembangunan MDM dalam kurun 5 tahun

Page 47: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

40 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

kedepan akan mendapat dukungan pendanaan/pembiayaan dari Pemda terutama pada sektor/instansi terkait diluar BPDAS.

PDAS

DAS Prioritas RTK RH

RP RH DAS

RTh RLH

LMU RLH

Sub DAS

Mikro DAS (MDM )

CBO

RPJM Kabupaten

RPJM Desa

Persyaratan Lokasi Biofisik Sosial Kelembagaan

Gambar 5. Bagan RPJM Desa

Page 48: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Pelaksanaan Pembangunan MDM

P embangunan MDM dilakukan oleh seluruh anggota pokmas CBO sebagai wujud pelaksanaan rencana berbasis masyarakat yang mereka ikut aktif menyusunnya.

Pada rencana pembangunan MDM yang kondisi bentang lahannya mulai dari landai hingga terjal (>40%) sesuai dengan penataaan ruang kabupaten/RTR Kab (bila sudah ada) maka dapat diacu untuk pelaksanaan pembangunan MDM. Bilamana belum tersedia RTR Kab. maka pada kelerengan lahan dibawah < 40% dapat diarahkan sebagai kawasan budidaya (pertanian pangan untuk lahan masyarakat/pemilik lahan guna usaha tani), sedangkan pada lahan dengan kelerengan di atas > 40% slope diarahkan sebagai kawasan berfungsi lindung dengan penanaman tegakan pohon tetap pada lahan negara sedangkan pada lahan milik masyarakat ditanamai secara kontur dengan pola Hutan Rakyat dengan jenis tanaman MPTS yang dipilih masyarakat.

Pelaksanaan pembangunan areal Mikro DAS Model dilakukan oleh instansi teknis sektoral (Pemerintah, Satuan Kerja Perangkat Daerah/SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing - masing dengan melibatkan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan MDM harus mengacu kepada Rencana Pembangunan Areal MDM yang telah ditetapkan dan disahkan Bupati setempat.

Dengan demikian kegiatan/model yang dilaksanakan oleh masing – masing pihak tersebut mendukung pencapaian tujuan dan sasarannya sekaligus mendukung pencapaian tujuan pembangunan MDM yang telah disepakati bersama. Proses pelaksanaan pembangunan MDM mengikuti Pedoman Pembangunan Ateal Model DAS Mikro (Per Dirjen RLPS No. P.15/V-SET/2009).

Page 49: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

42 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

A. Rancangan Kegiatan

Rancangan kegiatan merupakan rencana detil dari setiap jenis kegiatan pembangunan MDM. Cakupan rancangan meliputi unsur: 1) tempat/lokasi, 2) jenis kegiatan. 3) pelaku kegiatan, 4) sasaran, 5) hasil/luaran, 6) cara, 7) bahan & alat, 8) anggaran/biaya, dan 9) jadwal, dengan uraian sebagai berikut.

Tabel 4. Rancangan Kegiatan

No Unsur Kegiatan Uraian1 Tempat/lokasi Tetapkan dimana lokasi kegiatan berada2 Jenis Kegiatan Beragam kegiatan apa saja yang dilakukan misalnya Konservasi

Tanah dan Air dengan teknik vegetatif, Sipil teknis3 Cara Teknis vegetatif: penanaman kontur, penanaman strip/rumput,

tanaman lorong,dll. Sipil teknis: teras gulud, teras bangku, saluran pengelak/pembuang air, bangunan drops, dll

4 Pelaku kegiatan Anggota pokmas, dan masyarakat setempat5 Sasaran kegiatan Lahan rusak/terdegradasi/lahan kritis6 Luaran/hasil Lahan berfungsi baik dan produktif7 Biaya Sharing para pihak termasuk pokmas 8 Bahan dan Alat Jenis/macam dan mendapatkannya9 Jadwal Rangkaian waktu pelaksanan kegiatan yang direncanakan

Masyarakat setempat melalui pokmas CBO dilibatkan dalam proses perancangan, dimana lokasi rancangan adalah pada lahan milik anggota sehingga lebih paham mengenai kondisi fisik lahan maupun lingkungannya.

Lokasi tempat kegiatan dengan demikian dapat teridentifikasi jelas dengan tapak kegiatan, kemudian dokumen rancangan disusun dengan baik dan finalisasi berupa pengesahan rancangan kegiatan oleh BPDAS setempat.

1. Identifikasi Ciri Tapak Kegiatan

1) Ciri ciri kondisi biofisik yang dipetakan pada gambar skala detail 1:2500 – 1000 melalui ceking lapangan meliputi penutupan lahan, land use, topografi dengan kerapatan/kontur lahan, jenis dan kedalaman tanah guna merancang jenis kegiatan KTA seperti jenis bangunan teras: teras bangku, teras gulud, teras individu, dan bangunan KTA lainnya misalnya saluran SPA, bangunan Drop,dll.

Page 50: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

43Pelaksanaan Pembangunan MDM

2) Ciri ciri sosial ekonomi seperti luas kepemilikan, ukuran keluarga, tingkat pendapatan, dll berpengaruh pada rancangan terutama penentuan pola usaha tani apakah usaha tani dengan tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan/hutan rakyat.

3) Ciri kelembagaan masyarakat seperti organisasi pokmas yang sudah kuat, tugas dan tanggung jawab jelas dan lancar pelaksanaannya, hubungan antar anggota cukup baik sehingga berpengaruh terhadap rancangan kegiatan seperti pembuatan teras yang berlanjut/bersambung dengan teras dari lahan tetangga meskipun melintasi batas batas milik/petak petak tanah sehingga mempermudah pemeliharaan karena dilakukan bersama sama, fragmentasi lahan dapat dikendalikan dengan pemberian patok/pematokan sebagai pembatas tanpa mempersempit petak/pembuatan pematang.

2. Penyusunan Dokumen Rancangan

Dokumen rancangan kegiatan memuat rencana detil, kegiatan yang perlu dilaksanakan mulai dari persiapan sampai pelaksanaan pembangunan . Dokumen meliputi:

1) Latar Belakang2) Tujuan3) Kondisi Tapak Kegiatan4) Rancangan Kegiatan (seperti pada Tabel Rancangan Kegiatan)5) Peta peta dan gambar teknis

3. Legalisasi Rancangan Kegiatan

Finalisasi rancangan kegiatan yang disusun oleh Bagian Rencana/program BPDAS bersama pokmas CBO dengan pihak terkait setelah dinilai kemudian disahkan oleh Kepala BPDAS setempat untuk dijadikan acuhan/dasar dalam pelaksanaan kegiatan dilapangan oleh pokmas CBO bersama masyarakat setempat dapat digunakan sebagai acuan/dasar pelaksanaan pembangunan MDM.

Page 51: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

44 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

Gambar 6. Lahan Anggota CBO/Pokmas Berdasar Domisili, Teras (tradisional) Tidak Teratur Dan Tidak Ada Saluran Pembuangan Air (SPA)

Gambar 7. Lahan CBO Berdasarkan Hamparan, Teras Teratur dan Bersambung Mengarah SPA

Page 52: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

45Pelaksanaan Pembangunan MDM

B. Kegiatan Fisik pada Areal MDM

Diketahui bahwa tidak semua areal MDM merupakan lahan milik masyarakat untuk usaha tani (on site farm) tapi juga masuk areal diluar lahan masyarakat (off site farm) seperti lahan untuk fasilitas umum, pemukiman dll. Oleh karena itu, program/kegiatan sektor terkait dapat dilakukan, diantaranya,

1. Tata Ruang/Tarukim: untuk optimalisasi pemanfaatan lahan berupa pembagian ruang, zonasi MDM menjadi kawasan berfungsi sebagai kawasan budidaya dan lindung. Untuk mendapatkan manfaat yang besar pada pengelolaan DAS yang berbasis masyarakat, umumnya sebagian besar status lahan MDM yang menjadi sasaran kegiatan adalah lahan milik masyarakat sehingga penataan tata ruang dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat setempat, dengan tetap memperhatikan kondisi fisik lapangan, peraturan yang berlaku dan mempertimbangkan aspek kelestarian sumber daya alamnya. Tarukim dapat menyediakan peta tata ruang detil MDM dengan skala 1:2500-4000 khususnya pada kabupaten yang belum tersedia RUTR nya. Peta Tata Ruang (TR) selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk pembuatan peta tematik MDM terutama untuk status/pemilikan lahan sebagai dasar pengelolaan lahan dan usaha tani yang cocok dengan kondisi lokal.

2. Kehutanan: berbagai usaha kehutanan dapat dilakukan seperti, Hutan Rakyat (HR), Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan/HKm, Aneka Usaha Kehutanan/ HHBK, dll, secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan. Dengan adanya kebijakan yang pro rakyat maka masyarakat sekitar hutan mendapatkan akses untuk ikut mengelola hutan dengan pola HKm dan HD dengan demikian kawasan hutan negara yang masuk dalam wilayah MDM terutama dibagian hulu mikro DAS dapat diusahakan oleh pokmas CBO guna peningkatan kesejahteraan anggotanya yang sekaligus dapat ikut serta mengamankan kawasan hutan negara tsb.

3. PU yang mencakup pengairan, pemukiman, bina marga ikut terlibat dalam pembuatan sarana prasarana (sarpras): sumber daya air, embung, perlindungan tebing sungai, waduk, dam penahan, weir/distribusi aliran air dibagian hilir MDM untuk dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat setempat seperti irigasi pertanian, peternakan. Perbaikan jalan desa dan pengamanan/perlindungan tebing kakija, kakisu, pembuatan tandon air, bak air minum perdesan/PAM untuk permukiman, sumur resapan, dll yang dapat diupayakan dalam mendukung sinergitas pembangunan MDM

Page 53: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

46 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

dengan melibatkan masyarakat setempat terutama dalam penyediaan tenaga dan bahan/material lokal.

4. Pertanian: pengelolaan pertanian sawah beririgasi dan tadah hujan di wilayah MDM, pengembangan lahan kering untuk tanaman pangan, palawija, hortikultur, usaha tani konservasi, pertanian organik, dll.

5. Perkebunan: pengembangan usaha perkebunan yang sesuai dengan kondisi setempat seperti Kopi, Coklat, Kelapa, Karet, Aren dan MPTS lainnya dengan melibatkan masyarakat setempat dalam penyediaan tenaga dan bahan lokal.

6. Peternakan: pengembangan peternakan dengan penyediaan areal/padang rumput/penggembalaan ternak termasuk usaha penanaman rumput/pakan ternak yang cocok dengan kondisi setempat, seperti peternakan sapi di NTT. Pengembangan ternak domba, kambing, dll di daerah lain.

7. Lingkungan Hidup: berperan dalam perbaikan lingkungan hidup perdesaan, penanganan limbah, sampah pemukiman, dll

8. Kesehatan: perbaikan kualitas air penduduk, penanaman tanaman obat/herba dipekarangan penduduk, peningkatan kesehatan masyarakat, Posyandu, dll

9. Pendidikan/Sekolah: menggerakkan/sosialisasi penanaman OBIT, penghijauan lingkungan, pendidikan lingkungan dimulai sejak dini.

10. Pemberdayaan Masyarakat: pelatihan teknis dan non teknis yang dikoordinasikan oleh Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten setempat, program PNPM. Diperlukan guna menggerakkan masyarakat melalui dalam bentuk pokmas/CBO sebagai pionir perbaikan lingkungan desa dalam wilayah MDM yang kemudian disebar luaskan kedesa sekitarnya lingkup DAS dan selanjutnya ke DAS sekitarnya.

C. Penguatan Kelembagaan Pokmas/CBO

Pokmas/CBO yang anggotanya mempunyai lahan usaha tani diwilayah MDM kedepan harus mempunyai kesiapan untuk ikut aktif mengelola MDM yang untuk tahapan selanjutnya masyarakat anggota CBO akan mampu secara mandiri untuk mengembangkannya kedesa sekitar sampai seluruh desa dalam DAS dapat mereplikasi kemudian diseminasi kewilayah DAS lainnya.

Penguatan kelembagaan CBO memerlukan waktu sekitar 2 tahunan atau lebih apalagi bila CBO merupakan bentukan baru terutama pada desa yang belum terjamah oleh pembangunan bidang terkait seperti bidang RHL. Selain itu juga dibutuhkan adanya tenaga yang akan pendampingi pokmas/CBO dalam

Page 54: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

47Pelaksanaan Pembangunan MDM

melakukan kegiatannya sampai CBO tersebut mandiri untuk melaksanakan tugas dan kegiatan.

Penguatan kelembagaan CBO ditempuh dengan langkah langkah sbb:

1. Pokmas/CBO yang sudah ada di desa dan terkait dengan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) seperti kehutanan dan pertanian, yaitu kelompok tani/poktan untuk blok/kampung yang anggotanya didasarkan atas tempat tinggal/domisili di dusun/kampung yang bersangkutan atau gabungan poktan (Gapoktan) yang mencakup lahan kering dalam satu desa. Untuk desa baru/belum ada pokmas maka perlu dibentuk CBO didasarkan atas hamparan lahan usaha (lihat bab tahap persiapan).

2. Kesiapan CBO dengan kegiatan utama RHL dalam rangka pengelolaan DAS diperlukan:1) Kesiapannya baik dalam bidang teknis maupun non teknis/adminstratif

melalui pembekalan internal.2) Pendampingan oleh petugas pendamping dan/atau fasilitator dari

penanggung jawab/pemrakarsa pembangunan MDM yang sehari hari petugas berada dilokasi bersama anggota CBO untuk pelaksanaan kegiatan.

3. Secara organisatoris CBO harus memperkuat diri dibidang non teknis/kelembagaaan untuk bekal sebelum memulai kegiatan teknis/fisik, diantaranya: 1) CBO harus yakin existensinya menyusul telah diperoleh/dimilikinya

legalitas organisasi tsb dengan tujuan, visi, misi yang jelas, berikut program dan kegiatan untuk mencapainya yang sudah ditetapkan bersama anggota didasarkan atas aturan dasar dan rumah tangga (AD/ART) organisasi yang disepakati bersama dan disahkan oleh Kepala Desa setempat.

2) Organisasi CBO bagaimanapun kondisinya, harus jalan dan terus diupayakan menguat kelembagaannya. Ini sangat ditentukan oleh pengurus inti (Ketua bersama Sekretaris dan Bendahara) yang ditunjuk/dipilih oleh anggota secara demokratis. Pengurus yang diberi kepercayaan oleh anggotanya merupakan amanah sebagai modal dan semangat untuk maju Namun demikian semua anggota juga harus berpartisipasi aktif untuk memperkuat kelembagaan CBO dengan memberikan masukan dan dorongan secara timbal balik guna hidupnya organisasi sebagai ajang pemenuhan kebutuhan para anggotanya.

Page 55: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

48 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

3) Diperlukan adanya temu anggota secara periodik/rutine dan harus dijadwalkan paling tidak secara harian untuk tahap awaln selanjutnya dijadwal mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan. Dari pertemuan ini akan didapatkan masukan guna perbaikan program dan kegiatan yang aktual dihadapi oleh semua anggota. Mulailah dengan sedikit/sederhana dan aktual dihadapi namun cepat hasil dan manfaatnya.

4) Seiring waktu dan kekompakan anggota serta menguatnya organisasi, maka program dan kegiatan perlu diperluas/dikembangkan usahanya. Konsekuensinya, organisasi CBO perlu dikembangkan guna menampung usaha/kegiatan baru yang semakin beragam dengan jalan membentuk bidang/seksi2 yang akan mengurus atau mengelola kegiatan baru tersebut.

5) Hak dan kewajiban anggota tentunya akan mengikuti cakupan/luasan usaha yang ditangani CBO, dampaknya diantaranya pada besaran iuran anggota yang harus dipenuhi sesuai keputusan yang ditetapkan bersama guna pemupukan modal. Atau cara lain dapat ditempuh dengan mencari mitra untuk kerja sama dalam mengelola usaha baru guna penguatan organisasi CBO.

4. Penyiapan teknis para anggota CBO sebelum pelaksanaan kegiatan lapangan diawali dengan pembekalan internal melalui penyamaan persepsi kelompok dengan cara saling belajar dan tukar pengalaman antar anggota guna menghadapi kegiatan dilapangan, misalnya ada anggota/beberapa yang sudah mengikuti kegiatan RHL sebelumnya ditempat lain seperti pembuatan bangunan KTA, penterasan maka dapat ditularkan keanggota lainnya, demikian pula di bidang pnanaman, pembibitan tanaman penghijauan atau tanaman MPTS, HHBK atau lainya, sehingga secara internal CBO dengan anggota yang punya pengalaman beragam dapat saling ditukarkan sampai mereka punya pengetahuan dasar yang sama, kemudian kedepan punya motivasi sama untuk maju dan mencapai tujuan/hasil bersama.

5. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) untuk mendapatkan bekal terutama teknis terkait pembangunan MDM oleh seluruh anggota CBO sehingga masing masing anggota memahami dengan baik dan benar keseluruhan proses MDM dari awal sampai akhir. Dengan demikian , mereka dapat ikut berpartisipasi secara aktif mulai persiapan, penentuan lokasi, perencanaan, pelaksanaan, monev maupun pemeliharaan bangunan tersebut. Materi yang terkait dengan MDM diantaranya

Page 56: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

49Pelaksanaan Pembangunan MDM

1) DAS dan pengelolaannya secara terpadu (PDAS Terpadu)2) Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)3) Perbenihan tanaman4) Perhutanan Sosial termasuk pola/sistemnya Hutan Kemasyarakatan/

HKm, Hutan Desa/HD, Hutan Rakyat, Agroforestri. 5) Konservasi Tanah dan Air (KTA) dan cara/jenis penannganannya.6) Budidaya pertanian terpadu (perkebunan, pertanian pangan, holtikultur,

buah/sayuran , peternakan , perikanan, dll7) Perencanaan dan Pemetaan Partisipatif Lahan/Demplot Desa.8) Aneka Usaha Kehutanan/HHBK: perlebahan, persuteraan alam dan

hasil ikutanya.9) Usaha Tani Konservasi (Conservation Farmming System/CFS) dan

pengembangannya10) Monitoring dan Evaluasi DAS yang terkait langsung dengan usaha tani

dalam DAS mulai dari petak lahan, hamparan lahan pokmas/ CBO, mikro DAS

11) Operasi dan Pemeliharaan bangunan/investasi MDM12) Paska Panen dan pengembangan usaha masyarakat.13) PaLA (Partisipatory Landscape Appraisal)14) Sekolah lapangan MDM15) Materi dari sektor/instansi dan para pihak /pemangku kepentingan

dalam pembangunan MDM 16) Materi lain yang diminta/diusulkan oleh pokmas CBO dan anggotanya

untuk penguatan kelembagaan dan keberlanjutan pengelolaannya. 6. Sesuai dengan tugas dan kewenangan para pihak /pemangku kepentingan

pada pembangunan MDM baik pemerintah/pemda/SKPD, swasta, LSM perlu memberikan fasilitasi/supervisi melalui petugasnya dilapangan terhadap masyarakat/ anggota CBO dalam menangani secara menyeluruh kegiatan terkait pembangunan MDM dan pengembangannya sampai dengan CBO dapat diandalkan/mandiri.

7. Melalui pola Sekolah Lapangan (SL) dimana pokmas CBO beserta seluruh anggotanya sebagai pelaksana langsung dilapangan dengan periode/waktu mengikuti siklus umur tanaman yang diusahakan (tanaman semusim dan/atau tahunan) meliputi:1) Pelaksanaan pengerjaan lapangan dilakukan secara serentak bersama

sama oleh para anggota CBO dengan pembuatan sarana KTA

Page 57: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

50 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

(penterasan dan saluran SPA nya) harus dimulai dari hamparan lahan yang paling hulu/atas baru kemudian kearah bawah untuk menghindari kerusakan lahan di bagian bawahnya (erosi dan limpasan air akibat hujan) .

2) Penanaman, dan pemeliharaan dilaksanakan secara bersama sama/serentak mengikuti jadwal kegiatan yang disusun bersama oleh kelompok sehingga hasil usahanya akan diperoleh/dinikmati atau ditanggung bersama (cara tanggung renteng) yang diharapkan akan mempercepat proses penguatan kelembagaan kelompok.

3) Pemanenan hasil dan pemrosesan paska panen untuk mendapatkan nilai tambah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

4) Monev penggunaan lahan, sosek dan tata air tingkat petak usaha tani secara praktis dan langsung diketahui masyarakat sehingga berdampak peningkatan pengelolaan MDM kedepannya.

8. Pokmas CBO bersama seluruh anggotanya sesuai jadwal waktu yang disusun mengikuti siklus rotasi tanam (tahunan) secara bersama harus dipatuhi para anggota. Para anggota harus disiplin mengikuti aturan organisasi, aktif kegiatan kelompok baik pertemuan rutine di kantor/dirumah maupun kegiatan diluar yaitu dilapangan/areal kegiatan MDM. Diluar jadwal kegiatan organisasi tersebut, anggota kelompok dapat melakukan kegiatan masing masing untuk keperluan keluarganya. Dengan cara demikian diharapkan proses penguatan kelembagaan CBO dapat berjalan lancar dan terjaga existensinya.

D. Keberlanjutan CBO

Kelembagaan CBO yang kuat yang didukung oleh berdayanya anggota dan masyarakat sekitar memungkinkan pokmas CBO mengembangkan. diri untuk mencapai kemajuan. Untuk itu diperlukan adanya pendampingan dan fasilitasi dari para pihak yang berwenang guna existensi pokmas CBO dalam melanjutkan dan mengembangkan program/kegiatan desa kelingkungan sekitarnya.

1. Tenaga pendamping dari pemrakarsa program/kegiatan/ pembangunan MDM untuk mendampingi pokmas CBO diantaranya:1) Pertemuan rutine pengurus maupun anggota guna pemantapan

adminstrasi/keuangan pokmas2) Penyusunan program/kegiatan bersama pihak pemrakarsa

Page 58: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

51Pelaksanaan Pembangunan MDM

3) Pelaksanaan kegiatan dari persiapan s//d pelaksanaan operasionalisasi lapangan dan pemliharaannya.

4) Pengembangan pokmas berdasarkan pelaksanaan kegiatan pertama/awal yang waktunya didasarkan atas siklus rotasi penanaman (semusim dan tahunan dari usaha taninya), melalukan temu usaha dengan pihak mitra berkaitan dengan paska panen untuk meningkatkan nilai tambah.

5) Pendampingan dalam melakukan koordinasi dengan para pihak yang berkepentingan dengan pembangunan MDM.

2. Petugas Teknis Lapangan dari para pemangku kepentingan baik dari instansi pemerintah/SKPD maupun Swasta/mitra, LSM sesuai kewenangannya, seperti PLP pertanian, PKL kehutanan, Petugas/PMD pemberdayaan masyarakat desa, yang mempunyai tugas memberikan bimbingan teknis dibidangnya kepada masyarakat setempat dalam menunjang pembangunan MDM.

3. Pelibatan pokmas CBO dalam berbagai kegiatan para pihak yang berkepentingan sesuai kewenagannya masing masing melalui petugas yang ada diwilayah MDM secara koordinatif, integratif, sinkron dan sinergis (KISS) untuk tujuan yang satu menjadi bekal keberlanjutan dalam pokmas sampai mandiri dapat melaksanakan dan mengembangkan sendiri kegiatan pengelolaan mikro DAS tanpa pendamping namun tetap bekerja sama dengan para pihak terkait secara KISS.

Pembangunan MDM oleh pokmas CBO, yang secara sadar merupakan tugas/kewajibannya harus terus dijaga, dipelihara dan dikembangkan pada areal lain dalam DAS bersangkutan maupun DAS lainnya guna pemulihan fungsi DAS dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan khususnya masyarakat setempat.

Page 59: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

Monitoring dan Evaluasi MDM

M onitoring dan evaluasi (Monev) MDM dilakukan guna mengetahui perkembangan status dari kondisi /aspek biofisik, sosial ekonomi dan kelembagaan MDM pada areal MDM sebagai dampak dari adanya

intervensi atau kegiatan yang dilakukan. Perkembangan dari tiga aspek tersebut sebagai bahan masukan bagi peningkatan dan perbaikan program MDM yang sekaligus bagi pengelolaan DAS.

Pembangunan MDM berbasis masyarakat yang pengelolaan dari awal mulai persiapan, sampai pembangunan dan pemeliharaan dilakukan dengan melibatkan pokmas CBO. Dengan demikian untuk kegiatan monev CBO juga terlbat melakukannya.

Mengingat dampak yang ditimbukan oleh adanya MDM maka kegiatan yang bersifat multi pihak ini tidak tertutup pihak terkait melakukannya guna masukan dan penyempurnaan program/kegiatan sektor terkait.

Mikro DAS yang merupakan bagian kecil dari DAS maka monev Mikro DAS Model (MDM) ini dilakukan tidak lepas dari Monev pengelolaan DAS yang mengacu Pedoman Monev DAS yang sudah diatur dalam Peraturan Dirjen RLPS Nomor P.04/V-SET/2009 tanggal 5 Maret 2009 tentang Pedoman Monev DAS dan Peraturan Dirjen RLPS Nomor P.15/V-SET/2009 tentang Pedoman Pembangunan Areal Model DAS Mikro.

Untuk Monev MDM yang pengelolaannya berbasis masyarakat maka perlu juga dilakukan monev tingkat hamparan lahan pokmas/CBO dan rumah tangga anggota/masyarakat setempat.

Page 60: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

53Monitoring dan Evaluasi MDM

A. Informasi Dasar

Informasi dasar sebagai baseline menyatakan status awal dari kondisi MDM sebelum intervensi kegiatan dilaksanakan. Data dan informasi dasar ini digunakan untuk menjamin bahwa 1) intervensi yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan, 2) memungkinkan evaluasi dampak intervensi, dan 3) mengembangkan indikator kinerja sesuai dengan tujuan pembangunan MDM. Informasi dasar ini didapatkan pada tahap pemilihan lokasi sampai dengan diskripsi ciri tapak yang merupakan potret kondisi awal areal MDM.

INDIKATOR

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MDM

MONITORING & EVALUASI MDM

TINGKAT DAS MIKRO

TINGKAT RUMAH TANGGA

TINGKAT HAMPARAN

KRITERIAPENGGUNAANLAHAN

KRITERIATATA AIR

KRITERIA SOSIAL

KRITERIAEKONOMI

REKOMENDASI

KRITERIAKELEMBAGAAN

INDIKATOR

Gambar 8. Diagram Alir Monitoring dan Evaluasi MDM

B. Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat DAS Mikro (MDM)

Monitoring dan evaluasi pada tingkat DAS Mikro (MDM) dilakukan sesuai dengan Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS (Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor P.04/V-Set/2009 dan Nomor P.15/V-SET/2009 untuk Areal Model DAS Mikro) dengan menggunakan kriteria penggunaan lahan, tata air, sosial, ekonomi dan kelembagaan.

Adapun indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:

Page 61: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

54 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

1. Kriteria Penggunaan Lahan

Lahan merupakan media tumbuh bagi segenap organisme (tumbuhan, hewan dan manusia) dan wadah kegiatan ekonomi manusia. Indikator kuantitatif diperlukan untuk mendeskripsikan lahan itu sendiri, dan indikator kualitatif diperlukan untuk menjelaskan potensi produksi dari tanah, dan keduanya untuk menjelaskan kestabilan, kerentanan ataupun gangguan terhadap sub-sistem lahan. Indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur kriteria penggunaan lahan meliputi:

1) Penutupan vegetasi;2) Kesesuaian penggunaan lahan;3) Tingkat erosi dan atau pengelolaan lahan (CP),4) Kerawanan tanah/ longsor

2. Kriteria Tata Air

Kriteria tata air (hidrologi) dibedakan menurut sifat fisika dan morfologinya menjadi air mengalir dan air “stagnan” (still water), sedang sifat kimia air sering digunakan untuk menjelaskan jenis batuan darimana air itu mengalir. Hal ini berlaku tidak hanya dari sistem alami, akan tetapi juga dari sistem terbangun. Oleh karena itu, sifat kimia dan biologi air merupakan indikator yang baik untuk menyatakan perubahan. Indikator-indikator dalam kriteria tata air yang harus diukur adalah :

1) Debit air 2) Koefisien aliran permukaan/limpasan/larian air3) Sedimentasi/konsentrasi sedimen/kekeruhan

Untuk mendukung perhitungan indikator hidrologi diatas, perlu diukur data curah hujan sebagai input kondisi tata air DAS mikro.

3. Kriteria Sosial-Ekonomi-Kelembagaan

Kegiatan monev sosial, ekonomi dan kelembagaan dimaksudkan untuk mengetahui perubahan nilai-nilai sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat sebelum, selama dan setelah adanya kegiatan di dalam MDM.

Untuk kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) pada tingkat DAS Mikro (MDM) indikator untuk kriteria sosial-ekonomi-kelembagaan yang diukur adalah:

Page 62: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

55Monitoring dan Evaluasi MDM

1) Kepedulian/peri laku individu2) Partisipasi masyarakat3) Tekanan penduduk terhadap lahan4) Ketergantungan penduduk terhadap lahan5) Tingkat pendapatan6) Produktivitas lahan7) Jasa lingkungan8) Pemberdayaan lembaga lokal/adat9) Ketergantungan masyarakat kepada pemerintah10) Kondisi KISS11) Kegiatan usaha bersama

Adanya peran dan kepentingan para pihak dalam pembangunan MDM sebagaimana terjadi pula pada pengelolaan DAS, maka terbuka pula untuk kepentingan seperti pendidikan, penelitian atau kepentingan lainya yang tentunya memerlukan indikator yang lebih lengkap. Oleh karena itu, selain menggunakan indikator tersebut diatas, juga memerlukan indikator tambahan seperti pada Tabel .. berikut.

Tabel 5. Indikator Monitoring dan Evaluasi MDM Tambahan

No. Kriteria Indikator1. Penggunaan Lahan 1) Kualitas tanah; pH, CEC, pencemaran

2) Tingkat keanekaragaman hayati3) Tingkat biomasa tanaman4) Tumbuhan dan hewan dilindungi5) Jenis tanaman tertentu/usaha tani

2. Hidrologi 1) Kandungan bahan pencemar2) Regime sungai3) BOD4) Kesadahan, dsb5) Tinggi muka air tanah (water table level) dan

fluktuasinya6) Gerakan air tanah dan fluktuasinya7) Kualitas air tanah ; regime suhu, pH, CEC8) Cemaran; E.Coli, pestsida, logam berat, dsb

Page 63: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

56 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

3. Cuaca 1) Kelembaban (besar dan daurnya)2) Rasio curah hujan-evaporasi

4. Sosial-Ekonomi-Kelembagaan

1) Status tenurial lahan yang dikuasai2) Konflik pertanahan3) Input-output usaha tani4) Harga-harga faktor produksi dan hasil produksi5) Migrasi penduduk6) Kondisi kesenjangan pendapatan7) Diversifikasi sumber pendapatan keluarga8) Aksesibilitas kepada pasar kredit9) Aksesibilitas kepada pasar input dan output pertanian10) Kesempatan kerja

C. Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat Rumah Tangga dan Tingkat Hamparan (Petak)

Selain melakukan monitoring dan evaluasi pada tingkat DAS Mikro (MDM), untuk mengukur dampak kegiatan yang dilakukan di dalam MDD, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi pada tingkat rumah tangga dan pada tingkat hamparan.

1. Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat Rumah Tangga

Monitoring dan evaluasi pada tingkat rumah tangga dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan suatu kegiatan/model di dalam MDM terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaannya. Indikator yang dapat digunakan adalah:

1) Ketergantungan keluarga terhadap lahan2) Tingkat atau perubahan pendapatan keluarga3) Kepedulian individu4) Partisipasi keluarga dalam program/kegiatan MDM.

2. Monitoring dan Evaluasi pada Tingkat Hamparan (Petak)

Monitoring dan evaluasi pada tingkat hamparan (petak) dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu kegiatan terhadap kondisi biofisik (lahan dan tata air). Indikator-indikator yang bisa digunakan adalah:

Page 64: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

57Monitoring dan Evaluasi MDM

1) Penutupan vegetasi/tajuk2) Tingkat erosi, perkembangan laju erosi3) Produktivitas lahan

D. Evaluasi Intervensi Program dan Kegiatan

Pendekatan umum evaluasi program dan kegiatan adalah membandingkan realisasi pelaksanaan program dan kegiatan terhadap rencana yang telah disusun sebelumnya. Evaluasi yang paling mudah adalah melihat sejauhmana kesesuaian input dan proses pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan dibandingkan dengan standar operasional prosedur dan apakah output/luaran sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Jika terjadi ketidaksesuaian/deviasi harus dianalisis penyebabnya dan akibatnya. Sedangkan evaluasi dampak dari intervensi pembangunan areal MDM adalah menilai kinerja MDM dengan membandingkan antara “dengan dan tanpa program MDM” atau “sebelum dan sesudah program MDM”. Evaluasi dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan baik buruknya kinerja MDM.

Manfaat utama dari monev kegiatan antara lain adalah terdokumentasikannya kegiatan dan perubahan yang terjadi untuk digunakan sebagai salah satu bahan masukan dalam pengembangan dan advokasi program dan kegiatan selanjutnya. Manfaat lainnya adalah untuk mendukung perubahan perilaku masyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan sumberdaya alam khususnya di areal MDM.

E. Peralatan dan Personel

1. Peralatan

Peralatan monitoring dan evaluasi MDM meliputi bangunan fasilitas dan alat ukur hidrologi dan hidrometri (spesifikasi teknis, instalasi, cara operasi dan pengolahan datanya dapat mengacu pada buku panduan terkait):

1) Alat pengukur curah hujan manual (Ombrometer) dan pengukur curah hujan otomatis (Automatic Rainfall Recorder/ARR) Tipe Pias atau Tipe Tiping Bucket/Logger);

2) Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang meliputi alat pengukur kecepatan aliran sungai (Current meter), alat pengukur tinggi muka air (Papan Duga/Peilskal dan otomatis/Automatic Water Level Recorder = AWLR), yang dilengkapi dengan bangunan sesuai dengan kondisi/profil sungai dan spesifikasi alat yang dipasang.

Page 65: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

58 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

3) Alat ukur sedimen (sediment sampler), manual maupun otomatis. Pengukuran manual biasanya diambil dalam botol yang kemudian ditimbang endapannya sedangkan yang otomatis biasanya dengan mengukur tingkat kekerasan.

4) Alat ukur kualitas air dengan menggunakan “water quality kit” atau dengan pengambilan contoh air dan dikirim ke laboratorium.

5) Alat ukur aliran permukaan dan erosi, salah satunya dengan menggunakan Petak/Bak Ukur Aliran Permukaan dan Erosi. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengukur erosi adalah dengan metode stick, bridge, metode bottle.

Untuk keperluan khusus seperti penelitian yang membutuhkan peralatan lebih lengkap maka bisa menambahkan peralatan seperti evapo-pan (panci kelas A); Solar Radiometer (alat ukur radiasi matahari), Termometer maks-min; Hygrometer (pengukur kelembaban udara); atau Automatic Weather Station (AWS) yang mampu merekam/mengukur unsur-unsur cuaca.

Selain fasilitas atau alat ukur di atas, monev MDM untuk tingkat masyarakat yang lebih cocok/sesuai adalah peralatan nomor 5 yaitu yang sederhana dan dapat dibuat atau digunakan masyarakat setempat, pokmas CBO. Dengan alat tersebut, mereka dapat langsung terlibat melaksanakan monev yang hasilnya cepat diketahui sehingga upaya yang perlu untuk perbaikan dapat dilakukan segera.

Untuk monev MDM tingkat rumah tangga dan petak dapat menggunakan peralatan lainnya yang diperlukan seperti kuisioner, kamera digital, kamera video, alat proyeksi untuk mengukur tajuk, peta-peta tematik, citra satelit, foto udara, dan peralatan GIS.

Peralatan berikut fasilitas monev yang lengkap dan mahal tersebut memang harus disediakan oleh instansi yang berwenang yang terkait dengan pengelolaan DAS terutama BPDAS, kemudian PU/Pengairan dan instansi terkait (PDAM, Industri, Perkotaan, masyarakat pengguna/pemanfaat) lainnya.

Masyarakat yang tergabung dalam MDM malahan harus mendapat bantuan, fasilitasi sebagai upaya penerapan KTA dalam usaha tani (usaha tani konservasi) yang berfungsi melindungi, menyangga, dan mendukung kehidupan masyarakat/pemanfaat jasa lingkungan di bagian hilir DAS.

2. Personel

Personel monitoring dan evaluasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kompetensi. Untuk instansi yang berwenang dapat menggunakan tenaga fungsional Pengendali Ekosistem Hutan di BPDAS yang dengan berbagai latar belakang

Page 66: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

59Monitoring dan Evaluasi MDM

disiplin ilmunya dapat berperan penting dalam pelaksanaan monev MDM baik pada tingkat rumah tangga, hamparan maupun tingkat mikro DAS.

Apabila kegiatan-kegiatan di dalam MDM dijadikan laboratorium lapangan untuk lembaga penelitian dan atau perguruan tinggi, maka para peneliti dan mahasiswa dapat berperan penting dalam pelaksanaan monev ini. Hasil-hasil penelitian tersebut menjadi data dan informasi yang berguna bagi pembelajaran dan penyebar luasan pengetahuan dan teknologi dalam bidang pengelolaan DAS. Untuk kegiatan ini tetap harus secara partisipatif melibatkan masyarakat lokal/pokmas CBO yang memiliki lahan MDM.

F. Monitoring dan Evaluasi Partisipatif

1. Tingkat petani Petani peserta pokmas CBO berpartisipasi meski dengan cara sederhana, para

anggota pokmas dapat melakukan monev tersebut, dilahan miliknya namun perlu ditunjuk tim monev pokmas untuk mengkoordinasikannya disamping mengikuti aktivitas monev dari instansi yang berwenang. Kegiatan monev partisipatif ini bertujuan antara lain:

1) Mendukung penguatan kelompok masyarakat dalam monev kegiatan yang dilakukan oleh instansi berwenang dan masyarakat.

2) Sebagai sarana penguatan jaringan masyarakat dan forum MDM3) Keberlanjutan pelaksanaan program dan kegiatan masyarakat yad.

Pendekatan kegiatan monev partisipatif merupakan proses belajar yang dilakukan dari dan oleh masyarakat terhadap kegiatan monev tersebut sehingga akan menjadi landasan yang cukup kuat untuk mendukung keberlanjutan program atau kegiatan di tingkat masyarakat.

1. Monev partisipatif PDASBM. Tidak terlepas dari tujuan utama PDASBM yaitu terrehabilitasinya

hutan dan lahan kritis bersama masyarakat yang bermanfaat dan dapat dinikmati langsung hasilnya baik secara individu oleh masing2 rumah tangga (RT) anggota kelompok maupun kelompok hamparan CBO.

Untuk menunjang tujuan dimaksud maka ditetapkan kriteria indikator dan parameter baik untuk Tingkat RT maupun hamparan CBO. Petak hamparan CBO merupakan kumpulan dari lahan garapan rumah tangga maka untuk Tingkat RT yang merupakan bagian petak hamparan CBO,

Page 67: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

60 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

indikator dan parameternya merupakan bagian dari Tingkat Petak Hamparan CBO.

2. Rujukan Monev Berdasarkan tinjauan lapangan poyek ICWRM Citarum PU-JICA pada

tahun 2006 ke Proyek Upland Development Sub DAS Citarik, Ditjen Bangda, dengan penyesuaian sesuai lingkup kegiatan maka Indikator, parameter dan Standar Hasil untuk Tingkat RT disajikan pada Tabel 6 sedangkan untuk Tingkat Petak hamparan CBO pada Tabel 7. Untuk penentuan nilai dengan scoring pada tingkat petak hamparan tetap diperlukan karena merangkum sejumlah anggota kelompok dalam satu hamparan yang bervariasi hasil kerja dan pantauan dari lapangan sehingga diperlukan persentase scoring untuk menetapkan nilai. Sedangkan untuk tingkat RT yang merupakan individu anggota kelompok hamparan langsung dapat dinilai meskipun ada beberapa parameter perlu scoring, misalnya lahan milik yang relatif luas dibanding tenaga RT sehingga belum semua kegiatan KTA dilakukan dalam satu tahun. Demikian juga pada penanaman tanah milik tidak semua tanaman keras/kayu2an hidup perlu penanaman ulang pada tahun berikutnya sehingga prosentase untuk scoring juga perlu.

3. Monev Partisipatif Tingkat Rumah Tangga 1) Untuk mengetahui perubahan PDAS BM di tingkat RT cukup

diperlukan 2 kri teria yaitu : (1) Penerapan Konservasi Tanah dan Air (KTA) dalam usaha tani (u.t konservasi) dan (2) Meningkatkan pendapatan petani dan lapangan kerja

2) Kriteria 1 dengan 6 indikator dan 18 parameter. Sedangkan kriteria 2 dengan 8 indikator dan 8 parameter, .seperti tersebut pada Tabel 6 berikut.

Page 68: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

61Monitoring dan Evaluasi MDMTa

bel 6

. Kri

teri

a, In

dika

tor,

Para

met

er d

an N

ilai T

ingk

at R

T

KR

ITER

IAIN

DIK

ATO

RPA

RAM

ETER

SCO

RE

NIL

AIK

ET

12

34

56

1. P

ener

apan

Kon

serv

asi

Tana

h da

n Ai

r (K

TA) d

alam

us

aha

tani

(u.t

kon

serv

asi)

a)

Pola

tana

m P

etan

i pes

erta

pr

oyek

b)

Lua

s Lah

an y

g di

tera

s pa

da la

han

kerin

g

c)

Jum

lah

tana

man

ker

as

yang

tum

buh

pada

laha

n ke

ring

1.

Men

anam

tan.

cabu

tan

di b

agia

n lu

ar te

ras

2.

Tan

ker

as/ta

n ta

huna

n

3.

Tan

prod

uktif

/sem

usim

4.

Mela

kuka

n te

ras b

angk

u se

mpu

rna

5.

Mela

kuka

n te

ras g

ulud

sem

purn

a

6.

Mela

kuka

n pe

mbi

bita

n sw

aday

a

7.

Mem

iliki

tan

kera

s yan

g tu

mbu

h ba

ik

8.

Pros

enta

se T

umbu

h ta

n ke

ras h

idup

3 2 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Baik

Seda

ngBu

ruk

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Page 69: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

62 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

KR

ITER

IAIN

DIK

ATO

RPA

RAM

ETER

SCO

RE

NIL

AIK

ET

12

34

56

d).

Usa

ha ta

ni la

han

kerin

g m

ener

apka

n ka

idah

-kai

dah

KTA

e).

Keb

iasa

an b

erco

cok

tan

f).

Pem

eliha

raan

has

il ke

g ba

ngun

an K

TA

9.

Men

gelo

la la

han

mod

el fo

rest

(F)

10.

Men

gelo

la la

han

deng

an m

odel

agro

fore

stry

(Ag)

11.

Men

gelo

la la

han

dg m

odel

impr

ovem

ent u

saha

ta

ni (I

m)

12.

Men

anam

jeni

s tan

bar

u se

suai

anj

uran

13.

Kem

bali

men

anam

jeni

s tan

sesu

ai k

ebia

saan

lam

a

14.

Mem

eliha

ra b

angu

nan

tera

s dan

kele

ngka

pann

ya

15.

Mem

eliha

ra h

asil

bang

unan

sum

ur re

sapa

n

16.

Mem

eliha

ra b

angu

nan

paga

r hid

up d

an ta

n pe

kara

ngan

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Page 70: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

63Monitoring dan Evaluasi MDM

KR

ITER

IAIN

DIK

ATO

RPA

RAM

ETER

SCO

RE

NIL

AIK

ET

12

34

56

2.M

enin

gkat

kan

pend

apat

an

peta

ni d

an la

pang

an

kerja

a).

Pro

dukt

ivita

s lah

an

pert

ania

nb)

Pr

oduk

si pe

rtan

ian

c)

Pend

apat

an p

etan

i dar

i us

aha

tani

d)

Peru

baha

n ni

lai l

ahan

e)

Peny

erap

an te

naga

ker

ja

usah

a ta

ni

f)

Pend

idik

an k

eluar

ga ta

ni

17.

Mem

eliha

ra G

ully

plug

18.

Mem

eliha

ra b

angu

nan

PTS

(Bro

njon

g)

19.

Jum

lah

/jeni

s has

il pe

rtan

ian

20

Pros

enta

se p

enin

gkat

an p

rodu

ksi r

ata-

rata

per

Ha

utk

kom

oditi

yg

dian

jurk

an

21

Ken

aika

n to

tal p

enda

pata

n us

aha

tani

laha

n ke

ring

22

Peni

ngka

tan

harg

a sa

tuan

laha

n

23

Tng

kat p

enye

rapa

n te

naga

ker

ja

24

Ting

kat r

ata-

rata

pen

didi

kan

kelu

arga

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Page 71: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

64 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

KR

ITER

IAIN

DIK

ATO

RPA

RAM

ETER

SCO

RE

NIL

AIK

ET

12

34

56

g)

Kes

ehat

an li

ngku

ngan

h)

Aset

kek

ayaa

n pe

tani

laha

n ke

ring

25

Peru

baha

n ke

luar

ga ta

ni y

g sa

kit

26

Pros

enta

se p

erub

ahan

ase

t kek

ayaa

n pe

tani

3 2 1 1 2 3

Baik

Seda

ngBu

ruk

Buru

kSe

dang

Baik

5.

Mon

ev P

artis

iptif

Tin

gkat

Pet

ak H

ampa

ran

CBO

1)

U

ntuk

men

geta

hui p

erub

ahan

PD

AS B

M d

i tin

gkat

pet

sk h

smps

rsn

CBO

dip

erlu

kan

3 kr

iteria

yaitu

: (1)

Pen

erap

an

Kon

serv

asi T

anah

dan

Air

(KTA

) da

lam

usa

ha ta

ni (

u.t k

on s

erva

si); (

2) M

enin

gkat

kan

pen

dapa

tan

peta

ni d

an

lapa

ngan

ker

ja d

an (3

) Pen

ingk

atan

pela

yana

n ke

lemba

gaan

sosia

l, ek

onom

i, bu

daya

ber

kaita

n K

TA .

2)

Krit

eria

1 d

enga

n 6

indi

kato

r dan

22

para

met

er,

krite

ria 2

den

gan

12

indi

kato

r dan

12

para

met

er d

an k

riter

ia 3

de

ngan

8 in

dika

tor d

an 8

par

amet

er, s

eper

ti pa

da T

abel

7 b

erik

ut.

Page 72: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

65Monitoring dan Evaluasi MDMTa

bel 7

. Kri

teri

a, In

dika

tor,

Para

met

er d

an N

ilai T

ingk

at P

etak

Ham

para

n CB

O

KR

ITER

IAIN

DIK

ATO

RPA

RAM

ETER

SCO

RE

NIL

AIK

ET

12

34

56

1. P

ener

apan

K

TA (K

onse

rvas

i Ta

nah

dan

Air)

da

lam

usa

ha

tani

(usa

ha ta

ni

kons

erva

si)

1).

Pola

tana

m

Peta

ni p

eser

ta

proy

ek

2) .L

uas L

ahan

yg

dite

ras p

ada

laha

n ke

ring

3). J

umla

h ta

nam

an k

eras

yan

g tu

mbu

h pa

da la

han

kerin

g

1.

Pros

enta

si pe

tani

yan

g m

enan

am ta

n.ca

buta

n di

ba

gian

luar

tera

s

2.

Pros

enta

se a

real

laha

n tid

ur

3.

Pros

enta

se a

real

tan

kera

s/ta

n ta

huna

n

4.

Pros

enta

se ta

n pr

oduk

tif/s

emus

im

5.

Pros

enta

se to

koh

mas

yakr

akat

dal

am p

embi

naan

keg

.

k

onse

rvas

i tan

ah

6 P

rose

ntas

e ju

mla

h pe

tani

yan

g m

elaku

kan

tera

s ba

ngku

sem

purn

a

7 Pr

osen

tase

jum

lah

peta

ni y

g m

elaku

kan

tera

s gul

ud

sem

purn

a

8 Pr

osen

tase

pet

ani m

elaku

kan

pem

bibi

tan

swad

aya

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

3 2 1 3 2 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Baik

Seda

ngBu

ruk

Baik

Seda

ngBu

ruk

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Page 73: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

66 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

KR

ITER

IAIN

DIK

ATO

RPA

RAM

ETER

SCO

RE

NIL

AIK

ET

12

34

56

4). L

uas l

ahan

usa

ha ta

ni la

han

kerin

g yg

men

e ra

p ka

n ka

idah

-kai

dah

KTA

5)

Keb

iasa

an b

erco

cok

tana

m

6)

Pem

eliha

raan

has

il ke

g ba

ngun

an K

TA

9 Pr

osen

tae

peta

ni la

han

kerin

g ya

ng m

emili

ki ta

n ke

ras

yang

tum

buh

baik

10

Pros

enta

se T

umbu

h ta

n ke

ras h

idup

11

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g m

enge

lola

laha

n m

odel

fo

rest

(F)

12

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g m

enge

lola

laha

n de

ngan

mod

el ag

rofo

restr

y (A

g)

13

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g yg

men

gelo

la la

han

dg

mod

el im

prov

emen

t usa

ha ta

ni (I

m)

14

Pros

enta

se p

etan

i men

anam

jeni

s tan

bar

u se

suai

an

jura

n

15

Pros

enta

se p

etan

i yan

g ke

mba

li m

enan

am je

nis t

an

sesu

ai k

ebia

saan

lam

a

16

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g ya

ng m

emeli

hara

ba

ngun

an te

ras d

an k

eleng

kapa

nya

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 3 2 1 1 2 3

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Baik

Seda

ngBu

ruk

Buru

kSe

dang

Baik

Page 74: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

67Monitoring dan Evaluasi MDM

KR

ITER

IAIN

DIK

ATO

RPA

RAM

ETER

SCO

RE

NIL

AIK

ET

12

34

56

2.M

enin

gkat

kan

pend

apat

an

peta

ni d

an la

pang

an

ker

ja

1)

Jum

lah

peta

ni

yg

beke

rja d

i sek

tor p

ert.

2)

Sum

ber m

ata

penc

ahar

ian

baru

17

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g ya

ng m

emeli

hara

has

il ba

ngun

an su

mur

resa

pan

18

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g yg

mem

eliha

ra b

ang.

pa

gar h

idup

dan

tan

peka

rang

an

19

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g yg

mem

eliha

ra

Gul

lypl

ug

20

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g yg

mem

eliha

ra

bang

unan

PT

S (B

ronj

ong)

21

Pros

enta

se p

etan

i lah

an k

erin

g yg

mem

eliha

ra

bang

unan

Dpi

(Dam

Pen

gend

ali a

liran

)

22

Pros

enta

e pe

tani

laha

n ke

ring

yg m

emeli

hara

ba

ngun

an D

pn (D

am P

enah

an a

liran

sung

ai)

23

Pros

enta

se p

endu

duk

yg b

erta

ni

24

Pros

enta

se ju

mla

h da

n je

nis m

ata

penc

ahar

ian

baru

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Page 75: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

68 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis MasyarakatK

RIT

ERIA

IND

IKAT

OR

PAR

AMET

ERSC

OR

EN

ILAI

KET

12

34

56

3)

Pro

dukt

ivita

s lah

an

Pert

ania

n

4)

Pro

duks

i per

tani

an5)

P

enda

pata

n pe

tani

dar

i u.

t la

han

kerin

g

6)

Pen

dapa

tan

peta

ni d

ari

non

usah

a ta

ni

7)

Ket

erga

ntun

gan

peta

ni

pada

laha

n pe

rtan

ian

8)

Per

ubah

an n

ilai l

ahan

9)

Jum

lah

peny

e ra

pan

tena

ga k

erja

unt

u.t

laha

n ke

ring

10)

Pend

idik

an k

eluar

ga ta

ni

25

Pros

enta

se ju

mla

h je

nis h

asil

pert

ania

n

26

Pros

enta

se p

enin

gkat

an p

rodu

ksi r

ata-

rata

per

Ha

utk

kom

oditi

yg

dian

jurk

an

27

Pros

enta

se k

enai

kan

tota

l pen

dapa

tan

usah

a ta

ni

laha

n ke

ring

28

Pros

enta

se k

enai

kan

tota

l pen

dapa

tan

non

usah

a ta

ni

29

Pros

enta

se k

eter

gant

unga

n pe

tani

pad

a la

han

pert

ania

n

30

Pros

enta

se p

enin

gkat

an h

arga

satu

an la

han

31

Pros

enta

se ti

ngka

t pen

yera

pan

tena

ga k

erja

32

Pros

enta

se p

erub

ahan

ting

kat r

ata-

rata

pen

didi

kan

kelu

arga

33

Pros

enta

se p

erub

ahan

kelu

arga

tani

yg

saki

t

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%<4

4-0%

<56-

44%

100-

56%

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 3 2 1

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Buru

kSe

dang

Baik

Baik

Seda

ngBu

ruk

Page 76: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

69Monitoring dan Evaluasi MDMK

RIT

ERIA

IND

IKAT

OR

PAR

AMET

ERSC

OR

EN

ILAI

KET

12

34

56

3.Pe

ning

kata

n pe

laya

nan

kelem

baga

an

sosia

l, ek

onom

i, bu

daya

ber

kaita

n K

TA

11)

Kes

ehat

an li

ngku

ngan

12)

Ase

t kek

ayaa

n pe

tani

la

han

kerin

g

1)

Tum

buhl

emb.

eko

nom

i ba

ru d

i des

a

2)

Tum

buh

lemb

soisa

l bar

u di

des

a

3)

Tum

buh

lemb.

buda

ya

baru

di d

esa

4)

Tum

buh

lem b

aga

org

pe

ngelo

lalin

gk

5)

Inte

nsita

s keg

go

tong

royo

ng m

asy

desa

6)

Din

amik

a ke

lom

pok

7)

Ting

kat k

eber

aday

aan

kelo

mpo

k8)

Pe

laya

nan

bim

bing

an

petu

gas d

i lap

ang

34

Pros

enta

se p

erub

ahan

ase

t kek

ayaa

n pe

tani

35

Pro

sent

ase

pert

umbu

han

lemba

ga e

kono

mi b

aru

di

desa

(kop

eras

i, dl

l)

36

Pros

enta

se p

ertu

mbu

han

lemba

ga so

sial b

aru

di d

esa

37

Pros

enta

se p

ertu

mbu

han

lemba

ga b

uday

a ba

ru d

i de

sa

38

Pros

enta

se p

ertu

mbu

han

lemba

ga o

rgan

isasi

baru

pe

ngelo

laan

ling

kung

an

39

Pros

enta

se k

egia

tan

goto

ng-r

oyon

g m

asya

raka

t dal

am

peles

taria

n lin

gkun

gan

40

Pros

enta

se p

enin

gkat

an p

emup

ukan

mod

al K

TP

utk

kegi

atan

usa

ha ta

ni

41

Pros

enta

se p

enin

gkat

an p

erin

gkat

pem

berd

ayaa

n ke

lom

pok

42

Pros

enta

se in

tens

itas j

umla

h ha

ri bi

mbi

ngan

pet

ugas

la

pang

an k

epad

a ke

lom

pok

<44-

0%<5

6-44

%10

0-56

%10

0-56

%<5

6-44

%<4

4-0%

100-

56%

<56-

44%

<44-

0%10

0-56

%<5

6-44

%<4

4-0%

100-

56%

<56-

44%

<44-

0%10

0-56

%<5

6-44

%<4

4-0%

100-

56%

<56-

44%

<44-

0%10

0-56

%<5

6-44

%<4

4-0%

100-

56%

<56-

44%

<44-

0%

1 2 3 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1

Buru

kSe

dang

Baik

Baik

Seda

ngK

uran

gBa

ikSe

dang

Kur

ang

Baik

Seda

ngK

uran

gBa

ikSe

dang

Kur

ang

Baik

Seda

ngK

uran

gBa

ikSe

dang

Kur

ang

Baik

Seda

ngK

uran

gBa

ikSe

dang

Kur

ang

Page 77: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

70 Panduan Pengelolaan DAS Mikro Berbasis Masyarakat

6. Evaluasi HasilUntuk evaluasi hasil monev dari Tingkat RT maupun Petak hamparan CBO

adalah diperoleh dengan perhitungan dari jumlah nilai parameter dibagi total komponen parameter yang ada, sehingga didapatkan nilai perubahan/pengaruh/perbaikan kondisi dengan range dan tingkatan sbb:

1) Tidak signifikan/tidak ada perubahan/pengaruh/perbaikan : 1 s.d < 1.52) Kurang signifikan/ada perubahan kecil/sedikit pengaruh : 1.5 s.d < 23) Signifikan/ ada perubahan/ada pengaruh cukup berarti : 2 s..d < 2.54) Sangat signifikan/ada pengaruh sangat nyata : 2.5 s.d 3.

Page 78: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat

PENUTUP

Panduan Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat lingkup mikro DAS ini secara teknis mengacu Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor: P.15/V-SET?2009 tentang Pedoman Pembangunan Areal Model DAS Mikro (MDM), dengan penekanan pelibatan masyarakat setempat pada setiap tahapan proses pembangunan MDM mulai dari persiapan sampai dengan monevnya melalui pemberdayaan masyarakat yang tergabung dalam pokmas CBO areal MDM.

Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat dengan sasaran lingkup mikro DAS pada pembangunan MDM secara “bottom up” dilakukan dengan melibatkan masyarakat melalui pokmas CBO merupakan tindak nyata pengelolaan DAS berbasis masyarakat skala mikro mulai persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada monev nya ditingkat masyarakat desa dalam areal MDM.

Kedepan dengan keberadaan pokmas CBO yang mandiri, menjadi pionir desa dapat menggerakkan ditingkat desa dalam DAS guna mewujudkan pengelolaan mikro mikro DAS secara serentak sehingga DAS dapat segera berfungsi baik sebagai media produksi, pengatur tata air dan penjangga kehidupan untuk kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.

Page 79: panduan pengelolaan das mikro berbasis masyarakat