PERCOBAAN IIIPULSE AMPLITUDE MODULATION
3.1 Tujuan1. Mengukur sinyal sinus pada keluaran dari sample and
hold element dan sinyal PAM, dan membandingkan keduanya.2. Menguji
karakteristik dari sinyal sinusoidal PAM pada demodulator input dan
output.3. Menguji karakteristik dari dua sinyal sinusoidal PAM
dalam time multiplex. Untuk tujuan ini, signal time respone akan
di-track pada PCM path.
3.2 Peralatan1. Pesonal Computer2. UniTrain Board3. Modul
SO4203-7R (PAM/PCM Modulator)4. Modul SO4203-7T (PAM/PCM
Demodulator)5. Power Supplay6. Jumper7. Kabel
3.3 Dasar Teori3.3.1 Pengertian Modulasi PulsaPada modulasi
pulsa, pembawa informasi berupa deretan pulsa-pulsa. Pembawa yang
berupa pulsa-pulsa ini kemudian dimodulasi oleh sinyal informasi,
sehingga parameternya berubah sesuai dengan besarnya amplitudo
sinyal pemodulasi (sinyal informasi). Jenis-jenis modulasi pulsa
antara lain:1. PAM (Pulse Amplitude Modulation)2. PCM (Pulse Code
Modulation)3. PWM (Pulse Width Modulation)4. PPM (Pulse Position
Modulation)
Teknik modulasi pulsa mulai menggantikan sistem analog, karena
beberapa keuntungan antara lain:1. Kebal terhadap derau.2. Sirkuit
digital cenderung lebih murah.3. Dapat dilakukan penjamakan dengan
basis waktu (TDM) dengan sinyal lain.4. Jarak transmisi yang dapat
ditempuh lebih jauh (dengan penggunaan pengulang regeneratif).5.
Rentetan pulsa digital dapat disimpan. 6. Deteksi dan koreksi
kesalahan dapat dengan mudah diimplementasikan
3.3.2 PAM (Pulse Amplitude Modulation)Pada PAM, amplitudo
pulsa-pulsa pembawa dimodulasi oleh sinyal pemodulasi. Amplitudo
pulsa-pulsa pembawa menjadi sebanding dengan amplitudo sinyal
pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal pemodulasi maka semakin
besar pula amplitudo pulsa pembawa.Pembentukan sinyal termodulasi
PAM dapat dilakukan dengan melakukan pencuplikan (sampling), yaitu
mengalikan sinyal pencuplik dengan sinyal informasi. Proses ini
akan menghasilkan pulsa pada saat pencuplikan yang besarnya sesuai
dengan sinyal informasi (pemodulasi). Hal ini dapat dilihat pada
gambar 3.1.
Gambar 3.1 (a) Sinyal asli (b) PAM polaritas ganda (c) PAM
polaritas tunggal(sumber: Indah Susilawati, S.T., M.Eng. 2009)Pada
proses pemodulasian ini perlu diperhatikan bahwa kandungan
informasi pada sinyal pemodulasi tidak boleh berkurang. Hal ini
dapat dilakukan dengan persyaratan bahwa pencuplikan harus
dilakukan dengan frekuensi minimal dua kali frekuensi maksimum
sinyal pemodulasi (2.fm), atau sering disebut dengan syarat
Nyquist. Jika frekuensi sinyal pencuplik dinotasikan dengan fs dan
frekuensi maksimum sinyal pemodulasi dinotasikan dengan fm, maka
syarat Nyquist dapat ditulis sebagai:fs 2.fm. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . (3.1)Gambar 3.2 memperlihatkan sinyal
yang dicuplik dengan beberapa macam frekuensi pencuplik. Sebagai
contoh, dalam komunikasi melalui telefon, sinyal informasi yang
berupa suara manusia (atau yang lain) dicuplik dengan frekuensi 8
kHz. Hal ini didasarkan pada persyaratan Nyquist, karena lebar
bidang jalur telefon dibatasi antara 300 Hz sampai dengan 3400 Hz.
Ada selisih kira-kira 1200 Hz yang dapat digunakan sebagai guard
band.
3.3.3 PCM (Pulse Code Modulation)Pada modulasi PCM, sinyal
informasi dicuplik dan juga dikuantisasi. Proses ini akan membuat
sinyal menjadi lebih kebal terhadap derau. Setelah proses ini maka
dilakukan proses penyandian (coding) menggunakan kode biner,
sehingga terbentuk sinyal PCM. Sinyal ini dapat direpresentasikan
dengan pulsa-pulsa yang menyatakan kode-kode biner untuk setiap
hasil cuplikan.
3.3.3.1 Kuantisasi SinyalKuantisasi merupakan proses
pengelompokan pada selang-selang (interval) tertentu. Besarnya
selang kuantisasi ini disebut juga dengan istilah step size.
Berdasarkankan besarnya step size dapat dibedakan dua jenis
kuantisasi, yaitu:1. Kuantisasi seragam2. Kuantisasi tak
seragam
Gambar 3.2 Sinyal yang dicuplik dengan beberapa macam frekuensi
pencuplik(sumber: Indah Susilawati, S.T., M.Eng. 2009)Banyaknya
selang (interval) bergantung pada banyaknya bit yang akan digunakan
untuk proses penyandian. Jika konverter A/D n bit maka jangkauan
sinyal analog akan dikuantisasikan (dikelompokkan) menjadi sejumlah
2n selang (interval). Pada gambar 3.3 diperlihatkan ilustrasi
kuantisasi sinyal analog menjadi 16 selang (n = 4).Banyaknya jumlah
bit yang akan digunakan untuk proses penyandian akan menentukan
banyaknya jumlah selang (interval) kuantisasi. Semakin besar n maka
semakin besar pula jumlah selang (interval) yang digunakan. Hal ini
juga berarti besar selang (interval) semakin kecil. Semakin kecil
selang interval, maka proses pemodulasian akan semakin teliti,
sehingga sinyal yang diperoleh semakin mendekati sinyal
aslinya.
Gambar 3.3 Kuantisasi sinyal analog menjadi 16 selang
(interval)(sumber: Indah Susilawati, S.T., M.Eng. 2009)
3.3.3.2 Distorsi KuantisasiDerau kuantisasi didefinisikan
sebagai selisih antara hasil kuantisasi sinyal dengan sinyal
aslinya. Dilihat dari proses kuantisasi itu sendiri, maka dapat
dipastikan bahwa derau kuantisasi maksimum adalah sebesar S/2,
dengan S adalah besarnya selang (interval) kuantisasi, atau
dinyatakan sebagai:Derau kuantisasi S/2. . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . (3.2)Derau kuantisasi dapat diperkecil dengan cara
memperkecil besarnya selang kuantiasasi, yang berarti memperbanyak
jumlah selang kuantisasi, yang juga berarti memperbanyak jumlah bit
untuk proses penyandian (n). Semakin kecil derau kuantisasi berarti
sinyal hasil kuantisasi semakin mirip (mendekati) sinyal
aslinya.
3.3.4 PWM (Pulse Width Modulation)Pada modulasi PWM, lebar pulsa
pembawa diubah-ubah sesuai dengan besarnya tegangan sinyal
pemodulasi. Semakin besar tegangan sinyal pemodulasi (informasi)
maka semakin lebar pula pulsa yang dihasilkan. Modulasi PWM juga
dikenal sebagai Pulse Duration Modulation (PDM). Ilustrasi sinyal
PWM dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4 Sinyal PWM (sumber: Indah Susilawati, S.T., M.Eng.
2009)
3.3.5 PPM (Pulse Position Modulation)Pulse Position Modulation
merupakan bentuk modulasi pulsa yang mengubah-ubah posisi pulsa
(dari posisi tak termodulasinya) sesuai dengan besarnya tegangan
sinyal pemodulasi. Semakin besar tegangan sinyal pemodulasi
(informasi) maka posisi pulsa PPM menjadi semakin jauh dari posisi
pulsa tak-termodulasinya. Ilustrasi sinyal PPM dapat dilihat pada
gambar 3.5 berikut.
Gambar 3.5 Sinyal PPM(sumber: Indah Susilawati, S.T., M.Eng.
2009)3.3.6 Low pass filter
Gambar 3.6. PAM Line Diagrams
Sinyal PAM di demodulasikan dengan low-pass filter dengan
karakteristik cut-off yang lebih curam.
Gambar 3.7 Kurva T anggapan frekuensi Low Pass Filter(sumber :
elib.unikom.ac.id. 2012)
Low pass filter adalah sebuah rangkaian yang tegangan
keluarannya tetap dari dc naik sampai ke suatu frekuensi cut-off (
fc ), bersama naiknya frekuensi maka tegangan keluarannya
diperlemah. Gambar 3.4 merupakan gambar besarnya tegangan keluaran
dari sebuah low pass filter frekuensi. Garis yang penuh adalah
Gambar untuk filter ideal, sedangkan garis putus putus menunjukkan
kurva kurva untuk low pass filter yang praktis. Jangkauan frekuensi
yang diloloskan dikenal sebagai pass band. Jangkauan frekuensi yang
diperlemah disebut sebagai stop band. Kemiringan yang teerjadi pada
suatu low pass filter terjadi karena meningkatnya frekuensi
terhadap fc. Namun karena filter biasanya tidak efisien, maka pada
kurva tanggapannya cenderung terjadi peluruhan atau pelonjakan
diikuti peluruhan kembali.kemiringan -20 dB/decade berarti bahwa
bila frekuensi meninkat sepuluh kali fc, tegangan keluaran akan
berkurang 20 dB, filter yang baik ialah semakin besar rugi rugi
dB/decade, maka akan semakin terjal kemiringannya sebab nilai nya
mencerminkan batas penyumbatan filter yang lebih tajam.
Gambar 3.8 Rangkaian Dasar Low Pass Filter(sumber :
elib.unikom.ac.id)
Gambar merupakan rangkaian dasar low-pass filter menggunakan Op-
Amp. Konfigurasi rangkaian adalah sebuah pengikut tegangan,
resistor R dan kapasitor C pada masukan tidak membalik membentuk
pembagi tegangan. Bila frekuensi Vin dibawah fc, Xc kapasitor C
besar sehingga Vin jatuh ke C. Bila diberikan Vin yang besar, Vout
juga besar. Penguatan akan semakin maksimum pada ferkuensi yang
lebih rendah. Bila frekuensi Vin melampaui fc, Xc kapasitor rendah,
sehingga sebagian besar Vin jatuh ke R. Akibatnya kapasitor C
melewatkan Vin ke ground. Dengan Vin yang kecil, Vout juga kecil.
Jadi penguatan tahapan akan di bawah maksimumnya pada
frekuensi-frekuensi yang lebih tinggi.
Pada telekomunikasi, time multiplex mengijinkan penggunaan
multiple dari transmission paths, karena PAM meninggalkan time gaps
yang besar antara modulated pulses. Time multiplex dapat digunakan
untuk antara pulsa termodulasi berdasarkan sinyal informasi
lainnya. Synchronous mengisi gaps multiplexing pada modulator dan
demodulator serta waktu delay antara pulsa sampling saluran
individu memastikan bahwa saluran tidak interfrensi satu sama lain
dan dapat dipisahkan lagi selama demodulasi.
Gambar 3.9. Time Multiplex
Penerapan time multiplex yang paling dikenal adalah telephony.
Di Eropa, International PCM 30 system (ITU-T G.732) distandarisasi
oleh International Telecommunications Union (ITU) digunakan untuk
transmisi simultaneous pada 30 kanal telepon. Di Amerika Utara,
system PCM 24 (ITU-T G.733) digunakan untuk transmisi pada 24
saluran.
3.4 Langkah Percobaan3.4.1 Perakitan Modul1. Hidupkan PC yang
sudah di sediakan2. Hubungkan UniTrain Board dan port USB pada CPU
PC menggunakan kabel data3. Sambungkan Power Supplay pada UniTrain
Broad4. Hidupkan Unitrain Board.
3.4.2 Pulse Amplitude Modulation of Sinusoidal Signal1. Rangkai
seperti gambar di bawah ini
Gambar 3.10 Langkah 1
2. Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal. Lakukan
pengaturan seperti pada tabel dibawah ini :Tabel 3.1 Pengaturan
pada osiloscopeInstrument:Oscilloscope
Time base:100 s / div
Channel A:1V / div
Channel B:1V / div
Trigger:Channel A
3. Gunakan dual-channel oscilloscope, channel A untuk mengukur
sinyal input setelah amplifier, dan channel B untuk mengukur sinyal
setelah sample-and-hold element, sebaik sinyal pada PAM output. 4.
Gunakan gain controller untuk mengatur sinyal sinus pada channel 1
dari jalur transmisi PCM untuk amplitude 3 4 Vpp. 5. Tempatkan dua
karakteristik sinyal pada tampilan oscilloscope dan salin hasil
pengukuran ke tabel yang telah disediakan di bawah. Result :
Gambar 3.11 Input Signal And Output Signal Of The
Sample-And-Hold Element
Gambar 3.12 Input Signal And PAM Output Signal6. Berapakah
frekuensi samplingnya? The sampling frequency is .. kHz.Gunakan
oscilloscope time marker untuk menentukan frekuensi
sampling.Note:7. Gunakan oscilloscope time marker untuk menentukan
frekuensi sampling nya. Cursor control element diletakkan pada
bagian bawah dari control panel oscilloscope. Pilih channel A
dengan element ini. Akan diperoleh dua amplitude markers untuk
mengukur tegangan, dan 2 time markers untuk mengukur waktu dan
menentukan frekuensi. Markers dapat dipindahkan ke posisi yang
dibutuhkan dengan menggunakan mouse. Corresponding value
ditunjukkan di bagian kanan atas.9. Deskripsikan sinyal yang diukur
pada sample-and-hold element. Manakah dari pernyataan berikut ini
yang benar?1. A sinusoidal signal is sampled 8 times per period.2.
A sinusoidal signal is sampled 4 times per period.3. The time
intervals between the sampling points are variable.4. The time
intervals between the sampling points are constant.5. The signal
between the sample-and-hold points drops to zero.6. The signal
between the sample-and-hold points follows the input signal.
10. Deskripsikan sinyal PAM. Manakah dari pernyataan berikut ini
yang benar?1. The intervals between the pulses are variable.2. The
intervals between the pulses are constant.3. The signal between the
pulses drops to zero.4. The signal between the pulses follows the
input signal.5. The pulse amplitude corresponds to the value of the
original signal at the sampling instant.6. The pulses only assume
positive values.11. Menurut teorema Shannon, berapakah frekuensi
maksimum dari sinyal sample pada frekuensi sample yang
digunakan?Sinyal sample mempunyai frekuensi maksimum .KHz
3.4.3. Pulse Amplitude Demodulation of Sinusoidal Signal1.
Rangkai seperti gambar di bawah ini
Gambar 3.13 Langkah 1
2. Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal. Lakukan
pengaturan seperti pada tabel dibawah ini :Tabel 3.2 Pengaturan
pada osiloscopeInstrument:Oscilloscope
Time base:100 s / div
Channel A:1V / div
Channel B:1V / div
Trigger:Channel A
3. Gunakan oscilloscope dual channel, channel A untuk mengukur
sinyal input setelah amplifier modulator PAM/PCM, dan channel B
untuk mengukur sinyal di PAM, sebelum PAM/PCM demodulators low pass
filter dan di AF1.4. Gunakan gain controller untuk men-set sinyal
sinusoidal pada channel 1 dari jalur transmisi PCM ke sebuah
amplitude 3 4 Vpp.5. Sambungkan input channel 2 via kabel 2-mm ke
socket ground AGND
6. Channel selector untuk LED pada experiment card dari PAM/PCM
demodulator SO4203-7T, harus di set menjadi channel 1. Selain
mengindikasi PCM code via LED, selector juga mengijinkan switchover
antara reception pada PCM transmission paths channels.Result :
Gambar 3.14 PAM Input Signal At The Demodulator
Gambar 3.15 Demultiplexed And Held Signal Before Filtration
Gambar 3.16Output signal
7. Apakah yang dapat kamu observasi?1. he sinusoidal signal can
be fully reconstructed.2. There is no sinusoidal signal at the
demodulator output.3. The input and output signals are in phase.4.
There is a difference between the runtimes of the input and output
signals.
3.4.4 PAM Signals In Time Multiplex1. Rangkai seperti gambar di
bawah ini
Gambar 3.7 Langkah 1
2. Buka oscilloscope. Lakukan pengaturan seperti pada tabel
dibawah ini :Tabel 3.3 Pengaturan pada
osiloscopeInstrument:Oscilloscope
Time base:200 s / div
Channel A:1V / div
Channel B:1V / div
Trigger:Channel B
Pengukuran sinyal modulator3. Gunakan dual-oscilloscope's
channel A untuk mengukur original signal dari channel 1, dan
channel B untuk mengukur original signal dari channel 2.4. Trigger
pada channel B. Gunakan gain controller untuk channels 1 and 2 dari
PCM transmission path untuk men-set amplitude sinusoidal signal
pada low-pass filter's output to 3...4 Vpp.
Result :
Gambar 3.18 Input Signals On Channels 1 And 2
5. Ukur sampled signals pada channels 1 dan 2 pada sockets
"S&H", dan copy hasilnya pada placeholders di bawah ini
Gambar 3.19 Signals From Channels 1 And 2 After Sampling
6. Ukur sinyal multiplekser pada output PAM via oscilloscope
channel A, dengan membiarkan channel B connected dengan "S&H"
socket.
Gambar 3.20 Two-Channel PAM Signal In Time Multiplex mode
7. How are the two channels sampled?1. A full period on channel
1 is sampled first, followed by a full period on channel 2.2. A
full period on channel 2 is sampled first, followed by a full
period on channel 1.3. The channels are sampled alternately on a
continual basis.4. Only channel 1 is sampled.5. Only channel 2 is
sampled.8. Bagaimana karakteristik sinyal dari sample-and-hold
element pada channel yang tidak di sample setiap saat?1. The signal
is zero.2. The signal follows the one on the other channel.3. The
signal follows the original signal.9. Deskripsikan karakteristik
dari sinyal multiplekser.1. In the multiplex stage, the amplitudes
are ..2. The two channels are ..3. The individual values are
interspersed 4. The signal assumes ..
Pengukuran sinyal demodulasi10. Dengan menggunakan oscilloscope,
ukur demultiplexed dan held signals pada demodulator sebelum filter
stages pada pengukuran points "CH1" dan "CH2", dan filtered output
signals dari channels 1 and 2 pada "AF1" dan "AF2".Note :11.
Channel selector untuk LED pada experiment card dari PAM/PCM
demodulator SO4203-7T harus di set ke both channels!12. Selain
mengindikasi PCM code via LED, selector juga mengijinkan switchover
antara reception pada PCM transmission path's channels.
Result :
Gambar 3.21 Demultiplexed Signals Before Filtration
Gambar 3.22 Output signals from channels 1 and 213. Efek apa
yang dimiliki sinyal demodulasi?1. The initial result of
demodulation is a stepped signal with a jump frequency of 8 kHz.2.
The initial result of demodulation is a stepped signal with a jump
frequency of 4 kHz.3. The signals are separated.4. The signals are
mixed.14. Apa fungsi dari low-pass filter pada akhir dari
demodulation phase?1. To suppress high-frequency signal
components.2. To remove the stages from the demodulated signals.3.
To separate the two signals from each other.15. Rubah gain pada
modulator's inputs. Apa efek dari perubahan gain ini pada
demodulated signals?1. Cross-talk between the channels is
produced.2. The signal of the smaller amplitude is distorted.3. The
signal frequencies change.4. The signals do not influence each
other.
3.5 Data Hasil Percobaan3.5.1 Pulse Amplitude Modulation of
Sinusoidal Signal3.5.1.1 Input signal and output signal of the
sample-and-hold element
Gambar 3.13 Input signal and output signal of the
sample-and-hold element
Keterangan :-T= 500 s/DIV- f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V
3.5.1.2 Input signal and PAM output signal
Gambar3.14 Input signal and PAM output signal
Keterangan :-T= 500 s/DIV-f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V3.5.2 Pulse Amplitude Demodulation of Sinusoidal Signal3.5.2.1 PAM
input signal at the demodulator
Gambar 3.15 PAM input signal at the demodulator
Keterangan :-T= 500 s/DIV-f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V
3.5.2.2 Demultiplexed and held signal before filtration
Gambar 3.16 Demultiplexed and held signal before filtration
Keterangan :-T= 500 s/DIV-f= 250 Hz- A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V
3.5.2.3 Output signal
Gambar 3.17 Output signal
Keterangan : -T= 500 s/DIV-f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V
1.5.3 PAM Signals In Time Multiplex1.5.3.1 Input signals on
channels 1 and 2
Gambar 2.18 Input signals on channels 1 and 2
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
V
1.3.5.2 Signals from channels 1 and 2 after sampling
Gambar 3.19 Signals from channels 1 and 2 after sampling
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
V1.3.5.3 Two-channel PAM signal in time multiplex mode
Gambar 3.20 Two-channel PAM signal in time multiplex mode
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
V
1.3.5.4 Demultiplexed signals before filtration
Gambar 3.21 Demultiplexed signals before filtration
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
V1.3.5.5 Output signals from channels 1 and 2
Gambar 3.22 Output signals from channels 1 and 2
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
V
3.6 Analisa Data Hasil Percobaan3.6.1 Pulse Amplitude Modulation
of Sinusoidal Signal3.6.1.1 Input dan output sinyal dari
sample-and-hold elementBerikut ini adalah gambar input dan output
sinyal dari sample and hold element dari percobaan yang sudah
dilakukan.
Gambar 3.23 Input signal and output signal of the
sample-and-hold element
Keterangan :-T= 500 s/DIV- f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V
Dari gambar 3.23 hasil percobaan yang sudah dilakukan terlihat
sinyal sinusoida mengalami proses sample and hold. Sample
(sampling) adalah proses mencacah sinyal analog menjadi
potongan-potongan sinyal dengan amplitudo sesuai sinyal asli. Hold
adalah kondisi ketika ditahan, terjadilah proses kuantisasi.
Artinya, setelah didapatkan sinyal hasil sampling, sinyal tersebut
selanjutnya dikuantisasi ke bilangan integer terdekat. Tujuan dari
proses Sampling and Hold adalah untuk mencuplik secara berkala
sinyal informasi analog dan mengkonversinya menjadi deretan
pulsa-pulsa PAM dengan amplitudo konstan.Dimana dalam sampling,
frekuensi sampling (Fs) minimum adalah 2 kali frekuensi sinyal
analog yang akan dikonversi. Dari gambar terlihat sinyal sinusoida
asli sekarang ditunjukkan dengan sederetan sample point dengan
interval waktu yang konstan. Sinyal sinusoida analog mengalamai
pencuplikan dan dikonversikan ke dalam bentuk sinyal digital.
3.6.1.2 Input sinyal dan output sinyal PAM Berikut ini adalah
gambar input dan output sinyal PAM dari percobaan yang sudah
dilakukan.
Gambar 3.24 Input signal and PAM output signal
Keterangan :-T= 500 s/DIV- f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V
Pada PAM, amplitudo pulsa-pulsa pembawa dimodulasi oleh sinyal
pemodulasi. Amplitudo pulsa-pulsa pembawa menjadi sebanding dengan
amplitudo sinyal pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal
pemodulasi maka semakin besar pula amplitudo pulsa
pembawa.Pembentukan sinyal termodulasi PAM dapat dilakukan dengan
melakukan pencuplikan (sampling), yaitu mengalikan sinyal pencuplik
dengan sinyal informasi. Proses ini akan menghasilkan pulsa pada
saat pencuplikan yang besarnya sesuai dengan sinyal informasi
(pemodulasi). Dalam percobaan yang sudah dilakukan didapatkan hasil
seperti gambar 3.24, pada percobaan ini sinyal analog di konversi
ke sinyal digital, ini disebabkan karena amplitudo sinyal carrier
yang berupa pulsa (diskrit) berubah-ubah mengikuti amplitudo dari
sinyal informasi. Sinyal PAM merupakan output atau hasil dari
proses sample and hold.
Sinyal input dan output sinyal dari sample and hold element dan
input dan output sinyal PAM, dari gambar 3.23 dan gambar 3.24
terlihat perbedaan sinyal informasi analog sinusoida setelah
dimodulasi, pada gambar 3.23 adalah proses sample and hold yang
dimana terjadi proses sampling, sinyal analog dicacah menjadi
potongan-potongan sinyal dengan amplitudo sesuai sinyal asli. Hold
adalah kondisi ketika ditahan, terjadilah proses kuantisasi.
Artinya, setelah didapatkan sinyal hasil sampling, sinyal tersebut
selanjutnya dikuantisasi ke bilangan integer terdekat. Tujuan dari
proses Sampling and Hold adalah untuk mencuplik secara berkala
sinyal informasi analog dan mengkonversinya menjadi deretan
pulsa-pulsa PAM dengan amplitudo konstan seperti pada gambar 3.24.
Dimana output dari sample and hold tersebut adalah sinyal PAM yang
terlihat seperti gambar 3.24.
3.6.2 Pulse Amplitude Demodulation of Sinusoidal Signal3.6.2.1
PAM input signal at the demodulatorBerikut ini adalah gambar input
sinyal pada demodulator
Gambar 3.25 PAM input signal at the demodulator
Keterangan :-T= 500 s/DIV- f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V
Dari gambar 3.25, input sinyal informasi mengalami proses
perubahan bentuk dari sinyal analog sinusoida menjadi sinyal
digital. Dimana sinyal carrier yang berupa pulsa-pulsa teratur
dengan amplitudo konstan dibuat bervariasi sesuai amplitudo sinyal
informasi.
3.6.2.2 Demultiplexed and held signal before filtrationBerikut
ini adalah gambar demodulasi dan pengembalian sinyal sebelum di
filtrasi.
Gambar 3.26 Demultiplexed and held signal before filtration
Keterangan :-T= 500 s/DIV- f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
VDalam proses ini sinyal termodulasi PAM di demodulasi dan
dikembalikan ke bentuk aslinya yaitu sinyal analog (sinusoida).
Tapi dalam tahap ini sinyal masih belum sempurna karena belum di
filtrasi. Sehingga masih ada pengaruh dari sinyal carrier.
3.6.2.3 Output sinyal PAM yang sudah di demodulasiBerikut ini
adalah gambar dari hasil demodulasi dari sinyal PAM.
Gambar 3.27 Output sinyal
Keterangan :-T= 500 s/DIV- f= 250 Hz-A= 0,5 V-dT= 4 ms-dUB= 6
V
Pada gambar 3.27 sinyal sudah di kembalikan penuh ke bentuk
aslinya yaitu sinyal sinusoida. Dalam peroses pengembalian ini
terjadi proses filtrasi, yaitu Low Pass Filter yang akan melewatkan
komponen frekuensi 3400 Hz kebawah. Karena pada percobaan ini
menggunakan frekuensi sebesar 250 Hz, maka siyal ini bisa melewati
LPF tanpa ada membuang bagian informasi yang terkandung dalam
sinyal tersebut. LPF ini akan mengembalikan sinyal dari bentuk
sinyal PAM menjadi sinyal dalam bentuk sinusoida.Dari ketiga
langkah yang sudah dilakukan, terlihat bahwa sinyal mengalami
perubahan. Input yang diberikan pada demodulator adalah merupakan
sinyal diskrit, kemudian di demodulasi sehingga menghasilkan sinyal
seperti gambar 3.23, tetapi sinyal tersebut masih terpengaruh oleh
sinyal carrier yang merupakan deretan pulsa-pulsa yang konstan.
Maka dari itu untuk mengembalikan sinyal informasi ke bentuk
aslinya maka dilakukan lagi proses filtrasi. Yaitu dengan proses
Low Pass Filter Dimana pada proses ini sinyal akan melewatkan
komponen frekuensi 3400 Hz kebawah. Dari proses LPF ini akan
mengembalikan sinyal dari bentuk sinyal PAM menjadi sinyal dalam
bentuk sinusoida.
3.6.3 PAM Signals In Time Multiplex3.6.3.1 Signals on channels 1
and 2Berikut ini adalah gambar input sinyal di channel 1 dan 2.
Gambar 3.28 Input signals on channels 1 and 2
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
V
Input sinyal informasi pada percobaan PAM Signal In Time
Multiplex merupakan sinyal sinusoida, dimana sinyal merah merupakan
input sinyal di channel 1 dan sinyal warna biru input sinyal pada
channel 2. Input sinyal ini akan di transmisikan secara serempak
dalam satu saluran transmisi Sehingga lebih effisien, dikenal
dengan metoda atau sistem multiplex.
3.6.3.2 Signals from channels 1 and 2 after samplingBerikut ini
adalah bentuk sinyal dari channel 1 dan 2 setelah dilakukan
pencuplikan (sampling).
Gambar 3.29 Signals from channels 1 and 2 after sampling
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
VPada gambar 3.29 adalah output sinyal setelah di sampling. Pada
proses ini dilakukan proses sample and hold. Yang akan di konversi
dari sinyal analog menjadi sinyal digital. Sampling dilakukan
terhadap sinyal analag kontinu yang dimana deretan pulsa diskrit
mengikuti bentuk dari sinyal informasi.
3.6.3.3 Two-channel PAM signal in time multiplex mode
Gambar 3.30 Two-channel PAM signal in time multiplex mode
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
V
Pada gambar 3.30 kedua sinyal input di transmisikan secara
serempak. Pada setiap kanal baseband dihubungkan kelintasan
transmisi oleh sampling gate yang membuka/menutup dengan interval
waktu yang sangat singkat, sehingga menghasilkan deretan pulsa.
Terlihat bahwa bentuk sinyal pada channel 1 sudah mengalami
perubahan bentuk menjadi sinyal digital. Sedangkan sinyal channel 2
masih sama.
3.6.3.4 Demultiplexed signals before filtration
Gambar 3.31 Demultiplexed signals before filtration
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
V
Pada gambar 3.31, merupakan hasil sinyal yang sudah di
demodulasi, yang akan di kembalikan ke bentuk aslinya, tapi pada
hasil ini sinyal belum di filtrasi sehingga masih terpengaruh oleh
sinyal carrier yang berupa deretan pulsa diskrit. Sinyal ini akan
di proses lagi sehingga output nantinya sinyal kembali dalam bentuk
analog (sinusoida).
3.6.3.5 Output signals from channels 1 and 2
Gambar 3.32 Output signals from channels 1 and 2
Keterangan : -T= 200 s/DIV-f= 625 Hz-A= 0,5 V-dT= 1.6 ms-dUB= 6
VGambar 3.32 adalah output dari hasil demodulasi yang sudah
dilakukan. Pada output ini sinyal sudah kembali ke bentuk aslinya
karena sudah dilakukan proses Low Pass Filter. Sehingga sinyal
output demodulasi kembali dalam bentuk sinyal analog.Pada percobaan
PAM Signals In Time Multiplex terlihat bahwa input pada gambar 3.28
sama dengan output pada gambar 3.32. Ini terjadi karena frekuensi
dari sinyal yang di transmisikan, dimana pada proses filtrasi
dengan Low Pass Filter, sinyal yang memiliki frekuensi di bawah
3400 Hz maka akan bisa melewati filter tersebut. Karena input pada
proses PAM Signals In Time Multiplex menggunakan frekuensi 625 Hz.
Maka output yang akan dihasilkan akan sama seperti input.
3.7 KesimpulanDari percobaan di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut:1. Pada Pulse Amplitude Modulation of Sinusoidal Signal
sinyal sinusoida mengalami proses sample and hold yang dimana
terjadi proses pencuplikan (sampling) dan membangkitkan sederetan
pulsa. Pencuplikan berarti mengukur amplitudo pada sinyal analog
sinusoida pada sample point pada inerval waktu yang konstan, untuk
di konversikan ke sinyal digital. Dimana output dari sample and
hold tersebut adalah sinyal PAM.2. Pada Pulse Amplitude
Demodulation of Sinusoidal Signal adalah proses pengembalian sinyal
diskrit ke bentuk aslinya yg berbentuk analog. Input yang diberikan
pada demodulator adalah merupakan sinyal diskrit, kemudian di
demodulasi, tetapi hasil demodulasi sinyal tersebut masih
terpengaruh oleh sinyal carrier yang merupakan deretan pulsa-pulsa
yang konstan. 3. Untuk mengembalikan sinyal informasi ke bentuk
aslinya yang masih terpengaruh sinyal carrier maka dilakukan lagi
proses filtrasi. Yaitu dengan proses Low Pass Filter Dimana pada
proses ini sinyal akan melewatkan komponen frekuensi 3400 Hz
kebawah. Dari proses LPF ini akan mengembalikan sinyal dari bentuk
sinyal PAM menjadi sinyal dalam bentuk sinusoida.4. Agar lebih
efisien dalam mentransmisikan beberapa sinyal secara serempak dalam
satu saluran transmisi maka digunakan metoda atau sistem
multiplex.5. Input dan output yang dihasilkan akan sama jika
frekuensi sinyal informasi yang di transmisikan dibawah 3400 Hz.
Karena pada proses Low Pass Filter sinyal dbawah itu akan bisa
lolos tanpa terkena filter.
DAFTAR PUSTAKA
1. elib.unikom.ac.id (diakses pada tanggal 27 Mei 2015)2.
ektronika-dasar.web.id (diakses pada tanggal 26 Mei 2015)3. Budi,
Arjuni p, Dasar Sistem Telekomunikasi, Universitas Pendidikan
Indonesia.4. Susilawati, Indah, 2009, Teknik Telekomunikasi Dasar,
Universitas Mercu Buana Yogyakarta