PAK SONY ISTRINYA KECEWAPak sony seorang laki laki yang bekerja
sebagai supir bus datang ke poli klinik dengan keluhan mengalami
penurunan ketajaman penglihatan sejak 3 hari yang lalu. Sudah ke
optic tidak menemukan kacamata yang cocok. Tidak ada riwayat
memeakai kaca mata sebelumya,mata merah,maupun trauma pada mata.
Saat bekerja pak sony sering merasa haus dan banyak minum serta
sering kencing di jalan raya. Setiap malalm ia sering merasa lapar
sehingga selalu masak 2 bungkus mie instan sebelum tidur. Berat
badannya menurun sejak 1 bulan yang lalu, kedua tangan dan kaki
juga sering kesemutan. Bahkan akhir akhir ini pak sony sering minum
jamu sehat lelaki karena merasa vitalitasnya menurun sehingga
istrinya selalu merasa kecewa.
I. KLARIFIKASI ISTILAH1. TRAUMA MATA:Kerusakan pada mata akibat
trauma dari luar berupa benda asing ataupun suatu cairan kimia yang
dapat merusak bagian bola mata khususnya bagian paling luar yaitu
corena, dapat juga merusak sampai organ dalam mata yang menyebab
kan kebutaan.(sidarta ilyas)
2. JAMU SEHAT LELAKI: Ramuan herbal untuk meningkatkan gairan
seksual agar kuat dan tahan lama biasanya berupa serbuk dan di
seduh dengan air.
3. PENGLIHATAN:Sensasi khusus adanya cahaya proses interpretasi
cahaya melewati media refraksi sampai ke n. optikus
4. KESEMUTAN: Penyebabnya karena aliran darah tidak lancar
biasanya sering terjadi pada ekstremitas (tangan dan kaki).
(Dorland,2010)
II. IDENTIFIKASI MASALAH1 Pak sony mengalami penurunan
penglihatan?2 Apakah penurunan penglihatan pak sony tidak bisa di
tolong dengan kaca mata?3 Apa hubunga keluhan 3P, penurunan berat
badan dan kesemutan dengan penurunan penglihatan?4 Apa hubungan
kebiasaan makan dengan keluhan pak sony ?5 Apa hubungan pekerjaan
dengan penurunan penglihatan?6 Apa penyebab penurunan vitalitas pak
sony?7 Apa saja diferensial diagnosis pada scenario?8 Apa diagnosis
utama pada scenario?
III. ANALISIS MASALAH1. Mengapa pak sony mengalami penurunan
penglihatan?
1. Klasifikasi penyakit mataa. Mata merah visus tidak
turunMengenai struktur tunika bervaskular, yaitu konjungtiva atau
sklera yang tidak menghalangi media refraksi. Contoh:
Konjungtivitis Trakoma Dry eye Xeroftalmia Pterigium Pinguekula
Episkleritis Skleritisb. Mata merah visus turunMengenai media
refraksi dan struktur yang bervaskulerContoh: Uveitis
Keratokonjungtivits Keratitis Glaukoma akut Endoftalmis c. Mata
tenang visus turun mendadakContoh: Uveitis posterior Perdarahan
vitreus Ablasio retina Oklusi arteri atau vena Nucleus optic
d. Mata tenang visus turun perlahan Katark Glaukoma Retinopati
sistemik Kelainan refraksi
2. Kelainan refraksi
Kelainan refraksi merupakan suatu keadaan dimana bayangan tegas
yang dibentuk oleh cahaya yang memasuki mata tidak jatuh tepat di
retina, namun bayangan jatuh di depan atau di belakang retina.
Kelainan refraksi seperti miopia, hipermetropi, astigmatisme dan
presbiopi. Penderita kelainan refraksi dapat dibantu menggunakan
lensa koreksi.
3. Akibat komplikasi dari suatu penyakit Kelainan pada mata
tidak hanya karena kelainan refraksi, namun dapat juga terjadi
karena komplikasi dari penyakit lain. Misalnya pada penyakit
diabetes mellitus, keadaan hiperglikemi kronis dapat menimbulkan
retinopati diabetikum. Kelainan mata yang seperti ini tidak dapat
dibantu dengan lensa koreksi
Proses penglihatan dimulai karena adanya cahaya yang masuk pada
bagian mata yang selanjutnya akan masuk kedalam bola mata belakang
yang nantinya cahaya akan tepat jatuh di retina selanjutnya akan di
presepsikan keotak melalui sitem saraf mulai dari
nervusoptikuschiasmaoptikustractusoptikus nucleus geniculatum
lateral di thalamuslobus occipitalPresepsikan sebagai objek.
Jika terjadi penurunan penglihatan ada 2 penyebab yang dapat
terjadi yaitu kelainan pada organ anterior maupun posterior. Organ
anterior seperti lensa yang terlalu cembung akan menyebabkan cahaya
yang masukjatuh di depan retina yang disebutdenganmyopi, sedangkan
lensa terlalu cekung cahatya akan masuk kebelakang retina yang
menyebabkan hipermetropi, kelainan visus tersebut dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, tetapi di dalam scenario pasien
dinyatakan tidak bias dibantu dengan kacamata, kelainan tersebut
kemungkinan terjadi karena ada kelainan pada bagian organ mata
dalam yaitu retina, karena ketika retina mengalami kelainan akanmen
yebabkan cahaya yang masuk tidak dapat di presepsikan kedalam otak
sehingga kacamata minus atau plus tidak dapat membantu.
2. Apakah penurunan penglihatan pak sony tidak bisa di tolong
dengan kaca mata?Ketika ada kelainan pada bagian lensa secara
otomatis kacamata dapat membantu karena proses refraksi akan
terbantu oleh kaca tersebut. Ketika ada suatu kelainan karena
penyaki tsistemik missal pada DM, hipertensi, Sindrom metabolic.
Kelainan tersebut dapat berkomplikasi pada kelainan pada retina,
akibat kerusakan pada retina menyebabakan penurunan penglihatan
yang tidak dapat dibantu dengan kacamata, karenajalur proses
refraksimengalami kerusakan sehingga cahaya yang datangtepat di
depan maupun belakang retina akan menyebabakn
penurunanvisus.(Vaughan)
3. Apa hubunga keluhan 3P, penurunan berat badan dan kesemutan
dengan penurunan penglihatan?1 Mengapa terjadi polifagi?a. Terjadi
defisiensi insulin: Glikogen terus menerus dipecah menjadi
glukosa.Terjadi perubahan dari anabolisme menjadi katabolisme
protein dan lemak (glukoneogenesis). Karena lemak terurai, maka
energy yang dihasilkan sedikit. Sel tidak menerima suplay makanan
walaupun di saluran pembuluh darah banyak glukosa.Polifagia
Hiperglikemia glukosuria menyebabkan diuresis osmotik mengalami
starvasi karena cadangan KH, lemak dan protein berkurang (tidak ada
Berat badan turun Cairanpengisian depot yang biasa dilakukan oleh
insulin tubuh berkurang karena diuresis osmotik, protein dan lemak
berkurang karena Lelah Metabolisme tubuh tidak berjalan dipecah
sebagai sumber energi sebagaimana seharusnya.
b. Polifagi Karena DM (gula tidak bisa masuk kedalam sel)Makan
di proses dalam tubuh, makanan di pecah menjadi glukosa peningkatan
glukosa darah glukosa tidak masuk ke sel sel kurang ATP terjadi
peningkatan katabolisme, peningkatan glukogenolisis, peningkatan
ketogenesis stres fisiologis karena tidak terpenuhi ATP jumlah
insulin menurun.
4. Apa hubungan kebiasaan makan dengan keluhan pak sony ?Makan
mie instan Kandungan karbohidrat pada mie Meningkatkan kadar
glukosa Hiperglikemia
5. Apa hubungan pekerjaan dengan penurunan penglihatan?a. Pak
Sony seorang pengendara jelas pada saat dijalan banyak debu dan
partikel partikel kecil yang bertebaran di udara maka dari itu mata
sony terpapar partikel kecil yang dapat mengakibatkan penyakit pada
mata.b. Pak sony sering berkendara terpapar udara kotor dan sinar
UV mata kering dan sensasi terbakar pada kornea.c. Pekerjaan pak
sony sebagai supir membutuhkan konsentrasi yang tinggi cepat lapar
makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat peningkatan
glukosa dalam darah terjadi hiperglikemia.
6. Apa penyebab penurunan vitalitas pak sony?Mekanisme Kerja
PDE-5 Inhibitor Pada Penanganan Disfungsi Ereksi (DE)Ereksi
merupakan fenomena yang kompleks, melibatkan faktor psikologis,
neuroendokrin dan mekanisme vaskuler yang bekerja pada jaringan
ereksi penis. Sumber lain menyatakan bahwa ereksi melibatkan
jaringan, pembuluh dan saraf di bawah kendali hormonal. Dalam hal
ini, ereksi terjadi akibat stimulasi saraf parasimpatis yang
menghasilkan pelepasan Nitric Oxide/NO (neurotransmitter
non-adrenergik non- kolinergik) yang mengaktifkan enzim guanilat
siklase yang akan mengubah guanosine triphosphate (GTP) menjadi
cyclic guanosine monophosphate (cGMP). cGMP merangsang kalsium
keluar dari otot polos korpora kavernosa, sehingga terjadi
relaksasi otot polos trabekular yang mengelilingi rongga sinusoid.
Relaksasi tersebut mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan
aliran darah. Sewaktu arteri dan arteriol penis terisi darah, vena
yang keluar dari penis menjadi tersumbat. Oklusi vena menyebabkan
jaringan berongga di dalam batang penis, korpus kavernosum dan
korpus spongiosum, membengkak hingga membuat penis menjadi keras.
Ereksi akan berakhir seiring dengan menurunnya kadar cGMP yang
dirombak oleh enzim phosphodiesterase tipe 5 (PDE-5) menjadi GMP
(lihat siklus dibawah ini).
Guanylate CylasePDE-5Endothelial cellsGMPNANCNOcGMP RELAX EREKSI
Keterangan:NO = nitric oxideGTP = guanosine triphosphateNANC =
nonadrenergic-noncholinergic neuronsGMP = guanosine
monophosphatePDE 5 = phosphodiesterase type 5cGMP = cyclic
guanosine monophosphatePDE-5 merupakan salah satu dari 11 isoenzim
phosphodiesterase, yaitu enzim yang mendegradasi cyclic adenosine
monophosphate (cAMP) dan cyclic guanosine monophosphate (cGMP).
Sebelas isoenzim PDE bervariasi dalam hal selektifitasnya terhadap
cAMP dan/atau cGMP dan juga jaringan tempat enzim tersebut bekerja.
PDE-5 adalah isoenzim yang bekerja selektif terhadap cGMP. Kerja
PDE-5 dalam korpus kavernosum dan relaksasi otot polos kavernosa
yang dimediasi cGMP selama rangsangan seksual telah membuat
inhibisi enzim ini memiliki manfaat klinis dalam penatalaksanaan
disfungsi ereksi. Dan oleh karena itu PDE-5 inhibitor menjadi
pilihan utama penanganan disfungsi ereksi.Disfungsi ereksi (DE)
didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai dan
mempertahankan ereksi yang cukup untuk memungkinkan hubungan
seksual yang memuaskan. Banyak faktor yang menjadi penyebab DE,
umumnya dikelompokkan sebagai faktor organik, faktor psikogenik dan
gabungan kedua faktor tersebut. Faktor organik adalah
penyebab-penyebab fisik yang meliputi gangguan neurologi (saraf),
vaskular (pembuluh darah), dan hormonal, seperti penyakit
Parkinson, stroke, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes mellitus,
rokok dan hipogonadisme. Sebagian besar pasien (sekitar 80%)
mengalami DE akibat faktor organik. Sedangkan faktor psikogenik
adalah penyebab DE yang berasal dari gangguan secara psikologis,
seperti depresi, kecemasan dan gangguan mental. Selain
faktor-faktor tersebut, beberapa obat juga dapat menyebabkan DE
karena mekanisme kerja obat yang mirip dengan mekanisme penyebab
penyakit DE, seperti kelompok obat antikolinergik, antagonis
dopamin, antiandrogen, depresan sistem saraf pusat dan obat-obat
yang menurunkan aliran darah ke penis. PDE-5 inhibitor merupakan
obat yang direkomendasikan sebagai lini pertama untuk mengatasi
disfungsi ereksi.Terdapat tiga obat yang termasuk golongan PDE-5
inhibitor yang paling berpotensi untuk pengobatan penyakit
disfungsi ereksi yaitu sildenafil, tadalafil dan vardenafil.Untuk
diketahui, bahwa PDE-5 tidak hanya terdapat dalam korpus karvenosus
di penis, namun juga terdapat pada jaringan vaskuler, sehingga
inhibisi terhadap PDE-5 bisa menimbulkan efek samping yang
berhubungan dengan vaskuler. Dan, karena selektivitas PDE-5
inhibitor terhadap PDE-5 dan PDE-6 hanya sedikit berbeda, sementara
PDE-6 banyak terdapat pada retina, maka diduga hal ini berkaitan
dengan efek samping PDE-5 inhibitor pada retina (gangguan
visual).
7. Apa saja diferensial diagnosis pada scenario?1. Retinopati
diabetikum2. Ablasio retina3. Rhinitis pigmentosa
8. Apa diagnosis utama pada scenario? Retinopati diabetikum
IV. SKEMA
Duduk lama aliran darah terhambatPaparan sinar UVPak sony
seorang supir
Komplikasi penyakit lainGangguan refraksiPenurunan visus
Tidak bisa di tolong dengan kaca mata
3p, penurunan BB,obesitas, peningkatan glukosa urin,peningkatan
glukosa post prandial
Diabetes militus
Mikro angiopati ( kerusakan pembuluh darah kecil)
Gangguan pada pembuluh darah pada penisGangguan pada arteri
extremitasMerusak arteri centralis retina
V. LEARNING OBJECTIVE1 Retinopati diabetikum 2 Ablisio retina3
Renitis pigmentosa
VI. BELAJAR MANDIRIVII. BERBAGI INFORMASI
1 Retinopati diabetikum DEFINISI Retinopati diabetik adalah
kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes
melitus. Tidak disebabkan oleh proses radang. Retinopati akibat
diabetes melitus lama berupa aneurisma, melebarnya vena, pedarahan
dan eksudat lemak. Kelainan patologik yang paling dini adalah
penebalan membrane basal endotel kapiler dan penurunan jumlah
perisit ETIOLOGI Lamanya terpapar pada hiperglikemia (kronis)
menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang menyebabkan
kerusakan endotel pembuluh darah retina EPIDEMOLOGI Penyebab utama
kebutaan di negara-negara Barat Pengidap utama diantara individu
usia produktif Orang muda pengidap DM tipe I (dependen-insulin)
baru mengalami retinopati minimal 3 sampai 5 tahun setelah awitan
penyakit sistemik ini.Pasien DM tipe II (tidak dependen-insulin)
dapat sudah mengalami retinopati pada saat diagnosis ditegakkan,
dan mungkin retinopati merupakan manifestasi dibetes yang tampak
saat itu. (Vaughan, 2009)
FAKTOR RESIKO Faktor resiko retinopati: Hiperglikemia kronik
Hipertensi Hiperkolesterolemia Merokok Nefropati PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS Gejala dan tandaTahap awal tidak ada
penurunana visus (MAKULOPATI)Gangguan sawar darah retinaOklusi
retina (NON PROLIFERATIF)Hipoksia (PROLIFERATIF)(Pertumbuhan
pembuluh darah baru atau neovaskular) KlasifikasiDerajat 1 Tidak
ada retinopati DMDerajat 2 MikroaneurismaDerajat 3 Non-proliferatif
ringan-sedang. Ditandai dengan adanya aneurisma dan sat atau lebih
tanda dibawah ini:a. Venous loopb. Perdarahanc. Hard eksudatd. Soft
eksudate. Venous bleedingf. IRMA (Intraretina Microvascular
Abnormalitis)Derajat 4 Non-proiferatif sedang-berat. Ditandai:
perdarahn berat, IRMA, mikroaneurismaDerajat 5 Proliferatif
ditandai adanya neovaskular dan perdarahan vitreus
Gejala Subjektif yang dapat dirasakan : Kesulitan membaca
Penglihatan kabur disebabkan karena edema macula Penglihatan ganda
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata Melihat
lingkaran-lingkaran cahaya jika telah terjadi perdarahan vitreus
Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip
Gejala objektif pada retina yang dapat dilihat yaitu :
Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama
daerah vena Perubahan pembuluh darah berupa dilatasi pembuluh darah
dengan lumennya ireguler dan berkelok-kelok Hard exudate merupakan
infiltrasi lipid ke dalam retina Soft exudate yang sering disebut
cotton wool patches merupakan iskemia retina Edema retina dengan
tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula Pembuluh
darah baru ( Neovaskularisasi ) pada retina DIAGNOSIS Stereoskopik
fundus dengan dilatasi pupil. Oftalmoskopi dan foto funduskopi
merupakan gold standard Angiografi Fluoresens(FA) digunakan untuk
menentukan jika pengobatan laser diindikasikan PENATALAKSANAAN
Pengendalian hiperglikemia, hipertensi, dan hiperkolesterolemia.
Terdapat edema makula focal laser (lesi setempat) atau grid laser
(lesi setempat). Micropulse laser memberikan hasil sama efektif
dengan jaringan parut lebih sedikit. Penyuntikan intravitreal
triamcinolone atau anti-VEGF. Fotokoagulasi laser pan-retina (PRP)
menurunkan insidensi gangguan penglihatan. Pasien nonproliferatif
berat dengan gula darah yang sulit dikrontrol Vitrektomi dilakukan
segera pada perdarahan vitreous luas pasien DM tipe I, ablasio
retina, KOMPLIKASI Rubeosis iridis progresif Penyakit ini merupakan
komplikasi segmen anterior paling sering. Glaukoma neovaskular
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sudut tertutup Perdarahan
vitreus rekuren terbentuknya neovaskularisasi pada retina hingga ke
rongga vitreus Ablasio retina Merupakan keadaan dimana terlepasnya
lapisan neurosensori retina dari lapisan pigmen epithelium.
PENCEGAHAN Pengontrolan tekanan darah Pengontrolan gua darah
Penurunan berat badan
2 Ablisio retina
DEFINISI pemisahan retina sensorik, yakni lapisan fotoreseptor
dan jaringan bagian dalam, dari epitel pigmen retina di
bawahnya.
ETIOLOGI Miopia berat Degenerasi retina lattice Operasi mata
Peningkatan usia MANIFESTASI KLINIS Floaters Fotopsia Penurunan
tajam penglihatan
PATOFISIOLOGIKorpus vitreum menyusut menarik sebagian retina
menimbulkan robekan atau lubang-lubang pada retina cairan encer
seperti air dapat masuk dari korpus vitreum ke lubang retina
mengalir diantara retina dan dinding mata bagian belakang cairan
akan memisahkan retina dari dinding mata bagian belakang retina
lepas.
PENEGAKAN DIAKNOSISa. Anamnesis Gejala yang di keluhkan
penderita : Floaters (terlihat benda-benda melayang Fotopsia
terjadi suatu mata di gerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap Penurunan visus Perlu ditanyakan : riwayat trauma,
riwayat pembedahan, riwayat penyakit mata sebelumnya Riwayat
penyakit keluarga
b. Pemeriksaan Oftamologi Pemeriksaan visus dapat terjadi
penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya kekeruhan media
refraksi yang menghambat sinar masuk Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan funduskopi Pada pemeriksaan ini retina tampak sebagai
membran abu-abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid
Pemeriksaan tekanan bola mata tekanan bola mata menurunc.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lab : mengetahui adanya penyakit
penyerta seperti glaukoma, diabetes mellitus atau kelainan darah
USG : untuk mengetahui kelainan ablasio retina eksudatif. Contohnya
tumor dan posterior skleritis.
PENATALAKSANAAN Teknik Bedah dibedakan menjadi dua yaitu
eksternal dan internal, pada dasarnya prinsip utama ke dua teknik
ini adalah menutup robekan penyebab pada retina dan memperkuat
perlekatan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina dengan
cara menginduksi inflamasi di daerah tersebut dengan pembekuan
lokal dengan menggunakan laser.a. Eksternal Dengan cara ini robekan
di tutup dengan menekan sklera menggunakan pita plomb silikon, hal
ini berguna untuk mendekatkan epitel pigmen retina pada retina.
Sebelumnya perlu diperlukan drainase akumulasi cairan subretina
dengan membuat lubang kecil pada sklera dan koroid menggunakan
jarum (sklerostomi).b. Internal Vitreus diangkat dengan pemotong
bedah mikro khusus yang dimasukkan ke rongga vitreus, tindakan ini
menghilangkan traksi vitreus pada robekan retina. Cairan dapat
dialirkan ke robekan retina tersebut dan penyuntikan gas
fluorokarbon inert ke dalam rongga vitreus, penyuntikan ini berguna
untuk menutup lubang dari dalam dan mencegah cairan lebih lanjut
melalui robekan.
Pembedahan pada ablasio retina1. Pembedahan laser bisa digunakan
untuk menutupi lubang / sobekan pada retina.2. Kriopeksi akan
terbentuk jaringan parut yang melekatkan retina pada jaringan
bawahnya. Teknik ini digunakan dengan penyuntikan gelembung udara
dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah
penimbunan kembali cairan dibelakang retina.
KOMPLIKASI Penurunan tajam penglihatan dan kebutaan
POGNOSIS Tergantung luas robekan retina, jarak waktu terjadinya
ablasio retina, diagnosis dan tindakan bedah yang dilakukan.Baik
jika operasi berhasil, dan buruk jika operasi gagal. Jika ablasio
retina disertai gangguan refraksi seperti myopi, hypermetropi,
astigma dan presbiopi, maka prognosisnya cenderung mengarah ke
kebutaan.
3 Renitis pigmentosa
DEFINISIRetinitis pigmentosa adalah nama dari sekelompok
dystrophies retina yang menyebabkan degenerasi retina mata.
Retinitis pigmentosa adalah penyakit mata yang individu sejak
lahir. Kata "retinitis" berasal dari "retina" (bagian dari mata)
dan "itis" (penyakit). Ini adalah penyakit retina, meskipun tidak
satu menular. Kata "pigmentosa" mengacu pada perubahan warna
terkait retina, yang menjadi terlihat pada pemeriksaan
mata.Retinitis pigmentosa (RP) adalah kelompok kelainan yang
diturunkan (inherited disorders) yang ditandai dengan kehilangan
penglihatan perifer yang berkelanjutan (progressive peripheral
vision loss) dan kesulitan melihat di malam hari atau dengan cahaya
suram (nyctalopia) yang menimbulkan kehilangan penglihatan sentral
(central vision loss).
INSIDENInsidensi retinitis pigmentosa terjadi pada sekitar 1
orang per 5000 penduduk, pada seluruh penduduk dunia. Umur:
gambaran progresifitas lambat pada anak-anak, sering mengakibatkan
kebutaan pada pertengahan usia lanjut. Ras: penyakit ini dapat
ditemukan pada semua ras. Suku Bangsa: laki-laki lebih sering
ditemukan dari pada perempuan dengan perbandingan 3:2. Lateraliti:
sering ditemukan bilateral dan efeknya sama pada ke dua mata.
PENYEBABPenyebab terjadinya retinitis pigmentosa sebagai berikut
:
Kematian sel fotoreseptor (sebagian besar adalah fotoreseptor
sel batang/rod). Defek molekuler (molecular defects) pada lebih
dari seratus gen yang berbeda. Pada 75% kasus X-linked RP
disebabkan oleh mutasi pada gen RPGR.
Di United States, sekitar 30% kasus autosomal dominant RP
disebabkan oleh mutasi pada "the gene for rhodopsin" (gen pembentuk
rhodopsin/red photopigment), Rhodopsin adalah protein receptor yang
terdapat pada membran sel-sel rod retina. Fungsinya sebagai
receptor cahaya pada proses pengantaran sinyal visual yang normal.
Oleh karena itu, kerusakan struktur nya akan berpengaruh terhadap
mekanisme kerja dari protein receptor ini.sekitar 15% kasus ini
merupakan mutasi single point.Pada beberapa kasus RP autosomal
recessive, ditemukan adanya mutasi pada beta-phosphodiesterase,
suatu protein penting pada phototransduction cascade.
Frequency of autosomal dominant retinitis pigmentosa mutations
found in the autosomal dominant retinitis pigmentosa cohort by
gene. Gene abbreviations: rhodopsin (RHO); peripherin 2 (PRPH2);
pre-mRNA processing factor 31 homolog (PRPF31); retinitis
pigmentosa 1 (RP1); pre-mRNA processing factor 8 homolog (PRPF8);
inosine monophosphate dehydrogenase 1 (IMPDH1); retinitis
pigmentosa GTPase regulator (RPGR); nuclear receptor subfamily 2,
group E, member 3 (NR2E3); pre-mRNA processing factor 3 homolog
(PRPF3); topoisomerase I-binding arginine-serine rich gene
(TOPORS); cone-rod otx-like photoreceptor homeobox transcription
factor (CRX); retinal outer segment membrane protein 1 (ROM1).
Testing identified mutations in 60% of our autosomal dominant
retinitis pigmentosa cohort of 215 families. Mutations have yet to
be identified in the remaining 40%.(www.molvis.org). Retinitis
pigmentosa biasanya diwariskan. Semua jenis retinitis pigmentosa
diwariskan, tetapi dalam cara yang berbeda Ada retinitis pigmentosa
autosomal dominan, orangtua yang terkena bisa punya anak yang
terkena dampak dan tidak terpengaruh.
Pada retinitis pigmentosa autosomal resesif, tidak terpengaruh
orang tua dapat memiliki anak-anak baik yang terkena dampak dan
tidak terpengaruh. Dalam jenis ini, tidak ada sejarah keluarga
sebelumnya retinitis.
Dalam x-linked retinitis pigmentosa, cacat ini terkait dengan
kromosom X.. Dengan demikian, beberapa laki-laki dalam keluarga
akan memiliki retinitis, sedangkan perempuan akan menjadi pembawa
terpengaruh dari sifat genetik.
PATOFISIOLOGIRP secara khas dipercaya sebagai suatu dystrophy
(kelainan degeneratif, biasanya karena kekurangan nutrisi tubuh)
sel batang-kerucut dimana defek genetik menyebabkan kematian sel
(apoptosis), sebagian besar di fotoreseptor sel batang; sebagian
kecil, defek genetik memengaruhi retinal pigment epithelium (RPE)
dan fotoreseptor sel kerucut.Variasi fenotip sangat signifikan
karena lebih dari seratus gen dapat menyebabkan RP.
Perubahan histopatologi di RP telah didokumentasikan dengan
baik, dan baru-baru ini, perubahan histologis spesifik yang terkait
dengan mutasi gen tertentu yang dilaporkan. Jalur akhir yang umum
tetap fotoreseptor kematian sel oleh apoptosis. Perubahan
histologis pertama yang ditemukan di fotoreseptor adalah pemendekan
segmen luar batang. Segmen luar semakin memendek, diikuti hilangnya
fotoreseptor batang. Ini terjadi paling signifikan di pinggiran
pertengahan retina. Daerah-daerah retina mencerminkan apoptosis sel
dengan memiliki inti menurun di lapisan nuklir luar. Dalam banyak
kasus, degenerasi cenderung lebih buruk di retina inferior, dengan
demikian menunjukkan peran paparan cahaya.
Jalur akhir (final common pathway) RP menyisakan kematian sel
fotoreseptor oleh karena apoptosis. Perubahan histologis pertama
yang ditemukan di fotoreseptor adalah pemendekan segmen luar sel
batang. Segmen luar semakin memendek, diikuti hilangnya
fotoreseptor sel batang. Proses ini berlangsung di mid perifer
retina. Daerah (region) retina ini menggambarkan apoptosis sel
dengan penurunan nuclei di lapisan inti luar (outer nuclear layer).
Dalam banyak kasus, degenerasi cenderung memburuk di inferior
retina, karena itu menyarankan suatu peran untuk terpapar cahaya (a
role for light exposure).
Jalur akhir (final common pathway) RP adalah kematian secara
khas fotoreseptor sel batang yang cenderung menyebabkan kehilangan
penglihatan (vision loss). Karena sel batang paling banyak
ditemukan di midperipheral retina, maka hilangnya sel di daerah ini
akan menyebabkan hilangnya penglihatan tepi (peripheral vision
loss) dan hilangnya penglihatan malam hari (night vision
loss).Kematian fotoreseptor sel kerucut mirip dengan apoptosis sel
batang dengan pemendekan bagian luar (outer segments) yang diikuti
oleh kehilangan sel. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat
pada berbagai macam RP.
MANIFESTASI KLINISTanda khas: Ditemukan adanya bone spicula.
Bone spicula adalah hasil dari apoptosis fotoreseptor sel batang
dan kerucut yang akan membuat sel-sel pigmen berkumpul di retina
yang artrofi Nyclotopia (penurunan visus pada malam hari)
Manifestasi klinis atau keluhan yang sering dialami oleh
penderita retinitis pigmentosa sebagai berikut :
Menurut Prof. Sidarta Ilyas (2007): Sukar melihat di malam
hari.Buta senja: merupakan karakteristik yang terjadi pada beberapa
tahun sebelum adanya kelainan-kelainan pada retina dengan adanya
perubahan. Penglihatan retina, ini menunjukkan terjadinya
degenerasi pada rods. Adaptasi gelap, peninggian light treshold
pada perifer retina, walaupun proses adaptasi gelap itu sendiri
menyerang sangat lambat.
Lapang penglihatan menyempit.Annular atau ring-shaped Scotoma,
adalah tanda khas yang menunjukkan adanya degenerasi pada daerah
equatorial retina. Seperti perjalanan penyakitnya, skotoma
meningkat pada pada anterior dan posterior dan selanjutnya terjadi
pada penglihatan kspasien mengalami kebutaan. Penglihatan sentral
dinyatakan dengan adanya buta warna. Retina mempunyai bercak dan
pita halus yang berwarna hitam.
Menurut Chantal Simon, et. al. (2006): Biasanya pertama tampak
pada masa remaja (adolescence). Terdapat black pigment flecks di
retina dan optic atrophy. Dapat berkembang menjadi kebutaan.
Menurut Myron Yanoff (1998):a. Decreased night vision
(nyctalopia) dan decreased color visionb. Kehilangan penglihatan
perifer (loss of peripheral vision)c. Penglihatan kabur (blurry
vision)d. Terdapat gumpalan pigmen (pigment clumping) atau "bone
spicule formation" di retina perifere. Terdapat area atrofi pigmen
retinaf. Pelemahan pembuluh darah arteri yang sangat kecil/arteriol
(arteriolar attenuation)g. Optic nerve "waxy" pallorh. Pigmented
cells di vitreousi. Stellate pattern to posterior lens capsule
opacificationj. Cystoid macular edemak. Epimacular membrane
Berbeda dengan pendapat para ahli di atas, maka David G Telander
(2007) mengusulkan lima hal khas pada RP:
1. Nyctalopia ( bersinonim dengan: night blindness, moon
blindness, mooneye). Ini merupakan gejala paling awal pada RP.
Dipertimbangkan sebagai hallmark (= pathognomonic, tanda penting,
khas) untuk RP.Pasien biasanya mengeluh kesulitan menyelesaikan
tugas di malam hari tau di tempat yang gelap/kurang cahaya,
seperti: sulit berjalan dalam ruangan yng cahayanya kurang terang
(contoh: di gedung bioskop).Pasien juga merasa kesulitan untuk
mengemudi dengan cahaya redup, dalam kondisi berdebu, atau
berkabut.Pasien juga mengeluh saat ini memerlukan waktu yang lebih
lama untuk beradaptasi dari tempat terng ke tempat gelap
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
2. Kehilangan penglihatan (visual loss).Peripheral vision loss
seringkali tnpa gejala/keluhan (asymptomatic). Bagaimanapun juga,
beberapa pasien memerhatikan hal ini dan melaporkannya seperti
melihat terowongan (tunnel vision).Pasien biasanya mengeluh suka
menabrak mebel atau perabot rumah tngga (meja, kursi, dll). Atau
kesulitan saat berolahraga yang memerlukan penglihatan perifer
(peripheral vision), misalnya: tenis, basket.Kehilangan penglihatan
(loss of vision) biasanya tanpa disertai rasa sakit (painless) dan
berkembang secara perlahan.
3. PhotopsiaBanyak pasien dengan RP melaporkan melihat pijaran
halilintar kecil atau kilatan cahaya dan mendeskripsikan apa yang
mereka lihat itu sebagai cahaya yang kecil, berkilauan atau
berkelip-kelip (shimmering), berkedip-kedip (blinking).
4. Riwayat dan silsilah keluarga (family history with pedigree)
dan pemeriksaan anggota keluarga yang teliti dapat sangat
membantu.
5. Riwayat pemakaian obat (drug history) amat penting untuk
mengetahui adanya phenothiazine/thioridazine toxicity.
Gambar BPenglihatan pada retinitis pigmentosaGambar APenglihatan
normal
\
PEMERIKSAANUntuk mengetahui apakah seseorang menderita retinitis
pigmentosa, selain dari anamnesis maka diperlukan juga pemeriksaan
penunjang, antara lain sebagai berikut :
1. Funduskopi Perubahan pigmentasi retina, ini adalah bentuk
perivaskular yang khas dan mirip dengan bentuk bone corpuscule.
Pada mulanya perubahan ini ditemukan hanya pada daerah equatorial
dan kemudian menyebar diantara anterior dan posterior. Penyempitan
arterior retina dan menjadi seperti benang pada stadium akhir.
Optik disk menjadi pucat dan keruh pada stadium akhir dan akhirnya
berturut-turut menjadi atrofi optik. Perubahan-perubahan lainnya
yang terlihat seperti koloid bodies, sklerosis khoroidal, CME,
atrofi atau cellophane makulopati. Padaretina tampak tidak berubah
(unaffected) pada stadium awal RP. Pada funduskopi terlihat
penumpukan pigmen perivaskuler di bagian perifer retina. Terdapat
degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf
optik, menyebar tanpa gejala peradangan. Sel dalam badan kaca
dengan papil pucat. Gambaran Fundus pada RP: Bone spicules Terdapat
gambaran midperipheral retinal hyperpigmentation dalam pola yang
karakteristik. Optic nerve waxy pallor Atrofi retinal pigment
epithelium (RPE) di mid perifer retina Pelemahan arteriol retina
(retinal arteriolar attenuation)
2. Imaging StudiesMeskipun fluorescein angiography jarang
berguna untuk menegakkan diagnosis, keberadaan cystoid macular
edema dapat dikonfirmasikan dengan tes ini.
3. Electroretinogram (ERG)ERG merupakan tes diagnostik yang
paling critical (penting dan diperlukan) untuk RP karena
menyediakan pengukuran objektif fungsi sel batang (rod) dan kerucut
(cone) di retina dan peka (sensitive) bahkan untuk kerusakan
photoreceptor yang ringan.Perubahan elektrofisiologikal tampak
lebih cepat pada penyakit ini sebelum tanda-tanda sebelum
tanda-tanda subyektif atau tanda-tanda obyektif (perubahan fundus).
ERG sub-normal atau EOG tidak tampak light peak.
4. Formal visual fieldProgressive loss of peripheral vision
merupakan gejala utama yang menyertai perubahan visual acuity. Oleh
karena itu, tes ini merupakan alat ukur paling bermanfaat untuk
melakukan ongoing follow-up care pada pasien RP.Goldmann (kinetic)
perimetry direkomendasikan karena dapat dengan mudah mendeteksi
perubahan progressive visual field.
5. Color testingUmumnya terdapat mild blue-yellow axis color
defects, meskipun pasien tidak mengeluh kesulitan tentang persepsi
warna.
6. Adaptasi gelap (Dark adaptation)Pasien biasanya sensitif
cahaya terang (bright light).
7. Genetic subtypingMerupakan tes definitive untuk
mengidentifikasi particular defect.
Keterangan : gambar diatas menunjukkan lapisan jaringan
retinadengan menggunakan high-resolution microscope. Gambar kiri
menunjukkan retina yang normal, sedangkan gambar kanan menunjukkan
keadaan retinayang terkena retinitis pigmentosa.
PENATALAKSANAANFarmakoterapi RP bertujuan untuk mengurangi
morbiditas dan mencegah komplikasi.Sebagian besar pengobatan tidak
berhasil, sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk
penyakit ini. Tujuan terapi antara lain :
1. Evaluasi terhadap penghentian progresifitas perjalanan
penyakit yang telah dicoba dari tahaun ke tahun, termasuk:
vasodilar, ekstrak plasenta, tranplantasi otot rektus ke dalam
rongga suprakoroid, light exclusion therapi, terapi ultrasonik,
terapi akupuntur. Belum lama ini, Vitamin A dan E telah
direkomendasikan untuk mengontrol progresifitas. 2. Low vision aids
(LVA) dalam bentuk magnifying glasses, dan night vision device,
mungkin dapat membantu. 3. Rehabilitasi pasien yang berpengaruh
terhadap dirinya seperti latar belakang sosial ekonomi. 4.
Profilaksis, konseling genetik untuk tidak menikah dengan keturunan
yang sama untuk menghindari diturunkannya insiden penyakit ini.
Selanjutnya bagi yang sudah menikah dianjurkan untuk tidak
mempunyai anak.
Penatalaksanaan penyakit retinitis pigmentosa sebagai berikut
:
1 Menurut Prof. Sidarta Ilyas (2007) menganjurkan pemberian
vitamin A larut-air 10.000-15.000 IU, kurangi makan lemak sampai 15
% kalori harian, dan tambahan diet dengan Zinc.
2 Menurut Myron Yanoff (1998) menyarankan obati/hilangkan
penyebab pokok (underlying cause) jika berhubungan dengan sindrom
sistemik. Berikanlah suplemen vitamin E, C, dan karoten.
3 Beberapa pilihan terapi menurut David G Telander (2007)
Vitamin A palmitate dosis 15 ribu U per hari. Beta-carotene
dosis 25 ribu IU. Docosahexaenoic acid (DHA), DHA merupakan omega-3
polyunsaturated fatty acid dan antioxidant. AcetazolamideEfek
samping obat ini, yaitu: kelelahan (fatigue), batu ginjal,
kehilangan selera makan, hand tingling, dan anemia, telah membatasi
penggunaannya. Lutein/zeaxanthinLutein dan zeaxanthin adalah
macular pigments yang tidak dapat diproduksi tubuh namun dapat
diperoleh dari makanan.Lutein dapat melindungi macula dari
kerusakan okidatif, dan suplementasi oral telah terbukti
meningkatkan pigmen macular. Dosis 20mg per hari telah
direkomendasikan. Vitamin E dosis 800 IU per hari telah
direkomendasikan. Vitamin C (ascorbic acid) dosis 1000 mg per hari.
Namun belum ada bukti nyata dan penelitian lanjut tentang manfaat
vitamin C pada RP. Bilberry dosis 80 mg, sebagai obat alternatif.
Namun belum ada studi kontrol tentang safety atau efficacy dalam
mengobati pasien RP. Perawatan bedah (Surgical Care),
misalnya:Cataract extraction. Bedah katarak seringkali bermanfaat
pada stadium kemudian (later stages) RP.Penggunaan perioperatif
kortikosteroid direkomendasikan untuk mencegah postoperative
cystoid macular edema.
Beberapa terapi RP di masa depan yang sedang dikembangkan dan
diteliti lebih lanjut adalah:1 Growth factorsPada hewan percobaan,
ciliary neurotrophic factor (CNTF) telah berhasil memperlambat
degenerasi retina.2 Transplantasi (seperti: RPE cell transplants,
stem cells)3 Retinal prosthesis ( = phototransducing
chip,subretinal microphotodiodes)4 Terapi gen (gene therapy)5 Steam
cell
KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat ditemukan pada penyakit
retinitis pigmentosa antara lain :1. Penurunan penglihatan
(decreased vision)2. Katarak3. Cystoid macular edema4. Drusen in
the optic nerve head
Masalah Lain yang Perlu Dipertimbangkan:1. Infeksi: TORCH
(toxoplasmosis, other infections, rubella, cytomegalovirus
infection, dan herpes simplex); congenital rubella; syphilis.2.
Keturunan (inherited): choroideremia, gyrate atrophy,
Stargardt/fundus flavimaculatus, North Carolina macular dystrophy
(NCMD), Bietti syndrome, pattern dystrophies, ocular albinism,
cystinosis.3. Toksisitas: thioridizine toxicity, oxalosis4.
Neoplasma: cancer-associated retinopathy (CAR)5. Inflamasi: serous
uveitis6. Metabolik: refsum disease, abetalipoproteinemia
KESIMPULANPasien mengalami penurunan visus secara mendadak dan
tidak ada kacamata yang cocok dengan mata pasien. Dapat dipastikan
bahwa kelainan pasien bukanlah berasal dari kelainan refraksi.
Apabila pasien memiliki kelainan refraksi ketika pasien pergi ke
optik seharusnya pasien akan menemukan kacamata yang cocok. Pasien
juga tidak ditemukan adanya mata merah dan trauma juga negatif. Hal
tersebut berarti bahwa kelainan mata pasien bukan dikarenakan
inflamasi karena tanda khas terjadinya inflamasi adalah mata merah.
Kelainan dikarenakan trauma pada mata pun negatif karena tidak
memiliki riwayat trauma.Pasien juga mengalami keluhan sering ingin
minum, sering ingin makan, dan sering kencing dan juga terdapat
penurunan berat badan selama kurang lebih satu bulan. Tangan dan
kaki pasien juga sering mengalami kesemutan. Hal ini merupakan
trias diabet + (polidipsi, polifagi, poliuri). Hasil pemeriksaan
lab pasien juga menandakan pasien positif terkena Diabetes Mellitus
dengan nilai GDP sebesar. Seseorang dikatakan positif terkena
diabetes mellitus apabila hasil lab positif disertai dengan gejala
klasik. Sehingga pasien dalam skenario ini dinyatakan positif
terkena Diabetes Mellitus.Penurunan visus mendadak yang dialami
pasien memunculkan diagnosis banding yaitu yang pertama adalah
retinopathy diabeticum dan yang kedua adalah ablasio retina. Akan
tetapi pada kasus ini pasien lebih mengarah ke retinopathy
diabeticum daripada ablasio retina dikarenakan riwayat penyakit
pasien yang kemungkinan besar sudah terkena komplikasi .
Retinopathy diabeticum terjadi apabila pasien sudah mengalami
komplikasi dari penyakit. Hal yang memperparah pada kasus ini
adalah pasien sering mengonsumsi jamu sehat lelaki yang kemungkinan
kandungannya terdapat banyak glukosa yang justru makin memperparah
penyakitnya. Sehingga pada kasus ini pasien terkena Retinopathy
Diabeticum yang merupakan komplikasi dari pemyakit Diabetes
Mellitus. Untuk memperkuat diagnosis kita juga melakukan
pemeriksaan funduscopy.
SARANa. Pada tutorial kali ini diharapkan mahasiswa dapat
mendalami lebih lanjut macam macam katarak tidak hanya berdasarkan
onset/waktunya namun dari komplikasi penyakit yang dapat
menimbulkan kejadian katarak.b. Bila dilihat dari skenario yang
didapat pada pertemuan kali ini diharapkan memiliki data pasien
yang lebih jelas seperti halnya pada usia lanjut seharusnya
dicantumkan usia yang jelas agar dapat diklasifikasikan dalam
katarak jenis apa.c. Dalam pembelajaran tutorial sebaiknya
mahasiswa mencantumkan pula mengenai video yang bersangkutan agar
lebih terkesan menarik dan tidak bosan.
DAFTAR PUSTAKAIlyas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi
Ketiga.Jakarta: FK UI.
Simon C, Everitt H, Kendrick T. Oxford Handbook of General
Practice. Second Edition. Oxford University Press. 2006.
Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P.
Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007;
185-93
Pandelaki K. Retinopati Diabetik. Sudoyo AW, Setyiohadi B, Alwi
I, Simadibrata KM, Setiati S, editors. Retinopati Diabetik. Dalam :
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007. p.1857, 1889-1893
Ilyas. 2005. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta :
FKUIPerhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu
Penyakit Mata Edisi 2. Jakarta: Sagung SetoVaughan D G. 2000.
Ofatmologi Umum Edisi 14. Jakarta : EGC Vaughan & Asbury. 2009.
Oftalmopati Umum. Jakarta : EGCPaul, rioidian evan. 2009. Vaughan
and Asburg Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC
37