Top Banner
Teknologi sediaan steril PENDAHULUAN NURLINA 1
28

P01 & P02 STERIL

May 09, 2017

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: P01 & P02 STERIL

1Teknologi sediaan steril

PENDAHULUAN

NURLINA

Page 2: P01 & P02 STERIL

2PENILAIAN

TEORI 70% QUIS 10% TUGAS 10% MID 40% FINAL 40%

PRAKTEK 30%

Page 3: P01 & P02 STERIL

3Pertemuan Topik

Minggu 1 Pendahuluan

Minggu 2 Rute-rute, prinsip-prinsip, sistem dan permasalahan pada pemberian obat secara parenteral.

Minggu 3 Aspek biofarmasetika sediaan injeksi

Minggu 4 Formulasi sediaan parenteral volume kecil (Small Volume Parenterals, SVP)

Minggu 5 Pengolahan air untuk sediaan parenteral/steril

Minggu 6 Elektrolit dan adjuvant dalam formulasi sediaan perenteral.

Minggu 7 Formulasi sediaan parenteral volume besar (Large Volume Parenterals)

Minggu 8 Mid

Minggu 9 Formulasi sediaan ophthalmic

Minggu 10 sterilitas dan sterilisasi

Minggu 11 pemastian/penjaminan sterilitas.

Minggu 12 uji dan metode penghilangan pirogen

Minggu 13 Partikel di dalam sediaan parenteral dan teori filtrasi

Minggu 14 pengemas (wadah dan tutup) sediaan parenteral

Minggu 15 pengendalian ruangan aseptik dalam produksi steril

Minggu 16 Final

Page 4: P01 & P02 STERIL

4PENGERTIAN-PENGERTIANSteril adalah adalah istilah mutlak dari ketidakhadiran mikroorganisme hidup, istilah ini bersifat absolute dan hampir tidak pernah digunakan kata hampir, setengah atau mendekati steril

Sterilisasi adalah proses penghilangan atau pembunuhan segala bentuk mikroorganisme hidup

Aseptis adalah suatu proses atau kondisi terkendali dimana tingkat kontaminasi mikroba diminimalkan

Gemisida adalah Bahan kimia yang membunuh mikroorganisme tetapi tidak membunuh spora bakteri. Germisida yang dipakai untuk jaringan hidup adalah Antiseptik, sedangkan yang bukan untuk jaringan hidup adalah desinfektan

Antiseptik adalah suatu bahan yang digunakan untuk membunuh atau hanya mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Istilah ini hanya berlaku untuk penggunaan bahan kimia untuk jaringan hidup)

Page 5: P01 & P02 STERIL

5PENGERTIAN-PENGERTIANDesinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh bakteri pathogen maupun non pathogen, tetapi tidak efektif membunuh spora bakteri. (Untuk benda mati)

Bakterisida adalah bahan kimia atau proses yang membunuh bakteriBakteriostatik adalah Bahan kima yang menghambat pertumbuhan bakteri

Preservatif adalah Bahan kimia yang mencegah mikroorganisme

Sanitizer bahan atau proses yang mengurangi jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi untuk derajat keamanan tertentu yang ditetapkan oleh kesehatan masyarakat

Virusida adalah setiap proses atau bahan yang membasmi atau mnginaktifkan virus

Page 6: P01 & P02 STERIL

6SEDIAAN PARENTERALSediaan parenteral adalah sediaan yang diberikan dengan menyuntikkan kedalam satu atau beberapa lapisan kulit

Defenisi lain mengatakan bahwa sediaan perenteral adalah sediaan yang dimaksudkan untuk diberikan dengan cara disuntikkan diimplantasikan ke dalam kulit, atau lapisan lain dari kulit seperti stratum corneum, langsung kecairan tubuh, jaringan atau organ

Kata perenteral berasal dari bahasa Yunani yaitu para dan enteron yang berarti diluar usus dan merupakan rute pemberian lain selain rute perora

Page 7: P01 & P02 STERIL

7BENTUK SEDIAAN STERIL UNTUK PARENTERAL

Larutan Air Suspensi air

Suspensi Minyak Injeksi Injeksi Minyak

Emulsi Larutan Koloidal

Larutan terkonsentrasiSistem pelarut campur

Serbuk untuk injeksi Implant

Page 8: P01 & P02 STERIL

8RUTE PEMBERIAAN SECARA PARENTERAL

Rute Subcutan (s.c) Rute Intra-articular

Rute intramuscular (i.m) Rute Intracardial

Rute Intravena (i.v) Rute Intraperitonial

Rute Intracisternal dan Peridural

Rute Intracutan (i.c)

Rute Intraarterial Rute Intrathecal

Rute Intralesional Rute Intraocular

Rute Intrapleural Rute Intra-uterin

Rute Intra ventrikuler

Page 9: P01 & P02 STERIL

9KEUNTUNGAN SEDIAAN PARENTERALDapat dicapai efek fisiolgis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (Jantung berhenti)

Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral (tidak tahan asam lambung)

Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (Sakit jiwa atau tidak sadar)

Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol obat, karena pasien harus kembali melakukan pengobatan Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada kedokteran gigi/anastesiologi

Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi ganggun serius cairan dan keseimbangn elektrolit

Page 10: P01 & P02 STERIL

10

KERUGIAN SEDIAAN PARENTERALPemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama

Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat dihindariBila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik

Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pengemasanMasalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti septisema, infeksi jamur, inkompatibilias karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obatPersyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikel partikulat, bebas dari pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh semua personel yang terlibat

Page 11: P01 & P02 STERIL

11

Indikasi pemakaian rute parenteral

Untuk memastikan obat sampai ke bagian tubuh atau jaringan yang membutuhkan dengan konsentrasi yang mencukupi. Meyakinkan penyampaian konsentrasi obat yang mencukupi ke bagian tubuh/ jaringan sakit

Untuk mencapai parameter farmakologi tertentu yang terkontrol, seperti waktu onset, serum peak, kecepatan eliminasi obat dari dalam tubuh

Untuk pasien yang tidak bisa melakukan self medicat

Untuk mendapatkan efek biologik yang tidak didapatkan melalui pemakaian oral

Untuk alternatif bila rute yang diharapkan (oral) tidak tersedia

Page 12: P01 & P02 STERIL

12

Indikasi pemakaian rute parenteral

Untuk mendapatkan efek lokal, untuk meminimalkan efek toxic sistemik

Untuk pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, tidak terkontrol

Untuk pengobatan ketidakseimbangan elektrolit dan cairan untuk supply nutrisi jangka panjang/pendek

Untuk mendapatkan efek lokal yang diharapkan

Page 13: P01 & P02 STERIL

13

BAHAYA DAN KOMPLIKASI PADA SEDIAAN PARENTERALBahaya atau Komplikasi Umum :1. Sepsis2. Trombosis (IV dan IA)3. Flebitis (IV)4. Perdarahan5. Reaksi terhadap bahan asing yang tidak terlarut

(IV dan IA)6. Ketidaktercampuran7. Reaksi karena pH dan tonisitas yang ekstrim8. Reaksi hipersensitivitas9. Overdosis10.Emboli udara (IV dan IA)11.Demam 12.Keracunan

Page 14: P01 & P02 STERIL

14

BAHAYA DAN KOMPLIKASI PADA SEDIAAN PARENTERALBahaya atau Komplikasi Khusus :1. Trombositopenia 2. Anemia3. Neutropenia4. Imunosupresi5. Aritmia6. Rasa nyeri lokal

Page 15: P01 & P02 STERIL

15Persyaratan sediaan

parenteral1. STERIL2. BEBAS PIROGEN3. ISOTONIS4. ISOHIDRIS

Page 16: P01 & P02 STERIL

16STERIL

Karena sediaan ini mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membrane kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari segala kontaminasi mikroorganisme dan dari komponen toksis, dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi

Semua komponen dan proses yang terlibat didalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, baik secara fisika, kimia maupun mikrobiologis.

Page 17: P01 & P02 STERIL

17ISOTONIS

Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang dipisahkan oleh membrane semipermeabel

Suatu larutan dikatakan isotonis terhadap cairan lainnya bila memiliki tekanan osmosa yang sama. Bila cairan yang satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada yang lain, maka cairan yang lebih tinggi dikatakan hipertonis terhadap yang lebih rendah, sebaliknya cairan yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah disebut hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya

Page 18: P01 & P02 STERIL

18

Tekanan osmosa cairan tubuh , darah, air mata, cairan lumbal sama dengan tekanan osmosa larutan natrium klorida. 0,9 %, Penyuntikan atau pemasukan larutan yang tidak isotonis kedalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diingikan.

Jika larutan yang hipotonis disuntikkan kedalam tubuh, maka cairan ekstrasel akan masuk kedalam sel dan menyebabkan pembengkakan, bila hal ini berlangsung terus-menerus maka sel akan mengalami hemolisis atau pecah. Hal ini berarti terjadi kerusakan yang permanent.

Page 19: P01 & P02 STERIL

19

Tubuh sebenarnya masih dapat mengimbangi penyimpangan dari isotonis ini sebesar 10%, akan tetapi larutan yang hipertonis umumnya masih dapat diterima oleh tubuh dengan lebih baik dibandingkan dengan larutan yang hipotonis.

Jika larutan yang hipertonis dimasukkan atau disuntikkan kedalam tubuh, maka cairan intrasel akan ditarik keluar dari sel, sehungga menyebabkan pengerutan atau penciutan sel, tetapi karena cairan luar tubuh lama kelamaan dapat mengencerkan larutan hipertonis maka cairan akan masuk kembali. Hal ini berarti terjadi kerusakan yang tidak permanent

Page 20: P01 & P02 STERIL

20

Larutan yang harus memperhatikan tonisitas adalah larutan yang disuntikkan melalui :

Subkutan (SC), karena jika tidak isotonis, maka selain menimbulkan rasa sakit pada pasien, sel-sel disekitar tempat penyuntikan dapat rusak, penyerapan obat juga kurang bagus.Intralumbal, karena bila terjadi perubahan dalam tekanan osmosa cairan lumbal, dapat terjadi perangsangan pada selaput otak.

Intravena , bila diberikan dalam bentuk infuse, bila terlalu jauh menyimpang dari isotonis, maka ada kemungkinan terjadi hemolisis. Pada pemberian intravena dalam jumlah kecil, isotonis tidak perlu diperhatikan, karena jumlah darah dibandingkan dengan jumlah caiarn yang dimasukkan jauh lebih banyak.

Page 21: P01 & P02 STERIL

21

Zat-zat yang paling sering digunakan untuk membuat larutan isotonis adalah natrium klorida, glukosa dan natrium sitrat.

Berbagai cara yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah zat pengisotonis yang ditambahkan untuk memperoleh larutan isotonis yaitu :

Penurunan Titik Beku

Ekivalen dari Natrium Klorida

Faktor Disosiasi

Page 22: P01 & P02 STERIL

22Penurunan titik beku

baW

52.0

Page 23: P01 & P02 STERIL

23Ekivalen dengan natrium

klorida

CAtL

Karena zat-zat dengan jenis ion yang sama, cenderung untuk menunjukkan penurunan titik beku molal yang sama. Wells menggolongkan senyawa-senyawa ini menurut jenis-jenis ionnya dan memberikan nilai L rata-rata yang dapat dipakai untuk menghitung nilai E.

Page 24: P01 & P02 STERIL

24Ekivalen dengan natrium

klorida Ekivalen dari NaCl (E) adalah gram NaCl yang memberikan tekanan osmosa yang sama dengan 1 gram dari sesuatu zat terlarut tertentuContohnya bila harga E untuk amfetaminasulfat 0.20 artinya 1 g amfetamina sulfat dalam larutan memberikan tekanan osmosa yang sama dengan 0.20 g NaCl

)41.3()45,58(

MlE

MLE 17

Keterangan :E = Ekivalen NaCl daris suatu zat dengan berat molekul = M dan penurunan titik beku molal = L, sedangan 58.45 = BM NaCl, 3.41 = L untuk NaCl

Page 25: P01 & P02 STERIL

25Ekivalen dengan natrium

klorida Jika bahan pengisotonis selain natrium klorida digunakan maka persamaannya adalah :

Page 26: P01 & P02 STERIL

26Faktor disosiasi

Ada tiga factor yang dipertimbangkan dalam perhitungan dengan cara ini, yaitu :

Persen zat dalam larutan, dinyatakan dalam berat/volume

Berat molekul zat-zat yang terlarut

Derajat disosiasi zat yang mendekati keadaan sebenarnya

''/%

100 KMxxK

MvwF

mlgramsolute

Page 27: P01 & P02 STERIL

27

Page 28: P01 & P02 STERIL

28