Page 1
S A L I N A N
P U T U S A N Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang
memeriksa Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Terkait Penjualan Liquefied Petroleum Gas (LPG) di
Wilayah Bandung dan Sumedang yang dilakukan oleh : ------------------------------------------------
1) Terlapor I, PT Limas Raga Inti, berkedudukan di Jalan Emong Nomor 21, Bandung,
Jawa Barat; -----------------------------------------------------------------------------------------------
2) Terlapor II, PT Surya Buana Rahayu, berkedudukan di Jalan Atlas Nomor 32 Antapani,
Bandung, Jawa Barat; -----------------------------------------------------------------------------------
3) Terlapor III, PT Sumber Kerang Indah, berkedudukan di Jalan Kopo Cirangrang Nomor
471, Bandung, Jawa Barat; ----------------------------------------------------------------------------
4) Terlapor IV, PT Adigas Jaya Pratama, berkedudukan di Jalan Ters. Jaksa Naranata
Nomor 163, Baleendah, Bandung, Jawa Barat; -----------------------------------------------------
5) Terlapor V, PT Tirta Gangga Tama, berkedudukan di Jalan Komp. Ud. Supadio Nomor
196/72-B, Kelurahan Husein Sastranegara, Cicendo, Bandung, Jawa Barat; ------------------
6) Terlapor VI, PT Arias Mas, berkedudukan di Jalan Raya Cileunyi Km. 19, Kabupaten
Bandung; -------------------------------------------------------------------------------------------------
7) Terlapor VII, Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPRI), berkedudukan di Jalan Soekarno
Hatta Nomor 470, Bandung, Jawa Barat; ------------------------------------------------------------
8) Terlapor VIII, Koperasi Karyawan dan Pensiunan Perusahaan Gas Negara (KOPKAR
PGN) Bandung, berkedudukan di Jalan Serang Nomor 9, RT 09 RW 08, Bandung, Jawa
Barat; ------------------------------------------------------------------------------------------------------
9) Terlapor IX, PT Kurnia Sari Rahayu, berkedudukan di Jalan Rama Nomor 20, Bandung,
Jawa Barat; -----------------------------------------------------------------------------------------------
10) Terlapor X, PT Sinarbakti Abadigas, berkedudukan di Jalan Mayor Abdurahman Nomor
74 Sumedang, Jawa Barat; -----------------------------------------------------------------------------
11) Terlapor XI, PT Baragas Nasional, berkedudukan di Villa Bandung Indah, Jalan
Tanjakan Muncang 88, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat; ----------------------------
Page 2
S A L I N A N
12) Terlapor XII, PT Indonesian Alina Houtman Vegetables (INAHOVTRACO),
berkedudukan di Jalan Otto Iskandardinata Nomor 476, Bandung, Jawa Barat; --------------
13) Terlapor XIII, PT Lembang Abadi Indah, berkedudukan di Jalan Golf Barat I Nomor 2,
Arcamanik, Bandung, Jawa Barat; --------------------------------------------------------------------
14) Terlapor XIV, PT Sawitto Indah Berkah, berkedudukan di Jalan Pangeran Sugih Nomor
133 RT 01 RW 07, Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat; -----------------------------------------------------------------------------------------------
15) Terlapor XV, PT Guna Bumi Utama, berkedudukan di Jalan Jend. A. Yani Nomor 602,
Babakan Surabaya, Bandung, Jawa Barat; ----------------------------------------------------------
16) Terlapor XVI, PT Griya Putra Anugrah, berkedudukan di Jalan Jend. H. Amirmachmud
Nomor 299 RT 001 RW 006 Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah,
Kota Cimahi, Jawa Barat; ------------------------------------------------------------------------------
17) Terlapor XVII, PT Api Gas Nasional, berkedudukan di Jalan Cibaduyut Raya Nomor
220, Bandung, Jawa Barat; ----------------------------------------------------------------------------
telah mengambil Putusan sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------- Majelis Komisi: ----------------------------------------------------------------------------------------------- Setelah membaca Laporan Dugaan Pelanggaran; ---------------------------------------------------------
Setelah membaca Tanggapan para Terlapor terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran; ---------------
Setelah mendengar Keterangan para Saksi; ----------------------------------------------------------------
Setelah mendengar Keterangan para Terlapor; ------------------------------------------------------------
Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini; -----------------------------
Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Investigator; -----------------------------------
Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari para Terlapor; ---------------------------------
TENTANG DUDUK PERKARA
1. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi telah melakukan Penelitian tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait Penjualan Liquefied
Petroleum Gas (LPG) di Wilayah Bandung dan Sumedang; -------------------------------------
2. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Penelitian, terdapat bukti awal dugaan
pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh pelaku
usaha; -----------------------------------------------------------------------------------------------------
3. Menimbang bahwa berdasarkan Laporan Hasil Penelitian tersebut, Komisi memutuskan
untuk ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan; --------------------------------------------------------
halaman 2 dari 383
Page 3
S A L I N A N
4. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi telah melakukan penyelidikan terhadap Laporan
Hasil Penelitian, dan memperoleh bukti yang cukup, kejelasan dan kelengkapan dugaan
pelanggaran yang dituangkan dalam Laporan Hasil Penyelidikan; ------------------------------
5. Menimbang bahwa setelah dilakukan pemberkasan, Laporan Hasil Penyelidikan tersebut
dinilai layak untuk dilakukan Gelar Laporan dan disusun dalam bentuk Rancangan
Laporan Dugaan Pelanggaran; ------------------------------------------------------------------------
6. Menimbang bahwa dalam Gelar Laporan, Rapat Komisi menyetujui Rancangan Laporan
Dugaan Pelanggaran tersebut menjadi Laporan Dugaan Pelanggaran; -------------------------
7. Menimbang bahwa selanjutnya Ketua Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor
39/KPPU/Pen/VIII/2014 tanggal 18 Agustus 2014 tentang Pemeriksaan Pendahuluan
Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014 (vide bukti A1); -------------------------------------------------
8. Menimbang bahwa berdasarkan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan tersebut, Ketua
Komisi menetapkan pembentukan Majelis Komisi melalui Keputusan Komisi Nomor
104/KPPU/Kep/VIII/2014 tanggal 26 Agustus 2014 tentang Penugasan Anggota Komisi
sebagai Majelis Komisi pada Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014
(vide bukti A2); ------------------------------------------------------------------------------------------
9. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014 menerbitkan
Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor 37/KMK/Kep/VIII/2014 tanggal 28 Agustus
2014 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014,
yaitu dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal 4
September 2014 sampai dengan tanggal 15 Oktober 2014 (vide bukti A5);--------------------
10. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Pemberitahuan Pemeriksaan
Pendahuluan, Petikan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Surat Keputusan
Majelis Komisi tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan dan Surat Panggilan
Sidang Majelis Komisi I kepada para Terlapor (vide bukti A7, A8, A9, A10, A11, A12,
A13, A14, A15, A16, A17, A18, A19, A20, A21, A22, A23, A24, A25, A26, A27, A28,
A29, A30, A31, A32, A33, A34, A35, A36, A37, A38, A39, A40, A41, A42, A43, A44,
A45, A46, A47, A48, A49, A50, A51, A52, A53, A54, A55, A56, A57); ---------------------
11. Menimbang bahwa pada tanggal 4 September 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi I dengan agenda Pembacaan dan Penyerahan Salinan Laporan
Dugaan Pelanggaran oleh Investigator kepada Terlapor (vide bukti B1); ----------------------
12. Menimbang bahwa Sidang Majelis Komisi I tersebut dihadiri oleh Investigator, Terlapor I
(PT Limas Raga Inti), Terlapor II (PT Surya Buana Rahayu), Terlapor III (PT Sumber
Kerang Indah), Terlapor IV (PT Adigas Jaya Pratama), Terlapor V (PT Tirta Gangga
Tama), Terlapor VI (PT Arias Mas), Terlapor VII (Pusat Koperasi Pegawai Negeri
(PKPRI)), Terlapor VIII (Koperasi Karyawan dan Pensiunan Perusahaan Gas Negara
Bandung (KOPKAR PGN)), Terlapor IX (PT Kurnia Sari Rahayu), Terlapor X (PT
halaman 3 dari 383
Page 4
S A L I N A N
Sinarbakti Abadigas), Terlapor XII (PT Indonesian Alina Houtman Vegetables
(INAHOVTRACO)), Terlapor XIII (PT Lembang Abadi Indah), Terlapor XIV (PT
Sawitto Indah Berkah), Terlapor XV (PT Guna Bumi Utama), Terlapor XVI (PT Griya
Putra Anugrah) dan Terlapor XVII (PT Api Gas Nasional) (vide bukti B1); ------------------
13. Bahwa Terlapor XI tidak hadir pada Sidang Majelis I dan Majelis Komisi memutuskan
untuk mengirimkan Laporan Dugaan Pelanggaran kepada Terlapor XI dan menganggap
telah dibacakan (vide bukti Pemeriksaan A68); ----------------------------------------------------
14. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi I, Investigator membacakan Laporan
Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti I2): ---
14.1 Bahwa yang menjadi objek perkara adalah Dugaan Pelanggaran Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Terkait Penjualan Liquefied Petroleum Gas
(LPG) di Wilayah Bandung dan Sumedang; ------------------------------------------------
14.2 Bahwa Tim Investigator menjabarkan pasar bersangkutan dari objek perkara
sebagai berikut : ---------------------------------------------------------------------------------
14.2.1 Bahwa Ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 berbunyi “Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang
dan/atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang
dan/atau jasa tersebut”; -------------------------------------------------------------
14.2.2 Bahwa Pasar bersangkutan menunjuk kepada sektor perdagangan yang
mengalami hambatan persaingan usaha dan menunjuk kepada daerah
geografis pasar bersangkutan. Pasar bersangkutan didefinisikan agar
meliputi semua barang dan jasa yang dapat mensubstistusi, serta semua
pesaing di daerah berdekatan yang dapat dihubungi pembeli apabila
hambatan atau penyalahgunaan tersebut mengakibatkan kenaikan harga
yang berarti; --------------------------------------------------------------------------
14.2.3 Bahwa Pasar bersangkutan dapat dikategorikan dalam dua perspektif,
yaitu pasar berdasarkan produk dan pasar berdasarkan geografis. Pasar
berdasarkan produk terkait dengan kesamaan, atau kesejenisan dan/atau
tingkat substitusinya. Pasar berdasarkan cakupan geografis terkait dengan
jangkauan dan/atau daerah pemasaran; -------------------------------------------
14.2.4 Bahwa pada tanggal 21 Juni 2011 telah dilakukan kesepakatan bersama
mengenai harga jual LPG kepada pelanggan LPG diwilayah Bandung dan
Sumedang, Jawa Barat oleh anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang (selanjutnya disebut Surat Kesepakatan Harga); -------
14.2.5 Bahwa anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
yang melakukan kesepakatan sebagaimana dimaksud adalah PT Limas
halaman 4 dari 383
Page 5
S A L I N A N
Raga Inti, PT Surya Buana Rahayu, PT Sumber Kerang Indah, PT Adigas
Jaya Pratama, PT Tirta Gangga Tama, PT Arias Mas, Pusat Koperasi
Pegawai Negeri, Koperasi Pegawai dan Pensiunan Perusahaan Gas
Negara Bandung, PT ASLI, PT Kurnia Sari Rahayu, PT Sinarbakti
Abadigas, PT Baragas Nasional, PT YUNITA PERMAI, PT Indonesian
Alina Houtman Vegetables, PT Lembang Abadi Indah, PT Sawitto Indah
Berkah, PT Guna Bumi Utama, PT Griya Putra Anugrah, PT Api Gas
Nasional; ------------------------------------------------------------------------------
14.2.6 Bahwa objek kesepakatan adalah tentang harga jual LPG tabung isi 12
Kg, tabung isi 50 Kg dan penjualan menggunakan bulk LPG; ----------------
14.2.7 Bahwa berdasarkan penjelasan diatas, maka Pasar Produk dan Pasar
Geografis dalam LDP ini adalah : -------------------------------------------------
14.2.7.1 Produk --------------------------------------------------------------------
1) Bahwa Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah campuran
dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas
alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan
suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya
didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG
juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah
kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12); --------
2) Bahwa dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk gas.
Volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan
dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu LPG
dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam
bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi
panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya,
tabung LPG tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85%
dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap
dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung
komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasanya sekitar
250:1; ----------------------------------------------------------------
3) Bahwa tekanan di mana LPG berbentuk cair,
dinamakan tekanan uap, juga bervariasi tergantung
komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan
tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada
20 °C (68 °F) agar mencair dan sekitar 2.2 MPa (22 bar)
bagi propana murni pada 55 °C (131 °F); ---------------------
halaman 5 dari 383
Page 6
S A L I N A N
4) Bahwa sifat LPG terutama adalah sebagai berikut: -----------
a. Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar; ----------------
b. Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau
menyengat; -----------------------------------------------------
c. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di
dalam tangki atau silinder; -----------------------------------
d. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar
dengan cepat; --------------------------------------------------
e. Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan
banyak menempati daerah yang rendah. -------------------
5) Bahwa di Indonesia, LPG digunakan terutama sebagai
bahan bakar untuk memasak. Konsumen LPG bervariasi,
mulai dari rumah tangga, kalangan komersial (restoran,
hotel) hingga industri. Di kalangan industri, LPG
digunakan sebagai bahan bakar pada industri makanan,
keramik, gelas serta bahan bakar forklift. Selain itu, LPG
juga dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri
aerosol serta refrigerant ramah lingkungan; ------------------
6) Bahwa LPG dikenalkan oleh Pertamina dengan merk LPG.
Menurut spesifikasinya, LPG dibagi menjadi tiga jenis
yaitu LPG campuran, LPG propana dan LPG butana.
Spesifikasi masing-masing LPG tercantum dalam
keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Nomor: 25K/36/DDJM/1990. LPG yang
dipasarkan Pertamina adalah LPG campuran; -----------------
7) Bahwa Produk LPG diklasifikasikan menjadi 3 macam
yang didasarkan oleh perbedaan ukuran kemasan, yaitu
LPG 12 Kg, LPG 50 Kg dan bulk; ------------------------------
8) Bahwa dengan demikian, pasar produk pada penyelidikan
ini adalah LPG kemasan tabung isi 12 Kg, kemasan tabung
isi 50 Kg dan bulk LPG. ------------------------------------------
14.2.7.2 Geografis -----------------------------------------------------------------
1) Bahwa analisis pasar geografis bertujuan untuk
menjelaskan di area mana saja produk yang didefinisikan
saling bersaing satu sama lain; -----------------------------------
2) Bahwa pasar geografis pada penyelidikan ini ditentukan
berdasarkan Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG
halaman 6 dari 383
Page 7
S A L I N A N
Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang tanggal 21 Juni 2011 dimana kesepakatan
tersebut mengikat anggota Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang yang menandatangani kesepakatan tersebut; -----
3) Bahwa dengan demikian pasar geografis dalam
penyelidikan ini mencakup wilayah geografis Bandung
dan Sumedang, dimana wilayah ini merupakan wilayah
operasional Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang. -----
14.2.7.3 Waktu ---------------------------------------------------------------------
Bahwa periode waktu adalah tanggal 21 Juni 2011 sampai
dengan 15 Desember 2013 yaitu periode dimana berlaku
efektifnya Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG
Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang tanggal 21 Juni 2011. --------------------------------------
14.2.8 Bahwa dengan demikian pasar persangkutan penyelidikan ini adalah
produk LPG kemasan tabung isi 12 Kg, tabung isi 50 Kg dan penjualan
menggunakan bulk LPG dengan wilayah pemasaran di Bandung
Sumedang kurun waktu 21 Juni 2011 sampai dengan 15 Desember 2013. -
14.3 Bahwa berikut identitas Terlapor yang diduga melakukan pelanggaran: ---------------
14.3.1 Terlapor I, PT Limas Raga Inti (untuk selanjutnya disebut “PT. LRI”)
adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 21 tanggal 9 November
1984 yang dibuat dihadapan Ny. Rukmasanti Hardjasatya, S.H., Notaris
di Jakarta dan berdasarkan Akta Perubahan terakhir Nomor 15 tanggal 22
Agustus 2008 yang dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H.,
M.Hum., Notaris di Bandung, dengan alamat Jalan Emong Nomor 21,
Bandung, Jawa Barat. Nomor Telepon: (022) 7300125; -----------------------
14.3.2 Terlapor II, PT Surya Buana Rahayu (untuk selanjutnya disebut “PT
SBR”) perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 3 tanggal 19 Maret 1985
yang dibuat dihadapan Jenni Mariani Raspati, S.H., Notaris di Cimahi dan
berdasarkan Akta Perubahan terakhir Nomor 5 tanggal 5 Februari 2003
yang dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H., Notaris di Bandung,
dengan alamat Jalan Atlas Nomor 32 Antapani, Bandung, Jawa Barat.
Nomor Telepon: (022) 7300125; --------------------------------------------------
halaman 7 dari 383
Page 8
S A L I N A N
14.3.3 Terlapor III, PT Sumber Kerang Indah (untuk selanjutnya disebut “PT
SKI”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 216 tanggal 11 Juni 1984
dihadapan Ridwan Suselo, Notaris di Jakarta dan diperbaiki dengan Akta
Nomor 291 tanggal 16 Nopember 1984 dihadapan Ridwan Suselo,
Notaris di Jakarta dengan alamat Jalan Kopo Cirangrang Nomor 471,
Bandung, Jawa Barat. Nomor Telepon: (022) 5400852, Faksimil: (022)
5400692; ------------------------------------------------------------------------------
14.3.4 Terlapor IV, PT Adigas Jaya Pratama (untuk selanjutnya disebut “PT.
AJP”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 140 tanggal 23 Agustus
1997 yang dibuat dihadapan Leontine Anggasurya, S.H., Notaris di
Bandung dan berdasarkan Akta Perbaikan Nomor 27 tanggal 25 Mei 1998
yang dibuat dihadapan Saal Bumela, S.H., Notaris di Jakarta, yang
kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir sebagaimana Akta
Nomor 22 tanggal 14 Agustus 2008 yang dibuat dihadapan Sjaaf De
Carya Siregar, S.H., Notaris di Jakarta dengan alamat Jalan Ters. Jaksa
Naranata Nomor 163, Baleendah, Bandung, Jawa Barat. Nomor Telepon:
(022) 5941510/70787433, Faksimil: (022) 5941510; --------------------------
14.3.5 Terlapor V, PT Tirta Gangga Tama (untuk selanjutnya disebut “PT
TGT”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Nomor 107 tertanggal 30 Juli 1984 dengan
Akte Perubahan Terakhir Nomor 02 tanggal 1 Desember 2008 yang
dibuat dihadapan Christina Gani, S.H., Notaris di Bandung, dengan
alamat Jalan Komp. Ud. Supadio Nomor 196/72-B, Kelurahan Husein
Sastranegara, Cicendo, Bandung, Jawa Barat. Nomor Telepon: (022)
6030335, Faksimil: (022) 6007080; -----------------------------------------------
14.3.6 Terlapor VI, PT Arias Mas (untuk selanjutnya disebut “PT AM”) adalah
perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan melakukan
kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia
berdasarkan Akta Pendirian Nomor 53 tanggal 28 Januari 1984 yang
dibuat dihadapan Yunita Elida Tanwir, S.H., Notaris di Bandung, yang
kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir sebagaimana
dinyatakan dalam Akta Nomor 13 tanggal 14 Januari 2010 yang dibuat
halaman 8 dari 383
Page 9
S A L I N A N
dihadapan R. Nurgana Hermania, S.H., Notaris di Bandung, dengan
alamat perusahaan Jalan Raya Cileunyi Km. 19, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat; ----------------------------------------------------------------------------
14.3.7 Terlapor VII, Pusat Koperasi Pegawai Negeri (untuk selanjutnya disebut
“PKPRI”) adalah koperasi yang beranggotakan primer koperasi, sesuai
dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor 574/BH/IX-19/12.67
tanggal 17 Desember 1968, kemudian mengalami Perubahan Anggaran
Dasar kembali di tanggal 14 Mei 1987, kemudian perubahan di tanggal 1
Agustus 1990 dengan Nomor 574.B/BH/KWK.10/21 dan perubahan
terakhir di tanggal 21 September 1995 dengan Nomor
574/BH/PAD/KWK.10/IX.1995, dengan jumlah anggota saat ini adalah
sebanyak 90 primer koperasi, berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan
Nomor 510/1-0747/2006/05150-BPMPPT pada tanggal 11 September
2009 dengan nilai kekayaan bersih sebesar Rp. 100.000.000,-, telah
terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung
dengan Tanda Daftar Perusahaan Koperasi Nomor 101125200117 pada
tanggal 21 Juni 2006, telah mendapatkan Surat Ijin Walikota tentang Ijin
Gangguan dengan Nomor 536/S1-4202/KPMD/2005 tanggal 5 September
2005. Alamat sesuai dokumen yaitu Jalan Soekarno Hatta Nomor 470,
Bandung, Jawa Barat; ---------------------------------------------------------------
14.3.8 Terlapor VIII, Koperasi Pegawai dan Pensiunan Perusahaan Gas Negara
Bandung (untuk selanjutnya disebut “KOPKAR PGN”) adalah badan
usaha yang berbentuk Koperasi didirikan dan melakukan kegiatan usaha
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia berdasarkan Akta
Pendirian Nomor 4490/BH/IX-19 tanggal 15 Juni 1970 yang disahkan
oleh Kepala Direktorat Koperasi Propinsi Jawa Barat, yang kemudian
Koperasi melakukan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dinyatakan
dalam Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Nomor 1011/KEP/KWK-
10/X/1997 tanggal 14 Oktober 1997 yang disahkan oleh Kepala Kantor
Wilayah Departemen koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Propinsi Jawa
Barat, dengan alamat Jalan Serang Nomor 9, RT 09 RW 08 Bandung,
Jawa Barat; ----------------------------------------------------------------------------
14.3.9 Terlapor IX, PT Kurnia Sari Rahayu (untuk selanjutnya disebut “PT
KSR”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 3 tanggal 22 April 1995
yang dibuat dihadapan Suliswati Muljono, S.H., Notaris di Kabupaten
halaman 9 dari 383
Page 10
S A L I N A N
Bandung, yang kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir
sebagaimana dinyatakan dalam Akta Nomor 04 tanggal 5 Januari 2008
yang dibuat dihadapan Elsa, S.H., Notaris di Kabupaten Bandung, dengan
alamat perusahaan Jalan Rama Nomor 20, Bandung, Jawa Barat; -----------
14.3.10 Terlapor X, PT Sinarbakti Abadigas (untuk selanjutnya disebut “PT
SBA”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 33 tanggal 25 September
1986 yang dibuat dihadapan Fauzi, S.H., Notaris di Sumedang dengan
nama awal PT Sinar Bakti Abadi, yang kemudian Perseroan melakukan
perubahan terakhir menjadi PT Sinarbakti Abadigas, sebagaimana
dinyatakan dalam Akta Nomor 09 tanggal 10 Januari 2005 yang dibuat
dihadapan Christy Sukmiati Sutadikusumah, S.H., Notaris di Sumedang,
dengan alamat perusahaan Jalan Mayor Abdurahman Nomor 74
Sumedang, Jawa Barat. Nomor Telepon: 0261 201653, 081320392328; ---
14.3.11 Terlapor XI, PT Baragas Nasional (untuk selanjutnya disebut “PT BN”)
adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia. Alamat perusahaan Jalan Tanjakan Muncang 88, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat; ---------------------------------------------------------------
14.3.12 Terlapor XII, PT Indonesian Alina Houtman Vegetables (PT
INAHOVTRACO), (untuk selanjutnya disebut “PT INAHOVTRACO”)
adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas Nomor 279 tanggal 30 September 2002 dibuat dihadapan Jelly
Nasseri, S.H., Notaris di Bandung, yang mendapatkan Penetapan dari
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui
surat Nomor C-0124 HT.01.01.TH 2004 tanggal 12 Maret 2004, yang
kemudian perubahan anggaran dasar terakhir berdasarkan pernyataan
Akta Keputusan Rapat Nomor 3 tanggal 29 Oktober 2007 dibuat
dihadapan Jelly Nasseri, S.H., Notaris di Bandung, dengan alamat
perusahaan sesuai dokumen Jalan Otto Iskandardinata Nomor 476,
Bandung 40242, Jawa Barat; -------------------------------------------------------
14.3.13 Terlapor XIII, PT Lembang Abadi Indah (untuk selanjutnya disebut “PT
LAI”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
halaman 10 dari 383
Page 11
S A L I N A N
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 3
tanggal 12 Oktober 1998 yang dibuat dihadapan Irene Ratnaningsih
Handoko, S.H., Notaris di Bandung, yang kemudian Perseroan melakukan
perubahan anggaran dasar terakhir sesuai Akta Nomor 07 tanggal 18
Oktober 2013 dibuat dihadapan Irene Ratnaningsih Handoko, S.H.,
Notaris di Bandung, yang mendapatkan Penetapan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat
Nomor AHU-58712.AH.01.02. Tahun 2013 tanggal 14 November 2013,
dengan alamat perusahaan sesuai dokumen Jalan Golf Barat I Nomor 2,
Arcamanik, Bandung, Jawa Barat; ------------------------------------------------
14.3.14 Terlapor XIV, PT Sawitto Indah Berkah (untuk selanjutnya disebut “PT
SIB”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 06
tanggal 26 Januari 2004 yang dibuat dihadapan Christy Sukmiati
Sutadikusumah, S.H., Notaris di Sumedang, yang kemudian Perseroan
melakukan perubahan terakhir sesuai Akta Nomor 09 tanggal 26
September 2008 dibuat dihadapan Christy Sukmiati Sutadikusumah, S.H.,
Notaris di Sumedang, yang mendapatkan Penetapan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat
Nomor AHU-31446.AH.01.01. Tahun 2009 tanggal 9 Juli 2009, dengan
alamat perusahaan sesuai dokumen Jalan Pangeran Sugih Nomor 133 RT
01 RW 07, kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten
Sumedang, Jawa Barat; -------------------------------------------------------------
14.3.15 Terlapor XV, PT Guna Bumi Utama (untuk selanjutnya disebut “PT
GBU”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 5
tanggal 11 Desember 2000 yang dibuat dihadapan Diana Indrawati
Hermawan, S.H., M.Hum., Notaris di Bandung, yang mendapatkan
Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia melalui surat Nomor C-13240.HT.01.01.TH.2001 tanggal 18
Oktober 2001, yang kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir
sesuai Akta Nomor 03 tanggal 14 Februari 2012 dibuat dihadapan Boy
Budiman Iskandar, S.H., Notaris di Kota Bandung, dengan alamat
perusahaan sesuai dokumen Jalan Jend. A. Yani Nomor 602, Babakan
Surabaya, Bandung 40281; ---------------------------------------------------------
halaman 11 dari 383
Page 12
S A L I N A N
14.3.16 Terlapor XVI, PT Griya Putra Anugrah (untuk selanjutnya disebut “PT
GPA”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Nomor 33
tanggal 11 Juni 2007 yang dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H.,
M.Hum., Notaris di Bandung, dengan alamat perusahaan sesuai dokumen
Jalan Jend. H. Amirmachmud Nomor 299 RT 001 RW 006 Kelurahan
Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi 40522; -----------
14.3.17 Terlapor XVII, PT Api Gas Nasional (untuk selanjutnya disebut “PT
AGN”) adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 22 tanggal 22 Desember
2010 yang dibuat dihadapan R. Maya Sofia Ningrum, S.H., M.Kn.,
Notaris di Bandung dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU -13632.AH.01.01 Tahun
2011 tanggal 17 Maret 2011 yang kemudian Perseroan melakukan
perubahan terakhir sebagaimana dinyatakan dalam Berita Acara Rapat
Pemegang Saham Nomor 03 tanggal 17 Maret 2014 yang dibuat
dihadapan R. Maya Sofia Ningrum, S.H., M.Kn., Notaris di Bandung,
dengan alamat perusahaan Jalan Cibaduyut Raya Nomor 220. Bandung.
Nomor Telepon: (022) 5419274, 5419273. Faksimil: (022) 5426143. -------
14.4 Tentang PT Limas Raga Inti (selanjutnya disebut PT LRI); ------------------------------
14.4.1 Bahwa PT LRI pertama kali didirikan pada tanggal 16 Agustus 1972
berdasarkan Akta No 19, Lien Tanudirdja, S.H., Notaris di Bandung
dengan nama CV Limas Raga, (vide bukti C79); -------------------------------
14.4.2 Bahwa kegiatan utama PT LRI adalah melakukan distribusi gas LPG
Pertamina, Pelumas Pertamina, kompor, water heater, rice cooker,
perlengkapan kompor, reparasi kompor dan pemasangan instalasi gas
LPG (vide bukti C79); ---------------------------------------------------------------
14.4.3 Bahwa PT LRI melayani penjualan LPG kepada konsumen supply point,
konsumen rumah tangga, dan konsumen industri (cafe, restaurant, hotel,
mal, rumah sakit, peternakan, garmen, dan lain-lain (vide bukti C79); ------
14.4.4 Bahwa pemasaran LPG oleh PT LRI adalah di wilayah Bandung, Jawa
Barat, (vide bukti C79); -------------------------------------------------------------
14.4.5 Bahwa berdasarkan daftar konsumen/Sub Distributor PT LRI, jumlah
konsumen/sub agen LPG tabung 12 Kg adalah sekitar 200 konsumen
(vide bukti C80); ---------------------------------------------------------------------
halaman 12 dari 383
Page 13
S A L I N A N
14.4.6 Bahwa harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI kurun waktu 2011
sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut (vide bukti C81): ----------------
Tabel. 1 Harga Jual LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI
No Tahun LPG 12 Kg LPG 50 Kg Eks
Agen Sales Point
Konsumen Eks Agen
Konsumen
1 2011 70.200 72.200 73.200 367.750 375.000 2 07 Juni 2012 70.200 72.200 73.200 467.750 475.000 3 19 Desember 2012 70.200 72.200 73.200 654.000 663.000 4 09 Maret 2013 70.200 72.200 73.200 675.000 684.000 5 28 Juni 2013 70.200 73.500 75.000 624.500 632.500 6 27 September 2013 70.200 73.500 75.000 665.000 673.000
Sumber: dokumen harga jual LPG PT LRI, diolah
14.4.7 Bahwa harga beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI kurun waktu 2011 s.d
2013 adalah sebagai berikut (vide bukti C77): ----------------------------------
Tabel 2. harga beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI
No Tahun LPG 12 Kg LPG 50 Kg 1 2011 64.836 343.650 2 07 Juni 2012 64.836 438.900 3 19 Desember 2012 64.836 614.900 4 09 Maret 2013 64.836 635.250 5 28 Juni 2013 64.836 586.300 6 27 September 2013 64.836 625.350
Sumber : dokumen harga beli LPG PT LRI
14.5 Tentang PT Surya Buana Rahayu (selanjutnya PT SBR); --------------------------------
14.5.1 Bahwa PT SBR didirikan pada tanggal 19 Maret 1985 dengan nama PT
Surya Buana Raya dan selanjutnya berganti nama menjadi PT Surya
Buana Rahayu (vide bukti C61); ---------------------------------------------------
14.5.2 Bahwa saat ini PT SBR beralamat sementara di jalan Atlas nomor 32
Antapani Bandung dikarenakan kantor dan gudang baru yang telah berdiri
di Jl. Cimuncang no 23 Bandung masih dalam proses perijinan (vide bukti
C61); -----------------------------------------------------------------------------------
14.5.3 Bahwa kegiatan usaha PT SBR adalah distribusi LPG tabung 12 Kg di
wilayah Bandung, Jawa Barat (vide bukti C61); --------------------------------
14.5.4 Bahwa jumlah pegawai PT SBR adalah 11 (sebelas) orang dengan total 6
(enam) kendaraan operasional yaitu 3 (tiga) mobil truk dan 3 (tiga) mobil
pick up (vide bukti C61); ------------------------------------------------------------
14.5.5 Bahwa jumlah konsumen/ pangkalan LPG yang dipasok oleh PT SBR
adalah berjumlah 20 (dua puluh) konsumen (vide bukti C63); ---------------
14.5.6 Bahwa wilayah pemasaran PT SBR adalah Kota Bandung dan Kabupaten
Bandung (vide bukti C63); ---------------------------------------------------------
halaman 13 dari 383
Page 14
S A L I N A N
14.5.7 Bahwa harga jual dan beli LPG tabung 12 Kg PT SBR adalah sebagai
berikut (vide bukti C64); ------------------------------------------------------------
Tabel 3. Harga Jual dan Beli Elpiji (LPG) Tabung 12 Kg PT SBR
Periode Harga Jual (Rp) Harga Beli (Rp) 9 Okt 2009 70.200 64.836
16 Des 2013 77.100 70.896 Sumber: dokumen harga jual dan beli LPG 12 Kg PT SBR
14.5.8 Bahwa berdasarkan Laporan Laba Rugi LPG 12 Kg PT SBR diketahui
total penjualan untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 PT AJP adalah sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------
Tabel 4. Jumlah Penjualan Elpiji (LPG) PT SBR
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 2.825.760.000,- 2. 2012 2.822.280.000,- 3. 2013 3.260.620.800,-
Sumber: Laporan Laba Rugi LPG 12 Kg PT SBR
14.5.9 Bahwa berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa total jumlah penjualan
PT SBR tahun 2011, 2012 dan 2013 mengalami peningkatan setiap tahun
masing-masing sebesar Rp. 2.825.760.000,-, Rp. 2.822.280.000,- dan Rp.
3.260.620.800,-; ----------------------------------------------------------------------
14.5.10 Bahwa berdasarkan Neraca Keuangan PT SBR diketahui kekayaan bersih
diluar tanah dan bangunan tempat usaha (jumlah aset lancar) Periode
2011 s.d 2013 adalah sebesar Rp. 431.530.471,- (vide bukti C428). ---------
14.6 Tentang PT Sumber Kerang Indah (selanjutnya disebut PT SKI); -----------------------
14.6.1 Bahwa PT SKI adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
distribusi LPG Pertamina tabung 12 Kg, tabung 50 Kg dan pelumas (vide
bukti C66); ----------------------------------------------------------------------------
14.6.2 Bahwa berdasarkan SIUP Besar Nomor: 510/3-3396/2010/02006-BPPT,
nilai modal dan kekayaan bersih PT SKI adalah Rp. 700.000.000,- dengan
kegiatan usaha adalah perdagangan barang dan jasa (vide bukti C66); ------
14.6.3 Bahwa PT SKI memiliki kurang lebih 55 (lima puluh lima) karyawan
(vide bukti C66); ---------------------------------------------------------------------
14.6.4 Bahwa PT SKI memiliki 16 (enam belas) unit kendaraan operasional
yaitu sebagai berikut (vide bukti C66): -------------------------------------------
Tabel 5. Daftar Kendaraan Operasional PT SKI
No Jenis Kendaraan Jumlah 1 Mobil double kapasitas 176 tabung 6 2 Mobil engkel kapasitas 110 tabung 4 3 Mobil Pickup kapasitas 30 tabung 1 4 Mobil L 300 kapasitas 70 tabung 2 5 Mobil Tronton kapasitas 330 tabung 3
halaman 14 dari 383
Page 15
S A L I N A N
Sumber: dokumen PT SKI
14.6.5 Bahwa jumlah konsumen PT SKI adalah sebanyak 259 (dua ratus lima
puluh sembilan) yang berada di wilayah Bandung, Jawa Barat (vide bukti
C71); -----------------------------------------------------------------------------------
14.6.6 Bahwa harga jual dan harga beli LPG tabung 12 Kg dan 50 Kg kurun
waktu tahun 2011 s.d 2013 adalah sebagai berikut (vide bukti C68): --------
Tabel 6 . Bahwa harga jual dan harga beli LPG PT SKI
Periode Harga Jual Harga Beli 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp) 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp)
2011 70.200 367.750 64.836 343.650 07 Juni 2012 70.200 467.750 64.836 438.900 19 Des 2012 70.200 654.000 64.836 614.900 09 Mar 2013 70.200 675.000 64.836 635.250 28 Juni 2013 70.200 624.500 64.836 586.300 27 Sep 2013 70.200 665.000 64.836 625.350 16 Des 2013 77.100 807.000 70.896 769.750
Sumber: dokumen harga beli dan harga jual gas LPG 12 Kg dan 50 Kg PT SKI
14.6.7 Bahwa omzet atau jumlah penjualan LPG tabung 12 Kg PT SKI untuk
tahun 2011, 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut (vide bukti C448,
C451, C454): -------------------------------------------------------------------------
Tabel 7. Omzet atau Jumlah Penjualan Elpiji (LPG) PT SKI
Periode Kuantitas Omzet (Rp) 2011 204.093 13.124.923.774,- 2012 351.889 22.626.109.579,- 2013 382.537 25.359.575.046,-
Sumber: dokumen Penjualan LPG 12 Kg PT SKI
14.6.8 Bahwa berdasarkan tabel di atas diketahui omzet atau jumlah penjualan
tahunan PT SKI untuk LPG tabung kemasan 12 Kg tahun 2011, 2012 dan
2013 mengalami peningkatan masing-masing adalah Rp.
13.124.923.774,-, Rp. 22.626.109.579,- dan Rp. 25.359.575.046,-; ---------
14.6.9 Bahwa berdasarkan Laporan Keuangan diketahui jumlah aset PT SKI
diluar tanah dan bangunan untuk usaha tahun 2011, 2012 dan 2013 adalah
sebagai berikut (vide bukti C447, C450, C453): --------------------------------
Tabel 8. Jumlah Aset PT SKI
Periode Aset (Rp) 2011 47.433.413.222,- 2012 52.187.305.842,- 2013 56.383.660.344,-
Sumber: Laporan Keuangan PT SKI, diolah
14.6.10 Bahwa berdasarkan dokumen Perincian Biaya LPG 12 Kg dari PT SKI
diketahui bahwa laba kotor pada tahun 2011, 2012 dan 2013 masing-
masing adalah 7,06%, 7,06% dan 8,39% dari total penjualan. Sementara
halaman 15 dari 383
Page 16
S A L I N A N
laba bersih tahun 2011, 2012 dan 2013 masing-masing adalah 2,97%,
2,55% dan 2,52 dari total penjualan (vide bukti C67); -------------------------
14.6.11 Bahwa berdasarkan dokumen Perincian Biaya LPG 50 Kg dari PT SKI
diketahui bahwa laba kotor pada tahun 2011, 2012 dan 2013 masing-
masing adalah 7,47%, 6,73% dan 6,15% dari total penjualan. Sementara
laba bersih tahun 2011, 2012 dan 2013 masing-masing adalah 4,42%,
4,39% dan 2,88% dari total penjualan (vide bukti C67). -----------------------
14.7 Tentang PT Adigas Jaya Pratama (selanjutnya disebut PT AJP); ------------------------
14.7.1 Bahwa PT Adigas Jaya Pratama adalah perusahaan dengan bidang usaha
distribusi gas LPG di wilayah Bandung Raya, Jawa Barat untuk tabung 12
Kg, 50 Kg dan bulk. Melayani rumah tangga, apartemen, hotel, mall dan
indusri besar/kecil (vide bukti C2 dan C11); -------------------------------------
14.7.2 Bahwa berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kabupaten Bandung Nomor 00204/HERRSIUPPK/V/2010,
modal dan kekayaan bersih perusahaan adalah Rp. 100.000.000,- (vide
bukti C4);------------------------------------------------------------------------------
14.7.3 Bahwa berdasarkan daftar konsumen/Sub Distributor PT AJP, jumlah
konsumen/sub agen LPG tabung 12 Kg adalah 100 (seratus) konsumen
dan terdapat 10 (seratus) konsumen bulk (vide bukti C10); -------------------
14.7.4 Bahwa harga jual dan beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT AJP kurun waktu
2011 s.d 2013 adalah sebagai berikut (vide bukti C7): -------------------------
Tabel 9. Harga Jual dan Beli LPG PT AJP (vide bukti C7)
No Tahun Harga Jual LPG eks Agen Harga Beli LPG 12 Kg 50 Kg 12 Kg 50 Kg
1 2011 70.200 367.750 64.836 343.650 2 07 Juni 2012 70.200 467.750 64.836 438.900 3 19 Desember 2012 70.200 654.000 64.836 614.900 4 09 Maret 2013 70.200 675.000 64.836 635.250 5 07 Juni 2013 70.200 624.500 64.836 586.300 6 27 September 2013 70.200 665.000 64.836 625.350 7 16 Desember 2013 70.200 807.000 64.836 766.040
Sumber: dokumen harga jual dan beli LPG PT AJP, diolah
14.7.5 Bahwa berdasarkan Laporan Laba Rugi Komprehensif PT AJP diketahui
total penjualan untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 PT AJP adalah sebagai
berikut (vide bukti C416 dan C422): ----------------------------------------------
Tabel 10. Jumlah Penjualan Elpiji (LPG) PT AJP
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 39.642.363.881,- 2. 2012 43.448.219.769,- 3. 2013 56.363.986.942,-
Sumber: Laporan Laba Rugi Komprehensif PT AJP
halaman 16 dari 383
Page 17
S A L I N A N
14.7.6 Bahwa berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat peningkatan omzet
atau jumlah penjualan tahunan PT AJP tahun 2011, 2012 dan 2013
masing-masing adalah Rp. 39.642.363.881,-, Rp. 43.448.219.769,- dan
Rp. 56.363.986.942,-; ---------------------------------------------------------------
14.7.7 Bahwa berdasarkan Laporan Keuangan PT AJP diketahui kekayaan
bersih diluar tanah dan bangunan tempat usaha (jumlah aset lancar)
adalah sebagai berikut (vide bukti C413, C414, C420): ------------------------
Tabel 11. Kekayaan Bersih PT AJP
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 6.482.608.829,- 2. 2012 8.471.358.626,- 3. 2013 11.100.921.625,-
Sumber: Laporan Keuangan PT AJP
14.7.8 Bahwa struktur biaya PT AJP kurun waktu tahun 2011 s.d 2013 adalah
sebagai berikut (vide bukti C9):----------------------------------------------------
Tabel 12. Struktur Biaya PT AJP (vide bukti C9)
No Keterangan 2011 % 2012 % 2013 % 1 Biaya Karyawan 31.558.667 20 40.336.333 18 54.107.000 19 2 Biaya Umum 84.073.751 52 105.130.833 47 130.418.000 46 3 Biaya
Pemeliharaan 25.097.500 16 36.687.000 16 36.745.000 13
4 Biaya Rumah Tangga
3.416.667 2 16.576.000 7 21.600.000 8
5 Biaya Sewa 4.191.667 3 7.066.000 3 9.364.000 3 6 Biaya Penyusutan 12.166.667 8 18.439.000 8 28.884.000 10
Total 160.534.917 100 224.235.167 100 281.118.000 100 Sumber: dokumen harga jual dan beli LPG PT AJP, diolah
14.8 Tentang PT Tirta Gangga Tama (selanjutnya disebut PT TGT); -------------------------
14.8.1 Bahwa PT TGT adalah perusahaan yang bergerak dibidang distribusi
LPG tabung 12 Kg dan tabung 50 Kg Pertamina di wilayah Bandung,
Jawa barat (vide bukti C22); --------------------------------------------------------
14.8.2 Bahwa PT TGT memiliki jumlah kendaraan operasional sebanyak 15
(lima belas) unit kendaraan (vide bukti C22); -----------------------------------
14.8.3 Bahwa jumlah konsumen LPG PT TGT adalah 26 (dua puluh enam)
konsumen akhir, 52 (lima puluh dua) Agen dan 192 (seratus sembilan
puluh dua) Retailer (vide bukti C26); ---------------------------------------------
14.8.4 Bahwa harga jual dan harga beli PT TGT untuk LPG tabung 12 Kg dan
50 Kg kurun waktu tahun 2011 s.d 2013 adalah sebagai berikut (vide
bukti C23): ----------------------------------------------------------------------------
Tabel 13. harga jual dan harga beli LPG PT TGT (vide bukti C23)
Periode Harga Beli Harga Jual 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp) 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp)
halaman 17 dari 383
Page 18
S A L I N A N
2011 70.200 367.750 64.836 343.650 07 Juni 2012 70.200 467.750 64.836 438.900 19 Des 2012 70.200 654.000 64.836 614.900 09 Mar 2013 70.200 675.000 64.836 635.250 28 Juni 2013 70.200 624.500 64.836 586.300 27 Sep 2013 70.200 665.000 64.836 625.350 16 Des 2013 77.100 807.000 70.896 769.750
Sumber: dokumen harga beli dan harga jual gas LPG 12 Kg dan 50 Kg PT TGT
14.8.5 Bahwa berdasarkan Laporan Laba Rugi PT TGT diketahui total penjualan
untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 PT TGT adalah sebagai berikut (vide
bukti C363, C369, C373): ----------------------------------------------------------
Tabel 14. Jumlah Penjualan PT TGT
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 20.409.970.850,00 2. 2012 23.790.781.000,00 3. 2013 26.051.427.900,00
Sumber: Laporan Laba Rugi PT TGT
14.8.6 Bahwa berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat peningkatan omzet
atau jumlah penjualan tahunan PT TGT tahun 2011, 2012 dan 2013
masing-masing adalah Rp. 20.409.970.850,00, Rp. 23.790.781.000,00 dan
Rp. 26.051.427.900,00; -------------------------------------------------------------
14.8.7 Bahwa berdasarkan Neraca PT TGT Periode 31 Desember 2011, 31
Desember 2012 dan 31 Desember 2013 diketahui kekayaan bersih PT
TGT selain tanah dan bangunan adalah sebagai berikut (vide bukti C364,
C368, C374): -------------------------------------------------------------------------
Tabel 15. Kekayaan Bersih PT TGT
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 3.351.200.715,69 2. 2012 3.050.794.974,30 3. 2013 4.108.390.526,48
Sumber: Laporan Keuangan PT TGT
14.9 Tentang PT Arias Mas (selanjutnya disebut PT AM); -------------------------------------
14.9.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT. Arias Mas (PT AM),
berdasarkan Akta Pendirian No. 53 tanggal 28 Januari 1984 yang dibuat
dihadapan Yunita Elida Tanwir, S.H., Notaris di Bandung dan telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Keputusan Nomor C2-221 HT.01.01 Tahun 1985 tanggal 16
Januari 1985 yang kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir
sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 13 tanggal 14 Januari 2010 yang
dibuat dihadapan R. Nurgana Hermania, S.H., Notaris di Bandung dan
telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
halaman 18 dari 383
Page 19
S A L I N A N
dengan Keputusan Nomor AHU-28597.AH.01.02.Tahun 2010 tanggal 04
Juni 2010 (vide bukti C48, C49, C50); -------------------------------------------
14.9.2 Bahwa PT AM berdiri pada tanggal 28 Januari 1984, memiliki karyawan
sebanyak 19 (sembilan belas) orang dengan bidang usaha pendistribusian
gas LPG ukuran 12 Kg dan 50 Kg (vide bukti C52 dan BAP); ---------------
14.9.3 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT AM untuk jenis 12 Kg
dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti
C53): -----------------------------------------------------------------------------------
Tabel 16. Harga Jual LPG 12 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d November 2013 Rp. 70.200,- Desember 2013 Rp. 79.900,- 01 Januari 2014 s/d 07 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Januari 2014 s/d sekarang Rp. 91.300,-
Sumber: dokumen PT AM
14.9.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT AM untuk jenis 50 Kg
dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti
C53): -----------------------------------------------------------------------------------
Tabel 17. Harga Jual LPG 50 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d 2011 Rp. 367.750,- 07 Juni 2012 s/d 18 Desember 2012 Rp. 467.750,- 19 Desember 2012 s/d 08 Maret 2013 Rp. 654.000,- 09 Maret 2013 s/d 26 Juni 2013 Rp. 665.000,- 27 Juni 2013 s/d 26 Oktober 2013 Rp. 624.500,- 27 Oktober 2013 s/d 30 November 2013 Rp. 662.000,- 01 Desember 2013 s/d 15 Maret 2014 Rp. 807.000,- 15 Maret 2014 s/d sekarang Rp. 792.500,-
Sumber: dokumen PT AM
14.9.5 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT AM dari Pertamina untuk
jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut
(vide bukti C53): ---------------------------------------------------------------------
Tabel 18. Harga Beli LPG 12 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d November 2013 Rp. 65.015,23 Desember 2013 Rp. 65.147,59 01 Januari 2014 s/d 07 Januari 2014 Rp. 111.500,07 07 Januari 2014 s/d sekarang Rp. 78.410,07
Sumber: dokumen PT AM
14.9.6 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT AM dari Pertamina untuk
jenis 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut
(vide bukti C53): ---------------------------------------------------------------------
halaman 19 dari 383
Page 20
S A L I N A N
Tabel 19. Harga Jual LPG PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d 2011 Rp. 334.577,24 07 Juni 2012 s/d 18 Desember 2012 Rp. 440.100,- 19 Desember 2012 s/d 08 Maret 2013 Rp. 616.000,- 09 Maret 2013 s/d 26 Juni 2013 Rp. 637.000,- 27 Juni 2013 s/d 26 Oktober 2013 Rp. 587.899,- 27 Oktober 2013 s/d 30 November 2013 Rp. 627.055,50 01 Desember 2013 s/d 15 Maret 2014 Rp. 745.959,50 15 Maret 2014 s/d sekarang Rp. 731.702,63
Sumber: dokumen PT AM
14.9.7 Bahwa berdasarkan dokumen yang disampaikan oleh PT AM, Kuota
elpiji untuk tabung ukuran 12 Kg dan 50 Kg adalah : --------------------------
Tabel 20. Kuota LPG PT AM
Tahun Tabung elpiji 12 Kg 50 Kg
2011 171.292 17.040 2012 322.919 19.654 2013 325.831 20.136
14.9.8 Bahwa berdasarkan dokumen yang disampaikan oleh PT AM, omzet
penjualan LPG (rupiah) untuk tabung ukuran 12 Kg dan 50 Kg adalah : ---
Tabel 21. Omzet Penjualan LPG PT AM
Tahun Tabung elpiji 12 Kg (Rp.) 50 Kg (Rp.)
2011 11.156.066.075 1.587.000.000 2012 20.897.120.530 6.344.649.000 2013 23.448.911.021 11.241.595.000
14.9.9 Bahwa berdasarkan dokumen yang disampaikan oleh PT AM, realisasi
penjualan LPG (tabung) untuk tabung ukuran 12 Kg dan 50 Kg adalah : ---
Tabel 22. Realisasi Penjualan LPG PT AM
Tahun Tabung elpiji 12 Kg (tabung) 50 Kg (tabung)
2011 159.015 4.205 2012 297.677 14.015 2013 326.685 16.951
14.9.10 Bahwa berdasarkan neraca laba rugi dari PT AM omzet dan aset PT AM
untuk tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut: --------------
Tabel 23. Omzet dan Aset PT AM
No. Tahun Omzet Aset 1 2013 Rp. 34.690.506.021,- Rp. 3.210.492.158,- 2 2012 Rp. 27.241.769.530,- Rp. 2.654.351.414,- 3 2011 Rp. 20.897.833.727.- Rp. 2.066.808.960,-
Sumber: Dokumen PT AM, Data diolah
14.10 Tentang Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) Kota Bandung
(selanjutnya disebut PKPRI); ------------------------------------------------------------------
halaman 20 dari 383
Page 21
S A L I N A N
14.10.1 Bahwa Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPRI) Kota Bandung sesuai
dengan akta anggaran dasar Pusat Koperasi Pegawai Negeri Kotamadya
Bandung tanggal 20 Mei 1995 dengan peubahan dasar diputuskan
berdasarkan rapat anggota (vide bukti C324); -----------------------------------
14.10.2 Bahwa PKPRI saat ini beralamat di jalan Soekarno Hatta No 470,
memiliki kegiatan usaha pariwisata berupa hotel, koperasi simpan pinjam
dan distribusi LPG 12 Kg (vide bukti B23, C324, C315); ---------------------
14.10.3 Bahwa PKPRI merupakan Penggabungan primer koperasi dari dinas kota
Bandung dengan jumlah anggota sekitar 90 (sembilan puluh) anggota
(vide bukti B23); ---------------------------------------------------------------------
14.10.4 Bahwa PKPRI aktif dalam kegiatan distribusi LPG dari tahun 2011
hingga Agustus 2013 (vide bukti B23); -------------------------------------------
14.10.5 Bahwa rata-rata kuota PKPRI dari tahun 2011 - hingga Agustus 2013
adalah sekitar 3400 (tiga ribu empat ratus) tabung per bulan (vide bukti
B23); -----------------------------------------------------------------------------------
14.10.6 Bahwa wilayah pemasarn PKPRI untuk distribusi LPG adalah Kota dan
Kabupaten Bandung (vide bukti B23); --------------------------------------------
14.10.7 Bahwa PKPRI melakukan pemindahan kuota untuk LPG 12 Kg kepada
perusahaan lain yaitu PT Tiga Putra yang saat ini dalam proses persiapan
dokumen pemindahan (vide bukti B23); ------------------------------------------
14.10.8 Bahwa benar PKPRI yang diwakili oleh Saudara Tatang Suryana F.
secara sadar dan tanpa tekanan dari siapapun telah menandatangani
kesepakatan bersama tentang harga jual LPG tanggal 21 Juni 2011 (vide
bukti B23); ----------------------------------------------------------------------------
14.10.9 Bahwa benar stempel yang tertera pada kesepakatan bersama tentang
harga jual LPG tanggal 21 Juni 2011 tersebut adalah stempel perusahaan
PKPRI (vide bukti B23); ------------------------------------------------------------
14.10.10 Bahwa sales point LPG PKPRI untuk wilayah pemasaran kota bandung
adalah sebanyak 74 sales point (vide bukti C384); -----------------------------
14.10.11 Bahwa Omzet penjualan LPG 12 Kg untuk PKPRI adalah sebagai
berikut:
Tabel 24. Omzet Penjualan LPG 12 Kg PKPRI
periode 2011 sampai dengan Desember 2013 (vide bukti C300)
Periode Total Penjualan 2011 3.663.428.505 2012 2.682.383.700 2013 2.203.911.500
Sumber: vide bukti C300
halaman 21 dari 383
Page 22
S A L I N A N
14.10.12 Bahwa total nilai Aset diluar tanah dan bangunan untuk PKPRI adalah
sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------------
Tabel 25. Nilai Aset PKPRI periode 2011 sampai dengan 2013 (Selain tanah dan Bangunan Tempat Usaha)
(vide bukti C378, C380, C382)
Sumber: Neraca Keuangan PKPRI Kota Bandung
14.11 Tentang Koperasi Karyawan dan Pensiunan Perusahaan Gas Negara Bandung
(selanjutnya disebut KOPKAR PGN); -------------------------------------------------------
14.11.1 Bahwa KOPKAR PGN adalah badan usaha yang berbentuk Koperasi
yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 4490/BH/IX-19 tanggal
15 Juni 1970 yang disahkan oleh Kepala Direktorat Koperasi Propinsi
Jawa Barat, yang kemudian Koperasi melakukan perubahan Anggaran
No. Tahun Nama Aset Nilai Aset
1. 2011
Kas 89.484.414 Bank 3.107.874 Piutang Isi Gas LPG 139.822.782 Persediaan Barang 31.288.594 Simpanan di Kopana Migas
6.450.000
Tabungan di Kopana 1.120.830 Kendaraan 805.503.035 Tabung Gas LPG 640.964.631 Inventaris 44.840.600 Tagihan Fee ke Pertamina
34.353.553
Total 1,796,936,313
2. 2012
Kas 40.489.955 Bank 11.306.351 Piutang Isi Gas LPG 153.596.782 Persediaan Barang 4.603.526 Simpanan di Kopana Migas
10.050.000
Tabungan di Kopana 1.120.830 Kendaraan 805.503.035 Tabung Gas LPG 640.964.631 Inventaris 44.840.600 Tagihan Fee ke Pertamina
19.065.446
Total 1,731,541,156
3. 2013
Kas 40.489.955 Bank 11.306.351 Piutang Isi Gas LPG 153.596.782 Simpanan di Kopana Migas
10.050.000
Tabungan di Kopana 1.120.830 Kendaraan 237.017.700 Tabung Gas LPG 350.422.381 Inventaris 44.840.600 Tagihan Fee ke Ibu Merry 40.000.000
Total 888,844,599
halaman 22 dari 383
Page 23
S A L I N A N
Dasar sebagaimana dinyatakan dalam Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi Nomor 1011/KEP/KWK-10/X/1997 tanggal 14 Oktober 1997
yang disahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi dan
Pembinaan Usaha Kecil Propinsi Jawa Barat (vide bukti C108, C110); -----
14.11.2 Bahwa KOPKAR PGN berdiri pada tanggal 15 Juni 1970, memiliki
anggota sebanyak 151 (serratus lima puluh satu) orang, jumlah karyawan
sebanyak 25 (dua puluh lima) orang dengan berfokus pada kegiatan
simpan pinjam, menjual dan membeli barang keperluan anggota (vide
bukti C52 dan BAP); ----------------------------------------------------------------
14.11.3 Bahwa KOPKAR PGN mulai mendistribusikan gas LPG untuk jenis 12
Kg dan 50 Kg sejak September 2011 (vide bukti B14); ----------------------
14.11.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh KOPKAR PGN untuk
jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut
(vide bukti C107): --------------------------------------------------------------------
Tabel 26. Harga Jual LPG 12 Kg KOPKAR PGN
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Ex Agen/Gudang
2010 s/d 27 Sept 2013 Rp. 70.200,- 16 Desember 2013 Rp. 77.100,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Januari 2014 s/d sekarang Rp. 91.300,-
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Sales Point/Toko
2010 s/d 19 Des 2012 Rp. 72.200,- 09 Maret 2013 s/d 28 Juni 2013 Rp. 73.500,- 27 September 2013 s/d 16 Desember 2013 Rp. 77.100,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Januari 2014 Rp. 91.300,- 31 Maret 2014 Rp. 93.500,-
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Door to Door
2010 s/d 09 Maret 2013 Rp. 73.200,- 18 Juni 2013 s/d 27 September 2013 Rp. 75.000,- 16 Desember 2013 Rp. 78.900,- 04 Januari 2014 Rp. 131.000,- 07 Januari 2014 Rp. 96.300,- 31 Maret 2014 Rp. 96.500,-
Sumber: Dokumen KOPKAR
14.11.5 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh KOPKAR PGN untuk
jenis 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut
(vide bukti C107): --------------------------------------------------------------------
Tabel 27. Harga Jual LPG 50 Kg KOPKAR PGN
Periode Harga Jual LPG 50 Kg Ex Agen/Gudang
halaman 23 dari 383
Page 24
S A L I N A N
2010 s/d 2011 Rp. 367.750,- 07 Juni 2012 Rp. 467.750,- 19 Desember 2012 Rp. 654.000,- 09 Maret 2013 Rp. 675.000,- 28 Juni 2013 Rp. 624.500,- 27 September 2013 Rp. 665.000,- 16 Des 2013 s/d 07 Jan 2014 Rp. 807.000,- 31 Maret 2014 Rp. 792.000,- Periode Harga Jual LPG 50 Kg
Door to Door 2010 s/d 2011 Rp. 375.000,- 07 Juni 2012 Rp. 475.000,- 19 Desember 2012 Rp. 663.000,- 09 Maret 2013 Rp. 684.000,- 28 Juni 2013 Rp. 632.500,- 27 September 2013 Rp. 673.500,- 16 Des 2013 s/d 07 Jan 2014 Rp. 815.000,- 31 Maret 2014 Rp. 800.000,- Sumber: Dokumen KOPKAR
14.11.6 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh KOPKAR PGN dari
Pertamina untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C107): --------------------------------
Tabel 28. Harga Beli LPG 12 Kg dan 50 Kg KOPKAR PGN
Periode Harga Beli LPG 12 Kg 50 Kg
2010 s/d 2011 Rp. 64.836,- Rp 343.650,- 07 Juni 2012 Rp. 64.836,- Rp 438.900,- 19 Des 2012 Rp. 64.836,- Rp 614.900,- 09 Maret 2013 Rp. 64.836,- Rp 635.250,- 28 Juni 2013 Rp. 64.836,- Rp 586.300,- 27 Sep 2013 Rp. 67.836,- Rp 625.350,- 16 Des 2013 Rp. 70.896,- Rp 769.750,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- Rp 769.750,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,- Rp 769.750,- 31 Maret 2014 Rp. 83.545,- Rp 752.100,- Sumber: Dokumen KOPKAR
14.11.7 Bahwa omzet atau total penjualan KOPKAR PGN untuk LPG 12 Kg dan
50 Kg dari tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut (vide
bukti C218, C 256): ------------------------------------------------------------------
Tabel 29. Omzet atau Total Penjualan KOPKAR PGN
Periode (tahun)
Omzet LPG Total 12 Kg dan 50 Kg 12 Kg 50 Kg
2011 Rp. 5.312.876.400,- Rp. 2.701.859.250,- Rp. 8.014.735.650,- 2012 Rp. 3.444.152.400,- Rp. 3.249.758.000,- Rp. 6.693.910.400,- 2013 Rp. 3.974.967.600,- Rp. 4.341.785.000,- Rp. 8.316.752.600,-
Sumber : Laporan Laba Rugi KOPKAR PGN, diolah
halaman 24 dari 383
Page 25
S A L I N A N
14.11.8 Bahwa berdasarkan neraca yang disampikan oleh KOPKAR PGN total
aset KOPKAR PGN untuk tahun 2011 sampai dengan 2012 adalah (vide
bukti C217, C256) : ------------------------------------------------------------------
Tabel 30. Jumlah Aset KOPKAR PGN
No. Tahun Aset Omzet 1 2011 Rp. 1.812.883.288,57 Rp. 1.378.060.779,80 2 2012 Rp. 2.191.513.264,25 Rp. 1.347.101.652,24
Sumber: Neraca KOPKAR PGN
14.12 Tentang PT Kurnia Sari Rahayu (selanjutnya disebut PT KSR); ------------------------
14.12.1 Bahwa PT KSR adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum
didirikan dan melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia berdasarkan Akta Pendirian No. 03 tanggal 22 April
1995 yang dibuat dihadapan Suliswati Muljono, S.H., Notaris di
Kabupaten Bandung, yang kemudian Perseroan melakukan perubahan
terakhir sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 04 tanggal 05 Januari
2008 yang dibuat dihadapan Elsa, S.H., Notaris di Kabupaten Bandung
(vide bukti C19, C21); --------------------------------------------------------------
14.12.2 Bahwa PT KSR berdiri pada tanggal 22 April 1995, memiliki karyawan
sebanyak 10 (sepuluh) orang dengan bidang usaha gas LPG ukuran 12 Kg
(vide bukti C18, B13); --------------------------------------------------------------
14.12.3 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT KSR untuk jenis 12
Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti
C18): ----------------------------------------------------------------------------------
Tabel 31. Harga Jual LPG 12 Kg PT KSR
periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200,- 16 Desember 2013 Rp. 77.100,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Januari 2014 Rp. 91.300,- Sumber: Dokumen PT KSR
14.12.4 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT KSR dari Pertamina untuk
jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut
(vide bukti C18): --------------------------------------------------------------------
Tabel 32. Harga Beli LPG 12 Kg PT KSR
periode Harga Beli Pertamina 2010 Rp. 64.836,- 16 Desember 2013 Rp. 70.896,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,- Sumber: Dokumen PT KSR
halaman 25 dari 383
Page 26
S A L I N A N
14.12.5 Bahwa kuota yang diberikan Pertamina kepada PT KSR untuk tabung 12
Kg di tahun 2011 sampai dengan 2012 adalah sekitar 14.000 (empat belas
ribu) tabung per bulan dan untuk tahun 2013 adalah sekitar 17.000 (tujuh
belas ribu) tabung per bulan (vide bukti); ---------------------------------------
14.12.6 Bahwa omzet atau total penjualan dari PT KSR untuk LPG jenis 12 Kg
pada tahun 2011 hingga 2013 adalah : -------------------------------------------
Tabel 33. Total Penjualan PT KSR
Tahun
Tabung LPG 12 KG Harga
Penjualan (Rp) Kuota per tahun Total Penjualan
(Rp) 2011 Rp. 70.200,- 168.000 11.793.600.000 2012 Rp. 70.200,- 168.000 11.793.600.000 2013 Rp. 70.200,- 204.000 14.320.800.000
Sumber: Dokumen PT KSR, Data diolah
14.12.7 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT KSR diluar tanah dan bangunan adalah
6 (enam) unit kendaraan dengan rincian 1 (satu) pick up, 2 (dua) truck
engkel, 1 (satu) truck double dan 2 (dua) kendaraan bermotor roda 2 (dua)
(vide bukti C106); -------------------------------------------------------------------
14.12.8 Bahwa berdasarkan neraca laba rugi dari PT KSR Aset PT KSR untuk
tahun 2011 s/d 2013 adalah sebesar Rp. 860.000.000,- (vide bukti C245).
14.13 Tentang PT Sinarbakti Abadigas (selanjutnya disebut PT SBA); ------------------------
14.13.1 Bahwa PT SBA adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum
didirikan dan melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia berdasarkan Akta Pendirian No. 33 tanggal 25
September 1986 yang dibuat dihadapan Fauzi, S.H., Notaris di Sumedang
dengan nama awal PT Sinar Bakti Abadi, yang kemudian Perseroan
melakukan perubahan terakhir menjadi PT. Sinarbakti Abadigas,
sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 09 tanggal 10 Januari 2005 yang
dibuat dihadapan Christy Sukmiati Sutadikusumah, S.H., Notaris di
Sumedang (vide bukti C275, C296); ----------------------------------------------
14.13.2 Bahwa PT SBA berdiri sejak tahun 1971 dan pada tahun 25 September
1986 dibuat menjadi badan hukum dan mulai berjalan pada 24 September
1987, memiliki karyawan sebanyak 14 (empat belas) orang dengan
bidang usaha distribusi gas LPG ukuran 12 Kg dan 50 Kg (vide bukti
B5); -----------------------------------------------------------------------------------
14.13.3 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT SBA untuk jenis 12
Kg dan 50 Kg dari tahun 2011 hingga tahun November 2013 adalah
sesuai Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual Elpiji Anggota Bidang
halaman 26 dari 383
Page 27
S A L I N A N
Elpiji Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang tanggal 21 Juni 201,
yaitu sebagai berikut (vide bukti B5) : --------------------------------------------
Tabel 34. Harga Jual LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT SBA
Criteria Harga LPG 12 Kg Harga LPG 50 Kg Ex gudang Agen Rp. 70.200,- Rp 367.750,- Sales Point/Toko Rp. 71.200,- Rp 375.000,-
Pengiriman langsung Rp. 73.200,- - Sumber: BAP PT SBA
14.13.4 Bahwa harga jual gas LPG 12 Kg untuk tahun 2014 adalah Rp 91.300,-
(vide bukti B5); -----------------------------------------------------------------------
14.13.5 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT SBA dari Pertamina untuk
jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut
(vide bukti B5): -----------------------------------------------------------------------
Tabel 35. Harga Jual LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT SBA
Periode Harga Beli Pertamina 2010 s/d 2013 Rp. 67.782,- 08 Januari 2014 Rp. 86,855,-
Sumber: BAP PT SBA
14.13.6 Bahwa kuota dari PT SBA untuk untuk gas LPG 12 Kg di tahun 2013
adalah 11.500 (sebelas ribu lima ratus) tabung per bulan (vide bukti C88);
14.13.7 Bahwa omzet atau total penjualan dari PT SBA untuk LPG jenis 12 Kg
pada tahun 2013 adalah : ------------------------------------------------------------
Tabel 36. Harga Jual LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT SBA
Tahun
Tabung LPG 12 KG Harga
Penjualan (Rp) Kuota per tahun Total Penjualan
(Rp) 2013 Rp. 71.200,- 138.000 9.825.600.000
Sumber: Data diolah
14.14 Tentang PT Baragas Nasional (selanjutnya disebut PT BN); -----------------------------
14.14.1 Bahwa PT BN hanya menjual gas LPG ukuran 12 Kg; ------------------------
14.14.2 Bahwa harga jual gas LPG 12 Kg yang diberlakukan oleh PT BN adalah
harga sesuai dengan yang ditentukan oleh PT Pertamina di kisaran Rp
70.200,- untuk periode tahun 2011 sampai dengan 2012 (vide bukti B18); -
14.14.3 Bahwa PT BA hanya menjual Gas LPG ke Sub Agen/toko dan tidak
menjual langsung ke konsumen (door to door) (vide bukti B18); ------------
14.14.4 Bahwa kuota yang dimiliki oleh PT BN untuk tabung 12 Kg dari tahun
2011 hingga saat ini (2014) adalah 900 (sembilan ratus) tabung per bulan
(vide bukti B18); ---------------------------------------------------------------------
14.14.5 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT BN dari Pertamina untuk
jenis 12 Kg dan 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai
berikut (vide bukti C359): ----------------------------------------------------------
halaman 27 dari 383
Page 28
S A L I N A N
Tabel 37. Harga Beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT BN
Periode Harga Beli LPG 12 Kg 50 Kg
2010 Rp. 64.836,- Rp 343.650,- 2011 Rp. 64.836,- Rp 343.650,- 07 Juni 2012 Rp. 64.836,- Rp 438.900,- 19 Des 2012 Rp. 64.836,- Rp 614.900,- 09 Maret 2013 Rp. 64.836,- Rp 635.250,- 28 Juni 2013 Rp. 64.836,- Rp 586.300,- 27 Sep 2013 Rp. 64.836,- Rp 625.350,- 16 Des 2013 Rp. 70.896,- Rp 769.750,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- Rp 769.750,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,- Rp 769.750,- 15 Maret 2014 Rp. 84.208,- Rp 749.900,- Sumber: Dokumen PT BN
14.14.6 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT BN kepada konsumen
untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah
sebagai berikut (vide bukti C360): ------------------------------------------------
Tabel 38. Harga Jual LPG 12 Kg dan 50 Kg PT BN
Periode Harga jual LPG 12 Kg 50 Kg
2010 Rp. 70.200,- Rp 367.750,- 2011 Rp. 70.200,- Rp 367.750,- 07 Juni 2012 Rp. 70.200,- Rp 467.750,- 19 Des 2012 Rp. 70.200,- Rp 654.000,- 09 Maret 2013 Rp. 70.200,- Rp 675.000,- 28 Juni 2013 Rp. 70.200,- Rp 624.500,- 27 Sep 2013 Rp. 70.200,- Rp 665.000,- 16 Des 2013 Rp. 77.100,- Rp 807.000,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- Rp 807.000,- 07 Januari 2014 Rp. 91.300,- Rp 807.000,- 15 Maret 2014 Rp. 91.300,- Rp 792.000,-
14.14.7 Bahwa omzet atau total penjualan dari PT BN untuk LPG jenis 12 Kg
pada tahun 2011 adalah : ------------------------------------------------------------
Tabel 39. Omzet atau Total Penjualan PT BN
Tahun
Tabung LPG 12 KG Harga
Penjualan (Rp) Kuota per tahun Total Penjualan
(Rp) 2011 Rp. 70.200,- 10.800 758.160.000
Sumber: Data diolah
14.14.8 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT BN diluar tanah dan bangunan adalah
Mobil engkel dengan merk Mitsubishi tahun 2005 dengan 3.298 cc (vide
bukti B18); ----------------------------------------------------------------------------
14.15 Tentang PT Indonesian Alina Houtman Vegetables (selanjutnya disebut PT
INAHOVTRACO); -----------------------------------------------------------------------------
halaman 28 dari 383
Page 29
S A L I N A N
14.15.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Indonesian Alina Houtman
Vegetables (PT INAHOVTRACO) berdasarkan Akta Perubahan
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas No. 279 tanggal 30 September 2002
dibuat dihadapan Jelly Nasseri, S.H., Notaris di Bandung, yang
mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia melalui surat No. C-0124 HT.01.01.TH 2004 tanggal
12 Maret 2004, yang kemudian perubahan anggaran dasar terakhir
berdasarkan pernyataan Akta Keputusan Rapat No. 3 tanggal 29 Oktober
2007 dibuat dihadapan Jelly Nasseri, S.H., Notaris di Bandung (vide bukti
C154, C155); -------------------------------------------------------------------------
14.15.2 Bahwa PT Inahovtraco berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Nomor 510/3-02712-BPPT tanggal 18 Mei 2011 merupakan Perseroan
dengan kegiatan usaha perdagangan barang dan jasa, termasuk distribusi
LPG (vide bukti C157, B17) ; ------------------------------------------------------
14.15.3 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT Inahovtraco dari
pertamina untuk jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014
adalah sebagai berikut (vide bukti C163): ----------------------------------------
Tabel 40. Harga Beli LPG Tabung 12 Kg PT Inahovtraco
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836 2011 Rp. 64.836 16 Desember 2013 Rp. 70.896 4 Januari 2014 Rp. 117.252 7 Januari 2014 Rp. 84.208 15 Maret 2014 Rp. 84.208
Sumber: Dokumen rekap harga jual & harga beli LPG 12 Kg PT Inahovtraco (vide bukti C163)
14.15.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT Inahovtraco untuk
jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai
berikut (vide bukti C163) : ---------------------------------------------------------
Tabel 41. Harga Jual LPG Tabung 12 Kg PT Inahovtraco
Periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200 2011 Rp. 70.200 16 Desember 2013 Rp. 77.100 4 Januari 2014 Rp. 124.700 7 Januari 2014 Rp. 91.300 15 Maret 2014 Rp. 91.300
Sumber: Dokumen rekap harga jual & harga beli LPG 12 Kg PT Inahovtraco (vide bukti C163)
14.15.5 Bahwa Omzet penjualan PT Inahovtraco yang didasarkan pada kuota dari
Pertamina di tahun 2014 untuk tabung LPG jenis 12 Kg rata-rata
halaman 29 dari 383
Page 30
S A L I N A N
mencapai 1980 (seribu sembilan ratus delapan puluh) s.d 2000 (dua ribu)
tabung per bulan (vide bukti B17); -----------------------------------------------
14.15.6 Bahwa berdasarkan laporan laba rugi penjualan LPG (Final) PT
Inahovtraco, hasil penjualan tahunan untuk tabung LPG jenis 12 Kg per
tahun adalah : -------------------------------------------------------------------------
Tabel 42. Omzet atau Total Penjualan PT Inahovtraco
Periode Nilai Penjualan per tahun 2011 Rp. 1.479.426.200 2012 Rp. 1.506.155.200 2013 Rp. 2.158.963.400
Sumber: vide bukti C336
14.15.7 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT Inahovtraco diluar tanah dan bangunan
adalah 2 (dua) unit Co Diesel Engkel tahun 2006 masing-masing
memiliki nilai sekitar Rp. 125 juta, 1 (satu) mobil Toyota Kijang tahun
2004 dan tabung LPG untuk 12 Kg sebanyak 900 (sembilan ratus) dengan
nilai masing-masing mencapai Rp. 200.000 (vide bukti B17); ----------------
14.15.8 Bahwa berdasarkan dokumen neraca PT Inahovtraco, kekayaan bersih
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha yang dimiliki oleh PT
Inahovtraco per tahun adalah sebagai berikut: -----------------------------------
Tabel 43. Aset atau Kekayaan Bersih PT Inahovtraco
Periode Nilai 2011 Rp. 501.417.379 2012 Rp. 448.500.000 2013 Rp. 705.726.589
Sumber: vide bukti C336
14.15.9 Bahwa berdasarkan SIUP kegiatan usaha PT Inahovtraco adalah
perdagangan dan jasa dengan jenis barang/jasa dagang utama yaitu hasil
industri diantaranya sarana produksi pertanian, produk-produk pertanian,
hasil bumi, alat tulis kantor, barang cetakan, perlengkapan pegawai,
makanan ternak serta untuk jasa diantaranya konsultan bisnis dan
manajemen, design interior, pemasaran perumahan, jasa pengantaran
barang (tidak menimbun) (vide bukti C157); ------------------------------------
14.15.10 Bahwa berdasarkan keterangan PT Inahovtraco yang tercatat dalam BAP,
kegiatan usaha termasuk pula distribusi pupuk (vide bukti B17); ------------
14.15.11 Bahwa PT Inahovtraco mempunyai konsumen yaitu sub agen, sebanyak
39 (tiga puluh sembilan) sub agen (vide bukti B17, C161). -------------------
14.16 Tentang PT Lembang Abadi Indah (selanjutnya disebut PT LAI); ----------------------
14.16.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Lembang Abadi Indah (PT
LAI) berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 3 tanggal 12
Oktober 1998 yang dibuat dihadapan Irene Ratnaningsih Handoko, S.H.,
halaman 30 dari 383
Page 31
S A L I N A N
Notaris di Bandung, yang kemudian Perseroan melakukan perubahan
anggaran dasar terakhir sesuai Akta No. 07 tanggal 18 Oktober 2013
dibuat dihadapan Irene Ratnaningsih Handoko, S.H., Notaris di Bandung,
yang mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia melalui surat No. AHU-
58712.AH.01.02.Tahun 2013 tanggal 14 November 2013 (vide bukti
C164, C165, C169); -----------------------------------------------------------------
14.16.2 Bahwa PT LAI berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor
510/2-0087/2008/4459-BPPT tanggal 28 Juli 2011 merupakan Perseroan
dengan kegiatan usaha perdagangan barang dan jasa, termasuk distribusi
LPG (vide bukti C177); -------------------------------------------------------------
14.16.3 Bahwa berdasarkan keterangan dari Direktur PT LAI, Tetty Silviaty, yang
tercatat dalam BAP, PT LAI merupakan perusahan yang bergerak dalam
distribusi LPG hanya untuk Tabung 12 Kg, tidak untuk tabung 50 Kg dan
Bulk (vide bukti B19); ---------------------------------------------------------------
14.16.4 Bahwa berdasarkan dokumen profil perusahaan PT Lembang Abadi
Indah, perusahaan bergerak dalam bidang usaha distribusi LPG untuk
kemasan 12 Kg dan 50 Kg (vide bukti C170); -----------------------------------
14.16.5 Bahwa untuk melakukan kegiatan operasional untuk distribusi LPG, PT
LAI memiliki 7 (tujuh) karyawan (vide bukti C170, B19); --------------------
14.16.6 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT LAI dari Pertamina untuk
jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai
berikut (vide bukti C171): ----------------------------------------------------------
Tabel 44. Harga Beli LPG Tabung 12 Kg PT LAI
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836 16 Desember 2013 Rp. 70.896 4 Januari 2014 Rp. 117.252 7 Januari 2014 Rp. 84,208
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG kemasan 12 Kg (vide bukti C171)
14.16.7 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT LAI untuk jenis tabung
12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut: ----------
Tabel 45. Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT LAI
Periode Harga Jual (ex-gudang)
Harga Jual (toko/agen)
2010 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp 72.000 2011 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp 72.000 2013 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp 72.000 16 Desember 2013 Rp. 77.100 Rp. 71.200 s.d Rp 72.000 2014 Rp. 92.000 s.d Rp 93.000
halaman 31 dari 383
Page 32
S A L I N A N
4 Januari 2014 Rp. 124.700 - 7 Januari 2014 Rp. 91.300 -
Sumber: Dokumen harga beli & harga jual LPG kemasan 12 Kg PT LAI (vide bukti C163, B 19)
14.16.8 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT LAI dari Pertamina untuk
jenis tabung 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai
berikut : --------------------------------------------------------------------------------
Tabel 46. Harga Beli LPG Tabung 50 KG PT LAI
Periode Harga Beli 9 Oktober 2010 Rp. 343.650 7 Juni 2012 Rp. 438.900 19 Desember 2012 Rp. 614.900 9 Maret 2013 Rp. 635.250 28 Juni 2013 Rp. 586.300 27 September 2013 Rp. 625.350 16 Desember 2013 Rp. 769.750 15 Maret 2014 Rp. 749.900
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG kemasan 50 Kg (vide bukti C171)
14.16.9 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT LAI untuk jenis tabung
50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut: -----------
Tabel 47. Harga Jual LPG Tabung 50 Kg PT LAI
Periode Harga Jual 9 Oktober 2010 Rp. 367.750 7 Juni 2012 Rp. 467.750 19 Desember 2012 Rp. 654.000 9 Maret 2013 Rp. 675.000 28 Juni 2013 Rp. 624.000 27 September 2013 Rp. 665.000 16 Desember 2013 Rp. 807.000 15 Maret 2014 Rp. 792.000
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG kemasan 50 Kg (vide bukti C171)
14.16.10 Bahwa Omzet penjualan PT LAI yang didasarkan pada kuota dari
Pertamina, khusus untuk tabung LPG jenis 12 Kg yaitu di tahun 2011
mencapai 10.000 (sepuluh ribu) tabung/bulan, di tahun 2012 mencapai
9.000 (sembilan ribu) tabung/bulan dan di tahun 2013 mencapai 7.000
(tujuh ribu) tabung/bulan (vide bukti B19); -------------------------------------
14.16.11 Bahwa rata-rata total Omzet atau total penjualan dari PT LAI untuk
tabung LPG jenis 12 Kg per tahun adalah : --------------------------------------
Tabel 48. Omzet atau Total Penjualan Tabung 12 Kg PT LAI
Periode Harga Jual (ex-agen)
Rata-rata total penjualan per
tahun
Nilai Omzet
2011 Rp. 70.200 120.000 Rp. 8.424.000.000 2012 Rp. 70.200 108.000 Rp. 7.581.600.000 2013 Rp. 70.200 84.000 Rp. 5.896.800.000
halaman 32 dari 383
Page 33
S A L I N A N
Sumber: vide bukti B19, diolah
14.16.12 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT LAI diluar tanah dan bangunan adalah
Truk double Hino Dutro tahun 2003 sebanyak 1 (satu) unit, engkel merek
Mitsubishi PS 100 tahun 2002 sebanyak 1 (satu) unit, Pick-up merek
Suzuki Carry tahun 2003 sebanyak 1 (satu) unit, total nilai Aset untuk
kendaraan operasional mencapai Rp. 160.000.000 dan untuk tabung gas
sebanyak 600 (enam ratus) tabung dengan nilai masing-masing Rp.
200.000, dengan demikian total nilai Aset secara keseluruhan mencapai
Rp. 240.000.000 (vide bukti B19); ------------------------------------------------
14.16.13 Bahwa PT LAI mempunyai sales point mencapai 100 (seratus) sales point
(vide bukti C172). --------------------------------------------------------------------
14.17 Tentang PT Sawitto Indah Berkah (selanjutnya disebut PT SIB); -----------------------
14.17.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Sawitto Indah Berkah (PT
SIB) berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 06 tanggal 26
Januari 2004 yang dibuat dihadapan Christy Sukmiati Sutadikusumah,
S.H., Notaris di Sumedang, yang kemudian Perseroan melakukan
perubahan terakhir sesuai Akta No. 09 tanggal 26 September 2008 dibuat
dihadapan Christy Sukmiati Sutadikusumah, S.H., Notaris di Sumedang,
yang mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia melalui surat No. AHU-
31446.AH.01.01.Tahun 2009 tanggal 09 Juli 2009 (vide bukti C91, C93,
C98); -----------------------------------------------------------------------------------
14.17.2 Bahwa PT SIB berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor
503.SIUP/359/10-13/BPMPP/PK/VI/2012 tanggal 19 Juni 2012
merupakan Perseroan dengan jenis kegiatan usaha sebagai Agen LPG
Pertamina (Gas LPG 12 Kg dan 50 Kg) (vide bukti C97); ---------------------
14.17.3 Bahwa untuk melakukan kegiatan operasional untuk distribusi LPG, PT
SIB memiliki 10 (sepuluh) karyawan (vide bukti C92); -----------------------
14.17.4 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT SIB dari Pertamina untuk
jenis tabung 12 Kg pada tahun 2011 sebesar Rp. 70.200 dan untuk jenis
tabung 50 Kg sebesar Rp. 367.750 (vide bukti C171); -------------------------
14.17.5 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT SIB untuk jenis tabung
12 Kg dari tahun 2009 hingga tahun 2013 adalah sebagai berikut: -----------
Tabel 49. Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT SIB
Periode Harga Jual (ex-gudang)
Harga Jual (toko/agen)
Harga Jual ke Konsumen
(end user) 2009-2013 Rp. 70.200 Rp. 71.200 Rp. 73.200
halaman 33 dari 383
Page 34
S A L I N A N
Sumber: Dokumen harga jual LPG kemasan 12 Kg PT SIB (vide bukti C92)
14.17.6 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT SIB untuk jenis tabung
50 Kg dari tahun 2009 hingga tahun 2013 adalah sebagai berikut: -----------
Tabel 50. Harga Jual LPG Tabung 50 KG PT SIB
Periode Harga Jual (ex-gudang)
Harga Jual (toko/agen)
Harga Jual ke Konsumen (end user)
2009-2012 Rp. 367.750 - Rp. 375.000 15-06-2012 Rp. 467.750 - Rp. 475.000 01-12-2013 Rp. 655.750 - Rp. 663.000 19-03-2013 Rp. 677.750 - Rp. 685.000 04-07-2013 Rp. 627.750 - Rp. 635.000 04-10-2013 Rp. 665.750 - Rp. 673.000
Sumber: Dokumen harga jual LPG kemasan 50 Kg PT SIB (vide bukti C92)
14.17.7 Bahwa Omzet penjualan PT SIB yang didasarkan pada kuota dari
Pertamina pada tahun 2011 mencapai 16.000 (enam belas ribu)
tabung/bulan untuk tabung LPG 12 Kg dan sekitar 25-50 tabung/bulan
untuk tabung LPG 50 Kg (vide bukti B39); -------------------------------------
14.17.8 Bahwa berdasarkan dokumen laba rugi dari PT SIB, total penjualan atau
Omzet untuk tabung LPG jenis 12 Kg dan 50 Kg per tahun adalah: ---------
Tabel 51. Omzet atau Total Penjualan PT SIB
Periode Nilai Omzet LPG Tabung 12 Kg
Nilai Omzet LPG Tabung 50 Kg
2011 Rp. 13.831.360.900 Rp. 559.610.000 2012 Rp. 14.418.864.836 Rp. 463.948.900 2013 Rp. 15.718,695,916 Rp. 405.860.000
Sumber: vide bukti C342
14.17.9 Bahwa Aset kendaraan yang dimiliki oleh PT SIB diluar tanah dan
bangunan adalah 1 (satu) unit mobil double kapasitas 150 tb, 3 (tiga) unit
mobil engkel kapasitas 110 tb dan 1 (satu) unit mobil Pick-up kapasitas
50 tb (vide bukti C92, C343); ------------------------------------------------------
14.17.10 Bahwa berdasarkan dokumen neraca PT SIB, kekayaan bersih tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha yang dimiliki oleh PT SIB per
tahun adalah sebagai berikut: ------------------------------------------------------
Tabel 52 Aset atau Kekayaan Bersih PT SIB
Periode Nilai 2011 Rp. 735.356.712 2012 Rp. 734.944.263 2013 Rp. 918.059.878
Sumber: vide bukti C341
14.17.11 Bahwa PT SIB mempunyai sales point mencapai 127 (seratus dua puluh
tujuh) sales point (vide bukti C100). ----------------------------------------------
14.18 Tentang PT Guna Bumi Utama (selanjutnya disebut PT GBU); -------------------------
halaman 34 dari 383
Page 35
S A L I N A N
14.18.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Guna Bumi Utama (PT
GBU) berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 5 tanggal 11
Desember 2000 yang dibuat dihadapan Diana Indrawati Hermawan, S.H.,
M.Hum., Notaris di Bandung, yang mendapatkan Penetapan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No.
C-13240.HT.01.01.TH.2001 tanggal 18 Oktober 2001, yang kemudian
Perseroan melakukan perubahan terakhir sesuai Akta No. 03 tanggal 14
Februari 2012 dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H., Notaris di
Kota Bandung (vide bukti C181, C183, C186); ---------------------------------
14.18.2 Bahwa PT GBU berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Nomor 510/3-004/2006/07110-BMPPT tanggal 31 Desember 2009
merupakan Perseroan dengan kegiatan usaha perdagangan barang dan jasa
untuk hasil produksi Pertamina khususnya minyak tanah, gas LPG 3 Kg
dan 12 Kg (vide bukti C157); ------------------------------------------------------
14.18.3 Bahwa untuk melakukan kegiatan operasional untuk distribusi LPG, PT
GBU memiliki 4 (empat) karyawan (vide bukti B7); ---------------------------
14.18.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT GBU untuk jenis
tabung 12 Kg di tahun 2011 sebesar Rp. 70.200 (vide bukti B7); -----------
14.18.5 Bahwa berdasarkan keterangan Direktur PT GBU, yang tercatat dalam
BAP, kuota yang didapat dari Pertamina di tahun 2010 mencapai 3.500
(tiga ribu lima ratus) tabung per bulan untuk tabung 12 Kg dan 700 (tujuh
ratus) tabung per bulan untuk tabung 50 Kg, selanjutnya di tahun 2011
sampai dengan 2014 mencapai 8.000 (delapan ribu) tabung per bulan
untuk tabung 12 Kg sedangkan untuk tabung LPG 50 Kg sejak tahun
2011 telah menghentikan penjualan (vide bukti B7); ---------------------------
14.18.6 Bahwa berdasarkan dokumen laba rugi dari PT GBU, total penjualan atau
Omzet untuk tabung LPG jenis 12 Kg dan 50 Kg per tahun adalah: ---------
Tabel 53. Omzet atau Total Penjualan PT GBU
Periode Nilai Omzet LPG Tabung 12 Kg 2011 - 2012 - 2013 Rp. 7.411.674.000
Sumber: vide bukti C348
14.18.7 Bahwa berdasarkan dokumen neraca PT GBU, kekayaan bersih atau Aset
perusahaan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha yang
dimiliki oleh PT GBU per tahun adalah sebagai berikut: ----------------------
halaman 35 dari 383
Page 36
S A L I N A N
Tabel 54. Aset atau Kekayaan Bersih PT GBU
Periode Nilai Aset 2011 - 2012 - 2013 Rp. 431.670.442
Sumber: vide bukti C347
14.18.8 Bahwa berdasarkan dokumen daftar Aset PT GBU, nilai Aset perusahaan
untuk kendaraan, tabung LPG dan kelengkapan sarana dan prasarana
kantor, dijelaskan sebagai berikut: ------------------------------------------------
Tabel 55. Daftar Aset PT GBU
No. Jenis Aset Nilai Aset 1. TRUK UTAMA: 1 (satu) Unit Light Truck Double
kapasitas isi 168 (serratus enam puluh delapan) Tabung gas LPG 12 Kg, merek Mitsubishi Colt Diesel Tahun Pembuatan 2011.
Rp. 150.000.000
2. TRUK PENDUKUNG: 1 (satu) Unit Light Truck Engkel kapasitas isi 100 (seratus) Tabung gas LPG 12 Kg, merek Mitsubishi Colt Diesel Tahun Pembuatan 1997.
Rp. 65.000.000
3. Tabung gas LPG 12 Kg sebanyak 468 (empat ratus enam puluh delapan) buah.
Rp. 146.312.000
4 Kelengkapan Sarana Prasarana, 1 (satu) Unit Timbangan Kasar, 2 (dua) Unit alat Pemadam Api Ringan.
Rp. 3.000.000
Jumlah Rp. 364.312.000 Sumber: vide bukti C349
14.18.9 Bahwa PT GBU mempunyai sales point sebanyak 22 (dua puluh dua) sales
point, akan tetapi sejak periode 2013-2014 terjadi penyusutan jumlah
sales point menjadi 16 (enam belas) sales point yang dikarenakan pindah
ke agen lain (vide bukti C188). ----------------------------------------------------
14.19 Tentang PT Griya Putra Anugrah (selanjutnya disebut PT GPA); -----------------------
14.19.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Griya Putra Anugrah (PT
GPA) berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 33 tanggal 11
Juni 2007 yang dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H., M.Hum.,
Notaris di Bandung (vide bukti 105); ---------------------------------------------
14.19.2 Bahwa PT GPA berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Nomor 503.70065-HER/PK/1871/KPPT/2013 tanggal 12 Juli 2013
merupakan Perseroan dengan kegiatan usaha sebagai penyalur untuk LPG
ukuran 6 Kg, 9 Kg, 14 Kg, 15 Kg, 50 Kg (vide bukti C214); -----------------
14.19.3 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT GPA dari Pertamina untuk
jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai
berikut (vide bukti C171): ----------------------------------------------------------
halaman 36 dari 383
Page 37
S A L I N A N
Tabel 56. Harga Beli LPG Tabung 12 Kg PT GPA
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836 2011 Rp. 64.836 2012 Rp. 64.836 2013 Rp. 64.836 Desember 2013 Rp. 70.869 Januari 2014 Rp. 117.252
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg (vide bukti C103)
14.19.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT GPA untuk jenis
tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut: -
Tabel 57. Harga Jual LPG Tabung 12 Kg PT GPA
Periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200 2011 Rp. 70.200 2012 Rp. 70.200 2013 Rp. 70.200 Desember 2013 Rp. 77.100 Januari 2014 Rp. 124.700
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg (vide bukti C103)
14.19.5 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT GPA dari Pertamina untuk
jenis tabung 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai
berikut : --------------------------------------------------------------------------------
Tabel 58. Harga Beli LPG Tabung 50 Kg PT GPA
Periode Harga Beli 2010 Rp. 343.650 2011 Rp. 343.650 Juni 2012 Rp. 438.900 Desember 2012 Rp. 614.900 Maret 2013 Rp. 635.250 Juni 2013 Rp. 586.300 September 2013 Rp. 625.350 Desember 2013 Rp. 769.750 Maret 2014 Rp. 749.900
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg (vide bukti C103)
14.19.6 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT GPA untuk jenis
tabung 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut: --
Tabel 59. Harga Jual LPG Tabung 50 Kg PT GPA
Periode Harga Jual 2010 Rp. 367.750 2011 Rp. 367.750 Juni 2012 Rp. 467.750 Desember 2012 Rp. 654.000 Maret 2013 Rp. 675.000 Juni 2013 Rp. 624.000 September 2013 Rp. 665.000
halaman 37 dari 383
Page 38
S A L I N A N
Desember 2013 Rp. 807.000 Maret 2014 Rp. 792.000
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg (vide bukti C103)
14.19.7 Bahwa kuota yang diberikan oleh Pertamina untuk PT GPA periode tahun
2011 sampai dengan tahun 2014 diuraikan sebagai berikut: ------------------
Tabel 60. Total Kuota LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT GPA
Periode Kuota untuk tabung 12 Kg (tabung/bulan)
Kuota untuk tabung 50 Kg (tabung/bulan)
2011 15.000 30 2012 12.000 30 2013 14.000 30 2014 13.400 30
Sumber: vide bukti B16 Penyelidikan
14.19.8 Bahwa rata-rata total Omzet atau total penjualan dari PT GPA untuk
tabung LPG jenis 12 Kg per tahun adalah : --------------------------------------
Tabel 61. Omzet atau Total Penjualan Tabung 12 Kg PT GPA
Periode Harga Jual Rata-rata total penjualan per tahun
Nilai Omzet
2011 Rp. 70.200 180.000 Rp. 12.636.000.000 2012 Rp. 70.200 144.000 Rp. 10.108.800.000 2013 Rp. 70.200 168.000 Rp. 11.793.600.000
Sumber: vide bukti B16 Penyelidikan, diolah
14.19.9 Bahwa rata-rata total Omzet atau total penjualan dari PT GPA untuk
tabung LPG jenis 50 Kg per tahun adalah : --------------------------------------
Tabel 62. Omzet atau Total Penjualan Tabung 50 Kg PT GPA
Periode Harga Jual Rata-rata total penjualan per tahun
Nilai Omzet
2011 Rp. 367.750 360 Rp. 132.390.000 2012 Rp. 467.750 360 Rp. 168.390.000 2013 Rp. 675.000 360 Rp. 243.000.000
Sumber: vide bukti B16 Penyelidikan, diolah
14.19.10 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT GPA diluar tanah dan bangunan
adalah 1 (satu) unit Tronton, 3 (tiga) unit Mobil Engkel, 1 (satu) unit
Mobil Grandmax dan 1 (satu) unit truk double dengan perkiraan aset
armada dengan total mencapai Rp. 1,65 Miliar (vide bukti B16); ------------
14.19.11 Bahwa PT GPA mempunyai sales point mencapai 49 (empat puluh
sembilan) sales point (vide bukti C104). -----------------------------------------
14.20 Tentang PT Api Gas Nasional (selanjutnya disebut PT AGN); --------------------------
14.20.1 Bahwa PT Api Gas Nasional (PT AGN) berdasarkan Akta Nomor 22
tanggal 22 Desember 2010 dihadapan R. Maya Sofia Ningrum, S.H.,
M.Kn., Notaris di Bandung dan telah mendapatkan pengesahan dari
Kementerian Hukum dan HAM No AHU-13632.AH.01.01 Tahun 2011
halaman 38 dari 383
Page 39
S A L I N A N
selanjutnya perseroan mengalami perubahan pemegang saham serta
perubahan direksi dan dewan komisaris yang tertuang pada Berita Acara
Rapat Pemegang Saham No 03 Tanggal 17 Maret 2014 dihadapan R.
Maya Sofia Ningrum, S.H., M.Kn., Notaris di Bandung (vide bukti C127,
C128, C140); -------------------------------------------------------------------------
14.20.2 Bahwa berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor 510/3-2079-
BPPT tanggal 15 April 2011 PT AGN termasuk dalam SIUP besar
dengan nilai modal dan kekayaan bersih Rp. 650.000.000,- (vide bukti
C129); ---------------------------------------------------------------------------------
14.20.3 Bahwa PT AGN yang berdiri pada 22 Desember 2010 memiliki karyawan
sebanyak 33 (tiga puluh tiga) orang, dengan bidang usaha pendistribusian
gas LPG 12 Kg dan 50 Kg, berdasarkan Tanda Daftar Perusahaan No.
101115216406 yang diterbitkan tanggal 1 April 2011 dan berlaku hingga
01 April 2016 dengan Kegiatan Usaha perdagangan gas LPG (vide bukti
B15); -----------------------------------------------------------------------------------
14.20.4 Bahwa PT AGN memulai usaha pendistribusian gas LPG 12 Kg dan 50
Kg sejak Juli 2011 (vide bukti B15); ----------------------------------------------
14.20.5 Bahwa harga jual yang diberlakukan PT AGN untuk jenis 12 Kg dari
tahun 2011 hingga tahun 2013 untuk tingkat sales point/sub agen adalah
sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------------
Tabel 63. Harga Jual LPG 12 Kg PT AGN untuk sales point/sub agen
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Sales point/Sub agen 2011 Rp. 70.200,- 2012 Rp. 72.000,- 2013 Rp. 72.000,-
Sumber: vide bukti B15 Penyelidikan
Tabel 64. Harga Jual LPG 12 Kg PT AGN untuk end user
Periode Harga Jual LPG 12 Kg End User 2011 Rp. 75.000,- 2012 Rp. 75.000,- 2013 Rp. 77.000,-
Sumber: data BAP (vide bukti B15 Penyelidikan) PT AGN
14.20.6 Bahwa harga jual yang diberlakukan untuk jenis 50 Kg dari tahun 2011
hingga tahun 2013 adalah sebagai berikut: ---------------------------------------
Tabel 65. Harga Jual LPG 50 Kg PT AGN untuk ex agen
Periode Harga Jual LPG 50 Kg ex agen 2011 Rp. 367.750,- 2012 Rp. 372.750,- 2013 Rp. 392.750,-
Sumber: vide bukti B15
halaman 39 dari 383
Page 40
S A L I N A N
14.20.7 Bahwa kuota per bulan LPG PT AGN dari tahun 2011 hingga tahun 2013
untuk jenis 12 Kg adalah sebagai berikut: ----------------------------------------
Tabel 66. Jumlah Kuota LPG 12 Kg PT AGN Periode 2011 s.d April 2014
Periode Kuota April 2014 27.000
2013 25.000 2012 12.000 2011 10.000
Sumber: vide bukti B15
14.20.8 Bahwa kuota per bulan LPG PT AGN dari tahun 2011 hingga tahun 2013
untuk jenis 50 Kg adalah sebagai berikut: ----------------------------------------
Tabel 67. Jumlah Kuota LPG 50 Kg PT AGN Periode 2011 s.d April 2014
Periode Kuota April 2014 300
Mei-Desember 2013 350 Januari-Mei 2013 250
2012 70 2011 20
Sumber: vide bukti B15
14.20.9 Bahwa Omzet penjualan untuk LPG PT AGN periode Juni 2011 s.d
Desember 2013 adalah sebagai berikut: ------------------------------------------
Tabel 68.Omzet penjualan LPG 12 Kg & 50 Kg PT AGN periode Juni 2011 s.d Desember 2013
Periode Total Penjualan Juni 2011 10.471.161.500
2012 25.124.181.900 2013 29.478.022.625
Sumber: vide bukti C300
14.20.10 Bahwa total nilai Aset diluar tanah dan bangunan PT AGN adalah sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------
Tabel 69. Nilai Aset Diluar Tanah Dan Bangunan PT AGN No. Tahun Nama Aset Nilai Aset 1. 2011 Inventaris Kantor 16.975.000
Kendaraan 1.695.000.000 Tabung Gas LPG 867.690.840
Total 2,579,665,840 2. 2012 Inventaris Kantor 12.125.000
Kendaraan 2.259.000.000 Tabung Gas LPG 1.390.473.880
Total 3,661,598,880 3. 2013 Inventaris Kantor 2.425.000
Kendaraan 2.668.250.000 Tabung Gas LPG 2.036.453.290
Total 4,707,128,290 Sumber: vide bukti C305, C309, C313
14.20.11 Bahwa asset yang dimiliki oleh PT AGN diluar tanah dan bangunan
adalah 24 (dua puluh empat) armada mobil, Mobil double berjumlah 5
halaman 40 dari 383
Page 41
S A L I N A N
(lima) mobil jenis 120 PS, Mobil Engkel berjumlah 9 (sembilan) mobil,
Mobil Pick-up berjumlah 5 (lima) mobil semua bermerek Mitsubishi,
mobil jenis Fuso merk Mitsubishi berjumlah 2 (dua) buah armada dan
Triseda merek Kaisar sebanyak 3 (tiga) buah, dengan total nilai aset
kendaraan sebesar Rp. 3.332.000.000,- (vide bukti B15); ---------------------
14.21 Tentang Surat Kesepakatan 21 Juni 2011; ---------------------------------------------------
14.21.1 Bahwa pada tanggal 21 Juni 2011 telah dilakukan kesepakatan bersama
mengenai harga jual LPG kepada pelanggan LPG diwilayah Bandung dan
Sumedang, Jawa Barat oleh anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang (selanjutnya disebut Surat Kesepakatan Harga) (vide
bukti C1);------------------------------------------------------------------------------
14.21.2 Bahwa anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
yang melakukan kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam angka 1.1 di
atas adalah PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI,
KOPKAR PGN, PT ASLI, PT KSR, PT SBA, PT BN, PT YUNITA
PERMAI, PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA, PT
AGN; ----------------------------------------------------------------------------------
14.21.3 Bahwa objek kesepakatan adalah tentang harga jual LPG tabung isi 12
Kg, tabung isi 50 Kg, dan penjualan menggunakan bulk LPG; ---------------
14.21.4 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg adalah Rp. 70.200,-
per tabung untuk ex Gudang Agen; -----------------------------------------------
14.21.5 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg adalah Rp. 71.200,-
per tabung untuk franco sub agen/Penyalur/Toko/Sales Point; ---------------
14.21.6 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg adalah Rp. 73.200,-
per tabung untuk pengiriman langsung oleh agen untuk konsumen akhir
dan pengguna perantara (Industri/Hotel/Rumah sakit); ------------------------
14.21.7 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 50 Kg adalah Rp.
367.750,- per tabung untuk ex Gudang Agen; -----------------------------------
14.21.8 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 50 Kg adalah Rp.
375.000,- per tabung untuk franco sub agen/ Penyalur/Toko/Sales Point; --
14.21.9 Bahwa harga yang disepakati untuk penjualan menggunakan bulk LPG
adalah Rp. 10.250,- per kilogram untuk franco pengguna perantara
(Industri/Hotel/Rumah sakit) untuk wilayah Bandung Sumedang; -----------
14.21.10 Bahwa dalam kesepakat ini selain penetapan harga juga disetujui tentang
larangan untuk memberikan discount/potongan harga dari harga
kesepakatan; -------------------------------------------------------------------------
halaman 41 dari 383
Page 42
S A L I N A N
14.21.11 Bahwa dalam surat kesepakatan disepakati larangan untuk mengambil
alih pelanggan yang telah dibina oleh agen lain; --------------------------------
14.21.12 Bahwa dalam keterangannya PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT
TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT SBA, PT BN, PT
INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA dan PT AGN
mengakui telah menandatangani Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual
LPG Anggota Bidang LPG HISWANA MIGAS DPC Bandung
Sumedang tanggal 21 Juni 2011. Penandatanganan dimaksud dilakukan
dengan sadar dan tanpa paksaan dari Pihak manapun; -------------------------
14.21.13 Bahwa berdasarkan keterangannya, stampel perusahaan PT LRI, PT SBR,
PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT
SBA, PT BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA
dan PT AGN yang digunakan dalam Surat Kesepakatan Bersama Harga
Jual LPG Anggota Bidang LPG HISWANA MIGAS DPC Bandung
Sumedang tanggal 21 Juni 2011 adalah benar milik PT LRI, PT SBR, PT
SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT
SBA, PT BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA
dan PT AGN; -------------------------------------------------------------------------
14.21.14 Bahwa berdasarkan keterangan, data, dan informasi didapatkan fakta jika
isi dalam surat kesepakatan tersebut efektif dijalankan oleh pihak-pihak
yang menandatanganinya. ----------------------------------------------------------
14.22 Tentang Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung 12 Kg dan 50 Kg; ----------------
14.22.1 Bahwa pada tanggal 09 Oktober 2009 SR LPG Region II Rayon V PT
Pertamina (Persero), Bpk Lucky Pangemanan mengeluarkan Surat Nomor
205/F13130/2009-S8. Surat tersebut mengacu kepada Memorandum Vice
President Gas Domestik No. 1885/F1050/2009-S3 tanggal 09 Oktober
2009 perihal: Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan
50 Kg dan Surat Manajer Gas Domestic Region II No 6648/F12500/2009-
S3 tanggal 09 Oktober 2009, perihal: Penyesuaian Harga LPG Kemasan
Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg; ---------------------------------------------------
14.22.2 Bahwa berdasarkan Surat Nomor: 205/F13130/2009-S8 diketahui harga
jual LPG kemasan tabung 6 Kg, 12 dan 50 Kg yang berlaku untuk
penyerahan terhitung mulai tanggal 10 Oktober 2009. Harga jual agen ke
konsumen Refill LPG 12 Kg adalah Rp 70.200,- per tabung dan Rp
367.750,- per tabung untuk refill LPG 50 Kg. Harga tersebut sudah
termasuk PPN 10% atas margin Agen; -------------------------------------------
halaman 42 dari 383
Page 43
S A L I N A N
14.22.3 Bahwa berdasarkan Surat Nomor: 205/F13130/2009-S8 diketahui harga
jual LPG kemasan tabung 6, 12 & 50 Kg eks Agen diluar radius 60 Km
dari SPPBE terdekat adalah harga jual Agen ke Konsumen ditambah
dengan biaya angkutan yang sesuai dengan ketentuan biaya angkutan
dalam SK Menteri Perhubungan RI; ----------------------------------------------
14.22.4 Bahwa berdasarkan Surat Domestic Gas Region Manager III PT
Pertamina (Persero) No 4006/F13450/2013-S3 tertanggal 13 Desember
2013 diketahui bahwa terdapat penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg yang berlaku untuk penyerahan terhitung mulai tanggal 16 Desember
2013 sampai dengan 15 Maret 2014 (vide bukti C34); -------------------------
14.22.5 Bahwa berdasarkan Surat Domestic Gas Region Manager III PT
Pertamina (Persero) No 4006/F13450/2013-S3 tertanggal 13 Desember
2013 diketahui harga jual eks Agen (termasuk PPN) di wilayah Bandung-
Jabar untuk LPG kemasan tabung isi 12 Kg adalah Rp. 77.100,- per
tabung dan Rp. 807.000,- per tabung isi 50 Kg (vide bukti C34). ------------
14.23 Bahwa berdasarkan keterangan yang disampaikan beberapa Terlapor diketahui
bahwa kesepakatan harga jual LPG sebagaimana yang tertuang dalam Surat
Kesepakatan Harga efektif diberlakukan, setidaknya harga yang terdapat dalam
surat kesepakatan dijadikan acuan harga jual kepada konsumen oleh para Terlapor;-
14.24 Bahwa berdasarkan dokumen yang diperoleh diketahui bahwa kesepakatan harga
jual sebagaimana yang tertuang dalam Surat Kesepakatan Harga efektif
diberlakukan (vide bukti dokumen penjualan dan harga jual); ---------------------------
14.25 Bahwa berdasarkan keterangan dan dokumen yang diperoleh, kesepakatan harga
dilakukan tanpa persetujuan PT Pertamina (Persero) ( vide bukti BAP Terlapor dan
Saksi); ---------------------------------------------------------------------------------------------
14.26 Bahwa dalam surat kesepakatan harga, tingkat harga yang ditetapkan oleh PT
Pertamina (Persero) adalah tingkat harga ex gudang agen yaitu sebesar Rp.
70.200,-/tabung 12 Kg dan Rp. 367.750,-/tabung 50 Kg (vide bukti B21 dan C1); ---
14.27 Bahwa dalam surat kesepakatan harga, tingkat harga yang ditetapkan oleh para
Terlapor yaitu tingkat harga di level Franco sub agen/ Penyalur/Toko/Sales Point
(Rp. 71.200,-/tabung 12 Kg dan Rp. 375.000,-/tabung 50 Kg) dan di level
pengiriman langsung oleh Agen untuk konsumen akhir (Rp. 73.200,-/ tabung 12
Kg) merupakan hasil dari kesepakatan bersama karena tingkat harga tersebut tidak
diatur oleh PT Pertamina (Persero) (vide bukti B21 dan C1); ----------------------------
14.28 Bahwa berdasarkan keterangan dari Hiswana Migas DPC Bandung-Sumedang
diketahui PT ASLI yaitu salah satu Pihak yang turut menandatangai surat
kesepakatan harga sudah tidak melakukan kegiatan usaha penjualan LPG karena
halaman 43 dari 383
Page 44
S A L I N A N
entitas perusahaan tersebut sudah tidak ada. Kuota LPG PT ASLI diambil oleh PT
Al Yamin (vide bukti B3); ---------------------------------------------------------------------
14.29 Bahwa berdasarkan keterangan PT Al Yamin diketahui bahwa PT ASLI tidak
melakukan kegiatan usaha distribusi LPG kemasan tabung isi 12 Kg dan 50 Kg
karena kuota telah diambil oleh PT Al Yamin. Pengambil alihan kuota atas dasar
pertemuan antara PT Al Yamin, PT ASLI dan PT Pertamina (Persero) Cabang
Bandung. Pengambil alihan kuota dilakukan pada tahun 2011 (vide bukti B22); -----
14.30 Bahwa berdasarkan keterangan Saksi (PT Sidomulyo Rotua) dan Hiswana Migas
DPC Bandung-Sumedang diketahui PT Yunita Permai telah melebur dengan PT
Sidomulya Rotua, sehingga entitas PT Yunita Permai sudah tidak ada (vide bukti
B3 dan B20); -------------------------------------------------------------------------------------
14.31 Bahwa berdasarkan keterangan Saksi (Dwi Manoveri) dan dokumen surat PT
Pertamina (Persero) diketahui untuk ex Gudang Agen, tingkat harga LPG sebesar
Rp. 70.200,- per tabung isi 12 Kg dan Rp. 367.750,- per tabung isi 50 Kg efektif
berlaku sampai dengan tanggal 15 Desember 2013 (vide bukti B21); ------------------
14.32 Bahwa memperhatikan fakta terdapatnya 2 (dua) Pelaku Usaha yang berbadan
hukum Koperasi, maka sebelum diuraikan analisa pemenuhan unsur Pasal 5
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, akan diuraikan mengenai Pengecualian
yang diatur didalam Pasal 50 huruf i Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
14.32.1 Bahwa ketentuan Pasal 50 huruf i Undang-undang No 5 Tahun 1999
menyatakan sebagai berikut: ------------------------------------------------------
Pasal 50 ------------------------------------------------------------------------------
“Yang dikecualikan dari ketentuan Undang-undang ini adalah: -----------
Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya.” ------------------------------------------------------------------------
Penjelasan Pasal 50 huruf i -------------------------------------------------------
“Yang dimaksud dengan melayani anggotanya adalah memberi
pelayanan hanya kepada anggotanya dan bukan kepada masyarakat
umum untuk pengadaan kebutuhan pokok, kebutuhan sarana produksi
termasuk kredit dan vahan baku, serta pelayanan untuk memasarkan dan
mendistribusikan hasil produksi anggota yang tidak mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.”
14.32.2 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 dan penjelasannya, maka pengecualian hanya diperuntukkan
kepada Koperasi yang hanya melakukan kegiatan usahanya untuk
melayani anggota Koperasinya saja; ---------------------------------------------
halaman 44 dari 383
Page 45
S A L I N A N
14.32.3 Bahwa mengingat ketentuan tersebut, maka perlu untuk dilakukan
analisa apakah 2 (dua) pelaku usaha yang berbentuk Koperasi, yakni
PKPRI dan KOPKAR PGN hanya melayani kebutuhan anggotanya saja
atau tidak; ----------------------------------------------------------------------------
14.32.4 Bahwa berdasarkan keterangan, data dan informasi yang ada, maka
kegiatan usaha yang dilakukan PKPRI dan KOPKAR PGN tidak hanya
melayani kebutuhan anggotanya saja, namun juga melayani kebutuhan
masyarakat umum; ------------------------------------------------------------------
14.32.5 Bahwa dengan demikian, maka PKPRI dan KOPKAR PGN sebagai
pelaku usaha yang berbadan hukum Koperasi tidak dapat dikecualikan
sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999; ------
14.32.6 Bahwa setelah uraian mengenai pengecualian yang diatur didalam Pasal
50 huruf i Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, berikut akan diuraikan
analisa pemenuhan unsur Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;
14.32.7 Bahwa ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menyatakan sebagai berikut: ------------------------------------------------------
1) pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama; ----------------------------------------------------
2) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi : a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan atau; b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.
14.32.8 Bahwa Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengandung
unsur-unsur sebagai berikut: ------------------------------------------------------
14.32.8.1 Pelaku Usaha ------------------------------------------------------------
1) Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan Pasal 1
angka 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah
“Orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang
ekonomi”; -----------------------------------------------------------
2) Bahwa sesuai dengan pembahasan mengenai identitas para
terlapor dalam bab Para Pihak di atas, Tim menilai bahwa
PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT PT TGT, PT AM,
PT KSR, PT SBA, PT BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI,
halaman 45 dari 383
Page 46
S A L I N A N
PT SIB, PT GBU, PT GPA, PT AGN adalah perusahaan
yang berbentuk Badan Hukum yang didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia dan KOPKAR PGN adalah badan
usaha yang berbentuk Koperasi yang didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia sehingga memenuhi definisi pelaku
usaha sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 5 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999; ----------------------------------
3) Bahwa dengan demikian, unsur pelaku usaha telah
terpenuhi. -----------------------------------------------------------
14.32.8.2 Perjanjian Penetapan Harga ------------------------------------------
1) Perjanjian sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 7
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah : --------------
“suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha
lain dengan nama apa pun, baik tertulis maupun tidak
tertulis.“ -------------------------------------------------------------
2) Bahwa Tim menemukan adanya Surat Kesepakatan
Bersama Harga Jual LPG Anggota Bidang LPG Hiswana
Migas DPC Bandung Sumedang tanggal 21 Juni 2011; -----
3) Bahwa yang diatur dalam kesepakatan tersebut adalah
tentang harga jual LPG tabung isi 12 Kg, tabung isi 50 Kg,
dan penjualan menggunakan bulk LPG; ------------------------
4) Bahwa kesepakatan tersebut telah ditandatangani PT LRI,
PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI,
KOPKAR PGN, PT KSR, PT SBA, PT BN, PT
INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA
dan PT AGN yang juga merupakan anggota dari Hiswana
Migas DPC Bandung Sumedang; -------------------------------
5) Bahwa kesepakatan yang tertuang dalam Surat
Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Anggota Bidang
LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang tanggal 21
Juni 2011 berjalan efektif; ----------------------------------------
6) Bahwa secara formal maupun materiil kesepakaan harga
telah dibentuk oleh para terlapor yang merupakan
distributor/agen gas LPG untuk jenis 12 Kg, tabung isi 50
halaman 46 dari 383
Page 47
S A L I N A N
Kg, dan penjualan menggunakan bulk LPG untuk wilayah
Bandung dan Sumedang dalam kurun waktu mulai 21 Juni
2011 sampai dengan 15 Desember 2013; ----------------------
7) Bahwa dengan demikian unsur perjanjian penetapan harga
telah terpenuhi. -----------------------------------------------------
14.32.8.3 Pesaing ------------------------------------------------------------------
1) Bahwa sesuai dengan definisi pasar bersangkutan yang
telah ditetapkan oleh Tim yaitu penjualan Produk LPG
kemasan tabung isi 12 Kg, tabung isi 50 Kg dan penjualan
menggunakan bulk LPG dengan wilayah pemasaran di
Bandung Sumedang, maka Tim mengidentifikasi pelaku
usaha yang berada pada pasar bersangkutan tersebut adalah
PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM,
PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT SBA, PT BN, PT
INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA
dan PT AGN; -------------------------------------------------------
2) Bahwa berdasarkan uraian pada unsur perjanjian
penetapan harga di atas, diketahui bahwa terdapat
kesepakatan Bersama Harga Jual LPG untuk produk LPG
kemasan tabung isi 12 Kg, tabung isi 50 Kg dan bulk yang
secara materil dilakukan oleh PT LRI, PT SBR, PT SKI,
PT AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT
KSR, PT SBA, PT BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT
SIB, PT GBU, PT GPA dan PT AGN; -------------------------
3) Bahwa PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT
AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT SBA, PT BN,
PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA
dan PT AGN berada pada pasar bersangkutan yang sama
sebagaimana telah diidentifikasi oleh Tim, sehingga pelaku
usaha yang satu bersaing dengan pelaku usaha yang
lainnya; --------------------------------------------------------------
4) Bahwa dengan demikian unsur pesaing telah terpenuhi. ----
14.32.8.4 Unsur Barang dan atau Jasa ------------------------------------------
1) Bahwa yang dimaksud dengan Barang menurut Pasal 1
Angka 16 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah
setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud,
baik bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
halaman 47 dari 383
Page 48
S A L I N A N
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau
dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha; -----------
2) Bahwa dalam penyelidikan ini yang dimaksud barang
adalah LPG dengan merk Elpiji dengan ukuran tabung 12
Kg, 50 Kg dan Bulk; -----------------------------------------------
3) Bahwa dengan demikian unsur barang telah terpenuhi. ------
14.32.8.5 Pasar bersangkutan ----------------------------------------------------
Bahwa Tim menilai pasar persangkutan penyelidikan ini
adalah produk LPG kemasan tabung isi 12 Kg, tabung isi 50
Kg dan penjualan menggunakan bulk LPG dengan wilayah
pemasaran di Bandung Sumedang kurun waktu 11 Juni 2011
sampai dengan 15 Desember 2013. ----------------------------------
14.32.8.6 Unsur Usaha Patungan ------------------------------------------------
1) Bahwa perusahaan patungan adalah sebuah perusahaan
yang dibentuk melalui perjanjian oleh 2 (dua) pihak atau
lebih untuk menjalankan aktivitas ekonomi bersama,
dimana para pihak bersepakat untuk membagi
keuntungan dan menanggung kerugian yang dibagi secara
proporsional berdasarkan perjanjian tersebut; -----------------
2) Bahwa Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual Elpiji
Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang tanggal 21 Juni 2011 tidak dilakukan dalam
suatu usaha patungan; ---------------------------------------------
3) Bahwa dengan demikian unsur usaha patungan tidak
terpenuhi. -----------------------------------------------------------
14.32.8.7 Unsur Perjanjian yang didasarkan Undang-undang yang
Berlaku ------------------------------------------------------------------
1) Bahwa perjanjian penetapan harga yang dilakukan bukan
merupakan perjanjian yang didasarkan oleh Undang-
undang yang berlaku; ---------------------------------------------
2) Bahwa dengan demikian unsur perjanjian yang didasarkan
Undang-undang yang berlaku tidak terpenuhi. ----------------
14.33 Bahwa berikut Saksi yang telah didengar keterangannya selama proses
penyelidikan: -------------------------------------------------------------------------------------
14.33.1 Wawan Sofyan, Direktur PT Sawitto Indah Berkah; ---------------------------
14.33.2 Chandra Irawan, Direktur Operasional PT Limas Raga Inti; ------------------
14.33.3 Indra Jaya Hutabarat, Ketua Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang; ---
halaman 48 dari 383
Page 49
S A L I N A N
14.33.4 Elsye Rosyatina, Direktur Utama PT Sinarbakti Abadigas; -------------------
14.33.5 Mulyadi, Direktur PT Arias Mas; -------------------------------------------------
14.33.6 Ali Budiman, Direktur PT Guna Bumi Utama; ----------------------------------
14.33.7 Santono, Business Unit Manager PT Sumber Kerang Indah; -----------------
14.33.8 H. Dadang Amir Hamzah, Direktur Utama PT Surya Buana Rahayu; -------
14.33.9 Tommy, Manager PT Tirta Gangga Tama; --------------------------------------
14.33.10 Irsyadun Ngibad, Manager PT Adigas Jaya Pratama; --------------------------
14.33.11 Meiyanti, Direktur Umum PT Kurniasari Rahayu; -----------------------------
14.33.12 Amar Saputra, Sekretaris KOPKAR PGN; --------------------------------------
14.33.13 Indrawan, Direktur PT Api Gas Nasional; ---------------------------------------
14.33.14 Moch. Umar Faruq, Direktur PT Griya Anugrah Utama; ----------------------
14.33.15 Oky Hendrik Lumban Gaol, Direktur PT INAHOVTRACO; -----------------
14.33.16 Eni Tricahyo Banowati, Staf PT Baragas Nasional; ----------------------------
14.33.17 Tetty Silviaty, Direktur PT Lembang Abadi Indah; ----------------------------
14.33.18 Suhendar, Staf PT Sudimulyo Rotua; ---------------------------------------------
14.33.19 Dwi Manoveri, Domestic Gas, Non Fuel Marketing, Dit Pemasaran &
Niaga PT Pertamina (Persero); -----------------------------------------------------
14.33.20 H. Yamin Supriyatna, Direktur Utama PT Al Yamin; -------------------------
14.33.21 Tatang Suryana. F, Kepala Unit Usaha LPG PKPRI. --------------------------
14.34 Bahwa Alat Bukti Dokumen yang diajukan oleh Investigator dalam perkara a quo
adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. -------------------------
15. Menimbang bahwa pada tanggal 12 September 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi II dengan agenda penyerahan Tanggapan Laporan Dugaan
Pelanggaran oleh Para Terlapor (vide bukti B2); ---------------------------------------------------
16. Menimbang bahwa Sidang Majelis Komisi II tersebut dihadiri oleh Investigator, Terlapor
I (PT Limas Raga Inti), dan Terlapor II (PT Surya Buana Rahayu), Terlapor III (PT
Sumber Kerang Indah), Terlapor IV (PT Adigas Jaya Pratama), Terlapor V (PT Tirta
Gangga Tama), Terlapor VI (PT Arias Mas), Terlapor VII (Pusat Koperasi Pegawai
Negeri (PKPRI)), Terlapor VIII (Koperasi Karyawan dan Pensiunan Perusahaan Gas
Negara Bandung (KOPKAR PGN)), Terlapor IX (PT Kurnia Sari Rahayu), Terlapor X
(PT Sinarbakti Abadigas), Terlapor XIII (PT Lembang Abadi Indah), Terlapor XIV (PT
Sawitto Indah Berkah), Terlapor XV (PT Guna Bumi Utama), Terlapor XVI (PT Griya
Putra Anugrah) dan Terlapor XVII (PT Api Gas Nasional) (vide bukti B2); ------------------
17. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor I (PT Limas Raga Inti)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T14, T15): ----------------------------------------------
halaman 49 dari 383
Page 50
S A L I N A N
17.1 Bahwa para terlapor tidak melakukan pelanggaran praktik perjanjian penetapan
harga sebagaimana Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; ------------------------
17.2 Bahwa dalam dugaan Penyidik KPPU menyatakan bahwa unsur perjanjian
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
telah terpenuhi, berdasarkan hal tersebut kami menyampaikan sanggahan sebagai
berikut : -------------------------------------------------------------------------------------------
17.2.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagaimana yang diatur
dalam Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009/S3 tanggal 9 Oktober 2009 Perihal Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg jo. Surat Manajer Gas
Domestik Region II No.6648/F12500/2009-S3 tanggal 9 Oktober 2009 jo.
Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik
No.205/F13130/2009-S8 Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan
Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg, yang menyebabkan persaingan di antara
agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi tidak kondusif dan
hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku
usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Hal ini
terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen yaitu agen satu merebut
pelanggan agen lainnya; ------------------------------------------------------------
17.2.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober 2009
untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp. 4.872,-
; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp. 21.900,-
tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah incasu
Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat secara
langsung; ------------------------------------------------------------------------------
17.2.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; -------------------------
17.2.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas; -----------------------------------------------------------------------------------
halaman 50 dari 383
Page 51
S A L I N A N
17.2.5 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka demi membantu
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat untuk mendistribusikan LPG
sebagaimana yang diamanatkan konstitusi jo. Undang-Undang Migas jo.
tujuan pembentukan Pertamina maka untuk menghindari “Matinya” usaha
Para Terlapor, menyebabkan Para Terlapor tidak dapat mengelakkan lagi
untuk menaikkan harga secara wajar sebesar Rp. 3.000,- untuk LPG 12
Kg, Rp. 7.250,- untuk LPG 50 Kg; ------------------------------------------------
17.3 Bahwa Perjanjian diantara Para agen LPG Bandung-Sumedang yang melibatkan
Para Terlapor dengan menaikkan harga LPG secara wajar sebesar Rp. 3000,- pada
faktanya masih jauh dari harga yang ideal, karena pada tanggal 13 Desember 2013
melalui suratnya dari Domestic Gas Region Manager III No. 4006/F13450/2013-
S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg, dengan menetapkan kenaikan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 6.900,- yaitu dari
Rp. 70.200,- menjadi Rp. 77.100, dan menaikan harga LPG 50 Kg sebesar Rp.
439.250,- yaitu dari Rp. 367.750,- menjadi Rp. 807.000,-; -------------------------------
17.4 Bahwa kenaikan harga yang dilakukan Pertamina tersebut faktanya juga masih
kurang untuk menutupi kerugian negara, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya
kembali Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3
tertanggal 31 Desember 2013, perihal Penyesuaian Harga LPG 12 Kg dan 50 Kg,
yang menaikkan harga LPG 12 Kg menjadi Rp.124.700,-. Untuk lebih jelasnya
perihal kenaikan tersebut sebagaimana di bawah ini: --------------------------------------
Penetapan Harga LPG Pertamina Dan Kenaikannya
No. Dasar Penetapan LPG 12 Kg LPG 50 Kg Keterangan
1. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.205/F13130/2009-S8, tanggal 9 Oktober 2009
Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- -
2. Surat Pertamina dari Domestic Gas Region Manager III No.4006/F13450/2013-S3, Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg, tanggal 13
Rp. 77.100,- Rp. 807.000,-. LPG 12 Kg naik Rp. 6.900,-;
LPG 50 Kg naik Rp. 439.250,-
halaman 51 dari 383
Page 52
S A L I N A N
Desember 2013
3. Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3 tertanggal 31 Desember 2013
Rp. 124.700,- - LPG 12 Kg naik Rp. 54.500,-
Tabel di atas menunjukkan kenaikan harga LPG dari tanggal 9 Oktober 2009
sampai dengan 31 Desember 2013 yang merupakan waktu seputar tanggal 21
Juni 2011 sampai dengan 15 Desember 2013 sebagai tempus dugaan
pelanggaran yang dituduhkan kepada Terlapor. ---------------------------------------
17.5 Bahwa pasca penetapan harga oleh Para Terlapor tidak mematikan persaingan
antara agen LPG di Kota Bandung-Sumedang: ---------------------------------------------
17.5.1 Bahwa setelah ditandatanganinya kesepakatan bersama harga jual LPG
anggota bidang LPG Hiswana migas DPC Bandung Sumedang tertanggal
21 Juni 2011 pada faktanya para agen LPG tidak mengikuti harga yang
sebagaimana telah disepakati dan masyarakat sebagai konsumen juga
secara otomatis juga tidak membeli harga sesuai dengan perjanjian
tersebut, sehingga hal ini membuktikan bahwa harga yang berlaku di
pasar masih bersaing secara sempurna dan kesepakatan tersebut tidak
berjalan efektif atau dengan kata lain hanya perjanjian diatas kertas tanpa
ada realisasinya; ----------------------------------------------------------------------
17.5.2 Bahwa dengan tidak efektifnya perjanjian tersebut dan masih bersaing
secara sempurna, maka para terlapor tidak mematikan persaingan usaha
para Agen LPG dan konsumen juga tidak dibebani kewajiban untuk
membayar harga LPG 12 Kg dan 50 Kg yang didasari perjanjian tersebut;
17.6 Bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor tidak bersifat melawan
hukum secara materiil sebagaimana ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------------
17.7 Bahwa Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menentukan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”; -----
17.8 Bahwa dalam kaitannya dengan kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Hiswana
Migas DPC Bandung-Sumedang tertanggal 21 Juni 2011 yang melibatkan Para
Terlapor, bahwa ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
secara formal telah memenuhi unsurnya. Namun tidak serta merta menjadikan Para
halaman 52 dari 383
Page 53
S A L I N A N
Terlapor dapat dijerat dengan Pasal tersebut, sebab dengan adanya kesepakatan
tersebut mampu memenuhi distribusi kebutuhan LPG masyarakat yang juga
membantu Pemerintah untuk melayani masyarakat, menciptakan kegiatan usaha
yang kondusif antara pelaku usaha LPG di Bandung-Sumedang yang berujung
dapat membuat pelaku usaha bertahan dalam menjalankan usahanya pada saat
meningkatnya biaya operasional. Ringkasnya lebih baik Para Terlapor menaikkan
harga secara wajar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas LPG daripada
masyarakat tidak terlayani kebutuhannya karena matinya usaha Para Terlapor; ------
17.9 Bahwa alasan Para Terlapor membuat kesepakatan tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 5 ayat (1) yang bertujuan agar konsumen
tidak dirugikan dengan adanya penetapan harga oleh pelaku usaha (vide Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat), karena faktanya konsumen sama sekali tidak
merasa dirugikan oleh Para Terlapor bahkan konsumen merasa terlayani oleh Para
Terlapor sebagaimana ilustrasi di bawah ini: -----------------------------------------------
“Konsumen A membeli LPG kepada Agen X yang berjarak 2-10 KM dari
rumahnya (di bawah 60 KM sebagaimana Surat Edaran Pertamina). Untuk
mengambil LPG tersebut konsumen A harus mengeluarkan tenaga, waktu dan
biaya operasional ke agen X, yang biaya operasional tersebut dapat melebihi
Rp. 3.000,- sebagai kenaikan harga yang ditetapkan agen X. Namun dengan di
antarkannya LPG tersebut (delivery) oleh agen X ke rumah Konsumen
menjadikan konsumen A tidak mengeluarkan Tenaga, waktu dan biaya
operasional yang bisa melebihi Rp. 3.000,-“ ------------------------------------------
17.10 Bahwa tenaga dan waktu serta biaya operasional yang dikeluarkan oleh Konsumen
A apabila mengambil ke tempat agen X tersebut tentu saja di atas Rp. 3.000,-
sebagai pengetahuan umum (notoir feiten). Bandingkan dengan ongkos Angkutan
Umum Bajaj, Ojek dan Angkutan Kota. Apalagi di bandingkan dengan biaya
menggunakan kendaraan pribadi yang belum termasuk parkir; --------------------------
17.11 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut dikaitkan dengan Pasal 3 dan konsideran
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat membuktikan bahwa kesepakatan
yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat
yang dapat merugikan masyarakat; -----------------------------------------------------------
17.12 Bahwa hal ini tampak dengan adanya penetapan harga tersebut yang jauh di bawah
dari harga yang ditetapkan Pertamina di kemudian hari sebagaimana yang telah
kami uraikan di atas (vide tabel) dapat: ------------------------------------------------------
halaman 53 dari 383
Page 54
S A L I N A N
17.12.1 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat; ---------------------------------------------------------------------------------
17.12.2 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil;--------------------------------------------------------------
17.12.3 Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan; ----------------------------------------------
17.12.4 Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha. ------------------
17.13 Bahwa dalam kaitannya dengan keharusan adanya sifat melawan hukum pada
kandungan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, baik sifat
melawan hukum keperdataan (onrechtmatige daad) maupun dalam hukum publik
incasu pidana (wederrechtelijkheid) perbuatan Para Terlapor yang menandatangani
kesepakatan harga jual LPG tersebut sama sekali tidak terpenuhi; ----------------------
17.14 Bahwa ditinjau dari perbuatan melawan hukum pada lapangan hukum keperdataan
yang diukur melalui Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Dan kemudian berkembang melalui arrest Hogeraad (HR 31-01-1919, NJ 1919,
161) dalam perkara Cohen VS Lidenbaum yang menentukan Perbuatan melawan
hukum sebagai “Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, Bertentangan
dengan hak subjektif orang lain, Bertentangan dengan kesusilaan, Bertentangan
dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian” (vide Rosa Agustina, Perbuatan
Melawan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003, halaman
46); ----------------------------------------------------------------------------------------------
17.15 Bahwa kesepakatan bersama yang dibuat oleh Para Terlapor dengan tujuan agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara para agen dan dalam rangka untuk
tetap dapat melayani distribusi LPG kepada masyarakat Bandung-Sumedang, yang
tidak menyebabkan kerugian pada masyarakat orang lain bukanlah perbuatan
melawan hukum sebagaimana yang dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata arrest
Cohen VS Lidenbaum tersebut; ----------------------------------------------------------------
17.16 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut merupakan bentuk administrative penal
law (hukum administrasi yang mempunyai sanksi pidana) yang bersifat ultimum
remedium dengan adanya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 bahwa sifat melawan hukumnya dalam perspektif hukum publik yang
mempunyai sifat pencelaan oleh masyarakat atau mengakibatkan kegoncangan
halaman 54 dari 383
Page 55
S A L I N A N
dalam neraca keseimbangan masyarakat (wederrechtelijkheid) (vide Indriyanto
Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2007); -----------------------------------------------------------------------------------
17.17 Bahwa dalam hubungannya dengan perbuatan Para Terlapor yang mengadakan
kesepakatan harga jual LPG dengan alasan: ------------------------------------------------
17.17.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan Bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina yang menyebabkan
persaingan di antara agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi
tidak kondusif dan hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku
usaha kecil. Hal ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen
yaitu agen satu merebut pelanggan agen lainnya; ------------------------------
17.17.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober 2009
untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp. 4.872,-
; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp. 21.900,-
tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah incasu
Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat secara
langsung; -----------------------------------------------------------------------------
17.17.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
17.17.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas. ----------------------------------------------------------------------------------
17.18 Bahwa yang berdampak kepada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas LPG
dengan harga yang wajar dan tidak mematikan usaha Para Terlapor, maka
perbuatan Para Terlapor yang membuat kesepakatan harga jual LPG tersebut tidak
terdapat unsur melawan hukumnya wederrechtelijkheid. Dengan kata lain tidak
terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Terlapor sehingga
Para Terlapor sudah sepatutnya untuk dibebaskan dari tuduhan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut; -------------------------------------------
17.19 Bahwa kiranya Majelis Komisi KPPU dapat membandingkan dengan putusan
Mahkamah Agung No. 81 K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977 dalam perkara tindak
pidana korupsi Ir. Moch Otjo Danaatmadja; ------------------------------------------------
halaman 55 dari 383
Page 56
S A L I N A N
17.20 Bahwa Sdr. Ir. Moch Otjo Danaatmadja sebagai kepala kesatuan hutan didakwa
melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 64 KUHPidana jo. Pasal 415
KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No. 24 Prp Tahun 1960 dan Pasal 64
KUHPidana jo. Pasal 372 KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No. 24 Prp
Tahun 1960 atas perbuatannya yang memindahkan anggaran reboisasi dengan
membeli alat-alat untuk menangkap Pelaku pembalak liar. Dalam tingkat pertama
yang bersangkutan dinyatakan bersalah dan dihukum, kemudian pada tingkat
Banding Majelis Hakim Banding memberikan pertimbangan yang melepaskan
yang bersangkutan dari hukuman yang mana pertimbangan ini disetujui oleh
Mahkamah Agung, yaitu dengan pertimbangannya (Ibid, Indriyanto Seno Adji): ----
17.20.1 Bahwa oleh karena itu yang menjadi dasar dari Pengadilan Tinggi dalam
mengadili perkara ini bukanlah “de formeele wederrechtelijkheid”, tetapi
“de materiele wederrechtelijkheid”, yang berarti sifat melawan hukum
yang sebenarnya tidak hanya berdasarkan rumusan Undang-Undang
positif, tetapi juga berakar pada azas-azas umum yang bersendikan
hukum; ---------------------------------------------------------------------------------
17.20.2 Bahwa oleh karena itu, perbuatan-perbuatan Terdakwa ditinjau dari segi
kebutuhan yang laba adalah unsur yang essential atau dengan perkataan
lain kepentingan dalam kemasyarakatan yang oleh perbuatan Terdakwa
mendapatkan pelayan, maka semuanya itu menurut penilaian pengadilan
tinggi adalah perbuatan-perbuatan menguntungkan, karenanya juga
mengerjakan kepentingan umum; -------------------------------------------------
17.20.3 Menimbang bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang diuraikan di
atas, yaitu faktor kepentingan umum yang dikerjakan oleh Terdakwa,
faktor keuntungan pribadi yang tidak diperoleh oleh Terdakwa dan
akhirnya faktor kerugian yang tidak diderita oleh Negara dan masyarakat,
semuanya itu adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai untuk
menghapus perbuatan melawan hukum dari perbuatan-perbuatan
Terdakwa yang formil dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan
kepada Terdakwa. --------------------------------------------------------------------
17.21 Bahwa hilangnya sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Sdr. Otjo
Danaatmadja tersebut meskipun secara formil (Undang-Undang) terbukti sama
dengan perbuatan yang dilakukan oleh Para Terlapor dengan mengadakan
kesepakatan bersama harga jual LPG, yang bertujuan untuk melayani kepentingan
masyarakat dalam mendapatkan LPG dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat Bandung-Sumedang. Disamping adanya kepentingan diri Para Terlapor
agar usahanya tidak mati dalam menghadapi peningkatan biaya operasional, yang
halaman 56 dari 383
Page 57
S A L I N A N
tidak seiring dengan penetapan harga LPG oleh Pertamina. (Bandingkan dengan
Arrest Hogeraad tanggal 20 Februari 1933, N.J. 1933 Tentang Huizeene
Veeartsarest atau arrest dokter hewan dari desa Huizen vide P.A.F Lamintang,
Sinar Baru, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, 1984); ------------------
17.22 Bahwa dalam perkara yang hampir sama tetapi dengan tuduhan Pasal yang berbeda
yaitu Pasal 8 sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 5 K/KPPU/2007 dapat
ditarik kaidah hukum “bahwa pengaturan harga oleh konsorsium tidak
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak menggangu usaha
produk semen lain”. Sehubungan dengan kesepakatan harga jual yang dibuat oleh
Para Terlapor, faktanya tidak menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
harga LPG yang berlaku di pasaran Bandung-Sumedang masih mengikuti
mekanisme pasar sempurna dan tidak merugikan masyarakat sebagaimana yang
telah kami uraikan di atas; ---------------------------------------------------------------------
17.23 Bahwa terlepas dari hal yang telah kemukakan di atas, bahwa Para Terlapor pada
faktanya menjual tidak mengikuti kesepakatan penentuan harga LPG tersebut,
melainkan menyerahkannya kepada mekanisme pasar agar tetap dapat berusaha
“tetap hidup” dan tetap pula dapat melayani kebutuhan masyarakat atas LPG
hingga perubahan harga oleh PERTAMINA melalui suratnya dari Domestic Gas
Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal
Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg; --------------------------------------------
17.24 Bahwa dengan demikian nyatalah ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tidak dapat dikenakan kepada Para Terlapor, karena
kesepakatan harga yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menyebabkan kerugian
pada masyarakat tetapi malah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat atas LPG. Oleh karena itulah kami mohon agar
Majelis Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas semua
tuduhan; -----------------------------------------------------------------------------------------
17.25 Bahwa berdasarkan hal yang telah kami uraikan di atas, maka kami mohon Majelis
Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas segala dugaan
pelanggaran Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; -----------------------
17.26 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor I untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
18. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor II (PT Surya Buana Rahayu)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T16): -----------------------------------------------------
halaman 57 dari 383
Page 58
S A L I N A N
18.1 Bahwa yang menjadi latar belakang adanya perjanjian yang dibuat oleh Para
Terlapor dalam perkara ini yaitu: -------------------------------------------------------------
18.1.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagaimana yang diatur
dalam Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009/S3 tanggal 9 Oktober 2009 Perihal Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg jo. Surat Manajer Gas
Domestik Region II No. 6648/F12500/2009-S3 tanggal 09 Oktober 2009
jo. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.
205/F13130/2009-S8 Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung
6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg, yang menyebabkan persaingan di antara agen-
agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi tidak kondusif dan
hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku
usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Hal ini
terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen yaitu agen satu merebut
pelanggan agen lainnya; ------------------------------------------------------------
18.1.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober 2009
untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp. 4.872,-
; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp. 21.900,-
tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah incasu
Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat secara
langsung; ------------------------------------------------------------------------------
18.1.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; -------------------------
18.1.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas; ------------------------------------------------------------------------------------
18.1.5 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka demi membantu
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat untuk mendistribusikan LPG
sebagaimana yang diamanatkan konstitusi jo. Undang-Undang Migas jo.
tujuan pembentukan Pertamina maka untuk menghindari “Matinya” usaha
Para Terlapor, menyebabkan Para Terlapor tidak dapat mengelakkan lagi
halaman 58 dari 383
Page 59
S A L I N A N
untuk menaikkan harga secara wajar sebesar Rp. 3.000,- untuk LPG 12
Kg, Rp. 7.250,- untuk LPG 50 Kg. ------------------------------------------------
18.2 Bahwa Perjanjian diantara Para agen LPG Bandung-Sumedang yang melibatkan
Para Terlapor dengan menaikkan harga LPG secara wajar sebesar Rp. 3000,- pada
faktanya masih jauh dari harga yang ideal, karena pada tanggal 13 Desember 2013
melalui suratnya dari Domestic Gas Region Manager III No. 4006/F13450/2013-
S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg, dengan menetapkan kenaikan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 6.900,- yaitu dari
Rp. 70.200,- menjadi Rp. 77.100,-, dan menaikkan harga LPG 50 Kg sebesar Rp.
439.250,- yaitu dari Rp. 367.750,- menjadi Rp. 807.000,-; -------------------------------
18.3 Bahwa kenaikan harga yang dilakukan Pertamina tersebut faktanya juga masih
kurang untuk menutupi kerugian negara, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya
kembali Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3
tertanggal 31 Desember 2013, perihal Penyesuaian Harga LPG 12 Kg dan 50 Kg,
yang menaikkan harga LPG 12 Kg menjadi Rp.124.700,-. Untuk lebih jelasnya
perihal kenaikan tersebut sebagaimana di bawah ini: --------------------------------------
Penetapan Harga LPG Pertamina Dan Kenaikannya
No. Dasar Penetapan LPG 12 Kg LPG 50 Kg Keterangan
1. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.205/F13130/2009-S8, tanggal 9 Oktober 2009
Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- -
2. Surat Pertamina dari Domestic Gas Region Manager III No.4006/F13450/2013-S3, Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg, tanggal 13 Desember 2013
Rp. 77.100,- Rp. 807.000,- LPG 12 Kg naik Rp. 6.900,-;
LPG 50 Kg naik Rp.439.250,-
3. Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3 tertanggal 31 Desember 2013
Rp.124.700,- - LPG 12 Kg naik Rp.54.500,-
Tabel di atas menunjukkan kenaikan harga LPG dari tanggal 9 Oktober 2009 s.d
31 Desember 2013 yang merupakan waktu seputar tanggal 21 Juni 2011 sampai
halaman 59 dari 383
Page 60
S A L I N A N
dengan 15 Desember 2013 sebagai tempus dugaan pelanggaran yang dituduhkan
kepada Terlapor. -----------------------------------------------------------------------------
18.4 Bahwa pasca penetapan harga oleh Para Terlapor tidak mematikan persaingan
antara agen LPG di Kota Bandung-Sumedang: ---------------------------------------------
18.4.1 Bahwa setelah ditandatanganinya kesepakatan bersama harga jual LPG
anggota bidang LPG Hiswana migas DPC Bandung Sumedang tertanggal
21 Juni 2011 pada faktanya para agen LPG tidak mengikuti harga yang
sebagaimana telah disepakati dan masyarakat sebagai konsumen juga
secara otomatis juga tidak membeli harga sesuai dengan perjanjian
tersebut, sehingga hal ini membuktikan bahwa harga yang berlaku di
pasar masih bersaing secara sempurna dan kesepakatan tersebut tidak
berjalan efektif atau dengan kata lain hanya perjanjian diatas kertas tanpa
ada realisasinya; ----------------------------------------------------------------------
18.4.2 Bahwa dengan tidak efektifnya perjanjian tersebut dan masih bersaing
secara sempurna, maka para Terlapor tidak mematikan persaingan usaha
para Agen LPG dan konsumen juga tidak dibebani kewajiban untuk
membayar harga LPG 12 Kg dan 50 Kg yang didasari perjanjian tersebut;
18.5 Bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor tidak bersifat melawan
hukum secara materiil sebagaimana ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; -------------------------------------------------------------------------------------------
18.6 Bahwa Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menentukan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”; --------
18.7 Bahwa dalam kaitannya dengan kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Hiswana
Migas DPC Bandung-Sumedang tertanggal 21 Juni 2011 yang melibatkan Para
Terlapor, bahwa ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
secara formal telah memenuhi unsurnya. Namun tidak serta merta menjadikan Para
Terlapor dapat dijerat dengan Pasal tersebut, sebab dengan adanya kesepakatan
tersebut mampu memenuhi distribusi kebutuhan LPG masyarakat yang juga
membantu Pemerintah untuk melayani masyarakat, menciptakan kegiatan usaha
yang kondusif antara pelaku usaha LPG di Bandung-Sumedang yang berujung
dapat membuat pelaku usaha bertahan dalam menjalankan usahanya pada saat
meningkatnya biaya operasional. Ringkasnya lebih baik Para Terlapor menaikkan
harga secara wajar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas LPG daripada
masyarakat tidak terlayani kebutuhannya karena matinya usaha Para Terlapor; ------
halaman 60 dari 383
Page 61
S A L I N A N
18.8 Bahwa alasan Para Terlapor membuat kesepakatan tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 5 ayat (1) yang bertujuan agar konsumen
tidak dirugikan dengan adanya penetapan harga oleh pelaku usaha (vide Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, karena faktanya konsumen sama sekali tidak
merasa dirugikan oleh Para Terlapor bahkan konsumen merasa terlayani oleh Para
Terlapor sebagaimana ilustrasi di bawah ini: -----------------------------------------------
18.9 Bahwa “Konsumen A membeli LPG kepada Agen X yang berjarak 2-10 KM dari
rumahnya (di bawah 60 KM sebagaimana Surat Edaran Pertamina). Untuk
mengambil LPG tersebut konsumen A harus mengeluarkan tenaga, watu dan biaya
operasional ke agen X, yang biaya operasional tersebut dapat melebihi Rp.3.000,-
sebagai kenaikan harga yang ditetapkan agen X. Namun dengan di antarkannya
LPG tersebut (delivery) oleh agen X ke rumah Konsumen menjadikan konsumen A
tidak mengeluarkan Tenaga, waktu dan biaya operasional yang bisa melebihi Rp.
3.000,-“ ------------------------------------------------------------------------------------------
18.10 Bahwa tenaga dan waktu serta biaya operasional yang dikeluarkan oleh Konsumen
A apabila mengambil ke tempat agen X tersebut tentu saja di atas Rp. 3.000,-
sebagai pengetahuan umum (notoir feiten). Bandingkan dengan ongkos Angkutan
Umum Bajaj, Ojek dan Angkutan Kota. Apalagi di bandingkan dengan biaya
menggunakan kendaraan pribadi yang belum termasuk parkir; --------------------------
18.11 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut dikaitkan dengan Pasal 3 dan konsideran
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat membuktikan bahwa kesepakatan
yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat
yang dapat merugikan masyarakat; -----------------------------------------------------------
18.12 Bahwa hal ini tampak dengan adanya penetapan harga tersebut yang jauh di bawah
dari harga yang ditetapkan Pertamina di kemudian hari sebagaimana yang telah
kami uraikan di atas (vide tabel) dapat: ------------------------------------------------------
18.12.1 Menjaga Kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat; ---------------------------------------------------------------------------------
18.12.2 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil;--------------------------------------------------------------
halaman 61 dari 383
Page 62
S A L I N A N
18.12.3 Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan; ----------------------------------------------
18.12.4 Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha. ------------------
18.13 Bahwa dalam kaitannya dengan keharusan adanya sifat melawan hukum pada
kandungan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, baik sifat
melawan hukum keperdataan (onrechtmatige daad) maupun dalam hukum publik
incasu pidana (wederrechtelijkheid) perbuatan Para Terlapor yang menandatangani
kesepakatan harga jual LPG tersebut sama sekali tidak terpenuhi; ----------------------
18.14 Bahwa ditinjau dari perbuatan melawan hukum pada lapangan hukum keperdataan
yang diukur melalui Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Dan
kemudian berkembang melalui Arrest Hogeraad (HR 31-01-1919, NJ 1919, 161)
dalam perkara Cohen VS Lidenbaum yang menentukan Perbuatan melawan hukum
sebagai “Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, Bertentangan dengan
hak subjektif orang lain, Bertentangan dengan kesusilaan, Bertentangan dengan
kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian” (vide Rosa Agustina, Perbuatan Melawan
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003); ------------------------
18.15 Bahwa kesepakatan bersama yang dibuat oleh Para Terlapor dengan tujuan agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara para agen dan dalam rangka untuk
tetap dapat melayani distribusi LPG kepada masyarakat Bandung-Sumedang, yang
tidak menyebabkan kerugian pada masyarakat orang lain bukanlah perbuatan
melawan hukum sebagaimana yang dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata Arrest
Cohen VS Lidenbaum tersebut; ----------------------------------------------------------------
18.16 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut merupakan bentuk administrative penal
law (hukum administrasi yang mempunyai sanksi pidana) yang bersifat ultimum
remedium dengan adanya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 bahwa sifat melawan hukumnya dalam perspektif hukum publik yang
mempunyai sifat pencelaan oleh masyarakat atau mengakibatkan kegoncangan
dalam neraca keseimbangan masyarakat (wederrechtelijkheid) (vide Indriyanto
Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2007); -----------------------------------------------------------------------------------
18.17 Bahwa dalam hubungannya dengan perbuatan Para Terlapor yang mengadakan
kesepakatan harga jual LPG dengan alasan: ------------------------------------------------
18.17.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina yang menyebabkan
persaingan di antara agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi
halaman 62 dari 383
Page 63
S A L I N A N
tidak kondusif dan hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku
usaha kecil. Hal ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen
yaitu agen satu merebut pelanggan agen lainnya; -------------------------------
18.17.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober 2009
untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp. 4.872,-
; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp. 21.900,-
tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah incasu
Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat secara
langsung; ------------------------------------------------------------------------------
18.17.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; -------------------------
18.17.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas. ------------------------------------------------------------------------------------
18.18 Bahwa yang berdampak kepada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas LPG
dengan harga yang wajar dan tidak mematikan usaha Para Terlapor, maka
perbuatan Para Terlapor yang membuat kesepakatan harga jual LPG tersebut tidak
terdapat unsur melawan hukumnya wederrechtelijkheid. Dengan kata lain tidak
terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Terlapor sehingga
Para Terlapor sudah sepatutnya untuk dibebaskan dari tuduhan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut; -------------------------------------------
18.19 Bahwa kiranya Majelis Komisi dapat membandingkan dengan putusan Mahkamah
Agung No. 81 K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977 dalam perkara tindak pidana
korupsi Ir. Moch Otjo Danaatmadja; ---------------------------------------------------------
18.20 Bahwa Sdr. Ir. Moch Otjo Danaatmadja sebagai kepala kesatuan hutan didakwa
melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 64 KUHPidana jo. Pasal 415
KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp Tahun 1960 dan Pasal 64
KUHPidana jo. Pasal 372 KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp
Tahun 1960 atas perbuatannya yang memindahkan anggaran reboisasi dengan
membeli alat-alat untuk menangkap Pelaku pembalak liar. Dalam tingkat pertama
Ia dinyatakan bersalah dan dihukum, kemudian pada tingkat Banding Majelis
Hakim Banding memberikan pertimbangan yang melepaskan ia dari hukuman yang
halaman 63 dari 383
Page 64
S A L I N A N
mana pertimbangan ini disetujui oleh Mahkamah Agung, yaitu dengan
pertimbangannya (Ibid, Indriyanto Seno Adji): ---------------------------------------------
18.20.1 Bahwa oleh karena itu yang menjadi dasar dari Pengadilan Tinggi dalam
mengadili perkara ini bukanlah “de formeele wederrechtelijkheid”, tetapi
“de materiele wederrechtelijkheid”, yang berarti sifat melawan hukum
yang sebenarnya tidak hanya berdasarkan rumusan Undang-Undang
positif, tetapi juga berakar pada azas-azas umum yang bersendikan
hukum; ---------------------------------------------------------------------------------
18.20.2 Bahwa oleh karena itu, perbuatan-perbuatan Terdakwa ditinjau dari segi
kebutuhan yang laba adalah unsur yang essential atau dengan perkataan
lain kepentingan dalam kemasyarakatan yang oleh perbuatan Terdakwa
mendapatkan pelayan, maka semuanya itu menurut penilaian pengadilan
tinggi adalah perbuatan-perbuatan menguntungkan, karenanya juga
mengerjakan kepentingan umum; -------------------------------------------------
18.20.3 Menimbang bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang diuraikan di
atas, yaitu faktor kepentingan umum yang dikerjakan oleh Terdakwa,
faktor keuntungan pribadi yang tidak diperoleh oleh Terdakwa dan
akhirnya faktor kerugian yang tidak diderita oleh negara dan masyarakat,
semuanya itu adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai untuk
menghapus perbuatan melawan hukum dari perbuatan-perbuatan
Terdakwa yang formil dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan
kepada Terdakwa. --------------------------------------------------------------------
18.21 Bahwa hilangnya sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Sdr. Otjo
Danaatmadja tersebut meskipun secara formil (Undang-Undang) terbukti sama
dengan perbuatan yang dilakukan oleh Para Terlapor dengan mengadakan
kesepakatan bersama harga jual LPG, yang bertujuan untuk melayani kepentingan
masyarakat dalam mendapatkan LPG dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat Bandung-Sumedang. Disamping adanya kepentingan diri Para Terlapor
agar usahanya tidak mati dalam menghadapi peningkatan biaya operasional, yang
tidak seiring dengan penetapan harga LPG oleh Pertamina. (Bandingkan dengan
Arrest Hogeraad tanggal 20 Februari 1933, N.J. 1933 Tentang Huizeene
Veeartsarest atau arrest dokter hewan dari desa Huizen vide P.A.F Lamintang,
Sinar Baru, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, 1984); ------------------
18.22 Bahwa dalam perkara yang hampir sama tetapi dengan tuduhan Pasal yang berbeda
yaitu Pasal 8 sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 5 K/KPPU/2007 dapat
ditarik kaidah hukum “bahwa pengaturan harga oleh konsorsium tidak
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak menggangu usaha
halaman 64 dari 383
Page 65
S A L I N A N
produk semen lain”. Sehubungan dengan kesepakatan harga jual yang dibuat oleh
Para Terlapor, faktanya tidak menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
harga LPG yang berlaku di pasaran Bandung-Sumedang masih mengikuti
mekanisme pasar sempurna dan tidak merugikan masyarakat sebagaimana yang
telah kami uraikan di atas; ---------------------------------------------------------------------
18.23 Bahwa terlepas dari hal yang telah kemukakan di atas, bahwa Para Terlapor pada
faktanya menjual tidak mengikuti kesepakatan penentuan harga LPG tersebut,
melainkan menyerahkannya kepada mekanisme pasar agar tetap dapat berusaha
“tetap hidup” dan tetap pula dapat melayani kebutuhan masyarakat atas LPG
hingga perubahan harga oleh PERTAMINA melalui suratnya dari Domestic Gas
Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal
Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg; --------------------------------------------
18.24 Bahwa dengan demikian nyatalah ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tidak dapat dikenakan kepada Para Terlapor, karena
kesepakatan harga yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menyebabkan kerugian
pada masyarakat tetapi malah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat atas LPG. Oleh karena itulah kami mohon agar
Majelis Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas semua
tuduhan; -------------------------------------------------------------------------------------------
18.25 Bahwa berdasarkan hal yang telah kami uraikan di atas, maka kami mohon Majelis
Komisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk membebaskan atau melepaskan
Para Terlapor atas segala dugaan pelanggaran Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------
18.26 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor II untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
19. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor III (PT Sumber Kerang
Indah) menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada
pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T18, T19): ----------------------------------
19.1 Bahwa yang menjadi latar belakang adanya perjanjian yang dibuat oleh Para
Terlapor dalam perkara ini yaitu: -------------------------------------------------------------
19.1.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagaimana yang diatur
dalam Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009/S3 tanggal 9 Oktober 2009 Perihal Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg jo. Surat Manajer Gas
halaman 65 dari 383
Page 66
S A L I N A N
Domestik Region II No. 6648/F12500/2009-S3 tanggal 09 Oktober 2009
jo. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.
205/F13130/2009-S8 Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung 6
Kg, 12 Kg dan 50 Kg, yang menyebabkan persaingan di antara agen-agen
di wilayah Bandung-Sumedang menjadi tidak kondusif dan hilangnya
jaminan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Hal ini terbukti
dengan adanya kanibalisme sesama agen yaitu agen satu merebut
pelanggan agen lainnya; ------------------------------------------------------------
19.1.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober 2009
untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp. 4.872,-
; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp. 21.900,-
tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah incasu
Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat secara
langsung; ------------------------------------------------------------------------------
19.1.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; -------------------------
19.1.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas; -----------------------------------------------------------------------------------
19.1.5 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka demi membantu
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat untuk mendistribusikan LPG
sebagaimana yang diamanatkan konstitusi jo. Undang-Undang Migas jo.
tujuan pembentukan Pertamina maka untuk menghindari “Matinya” usaha
Para Terlapor, menyebabkan Para Terlapor tidak dapat mengelakkan lagi
untuk menaikkan harga secara wajar sebesar Rp. 3.000,- untuk LPG 12
Kg, Rp. 7.250,- untuk LPG 50 Kg. ------------------------------------------------
19.2 Bahwa Perjanjian diantara Para agen LPG Bandung-Sumedang yang melibatkan
Para Terlapor dengan menaikkan harga LPG secara wajar sebesar Rp. 3000,- pada
faktanya masih jauh dari harga yang ideal, karena pada tanggal 13 Desember 2013
melalui suratnya dari Domestic Gas Region Manager III No. 4006/F13450/2013-
S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg, dengan menetapkan kenaikan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 6.900,- yaitu dari
halaman 66 dari 383
Page 67
S A L I N A N
Rp. 70.200,- menjadi Rp. 77.100,-, dan menaikan harga LPG 50 Kg sebesar Rp.
439.250,- yaitu dari Rp. 367.750,- menjadi Rp. 807.000,-; -------------------------------
19.3 Bahwa kenaikan harga yang dilakukan Pertamina tersebut faktanya juga masih
kurang untuk menutupi kerugian negara, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya
kembali Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3
tertanggal 31 Desember 2013, perihal Penyesuaian Harga LPG 12 Kg dan 50 Kg,
yang menaikkan harga LPG 12 Kg menjadi Rp.124.700,-. Untuk lebih jelasnya
perihal kenaikan tersebut sebagaimana di bawah ini: --------------------------------------
Penetapan Harga LPG Pertamina Dan Kenaikannya
No. Dasar Penetapan LPG 12 Kg LPG 50 Kg Keterangan
1. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.205/F13130/2009-S8, tanggal 9 Oktober 2009
Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- -
2. Surat Pertamina dari Domestic Gas Region Manager III No.4006/F13450/2013-S3, Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg, tanggal 13 Desember 2013
Rp. 77.100,- Rp. 807.000,-. LPG 12 Kg naik
Rp. 6.900,-;
LPG 50 Kg naik
Rp.439.250,-
3. Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3 tertanggal 31 Desember 2013
Rp.124.700,- - LPG 12 Kg naik
Rp.54.500,-
Tabel di atas menunjukkan kenaikan harga LPG dari tanggal 9 Oktober 2009 s.d
31 Desember 2013 yang merupakan waktu seputar tanggal 21 Juni 2011 sampai
dengan 15 Desember 2013 sebagai tempus dugaan pelanggaran yang dituduhkan
kepada Terlapor. -----------------------------------------------------------------------------
19.4 Bahwa pasca penetapan harga oleh Para Terlapor tidak mematikan persaingan
antara agen LPG di Kota Bandung-Sumedang: ---------------------------------------------
halaman 67 dari 383
Page 68
S A L I N A N
19.4.1 Bahwa setelah ditandatanganinya kesepakatan bersama harga jual LPG
anggota bidang LPG Hiswana migas DPC Bandung Sumedang tertanggal
21 Juni 2011 pada faktanya para agen LPG tidak mengikuti harga yang
sebagaimana telah disepakati dan masyarakat sebagai konsumen juga
secara otomatis juga tidak membeli harga sesuai dengan perjanjian
tersebut, sehingga hal ini membuktikan bahwa harga yang berlaku di
pasar masih bersaing secara sempurna dan kesepakatan tersebut tidak
berjalan efektif atau dengan kata lain hanya perjanjian diatas kertas tanpa
ada realisasinya; ----------------------------------------------------------------------
19.4.2 Bahwa dengan tidak efektifnya perjanjian tersebut dan masih bersaing
secara sempurna, maka para Terlapor tidak mematikan persaingan usaha
para Agen LPG dan konsumen juga tidak dibebani kewajiban untuk
membayar harga LPG 12 Kg dan 50 Kg yang didasari perjanjian tersebut;
19.5 Bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor tidak bersifat melawan
hukum secara materiil sebagaimana ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; -------------------------------------------------------------------------------------------
19.6 Bahwa Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menentukan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”; -----
19.7 Bahwa dalam kaitannya dengan kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Hiswana
Migas DPC Bandung-Sumedang tertanggal 21 Juni 2011 yang melibatkan Para
Terlapor, bahwa ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
secara formal telah memenuhi unsurnya. Namun tidak serta merta menjadikan Para
Terlapor dapat dijerat dengan Pasal tersebut, sebab dengan adanya kesepakatan
tersebut mampu memenuhi distribusi kebutuhan LPG masyarakat yang juga
membantu Pemerintah untuk melayani masyarakat, menciptakan kegiatan usaha
yang kondusif antara pelaku usaha LPG di Bandung-Sumedang yang berujung
dapat membuat pelaku usaha bertahan dalam menjalankan usahanya pada saat
meningkatnya biaya operasional. Ringkasnya lebih baik Para Terlapor menaikkan
harga secara wajar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas LPG daripada
masyarakat tidak terlayani kebutuhannya karena matinya usaha Para Terlapor; ------
19.8 Bahwa alasan Para Terlapor membuat kesepakatan tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 5 ayat (1) yang bertujuan agar konsumen
tidak dirugikan dengan adanya penetapan harga oleh pelaku usaha (vide Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga)
halaman 68 dari 383
Page 69
S A L I N A N
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat], karena faktanya konsumen sama sekali tidak
merasa dirugikan oleh Para Terlapor bahkan konsumen merasa terlayani oleh Para
Terlapor sebagaimana ilustrasi di bawah ini: -----------------------------------------------
“Konsumen A membeli LPG kepada Agen X yang berjarak 2-10 KM dari
rumahnya (di bawah 60 KM sebagaimana Surat Edaran Pertamina). Untuk
mengambil LPG tersebut konsumen A harus mengeluarkan tenaga, watu dan
biaya operasional ke agen X, yang biaya operasional tersebut dapat melebihi
Rp.3.000,- sebagai kenaikan harga yang ditetapkan agen X. Namun dengan di
antarkannya LPG tersebut (delivery) oleh agen X ke rumah Konsumen
menjadikan konsumen A tidak mengeluarkan Tenaga, waktu dan biaya
operasional yang bisa melebihi Rp. 3.000,-“ --------------------------------------------
19.9 Bahwa tenaga dan waktu serta biaya operasional yang dikeluarkan oleh Konsumen
A apabila mengambil ke tempat agen X tersebut tentu saja di atas Rp. 3.000,-
sebagai pengetahuan umum (notoir feiten). Bandingkan dengan ongkos Angkutan
Umum Bajaj, Ojek dan Angkutan Kota. Apalagi di bandingkan dengan biaya
menggunakan kendaraan pribadi yang belum termasuk parkir; --------------------------
19.10 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut dikaitkan dengan Pasal 3 dan konsideran
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat membuktikan bahwa kesepakatan
yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat
yang dapat merugikan masyarakat; -----------------------------------------------------------
19.11 Bahwa hal ini tampak dengan adanya penetapan harga tersebut yang jauh di bawah
dari harga yang ditetapkan Pertamina di kemudian hari sebagaimana yang telah
kami uraikan di atas (vide tabel) dapat: ------------------------------------------------------
19.11.1 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat; ---------------------------------------------------------------------------------
19.11.2 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil;--------------------------------------------------------------
19.11.3 Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan; ----------------------------------------------
19.11.4 Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha. ------------------
19.12 Bahwa dalam kaitannya dengan keharusan adanya sifat melawan hukum pada
kandungan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, baik sifat
halaman 69 dari 383
Page 70
S A L I N A N
melawan hukum keperdataan (onrechtmatige daad) maupun dalam hukum publik
incasu pidana (wederrechtelijkheid) perbuatan Para Terlapor yang menandatangani
kesepakatan harga jual LPG tersebut sama sekali tidak terpenuhi; ----------------------
19.13 Bahwa ditinjau dari perbuatan melawan hukum pada lapangan hukum keperdataan
yang diukur melalui Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Dan kemudian berkembang melalui arrest Hogeraad (HR 31-01-1919, NJ 1919,
161) dalam perkara Cohen VS Lidenbaum yang menentukan Perbuatan melawan
hukum sebagai “Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, Bertentangan
dengan hak subjektif orang lain, Bertentangan dengan kesusilaan, Bertentangan
dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian” (vide Rosa Agustina, Perbuatan
Melawan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003); ------------
19.14 Bahwa kesepakatan bersama yang dibuat oleh Para Terlapor dengan tujuan agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara para agen dan dalam rangka untuk
tetap dapat melayani distribusi LPG kepada masyarakat Bandung-Sumedang, yang
tidak menyebabkan kerugian pada masyarakat orang lain bukanlah perbuatan
melawan hukum sebagaimana yang dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata Arrest
Cohen VS Lidenbaum tersebut; ----------------------------------------------------------------
19.15 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut merupakan bentuk administrative penal
law (hukum administrasi yang mempunyai sanksi pidana) yang bersifat ultimum
remedium dengan adanya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 bahwa sifat melawan hukumnya dalam perspektif hukum publik yang
mempunyai sifat pencelaan oleh masyarakat atau mengakibatkan kegoncangan
dalam neraca keseimbangan masyarakat (wederrechtelijkheid) (vide Indriyanto
Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2007); -----------------------------------------------------------------------------------
19.16 Bahwa dalam hubungannya dengan perbuatan Para Terlapor yang mengadakan
kesepakatan harga jual LPG dengan alasan: ------------------------------------------------
19.16.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina yang menyebabkan
persaingan di antara agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi
tidak kondusif dan hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku
usaha kecil. Hal ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen
yaitu agen satu merebut pelanggan agen lainnya; ------------------------------
halaman 70 dari 383
Page 71
S A L I N A N
19.16.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober 2009
untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp. 4.872,-
; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp. 21.900,-
tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah incasu
Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat secara
langsung; ------------------------------------------------------------------------------
19.16.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; -------------------------
19.16.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas. -----------------------------------------------------------------------------------
19.17 Bahwa yang berdampak kepada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas LPG
dengan harga yang wajar dan tidak mematikan usaha Para Terlapor, maka
perbuatan Para Terlapor yang membuat kesepakatan harga jual LPG tersebut tidak
terdapat unsur melawan hukumnya wederrechtelijkheid. Dengan kata lain tidak
terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Terlapor sehingga
Para Terlapor sudah sepatutnya untuk dibebaskan dari tuduhan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut; -------------------------------------------
19.18 Bahwa kiranya Majelis Komisi dapat membandingkan dengan putusan Mahkamah
Agung No. 81 K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977 dalam perkara tindak pidana
korupsi Ir. Moch Otjo Danaatmadja; ---------------------------------------------------------
19.19 Bahwa Sdr. Ir. Moch Otjo Danaatmadja sebagai kepala kesatuan hutan didakwa
melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 64 KUHPidana jo. Pasal 415
KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp Tahun 1960 dan Pasal 64
KUHPidana jo. Pasal 372 KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undan No.24 Prp
Tahun 1960 atas perbuatannya yang memindahkan anggaran reboisasi dengan
membeli alat-alat untuk menangkap Pelaku pembalak liar. Dalam tingkat pertama
Ia dinyatakan bersalah dan dihukum, kemudian pada tingkat Banding Majelis
Hakim Banding memberikan pertimbangan yang melepaskan Ia dari hukuman
yang mana pertimbangan ini disetujui oleh Mahkamah Agung, yaitu dengan
pertimbangannya (Ibid, Indriyanto Seno Adji): ---------------------------------------------
19.19.1 Bahwa oleh karena itu yang menjadi dasar dari Pengadilan Tinggi dalam
mengadili perkara ini bukanlah “de formeele wederrechtelijkheid”, tetapi
halaman 71 dari 383
Page 72
S A L I N A N
“de materiele wederrechtelijkheid”, yang berarti sifat melawan hukum
yang sebenarnya tidak hanya berdasarkan rumusan Undang-Undang
positif, tetapi juga berakar pada azas-azas umum yang bersendikan
hukum; --------------------------------------------------------------------------------
19.19.2 Bahwa oleh karena itu, perbuatan-perbuatan Terdakwa ditinjau dari segi
kebutuhan yang laba adalah unsur yang essential atau dengan perkataan
lain kepentingan dalam kemasyarakatan yang oleh perbuatan Terdakwa
mendapatkan pelayan, maka semuanya itu menurut penilaian pengadilan
tinggi adalah perbuatan-perbuatan menguntungkan, karenanya juga
mengerjakan kepentingan umum; -------------------------------------------------
19.19.3 Menimbang bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang diuraikan di
atas, yaitu faktor kepentingan umum yang dikerjakan oleh Terdakwa,
faktor keuntungan pribadi yang tidak diperoleh oleh Terdakwa dan
akhirnya faktor kerugian yang tidak diderita oleh negara dan masyarakat,
semuanya itu adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai untuk
menghapus perbuatan melawan hukum dari perbuatan-perbuatan
Terdakwa yang formil dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan
kepada Terdakwa. --------------------------------------------------------------------
19.20 Bahwa hilangnya sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Sdr. Otjo
Danaatmadja tersebut meskipun secara formil (Undang-Undang) terbukti sama
dengan perbuatan yang dilakukan oleh Para Terlapor dengan mengadakan
kesepakatan bersama harga jual LPG, yang bertujuan untuk melayani kepentingan
masyarakat dalam mendapatkan LPG dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat Bandung-Sumedang. Disamping adanya kepentingan diri Para Terlapor
agar usahanya tidak mati dalam menghadapi peningkatan biaya operasional, yang
tidak seiring dengan penetapan harga LPG oleh Pertamina. (Bandingkan dengan
Arrest Hogeraad tanggal 20 Februari 1933, N.J. 1933 Tentang Huizeene
Veeartsarest atau arrest dokter hewan dari desa Huizen vide P.A.F Lamintang,
Sinar Baru, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, 1984); ------------------
19.21 Bahwa dalam perkara yang hampir sama tetapi dengan tuduhan Pasal yang berbeda
yaitu Pasal 8 sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 5 K/KPPU/2007 dapat
ditarik kaidah hukum “bahwa pengaturan harga oleh konsorsium tidak
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak menggangu usaha
produk semen lain”. Sehubungan dengan kesepakatan harga jual yang dibuat oleh
Para Terlapor, faktanya tidak menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
harga LPG yang berlaku di pasaran Bandung-Sumedang masih mengikuti
halaman 72 dari 383
Page 73
S A L I N A N
mekanisme pasar sempurna dan tidak merugikan masyarakat sebagaimana yang
telah kami uraikan di atas; ---------------------------------------------------------------------
19.22 Bahwa terlepas dari hal yang telah kemukakan di atas, bahwa Para Terlapor pada
faktanya menjual tidak mengikuti kesepakatan penentuan harga LPG tersebut,
melainkan menyerahkannya kepada mekanisme pasar agar tetap dapat berusaha
“tetap hidup” dan tetap pula dapat melayani kebutuhan masyarakat atas LPG
hingga perubahan harga oleh PERTAMINA melalui suratnya dari Domestic Gas
Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal
Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg; --------------------------------------------
19.23 Bahwa dengan demikian nyatalah ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tidak dapat dikenakan kepada Para Terlapor, karena
kesepakatan harga yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menyebabkan kerugian
pada masyarakat tetapi malah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat atas LPG. Oleh karena itulah kami mohon agar
Majelis Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas semua
tuduhan; -----------------------------------------------------------------------------------------
19.24 Bahwa berdasarkan hal yang telah kami uraikan di atas, maka kami mohon Majelis
Komisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk membebaskan atau melepaskan
Para Terlapor atas segala dugaan pelanggaran Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------
19.25 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor III untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
20. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor IV (PT Adigas Jaya
Pratama) menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada
pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T20, T21): ----------------------------------
20.1 Bahwa yang menjadi latar belakang adanya perjanjian yang dibuat oleh Para
Terlapor dalam perkara ini yaitu: -------------------------------------------------------------
20.1.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagaimana yang diatur
dalam Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009/S3 tanggal 9 Oktober 2009 Perihal Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg jo. Surat Manajer Gas
Domestik Region II No. 6648/F12500/2009-S3 tanggal 09 Oktober 2009
jo. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.
205/F13130/2009-S8 Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung 6
halaman 73 dari 383
Page 74
S A L I N A N
Kg, 12 Kg dan 50 Kg, yang menyebabkan persaingan di antara agen-agen
di wilayah Bandung-Sumedang menjadi tidak kondusif dan hilangnya
jaminan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Hal ini terbukti
dengan adanya kanibalisme sesama agen yaitu agen satu merebut
pelanggan agen lainnya; ------------------------------------------------------------
20.1.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober 2009
untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp. 4.872,-
; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp. 21.900,-
tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah incasu
Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat secara
langsung; ------------------------------------------------------------------------------
20.1.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; -------------------------
20.1.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas; -----------------------------------------------------------------------------------
20.1.5 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka demi membantu
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat untuk mendistribusikan LPG
sebagaimana yang diamanatkan konstitusi jo. Undang-Undang Migas jo.
tujuan pembentukan Pertamina maka untuk menghindari “Matinya” usaha
Para Terlapor, menyebabkan Para Terlapor tidak dapat mengelakkan lagi
untuk menaikkan harga secara wajar sebesar Rp. 3.000,- untuk LPG 12
Kg, Rp. 7.250,- untuk LPG 50 Kg. ------------------------------------------------
20.2 Bahwa Perjanjian diantara Para agen LPG Bandung-Sumedang yang melibatkan
Para Terlapor dengan menaikkan harga LPG secara wajar sebesar Rp. 3000,- pada
faktanya masih jauh dari harga yang ideal, karena pada tanggal 13 Desember 2013
melalui suratnya dari Domestic Gas Region Manager III No. 4006/F13450/2013-
S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg, dengan menetapkan kenaikan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 6.900,- yaitu dari
Rp. 70.200,- menjadi Rp. 77.100,-, dan menaikan harga LPG 50 Kg sebesar Rp.
439.250,- yaitu dari Rp. 367.750,- menjadi Rp. 807.000,-; -------------------------------
halaman 74 dari 383
Page 75
S A L I N A N
20.3 Bahwa kenaikan harga yang dilakukan Pertamina tersebut faktanya juga masih
kurang untuk menutupi kerugian negara, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya
kembali Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3
tertanggal 31 Desember 2013, perihal Penyesuaian Harga LPG 12 Kg dan 50 Kg,
yang menaikkan harga LPG 12 Kg menjadi Rp.124.700,-. Untuk lebih jelasnya
perihal kenaikan tersebut sebagaimana di bawah ini: --------------------------------------
Penetapan Harga LPG Pertamina Dan Kenaikannya
No. Dasar Penetapan LPG 12 Kg LPG 50 Kg Keterangan
1. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.205/F13130/2009-S8, tanggal 9 Oktober 2009
Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- -
2. Surat Pertamina dari Domestic Gas Region Manager III No.4006/F13450/2013-S3, Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg, tanggal 13 Desember 2013
Rp. 77.100,- Rp. 807.000,-. LPG 12 Kg naik Rp. 6.900,-;
LPG 50 Kg naik Rp.439.250,-
3. Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3 tertanggal 31 Desember 2013
Rp.124.700,- - LPG 12 Kg naik Rp.54.500,-
Tabel di atas menunjukkan kenaikan harga LPG dari tanggal 9 Oktober 2009 s.d
31 Desember 2013 yang merupakan waktu seputar tanggal 21 Juni 2011 sampai
dengan 15 Desember 2013 sebagai tempus dugaan pelanggaran yang dituduhkan
kepada Terlapor. ----------------------------------------------------------------------------
20.4 Bahwa pasca penetapan harga oleh Para Terlapor tidak mematikan persaingan
antara agen LPG di Kota Bandung-Sumedang: ---------------------------------------------
20.4.1 Bahwa setelah ditandatanganinya kesepakatan bersama harga jual LPG
anggota bidang LPG Hiswana migas DPC Bandung Sumedang tertanggal
21 Juni 2011 pada faktanya para agen LPG tidak mengikuti harga yang
halaman 75 dari 383
Page 76
S A L I N A N
sebagaimana telah disepakati dan masyarakat sebagai konsumen juga
secara otomatis juga tidak membeli harga sesuai dengan perjanjian
tersebut, sehingga hal ini membuktikan bahwa harga yang berlaku di
pasar masih bersaing secara sempurna dan kesepakatan tersebut tidak
berjalan efektif atau dengan kata lain hanya perjanjian diatas kertas tanpa
ada realisasinya; ----------------------------------------------------------------------
20.4.2 Bahwa dengan tidak efektifnya perjanjian tersebut dan masih bersaing
secara sempurna, maka para Terlapor tidak mematikan persaingan usaha
para Agen LPG dan konsumen juga tidak dibebani kewajiban untuk
membayar harga LPG 12 Kg dan 50 Kg yang didasari perjanjian tersebut;
20.5 Bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor tidak bersifat melawan
hukum secara materiil sebagaimana ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------------
20.6 Bahwa Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menentukan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”; -----
20.7 Bahwa dalam kaitannya dengan kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Hiswana
Migas DPC Bandung-Sumedang tertanggal 21 Juni 2011 yang melibatkan Para
Terlapor, bahwa ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
secara formal telah memenuhi unsurnya. Namun tidak serta merta menjadikan Para
Terlapor dapat dijerat dengan Pasal tersebut, sebab dengan adanya kesepakatan
tersebut mampu memenuhi distribusi kebutuhan LPG masyarakat yang juga
membantu Pemerintah untuk melayani masyarakat, menciptakan kegiatan usaha
yang kondusif antara pelaku usaha LPG di Bandung-Sumedang yang berujung
dapat membuat pelaku usaha bertahan dalam menjalankan usahanya pada saat
meningkatnya biaya operasional. Ringkasnya lebih baik Para Terlapor menaikkan
harga secara wajar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas LPG daripada
masyarakat tidak terlayani kebutuhannya karena matinya usaha Para Terlapor; ------
20.8 Bahwa alasan Para Terlapor membuat kesepakatan tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 5 ayat (1) yang bertujuan agar konsumen
tidak dirugikan dengan adanya penetapan harga oleh pelaku usaha (vide Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, karena faktanya konsumen sama sekali tidak
halaman 76 dari 383
Page 77
S A L I N A N
merasa dirugikan oleh Para Terlapor bahkan konsumen merasa terlayani oleh Para
Terlapor sebagaimana ilustrasi di bawah ini: -----------------------------------------------
“Konsumen A membeli LPG kepada Agen X yang berjarak 2-10 KM dari
rumahnya (di bawah 60 KM sebagaimana Surat Edaran Pertamina). Untuk
mengambil LPG tersebut konsumen A harus mengeluarkan tenaga, waktu dan
biaya operasional ke agen X, yang biaya operasional tersebut dapat melebihi
Rp.3.000,- sebagai kenaikan harga yang ditetapkan agen X. Namun dengan di
antarkannya LPG tersebut (delivery) oleh agen X ke rumah Konsumen
menjadikan konsumen A tidak mengeluarkan Tenaga, waktu dan biaya
operasional yang bisa melebihi Rp. 3.000,-“ --------------------------------------------
20.9 Bahwa tenaga dan waktu serta biaya operasional yang dikeluarkan oleh Konsumen
A apabila mengambil ke tempat agen X tersebut tentu saja di atas Rp. 3.000,-
sebagai pengetahuan umum (notoir feiten). Bandingkan dengan ongkos Angkutan
Umum Bajaj, Ojek dan Angkutan Kota. Apalagi di bandingkan dengan biaya
menggunakan kendaraan pribadi yang belum termasuk parkir; --------------------------
20.10 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut dikaitkan dengan Pasal 3 dan konsideran
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat membuktikan bahwa kesepakatan
yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat
yang dapat merugikan masyarakat; -----------------------------------------------------------
20.11 Bahwa hal ini tampak dengan adanya penetapan harga tersebut yang jauh di bawah
dari harga yang ditetapkan Pertamina di kemudian hari sebagaimana yang telah
kami uraikan di atas (vide tabel) dapat: ------------------------------------------------------
20.11.1 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat; --------------------------------------------------------------------------------
20.11.2 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil; ------------------------------------------------------------
20.11.3 Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan; ---------------------------------------------
20.11.4 Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha. -----------------
20.12 Bahwa dalam kaitannya dengan keharusan adanya sifat melawan hukum pada
kandungan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, baik sifat
melawan hukum keperdataan (onrechtmatige daad) maupun dalam hukum publik
halaman 77 dari 383
Page 78
S A L I N A N
incasu pidana (wederrechtelijkheid) perbuatan Para Terlapor yang menandatangani
kesepakatan harga jual LPG tersebut sama sekali tidak terpenuhi; ----------------------
20.13 Bahwa ditinjau dari perbuatan melawan hukum pada lapangan hukum keperdataan
yang diukur melalui Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Dan kemudian berkembang melalui arrest Hogeraad (HR 31-01-1919, NJ 1919,
161) dalam perkara Cohen VS Lidenbaum yang menentukan Perbuatan melawan
hukum sebagai “Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, Bertentangan
dengan hak subjektif orang lain, Bertentangan dengan kesusilaan, Bertentangan
dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian” (vide Rosa Agustina, Perbuatan
Melawan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003); ------------
20.14 Bahwa kesepakatan bersama yang dibuat oleh Para Terlapor dengan tujuan agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara para agen dan dalam rangka untuk
tetap dapat melayani distribusi LPG kepada masyarakat Bandung-Sumedang, yang
tidak menyebabkan kerugian pada masyarakat orang lain bukanlah perbuatan
melawan hukum sebagaimana yang dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata arrest
Cohen VS Lidenbaum tersebut; ----------------------------------------------------------------
20.15 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut merupakan bentuk administrative penal
law (hukum administrasi yang mempunyai sanksi pidana) yang bersifat ultimum
remedium dengan adanya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 bahwa sifat melawan hukumnya dalam perspektif hukum publik yang
mempunyai sifat pencelaan oleh masyarakat atau mengakibatkan kegoncangan
dalam neraca keseimbangan masyarakat (wederrechtelijkheid) (vide Indriyanto
Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2007); -----------------------------------------------------------------------------------
20.16 Bahwa dalam hubungannya dengan perbuatan Para Terlapor yang mengadakan
kesepakatan harga jual LPG dengan alasan: ------------------------------------------------
20.16.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina yang menyebabkan
persaingan di antara agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi
tidak kondusif dan hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku
usaha kecil. Hal ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen
yaitu agen satu merebut pelanggan agen lainnya; ------------------------------
20.16.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
halaman 78 dari 383
Page 79
S A L I N A N
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; ---------------------------------------------------------------------
20.16.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
20.16.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas. -----------------------------------------------------------------------------------
20.17 Bahwa yang berdampak kepada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas LPG
dengan harga yang wajar dan tidak mematikan usaha Para Terlapor, maka
perbuatan Para Terlapor yang membuat kesepakatan harga jual LPG tersebut tidak
terdapat unsur melawan hukumnya wederrechtelijkheid. Dengan kata lain tidak
terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Terlapor sehingga
Para Terlapor sudah sepatutnya untuk dibebaskan dari tuduhan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut; -------------------------------------------
20.18 Bahwa kiranya Majelis Komisi dapat membandingkan dengan putusan Mahkamah
Agung No. 81 K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977 dalam perkara tindak pidana
korupsi Ir. Moch Otjo Danaatmadja; ---------------------------------------------------------
20.19 Bahwa Sdr. Ir. Moch Otjo Danaatmadja sebagai kepala kesatuan hutan didakwa
melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 64 KUHPidana jo. Pasal 415
KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp Tahun 1960 dan Pasal 64
KUHPidana jo. Pasal 372 KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp
Tahun 1960 atas perbuatannya yang memindahkan anggaran reboisasi dengan
membeli alat-alat untuk menangkap Pelaku pembalak liar. Dalam tingkat pertama
Ia dinyatakan bersalah dan dihukum, kemudian pada tingkat Banding Majelis
Hakim Banding memberikan pertimbangan yang melepaskan Ia dari hukuman
yang mana pertimbangan ini disetujui oleh Mahkamah Agung, yaitu dengan
pertimbangannya (Ibid, Indriyanto Seno Adji): ---------------------------------------------
20.19.1 Bahwa oleh karena itu yang menjadi dasar dari Pengadilan Tinggi dalam
mengadili perkara ini bukanlah “de formeele wederrechtelijkheid”, tetapi
“de materiele wederrechtelijkheid”, yang berarti sifat melawan hukum
yang sebenarnya tidak hanya berdasarkan rumusan Undang-Undang
halaman 79 dari 383
Page 80
S A L I N A N
positif, tetapi juga berakar pada azas-azas umum yang bersendikan
hukum; -------------------------------------------------------------------------------
20.19.2 Bahwa oleh karena itu, perbuatan-perbuatan Terdakwa ditinjau dari segi
kebutuhan yang laba adalah unsur yang essential atau dengan perkataan
lain kepentingan dalam kemasyarakatan yang oleh perbuatan Terdakwa
mendapatkan pelayan, maka semuanya itu menurut penilaian pengadilan
tinggi adalah perbuatan-perbuatan menguntungkan, karenanya juga
mengerjakan kepentingan umum; ------------------------------------------------
20.19.3 Menimbang bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang diuraikan di
atas, yaitu faktor kepentingan umum yang dikerjakan oleh Terdakwa,
faktor keuntungan pribadi yang tidak diperoleh oleh Terdakwa dan
akhirnya faktor kerugian yang tidak diderita oleh negara dan masyarakat,
semuanya itu adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai untuk
menghapus perbuatan melawan hukum dari perbuatan-perbuatan
Terdakwa yang formil dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan
kepada Terdakwa. -------------------------------------------------------------------
20.20 Bahwa hilangnya sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Sdr. Otjo
Danaatmadja tersebut meskipun secara formil (Undang-Undang) terbukti sama
dengan perbuatan yang dilakukan oleh Para Terlapor dengan mengadakan
kesepakatan bersama harga jual LPG, yang bertujuan untuk melayani kepentingan
masyarakat dalam mendapatkan LPG dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat Bandung-Sumedang. Disamping adanya kepentingan diri Para Terlapor
agar usahanya tidak mati dalam menghadapi peningkatan biaya operasional, yang
tidak seiring dengan penetapan harga LPG oleh Pertamina. (Bandingkan dengan
Arrest Hogeraad tanggal 20 Februari 1933, N.J. 1933 Tentang Huizeene
Veeartsarest atau arrest dokter hewan dari desa Huizen vide P.A.F Lamintang,
Sinar Baru, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, 1984); ------------------
20.21 Bahwa dalam perkara yang hampir sama tetapi dengan tuduhan Pasal yang berbeda
yaitu Pasal 8 sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 5 K/KPPU/2007 dapat
ditarik kaidah hukum “bahwa pengaturan harga oleh konsorsium tidak
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak menggangu usaha
produk semen lain”. Sehubungan dengan kesepakatan harga jual yang dibuat oleh
Para Terlapor, faktanya tidak menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
harga LPG yang berlaku di pasaran Bandung-Sumedang masih mengikuti
mekanisme pasar sempurna dan tidak merugikan masyarakat sebagaimana yang
telah kami uraikan di atas; ---------------------------------------------------------------------
halaman 80 dari 383
Page 81
S A L I N A N
20.22 Bahwa terlepas dari hal yang telah kemukakan di atas, bahwa Para Terlapor pada
faktanya menjual tidak mengikuti kesepakatan penentuan harga LPG tersebut,
melainkan menyerahkannya kepada mekanisme pasar agar tetap dapat berusaha
“tetap hidup” dan tetap pula dapat melayani kebutuhan masyarakat atas LPG
hingga perubahan harga oleh PERTAMINA melalui suratnya dari Domestic Gas
Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal
Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg; --------------------------------------------
20.23 Bahwa dengan demikian nyatalah ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tidak dapat dikenakan kepada Para Terlapor, karena
kesepakatan harga yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menyebabkan kerugian
pada masyarakat tetapi malah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat atas LPG. Oleh karena itulah kami mohon agar
Majelis Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas semua
tuduhan; -----------------------------------------------------------------------------------------
20.24 Bahwa berdasarkan hal yang telah kami uraikan di atas, maka kami mohon Majelis
Komisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk membebaskan atau melepaskan
Para Terlapor atas segala dugaan pelanggaran Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------
20.25 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor IV untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
21. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor V (PT Tirta Gangga Tama)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T22): -----------------------------------------------------
21.1 Bahwa harga yang ditetapkan PT Pertamina (Persero) adalah harga franco gudang.
Disisi lain adanya harga yang sampai atau yang diterima oleh pihak toko/sales
point/konsumen bertambah adalah merupakan biaya ongkos angkut, biaya bongkar
muat dan biaya peminjaman tabung dari Pihak Terlpaor oleh toko/sales
point/konsumen dibebankan pada penambahan harga jual; -------------------------------
21.2 Bahwa pada hakekatnya dalam distribusi produk LPG Pertamina tidak adanya
persaingan antara Terlapor yang satu dengan Terlapor lainnya, hal ini terlihat
dengan dasar kuota atau alokasi yang ditetapkan oleh pihak PT Pertamina (Persero)
untuk para Terlapor; ----------------------------------------------------------------------------
21.3 Bahwa kuota atau alokasi tersebut hanya cukup memenuhi permintaan atau
kebutuhan para pelanggan masing-masing Terlapor, karena dalam distribusi LPG
tersebut tidak dibernarkan melakukan penimbunan atau penumpukan LPG di
halaman 81 dari 383
Page 82
S A L I N A N
gudang, jadi setiap alokasi yang diberikan dan dibeli hari ini, harus segera
didistribusikan dan habis; ----------------------------------------------------------------------
21.4 Bahwa diadakannya kesepakatan harga tentang ongkos kirim/ongkos angkut
supaya jangan sampai terjadi harga yang terlampau tinggi yang dapat memberatkan
konsumen; ----------------------------------------------------------------------------------------
21.5 Bahwa Terlapor sebagai agen hanya menjual prosuk Pertamina yaitu berupa LPG
ukuran 12 Kg dan 50 Kg dan tidak diperbolehkan menjual produk lain; ---------------
21.6 Bahwa kesepakatan harga yang terjadi pada tanggal 21 Juni 2011 tidak efektif
karena dalam pelaksanaannya tidak dilakukan oleh Terlapor dengan sebenar-
benarnya dimana tujuan Terlapor hanya ingin membantu konsumen agar tidak
terjadi ketimpangan harga ongkos kirim karena yang menjadi patokan harga adalah
harga dari Pertamina; ---------------------------------------------------------------------------
21.7 Bahwa para Terlapor hanya menjual produk yang sama maka tidak terdapat unsur
persaingan; ---------------------------------------------------------------------------------------
21.8 Bahwa tidak ada landasan kami selaku Terlapor melakukan monopoli karena antara
Terlapor yang satu dengan lainnya sama-sama menjual LPG. ---------------------------
22. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor VI (PT Arias Mas)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T24): -----------------------------------------------------
22.1 Bahwa berdasarkan LDP Tim Investigator bulan Agustus Tahun 2014 pada Sidang
Majelis Komisi Pemeriksaan Pendahuluan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
yang dibacakan pada tanggal 4 September 2014 bahwa terlapor VI yaitu PT Arias
Mas bersama-sama terlapor lainnya (terlapor I sampai dengan V, VII sampai
dengan XVII) telah diduga melakukan Pelanggaran Pasal 5 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999; ----------------------------------------------------------------
22.2 Bahwa terkait penjualan Liquefied Petroleum Gas ( LPG ) di wilayah Bandung -
Sumedang yang mendasarkan : ---------------------------------------------------------------
22.2.1 Bahwa keterangan dari Hiswana Migas DPC Bandung–Sumedang
diketahui bahwa: terdapat kesepakatan penentuan harga jual LPG (LPG)
tabung 12 Kg, tabung 50 Kg dan bulk, yang tertuang pada surat
Kesepakatan Bersama harga jual LPG tanggal 21 Juni 2011; ----------------
22.2.2 Bahwa terdapat persamaan harga jual konsumen untuk LPG 12 Kg dari
tahun 2009 sampai dengan bulan Maret 2013 antara PT Limas Raga Inti
dan PT Sawito Indah Berkah dengan harga yang tercantum pada surat
kesepakatan harga jual LPG anggota bidang LPG Himpunan Wiraswasta
Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) DPC Bandung –
Sumedang pada produk LPG Ukuran 12 Kg, 50 Kg dan bulk pertanggal
halaman 82 dari 383
Page 83
S A L I N A N
21 Juni 2011 yaitu sebesar Rp. 73.200,- per tabung, dimana seharusnya
harga jual dari agen ke konsumen berdasarkan surat edaran Pertamina
sebesar Rp. 70.200.- per tabung. --------------------------------------------------
22.3 Bahwa adapun bantahan/sanggahan/keberatan Terlapor VI, adalah sebagai berikut :
22.3.1 Bahwa pada tahun 2011 tepatnya hari Selasa, 21 Juni kami mengakui
bersepakat mengenai harga jual isi tabung LPG 12 Kg sebesar Rp.
71.200,- per tabung franco sub agen /penyalur /toko /sales point dan isi
tabung LPG 50 Kg sebesar Rp. 375.000,- per tabung franco konsumen
akhir (end user) dan pengguna perantara (industri/restoran/hotel/rumah
sakit); ---------------------------------------------------------------------------------
22.3.2 Bahwa kesepakatan tersebut dibuat untuk dimintakan persetujuannya
kepada PT Pertamina selaku principal LPG 12 Kg & 50 Kg namun
ternyata pihak PT Pertamina tidak menyetujuinya sehingga kesepakatan
tersebut tidak jadi dilaksanakan, artinya kesepakatan tersebut gugur
dengan sendirinya. Yang kami ketahui kesepakatan tersebut tidak
dibagikan kepada anggota Hiswana Migas Bandung-Sumedang karena
kami baru menerima fotocopynya setelah KPPU melakukan pemeriksaan
kepada agen-agen LPG 12 Kg&50 Kg di wilayah Bandung–Sumedang;
22.3.3 Bahwa untuk memperkuat tidak dilaksanakannya kesepakatan tersebut
berikut kami sampaikan bukti berupa bon penjualan ke sales point atau
toko yang terjadi pada rentang waktu kesepakatan dibuat sebelum ada
perubahan harga dari Pertamina. -------------------------------------------------
Perubahan harga dari Pertamina sebagai berikut :
Isi LPG Harga per tabung
Sesuai Pertamina (Rp.)
Masa berlaku Harga kesepakatan yang telah dibatalkan
12 Kg 70.200 10 Oktober 2009
Rp. 71.200,- / Tabung
12 Kg 77.100 16 Desember 2013
50 Kg 367.750 10 Oktober 2009
Rp. 375.00,- / Tabung
22.4 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor VI untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
halaman 83 dari 383
Page 84
S A L I N A N
23. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor VII (Pusat Koperasi Pegawai
Negeri/PKPRI) menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang
pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T28): ----------------------------------
23.1 Bahwa apa yang disajikan KPPU adalah tidak semuanya benar adanya, untuk itu
izinkanlah Terlapor VII memberikan suatu jawaban yang realitas, yang Terlapor
rasakan yang mungkin dapat menjadi suatu pertimbangan bagi Majelis Yang
Terhormat untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan kenyataan yang
sesungguhnya didalam distribusi LPG di Bandung dan Sumedang; ---------------------
23.2 Bahwa yang menjadi dasar acuan daripada Investigator KPPU sebagaimana adanya
yaitu adanya kesepakatan tanggal 21 Juni 2011 dimana Terlapor VII terindikasi
melakukan pelanggaran Undang–Undang Nomor 5 Ayat 1 Tahun 1999 Terkait
Penjualan Liquified Petroleum Gas (LPG) di Wilayah Bandung dan Sumedang; -----
23.3 Bahwa dengan ini Terlapor VII memberikan suatu gambaran tentang kronoligis
Surat Kesepakatan Harga tertanggal 21 Juni 2011, dimana pada intinya pada
pertemuan pada tanggal 21 Juni 2011 Terlapor VII tidak menghadiri dan kami pada
undangan selanjutnya, diminta menandatangani surat kesepakatan tersebut; ----------
23.4 Bahwa dikarenakan ada beberapa Terlapor yang sudah terlebih dahulu
menandatangani, kami tidak cukup mengerti dari maksud dan tujuannya, karena
surat tersebut rencananya setelah ditandatangani oleh para terlapor akan
dimohonkan kepada PT Pertamina (Persero) untuk dapat disetujui, yang kami
tangkap surat tersebut baru merupakan suatu usulan dari para terlapor untuk
mengajukan adanya tambahan ongkos kirim karena adanya kenaikan harga BBM
(Bahan Bakar Minyak) dari harga Rp. 4.500,- ke harga Rp. 6.500,-; --------------------
23.5 Bahwa Terlapor VII dimana sebagai pelaku usaha dalam distribusi LPG yang tidak
terfokus kepada bisnis tersebut dengan jatah alokasi/kuota yang kecil, Terlapor
selalu patuh dan mengikuti arahan dari agen–agen tertentu yang sudah berpuluh –
puluh tahun melakukan usaha menjadi mitra PT Pertamina (Persero), sehingga
dalam penandatanganan tidak terfikirkan sebab akibatnya, demikian juga kami
tidak memiliki pengalaman baik dalam distribusi maupun didalam suatu organisasi,
kami hanyalah anggota Hiswana biasa yang mempercayakan sepenuhnya dalam
menyikapi setiap kebijakan yang dilakukan oleh mitra–mitra agen yang lain; --------
23.6 Bahwa setelah penandatanganan, tidak ada kelanjutan dari surat kesepakatan
tersebut, Terlapor VII cukup kaget pada saat adanya panggilan untuk klarifikasi
dari pihak KPPU, dimana yang menjadi dasar panggilan tersebut adalah Surat
Kesepakatan tertanggal 21 Juni 2011, yang lebih kaget lagi, kami ditetapkan
menjadi Terlapor VII, dimana harus menghadapi Pemeriksaan Pendahuluan pada
Sidang Majelis Komisi di KPPU Jakarta;----------------------------------------------------
halaman 84 dari 383
Page 85
S A L I N A N
23.7 Bahwa Terlapor VII memberikan suatu jawaban atau sanggahan sebagaimana
adanya yang terjadi dan dirasakan oleh Terlapor VII: -------------------------------------
23.7.1 Bahwa Terlapor VII hanya mendistribusikan LPG 12 Kg; -------------------
23.7.2 Bahwa harga jual LPG 12 Kg yang dijual Terlapor VII adalah Rp.
70.200,- bahkan ada harga dibawah harga tersebut, dikarenakan adanya
hubungan keanggotaan; ------------------------------------------------------------
23.7.3 Bahwa selain kepada anggota, Terlapor VII tidak pernah memberikan
diskon atau potongan harga kepada para pelanggannya; ----------------------
23.7.4 Bahwa tidak pernah terjadi adanya pengambilan pelanggan Terlapor VII
oleh Terlapor lainnya, hal ini dikarenakan alokasi Terlapor VII cukup
sedikit, yaitu 3.000 tabung perbulan atau 100 tabung perhari, dimana
penjualannya lebih mengutamakan di gudang Terlapor dengan maksud
terlebih dahulu melayani anggota dari Terlapor VII; --------------------------
23.7.5 Bahwa Terlapor VII menandatangani surat kesepakatan adalah
merupakan hanya sebagai solidaritas sesama Terlapor dan yang akan
diusulkan kepada PT Pertamina (Persero) untuk dapat disetujui; -----------
23.7.6 Bahwa sepengetahuan Terlapor VII, setelah surat kesepakatan tersebut
ditandatangani, kami tidak pernah membahasnya lagi atau
mengetahuinya lagi akan keberadaan surat tersebut, terlebih kami sering
tidak mengikuti adanya pertemuan, baik dilakukan oleh pihak PT
Pertamina (Persero) maupun sesama Terlapor; ---------------------------------
23.7.7 Bahwa Terlapor VII tidak merasakan adanya manfaat dari surat
kesepakatan harga, terlihat dimana PT Pertamina (Persero) tidak pernah
mengkonfirmasi kepada Terlapor VII baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan, seperti halnya jika ada perubahan harga atau kebijakan –
kebijakan lain, demikian juga dari Hiswana Migas maupun Terlapor
yang lainnya mengkonfirmasi tentang harga yang harus dijual oleh
Terlapor VII;-------------------------------------------------------------------------
23.7.8 Bahwa Terlapor VII tidak merasakan bahwa surat kesepakatan tersebut
efektif dalam pelaksanaannya, karena kami tidak mengetahui tentang
kelanjutan surat kesepakatan tersebut dan sepengetahuan kami para
terlapor lain pun didalam suatu pertemuan yang lain tidak pernah
membahas atau membicarakannya tentang surat kesepakatan tersebut,
didalam distribusi atau menjual LPG 12 Kg, kami secara jelas dan nyata
tidak mengikuti atau melaksanakan kesepakatan harga tersebut, terlebih
sepengetahuan kami bahwa surat kesepakatan harus ditandatangani oleh
PT Pertamina (Persero); -----------------------------------------------------------
halaman 85 dari 383
Page 86
S A L I N A N
23.7.9 Bahwa dalam distribusi atau menjual LPG 12 Kg, Terlapor VII tidak
melaksanakan apa yang tersurat didalam surat kesepakatan tertanggal 21
Juni 2011, dan kami menganggap surat tersebut tidak selesai dan tidak
dibahas lagi sampai adanya pemanggilan Investigator KPPU;---------------
24. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor VIII (Koperasi Pegawai dan
Pensiunan Perusahaan Gas Negara Bandung/KOPKAR PGN) menyerahkan Tanggapan
terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut
(vide bukti T29): -----------------------------------------------------------------------------------------
24.1 Bahwa sebelum Terlapor VIII menandatangani surat kesepakatan, terlebih dulu
dibicarakan dengan anggota Hiswana Migas lainnya mengenai biaya ongkos atau
ongkos angkut dari gudang agen ke sales point/pangkalan atau toko sebesar Rp.
2000,- per tabung, ongkos dari gudang agen ke konsumen end user atau door to
door Rp. 3000,- per tabung, sedangkan harga LPG tetap sesuai ketentuan
Pertamina yaitu untuk kemasan 12 Kg sebesar Rp. 70.200,- dan untuk kemasan 50
Kg Rp. 367.750,-; -------------------------------------------------------------------------------
24.2 Bahwa kesepakatan tersebut dibuat bukan untuk mencari keuntungan, melainkan
sekedar pengganti biaya transport dan pemeliharaan kendaraan, namun dalam
redaksional kesepakatan tanggal 21 Juni 2011 bukan mengenai biaya ongkos
angkut tetapi mengenai harga jual sehingga tidak sesuai dengan ketentuan
Pertamina saat itu; -------------------------------------------------------------------------------
24.3 Bahwa untuk itu Terlapor VIII menyerahkan hal ini kepada kebijaksanaan Majelis
Komisi agar Terlapor VIII diberikan nasihat atau saran sesuai dengan fungsi KPPU
atau apabila Terlapor VIII memang ditetapkan salah berilah kiranya keputusan
yang seadil-adilnya, karena sebelumnya Terlapor VIII sama sekali tidak
mengetahui ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. ------
25. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor IX (PT Kurnia Sari Rahayu)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T35, T36): ----------------------------------------------
25.1 Bahwa yang menjadi latar belakang adanya perjanjian yang dibuat oleh Para
Terlapor dalam perkara ini yaitu: -------------------------------------------------------------
25.1.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagaimana yang diatur
dalam Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009/S3 tanggal 9 Oktober 2009 Perihal Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg jo. Surat Manajer Gas
Domestik Region II No. 6648/F12500/2009-S3 tanggal 09 Oktober 2009
jo. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.
halaman 86 dari 383
Page 87
S A L I N A N
205/F13130/2009-S8 Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung
6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg, yang menyebabkan persaingan di antara agen-
agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi tidak kondusif dan
hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Hal
ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen yaitu agen satu
merebut pelanggan agen lainnya; -------------------------------------------------
25.1.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; ---------------------------------------------------------------------
25.1.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
25.1.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas; -----------------------------------------------------------------------------------
25.1.5 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka demi membantu
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat untuk mendistribusikan LPG
sebagaimana yang diamanatkan konstitusi jo. Undang-Undang Migas jo.
tujuan pembentukan Pertamina maka untuk menghindari “Matinya”
usaha Para Terlapor, menyebabkan Para Terlapor tidak dapat
mengelakkan lagi untuk menaikkan harga secara wajar sebesar Rp.
3.000,- untuk LPG 12 Kg, Rp. 7.250,- untuk LPG 50 Kg. -------------------
25.2 Bahwa Perjanjian diantara Para agen LPG Bandung-Sumedang yang melibatkan
Para Terlapor dengan menaikkan harga LPG secara wajar sebesar Rp. 3000,- pada
faktanya masih jauh dari harga yang ideal, karena pada tanggal 13 Desember 2013
melalui suratnya dari Domestic Gas Region Manager III No. 4006/F13450/2013-
S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg, dengan menetapkan kenaikan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 6.900,- yaitu dari
Rp. 70.200,- menjadi Rp. 77.100,-, dan menaikan harga LPG 50 Kg sebesar Rp.
439.250,- yaitu dari Rp. 367.750,- menjadi Rp. 807.000,-; -------------------------------
halaman 87 dari 383
Page 88
S A L I N A N
25.3 Bahwa kenaikan harga yang dilakukan Pertamina tersebut faktanya juga masih
kurang untuk menutupi kerugian negara, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya
kembali Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3
tertanggal 31 Desember 2013, perihal Penyesuaian Harga LPG 12 Kg dan 50 Kg,
yang menaikkan harga LPG 12 Kg menjadi Rp.124.700,-. Untuk lebih jelasnya
perihal kenaikan tersebut sebagaimana di bawah ini: --------------------------------------
Penetapan Harga LPG Pertamina Dan Kenaikannya
No. Dasar Penetapan LPG 12 Kg LPG 50 Kg Keterangan
1. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.205/F13130/2009-S8, tanggal 9 Oktober 2009
Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- -
2. Surat Pertamina dari Domestic Gas Region Manager III No.4006/F13450/2013-S3, Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg, tanggal 13 Desember 2013
Rp. 77.100,- Rp. 807.000,-. LPG 12 Kg naik Rp. 6.900,-;
LPG 50 Kg naik Rp.439.250,-
3. Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3 tertanggal 31 Desember 2013
Rp.124.700,- - LPG 12 Kg naik Rp.54.500,-
Tabel di atas menunjukkan kenaikan harga LPG dari tanggal 9 Oktober 2009 s.d
31 Desember 2013 yang merupakan waktu seputar tanggal 21 Juni 2011 sampai
dengan 15 Desember 2013 sebagai tempus dugaan pelanggaran yang dituduhkan
kepada Terlapor. -----------------------------------------------------------------------------
25.4 Bahwa pasca penetapan harga oleh Para Terlapor tidak mematikan persaingan
antara agen LPG di Kota Bandung-Sumedang: ---------------------------------------------
25.4.1 Bahwa setelah ditandatanganinya kesepakatan bersama harga jual LPG
anggota bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
halaman 88 dari 383
Page 89
S A L I N A N
tertanggal 21 Juni 2011 pada faktanya para agen LPG tidak mengikuti
harga yang sebagaimana telah disepakati dan masyarakat sebagai
konsumen juga secara otomatis juga tidak membeli harga sesuai dengan
perjanjian tersebut, sehingga hal ini membuktikan bahwa harga yang
berlaku di pasar masih bersaing secara sempurna dan kesepakatan
tersebut tidak berjalan efektif atau dengan kata lain hanya perjanjian
diatas kertas tanpa ada realisasinya;----------------------------------------------
25.4.2 Bahwa dengan tidak efektifnya perjanjian tersebut dan masih bersaing
secara sempurna, maka para Terlapor tidak mematikan persaingan usaha
para Agen LPG dan konsumen juga tidak dibebani kewajiban untuk
membayar harga LPG 12 Kg dan 50 Kg yang didasari perjanjian
tersebut; ------------------------------------------------------------------------------
25.5 Bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor tidak bersifat melawan
hukum secara materiil sebagaimana ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------------
25.6 Bahwa Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menentukan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”; -----
25.7 Bahwa dalam kaitannya dengan kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Hiswana
Migas DPC Bandung-Sumedang tertanggal 21 Juni 2011 yang melibatkan Para
Terlapor, bahwa ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
secara formal telah memenuhi unsurnya. Namun tidak serta merta menjadikan Para
Terlapor dapat dijerat dengan Pasal tersebut, sebab dengan adanya kesepakatan
tersebut mampu memenuhi distribusi kebutuhan LPG masyarakat yang juga
membantu Pemerintah untuk melayani masyarakat, menciptakan kegiatan usaha
yang kondusif antara pelaku usaha LPG di Bandung-Sumedang yang berujung
dapat membuat pelaku usaha bertahan dalam menjalankan usahanya pada saat
meningkatnya biaya operasional. Ringkasnya lebih baik Para Terlapor menaikkan
harga secara wajar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas LPG daripada
masyarakat tidak terlayani kebutuhannya karena matinya usaha Para Terlapor; ------
25.8 Bahwa alasan Para Terlapor membuat kesepakatan tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 5 ayat (1) yang bertujuan agar konsumen
tidak dirugikan dengan adanya penetapan harga oleh pelaku usaha (vide Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
halaman 89 dari 383
Page 90
S A L I N A N
Persaingan Usaha Tidak Sehat, karena faktanya konsumen sama sekali tidak
merasa dirugikan oleh Para Terlapor bahkan konsumen merasa terlayani oleh Para
Terlapor sebagaimana ilustrasi di bawah ini: -----------------------------------------------
“Konsumen A membeli LPG kepada Agen X yang berjarak 2-10 KM dari
rumahnya (di bawah 60 KM sebagaimana Surat Edaran Pertamina). Untuk
mengambil LPG tersebut konsumen A harus mengeluarkan tenaga, watu dan
biaya operasional ke agen X, yang biaya operasional tersebut dapat melebihi
Rp.3.000,- sebagai kenaikan harga yang ditetapkan agen X. Namun dengan di
antarkannya LPG tersebut (delivery) oleh agen X ke rumah Konsumen
menjadikan konsumen A tidak mengeluarkan Tenaga, waktu dan biaya
operasional yang bisa melebihi Rp. 3.000,-“ --------------------------------------------
25.9 Bahwa tenaga dan waktu serta biaya operasional yang dikeluarkan oleh Konsumen
A apabila mengambil ke tempat agen X tersebut tentu saja di atas Rp. 3.000,-
sebagai pengetahuan umum (notoir feiten). Bandingkan dengan ongkos Angkutan
Umum Bajaj, Ojek dan Angkutan Kota. Apalagi di bandingkan dengan biaya
menggunakan kendaraan pribadi yang belum termasuk parker;--------------------------
25.10 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut dikaitkan dengan Pasal 3 dan konsideran
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat membuktikan bahwa kesepakatan
yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat
yang dapat merugikan masyarakat; -----------------------------------------------------------
25.11 Bahwa hal ini tampak dengan adanya penetapan harga tersebut yang jauh di bawah
dari harga yang ditetapkan Pertamina di kemudian hari sebagaimana yang telah
kami uraikan di atas (vide tabel) dapat: ------------------------------------------------------
25.11.1 Menjaga Kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat; --------------------------------------------------------------------------------
25.11.2 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil; ------------------------------------------------------------
25.11.3 Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan; ---------------------------------------------
25.11.4 Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha. -----------------
25.12 Bahwa dalam kaitannya dengan keharusan adanya sifat melawan hukum pada
kandungan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, baik sifat
melawan hukum keperdataan (onrechtmatige daad) maupun dalam hukum publik
halaman 90 dari 383
Page 91
S A L I N A N
incasu pidana (wederrechtelijkheid) perbuatan Para Terlapor yang menandatangani
kesepakatan harga jual LPG tersebut sama sekali tidak terpenuhi; ----------------------
25.13 Bahwa ditinjau dari perbuatan melawan hukum pada lapangan hukum keperdataan
yang diukur melalui Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Dan kemudian berkembang melalui arrest Hogeraad (HR 31-01-1919, NJ 1919,
161) dalam perkara Cohen VS Lidenbaum yang menentukan Perbuatan melawan
hukum sebagai “Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, Bertentangan
dengan hak subjektif orang lain, Bertentangan dengan kesusilaan, Bertentangan
dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian” (vide Rosa Agustina, Perbuatan
Melawan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003); ------------
25.14 Bahwa kesepakatan bersama yang dibuat oleh Para Terlapor dengan tujuan agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara para agen dan dalam rangka untuk
tetap dapat melayani distribusi LPG kepada masyarakat Bandung-Sumedang, yang
tidak menyebabkan kerugian pada masyarakat orang lain bukanlah perbuatan
melawan hukum sebagaimana yang dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata arrest
Cohen VS Lidenbaum tersebut; ----------------------------------------------------------------
25.15 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut merupakan bentuk administrative penal
law (hukum administrasi yang mempunyai sanksi pidana) yang bersifat ultimum
remedium dengan adanya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 bahwa sifat melawan hukumnya dalam perspektif hukum publik yang
mempunyai sifat pencelaan oleh masyarakat atau mengakibatkan kegoncangan
dalam neraca keseimbangan masyarakat (wederrechtelijkheid) (vide Indriyanto
Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2007); -----------------------------------------------------------------------------------
25.16 Bahwa dalam hubungannya dengan perbuatan Para Terlapor yang mengadakan
kesepakatan harga jual LPG dengan alasan: ------------------------------------------------
25.16.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina yang menyebabkan
persaingan di antara agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi
tidak kondusif dan hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku
usaha kecil. Hal ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen
yaitu agen satu merebut pelanggan agen lainnya; -----------------------------
25.16.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
halaman 91 dari 383
Page 92
S A L I N A N
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; --------------------------------------------------------------------
25.16.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; -----------------------
25.16.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas. ----------------------------------------------------------------------------------
25.17 Bahwa yang berdampak kepada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas LPG
dengan harga yang wajar dan tidak mematikan usaha Para Terlapor, maka
perbuatan Para Terlapor yang membuat kesepakatan harga jual LPG tersebut tidak
terdapat unsur melawan hukumnya wederrechtelijkheid. Dengan kata lain tidak
terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Terlapor sehingga
Para Terlapor sudah sepatutnya untuk dibebaskan dari tuduhan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut; -------------------------------------------
25.18 Bahwa kiranya Majelis Komisi dapat membandingkan dengan putusan Mahkamah
Agung No. 81 K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977 dalam perkara tindak pidana
korupsi Ir. Moch Otjo Danaatmadja; ---------------------------------------------------------
25.19 Bahwa Sdr. Ir. Moch Otjo Danaatmadja sebagai kepala kesatuan hutan didakwa
melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 64 KUHPidana jo. Pasal 415
KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp Tahun 1960 dan Pasal 64
KUHPidana jo. Pasal 372 KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undan No.24 Prp
Tahun 1960 atas perbuatannya yang memindahkan anggaran reboisasi dengan
membeli alat-alat untuk menangkap Pelaku pembalak liar. Dalam tingkat pertama
Ia dinyatakan bersalah dan dihukum, kemudian pada tingkat Banding Majelis
Hakim Banding memberikan pertimbangan yang melepaskan Ia dari hukuman
yang mana pertimbangan ini disetujui oleh Mahkamah Agung, yaitu dengan
pertimbangannya (Ibid, Indriyanto Seno Adji): ---------------------------------------------
25.19.1 Bahwa oleh karena itu yang menjadi dasar dari Pengadilan Tinggi dalam
mengadili perkara ini bukanlah “de formeele wederrechtelijkheid”, tetapi
“de materiele wederrechtelijkheid”, yang berarti sifat melawan hukum
yang sebenarnya tidak hanya berdasarkan rumusan Undang-Undang
halaman 92 dari 383
Page 93
S A L I N A N
positif, tetapi juga berakar pada azas-azas umum yang bersendikan
hukum; -------------------------------------------------------------------------------
25.19.2 Bahwa oleh karena itu, perbuatan-perbuatan Terdakwa ditinjau dari segi
kebutuhan yang laba adalah unsur yang essential atau dengan perkataan
lain kepentingan dalam kemasyarakatan yang oleh perbuatan Terdakwa
mendapatkan pelayan, maka semuanya itu menurut penilaian pengadilan
tinggi adalah perbuatan-perbuatan menguntungkan, karenanya juga
mengerjakan kepentingan umum; ------------------------------------------------
25.19.3 Menimbang bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang diuraikan di
atas, yaitu faktor kepentingan umum yang dikerjakan oleh Terdakwa,
faktor keuntungan pribadi yang tidak diperoleh oleh Terdakwa dan
akhirnya faktor kerugian yang tidak diderita oleh negara dan masyarakat,
semuanya itu adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai untuk
menghapus perbuatan melawan hukum dari perbuatan-perbuatan
Terdakwa yang formil dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan
kepada Terdakwa. -------------------------------------------------------------------
25.19.4 Bahwa hilangnya sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Sdr. Otjo
Danaatmadja tersebut meskipun secara formil (Undang-Undang) terbukti
sama dengan perbuatan yang dilakukan oleh Para Terlapor dengan
mengadakan kesepakatan bersama harga jual LPG, yang bertujuan untuk
melayani kepentingan masyarakat dalam mendapatkan LPG dan tidak
menimbulkan kerugian bagi masyarakat Bandung-Sumedang. Disamping
adanya kepentingan diri Para Terlapor agar usahanya tidak mati dalam
menghadapi peningkatan biaya operasional, yang tidak seiring dengan
penetapan harga LPG oleh Pertamina. (Bandingkan dengan Arrest
Hogeraad tanggal 20 Februari 1933, N.J. 1933 Tentang Huizeene
Veeartsarest atau arrest dokter hewan dari desa Huizen vide P.A.F
Lamintang, Sinar Baru, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung,
1984); ---------------------------------------------------------------------------------
25.20 Bahwa dalam perkara yang hampir sama tetapi dengan tuduhan Pasal yang berbeda
yaitu Pasal 8 sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 5 K/KPPU/2007 dapat
ditarik kaidah hukum “bahwa pengaturan harga oleh konsorsium tidak
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak menggangu usaha
produk semen lain”. Sehubungan dengan kesepakatan harga jual yang dibuat oleh
Para Terlapor, faktanya tidak menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
harga LPG yang berlaku di pasaran Bandung-Sumedang masih mengikuti
halaman 93 dari 383
Page 94
S A L I N A N
mekanisme pasar sempurna dan tidak merugikan masyarakat sebagaimana yang
telah kami uraikan di atas; ---------------------------------------------------------------------
25.21 Bahwa terlepas dari hal yang telah kemukakan di atas, bahwa Para Terlapor pada
faktanya menjual tidak mengikuti kesepakatan penentuan harga LPG tersebut,
melainkan menyerahkannya kepada mekanisme pasar agar tetap dapat berusaha
“tetap hidup” dan tetap pula dapat melayani kebutuhan masyarakat atas LPG
hingga perubahan harga oleh PERTAMINA melalui suratnya dari Domestic Gas
Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal
Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg; --------------------------------------------
25.22 Bahwa dengan demikian nyatalah ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tidak dapat dikenakan kepada Para Terlapor, karena
kesepakatan harga yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menyebabkan kerugian
pada masyarakat tetapi malah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat atas LPG. Oleh karena itulah kami mohon agar
Majelis Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas semua
tuduhan; ------------------------------------------------------------------------------------------
25.23 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor IX untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
26. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor X (PT Sinarbakti Abadigas)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T38): -----------------------------------------------------
26.1 Bahwa Terlapor X menyatakan, jika tidak menandatangani Surat Kesepakatan
tanggal 21 Juni 2011 maka Terlapor X akan dikucilkan dari asosiasi Hiswana
Migas; -------------------------------------------------------------------------------------------
26.2 Bahwa Terlapor X memohon maaf kepada Majelis Komisi atas kesalahan yang
telah dilakukan dengan ikut melakukan dan menandatangani surat kesepakatan
tanggal 21 Juni 2011 tersebut; -----------------------------------------------------------------
26.3 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor IX untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
27. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor XI (PT Baragas Nasional)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T46): -----------------------------------------------------
27.1 Bahwa Terlapor XI menyatakan karyawan Terlapor XI yang menghadiri rapat
terkait kesepakatan harga adalah Helmi yang merupakan asisten supir pengantar
LPG, dimana Helmi telat hadir dan diminta untuk menandatangani surat
halaman 94 dari 383
Page 95
S A L I N A N
kesepakatan tersebut sehingga tidak mengerti permasalahan yang sebenarnya (tidak
memahami); --------------------------------------------------------------------------------------
27.2 Bahwa Helmi sudah lama tidak bekerja lagi dengan Terlapor XI; -----------------------
27.3 Bahwa Terlapor XI adalah agen kecil dengan jumlah tabung 12 Kg terbatas hanya
sebanyak 250 (dua ratus lima puluh) tabung, dari keterbatasan tersebut Terlapor XI
tidak mungkin menjual keluar wilayah yang lebih jauh lagi; -----------------------------
27.4 Bahwa Terlapor XI hanya memiliki satu kendaraan yang digunakan untuk
mengambil gas dan menjualnya; --------------------------------------------------------------
27.5 Bahwa jumlah/alokasi yang diterima oleh Terlapor XI ditentukan oleh Pertamina. --
28. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor XII (PT Indonesia Alina
Houtman Vegetables/INAHOVTRACO) tidak menyerahkan Tanggapan terhadap
Laporan Dugaan Pelanggaran. ------------------------------------------------------------------------
29. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor XIII (PT Lembang Abadi
Indah) menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada
pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T47): ----------------------------------------
29.1 Bahwa yang menjadi latar belakang adanya perjanjian yang dibuat oleh Para
Terlapor dalam perkara ini yaitu: -------------------------------------------------------------
29.1.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagaimana yang diatur
dalam Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009/S3 tanggal 9 Oktober 2009 Perihal Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg jo. Surat Manajer Gas
Domestik Region II No. 6648/F12500/2009-S3 tanggal 09 Oktober 2009
jo. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.
205/F13130/2009-S8 Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung
6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg, yang menyebabkan persaingan di antara agen-
agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi tidak kondusif dan
hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Hal
ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen yaitu agen satu
merebut pelanggan agen lainnya; -------------------------------------------------
29.1.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; ---------------------------------------------------------------------
halaman 95 dari 383
Page 96
S A L I N A N
29.1.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
29.1.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas; -----------------------------------------------------------------------------------
29.1.5 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka demi membantu
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat untuk mendistribusikan LPG
sebagaimana yang diamanatkan konstitusi jo. Undang-Undang Migas jo.
tujuan pembentukan Pertamina maka untuk menghindari “Matinya”
usaha Para Terlapor, menyebabkan Para Terlapor tidak dapat
mengelakkan lagi untuk menaikkan harga secara wajar sebesar Rp.
3.000,- untuk LPG 12 Kg, Rp. 7.250,- untuk LPG 50 Kg. -------------------
29.2 Bahwa Perjanjian diantara Para agen LPG Bandung-Sumedang yang melibatkan
Para Terlapor dengan menaikkan harga LPG secara wajar sebesar Rp. 3000,- pada
faktanya masih jauh dari harga yang ideal, karena pada tanggal 13 Desember 2013
melalui suratnya dari Domestic Gas Region Manager III No. 4006/F13450/2013-
S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg, dengan menetapkan kenaikan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 6.900,- yaitu dari
Rp. 70.200,- menjadi Rp. 77.100,-, dan menaikkan harga LPG 50 Kg sebesar Rp.
439.250,- yaitu dari Rp. 367.750,- menjadi Rp. 807.000,-; -------------------------------
29.3 Bahwa kenaikan harga yang dilakukan Pertamina tersebut faktanya juga masih
kurang untuk menutupi kerugian negara, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya
kembali Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3
tertanggal 31 Desember 2013, perihal Penyesuaian Harga LPG 12 Kg dan 50 Kg,
yang menaikkan harga LPG 12 Kg menjadi Rp.124.700,-. Untuk lebih jelasnya
perihal kenaikan tersebut sebagaimana di bawah ini: --------------------------------------
Penetapan Harga LPG Pertamina Dan Kenaikannya
No. Dasar Penetapan LPG 12 Kg LPG 50 Kg Keterangan
1. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik
Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- -
halaman 96 dari 383
Page 97
S A L I N A N
No.205/F13130/2009-S8, tanggal 9 Oktober 2009
2. Surat Pertamina dari Domestic Gas Region Manager III No.4006/F13450/2013-S3, Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg, tanggal 13 Desember 2013
Rp. 77.100,- Rp. 807.000,-. LPG 12 Kg naik Rp. 6.900,-;
LPG 50 Kg naik Rp.439.250,-
3. Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3 tertanggal 31 Desember 2013
Rp.124.700,- - LPG 12 Kg naik Rp.54.500,-
Tabel di atas menunjukkan kenaikan harga LPG dari tanggal 9 Oktober 2009 s.d
31 Desember 2013 yang merupakan waktu seputar tanggal 21 Juni 2011 sampai
dengan 15 Desember 2013 sebagai tempus dugaan pelanggaran yang dituduhkan
kepada Terlapor. -----------------------------------------------------------------------------
29.4 Bahwa pasca penetapan harga oleh Para Terlapor tidak mematikan persaingan
antara agen LPG di Kota Bandung-Sumedang: ---------------------------------------------
29.4.1 Bahwa setelah ditandatanganinya kesepakatan bersama harga jual LPG
anggota bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
tertanggal 21 Juni 2011 pada faktanya para agen LPG tidak mengikuti
harga yang sebagaimana telah disepakati dan masyarakat sebagai
konsumen juga secara otomatis juga tidak membeli harga sesuai dengan
perjanjian tersebut, sehingga hal ini membuktikan bahwa harga yang
berlaku di pasar masih bersaing secara sempurna dan kesepakatan
tersebut tidak berjalan efektif atau dengan kata lain hanya perjanjian
diatas kertas tanpa ada realisasinya;----------------------------------------------
29.4.2 Bahwa dengan tidak efektifnya perjanjian tersebut dan masih bersaing
secara sempurna, maka para Terlapor tidak mematikan persaingan usaha
para Agen LPG dan konsumen juga tidak dibebani kewajiban untuk
membayar harga LPG 12 Kg dan 50 Kg yang didasari perjanjian
tersebut; -----------------------------------------------------------------------------
29.5 Bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor tidak bersifat melawan
hukum secara materiil sebagaimana ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
halaman 97 dari 383
Page 98
S A L I N A N
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------------
29.6 Bahwa Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menentukan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”; -----
29.7 Bahwa dalam kaitannya dengan kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Hiswana
Migas DPC Bandung-Sumedang tertanggal 21 Juni 2011 yang melibatkan Para
Terlapor, bahwa ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
secara formal telah memenuhi unsurnya. Namun tidak serta merta menjadikan Para
Terlapor dapat dijerat dengan Pasal tersebut, sebab dengan adanya kesepakatan
tersebut mampu memenuhi distribusi kebutuhan LPG masyarakat yang juga
membantu Pemerintah untuk melayani masyarakat, menciptakan kegiatan usaha
yang kondusif antara pelaku usaha LPG di Bandung-Sumedang yang berujung
dapat membuat pelaku usaha bertahan dalam menjalankan usahanya pada saat
meningkatnya biaya operasional. Ringkasnya lebih baik Para Terlapor menaikkan
harga secara wajar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas LPG daripada
masyarakat tidak terlayani kebutuhannya karena matinya usaha Para Terlapor; ------
29.8 Bahwa alasan Para Terlapor membuat kesepakatan tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 5 ayat (1) yang bertujuan agar konsumen
tidak dirugikan dengan adanya penetapan harga oleh pelaku usaha (vide Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, karena faktanya konsumen sama sekali tidak
merasa dirugikan oleh Para Terlapor bahkan konsumen merasa terlayani oleh Para
Terlapor sebagaimana ilustrasi di bawah ini: -----------------------------------------------
“Konsumen A membeli LPG kepada Agen X yang berjarak 2-10 KM dari
rumahnya (di bawah 60 KM sebagaimana Surat Edaran Pertamina). Untuk
mengambil LPG tersebut konsumen A harus mengeluarkan tenaga, watu dan
biaya operasional ke agen X, yang biaya operasional tersebut dapat melebihi
Rp.3.000,- sebagai kenaikan harga yang ditetapkan agen X. Namun dengan di
antarkannya LPG tersebut (delivery) oleh agen X ke rumah Konsumen
menjadikan konsumen A tidak mengeluarkan Tenaga, waktu dan biaya
operasional yang bisa melebihi Rp. 3.000,-“ --------------------------------------------
29.9 Bahwa tenaga dan waktu serta biaya operasional yang dikeluarkan oleh Konsumen
A apabila mengambil ke tempat agen X tersebut tentu saja di atas Rp. 3.000,-
sebagai pengetahuan umum (notoir feiten). Bandingkan dengan ongkos Angkutan
halaman 98 dari 383
Page 99
S A L I N A N
Umum Bajaj, Ojek dan Angkutan Kota. Apalagi di bandingkan dengan biaya
menggunakan kendaraan pribadi yang belum termasuk parker;--------------------------
29.10 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut dikaitkan dengan Pasal 3 dan konsideran
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat membuktikan bahwa kesepakatan
yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat
yang dapat merugikan masyarakat; -----------------------------------------------------------
29.11 Bahwa hal ini tampak dengan adanya penetapan harga tersebut yang jauh di bawah
dari harga yang ditetapkan Pertamina di kemudian hari sebagaimana yang telah
kami uraikan di atas (vide tabel) dapat: ------------------------------------------------------
29.11.1 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat; --------------------------------------------------------------------------------
29.11.2 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil; ------------------------------------------------------------
29.11.3 Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan; ---------------------------------------------
29.11.4 Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha. -----------------
29.12 Bahwa dalam kaitannya dengan keharusan adanya sifat melawan hukum pada
kandungan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, baik sifat
melawan hukum keperdataan (onrechtmatige daad) maupun dalam hukum publik
incasu pidana (wederrechtelijkheid) perbuatan Para Terlapor yang menandatangani
kesepakatan harga jual LPG tersebut sama sekali tidak terpenuhi; ----------------------
29.13 Bahwa ditinjau dari perbuatan melawan hukum pada lapangan hukum keperdataan
yang diukur melalui Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Dan kemudian berkembang melalui arrest Hogeraad (HR 31-01-1919, NJ 1919,
161) dalam perkara Cohen VS Lidenbaum yang menentukan Perbuatan melawan
hukum sebagai “Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, Bertentangan
dengan hak subjektif orang lain, Bertentangan dengan kesusilaan, Bertentangan
dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian” (vide Rosa Agustina, Perbuatan
Melawan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003); ------------
29.14 Bahwa kesepakatan bersama yang dibuat oleh Para Terlapor dengan tujuan agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara para agen dan dalam rangka untuk
halaman 99 dari 383
Page 100
S A L I N A N
tetap dapat melayani distribusi LPG kepada masyarakat Bandung-Sumedang, yang
tidak menyebabkan kerugian pada masyarakat orang lain bukanlah perbuatan
melawan hukum sebagaimana yang dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata arrest
Cohen VS Lidenbaum tersebut; ----------------------------------------------------------------
29.15 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut merupakan bentuk administrative penal
law (hukum administrasi yang mempunyai sanksi pidana) yang bersifat ultimum
remedium dengan adanya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 bahwa sifat melawan hukumnya dalam perspektif hukum publik yang
mempunyai sifat pencelaan oleh masyarakat atau mengakibatkan kegoncangan
dalam neraca keseimbangan masyarakat (wederrechtelijkheid) (Vide Indriyanto
Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2007); -----------------------------------------------------------------------------------
29.16 Bahwa dalam hubungannya dengan perbuatan Para Terlapor yang mengadakan
kesepakatan harga jual LPG dengan alasan: ------------------------------------------------
29.16.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina yang menyebabkan
persaingan di antara agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi
tidak kondusif dan hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku
usaha kecil. Hal ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen
yaitu agen satu merebut pelanggan agen lainnya; ------------------------------
29.16.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; ---------------------------------------------------------------------
29.16.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
29.16.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas. -----------------------------------------------------------------------------------
halaman 100 dari 383
Page 101
S A L I N A N
29.17 Bahwa yang berdampak kepada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas LPG
dengan harga yang wajar dan tidak mematikan usaha Para Terlapor, maka
perbuatan Para Terlapor yang membuat kesepakatan harga jual LPG tersebut tidak
terdapat unsur melawan hukumnya wederrechtelijkheid. Dengan kata lain tidak
terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Terlapor sehingga
Para Terlapor sudah sepatutnya untuk dibebaskan dari tuduhan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut; -------------------------------------------
29.18 Bahwa kiranya Majelis Komisi dapat membandingkan dengan putusan Mahkamah
Agung No. 81 K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977 dalam perkara tindak pidana
korupsi Ir. Moch Otjo Danaatmadja; ---------------------------------------------------------
29.19 Bahwa Sdr. Ir. Moch Otjo Danaatmadja sebagai kepala kesatuan hutan didakwa
melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 64 KUHPidana jo. Pasal 415
KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp Tahun 1960 dan Pasal 64
KUHPidana jo. Pasal 372 KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp
Tahun 1960 atas perbuatannya yang memindahkan anggaran reboisasi dengan
membeli alat-alat untuk menangkap Pelaku pembalak liar. Dalam tingkat pertama
Ia dinyatakan bersalah dan dihukum, kemudian pada tingkat Banding Majelis
Hakim Banding memberikan pertimbangan yang melepaskan Ia dari hukuman
yang mana pertimbangan ini disetujui oleh Mahkamah Agung, yaitu dengan
pertimbangannya (Ibid, Indriyanto Seno Adji): ---------------------------------------------
29.19.1 Bahwa oleh karena itu yang menjadi dasar dari Pengadilan Tinggi dalam
mengadili perkara ini bukanlah “de formeele wederrechtelijkheid”, tetapi
“de materiele wederrechtelijkheid”, yang berarti sifat melawan hukum
yang sebenarnya tidak hanya berdasarkan rumusan Undang-Undang
positif, tetapi juga berakar pada azas-azas umum yang bersendikan
hukum; ------------------------------------------------------------------------------
29.19.2 Bahwa oleh karena itu, perbuatan-perbuatan Terdakwa ditinjau dari segi
kebutuhan yang laba adalah unsur yang essential atau dengan perkataan
lain kepentingan dalam kemasyarakatan yang oleh perbuatan Terdakwa
mendapatkan pelayan, maka semuanya itu menurut penilaian pengadilan
tinggi adalah perbuatan-perbuatan menguntungkan, karenanya juga
mengerjakan kepentingan umum; ------------------------------------------------
29.19.3 Menimbang bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang diuraikan di
atas, yaitu faktor kepentingan umum yang dikerjakan oleh Terdakwa,
faktor keuntungan pribadi yang tidak diperoleh oleh Terdakwa dan
akhirnya faktor kerugian yang tidak diderita oleh negara dan masyarakat,
semuanya itu adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai untuk
halaman 101 dari 383
Page 102
S A L I N A N
menghapus perbuatan melawan hukum dari perbuatan-perbuatan
Terdakwa yang formil dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan
kepada Terdakwa. -------------------------------------------------------------------
29.20 Bahwa hilangnya sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Sdr. Otjo
Danaatmadja tersebut meskipun secara formil (Undang-Undang) terbukti sama
dengan perbuatan yang dilakukan oleh Para Terlapor dengan mengadakan
kesepakatan bersama harga jual LPG, yang bertujuan untuk melayani kepentingan
masyarakat dalam mendapatkan LPG dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat Bandung-Sumedang. Disamping adanya kepentingan diri Para Terlapor
agar usahanya tidak mati dalam menghadapi peningkatan biaya operasional, yang
tidak seiring dengan penetapan harga LPG oleh Pertamina. (Bandingkan dengan
Arrest Hogeraad tanggal 20 Februari 1933, N.J. 1933 Tentang Huizeene
Veeartsarest atau arrest dokter hewan dari desa Huizen vide P.A.F Lamintang,
Sinar Baru, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, 1984); ------------------
29.21 Bahwa dalam perkara yang hampir sama tetapi dengan tuduhan Pasal yang berbeda
yaitu Pasal 8 sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 5 K/KPPU/2007 dapat
ditarik kaidah hukum “bahwa pengaturan harga oleh konsorsium tidak
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak menggangu usaha
produk semen lain”. Sehubungan dengan kesepakatan harga jual yang dibuat oleh
Para Terlapor, faktanya tidak menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
harga LPG yang berlaku di pasaran Bandung-Sumedang masih mengikuti
mekanisme pasar sempurna dan tidak merugikan masyarakat sebagaimana yang
telah kami uraikan di atas; ---------------------------------------------------------------------
29.22 Bahwa terlepas dari hal yang telah kemukakan di atas, bahwa Para Terlapor pada
faktanya menjual tidak mengikuti kesepakatan penentuan harga LPG tersebut,
melainkan menyerahkannya kepada mekanisme pasar agar tetap dapat berusaha
“tetap hidup” dan tetap pula dapat melayani kebutuhan masyarakat atas LPG
hingga perubahan harga oleh PERTAMINA melalui suratnya dari Domestic Gas
Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal
Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg; --------------------------------------------
29.23 Bahwa dengan demikian nyatalah ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tidak dapat dikenakan kepada Para Terlapor, karena
kesepakatan harga yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menyebabkan kerugian
pada masyarakat tetapi malah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat atas LPG. Oleh karena itulah kami mohon agar
Majelis Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas semua
tuduhan; -----------------------------------------------------------------------------------------
halaman 102 dari 383
Page 103
S A L I N A N
29.24 Bahwa berdasarkan hal yang telah kami uraikan di atas, maka kami mohon Majelis
Komisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk membebaskan atau melepaskan
Para Terlapor atas segala dugaan pelanggaran Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------
29.25 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor XIII untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
30. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor XIV (PT Sawitto Indah
Berkah) menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada
pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T49, T50): ----------------------------------
30.1 Bahwa yang menjadi latar belakang adanya perjanjian yang dibuat oleh Para
Terlapor dalam perkara ini yaitu: -------------------------------------------------------------
30.1.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagaimana yang diatur
dalam Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009/S3 tanggal 9 Oktober 2009 Perihal Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg jo. Surat Manajer Gas
Domestik Region II No. 6648/F12500/2009-S3 tanggal 09 Oktober 2009
jo. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.
205/F13130/2009-S8 Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung
6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg, yang menyebabkan persaingan di antara agen-
agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi tidak kondusif dan
hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Hal
ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen yaitu agen satu
merebut pelanggan agen lainnya; -------------------------------------------------
30.1.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; ---------------------------------------------------------------------
30.1.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
halaman 103 dari 383
Page 104
S A L I N A N
30.1.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas; -----------------------------------------------------------------------------------
30.1.5 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka demi membantu
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat untuk mendistribusikan LPG
sebagaimana yang diamanatkan konstitusi jo. Undang-Undang Migas jo.
tujuan pembentukan Pertamina maka untuk menghindari “Matinya”
usaha Para Terlapor, menyebabkan Para Terlapor tidak dapat
mengelakkan lagi untuk menaikkan harga secara wajar sebesar Rp.
3.000,- untuk LPG 12 Kg, Rp. 7.250,- untuk LPG 50 Kg. -------------------
30.2 Bahwa Perjanjian diantara Para agen LPG Bandung-Sumedang yang melibatkan
Para Terlapor dengan menaikkan harga LPG secara wajar sebesar Rp. 3000,- pada
faktanya masih jauh dari harga yang ideal, karena pada tanggal 13 Desember 2013
melalui suratnya dari Domestic Gas Region Manager III No. 4006/F13450/2013-
S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg, dengan menetapkan kenaikan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 6.900,- yaitu dari
Rp. 70.200,- menjadi Rp. 77.100,-, dan menaikkan harga LPG 50 Kg sebesar Rp.
439.250,- yaitu dari Rp. 367.750,- menjadi Rp. 807.000,-; -------------------------------
30.3 Bahwa kenaikan harga yang dilakukan Pertamina tersebut faktanya juga masih
kurang untuk menutupi kerugian negara, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya
kembali Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3
tertanggal 31 Desember 2013, perihal Penyesuaian Harga LPG 12 Kg dan 50 Kg,
yang menaikkan harga LPG 12 Kg menjadi Rp.124.700,-. Untuk lebih jelasnya
perihal kenaikan tersebut sebagaimana di bawah ini: --------------------------------------
Penetapan Harga LPG Pertamina Dan Kenaikannya
No. Dasar Penetapan LPG 12 Kg LPG 50 Kg Keterangan
1. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.205/F13130/2009-S8, tanggal 9 Oktober 2009
Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- -
2. Surat Pertamina Rp. 77.100,- Rp. 807.000,-. LPG 12 Kg naik Rp.
halaman 104 dari 383
Page 105
S A L I N A N
dari Domestic Gas Region Manager III No.4006/F13450/2013-S3, Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg, tanggal 13 Desember 2013
6.900,-;
LPG 50 Kg naik
Rp.439.250,-
3. Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3 tertanggal 31 Desember 2013
Rp.124.700,- - LPG 12 Kg naik
Rp.54.500,-
Tabel di atas menunjukkan kenaikan harga LPG dari tanggal 9 Oktober 2009 s.d
31 Desember 2013 yang merupakan waktu seputar tanggal 21 Juni 2011 sampai
dengan 15 Desember 2013 sebagai tempus dugaan pelanggaran yang dituduhkan
kepada Terlapor. -----------------------------------------------------------------------------
30.4 Bahwa pasca penetapan harga oleh Para Terlapor tidak mematikan persaingan
antara agen LPG di Kota Bandung-Sumedang: ---------------------------------------------
30.4.1 Bahwa setelah ditandatanganinya kesepakatan bersama harga jual LPG
anggota bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
tertanggal 21 Juni 2011 pada faktanya para agen LPG tidak mengikuti
harga yang sebagaimana telah disepakati dan masyarakat sebagai
konsumen juga secara otomatis juga tidak membeli harga sesuai dengan
perjanjian tersebut, sehingga hal ini membuktikan bahwa harga yang
berlaku di pasar masih bersaing secara sempurna dan kesepakatan
tersebut tidak berjalan efektif atau dengan kata lain hanya perjanjian
diatas kertas tanpa ada realisasinya;----------------------------------------------
30.4.2 Bahwa dengan tidak efektifnya perjanjian tersebut dan masih bersaing
secara sempurna, maka para Terlapor tidak mematikan persaingan usaha
para Agen LPG dan konsumen juga tidak dibebani kewajiban untuk
membayar harga LPG 12 Kg dan 50 Kg yang didasari perjanjian
tersebut; ------------------------------------------------------------------------------
30.5 Bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor tidak bersifat melawan
hukum secara materiil sebagaimana ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------------
halaman 105 dari 383
Page 106
S A L I N A N
30.6 Bahwa Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menentukan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”; -----
30.7 Bahwa dalam kaitannya dengan kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Hiswana
Migas DPC Bandung-Sumedang tertanggal 21 Juni 2011 yang melibatkan Para
Terlapor, bahwa ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
secara formal telah memenuhi unsurnya. Namun tidak serta merta menjadikan Para
Terlapor dapat dijerat dengan Pasal tersebut, sebab dengan adanya kesepakatan
tersebut mampu memenuhi distribusi kebutuhan LPG masyarakat yang juga
membantu Pemerintah untuk melayani masyarakat, menciptakan kegiatan usaha
yang kondusif antara pelaku usaha LPG di Bandung-Sumedang yang berujung
dapat membuat pelaku usaha bertahan dalam menjalankan usahanya pada saat
meningkatnya biaya operasional. Ringkasnya lebih baik Para Terlapor menaikkan
harga secara wajar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas LPG daripada
masyarakat tidak terlayani kebutuhannya karena matinya usaha Para Terlapor; ------
30.8 Bahwa alasan Para Terlapor membuat kesepakatan tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 5 ayat (1) yang bertujuan agar konsumen
tidak dirugikan dengan adanya penetapan harga oleh pelaku usaha (vide Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat), karena faktanya konsumen sama sekali tidak
merasa dirugikan oleh Para Terlapor bahkan konsumen merasa terlayani oleh Para
Terlapor sebagaimana ilustrasi di bawah ini: -----------------------------------------------
“Konsumen A membeli LPG kepada Agen X yang berjarak 2-10 KM dari
rumahnya (di bawah 60 KM sebagaimana Surat Edaran Pertamina). Untuk
mengambil LPG tersebut konsumen A harus mengeluarkan tenaga, waktu dan
biaya operasional ke agen X, yang biaya operasional tersebut dapat melebihi
Rp.3.000,- sebagai kenaikan harga yang ditetapkan agen X. Namun dengan di
antarkannya LPG tersebut (delivery) oleh agen X ke rumah Konsumen
menjadikan konsumen A tidak mengeluarkan Tenaga, waktu dan biaya
operasional yang bisa melebihi Rp. 3.000,-“ --------------------------------------------
30.9 Bahwa tenaga dan waktu serta biaya operasional yang dikeluarkan oleh Konsumen
A apabila mengambil ke tempat agen X tersebut tentu saja di atas Rp. 3.000,-
sebagai pengetahuan umum (notoir feiten). Bandingkan dengan ongkos Angkutan
Umum Bajaj, Ojek dan Angkutan Kota. Apalagi di bandingkan dengan biaya
menggunakan kendaraan pribadi yang belum termasuk parkir; --------------------------
halaman 106 dari 383
Page 107
S A L I N A N
30.10 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut dikaitkan dengan Pasal 3 dan konsideran
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat membuktikan bahwa kesepakatan
yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat
yang dapat merugikan masyarakat; -----------------------------------------------------------
30.11 Bahwa hal ini tampak dengan adanya penetapan harga tersebut yang jauh di bawah
dari harga yang ditetapkan Pertamina di kemudian hari sebagaimana yang telah
kami uraikan di atas (vide tabel) dapat: ------------------------------------------------------
30.11.1 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat; --------------------------------------------------------------------------------
30.11.2 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil; ------------------------------------------------------------
30.11.3 Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan; ---------------------------------------------
30.11.4 Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha. -----------------
30.12 Bahwa dalam kaitannya dengan keharusan adanya sifat melawan hukum pada
kandungan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, baik sifat
melawan hukum keperdataan (onrechtmatige daad) maupun dalam hukum publik
incasu pidana (wederrechtelijkheid) perbuatan Para Terlapor yang menandatangani
kesepakatan harga jual LPG tersebut sama sekali tidak terpenuhi; ----------------------
30.13 Bahwa ditinjau dari perbuatan melawan hukum pada lapangan hukum keperdataan
yang diukur melalui Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Dan kemudian berkembang melalui arrest Hogeraad (HR 31-01-1919, NJ 1919,
161) dalam perkara Cohen VS Lidenbaum yang menentukan Perbuatan melawan
hukum sebagai “Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, Bertentangan
dengan hak subjektif orang lain, Bertentangan dengan kesusilaan, Bertentangan
dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian” (vide Rosa Agustina, Perbuatan
Melawan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003); ------------
30.14 Bahwa kesepakatan bersama yang dibuat oleh Para Terlapor dengan tujuan agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara para agen dan dalam rangka untuk
tetap dapat melayani distribusi LPG kepada masyarakat Bandung-Sumedang, yang
tidak menyebabkan kerugian pada masyarakat orang lain bukanlah perbuatan
halaman 107 dari 383
Page 108
S A L I N A N
melawan hukum sebagaimana yang dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata arrest
Cohen VS Lidenbaum tersebut; ----------------------------------------------------------------
30.15 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut merupakan bentuk administrative penal
law (hukum administrasi yang mempunyai sanksi pidana) yang bersifat ultimum
remedium dengan adanya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 bahwa sifat melawan hukumnya dalam perspektif hukum publik yang
mempunyai sifat pencelaan oleh masyarakat atau mengakibatkan kegoncangan
dalam neraca keseimbangan masyarakat (wederrechtelijkheid) (vide Indriyanto
Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2007); -----------------------------------------------------------------------------------
30.16 Bahwa dalam hubungannya dengan perbuatan Para Terlapor yang mengadakan
kesepakatan harga jual LPG dengan alasan: ------------------------------------------------
30.16.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina yang menyebabkan
persaingan di antara agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi
tidak kondusif dan hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku
usaha kecil. Hal ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen
yaitu agen satu merebut pelanggan agen lainnya; -----------------------------
30.16.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; ---------------------------------------------------------------------
30.16.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
30.16.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas. -----------------------------------------------------------------------------------
30.17 Bahwa yang berdampak kepada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas LPG
dengan harga yang wajar dan tidak mematikan usaha Para Terlapor, maka
perbuatan Para Terlapor yang membuat kesepakatan harga jual LPG tersebut tidak
halaman 108 dari 383
Page 109
S A L I N A N
terdapat unsur melawan hukumnya wederrechtelijkheid. Dengan kata lain tidak
terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Terlapor sehingga
Para Terlapor sudah sepatutnya untuk dibebaskan dari tuduhan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut; -------------------------------------------
30.18 Bahwa kiranya Majelis Komisi dapat membandingkan dengan putusan Mahkamah
Agung No. 81 K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977 dalam perkara tindak pidana
korupsi Ir. Moch Otjo Danaatmadja; ---------------------------------------------------------
30.19 Bahwa Sdr. Ir. Moch Otjo Danaatmadja sebagai kepala kesatuan hutan didakwa
melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 64 KUHPidana jo. Pasal 415
KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp Tahun 1960 dan Pasal 64
KUHPidana jo. Pasal 372 KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp
Tahun 1960 atas perbuatannya yang memindahkan anggaran reboisasi dengan
membeli alat-alat untuk menangkap Pelaku pembalak liar. Dalam tingkat pertama
Ia dinyatakan bersalah dan dihukum, kemudian pada tingkat Banding Majelis
Hakim Banding memberikan pertimbangan yang melepaskan ia dari hukuman yang
mana pertimbangan ini disetujui oleh Mahkamah Agung, yaitu dengan
pertimbangannya (Ibid, Indriyanto Seno Adji): ---------------------------------------------
30.19.1 Bahwa oleh karena itu yang menjadi dasar dari Pengadilan Tinggi dalam
mengadili perkara ini bukanlah “de formeele wederrechtelijkheid”, tetapi
“de materiele wederrechtelijkheid”, yang berarti sifat melawan hukum
yang sebenarnya tidak hanya berdasarkan rumusan Undang-Undang
positif, tetapi juga berakar pada azas-azas umum yang bersendikan
hukum; -------------------------------------------------------------------------------
30.19.2 Bahwa oleh karena itu, perbuatan-perbuatan Terdakwa ditinjau dari segi
kebutuhan yang laba adalah unsur yang essential atau dengan perkataan
lain kepentingan dalam kemasyarakatan yang oleh perbuatan Terdakwa
mendapatkan pelayan, maka semuanya itu menurut penilaian pengadilan
tinggi adalah perbuatan-perbuatan menguntungkan, karenanya juga
mengerjakan kepentingan umum; ------------------------------------------------
30.19.3 Menimbang bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang diuraikan di
atas, yaitu faktor kepentingan umum yang dikerjakan oleh Terdakwa,
faktor keuntungan pribadi yang tidak diperoleh oleh Terdakwa dan
akhirnya faktor kerugian yang tidak diderita oleh negara dan masyarakat,
semuanya itu adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai untuk
menghapus perbuatan melawan hukum dari perbuatan-perbuatan
Terdakwa yang formil dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan
kepada Terdakwa. -------------------------------------------------------------------
halaman 109 dari 383
Page 110
S A L I N A N
30.20 Bahwa hilangnya sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Sdr. Otjo
Danaatmadja tersebut meskipun secara formil (Undang-Undang) terbukti sama
dengan perbuatan yang dilakukan oleh Para Terlapor dengan mengadakan
kesepakatan bersama harga jual LPG, yang bertujuan untuk melayani kepentingan
masyarakat dalam mendapatkan LPG dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat Bandung-Sumedang. Disamping adanya kepentingan diri Para Terlapor
agar usahanya tidak mati dalam menghadapi peningkatan biaya operasional, yang
tidak seiring dengan penetapan harga LPG oleh Pertamina. (Bandingkan dengan
Arrest Hogeraad tanggal 20 Februari 1933, N.J. 1933 Tentang Huizeene
Veeartsarest atau arrest dokter hewan dari desa Huizen vide P.A.F Lamintang,
Sinar Baru, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, 1984); ------------------
30.21 Bahwa dalam perkara yang hampir sama tetapi dengan tuduhan Pasal yang berbeda
yaitu Pasal 8 sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 5 K/KPPU/2007 dapat
ditarik kaidah hukum “bahwa pengaturan harga oleh konsorsium tidak
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak menggangu usaha
produk semen lain”. Sehubungan dengan kesepakatan harga jual yang dibuat oleh
Para Terlapor, faktanya tidak menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
harga LPG yang berlaku di pasaran Bandung-Sumedang masih mengikuti
mekanisme pasar sempurna dan tidak merugikan masyarakat sebagaimana yang
telah kami uraikan di atas; ---------------------------------------------------------------------
30.22 Bahwa terlepas dari hal yang telah kemukakan di atas, bahwa Para Terlapor pada
faktanya menjual tidak mengikuti kesepakatan penentuan harga LPG tersebut,
melainkan menyerahkannya kepada mekanisme pasar agar tetap dapat berusaha
“tetap hidup” dan tetap pula dapat melayani kebutuhan masyarakat atas LPG
hingga perubahan harga oleh Pertamina melalui suratnya dari Domestic Gas
Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal
Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg; --------------------------------------------
30.23 Bahwa dengan demikian nyatalah ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tidak dapat dikenakan kepada Para Terlapor, karena
kesepakatan harga yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menyebabkan kerugian
pada masyarakat tetapi malah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat atas LPG. Oleh karena itulah kami mohon agar
Majelis Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas semua
tuduhan; ------------------------------------------------------------------------------------------
30.24 Bahwa berdasarkan hal yang telah kami uraikan di atas, maka kami mohon Majelis
Komisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk membebaskan atau melepaskan
Para Terlapor atas segala dugaan pelanggaran Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
halaman 110 dari 383
Page 111
S A L I N A N
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------
30.25 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor XIV untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
31. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor XV (PT Guna Bumi Utama)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T51): -----------------------------------------------------
31.1 Bahwa sebagaimana LDP Investigator yang telah dibacakan dan diterima oleh
Terlapor XV pada tanggal 4 September 2014, Pimpinan PT Guna Bumi Utama,
yaitu H. Endang Sunarya, dalam hal ini adalah Pemilik Perusahaan, dalam
Kapasitasnya sebagai Direktur Utama PT Guna Bumi Utama yang pada pertemuan
Agen LPG Bandung pada tanggal 11 Juni 2011 ikut membubuhkan Tanda Tangan
pada Surat Kesepakatan Harga Jual Gas LPG untuk Wilayah Bandung dan
Sumedang; ----------------------------------------------------------------------------------------
31.2 Bahwa di kemudian hari ternyata Kesepakatan seperti dimaksud di atas adalah
dilarang oleh Undang-Undang Negara Republik Indonesia. Terlapor XV makin
semakin mengetahui, terbuka wawasan dan menyadari bahwa perbuatan tersebut
dilarang setelah Terlapor XV mendapat surat panggilan pertama di Bandung dan
mendapatkan Brosur, Leaflet dan Booklet mengenai Persaingan Usaha dari Kantor
KPPU; -------------------------------------------------------------------------------------------
31.3 Bahwa atas adanya kejadian ini, yang kemudian ditindaklanjuti oleh KPPU sebagai
temuan pelanggaran di Wilayah Bandung dan Sumedang, maka Terlapor XV
meminta maaf atas keikutsertaan Terlapor XV membubuhkan tanda tangan
Kesepakatan Harga pada pertemuan Agen Gas LPG 12 Kg di Bandung pada
tanggal 11 Juni 2011; ---------------------------------------------------------------------------
31.4 Bahwa adapun Terlapor XV ikut menandatangani berkas kesepakatan tersebut
semata karena tidak tahu bahwa apapun alasannya, kesepakatan seperti dimaksud
diatas adalah dilarang karena melanggar Undang-Undang. Tanda tangan tersebut
dibubuhkan karena Agen lain yang jauh lebih besar, jauh lebih senior, puluhan
tahun lebih dulu eksis dari Terlapor XV, serta Agen milik dan dipimpin Sarjana
Hukum yang berprofesi sebagai Lawyer dan Penasehat Hukum pun Terlapor XV
lihat ikut menandatanganinya, maka dengan tidak sedikitpun ada keraguan pada
saat itu bagi Terlapor XV untuk ikut membubuhkan tanda tangan; ---------------------
31.5 Bahwa hal yang kiranya dapat menjadi pertimbangan Yang Mulia Majelis Komisi
untuk dapat member pengampunan terhadap saya dan PT Guna Bumi Utama
adalah : --------------------------------------------------------------------------------------------
halaman 111 dari 383
Page 112
S A L I N A N
31.5.1 Pendidikan formal pemilik perusahaan yang hanya sampai tingkat
Sekolah Menengah Pertama; ------------------------------------------------------
31.5.2 Perusahaan yang dibangun dengan langkah awal dan modal sedikit
sedikit dan menabung keuntungan sebagai pedagang minyak tanah dan
pergaulan di lingkungan Depot Pertamina Padalarang; -----------------------
31.5.3 Terlapor XV tidak pernah memonopoli wilayah penjualan terbukti dari
22 (dua puluh dua) Pangkalan yang terdaftar sebagai Sales Point PT.
Guna Bumi Utama, kini hanya tersisa sekitar 16 (enam belas) Pangkalan
saja, karena pindah berlangganan ke Agen lain; -------------------------------
31.5.4 Terlapor XV tidak pernah mengikuti anjuran harga sebagaimana tertuang
dalam surat kesepakatan dimaksud (Bukti dan Surat Pernyataan
Pembelian terlampir), sebagai pelaku usaha yang otodidak penetapan
harga jual diatur sendiri oleh Terlapor XV sesuai mekanisme pasar serta
kondisi permintaan dan ketersediaan barang (kadang lebih rendah atau
kadang lebih tinggi dari ketetapan Pertamina tentang Harga Jual ex
Gudang). -----------------------------------------------------------------------------
31.6 Bahwa demikian Surat Permohonan Maaf ini dibuat, kami berjanji tidak akan
mengulangi kesalahan kami ini dan akan lebih berhati hati memahami secara
komprehensif terhadap maksud dan tujuan surat-surat yang melibatkan Perusahaan,
yang disodorkan siapapun untuk ditandatangani;-------------------------------------------
31.7 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor XV untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
32. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor XVI (PT Griya Putra
Anugrah) menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada
pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T59, T60): ----------------------------------
32.1 Bahwa yang menjadi latar belakang adanya perjanjian yang dibuat oleh Para
Terlapor dalam perkara ini yaitu: -------------------------------------------------------------
32.1.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina sebagaimana yang diatur
dalam Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009/S3 tanggal 9 Oktober 2009 Perihal Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg jo. Surat Manajer Gas
Domestik Region II No. 6648/F12500/2009-S3 tanggal 09 Oktober 2009
jo. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.
205/F13130/2009-S8 Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung
6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg, yang menyebabkan persaingan di antara agen-
halaman 112 dari 383
Page 113
S A L I N A N
agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi tidak kondusif dan
hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Hal
ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen yaitu agen satu
merebut pelanggan agen lainnya; -------------------------------------------------
32.1.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; ---------------------------------------------------------------------
32.1.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
32.1.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas; -----------------------------------------------------------------------------------
32.1.5 Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka demi membantu
pelayanan Pemerintah kepada masyarakat untuk mendistribusikan LPG
sebagaimana yang diamanatkan konstitusi jo. Undang-Undang Migas jo.
tujuan pembentukan Pertamina maka untuk menghindari “Matinya”
usaha Para Terlapor, menyebabkan Para Terlapor tidak dapat
mengelakkan lagi untuk menaikkan harga secara wajar sebesar Rp.
3.000,- untuk LPG 12 Kg, Rp. 7.250,- untuk LPG 50 Kg. -------------------
32.2 Bahwa Perjanjian diantara Para agen LPG Bandung-Sumedang yang melibatkan
Para Terlapor dengan menaikkan harga LPG secara wajar sebesar Rp. 3000,- pada
faktanya masih jauh dari harga yang ideal, karena pada tanggal 13 Desember 2013
melalui suratnya dari Domestic Gas Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3
tanggal 13 Desember 2013 Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg,
dengan menetapkan kenaikan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 6.900,- yaitu dari Rp.
70.200,- menjadi Rp. 77.100,-, dan menaikan harga LPG 50 Kg sebesar Rp.
439.250,- yaitu dari Rp. 367.750,- menjadi Rp. 807.000,-; -------------------------------
32.3 Bahwa kenaikan harga yang dilakukan Pertamina tersebut faktanya juga masih
kurang untuk menutupi kerugian negara, hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya
halaman 113 dari 383
Page 114
S A L I N A N
kembali Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3
tertanggal 31 Desember 2013, perihal Penyesuaian Harga LPG 12 Kg dan 50 Kg,
yang menaikkan harga LPG 12 Kg menjadi Rp.124.700,-. Untuk lebih jelasnya
perihal kenaikan tersebut sebagaimana di bawah ini: --------------------------------------
Penetapan Harga LPG Pertamina Dan Kenaikannya
No. Dasar Penetapan LPG 12 Kg LPG 50 Kg Keterangan
1. Surat Pertamina dari SR LPG Region II Rayon V Gas Domestik No.205/F13130/2009-S8, tanggal 9 Oktober 2009
Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- -
2. Surat Pertamina dari Domestic Gas Region Manager III No.4006/F13450/2013-S3, Perihal Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg, tanggal 13 Desember 2013
Rp. 77.100,- Rp. 807.000,-. LPG 12 Kg naik Rp. 6.900,-;
LPG 50 Kg naik Rp.439.250,-
3. Surat dari Domestic Gas Region Manager III No. 4278/F13450/2013-S3 tertanggal 31 Desember 2013
Rp.124.700,- - LPG 12 Kg naik Rp.54.500,-
Tabel di atas menunjukkan kenaikan harga LPG dari tanggal 9 Oktober 2009 s.d
31 Desember 2013 yang merupakan waktu seputar tanggal 21 Juni 2011 sampai
dengan 15 Desember 2013 sebagai tempus dugaan pelanggaran yang dituduhkan
kepada Terlapor. -----------------------------------------------------------------------------
32.4 Bahwa pasca penetapan harga oleh Para Terlapor tidak mematikan persaingan
antara agen LPG di Kota Bandung-Sumedang: ---------------------------------------------
32.4.1 Bahwa setelah ditandatanganinya kesepakatan bersama harga jual LPG
anggota bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
tertanggal 21 Juni 2011 pada faktanya para agen LPG tidak mengikuti
harga yang sebagaimana telah disepakati dan masyarakat sebagai
konsumen juga secara otomatis juga tidak membeli harga sesuai dengan
halaman 114 dari 383
Page 115
S A L I N A N
perjanjian tersebut, sehingga hal ini membuktikan bahwa harga yang
berlaku di pasar masih bersaing secara sempurna dan kesepakatan
tersebut tidak berjalan efektif atau dengan kata lain hanya perjanjian
diatas kertas tanpa ada realisasinya;----------------------------------------------
32.4.2 Bahwa dengan tidak efektifnya perjanjian tersebut dan masih bersaing
secara sempurna, maka para Terlapor tidak mematikan persaingan usaha
para Agen LPG dan konsumen juga tidak dibebani kewajiban untuk
membayar harga LPG 12 Kg dan 50 Kg yang didasari perjanjian
tersebut; ------------------------------------------------------------------------------
32.5 Bahwa penetapan harga yang dilakukan oleh Terlapor tidak bersifat melawan
hukum secara materiil sebagaimana ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------------
32.6 Bahwa Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
menentukan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama”; -----
32.7 Bahwa dalam kaitannya dengan kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Hiswana
Migas DPC Bandung-Sumedang tertanggal 21 Juni 2011 yang melibatkan Para
Terlapor, bahwa ketentuan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
secara formal telah memenuhi unsurnya. Namun tidak serta merta menjadikan Para
Terlapor dapat dijerat dengan Pasal tersebut, sebab dengan adanya kesepakatan
tersebut mampu memenuhi distribusi kebutuhan LPG masyarakat yang juga
membantu Pemerintah untuk melayani masyarakat, menciptakan kegiatan usaha
yang kondusif antara pelaku usaha LPG di Bandung-Sumedang yang berujung
dapat membuat pelaku usaha bertahan dalam menjalankan usahanya pada saat
meningkatnya biaya operasional. Ringkasnya lebih baik Para Terlapor menaikkan
harga secara wajar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas LPG daripada
masyarakat tidak terlayani kebutuhannya karena matinya usaha Para Terlapor; ------
32.8 Bahwa alasan Para Terlapor membuat kesepakatan tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa yang terkandung dalam Pasal 5 ayat (1) yang bertujuan agar konsumen
tidak dirugikan dengan adanya penetapan harga oleh pelaku usaha (vide Peraturan
KPPU Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, karena faktanya konsumen sama sekali tidak
merasa dirugikan oleh Para Terlapor bahkan konsumen merasa terlayani oleh Para
Terlapor sebagaimana ilustrasi di bawah ini: -----------------------------------------------
halaman 115 dari 383
Page 116
S A L I N A N
“Konsumen A membeli LPG kepada Agen X yang berjarak 2-10 KM dari
rumahnya (di bawah 60 KM sebagaimana Surat Edaran Pertamina). Untuk
mengambil LPG tersebut konsumen A harus mengeluarkan tenaga, waktu dan
biaya operasional ke agen X, yang biaya operasional tersebut dapat melebihi
Rp.3.000,- sebagai kenaikan harga yang ditetapkan agen X. Namun dengan di
antarkannya LPG tersebut (delivery) oleh agen X ke rumah Konsumen
menjadikan konsumen A tidak mengeluarkan Tenaga, waktu dan biaya
operasional yang bisa melebihi Rp. 3.000,-“ --------------------------------------------
32.9 Bahwa tenaga dan waktu serta biaya operasional yang dikeluarkan oleh Konsumen
A apabila mengambil ke tempat agen X tersebut tentu saja di atas Rp. 3.000,-
sebagai pengetahuan umum (notoir feiten). Bandingkan dengan ongkos Angkutan
Umum Bajaj, Ojek dan Angkutan Kota. Apalagi di bandingkan dengan biaya
menggunakan kendaraan pribadi yang belum termasuk parker;--------------------------
32.10 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut dikaitkan dengan Pasal 3 dan konsideran
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat membuktikan bahwa kesepakatan
yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menimbulkan persaingan yang tidak sehat
yang dapat merugikan masyarakat; -----------------------------------------------------------
32.11 Bahwa hal ini tampak dengan adanya penetapan harga tersebut yang jauh di bawah
dari harga yang ditetapkan Pertamina di kemudian hari sebagaimana yang telah
kami uraikan di atas (vide tabel) dapat: ------------------------------------------------------
32.11.1 Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi
nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat; --------------------------------------------------------------------------------
32.11.2 Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan
berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah,
dan pelaku usaha kecil; ------------------------------------------------------------
32.11.3 Mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha, dan; ---------------------------------------------
32.11.4 Terciptanya efektivitas dan efesiensi dalam kegiatan usaha. -----------------
32.12 Bahwa dalam kaitannya dengan keharusan adanya sifat melawan hukum pada
kandungan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, baik sifat
melawan hukum keperdataan (onrechtmatige daad) maupun dalam hukum publik
incasu pidana (wederrechtelijkheid) perbuatan Para Terlapor yang menandatangani
kesepakatan harga jual LPG tersebut sama sekali tidak terpenuhi; ----------------------
halaman 116 dari 383
Page 117
S A L I N A N
32.13 Bahwa ditinjau dari perbuatan melawan hukum pada lapangan hukum keperdataan
yang diukur melalui Pasal 1365 KUHPerdata yang menentukan “Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Dan kemudian berkembang melalui arrest Hogeraad (HR 31-01-1919, NJ 1919,
161) dalam perkara Cohen VS Lidenbaum yang menentukan Perbuatan melawan
hukum sebagai “Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, Bertentangan
dengan hak subjektif orang lain, Bertentangan dengan kesusilaan, Bertentangan
dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian” (vide Rosa Agustina, Perbuatan
Melawan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003); ------------
32.14 Bahwa kesepakatan bersama yang dibuat oleh Para Terlapor dengan tujuan agar
tidak terjadi persaingan yang tidak sehat antara para agen dan dalam rangka untuk
tetap dapat melayani distribusi LPG kepada masyarakat Bandung-Sumedang, yang
tidak menyebabkan kerugian pada masyarakat orang lain bukanlah perbuatan
melawan hukum sebagaimana yang dimaksud Pasal 1365 KUHPerdata arrest
Cohen VS Lidenbaum tersebut; ----------------------------------------------------------------
32.15 Bahwa ketentuan Pasal 5 ayat (1) tersebut merupakan bentuk administrative penal
law (hukum administrasi yang mempunyai sanksi pidana) yang bersifat ultimum
remedium dengan adanya ketentuan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 bahwa sifat melawan hukumnya dalam perspektif hukum publik yang
mempunyai sifat pencelaan oleh masyarakat atau mengakibatkan kegoncangan
dalam neraca keseimbangan masyarakat (wederrechtelijkheid) (vide Indriyanto
Seno Adji, Korupsi Kebijakan Aparatur Negara & Hukum Pidana, Diadit Media,
Jakarta, 2007); -----------------------------------------------------------------------------------
32.16 Bahwa dalam hubungannya dengan perbuatan Para Terlapor yang mengadakan
kesepakatan harga jual LPG dengan alasan: ------------------------------------------------
32.16.1 Bahwa terdapat agen yang menjual LPG (12 Kg, 50 Kg dan bulk) di
bawah harga yang ditetapkan oleh Pertamina yang menyebabkan
persaingan di antara agen-agen di wilayah Bandung-Sumedang menjadi
tidak kondusif dan hilangnya jaminan kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku
usaha kecil. Hal ini terbukti dengan adanya kanibalisme sesama agen
yaitu agen satu merebut pelanggan agen lainnya; ------------------------------
32.16.2 Bahwa harga yang telah ditetapkan Pertamina per tanggal 9 Oktober
2009 untuk LPG 12 Kg harga jual Rp. 70.200,- dengan margin agen Rp.
4.872,-; LPG 50 Kg harga jual Rp. 367.750,- dengan margin agen Rp.
21.900,- tidak lagi mampu untuk memenuhi pelayanan Pemerintah
halaman 117 dari 383
Page 118
S A L I N A N
incasu Pertamina dalam mendistribusikan LPG kepada masyarakat
secara langsung; ---------------------------------------------------------------------
32.16.3 Bahwa pada tahun 2011 telah terjadi inflasi yang berimplikasi kepada
kenaikan biaya operasional antara lain gaji karyawan, tarif dasar listrik,
dan lain sebagainya yang menyebabkan terhambatnya operasional
pengiriman LPG secara langsung kepada masyarakat; ------------------------
32.16.4 Bahwa harga LPG yang telah ditetapkan Pertamina tersebut berdasarkan
hasil audit BPK telah menyebabkan Negara mengalami kerugian Negara
hingga 7,7 Triliun Rupiah, yang berbanding lurus dengan Para Terlapor
sebagai agen yang juga mengalami kerugian seperti telah dijelaskan di
atas. -----------------------------------------------------------------------------------
32.17 Bahwa yang berdampak kepada terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas LPG
dengan harga yang wajar dan tidak mematikan usaha Para Terlapor, maka
perbuatan Para Terlapor yang membuat kesepakatan harga jual LPG tersebut tidak
terdapat unsur melawan hukumnya wederrechtelijkheid. Dengan kata lain tidak
terdapat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Terlapor sehingga
Para Terlapor sudah sepatutnya untuk dibebaskan dari tuduhan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut; -------------------------------------------
32.18 Bahwa kiranya Majelis Komisi dapat membandingkan dengan putusan Mahkamah
Agung No. 81 K/Kr/1973 tanggal 30 Maret 1977 dalam perkara tindak pidana
korupsi Ir. Moch Otjo Danaatmadja; ---------------------------------------------------------
32.19 Bahwa Sdr. Ir. Moch Otjo Danaatmadja sebagai kepala kesatuan hutan didakwa
melakukan tindak pidana korupsi melanggar Pasal 64 KUHPidana jo. Pasal 415
KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp Tahun 1960 dan Pasal 64
KUHPidana jo. Pasal 372 KUHP jo. Pasal 1 sub b Undang-Undang No.24 Prp
Tahun 1960 atas perbuatannya yang memindahkan anggaran reboisasi dengan
membeli alat-alat untuk menangkap Pelaku pembalak liar. Dalam tingkat pertama
Ia dinyatakan bersalah dan dihukum, kemudian pada tingkat Banding Majelis
Hakim Banding memberikan pertimbangan yang melepaskan Ia dari hukuman
yang mana pertimbangan ini disetujui oleh Mahkamah Agung, yaitu dengan
pertimbangannya (Ibid, Indriyanto Seno Adji): ---------------------------------------------
32.19.1 Bahwa oleh karena itu yang menjadi dasar dari Pengadilan Tinggi dalam
mengadili perkara ini bukanlah “de formeele wederrechtelijkheid”, tetapi
“de materiele wederrechtelijkheid”, yang berarti sifat melawan hukum
yang sebenarnya tidak hanya berdasarkan rumusan Undang-Undang
positif, tetapi juga berakar pada azas-azas umum yang bersendikan
hukum; -------------------------------------------------------------------------------
halaman 118 dari 383
Page 119
S A L I N A N
32.19.2 Bahwa oleh karena itu, perbuatan-perbuatan Terdakwa ditinjau dari segi
kebutuhan yang laba adalah unsur yang essential atau dengan perkataan
lain kepentingan dalam kemasyarakatan yang oleh perbuatan Terdakwa
mendapatkan pelayan, maka semuanya itu menurut penilaian pengadilan
tinggi adalah perbuatan-perbuatan menguntungkan, karenanya juga
mengerjakan kepentingan umum; ------------------------------------------------
32.19.3 Menimbang bahwa berdasarkan kenyataan-kenyataan yang diuraikan di
atas, yaitu faktor kepentingan umum yang dikerjakan oleh Terdakwa,
faktor keuntungan pribadi yang tidak diperoleh oleh Terdakwa dan
akhirnya faktor kerugian yang tidak diderita oleh negara dan masyarakat,
semuanya itu adalah faktor-faktor yang mempunyai nilai untuk
menghapus perbuatan melawan hukum dari perbuatan-perbuatan
Terdakwa yang formil dalam rumusan tindak pidana yang dituduhkan
kepada Terdakwa. -------------------------------------------------------------------
32.20 Bahwa hilangnya sifat melawan hukum yang dilakukan oleh Sdr. Otjo
Danaatmadja tersebut meskipun secara formil (Undang-Undang) terbukti sama
dengan perbuatan yang dilakukan oleh Para Terlapor dengan mengadakan
kesepakatan bersama harga jual LPG, yang bertujuan untuk melayani kepentingan
masyarakat dalam mendapatkan LPG dan tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat Bandung-Sumedang. Disamping adanya kepentingan diri Para Terlapor
agar usahanya tidak mati dalam menghadapi peningkatan biaya operasional, yang
tidak seiring dengan penetapan harga LPG oleh Pertamina. (Bandingkan dengan
Arrest Hogeraad tanggal 20 Februari 1933, N.J. 1933 Tentang Huizeene
Veeartsarest atau arrest dokter hewan dari desa Huizen vide P.A.F Lamintang,
Sinar Baru, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, 1984);
32.21 Bahwa dalam perkara yang hampir sama tetapi dengan tuduhan Pasal yang berbeda
yaitu Pasal 8 sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 5 K/KPPU/2007 dapat
ditarik kaidah hukum “bahwa pengaturan harga oleh konsorsium tidak
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, karena tidak menggangu usaha
produk semen lain”. Sehubungan dengan kesepakatan harga jual yang dibuat oleh
Para Terlapor, faktanya tidak menimbulkan persaingan usaha tidak sehat karena
harga LPG yang berlaku di pasaran Bandung-Sumedang masih mengikuti
mekanisme pasar sempurna dan tidak merugikan masyarakat sebagaimana yang
telah kami uraikan di atas; ---------------------------------------------------------------------
32.22 Bahwa terlepas dari hal yang telah kemukakan di atas, bahwa Para Terlapor pada
faktanya menjual tidak mengikuti kesepakatan penentuan harga LPG tersebut,
melainkan menyerahkannya kepada mekanisme pasar agar tetap dapat berusaha
halaman 119 dari 383
Page 120
S A L I N A N
“tetap hidup” dan tetap pula dapat melayani kebutuhan masyarakat atas LPG
hingga perubahan harga oleh PERTAMINA melalui suratnya dari Domestic Gas
Region Manager III No. 4006/F13450/2013-S3 tanggal 13 Desember 2013 Perihal
Penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg; --------------------------------------------
32.23 Bahwa dengan demikian nyatalah ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tidak dapat dikenakan kepada Para Terlapor, karena
kesepakatan harga yang dibuat oleh Para Terlapor tidak menyebabkan kerugian
pada masyarakat tetapi malah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat atas LPG. Oleh karena itulah kami mohon agar
Majelis Komisi untuk membebaskan atau melepaskan Para Terlapor atas semua
tuduhan; -----------------------------------------------------------------------------------------
32.24 Bahwa berdasarkan hal yang telah kami uraikan di atas, maka kami mohon Majelis
Komisi Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk membebaskan atau melepaskan
Para Terlapor atas segala dugaan pelanggaran Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat; --------------------------------------------------------------------------------------
32.25 Bahwa alat bukti yang diajukan Terlapor XVI untuk menyanggah Laporan Dugaan
Pelanggaran terhadap Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tersebut adalah sebagaimana terlampir dalam Daftar Dokumen Perkara. ---------------
33. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor XVII (PT Apigas Nasional)
menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran yang pada pokoknya
berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti T61): -----------------------------------------------------
33.1 Bahwa bahwa para Terlapor adalah ujung tombak distribusi LPG di Wilayah
Bandung Sumedang, yang memiliki penugasan dan dipercaya oleh PT Pertamina
(Persero) untuk melayani para pengguna LPG non subsidi; ------------------------------
33.2 Bahwa Para Terlapor adalah bagian pelayan–pelayan yang melayani konsumen
yang cukup mampu menggunakan LPG 12 Kg. Para Terlapor yang menggiring
masyarakat yang dianggap mampu untuk menggunakan LPG 12 Kg, dimana Para
Terlapor berusaha mensosialisasikan, memberikan suatu pengertian agar supaya
para konsumen yang mampu tersebut tidak beralih ke LPG subsidi yaitu LPG 3
Kg; ------------------------------------------------------------------------------------------------
33.3 Bahwa dalam pelaksanaan distribusi sangatlah berat bagi Para Terlapor,
dikarenakan pada umumnya masyarakat yang mampu berkeinginan menggunakan
LPG 3 Kg, dimana harganya jauh dibandingkan dengan harga LPG 12 Kg; -----------
33.4 Bahwa Para Terlapor yang berusaha menciptakan agar para masyarakat mampu
untuk tidak menggunakan LPG subsidi, dikarenakan kita ketahui sudah cukup
halaman 120 dari 383
Page 121
S A L I N A N
beban untuk negara ini membiayai subsidi LPG 3 Kg, yang ternyata banyak
digunakan oleh masyarakat yang mampu; ---------------------------------------------------
33.5 Bahwa Para Terlapor merupakan bagian dari warga negara yang mempunyai
idealis nasionalisme sebagai garda terdepan untuk mengamankan APBN yang
di”gerogoti” oleh masyarakat yang mampu melalui memberikan pengertian kepada
golongan yang mampu untuk menggunakan LPG 12 Kg; --------------------------------
33.6 Bahwa Para Terlapor tidak memiliki maksud dan tujuan untuk mengeruk
keuntungan dengan dibuatnya Kesepakatan Harga tertanggal 21 Juni 2011. Para
Terlapor hanya bermaksud membuat suatu wacana atau usulan kesepakatan
tersebut yang akan diusulkan atau diajukan ke PT Pertamina (Persero) untuk dapat
meringankan beban para terlapor pasca kenaikan harga BBM (Bahan Bakar
Minyak) dari Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.500,- untuk tetap bertahan menjalankan
dan melayani distribusi LPG 12 Kg; ---------------------------------------------------------
33.7 Bahwa dalam Surat Kesepakatan Harga yang secara nyata PT Pertamina (Persero)
tidak menandatangani, ini semua membuktikan bahwa kesepakatan tersebut tidak
berlaku efektif didalam pelaksanaannya, dan tidak menjadi suatu acuan untuk Para
Terlapor dalam menentukan harga jual LPG non subsidi. Kalaupun ada temuan
yang diketahui Investigator KPPU terhadap Terlapor I dan Terlapor XIV mengenai
harga jual yang sesuai dengan apa yang diperjanjikan didalam Surat Kesepakatan
Harga tersebut, adalah sangat tidak bijak hanya dengan penilaian tersebut, dan Para
Terlapor diluar Terlapor tersebut diatas dijadikan Terlapor oleh Investigator; --------
33.8 Bahwa menjadi suatu mimpi buruk untuk Para Terlapor, dimana para Terlapor
tidak memiliki itikad curang ataupun jahat dalam distribusi LPG, namun dijadikan
Terlapor oleh Investigator; ---------------------------------------------------------------------
33.9 Bahwa Surat Kesepakatan Harga tersebut yang merupakan suatu usulan yang
diarsipkan atau dipetieskan hanya didalam file Hiswana Migas; -------------------------
33.10 Bahwa Terlapor XVII sudah cukup lelah dengan distribusi LPG 12 Kg, terlebih
pemerintah menaikan harga LPG 12 Kg pada tanggal 10 September 2014 yang
sangat signifikan, ini sangat membebani Para Terlapor, sementara Para Terlapor
diberi penugasan baik secara distribusi maupun moral untuk tetap mempertahankan
pangsa pasar LPG 12 Kg, yaitu masyarakat mampu, sementara Para Terlapor harus
menghadapi pemeriksaan di KPPU; ----------------------------------------------------------
33.11 Bahwa dengan adanya kenaikan LPG 12 Kg secara langsung, sangat menjadi suatu
beban bagi Terlapor XVII dalam pelayanan distribusinya, karena kita ketahui
tipikal dari masyarakat kita pada umumnya yang menyatakan “kalau ada yang
murah, kenapa beli yang mahal”, itulah bagian dari tanggung jawab moral Para
Terlapor untuk tetap membina para pengguna LPG 12 Kg yang dianggap mampu; --
halaman 121 dari 383
Page 122
S A L I N A N
33.12 Bahwa Terlapor XVII mohon Majelis Komisi Yang Mulia, Investigator Yang
Terhormat, untuk tidak melanjutkan proses Pemeriksaan Lanjutan, Terlapor XVII
khawatir pendistribusian LPG untuk melayani masyarakat mampu terabaikan,
sehingga terjadi kelangkaan atau kekurangan-kekurangan pasokan LPG 3 Kg.
Sehingga dapat menyengsarakan saudara-saudara kita yang kurang mampu. ----------
34. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Majelis Komisi
menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahuluan yang disampaikan kepada Rapat
Komisi; ---------------------------------------------------------------------------------------------------
35. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan
Pendahuluan, Rapat Komisi memutuskan untuk dilakukan Pemeriksaan Lanjutan terhadap
Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014; --------------------------------------------------------------------
36. Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Rapat Komisi, selanjutnya Komisi
menerbitkan Penetapan Komisi Nomor: 52/KPPU/Pen/X/2014 tanggal 7 Oktober 2014
tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014 (vide bukti A77); ----------
37. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi menerbitkan
Keputusan Komisi Nomor 104/KPPU/Kep/VIII/2014 tanggal 7 Oktober 2014 tentang
Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi pada Pemeriksaan Lanjutan Perkara
Nomor 14/KPPU-I/2014 (vide bukti A78); ----------------------------------------------------------
38. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014 menerbitkan
Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor 48/KMK/Kep/X/2014 tentang Jangka Waktu
Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014, yaitu dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal 16 Oktober 2014 sampai dengan
tanggal 12 Januari 2015 (vide bukti A81); -----------------------------------------------------------
39. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Pemberitahuan Pemeriksaan
Lanjutan, Petikan Penetapan Pemeriksaan Lanjutan, Petikan Surat Keputusan Majelis
Komisi tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Lanjutan, dan Surat Panggilan Sidang Majelis
Komisi kepada para Terlapor (vide bukti A84, A86, A88. A90, A92, A94, A96, A98,
A100, A102, A104, A106, A108, A110, A112, A114 dan A116); ------------------------------
40. Menimbang bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan alat-alat bukti berupa surat dan
atau dokumen yang diajukan oleh pihak Investigator dana Para Terlapor sebagaimana
terdapat pada Daftar Dokumen Perkara --------------------------------------------------------------
41. Menimbang bahwa pada tanggal 13 November 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi I yaitu Sdr. Dwi Manoveri
selaku Manajer Region IV PT Pertamina (Persero), yang pada pokoknya Majelis Komisi
memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B3); -------------------------------------------
41.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir dalam Sidang Majelis Komisi adalah Sdr.
Dwi Manoveri; -----------------------------------------------------------------------------------
halaman 122 dari 383
Page 123
S A L I N A N
41.2 Bahwa keterangan yang Saksi berikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
41.3 Bahwa keterangan yang diberikan oleh Saksi adalah berdasarkan apa yang dilihat,
didengar dan diketahui Saksi ketika menjabat sebagai LPG&Gas Production
Region III PT Pertamina (Persero) SAM LPG Marketing Bandung; --------------------
41.4 Bahwa sesuai dengan Surat Keputusan Penempatan 1 Januari 2013, LPG untuk
wilayah Bandung & sekitarnyayang menjadi tupoksi Saksi adalah membuat
perencanaan dan melaksanakan pemasaran LPG di wilayah Bandung, Sumedang,
Purwakarta, Garut (sebagian wilayah Jawa Barat); ----------------------------------------
41.5 Bahwa perencanaan yang dimaksud adalah meliputi demand, pengadaan,
penyaluran dan volume LPG; -----------------------------------------------------------------
41.6 Bahwa terkait dengan penentuan volume dilakukan melalui rapat evaluasi dan
perencanaan yang dilakukan secara periodik dimana yang menjadi pelaksananya
adalah Manager Region, Sales Executive dan Operasional; ------------------------------
41.7 Bahwa perencanaan yang dilakukan tidak melibatkan distributor LPG; ----------------
41.8 Bahwa penyaluran pendistribusian menggunakan mitra Pertamina yang diangkat
sebagai agen/distributor, sampai dengan saat ini total mitra untuk wilayah
Bandung-Sumedang adalah lebih kurang berjumlah 20 (dua puluh); -------------------
41.9 Bahwa yang berwenang untuk menetapkan harga adalah pricing regulator PT
Pertamina Pusat; ---------------------------------------------------------------------------------
41.10 Bahwa pada kurun waktu sesuai Surat Keputusan tentang harga LPG tahun 2009
(selanjutnya disebut SK 2009) yang ditandatangani oleh Direktur Pemasaran dan
masih berlaku hingga tahun 2011 untuk eks-agen harga LPG tabung 12 Kg adalah
Rp70.200, LPG tabung 3 Kg Rp 4.750 dan harga tersebut berlaku untuk radius 60
(enam puluh) km, di atas radius tersebut maka akan ditambah biaya angkut sesuai
ketentuan Menteri Perhubungan Republik Indonesia; -------------------------------------
41.11 Bahwa Saksi membenarkan seluruh isi dari SK 2009 yang ditunjukkan oleh
Investigator kepada Saksi dihadapan Majelis Komisi dan Para Terlapor pada
Sidang Majelis Komisi; ------------------------------------------------------------------------
41.12 Bahwa komponen harga yang ditetapkan Pertamina sudah termasuk margin untuk
agen sebesar Rp. 406/Kg ditambah dengan PPN; ------------------------------------------
41.13 Bahwa harga Rp. 70.200 (untuk LPG 12 Kg) yang ditetapkan dalam SK 2009
adalah harga jual digudang eks agen yang artinya konsumen mengambil LPG
langsung ke gudang eks agen; -----------------------------------------------------------------
41.14 Bahwa mengenai harga dan besaran margin laba agen yang ditetapkan dalam SK
2009 harus diikuti oleh pada agen, tidak terdapat batas atas dan batas bawah harga
halaman 123 dari 383
Page 124
S A L I N A N
yang ditentukan oleh Pertamina, harga yang ditetapkan Pertamina merupakan harga
pasti; ---------------------------------------------------------------------------------------------
41.15 Bahwa Saksi tidak membubhkan tanda tangan dalam Surat Kesepakatan tanggal 21
Juni (selanjutnya disebut Surat Kesepakatan Harga) yang dibuat dan disepakati
oleh Para Terlapor; ------------------------------------------------------------------------------
41.16 Bahwa Pertamina tidak pernah menetapkan harga LPG 12 Kg Rp. 71.200 untuk
franco sub agen; ---------------------------------------------------------------------------------
41.17 Bahwa Pertamina tidak pernah menetapkan harga LPG 12 Kg sebesar Rp. 73.200
untuk konsumen akhir; -------------------------------------------------------------------------
41.18 Bahwa Pertamina tidak pernah menetapkan harga LPG 50 Kg sebesar Rp. 375.000
untuk franco sub agen; -------------------------------------------------------------------------
41.19 Bahwa untuk menetapkan kuota bagi agen dilakukan dengan cara melihat data
historis para agen dalam 3 (tiga) bulan terakhir, kuota yang dapat ditebus oleh agen
tersebut ditetapkan setiap bulan; --------------------------------------------------------------
41.20 Bahwa jika terdapat agen yang ingin menambah kuota maka diharuskan untuk
mengajukan surat kebutuhan, kemudian Pertamina melakukan evaluasi terlebih
dulu terhadap pengajuan tersebut; ------------------------------------------------------------
41.21 Bahwa bagi agen yang menjual kurang dari kuota yang diberikan maka akan
berdampak pada penetapan kuota berikutnya, untuk kuota berikutnya akan
dipertimbangkan untuk turun; -----------------------------------------------------------------
41.22 Bahwa hubungan antara Pertamina dengan agen adalah bersifat keagenan dan jual
beli. Dalam keagenan, agen melakukan penebusan ke Pertamina. Untuk hubungan
jual beli, agen menjual LPG ke konsumen; -------------------------------------------------
41.23 Bahwa dengan adanya alokasi (kuota), agen sudah tahu berapa yang harus
dibayarkan. Biasanya pembayaran dilakukan untuk 2-3 kali permintaan,
pembayaran dilakukan sebelum pengambilan barang melalui transfer; -----------------
41.24 Bahwa Hiswana Migas merupakan perhimpunan dari anggota agen-agen/mitra
Pertamina. Hiswana yang mengkordinasikan aktivitas di wilayah dimana disetiap
daerah terdapat cabang dan pimpinan; -------------------------------------------------------
41.25 Bahwa untuk menjadi agen LPG 12 Kg maka badan usaha harus mengajukan izin
ke Pertamina termasuk didalamnya pengajuan demand/potensi pasar, kemudian
dilakukan evaluasi bila layak maka Pertamina akan mengangkat sebagai agen, nilai
ukur kelayakan adalah berdasarkan nilai modal dan kelengkapan surat perijinan; ----
41.26 Bahwa terdapat aturan Pertamina yang mengatur bahwa para agen dilarang
mengambil pelanggan diluar wilayahnya; ---------------------------------------------------
halaman 124 dari 383
Page 125
S A L I N A N
41.27 Bahwa sesuai dengan SK 2009, harga tebus eks agen ke Pertamina adalah senilai
Rp. 5.403/Kg, volume dikalikan dengan harga per-Kg yaitu Rp. 64.836 setelah
harga pokok + PPN; -----------------------------------------------------------------------------
41.28 Bahwa jika pendistribusian yang dilakukan agen tidak sesuai dengan ketentuan
Pertamina maka akan mendapatkan sanksi berupa sanksi teguran lisan, surat
peringatan, pemotongan alokasi hingga pemutusan hubungan usaha;-------------------
41.29 Bahwa jumlah lokasi pengisian LPG khususnya tabung 12 Kg adalah sebanyak 8
(delapan) SPBE; ---------------------------------------------------------------------------------
41.30 Bahwa Saksi mengetahui adanya Surat Ketepakatan Harga yang dibuat oleh Para
Terlapor namun Saksi tidak menandatanganinya karena bukan kewenangan Saksi
untuk menetapkan harga; -----------------------------------------------------------------------
41.31 Bahwa antara tahun 2011-2013 tidak terdapat konsumen atau masyarakat yang
melaporkan terkait harga yang tidak sesuai dengan SK 2009; ---------------------------
41.32 Bahwa proses pengajuan harga tentunya melalui pihak Pertamina yang berwenang
menentukan/menetapkan kebijakan, agen dapat mengusulkan tetapi pada akhirnya
ditentukan oleh pusat; --------------------------------------------------------------------------
41.33 Bahwa kenaikan harga LPG dari Pertamina terjadi pada tahun 2013 terdapat 2
(dua) kali kenaikkan, tahun 2014 yaitu pada 1 Desember 2013, 1 Januari 2014 dan
7 Januari 2014; -----------------------------------------------------------------------------------
41.34 Bahwa karena Pertamina tetapkan harga eks-agen, domain Pertamina adalah
mengontrol harga eks agen. Jika ada harga yang ditetapkan oleh agen ke konsumen
maka bukan merupakan domain Pertamina; -------------------------------------------------
41.35 Bahwa Pertamina tidak pernah mendengar keluhan masyarakat mengenai kenaikan
harga yang dilakukan sepihak oleh agen; ----------------------------------------------------
41.36 Bahwa hubungan kemitraan Pertamina dengan agen dituangkan dalam perjanjian
antara Pertamina dengan agen; ----------------------------------------------------------------
41.37 Bahwa sanksi diberikan kepada agen jika terdapat temuan pelanggaran, bukti-bukti
dan Berita Acara lalu dilaporkan kepada Manager Region. Jika disetujui maka
dikeluarkan sanksi; ------------------------------------------------------------------------------
41.38 Bahwa Saksi tidak mengetahui apakah isi Surat Kesepakatan Harga tersebut efektif
dilakukan; ----------------------------------------------------------------------------------------
41.39 Bahwa yang diatur dalam Perjanjian Keagenan adalah masa berlaku, hak dan
kewajiban, lampiran sanksi dan pelanggaran; -----------------------------------------------
41.40 Bahwa untuk LPG 12 Kg tidak terdapat aturan mengenai pemberian potongan
harga; --------------------------------------------------------------------------------------------
41.41 Bahwa Saksi tidak mengingat apakah Surat Kesepakatan Harga tersebut
disampaikan kepada Pertamina atau tidak; --------------------------------------------------
halaman 125 dari 383
Page 126
S A L I N A N
41.42 Bahwa Saksi tidak mengikuti proses perundingan Surat Kesepakatan Harga yang
dilakukan oleh Para Terlapor; -----------------------------------------------------------------
42. Menimbang bahwa pada tanggal 13 November 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi II, yaitu Sdr. Putut Andriatno
selaku LPG & Marketing Operation Region III Marketing Branch Manajer Jawa Barat PT
Pertamina (Persero), yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai
berikut (vide bukti B4); ---------------------------------------------------------------------------------
42.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir dalam Sidang Majelis Komisi adalah Sdr.
Putut Andriatno; ---------------------------------------------------------------------------------
42.2 Bahwa keterangan yang Saksi berikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
42.3 Bahwa sebelum ada perubahan harga LPG pada tahun 2013, harga masih mengacu
pada harga lama yaitu harga jual eks-agen adalah Rp. 70.200,00 dan setelah ada
perubahan harga menjadi Rp. 77.100,00; ----------------------------------------------------
42.4 Bahwa total agen LPG yang beroperasi di wilayah Bandung-Sumedang berjumlah
22 (dua puluh dua) agen; -----------------------------------------------------------------------
42.5 Bahwa dalam Surat Edaran Pertamina yang ditentukan oleh Direktur Pemasaran
dan Niaga ditetapkan margin agen adalah sebesar Rp. 406/Kg; --------------------------
42.6 Bahwa masing-masing agen memiliki alokasi/kuota dalam penyaluran, Pertamina
menetapkan kuota berdasarkan evaluasi triwulan dari masing-masing agen serta
melihat kondisi dan situasi tingkat kebutuhan rakyat; -------------------------------------
42.7 Bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan bisnis adalah proses perencanaan dan
pendistribusian, dari awal rencana penyaluran baik alokasi maupun schedule
agreement, dimana alokasi diberikan kepada agen untuk kemudian agen melakukan
penebusa, lalu keluar loading order untuk melakukan pengambilan LPG
menggunakan armada masing-masing agen; ------------------------------------------------
42.8 Bahwa evaluasi yang dilakukan oleh Pertamina meliputi penilaian kinerja apakah
agen memiliki sarana fasilitas, pelayanan pada saat pendistribusian LPG ke
konsumen; ----------------------------------------------------------------------------------------
42.9 Bahwa Pertamina memiliki tenaga lapangan (Sales Executive) untuk melakukan
kontrol di lapangan untuk melihat pelayanan yang diberikan agen kepada
konsumen; ----------------------------------------------------------------------------------------
42.10 Bahwa sampai dengan saat ini Pertamina belum pernah menerima keluhan dari
masyarakat terkait harga dan pelayanan yang diberikan oleh agen; ---------------------
42.11 Bahwa Pertamina tidak memiliki kewenangan untuk melakukan intervensi terhadap
perubahan harga LPG ditingkat agen; --------------------------------------------------------
halaman 126 dari 383
Page 127
S A L I N A N
42.12 Bahwa hubungan antara Pertamina dengan Hiswana Migas adalah hubungan
kemitraan, dimana Hiswana Migas adalah organisasi yang menghimpun lembaga
penyalur BBM dan LPG untuk menyalurkan aspirasi anggota yang ingin
disampaikan kepada Pertamina, dimana jika aspirasi tersebut dapat dilakukan maka
akan ditindaklanjuti tetapi jika tidak dapat dilakukan maka disampaikan kepada
Pertamina Pusat sebagai pembuat kebijakan; -----------------------------------------------
42.13 Bahwa pada saat calon agen mengusulkan menjadi agen maka harus menyertakan
data-data potensi pasar yang akan dikembangkan, dari dasar tersebut jika layak
untuk diangkat menjadi agen maka Pertamina akan menetapkan dimana agen
tersebut akan berjualan setelah adanya evaluasi; -------------------------------------------
42.14 Bahwa terdapat kondisis khusus dimana agen mendapatkan extra dropping yang
ditetapkan oleh Pertamina dimana agen dapat mengajukan untuk meminta
penambahan alokasi lebuh banyak dari biasanya. ------------------------------------------
43. Menimbang bahwa pada tanggal 27 November 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi III yaitu Sdr. Suhendar selaku
kuasa dari Direktur Utama PT Sudimulyo Rotua, yang pada pokoknya Majelis Komisi
memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B5); -------------------------------------------
43.1 Bahwa Saksi yang dipanggil untuk memberikan keterangan sebagai Saksi dalam
Sidang Majelis Komisi adalah Direktur Utama PT Sudimulyo Rotua, namun yang
bersangkutan tidak hadir dan memberikan kuasa kepada Sdr. Suhendar selaku staf
PT Sudimulyo Rotua (selanjutnya disebut PT SR); ----------------------------------------
43.2 Bahwa keterangan yang diberikan Saksi pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
43.3 Bahwa Direktur Utama PT SR yaitu Sdr. Paskah Mulia Siregar sedang berada di
luar kota. PT SR berdiri pada tahun 1982, bergerak sebagai transportir BBM
Pertamina. Komisaris I bernama Asma Goprera Siregar, Komisaris II bernama
Meli Gultom (Almh.) Tahun 1982 sampai 2012 PT SR bergerak dalam bidang
transportir BBM Pertamina ke industri. Sejak 2012-2014 menambah kegiatan
sebagai agen LPG 12 Kg. Pada bulan April 2012 mengambil alih seluruh saham PT
Yunita Permai (selanjutnya disebut PT YP) dan berganti nama menjadi PT
Sudimulyo Rotua; -------------------------------------------------------------------------------
43.4 Bahwa kuota PT YP ketika diambil alih oleh PT SR adalah sebesar 100 (seratus)
tabung perbulan yaitu LPG 12 Kg, saat pengambilalihan PT YP, kuota masih 500
(lima ratus) tabung, namun karena penjualan terus menurun maka Pertamina
memotong sehingga tersisa hanya sekitar 100 (seratus) tabung; -------------------------
43.5 Bahwa dasar pertimbangan Pertamina menyetujui kuota yang diajukan adalah
berdasarkan kuota yang diminta PT SR pada periode sebelumnya; ---------------------
halaman 127 dari 383
Page 128
S A L I N A N
43.6 Bahwa sejak tahun 2012 penyerapan kuota PT SR adalah 100 % (seratus persen); ---
43.7 Bahwa proses pengisian dan pengambian LPG PT SR adalah ketika PT SR
memiliki DO, PT SR memerintahkan supir untuk isi tabung sesuai dengan DO di
SPBE/SPBG kemudian supir menunggu perintah dari PT SR untuk
mendistribusikan ke toko-toko. Jika tidak terdistribusi hari itu maka dibawa
kembali ke gudang PT SR; ---------------------------------------------------------------------
43.8 Bahwa jarak atau radius SPBG ke PT SR adalah sekitar 30-40 km;---------------------
43.9 Bahwa terdapat agen lain yang berada dalam kelurahan yang sama dengan PT SR
yaitu PT Limas Raga Inti dengan jarak sekitar 200 (dua ratus) meter; ------------------
43.10 Bahwa jika sudah menjadi mitra Pertamina maka otomatis menjadi anggota
Hiswana Migas, namun Saksi tidak mengetahui apakah ada ketentuan dari
Pertamina yang secara khusus mengatur hal tersebut; -------------------------------------
43.11 Bahwa komponen biaya terbesar dalam pendistribusian LPG adalah BBM, biaya
karyawan dan pengangkutan; ------------------------------------------------------------------
43.12 Bahwa margin diatur oleh Pertamina dari setiap penjualan tabung elpiji yaitu
setelah Ppn dan biaya penebusan;-------------------------------------------------------------
43.13 Bahwa Saksi tidak hadir pada saat pembuatan kesepakatan harga 21 Juni 2011; -----
43.14 Bahwa harga jual LPG PT SR tidak sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pertamina,
namun PT SR tidak pernah mendapatkan teguran dari Pertamina; ----------------------
44. Menimbang bahwa pada tanggal 27 November 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi IV yaitu Sdr. Indra Jaya
Hutabarat selaku Ketua Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang, yang pada pokoknya
Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B7); -----------------------
44.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir dalam Sidang Majelis Komisi adalah Sdr.
Indra Jaya Hutabarat selaku Ketua Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang; -------
44.2 Bahwa keterangan Saksi yang diberikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
44.3 Bahwa sesuai dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
Hiswana Migas. Hiswana Migas kepanjangannya adalah Himpunan Wiraswasta
Minyak dan Gas Bumi. Tujuannya membantu terlaksananya pengangkutan olah
Minyak dan Gas Bumi. Hiswana Migas berdiri pada tanggal 3 September 1979
berlaku hingga dalam waktu yang tidak ditentukan. Hiswana berfungsi sebagai
kumpulan untuk menjembatani atau mewadahi para anggota bila ada keluhan untuk
disampaikan kepada Pertamina, dengan urutan yaitu DPC Wilayah, DPD lalu DPP
Pusat anggota-anggotanya. Saya selaku Ketua DPC Hiswana Migas Sumedang
Bandung diangkat pada Maret 2011; ---------------------------------------------------------
halaman 128 dari 383
Page 129
S A L I N A N
44.4 Bahwa jika terdapat keluhan maka alur penyampaian keluhan tersebut adalah
melalui DPC kemudian diserahkan ke DPD terlebih dahulu untuk disampaikan
kepada Pertamina; -------------------------------------------------------------------------------
44.5 Bahwa contoh keluhan yang disampaikan oleh anggota kepada DPC adalah
mengenai margin yang kurang; ---------------------------------------------------------------
44.6 Bahwa pengusaha yang bergerak di migas sifatnya wajib masuk sebagai anggota
Hiswana Migas namun Hiswana Migas tidak dapat memaksakan; ----------------------
44.7 Bahwa anggota Hiswana Migas terdiri dari LPG 12 Kg, terdapat 20 (dua puluh)
agen, LPG 50 Kg anggotanya sudah menyatu di agen 12 Kg (tidak terpisahkan),
untuk 50 Kg dari keanggotaan yang 12 Kg hanya beberapa agen yang juga
mendistribusikan LPG 50 Kg; -----------------------------------------------------------------
44.8 Bahwa yang masuk dalam himpunan Hiswana Migas adalah Agen LPG 12 Kg,
pengusaha SPBU, pengusaha transportasi (transportir), pengusaha SPBE dan juga
pengusaha LPG 3 Kg subsidi; -----------------------------------------------------------------
44.9 Bahwa Saksi tidak hadir saat rapat membahas mengenai Surat Kesepakatan Harga,
Sdri. Vera Luciana selaku Ketua Bidang LPG 12 Kg ingin mengadakan rapat
sesuai keanggotaan, maka mereka saat itu adakan rapat untuk menampung aspirasi
anggota 12 Kg dan mereka sepakati; ---------------------------------------------------------
44.10 Bahwa Saksi menandatangani Surat Kesepakatan Harga tersebut karena Saksi
menilai ketua bidang baru ajukan usulan yang akan diajukan ke DPD. Jika memang
dilaksanakan, maka diberikan kepada Pertamina. Saat itu Saksi melihat anggota
tandatangan, ketua bidang tandatangan, baru rancangan. Surat tidak disertai
nomor/lampiran untuk atau kepada DPD dan Pertamina; ---------------------------------
44.11 Bahwa Saksi tidak mengetahui terkait harga yang ditetapkan oleh Pertamina karena
informasi tersebut hanya diberikan kepada para agen; ------------------------------------
44.12 Bahwa Saksi tidak ikut dalam rapat penandatanganan Surat Kesepakatan Harga,
Saksi tanda tangani tidak dalam keadaan terpaksa namun karena ketua bidang
sudah memberikan tanda tangan terlebih dahulu; ------------------------------------------
44.13 Bahwa yang memberikan Surat Kesepakatan Harga kepada Saksi untuk
ditandatangani adalah Sdr. Memet selaku staf Hiswana Migas, Saksi langsung
menadatangani tanpa membaca isi Surat Kesepakatan Harga itu terlebih dulu; -------
44.14 Bahwa tidak ada pembatalan atas Surat Kesepakatan Harga yang ditandatangani
oleh Saksi; ----------------------------------------------------------------------------------------
44.15 Bahwa kesepakatan harga pada dasarnya laporan ketua bidang, apakah
disetujui/tidak makanya ada tandatangan Pertamina; --------------------------------------
44.16 Bahwa penambahan biaya yang diatur dalam Surat Kesepakatan Harga tersebut
adalah mengenai penambahan biaya angkut dan bukan harga; ---------------------------
halaman 129 dari 383
Page 130
S A L I N A N
44.17 Bahwa harga yang diatur dalam Surat Kesepakatan Harga belum menjadi sesuatu
yang resmi dan tidak ada kewajiban bagi anggota Hiswana Migas untuk mengikuti;
44.18 Bahwa setiap ada keluhan Ketua Hiswana tidak perlu memberikan perintah kepada
ketua bidang untuk melakukan rapat, mereka melakukan dengan inisiatif sendiri; ---
44.19 Bahwa Saksi menyatakan tidak ada kelanjutan/follow up dari ketua bidang apakah
Surat Kesepakatan Harga tersebut ingin dilanjutkan atau tidak; -------------------------
44.20 Bahwa Surat Kesepakatan Harga tersebut bukanlah surat resmi karena surat resmi
yang dikeluarkan oleh Hiswana Migas harus disertai dengan surat pengantar; --------
44.21 Bahwa Saksi tidak mengetahui siapa yang membuat draft Surat Kesepakatan Harga
tersebut; -------------------------------------------------------------------------------------------
44.22 Bahwa jenis-jenis rapat yang diatur dalam AD/ART Hiswana Migas antara lain
Rapat Organisasi Nasional, Munas, Musyawarah Luar Biasa, Musyarawah
Nasional Khusus, Rakernas, Musda, Muscab, Rakercab ----------------------------------
44.23 Bahwa dalam AD/ART dalam jenjang DPC, DPD, DPP terdapat rapat pengurus
dan dianggap sah oleh Hiswana Migas; ------------------------------------------------------
44.24 Bahwa tujuan dibuatnya suatu kesepakatan di Hiswana Migas seharusnya untuk
ditaati, tapi dalam kesepakatan tersebut tidak berjalan efektif; ---------------------------
44.25 Bahwa Sdri. Vera tidak memberitahukan kepada Saksi bahwa akan diadakan rapat
di bidang LPG 12 Kg. --------------------------------------------------------------------------
45. Menimbang bahwa pada tanggal 27 November 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi V yaitu Sdr. Yamin Supriyatna
selaku Direktur Utama PT Al Yamin (selanjutnya disebut PT AY), yang pada pokoknya
Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B8); -----------------------
45.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir pada Sidang Majelis Komisi adalah Sdr.
Yamin Supriyatna selaku Direktur Utama PT AY; ----------------------------------------
45.2 Bahwa keterangan Saksi yang diberikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
45.3 Bahwa PT AY didirikan berdasarkan Akta Nomor 19 tanggal 13 Januari 2011.
Pemegang saham adalah Saksi sebesar 95%, Sdri. Upuk Marwah sebesar 5%.
Sebagai Komisaris adalah Sdri. Upuk Marwah dan Saksi sebagai Direktur Utama.
PT AY beroperasi sebagai distributor LPG 12 Kg sejak tanggal 8 Februari 2012.
Semula adalah PT ASLI kemudian diganti menjadi menjadi PT Al Yamin
(selanjutnya disebut PT AY). Sebelumnya PT AY bergerak dibidang sembako dan
tidak mengetahui latar belakang PT ASLI melaksanakan usaha dibidang gas.
Sebelumnya tidak ada hubungan antara PT AY dengan PT ASLI, tetapi karena ada
yang menawarkan maka Saksi mengambil alih PT ASLI; --------------------------------
halaman 130 dari 383
Page 131
S A L I N A N
45.4 Bahwa kuota PT ASLI adalah 1.200 (seribu dua ratus) tabung/bulan setelah
diambil alih PT AY kuota bertambah sampai dengan saat ini menjadi 6.000 (enam
ribu) tabung/bulan; ------------------------------------------------------------------------------
45.5 Bahwa hanya PT AY yang mendistribusikan LPG di daerah Cicalengka; -------------
45.6 Bahwa pada tahun 2012, PT ASLI menjual LPG 12 Kg dengan harga Rp. 68.500
dan sudah termasuk keuntungan karena harga tebusnya adalah Rp. 65.000; -----------
45.7 Bahwa Saksi menyatakan tidak menjadi masalah mendapatkan untung sedikit
karena yang terpenting adalah LPG habis terjual; ------------------------------------------
45.8 Bahwa PT AY tidak memberikan potongan harga kepada pembeli; --------------------
45.9 Bahwa PT AY adalah anggota Hiswana Migas; --------------------------------------------
45.10 Bahwa Saksi tidak mengetahui terkait adanya Surat Kesepakatan Harga yang
dilakukan oleh Para Terlapor; -----------------------------------------------------------------
45.11 Bahwa Saksi tidak pernah mendapatkan teguran dari Hiswana Migas meskipun
menjual LPG 12 Kg dengan harga Rp. 68.500. ---------------------------------------------
46. Menimbang bahwa pada tanggal 8 Desember 2014, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi VI yaitu Sdr. Aris Hariyanto selaku
Konsumen Akhir LPG 12 Kg, yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh
informasi sebagai berikut (vide bukti B12); ---------------------------------------------------------
46.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir pada Sidang Majelis Komisi adalah Sdr.
Aris Hariyanto selaku Konsumen Akhir LPG 12 Kg; -------------------------------------
46.2 Bahwa keterangan Saksi yang diberikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
46.3 Bahwa Saksi merupakan konsumen akhir LPG 12 Kg, berdomisili di Kopo,
Bandung dan membeli LPG dari Terlapor IV; ----------------------------------------------
46.4 Bahwa Saksi memiliki usaha di rumah yaitu usaha penyablonan; -----------------------
46.5 Bahwa Saksi mengingat harga beli LPG 12 Kg dari Terlapor IV adalah Rp.
70.200,- tanpa ada biaya tambahan. ----------------------------------------------------------
47. Menimbang bahwa pada tanggal 15 Desember 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi VII yaitu Sdr. Rubiana selaku
Mitra Usaha Terlapor IV, yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi
sebagai berikut (vide bukti B13); ---------------------------------------------------------------------
47.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir pada Sidang Majelis Komisi adalah Sdr.
Rubiana selaku Mitra Usaha Terlapor IV; ---------------------------------------------------
47.2 Bahwa keterangan Saksi yang diberikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
47.3 Bahwa pekerjaan Saksi adalah sebagai tukang las dan menjadi pengecer LPG; -------
halaman 131 dari 383
Page 132
S A L I N A N
47.4 Bahwa Saksi tidak mengetahui pemilik Terlapor IV dan hanya mengenai supir
Terlapor IV yaitu Sdr. Asep yang mengantarkan LPG ke rumah Saksi, namun
berikutnya pernyataan Saksi berubah kembali dan menyatakan bahwa Sdr. Asep
yang dimaksud bukanlah supir melainkan kernet (asisten supir); ------------------------
47.5 Bahwa Saksi membeli LPG dari Terlapor IV sejak tahun 2009, namun ketika
ditanyakan jarak rumah Saksi dari gudang Terlapor IV jawaban Saksi berubah-
ubah dimana diawal menyatakan 2 km kemudian berikutnya berubah menjadi 3
km;-------------------------------------------------------------------------------------------------
47.6 Bahwa harga LPG 12 Kg yang dibeli Saksi dari Terlpaor IV pada tahun 2009
adalah Rp. 70.200 dan dijual Saksi kepada konsumen dengan harga Rp. 77.000
termasuk biaya antar dan pasang; -------------------------------------------------------------
47.7 Bahwa lokasi berjualan LPG dan jasa las yang dilakukan oleh Saksi berada
ditempat yang sama yaitu di rumah Saksi dengan alamat Jalan Laswi Nomor 100
RT 04/ RW 04, Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah; -----------------------
47.8 Bahwa Saksi menyatakan harga LPG yang Saksi ketahui adalah tahun 2009 dengan
harga Rp. 70.200 dan dijual dengan harga Rp. 77.000. Saksi tidak mengingat
perubahan harga lainnya kecuali perubahan harga pada tahun 2014; -------------------
47.9 Bahwa Saksi menyatakan tidak pernah bekerja sebagai karyawan Terlapor IV; ------
47.10 Bahwa jarak antara toko Saksi dengan pengecer LPG terdekat adalah 1,5-2 km; -----
47.11 Bahwa bahwa yang melakukan pemesanan LPG ke Terlapor IV adalah Saksi dan
tidak pernah diwakilkan oleh istri Saksi. ----------------------------------------------------
48. Menimbang bahwa pada tanggal 15 Desember 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi VIII yaitu Sdr. Soni Sundari
selaku Mitra Kerja Terlapor VI, yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh
informasi sebagai berikut (vide bukti B14); ---------------------------------------------------------
48.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir pada Sidang Majelis Komisi adalah Sdr.
Soni Sundari selaku Mitra Kerja Terlapor VI; ----------------------------------------------
48.2 Bahwa keterangan Saksi yang diberikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
48.3 Bahwa Saksi adalah penanggungjawab SPBU sekaligus berjualan LPG di SPBU
Yuyunyuhana di Jalan Raya Cikalang-Cileunyi Nomor 168, kaitannya dengan
Terlapor VI adalah Saksi membeli LPG dari Terlapor VI; --------------------------------
48.4 Bahwa jarak antara gudang Terlapor VI dengan SPBU adalah sekitar 200-300
meter;----------------------------------------------------------------------------------------------
48.5 Bahwa harga jual yang diberikan Terlapor VI kepada Saksi pada tahun 2009 adalah
Rp. 70.200; ---------------------------------------------------------------------------------------
halaman 132 dari 383
Page 133
S A L I N A N
48.6 Bahwa total LPG yang dapat dijual oleh Saksi adalah 15-20 tabung/hari dan dijual
dengan harga Rp. 73.000,- untuk LPG 12 Kg, harga tersebut tidak termasuk biaya
antar karena Saksi tidak memberikan fasilitas antar dan pembeli mengambil LPG
langsung ke SPBU;------------------------------------------------------------------------------
48.7 Bahwa Saksi tidak mengetahui tentang adanya kesepakatan harga yang dilakukan
oleh para Terlapor; ------------------------------------------------------------------------------
48.8 Bahwa sepengetahuan Saksi berdasarkan informasi yang didapat dari Sdr. Degit
(karyawan Terlapor VI) yang menentukan harga LPG bukanlah agen melainkan
Pertamina; ----------------------------------------------------------------------------------------
48.9 Bahwa harga jual Rp. 73.000,- bukan berdasarkan inisiatif Saksi melainkan atas
perintah Sdr. Degit yang menyatakan bahwa harga tersebut merupakan harga yang
sudah ditentukan oleh Pertamina tetapi tidak melalui perintah tertulis melainkan
hanya melalui faktur pembelian; --------------------------------------------------------------
48.10 Bahwa pemilik SPBU tempat Saksi bekerja dan menjual LPG adalah PT
Yuyunyuhana (pemiliknya yaitu Sdri. Yuyun) yang merupakan bagian dari group
Ma’soem dengan pemiliknya adalah Sdr. Entang Rosadi yang merupakan adik dari
Sdri. Yuyun; --------------------------------------------------------------------------------------
48.11 Bahwa Terlapor VI merupakan salah satu dari group Ma’soem; ------------------------
48.12 Bahwa penjualan LPG di SPBU diawasi oleh Sdri. Yuyun untuk memastikan agar
LPG tidak mengalami kekosongan stok; -----------------------------------------------------
48.13 Bahwa yang menjadi alasan mengapa Saksi menjual LPG di SPBU adalah karena
salah satu syarat mendirikan sebuah SPBU adalah harus menjual produk Pertamina
lainnya; -------------------------------------------------------------------------------------------
48.14 Bahwa selain menjual LPG, SPBU milik PT Yuyunyuhana juga menjual air yang
dipasok oleh PT Muamanah yang termasuk juga dalam group Ma’soem -------------- .
49. Menimbang bahwa pada tanggal 15 Desember 2014, Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi IX yaitu Jamaludin selaku
Mitra Usaha Terlapor VI, yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi
sebagai berikut (vide bukti B15); --------------------------------------------------------------------
49.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir pada Sidang Majelis Komisi adalah Sdr.
Jamaludin selaku Mitra Kerja Terlapor VI; -------------------------------------------------
49.2 Bahwa keterangan Saksi yang diberikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
49.3 Bahwa Saksi adalah petugas pengawas tepatnya pengelola kios Mesran, yang
berjualan air, LPG dan oli di Jalan Raya Banjaran Nomor 7 Baleendah, Soreang,
Rancaekek, Cileunyi; ---------------------------------------------------------------------------
49.4 Bahwa Saksi mulai bermitra dengan Terlapor VI sejak tahun 2010; --------------------
halaman 133 dari 383
Page 134
S A L I N A N
49.5 Bahwa kios Mesran adalah milik PT Ma’soem dan merupakan bagian dari Group
Ma’soem; -----------------------------------------------------------------------------------------
49.6 Bahwa selain menjual LPG, Saksi juga menjual air dan oli yang juga didapatkan
dari PT Ma’soem; -------------------------------------------------------------------------------
49.7 Bahwa Saksi “beli putus” LPG, air dan oli dari PT Ma’soem dan mendapatkan laba
secara keseluruhan; -----------------------------------------------------------------------------
49.8 Bahwa bentuk hubungan antara Saksi dengan PT Ma’soem adalah modal berasal
dari pinjaman yang didapat dari PT Ma’soem, namun Saksi juga mendapatkan gaji
dari PT Ma’soem; -------------------------------------------------------------------------------
49.9 Bahwa Saksi tidak mengetahui terkait kesepakatan harga yang dilakukan oleh para
Terlapor; ------------------------------------------------------------------------------------------
49.10 Bahwa sebelum tahun 2010, Saksi bekerja di SPBU Al’Masoem; ----------------------
49.11 Bahwa keuntungan yang didapatkan oleh Saksi berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh Saksi yaitu sebagai penyalur; -----------------------------------------------
49.12 Bahwa harga LPG 12 Kg yang diberikan oleh Terlapor VI pada tahun 2010 adalah
Rp. 70.200,- kemudian Saksi mendapat potongan harga sebesar Rp. 200,- sehingga
harga yang didapatkan Saksi adalah Rp. 70.000,- ------------------------------------------
49.13 Harga jual LPG 12 Kg oleh Saksi adalah Rp. 73.000,- untuk pengambilan di kios
dan Rp. 74.000,- jika diantarkan ketempat pembeli; ---------------------------------------
49.14 Bahwa harja jual yang diberikan oleh Saksi ditentukan oleh Terlapor VI; -------------
49.15 Bahwa total LPG yang diambil oleh Saksi dari Terlapor VI adalah 24 (dua puluh
empat) tabung/hari; -----------------------------------------------------------------------------
49.16 Bahwa waktu tempuh dari gudang Terlapor VI ke kios Saksi adalah sekitar 1,5-2
jam perjalanan karena macet (sekitar 30 km); ----------------------------------------------
49.17 Bahwa Saksi tidak diperbolehkan untuk membeli LPG dari agen lain selain
Terlapor VI; --------------------------------------------------------------------------------------
49.18 Bahwa tidak ada perjanjian kemitraan antara Saksi dengan Terlapor VI. --------------
50. Menimbang bahwa pada tanggal 15 Desember 2014 Majelis Komisi melaksanakan
Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Saksi X yaitu Sdri. Vera Luciana
selaku Kepala Bidang LPG 12 Kg dan 50 Kg DPC Hiswana Migas Wilayah Bandung dan
Sumedang, yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut
(vide bukti B16);-----------------------------------------------------------------------------------------
50.1 Bahwa Saksi yang dipanggil dan hadir pada Sidang Majelis Komisi adalah Sdri.
Vera Luciana selaku Kepala Bidang LPG 12 Kg dan 50 Kg DPC Hiswana Migas
Wilayah Bandung dan Sumedang; ------------------------------------------------------------
50.2 Bahwa keterangan Saksi yang diberikan pada Sidang Majelis Komisi diambil
dibawah sumpah; --------------------------------------------------------------------------------
halaman 134 dari 383
Page 135
S A L I N A N
50.3 Bahwa Saksi juga merupakan Terlapor II namun pada Sidang Majelis Komisi
tanggal 15 Desember 2014 dimintakan keterangan berkaitan dengan kedudukannya
sebagai Kepala Bidang LPG 12 Kg dan 50 Kg DPC Hiswana Migas Wilayah
Bandung dan Sumedang; -----------------------------------------------------------------------
50.4 Bahwa Hiswana Migas merupakan perkumpulan para wiraswastawan Pertamina
penyalur minyak dan gas bumi. Saksi bergabung di Hiswana Migas lebih kurang
sejak tahun 2007, menjadi pengurus mulai Maret 2011 sebagai Kepala Bidang LPG
12 Kg dan 50 Kg DPC Hiswana Migas Wilayah Bandung dan Sumedang
(selanjutnya disebut Kabid LPG 12 dan 50 Kg); -------------------------------------------
50.5 Bahwa tupoksi Saksi berdasarkan AD/ART adalah merumuskan program kerja
dengan rekan lainnya, mengkoordinasikan kegiatan organisasi yang sesuai dengan
bidang Saksi, jika ada penugasan khusus misalnya kepanitiaan, menampung saran
usul aspirasi anggota, jika ada permasalahan dalam bidang Saksi maka akan
dimusyarahkan dengan Ketua. Saksi bertanggung jawab kepada Ketua DPC
Hiswana Migas Wilayah Bandung dan Sumedang; ----------------------------------------
50.6 Bahwa bidang yang Saksi pimpin belum memiliki program kerja namun hanya
sekedar usulan, usulan yang diberikan kepada Pertamina maupun DPD Hiswana
Migas adalah adalah usulan berupa rapat kerja, mengusulkan supaya Pertamina
memunculkan produk baru misalnya diluar LPG sebagai alternatif, memohon agar
programnya melibatkan agen, sehingga agen mengetahui longterm planning untuk
usaha. Kemudian yang dimohonkan adalah penyesuaian biaya-biaya untuk
kebutuhan distribusi, karena agen ingin seperti LPG 3 Kg pada saat penyesuaian
BBM langsung berdiskusi dengan PEMDA setempat, sedangkan untuk agen 12 Kg
dan 50 Kg hal tersebut tidak ada sehingga agen tidak update terkait perumusan
biaya tersebut. Agen juga mengharapkan memiliki semacam HET; --------------------
50.7 Bahwa ketentuan mengenai rapat yang dilakukan berdasarkan AD/ART harus
dilakukan dengan Ketua, tetapi karena Ketua membawahi beberapa bidang
sehingga jika tidak dapat rapat maka dilegasikan kepada Saksi; -------------------------
50.8 Bahwa seingat Saksi terkait dengan adanya Kesepakatan harga, saat itu isu yang
sedang agen perjuangkan adalah biaya transport yang layak untuk agen LPG yang
tidak hanya menjual di gudang tetapi juga mengantarkan ke konsumen, dalam hal
ini dilapangan memang beragam. Agen berada dibawah pengawasan Pertamina
sehingga tidak dapat menjual sesuai dengan harga yang agen inginkan, masyarakat
juga memantau harga jual agen. Oleh karena itu agen memantau berapa harga jual
yang layak bagi masyarakat dan juga memenuhi kebutuhan agen untuk penjualan.
Itikad agen adalah agar tidak terlalu mahal, saat itu di pikiran agen harga yang pas
halaman 135 dari 383
Page 136
S A L I N A N
adalah sekitar Rp. 75.000,- untuk diusulkan kepada Pertamina. Upaya itu yang
agen lakukan dimana harga tidak berubah sejak tahun 2009; -----------------------------
50.9 Bahwa keluhan mengenai harga sudah disampaikan oleh hampir dari seluruh agen
yang ada; ------------------------------------------------------------------------------------------
50.10 Bahwa Saksi tidak hadir pada saat rapat pembahasan mengenai harga saat
munculnya kesepakatan harga. Seharusnya Kabid selalu ada dalam rapat tapi saat
itu saya ke luar kota sementara rapat sudah diagendakan. Saksi tidak ingin dengan
tidak adanya Saksi jangan sampai rapat dibatalkan, akhirnya Saksi meminta
bantuan kepada anggota yang lebih berpengalaman yaitu meminta Sdri. Tetty agar
memimpin rapat mewakili Saksi; -------------------------------------------------------------
50.11 Bahwa pembicaraan pada rapat tersebut sudah dibicarakan pada rapat-rapat
sebelumnya termasuk berapa kenaikan harga yang akan disepakati; --------------------
50.12 Bahwa harga yang disepakati sesuai dengan dikertas yaitu LPG 12 Kg Rp. 71.200
harga untuk mengirimkan sampai toko/sales point dengan catatan penambahan
transport Rp. 1.000, jika diantar Rp. 73.200 sampai ke konsumen; ---------------------
50.13 Bahwa yang menjadi dasar penghitungan tersebut adalah setiap agen memiliki
perhitungan masing-masing, seingat Saksi ada kebutuhan agen yang detil sekali,
tetapi jika rupiahnya dirumuskan jauh lebih di atas itu tetapi karena agen melihat
masyarakat maka dirumuskan angka tersebut karena agen tidak mungkin meminta
harga tinggi; --------------------------------------------------------------------------------------
50.14 Bahwa usulan tersebut merupakan hal baru, memang bukan berarti apa yang agen
minta selalu didapatkan karena keputusan ada di Pertamina, agen hanya berusaha
kalaupun tidak dapat maka akan diusulkan ke DPD Hiswana Migas; -------------------
50.15 Bahwa sebelumnya terkait usulan kenaikan harga sudah dibicarakan secara lisan
kepada Pertamina, tetapi pihak Pertamina Bandung menyatakan bahwa mereka
tidak dapat memberikan keputusan sehingga apa yang dilakukan agen tidak
berhasil akhirnya kesepakatan itu tidak sempat diserahkan secara tertulis kepada
Pertamina; ----------------------------------------------------------------------------------------
50.16 Bahwa Surat Kesepakatan Harga tersebut Saksi serahkan kepada masing-masing
agen apakah mau menggunakan harga tersebut atau tidak; -------------------------------
50.17 Bahwa isi dari surat kesepakatan tersebut diketahui oleh Ketua Hiswana Migas
Wilayah Bandung Sumedang karena ditandatangani oleh Ketua meskipun tidak
mengikuti rapat; ---------------------------------------------------------------------------------
50.18 Bahwa usulan tersebut belum disampaikan kepada DPP Hiswana Migas,
seharusnya disampaikan terlebih dahulu; ----------------------------------------------------
50.19 Bahwa margin yang diperoleh agen dengan nilai tebus Rp. 65.000,- tidak cukup,
karena itu adalah angka yang diajukan tahun 2009 untuk tahun 2011 sudah
halaman 136 dari 383
Page 137
S A L I N A N
beberapa tahun, untuk harga baut, ban dan harga mobil sudah naik beberapa kali,
itu terasa berat untuk agen; --------------------------------------------------------------------
50.20 Bahwa terdapat aturan dari Pertamina dimana agen harus menjual dengan harga
yang sudah ditentukan oleh Pertamina, tetapi harga Rp. 70.200,- hanya sampai ke
gudang agen. Untuk harga keluar, agen membutuhkan HET sampai ke masyarakat,
tetapi untuk LPG 12 Kg dan 50 Kg belum ada; ---------------------------------------------
50.21 Bahwa Pertamina meminta harga Rp. 70.200,- sampai ke toko, sedangkan
pendefinisian eks agen adalah sampai ke gudang agen, setiap surat keputusan
berbeda bahasa, ada sebutan sampai franco konsumen; -----------------------------------
50.22 Bahwa terdapat diskusi-diskusi yang dilakukan untuk menentukan kenaikan harga
yang tertuang dalam Surat Kesepakatan Harga; --------------------------------------------
50.23 Bahwa tidak terdapat surat yang dibuat untuk membatalkan Surat Kesepakatan
Harga yang sudah dibuat sebelumnya; -------------------------------------------------------
50.24 Bahwa pendelegasian yang diberikan oleh Saksi kepada Sdri. Tetty adalah hal yang
sudah biasa dilakukan dan tidak ada keberatan yang disampaikan oleh anggota
terkait pendelegasian tersebut; ----------------------------------------------------------------
50.25 Bahwa penandatanganan Surat Kesepakatan Harga tidak dilakukan secara bersama-
sama pada saat rapat, terdapat beberapa yang mendatangani dikemudian hari
karena tidak hadir pada saat rapat; ------------------------------------------------------------
50.26 Bahwa pada saat Saksi menandatangani Surat Kesepakatan Harga tersebut seluruh
anggota sudah membubuhkan tanda tangan; ------------------------------------------------
50.27 Bahwa Ketua Hiswana Migas Wilayah Bandung Sumedang tidak memberikan
arahan maupun larangan terkait dengan adanya pembicaraan mengenai Surat
Kesepakatan Harga; -----------------------------------------------------------------------------
50.28 Bahwa anggota Hiswana Migas membayar iuran karena merupakan organisasi
nirlaba sehingga tergantung dari iuran anggota. Iuran sebesar
Rp.125.000/bulan/agen, untuk bidang 12 dan 50 Kg diserahkan hanya sebesar Rp.
50.000,-, sisanya untuk DPC, DPD dan DPP. Tidak terdapat pemaksaan untuk
membayar iuran karena terdapat agen yang tidak membayar iuran; ---------------------
50.29 Bahwa dalam pasal 8 ART mengatur bahwa setiap pengusaha Swasta Nasional
Perseorangan, Badan Usaha dan Badan Hukum yang bergerak dalam bidang usaha
pengangkutan, penyimpanan, penyaluran/distribusi dan niaga hasil olahan Minyak
dan Gas Bumi serta produk-produk lainnya yang memiliki hubungan usaha atau
kemitraan usaha dengan PT Pertamina (Persero) adalah anggota Hiswana Migas
dan wajib mendaftarkan diri pada cabang perhimpunan di tempat kedudukan
usahanya; -----------------------------------------------------------------------------------------
halaman 137 dari 383
Page 138
S A L I N A N
50.30 Bahwa Hiswana Migas Wilayah Bandung Sumedang memfasilitasi tempat
sehingga agen turut serta dalam kesepakatan tersebut, agen mengharapkan
Pertamina turut serta dan memaklumi adanya penambahan biaya tersebut; -----------
50.31 Bahwa isi Surat Kesepakatan menjadi tidak resmi karena tidak ada persetujuan dari
Pertamina; ---------------------------------------------------------------------------------------
50.32 Bahwa Hiswana Migas Wilayah Bandung Sumedang tidak pernah mendapatkan
teguran dari Pertamina terkait adanya Surat Kesepakatan tersebut; --------------------
50.33 Bahwa agen yang cukup vokal dalam pada saat rapat adalah Terlapor I, namun
Saksi menganggap bahwa hal tersebut wajar karena Terlapor I sudah berkecimpung
sebagai distributor LPG sejak tahun 1970. ------------------------------------------------
51. Menimbang bahwa pada tanggal 9 Januari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor X (PT Sinarbakti Abadigas), yang
pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B21); --
51.1 Bahwa terkait dengan kapasitas pihak yang memberikan keterangan dalam
Pemeriksaan Terlapor X PT Sinarbakti Abadigas diperoleh keterangan sebagai
berikut: -------------------------------------------------------------------------------------------
51.2 Yang memberikan keterangan dalam pemeriksaan adalah Sdri. Elsye Rosyatina
yang menjabat sebagai Direktur PT Sinarbakti Abadigas; -------------------------------
51.3 Sdri. Elsye Rosyatina menghadiri rapat-rapat di Hiswana Migas. ----------------------
51.4 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor X diperoleh keterangan sebagai
berikut: -------------------------------------------------------------------------------------------
51.5 Terlapor X berdiri pada tahun 1985, usaha berjualan gas dilakukan sejak tahun
1991; ------------------------------------------------------------------------------------------
51.6 Pada saat berdirinya, hanya terdapat 1 (satu) distributor gas di Sumedang yaitu
Terlapor X; --------------------------------------------------------------------------------------
51.7 Terlapor X menjadi anggota Hiswana Migas pada tahun 1990. -------------------------
51.8 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor X
menyatakan hal-hal sebagai berikut; --------------------------------------------------------
51.9 Terlapor X tidak ingat berapa kuota yang dimiliki sekarang maupun kuota pertama
kali yang diberikan oleh Pertamina; ---------------------------------------------------------
51.10 Wilayah pemasaran Terlapor X adalah di Sumedang; ------------------------------------
51.11 Terlapor X memasarkan gas melalui supir, Terlapor X hanya menyediakan mobil
kemudian supir yang menentukan rute pengantaran gas. ---------------------------------
51.12 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor X, diperoleh keterangan
sebagai berikut: ---------------------------------------------------------------------------------
51.12.1 Harga jual LPG Terlapor X di Sumedang pada tahun 2011 adalah Rp.
70.200,- karena jika menjual lebih dari harga tersebut pasti tidak laku;
halaman 138 dari 383
Page 139
S A L I N A N
51.12.2 Beberapa dokumen menunjukkan bahwa Terlapor X pernah menjual di
harga Rp. 71.200,- dan Rp. 73.200, namun Terlapor X menyangkal dan
menyatakan menjual di harga Rp. 70.200,-;--------------------------------------
51.12.3 Terlapor X menjual tabung LPG ukuran 12 Kg dengan harga Rp.
134.000,- (tahun 2015), Rp. 114.200,- (tahun 2014); ---------------------------
51.12.4 Terlapor X mengurangi harga sebesar Rp. 1500,- kepada supir, kemudian
supir menjual sendiri. ----------------------------------------------------------------
51.13 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor X, diperoleh keterangan sebagai berikut: -----------------------------------
51.13.1 Terlapor X menyatakan sebenarnya tidak mau menanda-tangani
Kesepakatan bersama harga jual LPG, tetapi dipaksa karena diancam jika
tidak tanda-tangan, maka tidak akan diberi pasokan gas. Namun Terlapor
X tidak ingat siapa yang memaksa dengan menyatakan hal tersebut; --------
51.13.2 Terlapor X tidak ingat dimana tempat penandatanganan kesepakatan harga
pada tahun 2011; ---------------------------------------------------------------------
51.13.3 Pada saat menandatangani, Terlapor X tidak membaca isi kesepakatan,
hanya membaca ada selintas kata-kata mengenai harga. -----------------------
51.14 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor X adalah
sebagai berikut: -------------------------------------------------------------------------------
51.14.1 Distributor di Sumedang yaitu PT Sinarbakti Abadigas, PT Sawitto dan
PT Yasmin yang saat ini sudah berganti nama; ----------------------------------
51.14.2 PT Sinarbakti Abadigas dan PT Sawitto mengalami pengambil-alihan
agen oleh PT Limas Raga Inti. -----------------------------------------------------
52. Menimbang bahwa pada tanggal 9 Januari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor XVII (PT Apigas Nasional), yang
pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B23); --
52.1 Bahwa yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan Terlapor XVII PT Api
Gas Nasional adalah Sdr. Indrawan yang menjabat selaku Direktur;-------------------
52.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor XVII diperoleh keterangan
sebagai berikut: ---------------------------------------------------------------------------------
52.2.1 Terlapor XVII berdiri tahun 2010 namun diberikan ijin oleh Pertamina
menjadi dealer LPG 12 Kg pada bulan Juni 2011. Karena ada ketentuan
dari Hiswana Migas, setiap mitra Pertamina harus bergabung dengan
Hiswana Migas. Setelah mengajukan permohonan menjadi mitra
Pertamina disetujui oleh Pertamina, kemudian pada bulan Mei 2011
Terlapor XVII mendaftar untuk menjadi anggota Hiswana Migas.
halaman 139 dari 383
Page 140
S A L I N A N
Terlapor XVII menyerahkan bukti kwitansi pendaftaran Terlapor XVII
menjadi anggota Hiswana Migas kepada Majelis Komisi;---------------------
52.2.2 Salah satu usaha yang dilakukan oleh Terlapor XVII sebelum menjadi
distributor LPG 12 Kg adalah distributor LPG 3 Kg. Pada
perkembangannya, ada kebijakan dari pemerintah dan Pertamina yang
membebaskan distribusi LPG 3 Kg, karena hal tersebut membebani
anggaran pemerintah. Karena hal tersebut, pasokan LPG 3 Kg dikurangi
dan Terlapor XVII termasuk salah satu pihak yang alokasinya dikurangi
oleh Pertamina. Oleh karena berkurangnya pasokan LPG 3 Kg, maka pada
bulan Oktober 2010, Terlapor XVII mengajukan diri menjadi agen LPG
12 Kg; ----------------------------------------------------------------------------------
52.2.3 Usaha lain Terlapor XVII selain usaha LPG adalah kantor pengacara,
konsultan pajak, farmasi, advertising, broker. -----------------------------------
52.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor XVII
diperoleh keterangan sebagai berikut: -------------------------------------------------------
52.3.1 Pada saat Terlapor XVII mengajukan kuota, Terlapor XVII cukup
berhubungan baik dengan PT Indomarco yang mempunyai alokasi LPG
12 Kg, PT Indomarco sudah tidak berniat untuk meneruskan outlet
sehingga alokasinya diserahkan kepada Terlapor XVII dengan syarat
didistribusikan kepada outlet Indomaret. Alokasi awal dikhususkan untuk
pergantian LPG 3 Kg ke LPG 12 Kg; ---------------------------------------------
52.3.2 Saat ini LPG yang didistribusikan lebih banyak ke Indomaret daripada ke
toko secara umum. -------------------------------------------------------------------
52.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor XVII, diperoleh
keterangan sebagai berikut: -------------------------------------------------------------------
52.4.1 Terlapor XVII pernah memberikan diskon kepada pelanggan pada saat
Terlapor XVII mengambil dari Tirta Gangga (H. Misbah) dan PT Griya
Tirta Amanah; ------------------------------------------------------------------------
52.4.2 Dari komponen harga yang sudah diberikan oleh pertamina, keuntungan
yang sudah diatur tersebut sudah cukup sebagai agen LPG karena sebelum
ditunjuk menjadi agen 12 Kg, Terlapor XVII mengambil dari Tirta
Gangga, pasti mereka memiliki profit lagi dengan harga Rp. 70.200,-.
Artinya dengan harga tersebut masih cukup untuk mendapat keuntungan;
52.4.3 Harga yang dijual ke Indomart jelas lebih mahal, detailnya Terlapor XVII
tidak ingat. Kemudian Investigator menunjukkan BAP Penyelidikan B.15
No. 16 dimana dalam BAP tersebut ditanyakan kepada Terlapor XVII
mengenai harga jual 12 Kg ditingkat sales point/sub agen dimana Terlapor
halaman 140 dari 383
Page 141
S A L I N A N
XVII menjawab “pada tahun 2011 di Rp. 70.000,-/tabung, tahun 2012
Rp. 71.000,- s/d 72.000,-/tabung dan pada tahun 2013 mencapai harga
Rp. 72.000,-/tabung”. Harga tersebut sudah termasuk pinjaman tabung,
satu tabung bisa dicicil Rp. 2.000,- sampai dengan Rp. 3.000,-; --------------
52.4.4 Harga untuk end user ada ongkos yang harus dibayar, Rp. 1.000,- sampai
dengan Rp. 2.000,- atau mungkin lebih. Kemudian Investigator
menunjukkan BAP Penyelidikan B.15 No. 16 dimana dalam BAP tersebut
ditanyakan kepada Terlapor XVII mengenai apakah tingkat harga yang
tertera dalam kesepakatan bersama harga jual LPG tanggal 21 Juni 2011
tersebut yaitu ditingkat penyalur dan sales point dan end user yang
besarnya masing-masing Rp. 71.200 dan Rp. 73.200 ditentukan oleh
Pertamina. Terlapor XVII menjawab “bukan ditentukan Pertamina, tetapi
ditentukan kesepakatan bersama oleh anggota-anggota Hiswana”.
Terlapor XVII menyatakan keterangan tersebut benar karena semua
dipinjamkan tabung. Peminjaman tabung tersebut menjadi penyebab
Terlapor XVII menjual diatas harga Pertamina; --------------------------------
52.4.5 Terlapor XVII tidak ingat berapa harga gas 50 Kg. Kemudian Investigator
menunjukkan BAP Penyelidikan B15 No. 18 dimana dalam BAP tersebut
ditanyakan kepada Terlapor XVII mengenai harga jual LPG tabung 12 Kg
ditingkat end user pada saat itu. Terlapor XVII menjawab “pada tahun
2011 dan 2012 harga jual mencapai Rp. 75.000/tabung sedangkan tahun
2013 mencapai harga Rp. 77.000,-/tabung”. Terlapor XVII menyatakan
keterangan tersebut benar; ----------------------------------------------------------
52.4.6 Selisih keuntungan ketika mengambil di Tirtagangga adalah Sekitar Rp.
4.000. ketika Investigator meminta untuk disusulkan dokumen
pendukung, Terlapor XVII menyatakan pada saat Terlapor XVII ambil di
Tirtagangga belum profesional dan belum memiliki pembukuan; ------------
52.4.7 Terkait surat Pertamina mengenai harga, komponen biaya angkut sudah
termasuk margin; ---------------------------------------------------------------------
52.4.8 Dalam LDP, Investigator tidak menerima bukti yang menerangkan bahwa
Terlapor XVII menjual diatas harga dalam kesepakatan. Terlapor XVII
memang benar menjual harga di atas harga pertamina secara beragam.
Ada yang dijual diatas harga Rp. 70.200,- karena peminjaman tabung dan
penyicilan tabung. Harga Rp. 70.200,- bukanlah harga keseluruhan
sehingga kemudian menjadi alasan Terlapor XVII untuk menaikkan harga
sesuai dengan harga yang dicantumkan dalam LDP; ---------------------------
halaman 141 dari 383
Page 142
S A L I N A N
52.4.9 Dalam LDP dikatakan bahwa Terlapor XVII juga menjual dengan harga
di atas kesepakatan karena ada pinjaman dan bayaran cicilan tabung. Sales
point dan end user ada pinjaman dan cicilan tabung karena sebagai agen
harus menanamkan modal tambahan, ada tabung yang disewakan untuk
dibayar. Berarti harga yang ditulis dalam LDP bukan harga umum yang
dijual oleh Terlapor XVII; ----------------------------------------------------------
52.4.10 Kepentingan Terlapor XVII dalam hal transport fee adalah setiap agen
LPG 3 Kg mendapatkan transport fee dari pertamina, setiap awal bulan
dicatat dan dikumpulkan penagihannya oleh Hiswana untuk disampaikan
kepada Pertamina setiap tanggal 15. Agen tidak bisa menyampaikan
invoice secara langsung. Besar transport fee adalah sebesar Rp. 300-400
juta/bulan, yang mendapat transport fee bukan Terlapor XVII tetapi
khusus untuk PT Kharisma Raja sebagai distributor LPG 3 Kg;--------------
52.4.11 Selisih keuntungan ketika Terlapor XVII mengambil di Tirtagangga
dengan ketika mengambil langsung dari Pertamina adalah Tirtagangga Rp.
4.000,-, Pertamina Rp. 9.000,- kalau lepas tabung maka Rp. 70.200,-
sampai dengan Rp 65.000,- berarti Rp. 5.200,-; ---------------------------------
52.4.12 Ternyata nilai transport fee cukup fantastik sehingga menimbulkan
suasana kebatinan. Besarnya nominal tersebut menjadi latarbelakang
Terlapor XVII menandatangani dimana pada saat staf Terlapor XVII
diberikan surat kesepakatan dan kemudian diserahkan kepada manajemen,
Terlapor XVII dipanggil pemegang saham PT Kharisma Raja yang
menyatakan bahwa jangan sampai karena Terlapor XVII tidak mau
tandatangan sehingga merusak hubungan baik dengan Hiswana terkait
dengan urusan LPG 3 Kg; ----------------------------------------------------------
52.4.13 Jika harga yang diberikan Pertamina dianggap kurang maka yang
seharusnya dilakukan adalah disampaikan ke DPP untuk disampaikan
langsung kepada vice president pertamina karena secara operasional DPC
hanya memiliki kewenangan ditingkat sales regional. -------------------------
52.5 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut:
52.5.1 Pada bulan Juni 2011, Terlapor XVII pertama kali mengikuti rapat di
Hiswana yang dilakukan di Saung Galing di Jalan Taman Sari Bandung.
Saat itu, sebelum rapat dihadiri pertamina, kami berdiskusi mengenai ada
salah satu terlapor yaitu Sdr. Chandra dari Terlapor I (PT Limas Raga)
yang menyampaikan mengenai tata niaga LPG non PSO. Sdr. Chandra
halaman 142 dari 383
Page 143
S A L I N A N
menyampaikan perlu adanya penambahan transportasi untuk ke toko atau
outlet; ----------------------------------------------------------------------------------
52.5.2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 di tempat yang
sama. Pada saat itu, Sdr. Chandra kembali menegaskan perlu adanya
penambahan ongkos transportasi. Suasana rapat tersebut didominasi oleh
Terlapor 1. Pada saat rapat pertama dan kedua tersebut, Terlapor XVII
menolak usulan tersebut karena bertentangan dengan UU No. 5 Tahun
1999. Namun Terlapor I menyampaikan bahwa hal tersebut sudah menjadi
kebiasaan sebelum Terlapor XVII bergabung. Terlapor I meminta untuk
dibuat kesepakatan secepatnya; ----------------------------------------------------
52.5.3 Pada bulan September 2011, ada rapat yang dihadiri oleh staf Terlapor
XVII yaitu Sdri. Leha yang datang ke Hiswana untuk mengikuti rapat
LPG 3 Kg. Pada saat itu, oleh pihak Hiswana Migas, Sdri. Leha kemudian
diberikan surat kesepakatan harga terkait LPG 12 Kg yang sudah
ditandatangani oleh semua anggota kecuali Terlapor XVII. Terlapor XVII
diminta untuk segera menandatangani Surat Kesepakatan Harga tersebut
karena akan segera diserahkan ke Pertamina. Secara fisik memang tidak
ada tekanan bagi Terlapor XVII untuk menandatangani kesepakatan
tersebut, tetapi Terlapor XVII mengalami penekanan secara batin/psikis.
Hal ini karena Terlapor XVII juga memiliki perusahaan lain yang
bergerak dalam distribusi LPG tabung 3 Kg. Pada dasarnya pada saat
rapat internal sebelumnya, Terlapor XVII sudah melakukan penolakan
terhadap kesepakatan tersebut, tetapi karena Terlapor XVII memiliki
kepentingan terhadap Hiswana Migas dalam hal pencairan transportation
fee LPG 3 Kg, maka Terlapor XVII terpaksa menanda-tangani
kesepakatan harga tersebut (awal September 2011); --------------------------
52.5.4 Setelah menanda-tangani kesepakatan harga tersebut (sekitar akhir
September 2011), dalam suatu pertemuan distributor LPG 3 Kg, Terlapor
XVII menemui Sdr. Dwi Manoveri dan menjelaskan adanya peraturan-
peraturan yang dilanggar. Terlapor XVII menyarankan agar Sdr. Dwi
Manoveri tidak menyetujui kesepakatan harga tersebut. Terlapor XVII
membuat suatu kajian tentang kesepakatan harga dan disampaikan kepada
Sdr. Dwi Manoveri. (Terlapor menyerahkan kepada Majelis Komisi
Kajian Akademis dari kebiasaan atau kesepakatan para agen LPG khusus
Non PSO (12 Kg dan 50 Kg) di Bandung Raya); -------------------------------
halaman 143 dari 383
Page 144
S A L I N A N
52.5.5 Sesuai Anggaran Dasar Hiswana Migas, ragam rapat di Hiswana Migas
terdiri atas Rapat yang dihadiri oleh Pertamina dan rapat yang tidak
dihadiri oleh Pertamina. Ada rapat anggota untuk masing-masing bidang;
52.5.6 Rapat yang diikuti oleh Terlapor XVII adalah yang berkaitan dengan
masalah regulasi dari Pertamina. Rapat tersebut masuk sebagai rapat
anggota melalui bidang; ------------------------------------------------------------
52.5.7 Rapat tidak dilakukan rutin setiap bulannya karena tergantung kondisi;
52.5.8 Agenda kedua rapat yang diikuti oleh Terlapor XVII pada bulan Juli dan
Agustus 2011 adalah yang pertama membahas wacana penambahan
transport sementara yang kedua khusus membahas mengenai penambahan
transport tersebut; --------------------------------------------------------------------
52.5.9 Undangan rapat melalui broadcast sms dari admin Hiswana yaitu Sdr.
Memet dan tidak ada undangan tertulis. Rapat dipimpin oleh Sdr. Chandra
dari Limas Raga padahal Ketua Bidang LPG 12 Kg adalah Sdri. Vera. Hal
itu menjadi pertanyaan Terlapor XVII, peran Sdri. Vera hampir tidak ada,
hanya membuka rapat. Terlapor XVII kira Sdr. Chandra merupakan
bagian dari pengurus. Terlapor XVII sempat tanyakan kepada Sdr. Griya
mengapa yang berbicara dalam rapat hanya beliau saja. Sdr. Griya
menjawab bahwa hal tersebut sudah biasa. Walaupun suatu hal yang biasa
jika pada saat rapat, anggota rapat dapat menyampaikan pendapat tapi
pada saat rapat tersebut Sdr. Chandra mendominasi rapat. Sedangkan
anggota yang lain banyak diam; ---------------------------------------------------
52.5.10 Yang dibahas dalam rapat masa Juli-September, Terlapor XVII
menyatakan tidak tahu seberapa besar cost operational Terlapor I, tetapi
untuk Terlapor XVII dengan harga dari Pertamina masih dapat membiayai
biaya operasional; --------------------------------------------------------------------
52.5.11 Pertamina pernah menyatakan agar hiswana tidak membuat kesepakatan
yang melanggar peraturan, hal tersebut disampaikan antara Juni-Juli yang
pasti bukan dibulan September. Dengan demikian Pertamina sudah
memberikan himbauan sebelum September; -------------------------------------
52.5.12 Pada pertemuan Juli 2011, Terlapor I mendoktrin mengenai tata niaga
yang memerlukan penambahan transportasi. Terlapor XVII tidak terlalu
jelas siapa yang menghitung selisih besaran dalam kesepakatan hiswana.
Terlapor XVII hanya tahu saat itu Terlapor I yang mendominasi dan
anggota lainnya hanya diam. Terlapor XVII juga tidak tahu siapa yang
membuat draft surat. Pada saat itu Terlapor I yang mengusulkan untuk ada
halaman 144 dari 383
Page 145
S A L I N A N
penambahan biaya transport tetapi untuk nilainya Terlapor XVII tidak
tahu karena ada rapat-rapat sebelumnya; -----------------------------------------
52.5.13 Terlapor XVII juga menyampaikan usulan/doktrin mengenai aturan tidak
tertulis yang harus dilaksanakan. Tidak ada larangan bagi siapapun untuk
memberikan usul dalam suatu rapat sepanjang tidak melanggar UU; --------
52.5.14 Pada september kesepakatan diserahkan kepada staf Terlapor XVII di
Hiswana agar segera di tandatangani karena akan diajukan ke Pertamina.
Sehari kemudian Terlapor XVII tandatangan dan menyerahkan ke
Hiswana. Setelah Terlapor XVII tandatangan penyerahan kesepakatan ke
Pertamina adalah setelah bulan September; --------------------------------------
52.5.15 Wacana mengenai kesepakatan ini salah, Terlapor XVII menyatakan
bahwa surat ini akan diserahkan kepada Pertamina, karena kesepakatan
tersebut butuh persetujuan Pertamina. Kesepakatan tersebut tidak
ditandatangani oleh Pertamina karena melanggar UU No. 5/1999.
Kesepakatan tersebut juga salah diajukan ke Pertamina mengingat dalam
kontrak Pertamina sudah ditegaskan bahwa agen tidak boleh menambah
harga yang sudah ditentukan oleh Pertamina; ----------------------------------
52.5.16 Terlapor XVII tidak tahu apakah ada rapat lain yang membahas regulasi
Pertamina yang disampaikan kepada Pertamina karena Terlapor XVII
bukan pengurus; ----------------------------------------------------------------------
52.5.17 Pada pertemuan Juli-September, Terlapor XVII tidak dilarang berbicara
oleh Terlapor I namun suasana saat itu tidak ada yang berani
menyampaikan pendapat. Bahkan pada 2011 setiap rapat hampir tidak ada
yang menyampaikan pendapat. Usulan disampaikan oleh Sdr. Chandra
dan tidak ada yang berani menyampaikan pendapatnya. Setidaknya
Terlapor XVII pikir diam berarti tidak berani; ----------------------------------
52.5.18 Terkait rapat di Juli-September ada kata “diwacanakan” dimana hal
tersebut adalah menurut tafsir Terlapor XVII dan bukan karena Sdr.
Chandra menggunakan kata tersebut; ---------------------------------------------
52.5.19 Terkait adakah wacana dalam rapat yang pernah Terlapor XVII hadiri
yang menyatakan bahwa ini akan segera diusulkan untuk mendapatkan
persetujuan, Terlapor XVII menyatakan tidak perlu untuk mendapatkan
persetujuan karena ada aturan yang melarang kesepakatan tersebut,
sehingga Terlapor XVII yakin Sdr. Manoveri tidak akan menandatangani.
Terlapor XVII tidak tahu apakah dalam rapat ada yang menyatakan bahwa
ini akan menjadi usulan dan setelah ada draft baru dikatakan bahwa ini
akan disampaikan kepada Pertamina. ---------------------------------------------
halaman 145 dari 383
Page 146
S A L I N A N
52.6 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor XVII, diperoleh keterangan sebagai berikut: ------------------------------------
52.6.1 Pada akhirnya Terlapor XVII sepakat dengan kesepakatan harga tersebut
dan menandatanganinya, tapi secara pelaksanaannya, Terlapor XVII tidak
mengikuti kesepakatan tersebut; ---------------------------------------------------
52.6.2 Terlapor XVII sampaikan bahwa tidak ada tekanan fisik namun ada
tekanan secara psikis untuk menandatangani kesepakatan tersebut.
Terlapor XVII akhirnya menandatangani karena ada kepentingan Terlapor
XVII yang lain yang merupakan agen 3 Kg dalam hal pembayaran
transportation fee melalui Hiswana Migas. Pada saat rapat-rapat itu
sebenarnya Terlapor XVII tidak setuju, namun staf Terlapor XVII pada
bulan September 2011 diberikan Surat Kesepakatan Harga yang harus
segera ditanda-tangani. Pada saat itu hanya Terlapor XVII yang belum
tanda-tangan; --------------------------------------------------------------------------
52.6.3 Secara langsung Terlapor XVII tidak tahu apakah jika Terlapor XVII
tidak menandatangani maka Hiswana Migas tidak akan mengurus
mengenai transportation fee, namun staf Terlapor XVII merasa khawatir
dengan hubungan baik dengan pihak Hiswana Migas, karena pihak
administrasi yang mengurus LPG 3 Kg dan 12 Kg adalah orang yang
sama; -----------------------------------------------------------------------------------
52.6.4 Terkait apakah surat kesepakatan harga tersebut ditanda-tangani dalam
suatu rapat atau ditanda-tangani oleh masing-masing anggota satu per satu
(bukan dalam suatu forum), Terlapor XVII menyatakan dari beberapa
distributor lain yang ditelepon oleh Terlapor XVII, mereka dipanggil oleh
Hiswana untuk datang menandatangani kesepakatan tersebut; ----------------
52.6.5 Terlapor XVII sudah menyampaikan keberatan kepada Ketua Hiswana
Migas dalam forum. Pada suatu pertemuan dengan Sdr. Dwi Manoveri,
Terlapor XVII juga menyampaikan agar tidak menyetujui kesepakatan
tersebut; --------------------------------------------------------------------------------
52.6.6 Kesepakatan ditanda-tangani 21 Juli 2011. Menurut kronologis yang
Terlapor XVII sampaikan, ada rapat bulan Juli, Agustus dan September,
tetapi dalam kesepakatan dibuat bahwa kesepakatan ditanda-tangani
Saudara di bulan September 2011, Terlapor XVII menyatakan bergabung
dengan Hiswana Migas di bulan Mei 2011, dan mulai ikut rapat di bulan
Juli, Terlapor XVII pikir hal tersebut sudah dirapatkan sebelumnya; --------
halaman 146 dari 383
Page 147
S A L I N A N
52.6.7 Terlapor XVII pikir kesepakatan hanya wacana karena baru berupa
pembicaraan. Setelah Terlapor XVII menerima kesepakatan ini, Terlapor
XVII baru memahami bahwa sudah ditetapkan; ---------------------------------
52.6.8 Selain menyepakati harga, kesepakatan juga mengatur; 1). dilarang
memberi diskon, 2). dilarang mengambil agen konsumen dari agen lain.
Terlapor XVII tidak melaksanakan karena Terlapor XVII tidak setuju dan
Terlapor XVII mengetahui adanya aturan dalam UU No. 5/1999; -----------
52.6.9 Terlapor XVII mengetahui adanya kesepakatan butir kedua tentang
larangan mengambil alih konsumen yang sudah dibina agen lain, akan
tetapi Terlapor XVII tidak melaksanakannya. Terlapor XVII juga
mengambil pelanggan agen lain tetapi setelah Terlapor XVII tahu
Terlapor XVII minta staf Terlapor XVII agar meminta maaf kepada agen
yang pelanggannya diambil; --------------------------------------------------------
52.6.10 Terlapor menandatangani surat kesepakatan antara tanggal 4 atau 5
September. Kemudian Investigator menunjukkan BAP Penyelidikan B15
Nomor 11 dimana dalam BAP tersebut ditanyakan kepada Terlapor XVII
mengenai kebenaran surat kesepakatan bersama harga jual LPG tanggal
21 Juni 2011 ditandatangani oleh Bapak Indrawan sendiri yang mewakili
Terlapor XVII. Terlapor XVII menjawab “ya benar, Sdr. Indrawan sendiri
secara sadar dan tanpa tekanan dari siapapun yang menandatangani
kesepakatan tersebut”. Sementara dalam pemeriksaan ini, Terlapor XVII
menyatakan ada tekanan secara batin. Untuk itu, Terlapor XVII mencabut
keterangan dalam penyelidikan dan akan menggunakan keterangan saat
pemeriksaan di mana secara kebatinan Terlapor XVII merasa
mendapatkan tekanan. Oleh karenanya, begitu ada panggilan dari KPPU
Terlapor XVII turut serta mendampingi Hiswana Migas karena
diasumsikan para terlapor dipanggil atas laporan Terlapor X. Sebagai
bentuk solidaritas kita berkumpul agar bagaimana caranya agar seluruh
terlapor kecuali Terlapor X menjadi aman; --------------------------------------
52.6.11 Terlapor XVII menyatakan tidak ada ancaman secara langsung yang
mengimplikasikan bahwa Terlapor XVII harus menandatangani
kesepakatan tersebut. Ketika Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor
IV, Terlapor IX, Terlapor XIII, Terlapor XIV dan Terlapor XVI meminta
jawaban pasti atas keberadaan ancaman, Terlapor XVII menyatakan tidak
ada. Untuk itu Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor
IX, Terlapor XIII, Terlapor XIV dan Terlapor XVI menyatakan keberatan
atas pertanyaan dan jawaban untuk hal yang berbeda yang dilakukan oleh
halaman 147 dari 383
Page 148
S A L I N A N
Terlapor XVII yaitu mendapatkan tekanan secara kebatinan karena ada
kepentingan dalam LPG 3 Kg dengan Hiswana Migas karena menurut
Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor IX, Terlapor
XIII, Terlapor XIV dan Terlapor XVI hal tersebut adalah sesuatu yang
sangat berbeda; -----------------------------------------------------------------------
52.6.12 Mengenai kemungkinan Terlapor XVII tidak menandatangani surat
kesepakatan jika tidak ada kepentingan mengenai transport fee, Terlapor
XVII menyatakan kepentingan Terlapor XVII bukan hanya LPG 12 Kg
tetapi juga 3 Kg. Ada rasa takut yang dirasakan oleh staf Terlapor XVII
yaitu jika tidak ditandatangani oleh Terlapor XVII akan ada
ketidaknyamanan dalam hubungan antara Terlapor XVII dengan Hiswana
Migas. Hubungan antara tabung LPG 3 Kg dengan Hiswana Migas adalah
karena transport fee untuk tabung LPG 3 Kg disyaratkan oleh Pertamina
harus melalui Hiswana Migas. Terkait keberadaan pernyataan dari pihak
manapun yang disampaikan kepada Terlapor XVII bahwa jika Terlapor
XVII tidak menandatangani maka akan dipersulit dalam hal pengurusan
transport fee, Terlapor XVII menyatakan bagian admin 12 Kg dan 3 Kg di
Hiswana adalah orang yang sama. Hubungan Terlapor XVII dengan
admin Hiswana sudah baik sehingga Terlapor XVII takut hubungan
tersebut menjadi tidak baik karena Terlapor XVII masih berhubungan
dalam hal pengurusan transport fee LPG 3Kg; ----------------------------------
52.6.13 Pada saat rapat kedua, Terlapor XVII menyampaikan bahwa kesepakatan
tersebut bertentangan dengan UU 5/1999. Disampaikan oleh Terlapor I
bahwa ini hanya untuk internal karena sejak lama hal ini sudah ada. Akan
tetapi tidak ada larangan untuk menggunakan hak menolak
menandatangani bagi Terlapor XVII dari Terlapor I; ---------------------------
52.6.14 Faktanya surat tersebut sudah dibuat, bahkan Sdri. Vera menyatakan tidak
mengetahui soal surat tersebut. Kemudian Terlapor XVII menandatangani
pada bulan September. Terlapor XVII kemudian menemui Sdr. Manoveri
sesudah menandatangani pada bulan September itu juga; ---------------------
52.6.15 Sdr. Manoveri memahami bahwa kesepakatan tersebut melanggar
peraturan UU sebelum terlapor jelaskan karena pada saat rapat
sebelumnya Sdr. Manoveri sudah menyatakan agar jangan melakukan
kesepakatan melanggar hukum. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Sdr.
Manoveri sebelum Terlapor XVII temui (sebelum September); --------------
52.6.16 Menurut Terlapor XVII kesepakatan tersebut tidak perlu dimintakan
persetujuan Sdr. Manoveri. ---------------------------------------------------------
halaman 148 dari 383
Page 149
S A L I N A N
52.7 Bahwa terkait keanggotaan agen di Hiswana Migas, diperoleh keterangan sebagai
berikut: -------------------------------------------------------------------------------------------
52.7.1 Terkait aturan Pertamina yang menyatakan bahwa setiap mitra wajib
bergabung dengan Hiswana Migas mekanismenya adalah Pertama,
perusahaan mengajukan permohonan untuk menjadi mitra ke Pertamina.
Jika sudah disetujui, maka selanjutnya perusahaan mendaftar ke Hiswana
Migas; ----------------------------------------------------------------------------------
52.7.2 Secara hukum tidak ada sanksi jika ada perusahaan yang menjadi mitra
Pertamina tapi tidak mau menjadi anggota Hiswana Migas, karena saat ini
ada satu distributor di Bandung yang tidak mau bergabung dengan
Hiswana Migas, tapi tetap mendapat pasokan dari Pertamina; ----------------
52.7.3 Manfaat menjadi anggota Hiswana Migas adalah administrasi
transportation fee LPG 3 Kg, pembayaran dilakukan oleh Pertamina
melalui Hiswana Migas. Untuk LPG 12 Kg, informasi, regulasi dan
kebijakan yang disampaikan oleh Pertamina, tidak langsung disampaikan
ke agen, tapi melalui Hiswana Migas; -------------------------------------------
52.7.4 Terlapor XVII berkeyakinan bahwa soal harga adalah domain Pertamina
sehingga harga yang dibuat oleh anggota Hiswana adalah tidak sah. Pada
saat sidang sebelumnya Saksi Sdri. Vera menyampaikan bahwa suasana
saat itu yang dibuat dalam perjanjian tersebut adalah penambahan
transport. Sebenarnya, menurut penilaian Terlapor XVII yang menjadi
tugas Hiswana untuk LPG 12 Kg adalah untuk menyampaikan informasi-
informasi yang didapat dari Pertamina kepada agen; ---------------------------
52.7.5 Dapat dikatakan bahwa ketergantungan Terlapor XVII terhadap Hiswana
hanya mengenai transport fee LPG 3 Kg. Walau untuk orang lain mungkin
tidak, tetapi untuk Terlapor XVII menjadi suatu ketergantungan karena
Terlapor XVII juga menjual LPG 3 Kg; ------------------------------------------
52.7.6 Aturan yang mengharuskan setiap agen menjadi anggota Hiswana ada di
buku panduan tentang Hiswana dimana di dalamnya ada poin-poin dimana
setiap mitra Pertamina wajib menjadi anggota Hiswana. ----------------------
52.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor XVII adalah
sebagai berikut: ---------------------------------------------------------------------------------
52.8.1 Tujuan akhir UU persaingan adalah untuk melindungi masyarakat agar
tidak terjadi kerugian. Selama ini tidak ada masyarakat yang melapor ke
Terlapor XVII yang merasa dirugikan; -------------------------------------------
52.8.2 Terlapor XVII mencoba mengkaji sistem LPG 3 Kg dan menyampaikan
kajian tersebut kepada Majelis Komisi. Terlapor XVII berharap Terlapor
halaman 149 dari 383
Page 150
S A L I N A N
II-Terlapor XVII adalah merupakan korban, jadi mohon menjadi
pertimbangan Majelis Komisi. -----------------------------------------------------
53. Menimbang bahwa pada tanggal 9 Januari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor XI (PT Baragas Nasional) namun
yang bersangkutan tidak hadir memenuhi panggilan Majelis Komisi (vide bukti B24); -----
54. Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi menilai
perlu dilakukan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, maka Majelis Komisi menerbitkan
Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor 01/KMK/Kep/I/2015 tentang Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014, yaitu dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal 13 Januari 2015 sampai dengan
tanggal 24 Februari 2015 (vide bukti A225);--------------------------------------------------------
55. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi
Ketua Komisi menetapkan pembentukan Majelis Komisi melalui Keputusan Komisi
Nomor 01/KPPU/Kep.3/I/2015 tanggal 13 Januari 2015 tentang Penugasan Anggota
Komisi sebagai Majelis Komisi pada Perpanjangan Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor
14/KPPU-I/2014 (vide bukti A226);------------------------------------------------------------------
56. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Petikan Penetapan Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan kepada para Terlapor (vide bukti A230, A232, A234, A236, A238,
A240, A242, A244, A246, A248, A250, A252, A254, A256, A258, A260, A262); ----------
57. Menimbang bahwa pada tanggal 5 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor VII (Pusat Koperasi Pegawai
Negeri/PKPRI), yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai
berikut (vide bukti B25); -------------------------------------------------------------------------------
57.1 Bahwa terkait dengan kapasitas pihak yang memberikan keterangan dalam
Pemeriksaan Terlapor VII, Koperasi Pegawai Negeri (PKPRI) Kota Bandung,
diperoleh keterangan sebagai berikut: ---------------------------------------------------
57.1.1 Yang memberikan keterangan adalah Sdr. Tatang Suryana Firdaus, Ketua
Unit Usaha LPG Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPRI) Kota Bandung;
57.1.2 Sdr. Tatang Suryana Firdaus memperoleh kuasa dari Sdr. Sanusi yang
merupakan Ketua PKPRI Kota Bandung; ----------------------------------------
57.1.3 Sdr. Tatang Suryana Firdaus masuk ke PKPRI sejak tahun 2007. Menjabat
sebagai Kepala Unit LPG sejak 2007-2008. Sekarang menjabat Kepala
Unit Tata Niaga. Sejak 1 Agustus 2013, sudah tidak memegang LPG 12
Kg karena kuotanya sudah diserahkan ke perusahaan lain. --------------------
57.1.4 Sdr. Tatang Suryana Firdaus menghadiri rapat-rapat pembahasan
kesepakatan kenaikan harga dan menanda-tangani kesepakatan di
Hiswana Migas. ----------------------------------------------------------------------
halaman 150 dari 383
Page 151
S A L I N A N
57.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor VII diperoleh keterangan sebagai
berikut: -----------------------------------------------------------------------------------------
57.2.1 Terlapor VII berdiri pada tahun 1976, merupakan koperasi yang bergerak
di bidang LPG dan hotel plus melati; ---------------------------------------------
57.2.2 Pengurus Terlapor VII, Ketua Drs. Sanusi, Wakil Ketua H. Gustiwa,
Bendahara Hani, Pengawas Dedy, Manajer Drs. Dedi Oktiadi, Wakil
Manajer Wahyu Adi Suroso, dan Tatang Suryana Firdaus sebagai Kepala
Unit LPG di lapangan;---------------------------------------------------------------
57.2.3 Terlapor VII mengelola bisnis LPG sejak tahun 1996; -------------------------
57.2.4 Terlapor VII tidak memiliki kantor cabang; -------------------------------------
57.2.5 Unit LPG Terlapor VII ada sejak tahun 1996, dan Sdr. Tatang Suryana
Firdaus mengelola unit tersebut sejak tahun 2007; ------------------------------
57.2.6 Usaha unit Terlapor VII itu sebagian untuk anggota, sebagian untuk non
anggota. Ada 99 (sembilan puluh sembilan) primer koperasi, tapi tidak
semua anggota mengambil LPG dari Terlapor VII; -----------------------------
57.2.7 Terlapor VII bergabung di Hiswana Migas sejak memiliki kuota LPG
pada tahun 2007, dan belum pernah menjadi pengurus; ------------------------
57.2.8 Terlapor VII menjual LPG 3 Kg dan 12 Kg, tapi tidak menjual LPG 50
Kg; -------------------------------------------------------------------------------------
57.2.9 Untuk distribusi LPG, terdapat 4 (empat) orang yaitu Sdr. Tatang Suryana
Firdaus, supir, kenek dan orang gudang. -----------------------------------------
57.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor VII
diperoleh keterangan sebagai berikut: -------------------------------------------------------
57.3.1 Pada tahun 2007, kami memperoleh kuota 9000 (sembilan ribu)
tabung/bulan. Selang satu tahun muncul konversi minyak tanah ke LPG 3
Kg. Sejak saat itu kuota LPG 12 Kg menurun, sekitar 5 (lima) bulan kuota
turun drastis sampai 5000 (lima ribu), dan sampai tahun 2013 hanya 3000
(tiga ribu) tabung/bulan; ------------------------------------------------------------
57.3.2 Pertamina menurunkan kuota sesuai dengan tingkat penjualan. Jika
penjualan menurun atau tidak habis, maka kuota akan diturunkan. Agen
wajib untuk menghabiskan kuota penjualan;-------------------------------------
57.3.3 Wilayah pemasaran Terlapor VII di Bandung Raya (meliputi Cimahi dan
Soreang) sampai ke Majalaya. Terlapor VII memiliki sales point di
wilayah pemasaran tersebut;--------------------------------------------------------
57.3.4 Terlapor VII hanya menjual ke sales point. Nanti sales point yang menjual
ke konsumen akhir. Terlapor VII tidak menjual ke konsumen akhir; --------
halaman 151 dari 383
Page 152
S A L I N A N
57.3.5 Distribusi LPG dilakukan dengan menggunakan truk engkel kapasitas 100
(seratus) tabung. Sehari hanya 1 (satu) kali. Sehari hanya 1 (satu) DO per
hari untuk 3-4 sales point, setelah itu truk masuk gudang; --------------------
57.3.6 Untuk 1 (satu) sales point memesan 30-40 tabung, ada juga yang 10-15
tabung. ---------------------------------------------------------------------------------
57.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor VII, diperoleh
keterangan sebagai berikut: -------------------------------------------------------------------
57.4.1 Harga yang di rekomendasikan Pertamina saat itu adalah Rp. 70.200,-;
57.4.2 Terlapor VII menjual ke sales point rata-rata Rp 70.200,-, kadang-kadang
menjual di bawah Rp. 70.000,-. Paling rendah Rp. 68.000,-, paling tinggi
Rp. 72.000,-; --------------------------------------------------------------------------
57.4.3 Terlapor VII mengambil dari SPBE Rp 65.636,-; -------------------------------
57.4.4 Tidak ada tambahan biaya untuk penjualan ke sales point; --------------------
57.4.5 Penjualan LPG dengan harga Rp. 72.000,- adalah untuk orang-orang yang
ingin ikut usaha LPG, dengan harga jual Rp. 70.000,- ditambah upah Rp.
2000 untuk tukang becak (yang dikeluarkan per bulan). Jadi total
harganya Rp. 72.000,- Tapi saya tidak tahu berapa harga yang mereka jual
ke konsumen akhir; ------------------------------------------------------------------
57.4.6 Harga yang dijual Terlapor VII bervariasi dari harga Rp. 68.000,- sampai
Rp. 72.000,- karena menurut Terlapor VII harga Rp. 70.200,- itu
merupakan harga tertinggi. Menurut Terlapor VII, jika menjual Rp.
68.000,- tidak melanggar harga rekomendasi Pertamina. Untuk tabung
yang dijual Rp. 72.000,-, itu ada titipan Rp. 2000,- untuk tukang becak;
57.4.7 Terlapor VII dapat menjual di bawah harga rekomendasi Pertamina Rp.
70.200,- yaitu Rp. 68.000,-, tapi keuntungannya tipis; -------------------------
57.4.8 Sejumlah 30% dari kuota tabung atau 1000 (seribu) tabung dijual dengan
harga Rp. 68.000,-; -------------------------------------------------------------------
57.4.9 Tidak ada sanksi dari Pertamina ketika Terlapor VII menjual tabung
seharga Rp. 68.000,-; ----------------------------------------------------------------
57.4.10 Tujuan Terlapor VII menjual tabung seharga Rp. 68.000,- agar dapat
menjual habis kuota yang diberikan Pertamina. ---------------------------------
57.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: -------------------------------------------------------
57.5.1 Terlapor VII menyatakan kesepakatan itu berjalan setelah kenaikan BBM.
Setelah satu dua bulan, kami sulit untuk menaikkan harga LPG. Selain itu
ada tuntutan karyawan untuk menaikkan UMR. Kami memutuskan untuk
menaikkan harga LPG untuk menutupi kenaikan harga BBM dan tuntutan
halaman 152 dari 383
Page 153
S A L I N A N
kenaikan UMR. Sampai waktu tertentu, bahkan sampai saat ini, kami
tidak mengetahui apakah kenaikan harga tersebut disetujui oleh Pertamina
atau belum. Tapi kami tetap harus menjalankan tata niaga ini; ---------------
57.5.2 Kenaikan harga LPG diperlukan untuk mengkompensasi kenaikan BBM
dan UMR. Tanpa kenaikan harga, sebenarnya masih bisa menjual LPG,
tapi keuntungannya minim. ---------------------------------------------------------
57.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut:
57.6.1 Sdr. Tatang Suryana Firdaus mengikuti sekitar 2 (dua) kali rapat. Jika ada
kenaikan harga, Terlapor VII setuju-setuju saja; --------------------------------
57.6.2 Rapat tersebut dilaksanakan di Taman Cibeunying dan Saung Galing.
Tapi Terlapor VII tidak ingat kesepakatan itu diputuskan pada rapat yang
mana; -----------------------------------------------------------------------------------
57.6.3 Pertemuan di Saung Galing lebih dulu dilakukan dibandingkan di Taman
Cibeunying, tapi tidak ingat pada bulan apa pelaksanaannya; ----------------
57.6.4 Terlapor VII tidak ingat siapa yang memimpin rapat, tapi secara
organisasi, yang memimpin rapat seharusnya Ketua Bidang; -----------------
57.6.5 Dalam rapat-rapat, pemimpinnya Ketua Bidang, ada Ibu Vera, Ibu Tetty,
Pak Chandra. Seingat saya yang tutup rapat Ibu Tetty, tapi ibu Tetty
bukan Ketua Bidang; ----------------------------------------------------------------
57.6.6 Pada saat rapat, semua banyak berbicara. Kalau Terlapor VII hanya setuju
saja, menunjukkan rasa senang karena ada kenaikan harga. Umumnya
yang lain juga senang kalau ada kenaikan harga, tapi Terlapor VII tidak
ingat masing-masing orang berbicara apa. ---------------------------------------
57.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor VII, diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------
57.7.1 Sdr. Tatang Suryana Firdaus menandatangani kesepakatan di Hiswana
Migas, tapi tidak ingat kapan tanggal penandatanganannya. Pada saat
penandatanganan, agen-agen yang lain sudah membuat dan
menandatangani kesepakatan, dan Terlapor VII tinggal tanda-tangan saja;
57.7.2 Dokumen kesepakatan harga tersebut diserahkan oleh orang dari Hiswana
Migas untuk ditanda-tangani; ------------------------------------------------------
57.7.3 Penandatanganan tersebut tidak dilakukan dalam suatu pertemuan; ---------
57.7.4 Terlapor VII menandatangani kesepakatan tersebut dalam keadaan sadar,
tanpa ada pihak yang memaksa dan mengetahui konsekuensi dari
penandatanganan kesepakatan tersebut. Dasar pertimbangan Terlapor VII
halaman 153 dari 383
Page 154
S A L I N A N
menanda-tangani kesepakatan adalah karena senang dengan kesepakatan
tersebut; --------------------------------------------------------------------------------
57.7.5 Terlapor VII tidak hadir pada saat pembuatan dokumen kesepakatan
harga. Terlapor VII mengetahui dokumen tersebut sudah jadi dan tinggal
ditanda-tangani; ----------------------------------------------------------------------
57.7.6 Terlapor VII tidak memperhatikan tanggal dokumen tersebut yang
tanggalnya lebih dahulu dibandingkan dengan pembahasan wacana
kenaikan harga. -----------------------------------------------------------------------
57.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor VII adalah
sebagai berikut: ---------------------------------------------------------------------------------
57.8.1 Terlapor VII mengetahui bahwa kesepakatan yang dibuat merupakan
usulan untuk meminta persetujuan dari Pertamina karena Pertamina yang
menetapkan tarif; --------------------------------------------------------------------
57.8.2 Menurut Terlapor VII, pesaingnya banyak, Ada yang berhadapan, ada
yang dekat, ada yang jauh; ----------------------------------------------------------
57.8.3 Terlapor VII menyatakan untuk sales pointnya, tidak ada pelanggan yang
diambil alih oleh agen lain; ---------------------------------------------------------
57.8.4 Terlapor VII juga mendistribusikan tabung 3 Kg. Mekanisme transport
fee adalah akan dibayar oleh Pertamina setelah tabung habis terjual.
Transport fee dibayarkan sebulan sekali. Pengajuan transport fee diajukan
agen ke Pertamina melalui Hiswana Migas; -------------------------------------
57.8.5 Terlapor VII tidak bisa langsung mengurus transport fee langsung ke
Pertamina karena aturannya adalah melalui Hiswana Migas; -----------------
57.8.6 Menurut Terlapor VII, Pihak Hiswana Migas tidak berhak untuk
mengurangi kuota baik tabung 3 Kg maupun 12 Kg, yang berhak adalah
Pertamina; -----------------------------------------------------------------------------
57.8.7 Terlapor VII tidak pernah dikenakan sanksi oleh pihak Hiswana Migas. ---
58. Menimbang bahwa pada tanggal 5 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Pemeriksaan Terlapor VIII (Koperasi
Pegawai dan Pensiunan Perusahaan Gas Negara Bandung/KOPKAR PGN), yang pada
pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B26); ---------
58.1 Bahwa yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan Terlapor VIII adalah
Amar Saputra yang menjabat sebagai Sekretaris Kopkar PGN Bandung, yang
memperoleh kuasa dari H. Dede Suryana selaku Ketua Kopkar PGN; -------------
58.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor VIII diperoleh keterangan sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------
halaman 154 dari 383
Page 155
S A L I N A N
58.2.1 Terlapor VIII didirikan berdasarkan pada tahun 1970 atas prakarsa dari
Direksi pada saat itu. Pada 14 Oktober 1997 karena ada perubahan UU
dari UU 12/1912 menjadi UU 25/1992 dengan demikian Anggaran Dasar
(AD) diubah; --------------------------------------------------------------------------
58.2.2 Koperasi, dari namanya merupakan Koperasi Karyawan dan karyawan
yang pensiun. Pada saat itu sebenarnya anggotanya berjumlah 360 (tiga
ratus enam puluh) orang. Kopkar PGN hanya nama saja karena PGN
berulang kali berubah, dari PN Gas, PT PGN, lalu ada PT PGN Persero
Tbk; ------------------------------------------------------------------------------------
58.2.3 Terlapor VIII menjalankan bidang usaha lain selain penyaluran gas yaitu
toko serbaguna untuk keperluan anggota, juga fotokopi. ----------------------
58.2.4 Kopkar PGN menumpang di gudang PGN. Koperasi hanya memiliki LPG
dan beberapa kendaraan kecil. Tanah, dsb. milik PGN; ------------------------
58.2.5 Kopkar PGN diserahi pengelolaan LPG dari PGN pada tahun 1990, PGN
menyalurkan gas di kota Bandung melalui pipa. Tapi berdasarkan
Bappeda dan Bappenas, penyaluran gas dengan pipa di Bandung tidak
sesuai AMDAL. Hingga PGN saat itu bekerjasama dengan Pertamina
untuk menyalurkan gas LPG. September 1990, PGN resmi menjadi agen
LPG dan Pertamina, berjalan hingga tahun 1998. Karena Koperasi
dipandang cukup cakap oleh Direksi pada tahun 1998, maka diadakan
kerjasama (Surat Perjanjian Kerjasama) untuk kelola LPG. Berjalan
hingga 2011, lalu September 2011 Koperasi menjadi agen dari Pertamina
dan hal tersebut terpisah dari kerjasama tadi. ------------------------------------
58.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor VIII
diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------------------------
58.3.1 Terlapor VIII tidak tahu berapa jumlah kuota tabung dan mengatakan
bagian pemasaran yang mencatat (vide bukti C255 terkait kuota); -----------
58.3.2 Jumlah sales point pada saat itu berjumlah lebih dari 7 (tujuh), tapi
sekarang tinggal 2 (dua) karena banyak yang lari ke tabung 3 (tiga) Kg;
58.3.3 Wilayah distribusi mencakup Bandung dan sekitarnya. ------------------------
58.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor VIII, diperoleh
keterangan sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------
58.4.1 Terlapor VIII menetapkan harga jual sesuai Pertamina. Harga Rp. 70.200
diambil ke gudang, jika diantar maka tambah Rp.1000-3000; ----------------
58.4.2 Menurut Terlapor VIII, Pegawai borongan diberi kendaraan untuk keliling.
Saat mereka beli, tetap kepada Kopkar maka jualnya sesuai ketentuannya.
Tapi mungkin saja mereka jual lebih dari harga Rp.73.000 karena itu hak
halaman 155 dari 383
Page 156
S A L I N A N
mereka. Kecuali sales point yang di drop adalah pegawai tetap, jadi lebih
dari ketentuan Pertamina. -----------------------------------------------------------
58.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------------------------
58.5.1 Desas desus adanya kenaikan harga, wacana tentang penambahan transpor
setelah adanya kenaikkan UMR yang harus dilaksanakan bulan April dan
juga kenaikan BBM; ----------------------------------------------------------------
58.5.2 Bagian Pertamina suka mengeluh karena di pasar harga ada yang turun
dan ada yang naik. -------------------------------------------------------------------
58.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut:
58.6.1 Menurut Terlapor VIII, terjadinya kertas kesepakatan tidak spontan, ada
pembicaraan-pembicaraan terlebih dahulu. Anggota Hiswana berkumpul
di suatu tempat yaitu “Risol” di Jalan Citarum; ---------------------------------
58.6.2 Tambahan biaya spare part tercetus sebelum bulan Juni. Karena di Risol
tidak ada rincian naik BBM sekian, setelah di Bumi Sawunggaling baru
ada rincian sekian. Pembicaraan di Risol tidak lengkap dan tidak
menelurkan pembicaraan apapun walaupun fokusnya pada penambahan
transport; ------------------------------------------------------------------------------
58.6.3 Yang lengkap yaitu di Tamansari, Bumi Sawunggaling. Mengenai bulan
dan tahun sekitar tahun 2011. Di Bumi Sawunggaling rapat dipimpin Sdri.
Tetty, mewakili Sdri. Vera yang saat itu tidak hadir. Sdri. Tetty posisinya
sebagai anggota tetapi juga sebagai pengurus lama Hiswana Migas. Disitu
dibicarakan mengenai kenapa margin LPG oleh Pertamina masih segitu-
segitu juga. Terlapor VIII pernah mendengar banyak pembicara-
pembicara menemukan bahwa LPG 12 Kg merugikan Pertamina.
Disepakati bahwa anggota Hiswana Migas memerlukan biaya tambahan
dengan alasan UMK naik, BBM naik tetapi margin untuk agen masih
tetap. Ada beberapa orang yang mengusulkan termasuk Terlapor VIII, ada
tambahan untuk transpor. Fokusnya adalah tambahan transpor bukan
perubahan harga. Mengenai hitung-hitungan, belum disepakati berapa
seharusnya transpor ditambahkan ke harga. Saat itu belum diputuskan,
hanya tercetus. Putusannya di Taman Cibeunying, yaitu di ”Riung
Panyileukan”. ------------------------------------------------------------------------
58.6.4 Pertemuan di Taman Cibeunying bulan Agustus, yaitu di ”Riung
Panyileukan” disitu sudah ada perhitungan. Ada anggota Hiswana Migas
yang menghitung. Yang mengajukan perhitungan adalah salah satu dari
halaman 156 dari 383
Page 157
S A L I N A N
Terlapor juga yang memang adalah anggota Hiswana Migas. Terlapor itu
adalah perusahaannya besar sekali yaitu Terlapor I. Terlapor I yang
perusahaan begitu besar saja masih memerlukan tambahan biaya. Setelah
melihat dan mendapat paparan, terutama BBM naik, selaku pengurus
Koperasi tercetus, betul bahwa perusahaan besar saja perlu tambahan
transpor apalagi Koperasi. ----------------------------------------------------------
58.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor VIII, diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------
58.7.1 Menurut keterangan Terlapor VIII, salah seorang anggota Hiswana Migas
datang ke kantor sambil memungut iuran bulanan sekitar bulan Juli. Sdr.
Memet disuruh pegawai dari Hiswana Migas antar surat untuk di
tandatangan ke kantor Terlapor VIII. Saat itu Terlapor VIII ikut perkataan
Sdr. Memet (anggota koperasi) yang menyampaikan bahwa anggota lain
sudah tandatangani terkait tambahan transpor, maka dari itu saya
tandatangan; --------------------------------------------------------------------------
58.7.2 Tandatangan terjadi setelah bulan Agustus. Karena saat di Cibeunying,
Rumah Makannya lesehan jadi tidak ada tulis-menulis dan biasanya
pertemuan-pertemuan itu tidak bawa cap, oleh sebab itu diantar ke kantor,
ditandatangan dan di cap; -----------------------------------------------------------
58.7.3 Saat tandatangan, surat tersebut tidak dalam bentuk fotokopi, karena tidak
lengkap. Di fotokopi jika harusnya sudah lengkap. Yang asli hanya bagian
tandatangan saja lalu dibawa lagi; -------------------------------------------------
58.7.4 Saat Terlapor VIII menandatangani, Ketua bidang Hiswana 12 Kg (Sdri.
Vera) dan Ketua DPC Hiswana Bandung (Sdr. Indra Hutabarat) sudah
menandatangani surat kesepakatan tersebut; -------------------------------------
58.7.5 Setelah Terlapor VIII tandatangan, ternyata ada kolom untuk Sdr. Dwi
Manoveri namun beliau tidak tandatangan, oleh sebab itu pendapat
Terlapor VIII maka itu surat usulan; ----------------------------------------------
58.7.6 Ketika perjanjian tersebut di tandatangani, Pertamina memberikan teguran
bukan hanya ke Terlapor VIII saja tetapi ke seluruh Terlapor. Sdr. Dwi
Manoveri berkata bahwa segala sesuatu terkait perjanjian tidak boleh
tersebar luas diluar agen. Padahal Sdr. Manoveri sendiri tidak
tandatangan; ---------------------------------------------------------------------------
58.7.7 Terkait draft kesepakatan harga yang dibahas oleh beberapa agen,
Terlapor VIII mengatakan tidak hadir, bahkan Terlapor VIII menanyakan
siapa konseptornya; ------------------------------------------------------------------
halaman 157 dari 383
Page 158
S A L I N A N
58.7.8 Terlapor VIII menyebutkan yang diketahui dari usulan-usulan Sdr.
Candra (Terlapor I) terkait kesepakatan harga, adalah setelah lihat surat
kesepakatan harga ini tidak tertuang sepenuhnya dari yang disampaikan.
Surat ini ngaco, karena judulnya untuk Pertamina namun isi di bawahnya
tidak sesuai; ---------------------------------------------------------------------------
58.7.9 Bahwa kesepakatan di Cibeunying tidak sama dengan apa yang disepakati
dan ditandatangani. Poin apa saja yang menyimpang dari kesepakatan,
contohnya poin nomor 2 (dua), karena di surat Pertamina tidak ada.
Mengenai tabung isi 50 Kg juga sama di nomor 2 (dua). Yang lain-lainnya
dilarang, dalam pertemuan tersebut tidak fokus. Karena Terlapor VIII tahu
bahwa konsumen itu mana yang baik pelayanannya maka akan lari
kesana. Tidak pernah kami cetuskan dan disepakati. Contoh lain yang
pernah dibahas adalah mengenai aturan tidak boleh ambil alih pelanggan
yang dibina agen lain tidak ada di kesepakatan tersebut, oleh sebab itu
Terlapor VIII kecewa telah menandatangani; ------------------------------------
58.7.10 Jika bicara mengenai kesepakatan, ternyata ada yang berbeda lagi antara
judul diatasnya dengan isi dibawahnya. Bahwa isi dibawahnya ternyata
ada anak/sub kesepakatannya. Jika dibicarakan mungkin ada, tapi yang
membuat Terlapor VIII kecewa adalah konsiderans diatasnya yang
sebenarnya ditujukan kepada Pertamina sementara isi dibawahnya ada isi
macam-macam; -----------------------------------------------------------------------
58.7.11 Bahwa Terlapor VIII bukan ingin menaikkan harga jual tapi untuk
menaikkan transport, karena pertimbangan saat itu perusahaan besar pun
butuh tambahan transport apalagi Terlapor VIII yang merupakan
Koperasi. ------------------------------------------------------------------------------
58.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor VIII adalah
sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------------------
58.8.1 Hingga sekarang PT PGN yang menjadi anggota Hiswana Migas. Bukan
Koperasinya namun PGN-nya. Karena ada surat kerjasama perjanjian
koperasi dengan PGN maka Direksi PGN menugaskan Terlapor VIII
untuk ikut rapat, dsb. hingga sekarang; -------------------------------------------
58.8.2 KOPKAR sendiri tidak tercantum sebagai anggota Hiswana. Secara formil
bahkan ada buku anggota di Hiswana yang menunjukkan bahwa yang jadi
anggota adalah staf direksi dari PT PGN. Tahun 2008 baru iuran menjadi
beban koperasi; -----------------------------------------------------------------------
58.8.3 Setiap ada rapat-rapat Hiswana, Direksi memberikan mandat kepada
Koperasi; ------------------------------------------------------------------------------
halaman 158 dari 383
Page 159
S A L I N A N
58.8.4 Sejak September 2011 kerjasama antara Koperasi dengan PGN sudah
selesai. Sejak itu juga Pertamina tunjuk Kopkar sebagai agen LPG.
Hiswana biasa menagih ke bagian angkutasi PGN. Setelah yang jadi agen
itu Koperasi bukan PGN maka petugas menagihnya ke kantor koperasi.
Secara formil PGN tetapi materiilnya KOPKAR; -------------------------------
58.8.5 Tempat/Gudang Kopkar, satu bangunan dibagi 3 (tiga): ada gudang,
kantor pemasaran, ada juga gudang alat-alat PGN. Karena Terlapor VIII
menumpang dan hanya diberi 2 (dua) ruangan yaitu 1 (satu) ruangan
untuk simpan LPG dan 1 (satu) untuk pemasaran; ------------------------------
58.8.6 Pesaing/agen lain disekitar daerah Terlapor VIII yang di ketahui yaitu di
daerah koperasi Bandung dan sekitarnya. Contohnya meskipun ada
pelanggan Limas Raga di Lembang, namun karena pernah jadi pelanggan
Terlapor VIII maka dibagi dua karena daerah Lembang sudah jadi Kab.
Bandung Barat tidak seperti dulu yang Bandung Raya; ------------------------
58.8.7 Bahwa kuota dari Pertamina bukan dari Hiswana Migas; ---------------------
58.8.8 Sebelum tahun 2011, anggota Hiswana pernah buat kesepakatan, tetapi
tidak seperti halnya yang tertera dalam surat kesepakatan itu. Biasanya
yang bertanggung jawab cukup Hiswana Migas saja. Tidak ditandatangan
oleh seluruh agen, cukup Hiswana saja dan Hiswana juga yang buat; -------
58.8.9 Terlapor VIII mengatakan tidak tahu tindak lanjutnya setelahnya. Hingga
akhirnya jika surat tersebut tidak tersangkut kasus di KPPU maka
Terlapor VIII tidak akan pernah tahu. Pendapat Terlapor VIII adalah surat
tersebut ngawur sekali. Karena saat rapat di Hiswana Migas Terlapor VIII
bertanya siapa konseptornya. Terlapor VIII menyadari sekarang dan
sangat kecewa saat di tanyakan kepada Ketua Hiswana Migas seolah “cuci
tangan”, karena dibilang semua menandatangani. Perkataannya
mengecewakan Terlapor VIII, karena seolah dari 19 (Sembilan belas)
anggota tersebut bersama-sama menandatangani. Sdri. Vera juga tidak
berkata apa-apa. Hingga dugaannya apa yang dilaporkan Sdri. Vera ke
KPPU dan mengenai berita bahwa Sdri. Elsye yang laporkan ke KPPU
akan tetap jadi pertanyaan bagi Telapor VIII, apa substansinya. Hingga
saat ini bahkan Terlapor VIII tidak tahu apa yang dilaporkan; ----------------
58.8.10 Bahwa Terlapor VIII menyatakan menyesal sekali menandatangani
kesepakatan itu karena perbuatan tersebut melanggar hukum akibat
ketidak-tahuan. -----------------------------------------------------------------------
halaman 159 dari 383
Page 160
S A L I N A N
59. Menimbang bahwa pada tanggal 5 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor IV (PT Adigas Jaya Pratama) yang
pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B27); --
59.1 Bahwa terkait dengan kapasitas pihak yang memberikan keterangan dalam
Pemeriksaan Terlapor IV PT Adigas Jaya Pratama, diperoleh keterangan sebagai
berikut: -----------------------------------------------------------------------------------------
59.1.1 Yang memberikan keterangan adalah Sdr. Irsadun Ngibad yang menjabat
selaku Manajer Operasional; ------------------------------------------------------
59.1.2 Sdr. Irsadun Ngibad bekerja di Terlapor IV sejak tahun 2004; ----------------
59.1.3 Sebelum bekerja di Terlapor IV, Sdr. Irsadun Ngibad bekerja sebagai
tukang pasang kaca di Jakarta; ------------------------------------------------------
59.1.4 Kewenangan Sdr. Irsadun Ngibad sebagai Manajer Operasional adalah
untuk memasarkan produk LPG untuk pelanggan Terlapor IV; ---------------
59.1.5 Sdr. Irsadun Ngibad mengetahui semua kegiatan operasional distribusi gas
Terlapor IV menanda-tangani DO. -------------------------------------------------
59.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor IV diperoleh keterangan sebagai
berikut: -----------------------------------------------------------------------------------------
59.2.1 PT Adigas Jaya Pratama berdiri tahun 1995 beralamat di Jalan Terusan
Jaksa Naranata Nomor 163, Baleendah, Bandung, Jawa Barat. Perusahaan
ini berdiri untuk melayani masyarakat dan ditunjuk Pertamina sebagai
dealer resmi LPG 12 Kg untuk wilayah Bandung Raya. Pemegang saham
sekaligus Direktur adalah Sdr. F. Budhi Soendono; ----------------------------
59.2.2 Terlapor IV merupakan anggota Hiswana Migas. Dalam pertemuan
Hiswana Migas, yang hadir adalah Sdr. Irsadun Ngibad atau Sdr. Yayan
dari bagian administrasi; ------------------------------------------------------------
59.2.3 Terlapor IV hanya menjual LPG 12 Kg dan LPG 50 Kg, dan tidak
memiliki bisnis lain; -----------------------------------------------------------------
59.2.4 Untuk kegiatan operasional distribusi LPG 12 Kg, Terlapor IV memiliki
12 (dua belas) unit (pick up dan light truk). Pick up merek Isuzu dan
Mitsubishi. Untuk truk merek Mitsubisi L100 dan L300. Ada juga pick up
merek Toyota untuk pekerjaan teknik; --------------------------------------------
59.2.5 Terlapor IV memiliki 40-50 orang karyawan, termasuk 12 (dua belas)
orang supir; ---------------------------------------------------------------------------
59.2.6 Ada 3 (tiga) kategori karyawan Terlapor IV yaitu pegawai tetap, pegawai
kontrak (biasanya kontrak 1 tahun), dan pegawai harian (pegawai
borongan). Perbedaan antara pegawai tetap dan pegawai kontrak adalah
halaman 160 dari 383
Page 161
S A L I N A N
jika dikeluarkan dari perusahaan, pegawai tetap mendapat pesangon,
sedangkan pegawai kontrak tidak mendapat pesangon; ------------------------
59.2.7 Terlapor IV merupakan satu kelompok usaha dengan PT Jaya Gas yang
berada di Jakarta. Sdr. Irsadun Ngibad pernah ditugaskan di PT Jaya Gas. -
59.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor IV
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
59.3.1 Kuota yang diperoleh Terlapor IV berubah-ubah, yaitu sekitar 11.000-
14.000 tabung/bulan, tapi saat ini turun menjadi 11.000 (sebelas ribu)
tabung/bulan; -------------------------------------------------------------------------
59.3.2 Wilayah pemasaran Terlapor IV adalah wilayah Bandung Raya; ------------
59.3.3 Terlapor IV memilki 50-100 sales point, dimana masing-masing sales
point mengambil LPG sekitar 5-10 unit. ------------------------------------------
59.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor IV, diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
59.4.1 Harga jual LPG Terlapor IV tidak mengikuti harga kesepakatan, tapi
mengikuti harga dari Pertamina; ---------------------------------------------------
59.4.2 Dalam kurun waktu 2011, harga LPG 12 Kg yang dijual oleh Terlapor IV
adalah Rp 70.200,- baik untuk pelanggan maupun yang datang ke tempat;
59.4.3 Terlapor IV menyatakan tidak pernah menjual di atas harga kesepakatan,
tapi menjual sesuai dengan harga Pertamina; ------------------------------------
59.4.4 Terlapor IV tidak pernah menjual ke agen lain; ---------------------------------
59.4.5 Harga yang disampaikan kepada pegawai Terlapor IV dan konsumen yang
lain, harganya sesuai dengan harga dari Pertamina baik sebelum maupun
setelah adanya kesepakatan harga; ------------------------------------------------
59.4.6 Menurut Terlapor IV, jika tidak ada tanda tangan dari Pertamina maka
kesepakatan tersebut tidak dapat dilaksanakan sehingga Terlapor IV
menjual sesuai dengan ketentuan dari Pertamina. -------------------------------
59.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
59.5.1 Menurut Terlapor IV, latar belakang adanya kesepakatan kenaikan harga
tersebut adalah adanya kenaikan UMK dan BBM. Terlapor IV mau
menaikkan biaya transport untuk menutupi kenaikan UMK dan BBM
tersebut. --------------------------------------------------------------------------------
59.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut:
halaman 161 dari 383
Page 162
S A L I N A N
59.6.1 Sdr. Irsadun Ngibad pernah mengikuti beberapa rapat yang membicarakan
mengenai kenaikan harga BBM sehingga ada usulan untuk membuat
penambahan biaya transport;-------------------------------------------------------
59.6.2 Sdr. Irsadun Ngibad tidak ingat dimana tempat rapat, siapa yang
memimpin dan menutup rapat, dan berapa kali mengikuti rapat; -------------
59.6.3 Ketika mengikuti rapat terkait biaya angkut, Sdr. Irsadun Ngibad tidak
melapor ke atasan karena menurutnya belum ada keputusan; -----------------
59.6.4 Sdr. Irsadun Ngibad pernah ikut rapat Sawunggaling; -------------------------
59.6.5 Sdr. Irsadun Ngibad tidak hafal siapa saja anggota Hiswana Migas yang
menjadi peserta rapat, tidak ingat siapa yang mengusulkan kesepakatan
harga di Saung Galing, dan tidak tahu siapa konseptor yang membuat
kesepakatan harga. -------------------------------------------------------------------
59.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor IV, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------------
59.7.1 Yang menanda-tangani kesepakatan kenaikan harga pada tahun 2011 atas
nama Terlapor IV adalah Sdr. Yayan, staf administrasi yang merupakan
pegawai tetap Terlapor IV; ---------------------------------------------------------
59.7.2 Sebagai Manajer Operasional, Sdr. Irsadun Ngibad berwenang untuk
menandatangani kesepakatan tersebut; -------------------------------------------
59.7.3 Sdr. Irsadun Ngibad membiarkan Sdr. Yayan yang menandatangani
kesepakatan tersebut karena pada saat itu Sdr. Yayan yang hadir di
Hiswana Migas, dan membawa stempel perusahaan yang juga merupakan
kewenangannya; ----------------------------------------------------------------------
59.7.4 Setelah menanda-tangani kesepakatan tersebut, Sdr. Yayan melapor
kepada Sdr. Irsadun Ngibad bahwa telah menanda-tangani kesepakatan di
Hiswana Migas. Namun demikian Sdr. Irsadun Ngibad tidak melaporkan
kepada Direktur Terlapor IV.-------------------------------------------------------
59.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor IV adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
59.8.1 Berdasarkan cross check informasi terkait para pegawai Terlapor IV yang
dilakukan oleh Investigator, Sdr. Irsadun Ngibad mengakui bahwa Sdr.
Aris Ariyanto dan Sdr. Rubiyana merupakan pegawai tetap Terlapor IV; --
59.8.2 Sdr. Aris Ariyanto dan Sdr. Rubiyana merupakan saksi-saksi yang
diajukan oleh Terlapor IV melalui kuasa hukumnya yang ternyata adalah
pegawai tetap Terlapor IV sendiri. Investigator memohon agar Majelis
Komisi mempertimbangkan saksi tersebut memberikan keterangan palsu
dan sumpah palsu; -------------------------------------------------------------------
halaman 162 dari 383
Page 163
S A L I N A N
59.8.3 Berdasarkan pertanyaan Kuasa Hukum Terlapor IV, Terlapor IV
menjelaskan bahwa tidak ada larangan Terlapor IV untuk menjual LPG
kepada karyawan Terlapor IV. Dalam hal ini, Sdr. Rubiyana memiliki
usaha lain selain sebagai pegawai Terlapor IV yaitu usaha tambal ban dan
las pagar, sehingga Saksi yang diajukan oleh Kuasa Hukum Terlapor IV
tersebut juga merupakan konsumen LPG; ----------------------------------------
59.8.4 Sdr. Irsadun Ngibad menyatakan Sdr. Aris Hariyanto adalah pegawai tetap
Terlapor IV yang bekerja sebagai kasir. Yang bersangkutan tidak tahu
apakah Sdr. Aris Hariyanto memilki usaha lain, yang diketahui adalah
Sdr. Aris Hariyanto membeli gas untuk dikonsumsi sendiri; ------------------
59.8.5 Terlapor IV tidak pernah mendengar adanya pelanggan Terlapor IV yang
pernah ditawari kerjasama oleh agen lain; ---------------------------------------
59.8.6 Setelah penandatanganan kesepakatan harga, pendapatan Terlapor IV
justru mengalami penurunan. Penyebabnya adalah kenaikan BBM dan
UMR; ----------------------------------------------------------------------------------
59.8.7 Menurut Terlapor IV, tidak ada teguran dari Pertamina terkait perjanjian
kesepakatan harga tersebut;---------------------------------------------------------
59.8.8 Kebijakan perusahan (Terlapor IV) saat ini adalah apabila ada yang harus
ditanda-tangan, harus lapor dulu sebelum tanda-tangan. -----------------------
60. Menimbang bahwa pada tanggal 5 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor XII (PT Indonesia Alina Houtman
Vegetables/INAHOVTRACO), yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh
informasi sebagai berikut (vide bukti B28); ---------------------------------------------------------
60.1 Bahwa yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan Terlapor XII PT
Indonesia Alina Houtman Vegetables adalah Oky Hendrik Lumban Gaol yang
menjabat selaku Direktur Utama; ------------------------------------------------------------
60.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor XII diperoleh keterangan sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------
60.2.1 Terlapor XII berdiri sekitar tahun 1966. Pemegang Sahamnya adalah
Almarhum ayah dari Oky Hendrik Lumban Gaol dan adik sang ayah.
Sejak berdiri, Terlapor XII bergerak di bidang usaha penjualan pupuk
untuk pertanian dan obat-obatan. Sejak 1970-an resmi diangkat sebagai
agen resmi pupuk bersubsidi (distributor pupuk Pusri); -----------------------
60.2.2 Terlapor XII tidak ingat persisnya mulai menjalankan distribusi LPG
mungkin sejak 1980-an. Semenjak Ayah dari Oky Hendrik Lumban Gaol
meninggal pada tahun 2007, otomatis pemilik sahamnya turun ke Oky
Hendrik Lumban Gaol dan saudara-saudara dengan jabatan no. 1 sebagai
halaman 163 dari 383
Page 164
S A L I N A N
wakil direktur (Hotman Lumban Gaol), nomor 2 (Robert Lumban Gaol)
sebagai Komisaris Utama, no. 3 (Luis Lumban Gaol) sebagai Komisaris
baru kemudian Oky Hendrik Lumban Gaol sebagai Direktur Utama;
60.2.3 Berdasarkan SIUP no. 150/272 tanggal 18 Mei 2011, Terlapor XII
termasuk distribusi LPG. Terlapor XII menjelaskan tidak ada
perubahan/tambahan yang terdapat dalam SIUP. Untuk akta beberapa kali
terjadi perubahan namun masih perdagangan barang/jasa termasuk
distribusi LPG; -----------------------------------------------------------------------
60.2.4 Jenis pupuk yang didistribusikan oleh Terlapor XII adalah pupuk urea
yang bersubsidi; ----------------------------------------------------------------------
60.2.5 Kendaraan yang digunakan oleh Terlapor XII ada 3 mobil dengan daya
angkut kendaraan dari pangkalan per hari dengan ilustrasi jika sehari
dapat 500 maka tinggal dibagi rata/sesuai kondisi agen/pangkalan, sesuai
dalam dokumen yang disampaikan kepada Majelis; ----------------------------
60.2.6 Terlapor XII berdiri sekitar tahun 1966. Pemegang Sahamnya adalah
Almarhum ayah dari Oky Hendrik Lumban Gaol dan adik sang ayah.
Sejak berdiri, Terlapor XII bergerak di bidang usaha penjualan pupuk
untuk pertanian dan obat-obatan. Sejak 1970-an resmi diangkat sebagai
agen resmi pupuk bersubsidi (distributor pupuk Pusri); -----------------------
60.2.7 Terlapor XII tidak ingat persisnya mulai menjalankan distribusi LPG
mungkin sejak 1980-an. Semenjak Ayah dari Oky Hendrik Lumban Gaol
meninggal pada tahun 2007, otomatis pemilik sahamnya turun ke Oky
Hendrik Lumban Gaol dan saudara-saudara dengan jabatan nomor 1 (satu)
sebagai wakil direktur (Hotman Lumban Gaol), nomor 2 (dua) (Robert
Lumban Gaol) sebagai Komisaris Utama, nomor 3 (tiga) (Luis Lumban
Gaol) sebagai Komisaris baru kemudian Oky Hendrik Lumban Gaol
sebagai Direktur Utama; ------------------------------------------------------------
60.2.8 Berdasarkan SIUP no. 150/272 tanggal 18 Mei 2011, Terlapor XII
termasuk distribusi LPG. Terlapor XII menjelaskan tidak ada
perubahan/tambahan yang terdapat dalam SIUP. Untuk akta beberapa kali
terjadi perubahan namun masih perdagangan barang/jasa termasuk
distribusi LPG; -----------------------------------------------------------------------
60.2.9 Jenis pupuk yang didistribusikan oleh Terlapor XII adalah pupuk urea
yang bersubsidi; ----------------------------------------------------------------------
60.2.10 Kendaraan yang digunakan oleh Terlapor XII ada 3 (tiga) mobil dengan
daya angkut kendaraan dari pangkalan per hari dengan ilustrasi jika sehari
dapat 500 (lima ratus) maka tinggal dibagi rata/sesuai kondisi
halaman 164 dari 383
Page 165
S A L I N A N
agen/pangkalan, sesuai dalam dokumen yang disampaikan ke MajelisOky
Hendrik Lumban Gaol baru terlibat dalam Terlapor XII pada akhir tahun
1990-an. Saat itu LPG bukan suatu bidang usaha yang menarik. Tahun
1980-an Terlapor XII diberikan kepercayaan oleh Pertamina untuk jadi
distributor LPG, minyak tanah dan juga SPBU tapi bukan atas nama
Terlapor XII; --------------------------------------------------------------------------
60.2.11 Jumlah kuota LPG Terlapor XII adalah sekitar 2000-an untuk ukuran 12
Kg. Kuota tersebut sudah ada sejak Oky Hendrik Lumban Gaol menjadi
Direktur hingga sekarang karena kuota tidak ditambahkan. Walau
Terlapor XII termasuk pemain lama namun kuotanya tidak dinaikkan
karena kuota yang diberikan sudah ditentukan dan karena utamanya
berjualan pupuk. ---------------------------------------------------------------------
60.2.12 Terkait usaha SPBU hanya berupa gudang lalu disalurkan ke pangkalan.
Jumlah pangkalan yang dimiliki oleh Terlapor XII adalah 37 (tiga puluh
tujuh) pangkalan; ---------------------------------------------------------------------
60.2.13 Terlapor XII membina pangkalan dengan memberi sanksi jika ada
pangkalan yang tidak tertib dalam memasarkan. Contoh LPG harus
diletakkan di ruang terbuka, jika peringatan tidak diindahkan maka diberi
sanksi/peringatan. Jika ada orang yang melamar jadi pangkalan dan
memenuhi syarat maka bisa Terlapor XII akui; ---------------------------------
60.2.14 Terlapor XII menyatakan Pertamina melarang/tidak membolehkan untuk
mengambil pangkalan yang sudah jadi, yang biasa dipasok oleh agen lain
sebagai suatu etika yang cukup diketahui oleh para agen; ---------------------
60.2.15 Dengan kuota sebesar 2000 (dua ribu) tabung, Terlapor XII tidak merinci
berapa kuota per hariannya tergantung berapa habisnya; ----------------------
60.2.16 Seharusnya ada larangan dari Pertamina untuk mengambil pelanggan yang
dibina oleh agen lain. Kita selalu sampaikan keluhan ke Pertamina karena
ada ketentuannya seperti itu tapi jika ditanya ketentuannya dituangkan di
pasal berapa, Terlapor XII tidak mengetahui; -----------------------------------
60.2.17 Terlapor XII tidak pernah tahu/dengar bahwa Pertamina memberikan
sanksi maupun bentuk sanksi yang diberikan kepada agen yang
mengambil alih pelanggan yang dibina agen lain. ------------------------------
60.3 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor XII, diperoleh
keterangan sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------
60.3.1 Terlapor XII jual LPG di harga Rp. 70.200,- Terlapor XII tidak ingat
ketika diminta untuk memverifikasi pernyataan bahwa pada Desember
halaman 165 dari 383
Page 166
S A L I N A N
2013 Terlapor XII sempat menjual di harga kisaran Rp. 77.100,- karena
hanya ikuti sesuai harga ketentuan Pertamina; ----------------------------------
60.3.2 Majelis Komisi meminta Terlapor XII menyusulkan kuitansi sebelum dan
setelah terjadinya kesepakatan. Kuitansi dari tahun 2010-November 2013
untuk melihat bagaimana Terlapor XII jual berdasarkan harga dari
Pertamina. Bisa diambil sampel dari beberapa kuitansi; -----------------------
60.3.3 Terkait rendahnya margin yang didapatkan oleh agen, Pertamina sudah
mempertimbangkan dalam SK Nomor 25. Namun Terlapor XII merasa
kurang. Karena omzet Terlapor XII adalah 2000 tabung per bulan,
keuntungan LPG 12 Kg untuk setahun hanya 10 juta rupiah setelah
dipotong gaji karyawan dan perawatan; ------------------------------------------
60.3.4 Margin yang diinginkan oleh pelaku usaha adalah sebesar-besarnya itupun
dapat dikenakan excessive profit. Harga dibatasi, kuota juga tidak bisa
ditambah. Jika kuota Terlapor XII ditambah maka bisa dapatkan
keuntungan lebih dari situ; ----------------------------------------------------------
60.3.5 Terlapor XII tidak hafal margin yang diperoleh dari harga Rp. 70.200.
Bahkan tidak ada untung untuk karyawan Terlapor XII karena keuntungan
penjualan LPG disubisidi dari keuntungan pupuk walaupun harga tebus
dari Pertamina di harga Rp. 65.300, lalu dijual Rp. 70.200; -------------------
60.3.6 Terlapor XII jual tabung LPG ukuran 3 Kg dengan harga Rp. 28.000.
Terlapor XII tidak jual LPG ukuran 50 Kg; --------------------------------------
60.3.7 Saat penyelidikan Investigator mendapatkan dokumen dari Terlapor XII,
terkait dokumen rekapitulasi gas 12 Kg tahun 2013 (dokumen rahasia
perusahaan); ---------------------------------------------------------------------------
60.3.8 Terlapor XII keberatan untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah
diaudit secara keseluruhan untuk membuktikan apakah Terlapor XII
menjual dengan harga Pertamina/tidak. Terlapor XII keberatan keberatan
karena laporan keuangannya menyatu dimana LPG banyak disubsidi dari
pupuk; ----------------------------------------------------------------------------------
60.3.9 Investigator meminta Terlapor XII untuk menyampaikan fakta sesuai yang
sudah ditunjukkan di depan sidang sesuai dokumen. Terlapor XII
menyatakan dalam menjalankan usaha pupuk, setiap bulan banyak
diharuskan buat laporan bulanan di tingkat kios/petani. Karyawan
Terlapor XII sudah cukup sibuk untuk buat laporan tersebut jika sekarang
diminta laporan pembukuan; -------------------------------------------------------
60.3.10 Terlapor XII sebagai perusahaan keluarga sudah biasa diaudit. Tiap tahun
diaudit oleh BPK (eksternal auditor) namun tidak diserahkan kepada
halaman 166 dari 383
Page 167
S A L I N A N
Terlapor XII. Laporan yang diserahkan oleh Terlapor XII ke KPPU
merupakan hasil internal audit. Namun laporan yang diserahkan ke KPPU
hanya mengenai gas, sementara yang diminta oleh KPPU adalah laporan
konsolidasi keseluruhan seperti audit yang dilakukan oleh BPK, Laporan
tahunan yang dimiliki Terlapor XII dan internal audit sejak 2011-2013
sesuai periode penandatanganan (surat kesepakatan). Terlapor XII
keberatan karena membuka rahasia ‘dapur’. Biasanya logikanya dari hasil
keuntungan sudah bisa dilihat. Terlapor XII mempertanyakan kepentingan
KPPU melihat data dibuka karena omzet saya sudah dilihat; -----------------
60.3.11 Keterangan tentang harga, sesuai dokumen vide bukti C 219 Terlapor XII
menjelaskan bahwa seharusnya sesuai dengan fakta karena Terlapor XII
ikuti harga yang ditetapkan oleh Pertamina; -------------------------------------
60.3.12 Sebagai agen LPG 12 Kg dan juga 3 Kg dengan alokasi 2000 (dua ribu)
tabung, sudah diatur oleh Hiswana Migas bahwa setiap pembayaran biaya
transport termasuk bagi Terlapor XII hanya dilakukan melalui Hiswana
Migas. Agen 3 Kg tidak bisa menagih transport fee dari Hiswana Migas.
Terlapor XII juga tidak ingat apakah ada penagihan transport fee dari
Hiswana Migas; ----------------------------------------------------------------------
60.3.13 Terlapor XII tidak tahu persis apakah dari Hiswana ataukah dari anggota
via Hiswana yang mengajukan transport fee tapi yang Terlapor XII tahu
dari Pertamina, Terlapor XII rasa Hiswana Migas tidak ada kewenangan;
60.3.14 Terlapor XII tidak terlalu ingat apakah pada periode 2009, 2010, 2011
pendapatan Terlapor XII naik, turun ataukah naik-turun karena selama
tidak ada perubahan harga dari Pertamina maka baik bagi Terlapor XII; ---
60.3.15 Terlapor XII mengkonfirmasi pertanyaan dari Terlapor I, II, III, IV, IX,
XIII, XIV & XVI mengenai margin gas yang disubsidi dari pupuk; ---------
60.3.16 Terlapor XII pernah membaca laporan BPK periode 2011-2013, bahwa
Pertamina mengalami kerugian sebesar 7 (tujuh) triliun rupiah untuk
penjualan gas; -------------------------------------------------------------------------
60.3.17 Untuk ukuran tabung LPG 12 Kg, saat perolehan harga tebus adalah
sebesar Rp. 65.000 dan kemudian dijual dengan harga Rp. 70.200
Terlapor XVII menyatakan gross margin antara tebus dan jual adalah Rp.
10.000. Begitu pula ketika harga tebus adalah sebesar Rp. 119.000 maka
harga jual adalah Rp. 129.000. -----------------------------------------------------
60.4 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
halaman 167 dari 383
Page 168
S A L I N A N
60.4.1 Terlapor XII bergabung sebagai anggota Hiswana karena sebagai agen
Pertamina maupun pemilik SPBU maka tergabung sebagai anggota
Hiswana. Terlapor XII tidak pernah jadi pengurus Hiswana, hanya
anggota; --------------------------------------------------------------------------------
60.4.2 Terlapor XII baru tahu belakangan jika perkara ini terkait kesepakatan
penetapan harga jual LPG; ----------------------------------------------------------
60.4.3 Kenaikan BBM & UMK sebenarnya tidak pengaruh karena Terlapor XII
fokus di pupuk. Terlapor XII juga mengeluh tapi tidak pernah didengar.
Terlapor XII wanti-wanti kepada karyawan jangan sampai langgar
ketentuan dari Pertamina agar tidak berurusan dengan Kepolisian,
Kejaksaan; -----------------------------------------------------------------------------
60.4.4 Terlapor XII tidak tahu apakah seluruhnya pelaku usaha mengeluh, karena
biasanya membicarakan hal-hal yang bagi Terlapor XII merupakan suatu
keluhan. Sepertinya hampir semua pelaku usaha mengeluh dengan
kenaikan BBM & UMK. Biasanya kami sampaikan keluhan anggota ke
Pertamina tapi hanya sebatas ditampung, tidak ditindaklanjuti. --------------
60.5 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut:
60.5.1 Terlapor XII kadang diwakili oleh manajemen kadang oleh staff dalam
rapat Hiswana Migas; ---------------------------------------------------------------
60.5.2 Terlapor XII datang pada pertemuan yang diadakan di “Risol”.
Undangannya diterima melalui sms/fax dari Pertamina ke kantor.
Karyawan yang sampaikan ke manajemen; --------------------------------------
60.5.3 Terlapor XII lupa mengenai tempat pelaksanaan rapat yang membicarakan
mengenai diputuskannya kesepakatan kenaikan harga terkait kenaikan
BBM+UMK. Terlapor XII cuma ingat saat itu kita mengajukan usulan ke
Pertamina; -----------------------------------------------------------------------------
60.5.4 Terlapor XII hanya mendengarkan saja dan tidak termasuk yang
mengusulkan dalam rapat. Sebenarnya saat rapat kita sama-sama
mengeluh, namun karena namanya barang subsidi maka dijalankan saja
untuk kebutuhan masyarakat. Karena Terlapor XII fokusnya ke pupuk,
jadi LPG hanya sekedar dijalankan saja; -----------------------------------------
60.5.5 Pertemuan di Tamansari, Bumi Saung Galing Terlapor XII juga hadir tapi
tidak ingat mengenai hal-hal yang disampaikan dalam pertemuan di
Sawunggaling karena kami biasanya membicarakan banting membanting
harga di lapangan. Materinya diulang-ulang; ------------------------------------
halaman 168 dari 383
Page 169
S A L I N A N
60.5.6 Pertemuan di Cibeunying, Riung Panyileukan Terlapor XII juga hadir
tapu tidak tahu hal-hal yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut, karena
Terlapor XII biasanya datang terlambat dan mendekati jam makan siang.
Karena pembicaraannya hanya itu-itu saja; --------------------------------------
60.5.7 Terlapor XII mengatakan pembicaraannya hanya itu-itu saja lalu Terlapor
XII menandatangani kesepakatan tersebut karena menggantungkan
harapan siapa tahu disetujui Pertamina; ------------------------------------------
60.5.8 Terlapor XII tidak ingat apakah pada bulan Juli 2011 pernah ada
pertemuan; ----------------------------------------------------------------------------
60.5.9 Terlapor XII pernah rapat di Hiswana Migas sebagai anggota; ---------------
60.5.10 Terlapor XII tidak ingat pernah ikut rapat di Sawunggaling yang dihadiri
oleh Pak Manoveri dan Pak Hendra. Dalam rapat tersebut, Pak Manoveri
sebelum mengakhiri pertemuan ada statement, yaitu jangan memuat
kesepakatan yang melanggar hukum. Terlapor XII tidak ingat persisnya
namun kata tersebut tidak asing, sesuatu yang biasa mendapatkan arahan
demikian. Karena Terlapor XII jalankan usaha yang merupakan barang
subsidi dan biasa mendengarkan hal tersebut; -----------------------------------
60.5.11 Saat pertemuan, seingat Terlapor XII semuanya bebas berbicara dan tidak
ada yang melarang untuk berbicara. Tidak ada salah satu pihak yang vokal
untuk menggiring yang lain; --------------------------------------------------------
60.5.12 Isi dari pertemuan adalah tentang keluhan agen mengenai margin. Lalu
ada usulan untuk kenaikan harga kepada Pertamina. Terkait Surat
kesepakatan bersama harga, Terlapor XII menilai masih berupa usulan
yang akan disampaikan ke Pertamina. Terkait usulan tersebut, Terlapor
XII mengetahui tidak ada tindak lanjut berupa aturan yang dikeluarkan
oleh Pertamina. -----------------------------------------------------------------------
60.6 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor XII, diperoleh keterangan sebagai berikut: ---------------------------------------
60.6.1 Terlapor XII baru menyadari menandatangani surat kesepakatan tersebut
karena setiap rapat Pertamina saya sering datang terlambat. Awalnya tidak
tahu menyimak itu rapat apa. Ingatnya saat kita mengajukan ke Pertamina
supaya harga di naikkan dan supaya margin lebih bagus. Karena sebagai
agen LPG kami rasakan margin kecil; ---------------------------------------------
60.6.2 Para pelaku usaha tidak pernah menetapkan harga diatas yang ditetapkan
Pertamina; ------------------------------------------------------------------------------
60.6.3 Terkait surat kesepakatan pada dokumen yang dimiliki oleh Investigator,
untuk Terlapor XII di tandatangani sendiri oleh Oky Hendrik Lumban
halaman 169 dari 383
Page 170
S A L I N A N
Gaol. Namun Oky Hendrik Lumban Gaol tidak ingat kapan maupun
tempatnya menandatanganinya, seingat Oky Hendrik Lumban Gaol,
tandatangan itu dilakukan beramai-ramai di satu tempat. Tidak ada
tekanan/sanksi jika tidak tandatangan; ---------------------------------------------
60.6.4 Dari keterangan beberapa terperiksa bahwa kesepakatan tersebut di
tandatangani secara backdate bahkan ada beberapa terperiksa yang
diantarkan dokumennya untuk ditandatangani; -----------------------------------
60.6.5 Ketika tandatangan surat kesepakatan, Terlapor XII tidak mendapatkan
copy; ------------------------------------------------------------------------------------
60.6.6 Saat tandatangan Terlapor XII datang telat. Pemahaman Terlapor XII isi
dari surat kesepakatan tersebut adalah usulan agen kepada Pertamina
supaya ada kenaikan harga; ---------------------------------------------------------
60.6.7 Selain usulan harga ada hal-hal lain yang diatur dalam kesepakatan harga
selain mengatur kesepakatan harga tabung 12 Kg, 50 Kg dan bulk.
Kesepakatan ini juga menyetujui hal sebagai berikut: dilarang beri diskon,
dilarang ambil alih pelanggan yang sudah dibina agen lain. Memang ada
larangan dari Pertamina untuk tidak boleh ambil alih pelanggan yang
sudah dibina agen lain. Oleh sebab itu kami sebut sebagai keluhan, dengan
harapan Pertamina mendengar keluhan. Bagi Terlapor XII khususnya
mengingat tiap rapat poinnya itu lagi-itu lagi; ------------------------------------
60.6.8 Poin mengenai larangan ambil alih pelanggan yang dibina oleh agen lain,
sudang sering dibicarakan oleh agen lain juga. Terlapor XII tidak pernah
coba memasarkan ke pelanggan yang dibina agen lain. Terlapor XII juga
tidak tahu ada agen lain yang ambil pelanggan yang dibina oleh agen lain.
Mungkin dari agen yang membinanya kurang, maka dia ambil saja; ---------
60.6.9 Saat tandatangan tidak ada intervensi/tekanan dari Hiswana karena bagi
Terlapor XII Hiswana hanya perkumpulan; ---------------------------------------
60.6.10 Terlapor XII menyatakan surat kesepakatan ditandatangani bersama-sama.
Pihak yang Terlapor XII ingat adalah muka-muka familiar yang hadir di
dalam ruangan pemeriksaan; --------------------------------------------------------
60.6.11 Tadi disampaikan bahwa Terlapor VIII surat kesepakatannya disampaikan
ke kantor, Terlapor XII tidak ingat melihat Pak Amar (Terlapor
VIII/Kopkar PGN) di pertemuan tersebut. ----------------------------------------
61. Menimbang bahwa pada tanggal 6 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor IX (PT Kurnia Sari Rahayu), yang
pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B30); --
halaman 170 dari 383
Page 171
S A L I N A N
61.1 Bahwa yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan Terlapor IX PT Kurnia
Sari Rahayu adalah Muji Waluyo yang menjabat selaku Wakil Direktur, yang
memperoleh kuasa dari Direktur Utama yaitu Meiyanti. -----------------------------
61.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor IX diperoleh keterangan sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------
61.2.1 Terlapor IX didirikan pada 22 April 1995, bergerak di bidang penjualan
gas LPG 12 Kg. Pemegang saham yaitu Bapak Sukarno dan Ibu Mei
Yanti; ----------------------------------------------------------------------------------
61.2.2 Terlapor IX memiliki 12 (duabelas) orang pegawai; ---------------------------
61.2.3 Gudang LPG Terlapor IX terdapat di Jalan Rama, Bandung. -----------------
61.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor IX
diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------------------------
61.3.1 Terlapor IX mengatakan, dahulu saat berdiri pada tahun 1995 belum ada
kuota dan masih sesuai kebutuhan. Namun sejak tahun 2011 Terlapor IX
memiliki kuota sebesar 14.000 (empat belas ribu) tabung. Sekarang kuota
berada pada kisaran 16.000-17.000 tabung; --------------------------------------
61.3.2 Wilayah pemasaran mencakup Bandung Raya. Selain itu juga menjual
LPG ke wilayah Kotamadya Bandung, Kab. Bandung Barat dan Cimahi; --
61.3.3 Jumlah sales point sekitar 40 (empat puluh) sales point dan juga ada
pengiriman ke sub agen; ------------------------------------------------------------
61.3.4 Sales point berlokasi tersebar di area Bandung Raya dan paling banyak
terletak di Kotamadya Bandung. Lokasi pengantaran konsumen yang
paling jauh dari gudang ada di wilayah Lembang dan Padalarang. Dari
gudang ke Padalarang jaraknya sekitar 12 (dua belas) km sedangkan jarak
dari Lembang ke Padalarang karena hanya 1 (satu) arah dan macet jadi
menempuh waktu 2 (dua) jam. -----------------------------------------------------
61.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor IX, diperoleh
keterangan sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------
61.4.1 Terlapor IX menjual harga sesuai standar mengikuti SK Pertamina yaitu
Rp 70.200. Bahwa aturan Pertamina tentang harga eceran terakhir hanya
sampai harga di gudang; ------------------------------------------------------------
61.4.2 Bahwa LPG juga dijual di gudang selain berjualan dengan cara
pengantaran. Untuk pengantaran, harga jual sesuai dengan harga dari
Pertamina. Sebagian kecil ada biaya transport, untuk penjualan yang lebih
dari harga Rp.70.200. Untuk penjualan langsung/antar langsung ke end
user jumlah tabungnya 5000 (lima ribu) tabung/bulan. Harga yang di jual
ke konsumen akhir yaitu Rp. 73.200, itupun karena ada ongkos pelayanan;
halaman 171 dari 383
Page 172
S A L I N A N
61.4.3 Bahwa masih ada sedikit keuntungan dengan harga jual yang ditetapkan
dari Pertamina sebesar Rp.70.200; ------------------------------------------------
61.4.4 Terhadap konsumen yang jauh, Terlapor IX menjual di harga Rp.71.200.
Atas kenaikkan Rp.1.000 tersebut dasar perhitungannya karena
pengeluaran bensin, itupun tidak dipaksakan kepada konsumen. Kepada
konsumen ditawarkan Rp.71.200, tapi jika konsumen tidak mau maka
dikembalikan lagi ke harga Rp.70.200. Itu untuk ke sales point. Biasanya
konsumen tidak mengeluh karena mengerti beban biaya yang Terlapor IX
tanggung; ------------------------------------------------------------------------------
61.4.5 Terkait kuitansi yang Terlapor IX tunjukkan di depan sidang mengenai
adanya variasi harga di Rp. 70.000, Rp.70.200, Rp.71.200 untuk ukuran
tabung 12 Kg, hal tersebut dijual untuk konsumen kategori sub agen/sales
point. Yang membedakan sehingga ada 3 (tiga) jenis harga jual tersebut
tergantung dari total yang dipesan dan jarak yang ditempuh, jika semakin
banyak maka harga lebih murah. Jika sedikit maka dikenakan harga
tertinggi; -------------------------------------------------------------------------------
61.4.6 Saat tahun 2013 awal, Terlapor jual harga di gudang Rp.70.200; ------------
61.4.7 Adalah kewajiban setiap agen untuk sesuaikan harga dari Pertamina, tapi
kenyataannya Terlapor IX tidak selalu menjual di harga Rp.70.200,
kadang di bawah. Jual harga diatas artinya melanggar ketentuan, namun
sanksi tidak pernah diberikan Pertamina kepada agen yang tidak sesuai
ketentuan. Terlapor IX mengatakan tidak tahu apakah ada agen lain yang
pernah diberikan sanksi karena menjual lebih dari Rp.70.200. ---------------
61.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
61.5.1 Latar belakang terbitnya surat kesepakatan bahwa margin yang agen
terima tidak mencukupi, ditambah adanya kenaikan BBM, UMK, onderdil
dan biaya operasioanal; -------------------------------------------------------------
61.5.2 Kesepakatan terkait ongkos angkut, bahwa pada tahun 2011 Terlapor IX
tahu ada kenaikan BBM dari media; ----------------------------------------------
61.5.3 Bahwa pada bulan April sudah diwacanakan untuk buat kesepakatan
harga; ----------------------------------------------------------------------------------
61.5.4 Pak Muji tidak ikut dalam pembuatan draft kesepakatan dan Pak Muji
mengatakan tidak tahu siapa yang buat surat kesepakatan harga ini,
mungkin dari pihak Hiswana yang buat draft tertulis sebelum jadi
kesepakatan. --------------------------------------------------------------------------
halaman 172 dari 383
Page 173
S A L I N A N
61.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut:
61.6.1 Pak Muji tidak datang pada pertemuan di Risol; --------------------------------
61.6.2 Pak Muji tidak diberitahu oleh Ibu Mei kapan dan dimana rapat yang
beliau hadiri. Seingat Pak Muji, Ibu Mei hadir sekali dalam pertemuan dan
Pak Muji yang sebenarnya sering hadir hanya terakhir-terakhir ini setelah
2011. Namun beberapa Terlapor lain mengatakan bahwa Pak Muji sering
hadir di pertemuan Hiswana karena pada umumnya Pak Muji yang
mewakili. Artinya secara substansi Pak Muji paham betul yang
dibahasakan dalam kesepakatan tersebut; ----------------------------------------
61.6.3 Pada pertemuan Hiswana pertama kali di Sawunggaling, Pak Muji hadir.
Saat itu sudah diusulkan oleh agen tertentu soal kenaikan harga, namun
Pak Muji tidak ingat agen mana yang mengusulkan. Pak Muji tidak tahu
persis apakah pembicaraan di forum itu tertuang di dalam kesepakatan ini;
61.6.4 Bahwa pertemuan di Sawunggaling rapat di pimpin oleh Ibu Vera. Namun
keterangan berbeda disampaikan di BAP Penyelidikan bahwa Ibu Vera
tidak hadir pada rapat di Sawunggaling; ------------------------------------------
61.6.5 Terlapor IX menyatakan tidak beri usulan dalam rapat itu;--------------------
61.6.6 Pertemuan saat itu dihadiri oleh orang Pertamina yaitu Pak Hendra dan
Pak Manoveri. Terlapor IX mengaku tidak ingat statement yang dikatakan
oleh orang-orang Pertamina tersebut sebelum pertemuan di Sawunggaling
diakhiri terkait surat kesepakatan harga yaitu agar jangan membuat
kesepakatan yang melanggar hukum. Namun Terlapor IX mendengar
adanya pihak dari agen tertentu yang menolak diadakan kesepakatan
harga, yaitu Pak Indra dari Apigas Nasional; ------------------------------------
61.6.7 Pada pertemuan di Cibeunying Pak Muji hadir, kata sepakat terjadi disana.
Di situ adalah hari disepakati bukan di tandatangani karena belum ada
agen-agen lain yang tandatangan. Pak Muji mengatakan tidak ingat siapa
yang banyak usul dalam rapat tersebut dan penjelasan terkait kesepakatan
dari dimintakan persetujuan hingga disetujui oleh semua; ---------------------
61.6.8 Menurut keterangan Terlapor IX, Sekbid Hiswana Bandung menjadi
notulis rapat di Sawunggaling maupun di Cibeunying. Tapi, setiap habis
rapat tidak ada notulensi rapat dan anggota Hiswana pun tidak menerima
notulen tersebut; ----------------------------------------------------------------------
61.6.9 Bahwa Ibu Mei menanyakan kepada Pak Muji mengenai apa yang terjadi
di pertemuan dan hanya seputar penetapan harga. Bahwa sebelum terbit
surat dan akhirnya diminta tandatangan, ada kesepakatan di pertemuan
halaman 173 dari 383
Page 174
S A L I N A N
terlebih dulu sebelumnya namun Pak Muji tidak mengikuti pertemuan
berikutnya. ----------------------------------------------------------------------------
61.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor IX, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------
61.7.1 Terlapor IX dalam hal ini turut serta menandatangani surat kesepakatan
harga; ----------------------------------------------------------------------------------
61.7.2 Bahwa Ibu Mei Yanti mengerti proses kesepakatan tapi tidak sampai
selesai mengikuti rapat dan tidak tandatangan. Surat diantar ke tempat
Terlapor IX; ---------------------------------------------------------------------------
61.7.3 Orang Hiswana Migas yang mengantarkan surat kesepakatan untuk
ditandatangani tersebut. Orang Hiswana datang bukan dalam bentuk
paksaan, karena sudah ada kesepakatan sebelumnya. Artinya secara sadar
Dirut tandatangan karena sudah memahami kesepakatan sebelumnya; ------
61.7.4 Bahwa yang hadir menandatangani surat kesepakatan pada saat itu adalah
Direktur, Ibu Mei Yanti. Saat Ibu Mei tandatangan, Pak Muji
menyaksikan hanya sepintas namun setelahnya Ibu Mei tidak cerita apa-
apa karena surat kesepakatan tersebut langsung dikembalikan; ---------------
61.7.5 Bahwa Pak Muji sampaikan tidak pernah lihat secara langsung surat
kesepakatan harga, bahwa surat kesepakatan diantar oleh orang Hiswana
kepada Dirut PT Kurnia Sari Rahayu untuk ditandatangan. Terlapor IX
tidak mendapatkan copy-an/salinan pertinggal; ---------------------------------
61.7.6 Dari cerita Ibu Mei, Pak Muji hanya sepintas tahu bahwa itu adalah surat
kesepakatan harga tapi tidak tahu isi dari surat kesepakatan tersebut dan
mengenai dasar jual di harga Rp.71.200 apakah berdasarkan surat
kesepakatan tersebut/tidak; ---------------------------------------------------------
61.7.7 Langkah yang ditempuh oleh Terlapor IX setelah penandatangan surat
kesepakatan tersebut adalah tetap melaksanakan harga sesuai Pertamina
karena Terlapor IX menganggap itu hanya berupa pengajuan ke
Pertamina. Namun hingga terakhir tidak ada kabar, maka Terlapor IX
tetap jual di harga Rp.70.200. ------------------------------------------------------
61.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor IX adalah
sebagai berikut: -------------------------------------------------------------------------------
61.8.1 Terlapor IX bergabung di Hiswana Migas sejak berdiri pada tahun 1995; --
61.8.2 Menurut keterangan Terlapor IX, bisa ada penambahan kuota melalui
mekanisme permintaan pasar; ------------------------------------------------------
halaman 174 dari 383
Page 175
S A L I N A N
61.8.3 Bahwa selama ini distribusi yang dilakukan berlangsung baik dan ada
peningkatan penjualan. Peningkatan penjualan tersebut menyebabkan
adanya penambahan kuota; ---------------------------------------------------------
61.8.4 Peningkatan kuota dari 14.000 (empat belas ribu) tabung ke 17.000 (tujuh
nelas ribu) tabung terjadi mulai tahun 2011; -------------------------------------
61.8.5 Terlapor IX menjual tabung LPG ukuran 12 Kg dan tidak menjual LPG
ukuran 3 Kg, 50 Kg dan bulk; ------------------------------------------------------
61.8.6 Agen lain yang jadi pesaing Terlapor IX di wilayah sekitar gudang dengan
radius 1 (satu) km hanya 1 (satu), yaitu PT Tirta Gangga Tama; -------------
61.8.7 Bahwa yang punya kewenangan untuk menetapkan harga jual gas di
perusahaan adalah Direktur, Ibu Mei Yanti; -------------------------------------
61.8.8 Ketika ada kenaikan BBM, perusahaan Terlapor IX mengatakan tidak
sampai merugi, tetapi keuntungannya berkurang; -------------------------------
61.8.9 Salah satu butir di dalam perjanjian tersebut adalah adanya pelarangan
mengambil alih pelanggan yang sudah dibina agen lain. Keterangan
Terlapor IX yaitu tidak pernah menjual kepada sub agen diluar sub agen
yang Terlapor IX bina; --------------------------------------------------------------
61.8.10 Terlapor IX tidak berminat melebarkan sayap dengan mencari sub agen
lain karena sudah diatur Pertamina. Pertamina juga yang mengatur dan
menentukan alokasi kuota jumlah tabung; ---------------------------------------
61.8.11 Bahwa Terlapor IX pernah mendengar cerita agen lain yaitu Arias Mas
yang mengambil alih sub agen yang dibina Terlapor IX. Selain itu sekitar
tahun 2011 Apigas Nasional mengambil alih sub agen yang dibina
Terlapor IX dan yang dilakukan oleh Terlapor IX karena harga jual yang
diberikan Apigas dibawah harga Rp.70.200. maka dilepas; -------------------
61.8.12 Terlapor IX melakukan upaya protes ke Hiswana hanya kepada checker,
bagian lapangan orang Pertamina yang suka mengecek. Alasan lapor ke
Pertamina karena pelanggan diambil. Jumlah agen yang Terlapor IX
miliki ada 40 (empat puluh), tapi minus 1 (satu) yang diambil oleh
Apigas. Bahwa pada 2011 Apigas ambil alih konsumen/sales point
Terlapor IX sehingga ketika diambil maka alokasinya berkurang; -----------
61.8.13 Bahwa karena alokasi sudah ditentukan, asumsinya adalah ada larangan
mengambil alih sub agen yang sudah dibina agen lain. Selama ini tidak
ada sanksi yang dilakukan Pertamina terkait tindakan tersebut; --------------
61.8.14 Terlapor IX mengatakan ada penambahan alokasi di tahun 2013, dasar
disetujuinya penambahan alokasi tersebut adalah meningkatnya penjualan
di tempat yang langsung ambil di gudang; ---------------------------------------
halaman 175 dari 383
Page 176
S A L I N A N
61.8.15 Terlapor IX diwajibkan lapor ke Pertamina cukup berdasarkan kuota
habis dan tidak ada pelaporan harga ke Pertamina akan setiap tabung yang
terjual; ---------------------------------------------------------------------------------
61.8.16 Bahwa Terlapor IX mengetahui setelah terjadinya kasus ini, saat
pertemuan di Hiswana yang dihadiri oleh Pak Medi dan Pak Muji ada
pembicaraan dibentuknya tim hukum. --------------------------------------------
62. Menimbang bahwa pada tanggal 6 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor VI (PT Arias Mas), yang pada
pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B31); ---------
62.1 Bahwa terkait dengan kapasitas pihak yang memberikan keterangan dalam
Pemeriksaan Terlapor VI PT Arias Mas, diperoleh keterangan sebagai berikut: --
62.1.1 Yang memberikan keterangan adalah Sdr. Mulyadi yang menjabat sebagai
Direktur PT Arias Mas; -------------------------------------------------------------
62.1.2 Tupoksi Sdr. Mulyadi adalah bertanggung jawab dalam kegiatan
operasional. Terlapor VI membeli LPG ke Pertamina kemudian setelah
mendapat DO, melakukan penebusan ke SPPBE, lalu membawa ke
gudang kemudian disalurkan ke sales point. -------------------------------------
62.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor VI diperoleh keterangan sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------
62.2.1 Terlapor VI berdiri sejak tahun 1984, dan mendapat persetujuan resmi
sebagai agen resmi LPG 12 dan 50 Kg pada tahun 1988; ----------------------
62.2.2 Susunan Pengurus perusahaan terdiri dari Sdr. Cepi sebagai Komisaris,
Sdr. Entang sebagai Direktur Utama, dan Sdr. Mulyadi sebagai Direktur; --
62.2.3 Terlapor VI bergerak di bidang agen LPG 12 Kg dan LPG 50 Kg, tapi
tidak menjadi agen LPG 3 Kg. ---------------------------------------------------
62.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor VI
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
62.3.1 Kuota yang diperoleh Terlapor VI adalah 20.000/tabung, saat ini
25.000/tabung; ------------------------------------------------------------------------
62.3.2 Terlapor VI menjual seluruh LPG 12 Kg ke sales point, dan tidak menjual
ke end user; ---------------------------------------------------------------------------
62.3.3 Jumlah sales point Terlapor VI berjumlah 187 (serratus delapan puluh
tujuh), yang seluruhnya berada di wilayah Bandung Raya;--------------------
62.3.4 Setelah menebus ke SPPBE, Sebesar 60% LPG dijual ke sales point, dan
40% di bawa ke gudang; ------------------------------------------------------------
62.3.5 Jarak dari SPPBE ke gudang adalah 5 (lima) km (terdekat) sampai 15
(lima belas) km (terjauh); -----------------------------------------------------------
halaman 176 dari 383
Page 177
S A L I N A N
62.3.6 Sejumlah 20 (dua puluh) sales point berada dalam radius terjauh yaitu di
atas 60 (enam puluh) km dari gudang, sedangkan jarak terdekat dari
gudang ke sales point adalah 5 (lima) km; ---------------------------------------
62.3.7 Mekanisme distribusi adalah agen sebelum mengambil LPG dari SPPBE,
membayar tabung, kemudian setelah mengambil di SPPBE, truk
membawa LPG ke sales point dan gudang; --------------------------------------
62.3.8 Terlapor VI pernah memasuki wilayah Sumedang, tapi sudah tidak lagi
karena sudah memiliki SPBU dan menyalurkannya ke sana. -----------------
62.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor VI, diperoleh
keterangan sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------
62.4.1 Harga jual langsung dari gudang adalah Rp. 70.200,-; ------------------------
62.4.2 Harga jual untuk sales point pada radius di atas 60 (enam puluh) km
adalah Rp. 71.200,-; Angka tersebut merupakan hasil negosiasi dengan
sales point; ---------------------------------------------------------------------------
62.4.3 Harga jual jika sales point mengambil langsung di gudang adalah Rp.
69.200,- berdasarkan negosiasi dengan sales point, dikurangi Rp. 1000,-
sebagai pengganti ongkos angkut; ------------------------------------------------
62.4.4 Sebelum ada kesepakatan, harga tersebut di atas sudah digunakan oleh
Terlapor VI; --------------------------------------------------------------------------
62.4.5 Pada periode tahun 2009-2013, pendapatan Terlapor VI atas LPG 12 Kg
mengalami peningkatan. Terlapor VI mendapatkan kuota dan tebus
seluruhnya, bahkan ada yang melebihi kuota, Terlapor VI pasarkan ke
ternak ayam yang sebelumnya menggunakan LPG 3 Kg, Terlapor VI
tawarkan dan mereka (peternak ayam) menerima; -----------------------------
62.4.6 Pada periode tahun 2009-2013, Pertamina tidak pernah menetapkan harga
eceran tertinggi; ---------------------------------------------------------------------
62.4.7 Harga eks gudang adalah harga yang dijual di gudang agen; -----------------
62.4.8 Terlapor VI menyatakan tidak pernah melaksanakan isi dari kesepkatan
harga tersebut; -----------------------------------------------------------------------
62.4.9 Menurut Terlapor VI, yang dibayar oleh pembeli adalah harga. Harga
adalah harga pokok ditambah keuntungan, yang di dalamnya sudah
termasuk biaya angkut. Untuk harga yang diberikan kepada sales poin
tidak dapat dinaikkan, maka kami sebutkan sebagai biaya angkut agar
sales poin dapat menerima; -------------------------------------------------------
62.4.10 Terlapor VI menentukan biaya angkut sendiri karena kalau harus
menemui Kementerian Perhubungan untuk mengetahui patokan harga
tersebut tentu memakan waktu. ---------------------------------------------------
halaman 177 dari 383
Page 178
S A L I N A N
62.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------------------------
62.5.1 Latar belakang munculnya kesepakatan adalah berasal dari keluhan rekan-
rekan sesama agen. Melalui diskusi internal dengan anggota Hiswana
Migas, keluhan disampaikan yaitu bisnis kami ini kecil sedangkan harga
barang naik, apalagi kami harus melakukan pengantaran maka biaya
menjadi lebih mahal lagi dan mengurangi margin. Konsep awalnya adalah
untuk penambahan biaya angkut; --------------------------------------------------
62.5.2 Angka-angka dalam surat kesepakatan harga muncul dari hasil diskusi
bersama; -------------------------------------------------------------------------------
62.5.3 Sebelum adanya surat kesepakatan harga, tidak ada kesepakatan tidak
tertulis yang menyatakan bahwa seluruh anggota menyepakati secara
lisan; -----------------------------------------------------------------------------------
62.5.4 Telapor VI tidak mengetahui siapa agen yang memberikan informasi
bahwa ada kenaikan UMK dan UMR, dari dari variabel ongkos angkut.
Terlapor VI mengetahui hal tersebut hanya dari Sdri. Vera.-------------------
62.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----
62.6.1 Terlapor VI tidak ingat berapa kali pertemuan Hiswana Migas yang
diikuti, antara lain dilaksanakan di Kantor Hiswana Migas, The Palem dan
Panyileukan; --------------------------------------------------------------------------
62.6.2 Yang memimpin rapat biasanya Sdri. Vera atau Sdri. Tetty. Terlapor VI
tidak ingat siapa yang memimpin rapat di Panyileukan; -----------------------
62.6.3 Yang mengirim undangan adalah Sdri. Vera atau Hiswana Migas; ----------
62.6.4 Pada saat rapat, tidak ada salah satu pihak yang melarang berbicara karena
hak anggota sama; -------------------------------------------------------------------
62.6.5 Dari setiap pertemuan yang dihadiri, tidak ada tekanan yang diberikan dari
satu agen ke agen lain; --------------------------------------------------------------
62.6.6 Terlapor VI mendengar dan mengetahui siapa yang mengusulkan adanya
kesepakatan harga; -------------------------------------------------------------------
62.6.7 Terlapor VI tidak ingat apakah ada yang menyampaikan kesepakatan ini
dilarang oleh UU, yang diingat adalah pembicaraan tersebut muncul
setelah masalah ini muncul yaitu di The Palem dan Panyileukan yang
disampaikan oleh Sdr. Indra; -------------------------------------------------------
62.6.8 Menurut Terlapor VI, rapat mengenai kesepakatan harga dilakukan di
Kantor Hiswana Migas sekitar bulan Juni 2011. Jika Sdri. Vera tidak
hadir, maka yang memimpin rapat adalah Sdri. Tetty. Beberapa hari
halaman 178 dari 383
Page 179
S A L I N A N
setelah kesepakatan di Hiswana Migas, Sdr. Memet menelepon bahwa ada
surat kesepakatan yang harus ditandatangani; -----------------------------------
62.6.9 Proses kesepakatan ini diambil setelah beberapa rapat melalui diskusi,
lebih kurang 5 kali pertemuan dan pertemuan kelima dilakukan di Kantor
Hiswana Migas. Menurut Terlapor VI, kesepakatan tersebut sah ketika
terjadi pertemuan di Hiswana Migas; ---------------------------------------------
62.6.10 Terlapor VI menyatakan surat kesepakatan ini tidak pernah ditunjukkan
pada pertemuan di Cibeunying. ----------------------------------------------------
62.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor VI, diperoleh keterangan sebagai berikut: ------------------------------------
62.7.1 Terlapor VI tidak mengetahui siapa yang membuat surat kesepakatan
harga; ----------------------------------------------------------------------------------
62.7.2 Surat Kesepakatan Harga ditandatangani oleh Terlapor VI di Kantor
Hiswana Migas. Pada saat itu ada Sdr. Memet. ---------------------------------
62.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor VI adalah
sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------------------
62.8.1 Terlapor VI merasa kaget ketika tahun 2013 ada informasi bahwa terdapat
masalah menyangkut kesepakatan harga, hal tersebut disampaikan oleh
Sdri. Vera. Pada pertengahan tahun 2014, Terlapor VI dipanggil oleh
Investigator untuk memberikan keterangan. Terlapor VI merasa kecewa
karena awalnya tidak bermaksud untuk membuat kesepakatan harga tetapi
terkait biaya angkut yang akhirnya berbuntut panjang. Terlapor VI tidak
mengerti bahwa kesepakatan harga melawan UU, tidak ada unsur
kesengajaan; --------------------------------------------------------------------------
62.8.2 Terlapor VI menyatakan tidak menjalankan isi surat kesepakatan karena
surat tersebut tidak diedarkan sehingga Terlapor VI tidak mengganggap
bahwa kesepakatan tersebut ada; --------------------------------------------------
62.8.3 Terlapor VI menyatakan bahwa fakta harga yang diberlakukan Terlapor
VI persis sama dengan harga dalam surat kesepakatan ini merupakan fakta
kebetulan tidak menjadikan surat kesepakatan ini sebagai acuan; ------------
62.8.4 Menurut Terlapor VI tidak terdapat perjanjian antara agen dengan sub
agen terkait larangan agar tidak mengambil dari agen lain; -------------------
62.8.5 Kesepakatan harga yang dibuat tanggal 21 Juli 2011 karena kami tidak
mengetahui bahwa hal tersebut melanggar UU, sebenarnya yang dimaksud
dengan kesepakatan tersebut adalah tambahan ongkos angkut; ---------------
62.8.6 Selama ini kami selalu bersikap kooperatif baik ketika penyelidikan
maupun saat sidang; -----------------------------------------------------------------
halaman 179 dari 383
Page 180
S A L I N A N
62.8.7 Atas dasar tersebut kami mohon dengan hormat dan hati yang tulus
kepada Majelis Komisi agar kiranya Terlapor VI dibebaskan dari segala
bentuk sanksi. Kami percaya Majelis Komisi dapat membuat keputusan
yang seadil-adilnya. Kami memohon maaf apabila ada hal-hal yang
kurang berkenan. ---------------------------------------------------------------------
63. Menimbang bahwa pada tanggal 6 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor XV (PT Guna Bumi Utama) yang
pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B32); --
63.1 Bahwa yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan Terlapor XV PT Guna
Bumi Utama adalah H. Endang Sunarya yang menjabat selaku Direktur Utama
dengan didampingi oleh Ali Budiman yang menurut H. Endang Sunarya lebih
mengetahui teknis terkait perkara ini. Keterangan Ali Budiman adalah sebagai
Terlapor XV. Ali Budiman mulai mengikuti kegiatan di Terlapor XV sejak Akhir
Januari 2011 dimana Ali Budiman diajak oleh H. Endang Sunarya yang merupakan
Bapak Mertua di Sawunggaling. Berikut-berikutnya Ali Budiman mendominasi
hadir di rapat-rapat, sedangkan H. Endang Sunarya hanya 1-2 kali. Walaupun
demikian Ali Budiman selalu menyampaikan setiap isi rapat kepada H. Endang
Sunarya; ------------------------------------------------------------------------------------------
63.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor XV diperoleh keterangan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
63.2.1 Terlapor XV berdiri pada Desember 2001 dengan personil yang juga
merupakan anak-menantu berjumlah 5 (lima) orang serta supir dan kenek,
juga ada penjaga gudang; -----------------------------------------------------------
63.2.2 Bidang usaha Terlapor XV adalah transportir dan elpiji. Keduanya tidak
berjalan begitu mulus karena Terlapor XV adalah perusahaan yang
terakhir didirikan. Awalnya Terlapor XV kalah pamor seperti contohnya
yang dominan disini Limas Raga karena yang pertama dan masyarakat
sudah percaya. Pertamina memisahkan disini dimana segel crap tabungnya
ada yang kuning, hijau, sedangkan Terlapor XV dapat yang hitam. Dalam
bersaing Terlapor XV tetap kalah pamor. Terlapor XV masih bertahan
sampai sekarang, mungkin karena dari tahun 2011 sudah dimandatkan
penuh kepada anak menantu. adanya perbedaan warna segel pada tabung
menunjukkan identitas masing-masing perusahaan; ----------------------------
63.2.3 Selain ukuran 12 Kg, Terlapor XV jual ukuran 3 Kg juga. Khusus LPG
ukuran 50 Kg sempat ada tapi tidak berjalan, akhirnya berhenti. Terlapor
XV tidak jual LPG ukuran Bulk. Selain bisnis LPG, Terlapor XV juga
halaman 180 dari 383
Page 181
S A L I N A N
transporter dan memiliki usaha SPBU yang berlokasi di Cibaduyut depan
TVRI dengan menggunakan perusahaan yang berbeda. ------------------------
63.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor XV
diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------------------------
63.3.1 Pada juni 2006 di perjanjian Pertamina baru mulai usaha LPG 12 Kg.
Terlapor XV diberi alokasi sebesar 8000 (delapan ribu) tabung waktu itu; -
63.3.2 Pertama berdiri Terlapor XV mendapat 8000 (delapan ribu) tabung akan
tetapi setelah dijalankan oleh H. Endang Sunarya kuota tersebut ternyata
turun hingga 3000 (tiga ribu) tabung untuk itu akhirnya dipegang oleh
anak menantu hingga naik menjadi 3500 (tiga ribu lima ratus) tabung.
Terlapor XV punya showroom di Ahmad Yani untuk menunjang
kelancaran. Terlapor XV juga punya 22 (dua puluh dua) sales
point/pangkalan. Terlapor XV memohon kepada Pak Manoveri dan Pak
Hendra (Pertamina) untuk meminta lagi kuota dikembalikan kembali
kuota yang awal yang berjumlah 8000 (delapan ribu) tabung. Penambahan
tersebut diberikan secara bertahap dimulai dari 1000 (seribu) tabung, lalu
minggu berikutnya ditambah lagi akhirnya hingga sampai 8000 (delapan
ribu) tabung. Setelah 8000 (delapan ribu) tabung, sekarang menurun lagi
karena sepengetahuan Terlapor XV setelah lebaran LPG 3 Kg banyak
yang di drop-ing (ditarik) oleh Pertamina. Pasaran membludak dan agak
sulit dicari. Dampaknya 12 Kg semakin parah dan akibatnya alokasinya
sekarang menurun jadi 6000 (enam ribu) tabung; -------------------------------
63.3.3 Terlapor XV menyampaikan di persidangan bahwa dari 22 (dua puluh
dua) pangkalan saya terambil 6 (enam) hingga terjadi penurunan. 4
(empat) pangkalannya pindah ke PT Apigas. 1 (satu) pangkalan Terlapor
XV beralih ke PT Limas Raga dan 1 (satu) lagi ke PT Griya. Tapi
Terlapor XV tidak merasa perlu lapor ke Hiswana ataupun Pertamina
karena Terlapor XV berpikir rezeki sudah diatur Yang Kuasa.
Kenyataannya begitu pangkalan XV beralih maka perusahaannya PT
Apigas menjadi besar; ---------------------------------------------------------------
63.3.4 Dari 22 (dua puluh dua) sales point, 6 (enam) diambil pesaing. Ada
dokumen dari Kuasa Hukum Terlapor I yang salah satu isinya menyatakan
larangan dari Pertamina untuk ambil alih pelanggan lain. Investigator
harus cek ulang apakah suratnya masih berlaku/sudah dicabut. Terlapor
XV menyatakan jika dilihat suratnya tahun 2004, sementara Terlapor XV
baru masuk pada tahun 2006; ------------------------------------------------------
halaman 181 dari 383
Page 182
S A L I N A N
63.3.5 Terkait 4 (empat) sales point yang diambil oleh Apigas, posisinya sekitar
markas Apigas. Yang diambil Limas juga dekat dengan gudang Limas.
Saat itu Terlapor XV tidak terlalu menyesali karena saat itu Terlapor XV
susah barang. Yang masih misterius hingga saat ini adalah langkanya
barang hingga pernah meminta kepada agen lain. Contohnya ke Bu Tetty,
Pak Indra dengan harga Rp. 68.000; ----------------------------------------------
63.3.6 Terlapor XV tidak memiliki kompetitor selain PT Limas karena outlet
Terlapor XV berdekatan dengan PT Limas; -------------------------------------
63.3.7 Penagihan transport fee tidaklah harus melalui Hiswana Menurut hemat
kami sebenarnya bisa sendiri, tapi etika kami harus menghargai sesama
teman atau kebersamaan. Karena berdirinya Hiswana Migas adalah
sebagai perpanjangan tangan dari Pertamina. ------------------------------------
63.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor XV, diperoleh
keterangan sebagai berikut: -----------------------------------------------------------------
63.4.1 Harga tebus 12 Kg ke Pertamina adalah sekitar Rp. 65.000. Ketika harga
tebus sejumlah sekian Terlapor XV mengetahui bahwa Pertamina buat
hitung-hitungan hingga direkomendasikan ke agen yaitu Rp. 70.200; -------
63.4.2 Terkait harga yang ditetapkan Pertamina, maka pelanggan malah beralih
ke pangkalan lain. Terlapor XV sebutkan punya 22 (dua puluh dua)
pangkalan, dan bersisa 16 (enam belas). Penolakan sales point tidak
semata-mata karena karena ada tawaran dari Apigas dan Griya. Mungkin
dengan Apigas semata-mata masalah harga. Dengan yang lain karena
Terlapor XV tidak bisa memenuhi, tidak tepat waktu lalu diambil Griya.
Profil bisnis LPG 12 Kg masih misterius, kadang susah barangnya. Yang
di Jl. Kol. Masturi pangkalan Terlapor XV diambil alih Griya dan tidak
mau balik lagi ke Terlapor XV; ----------------------------------------------------
63.4.3 Harga paling murah yang diberi ke agen biasanya Terlapor XV jual
dibawah Rp. 70.200 yaitu di kisaran Rp. 68.000 mengingat lokasi gudang
yang ditengah persawahan. Jika di lingkungan konsumen pun maka
Terlapor XV di kelas konsumen 3 Kg. Pertamina mewajibkan Terlapor
XV punya gudang disana dan menjual harga yang ditetapkan yaitu Rp.
70.200. Dari lokasi outlet Terlapor XV ada pesaing yaitu Limas, berjarak
sekitar 50-60 meter dengan tampilan lebih menarik. Jika Terlapor XV jual
harga dari Pertamina maka tidak akan laku. Dengan barang yang sama dan
kualitas yang sama, namun pelayanannya berbeda maka Terlapor XV
tidak bisa bersaing. Sebab itu kami turunkan harga hingga lebih murah
Rp. 1.000-2.000; ---------------------------------------------------------------------
halaman 182 dari 383
Page 183
S A L I N A N
63.4.4 Terlapor XV juga ada jual diatas harga Rp. 70.200 yaitu di harga Rp.
75.000 karena yang membelinya adalah perusahaan, maka ada resiko
peminjaman tabung dan Terlapor XV harus sanggup jam berapapun
mereka minta maka Terlapor XV harus siap. Kejadian tersebut terjadi
dalam kurun waktu tahun 2011-2012; --------------------------------------------
63.4.5 Ketika harga tebus Rp. 65.636 dan Bapak jual di Rp. 68.200 Terlapor XV
masih untung walau sedikit. Terlapor XV memandang untung bukan dari
satu sisi saja, tapi dari subsidi silang penjualan lain untuk saling menutupi;
63.4.6 Walau masih untung Terlapor XV hadir pada rapat di Saung Galing seolah
ada keadaan genting untuk naikkan harga, karena menganggap Pertamina
adalah mitra dari Terlapor XV; ----------------------------------------------------
63.4.7 Terlapor XV tidak tahu mengapa ada perbedaan kuota dengan Apigas
selaku pemain baru karena kuota adalah domain dari Pertamina, tentang
bagaimana dan mengapa Apigas dapat lebih besar/kecil; ----------------------
63.4.8 Yang menyebabkan ada perbedaan kuota dan yang menjadi pendukung
kuota untuk ditambahkan, khusus mengenai Apigas Terlapor XV tidak
tahu. Namun karena awalnya alokasi Terlapor XV saja sudah 8000
(delapan ribu) tabung dengan demikian Terlapor XV minta ke Pak
Manoveri untuk kembalikan alokasi kepada Terlapor XV. Bisa jadi
kepada agen yang lain juga berlaku demikian; ----------------------------------
63.4.9 Terlapor XV kalah bersaing di servis untuk Griya Putra dan Limas,
sementara itu dengan Apigas, Terlapor XV kalah saing dari segi harga.
Adapun kronologisnya adalah awalnya Terlapor XV tawarkan Rp. 70.200,
konsumen tidak mau. Lalu Terlapor XV tawarkan ke Rp. 69.000,
konsumen masih tidak mau hingga akhirnya jatuh di harga Rp. 68.000.
Jika dijual hanya Rp. 70.000, pendapatan Terlapor XV bukan hanya turun
tapi juga mati;-------------------------------------------------------------------------
63.4.10 Alokasi dari GBU pada tahun 2011, ada kenaikan setelah dipegang oleh
Pak Ali Budiman sementara ada 4 (empat) pangkalan yang diambil oleh
Terlapor XV. Pada 2011 Terlapor XV tidak ada penyusutan bahkan naik.
Posisi pola dagang akhirnya Terlapor XV ikuti pola Terlapor XVII. Jika
Terlapor XVII jual di harga Rp. 68.000 maka Terlapor XV jual di harga
Rp. 67.000. Jadi sebenarnya perang harga. ---------------------------------------
63.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------------------------
63.5.1 Hal menarik bahwa di satu sisi Terlapor XV marah dengan perilaku
Terlapor XVII namun di satu sisi setuju dengan alur berpikirnya Terlapor
halaman 183 dari 383
Page 184
S A L I N A N
XVII hingga mengikuti pola berjualan Terlapor XVII. Dari persidangan
juga ditemukan, mayoritas Terlapor mengatakan tidak perlu menaikkan
harga karena cenderung jual harga dibawah Rp. 70.200. Hiswana Migas
merasa perlu untuk mengumpulkan anggota secara berulang-ulang untuk
membicarakan kenaikan harga walaupun sebenarnya mayoritas tidak
setuju untuk menaikkan harga karena buat kami dan menurut nurani
Terlapor XV adalah simalakama. Tidak ditebus salah dan bisa dikurangi
alokasi oleh Pertamina. Jika ditebus maka kami rugi. Seandainya tidak
terjadi perang harga dan taat pada ketentuan dari Pertamina maka tidak
ada masalah. Awal mulanya karena adanya perang harga; --------------------
63.5.2 Pada Juli ketika ditandatanganinya kesepakatan, tidak semua lokasi terjadi
perang harga. Oleh sebab itu harga jual yang diberlakukan oleh Terlapor
XV ada yang di harga Rp. 70.000, Rp. 71.000 bahkan harga Rp. 75.000
karena tergantung lokasi. Sebenarnya jika tidak ada yang melenceng dari
harga Rp. 70.200 maka masih sehat. Wacana Hiswana Migas saat itu
berulang kali adakan rapat untuk naikkan harga dikarenakan permohonan
kenaikan harga tidak dinaikkan semua. Yang butuh maka silakan saja,
yang tidak butuh ya bersyukur. Karena kenyataan di lapangan berbeda dan
kepentingan perusahaan berbeda maka Terlapor XV tidak ikut, lainnya
mau ikut silakan; ---------------------------------------------------------------------
63.5.3 Pihak yang serius ingin menaikkan harga selain Pak Candra dari sisi
ekonomi tentunya pemain besar juga. Pak Candra memang siap dengan
detil hitungan. Pihak lain bukan mendukung tapi ada semacam tepo seliro.
Disini Pak Candra sudah lama dalam pengalaman. Terlapor XV sudah
mengakui mengikuti Pak Candra karena sudah senior dalam berbisnis.
Selain Pak Candra jika kita bertemu pasti ada masalah, contoh setiap
kenaikan BBM. Seringkali dibicarakan bagaimana kiat-kiat dari yang
sukses dan mengalir saja jadi pembicaraan yang enak untuk diomongkan; -
63.5.4 Selain PT Limas perusahaan yang termasuk dalam kategori perusahaan
besar adalah PT Apigas dan PT Arias. --------------------------------------------
63.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----
63.6.1 Terlapor XV menghadiri pertemuan di Cibeunying dimana disitu ada pro
kontra, antara lain seperti Terlapor XV yang ingin ada perbaikan dari segi
margin, keuntungan. Di satu sisi ada juga yang kontra. Rapat di
Cibeunying ramai karena Pak Indra Apigas ngambek dan walkout.
Terlapor XV mengambil posisi mengamati dan menganggap Pak Indra
halaman 184 dari 383
Page 185
S A L I N A N
Apigas adalah benar. Lalu setelahnya Terlapor XV ikut rapat di Hiswana,
namun yang pertemuan di Hiswana samar. --------------------------------------
63.6.2 Terlapor XV paling ingat dengan jelas pertemuan di Saung Galing karena
suasana jadi ”hangat” karena terus terang Terlapor XV merasa terdzolimi
dengan kehadiran PT Apigas yang baru datang tapi perusahaannya
langsung besar. Dibandingkan dengan Terlapor XV yang sudah lebih dulu
ada. Karena ada kejadian seperti itu maka Terlapor XV bahas termasuk
minta bantuan ke Pertamina apakah bisa diaturkan; ----------------------------
63.6.3 Terlapor XV samar mengenai isi/poin-poin di surat kesepakatan yang
dibahas di Cibeunying selain masalah pendatang baru yang langsung
melesat; -------------------------------------------------------------------------------
63.6.4 Forum di Cibeunying membicarakan masalah mengenai caplok-
mencaplok agen dan kenaikan harga yang berimbas pada keperluan kita
tapi detilnya Terlapor XV tidak ingat lagi; ---------------------------------------
63.6.5 Ada hitungan detil di Bumi Sawunggaling yang disampaikan bahwa ada
terjadi kenaikan upah kerja, lalu kenaikan BBM dan berimbas pada biaya
operasional kita. Hitungan Terlapor XV hanya sederhana saja jika masih
untung maka masih bisa jalan. Pak Candra dari Limas Raga mungkin
punya pengalaman dalam hal hitungan bisnis jadi kita tebus dari
Pertamina berapa, harga jual di gudang ditetapkan berapa, selanjutnya dari
pangkalan dan end user berapa. Jadi beliau punya draft hitung-
hitunganannya berapa;---------------------------------------------------------------
63.6.6 Kaitan antara hitungan yang disampaikan oleh Pak Candra (Limas Raga)
dengan yang direkomendasikan oleh Pertamina kemungkinan dikarenakan
sedemikiannya harga Pertamina diprotes oleh Pak Candra tapi masing-
masing perusahaan punya siasat untuk tetap eksis dan kalau bisa lebih
maju; -----------------------------------------------------------------------------------
63.6.7 Terlapor XV menyatakan tidak ikut hitung-hitungan Limas ketika
ditanyakan mengenai apakah pertemuan di Saung Galing membicarakan
bahwa harga jadi sekian; ------------------------------------------------------------
63.6.8 Terlapor XV tidak peduli detail hitungan yang tertuang di surat
kesepakatan berdasarkan hitungan yang dilakukan Limas atau tidak
karena Terlapor XV mengambil posisi sebagai pengamat lam pertemuan.
Selain itu jika Terlapor XV ikut harga Pertamina maka usaha Terlapor XV
bisa “mati”. Ketika jual dengan harga Rp. 70.200 dari harga Pertamina
Terlapor XV malah susah menjual karena kenyataannya bisa jual dibawah
harga itu;-------------------------------------------------------------------------------
halaman 185 dari 383
Page 186
S A L I N A N
63.6.9 Di Bumi Saung Galing belum ada bentuk surat kesepakatan seperti yang
ditunjukkan Investigator. Terlapor XV lupa persisnya di Cibeunying
apakah sudah muncul draft kesepakatan seperti ini, hanya lihat ada kertas-
kertas tapi sepertinya itu kertas hitungan Pak Candra; -------------------------
63.6.10 Pertemuan di Hiswana Migas pada bulan Juni. ----------------------------------
63.7 Rapat di Saung Galing dipimpin oleh Pak Manoveri, Ibu Vera lalu Bu Tetty dengan
suaminya Pak Medi. Biasanya yang mengendalikan forum dalam rapat adalah
Kabid: -------------------------------------------------------------------------------------------
63.7.1 Terlapor XV tidak ingat detail yang pimpin Rapat di Cibeunying, tapi
kebiasaan yang memimpin adalah Kabid; ----------------------------------------
63.7.2 Draft hitungan dari Pak Candra ada beberapa copy lalu ditawarkan jika
ada yang mau copy. Copy terbatas, dibagikan hanya ke sebagian yang
menerima; -----------------------------------------------------------------------------
63.7.3 Terkait pro kontra yang terjadi pada pertemuan di Cibeunying, Terlapor
XV menjelaskan bahwa untuk draft hitungan mungkin bisa masuk ke
semua tapi keputusan akhir kembali ke kita. Terlapor XV tidak tahu persis
kenapa saat itu Pak Indra keluar duluan, seperti istilahnya ngambek, tidak
setuju. Hal itu dituangkan dalam suatu berkas mungkin disebut perjanjian;
63.7.4 Terlapor XV tidak mendengar kata-kata Pak Indra Apigas yang
mengatakan tidak setuju terhadap kesepakatan tersebut karena suasananya
santai. Waktu itu memang kelihatannya dituangkan dalam kertas,
makanya saat itu pulangnya Ali Budiman lapor ke H. Endang Sunarya ada
kejadian yang nantinya akan dituangkan kedalam perjanjian. Bahwa H.
Endang Sunarya marah dan ingatkan Ali Budiman agar sesuai yang
Terlapor XV punya saja; ------------------------------------------------------------
63.7.5 Protes dari agen bukan terkait perhitungan karena sebagian besar dari kita
tidak protes secara perhitungan tersebut masih masuk akal, cuma Pak
Indra tidak setuju kalau dijadikan kertas; -----------------------------------------
63.7.6 Terlapor XV merasa wajar jika Pak Indra tidak setuju dijadikan kertas tapi
setuju hitungannya, karena semua agen juga inginnya bisa naikkan harga;
63.7.7 Dalam pertemuan di Cibeunying juga dibahas mengenai pengambil-alihan
sub agen oleh agen lain namun Terlapor XV tidak tahu apakah itu dalam 1
(satu) poin/tidak seperti yang dilontarkan dalam kesepakatan; ---------------
63.7.8 Pertemuan di Cibeunying, juga dibahas draft harga dan ambil alih sub
agen yang dibina agen lain sebagaimana dibahas dalam setiap pertemuan
dan mohon maaf omongannya itu-itu saja seperti bagaimana menghadapi
pemain baru; --------------------------------------------------------------------------
halaman 186 dari 383
Page 187
S A L I N A N
63.7.9 Pro-kontra yang dimaksud dalam pertemuan di Cibeunying menurut
Terlapor XV kemungkinan adalah Pak Indra tidak mau dituangkan dalam
kertas; ----------------------------------------------------------------------------------
63.7.10 Hitungan Pak Candra menurut Terlapor XV masuk akal tapi tidak
dilakukan oleh Terlapor XV karena tidak bisa jual harga segitu; -------------
63.7.11 Terlapor XVII mengucapkan mohon maaf sekali atas perilaku yang
menyebabkan ketidaknyamanan bagi Terlapor XV karena Terlapor XVII
sebenarnya tidak dikelola secara pribadi. Terlapor XVII
mengkonfirmasikan pernyataan Terlapor XV bahwa wajar saja perlu
diadakannya kesepakatan kenaikan harga. --------------------------------------
63.7.12 Terlapor XVII juga mengkonfirmasikan pernyataan Terlapor XV bahwa
Terlapor XVII tidak setuju dengan dituangkannya menjadi kesepakatan.
Terlapor XV sebenarnya tidak mendengarkan perkataan Terlapor XVII
dengan keseluruhan karena datang kesiangan dan salah lihat jadwal; -------
63.7.13 Terlapor XVII menyatakan rapat saat itu dihadiri oleh Pak Hendra dan
Pak Manoveri dimana sebelum rapat diakhiri dengan pernyataan dari Pak
Manoveri: “jangan buat kesepakatan yang melanggar hukum”, ternyata
Terlapor XV tidak mendengar pernyataan tersebut karena saat itu Terlapor
XV keluar; ----------------------------------------------------------------------------
63.7.14 Pada pertemuan di Cibeunying yang dihadiri Pak Ali Budiman yang
kemudian dilaporkan kepada H. Endang Sunarya bahwa Terlapor XVII
ngambek dan tidak setuju didalam kertas. Terlapor XV tidak paham atas
dasar apa Pak Indra tidak setuju kesepakatan itu dituang ke dalam kertas,
yang Terlapor XV ingat hanya Terlapor XVII pulang duluan, lainnya
Terlapor XV tidak bisa detil mengingat; -----------------------------------------
63.7.15 Maksud dari pernyataan Terlapor XV bahwa yang benar adalah Terlapor
XVII adalah karena Terlapor XV sepaham bahwa jualan jangan diatur-
atur harusnya bebas saja sesuai masing-masing; --------------------------------
63.7.16 Setelah keluar dari rapat di Cibeunying Terlapor XV tidak ikuti detail
apakah ditegaskan kembali dan dituangkan ke dalam kertas, yang Terlapor
XV lihat hanya Terlapor XVII keluar. Pemahamannya bahwa Terlapor
XV tidak setuju jika kesepakatan ini dijadikan kertas; -------------------------
63.7.17 Terlapor XV tidak ingat mengenai kehadiran pada rapat di Hiswana yang
tidak dihadiri oleh Ibu Vera. Setelah itu kita dikumpulkan oleh Pak
Manoveri dan Terlapor XV hadir. Akan tetapi mengenai hal-hal yang
beberapa kali disampaikan oleh Terlapor XVII di forum maka seperti
halaman 187 dari 383
Page 188
S A L I N A N
yang dikatakan sebelumnya, untuk kata per-kata Terlapor XV tidak ingat,
yang Terlapor XV ingat adalah adanya kertas draft;----------------------------
63.7.18 Bahwa benar pertemuan di Hiswana ada pembicaraan/wacana bahwa
Hiswana perlu memakai penasehat hukum; --------------------------------------
63.7.19 Terlapor XV tidak pernah sama sekali mengikuti harga dari kesepakatan
ini; --------------------------------------------------------------------------------------
63.7.20 Sesuatu yang mengalir berkali-kali maka pastinya tidak sekedar spontan,
karena pasti sudah direncanakan sebelumnya. Biasanya ada yang
mengagendakan setiap rapat apa yang mau dibicarakan dan juga
menjadwalkan untuk pertemuan yaitu Hiswana. Terlapor XV tidak
menjawab pertanyaan mengenai temannya Pak Candra yang
merencanakan ini karena biasanya kami mengobrol bergantian terkait isu,
contohnya kenaikan BBM. Kalau Pak Candra bicara sudah dengan logika
dengan bawa hitung-hitungan; -----------------------------------------------------
63.7.21 Untuk agenda di Saung Galing yang dibahas berdasarkan agenda dalam
undangan adalah membahas terkait kenaikan BBM. Pihak yang membuka
rapat biasanya kalau tidak Bu Vera atau Bu Tetty. Tidak ada yang
mendominasi pembicaraan dalam rapat tersebut karena kita saling
melempar siapa yang mau bicara. Setelah tiba giliran Pak Candra, Beliau
sudah siap dengan hitungannya dan membicarakan terkait permintaan
margin ke Pertamina. ----------------------------------------------------------------
63.8 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor XV, diperoleh keterangan sebagai berikut: -----------------------------------
63.8.1 Terlapor XV menghadiri kesepakatan di Bumi Saung Galing, daerah
Tamansari. Saat itu Terlapor XV datang terlambat, intinya semua agen
melakukan dan membuat kesepakatan. Menurut Terlapor XV seakan-akan
tidak ada realisasinya hingga akhirnya Terlapor XV tidak pernah
mengikuti lagi; ------------------------------------------------------------------------
63.8.2 Yang menandatangani surat kesepakatan dari Terlapor XV adalah H.
Endang Sunarya. Penandatanganan tersebut dilakukan di Hiswana Migas,
yaitu bersama Pak Haji Memet yang merupakan karyawan Hiswana. Saat
itu bukan karena Terlapor XV mau tandatangan, tapi karena mau
membayar iuran. Saat itu Terlapor XV disodorkan surat kesepakatan
tersebut. Sekedar informasi, karena keakraban kami dengan agen-agen
lain pun maka kami punya grup di BBM untuk berkomunikasi. Seingat
Terlapor XV penandatanganan di Cibeunying dilakukan setelah Pak Ali
laporan di Cibeunying; --------------------------------------------------------------
halaman 188 dari 383
Page 189
S A L I N A N
63.8.3 Terlapor XV tidak membaca lagi isi surat kesepakatan ketika tandatangan
dan juga tidak tahu apa isinya. Pak Memet juga tidak memberitahukan
mengenai isi dari surat kesepakatan karena beliau katakan pokoknya ini
adalah hasil dari kesepakatan kemarin. Tapi saat tandatangan awalnya
Terlapor XV merasa yakin karena secara formal pendidikan tidak
memadai dan saat disodorkan pun tidak memahami. Tahunya karena
melihat tandatangan agen-agen lain maka Terlapor XV akhirnya ikut yang
terakhir tandatangan; ----------------------------------------------------------------
63.8.4 Kertas kesepakatan disodorkan oleh Pak Memet. Ketika Terlapor XV
tandatangan surat, tidak ada anggota Hiswana lain yang turut tandatangan
karena penandatanganan sudah dilakukan oleh beberapa anggota Hiswana
Migas yang lain; ----------------------------------------------------------------------
63.8.5 Terlapor XV tidak ingat pasti waktu penandatanganan dilakukan di
Hiswana. Yang diingat hanya saat kejadian Terlapor XV marah kepada
Apigas atas kejadian di pertemuan sebelumnya. Bahwa Indra dari Apigas
marah-marah, Terlapor XV kira yang dimaksud saat itu adalah Indra
Hutabarat dari Hiswana. Kemungkinan penandatanganan dilakukan
sesudah Juli; --------------------------------------------------------------------------
63.8.6 Terlapor XV tidak melihat tanggal yang dicantumkan di surat kesepakatan
tersebut karena langsung disodorkan dan diberi pulpen untuk tandatangan.
Selain itu tidak bawa cap dan akhirnya di cap belakangan. --------------------
63.9 Bahwa hal-hal yang disampaikan oleh pihak lain dalam pemeriksaan Terlapor XV
adalah sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------------
63.9.1 Pak Budi menyampaikan yang beliau ikuti adalah pertemuan di
Sawunggaling. Awalnya ada keluhan-keluhan sebelum kenaikan BBM,
utamanya ada agen baru yang jualnya banting-banting harga. Pada rapat-
rapat berikutnya muncul lagi ada kenaikan BBM, UMR (wajib). Bahwa
jika ada yang merasa dipengaruhi, disini kita tidak ada yang bisa
dipengaruhi. Mengenai yang dianggap vokal disini mungkin Pak Candra
dari PT Limas Raga. Pak Budi anggap wajar bahwa Pak Candra sudah
berpengalaman selama 40 (empat puluh) tahun, sehingga hitung-hitungan
datangnya dari Pak Candra. Sepanjang yang Pak Budi tahu kesepakatan
ini ada semacam obrolan yang mengalir bagaimana jika seperti ini-itu.
Hingga akhirnya kemudian lahir kertas kesepakatan ini; ----------------------
63.9.2 Ada cap dan beda-beda warna dalam setiap tabungnya bukan untuk
menandakan besar kecilnya perusahaan melainkan hanya pembeda sumber
agen saja. Bu Tetty menyatakan plastic wrap adalah identitas kepada
halaman 189 dari 383
Page 190
S A L I N A N
masing-masing perusahaan. Warnanya diserahkan kepada masing-masing
perusahaan. Lahir setelah YLKI ada toleransi sehingga kami terpaksa
pakai, sementara kami bukan pengemas. Yang memasang adalah masing-
masing dan hanya label saja. -------------------------------------------------------
63.10 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor XV adalah
Terlapor XV merasa puas dibebaskan dari segala dosa. Yang paling penting
Terlapor XV mohon maaf kepada Yang Mulia, Investigator, Terlapor. Semoga
pertemuan kami ini membawa hikmah dan yang jelas menerima salahnya karena
ketidaktahuan menandatangani. Mohon ampunan dari Majelis bagi kami, karena
jelas menandatangani . --------------------------------------------------------------------------
64. Menimbang bahwa pada tanggal 12 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor III (PT Sumber Kerang Indah),
yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti
B33); ------------------------------------------------------------------------------------------------------
64.1 Bahwa terkait kompetensi pihak yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan
Terlapor III PT Sumber Kerang Indah, diperoleh keterangan sebagai berikut: --------
64.1.1 Yang mendapat kuasa untuk memberikan keterangan adalah Sdr. Fransky
Halim yang menjabat selaku Sales Supervisor; ----------------------------------
64.1.2 Sdr. Fransky Halim bertanggung-jawab dalam penjualan LPG 12 Kg,
membawahi sales-sales dan administrasi penjualan, dan pernah ikut dalam
rapat Hiswana Migas; ---------------------------------------------------------------
64.1.3 Sdr. Fransky Halim bekerja sebagai Sales Supervisor di PT Sumber
Kerang Indah sejak April 2002, sebelumnya menjadi sales pada tahun
1992-1996. Sales yang dilakukan adalah untuk seluruh produk Terlapor
III. --------------------------------------------------------------------------------------
64.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor III diperoleh keterangan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
64.2.1 Terlapor III berdiri pada tanggal 11 Juni 1984, yang bergerak dalam
bidang LPG 12 Kg dan LPG 50 Kg, BBM dan Pelumas. Terlapor III tidak
menjual LPG 3 Kg; ------------------------------------------------------------------
64.2.2 Terlapor III memiliki 56 (lima puluh enam) orang karyawan yang terdiri
dari 29 (dua puluh sembilan) orang supir dan kenek berjumlah, dan 27
(dua puluh tujuh) orang staf; -------------------------------------------------------
64.2.3 Terlapor III memiliki 17 (tujuh belas) kendaraan untuk LPG, termasuk 3
(tiga) kendaraan besar untuk pengangkutan SPBE. -----------------------------
64.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor III diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
halaman 190 dari 383
Page 191
S A L I N A N
64.3.1 Terlapor III memperoleh kuota LPG 12 Kg sebesar 30.000 (tiga puluh
ribu) tabung/bulan, sedangkan kuota untuk LPG 50 Kg sebesar 6000-7000
tabung/bulan; -------------------------------------------------------------------------
64.3.2 Dari kurun waktu 2011-2013 ada penurunan kuota menjadi 30.000
tabung/bulan, kemungkinan karena penebusan yang tidak maksimal
sehingga kuota dikurangi sebagai bentuk sanksi dari Pertamina; -------------
64.3.3 Menurut Terlapor III, tahun 2011 sudah ada tabung LPG 3 Kg.
Menanggapi pertanyaan Terlapor XIV, Terlapor III setuju jika masyarakat
tidak gunakan tabung ukuran 12 Kg sebenarnya tidak apa-apa dan masih
bisa gunakan tabung ukuran 3 Kg; ------------------------------------------------
64.3.4 Wilayah pemasaran Terlapor III adalah wilayah Bandung dan sekitarnya,
paling jauh di Lembang; ------------------------------------------------------------
64.3.5 Terlapor III memiliki sekitar 500-550 sales point baik untuk LPG 12 Kg
maupun LPG 50 Kg. Khusus untuk LPG 12 Kg ada sekitar 100 (seratus)
sales point yang tersebar di Bandung Raya; -------------------------------------
64.3.6 Terlapor III memiliki gudang LPG di Jalan Soekarno Hatta dan memiliki
1 (satu) sub gudang; -----------------------------------------------------------------
64.3.7 Alur distribusi penjualan LPG dimulai dari Terlapor III menebus ke
Pertamina, lalu ditunjuk ke SPBE mana yang terdekat dengan lokasi
gudang kita misal di SPBE Mandalagiri dan SPBE Purnatarum. Setelah
SPBE masuk ke gudang lalu distribusikan ke konsumen langsung oleh
Terlapor III seperti industri, rumah tangga dan perhotelan. Ada juga
beberapa sales point yang ambil langsung dari gudang Terlapor III; --------
64.3.8 Jumlah sales point yang berupa industri dan hotel lebih banyak
dibandingkan rumah tangga; -------------------------------------------------------
64.3.9 Menurut Terlapor III, persaing Terlapor III adalah hampir seluruh agen
LPG 12 Kg. ---------------------------------------------------------------------------
64.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor III, diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
64.4.1 Terlapor III menjual LPG 12 Kg dengan harga yang berbeda-beda untuk
industri, rumah tangga dan perhotelan; -------------------------------------------
64.4.2 Terlapor III menjual ke sales point Rp 70.200,- karena untuk dijual
kembali, sedangkan untuk ke rumah tangga dijual dengan harga
Rp.72.000,- sampai Rp 73.000,- tergantung supir yang mengantar; ----------
64.4.3 Margin yang diperoleh Terlapor III dari harga tebus Pertamina ke gudang
sekitar Rp.5.000,-; -------------------------------------------------------------------
halaman 191 dari 383
Page 192
S A L I N A N
64.4.4 Harga tebus Pertamina adalah Rp 64.836,- sedangkan harga jual di gudang
(harga jual ex-gudang) adalah Rp 70.200,- Harga tersebut sudah termasuk
komponen margin untuk agen; -----------------------------------------------------
64.4.5 Terlapor III menjual sedikit di bawah harga Pertamina, tapi tidak jual rugi.
Untuk LPG yang diantar langsung, agen meminta profit biaya transportasi
dari pelanggan; -----------------------------------------------------------------------
64.4.6 Untuk pelanggan yang sudah lama dan pembayarannya bagus, Terlapor III
melayani permintaan pelanggan di harga Rp 69.000,- daripada direbut
oleh kompetitior; ---------------------------------------------------------------------
64.4.7 Menurut Terlapor III, Surat Edaran Pertamina terkait rekomendasi harga
tidak mengikat, hanya sebagai pegangan agen dimana dengan modal
sekian memperoleh margin sekian; ------------------------------------------------
64.4.8 Keuntungan perusahaan bisa dari subsidi silang. Contoh pemakai
langsung LPG seperti industri tekstil dan restoran tidak
mempermasalahkan harga jika kita jual di harga Rp.72.000-73.000.
Terjadi banting-bantingan harga di tingkat pengecer/sales point karena
mereka untuk dijual lagi; ------------------------------------------------------------
64.4.9 Pada saat Sidang Majelis Komisi, berdasarkan dokumen yang ada,
Terlapor III diduga menjual di bawah harga tebus Pertamina. Setelah
diklarifikasi, ternyata harga jual yang tertera pada dokumen tersebut
merupakan harga sebelum PPN 10% sehingga terlihat Terlapor III seperti
jual rugi. -------------------------------------------------------------------------------
64.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
64.5.1 Banting-banting harga memang terjadi meskipun harga sudah ditetapkan
Rp 70.200,-, tapi di lapangan tetap saja kenyataannya berbeda; --------------
64.5.2 Menurut Terlapor III, harga Rp 70.200,- tidak cukup untung. Terlapor III
ingin jika antar ke konsumen ada penambahan untuk biaya transportasi; ---
64.5.3 Komponen margin untuk agen yang ditentukan oleh Pertamina belum
tentu cukup menutup biaya transportasi agen dalam hal LPG diantar ke
daerah pelosok atau untuk konsumen yang tidak punya tabung; --------------
64.5.4 Hampir semua sales point Terlapor III pernah dimasukin oleh agen lain; --
64.5.5 Tidak ada sanksi dari Pertamina terhadap agen yang merebut sales point
agen lainnya; --------------------------------------------------------------------------
64.5.6 Kesepakatan merupakan hasil perbincangan sesama agen; --------------------
halaman 192 dari 383
Page 193
S A L I N A N
64.5.7 Latar belakang dibuatnya perjanjian kesepakatan, selain kenaikan BBM
dan kenaikan UMR, permasalahan utamanya adalah banting-banting
harga. -----------------------------------------------------------------------------------
64.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----
64.6.1 Terlapor III pernah hadir dalam pertemuan di Rumah Makan Riung
Panyileukan, Rumah Makan D’Palem, dan Restoran Sawunggaling; --------
64.6.2 Agenda yang dibicarakan pada setiap pertemuan adalah seperti ajang
silaturahmi, kita berkumpul supaya tidak saling banting harga. Hal ini
dikarenakan margin kita dari Pertamina tidak terlalu besar dan biaya
operasional cukup besar; ------------------------------------------------------------
64.6.3 Sdr. Fransky Halim tidak hadir pada rapat di Sawunggaling, yang hadir
adalah Sdr. Apuy, salah satu sales Terlapor III yang sudah resign sejak
tahun 2013; ----------------------------------------------------------------------------
64.6.4 Menurut Terlapor III, meskipun ada pertemuan-pertemuan untuk tidak
melakukan banting-banting harga dan merebut pelanggan, di lapangan
tetap terjadi; ---------------------------------------------------------------------------
64.6.5 Dalam rapat-rapat tersebut, hampir semua agen mengeluh terkait harga.
Para agen berharap mendapat untung dan ingin menjual banyak. Tapi daya
serap konsumen di bawah kuota, sehingga yang terjadi pasti perang harga.
Jika agen menjual di bawah kuota, maka kuota akan dikurangi oleh
Pertamina; -----------------------------------------------------------------------------
64.6.6 Terlapor III tidak ingat ada agen yang melakukan presentasi dalam
pertemuan terkait alokasi biaya-biaya, namun Terlapor III menyatakan
pernah ada pertemuan dimana PT Limas Raga Inti menyampaikan
selebaran mengenai biaya operasional dan biaya transport; ------------------
64.6.7 Terlapor III tidak ingat pertemuan pada bulan Juli 2011 dimana Terlapor
XVII menolak adanya kesepakatan harga. Terlapor III juga tidak ingat
adanya pernyataan “jangan buat kesepakatan yang melanggar hukum”
pada pertemuan di Sawunggaling; -------------------------------------------------
64.6.8 Terlapor III mengetahui adanya usulan dari Terlapor I tentang perlunya
tata niaga LPG 12 Kg ; --------------------------------------------------------------
64.6.9 Terlapor III tidak hadir pada rapat di Cibeunying. ------------------------------
64.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor III, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----------------------------------------
64.7.1 Yang menandatangani perjanjian kesepakatan harga mewakili Terlapor III
adalah Sdr. Apuy; --------------------------------------------------------------------
halaman 193 dari 383
Page 194
S A L I N A N
64.7.2 Sdr. Fransky Halim tidak ingat apakah Sdr. Apuy melapor kepadanya
setelah menandatangani perjanjian kesepakatan harga tersebut; --------------
64.7.3 Perjanjian kesepakatan harga tersebut ditanda-tangani oleh Sdr. Apuy di
kantor Hiswana Migas; --------------------------------------------------------------
64.7.4 Pada Perjanjian kesepakatan harga tertera nama LPG Gas Pertamina SAM
Marketing Bandung a.n Dwi Manoveri. Menurut Terlapor III adanya
nama Dwi Manoveri mungkin supaya agen-agen agak segan karena
diketahui Pertamina, agar agen tidak banting-banting harga. Tapi pada
kenyataannya tidak terjadi/tidak ditandatangan pihak Pertamina; ------------
64.7.5 Terlapor III tidak hadir pada proses pembuatan perjanjian kesepakatan
harga ini. -------------------------------------------------------------------------------
64.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor III adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
64.8.1 Terkait dengan LPG bulk, Terlapor III mengetahui bahwa agen bulk
hanya Terlapor I, Terlapor III dan Terlapor IV. Terlapor III tidak ingat
apakah juga disepakati harga jual terkait LPG bulk; ----------------------------
64.8.2 Menurut Terlapor III, Surat Edaran Pertamina tahun 2009 terkait harga
jual ex-agen sebesar Rp 70.200,- itu mengikat untuk Terlapor III, tapi
dalam prakteknya masih terjadi banting-bantingan harga; ---------------------
64.8.3 Terkait ketentuan dalam Pasal 6 Perjanjian Keagenan dengan Pertamina
yang menyatakan “pihak kedua tidak diperbolehkan melakukan perubahan
harga jual elpiji kepada konsumen yang telah ditetapkan pihak pertama”,
dan kondisi di lapangan yang terjadi banting-banting harga, Terlapor III
menyatakan hal tersebut terjadi karena semua agen ingin menghabiskan
kuota penjualannya, sedangkan yang diserap masyarakat dibawah kuota; --
64.8.4 Pertamina tidak pernah memberikn sanksi kepada agen yang melanggar
ketentuan Pasal 6 Perjanjian Keagenan, baik berupa A. peringatan, B.
skorsing supply, C. skorsing 1 bulan, maupun D. Pemutusan Hubungan
Usaha (PHU); -------------------------------------------------------------------------
64.8.5 Tidak ada perjanjian terkait larangan agen mengambil LPG dari agen lain.
65. Menimbang bahwa pada tanggal 12 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor XIII (PT Lembang Abadi Indah),
yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti
B34); ------------------------------------------------------------------------------------------------------
65.1 Bahwa yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan Terlapor XIII PT
Lembang Abadi Indah adalah Hj. Tetty Silviaty yang menjabat selaku Direktur. Hj.
Tetty Silviaty juga pernah menjabat sebagai salah satu Ketua Bidang di Hiswana
halaman 194 dari 383
Page 195
S A L I N A N
Migas sejak awal 2000-an mungkin 2004-2007 (lupa detailnya). Semula Hj. Tetty
Silviaty berkecimpung di Hiswana Migas karena membantu orangtuanya di SPBU.
Setelah Hj. Tetty Silviaty memiliki ijin LPG, Hj. Tetty Silviaty bergabung sebagai
pengusaha LPG; ---------------------------------------------------------------------------------
65.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor II diperoleh keterangan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
65.2.1 Terlapor XIII didirikan berdasarkan Akta Notaris tanggal 12 Oktober
1998 dengan nama PT Lembang Abadi Indah, dan hingga saat ini sudah 3
(tiga) kali mengalami perubahan akta. Terlapor XIII adalah perusahaan
keluarga dimana pemegang sahamnya terdiri dari Hj. Tetty Silviaty dan
ketiga anaknya dimana Hj. Tetty Silviaty dari awal sampai saat ini masih
selaku Direktur; ----------------------------------------------------------------------
65.2.2 Terlapor XIII mendistribusikan LPG 12 Kg dan LPG 50 Kg dan tidak
menjual dalam bentuk bulk. Terlapor XIII fokus pada tabung 12 Kg.
Tabung 50 Kg ada, tapi tidak besar, saat ini sudah tidak ada lagi
permintaan dari toko untuk 50 Kg. Terlapor XIII tidak memiliki bisnis
lain selain penjualan LPG sementara SPBU adalah milik orang tua dari
Hj. Tetty Silviaty; -------------------------------------------------------------------
65.2.3 Terlapor XIII memiliki 7 (tujuh) orang pegawai yang terdiri dari 1 (satu)
orang Kepala Bagian, 3 (tiga) orang administrasi dan 3 (tiga) orang
gudang dan supir; --------------------------------------------------------------------
65.2.4 Terdapat 3 (tiga) jenis mobil yang dipakai untuk operasional yaitu truk
dobel 170 (seratus tujuh puluh) tabung, 1 (satu) truk engkel, 100 (seratus)
tabung LPG, dan 1 (satu) pick up; -------------------------------------------------
65.2.5 Mekanisme penjualan ada 3 (tiga), konsumen langsung membeli di
gudang, gas langsung diantar ke rumah (sedikit), konsumen membeli ke
toko atau SPBU. ----------------------------------------------------------------------
65.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran Terlapor XIII diperoleh keterangan
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
65.3.1 Sales point Terlapor XIII adalah toko atau SPBU dengan jumlah mencapai
100 sales point. Sales point tersebut tersebar di wilayah Bandung Raya
dan Sumedang; -----------------------------------------------------------------------
65.3.2 Rata-rata penjualan Terlapor XIII untuk 1 (satu) sales point untuk awal
tahun 2013 ada yang 20-30 tabung/hari, tapi tidak tiap hari. Rata-rata 1
(satu) sales point ada 200-300 tabung/bulan, tapi ada yang 30-40
tabung/bulan, dan ada juga yang 4-5 tabung/bulan. Total kuota Terlapor
XIII ada 8000 (delapan ribu) tabung/bulan. Terlapor XIII menyediakan
halaman 195 dari 383
Page 196
S A L I N A N
tabung di gudang hanya untuk lingkungan. hampir semua tabung LPG 12
Kg dijual oleh Terlapor XIII melalui sales point dan hanya sedikit yang
dijual ke konsumen akhir di sekitar lingkungan gudang Terlapor XIII; -----
65.3.3 Untuk konsumen akhir, rata-rata penjualan Terlapor XIII per hari adalah
sekitar 15 (lima belas) tabung per hari. Sebenarnya Terlapor XIII ingin
meningkatkan sampai 60 (enam puluh) tabung per hari, tapi Terlapor XIII
tidak terlalu ingin ekspansi karena ada toko-toko yang juga menjual LPG;
65.3.4 Majelis Komisi meminta kepada seluruh Terlapor untuk menyerahkan
kuitansi asli atau salinan sesuai aslinya atau copy carbon sebagai bukti
penjualan LPG tahun 2011-2013, kecuali Terlapor III, Terlapor VII dan
Terlapor XI, paling lambat 13 Februari 2015 pukul 12.00 WIB. Untuk itu
Terlapor XIII hanya bisa memberikan laporan penjualan harian. -------------
65.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor XIII, diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
65.4.1 Kebijakan harga jual di gudang dilakukan oleh Terlapor XIII sesuai
dengan surat penetapan dari Pertamina yaitu sebesar Rp 70.200. Akan
tetapi Terlapor XIII menjual ke toko (diluar gudang) di atas Rp 70.200;----
65.4.2 Harga LPG 12 Kg yang dijual oleh Terlapor XIII ke konsumen akhir
adalah sekitar Rp 73.500,- Terlapor XIII tidak ingat secara pasti. Untuk
lebih tepatnya, Terlapor XIII akan menyerahkan laporan penjualan harian;
65.4.3 Terlapor XIII pernah menjual LPG ke sales point dengan harga Rp 71.200
sekitar Januari 2011. -----------------------------------------------------------------
65.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
65.5.1 Terlapor XIII terlibat dalam proses penetapan harga dikarenakan hal-hal
yang terjadi menjelang tahun 2011 yaitu banting-bantingan harga.
Banting-bantingan harga sudah terjadi sebelum PT Api Gas (Pak Indra)
masuk pasar LPG 12 Kg. Puncaknya adalah adanya kenaikan BBM.
Margin yang diterima oleh Terlapor XIII selama 4 tahun tidak ada
perubahan mengingat pendapatan Terlapor XIII sudah terukur. Menurut
Terlapor XIII, pendapatan bersihnya menurun. Kenaikan BBM menjadi
pencetus yang menjadikan Terlapor XIII mengambil langkah kesepakatan
harga yang ternyata salah. Jika Terlapor XIII mematuhi harga dari
Pertamina, mungkin Terlapor XIII tidak seperti ini; ----------------------------
65.5.2 Terlapor XIII menyatakan kesepakatan harga timbul karena banting-
bantingan harga dan margin yang tidak berubah selama 3 tahun, kami
tidak ada penambahan pemasukan. ------------------------------------------------
halaman 196 dari 383
Page 197
S A L I N A N
65.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----
65.6.1 Terlapor XIII sudah menghubungi Hiswana Migas mengenai pertemuan-
pertemuan sebagai berikut: ---------------------------------------------------------
a. Saung Galing 19 Mei 2011 terkait silahturahmi dengan SAM LPG
Bapak Manoveri dan perkenalan PT Api Gas Nasional.------------------
b. Riung Panyileukan (sering bertemu beberapa kali) -----------------------
c. Giggle Box 16 Juni 2011: Coffee morning terkait keluhan-keluhan
dari anggota.---------------------------------------------------------------------
d. Wira Yuda Pertamina, terkait informasi dari Pertamina. -----------------
e. Hiswana Migas 26 Juli 2011, judulnya penandatangan kesepakatan. --
65.6.2 Pertemuan ini sering diadakan karena sudah bertahun-tahun, para anggota
Hiswana Migas tidak pernah memberikan diskon, dan tidak ada
peningkatan margin selama bertahun-tahun. Data pertemuan tersebut
didapatkan dari Sekretariat Hiswana Migas berdasarkan agenda kegiatan
Hiswana Migas. Perlu disampaikan bahwa pertemuan yang dilakukan oleh
para anggota Hiswana Migas tidak terlalu formil, tidak selalu ada notulen
atau risalah rapatnya; ----------------------------------------------------------------
65.6.3 Terkait paparan kenaikan harga BBM dan UMR yang disampaikan oleh
Limas Raga, Terlapor XIII membawa dokumen yang merupakan
perhitungan permohonan penambahan margin ke Pertamina. Perhitungan
ini diminta oleh Terlapor XIII ke Limas Raga karena Limas Raga
memiliki data-data serta staf yang dapat menyusun perhitungan ini.
Perhitungan ini akan diajukan ke Pertamina melalui DPC, DPD dan DPP.
Nanti DPP Hiswana Migas yang akan berhubungan dengan Pertamina.
Dokumen yang dibawa oleh Terlapor XIII adalah contoh perhitungan
terakhir (tahun 2015). Perhitungan yang waktu itu (tahun 2011), Terlapor
XIII tidak memilikinya. Dokumen perhitungan harga pada tahun 2011
tersebut tidak dipaparkan oleh Limas Raga tapi dibagikan untuk dibaca
bersama; -------------------------------------------------------------------------------
65.6.4 Perhitungan pertambahan biaya transportasi menurut Terlapor XIII
menggunakan Asumsi 1 truk mobil menggunakan 15 (lima belas) liter
BBM (dengan harga 4500), uang makan Rp. 50.000, Terlapor XIII
menambahkan Rp. 1000,- untuk 1 (satu) tabung. Harga yang ditetapkan
oleh Pertamina adalah untuk penjualan di gudang. Menurut Terlapor XIII
untuk penjualan LPG yang diantar, bisa lebih dari harga Pertamina karena
ada biaya operasional (biaya transport). Naik Rp. 1800,- sehingga
halaman 197 dari 383
Page 198
S A L I N A N
menjadi Rp. 72.000,- Kemudian setelah dibicarakan lagi, perhitungannya
menjadi Rp. 71.500,- kemudian menjadi Rp. 71.200,-; ------------------------
65.6.5 Pak Chandra (Limas Raga) diminta oleh Hiswana Migas untuk membuat
perhitungan penambahan margin tanpa permintaan resmi dari Hiswana
Migas. Pengurus Hiswana (Ibu Tetty atau Ibu Vera) meminta secara
informal kepada Pak Chandra (Limas Raga) untuk membuat perhitungan
tersebut. Dari tahun ke tahun selalu Pak Chandra yang membuat
perhitungan karena beliau yang memiliki data dan staf yang mampu untuk
membuat perhitungan ini; -----------------------------------------------------------
65.6.6 Pada saat pertemuan bulan Mei 2011 dimana ada Pak Manoveri, Terlapor
XIII tidak paham apakah pada saat itu sudah ada pembicaraan mengenai
kesepakatan harga tapi yang Terlapor XIII ketahui ada keresahan dari
rekan-rekan mengenai adanya rekan yang bisa menjual lebih murah; -------
65.6.7 Terlapor XIII mengetahui bahwa PT Api Gas tidak mau menanda-tangani
kesepakatan, tapi tidak hafal kapannya. Tapi pada saat itu juga tidak ada
solusi mengenai kebutuhan rekan-rekan untuk meningkatkan margin; ------
65.6.8 Pada pertemuan di Cibeunying, ada rencana untuk menuangkan
kesepakatan secara tertulis. Terlapor XIII tidak ingat bahwa Terlapor
XVII menolak hal tersebut. Terlapor XIII mengetahui Terlapor XVII tidak
ikut pertemuan sampai akhir dengan berasumsi Terlapor XVII pulang
lebih dahulu karena sibuk dan ada agenda lain; ---------------------------------
65.6.9 Pada bulan Juli 2011 masih ada rapat mengenai kesepakatan, tapi
perjanjian ditandatangani 21 Juli 2011, Terlapor XIII tidak menyadari
kapan tanggal tepatnya antara penandatangan kesepakatan dengan
pertemuan-pertemuan selanjutnya; ------------------------------------------------
65.6.10 Terlapor XIII tidak ingat pernyataan Pak Oki Kurniasari yang menyatakan
“jangan membuat kesepakatan yang melanggar hukum”; ---------------------
65.6.11 Untuk menjawab pertanyaan mengenai penggunaan asumsi perhitungan
kenaikan harga yang sesuai atau tidak dengan perhitungan unit cost
Terlapor XIII mengingat secara teori, tidak mungkin ada perhitungan unit
cost yang sama untuk masing-masing perusahaan. Terlapor XIII
menyatakan perhitungan itu adalah perhitungan yang akan dibawa ke
DPD. Perhitungannya adalah untuk 300 (tiga ratus) tabung; ------------------
65.6.12 Untuk menjawab pertanyaan mengenai perhitungan biaya per tabung dan
keagenan LPG dengan fasilitas modal bank. Setiap perusahaan biasanya
biaya operasionalnya berbeda-beda, dan asumsinya tidak bisa dikatakan
halaman 198 dari 383
Page 199
S A L I N A N
sama untuk semua pihak. Terlapor XIII menyatakan perhitungan ini
merupakan acuan yang nantinya akan dirubah; ----------------------------------
65.6.13 Untuk menjawab pertanyaan mengenai tujuan perhitungan kenaikan
margin yang disampaikan oleh Terlapor XIII maka Terlapor XIII
menyampaikan data itu dibawa dari DPC Bandung, untuk kemudian
diajukan ke ke DPD dan DPP; -----------------------------------------------------
65.6.14 Terlapor XIII tidak mengetahui apakah Pak Chandra bisa menghitung unit
cost perusahaan yang kecil. ---------------------------------------------------------
65.6.15 Keresahan yang dialami di Bandung, juga dialami di daerah lain
sebagaimana dalam forum-forum DPC/DPD terjadi ketidaknyamanan
karena adanya perubahan harga; ---------------------------------------------------
65.6.16 Terlapor XIII tidak ingat sudah berapa kali menggantikan Ibu Vera
sebagai pimpinan rapat mengingat kalau Ibu Vera tidak hadir, Terlapor
XIII yang menggantikan Ibu Vera. Sebagai tambahan penjelasan, Ibu Vera
yang memimpin rapat di Saung Galing sementara Terlapor XIII yang
memimpin rapat di Hiswana Migas.-----------------------------------------------
65.6.17 Asumsi perhitungan nilai ekonomis kenaikan margin penjualan adalah
350 tabung per hari dengan asumsi perhitungan jumlah karyawan dalam
perhitungan tersebut bagi Terlapor XVII adalah 7 (tujuh) orang; ------------
65.6.18 Peningkatan margin Rp. 1000,- sehingga menjadi Rp. 71.200,- adalah
berdasarkan masukan dari peserta rapat yang semula dinaikkan Rp. 1800,-
(menjadi Rp. 72.000,-), kemudian turun sehingga menjadi Rp. 1.300
(menjadi Rp. 71.500,-), dan akhirnya naik Rp. 1000,- (menjadi Rp.
71.200). --------------------------------------------------------------------------------
65.7 Bahwa terkait dengan pertanyan dari Terlapor lain, diperoleh keterangan sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------
65.7.1 Terkait PT Purna Baru yang berjualan di Sumedang dan peran Terlapor
XIII terkait pembentukan Sawito sebagai agen yang pada akhirnya
mengambil pelanggan Ibu Elsye, Terlapor XIII menjelaskan bahwa PT
Purna Baru adalah SPBE, bukan agen. Terlapor XIII tidak ada
kewenangan untuk melakukan pengambilalihan pelanggan. Mengenai
Sawito, Sawito bergabung dengan Terlapor XIII sebelum kuotanya
mencukupi sebagai agen (kuotanya 300-350 untuk menjadi agen). Setelah
beberapa waktu, Sawito bisa berdiri sendiri dan menjadi agen sendiri.
Kalau Terlapor XIII seolah-olah berjualan di Sumedang karena ada toko
di Subang, Terlapor XIII mengambil di Rancakalong. -------------------------
halaman 199 dari 383
Page 200
S A L I N A N
65.7.2 Terlapor XIII tidak faham mengenai latar belakang berdirinya PT Api Gas
Nasional; ------------------------------------------------------------------------------
65.7.3 Terlapor XIII mengetahui outlet Indomaret di supply oleh PT Indomarco
dan kemudian di supply oleh PT Api Gas Nasional karena merupakan
wilayah kerja Terlapor XVII; ------------------------------------------------------
65.7.4 Pada tahun 2011 atau 2012, ada pertemuan yang dihadiri oleh Limas Raga
terkait pengambil alihan pelanggan. Terlapor XIII tidak paham mengenai
hal tersebut. Kepada agen baru pun Terlapor XIII merembukkan agar
tidak mengambil pelanggan yang sudah dibina oleh agen lain. Terlapor
XIII juga sering saling menegur teman-teman agen lain agar tidak
mengambil pelanggan agen lain. Pada saat itu, Pak Chandra memberikan
surat Pertamina pada tahun 2004, Terlapor XIII tidak tahu surat apa yang
diserahkan oleh Pak Chandra ke Pak Indra. Majelis Komisi menambahkan
surat tersebut tertanggal 12 Juli 2004 dan dikeluarkan oleh Pertamina; -----
65.7.5 Terlapor XIII tidak menegur PT Api Gas Nasional atau melaporkan ke
Pertamina ketika Terlapor XVII mengambil pelanggan Terlapor XIII
dikarenakan Terlapor XIII sudah menyelesaikan persoalan tersebut
langsung dengan Pak Indra; --------------------------------------------------------
65.7.6 Perjanjian keagenan LPG dengan Pertamina berlaku secara umum,
diperpanjang 3 (tiga) tahun sekali, semacam herregistrasi; --------------------
65.7.7 Mekanisme pengajuan usulan kenaikan margin diajukan ke Pertamina
melalui DPC kemudian ke DPD dan DPP. Dengan demikian, Pertamina
yang berwenang untuk menentukan kenaikan margin atau kenaikan harga
bagi para agen;------------------------------------------------------------------------
65.7.8 Untuk menjawab pertanyaan mengenai dasar perhitungan penetapan harga
mengacu pada perhitungan yang dibuat oleh Pak Chandra maka Terlapor
XIII menyatakan melihat dokumen itu sebagai perhitungan kelayakan
perhitungan margin dan tidak mengetahui apakah perhitungan tersebut
dilampirkan atau tidak; --------------------------------------------------------------
65.7.9 Untuk menjawab pertanyaan mengenai siapa yang mengusulkan kenaikan
harga maka Terlapor XIII merasa semua menginginkan kenaikan harga.
Mungkin hal ini adalah pembiaran dari semua pihak, dan puncaknya
adalah tidak naiknya margin selama bertahun-tahun. Menurut Terlapor
XIII hal tersebut merupakan hal yang diusulkan bersama-sama; -------------
65.7.10 Di antara agen-agen 12 Kg, ada yang dapat dan ada juga yang tidak dapat
melakukan perhitungan permohonan kenaikan margin. Tapi yang punya
data dan staf yang dapat melakukan perhitungan tersebut adalah Limas
halaman 200 dari 383
Page 201
S A L I N A N
Raga. Kenaikan dari Rp. 70.200,- naik ke Rp. 71.200,- itu tidak serta
merta. Hal tersebut awalnya Rp. 72.000,-, (kenaikan Rp. 1.800,-)
kemudian menjadi Rp. 71.500,- (kenaikan Rp. 1.300,-). Kemudian
akhirnya menjadi Rp. 71.200,- (kenaikan Rp. 1.000,-). Terlapor XIII
sudah menjual Rp. 71.200,- sebelum adanya kesepakatan. Meskipun
Terlapor XIII sebagai pemimpin rapat, Terlapor XIII tidak dapat
menentukan berapa besar kenaikannya, semuanya adalah kesepakatan
bersama; -------------------------------------------------------------------------------
65.7.11 Terlapor XIII mengkonfirmasikan bahwa perhitungan yang dibuat oleh
Pak Chandra adalah permintaan dari Hiswana. ----------------------------------
65.7.12 Terlapor XIII mengkonfirmasikan bahwa sebelumnya sudah ada
pengajuan kenaikan margin dalam rapat-rapat lain. Bahkan dalam
Muspida juga sudah ada pengajuan kenaikan margin; --------------------------
65.7.13 Terlapor XIII tidak tahu Pertamina pernah memberikan sanksi atau
tanggapan terhadap keluhan-keluhan dari agen karena tidak pernah
menerima surat peringatan. ---------------------------------------------------------
65.8 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor XIII, diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------
65.8.1 Terlapor XIII mengkonfirmasikan bahwa pada tanggal 26 Juli 2011 di
Hiswana Migas, agendanya adalah menandatangani kesepakatan yang
dipimpin oleh Terlapor XIII. Saat itu belum ada agen yang
menandatangani kesepakatan karena konsep surat kesepakatan tersebut
belum ada. Para agen menandatangani kesepakatan setelah tanggal 26 Juli
2011. Menurut Terlapor XIII, barangkali surat kesepakatan itu dibuat
setelah rapat tanggal 26 Juli 2011. Bahkan mungkin judul agenda rapat
juga dibuat belakangan. Terlapor XIII sebagai pimpinan rapat mungkin
tidak menandatangani surat kesepakatan pada hari itu karena tidak
membawa cap. Kesepakatan tersebut tidak ditanda-tangani pada tanggal
yang tertulis di dokumen sesuai dengan keterangan dari Terlapor lainnya; -
65.8.2 Terlapor XIII mengkonfirmasikan bahwa hasil kesepakatan tanggal 26
Juli 2011 sama dengan dokumen yang ditanda-tangani oleh Terlapor XIII
dimana penambahan harga jual Rp 1000,- itu sama. Mengenai sanksi-
sanksi mungkin sama karena jika menjual di bawah Rp 71.200,- berarti
melanggar larangan memberikan diskon; ----------------------------------------
65.8.3 Pihak yang mengetik dokumen kesepakatan tersebut adalah dari
Sekretariat Hiswana Migas; --------------------------------------------------------
halaman 201 dari 383
Page 202
S A L I N A N
65.8.4 Dokumen yang diserahkan oleh Terlapor XIII hari ini adalah Perhitungan
kelayakan kenaikan margin yang diajukan ke Pertamina melalui DPC dan
DPD kemudian DPP. Tidak ada perhitungan lain yang dibawa oleh
Terlapor XIII; -------------------------------------------------------------------------
65.8.5 Untuk menjawab pertanyaan mengenai pertemuan kesepakatan harga itu
adalah di Riung Panyileukan, Terlapor XIII menyatakan tidak tahu pasti
kapan terjadinya, apakah sebelum atau setelah kesepakatan; ------------------
65.8.6 Terlapor XIII tidak ingat pihak yang diberi wewenang untuk menuangkan
hasil kesepakatan dengan harga tersebut ke dalam perjanjian kesepakatan
harga. Yang mengetik adalah Sekretariat Hiswana, tapi tidak ingat siapa
yang men-draft. Terlapor XIII juga tidak ingat kemungkinan salah satu
anggota yang membuat draft kesepakatan tersebut; ----------------------------
65.8.7 Walaupun agenda 26 Juli 2011 itu untuk menanda-tangani kesepakatan,
tapi pada faktanya tidak ada yang menanda-tangani pada hari itu. Rapat
tersebut kemudian membicarakan keluhan-keluhan kita yang tidak
mendapat kenaikan margin. --------------------------------------------------------
65.9 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor XIII adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
65.9.1 Kejadian ini menjadi pelajaran bagi Terlapor XIII. Terlapor XIII
mengakui adanya kesalahan dalam membuat kesepakatan harga tersebut.
Niat Terlapor XIII adalah untuk kebaikan untuk melindungi masyarakat
agar tidak membeli harga yang terlalu mahal; -----------------------------------
65.9.2 Terlapor XIII berharap setelah ini Terlapor XIII mendapat sosialisasi dan
pembinaan dari KPPU agar Terlapor XIII tidak melakukan pelanggaran.
Terlapor XIII harap agen-agen yang lain juga dapat terus bersilaturahmi,
dapat memberikan service yang baik kepada pelanggan dan tetap
berhubungan baik dengan Pertamina. ---------------------------------------------
66. Menimbang bahwa pada tanggal 12 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor V (PT Tirta Gangga Tama), yang
pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B35); --
66.1 Bahwa terkait dengan kapasitas pihak yang memberikan keterangan dalam
Pemeriksaan Terlapor V PT Tirta Gangga Tama, diperoleh keterangan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
66.1.1 Yang diperiksa mewakili Terlapor V adalah Sdr. Supriyatna yang
menjabat sebagai Supervisor. Pada tahun 2011 menjabat sebagai bagian
operasional; ---------------------------------------------------------------------------
66.1.2 Sdr. Supriyatna menandatangani Surat Kesepakatan Harga; ------------------
halaman 202 dari 383
Page 203
S A L I N A N
66.1.3 Sdr. Supriyatna bekerja di Terlapor V sejak tahun 2009 dan bertugas
mengurus masalah kendaraan, marketing dan mengurus perpanjangan, dan
mengurus operasional kendaraan; -------------------------------------------------
66.1.4 Pemilik PT Tirta Gangga Tama memiliki beberapa perusahaan, untuk PT
Tirta Gangga Tama yang diminta untuk mengurus adalah Sdr. Tommy. ----
66.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor V diperoleh keterangan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
66.2.1 Terlapor V berdiri sejak tahun 1984 berada di Jalan Sunda, beberapa
tahun kemudian sempat berhenti kemudian beroperasi kembali tahun 2000
sampai dengan sekarang dengan gudang berada di Jalan Supadio; -----------
66.2.2 Terlapor V memiliki 38 (tiga puluh delapan) orang karyawan yang terdiri
31 (tiga puluh satu) orang supir dan teknisi, dan 7 (tujuh) orang staf
penjualan; -----------------------------------------------------------------------------
66.2.3 Di kantor Terlapor V terdapat beberapa kantor antara lain PT Sutanto
(bergerak di bidang sewa kendaraan untuk membuang limbah) dan SPBU.
66.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor V diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
66.3.1 Terlapor V memiliki kuota 700 (tujuh ratus) tabung/hari, tetapi saat ini
sudah berkurang semenjak munculnya LPG ukuran 3 Kg. Kuota Terlapor
V tidak stabil, naik turun; -----------------------------------------------------------
66.3.2 Terlapor V lebih banyak distribusikan LPG ke cafe, restoran dan hotel.
Kami kirimkan langsung dari gudang; --------------------------------------------
66.3.3 Sistem distribusi yaitu Terlapor V menebus ke SPPBE, kemudian
dibongkar, dan dikirimkan ke sales point;----------------------------------------
66.3.4 Terlapor V memiliki 20 (dua puluh) sales point untuk wilayah pemasaran
Bandung Raya. Lokasi sales point paling jauh ada di daerah Banjaran,
sekitar 25 (dua puluh lima) km dari gudang; -------------------------------------
66.3.5 Untuk sales poin, kami kirimkan 30 (tiga puluh) tabung/hari, tapi tidak
selalu dikirimkan setiap hari tergantung dengan permintaan dari mereka; --
66.3.6 Untuk sales point terbesar terdapat toko/warung di Lembang, pada
awalnya kami pinjamkan tabung. Mereka ambil 100 (seratus) tabung/hari.
Proses pengiriman tabungnya adalah kami antarkan langsung dari gudang
ke toko. Tetapi tidak semua sales point mempunyai penjualan sebagus
toko tersebut. --------------------------------------------------------------------------
66.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor V, diperoleh keterangan
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
66.4.1 Yang menentukan harga jual adalah Sdr. Tommy selaku Manajer; ----------
halaman 203 dari 383
Page 204
S A L I N A N
66.4.2 Harga jual LPG 12 Kg pada tahun 2011 untuk harga jual di gudang Rp.
70.200,-; -------------------------------------------------------------------------------
66.4.3 Harga jual ke sales point untuk tahun 2011 adalah Rp. 69.000,- sampai
dengan Rp. 70.200,-. Harga ini tidak diberikan kepada semua pembeli,
hanya diberikan kepada pelanggan yang dianggap loyal; ----------------------
66.4.4 Harga jual untuk end user adalah Rp. 70.200,- tapi dengan penambahan
ongkos angkut; -----------------------------------------------------------------------
66.4.5 Terlapor V masih mendapat untung jika menjual dengan harga sesuai
dengan yang ditentukan oleh Pertamina. Keuntungan yang diperoleh
Terlapor V untuk 1 (satu) tabung lebih kurang Rp. 5.000,- Untuk
pengantaran ke daerah Setiabudi, kami tambahkan biaya transport Rp.
1.000, harganya menjadi Rp. 71.200,-; -------------------------------------------
66.4.6 Harga jual agen lain yang merebut pelanggan di bawah Rp. 70.000,-,
pernah juga ditemukan ada di harga Rp. 67.000,-; ------------------------------
66.4.7 Menurut Terlapor V, harga Rp. 70.200,- yang diatur dalam surat edaran
Pertamina adalah mengikat, tetapi tidak selalu Terlapor V ikuti karena
harus fleksibel mengikuti pasar. Kalau tidak, maka pelanggan tidak akan
mau membeli dari Terlapor V; -----------------------------------------------------
66.4.8 Terlapor V mengetahui dalam perjanjian keagenan dengan Pertamina
terdapat aturan mengenai sanksi jika melanggar ketentuan Pertamina
mengenai harga jual, tetapi Pertamina tidak pernah memberikan sanksi; ---
66.4.9 Meskipun terdapat aturan mengenai sanksi, Terlapor V tetap menjual
diluar harga yang ditetapkan oleh Pertamina karena adanya kewajiban
bagi untuk menjual habis kuota yang didapat. Selain itu, jika Terlapor V
tetap dengan harga Rp. 70.200,- dan agen lain menjual dibawah harga
tersebut tentu pelanggan Terlapor V akan habis dan pindah ke agen
lainnya; --------------------------------------------------------------------------------
66.4.10 Setelah mengikuti pertemuan yang membahas mengenai kesepakatan
kenaikan harga di Hiswana Migas, Terlapor V tidak melakukan perubahan
dan tetap menjual dengan harga seperti biasanya, tetapi untuk penjualan
ke konsumen yang diantar maka Terlapor V tambahkan Rp. 1.000 untuk
biaya antar. ----------------------------------------------------------------------------
66.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
66.5.1 Latar belakang terjadinya kesepakatan adalah karena perebutan pelanggan
dan kenaikan BBM; ------------------------------------------------------------------
halaman 204 dari 383
Page 205
S A L I N A N
66.5.2 Sekitar tahun 2011 sering terjadi perebutan pelanggan. Sdr. Supriyatna
tidak mengetahui ada berapa sales point Terlapor V yang diambil, dan
baru mengetahui ketika mau mengirim LPG kepada pelanggan melihat
ada LPG dengan plastic wrap milik PT Adigas Jaya Pratama dan PT Api
Gas Nasional; -------------------------------------------------------------------------
66.5.3 Terdapat himbauan dari Pertamina yang melarang agen mengambil
pembeli yang sudah dibina oleh agen lainnya; ----------------------------------
66.5.4 Menurut Terlapor V, alasan pelanggan mengambil gas dari agen lain
karena harga yang lebih murah. Tetapi pelanggan tentu tidak akan
memberitahukan alasan dengan jujur. Biasanya mereka menyampaikan
bahwa alasannya adalah karena keterlambatan pengiriman; -------------------
66.5.5 Meskipun Terlapor V masih mendapat untung dengan mengikuti harga
rekomendasi dari Pertamina, tetap dibuat kesepakatan untuk menaikkan
harga karena adanya aturan dari Pertamina yang mengharuskan kami
menghabiskan kuota; ----------------------------------------------------------------
66.5.6 Konsekuensi jika kuota tidak habis terjual, maka kuota berikutnya akan
dikurangi. Di satu sisi Terlapor V ditekan Pertamina tetapi di pasar
ditekan oleh konsumen. -------------------------------------------------------------
66.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----
66.6.1 Sdr. Supriyatna mengikuti rapat Hiswana Migas sekitar 3-4 kali dalam
setahun. Untuk hadir rapat hanya diperintahkan oleh Sr. Tommy untuk
hadir, biasanya tidak memakai surat kuasa; --------------------------------------
66.6.2 Hal-hal yang dibahas dalam rapat-rapat adalah perkembangan penjualan,
sales point dan kendala di lapangan; ---------------------------------------------
66.6.3 Sdr. Supriyatna pernah hadir satu kali dalam pertemuan di Hiswana Migas
yang membahas mengenai kesepakatan harga yaitu pada saat ada kenaikan
BBM. Yang dibahas pada saat itu bukan penaikan harga, tetapi
penambahan biaya transport;-------------------------------------------------------
66.6.4 Pertemuan yang dihadiri tersebut dipimpin oleh Sdri. Vera, Sdri. Tetty
sebagai moderator dan yang membahas perhitungan margin adalah Sdr.
Chandra. Tapi Sdr. Chandra tidak menentukan besaran kenaikan harga,
tapi peserta rapat mencari bersama-sama bagaimana hitungannya; ----------
66.6.5 Dalam pertemuan tersebut, tidak ada anggota Hiswana Migas yang
menyampaikan penolakan. Yang pasti kami secara bersama-sama
membahas bagaimana keputusan yang terbaik untuk semua anggota; -------
halaman 205 dari 383
Page 206
S A L I N A N
66.6.6 Setelah ada pertemuan, Sdr. Supriyatna melaporkan hasil pertemuan
tersebut kepada Sdr. Tommy, dan menyampaikan bahwa kemungkinan
ada penambahan biaya transport sebesar Rp. 1.000,-. Kenaikan Rp. 1000,-
ini adalah harga yang dianggap pantas; -------------------------------------------
66.6.7 Pada pertemuan di Hiswana Migas tersebut, Terlapor V menyatakan PT
Api Gas Nasional pernah menolak untuk dibuat surat kesepakatan; ---------
66.6.8 Sebelum pertemuan di Hiswana Migas, Terlapor V pernah hadir pada
pertemuan di Saung Galing dan The Palem. -------------------------------------
66.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor V, diperoleh keterangan sebagai berikut: -----------------------------------------
66.7.1 Sdr. Supriyatna menandatangani surat kesepakatan di Hiswana Migas
yaitu 2 (dua) hari setelah pertemuan. Sebelumnya, Hiswana Migas
mengundang dengan menghubungi kantor Terlapor V dan meminta untuk
datang ke Hiswana Migas sekaligus membawa stempel perusahaan; --------
66.7.2 Pada saat di Hiswana Migas, Sdr. Supriyatna ditemui oleh Sdr. Mamat;
66.7.3 Tidak ada pemaksaan saat mendatangani surat kesepakatan tersebut; -------
66.7.4 Pada saat menandatangani Surat Kesepakatan, surat sudah ditandatangani
oleh sebagian anggota lainnya; -----------------------------------------------------
66.7.5 Sebelum menandatangani Surat Kesepakatan, Sdr. Supriyatna tidak
membaca isi surat kesepakatan tersebut; -----------------------------------------
66.7.6 Pada saat menandatangani surat kesepakatan tersebut, ada kolom tanda
tangan Pertamina yaitu Sdr. Dwi Manoveri. Tapi pada saat rapat, yang
Sdr. Supriyatna pahami adalah bahwa surat kesepakatan ini masih
merupakan usulan yang akan disampaikan ke Pertamina; ---------------------
66.7.7 Sdr. Supriyatna tidak mengetahui siapa yang membuat draft surat
kesepakatan karena pada saat rapat surat kesepakatan tersebut belum ada. --
67. Menimbang bahwa pada tanggal 12 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor XVI (PT Griya Putra Anugrah),
namun yang bersangkutan tidak hadir memenuhi panggilan Majelis Komisi (vide bukti
B36); -----------------------------------------------------------------------------------------------------
68. Menimbang bahwa pada tanggal 12 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor II (PT Surya Buana Rahayu), yang
pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B37); --
68.1 Bahwa yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan Terlapor II PT Surya
Buana Rahayu adalah Vera Luciana yang menjabat selaku Direktur I, yang
memperoleh kuasa dari Direktur Utama yaitu Dadang Amir Hamzah. Sdri. Vera
Luciana juga menjabat sebagai Kepala Bidang LPG 12 Kg Hiswana Migas; ----------
halaman 206 dari 383
Page 207
S A L I N A N
68.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor II diperoleh keterangan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
68.2.1 Terlapor II didirikan berdasarkan Akta Notaris tanggal 19 Maret 1985
dengan nama PT Surya Buana Rahayu Raya, yang berubah nama menjadi
PT Surya Buana Rahayu pada tanggal 28 November 1985. Berdasarkan
Akta Perubahan terakhir yaitu Akta Perubahan Anggaran Dasar PT Surya
Buana Rahayu No. 5 Tanggal 5 Februari 2003, susunan pemegang saham
terdiri dari Dadang Amir Hamzah dan Hj. Hilyah Hamzah, dengan
Direktur Utama Dadang Amir Hamzah dan Direktur I Vera Luciana.
Perusahaan ini adalah perusahaan keluarga dimana Dadang Amir Hamzah
dan Hj. Hilyah Hamzah adalah orangtua dari Vera Luciana; ------------------
68.2.2 Terlapor II hanya mendistribusikan LPG 12 Kg meskipun sebelumnya
pernah mendistribusikan LPG 50 Kg. Usaha lainnya dilakukan dengan
menggunakan nama PT lain adalah distribusi LPG 3 Kg dan SPBU; -------
68.2.3 Terlapor II memiliki 11 (sebelas) orang pegawai yang terdiri dari 1 (satu)
orang pegawai administrasi, 5 (lima) orang supir dan 5 (lima) orang
kenek. Terdapat 1 (satu) orang pegawai yang juga membantu di usaha
distribusi LPG 3 Kg; -----------------------------------------------------------------
68.2.4 Terdapat 2 (dua) jenis mobil yang dipakai untuk mengantarkan LPG 12
Kg yaitu mobil engkel, salah satunya merk Mitsubishi kapasitas 100
(seratus) tabung dengan usia kendaraan sekitar 3-4 tahun, dan lainnya
merek Foton dengan usia kendaraan sekitar 5 (lima) tahun. -------------------
68.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor II diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
68.3.1 Terlapor II sebelumnya memiliki kuota 13.000 (tiga belas ribu).
Kemudian sejak 2007 penjualan sudah mencapai sekitar 7000 (tujuh ribu)
tabung. Penurunan kuota dirasakan pertama kali sejak adanya LPG 3 Kg
pada tahun 2007 hingga sebesar 4000 (empat ribu) tabung/bulan sejak
akhir tahun 2011. Penurunan kuota juga diakibatkan kurang baiknya
manajemen SDM perusahaan; -----------------------------------------------------
68.3.2 Jumlah tabung yang dimiliki Terlapor II sekitar 600-700 tabung. Dari
kuota 4000 (empat ribu), sisanya terus berputar, perputaran sehari hanya
300 (tiga ratus) tabung. --------------------------------------------------------------
68.3.3 Harga beli tabung kosong 12 Kg (harga tebus Pertamina) sekitar Rp.
330.000,-. Terlapor II biasa membeli tabung dengan isi. Sudah lama tidak
ada perubahan harga. ---------------------------------------------------------------
halaman 207 dari 383
Page 208
S A L I N A N
68.3.4 Jumlah sales point sekitar 20 (dua puluh) sales point. Sisanya sejumlah
sepertiga dari realisasi dikirimkan ke rumah, door to door ke end user; ----
68.3.5 Wilayah distribusi mencakup Bandung dan sekitarnya sampai ke
Kabupaten terutama mobil kecil kelilling; ---------------------------------------
68.3.6 Sales point terjauh terletak di Jasindo Cicalengka dengan jarak sekitar 30
(tiga puluh) km. Terlapor II diberi 2 (dua) SPBE yang lokasinya dekat
kantor dan satu SPBE lagi mendekati konsumen di Cicalengka; -------------
68.3.7 Terlapor II mengetahui ongkos Pertamina sudah diatur untuk penyesuaian
harga. Untuk sales point terjauh di daerah Bandung jaraknya tidak sampai
di atas 60 (enam puluh) km. --------------------------------------------------------
68.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor II, diperoleh keterangan
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
68.4.1 Harga jual di gudang harus Rp.70.200,- sesuai dengan keputusan
Pertamina, tapi begitu dikirim keluar gudang, harga kami bervariasi.
Untuk pelanggan tetap ada di harga Rp.70.200.-, tapi kadang pelanggan
lama minta di harga Rp.70.000,- Untuk harga door to door, menggunakan
model sistem kas. Harga jual ke supir mobil kecil Rp.69.000,- Harga jual
ke konsumen bisa sekitar Rp 74.000,-. Rata-rata ambil untung Rp.5.000.
Harga jual ke konsumen melalui supir mobil kecil, kami kembalikan ke
supir-supir kami, karena sistemnya setoran; ------------------------------------
68.4.2 Terlapor II mengetahui adanya harga rekomendasi dari Pertamina sebesar
Rp. 70.200,- yang merupakan harga di gudang; --------------------------------
68.4.3 Menurut Terlapor II, harga tersebut mengikat karena harga jualnya harus
sekian dan dipantau. Namun selama ini Terlapor II belum pernah tahu
Pertamina jatuhkan sanksi jika ada yang melanggar harga rekomendasi
tersebut. --------------------------------------------------------------------------------
68.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
68.5.1 Sejak tahun 2009 terjadi perubahan harga sehingga menjadi harga gudang
sebesar Rp.70.200,- sebagaimana tertulis di surat Pertamina. Harga di
lapangan cukup beragam, terutama harga di toko dan konsumen; -----------
68.5.2 Sebelum tahun 2011, Pertamina memberi kuota melebihi penjualan
sehingga semua agen berlomba untuk memperoleh kuota yang tinggi; ------
68.5.3 Sebelum tahun 2011 sampai pertengahan tahun 2011, kuota masih banyak,
sehingga otomatis harga di pasaran turun dan agen berusaha menjual
sebanyak mungkin; ------------------------------------------------------------------
halaman 208 dari 383
Page 209
S A L I N A N
68.5.4 Menurut Terlapor II, margin di tahun 2011 masih kurang, terutama karena
Terlapor II bukan perusahaan yang berdagang tapi hanya pengangkut.
Biaya yang dikeluarkan adalah untuk biaya transport untuk mengangkut
ke gudang dan sisanya di antar. Faktor biaya angkut tidak hanya BBM tapi
juga truk yang bisa naik hingga Rp. 35 (tiga puluh lima) juta rupiah; -------
68.5.5 Faktor-faktor yang mungkin tidak dipertimbangkan oleh Pertamina adalah
margin agen. Mungkin perhitungan margin tahun 2009 sudah tidak cocok
untuk margin tahun 2011. Dari situ kami selaku agen mohon
penyelesaian. Pengajuan peningkatan margin berulang kali disampaikan
ke Pertamina, tapi kami tahu Pertamina tidak bisa memberi izin sebelum
mendapat izin dari Pemerintah; ---------------------------------------------------
68.5.6 Selain itu bermunculan agen baru, kami berharap agen baru itu buka toko
di sebelah toko lain tidak di sebelah toko kami, karena itu melanggar etika
berbisnis. Disitulah mungkin teguran disampaikan kepada agen dalam
forum, tapi tidak terlalu formil. Tidak ada penyelesaian apa-apa, akhirnya
kami cari solusi yang kira-kira memungkinkan bagi kami dan tidak
sampai terjadi perebutan berlebihan. Kami ingin juga perjuangkan biaya
transport hingga akhirnya kenapa dituangkan dalam surat kesepakatan; ----
68.5.7 Yang melatar belakangi pembuatan surat kesepakatan harga LPG 12 Kg
adalah karena adanya banting-banting harga. Pertimbangan lain karena
berniat menghimbau para agen untuk tidak ada perebutan konsumen.
Sepengetahuan kami Pertamina pun minta kami seperti itu, konsumen
diusahakan dipertahankan untuk pendataan jadi jangan terjadi
pelanggaran. BDKT (barang dengan kemasan tertutup) jika ada
pelanggaran misal isi kurang, kalau tidak tahu asal barang dari mana maka
sulit lacak; -----------------------------------------------------------------------------
68.5.8 Melihat himbauan seperti itu harus saling mengingatkan kembali, agen-
agen seperti kami anggap ini bukan hal yang nyaman. Harusnya
marginnya diperbaiki karena biaya transport kami melebihi dari margin
yang ada 2 (dua) tahun ini. Pertimbangan itulah yang kami rasa solusinya
seperti ini. Tanpa mempertimbangkan hukum yang berlaku; -----------------
68.5.9 Dengan demikian, dapat disimpulkan terdapat 3 (tiga) hal yang
melatarbelakangi munculnya kesepakatan harga yaitu banting harga di
agen, mencegah adanya perebutan agen yang dibina agen lain, dan margin
kurang yang harusnya dinaikkan; --------------------------------------------------
halaman 209 dari 383
Page 210
S A L I N A N
68.5.10 Pelanggan Terlapor II pernah diambil lebih dari satu kali berdasarkan
laporan dari supir mobil kecil yang menyatakan ada sales point yang tidak
lagi ambil ke Terlapor I;. -----------------------------------------------------------
68.5.11 Selain itu, ada toko di bawah binaan Terlapor II yang beralih ke Limas
Raga karena Terlapor II terlambat mengirimkan LPG karena sedang servis
mobil. Terlapor II menelepon Bapak Chandra agar tidak mengambil sales
point Terlapor II. Penyelesaian dilakukan secara kekeluargaan dan sales
point Terlapor II sudah kembali ke Terlapor II; ---------------------------------
68.5.12 Terlapor II mengetahui adanya himbauan dari Pertamina mengenai agen
tidak boleh mengambil alih pelanggan yang dibina agen lain. Tapi tidak
ada sanksi terkait hal tersebut. -----------------------------------------------------
68.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----
68.6.1 Sebelum penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga, terdapat
beberapa rapat yang dihadiri oleh Terlapor II dan anggota Hiswana Migas
LPG 12 Kg lainnya; ------------------------------------------------------------------
68.6.2 Sebelum rapat di Hiswana Migas, ada rapat yang dilakukan di Giggle box
dan Sawunggaling; ------------------------------------------------------------------
68.6.3 Terlapor II mengetahui rapat di Sawunggaling yang dipimpin sendiri oleh
Vera Luciana selaku Kepala Bidang LPG 12 Kg Hiswana Migas. Rapat
tersebut dimoderatori oleh Sdri. Tetty. Undangan rapat tersebut
disampaikan tidak secara formil, tapi melalui sms (pesan singkat). Rapat
tersbut yang mengundang dan memfasilitasi adalah Hiswana Migas; -------
68.6.4 Rapat di Sawunggaling membahas mengenai keluhan agen terkait banting
harga. Rapat di Sawunggaling belum menyimpulkan pembahasan dan
belum mengkonsep mengenai kesepakatan harga; ------------------------------
68.6.5 Pada rapat di Sawunggaling tersebut, Sdr. Chandra dari PT Limas Raga
Inti tidak menyampaikan presentasi melainkan memberikan dokumen
selebaran terkait komponen harga tabung sebagai bahan diskusi; ------------
68.6.6 Para agen meminta Sdr. Chandra untuk memberikan perhitungan
komponen harga tabung karena administrasinya paling rapi dan
mengetahui semua komponen ongkos angkut. Dengan melihat dokumen
itu para agen menjadi terbuka dan Terlapor II pun mengevaluasi
komponen yang ada di dalam unsur harga tersebut. Terkait dengan
penentuan margin belum pernah ada presentasi; --------------------------------
68.6.7 Pada rapat di Sawunggaling, tidak ada agen yang keberatan dengan
rencana kenaikkan harga jual LPG 12 Kg; ---------------------------------------
halaman 210 dari 383
Page 211
S A L I N A N
68.6.8 Terlapor II tidak ingat apakah Terlapor XVII diam atau menolak
kesepakatan harga tersebut;---------------------------------------------------------
68.6.9 Jika rapat dipimpin oleh Sdri. Vera Luciana selaku Kepala Bidang LPG
12 Kg Hiswana Migas, maka yang mencatat hasil rapat adalah dari
Sekretariat Hiswana Migas, tapi di sekretariatan kurang bagus
penyimpanannya; --------------------------------------------------------------------
68.6.10 Terlapor II tidak ingat pertemuan di Cibeunying pada tahun 2011.
Seingatnya, rapat di Cibeunying adalah pada tahun 2013. ---------------------
68.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor II, diperoleh keterangan sebagai berikut: -----------------------------------------
68.7.1 Pada surat kesepakatan, untuk kolom Terlapor II tertulis direkturnya
adalah Vera Luciana, namun yang menanda-tangani adalah Sdr. Tatang
selaku staf administrasi Terlapor II. Sdr. Tatang langsung berinisiatif
menanda-tangani perjanjian tersebut dan Sdri. Vera Luciana selaku
Direktur tidak keberatan dan mengamini tindakan tersebut karena
pembicaraan terkait hal itu sebelumnya sudah ada. Setelah menanda-
tangani, Sdr. Tatang melapor melalui telepon kepada Sdri. Vera Luciana; -
68.7.2 Surat perjanjian kesepakatan harga tersebut ditanda-tangani oleh Sdr.
Tatang atas nama Terlapor II pada saat rapat di Hiswana Migas; ------------
68.7.3 Pada saat rapat, Vera Luciana sedang berada di luar kota mengantarkan
suami, sehingga menugaskan Bapak Tatang untuk hadir rapat. Rapat
tersebut adalah Rapat Bidang LPG 12 Kg yang seharusnya dipimpin oleh
Sdri. Vera Luciana; ------------------------------------------------------------------
68.7.4 Sdri. Vera Luciana melihat dokumen kesepakatan harga tersebut pada saat
menandatangani sebagai Ketua Bidang 12 Kg di Hiswana Migas. Yang
bersangkutan tidak menanyakan kembali kepada Ketua Hiswana Migas,
namun melihat isi perjanjiannya cukup mewakili kebutuhan anggota.
Poin-poin Surat Perjanjian Kesepakatan Harga tersebut adalah mengenai
diskon, dilarang ambil alih pelanggan yang sudah dibina pelanggan lain; -
68.7.5 Surat Perjanjian Kesepakatan Harga yang ditanda-tangani oleh Sdr.
Tatang sebagai perwakilan Terlapor II dan kemudian oleh Sdr. Vera
Luciana selaku Kepala Bidang LPG 12 Kg Hiswana Migas adalah asli,
berwarna, bukan fotocopy; ----------------------------------------------------------
68.7.6 Terlapor II tidak mengetahui siapa konseptor yang menyusun dokumen
perjanjian kesepakatan harga. Pada rapat terakhir sebelum Juli 2011, Sdri.
Vera Luciana tidak menyusun konsep perjajian tersebut; ---------------------
halaman 211 dari 383
Page 212
S A L I N A N
68.7.7 Menurut Sdri. Vera Luciana, surat perjanjian tersebut tidak diketik oleh
orang dari Hiswana. File asli dokumen tersebut tidak dapat ditemukan di
file Hiswana Migas karena kurang teratur penyimpananya; -------------------
68.7.8 Sdri. Vera Luciana selaku Kepala Bidang LPG 12 Kg Hiswana Migas
tidak pernah memerintahkan untuk menyusun hasil kesepakatan itu dalam
bentuk naskah tertulis yang berbentuk kesepakatan harga LPG;--------------
68.7.9 Terlapor II tidak menyimpan dokumen surat perjanjian kesepakatan harga
karena copy-nya tidak dibagikan kepada para agen; ----------------------------
68.7.10 Sdri. Vera Luciana menduga surat kesepakatan harga tersebut untuk
diajukan ke Pertamina selaku principal. Dokumen tersebut tidak serta
merta dibagikan ke agen karena belum sampai titik akhir karena harusnya
di tandatangani Bapak Dwi Manoveri. Sdri. Vera Luciana tidak ingat
apakah dokumen tersebut disampaikan ke Bapak Dwi Manoveri, yang
pasti yang bersangkutan selaku Kepala Bidang LPG 12 Kg Hiswana
Migas belum menghadap langsung ke Bapak Dwi Manoveri; ----------------
68.7.11 Bentuk pengajuan apapun ke Pertamina kalau bentuknya itu kebijakan
pusat maka diajukan ke atas dari DPD ke DPP dan disampaikan ke
Pertamina Pusat. Jika kebijakan lokal, biasanya disampaikan dulu ke
Pertamina pemasaran Bandung. Kadang Pertamina minta langsung ajukan
saja ke pusat; --------------------------------------------------------------------------
68.7.12 Menurut Sdri. Vera Luciana, surat perjnajian kesepakatan harga tersebut
merupakan kebijakan lokal untuk disetujui di Pertamina Bandung untuk
diterapkan di Bandung. Itulah mengapa dicantumkan nama Bapak Dwi
Manoveri karena belaiu dari Pertamina Cabang Bandung saat itu. Angka
disitu mungkin tidak cocok untuk wilayah lain, beda kontur, beda ongkos
angkut, jadi hanya untuk wilayah Bandung saja. --------------------------------
68.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor II adalah
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
68.8.1 Terkait mekanisme transport fee LPG 3 Kg, untuk kemudahan para agen
LPG 3 Kg, Pertamina bekerjasama dengan Hiswana Migas. Dokumen
sudah dibuatkan oleh Hiswana Migas, agen tinggal melengkapi
persyaratan dan pada tanggal tertentu agen diberitahukan bahwa dokumen
sudah siap tinggal tandatangan. Setelah berkas disampaikan ke Pertamina,
pembayaran dilakukan ke agen langsung tanpa melalui Hiswana Migas.
Tidak ada unsur paksaan untuk menandatangani surat perjanjian
kesepakatan harga LPG 12 Kg terkait dengan LPG 3 Kg. ---------------------
halaman 212 dari 383
Page 213
S A L I N A N
68.8.2 Terlapor II mengetahui adanya pemotongan signifikan kuota agen LPG 3
Kg perusahaan yang terafiliasi dengan Terlapor XVII; ------------------------
68.8.3 Terlapor II mengetahui Terlapor XVII mensuplai gas 12 Kg ke outlet
Indomaret yang sebelumnya disuplai oleh PT Indomarco; --------------------
68.8.4 Terlapor II mengetahui Terlapor XVII ditegur karena mengambil alih
pelanggan Terlapor I, dan mengetahui adanya pengambilalihan agen
Terlapor XVII oleh Terlapor I. Namun Terlapor II tidak mengetahui
bagaimana perkembangan penyelesaian pengambilalihan antara Bapak
Indra dan Bapak Chandra; ----------------------------------------------------------
68.8.5 Terlapor II menyampaikan mudah-mudahan dengan adanya sidang KPPU
ini jadi pembelajaran kepada kita semua. Kami akui membuat kesalahan,
mencoba buat kesepakatan yang kami kira bisa jadi solusi. Niat kami
itikad yang baik berusaha selamatkan agen Bandung Sumedang dari
selisih harga yang tidak berujung dan berusaha membantu kelangsungan
usaha LPG 12 Kg, dengan permohonan yang layak kepada principal kami
Pertamina dan tidak lupa kami perhatikan kepentingan masyarakat. Tidak
ada itikad dari kami dari adanya kesepakatan ini. Dari pertimbangan
nantinya semoga bisa jadi putusan yang ringan bagi kami, karena perkara
ini sudah berjalan dan prosesnya panjang baik dari proses investigasi
maupun sidang pemeriksaan. Jadi pembelajaran yang menyita psikis
waktu dan pikiran. Bicara sebagai Kabid maupun sebagai agen, mudah-
mudahan kebersamaan agen yang sudah terjalin selama tahun berpuluh
tahun ini kami bisa bersilaturahmi seperti dahulu dari sementara sekarang
ini seperti tercerai berai, tidak dalam visi misi yang sama. Dan jangan
sampai memecah belah persatuan. -------------------------------------------------
69. Menimbang bahwa pada tanggal 13 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor I (PT Limas Raga Inti), yang pada
pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti B38); ---------
69.1 Bahwa terkait dengan kapasitas pihak yang memberikan keterangan dalam
Pemeriksaan Terlapor I PT Limas Raga Inti, diperoleh keterangan sebagai berikut:
69.1.1 Yang memberikan keterangan adalah Bapak Chandra Irawan selaku
Direktur Utama PT Limas Raga Inti;----------------------------------------------
69.1.2 Bapak Chandra pernah menjabat sebagai Ketua Hiswana Migas. ------------
69.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor I diperoleh keterangan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
69.2.1 Terlapor I berdiri pada tanggal 16 Agustus 1972 di Bandung, beralamat di
Jl. Embong No. 21. Core business LRI adalah berdagang LPG, pelumas,
halaman 213 dari 383
Page 214
S A L I N A N
water heater, kompor, dan pemasangan instalasi gas LPG. Aktivitas
perusahaan yaitu berupa pelayanan konsumen dengan cara penjualan gas
ke konsumen selama 24 (dua puluh empat) jam, 365 (tiga ratus enam
puluh lima) hari dalam setahun. Bahwa komitmen kami memberi
pelayanan yang terbaik untuk konsumen/masyarakat kota Bandung; --------
69.2.2 Terlapor I merupakan anggota Hiswana Migas; ---------------------------------
69.2.3 Terlapor I merupakan agen LPG yang kedua muncul di wilayah Bandung,
yang pertama sudah kolaps dan tidak bisa bertahan hidup. Karena tidak
ada margin, resiko besar, beberapa agen ada yang tidak bertahan; -----------
69.2.4 Terlapor I memiliki anak perusahaan yaitu PT Vitamas Inti yang menjual
air mineral; ----------------------------------------------------------------------------
69.2.5 Terlapor I memiliki 1 (satu) cabang perusahaan yang lokasinya ada di
beberapa tempat di Bandung utara, barat, timur, selatan, yaitu Jl. Rajawali,
Jl. Sederhana, Jl. Ahmad Yani, di Kopo, Gatot Subroto, Buah Batu dan
terakhir di Cimahi. Kantor cabang tersebut melayani wilayah pemasaran
sesuai dengan masing-masing lokasinya. Wilayah pemasaran Terlapor I
tidak termasuk Sumedang; ----------------------------------------------------------
69.2.6 Terlapor I memiliki 300 (tiga ratus) orang pegawai yang mengurus
distribusi gas, dan memiliki 80 (delapan puluh) armada termasuk truk dan
mobil pengantar; ---------------------------------------------------------------------
69.2.7 Terlapor I menjual semua LPG termasuk LPG 12 Kg, LPG 50 Kg dan
bulk; ------------------------------------------------------------------------------------
69.2.8 Penjualan LPG 50 Kg adalah 10.000 (sepuluh ribu) lebih dalam sebulan,
sementara LPG bulk 70 (tujuh puluh) tangki sebulan. --------------------------
69.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor I diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
69.3.1 Menurut Terlapor I, pada waktu kejadian belum ada kuota, masih bebas
melakukan pengambilan, berapapun sesuai kemampuan; ----------------------
69.3.2 Menurut Terlapor I mulai ada kuota baru beberapa tahun ini, mungkin
2013; -----------------------------------------------------------------------------------
69.3.3 Kuota Terlapor I menurun sejak tambah agen. Penurunan sekitar 5-10%;
69.3.4 Alokasi tabung untuk Telapor I adalah 100.000 (seratus ribu) tabung lebih
per bulan;
69.3.5 Julah sales point Terlapor I saat awal berdiri berjumlah 1000 (seribu)
lebih. Saat itu dealer masih sedikit, masih bisa dihitung jari dibanding
sekarang yang sudah banyak agen. Sekarang tinggal 400 (empat ratus).
halaman 214 dari 383
Page 215
S A L I N A N
Berkurangnya yaitu sejak bertambahnya agen yang masuk, ada toko yang
tutup, ada yang direbut agen lain, ada yang jual dominan LPG 3 Kg; -------
69.3.6 Menurut Terlapor I, persaingan dagang terjadi terus menerus terlepas dari
adanya kuota. Terlepas dari pengurangan kuota dari Pertamina jika agen
tidak dapat menghabiskan kuota, Terlapor I mengusahakan habis menjual;
69.3.7 Mekanisme pemasaran LPG oleh kantor cabang Terlapor I adalah bebas
mengambil sendiri dari SPPBE maupun di drop oleh kantor pusat,
tergantung kebutuhan; ---------------------------------------------------------------
69.3.8 Kantor Pusat Terlapor I mengambil langsung dari SPPBE dan menjual
langsung; ------------------------------------------------------------------------------
69.3.9 Terdapat kira-kira 7 (tujuh) SPPBE dimana kantor pusat dan cabang
mengisi gas dari SPPBE tergatung kebutuhan dimana. Radius antara
kantor cabang dan SPPBE seitar 10-20 km; -------------------------------------
69.3.10 Terdapat 3 (tiga) jenis mekanisme distribusi LPG yaitu langsung, ke end
user dan ke sales point; -------------------------------------------------------------
69.3.11 Sistem penjualan Terlapor I adalah door to door, ada sub agen (restoran),
cafe, rumah sakit, peternakan, garmen. Dari total penjualan, 40% door to
door, sales point 40%, yang ambil sendiri 20%; --------------------------------
69.3.12 Terlapor I memiliki sales point yang merupakan binaan Terlapor I yang
terdaftar di database Terlapor I, tapi tidak terikat kontrak maupun
perjanjian. Terlapor I menjamin pasokan LPG kepada sales point sebagai
bentuk insentif; -----------------------------------------------------------------------
69.3.13 Untuk konsumen yang merupakan end user, mekanisme pengirimanya
adalah sederhana, yaitu telepon ke kantor Terlapor I, maka tinggal kirim;--
69.3.14 Mekanisme pengiriman masing-masing cabang tergantung jarak, lokasi.
Kadang ada juga konsumen yang minta diantar oleh ‘si ini’, jadi bervariasi
sekali pengiriman. Di kantor sudah ada database, terkomputerisasi, jika
sudah sebut nama maka saya sudah bisa tahu alamatnya. Setiap saat bisa
dikirim. --------------------------------------------------------------------------------
69.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor I, diperoleh keterangan
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
69.4.1 Menurut Terlapor I, yang menentukan harga jual adalah Pertamina; --------
69.4.2 Harga jual LPG dipengaruhi oleh beberapa komponen, komponen paling
besar untuk karyawan, BBM, maintenance, penagih, sewa gudang. Yang
terlibat bukan hanya mobil, unsur lain seperti gudang juga; ------------------
69.4.3 Untuk masing-masing konsumen Terlapor I dikenakan harga jual yang
berbeda. Jadi kalau ambil di tempat Rp.70.200, kalau dikirim ke sales
halaman 215 dari 383
Page 216
S A L I N A N
point untuk dijual maka ditambah Rp. 1.000, untuk rumah tangga dan
konsumen ditambah Rp. 2.000,-; --------------------------------------------------
69.4.4 Kadang-kadang Terlapor I memberi cash back kepada langganan yang
loyal dan pembeliannya lancar. Cash back-nya bisa berbentuk uang atau
barang, disesuaikan; -----------------------------------------------------------------
69.4.5 Menurut Terlapor I, harga Rp. 70.200,- marginnya kecil; ---------------------
69.4.6 Harga ke end user Rp.73.200,-. Terlapor I langsung mengirim Kemanapun
pokoknya konsumen di daerah manapun, jarak jauh-dekat sama saja,
sudah jadi resiko. Ini merupakan pelayanan;-------------------------------------
69.4.7 Terlapor I menaikkan harga sekitar tahun 2011 pada saat biaya terus naik
dan UMR naik; ----------------------------------------------------------------------
69.4.8 Cara Terlapor I memberi tahu end user mengenai kenaikan harga menjadi
Rp. 73.200,- adalah dengan memberi surat pengantar ke supir jika pembeli
tanya karena di bon bawahnya sudah tertera harga segitu;---------------------
69.4.9 Meskinpun ada agen lain yang menjual Rp. 70.200,-, konsumen tetap
memilih membeli dari Terlapor I mungkin karena konsumen merasa puas
dari pelayanan yang diberikan; -----------------------------------------------------
69.4.10 Menurut Terlapor I, biaya asuransi kesehatan dan kecelakaaan pegawai
termasuk dalam perhitungan cost yang merupakan resiko agen. Pertamina
jual lepas, tidak ikut terlibat dalam resiko apapun.------------------------------
69.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
69.5.1 Menurut Terlapor I, bisnis sebagai agen LPG tidak rugi tapi berat sekali.
dengan margin sekian besar, melibatkan orang begitu banyak, operasional
berat dengan resiko-resiko. Kelihatan jika semua saling bertahan, eksis
dengan cara masing-masing, mengobrol sama-sama untuk bisa bertahan
demi kelangsungan sekian ratus/ribu karyawan; --------------------------------
69.5.2 Latar belakang kesepakatan harga adalah beranjak dari kenaikan UMR
tiap tahun, kenaikan sparepart melambung tidak terkendali, kami sudah
berat dan sudah tidak tahan dengan biaya yang meroket tiap tahunnya naik
sebesar rata-rata 25%. Selama di Pertamina tidak bisa tambah margin,
namun karena merasa rugi saya usul saja kita harus naik Rp. 1.000. Kita
usulkan ke konsumen untuk naik Rp. 2.000. Karena jika tidak maka kita
tidak tahan lagi. Kita usulkan ke Hiswana dan Pertamina namun pada
kenyataannya terbengkalai, disetujui juga tidak. Beranjak dari keinginan
kita ingin menyelamatkan. Pandangan kami polos saja dengan tambahan
Rp.1000 maka tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal. Pada
halaman 216 dari 383
Page 217
S A L I N A N
kenyataannya dagang itu tidak bisa diatur, di forum bisa saja tandatangan
tapi di luar yang terjadi banting-bantingan. Yang harusnya jualan Rp.
71.000, diluaran dijual Rp. 68.000-Rp.69.000. Kenyataannya demikian,
apa yang kita sepakat ternyata tidak sepakat di luaran. Pertamina dan
Hiswana juga tidak menjawab setuju/tidak. ---------------------------------------
69.6 Bahwa terkait dengan perhitungan kenaikan harga LPG oleh Terlapor I, diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
69.6.1 Menurut Terlapor I, banting-banting harga itu hukum dagang. Segala
bisnis pun berlaku demikian. Untuk harga Rp. 68.000, Rp. 69.000, itu
banting harga karena sudah rugi besar; --------------------------------------------
69.6.2 Menanggapi adanya agen yang menjual Rp 68.000-Rp. 69.000 itu sudah
untung, Terlapor I menyatakan itu adalah gross margin. Breakdown pun
sudah saya buat jika mau dilihat. Saya yang suka bilang kepada teman-
teman jika dijual segitu rugi, jual segitu bahaya. Karena sampai tidak ada
lagi untuk gaji direksi, rekreasi, dll.; -----------------------------------------------
69.6.3 Terlapor I mengakui bahwa Terlapor I yang membuat perhitungan
mengenai modal operasional; -------------------------------------------------------
69.6.4 Terlapor I mengakui menguraikan hitung-hitungan dalam sebuah rapat
yang diselenggarakan Hiswana Migas. Terlapor I tidak mempresentasikan,
tapi jika orang minta dan butuh maka Terlapor I siap memberikan filenya;
69.6.5 Perhitungan kenaikan harga sebesar Rp. 1000,- sehingga harga menjadi
Rp. 71.200,-. Penambahan Rp. 1000,- itu adalah untuk menutupi kerugian
cost karena ada kenaikan bensin dan UMR; --------------------------------------
69.6.6 Perhitungan angka Rp 1000,- itu merupakan angka kira-kira berdasarkan
asumsi perhitungan perusahaan Terlapor I bukan untuk menghitung
perusahaan agen lain. Seharusnya perhitungan masing-masing agen ada
yang berbeda; --------------------------------------------------------------------------
69.6.7 Terlapor I akan memberikan perhitungan harga dalam kesepakatan kepada
Majelis Komisi, tapi perlu mencari terlebih dahulu karena Terlapor I selalu
membuat setiap berubah angka bahan bakar, maupun UMR. ------------------
69.7 Bahwa terkait dengan adanya banting-banting harga dan perebutan sub agen
binaan, diperoleh keterangan sebagai berikut: ---------------------------------------------
69.7.1 Terlapor I menyatakan tidak dapat memberikan bukti mengenai adanya
banting-banting harga, hanya mendapat informasi dari sub agen dan
adanya fakta sub agen yang beralih ke agen lain; --------------------------------
69.7.2 Terkait masalah perebutan sub agen dan banting-banting harga, Terlapor I
membuat laporan terus menerus ke Hiswana Migas. Menurut Terlapor I
halaman 217 dari 383
Page 218
S A L I N A N
seharusnya tidak boleh merebut porsi orang lain. Terlapor I juga sudah
menyampaikan ke Pertamina bertubi-tubi untuk tidak boleh rebut lahan
lain yang sudah digarap. Tapi kenyataan di lapangan sudah banyak terjadi; -
69.7.3 Terlapor I menyatakan tidak ikut banting harga karena tidak mau rugi,
untuk itu Terlapor I mengedepankan service excellent; -------------------------
69.7.4 Terlapor I menyatakan banting harga terjadi karena ada disparitas harga
antara LPG 3 Kg dan LPG 12 Kg; --------------------------------------------------
69.7.5 Sub agen binaan Terlapor I pernah direbut oleh agen lain. Terlapor I
kemudian melaporkan hal tersebut ke Pertamina dan Hiswana Migas.
Terlapor I tidak mengetahui tindak lanjut dari Pertamina dan Hiswana
Migas; -----------------------------------------------------------------------------------
69.7.6 Terlapor I tidak merasa merebut sub agen binaan agen lain. -------------------
69.8 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut: ----
69.8.1 Dalam beberapa pertemuan antara lain di Saung Galing dan Panyileukan,
semua agen mengeluh soal harga; --------------------------------------------------
69.8.2 Pada rapat dimana Terlapor I menyampaikan perhitungan terkait biaya
operasional, terdapat banyak anggota Hiswana Migas yang hadir dan kira-
kira seluruhnya setuju dengan kenaikan harga jual LPG; -----------------------
69.8.3 Pada rapat tersebut, selain membahas kenaikan harga jual LPG dalam
kesepakatan, juga membahas agar para agen kompak dan rukun, tidak
perang antar agen; ---------------------------------------------------------------------
69.8.4 Undangan rapat di Hiswana Migas disampaikan melalui Blackberry
Messenger (BBM) oleh petugas dari Hiswana Migas. Rapat tersebut
dipimpin oleh Kabid 12 Kg dan dimoderatori oleh Bu Tetty; ------------------
69.8.5 Pada rapat di Saung Galing, Terlapor I memberi tahu larangan mengenai
pengambilaihan pelanggan yang dibina agen lain berdasarkan surat dari
Pertamina tahun 2004 poin 3 (tiga); ------------------------------------------------
69.8.6 Terlapor I tidak ingat bahwa dalam suatu pertemuan Terlapor XVII
menolak usulan kesepakatan harga karena melanggar Undang-Undang; -----
69.8.7 Pada rapat-rapat, Terlapor I tidak ingat dan tidak memperhatikan siapa
yang mencatat, tetapi biasanya dari Sekretariat Hiswana Migas. --------------
69.9 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor I, diperoleh keterangan sebagai berikut: ------------------------------------------
69.9.1 Atas nama Terlapor I, Bapak Chandra menandatangani surat kesepakatan
harga; -----------------------------------------------------------------------------------
halaman 218 dari 383
Page 219
S A L I N A N
69.9.2 Terlapor I menandatangani kesepakatan tidak jauh dari tanggal 21 Juni
2011; ------------------------------------------------------------------------------------
69.9.3 Terlapor I tidak ingat siapa yang terlebih dahulu menanda-tangani
kesepakatan; ---------------------------------------------------------------------------
69.9.4 Terlapor I tidak memiliki surat kesepakatan yang asli. Terlapor I mendapat
fotocopy kesepakatan harga dari Hiswana Migas;--------------------------------
69.9.5 Terlapor I tidak tahu siapa yang menjadi konseptor surat kesepakatan; ------
69.9.6 Terlapor I menandatangani surat kesepakatan di restoran (bukan di Kantor
Hiswana Migas), tapi tidak ingat pasti dimana, antara di Risol, Saung
Galing atau Panyileukan; ------------------------------------------------------------
69.9.7 Terlapor I mengakui mengkritisi agen yang tidak melaksanakan
kesepakatan. Terlapor I mengetahui ada agen yang melanggar, tapi tidak
bersedia menyebutkan siapa karena tidak punya bukti. -------------------------
69.10 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor I adalah sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
69.10.1 Terlapor I menyatakan kegiatan di Hiswana Migas adalah kumpul,
pendekatan persahabatan, pertemanan. Kadang kita bahas apa yang terbaik
untuk kelangsungan kehidupan karyawan, melakukan inovasi apa dan yang
terbaik untuk konsumen; -------------------------------------------------------------
69.10.2 Menurut Terlapor I, wewenang Hiswana Migas hanya membina, tidak
punya wewenang untuk memaksakan keputusannya ataupun memberkan
sanksi; -----------------------------------------------------------------------------------
69.10.3 Setelah kesepakatan, omzet Terlapor I untuk LPG 12 Kg turun hampir
40%. Terlapor I akan menyerahkan bukti penurunan sebesar 40% tersebut
berupa laporan keuangan tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013. -----------
70. Menimbang bahwa pada tanggal 13 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Terlapor XIV (PT Sawitto Indah Berkah),
yang pada pokoknya Majelis Komisi memperoleh informasi sebagai berikut (vide bukti
B39); ------------------------------------------------------------------------------------------------------
70.1 Bahwa terkait dengan kapasitas pihak yang memberikan keterangan dalam
Pemeriksaan Terlapor XIV PT Sawitto Indah Berkah, diperoleh keterangan sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
70.1.1 Bahwa yang memberikan keterangan dalam Pemeriksaan Terlapor XIV PT
Sawitto Indah Berkah adalah Hari Imbrani, S.E., M.M. yang menjabat
selaku Manajer Operasional PT Sawitto Indah Berkah, yang memperoleh
kuasa dari Direktur Utama yaitu H. Arsyad Mangiri; ---------------------------
halaman 219 dari 383
Page 220
S A L I N A N
70.1.2 Tugas pokok dan fungsi Sdra. Hari Imbrani, S.E., M.M. sebagai Manager
Operasional di Sawitto adalah mengembangkan dan membina pasar yang
ada, dan melakukan hubungan dengan pihak Pertamina dan Hiswana
Migas. -----------------------------------------------------------------------------------
70.2 Bahwa terkait dengan profil perusahaan Terlapor XIV diperoleh keterangan
sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------------
70.2.1 Terlapor XIV didirikan pada tanggal 26 Januari 2004 di Sumedang (Akta
Notaris dan Ijin Menkumham sebagaimana akan diserahkan). Pendiri
perusahaan: Etty Berniati, Yulia, Wawang, Hari; --------------------------------
70.2.2 Terlapor XIV bergerak dalam bidang usaha LPG produk 12 Kg dan 50 Kg.
Karyawan Terlapor XIV berjumlah 10 (sepuluh) orang dan jumlah
kendaraan 4 (empat) unit. ------------------------------------------------------------
70.3 Bahwa terkait kuota dan wilayah pemasaran LPG 12 Kg oleh Terlapor XIV
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
70.3.1 Terlapor XIV hanya bisnis LPG dan tidak memiliki bisnis lain. Tahun
2004, kuota Terlapor XIV adalah sebesar 9.000 (Sembilan ribu)
tabung/bulan sementara pada tahun 2005-2008 kuota Terlapor XIV adalah
sebesar 25.000 (dua puluh lima ribu) tabung/bulan. Kuota Terlapor XIV
cukup besar karena belum ada konversi minyak tanah ke LPG 3 Kg.
Setelah ada konversi minyak tanah semakin lama omset Terlapor XIV
tergerus sampai 17.000 (tujuh belas ribu) tabung/bulan. Selain itu,
turunnya omset Terlapor XIV karena ada faktor lain yaitu persaingan antar
agen. Faktor ini terjadi karena kebijakan Pertamina yang menambah agen
sehingga mengakibatkan omzet penjualan yang ada harus terbagi.
Penambahan agen membawa konsekuensi penambahan kuota penjualan
LPG yang harus dijual oleh para agen kepada konsumen, sedangkan
konsumennya tetap. Tingkat permintaan tidak seimbang dengan
penawaran. Penawaran lebih banyak karena penambahan kuota agen baru; -
70.3.2 Wilayah pemasaran Terlapor XIV adalah hanya di Sumedang. Pemasaran
LPG di Sumedang lebih sulit dibandingkan di Bandung karena adanya
bahan bakar alternatif selain LPG, yaitu kayu bakar dan arang; ---------------
70.3.3 Target untuk menghabiskan kuota LPG harian (target alokasi harian)
adalah sejak Oktober 2011. Jadi jika stok LPG masih banyak, maka
diakumulasi untuk bulan depan; ----------------------------------------------------
70.3.4 Terdapat dua agen LPG 12 Kg di Sumedang yaitu Terlapor XIV dan Sinar
Bhakti Abadi; --------------------------------------------------------------------------
halaman 220 dari 383
Page 221
S A L I N A N
70.3.5 Kondisi persaingan LPG 12 Kg di Sumedang dimana masyarakat
Sumedang belum banyak yang menggunakan LPG, masih banyak yang
menggunakan kayu bakar. Berarti masih terbuka pasar LPG di Sumedang,
tapi untuk LPG 3 Kg; -----------------------------------------------------------------
70.3.6 Jumlah sales point Terlapor XIV ada 128 (seratus dua puluh delapan).
Daftar sales point tersebut diserahkan kepada Pertamina sebagai alat
kontrol Pertamina. Pertamina meminta daftar sales point sejak diterapkan
alokasi harian yaitu Oktober 2011. Laporan tersebut langsung disampaikan
ke Pertamina tanpa melalui Hiswana Migas; -------------------------------------
70.3.7 Terlapor XIV mengambil LPG 12 Kg dari SPBE di Bandung yaitu Putra
Mas dan Gasindo dan jaraknya dari gudang masing-masing sekitar 35 (tiga
puluh lima) km;------------------------------------------------------------------------
70.3.8 Mekanisme pemasaran LPG 12 Kg yang dilakukan oleh Terlapor XIV
adalah dengan drop semua ke toko. Di Sumedang, ada beberapa toko yang
beli di gudang juga; -------------------------------------------------------------------
70.3.9 Kuota yang diperoleh Sawitto untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 sangat
bervariasi. Mulai dari 18.000 (delapan belas ribu), 17.000 (tujuh belas
ribu) dan 16.000 (enam belas ribu) tabung/bulan. Untuk bulan terakhir,
Terlapor XIV hanya bisa jual 12.000 (dua belas ribu) tabung/bulan pada
Januari 2015. Turunnya kuota disebabkan adanya LPG 3 Kg yang
mempengaruhi penjualan Terlapor XIV. Tapi pada saat ada regulasi home
industry tidak boleh menggunakan LPG 3 Kg, mereka kembali beralih ke
LPG 12 Kg; ----------------------------------------------------------------------------
70.3.10 Kuota untuk LPG 50 Kg adalah 100 (seratus) tabung/bulan sekitar tahun
2010; ------------------------------------------------------------------------------------
70.3.11 Metode penjualan melalui sales point terjauh Terlapor XIV yang ada di
daerah Tomo dan Wado adalah dengan menggunakan mobil besar, tapi
untuk ke komplek, Terlapor XIV tetap menggunakan mobil kecil. Jarak
dari SPPBE ke gudang Terlapor XIV adalah 35 (tiga puluh lima) km, dari
gudang Terlapor XIV ke Tomo itu sampai 35 (tiga puluh lima) km, jadi
jarak tempuh sampai 70 (tujuh puluh) km; ----------------------------------------
70.3.12 Terlapor XIV tidak banyak menjual langsung LPG di gudang bahkan tidak
ada LPG yang langsung dikirim ke end user. LPG lebih banyak dijual ke
sales point; -----------------------------------------------------------------------------
70.3.13 Kuota per bulan untuk tabung 12 Kg berkisar 18.000 (delapan belas ribu)
tabung, 17.000 (tujuh belas ribu) tabung, 16.000 (enam belas ribu) tabung.
halaman 221 dari 383
Page 222
S A L I N A N
Rata-rata 17.500 (tujuh belas ribu lima ratus) tabung/bulan. Kuota untuk
tabung 50 Kg hanya 100 (seratus) tabung/bulan; ---------------------------------
70.3.14 Terlapor X menyatakan berdasarkan Surat Pernyataan dari Setda
Kabupaten Sumedang, Terlapor XIV tidak diketahui sebagai agen LPG 12
Kg di wilayah Sumedang. Untuk itu Terlapor XIV menyatakan memiliki
dokumen Akta Notaris dan pengesahan dari Menkumham mengenai
pendirian perusahaan dan surat-surat perijinan lainnya yang menunjukkan
keabsahan perusahaan; ---------------------------------------------------------------
70.3.15 Jarak dari gudang Terlapor XIV ke SPBE adalah 35 (tiga puluh lima) km
satu kali jalan. Untuk suplai mobil kecil, dari gudang ke SPBE kemudian
drop ke pelanggan, kemudian ke SPBE lagi dan drop lagi ke pelanggan; ----
70.3.16 Total jarak antara dari gudang ke SPBE kemudian ke Tomo adalah 90
(sembilan puluh) km (pergi pulang & keadaan jalan lancar).
Mekanismenya adalah dari gudang, ambil ke SPBE kemudian di antar ke
Tomo; -----------------------------------------------------------------------------------
70.3.17 Dalam Surat Edaran Pertamina disebutkan harga jual agen ke konsumen
Rp. 70.200,-. Tapi ada harga jual ex-agen ke konsumen dan ada juga harga
jual agen ke konsumen di luar 60 (enam puluh) km. Terlapor XIV
memahami, harga jual agen itu adalah harga ex-gudang. Jika jaraknya
lebih dari 60 (enam puluh) km dari gudang ke SPBE, maka Terlapor XIV
punya kewenangan untuk menambah biaya transport sebesar Rp. 3000,-
sehingga menjadi Rp. 73.200,-. Tapi karena jarak gudang Terlapor XIV ke
SPBE hanya 35 (tiga puluh lima) km, maka Terlapor XIV tidak dapat
menambahkan biaya transport. Tidak ada aturan yang menjelaskan
mengenai definisi mengenai harga jual LPG dalam Surat Edaran Pertamina
tersebut sehingga menjadi multi tafsir. Namun jika kita yang sudah biasa
jual beli gas, maka harga yang diatur oleh Pertamina adalah harga ex agen
di gudang. Kita beli putus di SPBE. Pertamina tidak mengatur harga
sampai ke tangan konsumen. --------------------------------------------------------
70.4 Bahwa terkait dengan harga jual LPG 12 Kg oleh Terlapor XIV, diperoleh
keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------
70.4.1 Harga jual ke sales point adalah Rp. 68.000,- sampai dengan Rp. 69.000,-
untuk dijual kembali kepada konsumen. Kalo Terlapor XIV jual di harga
Rp. 70.200, harga jual ke konsumen akan tinggi. Terlapor XIV
menerapkan perbedaan harga jual ke konsumen sejak sekitar tahun 2010-
2011. Terlapor XIV juga membedakan harga jual di gudang dan harga jual
diantar ke sales point; ----------------------------------------------------------------
halaman 222 dari 383
Page 223
S A L I N A N
70.4.2 Untuk harga di bawah Rp. 70.200,- Terlapor XIV masih mendapatkan
untung dengan cara menekan biaya yaitu melakukan efisiensi sumber daya
manusia. Di kantor Terlapor XIV hanya ada 2 (dua) orang pegawai dan
menggunakan software myobi. Terlapor XIV juga mengefisienkan jalur
pengantaran yatu Jatinangor-Tanjung Sari (dari Putra Mas) dan Wilayah
Sumedang (dari Gasiondo). Dengan demikian Terlapor XIV efisien dari
segi bahan bakar. Untuk mobil, Terlapor XIV paksakan agar bisa sampai 3
(tiga) rit. 1 (satu) rit truk engkel isi 100 (seratus) tabung. Terlapor XIV
juga melakukan diferensiasi harga dan penghematan biaya; -------------------
70.4.3 Terlapor XIV menjelaskan mengenai harga jual untuk LPG 12 Kg dimana
Terlapor XIV mengambil dari SPBE dengan harga Rp. 64.300,. Terlapor
XIV mengambil margin sebesar Rp. 5000,- sampai Rp. 6000,-. Untuk toko
yang produktif Terlapor XIV jual dengan harga Rp. 69.000, lebih murah
dibandingkan dengan toko yang perputarannya lebih lambat; -----------------
70.4.4 Terlapor XIV menjelaskan mengenai harga jual untuk tabung 50 (lima
puluh) tahun 2011-2013 Kg adalah sebesar Rp. 367.750,-; ---------------------
70.4.5 Terlapor XIV tidak menjual ke konsumen langsung yang ada di
perumahan walaupun ada ibu rumah tangga yang menyetop mobil Terlapor
XIV. Hal tersebut dikarenakan di perumahan tersebut, Terlapor XIV punya
toko-toko yang menjual LPG dari Terlapor XIV. Jika Terlapor XIV jual
langsung ke konsumen, maka Terlapor XIV akan mencederai toko-toko
yang ada di perumahan tersebut. Terlapor XIV melarang supirnya untuk
menjual langsung ke konsumen; ----------------------------------------------------
70.4.6 Pihak yang memiliki otoritas untuk menentukan harga jual di Terlapor
XIV adalah manajemen. Biasanya Sdra. Hari Imbrani, S.E., M.M.
negosiasi dulu dengan toko atau sales point. Untuk harga di bawah Rp.
70.200,-, maka Sdra. Hari Imbrani, S.E., M.M. akan membicarakan dulu
dengan manajemen untuk selanjutnya manajemen yang memutuskan harga
jualnya berapa; ------------------------------------------------------------------------
70.4.7 Untuk sales point dengan jarak terjauh, Terlapor XIV menjual dengan
harga Rp. 70.200,-. Adapun variasi harga jual Terlapor XIV ke sales point
adalah Rp. 68.000,-, Rp. 69.000, Rp. 70.000, Rp. 70.200, Rp. 71.200
(Wado, Tomo). Terlapor XIV belum sampai ke harga Rp. 72.000,-
Penentuan harga tersebut berdasarkan jarak, daya serap dan upaya toko
untuk maintain pelanggan (misalnya punya motor untuk mengantarkan
LPG); -----------------------------------------------------------------------------------
halaman 223 dari 383
Page 224
S A L I N A N
70.4.8 Harga jual ke sales point untuk tabung 50 Kg adalah Rp. 367.750,- dan
tidak ada variasi harga; ---------------------------------------------------------------
70.4.9 Terlapor XIV mengetahui harga jual yang direkomendasikan Pertamina
adaah Rp. 70.200 dan bersifat mengikat. Praktek adanya 5 (lima) varian
harga dikarenakan Terlapor XIV menggunakan Asumsi mengikat itu
dimana Terlapor XIV harus membayar ke Pertamina sesuai dengan harga
dari Pertamina. Namun Terlapor XIV memiliki priviledge untuk
menentukan harga jual ke sales point atau toko, tergantung dari daya serap
toko; -------------------------------------------------------------------------------------
70.4.10 Untuk menjawab pertanyaan mengenai aturan yang memberikan
kewenangan kepada perusahaan untuk menentukan varian harga, Terlapor
XIV menyatakan dalam praktek bisnis haruslah mempertimbangkan
tingkat keekonomisan mitra. Kalau ada beberapa toko yang serius untuk
mengembangkan LPG ini, maka Terlapor XIV memberikan insentif berupa
harga yang lebih murah; -------------------------------------------------------------
70.4.11 Terlapor XIV memahami harga Rp. 70.200,- adalah harga jual ex agen
walaupun yang tertulis di Surat Edaran Pertamina Rp. 70.200,- adalah
harga jual untuk konsumen; ---------------------------------------------------------
70.4.12 Terlapor XIV mengetahui antara Terlapor XIV dengan Pertamina terikat
dengan Perjanjian Keagenan. Terlapor XIV kemudian menyatakan tidak
pernah ada sanksi yang pernah dijatuhkan oleh Pertamina jika melanggar
ketentuan harga; -----------------------------------------------------------------------
70.4.13 Terlapor XIV menyatakan harga yang diatur oleh Pertamina untuk agen
adalah harga ex gudang; -------------------------------------------------------------
70.4.14 Terlapor XIV ternyata tidak melaksanakan kesepakatan harga yang
ditanda-tangani sebagaimana telah dijelaskan bahwa terdapat 5 (lima)
varian harga yaitu Rp. 68.000, Rp. 69.000, Rp. 70.000, Rp. 71.200; ---------
70.4.15 Terlapor XIV memiliki privilege untuk menetapkan harga di bawah Rp.
70.200, karena menurut penafsiran Terlapor XIV harga Rp. 70.200,- itu
merupakan harga batas atas. Terlapor XIV juga bisa menjual di bawah
harga Rp. 70.200,- sepanjang tidak di bawah harga tebus ke Pertamina,
agar tidak melakukan predatory pricing; ------------------------------------------
70.4.16 Terlapor XIV membayar ke Pertamina sesuai dengan harga tebus; -----------
70.4.17 Terlapor XIV tidak bermaksud untuk menjual di bawah harga yang
ditetapkan oleh Pertamina sebagai strategi untuk mendapatkan tambahan
pelanggan. Terlapor XIV menjual dengan harga Rp. 68.000,- dan Rp.
69.000,- itu untuk pelanggan yang produktif dan punya motoris. Untuk
halaman 224 dari 383
Page 225
S A L I N A N
pelanggan yang hanya beli 5 (lima) tabung, Terlapor XIV jual dengan
harga Rp. 70.200. Sedangkan untuk pelanggan yang jauh di Wajo dan
Tomo ditambah biaya transportasi; -------------------------------------------------
70.4.18 Maksud strategi Terlapor XIV menjual harga yang lebih murah dari harga
yang ditentukan oleh Pertamina adalah untuk meningkatkan penjualan
sales agen Terlapor XIV. Jika sales agen Terlapor XIV dapat menjual
dengan harga lebih murah kepada end user, maka dapat meningkatkan
volume penjualan Terlapor XIV juga. Jadi Terlapor XIV meningkatkan
pembelian dari end user yang membeli melalui pelanggan/toko/sales point
Terlapor XIV. --------------------------------------------------------------------------
70.5 Bahwa terkait latar belakang munculnya kesepakatan harga penjualan LPG 12 Kg,
diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------------------------
70.5.1 Proses penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga pada 21 Juni 2011
adalah akumulasi dari persaingan dengan adanya banting-banting harga
antar agen. Pertemuan-pertemuan di The Risoles, Saung Galing, Riung
Panyileukan Cibeunying itu mendiskusikan mengenai adanya persaingan
harga tersebut. Pertemuan-pertemuan itu diharapkan agar agen-agen tidak
saling merebut pelanggan yang sudah ada. Selain itu juga ada kenaikan
BBM dan kenaikan UMR. Kesepakatan ini sifatnya adalah himbauan yang
bersifat moril agar para agen tidak saling membanting harga, tidak
memberikan diskon, tidak memberi pinjaman tabung; --------------------------
70.5.2 Seluruh anggota Hiswana Migas menyepakati kenaikan harga jual LPG
dan tidak ada yang menolak usulan tersebut. Anggota Hiswana Migas juga
menyepakati agar para agen tidak saling merebut pelanggan dan ada
larangan memberikan diskon dalam bentuk seperti memberikan hadiah
seperti magic jar dan juga pinjaman tabung; -------------------------------------
70.5.3 Terdapat larangan dari Pertamina bagi agen untuk menjual di atas harga
yang direkomendasikan oleh Pertamina. Ada juga aturan mengenai sanksi
jika melanggar ketentuan mengenai harga dengan Kategori sanksi A, B, C,
dan D, sampai pemutusan hubungan usaha;---------------------------------------
70.5.4 Terlapor XIV mempunyai pengalaman ada agen lain yang mengambil
pelanggan Terlapor XIV yaitu di gunung kunci ada 1 sales point yang
diambil oleh Sinar Bhakti. Tapi pelanggan Sinar Bhakti juga ada yang
pindah ke Terlapor XIV. Ketika pelanggan Terlapor XIV diambil oleh
Sinar Bhakti, Terlapor XIV tidak melakukan protes langsung ke Sinar
Bhakti atau ke Pertamina karena Terlapor XIV melihat hal tersebut
merupakan hal yang alami. Terlapor XIV berusaha untuk membina
halaman 225 dari 383
Page 226
S A L I N A N
pelanggan dengan memberikan insentif kepada pelanggan yang aktif.
Terlapor XIV belum pernah mencoba melaporkan agen lain yang
mengambil pelanggan Terlapor XIV. Ada 3 (tiga) sales point pelanggan
Sinar Bhakti yang diambil oleh Terlapor XIV. Penyebab peralihan sales
point tersebut adalah Sales point Terlapor XIV beralih ke Sinar Bhakti
karena harganya lebih murah, selisihnya sampai Rp 500,-. Sales point
Sinar Bhakti pindah ke Terlapor XIV karena kontinuitas barang yang
selalu ada. ------------------------------------------------------------------------------
70.6 Bahwa terkait dengan rapat-rapat yang membahas rencana kesepakatan harga oleh
para anggota Hiswana Migas LPG 12 Kg, diperoleh keterangan sebagai berikut:
70.6.1 Rencana kenaikan harga telah dibicarakan berulang-ulang. Terlapor XIV
mengkonfirmasikan adanya rapat di Saung Galing yang dipimpin oleh
Ketua Bidang LPG 12 Kg yang dimoderatori oleh Ibu Tety, dan ada
perhitungan harga dari PT Limas Raga Inti, terdapat agenda untuk
meminta kenaikan harga untuk meningkatkan margin para agen. Terlapor
XIV menambahkan, saat itu juga ada agenda memperkenalkan agen baru
yaitu PT Api Gas Nasional (Pak Indra). Dalam pertemuan tersebut ada Pak
Dwi Manoveri (Pertamina) dan Pak Indra sebagai agen baru. Hal-hal yang
dibahas adalah selalu terkait persaingan dan peningkatan margin; ------------
70.6.2 Terlapor XVII menyatakan pertemuan di Saung Galing belum
membicarakan mengenai kenaikan harga, tapi baru pada pertemuan
selanjutnya. Untuk itu Terlapor XIV menyatakan pertemuan tersebut
esensinya adalah untuk memperkenalkan Pak Indra sebagai agen baru,
kemudian kita berdiskusi untuk mengajukan kenaikan margin kepada Pak
Manoveri; ------------------------------------------------------------------------------
70.6.3 Terlapor XIV mengkonfirmasikan bahwa melihat adanya perdebatan
antara Terlapor XVII dengan Pak Chandra dimana Terlapor XVII
menyatakan bahwa kesepakatan ini melanggar Undang-Undang. Terlapor
XIV ingat Terlapor XVII pernah mengingatkan kita di Riung Panyileukan
bahwa perjanjian ini melanggar Undang-Undang. Tapi Terlapor XIV tidak
ingat pertemuan tersebut terjadi sebelum atau sesudah penanda-tanganan
kesepakatan; ---------------------------------------------------------------------------
70.6.4 Terlapor XIV mengkonfirmasikan bahwa pada pertemuan di Riung
Panyileukan Cibeunying, Terlapor XVII menolak menuangkan
kesepakatan tersebut ke dalam kertas, lantas Terlapor XVII marah dan
keluar dari rapat. Akan tetapi Terlapor XIV tidak ingat apakah kejadian
tersebut terjadi sebelum atau sesudah penandatangan kesepakatan; -----------
halaman 226 dari 383
Page 227
S A L I N A N
70.6.5 Untuk menjawab pertanyaan Terlapor XVII apakah Terlapor XIV
mengetahui adanya pertemuan dimana Terlapor XVII berdebat dengan Pak
Chandra, Terlapor XIV menyatakan yang diingat adalah pertemuan
dimana diskusi Pak Chandra complaint terhadap Terlapor XVII yang
mengambil alih pelanggan Pak chandra oleh Terlapor XVII; ------------------
70.6.6 Sesuai penjelasan Terlapor XIV yang menyatakan kesepakatan tersebut
merupakan akumulasi dari pertemuan-pertemuan yang membahas
mengenai persaingan harga maka ternyata Terlapor XIV selalu hadir dalam
pertemuan-pertemuan tersebut karena itu adalah rapat DPC Bandung-
Sumedang. Terlapor XIV lupa intensitas rapatnya berapa kali sebulan.
Setiap kali pertemuan selalu membicarakan mengenai persaingan harga,
pengambilan konsumen dan kenaikan margin. Hal-hal tersebut sudah
dibicarakan sejak tahun 2010; -------------------------------------------------------
70.6.7 Tempat yang selalu disebutkan untuk membahas kenaikan harga yaitu
Saung Galing, Hiswana Migas, dan Riung Panyileukan Cibeunying serta di
the Risoles di Jalan Ciliwung. Kita kumpul-kumpul bersilahturahmi
membahas mengenai masalah perebutan pasar. Kalau ada agen-agen yang
saling berebutan, kita pertemukan dan bersilaturahmi. Biasanya setelah
pertemuan, agen berubah perilakunya. Tapi kadang, mereka kembali
berebutan konsumen. -----------------------------------------------------------------
70.7 Bahwa terkait dengan penanda-tanganan perjanjian kesepakatan harga oleh
Terlapor XIV, diperoleh keterangan sebagai berikut: --------------------------------------
70.7.1 Terlapor XIV menanda-tangani Surat Kesepakatan Harga di Hiswana
Migas. Terlapor XIV ditelepon oleh Pak Memet untuk menanda-tangani
Surat Perjanjian Kesepakatan Harga di Hiswana Migas. Seingat Terlapor
XIV surat tersebut sudah ada di Hiswana Migas. Kemungkinan surat ini
dibuat oleh Sekretariat Hiswana Migas; -------------------------------------------
70.7.2 Terlapor XIV tidak ingat apakah sudah ada agen lain yang
menandatangani Surat Kesepakatan pada saat Terlapor XIV tanda-tangan; -
70.7.3 Pada saat menandatangani Surat Kesepakatan tersebut, Terlapor XIV tidak
mengalami paksaan atau berada di bawah tekanan karena Terlapor XIV
terus mengikuti prosesnya; ----------------------------------------------------------
70.7.4 Terlapor XIV tidak menerima copy surat tersebut dari pengurus Hiswana
Migas melainkan dari Investigator. Terlapor VIII menambahkan sampai
saat ini Terlapor VIII tidak mengetahui siapa konseptor surat tersebut,
bahkan Surat Aslinya pun tidak diketahui; ----------------------------------------
halaman 227 dari 383
Page 228
S A L I N A N
70.7.5 Terlapor XIV menyatakan maksud dari kesepakatan ini adalah akumulasi
dari adanya persaingan harga dan kecilnya margin yang diperoleh agen.
Surat tersebut dibuat untuk ditujukan ke Pertamina, untuk mendapatkan
persetujuan dari Pertamina. Jika Pertamina sudah tanda-tangan, maka agen
akan yakin untuk menjalankannya; -------------------------------------------------
70.7.6 Keterangan para Terlapor dari awal pemeriksaan sampai akhir menyatakan
tidak ada yang mematuhi kesepakatan ini karena harga yang dijual di
lapangan ternyata bervariasi. Perkembangan kesepakatan ini setelah
penandatanganan adalah Terlapor XIV menjual dengan perhitungan harga
seperti biasa saja. Terlapor XIV menunggu sampai ada keputusan
mengenai kesepakatan tersebut; ----------------------------------------------------
70.7.7 Terlapor XIV tidak tahu apakah sampai saat ini masih ada terjadi banting-
banting harga dan pengambil-alihan konsumen; ---------------------------------
70.7.8 Sesuai penjelasan Terlapor XIV yang menyatakan kesepakatan tersebut
merupakan akumulasi dari pertemuan-pertemuan yang membahas
mengenai persaingan harga maka ternyata Terlapor XIV selalu hadir dalam
pertemuan-pertemuan tersebut karena itu adalah rapat DPC Bandung-
Sumedang. Terlapor XIV lupa intensitas rapatnya berapa kali sebulan.
Setiap kali pertemuan selalu membicarakan mengenai persaingan harga,
pengambilan konsumen dan kenaikan margin. Hal-hal tersebut sudah
dibicarakan sejak tahun 2010; -------------------------------------------------------
70.7.9 Terlapor XIV terakhir kali melihat dokumen surat kesepakatan harga
tesebut pada saat investigator KPPU datang ke kantor Terlapor XIV dan
menunjukkan adanya surat kesepakatan harga tersebut; ------------------------
70.7.10 Terlapor XIV mengakui membaca Surat Kesepakatan Harga tersebut
terlebih dahulu sebelum menandatanganinya; ------------------------------------
70.7.11 Terlapor XIV juga mengakui isi dokumen yang ditanda-tangani tersebut
sudah sesuai dengan maksud kesepakatan yang sudah sering dibicarakan
pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Terlapor XIV menambahkan
berdasarkan akumulasi dari pertemuan-pertemuan itu, menurut Terlapor
XIV dokumen tersebut masih merupakan usulan yang masih perlu
disetujui oleh Pertamina; -------------------------------------------------------------
70.7.12 Secara internal, anggota Hiswana Migas memang telah membuat
kesepakatan untuk menaikkan harga; ----------------------------------------------
70.7.13 Setelah sekian lama Terlapor XIV tidak melihat dokumen tersebut,
ternyata Terlapor XIV masih yakin bahwa dokumen tersebut sesuai dengan
aslinya sebagaimana yang Terlapor XIV tanda-tangani; ------------------------
halaman 228 dari 383
Page 229
S A L I N A N
70.7.14 Terlapor XIV menyatakan dokumen kesepakatan harga tersebut adalah
dimaksudkan untuk minta ijin ke Pertamina; -------------------------------------
70.7.15 Dalam Surat Perjanjian Keagenan dengan Pertamina diatur bahwa harga
jual Elpiji ditetapkan oleh Pertamina. Dengan demikian, kesepakatan harga
yang dibuat oleh anggota Hiswana Migas itu salah. Jika mau merubah
harga dari Rp. 70.200,- ke Rp. 71.200, Pertamina adalah pihak yang
berwenang; -----------------------------------------------------------------------------
70.7.16 Terlapor XIV mengkonfirmasikan bahwa dalam Perjanjian Keagenan (ayat
3) juga melarang agen untuk menetapkan harga jual ke konsumen; Sebagai
tambahan informasi, Terlapor XIV menyerahkan Perjanjian Keagenan
tahun 2010 dan 2014. Pertamina tidak memberikan sanksi bagi yang
melanggar Perjanjian Keagenan pada tahun 2010. Sanksi baru ada pada
lampiran Perjanjian Keagenan tahun 2014; ---------------------------------------
70.7.17 Terlapor XIV menandatangani kesepakatan tersebut sebagai harapan
bersama. Yang kedua, hal ini merupakan solidaritas sesama agen.
Sebenarnya jika Terlapor XIV tidak tanda-tangan, juga tidak apa-apa. -------
70.8 Bahwa hal-hal lain yang disampaikan dalam pemeriksaan Terlapor XIV adalah
semula produk LPG ini merupakan produk monopoli, dalam perkembangannya
menjadi produk yang bersifat monopolistik karena adanya persaingan antar agen.
Mungkin pada tahun-tahun mendatang, produk ini dapat berkembang menjadi
produk pada persaingan sempurna seiring dengan permintaannya yang semakin
elastis. ---------------------------------------------------------------------------------------------
71. Menimbang bahwa pada tanggal 13 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Alat Bukti berupa Surat dan atau Dokumen
(vide bukti B40);-----------------------------------------------------------------------------------------
72. Menimbang bahwa pada tanggal 18 Februari 2015, Majelis Komisi melaksanakan Sidang
Majelis Komisi dengan agenda Penyerahan Kesimpulan Hasil Persidangan yang diajukan
baik dari pihak Investigator maupun pihak Terlapor (vide bukti B41); -------------------------
73. Menimbang bahwa Investigator menyerahkan Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada
pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide bukti I6): ---------------------------------------
73.1 Bahwa obyek perkara a quo adalah penjualan elpiji (LPG) kemasan tabung isi 12
Kg dan tabung isi 50 Kg serta penjualan menggunakan bulk LPG dengan wilayah
pemasaran di Bandung dan Sumedang kurun waktu 21 Juni 2011 sampai dengan 15
Desember 2013; ---------------------------------------------------------------------------------
73.2 Bahwa dugaan pelanggaran perkara a quo adalah Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat (“UU No. 5 Tahun 1999”); -------------------------------------------------------------
halaman 229 dari 383
Page 230
S A L I N A N
73.3 Bahwa Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan gas hidrokarbon produksi dari
kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propane (C3H8) dan
butane (C4H10); ---------------------------------------------------------------------------------
73.4 Bahwa berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, LPG adalah gas
hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan,
pengangkutan, dan penanganannya yang pada dasarnya terdiri atas propana,
butana, atau campuran keduanya; -------------------------------------------------------------
73.5 Bahwa LPG digunakan terutama sebagai bahan bakar untuk memasak, konsumen
LPG bervariasi, mulai dari rumah tangga, kalangan komersial (restoran, hotel)
hingga industri. Di kalangan industri, LPG digunakan sebagai bahan bakar pada
industri makanan, keramik, gelas serta bahan bakar forklift. Selain itu, LPG juga
dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri aerosol serta refrigerant ramah
lingkungan; ---------------------------------------------------------------------------------------
73.6 Bahwa sejak 1968, Unit Gas Domestik PT Pertamina (Persero) menyediakan LPG
sebagai bahan baku dan bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, komersial dan
industri dengan menggunakan brand "Elpiji". Disamping LPG, sejak tahun 1987
Unit Gas Domestik juga telah mensuplai bahan bakar gas dengan menggunakan
CNG (Compressed Natural Gas), dibawah brand "BBG". "Musicool", hidrokarbon
refrigerant yang ramah lingkungan, yang telah diluncurkan pada tahun 2004; --------
73.7 Bahwa untuk mempermudah mobilisasi dan distribusi, LPG secara umum dikemas
dalam bentuk tabung dengan isi 3 Kg, 12 Kg, 50 Kg atau dalam bentuk curah
(bulk); ---------------------------------------------------------------------------------------------
73.8 Bahwa dari sisi regulasi subsidi dikenal dua jenis LPG yaitu LPG Tertentu dan
LPG Umum. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26
Tahun 2009 Tentang Penyediaan dan Pendistribusian liquefied petroleum gas
menjelaskan LPG Tertentu adalah LPG yang merupakan bahan bakar yang
mempunyai kekhususan karena kondisi tertentu seperti pengguna/ penggunaannya,
kemasannya, volume dan atau harganya yang masih harus diberikan subsidi.
Sementara LPG Umum adalah LPG yang merupakan bahan bakar yang pengguna/
penggunaannya, kemasannya, volume dan harganya tidak diberikan subsidi); --------
73.9 Bahwa berdasarkan Pasal 5 Undang-undang No 22 Tahun 2011 tentang Minyak
dan Gas Bumi diketahui yang termasuk dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas adalah kegiatan yang mencakup eksplorasi dan Eksploitasi. Sementara
Kegiatan Usaha Hilir mencakup pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan
Niaga; ---------------------------------------------------------------------------------------------
halaman 230 dari 383
Page 231
S A L I N A N
73.10 Bahwa Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1
Undang-undang No 22 Tahun 2011 tentang Minyak dan Gas Bumi dilaksanakan
dan dikendalikan melalui Kontrak Kerja Sama. Kontrak Kerja Sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit memuat persyaratan: a. kepemilikan
sumber daya alam tetap di tangan Pemerintah sampai pada titik penyerahan, b.
pengendalian manajemen operasi berada pada Badan Pelaksana, c. modal dan
risiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap; -----------------
73.11 Bahwa Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 2
Undang-undang No 22 Tahun 2011 tentang Minyak dan Gas Bumi dilaksanakan
dengan Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 20. Kegiatan
Usaha Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 2 diselenggarakan melalui
mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan; ------------------------
73.12 Bahwa Kegiatan Usaha Hulu dan Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 angka 1 dan angka 2 dapat dilaksanakan oleh: a. badan usaha milik
negara; b. badan usaha milik daerah; c. koperasi; usaha kecil; d. badan usaha
swasta; --------------------------------------------------------------------------------------------
73.13 Bahwa berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, Kegiatan Usaha
Hilir dilaksanakan oleh Badan Usaha yang telah memiliki Izin Usaha yang
dikeluarkan oleh Menteri dan diselenggarakan melalui mekanisme persaingan
usaha yang wajar, sehat, dan transparan. ----------------------------------------------------
73.14 Bahwa terkait dengan penyaluran LPG diatur dalam Pasal 48 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak
dan Gas Bumi. Ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Usaha pemegang Izin Usaha
Niaga Umum (Wholesale) dalam menyalurkan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar
Gas dan LPG untuk pengguna skala kecil, pelanggan kecil, transportasi dan rumah
tangga wajib menyalurkannya melalui penyalur yang ditunjuk Badan Usaha
melalui seleksi. Penunjukan penyalur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
mengutamakan koperasi, usaha kecil dan/atau badan usaha swasta nasional yang
terintegrasi dengan Badan Usaha berdasarkan perjanjian kerjasama. ------------------
73.15 Bahwa Penyalur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 48 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha
Hilir Minyak dan Gas Bumi, hanya dapat memasarkan Bahan Bakar Minyak,
Bahan Bakar Gas dan LPG dengan merek dagang yang digunakan atau dimiliki
Badan Usaha pemegang Izin Usaha Niaga Umum (Wholesale). ------------------------
73.16 Bahwa Penyalur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 48 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha
halaman 231 dari 383
Page 232
S A L I N A N
Hilir Minyak dan Gas Bumi, wajib memiliki perizinan sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. Badan Usaha pemegang Izin Usaha Niaga
Umum (Wholesale) bertanggung jawab atas standar dan mutu sampai ke tingkat
penyalur. Badan Usaha wajib menyampaikan laporan kepada Menteri dan Badan
Pengatur mengenai penunjukan penyalur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3); ---------------------------------------------------------------------------
73.17 Bahwa sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan
usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu
Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri
meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak
dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina
juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang
terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane (CBM).
Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi
baik secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra
kerja yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical
Assistance Contract (TAC), Indonesia Participating/Pertamina Participating
Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB). ------------------------------------
73.18 Bahwa sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah,
pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis
perkapalan terkait untuk pendistribusian produk Perusahaan. Kegiatan pengolahan
terdiri dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V (Balikpapan),
RU VI (Balongan) dan RU VII (Sorong). ---------------------------------------------------
73.19 Bahwa Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit
Kilang LNG Bontang (Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan
meliputi bahan bakar minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar,
minyak diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied
Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene,
Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya; ---------------------------------------------
73.20 Bahwa pola penyaluran/ distribusi LPG kemasan tabung isi 12 Kg, 50 Kg dan bulk
secara keseluruhan adalah sebagai berikut: --------------------------------------------------
Pola Penyaluran/ Distribusi LPG Kemasan Tabung Isi 12Kg, 50Kg dan Bulk
halaman 232 dari 383
Page 233
S A L I N A N
73.21 Bahwa Jalur distribusi LPG berawal dari kilang Pertamina, Kilang Swasta maupun
yang berasal dari luar negeri (Impor). Seluruh pasokan LPG tersebut dikumpulkan
di satu tempat yang biasa disebut Depot LPG. Dari Depot LPG tersebut, LPG
didistribusikan ke SPPBE dan SPPEK atau langsung ke modern outlet. SPPBE
(Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) adalah filling plant yaitu unit
untuk mengangkut, mengisi dan menyalurkan LPG baik dalam bentuk tabung
maupun curah kepada Agen. SPPBE akan menerima biaya pengisian (filling fee)
dan biaya transportasi (transportation fee) untuk setiap LPG yang diisikan.
Sementara SPPEK (Stasiun Pengisian dan Pengiriman LPG Khusus) merupakan
mini filling plant yang terletak di remote area. SPPEK adalah hasil reposisi dari
Agen Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (APPEL), berlaku efektif 1 April
2007; ----------------------------------------------------------------------------------------------
73.22 Bahwa kerjasama untuk pengisian dan pengangkutan LPG di daerah remote
ditetapkan dalam bentuk SPPEK. Filling fee ditanggung oleh PERTAMINA
sedangkan transportation fee ditanggung oleh konsumen (dimasukkan dalam
struktur harga jual). Oleh karena itu harga jual LPG ex SPPEK akan lebih mahal
daripada harga jual LPG ex LPG FP ataupun ex SPPBE, tetapi lebih murah dari
harga APPE;--------------------------------------------------------------------------------------
73.23 Bahwa Agen bertindak sebagai perantara antara Pertamina dengan konsumen LPG
dalam hal ini sub agen, rumah tangga ataupun industri. Persyaratan agen diatur
secara terperinci dalam perjanjian keagenan yang dibuat antara PT Pertamina
(Persero) dengan Agen; ------------------------------------------------------------------------
73.24 Bahwa pada pokoknya Perjanjian Keagenan mengatur beberapa hal sebagai
berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------
73.24.1 Bahwa yang dimaksud Agen LPG adalah Badan Usaha yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia, memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
halaman 233 dari 383
Page 234
S A L I N A N
oleh PT Pertamina (Persero) dan perundang-undangan yang berlaku,
serta ditunjuk oleh PT Pertamina (Persero) untuk membeli LPG dari
supply point sesuai ketentuan PT Pertamina (Persero) dan menjual
kembali dalam bentuk curah atau tabung ke konsumen; ----------------------
73.24.2 Bahwa tujuan penunjukan Agen LPG adalah untuk mengangkut,
menyimpan, menyalurkan dan memasarkan LPG kepada konsumen
dengan memberikan pelayanan terbaik dan menjamin mutu, kualitas dan
kuantitas LPG di wilayah Bandung sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan PT Pertamina (Persero) -----------------------------------------------
73.24.3 Bahwa PT Pertamina (Persero) menetapkan jumlah alokasi LPG yang
akan disalurkan kepada Agen LPG secara bulanan yang besarnya akan
disampaikan melalui Surat Manager LPG & Gas Product Region III
yang selanjutnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
Perjanjian Keagenan. PT Pertamina (Persero) berhak menambah atau
mengurangi alokasi LPG kepada Agen LPG yang akan diberitahukan
secara tertulis kepada Agen LPG -------------------------------------------------
73.24.4 Bahwa harga jual LPG dan Tabung LPG dari PT Pertamina (Persero)
kepada Agen LPG dan Harga Jual LPG dari Agen LPG kepada
konsumen ditetapkan oleh PT Pertamina (Persero), harga jual tersebut
dapat diubah sesuai keputusan PT Pertamina (Persero) -----------------------
73.24.5 Bahwa Agen LPG tidak diperbolehkan mengadakan perubahan harga
jual LPG kepada konsumen yang telah ditetapkan oleh PT Pertamina
(Persero) ------------------------------------------------------------------------------
73.24.6 Bahwa Agen LPG akan mendapat margin penjualan LPG dan margin
penjualan Tabung LPG sesuai dengan ketentuan PT Pertamina (Persero)
73.24.7 Bahwa berdasarkan Keterangan dan Dokumen yang diberikan oleh PT
Pertamina (Persero) diketahui terdapat 17 (tujuh belas) Agen LPG untuk
wilayah Bandung dan Sumedang yaitu sebagai berikut: ----------------------
Tabel Rekapitulasi Perjanjian Keagenan LPG Wilayah Bandung dan Sumedang
No Nama Perusahaan Nomer Perjanjian Tanggal
Perjanjian
Jangka Waktu
Berakhir
Perjanjian
1. PT Limas Raga Inti SPJ-750/F13400/2013-
S3
31 Desember
2013
29 Juni 2016
2. PT Surya Buana Rahayu SPJ-270/F13400/2014-
S3
22 Oktober 2014 21 Juni 2017
halaman 234 dari 383
Page 235
S A L I N A N
3. PT Sumber Kerang
Indah
SPJ-731/F13400/2013-
S3
31 Desember
2013
10 November
2016
4. PT Adigas Jaya Pratama SPJ-630/F13400/2013-
S3
31 Desember
2013
7 Juni 2016
5. PT Tirta Gangga Tama SPJ-054/F13100/2011-
S3
22 Juni 2011 21 Juni 2014
6. PT Arias Mas SPJ-119/F13100/2013-
S3
28 Februari 2013 27 Februari 2016
7. Pusat Koperasi Pegawai
Republik Indonesia
(PKP RI)
SPJ-490/F13100/2011-
S3
21 September
2011
10 Januari 2014
8. Kopkarpen PGN
Bandung
SPJ-449/F13100/2011-
S3
21 September
2011
27 Februari 2014
9. PT Kurniasari Rahayu SPJ-140/F13450/2013-
S3
20 Maret 2013 30 Maret 2016
10. PT Sinar Bakti Abadi SPJ-1209/F12500/2010-
S3
02 Nopember
2010
01 Nopember
2013
11. PT Baragas Nasional SPJ-016/F12500/2009-
S3
16 Februari 2009 13 Februari 2012
12. PT INAHOVTRACO SPJ-001B/F12500/2006-
S3
02 Januari 2006 31 Oktober 2009
13. PT Lembang Abadi
Indah
SPJ-269/F13400/2014-
S3
22 Oktober 2014 21 Juni 2017
14. PT Sawitto Indah
Berkah
SPJ-002/F12500/2011-
S3
1 Januari 2011 02 Januari 2014
15. PT Guna Bumi Utama SPJ-075/F1300/2012-S3 29 Agustus 2012 29 Juli 2015
16. PT Griya Putra Anugrah SPJ-846/F12500/2010-
S3
6 Juli 2010 05 Juli 2013
17. PT Api Gas Nasional SPJ 073/F1300/2012-S3 29 Agustus 2012 28 Agustus 2015
Sumber : PT Pertamina (Persero)
73.24.8 Bahwa pada tanggal 01 Oktober 2009 Direktur Pemasaran dan Niaga PT
Pertamina (Persero) mengeluarkan Surat No. Kpts-057/F00000/2009-S3
Tentang Harga Jual LPG Kemasan Tabung 12 Kg. Surat Keputusan
tersebut berlaku sejak tanggal 10 Oktober 2009 dan menetapkan harga
jual LPG Kemasan Tabung 12 Kg sebagai berikut: ---------------------------
halaman 235 dari 383
Page 236
S A L I N A N
No. Komponen Biaya Unit
I. Harga Eks Pertamina sebelum pajak 4.912 Rp/Kg
II. PPN 10% 491 Rp/Kg
III. Harga eks Pertamina setelah pajak/ harga tebus Agen 5.403 Rp/Kg
IV. Margin Agen 406 Rp/Kg
V. PPN 10% Atas Margin Agen 41 Rp/Kg
VI. Harga Jual eks Agen 5.850 Rp/Kg
VII Harga Jual eks Agen 70.200 Rp/tabung
73.24.9 Bahwa berdasarkan Surat Nomor: 205/F13130/2009-S8 diketahui harga
jual LPG kemasan tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg yang berlaku untuk
penyerahan terhitung mulai tanggal 10 Oktober 2009. Harga jual agen ke
konsumen Refill LPG 12 Kg adalah Rp. 70.200,- per tabung dan Rp.
367.750,- per tabung untuk refill LPG 50 Kg. Harga tersebut sudah
termasuk PPN 10% atas margin Agen; ------------------------------------------
73.24.10 Bahwa berdasarkan Surat Nomor: 205/F13130/2009-S8 diketahui harga
jual LPG kemasan tabung 6, 12 & 50 Kg eks Agen diluar radius 60 Km
dari SPPBE terdekat adalah harga jual Agen ke Konsumen ditambah
dengan biaya angkutan yang sesuai dengan ketentuan biaya angkutan
dalam SK Menteri Perhubungan RI. Untuk PPH dan PPN 10% atas
margin Agen LPG disetorkan sendiri oleh Agen; ------------------------------
73.24.11 Bahwa pada tanggal 19 November 2013, Direktur Pemasaran dan Niaga
PT Pertamina (Persero) mengeluarkan Surat Keputusan No. Kpts-
111/F00000/2013-S3 tentang Harga Jual LPG 12 Kg untuk Agen yang
mengambil di LPG Filling Plant dan SPPBE dengan Pola SPPEK untuk
Daerah Jawa-Bali; ------------------------------------------------------------------
73.24.12 Bahwa berdasarkan Surat Domestic Gas Region Manager III PT
Pertamina (Persero) No 4006/F13450/2013-S3 tertanggal 13 Desember
2013 diketahui bahwa terdapat penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan
50 Kg yang berlaku untuk penyerahan terhitung mulai tanggal 16
Desember 2013 sampai dengan 15 Maret 2014 (vide bukti C34); -----------
73.24.13 Bahwa berdasarkan Surat Domestic Gas Region Manager III PT
Pertamina (Persero) No 4006/F13450/2013-S3 tertanggal 13 Desember
2013 diketahui harga jual eks Agen (termasuk PPN) di wilayah
Bandung-Jabar untuk LPG kemasan tabung isi 12 Kg adalah Rp.
halaman 236 dari 383
Page 237
S A L I N A N
77.100,- per tabung dan Rp. 807.000,- per tabung isi 50 Kg (vide bukti
C34). ----------------------------------------------------------------------------------
73.25 Bahwa profil para Terlapor adalah sebagai berikut : ---------------------------------------
73.25.1 Tentang PT Limas Raga Inti ------------------------------------------------------
73.25.1.1 Bahwa PT LRI pertama kali didirikan pada tanggal 16
Agustus 1972 berdasarkan Akta No 19, Lien Tanudirdja
S.H., Notaris di Bandung dengan nama CV Limas Raga,
(vide bukti C79); -----------------------------------------------------
73.25.1.2 Bahwa kegiatan utama PT LRI adalah melakukan distribusi
gas elpiji (LPG) Pertamina, Pelumas Pertamina, kompor,
water heater, rice cooker, perlengkapan kompor, reparasi
kompor dan pemasangan instalasi gas LPG (vide bukti C79);
73.25.1.3 Bahwa PT LRI melayani penjualan LPG kepada konsumen
supply point, konsumen rumah tangga, dan konsumen
industri (cafe, restaurant, hotel, mal, rumah sakit,
peternakan, garmen, dan lain-lain (vide bukti C79); ------------
73.25.1.4 Bahwa pemasaran LPG oleh PT LRI adalah di wilayah
Bandung, Jawa Barat, (vide bukti C79); --------------------------
73.25.1.5 Bahwa berdasarkan daftar konsumen/Sub Distributor PT
LRI, jumlah konsumen/sub agen LPG tabung 12 Kg adalah
sekitar 200 (dua ratus) konsumen (vide bukti C80); ------------
73.25.1.6 Bahwa harga jual LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI kurun
waktu 2011 sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut
(vide bukti 81): -------------------------------------------------------
Tabel Harga Jual LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI
No Tahun LPG 12 Kg LPG 50 Kg Eks Agen Sales Point Konsumen Eks
Agen Konsumen
1 2011 70.200 72.200 73.200 367.750 375.000 2 07 Jun 2012 70.200 72.200 73.200 467.750 475.000 3 19 Des 2012 70.200 72.200 73.200 654.000 663.000 4 09 Mar 2013 70.200 72.200 73.200 675.000 684.000 5 28 Jun 2013 70.200 73.500 75.000 624.500 632.500 6 27 Sep 2013 70.200 73.500 75.000 665.000 673.000
Sumber: dokumen harga jual LPG PT LRI, diolah
73.25.1.7 Bahwa harga beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI kurun
waktu 2011 s.d 2013 adalah sebagai berikut (vide bukti
C77): -------------------------------------------------------------------
halaman 237 dari 383
Page 238
S A L I N A N
Tabel Harga Beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI
No Tahun LPG 12 Kg LPG 50 Kg 1 2011 64.836 343.650 2 07 Jun 2012 64.836 438.900 3 19 Des 2012 64.836 614.900 4 09 Mar 2013 64.836 635.250 5 28 Jun 2013 64.836 586.300 6 27 Sep 2013 64.836 625.350 Sumber: dokumen harga beli LPG PT LRI
73.25.2 Tentang PT Surya Buana Rahayu ------------------------------------------------
73.25.2.1 Bahwa PT SBR didirikan pada tanggal 19 Maret 1985
dengan nama PT Surya Buana Raya dan selanjutnya berganti
nama menjadi PT Surya Buana Rahayu (vide bukti C61); -----
73.25.2.2 Bahwa saat ini PT SBR beralamat sementara di jalan Atlas
nomor 32 Antapani Bandung dikarenakan kantor dan gudang
baru yang telah berdiri di Jalan Cimuncang Nomor 23
Bandung masih dalam proses perijinan (vide bukti C61); -----
73.25.2.3 Bahwa kegiatan usaha PT SBR adalah distribusi LPG tabung
12 Kg di wilayah Bandung, Jawa Barat (vide bukti C61); -----
73.25.2.4 Bahwa jumlah pegawai PT SBR adalah 11 (sebelas) orang
dengan total 6 (enam) kendaraan operasional yaitu 3 (tiga)
mobil truk dan 3 (tiga) mobil pick up (vide bukti C61); --------
73.25.2.5 Bahwa jumlah konsumen/pangkalan LPG yang dipasok oleh
PT SBR adalah berjumlah 20 (dua puluh) konsumen (vide
bukti C63); ------------------------------------------------------------
73.25.2.6 Bahwa wilayah pemasaran PT SBR adalah Kota Bandung
dan Kabupaten Bandung (vide bukti C63); -----------------------
73.25.2.7 Bahwa harga jual dan beli LPG tabung 12 Kg PT SBR
adalah sebagai berikut (vide bukti C64) --------------------------
Tabel 3. Harga Jual dan Beli LPG Tabung 12 Kg PT SBR
Periode Harga Jual (Rp) Harga Beli (Rp) 9 Okt 2009 70.200 64.836 16 Des 2013 77.100 70.896
Sumber: dokumen harga jual dan beli LPG 12 Kg PT SBR
73.25.2.8 Bahwa berdasarkan Laporan Laba Rugi LPG 12 PT SBR
diketahui total penjualan untuk tahun 2011, 2012 dan 2013
PT AJP adalah sebagai berikut: ------------------------------------
Tabel 4. Jumlah Penjualan LPG PT SBR
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 2.825.760.000,-
halaman 238 dari 383
Page 239
S A L I N A N
2. 2012 2.822.280.000,- 3. 2013 3.260.620.800,-
Sumber: Laporan Laba Rugi LPG 12 Kg PT SBR
73.25.2.9 Bahwa berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa total
jumlah penjualan PT SBR tahun 2011, 2012 dan 2013
mengalami peningkatan setiap tahun masing-masing sebesar
Rp.2.825.760.000,-, Rp.2.822.280.000,- dan Rp.
3.260.620.800,-; ------------------------------------------------------
73.25.2.10 Bahwa berdasarkan Neraca Keuangan PT SBR diketahui
kekayaan bersih diluar tanah dan bangunan tempat usaha
(jumlah aset lancar) Periode tahun 2011 sampai dengan 2013
adalah lebih dari Rp.500.000.000,-. -------------------------------
73.25.3 Tentang PT Sumber Kerang Indah -----------------------------------------------
73.25.3.1 Bahwa PT SKI adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha distribusi LPG Pertamina tabung 12 Kg,
tabung 50 Kg dan pelumas (vide bukti C66); --------------------
73.25.3.2 Bahwa berdasarkan SIUP Besar Nomor: 510/3-
3396/2010/02006-BPPT, nilai modal dan kekayaan bersih
PT SKI adalah Rp. 700.000.000,- dengan kegiatan usaha
adalah perdagangan barang dan jasa (vide bukti C66); ---------
73.25.3.3 Bahwa PT SKI memiliki kurang lebih 55 (lima puluh lima)
karyawan (vide bukti C66); -----------------------------------------
73.25.3.4 Bahwa PT SKI memiliki 16 (enam belas) unit kendaraan
operasional yaitu sebagai berikut (vide bukti C66):-------------
Tabel 5. Daftar Kendaraan Operasional PT SKI
No Jenis Kendaraan Jumlah 1 Mobil double kapasitas 176 tabung 6 2 Mobil engkel kapasitas 110 tabung 4 3 Mobil Pickup kapasitas 30 tabung 1 4 Mobil L 300 kapasitas 70 tabung 2 5 Mobil Tronton kapasitas 330 tabung 3
Sumber: dokumen PT SKI
73.25.3.5 Bahwa jumlah konsumen PT SKI adalah sebanyak 259 (dua
ratus lima puluh sembilan) yang berada di wilayah Bandung,
Jawa Barat (vide bukti C71); ---------------------------------------
73.25.3.6 Bahwa harga jual dan harga beli LPG tabung 12 Kg dan 50
Kg Periode tahun 2011 sampai dengan 2013 adalah sebagai
berikut (vide bukti C68): --------------------------------------------
halaman 239 dari 383
Page 240
S A L I N A N
Tabel 6 . Bahwa harga jual dan harga beli LPG PT SKI
Periode Harga Jual Harga Beli 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp) 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp)
2011 70.200 367.750 64.836 343.650 07 Juni 2012 70.200 467.750 64.836 438.900 19 Des 2012 70.200 654.000 64.836 614.900 09 Mar 2013 70.200 675.000 64.836 635.250 28 Juni 2013 70.200 624.500 64.836 586.300 27 Sep 2013 70.200 665.000 64.836 625.350 16 Des 2013 77.100 807.000 70.896 769.750
Sumber: dokumen harga beli dan harga jual gas LPG 12 Kg dan 50 Kg PT SKI
73.25.3.7 Bahwa omzet atau jumlah penjualan LPG tabung 12 Kg PT
SKI untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut
(vide Bukti C448, C451, C454): -----------------------------------
Tabel 7. Omzet atau Jumlah Penjualan Elpiji (LPG) PT SKI
Periode Kuantitas Omzet (Rp) 2011 204.093 13.124.923.774,- 2012 351.889 22.626.109.579,- 2013 382.537 25.359.575.046,-
Sumber: dokumen Penjualan LPG 12 Kg PT SKI
73.25.3.8 Bahwa berdasarkan tabel di atas diketahui omzet atau jumlah
penjualan tahunan PT SKI untuk LPG tabung kemasan 12
Kg tahun 2011, 2012 dan 2013 mengalami peningkatan
masing-masing adalah Rp. 13.124.923.774,-, Rp.
22.626.109.579,- dan Rp. 25.359.575.046,-; ---------------------
73.25.3.9 Bahwa berdasarkan Laporan Keuangan diketahui jumlah
aset PT SKI diluar tanah dan bangunan untuk usaha tahun
2011, 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut (vide Bukti
C447, C450, C453): -------------------------------------------------
Tabel 8. Jumlah Aset PT SKI
Periode Aset (Rp) 2011 47.433.413.222,- 2012 52.187.305.842,- 2013 56.383.660.344,-
Sumber: Laporan Keuangan PT SKI, diolah
73.25.3.10 Bahwa berdasarkan dokumen Perincian Biaya LPG 12 Kg
dari PT SKI diketahui bahwa laba kotor pada tahun 2011,
2012 dan 2013 masing-masing adalah 7,06%, 7,06% dan
8,39% dari total penjualan. Sementara laba bersih tahun
2011, 2012 dan 2013 masing-masing adalah 2,97%, 2,55%
dan 2,52 dari total penjualan (vide bukti C67); ------------------
halaman 240 dari 383
Page 241
S A L I N A N
73.25.3.11 Bahwa berdasarkan dokumen Perincian Biaya LPG 50 Kg
dari PT SKI diketahui bahwa laba kotor pada tahun 2011,
2012 dan 2013 masing-masing adalah 7,47%, 6,73% dan
6,15% dari total penjualan. Sementara laba bersih tahun
2011, 2012 dan 2013 masing-masing adalah 4,42%, 4,39%
dan 2,88% dari total penjualan (vide bukti C67). ---------------
73.25.4 Tentang PT Adigas Jaya Pratama ------------------------------------------------
73.25.4.1 Bahwa PT Adigas Jaya Pratama adalah perusahaan dengan
bidang usaha distribusi gas LPG di wilayah Bandung Raya,
Jawa Barat untuk tabung 12 Kg, 50 Kg dan bulk. Melayani
rumah tangga, apartemen, hotel, mall dan industri besar/
kecil (vide bukti C2 dan C11); -------------------------------------
73.25.4.2 Bahwa berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan yang
diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Nomor
00204/HERRSIUPPK/V/2010, modal dan kekayaan bersih
perusahaan adalah Rp. 100.000.000,- (vide bukti C4); ---------
73.25.4.3 Bahwa berdasarkan daftar konsumen/Sub Distributor PT
AJP, jumlah konsumen/sub agen LPG tabung 12 Kg adalah
100 (seratus) konsumen dan terdapat 10 konsumen bulk
(vide bukti C10); -----------------------------------------------------
73.25.4.4 Bahwa harga jual dan beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT AJP
kurun waktu 2011 s.d 2013 adalah sebagai berikut (vide
bukti C7): --------------------------------------------------------------
Tabel 9. Harga Jual dan Beli LPG PT AJP
No Tahun Harga Jual LPG ex Agen Harga Beli LPG 12 Kg 50 Kg 12 Kg 50 Kg
1 2011 70.200 367.750 64.836 343.650 2 07 Jun 2012 70.200 467.750 64.836 438.900 3 19 Des 2012 70.200 654.000 64.836 614.900 4 09 Mar 2013 70.200 675.000 64.836 635.250 5 07 Jun 2013 70.200 624.500 64.836 586.300 6 27 Sep 2013 70.200 665.000 64.836 625.350 7 16 Des 2013 70.200 807.000 64.836 766.040
Sumber: dokumen harga jual dan beli LPG PT AJP, diolah
73.25.4.5 Bahwa berdasarkan Laporan Laba Rugi Komprehensif PT
AJP diketahui total penjualan untuk tahun 2011, 2012 dan
2013 PT AJP adalah sebagai berikut (vide Bukti C416 dan
C422): ------------------------------------------------------------------
halaman 241 dari 383
Page 242
S A L I N A N
Tabel 10. Jumlah Penjualan Elpiji (LPG) PT AJP
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 39.642.363.881,- 2. 2012 43.448.219.769,- 3. 2013 56.363.986.942,- Sumber: Laporan Laba Rugi Komprehensif PT AJP
73.25.4.6 Bahwa berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat
peningkatan omzet atau jumlah penjualan tahunan PT AJP
tahun 2011, 2012 dan 2013 masing-masing adalah Rp.
39.642.363.881,-, Rp. 43.448.219.769,- dan Rp.
56.363.986.942,-; ----------------------------------------------------
73.25.4.7 Bahwa berdasarkan Laporan Keuangan PT AJP diketahui
kekayaan bersih diluar tanah dan bangunan tempat usaha
(jumlah aset lancar) adalah sebagai berikut (vide Bukti
C413, C414, C420): -------------------------------------------------
Tabel 11. Kekayaan Bersih PT AJP
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 6.482.608.829,- 2. 2012 8.471.358.626,- 3. 2013 11.100.921.625,- Sumber: Laporan Keuangan PT AJP
73.25.4.8 Bahwa struktur biaya PT AJP kurun waktu tahun 2011 s.d
2013 adalah sebagai berikut (vide bukti C9): --------------------
Tabel 12. Struktur Biaya PT AJP
No Keterangan 2011 % 2012 % 2013 % 1 Biaya Karyawan 31.558.667 20 40.336.333 18 54.107.000 19 2 Biaya Umum 84.073.751 52 105.130.833 47 130.418.000 46 3 Biaya Pemeliharaan 25.097.500 16 36.687.000 16 36.745.000 13 4 Biaya Rumah Tangga 3.416.667 2 16.576.000 7 21.600.000 8 5 Biaya Sewa 4.191.667 3 7.066.000 3 9.364.000 3 6 Biaya Penyusutan 12.166.667 8 18.439.000 8 28.884.000 10 Total 160.534.917 100 224.235.167 100 281.118.000 100
Sumber: dokumen harga jual dan beli LPG PT AJP, diolah
73.25.5 Tentang PT Tirta Gangga Tama -----------------------------------------------
73.25.5.1 Bahwa PT TGT adalah perusahaan yang bergerak dibidang
distribusi LPG tabung 12 Kg dan tabung 50 Kg Pertamina di
wilayah Bandung, Jawa Barat (vide bukti C22); -----------------
73.25.5.2 Bahwa PT TGT memiliki jumlah kendaraan operasional
sebanyak 15 (lima belas) unit kendaraan (vide bukti C22); -----
halaman 242 dari 383
Page 243
S A L I N A N
73.25.5.3 Bahwa jumlah konsumen LPG PT TGT adalah 26 (dua puluh
enam) konsumen akhir, 52 (lima puluh dua) Agen dan 192
(seratus sembilan puluh dua) Retailer (vide bukti C26); --------
73.25.5.4 Bahwa harga jual dan harga beli PT TGT untuk LPG tabung
12 Kg dan 50 Kg kurun waktu tahun 2011 s.d 2013 adalah
sebagai berikut (vide bukti C23): -----------------------------------
Tabel 13. harga jual dan harga beli LPG PT TGT
Periode Harga Beli Harga Jual 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp) 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp)
2011 70.200 367.750 64.836 343.650 07 Juni 2012 70.200 467.750 64.836 438.900 19 Des 2012 70.200 654.000 64.836 614.900 09 Mar 2013 70.200 675.000 64.836 635.250 28 Juni 2013 70.200 624.500 64.836 586.300 27 Sep 2013 70.200 665.000 64.836 625.350 16 Des 2013 77.100 807.000 70.896 769.750 Sumber: dokumen harga beli dan harga jual gas LPG 12 Kg dan 50 Kg PT TGT
73.25.5.5 Bahwa berdasarkan Laporan Laba Rugi PT TGT diketahui
total penjualan untuk tahun 2011, 2012 dan 2013 PT TGT
adalah sebagai berikut (vide bukti C363, C369, C373): ---------
Tabel 14. Jumlah Penjualan PT TGT
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 20.409.970.850,00 2. 2012 23.790.781.000,00 3. 2013 26.051.427.900,00
Sumber: Laporan Laba Rugi PT TGT
73.25.5.6 Bahwa berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat
peningkatan omzet atau jumlah penjualan tahunan PT TGT
tahun 2011, 2012 dan 2013 masing-masing adalah Rp.
20.409.970.850,00, Rp. 23.790.781.000,00 dan Rp.
26.051.427.900,00; ----------------------------------------------------
73.25.5.7 Bahwa berdasarkan Neraca PT TGT Periode 31 Desember
2011, 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2013 diketahui
kekayaan bersih PT TGT selain tanah dan bangunan adalah
sebagai berikut (vide bukti C364, C368, C374): ------------------
Tabel 15. Kekayaan Bersih PT TGT
No Periode Nilai (Rp) 1. 2011 3.351.200.715,69 2. 2012 3.050.794.974,30 3. 2013 4.108.390.526,48
Sumber: Laporan Keuangan PT TGT
halaman 243 dari 383
Page 244
S A L I N A N
73.25.6 Tentang PT Arias Mas -----------------------------------------------------------
73.25.6.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Arias Mas (PT
AM), berdasarkan Akta Pendirian No. 53 tanggal 28 Januari
1984 yang dibuat dihadapan Yunita Elida Tanwir, SH,
Notaris di Bandung dan telah mendapat pengesahan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan
Nomor C2-221 HT.01.01 Tahun 1985 tanggal 16 Januari
1985 yang kemudian Perseroan melakukan perubahan
terakhir sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 13 tanggal
14 Januari 2010 yang dibuat dihadapan R. Nurgana
Hermania, SH, Notaris di Bandung dan telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dengan Keputusan Nomor AHU-28597.AH.01.02.Tahun
2010 tanggal 04 Juni 2010 (vide bukti C48, C49, C50); -------
73.25.6.2 Bahwa PT AM berdiri pada tanggal 28 Januari 1984,
memiliki karyawan sebanyak 19 (sembilan belas) orang
dengan bidang usaha pendistribusian gas LPG ukuran 12 Kg
dan 50 Kg (vide bukti C52 dan BAP); ----------------------------
73.25.6.3 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT AM untuk
jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah
sebagai berikut (vide bukti C53): ----------------------------------
Tabel 16. Harga Jual LPG 12 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d November 2013 Rp. 70.200,- Desember 2013 Rp. 79.900,- 01 Januari 2014 s/d 07 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Januari 2014 s/d sekarang Rp. 91.300,-
Sumber: dokumen PT AM
73.25.6.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT AM untuk
jenis 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah
sebagai berikut (vide bukti C53): ----------------------------------
Tabel 17. Harga Jual LPG 50 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d 2011 Rp. 367.750,- 07 Juni 2012 s/d 18 Desember 2012 Rp. 467.750,- 19 Desember 2012 s/d 08 Maret 2013 Rp. 654.000,- 09 Maret 2013 s/d 26 Juni 2013 Rp. 665.000,- 27 Juni 2013 s/d 26 Oktober 2013 Rp. 624.500,- 27 Oktober 2013 s/d 30 November 2013 Rp. 662.000,- 01 Desember 2013 s/d 15 Maret 2014 Rp. 807.000,- 15 Maret 2014 s/d sekarang Rp. 792.500,-
halaman 244 dari 383
Page 245
S A L I N A N
Sumber: dokumen PT AM
73.25.6.5 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT AM dari
pertamina untuk jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C53): -------------------
Tabel 18. Harga Beli LPG 12 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d November 2013 Rp. 65.015,23 Desember 2013 Rp. 65.147,59 01 Januari 2014 s/d 07 Januari 2014 Rp. 111.500,07 07 Januari 2014 s/d sekarang Rp. 78.410,07
Sumber: dokumen PT AM
73.25.6.6 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT AM dari
pertamina untuk jenis 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C53): -------------------
Tabel 19. Harga Jual LPG PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d 2011 Rp. 334.577,24 07 Juni 2012 s/d 18 Desember 2012 Rp. 440.100,- 19 Desember 2012 s/d 08 Maret 2013 Rp. 616.000,- 09 Maret 2013 s/d 26 Juni 2013 Rp. 637.000,- 27 Juni 2013 s/d 26 Oktober 2013 Rp. 587.899,- 27 Oktober 2013 s/d 30 November 2013 Rp. 627.055,50 01 Desember 2013 s/d 15 Maret 2014 Rp. 745.959,50 15 Maret 2014 s/d sekarang Rp. 731.702,63
Sumber: dokumen PT AM
73.25.6.7 Bahwa berdasarkan dokumen yang disampaikan oleh PT AM,
Kuota LPG untuk tabung ukuran 12 Kg dan 50 Kg adalah : --
Tabel 20. Kuota LPG PT AM
Tahun Tabung LPG 12 Kg 50 Kg
2011 171.292 17.040 2012 322.919 19.654 2013 325.831 20.136
73.25.6.8 Bahwa berdasarkan dokumen yang disampaikan oleh PT AM,
omzet penjualan LPG (rupiah) untuk tabung ukuran 12 Kg
dan 50 Kg adalah : ---------------------------------------------------
Tabel 21. Omzet Penjualan LPG PT AM
Tahun Tabung LPG 12 Kg (Rp.) 50 Kg (Rp.)
2011 11.156.066.075 1.587.000.000 2012 20.897.120.530 6.344.649.000 2013 23.448.911.021 11.241.595.000
halaman 245 dari 383
Page 246
S A L I N A N
73.25.6.9 Bahwa berdasarkan dokumen yang disampaikan oleh PT AM,
realisasi penjualan LPG (tabung) untuk tabung ukuran 12 Kg
dan 50 Kg adalah : ---------------------------------------------------
Tabel 22. Realisasi Penjualan LPG PT AM
Tahun Tabung LPG 12 Kg (tabung) 50 Kg (tabung)
2011 159.015 4.205 2012 297.677 14.015 2013 326.685 16.951
73.25.6.10 Bahwa berdasarkan neraca laba rugi dari PT AM omzet dan
Aset PT AM untuk Periode tahun 2011 sampai dengan 2013
adalah sebagai berikut: ----------------------------------------------
Tabel 23. Omzet dan Aset PT AM
No. Tahun Omzet Aset 1 2013 Rp. 34.690.506.021,- Rp. 3.210.492.158,- 2 2012 Rp. 27.241.769.530,- Rp. 2.654.351.414,- 3 2011 Rp. 20.897.833.727.- Rp. 2.066.808.960,-
Sumber: Dokumen PT AM, Data diolah
73.25.7 Tentang Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) Kota
Bandung ------------------------------------------------------------------------------
73.25.7.1 Bahwa Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPRI) Kota
Bandung sesuai dengan akta anggaran dasar Pusat Koperasi
Pegawai Negeri Kotamadya Bandung tanggal 20 Mei 1995
dengan peubahan dasar diputuskan berdasarkan rapat anggota
(vide bukti C324); -----------------------------------------------------
73.25.7.2 Bahwa PKPRI saat ini beralamat di jalan Soekarno Hatta No
470, memiliki kegiatan usaha pariwisata berupa hotel,
koperasi simpan pinjam dan distribusi LPG 12 Kg (vide bukti
B23, C324, C315); ----------------------------------------------------
73.25.7.3 Bahwa PKPRI merupakan Penggabungan primer koperasi
dari dinas kota Bandung dengan jumlah anggota sekitar 90
(sembilan puluh) anggota (vide bukti B23); -----------------------
73.25.7.4 Bahwa PKPRI aktif dalam kegiatan distribusi LPG dari tahun
2011 hingga Agustus 2013 (vide bukti B23); ---------------------
73.25.7.5 Bahwa rata-rata kuota PKPRI dari tahun 2011- hingga
Agustus 2013 adalah sekitar 3400 (tiga ribu empat ratus)
tabung per bulan (vide bukti B23); ---------------------------------
73.25.7.6 Bahwa wilayah pemasarn PKPRI untuk distribusi LPG adalah
Kota dan Kabupaten Bandung (vide bukti B23); -----------------
halaman 246 dari 383
Page 247
S A L I N A N
73.25.7.7 Bahwa PKPRI melakukan pemindahan kuota untuk LPG 12
Kg kepada perusahaan lain yaitu PT Tiga Putra yang saat ini
dalam proses persiapan dokumen pemindahan (vide bukti
B23); --------------------------------------------------------------------
73.25.7.8 Bahwa benar PKPRI yang diwakili oleh Saudara Tatang
Suryana F. secara sadar dan tanpa tekanan dari siapapun telah
menandatangani kesepakatan bersama tentang harga jual LPG
tanggal 21 Juni 2011 (vide bukti B23); ----------------------------
73.25.7.9 Bahwa benar stempel yang tertera pada kesepakatan bersama
tentang harga jual LPG tanggal 21 Juni 2011 tersebut adalah
stempel perusahaan PKPRI (vide bukti B23);---------------------
73.25.7.10 Bahwa salespoint LPG PKPRI untuk wilayah pemasaran kota
bandung adalah sebanyak 74 sales point (vide bukti C384);
73.25.7.11 Bahwa Omzet penjualan LPG 12 Kg untuk PKPRI adalah
sebagai berikut: --------------------------------------------------------
Tabel 24. Omzet Penjualan LPG 12 Kg PKPRI
periode 2011 s.d Desember 2013 (vide bukti C300)
Periode Total Penjualan 2011 3.663.428.505 2012 2.682.383.700 2013 2.203.911.500
Sumber: Vide C300
73.25.7.12 Bahwa total nilai Aset diluar tanah dan bangunan untuk
PKPRI adalah sebagai berikut:
Tabel 25. Nilai Aset PKPRI periode 2011 s.d 2013 (Selain tanah dan Bangunan Tempat Usaha)
(vide bukti C378, C380, C382) No. Tahun Nama Aset Nilai Aset
1. 2011
Kas 89.484.414 Bank 3.107.874 Piutang Isi Gas LPG 139.822.782 Persediaan Barang 31.288.594 Simpanan di Kopana Migas
6.450.000
Tabungan di Kopana 1.120.830 Kendaraan 805.503.035 Tabung Gas LPG 640.964.631 Inventaris 44.840.600 Tagihan Fee ke Pertamina
34.353.553
Total 1,796,936,313
2. 2012 Kas 40.489.955 Bank 11.306.351 Piutang Isi Gas LPG 153.596.782
halaman 247 dari 383
Page 248
S A L I N A N
Sumber: Neraca Keuangan PKPRI Kota Bandung
73.25.8 Tentang Koperasi Pegawai dan Pensiunan Perusahaan Gas Negara
(KOPKAR PGN) Bandung --------------------------------------------------------
73.25.8.1 Bahwa KOPKAR PGN adalah badan usaha yang berbentuk
Koperasi yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian No.
4490/BH/IX-19 tanggal 15 Juni 1970 yang disahkan oleh
Kepala Direktorat Koperasi Propinsi Jawa Barat, yang
kemudian Koperasi melakukan perubahan Anggaran Dasar
sebagaimana dinyatakan dalam Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi Nomor 1011/KEP/KWK-10/X/1997 tanggal 14
Oktober 1997yang disahkan oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Propinsi
Jawa Barat (vide bukti C108, C110); -------------------------------
73.25.8.2 Bahwa KOPKAR PGN berdiri pada tanggal 15 Juni 1970,
memiliki anggota sebanyak 151 (seratus lima puluh satu)
orang, jumlah karyawan sebanyak 25 (dua puluh lima) orang
dengan berfokus pada kegiatan simpan pinjam, menjual dan
membeli barang keperluan anggota (vide bukti C52); -----------
73.25.8.3 Bahwa KOPKAR PGN mulai mendistribusikan gas LPG
untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg sejak September 2011 (vide
bukti B14); ------------------------------------------------------------
Persediaan Barang 4.603.526 Simpanan di Kopana Migas
10.050.000
Tabungan di Kopana 1.120.830 Kendaraan 805.503.035 Tabung Gas LPG 640.964.631 Inventaris 44.840.600 Tagihan Fee ke Pertamina
19.065.446
Total 1,731,541,156
3. 2013
Kas 40.489.955 Bank 11.306.351 Piutang Isi Gas LPG 153.596.782 Simpanan di Kopana Migas
10.050.000
Tabungan di Kopana 1.120.830 Kendaraan 237.017.700 Tabung Gas LPG 350.422.381 Inventaris 44.840.600 Tagihan Fee ke Ibu Merry 40.000.000
Total 888,844,599
halaman 248 dari 383
Page 249
S A L I N A N
73.25.8.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh KOPKAR
PGN untuk jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014
adalah sebagai berikut (vide bukti C107): -------------------------
Tabel 26. Harga Jual LPG 12 Kg KOPKAR PGN
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Ex Agen/Gudang
2010 s/d 27 Sept 2013 Rp. 70.200,- 16 Desember 2013 Rp. 77.100,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Jan 2014 s/d sekarang Rp. 91.300,- Periode Harga Jual LPG 12 Kg
Sales Point/Toko 2010 s/d 19 Des 2012 Rp. 72.200,- 09 Mar 2013 s/d 28 Juni 2013
Rp. 73.500,-
27 Sep 2013 s/d 16 Des 2013 Rp. 77.100,- 04 Jan 2014 Rp. 124.700,- 07Januari 2014 Rp. 91.300,- 31 Maret 2014 Rp. 93.500,- Periode Harga Jual LPG 12 Kg
Door to Door 2010 s/d 09 Maret 2013 Rp. 73.200,- 18 Juni 2013 s/d 27 Sep 2013 Rp. 75.000,- 16 Desember 2013 Rp. 78.900,- 04 Januari 2014 Rp. 131.000,- 07Januari 2014 Rp. 96.300,- 31 Maret 2014 Rp. 96.500,-
Sumber: Dokumen KOPKAR
73.25.8.5 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh KOPKAR
PGN untuk jenis 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014
adalah sebagai berikut (vide bukti C107): -------------------------
Tabel 27. Harga Jual LPG 50 Kg KOPKAR PGN
Periode Harga Jual LPG 50 Kg Ex Agen/Gudang
2010 s/d 2011 Rp. 367.750,- 07 Juni 2012 Rp. 467.750,- 19 Desember 2012 Rp. 654.000,- 09 Maret 2013 Rp. 675.000,- 28 Juni 2013 Rp. 624.500,- 27 September 2013 Rp. 665.000,- 16 Des 2013 s/d 07 Jan 2014 Rp. 807.000,- 31 Maret 2014 Rp. 792.000,- Periode Harga Jual LPG 50 Kg
Door to Door 2010 s/d 2011 Rp. 375.000,- 07 Juni 2012 Rp. 475.000,- 19 Desember 2012 Rp. 663.000,- 09 Maret 2013 Rp. 684.000,- 28 Juni 2013 Rp. 632.500,-
halaman 249 dari 383
Page 250
S A L I N A N
27 September 2013 Rp. 673.500,- 16 Des 2013 s/d 07 Jan 2014 Rp. 815.000,- 31 Maret 2014 Rp. 800.000,- Sumber: Dokumen KOPKAR
73.25.8.6 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh KOPKAR PGN
dari pertamina untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg dari tahun 2010
hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C107): -
Tabel 28. Harga Beli LPG 12 Kg dan 50 Kg KOPKAR PGN
Periode Harga Beli LPG 12 Kg 50 Kg
2010 s/d 2011 Rp. 64.836,- Rp 343.650,- 07 Juni 2012 Rp. 64.836,- Rp 438.900,- 19 Des 2012 Rp. 64.836,- Rp 614.900,- 09 Maret 2013 Rp. 64.836,- Rp 635.250,- 28 Juni 2013 Rp. 64.836,- Rp 586.300,- 27 Sep 2013 Rp. 67.836,- Rp 625.350,- 16 Des 2013 Rp. 70.896,- Rp 769.750,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- Rp 769.750,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,- Rp 769.750,- 31 Maret 2014 Rp. 83.545,- Rp 752.100,- Sumber: Dokumen KOPKAR
73.25.8.7 Bahwa omzet atau total penjualan KOPKAR PGN untuk LPG
12 Kg dan 50 Kg dari tahun 2011 s/d 2013 adalah sebagai
berikut (vide bukti C218, C 256): -----------------------------------
Tabel 29. Omzet atau Total Penjualan KOPKAR PGN
Periode (tahun)
Omzet LPG Total 12 Kg dan 50 Kg 12 Kg 50 Kg
2011 Rp. 5.312.876.400,- Rp. 2.701.859.250,- Rp. 8.014.735.650,- 2012 Rp. 3.444.152.400,- Rp. 3.249.758.000,- Rp. 6.693.910.400,- 2013 Rp. 3.974.967.600,- Rp. 4.341.785.000,- Rp. 8.316.752.600,-
Sumber : Laporan Laba Rugi KOPKAR PGN, diolah
73.25.8.8 Bahwa berdasarkan neraca yang disampikan oleh KOPKAR
PGN total aset KOPKAR PGN untuk tahun 2011s/d 2012
adalah (vide bukti C217, C256) :
Tabel 30. Jumlah Aset KOPKAR PGN
No. Tahun Aset Omzet 1 2011 Rp. 1.812.883.288,57 Rp. 1.378.060.779,80 2 2012 Rp. 2.191.513.264,25 Rp. 1.347.101.652,24
Sumber: Neraca KOPKAR PGN
73.25.9 Tentang PT Kurnia Sari Rahayu --------------------------------------------------
73.25.9.1 Bahwa PT KSR adalah perusahaan yang berbentuk Badan
Hukum didirikan dan melakukan kegiatan usaha dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia berdasarkan Akta
Pendirian No. 03 tanggal 22 April 1995 yang dibuat
dihadapan Suliswati Muljono, SH, Notaris di Kabupaten
halaman 250 dari 383
Page 251
S A L I N A N
Bandung, yang kemudian Perseroan melakukan perubahan
terakhir sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 04 tanggal
05 Januari 2008 yang dibuat dihadapan Elsa, SH, Notaris di
Kabupaten Bandung (vide bukti C19, C21); ----------------------
73.25.9.2 Bahwa PT KSR berdiri pada tanggal 22 April 1995, memiliki
karyawan sebanyak 10 (sepuluh) orang dengan bidang usaha
gas LPG ukuran 12 Kg (vide bukti C18, B 13) ; ------------------
73.25.9.3 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT KSR
untuk jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah
sebagai berikut (vide bukti C18) : ----------------------------------
Tabel 31. Harga Jual LPG 12 Kg PT KSR
periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200,- 16 Desember 2013 Rp. 77.100,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Januari 2014 Rp. 91.300,- Sumber: Dokumen PT KSR
73.25.9.4 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT KSR dari
pertamina untuk jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C18): --------------------
Tabel 32. Harga Beli LPG 12 Kg PT KSR
periode Harga Beli Pertamina 2010 Rp. 64.836,- 16 Desember 2013 Rp. 70.896,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,- Sumber: Dokumen PT KSR
73.25.9.5 Bahwa kuota yang diberikan Pertamina kepada PT KSR
untuk tabung 12 Kg di tahun 2011 sampai dengan 2012
adalah sekitar 14.000 (empat belas ribu) tabung per bulan dan
untuk tahun 2013 adalah sekitar 17.000 (tujuh belas ribu)
tabung per bulan (vide bukti B13); ---------------------------------
73.25.9.6 Bahwa omzet atau total penjualan dari PT KSR untuk LPG
jenis 12 Kg pada tahun 2011 hingga 2013 adalah : --------------
Tabel 33. Total Penjualan PT KSR
Tahun
Tabung LPG 12 KG Harga
Penjualan (Rp) Kuota per tahun Total Penjualan
(Rp) 2011 Rp. 70.200,- 168.000 11.793.600.000 2012 Rp. 70.200,- 168.000 11.793.600.000 2013 Rp. 70.200,- 204.000 14.320.800.000
Sumber: Dokumen PT KSR, Data diolah
halaman 251 dari 383
Page 252
S A L I N A N
73.25.9.7 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT KSR diluar tanah dan
bangunan adalah 6 (enam) unit kendaraan dengan rincian 1
(satu) pick up, 2 (dua) truck engkel, 1 (satu) truck double dan
2 (dua) kendaraan bermotor roda 2 (dua) (vide bukti C106) ; --
73.25.9.8 Bahwa berdasarkan neraca laba rugi dari PT KSR Aset PT
KSR untuk tahun 2011 s/d 2013 adalah sebesar Rp.
860.000.000,- (vide bukti C245) -----------------------------------
73.25.10 Tentang PT Sinarbakti Abadigas -------------------------------------------------
73.25.10.1 Bahwa PT SBA adalah perusahaan yang berbentuk Badan
Hukum didirikan dan melakukan kegiatan usaha dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia berdasarkan Akta
Pendirian No. 33 tanggal 25 September 1986 yang dibuat
dihadapan Fauzi, S.H., Notaris di Sumedang dengan nama
awal PT Sinar Bakti Abadi, yang kemudian Perseroan
melakukan perubahan terakhir menjadi PT. Sibarbakti
Abadigas, sebagaimana dinyatakan dalam Akta No. 09
tanggal 10 Januari 2005 yang dibuat dihadapan Christy
Sukmiati Sutadikusumah, S.H., Notaris di Sumedang (vide
bukti C275, C296); ----------------------------------------------------
73.25.10.2 Bahwa PT SBA berdiri sejak tahun 1971 dan pada tahun 25
September 1986 dibuat menjadi badan hukum dan mulai
berjalan pada 24 September 1987, memiliki karyawan
sebanyak 14 (empat belas) orang dengan bidang usaha
distribusi gas LPG ukuran 12 Kg dan 50 Kg (vide bukti B5); --
73.25.10.3 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT SBA
untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg dari tahun 2011 hingga tahun
November 2013 adalah sesuai Surat Kesepakatan Bersama
Harga Jual LPG Anggota Bidang LPG HISWANA MIGAS
DPC Bandung Sumedang tanggal 21 Juni 201, yaitu sebagai
berikut (vide bukti B5) : ----------------------------------------------
Tabel 34. Harga Jual LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT SBA
Criteria Harga LPG 12 Kg Harga LPG 50 Kg Ex gudang Agen Rp. 70.200,- Rp 367.750,- Sales Point/Toko Rp. 71.200,- Rp 375.000,-
Pengiriman langsung Rp. 73.200,- - Sumber: BAP PT SBA
73.25.10.4 Bahwa harga jual gas LPG 12 Kg untuk tahun 2014 adalah
Rp 91.300,- (vide bukti B5); -----------------------------------------
halaman 252 dari 383
Page 253
S A L I N A N
73.25.10.5 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT SBA dari
Pertamina untuk jenis 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut (vide bukti B5): ---------------------
Tabel 35. Harga Jual LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT SBA
Periode Harga Beli Pertamina 2010 s/d 2013 Rp. 67.782,- 08 Januari 2014 Rp. 86,855,-
Sumber: BAP PT SBA
73.25.10.6 Bahwa kuota dari PT SBA untuk untuk gas LPG 12 Kg di
tahun 2013 adalah 11.500 (sebelas ribu lima ratus) tabung per
bulan (vide Bukti C88); ----------------------------------------------
73.25.10.7 Bahwa omzet atau total penjualan dari PT SBA untuk LPG
jenis 12 Kg pada tahun 2013 adalah : ------------------------------
Tabel 36. Harga Jual LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT SBA
Tahun
Tabung LPG 12 KG Harga
Penjualan (Rp) Kuota per tahun Total Penjualan
(Rp) 2013 Rp. 71.200,- 138.000 9.825.600.000
Sumber: Data diolah
73.25.11 Tentang PT Baragas Nasional ----------------------------------------------------
73.25.11.1 Bahwa PT BN hanya menjual gas LPG ukuran 12 KG; ---------
73.25.11.2 Bahwa harga jual gas LPG 12 Kg yang diberlakukan oleh PT
BN adalah harga sesuai dengan yang ditentukan oleh PT
Pertamina di kisaran Rp. 70.200,- untuk periode tahun 2011
sampai dengan 2012 (vide bukti B18); -----------------------------
73.25.11.3 Bahwa PT BA hanya menjual Gas LPG ke Sub Agen/toko
dan tidak menjual langsung ke konsumen (door to door) (vide
bukti B18); -------------------------------------------------------------
73.25.11.4 Bahwa kuota yang dimiliki oleh PT BN untuk tabung 12 KG
dari tahun 2011 hingga saat ini (2014) adalah 900 (Sembilan
ratus) tabung per bulan (vide bukti B18); --------------------------
73.25.11.5 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT BN dari
pertamina untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg dari tahun 2010
hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C359): --
Tabel 37. Harga Beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT BN
Periode Harga Beli LPG 12 Kg 50 Kg
2010 Rp. 64.836,- Rp 343.650,- 2011 Rp. 64.836,- Rp 343.650,- 07 Juni 2012 Rp. 64.836,- Rp 438.900,- 19 Des 2012 Rp. 64.836,- Rp 614.900,-
halaman 253 dari 383
Page 254
S A L I N A N
09 Maret 2013 Rp. 64.836,- Rp 635.250,- 28 Juni 2013 Rp. 64.836,- Rp 586.300,- 27 Sep 2013 Rp. 64.836,- Rp 625.350,- 16 Des 2013 Rp. 70.896,- Rp 769.750,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- Rp 769.750,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,- Rp 769.750,- 15 Maret 2014 Rp. 84.208,- Rp 749.900,- Sumber: Dokumen PT BN
73.25.11.6 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT BN
kepada konsumen untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg dari tahun
2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti
C360): -------------------------------------------------------------------
Tabel 38. Harga Jual LPG 12 Kg dan 50 Kg PT BN
Periode Harga jual LPG 12 Kg 50 Kg
2010 Rp. 70.200,- Rp 367.750,- 2011 Rp. 70.200,- Rp 367.750,- 07 Juni 2012 Rp. 70.200,- Rp 467.750,- 19 Des 2012 Rp. 70.200,- Rp 654.000,- 09 Maret 2013 Rp. 70.200,- Rp 675.000,- 28 Juni 2013 Rp. 70.200,- Rp 624.500,- 27 Sep 2013 Rp. 70.200,- Rp 665.000,- 16 Des 2013 Rp. 77.100,- Rp 807.000,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- Rp 807.000,- 07 Januari 2014 Rp. 91.300,- Rp 807.000,- 15 Maret 2014 Rp. 91.300,- Rp 792.000,-
73.25.11.7 Bahwa omzet atau total penjualan dari PT BN untuk LPG
jenis 12 Kg pada tahun 2011 adalah : ------------------------------
Tabel 39. Omzet atau Total Penjualan PT BN
Tahun
Tabung LPG 12 KG Harga
Penjualan (Rp) Kuota per tahun Total Penjualan
(Rp) 2011 Rp. 70.200,- 10.800 758.160.000
Sumber: Data diolah
73.25.11.8 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT BN diluar tanah dan
bangunan adalah Mobil engkel dengan merek Mitsubishi
tahun 2005 dengan 3.298 cc (vide bukti B18); --------------------
73.25.12 Tentang PT Indonesian Alina Houtman Vegetables (PT
INAHOVTRACO)------------------------------------------------------------------
73.25.12.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Indonesian
Alina Houtman Vegetables (PT INAHOVTRACO)
berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas No. 279 tanggal 30 September 2002 dibuat
halaman 254 dari 383
Page 255
S A L I N A N
dihadapan Jelly Nasseri, S.H., Notaris di Bandung, yang
mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. C-0124
HT.01.01.TH 2004 tanggal 12 Maret 2004, yang kemudian
perubahan anggaran dasar terakhir berdasarkan pernyataan
Akta Keputusan Rapat No. 3 tanggal 29 Oktober 2007 dibuat
dihadapan Jelly Nasseri, S.H., Notaris di Bandung (vide bukti
C154, C155); -----------------------------------------------------------
73.25.12.2 Bahwa PT Inahovtraco berdasarkan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) Nomor 510/3-02712-BPPT tanggal 18
Mei 2011 merupakan Perseroan dengan kegiatan usaha
perdagangan barang dan jasa, termasuk distribusi LPG (vide
bukti C157, B17) ; ----------------------------------------------------
73.25.12.3 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT Inahovtraco
dari pertamina untuk jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010
hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C163): --
Tabel 40. Harga Beli LPG Tabung 12 Kg PT Inahovtraco
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836 2011 Rp. 64.836 16 Desember 2013 Rp. 70.896 4 Januari 2014 Rp. 117.252 7 Januari 2014 Rp. 84,208 15 Maret 2014 Rp. 84,208
Sumber: Dokumen rekap harga jual & harga beli LPG 12 Kg PT Inahovtraco (vide bukti C163)
73.25.12.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT
Inahovtraco untuk jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C163) : ---------
Tabel 41. Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT Inahovtraco
Periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200 2011 Rp. 70.200 16 Desember 2013 Rp. 77.100 4 Januari 2014 Rp. 124.700 7 Januari 2014 Rp. 91.300 15 Maret 2014 Rp. 91.300
Sumber: Dokumen rekap harga jual & harga beli LPG 12 Kg PT Inahovtraco (vide bukti C163)
73.25.12.5 Bahwa Omzet penjualan PT Inahovtraco yang didasarkan
pada kuota dari Pertamina di tahun 2014 untuk tabung LPG
halaman 255 dari 383
Page 256
S A L I N A N
jenis 12 Kg rata-rata mencapai 1980 s.d 2000 tabung per
bulan (vide bukti B17); ----------------------------------------------
73.25.12.6 Bahwa berdasarkan laporan laba rugi penjualan LPG (Final)
PT Inahovtraco, hasil penjualan tahunan untuk tabung LPG
jenis 12 Kg per tahun adalah : ---------------------------------------
Tabel 42. Omzet atau Total Penjualan PT Inahovtraco
Periode Nilai Penjualan per tahun 2011 Rp. 1.479.426.200 2012 Rp. 1.506.155.200 2013 Rp. 2.158.963.400
Sumber: vide bukti 336
73.25.12.7 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT Inahovtraco diluar tanah
dan bangunan adalah 2 (dua) unit Colt Diesel Engkel tahun
2006 masing-masing memiliki nilai sekitar Rp. 125 juta, 1
(satu) mobil Toyota Kijang tahun 2004 dan tabung LPG
untuk 12 Kg sebanyak 900 (sembilan ratus) dengan nilai
masing-masing mencapai Rp. 200.000 (vide bukti B17); -------
73.25.12.8 Bahwa berdasarkan dokumen neraca PT Inahovtraco,
kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha yang dimiliki oleh PT Inahovtraco per tahun adalah
sebagai berikut: --------------------------------------------------------
Tabel 43. Aset atau Kekayaan Bersih PT Inahovtraco
Periode Nilai 2011 Rp. 501.417.379 2012 Rp. 448.500.000 2013 Rp. 705.726.589
Sumber: vide bukti C 336
73.25.12.9 Bahwa berdasarkan SIUP kegiatan usaha PT Inahovtraco
adalah perdagangan dan jasa dengan jenis barang/jasa dagang
utama yaitu hasil industri diantaranya sarana produksi
pertanian, produk-produk pertanian, hasil bumi, alat tulis
kantor, barang cetakan, perlengkapan pegawai, makanan
ternak serta untuk jasa diantaranya konsultan bisnis dan
manajemen, design interior, pemasaran perumahan, jasa
pengantaran barang (tidak menimbun) (vide bukti C157); ------
73.25.12.10 Bahwa berdasarkan keterangan PT Inahovtraco yang
tercatat dalam BAP, kegiatan usaha termasuk pula distribusi
pupuk (vide bukti B17); --------------------------------------------
halaman 256 dari 383
Page 257
S A L I N A N
73.25.12.11 Bahwa PT Inahovtraco mempunyai konsumen yaitu sub
agen, sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) sub agen (vide
bukti B17, C161). ---------------------------------------------------
73.25.13 Tentang PT Lembang Abadi Indah-----------------------------------------------
73.25.13.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Lembang
Abadi Indah (PT LAI) berdasarkan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas No. 3 tanggal 12 Oktober 1998 yang
dibuat dihadapan Irene Ratnaningsih Handoko, S.H.,
Notaris di Bandung, yang kemudian Perseroan melakukan
perubahan anggaran dasar terakhir sesuai Akta No. 07
tanggal 18 Oktober 2013 dibuat dihadapan Irene
Ratnaningsih Handoko, S.H., Notaris di Bandung, yang
mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. AHU-
58712.AH.01.02.Tahun 2013 tanggal 14 November 2013
(vide bukti C164, C165, C169); ---------------------------------
73.25.13.2 Bahwa PT LAI berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) Nomor 510/2-0087/2008/4459-BPPT tanggal 28
Juli 2011 merupakan Perseroan dengan kegiatan usaha
perdagangan barang dan jasa, termasuk distribusi LPG (vide
bukti C177); --------------------------------------------------------
73.25.13.3 Bahwa berdasarkan keterangan dari Direktur PT LAI, Tetty
Silviaty, yang tercatat dalam BAP, PT LAI merupakan
perusahan yang bergerak dalam distribusi LPG hanya untuk
Tabung 12 Kg, tidak untuk tabung 50 Kg dan Bulk (vide
bukti B19); ----------------------------------------------------------
73.25.13.4 Bahwa berdasarkan dokumen profil perusahaan PT
Lembang Abadi Indah, perusahaan bergerak dalam bidang
usaha distribusi LPG untuk kemasan 12 Kg dan 50 Kg (vide
bukti C170); --------------------------------------------------------
73.25.13.5 Bahwa untuk melakukan kegiatan operasional untuk
distribusi LPG, PT LAI memiliki 7 (tujuh) karyawan (vide
bukti C170, B19); --------------------------------------------------
73.25.13.6 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT LAI dari
pertamina untuk jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C171): -------
Tabel 44. Harga Beli LPG Tabung 12 KG PT LAI
halaman 257 dari 383
Page 258
S A L I N A N
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836 16 Desember 2013 Rp. 70.896 4 Januari 2014 Rp. 117.252 7 Januari 2014 Rp. 84,208
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual elpiji kemasan 12 Kg (vide bukti C171)
73.25.13.7 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT LAI
untuk jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut: ------------------------------------
Tabel 45. Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT LAI
Periode Harga Jual (ex-gudang)
Harga Jual (toko/agen)
2010 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp 72.000 2011 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp 72.000 2013 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp 72.000 16 Desember 2013 Rp. 77.100 Rp. 71.200 s.d Rp 72.000 2014 Rp 92.000 s.d Rp 93.000 4 Januari 2014 Rp. 124.700 - 7 Januari 2014 Rp. 91.300 -
Sumber: Dokumen harga beli & harga jual LPG kemasan 12 Kg PT LAI (vide bukti C163, B19)
73.25.13.8 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT LAI dari
pertamina untuk jenis tabung 50 Kg dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 adalah sebagai berikut : -----------------------------
Tabel 46. Harga Beli LPG Tabung 50 KG PT LAI
Periode Harga Beli 9 Oktober 2010 Rp. 343.650 7 Juni 2012 Rp. 438.900 19 Desember 2012 Rp. 614.900 9 Maret 2013 Rp. 635.250 28 Juni 2013 Rp. 586.300 27 September 2013 Rp. 625.350 16 Desember 2013 Rp. 769.750 15 Maret 2014 Rp. 749.900
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG kemasan 50 Kg (vide bukti C171)
73.25.13.9 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT LAI
untuk jenis tabung 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut: -------------------------------------
Tabel 47. Harga Jual LPG Tabung 50 KG PT LAI
Periode Harga Jual 9 Oktober 2010 Rp. 367.750 7 Juni 2012 Rp. 467.750 19 Desember 2012 Rp. 654.000 9 Maret 2013 Rp. 675.000 28 Juni 2013 Rp. 624.000
halaman 258 dari 383
Page 259
S A L I N A N
27 September 2013 Rp. 665.000 16 Desember 2013 Rp. 807.000 15 Maret 2014 Rp. 792.000
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG kemasan 50 Kg (vide bukti C171)
73.25.13.10 Bahwa Omzet penjualan PT LAI yang didasarkan pada
kuota dari Pertamina, khusus untuk tabung LPG jenis 12 Kg
yaitu di tahun 2011 mencapai 10.000 (sepuluh ribu)
tabung/bulan, di tahun 2012 mencapai 9.000 (Sembilan
ribu) tabung/bulan dan di tahun 2013 mencapai 7.000 (tujuh
ribu) tabung/bulan (vide bukti B19); ---------------------------
73.25.13.11 Bahwa rata-rata total Omzet atau total penjualan dari PT
LAI untuk tabung LPG jenis 12 Kg per tahun adalah : -------
Tabel 48. Omzet atau Total Penjualan Tabung 12 Kg PT LAI
Periode Harga Jual (ex-agen)
Rata-rata total penjualan per
tahun
Nilai Omzet
2011 Rp. 70.200 120.000 Rp. 8.424.000.000 2012 Rp. 70.200 108.000 Rp. 7.581.600.000 2013 Rp. 70.200 84.000 Rp. 5.896.800.000
Sumber: vide bukti B19, diolah
73.25.13.12 Bahwa Aset yang dimiliki oleh PT LAI diluar tanah dan
bangunan adalah Truk double Hino Dutro tahun 2003
sebanyak 1 (satu) unit, engkel merek Mitsubishi PS 100
tahun 2002 sebanyak 1 (satu) unit, Pick up merek Suzuki
Carry tahun 2003 sebanyak 1 (satu) unit, total nilai aset
untuk kendaraan operasional mencapai Rp. 160.000.000,-
dan untuk tabung gas sebanyak 600 (enam ratus) tabung
dengan nilai masing-masing Rp. 200.000,-, dengan
demikian total nilai aset secara keseluruhan mencapai Rp.
240.000.000,- (vide bukti B19); ---------------------------------
73.25.13.13 Bahwa PT LAI mempunyai sales point mencapai 100
(seratus) sales point (vide bukti C172). -------------------------
73.25.14 Tentang PT Sawitto Indah Berkah -----------------------------------------------
73.25.14.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Sawitto Indah
Berkah (PT SIB) berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas No. 06 tanggal 26 Januari 2004 yang dibuat
dihadapan Christy Sukmiati Sutadikusumah, S.H., Notaris
di Sumedang, yang kemudian Perseroan melakukan
perubahan terakhir sesuai Akta No. 09 tanggal 26
September 2008 dibuat dihadapan Christy Sukmiati
halaman 259 dari 383
Page 260
S A L I N A N
Sutadikusumah, S.H., Notaris di Sumedang, yang
mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. AHU-
31446.AH.01.01.Tahun 2009 tanggal 09 Juli 2009 (vide
bukti C91, C93, C98); ----------------------------------------------
73.25.14.2 Bahwa PT SIB berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) Nomor 503.SIUP/359/10-13/BPMPP/PK/VI/2012
tanggal 19 Juni 2012 merupakan Perseroan dengan jenis
kegiatan usaha sebagai Agen LPG Pertamina (Gas LPG 12
Kg dan 50 Kg) (vide bukti C97); ---------------------------------
73.25.14.3 Bahwa untuk melakukan kegiatan operasional untuk
distribusi LPG, PT SIB memiliki 10 (sepuluh) karyawan
(vide bukti C92); ----------------------------------------------------
73.25.14.4 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT SIB dari
pertamina untuk jenis tabung 12 Kg pada tahun 2011
sebesar Rp. 70.200 dan untuk jenis tabung 50 Kg sebesar
Rp. 367.750 (vide bukti C171); -----------------------------------
73.25.14.5 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT SIB
untuk jenis tabung 12 Kg dari tahun 2009 hingga tahun
2013 adalah sebagai berikut: --------------------------------------
Tabel 49. Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT SIB
Periode Harga Jual (ex-gudang)
Harga Jual (toko/agen)
Harga Jual ke Konsumen
(end user) 2009-2013 Rp. 70.200 Rp. 71.200 Rp. 73.200
Sumber: Dokumen harga jual LPG kemasan 12 Kg PT SIB (vide bukti C92)
73.25.14.6 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT SIB
untuk jenis tabung 50 Kg dari tahun 2009 hingga tahun
2013 adalah sebagai berikut: --------------------------------------
Tabel 50. Harga Jual LPG Tabung 50 KG PT SIB
Periode Harga Jual (ex-gudang)
Harga Jual (toko/agen)
Harga Jual ke Konsumen (end user)
2009-2012 Rp. 367.750 - Rp. 375.000 15-06-2012 Rp. 467.750 - Rp. 475.000 01-12-2013 Rp. 655.750 - Rp. 663.000 19-03-2013 Rp. 677.750 - Rp. 685.000 04-07-2013 Rp. 627.750 - Rp. 635.000 04-10-2013 Rp. 665.750 - Rp. 673.000
Sumber: Dokumen harga jual LPG kemasan 50 Kg PT SIB (vide bukti C92)
halaman 260 dari 383
Page 261
S A L I N A N
73.25.14.7 Bahwa Omzet penjualan PT SIB yang didasarkan pada
kuota dari Pertamina pada tahun 2011 mencapai 16.000
(enam belas ribu) tabung/bulan untuk tabung LPG 12 Kg
dan sekitar 25-50 tabung/bulan untuk tabung LPG 50 Kg
(vide bukti B1); -----------------------------------------------------
73.25.14.8 Bahwa berdasarkan dokumen laba rugi dari PT SIB, total
penjualan atau Omzet untuk tabung LPG jenis 12 Kg dan
50 Kg per tahun adalah: --------------------------------------------
Tabel 51. Omzet atau Total Penjualan PT SIB
Periode Nilai Omzet LPG Tabung 12 Kg
Nilai Omzet LPG Tabung 50 Kg
2011 Rp. 13.831.360.900 Rp. 559.610.000 2012 Rp. 14.418.864.836 Rp. 463.948.900 2013 Rp. 15,718,695,916 Rp. 405.860.000
Sumber: vide bukti C342
73.25.14.9 Bahwa aset kendaraan yang dimiliki oleh PT SIB diluar
tanah dan bangunan adalah 1 (satu) unit mobil double
kapasitas 150 tb, 3 (tiga) unit mobil engkel kapasitas 110 tb
dan 1 (satu) unit mobil Pick up kapasitas 50 tb (vide bukti
C92, C343); ----------------------------------------------------------
73.25.14.10 Bahwa berdasarkan dokumen neraca PT SIB, kekayaan
bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
yang dimiliki oleh PT SIB per tahun adalah sebagai berikut:
Tabel 52 Aset atau Kekayaan Bersih PT SIB
Periode Nilai 2011 Rp. 735.356.712 2012 Rp. 734.944.263 2013 Rp. 918.059.878
Sumber: vide bukti C341
73.25.14.11 Bahwa PT SIB mempunyai sales point mencapai 127
(seratus dua puluh tujuh) sales point (vide bukti bukti
C100).-----------------------------------------------------------------
73.25.15 Tentang PT Guna Bumi Utama ---------------------------------------------------
73.25.15.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Guna Bumi
Utama (PT GBU) berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas No. 5 tanggal 11 Desember 2000 yang dibuat
dihadapan Diana Indrawati Hermawan, S.H., M.Hum,
Notaris di Bandung, yang mendapatkan Penetapan dari
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia melalui surat No. C-13240.HT.01.01.TH.2001
halaman 261 dari 383
Page 262
S A L I N A N
tanggal 18 Oktober 2001, yang kemudian Perseroan
melakukan perubahan terakhir sesuai Akta No. 03 tanggal
14 Februari 2012 dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar,
S.H., Notaris di Kota Bandung (vide bukti C181, C183,
C186); ----------------------------------------------------------------
73.25.15.2 Bahwa PT GBU berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) Nomor 510/3-004/2006/07110-BMPPT tanggal 31
Desember 2009 merupakan Perseroan dengan kegiatan
usaha perdagangan barang dan jasa untuk hasil produksi
Pertamina khususnya minyak tanah, gas LPG 3 Kg dan 12
Kg (vide bukti C157); ----------------------------------------------
73.25.15.3 Bahwa untuk melakukan kegiatan operasional untuk
distribusi LPG, PT GBU memiliki 4 (empat) karyawan
(vide bukti B7); ------------------------------------------------------
73.25.15.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT GBU
untuk jenis tabung 12 Kg di tahun 2011 sebesar Rp. 70.200
(vide bukti B7); -----------------------------------------------------
73.25.15.5 Bahwa berdasarkan keterangan Direktur PT GBU, yang
tercatat dalam BAP, kuota yang didapat dari Pertamina di
tahun 2010 mencapai 3.500 (tiga ribu lima ratus) tabung per
bulan untuk tabung 12 Kg dan 700 (tujuh ratus) tabung per
bulan untuk tabung 50 Kg, selanjutnya di tahun 2011
sampai dengan 2014 mencapai 8.000 (delapan ribu) tabung
per bulan untuk tabung 12 Kg sedangkan untuk tabung LPG
50 Kg sejak tahun 2011 telah menghentikan penjualan (vide
bukti B7); ------------------------------------------------------------
73.25.15.6 Bahwa berdasarkan dokumen laba rugi dari PT GBU, total
penjualan atau Omzet untuk tabung LPG jenis 12 Kg dan
50 Kg per tahun adalah: --------------------------------------------
Tabel 53. Omzet atau Total Penjualan PT GBU
Periode Nilai Omzet LPG Tabung 12 Kg
2011 - 2012 - 2013 Rp. 7.411.674.000
Sumber: vide bukti C348
73.25.15.7 Bahwa berdasarkan dokumen neraca PT GBU, kekayaan
bersih atau aset perusahaan tidak termasuk tanah dan
halaman 262 dari 383
Page 263
S A L I N A N
bangunan tempat usaha yang dimiliki oleh PT GBU per
tahun adalah sebagai berikut: -------------------------------------
Tabel 54. Aset atau Kekayaan Bersih PT GBU
Periode Nilai Aset 2011 - 2012 - 2013 Rp. 431.670.442
Sumber: vide bukti C347
73.25.15.8 Bahwa berdasarkan dokumen daftar aset PT GBU, nilai
Aset perusahaan untuk kendaraan, tabung LPG dan
kelengkapan sarana dan prasarana kantor, dijelaskan
sebagai berikut: ------------------------------------------------------
Tabel 55. Daftar Aset PT GBU
No. Jenis Aset Nilai Aset 1. TRUK UTAMA: 1 (satu) Unit Light Truck
Double kapasitas isi 168 (seratus enam puluh delapan) Tabung gas LPG 12 Kg, merek Mitsubishi Colt Diesel Tahun Pembuatan 2011.
Rp. 150.000.000
2. TRUK PENDUKUNG: 1 (satu) Unit Light Truck Engkel kapasitas isi 100 (seratus) Tabung gas Elpiji 12 Kg, merek Mitsubishi Colt Diesel Tahun Pembuatan 1997.
Rp. 65.000.000
3. Tabung gas LPG 12 Kg sebanyak 468 (empat ratus enam puluh delapan) buah.
Rp. 146.312.000
4 Kelengkapan Sarana Prasarana, 1 (satu) Unit Timbangan Kasar, 2 (dua) Unit alat Pemadam Api Ringan.
Rp. 3.000.000
Jumlah Rp. 364.312.000 Sumber: vide bukti C349
73.25.15.9 Bahwa PT GBU mempunyai sales point sebanyak 22 (dua
puluh dua) sales point, akan tetapi sejak periode 2013-2014
terjadi penyusutan jumlah sales point menjadi 16 (enam
belas) sales point yang dikarenakan pindah ke agen lain
(vide bukti C188). ---------------------------------------------------
73.25.16 Tentang PT Griya Putra Anugrah ------------------------------------------------
73.25.16.1 Bahwa Perseroan didirikan dengan nama PT Griya Putra
Anugrah (PT GPA) berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas No. 33 tanggal 11 Juni 2007 yang dibuat
dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H., M.Hum., Notaris
di Bandung (vide bukti C105); ------------------------------------
73.25.16.2 Bahwa PT GPA berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) Nomor 503.70065-HER/PK/1871/KPPT/2013
tanggal 12 Juli 2013 merupakan Perseroan dengan kegiatan
halaman 263 dari 383
Page 264
S A L I N A N
usaha sebagai penyalur untuk LPG ukuran 6 Kg, 9 Kg, 14
Kg, 15 Kg, 50 Kg (vide bukti C214); ----------------------------
73.25.16.3 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT GPA dari
pertamina untuk jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 adalah sebagai berikut (vide bukti C171) : --------
Tabel 56. Harga Beli LPG Tabung 12 KG PT GPA
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836 2011 Rp. 64.836 2012 Rp. 64.836 2013 Rp. 64.836 Desember 2013 Rp. 70.869 Januari 2014 Rp. 117.252 Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg (vide bukti C103)
73.25.16.4 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT GPA
untuk jenis tabung 12 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut: -------------------------------------
Tabel 57. Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT GPA
Periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200 2011 Rp. 70.200 2012 Rp. 70.200 2013 Rp. 70.200 Desember 2013 Rp. 77.100 Januari 2014 Rp. 124.700
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg (vide bukti C103)
73.25.16.5 Bahwa harga beli LPG yang diperoleh oleh PT GPA dari
pertamina untuk jenis tabung 50 Kg dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 adalah sebagai berikut : ------------------------------
Tabel 58. Harga Beli LPG Tabung 50 Kg PT GPA
Periode Harga Beli 2010 Rp. 343.650 2011 Rp. 343.650 Juni 2012 Rp. 438.900 Desember 2012 Rp. 614.900 Maret 2013 Rp. 635.250 Juni 2013 Rp. 586.300 September 2013 Rp. 625.350 Desember 2013 Rp. 769.750 Maret 2014 Rp. 749.900
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg (vide bukti C103)
73.25.16.6 Bahwa harga jual LPG yang diberlakukan oleh PT GPA
untuk jenis tabung 50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut: --------------------------------------
halaman 264 dari 383
Page 265
S A L I N A N
Tabel 59. Harga Jual LPG Tabung 50 Kg PT GPA
Periode Harga Jual 2010 Rp. 367.750 2011 Rp. 367.750 Juni 2012 Rp. 467.750 Desember 2012 Rp. 654.000 Maret 2013 Rp. 675.000 Juni 2013 Rp. 624.000 September 2013 Rp. 665.000 Desember 2013 Rp. 807.000 Maret 2014 Rp. 792.000
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg (vide bukti C103)
73.25.16.7 Bahwa kuota yang diberikan oleh Pertamina untuk PT GPA
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 diuraikan
sebagai berikut: ------------------------------------------------------
Tabel 60. Total Kuota LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT GPA
Periode Kuota untuk tabung 12 Kg (tabung/bulan)
Kuota untuk tabung 50 Kg (tabung/bulan)
2011 15.000 30 2012 12.000 30 2013 14.000 30 2014 13.400 30
Sumber: vide bukti B16
73.25.16.8 Bahwa rata-rata total Omzet atau total penjualan dari PT
GPA untuk tabung LPG jenis 12 Kg per tahun adalah :-------
Tabel 61. Omzet atau Total Penjualan Tabung 12 Kg PT GPA
Periode Harga Jual Rata-rata total penjualan per tahun
Nilai Omzet
2011 Rp. 70.200 180.000 Rp. 12.636.000.000 2012 Rp. 70.200 144.000 Rp. 10.108.800.000 2013 Rp. 70.200 168.000 Rp. 11.793.600.000
Sumber: vide bukti B16, diolah
73.25.16.9 Bahwa rata-rata total Omzet atau total penjualan dari PT
GPA untuk tabung LPG jenis 50 Kg per tahun adalah :-------
Tabel 62. Omzet atau Total Penjualan Tabung 50 Kg PT GPA
Periode Harga Jual Rata-rata total penjualan per
tahun
Nilai Omzet
2011 Rp. 367.750 360 Rp. 132.390.000 2012 Rp. 467.750 360 Rp. 168.390.000 2013 Rp. 675.000 360 Rp. 243.000.000
Sumber: vide bukti B16, diolah
73.25.16.10 Bahwa aset yang dimiliki oleh PT GPA diluar tanah dan
bangunan adalah 1 (satu) unit Tronton, 3 (tiga) unit Mobil
Engkel, 1 (satu) unit Mobil Grandmax dan 1 (satu) unit truk
halaman 265 dari 383
Page 266
S A L I N A N
double dengan perkiraan aset armada dengan total mencapai
Rp. 1,65 Miliar (vide bukti B16); ---------------------------------
73.25.16.11 Bahwa PT GPA mempunyai sales point mencapai 49
(empat puluh sembilan) sales point (vide bukti C104). -------
73.25.17 Tentang PT Api Gas Nasional ----------------------------------------------------
73.25.17.1 Bahwa PT Api Gas Nasional (PT AGN) berdasarkan Akta
No 22 tanggal 22 Desember 2010 dihadapan R. Maya Sofia
Ningrum, S.H., M.Kn., Notaris di Bandung dan telah
mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan
HAM No AHU-13632.AH.01.01 Tahun 2011 selanjutnya
perserfoan mengalami perubahan pemegang saham serta
perubahan direksi dan dewan komisaris yang tertuang pada
Berita Acara Rapat Pemegang Saham No 03 Tanggal 17
Maret 2014 dihadapan R. Maya Sofia Ningrum, S.H.,
M.Kn., Notaris di Bandung (vide bukti C127, C128, C140); -
73.25.17.2 Bahwa berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor
510/3-2079-BPPT tanggal 15 April 2011 PT AGN termasuk
dalam SIUP besar dengan nilai modal dan kekayaan bersih
Rp. 650.000.000,- (vide bukti C129); ----------------------------
73.25.17.3 Bahwa PT AGN yang berdiri pada 22 Desember 2010
memiliki karyawan sebanyak 33 (tiga puluh tiga) orang,
dengan bidang usaha pendistribusian gas LPG 12 Kg dan 50
Kg, berdasarkan Tanda Daftar Perusahaan No
101115216406 yang diterbitkan tanggal 1 April 2011 dan
berlaku hingga 01 April 2016 dengan Kegiatan Usaha
perdagangan gas LPG (vide bukti B15); -------------------------
73.25.17.4 Bahwa PT AGN memulai usaha pendistribusian gas LPG
12 Kg dan 50 Kg sejak Juli 2011 (vide bukti B15); ------------
73.25.17.5 Bahwa harga jual yang diberlakukan PT AGN untuk jenis
12 Kg dari tahun 2011 hingga tahun 2013 untuk tingkat
sales point/sub agen adalah sebagai berikut: --------------------
Tabel 63. Harga Jual LPG 12 Kg PT AGN untuk sales point/sub agen
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Sales point/Sub agen 2011 Rp. 70.200,- 2012 Rp. 72.000,- 2013 Rp. 72.000,-
Sumber: vide bukti B15
Tabel 64. Harga Jual LPG 12 Kg PT AGN untuk end user
halaman 266 dari 383
Page 267
S A L I N A N
Periode Harga Jual LPG 12 Kg End User 2011 Rp. 75.000,- 2012 Rp. 75.000,- 2013 Rp. 77.000,-
Sumber: data BAP (vide bukti B15) PT AGN
73.25.17.6 Bahwa harga jual yang diberlakukan untuk jenis 50 Kg dari
tahun 2011 hingga tahun 2013 adalah sebagai berikut: -------
Tabel 65. Harga Jual LPG 50 Kg PT AGN untuk ex agen
Periode Harga Jual LPG 50 Kg ex agen 2011 Rp. 367.750,- 2012 Rp. 372.750,- 2013 Rp. 392.750,-
Sumber: vide bukti B15
73.25.17.7 Bahwa kuota per bulan LPG PT AGN dari tahun 2011
hingga tahun 2013 untuk jenis 12 Kg adalah sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------
Tabel 66. Jumlah Kuota LPG 12 Kg PT AGN Periode 2011 s.d April 2014
Periode Kuota April 2014 27.000
2013 25.000 2012 12.000 2011 10.000
Sumber: vide bukti B15
73.25.17.8 Bahwa kuota per bulan LPG PT AGN dar tahun 2011
hingga tahun 2013 untuk jenis 50 Kg adalah sebagai
berikut: ---------------------------------------------------------------
Tabel 67. Jumlah Kuota LPG 50 Kg PT AGN Periode 2011 s.d April 2014
Periode Kuota April 2014 300
Mei-Desember 2013 350 Januari-Mei 2013 250
2012 70 2011 20
Sumber: vide bukti B15
73.25.17.9 Bahwa Omzet penjualan untuk LPG PT AGN periode Juni
2011 s.d Desember 2013 adalah sebagai berikut: --------------
Tabel 68.Omzet penjualan LPG 12 Kg & 50 Kg PT AGN periode Juni 2011 s.d Desember 2013
Periode Total Penjualan Juni 2011 10.471.161.500
2012 25.124.181.900 2013 29.478.022.625
Sumber: vide bukti C300
73.25.17.10 Bahwa total nilai aset diluar tanah dan bangunan PT AGN
adalah sebagai berikut: ---------------------------------------------
halaman 267 dari 383
Page 268
S A L I N A N
Tabel 69. Nilai Aset Diluar Tanah Dan Bangunan PT AGN No. Tahun Nama Aset Nilai Aset 1. 2011 Inventaris Kantor 16.975.000
Kendaraan 1.695.000.000 Tabung Gas LPG 867.690.840
Total 2,579,665,840 2. 2012 Inventaris Kantor 12.125.000
Kendaraan 2.259.000.000 Tabung Gas LPG 1.390.473.880
Total 3,661,598,880 3. 2013 Inventaris Kantor 2.425.000
Kendaraan 2.668.250.000 Tabung Gas LPG 2.036.453.290
Total 4,707,128,290 Sumber: vide bukti C305, C309, C313
73.25.17.11 Bahwa aset yang dimiliki oleh PT AGN di luar tanah dan
bangunan adalah 24 (dua puluh empat) armada mobil,
Mobil Double berjumlah 5 (lima) mobil jenis 120 PS,
Mobil Engkel berjumlah 9 (sembilan) mobil, Mobil Pick-up
berjumlah 5 (lima)mobil semua bermerek Mitsubishi, mobil
jenis Fuso merek Mitsubishi berjumlah 2 (dua) buah
armada dan Triseda merek Kaisar sebanyak 3 (tiga) buah,
dengan total nilai aset kendaraan sebesar Rp.
3.332.000.000,- (vide bukti B15); --------------------------------
73.26 Bahwa berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang dimaksud
dengan Hiswana Migas adalah wadah bagi para pengusaha yang bergerak dalam
bidang penyaluran, pengangkutan dan niaga hasil olahan minyak dan gas bumi
serta produk-produk lainnya yang memiliki hubungan kerja/kemitraan dengan PT
Pertamina (vide bukti C76); -------------------------------------------------------------------
73.27 Bahwa Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang berdasarkan Surat Keputusan No
002/Kpts/DPD/Migas/III/2011 tanggal 30 Maret 2011 tentang susunan pengurus
dewan pimpinan cabang Bandung–Sumedang Hiswana Migas masa bakti 2011-
2015 mengangkat dan mensahkan dewan pimpinan cabang Bandung-Sumedang
Hiswana Migas masa bakti: 2011-2015 (vide bukti C74); --------------------------------
73.28 Bahwa kepengurusan Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang terbentuk
berdasarkan musyawarah cabang 4 (empat) tahun sekali (vide bukti B3); -------------
73.29 Bahwa jumlah anggota saat ini adalah untuk distributor gas LPG 12 Kg sebanyak
20 (dua puluh) agen, namun tidak semuanya menjual 50 Kg, 3 Kg sebanyak 147
(seratus empat puluh tujuh) agen (vide bukti B3); ------------------------------------------
73.30 Bahwa kegiatan Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang adalah menampung
aspirasi agen dan angggota yang dilanjutkan ke Branch Manager Pertamina
halaman 268 dari 383
Page 269
S A L I N A N
(Persero) Jawa Barat, serta mensosialisasikan kebijakan Pertamina kepada anggota
(vide bukti B3); ----------------------------------------------------------------------------------
73.31 Bahwa struktur organisasi Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang terdiri dari
Ketua, Sekretaris, Wakil dan Bendahara, dan bidang-bidang, diantaranya bidang 12
dan 50 Kg, bidang LPG 3 Kg, bidang SPBU, bidang SPBE dan bidang transportir
kontraktor, bidang non BBM atau Pelumas (tidak aktif) (vide bukti B3) ---------------
73.32 Bahwa sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya, Hiswana
Migas DPC Bandung Sumedang bertujuan sebagai berikut (vide bukti C76): ---------
73.32.1 Membantu terlaksananya program pemerintah khususnya dalam bidang
penyaluran, pengangkutan, dan niaga hasil olahan minyak dan gas bumi
serta produk-produk lainnya; ----------------------------------------------------
73.32.2 Mewujudkan kerjasama diantara sesama anggota maupun dengan PT.
Pertamina (Persero); ---------------------------------------------------------------
73.32.3 Menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang dinamis tertib dan
professional; ------------------------------------------------------------------------
73.32.4 Membina dan memberikan bimbingan bagi pengembangan kemampuan
dan kegiatan usaha anggotanya. -------------------------------------------------
73.33 Bahwa tugas pokok dari Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga adalah (vide bukti C76) : ------------------
73.33.1 Mewujudkan tanggung jawab anggota sebagai warga Negara Indonesia
untuk meningkatkan perekonomian nasional; ---------------------------------
73.33.2 Membina dan memelihara kerukunan, serta berusaha mencegah
persaingan yang tidak sehat diantara para anggota hiswana migas; --------
73.33.3 Membudayakan etika bisnis di kalangan anggota Hiswana Migas. --------
73.34 Bahwa kegiatan Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang sesuai dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga adalah (vide bukti C76) : ------------------------------
73.34.1 Melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah; ---------------------------
73.34.2 Membina dan memberikan bimbingan serta mengembangkan
kemampuan anggota secara professional serta memberikan penyuluhan
dan pelatihan untuk kepentingan anggota; -------------------------------------
73.34.3 Menyampaikan, menyebarluaskan informasi dan kebijakan pemerintah,
badan pengatur hilir migas, PT Pertamina (Persero) dan instansi terkait
lainnya; ------------------------------------------------------------------------------
73.34.4 Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota. ------------------------
73.35 Bahwa sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya, Hiswana
Migas DPC Bandung Sumedang dalam menjalankan kegiatannya bersifat nirlaba. --
73.36 Bahwa analisis mengenai Pasar Bersangkutan adalah sebagai berikut : ----------------
halaman 269 dari 383
Page 270
S A L I N A N
73.36.1 Ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
berbunyi “Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan
jangkauan daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang
dan/atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan/atau
jasa tersebut”; ----------------------------------------------------------------------
73.36.2 Pasar bersangkutan menunjuk kepada sektor perdagangan yang
mengalami hambatan persaingan usaha dan menunjuk kepada daerah
geografis pasar bersangkutan. Pasar bersangkutan didefinisikan agar
meliputi semua barang dan jasa yang dapat mensubstistusi, serta semua
pesaing di daerah berdekatan yang dapat dihubungi pembeli apabila
hambatan atau penyalahgunaan tersebut mengakibatkan kenaikan harga
yang berarti; ------------------------------------------------------------------------
73.36.3 Pasar bersangkutan dapat dikategorikan dalam dua perspektif, yaitu
pasar berdasarkan produk dan pasar berdasarkan geografis. Pasar
berdasarkan produk terkait dengan kesamaan, atau kesejenisan dan/atau
tingkat substitusinya. Pasar berdasarkan cakupan geografis terkait
dengan jangkauan dan/atau daerah pemasaran; -------------------------------
73.36.4 Bahwa pada tanggal 21 Juni 2011 telah dilakukan kesepakatan bersama
mengenai harga jual LPG kepada pelanggan LPG diwilayah Bandung
dan Sumedang, Jawa Barat oleh anggota Bidang LPG Hiswana Migas
DPC Bandung Sumedang (selanjutnya disebut Surat Kesepakatan
Harga); ------------------------------------------------------------------------------
73.36.5 Bahwa anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
yang melakukan kesepakatan sebagaimana dimaksud adalah PT LRI,
PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN,
PT ASLI, PT KSR, PT SBA, PT BN, PT YUNITA PERMAI, PT
INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA, PT AGN; -------
73.36.6 Bahwa objek kesepakatan adalah tentang harga jual LPG tabung isi 12
Kg, tabung isi 50 Kg, dan penjualan menggunakan bulk LPG; -------------
73.36.7 Bahwa berdasarkan penjelasan diatas, maka Pasar Produk dan Pasar
Geografis dalam Laporan Dugaan Pelanggaran ini adalah : ----------------
73.36.7.1 Pasar Produk ------------------------------------------------------
a. Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah campuran dari
berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas
alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan
suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya di
dominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG
halaman 270 dari 383
Page 271
S A L I N A N
juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam
jumlah kecil, misalnya etana (C2H6)
dan pentana (C5H12) ---------------------------------------
b. Dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk gas.
Volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil
dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang
sama. Karena itu LPG dipasarkan dalam bentuk cair
dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk
memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal
expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung
LPG tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85%
dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila
menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi
tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi
biasanya sekitar 250:1. -------------------------------------
c. Tekanan di mana LPG berbentuk cair,
dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi
tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh,
dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi
butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan
sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni pada
55 °C (131 °F). ----------------------------------------------
d. Sifat LPG terutama adalah sebagai berikut : ------------
1) Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar; ---------
2) Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya
berbau menyengat; -------------------------------------
3) Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di
dalam tangki atau silinder; ----------------------------
4) Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar
dengan cepat; --------------------------------------------
5) Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan
banyak menempati daerah yang rendah. ------------
e. Di Indonesia, LPG digunakan terutama sebagai bahan
bakar untuk memasak. Konsumen LPG bervariasi,
mulai dari rumah tangga, kalangan komersial
(restoran, hotel) hingga industri. Di kalangan industri,
LPG digunakan sebagai bahan bakar pada industri
halaman 271 dari 383
Page 272
S A L I N A N
makanan, keramik, gelas serta bahan bakar forklift.
Selain itu, LPG juga dapat digunakan sebagai bahan
baku pada industri aerosol serta refrigerant ramah
lingkungan. ---------------------------------------------------
f. LPG dikenalkan oleh Pertamina dengan merek
‘Elpiji’. Menurut spesifikasinya, LPG dibagi menjadi
tiga jenis yaitu LPG campuran, LPG propana dan
LPG butana. Spesifikasi masing-masing LPG
tercantum dalam keputusan Direktur Jenderal Minyak
dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. LPG
yang dipasarkan Pertamina adalah LPG campuran. ----
g. Produk LPG diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) macam
yang didasarkan oleh perbedaan ukuran kemasan,
yaitu LPG 12 Kg, 50 Kg dan bulk; -----------------------
h. Bahwa dengan demikian, pasar produk pada
penyelidikan ini adalah LPG kemasan tabung isi 12
Kg, kemasan tabung isi 50 Kg, dan bulk LPG. ---------
73.36.7.2 Pasar Geografis ---------------------------------------------------
a. Bahwa analisis pasar geografis bertujuan untuk
menjelaskan di area mana saja produk yang
didefinisikan saling bersaing satu sama lain; ------------
b. Bahwa pasar geografis pada penyelidikan ini
ditentukan berdasarkan wilayah penyaluran/
pemasaran LPG kemasan tabung 12 Kg, 50 Kg dan
bulk yang dilakukan oleh agen LPG yang meliputi
wilayah Bandung dan Sumedang, Jawa Barat. ----------
c. Bahwa dengan demikian pasar geografis dalam
penyelidikan ini mencakup wilayah geografis
Bandung dan Sumedang, Jawa Barat----------------------
73.36.7.3 Waktu --------------------------------------------------------------
a. Bahwa Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG
Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang ditandatangani pada Hari Selasa tanggal 21
Juni 2011. Pada saat kesepakatan tersebut
ditandatangani tingkat harga jual LPG kemasan
tabung 12 Kg, 50 Kg dan bulk mengacu kepada Surat
Pertamina No. 205/13130/2009-S8 tanggal 09
halaman 272 dari 383
Page 273
S A L I N A N
Oktober 2009. Harga jual LPG kemasan tabung 12
Kg, 50 Kg dan bulk mengalami perubahan pada
tanggal 16 Desember 2013 dengan dikeluarkannya
Surat Domestic Gas Region Manager III PT
Pertamina (Persero) No 4006/F13450/2013-S3
tertanggal 13 Desember 2013. Pada pokoknya surat
tersebut menyampaikan adanya penyesuaian harga
jual LPG 12 Kg dan 50 Kg yang berlaku untuk
penyerahan terhitung mulai tanggal 16 Desember
2013 sampai dengan 15 Maret 2014; ---------------------
b. Bahwa dengan demikian kurun waktu terjadinya
kesepakatan bersama harga jual LPG yang dilakukan
oleh Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang adalah tanggal 21 Juni 2011
sampai dengan 15 Desember 2013.------------------------
73.36.7.4 Bahwa dengan demikian pasar persangkutan penyelidikan
ini adalah produk LPG kemasan tabung isi 12 Kg, tabung
isi 50 Kg, dan penjualan menggunakan bulk LPG dengan
wilayah pemasaran di Bandung Sumedang kurun waktu
21 Juni 2011 sampai dengan 15 Desember 2013. -----------
73.37 Tentang Perilaku -------------------------------------------------------------------------------
73.37.1 Teori/kaidah pendekatan per se illegal dan Rule of reason --------------
73.37.1.1 Bahwa dalam hukum persaingan dikenal dua metode untuk
menilai apakah suatu perbuatan melanggar hukum
persaingan yaitu per se illegal dan rule of reason; -----------
73.37.1.2 Bahwa pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan
yang digunakan oleh lembaga otoritas persaingan usaha
untuk membuat evaluasi mengenai akibat perjanjian atau
kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah suat
perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau
mendukung persaingan. (Dr. Andi Fahmi Lubis, S.E.,
M.E., DKK., Hukum Persaingan usaha antara teks dan
konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009; -----------------------------
73.37.1.3 Bahwa pendekatan per se illegal adalah menyatakan setiap
perjanjian atau kegiatan usaha tertentu sebagai ilegal,
tanpa pembuktian lebih lanjut atas dampak yang
ditimbulkan dari perjanjian atau kegiatan usaha tersebut.
halaman 273 dari 383
Page 274
S A L I N A N
(Dr. Andi Fahmi Lubis, S.E., M.E., DKK., Hukum
Persaingan usaha antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU
RI., 2009); ----------------------------------------------------------
73.37.1.4 Bahwa Kegiatan yang dianggap sebagai per se illegal
biasanya meliputi penetapan harga secara kolusif atas
produk tertentu, serta pengaturan harga penjualan kembali;
73.37.1.5 Bahwa dalam UU No. 5 tahun 1999 juga menggunakan
dua metode ini, hal ini dapat dilihat dari ketentuan pasal-
pasalnya, yakni pencantuman kata-kata “yang dapat
mengakibatkan” dan atau “patut diduga”. Kata-kata
tersebut menyiratkan perlunya penelitian secara lebih
mendalam, apakah suatu tindakan dapat menimbulkan
praktek monopoli yang bersifat menghambat persaingan.
Sedangkan penerapan pendekatan per se illegal biasanya
dipergunakan dalam pasal-pasal yang menyatakan istilah
“dilarang”, tanpa anak kalimat “…yang dapat
mengakibatkan…”. Oleh karena itu, penyelidikan terhadap
beberapa perjanjian atau kegiatan usaha, misalnya kartel
(Pasal 11) dan praktek monopoli (Pasal 17) dianggap
menggunakan pendekatan rule of reason. Sedangkan
pemeriksaan terhadap perjanjian penetapan harga (Pasal 5)
dianggap menggunakan pendekatan per se illegal. (Dr.
Andi Fahmi Lubis, S.E., M.E., DKK., Hukum Persaingan
usaha antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009); -
73.37.1.6 Bahwa pembenaran substantif dalam per se illegal harus
didasarkan pada fakta atau asumsi, bahwa perilaku tersebut
dilarang karena dapat mengakibatkan kerugian bagi
pesaing lainnya dan atau konsumen. Hal tersebut dapat
dijadikan pengadilan sebagai alasan pembenar dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, terdapat dua hal
penting yang harus diperhatikan oleh pengadilan, pertama,
adanya dampak merugikan yang signifikan dari perilaku
tersebut. Kedua, kerugian tersebut harus tergantung pada
kegiatan yang dilarang. (Dr. Andi Fahmi Lubis, S.E., M.E.,
DKK., Hukum Persaingan usaha antara teks dan konteks,
(Jakarta: KPPU RI., 2009). ---------------------------------------
73.37.2 Tentang Perjanjian Penetapan Harga ----------------------------------------
halaman 274 dari 383
Page 275
S A L I N A N
73.37.2.1 Perjanjian -----------------------------------------------------------
a. Bahwa salah satu tugas KPPU sebagaimana
ketentuan yang diatur dalam Pasal 35 huruf a UU
No.5/1999 adalah melakukan penilaian terhadap
perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 16. Adapun kewenangan yang
diberikan oleh UU No.5/1999 terkait tugas tersebut
diatur didalam Pasal 36 UU No.5/1999; -----------------
b. Bahwa secara substansial, UU No.5/1999 terdiri dari
3 (tiga) bagian, yakni: Perjanjian yang dilarang,
Kegiatan yang dilarang, dan Posisi dominan;-----------
c. Bahwa, Pasal dugaan pelanggaran dalam Perkara a
quo termasuk dalam perjanjian yang dilarang, yakni
Pasal 5 ayat (1) UU No.5/1999 yang berbunyi
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga
atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama” ---------------------------------
d. Bahwa perjanjian penetapan harga diantara anggota
Hiswana Migas dalam hal ini Terlapor I sampai
dengan Terlapor XVII dilakukan setelah melalui
serangkaian rapat-rapat dan/atau pertemuan-
pertemuan yang membahas mengenai kesepakatan
harga jual LPG dan hal lainnya, yang dituangkan
dalam sebuah Surat Perjanjian Kesepakatan Harga
yang ditandatangani dan di stempel oleh para
Terlapor; ------------------------------------------------------
e. Bahwa untuk mengetahui apakah surat kesepakatan
penjualan LPG yang ditandatangani oleh para
Terlapor tersebut termasuk sebagai suatu Perjanjian,
maka akan diuraikan mengenai definisi Perjanjian. ---
f. Bahwa dalam Buku III KUH Perdata berjudul
“Perihal Perikatan” (Verbintenis), yang mempunyai
arti lebih luas dari perkataan perjanjian. Perjanjian
halaman 275 dari 383
Page 276
S A L I N A N
merupakan sumber perikatan disamping sumber-
sumber yang lainnya yang juga dinamakan
persetujuan karena dua pihak itu setuju untuk
melaksanakan sesuatu. Mengenai
persetujuan/perjanjian itu sendiri diatur dalam Pasal
1313 KUH Perdata, berbunyi : Persetujuan adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
(kitab undang-undang hukum perdata (Burgerlijk
Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan
Tjitrosudibio, cet.8 (Jakarta: Pradnya Paramita,
1983), Pasal 1313) ------------------------------------------
g. Bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak
merumuskan apa itu suatu perikatan. Oleh karenanya
doktrin berusaha merumuskan apa yang dimaksud
dengan perikatan yaitu suatu perhubungan hukum
antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menutut sesuatu hal (prestasi)
dari pihak lain yang berkewajiban memenuhi
tuntutan tersebut. Dari defenisi tersebut dapat
diketahui bahwa perjanjian merupakan salah satu
sumber dari perikatan. --------------------------------------
h. Bahwa suatu prestasi dalam suatu perikatan menurut
Pasal 1234 KUH Perdata dapat berupa 3 (tiga)
macam. Pertama kewajiban untuk memberikan
sesuatu. Kedua, kewajiban untuk berbuat sesuatu,
dan ketiga kewajiban untuk tidak berbuat sesuatu.
(kitab undang-undang hukum perdata (Burgerlijk
Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan
Tjitrosudibio, cet.8 (Jakarta: Pradnya Paramita,
1983), Pasal 1234) ------------------------------------------
i. Bahwa terhadap rumusan Pasal 1313 KUH Perdata,
terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh
para sarjana hukum, diantaranya dikemukakan oleh
R.Subekti, yang memberi pengertian perjanjian,
sebagai berikut: Perjanjian ialah suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau
halaman 276 dari 383
Page 277
S A L I N A N
dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal (Subekti R., Hukum
Perjanjian,( Jakarta: PT. Intermasa, 1987) --------------
j. Bahwa dari pengertian yang dikemukakan tersebut
dapat disimpulkan, bahwa perjanjian dapat
menimbulkan atau melahirkan perikatan, yaitu
hubungan hukum diantara dua pihak yang yang
menimbulkan hak pada satu pihak dan kewajiban
para pihak yang lainnya atas suatu prestasi
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1233 KUH
Perdata, berbunyi : Tiap tiap perikatan dilahirkan
baik karena perjanjian maupun karena undang-
undang. (kitab undang-undang hukum perdata
(Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti
dan Tjitrosudibio, cet.8 (Jakarta: Pradnya Paramita,
1983), Pasal 1233) ------------------------------------------
k. Bahwa dalam sistem hukum perjanjian, dianut sistem
terbuka (konsensualitas), artinya para pihak
mempunyai kebebasan yang sebesar-besarnya untuk
mengadakan perjanjian yang berisi dan berbentuk
apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum
dan kesusilaan. Hal ini dapat kita lihat dalam Pasal
1338 KUH Perdata yang pada intinya menyatakan
bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya. (Gunawan Widjaja, Waralaba (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2003) --------------------------
l. Bahwa Perjanjian dapat dikatakan sah apabila telah
memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata, dalam hal ini
ada empat persyaratan, yaitu : -----------------------------
1) Adanya kesepakatan diantara mereka yang
mengikatkan dirinya, artinya bahwa para pihak
yang mengadakan perjanjian itu harus
bersepakat atau setuju mengenai perjanjian yang
akan diadakan tersebut, tanpa adanya paksaan,
kekhilafan dan penipuan; -----------------------------
halaman 277 dari 383
Page 278
S A L I N A N
2) Kecakapan untuk membuat perjanjian, mengenai
kecakapan Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan
bahwa setiap orang cakap melakukan perbuatan
hukum kecuali yang oleh undang-undang
dinyatakan tidak cakap. Pasal 1330 KUH
Perdata menyebutkan orang-orang yang tidak
cakap untuk membuat suatu perjanjian yakni
Orang yang belum dewasa (sebagaimana diatur
dalam Pasal 330 KUH Perdata dan Pasal 7
Undang-Undang No.1 tahun 1974) dan mereka
yang berada di bawah pengampuan ----------------
3) Sesuatu hal tertentu atau objek tertentu, hal ini
maksudnya adalah bahwa perjanjian tersebut
harus mengenai suatu obyek tertentu, dan ---------
4) Adanya suatu sebab (causa) yang halal, yaitu isi
dan tujuan suatu perjanjian haruslah
berdasarkan hal-hal yang tidak bertentangan
dengan Undang-undang, kesusilaan dan
ketertiban. (Subekti R., Hukum Perjanjian
(Jakarta: PT. Intermasa, 1987), hlm. 19). ----------
Dua syarat yang pertama (no. 1 dan 2)
dinamakan syarat subjektif, karena
menyangkut orang-orang atau subjek yang
mengadakan perjanjian. Sedangkan dua syarat
yang terakhir (No. 3 dan 4) dinamakan syarat
objektif, karena mengenai objek perjanjian itu
sendiri. --------------------------------------------------
m. Bahwa perbedaan antara syarat subjektif dan
objektif, adalah bahwa syarat subjektif apabila tidak
dipenuhi maka perjanjan itu dapat dibatalkan
(vernietigbar). Sedangkan apabila syarat objektif
tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum
(nietig van rechtswege), perjanjian tersebut sejak
semula dianggap batal dan hakim berkuasa untuk
menyatakan pembatalan itu meskipun tidak ada
permintaan dari pihak lain; --------------------------------
halaman 278 dari 383
Page 279
S A L I N A N
n. Bahwa dalam UU No. 5 Tahun 1999 yang mengatur
secara khusus apa yang dimaksud dengan perjanjian
dalam UU ini. Menurut Pasal 1 ayat (7) UU No.5
Tahun 1999, perjanjian didefinisikan sebagai: “Suatu
perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku
usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun
tidak tertulis.” Usaha (Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (Jakarta: KPPU RI,
2008) Pasal 1 ayat (7) ); ------------------------------------
o. Bahwa dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
mengatur beberapa perjanjian yang dilarang untuk
dilakukan oleh pelaku usaha, yaitu: ----------------------
1) Oligopoli ----------------------------------------------
2) Penetapan Harga -------------------------------------
a) Penetapan harga (Pasal 5 UU No.5/1999); -
b) Diskriminasi harga (Pasal 6 UU
No.5/1999); -----------------------------------
c) Jual Rugi (Pasal 7 UU No.5/1999); ----------
d) Pengaturan Harga Jual Kembali (Pasal 8
UU No.5/1999). ---------------------------------
3) Pembagian wilayah (Pasal 9 UU No.5/1999); ---
4) Pemboikotan (Pasal 10 UU No.5/1999);----------
5) Kartel (Pasal 11 UU No.5/1999); ------------------
6) Trust (Pasal 12 UU No.5/1999); -------------------
7) Oligopsoni (Pasal 13 UU No.5/1999) ; -----------
8) Integrasi vertikal (Pasal 14 UU No.5/1999); -----
9) Perjanjian Tertutup -----------------------------------
a) exclusive distribution agreement (Pasal 15
ayat (1) UU No.5/1999); ---------------------
b) tying agreement (Pasal 15 ayat (2) UU
No.5/1999); -------------------------------------
c) vertical agreement on discount (Pasal 15
ayat (3) UU No.5/1999); ---------------------
10) Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri. ------------
halaman 279 dari 383
Page 280
S A L I N A N
(Dr. Andi Fahmi Lubis, S.E., M.E., DKK.,
Hukum Persaingan usaha antara teks dan
konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009)). -------------
73.37.2.2 Tentang Larangan Perjanjian Penetapan Harga ---------------
a. Perjanjian penetapan harga (price fixing agreement)
merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh
para pelaku usaha yang bertujuan untuk
menghasilkan laba yang setinggi-tingginya. (Dr.
Andi Fahmi Lubis, S.E., M.E., DKK., Hukum
Persaingan Usaha antara teks dan konteks, (Jakarta:
KPPU RI., 2009)); ------------------------------------------
b. Bahwa penetapan harga yang dilakukan di antara
pelaku usaha (produsen atau penjual), akan
meniadakan persaingan dari segi harga bagi produk
yang mereka jual atau pasarkan, yang kemudian
dapat mengakibatkan surplus konsumen yang
seharusnya dinikmati oleh pembeli atau konsumen
dipaksa beralih ke produsen atau penjual. (Dr. Andi
Fahmi Lubis, S.E., M.E., DKK., Hukum Persaingan
Usaha antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU RI.,
2009)); --------------------------------------------------------
c. Bahwa perilaku penetapan harga (price fixing) antara
perusahaan yang sedang bersaing di pasar merupakan
salah satu dari bentuk kolusi. Kolusi merujuk pada
situasi dimana perusahaan-perusahaan yang ada di
pasar melakukan koordinasi atas tindakan-tindakan
mereka yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan yang lebih tinggi. (pedoman pasal 5
tentang penetapan harga (Jakarta: KPPU RI., 2011)); -
d. Bahwa persaingan antar pelaku usaha dapat
didasarkan pada kualitas barang, pelayanan atau
servis dan/atau harga. Persaingan dalam harga akan
menyebabkan terjadinya harga pada tingkat yang
serendah mungkin, sehingga memaksa perusahaan
memanfaatkan sumber daya yang ada seefisien
mungkin. (Dr. Andi Fahmi Lubis, S.E., M.E., DKK.,
halaman 280 dari 383
Page 281
S A L I N A N
Hukum Persaingan Usaha antara teks dan konteks,
(Jakarta: KPPU RI., 2009)); -------------------------------
e. Bahwa perusahaan yang mampu berproduksi secara
lebih efisien akan mampu menetapkan harga yang
lebih rendah dari para pesaingnya. Dengan adanya
persaingan dalam hal efisiensi biaya produksi, maka
harga di pasar akan terdorong untuk turun. (pedoman
pasal 5 tentang penetapan harga (Jakarta: KPPU RI.,
2011)); --------------------------------------------------------
f. Bahwa dengan turunnya harga di pasar, maka tingkat
keuntungan perusahaan-perusahaan yang bersaing di
pasar juga akan turun. Penurunan keuntungan ini
memotivasi perusahaan-perusahaan di pasar untuk
bersepakat tidak melakukan persaingan harga.
(pedoman pasal 5 tentang penetapan harga (Jakarta:
KPPU RI., 2011)); ------------------------------------------
g. Bahwa dengan adanya perjanjian penetapan harga,
para pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjian
penetapan harga kemungkinan dapat mendiktekan
atau memaksakan harga yang diinginkan secara
sepihak kepada konsumen, dimana biasanya harga
yang didiktekan kepada konsumen merupakan harga
yang berada di atas kewajaran. (Dr. Andi Fahmi
Lubis, S.E., M.E., DKK., Hukum Persaingan Usaha
antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009)); -
h. Bahwa jika hal tersebut dilakukan oleh setiap pelaku
usaha yang berada di dalam pasar yang bersangkutan,
hal ini dapat membuat konsumen tidak memiliki
alternatif yang luas kecuali harus menerima barang
dan harga yang ditawarkan oleh pelaku usaha yang
telah melakukan perjanjian penetapan harga tersebut.
(Dr. Andi Fahmi Lubis, S.E., M.E., DKK., Hukum
Persaingan Usaha antara teks dan konteks, (Jakarta:
KPPU RI., 2009)); ------------------------------------------
i. Bahwa ketika perusahaan-perusahaan melakukan
kesepakatan penetapan harga, maka harga akan naik
jauh diatas biaya produksi. Kenaikan harga ini
halaman 281 dari 383
Page 282
S A L I N A N
diperoleh dengan cara membatasi output masing-
masing perusahaan yang bersepakat. Kenaikan harga
dan penurunan produksi ini akan menurunkan
kesejahteraan konsumen (consumer loss) karena
konsumen harus membayar barang dan atau jasa
dengan harga yang lebih tinggi dengan jumlah yang
lebih sedikit. (pedoman pasal 5 tentang penetapan
harga (Jakarta: KPPU RI., 2011)); -----------------------
j. Bahwa dalam UU No. 5 Tahun 1999, penetapan
harga diatur dalam pasal 5 ayat (1) yang berbunyi: ----
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga
atas suatu barang dan/ atau jasa yang harus dibayar
oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama.” --------------------------------
k. Bahwa jika dilihat dalam rumusannya, pasal 5 (1)
UU No. 5 Tahun 1999 dirumuskan dalam per se
illegal, sehingga penerapan pasal ini dapat kepada
pelaku usaha yang melakukan perjanjian penetapan
harga tanpa harus mencari alasan-alasan mereka
melakukan perbuatan tersebut atau tidak diperlukan
membuktikan perbuatan tersebut menimbulkan
terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat. (Dr. Andi Fahmi Lubis, S.E., M.E.,
DKK., Hukum Persaingan Usaha antara teks dan
konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009)); --------------------
l. Bahwa sesuai dengan bunyi dari pasal 5 (1) UU No.
5 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu
barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan
yang sama, maka terdapat beberapa hal yang perlu
dilihat yaitu: -------------------------------------------------
1) Terdapat perjanjian penetapan harga karena
sesuai dengan yang telah disebutkan bahwa
halaman 282 dari 383
Page 283
S A L I N A N
penetapan harga merupakan salah satu bentuk
kesepakatan dari kolusi. Dengan demikian
penetapan harga yang dilarang sesuai dengan
pasal 5 UU No.5 Tahun 1999 adalah penetapan
harga yang berasal dari suatu perjanjian. Tanpa
adanya perjanjian, maka kesamaan harga yang
ditetapkan oleh suatu perusahaan dan
perusahaan lain tidak dapat dikatakan melanggar
pasal 5 UU No.5 Tahun 1999. ----------------------
2) Antara Pelaku Usaha dengan Pelaku Usaha
Pesaingnya dimana Kolusi merupakan bentuk
peniadaan persaingan antara perusahaan-
perusahaan yang ada di pasar. Tanpa adanya
kolusi, perusahaan-perusahaan tersebut
merupakan pesaing atau kompetitor bagi
perusahaan lainnya. Perusahaan yang bersaing
adalah perusahaan yang memproduksi barang
pengganti terdekat (close substitute) dari
produksi perusahaan lain. Pasar bersangkutan
menunjukkan batas atau cakupan dari tingkat
substitusi dari barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Oleh karena itu, pelanggaran pasal 5
UU No.5 Tahun 1999 hanya terjadi jika terdapat
perjanjian penetapan harga antara pelaku-pelaku
usaha yang berada di dalam pasar bersangkutan
yang sama. ---------------------------------------------
3) Harga yang dibayar oleh Konsumen atau
Pelanggan karena sebagaimana dinyatakan
dalam ayat (1) bahwa pelaku usaha dilarang
melakukan perjanjian penetapan harga atas suatu
barang dan atau jasa. Penetapan harga yang
dimaksud di sini tidak hanya penetapan harga
akhir, melainkan juga perjanjian atas struktur
atau skema harga. Karena di dalam ayat tersebut,
penetapan harga tidak berarti penetapan harga
yang sama. Misalkan ketika perusahaan-
perusahaan yang berkolusi memiliki produksi
halaman 283 dari 383
Page 284
S A L I N A N
dengan berbagai kelas yangberbeda, maka
kesepakatan harga dapat berupa kesepakatan
atas margin (selisih antara harga dengan biaya
produksi). Akibatnya harga yang ada di pasar
bisa berbeda-beda untuk perusahaan dengan
kelas produksi yang berbeda, namun margin
yang diperoleh perusahaan-perusahaan di pasar
akan sama. (pedoman pasal 5 tentang penetapan
harga (Jakarta: KPPU RI., 2011)); ----------------
73.37.2.3 Tentang Isi Perjanjian ---------------------------------------------
a. Bahwa pada tanggal 21 Juni 2011 telah dilakukan
kesepakatan bersama mengenai harga jual LPG
kepada pelanggan LPG diwilayah Bandung dan
Sumedang, Jawa Barat oleh anggota Bidang LPG
Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
(selanjutnya disebut Surat Kesepakatan Harga) (vide
bukti C1);----------------------------------------------------
b. Bahwa anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang yang melakukan kesepakatan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1.1 di atas
adalah PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT,
PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT ASLI, PT KSR,
PT SBA, PT BN, PT YUNITA PERMAI, PT
INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT
GPA, PT AGN; ---------------------------------------------
c. Bahwa objek kesepakatan adalah tentang harga jual
LPG tabung isi 12 Kg, tabung isi 50 Kg, dan
penjualan menggunakan bulk LPG; ---------------------
d. Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg
adalah Rp. 70.200,- per tabung untuk ex Gudang
Agen; --------------------------------------------------------
e. Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg
adalah Rp. 71.200,- per tabung untuk franco sub
agen/penyalur/toko/sales point; --------------------------
f. Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg
adalah Rp. 73.200,- per tabung untuk pengiriman
halaman 284 dari 383
Page 285
S A L I N A N
langsung oleh agen untuk konsumen akhir dan
pengguna perantara (industri/hotel/rumah sakit); -----
g. Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 50 Kg
adalah Rp. 367.750,- per tabung untuk ex Gudang
Agen; --------------------------------------------------------
h. Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 50 Kg
adalah Rp. 375.000,- per tabung untuk franco sub
agen/penyalur/toko/sales point; --------------------------
i. Bahwa harga yang disepakati untuk penjualan
menggunakan bulk LPG adalah Rp. 10.250,- per
kilogram untuk franco pengguna perantara (industri/
hotel/rumah sakit) untuk wilayah Bandung
Sumedang; --------------------------------------------------
j. Bahwa dalam kesepakat ini selain penetapan harga
juga disetujui tentang larangan untuk memberikan
discount/potongan harga dari harga kesepakatan; ----
k. Bahwa dalam surat kesepakatan disepakati larangan
untuk mengambil alih pelanggan yang telah dibina
oleh agen lain; ----------------------------------------------
l. Bahwa berdasarkan keterangannya, stempel
perusahaan PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT
TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT
SBA, PT BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT
SIB, PT GBU, PT GPA dan PT AGN yang
digunakan dalam Surat Kesepakatan Bersama Harga
Jual LPG Anggota Bidang LPG HISWANA MIGAS
DPC Bandung Sumedang tanggal 21 Juni 2011
adalah benar milik PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT
AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT
KSR, PT SBA, PT BN, PT INAHOVTRACO, PT
LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA dan PT AGN; -------
73.37.2.4 Tentang Latar belakang Perjanjian Penetapan ----------------
a. Bahwa berdasarkan keterangan Saksi-saksi dan Para
Terlapor dalam Pemeriksaan, didapatkan fakta
adanya rapat-rapat dan/atau pertemuan-pertemuan
yang digelar oleh Hiswana Migas dan dihadiri oleh
anggota Hiswana Migas, sebelum penyusunan dan
halaman 285 dari 383
Page 286
S A L I N A N
penandatanganan Surat Perjanjian Kesepakatan
Harga; ---------------------------------------------------------
b. Bahwa rapat-rapat dan/atau pertemuan-pertemuan
tersebut digelar setidak-tidaknya pada kurun awal
2011 dengan lokasi rapat/pertemuan diantaranya di
Bumi Sawunggaling, Cibeunying, Riung
Panyileukan, D’risol, kantor Hiswana Migas dan
lokasi lainnya di seputaran wilayah Bandung dan
sekitarnya. ----------------------------------------------------
c. Bahwa rapat/pertemuan tersebut menurut keterangan
Saksi-saki dan Para Terlapor dipimpin oleh Ketua
Bidang LPG 12 Kg Hiswana Migas DPC Bandung
dan/atau oleh Sdri. Tetty jika Ketua Bidang
berhalangan memimpin rapat/pertemuan. ---------------
d. Bahwa pada pokoknya, latarbel;akang lahirnya
Perjanjian Kesepakatan Harga LPG tersebut adalah:
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, kenaikan
Upah Minimum Regional, kurangnya margin
keuntungan, dan keinginan untuk menaikkan tarif
transportasi penjualan LPG. Hal tersebut
sebagaimana disampaikan Saksi dan Para Terlapor
sebagai berikut: ----------------------------------------------
1) Saksi Vera Luciana, selaku Ketua Bidang LPG
12 Kg/50 Kg Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang dalam Pemeriksaan Lanjutan
tanggal 15 Desember 2014 menyatakan: --------
a) Bahwa terkait dengan kesepakatan
bersama yang dibuat pada tanggal 21 Juni
2011 adalah untuk memperjuangkan
adanya biaya transport yang layak untuk
kami (Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang) sebagai agen LPG yang tidak
hanya menjual di gudang tetapi juga
mengantarkan ke konsumen, dalam hal ini
di lapangan memang beragam; --------------
b) Bahwa kami (Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang) ada di bawah
halaman 286 dari 383
Page 287
S A L I N A N
pengawasan Pertamina sehingga kami
tidak dapat menjual sesuai dengan harga
yang kami inginkan, masyarakat juga
memantau harga jual kami. Oleh karena itu
kami memantau berapa harga jual yang
layak bagi masyarakat dan juga memenuhi
kebutuhan kami untuk penjualan; -----------
c) Bahwa itikad kami (Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang) adalah agar tidak
terlalu mahal, saat itu di pikiran kami
adalah sekitar Rp. 75.000 untuk di usulkan
kepada Pertamina. Upaya itu yang kami
lakukan dimana harga tidak berubah sejak
tahun 2009; -------------------------------------
d) Bahwa usulan tersebut dari dari semua
anggota Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang. --------------------------------------
2) Bahwa Terlapor I dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 13 Februari
2015, yang dihadiri oleh Chandra Irawan,
selaku Direktur Utama menyatakan: -------------
a) Bahwa yang melatar belakangi adanya
kesepakatan harga adalah kenaikan upah
minimum tiap tahun, kenaikan spare part
yang melambung tidak terkendali, dengan
biaya yang meroket tiap tahunnya naik
sebesar rata-rata 25%. Pertamina tidak bisa
tambah margin, namun karena merasa rugi
Terlapor I usul harga harus naik Rp. 1.000.
Kita usulkan ke konsumen untuk naik Rp.
2.000. Karena jika tidak maka kita tidak
tahan lagi. Kita usulkan ke Hiswana dan
Pertamina namun pada kenyataannya
terbengkalai, disetujui juga tidak. Beranjak
dari keinginan kita ingin menyelamatkan.
Pandangan kami polos saja dengan
halaman 287 dari 383
Page 288
S A L I N A N
tambahan Rp. 1.000 maka tidak terlalu
murah dan tidak terlalu mahal; ---------------
b) Bahwa terdapat fakta adanya banting-
membanting harga diantara para agen
LPG. ----------------------------------------------
3) Bahwa Terlapor II yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
dihadiri oleh Vera Luciana, selaku Direktur I
menyatakan: ------------------------------------------
a) Bahwa kesepakatan ini terjadi karena ada
banting-bantingan harga dan supaya para
agen untuk tidak ada perebutan konsumen
yang dibina oleh agen lain; --------------------
b) Bahwa 1 (satu) sales point Terlapor II
pernah diambil oleh Terlapor I dan
Terlapor II langsung menelpon Terlapor I
agar tidak mengambil sales point-nya. ------
4) Bahwa Terlapor III yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
dihadiri oleh Fransky Halim, selaku Sales
Supervisor menyatakan: ----------------------------
a) Bahwa pada pertemuan tersebut seperti
ajang silaturahmi dan kumpul supaya tidak
saling banting harga, karena margin dari
Pertamina tidak terlalu besar dan juga
biaya operasional cukup besar; ---------------
b) Bahwa di setiap pertemuan anggota
Hiswana Migas, para agen selalu
mengeluhkan mengenai harga, karena
mereka ingin mendapat untung dan
menjual lebih banyak; -------------------------
c) Bahwa hal lain yang dibicarakan dalam
pertemuan adalah jika antar LPG ke
konsumen ada penambahan untuk biaya
transportasi. -------------------------------------
5) Bahwa Terlapor IV yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 5 Februari 2015
halaman 288 dari 383
Page 289
S A L I N A N
dihadiri oleh Irsadun Ngibad, selaku Manager
Operasional menyatakan kesepakatan harga
dilatar belakangi adanya kenaikan upah
minimum dan bahan bakar minyak & Terlapor
IV maupun para agen gas LPG 12 Kg mau
menaikkan biaya transport untuk menutupi
kenaikan upah minimum dan bahan bakar
minyak tersebut. -------------------------------------
6) Bahwa Terlapor V yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
dihadiri oleh Supriyatna, selaku menyatakan: --
a) Bahwa pada pertemuan Hiswana Migas
pernah membahas mengenai surat
kesepakatan/kesepakatan harga saat ada
kenaikan harga bahan bakar minyak; -------
b) Bahwa PT Adigas Jaya Pratama dan PT
Api Gas Nasional mengambil sales point
Terlapor V. -------------------------------------
7) Bahwa Terlapor VI yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 6 Februari 2015
dihadiri oleh Mulyadi, selaku Direktur
menyatakan: ------------------------------------------
a) Berawal dari keluhan rekan-rekan sesama
agen, melalui diskusi internal keluhan
disampaikan kenaikan harga barang,
apalagi kami harus melakukan
penghantaran maka biaya menjadi lebih
mahal lagi dan mengurangi margin.
Konsep awalnya adalah untuk penambahan
biaya angkut; -----------------------------------
b) Bahwa beberapa kali rapat dilakukan. ------
8) Bahwa Terlapor VII yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 5 Februari 2015
dihadiri oleh Tatang Suryana Firdaus, selaku
Kepala Unit Usaha LPG menyatakan
kesepakatan itu berjalan setelah kenaikan
BBM. Setelah satu dua bulan, kami sulit untuk
halaman 289 dari 383
Page 290
S A L I N A N
menaikkan harga LPG. Selain itu ada tuntutan
karyawan untuk menaikkan UMR. Kami
memutuskan untuk menaikkan harga LPG
untuk menutupi kenaikan harga BBM dan
tuntutan kenaikan UMR. ---------------------------
9) Bahwa Terlapor VIII yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 5 Februari 2015
dihadiri oleh Amar Saputra, selaku Sekretaris
menyatakan disepakati bahwa kita anggota
Hiswana Migas memerlukan biaya tambahan
dengan alasan UMK naik, BBM naik tetapi
margin untuk agen masih tetap. Ada beberapa
orang yang mengusulkan termasuk saya, ada
tambahan untuk transpor. Fokusnya adalah
tambahan transpor bukan perubahan harga. -----
10) Bahwa Terlapor IX yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 6 Februari 2015
dihadiri oleh Muji Waluyo, selaku Wakil
Direktur menyatakan bahwa margin yang kami
terima tidak mencukupi, ditambah adanya
kenaikan BBM, UMK, onderdil dan biaya
operasional; ------------------------------------------
11) Bahwa Terlapor X yang dalam Pemeriksaan
Lanjutan tanggal 9 Januari 2015 yang dihadiri
oleh Elsye Rosyatina, selaku Direktur Utama
menyatakan: ------------------------------------------
a) Bahwa Terlapor X menyatakan lupa
pembahasan yang dilakukan didalam rapat
yang diselenggarakan Hiswana Migas;-----
b) Bahwa saat itu mereka keberatan karena
sedang ada pembentukan sesuatu dari
Pertamina. --------------------------------------
12) Bahwa Terlapor XII yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 5 Februari 2015
dihadiri oleh Oky Hendrik Lumban Gaol,
selaku Direktur Utama menyatakan bahwa
keinginan menaikkan harga karena merasa
halaman 290 dari 383
Page 291
S A L I N A N
margin yang terlalu kecil, serta adanya
kenaikan Bahan Bakar Minyak dan Upah
Minimur Regional saat itu. ------------------------
13) Bahwa Terlapor XIII yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
yang dihadiri oleh Hj. Tetty Silviaty selaku
Direktur menyatakan: -------------------------------
a) Bahwa latar belakang adanya kesepakatan
harga ini karena adanya banting-banting
harga menjelang tahun 2011 dan
puncaknya ketika adanya kenaikan bahan
bakar minyak pada tahun 2011; --------------
b) Bahwa kesepakatan harga ini juga dipicu
karena margin yang diterima Terlapor XIII
tidak selama 4 (empat) tahun tidak
berubah, malahan pendapatan bersih
menurun. -----------------------------------------
14) Bahwa Terlapor XIV yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 13 Februari 2015
dihadiri oleh Hari Imbrani, selaku Manager
Operasional menyatakan: --------------------------
a) Bahwa kesepakatan harga terjadi karena
akumulasi dari persaingan dengan adanya
banting-banting harga antar agen.
Pertemuan-pertemuan di The Risoles,
Sawungggaling, Riung Panyileukan
Cibeunying itu mendiskusikan mengenai
adanya persaingan harga tersebut.
Pertemuan-pertemuan itu diharapkan agar
agen-agen tidak saling merebut pelanggan
yang sudah ada. Selain itu juga ada
kenaikan bahan bakar minyak dan
kenaikan upah minimum. Kesepakatan ini
agar para agen tidak saling membanting
harga, tidak memberikan diskon, tidak
memberi pinjaman tabung; -------------------
halaman 291 dari 383
Page 292
S A L I N A N
b) Bahwa ada sales point Terlapor XIV yang
diambil oleh Terlapor X, tetapi ada 3 (tiga)
sales point Terlapor X yang berpindah ke
Terlapor XIV. ----------------------------------
15) Bahwa Terlapor XV yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 6 Februari 2015
yang dihadiri oleh H. Endang Suryana, selaku
Dirut menyatakan: ----------------------------------
a) Bahwa awalnya ada keluhan-keluhan
sebelum kenaikan BBM, utamanya ada
agen baru yang jualnya banting-banting
harga. Pada rapat-rapat berikutnya muncul
lagi ada kenaikan UMR; ----------------------
b) Bahwa Terlapor menyatakan beberapa
pangkalan atau sales point-nya diambil
oleh Agen lain dengan rincian: 4 (empat)
pangkalan saya yang pindah ke PT Apigas.
1 (satu) pangkalan beralih ke PT Limas
Raga Inti dan 1 (satu) lagi ke Griya. --------
16) Bahwa Terlapor XVII yang dalam Pemeriksaan
Lanjutan tanggal 9 Januari 2015 dihadiri oleh
Indra Indrawan, selaku Direktur menyatakan
bahwa Terlapor XVII menjelaskan adanya
pembahasan kenaikan harga dengan alasan
adanya kenaikan biaya operasional khususnya
Terlapor I. --------------------------------------------
73.37.2.5 Tentang Proses pembuatan perjanjian penetapan harga-----
a. Bahwa berdasarkan keterangan Saksi-saksi dan Para
Terlapor dalam Pemeriksaan, didapatkan fakta
adanya rapat-rapat dan/atau pertemuan-pertemuan
yang digelar oleh Hiswana Migas dan dihadiri oleh
anggota Hiswana Migas, sebelum penyusunan dan
penandatanganan Surat Perjanjian Kesepakatan
Harga; ---------------------------------------------------------
b. Bahwa rapat-rapat dan/atau pertemuan-pertemuan
tersebut digelar setidak-tidaknya pada kurun awal
2011 dengan lokasi rapat/pertemuan diantaranya di
halaman 292 dari 383
Page 293
S A L I N A N
Bumi Sawunggaling, Cibeunying, Riung
Panyileukan, D’risol, kantor Hiswana Migas dan
lokasi lainnya di seputaran wilayah Bandung dan
sekitarnya; ----------------------------------------------------
c. Bahwa rapat/pertemuan tersebut menurut keterangan
Saksi-saksi dan Para Terlapor dipimpin oleh Ketua
Bidang LPG 12 Kg Hiswana Migas DPC Bandung
dan/atau oleh Sdri Tetty Silviaty jika Ketua Bidang
berhalangan memimpin rapat/pertemuan; ---------------
d. Bahwa berdasarkan keterangan Saksi-saksi dan
Terlapor, Perjanjian Kesepakatan Harga Jual LPG
tersebut ditandatangani secara terpisah, baik dari sisi
waktu penandatangan dan tempat penandatangan.
Artinya, tidak ditandatangani oleh para Terlapor
secara bersamaaan dalam suatu forum atau kegiatan,
sebagaimana yang disampaikan Saksi dan para
Terlapor sebagai berikut: ----------------------------------
1) Bahwa berdasarkan keterangan Saksi, para
Terlapor dan dokumen, Perjanjian kesepakatan
penetapan harga, seluruh Terlapor baik yang
diwakili oleh Direksi dan atau staf telah
menandatangani dan membubuhkan stempel
resmi Perusahaan didalam dokumen; -------------
2) Bahwa berdasarkan keterangan Saksi dan para
Terlapor, yakni Terlapor I, Terlapor II, Terlapor
III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor
VI,Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX,
Terlapor XII, Terlapor XII, Terlapor XIV, dan
Terlapor XV menyatakan menandatangani
Perjanjian kesepakatan penetapan harga secara
sadar dan tanpa ada tekanan, setidak-tidaknya
dalam Pemeriksaan tidak pernah menyatakan
keberatan untuk menandatangani Perjanjian
kesepakatan penetapan harga tersebut. ------------
e. Bahwa berdasarkan fakta pemeriksaan, terdapat 2
(dua) Terlapor, yakni Terlapor X dan Terlapor XVII
yang merasa tidak setuju dan merasa mendapat
halaman 293 dari 383
Page 294
S A L I N A N
tekanan untuk menandatangani Perjanjian
kesepakatan penetapan harga dengan uraian sebagai
berikut: -------------------------------------------------------
1) Bahwa Terlapor X yang dalam Pemeriksaan
Lanjutan tanggal 9 Januari 2015 yang dihadiri
oleh Elsye Rosyatina, selaku Direktur Utama
menyatakan Terlapor X merasa mendapat
tekanan untuk menandatangani Perjanjian
kesepakatan penetapan harga karena diancam
tidak akan mendapatkan pasokan gas. Namun
demikian, Terlapor X mengaku lupa siapa
pihak yang mengancam tersebut; -----------------
2) Bahwa Terlapor XVII yang dalam Pemeriksaan
Lanjutan tanggal 9 Januari 2015 dihadiri oleh
Indra Indrawan, selaku Direktur menyatakan: -
a) Bahwa Terlapor XVII merasa
mendapatkan tekanan secara psikis untuk
menandatangani Perjanjian kesepakatan
penetapan harga. Tekanan tersebut karena
ada kepentingan perusahaan Terlapori
yang lain yang merupakan agen 3 Kg
dalam hal pembayaran transportation fee
melalui Hiswana Migas; -----------------------
b) Bahwa staf saya pada bulan September
2011 diberikan Surat Kesepakatan Harga
yang harus segera ditanda-tangani. Pada
saat itu hanya kami yang belum tanda-
tangan; -------------------------------------------
c) Dari beberapa distributor lain yang
Terlapor telepon, mereka dipanggil oleh
Hiswana untuk datang menandatangani
kesepakatan tersebut. --------------------------
3) Bahwa Saksi Vera Luciana,selaku Ketua
Bidang LPG 12 Kg/50Kg Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang dalam Pemeriksaan
Lanjutan tanggal 15 Desember 2014
menyatakan bahwa saksi menandatangani
halaman 294 dari 383
Page 295
S A L I N A N
kesepakatan tersebut karena saksi menganggap
isi kesepakatan tersebut adalah itikad baik para
agen untuk mendapatkan margin yang wajar
selama tidak merugikan masyarakat. -------------
73.37.2.6 Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dalam
pemeriksaan, sebagaimana keterangan yang diberikan
Saksi, para Terlapor dan dokumen terdapat peran yang
cukup strategis yang dilakukan oleh Terlapor I dalam
kaitan lahirnya Perjanjian kesepakatan penetapan harga
sebagaimana uraian berikut: ------------------------------------
1) Bahwa Terlapor I yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 13 Februari 2015,
yang dihadiri oleh Chandra Irawan, selaku Direktur
Utama menyatakan karena dilatarbelakangi
kenaikan biaya operasional dan fenomena banting-
membanting harga, maka atas kondisi tersebut
Terlapor I membuat rincian/breakdown biaya
operasional; ------------------------------------------------
2) Bahwa Terlapor II yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
dihadiri oleh Vera Luciana, selaku Direktur I
menyatakan Rapat di Bumi Sawunggaling dipimpin
oleh Sdr. Vera Luciana selaku Ketua Bidang dan
Sdr. Chandra dari Terlapor I membawa dokumen
yang berisi perhitungan komponen harga dan
membagikan atas permintaan para Terlapor; ---------
3) Bahwa Terlapor III yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
dihadiri oleh Fransky Halim, selaku Sales Supevisor
menyatakan: -----------------------------------------------
a) Bahwa Terlapor I pernah menyampaikan
perhitungan biaya operasional dan biaya
transportasi dalm bentuk selebaran yang
dibagikan kepada agen lain; ----------------------
b) Bahwa yang disampaikan oleh Terlapor I
semua tertuang dalam kesepakatan harga. ------
halaman 295 dari 383
Page 296
S A L I N A N
4) Bahwa Terlapor V yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
dihadiri oleh Supriyatna, selaku menyatakan
Terlapor V mengikuti rapat Hiswana Migas saat
dipimpin Ibu Vera Luciana, dimoderatori Sdri. Tetty
serta saat Sdr. Chandra dari PT Limas Raga Inti
menjelaskan perhitungan biaya dan keuntungan; -----
5) Bahwa Terlapor VIII yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 5 Februari 2015
dihadiri oleh Amar Saputra, selaku Sekretaris
menyatakan Terlapor VIII menyatakan sudah ada
perhitungan, sebelum penandatangan Perjanjian.
Ada anggota Hiswana Migas yang menghitung.
Yang mengajukan perhitungan adalah salah satu
dari Terlapor juga yang memang adalah anggota
Hiswana Migas. Terlapor itu adalah Terlapor I; ------
6) Bahwa Terlapor XIII yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
yang dihadiri oleh Hj. Tetty Silviaty selaku
Direktur menyatakan: ------------------------------------
a) Bahwa Terlapor I membawa dan membagikan
dokumen perhitungan harga untuk dibaca
bersama; ---------------------------------------------
b) Bahwa Terlapor I membawa dan membagikan
dokumen yang berisi perhitungan harga atau
perhitungan biaya transportasi atas permintaan
Hiswana Migas; ------------------------------------
c) Bahwa alasan meminta Terlapor I melakukan
perhitungan karena Terlapor I memeiliki data
dan staf yang mampu untuk membuat
perhitungan ini. -------------------------------------
7) Bahwa Terlapor XV yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 6 Februari 2015 yang
dihadiri oleh H. Endang Suryana, selaku Dirut
menyatakan Terlapor XV menyatakan Pak Candra
(Dirut Terlapor I) sudah berpengalaman selama 40
halaman 296 dari 383
Page 297
S A L I N A N
(empat puluh) tahun, sehingga hitung-hitungan
datangnya dari Pak Candra. ------------------------------
73.37.3 Tentang Sifat Mengikat Suatu Perjanjian ----------------------------------
73.37.3.1 Bahwa sifat Perjanjian kesepakatan penetapan harga yang
ditandatangani Direksi atau staf yang ditunjuk dan
dibubuhi stempel resmi Perusahaan mempunyai sifat
mengikat dengan uraian sebagai berikut: ---------------------
1) Bahwa Saksi Indra Jaya Hutabarat selaku Ketua
Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang pada
Pemeriksaan Lanjutan 27 November 2014
menyatakan: ------------------------------------------------
a) Bahwa terkait dengan kesepakatan harga untuk
LPG yang saksi ketahui saat itu Ibu Vera
Luciana selaku Ketua Bidang LPG 12 Kg ingin
mengadakan rapat sesuai keanggotaan, maka
mereka saat itu adakan rapat untuk menampung
aspirasi anggota 12 Kg, dan mereka sepakati; ---
b) Bahwa saksi menandatangani kesepakatan
tersebut yang saksi ketahui saksi melihat ketua
bidang baru ajukan usulan yang akan diajukan
ke DPD. Jika memang dilaksanakan, maka
diberikan kepada Pertamina. -----------------------
c) Bahwa saksi tanda tangan dalam kesepakatan
tersebut karena melihat anggota telah
tandatangan, ketua bidang yang lebih kompeten
pun juga sudah menandatangani. -----------------
2) Bahwa Saksi Vera Luciana,selaku Ketua Bidang
LPG 12 Kg/50 Kg Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang dalam Pemeriksaan Lanjutan tanggal 15
Desember 2014 menyatakan: ----------------------------
a) Bahwa saksi menandatangani kesepakatan
tersebut karena saksi menganggap isi
kesepakatan tersebut adalah itikad baik para
agen untuk mendapatkan margin yang wajar
selama tidak merugikan masyarakat; --------------
b) Bahwa tidak ada surat yang dibuat oleh
Hiswana untuk membatalkan kesepakatan ini ---
halaman 297 dari 383
Page 298
S A L I N A N
c) Bahwa tidak ada larangan dari ketua Hiswana
Migas terkait dengan pembuatan kesepakan
harga ketua mendukung selama kegiatan
tersebut positif. ---------------------------------------
3) Bahwa Terlapor I yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 13 Februari 2015,
yang dihadiri oleh Chandra Irawan, selaku Direktur
Utama menyatakan: ---------------------------------------
a) Harga di tingkat konsumen berbeda, untuk yang
menggambil digudang dikenakan harga
Rp.70.200,- tetapi untuk sales point dikenakan
tambahan biaya Rp.1000,-, sedangkan untuk
konsumen akhir dikenakan tambahan biaya
Rp.2000,- (harga di end user Rp.73.200,-
/tabung); -----------------------------------------------
b) Bahwa Terlapor I menyatakan ada 2 hal yang
disepakati yaitu: dilarang beri diskon dari harga
tersebut diatas, dilarang ambil alih pelanggan
yang di bina agen lain dan hal tersebut dipatuhi.
4) Bahwa Terlapor II yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
dihadiri oleh Vera Luciana, selaku Direktur I
menyatakan menurut Terlapor II kesepakatan harga
jual gas LPG tersebut mengikat; -------------------------
5) Bahwa Terlapor III yang dalam Perpanjangan
Pemeriksaan Lanjutan tanggal 12 Februari 2015
dihadiri oleh Fransky Halim, selaku Sales
Supervisor menyatakan: ----------------------------------
a) Bahwa Terlapor I pernah menyampaikan
perhitungan biaya operasional dan biaya
transportasi dalam bentuk selebaran yang
dibagikan kepada agen lain; -----------------------
b) Bahwa yang disampaikan oleh Terlapor I
semua tertuang dalam kesepakatan harga. -------
73.37.3.2 Bahwa selain keterangan-keterangan tersebut diatas,
terdapat bukti dokumen-dokumen terkait yang telah
halaman 298 dari 383
Page 299
S A L I N A N
diperiksa dalam Pemeriksaan, yang menunjukkan
pelaksanaan kesepakatan penetapan harga tersebut. ---------
73.37.4 Bahwa berdasarkan fakta Pemeriksaan berupa keterangan Saksi-saksi,
para Terlapor serta dokumen, maka dapat disimpulkan jika para
Terlapor yang merupakan anggota Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang benar melakukan atau membuat Perjanjian Kesepakatan
Penetapan Harga jual LPG yang bertujuan untuk secara bersama
menetapkan harga jual LPG pada Pasar Bersangkutan. ----------------------
73.38 Tentang dampak diuraikan sebagai berikut: ----------------------------------------------
73.38.1 Bahwa berikut adalah data rekapitulasi realisasi penjualan LPG untuk
kemasan tabung isi 12 Kg; -------------------------------------------------------
Rekapitulasi Realisasi Penjualan LPG Kemasan Tabung isi 12 Kg Kurun Waktu 2011, 2012 dan 2013
No Nama Perusahaan
Jumlah Realisasi (Tabung) Total Realisasi
2011, 2012 & 2013
Total x Rp 1.000,- 2011* 2012 2013
1 PT Limas Raga Inti 933,076 1,945,723 2,077,644 4,956,443 4,956,443,000 2 PT Tirta Gangga Tama 91,500 181540 198,954 471,994 471,994,000 3 PT Arias Mas 131,432 294,924 387,393 813,749 813,749,000
4 PT Sumber Kerang Indah 171,472 348973 382,802 903,247 903,247,000
5 Kopkar PGN 41,280 62640 69,275 173,195 173,195,000 6 PT Inahovtraco 10,600 21674 24,749 57,023 57,023,000 7 PKPRI Kodya Bandung 26,988 39110 45,594 111,692 111,692,000 8 PT Baragas Nasional 10,050 13200 21,797 45,047 45,047,000
9 PT Surya Buana Rahayu 21,800 44,960 49,832 116,592 116,592,000
10 PT Kurniasari Rahayu 97,278 203,266 209,901 510,445 510,445,000
11 PT Adigas Jaya Pratama 83,836 154233 165,884 403,953 403,953,000
12 PT Lembang Abadi Indah 44,617 93165 99,494 237,276 237,276,000
13 PT Guna Bumi Utama 27,232 85111 112,738 225,081 225,081,000
14 PT Griya Putra Anugrah 80,036 149948 167,455 397,439 397,439,000
15 PT Api Gas Nasional 120,544 322223 354,553 797,320 797,320,000 16 PT Sinar Bakti Abadi 56,298 242,475 117,140 415,913 415,913,000
17 PT Sawitto Indah Berkah 83,985 195,989 220,110 500,084 500,084,000
TOTAL 2,032,024 4,399,154 4,705,315 11,136,493 11,136,493,000
*sepanjang bulan Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember
73.38.2 Bahwa berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui dampak dari
Perjanjian Kesepakatan Penetapan Harga Jual LPG yang dilakukan oleh
Para Terlapor. ----------------------------------------------------------------------
halaman 299 dari 383
Page 300
S A L I N A N
73.39 Tentang Fakta Lain ---------------------------------------------------------------------------
73.39.1 Bahwa Saksi Sdr. Dwi Manoveri selaku LPG & Gas Products Region
III PT Pertamina (Persero) dalam Pemeriksaan Lanjutan tanggal 13
November 2014 menyatakan : --------------------------------------------------
73.39.1.1 Bahwa saksi adalah manager region III pada saat
Kesepakatan harga dibuat saat ini saksi adalah Region
Manager IV; -------------------------------------------------------
73.39.1.2 Bahwa tupoksi saksi sebagai manager region III
berdasarkan SK Penempatan 1 Januari 2013, LPG untuk
wilayah Bandung & sekitarnya. Tupoksinya adalah
merencanakan dan melaksanakan pemasaran LPG di
wilayah Bandung, Sumedang, Purwakarta, Garut (sebagian
wilayah Jawa Barat); ---------------------------------------------
73.39.1.3 Bahwa pendistribusian LPG dilakukan dengan
menggunakan mitra yang diangkat sebagai
agen/distributor; ---------------------------------------------------
73.39.1.4 Bahwa untuk Bandung dan Sumedang memiliki kurang
lebih 20 (dua puluh) agen; ---------------------------------------
73.39.1.5 Bahwa terkait dengan kewenangan pentapan harga
dilakukan dari pusat; ---------------------------------------------
73.39.1.6 Bahwa SK 2009 dan masih berlaku hingga 2011. Harga
ex-agen Rp.70.200 untuk 12 Kg. Untuk 3 Kg Rp. 4.750.
Dalam radius 60 (enam puluh) km; ----------------------------
73.39.1.7 Bahwa untuk radius lebih dari 60 (enam puluh) km harga
ditambahkan dengan biaya angkut sesuai ketentuan
Menteri Perhubungan RI; ----------------------------------------
73.39.1.8 Bahwa margin laba agen sudah ditetapkan; -------------------
73.39.1.9 Bahwa harga margin LPG 12 Kg ke agen adalah sebesar
Rp. 4.872, jika dihitung per Kg Rp. 406 plus PPN; ---------
73.39.1.10 Bahwa Rp. 70.200 adalah Harga jual LPG 12 Kg. Kepada
ex-agen diluar radius 60 (enam puluh) km dari SPBE
terdekat adalah harga jual agen ke konsumen dengan biaya
angkutan yang disesuaikan dengan ketentuan biaya
angkutan dalam SK Menhub RI; -------------------------------
73.39.1.11 Bahwa harga Rp.70.200 merupakan harga fix, bukan
merupakan harga batas atas maupun harga batas bawah ----
halaman 300 dari 383
Page 301
S A L I N A N
73.39.1.12 Bahwa saksi tidak pernah menandatangani kesepakatan
DPC Sumedang Bandung, tanggal 21 Juni 2011; ------------
73.39.1.13 Bahwa terkait dengan penetapan harga untuk tabung 12 Kg
sebesar Rp. 71.200 untuk sub agen, penyalur, sales point
dan Rp. 73.200 untuk harga agen ke konsumen akhir
bukan merupakan harga yang ditetapkan oleh
Pertamina/rekomendasi Pertamina; ----------------------------
73.39.1.14 Bahwa terkait dengan penetapan harga untuk tabung 50 Kg
sebesar Rp. 735.000,- untuk franco sub agen bukan
merupakan harga yang ditetapkan oleh
Pertamina/rekomendasi Pertamina; ----------------------------
73.39.1.15 Bahwa penetapan kuota oleh pertamina untuk tiap agen
adalah dengan melihat historis masing-masing agen selama
3 (tiga) bulan, lalu dibagi secara proporsional; ---------------
73.39.1.16 Bahwa hubungan antara pertamina dengan agen adalah
keagenan dan jual beli. Dalam keagenan, agen melakukan
penebusan ke Pertamina. Untuk hubungan jual beli, agen
menjual LPG ke konsumen; -------------------------------------
73.39.1.17 Bahwa jual beli yang dilakukan oleh para agen dengan
Pertamina adalah model jual putus; ----------------------------
73.39.1.18 Bahwa yang saksi ketahui belum pernah ada pemberian
sanksi jika agen melanggar ketentuan Pertamina; -----------
73.39.1.19 Bahwa untuk jadi agen LPG 12 Kg maka badan usaha
ajukan izin ke Pertamina, saksi lakukan evaluasi bila layak
akan diangkat sebagai agen; ------------------------------------
73.39.1.20 Bahwa terdapat larangan yang diatur di dalam Pertamina,
bahwa agen-agen ini dilarang ambil di wilayah diluar
wilayahnya; --------------------------------------------------------
73.39.1.21 Bahwa terkait aktivitas agen, saksi berikan alokasi bulanan
dengan dasar historis sales agen. Saksi sampaikan ke agen
bahwa bulan ini agen bisa menebus sejumlah ini. Agen
melakukan pembagian per hari, berapa yang dia tebus
sesuai kuota yang saksi tetapkan. Biasanya 2-3 hari
penebusan ke Pertamina; ----------------------------------------
73.39.1.22 bahwa jumlah lokasi pengisian tabung LPG Kurang lebih
sekitar 8 (delapan) SPBE untuk LPG 12 Kg; -----------------
halaman 301 dari 383
Page 302
S A L I N A N
73.39.1.23 Bahwa saksi mengetahui adanya kesepakatan yang dibuat
oleh Hiswana Migas tetapi saksi tidak menandatangi
kesepakatan tersebut karena bukan domain saksi untuk
menetapkan harga; ------------------------------------------------
73.39.1.24 Bahwa perubahan harga pada 1 Desember 2013, harga jual
agen ex-agen Rp.77.100, 1 Januari 2014 harga jual agen ke
konsumen Rp. 124.700, 7 Januari 2014 Rp.91.300,
kemudian 1 April 2014 Rp. 91.300, 13 Juni 2014 Rp.
91.300;--------------------------------------------------------------
73.39.1.25 Bahwa tidak ada pengajuan usulan dan covering letter dari
Hiswana Migas kepada Pertamina jika kesepakatan tanggal
21 Juni 2014 mengenai kesepakatan harga diluar harga Rp.
70.200 merupakan usulan dari Hiswana Migas. --------------
73.39.2 Bahwa Keterangan Saksi Aris Hariyanto, yang diajukan oleh Terlapor
IV dalam Pemeriksaan Lanjutan tanggal 8 Desember 2014. Dalam
kesaksiannya yang diberikan dibawah sumpah, Saksi menyatakan: ------
73.39.2.1 Bahwa saksi adalah konsumen langsung untuk LPG 12 Kg
dari Terlapor IV; ---------------------------------------------------
73.39.2.2 Bahwa harga beli saksi untuk gas 12 Kg pada 2011 adalah
Rp. 70.200,-; --------------------------------------------------------
73.39.2.3 Bahwa harga pembelian gas LPG 12 Kg 2014 adalah Rp.
114.200; -------------------------------------------------------------
73.39.2.4 Bahwa saksi tidak mengetahui harga gas LPG pada tahun
2010; -----------------------------------------------------------------
73.39.2.5 Bahwa saksi tidak memiliki bukti bayar untuk pembelian
LPG 12 Kg pada tahun 2011; ------------------------------------
73.39.2.6 Bahwa saksi tidak mengetahui alamat dari Terlapor IV; ----
73.39.2.7 Bahwa saksi tidak mengetahui Dirut dari Terlapor IV; ------
73.39.2.8 Bahwa saksi tetap membeli gas dari Terlapor IV walaupun
disekitar rumah saksi ada toko eceran yang menjual LPG. --
73.39.3 Bahwa Keterangan Saksi Rubiana, yang diajukan oleh Terlapor IV
dalam Pemeriksaan Lanjutan tanggal 15 Desember 2014. Dalam
kesaksiannya yang diberikan dibawah sumpah, Saksi menyatakan: -------
73.39.3.1 Bahwa saksi merupakan pengecer gas LPG 12 Kg selain
itu saksi memiliki pekerjaan sebagai tukang las; -------------
73.39.3.2 Bahwa saksi memiliki sekitar 15 (lima belas) tabung; ------
73.39.3.3 Bahwa gas diantar oleh supir PT Adigas ke rumah saksi; --
halaman 302 dari 383
Page 303
S A L I N A N
73.39.3.4 Bahwa saksi mendapat harga gas LPG dari PT Adigas
sebesar Rp. 70.200 dan dikirimkan ke rumah saksi; ---------
73.39.3.5 Bahwa harga jual saksi ke konsumen akhir adalah Rp.
77.000 berikut kirim dan pasang; -------------------------------
73.39.3.6 Bahwa lokasi saksi bekerja sebagai tukang las listrik
dengan lokasi berjualan gas adalah sama; ---------------------
73.39.3.7 Bahwa saksi tidak memiliki nama untuk tempat usaha las
nya walaupun begitu orang sekitar tahu bahwa saya
bekerja membuat pagar, teralis dan saya pernah juga
mengerjakan proyek pengelasan di PDAM; ------------------
73.39.3.8 Bahwa saksi tidak ingat kapan memulai menjadi tukang
las; ------------------------------------------------------------------
73.39.3.9 Bahwa sebulan saksi memesan tabung sejumlah 40 (empat
puluh) tabung; -----------------------------------------------------
73.39.3.10 Bahwa saksi bisa menyetir mobil tetapi tidak memiliki
kendaraan; ---------------------------------------------------------
73.39.3.11 Bahwa saksi dalam mengantar gas menggunakan troli ke
rumah-rumah dan jarak terjauh mengantar adalah sekitar
150-200 meter; ----------------------------------------------------
73.39.3.12 Bahwa bedasarkan keterangan Saksi diatas. Bahwa tahun
2009-2012 harga jual di Rp. 70.200, tahun 2013 di harga
Rp. 77.000, lalu tahun 2014 ada harga Rp. 112.800,-; ------
73.39.3.13 Bahwa di daerah sekitar rumah saksi Indomaret, Alfamart
yang juga menjual gas LPG; ------------------------------------
73.39.3.14 Bahwa saksi tidak memiliki bukti nota pembelian gas ke
Terlapor IV; -------------------------------------------------------
73.39.3.15 Bahwa saksi tidak memiliki hubungan dengan Terlapor IV
dan tidak pernah bekerja di Terlapor IV; ----------------------
73.39.3.16 Bahwa saksi tidak konsisten dalam memberikan
keterangannya terkait alasan Saksi berhenti jualan LPG 3
Kg karena alasannya konsumen banyak yang menanyakan
tabung 12 Kg maka Saksi beralih, namun di Sidang Saksi
bercerita alasannya karena tabung 3 Kg susah didapat. ------
73.39.4 Bahwa keterangan Saksi Aris Hariyanto dan Rubiana yang diajukan
oleh Terlapor IV tidak layak dipertimbangkan dan patut diduga
memberikan kesaksian palsu dibawah sumpah dengan uraian sebagai
berikut: ------------------------------------------------------------------------------
halaman 303 dari 383
Page 304
S A L I N A N
73.39.4.1 Bahwa Saksi Aris Hariyanto dan Rubiana yang tidak
mengaku atau setidak-tidaknya menutup-nutupi identitas
yang bersangkutan, sebenarnya merupakan
karyawan/pegawai dari PT Adigas Jaya Pratama yang
merupakan Terlapor IV; -----------------------------------------
73.39.4.2 Bahwa Terlapor IV dalam Perpanjangan Pemeriksaan
Lanjutan tanggal 5 Februari 2015 yang diwakili oleh
Irsadun Ngibad selaku Manger Operasional berdasarkan
surat kuasa dari Direktur Utama PT Adigas Jaya Pratama
menyatakan identitas Saksi Aris Hariyanto dan Rubiana
yang sebenarnya merupakan karyawan/pegawai dari PT.
Adigas Jaya Pratama yang merupakan Terlapor IV.---------
73.40 Tentang Analisa Unsur -------------------------------------------------------------------------
73.40.1 Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut dan dikaitkan
dengan dugaan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999, maka akan diuraikan analisa pemenuhan unsur
terkait Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. ----------------------
73.40.2 Memperhatikan fakta terdapatnya 2 (dua) Pelaku Usaha yang berbadan
hukum Koperasi, maka sebelum diuraikan analisa pemenuhan unsur
Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, akan diuraikan mengenai
Pengecualian yang diatur didalam Pasal 50 huruf i Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut: -----------------------------------------
73.40.3 Bahwa ketentuan Pasal 50 huruf i Undang-undang No 5 Tahun 1999
menyatakan sebagai berikut: -----------------------------------------------------
Yang dikecualikan dari ketentuan Undang-undang ini adalah: -------------
Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya. ------------------------------------------------------------------------
Penjelasan Pasal 50 huruf i -------------------------------------------------------
Yang dimaksud dengan melayani anggotanya adalah memberi
pelayanan hanya kepada anggotanya dan bukan kepada masyarakat
umum untuk pengadaan kebutuhan pokok, kebutuhan sarana produksi
termasuk kredit dan vahan baku, serta pelayanan untuk memasarkan
dan mendistribusikan hasil produksi anggota yang tidak mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. -----
73.40.4 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 50 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 dan penjelasannya, maka pengecualian hanya diperuntukkan
halaman 304 dari 383
Page 305
S A L I N A N
kepada Koperasi yang hanya melakukan kegiatan usahanya untuk
melayani anggota Koperasinya saja. --------------------------------------------
73.40.5 Bahwa mengingat ketentuan tersebut, maka perlu untuk dilakukan
analisa apakah 2 (dua) pelaku usaha yang berbentuk Koperasi, yakni
PKPRI dan KOPKAR PGN hanya melayani kebutuhan anggotanya saja
atau tidak. ---------------------------------------------------------------------------
73.40.6 Bahwa berdasarkan keterangan, data dan informasi yang ada, maka
kegiatan usaha yang dilakukan PKPRI dan KOPKAR PGN tidak hanya
melayani kebutuhan anggotanya saja, namun juga melayani kebutuhan
masyarakat umum. ----------------------------------------------------------------
73.40.7 Bahwa dengan demikian, maka PKPRI dan KOPKAR PGN sebagai
pelaku usaha yang berbadan hukum Koperasi tidak dapat dikecualikan
sebagaimana diatur didalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. ------
73.40.8 Bahwa setelah uraian mengenai pengecualian yang diatur didalam Pasal
50 huruf i Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, berikut akan
diuraikan analisa pemenuhan unsur Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999. ------------------------------------------------------------------------
73.40.9 Bahwa ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No 5 Tahun 1999
menyatakan sebagai berikut: -----------------------------------------------------
1) pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama; -------------------------------------------
2) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi: ---------------------------------------------------------------------------- a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan
atau; ----------------------------------------------------------------------- b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang
berlaku. -------------------------------------------------------------------
73.40.10 Bahwa Pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 mengandung
unsur-unsur sebagai berikut: -----------------------------------------------------
73.40.10.1 Pelaku Usaha -------------------------------------------------------
1) Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan
Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 adalah “Orang perorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
halaman 305 dari 383
Page 306
S A L I N A N
sama melalui perjanjian, menyelenggarakan
berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi”; ----
2) Bahwa sesuai dengan pembahasan mengenai
identitas para terlapor dalam bab Para Pihak di atas,
Tim menilai bahwa PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT
AJP, PT PT TGT, PT AM, PT KSR, PT SBA, PT
BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT
GBU, PT GPA, PT AGN adalah perusahaan yang
berbentuk Badan Hukum yang didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum
negara Republik Indonesia dan KOPKAR PGN
adalah badan usaha yang berbentuk Koperasi yang
didirikan dan melakukan kegiatan usaha dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia sehingga
memenuhi definisi pelaku usaha sesuai dengan
ketentuan pasal 1 angka 5 undang-undang No. 5
Tahun 1999; ------------------------------------------------
3) Bahwa dengan demikian, unsur pelaku usaha telah
terpenuhi. ----------------------------------------------------
73.40.10.2 Perjanjian Penetapan Harga --------------------------------------
1) Perjanjian sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1
angka 7 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 adalah :
“suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha
untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih
pelaku usaha lain dengan nama apa pun, baik
tertulis maupun tidak tertulis.“ -------------------------
Bahwa Tim menemukan adanya Surat Kesepakatan
Bersama Harga Jual LPG Anggota Bidang LPG
Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang tanggal
21 Juni 2011; ----------------------------------------------
2) Bahwa yang diatur dalam kesepakatan tersebut
adalah tentang harga jual LPG tabung isi 12 Kg,
tabung isi 50 Kg, dan penjualan menggunakan bulk
LPG; ---------------------------------------------------------
3) Bahwa kesepakatan tersebut telah ditandatangani PT
LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM,
PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT SBA, PT BN,
halaman 306 dari 383
Page 307
S A L I N A N
PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU,
PT GPA dan PT AGN yang juga merupakan
anggota dari Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang; --------------------------------------------------
4) Bahwa sebelum kesepakatan yang tertuang dalam
Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG
Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang tanggal 21 Juni 2011
ditandatangani dan disepakati, sebelumnya telah
dilakukan rapat dan pertemuan untuk membahas
kesepakatn penetapan harga; -----------------------------
5) Bahwa diketahui, latar belakang, motif dan tujuan
kesepakatan penetapan harga telah dibahas dan
disepakati dalam suatu rangkaian rapat dan
pertemuan diantara para Terlapor; ----------------------
6) Bahwa kesepakatan yang tertuang dalam Surat
Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Anggota
Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang tanggal 21 Juni 2011 berjalan efektif; -----
7) Bahwa secara formal maupun materiil kesepakatan
harga telah dibentuk oleh para terlapor yang
merupakan distributor/ agen gas LPG untuk jenis 12
Kg, tabung isi 50 Kg dan penjualan menggunakan
bulk LPG untuk wilayah Bandung dan Sumedang
dalam kurun waktu mulai 21 Juni 2011 sampai
dengan 15 Desember 2013;-------------------------------
8) Bahwa dengan demikian unsur perjanjian penetapan
harga telah terpenuhi. -------------------------------------
73.40.10.3 Pesaing --------------------------------------------------------------
1) Bahwa sesuai dengan definisi pasar bersangkutan
yang telah ditetapkan oleh Tim yaitu penjualan
Produk LPG kemasan tabung isi 12 Kg, tabung isi
50 Kg, dan penjualan menggunakan bulk LPG
dengan wilayah pemasaran di Bandung Sumedang,
maka Tim mengidentifikasi pelaku usaha yang
berada pada pasar bersangkutan tersebut adalah PT
LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM,
halaman 307 dari 383
Page 308
S A L I N A N
PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT SBA, PT BN,
PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU,
PT GPA dan PT AGN; -----------------------------------
2) Bahwa berdasarkan uraian pada unsur perjanjian
penetapan harga di atas, diketahui bahwa terdapat
kesepakatan Bersama Harga Jual LPG untuk produk
LPG kemasan tabung isi 12 Kg, tabung isi 50 Kg
dan bulk yang secara materil dilakukan oleh PT LRI,
PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM,
PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT SBA, PT BN,
PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU,
PT GPA dan PT AGN; -----------------------------------
3) Bahwa PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT,
PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT
SBA, PT BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT
SIB, PT GBU, PT GPA dan PT AGN berada pada
pasar bersangkutan yang sama sebagaimana telah
diidentifikasi oleh Tim, sehingga pelaku usaha yang
satu bersaing dengan pelaku usaha yang lainnya; ----
4) Bahwa dengan demikian unsur pesaing telah
terpenuhi. ---------------------------------------------------
73.40.10.4 Unsur Barang dan atau Jasa --------------------------------------
1) Bahwa yang dimaksud dengan Barang menurut
Pasal 1 Angka 16 Undang-undang No. 5 Tahun
1999 adalah setiap benda, baik berwujud maupun
tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen
atau pelaku usaha; -----------------------------------------
2) Bahwa dalam penyelidikan ini yang dimaksud
barang adalah LPG dengan merk Elpiji dengan
ukuran tabung 12 Kg , 50 Kg dan Bulk; ----------------
3) Bahwa dengan demikian unsur barang terpenuhi. ----
73.40.10.5 Pasar Bersangkutan ------------------------------------------------
1) Bahwa Tim menilai pasar persangkutan
penyelidikan ini adalah produk LPG kemasan
tabung isi 12 Kg dan tabung isi 50 Kg serta
halaman 308 dari 383
Page 309
S A L I N A N
penjualan menggunakan bulk LPG dengan wilayah
pemasaran di Bandung Sumedang kurun waktu 11
Juni 2011 sampai dengan 15 Desember 2013; --------
2) Bahwa dengan demikian unsur pasar bersangkutan
terpenuhi. ---------------------------------------------------
73.40.10.6 Unsur Usaha Patungan --------------------------------------------
1) Bahwa perusahaan patungan adalah sebuah
perusahaan yang dibentuk melalui perjanjian oleh
2 (dua) pihak atau lebih untuk menjalankan aktivitas
ekonomi bersama, dimana para pihak bersepakat
untuk membagi keuntungan dan menanggung
kerugian yang dibagi secara proporsional
berdasarkan perjanjian tersebut; -------------------------
2) Bahwa Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG
Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang tanggal 21 Juni 2011 tidak
dilakukan dalam suatu usaha patungan; ----------------
3) Bahwa dengan demikian unsur usaha patungan tidak
terpenuhi. ----------------------------------------------------
73.40.10.7 Unsur Perjanjian yang didasarkan Undang-undang yang
Berlaku --------------------------------------------------------------
1) Bahwa perjanjian penetapan harga yang dilakukan
bukan merupakan perjanjian yang didasarkan oleh
Undang-undang yang berlaku; ---------------------------
2) Bahwa dengan demikian unsur perjanjian yang
didasarkan Undang-undang yang berlaku tidak
terpenuhi ----------------------------------------------------
73.40.10.8 Bahwa dengan demikian keseluruhan unsur Pasal 5 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 telah terpenuhi.
74. Menimbang bahwa Terlapor I (PT PT Limas Raga Inti), Terlapor II (PT Surya Buana
Rahayu), Terlapor III (PT Sumber Kerang Indah), Terlapor IV (PT Adigas Jaya Pratama),
Terlapor IX (PT Kurnia Sari Rahayu), Terlapor XIII (PT Lembang Abadi Indah),
Terlapor XIV (PT Sawitto Indah Berkah) dan Terlapor XVI (PT Griya Putra Anugrah)
menyerahkan Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal
sebagai berikut (vide bukti T-I.118): ----------------------------------------------------------------
halaman 309 dari 383
Page 310
S A L I N A N
74.1 Bahwa sebagaimana yang telah terungkap di Pemeriksaan Lanjutan ditemukan
fakta-fakta bahwa terdapat 2 (dua) jenis yang melatar belakangi adanya
Kesepakatan Usulan kenaikan Harga atau Biaya Transport, yaitu : --------------------
74.1.1 Adanya Persaingan “banting-membanting” harga/Predatory Pricing
sesama agen-agen Gas LPG dalam merebut sales point yang telah
menjadi binaan salah satu agen; --------------------------------------------------
74.1.2 Adanya Persaingan “banting-membanting” harga/Predatory Pricing
sesama agen-agen Gas LPG dalam merebut sales point yang telah
menjadi binaan salah satu agen. --------------------------------------------------
74.2 Bahwa berdasarkan Fakta dari Keterangan Terlapor PT Guna Bumi Utama pada
intinya terungkap bahwa telah terjadi banting-membanting harga antara Terlapor
PT Guna Bumi Utama dengan Terlapor PT Api Gas Nasional telah terjadi
banting-membanting harga, dimana Terlapor PT Api Gas Nasional menjual harga
dibawah Rp. 70.200,- (tujuh puluh ribu dua ratus rupiah) atau dengan kata lain
tidak mengikuti Surat Edaran Pertamina SR LPG Region II Rayon V Gas
Domestik, No. 205/F13130/2009-S8, Perihal Penyesuaian Harga LPG Kemasan
Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg; -------------------------------------------------------------
74.3 Bahwa atas bantingan harga yang dilakukan Terlapor PT Api Gas Nasional, sales
point dan/atau konsumen Terlapor PT Guna Bumi Utama menjadi berpindah ke
Terlapor PT Api Gas Nasional, dan pada akhirnya PT Guna Bumi Utama terpaksa
melakukan pemotongan harga jual dibawah yang telah ditentukan oleh Surat
Edaran Pertamina tersebut, yaitu Rp. 68.000,- (enam puluh delapan ribu rupiah)
agar konsumen Terlapor PT Guna Bumi Utama tidak berpindah ke Terlapor PT
Api Gas Nasional; ------------------------------------------------------------------------------
74.4 Bahwa tindakan-tindakan tersebut terjadi pada saat sebelum dan sesudah
kesepakatan usulan ditandatangani dan telah beberapa kali dibicarakan dalam
pertemuan, seperti di Sawunggaling, Cibeunying dan di Panyileukan. (vide BAP
Sidang PT Guna Bumi Utama); --------------------------------------------------------------
74.5 Bahwa berdasarkan Fakta dari Keterangan Terlapor PT Lembang Abadi Indah
pada intinya juga membenarkan bahwa terjadinya bantingan harga jual gas LPG
antara para agen Wilayah Bandung-Sumedang, sehingga pada akhirnya para
terlapor sepakat untuk mengusulkan kenaikkan Harga, dengan mekanisme melalui
DPC Hiswana kemudian ketingkat DPP Hiswana dan akhirnya ke Prinsipal
PERTAMINA. (vide BAP Sidang PT Lembang Abadi Indah); -------------------------
74.6 Bahwa berdasarkan fakta dari keterangan Terlapor PT Surya Buana Rahayu,
Terlapor PT Limas Raga Inti, Terlapor Tirta Gangga Tama, Terlapor PT
Kurniasari Rahayu pada intinya juga menerangkan terdapatnya banting-
halaman 310 dari 383
Page 311
S A L I N A N
membanting harga/Predatory Pricing antara sesama agen, sehingga disetiap
pertemuan selalu dibahas hal tersebut (vide BAP Sidang); ------------------------------
74.7 Bahwa Praktik Predatory Pricing dalam konteks persaingan usaha adalah suatu
perilaku pelaku usaha yang umumnya memilik posisi dominan di pasar atau
sebagai pelaku usaha incumbent menetapkan harga yang merugikan secara
ekonomi selama suatu jangka waktu yang cukup panjang. Strategi ini dapat
mengakibatkan pesaingnya tersingkir dari pasar bersangkutan dan atau
menghambat pelaku usaha lain untuk masuk ke pasar. Dalam jangka pendek, jual
rugi sangat menguntungkan konsumen, namun setelah menyingkirkan pesaing dari
pasar dan menghambat calon pesaing baru, pelaku usaha dominan atau pelaku
usaha incumbent tersebut mengharap dapat menaikkan harga secara signifikan.
Umumnya harga yang ditetapkan untuk menutupi kerugian tersebut merupakan
harga monopoli (yang lebih tinggi) sehingga dapat merugikan konsumen. Praktik
ini adalah upaya untuk memaksimalkan keuntungan dan menutup kerugian yang
ditimbulkan ketika melakukan jual rugi atau harga rendah; -----------------------------
74.8 Bahwa strategi penetapan harga yang sangat rendah, yang termasuk limit pricing
strategy diidentifikasikan dengan keinginan pelaku usaha monopolis atau dominan
untuk melindungi posisinya dengan cara melakukan pemotongan harga secara
substansial atau melakukan peningkatan produksi secara signifikan. Perilaku ini
dimaksud agar tidak memberi kesempatan atau daya tarik pada pelaku usaha baru
untuk masuk ke dalam industri sehingga pelaku usaha monopolis
mempertahankan posisi dominannya. Meskipun penetapan harga rendah dapat
menguntungkan konsumen, namun keuntungan tersebut hanya untuk beberapa
waktu saja, karena setelah jangka waktu tertentu, dimana sejumlah pelaku usaha
pesaing tersingkir dari pasar, konsumen justru akan dirugikan setelah pelaku usaha
menetapkan harga yang sangat tinggi yang mengarah atau dapat merupakan harga;
74.9 Bahwa oleh karenannya untuk mengantisipasi para Terlapor mengalami dampak
Predatory Pricing (persaingan tidak sehat), para terlapor melakukan beberapa kali
pertemuan guna membicarakan larangan untuk melakukan banting-membanting
harga (Predatory Pricing) dan mengusulkannya kepada Pihak PERTAMINA
melalui DPC dan DPP Hiswana; -------------------------------------------------------------
74.10 Bahwa kekhawatiran ini tentu saja sangat beralasan karena berdasarkan
keterangan sebagaimana yang dijelaskan diatas Terlapor PT Api Gas Nasional
terbukti telah mengambil konsumen dari Terlapor PT Bumi Guna Utama dan
membuat konsumen Terlapor PT Bumi Guna Utama berpindah ke Terlapor PT
Api Gas Nasional; ------------------------------------------------------------------------------
halaman 311 dari 383
Page 312
S A L I N A N
74.11 Bahwa menjadi buah simalakama bagi Para Terlapor yang menandatangani
Kesepakatan Usulan Kenaikan Harga, disatu sisi dilarang berdasarkan Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999, disisi lainnya Para Terlapor dihadapkan pada adanya
potensi kehilangan konsumen yang akan berlanjut pada kehilangan usahanya,
apalagi meskipun terdapat agen yang melakukan Predatory Pricing tersebut pihak
Pertamina tidak pernah mengambil tindakan yang tegas bagi agen-agen yang
melakukan Predatory Pricing, hal ini dapat dilihat dari Perjanjian Pertamina
dengan masing-masing Terlapor, pada saat sebelum perkara ini diproses oleh
KPPU perjanjian keagenan Gas LPG tidak mencantumkan lampiran berupa
sanksi, barulah setelah KPPU memproses Para Terlapor pihak Pertamina
memberikan lampiran sanksi, (vide bukti Perjanjian Terlapor PT Arias Mas
dengan Pertamina pada tahun 2010 dibandingkan Perjanjian Terlapor PT Surya
Buana Rahayu dengan Pertamina tahun 2014); --------------------------------------------
74.12 Bahwa Para Terlapor sangat menyadari bahwa Majelis Komisi Yang Mulia dalam
memutuskan perkara a quo akan berfokus pada pendekatan Per Se Illegal, namun
dengan adanya hal-hal yang baru yang ditemukan dalam perkara a quo, Terlapor
sangat berharap kiranya Majelis Komisi yang mulia juga melakukan pendekatan
Rule of Reason; ---------------------------------------------------------------------------------
74.13 Bahwa pendekatan Rule of Reason akan membuat Majelis Komisi Yang Mulia
dapat memberikan putusan yang tepat atau dengan kata lain dapat menemukan
hukumnya/Ius Curia Novit untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat bagi
para terlapor maupun pelaku usaha lainnnya; ----------------------------------------------
74.14 Di Amerika Serikat dalam menyelesaikan perkara persaingan usaha pada
perkembangannya sudah mulai meninggalkan pendekatan Per se Illegal yang
bersifat absolut, dan lebih cenderung menggunakan penggabungan Per Se Illegal
dan pendekatan Rule Of Reason, hal ini dapat dilihat dari para ahli hukum di
Amerika Serikat yang selalu melihat rule of reason dan per se rule secara
kontekstual artinya prinsip tersebut muncul karena putusan hakim dalam
mengadili suatu perkara persaingan usaha. J. David Reitzel (2001; 965) secara
lengkap dikutip pemahaman Reitzel mengenai rule of reason adalah sebagai
berikut; -------------------------------------------------------------------------------------------
In Standard Oil the court rejected its earlier position that all contracts in restraint
of trade were prohibited by the Sherman Act and applied what has come to be
called the rule of reason. The Court rule that the Congressional intent was to
prohibit only those contracts that reasonably restrainted trade. This rule of reason
– that is the process of determining if a defendant’s conduct sufficiently
halaman 312 dari 383
Page 313
S A L I N A N
anticompetitive to constitute an “unreasonable restraint” – is very much a part of
antitrust law today Section 1 cases ----------------------------------------------------------
74.15 Bahwa Rule of reason menurut Cheeseman merupakan kebalikan dari kriteria per
se illegal yang menentukan meskipun suatu perbuatan telah memenuhi rumusan
undang-undang, namun jika ada alasan obyektif (biasanya alasan ekonomi) yang
dapat membenarkan (reasonable) perbuatan tersebut; -----------------------------------
74.16 Bahwa oleh karenannya berdasarkan pendekatan Per Se Illegal dan pendekatan
Rule Of Reason maka tindakan Para TERLAPOR yang turut menandatangani
kesepakatan usulan tidaklah dapat dipersalahkan telah melanggar pasal 5 ayat 1
Undang-Undang No. 5 tahun 1999, mengingat betapa besar resiko yang timbul
bagi Para Terlapor (agen-agen Gas LPG) dengan adanya banting-membanting
harga jual Gas LPG/Predatory Pricing, justru dengan adanya tindakan para
Terlapor yang menandatangani Kesepakatan usulan tersebut akan membuat para
agen-agen Gas LPG dalam menjual gas tidak melakukan tindakan Predatory
Pricing dan membuat persaingan usaha menjadi sehat (sesuai Pasal 3 dan
Konsiderans Undang-Undang No. 5 Tahun 1999); ---------------------------------------
74.17 Bahwa dipersidangan seluruh terlapor memberi keterangan yang sama bahwa
salah satu penyebab harus adanya kenaikan harga atau biaya transport adalah
disebabkan adannya Inflasi, Kenaikan Upah Minimum Karyawan, spare part dan
oprasional kendaraan, sementara PERTAMINA mulai dari tahun 2009 sampai
dengan akhir tahun 2013 sama sekali tidak menaikkan margin bagi para Terlapor,
hal ini menyebabkan margin yang didapat menjadi sangat berkurang dan bahkan
ada Terlapor mengalami minus omset;------------------------------------------------------
74.18 Bahwa guna bertujuan untuk menyelamatkan usaha para Terlapor dan tetap
terselenggarannya pelayanan pendistribusian LPG kepada masyarakat, maka Para
Terlapor dengan dalam keadaan terpaksa, mau tidak mau (suka tidak suka)
membuat kesepakatan usulan dengan harapan kiranya PERTAMINA sebagai
pembuat kebijakan dapat menaikkan harga Gas LPG. (vide BAP Para Terlapor
dan Bukti Para Terlapor); ---------------------------------------------------------------------
74.19 Bahwa pada faktanya juga dalam persidangan meskipun para Terlapor termasuk
Para TERLAPOR menandatangani Kesepakatan Usulan para terlapor juga tidak
melaksanakan penjualan Gas LPG sesuai kesepakatan usulan hal ini dapat dilihat
dalam persidangan terdapat harga yang bervariasi yaitu: --------------------------------
Rp. 68.000,- (enam puluh delapan ribu rupiah); -------------------------------------------
Rp. 69.000,- (enam puluh sembilan ribu rupiah); -----------------------------------------
Rp. 70.200,- (tujuh puluh ribu dua ratus rupiah); ------------------------------------------
Rp. 71.200,- (tujuh puluh satu ribu dua ratus rupiah); ------------------------------------
halaman 313 dari 383
Page 314
S A L I N A N
Rp. 72.000,- (tujuh puluh dua ribu rupiah); ------------------------------------------------
Rp. 73.000,- (tujuh puluh tiga ribu rupiah); ------------------------------------------------
Rp. 75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah). -----------------------------------------------
Harga-harga tersebut membuktikan bahwa harga yang berlaku dipasaran masih
sesuai dengan mekanisme pasar yang sehat dan konsumen tidak dirugikan (vide
Bukti-bukti pembukuan penjualan, pembayaran, surat jalan) ---------------------------
74.20 Bahwa dengan adanya kenaikan inflasi sebesar 4.34% (vide bukti Berita resmi
Statistik Badan Pusat Statistik Republik Indonesia), kenaikkan upah minimum
karyawan (vide bukti Rekapitulasi UMK 2008-2012 Dinas Tenaga kerja dan
transmigrasi provinsi Jawa Barat), Kenaikkan Spare Part dan Oprasional
Kendaraan (vide BAP Sidang Para Terlapor) lagi-lagi menjadi buah simalakama
bagi para Terlapor disatu sisi Para Terlapor harus tetap menjual tanpa ada
kenaikkan harga kepada para konsumen sehingga LPG tetap dapat disalurkan
kepada konsumen dengan baik disatu sisi mereka harus memenuhi kebutuhan
oprasional perusahaan yang disebebakan adanya inflasi, kenaikan Upah Minimum
Karyawan, kenaikkan Spare part dan Operasional kendaraan, oleh karenanya Para
Terlapor sangat berharap kirannya dalam memberikan putusan Majelis Komisi
Yang Mulia juga lebih mengedepankan pendekatan Per Se Illegal dan Rule Of
Reason, sehingga sudah selayaknya Para Terlapor dapat dibebaskan dari tuntutan
Pasal 5 ayat 1 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 dari Investigator; -------------------
74.21 Bahwa dalam kesaksian Sdr. Dwi Manoveri pada persidangan sebagai mantan
Kepala LPG & GAS Products Region III PT. Pertamina mengatakan, bahwa surat
Penyesuaian Harga tersebut merupakan Harga Jual Ke Konsumen dalam
pengertian Eks Agen, pengertian dari Eks Agen adalah Konsumen membeli
langsung di gudang Agen, tidak ada larangan bagi Agen menjual tabung Gas ke
sub agen/sub franco/pangkalan/sales point dan Pertamina belum menetapkan
harga eceran tertinggi; -------------------------------------------------------------------------
74.22 Bahwa berdasarkan keterangan dari seluruh Terlapor bahkan dari Terlapor PT.
Api Gas Nasional pun mengatakan dalam persidangan dan semuanya menyatakan
banyak pertemuan-pertemuan yang dilakukan Para Agen baik sebelum atau
sesudah 21 Juni 2009 dibicarakan atau dibahas beberapa hal yaitu adanya
bantingan-bantingan harga jual Gas LPG dengan menjual harga di bawah dan di
atas harga yang di tetapkan Pertamina, adanya ambil alih Sales Point/Sub
Agen/Pangkalan oleh Agen lain, adanya kekurangan margin yang diperoleh Para
Agen; ---------------------------------------------------------------------------------------------
halaman 314 dari 383
Page 315
S A L I N A N
74.23 Bahwa dari inti pertemuan-pertemuan tersebut adalah membahas tentang adanya
bantingan harga dan ambil alih Sales Point/Sub Agen/Pangkalan oleh Agen lain
sehingga Agen yang dengan kuota/alokasi yang kecil tidak menjadi kecil hingga
ataupun menjadi “mati”. Perbuatan beberapa agen tersebut dapat dikatakan
“Predatory Pricing”; --------------------------------------------------------------------------
74.24 Bahwa pertemuan-pertemuan merupakan itikad baik dari Para Agen untuk
menemukan solusi atau menyelesaikan permasalahan tersebut yang ingin
direalisasikan agar menjadi pegangan dari Para Agen setelah di usulkan (vide
keterangan Para Terlapor) dan mendapat persetujuan dari Pihak Pertamina
sebagai regulator dalam menentukan harga; -----------------------------------------------
74.25 Bahwa dalam salah satu pertemuan tersebut juga dibahas mengenai kekurangan
margin, sehingga Para Agen meminta kepada Pak Chandra agar dapat
memberikan hitung-hitungan (telah diserahkan kepada penyidik pada saat BAP)
tentang margin yang diperoleh Para Agen. Dari hasil hitungan ditemukan ada
kekurangan margin yang diperoleh Para Agen, hitungan tersebut merupakan
perhitungan Perusahaan PT Limas Raga Inti sendiri akan tetapi Perusahaan PT
Limas Raga Inti tersebut tidak menjadi dasar harga kenaikan sebagaimana yang
terscantum dalam usulan dan bukan sebagai patokan menentukan harga (vide BAP
sidang Terlapor PT Limas Raga Inti dan vide bukti perhitungan dari PT Lembang
Abadi Indah). Maka, Para Agen secara bersama-sama menentukan harga yang
sepantasnya yang seharusnya didapat tetapi tidak memberatkan konsumen ataupun
masyarakat; -------------------------------------------------------------------------------------
74.26 Bahwa, berangkat dari keinginan Para Agen agar menemukan solusi maka Para
Agen secara bersama-sama menentukan beberapa point yang kemudian
dituangkan dalam Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Tanggal 21 Juni
2009 dengan maksud agar diajukan ke Pertamina, yang selanjutnya setelah
ditandatangani Para Agen maka akan diserahkan kepada DPC Hiswana Bandung-
Sumedang selanjutnya DPD dan DPP agar di ajukan ke Pertamina. Dimasukan
nama Dwi Manoveri dalam Surat Kesepakatan Bersama tersebut dimaksudkan
merupakan bentuk dukungan atau persetujuan awal yang diketahui oleh
Pertamina; ---------------------------------------------------------------------------------------
74.27 Bahwa para Agen merupakan orang yang awam dalam pengertian hukum,
sehingga niat baik tersebut yang dituangkan dalam Surat Kesepakatan Bersama
dipandang berbeda oleh pihak lain yang membaca dan berujung pada diperiksanya
Para Terlapor oleh KPPU. Akan tetapi, sesuai dalam kesaksian Kepala Bidang 12
Kg bahwa telah disampaikan secara lisan kepada Sdr. Dwi Manoveri dan Sdr. Dwi
halaman 315 dari 383
Page 316
S A L I N A N
Manoveri tidak dapat memberi persetujuan sehingga usulan tidak pernah diajukan
dan kembali berujung bahwa Para Agen kembali tidak dapat menemukan solusi;
74.28 Bahwa dengan tidak ditandatangani atau persetujuan dari Sdr. Dwi Manoveri,
maka Kepala Bidang 12 Kg dan Para Agen beranggapan usulan tersebut tidak
berhasil diajukan dan Para Agen tidak menjadikan Surat Kesepakatan Bersama
tersebut sebagai acuan harga dalam menjual Gas. Hal ini dibuktikan dari Para
Terlapor dimana menjual dengan harga yang berbeda-beda atau tidak sesuai
dengan harga yang ada pada Surat Kesepakatan Bersama tersebut, bahkan
beberapa Terlapor sebelum terjadi Kesepakatan Bersama telah menjual dengan
menaikan harga sebesar Rp. 1.000,-; --------------------------------------------------------
74.29 Bahwa ditinjau dari Perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUHPerdata
melalui pendekatan Rule of Reason terbukti bahwa Para Terlapor, termasuk Para
Terlapor memiliki itikad baik untuk menghindarkan diri dari persaingan yang
tidak sehat serta tetap melayani distribusi LPG masyarakat Bandung-Sumedang,
sehingga tidak ada kerugian yang timbul bagi masyarakat maupun para terlapor
sendiri sebagai pelaku usaha, maka Para Terlapor tindakan untuk melakukan
kesepakatan usulan tidak bertentangan Pasal 1365 KUHPerdata arrest Cohen Vs
Lidenbaum; --------------------------------------------------------------------------------------
74.30 Bahwa dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 42/Kr/1966 (kemudian diikuti
pula oleh Putusan Mahkamah Agung RI No. 71/K/1970, Putusan Mahkamah
Agung RI No. 81/K/Kr/1973) memberikan kaidah hukum atas hilangnya
Perbuatan Melawan Hukum Secara Materil, sebagai berikut : --------------------------
“Bahwa Mahkamah Agung pada azasnya dapat membenarkan pendapat dari
Pengadilan Tinggi tersebut, bahwa suatu tindakan pada umumnya dapat hilang
sifatnya sebagai melawan hukum bukan hanya berdasarkan suatu ketentuan
dalam perundang-undangan, melainkan azas-azas keadilan atau azas-azas hukum
yang tidak tertulis...” --------------------------------------------------------------------------
74.31 Bahwa terkait dengan perkara a quo yurisprudensi diatas sangatlah tepat untuk
diberikan kepada Terlapor, karena dengan adanya Predatory Pricing akan tetapi
tidak ada sanksi tegas dari Pertamina untuk memberikan sanksi dan bahkan
melakukan pembiaran, adanya upaya paksa yang diakibatkan terjadinya inflasi,
kenaikan upah minimum karyawan, dan kenaikan spare part serta onderdil, tidak
dilaksanakan harga sebagaimana yang tercantum dalam kesepakatan usulan
tersebut, dan terlaksananya pendistribusian LPG kemasyarakat serta tidak
timbulnya kerugian pada masyarakat, maka sangat tidak memenuhi azas keadilan
apabila Para Terlapor dikenakan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang No. 5 tahun 1999;
halaman 316 dari 383
Page 317
S A L I N A N
74.32 Bahwa selain dikarenakan ketidak pahaman Para Terlapor akan Hukum serta guna
menyelamatkan para terlapor dari perbuatan yang menyebabkan persaingan usaha
menjadi tidak sehat sungguh sangat memenuhi azas keadilan apabila Majelis
Komisi yang mulia dapat melepaskan Para Terlapor dari tuntutan Pasal 5 ayat 1
Undang-undang No. 5 tahun 1999. ----------------------------------------------------------
75. Menimbang bahwa Terlapor V (PT Tirta Ganggatama) menyerahkan Kesimpulan Hasil
Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide bukti T119): ------
75.1 Bahwa Terlapor V menyatakan telah menandatangani Surat Kesepakatan bersama
yang ditandatangani dan dicap perusahaan yang terjadi pada tanggal 21 Juni 2011,
dimana kesepakatan itu sepengetahuan Terlapor V hanya Surat Usulan Pengajuan
untuk meminta ijin pada Pertamina agar para agen dapat menambah ongkos kirim
kepada Sales Point/Konsumen; --------------------------------------------------------------
75.2 Bahwa tidak adanya pengetahuan dan kurangnya pemahaman Terlapor V akan
wawasan terkait aturan dalam UU 5/1999. Terlapor V memohon kepada Majelis
Komisi untuk dapat memaafkan dan memberi ampunan kepada Terlapor V atas
pelanggaran Perniagaan Usaha Terlapor V lakukan. Besar harapan Terlapor V
sebagai Terlapor V kepada Majelis Komisi yang terhormat dapat memaafkan
Terlapor V dan dibebaskan dari semua sanksi. --------------------------------------------
76. Menimbang bahwa Terlapor VI (PT Arias Mas) menyerahkan Kesimpulan Hasil
Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide bukti T120): ------
76.1 Bahwa Sdr. Dwi Manoveri menyatakan melihat ada kesepakatan karena pihak
Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang minta untuk ditandatangani namun
bukan kapasitasnyauntuk menyetujui maka yang bersangkutan menolak untuk
menandatangani mengenai harga jual LPG dari Agen ke konsumen pada kurun
waktu tahun 2011- 2013. Pertamina hanya mengatur harga jual sampai dengan ex
gudang Agen. Tidak ada keluhan dari masyarakat ke Pertamina terkait
kesepakatan tersebut kurun waktu 2011-2013; --------------------------------------------
76.2 Bahwa Sdr. Putut Andraitno tidak mengetahui adanya kesepakatan antara agen
mengenai harga LPG yang berlaku kurun waktu 2011-2013 karena baru menjabat
mengantikan Sdr. Dwi Manoveri pada tanggal 1 Maret 2013. Pertamina hanya
mengatur harga jual sampai dengan eks gudang agen yaitu isi LPG 12 Kg Rp.
70.200/tabung; ----------------------------------------------------------------------------------
76.3 Bahwa Sdr. Yamin selaku Direktur PT. Al Yamin tidak melihat dan tidak
mengetahui adanya kesepakatan tersebut kecuali pada saat persidangan; -------------
76.4 Bahwa Sdri. Vera Luciana mengatakan bahwa kesepakatan tersebut tidak
dilaksanakan karena ketika diajukan ke Pertamina ditolak dalam hal ini oleh Sdr.
Dwi Manoveri selaku pejabat Pertamina pada saat itu. Maksud dari kesepakatan
halaman 317 dari 383
Page 318
S A L I N A N
tersebut adalah untuk tambahan ongkos angkut karena situasi pada saat itu adanya
kenaikan harga terutama onderdil kendaraan, bahan bakar minyak dan upah
minimum regional; -----------------------------------------------------------------------------
76.5 Bahwa Sdr. Indrajaya Hutabarat menyatakan bahwa kesepakatan tersebut belum
diberlakukan karena akan diusulkan ke DPD dan dilanjutkan ke DPP Hiswana
Migas. Untuk selanjutnya oleh DPP Hiswana Migas akan diusulkan ke PT
Pertamina (Persero) Pusat. Kesepakatan tersebut dimaksudkan sebagai tambahan
ongos angkut bukan harga jual karena harga jual sudah ditentukan oleh Pertamina;
76.6 Bahwa Sdr. Soni Sondari dan Sdr. Jamaludin menyatakan tidak melihat dan tidak
mengetahui adanya kesepakatan harga yang dibuat oleh para terlapor yang
tergabung dalam anggota Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang per tanggal 21
Juni 2011. Mengenai harga jual pada saat itu kurun waktu 2011-2013 kedua saksi
menyatakan harga beli isi LPG 12 Kg dari PT Arias Mas Rp. 70.200/tabung
diterima di SPBU PD Hj. Yuyun. Jarak dari gudang agen ± 500 meter. Saksi
Jamaludin, harga beli isi LPG 12 Kg dari PT Arias Mas Rp. 70.000/tabung
diterima dilokasi Kios Mesran Jalan Sunda. Jarak dari gudang agen 1 s/d 1,5 jam
perjalanan mobil; -------------------------------------------------------------------------------
76.7 Bahwa memperhatikan proses, bukti - bukti, data - data dan saksi - saksi selama
persidangan dari tanggal, 4 September 2014-11 Februari 2015 bahwa
“Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Anggota Bidang Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang yang dibuat pada hari Selasa 21 Juni 2011 mengacu pada
surat Pertamina No. 205/13130/2009-S8 tanggal 9 Oktober 2009” tidak
dilaksanakan sehingga kesepakatan tersebut batal atau gugur dengan sendirinya;
76.8 Bahwa Terlapor VI memohon kepada Majelis Komisi agar memutus perkara a quo
yaitu menolak Laporan Dugaan Pelanggaran dari Investigator secara keseluruhan,
menyatakan Laporan Dugaan Pelanggaran tidak terbukti, membebaskan Terlapor
VI dari sanksi dan memutus dengan seadil-adilnya. --------------------------------------
77. Menimbang bahwa Terlapor VII (Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPRI)) tidak
menyerahkan Kesimpulan Hasil Persidangan sampai dengan jangka waktu Pemeriksaan
Lanjutan berakhir; --------------------------------------------------------------------------------------
78. Menimbang bahwa Terlapor VIII (Koperasi Karyawan dan Pensiunan Perusahaan Gas
Nasional (KOPKAR PGN)) menyerahkan Kesimpulan Hasil Persidangan yang pada
pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide bukti T121): -----------------------------------
78.1 Bahwa sebelum Terlapor VIII menanda tangani kesepakatan terlebih dahulu
dibicarakan bersama Anggota Hiswana Migas lainnya mengenai biaya atau
ongkos angkut dari gudang agen ke Sales Point/Pangkalan atau ke Toko sebesar
Rp.2000,- per tabung ongkos dari gudang agen ke konsumen end user atau door to
halaman 318 dari 383
Page 319
S A L I N A N
door Rp.3000,- per tabung sedang harga LPG-nya tetap sesuai ketentuan
Pertamina yaitu untuk kemasan 12 Kg sebesar Rp.70.200,- untuk kemasan 50 Kg
Rp. 367.750,-; -----------------------------------------------------------------------------------
78.2 Bahwa kesepakatan dibuat bukan untuk mencari keuntungan melainkan
sekedar pengganti biaya transport dan pemeliharaan kendaraan. Namun dalam
redaksional kesepakatan tanggal 21 Juni 2011 bukan mengenai biaya ongkos
angkut tetapi mengenai harga jual sehingga tidak sesuai dengan ketentuan
Pertamina yang berlaku pada saat itu; -------------------------------------------------------
78.3 Bahwa Terlapor VIII menyerahkan hal ini kepada kebijaksanaan Majelis Komisi
agar memberikan nasehat dan saran sesuai dengan fungsi KPPU, apabila Terlapor
VIII bersalah agar diberikan keputusan seadil-adilnya karena sebelumnya Terlapor
VIII tidak mengetahui tentang adanya aturan KPPU khususnya Pasal 5 ayat (1)
UU 5/1999. --------------------------------------------------------------------------------------
79. Menimbang bahwa Terlapor X (PT Sinarbakti Abadigas) menyerahkan Kesimpulan Hasil
Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide bukti T122): ------
79.1 Bahwa Terlapor X menjual LPG 12 Kg dengan harga Rp 70.200 dan Rp 71.000
atas perintah Hiswana Migas karena jika Terlapor X tidak menandatangani Surat
Kesepakatan Harga 21 Juni 2011 maka Terlapor X tidak akan mendapatkan
pasokan LPG. -----------------------------------------------------------------------------------
80. Menimbang bahwa Terlapor XI (PT Baragas Nasional) tidak menyerahkan Kesimpulan
Hasil Persidangan sampai dengan jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan berakhir; ------------
81. Menimbang bahwa Terlapor XII (PT Indonesian Alina Houtman Vegetables
(INAHOVTRACO)) tidak menyerahkan Kesimpulan Hasil Persidangan sampai dengan
jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan berakhir;------------------------------------------------------
82. Menimbang bahwa Terlapor XV (PT Guna Bumi Utama) menyerahkan Kesimpulan Hasil
Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide bukti T123): ------
82.1 Bahwa Terlapor XV sadar dan makin terbuka wawasan hal-hal aspek bisnis
terutama sisi aturan hukum dan perundang-undangan mengikat pada bisnis yang
Terlapor XV jalani dan lakukan, atas adanya kejadian ini yang kemudian
ditindaklanjuti oleh KPPU sebagai temuan pelanggaran di Wilayah Bandung dan
Sumedang, dan fakta fakta yang terungkap di persidangan, maka Terlapor XV
meminta maaf atas keikut sertaan saya membubuhkan tanda tangan Kesepakatan
Harga pada pertemuan Agen LPG 12 Kg di Bandung pada tanggal 21 Juni 2011; --
82.2 Bahwa Terlapor XV ikut menandatangani berkas kesepakatan tersebut semata
karena tidak tahu bahwa apapun alasannya, kesepakatan seperti dimaksud di atas
adalah dilarang karena melanggar Undang-Undang. Tanda tangan dibubuhkan
oleh Terlapor XV karena Agen lain yang jauh lebih besar, jauh lebih senior,
halaman 319 dari 383
Page 320
S A L I N A N
puluhan tahun lebih dulu eksis dari Terlapor XV, serta Agen milik dan dipimpin
Sarjana Hukum yang berprofesi sebagai Lawyer dan Penasehat Hukum pun ikut
menandatanganinya, maka dengan tidak sedikitpun ada keraguan pada saat itu
Terlapor XV ikut bubuhkan tanda tangan; -------------------------------------------------
82.3 Bahwa Terlapor XV mohon ampunan dan dapat dibebaskan dari sanksi hukum
yang timbul sebagai konsekuensi atas perbuatan tersebut. -------------------------------
83. Menimbang bahwa Terlapor XVII (PT Api Gas Nasional) menyerahkan Kesimpulan
Hasil Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide bukti T124):
83.1 Bahwa pada tanggal 19 Mei 2011, PT Api Gas Nasional diundang oleh Hiswana
Migas pada pertemuan silaturahmi dengan Sales Area Manager baru yaitu Sdr.
Dwi Manoveri sekaligus memperkenalkan calon agen LPG NPSO baru yaitu
Terlapor XVII, yang bertempat di Bumi Saung Galing, Jalan Saung Galing
Bandung (vide bukti B34). Pada saat itu Terlapor XVII belum beroperasional.
Pada pertemuan tersebut, para agen LPG NPSO yang tergabung dalam Hiswana
Migas sudah menunjukan tidak simpatik karena adanya muka lama yang menjadi
agen baru; ---------------------------------------------------------------------------------------
83.2 Bahwa pada pertemuan pertengahan bulan Juni 2011, Terlapor XVII diwakili oleh
Sdri. Leha, ditegur oleh Sdr. Candra karena adanya supir Terlapor XVII yang
mengisi toko atau outlet binaan Terlapor I dan memberikan surat Pertamina No.
1473/E23600/2004-S3 tertanggal 12 Juli 2004 (vide bukti T74); -----------------------
83.3 Bahwa pada akhir bulan Juni 2011, PT Api Gas Nasional diwakili oleh (Indra)
Indrawan diundang kembali oleh Hiswana Migas dalam rapat di Saung Galing,
dengan disengaja Terlapor XVII datang lebih lambat karena agen lain sudah
menunjukan rasa yang kurang simpatik terhadap Terlapor XVII. Pada saat
sebelum hadirnya pihak Pertamina, yaitu Sdr. Dwi Manoveri, selaku Sales Area
Manager (SAM) dan Sdr. Endra selaku Sales Representative (SR), para agen
mendapatkan penjelasan tentang Aturan/Tata Niaga Distribusi LPG NPSO dan
yang vokal dan mendominasi pembicaraan dari Sdr. Candra Irawan (Terlapor I)
(vide bukti B33, B16, B26, B38) dan diberikannya 1 (satu) lembar surat Pertamina
No. 1473/E23600/2004-S3 tertanggal 12 Juli 2004 (vide bukti T74) dan
menekankan hal yang salah satunya yaitu tercantum di dalam point 3 (tiga) surat
tersebut yaitu mengenai tidak diperkenankan mengambil alih konsumen yang
sudah menjadi binaan agen lain (sesuai perjanjian keagenan); --------------------------
83.4 Bahwa suasana dan pembicaraan di dominasi oleh Sdr. Candra (Terlapor I),
dimana Terlapor I mengusulkan untuk dibuat suatu surat kesepakatan perihal
tambahan ongkos angkut atau transport pengiriman LPG 12 Kg ke sales
point/toko (vide bukti B23), Terlapor XVII yang berani menolak usulan tersebut,
halaman 320 dari 383
Page 321
S A L I N A N
karena bertentangan dengan UU 5/1999 tentang larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, namun disampaikan oleh Sdr. Candra bahwa ini
sudah menjadi kebiasaan sebelum Terlapor XVII hadir dan hanya untuk internal
tidak diekspose keluar (vide bukti B26); ---------------------------------------------------
83.5 Bahwa Terlapor XVII melakukan debat dengan Sdr. Candra, dan sebelum
berakhirnya pertemuan, Sdr. Dwi Manoveri mengatakan “Jangan membuat
kesepakatan yang melanggar hukum” (vide bukti B28); --------------------------------
83.6 Bahwa Sdr. Candra mengusulkan tentang perlunya kesepakatan harga dan hanya
Terlapor XVII yang menolak dan tidak setuju, terjadi perdebatan antara Sdr.
Candra (Terlapor I) dengan Sdr. Indra (Terlapor XVII) lalu Terlapor XVII
meninggalkan ruang rapat dan tidak mengetahui pembicaraan selanjutnya (vide
bukti B25, B26, B31, B32, B34 dan B39); ------------------------------------------------
83.7 Bahwa pada pertemuan selanjutnya di Hiswana Migas pada tanggal 26 Juli 2011,
Terlapor XVII diundang kembali dimana menurut keterangan Sdri. Tetty
(Terlapor XIII) tercatat di Sekretariat dengan agenda Penandatanganan
Kesepakatan (vide bukti B34); ---------------------------------------------------------------
83.8 Bahwa dalam pertemuan tersebut sama seperti sebelumnya bahwa Terlapor I
mengusulkan kembali untuk dibuatnya surat kesepakatan harga. Demikian juga,
Terlapor XVII menolak/tidak menyetujui (terjadinya perdebatan) dibuatnya surat
kesepakatan harga secara tertulis yang akan menjadikan pelanggaran apabila hal
ini dilaksanakan karena adanya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam
kesempatan itu juga, Terlapor XVII ditegur dan diadili oleh Terlapor I perihal
adanya supir Terlapor XVII yang mengisi toko binaan Terlapor I (vide bukti B33,
B34 dan B39); ----------------------------------------------------------------------------------
83.9 Bahwa pada akhir bulan Agustus atau awal September Staf Terlapor XVII yang
bernama Sdri. Leha bermaksud mengurus tagihan Jasa Angkut/Transport Fee PT.
Kharisma Radja sebagai agen LPG 3 Kg di Hiswana Migas, kemudian disodorkan
Surat Kesepakatan Harga LPG NPSO (vide bukti T26) oleh Sdr. Memet yang
merupakan staf dari Hiswana Migas yang menyatakan bahwa hanya Terlapor
XVII yang belum menandatangani Surat Kesepakatan Harga tersebut, dan harap
ditandatangani serta di cap perusahaan dan juga harus di kembalikan ke Kantor
Hiswana Migas di hari itu juga; --------------------------------------------------------------
83.10 Bahwa pada saat itu Terlapor XVII di telepon oleh management/pemegang saham
PT Kharisma Radja yang menyatakan bahwa jangan sampai persoalan Terlapor
XVII tidak mau menandatangani surat tersebut, merusak hubungan baik antara
PT Kharisma Radja dan Hiswana Migas, karena PT Kharisma Radja ada
halaman 321 dari 383
Page 322
S A L I N A N
berkepentingan dengan Hiswana Migas dalam menagih Jasa Angkut/Transport
Fee LPG 3 Kg, dimana rekap DO/LO sebagai dasar dari perhitungan jumlah yang
ditagihkan didapat dari Hiswana Migas (vide bukti B23, B25, B28, B37, B32); -----
83.11 Bahwa keterangan Saksi dalam persidangan menyatakan : -----------------------------
83.11.1 Sdr. Indrajaya Hutabarat, lupa membaca Surat Kesepakatan atau tidak,
karena disodorkan oleh anggota dan karena melihat anggota tanda
tangan, ketua bidang yang lebih kompeten pun juga sudah
menandatangani surat kesepakatan harga tertanggal 21 Juni 2011. Dasar
Saksi menandatangani surat tersebut hanya karena melihat bahwa para
nggota sudah tanda tangan. Saksi tidak mengingat adanya agen yang
menolak kesepakatan harga (vide bukti B7, T26); ----------------------------
83.11.2 Sdri. Vera Luciana, yang Saksi ingat adalah Terlapor I yang
menjelaskan tata niaga distribusi LPG 12 Kg, karena mungkin sudah
berpengalaman sejak tahun 1970-an (vide bukti B16). -----------------------
83.12 Bahwa adanya pengambil-alihan pelanggan yang sudah dibina oleh agen lain
adalah terjadi jauh sebelum Terlapor XVII hadir dan adanya kenaikan BBM dan
UMR yang dilaksanakan pada 1 April 2011, sudah dilakukan beberapa kali
pertemuan oleh para anggota Hiswana Migas; --------------------------------------------
83.13 Bahwa pada awalnya wacana kesepakatan harga tersebut adalah perihal khusus
penambahan transport untuk pengiriman LPG 12 Kg; -----------------------------------
83.14 Bahwa Terlapor XVII baru beroperasional pada awal bulan Juni 2011. Dan
alokasi/kuota Terlapor XVII adalah konversi dari alokasi/kuota LPG 3 Kg yang
dimiliki PT Kharisma Radja dan pengalihan dari alokasi/kuota agen LPG NPSO
PT Indomarco Prismatama; -------------------------------------------------------------------
83.15 Bahwa agen LPG 12 Kg yang memiliki izin dari PT Pertamina (Persero) untuk
menjual LPG Curah/Bulk hanyalah 3 (tiga) agen yaitu Terlapor I, Terlapor III dan
Terlapor IV yang mengerti dan memahami harga penebusan dan harga yang harus
dijual; ------------------------------------------------------------------------------------------
83.16 Bahwa Terlapor I memiliki fotocopy surat kesepakatan harga tanggal 21 Juni 2011
yang didapat dari Hiswana Migas, sementara agen-agen yang lain tidak
mendapatkannya lalu menurut keterangan Terlapor II “Dokumen surat
Kesepakatan Harga tidak dibagikan ke agen. Surat itu tidak serta merta
dibagikan ke agen, karena belum sampe ke akhir, karena belum ditanda tangani
Sdr. Dwi Manoveri” (vide bukti B37 – No. 81 & 82 ). Bahwa tampak jelas bahwa
Terlapor I satu-satunya agen/terlapor yang memiliki salinan/copy surat
kesepakatan harga tersebut. Dengan terindikasi maksud dan tujuan adalah untuk
halaman 322 dari 383
Page 323
S A L I N A N
menekan dan meneror khususnya Terlapor XVII dan agen yang lainnya yang tidak
melaksanakan akan kebijakan daripada surat kesepakatan harga tersebut; ------------
83.17 Bahwa tidak mungkin, Terlapor II tidak melihat, mendengar dan mengetahui
adanya penolakan Terlapor XVII dalam setiap pertemuan mengenai usulan dari
pada Terlapor I tentang wacana kesepakatan harga. Sementara Terlapor II selain
sebagai agen LPG NPSO beliau juga merupakan Kabid. LPG NPSO Hiswana
Migas, yang mengetahui secara keseluruhan tentang rapat tersebut. Terlebih
puncaknya pada saat pertemuan di Cibeunying, dimana Terlapor XVII menolak
dan tidak menyetujui kesepakatan harga yang akan dituangkan ke dalam surat
kesepakatan harga secara tertulis; -----------------------------------------------------------
83.18 Bahwa Terlapor XIII yang memberikan agenda pertemuan yang didapat dari
sekretariat Hiswana Migas, tidak mungkin di dalam agenda tersebut dari awal
pertemuan tidak tercatat baik maksud dan tujuan pertemuan maupun hasil dari
pertemuan tersebut. Pada tanggal 26 Juli 2011 di agenda Hiswana Migas tercatat
adanya agenda penandatanganan Kesepakatan, namun Terlapor XIII
menyampaikan pada saat itu belum ada draft nya, tetapi berdasarkan keterangan
Terlapor I menandatangani tidak jauh dari tanggal yang tertera di dalam surat
kesepakatan harga yaitu tanggal 21 Juni 2011 dan Terlapor V setelah dua hari dari
pertemuan di Hiswana Migas 26 Juli 2011; ------------------------------------------------
83.19 Bahwa di dalam suatu kesepakatan diperlukan adanya kehendak yang sifatnya
bebas atas kemauan sukarela dan adanya persetujuan kehendak untuk membuat
suatu kesepakatan dan maksud dari kesepakatan itu dengan disetujui. Dan para
pihak berjanji kepada pihak lainnya untuk saling berjanji melaksanakan prestasi
dengan “acceptance” (penerimaan) tanpa syarat; ----------------------------------------
83.20 Bahwa Terlapor XVII atau subyek dari kesepakatan tersebut, sudah menyatakan
tidak menyetujui dan menolak tentang dibuatnya kertas surat kesepakatan harga
tersebut tenggal 21 Juni 2011 (vide bukti T26), dengan tidak menerima syarat-
syarat yang dimaksud dalam kesepakatan tersebut, dengan kata lain tidak ada
persetujuan kehendak dari pada Terlapor XVII, sehingga terlihat di dalam
pelaksanaannya pun, Terlapor XVII tidak melaksanakan semua prestasi yang
diperjanjikan didalam surat kesepakatan harga; -------------------------------------------
83.21 Bahwa sejak awal dalam setiap pertemuan untuk membuat kesepakatan harga
Terlapor XVII adalah satu-satunya agen yang menolak dan tidak menyetujui
perihal kesepakatan harga tersebut dituangkan dalan surat kesepakatan yang kita
kenal dengan “surat kesepakatan harga tertanggal 21 Juni 2011” (vide bukti T26).
Puncaknya dengan jelas dan nyata Terlapor XVII marah dan keluar/walkout dan
halaman 323 dari 383
Page 324
S A L I N A N
meninggalkan pertemuan tersebut. Yang intinya tidak menyetujui dan menolak
bahwa kesepakatan tersebut dituangkan ke dalam kertas surat kesepakatan; ---------
83.22 Bahwa Terlapor XVII pada dasarnya mengakui dan merasa bersalah telah
menandatangani Surat Kesepakatan Harga tertanggal 21 Juni 2011, dasar
penandatanganannya dikarenakan : ----------------------------------------------------------
83.22.1 Tidak adanya kebebasan kehendak yang sifatnya bebas, betul-betul atas
kemauan sukarela dari Terlapor XVII. Demikian juga adanya rasa
khawatir yang mendalam atau ketakutan secara kebatinan/psikis
dikarenakan adanya kepentingan yang lebih besar yaitu tagihan jasa
angkut/transport fee LPG 3 Kg milik PT Kharisma Radja, yang
merupakan group dari Terlapor XVII. Dimana semua agen LPG 3 Kg di
Bandung Raya dan Sumedang melakukan tagihan jasa angkut/transport
fee harus melalui Hiswana Migas. Terlebih kop surat di dalam
perjanjian kesepakatan harga tertanggal 21 Juni 2011 tersebut adalah
Kop Surat dari Hiswana Migas itu sendiri; -----------------------------------
83.22.2 Bahwa Sdr. Indra (Direktur Utama Terlapor XVII) adalah salah satu
nominator dari 2 (dua) calon ketua Hiswana Migas periode Maret 2011
– Maret 2015, yang kalah atau tidak beruntung dalam pemilihan calon
ketua DPC Hiswana Migas Bandung Sumedang yang akibatnya semua
formatur kepengurusan periode tersebut tidak cukup simpatik, terlebih
saya membangkang atau tidak menyetujui usulan kesepakatan harga
dari Terlapor I yang mana di dukung oleh kepengurusan Hiswana Migas
dan sesepuh Hiswana Migas juga agen LPG NPSO yang loyal terhadap
kepengurusan periode Maret 2011– Maret 2015; -----------------------------
83.22.3 Sejak awal dalam setiap pertemuan meskipun merupakan agen baru
yang belum berumur 3 (tiga) bulan, Terlapor XVII adalah satu-satunya
agen yang menolak dan tidak menyetujui perihal kesepakatan harga
tersebut dituangkan dalan surat kesepakatan harga yang kita kenal
dengan “surat kesepakatan harga tertanggal 21 Juni 2011” lebih dari
satu kali menolak dan tidak menyetujui dikarenakan adanya Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Puncaknya dengan jelas dan nyata
Terlapor XVII marah dan keluar/walkout dan meninggalkan pertemuan
tersebut. Yang intinya tidak menyetujui dan menolak bahwa
kesepakatan tersebut dituangkan ke dalam kertas surat kesepakatan; -----
83.22.4 Tidak melaksanakan semua prestasi/objek yang dimaksud di dalam
surat kesepakatan harga tertanggal 21 Juni 2011 yaitu perihal harga jual
halaman 324 dari 383
Page 325
S A L I N A N
ke konsumen & sales point, bahkan tidak melaksanakan semua poin-
poin yang ada di dalam surat kesepakatan harga tersebut ( T26 ); ---------
83.22.5 Terlapor XVII menghadap kepada Pertamina yaitu Sdr. Dwi Manoveri
untuk menyarankan tidak menandatangani surat kesepakatan harga
tertanggal 21 Juni 2011 karena bertentangan dengan Undang-undang
No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat; ----------------------------------------------------------------
83.22.6 Memberikan surat kepada Pertamina yaitu Sdr. Dwi Manoveri sebagai
Sales Area Manager (SAM) Bandung dan Manager Regional Gas
Domestic Region III yaitu Sdr. Arie Anggoro, berupa Bagan/Gambaran
Sistem Distribusi berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(vide bukti T66 No.2). Demikian juga melakukan diskusi dan
memberikan masukan kepada Manager Regional Gas Domestic Region
III yaitu Sdr. Arie Anggoro di Kantor Gasdom Jalan Yos Sudarso,
Jembatan III, Jakarta Utara, untuk sistem alokasi LPG 12 Kg sehingga
pada bulan Oktober 2013 terealisasi menjadi alokasi yang terkendali
dengan sistem alokasi harian; ----------------------------------------------------
83.22.7 Sekalipun Terlapor XVII sudah memberikan masukan bahkan
penolakan perihal tentang surat kesepakatan harga tertanggal 21 Juni
2011 tidak mungkin di dengar, bahkan pihak Pertamina pun sebagai
prinsipal yang telah memberikan pernyataan untuk tidak membuat
kesepakatan yang melanggar hukum, diabaikan. Padahal setelah
penandatanganan oleh para terlapor, pihak Pertamina pun tidak
memiliki daya dan upaya serta kemampuan untuk menegur, baik kepada
Hiswana maupun kepada Terlapor I yang vokal dan dianggap tokoh; -----
83.22.8 Bahwa Surat Pertamina No. 1473/E23600/2004-S3 tertanggal 12 Juli
2004 pada point 3 (tiga) (vide bukti T74 ), “Tidak diperkenankan
mengambil alih konsumen yang sudah menjadi binaan agen lain (sesuai
perjanjian keagenan)”, adalah secara otomatis sudah tidak berlaku
sebagai landasan operasional distribusi LPG NPSO pada tahun 2011-
sekarang. Hal ini disebabkan bahwa surat perjanjian keagenan antara
Pertamina dengan agen LPG NPSO diperbaharui setiap 3 (tiga) tahun
sekali. Perjanjian keagenan antara Pertamina dengan Terlapor XVII
baru dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2012 – 28 Agustus 2015
(TBB4) . Namun di dalam perjanjian antara Pertamina dengan Terlapor
VIII tertanggal 27 Februari 2011 – 26 Februari 2014 (vide bukti T75),
halaman 325 dari 383
Page 326
S A L I N A N
tidak terdapat ketentuan tentang tata niaga LPG NPSO pada point 3
(tiga) dalam Surat Pertamina No. 1473/E23600/2004-S3 tertanggal 12
Juli 2004 (vide bukti T74) selain itu, di dalam Pasal 8 ayat (1) dan di
dalam lampiran Perjanjian Keagenan (TBB4 & vide bukti T75) sudah
tidak lagi terdapat perihal point 3 (tiga) dalam Surat Pertamina No.
1473/E23600/2004-S3 tertanggal 12 Juli 2004 (vide bukti T74). Yang
berarti Terlapor I memakai surat tersebut diatas tentang pengambil
alihan konsumen/pelanggan binaan untuk menekan dan mengadili
Terlapor XVII. Demikian juga Terlapor I memberikan surat pengaduan
tertanggal 7 Mei 2013 dan 21 Oktober 2013 (TBB 5 & vide bukti TBB
6) yang ditujukan kepada Pertamina dan ditembuskan ke Hiswana
Migas juga Terlapor XVII, adalah merupakan suatu teror dan kejahatan
dan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata); ----------------
83.22.9 Hanya Terlapor I yang memiliki fotocopy surat kesepakatan tersebut,
yang mana akan lebih memudahkan dan mempunyai suatu kekuatan
bagi Terlapor I untuk menekan dan mengadili Terlapor XVII dengan
cara arogansi menunjuk nunjuk perihal pengambilalihan pelanggan atau
konsumen binaan. Hal itu merupakan suatu teror untuk menghabisi atau
setidak tidaknya menghambat Terlapor XVII sebagai agen yang baru
berdiri. Terlapor I, sebagai tokoh dan salah satu mantan ketua di dalam
susunan pengurus pada periode yang lalu di Hiswana Migas yang sangat
mudah dan berpengaruh dengan kemampuannya yang powerful,
mengendalikan Hiswana Migas, terlihat dari ketua umum DPC Hiswana
Migas pada saat menandatangani surat kesepakatan harga tidak dibaca
sama sekali. Mengadakan rapat-rapat tertentu dengan agen-agen tertentu
untuk menggalang suatu kekuatan agar dengan mudah menekan agen-
agen yang tidak mengikuti kebijakan-kebijakan untuk melindungi
usaha/bisnisnya sendiri dapat terlihat juga tidak adanya yang berani
melawan atau berdebat dengan Terlapor I; ------------------------------------
83.22.10 Tidak ada urgensi untuk dibuatnya surat kesepakatan yang mengandung
didalamnya pemufakatan jahat dengan maksud untuk kepentingan diri
sendiri atau kelompok tertentu untuk membungkam atau menghentikan
kegiatan usaha dari agen baru Terlapor XVII, hal ini dapat terlihat
didalam agenda Hiswana Migas, telah tercatat di agenda
penandatanganannya tanggal 26 Juli 2011. Tetapi berdasarkan
keterangan Terlapor XIII bahwa tanggal tersebut belum ada draft-nya.
(vide bukti B34), sementara menurut keterangan Terlapor I sudah
halaman 326 dari 383
Page 327
S A L I N A N
menandatangani sesuai dengan tanggal yang tertera di surat kesepakatan
harga yaitu tertanggal 21 Juni 201 (vide bukti B38) dan Terlapor V
menandatangani setelah dua hari dari pertemuan di Hiswana Migas
(vide bukti B35); -------------------------------------------------------------------
83.23 Bahwa Terlapor II sampai dengan Terlapor XVII dan Pertamina serta Hiswana
Migas adalah korban karena ketidakberdayaan dari kedigdayaan yang memiliki
kemampuan yang powerful yang berdampak luas yaitu lumpuhnya perekonomian
di wilayah Bandung; ---------------------------------------------------------------------------
83.24 Bahwa dengan terjadinya persidangan di KPPU saya bersyukur kepada Tuhan
yang Maha Esa, biarlah melalui peristiwa ini saya yakin dan percaya akan ada
perubahan yang mendasar dalam distribusi LPG NPSO dan terlaksana sepenuhnya
Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat; --------------------------------------------------------------
83.25 Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, Terlapor XVII mohon kepada Majelis
Komisi yang mulia, yang mengadili dan memeriksa perkara No. 14/KPPU-I/2014
ini, untuk memutuskan menerima dan dapat dimaklumi kesimpulan dari terlapor
XVII untuk seluruhnya, membebaskan dan melepaskan juga mengampuni terlapor
XVII dari sanksi denda atau Penalty, membebaskan dan melepaskan terlapor II
sampai dengan terlapor XVII, membebaskan, melepaskan dan tidak
merekomendasikan negatif kepada Pertamina, membebaskan dan melepaskan
Hiswana Migas Bandung Sumedang dari sanksi administrasi; --------------------------
83.26 Bahwa bilamana Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, kami mohon
putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono) dan bilamana Majelis Hakim
Yang Mulia berpendapat bahwa Terlapor XVII melakukan suatu kesalahan, secara
pribadi dari hati yang terdalam, mohon kiranya Majelis Hakim Yang Mulia dapat
memakluminya. Karena kami sebagai Terlapor XVII tidak memiliki itikad tidak
baik dalam menjalankan distribusi LPG NPSO. Dan kami memiliki penugasan
khusus yaitu mengalihkan pengguna LPG 3 Kg bersubsidi yang tidak berhak
untuk beralih menggunakan LPG NPSO/12 Kg. ------------------------------------------
84. Menimbang bahwa setelah berakhirnya jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan (dan
perpanjangannya), Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor 07/KPPU/Pen/II/2015
tanggal 20 Februari 2015 tentang Musyawarah Majelis Komisi Perkara Nomor 14/KPPU-
I/2014 (vide bukti A346); --------------------------------------------------------------------------------
85. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Musyawarah Majelis Komisi, Komisi menerbitkan
Keputusan Komisi Nomor 12/KPPU/Kep.3/II/2015 tanggal 20 Februari 2015 tentang
Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi pada Musyawarah Majelis Komisi
Perkara Nomor 14/KPPU-I/2014 (vide bukti A347); ------------------------------------------------
halaman 327 dari 383
Page 328
S A L I N A N
86. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Petikan Penetapan Musyawarah
Majelis kepada para Terlapor (vide bukti A351, A353, A355, A357, A359, A361, A363,
A365, A367, A369, A371, A373, A375, A377, 4379, A381, A383); ---------------------------
87. Menimbang bahwa setelah melaksanakan Musyawarah Majelis Komisi, Majelis Komisi
menilai telah memiliki bukti dan penilaian yang cukup untuk mengambil putusan; ----------
TENTANG HUKUM
Setelah mempertimbangkan Laporan Dugaan Pelanggaran, Tanggapan masing-masing Terlapor
terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran, keterangan para Saksi, keterangan para Terlapor, surat-
surat dan atau dokumen, Kesimpulan Hasil Persidangan yang disampaikan baik oleh
Investigator maupun masing-masing Terlapor, Majelis Komisi menilai, menganalisis,
menyimpulkan dan memutuskan perkara berdasarkan alat bukti yang cukup tentang telah
terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
(selanjutnya disebut UU No. 5/1999) yang diduga dilakukan oleh para Terlapor dalam Perkara
Nomor 14/KPPU-I/2014. Dalam melakukan penilaian dan analisis, Majelis Komisi
menguraikan dalam beberapa bagian, yaitu: --------------------------------------------------------------
1. Tentang Identitas Para Terlapor; ----------------------------------------------------------------------
2. Tentang Objek Perkara dan Dugaan Pelanggaran; -------------------------------------------------
3. Tentang Aspek Hukum Formil; -----------------------------------------------------------------------
4. Tentang Industri LPG; ----------------------------------------------------------------------------------
5. Tentang Pasar Bersangkutan; --------------------------------------------------------------------------
6. Tentang Perjanjian;--------------------------------------------------------------------------------------
7. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 5 ayat (1) UU No. 5/1999; ------------------------------------
8. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus; --------------------------------------
9. Tentang Rekomendasi Majelis Komis; ---------------------------------------------------------------
10. Tentang Perhitungan Denda; --------------------------------------------------------------------------
11. Tentang Diktum Putusan dan Penutup. --------------------------------------------------------------
Berikut uraian masing-masing bagian sebagaimana tersebut di atas; ----------------------------------
1. Tentang Identitas Para Terlapor; --------------------------------------------------------------------
1.1 Terlapor I, PT Limas Raga Inti, merupakan badan usaha yang berbentuk badan
hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 21 tanggal 9
November 1984 yang dibuat dihadapan Ny. Rukmasanti Hardjasatya, S.H, Notaris
di Jakarta dan berdasarkan Akta Perubahan terakhir Nomor 15 tanggal 22 Agustus
halaman 328 dari 383
Page 329
S A L I N A N
2008 yang dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H., M.Hum., Notaris di
Bandung, yang berkedudukan di Jalan Emong Nomor 21, Bandung, Jawa Barat dan
melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang distribusi gas LPG Pertamina,
Pelumas Pertamina, kompor, water heater, rice cooker, perlengkapan kompor,
reparasi kompor dan pemasangan instalasi gas LPG (vide bukti C79); -------------------
1.2 Terlapor II, PT Surya Buana Rahayu, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 3
tanggal 19 Maret 1985 yang dibuat dihadapan Jenni Mariani Raspati, S.H., Notaris
di Cimahi dan berdasarkan Akta Perubahan terakhir Nomor 5 tanggal 5 Februari
2003 yang dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H., Notaris di Bandung, yang
berkedudukan di Jalan Atlas Nomor 32 Antapani, Bandung, Jawa Barat dan
melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang distribusi LPG tabung 12 Kg di
wilayah Bandung, Jawa Barat (vide bukti C61); ---------------------------------------------
1.3 Terlapor III, PT Sumber Kerang Indah, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 216
tanggal 11 Juni 1984 dihadapan Ridwan Suselo, Notaris di Jakarta dan diperbaiki
dengan Akta Nomor 291 tanggal 16 Nopember 1984 dihadapan Ridwan Suselo,
Notaris di Jakarta, yang berkedudukan di Jalan Kopo Cirangrang Nomor 471,
Bandung, Jawa Barat dan melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang usaha
distribusi LPG Pertamina tabung 12 Kg, tabung 50 Kg dan pelumas (vide bukti
C66); ------------------------------------------------------------------------------------------------
1.4 Terlapor IV, PT Adigas Jaya Pratama, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor
Nomor 140 tanggal 23 Agustus 1997 yang dibuat dihadapan Leontine Anggasurya,
S.H., Notaris di Bandung dan berdasarkan Akta Perbaikan Nomor 27 tanggal 25 Mei
1998 yang dibuat dihadapan Saal Bumela, S.H., Notaris di Jakarta, yang kemudian
Perseroan melakukan perubahan terakhir sebagaimana Akta Nomor 22 tanggal 14
Agustus 2008 yang dibuat dihadapan Sjaaf De Carya Siregar, S.H., Notaris di
Jakarta, yang berkedudukan di Jalan Ters. Jaksa Naranata Nomor 163, Baleendah,
Bandung, Jawa Barat dan melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang usaha
distribusi gas LPG di wilayah Bandung Raya, Jawa Barat untuk tabung 12 Kg, 50
Kg dan bulk untuk melayani rumah tangga, apartemen, hotel, mall dan industri
besar/kecil (vide bukti C2 dan C11); -----------------------------------------------------------
1.5 Terlapor V, PT Tirta Ganggatama, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 107
tertanggal 30 Juli 1984 dengan Akte Perubahan Terakhir Nomor 02 tanggal 1
Desember 2008 yang dibuat dihadapan Christina Gani, S.H., Notaris di Bandung,
halaman 329 dari 383
Page 330
S A L I N A N
yang berkedudukan di Jalan Komp. Ud. Supadio Nomor 196/72-B, Kelurahan
Husein Sastranegara, Cicendo, Bandung, Jawa Barat dan melakukan kegiatan usaha
antara lain di bidang distribusi LPG tabung 12 Kg dan tabung 50 Kg Pertamina di
wilayah Bandung, Jawa Barat (vide bukti C22); ---------------------------------------------
1.6 Terlapor VI, PT Arias Mas, merupakan badan usaha yang berbentuk badan hukum
yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 53 tanggal 28
Januari 1984 yang dibuat dihadapan Yunita Elida Tanwir, S.H., Notaris di Bandung,
yang kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir sebagaimana dinyatakan
dalam Akta Nomor 13 tanggal 14 Januari 2010 yang dibuat dihadapan R. Nurgana
Hermania, S.H., Notaris di Bandung, yang berkedudukan di Jalan Raya Cileunyi
Km. 19, Kabupaten Bandung dan melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang
pendistribusian gas LPG ukuran 12 Kg dan 50 Kg (vide bukti C52); ---------------------
1.7 Terlapor VII, Pusat Koperasi Pegawai Negeri, merupakan merupakan koperasi
yang beranggotakan primer koperasi, sesuai dengan Akta Perubahan Anggaran
Dasar Nomor 574/BH/IX-19/12.67 tanggal 17 Desember 1968, kemudian
mengalami Perubahan Anggaran Dasar kembali di tanggal 14 Mei 1987, kemudian
perubahan di tanggal 1 Agustus 1990 dengan Nomor 574.B/BH/KWK.10/21 dan
perubahan terakhir di tanggal 21 September 1995 dengan Nomor
574/BH/PAD/KWK.10/IX.1995, dengan jumlah anggota saat ini adalah sebanyak 90
(sembilan puluh) primer koperasi, berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan
Nomor 510/1-0747/2006/05150-BPMPPT pada tanggal 11 September 2009 dengan
nilai kekayaan bersih sebesar Rp. 100.000.000,-, telah terdaftar pada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung dengan Tanda Daftar Perusahaan
Koperasi Nomor 101125200117 pada tanggal 21 Juni 2006, telah mendapatkan
Surat Ijin Walikota tentang Ijin Gangguan dengan Nomor 536/S1-4202/KPMD/2005
tanggal 5 September 2005, yang berkedudukan di Jalan Soekarno Hatta Nomor 470,
Bandung, Jawa Barat dan melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang pariwisata
berupa hotel, koperasi simpan pinjam dan distribusi LPG 12 Kg (vide bukti B23,
C324, C315); --------------------------------------------------------------------------------------
1.8 Terlapor VIII, Koperasi Karyawan dan Pensiunan (KOPKARPEN)
Perusahaan Gas Negara Bandung, adalah badan usaha yang berbentuk Koperasi
didirikan dan melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 4490/BH/IX-19 tanggal 15 Juni 1970
yang disahkan oleh Kepala Direktorat Koperasi Propinsi Jawa Barat, yang kemudian
Koperasi melakukan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dinyatakan dalam
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Nomor 1011/KEP/KWK-10/X/1997 tanggal
14 Oktober 1997 yang disahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi
halaman 330 dari 383
Page 331
S A L I N A N
dan Pembinaan Usaha Kecil Propinsi Jawa Barat, yang berkedudukan di Jalan
Serang Nomor 9, RT 09 RW 08 Bandung dan melakukan kegiatan usaha antara lain
di bidang kegiatan simpan pinjam, menjual dan membeli barang keperluan anggota
serta mendistribusikan gas LPG untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg sejak September 2011
(vide bukti C52, B14); ---------------------------------------------------------------------------
1.9 Terlapor IX, PT Kurnia Sari Rahayu, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 3
tanggal 22 April 1995 yang dibuat dihadapan Suliswati Muljono, S.H., Notaris di
Kabupaten Bandung, yang kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir
sebagaimana dinyatakan dalam Akta Nomor 04 tanggal 5 Januari 2008 yang dibuat
dihadapan Elsa, S.H., Notaris di Kabupaten Bandung, yang berkedudukan di Jalan
Rama Nomor 20, Bandung dan melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang
penjualan gas LPG ukuran 12 Kg (vide bukti C18, B13); ----------------------------------
1.10 Terlapor X, PT Sinarbakti Abadigas, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 33
tanggal 25 September 1986 yang dibuat dihadapan Fauzi, S.H., Notaris di Sumedang
dengan nama awal PT Sinar Bakti Abadi, yang kemudian Perseroan melakukan
perubahan terakhir menjadi PT Sinarbakti Abadigas, sebagaimana dinyatakan dalam
Akta Nomor 09 tanggal 10 Januari 2005 yang dibuat dihadapan Christy Sukmiati
Sutadikusumah, S.H., Notaris di Sumedang, yang berkedudukan di Jalan Mayor
Abdurahman Nomor 74 Sumedang dan melakukan kegiatan usaha antara lain di
bidang distribusi gas LPG ukuran 12 Kg dan 50 Kg (vide bukti B5); --------------------
1.11 Terlapor XI, PT Baragas Nasional, adalah perusahaan yang berbentuk Badan
Hukum didirikan dan melakukan kegiatan usaha dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, yang berkedudukan di Villa Bandung Indah, Jalan Tanjakan
Muncang 88, Cileunyi, Kabupaten Bandung dan melakukan kegiatan usaha antara
lain di bidang penjualan gas LPG ukuran 12 Kg; --------------------------------------------
1.12 Terlapor XII, PT Indonesian Alina Houtman Vegetables (PT
INAHOVTRACO), merupakan badan usaha yang berbentuk badan hukum yang
didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan
Terbatas Nomor 279 tanggal 30 September 2002 dibuat dihadapan Jelly Nasseri,
S.H., Notaris di Bandung, yang mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat Nomor C-0124
HT.01.01.TH 2004 tanggal 12 Maret 2004, yang kemudian perubahan anggaran
dasar terakhir berdasarkan pernyataan Akta Keputusan Rapat Nomor 3 tanggal 29
Oktober 2007 dibuat dihadapan Jelly Nasseri, S.H., Notaris di Bandung, yang
berkedudukan di Jalan Otto Iskandardinata Nomor 476, Bandung 40242 dan
halaman 331 dari 383
Page 332
S A L I N A N
melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang perdagangan barang dan jasa,
termasuk distribusi LPG serta distribusi pupuk (vide bukti C157, B17); -----------------
1.13 Terlapor XIII, PT Lembang Abadi Indah, merupakan badan usaha yang
berbentuk badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas Nomor 3 tanggal 12 Oktober 1998 yang dibuat dihadapan Irene
Ratnaningsih Handoko, S.H., Notaris di Bandung, yang kemudian Perseroan
melakukan perubahan anggaran dasar terakhir sesuai Akta Nomor 07 tanggal 18
Oktober 2013 dibuat dihadapan Irene Ratnaningsih Handoko, S.H., Notaris di
Bandung, yang mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia melalui surat Nomor AHU-58712.AH.01.02. Tahun
2013 tanggal 14 November 2013, yang berkedudukan di Jalan Golf Barat I Nomor
2, Arcamanik, Bandung dan melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang
kegiatan usaha perdagangan barang dan jasa, termasuk distribusi LPG (vide bukti
C177); ----------------------------------------------------------------------------------------------
1.14 Terlapor XIV, PT Sawitto Indah Berkah, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas Nomor 06 tanggal 26 Januari 2004 yang dibuat dihadapan Christy Sukmiati
Sutadikusumah, S.H., Notaris di Sumedang, yang kemudian Perseroan melakukan
perubahan terakhir sesuai Akta Nomor 09 tanggal 26 September 2008 dibuat
dihadapan Christy Sukmiati Sutadikusumah, S.H., Notaris di Sumedang, yang
mendapatkan Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia melalui surat Nomor AHU-31446.AH.01.01. Tahun 2009 tanggal 9 Juli
2009, yang berkedudukan di Jalan Pangeran Sugih Nomor 133 RT 01 RW 07,
kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dan
melakukan kegiatan usaha antara lain sebagai agen LPG Pertamina (Gas LPG 12 Kg
dan 50 Kg) (vide bukti C97);--------------------------------------------------------------------
1.15 Terlapor XV, PT Guna Bumi Utama, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas Nomor 5 tanggal 11 Desember 2000 yang dibuat dihadapan Diana
Indrawati Hermawan, S.H., M.Hum., Notaris di Bandung, yang mendapatkan
Penetapan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
melalui surat Nomor C-13240.HT.01.01.TH.2001 tanggal 18 Oktober 2001, yang
kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir sesuai Akta Nomor 03 tanggal
14 Februari 2012 dibuat dihadapan Boy Budiman Iskandar, S.H., Notaris di Kota
Bandung, yang berkedudukan di Jalan Jend. A. Yani Nomor 602, Kelurahan
Babakan Surabaya, Bandung 40281 dan melakukan kegiatan usaha antara lain di
halaman 332 dari 383
Page 333
S A L I N A N
bidang perdagangan barang dan jasa untuk hasil produksi Pertamina khususnya
minyak tanah, gas LPG 3 Kg dan 12 Kg (vide bukti C157); -------------------------------
1.16 Terlapor XVI, PT Griya Putra Anugrah, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas Nomor 33 tanggal 11 Juni 2007 yang dibuat dihadapan Boy Budiman
Iskandar, S.H., M.Hum., Notaris di Bandung, yang berkedudukan di Jalan Jend. H.
Amirmachmud Nomor 299 RT 001 RW 006 Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan
Cimahi Tengah Kota Cimahi 40522 dan melakukan kegiatan usaha antara lain
sebagai penyalur untuk LPG ukuran 6 Kg, 9 Kg, 14 Kg, 15 Kg, 50 Kg (vide bukti
C214); ----------------------------------------------------------------------------------------------
1.17 Terlapor XVII, PT Api Gas Nasional, merupakan badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 22
tanggal 22 Desember 2010 yang dibuat dihadapan R. Maya Sofia Ningrum, S.H.,
M.Kn, Notaris di Bandung dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU -13632.AH.01.01 Tahun 2011 tanggal 17
Maret 2011 yang kemudian Perseroan melakukan perubahan terakhir sebagaimana
dinyatakan dalam Berita Acara Rapat Pemegang Saham Nomor 03 tanggal 17 Maret
2014 yang dibuat dihadapan R. Maya Sofia Ningrum, S.H., M.Kn., Notaris di
Bandung, yang berkedudukan di Jalan Cibaduyut Raya Nomor 220, Bandung dan
melakukan kegiatan usaha antara lain di bidang pendistribusian gas LPG 12 Kg dan
50 Kg, berdasarkan Tanda Daftar Perusahaan No 101115216406 yang diterbitkan
tanggal 1 April 2011 dan berlaku hingga 01 April 2016 dengan kegiatan usaha
perdagangan gas LPG (vide bukti B15); ------------------------------------------------------
2. Tentang Objek Perkara dan Dugaan Pelanggaran; ----------------------------------------------
Bahwa Majelis Komisi menilai objek Perkara dan dugaan pelanggaran adalah sebagai
berikut: ----------------------------------------------------------------------------------------------------
2.1 Bahwa objek perkara dan dugaan pelanggaran perkara a quo adalah Pasal 5 ayat (1)
UU No. 5/1999 Terkait Penjualan Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Wilayah
Bandung dan Sumedang; ------------------------------------------------------------------------
2.2 Bahwa dalam Laporan Dugaan Pelanggaran, Tim Investigator menyampaikan
terdapat bukti pelanggaran terhadap UU No. 5/1999) tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dilakukan oleh Para Terlapor,
diantaranya pelanggaran terhadap pasal 5 ayat (1): -----------------------------------------
“Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama” ------------------------
3. Tentang Aspek Hukum Formil; ----------------------------------------------------------------------
3.1 Bahwa dalam kesimpulannya, Investigator pada pokoknya menyatakan : ---------------
halaman 333 dari 383
Page 334
S A L I N A N
3.1.1 Bahwa dalam hukum persaingan dikenal dua metode untuk menilai apakah
suatu perbuatan melanggar hukum persaingan yaitu per se illegal dan rule
of reason; --------------------------------------------------------------------------------
3.1.2 Bahwa pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang digunakan
oleh lembaga otoritas persaingan usaha untuk membuat evaluasi mengenai
akibat perjanjian atau kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah
suatu perjanjian atau kegiatan tersebut bersifat menghambat atau
mendukung persaingan. (Andi Fahmi Lubis, dkk., Hukum Persaingan
Usaha antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009); ---------------------
3.1.3 Bahwa pendekatan per se illegal adalah menyatakan setiap perjanjian atau
kegiatan usaha tertentu sebagai ilegal, tanpa pembuktian lebih lanjut atas
dampak yang ditimbulkan dari perjanjian atau kegiatan usaha tersebut.
(Andi Fahmi Lubis, dkk., Hukum Persaingan usaha antara teks dan konteks,
(Jakarta: KPPU RI., 2009); -----------------------------------------------------------
3.1.4 Bahwa Kegiatan yang dianggap sebagai per se illegal biasanya meliputi
penetapan harga secara kolusif atas produk tertentu, serta pengaturan harga
penjualan kembali; ---------------------------------------------------------------------
3.1.5 Bahwa dalam UU No. 5/1999 juga menggunakan dua metode ini, hal ini
dapat dilihat dari ketentuan pasal-pasalnya, yakni pencantuman kata-kata
“yang dapat mengakibatkan” dan atau “patut diduga”. Kata-kata tersebut
menyiratkan perlunya penelitian secara lebih mendalam, apakah suatu
tindakan dapat menimbulkan praktek monopoli yang bersifat menghambat
persaingan. Sedangkan penerapan pendekatan per se illegal biasanya
dipergunakan dalam pasal-pasal yang menyatakan istilah “dilarang”, tanpa
anak kalimat “…yang dapat mengakibatkan…”. Oleh karena itu,
penyelidikan terhadap beberapa perjanjian atau kegiatan usaha, misalnya
kartel yang diatur dalam Pasal 11 dan praktek monopoli diatur dalam Pasal
17 dianggap menggunakan pendekatan rule of reason. Sedangkan
pemeriksaan terhadap perjanjian penetapan harga (Pasal 5) dianggap
menggunakan pendekatan per se illegal . (Andi Fahmi Lubis, dkk., Hukum
Persaingan usaha antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009); --------
3.1.6 Bahwa pembenaran substantif dalam per se illegal harus didasarkan pada
fakta atau asumsi, bahwa perilaku tersebut dilarang karena dapat
mengakibatkan kerugian bagi pesaing lainnya dan atau konsumen. Hal
tersebut dapat dijadikan pengadilan sebagai alasan pembenar dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, terdapat dua hal penting yang
harus diperhatikan oleh pengadilan, pertama, adanya dampak merugikan
halaman 334 dari 383
Page 335
S A L I N A N
yang signifikan dari perilaku tersebut. Kedua, kerugian tersebut harus
tergantung pada kegiatan yang dilarang (Andi Fahmi Lubis, dkk., Hukum
Persaingan usaha antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009). --------
3.2 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV,
Terlapor IX, Terlapor XIII, Terlapor XIV dan Terlapor XVI pada pokoknya
menyatakan : --------------------------------------------------------------------------------------
3.2.1 Bahwa para Terlapor sangat menyadari bahwa Majelis Komisi dalam
memutuskan perkara a quo akan berfokus pada pendekatan per se illegal,
namun dengan adanya hal-hal yang baru ditemukan dalam perkara a quo,
Terlapor sangat berharap kiranya Majelis Komisi juga melakukan
pendekatan rule of reason; ------------------------------------------------------------
3.2.2 Bahwa pendekatan rule of reason akan membuat Majelis Komisi dapat
memberikan putusan yang tepat atau dengan kata lain dapat menemukan
hukumnya/ius curia novit untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat
bagi para Terlapor maupun pelaku usaha lainnya; --------------------------------
3.2.3 Bahwa di Amerika Serikat dalam menyelesaikan perkara persaingan usaha
dalam perkembangannya sudah mulai meninggalkan pendekatan per se
illegal yang bersifat absolut dan lebih cenderung menggunakan
penggabungan per se illegal dan pendekatan rule of reason, hal ini dapat
dilihat dari para Ahli Hukum di Amerika Serikat yang selalu melihat rule of
reason dan per se rule secara kontekstual artinya prinsip tersebut muncul
karena putusan hakim dalam mengadili suatu perkara persaingan usaha;
3.2.4 Bahwa J. David Reitzel (2001) secara lengkap dikutip pemahaman Reitzel
mengenai rule of reason adalah sebagai berikut : ---------------------------------
“in standard oil the court rejected its earlier position that all contracts in
restraint of trade were prohibited by the Sherman Act and applied what has
come to be called the rule of reason. The cour rule that the congressional
intent was to prohibit only those contracts that reasonablyrestrainted trade.
This rule of reason-that is the process of determining if a defendant’s
conduct sufficiently anticompetitive to constitute an “unreasonable
restraint”-is very much a part of antitrust law today section 1 case.” ---------
Bahwa rule of reason menurut Cheeseman merupakan kebalikan dari
kriteria per se illegal yang menentukan meskipun suatu perbuatan telah
memenuhi rumusan undang-undang, namun jika ada alasan objektif
(biasanya alasan ekonomi) yang dapat membenarkan (reasonable)
perbuatan tersebut; ---------------------------------------------------------------------
halaman 335 dari 383
Page 336
S A L I N A N
3.2.5 Bahwa oleh karena itu, berdasarkan pendekatan per se illegal dan
pendekatan rule of reason maka tindakan Para Terlapor yang turut
menandatangani kesepakatan usulan tidaklah dapat dipersalahkan telah
melanggar Pasal 5 ayat (1) UU No. 5/1999, mengingat betapa besar resiko
yang timbul bagi para Terlapor dengan adanya banting-membanting harga
(predatory pricing), justru dengan adanya tindakan para Terlapor yang
menandatangani kesepakatan usulan tersebut akan membuat para agen tidak
melakukan tindakan predatory pricing dalam menjual LPG dan membuat
persaingan usaha menjadi sehat (sesuai Pasal 3 dan konsiderans UU No.
5/1999). ----------------------------------------------------------------------------------
3.3 Bahwa Majelis Komisi menilai dalam perkara a quo, pendekatan yang digunakan
oleh Majelis Komisi adalah per se illegal, yang menyatakan setiap perjanjian atau
kegiatan usaha tertentu sebagai ilegal, tanpa pembuktian lebih lanjut atas dampak
yang ditimbulkan dari perjanjian atau kegiatan usaha tersebut (Andi Fahmi Lubis,
dkk., Hukum Persaingan usaha antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009);
3.4 Bahwa Majelis Komisi berpendapat Pasal 5 ayat 1 UU No. 5/1999,“Pelaku Usaha
dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan
harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau
pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama” adalah termasuk kategori per se
illegal karena tidak mencantumkan kalimat “...yang dapat mengakibatkan...”
sebagaimana yang telah dijelaskan pada butir 3.1.5 di atas; -------------------------------
3.5 Bahwa oleh karena itu, Majelis Komisi berpendapat tidak perlu dilakukan
pembuktian lebih lanjut mengenai adanya dampak yang ditimbulkan atas adanya
kesepakatan harga, namun cukup hanya dengan membuktikan terpenuhinya unsur-
unsur yang terdapat dalam Pasal 5 ayat 1 UU No. 5/1999; ---------------------------------
4. Tentang Industri LPG; ---------------------------------------------------------------------------------
4.1 Tentang LPG --------------------------------------------------------------------------------------
4.1.1 Bahwa Liquefied Petroleum Gas (LPG) merupakan gas hidrokarbon
produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas
propane (C3H8) dan butane (C4H10);----------------------------------------------
4.1.2 Bahwa berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas
Bumi, LPG adalah gas hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk
memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan penanganannya yang pada
dasarnya terdiri atas propana, butana, atau campuran keduanya; ---------------
4.1.3 Bahwa LPG digunakan terutama sebagai bahan bakar untuk memasak,
konsumen LPG bervariasi, mulai dari rumah tangga, kalangan komersial
halaman 336 dari 383
Page 337
S A L I N A N
(restoran, hotel) hingga industri. Di kalangan industri, LPG digunakan
sebagai bahan bakar pada industri makanan, keramik, gelas serta bahan
bakar forklift. Selain itu, LPG juga dapat digunakan sebagai bahan baku
pada industri aerosol serta refrigerant ramah lingkungan; ----------------------
4.1.4 Bahwa sejak 1968, Unit Gas Domestik PT Pertamina (Persero)
menyediakan LPG sebagai bahan baku dan bahan bakar untuk keperluan
rumah tangga, komersial dan industri dengan menggunakan brand "Elpiji".
Disamping LPG, sejak tahun 1987 Unit Gas Domestik juga telah mensuplai
bahan bakar gas dengan menggunakan CNG (Compressed Natural Gas),
dibawah brand "BBG", "Musicool", hidrokarbon refrigerant yang ramah
lingkungan, yang telah diluncurkan pada tahun 2004; ----------------------------
4.1.5 Bahwa untuk mempermudah mobilisasi dan distribusi, LPG secara umum
dikemas dalam bentuk tabung dengan isi 3 Kg, 12 Kg, 50 Kg atau dalam
bentuk curah (bulk); --------------------------------------------------------------------
4.1.6 Bahwa dari sisi regulasi subsidi dikenal dua jenis LPG yaitu LPG Tertentu
dan LPG Umum. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied
Petroleum Gas menjelaskan LPG Tertentu adalah LPG yang merupakan
bahan bakar yang mempunyai kekhususan karena kondisi tertentu seperti
pengguna/ penggunaannya, kemasannya, volume dan atau harganya yang
masih harus diberikan subsidi. Sementara LPG Umum adalah LPG yang
merupakan bahan bakar yang pengguna/ penggunaannya, kemasannya,
volume dan harganya tidak diberikan subsidi. -------------------------------------
4.2 Tentang Tata Niaga LPG ------------------------------------------------------------------------
4.2.1 Penjualan LPG Hulu-Hilir ------------------------------------------------------------
4.2.1.1 Bahwa berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2011 tentang Minyak dan Gas Bumi diketahui yang termasuk
dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas adalah kegiatan
yang mencakup eksplorasi dan eksploitasi. Sementara Kegiatan
Usaha Hilir mencakup pengolahan, pengangkutan, penyimpanan
dan niaga; -------------------------------------------------------------------
4.2.1.2 Bahwa Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 angka 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Minyak dan Gas Bumi dilaksanakan dan dikendalikan melalui
Kontrak Kerja Sama. Kontrak Kerja Sama sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit memuat persyaratan: a.
kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan Pemerintah
halaman 337 dari 383
Page 338
S A L I N A N
sampai pada titik penyerahan, b. pengendalian manajemen
operasi berada pada Badan Pelaksana, c. modal dan risiko
seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap; ---
4.2.1.3 Bahwa Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 angka 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Minyak dan Gas Bumi dilaksanakan dengan Izin Usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 20. Kegiatan Usaha
Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 2
diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang
wajar, sehat, dan transparan; ---------------------------------------------
4.2.1.4 Bahwa Kegiatan Usaha Hulu dan Kegiatan Usaha Hilir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 1 dan angka 2 dapat
dilaksanakan oleh: a. Badan Usaha Milik Negara; b. Badan
Usaha Milik Daerah; c. Koperasi; Usaha Kecil; d. Badan Usaha
Swasta; ----------------------------------------------------------------------
4.2.1.5 Bahwa berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hilir
Minyak dan Gas Bumi, Kegiatan Usaha Hilir dilaksanakan oleh
Badan Usaha yang telah memiliki Izin Usaha yang dikeluarkan
oleh Menteri dan diselenggarakan melalui mekanisme persaingan
usaha yang wajar, sehat, dan transparan; ------------------------------
4.2.1.6 Bahwa terkait dengan penyaluran LPG diatur dalam Pasal 48
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004
Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi. Ayat (1)
menyebutkan bahwa Badan Usaha pemegang Izin Usaha Niaga
Umum (Wholesale) dalam menyalurkan Bahan Bakar Minyak,
Bahan Bakar Gas dan LPG untuk pengguna skala kecil,
pelanggan kecil, transportasi dan rumah tangga wajib
menyalurkannya melalui penyalur yang ditunjuk Badan Usaha
melalui seleksi. Penunjukan penyalur sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) wajib mengutamakan koperasi, usaha kecil
dan/atau badan usaha swasta nasional yang terintegrasi dengan
Badan Usaha berdasarkan perjanjian kerjasama; ---------------------
4.2.1.7 Bahwa Penyalur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 48
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004
Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, hanya
dapat memasarkan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas dan
halaman 338 dari 383
Page 339
S A L I N A N
LPG dengan merek dagang yang digunakan atau dimiliki Badan
Usaha pemegang Izin Usaha Niaga Umum (Wholesale); ------------
4.2.1.8 Bahwa Penyalur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal 48
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004
Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, wajib
memiliki perizinan sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku. Badan Usaha pemegang Izin Usaha
Niaga Umum (Wholesale) bertanggung jawab atas standar dan
mutu sampai ke tingkat penyalur. Badan Usaha wajib
menyampaikan laporan kepada Menteri dan Badan Pengatur
mengenai penunjukan penyalur sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3); -------------------------------------------
4.2.1.9 Bahwa sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina
menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu
hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di
beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan
di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan
gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut,
Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran,
serta aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi
panas bumi dan Coal Bed Methane (CBM). Dalam pengusahaan
migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik
secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama
dengan mitra kerja yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint
Operation Body (JOB), Technical Assistance Contract (TAC),
Indonesia Participating/Pertamina Participating Interest (IP/PPI)
dan Badan Operasi Bersama (BOB); -----------------------------------
4.2.1.10 Bahwa sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan
minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas
dan petrokimia dan bisnis perkapalan terkait untuk
pendistribusian produk Perusahaan. Kegiatan pengolahan terdiri
dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V
(Balikpapan), RU VI (Balongan) dan RU VII (Sorong); ------------
4.2.1.11 Bahwa Pertamina juga mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun
(Aceh) dan Unit Kilang LNG Bontang (Kalimantan Timur).
Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi bahan bakar minyak
(BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak
halaman 339 dari 383
Page 340
S A L I N A N
diesel, minyak bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal,
Liquefied Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied
Natural Gas (LNG), Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan
produk lainnya; -------------------------------------------------------------
4.2.1.12 Bahwa pola penyaluran/ distribusi LPG kemasan tabung isi 12
Kg, 50 Kg dan bulk secara keseluruhan adalah sebagai berikut: ---
Pola Penyaluran/ Distribusi LPG Kemasan Tabung Isi 12 Kg,
50 Kg dan Bulk
4.2.1.13 Bahwa Jalur distribusi LPG berawal dari kilang Pertamina,
Kilang Swasta maupun yang berasal dari luar negeri (Impor).
Seluruh pasokan LPG tersebut dikumpulkan di satu tempat yang
biasa disebut Depot LPG. Dari Depot LPG tersebut, LPG
didistribusikan ke SPPBE dan SPPEK atau langsung ke modern
outlet. SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji)
adalah filling plant yaitu unit untuk mengangkut, mengisi dan
menyalurkan LPG baik dalam bentuk tabung maupun curah
kepada agen. SPPBE akan menerima biaya pengisian (filling fee)
dan biaya transportasi (transportation fee) untuk setiap LPG yang
diisikan. Sementara SPPEK (Stasiun Pengisian dan Pengiriman
LPG Khusus) merupakan mini filling plant yang terletak di
remote area. SPPEK adalah hasil reposisi dari Agen
Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (APPEL), berlaku
efektif 1 April 2007; ------------------------------------------------------
halaman 340 dari 383
Page 341
S A L I N A N
4.2.1.14 Bahwa kerjasama untuk pengisian dan pengangkutan LPG di
daerah remote ditetapkan dalam bentuk SPPEK. Filling fee
ditanggung oleh Pertamina sedangkan transportation fee
ditanggung oleh konsumen (dimasukkan dalam struktur harga
jual). Oleh karena itu harga jual LPG ex SPPEK akan lebih mahal
daripada harga jual LPG ex LPG FP ataupun ex SPPBE, tetapi
lebih murah dari harga APPEL. -----------------------------------------
4.2.2 Tentang Perjanjian Keagenan --------------------------------------------------------
4.2.2.1 Bahwa Agen bertindak sebagai perantara antara Pertamina
dengan konsumen LPG dalam hal ini sub agen, rumah tangga
ataupun industri. Persyaratan agen diatur secara terperinci dalam
perjanjian keagenan yang dibuat antara Pertamina dengan agen; --
4.2.2.2 Bahwa yang dimaksud agen LPG adalah Badan Usaha yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia, memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh Pertamina dan perundang-undangan yang
berlaku, serta ditunjuk oleh Pertamina untuk membeli LPG dari
supply point sesuai ketentuan Pertamina dan menjual kembali
dalam bentuk curah atau tabung ke konsumen; -----------------------
4.2.2.3 Bahwa tujuan penunjukan Agen LPG adalah untuk mengangkut,
menyimpan, menyalurkan dan memasarkan LPG kepada
konsumen dengan memberikan pelayanan terbaik dan menjamin
mutu, kualitas dan kuantitas LPG di wilayah Bandung sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan Pertamina; ------------------------
4.2.2.4 Bahwa Pertamina menetapkan jumlah alokasi LPG yang akan
disalurkan kepada agen LPG secara bulanan yang besarnya akan
disampaikan melalui Surat Manager LPG & Gas Product Region
III yang selanjutnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dengan Perjanjian Keagenan. Pertamina berhak menambah atau
mengurangi alokasi LPG kepada agen LPG yang akan
diberitahukan secara tertulis kepada agen LPG; ----------------------
4.2.2.5 Bahwa harga jual LPG dan tabung LPG dari PT Pertamina
(Persero) kepada agen LPG dan harga jual LPG dari agen LPG
kepada konsumen ditetapkan oleh Pertamina, harga jual tersebut
dapat diubah sesuai keputusan Pertamina; -----------------------------
4.2.2.6 Bahwa agen LPG tidak diperbolehkan mengadakan perubahan
harga jual LPG kepada konsumen yang telah ditetapkan oleh
Pertamina; -------------------------------------------------------------------
halaman 341 dari 383
Page 342
S A L I N A N
4.2.2.7 Bahwa agen LPG akan mendapat margin penjualan LPG dan
margin penjualan tabung LPG sesuai dengan ketentuan
Pertamina; -------------------------------------------------------------------
4.2.2.8 Bahwa berdasarkan keterangan dan dokumen yang diberikan oleh
Pertamina diketahui terdapat 17 (tujuh belas) agen LPG untuk
wilayah Bandung dan Sumedang yaitu sebagai berikut: -------------
Tabel Rekapitulasi Perjanjian Keagenan LPG Wilayah Bandung dan Sumedang
No Nama Perusahaan Nomor Perjanjian Tanggal
Perjanjian
Jangka Waktu
Berakhir
Perjanjian
1. PT Limas Raga Inti SPJ-
750/F13400/2013-S3
31 Desember 2013 29 Juni 2016
2. PT Surya Buana
Rahayu
SPJ-
270/F13400/2014-S3
22 Oktober 2014 21 Juni 2017
3. PT Sumber Kerang
Indah
SPJ-
731/F13400/2013-S3
31 Desember 2013 10 November
2016
4. PT Adigas Jaya
Pratama
SPJ-
630/F13400/2013-S3
31 Desember 2013 7 Juni 2016
5. PT Tirta Gangga
Tama
SPJ-
054/F13100/2011-S3
22 Juni 2011 21 Juni 2014
6. PT Arias Mas SPJ-
119/F13100/2013-S3
28 Februari 2013 27 Februari
2016
7. Pusat Koperasi
Pegawai Republik
Indonesia (PKPRI)
SPJ-
490/F13100/2011-S3
21 September
2011
10 Januari 2014
8. Kopkarpen PGN
Bandung
SPJ-
449/F13100/2011-S3
21 September
2011
27 Februari
2014
9. PT Kurniasari
Rahayu
SPJ-
140/F13450/2013-S3
20 Maret 2013 30 Maret 2016
10. PT Sinar Bakti
Abadi
SPJ-
1209/F12500/2010-
S3
02 Nopember
2010
01 Nopember
2013
11. PT Baragas
Nasional
SPJ-
016/F12500/2009-S3
16 Februari 2009 13 Februari
2012
12. PT
INAHOVTRACO
SPJ-
001B/F12500/2006-
S3
02 Januari 2006 31 Oktober 2009
13. PT Lembang Abadi SPJ- 22 Oktober 2014 21 Juni 2017
halaman 342 dari 383
Page 343
S A L I N A N
Indah 269/F13400/2014-S3
14. PT Sawitto Indah
Berkah
SPJ-
002/F12500/2011-S3
1 Januari 2011 02 Januari 2014
15. PT Guna Bumi
Utama
SPJ-075/F1300/2012-
S3
29 Agustus 2012 29 Juli 2015
16. PT Griya Putra
Anugrah
SPJ-
846/F12500/2010-S3
6 Juli 2010 05 Juli 2013
17. PT Api Gas
Nasional
SPJ 073/F1300/2012-
S3
29 Agustus 2012 28 Agustus 2015
4.2.3 Tentang Harga Jual LPG --------------------------------------------------------------
4.2.3.1 Bahwa dalam kesimpulannya, terkait dengan Harga Jual LPG,
Investigator menyatakan pada pokoknya: ------------------------------
4.2.3.1.1 Bahwa pada tanggal 01 Oktober 2009 Direktur
Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero)
mengeluarkan Surat No. Kpts-057/F00000/2009-S3
Tentang Harga Jual LPG Kemasan Tabung 12 Kg.
Surat Keputusan tersebut berlaku sejak tanggal 10
Oktober 2009 dan menetapkan harga jual LPG
Kemasan Tabung 12 Kg sebagai berikut: ---------------
No. Komponen Biaya Unit
I. Harga Eks Pertamina sebelum pajak 4.912 Rp/Kg
II. PPN 10% 491 Rp/Kg
III. Harga eks Pertamina setelah pajak/ harga
tebus Agen
5.403 Rp/Kg
IV. Margin Agen 406 Rp/Kg
V. PPN 10% Atas Margin Agen 41 Rp/Kg
VI. Harga Jual eks Agen 5.850 Rp/Kg
VII Harga Jual eks Agen 70.200 Rp/tabung
4.2.3.1.2 Bahwa dalam keputusan tersebut juga diatur tentang
Harga jual LPG kemasan tabung 12 Kg eks agen
diluar radius 60 (enam puluh) km dari instalasi utama
Pertama dan SPPBE (Stasiun Pengisian dan
Pengangkutan Bulk Elpiji) yang ditunjuk Pertamina
adalah harga point VI ditambah dengan biaya angkut
yang disesuaikan dengan ketentuan biaya angkutan
halaman 343 dari 383
Page 344
S A L I N A N
dalam Surat Keputusan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia; ----------------------------------------
4.2.3.1.3 Bahwa pada tanggal 09 Oktober 2009 SR LPG
Region II Rayon V Pertamina, Sdr. Lucky
Pangemanan mengeluarkan Surat Nomor
205/F13130/2009-S8. Surat tersebut mengacu kepada
Memorandum Vice President Gas Domestik No.
1885/F1050/2009-S3 tanggal 09 Oktober 2009
perihal: Penyesuaian Harga LPG Kemasan Tabung 6
Kg, 12 Kg dan 50 Kg dan Surat Manajer Gas
Domestic Region II No 6648/F12500/2009-S3
tanggal 09 Oktober 2009, perihal: Penyesuaian Harga
LPG Kemasan Tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg.
Penyesuaian harga tersebut adalah sebagai berikut: ---
Keterangan
Refill LPG 6 Kg Refill LPG 12 Kg Refill LPG 50 Kg
Rp/Kg Rp/ Tabung
Rp/Kg Rp/ Tabung
Rp/Kg Rp/ Tabung
Harga Pokok 4,912 29,472 4,912 58,944 6,248 312,400 PPN 10% 491 2,946 491 5,892 625 31,250 Harga Eks Pertamina/ Harga Tebus Agen
5,403 32,418 5,403 64,836 6,873 343,650
Margin Agen 406 2,436 406 4,872 438 21,900 PPN 10% Atas Margin Agen
41 246 41 492 44 2,200
Harga Jual Agen ke Konsumen
5,850 35,100 5,850 70,200 7,355 367,750
4.2.3.1.4 Bahwa berdasarkan Surat Nomor: 205/F13130/2009-
S8 diketahui harga jual LPG kemasan tabung 6 Kg,
12 dan 50 Kg yang berlaku untuk penyerahan
terhitung mulai tanggal 10 Oktober 2009. Harga jual
agen ke konsumen refill LPG 12 Kg adalah Rp.
70.200,- per tabung dan Rp. 367.750,- per tabung
untuk refill LPG 50 Kg. Harga tersebut sudah
termasuk PPN 10% atas margin agen; -------------------
4.2.3.1.5 Bahwa berdasarkan Surat Nomor: 205/F13130/2009-
S8 diketahui harga jual LPG kemasan tabung 6, 12 &
halaman 344 dari 383
Page 345
S A L I N A N
50 Kg eks agen diluar radius 60 (enam puluh) km
dari SPPBE terdekat adalah harga jual agen ke
konsumen ditambah dengan biaya angkutan yang
sesuai dengan ketentuan biaya angkutan dalam SK
Menteri Perhubungan RI. Untuk PPH dan PPN 10%
atas margin agen LPG disetorkan sendiri oleh agen; --
4.2.3.1.6 Bahwa pada tanggal 19 November 2013, Direktur
Pemasaran dan Niaga Pertamina mengeluarkan Surat
Keputusan No. Kpts-111/F00000/2013-S3 tentang
Harga Jual LPG 12 Kg untuk agen yang mengambil
di LPG Filling Plant dan SPPBE dengan pola
SPPEK untuk Daerah Jawa-Bali; -------------------------
4.2.3.1.7 Bahwa berdasarkan Surat Domestic Gas Region
Manager III Pertamina No. 4006/F13450/2013-S3
tertanggal 13 Desember 2013 diketahui bahwa
terdapat penyesuaian harga jual LPG 12 Kg dan 50
Kg yang berlaku untuk penyerahan terhitung mulai
tanggal 16 Desember 2013 sampai dengan 15 Maret
2014 (vide bukti C34); -------------------------------------
4.2.3.1.8 Bahwa berdasarkan Surat Domestic Gas Region
Manager III Pertamina No. 4006/F13450/2013-S3
tertanggal 13 Desember 2013 diketahui harga jual
eks agen (termasuk PPN) di wilayah Bandung-Jabar
untuk LPG kemasan tabung isi 12 Kg adalah Rp.
77.100,- per tabung dan Rp. 807.000,- per tabung isi
50 Kg (vide bukti C34). ------------------------------------
4.2.3.1.9 Bahwa harga beli dan harga jual masing-masing
Terlapor adalah sebagai berikut : -------------------------
4.2.3.1.9.1 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
12 Kg dan 50 Kg PT Limas Raga Inti
kurun waktu 2011 s.d 2013 adalah
sebagai berikut (vide bukti C77, C81): -
Harga Jual LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI
No Tahun LPG 12 Kg LPG 50 Kg Eks
Agen Sales Point
Konsumen Eks Agen
Konsumen
1 2011 70.200 72.200 73.200 367.750 375.000 2 07 Jun 2012 70.200 72.200 73.200 467.750 475.000
halaman 345 dari 383
Page 346
S A L I N A N
3 19 Des 2012 70.200 72.200 73.200 654.000 663.000 4 09 Mar 2013 70.200 72.200 73.200 675.000 684.000 5 28 Jun 2013 70.200 73.500 75.000 624.500 632.500 6 27 Sep 2013 70.200 73.500 75.000 665.000 673.000
Sumber: dokumen harga jual LPG PT LRI, diolah
Harga beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT LRI
No Tahun LPG 12 Kg LPG 50 Kg 1 2011 64.836 343.650 2 07 Jun 2012 64.836 438.900 3 19 Des 2012 64.836 614.900 4 09 Mar 2013 64.836 635.250 5 28 Jun 2013 64.836 586.300 6 27 Sep 2013 64.836 625.350
Sumber: dokumen harga beli LPG PT LRI
4.2.3.1.9.2 Bahwa harga jual dan beli LPG tabung
12 Kg PT Surya Buana Rahayu adalah
sebagai berikut (vide bukti C64); ------
Harga Jual dan Beli Elpiji (LPG) Tabung 12 Kg PT SBR
Periode Harga Jual (Rp) Harga Beli (Rp) 9 Okt 2009 70.200 64.836 16 Des 2013 77.100 70.896 Sumber: dokumen harga jual dan beli LPG 12Kg PT SBR
4.2.3.1.9.3 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
tabung 12 Kg dan 50 Kg PT Sumber
Kerang Indah kurun waktu tahun 2011
s.d 2013 adalah sebagai berikut (vide
bukti C68): ----------------------------------
harga jual dan harga beli LPG PT SKI
Periode Harga Jual Harga Beli 12 Kg (Rp) 50 Kg (Rp) 12 Kg
(Rp) 50 Kg (Rp)
2011 70.200 367.750 64.836 343.650 07 Juni 2012 70.200 467.750 64.836 438.900 19 Des 2012 70.200 654.000 64.836 614.900 09 Mar 2013 70.200 675.000 64.836 635.250 28 Juni 2013 70.200 624.500 64.836 586.300 27 Sep 2013 70.200 665.000 64.836 625.350 16 Des 2013 77.100 807.000 70.896 769.750
Sumber: dokumen harga beli dan harga jual gas LPG 12 Kg dan 50 Kg PT SKI
4.2.3.1.9.4 Bahwa harga jual dan beli LPG 12 Kg
dan 50 Kg PT Adigas Jaya Pratama
kurun waktu 2011 s.d 2013 adalah
sebagai berikut (vide bukti C7): ---------
Harga Jual dan Beli LPG PT AJP
No Tahun Harga Jual LPG Harga Beli LPG
halaman 346 dari 383
Page 347
S A L I N A N
ex Agen 12 Kg 50 Kg 12 Kg 50 Kg
1 2011 70.200 367.750 64.836 343.650 2 07 Jun 2012 70.200 467.750 64.836 438.900 3 19 Des 2012 70.200 654.000 64.836 614.900 4 09 Mar
2013 70.200 675.000 64.836 635.250
5 07 Jun 2013 70.200 624.500 64.836 586.300 6 27 Sep 2013 70.200 665.000 64.836 625.350 7 16 Des 2013 70.200 807.000 64.836 766.040
Sumber: dokumen harga jual dan beli LPG PT AJP, diolah
4.2.3.1.9.5 Bahwa harga jual dan harga beli PT
Tirta Ganggatama untuk LPG tabung
12 Kg dan 50 Kg kurun waktu tahun
2011 s.d 2013 adalah sebagai berikut
(vide bukti C23): --------------------------
harga jual dan harga beli LPG PT TGT
Periode Harga Jual Harga Beli 12 Kg (Rp)
50 Kg (Rp)
12 Kg (Rp)
50 Kg (Rp)
2011 70.200 367.750 64.836 343.650 07 Juni 2012
70.200 467.750 64.836 438.900
19 Des 2012
70.200 654.000 64.836 614.900
09 Mar 2013
70.200 675.000 64.836 635.250
28 Juni 2013
70.200 624.500 64.836 586.300
27 Sep 2013
70.200 665.000 64.836 625.350
16 Des 2013
77.100 807.000 70.896 769.750
Sumber: dokumen harga beli dan harga jual gas LPG 12 Kg dan 50 Kg PT TGT
4.2.3.1.9.6 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
yang diberlakukan oleh PT Arias Mas
untuk jenis 12 Kg dan 50 Kg dari tahun
2010 hingga tahun 2014 adalah sebagai
berikut (vide bukti C53): ------------------
Harga Jual LPG 12 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d November 2013 Rp. 70.200,- Desember 2013 Rp. 79.900,- 01 Januari 2014 s/d 07 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Januari 2014 s/d sekarang Rp. 91.300,- Sumber: dokumen PT AM
Harga Jual LPG 50 Kg PT AM
halaman 347 dari 383
Page 348
S A L I N A N
Periode Harga Jual 2010 s/d 2011 Rp. 367.750,- 07 Juni 2012 s/d 18 Desember 2012 Rp. 467.750,- 19 Desember 2012 s/d 08 Maret 2013 Rp. 654.000,- 09 Maret 2013 s/d 26 Juni 2013 Rp. 665.000,- 27 Juni 2013 s/d 26 Oktober 2013 Rp. 624.500,- 27 Oktober 2013 s/d 30 November 2013 Rp. 662.000,- 01 Desember 2013 s/d 15 Maret 2014 Rp. 807.000,- 15 Maret 2014 s/d sekarang Rp. 792.500,-
Sumber: dokumen PT AM
Harga Beli LPG 12 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d November 2013 Rp. 65.015,23 Desember 2013 Rp. 65.147,59 01 Januari 2014 s/d 07 Januari 2014 Rp. 111.500,07 07 Januari 2014 s/d sekarang Rp. 78.410,07 Sumber: dokumen PT AM
Harga Beli LPG 50 Kg PT AM
Periode Harga Jual 2010 s/d 2011 Rp. 334.577,24 07 Juni 2012 s/d 18 Desember 2012 Rp. 440.100,00 19 Desember 2012 s/d 08 Maret 2013 Rp. 616.000,00 09 Maret 2013 s/d 26 Juni 2013 Rp. 637.000,00 27 Juni 2013 s/d 26 Oktober 2013 Rp. 587.899,00 27 Oktober 2013 s/d 30 November 2013 Rp. 627.055,50 01 Desember 2013 s/d 15 Maret 2014 Rp. 745.959,50 15 Maret 2014 s/d sekarang Rp. 731.702,63
Sumber: dokumen PT AM
4.2.3.1.9.7 Bahwa PKPRI tidak menyerahkan data
harga jual dan harga beli; -----------------
4.2.3.1.9.8 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
yang diberlakukan oleh KOPKARPEN
PGN untuk jenis LPG 12 Kg dan 50
Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014
adalah sebagai berikut (vide bukti
C107): ---------------------------------------
Harga Jual LPG 12 Kg KOPKAR PGN
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Eks Agen/Gudang
2010 s/d 27 Sept 2013 Rp. 70.200,- 16 Desember 2013 Rp. 77.100,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Jan 2014 s/d sekarang Rp. 91.300,-
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Sales Point/Toko
2010 s/d 19 Des 2012 Rp. 72.200,- 09 Mar 2013 s/d 28 Juni 2013 Rp. 73.500,-
halaman 348 dari 383
Page 349
S A L I N A N
27 Sep 2013 s/d 16 Des 2013 Rp. 77.100,- 04 Jan 2014 Rp. 124.700,- 07Januari 2014 Rp. 91.300,- 31 Maret 2014 Rp. 93.500,-
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Door to Door
2010 s/d 09 Maret 2013 Rp. 73.200,- 18 Juni 2013 s/d 27 Sep 2013 Rp. 75.000,- 16 Desember 2013 Rp. 78.900,- 04 Januari 2014 Rp. 131.000,- 07Januari 2014 Rp. 96.300,- 31 Maret 2014 Rp. 96.500,-
Sumber: Dokumen KOPKAR
Harga Beli LPG 12 Kg dan 50 Kg KOPKAR PGN
Periode Harga Beli LPG 12 Kg 50 Kg
2010 s/d 2011 Rp. 64.836,- Rp. 343.650,- 07 Juni 2012 Rp. 64.836,- Rp. 438.900,- 19 Des 2012 Rp. 64.836,- Rp. 614.900,- 09 Maret 2013 Rp. 64.836,- Rp. 635.250,- 28 Juni 2013 Rp. 64.836,- Rp. 586.300,- 27 Sep 2013 Rp. 67.836,- Rp. 625.350,- 16 Des 2013 Rp. 70.896,- Rp. 769.750,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- Rp. 769.750,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,- Rp. 769.750,- 31 Maret 2014 Rp. 83.545,- Rp. 752.100,-
Sumber: Dokumen KOPKAR
4.2.3.1.9.9 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
yang diberlakukan oleh PT Kurnia Sari
Rahayu untuk jenis LPG 12 Kg dan 50
Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014
adalah sebagai berikut (vide bukti
C18): -----------------------------------------
Harga Jual LPG 12 Kg PT KSR
Periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200,- 16 Desember 2013 Rp. 77.100,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- 07 Januari 2014 Rp. 91.300,-
Sumber: Dokumen PT KSR
Harga Beli LPG 12 Kg PT KSR
Periode Harga Beli Pertamina
2010 Rp. 64.836,- 16 Desember 2013 Rp. 70.896,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,-
Sumber: Dokumen PT KSR
halaman 349 dari 383
Page 350
S A L I N A N
4.2.3.1.9.10 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
yang diberlakukan oleh PT Sinarbakti
Abadigas untuk jenis LPG 12 Kg dan
50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut (vide bukti
B5): ------------------------------------------
Harga Jual LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT SBA
Kriteria Harga LPG 12 Kg
Harga LPG 50 Kg
Ex gudang Agen Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- Sales Point/Toko Rp. 71.200,- Rp. 375.000,- Pengiriman langsung Rp. 73.200,- -
Sumber: BAP PT SBA
Harga Beli LPG Tabung 12 Kg dan 50 Kg PT SBA
Periode Harga Beli Pertamina
2010 s/d 2013 Rp. 67.782,- 08 Januari 2014 Rp. 86.855,-
Sumber: BAP PT SBA
4.2.3.1.9.11 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
yang diberlakukan oleh PT Baragas
Nasional untuk jenis LPG 12 Kg dan
50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut (vide bukti
C359, C360): -------------------------------
Harga Beli LPG 12 Kg dan 50 Kg PT BN
Periode Harga Beli LPG 12 Kg 50 Kg
2010 Rp. 64.836,- Rp. 343.650,- 2011 Rp. 64.836,- Rp. 343.650,- 07 Juni 2012 Rp. 64.836,- Rp. 438.900,- 19 Des 2012 Rp. 64.836,- Rp. 614.900,- 09 Maret 2013 Rp. 64.836,- Rp. 635.250,- 28 Juni 2013 Rp. 64.836,- Rp. 586.300,- 27 Sep 2013 Rp. 64.836,- Rp. 625.350,- 16 Des 2013 Rp. 70.896,- Rp. 769.750,- 04 Januari 2014 Rp. 117.252,- Rp. 769.750,- 07 Januari 2014 Rp. 84.208,- Rp. 769.750,- 15 Maret 2014 Rp. 84.208,- Rp. 749.900,-
Sumber: Dokumen PT BN
Harga Jual LPG 12 Kg dan 50 Kg PT BN
Periode Harga jual LPG 12 Kg 50 Kg
2010 Rp. 70.200,- Rp. 367.750,- 2011 Rp. 70.200,- Rp. 367.750,-
halaman 350 dari 383
Page 351
S A L I N A N
07 Juni 2012 Rp. 70.200,- Rp. 467.750,- 19 Des 2012 Rp. 70.200,- Rp. 654.000,- 09 Maret 2013 Rp. 70.200,- Rp. 675.000,- 28 Juni 2013 Rp. 70.200,- Rp. 624.500,- 27 Sep 2013 Rp. 70.200,- Rp. 665.000,- 16 Des 2013 Rp. 77.100,- Rp. 807.000,- 04 Januari 2014 Rp. 124.700,- Rp. 807.000,- 07 Januari 2014 Rp. 91.300,- Rp. 807.000,- 15 Maret 2014 Rp. 91.300,- Rp. 792.000,-
4.2.3.1.9.12 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
yang diberlakukan oleh PT Indonesian
Alina Houtman Vegetables (PT
INAHOVTRACO) untuk jenis LPG 12
Kg dan 50 Kg dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 adalah sebagai berikut
(vide bukti C163): -------------------------
Harga Beli LPG Tabung 12 Kg PT Inahovtraco
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836 2011 Rp. 64.836 16 Desember 2013 Rp. 70.896 4 Januari 2014 Rp. 117.252 7 Januari 2014 Rp. 84.208 15 Maret 2014 Rp. 84.208
Sumber: Dokumen rekap harga jual & harga beli LPG 12 Kg PT Inahovtraco
Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT Inahovtraco
Periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200 2011 Rp. 70.200 16 Desember 2013 Rp. 77.100 4 Januari 2014 Rp. 124.700 7 Januari 2014 Rp. 91.300 15 Maret 2014 Rp. 91.300
Sumber: Dokumen rekap harga jual & harga beli LPG 12 Kg PT Inahovtraco
4.2.3.1.9.13 Bahwa harga jual dan harga beli LPG
yang diberlakukan oleh PT Lembang
Abadi Indah untuk jenis LPG 12 Kg
dan 50 Kg dari tahun 2010 hingga
tahun 2014 adalah sebagai berikut
(vide bukti C171): -------------------------
Harga Beli LPG Tabung 12 KG PT LAI
halaman 351 dari 383
Page 352
S A L I N A N
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836 16 Desember 2013 Rp. 70.896 4 Januari 2014 Rp. 117.252 7 Januari 2014 Rp. 84.208
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG kemasan 12 Kg
Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT LAI
Periode Harga Jual (ex-gudang)
Harga Jual (toko/agen)
2010 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp. 72.000 2011 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp. 72.000 2013 Rp. 70.200 Rp. 71.200 s.d Rp. 72.000 16 Desember 2013 Rp. 77.100 Rp. 71.200 s.d Rp. 72.000 2014 Rp. 92.000 s.d Rp. 93.000 4 Januari 2014 Rp. 124.700 - 7 Januari 2014 Rp. 91.300 -
Sumber: Dokumen harga beli dan harga jual LPG kemasan 12 Kg PT LAI (vide bukti C163, B19)
4.2.3.1.9.14 Bahwa harga jual LPG yang
diberlakukan oleh PT Sawitto Indah
Berkah untuk jenis LPG 12 Kg dan 50
Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014
adalah sebagai berikut (vide bukti
C92): -----------------------------------------
Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT SIB
Periode Harga Jual (ex-
gudang)
Harga Jual (toko/agen)
Harga Jual ke
Konsumen (end user)
2009-2013 Rp. 70.200 Rp. 71.200 Rp. 73.200 Sumber: Dokumen harga jual LPG kemasan 12 Kg PT SIB
4.2.3.1.9.15 Bahwa PT Guna Bumi Utama tidak
menyerahkan data harga jual dan harga
beli; ------------------------------------------
4.2.3.1.9.16 Bahwa harga jual LPG yang
diberlakukan oleh PT Sawitto Indah
Berkah untuk jenis LPG 12 Kg dan 50
Kg dari tahun 2010 hingga tahun 2014
adalah sebagai berikut (vide bukti
C103): ---------------------------------------
Harga Beli LPG Tabung 12 KG PT GPA
Periode Harga Beli 2010 Rp. 64.836
halaman 352 dari 383
Page 353
S A L I N A N
2011 Rp. 64.836 2012 Rp. 64.836 2013 Rp. 64.836 Desember 2013 Rp. 70.869 Januari 2014 Rp. 117.252
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg
Harga Jual LPG Tabung 12 KG PT GPA
Periode Harga Jual 2010 Rp. 70.200 2011 Rp. 70.200 2012 Rp. 70.200 2013 Rp. 70.200 Desember 2013 Rp. 77.100 Januari 2014 Rp. 124.700
Sumber: Dokumen Harga Beli dan Harga jual LPG 12 Kg
4.2.3.1.9.17 Bahwa harga jual LPG yang
diberlakukan oleh PT Api Gas
Nasional untuk jenis LPG 12 Kg dan
50 Kg dari tahun 2010 hingga tahun
2014 adalah sebagai berikut (vide bukti
B15): -----------------------------------------
Harga Jual LPG 12 Kg PT AGN untuk salespoint/sub agen
Periode Harga Jual LPG 12 Kg Salespoint/Sub agen
2011 Rp. 70.200,- 2012 Rp. 72.000,- 2013 Rp. 72.000,-
Sumber: vide B15
Harga Jual LPG 12 Kg PT AGN untuk end user
Periode Harga Jual LPG 12 Kg End User
2011 Rp. 75.000,- 2012 Rp. 75.000,- 2013 Rp. 77.000,-
Sumber: data BAP (vide B15) PT AGN
4.2.3.2 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor I, Terlapor II, Terlapor
III, Terlapor IV, Terlapor IX, Terlapor XIII, Terlapor XIV dan
Terlapor XVI pada pokoknya menyatakan : ---------------------------
4.2.3.2.1 Pertamina melakukan pembiaran terhadap terjadinya
perang harga (predatory pricing) antar agen, dimana
Pertamina tidak memberikan respon terhadap
halaman 353 dari 383
Page 354
S A L I N A N
keluhan agen-agen, inflasi, kenaikan UMK, serta
kenaikan biaya operasional; -------------------------------
4.2.3.2.2 Bahwa pada saat usulan kesepakatan dibuat,
Pertamina selaku regulator tidak menerapkan Harga
Eceran Tertinggi dan tidak ada kejelasan dari harga
jual gas eks agen khususnya LPG 12 Kg; ---------------
4.2.3.2.3 Bahwa dapat dilihat dalam persidangan terdapat
harga yang bervariasi yaitu: ------------------------------
Rp. 68.000,- (enam puluh delapan ribu rupiah); --------
Rp. 69.000,- (enam puluh sembilan ribu rupiah); ------
Rp. 70.200,- (tujuh puluh ribu dua ratus rupiah); ------
Rp. 71.200,- (tujuh puluh satu ribu dua ratus rupiah); -
Rp. 72.000,- (tujuh puluh dua ribu rupiah); -------------
Rp. 73.000,- (tujuh puluh tiga ribu rupiah); -------------
Rp. 75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah). ------------
4.2.3.3 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor V tidak memberikan
penjelasan terkait dengan Harga Jual LPG; ----------------------------
4.2.3.4 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor VI pada pokoknya
menyatakan : ---------------------------------------------------------------
4.2.3.4.1 Bahwa margin kotor yang Terlapor VI terima kecil
hanya Rp. 5.167,08/tabung dari modal Rp. 65.032,92
atau 7,95 %, belum termasuk modal untuk tabung itu
sendiri dengan harga beli dari PT Pertamina
(Persero) Rp. 333.410/tabung untuk LPG 12 Kg; ------
4.2.3.4.2 Bahwa margin yang diberikan Pertamina tidak
mengalami kenaikan sejak tahun 2009: ------------------
Harga isi LPG 12 Kg
Harga Jual Rp. 70.200
Harga Pokok Rp. 58.944
PPN 10% Rp. 5.894,4
PPH 0,3% Rp 194,52 +
Jumlah Rp. 65.032,92 _-
Selisih Margin Rp. 5.167,08
4.2.3.4.3 Bahwa Harga jual isi LPG 12 Kg Terlapor VI
bervariasi baik sebelum terjadi kesepakatan maupun
setelah terjadi kesepakatan. --------------------------------
Harga jual isi LPG 12 Kg sebelum terjadi kesepakatan:
halaman 354 dari 383
Page 355
S A L I N A N
- Rp. 69.200/tabung; -----------------------------------------
- Rp. 70.000/tabung; -----------------------------------------
- Rp. 71.200/tabung; -----------------------------------------
Harga jual isi LPG 12 Kg setelah terjadi kesepakatan:
- Rp. 69.000/tabung; ------------------------------------------
- Rp. 70.000/tabung; ------------------------------------------
- Rp. 70.200/tabung; ------------------------------------------
- Rp. 71.000/tabung; ------------------------------------------
4.2.3.4.4 Bahwa Terlapor VI memberikan diskon hanya ke
Sales point atau toko. ---------------------------------------
4.2.3.5 Bahwa Terlapor VII tidak menyerahkan kesimpulan; ----------------
4.2.3.6 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor VIII menyatakan sebelum
Terlapor VIII menanda tangani kesepakatan terlebih dahulu
dibicarakan bersama Anggota Hiswana Migas lainnya mengenai
biaya atau ongkos angkut dari Gudang agen ke Sales
Point/Pangkalan atau ke Toko sebesar Rp.2000,- per tabung
ongkos dari Gudang agen ke konsumen End User atau Door to
door Rp.3000,-/tabung sedang harga LPG-nya tetap sesuai
ketentuan Pertamina yaitu untuk kemasan 12 Kg sebesar
Rp.70.200; ------------------------------------------------------------------
4.2.3.7 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor X tidak memberikan
penjelasan terkait dengan Harga Jual LPG; ----------------------------
4.2.3.8 Bahwa Terlapor XI tidak menyerahkan kesimpulan; -----------------
4.2.3.9 Bahwa Terlapor XII tidak menyerahkan kesimpulan; ----------------
4.2.3.10 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor XV tidak memberikan
penjelasan terkait dengan Harga Jual LPG; ----------------------------
4.2.3.11 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor XVII tidak memberikan
penjelasan terkait Harga Jual LPG; -------------------------------------
4.2.3.12 Bahwa Majelis Komisi tidak sependapat dengan Terlapor I,
Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor IX, Terlapor
XIII, Terlapor XIV, Terlapor XVI yang menyatakan telah
terjadi predatory pricing. Bahwa yang dimaksud dengan
predatory pricing adalah kegiatan menetapkan harga yang tidak
wajar, dimana harga lebih rendah daripada biaya variabel rata-
rata (Dr. Andi Fahmi Lubis, SE, ME, dkk., Hukum Persaingan
usaha antara teks dan konteks, (Jakarta: KPPU RI., 2009); ---------
halaman 355 dari 383
Page 356
S A L I N A N
4.2.3.13 Bahwa Majelis Komisi menilai, dalam perkara a quo para
Terlapor menjual dengan harga di atas biaya produksi (variabel
rata-rata) atau dalam perkara a quo disebut sebagai harga tebus
yaitu sebesar Rp 64.836,-; ------------------------------------------------
4.2.3.14 Bahwa dengan demikian, Majelis Komisi menilai tidak terdapat
kegiatan predatory pricing yang dilakukan oleh Para Terlapor
dalam perkara a quo; ------------------------------------------------------
4.2.3.15 Bahwa Majelis Komisi menilai ketentuan harga jual LPG
mengacu berdasarkan Surat Edaran Pertamina kepada seluruh
agen Region II, Rayon V, Gas Domestic Cabang Bandung Nomor
205/F/130/2009-S8 tentang Penyesuaian Harga LPG kemasan
tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg tanggal 9 Oktober 2009. Bahwa
surat tersebut menyebutkan mengenai harga jual LPG kemasan
tabung 6 Kg, 12 Kg dan 50 Kg eks agen diluar radius 60 (enam
puluh) km dari SPPBE terdekat adalah harga jual agen ke
konsumen ditambah dengan biaya angkutan yang disesuaikan
dengan ketentuan biaya angkutan dalam SK Menteri
Perhubungan Republik Indonesia; --------------------------------------
4.2.3.16 Bahwa Majelis Komisi menilai penetapan harga jual menjadi
kewenangan pihak Pertamina sebagai pemegang hak monopoli
LPG, dimana dalam perhitungan tersebut sudah termasuk margin
agen. Para agen tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan
harga sehingga perjanjian yang dibuat oleh para agen tidak benar.
Jika ingin menambah harga jual maka acuannya harus kepada
biaya transport sebagaimana ditetapkan oleh Surat Edaran
Pertamina kepada seluruh agen Region II, Rayon V, Gas
Domestic Cabang Bandung Nomor 205/F/130/2009-S8; ------------
4.2.3.17 Bahwa Majelis Komisi menilai keterangan Terlapor XV dalam
persidangan menyatakan bahwa harga Rp. 70.200,- sudah
mendapatkan keuntungan, sedangkan Terlapor XVII menyatakan
bahwa harga jual Rp. 68.000,- sampai dengan Rp. 69.000,- sudah
mendapatkan keuntungan yang cukup (vide bukti B23, B32); ------
4.2.3.18 Bahwa oleh karena itu, Majelis Komisi berpendapat dengan
harga jual sebagaimana yang ditentukan dalam Surat Edaran
Pertamina Nomor 205/F/130/2009-S8 sudah memperhitungkan
margin bagi para agen, bahkan Terlapor XVII menjual dibawah
harga yang telah ditentukan oleh Pertamina.----------------------
halaman 356 dari 383
Page 357
S A L I N A N
4.3 Tentang Hiswana Migas -------------------------------------------------------------------------
4.3.1 Bahwa berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang
dimaksud dengan Hiswana Migas adalah wadah bagi para pengusaha yang
bergerak dalam bidang penyaluran, pengangkutan dan niaga hasil olahan
minyak dan gas bumi serta produk-produk lainnya yang memiliki hubungan
kerja/kemitraan dengan PT Pertamina (Persero) (vide bukti C76); -------------
4.3.2 Bahwa Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang berdasarkan Surat
Keputusan No. 002/Kpts/DPD/Migas/III/2011 tanggal 30 Maret 2011
tentang susunan pengurus dewan pimpinan cabang Bandung –Sumedang
Hiswana Migas masa bakti 2011-2015 mengangkat dan mensahkan dewan
pimpinan cabang Bandung-Sumedang Hiswana Migas masa bakti tahun
2011-2015 (vide bukti C74); ----------------------------------------------------------
4.3.3 Bahwa kepengurusan Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang terbentuk
berdasarkan Musyawarah Cabang 4 (empat) tahun sekali (vide bukti B3); ---
4.3.4 Bahwa jumlah anggota saat ini adalah, untuk distributor LPG 12 Kg
sebanyak 20 (dua puluh) agen, namun tidak semuanya menjual 50 Kg,
untuk distributor LPG 3 Kg sebanyak 147 (seratus empat puluh tujuh) agen
(vide bukti B3); -------------------------------------------------------------------------
4.3.5 Bahwa kegiatan Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang adalah
menampung aspirasi agen dan angggota yang dilanjutkan ke Branch
Manager Pertamina Persero Jawa Barat, serta mensosialisasikan kebijakan
Pertamina kepada anggota (vide bukti B3); ----------------------------------------
4.3.6 Bahwa struktur organisasi Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang terdiri
dari Ketua, Sekretaris, Wakil dan Bendahara, dan bidang-bidang,
diantaranya bidang LPG 12 Kg dan 50 Kg, bidang LPG 3 Kg, bidang
SPBU, bidang SPBE dan bidang transportir kontraktor, bidang non BBM
atau Pelumas (tidak aktif) (vide bukti B3); -----------------------------------------
4.3.7 Bahwa sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya,
Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang bertujuan sebagai berikut (vide
bukti C76): ------------------------------------------------------------------------------
4.3.7.1 Membantu terlaksananya program pemerintah khususnya dalam
bidang penyaluran, pengangkutan, dan niaga hasil olahan minyak
dan gas bumi serta produk-produk lainnya; ----------------------------
4.3.7.2 Mewujudkan kerjasama diantara sesama anggota maupun dengan
Pertamina; -------------------------------------------------------------------
halaman 357 dari 383
Page 358
S A L I N A N
4.3.7.3 Menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang dinamis
tertib dan profesional; -----------------------------------------------------
4.3.7.4 Membina dan memberikan bimbingan bagi pengembangan
kemampuan dan kegiatan usaha anggotanya. --------------------------
4.3.8 Bahwa tugas pokok dari Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang sesuai
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga adalah (vide bukti
C76): -------------------------------------------------------------------------------------
4.3.8.1 Mewujudkan tanggung jawab anggota sebagai warga Negara
Indonesia untuk meningkatkan perekonomian nasional; ------------
4.3.8.2 Membina dan memelihara kerukunan, serta berusaha mencegah
persaingan yang tidak sehat diantara para anggota hiswana migas;
4.3.8.3 Membudayakan etika bisnis di kalangan anggota Hiswana Migas.
4.3.9 Bahwa kegiatan Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga adalah (vide bukti C76): ---------
4.3.9.1 Melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah; -------------------
4.3.9.2 Membina dan memberikan bimbingan serta mengembangkan
kemampuan anggota secara professional serta memberikan
penyuluhan dan pelatihan untuk kepentingan anggota; --------------
4.3.9.3 Menyampaikan, menyebarluaskan informasi dan kebijakan
pemerintah, badan pengatur hllir migas, Pertamina dan instansi
terkait lainnya; -------------------------------------------------------------
4.3.9.4 Memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota. ----------------
4.3.10 Bahwa sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya,
Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang dalam menjalankan kegiatannya
bersifat nirlaba. -------------------------------------------------------------------------
5. Tentang Pasar Bersangkutan; -------------------------------------------------------------------------
5.1 Bahwa dalam kesimpulannya, Investigator pada pokoknya menyatakan : ---------------
5.1.1 Bahwa ketentuan Pasal 1 angka 10 UU No. 5/1999 berbunyi “Pasar
bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan daerah
pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang sama
atau sejenis atau substitusi dari barang dan/atau jasa tersebut”; -----------------
5.1.2 Bahwa pasar bersangkutan menunjuk kepada sektor perdagangan yang
mengalami hambatan persaingan usaha dan menunjuk kepada daerah
geografis pasar bersangkutan. Pasar bersangkutan didefinisikan agar
meliputi semua barang dan jasa yang dapat mensubstistusi, serta semua
pesaing di daerah berdekatan yang dapat dihubungi pembeli apabila
halaman 358 dari 383
Page 359
S A L I N A N
hambatan atau penyalahgunaan tersebut mengakibatkan kenaikan harga
yang berarti; -----------------------------------------------------------------------------
5.1.3 Bahwa pasar bersangkutan dapat dikategorikan dalam dua perspektif, yaitu
pasar berdasarkan produk dan pasar berdasarkan geografis. Pasar
berdasarkan produk terkait dengan kesamaan, atau kesejenisan dan/atau
tingkat substitusinya. Pasar berdasarkan cakupan geografis terkait dengan
jangkauan dan/atau daerah pemasaran; ---------------------------------------------
5.1.4 Bahwa pada tanggal 21 Juni 2011 telah dilakukan kesepakatan bersama
mengenai harga jual LPG kepada pelanggan LPG diwilayah Bandung dan
Sumedang, Jawa Barat oleh anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang (selanjutnya disebut Surat Kesepakatan Harga); ---------
5.1.5 Bahwa anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
yang melakukan kesepakatan sebagaimana dimaksud adalah PT LRI, PT
SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT
ASLI, PT KSR, PT SBA, PT BN, PT YUNITA PERMAI, PT
INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA, PT AGN; -----------
5.1.6 Bahwa berdasarkan keterangan dari Hiswana Migas DPC Bandung-
Sumedang, diketahui PT ASLI yaitu salah satu pihak yang turut
menandatangani surat kesepakatan harga sudah tidak melakukan kegiatan
usaha penjualan LPG karena entitas perusahaan tersebut sudah tidak ada.
Kuota LPG PT ASLI diambil oleh PT Al Yamin (vide bukti B8); -------------
5.1.7 Bahwa berdasarkan keterangan PT Al Yamin diketahui bahwa PT ASLI
tidak melakukan kegiatan usaha distribusi LPG kemasan tabung isi 12 Kg
dan 50 Kg karena kuota telah diambil oleh PT Al Yamin. Pengambilalihan
kuota atas dasar pertemuan antara PT Al Yamin, PT ASLI dan Pertamina
Cabang Bandung. Pengambilalihan kuota dilakukan pada tahun 2011 (vide
bukti B6); --------------------------------------------------------------------------------
5.1.8 Bahwa berdasarkan keterangan Saksi PT Sidomulyo Rotua, PT Yunita
Permai telah melebur dengan PT Sidomulya Rotua, sehingga entitas PT
Yunita Permai sudah tidak ada (vide bukti B6); -----------------------------------
5.1.9 Bahwa objek kesepakatan adalah tentang harga jual LPG tabung isi 12 Kg,
tabung isi 50 Kg dan penjualan menggunakan bulk LPG; -----------------------
5.1.10 Bahwa berdasarkan penjelasan di atas, maka Pasar Produk dan Pasar
Geografis dalam perkara a quo adalah : --------------------------------------------
5.1.10.1 Pasar Produk; ---------------------------------------------------------------
5.1.10.1.1 Bahwa Liquefied Petroleum Gas (LPG) adalah
campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang
halaman 359 dari 383
Page 360
S A L I N A N
berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan
dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair.
Komponennya didominasi propana (C3H8)
dan butana (C4H10). LPG juga mengandung
hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil,
misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12); ---------
5.1.10.1.2 Bahwa dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk
gas. Volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil
dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang
sama. Karena itu LPG dipasarkan dalam bentuk cair
dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk
memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal
expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung
LPG tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85%
dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila
menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi
tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi
biasanya sekitar 250:1; -------------------------------------
5.1.10.1.3 Bahwa tekanan di mana LPG berbentuk cair,
dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi
tergantung komposisi dan temperatur; sebagai
contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar)
bagi butana murni pada 20°C (68 °F) agar mencair,
dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni
pada 55°C (131 °F); ----------------------------------------
5.1.10.1.4 Bahwa sifat LPG terutama adalah sebagai berikut : ---
1) Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar; --------
2) Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya
berbau menyengat; ------------------------------------
3) Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan
di dalam tangki atau silinder; ------------------------
4) Cairan dapat menguap jika dilepas dan
menyebar dengan cepat; ------------------------------
5) Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga
akan banyak menempati daerah yang rendah.-----
5.1.10.1.5 Bahwa di Indonesia, LPG digunakan terutama
sebagai bahan bakar untuk memasak. Konsumen
halaman 360 dari 383
Page 361
S A L I N A N
LPG bervariasi, mulai dari rumah tangga, kalangan
komersial (restoran, hotel) hingga industri. Di
kalangan industri, LPG digunakan sebagai bahan
bakar pada industri makanan, keramik, gelas serta
bahan bakar forklift. Selain itu, LPG juga dapat
digunakan sebagai bahan baku pada industri aerosol
serta refrigerant ramah lingkungan; ----------------------
5.1.10.1.6 Bahwa LPG dikenalkan oleh Pertamina dengan
merek LPG. Menurut spesifikasinya, LPG dibagi
menjadi tiga jenis yaitu LPG campuran, LPG
propana dan LPG butana. Spesifikasi masing-masing
LPG tercantum dalam keputusan Direktur Jenderal
Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990.
LPG yang dipasarkan Pertamina adalah LPG
campuran; ----------------------------------------------------
5.1.10.1.7 Bahwa produk LPG diklasifikasikan menjadi 3
macam yang didasarkan oleh perbedaan ukuran
kemasan, yaitu LPG 12 Kg, 50 Kg dan Bulk; -----------
5.1.10.1.8 Bahwa dengan demikian, pasar produk pada
penyelidikan ini adalah LPG kemasan tabung isi 12
Kg, kemasan tabung isi 50 Kg dan bulk LPG. ----------
5.1.10.2 Pasar Geografis; ------------------------------------------------------------
5.1.10.2.1 Bahwa analisis pasar geografis bertujuan untuk
menjelaskan di area mana saja produk yang
didefinisikan saling bersaing satu sama lain; ----------
5.1.10.2.2 Bahwa pasar geografis pada penyelidikan ini
ditentukan berdasarkan wilayah penyaluran/
pemasaran Elpiji kemasan tabung 12 Kg, 50 Kg dan
bulk yang dilakukan oleh Agen Elpiji yang meliputi
wilayah Bandung dan Sumedang, Jawa Barat; --------
5.1.10.2.3 Bahwa dengan demikian pasar geografis dalam
penyelidikan ini mencakup wilayah geografis
Bandung dan Sumedang, Jawa Barat. -------------------
5.1.10.3 Waktu; -----------------------------------------------------------------------
5.1.10.3.1 Bahwa Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG
Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
halaman 361 dari 383
Page 362
S A L I N A N
Sumedang ditandatangani pada Hari Selasa tanggal
21 Juni 2011. Pada saat kesepakatan tersebut
ditandatangani tingkat harga jual LPG kemasan
tabung 12 Kg, 50 Kg dan bulk mengacu kepada Surat
Pertamina No. 205/13130/2009-S8 tanggal 09
Oktober 2009. Harga jual LPG kemasan tabung 12
Kg, 50 Kg dan bulk mengalami perubahan pada
tanggal 16 Desember 2013 dengan dikeluarkannya
Surat Domestic Gas Region Manager III PT
Pertamina (Persero) No. 4006/F13450/2013-S3
tertanggal 13 Desember 2013. Pada pokoknya surat
tersebut menyampaikan adanya penyesuaian harga
jual LPG 12 Kg dan 50 Kg yang berlaku untuk
penyerahan terhitung mulai tanggal 16 Desember
2013 sampai dengan 15 Maret 2014;--------------------
5.1.10.3.2 Bahwa dengan demikian kurun waktu terjadinya
kesepakatan bersama harga jual LPG yang dilakukan
oleh Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang adalah tanggal 21 Juni 2011
sampai dengan 15 Desember 2013. ---------------------
5.1.11 Bahwa dengan demikian pasar bersangkutan penyelidikan ini adalah produk
LPG kemasan tabung isi 12 Kg, tabung isi 50 Kg dan penjualan
menggunakan bulk LPG dengan wilayah pemasaran di Bandung Sumedang
kurun waktu 21 Juni 2011 sampai dengan 15 Desember 2013. -----------------
5.2 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV,
Terlapor IX, Terlapor XIII, Terlapor XIV, dan Terlapor XVI tidak memberikan
penjelasan terkait Pasar Bersangkutan;--------------------------------------------------------
5.3 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor V tidak memberikan penjelasan terkait Pasar
Bersangkutan; -------------------------------------------------------------------------------------
5.4 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor VI tidak memberikan penjelasan terkait
Pasar Bersangkutan; ------------------------------------------------------------------------------
5.5 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor VII tidak memberikan penjelasan terkait
Pasar Bersangkutan; ------------------------------------------------------------------------------
5.6 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor VIII tidak memberikan penjelasan terkait
Pasar Bersangkutan; ------------------------------------------------------------------------------
halaman 362 dari 383
Page 363
S A L I N A N
5.7 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor X tidak memberikan penjelasan terkait Pasar
Bersangkutan; -------------------------------------------------------------------------------------
5.8 Bahwa Terlapor XI tidak menyerahkan kesimpulan; ---------------------------------------
5.9 Bahwa Terlapor XII tidak menyerahkan kesimpulan; --------------------------------------
5.10 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor XV tidak memberikan penjelasan terkait
Pasar Bersangkutan; ------------------------------------------------------------------------------
5.11 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor XVII tidak memberikan penjelasan terkait
Pasar Bersangkutan; ------------------------------------------------------------------------------
5.12 Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan Investigator yang menyatakan bahwa
meskipun PT ASLI dan PT Yunita Permai ikut menandatangani Surat Kesepakatan
Harga 21 Juni 2011 namun PT ASLI sudah tidak melakukan kegiatan usaha
penjualan LPG karena entitas perusahaan tersebut sudah tidak ada. Kuota LPG PT
ASLI diambil alih oleh PT Al Yamin dan tidak lagi menjual LPG tabung ukuran 12
Kg. Mengenai PT Yunita Permai yang telah melebur dengan PT Sidomulya Rotua,
entitas PT Yunita Permai pun sudah tidak ada sehingga tidak dimasukkan sebagai
Terlapor dalam perkara a quo sebagaimana telah diuraikan pada butir 5.1.6 sampai
dengan 5.1.8 di atas; -----------------------------------------------------------------------------
5.13 Bahwa Majelis Komisi menilai berdasarkan fakta persidangan, pasar bersangkutan
spesifik pada LPG ukuran 12 Kg, karena tidak semua Terlapor menjual LPG ukuran
50 Kg dan bulk; -----------------------------------------------------------------------------------
5.14 Bahwa Majelis Komisi sependapat dengan pernyataan Investigator yang
menyatakan bahwa kurun waktu terjadinya kesepakatan harga dalam perkara a quo
terhitung sejak adanya Surat Kesepakatan Harga 21 Juni 2011 sampai dengan tahun
2013 sebagaimana diuraikan pada butir 5.1.10.3; -------------------------------------------
5.15 Bahwa Majelis Komisi berpendapat pasar bersangkutan dalam perkara a quo adalah
Liquefied Petroleum Gas (LPG) tabung ukuran 12 Kg di Wilayah Bandung dan
Sumedang pada kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2013. --------------------------
6. Tentang Perjanjian -------------------------------------------------------------------------------------
6.1 Tentang Definisi Perjanjian ---------------------------------------------------------------------
6.1.1 Bahwa salah satu tugas KPPU sebagaimana ketentuan yang diatur dalam
Pasal 35 huruf a UU No. 5/1999 adalah melakukan penilaian terhadap
perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 16. Adapun kewenangan yang diberikan oleh UU No. 5/1999
terkait tugas tersebut diatur didalam Pasal 36 UU No. 5/1999; ----------------
6.1.2 Bahwa secara substansial, UU No.5/1999 terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni:
Perjanjian yang dilarang, Kegiatan yang dilarang dan Posisi dominan; -------
halaman 363 dari 383
Page 364
S A L I N A N
6.1.3 Bahwa, Pasal dugaan pelanggaran dalam Perkara a quo termasuk dalam
perjanjian yang dilarang, yakni Pasal 5 ayat (1) UU No. 5/1999 yang
berbunyi: ---------------------------------------------------------------------------------
Pasal 5 -----------------------------------------------------------------------------------
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa
yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama. ---------------------------------------------------------
6.1.4 Bahwa dalam Buku III KUH Perdata berjudul “Perihal Perikatan”
(Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas dari perkataan perjanjian.
Perjanjian merupakan sumber perikatan disamping sumber-sumber yang
lainnya yang juga dinamakan persetujuan karena dua pihak itu setuju untuk
melaksanakan sesuatu. Mengenai persetujuan/perjanjian itu sendiri diatur
dalam Pasal 1313 KUH Perdata, berbunyi: Persetujuan adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih. (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan Tjitrosudibio, cet. 8 (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1983), Pasal 1313); ----------------------------------------------
6.1.5 Bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak merumuskan apa itu
suatu perikatan. Oleh karenanya doktrin berusaha merumuskan apa yang
dimaksud dengan perikatan yaitu suatu perhubungan hukum antara dua
orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menutut
sesuatu hal (prestasi) dari pihak lain yang berkewajiban memenuhi tuntutan
tersebut. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa perjanjian merupakan
salah satu sumber dari perikatan; ----------------------------------------------------
6.1.6 Bahwa suatu prestasi dalam suatu perikatan menurut Pasal 1234 KUH
Perdata dapat berupa 3 macam. Pertama kewajiban untuk memberikan
sesuatu. Kedua, kewajiban untuk berbuat sesuatu dan ketiga kewajiban
untuk tidak berbuat sesuatu. (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan Tjitrosudibio,
cet.8 (Jakarta:Pradnya Paramita, 1983), Pasal 1234);-----------------------------
6.1.7 Bahwa terhadap rumusan Pasal 1313 KUH Perdata, terdapat beberapa
pendapat yang dikemukakan oleh para sarjana hukum, diantaranya
dikemukakan oleh R.Subekti, yang memberi pengertian perjanjian, sebagai
berikut: Perjanjian ialah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada
orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal (Subekti R., Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1987); ----
halaman 364 dari 383
Page 365
S A L I N A N
6.1.8 Bahwa dari pengertian yang dikemukakan tersebut dapat disimpulkan,
bahwa perjanjian dapat menimbulkan atau melahirkan perikatan, yaitu
hubungan hukum diantara dua pihak yang yang menimbulkan hak pada satu
pihak dan kewajiban para pihak yang lainnya atas suatu prestasi
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1233 KUHPerdata, berbunyi : Tiap
tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian maupun karena undang-
undang. (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek),
diterjemahkan oleh R. Subekti dan Tjitrosudibio, cet. 8 (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1983), Pasal 1233); --------------------------------------------------------
6.1.9 Bahwa dalam sistem hukum perjanjian, dianut sistem terbuka
(konsensualitas), artinya para pihak mempunyai kebebasan yang sebesar-
besarnya untuk mengadakan perjanjian yang berisi dan berbentuk apa saja,
asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Hal ini dapat kita
lihat dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang pada intinya menyatakan bahwa
semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang
bagi mereka yang membuatnya. (Gunawan Widjaja, Waralaba (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2003); ---------------------------------------------------------
6.1.10 Bahwa Perjanjian dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi Pasal 1320
KUHPerdata, dalam hal ini ada empat persyaratan, yaitu : ----------------------
6.1.10.1 Adanya kesepakatan diantara mereka yang mengikatkan dirinya,
artinya bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu harus
bersepakat atau setuju mengenai perjanjian yang akan diadakan
tersebut, tanpa adanya paksaan, kekhilafan dan penipuan; ----------
6.1.10.2 Kecakapan untuk membuat perjanjian, mengenai kecakapan
Pasal 1329 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang cakap
melakukan perbuatan hukum kecuali yang oleh undang-undang
dinyatakan tidak cakap. Pasal 1330 KUHPerdata menyebutkan
orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian
yakni Orang yang belum dewasa (sebagaimana diatur dalam
Pasal 330 KUHPerdata dan Pasal 7 Undang-undang No.1 tahun
1974) dan mereka yang berada di bawah pengampuan; -------------
6.1.10.3 Sesuatu hal tertentu atau objek tertentu, hal ini maksudnya adalah
bahwa perjanjian tersebut harus mengenai suatu obyek tertentu;
dan ---------------------------------------------------------------------------
6.1.10.4 Adanya suatu sebab (causa) yang halal, yaitu isi dan tujuan suatu
perjanjian haruslah berdasarkan hal-hal yang tidak bertentangan
dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban. (Subekti R.,
halaman 365 dari 383
Page 366
S A L I N A N
Hukum Perjanjian (Jakarta: PT. Intermasa, 1987). Dua syarat
yang pertama (Nomor 1 dan 2) dinamakan syarat subjektif,
karena menyangkut orang-orang atau subjek yang mengadakan
perjanjian. Sedangkan dua syarat yang terakhir (Nomor 3 dan 4)
dinamakan syarat objektif, karena mengenai objek perjanjian itu
sendiri. -----------------------------------------------------------------------
6.1.11 Bahwa perbedaan antara syarat subjektif dan objektif, adalah bahwa syarat
subjektif apabila tidak dipenuhi maka perjanjan itu dapat dibatalkan
(vernietigbar). Sedangkan apabila syarat objektif tidak dipenuhi, maka
perjanjian batal demi hukum (nietig van rechtswege), perjanjian tersebut
sejak semula dianggap batal dan hakim berkuasa untuk menyatakan
pembatalan itu meskipun tidak ada permintaan dari pihak lain; ----------------
6.1.12 Bahwa dalam UU No. 5 Tahun 1999 yang mengatur secara khusus apa
yang dimaksud dengan perjanjian dalam UU ini. Menurut Pasal 1 ayat (7)
UU No.5 Tahun 1999, perjanjian didefinisikan sebagai: “Suatu perbuatan
satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau
lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak
tertulis.” (UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (Jakarta: KPPU RI, 2008) Pasal 1 ayat (7);
6.1.13 Bahwa dengan adanya definisi perjanjian yang dirumuskan oleh UU No.
5/1999, dapat diketahui bahwa UU No. 5/1999 merumuskan bahwa
perjanjian dapat dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis, kedua-duanya
diakui atau digunakan sebagai alat bukti dalam kasus persaingan usaha.
6.2 Tentang Perjanjian Penetapan Harga (Surat Kesepakatan Harga 21 Juni 2011)
6.2.1 Bahwa dalam kesimpulannya, Investigator pada pokoknya menyatakan: -----
6.2.1.1 Bahwa pada tanggal 21 Juni 2011 telah dilakukan kesepakatan
bersama mengenai harga jual LPG kepada pelanggan LPG
diwilayah Bandung dan Sumedang, Jawa Barat oleh anggota
Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang
(selanjutnya disebut Surat Kesepakatan Harga) (vide bukti C1); ---
6.2.1.2 Bahwa anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang yang melakukan kesepakatan sebagaimana dimaksud
dalam angka 1.1 di atas adalah PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT
AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT ASLI, PT
KSR, PT SBA, PT BN, PT YUNITA PERMAI, PT
INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA, PT
AGN; ------------------------------------------------------------------------
halaman 366 dari 383
Page 367
S A L I N A N
6.2.1.3 Bahwa objek kesepakatan adalah tentang harga jual LPG tabung
isi 12 Kg, tabung isi 50 Kg, dan penjualan menggunakan bulk
LPG; -------------------------------------------------------------------------
6.2.1.4 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg adalah Rp.
70.200,- per tabung untuk ex Gudang Agen; --------------------------
6.2.1.5 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg adalah Rp.
71.200,- per tabung untuk franco sub agen/Penyalur/Toko/Sales
Point; ------------------------------------------------------------------------
6.2.1.6 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 12 Kg adalah Rp.
73.200,- per tabung untuk pengiriman langsung oleh agen untuk
konsumen akhir dan pengguna perantara (Industri/Hotel/Rumah
Sakit); ------------------------------------------------------------------------
6.2.1.7 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 50 Kg adalah Rp.
367.750,- per tabung untuk eks Gudang Agen; -----------------------
6.2.1.8 Bahwa harga yang disepakati untuk tabung isi 50 Kg adalah Rp.
375.000,- per tabung untuk franco sub agen/Penyalur/Toko/Sales
Point; ------------------------------------------------------------------------
6.2.1.9 Bahwa harga yang disepakati untuk penjualan menggunakan bulk
LPG adalah Rp. 10.250,- per kilogram untuk franco pengguna
perantara (Industri/Hotel/Rumah Sakit) untuk wilayah Bandung-
Sumedang; ------------------------------------------------------------------
6.2.1.10 Bahwa dalam kesepakatan ini selain penetapan harga juga
disetujui tentang larangan untuk memberikan discount/potongan
harga dari harga kesepakatan; -------------------------------------------
6.2.1.11 Bahwa dalam surat kesepakatan disepakati larangan untuk
mengambil alih pelanggan yang telah dibina oleh agen lain; -------
6.2.1.12 Bahwa berdasarkan keterangannya, stempel perusahaan PT LRI,
PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR
PGN, PT KSR, PT SBA, PT BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI,
PT SIB, PT GBU, PT GPA dan PT AGN yang digunakan dalam
Surat Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Anggota Bidang
LPG Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang tanggal 21 Juni
2011 adalah benar milik PT LRI, PT SBR, PT SKI, PT AJP, PT
TGT, PT AM, PKPRI, KOPKAR PGN, PT KSR, PT SBA, PT
BN, PT INAHOVTRACO, PT LAI, PT SIB, PT GBU, PT GPA
dan PT AGN; ---------------------------------------------------------------
halaman 367 dari 383
Page 368
S A L I N A N
6.2.1.13 Bahwa latar belakang dibuatnya surat kesepakatan tersebut
adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, kenaikan Upah
Minimum Regional, kurangnya margin keuntungan dan
keinginan untuk menaikkan tarif transportasi penjualan LPG
sebagaimana disampaikan oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor
III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor
VIII, Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XII, Terlapor XIII,
Terlapor XIV, Terlapor XV, Terlapor XVI dan Terlapor XVII; ----
6.2.1.14 Bahwa berdasarkan keterangan Saksi-saksi dan Para Terlapor
dalam Pemeriksaan, didapatkan fakta adanya rapat-rapat dan/atau
pertemuan-pertemuan yang digelar oleh Hiswana Migas dan
dihadiri oleh anggota Hiswana Migas, sebelum penyusunan dan
penandatanganan Surat Perjanjian Kesepakatan Harga; -------------
6.2.1.15 Bahwa rapat-rapat dan/atau pertemuan-pertemuan tersebut
digelar setidak-tidaknya pada kurun awal 2011 dengan lokasi
rapat/pertemuan diantaranya di Bumi Sawunggaling, Cibeunying,
Riung Panyileukan, D’risol, kantor Hiswana Migas dan lokasi
lainnya diseputaran wilayah Bandung dan sekitarnya; ---------------
6.2.1.16 Bahwa rapat/pertemuan tersebut menurut keterangan Saksi-saksi
dan Para Terlapor dipimpin oleh Ketua Bidang LPG 12 Kg
Hiswana Migas DPC Bandung dan/atau oleh Sdri. Tetty Silviaty
jika Ketua Bidang berhalangan memimpin rapat/pertemuan; -------
6.2.1.17 Bahwa Para Terlapor menandatangani dan membubuhkan
stampel perusahaan masing-masing pada Surat Kesepakatan
Harga tersebut; -------------------------------------------------------------
6.2.1.18 Bahwa sifat Perjanjian kesepakatan penetapan harga yang
ditandatangani Direksi atau staf yang ditunjuk dan dibubuhi
stempel resmi Perusahaan mempunyai sifat mengikat; --------------
6.2.1.19 Bahwa berdasarkan fakta Pemeriksaan berupa keterangan Saksi-
saksi, para Terlapor serta dokumen, maka dapat disimpulkan jika
para Terlapor yang merupakan anggota Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang benar melakukan atau membuat Perjanjian
Kesepakatan Penetapan Harga jual LPG yang bertujuan untuk
secara bersama menetapkan harga jual LPG pada Pasar
Bersangkutan. --------------------------------------------------------------
halaman 368 dari 383
Page 369
S A L I N A N
6.2.2 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor
IV, Terlapor IX, Terlapor XIII, Terlapor XIV dan Terlapor XVI tidak
memberikan penjelasan terkait Perjanjian Penetapan Harga (Surat
Kesepakatan Harga 21 Juni 2011); --------------------------------------------------
6.2.2.1 Bahwa sebagaimana yang telah terungkap di Pemeriksaan
Lanjutan KPPU ditemukan fakta-fakta bahwa terdapat 2 (dua)
jenis yang melatar belakangi adanya Kesepakatan Usulan
kenaikan Harga atau Biaya Transport, yaitu: -------------------------
6.2.2.1.1 Adanya Persaingan “banting-membanting”
harga/Predatory Pricing sesama Agen Gas Elpiji
dalam merebut sales point yang telah menjadi binaan
salah satu agen; ---------------------------------------------
6.2.2.1.2 Adanya inflasi/Kenaikkan Upah Minimum Karyawan,
kenaikkan biaya spare part, dan operasional
kendaraan. ---------------------------------------------------
6.2.2.2 Bahwa berdasarkan keterangan dari seluruh Terlapor bahkan dari
Terlapor XVII pun mengatakan dalam persidangan dan semuanya
menyatakan banyak pertemuan-pertemuan yang dilakukan Para
Agen baik sebelum atau sesudah 21 Juni 2009 dibicarakan atau
dibahas beberapa hal yaitu adanya bantingan-bantingan harga
jual LPG dengan menjual harga di bawah dan di atas harga yang
di tetapkan Pertamina, adanya ambil alih Sales Point/Sub
Agen/Pangkalan oleh agen lain, adanya kekurangan margin yang
diperoleh para agen; ------------------------------------------------------
6.2.2.3 Bahwa pertemuan-pertemuan merupakan itikad baik dari para
agen untuk menemukan solusi atau menyelesaikan permasalahan
tersebut yang ingin direalisasikan agar menjadi pegangan dari
para agen setelah di usulkan (vide keterangan Para Terlapor) dan
mendapat persetujuan dari pihak Pertamina sebagai regulator
dalam menentukan harga; ------------------------------------------------
6.2.2.4 Bahwa, berangkat dari keinginan para agen agar menemukan
solusi maka para agen secara bersama-sama menentukan
beberapa point yang kemudian dituangkan dalam Surat
Kesepakatan Bersama Harga Jual LPG Tanggal 21 Juni 2009
dengan maksud agar diajukan ke Pertamina, yang selanjutnya
setelah ditandatangani para agen maka akan diserahkan kepada
DPC Hiswana Migas Bandung-Sumedang selanjutnya DPD dan
halaman 369 dari 383
Page 370
S A L I N A N
DPP agar di ajukan ke Pertamina. Dimasukan nama Sdr. Dwi
Manoveri dalam Surat Kesepakatan Bersama tersebut
dimaksudkan merupakan bentuk dukungan atau persetujuan awal
yang diketahui oleh Pertamina; -----------------------------------------
6.2.2.5 Para agen merupakan orang yang awam dalam pengertian
hukum, sehingga niat baik tersebut yang dituangkan dalam Surat
Kesepakatan Bersama dipandang berbeda oleh pihak lain yang
membaca dan berujung pada diperiksanya Para Terlapor oleh
KPPU; -----------------------------------------------------------------------
6.2.2.6 Bahwa dalam kesaksian Kepala Bidang 12 Kg bahwa telah
disampaikan secara lisan kepada Sdr. Dwi Manoveri dan Sdr.
Dwi Manoveri tidak dapat memberi persetujuan sehingga usulan
tidak pernah diajukan dan kembali berujung bahwa para agen
kembali tidak dapat menemukan solusi;-------------------------------
6.2.2.7 Bahwa dengan tidak ditandatangani atau persetujuan dari Sdr.
Dwi Manoveri, maka Kepala Bidang 12 Kg dan para agen
beranggapan usulan tersebut tidak berhasil diajukan dan para
agen tidak menjadikan Surat Kesepakatan Bersama tersebut
sebagai acuan harga dalam menjual gas. Hal ini dibuktikan dari
Para Terlapor dimana menjual dengan harga yang berbeda-beda
atau tidak sesuai dengan harga yang ada pada Surat Kesepakatan
Bersama tersebut, bahkan beberapa Terlapor sebelum terjadi
Kesepakatan Bersama telah menjual dengan menaikan harga
sebesar Rp. 1.000,-. --------------------------------------------------------
6.2.3 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor V pada pokoknya menyatakan: ------
6.2.3.1 Bahwa Terlapor V menyatakan memang telah menandatangani
surat kesepakatan tanggal 21 Juni 2011 bersama yang di tanda
tangani dan dicap perusahaan, dimana Terlapor V mengetahui
kesepakatan tersebut hanya Surat Usulan Pengajuan untuk
meminta ijin pada Pertamina agar Para Terlapor bisa menambah
ongkos kirim kepada Sales Point/Konsumen; -------------------------
6.2.3.2 Bahwa hal tersebut karena tidak adanya pengetahuan dan
kurangnya pemahaman akan wawasan tentang UU No. 5/1999.
Terlapor V memohon kepada Majelis Komisi untuk dapat
memaafkan dan memberi ampunan kepada Terlapor V atas yang
telah Terlapor V lakukan. Terlapor V sangat menyesali kejadian
halaman 370 dari 383
Page 371
S A L I N A N
tersebut serta dengan amat sangat berharap agar Majelis Komisi
berkenan mengabulkan permintaan maaf ini. -------------------------
6.2.4 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor VI pada pokoknya menyatakan : ----
6.2.4.1 Bahwa Terlapor VI mengakui telah mendatangani kesepakatan
bersama harga jual LPG Anggota Bidang Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang yang dibuat pada hari Selasa, 21 Juni 2011
namun tidak mengerti bahwa kesepakatan tersebut melanggar UU
No. 5/1999 Pasal 5 ayat (1). Tidak ada niat sedikit pun dari
Terlapor VI untuk berbuat demikian dan tidak ada unsur
kesengajaan. Terlapor VI sangat menyesal telah ikut
menandatangani surat kesepakatan tersebut; -------------------------
6.2.4.2 Bahwa niat Para Terlapor pada saat membuat kesepakatan
tersebut adalah sebagai tambahan ongkos angkut untuk menutupi
kenaikan harga yang terjadi setiap tahun terutama untuk
operasional antara lain; suku cadang kendaraan, UMR (Upah
Minimum Regional) sopir & kernet dan lain-lain; -------------------
6.2.4.3 Bahwa Terlapor VI tidak menerima salinan kesepakatan tersebut
karena sepengetahuan Terlapor VI, pihak Hiswana Migas DPC
Bandung Sumedang tidak mengedarkannya. Oleh karena itu
harga isi LPG 12 Kg dan 50 Kg yang kami jual tidak mengacu
kepada kesepakatan tersebut. Kesepakatan tersebut baru kami
terima ketika pihak Investigator menyampaikan bahwa ada
pelanggaran undang-undang yang dilakukan oleh Anggota
Hiswana Migas DPC Bandung Sumedang Agen LPG 12 Kg, 50
Kg dan Bulk; ----------------------------------------------------------------
6.2.4.4 Bahwa Kesepakatan dibuat untuk dimintakan persetujuan kepada
Pertamina selaku principal LPG 12 Kg, 50 Kg & Bulk. Ketika
kesepakatan tersebut tidak mendapat persetujuan dari Pertamina
maka menjadi gugur dengan sendirinya sehingga fotocopy berkas
kesepakatan tersebut tidak diterima oleh Para Terlapor kecuali
Terlapor I dan Terlapor X. -----------------------------------------------
6.2.5 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor VII tidak menyerahkan kesimpulan;
6.2.6 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor VIII pada pokoknya menyatakan : --
6.2.6.1 Bahwa Terlapor VIII mengakui ikut menandatangani Surat
Kesepakatan 21 Juni 2011 bersama-sama dengan Terlapor
lainnya; ----------------------------------------------------------------------
halaman 371 dari 383
Page 372
S A L I N A N
6.2.6.2 Bahwa sebelum Terlapor VIII menanda tangani kesepakatan
terlebih dahulu dibicarakan bersama Anggota Hiswana Migas
lainnya mengenai biaya atau ongkos angkut dari Gudang Agen
ke Sales Point/Pangkalan atau ke Toko sebesar Rp.2000,- per
tabung ongkos dari Gudang Agen ke konsumen end user atau
door to door Rp.3000,-/tabung sedang harga LPG tetap sesuai
ketentuan Pertamina yaitu untuk kemasan 12 Kg sebesar
Rp.70.200; ------------------------------------------------------------------
6.2.6.3 Bahwa kesepakatan dibuat bukan untuk mencari keuntungan
melainkan sekedar pengganti biaya transport dan pemeliharaan
kendaraan. Namun dalam redaksional kesepakatan tanggal 21
Juni 2011 bukan mengenai biaya ongkos angkut tetapi mengenai
harga jual sehingga tidak sesuai dengan ketentuan Pertamina
yang berlaku pada saat itu. -----------------------------------------------
6.2.7 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor X tidak memberikan penjelasan
terkait Perjanjian Penetapan Harga (Surat Kesepakatan Harga 21 Juni
2011); ------------------------------------------------------------------------------------
6.2.8 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor XI tidak menyerahkan kesimpulan; -
6.2.9 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor XII tidak menyerahkan kesimpulan;
6.2.10 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor XV pada pokoknya menyatakan: ----
6.2.10.1 Bahwa Terlapor XV ikut menandatangani surat kesepakatan
tersebut semata karena tidak tahu bahwa apapun alasannya,
Kesepakatan seperti dimaksud di atas adalah dilarang karena
melanggar Undang-Undang. Terlapor XV ikut menandatangani
karena agen lain yang jauh lebih besar, jauh lebih senior, puluhan
tahun lebih dulu eksis, serta agen milik dan dipimpin Sarjana
Hukum yang berprofesi sebagai Lawyer dan Penasehat Hukum
pun ikut menandatanganinya, maka dengan tidak sedikitpun ada
keraguan pada saat itu Terlapor XV ikut menandatangani; --------
6.2.10.2 Bahwa Terlapor XV memohon pengampunan dari Majelis
Komisi dan dapat dibebaskan dari sanksi-sanksi. --------------------
6.2.11 Bahwa dalam kesimpulannya, Terlapor XVII pada pokoknya menyatakan : -
6.2.11.1 Bahwa pada akhir bulan Juni 2011, Terlapor XVII diundang oleh
Hiswana Migas untuk mengikuti rapat bertempat di Saung
Galing. Pada saat sebelum hadirnya pihak PT Pertamina, yaitu
Sdr. Dwi Manoveri, selaku Sales Area Manager (SAM) dan Sdr.
Endra selaku Sales Representative (SR), kami mendapatkan
halaman 372 dari 383
Page 373
S A L I N A N
penjelasan tentang Aturan/Tata Niaga Distribusi LPG NPSO dan
yang mendominasi pembicaraan dari Sdr. Candra Irawan
(Terlapor I) dan diberikannya 1 (satu) lembar surat Pertamina
No. 1473/E23600/2004-S3 tertanggal 12 Juli 2004 (vide bukti
T74) dan menekankan hal yang salah satunya tercantum dalam
point 3 (tiga) surat tersebut yaitu mengenai ‘tidak diperkenankan
mengambil alih konsumen yang sudah menjadi binaan agen lain’
(sesuai perjanjian keagenan); -------------------------------------------
6.2.11.2 Bahwa Terlapor XVII menolak usulan tersebut, karena
bertentangan dengan UU 5/1999, namun disampaikan oleh Sdr.
Candra (Terlapor I) bahwa hal tersebut sudah menjadi kebiasaan
sebelum Terlapor XVII bergabung dan hanya untuk internal tidak
diekspose keluar. Sebelum berakhirnya pertemuan, Sdr. Dwi
Manoveri mengatakan “jangan membuat kesepakatan yang
melanggar hukum”;-------------------------------------------------------
6.2.11.3 Bahwa dalam pertemuan berikutnya di Riung Panyileukan,
Terlapor I kembali mengusulkan tentang perlunya kesepakatan
harga dan hanya Terlapor XVII saja tidak setuju lalu
memutuskan untuk tidak mengikuti rapat lebih lanjut dan keluar
dari ruang rapat; -----------------------------------------------------------
6.2.11.4 Bahwa pertemuan selanjutnya dilakukan di Hiswana Migas pada
tanggal 26 Juli 2011, Terlapor XVII diundang kembali dimana
menurut keterangan Teralapor XIII tercatat di Sekretariat dengan
agenda Penandatanganan Kesepakatan; -------------------------------
6.2.11.5 Bahwa pada sekitar akhir bulan Agustus/awal September, Sdr.
Memet (staf Hiswana Migas) menyatakan kepada staf Terlapor
XVII yaitu Sdri. Leha bahwa semua agen sudah menandatangani
surat kesepakatan dan hanya Terlapor XVII yang belum
menandatangani; ----------------------------------------------------------
6.2.11.6 Bahwa oleh karena adanya kepentingan Terlapor XVII dalam hal
pengurusan tagihan jasa angkut/transport fee LPG 3 Kg yang
oleh Pertamina diharuskan dilakukan melalui Hiswana Migas,
maka Terlapor XVII pada akhirnya ikut menandatangani surat
kesepakatan harga tersebut. ---------------------------------------------
6.2.12 Bahwa Majelis Komisi menilai “penambahan biaya angkut” yang
disampaikan para Terlapor bukan alasan yang tepat mengingat biaya
tersebut adalah merupakan salah satu komponen pembentuk harga; -----
halaman 373 dari 383
Page 374
S A L I N A N
6.2.13 Bahwa Majelis Komisi menilai kesepakatan harga diantara para Terlapor
merupakan harga yang harus dibayar oleh konsumen, tidak terpisah antara
harga LPG dengan biaya transport sebagaimana dimaksud oleh para
Terlapor, sehingga konsumen membayar dalam bentuk satu kesatuan
berupa harga beli sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh para Terlapor
dengan judul “Kesepakatan Harga Jual LPG Anggota Bidang LPG Hiswana
Migas DPC Bandung Sumedang”; ------------------------------------------------
6.2.14 Bahwa Majelis Komisi menilai formula pembentukan harga yaitu P (Price)
= C (Cost) + M (Margin/Keuntungan). Dimana salah satu unsur dari cost
adalah biaya transportasi; ----------------------------------------------------------
6.2.15 Bahwa Majelis Komisi menilai pernyataan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor
III, Terlapor IV, Terlapor IX, Terlapor XII, Terlapor XIII, Terlapor XIV
dan Terlapor XVI yang menyatakan bahwa surat yang ditandatangani para
Terlapor adalah merupakan usulan kepada Pertamina terbantahkan dengan
fakta persidangan dimana tidak ada dokumen yang dapat membuktikan
adanya suatu usulan terhadap pihak Pertamina; ------------------------------
6.2.16 Bahwa Majelis Komisi menilai jika bentuknya berupa usulan penambahan
biaya transport, maka Pertamina tidak perlu dimasukkan sebagai pihak
yang turut serta mengetahui dan diminta untuk menandatangani
sebagaimana tertulis dalam surat kesepakatan harga; -----------------------------
6.2.17 Bahwa Majelis Komisi menilai, jika bentuknya berupa usulan maka perlu
dilengkapi dengan surat pengantar berupa surat permohonan usulan
penambahan biaya transport ke Pertamina, bukan berupa Kesepakatan
Harga Jual LPG Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang (vide bukti C1); -----------------------------------------------------------
6.2.18 Bahwa Majelis Komisi menilai pernyataan Terlapor VIII, Terlapor XV dan
Terlapor XVII yang mengakui benar terjadi kesepakatan harga diantara para
Terlapor dengan melalui beberapa proses pertemuan/perundingan yang
bertempat di Bumi Saung Galing, Riung Panyileukan, Cibeunying, D’palm
dan Kantor Hiswana Migas. Tindakan para Terlapor yang telah
menandatangani Surat Kesepakatan Harga dengan penuh kesadaran dan
tanpa adanya paksaan sudah merupakan bentuk perjanjian (vide bukti B26,
B32, B23); -------------------------------------------------------------------------------
6.2.19 Bahwa Majelis Komisi berpendapat perjanjian penetapan harga (price
fixing agreement) merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh para
pelaku usaha yang bertujuan untuk menghasilkan laba yang setingi-
halaman 374 dari 383
Page 375
S A L I N A N
tingginya (Andi Fahmi Lubis, dkk., Hukum Persaingan usaha antara teks
dan konteks: KPPU RI, Jakarta, 2009); ---------------------------------------------
6.2.20 Bahwa Majelis Komisi berpendapat penetapan harga yang dilakukan di
antara pelaku usaha (produsen atau penjual), akan meniadakan persaingan
dari segi harga bagi produk yang mereka jual atau pasarkan, yang kemudian
dapat mengakibatkan surplus konsumen yang seharusnya dinikmati oleh
pembeli atau konsumen dipaksa beralih ke produsen atau penjual (Andi
Fahmi Lubis, dkk., Hukum Persaingan usaha antara teks dan konteks:
KPPU RI, Jakarta, 2009); -------------------------------------------------------------
6.2.21 Bahwa Majelis Komisi berpendapat dalam perkara a quo, telah terjadi
kesepakatan di antara para Terlapor yang mengikatkan dirinya, artinya
bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut telah bersepakat
atau setuju mengenai perjanjian kesepakatan harga tersebut tanpa adanya
paksaan, kekhilafan dan penipuan. --------------------------------------------------
7. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 5 ayat (1) UU No. 5/1999; ----------------------------------
7.1 Menimbang bahwa Pasal 5 ayat(1) UU No. 5/1999 berbunyi sebagai berikut: ---------
“Pelaku Usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama” -----------------------
7.2 Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran
Pasal 5 ayat (1) UU No. 5/1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-
unsur sebagai berikut: ----------------------------------------------------------------------------
7.3 Unsur Pelaku Usaha dan Pelaku Usaha Pesaing; --------------------------------------------
7.3.1 Bahwa yang dimaksud dengan pelaku usaha dalam Pasal 1 angka 5 UU No.
5/1999 adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; --------------------------------------------
7.3.2 Bahwa yang dimaksud sebagai pelaku usaha dan pelaku usaha pesaing
dalam perkara a quo adalah Terlapor I (PT Limas Raga Inti), Terlapor II
(PT Surya Buana Rahayu), Terlapor III (PT Sumber Kerang Indah),
Terlapor IV (PT Adigas Jaya Pratama), Terlapor V (PT Tirta Ganggatama),
Terlapor VI (PT Arias Mas), Terlapor VII (Pusat Koperasi Pegawai
Negeri), Terlapor VIII (Koperasi Karyawan dan Pensiunan Perusahaan Gas
Nasonal (KOPKAR PGN), Terlapor IX (PT Kurnia Sari Rahayu), Terlapor
X (PT Sinarbakti Abadigas), Terlapor XI (PT Baragas Nasional), Terlapor
halaman 375 dari 383
Page 376
S A L I N A N
XII (PT Indonesian Alina Houtman Vegetables (INAHOVTRACO),
Terlapor XIII (PT Lembang Abadi Indah), Terlapor XIV (PT Sawitto Indah
Berkah), Terlapor XV (PT Guna Bumi Utama), Terlapor XVI (PT Griya
Putra Anugrah) dan Terlapor XVII (PT Api Gas Nasional) sebagaimana
dimaksud pada butir 1 Bagian Tentang Hukum di atas; --------------------------
7.3.3 Bahwa dengan demikian unsur pelaku usaha dan pelaku usaha pesaing
terpenuhi. -------------------------------------------------------------------------------
7.4 Unsur Perjanjian; ---------------------------------------------------------------------------------
7.4.1 Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 7 UU No. 5/1999, definisi perjanjian
adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri
terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik
tertulis maupun tidak tertulis; --------------------------------------------------------
7.4.2 Bahwa yang dimaksud dengan perjanjian dalam perkara a quo bukan
merupakan perjanjian yang dibuat dalam usaha patungan atau suatu
perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku; -----------------------
7.4.3 Bahwa perjanjian yang dimaksud adalah perjanjian secara tertulis dalam
bentuk Surat Kesepakatan Harga tanggal 21 Juni 2011 sebagaimana telah
diuraikan pada butir 6 bagian Tentang Hukum di atas: ---------------------------
7.4.4 Bahwa dengan demikian unsur perjanjian terpenuhi. ----------------------------
7.5 Unsur Menetapkan Harga atas suatu Barang dan/atau Jasa; -------------------------------
7.5.1 Bahwa menurut Pasal 1 angka 14 UU No. 5/1999, yang dimaksud dengan
harga pasar adalah harga yang dibayar dalam transaksi barang dan/atau jasa
sesuai kesepakatan antara para pihak di pasar bersangkutan; --------------------
7.5.2 Bahwa menurut Pasal 1 angka 16 UU No. 5/1999, yang dimaksud dengan
barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha; ---------
7.5.3 Bahwa yang dimaksud dengan harga yang ditetapkan atas suatu barang dan
atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan dalam perkara
a quo adalah Liquefied Petroleum Gas (LPG) tabung ukuran 12 Kg di
Wilayah Bandung dan Sumedang pada kurun waktu tahun 2011 sampai
dengan 2013 sebagaimana telah diuraikan pada butir 4.2.3 Bagian Tentang
Hukum di atas; --------------------------------------------------------------------------
7.5.4 Bahwa dengan demikian unsur menetapkan harga atas suatu barang
dan/atau jasa, terpenuhi.--------------------------------------------------------------
7.6 Unsur Pasar Bersangkutan; ---------------------------------------------------------------------
halaman 376 dari 383
Page 377
S A L I N A N
7.6.1 Bahwa menurut Pasal 1 angka 10 UU No. 5/1999, yang dimaksud dengan
pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau
daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang
sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan jasa tersebut; -----------------
7.6.2 Bahwa pasar bersangkutan di dalam perkara a quo dapat dipenuhi oleh dua
faktor definisi suatu pasar bersangkutan yaitu definisi jenis produk dan
definisi geografis. Pasar produk dalam perkara a quo adalah LPG tabung
ukuran 12 Kg dan pasar geografis dalam perkara a quo adalah mencakup
seluruh wilayah Bandung-Sumedang yang dipasarkan oleh Perusahaan
Distributor LPG yang tergabung dalam Hiswana Migas Wilayah Bandung
Sumedang;-------------------------------------------------------------------------------
7.6.3 Bahwa dengan demikian, pasar bersangkutan dalam perkara a quo adalah
Liquefied Petroleum Gas (LPG) tabung ukuran 12 Kg di Wilayah Bandung
dan Sumedang pada kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2013
sebagaimana telah diuraikan pada butir 5 bagian Tentang Hukum di atas; ---
7.6.4 Bahwa dengan demikian unsur pasar bersangkutan, terpenuhi; ----------------
8. Tentang Kesimpulan Majelis Komisi; --------------------------------------------------------------
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan dan uraian di atas, Majelis Komisi sampai
pada kesimpulan bahwa telah terbukti adanya perjanjian penetapan harga yang dilakukan
oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor
VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI, Terlapor XII, Terlapor XIII,
Terlapor XIV, Terlapor XV, Terlapor XVI dan Terlapor XVII dengan cara membuat
Kesepakatan Bersama Harga LPG Anggota Bidang LPG Hiswana Migas DPC Bandung
Sumedang tanggal 21 Juni 2011. ------------------------------------------------------------------------
9. Tentang Rekomendasi ----------------------------------------------------------------------------------
Bahwa Majelis Komisi merekomendasikan kepada Pertamina melalui Komisi, hal-hal
sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------
1) Melakukan evaluasi harga LPG secara berkala dengan mempertimbangkan tingkat
inflasi, kenaikan UMR, fluktuasi harga BBM dan biaya transportasi; ------------------------
2) Membuat standarisasi perjanjian keagenan yang sama, secara khusus yang mengatur
mengenai larangan pengambilalihan pelanggan yang telah dibina oleh agen lain; ----------
3) Melakukan pengawasan dan pemberian sanksi terhadap agen yang melanggar perjanjian
keagenan. -----------------------------------------------------------------------------------------------
10. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi Sebelum Memutus; ----------------------------------
Menimbang bahwa sebelum memutuskan, Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut; --------------------------------------------------------------------------------------------
halaman 377 dari 383
Page 378
S A L I N A N
10.1 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan bagi
Terlapor yaitu: ----------------------------------------------------------------------------------
10.1.1 Bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor VI,
Terlapor IX, Terlapor XI, Terlapor XII, Terlapor XIII, Terlapor XIV dan
Terlapor XVI tidak mengakui telah ikut dalam kesepakatan terkait harga
LPG tabung ukuran 12 Kg; ----------------------------------------------------------
10.1.2 Bahwa Terlapor XI (PT Baragas Nasional) tidak pernah hadir dan tidak
menyerahkan dokumen kepada Sidang Majelis Komisi. ------------------------
10.2 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang meringankan bagi Terlapor
yaitu: ---------------------------------------------------------------------------------------------
10.2.1 Bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V,
Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X,
Terlapor XII, Terlapor XIII, Terlapor XIV, Terlapor XV, Terlapor XVI,
dan Terlapor XVII telah bersikap baik dan kooperatif hadir selama proses
pemeriksaan; ---------------------------------------------------------------------------
10.2.2 Bahwa Terlapor V, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor X, Terlapor XV
dan Terlapor XVII mengakui telah ikut dalam kesepakatan terkait harga
LPG tabung ukuran 12 Kg. ----------------------------------------------------------
11. Tentang Perhitungan Denda; --------------------------------------------------------------------------
Menimbang bahwa dalam mengenakan sanksi denda bagi para Terlapor, Majelis Komisi
memperhitungkan hal-hal sebagai berikut: ------------------------------------------------------------
11.1 Bahwa berdasarkan Pasal 36 huruf l jo. Pasal 47 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999,
Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap
pelaku usaha yang melanggar ketentuan UU No. 5 Tahun 1999; -------------------------
11.2 Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 47 ayat (2) huruf g, UU No. 5 Tahun 1999,
Komisi berwenang menjatuhkan sanksi tindakan administratif berupa pengenaan
denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah); ------------------------
11.3 Bahwa menurut Pedoman Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1999 (selanjutnya disebut
“Pedoman Pasal 47”) tentang Tindakan Administratif, denda merupakan usaha
untuk mengambil keuntungan yang didapatkan oleh pelaku usaha yang dihasilkan
dari tindakan anti persaingan. Selain itu denda juga ditujukan untuk menjerakan
pelaku usaha agar tidak melakukan tindakan serupa atau ditiru oleh calon pelanggar
lainnya; ---------------------------------------------------------------------------------------------
11.4 Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 47, Majelis Komisi menentukan besaran denda
dengan menempuh dua langkah, yaitu pertama, penentuan besaran nilai dasar dan
halaman 378 dari 383
Page 379
S A L I N A N
kedua, penyesuaian besaran nilai dasar dengan menambahkan dan/atau mengurangi
besaran nilai dasar tersebut; ---------------------------------------------------------------------
11.5 Bahwa penentuan besaran nilai dasar, dihitung berdasarkan total realisasi penjualan
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dikalikan dengan Rp. 2.000,00
(eksesif profit); ------------------------------------------------------------------------------------
11.6 Bahwa berdasarkan pertimbangan telah atau belum dilaksanakannya pelanggaran
tersebut, maka pelanggaran tersebut telah terjadi atau telah terlaksana; -----------------
11.7 Bahwa berdasarkan Pedoman Pasal 47, Majelis Komisi dapat mengenakan
tambahan denda karena hal-hal yang memberatkan dengan perhitungan nilai dasar
akan ditambah sampai dengan 100% (seratus persen); -------------------------------------
11.8 Bahwa uraian mengenai rincian denda untuk masing-masing Terlapor dapat
disampaikan sebagai berikut: -------------------------------------------------------------------
11.8.1 Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor VI, Terlapor IX,
Terlapor XII, Terlapor XIII, Terlapor XIV dan Terlapor XVI dengan nilai
dasar denda ditambahkan hal memberatkan berupa penyangkalan sebesar
20% (dua puluh persen), dikurangi hal meringankan berupa sikap baik dan
kooperatif sebesar 10% (sepuluh persen); -----------------------------------------
11.8.2 Terlapor XI dengan nilai dasar denda ditambahkan hal memberatkan
berupa tidak hadir dalam proses persidangan sebesar 20% (dua puluh
persen), ditambahkan dengan hal memberatkan berupa tidak memberikan
dokumen sebesar 10% (sepuluh persen), ditambahkan dengan hal
memberatkan berupa penyangkalan sebesar 20% (dua puluh persen); --------
11.8.3 Terlapor V, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor X, Terlapor XV dan
Terlapor XVII dengan nilai dasar denda dikurangi hal meringankan berupa
sikap baik dan kooperatif sebesar 10% (sepuluh persen), dikurangi hal
meringankan berupa pengakuan sebesar 80% (delapan puluh persen). -------
12. Tentang Diktum Putusan dan Penutup; ------------------------------------------------------------
Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta, penilaian, analisa dan kesimpulan di atas, serta
dengan mengingat Pasal 43 ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi:
MEMUTUSKAN
1. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V,
Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI,
Terlapor XII, Terlapor XIII, Terlapor XIV, Terlapor XV, Terlapor XVI dan Terlapor
XVII terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 ayat 1 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999; -----------------------------------------------------------------------------------
halaman 379 dari 383
Page 380
S A L I N A N
2. Menghukum Terlapor I, membayar denda sebesar Rp. 10.904.174.600,00 (sepuluh
milyar sembilan ratus empat juta seratus tujuh puluh empat ribu enam ratus rupiah)
yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran
di Bidang Persaingan Usaha); -------------------------------------------------------------------------
3. Menghukum Terlapor II, membayar denda sebesar Rp. 256.502.400,00 (dua ratus
lima puluh enam juta lima ratus dua ribu empat ratus rupiah) yang harus disetor ke
Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------------------
4. Menghukum Terlapor III, membayar denda sebesar Rp. 1.987.143.400,00 (satu milyar
sembilan ratus delapan puluh tujuh juta seratus empat puluh tiga ribu empat ratus
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------
5. Menghukum Terlapor IV, membayar denda sebesar Rp. 888.696.600,00 (delapan
ratus delapan puluh delapan juta enam ratus sembilan puluh enam ribu enam ratus
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------
6. Menghukum Terlapor V, membayar denda sebesar Rp. 94.398.800,00 (sembilan
puluh empat juta tiga ratus sembilan puluh delapan ribu delapan ratus rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran
di Bidang Persaingan Usaha); -------------------------------------------------------------------------
7. Menghukum Terlapor VI, membayar denda sebesar Rp. 1.790.247.800,00 (satu milyar
tujuh ratus sembilan puluh juta dua ratus empat puluh tujuh ribu delapan ratus
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan
Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------
halaman 380 dari 383
Page 381
S A L I N A N
8. Menghukum Terlapor VII, membayar denda sebesar Rp. 22.338.400,00 (dua puluh
dua juta tiga ratus tiga puluh delapan ribu empat ratus rupiah) yang harus disetor ke
Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------------------
9. Menghukum Terlapor VIII, membayar denda sebesar Rp. 34.639.000,00 (tiga puluh
empat juta enam ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan
kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha); -----------------------------------------------------------------------------------------------------
10. Menghukum Terlapor IX, membayar denda sebesar Rp. 1.122.979.000,00 (satu milyar
seratus dua puluh dua juta sembilan ratus tujuh puluh sembilan ribu rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran
di Bidang Persaingan Usaha); -------------------------------------------------------------------------
11. Menghukum Terlapor X, membayar denda sebesar Rp. 83.182.600,00 (delapan puluh
tiga juta seratus delapan puluh dua ribu enam ratus rupiah) yang harus disetor ke
Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------------------
12. Menghukum Terlapor XI, membayar denda sebesar Rp. 135.141.000,00 (seratus tiga
puluh lima juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas
Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan
kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan
Usaha); -----------------------------------------------------------------------------------------------------
13. Menghukum Terlapor XII, membayar denda sebesar Rp. 125.450.600,00 (seratus dua
puluh lima juta empat ratus lima puluh ribu enam ratus rupiah) yang harus disetor
ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah
dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha); --------------------------------------------------------------------------------------
halaman 381 dari 383
Page 382
S A L I N A N
14. Menghukum Terlapor XIII, membayar denda sebesar Rp. 522.007.200,00 (lima ratus
dua puluh dua juta tujuh ribu dua ratus rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara
sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
15. Menghukum Terlapor XIV, membayar denda sebesar Rp. 1.100.184.800,00 (satu
milyar seratus juta seratus delapan puluh empat ribu delapan ratus rupiah) yang
harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran
di Bidang Persaingan Usaha); -------------------------------------------------------------------------
16. Menghukum Terlapor XV, membayar denda sebesar Rp. 45.016.200,00 (empat puluh
lima juta enam belas ribu dua ratus rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja
Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode
penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
17. Menghukum Terlapor XVI, membayar denda sebesar Rp. 874.365.800,00 (delapan
ratus tujuh puluh empat juta tiga ratus enam puluh lima ribu delapan ratus rupiah)
yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di
bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui
bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran
di Bidang Persaingan Usaha); -------------------------------------------------------------------------
18. Menghukum Terlapor XVII, membayar denda sebesar Rp. 159.464.000,00 (seratus
lima puluh sembilan juta empat ratus enam puluh empat ribu rupiah) yang harus
disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan Usaha); ----------------------------------------------------------------------------
19. Memerintahkan Terlapor I sampai dengan Terlapor XVII melakukan pembayaran
denda, melaporkan dan menyerahkan salinan bukti pembayaran denda tersebut ke
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). -----------------------------------------------------
Demikian putusan ini ditetapkan melalui musyawarah dalam Sidang Majelis Komisi pada hari
Selasa tanggal 17 Maret 2015 oleh Majelis Komisi yang terdiri dari Dr. Sukarmi, S.H., M.H.
sebagai Ketua Majelis Komisi; Kamser Lumbanradja, M.B.A. dan Dr. Drs. Chandra Setiawan,
M.M., Ph.D. masing-masing sebagai Anggota Majelis Komisi dan dibacakan di muka
persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal 1 April 2015 oleh
halaman 382 dari 383
Page 383
S A L I N A N
Majelis Komisi yang terdiri dari Dr. Sukarmi, S.H., M.H. sebagai Ketua Majelis Komisi; Dr.
Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D. sebagai Anggota Majelis Komisi dan Dr. Syarkawi Rauf,
S.E., M.E., sebagai Anggota Majelis Komisi Pengganti, dengan dibantu oleh Rosanna Sarita,
S.H. dan Rumondang Nainggolan, S.H. masing-masing sebagai Panitera.
Ketua Majelis Komisi,
Ttd.
Dr. Sukarmi, S.H., M.H.
Anggota Majelis Komisi,
Ttd.
Kamser Lumbanradja, M.B.A.
Anggota Majelis Komisi,
Ttd.
Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D.
Panitera,
Ttd.
Rosanna Sarita, S.H.
Ttd.
Rumondang Nainggolan, S.H.
Salinan sesuai dengan aslinya, SEKRETARIAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
Direktur Persidangan,
A. Junaidi, S.H., M.H., LL.M., M.Kn.
halaman 383 dari 383