Top Banner
PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL PERJUANGAN PEREMPUAN TERHADAP NILAI-NILAI PATRIARKI PADA EMPAT J-DORAMA JEPANG PENELITI FAIRUZ, M.HUM Universitas Nasional Jl. Sawo Manila No.61, Pejaten, Pasar Minggu Jakarta 12520, 021-7891753 2018
29

P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

Oct 22, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN

UNIVERSITAS NASIONAL

PERJUANGAN PEREMPUAN TERHADAP NILAI-NILAI PATRIARKI PADA

EMPAT J-DORAMA JEPANG

PENELITI

FAIRUZ, M.HUM

Universitas Nasional Jl. Sawo Manila No.61, Pejaten, Pasar Minggu

Jakarta 12520, 021-7891753

2018

Page 2: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...
Page 3: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

SUBTANSI PROPOSAL PENELITIAN

ABSTRAK

Penelitian ini membahas perjuangan perempuan Jepang melawan nilai nilai patriarki melalui empat J-Dorama Jepang yang berjudul Watashi ga Renai Dekinai Riyuu, Doctor-X Seasonn I, Mondai No Aru Resutoran dan Minshu no Teki. Keempat J Dorama ini menceritakan perjuang perempuan melawan nilai nilai patriarki yang begitu mengakar pada masyarakat Jepang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pekerjaan. Berdasarkan empat j-dorama jepang ini masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut bagaimana bagaimana sikap, pandangan dan perlawanan perempuan jepang melawan budaya patriarki melalui analisis alur, latar tokoh dan penokohan. Penelitian ini dilakukan melalui analisis 2 unsur, yaitu unsur instrinsik yang terdiri dari unsur naratif dan unsur ekstrinsik menggunakan teori Feminis. Dengan menggunakan teori intrinsik dan teori ekstrinsik feminisme ini hasil penelitian diasumsikan sebagai berikut, pada J Dorama Watashi ga Renai Dekinai Riyuu, terlihat perempuan mampu mengatasi hidupnya sendiri tanpa didampingi laki-laki dengan cara hidup bersama teman teman perempuan yang disebut dengan sisterhood, pada J Dorama Doctor-X Seasonn I ditemukan perlawanan terhadap sistem patriarki dalam dunia kedokteran. Daimon Michiko seorang dokter perempuan dianggap tidak mampu dan tidak dapat memimpin ternyata Michiko adalah dokter bedah perempuan lebih bagus dibandingan dengan dokter bedah laki-laki. Sikap pantang menyerah Daimon Michiko mampu menyamakan kedudukannya dengan laki-laki dalam bidang kedokteran spesialisis bedah yang selama ini di dominasi oleh dokter bedah laki-laki. Pada J Dorama Mondai No Aru Resutora, 6 orang perempuan yang mendapatkan ketidakadilan gender ternyata mampu mendapatkan kesetaraan gender dengan lakilaki dalam bidang pekerjaan. Begitu juga dalam J Dorama Minshu no Teki, perempuan mampu melawan tekanan dan ketidak adilan gender dalam dunia politik dan berhasil mematahkan dominasi patriarki dalam dunia politik dengan membuktikan diri sebagai politikus bahkan terpilih menjadi wali kota mengalahkan laki laki.

Kata kunci : Freelance, feminisme, gender, stereotype, patriarkhi, sisterhood

Page 4: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perempuan disimbolkan sebagai lambang kehalusan, emosional, lemah lembut,

cantik, manja serta anggun. Namun posisi perempuan biasanya lekat dengan keterpurukan,

ketertindasan bahkan terkadang laki-laki menganggap perempuan itu sebagai “objek”

bukan “subjek”. Perempuan selalu dinomorduakan karena adanya anggapan bahwa laki-laki

sebagai makhluk yang superior sedangkan kaum perempuan sebagai kaum yang inferior.

Berasal dari asumsi itu, kaum perempuan selalu diremehkan dan dianggap tidak pantas

untuk disejajarkan dengan kaum laki-laki dalam hal pendidikan, pekerjaan bahkan jabatan.

Terbatasnya posisi perempuan menyebabkan minimnya pengetahuan tentang pendidikan

dalam bidang di luar urusan rumah tangga.

Pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa (1602-1608), wanita tidak dapat

memiliki harta benda, tidak diperbolehkan ikut serta dalam kegiatan bisnis, perempuan

hanya diperbolehkan belajar tulisan hiragana tetapi tidak boleh membaca tentang politik

dan kesusastraan yang biasanya ditulis dengan huruf kanji. Di Jepang perempuan ketika

masih anak-anak harus tunduk kepada ayahnya dan ketika dewasa kepada suaminya. Pada

hakikatnya perempuan berderajat lebih rendah daripada laki-laki, sehingga tugasnya

adalah untuk mengabdi pada laki-laki (Okamura, 1983:1). Hal ini menyebabkan

perempuan Jepang dahulu menganggap sebuah perkawinan adalah salah satu sumber

Page 5: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

ekonomi. Perempuan Jepang yang sudah menikah diharapkan memiliki anak laki-laki

karena untuk mempertahankan ie (garis keturunan seorang ayah). Ie merupakan suatu

unit rumah tangga yang kesinambungannya bergantung pada garis keturunan seorang

ayah kepada seorang anak laki-laki (Sudjiman, 2002:29).

Pada tahun 1973 Jepang mengalami krisis yang membuat negara Jepang

mengadakan perubahan dalam dunia kerja maupun perubahan dalam struktur industri

manafaktur, dan jasa. Perubahan tersebut untuk memperbaiki ekonomi negara Jepang

dan dengan adanya perubahan ini, negara Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja

bukan hanya laki-laki namun juga tenaga perempuan. Perempuan dibutuhkan dalam dunia

pekerjaan, baik pekerja tetap maupun paruh waktu. Dengan adanya perubahan tersebut

kehidupan perempuan pun berubah, tidak hanya dalam bidang pekerjaan namun dalam

bidang pendidikan. Perempuan Jepang dewasa ini dapat menempuh pendidikan tinggi.

Kesamaan derajat antara perempuan dan laki-laki membuat mereka harus saling

menghargai dan bekerja sama satu sama lain. Selain itu, diterbitkan Undang-Undang

Pokok yang berisi tentang persamaan dalam kesempatan pendidikan untuk semua orang,

melarang deskriminasi, karena suku, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,

kedudukan ekonomi, dan latar belakang keluarga (Okamura, 1983:55).

Perubahan ini membuat perempuan Jepang dewasa ini bebas untuk belajar dan

mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan dalam sektor pekerjaan perempuan dapat

memilih perkerjaan tanpa adanya perbedaan antara perempuan dan laki-laki sehingga

Page 6: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

tidak terlalu memikirkan tentang pernikahan. Pada umumnya di Jepang tahun 1960-an

perempuan Jepang menikah pada usia 23 tahun dan pada umur tersebut layak untuk

menikah, tetapi perempuan Jepang saat ini berpikir bahwa pernikahan tidak begitu

penting, bagi perempuan Jepang pernikahan bukan prioritas pertama. Riset yang

dilakukan pada tahun 1995 oleh surat kabar Nikken Shinbun pada suatu perusahaan

Jepang banyak menemukan bahwa perempuan Jepang tidak ingin menikah walaupun

umurnya sudah 30 tahun, banyak perempuan Jepang memilih hidup melajang dengan

berbagai alasan, hasilnya 44,2 persen menjawab tidak masalah jika tidak menikah

dikarenakan sudah mandiri dalam bidang pekerjaan dan keuangan, dan 2 persen tidak

memiliki keinginan untuk menikah (http://j-cul.com).

Pendidikan perempuan yang tinggi telah membuka wawasan dan pandangan

perempuan Jepang menjadi lebih luas dan terbuka. Kini, perempuan melihat sebuah

perkawinan bukan salah satu sumber ekonomi. Pendidikan perempuan Jepang yang tinggi

menyebabkan mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan. Menurut

Faneslow dengan mendapat pekerjaan yang baik, maka juga mendapatkan pendapatan

yang tinggi (Faneslow, 1995:305). Ini salah suatu penyebab mengapa perempuan Jepang

tidak mau menikah meskipun usianya sudah cukup untuk menikah. Kehidupan

perempuan Jepang yang tidak menikah ini banyak dijadikan tema dalam drama-drama

Jepang. Seperti “ Watashi ga Renai Dekinai Riyuu “ yang terdiri dari 10 episode

ditayangkan di Fuji TV Jepang pada Desember 2011. Drama ini menceritakan tentang

Page 7: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

kehidupan tiga orang perempuan lajang, yaitu Fujii Emi (27 tahun), Saki Ogura (24 tahun),

Mako Hanzawa (22 tahun). Dalam kehidupannya mereka bertiga memiliki permasalahan

yang berkaitan dengan persahabatan, percintaan, pekerjaan dan menikmati kehidupan

mereka yang masih lajang.

Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan Jepang sebagai

akibat dari budaya patriarki juga tergambar dalam sebuah drama serial yang berjudul “

Mondai No Aru Resutoran”. Drama karya Sakamato Yuji yang dirilis pada tanggal 15

Januari – 19 Maret 2015 dan ditayangkan di saluran Fuji TV Jepang. Drama yang terdiri

dari 10 episode ini menceritakan tentang kehidupan enam perempuan yang diberi label

“menyedihkan dan gagal” mulai mendirikan restoran. Tanaka bekerja dalam bisnis restoran

yang didominasi oleh laki-laki, tetapi kemudian dipecat dan dibawa ke polisi akibat

membela temannya Fujimura Satsuki yang bekerja di perusahaan yang sama (yang

bergerak di bidang food and beverage) yang mendapatkan pelecehan seksual dari direktur

perusahaannya. Tanaka berniat mendirikan restoran di sebuah bangunan yang terletak tepat

di seberang restoran yang dikelola oleh bekas perusahaannya. Tanaka mengajak lima

temannya yang memiliki masalah dan kepribadian yang berbeda-beda sehingga tak mudah

bagi Tanaka untuk mengelola restoran tersebut. Diskriminasi kerap kali mereka alami

dalam lingkungan kerja, mulai dari hal sepele hingga hal serius. Mereka memutuskan untuk

bergabung dan menciptakan restoran mereka sendiri dan menunjukkan pada orang-orang

khususnya laki-laki yang meremehkan mereka. Mereka berjuang dalam melawan

Page 8: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

ketidaksetaraan gender yang dilakukan laki-laki, mereka berusaha untuk menunjukkan

bahwa perempuan bisa sebaik laki-laki.

Pada dunia politikpun jumlah perempuan yang berperan sangat sedikit, padahal

setengah dari populasi penduduk di Asia menjadi penyumbang suara terbanyak, akan tetapi

perempuan hanya menempati peranan dan posisi marginal serta tidak strategis dalam

berbagai tingkatan struktur pemerintahan. Perempuan dipandang sebelah mata dalam dunia

politik oleh para kaum lelaki, apabila perempuan ingin terjun dalam dunia politik, mereka

akan mengalami penindasan dan kesulitan dari para lelaki. Hal ini terlihat pada drama yang

berjudul “Minshu no Teki”. Drama karya Hiro Kanai yang dirilis pada tanggal 23 Oktober –

25 Desember 2017 dan ditayangkan di saluran Fuji TV Jepang. Mishu no Teki merupakan

drama yang diperankan oleh Yuriko Ishida dan Ryoko Shinohara sebagai tokoh utamanya.

Drama yang terdiri dari 10 episode ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan

yang bernama Tomoko Sato hanya lulusan SMP. Dia memiliki suami dengan satu anak.

Suaminya bekerja sebagai pekerja paruh waktu karena mengalami pemutusan hubungan

kerja. Tomoko berusaha mencalonkan diri sebagai politikus daerah, dan hal itu banyak

ditentang masyarakat yang tidak yakin terhadap kemampuan Tomoko yang perempuan dan

lulusan SMP, saingannya para laki laki yang mau menjatuhkannya untuk tidak dipilih

sebagai politikus daerah. Namun Tomoko tidak tinggal diam, dia pun berusaha berjuang

untuk haknya sebagai seorang perempuan yang juga dapat ikut dalam pertarungan politik.

pendekatan feminis.

Page 9: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

Selanjutnya drama berjudul Doctor-X Season 1. Doctor-X Season 1 karya Naoki

Tamura yang ditayangkan pada 18 Oktober 2012 di stasiun TV Jepang ASAHI. Drama ini

menceritakan Daimon Michiko seorang dokter perempuan yang memiliki spesialisasi

bedah yang melebihi para profesor yang di dominasi laki-laki. Michiko selalu mengatakan

“ aku tidak pernah gagal”. Sehingga dia menjadi musuh para dokter dan profesor yang

memiliki gelar yang lebih tinggi. Apalagi status Michiko di rumah sakit universitas itu

adalah dokter bedah freelance. Disamping itu Michiko tidak mau tunduk pada aturan yang

ditetapkan oleh rumah sakit. Tindakkan yang dilakukan oleh Michiko bertentangan dengan

sistem patriarki yang selama ini diterapkan oleh masyarakat Jepang sehingga hal ini

menarik untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan feminis..

1.2 Kerangka Teoritis

Menurut Tong (2006:23), pada abad ke- 18 feminisme muncul dalam bentuk

gagasan tentang masyarakat yang adil dan mendukung pengembangan diri perempuan yang

sama dengan laki-laki. Pada masa kini banyak perempuan yang sudah tidak sesuai dengan

stereotip yang dinyatakan oleh Millett (2002: 26) yaitu tunduk (submissive), bodoh

(ignorant), baik (virtuous), dan tidak efektif. Namun pada kenyataannya perempuan jepang

walaupun sudah mendapat pendidikan tinggi tetapi hanya memiliki sedikit pengaruh dalam

masyarakat bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam

masyarakat. Mereka secara ekonomi, sosial, politik dan psikologi tergantung pada laki-laki.

Menurut Sugihastuti (2007: 53-60), pembagian kerja secara seksual hanya sedikit bahkan

tidak berkorelasi sama sekali dengan aktivitas reproduksi dan ukuran tubuh, eksistensi

Page 10: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

pembagian kerja bersifat universal tetapi tidak detail pembagiannya. Masyarakat

memandang laki-laki mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari perempuan. Konstruksi

ini terus berjalan dan terbentuklah kebudayaan yang melestarikan dan melegalkan. Menurut

Muthali’in (2001:24-25), konsep ini menempatkan perempuan pada posisi yang kurang

menguntungkan. Hal ini berakibat pada banyaknya ketidakadilan yang diterima perempuan

selama ini. Ketidakadilan ini membuat perempuan diberi stereotype sebagai makhluk kelas

dua, sehingga perempuan dianggap sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai

peran utama di segala bidang di ranah publik.

1.3 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan di atas, penulis akan

mengangkat permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk ketidakadilan gender melalui analisis empat drama Jepang

tersebut diatas ?

2. Bagaimana sikap dan pandangan perempuan Jepang dalam memperjuangkan

kesetaraan gender melalui analisis empat drama tersebut di atas ?

1.4 Urgensi Penelitian

Sebuah penelitian seyogyanya dapat memberikan manfaat baik bagi dosen yang

meneliti, pihak perguruan tinggi, maupun bagi masyarakat pada umumnya. Bagi dosen

yang meneliti diharapkan dapat meningkatan keilmuan yang terkait dengan bidangnya serta

menciptakan ruang untuk berpikir kritis terkait dengan masalah sosial dan lingkungan.

Hasil penelitian ini pada akhirnya juga akan memberikan kontribusi pada universitas dan

Page 11: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

berimplikasi pada meningkatnya kinerja dosen, kualitas pengajaran, mutu lembaga, dan

kualitas lulusan. Selanjutnya hal yang paling penting adalah melalui penelitian ini

diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat, khususnya pembelajar bahasa Jepang

mengenai kebangkitan perempuan melalui J Dorama.

1.5 Tujuan

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Mendeskripsikan serta menggali bentuk-bentuk ketidakadilan gender melalui analisis

empat J Dorama tersebut diatas ?

2. Mendeskripsikan dan memperlihatkan sikap dan pandangan perempuan Jepang

dalam memperjuangkan kesetaraan gender melalui analisis empat J Dorama tersebut

di atas ?

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian feminisme dalam dunia sastra sudah banyak dilakukan dalam berbagai

bahasa baik bahasa Indonesia, inggris maupun Jepang, dengan data berasal dari novel, puisi

maupun film atau drama.

Annette Kolodny seperti dikutip Djajanegara (2000:190) mengatakan dalam karya

sastra yang pada umumnya hasil tulisan laki-laki, perempuan ditampilkan secara

stereotype sebagai istri dan ibu yang setia dan berbakti, wanita manja, pelacur, dan wanita

dominan. Padahal perempuan memiliki perasaan-perasaan yang sangat pribadi, seperti

Page 12: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

penderitaan, kekecewaan, dan rasa tidak aman yang hanya dapat diungkapkan secara tepat

oleh perempuan itu sendiri.

Kate Millet dalam Jurnal Perempuan Volume 30, (Jakarta: Yayasan Jurnal

Perempuan, 2003: 5) menunjukkan tentang penulisan sastra pada tahun

1830-1930 menunjukkan berbagai pernyataan misoginis tentang perempuan: adanya

paradigma sentimental perempuan yang saleh, ibu yang baik, dan gadis yang malu-malu

proyeksi perempuan sensual dan kuat sebagai si penggoda, perusak rumah tangga, perusak

nilai-nilai

Pada tahun 2002 dalam buku “Sexual Politics”, Kate Milett mengatakan bahwa seks adalah

politik. Artinya hubungan perempuan dalam masyarakat dengan laki-laki adalah hubungan

politik. Politik di sini bukan dalam artian partai atau legislatif, melainkan hubungan yang

didasari pada sturktur kekuasaan, yakni suatu kelompok manusia yang dikendalikan oleh

manusia lain. Lebih lanjut dalam buku tersebut, kelompok manusia yang menguasai adalah

laki-laki. Di mana laki-laki mengontrol perempuan adalah patriarki dan lembaga yang

melegalkannya adalah keluarga

Sugihastuti (2002:18) dalam bukunya berpendapat bahwa feminisme adalah

gerakan persamaan antara laki-laki dan perempuan di segala bidang baik politik, ekonomi,

pendidikan, sosial dan kegiatan terorganisasi yang mempertahankan hak-hak serta

kepentingan perempuan. Feminisme juga kesadaran akan penindasan dan pemerasan

terhadap perempuan dalam masyarakat, baik di tempat kerja dan rumah tangga.

Page 13: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

BAB 2

LANDASAN TEORI

Feminisme adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau

kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Gerakan feminisme lahir dengan diprakarsai oleh

Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condoracet dengan mengusung perjuangan

yang disebut universal sisterhood di negara-negara jajahan Eropa. Istilah feminisme dibuat

Charles Fourier di tahun 1837 yang kemudian dipopulerkan dengan adanya publikasi buku

berjudul The Subjection of Women oleh John Stuart Mill pada tahun 1869.

2.1 Feminisme

Feminisme merupakan suatu gerakan untuk menjujung tinggi kesamaan hak antara

wanita dengan laki-laki. Feminine bermakna wanita, Feminisme dalam (Sugihastuti,

2007:93) menurut Goefe ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di

bidang politik, ekonomi, dan sosial, atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan

Page 14: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

hak-hak serta kepentingan perempuan. Feminis adalah suatu gerakan yang berangkat dari

asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya tertindas dan

tereksploitasi, serta ada upaya mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian tersebut

(Fakih, 2004:31).

Awal mula adanya feminisme adalah pada abad 18 di kota Middleburg negara

Belanda dan pemakarsa Lady Mary Wortly Montangu dan Marquis de Condeceret, tidak

hanya di Belanda namun di Amerika terdapat hal yang menyebabkan munculnya paham

feminisme. Ada beberapa aspek yang menyebabkan adanya gerakan feminis, pertama

aspek politik ketika rakyat Amerika memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun

1776, merupakan salah satu aspek politik munculnya paham feminis ketika Deklarasi

Kemerdekaan Amerika antara lain mencantumkan “all men are created equel” (semua

laki-laki diciptakan sama), tanpa menyebut-nyebut perempuan, para tokoh feminisme

memberontak dan mendeklarasikan proklamasi dengan tipe berbeda yang berbunyi “all

men and women are created equel “ (semua laki-laki dan perempuan diciptakan sama)

(Djajanegara, 2000:1).

Kedua pada aspek agama ada yang mendasari tumbuhnya paham feminisme di

Amerika, yaitu pada Agama Protestan dan Agama Katholik menempatkan perempuan

pada posisi yang lebih rendah daripada kedudukan laki-laki. Menurut ajaran-ajaran Martin

Luther dan John Calvin, walaupun perempuan bisa berhubungan langsung dengan Tuhan,

perempuan tidak layak berpergian, perempuan harus tinggal di rumah dan mengatur

Page 15: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

rumah tangganya kemudian kebiasaan kaum Yahudi kuno ketika bersembahyang, yaitu

mereka berterima kasih kepada Tuhan karena mereka tidak dilahirkan sebagai perempuan

(Djajanegara, 2000:2).

Ketiga pada aspek sosialis yang menyebabkan munculnya feminisme bahwa

wanita-wanta Amerika, sebagai kelas tertindas dalam masyarakat kapitalis, tidak memiliki

nilai ekonomis, mengingat pekerjaan mereka sebagai pengurus rumah tangga tidak

berharga dan tidak bisa dibandingkan dengan perkerjaan laki-laki yang menghasilkan uang

(Djajanegara, 2000:3).

Perempuan pada zaman dahulu yang hanya bisa tertindak tidak mendapatkan nilai

ekonomis, pekerjaan mereka sebagai pengurus rumah tangga tidak lagi berharga maka,

sejumlah aktivis feminis membuat usaha-usaha seperti menyelenggarakan dapur umum,

tempat penitipan anak, tempat cuci pakaian umum, dan sebagainya, guna memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada wanita untuk dapat ikut berperan di bidang produksi.

Cara ini sering dinamakan women’s liberation movement, disingkat women’s lib,

atauwomen’s emancipation movement, yaitu gerakan pembebasan wanita (Djajanegara

2000:2-3).

Feminis menginginkan adanya persamaan gender untuk membebaskan perempuan

dari rasisme, steorotype, dan penindasan lainnya. Inti tujuan feminisme adalah

meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan

kedudukan serta derajat laki-laki, perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai

Page 16: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

tujuan ini mencakup berbagai cara untuk mendapatkannya, dengan hal tersebut maka

mucullah istilah equal right’s movement (gerakan persamaan hak) (Djajanegara, 2000:4).

2.2 Gender

Feminisme sebagai gerakan perempuan muncul dalam karakteristik yang

berbeda-beda yang disebabkan perbedaan asumsi dasar yang memandang

persoalan-persoalan yang menyebabkan ketimpangan gender (Sugihastuti, 2007:96-97).

Gender merupakan salah satu pembeda antara perempuan dan laki-laki. Hal tersebut

merupakan salah satu penyebab perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Gender

dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis

kelamin seseorang dan diarahkan pada peran sosial atau identitas masyrakat. Gender

sebagai suatu konsep bertumpu pada aspek biologis. Gender memiliki dua kategori biologi

yang berbeda namun saling mengisi, yaitu pertama kategori laki-laki dan yang kedua

kategori perempuan. Setiap kategori mengandung makna yang pengertiannya bervariasi

dari satu ke lain masyarakat. Setiap aktivitas, sikap, tata nilai dan simbol-simbol diberi

makna oleh masyarakat pendukungnya menurut kategori biologis masing-masing.

Gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang

dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir anggapan tentang

peransosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Bentukan sosial laki-laki dianggap

kuat, rasional, dan perkasa. Sedangkan, perempuan dianggap sebagai makhluk lemah

Page 17: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Perbedaan fungsi dan peran antar laki-laki dan

perempuan itu tidak ditentukan karena antara keduanya terdapat perbedaan biologis dan

kodrat, tetapi dibedakan atau dipilah-pilah menurut kedudukan, fungsi dan peran

masing-masing dan berbagai bidang kehidupan dan pembangunan (Handayani, 2006:5).

2.3. Pembagian Kerja

Dalam bidang pekerjaan adanya perbedaan gender antar perempuan dan laki-laki

sangat terlihat. Pembagian kerja mengarah pada kualitas dan menanamkan kualitas

gender secara oposisional (Sugihastuti, 2007:53). Pada bermacam masyarakat, pembagian

kerja bergender melibatkan kekuatan dan status diferensial. Pembagian kerja bukan

semata-mata pembagian aktifitas (aktifitas mendeterminasi pola asosiasi, pergerakan, dan

penggunaan ruang dan waktu) (Sugihastuti, 2007:53). Pekerjaan laki-laki, pada sebagian

besar budaya, memiliki akses dan posisi publik lebih kuat dibanding perempuan,

sedangkan perempuan lebih condong pada wilayah domestik dan nonpublik (Sugihastuti,

2007:54).

Jika pembagian kerja hanya mengacu pada gender maka perempuan bertugas

mengandung dan mengasuh anak sedangkan laki-laki tidak. Perempuan tentunya, tidak

akan diperbolehkan melakukan pekerjaan lain saat mengandung dan mengasuh.

Perempuan dijauhkan dari pekerjaan tertentu karena dianggap kurang mampu

melakukannya bahkan bila aktifitas itu tidak membutuhkan kekuatan fisik (Sugihastuti,

Page 18: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

2007:55). Dalam bukunya Sugihastuti menyampaikan bahwa perempuan masih sering

mendapatkan penolakan ketika berniat kerja sebagai mekanik atau tukang leding

(Sugihastuti, 2007:57). Feminisme juga merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja

di suatu dunia yang menetapkan kaum laki-laki sebagai yang berkuasa dalam ruang publik,

sementara perempuan hanya menjadi pekerja tanpa upah di rumah, dan memikul beban

kehidupan keluarga (Rueda, 2007:3).

Perempuan biasanya ditugasi untuk memenuhi kebutuhan harian setiap orang

(seperti sandang, pangan, kebersihan, pemeliharan anak) dan merawat semuanya

(orang-orang dan tempat tinggal). Pekerjaan perempuan tradisional berkutat pada bidang

jasa yang tidak jauh-jauh dari peran sebagai pengasuh, pelayan, pendukung, guru,

perawat, sekertaris, dan pramugari. Disamping itu ada pula pembagian kerja emosional

dimana perempuan mampu mengingat hari ulang tahun, menenangkan anak yang terluka,

dan menunjukkan perhatian ke orang lain daripada laki-laki. Sedangkan laki-laki, lebih

diinginkan untuk dapat menganbil keputusan, keahlian, atau memecahkan problem yang

berhubungan dengan mekanika (Sugihastuti, 2007:56).

Selain perempuan bertugas mengurus suami, anak, dan keluarga. Pembagian

pekerjaan perempuan ada juga memiliki keseimbangan. Hal ini dibutuhkan demi mencapai

apa yang dimaksud dan diinginkan (pekerjaan tertentu yang memerlukan kemampuan

fisik di luar kebiasaan akan dikenakan pada orang-orang kuat, seringkali itu laki-laki, tetapi

ada yang perempuan) (Sugihastuti 2007:55). Kesimpulannya, pembagian kerja secara

Page 19: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

seksual hanya sedikit atau bahkan tidak berkolerasi sama sekali dengan aktifitas

reproduksi dan ukuran tubuh. Eksistensi pembagian kerja bersifat universal, jadi apa yang

dapat dikerjakan oleh laki-laki dapat juga dikerjakan bagi sebagian perempuan

(Sugihastuti, 2007:55).

Akibat perbedaan fungsi perempuan dengan laki-laki muncullah stereotype.

Stereotype adalah pembelaan pada pihak tertentu yang selalu berakibat merugikan pihak

lain dan menimbulkan ketidakadilan (Narwoko, 2009:300). Salah satu stereotype yang

sudah dikenalkan yaitu bersumber pada pandangan gender. Karena itu banyak bentuk

ketidakadilan terhadap jenis kelamin yang kebanyakan adalah perempuan yang

bersumber pada stereotype yang melekatnya.

2.4 Stereotype Gender

Stereotype adalah pelebelan terhadap pihak atau kelompok tertentu yang selalu

berakibat merugikan pihak lain dan merugikan (Narwoko,2009:322). Stereotype gender

adalah kategori luas yang merefleksikan kesan dan keyakinan tentang apa perilaku yang

tepat untuk pria dan wanita. Semua stereotype, entah itu berhubungan dengan gender,

etnis, atau kategori lainnya, mengacu pada citra dari anggota kategori tersebut. Banyak

stereotype yang bersifat ambigu, misalnya kategori maskulin dan feminim. Memberi cap

stereotype sebagai maskulin dan feminim pada individu dapat menimbulkan konsekuensi

signifikan.

Page 20: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

Stereotype gender adalah bentuk keyakinan yang dimiliki seseorang atau suatu

kelompok tentang karakterisitik atribut-atribut peran sosial yang seharusnya dilakukan

oleh suatu jenis kelamin tertentu. Karena adanya stereotypegender muncullah stereotype

pekerjaan adalah dalam bentuk keyakinan yang dimiliki seseorang atau suatu kelompok

tentang karakteristik atribut-atribut peran sosial yang seharusnya dilakukaan oleh suatu

kelompok pekerjaan tertentu. Misalnya perempuan yang bekerja untuk mengurus rumah

dan tidak melakukan pekerjaan laki-laki yaitu mencari nafkah sekalipun perempuan

bekerja dianggap sebagai pembantu laki-laki atau pekerjaan kedua disamping mengurus

rumah tangga .

2.5 Patriarki

Patriarki adalah penyebab penindasan terhadap perempuan (Rueda, 2007:120). Hal

tersebut disebabkan oleh pemikiran masyarakat bahwa perempuan selalu terlihat lemah

dibandingkan laki-laki. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan

perempuan. Di semua kehidupan, masyarakat memandang perempuan sebagai orang

yang lemah dan tidak berdaya. Kaitan antara Feminisme dan patriarki adalah menghapus

adanya penindasan perempuan, dan tidak lagi memikirkan jika seorang perempuan itu

lemah. Masyarakat yang menganut sistem patriarki meletakkan laki-laki pada posisi dan

kekuasaan yang dominan dibandingkan perempuan.

Istilah patriarki menurut Bashin menjelaskan bahwa patriarki berarti kekuasaan

bapak atau patriarch (Bashin, 1996:1). Istilah ini secara umum digunakan untuk

Page 21: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

menyebutkan kekuasaan laki-laki, hubungan kuasa dengan apa laki-laki menguasai

perempuan, dan untuk sistem yang membuat perempuan tetap dikuasai melalui berbagai

cara. Patriarki membentuk laki-laki sebagai superordinat dalam kerangka hubungan

dengan perempuan yang dijadikan sebagai subordinatnya (Sugihastuti, 2007:93).

Perempuan yang normalnya berada di bawah kontrol patriarki. Pertama, daya

produktif atau tenaga kerja perempuan. Laki-laki mengontrol produktivitas perempuan di

dalam dan di luar rumah tangga, dalam kerja bayaran. Di dalam rumah tangga,

perempuan memberikan semua pelayanan untuk anak-anak dan suaminya. Di luar rumah,

laki-laki mengontrol kerja perempuan melalui berbagai macam cara. Salah satunya dengan

pemilihan jenis pekerjaan yang oleh laki-laki dianggap cocok dengan perempuan.

Kedua, laki-laki juga mengontrol daya reproduktif perempuan, dalam artian

perempuan tidak memiliki kebebasan dalam menentukan jumlah anak yang diinginkan,

dan waktu untuk melahirkan anak, hal tersebut menyatakan bahwa laki-laki adalah

sebagai pengambil keputusan.

Ketiga, kontrol laki-laki berlaku atas seksualitas. Perempuan diharuskan memberikan

pelayanan seksual kepada laki-laki sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pihak laki-laki.

Perempuan diharuskan untuk membatasi diri ekspresi seksualitas di luar nikah sedangkan

laki-laki tidak.

Keempat perempuan dilarang meninggalkan ruangan rumah tangga, pemisah yang

ketat antara private dan publik.

Page 22: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

Kelima, laki-laki juga mengontrol harta milik dan sumber daya ekonomi lain dengan

jalan sistem pewarisan dari laki-laki ke laki-laki. Meskipun perempuan dalam hal ini

memperoleh bagian, jumlahnya tidak sama atau lebih kecil dibandingkan dengan yang

diperoleh laki-laki (Sugihastuti, 2007:94).

Hubungan antara gender, patriarki, stereotype dengan Feminis adalah dengan

adanya ketimpangan gender, hukum patriarki yang menganggap laki-laki di atas

perempuan, stereotype gender yang merugikan perempuan ini yang menyebabkan adanya

feminis sebagai alat untuk menyamakan perempuan dengan laki-laki. Tujuan umun dari

feminisme adalah untuk menciptakan “masyarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan

berkembang”. Hanya dalam masyarakat seperti itu, perempuan juga laki-laki dapat

mengembangkan diri (Tong: 2006:18). Feminisme menggunakan strategi lobi intensif

terhadap pemerintah dan para pembuat kebijakan dalam rangka memasukkan

undang-undang mengenai kesetaraan hak, seperti affirmativeaction dalam politk,

kesetaraan upah, dan kesempatan kerja yang sama dengan laki-laki (Rueda,

2007:120-121).

Semua penganut feminis berjuang untuk meningkatkan status perempuan di seluruh

dunia, meningkatkan partisipasi perempuan dalam ranah publik, serta memiliki akses

untuk kekuatan. Artinya, aliran ini menolak segala bentuk diskriminasi terhadap

perempuan. Hal ini diharapkan mampu membawa kesetaraan bagi perempuan dan

institusi publik dan untuk memperluas penciptaan pengetahuan bagi perempuan agar

Page 23: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

isu-isu tentang perempuan tidak lagi diabaikan (Sugihastuti, 2007:97). Aliran feminis

menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berawal pada rasionalitas dan pemisah

antara dunia private dan publik. Setiap manusia mempunyai kapasitas untuk berfikir dan

bertindak secara rasional, begitu pula perempuan. Perempuan harus mempersiapkan diri

mereka bisa bersaing di dunia dalan kerangka “persaingan bebas” dan punya kedudukan

setara dengan laki-laki.

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (2013:3):

Penelitian kualitatif merupakan suatu metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna

yang berasal dari suatu individu atau kelompok. Metode kualitatif dapat dilakukan dengan

berbagai pendekatan antara lain: pendekatan etnografi, grounded theory, studi kasus,

fenomenologi, dan naratif. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan studi naratif yang

berfokus pada narasi, cerita, atau deskripsi tentang serangkaian peristiwa terkait dengan

pengalaman manusia yang mencakup banyak. Penelitian ini akan menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata atau kalimat yang dipaparkan secara deskriptif, dengan tujuan

untuk mendeskripsikan, mengambarkan dan menjelaskan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai perlawanan perempuan terhadap nilai nilai patriarki melalui analisis

empat J-Dorama.

Page 24: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari empat J

Dorama dua novel. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan sumber

data premier dan sumber data sekunder.

Sumber data premier yaitu:

1. Drama Doctor-X Season 1 karya Naoki Tamura dirilis pada tahun 2012 dan

ditayangkan pada 18 Oktober 2012 di stasiun TV Jepang ASAHI.

2. Drama “ Watashi ga Renai Dekinai Riyuu “ yang terdiri dari 10 episode ditayangkan di

Fuji TV Jepang pada Desember 2011. Drama ini menceritakan tiga orang perempuan

lajang, yaitu Fujii Emi (27 tahun), Saki Ogura (24 tahun), dan Mako Hanzawa (22 tahun).

3. Drama “Minshu no Teki” , karya Hiro Kanai yang dirilis pada tanggal 23 Oktober – 25

Desember 2017 dan ditayangkan di saluran Fuji TV Jepang. Drama yang terdiri dari 10

episode ini diperankan oleh Yuriko Ishida dan Ryoko Shinohara sebagai tokoh

utamanya.

4. Drama “ Mondai No Aru Resutoran”, karya Sakamato Yuji yang dirilis pada tanggal 15

Januari – 19 Maret 2015 dan ditayangkan di saluran Fuji TV Jepang. Drama yang terdiri

dari 10 episode ini berdurasi kurang lebih 45 menit di setiap episodenya, di perankan

oleh Tamako Tanaka, Chika Ameki, Kyoko Morimura, Yumi Nitta, Airi Kawana dan

Nanami Karasumori.

Page 25: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

Sedangkan sumber data sekunder pada penelitian ini di antaranya buku-buku khusus

yang berkaitan dengan topik pembahasan yang akan penulis teliti. Teknik pengumpulan

data pada penelitian ini menggunakan sarana yang terdapat pada perpustakaan Universitas

Nasional, Perpustakaan Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, buku-buku

bacaan pribadi maupun pinjaman serta media internet untuk mencari data-data dan

informasi.

BAB 4

JADWAL PENELITIAN DAN PEMBIAYAAN

4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Bahasa dan

Sastra Universitas Nasional Jakarta (UNAS) selama satu semester yaitu pada Tahun

Akademik Semester Genap Tahun 2019/2020. Penelitian ini dilaksanakan melalui

metode kajian pustaka yang berupa J-Dorama dan ditunjang dengan referensi-referensi

yang relevan dengan penelitian.

Berikut ini adalah tabel jadwal kegiatan penelitian selama satu semester.

Kegiatan Penelitian

Februari – Juli 2020 Feb

Mar Apr

Mei

Jun Jul

Ags Sep

Menonton dan penerjemahan J

Dorama

Page 26: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

4.2 Tabel Biaya Penelitian

Pengumpulan dan pengklasifikasian

wacana-wacana yang muncul dalam teks J

Dorama dan menganalisis unsur intrinsik struktur

novel Analisis unsur

ekstrinsik J Dorama dengan menggunakan

teori feminisme Publikasi di seminar dan jurnal nasional

Penulisan laporan

Page 27: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

Tahun Jenis Item Biaya (Rp)

2020

Material Pembelian buku referensi dan sumber data 1.000.000,00

Pembuatan

Pembelian 2 buah tinta cartridge deskjet 500.000,00

Laporan penelitian

Pembelian 2 rim kertas A4 80 gram 200.000,00

Biaya dijitalisasi data dan laporan penelitian dalam bentuk CD

200.000,00

Biaya percetakan dan penjilidan laporan penelitian

100.000,00

Biaya publikasi

Biaya seminar dan publikasi jurnal 2.500.000,00

Total 4.500.000,00

Page 28: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

DAFTAR PUSTAKA

Bhasin, Kamla. Menggugat Patriarki. Yogyakarta :Yayasan Benteng Budaya, 1996.

Creswell, John W. Research Design Quantitative & Qualitative Approach. London : Sage

Publicatio, 1994.

Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra; Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi (Edisi Revisi). Yogyakarta: MedPress (Anggota IKAPI).

Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Millett, Kate.2002. Sexual Politics. Columbia: Columbia University Press.

Nakane, Chie. 1981. Masyarakat Jepang. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Okamura, Masu. 1983. Peranan Wanita Jepang Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Papalia, Diane E, et al. (2002). Adult Development and Aging Second Edition. New York:

Mc.Grow Hill.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta : Homerian Pustaka.

Salim, Peter dan Yenny salim. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:

Modern English Press.

Page 29: P R O P O S A L S T I M U L U S P E N E L I T I A N U N I ...

Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tong, Rosmarie Puthnam.2006. Feminist Thought, Pengantar Paling Komprehensi kepada

Arus utama Pemikiran Feminis, Edisi Cetakan Ketiga, Jalasutra : Hasta Mitra.

Sumber internet:

http://www.berberita.com/2015/11 22 Oktober 2016 pukul 1:28

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-japanology8f67bad8dbfull.pdf

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=103766&val=1378

http://aimizumizu.blogspot.co.id/2011/11/wanita-jepang-dari-zaman-dahulu-hingga.html

diunduh tanggal 05/02/2016, pukul 19.28.