Nama : Cynthia Karamina Elvia ORTHOPAEDIC CHECKLIST BAB I PENDAHULUAN Pertemuan pertama seorang dokter dengan penderita merupakan peristiwa yang penting , oleh karena pada saat tersebut tidak hanya dilakukan penilaian yang teliti dan pemeriksaan yang lengkap tetapi juga merupakan kesempatan untuk membangun hubungan rasa saling percaya dan rasa saling pengertian sehingga tujuan pengobatan yang maximal dapat dicapai. Seorang dokter sebaiknya memberikan kesan sebagai orang yang ingin bergabung dengan penderita untuk mencari tahu apa yang secara normal ada dan apa yang secara abnormal terjadi pada penderita. Sebagaimana bidang ilmu lainnya, pengobatan bedah ortopedi hanya dapat berhasil dengan baik bila sebelumnya dapat ditegakkan suatu diagnosis yang baik. Suatu diagnosis ditegakkan melalui beberapa tahapan pemeriksaan dan untuk itu seorang dokter dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan disamping pengalaman yang baik. Pemeriksaan di awali dengan menanyakan riwayat penderita (anamnesis) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan- 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Nama : Cynthia Karamina Elvia
ORTHOPAEDIC CHECKLIST
BAB I
PENDAHULUAN
Pertemuan pertama seorang dokter dengan penderita merupakan peristiwa yang penting , oleh karena pada saat tersebut tidak hanya dilakukan penilaian yang teliti dan pemeriksaan yang lengkap tetapi juga merupakan kesempatan untuk membangun hubungan rasa saling percaya dan rasa saling pengertian sehingga tujuan pengobatan yang maximal dapat dicapai. Seorang dokter sebaiknya memberikan kesan sebagai orang yang ingin bergabung dengan penderita untuk mencari tahu apa yang secara normal ada dan apa yang secara abnormal terjadi pada penderita.
Sebagaimana bidang ilmu lainnya, pengobatan bedah ortopedi hanya dapat berhasil dengan baik bila sebelumnya dapat ditegakkan suatu diagnosis yang baik. Suatu diagnosis ditegakkan melalui beberapa tahapan pemeriksaan dan untuk itu seorang dokter dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan disamping pengalaman yang baik.
Pemeriksaan di awali dengan menanyakan riwayat penderita (anamnesis) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan-pemeriksaan tertentu berdasarkan kebutuhan yang diperlukan.
Data yang dihasilkan kemudian dipadukan dan dianalisa sehingga suatu diagnosis yang baik dapat ditegakkan, yang merupakan dasar/tuntunan dalam melakukan pengobatan pada penderita.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam menegakkan suatu diagnosis meliputi : riwayat penderita, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan khusus.
1
BAB II
ATLS
Penderita trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ).
Penilaian awal meliputi:1. Persiapan2. Triase3. Primary survey (ABCDE)4. Resusitasi5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi6. Secondary survey7. Tambahan terhadap secondary survey8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan9. Transfer ke pusat rujukan yang lebih baik
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.
I. PERSIAPAN
A. Fase Pra-Rumah Sakit1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderitamulai diangkut dari tempat kejadian.3. Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit sepertiwaktu kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayatpenderita.
B. Fase Rumah Sakit1. Perencanaan sebelum penderita tiba
2
2. Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempatyang mudah dijangkau3. Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan padatempat yang mudah dijangkau4. Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabilasewaktu-waktu dibutuhkan.5. Pemakaian alat-alat proteksi diri
II. TRIASE
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Dua jenis triase :
A. Multiple CasualtiesJumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumahsakit. Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akanmendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
B. Mass CasualtiesJumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit.Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkanwaktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan mendapatkanprioritas penanganan lebih dahulu.
Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal :A. Label hijauPenderita tidak luka . Ditempatkan di ruang tunggu untuk dipulangkan.
B. Label kuningPenderita hanya luka ringan. Ditempatkan di kamar bedah minor UGD.
C. Label merahPenderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang resusitasi UGD dandisiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor UGD apabila sewaktu-waktuakan dilakukan operasi
3
D. Label biruPenderita dalam keadaan berat terancam jiwanya. Ditempatkan di ruangresusitasi UGD disiapkan untuk masuk intensive care unit atau masuk kamaroperasi.
E. Label hitamPenderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah.
III. PRIMARY SURVEY
A. Airway dengan kontrol cervical1. Penilaiana. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi2. Pengelolaan airwaya. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol cervical in-lineimmobilisasib. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alatyang rigidc. Pasang pipa nasopharyngeal atau orofaringeal3. Fiksasi collum4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur cervical pada setiappenderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atauperlukaan diatas klavikula.5. Evaluasi
B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi1. Penilaiana. Buka collum dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrolcervical in-line immobilisasib. Tentukan laju dan dalamnya pernapasanc. Inspeksi dan palpasi collum dan thoraks untuk mengenali kemungkinanterdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak,pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonore. Auskultasi thoraks bilateral2. Pengelolaana. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12liter/menit)b. Ventilasi dengan Bag Valve Maskc. Menghilangkan tension pneumothorax
4
d. Menutup open pneumothoraxe. Memasang pulse oxymeter3. Evaluasi
C. Circulation dengan kontrol perdarahan1. Penilaiana. Mengetahui sumber perdarahan external yang fatalb. Mengetahui sumber perdarahan internalc. Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertandadiperlukannya resusitasi masif segera.d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.e. Periksa tekanan darah2. Pengelolaana. Penekanan langsung pada sumber perdarahan externalb. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah sertakonsultasi pada ahli bedah.c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampeldarah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (padawanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis GasDarah (BGA).d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasienpasienfraktur pelvis yang mengancam nyawa.f. Cegah hipotermia3. Evaluasi
D. Disability1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tandatandalateralisasi3. Evaluasi dan Re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.E. Exposure/Environment1. Buka pakaian penderita2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yangcukup hangat.
5
IV. RESUSITASI
A. Re-evaluasi ABCDEB. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat C. Evaluasi resusitasi cairan1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal 2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) sertaawasi tanda-tanda syokD. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan awal.1. Respon cepat- Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance- Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberiandarah- Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan- Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkinmasih diperlukan2. Respon Sementara- Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberiandarah- Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif- Konsultasikan pada ahli bedah 3. Tanpa respon- Konsultasikan pada ahli bedah- Perlu tindakan operatif sangat segera- Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponadejantung atau kontusio miokard- Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya
V. TAMBAHAN PADA PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI
A. Pasang EKG1. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harusdicurigai adanya hipoksia dan hipoperfusi2. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmiaB. Pasang kateter uretra1. Kecurigaan adanya ruptur uretra merupakan kontra indikasipemasangan kateter urine
6
2. Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena striktur uretra atauBPH, jangan dilakukan manipulasi atau instrumentasi, segerakonsultasikan pada bagian bedah3. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urine rutine4. Produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai perfusi ginjaldan hemodinamik penderita5. Output urine normal sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1ml/kgBB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kgBB/jam pada bayiC. Pasang kateter lambung1. Bila terdapat kecurigaan fraktur basis kranii atau trauma maksilofacialyang merupakan kontraindikasi pemasangan nasogastric tube, gunakanorogastric tube.2. Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung, karenabahaya aspirasi bila pasien muntah.D. Monitoring hasil resusitasi dan laboratoriumMonitoring didasarkan atas penemuan klinis; nadi, laju nafas, tekanan darah,Analisis Gas Darah (BGA), suhu tubuh dan output urine dan pemeriksaanlaboratorium darah.E. Pemeriksaan foto rotgen dan atau FAST1. Segera lakukan foto thoraks, pelvis dan cervical lateral, menggunakanmesin x-ray portabel dan atau FAST bila terdapat kecurigaan traumaabdomen.2. Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan jangan sampai menghambat prosesresusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat secondarysurvey.3. Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap harus dilakukan.
VI. SECONDARY SURVEY
A. AnamnesisAnamnesis yang harus diingat :A : AlergiM:Mekanisme dan sebab traumaM:Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)P : Past illnessL : Last meal (makan minum terakhir)E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
7
B. Pemeriksaan FisikVII. TAMBAHAN PADA SECONDARY SURVEY
A. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita denganteliti dan pastikan hemodinamik stabilB. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena pemeriksaantambahan biasanya dilakukan di ruangan lainC. Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :1. CT scan kepala, abdomen2. USG abdomen, transoesofagus3. Foto ekstremitas4. Foto vertebra tambahan5. Urografi dengan kontras
VIII. RE-EVALUASI PENDERITA
A. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan setiapperubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.B. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urinC. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan
IX. TRANSFER KE PUSAT RUJUKAN YANG LEBIH BAIK
A. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karenaketerbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masihmemungkinkan untuk dirujuk.B. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita selamaperjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.
8
BAB III
ORTHOPEDIC DIAGNOSTIC
RIWAYAT PENDERITA
Data pribadi meliputi:o Namao Umuro Jenis Kelamino Pekerjaano Alamat
Tanggal pemeriksaan Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit lainnya Riwayat sebelum sakit
o Riwayat penyakit dahuluo Riwayat traumao Riwayat pengobatano Riwayat operasi
Riwayat sistem tubuh lainnya Riwayat keluarga Latar belakang sosial dan pekerjaan
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang penting dalam menguatkan
data-data yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan
kepada kita pilihan terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus atau
tambahan yang perlu kita lakukan.
9
Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi
atas dua jenis, yaitu:
1. Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan fisik ortopedi
a. Pemeriksaan fisisk ortopedi umum
b. Pemeriksaan fisik ortopedi regional
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik
bidang kedokteran lainnya dan bertujuan untuk mengevaluasi keadaan
fisik penderita secara umum serta melihat apakah ada indikasi penyakit
lainnya selain kelainan muskuloskeletal. Pemeriksaan dilakukan secara
sistematik karena sebagian penderita yang datang adalah penderita yang
sudah berumur dan biasanya mempunyai kelainan lain selain kelainan
muskuloskeletal yang dikeluhkan.
Pada beberapa penderita kadang-kadang dilakukan tindakan
operasi dengan pembiusan sehingga perlu dipertimbangkan pemeriksaan
secara teliti mengenai sistem kardiovaskuler, pernafasan, saluran kemih
dan saluran pencernaan untuk keamanan dan kelancaran operasi.
PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI
PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI UMUM
Pemeriksaaan fisik pada penderita memerlukan beberapa prinsip
pemeriksaan. Teknik pemeriksaan secara alami bervariasi pada setiap
individu, tetapi pada dasarnya dibutuhkan suatu pemeriksaan yang rutin
10
atau baku, tahap demi tahap agar pemeriksaan tidak berulang.
Pemeriksaan fisik juga disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
penderita, misalnya penderita yang memerlukan penanganan darurat
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan seperlunya sesuai dengan
kebutuhan yang ada.
1. Status generalis
dalam pemeriksaan ortopedi secara umum, saat penderita
datang pada kita sudah merupakan suatu pemeriksaan awal
menyeluruh secara sambil lalu dengan melihat postur dan cara
berjalan penderita.
Pemeriksaan fisik ortopedi yang dilakukan meliputi :
Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama
Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama yang dikeluhkan
dilakukan secara teliti. Tetapi harus diingat bahwa keluhan
pada satu tempat mungkin akibat dari kelainan pada tempat
lain, sehingga tidak cukup hanya dengan memeriksa pada
tempat dengan keluhan utama.
Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber
ditempat lain ( reffered pain )
Untuk pemeriksaan muskuloskeletal diperlukan peralatan-
peralatan :
1. Stetoskop 5. Kapas
2. Refleks Hammer 6. Jarum kecil
11
3. Pensil untuk kulit (marker) 7. Senter saku
4. Meteran 8. Goniometer
Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita
datang ke dokter dengan mengamati penampakan umum penderita, raut
muka, cara berjalan, cara duduk dan cara tidur, proporsi tinggi badan
terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan simetris bagian tubuh kiri dan
kanan, cara berjalan dan tingkah laku, ekspresi wajah, kecemasan serta
reaksi emosional lainnya untuk melihat aspek-aspek emosional dan
somatis dari penderita.
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang paling penting dalam
memperkuat penemuan-penemuan yang berhasil kita dapatkan dari
riwayat dan anamnesis yang telah kita buat dan menambah atau
mengurangi pilihan diagnosis yang dapat kita lakukan .
12
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
Inspeksi (look) Palpasi (feel) Gerak
(move)
Bagian distal Bagian utama Bagian
lain
Kulit Jaringan lunak Tulang
dan sendi
Pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen
2. Pemeriksaan Lokalis
13
Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan sebagai
berikut:
Inspeksi (Look)
Palpasi (Feel)
Kekuatan otot (Power)
Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif
(Move)
Auskultasi
Uji-uji fisik khusus
Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan
periksa. Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita,
apakah terlihat kesakitan. Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah,
cara duduk dan cara tidur.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan
pada :
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.
b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen,
jaringan lemak, fasia, kelenjar limfe.
c. Tulang dan Sendi
d. Sinus dan jaringan parut
Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang
atau dalam sendi.
Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau
supurasi.
Palpasi (Feel)
14
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah
denyutan arteri dapat diraba atau tidak.
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui
adanya spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia,
penebalan membran jaringan sinovia, adanya tumor dan sifatnya,
adanya cairan di dalam/ di luar sendi atau adanya pembengkakan.
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri,
apakah nyeri setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat
lain (referred pain).
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan
dari tulang atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal
antara tulang yang satu dengan lainnya.
e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota gerak
bawah dimana adanya perbedaan panjang merupakan suatu hal
yang penting untuk dicermati. Pengukuran juga berguna untuk
mengetahui adanya atrofi/pembengkakan otot dengan
membandingkan dengan anggota gerak yang sehat.
f. Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini dilakukan
apabila sendi tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang
normal.
Kekuatan Otot (Power)
Pemeriksaan kekuatan otot penting artinya untuk diagnosis, tindakan,
prognosis serta hasil terapi. Penilaian dilakukan menurut Medical
Research Council dimana kekuatan otot dibagi dalam grade 0-5, yaitu:
Grade 0
15
Tidak ditemukan adanya kontraksi otot.
Grade 1
Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang
dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi.
Grade 2
Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak
dapat melawan pengaruh gravitasi.
Grade 3
Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh
gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh
pemeriksa.
Grade 4
Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan yang ringan.
Grade 5
Kekuatan otot normal.
Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif
merupakan pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan
pergerakan pasif yaitu pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
16
Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan
keadaan ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas
sendi dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan
gerakan sendi diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)
Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap
pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan batas
gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan
patokan untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam
gerakan pada sendi, yaitu : abduksi, adduksi, ekstensi, flexi, rotasi