Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LOW BACK PAIN Disusun Guna Memenuhi Tugas Orthopedi Disusun Oleh : 1. Adinda Markline G. P27220011 2. Dyah Rufaidah P27220011 3. Dwi Novita N. P27220011 4. Dewi Ratnasari P27220011 5. Galih Saputro P27220011 6. Lissiana Desi P27220011 7. Resa Alviana I.W P27220011 8. Rizki Fitria R. P27220011 9. Rohadian Gusti A. P27220011
20

ORTHOPEDI Low Back Pain

Jan 01, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ORTHOPEDI Low Back Pain

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LOW BACK PAIN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Orthopedi

Disusun Oleh :

1. Adinda Markline G. P27220011

2. Dyah Rufaidah P27220011

3. Dwi Novita N. P27220011

4. Dewi Ratnasari P27220011

5. Galih Saputro P27220011

6. Lissiana Desi P27220011

7. Resa Alviana I.W P27220011

8. Rizki Fitria R. P27220011

9. Rohadian Gusti A. P27220011

DIII KEPERAWATAN REGULER

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

2013

Page 2: ORTHOPEDI Low Back Pain

A. Definisi

Low back Pain dipersepsikan ketidak nyamanan berhubungan dengan lumbal

atau area sacral pada tulang belakang ataui sekitar jaringan ( Randy Mariam,1987 ).

Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis

walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada

masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh

terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus

pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri

yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-

S1 (2,4). Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain

adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau

terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus

pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.

B. Jenis – Jenis

Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :

a. LBP Viserogenik (organ abdomen)

Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor retroperitoneal,

fibroid retrouteri

b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)

Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri glutea

superior

c. LBP Neuvogenik

Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering

menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.

d. LBP Spondilogenik

Berasal dari :

1) Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan spondilolistesis)

Page 3: ORTHOPEDI Low Back Pain

2) Sendi-sendir sakroiliakan

3) Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat

stenosis spinalis.

e. LBP Psikogenik

Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis

Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :

a. LBP Traumatik

1) LBP pada unsur miofasial

2) LBP akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal

b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup

1) Spondilosis

2) Hernia Nucleus Pulposus

3) Stenosis spinalis

4) Oesteoartritis 

c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu

1) Artritis rematoid

2) Spondilitis angkilopoetika

3) Spondylitis 

d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang

e. LBP akibat neoplasma

1) Tumor myelum

2) Retikulosis 

f. LBP akibat kelainan congenital

g. LBP sebagai refered pain

h. LBP akibat gangguan sirkulatorik

i. LBP oleh karena psikoneurotik

C. Etiologi

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah

muskuloskeletal, yaitu :

1) Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.

Page 4: ORTHOPEDI Low Back Pain

Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.

Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis,

stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.

2) Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.

3) Prosedur degenerasi pada pasien lansia.

4) Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.

5) Kegemukan.

6) Mengangkat beban dengan cara yang salah.

7) Keseleo.

8) Terlalu lama pada getaran.

9) Gaya berjalan.

10) Merokok.

11) Duduk terlalu lama.

12) Kurang latihan (oleh raga.

13) Depresi /stress.

14) Olahraga (golp,tennis,sepak bola).

D. Manifestasi Klinis

1) Perubahan dalam gaya berjalan.

a. Berjalan terasa kaku.

b. Tidak bias memutar punggung.

c. Pincang.

2) Persyarapan

a. Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan

sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat

pada daerah yang tidak dirangsang.

b. Tidak terkontrol BAB dan BAK.

3) Nyeri.

a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.

b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.

Page 5: ORTHOPEDI Low Back Pain

c. Nyeri otot dalam.

d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.

e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.

f. Nyeri pada pertengahan bokong.

g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem anatomi :

a. LBP Viscerogenik

Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas maupun

istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya. Lebih sering

disebabkan oleh faktor ginekologik, kadang-kadang didapatkan spasme otot

paravertebralis dan perubahan sudut ferguson pada pemeriksaan radiologik, nyeri ini

disebut juga nyeri pinggang akibat referred pain.

b. LBP vaskulogenik

Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat nyeri

punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai,

nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai.  Nyeri tidak

timbul karena adanya stress spesifik pada kolumna vertebralis (membungkuk, batuk

dan lain-lain).  Diagnosa ditegakkan apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.

c. LBP Neurogenik 

Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri tenang,

terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan dengan aktivitas,

dan rasa nyeri berkurang saat penderita berbaring, sering didapat kompresi akar saraf,

ditemukan juga spasme otot paravertebralis.

d. LBP Spondilogenik

Yang sering ditemukan adalah :

1) HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang, menjalar

kebokong, paha belakang tumit sampai telapan kaki.

2) Miofasial : Nyeri akibat trauma pada otot fasia atau ligamen, keluhan berupa nyeri

daerah pinggang, kurang dapat dilokasikan dengan tepat, timbul mendadak waktu

melakukan gerakan yang melampau batas kemampuan ototnya.

Page 6: ORTHOPEDI Low Back Pain

3) Keganasan : Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer atau

sekunder. Pada foto rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan laboratorium

terlihat adanya peningkatan alkalifostase.

4) Osteoporotik  : Terjadi pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal atau nyeri

radikuler karena adanya fraktur kompresi sebagai komplikasi osterporosis tulang

belakang.

e. LBP Psikogenik

Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang ditemukan,

penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa amannya

dengan menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu.  Keadaan ini akan

menyebabkan otot-otot dalam keadaan tegang sehingga meningkatkan spasme otot

dan timbul rasa nyeri.

E. Patofisiologi

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang tersusun

atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (discus intervertebralis) yang

diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset, berbagai ligament dan otot

paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas

sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap

sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan

vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang

belakang. Otot-otot abdominal dan torak sangat penting pada aktivitas mengangkat

beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,

masalah postur, masalah struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang

belakang dapat berakibat nyeri punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah

tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks

gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.

Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal

bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan

degenerasi terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan

sendi faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis

Page 7: ORTHOPEDI Low Back Pain

spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. Sekitar

12% orang dengan nyeri punggung bawah  menderita hernia nucleus pulposus

( Brunner & Suddarth, 2002 : 2321 ).

F. Pathway

Usia tua (proses degenerasi)

(Penurunan kalsium,kekurangan vitamin D,gangguan fungsi hormon para tiroid dan

kalsitonin,obesitas,kelemahan otot abdominal,masalah struktur)

Diskus intervertebralis mengalami perubahan menjadi fibrokartilago yang pada dan

tidak beraturan karena kurangnya kalsium dan pembentukan tulang yang lain

sehingga untuk memenuhinya akan diambil dari bagian terdekat dari tulang.

Diskus lumbal ( L4 - L5 dan L5 – SI ) mengalami stress paling berat dan perubahan

degenerasi berat.

Penonjolan diskus ( HNP ) / kekerusakan sendi faset dan mengganggu suplai darah

kejaringan.

Penekanan pada akar syaraf.

Nyeri menyebar ke extrimitas bawah.

Page 8: ORTHOPEDI Low Back Pain

G. Pemeriksaan Diagnostik

Prosedur perlu dilakukan pada pasien yang menderita nyeri punggung bawah.

1. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya

fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.

2. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari

seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan

masalah diskus intervertebralis.

3. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.

4. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi

patologi tulang belakang.

5. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi

atau protrusi diskus.

6. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan

memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.

7. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf

tulang belakang ( Radikulopati ).

H. Penatalaksanaan Medik

a. Tirah baring :

Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang

spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal

untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1

minggu. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan matras yang padat dan tidak

membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa sehingga

fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf

lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit

menekuk lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan

tungkai dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari

karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk

penanganan “konservatif aktif” dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7

Page 9: ORTHOPEDI Low Back Pain

sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan

relaksasi otot tersebut.

b. Medika mentosa :

Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin,

dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti depresan

atau kadang-kadang obat blokade neuratik. Obat-obatan mungkin diperlukan untuk

menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran

nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot

yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi,

seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk

mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons

inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan

iskemia.

c. Fisioterapi :

Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi latihan

dan ortesa (kovset). Terapi bisa meliputi pendinginan (missal dengan es),

pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan

traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra

indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien

dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi

perifer massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat

meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.

d. Psikoterapi :

Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi

dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan

relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.

e. Akupuntur :

Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai

neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang

kemudian menutup gerbang nyeri.

f. Terapi operatic :

Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau

kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya

gangguan spinger

Page 10: ORTHOPEDI Low Back Pain

g. Latihan :

Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk

keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah

herniasi diskus. Latihan yang bisa dilakukan anatar lain :

1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut

dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan lagi

pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.

2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke lantai.

Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah

beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.

3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di lantai.

Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan mengangkat

bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.

I. Pengkajian

1. Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (misal

lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan).

Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau

dengan aktifitas dimana otot yang lemah digunakan secara berlebihan dan

bagaimana pasien mengatasinya. Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas

rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk pendidikan kesehatan.

2. Pemeriksaan fisik :

a. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa,

juga cara duduk yang disukainya.  Bila pincang, diseret, kaku (merupakan

indikasi untuk pemeriksaan neurologis).  Amati juga apakah perilaku

penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan

psikiatrik).

b. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral)

berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan,

ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.

c. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga

penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor

dan fraktur)

Page 11: ORTHOPEDI Low Back Pain

d. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-

otot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus

spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)

e. Perkusi  : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok

3. Pemeriksaan neurology pada tungkai

a. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.

b. Test provokasi (sensorik)

1) Laseque

2) Kering 

3) Bragard dan sicard

4) Patrick (lesi coxae)

5) Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal)

c. Adakah gangguan miksi dan defekasi

d. Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron

(LMN)

J. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d masalah musculoskeletal, trauma jaringan dan reflek spasme otot,

inflamasi, dan kompresi saraf 

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan

3. Ansietas/koping individu tak efektif b.d krisis situasi, atasi/ubah status kesehatan,

status sosioekonomik, peran fungsi, gangguan berulang dengan nyeri terus

menerus, ketidakadekuatan metode koping

4. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung

K. Intervensi

1. Nyeri b.d masalah musculoskeletal, trauma jaringan dan reflek spasme otot,

inflamasi, dan kompresi saraf 

Kriteria hasil :

a. Menghilangkan nyeri hilang/terkontrol

b. Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan

c. Mendemontrasikan penggunaaan intervensi (misalnya keterampilan relaksasi)

untuk menghilangkan nyeri.

Page 12: ORTHOPEDI Low Back Pain

Rencana tindakan :

a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus

yang memperberat, minta pasien untuk menetapkan pada skala 0–10

b. Pertahankan tirah baring selama fase akut, peletakan pasien pada posisi semi

fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi

telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada posisi

lateral 

c. Gunakan logirdi (papan) selama melakukan perubahan posisi

d. Bantu pemasangan Brace/korset

e. Batas aktivitas selama sesuai kebutuhan

f. Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah

dijangkau/diraih oleh pasien.

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor resiko dan aturan

pengobatan individual

b. Mendemontrasikan teknik/perilaku yang mungkin

c. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang

sakit dan/atau kompensasi

Rencana tindakan :

a. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi spesifik

b. Catat respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi berikan aktivitas yang

disesuaikan dengan klien

c. Ikuti aktivitas/prosedur dengan periode istirahat, anjurkan pasien untuk tetap

berperan serta dalam aktivitas sehari-hari

d. Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif 

e. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif

f. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti alat bantu jalan, tongkat

3. Ansietas/koping individu tak efektif b.d krisis situasi, atasi/ubah status kesehatan,

status sosioekonomik, peran fungsi, gangguan berulang dengan nyeri terus

menerus, ketidakadekuatan metode koping

Page 13: ORTHOPEDI Low Back Pain

Kriteria hasil :

a. Tampak rileks dan melaporkan anisetas berkurang pada tingkat dapat diatasi

b. Mengidentifikasi ketidakefektifan perilaku koping dan konsekuensinya

c. Mengkaji situasi terbaru dengan akurat

d. Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah

e. Mengembangkan rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya

di masa yang lalu dan bagaimana pasien melakukan koping dengan masalah

sekarang.

b. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur

c. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalahnya

d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk

sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhan

e. Catat perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkat “peran sakit”

pasien.

4. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan

b. Melakukan kembali perubahan gaya hidup

c. Berpartisipasi dalam aturan tindakan

Rencana tindakan :

a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognisis serta pembatasan kegiatan

b. Berikan infomasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk

melakukan perubahan “mekanika tubuh” tanpa bantuan dan juga melakukan

latihan

c. Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya, seperti halnya

beberapa obat yang menyebabkan kantuk yang sangat berat (analgetik,

relaksasi otot)

d. Diskusikan mengenai kebutuhan diet

e. Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama

f. Lihat kembali pemakaian kakolar leher yang lunak

Page 14: ORTHOPEDI Low Back Pain

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta : EGC.

Indra. 2009. “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Low Back Pain”. online. (http://sedetik.multiply.com/journal/item/13/ASUHAN-KEPERAWATAN-PADA-KLIEN-DENGAN-LOW-BACK-PAIN?&show_interstitial=1&u=%2 Fjournal% 2Fitem , diakses 10 Maret 2013.

Ningsih, Elvira. 2012. “ Laporan Pendahuluan Low Back Pain”. online. (http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/04/laporan-pendahuluan-low-back-pain.html, diakses 10 Maret 2013.